Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister .../Pengaru… · SECTIO CAESAREA DENGAN...
Transcript of Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister .../Pengaru… · SECTIO CAESAREA DENGAN...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGARUH PEMBERIAN INFORMED CONSENT TERHADAP KECEMASAN PRE OPERASI
SECTIO CAESAREA DENGAN ANESTESI SPINALDI RSUD RAA SOEWONDO PATI
TESIS
Untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Magister KesehatanProgram Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan
Oleh :
P R I H Y A N T ONIM: S 541102066
PROGRAM PASCASARJANAUNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini saya:
Nama : PRIHYANTO
NIM : S 541102066
Sebagai mahasiswa Pascasarjana Program Studi Magister Kedokteran Keluarga
Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul ” PENGARUH
PEMBERIAN INFORMED CONSENT TERHADAP KECEMASAN PRE
OPERASI SECTIO CAESAREA DENGAN ANESTESI SPINAL DI RSUD
RAA SOEWONDO PATI ” ini bukan merupakan jiplakan dari karya orang lain
dan benar-benar karya peneliti sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti
pernyataan ini tidak benar, maka peneliti bersedia menerima sanksi akademik
berupa pencabutan tesis dan gelar yang diperoleh dari tesis ini.
Surakarta, - Juni - 2012
Yang membuat pemyataan
Prihyanto
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur hanyalah bagi Allah S.W.T yang telah
melimpahkan segala kemurahan-Nya sehingga penulisan tesis ini dapat
terselesaikan. Tesis ini disusun untuk memenuhi tugas sebagian persyaratan untuk
mencapai derajat Magister di bidang Pendidikan Profesi Kesehatan pada Program
studi Magister Kedokteran Keluarga, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih ada kekurang
sempurnaan, sehubungan dengan keterbatasan kami. Namun demikian kami telah
berusaha semaksimal mungkin agar hasil penelitian dalam tulisan ini dapat
bermanfaat bagi pembaca dan penulis.
Pada kesempatan ini dengan rasa hormat dan tulus, penulis mengucapkan
terima kasih banyak kepada:
1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir. MS, selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret Surakarta
3. Dr. Hari Wujoso, dr. Sp.F, MM, selaku Ketua Program Studi Kedokteran
Keluarga dan juga selaku Pembimbing II beserta seluruh staf yang telah
banyak membantu selama masa perkuliahan maupun pembuatan tesis ini.
4. Dr. Nunuk Suryani, M.Pd selaku Ketua Minat Utama Pendidikan Profesi
Kesehatan beserta seluruh staf yang telah banyak membantu selama masa
perkuliahan maupun pembuatan tesis ini.
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Prof. Bhisma Murti, dr. MPH, M.Sc, Ph.D, selaku pembimbing I, atas
bimbingan dan pengarahannya sejak awal hingga selesainya tesis ini.
6. dr. Subawi, MM. sebagai direktur RSUD RAA Soewondo Pati yang telah
memberikan ijin dan motivasi untuk mengikuti pendidikan serta penelitian.
7. Rekan - rekan mahasiswa Program Pascasarjana MKK minat utama PPK
Universitas Sebelas Maret yang memberi dukungan dan semangat serta kerja
sama selama pendidikan.
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan dorongan dalam bentuk apapun kepada penulis.
Selain itu penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada
keluarga tercinta yang dengan iklas memberi dukungan, bantuan dan dorongan
moril maupun material sejak awal sampai akhir pendidikan hingga selesainya
pembuatan tesis ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan, saran dan kritik yang
sifatnya membangun penulis harapkan. Akhirnya, penulis berharap semoga tesis
ini bermanfaat bagi pembaca.
Surakarta
Penulis
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................... iii
PERNYATAAN............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... ix
ABSTRAK....................................................................................................... x
ABSTRACT..................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................... 1
B. Perumusan Masalah............................................................... 4
C. Tujuan Penelitian................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian................................................................. 4
BAB II LANDASAN PUSTAKA
A. Informed Consent .................................................................. 6
B. Kecemasan............................................................................. 9
C. Pengetahuan........................................................................... 20
D. Sectio Caesaria ..................................................................... 24
E. Anestesi Spinal....................................................................... 27
F. Penelitian yang relevan........................................................... 29
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
G. Kerangka Pemikiran ............................................................. 31
H. Hipotesis Penelitian................................................................ 32
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian……………………………………………... 33
B. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 33
C. Populasi dan Sampel ............................................................. 33
D. Variable Penelitian ................................................................ 35
E. Definisi Operasional .............................................................. 35
F. Uji Validitas dan Reliabilitas ................................................. 36
G. Alur Penelitian …………………………………………….. 37
H. Teknik Pengumpulan Data ………………………………... 37
F. Analisa Data........................................................................... 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum RSUD RAA Soewondo Pati................... 39
B. Hasil Penelitian...................................................................... 40
C. Pembahasan........................................................................... 42
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan............................................................................. 57
B. Saran....................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi pasien pre operasi sectio caesarea dengan
anestesi spinal berdasarkan pendidikan .......................................... 40
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi pasien pre operasi sectio caesarea dengan
anestesi spinal berdasarkan umur ................................................... 40
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi pasien pre operasi sectio caesarea dengan
anestesi spinal berdasarkan kecemasan .......................................... 41
Tabel 4.4. Hasil uji Mann-Whitney tentang perbedaan tingkat kecemasan pre
operasi section caesarea dengan anestesi spinal antara pasien yang
diberikan dan tanpa diberikan penjelasan informed consent ........... 42
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 31
Gambar 3.1. Skema Alur Penelitian ...................................................................... 37
Gambar 4.1. Boxplot tentang perbedaan tingkat kecemasan pasien pre operasi
sectio caesarea dengan anestesi spinal pada kelompok pasien yang
diberi dan tidak diberi penjelasan informed consent ........................ 42
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Permohonan Menjadi Responden
Lampiran 2. Kuesioner Penelitian
Lampiran 3. Satuan Acara Pembelajaran
Lampiran 4. Materi Persiapan Pasien Pre Operasi Sectio Caesarea
Lampiran 5. Data Responden Penelitian
Lampiran 6. Reliabilitas Penelitian
Lampitan 7. Hasil Uji Mann-Whitney
Lampiran 8. Histogram dan QQ Plot Kecemasan
Lampiran 9. Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran 10. Jadwal Kegiatan Penelitian
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Prihyanto, S 541102066, Pengaruh pemberian informed consent terhadap kecemasan pre operasi sectio sesaria dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012.
Setiio caesarea, serta teknik anestesi yang lebih sempurna.menyebabkan kecemasan. Bila kecemasan pada pasien pre operasi tidak segera diatasi maka dapat mengganggu proses pemyembuhan, untuk itu pasien yang akan menjalani operasi harus diberi informed consent untuk menurunkan atau mengurangi gejala kecemasan serta dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan pada pasien. Informed consent pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dan penderita yang akan dilakukan tindakan pembedahan 10% dilakukan penundaan karena peningkatan kecemasan.
Pemberian informed consent bertujuan untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan pengetahuan pada pasien pre operasi, namun kenyataan di lapangan penundaan operasi karena kecemasan masih banyak ditemukan. Sedangkan penelitian secara sistematis tentang pemberian informed consent terhadapkecemasan pre operasi setiio caesarea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati belum pernah dilakukan.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan jenis penelitian Randomizer Controlled Trial. Jumlah sampel yang dipakai adalah 60 orang, dimana 30 orang sampel perlakuan dan 30 orang sampel kontrol.
Hasil studi menunjukkan bahwa pemberian informed consent berpengaruh terhadap kecemasan sebesar 20.90 poin lebih baik dibanding tanpa informed consent. Perbedaan tersebut secara statistik signifikan (p<0.001).
Kesimpulan penelitian ini adalah ada pengaruh yang signifikan antarapemberian informed consent terhadap kecemasan pasien pre operasi seksio sesariadengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati.
Kata Kunci: Informed consent, kecemasan, setiio caesarea dan anestesi spinal.
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Prihyanto. S 541102066. The effect of the informed consent on patient’s anxiety preoperation of sectio caesaria at spinal analgesic in RAA SoewondoHospital of Pati. Tesis: The Master Program in Health Education, Postgraduate Program, Sebelas Maret University Surakarta, 2012.
Sectio caesarea and perfectly of anesthesia tecnic causes anxiety to the patients. If the anxiety is not immediately dealt, it can inhibit their health healing process. Therefore, an informed consent must be extended so as to decrease or reduce their anxiety symptoms as well as to improve their health knowledge. Informed consent is an activity or an effort of extending health information to an individual, a group or a community. And 10% of the pre-operation patiens would be delayed caused the increase of their anxiety.
Extending the informed consent by and large aims to improve pre-operation clients’ health knowledge. However, the operation is very often cancelled due to a large number of anxiety cases found in the field. A systematic research on the informed consent to the anxiety of the pre operation clients spinal analgesic at RAA Soewondo Hospital of Pati has not ever been carried out.
This research is a quantitative one with the experiment Randomizer Controller Trial. Its samples consisted of 60 patients. The samples were divided into two groups, experimental group and control group. Each group consisted of 30 clients.
The results of the research are as follows:. The extending of informed consent has a better effect of 20,9 points on the client’s anxiety level than the absence of informed consent; the difference is statistically significant (p < 0.001).
Based on the results of the research, a conclusion is drawn that there is a significant effect of informed consent on the pre-operation patients’ anxiety of sectio caesaria with spinal analgesic at the RAA Soewondo Hospital of Pati.
Keywords: Informed consent, anxiety, section caesaria, and spinal analgesic.
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sectio cesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan
membuka dinding perut dan dinding uterus. Saat ini pembedahan sectio
cesarea jauh lebih aman dibandingkan masa sebelumnya karena tersedianya
antibiotika, transfusi darah, teknik operasi yang lebih baik, serta teknik
anestesi yang lebih sempurna. Hal inilah yang menyebabkan saat ini timbul
kecenderungan untuk melakukan sectio cesarea tanpa adanya indikasi yang
cukup kuat.
Proses persalinan dengan menggunakan metode sectio cesarea perlu
diperhatikan dengan serius, karena proses persalinan ini memiliki risiko yang
dapat membahayakan keadaan ibu dan janin yang sedang dikandungnya.
Teknik anestesi yang lazim digunakan dalam sectio cesarea adalah
anestesi spinal, tapi tidak selalu dapat dilakukan berhubung dengan sikap
mental pasien. Anestesi spinal aman untuk janin, namun selalu ada
kemungkinan bahwa tekanan darah pasien menurun dan akan menimbulkan
efek samping yang berbahaya bagi ibu dan janin.
Operasi merupakan tindakan pengobatan yang banyak menimbulkan
kecemasan. Kecemasan terjadi ketika seseorang merasa terancam baik fisik
maupun psikologisnya misalnya harga diri, gambaran diri, dan identitas diri
(Stuart dan Sundeen, 1998). Sampai saat ini sebagian besar orang beranggapan
bahwa operasi merupakan pengalaman yang menakutkan.
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk itu pasien perlu pengetahuan kesehatan yang cukup untuk
menurunkan reaksi cemas agar tidak berlanjut. Pengetahuan atau informasi
yang diperlukan berhubungan dengan penyakit dan tindakan yang dilakukan
terhadap dirinya. Setiap orang pernah mengalami periode cemas, apalagi
pasien yang akan menjalani operasi. Kecemasan merupakan gejala klinis yang
terlihat pada pasien dengan penatalaksanaan medis. Bila kecemasan pada
pasien pre operasi tidak segera diatasi maka dapat mengganggu proses
pemyembuhan, untuk itu pasien yang akan menjalani operasi harus diberi
informed consent untuk menurunkan atau mengurangi gejala kecemasan serta
dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan pada pasien (Carbonel, 2002).
Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan yang paling sering
berinteraksi dengan pasien, mempunyai kewajiban membantu pasien
mempersiapkan flsik dan mental untuk menghadapi operasi, termasuk dalam
pemberian informed consent, maka memerlukan ketrampilan komunikasi yang
baik. Sikap dan tingkah laku perawat membantu menumbuhkan rasa
kepercayaan pasien. Setiap kontak yang di lakukan dengan pasien hendaklah
membantu pasien ini meyakini bahwa ia berada diantara orang-orang yang
memperhatikan keselamatannya. Salah satu cara melakukan hal ini ialah
dengan mencurahkan perhatian sampai kepada hal yang sekecil-kecilnya
dalam merawat pasien. Perawat harus mau mendengarkan semua keluhan
pribadi pasien (Widodo,1999).
Untuk itu pasien yang akan menjalani operasi perlu di berikan
informed consent. Informed consent pada hakikatnya adalah suatu kegiatan
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat,
kelompok atau individu. Dengan harapan dengan adanya pesan tersebut
masyarakat, keluarga atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang
kesehatan yang lebih baik (Notoatmojo,2003).
RSUD Soewondo Pati merupakan rumah sakit pemerintah daerah
dengan tipe.B yang terletak di Jl. Dr. Susanto 114 Pati. Salah satu misi RSUD
Soewondo Pati adalah memberikan pelayanan kesehatan profesional kepada
pasien. Bentuk pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah salah satunya
pelayanan keperawatan, dimana merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI 1985).
Berdasarkan data yang terdapat dibagian Rekam Medis RSUD RAA
Soewondo Pati rata-rata tiap bulan pada tahun 2011 terdapat 30-40 penderita
yang menjalani operasi. Dan penderita yang akan dilakukan tindakan
pembedahan pada kasus diatas 10% dilakukan penundaan karena peningkatan
kecemasan. Kecemasan yang terjadi dapat berpengaruh terhadap peningkatan
tekanan darah, sehingga tindakan anastesi atau pembedahan ditunda (Catatan
Keperawatan Ruang Bedah RSUD RAA Soewondo Pati).
Pemberian informed consent bertujuan untuk menurunkan kecemasan
pada pasien pre operasi, namun kenyataan di lapangan penundaan operasi
karena kecemasan masih banyak ditemukan. Dengan latar belakang tersebut
peneliti tertarik untuk meneliti ”Pengaruh pemberian informed consent
terhadap kecemasan pasien pre operasi sectio cesarea dengan anestesi spinal
di RSUD RAA Soewondo Pati”.
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas rumusan masalah
penelitian ini adalah : adakah pengaruh pemberian informed consent terhadap
kecemasan pasien pre operasi sectio cesarea dengan anestesi spinal di RSUD
RAA Soewondo Pati ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh pemberian informed consent terhadap
kecemasan pasien pre operasi sectio cesarea dengan anestesi spinal di
RSUD RAA Soewondo Pati.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran kecemasan pasien pre operasi sectio cesarea
dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati yang
mendapatkan informed consent.
b. Mengetahui pengaruh pemberian informed consent terhadap
kecemasan pasien pre operasi sectio cesarea dengan anestesi spinal di
RSUD RAA Soewondo Pati.
D. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
Diharapkan dapat memberikan gambaran tentang manfaat
pemberian informed consent terhadap tingkat kecemasan pasien pre
operasi sectio cesarea dengan anestesi spinal.
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2. Praktis
Diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan
pelayanan asuhan keperawatan yang lebih baik pada pasien pre operasi
sectio cesarea dengan anestesi spinal.
5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Informed Consent
Secara etimologis informed consent berasal dari kata informed yang
artinya sudah diberikan informasi atau sudah dijelaskan atau sudah diuraikan
dan kata consent yang artinya persetujuan atau izin. Jadi informed consent
atau persetujuan tindakan medik adalah persetujuan dari pasien atau
keluarganya terhadap tindakan medik yang akan dilakukan terhadap dirinya
atau keluarganya setelah mendapat penjelasan yang adekuat dari dokter atau
tenaga kesehatan.
Persetujuan tindakan medik telah diatur dalam Peraturan Menteri
Kesehatan No 585 tahun 1989. Persetujuan tindakan medik sebenarnya lebih
mengarah kepada proses komunikasi dokter atau tenaga kesehatan dengan
pasien, bukan semata-mata pengisian dan penandatanganan formulir. Oleh
karena itu seorang dokter tenaga kesehatan harus pandai memberikan
informasi mengenai penyakit maupun tindakan medik yang akan dilakukan
terhadap pasien dengan bahasa yang mudah dipahami.
Pada dasarnya persetujuan tindakan medik berasal dari hak asasi
pasien yaitu:
a. Hak untuk menentukan nasibnya sendiri
b. Hak untuk mendapatkan informasi
Dari sudut pandang persetujuan tindakan medik ini berkaitan dengan
kewajiban dokter atau tenaga kesehatan untuk memberikan informasi kepada
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kepada pasien dan kewajiban untuk melakukan tindakan medik sesuai dengan
standar profesi medik.
Informasi dokter yang adekuat adalah informasi yang meliputi:
a. Diagnosis.
b. Tindakan yang diusulkan atau direncanakan.
c. Prosedur alternatif jika ada.
d. Kepentingan dan manfaat dari tindakan medik.
e. Prosedur pelaksanaan atau cara kerja dokter dalam tindakan medik.
f. Risiko yang terjadi bila tidak dilakukan tindakan tersebut.
g. Risiko atau efek samping yang terkandung dalam tindakan tersebut.
h. Konfirmasi pemahaman pasien terhadap informasi yang disampaikan
sehingga mampu mengambil keputusan.
i. Kesukarelaan pasien dalam memberikan izin.
j. Prognosis.
Informasi tersebut harus diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan
kepada pasien atau keluarganya dengan bahasa yang mudah dipahami. Dokter
atau tenaga kesehatan juga harus mengkonfirmasi atau meyakinkan bahwa
pasien atau keluarganya benar-benar sudah memahami informasi yang
disampaikan. Informasi sebaiknya diberikan oleh dokter atau tenaga kesehatan
yang akan melakukan tindakan tersebut secara langsung.
Persetujuan tindakan medik ( informed consent ) dapat dikiasifikasikan
menjadi 2, yaitu:
a. Implied consent, yaitu persetujuan yang dianggap telah diberikan walau-
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pun tanpa pernyataan resmi, yaitu pada keadaan biasa dan pada keadaan
darurat atau emergency. Pada keadaan gawat darurat yang mengancam
jiwa pasien, tindakan menyelamatkan kehidupan (life saving) tidak
memerlukan persetujuan tindakan medik.
b. Expresed consent, yaitu persetujuan tindakan medik yang diberikan secara
eksplisit, baik secara lisan (oral) maupun tertulis (written).
Tindakan medik yang memerlukan persetujuan secara tertulis dapat
dilihat seperti di bawah ini:
a. Tindakan-tindakan yang bersifat invasif, operatif atau memerlukan
pembiusan baik untuk menegakkan diagnosis maupun tindakan yang
bersifat terapetik.
b. Tindakan pengobatan khusus, misalnya terapi sitostatika atau radioterapi
untuk kanker
c. Tindakan khusus yang berkaitan dengan penelitian bidang kedokteran atau
uji khnik (berkaitan dengan bioetika), tidak dibahas dalam kegiatan
keteramplan medik ini.
Berpedoman pada Permenkes No 585 tahun 1989 mengenai
persetujuan tindakan medik, maka yang berhak memberikan persetujuan atau
menandatangani perjanjian adalah pasien yang sudah dewasa (di atas 21 tahun
atau sudah menikah) dan dalam keadaan sehat mental. Sedapat mungkin
persetujuan tindakan medik ditandatangani sendiri oleh pasien. Namun dalam
praktek di lapangan persetujuan tindakan medik lebih sering ditanda tangani
oleh keluarga pasien. Hal ini berkaitan dengan kesiapan mental pasien untuk
8
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
menjalani tindakan medik maupun untuk menandatangani persetujuan
tindakan medik tersebut. Untuk pasien di bawah umur 21 tahun dan pasien
dengan gangguan jiwa maka yang menandatangani persetujuan tindakan
medik adalah orang tua atau keluarga terdekat atau walinya. Untuk pasien
yang tidak sadar, pingsan atau tidak didampingi oleh keluarga terdekat dan
secara medis dalam keadaan gawat darurat dan perlu dilakukan tindakan
segera atau yang bersifat menyelamatkan kehidupan tidak diperlukan
persetujuan.
Untuk menjaga kemanan dan kesahihan persetujuan tindakan medik
diperlukan saksi dari pihak keluarga maupun dan rurnah sakit. Mengenai
jumlahnya tidak ada pedoman khusus, namun biasanya ada 2 orang, yaitu satu
mewakili pasien dan satu mewakili rumah sakit. Tetapi hal ini tidak mutlak,
dapat saja dua-duanya dari pihak keluarga ataupun dan rumah sakit.
Pasien yang menolak dilakukan tindakan medik yang direncanakan
atau sudah dilakukan oleh dokter meskipun sudah mendapatkan penjelasan
yang cukup harus memberikan pernyataan secara tertulis. Biasanya di bagian
depan rekam medik tersedia format penolakan tindakan atau pulang paksa atau
pulang atas permintaan sendiri (APS), Pernyataan tertulis ini penting untuk
menghindari tuntutan hukum terhadap dokter apabila terjadi akibat buruk
pada pasien yang menolak dilakukan tindakan medik pada dirinya.
B. Kecemasan
1. Pengertian
Kecemasan adalah dimana seseorang mengalami perasaan gelisah
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dan aktifitas syaraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak
jelas, tidak spesifik (Capernito, 1999). Kecemasan adalah respon psikologi
terhadap stress yang mengandung komponen fisiologis dan psikologis,
terjadi ketika seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun
psikologi, misalnya harga diri, gambaran diri, identitas diri. Kecemasan
merupakan suatu sinyal yang menyadarkan, memperingatkan adanya
bahaya yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil
tindakan untuk menyadari ancaman (Kaplan dan Sadock, 1997).
Kecemasan adalah kekawatiran yang tidak jelas dan menyebar,
yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan
berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap
bahaya.Kecemasan dibagi kedalam empat tingkat yaitu kecemasan ringan,
sedang, berat, panik. Dampak dari kecemasan berfariasi sesuai
tingkatannya (Stuart, 2007).
Kecemasan primer disebut gangguan kecemasan umum, sedangkan
kecemasan sekunder dapat timbul dari gangguan fisik atau timbul dari
depresi, kecemasan patologis ditunjukkan dengan gejala-gejala dan
tingkah laku disfungsi yang nyata atau gangguan kehidupan sehari-hari.
Gambaran klinis bervariasi, namun dapat berkembang menjadi gejala-
gejala panik, histeria, fobia, somatisasi, hipokondriasis, dan obsesif
kompulsif (Aritama, 2007).
10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Penyebab kecemasan harus selalu dicari, untuk itu diperlukan
anamnesis yang lengkap dan jelas seperti : asal timbulnya gejala, matriks
interpersonal dan matriks sosial bermulanya gejala.
Sebab-sebab ansietas antara lain :
a) Ketakutan dan kecemasan yang terus menerus, disebabkan oleh
kesusahan-kesusahan dan kegagalan-kegagalan yang bertubi-tubi.
b) Represi terhadap macam-macam masalah emosional, akan tetapi tidak
bisa berlangsung secara sempurna (incomplete repress)
c) Ada kecenderungan-kecenderungan harga diri yang terhalang
d) Dorongan-dorongan seksual yang tidak mendapat kepuasan dan
terhambat, sehingga mengakibatkan banyak konflik batin
e) Kesakitan fisik juga dapat menyebabkan ansietas, misal sekarat
mendekati kematian.
2. Tingkat Kecemasan
Menurut Stuart (2007), tingkat kecemasan dibagi menjadi empat
tingkatan :
a) Kecemasan ringan
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan
dalam kehidupan sehari-hari, kecemasan ini menyebabkan individu
menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.
Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas.
11
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Kecemasan sedang
Kecemasan sedang memungkinkan individu untuk berfokus
pada hal penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini
mempersempit lapangan individu. Dengan demikian, individu
mengalami tidak perhatian yang selektif namun berfokus pada
lebih banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
c) Kecemasan berat
Kecemasan berat sangat mengurangi lapang persepsi
individu. Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan
spesifik serta tidak berfikir tentang hal yang lain. Semua perilaku
ditunjukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut
memerlukan banyak arahan untuk berfokus pada daerah lain.
d) Tingkat panik
Tingkat panik dan kecemasan berhubungan dengan
terperangah, ketakutan, dan teror. Hal yang rinci terpecah dan
proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,individu yang
mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian dan
menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunya
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat
kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung
terus dalam watu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian.
12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Rasa cemas yang ber lebihan bisa menyebabkan rasa sakit. Hal itu
juga mungkin bisa memberatkan penyakit yang telah diderita. Rasa
cemas juga menyebabkan kurang konsentrasi dan hilang percaya
diri dan akan mempengaruhi daya tahan tubuh.
Beberapa orang yang menderita kecemasan berat
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk rasa cemas tersebut
sehingga tidak ada sisa waktu lagi untuk kegiatan yang lain.
Kehidupan mereka seolah-olah diatur oleh rasa cemas tersebut
(Infokes, 2000).
Berikut ini merupakan gejala-gejala cemas (Infokes, 2000)
meliputi:
a) Selalu cemas bahwa mereka akan di timpa musibah.
b) Mudah tersinggung dan sulit untuk berteman.
c) Stress dan sulit tidur di malam hari.
d) Mengeluh palpasi (denyut jantung cepat), perut sakit dan diare.
e) Tangan berkeringat dan gemetar.
RENTANG RESPONS ANSIETAS
Respons adaptif Respons maladaptif
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
f) Buang air kecil menjadi sering.
g) Sangat pusing, kadang-kadang menjadi pingsan.
h) Tiba-tiba nafas mulai cepat seperti orang ketakutan.
i) Tangan dan kaki merasa kesemutan dan kadang kejang.
j) Kadang-kadang gejala-gejala cemas ini muncul secara
mendadak tanpa tanda-tanda awal dalam bentuk yang sangat
berat yang disebut “serangan panik”
Menurut Stuart (2007), berbagai teori telah dikembangkan
untuk menjelaskan asal kecemasan antara lain:
a) Dalam pandangan psikoanalitis, kecemasan adalah konflik
emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian; Id dan
super ego. Id meliputi dorongan insting dan impuls primitive,
sedangkan super ego mencerminkan hati nurani dan
dikendalikan oleh norma budaya. Ego atau aku, menengahi
tuntutan dan dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi
kecemasan adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari
perasaan takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan
interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri
rendah terutama rentan mengalami kecemasan yang berat.
14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan produk
frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori
perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan
yang dipelajari berdasarkan keinginan dan dalam diri untuk
menghindari kepedihan. Ahli teori pembelajaran meyakini
bahwa individu yang terbiasa sejak kecil dihadapkan pada
ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan
kecemasan pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik
memandang kecemasan sebagai dua pertentangan yang
berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik
antara konflik dan kecemasan, konflik menimbulkan
kecemasan, dan kecemasan menimbulkan perasaan tidak
berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik yang
dirasakan.
d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan
biasanya terjadi dalam keluarga.
Gangguan kecemasan juga tumpang tindih antara gangguan
kecemasan dan depresi.
e) Kajian biologis bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepin, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibii asam gama-aminobutriat (GABA), yang berperan
penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan
15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
kecemasan. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat
kecemasan pada keluarga memiliki efek nyata sebagai
predisposisi kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan
individu untuk mengatasi stressor.
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal dan
eksternal. Stresor pencetus dapat dikelompokkan dua kategori :
a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disbilitas fisiologis
yang akan terjadi atau penurunan untuk melakukan aktivitas
hidup sehari-hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas,
harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu
(Stuart, 2007).
Gangguan ini ditandai dengan adanya ansietas yang
dicetuskan oleh adanya situasi atau obyek yang jelas (dan luar
individu itu sendiri), yang sebenarnya pada saat kejadian ini tidak
membahayakan. Sebagai akibatnya, obyek atau situasi tersebut
dihindari atau dihadapi dengan perasaan terancam (Aritama, 2007).
Pada pasien yang mengalami ansietas, dapat kita lihat
gambaran klinis antara lain
a) Kecemasan, takut, dan tidak berani menghadapi satu obyek
yang belum konkrit, misalnya takut harimau, takut perampok,
dan lain-lain.
16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Disertai emosi-emosi yang kuat dan tidak stabil, suka marah
dan sering dalam keadaan excited (heboh, gempar) yang
memuncak.
c) Diikuti oleh bermacam-macam fantasi, dilusi, ilusi, dan
delusion of persecution (dilusi dikejar-kejar).
d) Sering merasa mual dan muntah-muntah, badan merasa sangat
lelah, banyak berkeringat, bergemetaran, dan sering menderita
diare atau mimisan.
e) Selalu dipenuhi ketegangan-ketegangan emosional dan
bayangan-bayangan kesulitan yang imaginer (khayalan),
walaupuri tidak ada rangsang penyebab. Ketegangan,
ketakutan, dan kecemasan yang kronis itu menyebabkan
detakan jantung yang sangat cepat, takikardia dan hipertensi.
3. Terapi
Penyalahgunaan obat, alkoholisme, intoksikasi kafein,
hipertiroidisme, dan feokromositoma harus disingkirkan dalam mengatasi
gejala ansietas ini. Karena sebagian besar orang akan berlari ke hal-hal
tersebut untuk menghadapi ansietas yang timbul pada dirinya.
Suatu episode depresi sering kali memicu keadaan ansietas yang
sudah ada sebelumnya, ketergantungan alkohol juga sering kali
mempersulit dalam pengobatan ansietas.
Menurut Carbonel (2002), cara-cara yang dapat ditempuh dalam
pengobatan ansietas antara lain:
17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
a) Menemukan sumber dan macam-macam ketakutan, kesusahan, dan
kegagalannya
b) Menentukan sumber dan segenap konflik batinnya atau sebab-sebab
dan tingkah laku yang menyebabkan penyakit ansietas ini
c) Memberikan jalan adjustment yang sehat, antara lain dengan
memupuk kemauan dan motivasi agar orang yang bersangkutan berani
dan mampu memecahkan segala kesulitan hidupnya.
Angka keberhasilan terapi yang tinggi dilaporkan pada kasus-kasus
dengan diagnosis dini. Jika ansietas ini dibiarkan dan tidak dilakukan
pengobatan, maka akan terjadi ansietas akut yang sulit disembuhkan
Terapi yang paling efektif adalah kombinasi farmakoterapi dan
terapi kognitif perilaku. Untuk farmakoterapi dapat digunakan obat-obat
seperti benzodiazepin (BDPs), obat ini adalah obat yang paling sering
digunakan di dunia barat. BDPs mempunyai ke lebihan yaitu memiliki
efek penenang yang bebas dan efek sedasi. BDPs secara kilnis efektif dan
memiliki keuntungan karena telah terbukti aman pada keadaan takar layak
(over dosis). Reaksi fatal pada takar layak BDPs jarang terjadi dan
biasanya hanya terjadi bila obat ini diberikan bersama obat lain.
Obat-obat spesifik yang lain antara lain
a) Diazepam.
b) Lorazepam.
c) Alprazolam.
d) Propanolol.
18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
e) Amitriptilin.
Dalam pemberian obat harus memperhatikan:
a) Jangan menggunakan banyak obat.
b) Obat-obatan hanya boleh diberikan untuk suatu jangka waktu dan
dievaluasi secara teratur.
c) Obat-obaatan tidak boleh diberikan atas dasar “bebas” atau
“diperlukan”. Resep ulang harus dihindarkan bila ingin dihentikan,
maka harus dilakukan secara bertahap..
4. Kecemasan pasien pre operasi.
Kecemasan yang timbul dalam diri pasien dipengaruhi oleh
berbagai faktor termasuk yang dialami pasien pre operasi. Perawat sebagai
tenaga kesehatan di rumah sakit memiliki peran yang penting dalam
membantu pasien mengatasi kecemasannya sehingga perlu adanya
pelayanan keperawatan yang berkualitas termasuk di dalamnya informasi
pre operasi yang sama sekali belum pernah dikenal atau diketahui pasien.
Apabila informasi yang diberikan oleh perawat atau tenaga kesehatan
lainnya dengan jelas, khususnya masalah operasi sehingga pasien mengerti
atau memahaminya sesuai kondisi sakit yang dialaminya maka hal ini
dapat mempengaruhi pasien dalam kecemasannya, sehingga berkurang
rasa cemasnya. Artinya apabila informasi sebelum operasi yang diberikan
atau dijelaskan kepada pasien kurang jelas atau sulit dimengerti pasien
maka kecemasan pasien semakin tinggi (Arif widodo, 2003).
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Kecemasan pasien sebelum operasi meliputi pengalaman masa lalu
tentang operasi, pengetahuan klien, usia, diagnosa penyakit, jenis operasi,
informasi sebelum operasi, sosial ekonomi, hospitalisasi dan lama
menunggu jadwal operasi (Caplan dan Sadock, 1997)
Menurut Smith dan Pittaway (2002), ketika wajahnya terlihat
dalam kondisi yang tegang, itu dapat disebut cemas atau takut. Merasa
cemas adalah perasaan yang normal, tetapi menjadi tidak normal apabila
disertai dengan gejala fisik yang tidak diinginkan (seperti: sakit lambung,
sakit perut, nafas memburu, tidak dapat tidur, dll). Gejala tersebut tidak
menunjukkan masalah yang serius, tetapi perasaan pasien yang akan
dioperasi sendiri yang dapat menambah kecemasan. Kecemasan
merupakan hal biasa yang terjadi pada pasien yang akan dioperasi
kususnya untuk kondisi kritis dan atau ketika dialami oleh seorang anak
yang belum dewasa. Masalah kesehatan yang menjadikan seseorang harus
dioperasi sering menyebabkan pasien menderita kecemasan. Berada
dirumah sakit dapat menyebabkan cemas, dan orang sering menghadapi
operasi, prosedur yang menyakitkan, tinggal sendirian di rumah sakit,
pembiusan dan hasil operasi.
C. Pengetahuan
Pengetahuan didefinisikan sebagai pengenalan terhadap kenyataan,
kebenaran, prinsip dan kaidah suatu obyek. Pengetahuan merupakan hasil
stimulasi informasi yang diperhatikan dan diingat. Informasi dapat berasal
dari berbagai bentuk termasuk pendidikan formal maupun non formal,
20
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
percakapan harian, membaca, mendengar radio, menonton televisi dan dari
pengalaman hidup lainnya (Simon Morton et al, 1995). Pengetahuan
merupakan proses kognitif dan seseorang atau individu untuk memberikan
arti terhadap lingkungan, sehingga masing-masing individu akan memberikan
arti sendiri-sendiri terhadap stimuli yang diterima walaupun stimuli itu sama
(Winardi, 1996).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoadmodjo, 1997:
45). Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang atau
individu melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
(Notoadmodjo, 1997 : 46). Pengetahuan merupakan proses kognitif dari
seseorang atau individu untuk memberikan arti terhadap lingkungan, sehingga
masing-masing individu memberikan arti sendiri-sendiri terhadap stimuli
yang diterima walaupun stimuli itu sama (Winardi, 1996). Pengetahuan
merupakan aspek pokok untuk menentukan perilaku seseorang maupun untuk
mengatur perilakunya sendiri (Simonis et al, 1995).
Pengetahuan merupakan proses kognitif dari seseorang atau individu
untuk memberikan arti terhadap lingkungan, sehingga masing-masing
individu akan memberikan arti sendiri-sendiri terhadap stimuli yang diterima
walaupun stimuli itu sama. Pengetahuan merupakan aspek pokok untuk
menentukan perilaku seseorang untuk menyadari dan tidak maupun untuk
mengatur perilakunya sendiri. Pengetahuan dapat dijelaskan sebagai
pengenalan terhadap kenyataan yang ada atau prinisip-prinsip yang diperoleh
21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan pengalaman. Penelitian Rogers (1974) perilaku yang didasari oleh
pengetahuan, kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan
bersifat langgeng (Long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu sendiri tidak
disadari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung (Simons, et
al, 1995).
Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu diperoleh dari berbagai
informasi dan berbagai sumber. Pengetahuan diperoleh dari pendidikan yang
direncanakan dan tersusun secara baik, maupun informasi yang tidak tersusun
secara baik. Pendidikan yang direncnakan diperoleh melalui pelatihan-
pelatihan dan pendidikan formal, sedangkan informasi yang tidak tersusun
secara baik melalui membaca surat kabar, membaca majalah, pembicaraan
setiap hari dengan teman dan keluarga, mendengarkan radio, melihat televisi
dan berdasarkan pengalaman diri (Mantra, 1993). Kunci untuk menguji
pengetahuan melalui berbagai materi pertanyaan kepada responden sesuai
dengan pengetahuan yang akan dilkuti dengan pertanyaan-pertanyaan tentang
bagaimana pengetahuan, penerapannya dan analisisnya (Simons, et al, 1995).
Pengetahuan dapat juga diartikan sebagai pengakuan sesuatu terhadap
sesuatu atau disebut putusan, sehingga pada dasarnya pengetahuan dan
putusan itu sama. (Poedjawijatna, 1998).
Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu diperoleh dari berbagai
informasi dan berbagal sumber. Pengetahuan seseorang terhadap sesuatu
diperoleh dan berbagai informasi dan berbagal sumber. Pengetahuan
diperoleh dan pendidikan yang direncanakan dan tersusun secara baik,
22
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
maupun informasi yang tidak tersusun secara baik. Kunci untuk menguji
pengetahuan melalul berbagai materi pertanyaan kepada responden sesuai
dengan pengetahuan yang akan diikuti dengan pertanyaan pertanyaan tentang
bagaimana pengetahuan, penerapannya dan analisisnya (Simons et al., 1995).
Tingkatan pengetahuan di dalam domain kognitif terdapat 6 tingkatan
yakni:
1. Tahu (know) artinya sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam pengetahuan tingkat mi adalah
mengingat kembali (recall) terhadap suatu spesifik dan seluruh bahan
yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu
mi merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension) diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah paham
terhadap objek atau materi yang harus dapat dijelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, meramalkan sebagaimana terhadap objek yang
dipelajani.
3. Aplikasi (application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (analysis) adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi
atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam
suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5. Sintesis (synthesis) adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dan formulasi yang telah ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan,
meringkas, menyesuaikan dan sebagainya dengan rumusan-rumusan
yang telah ada.
6. Evaluasi (evaluation), ini berkaitan dengan kemampuan untuk
melakukan justifikasi atau penilalan terhadap suatu materi atau objek.
Penilalan ml berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
menggunakan kriteria yang telah ada (Notoadmodjo, 1997).
D. Sectio caesarea.
1. Definisi sectio caesarea.
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding uterus. Terdapat beberapa
cara sectio caesarea yang dikenal saat ini, yaitu :
a) Sectio caesarea transperitonealis profunda
b) Sectio caesarea klasik / korporal
c) Sectio caesarea ekstraperitoneal
d) Sectio caesarea dengan teknik histerektomi
Teknik yang saat ini lebih sering digunakan adalah teknik Sectio
caesarea transperitoneal profunda dengan insisi di segmen bawah uterus.
Keunggulan teknik seksio sesarea transperitonealis profunda antara lain :
a) Perdarahan akibat luka insisi tidak begitu banyak
b) Bahaya peritonitis tidak terlalu besar
c) Parut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya ruptura uteri di
24
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masa mendatang tidak besar karena dalam masa nifas segmen bawah
uterus tidak mengalami kontraksi yang kuat seperti korpus uteri. Hal
ini menyebabkan luka dapat sembuh lebih sempurna
2. Indikasi sectio caesarea
a) Indikasi ibu
1) Panggul sempit
2) Tumor jalan lahir yang menimbulkan obstruksi
3) Stenosis serviks uteri atau vagina
4) Perdarahan ante partum
5) Disproporsi janin dan panggul
6) Bakat ruptura uteri
7) Preeklampsia / hipertensi
b) Indikasi janin
1) Kelainan letak
(a) letak lintang
(b) letak sungsang
(c) letak dahi dan letak muka dengan dagu di belakang
(d) presentasi ganda
(e) kelainan letak pada gemelli anak pertama
2) Gawat janin
3) Indikasi waktu / profilaksis
(a) Partus lama
(b) Partus macet / tidak maju
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
c) Kontra indikasi
1) Infeksi intra uterin
2) Janin mati
3) Syok / anemia berat yang belum diatasi
4) Kelainan kongenital berat
3. Komplikasi sectio caesarea
Walaupun saat ini sectio caesarea sudah jauh lebih aman dari pada
dahulu, namun perlu diperhatikan bahwa terdapat beberapa risiko
komplikasi sectio caesaria yang dapat terjadi pada ibu dan janin. Faktor-
faktor yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas pembedahan antara
lain kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi untuk melakukan
pembedahan, dan lamanya persalinan berlangsung. Beberapa komplikasi
yang dapat timbul antara lain sebagai berikut :
a) Infeksi puerperal
Infeksi puerperal yang terjadi bisa bersifat ringan, seperti
kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa nifas. Komplikasi
yang terjadi juga bisa bersifat berat, seperti peritonitis, sepsis, dan
sebagainya. Infeksi pasca operatif terjadi apabila sebelum
pembedahan sudah terdapat gejala–gejala infeksi intrapartum, atau ada
faktor–faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan tersebut.
Bahaya infeksi dapat diperkecil dengan pemberian antibiotika, namun
tidak dapat dihilangkan sama sekali.
26
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
b) Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang-cabang ateria uterina ikut terbuka, atau karena terjadinya
atonia uteri.
c) Komplikasi–komplikasi lain
Komplikasi lain yang dapat terjadi antara lain adalah luka
kandung kencing dan terjadinya embolisme paru.
d) Suatu komplikasi yang baru tampak pada kemudian hari
Komplikasi jenis ini yaitu kemungkinan terjadinya ruputra
uteri pada masa kehamilan yang selanjutnya. Hal ini disebabkan oleh
kurang kuatnya parut pada dinding uterus. Komplikasi ini lebih sering
ditemukan setelah dilakukan metode sectio caesarea klasik.
e) Komplikasi pada anak
Nasib anak yang dilahirkan dengan sectio caesarea banyak
tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio
caesarea. Menurut statistik di negara-negara dengan pengawasan
antenatal dan intra natal yang baik, kematian perinatal pasca section
caesarea berkisar antara 4% dan 7%.
E. Anestesi Spinal
Anestesi spinal adalah suatu metode anestesi dengan menyuntikkan
obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid di daerah lumbal. Cara ini
sering digunakan pada persalinan per vaginam dan pada sectio caesarea tanpa
komplikasi
27
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada sectio caesarea blokade sensoris spinal yang lebih tinggi
penting. Hal ini disebabkan karena daerah yang akan dianestesi lebih luas,
diperlukan dosis agen anestesi yang lebih besar, dan ini meningkatkan
frekuensi serta intensitas reaksi-reaksi toksik.
1. Teknik anestesi spinal pada sectio caesarea
Pada tindakan premedikasi sekitar 15-30 menit sebelum anestesi,
berikan antasida, dan lakukan observasi tanda vital. Setelah tindakan anti
sepsis kulit daerah punggung pasien dan memakai sarung tangan steril,
pungsi lumbal dilakukan dengan menyuntikkan jarum lumbal (biasanya
no 25 atau 27) pada bidang median setinggi vertebra L3-4 atau L4-5.
Jarum lumbal akan menembus berturut-turut beberapa ligamen, sampai
akhirnya menembus duramater - subarachnoid. Setelah stilet dicabut,
cairan serebro spinal akan menetes keluar. Selanjutnya disuntikkan
larutan obat analgetik lokal kedalam ruang subarachnoid tersebut.
Keberhasilan anestesi diuji dengan tes sensorik pada daerah operasi,
menggunakan jarum halus atau kapas. Daerah pungsi ditutup dengan
kasa dan plester, kemudian posisi pasien diatur pada posisi operasi.
2. Indikasi anestesi spinal pada sectio caesarea
Biasanya anestesi spinal dilakukan untuk pembedahan pada
daerah yang diinervasi oleh cabang Th.4 (papila mammae kebawah) :
a) Vaginal delivery.
b) Ekstremitas inferior.
c) Sectio caesarea
28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d) Operasi perineum.
e) Operasi urologic.
3. Kontra indikasi anestesi spinal pada sectio caesarea:
a) Infeksi tempat penyuntikan.
b) Gangguan fungsi hepar.
c) Gangguan koagulasi.
d) Tekanan itrakranial meninggi.
e) Alergi obat lokal anstesi.
f) Hipertensi tak terkontrol.
g) Pasien menolak.
h) Syok hipovolemik.
i) Sepsis.
4. Obat anestesi spinal pada sectio caesarea:
a) Lidocain 1-5 %.
b) Bupivacain 0,25-0,75 %.
5. Komplikasi anestesi spinal pada sectio caesarea:
a) Hipotensi.
b) Brakikardi.
c) Sakit kepala spinal (pasca pungsi).
d) Menggigil.
e) Mual-muntah.
f) Depresi nafas.
g) Total spinal.
h) Sequelae neurologic.
29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i) Penurunan tekanan intracranial.
j) Meningitis.
k) Retensi urine.
F. Penelitian yang relevan.
Penelitian tentang informed consent, kecemasan telah banyak
dilakukan oleh sejumlah peneliti. Peneliti itu antara lain : (1) Penelitian
tentang hubungan antara pendidikan kesehatan dengan kecemasan pasien pra
bedah (Pamungkas, 2007). Penelitian ini mengungkapkan adanya hubungan
yang erat dan signifikan antara variabel pendidikan kesehatan dengan
kecemasan. (2) Penelitian tentang hubungan karakteristik demografi dengan
kecemasan pra bedah di RSI Amal Sehat Pati (Nuryanto, 2005). Penetitian ini
mengungkapkan adanya hubungan yang erat dan signifikan antara
karakteristik demografi dengan kecemasan pra bedah. (3) Penelitian tentang
pengaruh informed consent terhadap kecemasan dan pengetahuan pasien pre
operasi hernia di RSUD Sragen (Margono 2008). Penelitian ini ada pengaruh
yang signifikan pemberian informed consent terhadap kecemasan dan
pengetahuan pasien pre operasi hernia.
Berdasarkan pada penelaahan studi diatas, penelitian yang akan
dilakukan ini merupakan penelitian lanjutan peneliti - peneliti terdahulu.
30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
G. Kerangka Pemikiran.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
INFORMED CONSENT Sectio Caesarea Anestesi Spinal
Ancaman terhadap sistem diridapat membahayakan identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu
Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disibilitas fisiologis yang akan terjadi atau penurunan untuk melakukan aktivitas hidup sehari hari
Pendidikan Umur Pengalaman yang telah lalu Lama menunggu jadwal operasi
PEMAHAMAN ATAS PENGETAHUAN
TINGKAT KECEMASAN Ringan Sedang Berat Panik
31
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
H. Hipotesis
Berdasarkan konsep penelitian dapat dirumuskan hipotesisnya
adalah dengan kebijakan pemberian informed consent akan menurunkan
kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal.
32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yaitu penelitian
experimental dengan menggunakan desain Randomized Controlled Trial
dengan melakukan perbandingan antara kelompok perlakukan dan kelompok
kontrol yang dipilih secara randomisasi (Murti, 2010).
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian yaitu RSUD RAA Soewondo Pati, JI. Dr. Susanto
no.114 Pati. Waktu penelitian yang dilakukan bulan Maret- April 2012.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Sasaran
Pasien yang akan menjalani operasi sectio caesarea yaitu suatu
persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada
dinding perut dan dinding rahim dalam keadaan utuh serta berat janin
diatas 500 gram dengan menggunakan anestesi spinal yaitu suatu
metode anestesi dengan menyuntikkan obat analgetik lokal kedalam ruang
subarachnoid di daerah lumbal.
2. Populasi Sumber
Populasi penelitian ini adalah semua pasien yang menjalani operasi
sectio caesarea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati.
33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Sampel
Metode yang digunakan untuk mendapatkan sampel dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan purposif yaitu merupakan skema
pencuplikan yang bertujuan untuk mendapatkan subyek- subyek yang
memiliki sejumlah karakteristik tertentu atau mendapatkan kelompok-
kelompok penelitian yang sebanding dalam karakteristik tertentu (Murti,
2006: 67).
Kriteria pasien yang menjadi subyek yang akan diteliti yaitu
. Kreteria inklusi
a. Pasien pre operasi sectio caesarea.
b. Jenis anestesi spinal.
c. Umur 21 tahuh keatas.
d. Jenis kelamin perempuan.
e. Bersedia jadi subyek penelitian.
Desain sampling yang dipakai dalam penelitian ini adalah
exhaustive sampling, dimana semua populasi dipakai sebagai sampel
penelitian (Murti, 2006:85). Besarnya populasi pasien pre operasi di
RSUD RAA Soewondo Pati tiap bulan rata-rata 30 - 40 orang. Jadi semua
pasien yang datang pada bulan Maret - April 2012 yang memenuhi kreteria
inklusi dijadikan sampel penelitian, yaitu 60 orang terdiri 30 sampel
perlakuan dan 30 sampel kontrol. Dan 60 sampel yang digunakan dalam
penelitian ini, diambil secara random sebagai sampel perlakuan dan
sampel kontrol. Dimulai 1 sampel sebagai perlakuan dilanjutkan 1 sampel
34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai perlakuan dilanjutkan 1 sampel kontrol dan seterusnya sampal
tercapai sampel yang diperlukan.
D. Variabel Penelitian
Variabel bebas Informed Consent.
Variabel terikat kecemasan pre operasi
E. Definisi Opersional
1. Informed Consent.
a) Definisi informed consent adalah persetujuan dari pasien atau
keluarganya terhadap tindakan medik yang akan dilakukan terhadap
dirinya atau keluarganya setelah mendapat penjelasan yang adekuat
dari dokter atau tenaga kesehatan.
b) Alat ukur : bentuk perlakuan terhadap responden dalam penyampaian
informasi atau pesan kesehatan yaitu responden yang dapat perlakuan
diberi identitas A, sedangkan responden tanpa perlakuan identitas B.
c) Skala penilaian : kategorikal.
2. Kecemasan
a) Definisi kecemasan adalah respon psikologi terhadap stress yang
mengandung komponen fisiologis dan psikologis, terjadi ketika
seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologi
terhadap ancaman yang tidak jelas, tidak spesifik.
b) Alat ukur : tingkat kecemasan pre operai dengan acuan Hamilton
Rating Scale - Anxiety (HSR-A)
c) Skala penilaian dengan skor yaitu: Selalu skor : 4, Sering skor : 3,
35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pernah skor : 2, Tidak pernah skor : 1
Total nilai (skor) : 1 - 23 = tidak ada kecemasan,
24 - 46 = kecemasan ringan,.
47 - 69 = kecemasan sedang,
70 - 92 = kecemasan berat,
93-115 = kecemasan panik.
F. Uji Validitas dan Reliabilitas
Menurut Arikunto (2006) menyatakan bahwa validitas adalah suatu
ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu
instrumen, Instrumen penelitian yang berupa kuesioner kecemasan menurut
Hamilton Rating Scale-Anxiety (HSR-A) yang digunakan untuk pengambilan
data penelitian tidak usah diuji cobakan karena sudah baku..
Sedangkan reliabilitas adalah ketepatan atau keajegan suatu instrumen.
Uji reliabilitas menunjukkan sejauh mana instrumen dapat memberikan hasil
pengukuran yang konsisten apabila pengukuran dilakukan berulang-ulang.
Dalam penelitian ini pengukuran reliabilitas angket dilakukan menggunakan
koefisien reliabilitas alpha dari cronbach.
Kriteria besarnya koefisien reliabilitas menurut Arikunto (2006) adalah
1. 0,80 < r11 ≤ 1,00 : reliabilitas sangat tinggi
2. 0,60 < r11 ≤ 0,80 : reliabilitas tinggi
3. 0,40 < r11 ≤ 0,60 : reliabilitas cukup
4. 0,20 < r11 ≤ 0,40 : reliabilitas rendah
5. 0,00 < r11 ≤ 0,20 : reliabilitas sangat rendah
36
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
G. Alur Penelitian
Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian.
H. Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian diperoleh dari data primer (wawancara dengan
menggunakan kuesioner yang terstruktur) dan data sekunder. Pengumpulan data
dilakukan oleh penulis secara langsung.
I. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk menunjang kearah pembuktian hipotesis
dan mengetahui pengaruh pemberian informed consent terhadap kecemasan pre
operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal. Data sampel berskala kontinu
dideskripsikan dalam parameter mean, SD, minimum dan maksimum.
37
Populasi
Sampel
exhaustive sampling
Klp. Perlakuan Klp. Kontrol
Informed Consent
Test
RCT
Tanpa Informed Consent
Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Data sampel berskala kategorikal dideskripsikan dalam parameter
frekuensi (n) dan persen (%). Perbedaan skor antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol dalam hal pemberian informed consent sebelum dan sesudah
perlakuan diuji dengan menggunakan uji Mann-Whitney untuk menentukan
ada tidaknya perbedaan rata-rata dua sampel dengan bantuan program SPSS
versi 20.
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum RSUD RAA Soewondo Pati
RSUD RAA Soewondo Pati didirikan pada tahun 1932 dan
pembangunan berasal dari pihak pemerintah dan simpatisan yaitu Bupati Pati
RAA Soewondo, Sekretaris Daerah Aris Munandar dan Penasehat Rumah
Sakit Dr, Beerfoed beserta masyarakat yang mampu yang kemudian diberi
nama Rumah Sakit ”Mardi Oesodo” Pati, dengan Direktur Rumah Sakit Dr
Beerfoed.
Selanjutnya tahun 1972 berganti nama nenjadi RSU RAA Soeowndo
dengan Surat Keputusan Menkes Nomor: 95/Menkes/SK/1995 Rumah Sakit
Tipe B Non Pendidikan dan tahun 2009 sampai sekarang berganti nama
menjadi RSUD RAA Soewondo Pati dengan Direktur Dr. Subawi, MM.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Sampel
Jumlah sampel yang diteliti adalah 60 orang terdiri dari 30 orang
dengan perlakuan informed consent dan 30 orang lainnya tanpa perlakuan
informed consent. Identitas sampel yang menjadi subjek dalam penelitian
ini, meliputi status pendidikan, umur, dan tingkat kecemasan pasien pre
operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal. Sampel pada penelitian ini
adalah pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal di RSUD
RAA Soewondo Pati yang dilaksanakan pada bulan Maret-April 2012.
39
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.1. Distribusi frekuensi pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal berdasarkan pendidikan di RSUD RAASoewondo Pati tahun 2012
No PendidikanPerlakuan Kontrol
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Frekuensi (n)
Persentase(%)
1. SD 9 30,00 12 40,002. SMP 8 26,67 5 16,673. SMA 8 26,67 9 30,004. PT 5 16,67 4 13,33
Total 30 100 30 100
Tabel 4.1. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien pre
operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal berdasarkan status
pendidikan di RSUD RAA Soewondo Pati sebagian besar Sekolah Dasar,
terdiri dari perlakuan 9 orang (30,00%), kontrol 12 orang (40,00%) dan
sebagian kecil Perguruan Tinggi, terdiri dari perlakuan 5 orang (16,67%),
kontrol 4 orang (13,33%).
Tabel 4.2. Distribusi frekuensi pasien pre operasi sectio caesareadengan anestesi spinal berdasarkan umur di RSUD RAASoewondo Pati tahun 2012
No UmurPerlakuan Kontrol
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Frekuensi (n)
Persentase (%)
1. < 21 Tahun 2 6,67 3 10,002. 21-30 Tahun 22 73,33 15 50,003. 31-40 Tahun 3 10,00 12 40,004. > 40 Tahun 3 10,00 0 0
Total 30 100 30 100
Berdasarkan tabel 4.2. menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien pre
operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pati sebagian besar berumur 21-30 tahun, terdiri dari perlakuan 22 orang
(73,33%) kontrol 15 orang (50%) dan sebagian kecil berumur > 40 tahun,
perlakuan sebanyak 3 orang (10,00%).
Tabel 4.3. Distribusi frekuensi pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal berdasarkan kecemasan di RSUD RAASoewondo Pati Tahun 2012
No KecemasanPerlakuan Kontrol
Frekuensi (n)
Persentase (%)
Frekuensi (n)
Persentase (%)
1. Tidak Cemas 0 0 0 02. Cemas Ringan 24 80,00 10 33,333. Cemas Sedang 6 20,00 17 56,674. Cemas Berat 0 0 3 10,005. Panik 0 0 0 0
Total 30 100 30 100
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi pasien pre
operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal berdasarkan kecemasan di
RSUD RAA Soewondo Pati sebagian besar mengalami kecemasan ringan,
terdiri dari perlakuan 24 orang (80,00%) kontrol 10 orang (33,33%)
sedangkan sebagian kecil mengalami kecemasan berat, perlakuan
sebanyak 3 orang (10,00%).
2. Statistik Deskriptik
Pengaruh pemberian informed consent terhadap kecemasan pre
operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal dengan perhitungan Mann
Whitney menggunakan komputer SPSS versi 20 dapat dilihat pada
Gambar 4.1.
41
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Berdasarkan Gambar 4.1. menunjukkan bahwa pasien yang
mendapatkan penjelasan informed consent memiliki skor cemas yang lebih
rendah (kecemasan lebih rendah) bila dibandingkan dengan pasien yang
tidak mendapatkan informed consent.
3. Hasil Uji Mann- Whitney
Data-data penelitian di uji dengan uji mann-whitney dengan
bantuan program aplikasi statistik SPSS for window versi 20 dan dapat
dijelaskan pada tabel berikut :
Gambar 4.1. Boxplot tentang perbedaan tingkat kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal pada kelompok pasien yang diberi dan tidak diberi penjelasan
informed consent.
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tabel 4.4. Hasil uji Mann-Whitney tentang perbedaan tingkat kecemasan pre operasi section caesarea dengan anestesi spinal antarapasien yang diberikan dan tanpa diberikan penjelasan informed consent
Kelompok n Mean Median SD Mann-Whitney
p
Penjelasan informed consent Ya 30 36.53 33.00 9.59 136.50 <0.001
Tidak 30 51.37 54.00 11.78
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa pemberian informed consent
berpengaruh terhadap kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea
dengan anestesi spinal yang diberi penjelasan informed consent rata-rata
memiliki kecemasan yang lebih rendah dari pada yang tidak diberi
penjelasan infoemed consent ( p < 0.001 )
C. Pembahasan
Penelitian ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh informed consent
terhadap kecemasan pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal di
RSUD RAA Soewondo Pati. Sampel penelitian yang terlibat dalam
penelitian ini sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30 orang dengan perlakuan
informed consent dan 30 orang tanpa perlakuan ( kontrol ).
43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1. Umur
Pada penelitian ini diketahui bahwa umur pasien pre operasi sectio
caesarea dengan anestesi spinal di RSUD RAA Soewondo Pati diketahui
bahwa sebagian besar berumur antara 21-30 tahun terdiri dari perlakuan 37
orang terdiri dari perlakuan 22 orang (73,33%) kontrol 15 orang (50%).
Dimana faktor umur muda lebih mudah mengalami cemas dari pada yang
berumur lebih tua, tetapi ada juga yang berpendapat sebaliknya usia muda
biasanya mudah mengalami cemas atau stres dikarenakan bertumpuknya
masalah yang mungkin sering dialami oleh seseorang pada usia muda.
Walau umur sukar ditentukan karena sebagain besar pasien melaporkan
bahwa mereka mengalami kecemasan selama yang dapat mereka ingat,
akan tetapi seringkali kecemasan terjadi pada usia 20-40 tahun.
Umur pada pasien pre operasi yang cukup dimungkinkan dapat
mengurangi adanya tingkat kecemasan yang disebabkan karena umur yang
cukup yang berpengaruh pada tingkat kesiapan pasien pre operasi selama
perawatan.
Umur dapat menjadi suatu indikator dalam kedewasaan seseorang
dalam mengambil suatu keputusan yang mengacu pada setiap
pengalamannya. Karakteristik pada pasien pre operasi berdasarkan umur
sangat berpengaruh terhadap kesiapan seseorang dalam menghadapi pra
atau pun pre operasi pada seseorang, dimana semakin muda umur pasien
pre operasi maka akan berkurang dalam hal ketidak siapan pasien dalam
menerima sebuah tindakan operasi, maka akan beresiko terjadi suatu
44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
tingkat kecemasan yang dapat menganggu proses perawatan pasien pre
opearsi.
Hubungan umur pada penelitian ini tidak berpengaruh terhadap
tingkat kecemasan, hal ini terjadi kemungkinan karena pasien sebelum
masuk rumah sakit untuk melakukan operasi telah siap, sehingga umur
tidak berpengaruh terhadap tingkat kecemasan.
2. Pendidikan
Di RSUD RAA Soewondo Pati diketahui bahwa status pendidikan
pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal sebagian besar
berpendidikan SD sebanyak 21 orang terdiri dari perlakuan 9 orang (30%)
kontrol 12 orang(40%). Pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi
spinal dalam penelitian ini mempunyai pendidikan yang cukup baik, hal
ini berpengaruh pada tingkat pengetahuan seseorang.
Pendidikan pasien terutama tentang pendidikan kesehatan sangat
dibutuhkan bagi pasien pre operasi, terutama tentang penyakit yang
dideritanya, yang dapat menimbulkan rasa keingintahuan pasien untuk
menanyakan tentang penyakitnya. Pendidikan kesehatan dapat diberikan
oleh perawat yang bertugas khususnya di ruang rawat jalan.
Pendidikan seseorang pada hakekatnya turut menentukan mudah
tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan tentang pre
operasi elektif yang mereka peroleh dan pahami. Dari kepentingan
keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih tanggap
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adanya suatu permasalahan dalam menghadapi operasi dan dapat
melakukan suatu tindakan jika terjadi sesuatu.
Pendidikan seseorang juga mempunyai hubungan yang eksponensial
dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin
mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif dan
berkesinambungan.
Dengan memberikan pendidikan kesehatan pada pasien dapat
menurunkan persentase pengetahuan kurang dari 50,0% menjadi 20,6%,
dan pemberian komunikasi terapeutik pada pasien ternyata berpengaruh
secara signifikan terhadap meningkatnya pengetahuan tentang penyakit
yang diderita Pendidikan kesehatan yang efektif pada pasien yang
dirawat merupakan dasar dari kontrol metabolisme yang baik dimana
dapat meningkatkan hasil klinis dengan jalan meningkatkan pengertian dan
kemampuan pengelolaan penyakit secara mandiri.
Tingkat pendidikan dengan tingkat kecemasan turut menentukan
keadaan pasien serta pendidikan yang kurang berpengaruh pada kurangnya
informasi yang didapat serta kurangnya seseorang menyerap dan
memahami pengetahuan tentang pre operasi yang mereka peroleh. Maka
dapat disimpulkan bahwa pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang
lebih tanggap adanya masalah kesehatan di dalam keluarganya dan bisa
mengambil tindakan secepatnya.
46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Pengetahuan
Hasil penelitian di ruang kenanga di RSUD RAA Soewondo Pati
diketahui bahwa pengetahuan pasien pre operasi sectio caesarea dengan
anestesi spinal sebagian besar mempunyai pengetahuan yang kurang baik
sebanyak 21 orang terdiri dari perlakuan 9 orang (30%) kontrol 12
orang(40%).
Pengetahuan memegang peranan sangat penting dalam menimbang
baik dan tidaknya informasi yang diperoleh maka semakin baik
pengetahuan seseorang maka dalam menghadapi persiapan operasi akan
semakin baik misalnya mentalnya siap dalam menghadapi suatu tindakan
operasi yang dilakukan.
Tingkat pengetahuan yang kurang pada pasien operasi disebabkan
karena pengetahuan yang kurang yang dapat mempengaruhi kurangnya
informasi yang didapat terutama tentang penyakit yang dideritanya serta
kesiapan selama menghadapi perawatan di rumah sakit.
Pengetahuan seseorang pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor
internal diantaranya yaitu jenis kelamin, tingkat kecerdasan dan tingkat
emosional termasuk didalamnya yaitu pendidikan. Karena pendidikan
seseorang sangat mempengaruhi pengetahuan, semakin tinggi pendidikan
seseorang maka pengetahuannya semakin baik. Faktor eksternal yaitu
lingkungan, sosial budaya seseorang, tingkat ekonomi seseorang dan
politik.
47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pengetahuan yang perlu dimiliki oleh seseorang diantaranya tentang
perilaku kesehatan yang dimotivasi oleh kebutuhan psikologi individu
untuk mengurangi kekhawatiran yang disebabkan oleh adanya ancaman
dari suatu penyakit, salah satu kebutuhan psikologis tersebut yaitu
penerapan pengetahuan sendiri terhadap kesehatan. Salah satu dari sepuluh
tipe variabel yang menentukan perilaku kesehatan adalah informasi yang
tersedia, pengetahuan, kebudayaan serta pandangan orang yang menilai.
Berbagai faktor yang mempengaruhi perilaku yang berkaitan dengan
kesehatan adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan penyakit.
Ketika seseorang berinteraksi dengan dunia luar, selalu ada
mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai
perasaan, dan akan ikut menentukan kecenderungan perilakunya, bahkan
terhadap dirinya sekalipun. Pandangan dan perasaan seseorang
terpengaruh oleh ingatannya pada masa lalu, oleh apa yang ia ketahui dan
kesannya kita terhadap apa yang sedang ia hadapi saat ini. Selain
pengetahuan, adanya pengalaman seseorang pada masa lalu akan
membawa pada sikap yang terbuka atau tertutup terhadap dorongan dari
orang luar. Keberhasilan komunikasi terapeutik dapat dipengaruhi oleh
sikap pasien terhadap dirinya sendiri maupun pada petugas kesehatan.
Pada bagian lain, proses penerimaan masing-masing individu dalam
membangun suatu komunikasi yang baik antara pasien dengan tenaga
kesehatan.
48
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Pada dasarnya adanya hubungan antara pengetahuan pasien pre
opearsi dengan tingkat kecemasan berpengaruh pada perilaku kesehatan
yang termotivasi oleh kebutuhan psikologi individu untuk mengurangi
kekhawatiran yang disebabkan oleh adanya ancaman dari suatu penyakit.
Salah satu kebutuhan psikologis tersebut yaitu penerapan pengetahuan
sendiri terhadap kesehatan. Salah satu dari sepuluh tipe variabel yang
menentukan perilaku kesehatan adalah informasi yang tersedia,
pengetahuan, kebudayaan serta pandangan orang yang menilai. Berbagai
faktor yang mempengaruhi perilaku yang berkaitan dengan kesehatan
adalah hal-hal yang berkaitan dengan pengetahuan penyakit.
4. Kepribadian
Kepribadian merupakan segala bentuk pola pikiran, emosi, dan
perilaku yang berbeda serta mempunyai karakteristik yang menentukan
gaya personal individu dan mempengaruhi interaksinya dengan
lingkungan. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian tipe A yaitu tidak
sabar, kompetitif, ambisius, ingin serba sempurna, mudah gelisah, tidak
dapat tenang dan diam, mudah bermusuhan, mudah tersinggung, otot-otot
mudah tegang, sedangkan orang dengan kepribadian tipe B, mempunyai
ciri-ciri yang berlawanan dengan orang berkepribadian tipe A. Bahwa
seseorang yang mengalami kecemasan tergantung pada tipe kepribadian
yang dimiliki oleh orang tersebut.
Menurut Atkinson, dkk dalam Farozin dan Fathiyah (2004)
mengatakan bahwa setiap orang mempunyai tipe kepribadian yang
49
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
berbeda-beda. Pada pasien pre operasi timbul suatu kecemasan yaitu
adanya perasaan yang tidak nyaman dan merasa terancam, gelisah mudah
marah padahal keadaan tersebut dapat menimbulkan masalah kesehatan
selanjutnya, pada pasien pre operasi banyak membutuhkan keadaan yang
tenang, rileks tanpa tekanan emosional dan bebas dari kegelisahan atau
kecemasan. Sebagian besar pasien pre operasi ini belun pernah melakukan
operasi sehingga mengalami kecemasan, yang disebabkan oleh
ketidaksiapan kepribadian pasien yang menimbulkan perasaan takut,
gelisah, mudah marah yang di khawatirkan karena takut jika terjadi
sesuatu pada dirinya.
Tipe kepribadian menggambarkan perilaku, watak, atau pribadi
seseorang dalam kehidupannya sehari-hari. Tipe kepribadian menurut Jung
(1875) dibagi menjadi 2 tipe, yaitu tipe introvert yaitu sikap introvert
mengarahkan pribadi ke pengalaman subjektif, memusatkan diri pada
dunia dalam, cenderung menyendiri, pendiam atau tidak ramah, bahkan
antisosial. Seseorang juga mengamati dunia luar, tetapi mereka
melakukannya secara selektif dan menggunakan pandangan subjektif
mereka sendiri., dengan ciri-ciri orang dengan tipe introvert adalah sulit
bergaul, hatinya tertutup, sulit berhubungan dengan orang lain dan
penyesuaian diri dengan lingkungan sekitar kurang baik. Hal ini akan
menyebabkan seseorang sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan rumah
sakit, dimana orang dihadapkan pada berbagai macam tindakan
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
keperawatan dan orang yang tidak dikenal, seperti dokter, perawat dan
pasien lainnya.
Pada tipe ekstrovert dimana sikap ekstrovert mengarahkan pribadi
ke pengalaman objektif, memusatkan perhatiannya ke dunia luar,
cenderung berinteraksi dengan orang disekitarnya, aktif dan ramah. Ciri-
ciri anak tipe ekstrovert biasanya mudah bergaul, hatinya terbuka,
hubungan dengan orang lain lancar dan mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan sekitar.
Cemas atau Anxiety merupakan reaksi emosional yang timbul oleh
penyebab spesifik yang dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman dan
merasa terancam. Hal ini menunjukan bahwa secara teori ada hubungan
yang bermakna antara tipe kepribadian dengan tingkat kecemasan pada
pasien pre operasi. Dengan demikian semakin rendah tipe kepribadian
seseorang atau pasien maka akan semakin terganggu tingkat kecemasan
pada pasien pre operasi tersebut.
Fenomena ini sesuai teori perpektif biologis bahwa kecemasan
timbul diantaranya karena adanya ancaman terhadap integritas biologis
seperti pembedahan yang akan dilakukan. Sementara peryataan ahli lain
mengatakan bahwa pada pasien dengan gangguan kecemasa atau anxiety
dapat bermanifestasi pada respon fisiologis, respon pada kognitif dan
respon pada tingkah lakunya. Pada respon tingkah lakunya dapat
menimbulkan gangguan yang berupa mudah tersinggung, susah
beristirahat dan gelisah.
51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Hubungan antara tipe kepribadian denga tingkat kecemasan terjadi
disebabkan karena setiap orang mempunyai kepribadian yang berbeda-
beda, hal ini berdampak pada tingkat kecemasan yang dihadapi selama
dirawat di rumah sakit. Permasalahan yang timbul berbeda-beda pada tiap
pasien pre operasi, yang berdampak pada tingkat kecemasan yang berbeda
pula.
5.. Tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi sectio caesarea dengan
anestesi spinal sebelum dilakukan informed consent di RSUD RAA
Soewondo Pati.
Dari hasil pengolahan data yang peneliti lakukan ternyata dari 30
orang pasien dalam menghadapi sectio caearea dengan anestesi spinal di
RSUD RAA Soewondo Pati sebelum dilakukan informed consent sebagian
besar mengalami tingkat kecemsan sedang yaitu sebanyak 17 orang
(56,67%), mengalami kecemasan ringan sebanyak 10 orang (33,33%) dan
mengalami kecemasan berat sebanyak 3 orang (10%). Hal ini karena
adanya tekanan psikologis seperti adanya rasa takut, dan bingung yang
dihadapi oleh ibu hamil ketika adanya rencana operasi sectio caesarea dan
anestesi saat akan masuk ruang operasi dimana sang ibu hamil sendirian
menghadapi ruangan yang penuh dengan alat- alat operasi yang selama ini
belum pernah dilihatnya.
Sesuai dengan pendapat Barbara (1996) bahwa kecemasan adalah
respon psikologik seperti perasaan takut atau tidak tenang yang
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sumbernya tidak dikenal dan terjadi ketika seseorang merasa terancam
baik secara fisik atau psikologik. Dimana tingkat kecemasan ini terdiri
dari kecemasan ringan, kecemasan sedang dan kecemasan berat. Dari
hasil penelitian 80% kecemasan sedang dengan ditandai individu berfokus
pada dirinya (penyakitnya), menurunnya perhatian, kesulitan
berkonsentrasi. pernafasan dan denyut nadi meningkat, tremor, bergetar.
Kecemasan yang di alami ibu hamil dimungkinkan karena faktor
ketidak tahuan ibu hamil terhadap pembedahan dan anestesi yang akan
dijalani, kecemasan ini tidak akan terjadi apabila petugas kesehatan
memberikan informed consent kepada ibu hamil tentang apa yang akan
dihadapi. Menurut Ramaiah (2003) salah satu faktor yang dapat
menyebabkan ibu hamil mengalami peningkatan kecemasan sebelum
dilakukan pembedahan anestesi adalah karena faktor informed consent, di
mana gangguan kecemasan akan meningkat apabila penjelasan tentang
prosedur suatu tindakan tidak atau kurang jelas diterima oleh klien dan
keluarga.
Hal ini terjadi bila suatu keterangan atau penjelasan yang sederhana
tidak diberikan oleh petugas kesehatan yang berkompetensi atau tidak
menjelaskan maksud dan tujuan pembedahan atau dijelaskan tapi
menggunakan istilah yang tidak dimengerti oleh klien dan keluarga.
Selain itu faktor kecemasan juga dikarenakan ibu hamil yang akan
bersalin pada kehamilanya mengalami gangguan mekanisme fisik seperti
53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
letak bayi yang sungsang, atau pinggul ibu hamil yang kecil sehingga
tidak memungkinkan ibu hamil untuk bersalin secara normal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ilyas (1995) bahwa salah satu faktor
kecemasan pada ibu hamil dalam menghadapi persalinan adalah keadaan
plasenta, keadaan tali pusat dan keadaan jalan lahir terdapat kelainan
(panggul sempit).
4. Tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi sectio caesarea dengan
anestesi spinal setelah diberikan informed consent di RSUD RAA
Soewondo Pati.
Berdasarkan tabel 4.3. menunjukkan bahwa tingkat kecemasan
pasien dalam menghadapi sectio caesarea dengan anestesi spinal setelah
diberikan informed consent mengalami penurunan menjadi cemas ringan
sebanyak 24 orang (80%) dan kecemasan sedang sebanyak 6 orang (10 %).
Tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi sectio caesarea dan
anestesi sangat dipengaruhi oleh informasi yang benar dan jelas yang
diberikan oleh tenaga kesehatan tentang operasi yang akan dijalani. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sagrestano (1999) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa pengetahuan dapat memberikan efek yang
bermanfaat pada kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil.
Menurut Stuart (2007) kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak
jelas yang menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak
berdaya. Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
adalah obyek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta
dapat dijelaskan oleh individu Rasa takut terbentuk dari proses kognitif
yang melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam.
Hal ini membuktikan secara teori bahwa pemberian informed consent yang
dilakukan jelas dan dengan bahasa yang dimengerti pasien atau
keluarganya dapat menurunkan kecemasan pre operasi.
Tiga elemen yang perlu diperhatikan dalam pemberian informed
consent yaitu, treshold elements, information elements dan consent
elements. Pada treshold elements sifatnya lebih ke arah syarat, yaitu
pemberi consent haruslah seseorang yang kompeten ( cakap ) dalam
membuat keputusan medis. Information elements terdiri dari dua bagian
disclosur (pengungkapan) dan understanding (pemahaman). Pemahaman
yang adekuat membawa konsekuensi tenaga medis untuk memberikan
informasi ( disclosure ) sedemikian rupa sehingga pasien dapat mencapai
pemahaman yang adekuat. Consent elements terdiri dua bagian yaitu
voluntariness (kesukarelaan, kebebasan) dan authorization (persetujuan).
Kesukarelaan mengharuskan tidak ada tipuan, paksaan serta pasien juga
harus bebas dari tekanan yang dilakukan tenaga medis yang bersikap
seolah-olah akan dibiarkan apabila tidak menyetujui tawarannya.
Pasien yang mendapatkan informed consent memiliki kecemasan
yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan
informed consent. Hal ini sesuai pendapat Widodo ( 2003), bahwa
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
informed consent yang diberikan dapat memberikan dorongan moril dan
motivasi bagi pasien sehingga dapat menurunkan kecemasan pre operasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Carbonel (2002) yang
menyimpulkan bahwa kecemasan dapat diturunkan melalui upaya
memupuk kemauan dan motivasi agar yang bersangkutan berani dan
mampu memecahkan segala kesulitan hidup. Informed consent sebagai
salah satu cara untuk memberikan jalan adjustment yang sehat
(motivator).
Fakta empiris lainnya yang memperkuat hasil penelitian ini
adalah Arif Widodo (2003) yang menyatakan bahwa informasi sebelum
operasi yang diberikan atau dijelaskan kepada pasien kurang jelas atau
sulit dimengerti maka kecemasan pasien semakin tinggi dan juga
sebaliknya. Pendapat Mantra (1993) bahwa informed consent diberikan
didahului dengan pendidikan kesehatan, sehingga akan meningkatkan
pengetahuan pasien tentang kesehatan dengan tujuan agar pasien
mendapat informasi tentang penyakit, tujuan pembedahan, prosedur
pembedahan dan persiapan pelaksanaan pembedahan.
Informed consent didefinisikan sebagai penjelasan kepada
seseorang terhadap apa yang akan dilakukan pada seorang pasien
mnencakup tujuan, cara kerja, kegunaan dan jiga kemungkinan resiko
yang mungkin terjadi akibat suatu proses atau tindakan yang akan
diambil. Selain itu informed consent juga merupakan salah satu syarat
56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
atau payung hukum yang digunakan dokter atau para peneliti dalam
melakukan suatu tindakan terhadap kliennya (Andalas 2009).
7. Hasil uji Mann-Whitney tentang perbedaan tingkat kecemasan pre
operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal antara pasien yang
diberikan dan tanpa diberikan penjelasan informed consent.
Hasil uji mann-whitney dalam penelitian ini juga menunjukkan
adanya pengaruh yang signifikan (p<0.001) antara informed consent
dengan kecemasan pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal.
Hipotesis ini membuktikan teori bahwa pengetahuan dapat diperoleh
melalui pendidikan formal maupun non formal. Pemberian informed
consent merupakan upaya pemberian informasi secara non formal kepada
pasien dan keluarganya dalam persiapan menghadapi operasi.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Morton (1995) yang
menyatakan bahwa pengetahuan dapat diperoleh melalui informasi formal
dan non formal yang didapat dari pendidikan kesehatan dari informed
consent pasien pre operasi. Pendidikan formal yang diperoleh responden
menambah pengetahuan dan wawasan sehingga pemahaman yang dimiliki
juga lebih tinggi termasuk informasi-informasi tentang kesehatan’
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian informed
consent dapat menurunkan kecemasan pre operasi sectio caesarea dengan
anestesi spinal. Pemberian informed consent melibatkan tenaga kesehatan
yang meliputi upaya pendidikan kesehatan dan peningkatan motivasi
58
57
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pasien dalam menghadapapi pembedahan dan anestesi. Informasi yang
diberikan akan menambah pengetahuan pasien dan sebagai motivasi untuk
menurunkan kecemasan pre oparasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan bahwa pasien yang diberikan penjelasan
informed consent memiliki skor cemas yang lebih rendah (kecemasan lebih
rendah) bila dibandingkan dengan pasien yang tidak mendapatkan informed
consent. Dari hasil pengolahan data yang peneliti lakukan ternyata dari 30
orang pasien dalam menghadapi sectio caearea dengan anestesi spinal di
RSUD RAA Soewondo Pati sebelum dilakukan informed consent sebagian
besar mengalami tingkat kecemasan sedang yaitu sebanyak 17 orang
(56,67%), tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi sectio caesarea
dengan anestesi spinal setelah diberikan informed consent mengalami
penurunan menjadi cemas ringan 24 orang (80,00%).
Pemberian informed consent berpengaruh terhadap kecemasan
pasien pre operasi sectio caesarea dengan anestesi spinal yang diberi
penjelasan informed consent rata-rata memiliki kecemasan yang lebih
rendah dari pada yang tidak diberi penjelasan infoemed consent ( p< 0.001 ).
B. Saran
Adanya pengaruh infoemed consent tehadap kecemasan maka
disarankan sitiap akan dilakukan tindakan pembedahan khususnya pre operasi
sectio caesarea agar diberikan informed consent yang baik yaitu melalui
pendidikan kesehatan. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh
informed consent terhadap kecemasan pasien pre operasi sectio caesarea
59
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
dengan anestesi spinal dengan mengendalikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kecemasan pasien.
Bagi RSUD RAA Soewondo Pati hasil ini dapat memberikan
konsekuensi bahwa untuk menurunkan kecemasan dapat dilakukan dengan
pemberian informed consent yang baik, yaitu informed consent yang didahului
pendidikan kesehatan dan pemahaman oleh pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Admin, Nov 2007. Faculty of Medicine. http://fkunsyiah.forumotion.com/artikel- f39 Diakses November 2011
Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (edisi revisi keempat). Jakarta.
Aritama dan Erwin, 2007. Penugasan Artikel Ilmiah Ansietas Blok KBTL. Universitas Islam Indonesia.