Untitled

download Untitled

If you can't read please download the document

Transcript of Untitled

KURANG ENERGI KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL Dr. Suparyanto, M.Kes KURANG ENERGI KRONIS (KEK) PADA IBU HAMIL PENGERTIAN Menurut Depkes RI (1994) pengukuran LILA pada kelompok wanita usia subur adalah salah satu cara untuk mendeteksi dini yang mudah dan dapat dilaksanakan oleh mas yarakat awam, untuk mengetahui kelompok berisiko Kekurangan Energi Kronis (KEK). Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu hamil adalah kekurangan gizi pada ibu hamil yang berlangsung lama (beberapa bulan atau tahun) (DepKes RI, 1999). Risiko Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana remaja putri/wanita mempunyai kecenderungan menderita KEK ( Arismas,2009). Ibu KEK adalah ibu yang ukuran LILAnya < 23,5 cm dan dengan salah satu atau bebe rapa kriteria sebagai berikut : a.Berat badan ibu sebelum hamil < 42 kg. b.Tingg i badan ibu < 145 cm. c.Berat badan ibu pada kehamilan trimester III < 45 kg. d. Indeks masa tubuh (IMT) sebelum hamil < 17,00 e.Ibu menderita anemia (Hb < 11 gr %) (Weni, 2010). PENGUKURAN STATUS GIZI 1.Pengukuran LILA Ada beberapa cara untuk dapat digunakan untuk mengetahui status gizi ibu hamil a ntara lain memantau pertambahan berat badan selama hamil, mengukur LILA, menguku r kadar Hb. Bentuk adan ukuran masa jaringan adala masa tubuh. Contoh ukuran mas a jaringan adala LILA, berat badan, dan tebal lemak. Apabila ukuran ini rendah a tau kecil, menunjukan keadaan gizi kurang akibat kekurangan energi dan protein y ang diderita pada waktu pengukuran dilakukan. Pertambahan otot dan lemak di leng an berlangsung cepat selama tahun pertama kehidupan (Arisman,2009). Lingkaran Lengan Atas (LILA) mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot yang tidak berpengaruh banyak oleh cairan tubuh. Pengukuran ini berguna untuk s krining malnutrisi protein yang biasanya digunakan oleh DepKes untuk mendeteksi ibu hamil dengan resiko melahirkan BBLR bila LILA < 23,5 cm (Wirjatmadi B, 2007) . Pengukuran LILA dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis. Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di Indonesia adalah 23.5 cm. Apabila ukuran kurang dari 23.5 cm atau dibagian merah pita LILA, artinya w anita tersebut mempunyai risiko KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah ( Arisman, 2007) a.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalan pengukuran LILA 1. Pengukuran dilakukan dibagian tengah antara bahu dan siku lengan kiri. 2. Lengan harus dalam posisi bebas. 3. Lengan baju dan otot lengan dalam keadaan tidak tegang atau kencang. 4. Alat pengukur dalam keadaan baik dalam arti tidak kusut atau sudah dilip at-lipat sehingga permukaannya tidak rata (Arisman, 2007). b.Cara Mengukur LILA 1. Tetapkan posisi bahu dan siku 2. Letakkan pita antara bahu dan siku. 3. Tentukan titik tengah lengan. 4. Lingkaran pita LILA pada tengah lengan. 5. Pita jangan telalu ketat. 6. Pita jangan terlalu longgar. 7. Cara pembacaan skala yang benar. (Arisman, 2007) 2.Pengukuran Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak digunakan karena p arameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka yang buta huruf ( Arisma, 20 09). Berat badan adalah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubu h sangat sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena t erserang penyakit infeksi, menurunya nafsu makan atau menurunnya jumlah makan ya ng dikonsumsi. Pada prinsipnya ada dua macam timbangan yaitu beam (lever)balance scales dan spring scale. Contoh beam balance ialah dancing, dan spring scale adalah timbangan pegas. Karena pegas mudah melar timbangan jenis spring scsle tidak dianjurkan un tuk digunakan berulang kali, apalagi pada lingkungan yang bersuhu panas. Berat badan ideal ibu hamil sebenarnya tidak ada rumusnya, tetapi rumusannya bis a dibuat yaitu dengan dasar penambahan berat ibu hamil tiap minggunya yang dikem ukakan oleh para ahli berkisar antara 350-400 gram, kemudian berat badan yang id eal untuk seseorang agar dapat menopang beraktifitas normal yaitu dengan melihat berat badan yang sesuai dengan tinggi badan sebelum hamil, serta umur kehamilan sehingga rumusnya dapat dibuat. Dengan berbekal beberapa rumus ideal tentang berat badan, saya (penulis) dapat k embangkan menjadi rumus berat badan ideal untuk ibu hamil yaitu sebagai berikut : Dimana penjelasannya adalah BBIH adalah Berat Badan Ideal Ibu Hamil yang akan dicari. BBI = ( TB 110) jika TB diatas 160 cm (TB 105 ) jika TB dibawah 160 cm. Berat badan ideal ini merupakan pengembangan dari (TB-100) oleh Broca untuk oran g Eropa dan disesuaikan oleh Katsura untuk orang Indonesia. UH adalah Umur keham ilan dalam minggu. Diambil perminggu agar kontrol faktor resiko penambahan berat badan dapat dengan dini diketahui. 0.35 adalah Tambahan berat badan kg per ming gunya 350-400 gram diambil nilai terendah 350 gram atau 0.35 kg . Dasarnya diamb il nilai terendah adalah penambahan berat badan lebih ditekankan pada kualitas ( mutu) bukan pada kuantitas (banyaknya) (Supriasa, 2002). 3.Pengukuran Tinggi Badan Tinggi badan merupakan parameter yang penting bagi keadaan yang telah lalu dan k eadaan sekarang, jika umur tidak diketahui dengan tepat. Disamping itu tinggi ba dan merupakan ukuran kedua yang penting, karena dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan , factor umur dapat dikesampingkan. Ibu hamil pertama san gat membutuhkan perhatian khusus. Pengukuran tinggi badan bermaksud untuk menjadikanya sebagai bahan menentukan st atus gizi. Status gizi yang ditentukan dengan tinggi badan tergolong untuk mengu kur pertumbuhan linier. Pertumbuhan linier adalah pertumbuhan tulang rangka, ter utama rangka extrimitas (tungai dan lengan). Untuk tinggi badan peranan tungkai yang dominan. Pengukuran tinggu badan orang dewasa, atau yang sudah bisa berdiri digunakan ala t microtoise (baca: mikrotoa) dengan skala maksimal 2 meter dengan ketelitian 0, 1 cm. Apabila tidak tersedia mikrotoise dapat digunakan pita fibreglas (pita tuk ang jahit pakaian) dengan bantuan papan data dan tegak lurus dengan lantai. Peng ukuran dengan pita fibreglass seperti ini harus menggukan alat bantu siku-siku. Persyaratan tempat pemasangan alat adalah didinding harus datar dan rata dan teg ak lurus dengan lantai. Dinding yang memiliki banduk di bagian bawah (bisanya pa da lantai keramik) tidak bisa digunakan. Hal yang harus diperhatikan saat pemasa ngan mikrotoise adalah saat sudah terpasang dan direntang maksimal ke lantai har us terbaca pada skala 0 cm. A.Cara Pengukuran Berdiri membelakangi dinding dimana microtoie terpasang dengan posisi siap santai (bukan siap militer), tangan disamping badan terkulai lemas, tumit, betis, pantat, tulang belikat dan kepala menempel di dinding. Pandangan lurus ke depan. Sebagai pegukur harus diperiksa ketentuan ini sebelum membaca ha sil pengukuran. Tarik microtiose ke bawah sampai menempel ke kepala. Bagi teruku r yang berjilbab agak sedikit ditekan agar pengaruh jilbab bisa diminimalisir. U ntuk terukur yang memakai sanggul harus ditanggalkan lebih dahulu atau digeser k e bagia kiri kepala. Saat pengkuran, sandal, dan topi harus dilepas. Baca hasil ukur pada posisi tegak lurus dengan mata (sudut pandang mata dan skala microtois e harus sudut 90 derajat). Pada gambar di atas, apabila terukur lebuh tinggi dai Pengukur, maka pengukur harus menggunakan alat peningi agar posisi baca tegak l urus. Bacaan pada ketelitian 0,1 cm, artinya apabila tinggi terukur 160 cm, haru s ditulis 160,0 cm (koma nol harus ditulis). Tinggi badan kurang dari 145 cm ata u kurang merupakan salah satu risti pada ibu hamil. Luas panggul ibu dan besar k epala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang t erjadi: a.Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin/kepala ti dak besar. b.Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar/kepala besar. Pada kedua kemungkinan itu, bayi tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, dan membutuh kan operasi Sesar.4.Indeks Masa Tumbuh Masalah kekurangan dan kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18 tahun keatas) m erupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko penyakit-penyakit terte ntu, juga dapat mempengarui produktif kerja. Laporan FAO /WHO/UNU tahun 1985 men yatakan bahwa batasan berat badan normal orang dewasa ditentukan oleh Body Mass Index (BMI). Di Indonesia istila Body Mass Index diterjemahkan menjadi Indekx Masa Tubuh (IMT ) merupakan alat yang sederhana untu memantau status gizi orang dewasa khusunya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan, maka mempertahankan berat badan normal memungkinkan seseorang dapat mencapai usia harapan hidup lebi h panjang. Berat badan dilihat dari Quatelet atau body mass Index (IMT). Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan dengan abnormalit as kehamilan, berat badan lahir rendah. Sedangkan berat badan overweight meningk atkan resiko atau terjadi kesulitan dalam persalinan. Indeks massa tubuh (IMT) m erupakan rumus matematis yang berkaitan dengan lemak tubuh orang dewasa (Arisman , 2009). Penilaian Indeks Masa Tumbuh diperoleh dengan memperhitungkan berat badan sebelu m hamil dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (Yuni, 2009). Rumus ini hanya cocok diterapkan pada mereka yang berusia antara 19-70 tahun, be rstruktur tulang belakang normal, bukan atlet atau binaragawan. Tabel 2.2 Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT Status Gizi 1. IMT KKP I < 16 2. KKP II 16,0 -16,9 3. KKP III 17,0 - 18,4 4. Normal 18,5 - < 25 5. Obesitas I 25 - 29,9 6. Obesitas II 30 40 7. Obesitas III >40 Sumber: Arisman, 2009 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KURANG ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL 1. Faktor Sosial Ekonomi Faktor yang berperan dalam menentukan status kesehatan seseorang adalah tingkat sosial ekonomi (FKM UI, 2007). Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan ma kanan yang akan dikonsumsi sehari-harinya. Seseorang dengan ekonomi yang tinggi kemudian hamil maka kemungkinan besar sekali gzi yang dibutuhan tercukupi ditamb ah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu hamil semakin terpantau (Weni,2010). Sosial ekonomi merupakan gambaran tingkat kehidupan seseorang dalam masyarakat yang ditentukan dengan variabel pendapatan, pendidikan dan pekerjaan, karena ini dapat mempengaruhi aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan (Notoatmodjo , 2006). a.Pendidikan Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagai suat u kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik (Umar, 2005). Faktor pendidikan mempengaruhi pola makan ibu hamil, tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan atau informasi tent ang gizi yang dimiliki lebih baik sehingga bisa memenuhi asupan gizinya (FKM UI, 2007). Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. P endidikan ibu adalah pendidikan formal ibu yang terakhir yang ditamatkan dan mem punyai ijazah dengan klasifikasi tamat SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi dengan diukur dengan cara dikelompokkan dan dipresentasikan dalam masing-masing klasifi kasi (Depdikbud, 1997). b.Pekerjaan Pekerjaan adalah sesuatu perbuatan atau melakukan sesuatu yang dilakukan untuk m encari nafkah guna untuk kehidupan (Kamus Besar Indonesia, 2008). Ibu yang sedan g hamil harus mengurangi beban kerja yang terlalu berat karena akan memberikan dampak kurang baik terhadap kehamilannya (FKM UI, 2007). Kemampuan bekerja selama hamil dapat dipengaruhi oleh peningkatan berat badan dan perubahan sikap (Benso n Ralph C, 2008). Resiko-resiko yang berhubungan dengan pekerjaan selama kehamil an termasuk : 1. Berdiri lebih dari 3 jam sehari. 2. Bekerja pada mesin pabrik terutama jika terjadi banyak getaran atau memb utuhkan upaya yang besar untuk mengoperasikannya. 3. Tugas-tugas fisik yang melelahkan seperti mengangkat, mendorong dan memb ersihkan. 4. Jam kerja yang panjang (Curtis Glade B, 1999 ). Kriteria pekerjaan dapat dibedakan menjadi buruh/pegawai tidak tetap, swasta, PN S/ABRI, tidak bekerja/ibu rumah tangga (Nursalam, 2001). c.Pendapatan Penerimaan baik berupa uang maupun barang, baik dari pihak lain maupun pihak sen diri dari pekerjan atau aktivitas yang kita lakukan dan dengan dinilai sebuah ua ng atas harga yang berlaku pada saat ini. Pendapatan seorang dapat dikatakan men ingkat apabila kebutuhan pokok seorangpun akan meningkat. Suatu kegiatan yang di lakukan untuk menafkahi diri dan keluarganya dimana pekerjaan tersebut tidak ada yang mengatur dan dia bebas karena tidak ada etika yang mengatur. Kemampuan keluarga untuk membeli bahan makanan antara lain tergantung pada besar kecilnya pendapatan keluarga, harga bahan makanan itu sendiri, serta tingkat pe nggelolaan sumber daya lahan dan pekarangan. Keluarga dengan pendapatan terbatas kemungkinan besar akan kurang dapat memenuhi kebutuhan akan makanannya terutama untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuhnya. Tingkat pendapatan dapat mene ntukan pola makan. Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kualitas d an kuantitas hidangan. Semakin banyak mempunyai uang berarti semakin baik makana n yang diperoleh dengan kata lain semakin tinggi penghasilan, semakin besar pula prosentase dari penghasilan tersebut untuk membeli buah, sayuran dan beberapa j enis bahan makanan lainnya (FKM UI, 2007). Berdasarkan survei pendapatan dan pengeluaran rumah tangga tahun 2010 oleh Badan Pusat Statistik, pendapatan untuk pedesaan dibedakan menjadi 3 golongan yaitu : 1. Pendapatan rendah di bawah Rp. 790.000,2. Pendapatan sedang Rp.790.000,- sampai. Rp.1.270.000,3. Pendapatan tinggi di atas Rp. 1.270.000,(www.Informasi Upah Minimum Regional (UMR) Jombang Tahun 2010, 2011) 2.Faktor Jarak Kelahiran Ibu dikatakan terlalu sering melahirkan bila jaraknya kurang dari 2 tahun. Penel itian menunjukkan bahwa apabila keluarga dapat mengatur jarak antara kelahiran a naknya lebih dari 2 tahun maka anak akan memiliki probabilitas hidup lebih tingg i dan kondisi anaknya lebih sehat dibanding anak dengan jarak kelahiran dibawah 2 tahun. Jarak melahirkan yang terlalu dekat akan menyebabkan kualitas janin/ana k yang rendah dan juga akan merugikan kesehatan ibu. Ibu tidak memperoleh kesemp atan untuk memperbaiki tubuhnya sendiri (ibu memerlukan energi yang cukup untuk memulihkan keadaan setelah melahirkan anaknya). Dengan mengandung kembali maka a kan menimbulkan masalah gizi ibu dan janin/bayi berikut yang dikandung (Baliwati , 2006). Berbagai penelitian membuktikan bahwa status gizi ibu hamil belum pulih sebelum 2 tahun pasca persalinan sebelumnya, oleh karena itu belum siap untuk k ehamilan berikutnya (FKM UI, 2007). Selain itu kesehatan fisik dan rahim ibu yan g masih menyusui sehingga dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil. Ibu hamil denga n persalinan terakhir 10 tahun yang lalu seolah-olah menghadapi kehamilan atau p ersalinan yang pertama lagi. Umur ibu biasanya lebih bertambah tua. Apabila asup an gizi ibu tidak terpenuhi maka dapat mempengaruhi KEK pada ibu hamil. Kriteria jarak kelahiran dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Resiko rendah ( 2 tahun sampai < 10 tahun). 2. Resiko tinggi (< 2 tahun atau 10 tahun) (Rochjati P, 2003). 3. Faktor Paritas Paritas (jumlah anak) merupakan keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anakyang dilahirkan. Paritas juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sta tus gizi ibu hamil. Paritas merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap ha sil konsepsi. Perlu diwaspadai karena ibu pernah hamil atau melahirkan anak 4 ka li atau lebih, maka kemungkinan banyak akan ditemui keadaan : 1. Kesehatan terganggu : anemia, kurang gizi. 2. Kekendoran pada dinding perut dan dinding rahim. Kriteria paritas (jumlah anak) dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Partas rendah (< 4x kelahiran). 2. Paritas tinggi ( 4x kelahiran). Paritas (jumlah anak) merupakan keadaan wanita yang berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Paritas juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi sta tus gizi ibu hamil. Paritas merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap ha sil konsepsi. Perlu diwaspadai karena ibu pernah hamil atau melahirkan anak 4 ka li atau lebih, maka kemungkinan banyak akan ditemui keadaan : 1. Kesehatan terganggu : anemia, kurang gizi. 2. Kekendoran pada dinding perut dan dinding rahim. Kriteria paritas (jumlah anak) dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Partas rendah (< 4x kelahiran). 2. Paritas tinggi ( 4x kelahiran) (Roechjati P, 2003). DAFTAR PUSTAKA 1. Alimul, A.H. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakart a: Salemba Medika 2. Alimul, A.H. 2009. Metode Penelitian Kebidanan Teknnik Analisis Data. Ja karta: Salemba Medika 3. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : PT Rineka Cipta 4. Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta: Bala i Pustaka 5. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rinek a Cipta 6. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawa tan. Jakarta: Salemba Medika 7. Prawirohardjo,Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwo no 8. Rukiyah. 2009. Asuhan Kebidanan I (Kehamilan). Jakarta: TIM 9. Suyanto. 2009. Riset Kebidanan Metodologi dan Aplikasi. Jogjakarta: Mitr a Cendikia Press 10. Yuni. 2009. Perawatan Ibu Hamil. Jogyakarta : Fitramaya 11. Weni. 2010. Gizi Ibu Hamil. Jogyakarta : Muha Medika 12. Depkes RI. 1996. Pedoman Penaggulangan Ibu Hamil Kekurangan Energi Kroni s. Jakarta : Direktorat Pembinaan Kesehatan Masyarakat 13. Arisman. 2007. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC 14. Proverawati. 2009. Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan. Jogyakarta : Muha Med ika 15. Anonym. 2011. Upah Minimum Regional (http://Informasi Upah Minimum Regio nal (UMR) Jombang Tahun 2010,2011.com/) 16. Rochjati,Poedji. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya : FK UNAIR 17. Arisman. 2009. Gizi Dalam Daur Keidupan. Jogyakarta : Muha Medika