UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

61
UPACARA PENGUBURAN/PEMAKAMAN JENAZAH Upacara dimaksudkan adalah tata pelaksanaannya melalui proses dari awal sampai akhir tentang pelaksanaan upacara Penguburan. Untuk dapat dipahami lebih jelas tentang pengertian upacara dan asal usul bahasanya dapat dilihat dalam kamus sansekerta – Indonesia (1985:86) oleh pemda Tingkat I Bali, bahwa upacara artinya mendekati dalam bentuk maskulin mempunyai arti kelakuan, sikap, pelaksanaan dan penghormatan. Secara etimologi kata upacara berasal dari dua kata berasal dari kata Upacara dan

description

upacara penguburan kematian

Transcript of UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

Page 1: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

UPACARA PENGUBURAN/PEMAKAMAN

JENAZAH

Upacara dimaksudkan adalah tata pelaksanaannya

melalui proses dari awal sampai akhir tentang pelaksanaan

upacara Penguburan. Untuk dapat dipahami lebih jelas

tentang pengertian upacara dan asal usul bahasanya dapat

dilihat dalam kamus sansekerta – Indonesia (1985:86) oleh

pemda Tingkat I Bali, bahwa upacara artinya mendekati

dalam bentuk maskulin mempunyai arti kelakuan, sikap,

pelaksanaan dan penghormatan. Secara etimologi kata

upacara berasal dari dua kata berasal dari kata Upacara dan

Mangubur. Kata Upacara berasal dari kata ” Upa ”yang

berarti dekat dan ” Cara ” berarti tradisi atau kebiasaan

yang merupakan tingkah laku manusia baik perorangan

maupun kelompok masyarakat yang didasarkan pada

kaidah-kaidah hukum yang berlaku (Kamus Sansekerta-

Indonesia). Jadi upacara dalam pemahamanan religi adalah

sesuatu yang bergerak untuk mendekati diri kepada Tuhan

dengan manifestasiNya. Sedangkan menurut kamus Besar

Page 2: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

Bahasa Indonesia kata upacara artinya suatu rangkaian

tindakan atau perbuatan yang baik (dharma) terikat pada

aturan-aturan tertentu menurut adat dan agama, sebagai

jalan yang utama dalam memuji dan berhubungan dengan

Tuhan. Demikian juga dalam Kamus Bahasa Kawi –

Indonesia karya P.J. Zoetmulder, kata upacara artinya

tingkah laku atau kelakuan yang pantas dalam arti

kebenaran, kemuliaan, kebajikan (dharma). Sedangkan

mangubur berasal dari kata ” kubur ” yang berarti Kuburan.

Jadi upacara Penguburan adalah upacara menanamkan

jenazah ke liang kubur. Bagi umat Hindu Kaharingan

apabila seseorang meninggal dunia wajib diupacarakan

sesuai tradisi setempat.

Kajian dari beberapa konsep yang berkaitan tentang

upacara adalah merupakan bagian dari sikap dan tingkah

laku baik dalam pelaksanaan upacara Penguburan yang

melibatkan masyarakat sekitarnya. Dalam memahami suatu

tindakan hal tersebut perlu dilakukan motivasi, sebagai

contoh yang dilakukan oleh para filsuf Yunani. Filsuf-filsuf

Yunani di abad ke-XIX telah menelaah mengenai motivasi

bahwa perilaku manusia disebabkan oleh pengaruh fisik

Page 3: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

dan spiritual. Para filsuf juga berpendapat bahwa pemikiran

merupakan sumbangan terhadap dorongan untuk manusia

bertindak, dimana pikiran adalah motivasi primer bagi

manusia (Rosana, 2000).

Pengaruh spiritual yang mendasari perilaku manusia

yang akhirnya menjadi motif manusia dalam bertindak

sesungguhnya adalah sebuah naluri dasar yang dimiliki

oleh setiap manusia. Salah satu naluri dasar dari manusia

adalah pengakuan akan eksistensi Tuhan yang melahirkan

berbagai macam ritual-ritual yang merupakan manifestasi

dari penyembahan, penyerahan diri dan pengagungan

terhadap Ranying Hatalla. Lahirnya ritual-ritual ini

merupakan dorongan dari dalam manusia yang dalam

perkembangannya menjadi sebuah lembaga yang kemudian

disebut dengan agama dan kepercayaan.

Praktik-praktik ritual dalam keagamaan ini bisa

berasal dari teks-teks kitab suci yang menjadi pedomannya

ataupun hasil kreasi olah pikir manusia. Keberadaan

praktik-praktik ibadah ini tidak bisa dilepaskan dari proses

sosial. Contoh dari proses sosial antara manusia dengan

lingkungannya adalah kehidupan bangsa Indonesia secara

Page 4: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

umum. Bangsa Indonesia dengan penduduk yang

multikultural, beraneka budaya, suku bangsa serta agama

tetapi menjadi satu kesatuan nusantara dan membentuk satu

kebudayaan Indonesia. Pada prosesnya adat istiadat, agama

dan budaya menjadi sebuah rangkaian yang terkait dan

saling memperkaya. Praktik-praktik ritual adat yang ada di

Indonesia tidak bisa dilepaskan dari akulturasi antara

budaya dan agama terutama agama Hindu.

bagi masyarakat Hindu Kaharingan di Palangka Raya.Walaupun di tengah gencarnya

arus modernisasi dan globalisasi serta letak geografis serta pengaruh dari budaya luar

yang berada di tengah kota, masyarakat umum tetap setia menjalankan tradisi ritual

tersebut. Hal inilah yang menimbulkan Upacara Penguburan adalah

merupakan bagian dari ritus kematian tingkat awal,

Upacara Penguburan merupakan hal awal dari proses

kematian yang wajib dilakukan oleh masyarakat suku

Dayak Kaharingan, terutama mereka yang menjadi salah

satu penganut kepercayaan leluhur. Karena hanya melalui

upacara ini puncak kebahagiaan hidup seorang manusia

suku Dayak Ngaju dapat dicapai. Penantian yang panjang

dari kelahiran sampai kepada upacara Penguburan tersebut

merupakan ruang kehidupan seorang manusia Dayak

Ngaju, sehingga seluruh perjalanan hidup seorang manusia

Page 5: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

Dayak berpusat dalam pemenuhan janji yang terkandung

dalam upacara Penguburan, Oleh karena itu setiap sisi

kehidupan manusia Dayak Kaharingan selalu bertautan

dengan ragam dan aturan pada kepercayaan yang mereka

percayai tersebut. Ragam dan aturan dalam pemahaman

kepercayaan suku Dayak Kaharingan merupakan susunan

yang sangat rumit. Pemahaman susunan tersebut hanya

dapat dikuasai oleh pelaku atau pemimpin keagamaan yang

mereka percayai yaitu seorang Basir. Kepentingan Basir

adalah untuk menjembatani penghuni alam surgawi dan

alam manusia. Penghuni alam surgawi hanya bisa

berkomunikasi dengan Basir melalui suara yang diucapkan

dalam upacara yang dipimpinnya (Lewis Iman, Wawancara

18 Juli 2009). Ucapan Basir dalam ritual yang dipimpinnya

hanya dapat dimengerti oleh orang-orang tertentu dalam

bahasa tertentu yang dianggap suci. Oleh karena itu, bagi

mereka yang berada diluar lingkaran kepercayaan

masyarakat Hindu Kaharingan sebagai bagian dari suku

Dayak Ngaju, hal tersebut sangat rumit dan sama sekali

tidak dapat dimengerti. Bagi suku Dayak Ngaju yang non

Hindu Kaharingan pemahaman akan kepercayaan tersebut

Page 6: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

kurang dipahami hanya dapat didengar. Dalam pengertian

ini hal-hal yang diucapkan seorang basir atau leluhur

merupakan pedoman hidup bijaksana.

Terjaganya upacara Penguburan dalam kehidupan

masyarakat Hindu Kaharingan ini tentunya tidak

berlangsung begitu saja, melainkan ada nilai-nilai yang

menjadi pandangan hidup dan sandaran di masyarakat.

Menurut keyakinan orang dayak, kehidupan dipandang

telah mengikuti suatu pola yang agung yang teratur dan

terkoordinasi yang harus diterima oleh mereka. Mereka

harus menselaraskan diri dengan apa yang lebih agung dari

diri mereka sendiri serta berusaha agar mereka tetap dalam

keadaan damai dan tentram (selamat). Maksud utama

praktek sosio religius orang dayak tidak ada lain kecuali

mendapatkan keselamatan di dunia ini tetap lestari dan

terjaganya upacara Penguburan ini menjadi keunikan

tersendiri keingintahuan penulis untuk meneliti lebih jauh

mengenai upacara Penguburan. Di balik tradisi upacara

Penguburan adalah merupakan rukun kemantian tingkat

awal bagi umat Hindu Kaharingan yang berlokasi di

Palangka Raya. Kegiatan ini merupakan suatu kewajiban

Page 7: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

yang selalu dilakukan oleh masyarakat Hindu kaharingan

dengan tujuan penyucian, penyelamatan dan pembebasan

roh liau haring kaharingan (Liau Balawang Panjang dan

Liau Karahang Tulang) atau Unsur Ibu dan unsur Bapak

dari Rutas/Pali Belum (Pantangan Hidup).

Kamatian merupakan hal yang tidak dapat dihindari oleh

manusia dan semua manusia pasti akan mengalami

kematian. Kematian merupakan jalan yang telah ditentukan

oleh anying Hatalla bagi Keturunan Raja Bunu untuk

kembali kepada-Nya. Dalam Panaturan Pasal 29 ayat 4

dinyatakan sebagai berikut :

Hete RANYING HATALLA bapander panjang umba Raja Bunu, tuh bitim palus panarantang aim, akan ilaluhan kareh manyuang Batang Petak ije jadi injapaku hayak inyewut-Ku jete Pantai danum Kalunen tuntang panarantang aimte dapit jeha puna bagin matei . Artinya :

Dengan panjang lebar Ranying Hatalla berfirman kepada Raja Bunu, firmannya : Untuk engkau ketahui Raja Bunu, bahwa engkau dan semua anak keturunanmu akan aku turunkan mengisi permukaan tanah bumi yang telah kuciptakan dan Aku sebut itu Kehidupan serta bagi anak keturunanmu nantinya, ia kembali kepada-Ku melalui kematian. (Tim Panaturan, 1996 : 107-108 ).

Page 8: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

Berdasakan isi Panaturan tersebut dapat kita

ketahui bahwa semua manusia telah ditakdirkan akan

mengalami kematian. Dalam hal kematian ini Umat Hindu

Kaharingan memiliki tata upacara Penguburan yang sesuai

menurut ajaran agama Hindu Kaharingan dan Desa, Kala

Dan Patra.

B. Proses Upacara Penguburan

Upacara Penguburan merupakan proses awal dari

kematian, karena dalam upacara tersebut berawal dari

adanya kematian. Pelaksanaan upacara itu didasari atas

kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat Hindu

Kaharingan sesuai dengan getaran hati (jiwa) untuk

berbhakti kepada leluhur, Ranying Hatalla Langit (Tuhan

Yang Maha Esa) dan segala manifestasinya. Selain itu

juga sebagai tanda kehormatan untuk melakukan yajna

kepada leluhur, karena pelaksanaan upacara Penguburan

merupakan visualisasi dan aktualisasi nilai-nilai agama

dan nilai-nilai budaya dalam kehidupan sosial

masyarakat. Nilai-nilai agama dan nilai-nilai budaya

Page 9: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

adalah terdiri dari nilai religius, nilai sosial, nilai etika

dan nilai estetika sebagai berikut :

1. Nilai Religius.

Segala sesuatu yang bersifat religius untuk

pemujaan kepada Tuhan beserta segala

manifestasiNya termasuk manusia dan alam adalah

tindakan religi. Bagi durkheim religi merupakan

sesuatu yang tidak dapat dihindari dalam kehidupan

masyarakat. Dalam masyarakat sederhana religi

merupakan sumber utama kehidupan sosial.

Pembagian kehidupan dunia yang sakral merupakan

ciri khas pemikiran religius (munhi,2003:128). Dari

keterangan tersebut diatas yang dimaksud religius

bukan saja yang bersifat sakral seperti tentang dewa-

dewa, roh dan ketuhanan akan tetapi tetapi juga

menyangkut segala pemikiran manusia tentang segala

sesuatu yang baik atau benar sebagai bhakti demi

keseimbangan dan keharmonisan alam.

Pemujaan bukanlah hanya suatu sitem tanda-

tanda yang mengarahkan kepada kepercayaan secara

lahiriah, melainkan cara kolektif untuk menciptakan

Page 10: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

kembali kepercayaan itu secara abadi. Dalam upacara

religius memiliki aturan-aturan moral dan hukum yang

tak dapat dipisahkan dari aturan-aturan religius.

Upacara Penguburan yang dilakukan oleh masyarakat

Hindu Kaharingan Palangka Raya merupakan religi

yang mengandung nilai-nilai aturan dan hukum religi.

Religi merupakan suatu sistem pemikiran yang

bertujuan untuk memberikan pencerahan dalam

kehidupan dan sebagai sebuah obor yang dapat

menerangi kehidupan manusia dalam menjalankan

kepercayaan dan keyakinan yang dimiliki.

Dalam mengkaji nilai-nilai religius pada

upacara Penguburan dapat dibedakan kedalam dua

jenis yaitu nilai theologi atau ketuhanan dan nilai

inisiasi atau pensucian. Nilai theologi atau ketuhanan

menyangkut segala aspek kehidupan yang bersifat

sakral . Tuhan ada dalam segala mahluk (Iswara

sarwa bhutanam), seluruh alam semesta ini diliputi

Tuhan (Isvasyam idamjagat) dari petikan sloka

tersebut menurut Rasti dkk (2004:118) bahwa seluruh

yang ada di alam semesta ini merupakan perwujudan

Page 11: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

dari Tuhan, tidak ada mahluk dan tempat yang tidak

ada Tuhan, karena beliau meresapi disegalanya.

Menurut konsep yajna seluruh yang ada dialam

semesta diciptakan oleh Tuhan dengan yajna, maka

untuk menjaga keseimbangan dan keharmonisan alam

semesta beserta segala isinya. Demikian juga konsep

Rna bahwa manusia sebagai mahluk yang diciptakan

oleh Tuhan mempunyai hutang (Rna) kepada Tuhan

dan anak mempunyai hutang budhi/jasa terhadap

orang tua yang harus dibalas atau ditebus dengan rasa

bhakti dan yajna. Sedangkan nilai inisiasi (Penyucian)

membahas tentang nilai-nilai inisiasi yang terdapat

dalam pelaksanaan upacara Penguburan.

Pelaksanaan upacara Penguburan mengantarkan

almarhum ke lewu Pasahan Raung secara ritual baik

aspek jasmani maupun rohani bagi keluarga yang

masih hidup. Menurut Elade (dalam Pals,2001:296)

ritual inisiasi adalah melakukan segala aktivitas yang

melalui isyarat dan prosedurnya, menciptakan kembali

asal usul besar semua pembaharuan penciptaan dunia

itu sendiri.

Page 12: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

2. Nilai Theologi

Sesuai ajaran agama Hindu bahwa Tuhan merupakan

asal mula dari segala apa yang ada (sarwam khalu

idam Brahman) termasuk manusia, menurut kitab

Sarasamuscaya sloka 4 dinyatakan bahwa “menjelma

menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama”,

keutama karena makhluk yang hidup di bumi ini

hanya manusia yang mempunyai pikiran (citta) untuk

membedakan yang benar dan salah dalam

meningkatkan jati diri. Dalam sastra Jawa biasa

disebut “sangkan paraning dumadi” artinya Tuhan

merupakan awal dan akhir dari suatu kehidupan. Tak

ada satu kehidupan yang tidak berasal dan bertujuan

kembali menyatu kepada Tuhan. Tuhan dalam

menciptakan alam semesta dengan dilandasi cinta

kasih dan yajna. Kitab Bhagawadgita III.10

menjelaskan sebagai berikut :

Sahayajnah prajah srstva puro vasa prajapatih

Anena prasavisyadhvam esa vo ’stv istakamadhuk

Pada jaman dahulu kala Prajapati menciptakan

manusia dengan yadnya dan bersabda : dengan ini

Page 13: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

engkau akan mengembang dan akan menjadi

kamadhuk dari keinginanmu (Mantra, 1989 : 43).

Pelaksanaan yajna yang dilakukan manusia

merupakan implementasi ajaran agama yang menjadi

kewajiban setiap manusia untuk mengembangkan

hidupnya. Tidak ada satu manusiapun yang lepas dari

hukum yajna hidup di dunia ini, bahkan semua

makhluk yang terimplikasi oleh yajna.

Kemahakuasaan Tuhan atas alam semesta ini dalam

upacara Penguburan menjadi salah satu perantara

awal dalam mengantar jenazah tersebut keliang Kubur

secara ritual yang dilakukan oleh Basir (rohaniwan)

hanya sampai di bukit pasahan raung sebagai

tempatnya sementara selama tiga hari menunggu

pelaksanaan upacara Tantulak Ambun Rutas Matei

dilakukan oleh para basir dengan tujuan mengantarkan

roh almarhum dari Bukit Pasahan Raung menuju ke

Bukit Nalian Lanting disanapun dia hanya sementara

menunggu upacara Tiwah yaitu rukun kematian

tingkat terakhir.

Page 14: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

Ajaran Kaharingan yang merupakan ajaran Hindu

lokal genius menyatakan dengan jelas dalam

Panaturan bahwa segala sesuatu yang ada di alam

semesta berawal dan berakhir dari Ranying Hatalla

Langit (Tuhan), termasuk semua unsur tubuh manusia

yang nyata maupun yang abstrak. Lebih jelas

pernyataan Panaturan Pasal 32. ayat 7 yaitu :

Awi puna tamparan taluh hindai teuras bara AKU, kalute kea ulun kalunen palus aseng ngangkanae, atun Hambaruae, palus atun Lumpuk Matae, Isei, dahae, pupus bulue tulang-uhate, kareh ie tau buli AKU, amun ie haluli manyarurui jalae tesek dumah bara AKU.

Artinya :Sesungguhnya segala yang ada itu adalah berawal dari padaKU, demikian pula manusia ada napasnya, ada rohnya, ada pula kurnia matanya, dagingnya, darahnya, kulitnya, tulang dan uratnya, nanti ia bisa kembali kepadaKU, kalau ia kembali melalui jalannya ia datng dari padaKU (Tm, 2003 : 130).

Ditinjau dari ayat tersebut di atas pelaksanaan

Upacara Penguburan dijiwai ajaran ketuhanan yaitu

bahwa manusia berasal dari Tuhan dan kembalipun

Page 15: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

kepada Tuhan sesuai jalan yang telah diajarkan. Salah

satu ajaran yang harus diimplementsikan untuk dapat

kembali kepada Tuhan adalah berawal dari kematian

yaitu dialakukan pelaksanaan upacara Penguburan

yang telah dicontohkan di Lewu Bukit Batu Nindan

Tarung. Segala perilaku masyarakat dalam

pelaksanaan upacara Penguburan syarat yang mutlak

dilakukan oleh masyarakat Hindu Kaharingan adalah

melalui Talatah yang telah diajarkan oleh Ranying

Hatalla Langit (Tuhan Yang Maha Esa) dengan

beberapa tindakan yang dilakukan dengan kesadaran

bahwa hidup ini ada yang menghidupi yaitu Ranying

Hatalla Langit (Tuhan Yang Maha Esa) yang maha

tinggi, tindakan itu ialah dengan melaksanakan Tata

Cara dalam upacara Penguburan yang sesuai dengan

talatah yang ada.

Dengan melakukan Doa yang dipanjatkan baik

tujuannya untuk almarhum maupun kepada keluarga

yang ditinggalkan adalah merupakan suatu tindakan

wajib dilakukan para rohaniwan dalam memuja

kebesaran Tuhan merupakan aktulisasi dari

Page 16: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

pemahaman nilai-nilai ketuhanan yang perlu

dikembangkan dilestarikan demi meningkatkan jati

diri menuju cita-cita luhur yaitu jagadhita dan moksa.

Doa atau dengan manarijet behas yang dilakukan pada

saat upacara penguburan adalah menjadi salah satu

kehormatan bagi yang melaksanakan dan juga sebagai

simbol konsentrasi dan penyerahan diri kepada Tuhan

dalam keadaan suka maupun duka. Tuhan adalah spirit

bagi seluruh alam dan kehidupan, jika kita

menyadarinya sebagai spirit kehidupan manusia dalam

suka dan duka kita akan tetap menyerahkan diri dan

senantiasa menjaga kesadaran.

Sarana yang dipakai dalam upacara

Penguburan adalah syarat dengan simbol yang harus

diinterpretasikan untuk mendapatkan apa yang

diharapkan yang sesuai dengan tujuan. Sarana itu

merupakan simbol dari bhakti dengan manifistasikan

perasaan hatinya dalam sebuah beliau tak berbentuk

namun bercahaya suci murni, kekal abadi tak ada yang

lebih mulia dan agung dariNya. Dalam kitab

Bhagawadgita III.10 Tuhan menciptakan manusia

Page 17: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

berdasarkan kasih terhadap kehidupan agar

berkembang biak, dengan yajna pada diriNya sendiri,

Tuhan menciptakan manusia, senada dengan kitab

Panaturan pasal 1 ayat 6 menyatakan :

Ranying Hatalla Langit menciptakan alam semesta juga karena kasih melihat sunyi senyap disekelilingNya, Ranying Hatalla Langit menciptakan alam dengan bayanganNya sendiri yang disebut Jatha Balawang Bulau, Kanaruhan Bapager Hintan (Zat Yang Maha Mulia).

Sesuai dengan konsep Rna manusia sebagai

makhluk berpikir dan religius, mempunyai kewajiban

dan tanggung jawab untuk menebus hutang dengan

memuja dan berbhakti kepada Yang Maha Tinggi dan

Maha Besar (Tuhan) untuk keselamatan hidupnya dari

akibat alam karena ketidak-berdayaan.

Menyimak keterangan tersebut di atas bahwa alam

semesta beserta isinya diciptakan oleh Tuhan dengan

kemahakuasaan membagi diri ke dalam ciptaannya.

Kata lain, alam semesta beserta segala unsurnya

berasal dari Tuhan Yang Maha Tunggal sumber dari

Page 18: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

kehidupan. Umat Hindu Kaharingan sadar bahwa

hidup ini berasal dari Ranying Hatalla Langit, karena

alam berasal dari Ranying Hatalla Langit untuk dapat

menyatu kepadaNya manusia bersahabat dan bersatu

kepada alam dengan melakukan upacara Penguburan

yang sarana upacara dipersiapkan sesuai dengan

petunjuk para basir yang melaksanakan upacara

tersebut, karena dalam upacara Penguburan tidak

boleh sembarangan harus sesaui dengan petunjuk.

Jalan kembali ke alam Tuhan telah dicontohkan dalam

upacara Tiwah Bukit Batu Nindan Tarung, ajaran ini

menjadi kewajiban bagi semua orang untuk bisa

kembali ke Lewu Tatau, jika tidak menjadi beban dan

tanggung jawab saudara dan anak keturunannya.

Orang tua atau leluhur merupakan perwujudan Tuhan

yang nyata sebagai instrumen kelahiran dan

pemeliharaan anaknya, memuja dan menghormati

orang tua atau leluhur adalah implementasu sraddha

dan bhakti kepada Tuhan. Upacara Penguburan

sebagai bhakti kepada leluhur adalah pemujaan kepada

Tuhan Yang Maha Esa. Leluhur akan menyatu

Page 19: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

bersama Ranying Hatalla Langit di Lewu Tatau dunia

yang penuh kedamaian, kemuliaan dari kejayaan

mungkin dalam weda disebut Zat Zit Ananda

Brahman.

Analisis nilai religius dalam upacara

Penguburan adalah sebagai implementasi kewajiban

suci melaksanakan yajna untuk memuja Tuhan dan

leluhur dalam menebus hutang (Rna). Hakikat

manusia sebagai makhluk yang mempunyai pikiran

(citta) dan sebagai hamba Tuhan senantiasa berbhakti

kepada Tuhan dengan mencintai dan menghormati

segala ciptaanNya termasuk orang tua. Manusia pada

hakikatnya tidak bisa luput dari ruang waktu, kerja,

alam sekitarnya dan kehidupan yang satu dengan yang

lain saling keterkaitan membentuk sistem kehidupan.

Hubungan yang selaras dan harmonis vertikal-

horisontal, antara manusia dengan Tuhan, manusia

dengan manusia dan alam, dalam upacara

Penguburan disimbolkan dengan penyatuan

penyalumpuk liau Haring Kaharingan dengan

kemahakuasaan Ranying Hatalla, maka akan roh

Page 20: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

tersebut akan hidup di alam kebadian, kesempurna dan

kesucian.

3. Nilai Kesucian

Menurut ajaran Hindu, hakikat hidup

manusia lahir ke dunia sebagai pensucian diri atas

dosa (karma wasana) masa lalu yang belum habis

dinikmati dalam kehidupan yang lampau dan untuk

mencapai empat tujuan hidup yaitu dharma, artha,

kama, dan moksa seperti tersirat dalam sloka “dharma

artha kama moksanam sariram sadanam”. Hidup di

dunia memungkinkan manusia untuk bertindak

kebenaran mencapai tujuan hidupnya. Analisa Herts

dalam upacara kematian sebuah penyucian dari badan

yang telah mati karena ditinggal pergi oleh atma (roh),

badan halusnya yang berasal dari perasaan, citta,

panca tanmatra dan panca indra yang masih

mempunyai kesan kehidupan serta pensucian roh

(atma) yang terbelunggu karma wasana.

Page 21: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

Kehidupan sosial makhluk halus dalam

kepercayaan Kaharingan disebut Lewu Tatau yaitu

sebuah tempat keabadian, kesempurnaan dan kesucian

yang penuh kedamaian, kebahagiaan dan kemuliaan

tak kurang apapun. Manusia akan hidup kembali ke

alam Lewu Tatau dengan diselenggarakan upacara

kematian yang disebut upacara Penguburan. Ini

sebuah sakralisasi atau inisiasi untuk mensucikan

unsur badan yaitu liau Balawang panjang dengan liau

karahang tulang, dengan disucikan kedua unsur badan

ini akan kembali menyatu dan hidup kembali ke alam

Ranying Hatalla (Tuhan Yang maha Esa), akan tetapi

untuk sementara itu belum bisa hal itu terjadi karena

belum dilakukan upacara Tiwah sebagai upacara

penyucian.

Menurut Uwak D.Lenjun (wawancara, 21-

07-2009) kematian adalah merupakan proses lahir

kembali di alam Tuhan setelah disucikan. Hidup

kembali di alam Lewu Tatau dengan berbagai

kesempurnaan, kesucian dan keabadian menyatu

dengan kuasa Tuhan Ranying Hatalla Langit.

Page 22: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

Namun sekarang setelah diteliti lebih mendalam

bahwa upacara penguburan adalah upacara awal dari

kematian. Dari penelitiannya di berbagai suku bangsa

di Indonesia Hertz menyimpulkan upacara kematian

itu terdiri dari tiga tingkat yaitu : Sepulture provisoire,

perioe intermediaie, ceremonie finale. Sesuai

kesimpulan Hertz dalam upacara kematian masyarakat

Hindu Kaharingan penyucian dilaksanakan dalam

tahap itu yaitu upacara penguburan jenazah (liau)

(sepulture provisoire), upacara mamapas pali/rutas

dan upacara Tiwah (Periode Intermediaire). Upacara

penguburan jenazah atau liau diupacari untuk

disemayamkan di kuburan yang dijaga oleh Raja Entai

Nyahu Kameluh Tantan Dandayu. Keyakinan

Kaharingan dalam dunia abstrak kuburan adalah

sebuah tempat perseistrahatan yang sementara. (Hudi,

wawancara:12-07-2009). Pada hari ketiga setelah

penguburan dilakukan tahap penyucian awal adalah

upacara Mapas Pali/Rutas dari keluarga tarantang

nule atau keluarga yang ditinggalkan oleh almarhum.

Dan juga upacara tersebut mempunyai tujuan untuk

Page 23: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

menghantarkan atau menunjukkan jalan roh (liau

haring Kaharingan) ke lewu Bukit Nalian Lanting

sebagai tempat sementara menunggu upacara

penyucian tingkat terakhir yaitu upacara Tiwah.

Upacara yang terakhir adalah upacara Tiwah yang

ditunggu-tunggu oleh semua orang untuk

menyempurnakan leluhurnya dan menyucikan

keluarga yang masih hidup (ceremonie finale).

C. Jenis pelaksanaan upacara Penguburan.

Di kalangan Umat Hindu Kaharingan ada

empat cara Mengubur ( Penguburan ) Yaitu :

1) Diubur yaitu dikubur jenazah dengan cara ditanam

kedalam tanah. Cara ini merupakan cara yang paling

banyak digunakan oleh umat Hindu Kaharingan.

2) Dibakar yaitu menguburkan jenazah dengan cara

dibakar. Dimana setelah jenazah dibakar lalu abunya

diambil sebagian disimpan ditempat khusus

sementara menunggu proses upacara selanjutnya

yaitu upacara Tiwah.

Page 24: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

3) Digantung yaitu mengubur jenazah dengan cara

digantung pada sebuah batang pohon atau tiang

khusus.

4) Pambak yaitu mengubur jenazah dengan cara

disemanyamkan ditempat khusus yang disebut

Pambak.

D. Tahapan Pelaksanaan Dalam Kematian Masyarakat

Hindu Kaharingan

1 Perawatan jenazah

Sebelum dikubur jenazah dirawat sebagaimana

orang yang masih hidup.

Adapun langka-langkah perawatannya adalah

sebagai berikut :

1) Memandikan jenazah

Yang disediakan pada saat memandikan

jenazah itu,

a. Air dalam ember

b. Sabun mandi

c. Pakaian yang akan digunakan oleh jenazah

d. Sisir,cermin,minyak,bedak

Page 25: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

e. Piring tempat menampung rambut.

Adapun yang pertama kita lakukan yaitu

mengambil air menggunakan telapak tangan

disertai dengan mengucapkan mantra: “ Tuh

anu …... aku mempandui ikau hapa danum ije

barasih danum Pantis Rangkan atau Bulau

Rangkan Hintan mangat ikau tuh habalitan

Bulau Hintan buli nyembang Ranying Hatalla

Langit buli lewu Tatau ije dia Rumpang

Tulang Rundung Raja Isen Kamalesu Uhat

Manyak Pelek Uluh Tingang Tatu Atang

Hiang. ”

Setelah itu air tadi diusap kejenazah,

karena yang pertama tercipta dari manusia yaitu

mata. Kemudian diikuti dengan menyirami

seluruh anggota badan jenazah sampai merata

dengan menggosokan sabun disekujur tubuh

jenazah dengan berulang-ulang sampai benar-

benar bersih.

Page 26: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

2) Mendandani jenazah

Setelah acara memandikan jenazah selesai

selanjutnya jenazah dikenkan pakaian yang

telah dipersiapkan dan didandani dengan pupur

dibagian wajah, cermin, menyisir rambut serta

diolesi minyak, ini dilakukan seperti seorang

yang akan berpergian jauh.

Kemudian jenazah yang telah selesai didandani,

ditempatkan diatas bale-bale diberi galangan

dengan menggunakan dua buah gong pada

bagian ujung masing-masing.

Posisi pada saat menempatkan jenazah

diatas bale harus memperhatikan orang yang

meninggal tersebut apakah laki-laki atau

perempuan. Bila yang meninggal adalah laki-

laki maka posisi kepalanya berada di barat

mengingat asal kejadian laki-laki yang pertama

berasal dari arah laut manggantung. Sedangkan

bila perempuan maka posisi kepala berada di

timur, mengingat wanita berasal dari Hulu

Batang Danum. Kemudian tangan jenazah tegak

Page 27: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

lurus berada disamping badan. Pada tangan

sebelah kanan diberi telor ayam sebanyak satu

butir dan sejumlah uang yang digenggam pada

tangannya. Pada kedua matanya ditutup dengan

uang logam serta dibagian mulut diberi Lamiang

kemudian diatas dada jenazah ditaburi beras

yang sudah diberikan warna merah dan kuning,

sirih,pinang dan rokok kecil warna putih dengan

posisi telungkup.

Foto : Basir (rohaniwan) sedang mendandani dan melakukan manunding mayat Jenazah.

Telunjuk kaki jenazah kedua-duanya diikat,

setelah menyisir rambut, dan piring tempat

penampungan disimpan diatas kepala tempat

Page 28: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

menampung ujung rambut jenazah. Setelah itu

ada sangku yang diisi Beras tempat mendirikan

Patung Palawi. Diteruskan dengan pemukulan

Gong (Nitih ) dengan jumlah pukulan tertentu.

Apabila yang meninggal laki-laki maka jumlah

pukulannya sebanyak tujuh kali, dan apabila

perempuan maka Gong dipukul sebanyak lima

kali.

Diatas jenazah dibuat langkau dari kain, langkau

itu tepat berada diatas tempat jenazah.

Jenazah ditunggu oleh kelurga yang

meninggal secara bergantian jangan sampai

ditinggal dan jangan sampai dilangkahi oleh

kucing, anjing karena sangat besar

pantangannya.

3). Membuat Peti Jenazah

Sebelum membuat peti jenazah, maka terlebih

dahulu jenazah diukur dengan menggunakan

rotan, yang diikuti dengan pemukulan Gong

sebanyak tujuh kali bila yang meninggal

Page 29: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

perempuan pemukulan Gongnya sebanyak lima

kali. Ketika mau berangkat berangkat harus

dilengkapi dengan alat-alat seperti : Beliung,

Parang, Gergaji, Piring, Sendok, Panci,

Mangkok, Gelas dan Beras.

Sebelum menebang kayu untuk

pembuatan peti maka telebih dahulu diadakan

pemotongan ayam dan darahnya diambil untuk

dicampurkan dengan beras selanjutnya untuk

menaburkan pada batang kayu yang akan

ditebang dengan maksud agar batang kayu

tersebut dengan mulus tidak ada yang rusak,

menjauhkan roh-roh jahat / roh orang yang

meninggal tidak mengganggu orang-orang yang

mengerjakan peti jenazah tersebut. Sebelum peti

itu bawa masuk kedalam rumah harus

dibunyikan gong sesuai dengan jenis kelamin

orang yang meninggal. Bila laki-laki sebanyak

tujuh kali kalau perempuan sebanyak lima kali.

Page 30: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

2 Proses Manyaluh Raung ( Peti Jenazah )

Setelah raung ( peti jenazah ) sudah siap

maka tinggal satu hari lagi untuk tinggal raung

( peti jenazahnya ) setelah tinggal satu hari baru

dimasukan jenazah kedalam raung ( peti jenazah )

waktu memasukan kedalam petinya terdiri tiga

sarat yaitu:

1. Serbuk Nyating ( Serbuk Damar )

2. Tamiang ( Tamiang Yang Sejenis Bambu )

3. Baliung ( Balayung )

Foto 1: Basir (Rohaniwan) sedang melakukan

manyaluh raung/Peti

Manyaluh Raung adalah mensucikan Raung secara

sipiritual,yaitu yang dilakukan oleh seorang Basir /

Page 31: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

orang yang tua dan menghidupkan Tamiang

Sejenis Bambu yang telah berisikan serbuk,

nyating (Damar) lalu diayunkan mengelilingi

Raung ( Peti jenazah ) sesuai dengan jenis kalamin

orang yang meninggal dunia ( Bila Laki-Laki

Sebanyak Tujuh Kali Putaran dan Perempuan

Sebanyak Lima Kali Putaran ) kemudian

memukul-mukulkan Raung dengan mata Beliung

seraya mengucapkan mantra.

4. Memasukan Jenazah Ke dalam Raung/Peti Jenazah.

Memasukan jenazah kedalam raung ( Peti

jenazah ) diiringi dengan taburan beras merah dan

kuning dicampurkan dengan Giling Pinang Rukun

Tarahan di iringi dengan pemukulan Gong.

Page 32: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

Foto 2 : Posisi Jenazah berada dalam Peti Mati/Raung

E. Berangkat Menggali Kubur

Yang perlu disiapkan terlebih dahulu sebelum

menggali kuburan terbagi dalam dua syarat yang perlu

disediakan yaitu:

1) Beras berwarna merah,kuning yang dicampurkan

dengan giling pinang dan rokok.

2) Beras dicampur dengan darah mentah

Setelah sampai dikuburan, sebelum menggali

kuburan, yang pertama kali dilakukan yaitu menabur

Beras Merah Kuning yang dicampur Giling pinang dan

Rokok tujuannya memberitahukan kepada Raja Entai

Nyahu dengan Kameluh Tantan Dandayu tinggal di

Page 33: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

Tahanjungan Bukit Pasahan Raung Kereng Dararian

Sapendan lunuk Tarung.

Lalu setelah itu menaburberas dicampur dengan

darah mentah yang tujuannya untuk Kamben Kambe

Ngarungkung Sale, Kamben Lemba Nalawung Jela,

Siak Sakung Malik Malem, Sirat Pasat Ngarungkung

Tabuni, akan kare ganan bahutai diar ( Untuk Para

Bhuta Kala ) agar mereka semua menerima Beras

campur Darah Mentah, agar mereka tidak mengganggu

semua kegiatan Ritual Upacara agar pekerjaan semua

berjalan dengan lancar.

F. Pelaksanaan Upacara Penguburan

Pada saat pemakaman dilaksanakan melalui dua tahap

yaitu:

1. Mampalua Raung Bara Huma (Mengeluarkan peti

jenazah dari rumah duka ) Sebelum peti jenazah

dibawa keluar rumah duka terlebih dahulu disiapkan

sarana sebagai berikut:

1). Danum karak yaitu air yang dicampur dengan

kerak nasi

Page 34: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

2). Tampung papas ( Sarana mamapas yang terdiri

dari daun andung / sawang gagar dan daun

kayu tungkun )

3). Darah hewan korban

4). Beras tawur ( Beras yang berwarna merah dan

kuning )

5). Giling pinang rukun tarahan

6). Bua baluh ( kendi berisi air )

7). Sumbu ( lampu tembok )

Setelah semua sarana telah siap maka peti

jenazah dibawa kepintu rumah dengan posisi, laki-

laki kepala kearah luar tetapi kalau perempuan posisi

kepalanya kedalam rumah. Kemudian dilanjutkan

dengan mamapas raung (mensucikan peti jenazah)

dengan sarana dengan danum yayah dan tampung

papas yang disertai dengan mantra kemudian peti

jenazah diayun-ayunkan kelur masuk ditengah-

tengah pintu atau lawang rumah, bila sudah keluar

peti manyat tersebut kendi air langsung dipecahkan

dimuka pintu rumah supaya sial kita itu habis

dibawanya, apabila laki-laki diayunkan sebanyak

Page 35: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

tujuh kali, Bila perempuan diayunkan sebanyak lima

kali diiringi bunyi panyung (Bunyi Gong) peti

jenazah langsung dibawa keluar pintu rumah

langsung menuju tempat peristaratan yang terahir

(Tempat pemakaman).

2. Peti jenazah berada dipemakaman

1). Menyerahkan jenazah kepada Raja Entai Nyahu

( dewa penunggu kuburan )

2). Peti jenazah diletekan diatas liang kubur dan

ditopang galangan kayu supaya almarhum

diserahkan kepada Raja Entai Nyahu (Dewa

penunggu kuburan )

3). Acara penyerahan jenazah kepada Raja Entai

Nyahu (Dewa penunggu kuburan) dipimpin oleh

seorang basir (rohaniwan) dilaksanakan dengan cara

manawur (Manabur Beras Tabur ) yang telah

disiapkan, bertujuan agar almarhum diterima disisi

Ranying Hatalla Langit ( Tuhan ).

Page 36: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

Foto 3 : Posisi Peti Jenasah sedang berada di

Pemakaman

G. Acara Pemakaman

1). Setelah acara menyerahkan jenazah kepada Raja

Entai Nyahu ( Dewa Penunggu Kuburan ) langsung

dilaksanakan pemakaman.

2). Dalam acara pemakaman peti jenazah dimasukan

keliang kubur ditutup dengan tanah dan langsung

ditancapkan ( mendirikan ) batu nisan dilanjutkan

dengan mambelep sumbu ( Matikan Lampu )

sebanyak tiga kali berturut-turut dengan diiringi

mantra.

Page 37: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

Foto 4 : Rohaniwan sedang melaksanakan Upacara Penguburan yaitu Narinjet Behas

Foto 5 : Masyarakat sedang melakukan acara pemakaman/Penguburan

Page 38: UPACARA PENGUBURANKEMATIAN

Foto 6 : Keluarga Duka sedang memberikan sambutannya pada acara Penguburan sekaligus mengucapkan selamat jalan kepada almarhum