UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM...

77
UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA MITRA (PENYIMPAN) TERKAIT PENJAMINAN DANA SIMPANAN (Studi Kasus: BMT Al-Fath IKMI Pamulang) Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H) Oleh : SUCI ASRI ASTUTI 11140460000072 PROGRAM STUDI MUAMALAT (HUKUM EKONOMI SYARIAH) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018 M /1440 H

Transcript of UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM...

Page 1: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM MEMBERIKAN

PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA MITRA (PENYIMPAN) TERKAIT

PENJAMINAN DANA SIMPANAN

(Studi Kasus: BMT Al-Fath IKMI Pamulang)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh :

SUCI ASRI ASTUTI

11140460000072

PROGRAM STUDI MUAMALAT (HUKUM EKONOMI SYARIAH)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018 M /1440 H

Page 2: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

ii

Page 3: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

iii

Page 4: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

iv

Page 5: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

v

ABSTRAK

Suci Asri Astuti. NIM 11140460000072. UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL

(BMT) DALAM MEMBERIKAN PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA

MITRA (PENYIMPAN) TERKAIT PENJAMINAN DANA SIMPANAN (Studi

Kasus: BMT Al-Fath IKMI Pamulang). Program Studi Hukum Ekonomi Syariah,

Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2018 M/1438 H.

Studi ini bertujuan untuk menjelaskan upaya yang dilakukan Baitul Mal Wa

Tamwil (BMT) dalam memberikan perlindungan dana simpanan mitra

(penyimpan). Sebagaimana diketahui bahwa Baitul Mal Wa Tamwil (BMT)

sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang menjalankan sistem

penghimpunan dan penyaluran dana seharusnya memliki lembaga penjamin yang

dapat melindungi dana simpanan mitra (penyimpan), tetapi lembaga penjamin

tersebut baru terdapat pada perbankan yang bernama Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS). Studi ini menjelaskan mengenai upaya apa saya yang dapat

dilakuakan oleh Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) dalam memberikan perlindungan

terhadap dana simpanan milik mitra (penyimpan).

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

penelitian hukum empiris, yang merupakan penelitian dengan mengamati

langsung dan memperoleh data dari menggabungkan antara fakta dengan

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan lembaga keuangan mikro

syariah (LKMS), khususnya Baitul Mal wa Tamwil (BMT) ataupun Koperasi

Simpan Pinjam Syariah.

Hasil penelitian menunjukan bahwa belum ada upaya perlindungan hukum

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dalam menjamin dana simpanan mitra (penyimpan)

dalam studi kasusu BMT Al-Fath IKMI Pamulang, baik dalam bentuk peraturan

perundang-undangan ataupun dalam akad. Namun terdapat upaya lain yang

dilakukan oleh BMT Al-Fath IKMI Pamulang dalam melindungi simpanan dan

menjaga kepercayaan masyarakat .

Kata Kunci : Baitul Mal wa Tamwil (BMT), Perlindungan Hukum, Penjaminan

Simpanan Mitra (Penyimpan).

Pembimbing : Dr. Moch. Bukhori Muslim, Lc., MA.

Page 6: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah membrikan rahmat, taufiq, dan

hidayah-Nya serta memberikan berkah, kasih sayang dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Upaya Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Kepada Mitra

(Penyimpan) Terkait Penjaminan Dana Simpanan (Studi Kasus: BMT Al-

Fath IKMI Pamulang)”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW

yang telah menghantarkan umatnya dari kegelapan dunia ke zaman peradaban

ilmu pengetahuan.

Penulis sangat bahagia dan bersyukur karena dapat menyelesaikan tugas

akhir dalam jenjang pendidikan Strata Satu (S1) yang penulis tempuh telah

selesai. Serta penulis tidak lupa meminta maaf apabila didalam penulisan skripsi

ini terdapat kekurangan berkenan dihati para pembaca, karena penulis menyadari

penulis masih jauh dari kesempurnaan.Namun, penulis berharap semoga dengan

adanya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang yang membaca dan

khususnya bagi penulis.

Selanjutnya penulis menyadari bahwa skripsi ini tidaklah mungkin dapat

ditempuh tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, sebagai

ungkapan rasa hormat yang amat mendalam. Penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM. Hasan Ali, MA. Ketua Program Studi Hukum Ekonomi Syariah

Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Abdurrauf, Lc., MA. Sekretaris Program Studi Hukum Ekonomi

Syariah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Hamid Farihi, M.A. selaku dosen akademik. Terima kasih atas

dukungan, motivasi, dan saran yang diberikan kepada penulis.

Page 7: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

vii

5. Bapak Dr. Moch. Bukhori Muslim, Lc., MA.selaku dosen pembimbing

skripsi. Terimakasih atas keikhlasan hati, kesabaran dan kontribusi dalam

penyelesaian skripsi ini, atas kritik maupun saran sehingga dapat memotivasi

penulis.

6. Bapak Opan Sopyan Sauri, S.Ag. yang menjabat sebagai Kepala Bagian

Marketing dan staf-staf BMT Al-Fath IKMI Cabang Pusat Pamulang yang

telah bersedia meluangkan waktunya dan memberikan informasi-informasi

penting mengenai Baitul Maal wa Tamwil (BMT) ini.

7. Seluruh Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan ilmu

pengetahuan, arahan dan masukannya, serta bersedia memberikan segala

data-data yang penulis perlukan, sehingga penelitian ini terselesaikan.

8. Seluruh staff dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Jakarta. Terima kasih banyak karena dengan

kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari buku,

jurnal, maupun informasi lainnya.

9. Terkhusus kepada kedua orang tua yang sangat saya sayangi dan cintai,

Bapak Marsudi dan Mama Sri Gunarti yang telah berusaha jerih payah untuk

menyekolahkan penulis sampai ke jenjang perguruan tinggi ini. Serta

dukungan, semangat, dan do,a yang selalu diberikan kepada penulis sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Keluarga besar Mbah Atmodiharjo, keluarga besar Mbah Samadi, Kakak-

kakak penulis dan M. Rivandi yang telah memberikan dukungan kepada

penulis, sehingga penulis dapa menyelesaikan hingga akhir skripsi ini.

Terkhusus kepada Ibu Sri Suwarni yang telah banyak memberikan dukungan

dan do’a yang selalu diberikan kepada penulis.

11. Terima kasih untuk sahabat semasa perkulihan dan terima kasih kepada

sahabat SMP yang telah banyak memberikan masukan, dukungan, do’a, dan

hiburan kepada penulis. Serta kepada semua Mahasiswa-mahasiswi Hukum

Ekonomi Syariah 2014 yang terlibat dalam skripsi ini yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu. Semoga kita semua diberi kesuksesan dan

kelancaran dalam segala hal oleh Allah SWT. Aamiin.

Page 8: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... iv

ABSTRAK ................................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .............................................................................................. vi

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 5

C. Pembatasan Masalah ................................................................................... 6

D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 6

F. Metode Penelitan ......................................................................................... 7

G. Sistematika Penulisan .................................................................................. 10

BAB II REGULASI DAN POLA KERJA BAITUL MAL WA TAMWIL ....... 12

A. Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) .................................................................... 12

B. Perlindungan Hukum Mitra Penyimpan Dana ............................................. 20

C. Sistem Penjaminan Antara Bank dan Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) ......... 22

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu ........................................................... 26

BAB III GAMBARAN UMUM BMT AL-FATH IKMI PAMULANG ............ 32

A. Sejarah ......................................................................................................... 32

B. Profil Lembaga dan Struktur Organisasi...................................................... 34

C. Produk-Produk ............................................................................................. 36

D. Visi dan Misi ................................................................................................ 44

Page 9: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

ix

BAB IV ANALISIS ................................................................................................ 46

A. Perlindungan Hukum yang DiberikanBaitul Mal Wa Tamwil (BMT)

Kepada Mitra (Penyimpan)Terkait Dana Simpanan. ................................... 43

B. Peran Lembaga Penjamin Simpanan Bagi Baitul Mal Wa Tamwil (BMT)

Terkait Penjaminan Dana Simpanan ............................................................ 54

C. Upaya Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) Al-Fath IKMI Cabang Pusat

Pamulang Dalam Menjaga Dan Menjamin Dana Simpanan Mitra ............. 58

BAB V PENUTUP ................................................................................................ 61

A. Kesimpulan .................................................................................................. 61

B. Saran ............................................................................................................ 63

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 64

LAMPIRAN .............................................................................................................. 68

Page 10: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga keuangan syariah (LKS) merupakan lembaga keuangan yang

kini banyak diminati oleh kalangan masyarakat Indonesia, khususnya kalangan

masyarakat muslim. Hal ini dikarenakan banyaknya masyarakat yang

menginginkan adanya lembaga keuangan yang menjalankan sistemnya sesuai

dengan prinsip syariat Islam, dimana terhindar dari hal-hal yang dilarang oleh

agama Islam seperti terhindar dari riba dan gharar. Banyaknya minat

masyarakat tehadap lembaga keuangan syariah membuat lembaga keuangan

dengan menggunakan prinsip syariah berkembang pesat, tidak hanya pada

lembaga keuangan bank tetapi juga pada Lembaga Keuangan Non Bank

(LKNB).

Di sektor lembaga keuangan bank dikenal dengan Perbankan Syariah.

Perbankan Syariah di Indonesia pertama kali muncul pada tahun 1990, di mana

pada tahun 1992 PT Bank Muamalat Indonesia (PT BMI) mulai beroperasi.1

Seperti pada bank umum lainnya, Perbankan Syariah juga menjalankan

fungsinya sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat yang mana

beroperasi sesuai dengan prinsip syariah dengan menggunakan sistem bagi

hasil. Selain memiliki keunggulan ternyata Perbankan Syariah juga memiliki

kelemahan, yaitu kemampuan Perbankan Syariah yang terbatas dalam

menjangkau sektor usaha mikro, kecil, dan menengah dalam memberikan

pembiayaan modal usaha. Karena hal tersebut, maka dibutuhkannya lembaga

keuangan syariah seperti bank yang dapat menjangkau sektor usaha mikro,

kecil dan menengah.2

Lembaga keuangan syariah tersebut dikenal dengan Lembaga Keuangan

Mikro Syariah (LKMS), dimana lembaga keuangan tersebut masuk sebagai

1 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 64.

2 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Cet. Ke 1 (Tangerang Selatan: UIN

Jakarta Press, 2013), h.20.

Page 11: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

golongan Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB), yang mana mengacu pada

penjelasan Pasal 49 huruf (i) Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang

perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan

Agama, dimana Lembaga Keuangan Non Bank (LKNB) terdiri dari Lembaga

Keuangan Mikro Syariah, Asuransi Syariah, Reasuransi Syariah, Reksadana

Syariah, Obligasi Syariah dan Surat Berharga Berjangka Menengah Syariah,

Sekuritas Syariah, Pembiayaan Syariah, Pegadaian Syariah, Dana Pensiunan

Lembaga Keuangan Syariah.3 Hadirnya lembaga keuangan mikro syariah ini

diharapkan dapat menjangkau kalangan masyarakat dengan berpenghasilan

rendah yang memiliki usaha mikro, kecil dan menengah yang membutuhkan

modal usaha.

Adapun bentuk-bentuk lembaga keuangan mikro syariah (LKMS), yaitu

Lembaga Pengelolaan Zakat (Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil

Zakat (LAZ)), Lembaga Pengelola Wakaf, dan Baitul Mal wa Tamwil (BMT). 4

Salah satu bentuk lembaga keuangan milro syariah yang kini banyak diminati

ialah Baitul Mal wa Tamwil (BMT).

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) merupakan lembaga ekonomi atau

keuangan syariah non bank yang sifatnya informal karena lembaga ini

didirikan oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) sebagai lembaga

ekonomi rakyat yang berupaya mngembangkan usaha-usaha produktif dan

investasi dengan sistem bagi hasil untuk meningkatkan kualitas ekonomi

pengusaha kecil bawah dan kecil dalam upaya mengentas kemiskinan.5

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) ini memiliki dua fungsi, yaitu berfungi

sebagai Baitul Mal (non profit departemen) dan Baitul Tamwil (profit

departemen). Dimana Baitul Mal ini bergerak sebagai tempat yang menerima

titipan zakat, infak,dan sadaqah serta mendistribusikan dana tersebut dengan

amanah dan sesuai dengan aturan tanpa mencari keuntungan untuk lembaga

3 Pasal 49 huruf i Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama

(http://eodb.ekon.go.id/download/peraturan/undangundang/UU_3_2006.pdf diakses pada tanggal

11 Oktober 2018 pukul 3:35 WIB). 4 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 50.

5 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Cet. Ke 1 (Tangerang Selatan:

UIN Jakarta Press, 2013), h. 19.

Page 12: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

3

keuangan. Sedangan Baitul Tamwil melakukan kegiatannya dalam hal

membantu mengembangkan usaha-usaha produktif guna meningkatkan kualitas

ekonomi pengusaha mikro, kecil dan menengah dengan memberikan

pembiayaan berupa modal, serta mendorong pengusaha mikro,kecil dan

menengah untuk menghimpun dananya di Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Di

mana pemilik dana yang menanamkan uangnya di Baitul Mal wa Tamwil

(BMT) tidak dengan motif mendapatkan bunga, melainkan mendapatkan

keuntungan berupa bagi hasil. Maka dari penjelasan diatas dapat disimpulakan

bahwa Baitul Mal wa Tamwil (BMT) merupakan jasa keuangan yang bergerak

mengelola dana zakat, infak, shadaqah (ZIS) dan bergerak dalam sektor riil.6

Adapun produk penghimpunan dana lembaga keuangan Islam yang

ditawarkan oleh Baitul Mal wa Tamwil (BMT), yaitu Giro Wadiah, Tabungan

Mudharabah, dan Deposito Mudharabah.7 Kemudian dari beberapa produk

penghimpunan dana lembaga keuangan Islam tersebut, maka terciptalah

beberapa bentuk simpanan yang ditawarkan kepada masyarakat. Jenis

simpanan yang ditawarkan oleh Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dengan

menggunakan akad mudharabah, yaitu simpanan mudharabah biasa, simpanan

pendidikan, simpanan haji, simpanan umroh, simpanan qurban, simpanan Idul

Fitri, simpanan walimah, simpanan aqiqah, dan simpanan mudharabah

berjangka. Sedangkan jenis simpanan dengan menggunakan akad wadiah, yaitu

simpanan wadi’ah amanah dan simpanan wadi’ah dhamanah.8

Tingginya minat masyarakat terhadap bentuk simpanan yang ditawarkan

oleh Baitul Mal wa Tamwil (BMT), hal ini dikarenakan tingginya kepercayaan

masyarakat kepada Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Dimana masyarakat percaya

bahwa uang yang disimpan akan terjaga keamanannya, sehingga perlu adanya

upaya Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dalam menjaga kepercayaan. Namun pada

kenyataannya selain terus berkembang pesat, adapula Baitul Mal wa Tamwil

6 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Cet. Ke 1 (Tangerang Selatan: UIN

Jakarta Press, 2013), h. 20. 7 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan

Praktis, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 366. 8 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 461.

Page 13: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

(BMT) yang mengalami pailit karena masalah likuidasi akibat kredit macet

yang dilakukan oleh mitra yang mengajukan pinjaman. Apabila terjadi hal

tersebut, maka Baitul Mal wa Tamwil (BMT) harus memberikan perlindungan

hukum kepada mitra lain yang mengimpunkan dananya di Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) dengan memberikan penjaminan terhadap simpanan mitra

(penyimpan) yang mana dana tersebut merupakan hak dari mitra (penyimpan).

Pada perbankan syariah, apabila terjadi pailit yang mengakibatkan bank

tersebut mengalami likuidasi, maka uang simpanan nasabah akan dijamin oleh

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Dimana Menurut Pasal 4 UU No. 24

Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS) menjalankan fungsi untuk menjamin simpanan nasabah bank

dan turut aktif dalam stabilitas sistem perbankan.9

Selanjutnya, berdasarkan Pasal 96, pelaksanaan fungsi Lembangga

Penjamin Simpanan (LPS) juga dilaksanakan bagi bank berdasarkan prinsip

syariah, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No.

39 Tahun 2005. Jika terjadi Likuidasi atau hal lainnya yang menyebabkan bank

mengalami kerugian atau kebangkrutan, Lembangga Penjamin Simpanan

(LPS) akan menjamin simpanan nasabah hingga sebesar Rp 2.000.000.000,-.

Dana yang diberikan Lembangga Penjamin Simpanan (LPS) ini merupakan

bersal dari premi yang dibayarkan oleh bank kepada Lembangga Penjamin

Simpanan (LPS) sebesar 0,1% dari rata-rata saldo bulanan simpanan masing-

masing bank.10

Namun pada saat ini, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hanya

bergerak pada sektor perbankan saja. Sebagaimana yang tertuang dalam Pasal

4 UU No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menjalankan fungsi untuk menjamin

9 Pasal 4 Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),

(http://www.lps.go.id/uu_perpu/-/asset_publisher/Z2kn/content/undang-undang-no-24-tahun-2004-

tentang-lembaga-penjamin-simpanan diakses pada tanggal 11 Oktober 2018 pukul 3:40 WIB). 10

Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2005 tentang Penjaminan Simpanan Nasabah Bank

Berdasarkan Prinsip Syariah, (http://www.lps.go.id/web/guest/peraturan-pemerintah/-

/asset_publisher/vo6G/content/pp-39-th-2005-ttg-penjaminan-syariah diakses pada tanggal 11

Oktober 2018 pukul 3:44 WIB).

Page 14: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

5

simpanan nasabah bank dan turut aktif dalam stabilitas sistem perbankan.

Dimana pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT) belum adanya lembaga yang

menjamin simpanan mitra (penyimpan) apabila terjadi pailt atau masalah yang

timbul berkaitan dengan keamanan simpanan mitra (penyimpan). Padahal

didalam Pasal 19 Undang Undang Lembaga Keuangan Mikro (LKM) diatur

mengenai pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan bagi Lembaga

Keuangan Mikro (LKM).11

Karena dirasa perlu adanya Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS) bagi lembaga keuangan baik lembaga keuangan perbankan

ataupun bagi Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang menjalankan sistem

penghimpunan dana dari masyrakat. Hal tidak hanya bertujuan untuk

memberikan penjaminan bagi dana simpanan saja, melainkan juga untuk

meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk menyimpankan dananya kepada

lembaga keuangan atau Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang menjalankan

sistem penghimpunan dana.

Berdasarakan dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

atas, maka penulis memberi judul penelitian ini “Upaya Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Kepada Mitra

(Penyimpan) Terkait Penjaminan Dana Simpanan (Studi Kasus: BMT Al-

Fath IKMI Pamulang)”.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan suatu permasalahan terkait dengan judul

yang sedang dibahas. Masalah-masalah yang sudah tertuang pada sub bab latar

belakang diatas, maka dari itu penulis memaparkan beberapa permasalahan

yang ditemukan sesuai dengan bagian latar belakang penelitian ini, antara lain :

a. Bagaimana peranan pendiri dan pengurus Baitu Mal wa Tamwil (BMT)

dalam menjaga kestabilan kredit mitra yang mengajukan pinjaman?

11

Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro,

(https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/regulasi/lembaga-keuangan-mikro/undang-

undang/Pages/Undang-Undang-no.-1-th.-2013-ttg.-Lembaga-Keuangan-Mikro.aspx diakses pada

tanggal 11 Oktober 2018 pukul 3:48 WIB).

Page 15: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

b. Apa saja peraturan yang mengatur mengenai penjaminan dana simpanan

oleh Baitu Mal wa Tamwil (BMT)?

c. Apa upaya Baitu Mal wa Tamwil (BMT) dalam memberikan perlindungan

hukum kepada mitra (penyimpan)?

d. Bagaimana peran lembaga penjamin simpanan dalam lembaga keuangan

mikro syariah?

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dilakukan agar penelitian lebih terarah, fokus, dan

tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian, karena materi pembahasan

mengenai Baitul Mal wa Tamwil (BMT) sangatlah luas, maka penelitian ini

dibatasi pada upaya Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dalam memberikan

perlindungan hukum kepada mitra (penyimpan).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah tersebut, beberapa

permasalahan pokok yang akan diteliti dalam penelitian ini antara lain sebagai

berikut :

a. Bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) kepada mitra (penyimpan) terkait dana simpanan?

b. Apa peran Lembaga Penjamin Simpanan bagi Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

terkait penjaminan dana simpanan?

c. Bagaimana upaya Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Al-Fath IKMI Cabang

Pusat Pamulang dalam menjaga dan menjamin dana simpanan mitra?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dengan melihat pokok permasalahan sebagaimana diuraikan di atas,

maka tujuan yang hendak dicapai dari penulisan ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bentuk perlindungan hukum yang diberikan Baitul Mal

wa Tamwil (BMT) kepada mitra (penyimpan) terkait dana simpanan.

Page 16: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

7

b. Untuk mengetahui peran Lembaga Penjamin Simpanan bagi Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) terkait penjaminan dana simpanan.

c. Untuk mengetahui upaya Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Al-Fath IKMI

Cabang Pusat Pamulang dalam menjaga dan menjamin dana simpanan

mitra.

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis

Berdasarkan teoritis maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk

menambah ilmu pengetahuan dan wawasan dalam bidang Baitul Mal

wa Tamwil (BMT).

b. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari adanya penelitian ini adalah diharapkan

senantiasa dapat menjadi masukan yang berguna bagi pemerintah dalam

menyusun peraturan perundang-undangan mengenai penjaminan dana

simpanan mitra Baitul Mal wa Tamwil (BMT), sekaligus dapat

bermanfaat bagi masyarakat khususnya para mitra BMT dalam

memahami fungsi lembaga penjamin simpanan dan upaya BMT dalam

menjamin simpanan.

F. Metode Penelitan

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode

penelitian hukum empiris. Penilitian hukum empiris merupakan penelitian

hukum yang digunakan untuk melihat bagaimana hukum dipraktikan,

dengan demikian hukum bukan hanya dipandang sebagi kaedah prilaku saja,

melainkan juga merupakan sebuah proses sosial dan lembaga sosial.12

Penelitian hukum empiris ini bertitik tolak dari data primer, yang mana data

primer adalah data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber

12

Fahmi Muhammad Ahmadi dan Jaelani Aripin, Metode Penelitian Hukum, (Tangerang

Selatan: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2010), h. 47.

Page 17: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

pertama dengan melalui penelitian lapangan.13

Dimana penelitian lapangan

ini akan menggabungkan antara fakta dengan peraturan perundang-

undangan yang berkaitan dengan lembaga keuangan mikro syariah (LKMS),

khususnya Baitul Mal wa Tamwil (BMT).

2. Pendekatan Penelitian

Penelitian skripsi ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif

yang bersifat deskriptif. Pendekatan penelitian kualitatif adalah data yang

disajikan dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka.14

Sedangkan

penelitian dengan metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti

status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem

pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari

penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau

lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-

sifat serta hubungan antar enomena yang diselidiki.15

3. Kriteria dan Sumber Data

Jenis-jenis data dalam penulisan skripsi ini yaitu kualitatif dan terbagi

menjadi dua, yaitu :

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari

masyarakat.16

Dimana data ini diperoleh melalui penelitian lapangan

dengan cara melakukan observasi (pengamatan) dan/atau wawancara

langsung terhadap pihak-pihak terkait. Dalam penelitian ini data primer

diperoreh pihak pengelola BMT Al-Fath IKMI Pamulang.

13

Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), h.

16. 14

Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Rakesarasin, 1996), h.

2. 15

Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 54. 16

Sri Mamuji dkk, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), h. 28.

Page 18: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

9

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan.17

Dalam data sekunder terdapat bahan pustaka yang berisikan informasi

tentang bahan primer yang biasa didapatkan dari peraturan perundang-

undangan, Al- Qur’an, Hadis, data-data resmi dari instansi pemerintah

yang berwenang, buku-buku, internet, karangan ilmiah, jurnal, dan

bacaan lain yang berkaitan dengan judul penelitian.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Teknik observasi (pengamatan) adalah suatu kegiatan peneliti

untuk menangkap gejal-gejala dari objek yang diamati.18

objek yang

dimaksud dalam penelitian, yaitu BMT Al-Fath IKMI Pamulang yang

terletak di Jl. Aria Putra No. 7 Kedaung, Pamulang, Tangerang Selatan.

b. Wawancara (Interview)

Teknik wawancara adalah salah satu dari alat pengumpulan data

yang menggali dengan pertanyaan baik dengan menggunakan panduan

(pedoman) wawancara maupun kuesioner (daftar pertanyaan).19

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada pihak-pihak pengelola

BMT Al-Fath IKMI Pamulang yang mengelola dana simpanan mitra

(penyimpan). Wawancara ini menggunakan metode bebas dan terstruktur

kemudian penulis kaji dan penulis jadikan refrensi untuk memperkuat

data.

c. Studi Dokumentasi

Melalui studi ini dapat menelaah bahan-bahan atau data-data yang

diambil dari dokumentasi dan berkas yang bersumber dari BMT Al-Fath

IKMI Pamulang.

d. Studi Pustaka (Library Research)

Melalui studi pustaka ini dikumpulkan data yang berhubungan

dengan penulisan skripsi ini, yaitu :

17

Sri Mamuji dkk, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, h. 28. 18

Sri Mamuji dkk, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, h. 48. 19

Sri Mamuji dkk, Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, h. 50.

Page 19: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

1) Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

2) Undang-Undang No. 01 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan

Mikro (LKM).

3) Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS)

4) Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

5) Undang-Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

6) Fatwa DSN-MUI, POJK dan peraturan-peraturan terkait.

Pengolahan data studi pustaka dilakukan dengan cara dibaca, dikaji,

dan dikelompokan sesuai dengan pokok masalah yang akan diteliti.

e. Teknis Penulisan

Teknis penulisan dalam penyusunan penulisan skripsi

berpedoman pada prinsip yang telah diatur di dalam buku pedoman

skripsi Fakultas Syariah dan Hukum 2017, agar penulisan skripsi ini

dapat sesuai dengan kaidah penulisan skripsi.

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan pada skripsi ini oleh penulis akan dibagi

menjadi lima bab pembahasan, yaitu:

BAB I Pendahuluan, yang mana pada bab ini pembahasannya

meliputi : Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,

Pembatasan dan Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat

Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

BAB II Landasan Teori, Pada bab ini pembahasan yang

dilakukan meliputi :

teori Baitul Mal Wa Tamwil (BMT), teori tentang

perlindungan hukum mitra selaku penyimpan dana, teori

tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

BAB III Gambaran Umum BMT Al-Fath IKMI Pamulang. Pada

bab ini mendeskripsikan tentang sejarah pembentukan,

Page 20: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

11

visi dan misi BMT, tanggal pendirian, produk-produk

BMT, stryktur organisasi.

BAB IV Analisis Upaya BMT Dalam Memberikan Perlindungan

Hukum Kepada Mitra (Penyimpan) Terkait Dana

Simpanan. Bab ini berisikan tentang analisis bentuk

perlindungan hukum yang diberikan BMT kepada mitra

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) terkait penjaminan dana

simpanan, peran Lembaga Penjamin Simpanan bagi

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) terkait penjaminan dana

simpanan), upaya Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Al-Fath

IKMI Cabang Pusat Pamulang dalam menjaga dan

menjamin dana simpanan mitra.

BAB V Penutup. Bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran

yang diperoleh penulis melali hasil dari penelitian.

Page 21: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

12

BAB II

REGULASI DAN POLA KERJA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT)

A. Baitul Mal Wa Tamwil (BMT)

Pada saat ini Lembaga Keuangan Syariah (LKS) sudah mulai

berkembang pesat di Indonesia, baik lembaga keuangan bank maupun lembaga

keuangan non-bank. Perkembangan itu juga tejadi pada Lembaga Keuangan

Mikro Syariah (LKMS), yang mana salah satunya ialah Baitul Mal Wa Tamwil

(BMT). Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu

yang isinya berintikan Bayt Al-mal wa Al-tamwil dengan kegiatan

mengembangkan usaha-usaha prodktif dan investasi dalam meningkatkan

kegiatan ekonomi pengusaha mikro, kecil, dan menengah antara lain

mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan

ekonominya.1

Merunut sejarah lahirnya Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) berarti menurut

sejarah hukum Islam pada masa Rasulullah. Sebab lembaga keuangan ini

diadopsi dari lembaga keuangan pada masa Rasulullah dimana dalam

operasionalnya berkaitan dengan penghimpunan maupun penyaluran dana serta

mengelola dana-dana sosial seperti zakat, infaq, shadaqah, hibah, kharaj,

kaffarah, jizyah, dan sebagainya. Para penulis muslim sendiri berbeda pendapat

dalam hal fungsi Baitul Maal pada zaman Rasulullah. Sebagian berpendapat

bahwa Baitul Maal berfungsi serupa dengan bank sentral seperti yang ada

sekarang walaupun tentunya lebih sederhana karena berbagai keterbatasan pada

waktu itu. Sedangkan yang lain berpandangan bahwa Baitul Maal berfungsi

seperti Menteri Keuangan atau Bendahara Negara yang ada pada masa kini,

karena fungsinya yang aktif dalam menyeimbangkan antara pendapatan dan

1 A. Djazuli dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah

Pengenalan), Cet. Ke 1 (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 183.

Page 22: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

13

belanja negara, bukan hanya sekedar berfokus kepada pengaturan suplai dan

moneter.2

Pada masa Rasulullah tidak dilakukan fungsi Baitul Tamwil, fungsi yang

dilakukan hanya sebagai Baitul Maal saja yakni menerima titipan dana zakat,

infaq dan sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan

dan amanahnya. Di Indonesia sejarah Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) dimulai

pada tahun 1990 digerakkan oleh para aktivis muslim yang resah melihat

keberpihakan ekonomi negara yang tidak berpihak kepada rakyat kecil. Para

penggerak lembaga ini benar-benar beragam, mulai dari Dompet Dhuafa,

Baitul Maal Muamalat, dan kelompok perorangan seperti BMT Bina Insan

Kamil, BMT Binama Semarang dan BMT Tamzis di Wonosobo.3 Hingga saat

ini pertumbuhan Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) sendiri cukup signifikan.

Berdasarkan data PBMT, terdapat 4.500 Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) pada

tahun 2015 yang melayani 3,7 juta orang dengan aset sekitar Rp 16 triliun yang

dikelola sekitar 20 ribu orang.4

Baitul Mal Wa Tamwil (BMT), yaitu lembaga keuangan mikro (LKM)

yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip syariah. Baitul Mal Wa Tamwil

(BMT) sesuai dengan namanya terdiri dari 2 fungsi:5

1) Baitul Tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan kegiatan

pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan

kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil antara lain mendorong

kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi.

2 Luthfiyah Trini Hastuti, “Urgensi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Bagi BMT

Sebagai Bentuk Perlindungan Hukum Kepada Nasabah BMT”, Fakultas Hukum UNS,

(http://www.academia.edu/5380514/Urgensi_LPS_Bagi_BMT_sebagai_Bentuk_Perlindungan_Hu

kum diakses pada tanggal 30 Agustus 2018, Pukul 10:44 WIB). h.4. 3 Luthfiyah Trini Hastuti, “Urgensi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Bagi BMT

Sebagai Bentuk Perlindungan Hukum Kepada Nasabah BMT”, Fakultas Hukum UNS,

(http://www.academia.edu/5380514/Urgensi_LPS_Bagi_BMT_sebagai_Bentuk_Perlindungan_Hu

kum diakses pada tanggal 30 Agustus 2018, Pukul 10:44 WIB). h. 5. 4 http://www.depkop.go.id/content/read/menkop-puspayoga-langkah-perhimpunan-bmt-

indonesia-selaras-dengan-reformasi-total-koperasi/ diakses pada tanggal 24 September 2018,

Pukul 11:14 WIB. 5 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 451.

Page 23: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

2) Baitul Mal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak, dan

shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan peraturan dan

amanahnya.

Adapun alasan Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) ini didirikan dengan

maksud untuk memfasilitasi masyarakat bawah yang tidak terjangkau oleh

pelayanan Bank Syariah atau BPR Syariah. Dimana prinsip operasinya

didasarkan atas prinsip bagi hasil, jual beli (murabahah), dan titipan (wadiah).

Karena itu, meskipun mirip dengan bank syariah, bahkan boleh dikata menjadi

cikal bakal dari bank syariah, Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) memiliki pangsa

pasar sendiri, yaitu masyarakat kecil yang tidak terjangkau layanan perbankan

serta pelaku usaha kecil yang mengalami hambatan “psikologis” bila hubungan

dengan pihak bank.6

Adapun beberapa surat di A-Qura’an dan Hadits yang menerangkan

mengenai filosopi kegiatan Baitul Mal Wa Tamwil (BMT), yaitu:7

1. Surat Al-Baqarah ayat 275

ا أ يذذذذذذ أ ا ثو انسم أ ذذذذذذلأه أ ذذذذذذر ذذذذذذان ج ذذذذذذ أ وانذذذذذذر أ ذذذذذذ أ وب ذذذذذذ انش يذذذذذذ

ذذذذذطم ذذذذذبذوانأ اا أ ذذذذذبنذذذذذ ىأ ذذذذذنذذذذذاثذذذذذب ثو ذذذذذمانسم ذذذذذثياأ وا انأج أ حذذذذذس ذذذذذث انأج أ احذذذذذم

ذذذذذ ثو ذذذذذب ا انسم أ ذذذذذ ف ثمذذذذذ ز أ ذذذذذ عظذذذذذنيم أ ي وء أ يذذذذذبظذذذذذه فذذذذذب ىفهذذذذذ ذذذذذس ايأ انذذذذذى

عبدفبنو أ ي حو ف أبخوتانبز ئااصأ ىأ أ هد

“ Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti

berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu

karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. padahal Allah

telah Menghalalkan jual beli dan Mengharamkan riba. Barangsiapa

mendapatkan peringatan dari Tuhan-Nya, lalu dia berhenti (dari

mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum

datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang

6 Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan

Praktis, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 363. 7 Nourma Dewi, “Regulasi Keberadaan Baitul Maal Wat Tamwil (Bmt) dalam Sistem

Perekonomian Di Indonesia”, Jurnal Serambi Hukum, Volume 11 No. 01, Februari - Juli 2017, h.

100.

Page 24: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

15

kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni

neraka; mereka kekal di dalamnya”.

2. Surat Al-Baqarah ayat 279

ن أ زظ ةيم اثحسأ أ افلأذ أ تفأعه نىأ أ انكىأ فب ضايأ أ زء فهكىأ تجأ ىأ أ ا أ ه تظأ

أ ه تظأ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang

beriman. Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba),

maka ketahuilah, bahwa Allah dan rasul-Nya akan memerangimu. Dan

jika kamubertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok

hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya”.

3. Surat At-Taubah ayat 103

ىأ خرأ عه أ صمم ثب ىأ تصم أ ت مسىأ صد ن ىأ ان ايأ أ صهوي ىأ تاظكا ن

أثعه أى ظ

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu

membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka. Dan

Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"

4. Hadits

أثي أ بلظع دع ز صهىزظل بلانأ دأ ظهىعه أ ثبنرتانرت

ن انأفض ن انأجس ثبنأفض انشع سسثبنأج سثبنشع س أ ان س أ هأحثبن انأ هأح اأمياألثبنأ ث

أث ددا شادف ثىف دأاداظأ صأ ياآلخرأزأ عأ انأ اءف ظ

“Diriwayatkan oleh Abu Said Al Khudri bahwa Rasulullah bersabda,

"Emas hendaklah dibayar dengan emas, perak dengan perak, gandum

dengan gandum, tepung dengan tepung, kurma dengan kurma, garam

dengan garam, bayaran harus dari tangan ke tangan (tunai). Barangsiapa

memberi tambahan atau meminta tambahan, sesungguhnya ia telah

berurusan denga riba. Penerima dan pemberi sama-sama bersalah."8

8 Ahmad Zidan dan Dina Zidan, Mokhtaser Sahih Al-Bukhari Text and Translation, (Cairo:

Islamic INC), h. 499.

Page 25: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

Dari beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits diatas menjelaskan bahwa

peranan Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dalam masyarakat ialah menjauhkan

masyarakat dari praktik ekonomi yang bersifat ribawi, yang mana seperti

dilakukan dengan cara melakukan sosialisasi dan pelatihan mengenai cara

bertransaksi secara syariah dimana harus punya bukti dalam transaksi, dilarang

bersifat curang dalam menimbang, mengukur, atau menakar, harus jujur

terhadap konsumen dan tidak berlaku gharar (tidak jelas).

Karakteristik Baitul Mal wa Tamwil (BMT) adalah sebagai lembaga

keuangan yang kegiatannya bersifat nirlaba (sosial), di mana sumber dan

berasalkan dari zakat, infak, dan shadaqah kemudian sumber tersebut

disalurkan kepada yang berhak (mustahiq) atau untuk kemaslahatan

masyarakat. Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dapat diartikan juga dengan

lembaga keuangan yang kegiatannya adalah menghimpun dan menyalurkan

dana pada masyarakat yang bersifat profit motive. Penghimpunan dana

diperoleh melalui simpanan dari pihak ketiga dan penyalurannya dilakukan

dalam bentuk pembiayaan atau investasi yang dijalankan berdasarkan prinsip

syariah. dengan demikian, Baitul Mal wa Tamwil (BMT) merupakan gabungan

dari dua kegiatan yang berbeda di mana dalam pelaksanaannya bersifat laba

dan nirlaba dalam satu lembaga, namun secara operasional Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) tetap merupakan entitaas (badan) yang terpisah.9

Adapun prinsip dasar Baitul Mal wa Tamwil (BMT), yaitu memiliki

hasil kerja terbaik (ahsan), melaksanakan aktivitasnya dengan penuh kebaikan

(thayyibah), memuaskan semua pihak (ahsanu ‘amala) dan sesuai denga nilai-

nilai keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan (salaam), berdaya guna

(efektif) dan berhasil guna (efisien), transparan, dan bertanggungjawab kepada

masyarakat, demokratis, partisipatif dan inklusif, berkeradilan sosial dan

keetaraan gender, non distriminatif, ramah lingkungan, peka dan bijak terhadap

pengetahuan dan budaya lokal maupun keanekaragaman budaya, serta

9 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Cet. Ke 1 (Tangerang Selatan: UIN

Jakarta Press, 2013), h. 21.

Page 26: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

17

memberdayakan masyarakat secara berkelanjutan dengan meningkatkan

kemampuan diri dan lembaga masyarakat lokal.10

Selain itu,Baitul Mal wa Tamwil (BMT) memiliki peran penting dalam

kehidupan masyarakat, yaitu sebagai motor penggerak ekonomi dan sosial

masyarakat banyak, sebagai ujung tombak pelaksanaan sistem ekonomi

syariah, sebagai penghubung antara kaum aghnia (kaya) dan dhu’afa (miskin),

dan sebagai sarana pendidikan informasi untuk mewujudkan prinsip hidup

yang islami.11

Peran Baitul Mal wa Tamwil (BMT) ini juga tidak terlepas dari visi dan

misi dari Baitul Mal wa Tamwil (BMT) itu sendiri, dimana setiap visi Baitul

Mal wa Tamwil (BMT) harus mengarahkan pada upaya untuk mewujudkan

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) menjadi lembaga yang mampu meningkatkan

kualitas ibadah anggota, sehingga mampu berperan sebagai wakil pengabdi

Allah SWT, memakmurkan anggota khususnya dan masyarakat umumnya.

Adapun misi Baitul Mal wa Tamwil (BMT) adalah membangun dan

mengembangkan tatanan perekonomian dan bersturuktur masyarakat madani

yang adil dan berkemakmuran-berkemajuan, serta berkeadilan berlandaskan

syariah dan ridha Allah SWT. Hal ini membawa pemahaman bahwa misi

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) bukan semata-mata mencari keuntungan dan

menumpuk laba-modal pada segolongan orang kaya, melainkan lebih

berorientasi pada pendistribusian laba yang merata dan adil sesuai dengan

prinsip-prinsip ekonomi syariah.12

Pada sistem operasional Baitul Mal wa Tamwil (BMT), pemilik dana

menanamkan uangnya di Baitul Mal wa Tamwil (BMT) tidak dengan motif

mendapatkan bunga, tetapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil.

10

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan

Praktis, h. 365-366. 11

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan

Praktis, h. 365. 12

Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Cet. Ke 1, h. 24.

Page 27: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

Dalam Himpunan Fatwa DSN MUI (2003) disebutkan bahwa produk

penghimpunan dana lembaga keuanga islam, antara lain:13

1) Giro Wadiah, merupakan produk simpanan yang berasal dari dana nasabah

yang dititipkan di Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dan boleh dikelola.

Setiap saat nasabah berhak mengambilnya dan berhak mendapatkan bonus

dari keuntungan pemanfaatan dana giro tersebut oleh Baitul Mal wa

Tamwil (BMT). Besarnya bonus tidak ditetapkan ;di muka tetapi benar-

benar merupakan kebijakan Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Nominalnya

diupayakan sedemikian rupa unruk senantiasa komptitif. (Fatwa DSN-

MUI No. 01/DSN-MUI/IV/2000)

2) Tabungan Mudharabah, yakni dana yang disimpan nasabah akan dikelola

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) untuk memperoleh keuntungan. Dimana

keuntungan tersebut diberikan kepada nasabah berdasarkan kesepakatan

nasabah dan pihak Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Nasabah dalam hal ini

bertindak sebagai shahibul mal dan Baitul Mal wa Tamwil (BMT) sebagai

mudharib. (Fatwa DSN-MUI No. 02/DSN-MUI/IV/2000)

3) Deposito Mudharabah, dalam hal ini terdapat 2 (dua) konsep yang

ditawarkan pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT), dimana Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) bebas melakukan berbagai usaha yang tidak bertentangan

dengan Islam dan terus mengembangkannya yang didasarkan pada konsep

mudharabah muthlaqah. Atau dengan konsep mudharabah muqayyadah,

dimana nasabah sebagai shahibul mal menentukan dana yang disimpan

harus dikelola pada suatu usaha saja.

Operasional Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dapat berjalan dengan

berbagai jenis kegiatan usaha, baik yang berhubungan dengan keuangan

maupun non-keuangan. Jenis-jenis usaha Baitul Mal wa Tamwil (BMT) yang

terkait dengan keuangan dapat berupa mobilisasi dana dari berbagai bentuk

simpanan dengan berasaskan akad mudharabah atau wadiah. Dan bentuk

pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah/musyarakah), dengan

13

Nurul Huda dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis dan

Praktis, h. 366.

Page 28: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

19

mekanisme pembayaran dari aktivitas jual-beli (murabahah) dan cicilan (ba’i

bi tsaman ajil) atau pembiayaan qardl hasan, yaitu pinjaman tanpa adanya

tambahan pengembalian (imbal jasa), kecuali sebatas biaya administrasi.14

Adapun usaha yang bersifat non-keuangan, terkait dengan

pengembangan usaha di sektor rill seperti memperkenalkan teknologi maju

untuk peningkatan produktifitas hasil para anggotanya, mendorong tumbuhnya

industri rumah tangga atau pengolahan hasil, serta mempersiapkan jaringan

pemasaran perdagangan. Usaha sektor riil Baitul Mal wa Tamwil (BMT) tidak

boleh menyaingi usaha anggota, tetapi mendukung dan memperlancar

perorganisasian secara bersama untuk keberhasilan usaha anggota dan

kelompok anggota berdasarkan jenis usaha yang sama.15

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dapat didirikan dan dikembangkan

dengan suatu proses legalitas hukum yang bertahap. Awalnya dapat dimulai

sebagai Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM). Bila Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) ingin mendirikan Baitul Mal wa Tamwil (BMT), harus

mendapatkan sertifikat operasi dari PINBUK (Pusat Inkubasi Bisnis Usaha

Kecil) terlebih dahulu. Setelah mencapai nilai aset tertentu segera menyiapkan

diri ke dalam badan hukum Koperasi. Jika Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

didirikan dengan menggunakan badan hukum Koperasi, baik Koperasi Serba

Usaha di perkotaan, Koperasi Unit Desa di pedesaan maupun Koperasi Pondok

Pesantren (Kopontren) dilingkungan pesantren.16

Penggunaan badan hukum Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan

Koperasi untuk Baitul Mal wa Tamwil (BMT) disebabkan karena Baitul Mal

wa Tamwil (BMT) tidak termasuk kedalam lembaga keuangan formal yang

dijelaskan dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan,

yang dapat dioperasikan untuk menghimpun dan menyalurkan dana

masyarakat. Menurut aturan yang berlaku, pihak yang berhak menyalurkan dan

menghimpun dana masyarakat adalah bank umum dan Bank Perkreditan

Rakyat (BPR), baik dioperasikan dengan cara konvensional maupun dengan

14

Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Cet. Ke 1, h. 27. 15

Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Cet. Ke 1, h. 27. 16

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h. 456.

Page 29: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

prinsip syariah. namun demikian, jika Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dengan

badan hukum Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) atau Koperasi telah

berkembang dan telah memenuhi syarat-syarat Bank Perkreditan Rakyat

(BPR), maka pihak manajemen dapat mengusulkan diri kepada pemerintah

agar Baitul Mal wa Tamwil (BMT) tersebut dijadikan sebagai Bank Perkreditan

Rakyat Syariah (BPRS) dengan badan hukum Koperasi atau Perseroan

Terbatas (PT).17

B. Perlindungan Hukum Mitra Penyimpan Dana

Pada saat ini Baitul Mal wa Tamwil (BMT) mulai berkembang

dikalangan masyarakat, sudah banyak masyarakat yang mengunakan jasa

keuangan pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Diketahui bahwa saat ini Baitul

Mal wa Tamwil (BMT) tidak hanya memberikan jasa pembiayaan bagi

masyarakat yang memiliki usaha menengah, kecil dan mikro untuk

mengembangkan usahanya, tetapi juga mendorong masyarakat untuk

menyimpan dana yang dimiliki di Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Masyarakat

yang menyimpan dananya di Baitul Mal wa Tamwil (BMT) disebut dengan

mitra penyimpan dana atau dalam perbankan dikenal dengan sebutan nasabah

penyimpan.

Dalam Undang-Undang Lembaga Keuangan Mikro dijelaskan bahwa

penyimpan adalah pihak yang menempatkan dananya pada LKM berdasarkan

perjanjian.18

Sedangkan dalam pengertian lain, nasabah penyimpan adalah

nasabah yang menempatkan dananya di bank dalam bentuk simpanan

berdasarkan perjanjian bank sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang

yang berlaku.19

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa penyimpan atau nasabah

merupakan selaku konsumen yang menggunakan jasa dari lembaga keuangan,

17

Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h. 457. 18

Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro

(LKM), (https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/regulasi/lembaga-keuangan-mikro/undang-

undang/Pages/Undang-Undang-no.-1-th.-2013-ttg.-Lembaga-Keuangan-Mikro.aspx diakses pada

tanggal 11 Oktober 2018 pukul 3:48 WIB). 19

Djawahir Hejazziey, Hukum Perbankan Syariah, (Yogyakarta: Deepublish, 2013), h. 53.

Page 30: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

21

pada hal ini berupa jasa penghimpunan dana. Sehingga dapat diartikan bahwa

mitra (penyimpan) dari Baitul Mal wa Tamwil (BMT) merupakan selaku

konsumen, karena mitra (penyimpan) sebagai konsumen yang menggunakan

jasa pengimpunana dana yang ada di Baitul Mal wa Tamwil (BMT).

Sebagaimana tersirat dalam pada Pasal 1 butir 2 Undang-Undang

Perlindungan Konsumen dinyatakan bahwa “Konsumen adalah setiap orang

pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingana diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain

dan tidak untuk diperdagangkan.”20

Sebagai seorang konsumen, mitra

(penyimpan) sudah selayaknya mendapatkan perlindungan hukum yang

memadai mengenai transaksi-transaksi yang mengandung resiko. Selain itu,

posisi konsumen yang lemah maka harus dilindungi oleh hukum dan salah satu

sifat dan tujuan hukum ialah memberikan perlindungan (pengayoman) kepada

masyarakat.21

Secara umum dikenal ada 4 (empat) hak dasar konsumen, yaitu hak

untuk mendapatkan keamanan (the right to safety), hak mendapatkan informasi

(the right to informed), hak untuk memilih (the right to choosei), dan hak untuk

didengar (the right to be heard).22

Dari ke empat hak dasar konsumen yang

berkaitan dengan pemberian perlindungan kepada konsumen ialah hak untuk

mendapatkan keamanan (the right to safety), dimana dapat diartikan bahwa

setiap konsumen berhak mendapatkan keamanan apabila menggunakan suatu

barang atau jasa.

Dalam memberikan rasa aman kepada konsumen hal ini berkaitan

hubungannya dengan memberikan perlindungan kepada mitra (penyimpan)

atau nasabah dalam kegiatan lembaga keuangan di bidang liabilities, sehingga

kiranya perlu dipikirkan pembentukan suatu lembaga yang dapat menjamin

20

Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

(https://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt4c43f63962e55/parent/447 diakses pada

tanggal 11 Oktober 2018 pukul 4:12 WIB). 21

AH. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h. 1. 22

AH. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, h. 10.

Page 31: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

bahwa dana mitra penyimpan mitra (penyimpan) atau nasabah yang disimpan

pada lembaga keuangan dapat terjamin pengembaliannya.23

Diketahui bahwa Baitul Mal wa Tamwil (BMT) merupakan Lembaga

Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip

syariah. Dalam Pasal 25 Undang-Undang Lembaga Keuangan Mikro

dijelaskan mengenai perlindungan penyimpan dan masyarakat, Otoritas Jasa

Keuangan berwenang melakukan tindakan pencegahan kerugian penyimpan

dan masyarakat dengan cara memberikan informasi dan edukasi kepada

masyarakat atas karakteristik dan kegiatan usaha Lembaga Keuangan Mikro

(LKM), meminta Lembaga Keuangan Mikro (LKM) untuk menghentikan

kegiatannya apabila kegiatan tersebut berpotensi merugikan masyarakat, dan

tindakan lain yang dianggap perlu sesuai dengan Undang-Undang ini.24

C. Sistem Penjaminan Antara Bank dan Baitul Mal Wa Tamwil (BMT)

Pada saat ini Baitul Mal wa Tamwil (BMT) mulai berkembang pesat, hal

ini dapat dilihat dari tingginya tingkat kepercayaan masyarakat dalam

menggunakan jasa yang ditawarkan pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT).

Hadirnya Baitul Mal wa Tamwil (BMT) bertujuan untuk menjangkau sektor

usaha mikro, kecil dan menengah dalam memberikan pembiayaan usaha, yang

mana pada lembaga keuangan perbankan sulit untuk dijangkau. Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) memiliki fungsi sama dengan perbankan, yakni sebagai

lembaga keuangan yang menghimpun dan menyalurkan dana, pencipta dan

emberi likuiditas, menciptakan lapangan kerja dan memberi pendapatan bagi

para pegawainya, pemberi informasi (memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai risiko, keuntungan, dan peluang yang ada pada lembaga

tersebut).25

23

Marulak Pardede, Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah, (Jakarta: Sinar Harapan,

1998), h. 22 24

Undang-Undang No. 01 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro,

(https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/regulasi/lembaga-keuangan-mikro/undang-

undang/Pages/Undang-Undang-no.-1-th.-2013-ttg.-Lembaga-Keuangan-Mikro.aspx diakses pada

tanggal 11 Oktober 2018 pukul 3:48 WIB). 25

Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Cet. Ke 1, h. 23.

Page 32: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

23

Diketahui bahwa Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) selain memberikan

pembiayaan usaha, tetapi juga mendorong masyarakat untuk menabung atau

menghimpunkan dananya di Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) layaknya

perbankan. Terkait dengan penghimpunan dana pada lembaga keuangan

perbankan baik konvensional maupun syariah terdapat Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS). Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dibentuk dengan tujuan

untuk melindungi simpanan nasabah yang dititipkan di perbankan.

Awal munculnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) ialah dikarenakan

perlunya skema penjaminan simpanan. Hal ini bermula dari kejadian

kebangkrutan Bank Summa pada November 1992, karena insiden tersebut

mulai timbul kesadaran bahwa penabung harus mendapatkan perlindungan

yang memadai apabila terjadi mismatch dan insolvency yang disebabkan oleh

kesalahan bank. Namun rencana tersebut tidak sempat direalisasikan, hal ini

dikarenakan William Suryadjaja yang merupakan ayah dari Edward Suryadjaja

pemilik dan pengendali Bank Summa rela melakukan bail out atau pasang

badan, yang mana dananya tersebut berasal dari penjualan grup Astra. Sangat

disayangkan kejadian bail out Summa tidak menghasilkan pendirian Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS).26

Selanjutnya pada akhir tahun 1997 dan awal 1998 di mana perekonomian

Indonesia memasuki periode krisis moneter dan perbankan yang menghantam

Indonesia, yang mana menjadi sebuah momentum pembentukan Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS). Hal ini dilihat dari adanya penutupan 16 bank pada

1 November 1997 yang telah menyebabkan kepanikan, dimana menurunkan

tingkat kepercayaan masyaraat pada sistem perbankan sehingga terjadi

penarikan dana (rush) dari bank-bank dalam jumlah besar. Peristiwa tersebut

memaksa pemerintah mengeluarkan beberapa kebijakan diantaranya

menerbitkan skema penjaminan 100 persen (blanket guarantee) atas seluruh

kewajiban bank termasuk simpanan masyarakat pada tanggal 27 Januari 1998.

Hal ini dilakukan untuk mengatasi dampak buruk dari penarikan dana tersebut

26

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), (Jakarta: Sinar

Grafika, 2010), h.9.

Page 33: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

serta sebagai upaya menumbuhkan kembali kepercayaan masyarakat terhadap

sistem perbankan, pemerintah mengeluarkan kebijakan penjaminan terhadap

seluruh kewajiban pembayaran bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat

(BPR) melalui Keppres Nomor 26 dan Nomor 193 Tahun 1998.27

Disadari

bahwa penjaminan 100 persen yang dilakukan oleh pemerintah hanya bersifat

sementara, karena kebijakan penjaminan seharusnya dibatasi jumlahnya.

Selanjutnya kebijakan agar pemerintah menetapkan secara bertahap

mengurangi lingkup penjaminan dan hanya akan memberikan jaminan terhadap

simpanan dalam jumlah terbatas (limited guarantee) diamanatkan dalam Pasal

37B Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang berisi tentang

mewajibkan kepada setiap bank untuk menjamin setiap dana masyarakat

melalui lembaga penjamin simpanan.28

Pada tanggal 22 September 2004 ditetapkan Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2004 tentang Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS). Menurut undang-

undang tersebut, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) merupakan suatu

lembaga independen yang berfungsi menjamin simpanan nasabah penyimpan

dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan

kewenangannya. Undang-undang tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

berlaku efektif sejak tanggal 22 september 2005 dan sejak tanggal itu Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS) resmi beroperasi.29

Fungsi penjaminan dilaksanakan dengan melakukan pembayaran klaim

penjaminan atas simpanan nasabah bank yang dicabut izinnya dan menunjuk

tim likuidasi untuk membereskan aset dan kewajiban bank tersebut, sedangkan

fungsi turut aktif memelihara stabilitas sistem perbankan diwujudkan dalam

bentuk upaya menyelamatkan atau penyehatan terhadap bank gagal yang tidak

27

http://lps.go.id/artikel/-/asset_publisher/0S8e/content/peran-lps-dalam-mendukung-

stabilitas-sistem-perbankan, diakses pada hari rabu tanggal 8 agustus 2018 pukul 11:26 WIB. 28

Setyani Sri Haryati, “Peran Lembaga Penjaminan Simpanan dalam Memberikan

PerlindunganHukum Terhadap Nasabah Penyimpan Dana Di Industri Perbankan”, STIE “AUB”

Surakarta, (http://download.portalgaruda.org/article.php?article=55088&val=4283 diakses pada

tanggal 7 Maret 2018, Pukul 6:38 WIB), h. 3. 29

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), (Jakarta: Sinar

Grafika, 2010), h.11.

Page 34: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

25

berdampak sistemik maupun bank gagal yang terdampak sistemik (bank

resolution).30

Dalam sistem penjaminan simpanan, setiap bank peserta wajib membayar

premi penjaminan dan biaya kepesertaan. Untuk premi jaminan simpanan

ditetapkan sebesar 0,1 persen yang dihitung dari saldo rata-rata simpanan

setiap periode (Januari samapai Juni dan Juli sampai Desember), sedangkan

untuk kepesertaan dipungut sebesar 0,1 persen yang dihitung dari modal dan

hanya sekali saja di saat bank yang bersangkutan menjadi peserta Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS).31

Berdasarkan Pasal 11 Undang-Undang Lembaga

Penjamin Simpanan, nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah per-

bank maksimum Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah). Namun nilai simpanan

yang dijamin diubah menjadi paling banyak Rp 2.000.000.000,- (dua miliar

rupiah) berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2008 tentang

Besaran Nilai Simpanan yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).32

Adanya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dirasa penting bagi lembaga

keuangan yang melakukan sistem penghimpunan dana dari masyarakat, hal ini

dikarenakan dapat meningkatkan rasa aman serta kepercayaan masyarakat

terhadap lembaga keuangan tersebut. Namun saat ini Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS) baru menjamin simpanan nasabah pada lembaga keuangan

perbankan saja. Pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT) belum terdapat lembaga

penjamin yang dapat menjamin simpanan mitra (penyimpan) yang

menghimpunkan dananya pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Sebelumnya

dalam Pasal 94 Undang-Undang Perkoperasia tahun 2012 diatur mengenai

pembentukan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), dimana dijelaskan bahwa

koperasi simpan pinjam wajib menjamin simpanan anggotanya.33

Namun pada

saat ini Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian telah

30

http://lps.go.id/artikel/-/asset_publisher/0S8e/content/peran-lps-dalam-mendukung-

stabilitas-sistem-perbankan , diakses pada hari rabu tanggal 8 agustus 2018 pukul 11:26 WIB. 31

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), h.24. 32

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),), h.12. 33

Pasal 94 Undang-Undang No. 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian

(https://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt50a0cd070d19e/node/534/uu-no-17-tahun-2012-

perkoperasian diakses pada tanggal 11 Oktober 2018 pukul 4:23 WIB).

Page 35: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) dan kembali merujuk pada

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian. Dalam Undang-

Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian belum diatur mengenai

penjaminan bagi simpanan anggota, tetapi dalam Pasal 19 Undang-Undang

Lembaga Keuangan Mikro dijelaskan mengenai pembentukan lembaga

penjamin simpanan bagi lembaga keuangan mikro (LKM).34

Walaupun demikian, untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dan

memberikan rasa aman terhadap dana yang simpan, Baitul Mal wa Tamwil

(BMT) menawarkan berbagai produk atau jasa keuangan kepada masyarakat

dan melakukan perngelolaan dana simpanan dengan maksimal. Terkait dengan

memberikan rasa aman kepada masyarakat yang menggunakan jasa Baitul Mal

wa Tamwil (BMT), Baitul Mal wa Tamwil (BMT) menerapkan prinsip kehati-

hatian. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 27 Ayat (1) Keputusan Menter

No. 91 Tahun 2004 bahwa dalam pengelolaan Koperasi Jasa Keuangan Syariah

(KJKS) atau Unit Jasa Keuangan Syariah (UJKS) wajib memperhatikan azas-

azas dan pembiayan yang sehat, dan menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian

serta pembiayaan yang benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.35

Hal ini

dilakukan guna mengendalikan resiko dari pengelolaan dana simpanan yang

dilakukan oleh Baitul Mal wa Tamwil (BMT), karena diketahui bahwa dana

yang masyarakat yang disimpan di Baitul Mal wa Tamwil (BMT) akan dikelola

sebagai dana pembiayaan kepada anggota yang lain, yang mana nanti akan

memperloleh bagi hasil.

D. Tinjauan (Review) Kajian Terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini, penulis akan

menyertakan beberapa kajian literatur yang membahas mengenai Lembaga

34

Pasal 19 Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro,

(https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/regulasi/lembaga-keuangan-mikro/undang-

undang/Pages/Undang-Undang-no.-1-th.-2013-ttg.-Lembaga-Keuangan-Mikro.aspx diakses pada

tanggal 11 Oktober 2018 pukul 3:48 WIB). 35

Pasal 27 Ayat (1) Keputusan Menteri No. 91 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS),

(http://sumbarprov.go.id/images/Dinas_KUMKM/KEPMEN%20NO%2091%20TAHUN%202004

%20oke.pdf diakses pada tanggal 11 Oktober 2018 pukul 4:26 WIB).

Page 36: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

27

Penjamin Simpanan (LPS) pada Lembaga Keuangan Mikro (LKM), khususnya

pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT).

Pertama, jurnal yang berjudul “Urgensi Lembaga Penjamin Simpanan

(LPS) Bagi BMT Sebagai Bentuk Perlindungan Hukum Kepada Nasabah

BMT” oleh Luthfiyah Trini Hastuti dari Fakultas Hukum Universitas Sebelas

Maret (UNS). Penelitian ini membahas mengenai bentuk tanggungjawab Baitul

Maal wa Tamwil (BMT) dalam menjamin dana simpanan yang telah

dipercayakan masyarakat kepada Baitul Maal wa Tamwil (BMT),

tanggungjawab tersebut berupa adanya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Diketahui bahwa dana yang dihimpun pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

semakin bertambah banyak seiring jumlah pembiayaan yang juga meningkat.

Akan tetapi potensi yang besar ini belum diimbangi dengan regulasi yang

mampu menjaga tingkat kepercayaan yang telah diberikan masyarakat kepada

Baitul Maal wa Tamwil (BMT), khususnya yang berkaitan dengan sejauhmana

simpanan yang dipercayakan masyarakat kepada Baitul Maal wa Tamwil

(BMT) mampu dipertanggungjawabkan secara hukum apabila terjadi kondisi

yang tidak diinginkan. Keberadaan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang

dibentuk pemerintah melalui Undang-undang Nomor 24 Tahun 2004 selama

ini hanya memiliki kewenangan yang terbatas pada ruang lingkup perbankan

saja, sehingga belum ada perlindungan hukum terhadap nasabah yang

mempercayakan simpanannya melalui Baitul Maal wa Tamwil (BMT).

Menjadi sebuah keharusan bagi pemerintah untuk membuat lembaga serupa

yang memiliki kewenangan menjamin simpanan yang ada di Baitul Maal wa

Tamwil (BMT) sehingga mampu dipertanggungjawabkan secara hukum.36

Indikator pembeda dari penelitian ini ialah penulis akan membahas

mengenai upaya dari Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam menjamin

simpanan mitra (penyimpan), yang mana diketahui bahwa pada saat ini belum

36

Luthfiyah Trini Hastuti, “Urgensi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Bagi BMT

Sebagai Bentuk Perlindungan Hukum Kepada Nasabah BMT”, Fakultas Hukum. UNS,

(http://www.academia.edu/5380514/Urgensi_LPS_Bagi_BMT_sebagai_Bentuk_Perlindungan_Hu

kum diakses pada tanggal 30 Agustus 2018, Pukul 10:44 WIB).

Page 37: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

ada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang dapat menjamin simpanan milik

mitra (penyimpan) yang dipercayakan kepada Baitul Maal wa Tamwil (BMT).

Kedua, jurnal yang berjudul “Perlindungan Hukum Bagi Nasabah

Penyimpan Lembaga Keuangan Mikro Syariah Yang Mengalami

Kerugian Finansial” oleh Kaffi Wanatul Ma’wa dari Fakultas Hukum

Universitas Brawijaya. Penelitian ini membahas mengenai bentuk perlindungan

hukum diberikan kepada nasabah penyimpan dana pada lembaga Keuangan

Mikro Syariah (LKMS) atas simpanannya, yang mana bentuk perlindungan

tersebut diatur dalam berbagai bentuk peraturan perundang-undangan yang

terkait. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan

Mikro mengatur terkait kewenangan OJK dalam pembuatan mekanisme

pengaduan nasabah, namun terkait bagaimana bentuk dan prosesnya belum

dijelaskan. Dalam POJK Nomor 1/POJK.07/2013 Tentang Perlindungan

Konsumen Sektor Jasa Keuangan juga belum memuat konsumen Lembaga

Keuangan Mikro Syariah (LKMS) sebagai salah satu konsumen pelaku sektor

jasa keuangan yang harus dilindungi.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian yuridis normatif, dimana

legal issue yang diangkat berupa kekosongan hukum terkait mekanisme

pengaduan nasabah penyimpan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)

sehingga kurangnya pengawasan terhadap kesehatan Lembaga Keuangan

Mikro Syariah (LKMS) yang mengakibatkan kerugian finansial pada nasabah

penyimpan Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) tidak dapat menarik

simpanan.37

Indikator pembeda dari penelitian ini ialah penulis akan menjelaskan

mengenai bentuk perlindungan hukum apa yang diberikan oleh Baitul Maal wa

Tamwil (BMT) dalam menjamin dana simpanan para mitra (penyimpan).

Ketiga, jurnal yang berjudul “Perlindungan Nasabah Bmt Jika Bmt

Pailit (Taflis)” oleh Neni Sri Imaniyati dari Fakultas Hukum Unisba, dalam

37

Kaffi Wanatul Ma’wa, “Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Penyimpan Lembaga

Keuangan Mikro Syariah Yang Mengalami Kerugian Finansial”, Fakultas Hukum, Universitas

Brawijaya, (http://hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/view/1223 diakses pada

tanggal 13 Februari 2018, Pukul 6:38 WIB).

Page 38: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

29

Jurnal Mimbar Volume XXI No. 4 Oktober – Desember 2005: 498 – 520.

Penelitian ini membahas mengenai bentuk usaha yang dimiliki Baitul Maal wa

Tamwil (BMT), tanggung jawab pendiri dan pengurus Baitul Maal wa Tamwil

(BMT), dan perlindungan nasabah penyimpan dana Baitul Maal wa Tamwil

(BMT) jika terjadi pailit pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Bentuk badan

hukum yang dimiliki oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) ada dua, yaitu

Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dan Koperasi. Bentuk tanggung jawab

yang diberikan oleh pendiri dan pengurus Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

dipengaruhi oleh bentuk usaha yang dimiliki oleh Baitul Maal wa Tamwil

(BMT). Pada dasarnya bentuk tanggung jawab yang diberikan oleh pendiri dan

pengurus Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang berbentuk Kelompok Swadaya

Masyarakat (KSM) ataupun koperasi adalah sama, yaitu melakukan tindakan

dan upaya bagi kepentingan dan kemanfaatan Baitul Maal wa Tamwil (BMT).

Namun terdapat perbedaan bentuk tanggung jawab jika terjadi pailit pada

Baitul Maal wa Tamwil (BMT). Bagi Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang

berbadan hukum Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM), pendiri pengurus

akan bertanggung jawab sampai harta kekayaan pribadi. Sedangkan pada

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang berbadan hukum koperasi, tanggung

jawab yang diberikan oleh pendiri dan pengurus terbatas, yaitu sampai jumlah

modal yang diserahkan. Perlindungan bagi nasabah yang menyimpan dananya

pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT) belum memadai, hal ini dapat dilihat

pada ketentuan KUHPerdata. Dimana nasabah penyimpan dana pada Baitul

Maal wa Tamwil (BMT) berkedudukan sebagai kreditur konkuren untuk

mendapatkan haknya harus berbagi dengan kreditur lainnya setelah dana Baitul

Maal wa Tamwil (BMT) yang tersisa dibagikan kepada kreditur preference.38

Indikator pembeda dari penelitian ini adalah penulis akan menjelaskan

mengenai upaya apa yang diberikan oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

dalam melindungi dan menjamin dana simpanan mitra (penyimpan).

38

Neni Sri Imaniyati, “Perlindungan Nasabah Bmt Jika Bmt Pailit (Taflis)”, Jurnal

Mimbar, Volume XXI No. 4, Oktober – Desember 2005: 498 – 520.

Page 39: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

Keempat, jurnal yang berjudul “Strategi Penghimpunan Dan

Penyaluran Dana Pada Baitul Mal Wat Tamwil” oleh Sanwani dan kawan-

kawan dari Universitas Mataram, dalam Jurnal Al Masraf: Jurnal Lembaga

Keuangan dan Perbankan-Volume 2, Nomor 1, Januari-Juni 2017. Pada

penelitian ini membahas mengenai strategi penghimpunan dan penyaluran

dana/ pembiayaan dalam Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang dilakukan pada

Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al-Hidayah di Lombok Timur. Dari hasil

penelitian, penulis mejelaskan bahwa strategi penghimpunan dana yang

digunakan oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) Al- Hidayah ialah strategi

sistem jemput bola. Strategi Sistem Jemput Bola ini sebagai ajang promosi dan

sosialisasi secara lebih optimal di masyarakat. Sedangkan strategi penyaluran

dana atau pembiayaan yang digunakan ialah pemasaran, peduli sosial, dan

personal seling Pemasaran merupakan salah satu cara untuk menciptakan,

mengkomunikasikan, menyampaikan, dan menawarkan produk yang dimiliki

oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) kepada masyarakat.39

Indikator pembeda dari penelitian ini adalah penulis akan menjelaskan

mengenai penjaminan dana simpanan milik mitra (penyimpan) apabila terja di

hal yang tidak diinginkan pada Baitul Maal wa Tamwil (BMT).

Kelima, tesis yang berjudul “Kepastian Hukum Baitul Mal wa Tamwil

(BMT) Sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah Dalam Memberikan

Kepastian Hukum Kepada Nasabah” (2016) oleh Hendriyatna dari

Universitas Pasundan. dalam penelitiannya dijelaskan mengenai peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang Lembaga Keuangan Mikro

Syariah, yang mana menjadi landasan operasional Baitul Maal wa Tamwil

(Bmt) Selaku Lembaga Keuangan Mikro Syariah. landasan operasional Baitul

Maal wa Tamwil (BMT) tersebut memberikan sebuah kepastian hukum bagi

Baitul Maal wa Tamwil (BMT).40

39

Sanwani, Titiek Herwanti Dan Akhmad Jufri, “Strategi Penghimpunan Dan Penyaluran

Dana Pada Baitul Mal Wat Tamwil”, Jurnal Al Masraf: Jurnal Lembaga Keuangan dan

Perbankan, Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni 2017. 40 Hendriyatna, Tesis: “Kepastian Hukum Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Sebagai Lembaga

Keuangan Mikro Syariah Dalam Memberikan Kepastian Hukum Kepada Nasabah”, Universitas

Page 40: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

31

Indikator pembeda dari penelitian ini adalah penulis akan memfokuskan

pembahasan terkait perlindungan hukum yang terima mitra (penyimpan) yang

diberikan oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT).

Keenam, jurnal ini berjudul “Regulasi Keberadaan Baitul Maal Wat

Tamwil (BMT) Dalam Sistem Perekonomian Di Indonesia” oleh Nourma

Dewi dalam Jurnal Serambi Hukum Vol. 11 No. 01 Februari – Juli 2017: 96 –

110. Penelitian ini membahas mengenai regulasi Baitul Maal wa Tamwil

(BMT) dalam sistem perekonomian, Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

merupakan lembaga keuangan mikro yang mempunyai karakteristik khusus

karena dalam pelaksanaannya memperhatikan nilai komersil dan nilai sosial.

Selain itu, bentuk badan hukum Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang bisa

berbentuk koperasi atau Perseroan Terbatas (PT) membuat peraturan yang

melandasi kegiatan Baitul Maal wa Tamwil (BMT) ini cukup beragam, yaitu

Undang-Undang Nomor no 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat,

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian, Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Lembaga Keuangan Mikro, Undang-

Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang Otoritas Jasa Keuangan. Selain

undang-undang tersebut, terdapat berbagai macam peraturan yang membantu

pelaksanaan Baitul Maal wa Tamwil (BMT).41

Indikator pembeda dari penelitian ini adalah penulis akan membahas

mengenai upaya yang dilakukan oleh Baitul Maal wa Tamwil (BMT) yang

merujuk kepada peraturan-peraturan yang berlaku terkait dengan Baitul Maal

wa Tamwil (BMT) terhadap dana simpanan mitra (penyimpan), karena

diketahui bahwa pada saat ini sudah mulai berkembang kepercayaan

masyarakat terhadap Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dalam menghimpunkan

dananya.

Pasundan, 2016, (http://repository.unpas.ac.id/3713/ diakses pada tanggal 3 Agustus 2018,

Pukul 9:11 WIB). 41

Nourma Dewi, “Regulasi Keberadaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Dalam Sistem

Perekonomian Di Indonesia”, Jurnal Serambi Hukum, Volume 11 No. 01 Februari – Juli 2017: 96

– 110.

Page 41: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

32

BAB III

PROFIL BMT AL-FATH IKMI PAMULANG

A. Sejarah Berdirinya BMT Al-Fath IKMI

Melihat kondisi ril masyarakat kita yang dari sisi ekonomi belum dapat

hidup secara layak dan mapan, masih sering terjerat rentenir, tidak adanya

lembaga yang dapat membantu untuk meningkatkan pendapat mereka, tidak

punya posisi tawar dengan pihak lain dan kondisi-kondisi lainnya yang serba

tidak menguntungkan bagi masyarakat kecil.

Padahal dari potensi yang dimiliki oleh mereka yang apabila dikelola

oleh sistem kebersamaan, maka akan dapat meningkatkan ekonomi mereka.

Dengan memperhatikan permasalahan di atas, maka dirintislah Baitul Maal wa

Tamwil (BMT) Al-Fath oleh 25 orang pendiri pada tanggal 13 Oktober 1996,

dan kini jumlah pendirinya menjadi 64 orang yang tersebar di 4 (empat) kantor

dan 1 (satu) kantor Baitul Maal. Hal ini telah menunjukan bahwa BMT Al-Fath

IKMI berkontribusi dalam mengurangi angka pengangguran sekaligus

pemberdayaan lingkungan, karena sebagian besar pengelola berdomisili

disekitar BMT Al-Fath IKMI.

BMT Al-Fath IKMI merupakan Lembaga Keuangan Mikro Syari'ah yang

notabennya adalah lembaga keuangan aset umat dengan prinsip operasionalnya

mengacu pada prinsip-prinsip syari'at Islam. BMT Al-Fath IKMI dibentuk

dalam upaya memberdayakan umat secara kebersamaan melalui kegiatan

simpanan dan pembiayaan serta kegiatan-kegiatan lain yang berdampak pada

peningkatan ekonomi anggota dan mitra binaan ke arah yang lebih baik, lebih

aman, serta lebih adil. Hal ini direspon baik oleh masyarakat, pada kegiatan

penghimpunan dana dapat dilihat keinginan masyarakat untuk bergabung

menjadi anggota BMT Al-Fath IKMI cukup besar. Terbukti dari jumlah

perkembangan anggota dari tahun ketahun yang selalu meningkat. Pada tahun

1996 jumlah anggota yang bergabung terdapat 136 anggota dan hingga akhir

Page 42: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

33

tahun 2017 terhitung jumlah anggota yang menggabungkan diri sebanyak

16.489 orang yang bergabung menjadi anggota penghimpunan dana. Selain itu,

BMT Al-Fath IKMI juga telah berkontribusi dalam peningkatan kesejahteraan

ekonomi anggota dalam bentuk pemberian pembiayaan berupa modal kerja

usaha, yang mana pada akhir tahun 2017 terhitung ada sebanyak 3.943 anggota

yang telah menerima pembiayaan dari BMT Al-Fath IKMI. Diketahui jumlah

aset yang dimiliki yang merupakan gabungan dari aset lancar dan aset tidak

lancar pada bulan Juli tahun 2018 ialah sebesar Rp 32,297,986,025.63 (Tiga

Puluh Milyar Dua Ratus Sembilan Puluh Tujuh Juta Sembilan Ratus Delapan

Puluh Enam Ribu Dua Puluh Lima Rupiah).1

Sebagai lembaga yang mengemban misi sosial, maka dibentuklah divisi

Baitul Maal yang dikelola secara terpisah agar dapat berjalan secara optimal

melayani umat, dan sebagai lembaga bisnis maka dibentuklah Baitul Tamwil

dengan dikelola oleh tenaga muslim yang profesional dibidang keuangan, Insya

Allah akan menampilkan lembaga keuangan syari'at yang sehat, berkualitas,

dan memenuhi harapan umat.2

Secara kelembagaan, pada tahun 1996-1998 BMT Al-Fath IKMI

beroperasi dalam bentuk lembaga Kelompok Swadaya Msyarakat (KSM).

Selanjutnya pada tahun 1998-2005 kelembagaan tersebut berubah menjadi

Koperasi Simpan Pinjam (KSP). Kemudian pada tahun 2005-2016 berubah

kembali menjadi Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS). Dan pada saat ini

dari tahun 2016 hingga sekarang, bentuk kelembagaan BMT Al-Fath IKMI

ialah Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS). Hal ini

dikarenakan pada tahun 2015 terbitlah Peraturan Menteri Koperasi No. 16

Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam dan

Pembiayaan Syariah oleh koperasi. Maka karena hal tersebut, pada tahun 2016

BMT Al-Fath IKMI melakukan perubahan anggaran dasar menjadi Koperasi

Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPP).

1 Tim BMT Al-Fath IKMI, Buku Laporan RAT Ke-21 Tahun Buku 2017, (Tangerang

Selatan: Gerak, 2017), h. 36 2 Yusuf KS, Sejarah Perjalanan KSPPS BMT Al-Fath IKMI, (Tangerang Selatan: Amanah

Printing, 2017), h. 31.

Page 43: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

B. Profil Lembaga dan Struktur Organisasi BMT Al-Fath IKMI Pamulang

1. Profil Lembaga

Berikut ini merupakan profil lembaga pada BMT Al-Fath IKMI:3

a. Nama : KSPPS BMT Al-Fath IKMI

b. Jenis Koperasi : Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah

c. Akte Pendirian : Nomor 650/BH/KWK.10/VI/1998, tanggal 29 Juni

1998

d. Akte Perubahan :Nomor 518/7/BH/PAD/Koperasi, tanggal 05

Desember 2005

e. Akte Perubahan :Nomor 09/2017, tanggal pengesahan 08 Januari

2018

f. SIUP :Nomor 1086/10-04/PK/XII/2000, tanggal 07

Desember 2000

g. NPWP : 02.021.735-2.4111.000

2. Struktur Organisasi

Adapun susunan dari struktur organisasi pada BMT Al-Fath IKMI

Pamulang, sebagia berikut:4

Dewan Pengawas Syariah :

Ketua : Drs. Mustakim Kurdi, MA

Anggota : Drs. Yahya Harun AlRasyid

Dewan Pengawas Umum :

Ketua : H. Farid Hidayat

Anggota : H. Kapsulani, SE, MM

H. Faridi Syahdana, S.E

Dewan Pengurus :

Ketua : Drs. Budiyono, M.Pd.

Wakil Ketua :

Bidang Pembiayaan dan Pembinaan

Mitra

: H. Abdul Rahim

Bidang Legal : Drs. R. Prastowo Sidhi,

3 Tim BMT Al-Fath IKMI, Buku Laporan RAT Ke-21 Tahun Buku 2017, (Tangerang

Selatan: Gerak, 2017), h. 36 4 Yusuf KS, Sejarah Perjalanan KSPPS BMT Al-Fath IKMI, h. 38.

Page 44: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

35

S.H.,M.H.

Sekretaris : H. Z. Arifin Listanto

Bendahara : H. Djaelani, SE

Sumber Daya Insani : H. Imam Turmudi Ms

Pengelola Kantor Pusat Tamwil :

Manager : Saimin, S.E, M.Si.

Sekretaris : Harum Sulistio Rini, S.E.

IT : Muhammad Yusuf S.Kom

Staff Baitul Maal : Dwi Putra Rama

Shidiq Anshori, S.Pd.I.

Head Security : Opik Taupikur Rohman

Security : Muhammad Reza

Lucky Saputra

Sagiman

Fandi Ahmad

Helmi Priandi

Akbar

Sopir : Septya Ferry Perdana

Office Boy : Slamet Riyadi

Ali Akbar

Hari Robi Setyanto

Ahmad Salim Setyanto

Pengelola Kantor Cabang Utama :

Kepala Cabang : Robi Sugara

Kabag Operasional : Suryadi, S.T.

Kabag Marketing : Opan Sopyan Sauri, S.Ag

Pembukuan : Neneng Syarifah, Amd

Head Teller : Nurmilati, S.E.

Teller Payment Point : Arum Setianingsih

Teller : Ira Kurnia, S.E.Sy

Customer Service : Silvia Herlena, S.E

Surveyor : Parjan

Account Officer : M. Erwin

Gugun Ginanjar

Isep Nurfahmi

Dadi Alamsyah

Funding Officer : Muharis

Eka Erfan Khoir Abdillah

Atra Novianto

Tele Marketing : Hana

Staff Adm Legal : Muhammad Saman

Pengelola Kantor Cabang Maal :

Page 45: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

Funding Maal : Dwi Putra Rama

Shidiq Anshori, S.Pd.I.

C. Produk-Produk BMT Al-Fath IKMI Pamulang

1. Produk Baitul Tamwil

Ada 3 (dua) produk Baitul Tamwil yang ditawarkan oleh BMT Al-Fath

IKMI kepada masyarakat, yaitu produk penghimpunan dana, produk

penyaluran dana (pembiayaan) dan layanan jasa. Pada produk penghimpunan

dan pembiayaan didalamnya terdapat berbagai jenis penghimpunan dana dan

penyaluran dana (pembiayaan) adapun jenisnya sebagai berikut :5

a. Produk penghimpunan dana

Pada kegiatan penghimpunan dana BMT Al-Fath IKMI menawarkan

berbagai jenis produk ialah sebagai berikut:

1) Tawakal

Tawakal adalah tabungan dengan akad wadiah/titipan, di mana

anggota menitipkan dananya di BMT Al-Fath IKMI. Di mana dana yang

dimiliki oleh anggota akan dijaga keamanannya.6

Adapun manfaat yang diperoleh dari produk penghimpunan dana

Tawakal, yaitu:

a) Membantu kelancaran transaksi keuangan dan usaha.

b) Kemudahan dalam transaksi, penyetoran, dan penarikan dapat

dilakukan dengan flksibel.

c) Aman dan menentramkan.

d) Berta’awun atau tolong-menolong dalam pengembangan usaha

anggota lain.

2) Simpanan Pendidikan

Simpanan pendidikan merupakan bentuk simpanan yang

diperuntukan bagi perencanaan pendidikan putra atau putri anggota.

Simpanan pendidikan ini menggunakan akad mudharabah, dimana dana

5 Yusuf KS, Sejarah Perjalanan KSPPS BMT Al-Fath IKMI, h. 33.

6 Yusuf KS, Sejarah Perjalanan KSPPS BMT Al-Fath IKMI, h. 33.

Page 46: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

37

yang dimiliki oleh anggota akan diputarkan dengan memberikan modal

kepada anggota lain yang mana nantinya akan memperoleh keuntungan.

Dari keuntungan yang diperoleh tersebut, anggota mendapatkan bagi

hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati. Diimana besaran nisbah bagi

hasil yang didapatkan akan disepakati pada awal akad.7

Adapun manfaat yang diperoleh dari Simpanan Pendidika, yaitu :

a) Mewujudkan cita-cita putra atau putrid anggota;

b) Sebagai investasi yang mendatangkan keuntungan;

c) Berta’awun atau tolong-menolong dalam pengembangan usaha

anggota lain.

3) Simpanan Idul Fitri

Simpanan Idul Fitri merupakan simpanan yang diperuntukan untuk

mempersiapkan biaya mudik atau lebaran Idul Fitri anggota. Simpanan

Idul Fitri ini menggunakan akad mudharabah, dimana dana yang dimiliki

oleh anggota akan diputarkan dengan memberikan modal kepada anggota

lain yang mana nantinya akan memperoleh keuntungan. Dari keuntungan

yang diperoleh tersebut, anggota mendapatkan bagi hasil sesuai dengan

nisbah yang disepakati. Diimana besaran nisbah bagi hasil yang

didapatkan akan disepakati pada awal akad.

Adapun manfaat yang diperoleh dari Simpanan Idul Fitri, yaitu:

a) Persiapan mudik atau Lebaran Idul Fitri lebih terencana;

b) Sebagai investasi yang mendatangkan keuntungan;

c) Berta’awun atau tolong-menolong dalam pengembangan usaha

anggota lain.

4) Simpanan Walimah/Nikah

Simpanan Walimah atau Nikah merupakan simpanan yang

diperuntukan bagi anggota yang belum menikah atau bermaksud

merencanakan pernikahan atau bagi anggota yang akan menikahkan

putra atau putrinya.

7 Yusuf KS, Sejarah Perjalanan KSPPS BMT Al-Fath IKMI, h. 34.

Page 47: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

Simpanan Walimah atau Nikah ini menggunakan akad

mudharabah, dimana dana yang dimiliki oleh anggota akan diputarkan

dengan memberikan modal kepada anggota lain yang mana nantinya

akan memperoleh keuntungan. Dari keuntungan yang diperoleh tersebut,

anggota mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati.

Diimana besaran nisbah bagi hasil yang didapatkan akan disepakati pada

awal akad.

Adapun manfaat yang diperoleh dari Simpanan Walimah atau

Nikah, yaitu:

a) Pernikahan lebih terencana;

b) Sebagai investasi yang mendatangkan keuntungan;

c) Berta’awun atau tolong-menolong dalam pengembangan usaha

anggota lain.

5) Simpanan Qurban

Simpanan Qurban merupakan simpanan yang diperuntukan bagi

anggota yang hendak melaksanakan niat suci, yaitu melaksanakan ibadah

qurban. 8

Simpanan Qurban ini menggunakan akad mudharabah, dimana

dana yang dimiliki oleh anggota akan diputarkan dengan memberikan

modal kepada anggota lain yang mana nantinya akan memperoleh

keuntungan. Dari keuntungan yang diperoleh tersebut, anggota

mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati sebesar.

Diimana besaran nisbah bagi hasil yang didapatkan akan disepakati pada

awal akad.

Adapun manfaat yang diperoleh dari Simpanan Walimah atau

Nikah, yaitu:

a) Mewujudkan niat suci untuk berqurban;

b) Sebagai investasi yang mendatangkan keuntungan;

c) Berta’awun atau tolong-menolong dalam pengembangan usaha

anggota lain.

8 Yusuf KS, Sejarah Perjalanan KSPPS BMT Al-Fath IKMI, h. 34.

Page 48: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

39

6) Simpanan Haji/Umroh

Simpanan Haji atau Umroh merupakan simpanan yang

diperuntukan bagi anggota yang merencanakan ibadah haji atau umroh.

Simpanan Haji atau Umroh ini menggunakan akad mudharabah, dimana

dana yang dimiliki oleh anggota akan diputarkan dengan memberikan

modal kepada anggota lain yang mana nantinya akan memperoleh

keuntungan. Dari keuntungan yang diperoleh tersebut, anggota

mendapatkan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang disepakati. Diimana

besaran nisbah bagi hasil yang didapatkan akan disepakati pada awal

akad.9

Adapun manfaat yang diperoleh dari Simpanan Haji atau Umroh,

yaitu:

a) Mewujudkan ibadah haji atau umroh anggota;

b) Sebagai investasi yang mendatangkan keuntungan;

c) Berta’awun atau tolong-menolong dalam pengembangan usaha

anggota lain.

7) Tabah

Tabah merupakan singkatan dari Tabungan Berjangka Al-fath.

Tabah adalah produk tabungan berjangka antara 3 bulan, 6 bulan dan 12

bulan dengan menggunakan akad Murabahah. Tabungan diberlakukan

sebagai investasi dan mendapatkan keuntungan, yang mana bagi hasil

sesuai dengan nisbah yang disepakati. Diimana besaran nisbah bagi hasil

yang didapatkan akan disepakati pada awal akad.

Adapun manfaat yang diperoleh dari produk Tabah (Tabungan

Berjangka Al-fath), yaitu:

a) Sebagai investasi yang mendatangkan keuntungan;

b) Berta’awun atau tolong-menolong dalam pengembangan usaha

anggota lain.

9 Yusuf KS, Sejarah Perjalanan KSPPS BMT Al-Fath IKMI, h. 35.

Page 49: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

b. Produk penyaluran dana (pembiayaan)

Pada produk penyaluran dana BMT Al-Fath IKMI menggunakan

beberapa jenis akad, yaitu :10

1) Akad Murabahah

Akad Murabahah merupakan akad jual beli barang antara Baitul

Maal wa Tamwil (BMT) dengan anggota seharga perolehan ditambah

keuntungan atau margin yang disepakati oleh kedua belah pihak, dengan

pembayaran diangsur sesuai dengan kesepakatan. Harga jual akan tetap

sama sampai akhir pelunasan. Sebagaimana dijelaskan dalam Fatwa DSN

No. 04 /DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah bahwa dalam ketentuan

umum murabahah, lembaga keuangan yang menjualkan barang kepada

nasabah dalam hal ini dengan pemesanan, menjual barang tersebut

dengan harga jual senilai beli ditambah marjin keuntungan. Dalam hal

ini, lembaga keuangan harus memberitahu secara jujur harga pokok

barang kepada nasabah berikut dengan biaya-biaya yang diperlukan.11

Akad pembiayaan murabahah yang terdapat pada BMT Al-Fath

IKMI biasanya digunakan oleh masyarakat untuk membelikan alat-alat

elektronik, bahan –bahan sembako yang nantinya untuk keperluan usaha,

kendaraan bermotor, dan lain-lain.

2) Akad Mudharabah

Akad Mudharabah merupakan akad kerjasama usaha dimana

sumber modal 100% berasal dari Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dan

pengelolaan usaha dilakukan oleh anggota. Keuntungan yang diperoleh

dari pengelolaan usaha akan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah

disepakati. Jika terjadi kerugian yang bukan karena kesalahan pengelola,

maka kerugian akan ditanggung bersama. Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

menanggung rugi modal dan anggota menanggung rugi tenaga dan

waktu. Dalam Fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2009 tentang

Pembiayaan Mudharabah dijelaskan bahwa pembiayaan mudharabah

10

Yusuf KS, Sejarah Perjalanan KSPPS BMT Al-Fath IKMI, h. 33. 11

M. Ichwan Sam dan kawan-kawan, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah

Nasional MUI, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), h.64.

Page 50: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

41

adalah pembiayaan yang disalurkan oleh Lembaga Keuangan Syariah

(LKS) kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif. Pada

pembiayaan ini Lembaga Keuangan Syariah (LKS) bertindak sebagai

Shaib al-mal (pemilik dana) yang membiayai 100% kebutuhan suatu

usaha, sedangkan pengusaha (nasabah) bertindak sebgai mudharib

(pengelola usaha).12

Nasabah sebagai pengelola usahaboleh melakukan

berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama oleh Lembaga

Keuangan Syariah (LKS) dan sesuai dengan syariah.

Pada BMT Al-Fath IKMI, akad pembiayaan mudharabah ini

digunakan untuk kerja sama usaha seperti pembiayaan untuk usaha

ekspedisi jasa pengiriman barang.

3) Akad Musyarakah

Akad Musyarakah merupakan akad kerjasama usaha dimana

sumber dana diperoleh dari 2 pihak, yaitu Baitul Maal wa Tamwil (BMT)

dan anggota. Keuntungan yang diperoleh dari pengelolaan usaha akan

dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati. Jika terjadi kerugian

yang bukan karena kesalahan pengelola, maka kerugian akan bersama

sesuai dengan porsi modal. Pada Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000

tentang Pembiayaan Musyarakah dijelaskan bahwa dalam pembagian

keuntungan harus dibagikan secara proposional atas dasar seluruh

keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan di awal yang

ditetapkan bagi seorang mitra.13

Transaksi yang pernah dilakukan BMT Al-Fath IKMI dengan

anggota yang menggunakan akad pembiayaan musyarakah, yaitu

kerjasama usaha penyedia hewan qurban pada saat idul adha, kerjasama

usaha penyediaan alat perkantoran, dan lain sebagainya.

12

M. Ichwan Sam dan kawan-kawan, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah

Nasional MUI, h.81. 13

M. Ichwan Sam dan kawan-kawan, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah

Nasional MUI, h.89.

Page 51: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

4) Akad Ijarah

Akad ijarah merupakan akad sewa menyewa manfaat suatu barang

atau jasa, antara Baitul Maal wa Tamwil (BMT) dan anggota seharga

perolehan ditambah ujroh atau fee dengan pembayaran sewa diangsur

sesuai dengan kesepakatan. Harga sewa tetap sampai dengan pelunasan

sewa. Pada Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan

Ijarah dijelaskan mengenai objek akad ijarah, yaitu manfaat barang dan

sewa atau manfaat jasa dan upah.14

Pada pembiayaan ijarah, BMT Al-Fath IKMI menyewakan ruko

guna usaha kepada anggota yang terletak dipasar-pasar. Toko yang

disewakan BMT Al-Fath IKMI ini terletak di daerah pasar Ciputat dan

pasar Cipulir.

c. Layanan jasa

Adapun layanan jasa pada BMT Al-Fath IKMI, yaitu:15

1) Jasa transfer online antar bank

2) Jasa pembayaran listrik, telepon, BPJS, dan lain-lain

2. Produk Baitul Maal

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) merupakan gabungan antara Baitul Maal

(rumah harta) dan Baitul Tamwil (rumah pengembahan harta). Baitul Maal

pada BMT Al-Fath IKMI menerima titipan dana, zakat, infak, dan

shadaqah, dimana nantinya dana tititpan terebut akan didistribusikan secara

optimal dan sesuai peraturan yang berlaku. Dalam penyalurannya BMT Al-

Fath IKMI membaginya menjadi beberapa kategori, yaitu :16

14

M. Ichwan Sam dan kawan-kawan, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah

Nasional MUI, h.95. 15

Tim BMT Al-Fath IKMI, Buku Laporan RAT Ke-21 Tahun Buku 2017, (Tangerang

Selatan: Gerak, 2017), h. 2. 16

Tim BMT Al-Fath IKMI, Buku Laporan RAT Ke-21 Tahun Buku 2017, (Tangerang

Selatan: Gerak, 2017), h. 3

Page 52: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

43

a. Penyaluran dana zakat

BMT Al-Fath IKMI menyalurkan dana zakat kepada 8 asnaf

(orang yang berhak menerima zakat) dibagikan secara menyeluruh dan

sesuai dengan peraturan yang berlaku serta amanah.

b. Penyaluran dana infak dan sedekah.

Adapun jenis-jenis penyaluran dana infak dan sedekah pada BMT

Al-Fath IKMI ialah sebagai berikut:17

1) Penyaluran dana infak dan sedekah- insan sehat

Penyaluran ini berupa pemberian pengobatan gratis kepada

masyarakat yang kurang mampu. Pengobatan gratis ini diberikan

untuk masyarakat yang mengidap penyakit diabetes dan hipertensi

(darah tinggi), dengan menunjukan surat keterangan tidak mampu

(SKTM).

2) Penyaluran dana infak dan sedekah- insan cerdas

Penyaluran dana ini berupa pemberian dana pendidikan kepada

anak-anak asuh yang ada di BMT Al-Fath IKMI. Anak-anak asuh ini

merupakan anak-anak yang tinggal disekitar daerah BMT Al-Fath

IKMI yang memliki keinginan yang tinggi untuk sekolah namun

terkendala oleh biaya dan BMT akan membantu meringankan

bayaran uang sekolah kepada anak asuh. Untuk menjadi anak asuh,

mereka harus menunjukan surat keterangan tidak mampu (SKTM)

kepada pihak BMT dan harus menyetorkan hafalan ayat-ayat Al-

Qur’an untuk mengambil uang bayaran tersebut.

3) Penyaluran dana infak dan sedekah- insan mulia

Penyaluran dana ini berupa pengadaan khitanan masal dan

pemberian sembako kepada orang-orang yang kurang mampu

4) Penyaluran dana infak dan sedekah- insan mandiri

Penyaluran dana berupa pemberian pembiayaan berupa qard al

hasan yaitu produk pembiayaan kepada masyarakat yang kurang

mampu untuk mengelola usaha yang mana hanya dana pokoknya

17

Page 53: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

saja yang dikembalikan. Apabila usaha masyarakat tersebut sudah

maju maka pihak BMT Al-Fath IKMI akan mendorong masyarakat

tersebut menjadi anggota untuk menabung dan menggunakan

pembiayaan yang lainnya. Karena pembiayaan berupa qard al hasan

akan diberikan kepada masyarakat yang lain untuk mengelola usaha.

D. Visi, Misi, dan Tujuan BMT Al-Fath IKMI

Adapun visi, misi, dan tujuan dari BMT Al-Fath IKMI ialah sebagai

berikut:18

1. Visi

Visi dari BMT Al-Fath IKMI ialah menjadi koperasi syariah yang

terbaik.

2. Misi

Ada beberapa misi yang dimiliki oleh BMT Al-Fath IKMI, yaitu:

a. Meningkatkan potensi umat sehingga mampu berperan sebagai khalifah

Allah yang berorientasi pada pengembangan dan pemberdayaan umat

menuju kepada masyarakat yang mandiri serta Islami.

b. Menjalankan kegiatan simpan pinjam dan pembiayaan syariah secara

efektif, efisien, transparan, dan akuntabel.

c. Menyelenggarakan pelayanan prima pada anggota, anggota luar biasa,

dan masyarakat sesuai jati diri koperasi.

d. Menjalin kerjasama usaha dengan berbagai pihak yang halal dan saling

menguntungkan.

e. Menjalankan peran sebagai lembaga dakwah bagi umat untuk terciptanya

keseimbangan masyarakat yang berkeadilan, sejahtera, kasih sayang,

peduli, dan membawa manfaaat bagi masyarakat luas.

3. Tujuan BMT Al-Fath IKMI

Adapun beberapa tujuan dari BMT Al-Fath IKMI, yaitu:

a. Menjadi tempat bagi pemberdayaan masyarakat dhuafa.

18

Yusuf KS, Sejarah Perjalanan KSPPS BMT Al-Fath IKMI, h. 32

Page 54: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

45

b. Menumbuhkembangkan ekonomi syariah di tingkat usaha mikro, kecil,

menengah guna memacu peertumbuhan.

c. Usaha yang berdampak pada peningkatan kesejahteraan anggota, anggota

luar biasa, dan masyarakat.

d. Meningkatkan semangat, peran serta anggota, anggota luar biasa, dan

masyarakat dalam kegiatan koperasi.

e. Memperkuat kelembagaan dan memperluas jaringan kerja melalui

kerjasama dengan berbagai potensi umat.

f. Bersinergi dengan lembaga-lembaga keuangan syariah.

g. Menerapkan prinsip-prinsip syari'at dalam kegiatan ekonomi,

memberdayakan pengusaha kecil dan menengah, dan membina

kepedulian aghniyaa (orang mampu) kepada dhuafaa (kurang mampu)

secara terpola dan berkesinambungan.

Page 55: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

46

BAB IV

UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM MEMBERIKAN

PERLINDUNGAN HUKUM KEPADA MITRA (PENYIMPAN) TERKAIT

PENJAMINAN DANA SIMPANAN

A. Perlindungan Hukum Yang Diberikan Baitul Mal Wa Tamwil (BMT)

Kepada Mitra (Penyimpan) Terkait Dana Simpanan.

Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dinilai mempunyai peran dalam

mendukung program pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Hal ini

dapat dilihat dari pengertiang Lembaga Keuangan Mikro, bahwa Lembaga

Keuangan Mikro (LKM) adalah lembaga keuangan yang khusus didirikan

untuk memberikan jasa pengembangan usaha dan pemberdayaan masyarakat,

baik melalui pinjaman atau pembiayaan dalam usaha skala mikro kepada

anggota dan masyarakat, pengelolaan simpanan, maupun pemberian jasa

konsultasi pengembangan usaha yang tidak semata-mata mencari keuntungan.1

Dapat disimpulakan bahwa Lembaga Keuangan Mikro (LKM) merupakan

lembaga yang memberikan jasa keuangan bagi pengusaha mikro, kecil, dan

menengah serta masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak terlayani oleh

lembaga keuangan formal seperti perbankan. selain itu, Lembaga Keuangan

Mikro (LKM) juga menawarkan jasa dalam hal penghimpunan dana

masyarakat, yang mana dana yang disimpan tersebut akan dikelola.

Pada saat ini telah muncul Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS)

dengan menerapkan prinsip syariah dalam menjalankan sistemnya. Adapun

bentuk-bentuk dari lembaga keuangan mikro syariah (LKMS), yaitu lembaga

pengelola zakat (LAZ), lembaga pengelola wakaft, dan Baitul Mal wa Tamwil

(BMT). Salah satu bentuk Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang

kini banyak diminati oleh masyarakat ialah Baitul Mal wa Tamwil (BMT).

1 Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro

(LKM), ((https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/regulasi/lembaga-keuangan-mikro/undang-

undang/Pages/Undang-Undang-no.-1-th.-2013-ttg.-Lembaga-Keuangan-Mikro.aspx diakses pada

tanggal 11 Oktober 2018 pukul 3:48 WIB).

Page 56: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

47

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) hadir sebagai panjang tangan dari

perbankan syariah dalam menjangkau kalangan masyarakat dengan

berpenghasilan rendah yang memiliki usaha mikro, kecil dan menengah yang

membutuhkan modal usaha, karena diketahui pada saat ini perbankan syariah

memiliki kemampuan terbatas dalam menjangkau sektor usaha mikro, kecil

dan menengah serta masyarakat yang memiliki penghasilan rendah. Selain itu

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) juga memiliki fungsi layaknya perbankan ialah

penghimpun dan penyalur dana masyarakat.2 Dalam penghimpunan dana,

masyarakat yang menghimpun dananya di Baitul Mal wa Tamwil (BMT) tidak

mendapat keuntungan berupa bunga, tetapi akan mendapatkan keuntungan

berupa bagi hasil yang mana akan disepakati besarannya dalam persentase (%)

di awal akad. 3 Dalam menghimpunkan dananya, mitra (penyimpan) percaya

bahwa dana yang disimpan akan diberikan perlindungan, dijaga keamanannya

dan dikelola dengan baik. Sebagai pihak penghimpun dana simpanan Baitul

Mal wa Tamwil (BMT) yang diberikan kepercayaan oleh masyarakat wajib

memberikan perlindungan, menjaga keamanan, serta mengelola dengan baik

simpanan.

Perlindungan hukum bagi seluruh rakyat indonesia dimanatkan dalam

Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa

setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian

hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.4 Berdasarkan

adanya amanat pasal tersebut dapat diartikan bahwa Indonesia sebagai negara

hukum harus mampu memberikan jaminan, perlindungan dan kepastian hukum

bagi setiap orang.

Dalam Baitul Mal wa Tamwil (BMT) masyarakat yang menghimpunkan

dananya disebut sebagai mitra (penyimpan) atau anggota. Dalam Undang-

Undang Lembaga Keuangan Mikro dijelaskan bahwa Penyimpan adalah pihak

2 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Cet. Ke 1 (Tangerang Selatan: UIN

Jakarta Press, 2013), h. 22. 3 Yuke Rahmawati, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Cet. Ke 1, h. 23.

4 Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945, (http://jdih.pom.go.id/uud1945.pdf

diakses pada tanggal 11 Oktober 2018 pukul 8:23 WIB).

Page 57: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

yang menempatkan dananya pada Lembaga Keuangan Mikro (LKM)

berdasarkan perjanjian.5 Dari penjelasan tersebut dapat disimpulakan bahwa

mitra (penyimpan) dari Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) merupakan selaku

konsumen, karena mitra (penyimpan) sebagai konsumen yang menggunakan

jasa pengimpunana dana yang ada di Baitul Mal Wa Tamwil (BMT). Undang-

Undang Perlindungan Konsumen menjelaskan bahwa Konsumen adalah setiap

orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi

kepentingana diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan

tidak untuk diperdagangkan.6 Sehingga sebagai seorang konsumen, mitra

(penyimpan) sudah selayaknya mendapatkan perlindungan hukum yang

memadai mengenai transaksi-transaksi yang mengandung resiko. Selain itu,

posisi konsumen yang lemah maka harus dilindungi oleh hukum dan salah satu

sifat dan tujuan hukum ialah memberikan perlindungan (pengayoman) kepada

masyarakat.7

Dalam memberikan rasa aman kepada konsumen hal ini berkaitan

hubungannya dengan memberikan perlindungan kepada mitra (penyimpan)

atau nasabah dalam kegiatan lembaga keuangan di bidang liabilities, sehingga

kiranya perlu dipikirkan pembentukan suatu lembaga yang dapat menjamin

bahwa dana mitra penyimpan mitra (penyimpan) atau nasabah yang disimpan

pada lembaga keuangan dapat terjamin pengembaliannya.8

Pada lembaga keuangan perbankan baik konvensional maupun syariah

dalam memeberikan perlindungan terhadap simpanan nasabah dibentuk suatu

lembaga penjamin simpanan nasabah disebut dengan Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS). Dimana Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memiliki fungsi

5 Pasal 1 ayat 5 Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro

(LKM),(https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/regulasi/lembaga-keuangan-mikro/undang-

undang/Pages/Undang-Undang-no.-1-th.-2013-ttg.-Lembaga-Keuangan-Mikro.aspx diakses pada

tanggal 11 Oktober 2018 pukul 3:48 WIB). 6 Pasal 1 butir 2 Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

((https://www.hukumonline.com/pusatdata/downloadfile/lt4c43f63962e55/parent/447 diakses pada

tanggal 11 Oktober 2018 pukul 4:12 WIB). 7 AH. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013), h. 1. 8 Marulak Pardede, Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah, (Jakarta: Sinar Harapan,

1998), h. 22.

Page 58: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

49

dalam menjamin simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam

memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya, dimana

nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah per-bank maksimum Rp

100.000.000,- (seratus juta rupiah). Namun nilai simpanan yang dijamin diubah

menjadi paling banyak Rp 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah).9 Namun saat ini

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) baru menjamin simpanan nasabah pada

lembaga keuangan perbankan saja.

Pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT) belum terdapat lembaga penjamin

yang dapat menjamin simpanan mitra (penyimpan) yang menghimpunkan

dananya pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Pada saat ini Undang-Undang

No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian telah dibatalkan oleh Mahkamah

Konstitusi (MK) dan kembali merujuk pada Undang-Undang No. 25 Tahun

1992 tentang Perkoperasian. Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992

tentang Perkoperasian belum diatur mengenai penjaminan bagi simpanan

anggota, tetapi dalam Pasal 19 Undang-Undang Lembaga Keuangan Mikro

dijelaskan mengenai pembentukan lembaga penjamin simpanan bagi Lembaga

Keuangan Mikro (LKM).10

Walaupun demikian, sebagai bentuk perlindungan dan untuk

meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada mita (penyimpan) dengan

memberikan rasa aman terhadap dana yang simpan, Baitul Mal wa Tamwil

(BMT) menawarkan berbagai produk atau jasa keuangan kepada masyarakat

dan melakukan perngelolaan dana simpanan dengan maksimal. Terkait dengan

memberikan rasa aman kepada masyarakat yang menggunakan jasa Baitul Mal

wa Tamwil (BMT), Baitul Mal wa Tamwil (BMT) menerapkan prinsip kehati-

hatian. Dimana dalam pengelolaan koperasi jasa keuangan syariah (KJKS) atau

unit jasa keuangan syariah (UJKS) wajib memperhatikan azas-azas dan

pembiayan yang sehat, dan menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian serta

9 Adrian Sutedi, Aspek Hukum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),), h.12.

10 Pasal 19 Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 Lembaga Keuangan

Mikro,(https://www.ojk.go.id/id/kanal/iknb/regulasi/lembaga-keuangan-mikro/undang-

undang/Pages/Undang-Undang-no.-1-th.-2013-ttg.-Lembaga-Keuangan-Mikro.aspx diakses pada

tanggal 11 Oktober 2018 pukul 3:48 WIB).

Page 59: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

pembiayaan yang benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.11

memperhatikan hal-hal yang diatur dalam peraturan tersebut. Hal ini dilakukan

guna mengendalikan resiko dari pengelolaan dana simpanan yang dilakukan

oleh Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Sebagaimana dijalankan oleh Baitul Mal

wa Tamwil (BMT) Al-Fath IKMI Pamulang.

Pada BMT Al-Fath IKMI Pamulang memberikan perlindungan serta

untuk menjaga kepercayaan mitra (penyimpan), BMT Al-Fath IKMI

menerapkan prinsip kehati-hatian dalam mengelola dana simpanan milik mitra

(penyimpan) sebagaimana diatur guna melindungi dana simpanan mitra

(penyimpan), yang mana diketahui dana simpanan mitra (penyimpan) dikelola

menjadi dana yang digunakan dalam memberi pembiayaan bagi anggota yang

memiliki usaha mikro, kecil, dan menengah. Dalam memberikan pembiayaan,

pihak BMT Al-Fath IKMI Pamulang akan memperhatikan beberapa prinsip

utama yang berkaitan dengan kondisi secara keseluruhan calon anggota yang

akan menerima pembiayaan.

Prinsip penilaian yang digunakan secara keseluruhan calon anggota

penerima pembiayaan pada BMT Al-Fath IKMI ini juga dilakukan pada

pembiayaan di perbankan. Prinsip penilaian yang digunakan dikenal dengan 5C

+ 1S, yaitu character, capacity, capital, collateral, condition,dan syariah. Pada

BMT Al-Fath IKMI Penilaian yang pertama ialah character, penilaian ini

dilakukan untuk mengetahui karakter atau kepribadian calon anggota penerima

pembiayaan yang akan menerima pembiayan dengan tujuan untuk

memperkirakan kemungkinan bahwa penerima pembiayaan dapat memenuhi

kewajibannya. Penilaian karakter ini dirasa sangat penting dikarenakan hal ini

dapat memperkirakan kemungkinan bahwa anggota atau mitra dapat memenuhi

kewajibanya. Meskipun anggota tersebut layak dalam segi pendapatan ataupun

barang jaminan yang dimilikinya. Penilaian karakter ini dilakukan dengan cara

mendatangkan tim penilai dari pihak BMT Al-Fath IKMI, yang mana nantinya

11

Pasal 27 Ayat (1) Keputusan Menter No. 91 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuanga Syariah (KJKS),

(http://sumbarprov.go.id/images/Dinas_KUMKM/KEPMEN%20NO%2091%20TAHUN%202004

%20oke.pdf diakses pada tanggal 11 Oktober 2018 pukul 4:26 WIB).

Page 60: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

51

tanpa sepengetahuan calon penerima pembiayaan mereka melakukan penilaian

di daerah lingkungan rumah calon penerima pembiayaan melalui tetangga

sekitarnya.

Penilaian yang kedua ialah penilaian capacity. Penilaian ini dilakukan

untuk menilai secara subjektif tentang kemampuan calon anggota penerima

pembiayaan dalam melakukan pembiayaan. Penilaian ini dilakukan oleh pihak

BMT Al-Fath untuk melihat catatan pembiyaan yang sebelumnya calon

anggota telah lakukan yang didukung dengan pengamatan. Penilaian yang

ketiga ialah penilaian capital, penilaian ini dilihat dari kemampuan modal yang

dimiliki oleh calon penerima pembiayaan yag diukur dengan posisi perusahaan

secara keseluruhan yang ditunjukan oleh rasio financial dan penekanan pada

komposisi modalnya. Penilaian ini juga bisa menjadi dasar untuk menentukan

besaran nilai pembiayaan yang akan diterima oleh calon anggota penerima

pembiayaan.

Penilaian yang keempat ialah penilaian collateral, penilaian ini

merupakan penilaian yang dilihat dari jaminan yang dimiliki oleh calon

anggota penerima pembiayaan. Penilaian ini dilakukan untuk lebih meyakinkan

apabila terjadi gagal bayar atau pembayaran pembiayaan bermasalah, maka

jaminan dapat digunakan sebagai pengganti kewajiban. Penilaian yang kelima

ialah condition. Penilaian ini dilihat kondisi ekonomi yang terjadi di

masyarakat secara spesifik melihat adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang

dilakukan calon anggota penerima pembiayaan. Penilaian ini dilakukan pihak

BMT Al-Fath IKMI dengan melihat kondisi ekonomi yang terjadi pada saat ini

untuk melihat apakah adanya keterkaitan dengan jenis usaha yang dijalankan

oleh calon anggota penerima pembiayaan.

Dan penilaian yang terakhir ialah syariah. penilaian ini dilakukan untuk

menegaskan bahwa usaha yang dibiayai benar-benar usaha yang tidak

melanggar ketentuan syariah. penilaian syariah ini hanya ada pada pembiayaan

Page 61: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

yang diberikan oleh lembaga keuangan yang menjalankannya dengan

menggunakan prinsip syariah.12

Penilaian-penilaian tersebut dilakukan guna menghindari terjadinya

penyelesaian pembiayaan bermasalah (kredit macet) yang menyebabkan

terhambatnya siklus pengembalian dana yang disalurkan dan prinsip penilaian

ini dilakukan sebagai bentuk kehati-hatian dalam menyalurkan pembiayaan.

Apabila hal tersebut sudah dilakukan secara maksimal namun masih terjadi

penyelesaian pembiayaan bermasalah, maka pihak Baitul Mal wa Tamwil

(BMT) akan melakukan strategi pendekatan kepada anggota penerima

pembiayaan.

Langkah-langkah strategi tersebut, yaitu restructuring, reconditioning,

rescheduling, dan novasi yang merupakan perubahan perjanjian. Restructuring

merupakan strategi yang berupa perubahan pada persyaratan baik sebagian

maupun seluruhnya terkait dengan perubahan jadwal pembayaran, jangka

waktu ataupun persyaratan lainnya dimana nantinya akan disesuaikan dengan

kemampuan anggota penerima pembiayaan agar dapat menyelesaikan

angsuran. Selanjutnya reconditioning merupakan langkah strategi yang

dilakukan dengan merubah jangka waktu serta jumlah nilai angsuran yang

mana dikondisikan dengan keadaan anggota penyimpan. Kemudian

rescheduling merupakan langkah strategi yang berupa perubahan pada jangka

waktu pembayaran serta jangka pembayaran angsuran. Dari beberapa langkah

tersebut akan terjadi novasi yang dikarenakan pembaharuan perjanjiaan

pembiayaan.13

Pada Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI diatur mengenai

langkah-langkah penyelesaian pembiayaan bermasalah pada nasabah, yaitu

berupa potongan tagihan murabahah dan penjadwalan kembali tagihan

murabahah. Fatwa DSN No. 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan Tagihan

Murabahah (Khashm Fi Al-MUrabahah) dijelaskan bahwa bagi nasabah yang

telah melakukan pembayaran tepat waktu, maka ia dapat diperikan

12

Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah dalam Teori dan Praktik, (Yogyakarta:

Deepublish, 2014), h. 140. 13

Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah dalam Teori Dan Praktik, h. 151.

Page 62: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

53

penghargaan. Sedangkan nasabah yang mengalami penurunan kemampuan

dalam pembayaran cicilan, maka ia dapat diberikan keringan. Bentuk

keringanan yang diberikan oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS) ialah

dengan memberikan potongan dari total kewajiban pembayaran nasabah dalam

transaksi (akad) murabahah bagi nasabah yang telah melakukan kewajiban

pembayaran cicilannya dengan tepat waktu dan nasabah yang mengalami

penurunan kemampuan pembayaran, pemberian potongan ini tidak boleh

diperjanjikan dalam akad.14

Selanjutnya langkah penjadwalan kembal, dalam Fatwa DSN No.

48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah

(rescheduling) dijelaskan bahwa Lembaga Keuangan Syariah (LKS) boleh

melakukan penjadwalan kembali bagi nasabah (mitra) yang tidak mampu

menyelesaikan atau melunasi pembiayaannya sesuai jumlah dan waktu yang

telah disepakati, dengan ketentuan-ketentuannya, yaitu tidak menambah jumlah

tagihan yang tersisa, pembebanan biaya dalam dalam proses penjadwalan

kembali adalah biaya rill, perpanjangan masa pembayaran harus berdasarkan

kesepakatan kedua belah pihak.15

Namun untuk melakukan beberapah langkah

tersebut pihak BMT Al-Fath IKMI akan benar-benar mengamati kondisi yang

dialami oleh anggota penerima pembiayaan yang bermasalah tersebut. Melalui

pengamatan tersebut pihak BMT Al-Fath IKMI dapat melihat apakah kondisi

anggotanya tersebut benar-benar terjadi masalah pada usahanya sehingga

menimbulkan pembayaran pembiayaan bermasalah atau kondisi anggota

tersebut baik-baik saja namun tidak ada itikad baik untuk membayar sesuai

dengan jadwal yang sudah ditentukan.

Apabila upaya-upaya tersebut telah dilakukan secara maksimal namun

masih terjadi pembiayaan bermasalah, maka pihak Baitul Mal wa Tamwil

(BMT) akan mengeksekusi barang jaminan yang dijaminkan oleh anggota

penerima pembiayaan. Hal ini juga diatur dalam Fatwa DSN No.47/DSN-

14

M. Ichwan Sam dan kawan-kawan, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah

Nasional MUI, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014), h.272. 15

M. Ichwan Sam dan kawan-kawan, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah

Nasional MUI, h.283.

Page 63: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak

Mampu Membayar, dalam fatwa ini dijelaskan bahwa Lembaga Keuangan

Syariah (LKS) boleh melakukan penyelesaian bagi nasabah yang tidak mampu

membayar. Hal ini dilakukan dengan mengeksekusi barang jaminan milik

nasabah baik oleh nasabah maupun oleh Lembaga Keuangan Syariah (LKS)

dengan harga pasar yang disepakati. Nasabah dapat melunasi utang dari hasil

menjual barang jaminan tersebut dan apabila hasil penjualan melebihi sisa

utang maka Lembaga Keuangan Syariah (LKS) harus mengembalikan sisanya

kepada nasabah.16

Selain itu, bentuk perlindungan yang diberikan oleh BMT Al-Fath IKMI

dalam menjaga keamanan pada dana simpanan mitra (penyimpan), yaitu

menyimpan dana simpanan milik mitra (penyimpan) di perbankan syariah,

disana dana nasabah akan dijamin keamanannya karena pada perbankan

syariah sudah terdapat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS). Kemudian BMT

Al-Fath IKMI mengasuransikan aset-aset dimiliki seperti bangunan dan uang

yang disimpan pada brankas. Serta mengasuransikan barang jaminan

kendaraan bermotor. Tidak hanya itu, jiwa anggota penerima pembiayaan juga

di asuransikan, apabila meninggal dunia maka Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

akan mengklim dari asuransi tersebut. Hal ini dilakukan guna untuk

melindungi dana yang dismipan mitra (penyimpan) pada Baitul Mal wa Tamwil

(BMT) apabila terjadi force majuere ataupun kejadian kejadian yang tidak

diinginkan seperti halnya kebakaran ataupun kehilangan.

B. Peran Lembaga Penjamin Simpanan bagi Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

terkait penjaminan dana simpanan.

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) merupakan lembaga keuangan mikro

syariah yang kini banyak diminati oleh masyarakat. Hal ini dikarenakan Baitul

Mal wa Tamwil (BMT) berfungsi sebagai panjang tangan dari perbankan dalam

menyediakan pembiayaan bagi masyarakat yang memiliki usaha mikro, kecil,

16

M. Ichwan Sam dan kawan-kawan, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan Syariah

Nasional MUI, h.278.

Page 64: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

55

dan menengah. selain itu Baitul Mal wa Tamwil (BMT) juga mendorong

masyarakat untuk menabung, dimana dana yang disimpan pada Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) akan dikelola menjadi modal untuk penyaluran pembiayaan

dan akan diperoleh keuntungan berupa bagi hasil.

Pada perbankan baik konvensional maupun syariah memiliki Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS) guna menjaga keamanan simpanan nasabah. Pada

saat ini lembaga penjamin simpanan hanya menjamin simpanan nasabah pada

perbankan saja, seperti Baitul Mal wa Tamwil (BMT) belum memiliki lembaga

penjamin untuk menjamin dana simpanan milik mitra (penyimpan). Lembaga

penjamin tersebut disebut dengan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Lembaga penjamin simpanan (LPS) memiliki fungsi sebagai penjamin

simpanan milik nasabah dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem

perbankan sesuai dengan kewenangannnya.17

Selanjutnya Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS) memiliki tugas, yaitu merumuskan dan menetapkan kebijakan

pelaksanaan penjaminan simpanan, melaksanakan penjaminan simpanan,

merumuskan dan menetapkan kebijakan dalam rangka turut aktif memelihara

stabilitas sistem perbankan, serta merumuskan, menetapkan, dan melaksanakan

kebijakan penyelesaian Bank Gagal yang tidak berdampak sistemik.18

Sistem penjaminan simpanan nasabah pada perbankan, setiap bank yang

menyertakan untuk dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) harus

membayarkan premi. Premi jaminan simpanan ditetapkan sebesar 0,1 persen

yang dihitung dari saldo rata-rata simpanan setiap periode (Januari samapai

Juni dan Juli sampai Desember), sedangkan untuk kepesertaan dipungut

sebesar 0,1 persen yang dihitung dari modal dan hanya sekali saja di saat bank

yang bersangkutan menjadi peserta Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).19

Yang mana hal tersebut merupakan wewenang Lemabag Penjamin Simpanan

(LPS) dalam menerima premi. Besar nilai jaminan yang diberikan Lembaga

17

http://www.lps.go.id/fungsi-tugas-wewenang diakses pada tanggal 24 September 2018,

Pukul 5:20 WIB. 18

http://www.lps.go.id/fungsi-tugas-wewenang diakses pada tanggal 24 September 2018,

Pukul 5:28 WIB. 19

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), h.24.

Page 65: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

Penjamin Simpanan (LPS) kepada nasabah per-bank maksimum Rp

100.000.000,- (seratus juta rupiah). Namun nilai simpanan yang dijamin diubah

menjadi paling banyak Rp 2.000.000.000,- (dua miliar rupiah).20

Pada saat ini Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) baru menjamin

simpanan nasabah pada lembaga keuangn perbankan saja. Padahal Baitul Mal

wa Tamwil (BMT) sebagai Lembaga Kuangan Mikro Syariah (LKMS) yang

menjalankan sistem penghimpunan dana membutuhkan lembaga penjamin

guna menjamin dana simpanan mitra (penyimpan), dalam hal ini seperti BMT

Al-Fath IKMI. Dimana dalam pengelolaan dana simpanan mitra (penyimpan)

kemungkinan akan muncul resiko-resiko yang akan membahayakan simpanan

milik mitra (penyimpan), sehingga dibutuhkannya lembaga yang dapat

melindungi simpanan mitra (penyimpan).

Sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah, BMT Al-Fath IKMI

berharap lahirnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bagi Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) yang mana bisa menjamin simpanan mitra (penyimpan) serta

menjalankan tugasnya sebagai penjamin simpanan layaknya pada perbankan.

Selain itu, dibentuknya lembaga penjamin diharapkan dapat meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Karena

diketahui bahwa saat ini banyak masyarakat yang mengimpunkan dana pada

Baitul Mal wa Tamwil (BMT), dimana pada akhir tahun 2016 berjumlah

16.489 orang dan banyak anggota yang telah menerima pembiayaan ialah

3.562.21

Hal tersebut menjelaskan bahwa pada saat ini sudah banyak

masyarakat yang mempercayakan dana yang dimilikinya untuk disimpan dan

dikelola oleh Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Namun masih ada beberapa

masyarakat yang merasa ragu untuk menyimpan dananya pada Baitul Mal wa

Tamwil (BMT), hal ini dikarenakan masyarakat yang ingin menyimpan

dananya masih mempertanyakan keamanan dana yang nanti akan disimpan.

Karena diketahui pada saat ini pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT) belum

20

Adrian Sutedi, Aspek Hukum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),), h.12. 21

Yusuf KS, Sejarah Perjalanan KSPPS BMT Al-Fath IKMI, ( Tangerang Selatan: Amanah

Printing, 2017), h. 27.

Page 66: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

57

terdapat lembaga penjamian yang dapat menjamin simpanan pada Baitul Mal

wa Tamwil (BMT).

Selanjutnya, lahirnya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bagi Baitul

Mal wa Tamwil (BMT) diharapkan dapat menjamin simpanan apabila terjadi

suatu kejadian kebakaran, force majeure, ataupun krisis pada Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) simpanan yang dimiliki mitra(penyimpan) tetap terjamin

keamanannya. Selain itu apabila terjadi penarikan dalam jumlah besar (rush)

pada BMT Al-Fath IKMI, pihak BMT Al-Fath IKMI bisa menjamin

pengembaliannya walaupun dana yang digunakan masih digunakan dalam

pembiayaan kepada anggota lain. Karena dana yang dimiliki Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) tidak akan cukup menutup semua simpanan yang dimiliki oleh

mitra (penyimpan), hal ini dikarenakan dana yang dihimpun oleh Baitul Mal

wa Tamwil (BMT) selanjutnya dikelola kembali menjadi dana pembiayaan

bagi masyarakat yang memiliki usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Pada saat ini BMT Al-Fath IKMI tergabung dalam beberapa organisasi

antara Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) yang ada di Indonesia. Organisasi

tersebut bernama Induk Kopersi Syariah (InKopSyah). Induk Kopersi Syariah

(InKopSyah) merupakan lembaga yang menaungi seluruh Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) yang ada diseluruh daerah di Indonesia, dimana Induk Kopersi

Syariah (InKopSyah) berfungsi sebagai lembaga resmi dalam menangani

sistem likuiditas para anggotanya (BMT) dan mempermudah segala urusan

transaksi antar lembaga BMT maupun antar anggota BMT yang berlainan,

serta membantu setiap anggota agar memiliki tingkat kepastian dan

kenyamanan bagi setiap pengguna.22

Selain itu ada juga perkumpulan

Himpunan Koperasi Syariah (HimKopSyah) yang merupakan perkumpulan

antar Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dalam linkup Provinsi, dan BMT Center.

Dalam pertemuan baik Induk Kopersi Syariah (InKopSyah) dan Himpunan

Koperasi Syariah (HimKopSyah) sering membahas mengenai pembentukan

Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), wacana ini dibahas karena dirasa perlu

adanya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) bagi Baitul Mal Wa Tamwil

22

http://indukbmt.co.id/program-kerja/ diakses pada tanggal 18 September 2018, pukul 07:45

Page 67: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

(BMT). Pada saat ini dalam melindungi dana mitra (penyimpan) Baitul Mal Wa

Tamwil (BMT) melakukannya dengan mengelola milik mitra (penyimpan)

dengan semaksimal mungkin, mengasuransikan aset yang dimiliki dan barang

jaminan pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT) serta mengasuransikan jiwa

anggota penerima pembiayaan pada asuransi syariah dalam melindungi

simpanan mitra (penyimpan). Apabila terjadi krisis pada suatu Baitul Mal wa

Tamwil (BMT), Baitul Mal wa Tamwil (BMT) akan dibantu oleh Baitul Mal

wa Tamwil (BMT) dalam menyehatkan keuangannya, hal ini dilakukan demi

mempertahankan citra baik Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dimata masyarakat.

C. Upaya Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Al-Fath IKMI Cabang Pusat

Pamulang dalam menjaga dan menjamin dana simpanan mitra.

Mitra (penyimpan) merupakan konsumen pada Lembaga Keuangan

Mikro Syariah (LKMS), yaitu Baitul Mal wa Tamwil (BMT). Hal ini

dikarenakan mitra (penyimpan) sebagai pengguna jasa keuangan pada Baitul

Mal wa Tamwil (BMT) berupa jasa penghimpunan dana simpanan. Sebagai

seorang konsumen, mitra (penyimpan) sudah selayaknya mendapatkan

perlindungan hukum yang memadai mengenai transaksi-transaksi yang

mengandung resiko. Selain itu, posisi konsumen yang lemah maka harus

dilindungi oleh hukum dan salah satu sifat dan tujuan hukum ialah memberikan

perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat.23

Pada saat ini sudah banyak masyarakat yang percaya untuk

menghimpunkan dananya pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT), seperti pada

BMT Al-Fath. Untuk menjaga kepercayaan masyarakat BMT Al-Fath bekerja

secara professional serta performa prima dalam menjaga dan menjamin

simpanan yang dimiliki oleh mitra (penyimpan).

Upaya yang dilakukan oleh BMT Al-Fath IKMI dalam menjaga dan

menjamin dana simpanan milik mitra (penyimpan), yaitu sebagai berikut :

23

AH. Azharuddin Lathif dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis Pendekatan Hukum

Positif dan Hukum Islam, (Jakarta: UIN JAKARTA PRESS, 2013), h. 1.

Page 68: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

59

1. Baitul Mal wa Tamwil (BMT) akan menyetorkan dana yang disimpan di

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) ke beberapa bank syariah, hal ini dilakukan

guna menjaga keamanan uang yang dititipkan mitra (penyimpan).

2. Baitul Mal wa Tamwil (BMT) akan menjalankan prinsip kehati-hatian

dalam menyalurkan pembiayaan untuk mengendalikan resiko. Hal ini dirasa

perlu karena dana yang digunakan dalam memberikan pembiayaan

merupakan dana yang dititipkan mitra (penyimpan) pada Baitul Mal wa

Tamwil (BMT). Sehingga dalam menyalurkan pembiayaan, pihak Baitul

Mal wa Tamwil (BMT) akan menilai secara keseluruhan keadaan anggota

yang akan menerima pembiayaan. Apabila terjadi penyelesaian pembiayaan

yang bermasalah, pihak Baitul Mal wa Tamwil (BMT) akan mengatasinya

dengan pendekatan kepada anggota penerima pembiayaan tersebut.

Pendekatan tersebut dilakukan dengan beberapa langkah strategi untuk

mengatasi hal tersebut, seperti restructuring, reconditioning, rescheduling,

dan novasi yang merupakan perubahan perjanjian. Apabila upaya tersebut

sudah dilakukan secara maksimal namun tidak membuhkan hasil yang baik,

pihak Baitul Mal wa Tamwil (BMT) akan mengeksekusi barang jaminan

yang dijaminkan oleh pihak anggota penerima pembiayaan.

3. Baitul Mal wa Tamwil (BMT) akan mengasuransikan aset-aset yang dimiliki

seperti bangunan dan uang yang disimpan pada brankas. Serta

mengasuransikan barang jaminan kendaraan bermotor. Tidak hanya itu, jiwa

anggota penerima pembiayaan juga di asuransikan, apabila meninggal dunia

maka Baitul Mal wa Tamwil (BMT) akan mengklim dari asuransi tersebut.

Hal ini dilakukan guna untuk melindungi dana yang dismipan mitra

(penyimpan) pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT) apabila terjadi force

majuere ataupun kejadian kejadian yang tidak diinginkan seperti halnya

kebakaran ataupun kehilangan.

4. Dalam menjaga kepercayaan mitra (penyimpan), Baitul Mal wa Tamwil

(BMT) harus menyiapkan dana yang tersedia pada Baitul Mal wa Tamwil

(BMT) sekitar 10%-15%. Hal ini dilakukan untuk berjaga-jaga bila mitra

Page 69: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

(penyimpan) mengabil dana yang disimpannya dalam jumlah banyak. Hal

ini biasa terjadi pada saat menjelang bulan ramadhan.

5. Baitul Mal wa Tamwil (BMT) akan melakukan kinerja prima dalam

menjaga kepercayaan serta melindungi dana simpanan milik mitra

(penyimpan). Hal ini dilihat dari upaya Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

berupa metode jemput bola. Dimana apabila mitra (penyimpan) ingin

bertransaksi seperti penyetoran ataupun penarikan dana namun tidak bisa

melakukannya langsung ke Baitul Mal wa Tamwil (BMT), maka pihak

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) yang akan menghampiri pihak mitra

(penyimpan) untuk melangsungkan transaksi. Serta pihak Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) tidak boleh melakukan penyimpangan-penyimpangan yang

akan berakibat tidak baik terhadap kepecayaan masyarakat.

Hal diatas dilakukan oleh Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dalam upaya untuk

memberikan perlindungan kepada simpanan mitra (Penyimpan) dan meningkatkan

kepercayaan masyarakat kepada Baitul Mal wa Tamwil (BMT) sebagai Lembaga

Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang menjalankan sistem penghimpunan dan

pengelolaan dana masyarakat. Selain itu, upaya tersebut dilakukan agar Baitul

Mal wa Tamwil (BMT) dapat terus berkembang di masyarakat, karena untuk terus

berkembang dikalangan masyarakat Baitul Mal wa Tamwil (BMT) harus

mengoperasionalkan sistemnya secara maksimal. Selain itu, agar Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) terus berkembang dimasyarakat, Baitul Mal wa Tamwil (BMT)

harus membuat produk-produk yang dapat menarik masyarakat untuk

menggunakan jasa keuangan pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT).

Page 70: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

61

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dihasilkan dari penelitian mengenai

upaya Baitul Mal wa Tamwil (BMT) dalam memberikan perlindungan hukum

kepada mitra (penyimpan) terkait penjaminan dana simpanan (studi kasus:

BMT Al-Fath IKMI Pamulang), maka penulis mendapatkan beberapa

kesimpulan sebagai berikut:

1. Bahwa sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang

menjalankan sistem penghimpunan dan penyaluran dana, Baitul Mal wa

Tamwil (BMT) harus memberikan perlindungan dan menjaga dengan baik

simpanan milik mitra (penyimpan). Pada perbankan terdapat Lembaga

Penjamin Simpanan (LPS) yang bertugas melindungi simpanan milik

nasabah, namun lembaga penjamin tersebut belum terdapat pada Baitul Mal

wa Tamwil (BMT). Sebagai bentuk perlindungan yang diberikan Baitul Mal

wa Tamwil (BMT), Baitul Mal wa Tamwil (BMT) menerapkan prinsip

kehati-hatian dalam mengelola dana simpanan mitra (penyimpan)

sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 27 Ayat (1) Keputusan Menter No. 91

Tahun 2004. Selain itu, mengasuransikan aset-aset dimiliki seperti

bangunan dan uang yang disimpan pada brankas. Serta mengasuransikan

barang jaminan kendaraan bermotor. Tidak hanya itu, jiwa anggota

penerima pembiayaan juga di asuransikan, apabila meninggal dunia maka

Baitul Mal wa Tamwil (BMT) akan mengklim dari asuransi tersebut. Hal ini

dilakukan guna untuk melindungi dana yang dismipan mitra (penyimpan)

pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT) apabila terjadi force majuere ataupun

kejadian kejadian yang tidak diinginkan seperti halnya kebakaran ataupun

kehilangan.

Page 71: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

2. Baitul Mal wa Tamwil (BMT) berharap lahirnya Lembaga Penjamin

Simpanan (LPS) yang bisa menjamin simpanan mitra (penyimpan) layaknya

pada perbankan, selain itu lembaga penjamin diharapkan dapat

meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap Baitul Mal wa Tamwil

(BMT). Diketahui bahwa saat ini banyak masyarakat yang mengimpunkan

dana pada Baitul Mal wa Tamwil (BMT), Apabila terjadi suatu kejadian

kebakaran, force majeure, ataupun krisis pada Baitul Mal wa Tamwil

(BMT) simpanan yang dimiliki mitra(penyimpan) tetap terjamin

keamanannya. Selain itu apabila terjadi penarikan dalam jumlah besar (rush)

pada BMT Al-Fath IKMI, pihak BMT Al-Fath IKMI bisa menjamin

pengembaliannya walaupun dana yang digunakan masih digunakan dalam

pembiayaan kepada anggota lain.

3. Upaya yang dilakukan oleh BMT Al-Fath IKMI dalam menjaga dan

menjamin dana simpanan milik mitra (penyimpan), yaitu dengan

menyetorkan dana yang disimpan di Baitul Mal wa Tamwil (BMT) ke

beberapa bank syariah, hal ini dilakukan guna menjaga keamanan uang yang

dititipkan mitra (penyimpan). Kemudian menjalankan prinsip kehati-hatian

dalam menyalurkan pembiayaan untuk mengendalikan resiko. Hal ini dirasa

perlu karena dana yang digunakan dalam memberikan pembiayaan

merupakan dana yang dititipkan mitra (penyimpan) pada Baitul Mal wa

Tamwil (BMT). Selain itu, Baitul Mal wa Tamwil (BMT) mengasuransikan

aset-aset yang dimiliki seperti bangunan dan uang yang disimpan pada

brankas. Serta mengasuransikan barang jaminan kendaraan bermotor. Tidak

hanya itu, jiwa anggota penerima pembiayaan juga di asuransikan, apabila

meninggal dunia maka Baitul Mal wa Tamwil (BMT) akan mengklim dari

asuransi tersebut. melakukan kinerja prima dalam menjaga kepercayaan

serta dana simpanan milik mitra (penyimpan).

Page 72: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

63

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, penulis dirasa perlu untuk

menyampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Perlu adanya upaya dari pemerintah untuk membentuk regulasi atau

peraturan secara khusus yang mengatur mengenai Baitul Mal wa Tamwil

(BMT) dengan mempertimbangkan karakteristik Baitul Mal wa Tamwil

(BMT) yang mempunyai nilai sosial (Baitul Maal) dan komersil (Baitul

Tamwil).

2. Baitul Mal wa Tamwil (BMT) yang merupak Lembaga Keuangan Keuangan

Mikro Syariah (LKMS) dengan menjalankan sistem penghimpunana dan

penyaluran dana masyarakat layaknya pada perbankan, maka sangat

diperlukan lembaga penjamin untuk penjaminan dana simpanan milik mitra

(penyimpan) sebagaimana yang terdapat pada perbankan baik konvesional

maupun syariah, yaitu terdapat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

3. Pada Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian sangat

diperlukan adanya penyempurnaan melalui revisi yang didalamnya

mengatur lebih khusus mengenai Koperasi Simpan Pinjam, yang mana

didalamnya juga mengatur mengenai Koperasi Simpan Pinjam Syariah.

Selain itu, mengatur tentang penjaminan dana simpanan mitra (penyimpan)

yeng kemudian oleh peraturan lebih lanjut mengenai penjaminan simpanan.

Page 73: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

64

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Al-Qur’an

Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaelani Aripin, Metode Penelitian Hukum,

Tangerang Selatan: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2010.

Djazuli, A. dan Yadi Janwari, Lembaga-Lembaga Perekonomian Umat (Sebuah

Pengenalan), Cet. Ke 1, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002).

Hejazziey, Djawahir, Hukum Perbankan Syariah, Yogyakarta: Deepublish, 2013.

Hejazziey, Djawahir, Perbankan Syariah Dalam Teori Dan Praktik, Yogyakarta:

Deepublish, 2014.

Huda, Nurul dan Mohamad Heykal, Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan Teoritis

dan Praktis, Jakarta: KENCANA, 2010.

KS, Yusuf, Sejarah Perjalanan KSPPS BMT Al-Fath IKMI, Amanah Printing,

2017.

Lathif, AH. Azharuddin dan Nahrowi, Pengantar Hukum Bisnis Pendekatan

Hukum Positif dan Hukum Islam, Jakarta: UIN JAKARTA PRESS, 2013.

Mamuji, Sri dan kawan-kawan, Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum,

Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.

Muhadjir, Noeng, Metodologi Penelitian Kualitatif, Yogyakarta: Rakesarasin,

1996.

Nazir, Moh., Metode Penelitian, Bogor: Ghalia Indonesia, 2011.

Pardede, Marulak, Likuidasi Bank dan Perlindungan Nasabah, Jakarta: Sinar

Harapan, 1998.

Rahmawati, Yuke, Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Cet. Ke 1, Tangerang

Selatan: UIN JAKARTA PRESS, 2013.

Sam, M. Ichwan dan kawan-kawan, Himpunan Fatwa Keuangan Syariah Dewan

Syariah Nasional MUI, Jakarta: Penerbit Erlangga, 2014.

Page 74: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

65

Soemitra, Andri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: KENCANA,

2009.

Sutedi, Adrian, Aspek Hukum Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), (Jakarta: Sinar

Grafika, 2010), h.11.

Waluyo, Bambang, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Jakarta: Sinar Grafika,

2008.

Zidan, Ahmad dan Dina Zidan, Mokhtaser Sahih Al-Bukhari Text and

Translation, Cairo: Islamic INC.

B. Fatwa DSN MUI, Undang-Undang dan Peraturan Terkait

Undang-Undang Dasar 1945

Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang-undang

Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

Undang-Undang No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Undang-Undang No. 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian.

Undang-Undang No. 1 Tahun 2013 tentang Lembaga Keuangan Mikro (LKM).

Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Keputusan Menter No. 91 Tahun 2004 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan

usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS).

Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2005 Penjaminan Simpanan Nasabah Bank

Berdasarkan Prinsip Syariah.

Fatwa DSN No. 04 /DSN-MUI/IV/2000 tentang Murabahah

Fatwa DSN No. 07/DSN-MUI/IV/2009 tentang Pembiayaan Mudharabah

Fatwa DSN No. 08/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Musyarakah

Fatwa DSN No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah

Fatwa DSN No. 46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan Tagihan Murabahah

(Khashm Fi Al-MUrabahah)

Fatwa DSN No. 48/DSN-MUI/II/2005 tentang Penjadwalan Kembali Tagihan

Murabahah (rescheduling)

Page 75: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

Fatwa DSN No.47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Piutang Murabahah

Bagi Nasabah Tidak Mampu Membayar.

C. Jurnal

Dewi, Nourma, “Regulasi Keberadaan Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Dalam

Sistem Perekonomian Di Indonesia”, Jurnal Serambi Hukum, Volume 11

No. 01 Februari – Juli 2017: 96 – 110.

Haryati, Setyani Sri, “Peran Lembaga Penjaminan Simpanan Dalam Memberikan

PerlindunganHukum Terhadap Nasabah Penyimpan Dana Di Industri

Perbankan”, (STIE “AUB” Surakarta).

Hastuti, Luthfiyah Trini, “Urgensi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Bagi

BMT Sebagai Bentuk Perlindungan Hukum Kepada Nasabah BMT”,

Fakultas Hukum, Universitas Sebelas Maret (UNS).

Hendriyatna, “Kepastian Hukum Baitul Mal wa Tamwil (BMT) Sebagai

Lembaga Keuangan Mikro Syariah Dalam Memberikan Kepastian Hukum

Kepada Nasabah”, Universitas Pasundan, 2016.

Imaniyati, Neni Sri, “Perlindungan Nasabah Bmt Jika Bmt Pailit (Taflis)”, Jurnal

Mimbar, Volume XXI No. 4, Oktober – Desember 2005: 498 – 520.

Ma’wa, Kaffi Wanatul, “Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Penyimpan

Lembaga Keuangan Mikro Syariah Yang Mengalami Kerugian Finansial”,

Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya.

Sanwani, Titiek Herwanti dan Akhmad Jufri, “Strategi Penghimpunan Dan

Penyaluran Dana Pada Baitul Mal Wat Tamwil”, Jurnal Al Masraf: Jurnal

Lembaga Keuangan dan Perbankan, Volume 2 Nomor 1, Januari-Juni

2017.

D. Website

http://lps.go.id/artikel/-/asset_publisher/0S8e/content/peran-lps-dalam-

mendukung-stabilitas-sistem-perbankan, diakses pada hari rabu tanggal 8

agustus 2018 pukul 11:26 WIB.

http://lps.go.id/artikel/-/asset_publisher/0S8e/content/peran-lps-dalam-

mendukung-stabilitas-sistem-perbankan , diakses pada hari rabu tanggal 8

agustus 2018 pukul 11:26 WIB.

http://www.lps.go.id/fungsi-tugas-wewenang diakses pada tanggal 24 September

2018, Pukul 5:20 WIB.

http://indukbmt.co.id/program-kerja/ diakses pada tanggal 18 September 2018,

pukul 07:45

Page 76: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

67

http://www.depkop.go.id/content/read/menkop-puspayoga-langkah-perhimpunan-

bmt-indonesia-selaras-dengan-reformasi-total-koperasi/ diakses pada

tanggal 24 September 2018, Pukul 11:14 WIB.

Page 77: UPAYA BAITUL MAL WA TAMWIL (BMT) DALAM …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/43023/1/SUCI... · kesediaannya penulis dapat mengambil berbagai macam referensi dari

LAMPIRAN