UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN...

131
i UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI SMK PGRI 3 SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Oleh: MA’RUFAN HAQIQI NIM. 23010-15-0126 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2019

Transcript of UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PEMBINAAN...

i

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

PEMBINAAN AKHLAKUL KARIMAH SISWA DI SMK PGRI 3

SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2018/2019

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh:

MA’RUFAN HAQIQI

NIM. 23010-15-0126

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2019

ii

iii

iv

v

vi

MOTTO

“Jangan tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu,

tapi tuntut dirimu karena menunda adabmu kepada Allah”

(Ibnu Atha’illah As-Sakandari)

“Do the best Don’t feel the best”

Lakukan yang terbaik jangan merasa yang paling baik

( Ustadz Wijayanto)

vii

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi

ini penulis persembahkan untuk:

1. Bapak dan ibuku tersayang, Bapak Hadi Susanto dan Ibu Siti Asiyah yang

selalu membimbingku, memberi doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi

dalam hidupku.

2. Kepada kakak-kakakku semua, Mas Naim Wijaya, Mbak Astiana Susanti,

mbak Fitri, dan Mas Heri yang selalu memberikan nasehat dan semangat yang

tiada henti untuk adikmu tersayang ini.

3. Bapak Imam Mas Arum yang telah sabar membimbing dan mendo’akan dalam

penyusunan skripsi ini.

4. Kepada kekasihku Lailatin Mas’amah yang selalu membantu, menemani,

menyemangati dan mendoakan dalam penulisan skripsi ini.

5. Kepada Bangkit dan Ilham yang selalu menemani bermain PES ketika pusing

mengerjakan skripsi.

6. Kepada semua Bapak/Ibu guru SMK PGRI 3 Salatiga yang telah bersedia

membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Swt. Yang telah memberikan

limpahan nikmat, karunia, taufik, serta hidayahnya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul Upaya Guru PAI Dalam Pembinaan

Akhlakul Karimah Siswa Di SMK PGRI 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan junjungan kita Nabi

Muhammad Saw. beliaulah suri tauladan bagi seluruh umat manusia,

penyempurna akhlak yang mulia, dan pemimpin yang bijaksana bagi seluruh alam

semesta.

Penulisan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa

ada bantuan, dorongan, serta bimbingan dari pihak-pihak tertentu yang terkait,

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan informasi-informasi yang

dibutuhkan. Oleh karena itu terima kasih yang sebesar-besarnya penulis

sampaikan kepada

1. Bapak Prof. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag selaku Rektor Institut Agama

Islam Negeri (IAIN) Salatiga

2. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu

Keguruan (FTIK)

3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si. selaku Ketua Program Pendidikan Agama Islam

(PAI)

ix

4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah

membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya untuk

penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Bapak Drs. Abdul Syukur, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang

telah membimbing dengan ikhlas, mengarahkan, dan meluangkan waktunya

untuk penulis selama belajar di sini.

6. Bapak-bapak dan ibu-ibu dosen IAIN Salatiga yang tidak bisa saya sebutkan

satu-satu yang telah membekali ilmu pengetahuan serta karyawan IAIN

Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang pendidikan S1.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, semoga segala bantuan yang

diberikan mendapat balasan dan Ridho Allah Swt. serta tercatat sebagai

amalan ibadah.

Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga

hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, serta para pembaca

umumnya.

Salatiga, Agustus 2019

Penulis

Ma’rufan Haqiqi

NIM 23010150126

x

ABSTRAK

Haqiqi, Ma’rufan. 2019. Upaya Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlakul

Karimah Siswa Di SMK PGRI 3 Salatiga Tahun Pelajaran

2018/2019. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam.

Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri

Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd. Kata Kunci: Guru PAI, Pembinaan, dan Akhlakul Karimah

Masalah akhlak merupakan masalah yang menjadi perhatian

banyak orang terutama orang tua, masyarakat, para pendidik atau guru. Tidak sedikit para orang tua dan guru merasa kebingungan dalam

membina anak didiknya yang mulai kehilangan moral. Sehingga lembaga pendidikan formal sangatlah penting untuk membangun dan

membina akhlak para peserta didik. Berdasarkan latar belakang tersebut maka fokus masalah yang akan dikaji adalah : Bagaimana

Upaya Guru PAI dalam pembinaan akhlakul karimah siswa di SMK PGRI 3 Salatiga dan apa saja problematika dan solusi dalam

pembinaan akhlakul karimah siswa di SMK PGRI 3 Salatiga.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan dengan tahap

persiapan, pelaksanaan, penyelesaian. Subjek penelitian adalah guru pendidikan agama Islam. Teknik pengumpulan data menggunaka

metode participant observation dimana penulis terjun langsung dalam kegiatan yang ada di SMK PGRI 3 Salatiga, wawancara terbuka

dimana participant secara sadar dan mengerti dan dokumentasi berupa arsip dan foto. Analisis data menggunakan tiga komponen utama yaitu

reduksi data, penyajian data dan verifikasi data.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa upaya guru pendidikan

agama Islam dalam membina akhlakul karimah siswa meliputi : 1)

memberikan arahan/ceramah pada siswa, 2) pembiasaan budaya

Islami, 3) memberikan suri tauladan. Adapun problematika dan solusi

dalam pembinaan akhluk karimah siswa meliputi : 1) sarana dan

prasaran yang kurang memadai seperti toa mushola, terkait hal ini

pihak sekolah mengambil tindakan dengan menggunakan bel sekolah

sebagai tanda masuk sholat. 2) Koordinasi guru yang kurang kompak,

hal ini diselesaikan dengan cara mengadakan rapat koordinasi dan

evaluasi setiap satu bulan sekali. 3) Latar belakang pendidikan siswa

yang berbeda, maka pihak sekolah berupaya berbenah dan

memperbaiki diri untuk meningkatkan kualitas sekolah. 4) Latar

belakang keluarga siswa yang kurang mendukung, maka para guru

mengambil langkah denan cara home visit, koordinasi dengan orang

tua dan melakukan pembinaan terhadap siswa tersebut. 5) Faktor

lingkungan sosial di lingkungan sekolah yang kurang baik, maka para

xi

guru membuat penyelesaian dengan cara melakukan pembiasaan-

pembiasaan yang baik.

DAFTAR ISI

SAMPUL LOGO IAIN SALATIGA ................................................................................................ ii NOTA PEMBIMBING .................................................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................................... iv DEKLARASI .................................................................................................................... v MOTTO ........................................................................................................................... vi PERSEMBAHAN ............................................................................................................ vii KATA PENGANTAR .................................................................................................... viii ABSTRAK ....................................................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xiv BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1 B. Fokus Penelitian .................................................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ................................................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 6 E. Penegasan Istilah .................................................................................................. 7

H. Sistematika Penulisan ........................................................................................ ..9

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Kajian Teori

a. Guru .......................................................................................................... 10

b. Pendididikan Agama Islam ....................................................................... 13

c. Pembinaan ................................................................................................. 17

c. Akhlakul Karimah ..................................................................................... 19

B. Kajian Pustaka .................................................................................................... 29

xii

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ........................................................................................ 32

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................. 33

C. Sumber Data ..................................................................................................... 33

D. Prosedur Pengumpulan Data ............................................................................ 34

E. Analisis Data ..................................................................................................... 36

F. Keabsahan Data ................................................................................................. 38 BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum SMK PGRI 3 Salatiga

1. Letak Geografis ............................................................................................. 40

2. Identitas Sekolah ........................................................................................... 40

3. Visi dan Misi ................................................................................................. 41

4. Data Guru dan Karyawan .............................................................................. 42

5. Data Siswa ..................................................................................................... 44

6. Keadaan Sarana dan Prasarana ...................................................................... 44

7. Ekstrakurikuler .............................................................................................. 46

8. Gambaran Informan Penelitian ...................................................................... 46

B. Temuan Peneliti

1. Upaya Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di

SMK PGRI 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 ...................................... 48

2. Problematika dan solusi yang Dihadapi dalam Pembinaan Akhlakul

Karimah Di SMK PGRI 3 Salatiga ............................................................... 50

C. Analisis Data

1. Upaya Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di

SMK PGRI 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019 ...................................... 54

2. Problematika dan solusi yang Dihadapi dalam Pembinaan Akhlakul

Karimah Di SMK PGRI 3 Salatiga ............................................................... 61

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 76 B. Saran ................................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 78 LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................................. 81

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Guru dan Karyawan ................................................................................... 45

Tabel 4.2 Peserta Didik ...................................................................................................... 47

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana SMK PGRI 3 Salatiga ...................................................... 48

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar SKK

Lampiran 1. Surat Penunjukkan Dosen Pembimbing Skripsi

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian

Lampiran 4. Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 5. Instrumen Penelitian

Lampiran 6. Hasil Wawancara

Lampiran 7. Foto Selama Kegiatan Penelitian

Lampiran 8. Daftar Riwayat Hidup

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akhlak adalah sesuatu yang sangat penting dalam Islam. Islam

mengajarkan untuk hidup dengan akhlak yang mulia dalam keadaan

bagaimanapun juga. Seperti akhlak yang dicontohkan oleh Nabi

Muhammad SAW yang diutus Allah SWT untuk menyempurnakan

akhlak. Beliau mempunyai akhlak yang agung atau paling baik.

Akhlak dalam agama Islam tidak dapat disamakan dengan

pengertian etika. Etika hanya didefinisikan sebagai arti sopan santun antar

sesama manusia dan hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriyah.

Akhlak memiliki makna yang luas, meliputi berbagai aspek. Aspek akhlak

mulai dari akhlak terhadap Allah SWT hingga kepada sesama makhluk.

Akhlak terhadap Allah SWT merupakan bentuk ketaatan dan

kepatuhan hamba Terhadap Tuhannya, bagaimana hamba melaksanakan

perintah dan menjauhi segala larangan-Nya serta bagaimana seorang

hamba bersikap terhadap Tuhannya. Sedangkan akhlak terhadap sesama

makhluk merupakan sikap terhadap sesama manusia, terhadap hewan,

tumbuhan dan sesama ciptaan Allah SWT baik yang bernyawa maupun

tidak bernyawa.

Dalam kehidupan sehari-hari, baik mulai dari diri sendiri, dalam

keluarga, masyarakat, sekolah dan bersosialisasi dengan siapapun pasti

2

tidak terlepas dari akhlak. Kegagalan pembinaan akhlak akan

menimbulkan masalah yang sangat besar.

Dewasa ini banyak anak yang melakukan kenakalan atau

terjerumus dalam tindakan kejahatan seperti pemakaian obat-obatan

terlarang, minuman keras, perkelahian antar pelajar dan berbagai

kenakalan yang lainnya. Banyak anak yang tidak dapat memanfaatan

waktunya untuk kegiatan-kegiatan yang berguna, sehingga tidak jarang

yang terjerumuspada tindakan-tindakan negatif atau bahkan sampai

melanggar hukum. Kenakalan anak merupakan gejala sosial yang perlu

mendapat penanganan khusus, mengingat anak adalah aset yang sangat

berharga untuk keluarga dan masa depan bangsa.

Rasulullah yang senantiasa mengajarkan ketauhidan dan moralitas

dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah bagaimana kita

berakhlak dengan baik, yaitu berakhlak sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an

dan Sunnah.bahkan Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Ahzab : 21 yang

berbunyi:

3

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri

teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)

Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”

(Kemenag RI, 2015: 420)

Sudah menjadi kewajiban guru untuk selalu membina siswanya

agar berakhlak mulia. Hal ini sebagaimana tercantum dalam undang-

undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang

menyatkan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkahlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab.

Seringkali guru beranggapan bahwa tugas mereka hanyalah

mengajar yang tujuannya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada

siswanya. Kadang mereka lupa bahwa guru itu “digugu dan ditiru”. Iini

bermakna bahwa tugas seorang guru bukanlah hanya mengajar saja, tetapi

mendidik siswa menjadi lebih baik, baik dari segi akademis maupun non-

akademis. Guru sebagai suri tauladan bagi siswanya dalam segala hal.

Dalam hal ini guru sebagai fasilitator dan juga bertugas

mengembangkan apa yang ada dalam diri siswanya harus tau bagaimana

membina akhlak yang ada dalam diri siswanya, agar menjadi seseorang

yang lebih baik dan berakhlak mulia sesuai dengan apa yang diinginkan

dalam pembelajaran di sekolah. Dalam pembinaan ini juga seorang guru

juga harus menerapkan metode yang sesuai.

4

Metode merupakan komponen yang penting dan mempunyai

pengaruh yang besar terhadap keberhasilan pembinaan akhlak karena

dengan metode guru PAI dapat membina akhlak siswa. Guru PAI

memegang peran kunci dalam membina akhlak , namun juga tidak terlepas

dengan peran guru lain dan lingakungan sekolah yang diciptakan untuk

pembelajaran akhlak. Lingkungan sekolah yang kondusif akan membantu

penghayatan peserta didik untuk memperkuat keyakinan dirinya terhadap

nilai-nilai ajaran agama Islam yang kemudian akan membentuk akhlaknya.

Hubungan guru dengan siswa atau anak didik di dalam proses

belajar mengajar merupakan faktor yang sangat menentukan. Terjadilah

suatu proses interaksi dan komunikasi yang humanistik. Hal ini jelas akan

sangat membantu keberhasilan studi para siswa. Berhasil dalam arti tidak

sekedar tahu atau mendapatkan nilai baik dalam ujian, tetapi akan

menyentuh pada soal sikap mental dan tingkah laku atau hal-hal yang

instrinsik (Sudirman, 2010:148)

Penulis tertarik untuk meneliti pembinnaan akhlak siswa di SMK

PGRI 3 Salatiga karena dari hasil observasi diperoleh data yang bersumber

dari para guru, masyarakat sekitar dan pengamatan dari peneliti yang

menyatakan bahwa cukup banyak siswa yang melanggar aturan sekolah

diantaranya siswa bermain hp ketika sedang dalam pembelajaran,

menyepelekan guru, membolos, merokok, dan kerapian seragam. Selain

faktor cukup banyaknya siswa yang mempunyai akhlak kurang baik alasan

lain peneliti melakukan penelitian di SMK PGRI 3 Salatiga adalah karena

5

SMK PGRI 3 Salatiga adalah sekolah swasta dengan jumlah murid yang

tidak banyak. Selain kasus siswa diatas SMK PGRI 3 Salatiga juga

memiliki beberapa solusi untuk membina perilaku siswa-siswinya antara

lain diadakannya pesantren kilat, pembinaan saat apel pagi, budaya

bersalaman kepada guru ketika sampai di sekolahan, pembacaan asma’ul

husna, dan sholat berjamaah.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk

mengadakan penelitian terutama mengenai metode yang dipakai guru

Pendidikan Agama Islam dalam pengembangan akhlak siswa di SMK

PGRI 3 Salatiga. Maka penulis ingin meneliti dan mengkaji lebih jauh lagi

persoalan tersebut melalui sebuah penelitian dengan judul “Upaya Guru

Pensisikan Agama Islam Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Di

SMK PGRI 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019”.

B. Fokus Penelitian

Sehubungan dengan latar belakang di atas, penulis

mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah upaya guru PAI dalam pembinaan akhlakul karimah

siswa SMK PGRI 3 Salatiga tahun pelajaran 2018/2019?

2. Apa saja problematika dan solusi yang ditemukan oleh guru PAI

dalam pembinaan akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga

tahun pelajaran 2018/2019?

6

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui upaya guru PAI dalam pembinaan pembinaan Akhlakul

Karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga tahun pelajaran 2018/2019.

2. Mengetahui problematika dan solusi yang ditemukan oleh guru PAI

dalam pembinaan akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga

tahun pelajaran 2018/2019.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan dan khasanah keilmuwan dalam dunia pendidikan, terutama

pendidikan agama Islam.

Disamping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat

memberikan manfaat bagi kalangan akademisi yang akan mengadakan

penelitian tentang pembinaan akhlak di sekolah ataupun diluar

sekolah.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat:

a. Memberikan informasi tentang akhlak siswa SMK PGRI 3

Salatiga

b. Menjadi sumbangan pemikiran alternatif dalam pengembangan

akhlak di SMK PGRI 3 Salatiga

7

c. Menjadi masukan bagi pendidik di sekolah dalam

mengembangkan akhlak siswanya secara umum.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dalam judul skripsi

ini, maka penulis perlu memberikan penegasan terhadap istilah yang

digunakan dalam judul di atas, antara lain sebagai berikut:

1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam

a. Upaya

Upaya merupakan kegiatan dalam menggerakkan badan,

tenaga, dan pikiran untuk mencapai suatu tujuan pekerjaan

(pekerjaan, prakarya ikhtiar daya upaya) untuk mencapai sesuatu.

Dalam arti lain, upaya adalah pembaharuan Daradjad(1980:35).

Analisa secara Islami pembaharuan ialah setiap hal baru, dan

menentukan pandangan islam pada setiap kejadian, serta

memperluas lapangan agama agarr mencakup segala sesuatu yang

bermanfaat dan sesuai dengan tuntutan agama serta tujuan-

tujuannya (Said, 1992:23). Jadi dapat disimpulkan bahwa upaya

merupakan suatu usaha yang mengubah kebiasaan lama menjadi

kebiasaan baru dengan menerapkan hal-hal yang belum atau

kurang diterapkan sehingga tercapai sebuah tujuan yang lebih

baik.

8

b. Guru Pendidikan Agama Islam

Guru Pendidikan Agama Islam bisa dikatakan merupakan

jabatan atau profesi yang memiliki kemampuan khusus mendidik

secara prosional dalam proses interaksi dengan peserta didik

dalam membentuk kepribadian utama berdasarkan ajaran Islam

(Khoiriyah, 2012:140).

2. Pembinaan Akhlakul Karimah

a. Pembinaan

Menurut Khoiriyah (2008:16) dalam Asri (2017:6)

pembinaan adalah tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara

berdaya guna dan berhasil guna memperoleh hasil yang lebih baik.

Sedangkan pembinaan menurut istilah adalah suatu usaha yang

dilakukan secara sadar, teratur,dan terarah, serta bertanggung

jawab untuk mengembangkan kepribadian dengan segala

aspeknya. Dalam kata lain pembinaan dapat diartikan sebagai

pengarahan, perbaikan, atau pengasuhan. Pembinaan ialah usaha

yang dilakukan secara terus-menerus dan diharapkan akan adanya

hasil terbaik dari usaha tersebut.

b. Akhlakul Karimah

Secara bahasa akhlak (bahasa arab) adalah bentuk jamak

dari khuluk yang berarti budi pekerti, tingkah laku. Berawal dari

kata Kholaqo yang berarti menciptakan. Seakar dengan kata khaliq

(pencipta), makhluq (yang diciptakan), dan khalq (penciptaan).

9

Kesamaan akar tersebut mengisyaratkan bahwa dalam akhlak

tercakup pengertian terciptanya keterpaduan antara kehendak

Tuhan dengan perilaku manusia. Sedangkan karimah berarti baik

atau mulia (Ilyas, 2007:1-2). Dengan demikian akhlakul karimah

berarti tingkah laku manusia yang sesuai dengan tujuan sang

pencipta. Yakni sikap moral yang baik dalam kehidupannya.

Jadi yang dimaksud dengan judul penelitian ini adalah bagaimana

upaya guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlakul karimah

peserta didik supaya dapat melekat atau tertanam dengan baik dalam diri

pribadinya dan diamalkan dalam kehidupan.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yang dapat

dijelaskan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, bab ini berisi latar belakang masalah,

fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,

dan sistematika penulisan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, bab ini berisi kajian pustaka yang

menjelaskan landasan teori yang berhubungan dengan penelitian yang

memuat tentang upaya guru PAI dalam pembinaan akhlakul karimah siswa

BAB III METODE PENELITIAN, bab ini berisi tentang

pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian,

sumber data, teknik pengumpulan data, analisis data, dan keabsahan data.

10

BAB IV PAPARAN DATA, bab ini berisi tentang paparan data

atau data penemuan dan analisis data.

BAB V PENUTUP, bab ini memuat kesimpulan dan saran.

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Guru

a. Pengertian Guru

Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara

emplisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul

sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak para

orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah,

sekaligus berarti melimpahkan sebagian tanggung jawab

pendidikan anaknya kepada guru, hal itupun menunjukkan pula

bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada

sembarang guru/sekolah karena tidak sembarang orang dapat

menjabat guru. (Daradjat, 2011, 39).

Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab

terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh

potensinya, baik potensi afektif, potensi kognitif, maupun potensi

psikomotorik. Guru berarti juga orang dewasa yang bertanggung

jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam

perkembangan jasmani dan ruhaninya agar mencapai tingkat

kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi

tugasnya sebagai hamba Allah. Di samping itu, ia mampu sebagai

12

makhluk social dan makhluk individu yang mandiri. (Nurdin,

2010:128)

Guru merupakan jembatan atau profesi yang memiliki

kemampuan dan keahlian khusus mendidik secara profesional

dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik.

(khoiriyah, 2014: 140)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa guru adalah

orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan

pada anak didik secara profesional untuk mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

guna membentuk anak didik menjadi seseorang yang baik secara

intelektual dan juga spiritual.

b. Peran dan fungsi guru

Guru memiliki satu kesatuan peran dan fungsi yang tidak

terpisahkan, antara kemampuan mendidik, membimbing, mengajar,

dan melatih. Keempat kemampuan tersebut merupakan

kemampuan integratif, yang satu tidak dapat dipisahkan dengan

yang lain. (Suparlan, 2005:29).

c. Tugas guru agama

Sebagai seorang guru yang akan berhadapan dengan remaja

yang yang sedang mengalami kegoncangan jiwa, maka ia harus

mengerti betul tentang keadaan remaja itu. Karena ia tidak hanya

13

bertugas memberi pelajaran, dalam arti membekali anak didik

dengan pengetahuan agama, akan tetapi ia bertugas mendidik dan

membina jiwa anak didik yang mengalami berbagai perubahan dan

kegoncangan itu, serta membekali mereka dengan pengetahuan

agama yang mereka butuhkan. (Daradjat, 1975:107).

Tugas guru agama di sekolah umum sebenarnya cukup

berat, dia harus menghadapi sikap jiwa yang yang bermacam-

macam yang dibawa oleh anak dari rumah, di samping dia harus

berhadapan pula dengan guru-guru pengetahuan umum yang

beraneka ragam sikapnya terhadap agama. Oleh karena itu, maka

persyaratan untuk menjadi guru agama yang baik dan sukses, tidak

ringan. Syarat pertama yang harus dimiliki adalah kepribadian

yang mencerminkan ajaran agama yang akan diajarkannya kepada

murid-muridnya. Seluruh diri pribadinya, mulai dari ujung rambut

sampai ke ujung kakinya, hendaknya dapat memberi gambaran

tentang keyakinan agamanya, mulai dari cara berpakaian,

berbicara, bertingkah laku, bergaul dan caranya memperlakukan

murid-muridnya, mempunyai pengaruh besar dalam

kecenderungan murid terhadap pendidikan agama.

Dengan ringkas kita dapat dikatakan bahwa kepribadian

guru agama, hendaknya mencerminkan gama yang diajarkannya

itu. Kalau guru agama itu memiliki kepribadian yang baik, maka

14

akan ditiru oleh anak didiknya, serta pelajaran yang diberikan akan

dirasakan penting oleh mereka (Daradjat, 1975:99)

2. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan merupakan bimbingan secara sadar oleh pedidik

terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik dan

menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu

pendidikan dipandang sebagai salah satu aspek yang memiliki

peranan pokok dalam membentuk generasi muda agar memiliki

kepribadian yang sama. (Zuhairini, 2004: 1)

Pengertian pendidikan gama islam ialah ; segala usaha

untuk mengembvbangkan fitrah manusia dan sumber dan sumber

daya insani menuju terbentuknya insan kamil sesuai dengan norma

islam. (Achmadi, 1987:10).

Pendidikan agama islam adalah proses transinternalisasi

pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya

pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan dan

pengembangan potensinya guna mencapai keselarasan dan

kesempurnaan hidup di dunia dan di akhirat. (Mujib dan Jusuf

Mudzakir, 2006:27-28).

Pendidikan agama Islam adalah proses penyiapan generasi

muda untuk mengisi peranan, memindahkan pengetahuan dan

nilai-nilai Islam yang diselaraskan dengan fungsi manusia untuk

15

beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat. (Langgulung,

1980:92)

b. Dasar Pendidikan Agama Islam

Pelaksanaan pendidikan agama Islam di sekolah harus

memiliki dasar yang kuat. Dasar tersebut seperti yang ditulis Abdul

Majid (2012:13) dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu:

1) Dasar Religius

Dasar religius merupakan dasar-dasar yang bersumber dari

ajaran Islam yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi.

Sebagaimana firman Allah SWT pada QS. Al-Mujadillah: 11

dan QS. Al-Alaq: 1-5 yang berbunyi:

Artinya: “Hai orang-orang beriman apabila dikatakan

kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka

lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan

untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka

berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui

apa yang kamu kerjakan.” (Kemenag RI, 2015: 543)

16

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang

menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal

darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang

mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar

kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Kemenag RI,

2015: 597)

2) Dasar Yuridis

Dasar Yuridis merupakan dasar pelaksanaan pendidikan

agama Islam yang berasal dari perundang-undangan yang

berlaku di Negara Indonesia yang secara langsung atau tidak

dapat dijadikan pegangan untuk melaksanakan pendidikan

agama. Dasar yuridis tersebut antara lain:

a) Dasar Ideal yaitu dasar falsafah Negara Pancasila yang

terdapat pada sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”

b) Dasar struktural yaitu UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29

ayat 1 berbunyi “Negara berdasarkan atas Ketuhanan

Yang Maha Esa” dan ayat 2 berbunyi “Negara menjamin

kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama

masing-masing dan beribadah menurut agama dan

kepercayaan itu”. Yang artinya semua warga negara diberi

17

kebebasan untuk beragama dengan mengamalkan semua

ajaran yang dianutnya.

c) Dasar operasional yaitu merupakan dasar yang secara

langsung melandasi pelaksannaan pendidikan agama pada

sekolah-sekolah di Indonesia. Sebagaimana UU RI No. 20

Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional dan

bagaimana kejelasan konsep dasar operasional ini, akan

terus berkembang sesuai dengan perkembangan kurikulum

pendidikan dan dinamisasi ilmu pengetahuan.

c. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam memiliki tujuan yang sama

dengan tujuan diturunkannya agama Islam, yaitu mewujudkan

manusia yang muttaqin, yang rentangnnya berdimensi infinitum

(tidak terbatas menurut jangkauan manusia). (Baharudin,

2016:196).

Tujuan pendidikan agama Islam dapat diuraikan sebagai

berikut:

1) Membentuk manusia muslim yang bisa melaksanakan ibadah

mahdah.

2) Membentuk manusia muslim yang juga dapat melaksanakan

ibdah muamalah dalam kedudukannya sebagai anggota

masyarakat.

18

3) Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada

masyarakat dan bangsanya, dan tanggung jawabnya terhadap

Allah, sebagai penciptanya.

4) Membentuk dan mengembangkan tenaga profesional yang siap

dan terampil atau tenaga yang mempunyai skill untuk

memasuki teknostruktur masyarakat.

5) Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu

Sedangkan menurut Zuhairini (1981:43), mengatakan

bahwa tujuan umum pendidikan agama islam adalah membimbing

anak agar mereka menjadi seorang muslim sejati, beriman teguh,

beramal shaleh serta berakhlak mulia dan berguna bagi

masyarakat.

3. Pembinaan

Pembinaan adalah kegiatan untuk memelihara agar sumber

daya manusia dan organisasi taat asas dan konsisten melakukan

rangkaian kegiatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Pembinaan mencakup tiga subfungsi yaitu pengawasan (controling)

penyeliaan (supervising) dan pemantauan (monitoring). Pengawasan

pada umumnya dilakukan terhadap lembaga penyelenggara program,

penyeliaan dilakukan terhadap pelaksana kegiatan, dan pemantauan

proses pelaksana kegiatan. (Sudjana, 2006: 9)

Pembinaan adalah upaya pendidikan formal maupun non

formal yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan

19

bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan,

membimbing, dan mengembangkan suatu dasar-dasar kepribadiannya

seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai

dengan bakat, kecenderungan/keinginan serta kemampuan-

kemampuannya sebagai bekal, untuk selanjutnya atas perkasa sendiri,

menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya

maupun lingkungannya ke arah tercapainnya martabat, mutu dan

kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri

(Simanjutak, 1990: 84).

Menurut Sumodiningrat, pembinaan tidak selamanya

melainkan dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak

jatuh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pembinaan melalui

suatu masa proses belajar, hingga mencapai status mandiri. Proses

pembinaan mengandung beberapa tahap meliputi:

a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku

sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan

kapasitas diri.

b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,

kecakapan, keterampilan agar terbuka wawasan dan keterampilan

dasar sehingga dapat mengambil peran.

c. peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan, keterampilan

sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk

mengantarkan pada kemandirian

20

4. Akhlakul Karimah

a. Pengertian Akhlakul Karimah

Secara etimologis pengertian akhlak adalah budi pekerti,

tabiat, atau watak. Sedangkan secara terminologis akhlak adalah

perbuatan-perbuatan seseorang yang telah mempribadi,

dilakukannya secara berulang-ulang atas kesadaran jiwanya tanpa

memerlukan berbagai pertimbangan dan tanpa adanya unsur

pemaksaan dari pihak lain. Karimah artinya mulia, terpuji, baik.

Jadi, akhlakul karimah bisa diartikan sebagai budi pekerti atau

perangai yang mulia. (Halim, 2000:13).

Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab Khulqun yang

berarti suatu keadaan jiwa yang dapat melakukan tingkah laku

tanpa membutuhkan banyak akal dan pikiran, sedangkan akhlakul

karimah (mahmudah) adalah segala tingkah laku yang terpuji yang

bisa dinamakan fadilah atau kelebihan (Ya’qub, 1983: 95)

Akhlak memiliki pengertian yang sangat luas dan hal ini

memiliki perbedaan yang sangat signifikan dengan sitilah moral

dan etika. Stamdar atau ukuran baik dan buruk akhlak adalah

berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga bersifat universal

dan abadi. Sedangkan moral selalu dikaitkan dengan ajaran baik

dan buruk yang diterima umum oleh masyarakat, adat-istiadat

menjadi standarnya. Sementara itu, etika lebih banyak dikaitkan

21

dengan ilmu atau filsafat, akal sebagai standarnya. Hal ini

menyebabkan standar nilai moral dan etika bersifat lokal dan

temporal. (Aminudin, dkk, 2005: 152-153)

Pengertian akhlak sebagai berikut: “akhlak ialah suatu ilmu

yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang yang

seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada lainnya,

menyatakan tujuan yang harus dituju oleh manusia dalam

perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa

yang harus diperbuat”. (Amin, 1957:3).

Akhlakul karimah ialah segala tingkah laku terpuji (baik)

yang dilahirkan oleh sifat-sifat baik yang selalu identik dengan

keimanan dan perbuatan yang baik, terpuji serta tidak bertentangan

dengan hukum syarak’ dan akal fikiran yang sehat. Manfaat yang

diperoleh dari akhlakul karimah yang dilakukan diantaranya

mendapat kasih sayang dari Allah, manusia dan alam semesta,

berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat-istiadat

yang baik dan sesuai dengan ajaran Islam. (Hawi, 2014: 101).

b. Akhlakul karimah menurut Al-Qur’an

Menurut Yatimin Abdullah dalam bukunya studi akhlak

dalam prespektif Al-Qur’an (Abdullah, 2007:192) menyebutkan

nilai-nilai luhur yang tercakup dalam akhlakul karimah sebagai

sifat terpuji adalah sebagai berikut:

22

1. Berlaku jujur (al-amanah), hal ini telah disebutkan dalam

Surat An-Nahl ayat 105 sebagai berikut:

“Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah

orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan

mereka itulah orang-orang pendusta.” (Kemenag RI, 2015:

279)

2. Memelihara kesucian diri (al-fitrah), disebutkan dalam Surat

An-Nur ayat 33 sebagai berikut:

“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah

menjaga kesucian (diri)nya, sehingga Allah memampukan

mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budak yang kamu

miliki yang memginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat

perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada

23

kebaikan pada mereka, dan berikanlah kepada mereka

sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya

kepadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu

untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri

mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari

keuntungan duniawi. Dan barangsiapa yang memaksa mereka,

maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi

Maha Penyayang (kepada mereka) sesudah mereka dipaksa

itu.” (Kemenag RI, 2015: 354)

3. Kasih sayang (ar-rahman), dijelaskan dalam Surat Ali Imron

ayat 31 sebagai berikut:

“Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah,

ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-

dosamu". Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

(Kemenag RI, 2015: 54)

4. Berlaku hemat, disebutkan dalam Surat Al-Isra ayat 29 sebagai

berikut:

“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada

lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena

itu kamu menjadi tercela dan menyesal.” (Kemenag RI, 2015:

285)

5. Perlakuan baik kepada sesama, sebagaimana dijelaskan dalam

firman Allah Surat Yunus ayat 26 sebagai berikut:

24

“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang

terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak

ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah

penghuni surga, mereka kekal di dalamnya” (Kemenag RI,

2015: 212)

6. Adil dalam tindakan dan perbuatan, sebagaimana yang telah

dijelaskan dalam Surat An-Nahl ayat 90:

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan

berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah

melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.

Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat

mengambil pelajaran” (Kemenag RI, 2015: 277)

7. Sabar dalam menghadapi segala musibah, Allah berfirman

dalam Surat Al-Baqarah ayat 177:

25

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat

itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu

ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-

malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang

dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang

miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-

orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba

sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-

orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-

orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam

peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar

(imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

(Kemenag RI, 2015: 27)

8. Syukur kepada Allah dan berterima kasih kepada sesama

manusia, seperti yang telah dielaskan dalam Surat An-Nahl

ayat 114 sebagai berikut:

“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah

diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika

kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (Kemenag RI,

2015: 280)

9. Sopan santun terhadap sesama manusia, dijelaskan dalam Surat

Al-Hujarat ayat 4 sebagai berikut:

26

“Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari

luar kamar(mu) kebanyakan mereka tidak mengerti.”

(Kemenag RI, 2015: 515)

10. Berbicara dengan baik, Allah berfirman dalam Surat Al-Ahzab

ayat 70 sebagai berikut:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada

Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (Kemenag RI,

2015: 427)

c. Akhlakul Karimah Menurut Hadits

Dalam buku karya Ali Abdul Malih Mahmud yang berjudul

Akhlak Mulia (2004:219) semua hadits Nabi saw yang

memerintahkan orang muslim untuk melaksanakan perintah Allah

atau yang menganjurkan manusia untuk menghias diri mereka

dengan akhlak yang baik, semuanya itu termasuk hadis yang

mengajak kepada akhlak mulia.

27

Hadits yang menganjurkan kemuliaan dan keluhuran akhlak

sangat banyak, sehingga disini kami hanya akan menyebutkan

sebagian saja, diantaranya:

Hadits yang diriwayatkan al-Bazzar dengan sanadnya dari

Anas Bin Malik r.a. bahwa Rasulullah saw bersabda:

حسي الخلق ليبلغ إى أكول الوؤهيي إيواا أحسهن خلقا ، وإى

الة ىم والص درجت الص

“Sesungguhnya orang mukmin yang paling sempurna imannya

adalah yang mempunyai akhlak terbaik. Dan bahwa akhlak yang

baik itu derajatnya menyamai puasa dan sholat.”

Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam

musnadnya dengan sanadnya dari Anas Bin Malik r.a. bahwa

Rasulullah saw bersabda:

ل ها تجو وت ، فىالذي فسى بيذ عليك بحسي الخلق وطىل الص

الخالئق بوثلها

“Berhias dirilah dengan akhlak yang mulia dan banyak diam.

Demi Zat yang jiwaku dalam kekuasaan-Nya, tidak ada yang

paling indah bagu seluruh makhluk kecuali perilaku yang paling

baik.”

Semua hadits yang telah kami sebutkan di atas memotivasi

setiap muslim agar berakhlak mulia. Hadits-hadits semacam ini

masih banyak dalam kitab-kitab Sunnah, akan tetapi kami tidak

menyebutkannya satu persatu karena tempat yang terbatas ini.

28

Senua hadits di atas menunjukkan bahwa pendidikan

akhlak dalam Islam sangat mendukung terlaksankannya akhlak

mulia yang terpuji. Dengan akhlak mulia inilah diharapkan akan

terciptanya kehidupan sosial yang baik yang sesuai dengan fitrah

manusia.

d. Pembagian Akhlak

Menurut aminudin, dkk dalam bukunya yang berjudul

Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum

(2005:153-155), Akhlak dapat digolongkan menjadi dua macam,

yaitu sebagai berikut:

1. Akhlak kepada Allah (Khalik), antara lain beribadah kepada

Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembanh-

Nya sesuai dengan perintah-Nya; berdzikir kepada Allah, yaitu

mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik

diucapkan dengan mulut maupun dalam hati; berdoa kepada

Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Doa merupakan

inti ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan

dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan

kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. Kekuatan doa

dalam ajaran Islam sangat luar biasa, karena ia mampu

menembus kekuatan akal manusia. Oleh karena itu, berusaha

dan doa merupakan dua sisi tugas hidup manusia yang bersatu

secara utuh dalam aktivitas hidup setiap muslim; tawakal

29

kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan

menunggu hasil pekerjaan atau menanti akibat dari suatu

keadaan; tawadhu’ kepada Allah, adalah rendah hati dihadapan

Allah, oleh karena itu tidak layak kalau hidup dengan angkuh

dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih

dalam melaksanakan ibadah kepada Allah.

2. Akhlak kepada makhluk dibagi menjadi dua, yaitu sebagai

berikut:

a. Akhlak terhadap manusia, yang dirinci sebagai berikut:

1) Akhlak kepada Rasulullah, seperti mencintai Rasulullah

secara tulus dengan mengikurti semua sunnahnya.

2) Akhlak kepada orang tua, yaitu berbuat baik kepada

kepada keduanya (birr al-walidain) dengan ucapan dan

perbuatan.

3) Berbuat baik kepada orang tua tidak hanya ketika

mereka hidup, tetapi teru berlangsung walaupun mereka

telah meninggal dunia dengan cara mendoakan dan

meminta ampunan untuk mereka, menepati janji mereka

yang belum terpenuhi, meneruskan silaturahmi dengan

sahabat-sahabat sewaktu mereka hidup.

4) Akhlak kepada diri sendiri, seperti sabar, adalah

perilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai

30

hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan terhadap

apa yang menimpanya.

5) Akhlak kepada keluarga, kerabat, seperti saling

membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan

keluarga, saling menunaikan kewajiban untuk

memperoleh hak, berbakti kepada ibu-bapak, mendidik

anak-anak dengan kasih sayang, dan memelihara

silaturahmi yang dibina orang tua yang telah meninggal

dunia.

6) Akhlak kepada tetangga, seperti saling mengunjungi,

saling membantu diwaktu senggang, lebih-lebih

diwaktu susah, saling memberi, saling menghormati dan

saling menghindari pertengkaran dan permusuhan.

7) Akhlak kepada masyarakat, seperti memuliakan tamu,

menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam

masyarakat, saling menolong dalam melakukan

kebajikan dan takwa, menganjurkan anggota

masyarakat, termasuk diri sendiri, untuk berbuat baik

dan mencegah diri dari melakukan perbuatan dosa.

b. Akhlak kepada bukan manusia (lingkungan hidup), seperti

sadar dan memelihara kelestarian lingkungan hidup,

menjaga dan memanfaatkan alam terutama hewani dan

nabati, untuk kepentingan manusia dan makhluk lainnya,

31

sayang kepada sesama makhluk dan menggali potensi alam

seoptimal mungkin demi kemslahatan manusia dan alam

sekitarnya.

B. Kajian Pustaka

Kajian pustaka disini adalah hasil-hasil penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya yang telah mempunyai tema dan tujuan yang

hampir sama dengan penelitian ini. Maka dari itu, ada beberapa kajian

yang telah dilakukan oleh peneliti yang lain, yang relevan dengan

penelitian ini dengan segala kemampuan, penulis berusaha menelusuri dan

menelaah beberapa hasil kaian pustaka yang didapat dari beberapa skripsi

yaitu:

1. Titis Winanci, “Upaya Guru dalam Pembinaan Akhlakul Karimah

Santri Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Mubarokah di Desa Boro

Kecamatan Kedungwaru Kabupaten Tulungagung” skripsi ini

membahas tentang: (1) Upaya yang dilakukan guru melalui pembinaan

perilaku tanggung jawab yaitu melalui guru melakukan pendekatan

pada santri agar mengerjakan tugasnya dengan tanggung jawab dan

guru memberi motivasi pada santri akan pentingnya memiliki rasa

tanggung jawab. (2) Membahas upaya guru dalam membina perilaku

upaya etika islami yaitu guru membiasakan santri untuk bersikap

sopan santun, selalu tersenyum, menyapa, memberi salam, guru

membiasakan santri untuk sholat berjamaah dan guru membiasakan

santri untuk selalu berperilaku baik. (3) Upaya guru dalam pembinaan

32

disiplin santri yaitu dengan cara disusunnya tata tertib dengan tujuan

santri agar disiplin dalam mematuhi tata tertib yang sudah dibuatt,

dibentuknya regu piket, dan diberlakukannya sholat berjamaah dengan

tujuan agar santri dapat disiplin dalam melaksanakan ibadah secara

tepat waktu.

2. Nur Kholis, “Pembinaan Akhlakul Karimah pada Remaja Mazziyatul

Fataa Desa Samban Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun

2019” skripsi ini membahas tentang: (1) Kegiatan remaja Desa

Samban Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun 2019 melalui

observasi lapangan secara langsung. (2) Pembinaan Akhlakul karimah

pada remaja Mazzayatul Fataa dalam membentuk akhlak karimah

remaja melalui berbagai kegiatan masyarakat dan juga agenda

kegiatan-kegiatan mingguan, bulanan, dan juga tahunan.

Dalam penelitian-penelitian terdahulu yang menurut peneliti

memiliki kegiatan yang hampir sama dengan penelitian yang akan penulis

lakukan. Letak kesamaannya adalah terdapat pada penndekatan penelitian

yakni pendekatan kualitatif, metode pengumpulan data yakni metode

observasi, wawancara, dokumentasi, dan teknis anilisis data yang meliputi

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi

data. Perbedaan terletak pada fokus/konteks penelitian, kajian teori, kasus

dan problem dilapangan serta lokasi penelitian.

33

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang penulis gunakan dalam penelitian skripsi ini

adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu

penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis

fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,

pemikiran seseorang secara individual maupun kelompok. (Sukmadinata,

2012: 60).

Metodologi kualitatif lebih tertarik untuk melakukan pemahaman

secara mendalam terhadap suatu masalah dari pada melihat permasalahan

untuk kepentingan generalisasi. Metodologi kualitatif lebih suka

menggunakan teknik analisis mendalam (in-depth analysis), yaitu

mengkaji masalah secara kasus per kasus karena metodologi kualitatif

yakin bahwa sifat masalah yang satu berbeda dengan sifat masalah

lainnya. (Sumanto, 2014: 9).

Sedangkan menurut Moleong (2008: 6) penelitian kualitatif adalah

penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi,

tindakan, dalin lain-lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam

bentuk kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan

dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

34

Dalam penelitiannya ini akan dikaji lebih mendalam tentang upaya

guru PAI dalam membina akhlakul karimah siswa di SMK PGRI 3

Salatiga. Pada pelaksanaannya dilakukan pencarian gambaran dan

deskripsi di lingkungan SMK PGRI 3 Salatiga untuk dijadikan subjek

penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan:

1. Lokasi yang dipilih oleh peneliti sebagai bahan penelitian adalah di

kelas XI Multimedia siswa SMK PGRI 3 Salatiga. Pemilihan lokasi ini

didasarkan dengan alasan ketertarikan peneliti terhadap pembinaan

akhlakul karimah pada siswa kelas XI Multimedia SMK PGRI 3

Salatiga, banyaknya siswa yang melanggar peraturan sekolah.

2. Waktu penelitian dilaksanakan selama dua bulan yakni Juli sampai

Agustus 2019.

C. Sumber Data

a. Sumber Primer

Sumber data primer adalah, data dalam bentuk verbal atau kata-

kata, yang diucapkan secara lisan, gerak gerik atau perilaku yang dapat

dipercaya. (Arikunto, 2010: 22) sumber data langsung dalam penelitian

ini adalah guru PAI, kepala sekolah, waka kurikulum, waka kesiswaan

dan siswa SMK PGRI 3 Salatiga.

35

b. Sumber Sekunder

Sumber sekunder adalah sumber informasi yang secara tidak

langsung mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap

informasi yang ada padanya. Data sekunder dalam penelitian ini

meliputi dokumen tidak resmi dan segala bentuk dokumen yang berada

atau menjadi tanggung jawab dan wewenang badan yang tidak resmi

atau perorangan, seperti manuskrip, biografi, dan semacamnya. (Ali,

1987: 42).

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data-data tidak

resmi seperti catatan dan tulisan tentang sekolah

D. Prosedur Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara untuk memperoleh

dan mengumpulkan data atau keterangan-keterangan dalam sebuah

penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Metode Observasi

Yaitu alat pengumpulan data banyak digunakan untuk mengukur

tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kegiatan yang

dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam

situasi buatan. (Sudjana & Ibrahim, 1989: 109)

Dengan metode ini penulis melakukan pengamatan langsung atau

participant observation (observasi berperan serta) dimana peneliti ikut

dalam setiap kegiatan, melakukan setiap aktivitas yang dilakukan oleh

36

orang yang diteliti. Merasakan secara langsung lingkungan sehari-hari

orang yang diteliti, baik itu pekerjaanya maupun yang lainnya yang

berkaitan dengan apa yang diteliti oleh penulis untuk mengetahui

upaya guru dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan

pembinaan akhlakul karimah pada siswa kelas XI Multimedia SMK

PGRI 3 Salatiga.

2. Metode Wawancara

Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk

menginstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi,

motivasi, perasaan dan sebagainya yang dilakukan dua pihak yaitu

pewawancara dengan yang diwawancarai (narasumber). (Bungan,

2011: 155).

Dalam metode ini peneliti ingin mengadakan wawancara langsung

dengan guru dan siswa, dalam hal ini kepala sekolah, guru agama

Islam, guru yang menangani masalah kesiswaan. Penelitian ini

menggunakan wawancara bentuk terbuka sehingga dapat diperoleh

data yang luas dan mendalam mengenai bagaimana pembinaan

akhlakul karimah pada siswa kelas XI Multimedia di SMK PGRI 3

Salatiga.

Wawancara dilakukan dalam bentuk percakapan informal dengan

menggunakan lembaran wawancara yang berisi tentang gambaran

umum, kondisi siswa, peran guru dalam pembinaan akhlak dan faktor

pendukung serta penghambat dalam pembinaan akhlak tersebut.

37

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara mencari data

mengenai hal-hal yang berupa catatan, buku, surat kabar, notulen

rapat, dan agenda. (Arikunto, 2006: 158-159).

Metode ini merupakan teknik penggalian data dengan dengan jalan

dokumenter, mulai dari menghimpun sampai dengan menganalisis

dokumen-dokumen, foto-foto kegiatan seperti kegiatan pembelajaran

dan kegiatan-kegiatan lain yang berhubungan dengan pembinaan

akhlak, baik dokumen yang berupa hard file maupun soft file.

E. Analisis Data

Analisis data dari hasil pengumpulan data, merupakan tahapan

yang penting dalam penyelesaian suatu kegiatan penelitian ilmiah. Data

yang telah terkumpul menjadi tidak bermakna, tidak berarti, menjadi data

yang mati dan tidak berbunyi. Oleh karena itu analisis data ini untuk

memberi arti, makna dan nilai yang terkandung dalam data.

Sedangkan jenis analisisyang digunakan adalah analisis kualitatif

yang bersifat deskriptif-analitik, maksudnya menjabarkan dan

menganalisis segala fenomena yang terjadi dari hasil penelitian yang

diperoleh, baik fenomena itu bersifat ilmiah ataupun rekayasa manusia.

(Moleong, 2006: 6)

Dalam analisis data kualitatif ini penulis menggunakan prosedur

analisis data sebagai berikut:

38

1. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan penulis mengumpulkan

data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

2. Reduksi Data

Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan

perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data

“kasar” yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan.

(Miles, 1992: 16)

Dengan kata lain reduksi data suatu proses pemilihan, pemusatan

perhatian untuk menyederhanakan data kasar yang diperoleh di

lapangan. Kegiatan dilakukan secara berkesinambungan sejak awal

kegiatan hingga akhir permulaan data. Proses analisis data dimulai dari

menelaah seluruh sumber data yang diperoleh dilakukan dengan jalan

membuat abstraksi. Dalam reduksi data juga dilakukan pembuangan

data-data yang tidak perlu dengan tujuan untuk mengorganisasi data

yang terkumpul sehingga menjadi lebih mudah dalam penarikan

kesimpulannya.

3. Penyajian Data

Dengan menggambarkan fenomena-fenomena atau keadaan sesuai

dengan data yang telah direduksi terlebih dahulu. Penyajian data

kualitatif bisa dilakukan dengan bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan dengan kategori dan sejenisnya.

39

Penyajain data dalam penelitian ini adalah menyajikan sekumpulan

informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya

penarikan kesimpulan dan pengambilan kesimpulan. Penyajian data

diperoleh berbagai jenis, jaringan kerja, berkaitan kegiatan atau tabel.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yaitu dalam pengumpulan data, peneliti

harus mengerti dan tanggap terhadap sesuatu yang diteliti langsung

dilapangan dengan menyusun pola-pola pengarahan dan sebab akibat.

(miles’ 1992: 15)

Dengan kata lain penarikan kesimpulan dalam penelitian ini adalah

merumuskan kesimpulan setelah melakukan tahap pengumpulan data,

reduksi data dan penyajian data. Penarikan kesimpulan dilakukan

secara induktif. Dalam penelitian ini kesimpulan merupakan mengkaji

sejumlah data spesifik mengenai masalah yang menjadi objek

penelitian, kemudian membuat kesimpulan secara umum.

F. Keabsahan Data

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dalam

penelitian yaitu menggunakan teknik triangulasi. “Triangulasi adalah

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.

Tujuannya untuk membandingkan antara data satu dengan lainnya”

(Moleong, 2009: 327).

Teknik triangulasi yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

1. Triangulasi sumber data

40

Triangulasi sumber data berarti “menguji kredibilitas data yang

dilakukan dengan mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber” (Sugiyono, 2016:241). Triangulasi sumber data

dilakukan dengan cara menanyakan hal yang sama melalui sumber

yang berbeda. Dalam hal ini sumber datanya adalah Kepala Sekolah,

Waka Kurikulum, Waka Kesiswaan, guru PAI dan siswa.

2. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik adalah teknik analisis data yang dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber data yang sama dengan

teknik yang berbeda (Sugiyono, 2016:241). Dalam penerapan

triangulasi teknik ini tidak hanya mengecek berdasarkan metode

wawancara saja, tetapi juga harus berdasarkan metode observasi dan

dokumentasi untuk mengecek kebenarannya.

41

BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA

A. Gambaran Umum SMK PGRI 3 Salatiga

1. Letak Geografis

Lembaga pendidikan swasta ini didirikan pada tahun 2007 dan

beroperasi. Bangunan seluas 2.670 m2 itu didirikan di atas tanah

pemerintah berstatus HGB (Hak Guna Bangunan). SMK PGRI 3

Salatiga beralamatkan di Jl. Yudistira No. 25, Dukuh, Kecamatan

Sidomukti, Kota Salatiga dengan kode pos 50722. Di dalam sekolahan

juga terdapat ruang perpustakaan, ruang laboratorium komputer, ruang

multimedia, serta mushola yang digunakan untuk sholat dhuha

berjamaah dan juga sholat dhuhur berjamaah para peserta didik yang

dipandu oleh guru PAI. Selain itu juga terdapat lapangan serbaguna

untuk basket, volly, dan sepakbola dan manual fungsi sebagai

lapangan upacara setiap hari senin dan apel pagi setiap hari.

2. Identitas Sekolah

Nama Sekolah : SMK PGRI 3 Salatiga

Tingkat/Status Sekolah : Swasta

Luas Tanah : 2760 m2

Status Tanah : HGB (Hak Guna Bangunan)

Akreditasi : C (2018)

NPSN : 20339229

Nomor Statistik Sekolah : 332036203009

42

Jalan/Desa : Jl. Yudistira No. 25/Dukuh

Kecamatan : Sidomukti

Kabupaten/Kota : Salatiga

Kode Pos : 50722

Nama Yayasan/Penyelenggara Sekolah:Yayasan Pembina Lembaga

Pendidikan Dasar dan

Menengah Persatuan Guru

Republik Indonesia Jawa

Tengah (YPLPDMPGRIJT)

SK. KEMENKUNHAM : AHU-9053.AH.01.04

Tahun Berdiri : 2007

3. Visi dan Misi

a. Visi

Untuk mewujudkan harapan kedepan maka visi ke depan adalah :

CERMAT (Cerdas, Mulia Ahlaq da Terampi) berdasarkan

IMTAQ dan IPTEK

b. Misi

a. Menyelenggarakan pendidikan untuk menciptakan Sumber

Daya Manusia yang mampu memenuhi kebutuhan

pembangunan nasional

b. menciptakan output peserta didik yang produktif

c. menghasilkan tenaga kerja yang professional untuk memenuhi

kebutuhan

43

d. menanamkan jiwa kewirausahaan jasa multimedia, perbaikan

dan perawatan computer

e. mendidik peserta didik yang memiliki IMTAQ dan menguasai

ketrampilan IPTEK yang mampu bersaing di era global.

4. Data Guru dan Karyawan

Tenaga pendidik dan karyawan yang bertugas di SMK PGRI 3

Salatiga pada tahun pelajaran 2019/2020 terdiri dari guru dan staff

sebanyak 22 orang. Untuk mengetahui lebih jelasnya penulis

menyajikan data guru dan karyawan di SMK PGRI 3 Salatiga dengan

format tabel senbagai berikut:

Tabel 4.1 Data Guru dan Karyawan

NO NAMA KO

DE

STATUS MAPEL

1. Dra. Supeni PE PNS Kewirausahaan

2. Sugeng Basuki

Rochmad, S.Pd

SB PNS Matematika

3. Diastiariati, S.Pd DI PNS Bahasa Inggris

4. Mahbub, M.Pd.I M

B

PNS

DPG

Agama Islam

5. Saptono Nugrohadi,

M.Pd., M.si

SP GTT

PNS

Kimia

6. Dra. Nanik Rahastuti NR GTY BP

7. Suniadi, A.Md SD GTY KKPI

8. Dra. Praptiningsih,

M.Si

P GTT IPS

9. Drs. Herminanto H

M

GTT Penjaskes

10. R.Singgih Pujiantom,

S.Pd

SG GTT PKN

44

11. Yayuk Yustiana, S.Pd YY GTT Matemattika

12. Enggar Septarini,

S.Kom

GR GTT Produktif

13. Nur Aini NA GTT Produktif

14. Ahmad Muza A

M

GTT Produktif

15. Petrus Sunu PS GTT Produktif

16. Muhammad Rofiq, S.Pd M

R

GTT Agama Islam

17. Ellysabet Pertiandayani EP GTT Fisika

18. Jono Jo GTT Pramuka

19. Nasikun NA GTT Keterampilan

20. Sutrisno PTY

21. Tri Pujianto PTY

22. Basirun PTT

KETERANGAN JUMLAH : 22 GURU : 19 KARYAWAN : 3

PNS : 3

PBS DEPAG : 1

GTT PNS : 1

GTY : 2

GTT : 12

PTY : 2

PTT : 1

45

5. Data Siswa

Peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dari

sebuah lembaga pendidikan, karena tanpa peserta didik maka kegiatan

pendidikan tidak dapat terlaksana. Peserta didik yang ada di SMK

PGRI 3 Salatiga ini cukup sedikit jumlahnya. Untuk lebih jelasnya

penulis menyajikan data siswa dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 4.2 Peserta Didik

No Kelas Jumlah Siswa

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Kelas X

Multimedia

6 3 9

2 Kelas X TKJ 7 3 10

3 Kelas XI

Multimedia

12 3 15

4 Kelas XI TKJ 7 2 9

5 Kelas XII

Multimedia

11 9 20

6 Kelas XII TKJ 8 - 8

Jumlah 51 20 71

6. Keadaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana adalah hal penting yang harus ada dalam

suatu lembaga pendidikan agar tujuan dilaksanakannya pendidikan

dapat tercapai. Untuk mencapai tujuan tersebut SMK PGRI 3 Salatiga

46

telah menyediakan sarana yang mendukung antara lain tersaji dalam

tabel berikut:

Tabel 4.3 Sarana dan Prasarana SMK PGRI 3 Salatiga

NO Sarana dan Prasarana Total Ukuran (m2) Kondisi

1. Ruang Teori/Kelas 7 406 Baik

2. Laboratorium Komputer 2 148 Baik

3. Ruang Perpustakaan

konvemsional

2 36 Baik

4. Ruang UKS 1 16 Baik

5. Koperasi/Toko 1 12 Baik

6. Ruang BP/BK 1 12 Baik

7. Ruang Kepala Sekolah 1 20 Baik

8. Ruang Guru 1 56 Baik

9. Ruang TU 1 33 Baik

10. Ruang Osis 1 28 Baik

11. Kamar Mandi/WC Guru

Laki-laki

1 2 Baik

12. Kamar Mandi/WC Guru

Perempuan

1 2 Baik

13. Kamar Mandi Siswa

Laki-laki

2 2 Baik

14. Kamar Mandi Siswa 1 2 Baik

47

Perempuan

15. Gudang 1 28 Baik

16. Ruang Ibadah 1 24 Baik

17. Ruang Multimedia 1 74 Baik

7. Ekstrakurikuler

Kegiatan ekstrakurikuler merupakan salah satu alat pengenalan

siswa pada hubungan sosial. Di dalamnya terdapat pendidikan

pengenalan diri dan pengembangan kemampuan selain materi

pelajaran. Berikut kegiatan ekstrakurikuler di SMK PGRI 3 Salatiga

diantaranya:

a. Pramuka

b. Band

c. Fotografi

d. Videografi

e. Basket

f. Volly

8. Gambaran Informan Penelitian

Adapun keterangan tentang informan-informan atau narasumber

yang diwawancarai oleh peneliti antara lain sebagai berikut:

48

a. MB : Mahbub, S.Ag., M.Pd.I

Bapak Mahbub, S.Ag., M.Pd.I selaku kepala sekolah di SMK

PGRI 3 Salatiga dan sebagai informan tambahan mengenai

kebijakan-kebijakan yang ada di sekolah.

b. SB : Sugeng Basuki Rochmad, S.Pd

Bapak Sugeng Basuki Rochmad, S.Pd selaku waka kurikulum

di SMK PGRI 3 Salatiga sebagai informan tambahan yang

berkaitan dengan kurikulum yang ada di sekolahan.

c. SD : Suniadi, A.Md

Bapak Suniadi, A.Md selaku waka kesiswaan di SMK PGRI 3

Salatiga sebagai informan tambahan mengenai kesiswaan.

d. MR : Muhammad Rofiq, S.Pd

Bapak Muhammad Rofiq, S.Pd selaku guru PAI di SMK PGRI

3 Salatiga dan menjadi informan utama dalam penelitian ini.

e. Siswa 1

Menjadi informan tambahan mengenai program pembinaan

akhlakul karimah di SMK PGRI 3 Salatiga

f. Siswa 2

Menjadi informan tambahan mengenai program pembinaan

akhlakul karimah di SMK PGRI 3 Salatiga

49

B. Temuan Peneliti

1. Upaya Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di SMK

PGRI 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019

Sebagai guru PAI dalam membina akhlak siswa dalam kebaikan

merupakan suatu kewajiban. Hasil penelitian di SMK PGRI 3 Salatiga

terdapat beberapa upaya dan kegiatan yang dilakukan seperti

memberikan nasehat, arahan ketika upacara dan apel pagi, doa

bersama, dan sholat dhuhur berjamaah yang dilanjutkan dengan

siraman rohani. Hal ini sesuai yang dinyatakan oleh MR selaku guru

PAI yang menyatakan :

“Kalau saya di PAI kan untuk pembinaan akhlak kan mulai dari

kebiasaan hariannya, ketika kita melihat, seumpama kemarin saya

melihat anak-anak keluar sekolah pas waktu istirahat sebenarnya di

sini sudah ada warung tapi malah ke pojok jalan situ, saya panggil

saya tunggu di depan gerbang, dikasih pencerahan kalau kalian mau

kayak gini biasalah kayak sekolah-sekolah biasa itu nanti dihimbau

kemudian nanti saya jemur di lapangan terus nanti juga ada hukuman

berupa menghafal asmaul husna.” (wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul

08.30)

Sedangkan MB selaku kepala sekolah juga menyatakan :

“Kita senantiasa setiap hari mengadakan upacara dan apel. Upacara

setiap hari senin dan apel setiap hari setiap jam 06.45 pagi. Apel ini

bukan hanya untuk membiasakan diri, kepedulian orang tua dan guru

terhadap siswa dalam hal sikap dan pakaian tapi digunkan juga untuk

doa bersama dalam rangka mengawali aktifitas disetiap harinya yang

dilakukan dalam apel itu adanya penguatan-penguatan karakter,

penguatan-penguatan kedisiplinan, penguatan-penguatan

mengingatkan kembali akan tata tertib yang sudah kita buat bersama-

sama. Disamping itu, kita di dalam pengembangan akhlak yang bagus

ini bekerja sama dengan guru, bukan hanya tugasnya guru PAI, semua

guru kita himbau untuk mempunyai kepedualian yang sama untuk

saling mengingtakan, memberi nasehat dan memberi contoh kepaa

anak-anaknya dengan perilaku yang mulia, baik didepan sesamanya

50

terlebih didepan orang tua ataupun guru di sekolah dan di rumah.”

(wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul 09.00)

Dikuatkan oleh pernyataan SB selaku waka kurikulum yang

menyatakan bahwa :

“Kalo akhlak itu biasanya kaitannya dengan karakter ya mas ya,

kalau pagi itu kita kembangkan jiwa nasionalismenya dengan apel,

hormat bendera, doa bersama, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan

kita kasih input dari guru yang kebetulan pas ngisi apel itu. Setiap

pagi ada apel di lapangan kita sisipkan misalnya kemarin ada sesuatu

yang kira-kira melanggar peraturan atau disiplin nanti kita tegur dan

kita kasih masukan motivasi kedepan jangan diulangi lagi seperti itu.

Kalau siang ya itu kita buka mushola untuk sholat dhuhur bersama.”

(wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul 09.30)

Dan dikuatkan lagi oleh SD selaku waka kesiswaan yang

menyatakan bahwa :

“Program khusus yang dilaksanakan yaitu tadi disamping pagi

memang ada wajib apel kemudian diisi selingan dengan bimbingan

mental rohani kemudian nanti diakhir ketika sholat dhuhur juga shola

dhuhur berjamaah dilanjutkan dengan adanya sedikit siraman-

siraman qolbu untuk anak-anak” (wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul

09.40)

Pembinaan akhlakul karimah dimulai dari kegiatan sehari-hari

seperti pemberian nasehat-nasehat dan juga masukan untuk

kedepannya melalui kegiatan upacara, apel pagi setiap hari, memberi

punishmen ketika anak melakukan kesalahan, dan yang paling utama

adalah seorang guru memberi suri tauladan atau contoh yang baik

kepada peserta didik. Seperti contohnya sholat dhuhur berjama’ah.

Selain beberapa upaya dan kegiatan diatas, ada beberpa upaya lagi

yang dilakukan oleh guru yaitu dengan sholat dhuha berjamaah.

Sebagaimana yang disampaikan MR selaku guru PAI yang

mengatakan bahwa :

51

“Yaitu saya sudah sampaikan salam sapa, saya sudah berulang kali

untuk menyampaikan itu, coba kalian benahi dulu akhlak kalian,

ketika kita bertemu dengan guru dengan orang yang lebih tua, maka

kalian harus melakukan salam sapa, kan biasanya juga muncul dari

kegiatan religi nanti bisa kita itu melaksanakan sholat dhuha

berjamaah terus sholah duhur berjamaah.” (wawancara tgl 31 Juli

2019 pukul 08.30)

Selain pembinaan akhlak diatas MR selaku guru PAI juga

menambahkan kegiatan sholat dhuha sebagai sarana pembinaan akhlak

siswa. Sedangkan bagi para siswa yang mampu melaksankan peraturan

dan yang tetap melanggar peraturan akan diberikan reward DAN

punishmen. Sebagaimana yang disampaikan MR yangi mengatakan

bahwa :

“Untuk sebelumnya karena ini berkaitan tentang akhlak itu nanti

mungkin bisa ditanyakan ke guru lain, kalau saya di PAI ga bisa

berjalan sendiri, contohnya anda ga bisa bekerja sendiri butuh

koordinasi dengan guru lain gitu. Dengan metode pembiasaan, terus

pembiasaan tiap pagi gitu pokoknya pembiasaan, kemudian nanti juga

ada reward bagi yang mengikuti aturan, tidak datang terlambat.”

(wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul 08.30)

Dari pendapat di atas bahwa pembinaan akhlakul karimah juga

melalui pembiasaan setiap hari dan juga pemberian reward kepada

siswa yang mau mengikuti aturan sekolah.

2. Problematika dan solusi yang Dihadapi dalam Pembinaan Akhlakul

Karimah Di SMK PGRI 3 Salatiga

Di dalam pembinaan akhlakul karimah untuk peserta didik tentu

banyak terdapat kendala-kendala yang menghambat jalannya proses

pembinaan tersebut. Mulai dari faktor internal sekolah maupun dari

faktor eksternal yang berasal dari lingkungan keluarga dan lingkungan

52

masyarakat seperti sarana prasarana yang kurang, koordinasi anatar

guru, latar belakang sekolah asal siswa, latar belakang ekonomi

keluarga, kasus broken home, dan faktor sosial dilingkungan sekolah.

Faktor yang bermacam-macam ini juga yang menjadi hambatan bagi

para pendidik di SMK PGRI 3 Salatiga terutama bagi guru PAI dalam

membentuk akhlakul karimah peserta didik. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh MR selaku guru PAI :

“Kalau hambatannya itu dalam pembinaan akhlak itu apa ya.. kalau

dalam pembinaan akhlak saya mulai dari sholat dhuha kemudian

sholat duhur berjamaah, dari segi sarana prasarana yang memadai

untuk pembinaan akhlak contohnya dadri kegiatan sholat duhur

berjamaah belum ada toa untuk memanggil anak-anak ini sudah

waktunya dhuhur, koordonasi antar guru kurang, dari orang tua

juga.” (wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul 08.30)

Sependapat dengan itu MB selaku kepala sekolah juga menyatakan

bahwa :

“Faktor hambatannya mungkin latar belakang pendidikan yang

berbeda itu menjadi faktor penghambat dan yang kedua bukan hanya

asal sekolah tapi latar belakang sosial ekonomi orang tua sangat bisa

disimpulkan bahwa anak itu mempunyai perilaku yang sedikit negatif

pasti itu penyebabnya adalah satu broken home orang tua, terus faktor

ekonomi juga dan faktor sosial lingkungan yang ada di sekolah, kalau

di sini kan paling hanya sampai jam setengah 3 dan setelah npulang

dari sini tentu itu tanggung jawab orang tua dan kita tidak bisa selalu

memonitor kepada anak-anak. Itu penyebab tentu kita kadang tidak

mudah untuk mensingkronkan antara kebijakan sekolah dan orang tua

dalam kegiatan anak di rumah, makanya ketika ada masalah yang

menyangkut anak yang bermasalah selalu memberikan kabar kepada

orang tuanya tersbut via WA, saat anak tidak berangkat kepada

alasannya dan seterusnya, dan orang tua yang baik tentu akan

langsung mengklarifikasi bahwa anak ini sedang ini sedang ini.”

(wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul 09.00)

Dikuatkan oleh pernyataan SB selaku waka kurikulum yang

menyatakan bahwa :

53

“Hambatannya itu ada banyak macamnya mas seperti kita

menemukan sebuah kasus itu rata-rata kenapa anak itu akhirnya

menyimpang karena kondisi keluarganya rata-rata yang kurang

mendukung untuk pembinaan itu, sehingga ketika kita berusaha

membina disini dengan susah payah tetapi tetapi dilingkungan

keluarganya seperti itu sehingga itu hambatannya.” (wawancara tgl

31 Juli 2019 pukul 09.30)

Dari pernyataan-pernyataan di atas maka dapat diambil kesimpulan

bahwa faktor penghambat dari pembinaan akhlakul karimah siswa

SMK PGRI 3 Salatiga ini berasal dari lingkungan keluarga dan juga

lingkungan masyarakat yag kurang mendukung. Selain itu koordinasi

guru dan juga sarana dan prasarana yang kurang membuat pembinaan

akhlak ini kurang maksimal. Dan menjadi tugas bagi guru PAI untuk

memperbaiki dan membentuk akhlakul karimah siswa dengan melalui

hambatan-hambatan tersebut.

Dari beberpa problematika diatas tentu saja para guru dan kepala

sekolah mencoba mencari solusi yang terbaik seperti perbaikan dan

penambahan sarana prasarana, melakukaan rapat koordinasi guru,

home visit, koordinasi dengan orang tua/wali murid, dan peningkatan

kualitas sekolah. Sesuai pernyataan MR selaku guru PAI di SMK

PGRI 3 Salatiga yang menyatakan bahwa :

“Untuk sarana dan prasarana yang kurang memadai contohnya

seperti toa, untuk menanggulanginya kami mengusulkan kepada

bagian sarpras untuk menggulanginya, mungkin untuk proses saat ini

yang belum ada itu kami menggunkan bel sekolah. Dan untuk

koordinasi guru itu kami tiap 1 bulan sekali ada rapat koordinasi,

karna untuk mengetahui dan mencari solusi dari berbagai masalah

karena dengan adanya rapat terus kumpulnya guru-guru itu nanti bisa

mengetahui masalah/problem yang ada di anak dan nanti bisa

mengambil solusi. Untuk faktor orang tua itu sebetulnya saya sudah

pernah menyampaikan di dalam kelas, dari guru-guru itu bisa ada

54

namanya home visit atau kunjungan kerumah, karena itu nanti untuk

mendekatkan kita dengan orang tua siswa. Sehingga dari hal itu nanti

kita bisa mengambil solusi terus bisa juga koordinasi dengan orang

tua nanti supaya ada tindak lanjut setelah di sekolah. (wawancara tgl

17 Agustus 2019 pukul 09.00)

Dan ditambahkan oleh MB selaku kepala sekolah di SMK PGRI 3

Salatiga yang menyatakan bahwa :

“untuk latar belakang sekolah siswa tentu saja tidak bisa memberi

solusi awal karena kita kan menerima bukan mencari, kita juga

meningkatkan usaha sosialisasi ke SMP/MTs se Salatiga yang

sehingga nanti diharapkan mendapatkan bibit unggul yang bagus

tentang input siswa kemudian yang kedua memperbaiki diri sekolah

sehingga nanti kualitas tambah meningkat dan otomatis mereka yang

unggul akan masuk kesini karena dia tahu bahwa kita lebih unggul

ketimbang sekolah lain. Sedangkan untuk latar belakang sosial

ekonomi keluarga tentu upaya kita ya meningkatkan kepercayaan

mereka pada orang tua bahwa eksistensi SMK ini benar-benar

terpercaya ouputnya anak itu bisa dibanggakan. Selanjutnya tindakan

awal untuk broken home adalah tentu akan meningkatkan kepercayaan

itu dan tindakan lanjutannya tentu akan membawa mengumpulkan

anak-anak yang broken home itu untuk memberikan solusi yang

terbaik bahwa masalah orang tua tentu tidak boleh masuk dalam

ranah anak, anak harus enjoy dalam belajar tidak usah memikirkan

latas belakang orang tua tidak usah memikirkan perseteruan dalam

tanda petik orang tua, tapi mereka harus siap dan harus ready belajar

dan tanpa memikirkan itu. Lalu untuk latar belakang lingkungan sosial

di sekolahan kita senantiasa berupaya untuk meningkatkan lingkungan

yang baik contohnya yang mereka dulunya tidak tau budaya antri kita

membudayakan antri, yang dulunya mereka tidak pernah salim, sapa,

dan senyum maka kita harus membiaskan diri untuk saling salam dan

senyum bahkan juga membiasakan ibadah yang baik, sosialisasi yang

baik, pergaulan yang baik dan seterusnya itu.” (wawancara tgl 17

Agustus 2019 pukul 09.15)

Jadi, dari wawancara di atas para guru dan kepala sekolah selalu

meningkatkan kualitas demi mewujudkan tempat pendidikan yang

layak bagi para siswa dan tentu saja dapat membentuk akhlak siswa

agar menjadi lebih baik dengan beberapa solusi seperti penambahan

55

sarana dan prasarana sekolah, home visit, koordinasi dengan para guru

tiap bulannya, pembinaan orang tua, dan pembinaan siswa itu sendiri.

C. Analisis Data

1. Upaya Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di SMK

PGRI 3 Salatiga Tahun Pelajaran 2018/2019

a. Memberikan Arahan/Ceramah Pada Siswa

Upaya guru PAI dalam membina akhlakul karimah pada

siswa di SMK PGRI 3 Salatiga yang pertama adalah dilaksankan

dengan cara pemberian arahan/ceramah dan nasehat di kelas dan

diluar kelas dengan cara menyesuaikan keadaan atau permasalahan

yang terjadi ketika di dalam pembelajaran maupun di luar

pembelajaran. Sebagai contohnya jika siswa merokok di kantin

ketika jam istirahat sekolah dan diketahui oleh guru PAI maka

ketika pembelajaran akan diberikan arahan dan nasehat agar tidak

mengulanginya lagi. Sebagaimana yang disampaikan MR selaku

guru PAI di SMK PGRI 3 Salatiga yang menyatakan :

“ketika kita melihat, seumpama kemarin saya melihat anak-anak

keluar sekolah pas waktu istirahat sebenarnya di sini sudah ada

warung tapi malah ke pojok jalan situ, saya panggil saya tunggu di

depan gerbang, dikasih pencerahan kalau kalian mau kayak gini

biasalah kayak sekolah-sekolah biasa itu nanti dihimbau kemudian

nanti saya jemur di lapangan terus nanti juga ada hukuman berupa

menghafal asmaul husna.” (wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul

08.30)

Dikuatkan oleh pernyataan SD selaku waka kesiswaan yang

menyatakan bahwa :

“Program khusus yang dilaksanakan yaitu tadi disamping pagi

memang ada wajib apel kemudian diisi selingan dengan bimbingan

56

mental rohani kemudian nanti diakhir ketika sholat dhuhur juga

shola dhuhur berjamaah dilanjutkan dengan adanya sedikit

siraman-siraman qolbu untuk anak-anak” (wawancara tgl 31 Juli

2019 pukul 09.40)

Dikuatkan kembali oleh SB selaku waka kurikulum yang

menyatakan bahwa :

“Setiap pagi ada apel di lapangan kita sisipkan misalnya kemarin

ada sesuatu yang kira-kira melanggar peraturan atau disiplin

nanti kita tegur dan kita kasih masukan motivasi kedepan jangan

diulangi lagi seperti itu.” (wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul

09.30)

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa para guru di SMK

PGRI 3 Salatiga terutama guru PAI sudah melakukan pembinaan

akhlakul karimah dengan baik melalui metode ceramah/arahan

kepada siswa-siswa di SMK PGRI 3 Salatiga. Karena dengan

metode ceramah ini siswa akan mudah untuk menerimanya.

Metode ceramah/arahan juga bagian dari metode dakwah yang

diajarkan oleh Rasullah saw. Ceramah/arahan ini bukan hanya

dilakukan ketika jam pembelajaran saja tetapi juga diluar jam

pembelajaran seperti ketika apel tiap pagi, juga ketika upacara hari

senin, ketika jam istirahat, sesudah sholat dhuha dan sholat dhuhur

berjamaah. Walaupun hanya sebuah ceramah/arahan namun hal ini

apabila dilakukan secara rutin tentu akan berdampak positif bagi

para siswa.

Metode ceramah/arahan ini sejak dulu sudah digunakan

dalam mengembangkan dan mendakwakan agama Islam baik Nabi

Muhammad saw maupun para Sahabat-sahabatnya. Allah sendiri

57

sesungguhnya telah mengenalkan model pengajaran semacam ini

kepada Rasulullah sebagaimana firmanNya dalam (QS. Yusuf: 2 –

3 :

Artinya :

“Seseungguhnya kami menurunkan berupa Al Quran dengan

berbahasa arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan

kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran

ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum ( kami

mewahyukan ) nya adalah termasuk orang – orang yang belum

mengetahui.” (Kemenag RI, 2015: 235)

Ceramah merupakan penuturan bahan pelajaran secara

lisan. Metode ini tidak selalu jelek bila penggunaannya betul-betul

disiapkan dengan baik didukung dengan alat dan media serta

memperhatikan batas-batas kemungkinan penggunaannya.

Jadi, upaya guru PAI dalam membina akhlakul karimah

pada siswa di SMK PGRI 3 Salatiga yang pertama adalah dengan

cara arahan/ceramah pada siswa. Dengan ceramah dan arahan tentu

saja menjadi langkah awal untuk memberikan pengetahuan tentang

mana yang baik untuk dilakukan dan mana yang tidak baik untuk

dilakukan dan akan berefek pada peningkatan akhlak siswa.

58

b. Pembiasaan Budaya Islami

Upaya guru PAI dalam membina akhlakul karimah pada

siswa di SMK PGRI 3 Salatiga dilaksanakan dengan cara

melakukan pembiasaan-pembiasaan yang dilakukan oleh guru PAI

kepada peserta didik. Sebagai contohnya dengan cara melakukan

sholat dhuha berjamaah dan sholat dhuhur berjamaah di mushola

sekolah. Sebagai mana yang disampaikan MR selaku guru PAI di

SMK PGRI 3 Salatiga :

“Dengan metode pembiasaan, terus pembiasaan tiap pagi gitu

pokoknya pembiasaan, kemudian nanti juga ada reward bagi yang

mengikuti aturan, tidak datang terlambat.” (wawancara tgl 31 Juli

2019 pukul 08.30)

Dikuatkan oleh pernyataan MB selaku kepala sekolah juga

menyatakan :

“Kita senantiasa setiap hari mengadakan upacara dan apel.

Upacara setiap hari senin dan apel setiap hari setiap jam 06.45

pagi. Apel ini bukan hanya untuk membiasakan diri, kepedulian

orang tua dan guru terhadap siswa dalam hal sikap dan pakaian

tapi digunkan juga untuk doa bersama dalam rangka mengawali

aktifitas disetiap harinya yang dilakukan dalam apel itu adanya

penguatan-penguatan karakter, penguatan-penguatan kedisiplinan,

penguatan-penguatan mengingatkan kembali akan tata tertib yang

sudah kita buat bersama-sama.” (wawancara tgl 31 Juli 2019

pukul 09.00)

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa pembiasaan-

pembiasaan yang diterapkan oleh para guru di SMK PGRI Salatiga

seperti salam, sapa, senyum setiap hari, apel setiap pagi, doa

bersama, dan sholat dhuha serta sholat dhuhur berjamaah maka

pembinaan ini sudah berjalan dengan baik. Pengadaan pembinaan

59

dengan pembiasaan seperti ini dapat melatih para siswa untuk

berakhlakul karimah. Awalnya memang susah untuk

menggerakkan siswa untuk memulai pembiasaan tersebut, namun

dengan sabar dan telaten maka pembiasaan tersebut dapat berjalan

dengan baik. Karena dalam hidup seseorang mempunyai

kesempatan yang sama untuk menentukan akhlaknya, apakah mau

dengan pembiasaan berperilaku baik ataupun pembiasaan

berperilaku jelek. Hal ini dijelaskan pada firman Allah dalam QS.

As-Syam ayat 7-10 :

“Demi jiwa dan penyempurnaan (ciptaannya), maka Allah

mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasihan dan ketakwaan,

sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu, dan

sesungguhnya dan sesungguhnya merugilah orang yang

mengotorinya.” (Kemenag RI, 2015: 595)

Jadi, upaya guru PAI dalam membina akhlakul karimah di

SMK PGRI 3 Salatiga yang kedua adalah dengan pembiasaan pada

60

siswa. Dengan pembiasaan tentu saja menjadi langkah yang efektif

untuk dilakukan karena dengan pembiasaan maka siswa yang

sebelumnya jarang melaksanakan sholat dhuha dan juga sholat

dhuhur berjamaah maka secara perlahan akan membekas pada diri

siswa dan akan menancap pada kepribadian siswa tersebut.

c. Memberikan Suri Tauladan

Upaya guru PAI dalam membina akhlakul karimah pada

siswa di SMK PGRI 3 Salatiga dilaksanakan dengan cara

memberikan contoh atau suri tauladan yang baik bagi para siswa

SMK PGRI Salatiga. Sebagai contohnya guru PAI tidak merokok

di lingkungan sekolah. Sebagaimana yang disampaikan oleh MB

selaku kepala sekolah yang menyatakan :

“Disamping itu, kita di dalam pengembangan akhlak yang bagus

ini bekerja sama dengan guru, bukan hanya tugasnya guru PAI,

semua guru kita himbau untuk mempunyai kepedualian yang sama

untuk saling mengingtakan, memberi nasehat dan memberi contoh

kepaa anak-anaknya dengan perilaku yang mulia, baik didepan

sesamanya terlebih didepan orang tua ataupun guru di sekolah

dan di rumah.” (wawancara tgl 31 Juli 2019 pukul 09.00)

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa kepala sekolah

SMK PGRI 3 Salatiga menugaskan kepada seluruh guru dapat

memberikan suri tauladan kepada para siswa-siswa. Dengan

kepribadian, sifat tingkah laku dan pergaulannya sesama manusia

yang baik tentu akan membawa dampat yang positif terhadap

pribadi seorang guru dan juga para siswanya.

61

Manusia telah diberi fitrah untuk mencari suri teladan, agar

menjadi pedoman bagi mereka, yang menerangi jalan kebenaran

dan menjadi contoh hidup yang menjelaskan kepada orang-orang

bagaimana agar mempunyai akhlak yang baik dan juga dalam

menjalankan syariat Islam. Disekolah, murid sangat membutuhkan

suri tauladan yang dilihatnya langsung dari setiap guru yang

mendidiknya, sehingga dia merasa pasti dengan apa yang

dipelajarinya. Pada perilaku dan tindakan guru-gurunya,

hendaknya anak dapat melihat langsung bahwa tingkah laku utama

yang diharapkan dapat melakukannya. Tidak mustahil dan memang

dalam batas kewajaran untuk direalisasikan dan bahwa

kebahagiaan hakiki yang sungguh, hanya akan tampak dalam

penerapannya dalam perbuatan sehari-hari.

Dari pengamatan yang peneliti lakukan para siswa sudah

ada yang mulai membaik akhlaknya setelah memperhatikan para

gurunya seperti sudah ikut dalam sholat berjamaah dan dalam

pergaulan mereka seperti salam, sapa, dan senyum ketika bertemu

dengan orang lain dan ketika bertemu dengan peneliti.

Jadi, upaya yang diterapkan guru PAI di SMK PGRI 3

Salatiga dalam membina akhlakul karimah adalah contoh atau suri

tauladan yang baik pada siswa. Ketika seorang guru melakukan

pembinaan terhadap siswa namun guru tersebut tidak

mempraktekkannya sendiri tentu hasilnya akan kurang maksimal

62

karena siswa akan beranggapan bahwa pembinaan tersebut tidaklah

terlalu penting karena guru pun juga melakukan hal yang

bertentangan dengan pembinaan tersebut. Sehingga memberi suri

tauladan yang baik sangat diperlukan dalam pembinaan akhlakul

karimah kepada siswa.

2. Problematika dan solusi yang Dihadapi dalam Pembinaan Akhlakul

Karimah Di SMK PGRI 3 Salatiga

1) Sarana dan Prasarana Sekolah Yang Kurang Memadai

Sarana dan prasana sekolah adalah hal yang sangat penting

untuk menunjang keberhasilan dalam pembinaan akhlak siswa.

Di SMK PGRI 3 Salatiga dalam hal sarana dan prasaran dalam

pembinaan akhlak kurang begitu memadai seperti tidak adanya

toa untuk adzan sebagai tanda sudah masuk waktu sholat. Hal

ini seperti yang disampaikan oleh MR selaku guru PAI di SMK

PGRI 3 Salatiga yang menyatakan bahwa :

“kalau dalam pembinaan akhlak saya mulai dari sholat

duhakemudian sholat duhur berjamaah, dari segi sarana

prasarana yang memadai untuk pembinaan akhlak contohnya

dadri kegiatan sholat duhur berjamaah belum ada toa untuk

memanggil anak-anak ini sudah waktunya dhuhur, koordonasi

antar guru kurang, dari orang tua juga.” (wawancara tgl 17

Agustus 2019 pukul 09.00)

Jadi, salah satu problematika yang dihadapi guru PAI

dalam pembinaan akhlakul karimah ialah kurangnya sarana dan

prasarana seperti toa mushola yang belum ada. Sehingga ketika

63

waktu sholat dhuhur berjamaah tiba tidak banyak siswa dan

guru yang mengikuti sholat dhuhur berjamaah.

Dari problematika diatas pihak guru dan juga sekolah

bekerjasama untuk mencari solusi guna meningkatkan kualitas

dan juga mencari solusi sementara agar pembinaan akhlak tetap

berjalan dengan memanfaatkan fasilitas yang ada. Seperti

penggunaan bel sekolah sebagai penanda waktu sholat dhuhur

berjamaah. Hal ini serupa dengan pernyataan MR selaku guru

PAI di SMK PGRI 3 Salatiga yang menyatakan bahwa :

“Untuk sarana dan prasarana yang kurang memadai

contohnya seperti toa, untuk menanggulanginya kami

mengusulkan kepada bagian sarpras untuk menggulanginya,

mungkin untuk proses saat ini yang belum ada itu kami

menggunkan bel sekolah.” (wawancara tgl 17 Agustus 2019

pukul 09.00)

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa dari permasalahan

sarana-prasarana memang membuat program-program

pembinaan seperti sholat dhuhur berjamaah mengalami

hambatan dalam pelaksanaannya. Salah satu aspek yang

seharusnya mendapat perhatian utama oleh setiap pengelola

pendidikan adalah mengenai fasilitas pendidikan. Sarana

pendidikan umumnya mencakup semua fasilitas yang secara

langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan.

Dalam pendidikan formal, sarana dan prasarana sangatlah

penting dalam menunjang berbagai kegiatan yang ada sehingga

pihak sekolah sangat berupaya untuk selalu memperbaiki diri

64

dan meningkatkan kualitas diri sehingga para siswa dapat

belajar dengan nyaman dan program yang sudah dijalankan

dapat tercapai dengan maksimal.

Dalam pelaksanaanya memang masalah tersebut sudah

terselesaikan tetapi guru PAI sendiri masih harus terjun

langsung dalam mengajak siswa untuk sholat berjamaah di

mushola dengan mendatangi setiap kelas. Walaupun solusi

dengan menggunkan bel sekolah dirasa sudah cukup namun hal

itu masih kurang efektif.

Jadi, untuk menanggulangi permasalahan toa mushola

pihak sekolah dan juga guru menggunakan bel sekolah untuk

penanda waktu sholat dhuhur berjamaah. Hal ini dirasa cukup

efektif untuk sementara tetapi guru juga harus bekerja ekstra

karena siswa tidak semua langsung menuju ke mushola tapi ada

yang memilih pergi ke kantin sehingga guru PAI harus

mengajak secara manual.

2) Koordinasi Antar Guru Yang Kurang Kompak

Dalam pembinaan akhlakul karimah di dalam sekolah,

koordinasi antar guru sangatlah penting. Karena apabila hanya

seorang guru PAI saja yang melakukan pembinaan tersebut

tanpa adanya dukungan dari guru lain maka hasilnya akan

kurang maksimal. Sama halnya di SMK PGRI 3 Salatiga ketika

peneliti melakukan pengamatan ketika jam sholat dhuhur, para

65

guru yang beragama muslim hanya sedikit yang ikut dalam

sholat berjamaah, sehingga siswa pun juga sulit untuk diajak

sholat berjamaah. Dan juga ketika jam istirahat ada beberapa

siswa yang keluar dari lingkungan sekolah untuk jajan diluar

para guru tidak semuanya mau menegur siswa tersebut. Hal ini

seperti yang disampaikan oleh MR selaku guru PAI di SMK

PGRI 3 Salatiga yang menyatakan bahwa :

“kalau dalam pembinaan akhlak saya mulai dari sholat

duhakemudian sholat duhur berjamaah, dari segi sarana

prasarana yang memadai untuk pembinaan akhlak contohnya

dadri kegiatan sholat duhur berjamaah belum ada toa untuk

memanggil anak-anak ini sudah waktunya dhuhur, koordonasi

antar guru kurang, dari orang tua juga.” (wawancara tgl 17

Agustus 2019 pukul 09.00)

Jadi, problematika yang kedua adalah kurangnya koordinasi

antar guru yang membuat program-program pembinaan akhlak

kurang maksimal. Contohnya ketika waktu sholat dhuhur hanya

beberapa guru yang ikut berjamaah dan kurangnya komitmen

dalam menegakkan peraturan yang telah dibuat seperti larangan

siswa untuk jajan diluar sekolah.

Dari problematika di atas para guru sepakat untuk mencari

sebuah solusi agar para guru dan seluruh perangkat sekolah

dapat berkoordinasi dengan baik dengan cara mengadakan

rapat koordinasi setiap 1 bulan sekali. Hal ini serupa dengan

yang disampaikan oleh MR selaku guru PAI di SK PGRI 3

Salatiga yang menyatakan bahwa :

66

“Dan untuk koordinasi guru itu kami tiap 1 bulan sekali

ada rapat koordinasi, karna untuk mengetahui dan mencari

solusi dari berbagai masalah karena dengan adanya rapat

terus kumpulnya guru-guru itu nanti bisa mengetahui

masalah/problem yang ada di anak dan nanti bisa mengambil

solusi.” (wawancara tgl 17 Agustus 2019 pukul 09.00)

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa permasalahan

tentang koordinasi antar guru sangat menghambat dalam

pembinaan akhlakul karimah siswa. Karena ketika melakukan

pembinaan akhlak tentu bukan hanya guru PAI saja yang

bekerja tetapi juga melibatkan semua guru dan karyawan yang

ada dilingkup sekolah. Dalam hal ini sekolah sudah cukup baik

dalam menangani permasalahan ini dengan mengadakan rapat

koordinasi dan evaluasi setiap 1 bulan sekali.

Dari pengamatan yang peneliti lakukan memang koordinasi

antar guru di SMK PGRI 3 Salatiga masih kurang dalam hal

pembinaan akhlak dan juga dalam komitmen menegakkan

peraturan. Mungkin ada beberapa alasan yang menyebabkan

para guru tidak bisa melaksanakan amanah tersebut secara rutin

seperti adanya rapat mendadak ataupun dinas luar.

Koordinasi merupakan proses penyatupaduan kegiatan

yang dilakukan pegawai dan berbagai satuan lembaga sehingga

dapat berjalan selaras dan serasi. Dengan begitu, tujuan

lembaga secara keseluruhan dapat diwujudkan secara optimal.

Koordinasi sebagai upaya yang berkesinambungan dan

berlangsung terus-menerus untuk menciptakan dan

67

mengembangkan kerjasama, mempertahankan keserasian dan

keselarasan tindakan sehingga sasaran yang ditetapkan dapat

diwujudkan sesuai dengan rencana.

Jadi, untuk menanggulangi permasalahan itu pihak sekolah

mengadakan rapat koordinasi dan evaluasi tiap 1 bulan sekali

untuk mencari solusi dan evaluasi dari permasalahan-

permasalahan yang terjadi di sekolahan yang menyangkut

siswa maupun lingkungan sekolah. Hal ini cukup efektif karena

dapat menyatukan pemikiran setiap guru dan menambah

kekompakan dalam pembinaan akhlak siswa.

3) Latar Belakang Pendidikan Siswa Yang Berbeda

Latar belakang pendidikan siswa adalah salah satu faktor

yang mempengaruhi pembinaan akhlakul karimah di SMK

PGRI 3 Salatiga. Siswa SMK PGRI 3 Salatiga mempunyai latar

belakang pendidikan yang berbeda-beda. Ada yang lulusan

paket, ada yang dari pondok pesantren, ada juga yang dari

sekolah biasa. Tentu pembinaan untuk setiap siswa tersebut

berbeda, ada yang mudah untuk dibina dan ada yang sulit untuk

dibina. Hal tersebut seperti yang dinyatakan oleh MB selaku

kepala sekolah yang menyatakan bahwa :

“Faktor hambatannya mungkin latar belakang pendidikan

yang berbeda itu menjadi faktor penghambat dan yang kedua

bukan hanya asal sekolah tapi latar belakang sosial ekonomi

orang tua sangat bisa disimpulkan bahwa anak itu mempunyai

perilaku yang sedikit negatif pasti itu penyebabnya adalah satu

broken home orang tua, terus faktor ekonomi juga dan faktor

68

sosial lingkungan yang ada di sekolah, kalau di sini kan paling

hanya sampai jam setengah 3 dan setelah npulang dari sini

tentu itu tanggung jawab orang tua dan kita tidak bisa selalu

memonitor kepada anak-anak. Itu penyebab tentu kita kadang

tidak mudah untuk mensingkronkan antara kebijakan sekolah

dan orang tua dalam kegiatan anak di rumah, makanya ketika

ada masalah yang menyangkut anak yang bermasalah selalu

memberikan kabar kepada orang tuanya tersbut via WA, saat

anak tidak berangkat kepada alasannya dan seterusnya, dan

orang tua yang baik tentu akan langsung mengklarifikasi

bahwa anak ini sedang ini sedang ini.” (wawancara tgl 17

Agustus 2019 pukul 09.15)

Jadi, problematika yang ketiga adalah faktor latar belakang

pendidikan siswa sebelumnya. Karena perbedaan pendidikan

tersebut tentu membuat para guru PAI mengalami hambatan

dalam pembinaan akhlak dikarenakan harus menyesuaikan

metode yang tepat agar semua siswa dapat menerima dan

mengamalkan apa yang sudah diberikan oleh guru PAI.

Dari permasalahan diatas tentu sekolah akan mencari

sebuah solusi yang bisa membantu siswa agar tetap mampu

menyerap semua pembelajaran dan juga pembinaan yang

dilakukan dan juga agar mendapatkan siswa yang mempunyai

kualitas yang baik dengan cara melaksanakan sosialisai ke

seluruh SMP/MTs se kota Salatiga dan juga meningkatkan

kualitas sekolahan. Hal ini seperti yang disampaikan oleh MB

Selaku kepala sekolah di SMK PGRI 3 Salatiga yang

menyatakan bahwa :

“untuk latar belakang sekolah siswa tentu saja tidak bisa

memberi solusi awal karena kita kan menerima bukan mencari,

kita juga meningkatkan usaha sosialisasi ke SMP/MTs se

69

Salatiga yang sehingga nanti diharapkan mendapatkan bibit

unggul yang bagus tentang input siswa kemudian yang kedua

memperbaiki diri sekolah sehingga nanti kualitas tambah

meningkat dan otomatis mereka yang unggul akan masuk

kesini karena dia tahu bahwa kita lebih unggul ketimbang

sekolah lain.” (wawancara tgl 17 Agustus 2019 pukul 09.15)

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa latar belakang

pendidikan siswa yang berbeda membuat pembinaan akhlak

terhambat karena guru harus pintar-pintar mencari metode yang

tepat agar pembinaan akhlak dapat berjalan dengan baik dan

para siswa pun juga lebih mudah dalam menerima pembinaan

tersebut.

Dalam pelaksanaannya yang telah peneliti amati untuk

siswa yang mempunyai latar belakang pendidikan yang bagus

akan mudah dalam beradaptasi dengan metode pembinaan yang

digunakan. Tapi untuk siswa yang mempunyai latar belakang

pendidikan yang kurang bagus seperti lulusan sistem paket

tentu akan mengalami hambatan dalam adaptasinya dan guru

harus lebih ekstra sabar dan mencari solusi yang tepat.

Jadi, dari problematika diatas pihak sekolah berupaya untuk

melakukan sosialisasi kebeberapa SMP/MTs untuk

mendapatkan bibit siswa yang unggul agar ketika dalam

pembinaan akhlak siswa-siswa yang sebelumnya mempunyai

akhlak yang kurang baik dapat termotivasi untuk menjadi lebih

baik karena teman-teman dan lingkungan yang baik pula. SMK

PGRI 3 Salatiga juga mencoba untuk memperbaiki diri agar

70

kualitas sekolah dapat bersaing dengan sekolah-sekolah lain

dan akan membuat minat siswa semakin bertambah.

4) Latar Belakang Keluarga Siswa Yang Kurang Mendukung

Keadaan keluarga dari siswa yang berbeda-beda

menjadikan hambatan dalam membina akhlak siswa. Peran

keluarga yang kurang dalam memberikan pendidikan akhlak

kepada siswa memberikan dampak yang besar bagi akhlak

siswa. Jadi keluargalah yang menjadi faktor penting dalam

pendidikan siswa. Seperti yang di sampaikan oleh MB selaku

kepala sekolah di SMK PGRI 3 Salatiga yang menyatakan

bahwa :

“latar belakang sosial ekonomi orang tua sangat bisa

disimpulkan bahwa anak itu mempunyai perilaku yang sedikit

negatif pasti itu penyebabnya adalah satu broken home orang

tua, terus faktor ekonomi juga dan faktor sosial lingkungan

yang ada di sekolah, kalau di sini kan paling hanya sampai jam

setengah 3 dan setelah npulang dari sini tentu itu tanggung

jawab orang tua dan kita tidak bisa selalu memonitor kepada

anak-anak. Itu penyebab tentu kita kadang tidak mudah untuk

mensingkronkan antara kebijakan sekolah dan orang tua

dalam kegiatan anak di rumah.” (wawancara tgl 17 Agustus

2019 pukul 09.15)

Jadi, problematika yang ke empat adalah latar belakang

keluarga yang kurang mendukung anak seperti faktor ekonomi,

sosial, dan juga faktor broken home yang berimbas pada anak.

Tentu saja hal tersebut menjadi faktor yang sulit untuk

diselesaikan karena bukan hanya menyangkut sekolah dan

pribadi siswa namun juga keluarga yang kurang mendukung

71

sehingga siswa mempunyai prilaku yang buruk dan sulit untuk

di luruskan.

Dari problematika diatas tentu saja membuat sekolah untuk

mencari solusi yang paling efektif agar siswa yang bermasalah

dengan keluarganya akan dapat terselesaikan dengan bijak dan

tidak ada yang dirugikan. Seperti kunjungan ke rumah siswa

yang mempunyai permasalahan keluarga dan pembinaan siswa

dan juga orang tua. Hal ini selaras dengan apa yang

disampaikan MR selaku guru PAI di SMK PGRI 3 Salatiga

yang menyatakan bahwa :

“Untuk faktor orang tua itu sebetulnya saya sudah pernah

menyampaikan di dalam kelas, dari guru-guru itu bisa ada

namanya home visit atau kunjungan kerumah, karena itu nanti

untuk mendekatkan kita dengan orang tua siswa. Sehingga dari

hal itu nanti kita bisa mengambil solusi terus bisa juga

koordinasi dengan orang tua nanti supaya ada tindak lanjut

setelah di sekolah.” (wawancara tgl 17 Agustus 2019 pukul

09.00)

Selain itu MB selaku kepala sekolah di SMK PGRI 3

Salatiga juga menambahkan bahwa :

“Untuk latar belakang sosial ekonomi keluarga tentu

upaya kita ya meningkatkan kepercayaan mereka pada orang

tua bahwa eksistensi SMK ini benar-benar terpercaya

ouputnya anak itu bisa dibanggakan. Selanjutnya tindakan

awal untuk broken home adalah tentu akan meningkatkan

kepercayaan itu dan tindakan lanjutannya tentu akan

membawa mengumpulkan anak-anak yang broken home itu

untuk memberikan solusi yang terbaik bahwa masalah orang

tua tentu tidak boleh masuk dalam ranah anak, anak harus

enjoy dalam belajar tidak usah memikirkan latas belakang

orang tua tidak usah memikirkan perseteruan dalam tanda

petik orang tua, tapi mereka harus siap dan harus ready

72

belajar dan tanpa memikirkan itu.” (wawancara tgl 17 Agustus

2019 pukul 09.15)

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa dari permasalahan

buruknya hubungan siswa dengan keluarga sangat berdampak

buruk terhadap pendidikan siswa. Orang Tua memegang

peranan utama dan pertama bagi pendidikan anak, mengasuh,

membesarkan dan mendidik anak merupakan tugas mulia yang

tidak lepas dari berbagai halangan dan tantangan, sedangkan

guru disekolah merupakan pendidik yang kedua setelah orang

tua di rumah. Pada umunnya siswa merupakan insan yang

masih perlu dididik atau diasuh oleh orang yang lebih dewasa

dalam hal ini adalah ayah dan ibu, jika orang tua sebagai

pendidik yang pertama dan utama ini tidak berhasil meletakan

dasar kemandirian maka akan sangat berat untuk berharap

sekolah mampu membentuk siswa atau anak menjadi mandiri.

Tingkat pendidikan orang tua menentukan cara orang tua

mengajari anaknya atau memberikan pengajaran kepada

anaknya. Bimbingan orang tua yang baik akan menciptakan

anak yang baik pula. Keberhasilan anak dibidang akademik

merupakan keberhasilan anak itu sendiri dan juga orang tua.

Dalam pelaksanaanya sendiri di SMK PGRI 3 Salatiga

telah menerapkan berbagai solusi seperti kunjungan kerumah

siswa yang bermasalah terebut dan juga pembinaan langsung

terhadap siswa tersebut. Hal ini menurut peneliti merupakan

73

solusi yang sangat bagus bagi siswa karena dengan itu para

guru yang menangani akan lebih mudah mencari solusi lanjutan

setelah melakukan koordinasi dan komunikasi dengan orang

tua siswa. Dan siswa yang bermaslah tersebut secara perlahan

akan dapat diselesaikan tanpa harus mengganggu

pendidikannya.

Jadi, dalam penanganan kasus terhadap siswa yang

mempunyai permasalahan dengan keluarganya pihak sekolah

mempunyai sebuah solusi yaitu dengan melakukan home visit,

hal ini bertujuan untuk membantu siswa dan juga pihak

keluarga agar mampu menyelasaikan permasalahan tersebut

tanpa harus mengorbankan siswa/anak itu sendiri. Karena

dengan begitu pihak sekolah dan juga keluarga akan lebih

mudah untuk menentukan apa solusi yang terbaik bagi ketiga

pihak tersebut. Selain itu pihak sekolah akan berupaya untuk

meninkatkan kepercayaan orang tua terhadap sekolahan dan

juga akan memberikan bimbingan khusus terhadap siswa yang

memiliki permasalahan dengan keluarganya tersebut.

5) Faktor Lingkungan Sosial di Lingkungan Sekolah Yang

Kurang Baik

Keadaan lingkungan sekolah yang kurang mendukung tentu

menjadi hambatan tersendiri bagi guru PAI dalam membina

akhlak siswa. Contohnya ada guru yang berperilaku buruk

74

seperti merokok dilingkungan sekolah akan membuat siswa

menirukan perilaku tersebut dan juga faktor teman-temannya.

Hal ini serupa dengan pernyataan MR selaku guru PAI di SMK

PGRI 3 Salatiga yang menyatakan bahwa :

“Faktor yang mempengaruhi akhlak itu berkaitan dengan guru

juga bisa karena ada istilah jawa mengatakan digugu dan

ditiru, kalau gurunya ngerokok anak nanti akan meniru, faktor

lain dari sekolah itu mungkin karena teman-teman itu juga.

Terus faktor internal sekolah itu ada beberapa kegiatan itu

juga.” (wawancara tgl 17 Agustus 2019 pukul 09.00)

Hal serupa juga dikatakan oleh MB selaku kepala sekolah

di SMK PGRI 3 Salatiga yang menyatakan bahawa :

“faktor sosial lingkungan yang ada di sekolah, kalau di sini

kan paling hanya sampai jam setengah 3 dan setelah npulang

dari sini tentu itu tanggung jawab orang tua dan kita tidak bisa

selalu memonitor kepada anak-anak. Itu penyebab tentu kita

kadang tidak mudah untuk mensingkronkan antara kebijakan

sekolah dan orang tua dalam kegiatan anak di rumah.”

(wawancara tgl 17 Agustus 2019 pukul 09.15)

Jadi, problematika yang ke lima adalah faktor lingkungan

sosial yang ada di sekolahan. Karena perilaku anak lebih

banyak dipengaruhi oleh perilaku teman-temannya dan

lingkungannya. Ketika lingkungannya baik maka siswa akan

menjadi baik dan apabila lingkungannya kurang baik maka

siswa juga akan memiliki perilaku yang kurang baik.

Dari permasalahan lingkungan sosial diatas sekolah pasti

berupaya untuk menciptakan lingkungan sosial disekolahan

yang baik seperti yang disampaikan oleh MB selaku kepala

sekolah di SMK PGRI 3 Salatiga yang menyatakan bahwa :

75

“Untuk latar belakang lingkungan sosial di sekolahan kita

senantiasa berupaya untuk meningkatkan lingkungan yang baik

contohnya yang mereka dulunya tidak tau budaya antri kita

membudayakan antri, yang dulunya mereka tidak pernah

salim, sapa, dan senyum maka kita harus membiaskan diri

untuk saling salam dan senyum bahkan juga membiasakan

ibadah yang baik, sosialisasi yang baik, pergaulan yang baik

dan seterusnya itu.” (wawancara tgl 17 Agustus 2019 pukul

09.15)

Dari uraian diatas menunjukkan bahwa permasalahan

lingkungan sosial pertemanan di dalam sekolah menjadi faktor

hambatan tersendiri bagi para guru dalam membina akhlak.

Dalam pelaksanaanya sendiri SMK PGRI 3 Salatiga sudah

berupaya menciptakaan lingkungan sosial yang baik dan juga

menjadikan tempat yang tepat untuk pembinaan akhlak siswa

dengan cara pembiasaan-pembiasaan seperti menerapkan

budaya antri dan juga salam, sapa, senyum.

Respon yang diterima para guru, karyawan dan masyarakat

di dalam lingkup sekolah pun mendapatkan hasil yang positif

karena solusi ini dapat berjalan dengan baik dan permasalahan

yang dihadapi dapat terselesaikan dengan baik pula. Dan siswa

di SMK PGRI 3 Salatiga sudah menagalami beberapa

perubahan dari hasil pembiasaan tersebut.

Jadi, upaya dari SMK PGRI 3 Salatiga yaitu dengan

melakukan pembiasaan-pembiasaan yang baik seperti budaya

antri, salam, sapa, senyum ketika bertemu dengan guru ataupun

teman-temannya, dan membiasakan ibadah yang baik,

76

bersosialisasi yang baik, dan menciptakan lingkungan

pergaulan yang baik pula. Dengan ini SMK PGRI 3 Salatiga

berharap dapat menciptakan lingkungan sosial yang baik

dengan bertahap dan dapat membantu dalam proses

pelaksanaan program-program yang lain

77

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah mengkaji dan mendeskripsikan pembahasan secara global

dan menyeluruh seperti apa yang sudah dijelaskan di bab-bab sebelumnya,

maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal yang menjadi inti dari

hasil penelitian antara lain sebagai berikut :

1. Upaya Guru PAI Dalam Pembinaan Akhlakul Karimah Siswa di SMK

PGRI 3 Salatiga antara lain : 1) Memberikan Arahan/Ceramah Pada

Siswa, arahan dan juga ceramah digunakan sebagai upaya untuk

membentuk akhlak siswa ketika di dalam kelas maupun luar kelas. 2)

Pembiasaan budaya Islami pada siswa seperti : pembiasaan sholat

dhuha berjamaah dan juga sholat dhuhur berjamaah. 3) Memberikan

suri tauladan yang baik pada siswa, seperti : guru tidak merokok di

lingkungan sekolah dan menjaga sikap dan perilaku yang baik.

2. Problematika dan solusi yang Dihadapi dalam Pembinaan Akhlakul

Karimah Di SMK PGRI 3 Salatiga antara lain : 1) Sarana dan

prasarana sekolah yang kurang memadai seperti toa mushola yang

belum ada, terkait hal ini pihak sekolah mengambil tindakan dengan

menggunakan bel sekolah sebagai pengganti sementara untuk penanda

waktu sholat dhuhur berjamaah. 2) Koordinasi antar guru yang kurang

kompak, hal ini diselesaikan dengan cara mengadakan rapat

koordinasi dan evaluasi setiap satu bulan sekali. 3) Latar belakang

78

pendidikan siswa yang berbeda, maka pihak sekolah dengan berbenah

dan memperbaiki diri untuk meningkatkan kualitas sekolah. 4) Latar

belakang keluarga siswa yang kurang mendukung. Sehingga para guru

mengambil langkah dengan cara home visit, koordinasi dengan orang

tua dan melakukan pembinaan terhadap siswa tersebut. 5) Faktor

lingkungan sosial di lingkungan sekolah yang kurang baik sehingga

guru membuat penyelesaian dengan cara melakukan pembiasaan-

pembiasaan yang baik.

B. Saran

1. Kepada lembaga sekolah untuk senantiasa menambah program-

program pombinaan akhlak siswa agar dapat mencetak siswa dan

siswa yang mempunyai akhlak yang baik dan juga dapat bermanfaat

bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan agama.

2. Kepada kepala sekolah untuk senantiasa mendukung dan mengadakan

program-program pembinaan akhlak dan keagamaan terhadap siswa

dan para guru di SMK PGRI 3 Salatiga.

3. Kepada para guru umumnya dan khususnya kepada guru PAI untuk

senantiasa mengembangkan kompetensi spriritual dan intelektualnya

dan juga menambahkan program-program lain yang dapat

meningkatkan pengetahuan spiritual siswa.

4. Kepada para siswa SMK PGRI 3 Salatiga agar selalu taat pada

peraturan sekolah dan selalu mengamalkan penjelasan yang telah

disampaikan oleh Bapak/Ibu guru.

79

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Yatimin. 2007. Studi Akhlak Dalam Prespektif Al-Qur’an. Jakarta:

Amzah

Achmadi. 1987. Ilmu Pendidikan Islam. Salatiga: Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo

Ali, Muhammad. 1987. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:

Angkasa.

Amin, Ahmad. 1957. Etika Ilmu Akhlak. Jakarta: Bulan Bintang.

Aminuddin, dkk. 2014. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum.

Bogor: Ghalia Indonesia.

A.M, Sardiman. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja

Granfindo Persada.

Al-Rasyidin. 2005. Pendekatan Historis, Teoritis, dan Praktis Filsafat Pendidikan

Islam. Jakarta: Ciputat Press.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: Bina Ilmu.

Baharuddin. 2016. Pendidikan Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Ar-Ruszz

Media

Bungin, Burhan. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologi

Kearah Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Daradjat, Zakiyah. 1975. Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental. Jakarta:

Bulan Bintang.

Daradjat, Zakiyah. 1980. Kepribadian Guru. Jakarta: Bulan Bintang.

Daradjat, Zakiyah. 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Hadi, Sutrisno. 1995. Metodologi Penelitian Research Jilid II. Yogyakarta: Andi

Offset.

80

Halim, Nipan Abdul. 2000. Menghias Diri dengan Akhlak Terpuji. Yogyakarta:

Mitra Pustaka.

Hanyajani, Asri Nuriswari. 2017. Upaya Pembinaan Kecerdasan Spiritual Santri

Pondok Pesantren Assalafiyah Nurul Yaqin, Kelurahan Bejen,

Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, Salatiga: Jurusan

Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan.

Hawi, Akmal. 2014. Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja

Grafindo Persada.

Ilyas Yunahar. 2007. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan

Pengamalan Islam (LPPI).

Khoiriyah. 2012. Menggagas Sosiologi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras

Langgulung, Hasan. 1980. Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam.

Bandung: Al-Maarif.

Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Terj. Abdul Hayyle al-Kattani,

dkk. Jakarta: Gema Insani.

Majid, Abdul. 2012. Pelajar dan Pembelajaran PAI. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Miles, Mattew B. & A, Michael Huberman. 1992. Analisis Data Kualitatif.

Universitas Indonesia: UI Press

Mujib, Abdul dan Jusuf Mudzakir. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:

Kencama Prenada Media.

Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Nurdin, Muhammad. 2010. Kiat Menjadi Gurub Profesional. Yogyakarta: Ar-

Ruszz Media.

Puspitasari, Ika. 2015. Pembinaan Perilaku Beragama melalui Aktivitas

Keagamaan: Studi Kasus di MIN Margayu dan MI Al-Azhar

Kecamatan Bandung Kabupaten Tulungagung. Malang: Program

Magister Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Pascasarjana

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Said, Busthomi Muhammad. 1992. Pembaharu dan Pembaharuan dalam Islam:

Pengantar Nurcholish Majid Tej. Mafhum Tajdiduddin. PSIA (Pusat

Studi Ilmu dan Amal) Institut Pendidikan Darussalam Gontor

Ponorogo: Perc. Trimurti Gontor Ponorogo.

81

Simanjuntak, B.,I.L Pasaribu. 1990. Membina dan Mengembangkan Generasi

Muda. Bandung: Tarsito

Sudjana, Djadju. 2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana & Ibrahim. 1989. Penelitian dan Penelitian Tindakan. Bandung:

Sinar Baru.

Sugiyono.2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung; PT

Remaja Rosdakarya.

Sumanto. 2014. Teori dan Aplikasi Metode Penelitian. Yogyakarta: CAPS (Center

of Academic Publishing Service).

Sumodiningrat, Gunawan. 1999. Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: Gramedia

Pustaka.

Suparlan. 2006. Guru Sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat Publishing.

Ya’qub, Hamzah. 1983. Etika Islam. Bandung: CV Diponegoro.

Zuhairini. 1991. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Zuhairini. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Malang:

UIN Press.

82

83

84

85

86

87

88

89

INSTRUMEN PENELITIAN

I. PEDOMAN OBSERVASI

1. Mengamati suasana ruang kelas X Multimedia saat pembelajaran.

2. Mengamati guru saat memberikan pelayanan kepada siswa.

3. Mengamati kegiatan siswa sewaktu jam sholat dan istirahat.

4. Mengamati mushola yang digunakan untuk sholat berjamaah para

siswa.

5. Mengamati faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan

akhlakul karimah siswa.

II. PEDOMAN WAWANCARA

Informand dalam hal ini adalah Kepala Sekolah, Waka Kurikulum,

Guru PAI, dan siswa di SMK PGRI 3 Salatiga.

1. Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, dan Waka Kesiswaan

Pertanyaan:

a. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana akhlak siswa SMK PGRI 3

Salatiga?

b. Apa saja output akhklak yang diinginkan dari program-program

sekolah?

c. Apakah ada kebijakan atau program khusus yang diterapkan

Bapak/Ibu dalam membina akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3

Salatiga?

90

d. Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam meningkatkan kompetensi

guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlakul karimah

siswa SMK PGRI 3 Salatiga?

e. Apakah ada faktor pendukung dan penghambat dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ini?

f. Kurikulum apa yang bapak terapkan di sekolah ini?

2. Guru Pendidikan Agama Islam

Pertanyaan:

a. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu seberapa penting akhlakul

karimah?

b. Apa saja output akhklak yang diinginkan dari program-program

sekolah?

c. Menurut Bapak/Ibu bagaimana akhlakul karimah siswa SMK

PGRI 3 Salatiga?

d. Apakah ada strategi atau upaya khusus yang bapak ibu terapkan

dalam membina akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga?

e. Apakah ada kegiatan-kegiatan khusus yang dijalankan dalam

pembinaan akhlakul karimah di SMK PGRI 3 Salatiga?

f. Bagaimana metode yang digunakan Bapak/Ibu untuk

mensukseskan pembinaan akhlak di SMK PGRI 3 Salatiga?

g. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak siswa di

lingkungan sekolah saat ini?

91

h. Hambatan apa yang Bapak/Ibu hadapi dalam melaksanakan

pembinaan akhlak di SMK PGRI 3 Salatiga?

i. Menuruut Bapak/Ibu apa yang menyebabkan peserta didik

mengalami penurunan akhlak?

3. Siswa SMK PGRI 3 Salatiga

a. Menurut anda bagaimana pembinaan akhlak di SMK PGRI 3

Salatiga?

b. Apa saja efek yang anda rasakan setelah menjalani program-

program pembinaan akhlak di SMK PGRI 3 Salatiga?

III. PEDOMAN DOKUMENTASI

1. Data siswa kelas X Multimedia di SMK PGRI 3 Salatiga.

2. Data tentang sejarah berdirinya SMK PGRI 3 Salatiga

3. Data tentang visi, misi dan tujuan SMK PGRI 3 Salatiga

4. Data tentang struktur organisasi

5. Data tentang pendidik/guru

6. Data tentang peserta didik

7. Data tentang sarana dan prasarana

8. Data tentang kegitan pembelajaran

9. Data tentang kegiatan ekstrakurikuler

92

WAWANCARA

A. Wawancara dengan Guru PAI

1. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu seberapa penting akhlakul karimah?

Jawaban: “Penting sekali, karena jika melihat perkembangan zaman, anak

itu sudah terpengaruh dengan budaya luar, jika kita melihat anak-anak

perkembangan itu sudah menghawatirkan karena berbagai budaya yang

masuk dan kebiasaan-kebiasaan yang timbul dari budaya luar juga

berpengaruh sekali pada anak-anak khususnya di SMK PGRI 3 ini.”

2. Apa saja output akhklak yang diinginkan dari program-program sekolah?

Jawaban: “Akhlak yang ingin dimunculkan itu akhlak apa ya.. patuh,

patuh terhadap aturan, kalau dijalan biasanya anak-anak pagi-pagi itu

sudah salam, sapa, itu adalah contoh penanaman akhlak di sini, dan juga

akhlak nanti di luar sekolah harus sapa salam juga sih.”

3. Menurut Bapak/Ibu bagaimana akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3

Salatiga?

Jawaban: “Oh ya seperti sekolah-sekolah lain sih, tapi mungkin kalau

untuk anak-anak di sini itu ya lumayan rada ekstra bandel atau juga dapat

dikatakan seperti itu karena anak-anak SMK rada nyeleweng sih. Terus

makanya kami berusaha untuk tegas. Kemarin juga sudah beberapa

contoh kami lakukan, kami berusaha memberikan arahan, bagi yang

melanggar diberikan hukuman hormat di lapangan, lari, kemudian ada

juga kalau anak susah diarahkan orang tuanya dipanggil.”

93

4. Apakah ada strategi atau upaya khusus yang bapak ibu terapkan dalam

membina akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga?

Jawaban: “Kalau saya di PAI kan untuk pembinaan akhlak kan mulai dari

kebiasaan hariannya, ketika kita melihat, seumpama kemarin saya melihat

anak-anak keluar sekolah pas waktu istirahat sebenarnya di sini sudah

ada warung tapi malah ke pojok jalan situ, saya panggil saya tunggu di

depan gerbang, dikasih pencerahan kalau kalian mau kayak gini biasalah

kayak sekolah-sekolah biasa itu nanti dihimbau kemudian nanti saya

jemur di lapangan terus nanti juga ada hukuman berupa menghafal

asmaul husna.”

5. Apakah ada kegiatan-kegiatan khusus yang dijalankan dalam pembinaan

akhlakul karimah di SMK PGRI 3 Salatiga?

Jawaban: “Kegiatan khusus? Yaitu saya sudah sampaikan salam sapa,

saya sudah berulang kali untuk menyampaikan itu, coba kalian benahi

dulu akhlak kalian, ketika kita bertemu dengan guru dengan orang yang

lebih tua, maka kalian harus melakukan salam sapa, kan biasanya juga

muncul dari kegiatan religi nanti bisa kita itu melaksanakan sholat dhuha

berjamaah terus sholah duhur berjamaah.”

6. Bagaimana metode yang digunakan Bapak/Ibu untuk mensukseskan

pembinaan akhlak di SMK PGRI 3 Salatiga?

Jawaban: “Untuk sebelumnya karena ini berkaitan tentang akhlak itu

nanti mungkin bisa ditanyakan ke guru lain, kalau saya di PAI ga bisa

berjalan sendiri, contohnya anda ga bisa bekerja sendiri butuh koordinasi

94

dengan guru lain gitu. Dengan metode pembiasaan, terus pembiasaan tiap

pagi gitu pokoknya pembiasaan, kemudian nanti juga ada reward bagi

yang mengikuti aturan, tidak datang terlambat.”

7. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak siswa di lingkungan

sekolah saat ini?

Jawaban: “Faktor yang mempengaruhi akhlak itu berkaitan dengan guru

juga bisa karena ada istilah jawa mengatakan digugu dan ditiru, kalau

gurunya ngerokok anak nanti akan meniru, faktor lain dari sekolah itu

mungkin karena teman-teman itu juga. Terus faktor internal sekolah itu

ada beberapa kegiatan itu juga.”

8. Hambatan apa yang Bapak/Ibu hadapi dalam melaksanakan pembinaan

akhlak di SMK PGRI 3 Salatiga?

Jawaban: “Kalau hambatannya itu dalam pembinaan akhlak itu apa ya..

kalau dalam pembinaan akhlak saya mulai dari sholat duhakemudian

sholat duhur berjamaah, dari segi sarana prasarana yang memadai untuk

pembinaan akhlak contohnya dadri kegiatan sholat duhur berjamaah

belum ada toa untuk memanggil anak-anak ini sudah waktunya dhuhur,

koordonasi antar guru kurang, dari orang tua.”

9. Menuruut Bapak/Ibu apa yang menyebabkan peserta didik mengalami

penurunan akhlak?

Jawaban: “Di sini itu mungkin penyebabnya itu ya hampir sama dengan

faktor kayaknya, penyebabnya karena faktor kalau saya baginya itu

menjadi dua ada dari diri sendiri misalnya dari penanaman orang tua

95

kurang terus dari lingkungan sekitar contohnya teman-teman sehingga

apa kalau melihat kelas-kels itulah penyebab paling dominan terus

pergaulan di rumah itu gimana, teman sebayanya.”

10. Apakah solusi dari problematika pembinaan akhlak tersebut?

Jawaban: “Untuk sarana dan prasarana yang kurang memadai contohnya

seperti toa, untuk menanggulanginya kami mengusulkan kepada bagian

sarpras untuk menggulanginya, mungkin untuk proses saat ini yang belum

ada itu kami menggunkan bel sekolah. Dan untuk koordinasi guru itu

kami tiap 1 bulan sekali ada rapat koordinasi, karna untuk mengetahui

dan mencari solusi dari berbagai masalah karena dengan adanya rapat

terus kumpulnya guru-guru itu nanti bisa mengetahui masalah/problem

yang ada di anak dan nanti bisa mengambil solusi. Untuk faktor orang tua

itu sebetulnya saya sudah pernah menyampaikan di dalam kelas, dari

guru-guru itu bisa ada namanya home visit atau kunjungan kerumah,

karena itu nanti untuk mendekatkan kita dengan orang tua siswa.

Sehingga dari hal itu nanti kita bisa mengambil solusi terus bisa juga

koordinasi dengan orang tua nanti supaya ada tindak lanjut setelah di

sekolah.

B. Wawancara dengan Waka Kesisiwaan

1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana akhlak siswa SMK PGRI 3 Salatiga?

Jawaban: “Kalau kami rasa sampai dengan saat ini cukup bagus

dalam arti kata masih standar dengan apa yang menjadi norma dan

nilai agama yang ada di SMK kita, walaupun untuk pembinaannya

96

kita juga ada kegiatan di pagi hari itu ada doa bersama ketika apel

kemudian juga nanti di siang hari ada sholat dhuhur berjamaah. ini

sekaligus untuk membawa ke anak-anak baik pendekatan kepada Allah

juga dari mana ketaqwaannya itu ditunjukkan waktu kegiatan-

kegiatan seperti itu.”

2. Apa saja output akhklak yang diinginkan dari program-program

sekolah?

Jawaban: “Program khusus yang dilaksanakan yaitu tadi disamping

pagi memang ada wajib apel kemudian diisi selingan dengan

bimbingan mental rohani kemudian nanti diakhir ketika sholat dhuhur

juga shola dhuhur berjamaah dilanjutkan dengan adanya sedikit

siraman-siraman qolbu untuk anak-anak.”

3. Apakah ada kebijakan atau program khusus yang diterapkan Bapak/Ibu

dalam membina akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga?

Jawaban: “Kami dari smk pgri 3 salatiga mempunyai cita-cita bisa

disamping kita memberikan kepada anak keterampilan dan teori

pengetahuan untuk dikuasai sesuai dengan standar kompetensi anak-

anak lulusan smk yang mana nanti menjadi kategori siswa yang

mempunyai keterampilan menengah, sedangkan untuk tujuan akhirnya

disamping itu kita juga menginginkan setiap siswa yang lulus nanti

mempunyai iman dan taqwa yang bagus ditunjukkan dengan karakter

yang baik meliputi kedisiplinan, rajin, kepemimpinan dan

sebagainya.”

97

4. Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam meningkatkan kompetensi guru

pendidikan agama Islam dalam membina akhlakul karimah siswa SMK

PGRI 3 Salatiga?

Jawaban; “Kami selalu bekerja sama dengan guru tidak hanya PAI

tapi guru agama karena disini kebetulan ada pendidikan agama islam

dan pendidikan agama kristen kedua-duanya setiap kegiatan kami

libatkan dan saling mengisi disemua jenjang dan lini yang mana

intinya untuk peningkatan keimanan dan ketaqwaan khususnya siswa-

siswa SMK PGRI 3 Salatiga.”

5. Apakah ada faktor pendukung dan penghambat dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ini?

Jawaban: “Kalau dari sisi pendukungnya kami semua stage holder

yang ada di SMK PGRI 3 Salatiga ini saling mendukung saling

mengisi sehingga kami sangat terbantu dari program kesiswaan untuk

bisa mewujudkan apa yang menjadi program tentang peningkatan

keimanan. Sedangkan kendala masih ada beberapa anak yang

notabenenya belum bisa memenuhi apa yang diharapkan oleh sekolah

kadang-kadang dilatar belakangi oleh mungkin faktor dari keluarga

dan sebagainya sehingga masih ada beberapa anak yang belum bisa

memenuhi seperti itu. hambatan pembinaan kalau saya perhatikan

sampai saat ini tidak begitu mengalami hambatan karena tadi saya

katakan dari awal semua yang ada di stage holder SMK PGRI 3

Salatiga saling mendukung.”

98

C. Wawancara dengan Waka Kurikulum

1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana akhlak siswa SMK PGRI 3 Salatiga?

Jawaban: “Akhlaknya nggeh bisa dikatakan standar lah ya ada nakalnya,

tapi nakal yang misalnya tidak mengerjakan pr dan lupa, datang

terlambat. Akhlak yang seperti itu tapi kalau akhlak semacam menghargai

guru itu tetap menghargai.”

2. Apakah ada kebijakan atau program khusus yang diterapkan Bapak/Ibu

dalam membina akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga?

Jawaban: “Kalo akhlak itu biasanya kaitannya dengan karakter ya mas

ya, kalau pagi itu kita kembangkan jiwa nasionalismenya dengan apel,

hormat bendera, doa bersama, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan kita

kasih input dari guru yang kebetulan pas ngisi apel itu. Setiap pagi ada

apel di lapangan kita sisipkan misalnya kemarin ada sesuatu yang kira-

kira melanggar peraturan atau disiplin nanti kita tegur dan kita kasih

masukan motivasi kedepan jangan diulangi lagi seperti itu. Kalau siang ya

itu kita buka mushola untuk sholat dhuhur bersama tapi tidak semuanya

mau, ya namanya iman sih yang, iman itu jangankan anak-anak kita

kadang masih seperti itu.”

3. Apa saja output akhklak yang diinginkan dari program-program sekolah?

Jawaban: “Outpunya itu tentu saja berakhlakul karimah, disiplin yang

tinggi dan etos kerja tinggi ya seperti itu. Keinginan kita dan bisa diterima

di masyarakat, diterima di dunia industri kaitannya dengan sikap dan

seterusnya.”

99

4. Apakah ada faktor pendukung dan penghambat dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ini?

Jawaban: “Hambatannya itu ada banyak macamnya mas seperti kita

menemukan sebuah kasus itu rata-rata kenapa anak itu akhirnya

menyimpang karena kondisi keluarganya rata-rata yang kurang

mendukung untuk pembinaan itu, sehingga ketika kita berusaha membina

disini dengan susah payah tetapi tetapi dilingkungan keluarganya seperti

itu sehingga itu hambatannya. Namun dari pihak sekolah tidak segan-

segan tidak putus asa kita terus kejar sampai nanti akhlak yang kita

bangun tiga tahun mas dari kelas X nanti jadinya di kelas XII itu sudah

mulai disiplin apalagi sudah PKL dia sudah ketemu langsung dengan

masyarakat ketemu langsung dengan dunia industri seperti apa praktek di

dunia industri, attitudnya dikembangkan disana itu rata-rata kelas XII

sudah mulai mapan akhlaknya.”

Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam meningkatkan kompetensi guru

pendidikan agama Islam dalam membina akhlakul karimah siswa SMK

PGRI 3 Salatiga?

5. Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam meningkatkan kompetensi guru

pendidikan agama Islam dalam membina akhlakul karimah siswa SMK

PGRI 3 Salatiga

Jawaban: “Kalau ada misalnya seminar-seminar tentang PAI kita

berangkatkan, kalau ada kegiatan luar yang berhubungan dengan PAI

kita berangkatkan.”

100

6. Apakah ada faktor pendukung dan penghambat dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ini?

Jawaban: “Pendukungnya ini kita sebenernya itu saling terkait pendukung

dan penghambat. Ketika kita pengen maju tentu saja pendukungnya

adalah peralatan dan sebagainya. Peralatan lab yang memadai tetapi

hambatannya kadang-kadang keterlambatan SPP dari anak-anak karena

kita sumbernya memang dari itu, sumber dana inti dari SPP sementara

BOS tidak mencukupi. Peralatan yang terus kita update misalnya

multimedia tidak bisa menggunakan komputer ecek-ecek harus spek

tinggi, kamera-kamera, dan lain-lain”

7. Kurikulum apa yang bapak terapkan di sekolah ini?

Jawaban: “K-13 revisi”

D. Wawancara dengan kepala sekolah SMK PGRI 3 Salatiga

1. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana akhlak siswa SMK PGRI 3 Salatiga?

Jawaban: “Tentang akhlak ya.. untuk SMK PGRI 3 Salatiga akhlaknya

75% sudah baik dan karena kita sekolah swasta kita memang

mengutamakan pendidikan karakter dan perbaikan akhlak yang baik

sehingga meskipun dalam kurikulum itu tetap mementingkan intelektual

kita jyuga mengharapkan kecerdasan yang lain, kecerdasan sosial, dan

keberagamaan dalam hal keberagamaan sosial itu kepedulian, gotong

royong dan lain-lain. Dan kepedulian yang keagamaan diantara lain kita

biasakan diri untuk terbiasa untuk salam sapa dan kasih sayang terhadap

101

sesama disamping mempraktekkan perilaku yang baik terhadap sesama

dan terhadap orang tua.”

2. Apa saja output akhklak yang diinginkan dari program-program sekolah?

Jawaba: “karena dikenyataanya kita diperlukan oleh dunia industri dan

masyarakat yang dibutuhkan hanyalah kecerdasan dan keterempilan dan

kecerdasan intelektual saja maka SMK PGRI 3 Salatiga mempunyai

harapan anak-anak mempunyai kelebihan dan keahlian dalam hal

mengolah softskill atau keterampilan yag dipraktekkan dalan kehidupan

sehari-hari. Contohnya adalah tingkah laku, sikap, dan ucapan tentu kali

ini harapan kita anak-anak itu pintar matematika itu nomer sekian , tapi

yang paling penting adalah akhlaknya yang bagus terhadap sesama,

terhadap Allah, terhadap guru.”

3. Apakah ada kebijakan atau program khusus yang diterapkan Bapak/Ibu

dalam membina akhlakul karimah siswa SMK PGRI 3 Salatiga?

Jawaban: “kebijakan yang kita lakukan adalah kita senantiasa setiap hari

mengadakan upacara dan apel. Upacara setiap hari senin dan apel setiap

hari setiap jam 06.45 pagi. Apel ini bukan hanya untuk membiasakan diri,

kepedulian orang tua dan guru terhadap siswa dalam hal sikap dan

pakaian tapi digunkan juga untuk doa bersama dalam rangka mengawali

aktifitas disetiap harinya yang dilakukan dala apel itu adanya penguatan-

penguatan karakter, penguatan-penguatan kedisiplinan, penguatan-

penguatan mengingatkan kembali akan tata tertib yang sudah kita buat

bersama-sama. Disamping itu, kita di dalam pengembangan akhlak yang

102

bagus ini bekerja sama dengan guru, bukan hanya tugasnya guru PAI,

semua guru kita himbau untuk mempunyai kepedualian yang sama untuk

saling mengingtakan, memberi nasehat dan memberi contoh kepaa anak-

anaknya dengan perilaku yang mulia, baik didepan sesamanya terlebih

didepan orang tua ataupun guru di sekolah dan di rumah.”

4. Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam meningkatkan kompetensi guru

pendidikan agama Islam dalam membina akhlakul karimah siswa SMK

PGRI 3 Salatiga?

Jawaban: “sekolah selalu mnegadakan yang namanya pembinaan dalam

setengah bulan minimal sekali lalu kita breafing bersamakita buat

semacam acara penyegaran hingga screening kadang kita selipkan

didalamnya penguatan karakter, mengingatkan kembali tugas-tugas para

bapak ibu guru adalah selain meningkatkan kemampuan intelektual anak-

anak dalam hal penerapan materi dan juga guru-guru semua diminta

bekerja sama dalam hal betapa pentingnya meningkatkan kualitas anak

dalam penguasaan keahlian dan dalam hal sikap perilaku yang mulia,

baik saat ujian, saat berorganisasi, saat berkegiatan ekstra kurikuler

semuanya harus menerapkan akhlakul karimah.”

5. Apakah ada faktor pendukung dan penghambat dalam upaya

meningkatkan mutu pendidikan di sekolah ini?

Jawaban: “faktor pendukung dari adanya upaya meningkatkan softskill

adalah faktor pendukungnya tentu kita jumlah sedikit itu menjadi faktor

pendukung karena kita makin sedikit siswa semakin mudah untuk

103

mengatur karena kita selalu hafal anak ini, latar belakangnya di rumah,

latar belakang sekolah yang ini, maka kita akan mengkategorikan secara

mudah dan pada hari tertentu anak ini tidak berangkat itu pasti

masalahnya kepada orang tuanya dan selain itu kita akan mudah untuk

memanggil dan memberikan solusi agar anak tidak malakukan hal yang

negatif untuk kedepannya. Faktor hambatannya mjungkin latar belakang

pendidikan yang berbeda itu menjadi faktor penghambat dan yang kedua

bukan hanya asal sekolah tapi latar belakang sosial ekonomi orang tua

sangat bisa disimpulkan bahwa anak itu mempunyai perilaku yang sedikit

negatif pasti itu penyebabnya adalah satu broken home orang tua, terus

faktor ekonomi juga dan faktor sosial lingkungan yang ada di sekolah,

kalau di sini kan paling hanya sampai jam setengah 3 dan setelah npulang

dari sini tentu itu tanggung jawab orang tua dan kita tidak bisa selalu

memonitor kepada anak-anak. Itu penyebab tentu kita kadang tidak mudah

untuk mensingkronkan antara kebijakan sekolah dan orang tua dalam

kegiatan anak di rumah, makanya ketika ada masalah yang menyangkut

anak yang bermasalah selalu memberikan kabar kepada orang tuanya

tersbut via WA, saat anak tidak berangkat kepada alasannya dan

seterusnya, dan orang tua yang baik tentu akan langsung mengklarifikasi

bahwa anak ini sedang ini sedang ini.”

6. Kurikulum apa yang bapak terapkan di sekolah ini?

Jawaban: “kurikulum yang kita terapkan tahun ini kita sudah menrapkan

semuanya dari kurikulum K13 revisi. Karena ini angkatan pertama,

104

artinya itu dulu ketika tahun 2018/2019 kita masih menggunakan KTSP,

tapi untu kelas X tahun ajaran 2019/2020 sudah menggunakan kurikulum

13 revisi.”

7. Apakah solusi dari problematika pembinaan akhlak tersebut?

Jawaban: “untuk latar belakang sekolah siswa tentu saja tidak bisa

memberi solusi awal karena kita kan menerima bukan mencari, kita juga

meningkatkan usaha sosialisasi ke SMP/MTs se Salatiga yang sehingga

nanti diharapkan mendapatkan bibit unggul yang bagus tentang input

siswa kemudian yang kedua memperbaiki diri sekolah sehingga nanti

kualitas tambah meningkat dan otomatis mereka yang unggul akan masuk

kesini karena dia tahu bahwa kita lebih unggul ketimbang sekolah lain.

Sedangkan untuk latar belakang sosial ekonomi keluarga tentu upaya kita

ya meningkatkan kepercayaan mereka pada orang tua bahwa eksistensi

SMK ini benar-benar terpercaya ouputnya anak itu bisa dibanggakan.

Selanjutnya tindakan awal untuk broken home adalah tentu akan

meningkatkan kepercayaan itu dan tindakan lanjutannya tentu akan

membawa mengumpulkan anak-anak yang broken home itu untuk

memberikan solusi yang terbaik bahwa masalah orang tua tentu tidak

boleh masuk dalam ranah anak, anak harus enjoy dalam belajar tidak

usah memikirkan latas belakang orang tua tidak usah memikirkan

perseteruan dalam tanda petik orang tua, tapi mereka harus siap dan

harus ready belajar dan tanpa memikirkan itu. Lalu untuk latar belakang

lingkungan sosial di sekolahan kita senantiasa berupaya untuk

105

meningkatkan lingkungan yang baik contohnya yang mereka dulunya tidak

tau budaya antri kita membudayakan antri, yang dulunya mereka tidak

pernah salim, sapa, dan senyum maka kita harus membiaskan diri untuk

saling salam dan senyum bahkan juga membiasakan ibadah yang baik,

sosialisasi yang baik, pergaulan yang baik dan seterusnya itu.”

E. Wawancara dengan Siswa SMK PGRI 3 Salatiga

1. Siswa I

a. Menurut pendapat anda bagaimana kondisi akhlak siswa SMK PGRI 3

Salatiga?

Jawab: Menurut saya siswa SMK PGRI 3 akhlaknya sedikit buruk

b. Menurut pendapat anda bagaimana program pembinaan akhlak di

SMK PGRI 3 Salatiga?

Jawab: Kurang baik

c. Perubahan apa yang kamu rasakan dari program-program tersebut?

Jawab: Menjadi lebih mandiri

d. Dari pembinaan akhlak tersebut apakah ada perubahan dari akhlak

teman-temanmu? Apa saja perubahannya?

Jawab: Tidak tahu, karena saya bukan orang tuanya

e. Adakah hadiah dan hukuman bagi para siswa yang akhlaknya

bertambah baik dan yang tidak ada perubahan?

Jawab: Sebijaknya saja, karena Allah juga Maha Pemaaf masa guru

tidak?

106

f. Menurut pendapat anda apa yang kurang dari pembinaan akhlak

tersebut?

Jawab: Belum tahu

2. Siswa II

a. Menurut pendapat anda bagaimana kondisi akhlak siswa SMK PGRI 3

Salatiga?

Jawab: Kurang baik, karena kurang adanya kegiatan yang membuat

akhlak siswa tertata

b. Menurut pendapat anda bagaimana program pembinaan akhlak di

SMK PGRI 3 Salatiga?

Jawab: Sudah terencana tapi belum terlaksana

c. Perubahan apa yang kamu rasakan dari program-program tersebut?

Jawab: Belum ada

d. Dari pembinaan akhlak tersebut apakah ada perubahan dari akhlak

teman-temanmu? Apa saja perubahannya?

Jawab: Tidak ada, ada beberapa yang berubah tapi kembali lagi

e. Adakah hadiah dan hukuman bagi para siswa yang akhlaknya

bertambah baik dan yang tidak ada perubahan?

Jawab: Kadang-kadang

f. Menurut pendapat anda apa yang kurang dari pembinaan akhlak

tersebut?

Jawab: Kurang tahu

3. Siswa III

107

a. Menurut pendapat anda bagaimana kondisi akhlak siswa SMK PGRI 3

Salatiga?

Jawab: Kurang memiliki akhlak yang baik, contohnya kurang bisa

menghargai pendapat orang lain

b. Menurut pendapat anda bagaimana program pembinaan akhlak di

SMK PGRI 3 Salatiga?

Jawab: Seharusnya bagi yang muslim lebih diketatkan dalam agama

dan ibadahnya

c. Perubahan apa yang kamu rasakan dari program-program tersebut?

Jawab: 1) Turunnya solidaritas dan budi pekerti 2) Kurangnya

program ibadah

d. Dari pembinaan akhlak tersebut apakah ada perubahan dari akhlak

teman-temanmu? Apa saja perubahannya?

Jawab: Ada, kurangnya rasa saling menghargai dan toleransi antar

sesama

e. Adakah hadiah dan hukuman bagi para siswa yang akhlaknya

bertambah baik dan yang tidak ada perubahan?

Jawab: Tidak ada

f. Menurut pendapat anda apa yang kurang dari pembinaan akhlak

tersebut?

Jawab: Tidak ada jadwal untuk sholat berjamaah baik dhuha atau

dhuhur

108

Foto-Foto Dokumentasi

1. SMK PGRI 3 Salatiga

2. Wawancara dengan Kepala Sekolah, Waka Kurukulum, Waka Kesiswaan,

dan Guru PAI

109

110

3. Sarana dan Prasarana

111

112

113

114

115

4. Kegiatan Pembinaan Akhlak Siswa Oleh Para Guru

116

117