UPAYA GURU FIQIH DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRIetheses.uinmataram.ac.id/1075/1/Abdul Hafiz...
Transcript of UPAYA GURU FIQIH DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRIetheses.uinmataram.ac.id/1075/1/Abdul Hafiz...
i
UPAYA GURU FIQIH DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI
SISWA KELAS VIII MTs. FATHURRAHMAN JERINGO GUNUNG SARI
LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh
ABDUL HAFIZ NIM. 151.131.009
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2017
i
ii
UPAYA GURU FIQIH DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI
SISWA KELAS VIII MTs. FATHURRAHMAN JERINGO GUNUNG SARI
LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri
Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai
gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
ABDUL HAFIZ NIM. 151.131.009
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
MATARAM
2017
ii
iii
iii
iv
iv
vi
vi
vii
MOTTO :
Tiada hal mengagumkan yang dapat dicapai oleh
mereka yang tidak berani percaya bahwa sesuatu
dalam diri mereka mampu menaklukkan
segala situasi 2
(Bruce Braton)
2 Brian Tracy, The Power of Self Confidence, terj. Desak Pusparini, (Surabaya: PT. Menuju Insan Cemerlang, 2013), h. 1
vii
viii
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan Skripsi ini untuk:
1. Amak ku tercinta ( Abdullah) dan Inak ku tersayang ( Suryati) aku bangga
memiliki kalian yang telah mencintaiku, menyayangiku dan merawatku dari
kecil sampai aku tumbuh dewasa seperti saat ini, yang telah berjuang tanpa
pernah mengenal lelah demi masa depan pendidikanku, sehingga aku bisa
mencapai gelar sarjana.
2. Kakak-kakak ku tersayang (Mahfuz, Hilti, Sulhanudin dan Halawati) yang telah
memberiku dukungan dan motivasi, yang selalu memenuhi segala kebutuhannku
dan untuk Adik-adik ku tercinta (Alfian Muafi dan Sulis Setiawati) terimakasih
atas dukungan dan motivasinya.
3. Keponakan-keponakan ku ( Ahmad Zainul Warid, Adiba Khanza Az-zahra, dan
Muhammad Zhafir) terima kasih atas tawa dan kebahagiaan yang kalian berikan.
4. Semua Teman-teman ku kelas A PAI angkatan 2013,Wa Bil Khusus Masrin
Abdurrahman Sara, Riyandi, Bahmin, Nurul Khairani, Taufan Rahmayadi,
Khosi‟ah, dan Rizkiani, terimakasih atas bantuan, dukungan dan semangat yang
kalian berikan.
5. Terikasih untuk semua guru-guru ku , dosen-dosen ku atas ilmu yang telah kalian
ajarkan kepadaku.
6. Almamaterku UIN Mataram tercinta, terimaksih.
viii
ix
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,
taufik serta hidayah-Nya kepada kita semua, khususnya bagi peneliti sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik yang berjudul “Upaya Guru dalam
Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo
Gunung Sari Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018”
Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan alam Baginda
Nabi besar Muhammad SAW sang revolusioner sejati yang telah memberikan andil
besar terhadap perubahan peradaban manusia yang penuh dengan semangat dan
ikhlas berjuang dalam menumbuhkembangkan ajaran Islam sehingga dapat
membimbing umat manusia menuju alam yang penuh dengan cahaya keimanan dan
keselamatan baik di dunia dan di akhirat kelak.
Skripsi ini disusun dalam rangka untuk melengkapi persyaratan mencapai
gelar sarjana S1 pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI). Dalam penyususnan skripsi ini, peneliti banyak
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Dengan selesainya skripsi ini, peneliti
ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
telah banyak membantu dalam memberikan bimbingan, saran dan informasi yang
sangat berharga bagi peneliti, terutama kepada yang terhormat :
1. Bapak Prof. Dr. H. M. Taufik, M.Ag. selaku Pembimbing I dan Dr. Abdul Fattah,
M.Fil.I selaku pembimbing II yang telah memberikan saran, bimbingan dan
arahan selama penyusunan skripsi ini sehingga bisa terselesaikan.
2. Bapak Dr. Saparudin, M. Ag, selaku Ketua Jurusan
3. Ibu Dr. Hj. Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan yang
telah memberikan izin penelitian.
4. Bapak Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag, selaku Rektor UIN Mataram yang telah
memberikan sumbangsihnya selama mengikuti perkuliahan di UIN Mataram.
ix
x
5. Bapak Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah banyak membina
dan mendidik selama penulis melaksanakan studi di UIN Mataram.
6. Pihak MTs. Fathurrahman Jeringo (terutama Bapak Zainuddin selaku guru
pengampu bidang studi Fiqih) yang telah memberikan bantuan serta informasinya
bagi peneliti, serta para kerabat dekat dan rekan-rekan seperjuangan. Semoga
Allah SWT memberikan balasan dan limpahan keridhoan-Nya atas apa yang telah
diberikan kepada penulis.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan, Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
konstruktif dan membangun sangat penulis harapkan.
Demikian dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, dan semoga Allah SWT
meridhoi dan mencatat sebagai ibadah disisinya. Amin.
Mataram, 2017
Peneliti,
Abdul Hafiz
x
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................. iii
NOTA DINAS PEMBIMBING .................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .................................................... v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI ......................................................... vi
HALAMAN MOTTO .................................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................. viii
KATA PENGANTAR ................................................................................. ix
DAFTAR ISI ................................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii
ABSTRAK ................................................................................................... xviii
Bab I Pendahuluan ...................................................................................... 1
A. Konteks Penelitian ........................................................................... 1
B. Fokus Penelitian ............................................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat ......................................................................... 7
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian .............................................. 9
E. Telaah Pustaka ................................................................................. 10
F. Kerangka Teoritik ............................................................................. 12
1. Upaya Guru Fiqih ........................................................................ 12
a. Pengertian Upaya Guru .......................................................... 12
b. Kompetensi Guru ................................................................... 13
xi
xii
c. Tugas Guru ............................................................................. 16
d. Peran Guru ............................................................................. 16
2. Rasa Percaya Diri ......................................................................... 19
a. Pengertian Rasa Percaya Diri ................................................. 19
b. Ciri-ciri Orang Percaya Diri ................................................... 22
c. Faktor-faktor Pembentuk Percaya diri ................................... 24
d. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri .......................................... 27
3. Upaya Guru Fiqih dalam Meningkatkan Rasa Percaya
Diri Siswa ..................................................................................... 29
a. Memberikan Bimbingan......................................................... 29
b. Membangun Komunikasi Efektif dalam Proses
Pembelajaran ......................................................................... 31
c. Memberikan Motivasi ........................................................... 33
d. Membangun Kerja sama dengan orangtua siswa………. 35
G. Kerangka Pikir .................................................................................. 36
H. Metode Penelitian.............................................................................. 38
Bab II Temuan dan Paparan Data ........................................................... 50
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 50
1. Sejarah Berdirinya MTs. Fathurrahman Jeringo ........................ 50
2. Profil MTs. Fathurrahman Jeringo ............................................. 53
3. Letak Geografis MTs. Fathurrahman Jeringo ............................ 55
4. Keadaan Guru dan Pegawai MTs. Fathurrahman Jeringo ......... 56
5. Keadaan Siswa MTs. Fathurrahman Jeringo ............................. 58
6. Data Sarana dan Prasarana di MTs. Fathurrahman Jeringo ....... 60
7. Struktur Organisasi .................................................................... 63
B. Upaya Guru Fiqih dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Siswa Kelas VIII MTs. Fathurrahman JeringoGunung Sari
Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018 .................................... 65
xii
xiii
1. Memberikan Bimbingan Kepada Para Siswa ............................. 65
2. Membangun Komunikasi yang Efektif ...................................... 67
3. Memberikan Motivasi ................................................................ 69
4. Kerja sama Guru dan Orangtua .................................................. 71
C. Kendala yang Dihadapi Guru Fiqih dalam Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Siswa Kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo
Gunung Sari Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018 ................ 72
1. Keterbatasan Waktu .................................................................... 73
2. Kondisi Psikis (Perasaan) Siswa ................................................. 74
3. Kelas yang Gemuk ...................................................................... 76
D. Solusi yang Dilakukan Untuk Menangani Kendala yang Dihadapi
Guru Fiqih dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Kelas
VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok Barat
Tahun Pelajaran 2017/2018............................................................... 78
1. Membuat Kelompok Belajar (Diskusi) ....................................... 78
2. Keterampilan Membuka Pelajaran .............................................. 80
3. Manajemen (Pengelolaan) Kelas................................................. 81
Bab III Pembahasan .................................................................................. 84
A. Upaya Guru Fiqih dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa
Kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok
Barat Tahun Pelajaran 2017/2018 ....................................................... 84
B. Kendala yang Dihadapi Guru Fiqih dalam Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Siswa Kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo
Gunung Sari Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018 ................. 96
C. Solusi yang Dilakukan Untuk Menangani Kendala yang Dihadapi
Guru Fiqih dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Kelas
VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok Barat
Tahun Pelajaran 2017/2018............................................................... 101
xiii
xiv
Bab IV Penutup .......................................................................................... 109
A. Kesimpulan ...................................................................................... 109
B. Saran ................................................................................................. 110
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 111
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Keadaan jumlah guru berdasarkan tingkat pendidikan tahun pelajaran 2017/2018 ................................................... 57
Tabel 2.2 jumlah siswa berdasarkan kelas tahun 2017/2018, .............. 59
Tabel 2.3 Jumlah siswa berdasarkan jenis kelamin tahun 2017/2018, .. 59
Tabel 2.4 Sarana dan prasaran pembelajaran, ...................................... 61
xv
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur organisasi komite sekolah MTs. Fathurrahman Jeringo, ......................................... 63
Gambar 2.2. Struktur organisasi MTs. Fathurrahman Jeringo bimbingan dan penyuluhan, ............................................ 64
xvi
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Foto Lokasi Penelitian dan Kegiatan Wawancara
Lampiran 2 : Hasil Transkip Wawancara
xvii
xviii
UPAYA GURU FIQIH DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI SISWA KELAS VIII MTs. FATHURRAHMAN JERINGO GUNUNG SARI
LOMBOK BARAT TAHUN PELAJARAN 2017/2018
Oleh:
ABDUL HAFIZ
NIM: 151.131.009
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya informasi awal yang peneliti peroleh dari guru Fiqih di MTs. Fathurrahman Jeringo, diketahui bahwasanya siswa-siswi kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo enggan untuk mengungkapkan diri, terutama dalam proses belajar mengajar, karena adanya sikap kurang atau tidak percaya diri (minder) dalam dirinya. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang upaya guru fiqih dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo. Adapun yang menjadi Informan dalam penelitian ini adalah guru bidang studi fiqih, kepala MTs. Fathurrahman Jeringo, guru-guru, siswa dan wali murid.
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Adapun pengumpulan data menggunakan tekhnik observasi, wawancara dan dokumentasi, dalam analisis data kualitatif yang dilakukan melalui 4 cara yaitu, pengumpulan data, reduksi/merangkum data, penyajian/display data, dan penarikan kesimpulan.
Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan, peneliti memperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya: 1). Upaya yang dilakukan oleh guru fiqih dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa adalah dengan memberikan bimbingan, membangun komunikasi yang efektif, memberi motivasi, dan membangun kerjasama dengan orangtua atau wali murid. 2). Kendala-kendala yang dihadapi guru fiqih dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa adalah keterbatasan waktu, kondisi psikis para siswa, dan kelas yang gemuk. 3). Solusi yang dilakukan guru fiqih untuk menangani kendala dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa adalah membuat kelompok diskusi, keterampilan membuka pelajaran, dan manajemen (pengelolaan) kelas.
Kata kunci : Guru, Percaya diri.
xviii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Konteks Penelitian
Pendidikan adalah sebuah sistem. Sebagai sebuah sistem, pendidikan
memuat beberapa komponen yang saling mempengaruhi dan menentukan.
Sehingga, dalam menilai berhasil atau tidaknya suatu sistem pendidikan tidak bisa
hanya melihat pada satu faktor saja dan mengabaikan faktor yang lainnya.3Salah
satu faktor tersebut adalah siswa atau peserta didik. Siswa dalam sistem
pendidikan memiliki peran atau posisi yang sangat penting dalam mewujudkan
pendidikan yang berkualitas. Siswa bisa dijadikan sebagai barometer atau tolak
ukur keberhasilan pendidikan dalam suatu lembaga pendidikan.
Aktivitas, proses, dan hasil perkembangan siswa banyak dipengaruhi oleh
karakteristik siswa sebagai individu. Setiap individu siswa memiliki lingkungan
dan latar belakang yang berbeda-beda, sehingga hal tersebut bisa mempengaruhi
kepribadian dan rasa percaya diri siswa dalam berinteraksi dengan
lingkungannya, terutama lingkungan belajarnya. Dengan rasa percaya diri yang
kuat, individu siswa akan mudah berinteraksi di dalam lingkungan belajarnya4.
Rasa percaya diri itu sendiri adalah sikap percaya dan yakin pada kemampuan
yang dimilikinya, yang membuat dia yakin bisa melakukan sesuatu.Rasa percaya
3Abdul Kadir, Dasar-dasar Pendidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012), h.
75. 4Henny Puspitarini, Membangun Rasa Percaya Diri Anak, (Jakarta:PT Elex Media
Komputindo, 2013), h. 6.
1
2
diri seseorang juga banyak dipengaruhi oleh tingkat kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki. Orang yang percaya diri selalu yakin pada setiap
tindakannya dan tidak pernah merasa ragu-ragu apalagi takut untuk melakukan
sesuatu. Tentu, hal tersebut dapat menjadi pendorong dan mempermudah dalam
proses belajarnya.
Namun tidak semua individu siswa memiliki rasa percaya diri. Perasaan
minder, malu, sungkan, takut, dan lain sebagainya bisa menjadi kendala individu
siswa dalam proses belajarnya di sekolah maupun di lingkungannya, karena
dengan rasa minder, malu, sungkan, dan takut tersebut siswa akan sering merasa
tidak yakin dengan kemampuan dan juga keterampilan yang dimilikinya,
sehingga siswa lebih memilih untuk menutup diri. Akibatnya, siswa akan kurang
mendapatkan informasi langsung yang dibutuhkannya.
Seseorang yang selalu beranggapan bahwa dirinya tidak mempunyai
kemampuan, merasa dirinya tidak berharga, merupakan gambaran dari orang yang
mempunyai rasa percaya diri rendah. Hal ini dapat terlihat dalam bentuk tingkah
laku yang kurang wajar atau menyimpang seperti rendah diri, ragu-ragu, dan
prestasi belajar rendah. Timbulnya semua masalah tersebut bersumber dari
konsep diri yang negatif, sehingga seseorang memiliki rasa percaya diri yang
rendah.5
Perbedaan tingkat rasa percaya diri yang dimiliki individu siswa tentu
akan mempengaruhi tingkat hasil belajar di sekolah dan mempengaruhi dalam
5Ibid., h. 7
3
kehidupan sehari-harinya. Perbedaan tingkat rasa percaya diri yang dimiliki siswa
banyak dipengaruhi oleh faktor gen dan pola asuh orangtua, sekolah, teman
sebaya, masyarakat, dan pengalaman6. Terkait dengan sekolah, dalam lingkungan
sekolah, guru memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu
membentuk kepribadian anak termasuk di dalamnya kepercayaan diri. Guru
adalah panutan utama bagi siswanya. Perilaku dan kepribadian seorang guru
berdampak besar bagi pemahaman gagasan dalam pikiran siswa tentang diri
mereka. Salah satu segi dalam pendidikan di sekolah, baik secara tertutup atau
terbuka persaingan antar siswa dalam berbagai bidang telah menjadi bagian yang
melekat dalam kehidupan akademik mereka. Setiap kompetensi pasti ada pihak
yang menjadi pemenang dan ada pihak yang kalah. Siswa yang sering menjadi
pemenang dalam setiap kompetensi akan mudah mendapatkan kepercayaan diri
dan harga diri. Guru merupakan seseorang yang memikul tanggung jawab
membimbing dimana dia tidak hanya bertanggung jawab menyampaikan materi
pelajaran kepada peserta didik tetapi bertanggung jawab juga membentuk
kepribadian (moral/akhlak) anak didik bernilai tinggi.7
Guru sebagai pelaku utama dalam proses pendidikan dan pembelajaran
juga memiliki tugas mulia dan banyak sekali, baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat. Kaitannya dengan tugas, pada dasarnya guru
mempunyai tugas pokok yakni, sebagai pendidik dan pembimbing. Garis besar
6Ibid., h. 49-50 7Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 54
4
tujuannya adalah memanusiakan manusia artinya bukan hanya fisiknya yang
berbentuk manusia akan tetapi hati dan pikirannya berjalan layaknya manusia
yang diciptaan Tuhan.
Sehubungan dengan hal tersebut, guru harus menyadari bahwa prinsip
mengajar adalah mempermudah dan memberikan motivasi kegiatan belajar,
sehingga guru sebagai pengajar memiliki tugas memberikan fasilitas atau
kemudahan bagi kegiatan belajar dan mengajar. Begitu pun dalam hal
meningkatkan rasa percaya diri siswanya. Guru harus mampu membentuk
kepercayaan diri siswanya agar mereka memiliki kepercayaan diri yang cukup,
sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi efektif dan tujuan dari pendidikan itu
sendiri dapat terwujud. Dengan demikian, terbentuklah manusia yang benar-benar
manusia. Artinya, bukan hanya fisiknya yang berbentuk manusia akan tetapi hati
dan pikirannya berjalan layaknya manusia yang diciptakan Tuhan.
Berdasarkan informasi awal yang peneliti peroleh dari Guru pengampu
mata pelajaran Fiqih di MTs. Fathurrahman Jeringo, diketahui bahwasanya siswa-
siswi kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo enggan untuk mengungkapkan diri,
terutama dalam proses belajar mengajar, karena adanya sikap kurang atau tidak
percaya diri (minder) dalam dirinya.8 Seorang siswa yang tidak percaya diri tidak
bisa mengungkapkan perasaan, pikiran, dan aspirasinya pada orang lain, sehingga
mereka akan selalu takut dan ragu untuk melangkah dan bertindak. Hal ini
8Zainuddin, selaku guru fiqih, Wawancara, tanggal 24April 2017.
5
menyebabkan tujuan yang ingin dicapai akan sulit terwujud. Keadaan ini
disebabkan karena seseorang yang tidak percaya diri, mereka akan selalu
berpikiran negatif tentang dirinya, sehingga potensi yang sebenarnya ada dalam
dirinya tidak dapat dimanfaatkan secara optimal.
Dengan keadaan seperti itu seorang siswa akan kehilangan motivasi untuk
mencapai prestasi dalam belajar dan kehilangan keberaniannya untuk melakukan
atau mencoba hal-hal yang baru atau tantangan karena ia selalu dibayangi oleh
perasaan tidak mampu. Adapun siswa-siswa MTs. Fathurrahman Jeringo yang
memiliki rasa percaya diri yang rendah atau kurang memiliki kepercayaan diri
memiliki perilaku yang pemalu, tidak mampu mengungkapkan atau mengeluarkan
pendapat, perasaan, dan pemikirannya pada orang lain, sehinga mereka kesulitan
untuk berbicara di depan umum dan berdiskusi dengan orang lain.9
Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari Wali Kelas VIII MTs.
Fathurrahman Jeringo bahwa siswa-siswi Kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo
yang memiliki motivasi yang tinggi dan berprestasi terhadap belajarnya karena
faktor rasa percaya diri yang dimiliki. Sebut saja Bq. Husnul Fitri, Nurul
Hasanah, Sahuni, Asmayanti, Bq. Diana Suhandini, Hariani, Isnawati, dan L. M.
Nizar Zulmi. Mereka adalah siswa-siswi yang memiliki rasa percaya diri yang
tinggi, sehingga mereka tidak takut apalagi ragu-ragu berbicara dan
mengekspresikan dirinya di depan umum serta mengeluarkan pendapat ketika
9Observasi Awal, tanggal 22 April 2017.
6
berdiskusi atau berbicara dengan orang lain.10 Dengan rasa percaya diri yang
dimilikinya, siswa akan selalu berfikiran positif tentang dirinya dan orang lain.
Sikap saling menghargai dan memperhatikan setiap informasi yang disampaikan
akan meningkatkan rasa percaya diri seorang siswa, sehingga komunikasi yang
terjadi akan berjalan lancar, hangat dan dalam proses belajar mengajar akan
sangat menyenangkan. Karena, rasa percaya diri bisa timbul karena adanya
pemenuhan kebutuhan dihargai dan menghargai.
Sikap percaya diri ini merupakan hal utama yang harus dimiliki oleh
seorang siswa dalam kegiatan belajar maupun dalam menjalani kehidupan sehari-
hari. Karena, dengan sikap percaya diri akan ada suatu keyakinan dalam diri
individu terhadap segala aspek kelebihan dan kemampuan yang dimilikinya, dan
dengan keyakinan tersebut membuatnya mampu untuk bisa mencapai tujuan
dalam hidupnya. Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki rasa percaya diri akan
selalu takut untuk melangkah dan bertindak, berpendapat maupun berinteraksi
baik dalam lingkungan sosial maupun lingkungan belajar atau akademiknya.
Disinilah peran guru sangat dibutuhkan untuk bisa membuat siswa-siswi
yang memiliki kepercayaan diri yang rendah supaya menjadi siswa-siswi yang
memiliki tingkat percaya diri yang tinggi. Begitu pun dengan siswa siswa yang
sudah memiliki kepercayaan diri supaya menjadi lebih percaya diri lagi, dengan
begitu tujuan dari pembelajaran akan mudah untuk dicapai.
10Bq. Khairul Khatimah, selaku Wali Kelas VIII, Wawancara, tanggal 24 April 2017.
7
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Upaya Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Rasa
Percaya Diri Siswa Kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok
Barat Tahun Pelajaran 2017/2018” sebagai judul penelitiannya.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti dapat membuat
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Upaya-upaya apakah yang dilakukan oleh guru fiqih dalam meningkatkan rasa
percaya diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari
Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018 ?
2. Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam meningkatan rasa percaya diri
siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok Barat
Tahun Pelajaran 2017/2018 ?
3. Bagaimanakah solusi yang dilakukan untuk menangani kendala yang dihadapi
guru dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII MTs.
Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok Barat Tahun Pelajaran
2017/2018 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan dari peneliti melakukan
penelitian ini adalah untuk mengetahui :
8
a. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru fiqih dalam meningkatkan rasa
percaya diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari
Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018.
b. Apa saja kendala yang dihadapi guru dalam meningkatan rasa percaya
diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari
Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018.
c. Bagaimanakah solusi yang dilakukan untuk menangani kendala yang
dihadapi guru dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII
MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok Barat Tahun
Pelajaran 2017/2018.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritis
1) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah
untuk memperluas pandangan tentang ilmu pengetahuan,
khususnya dalam hal peningkatan rasa percaya diri.
2) Memberikan sumbangan untuk peningkatan kualitas pendidikan
dan sumber daya manusia, khususnya bagi para siswa yang
mengalami masalah terhadap rasa percaya diri yang menyebabkan
mereka kesulitan dalam proses belajar mengajar.
9
b. Secara Praktis
1) Bagi Siswa
Sebagai bahan informasi dalamusaha untuk melakukan
peningkatan dan mengembangkan rasa percaya diri.
2) Bagi Pendidik, Civitas Akademik, dan Konselor
Sebagai bahan informasi dalam memecahkan permasalahan siswa
sehubungan dengan proses belajar mengajar.
3) Bagi Lembaga
Dapat digunakan sebagai acuan bagi lembaga pendidikan,
khususnya MTs. Fathurrahman Jeringo untuk mewujudkan suatu
lingkungan sosial dan situasi belajar mengajar yang kondusif bagi
siswa sehingga tingkat prestasi belajar yang dicapai bisa
maksimal.
4) Bagi Peneliti
Dapat mengetahui upaya-upaya yang dilakukan guru fiqih dalam
meningkatkan rasa percaya diri siswa.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian
1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini memfokuskan kajian tentang upaya guru
mata pelajaran fiqih dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII
MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok Barat Tahun Pelajaran
2017/2018.
10
2. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari
Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018. Adapun yang menjadi alasan
peneliti memilih lokasi tersebut atas pertimbangan salah satunya karena letak
lokasi yang sangat terpencil, tidak salah jika sesekali peneliti mencoba untuk
melihat kearah yang cukup jauh dari permukiman warga, tetapi memiliki
kualitas pendidikan yang cukup baik dan banyak diminati oleh orang-orang
luar desa. Hal inilah yang kemudian menarik perhatian peneliti untuk meneliti
di lokasi ini selain bertujuan untuk lebih mengetahui secara lebih mendalam
dan luas tentang Madrasah ini, terkait dengan bagaimana upaya guru fiqih
dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman
Jeringo.
E. Telaah Pustaka
Penelitian yang terkait dengan objek madrasah sesungguhnya telah banyak
dilakukan sebelumnya, tentu saja sesuai dengan faktor dan perhatiannya masing-
masing. Supaya penulisan skripsi ini memiliki bobot dan dapat dipertanggung
jawabkan secara ilmiah, maka peneliti melakukan telaah pustaka terhadap
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan peneliti sebelumnya, khususnya
penelitian terkait dengan bagaimana upaya guru fiqih dalam meningkatkan rasa
percaya diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo.
Adapun penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki kedekatan judul
adalah sebagai berikut :
11
1. Skripsi dengan judul ”Pengaruh Minat dan Percaya Diri Terhadap Hasil
Belajar Matematika Peserta Didik Kelas V SDN di Kelurahan Selat Dalam
Tahun Pelajaran 2013/2014”. Disusun oleh Sari Narulita, Mahasiswi
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya pada tahun 2014. Fokus penelitian
ini adalah pengaruh minat dan percaya diri terhadap hasil belajar Matematika.
2. Skripsi dengan judul ” Pengaruh Rasa Percaya Diri Terhadap Prestasi Belajar
Siswa di SMA Al-Ma‟arif Singosari Malang Tahun Pelajaran 2007/2008.
Disusun oleh Mustofa Rifki, Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN)
Malang pada tahun 2008. Fokus penelitian ini adalah pengaruh rasa percaya
diri terhadap hasil belajar siswa di SMA Al-Ma‟arif Singosari Malang.
3. Skripsi dengan judul ” Hubungan kepercayaan diri dengan kreativitas pada
siswa kelas VIII SMPN 10 Malang”. Disusun oleh Muh. Hifni Mubarok,
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Malang pada tahun 2016. Fokus
penelitian ini adalah hubungan kepercayaan diri dengan kreativitas.
Dari beberapa penelitian di atas, penelitian yang dilakukan oleh Sari
Narulita terfokus pada pengaruh minat dan percaya diri terhadap hasil belajar
Matematika. Penelitian kedua yakni yang dilakukan oleh Mustofa Rifki terfokus
pada pengaruh rasa percaya diri terhadap prestasi belajar siswa. Dan penelitian
ketiga yang dilakukan oleh Muh. Hifni Mubarok terfokus pada hubungan
kepercayaan diri dengan kreativitas siswa.
Sedangkan pada penelitian ini yang menjadi fokus peneliti dalam meneliti
adalah upaya guru mata pelajaran fiqih dalam meningkatkan rasa percaya diri
12
siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok Barat Tahun
Pelajaran 2017/2018 yang belum pernah diteliti sebelumya oleh para peneliti yang
pernah meneliti di tempat tersebut. Dan dari ketiga skripsi diatas peneliti
mendapatkan inspirasi untuk menulis skripsi ini, yang nantinya diharpakan dapat
menjadi rujukan dan tentunya bisa bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
F. Kerangka Teori
1. Upaya GuruFiqih
a. Pengertian upaya guru
Upaya adalah kegiatan untuk mengarahkan tenaga dan pikiran
untuk mencapai suatu maksud (tujuan).11Jadi, dapat disimpulkan bahwa
upaya merupakan usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam hal ini
seorang guru untuk mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai.
Sedangkan berkaitan dengan guru, Ramayulis memberikan
penjelasan bahwa guru adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk
membimbing dimana dia tidak hanya bertanggung jawab menyampaikan
materi pelajaran kepada peserta didik, tetapi juga bertanggung jawab
membentuk kepribadian anak bernilai tinggi.12
Penjelasan lain tentang guru dikemukakan oleh Aris Shoimin yang
mengatakan bahwa guru adalah orang yang memiliki tugas untuk
mengembangkan potensi dan kemampuan siswa secara optimal, melalui
11 W.J.S. Purwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1992), h.
1136. 12 Lalu Mukhtar dan Hully, Profesi Keguruan (Mataram: Alam Tara Institute, 2012), h. 70.
13
lembaga pendidikan sekolah, baik yang didirikan oleh pemerintah maupun
oleh swasta atau masyarakat.13
Dari beberapa pengertian di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan
bahwa upaya guru adalah usaha yang dilakukan oleh seorang guru untuk
mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai dalam hal ini untuk
meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman
Jeringo. Adapun upaya yang peneliti maksud adalah upaya-upaya yang
dapat meningkatkan rasa percaya diri siswa, seperti : pemberian
bimbingan, motivasi, dan membangun komunikasi dengan siswa.
b. Kompetensi Guru
1) Pengertian kompetensi guru
Menurut Lefrancois, kompetensi merupakan kapasitas untuk
melakukan sesuatu, yang dihasilkan melalui proses belajar. Cowwel
mengartikan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi adalah suatu
keterampilan/kemahiran yang bersifat aktif. Jadi, kompetensi
merupakan suatu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi,
pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan
profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat
13Aris Shoimin, Guru Berkarakter untuk Implementasi Pendidikan Karakter (Yogyakarta:
Gava Media, 2014), h. 8.
14
diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja
untuk menjalankan profesi tertentu.14
Sedangkan kompetensi menurut UU No. 14 tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen dijelaskan bahwa “...Kompetensi adalah merupakan
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
profesinya”.15
2) Jenis-jenis kompetensi guru
a) Kompetensi Kepribadian
Di dalam peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan pada penjelasan pasal 28 ayat 3 butir
b dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil,
dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik,
dan berakhlak mulia.16
b) Kompetensi Sosial
Menurut PPRI No. 74 Tahun 2008, tentang Undang-undang Guru
dan Dosen sebagaimana termuat dalam penjelasan Pasal 28 Ayat 3,
yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan
pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan
14 Ramayulis, Profesi dan Etika Keguruan (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 54. 15Ibid., h. 54. 16Ibid.,h. 55.
15
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/ wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.17
c) Kompetensi Profesional
Yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam. Kompetensi profesional yang harus dikuasai oleh guru
diantaranya; menguasai landasan kependidikan dan menguasai
bahan pembelajaran.18
d) Kompetensi Pedagogik
Menurut peraturan pemerintah tentang Guru, bahwasanya
kompetensi pedagogik Guru merupakan kemampuan Guru dalam
pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya
meliputi: pemahaman terhadap peserta didik, kemampuan
mengelola dan melaksanakan pembelajaran, kemampuan
memanfaatkan tekhnologi pembelajaran, kemampuan
melaksanakan evaluasi terhadap hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.19
17Ibid.,h. 73. 18Ibid., h. 84-85 19Ibid.,h. 90.
16
c. Tugas Guru
Tugas guru sebagai pendidik merupakan tugas mewariskan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi kepada muridnya.20Daoed Yoesoef dalam
Aris Shoimin mengatakan, seorang guru mempunyai tiga tugas pokok
yaitu:
1) Tugas profesional Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui anak dan seterusnya diketahui oleh anak. 2) Tugas Manusiawi Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi tugas-tugas utama agar menjadi manusia yang sebaik-baiknya. Guru seharusnya dengan melalui pendidikan mampu membantu anak didik untuk mengembangkan daya berpikir dan penalaran sehingga mampu untuk turut serta secara kreatif dalam proses transformasi kebudayaan kearah keadaban demi perbaikan hidupnya sendiri dan kehidupan seluruh masyarakat dimana dia hidup. 3) Tugas Kemasyarakatan Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh bangsa dan negara lewat UUD 1945 dan GBHN.21
d. Peran Guru
Mukhtar dan Martinis Yamin dalam M. Sobry Sutikno menjelaskan
bahwa, untuk mewujudkan pembelajaran yang berhasil (efektif), seorang
guru harus melaksanakan beberapa peran, berikut ini:
20 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan,(Bandung:
ALFABETA, 2013), h. 12. 21 Aris Shoimin, Guru..., h. 16-17.
17
1) Guru sebagai model
Anak dan remaja berkembang kearah idealism dan kritis. Mereka
membutuhkan guru sebagai model yang dapat dicontoh dan dijadikan
teladan. Karena itu, guru harus memiliki kelebihan, baik pengetahuan ,
keterampilan, maupun kepribadian. Kelebihan ini tampak dalam
disiplin pribadi yang tinggi dalam bidang-bidang intelektual,
emosional, kebiasaan-kebiasaan yang sehat, sikap yang demokratis,
terbaik, dan sebagainya. Dalam menjalankan peranan ini, guru harus
senantiasa dalam keterlibatan secara emosianal dan intelektual dengan
anak-anak. Dia senantiasa memberikan bimbingan, menciptakan iklim
kelas yang menyenangkan dan menggairahkan anak untuk belajar,
menyediakan kesempatan dimana anak dengan guru, dan
memungkinkan secara direktif.22
2) Guru sebagai perencana
Guru berkewajiban mengembangkan tujuan-tujuan pendidikan menjadi
rencana yang operasional. Tujuan-tujuan umum perlu diterjemahkan
menjadi tujuan-tujuan secara spesifik dan operasional. Dalam
perencanaan ini, siswa perlu dilibatkan, sehingga menjamin
relevansinya dengan perkembangan, kebutuhan, dan tingkat
pengalaman mereka. Peranan ini menuntut agar perencanaan senantiasa
direlevansikan dengan kondisi masyarakat, kebiasaan belajar siswa,
22M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran,(Lombok: Holistica, 2013), h. 52.
18
pengalaman dan pengetahuan siswa, metode belajar yang serasi, serta
materi yang sesuai dengan minatnya.23
3) Guru sebagai pendiagnosa kemajuan belajar siswa
Peranan ini erat kaitannya dengan tugas mengevaluasi kemajuan belajar
siswa. Penilaian memiliki arti yang penting bagi siswa, orangtua, dan
bagi guru sendiri. Bagi siswa, agar mereka mengetahui seberapa jauh
mereka telah berhasil dalam studi. Bagi orangtua, agar mengetahui
kemajuan belajar anaknya. Bagi guru, penting untuk menilai dirinya
sendiri dan keefektifan pembelajaran yang telah diberikannya. Data
yang terkumpul tentang diri siswa, sebagian menunjukkan beberapa
kelemahan yang memerlukan perbaikan melalui prosedur bimbingan
yang efektif dalam menjalankan peranan ini, seharusnya guru mampu
melaksanakan dan mempergunakan tes-tes yang telah dilakukan,
melaksanakan tes formatif, sumatif, serta memperkirakan
perkembangan siswanya.
4) Guru sebagai pemimpin
Guru adalah pemimpin dalam kelas, sekaligus sebagai anggota
kelompok-kelompok dari siswa. Banyak tugas yang sifatnya manajerial
yang harus dilakukan oleh guru, seperti memelihara ketertiban kelas,
mengatur ruangan, bertindak sebagai pengurus rumah tangga kelas,
serta menyusun laporan bagi pihak yang memerlukannya.
23Ibid., h. 53.
19
5) Guru sebagai penunjuk jalan kepada sumber-sumber
Guru berkewajiban menyediakan berbagai sumber yang memungkinkan
akan memperoleh pengalaman yang kaya. Lingkungan sumber itu perlu
ditunjukkan, kendatipun pada hakikatnya anak sendiri yang berusaha
menemukannya. Tentu saja sumber-sumber yang ditunjukkan itu
adalah sumber-sumber yang cocok untuk membantu proses belajar
mereka.
2. Rasa Percaya Diri
a. Pengertian Rasa Percaya Diri
Istilah percaya diri atau self confidence sering kita dengar bahkan
sering kita ucapkan dalam kehidupan sehari-hari. Namun, apa sebenarnya
yang dimaksud dengan percaya diri itu. Berikut ini beberapa pengertian
tentang percaya diri, diantaranya:
1) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, percaya diri adalah yakin
benar atau memastikan akan kemampuan atau kelebihan seseorang
atau sesuatu bahwa ia akan dapat memenuhi harapannya dan
sebagainya. 24
2) Menurut Carl Rogers, sebelum mengetahui arti dari percaya diri, kita
harus mengawali dari istilah self yang dalam istilah psikologi
mempunyai dua arti, yaitu sikap dan perasaan seseorang terhadap
24 Arti kata percaya, dalam http://kbbi.web.id/percaya, Mataram 06 Mei 2017 pukul 21:30
20
dirinya, dan suatu keseluruhan proses psikologi yang menguasai
tingkah laku dan penyesuaian diri.25
3) Adler menyatakan bahwa kebutuhan manusia yang paling penting
adalah kebutuhan akan rasa percaya diri dan rasa superioritas. Rasa
percaya diri juga dapat diartikan sebagai suatu kepercayaan terhadap
diri sendiri yang dimiliki setiap orang dalam kehidupan serta
bagaimana orang tersebut memandang dirinya secara utuh dengan
mengacu kepada konsep dirinya.26
4) Angelis memberikan definisi yang sedikit berbeda dengan pendapat-
pendapat di atas. Dia mendefinisikan kepercayaan diri sebagai
sesuatu yang harus mampu menyalurkan segala sesuatu yang kita
ketahui dan segala sesuatu yang kita kerjakan. Dalam pengertian ini,
rasa percaya diri dapat muncul karena kemampuan dalam melakukan
atau mengerjakan sesuatu. Sehingga rasa percaya diri baru muncul
setelah orang melakukan pekerjaan secara mahir dan melakukannya
dengan cara memuaskan hatinya. Atas dasar pengertian di atas, maka
seseorang tidak akan pernah menjadi benar-benar percaya diri, karena
rasa percaya diri itu hanya berkaitan dengan keterampilan tertentu
yang ia miliki. Oleh sebab itu, menurut Angelis rasa percaya diri
yang sejati bersumber dari hati nurani, bukan dibuat-buat. Rasa
25 Sumadi Suryabrata, Psikologi Kepribadian,(Jakarta:Raja Grafindo, 2005), h. 248 26 Rahmad D.J, Psikologi Komunikasi, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1991), h. 3
21
percaya diri berawal dari tekat diri sendiri untuk melakukan segala
yang diinginkan dan dibutuhkan dalam hidup seseorang, yang terbina
dari keyakinan diri sendiri.27
Dari beberapa pengertian di atas, peneliti mencoba
mengungkapkan suatu pengertian percaya diri, yaitu suatu keyakinan yang
dimiliki oleh setiap individu atas potensi yang dimilikinya dan keyakinan
itu membuatnya merasa mampu untuk melakukan segala sesuatu tanpa
bantuan dari orang lain.
Agama Islam sangat mendorong umatnya untuk memiliki rasa
percaya diri yang tinggi. Manusia adalah makhluk ciptaan-Nya yang
memiliki derajat paling tinggi karena kelebihan akal yang dimiliki,
sehingga sudah sepatutnya ia percaya dengan kemampuan yang dimiliki,
sebagaimana firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 139, sebagai
berikut:
139. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. (Q.S. Ali Imran:139).28
27Barbara De Angelis, Self Confidence:Percaya Diri Sumber Kesuksesan dan Kemandirian,
(Jakarta:Gramedia Pustaka, 2000), h. 57-58 . 28Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Diponegoro, 2005),
h. 98.
22
Dari berbagai definisi di atas, secara umum dapat disimpulkan
bahwasanya percaya diri adalah sikap percaya dan yakin akan kemampuan
yang dimiliki, yang dapat membantu seseorang untuk memandang dirinya
dengan positif dan realistis sehingga ia mampu bersosialisasi secara baik
dengan orang lain, ia mampu mengekspresikan dirinya di dalam kelas, dan
ia berani mengeluarkan pendapat di depan umum. Rasa percaya diri
seseorang juga banyak dipengaruhi oleh tingkat kemampuan dan
keterampilan yang dimiliki. Orang yang percaya diri selalu yakin pada
setiap tindakan yang dilakukannya, dan bertanggung jawab atas setiap
perbuatannya.
b. Ciri-ciri Orang Percaya Diri
Sikap percaya diri yang dimiliki individu memiliki beberapa
kriteria menonjol, Leman menyebutkan ada beberapa ciri orang yang
percaya diri yaitu, independen, bertanggung jawab, menghargai diri dan
usahanya sendiri, tidak mudah frustasi, suka menerima tantangan, emosi
namun dalam keadaan stabil, mudah berkomunikasi dan membantu orang
lain.29
Hakim mengemukakan beberapa ciri-ciri tertentu dari orang-
oarang yang memiliki rasa percaya diri, yaitu:30
1. Selalu bersikap tenang didalam mengerjakan segala sesuatu.
29 Martin Leman,”Membangun Rasa Percaya Diri Anak”, dalam leman.or.id/anakku/percaya-
diri.html, 06Mei 2017 pukul 22:45. 30 Hakim Thursan, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta:Puspa Swara, 2002), h. 6.
23
2. Mampu menyesuaikan diri dan berkomunikasi diberbagai situasi.
3. Memiliki kemampuan bersosialisasi.
4. Memiliki latar belakang pendidikan keluarga yang baik.
5. Memiliki pengalaman hidup yang menempa mentalnya menjadi kuat
dan tahan didalam menghadapi berbagai cobaan hidup.
6. Selalu bereaksi positif dalam menghadapi berbagai masalah, misalnya:
tegar, sabar, dan tabah dalam menghadapi persoalan hidup.
Sedangkan menurut Angelis dalam bukunya Self Confidence
menjelaskan bahwasanya kepercayaan diri itu berkenaan dengan tiga hal,
yaitu:31
1. Tingkah laku, kepercayaan diri untuk mampu bertindak dan
melakukan segala sesuatu sendiri. Dengan tiga ciri penting, yaitu:
a. Keyakinan atas kemauan sendiri untuk melakukan sesuatu.
b. Keyakinan atas kemampuan untuk menindak lanjuti segala
prakarsa sendiri secara konsekuen.
c. Keyakinan atas kemampuan pribadi dalam menanggulangi segala
kendala.
2. Emosi, adalah kepercayaan diri untuk mampu dan yakin untuk
menguasai emosi, ada empat ciri penting, yaitu:32
31Angelis, Self Confidence, h. 57-58. 32Ibid., h. 57-58
24
a. Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengetahui perasaan diri
sendiri.
b. Keyakinan terhadap kemampuan untuk mengungkapkan perasaan
dengan baik.
c. Keyakinan untuk dapat bersosialisasi dengan baik.
d. Keyakinan untuk mengetahui manfaat apa yang bisa
disumbangkan pada orang lain.
3. Spiritual, kepercayaan diri spiritual merupakan kepercayaan diri
terpenting, karena tidak mungkin dapat mengembangkan kedua jenis
kepercayaan diri yang lain jika kepercayaan diri spiritual tidak kita
dapatkan.
c. Faktor-faktor Pembentuk Percaya Diri
Para ahli berkeyakinan bahwa kepercayaan diri bukanlah diperoleh
secara instan, melainkan melalui proses yang berlangsung sejak dini,
dalam kehidupan bersama orangtua. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi pembentukan kepercayaan diri pada diri seseorang, yaitu:
1) Faktor gen dan pola asuh orangtua
Faktor gen memang sangat berpengaruh terhadap derajat
percaya diri anak. Artinya, bisa jadi anak pemalu, penakut, suka,
minder, dan sebagainya disebabkan karena ayah/ibunya demikian pula.
Namun, berdasarkan penelitian faktor gen memiliki daya dukung
sedikit (presentasenya rendah, sekitar 20% sampai dengan 40% saja .
25
dalam pembentukan karakter, termasuk percaya diri. Faktor terbesar
yang memengaruhi justru dari pola asuh yang diterapkan orangtuanya.
Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan di Universitas Montreal
Kanada juga mengindikasikan hal yang sama. Kepribadian anak,
termasuk percaya diri sangat dipengaruhi oleh perilaku orangtua,
bukan faktor genetika yang menyumbang pengaruh sedikit saja.
Orangtua cerdas memberi stimulus justru mampu menjadikan anaknya
yang biasa malah melebihi ekspektasinya. Cemerlang di luar dugaan.
Sebalikya, potensi yang luar biasa karunia Tuhan kepada anak, jika
orangtua kurang bisa meransangnya, sangat memungkinkan sang anak
juga menjadi anak yang datar-datar saja, bahkan mengalami
kemunduran.33
2) Sekolah
Dalam lingkungan sekolah, guru memiliki peranan yang sangat
penting dalam membantu membentuk kepribadian anak termasuk di
dalamnya kepercayaan diri. Guru adalah panutan utama bagi siswanya.
Perilaku dan kepribadian seorang guru berdampak besar bagi
pemahaman gagasan dalam pikiran siswa tentang diri mereka. Salah
satu segi dalam pendidikan di sekolah, baik secara tertutup atau
terbuka persaingan antar siswa dalam berbagai bidangtelah menjadi
bagian yang melekat dalam kehidupan akademik mereka. Setiap
33Henny Puspitarini, Membangun Rasa, h. 49-50.
26
kompetensi pasti ada pihak yang menjadi pemenang dan ada pihak
yang kalah. Siswa yang sering menjadi pemenang dalam setiap
kompetensi akan mudah mendapatkan kepercayaan diri dan harga
diri.34
3) Teman Sebaya
Kelompok teman sebaya adalah lingkungan sosial kedua
setelah keluarga. Lingkungan dimana mereka terbiasa bergaul dan
mengungkapkan atau mengekspresikan diri, perasaan maupun pikiran
mereka pada orang lain. Dalam interaksi sosial yang dilakukan,
populer atau tidaknya seseorang individu dalam kelompok teman
sebaya tersebut sangat menentukan dalam proses pembentukan sikap
percaya diri. 35
4) Masyarakat
Lingkungan masyarakat juga merupakan salah satu faktor yang
sangat berpengaruh dalam proses pembentukan kepribadian anak
termasuk sikap percaya diri. Karena lingkungan sekitar sangat besar
pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam
kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan
lingkungan dimana anak itu berada. Lingkungan dapat membentuk
kepribadian anak, Karena dalam kehidupan sehari-hari anak akan
34Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2012), h. 232 35Ibid., h. 224
27
selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungan
di sekitarnya.
5) Pengalaman
Setiap individu pasti pernah merasakan pengalaman gagal dan
berhasil. Perasaan gagal akan membentuk gambaran diri yang buruk
dan sangat merugikan perkembangan harga diri individu. Sedangkan,
pengalaman keberhasilan tentu menguntungkan perkembangan harga
diri yang akan membentuk gambaran diri yang baik sehingga akan
timbul rasa percaya diri dalam diri individu.36
d. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri
Hakim mengemukakan sikap-sikap hidup positif yang mutlak harus
dimiliki dan dikembangkan oleh mereka yang ingin membangun rasa
percaya diri yang kuat, yaitu:37
1) Bangkitkan kemauan yang keras
Kemauan adalah dasar yang utama bagi seorang individu yang
membangun kepribadian yang kuat termasuk percaya diri.
2) Membiasakan untuk berani
Dapat dilakukan dengan cara terlebih dahulu membangkitkan
kebernian dan berusaha menetralisir ketegangan dengan bernafas
panjang dan rileks.
36Centi J.P., Mengapa Rendah Diri, (Yogyakarta:Kanisius,1993), h. 9. 37 Hakim Thursan, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, (Jakarta: Puspa Swara, 2002), h. 170-
180.
28
3) Bersikap dan berpikir positif
Menghilangkan pikiran yang negatif dan membiasakan diri untuk
berpikir positif, logis, dan realistis dapat membangun rasa percaya
diri yang kuat dalam diri individu.
4) Selalu bersikap mandiri
Mandiri atau kemandirian adalah kemampuan untuk mengendalikan
dan mengatur pikiran, perasaan, dan tindakan sendiri secara bebas
serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan
keragu-raguan.38
5) Belajar dari pengalaman
Sikap positif yang harus dilakukan dalam menghadapi kegagalan
adalah siap mental dan menerimanya untuk kemudian mengambil
hikmah dan pelajaran serta mengetahui faktor penyebab dari
kegagalan tersebut.39
6) Tidak mudah menyerah
Menguatkan kemauan untuk melangkah, bersikap sabar dalam
menghadapi rintangan dan mau berpikir positif untuk menyelesaikan
masalah merupakan sikap yang harus dilakukan oleh individu untuk
membentuk rasa percaya diri yang kuat dalam dirinya.
38Desmita, Psikologi Perkembangan, h. 185. 39Centi.J.P., Mengapa Rendah, h. 9.
29
7) Membangun pendirian yang kuat
Pendirian yang kuat teruji jika kita dihadapkan pada berbagai
masalah dan pengaruh negatif sebagai imbas dari interaksi sosial.
Individu yang percaya diri selalu yakin dengan dirinya dengan tidak
berubah pendiriannya meskipun banyak pengaruh negatif di
sekelilingnya.40
3. Upaya Guru Fiqih dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa
Upaya merupakan usaha atau cara yang digunakan oleh seseorang
dalam mencapai tujuan yang diinginkan. Ada beberapa upaya atau cara yang
bisa digunakan oleh guru untuk bisa meningkatkan rasa percaya diri
siswanya, diantaranya:
a. Memberikan bimbingan
1) Pengertian Bimbingan
Bimbingan merupakan upaya memberi nasihat dan saran dari seseorang atau
sekelompok guru kepada peserta didik. Dalam makna luas, bimbingan di
sekolah merupakan aktivitas terencana yang bertujuan membuat peserta didik
menentukan dan melaksanakan rencana yang prima dan mencapai
penyesuaian yang memuaskan dalam kehidupan akademik dan personal
mereka. Bimbingan dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana guru
membantu perkembangan peserta didik untuk memahami, menerima, dan
40Desmita, Psikologi Perkembangan, h. 191
30
memanfaatkan kemampuan, bakat, minat, sikap, dan pola hidup mereka
sesuai dengan aspirasi dirinya.41
2) Tujuan dan Fungsi bimbingan
Secara rinci tujuan layanan bimbingan bagi peserta didik disajikan
sebagai berikut:42
a) Memandu peseta didik untuk dapat menyelesaikan aneka persoalan
akademik, pribadi, dan sosialnya dari hari ke hari.
b) Membantu peserta didik menyesuaikan diri dengan lingkungan
sekolah dan lingkungan masyarakatnya, serta lingkungan
kontekstualnya.
c) Memotivasi peserta didik untuk bisa keluar dari aneka kemelut
pribadi, baik negatif maupun positif yang dihadapinya.
d) Mengatasi hambatan, kesulitan, dan tantangan yang dihadapi dalam
proses pembelajaran, penyesuaian diri, dan beradaptasi dengan
lingkungan yang terus berubah.
Sedangkan fungsi dari bimbingan itu sendiri adalah:43
a) Fungsi pemahaman, yaitu membantu peerta didik agar memiliki
pemahaman terhadap dirinya (potensi) dan lingkungannya.
41
Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 144 42
Ibid., h. 147 43
Ibid., h. 148
31
b) Fungsi penyesuaian, yaitu membantu peserta didik agar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan secara dinamis dan
konstruktif.
c) Fungsi fasilitasi, yaitu memberikan kemudahan kepada peserta
didik dalam mencapai pertumbuhan dan perkembangan secara
optimal, serasi, selaras, dan seimbang seluruh aspek dalam diri
peserta didik.
3) Prinsip bimbingan
Beberapa prinsip bimbingan disajikan sebagai berikut:44
a) Bimbingan merupakan proses yang berkesinambungan
b) Bimbingan dilakukan dengan melibatkan tanggung jawab orang tua
di rumah dan membuka peluang akses mereka berpartisipasi di
sekolah.
c) Bimbingan berfokus utama pada program pendidikan, namun tidak
semua program pendidikan adalah bimbingan.
d) Bimbingan membantu pserta didik memahami dirinya sendiri.
b. Membangun komunikasi dalam proses pembelajaran
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan/informasi dari
satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di
antaranya. Dengan demikian, komunikasi dapat diartikan sebagai
penerimaan pesan oleh komunikan sesuai dengan yang dikirim oleh
44 Ibid., h. 148
32
komunikator, kemudian komunikan memberikan respon yang positif
sesuai dengan yang diharapkan.45
Ada tiga pola komunikasi yang dapat digunakan untuk
mengembangkan interaksi dinamis antara guru dengan siswa menurut
Nana Sudjana dalam M. Sobry Sutikno, yaitu:
1) Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah
Dalam komunikasi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan
siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif.46
2) Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah
Pada komunikasi ini guru dan siswa dapat berperan sama yaitu
pemberi aksi dan penerima aksi. Di sini, sudah terlihat hubungan dua
arah, tetapi terbatas antara guru dan siswa secara individual. Antara
siswa dan siswa tidak ada hubungan. Siswa tidak dapat berdiskusi
dengan teman atau bertanya sesama temannya. Keduanya dapat saling
memberi dan menerima. Komunikasi ini lebih baik dari pada yang
pertama, sebab kegiatan guru dan siswa relatif sama.47
3) Komunikasi sebagai transaksi atau komunikasi banyak arah
Yaitu komunikasi tidak hanya melibatkan interaksi dinamis
antara guru dan siswa, tetapi juga melibatkan interaksi yang dinamis
antara siswa yang satu dengan siswa yang lainnya. Proses
45M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, (Lombok: Holistica, 2013), h. 61. 46Ibid., h. 63 47Ibid., h. 64
33
pembelajaran dengan pola komunikasi ini mengarah kepada proses
pembelajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal,
sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif.
Dari ketiga pola komunikasi tersebut, untuk mewujudkan
pembelajaran efektif dianjurkan agar guru membiasakan diri
menggunakan komunikasi pola ketiga yaitu komunikasi sebagai transaksi
atau komunikasi banyak arah. Komunikasi sebagai transaksi akan
menempatkan guru pada posisi sebagai pemimpin belajar atau
pembimbing belajar atau fasilitator belajar. Sebaliknya, siswa disamping
sebagai objek dapat pula berperan sebagai subjek.
Dengan komunikasi diharapkan guru mampu memahami apa yang
dialami oleh siswa. Sehingga guru dapat memberikan treatment yang
sesuai dengan yang dibutuhkan siswa. Begitupun siswa, melalui
komunikasi yang efektif diharapkan dapat menjelaskan apa yang sedang
dialami kepada gurunya. Dengan demikian masalah apapun dapat diatasi,
sehingga tujuan yang dicita-citakan bersama dapat tercapai dengan mudah,
dan kondisi belajar yang efektif dan efisien dapat terpenuhi.
c. Memberikan motivasi
Motivasi merupakan pendorong yang dapat melahirkan kegiatan bagi
seseorang. Seseorang yang bersemangat untuk menyelesaikan sesuatu
kegiatan karena ada motivasi yang kuat dalam dirinya akan mampu
34
menjadi pendorong yang mampu mengubah energi dalam diri seeorang
kedalam bentuk suatu kegiatan nyata untuk mencapai tujuan tertentu. 48
Motivasi merupakan faktor yang menentukan dan berfungsi
menimbulkan, mendasari, dan mengarahkan perbuatan belajar. Motivasi
sangat menentukan baik tidaknya dalam mencpai tujuan sehingga semakin
besar motivasinya akan semakin besar kesuksesan. Siapapun tidak
menyangkal bahwa tanpa motivasi seseorang tidak akan bisa melakukan
suatu kegiatan. 49
Seorang guru harus mampumemberikan dorongan atau motivasi yang
memungkinkan siswa merasa bahwa dia memiliki potensi yang sama
dengan temannya yang lain. Sehingga, perasaan kurang percaya diri dalam
dirinya sedikit demi sedikit bisa berkurang bahkan bisa berubah menjadi
rasa percaya diri yang tinggi. Dengan demikian, tujuan pembelajaran akan
mudah dicapai.
Alasan peneliti memilih guru pengampu mata pelajaran fiqih ini
menjadi obyek penelitiannya adalah karena kepandaiannya dalam
memberikan motivasi kepada siswa-siswanya. Motivasi yang beliau
berikan tidak hanya berupa kata-kata yang dapat membangkitkan
semangat belajar bagi para siswanya, akan tetapi beliau memberikan
motivasi kepada siswanya dengan menyuruh atau melatih mereka untuk
48 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2011), h. 95. 49Ibid., h. 96.
35
mengeluarkan pendapat dan berani berbicara di depan orang banyak.
Beliau mampu membuat siswanya menjadi semangat belajar dan merasa
nyaman berada di dalam kelas. Sehingga, siswanya merasa kalau mereka
mampu untuk mengekspresikan dirinya tanpa pernah merasa malu,
minder, ragu-ragu apalagi merasa takut.50
d. Membangun kerja sama dengan orangtua siswa.
Untuk dapat memberikan layanan pendidikan yang berkualitas,
sekolah harus dapat menjalin kerja sama sinergis dengan keluarga dan
masyarakat. Kerja sama sinergis itu untuk menciptakan proses pengajaran
dan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, agar peserta didik
menjadi manusia yang berpendidikan dan warga negara yang produktif.51
Melalui kerja sama guru dengan orangtua, terjadi pertukaran informasi
antara guru dan orangtua sekitar fenomena dan peristiwa yang melingkupi
diri murid dalam kehidupan sehari-harinya. Pertukaran informasi sekitar
fenomena kehidupan murid, baik di dalam lingkungan sekolah, keluarga,
maupun masyarakat merupakan titik nadi kehidupan yang perlu
diperhatikan oleh guru dan orangtua dalam rangka mengawasi aktivitas
keseharian murid, khususnya dalam aktivitas belajarnya.52
50Kegiatan Pembelajaran Fiqih, Observasi, tanggal 14 Agustus 2017 51 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 251 52
Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), h. 19
36
Kerja sama pengawasan antara guru dan orangtua murid tersebut,
dimaksudkan agar aktivitas keseharian setiap murid tidak larut dalam
aktivitas yang dapat mengganggu aktivitas belajarnya. Melalui kerja sama
tersebut, orangtua akan memperoleh informasi tentang kondisi anaknya,
baik berupa prestasinya maupun kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh
sang anak.
G. Kerangka Pikir Rasa percaya diri sangat diperlukan dalam setiap proses kehidupan,
terutama dalam hal kegiatan belajar mengajar rasa percaya diri mutlak diperlukan
supaya para siswa mampu bergaul dengan teman sebayanya dan semua warga
sekolah. Karena, kalau para siswa tidak memiliki kepercayaan diri maka dia akan
senantiasa menutup diri dari lingkungan sekitarnya.
Seorang siswa yang tidak percaya diri tidak bisa mengungkapkan
perasaan, pikiran dan aspirasinya pada orang lain, sehingga mereka akan selalu
takut dan ragu untuk melangkah dan bertindak. Hal ini menyebabkan tujuan yang
ingin dicapai akan sulit terwujud. Keadaan ini disebabkan karena orang yang
tidak percaya diri, mereka akan selalu berpikiran negative tentang dirinya,
sehingga potensi yang sebenarnya ada dalam dirinya tidak dapat dimanfaatkan
secara optimal.
Dengan keadaan seperti itu seorang siswa akan kehilangan motivasi
untuk mencapai prestasi dalam belajar dan kehilangan keberaniannya untuk
melakukan atau mencoba hal-hal yang baru atau tantangan karena ia selalu
37
dibayangi oleh perasaan tidak mmpu. Adapun siswa-siswa MTs. Fathurrahman
Jeringo yang memiliki rasa percaya diri yang rendah atau kurang memiliki
kepercayaan diri memiliki perilaku yang pemalu, tidak mampu mengungkapkan
atau mengeluarkan pendapat, perasaan dan pemikirannya pada orang lain, sehinga
mereka kesulitan untuk berbicara di depan umum dan berdiskusi dengan orang
lain.
Mayoritas dari para siswa yang memiliki motivasi yang tinggi dan
berprestasi terhadap belajarnya karena faktor rasa percaya diri yang dimiliki.
Mereka memiliki rasa percaya diri yang tinggi, sehingga mereka tidak takut
apalagi ragu-ragu berbicara di depan umum dan mengeluarkan pendapat ketika
berdiskusi atau berbicara dengan orang lain. Dengan rasa percaya diri yang
dimilikinya siswa akan selalu berfikiran positif tentang dirinya dan orang lain.
Sikap saling menghargai dan memperhatikan setiap informasi yang disampaikan
akan meningkatkan rasa percaya diri seorang siswa, sehingga komunikasi yang
terjadi akan berjalan lancar, hangat dan dalam proses belajar mengajar akan
sangat menyenangkan. Karena, rasa percaya diri bisa timbul karena danya
pemenuhan kebutuhan dihargai dan menghargai.
Sikap percaya diri ini merupakan hal utama yang harus dimiliki oleh
seorang siswa dalam kegiatan belajar maupun dalam menjalani kehidupan sehari-
hari. Karena, dengan sikap percaya diri akan ada suatu keyakinan dalam diri
individu terhadap segala aspek kelebihan dan kemampuan yang dimilikinya, dan
dengan keyakinan tersebut membuatnya mampu untuk bisa mencapai tujuan
38
dalam hidupnya. Sebaliknya, mereka yang tidak memiliki rasa percaya diri akan
selalu takut untuk melangkah dan bertindak, berpendapat maupun berinteraksi
baik dalam lingkungan social maupun lingkungan belajar atau akademiknya.
H. Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan peneliti dalam judul upaya guru
Fiqih dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII MTs.
Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok Barat Tahun Pelajaran
2017/2018 adalah pendekatan penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data
sedalam-dalamnya. Penelitian ini tidak mengutamakan besarnya populasi
bahkan sangat terbatas. Jika data yang terkumpul sudah mendalam dan sudah
bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampling
lainnya. Di sini yang lebih ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas)
data bukan banyaknya (kuantitas) data.53
Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif. Karena temuan peneliti
dilapangan lebih banyak berupa paparan atau gambaran dan memetakan
53 Hariwijaya, Metode dan Penulisan SKRIPSI, TESIS Dan DISERTAI Untuk Ilmu Sosial dan
Humaniora, (Yogyakarta: Parama Ilmu,2007 ., h.85-86.
39
fakta-fakta atau situasi dan peristiwa tidak mencari atau menjelaskan
hubungan54
Untuk lebih jelasnya mengenai penelitian kualitatif, ada beberapa ciri
pokok penelitian ini. Biklen, Lincoln dan Guba dalam Lexy J. Muleong, Nana
Sudjana dan Ibrahim, H.B.Sutopo mengemukakan ciri-ciri penelitian
kualitatif. Di bawah ini adalah ciri-ciri penelitian kualitatif yang merupakan
ramuandari penulis tersebut:
a. Lingkungan alamiah sebagai sumber data langsung b. Manusia merupakan alat (instrument) utama pengumpul data c. Analisis data dilakukan secara induktif d. Penelitian bersifat deskriptif analitik e. Tekanan penelitian berada pada proses f. Pembatasan penelitian berdasarkan fokus g. Perencanaan bersifat lentur dan terbuka h. Hasil penelitian merupakan kesepakatan bersama i. Pembentukan teori berasal dari dasar j. Pendekatan penelitian menggunkan metode kualitatif k. Teknik sampling cendrung bersifat purposive l. Penelitian bersifat menyeluruh (holistik . m. Makna sebagai bagian perhatian utama penelitian.55
Dengan melihat ciri-ciri dari penelitian kualitatif di atas maka dapat
dipahami bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang dimana seorang
peneliti terjun langsung kelapangan menjadi instrumen langsung dan utama
dalam pengumpulan data, data-data tertulis, lisan ataupun fenomena yang
dapat dilihat di lapangan.
54Ibid, h.53. 55 Margono, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 37-42.
40
2. Kehadiran Peneliti
Sebagaimana yang sudah dimaklumi bahwa kehadiran peneliti di
lapangan pada penelitian kualitatif mutlak diperlukan. Dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, yang dikenai tuntutan untuk melaporkan hasil
penelitiannya secara apa adanya sesuai dengan data yang ditemukan
dilapangan, tidak dimanipulasi oleh peneliti sehingga kondisi pada saat
peneliti memasuki objek, setelah berada di objek dan setelah keluar dari objek
relatif tidak berubah.
Kehadiran peneliti dilapangan pada kali ini mengambil peran sebagai
pengamat penuh, tentunya untuk mengamati upaya guru Fiqih dalam
meningkatkan rasa percaya diri siswa, disamping berkenaan dengan
kehadiran peneliti dilapangan terlebih dahulu peneliti memproleh izin dari
pihak-pihak terkait yang bertanggungjawab sesuai dengan prosedur yang
berlaku.
Adapun penelitian ini dilakukan selama kurang lebih satu bulan, yang
dimulai dari tanggal 15 November sampai dengan tanggal 15 Desember 2017,
setelah peneliti mengikuti ujian proposal selanjutnya peneliti mendapat surat
permohonan izin penelitian dari pihak FTK UIN Mataram pada tangga 08
November 2017 dengan Nomor 944/Un.12/FTK/TL.00/09/2017 yang
diajukan kepada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Lombok Barat,
sehingga dengan surat permohonan tersebut peneliti mendapatkan surat izin
penelitian dari Kementerian Agama Kabupaten Lombok Barat yang
41
dikeluarkan pada tanggal 13 November 2017 dengan Nomor B-1582/Kk.
19.01/1/TL.00/11/2017.
3. Lokasi Penelitian
Adapun yang peneliti jadikan sebagai Lokasi penelitian ini adalah MTs.
Fathurrahman yang berada di Dusun Jeringo Desa Jeringo Gunung Sari
Lombok Barat, dalam bentuk fisik memang MTs. Fathurrahman ini tidak
terlalu mewah dan megah sebagaimana Madrasah-Madrasah Lainnya, bahkan
letak MTs. ini terpencil, cukup jauh dari pusat Kecamatan yakni berjarak ± 3
km. Akan tetapi, MTs. ini memiliki ciri khas tersendiri yang membuat peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian di MTs. Fathurrahman ini.
Adapun yang menjadi alasan mengapa peneliti memilih lokasi ini
sebagia tempat melakukan penelitian adalah karena MTs. Fathurrahman ini
memiliki kualitas pendidikan yang sangat baik dan diminati banyak orang,
bahkan banyak peserta didik yang berasal dari luar daerah. Masalah bangunan
fisik dan lokasi yang terpencil tidak menjadikan para peserta didik untuk tidak
giat ataupun patah semangat dalam belajar, begitupun dengan para guru-
gurunya mereka semangat mendidik anak didik mereka, yang mana juga di
MTs. ini rata rata guru-gurunya sudah sarjana.
4. Sumber Data
Untuk memperoleh data dan informasi yang yang valid, akurat, serta
sesuai dengan kenyataan yang terkait dengan upaya guru Fiqih dalam
42
meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo,
maka sudah pasti sumber data sangat diperlukan.
Adapun yang peneliti jadikan sebagai sumber data pada penelitian ini,
yaitu sebagai berikut:
a. Kepala Madrasah Tsanawiyah Fathurrahman Jeringo.
b. Guru bidang studi Fiqih.
c. Tenaga Pengajar di Madrasah Tsanawiyah Fathurrahman Jeringo.
d. Siswa Madrasah Tsanawiyah Fathurrahman Jeringo.
e. Orangtua atau wali murid kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo.
Data adalah hal yang harus ada dalam sebuah penelitian, data ini dapat
berupa keterangan seseorang yang dijadikan sebagai responden maupun yang
berasal dari dokumen-dokumen. Sebelum data digunakan dalam proses
analisis, terlebih dahulu data dikelompokkan sesuai jenis dan karakteristik
yang menyertainya. Dalam penelitian ini peneliti membedakan menjadi dua
jenis data, yaitu data primer dan data skunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diproleh atau dikumpulkan langsung di
lapangan dari sumber asli, biasanya data ini disebut dengan data asli atau
baru. Data yang diperoleh langsung dari kepala madrasah, dewan guru,dan
narasumber yang lainya baik dilakukan melalui wawancara, observasi dan
alat lainnya.
43
b. Data Skunder
Adapun data skunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan
oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber yang telah ada. Data ini
diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan-laporan peneliti terdahulu.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang tidak dapat dihindari dalam
kegiatan penelitian dengan pendekatan apapun, termasuk penelitian kualitatif
ini, karena penelitianya tidak rijid alias dapat dimodifikasi setiap saat,
pengumpulan data menjadi suatu fase yang sangat strategis bagi
dihasilkannya penelitian yang bermutu.56 Oleh karena pejelasan tersebut
maka, peneliti disini berupaya mengumpulkan data yang benar yang terkait
dengan judul dan fokus penelitian, dalam hal ini peneliti menggunakan
beberapa prosedur pengumpulan data yang baik dalam penelitian.
a. Tekhnik Observasi
Penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan
terhadap objek, baik secara langsung maupun tidak langsung, observasi
dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari gejala atau fenomena
(kejadian atau peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan
penyelidikan yang telah dirumuskan, pelaksanaan teknik observasi
dilakukan dalam beberapa cara :
56Ibid, h. 121.
44
1) Observasi partisipan
Observasi partisipan adalah observasi yang pelaku observasi turut serta
mengambil bagian (berpartisipsi) dalam perilaku masyarakat yang
sedang diamati itu.57
2) Observasi non partisipan
Observasi non partisipan adalah suatu proses observasi yang apabila
pengamatnya tidak ikut dalam kehidupan orang-orang yang
diobservasi58
Dalam penelitian ini digunakan observasi non partisipan, dimana
peneliti sebagai pengamat yang mengamati setiap kegiatan yang
diobservasi.
Adapun data-data yang peneliti ambil pada observasi ini adalah:
a) Data tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh guru Fiqih dalam
meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman
Jeringo Gunung Sari Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018.
b) Data tentang kendala yang dihadapi guru Fiqih dalam meningkatan
rasa percaya diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung
Sari Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018.
57 Mahmud, Metodode Penelitian Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 2011), h. 168-169. 58 Margono, Metodologi Penelitian, h. 162.
45
c) Data tentang solusi yang dilakukan untuk menangani kendala yang
dihadapi guru dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII
MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok Barat Tahun
Pelajaran 2017/2018.
b. Tekhnik Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan dengan mengajukan
pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawaban-
jawaban responden. Wawancara adalah metode pengumpulan data yang
amat populer, karena itu banyak digunakan di berbagai penelitian.
Termasuk peneliti sendiri juga menggunakan wawancara sebagai teknik
pengumpulan data. Pada Teknik wawancara ada dua cara yang dapat
dilakukan, yaitu sebagai berikut:
1) Wawancara terstruktur
Dalam wawancara terstruktur ini, pertanyaan yang diajukan
kepada narasumber telah ditetapkan terlebih dahulu oleh
pewawancara59.
2) Wawancara tidak terstruktur
Sedangkan wawancara tidak terstruktur, pertanyaan yang
diajukan kepada narasumber tidak ditentukan atau disusun terlebih
dahulu , wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan
59 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam
Varian Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers , 2015), h. 156.
46
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis. Pedoman
wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang ditanyakan.atau dengan kata lain sangat
tergantung dengan keadaan atau subjek.60
Wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara tidak terstruktur, yang bertujuan agar peneliti bebas
menanyakan apa saja yang terkait dengan permasalahan penelitian.
Adapun data-data yang peneliti ambil pada wawancara ini
adalah:
a) Data tentang upaya-upaya yang dilakukan oleh guru Fiqih dalam
meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII MTs.
Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok Barat Tahun
Pelajaran 2017/2018.
b) Data tentang kendala yang dihadapi guru Fiqih dalam
meningkatan rasa percaya diri siswa kelas VIII MTs.
Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok Barat Tahun
Pelajaran 2017/2018.
c) Data tentang solusi yang dilakukan untuk menangani kendala
yang dihadapi guru dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa
kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok
Barat Tahun Pelajaran 2017/2018.
60 Sugiyono, Mehami Penelitian Kualitatif, ( Bandung: CV. Alfabeta, 2015), h.74.
47
c. Dokumentasi
Teknik dokumentasi merupakan cara mengumpulakan data melalui
peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
tentang teori, pendapat, dalil atau hukum-hukum dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah penelitian. Teknik ini merupakan
pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara, dalam
penelitian kualitatif teknik ini merupakan alat pengumpul data yang
utama karena pembuktian hipotesisnya yang diajukan secara logis dan
rasional melalui teori, pendapat atau hukum-hukum yang diterima, baik
mendukung ataupun menolong hipotesis tersebut.61
6. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber,
dengan menggunakan teknik pengumpulan data bermacam-macam
(triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus. Dengan pengamatan yang
terus menerus mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Sehingga teknik
analisis data yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu
sering mengalami kesulitan dalam melakukan analisis. Seperti yang
dinyatakan oleh Miles and Huberman “yang paling serius dan sulit dalam
analisis data kualitatif adalah karena, metode analisis belum dirumuskan
dengan baik”.
61 Margono, Metodologi Penelitian, h. 181.
48
Spradley menyatakan bahwa “analisis dalam penelitian jenis apapun,
adalah merupakan cara berfikir. Hal ini berkaitan dengan pengujian secara
sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian,
dan hubungannya dengan keseluruhan.Analisis adalah untuk mencari pola.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dan
lainnya.62
Dalam hal ini peneliti lebih memilih untuk menganalisis data
menggunakan model Miles and Huberman, yang mana aktivitas dalam analisis
di lakukan dengan cara: pengumpulan data, reduksi/ merangkum data,
kemudian di sajikan/display sehingga mendapatkan kesimpulan/verification.
Karena metode yang dikemukakan oleh kedua tokoh tersebut lebih mudah
untuk memahami dan menerapkannya.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Sugiyono mengemukakan bahwa keterpercayaan/validitas data adalah
data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data
yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Adapun reabilitas adalah
yang berkenaan dengan derajat konsistensi dan stabilitas data atau temuan.
Maksudnya adalah data yang didapatkan dari objek penelitian sesuai
dengan realita. Hal ini perlu dilakukan dalam upaya untuk memenuhi
informasi yang dikemukakan peneliti sehingga mengadung nilai kebenaran .
62 Sugiyono, Memahami Penelitian, h. 87-89.
49
Dalam aplikasinya keabsahan data tersebut peneliti lakukan dengan
menggunakan dua langkah yakni:
a. Triangulasi
Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan adalah triangulasi
sumber. Triangulasi sumber ini dapat dilakukan dengan cara
membandingkan hasil pengamatan dan data hasil wawancara dan
membandingkan hasil wawancara dan dokumen. Dengan cara ini
diharapkan informasi yang diperoleh dengan mudah dan tidak mengalami
kesulitan dari lokasi penelitian sehingga data yang diperoleh benar-benar
akurat serta dapat dipertanggungjawabkan.63
b. Kecukupan Referensi
Referensi yang dipakai adalah bahan dokumentasi, catatan lapangan
yang tersimpan. Dengan referensi peneliti dapat mengecek kembali data
dan informasi-informasi yang peneliti dapatkan dilapangan.
63Laxy J. Muleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),
h.161-181.
50
BAB II
PAPARAN DATA DAN TEMUAN
A. Gambaran Umum MTs. Fathurrahman Jeringo.
Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang gambaran umum lokasi
penelitian, pada bagian ini penulis membahas tentang hal-hal yang berkaitan
dengan keberadaan lokasi penelitian. Hal-hal yang dimaksud antara lain sebagai
berikut:
1. Sejarah Berdirinya MT.s Fathurrahman Jeringo.
Madrasah Tsanawiyah Fathurrahman Jeringo merupakan madrasah
yang berada di desa Jeringo Kecamatan Gunungsari Lombok Barat. Dalam
sejarah singkat awal berdirinya MTs Fathurrahman Jeringo, tidak terlepas dari
sejarah berdirinya Madrasah Ibtida‟iyyah Fathurrahman Jeringo yang berawal
dari pengajian umum yang diadakan di masjid Fathurrahman Jeringo yang
diisi oleh: TGH. Muhammad Anwar Sesela sekitar tahun 1980-an. Setelah
pengajian beliau sering menanyakan tentang pendidikan di Jeringo sehingga
membuat semangat tokoh–tokoh agama pada saat itu seperti H. Siddik, H. M.
Syukri berinisiatif mendirikan Madrasah Tingkat MI (Madrasah Ibtida‟iyyah).
Berangkat dari inisiatif tersebut maka diadakanlah musyawarah dengan tokoh
agama dan tokoh masyarakat sekitar untuk pembangunan sebuah gedung
madrasah. Dari musyawarah tersebut diputuskanlah untuk mulai membangun
gedung madrasah dan memilih lokasi strategis untuk sebuah pusat kegiatan
50
51
belajar mengajar yaitu sebelah selatan masjid Fathurrahman Jeringo atas
pesetujuan Amak Muin dan saudaranya Amak Lihin serta anaknya Ismail
(kepala kampong) pada saat itu.64
Konon dari cerita rakyat, bahwa lokasi didirikannya Madrasah
Tsanawiyah Fathurrahman Jeringo, adalah hutan yang dipenuhi dengan
pohon-pohon kayu dan semak-semak belukar yang sangat lebat. Namun,
antusias masyarakat dan para tokoh Agama sangat tinggi waktu itu, maka
merekapun berjuang dengan keras merubah hutan tersebut menjadi sebuah
lokasi atau lapangan yang datar. Mudrik mengungkapkan bahwa “…Adapun
alat yang mereka pakai waktu itu adalah bajak sapi dan alat-alat sederhana”.
Konon kabarnya semua masyarakat yang punya sapi diperintahkan
mengeluarkan sapinya oleh kadus dusun Jeringo, sehingga hutan itu berubah
menjadi daratan yang layak pakai.65
Adapun penamaan madrasah Fathurrahman Jeringo, diambil dari dua
kata yang berasal dari bahasa Arab yaitu Fataha yang berarti membuka, dan
Rahman berarti kasih sayang. Jadi, jika digabungkan kedua kata tersebut
maka Fathurrahman berarti membuka kasih sayang.66 Di dalam proses
pembangunannya, dibuka untuk semua kalangan yang ada di Desa Jeringo
tanpa memandang suku dan agama.
64 Profil MTs. Fathurrahman Jeringo, Dokumentasi, di Kutip Tanggal 15 November
2017. 65 Mudrik, (Tokoh Adat Desa Jeringo), Wawancara, 17 November 2017 66 H. Ishak, ( kepala Madrasah MTs Fathurrahman Jeringo), Wawancara 17 November
2017
52
Peletakan batu pondasi gedung Madrasah Ibtida‟iyyah (MI)
Fathurrahman Jeringo dilaksanakan pada tahun 1980 yang dihadiri oleh para
Tuan Guru ( Kiai) diantaranya: TGH. Ibrahim Al Kholidy Kediri, TGH.
Muhammad Anwar Sesela, TGH. Mazhar Kediri, TGH. Abdul Hamid Sesela,
TGH. Kholid Sesela, TGH. Musleh Kediri. Setelah itu maka pembangunan
gedung terus berjalan dan para siswa pun terus belajar sampai pada sekitar
tahun 1981 dikumpulkanlah dana swadaya masyarakat untuk membeli tanah
dan diwkafkan untuk pembangunan gedung MTs. (Madrasah Tsanawiyah)
maka dibelilah tanah disebelah selatan gedung MI sekarang dari pemiliknya:
Ramli ayah dari Sahrun (Run).
Kemudian setelah proses belajar mengajar berjalan maka dirasakan
sangat perlu untuk membuat gedung MTs. sebagai tempat melanjutkan studi
para siswa yang sudah tamat dari Madrasah Ibtida‟iyah (MI), maka mulailah
diadakan musyawarah dan 1985 akhirnya dibangunlah gedung MTs.
Fathurrahman Jeringo yang pelatakan batu pondasinya dihadiri oleh : TGH.
Muhammad Anwar Sesela, TGH. Kholid Sesela, TGH. Ridwan Sesela. Maka
setelah pembangunan selesai dan rampung pendidikan dan pengajaran di MTs
tahun demi tahun semakin pesat dan maju sampai sekarang.
Kemudian setelah MTs berjalan dan banyak siswa-siswi menamatkan
studinya akhirnya masyarakat banyak mengusulkan supaya didirikan
Madrasah „Aliyah. Setelah diadakan musyawarah maka akhirnya pada Tahun
2008/2009 mulailah dibangun gedung Madrasah „Aliyah Fathurrahman
53
Jeringo dan pada tahun ajaran 2009/2010 sudah menerima Siswa/siswi
Madrasah Aliyah (MA) dan terus bekembang sampai sekarang.67
2. Profil MTs Fathurrahaman Jeringo
a. Idetitas Sekolah
1) Nama sekolah/ madrasah : MTs.Fathurrahman Jeringo
2) Nama Yayasan : Fathurrahman Jeeringo
3) NSS : 121520106052
4) Status : Swasta
5) Status Akreditasi Terakhir : A
b. Alamat Madrasah
1) Jalan : Jl.Raya Jeringo jurusan Lilir
2) Desa / Kelurahan : Jeringo
3) Kecamatan : Gunungsari
4) Kabupaten : Lombok Barat
5) Provinsi : Nusa Tenggara Barat
6) Kode Pos : 83351
c. Visi dan Misi MTs. Fathurrahman Jeringo
1) Visi
Iman, Islam,Ilmu dan Amal.
67 Profil MTs Fathurrahman Jeringo, Dokumentasi, di Kutip Tanggal, 15 November 2017.
54
2) Misi
a) Mengembangkan SDM yang berimtaq, istiqamah dan berpegang
teguh terhadap ajaran Agama Allah SWT.
b) Membentuk peribadi muslim yang berakhlaq karimah, ikhlas dalam
beramal, berjuang dalam agama sehingga nanti menjadi manusia
yang kaffah.
c) Terampil dalam ilmu sehingga mampu menghadapi tantangan di
masa depan.68
d. Tujuan
Mengingat MTs. Fathurrahman Jeringo merupakan satu-satunya
instansi yang bergerak dalam bidang pendidikan dan merupakan garis
depan di tengah-tengah masyarakat Jeringo Mambalan dalam rangka
bekerja dan berprestasi membantu pemerintah dalam upaya mencerdaskan
kehidupan masyarakat, Bangsa dan Negara, maka MTs Fathurrahman
Jeringo memiliki tujuan dan sasaran yaitu:
1) Memberikan pendidikan yang bermutu bagi masyarakat sekitar pada
khususnya dan seluruh umat Islam umumnya sesui dengan Visi dan
Misi MTs. Fathurrahman Jeringo
2) Memberikan kenyamanan dalam proses dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM) kepada masyarakat yang ada di sekitar
MTs.Fathurrahman Jeringo Desa Mambalan pada umumnya yang
68 Profil MTs Fathurrahman Jeringo, Dokumentasi, di Kutip Tanggal, 15 November 2017.
55
sadar akan pentingnya pendidikan Agama bagi anak-anaknya dalam
menghadapi era globalisasi dan informasi dan untuk kebahagiaan
dunia akhirat.69
3. Letak Geografis MTs Fathurrahman Jeringo
Dari segi geografisnya MTs Fathurrahman Jeringo terletak pada
tempat yang strategis, karena terletak dijalan raya Jeringo menuju jalan ke
kantor desa Jeringo. Madrasah ini terletak di sebelah barat jalan raya,
disamping itu pula MTs Fathurrahman Jeringo relatif dekat dengan
perkampungan masyarakat, sehingga akan sangat mendukung siswa dalam
memudahkan datang kesekolah. Untuk sampai ke sekolah tersebut
sebenarnya tidak terlalu sulit dan juga tidak menghabiskan biaya bisa
ditempuh melalui jalan kaki dan tidak terlalu melelahkan untuk sampai
ditempat tersebut. Kondisi belajar siswa juga terganggu karena tidak terlalu
ramai oleh kendaraan bermotor.70
Adapun MTs Fathurrahman Jeringo Kecamatan Gunungsari
Kabupaten Lombok Barat didirikan diatas tanah seluas 930 m², dengan batas-
batas sebagai berikut:
Sebelah Timur : Jalan Raya dan Rumah Penduduk Jeringo yang
berbukit.
Sebelah Barat : Perkampungan Penduduk Jeringo dan sungai
69 Profil MTs Fathurrahman Jeringo, Dokumentasi, di Kutip Tanggal, 15 November 2017. 70Kegiatan Pembelajaran Fiqih, Observasi, tanggal, 17 November 2017 .
56
batas dusun.
Sebelah Utara : Gang Dusun Perkampungan Penduduk Jeringo
Sebelah Selatan
: Rumah Penduduk Jeringo dan SDN 1 Desa
Jeringo71
Melihat letak geografis, dapat dikatakan bahwa MTs Fathurrahman
Jeringo Kecamatan Gunungsari Kabupaten Lombok Barat memiliki posisi
yang sangat strategis sebagai sebuah lembaga pendidikan sehingga
memungkinkan siswa termotivasi guna mendapatkan prestasi yang lebih baik
mengingat lokasi yang mudah dijangkau.
4. Keadaan Guru dan Pegawai di MTs Fathurrahman Jeringo
Guru merupakan orang yang bertanggung jawab dalam proses
belajar mengajar. Guru berkewajiban menyajikan dan menjelaskan materi
pelajaran, membimbing dan mengarahkan siswa ke arah pencapaian tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam hal ini, dibutuhkan kemampuan
dan profesionalisme guru dalam melaksanakan tugasnya untuk membina
siswa agar mereka memiliki ilmu pengetahuan yang baik.
Guru dan pegawai di MTs Fathurrahman Jeringo secara keseluruhan
bejumlah 24 orang diantaranya adalah guru tetap dan sebagian besar tenaga
honorer. Adapun 1 orang pegawai dan 23 guru. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat dalam tabel sebagai berikut:
71 Profil MTs Fathurrahman Jeringo, Dokumentasi, di Kutip Tanggal, 15 November 2017.
57
Tabel 2.1 Keadaan Jumlah Guru Berdasarkan tingkat Pendidikan Tahun
Pelajaran 2017/201872
No Nama Guru Pendidikan L/P Mata Pelajaran
Keterangan
1 H.M.Syukri MA L Tauhid Guru 2 H.L.Sahabudin MA L Akhlak Libanin Guru 3 M.Syafi‟i, M.H.I S2 L Sarah Dahlan Ketua
Yayasan 4 H.L. Athar MA L Nahwusyaraf Guru 5 H. Ishak, S.Pd.I S1 L Aqidah Ahlak Kepala
Madrasah 6 Zainuddin, S.Pd.I S1 L Fiqih Guru 7 Lalu Safwan,S.Pd.I S1 L B.Arab Guru 8 H. Akhmad Zohdi MA L Mulok Guru 9
Lalu Musa'ir,S.Pd.I S1 L Al -Qur‟an
Hadist Guru
10 Khaerani, S.Pd S1 P IPA Guru 11 Baiq Laila, S.Pd S1 P B.Inggris Guru 12 Sukmawati , S.Pd S1 P IPS Guru 13 Rodiman,S.Pd.I S1 L Kaligrafi Guru 14 Baiq Chairul
Hatimah, S.Pd.I S1
P Aqidah Ahlak Guru
15 Marzuki MA L Tikom Guru 16 Yuli Ikayanti,S.Pd.I S1 P B. Indonesia Guru 17 Lalu Hamdari,S.Pd.I S1 L Pkwn Guru 18 Suhad, S.Pd.I S1 L SKI Guru 19 Datu Satria
Wiharjaya,S.Pd S1
L Penjaskes Guru
20 Sahdi,S.Pd.I S1 L Matematika Guru 21 Raehul Jannah MA P IPS Guru
22
Edi Supratman,S.Pd.I
S1
L
SBK
Guru
72Buku laporan bulanan MTs Fathurrahman Jeringo, Dokumentasi, dikutip tanggal 15
November 2017.
58
23 Muzakki, S.Pd.I S1
L
SKI
Guru
Dari paparan data di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah tenaga
pengajar (guru) yang ada di MTs Fathurrahman Jeringo telah memadai. Dan
dari 23 jumlah guru yang ada di MTs Fathurrahman Jeringo, diantaranya 8
orang guru yang sudah sertifikasi dan salah satu dari mereka pegawai negeri.
Dan sisanya guru honorer.
Berdasarkan kondisi pendidikan guru yang mengajar di MTs
Fathurrahman Jeringo sudah banyak yang sarjana, dan sebagian masih
menyelesaikan kuliahnya.
5. Keadaan Siswa di MTs Fathurrahman Jeringo
Seperti yang kita sebelumnya, bahwa MTs Fathurrahman Jeringo
hanya mampu menampung 241 orang siswa. Seperti MTs yang lain yang ada
di Kabupaten Lombok Barat jumlah tersebut relatif besar karena berada di
tempat yang dalam dan dengan kondisi sarana dan prasarana yang lumayan
memuaskan. Untuk lebih jelasnya kita lihat pada tabel berikut :
59
Tabel 2.2
Jumlah Siswa Berdasarkan Kelas Tahun 2017/201873
No Kelas Jumlah
VII VIII IX
1 83 64 74 221
Data siswa diatas menunjukkan bahwa jumlah siswa secara
keseluruhan relatif besar sehingga sangat mendukung pelaksanaan
pembelajaran. Di samping itu juga bahwa jumlah siswa ini dapat
mengkondusifkan proses belajar dalam pengelolaan kelas maupun mengukur
daya serap siswa. Dari jumlah tersebut dapat diklarifikaikan menjadi bagian
yaitu jumlah laki-laki dan perempuan.74 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
dari tabel berikut :
Tabel 2.3
Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2017/201875
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
VII 34 49 83
VII 26 38 64
IX 28 46 74
Jumlah 221
73 Data Siswa Buku Laporan MTs Fathurrahman Jeringo, Dokumentasi, dikutip tanggal 15
November 2017. 74 Data Siswa Buku Laporan MTs Fathurrahman Jeringo, Dokumentasi, dikutip tanggal 15
November 2017. 75 Data Siswa Buku Laporan MTs Fathurrahman Jeringo, Dokumentasi, dikutip tanggal 15
November 2017.
60
Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang
sekolah di MTs Fathurrahman Jeringo cukup banyak dari tahun-ketahun
banyak mengalami perubahan.
Adapun siswa dan siswi yang sekolah di MTs Fathurrahman Jeringo
tidak hanya berasal dari desa Jeringo saja akan tetapi ada juga siswa dan
siswinya berasal dari desa tetangga seperti Mambalan, dan Gelangsar.
Sebagian besar siswa dan siswinya berasal dari desa Gelangsar sekitar 50%,
dan dari desa Jeringo sekitar 45%, dan dari desa Mambalan sekitar 5%.
6. Data Sarana dan Prasarana di MTs Fathurrahaman Jeringo
Pada semua jenis lembaga sarana dan prasarana adalah suatu hal
yang mutlak ada karena tanpa sarana dan prasarana, maka segala jenis
kegiatan tidak akan berjalan dengan lancar untuk keadaan sarana dan
prasarana yang bisa dipakai sebagai penunjang dalam proses belajar-
mengajar. Sarana dan prasarana juga dapat berbentuk bahan atau
pembelajaran yang berupa bulu-buku dan bahan bacaan lainnya. Untuk
kelancaran aktivitas pembelajaran sangat ditentukan oleh sarana dan prasarana
yang tersedia, adapun sarana yang tersedia untuk mendukung pemelajaran di
MTs Fathurrahman Jeringo dapat digambarkan sebagai berikut:
61
Tabel 2.4
Sarana dan Prasarana Pembelajaran76
No.
Jenis Sarpras
Jumlah Sarpras Menurut Kondisi Jumlah
Ideal Sarpras
Status Kepemilik
an Baik Rusak
1. Kursi Siswa 90 38 160 1
2. Meja Siswa 80 48 160 1
3. Kursi Guru di Ruang Kelas
3 4 7 1
4. Meja Guru di Ruang Kelas
3 4 7 1
5. Papan Tulis 4 3 7 1
6. Lemari di Ruang Kelas 0 0 7 1
7. Komputer/Laptop di Lab. Komputer
0 1 1 1
8. Alat Peraga PAI 0 0 10 1
9. Alat Peraga IPA (Sains) 3 4 10 1
10. Bola Sepak 1 3 6 1
11. Bola Voli 1 2 6 1
12. Bola Basket 1 2 3 1
13. Meja Pingpong (Tenis Meja)
0 1 1 1
14. Lapangan Bulutangkis 1 0 1 1
15. Lapangan Basket 0 1 1 1 16. Ruang kelas 6 0 6 1
17. Ruang Kepala Madrasah 1 0 1 1
18. Ruang Guru 1 0 1 1
19. Toilet Guru 1 0 1 1
20. Toilet Siswa 4 1 4 1
76Keadaan sekolah MTs Fathurrahman Jeringo, Observasi, dikutip tanggal 15 November
2017.
62
Keterangan : status kepemilikan :1. Milik sendiri 2.bukan milik sendiri
Tabel tersebut di atas menunjukkan bahwa semua yang dimiliki
oleh MTs Fathurrahman Jeringo cukup memadai meskipun masih ada sarana
yang belum dimiliki. Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa daya
dukung sarana dan prasarana di sekolah signifikan karena dapat melengkapi
dan membantu kelancaran belajar mengajar. Dengan kondisi ruangan dan
sarana yang ada tentunya akan sangat mendukung proses belajar mengajar,
baik dalam pembentukan kepribadian siswa maupun pengembangan
kecerdasan emosional karena ini sifatnya sementara maka pihak madrasah
paling tidak melakukan untuk mengadakan ruangan belajar mengajar yang
permanen sehingga pendidik dan peserta didik tenang dalam menjalankan
proses belajar mengajar.
Sarana dan prasana dalam proses pemebelajaran sangat dibutuhkan
oleh siswa dan guru terutama dalam proses pembelajaran karena pembelajaran
tidak akan dapat berjalan dengan baik kalau tidak ada sarana dan prasarana
pendukung dalam proses pembelajaran. Setelah melihat keadaan sarana dan
prasarana di MTs Fathurrahman Jeringo dapat simpulkan bahwa sarana dan
prasarana yang ada di MTs Fathurrahman Jeringo cukup membantu guru-guru
yang ada disana dalam proses pembelajaran.
63
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Komite Sekolah MTs. Fathurrahman Jeringo
7. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Komite Sekolah MTs Fathurrahman Jeringo.77
77 Papan Struktur Organisasi Komite Sekolah, Dokumentasi, dikutip tanggal 15 November
2017.
Kepala sekolah
H. Ishak, S.Pd,I
Ketua Komite
Lalu Tuhur
Kepala sekolah
H. Ishak, S.Pd,I
Wakil Komite
Zainuddin, S.Pd.I
Ketua Komite
Lalu Tuhur
Sekretaris
Raden M. Rais
Bendahara
Datu Sumardiah
Perencanaan
H. Rahmatullah
Pembangunan
Zohdi
SAPRAS
Fadlah
Humas
H. A. Zohdi
Wali murid dan Masyarakat
Keterangan:
Garis Komando dan Tanggung Jawab
Garis Konsultasi
64
Gambar 2.2 Struktur Organisasi MTs. Fathurrahman Jeringo Bimbingan dan Penyuluhan
Struktur Organisasi MTs Fathurrahman Jeringo
Bimbingan Dan Penyuluhan /Kesiswaan78
78 Papan Struktur Organisasi Kesiswaan, Dokumentasi, dikutip tanggal 15 November 2017.
Ketua
Zainuddin, S.Pd.I
KEPALA MTs Instansi Terkait
Wali Kelas
Kelas VII
VII A : Sukmawati S.Pd
VII B : Edy Suparman, S.Pd.I
Kelas VIII
VIII A : Yuli Ikayanti, S.Pd.I
VIII B : Baiq Laela, S.Pd.
Kelas IX
IX A : Sahdi S.Pd.I
IX B : Khaerani, S.Pd.
Dewan Guru
Siswa- Siswi
Keterangan:
Garis Komando dan Tanggung Jawab
Garis Konsultasi
65
B. Upaya Guru Fiqih dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Kelas VIII
MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok Barat Tahun Pelajaran
2017/2018.
Dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Zainuddin, S. Pd.I, selaku guru
pengampu mata pelajaran Fiqih mengatakan bahwa upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan rasa percaya diri siswa adalah dengan:
1. Memberikan bimbingan kepada para siswa.
Adapun dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak Zainuddin,
S.Pd. I, selaku guru bidang studi Fiqih mengatakan:
Seorang guru itu harus mampu memberikan bimbingan kepada para siswanya. Bukan hanya bimbingan ketika proses belajar mengajar berlangsung, akan tetapi di luar kegiatan belajar mengajar guru juga harus selalu membimbing para siswanya. Dengan begitu mereka akan merasa dihargai dan diperhatikan. Dan dari sikap merasa dihargai dan diperhatikan inilah mereka akan memiliki kepercayaan diri.79
Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh Andryadi yang merupakan
siswa kelas VIII yang mengatakan bahwa :
Bapak Zainuddin merupakan guru yang paling perhatian dan peduli kepada kami, terutama kepada kami yang kurang memiliki kecerdasan. Beliau dengan sabar selalu membimbing kami. Sehingga kami merasa dihargai dan merasa memiliki kedudukan yang sama dengan teman-teman yang lain yang memiliki kecerdasan.80 Adapun wawancara dengan Bq. Rifa‟ah yang mengatakan bahwa:
Bimbingan yang berikan kepada kami menurut saya adalah ketika Bapak Zainuddin menyampaikan materi, beliau selalu bertanya apa kami sudah faham atau belum. Kalau masih ada diantara kami yang belum faham, beliau
79 Zainuddin, selaku guru Fiqih, Wawancara, selaku Guru Fiqih, tanggal 20 November 2017 80Andryadi, siswa kelas VIII, Wawancara, tanggal 22 November 2017
66
mengulang menjelaskan dan itu pun dengan bahasa yang mudah kami fahami.81
Hal ini juga diperkuat dengan pernyataan Bq. Suniati yang juga merupakan
siswa kelas VIII, dia mengatakan :
Beliau tidak hanya membimbing kami ketika dikelas saja, tetapi Beliau juga selalu memberi kami bimbingan ketika di luar kelas. Inilah yang membuat kami merasa dekat dan nyaman dengan Beliau.82
Selain melakukan wawancara, peneliti juga melakukan observasi demi
membuktikan kebenaran dari hasil wawancara yang telah peneliti dapatkan dari
berbagai informan. Terlihat bahwa Bapak Zainuddin ketika itu sedang
memberikan bimbingan kepada Ishlahuddin, salah seorang siswa kelas VIII yang
memiliki masalah dengan belajarnya. Beliau memanggil Ishlahuddin ke
ruangannya dan beliau memberikan bimbingan dengan menggunakan tekhnik
remedial teaching. Selain itu, karena beliau merupakan ketua dalam bidang
bimbingan dan penyuluhan/kesiswaan, senantiasa berupaya untuk menciptakan
lingkungan belajar yang kondusif, yakni beliau dan personel (anggota) madrasah
lainnya secara sinergi sebagai teamwork berkolaborasi atau bekerjasama
merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara sistematis dan
berkesinambungan dalam upaya membantu peserta didik dengan cara
memberikan layanan informasi, tutorial, dan diskusi kelompok Dalam hal ini
peneliti melihat untuk membuat siswa memiliki kepercayaan diri adalah dengan
memberikan bimbingan kepada mereka dan selalu dekat dengan para siswa. Dari
81Bq. Rifa‟ah, siswa kelas VIII, Wawancara, tanggal 22 November 2017 82 Bq. Suniati, siswa kelas VIII, Wawancara, tanggal 22 November 2017
67
hal semacam itu akan timbul rasa dihargai, dan dari rasa dihargai inilah siswa
akan memiliki kepercayaan diri.83
2. Membangun komunikasi dengan siswa
Berdasarkan dari hasil observasi (pengamatan) yang peneliti lakukan, peneliti
melihat kalau salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Bapak Zainuddin ialah sifat
humoris beliau. Sifat humoris yang Beliau selalu tampilkan terutama ketika
proses belajar mengajar berlangsung membuat komunikasi antara beliau dengan
para siswanya menjadi lebih efektif. Selain itu, ketika proses belajar mengajar
berlangsung, beliau tidak hanya aktif sendiri di kelas, akan tetapi beliau juga
sering melibatkan siswanya. Komunikasi yang beliau gunakan adalah komunikasi
banyak arah, dimana semuanya aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga, apa
yang disampaikan oleh beliau ketika menyampaikan materi pelajaran dapat
dengan mudah diterima dan difahami oleh para siswanya. Selain itu, Beliau juga
selalu menjaga hubungan dengan para siswanya agar tetap baik, dengan cara
beliau sering bercanda dengan para siswanya baik di dalam kelas maupun di luar
kelas. Dengan begitu Beliau mampu mengamati siswanya.84
Hal ini juga senada dengan ungkapan Helmayani Ani Sapitri yang
mengatakan bahwa:
Saya sangat senang diajar sama Bapak Zainuddin karena beliau itu menyenangkan dan orangnya humoris, sehingga saya pun tidak pernah merasa bosan diajar sama beliau.85
83 Kegiatan pembelajaran Fiqih, Observasi, pada tanggal 4-5 Desember 2017 84 Kegiatan pembelajaran Fiqih, Observasi, pada tanggal 4 Desember 2017 85 Helmayani Ani Sapitri, siswa Kelas VIII, Wawancara, tanggal 22 November 2017
68
Adapun wawancara peneliti dengan Sahrul Hidayat yang mengatakan bahwa :
Ketika beliau menyampaikan materi, beliau selalu mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga kami khususnya saya merasa lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh beliau.86
Hal ini semakin diperkuat dengan pernyataan dari Yulia Safitri yang
mengatakan :
Selain humoris, Pak Zainuddin orangnya sangat dekat dengan kami, beliau sering bercanda dengan kami di dalam maupun di luar kelas bahkan juga di rumah. Sehingga, kami pun merasa nyaman diajar sama beliau.87
Sifat humoris yang dimiliki oleh Bapak Zainuddin juga diakui oleh guru-guru
yang lain. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Muzakki, S.Pd. I yang
mengatakan :
Pak Zainudin itu orangnya sangat humoris dan bersahaja. Ketika kami sedang rapat maupun sedang ngobrol di ruangan beliau sering membuat suasana menjadi lebih santai dan ramai.88
Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Bq. Laila, S.Pd, beliau mengatakan :
Pak Zain, selalu membuat suasana di ruangan itu menjadi ramai dengan guyon-guyon yang beliau buat. Kami khususnya saya yang baru selesai ngajar kemudian perasaan capek menghadapi para siswa merasa terbantu dengan sifat beliau. Karena kecapekan, kepenatan di kelas menjadi hilang. Selain itu, beliau juga termasuk guru yang sangat dekat dengan muridnya bukan hanya di sekolah, tapi juga di rumah.89
Dari beberapa paparan di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
cara Pak Zainuddin membangun kedekatan dan komunikasi Yang baik dengan
86 Sahrul Hidayat, siswa kelas VIII, Wawancara, tanggal 22 November 2017. 87 Yulia Safitri, siswa kelas VIII, Wawancara, tanggal 22 November 2017 88 Muzakki, selaku guru SKI, Wawancara, tanggal 23 November 2017 89 Bq. Laila, selaku guru Bahasa Inggris, Wawancara, tanggal 23 November 2017
69
lingkungan belajar terutama dengan para siswanya adalah dengan sifat humoris
yang beliau miliki. Sehingga, dari kedekatan beliau dengan para siswanya ini
yang mampu membuat para siswa akan memiliki keberanian untuk bisa
mengekspresikan dirinya terutama di dalam kegiatan belajar mengajar. Sebab,
ketika para siswa sudah merasa nyaman dengan lingkungan terutama dengan
gurunya, dia tidak akan malu-malu lagi untuk menunjukkan dirinya. Bahkan
mereka justru akan berlomba-lomba untuk menunjukkan keaktifan dirinya agar
bisa semakin mendapat perhatian dari gurunya.
3. Memberikan motivasi
Dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Zainuddin, beliau mengatakan
kalau motivasi itu mutlak diperlukan dalam setiap kegiatan yang kita lakukan.
Lebih-lebih dalam kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi motivasi itu tidak
selamanya hanya dengan kata-kata saja, tapi juga bisa dengan cara kita
membiasakan para siswa berbicara di depan kelas mengeluarkan pendapatnya,
dan kalau mereka sudah biasa maka dengan sendirinya kepercayaan itu akan
muncul.90
Sebagaimana yang diungkapkan oleh siswa kelas VIII yakni Sahrul Anwar
yang mengatakan:
Beliau sering sekali menyuruh kami untuk menyampaikan pendapat di depan kelas terutama mengenai hasil diskusi kelompok kami mengenai materi yang Beliau ajarkan. Awalnya memang kami malu-malu bahkan diantara kami sampai ada yang tidak mau. Akan tetapi, lama-lama kami menjadi terbiasa.91
90 Zainuddin, selaku guru Fiqih, Wawancara, tanggal 20 November 2017 91 Sahrul Anwar, siswa kelas VIII, Wawancara, tanggal 22 November 2017.
70
Hal serupa juga disampaikan oleh Pendi Saputra yang mengatakan:
Bukan hanya untuk menyampaikan hasil diskusi saja beliau menyuruh kami untuk menyampaikan pendapat, tetapi beliau juga sering menanyakan masalah terkait dengan materi dan kami pun disuruh untuk mengeluarkan pendapat dan tidak takut untuk berbicara di depan umum.92
Sedangkan dari hasil wawancara dengan Linda Puspita yang mengatakan:
Beliau selalu memberikan kami kebebasan untuk menyampaikan pendapat mengenai permasalah yang beliau tanyakan kepada kami. Beliau selalu berkata “sampaikan sesuai dengan apa yang kalian fahami, jangan takut salah, karena dalam hal belajar tidak apa-apa kita salah”.93
Adapun ketika peneliti melakukan pengamatan (observasi), terlihat jelas kalau
Bapak Zainuddin selalu membiasakan para siswanya untuk mengeluarkan
pendapat mereka. Begitupun ketika pembagian kelompok, beliau selalu
mendorong para siswanya untuk ikut aktif dalam menyelesaikan setiap
permasalahan yang dihadapi oleh masing-masing kelompok.94
Dengan demikian, peneliti dapat mengambil kesimpulan kalau motivasi itu
tidak selamanya hanya berupa kata-kata yang bisa membangkitkan semangat para
siswa terutama rasa percaya diri mereka. Akan tetapi, motivasi juga bisa berupa
tindakan , misalnya dengan lebih membiasakan para siswa untuk bisa
mengekspresikan diri mereka di depan umum terutama di depan kelas ketika
proses belajar mengajar sedang berlangsung. Sebagaimana yang sering dilakukan
oleh Bapak Zainuddin.
92 Pendi Saputra, siswa kelas VIII, Wawancara, tanggal 22 November 2017. 93 Linda Puspita, siswa kelas VIII, Wawancara, tanggal 22 November 2017. 94 Kgiatan pembelajaran Fiqih, Observasi, pada tanggal 4 Desember 2017.
71
4. Kerja sama guru dan orangtua
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Zainuddin, beliau
mengatakan bahwa :
Upaya yang paling penting harus dilakukan oleh pihak sekolah terutama oleh guru dalam meningkatkan kepercayaan diri siswa adalah dengan membangun kerja sama dengan orangtua atau wali murid. Sebab, apa pun usaha atau upaya yang dilakukan oleh guru, kalau tidak ada dukungan dari orangtua semuanya tidak akan pernah ada hasilnya. Selain itu, guru dan orangtua bisa sama-sama bertukar informasi tentang kondisi anaknya baik di sekolah maupun di rumah. Sekaligus bisa mengawasi anak-anak.95
Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Ibu Erni Suryani yang
merupakan orangtua atau wali murid dari Sunan Ibnu Malkan yang merupakan
siswa kelas VIII yang mengatakan bahwa:
Saya sering mendapatkan informasi dari Bapak Zainuddin tentang bagaimana keadaan anak saya, terutama informasi tentang bagaimana perkembangannya terkait dengan tingkat pemahaman dan perilakunya di dalam kelas.96
Hal senada juga dikatakan oleh Suka‟yah yang merupakan wali murid dari
Mala Rismayani yang mengatakan bahwa:
Saya sering sekali bertanya kepada pihak sekolah terutama kepada Bapak Zainuddin mengenai bagaimana kondisi anak saya di sekolah, bagaimana tingkat penyerapan materinya, dan apakah anak saya sering masuk atau malah sebaliknya. Saya sering bertanya kepadanya karena beliau merupakan guru yang enak diajak ngobrol, selain itu juga karena beliau orangnya sangat humoris. Jadinya saya merasa biasa untuk bertanya kepadanya.97
Selain melakukan wawancara, peneliti juga melakukan pengamatan
(observasi) untuk membuktikan informasi dari para informan, dan terlihat jelas
95 Zainuddin, selaku guru Fiqih, Wawancara, tanggal 20 November 2017. 96 Erni Suryani, Wali Murid, Wawancara, tanggal 11 Desember 2017. 97 Suka‟yah, Wali Murid, Wawancara, tanggal 11 Desember 2017.
72
kalau para wali murid sering bertanya tentang keadaan anak-anak mereka,
terutama ketika mereka mengantar anak-anaknya ke sekolah dan mengantar
mereka belajar kelompok ke rumah Pak Zainuddin. Selain itu, beliau juga
beberapa kali memanggil orangtua murid ke sekolah, dan dari pernyataan beliau,
setiap 1 kali sebulan tepatnya diminggu terakhir setiap bulannya selalu diadakan
rapat atau pertemuan dengan orangtua atau wali murid sebagai bentuk kerjasama
dengan orangtua siswa.98
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan, maka
peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa upaya yang paling penting untuk
meningkatkan rasa percaya diri siswa adalah dengan bekerja sama atau
membangun interaksi dengan orangtua murid. Karena bagaimanapun upaya yang
dilakukan guru, semuanya tidak akan ada artinya kalau tidak ada dorongan dan
perhatian dari orangtua murid sebagai pendidik pertama dalam keluarga. Dan
interaksi atau hubungan yang telah dijalin dan dibangun oleh Bapak Zainuddin
merupakan langkah atau upaya yang sangat tepat untuk meningkatkan kualitas
para siswa terutama dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa.
C. Kendala yang dihadapi guru Fiqih dalam meningkatkan rasa percaya diri
siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Tahun Pelajaran 2017/2018
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Pak Zainuddin, beliau
mengatakan kalau dalam menjalankan sesuatu itu apalagi menjalankan tugas
sebagai guru, halangan atau kendala itu sudah pasti ada. Ada banyak sekali
98 Kegiatan pembelajaran Fiqih, Observasi, tanggal 6 Desember 2017.
73
kendala yang dihadapi oleh sekolah terutama guru dalam membentuk para siswa
untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan itu. Akan tetapi kalau saya pribadi, ada
beberapa kendala yang menurut saya sangat menonjol, yaitu:
1. Keterbatasan waktu.
Dari hasil wawancara peneliti dengan Pak Zainuddin selaku guru Fiqih, beliau
mengatakan :
Singkatnya jam pelajaran yang tertera pada kurikulum mengakibatkan konsentrasi siswa dan guru menjadi terganggu, sedangkan target yang akan dicapai dalam pembelajaran sangatlah luas. Hal ini sudah menjadi realita dalam dunia pendidikan kita bahwa jam pelajaran yang sangat singkat membuat para siswa dan guru kelabakan dalam menerima dan memberi materi pelajaran. Sehingga mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pendidikan dengan maksimal.99 Lebih lanjut beliau mengatakan :
Semua guru yang mengajar khususnya saya mengharapkan bisa memanfaatkan waktu secara lebih efektif dan efisien, mengingat jam pelajaran yang dipegang membutuhkan waktu yang banyak untuk membuat siswa mengerti dan memahami pelajaran. Namun perlu diingat bahwa untuk membuat situasi yang demikian tidaklah semudah yang dibayangkan, karena faktor lain tidak bisa diabaikan yang merupakan kendala bagi guru dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa. 100
Hal demikian juga disampaikan oleh Bapak Lalu Safwan, S.Pd. I, selaku guru
B. Arab, yang mengatakan :
Terbatasnya waktu dalam pembelajaran sering membuat kami kewalahan. Belum lagi ketika ada masalah lain seperti siwa yang sering bermain-main, terlambat masuk kelas, dan tidak memperhatikan, membuat fokus mengajar kita menjadi agak terganggu. Karena kita harus membuat fokus mereka terarah pada kita dulu, dan itu juga membutuhkan waktu. 101
99 Zainuddin, selaku guru Fiqih, Wawancara, tanggal 27 November 2017. 100 Zainuddin, selaku guru Fiqih, Wawancara, tanggal 27 November 2017. 101 Lalu Safwan, selaku guru Bahasa Arab, Wawancara, tanggal 28 November 2017.
74
Hal serupa juga dikatakan oleh Bapak Lalu Musa‟ir selaku guru Qur‟an
Hadits mengatakan :
Sedikitnya waktu dalam proses belajar mengajar mengakibatkan guru yang mengajar menjadi terburu-buru dalam menyampaikan materi kepada siswa, sehingga akan berdampak pada pemahaman siswa itu sendiri.102
Memang, dari hasil pengamatan (observasi) yang peneliti lakukan, ada
beberapa guru yang kelihatannya agak terburu-buru dalam memberikan pelajaran,
sehingga guru hanya menjelaskan tanpa memberikan kesempatan pada siswanya
untuk bertanya tentang apa yang disampaikan. Dan ketika siswa diberikan
kesempatan untuk bertanya jumlahnya terbatas dan sering kali bel tanda
pergantian jam atau bel istirahat berbunyi.
Dengan demikian, peneliti dapat mengambil kesimpulan kalau waktu dalam
proses pembelajaran merupakan faktor pertama yang harus diperhatikan dan
diperhitungkan untuk menciptakan kondisi belajar yang kondusif tanpa ada
masalah sedikit pun. Sehingga, selain memberikan materi pelajaran guru juga
sekalian dapat melatih kepercayaan diri siswa dengan memberikan mereka atau
menyuruh mereka untuk berbicara ataupun berpendapat. Dengan begitu siswa
akan terbiasa dan akan merasa memiliki keberanian.
2. Kondisi psikis (perasaan) siswa.
Dari hasil wawancara peneliti dengan Pak Zainuddin, beliau mengatakan :
102 Lalu Musa‟ir, selaku guru Al-Qur‟an dan Hadits, Wawancara, tanggal 28 November
2017.
75
Kondisi atau suasana hati atau perasaan siswa sering menjadi kendala bagi saya dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini juga sering membuat saya tidak bisa memberikan bimbingan secara maksiml kepada mereka. Sebab, mereka terkadang malas belajar, kecapekan karena pikiran mereka yang terkuras oleh pelajaran sebelumnya, kejenuhan belajar, dan banyak faktor lainnya.103
Hal ini juga senada dengan pernyataan dari salah seorang siswa, sebagaimana
yang dikatakan oleh Ahmad Patoni bahwa :
Yang membuat saya bosan dan jenuh di dalam kelas itu karena saya merasa lelah berada di dalam kelas terus. Belum lagi suasana kelas yang panas. Ditambah lagi kalau ada guru yang cara mengajarnya membosankan.104
Hal ini diperkuat lagi dengan pernyataan dari Rahmawati yang berkata kalau:
Suasan kelas yang panas, teman-teman yang ribut, dan ditambah lagi kalau ada guru yang cara mengajarnya yang tidak asyik dan terlalu serius membuat saya males untuk lama-lama belajar, belum lagi lapar, semakin membuat saya males belajar dan pengen cepat pulang.105
Selain melakukan wawancara, peneliti juga melakukan observasi untuk
membuktikan informasi yang peneliti dapatkan dari para informan. Dari hasil
observasi yang peneliti lakukan memang ada beberapa siswa yang membuat
suasana kelas menjadi tidak kondusif dan sering mengganggu kegiatan belajar
mengajar. Dari pengamatan peneliti, ada beberapa siswa yang sering keluar
masuk kelas dengan alasan ke kamar kecil, dan cuci muka. Ini semua bisa
103
Zainuddin, selaku guru Fiqih, Wawancara, tanggal 27 November 2017. 104 Ahmad Patoni, siswa kelas VIII, Wawancara, tanggal 29 November 2017. 105 Rahmawati, siswa kelas VIII, Wawancara, tanggal 29 November 2017.
76
mengganggu kegiatan belajar mengajar. Sebab, sering kali konsentrasi guru dan
siswa pecah karena ada siswa yang keluar masuk kelas.106
Dari beberapa informasi yang peneliti dapatkan dari para informan, peneliti
dapat menyimpulkan kalau kondisi emosi siswa memang terkadang membuat
mereka tidak betah untuk berlama-lama berada di dalam kelas untuk menerima
pelajaran atau pun untuk mendengar nasehat dari gurunya. Hal ini dapat menjadi
penghalang bagi guru dalam mencapai tujuan dari pendidikan itu terutama dalam
membina dan meningkatkan kepercayaan diri mereka. Sebab, siswa yang jenuh
dan bosan belajar mereka tidak mau untuk mendengarkan apalagi melaksanakan
apa yang guru perintahkan kepada mereka.
3. Kelas yang gemuk.
Dari hasil wawancara peneliti dengan Bapak Zainuddin selaku pengampu
mata pelajaran Fiqih, beliau mengatakan :
Masalah kelas yang gemuk atau kelas yang besar merupakan masalah yang sering terjadi terutama bagi sekolah swasta. Hal ini terjadi karena kurangnya ruang kelas, sehingga ruangan kelas yang seharusnya berisi 20-25 orang diisi oleh 30-40 orang. Hal ini yang bisa menjadi kendala dalam proses belajar mengajar. Sebab, semakin banyak siswa akan semakin sulit untuk mengawasi atau mengontrolnya.107
Hal ini juga disampaikan oleh Bq. Khaerul Hatimah, S.Pd. I, yang
mengatakan :
106 Kegiatan pembelajaran Fiqih, Observasi, tanggal 11 Desember 2017. 107 Zainuddin, selaku guru Fiqih, Wawancara, tanggal 27 November 2017.
77
Sebagai seorang guru yang dihadapkan pada kelas dengan jumlah siswa yang melebihi tingkat ideal, kita sering kewalahan dalam melakukan bimbingan, pengawasan, pengontrolan bahkan penyampaian materi pelajaran.108
Hal senada juga disampaikan oleh Bapak H. Ishak selaku Kepala Madrasah,
beliau mengatakan :
Kelas yang gemuk merupakan kendala terbesar bagi guru, terutama bagi guru yang memiliki suara yang kecil. Sebab, kalau menyampaikan materi pelajaran, suaranya belum tentu bisa sampai kepada siswa yang duduk di bangku paling belakang. Belum lagi kalau ada siswa yang main-main ketika guru menjelaskan. Maka bisa dipastikan apa yang disampaikan oleh guru tidak akan pernah bisa dipahami.109
Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, terlihat kalau ada beberapa siswa
sering bermain-main ketika guru sedang menjelaskan. Ada juga siswa yang
berbicara tanpa memperhatikan penjelasan dari gurunya. Hal ini terjadi karena
terlalu banyaknya siswa dalam satu kelas yang membuat guru tidak bisa
mengawasi dan mengontrol para siswanya secara maksimal. Sehingga hal ini
dapat mengakibatkan terganggunya kegiatan pembelajaran.110
Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kelas yang gemuk
atau kelas yang melebihi kapasitas tampungan sangat menghambat terjadinya
proses belajar mengajar yang baik dan bermutu. Sebab, semakin banyak siswa
maka akan semakin sulit untuk melakukan pengawasan dan pengontrolan
terhadap para siswa. Akibatnya, apa yang disampaikan oleh guru tidak akan
108Bq. Khaerul Hatimah, guru Akidah Akhlak, Wawancara, tanggal 29 November 2017. 109 H. Ishak, Kepala MTs. Fathurrahman Jeringo, Wawancara, tanggal 01 Desember 2017. 110
Kegiatan pembelajaran Fiqih, Observasi, tanggal 11 Desember 2017.
78
pernah bisa diterima dengan maksimal oleh para siswa, sehingga tujuan dari
pendidikan itu tidak dapat dicapai dengan maksimal.
D. Solusi yang dilakukan untuk menangani kendala yang dihadapi guru dalam
meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman
Jeringo Gunung Sari Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018.
Dari hasil wawancara peneliti dengan Pak Zainuddin, beliau mengatakan
kalau solusi yang dilakukan untuk menangani kendala-kendala yang beliau hadapi
dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa adalah :
1. Membuat kelompok belajar (diskusi)
Membuat kelompok diskusi (kelompok belajar) merupakan salah satu cara
untuk memberikan bimbingan sekaligus latihan kepada para siswa agar terbiasa
mengeluarkan pendapat sendiri. Sehingga dengan begitu, para siswa akan
memiliki kepercayaan diri karena telah terbiasa. Membuat kelompok diskusi
(kelompok belajar) juga bisa digunakan sebagai solusi keterbatasan waktu dalam
memberikan bimbingan kepada para siswa. Hal ini sebagaiman diungkapkan oleh
Bapak Zainuddin yang mengatakan :
Keterbatasan waktu mengajar dalam memberikan bimbingan bisa kita siasati atau kita atasi dengan jalan membuat kelompok diskusi atau kelompok belajar. Bukan hanya ketika di sekolah saja, tetapi kelompok belajar ini juga dilakukan di luar sekolah. Dengan begitu, kita lebih bisa memberikan bimbingan yang lebih maksimal sekaligus bisa lebih dekat dengan mereka.111
Hal ini juga sesuai dengan yang dikatakan oleh Bq. Lutfi Sabrina yang
mengatakan kalau :
111 Zainuddin, guru Fiqih, Wawancara, tanggal 27 November 2017.
79
Kelompok belajar yang dibuat oleh Bapak Zainuddin di sekolah juga dilakukan di rumah. Kami sering pergi ke rumah beliau untuk mendiskusikan masalah-masalah tentang pelajaran terutama masalah-masalah Fiqih.112
Adapun wawancara peneliti dengan Aziz Mayadi, dia mengatakan :
Kelompok belajar yang dibuat oleh Pak Zainuddin bukan hanya untuk menyelesaikan tugas-tugas fiqih, tapi kami juga sering menggunakan kelompok itu dalam mendiskusikan tugas-tugas yang lain.113
Dari hasil pengamatan peneliti, memang di rumahnya Pak Zainuddin ada
kegiatan diskusi atau belajar kelompok yang diadakan setiap jum‟at sore.
Kegiatan yang dilakukan adalah diskusi membahas tentang pelajaran-pelajaran di
sekolah dan masalah-masalah fiqih. Di sana mereka dilatih untuk berbicara di
depan teman-temannya yang lain dengan cara satu per satu dari mereka arus
memberikan pendapat tentang masalah yang sedang dibahas, dan nantinya
dibahas kembali kemudian disimpulakan.114
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diskusi atau kelompok belajar itu
dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mensiasati keterbatasan waktu
bimbingan di sekolah. Selain itu, dengan adanya kelompok diskusi atau kelompok
belajar yang bukan hanya dilakukan di sekolah tapi juga di rumah, guru dapat
lebih banyak waktu untuk membimbing sekaligus mengarahkan para siswanya
untuk lebih meningkatka prestasi belajarnya termasuk untuk meningkatkan rasa
percaya diri mereka, sekaligus guru juga dapat melakukan pengawasan terhadap
112 Bq. Lutfi Sabrina, siswa kelas VIII, Wawancara, tanggal 29 November 2017. 113 Aziz Mayadi, siswa kelas VIII, Wawancara, tanggal 29 November 2017. 114
Kegiatan diskusi kelompok, Observasi, tanggal 1 Desember 2017.
80
siswanya sehingga para siswa tidak mempunyai peluang untuk melakukan hal-hal
yang mengarah pada tindakan yang melanggar tatanan kemasyarakatan.
2. Keterampilan membuka pelajaran
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Pak Zainuddin beliau
mengatakan :
Untuk memulai kegiatan belajar mengajar, yang paling pertama harus kita perhatikan ialah bagaimana kondisi siswa. Apakah mereka sudah siap untuk belajar atau tidak. Hal ini perlu, sebab kalau para siswa belum siap untuk belajar, maka apa pun yang disampaikan oleh guru akan sia-sia. Lebih lanjut beliau mengatakan untuk bisa mempersiapkan siswa agar mereka dalam kondisi siap mental untuk belajar bisa dengan menarik perhatian mereka, misalnya dengan gaya mengajar, menggunakan alat-alat bantu, atu bisa juga dengan membangkitkan motivasi mereka dengan cara menunjukkan kehangatan, menimbulkan rasa ingin tahu mereka, dan lain sebagainya.115
Adapun wawancara peneliti dengan Fuji Andryanti Oktaviani, dia
mrngatakan:
Ketika Pak Zainuddin masuk kelas, sebelum memulai pelajaran beliau selalu memberikan kami pertanyaan terkait dengan materi pelajaran yang akan kami pelajari. Selain itu, beliau juga sering mengaitkan materi pelajaran yang dibahas dengan dengan lingkungan sekitar kami.116
Apa yang dikatakan oleh Fuji Andryati juga senada dengan yang dikatakan
oleh Indah Septiana, yang mengatakan :
Untuk menarik perhatian kami terhadap materi yang akan beliau ajarkan, Pak Zainuddin memiliki cara tersendiri, misalnya dari gaya mengajar beliau, yaitu gaya mengajar yang penuh dengan sikap humoris.117
115 Zainuddin, selaku guru Fiqih, Wawancara, tanggal 27 November 2017. 116 Fuji Andryanti aktaviani, siswa kelas VIII, Wawancara, tanggal 29 November 2017. 117 Indah Septiana, Wawancara, siswa kelas VIII, tanggal 29 November 2017.
81
Dari hasil pengamatan (observasi) yang peneliti lakukan, terlihat jelas kalau
sebelum memulai pelajaran, Pak Zainuddin selalu membangkitkan rasa ingin tahu
siswanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Tentunya pertanyaan yang
berkaitan dengan materi yang diajarkan. Contohnya, waktu itu ketika sedang
membahas masalah puasa, Pak Zainuddin di awal pembelajaran langsung
mengajukan pertanyaan tentang pengertian dan dasar hukum disyariatkannya
puasa.118
Dari beberapa paparan di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
membuka pelajaran sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar mengajar terutama
untuk mengatasi kejenuhan para siswa saat belajar dan sekaligus untuk
mengembalikan fokus mereka terhadap hal-hal pokok atau inti-inti pelajaran yang
akan dipelajari. Sebab, peserta didik yang memiliki kesiapan mental untuk
belajar, dimungkinkan akan lebih berhasil dalam belajarnya.
3. Manajemen (pengelolaan) kelas
Adapun dari hasil pengamatan peneliti, Bapak Zainuddin mampu mengelola
kelas agar siswanya merasa nyaman ketika belajar. Beliau mampu membuat
suasana kelas menjadi lebih hidup dan membuat siswanya aktif dalam kegiatan
pembelajaran dengan mengadakan permainan-permainan, seperti permainan
“BOOM”, dimana setiap kelipan tiga diganti dengan kata “BOOM”. Meskipun
terlihat sederhana, namun permainan ini melatih siswa untuk tetap konsentrasi
terhadap apa yang diucapkan oleh temannya. Sebab, kalau tidak maka dia akan
118 Oservasi, tanggal 11-13 Desember 2017.
82
salah menyebutkan. Sanksi dari siswa yang salah adalah menjawab pertanyaan
seputar materi pembelajaran, dan waktu itu materi yang dibahas adalah masalah
puasa sunah, puasa makruh, dan puasa haram. Ketika membagi siswanya menjadi
kelompok-kelompok kecil, beliau mampu memaksimalkan setiap potensi yang
dimiliki oleh siswanya. Sehingga, kemampuan setiap kelompok menjadi merata.
Selain itu, setiap kelompok dibuatkan yel-yel untuk membangkitkan
semangatnya.119
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Bq. Mila Salida, yang
mengatakan bahwa:
Ketika Bapak membagi kelompok diskusi, pembagiannya merata. Teman-teman yang memiliki kecerdasan yang tinggi atau memiliki nilai yang tinggi dikelompokkan dengan teman-teman yang memiliki nilai rendah. Sehingga, kami bisa saling mengisi. Tidak ada perbedaan perlakuan terhadap suatu kelompok semua diperlakukan sama.120
Selain itu, hal serupa juga dikatakan oleh Bq. Weni Wijayanti, yang
mengatakan :
Kalau menurut saya Pak Zainuddin itu adalah guru yang super. Sebab, beliau selalu bisa membuat kelas yang ribut terutama ketika beliau menjelaskan dan saat kami berdiskusi, beliau mampu menenangkan suasana kelas. Sehingga kami belajarnya nyaman.121
Dengan demikian, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa manajemen
kelas merupakan salah satu solusi yang bisa digunakan untuk menghadapi setiap
kendala yang dihadapi guru dalam proses belajar mengajar terutama dalam
119Kegiatan pembelajaran Fiqih, Observasi, tanggal 11Desember 2017. 120 Bq. Mila Salida, siswa kelas VIII, Wawancara, tanggal 29 November 2017. 121 Bq. Weni Wijayanti, siswa kelas VIII, Wawancara, tanggal 29 November 2017.
83
meningkatkan rasa percaya diri siswa. Karena manajemen kelas yang efektif
memaksimalkan kesempatan belajar siswa, dan ketika kelas dikelola secara
efektif, maka kegiatan pembelajaran berlangsung lancar dan siswa-siswa terlibat
secara aktif dalam pembelajaran. Selain itu, para siswa juga bisa saling bertanya
dan berdiskusi serta saling mengisi antara satu sama lain. Sehingga tujuan dari
pendidikan itu sendiri dapat tercapai tanpa ada kendala apa pun termasuk ketidak
percayaan diri.
84
BAB III
PEMBAHASAN
Berdasarkan paparan data dan temuan yang peneliti dapatkan sebagaimana
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka langkah selanjutnya adalah
pembahasan atau analisis hasil temuan penelitian dengan mengacu pada teori-
teori yang tersedia. Adapun yang akan dianalisis yaitu: 1). Upaya guru Fiqih
dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman
Jeringo, 2). Kendala yang dihadapi guru Fiqih dalam meningkatkan rasa percaya
diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo, dan yang 3). Solusi yang
dilakukan untuk menangani kendala yang dihadapi guru dalam meningkatkan rasa
percaya diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok
Barat Tahun Pelajaran 2017/2018.
A. Upaya Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Kelas
VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok Barat Tahun
Pelajaran 2017/2018.
Sesuai dengan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan
sejak mulai diizinkan untuk melakukan penelitian, maka dapat disimpulkan
bahwa yang menjadi upaya guru Fiqih dalam meningkatkan rasa percaya diri
siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok Barat
Tahun Pelajaran 2017/2018 adalah:
84
85
1. Memberikan bimbingan
Seorang guru itu harus mampu memberikan bimbingan kepada para
siswanya. Bukan hanya bimbingan ketika proses belajar mengajar
berlangsung, akan tetapi di luar kegiatan belajar mengajar guru juga harus
selalu membimbing para siswanya. Dengan begitu mereka akan merasa
dihargai dan diperhatikan. Dan dari sikap merasa dihargai dan
diperhatikan inilah mereka akan memiliki kepercayaan diri.
Hal ini sesuai dengan prinsip bimbingan yang dikemukakan oleh
Kartini Kartono dalam Hamdani yaitu setiap orang adalah berharga, siswa
mempunyai potensi dan hak untuk memperoleh sukses dalam
kehidupannya. Ia harus ditolong agar potensinya menjadi realita. Dengan
prinsip itu, siswa merasa dirinya dihargai oleh orang lain sehingga ia akan
lebih bersemangat (optimis) dalam menghadapi masalah, baik di sekolah
maupun di luar sekolah. Selain itu, siswa juga menganggap bahwa ia tidak
dibeda-bedakan dari siswa lain karena memiliki kelebihan dibandingkan
siswa lain.122
Kebutuhan akan bimbingan bagi para siswa disebabkan oleh
perkembangan kebudayaan yang sangat pesat, yang mempengaruhi
perkembangan masyarakat secara keseluruhan. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa semakin majunya kebudayaan dan semakin
berkembangannya masyarakat memberikan dampak semakin banyaknya
122Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012), h. 107-108
86
peristiwa keluarga yang berantakan. Akibatnya ialah bertambah
banyaknya orang yang menghadapi masalah kesehatan mental. Kondisi ini
mendorong kebutuhan akan bimbingan pendidikan guna membantu para
siswa dan remaja dalam memecahkan masalah moral, sosial, dan
pendidikan.123
Adapun peran guru Fiqih dalam hal ini Bapak Zainuddin dalam
memberikan bimbingan kepada para siswanya sudah sesuai dengan
pengertian dari bimbingan itu sendiri, yakni memberi bantuan kepada para
siswa seperti yang dikemukakan oleh Sudarwan Danim. Menurutnya,
bimbingan merupakan upaya memberi nasihat dan saran dari seorang atau
sekelompok guru kepada peserta didik.124
Hal ini juga senada dengan yang dikatakan oleh Oemar Hamalik,
yaitu bimbingan merupakan suatu proses memberi bantuan kepada
individu agar individu itu dapat mengenal dirinya dan dapat memecahkan
masalah-masalah hidupnya sendiri sehingga ia dapat menikmati hidup
dengan bahagia.125
Pengertian ini jika dialihkan ke dalam kegiatan pendidikan dan
pengajaran adalah proses pemberian bantuan kepada siswa itu sebagai
individu dan makhluk sosial serta memerhatikan adanya perbedaan-
123 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Bari Algensindo,
2014), h. 192 124 Sudarwan Danim, Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 144 125 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar,,, h. 193
87
perbedaan individu, agar ia dapat membuat tahap maju seoptimal mungkin
dalam proses perkembangannya dan agar ia dapat menolong dirinya
menganalisis dan memecahkan masalah-masalahnya. Semua ini bertujuan
memajukan kebahagiaan hidup, terutama ditekankan pada kesejahteraan
mental.
Dengan demikian, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa sebagai
seorang guru, kita harus memberikan perlakuan yang sama terhadap para
siswa. Karena dengan begitu, siswa merasa dirinya dihargai oleh orang
lain sehingga ia akan lebih bersemangat (optimis) dalam menghadapi
masalah, baik di sekolah maupun di luar sekolah.
2. Membangun komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan/informasi dari
satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi
diantaranya. Dengan demikian, komunikasi dapat diartikan sebagai
penerimaan pesan oleh komunikan sesuai dengan yang dikirim oleh
komunikator, kemudiaan komunikan memberikan respon yang positif
dengan yang diharapkan.126
Membangun komunikasi terutama dalam kegiatan belajar mengajar
merupakan suatu keharusan. Sebab, tanpa komunikasi guru tidak akan
mampu memahami apa yang dialami oleh siswanya. Sehingga, guru tidak
dapat memberikan treatment yang sesuai dengan yang dibutuhkan siswa.
126 M. Sobry, Belajar dan ,,, h. 61
88
Begitupun siswa, tanpa ada komunkasi mereka tidak akan dapat
menjelaskan apa yang sedang dialaminya kepada guru.
Berdasarkan dari hasil observasi (pengamatan) yang peneliti lakukan,
peneliti melihat kalau salah satu kelebihan yang dimiliki oleh Bapak
Zainuddin ialah sifat humoris yang beliau miliki. Sifat humoris yang
Beliau selalu tampilkan terutama ketika proses belajar mengajar
berlangsung membuat komunikasi antara beliau dengan para siswanya
menjadi lebih efektif. Sehingga, apa yang disampaikan oleh beliau ketika
menyampaikan materi pelajaran dapat dengan mudah diterima dan
difahami oleh para siswanya. Selain itu, Beliau juga selalu menjaga
hubungan dengan para siswanya agar tetap baik. Dengan begitu Beliau
mampu mengamati siswanya.127
Humor dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu media
untuk menciptakan suasana yang nyaman agar proses transfer ilmu
pengetahuan tersebut dapat berjalan lebih optimal. Suasana kelas yang
santai dan sesekali disisipi dengan humor-humor segar yang mengundang
tawa, tentu akan lebih mendukung terjadinya proses belajar yang
menyenangkan.128
Komunikasi yang sebenarnya adalah adanya komunikasi yang luas
selain aksi lisan tersebut. Komunikasi bisa tulisan, gerak, dan perilaku,
127 Kegiatan pembelajaran Fiqih, Observasi, pada tanggal 4 Desember 2017 128 Aris Shoimin, Guru Berkarakter,,, h. 127
89
dimana kesemuanya itu memiliki makna yang ada korelasinya dengan
konsep yang sedang digarap sehingga diharapkan ada pemahaman baru
yang akan lebih bijaksana dalam menyikapi aksi-aksi yang terjadi di
kelas.129
Jadi, kemampuan guru dalam berkomunikasi sangat diperlukan di
dalam pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas. Komunikasi
dengan intonasi yang dapat dimengerti, intonasi yang sopan, memiliki
nilai-nilai dan norma-norma, apalagi jika disisipi oleh nilai-nilai religius,
akan sangat menyejukkan bagi kehidupan.130
Perlu diingat, berkomunikasi juga harus bisa membangun motivasi
bagi siswa untuk selalu giat dalam menyelesaikan tugas-tugas belajarnya.
Apa arti sebuah nilai jika siswa tersebut tidak memiliki kemampuan yang
diharapkan. Komunikasi sangat penting dalam membentuk konsepsi diri
siswa dan akan membawa siswa kea rah perubahan sikap seperti tujuan
pembelajaran yang direncanakan sebelumnya.131
Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan kalau dengan
komunikasi yang efektif seorang pendidik mampu mengetahui dan
memahami apa yang dialami oleh siswanya. Begitupun siswa, melalui
komunikasi yang efektif diharapkan dapat menjelaskan apa yang sedang
dialami kepada gurunya. Dengan demkian, masalah apapun dapat diatasi,
129 Ibid., h. 120 130 Ibid., h. 121 131 Ibid., h. 122
90
sehingga tujuan yang dicita-citakan bersama dapat tercapai dengan mudah,
dan kondisi belajar yang efektif dan efisien dapat terpenuhi. Dan hal ini
dapat dilakukan dengan sangat baik oleh Bapak Zainuddin yang mampu
membangun komunikasi yang efektif dengan para siswanya dan mampu
menciptakan kondisi belajar yang santai dan menyenangkan.
3. Memberi motivasi
Guru-guru sangat menyadari pentingnya motivasi di dalam
membimbing belajar siswa. Berbagai macam tekhnik dilakukan seperti
kenaikan tingkat, penghargaan, piagam-paiagam prestasi, pujian,
pemberian angka, bahkan celaan telah dipergunakan untuk mendorong
siswa agar mau belajar. Ada kalanya, guru-guru mempergunakan tekhnik-
tekhnik tersebut secara tidak tepat.
Masalah memotivasi siswa dalam belajar, merupakan masalah yang
sangat kompleks. Dalam memotivasi siswa tersebut tidak ada aturan-
aturan yang sederhana. Menurut pengamatan Hilgard dan Russell, ternyata
tidak ada obat yang mujarab untuk menyembuhkan segala “ penyakit
mental” yang didapati pada anak-anak yang berada di dalam lingkungan
sekolah yang tidak cocok bagi mereka. Apabila terdapat kesimpulan
penelitian yang kiranya dapat membantu guru, ternyata kemudian tidak
91
diketahui tentang prosedur yang pasti untuk memotivasi semua siswa pada
setiap saat.132
Guru merupakan penggerak kegiatan belajar para siswanya. Ia harus
menyusun suatu rencana tentang cara-cara melakukan tindakan serta
mengumpulkan bahan-bahan yang dapat membangkitkan serta menolong
para siswa agar mereka terus melakukan usaha-usaha yang efektif untuk
mencapai tujuan-tujuan belajar. Sebagian dari siswa yang masuk dan
memiliki tujuan-tujuan belajar dalam pikirannya. Bagi mereka ini
mungkin hanya diperlukan sedikit bantuan untuk membangkitkan
motivasinya. Akan tetapi, ada juga anak yang datang masuk sekolah tanpa
memiliki tujuan apa-apa. Kepada mereka ini perlu diberikan banyak
bantuan agar mereka melihat tujuan-tujuan belajar yang bermakna bagi
mereka.
Mc Donald memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai
suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh
dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. 133
Orang yang termotivasi membuat reaksi-reaksi yang mengarahkan dirinya
kepada usaha mencapai tujuan, untuk mengurangi ketegangan yang
ditimbulkan oleh perubahan tenaga di dalam dirinya. Dengan kata lain,
132 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006), h. 201 133 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,,, h. 203
92
motivasi memimpin kearah reaksi-reaksi mencapai tujuan, misalnya untuk
dapat dihargai dan diakui oleh orang lain.134
Dirgagunarsa dalam Rafy Sapuri mengatakan motif juga berarti
dorongan atau kehendak. Jadi, yang menyebabkan timbulnya semacam
kekuatan agar seseorang itu berbuat atau bertindak. Dengan kata lain
bertingkah laku. Tingkah laku tersebut dilatarbelakangi oleh adanya motif.
Perbuatan manusia sekecil apa pun tidak ada yang lepas dari motivasi-
motivasi walaupun dalam keadaan tidak sadar sekalipun.135
Setiap guru berusaha memotivasi semua anak dengan tekhnik yang sama
sehingga mungkin sebagian akan tertolong, tetapi sebagian mungkin tidak.
Oleh karena itu, guru perlu terus belajar mengenai cara-cara
membangkitkan motif ini.136
Berdasarkan hasil Wawancara dan observasi yang peneliti lakukan, hal
ini lah yang dilakukan oleh Bapak Zainuddin yaitu terus belajar tentang
cara membangkitkan motivasi siswa. Sehingga beliau tidak hanya
memberikan motivasi dengan kata-kata, tetapi lebih kepada action atau
tindakan yakni dengan cara membiasakan para siswa untuk selalu
mengeluarkan pendapatnya, baik ketika diskusi kelompok maupun dalam
kegiatan belajar mengajar seperti biasa.
134Ibid., h. 204 135 Rafy Sapuri, Psikologi Islam, (Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 219 136 Oemar Hamalik, Psikologi belajar,,, h. 176
93
Dengan demikian, peneliti dapat mengambil kesimpulan kalau
motivasi itu tidak selamanya hanya berupa kata-kata yang bisa
membangkitkan semangat para siswa terutama rasa percaya diri mereka.
Akan tetapi, motivasi juga bisa berupa tindakan , misalnya dengan lebih
membiasakan para siswa untuk bisa mengekspresikan diri mereka di
depan umum terutama di depan kelas ketika proses belajar mengajar
sedang berlangsung. Sebagaimana yang sering dilakukan oleh Bapak
Zainuddin.
4. Kerja sama guru dan orangtua
Untuk dapat memberikan layanan pendidikan yang berkualitas,
sekolah harus dapat menjalin kerja sama sinergis dengan keluarga dan
masyarakat. Kerja sama sinergis itu untuk menciptakan proses pengajaran
dan pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, agar peserta didik
menjadi manusia yang berpendidikan dan warga Negara yang produktif.137
Pada hakikatnya, guru dan orangtua dalam pendidikan mempunyai tujuan
yang sama, yaitu mengasuh, mendidik, membimbing, membina, serta
memimpin anak menjadi orang dewasa dan dapat memperoleh
kebahagiaan hidupnya dalam arti yang seluas-luasnya.
Visi yang besar itu diawali dari pendidikan orangtua sebagai pendidik
pertama dalam keluarga. Sebagai tindak lanjut pendidikan, karena
137 Syaiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2013), h. 251
94
orangtua mempunyai ruang lingkup dan kapasitas yang sangat terbatas,
mereka menyekolahkan anaknya di sekolah. Untuk itu, dibutuhkan kerja
sama yang baik antara guru dan orangtua sehingga murid senantiasa tetap
berada dalam pengontrolan. Dengan demikian, murid tidak mempunyai
peluang untuk melakukan hal-hal yang mengarah pada tindakan yang
melanggar tatanan kemasyarakatan. Melalui kerja sama antara guru
dengan orangtua, terjadi pertukaran informasi antara guru dan orangtua
sekitar fenomena dan peristiwa yang melingkupi diri murid dalam
kehidupan sehari-harinya. Pertukaran informasi sekitar fenomena
kehidupan murid, baik dalam lingkungan sekolah, keluarga maupun
masyarakat merupakan titik nadi kehidupan yang perlu diperhatikan oleh
guru dan orangtua dalam rangka mengawasi aktivitas keseharian murid,
khususnya dalam aktivitas belajarnya.138
Kerja sama pengawasan antara guru dan orangtua murid tersebut,
dimaksudkan agar aktivitas keseharian setiap murid tidak larut dalam
aktivitas yang dapat mengganggu aktivitas belajarnya. Melalui kerja sama
tersebut, orangtua akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang
tingkat keberhasilan anaknya dalam mengikuti aktivitas di sekolah.
Di samping itu, orangtua juga akan mengetahui kesulitan-kesulitan
yang sering dihadapi anak-anaknya di sekolah, juga dapat memperoleh
informasi tentang kondisi anak-anaknya dalam menerima pelajaran,
138 Hamdani, Bimbingan dan,,, h. 19
95
tingkat kerajinan, malas, atau etika dalam pergaulannya. Sebaliknya, guru
dapat pula mendapatkan informasi tentang kondisi kejiwaan muridnya,
yang dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan keadaan murid dalam
kehidupannya di tengah-tengah masyarakat, dan sebagainya.
Kegiatan pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara
sekolah (guru), orangtua murid, masyarakat, dan pemerintah. Dengan
demikian, semua pihak yang terkait harus senantiasa menjalani hubungan
kerja sama dan interaksi dalam menciptakan kondisi belajar yang sehat
bagi para murid. Interaksi semua pihak yang terkait akan mendorong
murid untuk senantiasa melaksanakan tugasnya sebagai pelajar, yaitu
belajar dengan tekun dan bersemangat. Selain interaksi tersebut, ada juga
interaksi yang mutlak harus dilaksanakan yang secara langsung dapat
mewujudkan aktivitas belajar yang baik, yakni interaksi antara guru dan
murid. Interaksi tersebut mengindikasikan terpadunya dua jenis kegiatan
yang tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Aktivitas belajar yang
dijalani oleh murid sebagai pelajar, dan aktivitas mengajar yang dilakukan
oleh guru merupakan tugas professional guru.139
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan,
maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa upaya yang paling
penting untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa adalah dengan bekerja
sama atau membangun interaksi dengan orangtua murid. Karena
139 Hamdani, Bimbingan dan,,, h. 20
96
bagaimanapun upaya yang dilakukan guru, semuanya tidak akan ada
artinya kalau tidak ada dorongan dan perhatian dari orangtua murid
sebagai pendidik pertama dalam keluarga. Dan interaksi atau hubungan
yang telah dijalin dan dibangun oleh Bapak Zainuddin merupakan langkah
atau upaya yang sangat tepat untuk meningkatkan kualitas para siswa
terutama rasa percaya diri siswa.
B. Kendala yang dihadapi guru Fiqih dalam meningkatkan rasa percaya diri
siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Tahun Pelajaran 2017/2018
1. Keterbatasan Waktu
Singkatnya jam pelajaran yang tertera pada kurikulum mengakibatkan
konsentrasi siswa dan guru menjadi terganggu, sedangkan target yang
akan dicapai dalam pembelajaran sangatlah luas. Hal ini sudah menjadi
realita dalam dunia pendidikan kita bahwa jam pelajaran yang sangat
singkat membuat para siswa dan guru kelabakan dalam menerima dan
memberi materi pelajaran. Sehingga mengakibatka tidak tercapainya
tujuan pendidikan dengan maksimal.140
Dalam hal ini syaiful Bahri Djamarah menekankan bahwa seorang
guru yang menyadari akan pentingnya waktu, tidak akan membiarkan
waktu berlalu tanpa makna, tetapi akan memanfaatkannya secara efektif
140 Zainuddin, S.Pd. I, Wawancara, tanggal 27 November 2017.
97
dan efisien.141 Dalam pembelajaran, pemanfaatan waktu secara efektif dan
efisien merupakan harapan semua guru, khususnya guru bidang studi
Fiqih.
Oleh sebab itu Zakiah Darajat mengatakan bahwa sebagai suatu bagian
dalam pengelolaan pembelajaran, waktu yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kegiatan harus diperhitungkan.142
Guru harus berupaya mendidik siswa dalam menghargai waktu, bukan
mendidiknya untuk tidak menghargai waktu. Disitulah upaya guru
diperlukan untuk menegakkan disiplin, baik di dalam kelas maupun di luar
kelas. Guru harus menjadi teladan bagi terlaksananya disiplin. Guru harus
membimbing siswa agar menjadi warga sekolah yang disiplin. Guru harus
mempersiapkan siswa agar menjadi warga masyarakat yang sadar akan
hak dan kewajibannya sebagai warga masyarakat. Dalam upaya inilah
serorang guru harus mencerminkan tingkah laku sebagai warga
masyarakat yang dapat digurui dan diikuti oleh siswa dengan penuh
kesadaran.
Dengan demikian peneliti dapat menyimpulkan kalau waktu
merupakan suatu kendala yang bukan hanya dihdapi oleh Bapak
Zainuddin saja, melainkan juga oleh para pengajar atau guru yang lain.
141 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, (Surabaya: Usaha
Nasional, 1994), h. 69 142 Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011),
h. 284
98
Oleh sebab itu, dibutuhkan keprofesionalan dalam mengelola waktu
supaya bisa dimanfaatkan dengan efektif dan efisien sehingga tujuan dari
pendidikan itu dapat tercapai dan terpenuhi.
2. Kondisi psikis (perasaan) siswa
Perasaan dapat diartikan sebagai suasana psikis yang mengambil
bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap suatu
hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam diri.143
Perasaan banyak mendasari dan juga mendorong tingkah laku
manusia. Suasana jiwa anak didik sangat mempengaruhi kegairahan
belajarnya. Agar belajar anak dapat berlangsung secara efektif, pendidikan
hendaknya menciptakan situasi sedemikian rupa. Sehingga menimbulkan
perasaan-perasaan yang menunjang aktivitas belajar pada anak didik.
Perasaan anak didik hendaknya dikembangkan secara selaras (dalam
hubungannya dengan situasi belajar), serta seimbang (dalam hubungannya
dengan perkembangan pribadi anak didik).144
Dalam hubungannya dengan masalah emosi (perasaan) ini, guru
hendaknya melibatkan dirinya dalam mempelajari keadaan rumah dan
masyarakat sekitar tempat tinggal anak-anak. Apabila anak diliputi
143 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,,, h. 37 144 Ibid., h. 39
99
perasaan khawatir karena masalah-masalah dalam keluarga, hal ini akan
menghambat kegiatan belajarnya.145
Dalam belajar, siswa terkadang mengalami kejenuhan belajar.
Peristiwa jenuh ini kalau dialami seorang siswa yang sedang dalam proses
belajar dapat membuat siswa tersebut merasa telah memubazirkan
usahanya.146
Seorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar merasa seakan-akan
pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari belajar tidak ada
kemajuan. Tidak adanya hasil kemajuan belajar ini umumnya tidak
berlangsung selamanya, tetapi dalam rentang waktu tertentu saja.
Menurut Chaplin dalam Muhibbinsyah, kejenuhan belajar dapat
melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan kehilangan
konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu
sampai pada tingkat keterampilan berikutnya. Selain itu, kejenuhan juga
dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas
kemampuan jasmaniyahnya karena bosan (boring) dan keletihan (fatigue).
Namun, penyebab kejenuhan yang paling umum adalah karena keletihan
yang melanda siswa, karena keletihan dapat menjadi penyebab munculnya
perasaan bosan pada siswa yang bersangkutan.147
145 Oemar Hamalik, Psikologi belajar,,, h. 96 146 Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2014), h. 162 147 Ibib., h. 163
100
Dengan demikian peneliti dapat mengambil kesimpulan kalau kondisi
psikis siswa berupa bosan dan keletihan dapat menjadi penghambat atau
kendala dalam proses belajar mengajar termasuk di dalamnya
menghambat guru dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa. Karena,
kalau siswa sudah merasa bosan apalagi jenuh, apapun yang disampaikan
oleh guru semuanya tidak akan menghasilkan apa-apa. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Muhibbinsyah kalau siswa yang sedang dalam keadaan
jenuh system akalnya tak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan
dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga
kemajuan belajarnya seakan-akan jalan ditempat.148
3. Kelas yang gemuk
Masalah kelas yang gemuk atau kelas yang besar merupakan masalah
yang sering terjadi terutama bagi sekolah swasta. Hal ini terjadi karena
kurangnya ruang kelas, sehingga ruangan kelas yang seharusnya berisi 20-
25 orang diisi oleh 30-40 orang. Hal ini yang bisa menjadi kendala dalam
proses belajar mengajar. Sebab, semakin banyak siswa akan semakin sulit
untuk mengawasi atau mengontrolnya.
Hal ini juga sesuai dengan yang dikatakan oleh Jhon W. Santrock
dalam bukunya “ Psikologi Pendidikan”. Santrock mengatakan bahwa
sifat kelas yang besar dan kompleks bisa menghasilkan masalah yang
148Ibid. , h. 163
101
besar apabila kelas tidak dikelola secara efektif. Memang, masalah yang
seperti ini merupakan persoalan umum yang utama tentang sekolah.149
Semakin banyak siswa maka akan semakin besar peluang untuk para
siswa bermain-main di dalam kelas, bahkan mungkin tidak
memperhatikan apa yang disampaikan oleh gurunya. Ini terjadi karena
kurangnya pengawasan dari guru. Hal ini bisa mengakibatkan tujuan dari
pendidikan itu tidak bisa tercapai.
Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kelas yang
gemuk atau kelas yang melebihi kapasitas tampungan sangat menghambat
terjadinya proses belajar mengajar yang baik dan bermutu. Sebab, semakin
banyak siswa maka akan semakin sulit untuk melakukan pengawasan dan
pengontrolan terhadap para siswa. Akibatnya, apa yang disampaikan oleh
guru tidak akan pernah bisa diterima dengan maksimal oleh para siswa,
sehingga tujuan dari pendidikan itu tidak dapat dicapai dengan maksimal.
C. Solusi yang dilakukan untuk menangani kendala yang dihadapi guru dalam
meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman
Jeringo Gunung Sari Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018.
1. Membuat kelompok diskusi.
Dalam dunia pendidikan metode diskusi mendapatkan perhatian,
karena dengan diskusi akan merangsang murid-murid berpikir atau
mengeluarkan pendapat sendiri.150
149 Jhon W. Santrock, Psikologi Pendidikan,(Jakarta: Salemba Humanika, 2011), h. 254
102
Membuat kelompok diskusi (kelompok belajar) merupakan salah satu
cara untuk memberikan bimbingan sekaligus latihan kepada para siswa
agar terbiasa mengeluarkan pendapat sendiri. Sehingga dengan begitu,
para siswa akan memiliki kepercayaan diri karena telah terbiasa. Membuat
kelompok diskusi (kelompok belajar) juga bisa digunakan sebagai solusi
keterbatasan waktu dalam memberikan bimbingan kepada para siswa. Hal
ini sebagaiman diungkapkan oleh Bapak Zainuddin yang mengatakan :
Keterbatasan waktu mengajar dalam memberikan bimbingan bisa kita
siasati atau kita atasi dengan jalan membuat kelompok diskusi atau
kelompok belajar. Bukan hanya ketika di sekolah saja, tetapi kelompok
belajar ini juga dilakukan di luar sekolah. Dengan begitu, kita lebih bisa
memberikan bimbingan yang lebih maksimal sekaligus bisa lebih dekat
dengan mereka.151
Forum diskusi dapat diikuti oeleh semua peserta didik di dalam kelas,
dapat pula dibentuk kelompok-kelompok yang lebih kecil. Yang perlu
mendapat perhatian ialah hendaknya para siswa dapat berpartisipasi secara
aktif di dalam setiap forum diskusi. Semakin banyak peserta didik terlibat
dan menyumbangkan pikirannya, semakin banyak pula yang dapat mereka
pelajari.152
150 Zakiah Darajat, metodik Khusus,,, h. 292 151 Zainuddin, S.Pd. I, Wawancara, guru Fiqih, tanggal 27 November 2017. 152 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h. 321
103
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa diskusi atau kelompok
belajar itu dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mensiasati
keterbatasan waktu bimbingan di sekolah. Selain itu, dengan adanya
kelompok diskusi atau kelompok belajar yang bukan hanya dilakukan di
sekolah tapi juga di rumah, guru dapat lebih banyak waktu untuk
membimbing sekaligus mengarahkan para siswanya untuk lebih
meningkatkan prestasi belajarnya termasuk untuk meningkatkan rasa
percaya diri mereka, sekaligus guru juga dapat melakukan pengawasan
terhadap siswanya sehingga para siswa tidak mempunyai peluang untuk
melakukan hal-hal yang mengarah pada tindakan yang melanggar tatanan
kemasyarakatan.
2. Keterampilan Membuka Pelajaran
Membuka pelajaran ialah usaha atau kegiatan guru untuk
mencipatakan situasi-kondisi siap mental dan perhatian peserta didik agar
tertuju dan terpusat pada hal-hal pokok atau inti-inti pelajaran yang akan
di pelajari.153
Sedangkan menurut Ramayulis, membuka pelajaran (set instruction)
adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan
153 Achsanuddin, Program Pengalaman Lapangan: Wahana Pembentukan Profesionalitas
Guru, (Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2011), h. 74
104
pembelajaran untuk menciptakan pra kondisi bagi siswa agar mental
maupun perhatiannya terpusat pada apa yang akan dipelajarinya.154
Dari hasil pengamatan (observasi) yang peneliti lakukan, terlihat jelas
kalau sebelum memulai pelajaran, Pak Zainuddin selalu membangkitkan
rasa ingin tahu siswanya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Tentunya pertanyaan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
Apa yang dilakukan oleh Pak Zainuddin yaitu menimbulkan rasa ingin
tahu, gaya mengajar yang bervariasi, dan mengaitkan materi pelajaran
dengan lingkungan sekitar merupakan komponen-komponen membuka
pelajaran sebagaimana yang dijelaskan oleh M. Uzer Usman dalam
Ramayulis, yaitu:155
1. Gaya mengajar siswa, menggunakan media pembelajaran atau pola interaksi yang bervariasi. Menimbulkan motivasi disertai kehangatan dan keantusiasan, menimbulkan rasa ingin tahu, mengemukakan ide-ide yang bertentangan dan memperhatikan minat atau interest siswa.
2. Memberi acuan melalui berbagai usaha, seperti mengemukakan tujuan pembelajaran dan batas-batas tugas, mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas dan mengajukan beberapa pertanyaan.
3. Memberikan apersepsi (memberikan kaitan antara materi sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari) sehingga materi yang dipelajari merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisah-pisah.
Dikatakan, apabila guru tidak terampil membuka pelajaran sangat memungkinkan mental peserta didik tidak siap, dan perhatiannya juga tidak akan tertarik dan terpusat pada hal-hal pokok atau inti-inti pelajaran yang dipelajari. Akibatnya adalah, semangat, perhatian, dan
154 Ramayulis, Etika dan Profesi Keguruan, (Jakarta: Kalam Mulia, 2013), h. 285 155 Ramayulis, Etika dan,,, h. 285-286
105
partisipasi peserta didik rendah di dalam kegiatan pembelajaran. Untuk itu, membuka pelajaran tidak hanya harus dilakukan oleh guru pada saat memulai kegiatan pembelajaran, tapi juga harus dilakukan setiap kali beralih ke hal pokok atau inti pelajaran selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Sehingga produktivitas atau tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai secara optimal.156 Dari beberapa paparan di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan
bahwa membuka pelajaran sangat dibutuhkan dalam kegiatan belajar
mengajar terutama untuk mengatasi kejenuhan para siswa saat belajar dan
sekaligus untuk mengembalikan fokus mereka terhadap hal-hal pokok atau
inti-inti pelajaran yang akan dipelajari. Sebab, peserta didik yang memiliki
kesiapan mental untuk belajar, dimungkinkan akan lebih berhasil dalam
belajarnya bila dibandingkan dengan peserta didik yang tidak memiliki
kesiapan mental untuk belajar. Sehingga, pada akhirnya produktivitas atau
tujuan pembelajaran itu dapat tercapai secara optimal termasuk di
dalamnya kepercayaan diri siswa. Karena, kesiapan mental peserta didik
dalam belajar akan lebih memudahkan guru untuk mengarahkan sekaligus
membimbing mereka untuk menghadapi kendala-kendala dalam
pembelajaran termasuk ketidak percayaan diri siswa.
3. Pengelolaan (Manajemen) kelas
Manajemen kelas yang efektif memaksimalkan kesempatan belajar
anak. Ketika kelas dikelola secara efektif, maka kelas berlangsung dengan
lancar dan siswa-siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Akan
156 Achsanuddin, Program Pengalaman,,, h. 75
106
tetapi, ketika kelas dikelola dengan buruk, kelas bisa menjadi tempat yang
kacau-balau dimana pembelajaran merupakan aktivitas yang tidak pada
tempatnya.157
Pengelolaan (manajemen) kelas mengarah pada peran guru untuk
menata pembelajaran secara kolektif atau klasikal dengan cara mengelola
perbedaan-perbedaan kekuatan individual menjadi sebuah aktivitas belajar
bersama. Suharsimi Arikunto dalam M. Sobry Sutikno berpendapat bahwa
pengelolaan kelas merupakan suatu usaha yang dilakukan guru untuk
membantu menciptakan kondisi belajar yang optimal.158
Menurut definisi operasional, pengelolaan kelas merupakan
penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan belajar siswa yang
berlangsung pada lingkungan sosial, emosional, dan intelektual anak
dalam kelas menjadi sebuah lingkungan belajar yang membelajarkan.
Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja,
tercapainya suasana kelas yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
nyaman dan penuh semangat sehingga terjadi perkembangan intelektual,
emosional, dan sikap serta apresiasi pada siswa.159
Adapun dari hasil pengamatan peneliti, Bapak Zainuddin mampu
mengelola kelas agar siswanya merasa nyaman ketika belajar. Beliau
mampu membuat suasana kelas menjadi lebih hidup dan membuat
157 Jhon W. Santrock, Pikologi Pendidikan,,, h. 250 158 M. Sobry, Belajar dan Pembelajaran ,,, h. 57 159Ibid.,h. 58.
107
siswanya aktif dalam kegiatan pembelajaran. Ketika membagi siswanya
menjadi kelompok-kelompok kecil, beliau mampu memaksimalkan setiap
potensi yang dimiliki oleh siswanya. Sehingga, kemampuan setiap
kelompok menjadi merata.
Para ahli dalam manajemen kelas mengungkapkan bahwa telah terjadi
perubahan dalam pemikiran tentang cara terbaik mengelola kelas.
Pandangan sebelumnya lebih menekankan pembuatan dan penerapan
peraturan dalam mengendalikan perilaku siswa. Pandangan terbaru lebih
memfokuskan diri pada kebutuhan siswa dalam memelihara hubungan dan
kesempatan untuk meregulasi diri. 160
Manajemen kelas yang mengorientasikan siswa kea rah kepasifan dan
kepatuhan dengan peraturan yang ketat bisa merusak keterlibatan mereka
dalam pembelajaran yang aktif, tingkat pemikiran yang lebih tinggi, dan
konstruksi social pengetahuan. Tren baru di dalam manajemen kelas
menempatkan lebih banyak penekanan pada bimbingan siswa ke arah
disiplin diri dan lebih sedikit penekanan pada pengendalian siswa secara
eksternal.161
160 Jhon W. Santrock, Psikologi Pendidikan,,, h. 251 161 Ibid., h. 251
108
Menurut sejarah manajemen kelas, guru dianggap sebagai pemimpin.
Dalam tren saat ini yang berpusat pada siswa, guru lebih dianggap sebagai
pembimbing, koordinator, dan fasilitator.162
Dengan demikian, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa
manajemen kelas merupakan salah satu solusi yang bisa digunakan untuk
menghadapi setiap kendala yang dihadapi guru dalam proses belajar
mengajar terutama dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa. Karena
manajemen kelas yang efektif memaksimalkan kesempatan belajar siswa,
dan ketika kelas dikelola secara efektif, maka kegiatan pembelajaran
berlangsung lancar dan siswa-siswa terlibat secara aktif dalam
pembelajaran. Sehingga tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat tercapai
tanpa ada kendala apa pun termasuk ketidak percayaan diri.
162 Ibid., h. 251
109
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan paparan dan pembahasan skripsi ini sesuai dengan apa yang
dirumuskan dalam permasalahan-permasalahan dapat ditarik beberapa
kesimpulan yaitu:
1. Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru Fiqih dalam meningkatkan rasa
percaya diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari
Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018 adalah dengan cara : a).
Memberikan bimbingan kepada para siswa, b). Membangun komunikasi yang
efektif, c). memberikan motivasi kepada para siswa, dan d). membangun kerja
sama dengan orangtua atau wali murid.
2. Kendala yang dihadapi guru Fiqih dalam meningkatkan rasa percaya diri
siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Tahun Pelajaran 2017/2018
adalah : a). Keterbatasan waktu dalam mengajar, b). Kondisi psikis (perasaan)
siswa, dan c). Kelas yang gemuk.
3. Solusi yang dilakukan untuk menangani kendala yang dihadapi guru dalam
meningkatkan rasa percaya diri siswa kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo
Gunung Sari Lombok Barat Tahun Pelajaran 2017/2018 adalah : a). Membuat
kelompok belajar (kelompok diskusi), b). Keterampilan Membuka Pelajaran,
dan c). Pengelolaan (manajemen) kelas.
109
110
B. Saran
1. Kepada kepala madrasah agar memperhatikan dan berperan secara
proforsional dan professional dalam menciptakan proses dan hasil
pembelajaran yang diinginkan, baik melalui peningkatan fasilitas
pembelajaran, termasuk pengadaan sarana dan prasrana serta fasilitas lain
berupa media pembelajaran untuk lebih membantu guru dalam menjalankan
tugasnya secara professional guna mewujudkan pembelajaran yang baik dan
bermutu.
2. Kepada tenaga pengajar, harus berupaya meningkatkan kompetensi dan
keprofesionalannya dan harus benar-benar mempersiapkan diri secara
maksimal dalam mewujudkan proses pembelajaran yang baik dan bermutu.
3. Kepada para siswa, agar benar-benar mengikuti proses belajar mengajar
(pembelajaran) secara serius dan intensif. Karena proses pembelajaran
merupakan salah satu inti pokok dalam mengikuti proses pembelajaran dalam
dunia pendidikan.
111
DAFTAR PUSTAKA
Achsanuddin, Program Pengalaman Lapangan: Wahana Pembentukan Profesionalitas Guru, Yogyakarta: Kurnia Kalam Semesta, 2011.
Bungin Burhan, Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis Ke Arah Ragam Varian Kontemporer, Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Centi.J.P., Mengapa Rendah Diri, Yogyakarta:Kanisius, 1993.
Danim Sudarwan, Perkembangan Peserta Didik, Bandung: Alfabeta, 2014.
Darajat Zakiah, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, 2011.
De Angelis Barbara, Self Confidence:Percaya Diri Sumber Kesuksesan dan Kemandirian, Jakarta: Gramedia Pustaka, 2000.
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, Bandung: CV. Diponegoro, 2005.
Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012 .
Djamarah Syaiful Bahri, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya: Usaha Nasional, 1994.
, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Hamalik Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2014.
Hamdani, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: CV. Pustaka Setia, 2012.
Hariwijaya, Metode dan Penulisan SKRIPSI, TESIS Dan DISERTAI Untuk Ilmu Sosial dan Humaniora, Yogyakarta: Parama Ilmu, 2007.
http://kbbi.web.id/percaya, Mataram 06 Mei 2017 pukul 21:30 .
Kadir Abdul, Dasar-dasar Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
Leman Martin, ”Membangun Rasa Percaya Diri Anak”, dalam leman.or.id/anakku/percaya-diri.html, 06Mei 2017 pukul 22:45.
112
Mahmud, Metodode Penelitian Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 2011.
Margono, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.
Mukhtar Lalu dan Hully, Profesi Keguruan , Mataram: Alam Tara Institute, 2012.
Muleong Laxy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000.
Puspitarini Henny, Membangun Rasa Percaya Diri Anak, Jakarta:PT Elex Media Komputindo, 2013.
Rahmad D.J, Psikologi Komunikasi, Bandung:Remaja Rosdakarya, 1991.
Ramayulis, Etika dan Profesi Keguruan, Jakarta: Kalam Mulia, 2013.
, Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012.
Sagala Syaiful, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan, Bandung: Alfabeta, 2013.
Santrock Jhon W., Psikologi Pendidikan, Jakarta: Salemba Humanika, 2011.
Sapuri Rafy, Psikologi Islam, Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2009.
Shoimin Aris, Guru Berkarakter untuk Implementasi Pendidikan Karakter, Yogyakarta: Gava Media, 2014.
Soemanto Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
Sugiyono, Mehami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV. Alfabeta, 2015
Suryabrata Sumadi, Psikologi Kepribadian, Jakarta:Raja Grafindo, 2005 .
Sutikno M. Sobry, Belajar dan Pembelajaran, Lombok: Holistica, 2013.
Thursan Hakim, Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri, Jakarta: Puspa Swara, 2002.
Tracy Brian, The Power of Self Confidence, Surabaya: PT. Menuju Insan Cemerlang, 2013.
113
W.J.S. Purwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1992.
114
LAMPIRAN-LAMPIRAN
115
Lampiran 1. Kegiatan Wawancara
Lokasi penelitian
Wawancara dengan Bapak Zainuddin, S.Pd. Wawancara dengan H. Ishak, S.Pd.I (Kepala MTs. Fathurrahman jeringo)
Wawancara Dengan Siswa
116
Wawancara Dengan Wali Murid
117
Lampiran 2. Hasil Transkip Wawancara
HASIL TRANSKIP WAWANCARA
Upaya Guru Fiqih dalam Meningkatkan Rasa Percaya Diri Siswa Kelas VIII MTs. Fathurrahman Jeringo Gunung Sari Lombok Barat Tahun
Pelajaran 2017/2018.
HASIL TRANSKIP WAWANCARA
(Dengan Bapak Zainuddin, S.Pd. I, Selaku guru pengampu bidang studi Fiqih)
Tgl Pertanyaan
Jawaban
20 November 2017
1. Apa saja upaya-upaya atau langkah-langkah yang Bapak lakukan supaya para siswa itu memiliki kepercayaan diri ?
2. Apa bimbingan yang Bapak berikan hanya dilakukan ketika proses belajar mengajar berlangsung saja, atau bagaimana Pak ?
3. Bagaimana cara Bapak membangun komunikasi yang efektif dengan para siswa ?
4. Motivasi yang Bapak berikan seperti apa ? apakah dengan pemberian
1. Masing-masing guru kan memiliki upaya-upaya tersendiri dan beragam dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa. Akan tetapi, kalau saya pribadi supaya para siswa itu memiliki rasa percaya diri yang saya lakukan adalah memberikan mereka bimbingan, membangun komunikasi yang baik dan efektif dengan mereka, memberikan motivasi, dan tentunya membangun kerja sama dengan orangtua atau wali murid mereka.
2. Seorang guru itu harus mampu memberikan bimbingan kepada siswanya. Bukan hanya bimbingan ketika proses belajar mengajar berlangsung, akan tetapi di luar kegiatan belajar mengajar guru juga harus selalu membimbing para siswanya. Dengan begitu, mereka akan merasa dihargai dan diperhatikan, dan dari sikap merasa
118
angka atau hanya memberikan dorongan dengan kata-kata Pak ?
dihargai dan diperhatikan inilah mereka akan memiliki kepercayaan diri.
3. Untuk membangun komunikasi yang baik dan efektif terutama dengan para siswa, saya biasa melakukannya dengan memberikan guyonan-guyonan atau cerita-cerita lucu terutama ketika menjelaskan materi agar mereka tidak mudah jenuh dan bosan di dalam kelas dan ketika kita sudah mampu membangun komunikasi dengan mereka, maka kita akan mudah untuk mengarahkan mereka.
4. Motivasi itu mutlak diperlukan dalam setiap kegiatan yang kita lakukan, lebih-lebih dalam proses belajar mengajar. Motivasi itu bukan hanya berupa pemberian angka atau dorongan dengan kata-kata saja, tetapi bisa juga dengan cara kita membiasakan mereka berbicara di depan kelas untuk mengeluarkan pendapat mereka, seperti yang biasa saya lakukan pada siswa. Kalau mereka sudah terbiasa berbicara di depan kelas, maka dengan sendirinya kepercayaan diri itu akan muncul.
5. Hal tersebut merupakan suatu keharusan. Sebab, apa pun usaha atau upaya yang dilakukan oleh guru , kalau tidak ada dukungan dari orangtua, maka semua usaha yang dilakukan oleh guru akan sia-sia dan tidak ada hasilnya. Selain
119
itu, guru dengan orangtua siswa bisa bertukar informasi tentang kondisi anaknya baik di sekolah maupun di rumah, dan sekaligus supaya bisa mengawasi anak-anak.
27 November 2017
1. Apakah ada kendala atau halangan yang Bapak hadapi ketika melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa ?
2. Kendala apa saja yang Bapak hadapi ketika melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri siswa ?
3. Mengapa keterbatasan waktu itu bisa menjadi kendala dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa ?
4. Kondisi psikis siswa yang seperti apa yang dapat menjadi kendala bagi Bapak untuk bisa meningkatkan kepercayaan diri siswa ?
5. Maksud Bapak dengan kelas yang gemuk juga dapat menjadi kendala itu apa Pak ?
1. Kalau dalam melakukan sesuatu itu, apa lagi menjalankan tugas sebagai guru, kendala atau halangan itu sudah pasti ada.
2. Ada banyak sekali kendala yang dihadapi oleh sekolah terutama oleh guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan, termasuk di dalamnya membentuk kepercayaan diri siswa. Tapi, kalau saya pribadi ada beberapa kendala yang paling menonjol yaitu: keterbatasan waktu, kondisi psikis siswa, dan kelas yang gemuk.
3. Sebab, singkatnya jam pelajaran yang tertera pada kurikulum mengakibatkan konsentrasi siswa dan guru menjadi terganggu, sedangkan target yang akan dicapai dalam pembelajaran sangatlah luas. Hal ini memang sudah menjadi realita dalam dunia pendidikan kita, bahwa jam pelajaran yang sangat singkat membuat para siswa dan guru kelabakan dalam menerima dan memberi pelajaran, sehingga mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pendidikan secara maksimal.
4. Kondisi atau suasana hati atau perasaan siswa sering menjadi kendala bagi saya dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini juga sering membuat saya tidak bisa memberikan bimbingan secara maksimal kepada mereka. Sebab, mereka terkadang malas belajar, kecapaean karena pikiran
120
6. Lantas apa solusi yang Bapak lakukan untuk mengatasi kendala-kendala dalam meningkatkan rasa percaya diri siswa, misalnya terkait dengan kterbatasan waktu ?
7. Kemudian bagaimana cara bapak untuk mengatasi kondisi psikis atau perasaan dari para siswa, isalnya siswa yang bosan atau jenuh ?
8. Kalau untuk mengatasi ruangan kelas yang melebihi kapasitas, bagaimana Bapak mengatasinya ?
mereka yang terkuras oleh pelajaran sebelumnya, kejenuhan belajar, dan banyak faktor lainnya.
5. Kamu bisa lihat sendiri bagaimana kondisi kelas VIII. Ruangan kelas yang idealnya berisi 20-25 orang justru diisi oleh 31 orang. Ini bisa menjadi kendala atau masalah yang cukup serius. Sebab, kalau terlalu banyak siswa akan sangat sulit untuk mengatur dan mengawasi mereka.
6. Untuk mengatasi singkatnya jam pelajaran kita bisa membentuk kelompok belajar atau kelompok diskusi. Bukan hanya ketika di sekolah saja,tetapi kelompok belajar ini perlu dilakukan diluar sekolah. Dengan begitu, kita lebih bisa memberikan bimbingan yang lebih maksimal sekaligus bisa lebih dekat dengan mereka.
7. Untuk memulai kegiatan belajar mengajar, yang paling pertama harus kita perhatikan ialah bagaimana kondisi siswa. Apakah mereka sudah siap untuk belajar atau tidak. Hal ini perlu, sebab kalau para siswa belum siap untuk belajar, maka apapun yang disampaikan oleh guru akan sia-sia. Untuk bisa mempersiapkan siswa agar mereka dalam kondisi siap mental untuk belajar, bisa dengan menarik perhatian mereka misalnya dengan gaya mengajar, menggunakn alat-alat bantu, atau bisa juga dengan membangkitkan motivasi mereka dengan cara menunjukkan kehangatan, menimbulkan rasa ingin tahu mereka dan lain sebagainya.
121
8. Di sinilah dibutuhkan keterampilan pengelolaan atau manajemen kelas yang baik dari guru untuk bisa mengatasinya. Karena, manajemen kelas yang efektif memaksimalkan kesempatan belajar siswa. Dan ketika kelas dikelola secara efektif maka kegiatan pembelajaran berlangsung lancar dan siswa-siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. sehingga, tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat tercapai tanpa ada kendala apapun termasuk ketidakpercayaan diri.
124
125
126