UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN...
Transcript of UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN...
i
UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI SMK PGRI 3
SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
MA’RUFAN HAQIQI
NIM. 23010-15-0126
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2019
vi
MOTTO
“Jangan tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu,
tapi tuntut dirimu karena menunda adabmu kepada Allah”
(Ibnu Atha’illah As-Sakandari)
“Do the best Don’t feel the best”
Lakukan yang terbaik jangan merasa yang paling baik
( Ustadz Wijayanto)
vii
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi
ini penulis persembahkan untuk:
1. Bapak dan ibuku tersayang, Bapak Hadi Susanto dan Ibu Siti Asiyah yang
selalu membimbingku, memberi doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi
dalam hidupku.
2. Kepada kakak-kakakku semua, Mas Naim Wijaya, Mbak Astiana Susanti,
mbak Fitri, dan Mas Heri yang selalu memberikan nasehat dan semangat yang
tiada henti untuk adikmu tersayang ini.
3. Bapak Imam Mas Arum yang telah sabar membimbing dan mendo’akan dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Kepada kekasihku Lailatin Mas’amah yang selalu membantu, menemani,
menyemangati dan mendoakan dalam penulisan skripsi ini.
5. Kepada Bangkit dan Ilham yang selalu menemani bermain PES ketika pusing
mengerjakan skripsi.
6. Kepada semua Bapak/Ibu guru SMK PGRI 3 Salatiga yang telah bersedia
membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. Yang telah memberikan
limpahan nikmat, karunia, taufik, serta hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul Upaya Guru PAI Dalam Pembinaan
Akhlakul Karimah Siswa Di SMK PGRI 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan junjungan kita Nabi
Muhammad Saw. beliaulah suri tauladan bagi seluruh umat manusia,
penyempurna akhlak yang mulia, dan pemimpin yang bijaksana bagi seluruh alam
semesta.
Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa
ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait,
yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang
dibutuhkan. Oleh karena itu terima kasih yang sebesar-besarnya penulis
sampaikan kepada
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag selaku Rektor Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga
2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK)
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Program Pendidikan Agama Islam
(PAI)
ix
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk
penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
5. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang
telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya
untuk penulis selama belajar di sini.
6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen IAIN Salatiga yang tidak bisa saya sebutkan
satu-satu yang telah membekali ilmu pengetahuan serta karyawan IAIN
Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.
7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, semoga segala bantuan yang
diberikan mendapat balasan dan Ridho Allah Swt. serta tercatat sebagai
amalan ibadah.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga
hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca
umumnya.
Salatiga, Agustus 2019
Penulis
Ma’rufan Haqiqi
NIM 23010150126
x
ABSTRAK
Haqiqi, Ma’rufan. 2019. Upaya Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlakul
Karimah Siswa Di SMK PGRI 3 Salatiga Tahun Pelajaran
2018/2019. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri
Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd. Kata Kunci: Guru PAI, Pembinaan, dan Akhlakul Karimah
Masalah akhlak merupakan masalah yang menjadi perhatian
banyak orang terutama orang tua, masyarakat, para pendidik atau guru. Tidak sedikit para orang tua dan guru merasa kebingungan dalam
membina anak didiknya yang mulai kehilangan moral. Sehingga lembaga pendidikan formal sangatlah penting untuk membangun dan
membina akhlak para peserta didik. Berdasarkan latar belakang tersebut maka fokus masalah yang akan dikaji adalah : Bagaimana
Upaya Guru PAI dalam pembinaan akhlakul karimah siswa di SMK PGRI 3 Salatiga dan apa saja problematika dan solusi dalam
pembinaan akhlakul karimah siswa di SMK PGRI 3 Salatiga.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan dengan tahap
persiapan, pelaksanaan, penyelesaian. Subjek penelitian adalah guru pendidikan agama Islam. Teknik pengumpulan data menggunaka
metode participant observation dimana penulis terjun langsung dalam kegiatan yang ada di SMK PGRI 3 Salatiga, wawancara terbuka
dimana participant secara sadar dan mengerti dan dokumentasi berupa arsip dan foto. Analisis data menggunakan tiga komponen utama yaitu
reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru pendidikan
agama Islam dalam membina akhlakul karimah siswa meliputi : 1)
memberikan arahan/ceramah pada siswa, 2) pembiasaan budaya
Islami, 3) memberikan suri tauladan. Adapun problematika dan solusi
dalam pembinaan akhluk karimah siswa meliputi : 1) sarana dan
prasaran yang kurang memadai seperti toa mushola, terkait hal ini
pihak sekolah mengambil tindakan dengan menggunakan bel sekolah
sebagai tanda masuk sholat. 2) Koordinasi guru yang kurang kompak,
hal ini diselesaikan dengan cara mengadakan rapat koordinasi dan
evaluasi setiap satu bulan sekali. 3) Latar belakang pendidikan siswa
yang berbeda, maka pihak sekolah berupaya berbenah dan
memperbaiki diri untuk meningkatkan kualitas sekolah. 4) Latar
belakang keluarga siswa yang kurang mendukung, maka para guru
mengambil langkah denan cara home visit, koordinasi dengan orang
tua dan melakukan pembinaan terhadap siswa tersebut. 5) Faktor
lingkungan sosial di lingkungan sekolah yang kurang baik, maka para
xi
guru membuat penyelesaian dengan cara melakukan pembiasaan-
pembiasaan yang baik.
DAFTAR ISI
SAMPUL LOGO IAIN SALATIGA ................................................................................................ ii NOTA PEMBIMBING .................................................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................................... iv DEKLARASI .................................................................................................................... v MOTTO ........................................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................................ vii KATA PENGANTAR .................................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1 B. Fokus Penelitian .................................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6 E. Penegasan Istilah .................................................................................................. 7
H. Sistematika Penulisan ........................................................................................ ..9
BAB II KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Kajian Teori
a. Guru .......................................................................................................... 10
b. Pendididikan Agama Islam ....................................................................... 13
c. Pembinaan ................................................................................................. 17
c. Akhlakul Karimah ..................................................................................... 19
B. Kajian Pustaka .................................................................................................... 29
xii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian ........................................................................................ 32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 33
C. Sumber Data ..................................................................................................... 33
D. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................ 34
E. Analisis Data ..................................................................................................... 36
F. Keabsahan Data ................................................................................................. 38 BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum SMK PGRI 3 Salatiga
1. Letak Geografis ............................................................................................. 40
2. Identitas Sekolah ........................................................................................... 40
3. Visi dan Misi ................................................................................................. 41
4. Data Guru dan Karyawan .............................................................................. 42
5. Data Siswa ..................................................................................................... 44
6. Keadaan Sarana dan Prasarana ...................................................................... 44
7. Ekstrakurikuler .............................................................................................. 46
8. Gambaran Informan Penelitian ...................................................................... 46
B. Temuan Peneliti
1. Upaya Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di
SMK PGRI 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 ...................................... 48
2. Problematika dan solusi yang Dihadapi dalam Pembinaan Akhlakul
Karimah Di SMK PGRI 3 Salatiga ............................................................... 50
C. Analisis Data
1. Upaya Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di
SMK PGRI 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 ...................................... 54
2. Problematika dan solusi yang Dihadapi dalam Pembinaan Akhlakul
Karimah Di SMK PGRI 3 Salatiga ............................................................... 61
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 76 B. Saran ................................................................................................................... 77
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................................. 81
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data Guru dan Karyawan ................................................................................... 45
Tabel 4.2 Peserta Didik ...................................................................................................... 47
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana SMK PGRI 3 Salatiga ...................................................... 48
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar SKK
Lampiran 1. Surat Penunjukkan Dosen Pembimbing Skripsi
Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 4. Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 5. Instrumen Penelitian
Lampiran 6. Hasil Wawancara
Lampiran 7. Foto Selama Kegiatan Penelitian
Lampiran 8. Daftar Riwayat Hidup
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Akhlak adalah sesuatu yang sangat penting dalam Islam. Islam
mengajarkan untuk hidup dengan akhlak yang mulia dalam keadaan
bagaimanapun juga. Seperti akhlak yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW yang diutus Allah SWT untuk menyempurnakan
akhlak. Beliau mempunyai akhlak yang agung atau paling baik.
Akhlak dalam agama Islam tidak dapat disamakan dengan
pengertian etika. Etika hanya didefinisikan sebagai arti sopan santun antar
sesama manusia dan hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriyah.
Akhlak memiliki makna yang luas, meliputi berbagai aspek. Aspek akhlak
mulai dari akhlak terhadap Allah SWT hingga kepada sesama makhluk.
Akhlak terhadap Allah SWT merupakan bentuk ketaatan dan
kepatuhan hamba Terhadap Tuhannya, bagaimana hamba melaksanakan
perintah dan menjauhi segala larangan-Nya serta bagaimana seorang
hamba bersikap terhadap Tuhannya. Sedangkan akhlak terhadap sesama
makhluk merupakan sikap terhadap sesama manusia, terhadap hewan,
tumbuhan dan sesama ciptaan Allah SWT baik yang bernyawa maupun
tidak bernyawa.
Dalam kehidupan sehari-hari, baik mulai dari diri sendiri, dalam
keluarga, masyarakat, sekolah dan bersosialisasi dengan siapapun pasti
2
tidak terlepas dari akhlak. Kegagalan pembinaan akhlak akan
menimbulkan masalah yang sangat besar.
Dewasa ini banyak anak yang melakukan kenakalan atau
terjerumus dalam tindakan kejahatan seperti pemakaian obat-obatan
terlarang, minuman keras, perkelahian antar pelajar dan berbagai
kenakalan yang lainnya. Banyak anak yang tidak dapat memanfaatan
waktunya untuk kegiatan-kegiatan yang berguna, sehingga tidak jarang
yang terjerumuspada tindakan-tindakan negatif atau bahkan sampai
melanggar hukum. Kenakalan anak merupakan gejala sosial yang perlu
mendapat penanganan khusus, mengingat anak adalah aset yang sangat
berharga untuk keluarga dan masa depan bangsa.
Rasulullah yang senantiasa mengajarkan ketauhidan dan moralitas
dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah bagaimana kita
berakhlak dengan baik, yaitu berakhlak sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an
dan Sunnah.bahkan Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahzab : 21 yang
berbunyi:
3
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri
teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
(Kemenag RI, 2015: 420)
Sudah menjadi kewajiban guru untuk selalu membina siswanya
agar berakhlak mulia. Hal ini sebagaimana tercantum dalam undang-
undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang
menyatkan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkahlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Seringkali guru beranggapan bahwa tugas mereka hanyalah
mengajar yang tujuannya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada
siswanya. Kadang mereka lupa bahwa guru itu “digugu dan ditiru”. Iini
bermakna bahwa tugas seorang guru bukanlah hanya mengajar saja, tetapi
mendidik siswa menjadi lebih baik, baik dari segi akademis maupun non-
akademis. Guru sebagai suri tauladan bagi siswanya dalam segala hal.
Dalam hal ini guru sebagai fasilitator dan juga bertugas
mengembangkan apa yang ada dalam diri siswanya harus tau bagaimana
membina akhlak yang ada dalam diri siswanya, agar menjadi seseorang
yang lebih baik dan berakhlak mulia sesuai dengan apa yang diinginkan
dalam pembelajaran di sekolah. Dalam pembinaan ini juga seorang guru
juga harus menerapkan metode yang sesuai.
4
Metode merupakan komponen yang penting dan mempunyai
pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pembinaan akhlak karena
dengan metode guru PAI dapat membina akhlak siswa. Guru PAI
memegang peran kunci dalam membina akhlak , namun juga tidak terlepas
dengan peran guru lain dan lingakungan sekolah yang diciptakan untuk
pembelajaran akhlak. Lingkungan sekolah yang kondusif akan membantu
penghayatan peserta didik untuk memperkuat keyakinan dirinya terhadap
nilai-nilai ajaran agama Islam yang kemudian akan membentuk akhlaknya.
Hubungan guru dengan siswa atau anak didik di dalam proses
belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Terjadilah
suatu proses interaksi dan komunikasi yang humanistik. Hal ini jelas akan
sangat membantu keberhasilan studi para siswa. Berhasil dalam arti tidak
sekedar tahu atau mendapatkan nilai baik dalam ujian, tetapi akan
menyentuh pada soal sikap mental dan tingkah laku atau hal-hal yang
instrinsik (Sudirman, 2010:148)
Penulis tertarik untuk meneliti pembinnaan akhlak siswa di SMK
PGRI 3 Salatiga karena dari hasil observasi diperoleh data yang bersumber
dari para guru, masyarakat sekitar dan pengamatan dari peneliti yang
menyatakan bahwa cukup banyak siswa yang melanggar aturan sekolah
diantaranya siswa bermain hp ketika sedang dalam pembelajaran,
menyepelekan guru, membolos, merokok, dan kerapian seragam. Selain
faktor cukup banyaknya siswa yang mempunyai akhlak kurang baik alasan
lain peneliti melakukan penelitian di SMK PGRI 3 Salatiga adalah karena
5
SMK PGRI 3 Salatiga adalah sekolah swasta dengan jumlah murid yang
tidak banyak. Selain kasus siswa diatas SMK PGRI 3 Salatiga juga
memiliki beberapa solusi untuk membina perilaku siswa-siswinya antara
lain diadakannya pesantren kilat, pembinaan saat apel pagi, budaya
bersalaman kepada guru ketika sampai di sekolahan, pembacaan asma’ul
husna, dan sholat berjamaah.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian terutama mengenai metode yang dipakai guru
Pendidikan Agama Islam dalam pengembangan akhlak siswa di SMK
PGRI 3 Salatiga. Maka penulis ingin meneliti dan mengkaji lebih jauh lagi
persoalan tersebut melalui sebuah penelitian dengan judul “Upaya Guru
Pensisikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Di
SMK PGRI 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019”.
B. Fokus Penelitian
Sehubungan dengan latar belakang di atas, penulis
mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah upaya guru PAI dalam pembinaan akhlakul karimah
siswa SMK PGRI 3 Salatiga tahun pelajaran 2018/2019?
2. Apa saja problematika dan solusi yang ditemukan oleh guru PAI
dalam pembinaan akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga
tahun pelajaran 2018/2019?
6
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui upaya guru PAI dalam pembinaan pembinaan Akhlakul
Karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga tahun pelajaran 2018/2019.
2. Mengetahui problematika dan solusi yang ditemukan oleh guru PAI
dalam pembinaan akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga
tahun pelajaran 2018/2019.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan khasanah keilmuwan dalam dunia pendidikan, terutama
pendidikan agama Islam.
Disamping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat
memberikan manfaat bagi kalangan akademisi yang akan mengadakan
penelitian tentang pembinaan akhlak di sekolah ataupun diluar
sekolah.
2. Secara Praktis
Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat:
a. Memberikan informasi tentang akhlak siswa SMK PGRI 3
Salatiga
b. Menjadi sumbangan pemikiran alternatif dalam pengembangan
akhlak di SMK PGRI 3 Salatiga
7
c. Menjadi masukan bagi pendidik di sekolah dalam
mengembangkan akhlak siswanya secara umum.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dalam judul skripsi
ini, maka penulis perlu memberikan penegasan terhadap istilah yang
digunakan dalam judul di atas, antara lain sebagai berikut:
1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam
a. Upaya
Upaya merupakan kegiatan dalam menggerakkan badan,
tenaga, dan pikiran untuk mencapai suatu tujuan pekerjaan
(pekerjaan, prakarya ikhtiar daya upaya) untuk mencapai sesuatu.
Dalam arti lain, upaya adalah pembaharuan Daradjad(1980:35).
Analisa secara Islami pembaharuan ialah setiap hal baru, dan
menentukan pandangan islam pada setiap kejadian, serta
memperluas lapangan agama agarr mencakup segala sesuatu yang
bermanfaat dan sesuai dengan tuntutan agama serta tujuan-
tujuannya (Said, 1992:23). Jadi dapat disimpulkan bahwa upaya
merupakan suatu usaha yang mengubah kebiasaan lama menjadi
kebiasaan baru dengan menerapkan hal-hal yang belum atau
kurang diterapkan sehingga tercapai sebuah tujuan yang lebih
baik.
8
b. Guru Pendidikan Agama Islam
Guru Pendidikan Agama Islam bisa dikatakan merupakan
jabatan atau profesi yang memiliki kemampuan khusus mendidik
secara prosional dalam proses interaksi dengan peserta didik
dalam membentuk kepribadian utama berdasarkan ajaran Islam
(Khoiriyah, 2012:140).
2. Pembinaan Akhlakul Karimah
a. Pembinaan
Menurut Khoiriyah (2008:16) dalam Asri (2017:6)
pembinaan adalah tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
berdaya guna dan berhasil guna memperoleh hasil yang lebih baik.
Sedangkan pembinaan menurut istilah adalah suatu usaha yang
dilakukan secara sadar, teratur,dan terarah, serta bertanggung
jawab untuk mengembangkan kepribadian dengan segala
aspeknya. Dalam kata lain pembinaan dapat diartikan sebagai
pengarahan, perbaikan, atau pengasuhan. Pembinaan ialah usaha
yang dilakukan secara terus-menerus dan diharapkan akan adanya
hasil terbaik dari usaha tersebut.
b. Akhlakul Karimah
Secara bahasa akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak
dari khuluk yang berarti budi pekerti, tingkah laku. Berawal dari
kata Kholaqo yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq
(pencipta), makhluq (yang diciptakan), dan khalq (penciptaan).
9
Kesamaan akar tersebut mengisyaratkan bahwa dalam akhlak
tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak
Tuhan dengan perilaku manusia. Sedangkan karimah berarti baik
atau mulia (Ilyas, 2007:1-2). Dengan demikian akhlakul karimah
berarti tingkah laku manusia yang sesuai dengan tujuan sang
pencipta. Yakni sikap moral yang baik dalam kehidupannya.
Jadi yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah bagaimana
upaya guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlakul karimah
peserta didik supaya dapat melekat atau tertanam dengan baik dalam diri
pribadinya dan diamalkan dalam kehidupan.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang dapat
dijelaskan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN, bab ini berisi latar belakang masalah,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
dan sistematika penulisan
BAB II KAJIAN PUSTAKA, bab ini berisi kajian pustaka yang
menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang
memuat tentang upaya guru PAI dalam pembinaan akhlakul karimah siswa
BAB III METODE PENELITIAN, bab ini berisi tentang
pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian,
sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, dan keabsahan data.
10
BAB IV PAPARAN DATA, bab ini berisi tentang paparan data
atau data penemuan dan analisis data.
BAB V PENUTUP, bab ini memuat kesimpulan dan saran.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Guru
a. Pengertian Guru
Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara
emplisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul
sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para
orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah,
sekaligus berarti melimpahkan sebagian tanggung jawab
pendidikan anaknya kepada guru, hal itupun menunjukkan pula
bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada
sembarang guru/sekolah karena tidak sembarang orang dapat
menjabat guru. (Daradjat, 2011, 39).
Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh
potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi
psikomotorik. Guru berarti juga orang dewasa yang bertanggung
jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam
perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mencapai tingkat
kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi
tugasnya sebagai hamba Allah. Di samping itu, ia mampu sebagai
12
makhluk social dan makhluk individu yang mandiri. (Nurdin,
2010:128)
Guru merupakan jembatan atau profesi yang memiliki
kemampuan dan keahlian khusus mendidik secara profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.
(khoiriyah, 2014: 140)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah
orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan
pada anak didik secara profesional untuk mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
guna membentuk anak didik menjadi seseorang yang baik secara
intelektual dan juga spiritual.
b. Peran dan fungsi guru
Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak
terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar,
dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan
kemampuan integratif, yang satu tidak dapat dipisahkan dengan
yang lain. (Suparlan, 2005:29).
c. Tugas guru agama
Sebagai seorang guru yang akan berhadapan dengan remaja
yang yang sedang mengalami kegoncangan jiwa, maka ia harus
mengerti betul tentang keadaan remaja itu. Karena ia tidak hanya
13
bertugas memberi pelajaran, dalam arti membekali anak didik
dengan pengetahuan agama, akan tetapi ia bertugas mendidik dan
membina jiwa anak didik yang mengalami berbagai perubahan dan
kegoncangan itu, serta membekali mereka dengan pengetahuan
agama yang mereka butuhkan. (Daradjat, 1975:107).
Tugas guru agama di sekolah umum sebenarnya cukup
berat, dia harus menghadapi sikap jiwa yang yang bermacam-
macam yang dibawa oleh anak dari rumah, di samping dia harus
berhadapan pula dengan guru-guru pengetahuan umum yang
beraneka ragam sikapnya terhadap agama. Oleh karena itu, maka
persyaratan untuk menjadi guru agama yang baik dan sukses, tidak
ringan. Syarat pertama yang harus dimiliki adalah kepribadian
yang mencerminkan ajaran agama yang akan diajarkannya kepada
murid-muridnya. Seluruh diri pribadinya, mulai dari ujung rambut
sampai ke ujung kakinya, hendaknya dapat memberi gambaran
tentang keyakinan agamanya, mulai dari cara berpakaian,
berbicara, bertingkah laku, bergaul dan caranya memperlakukan
murid-muridnya, mempunyai pengaruh besar dalam
kecenderungan murid terhadap pendidikan agama.
Dengan ringkas kita dapat dikatakan bahwa kepribadian
guru agama, hendaknya mencerminkan gama yang diajarkannya
itu. Kalau guru agama itu memiliki kepribadian yang baik, maka
14
akan ditiru oleh anak didiknya, serta pelajaran yang diberikan akan
dirasakan penting oleh mereka (Daradjat, 1975:99)
2. Pendidikan Agama Islam
a. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh pedidik
terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik dan
menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu
pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki
peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki
kepribadian yang sama. (Zuhairini, 2004: 1)
Pengertian pendidikan gama islam ialah ; segala usaha
untuk mengembvbangkan fitrah manusia dan sumber dan sumber
daya insani menuju terbentuknya insan kamil sesuai dengan norma
islam. (Achmadi, 1987:10).
Pendidikan agama islam adalah proses transinternalisasi
pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya
pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan dan
pengembangan potensinya guna mencapai keselarasan dan
kesempurnaan hidup di dunia dan di akhirat. (Mujib dan Jusuf
Mudzakir, 2006:27-28).
Pendidikan agama Islam adalah proses penyiapan generasi
muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan
nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk
15
beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat. (Langgulung,
1980:92)
b. Dasar Pendidikan Agama Islam
Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah harus
memiliki dasar yang kuat. Dasar tersebut seperti yang ditulis Abdul
Majid (2012:13) dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu:
1) Dasar Religius
Dasar religius merupakan dasar-dasar yang bersumber dari
ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi.
Sebagaimana firman Allah SWT pada QS. Al-Mujadillah: 11
dan QS. Al-Alaq: 1-5 yang berbunyi:
Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka
lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang
yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan.” (Kemenag RI, 2015: 543)
16
Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Kemenag RI,
2015: 597)
2) Dasar Yuridis
Dasar Yuridis merupakan dasar pelaksanaan pendidikan
agama Islam yang berasal dari perundang-undangan yang
berlaku di Negara Indonesia yang secara langsung atau tidak
dapat dijadikan pegangan untuk melaksanakan pendidikan
agama. Dasar yuridis tersebut antara lain:
a) Dasar Ideal yaitu dasar falsafah Negara Pancasila yang
terdapat pada sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”
b) Dasar struktural yaitu UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29
ayat 1 berbunyi “Negara berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa” dan ayat 2 berbunyi “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama
masing-masing dan beribadah menurut agama dan
kepercayaan itu”. Yang artinya semua warga negara diberi
17
kebebasan untuk beragama dengan mengamalkan semua
ajaran yang dianutnya.
c) Dasar operasional yaitu merupakan dasar yang secara
langsung melandasi pelaksannaan pendidikan agama pada
sekolah-sekolah di Indonesia. Sebagaimana UU RI No. 20
Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dan
bagaimana kejelasan konsep dasar operasional ini, akan
terus berkembang sesuai dengan perkembangan kurikulum
pendidikan dan dinamisasi ilmu pengetahuan.
c. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam memiliki tujuan yang sama
dengan tujuan diturunkannya agama Islam, yaitu mewujudkan
manusia yang muttaqin, yang rentangnnya berdimensi infinitum
(tidak terbatas menurut jangkauan manusia). (Baharudin,
2016:196).
Tujuan pendidikan agama Islam dapat diuraikan sebagai
berikut:
1) Membentuk manusia muslim yang bisa melaksanakan ibadah
mahdah.
2) Membentuk manusia muslim yang juga dapat melaksanakan
ibdah muamalah dalam kedudukannya sebagai anggota
masyarakat.
18
3) Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada
masyarakat dan bangsanya, dan tanggung jawabnya terhadap
Allah, sebagai penciptanya.
4) Membentuk dan mengembangkan tenaga profesional yang siap
dan terampil atau tenaga yang mempunyai skill untuk
memasuki teknostruktur masyarakat.
5) Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu
Sedangkan menurut Zuhairini (1981:43), mengatakan
bahwa tujuan umum pendidikan agama islam adalah membimbing
anak agar mereka menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh,
beramal shaleh serta berakhlak mulia dan berguna bagi
masyarakat.
3. Pembinaan
Pembinaan adalah kegiatan untuk memelihara agar sumber
daya manusia dan organisasi taat asas dan konsisten melakukan
rangkaian kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Pembinaan mencakup tiga subfungsi yaitu pengawasan (controling)
penyeliaan (supervising) dan pemantauan (monitoring). Pengawasan
pada umumnya dilakukan terhadap lembaga penyelenggara program,
penyeliaan dilakukan terhadap pelaksana kegiatan, dan pemantauan
proses pelaksana kegiatan. (Sudjana, 2006: 9)
Pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun non
formal yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan
19
bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,
membimbing, dan mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadiannya
seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai
dengan bakat, kecenderungan/keinginan serta kemampuan-
kemampuannya sebagai bekal, untuk selanjutnya atas perkasa sendiri,
menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya
maupun lingkungannya ke arah tercapainnya martabat, mutu dan
kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri
(Simanjutak, 1990: 84).
Menurut Sumodiningrat, pembinaan tidak selamanya
melainkan dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak
jatuh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pembinaan melalui
suatu masa proses belajar, hingga mencapai status mandiri. Proses
pembinaan mengandung beberapa tahap meliputi:
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku
sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan
kapasitas diri.
b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan, keterampilan agar terbuka wawasan dan keterampilan
dasar sehingga dapat mengambil peran.
c. peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan, keterampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan pada kemandirian
20
4. Akhlakul Karimah
a. Pengertian Akhlakul Karimah
Secara etimologis pengertian akhlak adalah budi pekerti,
tabiat, atau watak. Sedangkan secara terminologis akhlak adalah
perbuatan-perbuatan seseorang yang telah mempribadi,
dilakukannya secara berulang-ulang atas kesadaran jiwanya tanpa
memerlukan berbagai pertimbangan dan tanpa adanya unsur
pemaksaan dari pihak lain. Karimah artinya mulia, terpuji, baik.
Jadi, akhlakul karimah bisa diartikan sebagai budi pekerti atau
perangai yang mulia. (Halim, 2000:13).
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab Khulqun yang
berarti suatu keadaan jiwa yang dapat melakukan tingkah laku
tanpa membutuhkan banyak akal dan pikiran, sedangkan akhlakul
karimah (mahmudah) adalah segala tingkah laku yang terpuji yang
bisa dinamakan fadilah atau kelebihan (Ya’qub, 1983: 95)
Akhlak memiliki pengertian yang sangat luas dan hal ini
memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan sitilah moral
dan etika. Stamdar atau ukuran baik dan buruk akhlak adalah
berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga bersifat universal
dan abadi. Sedangkan moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik
dan buruk yang diterima umum oleh masyarakat, adat-istiadat
menjadi standarnya. Sementara itu, etika lebih banyak dikaitkan
21
dengan ilmu atau filsafat, akal sebagai standarnya. Hal ini
menyebabkan standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan
temporal. (Aminudin, dkk, 2005: 152-153)
Pengertian akhlak sebagai berikut: “akhlak ialah suatu ilmu
yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang yang
seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada lainnya,
menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam
perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa
yang harus diperbuat”. (Amin, 1957:3).
Akhlakul karimah ialah segala tingkah laku terpuji (baik)
yang dilahirkan oleh sifat-sifat baik yang selalu identik dengan
keimanan dan perbuatan yang baik, terpuji serta tidak bertentangan
dengan hukum syarak’ dan akal fikiran yang sehat. Manfaat yang
diperoleh dari akhlakul karimah yang dilakukan diantaranya
mendapat kasih sayang dari Allah, manusia dan alam semesta,
berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat-istiadat
yang baik dan sesuai dengan ajaran Islam. (Hawi, 2014: 101).
b. Akhlakul karimah menurut Al-Qur’an
Menurut Yatimin Abdullah dalam bukunya studi akhlak
dalam prespektif Al-Qur’an (Abdullah, 2007:192) menyebutkan
nilai-nilai luhur yang tercakup dalam akhlakul karimah sebagai
sifat terpuji adalah sebagai berikut:
22
1. Berlaku jujur (al-amanah), hal ini telah disebutkan dalam
Surat An-Nahl ayat 105 sebagai berikut:
“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah
orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan
mereka itulah orang-orang pendusta.” (Kemenag RI, 2015:
279)
2. Memelihara kesucian diri (al-fitrah), disebutkan dalam Surat
An-Nur ayat 33 sebagai berikut:
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah
menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan
mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu
miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat
perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada
23
kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka
sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya
kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu
untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri
mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari
keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka,
maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa
itu.” (Kemenag RI, 2015: 354)
3. Kasih sayang (ar-rahman), dijelaskan dalam Surat Ali Imron
ayat 31 sebagai berikut:
“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,
ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-
dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Kemenag RI, 2015: 54)
4. Berlaku hemat, disebutkan dalam Surat Al-Isra ayat 29 sebagai
berikut:
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada
lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena
itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Kemenag RI, 2015:
285)
5. Perlakuan baik kepada sesama, sebagaimana dijelaskan dalam
firman Allah Surat Yunus ayat 26 sebagai berikut:
24
“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang
terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak
ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah
penghuni surga, mereka kekal di dalamnya” (Kemenag RI,
2015: 212)
6. Adil dalam tindakan dan perbuatan, sebagaimana yang telah
dijelaskan dalam Surat An-Nahl ayat 90:
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran” (Kemenag RI, 2015: 277)
7. Sabar dalam menghadapi segala musibah, Allah berfirman
dalam Surat Al-Baqarah ayat 177:
25
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat
itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu
ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-
malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-
orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-
orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-
orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam
peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar
(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”
(Kemenag RI, 2015: 27)
8. Syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada sesama
manusia, seperti yang telah dielaskan dalam Surat An-Nahl
ayat 114 sebagai berikut:
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah
diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika
kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (Kemenag RI,
2015: 280)
9. Sopan santun terhadap sesama manusia, dijelaskan dalam Surat
Al-Hujarat ayat 4 sebagai berikut:
26
“Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari
luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.”
(Kemenag RI, 2015: 515)
10. Berbicara dengan baik, Allah berfirman dalam Surat Al-Ahzab
ayat 70 sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada
Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (Kemenag RI,
2015: 427)
c. Akhlakul Karimah Menurut Hadits
Dalam buku karya Ali Abdul Malih Mahmud yang berjudul
Akhlak Mulia (2004:219) semua hadits Nabi saw yang
memerintahkan orang muslim untuk melaksanakan perintah Allah
atau yang menganjurkan manusia untuk menghias diri mereka
dengan akhlak yang baik, semuanya itu termasuk hadis yang
mengajak kepada akhlak mulia.
27
Hadits yang menganjurkan kemuliaan dan keluhuran akhlak
sangat banyak, sehingga disini kami hanya akan menyebutkan
sebagian saja, diantaranya:
Hadits yang diriwayatkan al-Bazzar dengan sanadnya dari
Anas Bin Malik r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda:
حسي الخلق ليبلغ إى أكول الوؤهيي إيواا أحسهن خلقا ، وإى
الة ىم والص درجت الص
“Sesungguhnya orang mukmin yang paling sempurna imannya
adalah yang mempunyai akhlak terbaik. Dan bahwa akhlak yang
baik itu derajatnya menyamai puasa dan sholat.”
Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam
musnadnya dengan sanadnya dari Anas Bin Malik r.a. bahwa
Rasulullah saw bersabda:
ل ها تجو وت ، فىالذي فسى بيذ عليك بحسي الخلق وطىل الص
الخالئق بوثلها
“Berhias dirilah dengan akhlak yang mulia dan banyak diam.
Demi Zat yang jiwaku dalam kekuasaan-Nya, tidak ada yang
paling indah bagu seluruh makhluk kecuali perilaku yang paling
baik.”
Semua hadits yang telah kami sebutkan di atas memotivasi
setiap muslim agar berakhlak mulia. Hadits-hadits semacam ini
masih banyak dalam kitab-kitab Sunnah, akan tetapi kami tidak
menyebutkannya satu persatu karena tempat yang terbatas ini.
28
Senua hadits di atas menunjukkan bahwa pendidikan
akhlak dalam Islam sangat mendukung terlaksankannya akhlak
mulia yang terpuji. Dengan akhlak mulia inilah diharapkan akan
terciptanya kehidupan sosial yang baik yang sesuai dengan fitrah
manusia.
d. Pembagian Akhlak
Menurut aminudin, dkk dalam bukunya yang berjudul
Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum
(2005:153-155), Akhlak dapat digolongkan menjadi dua macam,
yaitu sebagai berikut:
1. Akhlak kepada Allah (Khalik), antara lain beribadah kepada
Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembanh-
Nya sesuai dengan perintah-Nya; berdzikir kepada Allah, yaitu
mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati; berdoa kepada
Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa merupakan
inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan
dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan
kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan doa
dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu
menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu, berusaha
dan doa merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu
secara utuh dalam aktivitas hidup setiap muslim; tawakal
29
kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan
menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu
keadaan; tawadhu’ kepada Allah, adalah rendah hati dihadapan
Allah, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh
dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih
dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.
2. Akhlak kepada makhluk dibagi menjadi dua, yaitu sebagai
berikut:
a. Akhlak terhadap manusia, yang dirinci sebagai berikut:
1) Akhlak kepada Rasulullah, seperti mencintai Rasulullah
secara tulus dengan mengikurti semua sunnahnya.
2) Akhlak kepada orang tua, yaitu berbuat baik kepada
kepada keduanya (birr al-walidain) dengan ucapan dan
perbuatan.
3) Berbuat baik kepada orang tua tidak hanya ketika
mereka hidup, tetapi teru berlangsung walaupun mereka
telah meninggal dunia dengan cara mendoakan dan
meminta ampunan untuk mereka, menepati janji mereka
yang belum terpenuhi, meneruskan silaturahmi dengan
sahabat-sahabat sewaktu mereka hidup.
4) Akhlak kepada diri sendiri, seperti sabar, adalah
perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai
30
hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap
apa yang menimpanya.
5) Akhlak kepada keluarga, kerabat, seperti saling
membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan
keluarga, saling menunaikan kewajiban untuk
memperoleh hak, berbakti kepada ibu-bapak, mendidik
anak-anak dengan kasih sayang, dan memelihara
silaturahmi yang dibina orang tua yang telah meninggal
dunia.
6) Akhlak kepada tetangga, seperti saling mengunjungi,
saling membantu diwaktu senggang, lebih-lebih
diwaktu susah, saling memberi, saling menghormati dan
saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.
7) Akhlak kepada masyarakat, seperti memuliakan tamu,
menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakat, saling menolong dalam melakukan
kebajikan dan takwa, menganjurkan anggota
masyarakat, termasuk diri sendiri, untuk berbuat baik
dan mencegah diri dari melakukan perbuatan dosa.
b. Akhlak kepada bukan manusia (lingkungan hidup), seperti
sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup,
menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan
nabati, untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya,
31
sayang kepada sesama makhluk dan menggali potensi alam
seoptimal mungkin demi kemslahatan manusia dan alam
sekitarnya.
B. Kajian Pustaka
Kajian pustaka disini adalah hasil-hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya yang telah mempunyai tema dan tujuan yang
hampir sama dengan penelitian ini. Maka dari itu, ada beberapa kajian
yang telah dilakukan oleh peneliti yang lain, yang relevan dengan
penelitian ini dengan segala kemampuan, penulis berusaha menelusuri dan
menelaah beberapa hasil kaian pustaka yang didapat dari beberapa skripsi
yaitu:
1. Titis Winanci, “Upaya Guru dalam Pembinaan Akhlakul Karimah
Santri Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Mubarokah di Desa Boro
Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung” skripsi ini
membahas tentang: (1) Upaya yang dilakukan guru melalui pembinaan
perilaku tanggung jawab yaitu melalui guru melakukan pendekatan
pada santri agar mengerjakan tugasnya dengan tanggung jawab dan
guru memberi motivasi pada santri akan pentingnya memiliki rasa
tanggung jawab. (2) Membahas upaya guru dalam membina perilaku
upaya etika islami yaitu guru membiasakan santri untuk bersikap
sopan santun, selalu tersenyum, menyapa, memberi salam, guru
membiasakan santri untuk sholat berjamaah dan guru membiasakan
santri untuk selalu berperilaku baik. (3) Upaya guru dalam pembinaan
32
disiplin santri yaitu dengan cara disusunnya tata tertib dengan tujuan
santri agar disiplin dalam mematuhi tata tertib yang sudah dibuatt,
dibentuknya regu piket, dan diberlakukannya sholat berjamaah dengan
tujuan agar santri dapat disiplin dalam melaksanakan ibadah secara
tepat waktu.
2. Nur Kholis, “Pembinaan Akhlakul Karimah pada Remaja Mazziyatul
Fataa Desa Samban Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun
2019” skripsi ini membahas tentang: (1) Kegiatan remaja Desa
Samban Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun 2019 melalui
observasi lapangan secara langsung. (2) Pembinaan Akhlakul karimah
pada remaja Mazzayatul Fataa dalam membentuk akhlak karimah
remaja melalui berbagai kegiatan masyarakat dan juga agenda
kegiatan-kegiatan mingguan, bulanan, dan juga tahunan.
Dalam penelitian-penelitian terdahulu yang menurut peneliti
memiliki kegiatan yang hampir sama dengan penelitian yang akan penulis
lakukan. Letak kesamaannya adalah terdapat pada penndekatan penelitian
yakni pendekatan kualitatif, metode pengumpulan data yakni metode
observasi, wawancara, dokumentasi, dan teknis anilisis data yang meliputi
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi
data. Perbedaan terletak pada fokus/konteks penelitian, kajian teori, kasus
dan problem dilapangan serta lokasi penelitian.
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian skripsi ini
adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis
fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,
pemikiran seseorang secara individual maupun kelompok. (Sukmadinata,
2012: 60).
Metodologi kualitatif lebih tertarik untuk melakukan pemahaman
secara mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat permasalahan
untuk kepentingan generalisasi. Metodologi kualitatif lebih suka
menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysis), yaitu
mengkaji masalah secara kasus per kasus karena metodologi kualitatif
yakin bahwa sifat masalah yang satu berbeda dengan sifat masalah
lainnya. (Sumanto, 2014: 9).
Sedangkan menurut Moleong (2008: 6) penelitian kualitatif adalah
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, dalin lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan
dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
34
Dalam penelitiannya ini akan dikaji lebih mendalam tentang upaya
guru PAI dalam membina akhlakul karimah siswa di SMK PGRI 3
Salatiga. Pada pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan
deskripsi di lingkungan SMK PGRI 3 Salatiga untuk dijadikan subjek
penelitian.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan:
1. Lokasi yang dipilih oleh peneliti sebagai bahan penelitian adalah di
kelas XI Multimedia siswa SMK PGRI 3 Salatiga. Pemilihan lokasi ini
didasarkan dengan alasan ketertarikan peneliti terhadap pembinaan
akhlakul karimah pada siswa kelas XI Multimedia SMK PGRI 3
Salatiga, banyaknya siswa yang melanggar peraturan sekolah.
2. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan yakni Juli sampai
Agustus 2019.
C. Sumber Data
a. Sumber Primer
Sumber data primer adalah, data dalam bentuk verbal atau kata-
kata, yang diucapkan secara lisan, gerak gerik atau perilaku yang dapat
dipercaya. (Arikunto, 2010: 22) sumber data langsung dalam penelitian
ini adalah guru PAI, kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan
dan siswa SMK PGRI 3 Salatiga.
35
b. Sumber Sekunder
Sumber sekunder adalah sumber informasi yang secara tidak
langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap
informasi yang ada padanya. Data sekunder dalam penelitian ini
meliputi dokumen tidak resmi dan segala bentuk dokumen yang berada
atau menjadi tanggung jawab dan wewenang badan yang tidak resmi
atau perorangan, seperti manuskrip, biografi, dan semacamnya. (Ali,
1987: 42).
Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data tidak
resmi seperti catatan dan tulisan tentang sekolah
D. Prosedur Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh
dan mengumpulkan data atau keterangan-keterangan dalam sebuah
penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Metode Observasi
Yaitu alat pengumpulan data banyak digunakan untuk mengukur
tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang
dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam
situasi buatan. (Sudjana & Ibrahim, 1989: 109)
Dengan metode ini penulis melakukan pengamatan langsung atau
participant observation (observasi berperan serta) dimana peneliti ikut
dalam setiap kegiatan, melakukan setiap aktivitas yang dilakukan oleh
36
orang yang diteliti. Merasakan secara langsung lingkungan sehari-hari
orang yang diteliti, baik itu pekerjaanya maupun yang lainnya yang
berkaitan dengan apa yang diteliti oleh penulis untuk mengetahui
upaya guru dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
pembinaan akhlakul karimah pada siswa kelas XI Multimedia SMK
PGRI 3 Salatiga.
2. Metode Wawancara
Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk
menginstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu
pewawancara dengan yang diwawancarai (narasumber). (Bungan,
2011: 155).
Dalam metode ini peneliti ingin mengadakan wawancara langsung
dengan guru dan siswa, dalam hal ini kepala sekolah, guru agama
Islam, guru yang menangani masalah kesiswaan. Penelitian ini
menggunakan wawancara bentuk terbuka sehingga dapat diperoleh
data yang luas dan mendalam mengenai bagaimana pembinaan
akhlakul karimah pada siswa kelas XI Multimedia di SMK PGRI 3
Salatiga.
Wawancara dilakukan dalam bentuk percakapan informal dengan
menggunakan lembaran wawancara yang berisi tentang gambaran
umum, kondisi siswa, peran guru dalam pembinaan akhlak dan faktor
pendukung serta penghambat dalam pembinaan akhlak tersebut.
37
3. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mencari data
mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, notulen
rapat, dan agenda. (Arikunto, 2006: 158-159).
Metode ini merupakan teknik penggalian data dengan dengan jalan
dokumenter, mulai dari menghimpun sampai dengan menganalisis
dokumen-dokumen, foto-foto kegiatan seperti kegiatan pembelajaran
dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan pembinaan
akhlak, baik dokumen yang berupa hard file maupun soft file.
E. Analisis Data
Analisis data dari hasil pengumpulan data, merupakan tahapan
yang penting dalam penyelesaian suatu kegiatan penelitian ilmiah. Data
yang telah terkumpul menjadi tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data
yang mati dan tidak berbunyi. Oleh karena itu analisis data ini untuk
memberi arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data.
Sedangkan jenis analisisyang digunakan adalah analisis kualitatif
yang bersifat deskriptif-analitik, maksudnya menjabarkan dan
menganalisis segala fenomena yang terjadi dari hasil penelitian yang
diperoleh, baik fenomena itu bersifat ilmiah ataupun rekayasa manusia.
(Moleong, 2006: 6)
Dalam analisis data kualitatif ini penulis menggunakan prosedur
analisis data sebagai berikut:
38
1. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan penulis mengumpulkan
data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
2. Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data
“kasar” yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan.
(Miles, 1992: 16)
Dengan kata lain reduksi data suatu proses pemilihan, pemusatan
perhatian untuk menyederhanakan data kasar yang diperoleh di
lapangan. Kegiatan dilakukan secara berkesinambungan sejak awal
kegiatan hingga akhir permulaan data. Proses analisis data dimulai dari
menelaah seluruh sumber data yang diperoleh dilakukan dengan jalan
membuat abstraksi. Dalam reduksi data juga dilakukan pembuangan
data-data yang tidak perlu dengan tujuan untuk mengorganisasi data
yang terkumpul sehingga menjadi lebih mudah dalam penarikan
kesimpulannya.
3. Penyajian Data
Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan sesuai
dengan data yang telah direduksi terlebih dahulu. Penyajian data
kualitatif bisa dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan dengan kategori dan sejenisnya.
39
Penyajain data dalam penelitian ini adalah menyajikan sekumpulan
informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan kesimpulan dan pengambilan kesimpulan. Penyajian data
diperoleh berbagai jenis, jaringan kerja, berkaitan kegiatan atau tabel.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan yaitu dalam pengumpulan data, peneliti
harus mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung
dilapangan dengan menyusun pola-pola pengarahan dan sebab akibat.
(miles’ 1992: 15)
Dengan kata lain penarikan kesimpulan dalam penelitian ini adalah
merumuskan kesimpulan setelah melakukan tahap pengumpulan data,
reduksi data dan penyajian data. Penarikan kesimpulan dilakukan
secara induktif. Dalam penelitian ini kesimpulan merupakan mengkaji
sejumlah data spesifik mengenai masalah yang menjadi objek
penelitian, kemudian membuat kesimpulan secara umum.
F. Keabsahan Data
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dalam
penelitian yaitu menggunakan teknik triangulasi. “Triangulasi adalah
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.
Tujuannya untuk membandingkan antara data satu dengan lainnya”
(Moleong, 2009: 327).
Teknik triangulasi yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:
1. Triangulasi sumber data
40
Triangulasi sumber data berarti “menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber” (Sugiyono, 2016:241). Triangulasi sumber data
dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber
yang berbeda. Dalam hal ini sumber datanya adalah Kepala Sekolah,
Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan, guru PAI dan siswa.
2. Triangulasi teknik
Triangulasi teknik adalah teknik analisis data yang dilakukan
dengan cara mengecek data kepada sumber data yang sama dengan
teknik yang berbeda (Sugiyono, 2016:241). Dalam penerapan
triangulasi teknik ini tidak hanya mengecek berdasarkan metode
wawancara saja, tetapi juga harus berdasarkan metode observasi dan
dokumentasi untuk mengecek kebenarannya.
41
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA
A. Gambaran Umum SMK PGRI 3 Salatiga
1. Letak Geografis
Lembaga pendidikan swasta ini didirikan pada tahun 2007 dan
beroperasi. Bangunan seluas 2.670 m2 itu didirikan di atas tanah
pemerintah berstatus HGB (Hak Guna Bangunan). SMK PGRI 3
Salatiga beralamatkan di Jl. Yudistira No. 25, Dukuh, Kecamatan
Sidomukti, Kota Salatiga dengan kode pos 50722. Di dalam sekolahan
juga terdapat ruang perpustakaan, ruang laboratorium komputer, ruang
multimedia, serta mushola yang digunakan untuk sholat dhuha
berjamaah dan juga sholat dhuhur berjamaah para peserta didik yang
dipandu oleh guru PAI. Selain itu juga terdapat lapangan serbaguna
untuk basket, volly, dan sepakbola dan manual fungsi sebagai
lapangan upacara setiap hari senin dan apel pagi setiap hari.
2. Identitas Sekolah
Nama Sekolah : SMK PGRI 3 Salatiga
Tingkat/Status Sekolah : Swasta
Luas Tanah : 2760 m2
Status Tanah : HGB (Hak Guna Bangunan)
Akreditasi : C (2018)
NPSN : 20339229
Nomor Statistik Sekolah : 332036203009
42
Jalan/Desa : Jl. Yudistira No. 25/Dukuh
Kecamatan : Sidomukti
Kabupaten/Kota : Salatiga
Kode Pos : 50722
Nama Yayasan/Penyelenggara Sekolah:Yayasan Pembina Lembaga
Pendidikan Dasar dan
Menengah Persatuan Guru
Republik Indonesia Jawa
Tengah (YPLPDMPGRIJT)
SK. KEMENKUNHAM : AHU-9053.AH.01.04
Tahun Berdiri : 2007
3. Visi dan Misi
a. Visi
Untuk mewujudkan harapan kedepan maka visi ke depan adalah :
CERMAT (Cerdas, Mulia Ahlaq da Terampi) berdasarkan
IMTAQ dan IPTEK
b. Misi
a. Menyelenggarakan pendidikan untuk menciptakan Sumber
Daya Manusia yang mampu memenuhi kebutuhan
pembangunan nasional
b. menciptakan output peserta didik yang produktif
c. menghasilkan tenaga kerja yang professional untuk memenuhi
kebutuhan
43
d. menanamkan jiwa kewirausahaan jasa multimedia, perbaikan
dan perawatan computer
e. mendidik peserta didik yang memiliki IMTAQ dan menguasai
ketrampilan IPTEK yang mampu bersaing di era global.
4. Data Guru dan Karyawan
Tenaga pendidik dan karyawan yang bertugas di SMK PGRI 3
Salatiga pada tahun pelajaran 2019/2020 terdiri dari guru dan staff
sebanyak 22 orang. Untuk mengetahui lebih jelasnya penulis
menyajikan data guru dan karyawan di SMK PGRI 3 Salatiga dengan
format tabel senbagai berikut:
Tabel 4.1 Data Guru dan Karyawan
NO NAMA KO
DE
STATUS MAPEL
1. Dra. Supeni PE PNS Kewirausahaan
2. Sugeng Basuki
Rochmad, S.Pd
SB PNS Matematika
3. Diastiariati, S.Pd DI PNS Bahasa Inggris
4. Mahbub, M.Pd.I M
B
PNS
DPG
Agama Islam
5. Saptono Nugrohadi,
M.Pd., M.si
SP GTT
PNS
Kimia
6. Dra. Nanik Rahastuti NR GTY BP
7. Suniadi, A.Md SD GTY KKPI
8. Dra. Praptiningsih,
M.Si
P GTT IPS
9. Drs. Herminanto H
M
GTT Penjaskes
10. R.Singgih Pujiantom,
S.Pd
SG GTT PKN
44
11. Yayuk Yustiana, S.Pd YY GTT Matemattika
12. Enggar Septarini,
S.Kom
GR GTT Produktif
13. Nur Aini NA GTT Produktif
14. Ahmad Muza A
M
GTT Produktif
15. Petrus Sunu PS GTT Produktif
16. Muhammad Rofiq, S.Pd M
R
GTT Agama Islam
17. Ellysabet Pertiandayani EP GTT Fisika
18. Jono Jo GTT Pramuka
19. Nasikun NA GTT Keterampilan
20. Sutrisno PTY
21. Tri Pujianto PTY
22. Basirun PTT
KETERANGAN JUMLAH : 22 GURU : 19 KARYAWAN : 3
PNS : 3
PBS DEPAG : 1
GTT PNS : 1
GTY : 2
GTT : 12
PTY : 2
PTT : 1
45
5. Data Siswa
Peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dari
sebuah lembaga pendidikan, karena tanpa peserta didik maka kegiatan
pendidikan tidak dapat terlaksana. Peserta didik yang ada di SMK
PGRI 3 Salatiga ini cukup sedikit jumlahnya. Untuk lebih jelasnya
penulis menyajikan data siswa dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 4.2 Peserta Didik
No Kelas Jumlah Siswa
Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Kelas X
Multimedia
6 3 9
2 Kelas X TKJ 7 3 10
3 Kelas XI
Multimedia
12 3 15
4 Kelas XI TKJ 7 2 9
5 Kelas XII
Multimedia
11 9 20
6 Kelas XII TKJ 8 - 8
Jumlah 51 20 71
6. Keadaan Sarana dan Prasarana
Sarana dan Prasarana adalah hal penting yang harus ada dalam
suatu lembaga pendidikan agar tujuan dilaksanakannya pendidikan
dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut SMK PGRI 3 Salatiga
46
telah menyediakan sarana yang mendukung antara lain tersaji dalam
tabel berikut:
Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana SMK PGRI 3 Salatiga
NO Sarana dan Prasarana Total Ukuran (m2) Kondisi
1. Ruang Teori/Kelas 7 406 Baik
2. Laboratorium Komputer 2 148 Baik
3. Ruang Perpustakaan
konvemsional
2 36 Baik
4. Ruang UKS 1 16 Baik
5. Koperasi/Toko 1 12 Baik
6. Ruang BP/BK 1 12 Baik
7. Ruang Kepala Sekolah 1 20 Baik
8. Ruang Guru 1 56 Baik
9. Ruang TU 1 33 Baik
10. Ruang Osis 1 28 Baik
11. Kamar Mandi/WC Guru
Laki-laki
1 2 Baik
12. Kamar Mandi/WC Guru
Perempuan
1 2 Baik
13. Kamar Mandi Siswa
Laki-laki
2 2 Baik
14. Kamar Mandi Siswa 1 2 Baik
47
Perempuan
15. Gudang 1 28 Baik
16. Ruang Ibadah 1 24 Baik
17. Ruang Multimedia 1 74 Baik
7. Ekstrakurikuler
Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu alat pengenalan
siswa pada hubungan sosial. Di dalamnya terdapat pendidikan
pengenalan diri dan pengembangan kemampuan selain materi
pelajaran. Berikut kegiatan ekstrakurikuler di SMK PGRI 3 Salatiga
diantaranya:
a. Pramuka
b. Band
c. Fotografi
d. Videografi
e. Basket
f. Volly
8. Gambaran Informan Penelitian
Adapun keterangan tentang informan-informan atau narasumber
yang diwawancarai oleh peneliti antara lain sebagai berikut:
48
a. MB : Mahbub, S.Ag., M.Pd.I
Bapak Mahbub, S.Ag., M.Pd.I selaku kepala sekolah di SMK
PGRI 3 Salatiga dan sebagai informan tambahan mengenai
kebijakan-kebijakan yang ada di sekolah.
b. SB : Sugeng Basuki Rochmad, S.Pd
Bapak Sugeng Basuki Rochmad, S.Pd selaku waka kurikulum
di SMK PGRI 3 Salatiga sebagai informan tambahan yang
berkaitan dengan kurikulum yang ada di sekolahan.
c. SD : Suniadi, A.Md
Bapak Suniadi, A.Md selaku waka kesiswaan di SMK PGRI 3
Salatiga sebagai informan tambahan mengenai kesiswaan.
d. MR : Muhammad Rofiq, S.Pd
Bapak Muhammad Rofiq, S.Pd selaku guru PAI di SMK PGRI
3 Salatiga dan menjadi informan utama dalam penelitian ini.
e. Siswa 1
Menjadi informan tambahan mengenai program pembinaan
akhlakul karimah di SMK PGRI 3 Salatiga
f. Siswa 2
Menjadi informan tambahan mengenai program pembinaan
akhlakul karimah di SMK PGRI 3 Salatiga
49
B. Temuan Peneliti
1. Upaya Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di SMK
PGRI 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019
Sebagai guru PAI dalam membina akhlak siswa dalam kebaikan
merupakan suatu kewajiban. Hasil penelitian di SMK PGRI 3 Salatiga
terdapat beberapa upaya dan kegiatan yang dilakukan seperti
memberikan nasehat, arahan ketika upacara dan apel pagi, doa
bersama, dan sholat dhuhur berjamaah yang dilanjutkan dengan
siraman rohani. Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh MR selaku guru
PAI yang menyatakan :
“Kalau saya di PAI kan untuk pembinaan akhlak kan mulai dari
kebiasaan hariannya, ketika kita melihat, seumpama kemarin saya
melihat anak-anak keluar sekolah pas waktu istirahat sebenarnya di
sini sudah ada warung tapi malah ke pojok jalan situ, saya panggil
saya tunggu di depan gerbang, dikasih pencerahan kalau kalian mau
kayak gini biasalah kayak sekolah-sekolah biasa itu nanti dihimbau
kemudian nanti saya jemur di lapangan terus nanti juga ada hukuman
berupa menghafal asmaul husna.” (wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul
08.30)
Sedangkan MB selaku kepala sekolah juga menyatakan :
“Kita senantiasa setiap hari mengadakan upacara dan apel. Upacara
setiap hari senin dan apel setiap hari setiap jam 06.45 pagi. Apel ini
bukan hanya untuk membiasakan diri, kepedulian orang tua dan guru
terhadap siswa dalam hal sikap dan pakaian tapi digunkan juga untuk
doa bersama dalam rangka mengawali aktifitas disetiap harinya yang
dilakukan dalam apel itu adanya penguatan-penguatan karakter,
penguatan-penguatan kedisiplinan, penguatan-penguatan
mengingatkan kembali akan tata tertib yang sudah kita buat bersama-
sama. Disamping itu, kita di dalam pengembangan akhlak yang bagus
ini bekerja sama dengan guru, bukan hanya tugasnya guru PAI, semua
guru kita himbau untuk mempunyai kepedualian yang sama untuk
saling mengingtakan, memberi nasehat dan memberi contoh kepaa
anak-anaknya dengan perilaku yang mulia, baik didepan sesamanya
50
terlebih didepan orang tua ataupun guru di sekolah dan di rumah.”
(wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul 09.00)
Dikuatkan oleh pernyataan SB selaku waka kurikulum yang
menyatakan bahwa :
“Kalo akhlak itu biasanya kaitannya dengan karakter ya mas ya,
kalau pagi itu kita kembangkan jiwa nasionalismenya dengan apel,
hormat bendera, doa bersama, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan
kita kasih input dari guru yang kebetulan pas ngisi apel itu. Setiap
pagi ada apel di lapangan kita sisipkan misalnya kemarin ada sesuatu
yang kira-kira melanggar peraturan atau disiplin nanti kita tegur dan
kita kasih masukan motivasi kedepan jangan diulangi lagi seperti itu.
Kalau siang ya itu kita buka mushola untuk sholat dhuhur bersama.”
(wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul 09.30)
Dan dikuatkan lagi oleh SD selaku waka kesiswaan yang
menyatakan bahwa :
“Program khusus yang dilaksanakan yaitu tadi disamping pagi
memang ada wajib apel kemudian diisi selingan dengan bimbingan
mental rohani kemudian nanti diakhir ketika sholat dhuhur juga shola
dhuhur berjamaah dilanjutkan dengan adanya sedikit siraman-
siraman qolbu untuk anak-anak” (wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul
09.40)
Pembinaan akhlakul karimah dimulai dari kegiatan sehari-hari
seperti pemberian nasehat-nasehat dan juga masukan untuk
kedepannya melalui kegiatan upacara, apel pagi setiap hari, memberi
punishmen ketika anak melakukan kesalahan, dan yang paling utama
adalah seorang guru memberi suri tauladan atau contoh yang baik
kepada peserta didik. Seperti contohnya sholat dhuhur berjama’ah.
Selain beberapa upaya dan kegiatan diatas, ada beberpa upaya lagi
yang dilakukan oleh guru yaitu dengan sholat dhuha berjamaah.
Sebagaimana yang disampaikan MR selaku guru PAI yang
mengatakan bahwa :
51
“Yaitu saya sudah sampaikan salam sapa, saya sudah berulang kali
untuk menyampaikan itu, coba kalian benahi dulu akhlak kalian,
ketika kita bertemu dengan guru dengan orang yang lebih tua, maka
kalian harus melakukan salam sapa, kan biasanya juga muncul dari
kegiatan religi nanti bisa kita itu melaksanakan sholat dhuha
berjamaah terus sholah duhur berjamaah.” (wawancara tgl 31 Juli
2019 pukul 08.30)
Selain pembinaan akhlak diatas MR selaku guru PAI juga
menambahkan kegiatan sholat dhuha sebagai sarana pembinaan akhlak
siswa. Sedangkan bagi para siswa yang mampu melaksankan peraturan
dan yang tetap melanggar peraturan akan diberikan reward DAN
punishmen. Sebagaimana yang disampaikan MR yangi mengatakan
bahwa :
“Untuk sebelumnya karena ini berkaitan tentang akhlak itu nanti
mungkin bisa ditanyakan ke guru lain, kalau saya di PAI ga bisa
berjalan sendiri, contohnya anda ga bisa bekerja sendiri butuh
koordinasi dengan guru lain gitu. Dengan metode pembiasaan, terus
pembiasaan tiap pagi gitu pokoknya pembiasaan, kemudian nanti juga
ada reward bagi yang mengikuti aturan, tidak datang terlambat.”
(wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul 08.30)
Dari pendapat di atas bahwa pembinaan akhlakul karimah juga
melalui pembiasaan setiap hari dan juga pemberian reward kepada
siswa yang mau mengikuti aturan sekolah.
2. Problematika dan solusi yang Dihadapi dalam Pembinaan Akhlakul
Karimah Di SMK PGRI 3 Salatiga
Di dalam pembinaan akhlakul karimah untuk peserta didik tentu
banyak terdapat kendala-kendala yang menghambat jalannya proses
pembinaan tersebut. Mulai dari faktor internal sekolah maupun dari
faktor eksternal yang berasal dari lingkungan keluarga dan lingkungan
52
masyarakat seperti sarana prasarana yang kurang, koordinasi anatar
guru, latar belakang sekolah asal siswa, latar belakang ekonomi
keluarga, kasus broken home, dan faktor sosial dilingkungan sekolah.
Faktor yang bermacam-macam ini juga yang menjadi hambatan bagi
para pendidik di SMK PGRI 3 Salatiga terutama bagi guru PAI dalam
membentuk akhlakul karimah peserta didik. Sebagaimana yang
dikemukakan oleh MR selaku guru PAI :
“Kalau hambatannya itu dalam pembinaan akhlak itu apa ya.. kalau
dalam pembinaan akhlak saya mulai dari sholat dhuha kemudian
sholat duhur berjamaah, dari segi sarana prasarana yang memadai
untuk pembinaan akhlak contohnya dadri kegiatan sholat duhur
berjamaah belum ada toa untuk memanggil anak-anak ini sudah
waktunya dhuhur, koordonasi antar guru kurang, dari orang tua
juga.” (wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul 08.30)
Sependapat dengan itu MB selaku kepala sekolah juga menyatakan
bahwa :
“Faktor hambatannya mungkin latar belakang pendidikan yang
berbeda itu menjadi faktor penghambat dan yang kedua bukan hanya
asal sekolah tapi latar belakang sosial ekonomi orang tua sangat bisa
disimpulkan bahwa anak itu mempunyai perilaku yang sedikit negatif
pasti itu penyebabnya adalah satu broken home orang tua, terus faktor
ekonomi juga dan faktor sosial lingkungan yang ada di sekolah, kalau
di sini kan paling hanya sampai jam setengah 3 dan setelah npulang
dari sini tentu itu tanggung jawab orang tua dan kita tidak bisa selalu
memonitor kepada anak-anak. Itu penyebab tentu kita kadang tidak
mudah untuk mensingkronkan antara kebijakan sekolah dan orang tua
dalam kegiatan anak di rumah, makanya ketika ada masalah yang
menyangkut anak yang bermasalah selalu memberikan kabar kepada
orang tuanya tersbut via WA, saat anak tidak berangkat kepada
alasannya dan seterusnya, dan orang tua yang baik tentu akan
langsung mengklarifikasi bahwa anak ini sedang ini sedang ini.”
(wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul 09.00)
Dikuatkan oleh pernyataan SB selaku waka kurikulum yang
menyatakan bahwa :
53
“Hambatannya itu ada banyak macamnya mas seperti kita
menemukan sebuah kasus itu rata-rata kenapa anak itu akhirnya
menyimpang karena kondisi keluarganya rata-rata yang kurang
mendukung untuk pembinaan itu, sehingga ketika kita berusaha
membina disini dengan susah payah tetapi tetapi dilingkungan
keluarganya seperti itu sehingga itu hambatannya.” (wawancara tgl
31 Juli 2019 pukul 09.30)
Dari pernyataan-pernyataan di atas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa faktor penghambat dari pembinaan akhlakul karimah siswa
SMK PGRI 3 Salatiga ini berasal dari lingkungan keluarga dan juga
lingkungan masyarakat yag kurang mendukung. Selain itu koordinasi
guru dan juga sarana dan prasarana yang kurang membuat pembinaan
akhlak ini kurang maksimal. Dan menjadi tugas bagi guru PAI untuk
memperbaiki dan membentuk akhlakul karimah siswa dengan melalui
hambatan-hambatan tersebut.
Dari beberpa problematika diatas tentu saja para guru dan kepala
sekolah mencoba mencari solusi yang terbaik seperti perbaikan dan
penambahan sarana prasarana, melakukaan rapat koordinasi guru,
home visit, koordinasi dengan orang tua/wali murid, dan peningkatan
kualitas sekolah. Sesuai pernyataan MR selaku guru PAI di SMK
PGRI 3 Salatiga yang menyatakan bahwa :
“Untuk sarana dan prasarana yang kurang memadai contohnya
seperti toa, untuk menanggulanginya kami mengusulkan kepada
bagian sarpras untuk menggulanginya, mungkin untuk proses saat ini
yang belum ada itu kami menggunkan bel sekolah. Dan untuk
koordinasi guru itu kami tiap 1 bulan sekali ada rapat koordinasi,
karna untuk mengetahui dan mencari solusi dari berbagai masalah
karena dengan adanya rapat terus kumpulnya guru-guru itu nanti bisa
mengetahui masalah/problem yang ada di anak dan nanti bisa
mengambil solusi. Untuk faktor orang tua itu sebetulnya saya sudah
pernah menyampaikan di dalam kelas, dari guru-guru itu bisa ada
54
namanya home visit atau kunjungan kerumah, karena itu nanti untuk
mendekatkan kita dengan orang tua siswa. Sehingga dari hal itu nanti
kita bisa mengambil solusi terus bisa juga koordinasi dengan orang
tua nanti supaya ada tindak lanjut setelah di sekolah. (wawancara tgl
17 Agustus 2019 pukul 09.00)
Dan ditambahkan oleh MB selaku kepala sekolah di SMK PGRI 3
Salatiga yang menyatakan bahwa :
“untuk latar belakang sekolah siswa tentu saja tidak bisa memberi
solusi awal karena kita kan menerima bukan mencari, kita juga
meningkatkan usaha sosialisasi ke SMP/MTs se Salatiga yang
sehingga nanti diharapkan mendapatkan bibit unggul yang bagus
tentang input siswa kemudian yang kedua memperbaiki diri sekolah
sehingga nanti kualitas tambah meningkat dan otomatis mereka yang
unggul akan masuk kesini karena dia tahu bahwa kita lebih unggul
ketimbang sekolah lain. Sedangkan untuk latar belakang sosial
ekonomi keluarga tentu upaya kita ya meningkatkan kepercayaan
mereka pada orang tua bahwa eksistensi SMK ini benar-benar
terpercaya ouputnya anak itu bisa dibanggakan. Selanjutnya tindakan
awal untuk broken home adalah tentu akan meningkatkan kepercayaan
itu dan tindakan lanjutannya tentu akan membawa mengumpulkan
anak-anak yang broken home itu untuk memberikan solusi yang
terbaik bahwa masalah orang tua tentu tidak boleh masuk dalam
ranah anak, anak harus enjoy dalam belajar tidak usah memikirkan
latas belakang orang tua tidak usah memikirkan perseteruan dalam
tanda petik orang tua, tapi mereka harus siap dan harus ready belajar
dan tanpa memikirkan itu. Lalu untuk latar belakang lingkungan sosial
di sekolahan kita senantiasa berupaya untuk meningkatkan lingkungan
yang baik contohnya yang mereka dulunya tidak tau budaya antri kita
membudayakan antri, yang dulunya mereka tidak pernah salim, sapa,
dan senyum maka kita harus membiaskan diri untuk saling salam dan
senyum bahkan juga membiasakan ibadah yang baik, sosialisasi yang
baik, pergaulan yang baik dan seterusnya itu.” (wawancara tgl 17
Agustus 2019 pukul 09.15)
Jadi, dari wawancara di atas para guru dan kepala sekolah selalu
meningkatkan kualitas demi mewujudkan tempat pendidikan yang
layak bagi para siswa dan tentu saja dapat membentuk akhlak siswa
agar menjadi lebih baik dengan beberapa solusi seperti penambahan
55
sarana dan prasarana sekolah, home visit, koordinasi dengan para guru
tiap bulannya, pembinaan orang tua, dan pembinaan siswa itu sendiri.
C. Analisis Data
1. Upaya Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di SMK
PGRI 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019
a. Memberikan Arahan/Ceramah Pada Siswa
Upaya guru PAI dalam membina akhlakul karimah pada
siswa di SMK PGRI 3 Salatiga yang pertama adalah dilaksankan
dengan cara pemberian arahan/ceramah dan nasehat di kelas dan
diluar kelas dengan cara menyesuaikan keadaan atau permasalahan
yang terjadi ketika di dalam pembelajaran maupun di luar
pembelajaran. Sebagai contohnya jika siswa merokok di kantin
ketika jam istirahat sekolah dan diketahui oleh guru PAI maka
ketika pembelajaran akan diberikan arahan dan nasehat agar tidak
mengulanginya lagi. Sebagaimana yang disampaikan MR selaku
guru PAI di SMK PGRI 3 Salatiga yang menyatakan :
“ketika kita melihat, seumpama kemarin saya melihat anak-anak
keluar sekolah pas waktu istirahat sebenarnya di sini sudah ada
warung tapi malah ke pojok jalan situ, saya panggil saya tunggu di
depan gerbang, dikasih pencerahan kalau kalian mau kayak gini
biasalah kayak sekolah-sekolah biasa itu nanti dihimbau kemudian
nanti saya jemur di lapangan terus nanti juga ada hukuman berupa
menghafal asmaul husna.” (wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul
08.30)
Dikuatkan oleh pernyataan SD selaku waka kesiswaan yang
menyatakan bahwa :
“Program khusus yang dilaksanakan yaitu tadi disamping pagi
memang ada wajib apel kemudian diisi selingan dengan bimbingan
56
mental rohani kemudian nanti diakhir ketika sholat dhuhur juga
shola dhuhur berjamaah dilanjutkan dengan adanya sedikit
siraman-siraman qolbu untuk anak-anak” (wawancara tgl 31 Juli
2019 pukul 09.40)
Dikuatkan kembali oleh SB selaku waka kurikulum yang
menyatakan bahwa :
“Setiap pagi ada apel di lapangan kita sisipkan misalnya kemarin
ada sesuatu yang kira-kira melanggar peraturan atau disiplin
nanti kita tegur dan kita kasih masukan motivasi kedepan jangan
diulangi lagi seperti itu.” (wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul
09.30)
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa para guru di SMK
PGRI 3 Salatiga terutama guru PAI sudah melakukan pembinaan
akhlakul karimah dengan baik melalui metode ceramah/arahan
kepada siswa-siswa di SMK PGRI 3 Salatiga. Karena dengan
metode ceramah ini siswa akan mudah untuk menerimanya.
Metode ceramah/arahan juga bagian dari metode dakwah yang
diajarkan oleh Rasullah saw. Ceramah/arahan ini bukan hanya
dilakukan ketika jam pembelajaran saja tetapi juga diluar jam
pembelajaran seperti ketika apel tiap pagi, juga ketika upacara hari
senin, ketika jam istirahat, sesudah sholat dhuha dan sholat dhuhur
berjamaah. Walaupun hanya sebuah ceramah/arahan namun hal ini
apabila dilakukan secara rutin tentu akan berdampak positif bagi
para siswa.
Metode ceramah/arahan ini sejak dulu sudah digunakan
dalam mengembangkan dan mendakwakan agama Islam baik Nabi
Muhammad saw maupun para Sahabat-sahabatnya. Allah sendiri
57
sesungguhnya telah mengenalkan model pengajaran semacam ini
kepada Rasulullah sebagaimana firmanNya dalam (QS. Yusuf: 2 –
3 :
Artinya :
“Seseungguhnya kami menurunkan berupa Al Quran dengan
berbahasa arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan
kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran
ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum ( kami
mewahyukan ) nya adalah termasuk orang – orang yang belum
mengetahui.” (Kemenag RI, 2015: 235)
Ceramah merupakan penuturan bahan pelajaran secara
lisan. Metode ini tidak selalu jelek bila penggunaannya betul-betul
disiapkan dengan baik didukung dengan alat dan media serta
memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya.
Jadi, upaya guru PAI dalam membina akhlakul karimah
pada siswa di SMK PGRI 3 Salatiga yang pertama adalah dengan
cara arahan/ceramah pada siswa. Dengan ceramah dan arahan tentu
saja menjadi langkah awal untuk memberikan pengetahuan tentang
mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik untuk
dilakukan dan akan berefek pada peningkatan akhlak siswa.
58
b. Pembiasaan Budaya Islami
Upaya guru PAI dalam membina akhlakul karimah pada
siswa di SMK PGRI 3 Salatiga dilaksanakan dengan cara
melakukan pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan oleh guru PAI
kepada peserta didik. Sebagai contohnya dengan cara melakukan
sholat dhuha berjamaah dan sholat dhuhur berjamaah di mushola
sekolah. Sebagai mana yang disampaikan MR selaku guru PAI di
SMK PGRI 3 Salatiga :
“Dengan metode pembiasaan, terus pembiasaan tiap pagi gitu
pokoknya pembiasaan, kemudian nanti juga ada reward bagi yang
mengikuti aturan, tidak datang terlambat.” (wawancara tgl 31 Juli
2019 pukul 08.30)
Dikuatkan oleh pernyataan MB selaku kepala sekolah juga
menyatakan :
“Kita senantiasa setiap hari mengadakan upacara dan apel.
Upacara setiap hari senin dan apel setiap hari setiap jam 06.45
pagi. Apel ini bukan hanya untuk membiasakan diri, kepedulian
orang tua dan guru terhadap siswa dalam hal sikap dan pakaian
tapi digunkan juga untuk doa bersama dalam rangka mengawali
aktifitas disetiap harinya yang dilakukan dalam apel itu adanya
penguatan-penguatan karakter, penguatan-penguatan kedisiplinan,
penguatan-penguatan mengingatkan kembali akan tata tertib yang
sudah kita buat bersama-sama.” (wawancara tgl 31 Juli 2019
pukul 09.00)
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa pembiasaan-
pembiasaan yang diterapkan oleh para guru di SMK PGRI Salatiga
seperti salam, sapa, senyum setiap hari, apel setiap pagi, doa
bersama, dan sholat dhuha serta sholat dhuhur berjamaah maka
pembinaan ini sudah berjalan dengan baik. Pengadaan pembinaan
59
dengan pembiasaan seperti ini dapat melatih para siswa untuk
berakhlakul karimah. Awalnya memang susah untuk
menggerakkan siswa untuk memulai pembiasaan tersebut, namun
dengan sabar dan telaten maka pembiasaan tersebut dapat berjalan
dengan baik. Karena dalam hidup seseorang mempunyai
kesempatan yang sama untuk menentukan akhlaknya, apakah mau
dengan pembiasaan berperilaku baik ataupun pembiasaan
berperilaku jelek. Hal ini dijelaskan pada firman Allah dalam QS.
As-Syam ayat 7-10 :
“Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasihan dan ketakwaan,
sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya dan sesungguhnya merugilah orang yang
mengotorinya.” (Kemenag RI, 2015: 595)
Jadi, upaya guru PAI dalam membina akhlakul karimah di
SMK PGRI 3 Salatiga yang kedua adalah dengan pembiasaan pada
60
siswa. Dengan pembiasaan tentu saja menjadi langkah yang efektif
untuk dilakukan karena dengan pembiasaan maka siswa yang
sebelumnya jarang melaksanakan sholat dhuha dan juga sholat
dhuhur berjamaah maka secara perlahan akan membekas pada diri
siswa dan akan menancap pada kepribadian siswa tersebut.
c. Memberikan Suri Tauladan
Upaya guru PAI dalam membina akhlakul karimah pada
siswa di SMK PGRI 3 Salatiga dilaksanakan dengan cara
memberikan contoh atau suri tauladan yang baik bagi para siswa
SMK PGRI Salatiga. Sebagai contohnya guru PAI tidak merokok
di lingkungan sekolah. Sebagaimana yang disampaikan oleh MB
selaku kepala sekolah yang menyatakan :
“Disamping itu, kita di dalam pengembangan akhlak yang bagus
ini bekerja sama dengan guru, bukan hanya tugasnya guru PAI,
semua guru kita himbau untuk mempunyai kepedualian yang sama
untuk saling mengingtakan, memberi nasehat dan memberi contoh
kepaa anak-anaknya dengan perilaku yang mulia, baik didepan
sesamanya terlebih didepan orang tua ataupun guru di sekolah
dan di rumah.” (wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul 09.00)
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah
SMK PGRI 3 Salatiga menugaskan kepada seluruh guru dapat
memberikan suri tauladan kepada para siswa-siswa. Dengan
kepribadian, sifat tingkah laku dan pergaulannya sesama manusia
yang baik tentu akan membawa dampat yang positif terhadap
pribadi seorang guru dan juga para siswanya.
61
Manusia telah diberi fitrah untuk mencari suri teladan, agar
menjadi pedoman bagi mereka, yang menerangi jalan kebenaran
dan menjadi contoh hidup yang menjelaskan kepada orang-orang
bagaimana agar mempunyai akhlak yang baik dan juga dalam
menjalankan syariat Islam. Disekolah, murid sangat membutuhkan
suri tauladan yang dilihatnya langsung dari setiap guru yang
mendidiknya, sehingga dia merasa pasti dengan apa yang
dipelajarinya. Pada perilaku dan tindakan guru-gurunya,
hendaknya anak dapat melihat langsung bahwa tingkah laku utama
yang diharapkan dapat melakukannya. Tidak mustahil dan memang
dalam batas kewajaran untuk direalisasikan dan bahwa
kebahagiaan hakiki yang sungguh, hanya akan tampak dalam
penerapannya dalam perbuatan sehari-hari.
Dari pengamatan yang peneliti lakukan para siswa sudah
ada yang mulai membaik akhlaknya setelah memperhatikan para
gurunya seperti sudah ikut dalam sholat berjamaah dan dalam
pergaulan mereka seperti salam, sapa, dan senyum ketika bertemu
dengan orang lain dan ketika bertemu dengan peneliti.
Jadi, upaya yang diterapkan guru PAI di SMK PGRI 3
Salatiga dalam membina akhlakul karimah adalah contoh atau suri
tauladan yang baik pada siswa. Ketika seorang guru melakukan
pembinaan terhadap siswa namun guru tersebut tidak
mempraktekkannya sendiri tentu hasilnya akan kurang maksimal
62
karena siswa akan beranggapan bahwa pembinaan tersebut tidaklah
terlalu penting karena guru pun juga melakukan hal yang
bertentangan dengan pembinaan tersebut. Sehingga memberi suri
tauladan yang baik sangat diperlukan dalam pembinaan akhlakul
karimah kepada siswa.
2. Problematika dan solusi yang Dihadapi dalam Pembinaan Akhlakul
Karimah Di SMK PGRI 3 Salatiga
1) Sarana dan Prasarana Sekolah Yang Kurang Memadai
Sarana dan prasana sekolah adalah hal yang sangat penting
untuk menunjang keberhasilan dalam pembinaan akhlak siswa.
Di SMK PGRI 3 Salatiga dalam hal sarana dan prasaran dalam
pembinaan akhlak kurang begitu memadai seperti tidak adanya
toa untuk adzan sebagai tanda sudah masuk waktu sholat. Hal
ini seperti yang disampaikan oleh MR selaku guru PAI di SMK
PGRI 3 Salatiga yang menyatakan bahwa :
“kalau dalam pembinaan akhlak saya mulai dari sholat
duhakemudian sholat duhur berjamaah, dari segi sarana
prasarana yang memadai untuk pembinaan akhlak contohnya
dadri kegiatan sholat duhur berjamaah belum ada toa untuk
memanggil anak-anak ini sudah waktunya dhuhur, koordonasi
antar guru kurang, dari orang tua juga.” (wawancara tgl 17
Agustus 2019 pukul 09.00)
Jadi, salah satu problematika yang dihadapi guru PAI
dalam pembinaan akhlakul karimah ialah kurangnya sarana dan
prasarana seperti toa mushola yang belum ada. Sehingga ketika
63
waktu sholat dhuhur berjamaah tiba tidak banyak siswa dan
guru yang mengikuti sholat dhuhur berjamaah.
Dari problematika diatas pihak guru dan juga sekolah
bekerjasama untuk mencari solusi guna meningkatkan kualitas
dan juga mencari solusi sementara agar pembinaan akhlak tetap
berjalan dengan memanfaatkan fasilitas yang ada. Seperti
penggunaan bel sekolah sebagai penanda waktu sholat dhuhur
berjamaah. Hal ini serupa dengan pernyataan MR selaku guru
PAI di SMK PGRI 3 Salatiga yang menyatakan bahwa :
“Untuk sarana dan prasarana yang kurang memadai
contohnya seperti toa, untuk menanggulanginya kami
mengusulkan kepada bagian sarpras untuk menggulanginya,
mungkin untuk proses saat ini yang belum ada itu kami
menggunkan bel sekolah.” (wawancara tgl 17 Agustus 2019
pukul 09.00)
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa dari permasalahan
sarana-prasarana memang membuat program-program
pembinaan seperti sholat dhuhur berjamaah mengalami
hambatan dalam pelaksanaannya. Salah satu aspek yang
seharusnya mendapat perhatian utama oleh setiap pengelola
pendidikan adalah mengenai fasilitas pendidikan. Sarana
pendidikan umumnya mencakup semua fasilitas yang secara
langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan.
Dalam pendidikan formal, sarana dan prasarana sangatlah
penting dalam menunjang berbagai kegiatan yang ada sehingga
pihak sekolah sangat berupaya untuk selalu memperbaiki diri
64
dan meningkatkan kualitas diri sehingga para siswa dapat
belajar dengan nyaman dan program yang sudah dijalankan
dapat tercapai dengan maksimal.
Dalam pelaksanaanya memang masalah tersebut sudah
terselesaikan tetapi guru PAI sendiri masih harus terjun
langsung dalam mengajak siswa untuk sholat berjamaah di
mushola dengan mendatangi setiap kelas. Walaupun solusi
dengan menggunkan bel sekolah dirasa sudah cukup namun hal
itu masih kurang efektif.
Jadi, untuk menanggulangi permasalahan toa mushola
pihak sekolah dan juga guru menggunakan bel sekolah untuk
penanda waktu sholat dhuhur berjamaah. Hal ini dirasa cukup
efektif untuk sementara tetapi guru juga harus bekerja ekstra
karena siswa tidak semua langsung menuju ke mushola tapi ada
yang memilih pergi ke kantin sehingga guru PAI harus
mengajak secara manual.
2) Koordinasi Antar Guru Yang Kurang Kompak
Dalam pembinaan akhlakul karimah di dalam sekolah,
koordinasi antar guru sangatlah penting. Karena apabila hanya
seorang guru PAI saja yang melakukan pembinaan tersebut
tanpa adanya dukungan dari guru lain maka hasilnya akan
kurang maksimal. Sama halnya di SMK PGRI 3 Salatiga ketika
peneliti melakukan pengamatan ketika jam sholat dhuhur, para
65
guru yang beragama muslim hanya sedikit yang ikut dalam
sholat berjamaah, sehingga siswa pun juga sulit untuk diajak
sholat berjamaah. Dan juga ketika jam istirahat ada beberapa
siswa yang keluar dari lingkungan sekolah untuk jajan diluar
para guru tidak semuanya mau menegur siswa tersebut. Hal ini
seperti yang disampaikan oleh MR selaku guru PAI di SMK
PGRI 3 Salatiga yang menyatakan bahwa :
“kalau dalam pembinaan akhlak saya mulai dari sholat
duhakemudian sholat duhur berjamaah, dari segi sarana
prasarana yang memadai untuk pembinaan akhlak contohnya
dadri kegiatan sholat duhur berjamaah belum ada toa untuk
memanggil anak-anak ini sudah waktunya dhuhur, koordonasi
antar guru kurang, dari orang tua juga.” (wawancara tgl 17
Agustus 2019 pukul 09.00)
Jadi, problematika yang kedua adalah kurangnya koordinasi
antar guru yang membuat program-program pembinaan akhlak
kurang maksimal. Contohnya ketika waktu sholat dhuhur hanya
beberapa guru yang ikut berjamaah dan kurangnya komitmen
dalam menegakkan peraturan yang telah dibuat seperti larangan
siswa untuk jajan diluar sekolah.
Dari problematika di atas para guru sepakat untuk mencari
sebuah solusi agar para guru dan seluruh perangkat sekolah
dapat berkoordinasi dengan baik dengan cara mengadakan
rapat koordinasi setiap 1 bulan sekali. Hal ini serupa dengan
yang disampaikan oleh MR selaku guru PAI di SK PGRI 3
Salatiga yang menyatakan bahwa :
66
“Dan untuk koordinasi guru itu kami tiap 1 bulan sekali
ada rapat koordinasi, karna untuk mengetahui dan mencari
solusi dari berbagai masalah karena dengan adanya rapat
terus kumpulnya guru-guru itu nanti bisa mengetahui
masalah/problem yang ada di anak dan nanti bisa mengambil
solusi.” (wawancara tgl 17 Agustus 2019 pukul 09.00)
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa permasalahan
tentang koordinasi antar guru sangat menghambat dalam
pembinaan akhlakul karimah siswa. Karena ketika melakukan
pembinaan akhlak tentu bukan hanya guru PAI saja yang
bekerja tetapi juga melibatkan semua guru dan karyawan yang
ada dilingkup sekolah. Dalam hal ini sekolah sudah cukup baik
dalam menangani permasalahan ini dengan mengadakan rapat
koordinasi dan evaluasi setiap 1 bulan sekali.
Dari pengamatan yang peneliti lakukan memang koordinasi
antar guru di SMK PGRI 3 Salatiga masih kurang dalam hal
pembinaan akhlak dan juga dalam komitmen menegakkan
peraturan. Mungkin ada beberapa alasan yang menyebabkan
para guru tidak bisa melaksanakan amanah tersebut secara rutin
seperti adanya rapat mendadak ataupun dinas luar.
Koordinasi merupakan proses penyatupaduan kegiatan
yang dilakukan pegawai dan berbagai satuan lembaga sehingga
dapat berjalan selaras dan serasi. Dengan begitu, tujuan
lembaga secara keseluruhan dapat diwujudkan secara optimal.
Koordinasi sebagai upaya yang berkesinambungan dan
berlangsung terus-menerus untuk menciptakan dan
67
mengembangkan kerjasama, mempertahankan keserasian dan
keselarasan tindakan sehingga sasaran yang ditetapkan dapat
diwujudkan sesuai dengan rencana.
Jadi, untuk menanggulangi permasalahan itu pihak sekolah
mengadakan rapat koordinasi dan evaluasi tiap 1 bulan sekali
untuk mencari solusi dan evaluasi dari permasalahan-
permasalahan yang terjadi di sekolahan yang menyangkut
siswa maupun lingkungan sekolah. Hal ini cukup efektif karena
dapat menyatukan pemikiran setiap guru dan menambah
kekompakan dalam pembinaan akhlak siswa.
3) Latar Belakang Pendidikan Siswa Yang Berbeda
Latar belakang pendidikan siswa adalah salah satu faktor
yang mempengaruhi pembinaan akhlakul karimah di SMK
PGRI 3 Salatiga. Siswa SMK PGRI 3 Salatiga mempunyai latar
belakang pendidikan yang berbeda-beda. Ada yang lulusan
paket, ada yang dari pondok pesantren, ada juga yang dari
sekolah biasa. Tentu pembinaan untuk setiap siswa tersebut
berbeda, ada yang mudah untuk dibina dan ada yang sulit untuk
dibina. Hal tersebut seperti yang dinyatakan oleh MB selaku
kepala sekolah yang menyatakan bahwa :
“Faktor hambatannya mungkin latar belakang pendidikan
yang berbeda itu menjadi faktor penghambat dan yang kedua
bukan hanya asal sekolah tapi latar belakang sosial ekonomi
orang tua sangat bisa disimpulkan bahwa anak itu mempunyai
perilaku yang sedikit negatif pasti itu penyebabnya adalah satu
broken home orang tua, terus faktor ekonomi juga dan faktor
68
sosial lingkungan yang ada di sekolah, kalau di sini kan paling
hanya sampai jam setengah 3 dan setelah npulang dari sini
tentu itu tanggung jawab orang tua dan kita tidak bisa selalu
memonitor kepada anak-anak. Itu penyebab tentu kita kadang
tidak mudah untuk mensingkronkan antara kebijakan sekolah
dan orang tua dalam kegiatan anak di rumah, makanya ketika
ada masalah yang menyangkut anak yang bermasalah selalu
memberikan kabar kepada orang tuanya tersbut via WA, saat
anak tidak berangkat kepada alasannya dan seterusnya, dan
orang tua yang baik tentu akan langsung mengklarifikasi
bahwa anak ini sedang ini sedang ini.” (wawancara tgl 17
Agustus 2019 pukul 09.15)
Jadi, problematika yang ketiga adalah faktor latar belakang
pendidikan siswa sebelumnya. Karena perbedaan pendidikan
tersebut tentu membuat para guru PAI mengalami hambatan
dalam pembinaan akhlak dikarenakan harus menyesuaikan
metode yang tepat agar semua siswa dapat menerima dan
mengamalkan apa yang sudah diberikan oleh guru PAI.
Dari permasalahan diatas tentu sekolah akan mencari
sebuah solusi yang bisa membantu siswa agar tetap mampu
menyerap semua pembelajaran dan juga pembinaan yang
dilakukan dan juga agar mendapatkan siswa yang mempunyai
kualitas yang baik dengan cara melaksanakan sosialisai ke
seluruh SMP/MTs se kota Salatiga dan juga meningkatkan
kualitas sekolahan. Hal ini seperti yang disampaikan oleh MB
Selaku kepala sekolah di SMK PGRI 3 Salatiga yang
menyatakan bahwa :
“untuk latar belakang sekolah siswa tentu saja tidak bisa
memberi solusi awal karena kita kan menerima bukan mencari,
kita juga meningkatkan usaha sosialisasi ke SMP/MTs se
69
Salatiga yang sehingga nanti diharapkan mendapatkan bibit
unggul yang bagus tentang input siswa kemudian yang kedua
memperbaiki diri sekolah sehingga nanti kualitas tambah
meningkat dan otomatis mereka yang unggul akan masuk
kesini karena dia tahu bahwa kita lebih unggul ketimbang
sekolah lain.” (wawancara tgl 17 Agustus 2019 pukul 09.15)
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa latar belakang
pendidikan siswa yang berbeda membuat pembinaan akhlak
terhambat karena guru harus pintar-pintar mencari metode yang
tepat agar pembinaan akhlak dapat berjalan dengan baik dan
para siswa pun juga lebih mudah dalam menerima pembinaan
tersebut.
Dalam pelaksanaannya yang telah peneliti amati untuk
siswa yang mempunyai latar belakang pendidikan yang bagus
akan mudah dalam beradaptasi dengan metode pembinaan yang
digunakan. Tapi untuk siswa yang mempunyai latar belakang
pendidikan yang kurang bagus seperti lulusan sistem paket
tentu akan mengalami hambatan dalam adaptasinya dan guru
harus lebih ekstra sabar dan mencari solusi yang tepat.
Jadi, dari problematika diatas pihak sekolah berupaya untuk
melakukan sosialisasi kebeberapa SMP/MTs untuk
mendapatkan bibit siswa yang unggul agar ketika dalam
pembinaan akhlak siswa-siswa yang sebelumnya mempunyai
akhlak yang kurang baik dapat termotivasi untuk menjadi lebih
baik karena teman-teman dan lingkungan yang baik pula. SMK
PGRI 3 Salatiga juga mencoba untuk memperbaiki diri agar
70
kualitas sekolah dapat bersaing dengan sekolah-sekolah lain
dan akan membuat minat siswa semakin bertambah.
4) Latar Belakang Keluarga Siswa Yang Kurang Mendukung
Keadaan keluarga dari siswa yang berbeda-beda
menjadikan hambatan dalam membina akhlak siswa. Peran
keluarga yang kurang dalam memberikan pendidikan akhlak
kepada siswa memberikan dampak yang besar bagi akhlak
siswa. Jadi keluargalah yang menjadi faktor penting dalam
pendidikan siswa. Seperti yang di sampaikan oleh MB selaku
kepala sekolah di SMK PGRI 3 Salatiga yang menyatakan
bahwa :
“latar belakang sosial ekonomi orang tua sangat bisa
disimpulkan bahwa anak itu mempunyai perilaku yang sedikit
negatif pasti itu penyebabnya adalah satu broken home orang
tua, terus faktor ekonomi juga dan faktor sosial lingkungan
yang ada di sekolah, kalau di sini kan paling hanya sampai jam
setengah 3 dan setelah npulang dari sini tentu itu tanggung
jawab orang tua dan kita tidak bisa selalu memonitor kepada
anak-anak. Itu penyebab tentu kita kadang tidak mudah untuk
mensingkronkan antara kebijakan sekolah dan orang tua
dalam kegiatan anak di rumah.” (wawancara tgl 17 Agustus
2019 pukul 09.15)
Jadi, problematika yang ke empat adalah latar belakang
keluarga yang kurang mendukung anak seperti faktor ekonomi,
sosial, dan juga faktor broken home yang berimbas pada anak.
Tentu saja hal tersebut menjadi faktor yang sulit untuk
diselesaikan karena bukan hanya menyangkut sekolah dan
pribadi siswa namun juga keluarga yang kurang mendukung
71
sehingga siswa mempunyai prilaku yang buruk dan sulit untuk
di luruskan.
Dari problematika diatas tentu saja membuat sekolah untuk
mencari solusi yang paling efektif agar siswa yang bermasalah
dengan keluarganya akan dapat terselesaikan dengan bijak dan
tidak ada yang dirugikan. Seperti kunjungan ke rumah siswa
yang mempunyai permasalahan keluarga dan pembinaan siswa
dan juga orang tua. Hal ini selaras dengan apa yang
disampaikan MR selaku guru PAI di SMK PGRI 3 Salatiga
yang menyatakan bahwa :
“Untuk faktor orang tua itu sebetulnya saya sudah pernah
menyampaikan di dalam kelas, dari guru-guru itu bisa ada
namanya home visit atau kunjungan kerumah, karena itu nanti
untuk mendekatkan kita dengan orang tua siswa. Sehingga dari
hal itu nanti kita bisa mengambil solusi terus bisa juga
koordinasi dengan orang tua nanti supaya ada tindak lanjut
setelah di sekolah.” (wawancara tgl 17 Agustus 2019 pukul
09.00)
Selain itu MB selaku kepala sekolah di SMK PGRI 3
Salatiga juga menambahkan bahwa :
“Untuk latar belakang sosial ekonomi keluarga tentu
upaya kita ya meningkatkan kepercayaan mereka pada orang
tua bahwa eksistensi SMK ini benar-benar terpercaya
ouputnya anak itu bisa dibanggakan. Selanjutnya tindakan
awal untuk broken home adalah tentu akan meningkatkan
kepercayaan itu dan tindakan lanjutannya tentu akan
membawa mengumpulkan anak-anak yang broken home itu
untuk memberikan solusi yang terbaik bahwa masalah orang
tua tentu tidak boleh masuk dalam ranah anak, anak harus
enjoy dalam belajar tidak usah memikirkan latas belakang
orang tua tidak usah memikirkan perseteruan dalam tanda
petik orang tua, tapi mereka harus siap dan harus ready
72
belajar dan tanpa memikirkan itu.” (wawancara tgl 17 Agustus
2019 pukul 09.15)
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa dari permasalahan
buruknya hubungan siswa dengan keluarga sangat berdampak
buruk terhadap pendidikan siswa. Orang Tua memegang
peranan utama dan pertama bagi pendidikan anak, mengasuh,
membesarkan dan mendidik anak merupakan tugas mulia yang
tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan, sedangkan
guru disekolah merupakan pendidik yang kedua setelah orang
tua di rumah. Pada umunnya siswa merupakan insan yang
masih perlu dididik atau diasuh oleh orang yang lebih dewasa
dalam hal ini adalah ayah dan ibu, jika orang tua sebagai
pendidik yang pertama dan utama ini tidak berhasil meletakan
dasar kemandirian maka akan sangat berat untuk berharap
sekolah mampu membentuk siswa atau anak menjadi mandiri.
Tingkat pendidikan orang tua menentukan cara orang tua
mengajari anaknya atau memberikan pengajaran kepada
anaknya. Bimbingan orang tua yang baik akan menciptakan
anak yang baik pula. Keberhasilan anak dibidang akademik
merupakan keberhasilan anak itu sendiri dan juga orang tua.
Dalam pelaksanaanya sendiri di SMK PGRI 3 Salatiga
telah menerapkan berbagai solusi seperti kunjungan kerumah
siswa yang bermasalah terebut dan juga pembinaan langsung
terhadap siswa tersebut. Hal ini menurut peneliti merupakan
73
solusi yang sangat bagus bagi siswa karena dengan itu para
guru yang menangani akan lebih mudah mencari solusi lanjutan
setelah melakukan koordinasi dan komunikasi dengan orang
tua siswa. Dan siswa yang bermaslah tersebut secara perlahan
akan dapat diselesaikan tanpa harus mengganggu
pendidikannya.
Jadi, dalam penanganan kasus terhadap siswa yang
mempunyai permasalahan dengan keluarganya pihak sekolah
mempunyai sebuah solusi yaitu dengan melakukan home visit,
hal ini bertujuan untuk membantu siswa dan juga pihak
keluarga agar mampu menyelasaikan permasalahan tersebut
tanpa harus mengorbankan siswa/anak itu sendiri. Karena
dengan begitu pihak sekolah dan juga keluarga akan lebih
mudah untuk menentukan apa solusi yang terbaik bagi ketiga
pihak tersebut. Selain itu pihak sekolah akan berupaya untuk
meninkatkan kepercayaan orang tua terhadap sekolahan dan
juga akan memberikan bimbingan khusus terhadap siswa yang
memiliki permasalahan dengan keluarganya tersebut.
5) Faktor Lingkungan Sosial di Lingkungan Sekolah Yang
Kurang Baik
Keadaan lingkungan sekolah yang kurang mendukung tentu
menjadi hambatan tersendiri bagi guru PAI dalam membina
akhlak siswa. Contohnya ada guru yang berperilaku buruk
74
seperti merokok dilingkungan sekolah akan membuat siswa
menirukan perilaku tersebut dan juga faktor teman-temannya.
Hal ini serupa dengan pernyataan MR selaku guru PAI di SMK
PGRI 3 Salatiga yang menyatakan bahwa :
“Faktor yang mempengaruhi akhlak itu berkaitan dengan guru
juga bisa karena ada istilah jawa mengatakan digugu dan
ditiru, kalau gurunya ngerokok anak nanti akan meniru, faktor
lain dari sekolah itu mungkin karena teman-teman itu juga.
Terus faktor internal sekolah itu ada beberapa kegiatan itu
juga.” (wawancara tgl 17 Agustus 2019 pukul 09.00)
Hal serupa juga dikatakan oleh MB selaku kepala sekolah
di SMK PGRI 3 Salatiga yang menyatakan bahawa :
“faktor sosial lingkungan yang ada di sekolah, kalau di sini
kan paling hanya sampai jam setengah 3 dan setelah npulang
dari sini tentu itu tanggung jawab orang tua dan kita tidak bisa
selalu memonitor kepada anak-anak. Itu penyebab tentu kita
kadang tidak mudah untuk mensingkronkan antara kebijakan
sekolah dan orang tua dalam kegiatan anak di rumah.”
(wawancara tgl 17 Agustus 2019 pukul 09.15)
Jadi, problematika yang ke lima adalah faktor lingkungan
sosial yang ada di sekolahan. Karena perilaku anak lebih
banyak dipengaruhi oleh perilaku teman-temannya dan
lingkungannya. Ketika lingkungannya baik maka siswa akan
menjadi baik dan apabila lingkungannya kurang baik maka
siswa juga akan memiliki perilaku yang kurang baik.
Dari permasalahan lingkungan sosial diatas sekolah pasti
berupaya untuk menciptakan lingkungan sosial disekolahan
yang baik seperti yang disampaikan oleh MB selaku kepala
sekolah di SMK PGRI 3 Salatiga yang menyatakan bahwa :
75
“Untuk latar belakang lingkungan sosial di sekolahan kita
senantiasa berupaya untuk meningkatkan lingkungan yang baik
contohnya yang mereka dulunya tidak tau budaya antri kita
membudayakan antri, yang dulunya mereka tidak pernah
salim, sapa, dan senyum maka kita harus membiaskan diri
untuk saling salam dan senyum bahkan juga membiasakan
ibadah yang baik, sosialisasi yang baik, pergaulan yang baik
dan seterusnya itu.” (wawancara tgl 17 Agustus 2019 pukul
09.15)
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa permasalahan
lingkungan sosial pertemanan di dalam sekolah menjadi faktor
hambatan tersendiri bagi para guru dalam membina akhlak.
Dalam pelaksanaanya sendiri SMK PGRI 3 Salatiga sudah
berupaya menciptakaan lingkungan sosial yang baik dan juga
menjadikan tempat yang tepat untuk pembinaan akhlak siswa
dengan cara pembiasaan-pembiasaan seperti menerapkan
budaya antri dan juga salam, sapa, senyum.
Respon yang diterima para guru, karyawan dan masyarakat
di dalam lingkup sekolah pun mendapatkan hasil yang positif
karena solusi ini dapat berjalan dengan baik dan permasalahan
yang dihadapi dapat terselesaikan dengan baik pula. Dan siswa
di SMK PGRI 3 Salatiga sudah menagalami beberapa
perubahan dari hasil pembiasaan tersebut.
Jadi, upaya dari SMK PGRI 3 Salatiga yaitu dengan
melakukan pembiasaan-pembiasaan yang baik seperti budaya
antri, salam, sapa, senyum ketika bertemu dengan guru ataupun
teman-temannya, dan membiasakan ibadah yang baik,
76
bersosialisasi yang baik, dan menciptakan lingkungan
pergaulan yang baik pula. Dengan ini SMK PGRI 3 Salatiga
berharap dapat menciptakan lingkungan sosial yang baik
dengan bertahap dan dapat membantu dalam proses
pelaksanaan program-program yang lain
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengkaji dan mendeskripsikan pembahasan secara global
dan menyeluruh seperti apa yang sudah dijelaskan di bab-bab sebelumnya,
maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yang menjadi inti dari
hasil penelitian antara lain sebagai berikut :
1. Upaya Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di SMK
PGRI 3 Salatiga antara lain : 1) Memberikan Arahan/Ceramah Pada
Siswa, arahan dan juga ceramah digunakan sebagai upaya untuk
membentuk akhlak siswa ketika di dalam kelas maupun luar kelas. 2)
Pembiasaan budaya Islami pada siswa seperti : pembiasaan sholat
dhuha berjamaah dan juga sholat dhuhur berjamaah. 3) Memberikan
suri tauladan yang baik pada siswa, seperti : guru tidak merokok di
lingkungan sekolah dan menjaga sikap dan perilaku yang baik.
2. Problematika dan solusi yang Dihadapi dalam Pembinaan Akhlakul
Karimah Di SMK PGRI 3 Salatiga antara lain : 1) Sarana dan
prasarana sekolah yang kurang memadai seperti toa mushola yang
belum ada, terkait hal ini pihak sekolah mengambil tindakan dengan
menggunakan bel sekolah sebagai pengganti sementara untuk penanda
waktu sholat dhuhur berjamaah. 2) Koordinasi antar guru yang kurang
kompak, hal ini diselesaikan dengan cara mengadakan rapat
koordinasi dan evaluasi setiap satu bulan sekali. 3) Latar belakang
78
pendidikan siswa yang berbeda, maka pihak sekolah dengan berbenah
dan memperbaiki diri untuk meningkatkan kualitas sekolah. 4) Latar
belakang keluarga siswa yang kurang mendukung. Sehingga para guru
mengambil langkah dengan cara home visit, koordinasi dengan orang
tua dan melakukan pembinaan terhadap siswa tersebut. 5) Faktor
lingkungan sosial di lingkungan sekolah yang kurang baik sehingga
guru membuat penyelesaian dengan cara melakukan pembiasaan-
pembiasaan yang baik.
B. Saran
1. Kepada lembaga sekolah untuk senantiasa menambah program-
program pombinaan akhlak siswa agar dapat mencetak siswa dan
siswa yang mempunyai akhlak yang baik dan juga dapat bermanfaat
bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan agama.
2. Kepada kepala sekolah untuk senantiasa mendukung dan mengadakan
program-program pembinaan akhlak dan keagamaan terhadap siswa
dan para guru di SMK PGRI 3 Salatiga.
3. Kepada para guru umumnya dan khususnya kepada guru PAI untuk
senantiasa mengembangkan kompetensi spriritual dan intelektualnya
dan juga menambahkan program-program lain yang dapat
meningkatkan pengetahuan spiritual siswa.
4. Kepada para siswa SMK PGRI 3 Salatiga agar selalu taat pada
peraturan sekolah dan selalu mengamalkan penjelasan yang telah
disampaikan oleh Bapak/Ibu guru.
79
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak Dalam Prespektif Al-Qur’an. Jakarta:
Amzah
Achmadi. 1987. Ilmu Pendidikan Islam. Salatiga: Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo
Ali, Muhammad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:
Angkasa.
Amin, Ahmad. 1957. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang.
Aminuddin, dkk. 2014. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum.
Bogor: Ghalia Indonesia.
A.M, Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
Granfindo Persada.
Al-Rasyidin. 2005. Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis Filsafat Pendidikan
Islam. Jakarta: Ciputat Press.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Bina Ilmu.
Baharuddin. 2016. Pendidikan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruszz
Media
Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologi
Kearah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Daradjat, Zakiyah. 1975. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta:
Bulan Bintang.
Daradjat, Zakiyah. 1980. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang.
Daradjat, Zakiyah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Hadi, Sutrisno. 1995. Metodologi Penelitian Research Jilid II. Yogyakarta: Andi
Offset.
80
Halim, Nipan Abdul. 2000. Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji. Yogyakarta:
Mitra Pustaka.
Hanyajani, Asri Nuriswari. 2017. Upaya Pembinaan Kecerdasan Spiritual Santri
Pondok Pesantren Assalafiyah Nurul Yaqin, Kelurahan Bejen,
Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, Salatiga: Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.
Hawi, Akmal. 2014. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Ilyas Yunahar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan
Pengamalan Islam (LPPI).
Khoiriyah. 2012. Menggagas Sosiologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras
Langgulung, Hasan. 1980. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam.
Bandung: Al-Maarif.
Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Terj. Abdul Hayyle al-Kattani,
dkk. Jakarta: Gema Insani.
Majid, Abdul. 2012. Pelajar dan Pembelajaran PAI. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Miles, Mattew B. & A, Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.
Universitas Indonesia: UI Press
Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:
Kencama Prenada Media.
Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Nurdin, Muhammad. 2010. Kiat Menjadi Gurub Profesional. Yogyakarta: Ar-
Ruszz Media.
Puspitasari, Ika. 2015. Pembinaan Perilaku Beragama melalui Aktivitas
Keagamaan: Studi Kasus di MIN Margayu dan MI Al-Azhar
Kecamatan Bandung Kabupaten Tulungagung. Malang: Program
Magister Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Pascasarjana
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.
Said, Busthomi Muhammad. 1992. Pembaharu dan Pembaharuan dalam Islam:
Pengantar Nurcholish Majid Tej. Mafhum Tajdiduddin. PSIA (Pusat
Studi Ilmu dan Amal) Institut Pendidikan Darussalam Gontor
Ponorogo: Perc. Trimurti Gontor Ponorogo.
81
Simanjuntak, B.,I.L Pasaribu. 1990. Membina dan Mengembangkan Generasi
Muda. Bandung: Tarsito
Sudjana, Djadju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sudjana, Nana & Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penelitian Tindakan. Bandung:
Sinar Baru.
Sugiyono.2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung; PT
Remaja Rosdakarya.
Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta: CAPS (Center
of Academic Publishing Service).
Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Gramedia
Pustaka.
Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.
Ya’qub, Hamzah. 1983. Etika Islam. Bandung: CV Diponegoro.
Zuhairini. 1991. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Zuhairini. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang:
UIN Press.
89
INSTRUMEN PENELITIAN
I. PEDOMAN OBSERVASI
1. Mengamati suasana ruang kelas X Multimedia saat pembelajaran.
2. Mengamati guru saat memberikan pelayanan kepada siswa.
3. Mengamati kegiatan siswa sewaktu jam sholat dan istirahat.
4. Mengamati mushola yang digunakan untuk sholat berjamaah para
siswa.
5. Mengamati faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan
akhlakul karimah siswa.
II. PEDOMAN WAWANCARA
Informand dalam hal ini adalah Kepala Sekolah, Waka Kurikulum,
Guru PAI, dan siswa di SMK PGRI 3 Salatiga.
1. Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, dan Waka Kesiswaan
Pertanyaan:
a. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana akhlak siswa SMK PGRI 3
Salatiga?
b. Apa saja output akhklak yang diinginkan dari program-program
sekolah?
c. Apakah ada kebijakan atau program khusus yang diterapkan
Bapak/Ibu dalam membina akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3
Salatiga?
90
d. Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam meningkatkan kompetensi
guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlakul karimah
siswa SMK PGRI 3 Salatiga?
e. Apakah ada faktor pendukung dan penghambat dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ini?
f. Kurikulum apa yang bapak terapkan di sekolah ini?
2. Guru Pendidikan Agama Islam
Pertanyaan:
a. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu seberapa penting akhlakul
karimah?
b. Apa saja output akhklak yang diinginkan dari program-program
sekolah?
c. Menurut Bapak/Ibu bagaimana akhlakul karimah siswa SMK
PGRI 3 Salatiga?
d. Apakah ada strategi atau upaya khusus yang bapak ibu terapkan
dalam membina akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga?
e. Apakah ada kegiatan-kegiatan khusus yang dijalankan dalam
pembinaan akhlakul karimah di SMK PGRI 3 Salatiga?
f. Bagaimana metode yang digunakan Bapak/Ibu untuk
mensukseskan pembinaan akhlak di SMK PGRI 3 Salatiga?
g. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak siswa di
lingkungan sekolah saat ini?
91
h. Hambatan apa yang Bapak/Ibu hadapi dalam melaksanakan
pembinaan akhlak di SMK PGRI 3 Salatiga?
i. Menuruut Bapak/Ibu apa yang menyebabkan peserta didik
mengalami penurunan akhlak?
3. Siswa SMK PGRI 3 Salatiga
a. Menurut anda bagaimana pembinaan akhlak di SMK PGRI 3
Salatiga?
b. Apa saja efek yang anda rasakan setelah menjalani program-
program pembinaan akhlak di SMK PGRI 3 Salatiga?
III. PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Data siswa kelas X Multimedia di SMK PGRI 3 Salatiga.
2. Data tentang sejarah berdirinya SMK PGRI 3 Salatiga
3. Data tentang visi, misi dan tujuan SMK PGRI 3 Salatiga
4. Data tentang struktur organisasi
5. Data tentang pendidik/guru
6. Data tentang peserta didik
7. Data tentang sarana dan prasarana
8. Data tentang kegitan pembelajaran
9. Data tentang kegiatan ekstrakurikuler
92
WAWANCARA
A. Wawancara dengan Guru PAI
1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu seberapa penting akhlakul karimah?
Jawaban: “Penting sekali, karena jika melihat perkembangan zaman, anak
itu sudah terpengaruh dengan budaya luar, jika kita melihat anak-anak
perkembangan itu sudah menghawatirkan karena berbagai budaya yang
masuk dan kebiasaan-kebiasaan yang timbul dari budaya luar juga
berpengaruh sekali pada anak-anak khususnya di SMK PGRI 3 ini.”
2. Apa saja output akhklak yang diinginkan dari program-program sekolah?
Jawaban: “Akhlak yang ingin dimunculkan itu akhlak apa ya.. patuh,
patuh terhadap aturan, kalau dijalan biasanya anak-anak pagi-pagi itu
sudah salam, sapa, itu adalah contoh penanaman akhlak di sini, dan juga
akhlak nanti di luar sekolah harus sapa salam juga sih.”
3. Menurut Bapak/Ibu bagaimana akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3
Salatiga?
Jawaban: “Oh ya seperti sekolah-sekolah lain sih, tapi mungkin kalau
untuk anak-anak di sini itu ya lumayan rada ekstra bandel atau juga dapat
dikatakan seperti itu karena anak-anak SMK rada nyeleweng sih. Terus
makanya kami berusaha untuk tegas. Kemarin juga sudah beberapa
contoh kami lakukan, kami berusaha memberikan arahan, bagi yang
melanggar diberikan hukuman hormat di lapangan, lari, kemudian ada
juga kalau anak susah diarahkan orang tuanya dipanggil.”
93
4. Apakah ada strategi atau upaya khusus yang bapak ibu terapkan dalam
membina akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga?
Jawaban: “Kalau saya di PAI kan untuk pembinaan akhlak kan mulai dari
kebiasaan hariannya, ketika kita melihat, seumpama kemarin saya melihat
anak-anak keluar sekolah pas waktu istirahat sebenarnya di sini sudah
ada warung tapi malah ke pojok jalan situ, saya panggil saya tunggu di
depan gerbang, dikasih pencerahan kalau kalian mau kayak gini biasalah
kayak sekolah-sekolah biasa itu nanti dihimbau kemudian nanti saya
jemur di lapangan terus nanti juga ada hukuman berupa menghafal
asmaul husna.”
5. Apakah ada kegiatan-kegiatan khusus yang dijalankan dalam pembinaan
akhlakul karimah di SMK PGRI 3 Salatiga?
Jawaban: “Kegiatan khusus? Yaitu saya sudah sampaikan salam sapa,
saya sudah berulang kali untuk menyampaikan itu, coba kalian benahi
dulu akhlak kalian, ketika kita bertemu dengan guru dengan orang yang
lebih tua, maka kalian harus melakukan salam sapa, kan biasanya juga
muncul dari kegiatan religi nanti bisa kita itu melaksanakan sholat dhuha
berjamaah terus sholah duhur berjamaah.”
6. Bagaimana metode yang digunakan Bapak/Ibu untuk mensukseskan
pembinaan akhlak di SMK PGRI 3 Salatiga?
Jawaban: “Untuk sebelumnya karena ini berkaitan tentang akhlak itu
nanti mungkin bisa ditanyakan ke guru lain, kalau saya di PAI ga bisa
berjalan sendiri, contohnya anda ga bisa bekerja sendiri butuh koordinasi
94
dengan guru lain gitu. Dengan metode pembiasaan, terus pembiasaan tiap
pagi gitu pokoknya pembiasaan, kemudian nanti juga ada reward bagi
yang mengikuti aturan, tidak datang terlambat.”
7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak siswa di lingkungan
sekolah saat ini?
Jawaban: “Faktor yang mempengaruhi akhlak itu berkaitan dengan guru
juga bisa karena ada istilah jawa mengatakan digugu dan ditiru, kalau
gurunya ngerokok anak nanti akan meniru, faktor lain dari sekolah itu
mungkin karena teman-teman itu juga. Terus faktor internal sekolah itu
ada beberapa kegiatan itu juga.”
8. Hambatan apa yang Bapak/Ibu hadapi dalam melaksanakan pembinaan
akhlak di SMK PGRI 3 Salatiga?
Jawaban: “Kalau hambatannya itu dalam pembinaan akhlak itu apa ya..
kalau dalam pembinaan akhlak saya mulai dari sholat duhakemudian
sholat duhur berjamaah, dari segi sarana prasarana yang memadai untuk
pembinaan akhlak contohnya dadri kegiatan sholat duhur berjamaah
belum ada toa untuk memanggil anak-anak ini sudah waktunya dhuhur,
koordonasi antar guru kurang, dari orang tua.”
9. Menuruut Bapak/Ibu apa yang menyebabkan peserta didik mengalami
penurunan akhlak?
Jawaban: “Di sini itu mungkin penyebabnya itu ya hampir sama dengan
faktor kayaknya, penyebabnya karena faktor kalau saya baginya itu
menjadi dua ada dari diri sendiri misalnya dari penanaman orang tua
95
kurang terus dari lingkungan sekitar contohnya teman-teman sehingga
apa kalau melihat kelas-kels itulah penyebab paling dominan terus
pergaulan di rumah itu gimana, teman sebayanya.”
10. Apakah solusi dari problematika pembinaan akhlak tersebut?
Jawaban: “Untuk sarana dan prasarana yang kurang memadai contohnya
seperti toa, untuk menanggulanginya kami mengusulkan kepada bagian
sarpras untuk menggulanginya, mungkin untuk proses saat ini yang belum
ada itu kami menggunkan bel sekolah. Dan untuk koordinasi guru itu
kami tiap 1 bulan sekali ada rapat koordinasi, karna untuk mengetahui
dan mencari solusi dari berbagai masalah karena dengan adanya rapat
terus kumpulnya guru-guru itu nanti bisa mengetahui masalah/problem
yang ada di anak dan nanti bisa mengambil solusi. Untuk faktor orang tua
itu sebetulnya saya sudah pernah menyampaikan di dalam kelas, dari
guru-guru itu bisa ada namanya home visit atau kunjungan kerumah,
karena itu nanti untuk mendekatkan kita dengan orang tua siswa.
Sehingga dari hal itu nanti kita bisa mengambil solusi terus bisa juga
koordinasi dengan orang tua nanti supaya ada tindak lanjut setelah di
sekolah.
B. Wawancara dengan Waka Kesisiwaan
1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana akhlak siswa SMK PGRI 3 Salatiga?
Jawaban: “Kalau kami rasa sampai dengan saat ini cukup bagus
dalam arti kata masih standar dengan apa yang menjadi norma dan
nilai agama yang ada di SMK kita, walaupun untuk pembinaannya
96
kita juga ada kegiatan di pagi hari itu ada doa bersama ketika apel
kemudian juga nanti di siang hari ada sholat dhuhur berjamaah. ini
sekaligus untuk membawa ke anak-anak baik pendekatan kepada Allah
juga dari mana ketaqwaannya itu ditunjukkan waktu kegiatan-
kegiatan seperti itu.”
2. Apa saja output akhklak yang diinginkan dari program-program
sekolah?
Jawaban: “Program khusus yang dilaksanakan yaitu tadi disamping
pagi memang ada wajib apel kemudian diisi selingan dengan
bimbingan mental rohani kemudian nanti diakhir ketika sholat dhuhur
juga shola dhuhur berjamaah dilanjutkan dengan adanya sedikit
siraman-siraman qolbu untuk anak-anak.”
3. Apakah ada kebijakan atau program khusus yang diterapkan Bapak/Ibu
dalam membina akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga?
Jawaban: “Kami dari smk pgri 3 salatiga mempunyai cita-cita bisa
disamping kita memberikan kepada anak keterampilan dan teori
pengetahuan untuk dikuasai sesuai dengan standar kompetensi anak-
anak lulusan smk yang mana nanti menjadi kategori siswa yang
mempunyai keterampilan menengah, sedangkan untuk tujuan akhirnya
disamping itu kita juga menginginkan setiap siswa yang lulus nanti
mempunyai iman dan taqwa yang bagus ditunjukkan dengan karakter
yang baik meliputi kedisiplinan, rajin, kepemimpinan dan
sebagainya.”
97
4. Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam meningkatkan kompetensi guru
pendidikan agama Islam dalam membina akhlakul karimah siswa SMK
PGRI 3 Salatiga?
Jawaban; “Kami selalu bekerja sama dengan guru tidak hanya PAI
tapi guru agama karena disini kebetulan ada pendidikan agama islam
dan pendidikan agama kristen kedua-duanya setiap kegiatan kami
libatkan dan saling mengisi disemua jenjang dan lini yang mana
intinya untuk peningkatan keimanan dan ketaqwaan khususnya siswa-
siswa SMK PGRI 3 Salatiga.”
5. Apakah ada faktor pendukung dan penghambat dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ini?
Jawaban: “Kalau dari sisi pendukungnya kami semua stage holder
yang ada di SMK PGRI 3 Salatiga ini saling mendukung saling
mengisi sehingga kami sangat terbantu dari program kesiswaan untuk
bisa mewujudkan apa yang menjadi program tentang peningkatan
keimanan. Sedangkan kendala masih ada beberapa anak yang
notabenenya belum bisa memenuhi apa yang diharapkan oleh sekolah
kadang-kadang dilatar belakangi oleh mungkin faktor dari keluarga
dan sebagainya sehingga masih ada beberapa anak yang belum bisa
memenuhi seperti itu. hambatan pembinaan kalau saya perhatikan
sampai saat ini tidak begitu mengalami hambatan karena tadi saya
katakan dari awal semua yang ada di stage holder SMK PGRI 3
Salatiga saling mendukung.”
98
C. Wawancara dengan Waka Kurikulum
1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana akhlak siswa SMK PGRI 3 Salatiga?
Jawaban: “Akhlaknya nggeh bisa dikatakan standar lah ya ada nakalnya,
tapi nakal yang misalnya tidak mengerjakan pr dan lupa, datang
terlambat. Akhlak yang seperti itu tapi kalau akhlak semacam menghargai
guru itu tetap menghargai.”
2. Apakah ada kebijakan atau program khusus yang diterapkan Bapak/Ibu
dalam membina akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga?
Jawaban: “Kalo akhlak itu biasanya kaitannya dengan karakter ya mas
ya, kalau pagi itu kita kembangkan jiwa nasionalismenya dengan apel,
hormat bendera, doa bersama, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan kita
kasih input dari guru yang kebetulan pas ngisi apel itu. Setiap pagi ada
apel di lapangan kita sisipkan misalnya kemarin ada sesuatu yang kira-
kira melanggar peraturan atau disiplin nanti kita tegur dan kita kasih
masukan motivasi kedepan jangan diulangi lagi seperti itu. Kalau siang ya
itu kita buka mushola untuk sholat dhuhur bersama tapi tidak semuanya
mau, ya namanya iman sih yang, iman itu jangankan anak-anak kita
kadang masih seperti itu.”
3. Apa saja output akhklak yang diinginkan dari program-program sekolah?
Jawaban: “Outpunya itu tentu saja berakhlakul karimah, disiplin yang
tinggi dan etos kerja tinggi ya seperti itu. Keinginan kita dan bisa diterima
di masyarakat, diterima di dunia industri kaitannya dengan sikap dan
seterusnya.”
99
4. Apakah ada faktor pendukung dan penghambat dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ini?
Jawaban: “Hambatannya itu ada banyak macamnya mas seperti kita
menemukan sebuah kasus itu rata-rata kenapa anak itu akhirnya
menyimpang karena kondisi keluarganya rata-rata yang kurang
mendukung untuk pembinaan itu, sehingga ketika kita berusaha membina
disini dengan susah payah tetapi tetapi dilingkungan keluarganya seperti
itu sehingga itu hambatannya. Namun dari pihak sekolah tidak segan-
segan tidak putus asa kita terus kejar sampai nanti akhlak yang kita
bangun tiga tahun mas dari kelas X nanti jadinya di kelas XII itu sudah
mulai disiplin apalagi sudah PKL dia sudah ketemu langsung dengan
masyarakat ketemu langsung dengan dunia industri seperti apa praktek di
dunia industri, attitudnya dikembangkan disana itu rata-rata kelas XII
sudah mulai mapan akhlaknya.”
Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam meningkatkan kompetensi guru
pendidikan agama Islam dalam membina akhlakul karimah siswa SMK
PGRI 3 Salatiga?
5. Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam meningkatkan kompetensi guru
pendidikan agama Islam dalam membina akhlakul karimah siswa SMK
PGRI 3 Salatiga
Jawaban: “Kalau ada misalnya seminar-seminar tentang PAI kita
berangkatkan, kalau ada kegiatan luar yang berhubungan dengan PAI
kita berangkatkan.”
100
6. Apakah ada faktor pendukung dan penghambat dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ini?
Jawaban: “Pendukungnya ini kita sebenernya itu saling terkait pendukung
dan penghambat. Ketika kita pengen maju tentu saja pendukungnya
adalah peralatan dan sebagainya. Peralatan lab yang memadai tetapi
hambatannya kadang-kadang keterlambatan SPP dari anak-anak karena
kita sumbernya memang dari itu, sumber dana inti dari SPP sementara
BOS tidak mencukupi. Peralatan yang terus kita update misalnya
multimedia tidak bisa menggunakan komputer ecek-ecek harus spek
tinggi, kamera-kamera, dan lain-lain”
7. Kurikulum apa yang bapak terapkan di sekolah ini?
Jawaban: “K-13 revisi”
D. Wawancara dengan kepala sekolah SMK PGRI 3 Salatiga
1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana akhlak siswa SMK PGRI 3 Salatiga?
Jawaban: “Tentang akhlak ya.. untuk SMK PGRI 3 Salatiga akhlaknya
75% sudah baik dan karena kita sekolah swasta kita memang
mengutamakan pendidikan karakter dan perbaikan akhlak yang baik
sehingga meskipun dalam kurikulum itu tetap mementingkan intelektual
kita jyuga mengharapkan kecerdasan yang lain, kecerdasan sosial, dan
keberagamaan dalam hal keberagamaan sosial itu kepedulian, gotong
royong dan lain-lain. Dan kepedulian yang keagamaan diantara lain kita
biasakan diri untuk terbiasa untuk salam sapa dan kasih sayang terhadap
101
sesama disamping mempraktekkan perilaku yang baik terhadap sesama
dan terhadap orang tua.”
2. Apa saja output akhklak yang diinginkan dari program-program sekolah?
Jawaba: “karena dikenyataanya kita diperlukan oleh dunia industri dan
masyarakat yang dibutuhkan hanyalah kecerdasan dan keterempilan dan
kecerdasan intelektual saja maka SMK PGRI 3 Salatiga mempunyai
harapan anak-anak mempunyai kelebihan dan keahlian dalam hal
mengolah softskill atau keterampilan yag dipraktekkan dalan kehidupan
sehari-hari. Contohnya adalah tingkah laku, sikap, dan ucapan tentu kali
ini harapan kita anak-anak itu pintar matematika itu nomer sekian , tapi
yang paling penting adalah akhlaknya yang bagus terhadap sesama,
terhadap Allah, terhadap guru.”
3. Apakah ada kebijakan atau program khusus yang diterapkan Bapak/Ibu
dalam membina akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga?
Jawaban: “kebijakan yang kita lakukan adalah kita senantiasa setiap hari
mengadakan upacara dan apel. Upacara setiap hari senin dan apel setiap
hari setiap jam 06.45 pagi. Apel ini bukan hanya untuk membiasakan diri,
kepedulian orang tua dan guru terhadap siswa dalam hal sikap dan
pakaian tapi digunkan juga untuk doa bersama dalam rangka mengawali
aktifitas disetiap harinya yang dilakukan dala apel itu adanya penguatan-
penguatan karakter, penguatan-penguatan kedisiplinan, penguatan-
penguatan mengingatkan kembali akan tata tertib yang sudah kita buat
bersama-sama. Disamping itu, kita di dalam pengembangan akhlak yang
102
bagus ini bekerja sama dengan guru, bukan hanya tugasnya guru PAI,
semua guru kita himbau untuk mempunyai kepedualian yang sama untuk
saling mengingtakan, memberi nasehat dan memberi contoh kepaa anak-
anaknya dengan perilaku yang mulia, baik didepan sesamanya terlebih
didepan orang tua ataupun guru di sekolah dan di rumah.”
4. Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam meningkatkan kompetensi guru
pendidikan agama Islam dalam membina akhlakul karimah siswa SMK
PGRI 3 Salatiga?
Jawaban: “sekolah selalu mnegadakan yang namanya pembinaan dalam
setengah bulan minimal sekali lalu kita breafing bersamakita buat
semacam acara penyegaran hingga screening kadang kita selipkan
didalamnya penguatan karakter, mengingatkan kembali tugas-tugas para
bapak ibu guru adalah selain meningkatkan kemampuan intelektual anak-
anak dalam hal penerapan materi dan juga guru-guru semua diminta
bekerja sama dalam hal betapa pentingnya meningkatkan kualitas anak
dalam penguasaan keahlian dan dalam hal sikap perilaku yang mulia,
baik saat ujian, saat berorganisasi, saat berkegiatan ekstra kurikuler
semuanya harus menerapkan akhlakul karimah.”
5. Apakah ada faktor pendukung dan penghambat dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ini?
Jawaban: “faktor pendukung dari adanya upaya meningkatkan softskill
adalah faktor pendukungnya tentu kita jumlah sedikit itu menjadi faktor
pendukung karena kita makin sedikit siswa semakin mudah untuk
103
mengatur karena kita selalu hafal anak ini, latar belakangnya di rumah,
latar belakang sekolah yang ini, maka kita akan mengkategorikan secara
mudah dan pada hari tertentu anak ini tidak berangkat itu pasti
masalahnya kepada orang tuanya dan selain itu kita akan mudah untuk
memanggil dan memberikan solusi agar anak tidak malakukan hal yang
negatif untuk kedepannya. Faktor hambatannya mjungkin latar belakang
pendidikan yang berbeda itu menjadi faktor penghambat dan yang kedua
bukan hanya asal sekolah tapi latar belakang sosial ekonomi orang tua
sangat bisa disimpulkan bahwa anak itu mempunyai perilaku yang sedikit
negatif pasti itu penyebabnya adalah satu broken home orang tua, terus
faktor ekonomi juga dan faktor sosial lingkungan yang ada di sekolah,
kalau di sini kan paling hanya sampai jam setengah 3 dan setelah npulang
dari sini tentu itu tanggung jawab orang tua dan kita tidak bisa selalu
memonitor kepada anak-anak. Itu penyebab tentu kita kadang tidak mudah
untuk mensingkronkan antara kebijakan sekolah dan orang tua dalam
kegiatan anak di rumah, makanya ketika ada masalah yang menyangkut
anak yang bermasalah selalu memberikan kabar kepada orang tuanya
tersbut via WA, saat anak tidak berangkat kepada alasannya dan
seterusnya, dan orang tua yang baik tentu akan langsung mengklarifikasi
bahwa anak ini sedang ini sedang ini.”
6. Kurikulum apa yang bapak terapkan di sekolah ini?
Jawaban: “kurikulum yang kita terapkan tahun ini kita sudah menrapkan
semuanya dari kurikulum K13 revisi. Karena ini angkatan pertama,
104
artinya itu dulu ketika tahun 2018/2019 kita masih menggunakan KTSP,
tapi untu kelas X tahun ajaran 2019/2020 sudah menggunakan kurikulum
13 revisi.”
7. Apakah solusi dari problematika pembinaan akhlak tersebut?
Jawaban: “untuk latar belakang sekolah siswa tentu saja tidak bisa
memberi solusi awal karena kita kan menerima bukan mencari, kita juga
meningkatkan usaha sosialisasi ke SMP/MTs se Salatiga yang sehingga
nanti diharapkan mendapatkan bibit unggul yang bagus tentang input
siswa kemudian yang kedua memperbaiki diri sekolah sehingga nanti
kualitas tambah meningkat dan otomatis mereka yang unggul akan masuk
kesini karena dia tahu bahwa kita lebih unggul ketimbang sekolah lain.
Sedangkan untuk latar belakang sosial ekonomi keluarga tentu upaya kita
ya meningkatkan kepercayaan mereka pada orang tua bahwa eksistensi
SMK ini benar-benar terpercaya ouputnya anak itu bisa dibanggakan.
Selanjutnya tindakan awal untuk broken home adalah tentu akan
meningkatkan kepercayaan itu dan tindakan lanjutannya tentu akan
membawa mengumpulkan anak-anak yang broken home itu untuk
memberikan solusi yang terbaik bahwa masalah orang tua tentu tidak
boleh masuk dalam ranah anak, anak harus enjoy dalam belajar tidak
usah memikirkan latas belakang orang tua tidak usah memikirkan
perseteruan dalam tanda petik orang tua, tapi mereka harus siap dan
harus ready belajar dan tanpa memikirkan itu. Lalu untuk latar belakang
lingkungan sosial di sekolahan kita senantiasa berupaya untuk
105
meningkatkan lingkungan yang baik contohnya yang mereka dulunya tidak
tau budaya antri kita membudayakan antri, yang dulunya mereka tidak
pernah salim, sapa, dan senyum maka kita harus membiaskan diri untuk
saling salam dan senyum bahkan juga membiasakan ibadah yang baik,
sosialisasi yang baik, pergaulan yang baik dan seterusnya itu.”
E. Wawancara dengan Siswa SMK PGRI 3 Salatiga
1. Siswa I
a. Menurut pendapat anda bagaimana kondisi akhlak siswa SMK PGRI 3
Salatiga?
Jawab: Menurut saya siswa SMK PGRI 3 akhlaknya sedikit buruk
b. Menurut pendapat anda bagaimana program pembinaan akhlak di
SMK PGRI 3 Salatiga?
Jawab: Kurang baik
c. Perubahan apa yang kamu rasakan dari program-program tersebut?
Jawab: Menjadi lebih mandiri
d. Dari pembinaan akhlak tersebut apakah ada perubahan dari akhlak
teman-temanmu? Apa saja perubahannya?
Jawab: Tidak tahu, karena saya bukan orang tuanya
e. Adakah hadiah dan hukuman bagi para siswa yang akhlaknya
bertambah baik dan yang tidak ada perubahan?
Jawab: Sebijaknya saja, karena Allah juga Maha Pemaaf masa guru
tidak?
106
f. Menurut pendapat anda apa yang kurang dari pembinaan akhlak
tersebut?
Jawab: Belum tahu
2. Siswa II
a. Menurut pendapat anda bagaimana kondisi akhlak siswa SMK PGRI 3
Salatiga?
Jawab: Kurang baik, karena kurang adanya kegiatan yang membuat
akhlak siswa tertata
b. Menurut pendapat anda bagaimana program pembinaan akhlak di
SMK PGRI 3 Salatiga?
Jawab: Sudah terencana tapi belum terlaksana
c. Perubahan apa yang kamu rasakan dari program-program tersebut?
Jawab: Belum ada
d. Dari pembinaan akhlak tersebut apakah ada perubahan dari akhlak
teman-temanmu? Apa saja perubahannya?
Jawab: Tidak ada, ada beberapa yang berubah tapi kembali lagi
e. Adakah hadiah dan hukuman bagi para siswa yang akhlaknya
bertambah baik dan yang tidak ada perubahan?
Jawab: Kadang-kadang
f. Menurut pendapat anda apa yang kurang dari pembinaan akhlak
tersebut?
Jawab: Kurang tahu
3. Siswa III
107
a. Menurut pendapat anda bagaimana kondisi akhlak siswa SMK PGRI 3
Salatiga?
Jawab: Kurang memiliki akhlak yang baik, contohnya kurang bisa
menghargai pendapat orang lain
b. Menurut pendapat anda bagaimana program pembinaan akhlak di
SMK PGRI 3 Salatiga?
Jawab: Seharusnya bagi yang muslim lebih diketatkan dalam agama
dan ibadahnya
c. Perubahan apa yang kamu rasakan dari program-program tersebut?
Jawab: 1) Turunnya solidaritas dan budi pekerti 2) Kurangnya
program ibadah
d. Dari pembinaan akhlak tersebut apakah ada perubahan dari akhlak
teman-temanmu? Apa saja perubahannya?
Jawab: Ada, kurangnya rasa saling menghargai dan toleransi antar
sesama
e. Adakah hadiah dan hukuman bagi para siswa yang akhlaknya
bertambah baik dan yang tidak ada perubahan?
Jawab: Tidak ada
f. Menurut pendapat anda apa yang kurang dari pembinaan akhlak
tersebut?
Jawab: Tidak ada jadwal untuk sholat berjamaah baik dhuha atau
dhuhur
108
Foto-Foto Dokumentasi
1. SMK PGRI 3 Salatiga
2. Wawancara dengan Kepala Sekolah, Waka Kurukulum, Waka Kesiswaan,
dan Guru PAI