Unlock-08E00060

download Unlock-08E00060

of 64

description

kedokteran

Transcript of Unlock-08E00060

  • PROCALCITONIN PADA PASIEN SEPSIS YANG TELAH MENDAPAT PERAWATAN

    DI RUANG RAWAT INTENSIF

    TESIS

    OLEH: CUT MURZALINA

    DEPARTEMEN PATOLOGI KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN USU/ RSUP H. ADAM MALIK

    MEDAN 2007

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • KATA PENGANTAR Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

    Dengan mengucapkan Syukur kehadirat Allah SWT yang telah

    memberikan Rahmat dan Hidayah Nya, sehingga saya dapat mengikuti

    Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik Fakultas Kedokteran

    Universitas Sumatera Utara dan dapat menyelesaikan karya tulis ( tesis ) ini

    yang berjudul Procalcitonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat

    Perawatan Di Ruang Rawat Intensif.

    Selama saya mengikuti pendidikan, saya telah banyak mendapat

    bimbingan, petunjuk, bantuan dan pengarahan serta dorongan dari berbagai

    pihak sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini. Untuk kesemuanya

    itu, izinkanlah saya menyampaikan rasa hormat dan terimakasih saya yang

    tidak terhingga kepada :

    Yth. dr. Zulfikar Lubis SpPK, sebagai pembimbing saya yang telah

    banyak memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan, bantuan dan

    dorongan selama dalam pendidikan dan proses penyusunan sampai

    selesainya tesis ini. Saya mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT

    membalas semua kebaikannya.

    Yth. dr. Hasanul Arifin, SpAn sebagai pembimbing II dari

    Departemen Anestesiologi dan Reanimasi FK USU/RSUP H. Adam Malik

    Medan, yang telah banyak memberikan bimbingan, petunjuk, pengarahan,

    bantuan dan dorongan sejak mulainya penyusunan sampai selesainya tesis

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • ini. Saya mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT membalas semua

    kebaikannya.

    Yth. Prof. dr. Adi Koesoema Aman SpPK-KH, FISH, Ketua

    Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

    Utara/RSUP. H. Adam Malik Medan, yang telah menerima saya untuk

    mengikuti Program Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik dan telah

    memberikan bimbingan dan pengarahan selama saya dalam pendidikan.

    Yth. Prof. Dr. dr. Ratna Akbari Ganie, SpPK, FISH dan dr. Ricke

    Loesnihari, SpPK, sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi di

    Departemen Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara,

    yang telah banyak membimbing, mengarahkan dan memotivasi sejak awal

    pendidikan sehingga dapat menyelesaikannya.

    Yth. Prof. dr. Herman Hariman, PhD, SpPK-KH, FISH, Prof. dr.

    Burhanuddin Nasution SpPK-KN, FISH, Prof. dr. Imam Sukiman SpPK-

    KH, FISH, dr. R. Ardjuna M. Burhan DMM, SpPK-K, dr. Muzahar, DMM,

    SpPK-K, dr. Tapisari Tambunan SpPK, dr. Farida Siregar SpPK, dr. Ulfa

    Mahidin SpPK, dr. Lina SpPK, dr. Ozar Sanuddin SpPK, dr. Nelly Elfrida

    Samosir SpPK, Alm. dr. Irfan Abdullah SpPK-KH, Alm. dr.Paulus

    Sembiring SpPK-K, Alm dr. Hendra Lumanauw SpPK-K, yang telah

    banyak memberikan bimbingan, petunjuk, arahan selama saya mengikuti

    pendidikan sampai selesainya tesis ini.

    Yth. Kepala Departemen Anestesiologi dan Reanimasi FK

    USU/RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah memberi kesempatan kepada

    saya untuk melakukan penelitian di bagian tersebut.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Yth. Drs. Abdul Jalil Amri Arma,M Kes yang telah memberikan

    bimbingan, arahan dan bantuan di bidang statistik selama saya memulai

    penelitian sampai selesainya tesis saya ini. Terima kasih saya ucapkan.

    Tidak lupa juga saya ucapkan terimakasih kepada Elliana Ginting

    AMK atas bantuan dan dorongan yang diberikan kepada saya, sejak saya

    mulai pendidikan sampai selesainya tesis saya ini.

    Seluruh teman-teman sejawat Program Studi Patologi Klinik FK USU,

    dan para analis, serta pegawai yang telah memberikan bantuan dan kerja

    sama yang baik selama saya mengikuti pendidikan dan semua pihak yang

    tidak dapat disebutkan satu persatu.

    Terimakasih yang setulus-tulusnya kepada Bapak yang tercinta dr. T.

    H. Makmur M. Zain, SKM. PKK dan Ibunda tercinta Hj. Cut Nurhaida yang

    telah membesarkan, mendidik, mendorong dan memberikan bantuan serta

    selalu mendoa kan saya sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan ini.

    Akhirnya terima kasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada

    suami tercinta Ikhwan Wahyudi, ST serta putra-putri saya yang telah

    mendampingi saya dengan penuh pengertian serta kesabaran, dan banyak

    memberikan perhatian dan dorongan agar tetap bersemangat mulai sejak

    mengikuti pendidikan sampai saya dapat menyelesaikan pendidikan ini. Tak

    lupa juga terima kasih saya ucapkan kepada adik-adik saya yang

    memberikan dorongan dan doa hingga tesis ini selesai.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Akhirul kalam, semoga kiranya tesis ini dapat bermanfaat bagi kita

    semua. Semoga Allah SWT senantiasa mellimpahkan Rahmat dan

    Hidayahnya kepada kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin.

    Medan, September 2007

    Penulis

    dr. Cut Murzalina

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    Kata Pengantar i Daftar isi............................................................................................... iv

    Daftar Gambar, Tabel dan Lampiran................................................. vi

    Daftar singkatan.................................................................................. viii

    Ringkasan............................................................................................ x

    BAB 1. PENDAHULUAN...................................................... 1

    1.1. Latar belakang..................................................................... 1

    1.2. Hipotesa.............................................................................. 3

    1.3.Tujuan penelitian................................................................. 3

    1.4.Manfaat penelitian............................................................... 4

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 5

    2.1. Procalcitonin...................................................................... 5

    2.1.1. Biosintesis dan patofisiologi procalcitonin....................... 5

    2.1.2. Hal-hal yang mempengaruhi kadar procalcitonin............. 8

    2.2. Sepsis.............................................................................. 9

    2.2.1. Epidemiologi.................................................................. 11

    2.2.2. Etiologi.......................................................................... 11

    2.2.3. Patogenesis dan patofisiologi........................................ 12

    2.2.4. Peran mediator inflamasi pada sepsis........................... 15

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • BAB 3. METODE PENELITIAN............................................ 16

    3.1. Desain penelitian............................................................... 16

    3.2. Waktu dan tempat penelitian............................................. 16

    3.3. Populasi penelitian............................................................ 16

    3.4. Sampel penelitian............................................................. 17

    3.4.1. Persyaratan umum sampel............................................. 17

    3.4.2. Besar sampel populasi.................................................. 18

    3.5. Prosedur penelitian............................................................ 18

    3.5.1. Pengambilan sampel darah............................................ 18

    3.5.2. Pemeriksaan laboratorium.............................................. 19

    3.5.3. Quality control 22

    3.6. Analisa data....................................................................... 23

    3.7. Kerangka kerja operasional............................................... 24

    BAB 4. HASIL PENELITIAN................................................ 25

    BAB 5. PEMBAHASAN....................................................... 35

    BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN................................... 40

    6.1. Kesimpulan 40

    6.2. Saran. 40

    DAFTAR PUSTAKA.. 41

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP 54

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR GAMBAR, TABEL DAN LAMPIRAN

    GAMBAR

    Gambar 1. Skema asam amino dari procalcitonin ...................................... 6

    Gambar 2. Reaksi Imunologi PCT . 20

    Gambar 3. Tingkatan kadar PCT pada populasi penelitian ... 27

    Gambar 4. Kadar PCT dengan tingkatan sepsis ......................................... 28

    Gambar 5. Perbandingan Leukosit pada kelompok sepsis

    dan kontrol .............................................................................. ..29

    Gambar 6. Perbandingan LED pada kelompok sepsis

    dan kontrol.. 30

    Gambar 7. Perbandingan Hemoglobin pada kelompok sepsis

    dan kontrol ................................................................................. 31

    Gambar 8. Korelasi antara kadar PCT dan leukosit ... 33

    Gambar 9. Korelasi antara kadar PCT dan LED . 34

    TABEL

    Tabel 1. Kadar PCT dengan tingkatan sepsis....27

    Tabel 2. Perbedaan rata-rata leukosit dan LED pada sepsis,

    sepsis berat dan septic shock..........................................................29

    Tabel 3. Korelasi kadar PCT pada penderita sepsis dengan

    Leukosit dan LED....32

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • LAMPIRAN

    Lampiran 1. Status pasien48

    Lampiran 2. Data primer Pasien sepsis.50

    Lampiran 3. Data primer kontrol normal51

    Lampiran 4. Surat Persetujuan Komite Etik tentang Pelaksanaan

    Penelitian Bidang Kesehatan52

    Lampiran 5. Izin Penelitian dari Rumah sakit Umum Pusat

    H. Adam Malik Medan53

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR SINGKATAN

    AA : Asam Amino

    ACCP : American College of Chest Physician

    APC : Antigen Precenting Cell

    BM : Berat Molekul

    C1 : Complemen 1

    C4 : Complemen 4

    CD : Cluster Differentiation

    CGRP : Calcitonin Gene-Related Peptide

    CRP : C-Reaktive Protein

    EDTA : Ethylenediaminetetraacetate

    ICU : Intensive Care Unit

    IL : Interleukin

    LBP : Lipopolysacharide Binding Protein

    LED : Laju Endap Darah

    LPS : Lipopolisakarida

    LTA : Lipotheichoid Acid

    MHC : Mayor Histocompatibilitas Compleks

    mRNA : messenger Ribonucleid Acid

    MRSA : Methicillin-Resistant Stephylococcus Aureus

    NFKB : Nuclear Factor Kappa B

    PCT : Procalcitonin

    PKC : Protein Kinase C

    PG : Peptidoglikan

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • RNA : Ribonucleid Acid

    SCCM : Society for Critical Care Medicine

    SIRS : Systemic Inflammatory Response Syndrome

    SPSS : Statistical Product and Service Solution

    TCR : T Cell Receptor

    TNF : Tumor Necrosis Factor

    TD : Tekanan Darah

    TK : Tyrosin Kinase

    TLR2 : Toll Like Receptor 2

    TSS : Toxic Shock Syndrome

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • RINGKASAN Beberapa penelitian melaporkan bahwa kadar procalcitonin (PCT)

    meningkat pada pasien sepsis. Kadar PCT yang tinggi dalam darah

    memprediksikan prognosa dan keparahan penyakit.

    Penelitian ini dilaksanakan mulai awal Januari 2007 sampai dengan

    akhir Mei 2007 dengan jumlah sampel pasien sepsis sebanyak 13 orang dan

    sebagai kontrol sebanyak 9 orang normal. Penderita sepsis adalah pasien

    sepsis yang dirawat di ruang rawat intensif RSUP. H. Adam Malik Medan

    yang memenuhi kriteria sepsis menurut the American College of Chest

    Physicians (ACCP) and the Society for Critical Care Medicine (SCCM)

    Consensus Conference on Standardized Definitions of Sepsis.

    Sebanyak 6 cc darah pasien diambil melalui vena mediana cubiti,

    kemudian darah dibagi dalam 2 tabung, dimana pada 1 tabung yang berisi

    antikoagulan EDTA dimasukkan 3 cc darah dan segera dilakukan

    pemeriksaan darah lengkap dengan alat Cell Dyne 3700, dan pada tabung

    kedua dimasukkan 3 cc darah tanpa antikoagulan, dipisahkan serumnya,

    selanjutnya dilakukan pemeriksaan procalcitonin dengan PCT-Q, merupakan

    suatu tes immunokromatografi secara semi-kuantitatif, dimana hasil assay

    dibaca melalui pengamatan langsung yang membandingkan intensitas warna

    dengan referensi warna yang dibuat oleh perusahaan yang menunjukkan

    kadar PCT setara dengan 0,5 ng/ml, >2 ng/ml dan >10 ng/ml.

    Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan

    perangkat computer SPSS (Statistical Product and Service Solution) 11,0.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Berdasarkan pengolahan dan analisa data diatas diperoleh hasil bahwa pada

    penderita sepsis didapatkan kadar PCT >0,5 ng/ml, sedangkan pada kontrol

    normal kadar PCT 10 ng/ml

    sebanyak 6 orang, PCT >2 ng/ml sebanyak 5 orang dan PCT >0,5 ng/ml

    sebanyak 2 orang. Peningkatan kadar PCT menunjukkan aktivitas penyakit

    yang berkelanjutan, sedangkan penurunan kadar PCT menunjukkan

    menurunnya reaksi inflamasi dan terjadi penyembuhan infeksi.

    Kadar leukosit pada pasien sepsis meningkat secara bermakna

    dibandingkan kontrol normal [(18,89 7,403) x 103/ mm3 vs (8,33 1,30) x

    103/ mm3, p < 0,05]. Demikian pula laju endap darah (LED) pada pasien

    sepsis meningkat secara bermakna dibandingkan kontrol normal [(70,77

    31,09) mm/jam vs (13,89 10,45) mm/jam, p < 0,05]. Juga dijumpai bahwa

    leukosit pada pasien sepsis berkorelasi dengan kadar PCT dengan nilai p <

    0,05, sedangkan LED pada penderita sepsis tidak berkorelasi dengan kadar

    PCT dengan nilai p > 0,05.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar belakang

    Telah lama diketahui beberapa tes laboratorium yang dapat digunakan

    untuk mengetahui adanya proses-proses inflamasi seperti jumlah lekosit, laju

    endap darah, C-reaktif protein (CRP), Tumor necrosis factor dan Interleukin

    1 dan 6. Akan tetapi tes-tes tersebut tidaklah terlalu spesifik, karena itu sulit

    sekali membedakan diagnosa antara systemic inflammatory respons

    syndrome (SIRS) dan sepsis pada pasien-pasien di ruang rawat intensif

    dalam waktu yang cepat, karena harus menunggu hasil kultur darah selama

    beberapa hari, sementara pasien harus mendapat pengobatan yang tepat

    dalam waktu segera dan hasil kultur darah positif bisa juga karena faktor

    kontaminasi dan hasil kultur darah negatif belum tentu menyingkirkan

    sepsis.1,2,3,4

    Oleh karena pengukuran secara klinis dan laboratorium yang kurang

    sensitif dan spesifik, diperlukan tes yang dapat membedakan antara inflamasi

    karena infeksi dan inflamasi karena non infeksi. Akhir-akhir ini telah

    dikembangkan tes baru untuk mendeteksi inflamasi karena infeksi yaitu

    procalcitonin (PCT). Tes ini banyak dipakai untuk membedakan antara SIRS

    dan sepsis.

    Procalcitonin merupakan pemeriksaan yang dapat menegakkan

    diagnosa infeksi bakteri akut. Selain itu pemeriksaan ini dapat pula digunakan

    untuk memantau hasil pengobatan.2,3,5,6,7

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Procalcitonin dikenal sebagai protein yang dirangsang oleh inflamasi

    sejak tahun 1993. Sejak saat itu banyak penelitian yang menunjukkan

    peningkatan protein ini pada plasma yang berhubungan dengan infeksi berat,

    sepsis dan septic shock. PCT juga dapat membantu dalam differential

    diagnosa penyakit infeksi atau bukan, menilai keparahan sepsis dan juga

    respon dari pengobatan.2,7,8

    Pemeriksaan PCT sangat bermanfaat dan lebih baik dari marker

    inflamasi lainnya, seperti Tumor necrosis factor , Interleukin 6, Interleukin 1

    dan CRP dalam hal memprediksi prognosis pada pasien penyakit kritis.9,10

    Pengukuran PCT secara berkala dapat digunakan untuk memonitor

    perjalanan penyakit dan sebagai tindak lanjut (monitoring) dari terapi pada

    semua infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Peningkatan nilai PCT atau nilai

    yang tetap konsisten tinggi menunjukkan aktivitas penyakit yang

    berkelanjutan. Penurunan nilai PCT menunjukkan menurunnya reaksi

    inflamasi dan terjadi penyembuhan infeksi. 9,10

    Canan Balci dkk, pada tahun 2002 melakukan penelitian tentang

    penggunaan PCT untuk diagnosis sepsis yang dilakukan pada ruang rawat

    intensif. Mereka mendapatkan bahwa procalcitonin merupakan parameter

    diagnostik yang paling akurat untuk membedakan antara SIRS dan sepsis,

    dan PCT dapat membantu dalam monitoring pasien yang sakit berat.5

    Infeksi berat dan sepsis merupakan penyebab yang tersering

    kesakitan dan kematian di ruang rawat intensif. Infeksi dan sepsis biasanya

    bersamaan dengan tanda klinis dan tanda laboratorium seperti perubahan

    temperatur tubuh, leukositosis dan takikardi. Respon yang sama terhadap

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • inflamasi juga terdapat pada pasien pankreatitis, trauma yang luas dan luka

    bakar tanpa komplikasi infeksi. 3,7,11,12,13

    1.2. Perumusan masalah

    Apakah ada peningkatan kadar PCT pada penderita sepsis ?

    1.3. Hipotesa

    Adanya peningkatan kadar PCT pada penderita sepsis.

    1.4. Tujuan penelitian

    1. Untuk mengetahui kadar PCT pada penderita sepsis.

    2. Untuk mendeteksi lebih awal infeksi sistemik yang disebabkan

    oleh infeksi bakteri.

    1.5. Manfaat penelitian

    Dengan dilakukan pemeriksaan kadar PCT dan didapatkan kadar PCT

    yang meningkat dapat menandakan adanya sepsis, sehingga

    diagnosis dan penatalaksanaan penyakit menjadi lebih cepat dan

    tepat.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • BAB 2

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Procalcitonin

    2.1.1. Biosintesis dan patofisiologi Procalcitonin

    Procalcitonin pertama kali diidentifikasi dari sel medullary tiroid

    carcinoma. PCT adalah protein yang terdiri dari 116 asam amino (AA)

    dengan BM 13 kDa, yang dikode dengan gen Calc-I yang terletak pada

    kromosom 11 dan diproduksi pada sel C kelenjar tiroid sebagai prohormon

    dari calcitonin.3,5,7,14,15,16,17,18

    Gen Calc-I menghasilkan dua transkripsi yang berbeda oleh tissue-

    spesific alternative splicing. Yang pertama, didapat dari exon 1-4 dari 6 exon

    yang merupakan kode untuk prePCT, adalah sebuah rantai peptide yang

    terdiri dari 141 asam amino dimana memiliki sebuah rantai peptide yang

    terdiri dari 25 asam amino signal hidrophobik. Pada sel C kelenjar tiroid,

    proses proteolitik menghasilkan sebuah fragmen N-terminal (57 AA),

    calcitonin (32 AA) dan katacalcin (21 AA). Kehadiran sinyal peptide membuat

    PCT disekresikan secara intak setelah glikosilasi oleh sel lain. Transkrip yang

    kedua di potong secara terpilih yang mengandung exon 1,2,3,5,6 dan

    merupakan kode untuk Calcitonin Gene-Related Peptide (CGRP), dimana

    CGRP diekspresikan secara luas pada saraf diotak, pembuluh darah dan

    saluran cerna. CGRP ini mempunyai peranan dalam immunomodulasi,

    neurotransmitter dan mengontrol vaskuler. 7,14,15,17,19,20

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Gbr.1. Skema asam amino dari procalcitonin dikutip dari 1

    Peningkatan nilai PCT pada tiroidektomi yang sepsis, menjelaskan

    bahwa tiroid C cell bukanlah satu-satunya tempat asal PCT. PCT,

    mensekresikan semua produk-produk biosintetik pathway dan telah dideteksi

    dalam homogenates small cell carcinoma pada paru manusia. PCT mRNA

    diekspresikan pada sel mononuklear darah perifer manusia dan bermacam-

    macam sitokin proinflamatory dan lipopolisakarida mempunyai efek stimulasi.

    Sekitar 1/3 dari limfosit dan monosit manusia yang tidak di stimulasi

    mengandung protein PCT yang dapat didemonstrasikan secara imunologi,

    keadaan ini di picu oleh lipopolisakarida bakteri, tetapi monosit dari pasien

    dengan septik shock memperlihatkan nilai basal yang meningkat dan

    peningkatan kadar PCT yang di stimulasi oleh lipopolisakarida. 3,7,14,15,19

    Pada infeksi bakteri yang berat atau sepsis, proteolisis spesifik gagal

    sehingga terjadi konsentrasi yang tinggi dari protein prekursor, begitu juga

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • fragmen PCT yang berakumulasi dalam plasma. Asal mula sintesis PCT yang

    dirangsang oleh inflamasi belum diketahui dengan jelas saat ini. Sel-sel

    neuroendokrin di paru atau usus saat ini dianggap sumber utama PCT,

    karena pasien-pasien dengan tiroidektomi total tetap mampu menghasilkan

    PCT pada keadaan sepsis.15,19

    Produksi plasma PCT dapat diinduksi dari manusia sehat dengan

    injeksi lipopolisakarida (LPS) dalam jumlah yang rendah. Peninggian

    konsentrasi PCT, pertama kali terdeteksi 2 jam sesudah injeksi endotoksin

    dan dalam waktu 6 hingga 8 jam kadar PCT akan meningkat dan mencapai

    plateu dalam waktu 12 jam. Setelah 2-3 hari, kadar PCT akan kembali

    normal. Induksi yang spesifik dan cepat oleh stimulus yang adekuat akan

    menimbulkan produksi yang tinggi dari PCT pada pasien dengan infeksi

    bakteri berat atau sepsis. Keadaan ini memperlihatkan patofisiologi PCT

    pada respon imun akut. 4,21,22,23,24

    Pada orang sehat PCT diubah dan tidak ada sisa yang bebas ke aliran

    darah, karna itu kadar PCT tidak terdeteksi (< 0,1 ng/ml). Tetapi selama

    infeksi berat yang bermanifestasi sistemik, kadar PCT dapat meningkat

    hingga melebihi 100 ng/ml. Berbeda dengan waktu paruh calcitonin yang

    hanya 10 menit, PCT memiliki waktu paruh yang panjang yaitu 25-30 jam.3,7

    2.1.2. Hal-hal yang mempengaruhi kadar Procalcitonin.

    Kadar PCT sangat stabil baik secara in vivo atau ex vivo walaupun

    pada suhu ruangan. Juga terhadap pembekuan dan pencairan tidak

    mempengaruhi konsentrasi PCT secara signifikan. Konsentrasi PCT pada

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • sampel arteri dan vena juga tidak berbeda. Tidak ada perbedaan konsentrasi

    PCT dalam sampel serum dan plasma dengan anti koagulan yang berbeda,

    perbedaan yang signifikan hanya pada plasma lithium-heparin.

    Bagaimanapun, perbedaan ini sangat kecil dengan rata-rata perbedaan <

    8%. Selain itu, kehilangan konsentrasi PCT sehubungan dengan

    penyimpanan pada suhu 250 C juga rendah. Walau setelah 24 jam

    penyimpanan pada temperatur ruangan, hanya 12,4% (mean) dari

    konsentrasi sebenarnya yang hilang dan sebanyak 6,3% (mean) yang hilang

    pada suhu 40C. Penyimpanan pada suhu ruangan lebih disarankan.

    Persentase kerusakan konsentrasi PCT pada suhu 250 C dan 40 C adalah

    sama untuk kadar yang tinggi (PCT > 8 ng/ml) dan kadar yang rendah (PCT <

    8 ng/ml).25

    Konsentrasi PCT berhubungan dengan ringan atau beratnya infeksi,

    tetapi tidak dipengaruhi oleh tipe kuman. Namun demikian, kadar PCT

    tertinggi dijumpai pada pasien infeksi jamur, khususnya infeksi aspergillus.

    Pada infeksi jamur lokal seperti kandidiasis mukosa mulut, kadar PCT berada

    dalam batas normal. Rata-rata kadar PCT tidak dapat dibedakan secara

    signifikan pada pasien yang diinfeksi oleh bakteri atau jamur yang berbeda.

    Kadar PCT menurun pada pasien yang berhasil (membaik) diterapi dengan

    antibiotik atau anti jamur yang efektif.26,27

    Anna Fernandez L dkk, tahun 2003, melakukan penelitian tentang PCT

    pada pediatrik di Emergency Departments untuk diagnosis awal pada infant

    yang febril dengan infeksi bakteri. Mereka mendapatkan bahwa PCT

    merupakan marker yang paling baik untuk deteksi infeksi pada emergency

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • department dan juga digunakan untuk deteksi awal pada infeksi jika demam

    kurang dari 12 jam.28

    2.2. SEPSIS

    Sepsis merupakan suatu respon inflamasi sistemik terhadap infeksi,

    dimana patogen atau toksin dilepaskan ke dalam sirkulasi darah sehingga

    terjadi aktivasi proses inflamasi. Sepsis ditandai dengan perubahan

    temperatur tubuh, perubahan jumlah lekosit, tachycardia dan tachypnea.

    Sedangkan sepsis berat adalah sepsis yang ditandai dengan hipotensi atau

    disfungsi organ atau hipoperfusi organ.29

    Pada tahun 1992, menurut The American College of Chest Physician

    (ACCP) and The Society for Critical Care Medicine (SCCM) Consensus

    Conference on Standardized Definitions of Sepsis, telah mempublikasikan

    suatu konsensus dengan definisi baru dan kriteria diagnosis untuk sepsis dan

    keadaan-keadaan yang berkaitan dan menetapkan kriteria Systemic

    Inflammatory Response Syndrome (SIRS), sepsis berat dan septic shock

    dibawah ini:

    - Bakteremia : adanya bakteri dalam darah, yang dibuktikan dengan

    kultur darah positif.

    - SIRS : respon tubuh terhadap inflamasi sistemik, ditandai dua

    atau lebih keadaan berikut:

    1. Suhu > 380 C atau < 360 C

    2. Takikardia (HR > 90 kali/menit)

    3. Takipnue (RR > 20 kali/menit) atau PaCO2 < 32 mmHg

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 4. Lekosit darah > 12.000/L, < 4.000/L atau neutrofil

    batang > 10%

    - Sepsis : SIRS yang dibuktikan atau diduga penyebabnya kuman.

    - Sepsis berat : sepsis yang disertai dengan disfungsi organ, hipoperfusi

    Atau hipotensi termasuk asidosis laktat, oliguria dan

    penurunan kesadaran.

    - Septic shock : sepsis dengan hipotensi meskipun telah diberikan

    resusitasi cairan secara adekuat, bersama dengan

    disfungsi organ.

    - Hipotensi : tekanan darah sistolik < 90 mmHg atau berkurang 40

    mmHg dari tekanan darah normal pasien.

    - Multiple Organ Dysfunction Syndrome:

    Disfungsi dari satu organ atau lebih, memerlukan

    Intervensi untuk mempertahankan homeostasis. 29,30

    Internasional Sepsis Definitions Conference pada tahun 2001

    menambahkan beberapa kriteria diagnosis baru untuk sepsis. Rekomendasi

    yang utama adalah implementasi sistem PIRO yaitu penetapan predisposisi,

    insult infection (keadaan infeksi), respon fisiologis dan organ disfunction.31,32

    2.2.1. Epidemiologi

    Sepsis dalam 20 tahun terakhir meningkat di Amerika Serikat, di

    perkirakan jumlah kasus sepsis 400.000 500.000 setiap tahunnya.29 Data

    di Amerika Serikat menunjukkan pada tahun 1979 tercatat 164.000 kasus

    sepsis (82,7/100.000 populasi), sedangkan pada tahun 2000 tercatat 660.000

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • kasus (240,4/100.000 populasi) sehingga terjadi peningkatan insiden per

    tahun 8,7%.33 Sepsis merupakan penyebab terbanyak kematian di ruang

    rawat intensif pada seluruh dunia dengan angka mortality 20% untuk sepsis,

    40% sepsis berat dan > 60% septic shock. Di Amerika Serikat, sepsis

    merupakan penyebab kematian utama pada pasien jantung yang dirawat di

    Intensive care unit (ICU).34

    2.2.2. Etiologi

    Infeksi pada sepsis dapat disebabkan oleh bakteri gram negatif atau

    gram positif. Selama periode 1979 2000 di Amerika Serikat angka sepsis

    terus meningkat sampai 13,7% per tahun. Dari 51% hasil biakan kuman yang

    tumbuh, 52,1% diantaranya adalah gram positif, 37,5% gram negatif, 4,7%

    polimikrobial, 4,6% jamur dan 1% bakteri anaerob. Infeksi bakteri gram positif

    terus meningkat disebabkan oleh peningkatan infeksi nosokomial dari

    berbagai sumber seperti kateterisasi atau terapi imunosupresif. Hal ini

    ditunjukkan dari meningkatnya kasus MRSA (Methicillin-Resistant

    Staphylococcus Aureus) dari 29% menjadi 45%. Infeksi terutama terjadi pada

    saluran nafas (40-44%), diikuti oleh infeksi saluran genitourinarius (9-18%)

    dan infeksi intra abdominal (9-14%).35

    2.2.3. Patogenesis dan patofisiologi

    Perbedaan stadium pada sepsis merupakan suatu kesinambungan,

    dimana kondisi pasien sering berubah dari stadium ke stadium selanjutnya

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • dalam beberapa hari atau bahkan hanya beberapa jam setelah masuk rumah

    sakit.36

    Sepsis umumnya dimulai dengan infeksi lokal, dimana bakteri masuk

    kedalam aliran darah secara langsung menyebabkan bakteremia atau bisa

    juga berproliferasi secara lokal dan melepaskan toksin kedalam aliran darah.

    Toksin ini bisa muncul dari komponen struktur bakteri (contohnya,

    endotoksin, teichoic acid antigen) atau bisa juga sebagai eksotoksin dimana

    protein-protein disintesa dan dilepaskan oleh bakteri. Endotoksin yang

    dimaksud adalah lipopolisakarida (LPS) yang terdapat pada bakteri gram

    negatif. Baik bakteri gram positif maupun gram negatif dapat menimbulkan

    sepsis.8,36

    Pada bakteri gram negatif, dinding sel terdiri dari 3 lapisan yaitu

    membran luar, periplasma dan membran dalam. Lipopolisakarida terdapat

    pada membran luar dinding sel, yang terdiri dari 3 bagian: antigen O, core

    dan lipid A. Antigen O adalah polimer yang tersusun dari 4-5 monosakarida,

    salah satu ujung dari rantainya terpapar pada permukaaan bakteri, ujung

    lainnya berikatan dengan core. Core berikatan dengan

    lipid A. Lipid A merupakan fosfolipid dengan basis glukosamin. Lipid A

    berikatan dengan membran luar dinding sel pada gugus asil yang bersifat

    hidrofobik. Lipid A merupakan bagian LPS yang bersifat toksik, dimana gugus

    fosfat pada posisi C1 dan C4 menentukan toksisitasnya. Struktur core pada

    LPS berbeda pada setiap spesies bakteri. Core LPS pada E.coli berbeda

    dengan Pseudomonas aeruginosa ataupun dengan Klebsiella pneumoniae. 37

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Injeksi LPS pada hewan percobaan dan manusia menimbulkan tanda

    dan gejala demam, hipotensi dan pelepasan mediator inflamasi. Monosit atau

    makrofag, netrofil dan sel endotel berperan dalam respon terhadap infeksi

    dan mempunyai reseptor terhadap endotoksin. Suatu protein di dalam plasma

    dikenal dengan lipopolysacharide binding protein (LBP), dengan berat

    molekul 55 kDa dan disintesis oleh hepatosit berperan penting dalam

    metabolisme LPS. LBP terdapat dalam 2 bentuk, bentuk terlarut dan dalam

    ikatan dengan reseptor LPS yaitu CD14.36,37

    Bila LPS masuk ke dalam sirkulasi, sebagian akan diikat oleh faktor

    inhibitor dalam serum seperti lipoprotein, kilomikron sehingga LPS akan

    dimetabolisme. Sebagian LPS akan berikatan dengan LBP sehingga

    mempercepat ikatan dengan CD14 di permukaan sel maupun CD14 terlarut.

    Selanjutnya kompleks CD14-LPS menyebabkan transduksi sinyal intraseluler

    melalui nuklear factor kappa B (NFkB), tyrosin kinase (TK), protein kinase C

    (PKC), suatu faktor transkripsi yang menyebabkan diproduksinya RNA sitokin

    oleh sel. Kompleks LPS-CD14 terlarut juga akan menyebabkan aktivasi

    intrasel melalui toll like resceptor-2

    (TLR2).36,37

    Pada bakteri gram positif, komponen dinding sel bakteri yang

    merupakan induktor sitokin adalah lipotheichoic acid (LTA) dan peptidoglikan

    (PG). LTA merupakan polimer gliserol dan fosfat, berikatan dengan membran

    sel monosit pada gugus asil di reseptor LTA (reseptor scavenger tipe 1).

    Mekanisme transduksi sinyal intrasel LTA masih belum jelas. Peptidoglikan

    terdiri dari polimer 1-4, glukosamin-N- asam asetilmuramat, dengan ikatan

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • silang peptida. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa PG dapat

    menginduksi produksi sitokin pada monosit dengan ikatan pada CD14.

    Mekanisme transduksi sinyal intrasel PG juga belum diketahui.36,37

    Pada infeksi Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes

    dapat terjadi sindrom renjatan toksik (toxic shock syndrome/TSS).

    Mekanisme yang berperan adalah diproduksinya eksotoksin yang bersifat

    superantigen. Pada keadaan normal antigen akan diproses oleh antigen

    presenting cells (APC) dan membentuk kompleks histokompatibilitas mayor

    (MHC) tipe II dan dipresentasikan pada reseptor sel T (T cell resceptor /TCR).

    Superantigen akan secara langsung membentuk kompleks dengan MHC dan

    TCR sehingga terjadi proliferasi sel T dan produksi sitokin yang berlebih.36,37

    2.2.4. Peran mediator inflamasi pada sepsis

    Mediator inflamasi merupakan mekanisme pertahanan host terhadap

    infeksi dan invasi mikroorganisme. Immunitas host bereaksi dengan

    melepaskan protein endogen, aktivasi sel sehingga mikroorganisme dapat

    dibunuh, sel-sel yang rusak dibersihkan dan terjadi perbaikan jaringan.37

    Pada sepsis terjadi pelepasan dan aktivasi mediator inflamasi yang

    berlebih. Mediator inflamasi ini mencakup sitokin yang bekerja lokal maupun

    sistemik, mengaktivasi netrofil, monosit, makrofag, sel endotel, trombosit dan

    sel lainnya; aktivasi kaskade protein plasma seperti komplemen, sistem

    koagulasi dan fibrinolisis; pelepasan proteinase dan mediator lipid, oksigen

    dan nitrogen radikal. Selain mediator yang bersifat proinflamasi, dilepaskan

    pula mediator yang bersifat anti inflamasi seperti sitokin anti inflamasi,

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • reseptor sitokin terlarut, protein fase akut, inhibitor proteinase dan berbagai

    hormon.37

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • BAB 3

    METODE PENELITIAN

    3.1. Desain penelitian

    Penelitian ini dilakukan secara cross sectional study.

    3.2. Waktu dan tempat penelitian

    Penelitian dilakukan di Departemen Patologi Klinik FK USU/RSUP. H.

    Adam Malik Medan, mulai Januari 2007 sampai dengan Mei 2007, bekerja

    sama dengan Departemen Anestesiologi dan Reanimasi FK USU/RSUP H.

    Adam Malik Medan.

    3.3. Populasi penelitian

    Pasien-pasien rawat inap di ruang rawat intensif RSUP H. Adam

    Malik Medan yang memenuhi kriteria sepsis dari The American College

    of Chest Physicians (ACCP) and the Society for Critical Care Medicine

    (SCCM) Consensus Conference on Standardized Definitions of Sepsis,

    dimana didiagnosa sepsis apabila dijumpai dua atau lebih dari keadaan

    berikut, yang dibuktikan atau diduga penyebabnya kuman yaitu:

    1. Demam (> 380C) atau hipotermi (< 360C)

    2. Takipnue (RR > 24x/menit)

    3. Takikardia (HR > 90x/menit)

    4. Leukositosis (> 12.000/L), leukopenia (< 4000/L), atau > 10%

    neutrofil batang.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Didiagnosa septic shock jika dijumpai penderita sepsis dengan hipotensi

    (TD sistolik < 90 mmHg atau berkurang 40 mmHg dari TD normal pasien)

    meskipun telah diberikan resusitasi cairan secara adekuat, bersama

    dengan disfungsi organ.

    3.4. Subyek Penelitian

    Subyek penelitian adalah pasien rawat inap di ruang rawat intensif

    RSUP H. Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria sepsis. Sebagai

    kelompok kontrol diambil orang sehat. Disesuaikan (matching) antara jenis

    kelamin dan umur.

    3.5. Sampel penelitian

    3.5.1. Persyaratan umum sampel

    3.5.1.1. Kriteria inklusi:

    1. Pasien yang dimasukkan dalam penelitian adalah penderita

    sepsis atau septic shock yang telah didiagnosa oleh Dept.

    Anestesiologi dan Reanimasi yang dirawat di ruang rawat intensif

    RSUP H. Adam Malik Medan, sesuai dengan kriteria The

    American College of Chest Physicians (ACCP) and the Society

    for Critical Care Medicine (SCCM) Consensus Conference on

    Standardized Definitions of Sepsis.

    3.5.1.2. Kriteria eksklusi:

    1. Sepsis dengan Hb < 5 g/dl

    2. Sepsis dengan pancreatitis

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 3. Sepsis dengan Carcinoma Thyroid

    4. Infeksi jamur

    Semua kriteria eksklusi akan mempengaruhi kadar PCT, dimana akan

    meningkatkan kadar PCT.

    3.5.2. Besar sampel populasi

    Besar sampel ditentukan secara non probability sampling yaitu dengan

    Quota sampling sebanyak 25 sampel dengan pertimbangan jumlah dalam

    satu kit PCT hanya 25 buah dimana 13 pasien sepsis untuk kasus dan 9

    orang untuk kontrol. Pengambilan sampel populasi dilakukan dengan cara

    consecutive sampling.

    3.6. Prosedur pemeriksaan

    3.6.1. Pengambilan sampel darah

    Sampel darah diambil dari vena mediana cubiti dengan terlebih dahulu

    dilakukan tindakan aseptik dengan alkohol 70% dan dibiarkan kering.

    Pengambilan darah sebanyak 6 cc dilakukan dengan menggunakan

    dispossible syringe 10 cc yang dibagi atas 2 bagian:

    1. 3 cc darah dengan antikoagulan EDTA untuk pemeriksaan darah

    lengkap

    2. 3 cc darah tanpa antikoagulan dan diambil serumnya untuk

    pemeriksaan PCT

    Pengambilan sampel darah dilakukan tanpa memperdulikan hari

    keberapa pasien dirawat, dimana apabila ditemukan pasien sepsis maka

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • diambil sampel darahnya dalam waktu 24 jam. Dan pada saat pengambilan

    sampel darah, pasien dalam posisi berbaring.

    3.6.2. Pemeriksaan Laboratorium

    Pada mulanya pengukuran PCT hanya dimungkinkan di laboratorium

    khusus, dimana hasil tes diperoleh jauh lebih lama. Belakangan ini, sebuah

    point of care test, sebuah solid phase immunoassay BRAHMS Diagnostica

    Gmbh, Henningsdorf, Germany, PCT-Q, merupakan tes immunokromatografi

    secara semi-kuantitatif one step solid phase untuk mendeteksi PCT. PCT-Q

    ini dapat diukur secara cepat dimanapun, tanpa bantuan teknis atau alat yang

    rumit. Hasil dari serum atau plasma dapat secara langsung dibaca dengan

    perbandingan skala warna setelah inkubasi selama 30 menit dan tidak

    memerlukan kalibrasi.

    Poliklonal antibodi anti-calcitonin yang berasal dari domba diikat pada

    solid phase dan sebuah monoclonal gold-conjugated anti-catacalcin antibodi

    yang berasal dari tikus digunakan sebagai tracer dalam phase soluble. Serum

    atau plasma dari sampel akan melarutkan antibodi tracer ketika dicampur

    pada area tes . Baik plasma atau serum dapat digunakan dengan assay ini.

    Antigen-antibodi kompleks menjadi terlihat ketika terikat pada anti-calcitonin

    antibodi yang tidak bergerak pada area tes, akan terlihat garis warna merah

    pada konsentrasi diatas 0,5 ng/ml. Densitas warna sejalan dengan

    konsentrasi PCT dalam sampel dan dapat dibandingkan dengan skala

    berikut:

    - kategori I : < 0,5 ng/ml

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • - kategori II : 0,5 ng/ml - < 2 ng/ml

    - kategori III : 2 ng/ml - < 10 ng/ml

    - kategori IV : 10 ng/ml

    Penutup assay yang kedap udara dibuka hanya sesaat sebelum di gunakan,

    karena variasi kelembaban udara pada setiap ruangan bisa mempengaruhi

    hasil tes.2,38

    Antibodi Anti calcitonin Antigen Kompleks antigen antibodi

    Gbr 2. Reaksi immunologi PCT

    Darah dengan antikoagulan EDTA segera dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan morfologi darah tepi. Pemeriksaan darah

    lengkap dilakukan dengan alat Cell Dyne 3700 dan morfologi

    darah tepi diidentifikasi dari blood film dengan pewarnaan Giemsa.

    Pemeriksaan Laju Endap Darah dilakukan dengan cara

    Westergren.

    Darah tanpa antikoagulan dibiarkan membeku pada suhu ruangan, selanjutnya disentrifuge dengan kecepatan 1500 g selama 15 menit

    dan dipisahkan serumnya. Kemudian dilakukan pemeriksaan PCT.

    Cara kerja: enam tetes serum diteteskan ke rongga bulat dari assay

    menggunakan pipet yang tersedia. Nilai ini sama dengan 200 l sampel.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Waktu penetesan dimulai harus dicatat. Setelah inkubasi 30 menit hasil tes

    dibaca, garis kontrol berwarna merah tua menandakan sistem tes berjalan

    dengan baik, dan bila tidak berwarna menandakan tidak valid. Secara umum

    hasil tes tidak boleh dibaca lebih dari 45 menit setelah penetesan sampel.

    Kadar PCT yang tinggi (10 ng/ml) menunjukkan intensitas warna maksimal

    setelah 30 menit penetesan sampel. Pada konsentrasi PCT yang lebih

    rendah ( 2 ng/ml), intensitas maksimum muncul lebih awal, kira-kira setelah

    inkubasi 25 menit. Ketika assay diinkubasi lebih lama, warna berubah dari

    merah menjadi ungu setelah lebih dari 45 menit. Oleh karena itu, assay tidak

    boleh dibaca 30 menit lebih awal dan 45 menit lebih lambat setelah

    penetesan sampel.

    Hasil assay dibaca melalui pengamatan langsung yang

    membandingkan intensitas warna dengan referensi warna yang dibuat oleh

    perusahaan yang menunjukkan konsentrasi PCT setara dengan

    0,5 ng/ml, 2 ng/ml, dan 10 ng/ml. Hasil tes kurang dari 0,5 ng/ml

    menunjukkan hasil tes yang negatif. Konsentrasi ini mendefinisikan 4 kategori

    tes yang berbeda:

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Pasien PCT (ng/ml)

    Normal < 0,5

    Chronic, inflammatory processes and autoimmune

    diseases < 0,5

    Viral infections < 0,5

    Minor to moderate bacterial, local infections < 0,5

    SIRS, polytrauma, burns 0,5 2

    Severe, bacterial infection, sepsis, > 2

    Multi-organ failure (frequently 10-100)

    3.6.3. Quality Kontrol

    Pada waktu pembacaan hasil, validitas pemeriksaan dibantu dengan

    garis kontrol (control band) yang terlihat jelas.

    A. Bila tidak ada garis (band) atau hanya test band yang

    terlihat, maka pemeriksaan itu tidak valid dan tidak bisa

    dinilai.

    B. Bila hanya terlihat garis kontrol, maka pemeriksaan ini

    bermakna negatif. Konsentrasi PCT < 0,5 ng/ml

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • C. Bila garis kontrol dan garis test terlihat, maka pemeriksaan

    ini bermakna positif.

    Rentang konsentrasi PCT ditentukan dengan membandingkan

    intensitas warna dan garis test dengan garis warna di kartu referensi.

    3.7. Analisa data

    Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan menggunakan

    perangkat komputer.

    1. Untuk melihat gambaran kadar PCT pada kelompok pasien dan kontrol

    normal disajikan dalam bentuk tabulasi dan dideskripsikan.

    2. Untuk melihat perbedaan jumlah leukosit dan LED pada pasien dan

    kontrol normal digunakan analisa statistik T-independent.

    3. Untuk melihat gambaran proporsi kadar PCT berdasarkan tingkatan

    sepsis digunakan analisa statistik Chi-Square

    4. Untuk melihat perbedaan rata-rata jumlah leukosit dan LED

    berdasarkan tingkatan sepsis digunakan analisa statistik Anova.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 5. Untuk melihat korelasi antara variabel leukosit dan laju endap darah

    dengan kadar PCT pada pasien sepsis digunakan analisa statistik

    Spearmans rho correlation test.

    Dikatakan signifikan bila p< 0,05.

    3.8. Kerangka kerja operasional

    Pasien Sepsis Kriteria inklusi berdasarkan kriteria ACCP Dan SCCM

    Kriteria eksklusi : Sepsis dengan: - Hb < 5 g/dl

    - pancreatitis - Ca thyroid Pemeriksaan: - infeksi jamur - PCT - Darah lengkap

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • BAB IV

    HASIL PENELITIAN Selama periode Januari 2007 sampai dengan Mei 2007 telah

    dilakukan penelitian secara cross sectional dengan memeriksa kadar PCT

    pada 13 orang penderita sepsis yang dirawat di ruang rawat intensif RSUP

    H.Adam Malik Medan yang bekerjasama dengan Departemen Anestesiologi

    dan Reanimasi FK-USU / RSUP H.Adam Malik Medan dan sebagai kontrol 9

    orang normal.

    Pada awalnya populasi penelitian sebanyak 25 orang dengan

    perincian 16 orang penderita sepsis dan 9 orang kontrol normal. Dari 16

    orang penderita sepsis ini, 3 orang dikeluarkan dari penelitian karena tidak

    memenuhi persyaratan berdasarkan kriteria eksklusi (Hb < 5 gr/dl). Semua

    populasi sepsis memenuhi kriteria sepsis dari ACCP dan SCCM, yaitu di

    diagnosa sebagai sepsis apabila dijumpai dua atau lebih dari keadaan

    berikut: (1) demam (> 380 C) atau hipotermi (< 360 C), (2) takipnue (RR> 24 x

    / menit), (3) takikardia (HR > 90 x / menit), (4) leukositosis (>12.000/L),

    leukopenia (10 % neutrofil batang, yang dibuktikan atau

    diduga penyebabnya kuman. Dan didiagnosa sebagai septic shock apabila

    dijumpai penderita sepsis dengan hipotensi (TD sistolik

    < 90 mmHg atau berkurang 40 mmHg dari TD normal pasien) yang tidak

    respon dengan resusitasi cairan, bersama dengan disfungsi organ.29,30

    Dari 13 orang penderita sepsis didapati:

    8 orang memenuhi 4 kriteria sepsis tersebut diatas.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 3 orang memenuhi 3 kriteria sepsis yaitu: RR > 24 x/menit, HR > 90 x/menit dan Leukosit >12.000/L.

    2 orang memenuhi 2 kriteria sepsis, yaitu: - 1 orang dengan RR > 24 x/menit dan HR > 90 x/menit.

    - 1 orang dengan HR > 90 x/menit dan temperatur < 360 C

    Dari hasil penelitian didapatkan penderita sepsis 5 orang perempuan

    (38,5 %) dan 8 orang laki-laki (61,5%), sedangkan pada kontrol dijumpai 5

    orang perempuan (55,6 %) dan 4 orang laki-laki

    (44,4 %). Hasil uji statistik dengan uji Chi Square diperoleh p > 0,05 artinya

    sebaran sampel penderita sepsis dan kontrol antara perempuan dan laki-laki

    tidak beda bermakna.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Pada gambar 3 terlihat bahwa pada pasien sepsis dengan kadar PCT

    >10 ng/ml sebanyak 6 orang (46,2%), dan PCT > 2 ng/ml sebanyak

    5 orang (38,5%), PCT > 0,5 ng/ml sebanyak 2 orang (15,4%). Pada kelompok

    kontrol kadar PCT semuanya < 0,5 ng/ml yaitu sebanyak

    9 orang (100%).

    Tabel 1. Kadar PCT dengan tingkatan sepsis

    Sepsis Sepsis berat Septic shock p value PCT (ng/ml) n % n % n % >10 > 2 > 0,5

    2 3 2

    15,4 23,1 15,4

    1 1 0

    7,7 7.7 0

    3 1 0

    23,1 7,7 0,524 0

    Jumlah 7 53,8 2 15,4 4 30,8

    Ket: n ; jumlah pasien penelitian P signifikan bila 0,05

    0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

    0.5 >2 > 10Kadar PCT

    Gambar 3. Tingkatan kadar PCT pada populasi penelitian

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Gambar 4. Kadar PCT dengan tingkatan sepsis

    0 0.5

    1 1.5

    2 2.5

    3 3.5

    Sepsis Sepsis berat Sepsis Shock Tingkatan sepsis

    >0.5 >2 >10

    Pada tabel 1 dan gambar 4 terlihat kadar PCT >10 ng/ml pada pasien

    sepsis sebanyak 2 orang (15,4%), pada sepsis berat sebanyak

    1 orang (7,7%) dan pada septic shock sebanyak 3 orang (23,1%). Sedangkan

    kadar PCT >2 ng/ml pada pasien sepsis sebanyak 3 orang (23,1%), pada

    sepsis berat sebanyak 1 orang (7,7%) dan pada septic shock sebanyak 1

    orang (7,7%). Kadar PCT >0,5 ng/ml hanya terdapat pada pasien sepsis

    sebanyak 2 orang (15,4%). Hasil uji statistik dengan uji Chi Square diperoleh

    P > 0,05 artinya kadar PCT tidak beda bermakna antara penderita sepsis,

    sepsis berat dan septic shock.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Gambar 5. Perbandingan Leukosit pada kelompok sepsis dan kontrol

    P

  • 0.0

    2.0

    4.0

    6.0

    8.0

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

    10.0

    5.0 10.0 15.0 20.0 25.0 30.0 35.0

    Leukosit

    Gambar 6. Korelasi antara kadar PCT dan leukosit

    PCT

    ObservedLinear

    r = 0,588

    Gambar ini menunjukkan korelasi berbanding lurus antara kadar PCT

    dan leukosit pada pasien sepsis dengan coefficient of correlation,

    r = 0,588, p=0,034.

  • Gambar 7. Perbandingan LED pada kelompok sepsis dan kontrol P
  • 0.0

    2.0

    4.0

    6.0

    Gambar 8. Korelasi antara kadar PCT dan LED

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

    8.0

    10.0

    20 40 60 80 100 120

    LED

    PCT

    ObservedLinear

    r = 0,323

    Gambar ini menunjukkan korelasi yang lemah antara kadar PCT

    dengan LED pada pasien sepsis dengan coefficient of correlation,

    r = 0,323 dan p= 0,281.

  • Gambar 9. Perbandingan Hemoglobin pada kelompok sepsis dan

    Kontrol

    P

  • Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa leukosit pada penderita sepsis

    berkorelasi dengan kadar PCT dengan nilai p < 0,05. Sedangkan LED pada

    penderita sepsis tidak berkorelasi dengan kadar PCT dengan nilai

    p > 0,05.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • BAB V

    PEMBAHASAN

    Sepsis merupakan suatu respon inflamasi sistemik terhadap infeksi

    ditandai dengan demam, takikardia, takipnue dan leukositosis atau

    leukopenia. Sepsis juga merupakan proses infeksi dan inflamasi yang

    kompleks dimulai dengan rangsangan endotoksin atau eksotoksin, sehingga

    terjadi aktivasi makrofag, sekresi berbagai sitokin dan mediator, aktivasi

    komplemen dan netrofil. Proses ini mengakibatkan terjadinya disfungsi dan

    kerusakan endotel, aktivasi sistem koagulasi dan trombosit, sehingga terjadi

    gangguan perfusi ke berbagai jaringan dan disfungsi/kegagalan organ

    multipel.1 Belakangan ini dikenal suatu pemeriksaan terbaru yaitu

    procalcitonin yang merupakan serangkaian protein yang muncul karena

    proses inflamasi.1,2,3,5 Kadar PCT meningkat seiring dengan peningkatan

    beratnya respon inflamasi terhadap infeksi.3

    Pada gambar 3 terlihat bahwa semua pasien sepsis yang jumlahnya

    13 orang (laki-laki 8 orang [61,5%] dan perempuan 5 orang [38,5%]) memiliki

    kadar PCT > 0,5 ng/ml, sedangkan pada kelompok kontrol kadar PCT < 0,5

    ng/ml.

    Nilai > 0,5 ng/ml adalah batas untuk menyatakan nilai abnormal yang

    artinya ada proses inflamasi dengan manifestasi sistemik yang disebabkan

    oleh infeksi. Peningkatan kadar PCT pada 13 orang yang menderita sepsis

    (PCT > 0,5 ng/ml), kemungkinan karena PCT distimulasi karena ada proses

    inflamasi, sehingga konsentrasinya akan meningkat pada infeksi bakteri

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • sistemik. Peningkatan tersebut dapat terjadi karena gagalnya proteolisis

    spesifik sehingga terjadi peningkatan konsentrasi dari protein precursor,

    dalam hal ini fragmen PCT yang merupakan precursor dari calcitonin

    berakumulasi dalam plasma. Stimulasi utama dari PCT adalah endotoksin

    dari bakteri (lipopolisakarida) dan produksi dari PCT diduga berasal dari sel

    neuroendokrin di jaringan paru atau usus dan sedikit dari sel-sel limfosit dan

    monosit. 15,19

    Hasil yang sama diperoleh oleh peneliti lain terhadap pasien-pasien di

    ICU yang terdiri dari pasien SIRS, sepsis, sepsis berat dan septic shock yang

    mendapatkan kadar PCT semakin meningkat pada pasien dengan sepsis,

    sepsis berat dan septic shock, sedangkan pada SIRS tidak didapati

    peningkatan kadar PCT.12,39,40

    Pada infeksi virus tidak terjadi peningkatan kadar PCT walaupun

    infeksi virus yang berat, pada kasus HIV, pada infeksi cytomegalovirus

    maupun hepatitis B karena tidak didapati substans lipopolisakarida. Kadar

    PCT merupakan suatu tanda untuk membedakan antara infeksi yang

    disebabkan oleh bakteri dengan non bakteri.1,15,19

    Pada gambar 4 terlihat bahwa tidak ada perbedaan bermakna kadar

    PCT pada masing-masing tingkatan sepsis, hal ini berbeda dengan hasil

    yang diperoleh oleh FM. Brunkhorst yang mendapatkan hasil berbeda cukup

    signifikan pada masing-masing tingkatan sepsis. Hal ini kemungkinan karena

    metode pemeriksaan yang berbeda, dimana FM. Brunkhorst dan kawan-

    kawan memakai metode immunoluminometric assay yang hasilnya jelas

    sangat akurat, sedangkan pada penelitian ini memakai metode

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • immunokromatografi (semi kuantitatif) yang sudah ditetapkan batasan nilai

    berupa 0,5 ng/ml ; >2 ng/ml dan

    >10 ng/ml, atau juga kemungkinan karena jumlah sampel pada penelitian ini

    relatif sedikit.

    Pada penelitian ini didapat perbedaan bermakna antara jumlah

    leukosit antara pasien sepsis dan kontrol (p

  • Walaupun adanya peningkatan LED, namun tidak didapati korelasi

    antara peningkatan kadar PCT dengan peningkatan LED (gambar 8). Hal ini

    kemungkinan karena peningkatan LED bisa disebabkan oleh keadaan lain

    diluar infeksi/sepsis, seperti pada penyakit-penyakit inflamasi, penyakit

    kolagen, pada paraproteinemia maupun neoplastic disease. Oleh karena itu

    peningkatan LED tidak spesifik untuk pasien sepsis.44,45,46

    Pada gambar 9 didapati perbedaan bermakna antara kadar

    Hemoglobin pada pasien sepsis dan kontrol. Pada penelitian ini 11 pasien

    dari 13 pasien sepsis dengan status Hb dalam kategori anemia.(menurut

    klasifikasi WHO: laki-laki Hb

  • BAB VI

    KESIMPULAN DAN SARAN

    6.1 Kesimpulan

    1. Pada pasien sepsis dijumpai peningkatan kadar PCT yang

    bermakna dibandingkan dengan kontrol normal.

    2. Penelitian ini membuktikan bahwa kadar PCT hanya meningkat pada

    penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri akut secara sistemik.

    3. Terdapat perbedaan bermakna pada leukosit dan LED pada

    Kelompok sepsis dengan kontrol.

    4. Peningkatan kadar PCT dapat dijadikan untuk menegakkan diagnosa

    sepsis secara dini dan untuk menilai keparahan penyakit.

    6.2 Saran

    1. Perlu dilakukan penelitian cross sectional yang lebih lanjut tentang

    kadar PCT dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

    2. Perlu dilakukan pemeriksaan kadar PCT pada penderita sepsis agar

    dapat mengetahui prognosa dari penyakit.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR PUSTAKA

    1. Pohan HT, Pemeriksaan Procalcitonin untuk Diagnosis Infeksi Berat,

    dalam. Pohan HT, Widodo D editor, Penyakit Infeksi. Jakarta: FKUI;

    2004. hal: 32-9

    2. Meisner M, Brunkhorst FM, Reith H, Schmidt J, et al. Clinical

    Experiences with a New Semi-Quantitative Solid Phase Immunoassay

    for Rapid Measurement of Procalcitonin. Clin Chem Lab Med, 2000; 38

    (10): 989-95

    3. Vienna. Procalcitonin- a New Marker of The Systemic Inflammatory

    Response to Infections. Klinik Fur Anasthesiaologie und Intensiv

    Therapie Jena, Germany. April 2, 2000

    4. Simon L, Gauvin F, Amre DK, et al. Serum Procalcitonin and

    C-Reaktive Protein Levels as Marker of Bacterial Infection : A

    Systematic Review and Meta-analysis. Clinical Infectious Diseases,

    2004; 39: 206 - 17

    5. Balci C, Sungurtekin H, Gurses E, et al. Usefulness of Procalcitonin for

    Diagnosis of Sepsis in The Intensive Care Unit. Critical Care, 2003, 7:

    85-90

    6. Hatherill M, Tibby SM, Sykes K, et al. Diagnostic Marker of Infection:

    Comparison of Procalcitonin with C-Reaktive Protein and Leucocyte

    Count. Arch Dis Child, 1999; 81: 417-421.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 7. O'Connor E, Venkatesh B, lipman J, et al. Procalcitonin in Critical

    Illness. Critical Care and Resuscitation. 2001; 3: 236-243

    8. Delevaux I, Andre M, Colombier M, et al. Can Procalcitonin

    Measurement Help in Differentiating Between Bacterial Infection and

    Other Kinds of Inflammatory Processes ?. Ann Rheum Dis, 2003; 62:

    337 340.

    9. Raghavan M, Marik PE. Management of Sepsis During the Early

    Golden Hours. The Journal of Emergency Medicine, 2006, Vol 31,

    No.2. pp.185- 99

    10. Meisner M. Biomarkers of Sepsis : Clinically Useful ?. Current

    Opinion in Critical Care, 2005, 11: 473 480.

    11. Ugarte D, Silva E, Mercon D, et al. Procalcitonin Used a Marker of

    Infection In the Intensive Care Unit. Critical Care Medicine, 1999;

    27: 498-504.

    12. Brunkhorst FM, Wegscheider K, Forycki ZF, et al. Procalcitonin

    For Early Diagnosis and Differentiation of SIRS, Sepsis, Severe

    Sepsis, and Septic Shock. Jour. Intensive Care Med .2000 : 26;

    s148-s152

    13. Poulton B. Advances in the Management of Sepsis: the

    Randomized Controlled Trials Behind the Surviving Sepsis

    Campaign Recommendations. (review). International Journal of

    Antimicrobial Agents 27.(2006). 97-101

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 14. Meisner M, Schaikowsky k, Schmidt J, et al. Procalcitonin

    (PCT) Indications for a New Diagnostic Parameter of Severe

    Bacterial Infection and Sepsis in Tansplantation,

    Immunosupression and Cardiac Assist Devices. In :

    Cardiovascular Engineering. 1996:1;67-76

    15. Whicher J, Bienvenu J, Monneret G. Procalcitonin as an Acute

    Phase Marker. Ann Clin Biochem. 2001; 38: 483-493.

    16. Flores Juan C, Quiros Alfredo B, Asensio J, et al. Serum

    Procalcitonin in Children with Suspected Sepsis : A Comparison

    with C-Reaktive Protein And Neutrophil Count. Pediatr Crit Care

    Med 2003, Vol 4, no 2.

    17. Rau B, Kruger CM, Schilling MK. Procalcitonin:Improved

    Biochemical Severity Stratification and Post Operative Monitoring in

    Severe Abdominal Inflammation and Sepsis. Langenbecks Arch

    Surg, 2004; 389: 134-144.

    18. Melzi Gian V, Merlini G, Finazzi S, et al. Procalcitonin Is not a

    Reliable Marker for the Assessment of Severity in Acute

    Pancreatitis Without Infectious Complications. Clinical Chemistry,

    2000; 46: 428-430

    19. Meisner M. Pathobiochemistry and Clinical Use of Procalcitonin.

    Clinica Chimica Acta. 2002; 323: 17-29

    20. Miller B, Berker KL. Procalcitonin: How a Hormone Became a

    Marker and Mediator of Sepsis. Swiss Med WKLY.2001;131 :

    595-602

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 21. Dandona P, Nix D, Wilson MF, et al. Procalcitonin Increase after

    Endotoxin Injection in Normal Subjects. Journal of Clinical

    Endocrinology and Metabolism. 1994; 79:1605-08

    22. Nylen ES, Whang KT, Snider RHJ, et al. Mortality is Increased by

    Procalcitonin and Decresed by an Antiserum Reactive to PCT in

    Experimental Sepsis. Crit Care Med, 1998; 26: 1001-1006

    23. Reith HB, Mittelkotter U, Wagner R, et al. Procalcitonin (PCT) in

    Patients with Abdominal Sepsis. Intensive Care Med. 2000; 26:

    S165-S169.

    24. Gendrel D, Raymond J, Coste J, et al. Comparison of Procalcitonin

    with C-reaktive Protein, Interleukin 6 and Interferon-Alpha for

    Differentiation of Bacterial vs Viral Infections. Pediatr Infect Dis J.

    1999; 18:875-81.

    25. Meisner M, Tschaikowsky K, Schabel S, et al. PCT - Influence of

    Temperature, Storage, Anticoagulation and Arterial or Venous

    Asservation Of Blood Samples on Procalcitonin Concentrations.

    Eur J. Clin Chem. Clin Biochem, 1997;35 (8): 597-601

    26. Gendrel D, Raymond J, Assicot M, et al. Measurement of

    Procalcitonin Levels in Children with Bacterial or Viral

    Meningitis. Clinical Infectious Diseases, 1997; 24: 1240-42

    27. Hammer C, Hobel G, Hamme S, et al. Diagnosis and

    Monitoring of Inflammatory Events in Transplant Patients.In:Trull

    Ak, Demers LM, Holt DW, et al. Biomarkers of Disease An

    Evidence-Based Approach Cambridge University Press, Cambridge

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • United Kingdom. 2002 : 474-481

    28. Lopez AF, Cubells CL, Garcia JJ, Pou JF. Procalcitonin In Pediatric

    Emergency Departments for the Early Diagnosis of Invasive

    Bacterial Infections in Febrile Infants: Results of a Multicenter Study

    and Utility of a Rapid Qualitative Test for This Marker. Pediatric

    Infectious Disease Journal, 2003; 22: 895-903

    29. Assicot M, Mackensen A, Petitjean S, et al. Induction of Circulating

    Procalcitonin Following Intravenous Administration of Endotoxin in

    Humans. Abstract International Conference on Endotoxins

    Amsterdam IV. 17.5.1993

    30. Balk RA. Severe Sepsis and Septic Shock, Definition,

    Epidemiology and Clinical Manifestation. Crit Care Clin, 2000;16 (2)

    179-92

    31. American College of Chest Physicians/Society of Critical Care

    Medicine Consensus Conference: Definitions for Sepsis and Organ

    Failure and Guidelines for The Use of InnovativeTherapies in

    Sepsis. Critical Care Medicine, 1992. Vol 20 no 6

    32. Levy Mm, Fink MP, Marshall JC, et al. 2001/SCCM/ESICM/ACCP/

    ATS/SIS/International Sepsis Definitions Conference. Crit Care

    Med, 2003; 31:1250-1256

    33. Delinger RP. Surviving Sepsis Compaign Guidelines for

    Management of Severe Sepsis and septic Shock. Crit Care Med,

    2004; 32: 858-873

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 34. Martin GS, Manino DM, Eaton S, Moss M. The Epidemiology of

    Sepsis inThe United States From 1979 Through 2000, N Engl J.

    Med, 2003; 348:1546-1554

    35. Bloch KC. Infectious Diseases In : Mc Phee SJ, Ganong WF.

    Pathophysiology of Disease. Fifth Edition. New York. P:83-84

    36. Appelmelk Bj, Lynn WA.The Cause of Sepsis: Bacterial Cell

    Component That Trigger the Cytokine Cascade. In: Dhainaut JF,

    Thijs L, Park G, Editors, Septic Shock. London. WB Saunders

    Co.2000. p. 21-39

    37. Hack CE, Thijs L. Role of Inflammatory Mediators in Sepsis. In:

    Dhainaut JF Thijs L, Park G, eds. Septic Shock. London.WB

    Saunders Co. 2000. Page. 41-127

    38. Olah A, Belagyi T, Issekutz A, et al. Value of Procalcitonin Quick

    Test in The Differentiation Between Sterile and Infected Forms of

    Acute Pancreatitis. Hepato-Gastroenterology 2005; 52: 243 245.

    39. Han Yong Y, Doughty LA, Kofos D, et al. Procalcitonin Is

    Persistently Increased Among Children with Poor Outcome from

    Bacterial Sepsis. Pediatr Crit Care Med 2003, vol 4, No 1.

    40. Assicot M, Gendrel D, Carsin H, et al. High Serum Procalcitonin

    Concentrations In Patients with Sepsis and Infection. The Lancet,

    February 1993, Vol. 341. No. 8844, Page 515518.

    41. Siti Boedina Kresno. Unsur-unsur Yang Berperan Dalam Reaksi

    Imunologik. Dalam :Imunologi: Diagnosis dan Prosedur

    Laboratorium. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 2001 : Hal: 14-38.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 42. Siti Boedina Kresno. Darah Lengkap. Dalam: Pengantar Hematologi

    Dan Imunohematologi. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. 1988 :26-29.

    43. Henry JB. High White Blood Cell Counts, In : Clinical Diagnosis and

    Management. 19 th ed. WB. Saunders. 2003; 81

    44. Ronald AS, Richard AM. Laju Endap Darah. Dalam : Tinjauan Klinis

    Hasil Pemeriksaan Laboratorium, alih bahasa Brahm U, Edisi 11,

    EGC, Jakarta. 2004: 62-63.

    45, Isbister JP, Pittiglio D. Harmening. Interpretasi dan Pemeriksaan

    Hasil Laboratorium Abnormal. Dalam : Hematologi Klinik,

    alih bahasa Ronardy DH. Penerbit Hipokrates, Jakarta.

    1993: 236-238

    46. Tierney LM, Stephen JM, Papadakis MA. Anemia. Dalam: Diagnosis

    Dan Terapi Kedokteran. Alih bahasa: Abdul Gofir. Salemba Medika

    Jakarta. 2003: 63-69.

    47. Hoffbrand AV, Pettit JE, Moss PAH. Perubahan Hematologi pada

    Penyakit Sistemik. Dalam : Kapita Selekta Hematologi, alih bahasa

    Iyana Setiawan. Edisi 4. EGC. Jakarta. 2005. Hal: 272-273

    48. Ganz T. Anemia of Chronic Disease. In : Lichtman MA, Beutler E,

    Kipps TJ. ed. Williams Hematology. 7th ed. New York :

    Mac Graw-Hill. 2006 : 565-66.

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Lampiran 1

    STATUS PASIEN No.MR :

    Tanggal pemeriksaan :

    1. Identitas pasien :

    - Nama : Lk/Pr, Umur: Thn

    - Suku/Bangsa : Agama :

    - Pekerjaan :

    2. Anamnesa :

    - Riwayat penyakit :

    - Riwayat obat-obatan :

    - Rawatan hari ke :

    3. Status present :

    - Kesadaran :

    - Nadi : x/menit

    -Temperatur : 0C

    -Tekanan darah : mmHg

    - Pernafasan : x/menit

    4. Pemeriksaan Fisik

    Kepala :

    Leher :

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Thorak :

    Abdomen :

    Ekstremitas :

    5. Pemeriksaan Laboratorium

    Darah Lengkap

    - Hb : g/dl

    - Ht : %

    - LED : mm/jam

    - Eritrosit : /mm3

    - Lekosit : /mm3

    - Trombosit : /mm3

    - MCV : fl

    - MCH : pg

    - MCHC : g%

    - Diftel :

    - Morfologi :

    # Eritrosit :

    # Lekosit :

    #Trombosit :

    PCT

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • DAFTAR RIWAYAT HIDUP IDENTITAS:

    N a m a : Dr. Cut Murzalina

    Tempat / tanggal lahir : Medan, 09 Oktober 1973

    Agama : Islam

    Pekerjaan :Pegawai Negeri Sipil Dosen Fakultas

    Kedokteran. Universitas Syiah Kuala NAD.

    N I P : 132 233 197

    Pangkat / Golongan : Penata Muda / III b

    Alamat : Jl. Meurebo No.2 Sektor Selatan Darussalam-

    NAD

    KELUARGA:

    S u a m i : Ikhwan Wahyudi ST

    A n a k : 1. Wana Rizky Andriasta

    2. Nadial Karmi

    3. Dhaifina Fildzah

    PENDIDIKAN:

    1. SD Negeri 82 Banda Aceh Tamat tahun 1986

    2. SMP Negeri 13 Darussalam Banda Aceh Tamat tahun 1989

    3. SMA Negeri 3 Banda Aceh Tamat tahun 1992

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • 4. Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh Tamat tahun

    2000

    5.Mengikuti Pendidikan Dokter Spesialis Patologi Klinik Fakultas

    Kedokteran Universitas Sumatera Utara / RSUP. H. Adam Malik Medan,

    mulai 2 Januari 2003 s/d sekarang.

    RIWAYAT PEKERJAAN

    1. Staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Darussalam

    NAD dari Agustus 1997 s/d Sekarang.

    2. Dosen Honor Pada Akademi Keperawatan Mona dari Januari 2001 s/d Mei

    2002

    PERKUMPULAN PROFESI

    1. Anggota Ikatan Dokter Indonesia ( IDI )

    2. Anggota muda PDS-Patklin Cabang Medan

    JOURNAL READING

    1. Clinical pallor is useful to detect Severe Anemia in populations where

    anemia is prevalent and severe

    2. Salmonella sepsis caused by a plateled transfusion from a donor with a pet

    snake

    3. Serum leptin levels are associated with Tamoxifen Induced steatosis

    4. In vitro susceptibility of staphylococci to chlorhexidine and antibiotic

    5. Beneficial effect of high dietary fiber intake in patients with type 2 DM

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • TULISAN

    1. Keanekaragaman Molekuler Virus Hepatitis B di Indonesia

    2. Antimicrobial Susceptibility Testing

    3. Acut Myelomonocytic Leukemia

    4. Sirosis Hati

    5. Proteus mirabilis pada OMSK sebelum dan sesudah mastoidektomi

    6. Reaksi Imunologi pada Syndroma Stevens Johnson

    7. Spektrophotometer dan Filterphotometer

    8. Elektroda Ion Selektif

    9. Pemantapan Kualitas di Bidang Kimia Klinik

    10.Derajat Kemurnian

    11.Statistik Laboratorium

    12.Pengelolaan Laboratorium

    13.Analisa Gas Darah

    14.Serum Protein Elektrophoresis

    KEGIATAN ILMIAH

    1. Sebagai peserta pada Workshop Leukemia di Medan Maret 2004

    2. Sebagai peserta pada The 8th International Congress of the Asian Society

    of Clinical Pathology and Laboratory Medicine (ASCPaLM) di Medan

    Desember 2004

    3. Sebagai peserta pada workshop Fibrinogen Fibrin di Medan Desember

    2004

    Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

  • Cut Murzalina : Procal Citonin Pada Pasien Sepsis Yang Telah Mendapat Perawatan Di Ruang Rawat Intensif..., 2007 USU e-Repository 2008

    4. Sebagai peserta pada Simposium PDS Patklin Recent Advances HIV in

    Diagnostik di Medan September 2005

    5. Sebagai pembicara dan peserta pada Pertemuan Ilmiah Tahunan IV

    Patologi Klinik dengan judul ; Kadar Fibrinogen pada Penderita Hipertensi

    di RSUP H. Adam Malik/ RSUP Pirngadi Medan di Malang, Jawa Timur

    Nopember 2005