UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS...

190

Transcript of UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS...

Page 1: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
Page 2: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
Page 3: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BEBAS VISA

Page 4: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014TENTANG HAK CIPTA

Pasal 1(1) Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 113

(1) Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

(2) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 5: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BEBAS VISA

Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAMKementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia

2016

Page 6: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BEBAS VISA

copyright©

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIAKEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA RI

Jl. HR Rasuna Said Kav. 4-5 Kuningan, Jakarta SelatanWebsite: www.balitbangham.go.id

Tim Penyusun:Y. Ambeg Paramarta, S.H., M.Si.Djoko Pudjihardjo, S.H., M.Hum.

Ahmad Jazuli, S.AgHakki Fajriando, S.Sos, M.Si.Kabul Priyono, S.H., M.Hum.

Taufik H Simatupang, S.H., M.H.Moch. Ridwan, S.H., M.Si.

Victorio Hariara Abraham Situmorang, S.H.Bintang M. Tambunan, S.E., M.M., M.Si.

Susena, S.SosEdy Sumarsono, S.H., M.H.

Rosita, S.SosEmmy Taurina Adriani, S.H.

Cetakan Pertama – November 2016

Penata Letak: PanjibudiDesain Sampul: Panjibudi

ISBN: 978-602-6952-09-7

Hak Cipta dilindungi oleh Undang-Undang.Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh

isi buku ini tanpa izin tertulis dari Pemegang Hak Cipta.

Pracetak oleh:Tim Pohon Cahaya

Dicetak oleh:Percetakan Pohon Cahaya Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa

Page 7: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

ABSTRAK

Situasi perkembangan global mengharuskan Indonesia semakin terbuka baik dalam arti fisik dan nonfisik. Aspek pelayanan dan pengawasan tidak pula terlepas dari geografis wilayah Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang mempunyai jarak yang dekat, bahkan berbatasan langsung dengan negara tetangga, yang pelaksanaan Fungsi Keimigrasian di sepanjang garis perbatasan merupakan kewenangan instansi imigrasi.Direktorat Jenderal Imigrasi sebagai pintu gerbang keluar masuknya orang asing dan terasnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki peran yang sangat strategis dalam aspek keamanan dan pengawasannya. Peran penting aspek keimigrasian dalam tatanan kehidupan kenegaraan akan dapat terlihat dalam pengaturan keluar-masuk orang dari dan ke dalam wilayah Indonesia. Oleh karena itu, penyelenggaraan lalu-lintas orang keluar-masuk wilayah NKRI harus dilakukan secara konsisten. Kondisi tersebut mengharuskan jajaran Direktorat Jenderal Imigrasi mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasinya melalui berbagai pengembangan penggunaan teknologi informasi. Setidaknya ada tiga (3) tahap pemberlakuan pemberian fasilitas Bebas Visa

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa v

Page 8: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Kunjungan Singkat (BVKS) yang ditetapkan melalui peraturan Presiden. Tahap pertama, Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2015 tentang Bebas Visa Kunjungan yang ditandatangani Presiden pada 9 Juni 2015 ada 30 negara yang mendapatkan fasilitas BVKS. Tiga bulan kemudian, kebijakan BVKS tahap II mulai diberlakukan dengan ditandatanganinya Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 69Tahun 2015. Dalam Perpres yang ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 18 September 2015 itu, jumlah negara penerima fasilitas BVKS meningkat menjadi 75. Dan tahap IIImelalui Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016, jumlah negara penerima fasilitas BVK meningkat menjadi 169 negara.

Dengan adanya kebijakan bebas visa bagi orang asing, permasalahan dalam kajian ini adalah bagaimana upaya jajaran keimigrasian dalam mengimplementasikan kebijakan bebas visa tersebut; dampak yang terjadi; serta kendala apa yang dihadapi. Untuk itu Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM R.I. yang memiliki tugas dibidang penelitian dan pengembangan kebijakan berusaha untuk mencari dan menemukan jalan keluar melalui pengkajian ini, sebagai input untuk disampaikan kepada pimpinan Kementerian (stakeholder).

Penelitian/kajian ini didekati dengan pendekatan kualitatif–kuantitatif (mixed methodes). Pendekatan kualitatif dilakukan sebagai strategi untuk mengumpulkan dan memanfaatkan semua informasi yang terkait dengan pokok permasalahan. Pendekatan kuantitatif dilakukan

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

vi

Page 9: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

secara terbatas untuk mengukur tingkat kecenderungan dari jawaban-jawaban informan dan responden yang terkait dengan pokok permasalahan dengan bersifat analisis deskriptif yang akan menggambarkan dan menafsirkan secara nyata tentang kesiapan jajaran keimigrasian dalam menghadapi kebijakan bebas visa dalam upaya peningkatan kinerja organisasi dan kualitas pelayanan terhadap masyarakat. Data yang digunakan dalam kegiatan kajian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan berdasarkan penelusuran literatur (library research) dan data primer (field research) yang dikumpulkan dari setiap subjek data (unit/orang) dengan melakukan observasi (pengamatan) langsung di Unit Pelaksana Teknis Keimigrasian (UPT Kanim) danKantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; wawancara/penyebaran kuesioner; serta telaah terhadap dokumentasi keimigrasian, jurnal, hasil pengkajian dan situs internet.

Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh Tim Pengkajian, dapat diuraikan beberapa kesimpulan sebagai berikut pertama, bahwa jajaran keimigrasian telah siap dalam mengimplementasikan kebijakan bebas visa, namun memang masih banyak kekurangan atau belum maksimalnya kinerja UPT keimigrasian dalam mengimplementasikan kebijakan bebas visa tersebut. Kedua, adapun manfaat dengan adanya kebijakan bebas visa, dari sudut pandang pariwisata bahwa kebijakan bebas visa memudahkan bagi orang asing untuk datang ke wilayah NKRI dari tempat-tempat yang telah ditentukan berdasarkan keputusan presiden serta adanya peningkatan devisa negara melalui pariwisata, dan terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat, walaupun ini

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa vii

Page 10: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

memerlukan kajian tindak lanjut. Sedangkan dari sisi imigrasi, dengan pemberlakuan bebas visa ada kemudahan dalam hal administrasi keimigrasian seperti tidak memerlukan peneraan stiker VOA bagi orang asing; mempercepat antrian (kurang dari 1 menit) karena tidak memerlukan VOA; memudahkan dalam input data ke BCM.Dan ketiga, beberapa kendala yang menyebabkan belum maksimalnya implementasi bebas visa antara lain adalah belum dapat mendeteksi secara pasti kemanfaatan bebas visa dalam peningkatan pariwisata; luasnya wilayah kerja dan potensi peningkatan pelangaran orang asing yang masuk kategori negara rawan; sumber daya manusia (SDM) yang kurang sebanding antara pengawasan dan banyaknya orang asing yang masuk karena bebas visa sehingga melemahkan dalam melakukan pengawasan; kurangnya sarana-prasarana yang modern; kurangnya pengetahuan intelijen imigrasi; kurangnya koordinasi dengan instansi terkait; sistem yang belum up to date terhadap negara-negara penerima bebas visa; penyalahgunaan bebas visa untuk kepentingan kejahatan seperti cyber crime, illegal fishing, dan lain-lain; peraturan yang tumpang tindih; serta kurangnya intensitas sosialisasi bebas visa kepada orang asing.

Rekomendasi/saran yang dapat disampaikan antara lain adalah : pertama, diperlukan strategi yang tepat terkait implementasi kebijakan, strategi sosialisasi, dan strategi nomenklatur, untuk itu diperlukan komunikasi yang lugas dari tingkat pemerintah pusat dan daerah dan terus berlanjut ke kalangan masyarakat luas, serta peningkatan koordinasi antar instansi terkait; kedua, berkaitan dengan pengawasan terhadap orang asing, serta adanya negara-negara penerima bebas visa

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

viii

Page 11: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

yang termasuk negara bergejolak seperti Bangladesh, negara-negara yang secara ekonomi, sosial, dan politik belum baik, serta negara yang termasuk negara bermasalah, juga belum seimbangnya penerapan asas resiprokal dan manfaat yang menjadi amanat UU Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian bagi WNI yang berkunjung ke negara-negara penerima bebas visa, untuk itu perlu ada rekomendasi dari Kementerian Luar Negeri terkait negara subyek bebas visa; ketiga,membangun persepsi yang sama antar penegak hukum dan keimigrasian terkait implementasi bebas visa; keempat, penghapusan bagi negara yang warga negaranya banyak melakukan pelanggaran dan kesalahan penggunaan bebas visa dari negara penerima bebas visa; kelima, penambahan dan peningkatan kualitas SDM imigrasi khususnya di TPI seperti penjurusan bagi taruna Akademi Ilmu Imigrasi (AIM) sesuai keahliannya (IT, intelijen, pelayanan, pengawasan, dan penindakan); keenam, dalam mengatasi kekurangan SDM, maka perlu dilakukan perekrutan pegawai dengan sistem perjanjian kerja sebagaimana diatur dalam UU ASN, ketujuh, peningkatan sistem IT, agar apa yang terjadi di lapangan dapat langsung masuk sistem (mobile); kedelapan, perlu dibuat indikator-indikator kemanfaatan bebas visa dan keuntungan/kerugian negara; kesembilan, setiap promosi pariwisata hendaknya melibatkan unsur keimigrasian; dankesepuluh, diperlukan pengkajian tindaklanjut untuk mengetahui dampak implementasi bebas visa.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa ix

Page 12: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

x Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa

Page 13: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

KATA SAMBUTAN

Mengingat perkembangan masyarakat dunia dimana batas-batas negara semakin kabur atau yang lazim disebut borderless world, kunjungan antar negara sudah lazim dilakukan. Direktorat Jenderal Imigrasi sebagai pintu gerbang keluar masuknya orang asing dan terasnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki peran yang sangat strategis dalam aspek keamanan dan pengawasannya. Peran penting aspek keimigrasian dalam tatanan kehidupan kenegaraan akan dapat terlihat dalam pengaturan keluar-masuk orang dari dan ke dalam wilayah Indonesia. Oleh karena itu, penyelenggaraan lalu-lintas orang keluar-masuk wilayah NKRI harus dilakukan secara konsisten. Kondisi tersebut mengharuskan jajaran Direktorat Jenderal Imigrasi mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasinya melalui berbagai pengembangan penggunaan teknologi informasi.

Undang-Undang Keimigrasian menyebutkan bahwa yang dimaksud keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk dan keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara (pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa xi

Page 14: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Keimigrasian). Dari batasan ini mengisyaratkan adanya dua kelompok tugas yang dilaksanakan institusi keimigrasian yaitu pelayanan terhadap lalu lintas orang dan pengawasan terhadap orang asing.

Pemerintah melalui Peraturan Presiden mengeluarkan kebijakan pemberian Bebas Visa Kunjungan bagi warga negara asing. Setidaknya ada tiga (3) tahap pemberlakuan pemberian fasilitas Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS). Tahap pertama, Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2015 tentang Bebas Visa Kunjungan yang ditandangani Presiden pada 9 Juni 2015, menyebutkan terdapat 30 negara yang mendapatkan fasilitas BVKS. Tiga bulan kemudian, kebijakan BVKS tahap II mulai diberlakukan dengan ditandatanganinya Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2015. Dalam Perpres yang ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 18 September 2015 itu, jumlah negara penerima fasilitas BVKS meningkat menjadi 75 negara. Selanjutnya padatahap III melalui Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016, jumlah negara penerima fasilitas BVK meningkat menjadi 169 negara.

Kebijakan bebas visa diharapkan akan berdampak positif bagi perkembangan pariwisata tanah air dan dapat menarik para investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia.Di samping dampak positif, kedatangan orang asingjuga dapat menimbulkan dampak negatif, antara lain dengan munculnya kejahatan yang berskala internasional yang memiliki jaringan yang mendunia seperti penjualan manusia, penjualan wanita dan anak-anak, prostitusi, kejahatan komputer, keuangan, perbankan, pencucian uang serta narkotika. Izin masuk

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

xii

Page 15: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

yang diberikan kepada orang asing untuk memasuki wilayah negara Indonesia terkadang disalahgunakan oleh pemegang izin tersebut sehingga banyak terjadi kasus pelanggaran izin keimigrasian.

Situasi perkembangan global mengharuskan Indonesia semakin terbuka baik dalam arti fisik dan nonfisik. Namun keterbukaan tersebut harus selalu sungguh-sungguh memperhatikan secara seimbang antara peningkatan pembangunan ekonomi dan ketahanan nasional.Mobilitas dan keberadaan orang asing yang melakukan beragam kegiatan di wilayah hukum Indonesia perlu mendapat perhatian semua pihak. Karena itu, koordinasi antar instansi terkait dalam rangka menyamakan persepsi dalam hal pengawasan kegiatan orang asing di daerah sesuai dengan bidang tugas masing-masing mutlak dilakukan.

Berkaitan dengan implementasi kebijakan bebas visa kunjungan, adapun upaya-upaya yang dilakukan jajaran imigrasi antara lain: peningkatan jumlah personil, peningkatan pengawasan pendaratan dan izin masuk orang asing, pengawasan terhadap penggunaan izin tinggal oleh orang asing di berbagai tempat terutama di bidang pariwisata maupun di berbagai tempat hiburan, ada kerjasama antar instansi dalam melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan bebas visa guna meminimalisir potensi penyalahgunaan aturan, sosialisasi ke Kementerian/Lembaga/biro jasa/travel mengenai kebijakan bebas visa, pembenahan terhadap pengawasan orang asing, penguatan fungsi keimigrasian, melakukan kerjasama dengan TNI dalam maping keberadaan orang asing, memodernkan sarana-prasarana, meningkatkan hubungan baik dengan

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa xiii

Page 16: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

masyarakat dan pemda untuk mencegah resistensi, bekerja secara profesional dan tanggung jawab, penggunan aplikasi online dengan Ditjenim terkait PORA (tmp menginap/hotel) dalam rangka pengumpulan data dan informasi terkait orang asing, peningkatan peran wasdakim, interview singkat/second clearing jika terindikasi menyalahgunakan bebas visa dan melaksanakan evaluasi terhadap perlintasan orang asing.

Namun demikian, masih ditemukan beberapa kendala yang menyebabkan belum maksimalnya implementasi bebas visa antara lain adalah : belum dapat mendeteksi secara pasti kemanfaatan bebas visa dalam peningkatan pariwisata; luasnya wilayah kerja dan potensi peningkatan pelangaran orang asing yang masuk kategori negara rawan; SDM yang kurang sebanding antara pengawasan dan banyaknya orang asing yang masuk karena bebas visa sehingga melemahkan dalam melakukan pengawasan; kurangnya pengetahuan intelijen imigrasi; kurangnya koordinasi dengan instansi terkait; sistem yang belum up to date penyalahgunaan bebas visa untuk kejahatan dan adanya peraturan yang tumpang tindih.

Pada kesempatan ini melalui hasil kajian yang telah disusun dalam laporan ini, kami ingin menyarankan: Pertama, berkaitan dengan pengawasan terhadap orang asing, serta adanya negara-negara penerima bebas visa yang termasuk negara bergejolak seperti Bangladesh, negara-negara yang secara ekonomi, sosial, dan politik belum baik, serta negara yang termasuk negara bermasalah, juga belum seimbangnya penerapan asas resiprokal dan manfaat yang menjadi amanat UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian bagi WNI yang berkunjung ke negara-negara penerima bebas visa, untuk itu

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

xiv

Page 17: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

perlu ada rekomendasi dari Kementerian Luar Negeri terkait negara subyek bebas visa. Kedua, penghapusan bagi negara yang warga negaranya banyak melakukan pelanggaran dan kesalahan penggunaan bebas visa dari negara penerima bebas visa. Ketiga, penambahan dan peningkatan kualitas SDM imigrasi khususnya di TPI seperti penjurusan bagi taruna Akademi Ilmu Imigrasi (AIM) sesuai keahliannya (IT, intelijen, pelayanan, pengawasan, dan penindakan). Keempat, perlu dibuat indikator-indikator kemanfaatan bebas visa dan keuntungan/kerugian negara.

Terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah berkontribusi serta berpatisipasi atas tersusunnya laporan kajian Upaya Jajaran Keimigrasian Dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa. Semoga hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak terkait yang hendak merumuskan kebijakan terkait bebas visa.

Jakarta, September 2016Kepala Badan

Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM,

Y. Ambeg Paramarta, SH., M.SiNIP. 19650322 198703 1 002

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa xv

Page 18: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

xvi Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa

Page 19: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga laporan hasil kajian ”Upaya Jajaran Keimigrasian Dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa” dapat selesai. Laporan hasil kajian Upaya Jajaran Keimigrasian Dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa mungkin kurang sempurna, namun harapan kami hasil kajian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi pihak-pihak terkait khususnya dalam mengambil kebijakan terkait implementasi kebijakan bebas visa.

Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham, Kantor Wilayah dan Divisi Keimigrasian, Unit Pelaksana Teknis Keimigrasian di Kantor Wilayah, Kementerian Pariwisata R.I. dan semua pihak yang telah memberikan dukungan dan partisipasinya sehingga pelaksanaan kajian Upaya Jajaran Keimigrasian

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa xvii

Page 20: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa dapat berjalan dengan baik.

Jakarta, September 2016Kepala Pusat

Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan

Djoko Pudjirahardjo, S.H., M.HumNIP. 19620926 198903 1 001

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

xviii

Page 21: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

DAFTAR ISI

Abstrak ................................................................................................vKata Sambutan .................................................................................. xiKata Pengantar ............................................................................... xviiDaftar Isi ...........................................................................................xixDaftar Gambar ............................................................................... xxiiiDaftar Tabel ................................................................................... xxiiiDaftar Grafik ...................................................................................xxiv

BAB I PENDAHULUAN .......................................................... 1A. Latar Belakang .............................................................. 1B. Rumusan Masalah ........................................................ 8C. Tujuan dan Manfaat Pengkajian .................................. 9D. Ruang Lingkup .............................................................. 9E. Sasaran, Output dan Outcome ................................... 10F. Metode Penelitian .........................................................11

1. Pendekatan .............................................................112. Tipologi .................................................................. 123. Metode Pengumpulan Data .................................. 124. Teknik Penarikan Sampel ...................................... 135. Responden .............................................................. 13

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa xix

Page 22: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

G. Kerangka Teori dan Konsepsional .............................. 14H. Variabel, Indikator dan Sumber Data ......................... 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................. 19A. Konsepsi Kebijakan ..................................................... 19B. Kebijakan ..................................................................... 20C. Strategi ......................................................................... 21D. Upaya ............................................................................23E. Teori Implementasi Kebijakan ................................... 24F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Implementasi Kebijakan ............................................ 38G. Keimigrasian ............................................................... 46

BAB III HASIL PENELITIAN LAPANGAN ............................... 55A. Deskripsi Hasil Penelitian ...........................................55

1. Sejarah Keimigrasian .............................................552. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Wilayah

serta Divisi Keimigrasian Kementerian Hukum Dan HAM ................................................ 78

3. Identitas Responden ..............................................814. Deskripsi Wilayah Kajian ..................................... 85

B. Analisis Data .............................................................. 1071. Upaya yang dilakukan dalam implementasi

bebas visa.............................................................. 1072. Manfaat Implementasi Kebijakan Bebas Visa

bagi Keimigrasian ................................................. 1313. Kendala-kendala yang dihadapi...........................135

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

xx

Page 23: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

BAB IV PENUTUP .................................................................139A. Kesimpulan ................................................................ 139B. Saran/Rekomendasi ...................................................141

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 143LAMPIRAN (Instrumen Penelitian) .............................................. 149

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa xxi

Page 24: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

xxii Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa

Page 25: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Dampak langsung dan tidak langsung dalam Implementasi ................................................................. 31

Gambar 2. Teori Pelembagaan Program D. C. Korten ....................33

Gambar 3. Tiga Elemen sistem kebijakan menurut W.Dunn ....... 34

Gambar 4. Model Implementasi menurut E.S Quade ...................35

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Variabel, Indikator, dan Sumber Data .............................. 17

Tabel 2. Persebaran Responden Menurut Kantor Wilayah ........... 81

Tabel 3. Presentasi Dominasi Karakteristik Responden .............. 84

Tabel 4. Sumber Daya Manusia Keimigrasian di UPT Kanim N (48) ....................................................... 108

Tabel 5. Kebijakan Tentang Bebas Visa ........................................109

Tabel 6. Perkembangan Kunjungan Wisman ke Indonesia Tahun 2016 vs 2015 ........................................................................116

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa xxiii

Page 26: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Tabel 7. Sarana Prasarana Pendukung Implementasi Bebas Visa ......................................................................... 120

Tabel 8. Pengawasan dan Pengamanan ......................................... 121

Tabel 9. Jumlah pelanggaran Keimigrasian Periode Januari-Juli 2016 ................................................. 123

Tabel 10. Peringkat 10 Besar Warga Negara ................................... 124

Tabel 11. Hasil Evaluasi BVK ........................................................... 129

DAFTAR GRAFIKGrafik 1. Presentase Responden Berdasarkan Umur ..................... 82

Grafik 2. Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ........ 82

Grafik 3. Presentase Responden Berdasarkan Pendidikan .............83

Grafik 4. Presentase Responden Berdasarkan Pangkat/golongan .83

Grafik 5. Presentase Responden Berdasarkan Jabatan/eselon ...... 84

Grafik 6. Perlintasan Orang Asing Yang Menggunakan BVK .......116

Grafik 7. Kunjungan Wisman 2016 vs 2015 .....................................118

Grafik 8. Tindakan Administrasi Keimigrasian Tahun 2016 ......... 125

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

xxiv

Page 27: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peran penting aspek keimigrasian dalam tatanan kehidupan kenegaraan akan dapat terlihat dalam pengaturan keluar-masuk orang dari dan ke dalam wilayah Indonesia. Oleh karena itu, penyelenggaraan lalu-lintas orang keluar-masuk wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus dilakukan secara konsisten. Kondisi tersebut mengharuskan jajaran Direktorat Jenderal Imigrasi mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasinya melalui berbagai pengembangan penggunaan teknologi informasi. Undang-Undang Keimigrasian menyebutkan bahwa yang dimaksud keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk dan keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara (pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian). Dari batasan ini mengisyaratkan adanya dua kelompok tugas yang dilaksanakan institusi keimigrasian yaitu pelayanan terhadap lalu lintas orang dan pengawasan terhadap orang

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 1

Page 28: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

asing. Kedua tugas inilah yang harus diselenggarakan oleh institusi keimigrasian dengan harapan pelaksanaan tugas dimaksud tetap berada dalam kerangka kepentingan nasional. Operasionalisasi tugas pelayanan diisyaratkan tidak hanya terbatas bagi Warga Negara Indonesia saja, tetapi juga terhadap Warga Negara Asing. Dalam praktiknya jenis pelayanan ini akan meliputi pelayanan pemberian dokumen perjalanan, dokumen keimigrasian dan lain sebagainya. Sedang bidang pengawasan, secara inklusif sebagaimana batasan tentang keimigrasian, pengawasan dilakukan terhadap orang asing baik yang menyangkut keberadaan maupun aktivitasnya. Terkait dengan pengawasan sebagai bentuk pelaksanaan penegakan hukum keimigrasian, salah satu esensi pokok yang perlu kita pahami bahwa eksistensi dan aktivitas orang asing itu mesti memberikan nilai positif bagi pelaksanaan pembangunan bangsa. Menuju ke arah itulah tugas pengawasan itu terus diselenggarakan dan dikembangkan baik strategi maupun metodenya. Sejalan dengan perkembangan masyarakat dunia dimana batas-batas negara semakin kabur atau yang lazim disebut borderless world, kunjungan antar negara sudah lazim dilakukan. Frekuensinya pun cepat. Ratusan ribu hingga jutaan orang asing setiap tahunnya.

Setidaknya ada tiga (3) tahap pemberlakuan pemberian fasilitas Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS) yang ditetapkan melalui peraturan Presiden. Tahap pertama, Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2015 tentang Bebas Visa Kunjungan yang ditandangani Presiden pada 9 Juni 2015. Ada 30 negara yang mendapatkan fasilitas BVKS. Tiga bulan kemudian, kebijakan BVKS tahap II mulai diberlakukan dengan ditandatanganinya

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

2

Page 29: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Peraturan Presiden No. 104 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 69 Tahun 2015. Dalam Perpres yang ditetapkan Presiden Joko Widodo pada 18 September 2015 itu, jumlah negara penerima fasilitas BVKS meningkat menjadi 75. Dan tahap III melalui Peraturan Presiden No. 21 Tahun 2016, jumlah negara penerima fasilitas BVK meningkat menjadi 169 negara. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2015 tentang Bebas Visa kunjungan, disebutkan bahwa bagi orang asing warga negara dari negara tertentu untuk masuk ke wilayah Negara Republik Indonesia dibebaskan dari kewajiban memiliki visa kunjungan dengan memperhatikan asas timbal balik (resiprokal) dan manfaat. Izin tinggal kunjungan diberikan paling lama 30 (tiga puluh) hari dan tidak dapat diperpanjang masa berlakunya atau dialih statuskan menjadi izin tinggal lainnya (pasal 6 angka (4) Perpres No. 104 Tahun 2015). Izin diberikan bagi orang asing dalam rangka tugas pemerintahan, pendidikan, sosial budaya, wisata, bisnis, keluarga, atau singgah untuk meneruskan perjalanan ke negara lain (pasal 6 angka (2), lihat juga pasal 38 UU Keimigrasian). Pada kondisi dunia saat ini, dimana perjalanan mengelilingi belahan bumi manapun menjadi sangat mudah dan memiliki frekuensi yang tinggi, maka bandara dan pelabuhan dapat dikatakan sebagai perbatasan dan tempat pemeriksaan keimigrasian yang menjadi ujung tombak keluar-masuknya orang asing di wilayah NKRI. Mengelola kedua tempat tersebut di abad ini adalah sebuah tugas yang lebih kompleks dan menantang dibandingkan sebelumnya. Manajemen sumber daya manusia adalah sebuah faktor yang amat penting untuk

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 3

Page 30: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

menunjang tugas dan fungsi keimigrasian. Merekrut orang-orang yang mampu saja mungkin tidak akan cukup. Mereka haruslah orang-orang yang berdedikasi, dengan sebuah pemahaman yang jelas akan tujuan dan signifikansi dari tugas mereka. Tanpa personel yang terlatih secara profesional, harmonisasi dari standar dan kerjasama antar negara, maka kejahatan terorganisir akan terus memanfaatkan kekeroposan keamanan pintu keluar-masuk negara dan petugas keamanan pintu keluar-masuk negara yang termotivasi dengan buruk dan tidak dilengkapi dengan peralatan yang memadai.

Kebijakan bebas visa diharapkan akan berdampak positif bagi perkembangan pariwisata tanah air. Perkembangan industri kerajinan daerah juga sangat menopang keberadaan Indonesia sebagai salah satu daerah kunjungan wisata dunia. Hal tersebut juga secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan perekonomian daerah tersebut yang akhirnya juga berarti menunjang perekonomian nasional pada umumnya.

Selain merupakan daerah kunjungan wisata, Indonesia juga menarik bagi para investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Para investor asing tersebut memang diberikan kesempatan sebesar-besarnya oleh pemerintah dalam rangka usaha pemerintah untuk memperbaiki perekonomian negara. Sejalan dengan waktu, keluar masuknya warga negara asing ke Indonesia semakin banyak. Hal lain yang merupakan dampak positif dari banyaknya orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia adalah masuknya devisa negara yang merupakan salah satu sumber pendapatan negara di samping pendapatan yang didapat dari penjualan hasil bumi.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

4

Page 31: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Setiap warga negara asing yang berkunjung ke Indonesia pun masing-masing memiliki tujuan tertentu, mulai dari kegiatan sosial budaya hingga urusan pemerintahan. Dengan adanya kebijakan bebas visa atau Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS) itu, Menurut Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya akan meningkatkatkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebanyak 1 juta per tahun dan pemasukan devisa sebesar 1 miliar dollar.1 Pasal 8 angka (1) Undang-Undang Keimigrasian menentukan syarat utama bagi setiap orang yang masuk atau keluar wilayah Indonesia adalah harus memiliki dokumen perjalanan yang sah dan masih berlaku. Dokumen Perjalanan adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari suatu negara, Perserikatan Bangsa-Bangsa, atau organisasi internasional lainnya untuk melakukan perjalanan antarnegara yang memuat identitas pemegangnya. Setiap orang asing wajib memiliki Visa yang sah dan masih berlaku untuk dapat masuk ke wilayah Indonesia dan memenuhi persyaratan yang ditentukan, setelah itu mendapatkan Tanda Masuk (pasal 10). Izin Masuk adalah yang diterakan pada visa atau surat perjalanan orang asing untuk memasuki wilayah Indonesia yang diberikan oleh pejabat imigrasi di tempat pemeriksaan imigrasi. Masa berlakunya izin masuk itu disesuaikan dengan jenis visa yang dimilikinya.

Keluar masuknya orang asing ke Indonesia tentu memba-wa dampak, baik berupa dampak positif maupun negatif.

1 http://pekanbaru.tribunnews.com/2015/07/09/kebijakan-bebas-visa-apa-manfaat-dan-untungnya-untuk-negara, diakses 19012016).

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 5

Page 32: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Kedatangan mereka ke Indonesia membawa misi tersendiri yang bersifat personal dan kelompok atau organisasi. Di samping dampak positif, hal lain yang timbul adalah dampak negatif dari kedatangan orang asing. Dipahami bahwa globalisasi juga dapat memberikan dimensi baru yang negatif di berbagai dimensi kehidupan, antara lain dengan munculnya kejahatan yang berskala internasional yang memiliki jaringan yang mendunia seperti penjualan manusia, penjualan wanita dan anak-anak, prostitusi, kejahatan komputer, keuangan, perbankan, pencucian uang serta narkotika. Izin masuk yang diberikan kepada orang asing untuk memasuki wilayah negara Indonesia terkadang disalahgunakan oleh pemegang izin tersebut sehingga banyak terjadi kasus pelanggaran izin keimigrasian.

Situasi perkembangan global mengharuskan Indonesia semakin terbuka baik dalam arti fisik dan nonfisik. Namun keterbukaan tersebut harus selalu sungguh-sungguh memperhatikan secara seimbang antara peningkatan pembangunan ekonomi dan ketahanan nasional. Peran keimigrasian sebagai fasilitator dalam kerangka pembangunan ekonomi, yang dilakukan melalui harmonisasi dan sinkronisasi peraturan di bidang keimigrasian, tidak akan ada artinya apabila peran imigrasi meninggalkan konsep politik saringan dalam memberikan kemudahan izin. Aspek pelayanan dan pengawasan tidak pula terlepas dari geografis wilayah Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang mempunyai jarak yang dekat, bahkan berbatasan langsung dengan negara tetangga, yang pelaksanaan fungsi keimigrasian di sepanjang garis perbatasan merupakan kewenangan instansi imigrasi.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

6

Page 33: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Pada tempat tertentu sepanjang garis perbatasan terdapat lalu lintas tradisional masuk dan keluar warga negara Indonesia dan warga negara tetangga. Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan memudahkan pengawasan dapat diatur perjanjian lintas batas dan diupayakan perluasan Tempat Pemeriksaan Imigrasi.

Menteri Hukum Hukum dan Hak Asasi Manusia R.I. pada sambutannya dalam Rapat Kerja Kementerian (Mei 2006) menyatakan beberapa pokok pikiran, yang salah satunya adalah mengenai perubahan sistem ekonomi dan politik yang semakin terbuka secara makro. Artinya, ada interaksi sosial yang semakin dinamis. Arus orang masuk tidak bisa dibendung karena kita memerlukan wisatawan, bahkan mereka kita undang karena kita memerlukan investasi. Jadi interaksi lalu lintas orang luar dan orang dalam tidak punya batas lagi. Artinya terjadi perubahan tuntutan dalam masyarakat, karena orang-orang keluar masuk secara leluasa, maka terjadi departened or the standard of living. Standardisasi terutama dibidang pelayanan. Melalui standardisasi inilah, masyarakat mulai menuntut adanya perlakuan yang sama. Standardisasi pelayanan dilihat melalui dua aspek yaitu dari segi durasi dan dari kualitas pelayanan. Oleh karena itu harus ada ikhtiar dan usaha untuk memperbaiki kinerja pelayanan di Departemen Hukum dan HAM (sekarang Kementerian Hukum dan HAM-penulis).2 Mobilitas dan keberadaan orang

2 Hamid Awaludin, Pidato Rapat Kerja Departemen Hukum dan HAM RI, http\\www.depkumham.go.id, dikutip dari TOR Pelaksanaan Tugas Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM RI Sulawesi Barat Dalam Rangka Pelayanan Masyarakat dibidang Hukum.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 7

Page 34: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

asing yang melakukan beragam kegiatan di wilayah hukum Indonesia perlu mendapat perhatian semua pihak. Karena itu, koordinasi antar instansi terkait dalam rangka menyamakan persepsi dalam hal pengawasan kegiatan orang asing di daerah sesuai dengan bidang tugas masing-masing mutlak dilakukan. Dengan adanya kebijakan bebas visa bagi orang asing, maka ada permasalahan yang perlu dikaji, bagaimanakah upaya jajaran keimigrasian dalam mengimplementasikan kebijakan bebas visa tersebut; dampak yang terjadi; serta kendala apa yang dihadapi. Untuk itu Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kementerian Hukum dan HAM R.I. yang memiliki tugas dibidang penelitian dan pengembangan kebijakan berusaha untuk mencari dan menemukan jalan keluar melalui pengkajian ini, sebagai input untuk disampaikan kepada pimpinan Kementerian (stakeholder).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terjadi di lapangan sebagaimana tersebut di atas, maka pokok permasalahan dalam kajian ini adalah upaya jajaran keimigrasian dalam mengimplementasikan kebijakan bebas visa. Untuk menjawab pokok permasalahan dimaksud, maka pertanyaan kajian ini adalah:1. Bagaimanakah upaya yang dilakukan jajaran keimigrasian

dalam mengimplementasikan kebijakan bebas visa?2. Apakah manfaat bagi jajaran keimigrasian setelah diim-

plementasikannya kebijakan bebas visa?

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

8

Page 35: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

3. Apakah kendala-kendala yang dihadapi dalam rangka implementasi kebijakan bebas visa?

C. Tujuan dan Manfaat Pengkajian

Kajian ini bertujuan untuk:1. Untuk mengetahui dan menganalisis upaya jajaran

keimigrasian dalam mengimplementasikan kebijakan bebas visa;

2. Untuk mengetahui manfaat setelah diimplementasikannya kebijakan bebas visa bagi jajaran keimigrasian;

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam rangka implementasi kebijakan bebas visa.

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:1. Dapat dijadikan sebagai landasan pemikiran bagi berbagai

kalangan akademisi dan praktisi dalam meningkatkan kinerja organisasi;

2. Dapat dijadikan sebagai rekomendasi oleh pengambil kebijakan dalam lingkungan Kementerian Hukum dan HAM R.I. dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas Kantor Imigrasi.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kajian ini dibatasi pada aspek-aspek yang berkaitan dengan upaya jajaran keimigrasian dalam implementasi kebijakan bebas visa, manfaat yang didapat dan kendala-kendala yang dihadapi. Kajian ini dilaksanakan di

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 9

Page 36: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Provinsi Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Bali, Kepulauan Riau, DKI Jakarta dan UPT Imigrasi di wilayah tersebut.

E. Sasaran, Output dan Outcome

1. Sasaran

Terwujudnya rekomendasi kebijakan yang dapat di gunakan oleh Direktoral Jenderal Imigrasi dan Stakeholder serta pemangku kepentingan yang terkait dengan Kebijakan Bebas Visa.

2. Output

Rekomendasi kebijakan dan buku hasil pengkajian dan pengembangan tentang upaya jajaran keimigrasian dalam implementasi kebijakan bebas visa.

3. Outcome

1. Tersusunnya Peraturan Menteri Hukum dan HAM tentang implementasi kebijakan bebas visa bagi jajaran keimigrasian.

2. Meningkatnya kinerja jajaran keimigrasian dalam implementasi kebijakan bebas visa serta dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada pengguna layanan.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

10

Page 37: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan

Penelitian/kajian ini didekati dengan pendekatan kualitatif–kuantitatif (mix methode). Pendekatan kualitatif dilakukan sebagai strategi untuk mengumpulkan dan memanfaatkan semua informasi yang terkait dengan pokok permasalahan. Pendekatan kuantitatif dilakukan secara terbatas untuk mengukur tingkat kecenderungan dari jawaban-jawaban informan dan responden yang terkait dengan pokok permasalahan, dengan pentabulasian melalui sistem tally dan distribusi frekuensi, sehingga dapat diketahui gambaran data secara faktual. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode Grounded Research (GR) yaitu suatu metode pengkajian yang mendasarkan kepada fakta yang ditemui di lapangan. Analisa yang digunakan adalah analisa perbandingan, yakni dengan cara membandingkan jawaban dari hasil pengisian kuesioner oleh responden yang bertugas di satu kantor imigrasi dengan kantor imigrasi lainnya yang berbeda lokasi. Sehingga analisis pengkajian ini merupakan gambaran yang mewakili lokasi secara nasional. Hal tersebut bertujuan untuk mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep-konsep, membuktikan penerapan kebijakan dan mengembangkan kebijakan. Pengumpulan data dan informasi serta analisis data dilakukan pada waktu yang bersamaan dengan segera setelah semua data dan informasi diterima.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 11

Page 38: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

2. Tipologi

Sesuai dengan maksud penelitian di atas, maka kegiatan ini termasuk penelitian yang bersifat analisis deskriptif karena akan menggambarkan dan menafsirkan secara nyata tentang kesiapan jajaran keimigrasian dalam menghadapi kebijakan bebas visa dalam upaya peningkatan kinerja organisasi dan kualitas pelayanan terhadap masyarakat.

3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam kegiatan kajian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan berdasarkan penelusuran literatur (library research) dan data primer (field research) yang dikumpulkan dari setiap subjek data (unit/orang). Sedangkan alat pengumpulan data primer adalah angket yang berisi daftar pertanyaan secara tertulis yang ditujukan kepada responden di Kanwil/UPT Kanim yang terpilih sebagai sampel (Kepala Divisi Imigrasi/Kepala UPT Keimigrasian/Pejabat Keimigrasian/Pegawai UPT Imigrasi) baik tertutup (berstruktur)/terbuka (tidak berstruktur) dan pedoman wawancara kepada Pejabat di Divisi Imigrasi Kanwil Kemenkumham.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:1. Observasi (pengamatan) langsung di Unit Pelaksana

Teknis Keimigrasian (UPT Kanim) dan Kanwil Kemenkumham.

2. Wawancara/penyebaran kuesioner. Pengumpulan dengan cara ini dilaksanakan secara langsung kepada

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

12

Page 39: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

responden di Kanim yang terpilih sebagai sampel, terutama Kepala UPT Keimigrasian.

3. Dokumentasi keimigrasian, jurnal, hasil pengkajian dan situs internet. Pelaksanaannya adalah mengum-pulkan beberapa informasi yang berhubungan dengan fokus kajian dan peraturan perundang-undangan dan kebijakan.

4. Teknik Penarikan Sampel

Mengingat penelitian ini menyangkut pada kesiapan jajaran keimigrasian pada kantor wilayah dan UPT keimigrasian, maka yang menjadi populasi adalah kantor wilayah Kementerian Hukum dan HAM RI serta UPT keimigrasian. Dari sekian banyak populasi yang ada, maka ditetapkan penarikan sampel menggunakan metode probability sampling artinya bahwa setiap institusi atau unit dalam populasi mendapat kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai unsur dalam sampel. Kesempatan untuk terpilih tersebut bersifat mandiri (independen) karena tidak akan mempengaruhi kesempatan pada unsur-unsur lainnya.

5. Responden

Responden yang menjadi sumber data kajian adalah Pejabat Eselon II dan III, baik di Divisi Imigrasi di Kanwil dan UPT Kanim yang terpilih sebagai sampel (Kadiv Imigrasi/ Ka. UPT Keimigrasian/ Pejabat Keimigrasian/Pegawai UPT Imigrasi). Jumlah responden di tiap-tiap

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 13

Page 40: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

sampel diharapkan diambil sebanyak-banyaknya, sehingga deskripsi hasil kajian mendekati gambaran pendapat riil di lapangan.

G. Kerangka Teori dan Konsepsional

Budi Winarno3 dan Sholichin Abdul Wahab4 sepakat bahwa istilah ‘kebijakan’ ini penggunaannya sering dipertukarkan dengan istilah-istilah lain seperti tujuan (goals), program, keputusan, undang-undang, ketentuan-ketentuan, standar, proposal dan grand design. Bagi para policy makers (pembuat kebijakan) dan orang-orang yang menggeluti kebijakan, penggunaan istilah-istilah tersebut tidak menimbulkan masalah, tetapi bagi orang di luar struktur pengambilan kebijakan tersebut mungkin akan membingungkan. Kebijakan adalah prinsip atau cara bertindak yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan.5 Menurut Ealau dan Kenneth Prewitt yang dikutip Charles O. Jones, kebijakan adalah sebuah ketetapan yang berlaku yang dicirikan oleh perilaku yang konsisten dan berulang, baik oleh yang membuatnya

3 Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, Yogyakarta: Media Press, 2005.

4 Abdul Wahab Solichin, Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, Jakarta: Bumi Aksara, 2004, hal. 1-2. Dalam hal ini Solichin rupanya tidak membedakan antara kebijaksanaan dan kebijakan, atau bahkan barangkali baginya kebijakan itulah terjemahan dari wisdom.

5 Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik, Bandung: Alfabeta, 2005, hal 7 , lihat juga httpstaff.uny.ac.idsitesdefaultfilesKarya%20B-Buku%20Dasar-dasar%20Kebijakan%20Publik.pdf, diakses 100316, 14.07 wib.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

14

Page 41: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

maupun oleh mereka yang mentaatinya (a standing decision characterized by behavioral consistency and repetitiveness on the part of both those who make it and those who abide it).6 Menurut George C. Edwards III ada empat variabel dalam kebijakan publik yaitu komunikasi (communications), sumber daya (resources), sikap (dispositions atau attitudes) dan struktur birokrasi (bureucratic structure). Keempat faktor di atas harus dilaksanakan secara simultan karena antara satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang erat. Implementasi kebijakan adalah suatu proses dinamik yang mana meliputi interaksi banyak faktor. Sub kategori dari faktor-faktor mendasar ditampilkan sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap implementasi.7

Menurut Teori Implementasi Kebijakan George Edward III yang dikutip oleh Budi winarno, faktor-faktor yang mendukung implementasi kebijakan yaitu:

1) Komunikasi.Ada tiga hal penting yang dibahas dalam proses

komunikasi kebijakan, yakni transmisi, konsistensi, dan kejelasan (clarity). Faktor pertama yang mendukung implementasi kebijakan adalah transmisi. Seorang pejabat yang mengimlementasikan keputusan harus menyadari bahwa suatu keputusan telah dibuat dan suatu perintah

6 Charles O Jones, An Introduction to the Study of Public Policy, (Belmont, CA: Wadswort, 1970).

7 George C, Edward III, Implementing Publik Policy. 1980 Congresinal, Quartely press,..lihat juga.. http://mulyono.staff.uns.ac.id/2009/05/28/model-implementasi-kebijakan-george-edward-iii/.diakses 4 September 2015.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 15

Page 42: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

untuk pelaksanaanya telah dikeluarkan. Faktor kedua yang mendukung implementasi kebijakan adalah kejelasan, yaitu bahwa petunjuk-petunjuk pelaksanaan kebijakan tidak hanya harus diterima oleh para pelaksana kebijakan, tetapi komunikasi tersebut harus jelas. Faktor ketiga yang mendukung implementasi kebijakan adalah konsistensi, yaitu jika implementasi kebijakan ingin berlangsung efektif, maka perintah-perintah pelaksanaan harus konsisten dan jelas.

2) Sumber-sumber.Sumber-sumber penting yang mendukung imple-

mentasi kebijakan meliputi staf yang memadai serta keahlian-keahlian yang baik untuk melaksanakan tugas-tugas mereka, wewenang dan fasilitas-fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan pelayanan publik.

3) Kecenderungan-kecenderungan atau tingkah laku-tingkah laku.

Kecenderungan dari para pelaksana mempunyai konsekuensi-konsekuensi penting bagi implementasi kebijakan yang efektif. Jika para pelaksana bersikap baik terhadap suatu kebijakan tertentu yang dalam hal ini berarti adanya dukungan, kemungkinan besar mereka melaksanakan kebijakan sebagaimana yang diinginkan oleh para pembuat keputusan awal.

4) Struktur birokrasi.Birokrasi merupakan salah satu badan yang paling

sering bahkan secara keseluruhan menjadi pelaksana

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

16

Page 43: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

kebijakan, baik itu struktur pemerintah dan juga organisasi-organisasi swasta (Budi Winarno,2002:126-151).8

H. Variabel, Indikator dan Sumber Data

Dalam kajian yang berjudul ”Upaya Jajaran Keimigrasian Dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa”, variabel utamanya adalah ”upaya keimigrasian”. Namun demikian untuk memperkaya hasil temuan kajian ini nantinya, maka variabel-variabel lain yang dipandang relevan juga akan dikaji. Variabel-variabel dimaksud akan coba ditarik dari setiap pertanyaan penelitian/kajian, sebagaimana tabel dibawah ini:

Tabel 1. Variabel, Indikator, dan Sumber Data

Variabel/Pertanyaan Penelitian

Indikator Sumber Data

Upaya yang dilakukan jajaran keimigrasian dalam mengimplementasikan kebijakan bebas visa

1. SDM 2. Kebijakan 3. Sarana dan

prasarana 4. Pengawasan dan

pengamanan

Kadivim, Ka. UPT Imigrasi, Pejabat Keimigrasian, pegawai keimigrasian

8 http://eprints.uny.ac.id86383BAB%202%20-%2008401241006.pdf, diakses 100316, 14.09 wib.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 17

Page 44: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Manfaat bagi jajaran keimigrasian setelah diimplementasikannya kebijakan bebas visa

1. Ketepatan2. Kemudahan 3. Kesiapan4. Manfaat5. Dampak

Kadivim, Ka. UPT Imigrasi, Pejabat Keimigrasian, pegawai keimigrasian

Kendala-kendala yang dihadapi dalam rangka implementasi kebijakan bebas visa

1. Kendala-kendala2. Upaya keimigrasian

Kadivim, Ka. UPT Imigrasi, Pejabat Keimigrasian, pegawai keimigrasian

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

18

Page 45: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Konsepsi Kebijakan

Umum

Jika kebijakan itu diartikan sebagai semua langkah program yang ditujukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan dengan jalan mempengaruhi variabel-variabel yang berperan bagi tercapainya efektivitas dan kualitas pelayanan, maka kebijakan tersebut tentunya ditujukan untuk menciptakan iklim, suasana serta kerangka pengambilan keputusan secara menyeluruh sedemikian rupa sehingga kegiatan pelayanan yang ada lebih mudah mewujudkan kinerja yang maksimal. Variabel iklim, suasana dan kerangka pengambilan keputusan tersebut secara teknis dapat dilihat sebagai variabel manajemen, sumber daya manusia dan sarana serta prasarana yang terkait dengan bekerjanya kegiatan pelayanan di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 19

Page 46: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

B. Kebijakan

1. Kebijakan Di Bidang Manajemen

Sistem manajemen yang dibutuhkan dalam rangka mewujudkan kegiatan pelayanan yang efektif dan berkualitas haruslah bermuara pada apa yang kita sebut sebagai Total Quality Management. Hal ini berarti bahwa Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, termasuk pula tingkat Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, haruslah melengkapi diri dengan kebijakan-kebijakan operasional yang menjamin bahwa kegiatan pelayanan BVK, dengan memperhatikan beberapa unsur, yakni (1) memfokuskan diri pada fungsi kegiatan, (2) selalu berobsesi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan.

2. Kebijakan Sumber Daya Manusia

Kebijakan dalam bidang Sumber Daya Manusia dalam konteks peningkatan efektivitas dan kualitas kerja, khususnya dalam kegiatan pelayanan yang harus diambil oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, termasuk pula tingkat Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, adalah Kebijakan penempatan dan pemberdayaan petugas menuju pada spesialisasi tugas. Spesialisasi tugas akan membuat pekerjaan menjadi lebih efisien, karena petugas akan melaksanakan fungsi tunggal sehingga konsentrasi dan tanggung jawab mereka akan

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

20

Page 47: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

lebih baik dibandingkan apabila semua petugas bersama-sama melakukan beberapa tugas yang terpisah.

3. Kebijakan di bidang Sarana dan Prasarana

Ada kebijakan di bidang sarana dan prasarana yang terkait dengan peningkatan efektivitas dan kualitas kegiatan pelayanan yang dapat diambil oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, khususnya Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, yakni kebijakan yang mengarah pada permintaan anggaran melalui APBN Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia maupun dari jalur atau sumber-sumber lainnya.

C. Strategi

Menyadari bahwa kondisi efektivitas pelayanan yang ada hingga saat ini belumlah maksimal maka perlu kiranya dilakukan strategi tertentu guna mewujudkan kebijakan-kebijakan pengembangannya.

Namun demikian, perlulah kita sadari bahwa apapun kebijakan yang akan diambil guna meningkatkan efektivitas dan kualitas kegiatan pelayanan haruslah didasari oleh beberapa hal terlebih dahulu, yakni: (1) tekad yang kuat dalam diri setiap pihak yang terkait, (2) harus adanya persepsi kesejajaran prioritas urusan, (3) harus adanya rasa keterbukaan dan saling mendukung di antara unit kerja yang ada, (4) harus adanya mekanisme kontrol yang siap dilaksanakan terhadap tugas dan tanggung jawab tersebut, (5) mekanisme kontrol

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 21

Page 48: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

ini harus dilakukan baik oleh tingkat Pusat maupun Kantor Wilayah yang bersangkutan.

Untuk melakukan suatu perubahan seringkali memang tidaklah mu dah, apalagi bila menyangkut perubahan yang bersifat fundamental dan menyeluruh. Biasanya setiap perubahan (meskipun mengarah pada kebaikan bersama) pasti menghadapi penolakan. Sikap menolak perubahan merupakan perilaku yang umum terjadi. Berkaitan dengan perubahan tersebut, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:1. Perubahan sulit berhasil bila manajemen puncak tidak

menginformasikan proses perubahan secara terus menerus kepada para petugas atau karyawannya;

2. Persepsi petugas atau karyawan atau interpretasinya terhadap perubahan sangat mempengaruhi penolakan terhadap perubahan.

Ada beberapa persyaratan untuk melaksanakan perubahan bagi pengembangan kegiatan pelayanan. Persyaratan tersebut meliputi komitmen dari atasan puncak, dan pembentukan infrastruktur yang mendukung penyebarluasan dan perbaikan berkesinambungan, yakni: (1) Komitmen dari atasan puncak, (2) Komitmen atas sumber daya yang dibutuhkan, (3)Infrastruktur yang mendukung penyebarluasan dan perbaikan berkesinambungan.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

22

Page 49: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

D. Upaya

Berbagai upaya kebijakan yang telah dirancang bagi pengembangan kegiatan pelayanan dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Upaya pengembangan bidang manajemen

Guna mewujudkan kebijakan dalam manajemen, yakni: a. Mewujudkan suatu sistem pelayanan pelayanan yang

berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan sasaran pelayanan melalui kegiatan evaluasi kebutuhan dan kepuasan pengguna jasa tersebut melalui suatu penelitian yang dirancang secara seksama dan ilmiah;

b. Untuk selalu dapat berobsesi pada kualitas pelayanan, maka diperlukan suatu sosialisasi etos kerja terhadapnya dan menerapkan sistem ”reward and punishment” di antara petugas yang bersangkutan sesuai dengan prestasi kerjanya.

2. Upaya di bidang Sumber Daya Manusia

Beberapa kebijakan di bidang Sumber Daya Manusia yang diharapkan dapat meningkatkan kinerja petugas atau karyawan di bidang pelayanan, antara lain adalah:a. Penataan Sumber Daya Manusia, yang dimaksudkan

untuk lebih mengefisiensikan perekrutan sumber daya manusia yang akan dipekerjakan di bidang pelayanan.

b. Penugasan baru bagi petugas atau karyawan yang terpilih perlu segera disahkan dan disertai suatu uraian

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 23

Page 50: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

”job description” yang jelas bahwa mereka mualai saat itu ditempatkan dalam bidang pelayanan pelayanan dan tidak diperkenankan merangkap pekerjaan lain.

c. Jenjang karier dan kepangkatan di bidang pelayanan pelayanan ini kemudian akan diberlakukan sama dengan unit kerja-unit kerja lainnya di lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

3. Upaya di bidang Sarana dan Prasarana

Berbagai upaya yang dapat dilakukan dalam rangka realisasi kebijakan pengembangan kegiatan pelayanan di bidang Sarana dan Prasarana, antara lain adalah:a. Melakukan rencana pengajuan anggaran yang

termasuk diantaranya adalah anggaran bagi peningkatan kebutuhan akan sarana dan prasarana bagi kegiatan pelayanan,

b. Serta meneliti kembali kemungkinan penggunaan atau pengalihan anggaran, sesuai dengan peraturan yang berlaku, yang diperuntukkan bagi pengembangan sarana dan prasarana bagi kegiatan pelayanan.

E. Teori Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan adalah suatu proses dinamik yang mana meliputi interaksi banyak faktor (Grizzle dan Pettijohn, 2002). Pendekatan yang digunakan dalam menganalisis implementasi Performance Based Budgeting ini adalah teori yang dikemukakan oleh George C. Edward III. Menurut Edwards

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

24

Page 51: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

(1980),9 ada empat variabel dalam implementasi kebijakan publik yaitu Komunikasi (communications), Sumberdaya (resources), Sikap (dispositions atau attitudes) dan struktur birokrasi (bureucratic structure). Menurut Edwards (1980), ke empat faktor tersebut harus dilaksanakan secara simultan karena antara satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang erat. Penjelasan ke empat faktor tersebut adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi

Implementasi akan berjalan efektif apabila ukuran-ukuran dan tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang bertanggungjawab dalam pencapaian tujuan kebijakan. Kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan dengan demikian perlu dikomunikasikan secara tepat dengan para pelaksana. Konsistensi atau keseragaman dari ukuran dasar dan tujuan perlu dikomunikasikan sehingga implementors mengetahui secara tepat ukuran maupun tujuan kebijakan itu. Komunikasi dalam organisasi merupakan suatu proses yang amat kompleks dan rumit. Seseorang bisa menahannya hanya untuk kepentingan tertentu, atau

9 Akhmad Zaeni, Implementasi Kebijakan Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Batang Studi Kasus Peningkatan Kesertaan KB Pria Di Kecamatan Gringsing, Tesis, (Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang 2006), Hal. 20,dalamhttp://score.ac.ukdownloadfiles37911715349.pdf, (diakses 11 Maret 2016, pukul 09.41 wib).-----lihat juga Edwards III, George C, Implementing Publik Policy. 1980 Congresinal, Quartely press,

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 25

Page 52: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

menyebarluaskannya. Di samping itu sumber informasi yang berbeda juga akan melahirkan interpretasi yang berbeda pula. Agar implementasi berjalan efektif, siapa yang bertanggungjawab melaksanakan sebuah keputusan harus mengetahui apakah mereka dapat melakukannya. Sesungguhnya implementasi kebijakan harus diterima oleh semua personel dan harus mengerti secara jelas dan akurat mengenahi maksud dan tujuan kebijakan. Jika para aktor pembuat kebijakan telah melihat ketidakjelasan spesifikasi kebijakan sebenarnya mereka tidak mengerti apa sesunguhnya yang akan diarahkan. Para implemetor kebijakan bingung dengan apa yang akan mereka lakukan sehingga jika dipaksakan tidak akan mendapatkan hasil yang optimal. Tidak cukupnya komunikasi kepada para implementor secara serius mempengaruhi implementasi kebijakan.

2. Sumber daya

Tidak menjadi masalah bagaimana jelas dan konsisten implementasi program dan bagaimana akuratnya komunikasi dikirim. Jika personel yang bertanggungjawab untuk melaksanakan program kekurangan sumberdaya dalam melakukan tugasnya. Komponen sumberdaya ini meliputi jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana yang

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

26

Page 53: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana dansarana prasarana.Sumber daya manusia yang tidak memadai (jumlah dan kemampuan) berakibat tidak dapat dilaksanakannya program secara sempurna karena mereka tidak bisa melakukan pengawasan dengan baik. Jika jumlah staf pelaksana kebijakan terbatas maka hal yang harus dilakukan meningkatkan skill/kemampuan para pelaksana untuk melakukan program. Untuk itu perlu adanya manajemen SDM yang baik agar dapat meningkatkan kinerja program. Ketidakmampuan pelaksana program ini disebabkan karena kebijakan konservasi energi merupakan hal yang baru bagi mereka dimana dalam melaksanakan program ini membutuhkan kemampuan yang khusus, paling tidak mereka harus menguasai teknik-teknik kelistrikan. Informasi merupakan sumberdaya penting bagi pelaksanaan kebijakan. Ada dua bentuk informasi yaitu informasi mengenahi bagaimana cara menyelesaikan kebijakan/program serta bagi pelaksana harus mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan dan informasi tentang data pendukung kepetuhan kepada peraturan pemerintah dan undang-undang. Kenyataan di lapangan bahwa tingkat pusat tidak tahu kebutuhan yang diperlukan para pelaksana di lapangan. Kekurangan informasi/pengetahuan bagaimana melaksanakan kebijakan memiliki konsekuensi langsung seperti pelaksana tidak bertanggungjawab, atau pelaksana tidak ada di tempat kerja sehingga menimbulkan in-efisien. Implementasi kebijakan membutuhkan kepatuhan

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 27

Page 54: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

organisasi dan individu terhadap peraturan pemerintah yang ada. Sumber daya lain yang juga penting adalah kewenangan untuk menentukan bagaimana program dilakukan, kewenangan untuk membelanjakan/mengatur keuangan, baik penyediaan uang, pengadaan staf, maupun pengadaan supervisor. Fasilitas yang diperlukan untuk melaksanakan kebijakan/program harus terpenuhi seperti kantor, peralatan, serta dana yang mencukupi. Tanpa fasilitas ini mustahil program dapat berjalan.

3. Disposisi atau Sikap

Salah satu faktor yang mempengaruhi efektifitas implementasi kebijakan adalah sikap implementor. Jika implemetor setuju dengan bagian-bagian isi dari kebijakan maka mereka akan melaksanakan dengan senang hati tetapi jika pandangan mereka berbeda dengan pembuat kebijakan maka proses implementasi akan mengalami banyak masalah. Ada tiga bentuk sikap/respon implementor terhadap kebijakan; kesadaran pelaksana, petunjuk/arahan pelaksana untuk merespon program kearah penerimaan atau penolakan, dan intensitas dari respon tersebut. Para pelaksana mungkin memahami maksud dan sasaran program namun seringkali mengalami kegagalan dalam melaksanakan program secara tepat karena mereka menolak tujuan yang ada didalamnya sehingga secara sembunyi mengalihkan dan menghindari implementasi program. Disamping itu dukungan para pejabat pelaksana sangat dibutuhkan dalam mencapai

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

28

Page 55: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

sasaran program. Dukungan dari pimpinan sangat mempengaruhi pelaksanaan program dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Wujud dari dukungan pimpinan ini adalah Menempatkan kebijakan menjadi prioritas program, penempatan pelaksana dengan orang-orang yang mendukung program, memperhatikan keseimbangan daerah, agama, suku, jenis kelamin dan karakteristik demografi yang lain. Disamping itu penyediaan dana yang cukup guna memberikan insentif bagi para pelaksana program agar mereka mendukung dan bekerja secara total dalam melaksanakan kebijakan/program.

4. Struktur Birokrasi

Membahas badan pelaksana suatu kebijakan, tidak dapat dilepaskan dari struktur birokrasi. Struktur birokrasi adalah karakteristik, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi berulang-ulang dalam badan-badan eksekutif yang mempunyai hubungan baik potensial maupun nyata dengan apa yang mereka miliki dalam menjalankan kebijakan. Kebijakan yang komplek membutuhkan kerjasama banyak orang. Unsur yang mungkin berpengaruh terhadap suatu organisasi dalam implementasi kebijakan diantaranya tingkat pengawasan

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 29

Page 56: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

hierarkhis terhadap keputusan-keputusan sub unit dan proses-proses dalam badan pelaksana.10

Ke empat faktor di atas harus dilaksanakan secara simultan karena antara satu dengan yang lainnya memiliki hubungan yang erat. Tujuan kita adalah meningkatkan pemahaman tentang implementasi kebijakan. Penyederhanaan pengertian dengan cara mem-breakdown (diturunkan) melalui eksplanasi implementasi kedalam komponen prinsip. Implementasi kebijakan adalah suatu proses dinamik yang mana meliputi interaksi banyak faktor. Sub kategori dari faktor-faktor mendasar ditampilkan sehingga dapat diketahui pengaruhnya terhadap implementasi.

10 Ari Eko Widyantoro, Implementasi Performance Based Budgeting: Sebuah Kajian Fenomenologis (Studi Kasus pada Universitas Diponegoro), Tesis, (Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Tahun 2009), hal. 33, ,…..dalam http://score.ac.ukdownloadfiles37911722953.pdf, (diakses 11 Maret 2016, pukul 09.36 wib..lihat juga http://mulyono.staff.uns.ac.id/2009/05/28/model-implementasi-kebijakan-george-edward-iii/ (diakses 4 September 2015).

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

30

Page 57: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Gambar 1. Dampak langsung dan tidak langsung dalam Implementasi

Sumber: George III Edward:implemeting public policy, 1980:148

Bila sumber daya cukup untuk melaksanakan suatu kebijakan dan para implementor mengetahui apa yang harus dilakukan, implementasi masih gagal apabila struktur birokrasi yang ada menghalangi koordinasi yang diperlukan dalam melaksanakan kebijakan. Kebijakan yang komplek membutuhkan kerjasama banyak orang, serta pemborosan sumber daya akan mempengaruhi hasil implementasi. Perubahan yang dilakukan tentunya akan mempengaruhi individu dan secara umum akan mempengaruhi sistem dalam birokrasi.11

11 http://mulyono.staff.uns.ac.id/2009/05/28/model-implementasi-kebijakan-george-edward-iii/ (diakses 4 september 2015).

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 31

Page 58: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Menurut Grindle dalam Samodra12: ”Implementasi kebijakan pada dasarnya ditentukan oleh isi kebijakan dan konteks kebijakan”. Isi kebijakan menunjukkan kedudukan pembuat kebijakan sehingga posisi kedudukan ini akan mempengaruhi prosese implementasi kebijakan, kontek kebijakan ini meliputi kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor-aktor yang terlibat.

Pencapaian keberhasilan suatu kebijakan sangat tergantung pada pelaku yang mempunyai peranan di luar kebijakan. Oleh karena itu dalam menentukan keberhasilan suatu program maka model kesesuaian D.C Korten dalam Tjokrowinoto13merupakan bentuk yang ideal untuk mencapai keberhasilan suatu program/kebijakan. Keberhasilan suatu program juga akan terjadi jika terdapat kesesuaian antara hasil program dengan kebutuhan sasaran, syarat tugas tugas pekerjaan program dengan kemampuan organisasi pelaksana, serta proses pengambilan keputusan organisasi pelaksana dengan sarana pengungkapan kebutuhan sasaran. Keterkaitan antara elemen-elemen dalam pelembagaan dapat digambarkan sebagai berikut:

12 Wibawa Samodra, Evaluasi Kebijakan Publik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994), hal.22-24.

13 Mulyarto Cokrowinoto, Pembangunan, Dilema dan Tantangan, (Yogyakarta: PT Pustaka Pelajar, 1996), hal. 136.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

32

Page 59: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Gambar 2. Teori Pelembagaan Program D. C. Korten

Di dalam gambar terlihat bahwa organisasi sebagai salah satu fokus penelitian harus mempunyai kemampuan menyediakan mekanisme untuk mengkonversikan aspirasi dan kebutuhan obyektif masyarakat menjadi keputusan organisasi, melengkapi organisasi dengan berbagai sumber dan memobilisasikan untuk dapat memenuhi tuntutan pelaksanaan program sedemikian rupa sehingga output program akan disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Untuk memahami kebijakan publik banyak sekali faktor yang mempengaruhi keberhasilan kebijakan. Pada hakekatnya kebijakan publik berada dalam suatu sistem, dimana kebijakan dibuat mencakup hubungan timbal balik antara tiga elemen yaitu kebijakan publik, pelaku kebijakan dan lingkungan

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 33

Page 60: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

kebijakan. Berikut ini skema tiga elemen sebagaimana yang digambarkan W. Dunn.14

Gambar 3. Tiga Elemen sistem kebijakan menurut W.Dunn

Tampak Bahwa kebijakan merupakan serangkaian pilihan yang saling berhubungan yang dibuat oleh pejabat pemerintah dan diformulasikan ke dalam berbagai masalah (isu) yang timbul, sedangkan pelaku kebijakan adalah para individu atau kelompok individu yang mempunyai peran yang dapat dipengaruhi dan mempengaruhi kebijakan. Dari pendapat tersebut dapat diidentifikasi bahwa mekanisme kebijakan menunjukkan adanya keterpengaruhan antara pelaku kebijakan, kebijakan itu sendiri dan lingkungan kebijakan.

14 William Dunn, N., Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: PT Hanindita Graya Widya, 2003), hal. 44.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

34

Page 61: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Hal yang sama juga dinyatakan oleh E.S. Quade15bahwa dalam proses implementasi kebijakan akan terjadi interaksi dan reaksi dari organisasi palaksana, kelompok, sasaran dan faktor-faktor lingkungan yang mengarah pada konflik, sehingga membutuhkan suatu transaksi sebagai umpan balik yang digunakan oleh pengambil keputusan dalam rangka merumuskan suatu kebijakan. Proses implementasi kebijakan ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4. Model Implementasi menurut E.S Quade

15 Quade, E.S, Analisis For Public Decision, (New York: Nort Holland, 1984), hal. 310.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 35

Page 62: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Selanjutnya implementasi kebijakan publik menurut Winarno16 (1998:72): ”Model proses implementasi terdapat 6 (enam) variabel yang membentuk kaitan (Linkage) antara kebijakan dan pencapaian (peformance). Variabel-variabel tersebut merupakan variabel bebas dan variabel terikat yang saling berhubungan satu sama lainnya, adapun keenam variabel tersebut adalah (1) ukuran-ukuran dasar dan tujuan, (2) sumber-sumber, (3) komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksana, (4) karakteristik-karakteristik badan pelaksana, (5) kondisi ekonomi, sosial dan politik, (6) kecenderungan pelaksana-pelaksana. Jadi dalam implementasi kebijakan terdapat variabel-variabel yang saling berhubungan membentuk kaitan antara kebijakan publik dan pencapaian yang diharapkan.

Menurut Daniel Mazmanian dan Paul A.Sabatier dalam Wahab17: ”Mempelajari masalah implementasi kebijakan berarti berusaha untuk memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan yakni peristiwa-peristiwa dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya suatu kebijakan, baik menyangkut usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun usaha-usaha untuk memberikan dampak tertentu pada masyarakat”.

16 Akhmad Zaeni, op. cit.17 Abdul Wahab Sholichin, 2001, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke

ImplementasiKebijakan Negara, (Jakarta: Bumi aksara, 2001), hal. 65.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

36

Page 63: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Konsep mengenai implementasi menurut menurut kamus Webster dalam Wahab18: berasal dari kata to implement (mengimplementasikan) yang juga berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu dan to give practical effect to (menimbulkan dampak atau akibat terhadap sesuatu), termasuk tindakan yang dipilih oleh pemerintah untuk dilaksanakan atau tidak dilaksanakan. Senada dengan pendapat sebelumnya, bahwa variabel organisasi pengimplementasi akan mempengaruhi kebijakan yang ada, dalam implementasi kebijakan sebenarnya disadari bahwa tidak semua alternatif secara komprehensif dapat mengatasi semua permasalahan yang muncul.

Menurut Widaningrum dalam Samodra19menyatakan bahwa ”Tidak setiap kebijakan yang dirumuskan pemerintah dapat dijalankan dengan baik dan membuahkan hasil yang diharapkan”. Disebutkan pula tentang tekanan dari berbagai pihak, dalam hal ini dapat dikatakan juga mengenai pentingnya pengawasan yang dilakukan dalam implementasi kebijakan. Pengertian pengawasan sebagaimana dikemukakan oleh Henry Fayol dalam Lubis (1988:25) menyebutkan: ”…. Dalam setiap usaha, pengawasan terdiri atas tindakan meneliti apakah segala sesuatu tercapai atau berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan berdasarkan intruksi-intruksi yang telah dikeluarkan, prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Pengawasan

18 Abdul Wahab Sholichin, Analisis Kebijakan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), hal. 64.

19 Wibawa Samodra, op.cit, hal. 17.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 37

Page 64: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

bertujuan menunjuk atau menemukan kelemahan-kelemahan itu ….”.

Sejalan dengan hal tersebut penulis akan mengadopsi pendapat George C. Edwards III yang menyatakan bahwa variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan adalah: Komunikasi, Sumber daya, Disposisi dan Struktur birokrasi.

Melihat rumusan pendapat para ahli sebagaimana tersebut di atas, pada dasarnya terdapat unsur kesamaan tujuan yang akan dicapai dalam hal mempelajari implementasi, yaitu kesuksesan implementasi kebijakan. Namun demikian ada sedikit fenomena titik tekan dari masing-masing pendapat, George Edwards III dan Merilee S. Grindle menitik beratkan kajiannya pada mekenisme kinerja implementasi yang berkecenderungan pada pola dari atas ke bawah (top-down), Daniel Mazmanian dan Paul A. Sabatier menekankan pada kerangka analisis implementasi kebijakan, kemudian E.S. Quade dengan memasukkan unsur tekanan dan kepentingan kelompok sasaran (Bottom-up).20

F. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan

Rencana adalah 20% keberhasilan, implementasi adalah 60%, 20% sisanya adalah bagaimana kita mengendalikan implementasi. Implementasi kebijakan adalah hal yang paling berat, karena disini masalah-masalah yang kadang tidak dijumpai dalam konsep, muncul di lapangan. Selain itu,

20 Akhmad Zaeni, op. cit.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

38

Page 65: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

ancaman utama, adalah konsistensi implementasi (Nugroho, 2011).21Berbagai pendekatan dalam implementasi kebijakan, baik terkait dengan implementor, sumber daya, lingkungan, metoda, permasalahan dan tingkat kemajemukan yang dihadapi di masyarakat. Sumber daya manusia sebagai implementor mempunyai peranan yang penting dalam pengendalian implementasi kebijakan publik.Menurut Van Meter dan Van Horn (1975)22, ada enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni: (1) standar dan sasaran kebijakan; (2) sumberdaya; (3) komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas; (4) karakteristik agen pelaksana; (5) disposisi implementor; (6) kondisi sosial, ekonomi dan politik.

1) Standar dan sasaran kebijakan. Setiap kebijakan publik harus mempunyai standar dan suatu sasaran kebijakan jelas dan terukur. Dengan ketentuan tersebut tujuannya dapat terwujudkan. Dalam standard dan sasaran kebijakan tidak jelas, sehingga tidak bias terjadi multi-interpretasi dan mudah menimbulkan kesalah-pahaman dan konflik di antara para agen implementasi.

2) Sumber daya. Dalam suatu implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia (human resources) maupun sumber daya materi (matrial resources) dan sumber daya metoda (method resources). Dari ketiga sumber daya tersebut, yang paling

21 https://arpansiregar.wordpress.com/2013/01/17/model-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-implementasi-kebijakan/, (diakses 15 Maret 2016, pukul 10.15 wib).

22 ibid.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 39

Page 66: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

penting adalah sumber daya manusia, karena disamping sebagai subjek implementasi kebijakan juga termasuk objek kebijakan publik.

3) Hubungan antar organisasi. Dalam banyak program implementasi kebijakan, sebagai realitas dari program kebijakan perlu hubungan yang baik antar instansi yang terkait, yaitu dukungan komunikasi dan koordinasi. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program tersebut. Komunikasi dan koordinasi merupakan salah satu urat nadi dari sebuah organisasi agar program-programnya tersebut dapat direalisasikan dengan tujuan serta sasarannya.

4) Karakteristik agen pelaksana. Dalam suatu implemen-tasi kebijakan agar mencapai keberhasilan maksimal harus diidentifikasikan dan diketahui karakteristik agen pelaksana yang mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, semua itu akan mempengaruhi implementasi suatu program kebijakan yang telah ditentukan.

5) Disposisi implementor. Dalam implementasi kebijakan sikap atau disposisi implementor ini dibedakan menjadi tiga hal, yaitu; (a) respons implementor terhadap kebijakan, yang terkait dengan kemauan implementor untuk melaksanakan kebijakan publik; (b) kondisi, yakni pemahaman terhadap kebijakan yang telah ditetapkan; dan (c) intens disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki tersebut.

6) Kondisi lingkungan sosial, politik dan ekonomi. Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

40

Page 67: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak; bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elite politik mendukung implementasi kebijakan.

Menurut Grindle (1980),23 bahwa keberhasilan implementasi kebijakan publik dipengaruhi oleh dua variabel yang fundamental, yakni isi kebijakan (content of policy) dan lingkungan implementasi (context of implementation).

1) Variabel isi kebijakan. Variabel isi kebijakan mencakup hal sebagai berikut, yaitu; (1) sejauh mana kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan publik; (2) jenis manfaat yang diterima oleh target group; (3) sejauh mana perubahan yang diinginkan oleh kebijakan. Dalam suatu program yang bertujuan mengubah sikap dan perilaku kelompok sasaran relatif lebih sulit diimplementasikan daripada sekedar memberikan bantuan langsung tunai (BLT) kepada sekelompok masyarakat miskin; (4) apakah letak sebuah program sudah tepat; (5) apakah sebuah kebijakan telah menyebutkan implementornya dengan rinci; dan (6) sumberdaya yang disebutkan apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai.

23 ibid.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 41

Page 68: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

2) Variabel lingkungan kebijakan. Variabel lingkungan kebijakan mencakup hal-hal sebagai berikut; (1) seberapa besar kekuatan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan; (2) karakteristik institusi dan rezim yang sedang berkuasa; (3) tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

Menurut Mazmanian dan Sabatier (1983),24 ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni: (1) karakteristik dari masalah (tractability of the problems); (2) karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute to structure implementation); (3) variabel lingkungan (nonstatutory variables affecting implementations).

Karakteristik masalah:

1) Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. Di satu pihak ada beberapa masalah sosial secara teknis mudah dipecahkan, seperti kekurangan persediaan air minum bagi penduduk atau harga beras tiba-tiba naik. Di pihak lain terdapat masalah-masalah sosial yang sulit dipecahkan, seperti kemiskinan, pengangguran, korupsi dan sebagainya. Oleh karena itu, sifat masalah itu sendiri akan mempengaruhi mudah tidaknya suatu program diimplementasikan.

2) Tingkat kemajemukan kelompok sasaran. Ini berarti bahwa suatu program relatif mudah diimplementasikan apabila

24 ibid.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

42

Page 69: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

kelompok sasarannya homogen. Sebaliknya, apabila kelompok sasarannya heterogen, maka implementasi program akan relatif lebih sulit, karena tingkat pemahaman setiap anggota kelompok sasaran program relatif berbeda.

3) Proporsi kelompok sasaran terhadap total populasi. Sebuah program akan relatif sulit diimplementasikan apabila sasarannya mencakup semua populasi. Sebaliknya, sebuah program relatif mudah diimplementasikan apabila kelompok sasarannya tidak terlalu besar.

4) Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Sebuah program yang bertujuan memberikan pengetahuan atau bersifat kognitif akan relatif mudah diimplementasikan daripada program yang bertujuan mengubah sikap dan perilaku masyarakat. Sebagai contoh, implementasi Undang-Undang No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sulit diimplementasikan karena menyangkut perubahan perilaku masyarakat dalam berlalu lintas.

Karakteristik kebijakan:

1) Kejelasan isi kebijakan. Ini berarti semakin jelas dan rinci isi sebuah kebijakan akan mudah diimplementasikan karena implementor mudah memahami dan menterjemahkan dalam tindakan nyata. Sebaliknya, ketidakjelasan isi kebijakan merupakan potensi lahirnya distorsi dalam implementasi kebijakan.

2) Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoritis. Kebijakan yang memiliki dasar teoritis memiliki

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 43

Page 70: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

sifat yang lebih mantap karena sudah teruji, walaupun beberapa lingkungan sosial tertentu perlu ada modifikasi.

3) Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut. Sumberdaya keuangan adalah faktor krusial untuk setiap program sosial. Setiap program juga memerlukan dukungan staf untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan administrasi dan teknis, serta memonitor program, yang semuanya itu perlu biaya.

4) Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana. Kegagalan program sering disebabkan kurangnya koordinasi vertikal dan horizontal antar instansi yang terlibat dalam implementasi program.

5) Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana.

6) Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan. Kasus korupsi yang terjadi di negara-negara dunia ketiga, khususnya Indonesia salah satu sebabnya adalah rendahnya tingkat komitmen aparat untuk melaksanakan tugas dan pekerjaan atau program-program

7) Seberapa luas akses kelompok-kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan. Suatu program yang memberikan peluang luas bagi masyarakat untuk terlibat, relatif mendapat dukungan daripada program yang tidak melibatkan masyarakat. Masyarakat akan merasa terasing atau teralienasi apabila hanya menjadi penonton terhadap program yang ada di wilayahnya.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

44

Page 71: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Lingkungan kebijakan:

1) Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi. Masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik relatif lebih mudah menerima program pembaruan dibanding dengan masyarakat yang masih tertutup dan tradisional. Demikian juga, kemajuan teknologi akan membantu dalam proses keberhasilan implementasi program, karena program-program tersebut dapat disosialisasikan dan diimplementasikan dengan bantuan teknologi modern.

2) Dukungan publik terhadap suatu kebijakan. Kebijakan yang memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik. Sebaliknya, kebijakan yang bersifat dis-insentif seperti kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) atau kenaikan pajak akan kurang mendapat dukungan publik.

3) Sikap kelompok pemilih (constituency groups). Kelompok pemilih yang ada dalam masyarakat dapat mempengaruhi implementasi kebijakan melalui berbagai cara antara lain; (1) kelompok pemilih dapat melakukan intervensi terhadap keputusan yang dibuat badan-badan pelaksana melalui berbagai komentar dengan maksud mengubah keputusan; (2) kelompok pemilih dapat memiliki kemampuan untuk mempengaruhi badan-badan pelaksana secara tidak langsung melalui kritik yang dipublikasikan terhadap kinerja badan-badan pelaksana, dan membuat pernyataan yang ditujukan kepada badan legislatif.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 45

Page 72: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

4) Tingkat komitmen dan ketrampilan dari aparat dan implementor. Pada akhirnya, komitmen aparat pelaksana untuk merealisasikan tujuan yang telah tertuang dalam kebijakan adalah variabel yang paling krusial. Aparat badan pelaksana harus memiliki ketrampilan dalam membuat prioritas tujuan dan selanjutnya merealisasikan prioritas tujuan tersebut.

G. Keimigrasian

Dalam Pasal 1 UU Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian disebutkan bahwa: ”Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya kedaulatan negara”.Fungsi Keimigrasian adalah bagian dari urusan pemerintahan negara dalam memberikan pelayanan Keimigrasian, penegakan hukum, keamanan negara, dan fasilitator pembangunan kesejahteraan masyarakat. (pasal 1 angka 3 UU Keimigrasian).Sesuai dengan makna yang tersurat dalam Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01-PW.09.02 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pengolahan Data dan Informasi Keimigrasian dinyatakan bahwa Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian adalah suatu kesatuan dari berbagai proses pengumpulan, pengolahan dan penyampaian data guna mendapatkan ingormasi keimigrasian untuk bahan pengambilan keputusan dan penetapan kebijakan pimpinan lebih lanjut.Memperhatikan rumusan tersebut di atas, maka sistem informasi manajemen keimigrasian mempunyai peranan strategis dalam melayani dan mengendalikan arus keluar dan

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

46

Page 73: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

masuknya informasi keimigrasian sebagai bahan pengambilan dan penetapan kebijakan pimpinan yang menyangkut hal ikhwal keimigrasian.Sistem informasi manajemen keimigrasian pada awalnya diberlakukan pada tahun 1980 melalui petunjuk pelaksanaan Direktur Jenderal Imigrasi Nomor 156/Sek/VIII/1980 tanggal 6 Juni 1980 tentang Petunjuk Pelaksanaan Terperinci mengenai penerapan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian (SIMKIM). Kemudian setelah adanya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992, sistem informasi manajemen keimigrasian ini dipertegas kembali melalui Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01-PW.09.02 Tahun 1995 Tentang Tata Cara Pengolahan dan Informasi Keimigrasian.

Jika dilihat secara seksama, Surat Keputusan Menteri Kehakiman tahun 1995 tersebut diatas, tidak secara eksplisit menyatakan pemberlakuan sistem informasi manajemen keimigrasian di jajaran Ditjen Imigrasi. Dalam konsiderans ”Menimbang” dinyatakan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan, penerapan dan penegakan hukum, serta guna menunjang tugas pokok Direktorat Jenderal Imigrasi melalui proses Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian (SIMIKIM), perlu dilakukan pengumpulan, pengolahan dan penyimpanan data baik secara manual maupun elektronik untuk menghasilkan informasi. Namun jika ditinjau dari pengertian sistem informasi manajemen keimigrasian di atas, maka tata cara pengolahan data dan informasi keimigrasian adalah merupakan pelaksanaan sistem informasi manajemen keimigrasian. Selanjutnya Keputusan Kehakiman tentang pelaksanaan sistem informasi manajemen keimigrasian ini ditindaklanjuti dengan pentunjuk Pelaksanaan Dirjen

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 47

Page 74: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Imigrasi No. F-316.PR.01.04 Tahun 1995 tentang Sumber Data, Pengolahan Data dan Penyampaian Laporan.Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian, maka secara tegas sistem informasi keimigrasian disebutkan dalam Pasal 1 angka 10 yang menentukan bahwa:”Sistem informasi manajemen keimigrasian adalah sistem teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah dan menyajikan informasi guna mendukung operasional, manajemen dan pengambilan keputusan dalam melaksanakan fungsi keimigrasian”.

Selanjutnya pada Bagian kedua khususnya Pasal 7 dan Pasal 8 yang menentukan pula bahwa:1. Direktur Jenderal bertanggung jawab menyusun dan

mengelola sistem informasi manajemen keimigrasian sebagai sarana pelaksanaan fungsi keimigrasian di dalam atau di luar wilayah Indonesia;

2. Sistem informasi manajemen keimigrasian dapat diakses oleh instansi dan/atau lembaga pemerintahan terkait sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sistem informasi manajemen keimigrasian merupakan satu kesatuan dari berbagai proses pengelolaan data dan informasi, aplikasi serta perangkat berbasis teknologi informasi dan komunikasi yang dibangun untuk menyatukan dan menghubungkan sistem informasi pada seluruh pelaksanan fungsi keimigrasian secara terpadu sebagaimana disebutkan dalam penjelasan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011.Hal yang menjadi sumber data dalam sistem informasi manajemen keimigrasian

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

48

Page 75: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

ini adalah asal usul data baik berbentuk formulir atau kartu tertentu, dokumen maupun media elektronik lainnya untuk menghasilkan informasi keimigrasian. Dalam implementasi pengolahan data dapat dilakukan baik secara manual maupun elektronik (komputer). Namun semikian mengingat realitas yang ada bahwa kemajuan perkembangan teknologi yang telah merubah cara kerja masyarakat dalam aktivitasnya sehari-hari karena menawarkan berbagai macam fasilitas dan kemudahan-kemudahan serta mengingat derasnya arus masuk dan keluarnya data dan informasi, maka era konvensional dalam mengolah data secara manual sudah bukan zamannya lagi.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka sistem informasi manajemen keimigrasian yang dilaksanakan saat ini terdiri dari:1. Sistem Keimigrasian Warga negara Indonesia yang

meliputi:a. Sub sistem lalulintas warga negara Indonesiab. Sub sistem pasportc. Sub sistem lintas batas

2. Sistem keimigrasian orang asing yang meliputi:a. Sub sistem pengunjung singkat

1) Sub-sub sistem pengunjung singkat2) Sub-sub sistem ijin tinggal terbatas

b. Sub sistem lalu lintas orang asing1) Sub-sub sistem orang asing2) Sub-sub sistem ijin tinggal tetap

3. Sistem pengamanan keimigrasian yang meliputi:a. Sub sistem penyidikan

1) Sub-sub sistem penyidikan warga negara Indonesia

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 49

Page 76: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

2) Sub-sub sistem penyidikan orang asing3) Sub-sub sistem kerjasama internasional

b. Sub sistem pencegahan dan penangkalan

Pembangunan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian ditujukan untuk memberikan kemudahan-kenudahan dalam pelaksanaan tugas di lingkungan Imigrasi. Oleh karena itu secara konseptual dapat dikatakan bahwa tujuan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian adalah:1. memberikan kemudahan dan peningkatan pelayanan

keimigrasian.2. memberikan kemudahan dan intensivikasi pengawasan.3. memberikan kemudahan dan transparansi laporan dan

pengendalian.

Guna mencapai tujuan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian di atas, maka dilakukan hal-hal sebagai berikut:1. Merancang dan mengembangkan sistem dan prosedur

standar untuk setiap jenis kegiatan pelayanan dan pengawasan keimigrasian.

2. Mengembangkan sistem data base keimigrasian yang tepat guna dan terpadu yang meliputi seluruh jajaran keimigrasian.

3. Mengembangkan sistem dokumentasi keimigrasian yang efisien.

4. Mengembangkan sistem pelaporan yang cepat, lengkap, akurat dan tepat waktu.

5. Mengembangkan sistem pengendalian yang efektif.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

50

Page 77: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

6. Meningkatkan kuantitas dan kualitas sumber daya manusia dibidang teknologi informasi dan komunikasi di seluruh jajaran imigrasi.

7. membantu meningkatkan pendapatan negara khususnya Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

8. Berpartisipasi dalam sistem informasi manajemen nasional.

9. Mengantisipasi pengembangan sistem keimigrasian Internasional.

Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian ini mempunyai ruang lingkup sebagai berikut:1. Sistem pencegahan dan penangkalan (CEKAL).2. Sistem kedatangan dan keberangkatan.3. Sistem identifikasi sidik jari.4. Sistem penerbitan dokumen imigrasi dan paspor RI.5. Sistem manajemen data imigrasi.6. Sistem pemantauan dan pelaporan imigrasi.7. Sistem informasi eksekutif imigrasi.

Sistem pencegahan dan penangkalan berfungsi untuk mengatur pencatatan dan perubahan data orang asing yang dikenakan pencegahan dan penangkalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Tujuannya adalah:1. Mencatat dan merubah data pencegahan dan penangkalan

di pusat Direktorat Jenderal Imigrasi.2. Mendistribusikan data dan perubahan data cekal secara

cepat.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 51

Page 78: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

3. Mendukung pemeriksaan kedatangan dan atau keberangkatan di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI). Pengeluaran paspor, dokumen keimigrasian, perizinan, visa secara cepat dan tepat.

4. Menyediakan infomasi peringatan dini tentang jangka waktu cekal yang hampir habis masa berlakunya.

Selanjutnya sistem kedatangan dan keberangkatan adalah untuk mendukung pengaturan dan pemrosesan sistem kedatangan dan keberangkatan pada setiap Tempat Pemeriksaan Imigrasi seperti pelabuhan udara, pelabuhan laut, pos lintas batas (boarder crossing post). Sistem ini bertujuan untuk memantau lalulintas keimigrasian dan melakukan tindakan pencegahan dan penangkalan.

Adapun fungsi sistem ini adalah:1. Menyimpan data pemegang paspor WNI serta data

pemegang visa/non visa WNA.2. Memeriksa status data cekal untuk WNI dan WNA.3. Memeriksa status perizinan keimigrasian WNI yang

hendak berangkat ke luar negeri.4. Memberikan informasi kepada Tempat Pemeriksaan

Imigrasi atas keberadaan seseorang yang dikenai cegah tangkal bagi WNA yang sudah habis masa tinggalnya di indonesia.

5. Menyajikan sistem administrasi pelaporan dan data harian, bul;anan mengenai kedatangan dan keberangkatan.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

52

Page 79: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Sistem Indentifikasi Sidik Jari merupakan sistem yang sangat penting dan relevan untuk tugas pengawasan. Sistem ini berfungsi untuk:1. Menghindari duplikasi dalam penerbitan paspor dan

dokumen keimigrasian seperti Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS) dan Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP).

2. Pendeteksian kasus khusus di Tempat Pemeriksaan Imigrasi misalnya bila terdapat keraguan tentang seseorang pemegang paspor RI.Sistem penerbitan dokumen imirasi dan paspor RI berguna

untuk mendukung manajemen data dokumen imigrasi dan paspor yang mengacu kepada Standar Operation Prosedur atau tata cara yang standar untuk penerbitan dokumen dan pelayanan sejenis.

Sistem manajemen data imigrasi menyediakan bermacam-macam jenis data keimigrasian dan pelaporan pelayanan serta untuk menjamin keamanan dan prosedur yang terkait dengan pengoperasian sehari-hari. Sistem ini bertujuan untuk:1. Menyediakan laporan dan informasi keseluruhan tentang

data-data yang diperlukan secara regular atau periodik.2. Menyediakan data/informasi untuk keperluan khusus

(based on request) baik untuk keperluan internal maupun inter departemental.

3. Pembatasan akses pelaksanaan dan pemantauan berdasarkan sistem pengawasan oprasional dan keamanan negara dalam mengakses data serta memperbaharui data.

Sistem pemantauan dan pelaporan imigrasi menyediakan prosedur pemrosesan data elektronik yang diperlukan guna

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 53

Page 80: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

dicatat, disimpan dan dilaporkan atau ditindak lanjuti untuk keperluan administrasi dan pelaksanaan pengawasan dan penindakan. Sistem ini bertujuan:1. Menyediakan laporan elektronik guna pemasukan data

untuk disimpan dan dicatat dalam seluruh proses dan prosedur pengawasan dan penindakan.

2. Membantu pemakaian sistem dalam mencari dan memperbaharui catatan pengawasan dan penindakan.

Sistem informasi eksekutif imigrasi membantu mengelompokkan jenis-jenis operasional imigrasi secara keseluruhan dengan cara mengumpulkan, memilah serta menganalisa data yang akan dipresentasikan kepada ekesekutif untuk keperluan manajemen. Sistem ini bertujuan untuk:1. Menyediakan data induk dan proses pelaporan.2. Menyediakan informasi dasar yang menghasilkan petunjuk

kepada arsu pergerakan manusia.3. Menyediakan informasi statistik untuk membantu para

eksekutif dalam membuat keputusan atau kebijakan.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

54

Page 81: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

BAB IIIHASIL PENELITIAN LAPANGAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Sejarah Keimigrasian25

a. Zaman Penjajahan

Kekayaan sumber daya alam, khususnya sebagai penghasil komoditas perkebunan yang diperdagangkan di pasar dunia, menjadikan wilayah Indonesia yang sebagian besar dikuasai oleh Hindia Belanda menarik berbagai negara asing untuk turut serta mengembangkan bisnis perdagangan komoditas perkebunan. Untuk mengatur arus kedatangan warga asing ke wilayah Hindia Belanda, pemerintah kolonial pada tahun 1913 membentuk kantor Sekretaris Komisi Imigrasi dan karena tugas

25 http://www.imigrasi.go.id/index.php/profil/sejarah, (diakses 30 Juni 2016, pukul 13.41 WIB).

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 55

Page 82: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

dan fungsinya terus berkembang, pada tahun 1921 kantor sekretaris komisi imigrasi diubah menjadi immigratie dients (dinas imigrasi).Dinas imigrasi pada masa pemerintahan penjajahan Hindia Belanda ini berada di bawah Direktur Yustisi, yang dalam susunan organisasinya terlihat pembentukan afdeling-afdeling(bagian) seperti afdeling visa dan afdeling lain-lain yang diperlukan. Corps ambtenaar immigratie diperluas. Tenaga-tenaga berpengalaman serta berpendidikan tinggi dipekerjakan di pusat. Tidak sedikit di antaranya adalah tenaga-tenaga kiriman dari negeri Belanda (uitgezonden krachten). Semua posisi kunci jawatan imigrasi berada di tangan para pejabat Belanda. Kebijakan keimigrasian yang ditetapkan oleh pemerintah Hindia Belanda adalah politik pintu terbuka (opendeur politiek). Melalui kebijakan ini, pemerintah Hindia Belanda membuka seluas-luasnya bagi orang asing untuk masuk, tinggal, dan menjadi warga Hindia Belanda. Maksud utama dari diterapkannya kebijakan imigrasi ”pintu terbuka” adalah memperoleh sekutu dan investor dari berbagai negara dalam rangka mengembangkan ekspor komoditas perkebunan di wilayah Hindia Belanda. Selain itu, keberadaan warga asing juga dapat dimanfaatkan untuk bersama-sama mengeksploitasi dan menekan penduduk pribumi. Walaupun terus berkembang (penambahan kantor dinas imigrasi di berbagai daerah), namun struktur organisasi dinas imigrasi pemerintah Hindia Belanda relatif sederhana.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

56

Page 83: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Hal ini diduga berkaitan dengan masih relatif sedikitnya lalu lintas kedatangan dan keberangkatan dari dan/atau keluar negeri pada saat itu. Bidang keimigrasian yang ditangani semasa pemerintahan Hindia Belanda hanya 3 (tiga), yaitu: (a) bidang perizinan masuk dan tinggal orang; (b) bidang kependudukan orang asing; dan (c) bidang kewarganegaraan. Untuk mengatur ketiga bidang tersebut, peraturan pemerintah yang digunakan adalah Toelatings Besluit (1916); Toelatings Ordonnantie (1917); dan Paspor Regelings (1918).

b. Era Revolusi Kemerdekaan

Era kolonialisasi Hindia Belanda mulai berakhir bersamaan dengan masuknya Jepang ke wilayah Indonesia pada tahun 1942. Namun pada masa pendudukan Jepang hampir tidak ada perubahan yang mendasar dalam peraturan keimigrasian. Dengan kata lain, selama pendudukan Jepang, produk hukum keimigrasian Hindia Belanda masih digunakan. Eksistensi pentingnya peraturan keimigrasian mencapai momentumnya pada saat Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya pada 17 Agustus 1945.Ada 4 (empat) peristiwa penting pasca proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang terkait dengan keimigrasian, yaitu: (1) Repatriasi APWI dan serdadu Jepang; dalam peristiwa ini ditandai dengan pengangkutan ex APWI dan pelucutan serta pengangkutan serdadu Jepang di Jawa Tengah khususnya, di pulau Jawa dan Indonesia umumnya

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 57

Page 84: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

yang ditangani oleh Panitia Oeroesan Pengangkoetan Djepang (POPDA); (2) Kegiatan barter, pembelian senjata dan pesawat terbang; pada masa Revolusi Kemerdekaan para pejuang sering bepergian ke luar negeri, misal masuk ke Singapore dan Malaysia, masih tanpa paspor; (3) Perjuangan Diplomasi; diawali dengan penyelenggaraan Inter Asian Conference di New Delhi. Dalam kesempatan itu Kementerian Luar Negeri Indonesia akhirnya berhasil mengeluarkan ”Surat Keterangan dianggap sebagai paspor” sebagai dokumen perjalanan antar negara yang pertama setelah kemerdekaan bagi misi pemerintah Indonesia yang sah dalam konferensi tersebut. Delegasi Indonesia yang dipimpin oleh H. Agus Salim ikut memperkenalkan ”Paspor Diplomatik” pemerintah Indonesia kepada dunia Internasional; dan (4) Keimigrasian di Aceh; Aceh sebagai satu-satunya wilayah Indonesia yang tidak pernah diduduki Belanda, sejak tahun 1945 telah mendirikan kantor imigrasi di lima kota dan terus beroperasi selama masa revolusi kemerdekaan. Pendirian kantor imigrasi di Aceh sejak tahun 1945 adalah oleh Amirudin. Peristiwa cukup penting pada masa ini, Jawatan Imigrasi yang sejak semula di bawah Departemen Kehakiman, pada tahun 1947 pernah beralih menjadi di bawah kekuasaan Departemen Luar Negeri. Selain itu, untuk mengatasi kevakuman hukum, peraturan perundang-undangan keimigrasian produk pemerintah Hindia Belanda harus dicabut dan digantikan dengan produk hukum yang selaras

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

58

Page 85: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

dengan jiwa kemerdekaan. Selama masa revolusi kemerdekaan ada dua produk hukum Hindia Belanda yang terkait dengan keimigrasian dicabut, yaitu (a) Toelatings Besluit (1916) diubah menjadi Penetapan Ijin Masuk (PIM) yang dimasukkan dalam Lembaran Negara Nomor 330 Tahun 1949, dan (b) Toelatings Ordonnantie (1917) diubah menjadi Ordonansi Ijin Masuk (OIM) dalam Lembaran Negara Nomor 331 Tahun 1949. Selama masa revolusi kemerdekaan lembaga keimigrasian masih menggunakan struktur organisasi dan tata kerja dinas imigrasi (Immigratie Dients) peninggalan Hindia Belanda.

c. Era Republik Indonesia Serikat (RIS)

Era Republik Indonesia Serikat merupakan mo men puncak dari sejarah panjang perjalanan pembentukan lembaga keimigrasian di Indonesia. Di era inilah dinas imigrasi produk Hindia Belanda diserahterimakan kepada pemerintah Indonesia pada tanggal 26 Januari 1950. Struktur organisasi dan tata kerja serta beberapa produk hukum pemerintah Hindia Belanda terkait keimigrasian masih dipergunakan sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan bangsa Indonesia. Kepala Jawatan Imigrasi untuk pertama kalinya dipegang oleh putra pribumi, yaitu Mr. H.J Adiwinata. Struktur organisasi jawatan imigrasi meneruskan struktur immigratie dients yang lama, sedangkan susunan jawatan imigrasi masih sederhana dan berada dalam koordinasi Menteri Kehakiman,

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 59

Page 86: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

baik operasional-taktis, administratif, maupun organisatoris. Pada permulaan tahun 1950, sebagai bangsa yang baru merdeka dan masih dalam suasana pergolakan, tentunya sarana dan prasarana penunjang jawatan imigrasi pada saat itu masih sangat terbatas dan sederhana. Kesulitan yang dirasakan sangat mendasar adalah masih sangat sedikitnya putra pribumi yang memahami tugas dan fungsi keimigrasian. Untuk itu, sebagai bagian dari periode transisi, jawatan imigrasi masih menggunakan pegawai berkebangsaan Belanda. Dari 459 orang yang bekerja di jawatan imigrasi di seluruh Indonesia, 160 orang adalah orang Belanda. Peraturan perundang-undangan yang dipakai sebagai dasar oleh jawatan imigrasi RIS adalah masih warisan dari Pemerintah Hindia Belanda, yaitu: (a) Indische Staatsregeling, (b) Toelatings Besluit, (c) Toelatings Ordonnantie.Dalam masa yang relatif singkat, jawatan imigrasi pada era Republik Indonesia Serikat telah menerbitkan 3 (tiga) produk hukum, yaitu (a) Keputusan Menteri Kehakiman RIS Nomor JZ/239/12 tanggal 12 Juli 1950 yang mengatur mengenai pelaporan penumpang kepada pimpinan bea cukai apabila mendarat di pelabuhan yang belum ditetapkan secara resmi sebagai pelabuhan pendaratan, (b) Undang-Undang Darurat RIS Nomor 40 Tahun 1950 tentang Surat Perjalanan Republik Indonesia, dan (c) Undang-Undang Darurat RIS Nomor 42 Tahun 1950 tentang Bea Imigrasi (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 77).

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

60

Page 87: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

d. Era Demokrasi Parlementer

Periode krusial pada era Republik Indonesia Serikat berlanjut pada Era Demokrasi Parlementer, yang salah satunya terkait dengan berakhirnya kontrak kerja pegawai keturunan Belanda pada akhir tahun 1952. Berakhirnya kontrak kerja mereka menjadi persoalan penting karena pada saat itu pemerintah Indonesia sedang bergerak cepat mengembangkan jawatan imigrasi. Pada periode 1950-1960 jawatan imigrasi berusaha membuka kantor-kantor dan kantor cabang imigrasi, serta penunjukan pelabuhan-pelabuhan pendaratan yang baru.Pada dasawarsa imigrasi tepatnya 26 Januari 1960, jawatan imigrasi telah berhasil mengembangkan organisasinya dengan pembentukan Kantor Pusat Jawatan Imigrasi di Jakarta, 26 kantor imigrasi daerah, 3 kantor cabang imigrasi, 1 kantor inspektorat imigrasi dan 7 pos imigrasi di luar negeri. Di bidang sumber daya manusia (SDM) keimigrasian, pada bulan Januari 1960 jumlah total pegawai jawatan imigrasi telah meningkat menjadi 1256 orang yang kesemuanya putra-putri Indonesia, mencakup pejabat administratif dan pejabat teknis keimigrasian. Di bidang pengaturan keimigrasian, mulai periode ini pemerintah Indonesia memiliki kebebasan untuk mengubah kebijaksanaan opendeur politiek imigrasi kolonial menjadi kebijaksanaan yang sifatnya selektif atau saringan (selective policy). Kebijakan selektif didasarkan pada perlindungan kepentingan nasional dan lebih menekankan prinsip

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 61

Page 88: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

pemberian perlindungan yang lebih besar kepada warga negara Indonesia. Pendekatan yang dipergunakan dan dilaksanakan secara simultan meliputi pendekatan kesejahteraan (prosperity approach) dan pendekatan keamanan (security approach). Beberapa pengaturan keimigrasian antara lain yang diterbitkan: (1) pengaturan lalu lintas keimigrasian, yaitu pemeriksaan dokumen keimigrasian penumpang dan crew kapal laut yang dari luar negeri dilakukan di atas kapal selama pelayaran kapal, (2) Pengaturan di bidang kependudukan orang asing, dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 9 Tahun 1955 tentang Kependudukan Orang Asing (Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Nomor 812), (3) Pengaturan di bidang pengawasan orang asing, dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 9 Tahun 1953 tentang Pengawasan Orang Asing (Lembaran Negara Tahun 1953 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Nomor 463), (4) Pengaturan mengenai delik/perbuatan pidana/peristiwa pidana/tindak pidana di bidang keimigrasian, dengan disahkannya Undang-Undang Darurat Nomor 8 Darurat Tahun 1955 tentang Tindak Pidana Imigrasi (Lembaran Negara Tahun 1955 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Nomor 807), (5) Pengaturan di bidang kewarganegaraan, pada periode ini disahkan produk perundangan penting mengenai kewarganegaraan yakni Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1958 tentang Persetujuan Antara Republik

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

62

Page 89: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Indonesia Dan Republik Rakyat Tiongkok Mengenai Soal Dwikewarganegaraan (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor), (6) dan Undang-Undang Nomor 62 Tahun 1958 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 113, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1647), (7) Masalah kewarganegaraan turunan Cina, (8) Pelaksanaan Pendaftaran Orang Asing (POA). Selain itu pada era ini, produk hukum yang terkait dengan keimigrasian juga secara bertahap mulai dibenahi, seperti visa, paspor dan surat jalan antar negara, penanganan tindak pidana keimigrasian, pendaftaran orang asing, dan kewarganegaraan. Salah satu produk hukum penting yang dikeluarkan selama era Demokrasi Parlementer adalah penggantian Paspor Regelings (1918) menjadi Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1959 tentang Surat Perjalanan Republik Indonesia (Lembaran Negara Tahun 1959 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1799).

e. Era Orde Baru

Era pemerintahan Orde Baru adalah yang terpanjang sejak Indonesia merdeka. Masa pemerintahan yang cukup panjang tersebut turut memberikan kontribusi besar terhadap pemantapan lembaga keimigrasian, walaupun dalam pelaksanaannya mengalami beberapa kali penggantian induk organisasi. Stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi selama era Orde Baru mendorong lembaga keimigrasian di

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 63

Page 90: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Indonesia untuk semakin berkembang dan profesional dalam melayani masyarakat. Pada era ini terjadi beberapa kali perubahan organisasi kabinet dan pembagian tugas departemen, yang pada gilirannya membawa perubahan terhadap organisasi jajaran imigrasi. Pada tanggal 3 November 1966 ditetapkan kebijakan tentang Struktur Organisasi dan Pembagian Tugas Departemen, yang mengubah kelembagaan Direktorat Imigrasi sebagai salah satu pelaksana utama Departemen Kehakiman menjadi Direktorat Jenderal Imigrasi yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Imigrasi. Perubahan inipun berlanjut dengan pembangunan sarana fisik di lingkungan Direktorat Jenderal Imigrasi yang luas. Pembangunan gedung kantor, rumah dinas, pos imigrasi maupun asrama tahanan dijalankan tahun demi tahun. Di bidang SDM dan pembinaan karier, sistem penempatan dan pembinaan karier pegawai yang direkrut Direktorat Jenderal Imigrasi yang zig zag, tidak terpaku di satu pos, diteruskan. Sistem pembinaan karir di bidang imigrasi juga terus disempurnakan dengan tetap mengedepankan prinsip profesionalisme dan keadilan.Beban kerja yang semakin meningkat dan kebutuhan akan akurasi data, mendorong Direktorat Jenderal Imigrasi untuk segera menerapkan sistem komputerisasi di bidang imigrasi. Pada awal tahun 1978 untuk pertama kalinya dibangunlah sistem komputerisasi di Direktorat Jenderal Imigrasi, sedangkan penggunaan komputer pada sistem informasi keimigrasian dimulai

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

64

Page 91: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

pada tanggal 1 Januari 1979. Di bidang peraturan perundangan keimigrasian pada masa Orde Baru, dalam rangka mendukung program Pembangunan Nasional Pemerintah, banyak produk regulasi keimigrasian yang dibuat untuk mengefisienkan pelayanan keimigrasian dan/atau untuk mendukung berbagai sektor pembangunan, antara lain pengaturan terkait: (1) pelayanan jasa keimigrasian, (2) penyelesaian dokumen pendaratan di atas pesawat jemaah haji 1974, (3) penyelesaian pemeriksaan dokumen di pesawat garuda Jakarta-Tokyo, (4) perbaikan kualitas cetak paspor, (5) pengaturan masalah lintas batas, (6) pengaturan dispensasi fasilitas keimigrasian, (7) penanganan TKI gelap di daerah perbatasan, (8) pengaturan penyelenggaraan umroh, (9) pengaturan masalah pencegahan dan penangkalan, (10) pengaturan keimigrasian di sektor ketenagakerjaan, (11) pengaturan visa tahun 1979, (12) masalah orang asing yang masuk ke dan atau tinggal di wilayah Indonesia secara tidak sah, (13) penghapusan exit permit bagi WNI. Di masa Orde Baru ini yang tidak bisa dilupakan adalah lahirnya Undang-Undang Keimigrasian baru yaitu Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3474), yang disahkan oleh DPR pada tangal 4 Maret 1992. Undang-Undang Keimigrasian ini selain merupakan hasil peninjauan kembali terhadap berbagai peraturan

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 65

Page 92: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

perundang-undangan sebelumnya yang sebagian merupakan peninggalan dari Pemerintah Hindia Belanda, juga menyatukan/mengkompilasi substansi peraturan perundang-undangan keimigrasian yang tersebar dalam berbagai produk peraturan perundangan keimigrasian sebelumnya hingga berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992. Lahirnya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 ini diikuti dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaannya dalam: (1) Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1994 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencegahan dan Penangkalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3561), (2) Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1994 tentang Pengawasan Orang Asing dan Tindakan Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3562), (3) Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1994 tentang Visa, Izin Masuk, dan Izin Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3563), dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1994 tentang Surat Pejalanan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3572).

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

66

Page 93: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

f. Era Reformasi

Krisis ekonomi 1997 telah mengakhiri periode panjang era Orde Baru dan memasuki era reformasi. Aspirasi yang hidup dalam masyarakat, menginginkan komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai Hak Asasi Manusia (HAM), tegaknya hukum dan keadilan, pemberantasan KKN dan demokratisasi, tata kelola pemerintahan yang baik (good governance), transparansi, dan akuntabel terus didengungkan, termasuk diantaranya tuntutan percepatan otonomi daerah.

Sementara itu globalisasi informasi membuat dunia menyatu tanpa batas, mendorong negara-negara maju (WTO) untuk menjadikan dunia berfungsi sebagai sebuah pasar bebas mulai tahun 2000, serta mengutamakan perlindungan dan penegakan HAM serta demokratisasi. Arus globalisasi juga mengakibatkan semakin sempitnya batas-batas wilayah suatu negara (bordeless countries) dan mendorong semakin meningkatnya intensitas lalulintas orang antarnegara. Hal ini telah menimbulkan berbagai permasalahan di berbagai negara termasuk Indonesia yang letak geografisnya sangat strategis, yang pada gilirannya berpengaruh pada kehidupan masyarakat Indonesia serta bidang tugas keimigrasian. Dalam operasional di lapangan ditemukan beberapa permasalahan menyangkut orang asing yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Lingkungan strategis global maupun domestik

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 67

Page 94: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

berkembang demikian cepat, sehingga menuntut semua perangkat birokrasi pemerintahan, termasuk keimigrasian di Indonesia untuk cepat tanggap dan responsif terhadap dinamika tersebut. Sebagai contoh, implementasi kerja sama ekonomi regional telah mempermudah lalu lintas perjalanan warga negara Indonesia maupun warga negara asing untuk keluar atau masuk ke wilayah Indonesia. Lonjakan perjalanan keluar atau masuk ke wilayah Indonesia tentu membutuhkan sistem manajamen dan pelayanan yang semakin handal dan akurat. Tugas keimigrasian saat ini semakin berat seiring dengan semakin maraknya masalah terorisme dan pelarian para pelaku tindak pidana ke luar negeri. Untuk mengatasi dinamika lingkungan strategis yang bergerak semakin cepat, bidang keimigrasian dituntut mengantispasi dengan berbagai peraturan perundang-undangan dan sarana-prasarana yang semakin canggih. Peraturan dan kebijakan keimigrasan juga harus responsif terhadap pergeseran tuntutan paradigma fungsi keimigrasian. Jika sebelumnya paradigma fungsi keimigrasian dalam pelaksanaan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 lebih menekankan efisiensi pelayanan untuk mendukung isu pasar bebas yang bersifat global, namun kurang memperhatikan fungsi penegakan hukum dan fungsi sekuriti, mulai pada era ini harus diimbangi dengan fungsi keamanan dan penegakan hukum.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

68

Page 95: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Dalam menghadapi masalah dan perkembangan dalam dan luar negeri tersebut, Direktorat Jenderal Imigrasi pada Era Reformasi ini telah melakukan beberapa program kerja sebagai berikut:

a. Penyempurnaan Peraturan Perundang-Undangan

Pemerintah memperbaharui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian. Hal ini berdasarkan beberapa perkembangan yang perlu diantisipasi, yakni: (1) Letak geografis wilayah Indonesia (kompleksitas permasalahan antar negara), (2) Perjanjian internasional/konvensi internasional yang berdampak terhadap pelaksanaan fungsi keimigrasian, (3) Meningkatnya kejahatan internasional dan transnasional, (4) Pengaturan mengenai deteni dan batas waktu terdeteni belum dilakukan secara komprehensif, (5) Pendekatan sistematis fungsi keimigrasian yang spesifik dan universal dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi yang modern, (6) Penempatan struktur kantor imigrasi dan rumah detensi imigrasi sebagai unit pelaksana teknis di bawah Direktorat Jenderal Imigrasi, (7) Perubahan sistem kewarganegaraan berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia, (8) Hak kedaulatan negara sesuai prinsip timbal balik (resiprositas) mengenai pemberian visa terhadap orang asing, (9) Kesepakatan dalam rangka harmonisasi dan

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 69

Page 96: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

standarisasi sistem dan jenis pengamanan dokumen perjalanan secara internasional, (10) Penegakan hukum keimigrasian belum efektif sehingga kebijakan pemidanaan perlu mencantumkan pidana minimum terhadap tindak pidana penyelundupan manusia, (11) Memperluas subyek pelaku tindak pidana Keimigrasian, sehingga mencakup tidak hanya orang perseorangan tetapi juga korporasi serta penjamin masuknya orang asing ke wilayah indonesia yang melanggar ketentuan keimigrasian, (12) Penerapan sanksi pidana yg lebih berat terhadap orang asing yang melanggar peraturan di bidang keimigrasian karena selama ini belum menimbulkan efek jera.

Suasana kerja proses penyelesaian penerbitan paspor di seksi lalu lintas keimigrasian (Lantaskim) kantor imigrasi. Usulan untuk memperbarui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1992 tentang Keimigrasian-pun segera dimasukan dalam Program Legislasi Nasional (Prolegnas) untuk dibahas oleh lembaga legistlatif (DPR). Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang dengan Komisi III DPR, akhirnya Rancangan Undang-Undang Keimigrasian yang baru disetujui dan diusulkan untuk disahkan menjadi Undang-Undang pada Rapat Paripurna DPR tanggal 7 April 2011. Selanjutnya pada tanggal 5 Mei 2011, Presiden Republik Indonesia mengesahkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian, yang diundangkan dalam Lembaran Negara Republik

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

70

Page 97: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5126.

b. Kelembagaan

Sebagai dampak pelaksanaan otonomi daerah dan perkembangan yang terjadi di beberapa negara, maka tugas keimigrasian di daerah provinsi, kota/kabupaten maupun di negara yang bersangkutan terus mengalami peningkatan sejalan dengan karakteristik dinamika kehidupan masyarakat. Untuk mengantisipasi fenomena demikian Direktorat Jenderal Imigrasi telah membuat langkah kebijakan: (1) Pembentukan kantor-kantor imigrasi di daerah, (2) Peningkatan kelas beberapa kantor imigrasi, (3) Pembentukan direktorat intelijen, (4) Pembentukan rumah detensi imigrasi, (5) Penambahan tempat pemeriksaan imigrasi, dan (6) Pembentukan atase/konsul imigrasi pada perwakilan RI di Guangzhou-RRC.

Adapun jumlah kelembagaan imigrasi yang tersebar di daerah dan di luar negeri sampai dengan saat ini adalah sebagai berikut:1) 115 kantor imigrasi, yang terdiri dari terdiri dari:

a) 7 kantor imigrasi kelas I khusus di: Soekarno-Hatta, Batam, Ngurah Rai, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Medan, dan Surabaya.

b) 38 kantor imigrasi kelas I di: Ambon, Balikpapan, Banda Aceh, Bandar Lampung, Bandung, Banjarmasin, Bengkulu, Denpasar, Gorontalo, Jakarta Pusat, Jakarta Timur,

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 71

Page 98: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Jakarta Utara, Jambi, Jayapura, Kendari Kupang, Makassar, Malang, Manado, Mataram, Padang, Palangkaraya, Palembang, Palu, Pangkal Pinang, Pekanbaru, Polonia, Pontianak, Samarinda, Semarang, Serang, Surakarta, Tangerang, Tanjung Pinang, Tanjung Perak, Tanjung Priok, Ternate, Yogyakarta.

c) 60 kantor imigrasi kelas II di: Atambua, Bagan Siapi Api, Belakang Padang, Belawan, Bengkalis, Biak, Bitung, Blitar, Bogor, Bukit Tinggi, Cilacap, Cilegon, Cirebon, Depok, Dumai, Entikong, Jember, Karawang, Kota Baru, Kuala Tungkal, Langsa, Lhokseumawe, Madiun, Mamuju, Manokwari, Maumere, Merauke, Meulaboh, Muara Enim, Nunukan, Pare-Pare, Pati, Pemalang, Pematang Siantar, Polewali Mandar, Ranai, Sabang, Sambas, Sampit, Sanggau, Selat Panjang, Siak, Sibolga, Singaraja, Singkawang, Sorong, Sukabumi, Sumabawa Besar, Tahuna, Tanjung Balai Asahan, Tanjung Balai Karimun, Tanjung Pandan, Tanjung Uban, Tarakan, Tasikmalaya, Tembaga Pura, Tembilahan, Tobelo, Tual, dan Wonosobo.

d) 10 kantor imigrasi kelas III di: Bekasi, Dabo Singkep, Kalianda, Tarempa, Kota Bumi, Pamekasan, Kediri, Tanjung Redep, Takengon, dan Labuan Bajo.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

72

Page 99: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

2) 13 rumah detensi imigrasi di: Tanjung Pinang, Balikpapan, Denpasar, DKI Jakarta, Kupang, Makassar, Manado, Medan, Pekanbaru, Pontianak, Semarang, Surabaya, dan Jayapura.

3) 33 tempat pemeriksaan imigrasi:a) Bandar udara di: Sultan Iskandar Muda

Banda Aceh, Maimun Saleh Sabang, Binaka Sibolga, Polonia Medan, Minangkabau Padang, Fatmawati Soekarno Bengkulu, Kijang Tanjung Pinang, Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Hang Nadim Batam, Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang, Belitung Tanjung Pandan, Pangkal Pinang, Soekarno-Hatta Jakarta, Halim Perdana Kusuma Jakarta, Husein Sastranegara Bandung, Ahmad Yani Semarang, Adi Sumarmo Surakarta, Adi Sucipto Yogyakarta, Juanda Surabaya, Supadio Pontianak, Sepinggan Balikpapan, Tarakan, Sam Ratulangi Manado, Hasanuddin Makassar, Ngurah Rai Bali, Selaparang Mataram, El Tari Kupang, Pattimura Ambon, Sentani Jayapura, Jeffman Sorong, Frans Kaisiepo Biak, Mopah Merauke, dan Timika Tembagapura.

b) Pelabuhan laut di: Sabang, Malahayati Aceh, Krueng Raya Aceh, Lhokseumawe, Kuala Langsa Aceh, Belawan, Sibolga, Gunung Sitoli Sibolga, Teluk NibungTanjung Balai Asahan, Kuala Tanjung Tanjung Balai Asahan, Teluk

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 73

Page 100: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Bayur Padang, Yos Sudarso Dumai, Pekanbaru, Bagan Siapiapi, Bengkalis, Tembilahan, Selat Panjang, Sungai Guntung Tembilahan, Kuala Enok Tembilahan, Sri Bintan Pura Tanjung Pinang, Sri Baintan Tanjung Pinang, Tanjung Uban, Bandar Bentan Telani Lagoi Tanjung Uban, Bandar Seri Udana Lobam Tanjung Uban, Tanjung Balai Karimun, Belakang Padang, Nongsa Terminal Bahari Batam, Kabil Batam, Marina Teluk Senimba Batam, Batam Centre Batam, Citra Tritunas Batam, Batu Ampar Batam, Sekupang Batam, Ranai, Tarempa, Pulau Baai Bengkulu, Panjang Lampung, Palembang, Pangkal Balam Pangkal Pinang, Tanjung Kelian Bangka Belitung, Tanjung Gudang Bangka Belitung, Tanjung Pandan, Jambi, Kuala Tungkal, Tanjung Priok Jakarta, Cirebon, Ciwandan Cilegon, Tanjung Mas Semarang, Cilacap, Tanjung Perak Surabaya, Pasuruan, Probolinggo, Besuki, Panarukan, Banyuwangi, Pontianak, Singkawang, Pemangkat Singkawang, Sintete Singkawang, Tri Sakti Banjarmasin, Kota Baru, Sampit, Balikpapan, Samarinda, Tarakan, Nunukan, Manado, Marore, Miangas, Tahuna, itung, Pantoloan Palu, Soekarno-Hatta Makassar, Pare-Pare, Kendari, Buleleng Bali, Benoa Bali, Padang Bai Bali, Benete

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

74

Page 101: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Mataram, Lembar Mataram, Tenau Kupang, Maumere, Ambon, Ternate, Tual, Jayapura, Biak, Merauke, Amamapare Tembagapura, Sorong, Siak Sri Indrapura Siak.

4) 79 pos lintas batas, di provinsi: Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Riau, Kepulauan Riau, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua.

5) 19 atase/konsul imigrasi pada Perwakilan RI di: Bangkok, Beijing, Berlin, Den Haag, Kuala Lumpur Malaysia, Singapura, Tokyo, Davao, Hongkong, Jeddah, Los Angeles, Penang, Sydney, Taipei, Johor, Dili, Guang Zhou, Kuching, dan Tawao.

c. Ketatalaksanaan

Hasil-hasil yang telah dicapai di bidang ketatalaksanaan sampai tahun 2003 adalah: (1) Pengolahan data kedatangan dan keberangkatan WNI/WNA di Direktorat Jenderal Imigrasi yang telah terekam dikirim dari tempat pemeriksaan imigrasi dengan sistem inteligent character recognation (ICR), (2) Perekaman dan penyimpanan data keimigrasian melalui electronic filing system, (3) Penyusunan pola umum kriteria klasifikasi kantor imigrasi, (4) Perencanaan SIMKIM, standarisasi pola umum bangunan UPT imigrasi dan standarisasi pelayanan imigrasi.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 75

Page 102: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

d. Sumber Daya Manusia

Pada era globalisasi ini diperkirakan pelanggaran keimigrasian akan meningkat dan lebih canggih sebagai ekses meningkatnya jumlah dan frekuensi lalulintas orang antarnegara. Keberadaan dan kegiatan orang asing di wilayah Indonesiaakan semakin meningkat. Untuk itu Direktorat Jenderal Imigrasi memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang lebih berkualitas, profesional, memiliki etos kerja yang baik, berdedikasi tinggi dan bermoral. Implementasi kebijakan pengembangan SDM yang bersinergi dengan penataan sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan, antara lain dilakukan dengan penyelenggaraan: (1) Pembukaan kembali Akademi Imigrasi Tahun 2000, (2) Pendidikan dan Pelatihan Teknis Keimigrasian, dan (3) Pendidikan dan Latihan Penjenjangan. Selain itu program pendidikan luar negeri bagi pejabat/pegawai imigrasi mulai dilaksanakan yang bersifat akademis yaitu Strata S-2 (Magister/Master) dan Strata S-3 (Doktoral/PhD), maupun shortcourse (diklat singkat), antara lain di negara Australia, Taiwan, Jepang, dan Korea Selatan. Untuk dalam negeri juga telah dikembangkan program pendidikan beasiswa bekerja sama dengan perguruan tinggi negeri antara lain Universitas Indonesia dan Universitas Padjajaran. Ini tidak termasuk dengan peningkatan kapasitas pegawai imigrasi secara personal yang bersifat swadaya dengan menempuh pendidikan baik Strata S-1 maupun pascasarjana di beberapa perguruan tinggi terkemuka

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

76

Page 103: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

seperti Universitas Diponegoro, Universitas Sumatera Utara, Universitas Udayana, Universitas Sebelas Maret, dan lainnya.

e. Sarana dan Prasarana

Program pengembangan sarana dan prasarana yang difokuskan oleh Direktorat Jenderal Imigrasi antara lain: (1) Pembangunan fisik gedung kantor-kantor Imigrasi di daerah, (2) Pembangunan fisik rumah detensi imigrasi, (3) Peningkatan fasilitas pos lintas batas di daerah-daerah perbatasan antarnegara, (4) Pengadaan fasilitas visa on arrival/visa kunjungan saat kedatangan di beberapa bandara internasional, (5) Pengadaan full inteligent character recognation (ICR) di beberapa unit pelaksana teknis yang membawahi tempat pemeriksaan imigrasi (TPI), (6) Pengadaan electronic filing system di Direktorat Jenderal Imigrasi, (7) Perencanaan pembangunan sistem informasi manajemen keimigrasian (SIMKIM), (8) Pembangunan laboratorium forensik di Direktorat Jenderal Imigrasi, (9) Pengadaan alat EDISON untuk mengetahui spesifikasi paspor kebangsaan seluruh negara, (10) Pengadaan alat untuk mendeteksi dokumen palsu, (11) Rencana pembangunan border management information system dan alert system bekerja sama dengan Department of Imigration and Multi Cultural and Indigeneous Affairs (DIMIA) dan International Organization for Migration (IOM).

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 77

Page 104: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

f. Pengaturan Keimigrasian

Pada era reformasi Direktorat Jenderal Imigrasi telah melakukan beberapa pengaturan mengenai masalah keimigrasian antara lain: (1) Pengaturan bebas visa secara resiprokal, dan pengaturan Visa On Arrival (VOA), (2) Pengaturan visa khusus bagi turis lanjut usia (Lansia), (3) Pengaturan fasilitas APEC Business Travel Card (ABTC), (4) pengawasan, penangkalan dan penindakan orang asing, (5) visa stiker, (6) kerja sama keimigrasian baik di dalam negerimaupun di luar negeri, (7) pendeportasian imigran ilegal, (8) Kasus pemalsuan paspor untuk TKI, (9) pencegahan dan penangkalan, (10) Clearence House (CH), yaitu forum koordinasi dengan anggota terdiri dari instansi yang menangani orang asing untuk melakukan penelitian dalam rangka memberikan persetujuan visa bagi negara-negara tertentu yang dikategorikan sebagai negara rawan dari sisi ipoleksosbudhankamnas serta keimigrasian.

2. Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Wilayah serta Divisi Keimigrasian Kementerian Hukum Dan HAM

Tugas Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM

Kantor Wilayah mempunyai tugas melaksanakan tugas dan fungsi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam wilayah Provinsi berdasarkan

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

78

Page 105: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

kebijakan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dan ketentuan peraturan perundang-undangan.26

Fungsi Kantor Wilayah Kementerian Hukum Dan HAM

Dalam melaksanakan tugas, Kantor Wilayah menyelenggarakan fungsi:

a. Pengkoordinasian perencanaan, pengendalian program, dan pelaporan;

b. Pelaksanaan pelayanan di bidang administrasi hukum umum, hak kekayaan intelektual, dan pemberian informasi hukum;

c. Pelaksanaan fasilitasi perancangan produk hukum daerah, pengembangan budaya hukum dan penyuluhan hukum, serta konsultasi dan bantuan hukum;

d. Pengkoordinasian pelaksanaan operasional Unit Pelayanan Teknis di lingkungan Kementerian Hukum dan HAM di bidang keimigrasian dan bidang pemasyarakatan;

e. Penguatan dan pelayanan hak asasi manusia dalam rangka mewujudkan penghormatan, pemenuhan, pemajuan, perlindungan, dan penegakan hak asasi manusia;

26 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. Nomor 28 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, pasal 2.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 79

Page 106: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

f. Pengembangan budaya hukum dan pemberian informasi hukum, penyuluhan hukum, dan diseminasi hak asasi manusia; dan

g. Pelaksanaan urusan administrasi di ling-kungan Kantor Wilayah.27

Tugas dan Fungsi Divisi Keimigrasian28

Divisi Keimigrasian bertugas melaksanakan seba-gian tugas Direktorat Jenderal Imigrasi di wilayah. Dalam melaksanakan tugas menyelenggarakan fungsi:

a. pembinaan dan pengendalian pelaksanaan tugas teknis di bidang lalu lintas keimigrasian, izin tinggal, dan status keimigrasian serta penindakan keimigrasian dan rumah detensi imigrasi;

b. pelaksanaan kerja sama, pemantauan, eva-luasi, dan penyusunan laporan pelaksanaan tugas teknis di bidang lalu lintas keimigrasian, izin tinggal, dan status keimigrasian serta penindakan keimigrasian dan rumah detensi imigrasi;

c. penyusunan rencana, program, kegiatan,dan anggaran di lingkungan Divisi Keimigrasian; dan

d. pengkoordinasian perencanaan dan pelak-sanaan pengelolaan sumber daya manusia,

27 ibid, pasal 3.28 ibid, pasal 28-29.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

80

Page 107: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

sarana dan prasarana, serta administrasi keuangan di lingkungan Unit Pelaksana Teknis Imigrasi berkoordinasi dengan Divisi Administrasi.

3. Identitas Responden

Telah disinggung dalam bagian Metode Penelitian, bahwa Populasi sasaran penelitian berpendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam penelitian ini adalah para Pejabat Keimigrasian. Sedangkan Sampel penelitian adalah Kepala Divisi Imigrasi kanwil, KaUPT/Kakanim, pejabat Keimigrasian di Kanim, dan TPI. Responden penelitian ini ditentukan secara purposive dalam lingkup Kanwil, Divisi Imigrasi, UPT Imigrasi.

Berikut ini disajikan Tabel 1 tentang Persebaran Responden Menurut Kantor Wilayah yang terpilih.

Tabel 2. Persebaran Responden Menurut Kantor Wilayah

KANWIL FREKUENSI PERCENT

Sumatera Utara 8 16.67%

Kepulauan Riau 19 39.58%

Bali 10 20.83%

Kalimantan Barat 7 14.58%

DKI Jakarta 4 8.33%

Total 48 100%

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 81

Page 108: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Berikut ini disajikan grafik tentang persebaran responden menurut umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan pangkat/golongan.

Grafik 1. Presentase Responden Berdasarkan Umur

Grafik 2. Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

82

Page 109: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Grafik 3. Presentase Responden Berdasarkan Pendidikan

Grafik 4. Presentase Responden Berdasarkan Pangkat/golongan

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 83

Page 110: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Grafik 5. Presentase Responden Berdasarkan Jabatan/eselon

Tabel 3. Presentasi Dominasi Karakteristik Responden

No KarakteristikDominasi

Keterangan Persentase1. Umur 31 – 40 43 %2. Jenis Kelamin Laki-Laki 91 %3. Pendidikan S1 59 %4. Pangkat/golongan III/B 32 %5. Jabatan/eselon IV 33 %

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

84

Page 111: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

4. Deskripsi Wilayah Kajian

1.1. Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara

1.1.1. Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan29

Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan memiliki jumlah pegawai sebanyak 121 (seratus dua puluh satu) orang yang terdiri dari: Struktural: 7 orang dan Non Struktural: 104 orang.

Keadaan ini dapat dilihat dalam bentuk matrik sebagai berikut:

No Uraian

Struktur/eselon

PI Staf Fungsional Jumlah

II III IV

1 Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan

1 4 8 7 57 77

2 TPI Kualanamu 0 1 3 27 13 44Jumlah 1 5 11 34 70 121

29 Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Medan., http://medan.imigrasi.go.id/?p=info&id=45, 17032016, 14.31 WIB.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 85

Page 112: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

86

Page 113: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 87

Page 114: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

1.2. Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau

1.2.1. Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Batam30

Seiring dengan pertumbuhan Pulau Batam sebagai kawasan industri, pariwisata dan perdagangan, Kantor Imigrasi Batam telah berkembang menjadi kantor dengan aktifitas kerja yang cukup tinggi setiap harinya. Padahal pada awalnya, tahun 1971 Kantor Imigrasi Batam masih merupakan sebuah Pos Pendaratan di Pelabuhan Batu Ampar, yang berada dalam ruang lingkup koordinasi Kantor Direktorat Jenderal Imigrasi Belakang Padang. Kemudian dalam perkembangannya dibentuk Kantor Direktorat Jenderal Imigrasi Sekupang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman No. J.S.4/4/21 Tahun 1979 tanggal 12 Mei 1979. Kantor Direktorat Jenderal Imigrasi Sekupang tersebut diresmikan pada tanggal 7 April 1980 yang selanjutnya akan berkembang sesuai dengan kemajuan derap pembangunan kota Batam sebagai suatu daerah yang dirancang khusus sebagai wilayah relokasi industri sekaligus merupakan pintu gerbang Indonesia di daerah segitiga Singapura-Johor-Riau (Sijori).

30 http://batam.imigrasi.go.id/page/prof il/sejarah-imigrasi-batam#.VupVgtJ96Uk, diakses 17 Maret 2016, pukul 14.00 wib.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

88

Page 115: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.03-PR.07.04 Tahun 1991 tanggal 15 April 1991, wilayah kerja Kantor Imigrasi Sekupang meliputi Kota Batam dikurangi Kecamatan Belakang Padang. Karena gedung Kantor Imigrasi Sekupang yang terletak di Sekupang kondisi bangunannya sudah tidak memadai lagi, maka dilakukan perpindahan kantor ke gedung baru di Batam Centre yang kemudian diresmikan pada tanggal 30 April 1994. Pada saat itu Kantor Imigrasi Sekupang membawahi 5 (lima) Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) dengan wilayah kerjanya yang mencakup Pulau Batam, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru.

Karena semakin pesatnya pelaksanaan pembangunan di Pulau batam dan sekitarnya, maka berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.04-PR.07.04 Tahun 1995 tanggal 7 Agustus 1995, Kantor Imigrasi Sekupang penamaannya berubah menjadi Kantor Imigrasi Batam dengan wilayah kerja yang meliputi Kota Batam (dikurangi Kecamatan Belakang Padang) yang juga meliputi Pulau Rempang, Pulau Galang, Pulau Galang Baru dan sekitarnya. Kantor Imigrasi Batan merupakan Kantor Imigrasi dengan klasifikasi Kelas I dan wilayah kerjanya sama dan disesuaikan dengan wilayah kerja Otorita Batam.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 89

Page 116: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Luas Wilayah kerja Kantor Imigrasi Batam jika diperinci adalah sebagai berikut:1. Pulau Batam : 415 km2. Pulau Rempag : 165,83 km3. Pulau Galang : 80 km4. Pulau Galang Baru : 32 km

Jika dijumlah keseluruhannya, maka total luas wilayah kerja Kantor Imigrasi Batam seluruhnya adalah 715 km. Luas tersebut adalah 110% dari luas negara tetangga Singapura yang merupakan negara kota yang interaksinya paling banyak dengan Pulau Batam.

Saat ini ada lima TPI di wilayah kerja Kantor Imigrasi Batam, yaitu:1. TPI Pelabuhan Udara Hang Nadim.2. TPI Pelabuhan Laut Batu Ampar.3. TPI Pelabuhan Laut Sekupang.4. TPI Pelabuhan Laut Nongsa Pura.5. TPI Pelabuhan Laut Marina Teluk Senimba.

Pada tanggal 8 Agustus 2003 telah dioperasikan Pelabuhan Laut (terminal ferry) baru di dalam wilayah kerja Kantor Imigrasi Batam, yakni Pelabuhan Batam Centre. Sedianya TPI baru ini adalah pindahan dari Terminal Ferry penumpang di Batu Ampar. Hal ini merupakan realisasi pengembangan Pelabuhan Batu Ampar sebagaimana yang telah direncanakan oleh

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

90

Page 117: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Otorita Batam. Pelabuhan Batu Ampar diperluas dengan tujuan untuk dijadikan pelabuhan internasional khusus kontainer dan general cargo. Secara resmi pelabuhan Batam Centre belum ditetapkan sebagai TPI, namun demikian saat ini telah dioperasikan dan tengah diusulkan ke Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Riau agar Terminal Ferry Internasional Batam Centre dapat ditetapkan sebagai TPI yang baru dalam wilayah kerja Kantor Imigrasi Batam. Apabila hal tersebut disetujui maka ada 6 TPI yang berada di dalam wilayah kerja Kantor Imigrasi Batam.

Kantor Imigrasi Batam termasuk salah satu Kantor Imigrasi yang mengalami perkembangan yang sangat pesat, karena kedudukannya signifikan dengan pola pengembangan dan pembangunan Pulau Batam. Oleh karena itu dalam rangka untuk lebih memacu pengembangan kawasan terpadu Kepulauan Riau telah dilakukan pengaturan keimigrasian sesuai dengan perkembangan keadaan dan kebutuhan suatu daerah industri dan wilayah usaha (”bonded warehouse”). Kantor Imigrasi Batam menjadi salah satu Kantor Imigrasi yang melaksanakan kebijakan khusus di bidang keimigrasian, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor: M.02.IL.01.10 TAHUN 1998 tentang Penetapan Seluruh Kawasan Industri Pulau Batam, Pulau Rempang, Pulau

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 91

Page 118: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Galang, Pulau Belakang Padang, Pulau Bintan, dan Pulau Karimun Sebagai Kawasan Berstatus Khusus di Bidang Keimigrasian.

Kebijakan tersebut dikeluarkan dalam rangka menyesuaikan dengan perkembangan pembangunan di wilayah Pulau Batam yang tingkat interaksi dan hubungan dengan orang asing sangat tinggi untuk mendorong masuknya investasi dari luar negeri. Oleh karena itu terdapat beberapa fasilitas kemudahan bagi orang asing yang akan berkunjung ke wilayah tersebut. Dengan diberlakukannya keputusan Menteri Kehakiman Nomor: M.02.1L.01.10 Tahun 1998 tersebut, maka bagi para pengusaha dan pekerja asing yang melakukan kegiatan parsial-kondisional yakni kegiatan yang bersifat kerja sementara di wilayah Otorita batam dapat menggunakan fasilitas keimigrasian berupa Visa Saat Kedatangan (Visa on Arrival) dan Visa Kunjungan Beberapa kali Perjalanan (VKUBP).

Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Batam merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Kepulauan Riau, yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsi Kementerian Hukum dan HAM RI di bidang keimigrasian khususnya di wilayah Kepulauan Riau.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

92

Page 119: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Untuk melaksanakan tugas tersebut Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Batam mempunyai fungsi:a) Melaksanakan tugas keimigrasian di bidang

informasi dan sarana komunikasi keimigrasianb) Melaksanakan tugas keimigrasian di bidang

lalu lintas keimigrasianc) Melaksanakan tugas keimigrasian di bidang

status keimigrasiand) Melaksanakan tugas keimigrasian di bidang

pengawasan dan penindakan keimigrasiane) Melaksanakan tugas keimigrasian di bidang

pendaratan dan izin masuk keimigrasian

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 93

Page 120: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Stru

ktur

Org

anis

asi K

eim

igra

sian

Bat

am

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

94

Page 121: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

1.3. Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Bali

1.3.1. Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai31

Pemberian nama Kantor Imigrasi Ngurah Rai adalah mengikuti atau menyesuaikan dengan nama Bandara Udara Ngurah Rai, yang diabadikan dari nama seorang Pahlawan pejuang yang secara gigih melawan penjajah Belanda bernama “Ngurah Rai”. Kantor Imigrasi Ngurah Rai pada awalnya yaitu sekitar tahun 1969 merupakan Kantor Resort/Pos Pendaratan di Pelabuhan Udara Ngurah Rai dan berada dibawah tanggung jawab Kepala Kantor Daerah Imigrasi Denpasar. Kantor Resort Daerah Imigrasi Ngurah Rai pada waktu itu belum mempunyai gedung kantor, kemudian pihak Perum Angkasa Pura meminjamkan sebuah rumah yang terletak di Jalan Kemayoran No. 1. Rumah tersebut difungsikan sebagai kantor dan sekaligus rumah atau mess yang dihuni oleh kurang lebih 5 (lima) orang pegawai tata usaha dan sekaligus untuk “standby” jika ada pesawat non schedule yang datang tiba-tiba. Berdasarkan keputusan Menteri Kehakiman R.I. No. M.01.PR.07.04 Tahun 1983 Kantor Resort Imigrasi Ngurah Rai dipisahkan dari Kantor Imigrasi Denpasar dan dibentuk menjadi Kantor Imigrasi Kelas II Ngurah

31 http://ngurahrai.imigrasi.go.id/index.php/profil/sejarah.html, (diakses 17 Maret 2016, pukul 14.18 WIB).

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 95

Page 122: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Rai dengan wilayah kerja Pelabuhan Udara Ngurah Rai dan Kecamatan Kuta diresmikan pada tanggal 26 November 1983. Kantor Imigrasi Ngurah Rai memiliki wilayah kerja 1 (satu) kabupaten dan 3 (tiga) kecamatan yaitu Kabupaten Badung, Kecamatan Kuta Utara, Kecamatan Kuta Selatan, dan Kecamatan Kuta Tengah.

Aktivitas keimigrasian Kantor Imigrasi Ngurah Rai terfokus pada pelayanan seperti dalam hal pemberian Surat Perjalanan Republik Indonesia, pemberian dan perpanjangan Izin Tinggal bagi orang asing yang dari tahun ke tahun menunjukan peningkatan yang cukup signifikan. Selain kegiatan pelayanan keimigrasian, aspek penegakan hukum di Kantor Imigrasi Ngurah Rai selama ini berjalan cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari intensitas tindakan keimigrasian dan jumlah orang asing yang di karantina pada Kantor Imigrasi Ngurah Rai selama kurun waktu 3 (tiga) tahun terakhir ini relatif cukup tinggi. Kesemuanya itu tidak terlepas dari peran serta personil Kantor Imigrasi Ngurah Rai dalam melaksanakan tugas keimigrasian serta koordinasi dengan instansi yang terkait dalam Sistem Pengawasan Orang Asing (SIPORA) yang selama ini berjalan dengan baik.

Kantor Imigrasi Ngurah Rai memiliki 1 (satu) Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) yaitu TPI Bandara Udara Ngurah Rai. Bandara Udara

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

96

Page 123: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Ngurah Rai adalah merupakan salah satu bandara Internasional yang terbesar ketiga setelah Bandara Udara Soekarno Hatta (Jakarta) dan Bandara Juanda (Surabaya), dimana bandar udara ini terkenal akan aktivitas lalu lintas orang asing yang akan berkunjung ke pulau Bali. Pulau bali dengan segala keindahan alamnya telah dikenal oleh para wisatawan di seluruh dunia dimana jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke pulau ini dari tahun ke tahun relatif cukup signifikan.

Sektor pariwisata di pulau Bali memberikan kontribusi terbesar bagi pemasukan devisa negara. Volume lalu lintas orang keluar masuk wilayah Indonesia melalui TPI Udara Ngurah Rai, baik itu angka keberangkatan maupun kedatangan, terutama warga negara asing dari tahun ke tahun relatif cukup tinggi. Pada umumnya kebanyakan orang asing datang ke pulau Bali dengan tujuan wisataakan tetapi tidak sedikit juga orang asing yang datang ke pulau ini untuk melakukan kegiatan bisnis maupun bekerja.

Selajutnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman No. M.14.PR.07.04 Tahun 2003 tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. M.03-PR.07.04 Tahun 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi, menaikan kelas Kantor Imigrasi Ngurah Rai dari semula Kantor Imigrasi Kelas I menjadi Kantor Imigrasi Kelas I Khusus.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 97

Page 124: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Seiring dengan perkembangan dan keadaan potensi wilayah kerja tersebut, Kantor Imigrasi Ngurah Rai senantiasa mengembangkan segala sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi keimigrasian dalam rangka mewujudkan good immigration services baik itu terhadap warga negara Indonesia maupun warga negara asing dengan tetap mengedepankan aspek keamanan dan penegakan hukum.

1.3.2. Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar32

Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar yang memiliki Wilayah Kerja yang cukup luas mencakup 5 kabupaten dan 1 kota madya memiliki tugas untuk membentuk Tim Pengawasan Orang Asing (PORA) di setiap Kabupaten / Kota. Pembentukan Tim Pengawasan Orang Asing (PORA) merupakan Amanat Undang-Undang No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian dan Peraturan Pemerintah No. 31 Tahun 2013 yang salah satu pasalnya memberikan kewenangan kepada Kantor Imigrasi untuk mengeluarkan Surat Keputusan Tim PORA. Untuk itu Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar telah membentuk Tim Pengawasan Orang Asing (PORA) yang tertuang didalam DIPA

32 h t t p s : / / w w w. f a c e b o o k . c o m / K a n t o r - I m i g r a s i - K e l a s - I -Denpasar-319260754910515/timeline?ref=page_internal, (diakses 6 Juni 2016).

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

98

Page 125: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Tahun Anggaran 2016 dan Kalender Kerja Tahun 2016 Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar.

Pembentukan Tim Pengawasan Orang Asing (PORA) dilakukan untuk:1. Mengimplementasikan Tema dari Direktorat

Jenderal Imigrasi Tahun 2016 yaitu “PENEGAKAN HUKUM ( GAKKUM )”

2. Untuk saling memberikan informasi tentang Keberadaan dan kegiatan orang asing, khususnya yang berada di wilayah Kabupaten Klungkung.

Mengutip pendapat Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar, Fery Monang Sihite, SH, MH terkait dengan adanya pemberlakuan Kebijakan Nasional Bebas Visa Kunjungan Wisata (BVKW) dan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), tentu harus didukung oleh seluruh lembaga pemerintah dan masyarakat demi membuka kesempatan bagi orang asing untuk memberikan azas manfaat bagi Indonesia. Namun disatu sisi soal keamanan tidak boleh diabaikan mengingat konsekuensi sebagai daerah wisata yang banyak dikunjungi wisatawan seperti Bali tentu sisi pengawasan dan penegakan hukum Keimigrasian mutlak diperlukan.

Pelayanan Keimigrasian di Bali ada tiga kantor pelayanan dan satu Rumah Detensi, jadi kantor pelayanan Keimigrasian tersebut, meliputi Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Ngurah Rai, Kantor Imigrasi

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 99

Page 126: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Kelas II Singaraja mewilayahi Jembrana, Buleleng dan Karangasem dan Kantor Imigrasi Kelas I Denpasar yang mewilayahi, Denpasar, Gianyar, Bangli, Tabanan dan Klungkung. Terkait dengan pengawasan, izin tinggal masuk maupun izin tinggal bertolak itu menjadi kewenangan Imigrasi Ngurah Rai, kalau izin tinggal keimigrasian pelayanan paspor menjadi kewenangan dimasing-masing Imigrasi.

Terkait dengan pengawasan dan penegakan hukum, prinsipnya secara normatif orang asing yang akan melakukan kegiatan di Bali harus sesuai dengan izin tinggal yang diberikan. Kalau tidak sesuai itulah yang diberikan teguran, jikalau teguran tidak diindahkan, maka diberikan pemahaman dan tindakan sanksi Keimigrasian. Tindakan sanksi Keimigrasian ada beberapa macam, ada yang sifatnya sanksi administratif dan sifatnya sanksi projustisia. Sanksi administrasi yang dikenakan berupa deportasi. Sanksi ini juga ada degradasinya atau tingkatanya, kalau pelanggaranya berat dimasukan dalam daftar penangkaran, namun ada pelanggaran yang diselesaikan dengan administratif dan ada juga lewat Pengadilan. Pengawasan WNA yang ada di wilayah Imigrasi Denpasar, selama ini sudah berkoordinasi dengan baik melibatkan pihak-pihak Keamanan seperti Kepolisian, Kesbangpol, Polsek-Polsek, Disnaker, Pemda dan masyarakat,

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

100

Page 127: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

bahkan pihaknya pun mengaku punya tim PORA (Pengawasan Orang Asing).33

Berkenaan dengan deportasi, data yang ada di wilayah Imigrasi Denpasar selama 2015 menunjukan sebanyak 109 WNA terkena deportasi, sedangkan pada Februari 2016 terdapat 2 orang yang dideportasi.

1.4. Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Kalimantan Barat

1.4.1. Kantor Imigrasi Kelas I Pontianak34

Imigrasi sebagai pintu gerbang pertama masuknya warga asing ke wilayah Indonesia turut serta menjaga kedaulatan Republik Indonesia. Kesatuan geopolitik Indonesia dengan doktrin wawasan nusantara menjadikan kedudukan imigrasi begitu penting dan dominan sebagai institusi pertama yang menentukan arus masuk dan mobilitas manusia dari seluruh penjuru dunia. Kantor Imigrasi Kelas I Pontianak merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis dimana tugas pokoknya adalah melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsi Kementerian Hukum dan HAM dibidang keimigrasian diwilayah kerjanya.

33 https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=549035115266410&id=319260754910515&substory_index=0, (diakses 6 Juni 2016).

34 http://pontianak.imigrasi.go.id/sejarah/, diakses 17 Maret 2016, pukul 14.11 WIB.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 101

Page 128: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Sedangkan Fungsi Kantor Imigrasi Kelas I Pontianak yaitu:1) Melaksanakan tugas pokok keimigrasian

dibidang informasi dan sarana komunikasi keimigrasian.

2) Melaksanakan tugas keimigrasian dibidang lalulintas keimigrasian.

3) Melaksanakan tugas keimigrasian dibidang status keimigrasian.

4) Melaksanakan tugas keimigrasian dibidang pengawasan dan penindakan keimigrasian.

Kantor Imigrasi Kelas I Pontianak yang dibangun pertama kali pada tahun 1986 berlokasi di Jalan Letjen Sutoyo No.122, Pontianak.Kemudian dibangun kembali pada tahun 2011 diatas lahan seluas 2.532 m² dengan luas bangunan 1.275 m² meliputi area depan 902 m² dan belakang 373 m². Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Kelas I Pontianak meliputi Kota Pontianak, Kabupaten Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Landak, Kabupaten Ketapang dan Kabupaten Kayong Utara serta memiliki 2 Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) yaitu di Bandara Internasional Supadio Pontianak dan Pelabuhan Dwikora. Pada TPI Bandara Internasional Supadio Pontianak yang berlokasi di Kabupaten Kubu Raya melayani tiap orang yang akan keluar dan masuk ke wilayah Indonesia dengan tujuan Malaysia serta Singapura.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

102

Page 129: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Sedangkan TPI Pelabuhan Dwikora melayani clereance crew. Dengan 4 orang personil pelayanan di TPI Bandara Internasional Supadio Pontianak, serta 3 orang di TPI Pelabuhan Dwikora siap melayani serta menjaga kedaulatan Republik Indonesia. Kantor Imigrasi Kelas I Pontianak juga memiliki Pos Imigrasi yang terletak di Kabupaten Ketapang yang dibangun sejak tahun 2007. Jumlah Pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Pontianak sebanyak 58 orang dengan rincian 38 orang pria dan 20 orang wanita.Dengan sumber daya manusia yang ada Kantor Imigrasi Kelas I Pontianak siap melayani masyarakat Kalimantan Barat khususnya Kota Pontianak dan sekitarnya. Usia Imigrasi indonesia saat ini telah sampai yang ke 62 tahun, serangkaian pencapaian yang didapat hingga saat ini, telah terbangunnya sistem aplikasi berbasis teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung pelayanan keimigrasian. Pembangunan sistem informasi manajemen keimigrasian atau (SIMKIM) pertama kali dibentuk pada tahun 2007 dan akan terus berkembang hingga saat ini. Masyarakat dapat secara luas menikmati terselenggaranya SIMKIM ini, melalui penerapan sistem E-Office yaitu sistem penerbitan Dokumen Perjalanan Republik Indonesia, penerapan E-Paspor serta permohonan Visa secara on-line.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 103

Page 130: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Pelayanan berbasis IT ini memungkinkan masyarakat untuk membuat permohonan dan mengurus paspor serta mengajukan visa secara online dimana pun dia berada melalui website www.imigrasi.go.id. Dan sekarang dalam rangka optimalisasi pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat dan seiring dengan intensitas pelayanan yang semakin meningkat, maka pada tahun 2002 saat kepemimpinan Bapak Sutiyadi (alm) mulai dirintis upaya untuk memiliki gedung yang lebih layak dan memadai dalam rangka memberikan kenyamanan baik bagi pegawai yang melayani, maupun bagi masyarakat yang dilayani.

Kemudian pada tahun anggaran 2005 saat kepemimpinan Bapak Muslim Mashudi,mulailah dibangun tahap-1 pembangunan gedung baru berupa pengadaan tanah dan pematangan lahan serta pondasi bangunan. Bangunan gedung dua lantai dengan luas bangunan keseluruhan 1.404 m² berdiri diatas lahan seluas 5960 m² yang merupakan tanah milik kantor Imigrasi Kelas I Pontianak. Anggaran proyek untuk pembangunan gedung kantor Imigrasi Kelas I Pontianak tersebut telah diajukan melalui PRADUP tahun 2005/2006 sebesar Rp.6.577.000.000,- (Enam milyar lima ratus tujuh puluh tujuh juta rupiah) dan terealisasi pada tahun 2005, hingga pada tanggal 23 Februari 2007 diresmikanlah gedung baru tersebut oleh

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

104

Page 131: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bapak Hamid Awaludin.

Dengan layanan ini masyarakat tidak perlu mengantri, cukup mengisi form isian dan mencantumkan softcopy surat identitas diri serta persyaratan pendukung lain. Hal ini akan menyingkat waktu pemohon, bebas dari antrian serta bebas calo. Untuk mengimplementasikan rencana aksi pencegahan dan pemberantasan korupsi, dilingkungan Kantor Imigrasi telah dilakukan tonggak kemudahan bagi masyarakat diantaranya penerbitan paspor 4 hari kerja setelah photo dan wawancara yang bebas dari pungutan liar, menertibkan biro jasa, menyediakan layanan pengaduan melalui email [email protected] dan SMS Centre 081256301001 serta seluruh pejabat struktural dan fungsional telah menandatangani Pakta Integritas yang menandakan kesungguhan seluruh pegawai Kantor Imigrasi dalam mendukung rencana aksi tersebut. Dokumen Perjalanan Republik Indonesia atau Paspor adalah dokumen resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah Republik Indonesia yang memuat identitas pemegangnya dan berlaku untuk melakukan perjalanan ke luar negeri atau masuk wilayah Negara Republik Indonesia.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 105

Page 132: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

1.4.2. Kantor Imigrasi Kelas II Entikong35

Pada tahun 1980 Pos Lintas Batas Entikong mulai dibuka di bawah kendali Kanim Pontianak. Berdasarkan Kep. Menkeh RI No. M.01.PW.09.02-TH.1989 ditentukan sebagai pintu keluar masuk antar negara melalui darat dan berfungsi sebagai tempat perlintasan keimigrasian bagi penduduk wilayah perbatasan pemegang Pas Lintas Batas (PLB) dan tempat perlintasan keimigrasian bagi pemegang paspor WNI atau WNA, status beralih di bawah kendali Kanim Sanggau. Pada tanggal 01 April 1992 diresmikan menjadi Kanim kelas III. Lalu berdasarkan Kep. Menkeh RI. No. M. 06-PW.09.02 Tahun 1995 menjadi TPI, dan berubah menjadi Kanim kelas II berdasarkan Kep. Menkeh dan HAM RI. No. M.05.PR.07.04 Tahun 2004.

Kanim kelas II Entikong membawahi 2 wilayah kecamatan yaitu kecamatan Entikong dan kecamatan Sekayam. Saat ini jumlah SDM yang ada berjumlah 47 orang dengan rincian sebagai berikut, 31 orang di Kanim (13 struktural dan 18 JFU); 15 orang di TPI (2 pejabat imigrasi dan 13 JFU); dan untuk Pos lintas Batas Segumon 1 orang.

35 Buku Selayang Pandang Kantor Imigrasi Kelas II Entikong, dikutip tanggal 20 Juni 2016, hal. 2.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

106

Page 133: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

B. Analisis Data

1. Upaya yang dilakukan dalam implementasi bebas visa

a. Sumber Daya Manusia

Jika dilihat dari aspek sumber daya manusia terkait dengan bebas visa, ada dua aspek yang harus diperhatikan, pertama, aspek kuantitas atau jumlah pegawai kantor imigrasi dan kedua, aspek kualitas atau kemampuan pegawai Kanim. Aspek kuantitas personil yang menangani proses bebas visa, diakui oleh beberapa informan pengkajian belum memadai.

Berdasarkan hasil pengkajian, SDM keimigrasian sudah memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam mengimplementasikan kebijakan bebas visa (87,50%). Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala divisi imigrasi kanwil dan beberapa pejabat keimigrasian di kanim, ada kompetensi yang harus dibenahi terkait meningkatnya perlintasan orang asing seperti kurangnya pengetahuan intelijen imigrasi karena selama ini alumni akademi keimigrasian belum ada penjurusan yang spesifik terkait minat dan keahlian yang harus diterapkan di tempat penugasan mereka nanti. Namun demikian, berdasarkan pengakuan responden bahwa kuantitas SDM keimigrasian yang berada di kantor imigrasi, khususnya yang terlibat langsung di TPI belum maksimal dan masih membutuhkan penambahan jumlah SDM (75,00%). Sebagai contoh ada kanim (TPI Marina Beach Batam)

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 107

Page 134: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

yang jam kerjanya melebihi jam kerja pada umumnya tanpa ada konpensasi yang diberikan, di samping itu dengan meningkatnya arus kedatangan orang asing tentu saja tidak berbanding lurus dengan jumlah SDM yang ada. Hal ini tentu saja berimbas pada pelaksanaan kebijakan bebas visa di lapangan yang ternyata belum berjalan dengan baik dan maksimal (62,50%).

Berikut ini disajikan Tabel 4 tentang SDM keimigrasian di UPT Kanim.

Tabel 4. Sumber Daya Manusia Keimigrasian di UPT Kanim N (48)

No. Pernyataan Ya Tidak Tidak diisi

1. Pegawai memiliki kompetensi yang dibutuhkan

87,50 12,50 0,00

2. Pegawai profesional dalam bertugas 85,42 14,58 0,00

3. Idealnya jumlah pegawai yang menangani BV

25,00 75,00 0,00

4. Implementasi BV berjalan baik dan maksimal

35,42 62,50 2,08

5. Pegawai memiliki pemahaman yang baik terkait BV

64,58 35,42 0,00

Maka upaya yang dilakukan Ditjen Imigrasi dengan belum maksimalnya implementasi kebijakan bebas visa dan minimnya jumlah SDM seperti dalam tabel tersebut di atas, telah melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan jumlah personil SDM

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

108

Page 135: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

keimigrasian khususnya yang berada di TPI dan Wasdakim serta penguatan fungsi keimigrasian.

b. Kebijakan

Berkaitan dengan pendapat responden terkait kebijakan bebas visa, bahwa pada prinsipnya pihak keimigrasian terutama di kanim telah melaksanakannya dengan baik dan maksimal (66,67%) dan berindikasi pada kinerja pegawai yang merasa dimudahkan dalam melakukan proses administrasi keimigrasian (77,08%). Dari data yang ada terlihat pada jajaran keimigrasian beserta UPT Kanim telah mengimplementasikan kebijakan bebas visa di wilayahnya masing-masing (97,92%) karena memang sudah menjadi tuntutan dan amanat dari pemerintah berdasarkan peraturan presiden (56,25%). Berikut ini disajikan Tabel 5 tentang Kebijakan mengenai Bebas Visa.

Tabel 5. Kebijakan Tentang Bebas Visa

No. Pernyataan Ya Tidak Tidak diisi

1. Kebijakan yang berlaku kontekstual dengan kondisi dan tuntutan masa sekarang

56,25 39,58 4,17

2. Pelaksanaan prinsip-prinsip BV dengan baik dan maksimal

66,67 29,17 4,17

3. Kebijakan BV memudahkan kinerja pegawai

39,58 60,42 0,00

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 109

Page 136: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

4. Kebijakan BV mempengaruhi kinerja pegawai

77,08 22,92 0,00

5. Implementasi BV oleh jajaran keimigrasian di wilayah

97,92 0,00 2,08

Sebagai bentuk tindaklanjut dari kebijakan implementasi bebas visa, maka telah dilakukan Memorandum of Understanding (MoU) antara Menteri Hukum dan HAM dengan Menteri Pariwisata tentang pemanfaatan Data Keimigrasian untuk percepatan pembangunan pariwisata di Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata, Jakarta, pada Selasa 19 Juli 2016. Dan juga dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama tentang dukungan data keimigrasian antara Direktur Jenderal Imigrasi Ronny F. Sompie dan Deputi Bidang Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Kementerian Pariwisata H.M. Ahman Sya.

Dalam MoU tersebut, Kementerian Pariwisata akan mendapatkan hak akses ke dalam Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian yang meliputi data statistik perlintasan Warga Negara Asing (WNA) dan juga Warga Negara Indonesia (WNI), serta mendapat informasi terkait data spesifik tentang angka kunjungan tersebut.36

36 http://travel.detik.com/read/2016/07/19/195459/3256853/1382/kemenpar--kemenkum-ham-jalin-kerjasama-untuk-percepatan-pertumbuhan-pariwisata, 270716, 10.58.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

110

Page 137: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Yasonna (Menkumham) mengatakan bahwa nota ini penting untuk akselerasi pembangunan pariwisata Indonesia dan sebagai wujud sinergitas antara dua kementerian. Kemenpar memerlukan dukungan data digital terkait keimigrasian seperti data lintas, jumlah orang datang dan keluar.37

Ada tiga poin utama terkait MoU tersebut, yaitu: pertama menyangkut Pemanfaatan Data Keimigrasian dalam rangka Akselerasi Pembangunan Kepariwisataan; kedua, berkaitan dengan Index Bisnis Environment Indonesia yakni nomor 70 dari 141 negara. Pariwisata Indonesia kalah jauh dibandingkan Thailand, Malaysia, bahkan dengan Singapura. Jumlah turis mancanegara di Indonesia tahun lalu hanya 10 juta, bandingkan dengan Malaysia sebanyak 27 juta, dan Thailand 30 juta. Pendapatan devisa dari pariwisata hanya USD 10 Miliar, kalah jauh dengan Malaysia yang USD 21 M, dan Thailand USD 42 M; dan ketiga, terkait bebas visa kunjungan, harus out world looking. Melihat apa yang dilakukan oleh kesuksesan pihak lain, Singapore dan Malaysia itu sudah lebih dari 150 negara Bebas Visa jauh sebelum Indonesia membuka pintu lebar-lebar buat wisman. Indonesia jauh terlambat dalam hal Visa Fasilitation, atau dalam

37 http://www.imigrasi .go. id/index.php/berita/berita-utama/1101-menkumham-dan-menpar-teken-mou-pemanfaatan-data-keimigrasian-guna-percepatan-pembangunan-kepariwisataan, 270716, 11.03.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 111

Page 138: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

pantauan Competitiveness Index versi World Economic Forum, dimana rendahnya international openness.38

Upaya lain yang juga dilakukan Direktorat Jenderal Imigrasi dalam mengimplementasikan kebijakan BVK adalah:39

A. Penerbitan dan penyesuaian peraturan terkait tindak lanjut perpres antara lain:1). Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2015

tentang Bebas Visa Kunjungan ( 45 negara), berupa:a. Pelaksanaan penerapan peningkatan

pelayanan TPI terhadap bebas visa melalui surat edaran Direktur Jenderal Imigrasian No. IMI.GR.01.02-3711;

b. Perluasan TPI dari 5 TPI menjadi 5 TPI Udara dan 9 TPI Laut melalui Permenkumham Nomor 31 Tahun 2015;

2). Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden No. 69 Tahun 2015 tentang Bebas Visa Kunjungan (90 negara).

38 http://www.pontianakpost.com/gandeng-kemenkumham-menpar-arief-yahya-koneksi-data-wisman, 270716, 11.06

39 Paparan Direktorat Jenderal Imigrasi dalam Presentasi draft laporan akhir Tim kajian Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa, Senin, 15 Agustus 2016 di Balitbang Hukum dan HAM RI.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

112

Page 139: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

a. Perluasan TPI dari masuk 5 TPI udara dan 9 TPI laut serta keluar dari 29 TPI udara, 88 TPI laut dan 7 PLB (lampiran perpres);

b. Perluasan masuk TPI tertentu dan keluar dari TPI tertentu menjadi masuk dan keluar dari 29 TPI Udara, 88 TPI Laut dan 7 PLB melalui Permenkumham No. 17 Tahun 2016;

c. Perluasan tujuan kedatangan dari 1 tujuan wisata menjadi 8 tujuan (wisata, sosial, keluarga, tugas pemerintah, seminar, pameran internasional, adakan rapat, meneruskan ke negara lain) melalui edaran Direktur Jenderal Imigrasi No. IMI-3673.GR.01.10 Tahun 2015;

d. Pembentukan Tim PORA tingkat pusat, melalui Permenkumham No. M.HH-01.GR.03.02 Tahun 2015.

3). Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2016 tentang Bebas Visa Kunjungan (169 negara):a. Penerapan perluasan tujuan kedatanngan

melalui Permenkumham No. 17 Tahun 2016;

b. Melakukan evaluasi awal dengan data Perlintasan dimulai bulan Juni 2015 s.d Mei 2016.40

40 ibid.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 113

Page 140: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

B. Melakukan sosialisasi ke Kementerian/Lembaga/biro jasa/travel mengenai kebijakan bebas visa. Terkait substansi sosialisasi yang dilakukan, Ditjen imigrasi telah menyampaikan kebijakan keimigrasian, memberikan penjelasan penyelesaian permasalahan keimigrasian dan meluruskan terhadap penafsiran penerapan yang berbeda dari negara-negara subyek bebas visa. Sosialisasi yang dilakukan terhadap:1. Kementerian Pariwisata: Jajaran Pemerintah

Daerah; Munas ASITA se-Indonesia; Pelaku Bisnis Pariwista se-Jawa dan Bali; dan Stakeholder terkait dengan kepariwisataan di tingkat daerah.

2. Kementerian Luar Negeri: Perwakilan RI di Kanada, London, Beijing, Kuala Lumpur, Singapura, Hongkong; serta Masyarakat Indonesia di luar negeri, Khusus dengan negara-negara Schengan, 24 negara – negara Eropa yang termasuk dalam skema Schengen, dan Khusus dengan perwakilan negara Jepang, China, Filiphina, Jerman, Ukraina.

Dengan bentuk sosialisasi seperti: desiminasi Perwakilan Asing, seluruh Perwakilan Asing dan entitas tertentu yang memiliki tugas misi diplomatik di Jakarta; dengar pendapat dengan

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

114

Page 141: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Komisi III DPR; dan wawancara khusus dengan stasiun teve swasta (Dirjenim, Dirlantaskim).41

Dengan adanya kebijakan bebas visa, maka dapat dikatakan adanya peningkatan secara signifikan kedatangan orang asing ke Indonesia, sebagai perbandingan sepanjang tahun 2015, terdapat kedatangan orang asing ke Indonesia sebanyak 16.994.658 orang, diantaranya 4.930.716 orang menggunakan bebas visa kunjungan. Pada periode Januari s/d Februari 2016 terdapat kedatangan orang asing ke Indonesia sebanyak 2.671.216 Orang, diantaranya 1.019.157 orang menggunakan bebas visa kunjungan. Hal ini tergambar dengan banyaknya orang asing yang menggunakan bebas visa kunjungan dalam kurun waktu 2 bulan awal Tahun 2016 dibandingkan pada tahun 2015 seperti di dalam grafik berikut:42

41 ibid.42 Rancangan Laporan singkat Raker komisi III DPR RI dengan Menteri Hukum

dan HAM pada senin 11 april 2016, www.dpr.go.id/docakd/document, (diakses 27 Juli 2016).

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 115

Page 142: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Grafik 6. Perlintasan Orang Asing Yang Menggunakan BVK

sumber: diolah dari hasil penelitian tim imigrasi 2016.

Dalam tabel berikut terlihat perkembangan kunjungan wisman ke Indonesia tahun 2015-2016 berdasarkan pintu masuk:

Tabel 6. PERKEMBANGAN KUNJUNGAN WISMAN KE INDONESIA

TAHUN 2016 vs 2015

BULAN 19 Pintu Masuk Utama

Pintu Masuk Lainnya *)

Total Kunjungan Seluruh Pintu Masuk

JANUARI

2016 736,049 78,254 814,303

2015 698,355 87,618 785,973

Pertumbuhan (%) 5.40 -10.69 3.69

FEBRUARI

2016 806,074 82,235 888,309

2015 762,533 81,395 843,928

Pertumbuhan (%) 5.71 1.03 5.26

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

116

Page 143: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

MARET

2016 840,144 74,875 915,019

2015 764,211 76,860 841,071

Pertumbuhan (%) 9.94 -2.58 8.79

APRIL

2016 834,861 66,234 901,095

2015 734,234 67,639 801,873

Pertumbuhan (%) 13.71 -2.08 12.37

MEI

2016 865,419 49,787 915,206

2015 776,637 75,751 852,388

Pertumbuhan (%) 11.43 -34.28 7.37

JUNI

2016 805,651 52,000 857,651

2015 802,474 69,911 872,385

Pertumbuhan (%) 0.4 -25.62 -1.69

JULI

2016 968,216 64,525 1,032,741

2015 804,521 73,063 877,584

Pertumbuhan (%) 20.35 -11.69 17.68

AGUSTUS

2016 970,021 61,965 1,031,986

2015 841,548 70,156 911,704

Pertumbuhan (%) 15.27 -11.68 13.19

SEPTEMBER

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 117

Page 144: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

2016 946,437 60,216 1,006,653

2015 847,869 72,259 920,128

Pertumbuhan (%) 11.63 -16.67 9.4

JAN-SEPT

2016 7,772,872 590,091 8,362,963

2015 7,032,382 674,652 7,707,034

Pertumbuhan (%) 10.53 -12.53 8.51

Sumber: Ditjen Imigrasi dan BPS (diolah kembali oleh Asdep Litbangjakpar Kemenpar)

Keterangan jenis pintu masuk: U (Udara), L (Laut), D (Darat)Keterangan: *) Jumlah kunjungan wisman melalui pintu masuk lainnya,

tahun 2016 merupakan angka sementara

Grafik 7. Kunjungan Wisman 2016 vs 2015

sumber: http://www.kemenpar.go.id/image/contenttransaction/3139.JPG

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

118

Page 145: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Badan Pusat Statistik mengeluarkan data jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia pada September 2016, yakni mencapai 1,01 juta wisman. Angka tersebut naik 9,4 persen dibandingkan pada September 2015, sedangkan jika dibandingkan dengan Agustus 2016, angka itu mengalami penurunan sebesar 2,45 persen. Dari 1,01 juta wisatawan mancanegara yang datang pada September 2016, mayoritas berasal dari negara Cina dengan 12,92 persen, disusul oleh Singapura dengan 12,71 persen, Malaysia dengan 12,15 persen, Australia dengan 11,97 persen, dan Jepang dengan 5,08 persen.

Secara kumulatif dari Januari hingga September 2016, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia mencapai 8,36 juta, naik 8,51 persen dibandingkan periode yang sama di tahun lalu yang hanya 7,71 juta kunjungan. Dari 19 pintu masuk utama ke Indonesia, ada tiga pintu masuk yang menjadi sumber terbesar kedatangan wisman, yakni Bandara Ngurah Rai Bali dengan total kunjungan wisman sebanyak 3.595.398 orang, disusul Bandara Soekarno-Hatta dengan 1.765.271 wisman, dan Batam dengan 1.052.222 wisman.

Ini berarti pemberlakuan BVK secara signifikan meningkatkan jumlah orang asing yang berkunjung ke Indonesia dengan memanfaatkan fasilitas BVK. Namun Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly mengatakan, pemerintah akan mengevaluasi kebijakan bebas visa setelah diterapkan selama satu tahun jika ada negara

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 119

Page 146: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

yang wisatawannya tidak signifikan dan lebih banyak membahayakan serta melanggar aturan imigrasi.

c. Sarana-prasarana

Berikut ini disajikan Tabel 7 tentang Sarana-Prasarana Pendukung Tentang Bebas Visa.

Tabel 7. Sarana Prasarana Pendukung Implementasi Bebas Visa

No. Pernyataan Sangat Kurang Kurang Cukup Baik Tidak

diisi

1. Ketersediaan sarana terkait BV

8,51 27,66 44,68 19,15 0,00

2. Ketersediaan prasarana terkait BV

2,08 31,25 47,92 16,67 2,08

3. Memadai dan modernnya sarana-prasarana terkait kebijakan BV

4,17 43,75 29,17 22,92 0,00

Hal yang menarik pula disajikan dalam laporan ini adalah bahwa ketersediaan sarana sudah cukup (44,68%) begitu pula dengan prasarana yang ada (47,92%) namun sarana –prasarana yang ada perlu untuk dilakukan modernisasi, karena dianggap kurang modern (43,75), hal ini dilakukan agar tidak ketinggalan perkembangan zaman dan itu menjadi tuntutan yang harus dipenuhi mengingat banyaknya arus orang asing yang keluar masuk wilayah NKRI. Langkah-langkah yang dilakukan oleh Ditjen Imigrasi

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

120

Page 147: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

untuk mendukung implementasi kebijakan BV adalah memodernkan sarana-prasarana danpenggunaan aplikasi online terkait PORA (tempat menginap/hotel) dalam rangka pengumpulan data dan informasi terkait orang asing.

d. Pengawasan dan Pengamanan

Tabel 8. Pengawasan dan Pengamanan

No. Pernyataan Ya Tidak Tidak diisi

1. Kemudahan mekanisme pengawasan dan pengamanan pasca implementasi BV

14,58 81,25 4,17

2. Adanya SOP terkait BV 75,00 20,83 4,17

3. Adanya MOU dengan TNI-Polri terkait BV 12,50 83,33 4,17

4. Terjadinya peningkatan frekuensi kedatangan orang asing terkait kebijakan BV

62,50 33,33 4,17

5. Adanya kendala bagi pegawai terkait implementasi BV

45,83 52,08 2,08

Berdasarkan tabel di atas ada yang harus menjadi perhatian serius kita, mengingat bahwa imigrasi adalah sebagai gerbang utama pintu masuk dan keluarnya orang asing ke wilayah NKRI, data di lapangan menunjukan bahwa faktor pengawasan dan pengamanan (security) terkait orang asing pasca pemberlakuan bebas visa adalah hal yang harus menjadi perhatian utama, karena ternyata ada

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 121

Page 148: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

kesulitan dalam melakukan pengawasan terhadap orang asing yang masuk ke NKRI (81,25%) ditambah lagi belum adanya MoU dengan TNI-Polri terkait pengawasan dan keamanan terhadap orang asing (83,33%). Ini berarti ada persoalan yang harus dibenahi terkait implementasi bebas visa apalagi dengan memperhatikan luasnya wilayah NKRI dan banyaknya jalur-jalur tikus untuk keluar masuknya orang asing, untuk itu dibutuhkan personil yang memadai yang bisa melakukan pengawasan dan pengamanan sehingga dapat meminimalisir terjadinya pelanggaran akibat bebas visa serta untuk melindungi kedaulatan dan keamanan NKRI.

Arus lalu lintas warga negara asing yang semakin deras perlu diantisipasi dan dievaluasi agar tidak sampai mengancam keamanan dan kedaulatan negara. Hal ini perlu dilakukan untuk meminimalisir terjadinya peningkatan pelanggaran izin tinggal yang dilakukan sejumlah warga negara asing, meningkatnya tenaga kerja WNA yang memanfaatkan bebas visa kunjungan lalu mempersulit perebutan lapangan kerja di Indonesia, serta pintu masuk terhadap jaringan narkoba dan terorisme.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, 10 negara yang warga negaranya paling banyak melanggar kebijakan bebas visa adalah Tiongkok, Afganistan, Banglades, Filipina, Irak, Malaysia, Vietnam, Myanmar, India, dan Korea Selatan. hal ini terlihat dalam tabel berikut ini:

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

122

Page 149: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Tabel 9. Jumlah pelanggaran Keimigrasian Periode Januari-Juli 2016

No Nama Negara Asal Jumlah Pelanggaran

1 Tiongkok 1180

2 Afganistan 411

3 Bangladesh 172

4 Filipina 151

5 Irak 127

sumber:http://nationalgeographic.co.id/berita/2016/07/kebijakan-bebas-visa-butuh-evaluasi, 270716, 10.07.

Dari tabel tersebut di atas WN Tiongkok men-duduki peringkat pertama dengan jumlah yang signifikan, yakni 1.180 pelanggaran pada Januari-Juli 2016. Adapun WN Afganistan melakukan 411 pelanggaran, Banglades (172), Filipina (151), dan Irak (127). Sanksi yang paling banyak dijatuhkan adalah deportasi. Selama tujuh bulan terakhir, 2.856 kasus pelanggaran oleh WNA dijatuhi sanksi deportasi.

Sebagai perbandingan digambarkan negara yang banyak melakukan pelanggaran sampai bulan agustus 2016 dalam tabel berikut:

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 123

Page 150: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Tabel 10. Peringkat 10 Besar Warga Negara

sumber: Diolah dari data Ditjenim 2016.

Dari tabel di atas menunjukan bahwa dengan adanya peningkatan kedatangan orang asing ke Indonesia akibat kebijakan bebas visa, terdapat juga potensi adanya peningkatan yang cukup signifikan terhadap pelanggaran keimigrasian yang dilakukan oleh negara-negara penerima bebas visa. Hal ini tercermin dalam grafik berikut:

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

124

Page 151: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Grafik 8. Tindakan Administrasi Keimigrasian Tahun 2016

sumber: Diolah dari data Ditjenim 2016.

Untuk mengantisipasi terjadinya kerawanan dalam hal pengawasan dan pengamanan terkait orang asing, maka Ditjen Imigrasi telah melakukan langkah-langkah antara lain: melakukan peningkatan peran wasdakim dan pengawasan pendaratan dan izin masuk orang asing, pengawasan terhadap penggunaan izin tinggal oleh orang asing di berbagai tempat terutama di bidang Pariwisata maupun di berbagai tempat hiburan, interview singkat/second clearing jika terindikasi menyalahgunakan bebas visa, serta melakukan Tindakan Administrasi Keimigrasian (TAK) jika terindikasi ada penyalahgunaan BV. Sedangkan dari sisi keamanan (security): melakukan kerjasama antar instansi dalam melakukan pencegahan terhadap penyalahgunaan bebas visa guna meminimalisir potensi penyalahgunaan aturan seperti melakukan

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 125

Page 152: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

kerjasama dengan TNI dalam maping keberadaan orang asing.

Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya pelanggaran keimigrasian yang dilakukan oleh orang asing di wilayah Indonesia, Ditjen Imigrasi melakukan pengawasan keimigrasian dengan cara:43

a) Pengawasan secara Administratif, yaitu: 1) dilakukan pada saat permohonan visa

meliputi: pemeriksaan kebenaran penjamin, berkas permohonan, rekomendasi/izin dari instansi terkait;

2) saat masuk dan keluar Wilayah Indonesia meliputi: paspor yang sah dan masih berlaku, visa/izin tinggal, tiket kembali;

3) pemberian dan perpanjangan perijinan keimigrasian di Kantor Imigrasi seluruh Indonesia (121 Kantor Imigrasi) meliputi: pemeriksaan penjamin, pemeriksaan domisili, pemeriksaan kegiatan orang asing, rekomendasi/izin dari instansi terkait;

b) Pengawasan Lapangan, yaitu dilakukan dengan melakukan pengecekan terhadap keberadaan dan kegiatan Orang Asing selama berada di Indonesia.

Sedangkan untuk melakukan pengawasan Keimigrasian terhadap kegiatan orang asing di wilayah

43 ibid.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

126

Page 153: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Indonesia, jajaran Imigrasi melakukan pengawasan keimigrasian diantaranya Hotel, tempat hiburan, perusahaan-perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja asing, dan tempat lain yang diduga terdapat kegiatan orang asing.

Jajaran Kemigrasianpun telah melakukan upaya dalam rangka pengawasan terhadap penyalahgunaan izin oleh orang asing terutama yang berkerja secara illegal di Indonesia diberbagai sektor, khususnya sektor informal, antara lain: 44

1. Peningkatan pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian yaitu: a. Border Control Management (BCM); b. Aplikasi Pelaporan Orang Asing (APOA);

2. Operasi Pengawasan Orang Asing baik secara Rutin maupun Insidentil dilakukan oleh Kantor Imigrasi di seluruh Indonesia;

3. Membentuk Sekretariat TIM PORA di Direktorat Jenderal Imigrasi, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM, dan Kantor Imigrasi Seluruh Wilayah Indonesia baik di tingkat Pusat, propinsi, kabupaten dan kota.

Adapun langkah terakhir yang dilakukan oleh Ditjen Imigrasi adalah dengan melaksanakan evaluasi terhadap perlintasan orang asing yang dihitung

44 ibid.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 127

Page 154: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

mulai bulan Juni 2015 s.d Mei 2016 (11 bulan), lalu dilakukan analisis terhadap 3 hal: a) Jumlah terbesar dan terkecil volume kedatangan negara subyek bebas visa; b) Jumlah perbandingan kedatangan negara azas resiprokal dan belum resiprokal; dan c) Jumlah negara yang belum pernah datang sejak diberlakukan bebas visa kunjungan.

Dari analisis yang dilakukan terlihat frekuensi kedatangan orang asing ke wilayah NKRI sebagaimana berikut:1. Negara terbesar dan terkecil volume kedatangannya

adalah negara Malaysia dan Singapura (lebih 100.000 orang, antara 144.203 – 181.445 wisatawan perbulan) sedangkan negara terkecil volume kedatangannya antara 1 – 10 orang perbulan (ada 66 negara).

2. Jumlah Kedatangan 15 negara Resiprokal 4.095.264 (58.69 %) dan 144 negara Non Resiprokal 2.881.945 (41.32%)

3. Negara yang belum pernah datang (10 negara: Antigua dan Barbuda, Burundi, Ceko, Gabon, Haiti, Kepulauan Marshall, Kiribati, Lesotho, Puerto Rico, dan Saint Lucia).45

Untuk lebih jelasnya seperti terlihat dalam tabel berikut ini:

45 ibid.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

128

Page 155: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Tabe

l 11.

H

asil

Eva

luas

i BV

K

sum

ber:

papa

ran

Ditj

en Im

igra

si 20

16.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 129

Page 156: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Berdasarkan data di atas maka terdapat 66 negara yang dianggap belum mendukung secara maksimal (efektif) dan ada 10 negara dianggap tidak efektif, sehingga azas manfaat sebagaimana dimaksud pasal 43 UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian belum secara signifikan memberikan keuntungan bagi pemerintah Indonesia.46

Namun ada berbagai peluang yang dapat men du-kung usaha peningkatan kinerja keimigrasian dalam hal implementasi bebas visa, antara lain: 1. Adanya Political Will dari pemerintah yang

tentunya mempunyai Political Supporting dalam memberikan upaya-upaya meningkatkan kinerja keimigrasian dalam implementasi bebas visa.

2. Adanya Legal Supporting berupa peraturan perundang-undangan.

3. Sumber daya manusia di lingkungan Kemenkumham dapat dikatakan cukup banyak dalam kaitannya dengan kebutuhan penugasan baru dan spesialisasi tugas terutama bagi lulusan AIM atau DIKPIM.

4. Terbukanya kemungkinan permintaan Anggaran khusus bagi peningkatan pengawasan dan penindakan keimigrasian.

46 ibid.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

130

Page 157: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Dan juga yang perlu dipahami bahwa kepedulian dan keterlibatan intansi terkait sangat berpengaruh dalam pelaksanaan bebas visa. Aspek peraturan, biaya, dan sumber daya manusia secara tidak langsung juga berpengaruh terhadap kepedulian dan keterlibatan instansi itu sendiri.

2. Manfaat Implementasi Kebijakan Bebas Visa bagi Keimigrasian

Kebijakan bebas visa yang diberlakukan di Indonesia berdasarkan perpres terakhir No. 21 Tahun 2016 tanggal 2 maret 2016 yang memberikan kebebasan dari kewajiban memiliki visa kunjungan bagi orang asing, ternyata mendapat tanggapan yang berbeda dari setiap responden di UPT Kanim yang menjadi lokus pengkajian.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ka UPT kanim dan pejabat keimigrasian terkait, serta hasil dari kuesioner yang dikumpulkan, maka dari sudut pandang keimigrasian belum nampak manfaat yang signifikan terkait bebas visa bahkan ada beberapa poin yang perlu dicermati sehingga implementasi bebas visa tidak melenceng dari tujuan pemberian bebas visa, yaitu:

a. Dari segi ketepatan dan urgensi implementasi kebijakan bebas visa

Jika dari sudut Imigrasi, dianggap belum tepat, hal ini didasari bahwa ada negara-negara penerima bebas visa yang termasuk negara bergejolak seperti

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 131

Page 158: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Bangladesh, negara-negara yang secara ekonomi, sosial, dan politik belum baik, serta ada negara yang termasuk negara bermasalah. Di samping itu asas resiprokal dan manfaat yang menjadi amanat UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian tidak diberlakukan bagi WNI yang berkunjung ke negara-negara penerima bebas visa.

Hal ini juga didukung data dari Ditjen Imigrasi bahwa terdapat 66 negara yang dianggap belum mendukung secara maksimal (efektif) dan ada 10 negara dianggap tidak efektif, sehingga azas manfaat sebagaimana dimaksud pasal 43 UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian belum secara signifikan memberikan keuntungan bagi pemerintah Indonesia.47

Ada hal yang menarik berdasarkan wawancara dengan kakanim Ngurah Rai, bahwa wisatawan yang datang ke Bali khususnya bukanlah wisatawan yang memiliki uang yang banyak akan tetapi mereka datang dengan menggunakan fasilitas tunjangan sosial (wisatawan miskin), sehingga ketika masa tinggal mereka habis, mereka kehabisan uang untuk kembali ke negaranya. Hal ini menimbulkan persoalan tersendiri bagi 34 Konsulat Jenderal negara-negara asing yang ada di Bali akibat banyaknya warga negara mereka yang kehabisan uang.

47 Paparan Direktorat Jenderal Imigrasi, op.cit.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

132

Page 159: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Dengan luas wilayah NKRI yang terdiri dari banyak pulau sehingga membutuhkan SDM yang harus memadai karena banyaknya orang asing yang datang dan juga adanya jalur-jalur tikus yang tentu saja akan berimplikasi pada keamanan dan pengawasan orang asing tersebut, dan ini tentu saja dalam jangka waktu tertentu akan berdampak pada kedaulatan bangsa ini.

Disisi lain, tidak berbanding lurusnya antara SDM yang ada dan luasnya wilayah kerja kanim serta banyaknya kedatangan orang asing, tentu saja berpotensi kerawanan terhadap penyalahgunaan bebas visa untuk kepentingan lain seperti untuk bekerja, illegal fishing, cyber crime, terorisme, narkoba, dll.

Dari segi penganggaran pun tidak ada anggaran khusus terkait pengawasan dan penindakan keimigrasian (wasdakim) terhadap orang asing, ini tentu saja menyulitkan dalam melakukan pengawasan terhadap orang asing apalagi imigrasi telah kehilangan PNBP nya sebesar 1 triliun dalam setahun akibat bebas visa.

Target pariwisata yang telah ditetapkan Presiden Jokowi dalam lima tahun ke depan, antara lain diharapkan menghasilkan kontribusi dua kali lipat terhadap PDB nasional sebesar 8% atau devisa yang dihasilkan Rp 280 triliun. Selain itu, untuk menciptakan lapangan kerja di bidang pariwisata untuk 13 juta orang, serta peningkatan kunjungan wisman sebanyak 20 juta orang, pergerakan wisnus 275 juta orang serta daya saing pariwisata Indonesia naik

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 133

Page 160: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

ke rangking 30 dunia. Sedangkan target yang hendak dicapai pada tahun 2016 ini adalah 12 juta kunjungan wisman dan 260 juta pergerakan wisnus, kontribusi pariwisata terhadap PDB nasional sebesar 5 persen, serta terciptanya jumlah lapangan kerja sebanyak 11,7 juta tenaga kerja.48 Oleh karena itu, untuk mendukung peningkatan devisa negara melalui pariwisata, maka dilakukan sinergi yang disebut Pentahelix yang terdiri dari unsur pemerintah, akademisi, pelaku bisnis, media, dan komunitas.

b. Dari segi kemudahan dalam implementasi kebijakan BV

Dengan pemberlakuan bebas visa ada kemudahan dalam hal administrasi keimigrasian seperti tidak memerlukan peneraan stiker VOA bagi orang asing; mempercepat antrian (kurang dari 1 menit) karena tidak memerlukan VOA; memudahkan dalam input data ke BCM. Tapi berdasarkan temuan di lapangan ada kesulitan tersendiri bagi imigrasi dalam melakukan pengawasan terhadap orang asing, antara lain: untuk mengetahui maksud dan tujuan yang sebenarnya kedatangan orang asing tersebut; menambah potensi kerawanan pelanggaran aturan akibat menumpuknya orang asing yang masuk apalagi tidak ada kontribusi

48 http://travel.detik.com/read/2016/07/25/115339/3260381/1382/mau-pariwisata-maju-menpar-minta-sinergi-5-pihak-ini, 270716, 10.49

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

134

Page 161: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

secara ekonomi bagi negara; kurangnya intelijen keimigrasian pada UPT kanim sehingga menyulitkan melakukan pengawasan serta kesulitan melakukan tuntutan terhadap negara-negara konflik jika terjadi permasalahan.

3. Kendala-kendala yang dihadapi

Sementara itu, beberapa kendala yang mungkin dihadapi, yang jika tidak dilakukan solusi terhadapnya akan mengganggu implementasi bebas visa, antara lain: a) Dari sisi pengawasan belum dapat mendeteksi secara

pasti kemanfaatan bebas visa dalam peningkatan pariwisata.

b) Dari sisi keamanan (security) mengingat luasnya wilayah kerja maka kemungkinan akan meningkatkan potensi pelanggaran orang asing yang masuk terutama yang termasuk kategori negara rawan dan penyalahgunaan BV untuk kepentingan kejahatan seperti cyber crime, illegal fishing, dll.

c) Dari sisi sumber daya: SDM yang kurang sebanding antara pengawasan dan tingginya perlintasan orang asing yang masuk karena BV dan kurangnya pengetahuan intelijen petugas imigrasi.

d) Dari sisi sarana-prasarana: Kurangnya sarana-prasarana yang modern.

e) Dari sisi komunikasi: kurangnya koordinasi dengan instansi terkait dan kurangnya intensitas sosialisasi BV kepada orang asing.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 135

Page 162: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Namun secara umum tidak terdapat kendala dan hambatan yang dihadapi dalam koordinasi dan kerjasama antar instansi terkait lainnya, hal ini dapat dibuktikan dengan telah dibentuknya tim PORA di seluruh wilayah Indonesia dan dengan dibentuknya Sekretariat tim PORA Tingkat Pusat, Tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota Madya. Dalam pelaksanaan tugas di lapangan jajaran Imigrasi selalu bersinergi dengan instansi terkait seperti: 1) POLRI, terjalinnya kerjasama peningkatan kualitas

Penyidik melalui Diklat PPNS, dan dilaksanakannya operasi gabungan.

2) Badan Keamanan Laut (BAKAMLA), melaksanakan operasi bersama dalam penanganan illegal fishing, TPPO melalui perbatasan laut;

3) Badan Intelijen Nasional (BIN), tergabungnya intelijen Keimigrasian dalam Komunitas Intelijen baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah;

4) Kerjasama antar instansi terkait dalam penilaian permohonan visa bagi negara-negara rawan yang meliputi Kementerian Luar Negeri, POLRI, BIN, BAIS dan Kejaksaan Agung;

5) Tentara Nasional Indonesia (TNI), kerjasama dalam penguatan kapasitas Intelijen Imigrasi melalui DIKLAT Intelijen;

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

136

Page 163: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

6) Badan Narkotika Nasional (BNN), membuat perjanjian kerjasama dengan BNN dalam penanganan tindak pidana narkoba yang terkait dengan orang asing.49

Sebagai penutup dalam pembahasan ini dapat dikatakan bahwa secara sistem implementasi bebas visa tidak ada perbedaan dengan Visa On Arrival (VOA) karena keduanya masih tetap menggunakan visa, hanya saja ada pergeseran dari visa berbayar kepada visa tanpa bayar.

49 Rancangan Laporan singkat Raker komisi III DPR RI dengan Menteri Hukum dan HAM pada senin 11 april 2016, www.dpr.go.id/docakd/document, 270716.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 137

Page 164: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

138 Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa

Page 165: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

BAB IVPENUTUP

1. Kesimpulan

Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh Tim Pengkajian, maka dapat diuraikan beberapa butir kesimpulan sebagai berikut:a) Bahwa jajaran keimigrasian telah siap dalam mengimple-

mentasikan kebijakan bebas visa terlihat dengan upaya yang dilakukan berupa: sosialisasi dan peningkatan pengawasan di semua wilayah kerja; melakukan kerja sama dengan instansi terkait dalam hal pengawasan orang asing sampai tingkat RT/RW dan membentuk sekretariat tim PORA; melakukan peningkatan kompetenasi SDM, sarpras, dan intelijen; memperkuat sistem perlintasan orang asing mulai dari bandar udara, pos lintas batas dan pelabuhan laut, namun memang masih terdapat kekurangan atau belum maksimalnya kinerja UPT keimigrasian dalam mengimplementasikan kebijakan bebas visa tersebut.

b) Adapun manfaat dengan adanya kebijakan bebas visa, dari sudut pandang Imigrasi, secara signifikan belum terlihat,

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 139

Page 166: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

hal ini didasari bahwa ada negara-negara penerima bebas visa yang termasuk negara bergejolak, negara-negara yang secara ekonomi, sosial, dan politik belum baik, serta ada negara yang termasuk negara bermasalah sehingga dalam sejumlah kasus penyalahgunaan bebas visa digunakan untuk keperluan bekerja. Di samping itu asas resiprokal dan manfaat yang menjadi amanat UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian tidak diberlakukan bagi WNI yang berkunjung ke negara-negara penerima bebas visa. Data dari Ditjen Imigrasi menunjukan bahwa terdapat 66 negara yang dianggap belum mendukung secara maksimal (efektif) dan ada 10 negara dianggap tidak efektif, sehingga azas manfaat sebagaimana dimaksud pasal 43 UU No. 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian belum secara signifikan memberikan keuntungan bagi pemerintah Indonesia. Namun ada kemudahan dalam hal administrasi keimigrasian seperti tidak memerlukan peneraan stiker VOA bagi orang asing; mempercepat antrian (kurang dari 1 menit) karena tidak memerlukan VOA; memudahkan input data ke BCM. Sedangkan dari sisi pariwisata: bahwa kebijakan bebas visa memudahkan bagi orang asing untuk datang ke wilayah NKRI dari tempat-tempat yang telah ditentukan berdasarkan keputusan presiden serta adanya peningkatan devisa negara melalui pariwisata, dan terwujudnya peningkatan kesejahteraan masyarakat, walaupun ini memerlukan kajian lebih lanjut;

c) Beberapa kendala yang menyebabkan belum maksimalnya implementasi bebas visa antara lain adalah: (1) Dari sisi pengawasan belum dapat mendeteksi secara pasti

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

140

Page 167: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

kemanfaatan bebas visa dalam peningkatan pariwisata; (2) Dari sisi keamanan (security) mengingat luasnya wilayah kerja maka kemungkinan akan meningkatkan potensi pelanggaran orang asing yang masuk terutama yang termasuk kategori negara rawan; (3) Dari sisi sumber daya: SDM yang kurang sebanding antara pengawasan dan tingginya perlintasan orang asing yang masuk karena BV dan kurangnya pengetahuan intelijen petugas imigrasi; (4) Dari sisi Sarana-prasarana: Kurangnya sarana-prasarana yang modern; dan (5) Dari sisi komunikasi: kurangnya koordinasi dengan instansi terkait.

2. Saran/Rekomendasi

a) Agar Kementerian Hukum dan HAM R.I, c.q. Direktorat Jenderal Imigrasi secara terus menerus dan berkesinambungan untuk mensosialisasikan kepada semua jajaran baik di tingkat pusat maupun pada Unit pelayanan Teknis dalam mendukung implementasi kebijakan Bebas Visa, serta meningkatkan koordinasi dan pemahaman yang sama terhadap pengawasan orang asing yang datang berkunjung ke wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b) Agar Kementerian Hukum dan HAM R.I, perlu meningkatkan hubungan kerjasama, kolaborasi dan sinergi dengan instansi terkait melaluiP promosi pariwisata seperti: Kementerian Pariwisata, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Tenaga kerja dan Transmigrasi, Badan Nasional Narkotika dan Kepolisian Republik

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 141

Page 168: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Indonesia terkait dengan wisatawan yang berkunjung ke Negara Kesatuan Republik Indonesia dan perlu peninjauan kembali terhadap kebijakan bebas visa terutama bagi negara bergejolak, negara-negara yang secara sosial dan politik belum baik, negara bermasalah, negara yang warga negaranya banyak melakukan pelanggaran dan kesalahan dalam penggunaan bebas visa dari negara subyek bebas visa serta negara yang tidak berkontribusi sama sekali secara ekonomi bagi peningkatan devisa negara, dengan memperhatikan keseimbangan penerapan asas resiprokal dan manfaat yang menjadi amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian;

c) Perlu peningkatan kualitas dan kompetensi SDM melalui Pendidikan dan Latihan untuk menambah wawasan serta kemampuan SDM khususnya yang bertugas di TPI seperti penjurusan bagi taruna Akademi Ilmu Imigrasi (AIM) agar disesuaikan dengan keahliannya (IT, intelijen, pelayanan, pengawasan, dan penindakan). Untuk mengatasi kekurangan SDM, maka perlu dilakukan perekrutan pegawai dengan sistem perjanjian kerja sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Aparatur Sipil Negara;

d) Perlu peningkatan sarana dan prasarana terlebih sistem IT guna mendukung kinerja dan pelaksanaan tugas dilapangan sehingga data yang diperoleh dapat langsung masuk ke dalam sistem;

e) Perlu pengkajian lebih lanjut untuk mengetahui dampak implementasi bebas visa.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

142

Page 169: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Budi Winarno, Teori dan Proses Kebijakan Publik, (Yogyakarta: Media Press, 2005).

Charles O Jones, An Introduction to the Study of Public Policy, (Belmont, CA: Wadswort, 1970).

Cokrowinoto, Mulyarto, Pembangunan, Dilema dan Tantangan, (Yogyakarta: PT. Pustaka Pelajar, 1996).

Dunn, William, N. 2003, Analisis Kebijakan Publik, (Yogyakarta: PT Hanindita Graya Widya, 2003).

Edi Suharto, Analisis Kebijakan Publik,(Bandung: Alfabeta, 2005).

Edwards III, George C, Implementing Publik Policy. (Washington: Congresinal Quartely Press, 1980).

Quade, E.S, 1984, Analisis For Public Decision, (New York: Nort Holland, 1984).

Samodra Wibawa, Evaluasi Kebijakan Publik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994).

Sholichin, Abdul Wahab, 1997, Analisis Kebijakan, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997).

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 143

Page 170: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

------------------, 2001, Analisis Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan Negara, (Jakarta: Bumi aksara, 2001).

------------------, Analisis Kebijaksanaan: Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004).

Buku Selayang Pandang Kantor Imigrasi Kelas II Entikong.

Disertasi/Tesis/Skripsi/Makalah

Zaeni, Akhmad, Implementasi Kebijakan Program Keluarga Berencana Di Kabupaten Batang Studi Kasus Peningkatan Kesertaan KB Pria Di Kecamatan Gringsing, Tesis, (Semarang: Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, 2006).

Eko Widyantoro, Ari, Implementasi Performance Based Budgeting: Sebuah Kajian Fenomenologis (Studi Kasus pada Universitas Diponegoro), (Semarang: Program Studi Magister Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Tahun 2009).

Awaludin, Hamid, Pidato Rapat Kerja Departemen Hukum dan HAM RI, http\\www.depkumham.go.id,

Term Of Reference (TOR) Pelaksanaan Tugas Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM RI Sulawesi Barat Dalam Rangka Pelayanan Masyarakat di bidang Hukum.

Paparan Direktorat Jenderal Imigrasi dalam Presentasi Draft Laporan Akhir Tim kajian Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa, Senin, 15 Agustus 2016 di Balitbang Hukum dan HAM RI.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

144

Page 171: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Internet/Artikel

http://pekanbaru.tribunnews.com/2015/07/09/kebijakan-bebas-visa-apa-manfaat-dan-untungnya-untuk-negara, diakses 19 Januari 2016).

http://mulyono.staf f.uns.ac . id/2009/05/28/model-implementasi-kebijakan-george-edward-iii/ (diakses 4 September 2015).

http://pekanbaru.tribunnews.com/2015/07/09/kebijakan-bebas-visa-apa-manfaat-dan-untungnya-untuk-negara, (diakses 19 Januari 2016).

http://eprints.uny.ac.id86383BAB%202%20-%2008401241006.pdf, (diakses 10 Maret 2016)

http://staff.uny.ac.idsitesdefaultfilesKarya%20B-Buku%20Dasar-dasar%20Kebijakan%20Publik.pdf, (diakses 10 Maret 2016).

http://score.ac.ukdownloadfiles37911715349.pdf, (diakses 11 Maret 2016, pukul 09.41 wib).

https://arpansiregar.wordpress.com/2013/01/17/model-dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-implementasi-kebijakan/, (diakses 15 Maret 2016,).

http://www.imigrasi.go.id/index.php/profil/sejarah, (diakses 30 Juni 2016).

http://medan.imigrasi.go.id/?p=info&id=45, (diakses 17 Maret 2016).

http://batam.imigrasi.go.id/page/profil/sejarah-imigrasi-batam#.VupVgtJ96Uk, (diakses 17 Maret 2016).

http://ngurahrai.imigrasi.go.id/index.php/profil/sejarah.html, (diakses 17 Maret 2016).

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 145

Page 172: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

https://www.facebook.com/Kantor-Imigrasi-Kelas-I-Denpasar-319260754910515/timeline?ref=page_internal, (diakses 6 Juni 2016).

https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=549035115266410&id=319260754910515&substory_index=0, (diakses 6 Juni 2016).

http://pontianak.imigrasi.go.id/sejarah/, diakses 17 Maret 2016).

http://travel.detik.com/read/2016/07/19/195459/3256853/1382/kemenpar--kemenkum-ham-jalin-kerjasama-untuk-percepatan-pertumbuhan-pariwisata, (diakses 27 juli 2016).

http://www.imigrasi .go.id/index.php/berita/berita-utama/1101-menkumham-dan-menpar-teken-mou-pemanfaatan-data-keimigrasian-guna-percepatan-pembangunan-kepariwisataan, (diakses 27 Juli 2016).

http://www.pontianakpost.com/gandeng-kemenkumham-menpar-arief-yahya-koneksi-data-wisman, (diakses 27 Juli 2016).

www.dpr.go.id/docakd/document, Rancangan Laporan singkat Raker komisi III DPR RI dengan Menteri Hukum dan HAM, senin 11 april 2016, (diakses 27 Juli 2016).

http://travel.detik.com/read/2016/07/25/115339/3260381/1382/mau-pariwisata-maju-menpar-minta-sinergi-5-pihak-ini, (diakses 27 juli 2016).

www.dpr.go.id/docakd/document, Rancangan laporan singkat Raker komisi III DPR RI dengan Menteri Hukum dan HAM pada senin 11 april 2016, (diakses 27 Juli 2016).

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

146

Page 173: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Perundang-undangan

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian.

Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 69 tahun 2015 tentang Bebas Visa Kunjungan.

Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 104 tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 69 tahun 2015 tentang Bebas Visa Kunjungan.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 28 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

Republik Indonesia, Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 31 Tahun 2015 tentang Tempat Pemeriksaan Imigrasi Bebas Visa Kunjungan.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 147

Page 174: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

148 Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Page 175: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

LAMPIRAN(INSTRUMEN PENELITIAN)

Page 176: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

150 Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa

Page 177: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

PEDOMAN PELAKSANAAN

A. Kriteria, Tempat Bertugas Responden, Pertanyaan

1. Responden yang terpilih untuk wawancara adalah Kepala Divisi Imigrasi dan/atau Kepala Kantor UPT Imigrasi.

2. Responden yang terpilih untuk pengisian kuesioner adalah Kepala seksi Lantuskim UPT Imigrasi/Pejabat UPT Imigrasi/dan pegawai UPT Imigrasi.

3. Pertanyaan tambahan dapat diperluas sebagai bahan analisa tambahan personil yang bersangkutan.

4. Kuesioner untuk masing-masing UPT Imigrasi 5 ekslempar

B. Pengumpulan Kuesioner dan lain-lain

Data lapangan harus segera diserahkan kepada Sekretaris Tim Pengkajian maksimal 2 hari setelah kembali dari daerah, untuk dapat dilaksanakan tabulasi data, dengan melampirkan data dan informasi tersebut berupa:a. Jawaban responden terhadap kuesioner.b. Analisis personil pengkajian terhadap pertanyaan/hasil

wawancara. Hasilnya berupa tulisan yang mengupas permasalahan pengkajian, berupa ketikan atau tulisan tangan, minimal 2 halaman.

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 151

Page 178: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Atas nama Tim Pengkajian Keimigrasian tahun 2016 – Pusjianbang, Balitbang Hukum dan HAM, kami mengucapkan banyak terima kasih atas kerjasama yang baik serta usaha-usaha optimal dalam Tim. Semoga Bapak/ibu diberikan kesehatan lahir dan batin selama melaksanakan tugas serta dapat kembali berkumpul bersama keluarga. Amin.

Selamat jalan dan selamat bertugas.

Tim Pengkajian Keimigrasian 2016

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

152

Page 179: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Panduan Wawancara Untuk Kepala Divisi Imigrasi Kanwil

1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai implementasi kebijakan bebas visa? Mohon dijelaskan!

2. Menurut Bapak/Ibu apakah sarana prasarana Kantor Imigrasi sudah mendukung pelaksanaan kebijakan bebas visa. Mohon dijelaskan!

3. Menurut Bapak/Ibu apakah kebijakan bebas visa lebih meningkatkan kinerja pegawai imigrasi ?

4. Menurut Bapak/Ibu apakah ada dampak baik positif maupun negatif dengan diimplementasikannnya kebijakan bebas visa?

5. Menurut Bapak/Ibu upaya apa saja yang dilakukan dalam mengimplementasikan kebijakan bebas visa?

6. Mohon jelaskan saran-saran ideal dan layak dalam me-ningkatkan pengawasan terhadap orang asing melalui kebijakan bebas visa!

Panduan Wawancara Untuk Kepala UPT Imigrasi

1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai implementasi kebijakan bebas visa? Mohon dijelaskan!

2. Menurut pendapat bapak/ibu apakah kebijakan bebas visa sudah tepat dan urgen dalam mendukung tugas dan fungsi keimigrasian?

3. Sepengetahuan bapak/ibu, apakah jajaran keimigrasian sudah siap melaksanakan kebijakan bebas visa serta upaya apa saja yang telah dilakukan? (mohon berikan penjelasan dan contohnya)

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 153

Page 180: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

4. Menurut Bapak/Ibu apakah sarana prasarana Kantor Imigrasi sudah mendukung pelaksanaan kebijakan bebas visa. Mohon dijelaskan!

5. Menurut Bapak/Ibu apakah kebijakan bebas visa lebih meningkatkan kinerja pegawai imigrasi ?

6. Menurut Bapak/Ibu apakah ada dampak baik positif mau-pun negatif dengan diimplementasikannnya kebijakan bebas visa?

7. Apakah di wilayah kerja Bapak/Ibu ada ditemukan kasus pelanggaran bebas visa? Jelaskan

8. Jika ada, langkah-langkah apa sajakah yang dilakukan? Jelaskan!

9. Menurut pendapat Bapak/Ibu kendala-kendala yang diha-dapi UPT Imigrasi dalam pelaksanaan Kebijakan bebas visa?

10. Mohon jelaskan saran-saran ideal dan layak dalam meningkatkan pengawasan terhadap orang asing melalui kebijakan bebas visa!

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

154

Page 181: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Kuesioner …………………………………………………

KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RIBADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HUKUM DAN HAM Jalan H.R Rasuna Said Kav. 4-5 Kuningan-Jakarta Selatan 19240 TELP. (021) 2525015, fax. (021) 2526438Laman: www.balitbangham.go.id

PengantarYth. Bapak/Ibu Responden:

Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Hukum dan HAM Kemenkumham RI No.………………………………………………………… Tahun 2016 Tentang Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan jajaran keimigrasian setelah diberlakukannya kebijakan bebas visa bagi orang asing sesuai dengan Peraturan Presiden No. 69 tahun 2015 jo. Peraturan Presiden No. 104 Tahun 2015 Tentang Bebas Visa Kunjungan. Data yang diperoleh akan menjadi masukan bagi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia maupun Direktur Jenderal Imigrasi dalam melakukan langkah-langkah dan kebijakan berkenaan dengan kegiatan keimigrasian dalam melaksanakan Perprestersebut sesuai dengan tugas pokok dan fungsi di masa mendatang.

Responden dan Narasumber penelitian adalah Kepala Divisi Imigrasi, para Pejabat Imigrasi pada Kantor Imigrasi, dan Tempat Pemeriksaan Imigrasi (pria maupun wanita, struktural maupun non struktural).

Mohon kesediaan dan bantuan responden untuk mengisi/menjawab instrumen penelitian ini dengan cara membubuhkan tanda cheklist [√] pada pilihan/beberapa jawaban yang tersedia, berikut alasan/penjelasan bila diperlukan (identitas/data responden

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 155

Page 182: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

akan dirahasiakan). Untuk juga dapat diketahui, bahwa kuesioner ini bukan untuk menguji Bapak/Ibu, tetapi hanya untuk bahan penelitian semata guna mengetahui bagaimana jajaran Imigrasi melakukan langkah-langkah kesiapan dalam rangka implementasi kebijakan bebas visa sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Terima kasih atas kerjasamanya, karena keberhasilan penelitian ini ”sangat tergantung” pada partisipasi Bapak/Ibu.

Data Responden

Nomor Responden : ........................................................................................

Tanggal : ...........................................2016

N a m a : ........................................................................................

Umur : ........................................................................................

Jenis Kelamin : ........................................................................................

Pekerjaan : ........................................................................................

Pendidikan Formal : SMP / SMA / DIII / SI / S2 / S3 (lingkari yang sesuai)

Pangkat/gol. ruang : ………………………………………………………………………….........

Jabatan/eselon : ………………………………………………………………………….........

Unit kerja/UPT : ….....................................................................................

Mohon kesediaannya untuk mengisi kuesioner ini sesuai dengan fakta yang ada:

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

156

Page 183: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Permasalahan I (Upaya Jajaran Keimigrasian)

Bagian I (Sumber Daya Manusia)

Klasifikasi Skor adalah 1= Ya , 2= Tidak

No PertanyaanJawaban1 2

1 Apakah pegawai imigrasi telah memiliki kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan pelayanan dan pengawasan terhadap orang asing?

2 Apakah pegawai imigrasi profesional dan memahami dengan baik tujuan kebijakan bebas visa?

3 Apakah jumlah pegawai imigrasi yang menangani bebas visa sudah ideal?

4 Apakah implementasi kebijakan bebas visa sudah berjalan baik dan maksimal ?

5 Apakah setiap pegawai imigrasi sudah memahami dengan baik implementasi kebijakan bebas visa?

Bagian II (kebijakan)

Klasifikasi Skor adalah 1= Ya , 2= Tidak

No PernyataanJawaban1 2

1 Apakah kebijakan yang ada/berlaku kon tekstual dengan kondisi dan tuntutan masa sekarang

2 Apakah prinsip-prinsip kebijakan bebas visa sudah dilaksanakan dengan maksimal dan baik?

3 Apakah impelementasi kebijakan bebas visa memudahkan kinerja pegawai keimigrasian?

4 Apakah impelementasi kebijakan bebas visa mempengaruhi kinerja keimigrasian?

5 Apakah kebijakan bebas visa sudah diim-plementasikan oleh jajaran keimigrasian di wilayah kerja saudara?

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 157

Page 184: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Bagian III (Sarana dan Prasarana)

Klasifikasi Skor adalah 1= Sangat Kurang, 2=Kurang, 3=Cukup, 4=Baik

No PernyataanJawaban

1 2 3 41 Bagaimanakah ketersediaan sarana yang

berhubungan dengan bebas visa.2 Bagaimanakah ketersediaan prasarana

yang berhubungan dengan bebas visa.3 Apakah sarana-prasarana yang ada sudah

memadai dan modern?

Bagian IV (Pengawasan dan Pengamanan)

Klasifikasi Skor adalah 1= Ya , 2= Tidak

No PernyataanJawaban1 2

1 Apakah mekanisme pengawasan dan pengamanan lebih memudahkan setelah diimplementasikan kebijakan bebas visa?

2 Apakah sudah ada SOP untuk menangani kebi-jakan bebas visa?

3 Sudah adakah MoU dengan pihak TNI dan POLRI berkaitan dengan kebijakan bebas visa?

4 Apakah frekuensi kedatangan orang asing meningkat setelah diimplementasikannya kebi-jakan bebas visa?

5 Apakah ada kendala bagi pegawai imigrasi dalam mengimplementasikan kebijakan bebas visa?

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

158

Page 185: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

Pertanyaan Terbuka

Permasalahan Kedua (Dampak Implementasi Kebijakan Bebas Visa)

1. Menurut pendapat bapak/ibu apakah kebijakan bebas visa sudah tepat dan urgen dalam mendukung tugas dan fungsi keimigrasian?

a. Tepat dan urgenAlasannya: ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

b. Belum tepat dan tidak urgenAlasannya: ………………………………………………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

2. Menurut pendapat bapak/ibu apakah kebijakan bebas visa memudahkan atau menyulitkan pegawai imigrasi dalam melaksanakannya?

c. MemudahkanAlasannya: ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 159

Page 186: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

d. MenyulitkanAlasannya: ………………………………………………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….

3. Sepengetahuan bapak/ibu, apakah jajaran keimigrasian sudah siap melaksanakan kebijakan bebas visa serta upaya apa saja yang telah dilakukan? (mohon berikan penjelasan dan contohnya)

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

4. Sepengetahuan bapak/ibu, apakah dampak yang terjadi setelah diimplementasikannya kebijakan bebas visa bagi jajaran keimigrasian? (mohon berikan penjelasan dan contohnya)

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

5. Sepengetahuan bapak/ibu, apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi dampak yang terjadi setelah diimple men-

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas VisaBadan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

160

Page 187: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

tasikannya kebijakan bebas visa bagi jajaran keimigrasian? (mohon berikan penjelasan dan contohnya)

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Permasalahan Ketiga (Kendala-kendala Yang Dihadapi)

1. Sepengetahuan bapak/ibu, kendala-kendala apa saja yang ditemukan dalam implementasi kebijakan bebas visa? (mohon berikan penjelasan dan contohnya)

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………..........................

2. Sepengetahuan bapak/ibu, apa upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang dihadapi dalam implementasi kebijakan bebas visa? (mohon berikan penjelasan dan contohnya)

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Upaya Jajaran Keimigrasian dalam Implementasi Kebijakan Bebas Visa 161

Page 188: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana

3. Bagaimanakah saran yang dapat bapak/ibu berikan agar implementasi kebijakan bebas visa dapat berjalan secara optimal sesuai dengan harapan?

……………………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………………………………………..…………………………………………………………………………

Badan Penelitian dan Pengembangan Hak Asasi Manusia Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

162

Page 189: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana
Page 190: UPAYA JAJARAN KEIMIGRASIAN KEBIJAKAN BEBAS VISAjdihn.bphn.go.id/penelusuran/www/storage/document/2016_A01.pdf · pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana