UNJUK KERJA MOTOR DIESEL TS 50 DENGAN...
-
Upload
truongtuyen -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of UNJUK KERJA MOTOR DIESEL TS 50 DENGAN...
UNJUK KERJA MOTOR DIESEL TS 50 DENGAN PERBANDINGAN 70%
SOLAR DAN 30% BIODIESEL DARI
Budi Kurniawan. Fakultas Teknologi Industri, jurusan Teknik Mesin. [email protected]
Abstraksi
Penggunaan minyak jelantah sebagai bahan bakar penganti (solar), yang berdampak positif,
karena jika minyak jelantah dibuang di sembarang tempat bisa mencemari lingkungan,
sebaliknya jika terus dipakai berulang-ulang untuk menggoreng, bahan gorengan yang dimakan
manusia itu bisa menimbulkan penyakit kanker. Namun limbah minyak goreng (waste of
vegetable oil), memiliki potensi sebagai alternatif energi bahan bakar nabati yang ramah
lingkungan. Perancangan biodiesel dengan bahan bakar minyak jelantah ini diharapkan dapat
mengurangi pencemaran lingkungan disamping dapat menjadi bahan bakar alternetif selain
solar yang semakin mahal. Prinsip kerja Biodiesel ini yaitu dengan pemanasan terlebih dahulu
sebelum dibakar. Bahan bakar yang berada di tabung bertekanan yang keluar melewati bahan
bakar akan dipanasi selama 15 menit di tabung pemanasan. Setelah 15 menit, minyak jelantah
keluar melewati keran dan selang. Selama pemanasan, minyak jelantah ini memerlukan daya
listrik.
Kata kunci : minyak jelantah, biodiesel, selang, kompor
I. Pendahuluan
Bahan bakar telah digunakan untuk
kendaraan semenjak dulu. Bahan bakar yang
masih mudah kita temui dan dipakai masyarakat
adalah bahan bakar solar. Namun, seiring
berjalannya waktu solar semakin langka dan
mahal karena persediaan minyak bumi semakin
menipis. Oleh karena itu, harus adanya bahan
bakar alternatif sebagai pengganti solar. Salah
satu bahan bakar alternatif yang dapat
digunakan untuk bahan bakar diesel adalah
minyak jelantah.
Menurut BPPT (Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi), menggunakan minyak
bakar yang berasal dari minyak jelantah lebih
bermanfaat dari berbagai sisi. Penggunaan
minyak jelantah sebagai bahan bakar penganti
(solar) berdampak positif, karena jika minyak
jelantah dibuang di sembarang tempat bisa
mencemari lingkungan, sebaliknya jika terus
dipakai berulang-ulang untuk menggoreng,
bahan gorengan yang dimakan manusia itu bisa
menimbulkan penyakit kanker. Namun limbah
minyak goreng (waste of vegetable oil), memiliki
potensi sebagai alternatif energi bahan bakar
nabati yang ramah lingkungan dan mampu
menurunkan 100 persen emisi gas buangan
sulfur dan CO2 serta CO sampai dengan 50
persen.
II. Landasan Teori
2.1 Bahan Bakar Berdasarkan Materinya
Bahan bakar padat
Bahan bakar cair
Bahan bakar gas
Bahan bakar tidak berkelanjutan
Bahan bakar berkelanjutan
2.2 Bahan Dasar Biodiesel
Biodiesel rute nonalkohol dari minyak goreng
bekas dapat menyiasati semakin menipisnya
ketersediaan bahan bakar berbasis minyak
bumi, bahan bakar alternatif itu bisa diproduksi
dalam skala rumah tangga dan industri.
Tingginya kebutuhan bahan bakar sebagai
akibat pertambahan jumlah penduduk semakin
mempertipis persediaan minyak bumi di dunia,
jika minyak bumi terus-menerus dieksplorasi
tanpa batas, lama-kelamaan sumber daya alam
tersebut akan habis.
2.2.1 Pembuatan Minyak Nabati dari Bahan
Dasar Kelapa Sawit
Pada saat ini, produksi biodiesel pada
skala industri dilakukan melalui reaksi
transesterifi kasi trigliserida minyak nabati
dengan metanol menggunakan katalis alkali,
penggunaan katalis alkali itu memiliki
kelemahan, yakni pemurnian produk dari katalis
yang bercampur homogen relatif sulit dilakukan,
selain itu, katalis bisa ikut bereaksi sehingga
memicu reaksi penyabunan. Reaksi sampingan
yang tidak diinginkan itu pada akhirnya
membebani proses pemurnian produk dan
menurunkan yield (hasil) biodiesel sehingga
berdampak pada tingginya biaya produksi.
Minyak kelapa sawit mempunyai
prospek yang lebih baik dari minyak nabati lain
pada masa mendatang karena beberapa faktor
antara lain :
1. Produktivitas minyak sawit cukup tinggi
dibandingkan dengan minyak nabati lainnya.
2. Sebagai tanaman tahunan, kelapa sawit lebih
mudah beradaptasi dengan lingkungannya
dibandingkan dengan tanaman semusim seperti
kedelai dan bunga matahari.
3. Ditinjau dari kesehatan, minyak kelapa sawit
mempunyai keunggulan jika dibandingkan
dengan minyak nabati lainnya karena
mengandung beta karoten sebagai pro-vitamin
A
4. Selain itu minyak kelapa sawit dapat dijadikan
sebagai bahan baku industri oleh kimia yang
mempunyai keunggulan dibandingkan dengan
produk berbahan baku minyak industri. Minyak
sawit merupakan sumber bahan baku yang
dapat diperbaiki (renewable). Sedangkan
minyak bumi diperkirakan akan habis dalam
kurun waktu beberapa tahun mendatang
5. Produk oleokimia yang berbahan baku
minyak sawit lebih aman, karena sifat dasarnya
yang dapat dimakan dan ramah terhadap
lingkungan dan mudah diuraikan.
2.2.2 Esterifikasi (Pengesteran)
Esterifikasi (pengesteran) ialah
megkonversikan asam lemak bebas menjadi
ester, esterifikasi mereaksikan minyak lemak
dengan alkohol. Katalis-katalis yang cocok
adalah zat yang berkarakter asam kuat dan
asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin
penukar kation asam kuat, merupakan katalis-
katalis yang bisa terpilih dalam praktek
industrial.
2.2.3 Transesterifikasi
Arti dari Transesterifikasi ialah
menghasilkan alkali ester dengan tahap
mengkonversikan trigliserida (minyak nabati).
Dengan reaksi alkohol, dan menghasilkan
produk sampingan yaitu gliserol. transesterifikasi
adalah katalis asam dan basa. Untuk katalis
asam biasanya digunakan asam sulfonat dan
asam sulfat sedangkan katalis basa digunakan
NaOH, KOH dan NaOCH3. Reaksi
transesterifikasi dengan katalis basa lebih cepat
4000 kali dibandingkan katalis asam, dan juga
katalis alkali tidak sekorosif katalis. Logam alkali
alkoksida (seperti CH3ONa untuk metanolisis)
adalah katalis yang paling aktif dengan
memberikan hasil yang sangat tinggi (>98%)
pada waktu reaksi yang singkat yaitu selama 30
menit dan konsentrasi katalis yang rendah (0,5
%mol)
2.2.4 Sesuatu Yang Mempengaruhi Reaksi
Transesterifikasi
Pada dasarnya, reaksi transesterifikasi
dalam pembuatan biodiesel selalu
menginginkan hasil biodiesel dengan jumlah
yang maksimal. Reaksi yang dapat
mempengaruhi konversi, dan perolehan
biodiesel melalui transesterifikasi adalah
sebagai berikut:
a. Air dan asam lemak bebas
b. Jenis alkohol
c. Jenis katalis
d. Temperatur
e. Refined Minyak Nabati dan
Metanolisis Crude
2.2.5 Katalis dan Pelarut yang Digunakan
a. Natrium hidroksida (NaOH)
Soda kaustik dan alkali sering disebut
dengan Natrium hidroksida (NaOH), NaOH
digunakan dibanyak industri, terutama sebagian
besar kimia dasar dalam pembuatan pulp dan
kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen
dan sebagai pembersih saluran. Natrium
hidroksida murni adalah padatan putih tersedia
dalam bentukan pellet, serpih, butir dan
sebagian besar larutan jenuh, zat ini adalah
higroskopis dan mudah menyerap air dari udara,
sehingga harus disimpan dalam keadaan kedap
udara, zat ini sangat mudah larut dalam air, zat
ini juga dapat larut dalam etanol dan methanol.
Gambar 2.2 NaOH
b. Metanol
Metil alkohol dikenal juga sebagai
Metanol, yaitu senyawa kimia dengan rumus
kimia CH3OH, metanol merupakan bentuk
alkohol paling sederhana pada keadaan
atmosfer, metanol berbentuk cairan yang ringan,
mudah menguap, tidak berwarna, mudah
terbakar, dan beracun dengan bau yang khas,
metanol digunakan sebagai bahan pendingin
anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai
bahan adiktif bagi etanol industri.
2.3 Bahan Bakar
Macam–macam bahan bakar minyak :
1. Bensin (gasolin)
2. Minyak Tanah (Kerosin)
3. Minyak Solar (Gas oil)
4. Minyak Diesel (Diesel oil)
5. Minyak Bakar (Fuel oil)
2.4 Pengertian Panas dan Temperatur
Dalam mempelajari tentang
permasalahan perpindahan panas, kita sering
membuat kesalahan atau tidak dapat
membedakan dalam menggunakan istilah panas
(heat) dan Temperatur (suhu). Sebenarnya
terdapat perbedaan yang mencolok diantara
keduanya.
2.5 Proses Perpindahan Panas
Dari ilmu termodinamika, energi bisa
berpindah dengan adanya interaksi antara
sistem dengan lingkungannya. Interaksi ini
disebut dengan kerja dan panas
2.5.1 Perpindahan Kalor Secara Konduksi
Perpindahan kalor secara konduksi
adalah proses perpindahan kalor dimana kalor
mengalir dari daerah yang bersuhu tinggi ke
daerah yang bersuhu rendah dalam suatu
medium (padat, cair atau gas) atau antara
medium-medium yang berlainan yang
bersinggungan secara langsung. Gambar 2.3
Perpindahan kalor secara konduksi pada suatu
plat.
Gambar 2.3 Perpindahan kalor secara
konduksi[³].
2.5.2 Perpindahan Kalor Secara Konveksi
Perpindahan kalor secara konveksi
adalah proses tansport energi dengan kerja
gabungan dari konduksi kalor, penyimpanan
energi dan gerakan mencampur. Konveksi
sangat penting sebagai mekanisme perpindahan
energi antara permukaan benda padat dan cair
atau gas. Perpindahan kalor secara konveksi
dari suatu permukaan yang suhunya diatas suhu
fluida disekitarnya berlangsung dalam beberapa
tahap. Pertama, kalor akan mengalir dengan
cara konduksi dari permukaan ke partikel-
partikel fluida yang berbatasan. Energi yang
berpindah dengan cara demikian akan
menaikkan suhu dan energi dalam partikel-
partikel fluida tersebut. Kedua, partikel-partikel
tersebut akan bergerak ke daerah suhu yang
lebih rendah dimana partikel tersebut akan
bercampur dengan partikel-partikel fluida
lainnya.
Gambar 2.4 Perpindahan kalor secara konveksi
pada suatu plat[³].
2.5.3 Perpindahan Kalor Secara Radiasi
Perpindahan panas radiasi adalah
perpindahan panas yang melibatkan gelombang
elektro magnetik dalam proses perpindahannya
diantara dua buah benda yang mempunyai
temperature yang berbeda. Semua benda
mempunyai kemampuan untuk memancarkan
energy dengan menggunakan gelombang
elektro magnetic. Semua benda yang
mempunyai temperature diatas temperature
absolute bisa terjadi perpindahan panas bentuk
ini. Radiasi tidak memerlukan media seperti
udara atau logam dalam perpindahan panasnya.
Intensitas flux dari perpindahan panas
ini sangat tergantung kepada temperatur benda
atau material dan sifat permukaan dari benda
tersebut. Contoh perpindahan panas ini yang
sering kita alami sehari-hari misalnya kita akan
terasa panas apabila kita duduk didepan nyala
api, walaupun kita tidak menyentuh api tersebut.
Contoh lainnya kita akan merasa panas jika
berjalan dibawah terik matahari pada siang hari
padahal kita tidak bersentuhan langsung dengan
sumber panasnya yaitu matahari. Banyak
contoh lainnya dalam kehidupan sehari-hari
yang melibatkan perpindahan panas ini. Berikut
ini gambar ilustrasi perpindahan panas radiasi.
Gambar 2.5 Perpindahan kalor secara radiasi[³].
Gambar 2.8 Siklus motor diesel[5].
Keterangan Siklus Motor Diesel :
P : Tekanan
V : Volume
Qin : Fuel Injection and combustion
Qout : Exhaust
1-2 : Kompresi adiabatik
2-3 : Injeksi bahan bakar
3-4 : Langkah kerja
4-1 : Langkah buang
T : Temperatur
S : Entropy
QH : Fuel Injection and combustion
QL : Exhaust
2.6.2 Keuntungan dan Kerugian Mesin Diesel
KEUNTUNGAN
a. Motor diesel mempunyai efisiensi panas
yang lebih besar. Hal ini berarti bahwa
penggunaan bahan bakarnya lebih ekonomis
dari pada motor bensin.
b. Motor diesel lebih tahan lama dan tidak
memerlukan electric igniter. Hal ini berarti
bahwa kemungkinan kesulitan lebih kecil dari
pada motor bensin.
c. Momen pada motor diesel tidak berubah
pada jenjang tingkat kecepatan yang luas. Hal
ini berarti bahwa motor diesel lebih fleksibel dan
lebih mudah dioperasikan dari pada motor
bensin (hal inilah sebabnya motor diesel
digunakan pada kendaraan-kendaraan yang
besar).
KERUGIAN
a. Tekanan pembakaran meksimum hampir
dua kali motor bensin. Hal ini bararti bahwa
suara dan getaran motor diesel lebih besar.
b. Tekanan pembakarannya yang lebih
tinggi, maka motor diesel harus dibuat dari
bahan yang tahan tekanan tinggi dan harus
mempunyai struktur yang sangat kuat. Hal ini
berarti bahwa untuk daya kuda yang sama,
motor diesel jauh lebih berat dari pada motor
bensin dan biaya pembuatannya pun menjadi
lebih mahal.
c. Motor diesel memerlukan sistem injeksi
bahan baker yang presisi. Dan ini berarti bahwa
baranganya lebih mahal dan memerlukan
pemeliharaan yang lebih cermat dibanding
dengan motor bensin.
d. Motor diesel mempunyai perbandingan
kompresi yang lebih tinggi dan
membutuhkan gaya yang lebih besar untuk
memutarnya. Oleh karena itu, motor diesel
memerlukan alat pemutar seperti motor starter
dan baterai yang berkapasitas lebih besar.
III BAHAN DAN PERCOBAAN
3.1 Tahapan Penelitian
Gambar 3.1 Diagram alir proses pembuatan
biodiesel
3.2 Komponen Utama Pembuat Biodiesel
Komponen utama yang akan dibutuhkan
pada alat pembuat biodiesel diantaranya
sebagai berikut :
1. Besi siku
2. Tabung pelastik
3. Pemanas listrik
4. Selang transparan
5. Pompa aquarium
6. Aquator
7. Motor listrik
8. Termometer
9. Kran
10. Gelas Ukur
3.3 Alat Pembuat Biodiesel
Alat ini dirakit utuk membuat biodiesel
dengan kapasitas 3 liter, alat ini menggunakan
rangka besi siku, dengan alas terbuat dari
papan yang tebalnya 1mm. Sedangkan tangki
reaksinya menggunakan tabung pelastik dengan
diameter 20 cm dengan kapasitas 5 liter dan
tahan hingga suhu 120°C, sebagai pengalir
fluidanya digunakan selang transparan dengan
Bahan baku : minyak
Start
Rreak
Pemanasan minyak jelantah=60°C
Biodiesel
Gliserol
Finish
Gliserol adalah hasil sampingan dari proses
diameter 2mm dan kran kompresor dan juga
menggunakan pompa, alat pengadukan
fluidanya digunakan motor dengan kecepatan
300 rpm, untuk mengetahui suhu saat
pereaksian menggunakan termometer digital.
Gambar 3.12 Alat pembuat biodiesel
3.4 Bahan-Bahan yang Dibutuhkan untuk
Pembuatan Biodiesel
Pada pembuatan biodiesel di perlukan
bahan baku, bahan-bahan yang dibutuhkan
tersebut adalah :
1. Minyak jelantah, minyak didapat dari
limbah-limbah rumah tangga.
2. Methanol dengan kemurnian 99%,
methanol yang dapat diperoleh di
toko bahan-bahan kimia, methanol
ini sifatnya mudah terbakar dan
menguap.
3. Katalis NaOH, bahan ini berupa
kristal putih dan sifatnya mudah
menyerap air, bahan ini dapat juga
diperoleh di toko bahan kimia.
3.5 Langkah-Langkah dari Pembuatan
biodiesel
Pada langkah ini pembuatan biodiesel
terbagi atas beberapa tahap, tahap-tahap yang
harus dilakukan adalah sebagai berikut :
Penyaringan Minyak Jelantah
Pembuatan Larutan Metoksid
Pemanasan Bahan Baku
Mixing
Settling
Washing
Drying
3.6 Set Up Alat Pembuat Biodiesel
Flowchart set-up alat pembuat biodiesel
Gambar 3.19 Flowchart cara kerja alat pembuat
biodiesel
3.7 Motor Diesel yang Digunakan untuk
Diaplikasikan
Hasil biodiesel yang sudah dibuat
dengah bahan dasar minyak jelantah, diuji
dengan menggunakan motor diesel empat (4)
langkah dengan tipe TS 50, sebelum di
aplikasiakan ke mesin diesel tersebut, biodiesel
di campurkan dengan solar, dengan
perbandingan 30% biodiesel dan 70% solar,
perbandingan ini di beri kode bending (B30).
IV. Hasil dan Pembahasan
4.1 Pengujian Rangkaian Alat Pembuat
Biodiesel
Alat pembuat biodiesel ini
menggunakan energi listrik sebagai sumber
energinya. Sebelum dapat menggunakan untuk
membuat biodiesel, alat ini harus disetting
terlebih dahulu agar dapat membuat biodiesel
dengan sempurna.
4.2 Tahap Pengujian Biodiesel Untuk
Diaplikasikan
Pada suatu kegiatan pengujian,
biasanya diawali dengan penetapan tahap atau
langkah-langkah pengujian, sehubungan
dengan ini maka akan dijelaskan mengenai
tahap pengujian yang dilakukan dari awal
pengujian hingga akhir.
mulai
Pemanasan
Pemanasan
T 60°
T 50
Pemanasan
Motor
Pendinginan dan pengendapa
pom
a
Tanki
glise
biodie
aqua
Tanki bio
Tanki
pengeri
biodie
selesa
pom
Sisa air pen
Gambar 4.4 Bagan tahap pengujian
4.3 Data Bahan dan Hasil Pengujian
4.3.1 Data Bahan
Satuan gram di konversikan =
1 liter = 0,967 kilogram
1 kilogram = 1000 gram
Jadi 1 liter = 0,976 × 1000 = 976 gram
Jadi 3 liter minyak jelantah = 3 × 976
= 2928 gram
Berat methanol : 25% x 2928 gram
= 732 gram
Berat NaOH : 1% x 2928 gram
= 29,28 gram +
Berat total
= 3689,28 gram
Jadi biodiesel dari minyak jelantah tersebut
menghasilkan, methanol dan NaOH 3689,28
gram adalah = 1924,67 gram
4.3.2 Data Hasil Pengujian
Didalam data ini terdapat hasil
pengujian biodiesel dengan katalis NaOH
yang dianalisa oleh lembaga pusat riset dan
teknologi
Tabel 4.1 Spesifikasi biodiesel[8].
Start
- Biodiesel (B30)
-
Solar murni
Studi
Literatur
- Takaran solar murni =250ml
- Takaran biodiesel (B30) =250ml
dengan perbandingan 30%
Memasukan biodiesel (B30) ke
tanki motor diesel
Proses Pembakaran
Finish
Pengujian
4.4 Data Spesifikasi Solar[8].
Minyak solar terdapat zat kimia yang terkandung
di dalamnya
4.5 Data Spesifikasi Motor Diesel
Pada pengujian dilakukan dengan motor
diesel tipe TS 50 empat langkah, satu silinder
dengan spesifikasi data sebagai berikut :
Diameter silinder : 78 mm (7,8 cm)
Langkah torak : 68 mm (6,8 cm)
Volume langkah : 325 cc
Rasio kompresi : 18 : 1
Daya poros maksimum : 5 HP/3600 rpm
4.6 Data Konsumsi Bahan Bakar
Pada data dibawah ini ialah
perbandingan antara waktu dan pemakaian
bahan bakar antara solar dan campuran solar
dengan biodiesel dengan perbandingan 70%
solar dan 30% biodiesel dengan kode B30, pada
250 ml campuran bahan bakar dan dengan rpm
3100, 3300, dan 3500. Takaran biodiesel dan
solar yang digunakan adalah sebagai berikut:
Biodiesel: 30% X 250 = 75 ml
Solar : 70% X 250 = 175 ml
= 250 ml
4.7 Perhitungan Konsumsi Bahan Bakar
Perbandingan konsumsi bahan bakar
dengan menggunakan rpm 3100, 3300, dan
3500
Pada data diatas dapat diketahui bahwa
konsumsi bahan bakar antara solar murni dan
biodiesel campuran solar (B30) untuk
menghasilkan tekanan 30 bar pada kompresor
dengan rpm 3100, 3300 dan 3500 menghasilkan
data dibawah ini:
Waktu yang diperlukan X konsumsi bahan bakar
permenit
Contoh: 59,53×15,30 = 920,29 ml
V. KESIMPULAN
5.1 kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pembuatan
biodiesel dengan bahan dasar minyak jelantah
memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1. Untuk larutan metoksid yaitu dengan
perbandingan 1 berbanding 4
dengan NaOH 1% dari minyak
jelantah.
2. Dalam proses pembuatan biodiesel
terdapat sepuluh komponen utama
dalam pembuatan biodiesel.
3. Bahan biodiesel dari minyak jelantah
mudah dicari dan harganya
terjangkau.
4. Semakin tinggi putaran motor, maka
waktu yang dibutuhkan semakin
sedikit, sehingga konsumsi bahan
bakar semakin banyak.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ir. M.J. Djokostyardjo, Ketel Uap,
Pradya Paramita 2006
2. Soebiyantoro, Termodinamika Dasar,
Gunadarma 1997
3. Puspasari Soraya, proses intensifikasi
proses produksi biodiesel, Institut
Teknologi Bandung, bandung 2007.
4. Haryanto bode, bahan bakar alternatif
biodiesel, universitas Sumatra
utara,Sumatra utara 2002.
5. Syamsudin Manai, membuat sendiri
biodiesel, lily publisher,yogyakarta 2010.
6. Michael.M Abbott, Termodinamika edisi
ke 2, Erlangga Jakarta 1994
7. Hasil pengujian biodiesel oleh BPPT, 3-
11-2011
8. Filino Harahap, termodinamika Teknik,
Erlangga, Jakarta 1996
9. Faldi Artono Koestoer, Perpindahan
kalor edisi pertama, Jakarta 2002
10. Benard D.Wood, Penerapan
Termodinamika, jilid pertama, edisi
kedua, Erlangga, Jakarta 1987
11. Arismunandar, W., Motor Diesel Putaran
Tinggi, Bandung : Pradnya Paramita,
1975
12. Arismunandar, W., Penggerak Mula –
Motor Bakar Torak, Bandung : Penerbit
ITB, 1977.
13. Hartono Rudi, Biodiesel dari Minyak
Jelantah yang Diaplikasikan pada Mesin
Diesel TS-50 dengan Perbandingan
Bahan Bakar B50, Depok, 2011.
14. Irwanto Joko, Pengaruh Perbandingan
Bahan Bakar 60% Solar dan 40%
Biodiesel dari Minyak Jelantah Pada
Kinerja mesin Diesel TS 50, Depok,
2011.
15. Nurahman, Proses PEmbuatan
Biodiesel Minyak Jelantah
Menggunakan Katalis Natrium
Hidroksida (NaOH) dan Diaplikasikan
Pada Mesin Diesel TS 50, Depok, 2011.
16. www.biodiesel.org, 20 maret 2011
17. www.tve.org/ho/coconut_doc.cfm.htm,
20 maret 2011
18. http://itgossips.com/cimie/cara-
membuat-biodiesel-dari-minyak-
jelantah/
19. http://en.wikipedia.org, 20 maret 2011
20. http://id.wikipedia.org/wiki/Metanol, 20
maret 2011
21. http://www.scribd.com/doc/23775351/Pr
ediksi-Sifat-Kimia-Fisik-Biodiesel, 23
maret 2011
22. http://id.wikipedia.org/wiki/Rudolf_Diesel
, 23 maret 2011
23. http://www.scribd.com/doc/48624179/m
akalah-konversi-tugas-akhir,
18 maret, 2011 24. http://duniatopik.wordpress.com/otomotif
/rudollf-diesel/
file:///D:/Data%20Kuliah/Lain Lain/Mesin%20Diesel/dendi%20handiman%20%20Siklus%20otto%20dan%20diesel.htm, 18 maret, 2011
25. www.worldenergy.net, 20 maret 2011
26. http://www.scribd.com/doc/36050483/La
poran-Tugas-Akhir-Kompor-Dengan-
Bahan-Bakar-Minyak-Jelantah, 18
maret, 2011
This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com.The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.This page will not be added after purchasing Win2PDF.