UNIVERSITAS PAMULANG TANGERANG SELATAN …lppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/laporan_akhir... ·...

50
i LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN PEMULA PENGEMBANGAN STRATEGI BERORIENTASI PASAR DAN PENINGKATAN DAYA SAING UKM DALAM MENGHADAPI AEC DI KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN KE-1 DARI RENCANA 1 TAHUN KETUA/ANGGOTA TIM Rahadyan Tajuddien, SE., M.M. 0429128803 (Ketua) Arief Budi Santoso, S.S., M.M. 0429129201 (Anggota) Dibiayai oleh: Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Penguatan Riset dan Pengembangan Kementrian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Sesuai dengan kontrak penelitian Nomor: 117/A5/SPKP/LPPM/UNPAM/III/2018 UNIVERSITAS PAMULANG TANGERANG SELATAN SEPTEMBER 2018

Transcript of UNIVERSITAS PAMULANG TANGERANG SELATAN …lppm.unpam.ac.id/wp-content/uploads/laporan_akhir... ·...

i

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN DOSEN PEMULA

PENGEMBANGAN STRATEGI BERORIENTASI PASAR DAN

PENINGKATAN DAYA SAING UKM DALAM MENGHADAPI AEC

DI KOTA TANGERANG SELATAN

TAHUN KE-1 DARI RENCANA 1 TAHUN

KETUA/ANGGOTA TIM

Rahadyan Tajuddien, SE., M.M. 0429128803 (Ketua)

Arief Budi Santoso, S.S., M.M. 0429129201 (Anggota)

Dibiayai oleh:

Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat

Direktorat Penguatan Riset dan Pengembangan Kementrian Riset,

Teknologi dan Pendidikan Tinggi

Sesuai dengan kontrak penelitian

Nomor: 117/A5/SPKP/LPPM/UNPAM/III/2018

UNIVERSITAS PAMULANG

TANGERANG SELATAN

SEPTEMBER 2018

ii

iii

RINGKASAN

PENGEMBANGAN STRATEGI BERORIENTASI PASAR

DAN PENINGKATAN DAYA SAING UKM DALAM MENGHADAPI AEC

DI KOTA TANGERANG SELATAN

Rahadyan Tajuddien

Manajemen, Fakultas Ekonomi,Universitas Pamulang

[email protected]

Arief Budi Santoso

Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang

[email protected]

Abstrak

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang cukup besar

dalam pembangunan ekonomi nasional, hal ini terlihat dari kontribusinya terhadap

Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang terus meningkat setiap tahunnya.

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mencatat kontribusi

sektor UKM meningkat dari 57,84 persen menjadi 60,34 persen. Tak hanya itu,

sektor UKM juga telah membantu penyerapan tenaga kerja di dalam negeri.

Serapan tenaga kerja pada sektor UKM tumbuh dari 96,99 persen menjadi 97,22

persen dalam periode lima tahun terakhir. (CNN Indonesia, 2016) Namun ditengah

berjalannya ASEAN Economic Community (AEC) mayoritas UKM di kota

Tangerang Selatan berada pada kondisi yang tidak ideal, dimana UKM sebagian

besar tidak mengalami perkembangan yang signifikan atau tidak jauh berbeda

kondisinya ketika awal didirikan bahkan tidak sedikit yang gulung tikar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, dengan

mengambil kasus pada UKM-UKM di Kota Tangerang Selatan. Metode survey

adalah pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan

yang baik terhadap suatu persoalan tertentu di dalam daerah atau lokasi tertentu,

atau suatu studi ekstensif yang dipolakan untuk memperoleh informasi-informasi

yang dibutuhkan (Moehar Daniel, 2002). Sampel dipilih secara acak (simple

random sampling) terhadap beberapa UKM di di Kota Tangerang Selatan. Data

diolah dan dianalisis dalam bentuk matriks strategi kekuatan dan kelemahan

(SWOT) berdasarkan data secara riil yang dimiliki oleh para pemilik UKM di Kota

Tangerang Selatan.

Strategi pengembangan terhadap pasar perlu menyesuaikan dengan kondisi

pasar saat ini di era digital, untuk itu melalui program pemerintah diharapkan

digitalisasi untuk UKM dapat terlaksana sesuai rencana strategis Dinas Koperasi

dan UKM Tangerang Selatan. Disamping hal tersebut, diversifikasi produk masih

menjadi indikator berkembangnya produk-produk kreatif dari berbagai kategori

UKM di Tangerang.

Kata Kunci : Usaha Kecil Dan Menengah (UKM), Strategi Berorientasi Pasar,

Peningkatan Daya Saing, ASEAN Economic Community (AEC)

iv

MARKET ORIENTED STRATEGY DEVELOPMENT

AND IMPROVING SME COMPETITIVENESS IN FACING AEC

IN TANGERANG SELATAN CITY

Rahadyan Tajuddien

Manajemen, Fakultas Ekonomi,Universitas Pamulang

[email protected]

Arief Budi Santoso

Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Pamulang

[email protected]

Abstract

Small and Medium Enterprises (SME) have a significant role in

national economic development, this is evident from its contribution to

Indonesia's Gross Domestic Product (GDP) which continues to increase every

year. The Ministry of Cooperatives and Small and Medium Enterprises

(SME) noted the contribution of the SME sector increased from 57.84 percent

to 60.34 percent. Not only that, the SME sector has also helped absorb

employment in the country. Workforce absorption in the SME sector grew

from 96.99 percent to 97.22 percent in the last five years. (CNN Indonesia,

2016) However, in the midst of the ASEAN Economic Community (AEC)

the majority of SME in the city of South Tangerang are in an ideal condition,

where most SMEs do not experience significant development or are not much

different when the initial establishment was not even a insolven.

The method used in this study is a survey method, taking cases in SME

in the City of South Tangerang. The survey method is a critical observation

or inquiry to obtain information that is good for a particular problem in a

particular area or location, or an extensive study that is patterned to obtain the

information needed (Moehar Daniel, 2002). Samples were chosen randomly

(simple random sampling) of several SMEs in South Tangerang City. Data is

processed and analyzed in the form of strength and weakness strategy

(SWOT) matrix based on real data owned by SME owners in South

Tangerang City.

The development strategy for the market needs to adjust to the current

market conditions in the digital era, for that through the government program

it is expected that digitalization for SMEs can be carried out according to the

strategic plan of the South Tangerang Cooperatives and SMEs Office.

Besides this, product diversification is still an indicator of the development

of creative products from various categories of SMEs in Tangerang.

Keywords: Small and Medium Enterprises (SMEs), Market Oriented

Strategies, Increased Competitiveness, ASEAN Economic Community

(AEC)

v

PRAKATA

Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Yang Maha

Penyayang. Tanpa karunia-Nya, mustahillah laporan penelitian ini terselesaikan

tepat waktu mengingat tugas dan kewajiban lain yang bersamaan hadir. Penulis

benar-benar merasa tertantang untuk mewujudkan laporan penelitian ini sebagai

bagian kecil peran penulis dalam mengembangkan khasanah keilmuan dan

pengembangan perekonomian masyarakat. Penelitian ini disusun atas dasar

kegundahan penulis terhadap ketidakmaksimalannya peran koperasi dalam

meningkatkan perekonomian masyarakat. Sangatlah miris, dimana banyak koperasi

yang hanya difungsikan tempat pengepul uang. Sehingga diharapkan hasil

penelitian ini mampu untuk dijadikan referensi pilihan di dalam mengembangkan

ekonomi masyarakat. Terselesaikannya penyusunan laporan penelitian ini juga

tidak terlepas dari bantuan beberapa pihak. Karena itu, penulis menyampaikan

terima kasih kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi karena

telah memberikan dana penelitian ini. Dengan kepercayaan tersebut, penulis

berkeyakinan bahwa itu dapat mendukung penulis dalam upaya meningkatkan

kualitas penelitian dan mampu mengembangkan ke arah penelitian yang lebih baik

lagi. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Universitas

Pamulang dan juga Lembaga Penelitian dan Pengmbangan Masyarakat (LPPM)

Universitas Pamulang yang telah secara berkala membimbing penulis di dalam

merencanakan, mempersiapkan, hingga melaporkan hasil penelitian ini. Semua

bentuk kemudahan yang telah diberikan benar-benar bermanfaat bagi penulis untuk

belajar menjadi pribadi yang lebih baik. Selain itu, penulis juga perlu untuk

menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam kepada beberapa sampel UKM di

Kota Tangerang Selatan yang telah menyediakan sekelumit waktunya untuk

bersedia menjadi obyek penelitian. Tak lupa juga, penulis menyampaikan rasa

terima kasih kepada segenap pihak yang telah memberikan semua bantuan,

motivasi, dan saran-sarannya. Meskipun telah berusaha untuk menghindarkan

kesalahan, penulis menyadari juga bahwa laporan ini masih mempunyai kelemahan

dan kekurangannya. Dengan segala pengharapan dan keterbukaan, penulis

menyampaikan rasa terima kasih dengan setulus-tulusnya atas kritik yang akan

diberikan. Akhir kata, penulis berharap agar laporan penelitian ini dapat membawa

manfaat kepada pembaca. Secara khusus, penulis berharap semoga penelitian ini

dapat menginspirasi koperasi-koperasi yang ada untuk dapat berkembang menjadi

lebih baik lagi.

Tangerang Selatan, 8 September 2018

Penulis

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ……………………………………......………………………… i

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………......…………………… ii

RINGKASAN ………………………………............................................….................. iii

PRAKATA............. …………………………………………………….....………….......v

DAFTAR ISI …......…………………………………………………………………….. vi

DAFTAR TABEL …......………………………………………………………………..ix

DAFTAR GAMBAR …......………………………………………………………….....x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah …........……………………….………………... 1

1.2 Batasan Masalah ………………........………………….………………... 2

1.3 Perumusan Masalah …………………........…………….……………….. 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Strategi ……………………………..........……………....... 4

2.1.1 Pengertian Manajemen Strategi …………………….………...... 4

2.1.2 Tahap-Tahap Manajemen Strategi.…………….......….…..……. 4

2.2 Orientasi Pasar…….……..…………………………………………....... 5

2.2.1 Manfaat Orientasi Pasar …………………………….………...... 6

2.2.2 Tuntutan Orientasi Pasar…………………………….………...... 7

2.3 Daya Saing …….……..…………………….………………………....... 7

2.3.1 Pengertian Daya Saing …..………………………….………...... 7

2.3.2 Dimensi Daya Saing…………...…………………….………...... 8

2.3.3 Identifikasi Pesaing.…………...…………………….………...... 9

vii

2.3.4 Strategi Peningkatan Daya Saing….……………….………........ 9

2.3.5 Strategi Pemasaran Bersaing…….……………….………......... 10

2.4 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)……………………..... 11

2.5 Analisis SWOT Matrik …….……..…………………….……………… 7

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian …………………………….…….......................……….... 14

3.2 Manfaat Penelitian .......………………………………….……………...14

BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian …..………………………………………………............16

4.2 Subjek Penelitian …..……………………………………………….........16

4.3 Teknik Pengumpulan Data… ..…………………………………….….... 18

4.4 Teknik Analisis Data………....…………………………………….….... 19

4.5 Prosedur Penelitian………....…………………………………….…….. 19

BAB V HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1 UKM Tangerang Selatan……....……………………………………….. 21

5.1.1 Gambaran UKM di wilayah Tangerang Selatan……………..…. 21

5.1.2 Pertumbuhan UMKM Tangerang Selatan………………………. 22

5.1.3 Sebaran Industri UMKM Tangerang Selatan ………………….. 25

5.2 Analisis SWOT untuk pengembangan strategi UKM ………....………. 26

5.2.1 Aspek Internal ………………………………...…………………26

5.2.2 Aspek Eksternal…………………………...………………..……29

5.2.3 Matrik Internal-Eksternal……...…………………………………31

5.2.4 Matriks SWOT…………………...………………..……………..33

5.3 Analisis Strategi dan Saya Saing ………....................................………..34

5.3.1 Strategi SO…. ………………………………...…………………34

viii

5.3.2 Strategi WO….……………………………...………...…………36

5.3.3 Strategi ST…. ………………………………...…………………36

5.3.3 Strategi WT…. ………………………………...……………..…37

BAB VI RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

6.1 Rencana Penelitian Tahun Kedua ...........................................................38

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan ……………………………………………………………39

DAFTAR PUSTAKA ……………..................................................................40

ix

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Hal

5.1 Hasil Tabulasi Pendataan Sensus 24

5.2 Sebaran Industri Kecil, Menengah / Besar 25

5.3 Faktor-Faktor Strategi Internal 27

5.4 Faktor-Faktor Strategi Eksternal 29

5.5 Matriks SWOT 32

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Hal

5.1 Internal-Eksternal Matriks 30

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan bentuk usaha yang saat ini

mengalami globalisasi dalam perekonomian Indonesia, UKM menjadi salah satu

faktor pendorong memajukan sektor perekonomian di Indonesia, hal ini dapat

terlihat pada peran UKM yang banyak membantu mengurangi pengangguran,

menekan angka kemiskinan, membantu menyuplai dana untuk Negara,

meningkatkan pendapatan masyarakat dan lain sebagainya. Kontribusi sektor

Usaha Kecil dan Menengah (UKM) terhadap produk domestik bruto (PDB)

semakin menggeliat dalam lima tahun terakhir. Kementerian Koperasi dan Usaha

Kecil Menengah (UKM) mencatat kontribusi sektor UKM meningkat dari 57,84

persen menjadi 60,34 persen. Tak hanya itu, sektor UKM juga telah membantu

penyerapan tenaga kerja di dalam negeri. Serapan tenaga kerja pada sektor UKM

tumbuh dari 96,99 persen menjadi 97,22 persen dalam periode lima tahun terakhir.

Dengan banyaknya tenaga kerja yang diserap, sektor UKM mampu meningkatkan

pendapatan masyarakat. Dengan demikian, UKM dianggap memiliki peran dalam

memerangi kemiskinan, dan pengangguran (CNN Indonesia, 2016).

Kesepakatan ASEAN Economic Community (AEC) sudah berlaku pada

tahun 2015 oleh karena itu daya saing UKM di Indonesia menjadi poin penting

yang harus diprioritaskan dalam pelaksanaan ASEAN Economic Community

(AEC). Keadaan tersebut karena UKM selama ini menjadi tulang punggung yang

banyak membantu penyerapan tenaga kerja, mengurangi pengangguran dan

kemiskinan serta meningkatkan pendapatan Negara. Pengembangan UKM melalui

pengembangan strategi orientasi pasar dan peningkatan daya saing UKM

mengingat usaha kecil dan menengah pada umumnya tumbuh dari masyarakat

secara langsung. Upaya pengembangan UKM untuk peningkatkan daya saing perlu

terus ditumbuh kembangkan agar UKM betul - betul mampu berkiprah lebih besar

lagi dalam perekonomian nasional.

2

Namun menurut hasil survey sementara peneliti saat berjalannya ASEAN

Economic Community (AEC) mayoritas UKM di Tangerang Selatan berada pada

kondisi yang tidak ideal, dimana UKM sebagian besar tidak mengalami

perkembangan yang signifikan atau tidak jauh berbeda kondisinya ketika awal

didirikan bahkan tidak sedikit yang gulung tikar. Hanya sedikit saja UKM yang

mampu berkembang, bertahan dan menjadi usaha besar. Hal itu disebabkan strategi

orientasi pasar UKM belum dikembangkan maksimal dan kurangnya daya saing

UKM di Kota Tangerang Selatan sehingga masih memiliki kelemahan dan kendala.

Pentingnya permasalahan tersebut maka tujuan dari penelitian ini agar UKM

mampu berkembang, bertahan dan menjadi usaha besar dengan cara pengembangan

strategi orientasi pasar dan peningkatkan daya saing UKM.

1.2 Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak melebar terlalu jauh, maka peneliti melakukan

pembatasan masalah, agar penelitian fokus dan hasil penelitiannya sesuai dengan

apa yang diharapkan peneliti. Berikut beberapa fokus permasalahan yang akan

dibahas dalam penelitian ini:

1. Strategi berorientasi pasar yang digunakan UKM di Kota Tangerang Selatan

dalam menghadapi AEC.

2. Daya saing UKM di Kota Tangerang Selatan dalam menghadapi AEC.

3. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Hambatan UKM di Kota Tangerang Selatan

dalam menghadapi AEC

1.3 Perumusan Masalah

Masalah yang dihadapi oleh UKM di Kota Tangerang Selatan adalah saat

berjalannya AEC sebagian besar UKM tidak mengalami perkembangan yang

signifikan atau tidak jauh berbeda kondisinya ketika awal didirikan bahkan tidak

sedikit yang gulung tikar. Oleh itu dibutuhkan strategi yang tepat untuk menghadapi

AEC.

3

Berdasarkan perumusan masalah penelitian di atas maka dapat ditarik

beberapa pertanyaan penelitian, yaitu:

1. Bagaimana penerapan strategi berorientasi pasar dan peningkatan daya saing

yang telah dilakukan UKM di Kota Tangerang Selatan dalam menghadapi

AEC?

2. Bagaimana Pengembangan strategi berorientasi pasar dan peningkatan daya

saing yang memungkinkan untuk diterapkan dan meningkatkan omset

penjualan UKM di Kota Tangerang Selatan dalam meghadapi AEC ?

3. Bagaimana Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Hambatan yang secara riil

dimiliki oleh para pemilik UKM di Kota Tangerang Selatan dalam meghadapi

AEC?

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Strategi

2.1.1 Pengertian Manajemen Strategi

Manajemen Strategi adalah “Suatu proses yang senantiasa

berkesinambungan dan terus berulang-ulang yang diarahkan kepada pemeliharaan

suatu organisasi sebagai salah satu kesatuan yang serasi dan seirama dengan

lingkungannya demi tercapainya suatu keunggulan bersaing yang berkelanjutan.”

2.1.2 Tahap-tahap Manajemen Strategi

1) Analisis Lingkungan

Keberhasilan strategi pemasaran banyak ditentukan oleh kepekaan dalam

mengantisipasi perubahan lingkungan usaha, baik lingkungan internal maupun

eksternal perusahaan. Untuk itu analisis internal dan eksternal ini menjadi

penting karena akan diketahui faktor-faktor yang secara langsung maupun tidak

langsung mempengaruhi aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuan. Dengan

mengetahui faktor-faktor internal dan eksternal, maka manajemen dapat

memberikan aksi dan reaksi yang sesuai dan proporsional untuk menciptakan

keunggulan bersaing yang berkesinambungan.

2) Menentukan dan Menetapkan Arah Organisasi

Setelah menganalisa lingkungan eksternal dan internal, diharapkan kita sudah

memiliki gambaran tentang posisi perusahan dalam persaingan. Kita mampu

mendefinisikan keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dihadapi.

Berdasarkan informasi ini selanjutnya ditentukan dan ditetapkan kearah mana

perusahan akan diarahkan. Biasanya ada dua indikator utama yang digunakan

untuk menentukan arah organisasi. Pertama adalah misinya berfungsi sebagai

Raison d’Etre, menjelaskan mengapa organisasi tersebut ada, selanjutnya adalah

tujuan yang merefleksikan target yang akan dicapai oleh organisasi. Selain itu di

dalam tahap ini juga akan dicoba diawali dengan strategi arsitektur dan didorong

oleh strategi interen.

5

3) Formulasi Strategi

Formulasi Strategi merupakan suatu proses manajemen strategi untuk mencapai

tujuan perusahaan. Proses tersebut diawali dari penyusunan pernyataan misi

perusahaan selanjutnya adalah menentukan tujuan jangka panjang, dan tahapan

terakhir adalah menentukan strategi yang dipilih di antara alternatif strategi yang

tersedia (David, 1997). Adapun strategi yang dipilih oleh perusahaan, maka ada

hal-hal yang harus dilakukan oleh perusahaan demi keberhasilan strategi

tersebut.

4) Implementasi Strategi

Tahap ini melibatkan strategi yang muncul dalam tahap sebelumnya. Kemudian

strategi tersebut dikembangkan secara logis dalam bentuk tindakan. Agar

penerapkan strategi organisasi sukses, manajer harus memiliki gagasan yang

jelas tentang isu-isu yang berbeda dan bagaimana cara mengatasinya. Dalam

tahap ini masalah struktur organisasi, budaya perusahaan dan pola

kepemimpinan akan dibahas secara lebih mendalam.

5) Pengendalian Strategi

Pengendalian strategi adalah suatu jenis khusus dari pengendalian organisasi

yang berfokus pada pemantauan dan pengevaluasian manajemn strategi dengan

maksud untuk memperbaiki dan memastikan bahwa system tersebut berfungsi

sebagaimana mestinya. Oleh karena itu maka strategi pemasaran sifatnya

berkesinambungan.

2.2 Orientasi Pasar

Menurut Naver dan Slater (1990) orientasi pasar merupakan budaya bisnis

yang mampu menciptakan perilaku karyawan sehingga menunjang upaya

penciptaan nilai superior bagi para pelanggan. Menurut Lukas & Ferrell dalam

Bagas Prakosa (2005:40), bahwa orientasi pasarmerupakan suatu proses dari

Menghasilkan dan memberikan informasi untuk tujuan menciptakan superior value

bagi konsumen. Berdasarkan skala MKTOR yang diungkapkan oleh Narver dan

Slater (1990) terdapat tiga dimensi utama orientasi pasar yakni:

6

1. Orientasi pelanggan

Perusahaan yang yang berorientasi pada kepuasan pelanggan umumnya

menggambarkan sebuah perilaku yang lebih responsive terhadap

pelanggannya dengan member pelayanan purna jual, respon yang cepat

terhadap keluhan pelanggan dan komitmen terhadap janji perusahaan

kepada pelanggannya (Narver dan Slater, 1994) Hasil penelitian Lukas dan

farrel (2000) mengindikasikan bahwa penekanan yang lebih besar pada

orientasi pelanggan sesungguhnya meningkatkan pengenalan produk baru

kepada pasar.

2. Orientasi pesaing

Orientasi pesaing berarti pemahaman yang dimiliki penjual dalam

memahami kekuatan jangka pendek, kelemahan - kelemahan, kapabilitas

dan strategi jangka panjang baik dari pesaing utamanya saat ini maupun

pesaing potensial utama. Perusahaan yang berorientasi pada pesaing

senantiasa akan menggunakan sebagian besar waktunya untuk melacak

penggunaan strategi dan pangsa pasar pesaing serta berusaha menemukan

berbagai strategi untuk melawannya (zhou,et al, 2005)

3. Koordinator antar fungsi (inter functional coordination).

Inovasi dalam suatu perusahaan sangat dibutuhkan untuk dapat bertahan

ditengah globalisasi zaman.inovasi sebagai penciptaan dan adopsi ide baru,

proses, produk, atau jasa yang ditujukan untuk meningkatkan nilai kepada

pelanggan dan berkontribusi terhadap kinerj a atau efektivitas perusahaan

(Johnson et al, 2009:87).

2.2.1 Manfaat Orientasi Pasar

Menurut Ali Hasan (2009; 19), suatu usaha atau bisnis yang berorientasi

pasar memiliki berbagai manfaat yaitu sebagai berikut:

1). Dapat membantu perusahaan dalam memproduksi produk atau jasa yang sesuai

dengan yang dipersepsikan oleh pelanggan.

2). Membantu memproduksi secara lebih efisien dibandingkan para pesaing.

3). Dapat menjelaskan perbedaan - perbadaan kinerja yang dicapai oleh perusahaan.

7

4). Dapat mengarahkan perusahaan pada competitive advantage yang dapat

ditahan melalui aktivitas-aktivitas internal, seperti : Investasi ulang,

Ambiguitas kasual (lebih mampu mengenal kemampuan diri dengan lebih

baik)

5) Melakukan adaptasi orientasi pasar (adaptation of more market oriented)

aktivitas-aktivitas eksternal, seperti : Adaptasi dengan perubahan, Amniguitas

eskternal, Intangibility, Kecepatan mobilitas, Kompleksitas social, Efisiensi

missal, dan peningkatan efektinitas sejalan dengan waktu serta pengetahuan

prosedural.

2.2.2 Tuntutan Orientasi Pasar

Ali Hasan (2009 : 1 2) menjelaskan bahwa orientasi pasar adalah focus

perencanaan strategis sebuzih unit bisnis yang hams memenuhi beberapa tuntutan

yaitu sebagai berikut:

1). Semua fungsi yang ada dalam perusahaan mempu menyerap semua informasi

penting yang mempengaruhi pembelian.

2). Keputusan pembuatan strategi dilakukan secara interfungsional dan

interdivisional.

3). Divisi dan fungsi melakukan koordinasi yang baik dan memiliki sense of

Commitment dalam melaksanakan kegiatan pemasaran.

2.3. Daya Saing

2.3.1 Pengertian Daya Saing

Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh pasar. Karena

tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan, dan tidak unggul

berarti tidak ada alasan bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar

persaingan untuk jangka panjang. Daya saing berhubungan dengan bagaimana

efektivitas suatu organisasi di pasar persaingan, dibandingkan dengan organisasi

lainnya yang menawarkan produk atau jasa-jasa yang sama atau sejenis.

Perusahaan-perusahaan yang mampu menghasilkan produk atau jasa yang

berkualitas baik adalah perusahaan yang efektif dalam arti akan mampu bersaing.

Porter (1995:5) mengatakan : “ competition is at the core of the success or failure

of firms. Persaingan adalah inti dari kesuksesan atau kegagalan perusahaan.

8

Terdapat dua sisi yang ditimbulkan oleh persaingan, yaitu sisi kesuksesan karena

mendorong perusahaan-perusahaan untuk lebih dinamis dan bersaing dalam

menghasilkan produk serta memberikan layanan terbaik bagi pasarnya, sehingga

persaingan dianggapnya sebagai peluang yang memotivasi. Sedangkan sisi lainnya

adalah kegagalan karena akan memperlemah perusahaan-perusahaan yang bersifat

statis, takut akan persaingan dan tidak mampu menghasilkan produk-produk yang

berkualitas, sehingga persaingan merupakan ancaman bagi perusahaannya.

Menurut Muhardi (2007:39) Daya saing operasi merupakan fungsi operasi yang

tidak saja berorientasi ke dalam (internal) tetapi juga keluar (eksternal), yakni

merespon pasar sasaran usahanya dengan proaktif

2.3.2 Dimensi Daya Saing

Dimensi daya saing suatu perusahaan sebagaimana dikemukakan oleh

Muhardi (2007:40) dengan mengutip Ward et all (1998:1036-1037) adalah terdiri

dari biaya (cost), kualitas (quality), waktu penyampaian (delivery), dan fleksibilitas

(flexibility). Keempat dimensi tersebut lebih lanjut diterangkan oleh Muhardi

(2007:41) lengkap dengan indikatornya sebagai berikut :

a. Biaya adalah dimensi daya saing operasi yang meliputi empat indikator yaitu

biaya produksi, produktifitas tenaga kerja, penggunaan kapasitas produksi dan

persediaan. Unsur daya saing yang terdiri dari biaya merupakan modal yang

mutlak dimiliki oleh suatu perusahaan yang mencakup pembiayaan produksinya,

produktifitas tenaga kerjanya, pemanfaatan kapasitas produksi perusahaan dan

adanya cadangan produksi (persediaan) yang sewaktu-waktu dapat

dipergunakan oleh perusahaan untuk menunjang kelancaran perusahaan

tersebut.

b. Kualitas seperti yang dimaksudkan oleh Muhardi adalah merupakan dimensi

daya saing yang juga sangat penting, yaitu meliputi berbagai indikator

diantaranya tampilan produk, jangka waktu penerimaan produk, daya tahan

produk, kecepatan penyelesaian keluhan konsumen, dan kesesuaian produk

terhadap spesifikasi desain. Tampilan produk dapat tercermin dari desain produk

atau layanannya, tampilan produk yang baik adalah yang memiliki desain

sederhana namun mempunyai nilai yang tinggi. Jangka waktu penerimaan

9

produk dimaksudkan dengan lamanya umur produk dapat diterima oleh pasar,

semakin lama umur produk di pasar menunjukkan kualitas produk tersebut

semakin baik. Adapun daya tahan produk dapat diukur dari umur ekonomis

penggunaan produk .

c. Waktu penyampaian merupakan dimensi daya saing yang meliputi berbagai

indikator diantaranya ketepatan waktu produksi, pengurangan waktu tunggu

produksi, dan ketepatan waktu penyampaian produk. Ketiga indikator tersebut

berkaitan, ketepatan waktu penyampaian produk dapat dipengaruhi oleh

ketepatan waktu produksi dan lamanya waktu tunggu produksi.

d. Adapun fleksibilitas merupakan dimensi daya saing operasi yang meliputi

berbagai indikator diantaranya macam produk yang dihasilkan, kecepatan

menyesuaikan dengan kepentingan lingkungan.

2.3.3 Identifikasi Pesaing

Ada 4 (empat) tingkat persaingan, berdasarkan tingkat subtitusi produk

menurut Kotler (2001:290) , yaitu:

a. Persaingan Merek, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para pesaingnya

adalah perusahaan lain yang menawarkan produk dan atau jasa serupa pada

pelanggan yang sama dengan harga yang sama.

b. Persaingan Industri, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para

pesaingnya adalah semua perusahaan yang membuat produk atau kelas produk

yang sama.

c. Persaingan Bentuk, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para

pesaingnya adalah semua perusahaan yang memproduksi produk yang

memberikan jasa yang sama.

d. Persaingan Generik, terjadi apabila suatu perusahaan menganggap para

pesaingnya adalah semua perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan rupiah

konsumen yang sama.

2.3.4 Strategi peningkatan daya saing

Dalam usaha untuk memperoleh keunggulan bersaing menurut Kotler

(2001:295) yaitu dengan membangun hubungan pelanggan yang didasarkan pada :

10

a. Nilai pelanggan Nilai bagi pelanggan merupakan perbedaan antara nilai total bagi

pelanggan dan biaya total pelanggan terhadap penawaran pemasaran (‘laba’ bagi

pelanggan).

b. Kepuasan pelanggan Kepuasan pelanggan adalah sejauh mana kinerja yang

diberikan oleh sebuah produk sepadan dengan harapan pembeli. Jika kinerja

produk kurang dari yang diharapkan, maka pembelinya tidak puas. Kepuasan

pelanggan terhadap pembelian tergantung pada kinerja nyata sebuah produk,

relatif terhadap harapan pembeli.

2.3.5 Strategi Pemasaran Bersaing

Menurut Kotler (2001:319) ada lima strategi pemasaran bersaing yang luas

yang dapat digunakan oleh perusahaan, yaitu :

1. Strategi bersaing dasar Michael porter (1980: 61-78) menyebutkan empat

strategi kedudukan bersaing dasar, mencakup:

a. Kepemimpinan biaya keseluruhan : perusahaan bekerja keras untuk

mencapai biaya produksi dan distribusi terendah sehingga perusahaan itu

dapat membuat harga lebih rendah daripada pesaing dan memenangkan

pangsa pasar.

b. Pembedaan (differensiasi) : perusahaan berusaha berkonsentrasi untuk

menciptakan lini produk dan program pemasaran yang sangat berbeda,

sehingga perusahaan ini dapat menjadi pemimpin kelas dalam industry

yang bersangkutan.

c. Fokus : perusahaan berusaha berfokus pada upayanya dalam melayani

beberapa segmen pasar secara lebih baik dan bukan memburu seluruh

pasar.

2. Strategi pemimpin pasar Strategi pemimpin pasar adalah strategi dimana

perusahaan dalam suatu industri dengan pangsa pasar terbesar, perusahaan

ini biasanya memimpin perusahaan lain dalam perubahan harga, pengenalan

produk baru, cakupan penyaluran, dan pengeluaran promosi.

3. Strategi penantang pasar Strategi penantang pasar adalah strategi dimana

perusahaan peringkat kedua dalam suatu industri yang sedang berjuang

keras untuk meningkatkan pangsa pasarnya.

11

4. Strategi pengikut pasar Strategi pengikut pasar adalah strategi dimana

perusahaan peringkat kedua dalam suatu industri yang ingin

mempertahankan pangsa pasarnya tanpa menggangu keseimbangan.

5. Strategi perelung pasar Strategi perelung pasar adalah strategi perusahaan

dalam suatu industri yang melayani segmen kecil yang dilupakan atau

diabaikan perusahaan lain.

2.4 Pengertian Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Usaha Kecil dan Menengah (UKM), sebagaimana yang tecantum dalam

Undang-undang (UU) No. 9 tahun 1995, adalah kegiatan ekonomi rakyat yang

memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200 juta, tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha atau yang memliki hasil penjualan tahunan paling banyak

1 milyar dan milik warga negara Indonesia. Masih dalam Undang-undang tersebut,

Usaha kecil menengah (UKM) terbagi ke dalam dua kriteria: Sektor industri,

memiliki total aset paling banyak Rp. 5 milyar, dan 2. Sektor non industry memiliki

kekayaan bersih paling banyak Rp. 600 juta tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp. 3 milyar

Inpres No. 10 tahun 1999 mendefinisikan usaha menengah adalah usaha yang

memiliki kriteria–criteria berikut: memiliki kekayaan bersih lebih besar dari 200

juta sampai dengan paling banyak 10 milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha, milik warga Negara Indonesia. Berdiri sendiri dan bukan merupakan

anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau berafiliasi

baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha besar. Berbentuk usaha orang

perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum dan badan usaha yang

berbadan hukum. Pengertian atau definisi UKM di atas merupakan definisi yang

dipergunakan dan Dikembangkan di Indonesia. Namun jika kita mencermati negara

lain, akan kita peroleh pemahaman bahwa UKM memiliki definisi yang berbeda.

Akan tetapi. Dalam definisi tersebut tetap mencakup dan membahas aspek

penyerapan tenaga kerja dan aspek pengelompokan perusahaan ditinjau dari jumlah

tenaga kerja yang diserap dalam kelompok perusahaan tersebut (range of the

member of employes), misalnya usaha kecil di United Kingdom adalah suatu usaha

bila jumlah karyawannya antara 1-200 orang; di Jepang antara 1-300 orang; di USA

12

antara 1-500 orang. Berdasarkan keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

1997 kriteria industri kecil adalah industri dengan nilai investasi parusahaan

seluruhnya sampai 200 juta rupiah, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat

usaha, dan pemiliknya adalah warga Negara Indonesia. Berdasarkan keputusan

Menteri Perindustrian dan Perdagangan 1999, nilai investasi perusahaan industri

yang seluruhnya sampai dengan satu miliar rupiah tidak termasuk tanah dan

bangunan tempat usaha, kewenangan pembinaannya berada pada direktorat

Jenderal Industeri kecil dan Dagang Kecil (Depperindag, 2000) Badan Pusat

Statistik (BPS) mengklasifikasikan Industri kecil Indonesia dalam tiga kategori

yaitu:

1. Industri yang berskala besar dengan jumlah pekerja paling sedikit 50

orang.

2. Industri yang berskala sedang dengan jumlah pekerja 20 sampai 49

orang.

3. Industri yang berskala kecil dengan jumlah pekerja 5 sampai 19 orang.

2.5 Analisis SWOT Matrik

Menurut Rangkuti (2006:19) Analisis SWOT adalah suatu analisis yang

didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan

peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weaknesses) dan ancaman (threats). Bertujuan untuk menentukan usaha yang

realistis, sesuai dengan kondisi perusahaan dan oleh sebab itu lebih mudah tercapai

setiap perusahaan dapat mempergunakan teknik analisis SWOT. Menurut Griffin

(2004:229) Analisis SWOT adalah salah satu langkah yang paling penting dalam

memformulasikan strategi, dengan menggunakan misi organisasi sebagai konteks,

manajer mengukur kekuatan dan kelemahan internal demikian juga kesempatan

dan ancaman eksternal.

Berikut penjelasan dari SWOT menurut David (2005:47) yaitu :

1. Strength (kekuatan) Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau

keunggulan-keunggulan lain yang berhubungan dengan para pesaing

perusahaan dan kebutuhan pasar yang dapat dilayani oleh perusahaan yang

13

diharapkan dapat dilayani. Kekuatan adalah kompetisi khusus yang

memberikan keunggulan kompetitif bagi perusahaan di pasar.

2. Weakness (kelemahan) Kelemahan adalah keterbatasan atau kekurangan

dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara efektif

menghambat kinerja perusahaan. Keterbatasan tersebut dapat berupa

fasilitas, sumber daya keuangan, kemampuan manajemen dan

keterampilan pemasaran dapat merupakan sumber dari kelemahan

perusahaan.

3. Opportunities (Peluang) Peluang adalah situasi penting yang

menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Kecenderungan-

kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang, seperti

perubahan teknologi dan meningkatnya hubungan antara perusahaan

dengan pembeli atau pemasok merupakan gambaran peluang bagi

perusahaan.

Threats (ancaman) Ancaman adalah situasi penting yang tidak menguntungkan

dalam lingkungan perusahaan. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi

sekarang atau yang diinginkan perusahaan. Adanya peraturan-peraturan pemerintah

yang baru atau yang direvisi dapat merupakan ancaman bagi kesuksesan

perusahaan. Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan

oleh kombinasi faktor eksternal dan internal. Kedua faktor tersebut harus

dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan

Internal Strengths dan Weaknesses serta lingkungan eksternal Opportunities dan

Threats yang dihadapi dunia bisnis. Analisis SWOT membandingkan antara factor

eksternal peluang (Opportunities) dan ancaman (Threats) dengan faktor internal

kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weaknesses). Secara umum terdapat dua

metode pendekatan dalam analisis SWOT yaitu (1) pendekatan perencanaan

strategis dengan pemberian skor, dan (2) pendekatan analisis tanpa pemberian skor

(Djumara 2007:6).

14

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah :

1. Mengukur penerapan strategi berorientasi pasar dan peningkatan daya

saing yang telah dilakukan UKM di Kota Tangerang Selatan dalam

menghadapi AEC?

2. Memperkirakan Pengembangan strategi berorientasi pasar dan

peningkatan daya saing yang memungkinkan untuk diterapkan dan

meningkatkan omset penjualan UKM di Kota Tangerang Selatan dalam

meghadapi AEC ?

3. Mengukur Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Hambatan yang secara riil

dimiliki oleh para pemilik UKM di Kota Tangerang Selatan dalam

meghadapi AEC?

3.2 Manfaat Penelitian

Tujuan lain dibuatnya penelitian ini adalah untuk memberikan manfaat

terhadap:

a. Bagi Pemerintah Kota Tangerang Selatan

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan informasi dan masukan

kepada pihak Pemerintah Kota Tangerang Selatan utntuk mengambil

kebijakan terkait dengan UKM dan kewirausahaan sehingga tercipta

efektivitas dalam membuat kebijakan untuk menghadapi meghadapi AEC.

b. Bagi Akademisi

Sebagai bahan bacaan untuk menambah pengetahuan, refrensi, masukan

dan perkembangan ilmu strategi berorientasi pasar dan peningkatan daya

saing UKM dalam menghadapi AEC.

15

c. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini di harapkan menambah wawasan dan memperluas

pengetahuan peneliti dalam pengembangan strategi berorientasi pasar dan

peningkatan daya saing UKM di suatu wilayah dalam meghadapi AEC .

d. Peneliti Berikutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk

digunakan sebagai acuan dan dasar dalam penelitian selanjutnya yang

terkait dengan strategi peningkatan daya saing UKM dalam meghadapi

AEC.

16

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan metode penelitian survey yaitu suatu penelitian

yang mengambil sampel dari suatu populasi dengan mengandalkan kuisioner

sebagai instrumen pengumpulan data. Populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

Sedang sampel adalah bagian dari jumlah dan karkateristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiono,2006:90).

Survey adalah metode riset dengan menggunakan observasi, kuesioner dan

wawancara sebagai instrument pengumpulan datanya. Tujuannya untuk

memperoleh informasi tentang sejumlah responden yang dianggap mewakili

populasi tertentu. Secara umum metode survei terdiri dari dua jenis, yaitu deskriptif

dan eksplanatif (analitik). Dan penelitian ini termasuk dalam penelitian survey

eksplanatif (analitik) jenis survey ini digunakan bila periset ingin mengetahui

mengapa situasi atau kondisi tertentu terjadi atau apa yang memengaruhi terjadinya

sesuatu. Periset tidak sekedar mengambarkan fenomena itu terjadi tapi telah

mencoba menjelaskan mengapa fenomena itu terjadi dan apa pengaruhnya.

4.2 Subjek Penelitian

Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah UKM di kota Tangerang

Selatan, Prosedur pemilihan subjek penelitian dapat dijabarkan secara ringkas yaitu

dengan mendatangi UKM - UKM yang penjualannya menurun. Setelah itu, peneliti

melakukan tes untuk mengukur kemampuan daya saing UKM sebagai subjek

penelitian. Setelah dilakukan penilaian terhadap hasil tes kemampuan daya saing.

1. Populasi

Populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan

memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian (Riduwan,

2005:54). Populasi merupakan keseluruhan anggota subjek penelitian yang

17

memiliki kesamaan karakteristik. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh UKM di kota Tangerang Selatan.

2. Sampel

Sampel adalah sebagai bagian dari populasi. Menurut Sutrisno Hadi (2000

: 121) berpendapat bahwa sampel adalah sebagian dari populasi atau sejumlah

penduduk yang jumlahnya kurang dari populasi. Menurut Suharsimi Arikunto,

(2002 : 117) menyebutkan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi

yang diteliti. Dengan mempertimbangkan dana, waktu, tenaga, dan ketelitian dalam

menganalisis datanya, maka penelitian ini menggunakan sampel. Sebagaimana

disebutkan Suharsimi Arikunto (2002 : 120). Adapun teknik sampling yang

digunakan dalam penelitian ini adalah Simple Random Sampling, dikatakan simple

(sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara

acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

Karena ukuran populasinya tidak diketahui maka dalam menentukan ukuran

sampel peneliti menentukan beberapa asumsi menurut Sugiarto (2003, p70) sebagai

berikut :

Rumus : n = Za2 .p.q

e2

n : Sampel

e : Besarnya toleransi / rentang interval (0,1)

p.q : Ukuran penyebaran populasi, jika p dan q tidak diketahui, maka

dapat

diganti dengan 0,25 sebagai perkalian antara 0,5 x 0,5

pendapat Umar (2001, p82).

Za2(0,05) : 1,96

4.3 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik yang

akan peneliti gunakan adalah sebagai berikut :

1. Angket atau Kuesioner

Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data melalui formulir -

formulir yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara tertulis

Rumus : n = Za2 .p.q

e2

18

pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau

tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti (Mardalis: 2008: 66)

Penelitian ini menggunakan angket atau kuesioer, daftar pertanyaannya

dibuat secara berstruktur denan bentuk pertanyaan pilihan berganda

(multiple choice questions) dan pertanyaan terbuka (open question).

2. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian

untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Apabila objek penelitian

bersifat perilaku dan tindakan manusia, fenomena alam (kejadian-kejadian

yang ada di alam sekitar), proses kerja dan penggunaan responden kecil

(Riduwan, 2005:76). Selain melaksanakan observasi lapangan peneliti juga

akan menggunakan kuesioner sebagai panduan untuk memperoleh data

lapangan dan kesan maupun pesan dari responden. Sedangkan yang

dimakud dengan kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada

orang lain bersedia memberikan respons (responden) sesuai dengan

permintaan pengguna (Riduwan, 2005 : 71).

2. Wawancara Mendalam (Indepth Interview)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang

mengajukan pertanyaan dan pewawancara (interviewee) yang memberikan

jawaban atas pertanyaan itu (Moloeng, 2007: 186). Wawancara

dipergunakan untuk mengadakan komunikasi dengan subjek penelitian

sehingga diperoleh data-data yang diperlukan. Teknik wawancara

mendalam ini diperoleh langsung dari subyek penelitian melalui

serangkaian tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait langsung dengan

pokok permasalahan. Dalam penelitian ini wawancara dilakukan dengan

menggunakan pedoman wawancara bebas terpimpin. Wawancara bebas

terpimpin yaitu cara mengajukan pertanyaan yang dikemukakan bebas,

artinya pertanyaan tidak terpaku pada pedoman wawancara tentang

masalah-masalah pokok dalam penelitian kemudian dapat dikembangkan

sesuai dengan kondisi di lapangan (Sutrisno Hadi, 1994: 207).

19

4.4 Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data primer yang dilakukan

dengan cara memberikan angket kepada responden, dan yang menjadi responden

dalam kuesioner ini adalah pengusaha UKM di kota Tangerang Selatan dalam

menghadapi AEC.

2. Analisis SWOT

Adapun metode analisis yang akan dipakai oleh peneliti yaitu dengan

menggunakan metode SWOT Metode analisis SWOT yang terdiri dari Strengths,

Weakness, Opportunities, dan threaths. Adapun sistematika metode yang dipakai

dalam penelitian ini anatara lain :

Faktor – faktor yang mempengaruhi

1. Faktor Internal : Kekuatan (strenghts) Kelemahan (weakness)

2. Faktor Eksternal Peluang : (opportunities) Ancaman (theaths)

a. SO strategies : Ini merupakan situasi yang menguntungkan Perusahaan

memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang

ada. Strategi yang harus diterapkandalam kondisi ini adalah mendukung

kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented stategy).

b. ST strategies: dalam situasi ini perusahaan menghadapi berbagai ancaman,

tetapi masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus

diterapkan dalam kondisi ini adalah menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang jangka panjang denga cara strategi diversifikasi

(produk/pasar).

c. WO strategies: dalam situasi ini perusahaan menghadapi peluang pasar

yang besar, tetapi juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal.

Fokus strategi pada situasi ini adalah meminimalkan masalah-masalah

internal sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

d. WT strategies: ini merupakan situasi yang tidak menguntungkan, sehingga

perusahaan harus menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

20

4.5 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini, agar pelaksanaannya terarah dan sistemastis maka

disusun tahapan-tahapan penelitian. Menurut Moleong (2007: 127-148), ada empat

tahapan dalam pelaksanaan penelitian yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pra lapangan

Peneliti mengadakan survei pendahuluan yakni dengan mencari subjek

sebagai narasumber. Selama proses survei ini peneliti melakukan

penjajagan lapangan (field study) terhadap latar penelitian, mencari data dan

informasi tentang UKM di Tangerang Selatan. Peneliti juga menempuh

upaya konfirmasi ilmiah melalui penelusuran literatur buku dan referensi

pendukung penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan penyusunan

rancangan penelitian yang meliputi garis besar metode penelitian yang

digunakan dalam melakukan penelitian. Tahap pra lapangan dilakukan

peneliti selama bulan Juli-Agustus 2017.

2. Tahap pekerjaan lapangan

Dalam hal ini peneliti memasuki dan memahami latar penelitian dalam

rangka pengumpulan data. Tahap ini dilaksanakan selama bulan September-

Januari 2018.

3. Tahap analisis data

Tahapan yang ketiga dalam penelitian ini adalah analisis data. Peneliti

dalam tahapan ini melakukan serangkaian proses analisis data kualitatif

sampai pada interpretasi data-data yang telah diperoleh sebelumnya. Selain

itu peneliti juga menempuh proses triangulasi data yang diperbandingkan

dengan teori kepustakaan. Tahap analisis data dilakukan selama bulan

Februari 2018.

4. Tahap evaluasi dan pelaporan

Pada tahap ini peneliti berusaha melakukan konsultasi dan pembimbingan

dengan dosen pembimbing yang telah ditentukan. Maret-April 2018.

21

BAB V

HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

5.1 UKM Tangerang Selatan

5.1.1 Gambaran UKM di wilayah Tangerang Selatan

Di wilayah Tangerang Selatan beberapa UKM merupakan salah satu

penggerak pekonomian lokal. Kategori jenis industri kerajinan UKM beberapa

terdapat di Kota Tangerang Selatan, sekitar 5 kategori UKM yaitu kerajinan kayu

berjumlah 165 unit, anyaman 28 unit, gerabah 1 unit, kain 293 unit dan makanan

164 unit. Selain itu industri kerajian tersebut, juga terdapat 7 unit pabrik yang di

dalamnya terdapat 1 kawasan industri. Jadi keseluruhan industri kecil dan besar

yang ada di wilayah Tangerang Selatan mencapai 658 unit yang didominasi oleh

industri kecil/rumahan (home industry) yang perlu dkembangkan.

Seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi nasional dan dunia yang semakin

cepat yang mempengaruhi para pelaku Usaha Mikro, Kecil dan menengah.

Akhirnya pemerintah membentuk badan hukum untuk mewadahi para pelaku

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) agar tidak terbawa oleh pertumbuhan

ekonomi global. Sesuai degan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah dan sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis

Permusyawaratan Rakyat (MPR) Nomor XVI/MPR-RI/1998 tentang politik

ekonomi dalam rangka demokrasi ekonomi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

perlu diberdayakan sebagai bagian integral ekonomi rakyat yang mempuyai

kedudukan, peran, dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian

22

nasional yang semakin seimbang, berkembang dan berkeadilan. Setelah

disahkannya Undang-Undang tersebut, dibuatlah lembaga UMKM di bawah

perlindungan Kementrian Koperasi dan UMKM, agar setiap UMKM dimasing-

masing daerah bisa berkembang.

Di wilayah Tangerang Salatan telah dibentuk lembaga yang menaungi

pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) yaitu Dinas Koperasi

dan UMKM. Dinas koperasi dan UMKM (DEKOPINDA) ini terbentuk dari hasil

Musyawarah daerah II pada tahun 2010, dengan tujuan untuk bertanggung jawab

menjadi wadah dalam mengembangkan roda perekonomian diwilayah Tangerang

Selatan. Selain itu DEKOPINDA Tangerang Selatan memiliki visi, misi dan motto.

Sebagai berikut:

a. Visi

Mewujudkan lembaga DEKOPINDA sebagai mitra kerja pembangunan

koperasi di Tangerang Selatan.

b. Misi

1) Professional dan terpercaya.

2) Penyambung aspirasi dan memperjuangkan kepentingan gerakan

Koperasi.

3) Penyambung dan pelaksana kebijakan pemerintah.

5.1.2 Pertumbuhan UMKM Tangerang Selatan

Secara berkesinambungan, Kementerian Koperasi dan UKM dapat terus

melaksanakan kebijakan dan program pemberdayaan Koperasi dan UMKM dalam

upaya mendorong pertumbuhan ekonomi (pro growth), menekan angka kemiskinan

23

(pro poor), menambah lapangan kerja baru (pro jobs), dan berpihak pada pelestarian

lingkungan (pro environment). Selama tahun 2015, berbagai kebijakan dan

program telah dilaksanakan oleh Kementerian Koperasi dan UKM dalam rangka

mendorong pengembangan Koperasi dan UMKM di Indonesia.

Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia dan

masyarakat Indonesia yang dilakukan secara berkelanjutan, berlandaskan

kemampuan nasional, dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi serta memperhatikan tantangan perkembangan global. UMKM

mempunyai peran penting dalam pembangunan ekonomi.

Hal tersebut dikarenakan tingkat penyerapan tenaga kerjanya yang relatif

tinggi dan kebutuhan modal investasinya yang kecil, UMKM bisa dengan fleksibel

menyesuaikan dan menjawab kondisi pasar yang terus berubah. Perkembangan

jumlah UMKM yang meningkat belum diimbangi dengan perkembangan kualitas

UMKM yang masih menghadapi permasalahan klasik yaitu rendahnya

produktivitas. Kajian ini diperlukan untuk menjawab permasalah-permasalahan,

diantaranya;

1. Jenis produk dan komoditas UMKM yang potensial dan perlu untuk

dikembangkan di Kota Tangerang

2. Tingkat penyerapan tenaga kerja UMKM di Kota Tangerang

3. Upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengembangkan jenis UMKM

dan produk unggulan.

24

Hasil sensus Dinas Koperasi dan UMKM terhadap pertumbuhan UMKM

dari 7 (tujuh) kecamatan di wilayah Tangerang Selatan selama tahun 2015. Seperti

pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.1

Hasil Tabulasi Pendataan Sensus

Dinas Koperasi KUKM Kota Tagerang Selatan tahun 2015

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Tangerang Selatan (Purnamasari:2018)

Berdasarkan tabel 4.5 di atas, data sensus tahun 2015 tentang perkembangan

UMKM sangat signifikan terdapat pada kecamatan Serpong dengan total

5222 UMKM, diikuti kecamatan Pondok Aren 3563, kecamatan Serpong Utara

3275 UMKM, kecamatan Ciputat Timur 2836 UMKM, kecamatan Ciputat 2284

UMKM, kecamatan Pamulang 2284 UMKM, dan kecamatan Setu 1253 UMKM.

25

5.1.3 Sebaran Industri UMKM Tangerang Selatan

Tabel 5.2

Sebaran Industri Kecil, Menengah / Besar

Di Kota Tangerang Selatan

Sumber : Lab Pemerintahan dan Museum – IPDN

Bila ditinjau dari kategori UKM yang beroperasi di wilayah Tangerang

Selatan, setidaknya dapat dikelompokan menjadi empat kategori berdasarkan

N

o

Kecamata

n

Sebaran

Kerajina

n Kayu

Kerajina

n

Anyama

n

Kerajia

n

Geraba

h

Kerajina

n Kain

Indurti

Makana

n

Pabrik

1 Serpong 8 5 0 0 12 0

2 Serpong

Utara

7 0 0 0 13 5

3 Ciputat 35 1 0 6 18 0

4 Ciputat

Timur

64 0 0 4 10 0

5 Pamulang 33 4 0 2 39 1

6 Pondok

Aren

5 3 1 281 3 0

7 Setu 13 15 0 0 69 1

(Kawasa

n Industri)

Kota

Tangerang

Selatan

165 28 1 293 164 7

26

produk menurut daftar UKM dalam laman toko online goumkmtangsel.com.

Keempat kategori tersebut terdapat kategori produk yang meliputi:

1. UKM dengan produk Fashion, dengan jumlah 29 jenis produk UKM.

2. UKM dengan produk Kriya. Kerajinan kriya yang menitik-beratkan kepada

keterampilan tangan dan fungsi untuk mengolah bahan baku yang sering

ditemukan di lingkungan menjadi benda-benda yang tidak hanya bernilai

pakai, tetapi juga bernilai estetis. Dengan total jumlah 49 jenis produk

UKM.

3. UKM dengan produk Kuliner, dengan jumlah 90 jenis produk UKM yang

dijual pada laman tersebut.

5.2 Analisis SWOT untuk pengembangan strategi UKM

Analisis SWOT digunakan sebagai dasar untuk memberikan gambaran

terhadap situasi perusahaan meliputi sumber daya internal (kekuatan dan

kelemahan) dengan situasi eksternal (peluang dan ancaman). Berikut ini akan

dijelaskan analisis pada UKM di Tangerang Selatan:

5.2.1 Aspek Internal

Dalam aspek internal mencakup keseluruhan faktor dari kelemahan dan

kekuatan UKM di Tangerang Selatan, dapat bersumber dari Sumber Daya Alam,

Aspek Teknologi maupun Sumber Dana Permodalan. Data didapatkan dari statistik

BPS dan observasi dilapangan untuk tiga ketegori UKM yaitu Fashion, Kriya dan

Kuliner,

27

Untuk menentukan faktor strategi internal, penelitian menggunakan

penilaian bobot dan rating untuk setiap faktor internal, sebagai berikut:

Tabel 5.3 Faktor-Faktor Strategi Internal

Faktor Bobot Rating Skor

Kekuatan:

1. UKM memiliki induk Koperasi disetiap wilayah

2. Jenis produk yang beragam untuk diversifikasi

3. Kualitas produk sudah memenuhi standar

0,15

0,20

0,15

4

3

3

0,60

0,60

0,45

Kelemahan:

1. Belum sepenuhnya menggunakan media online

untuk pemasaran

2. Akses permodalan masih belum efektif

3. Penggunaan alat produksi yang masih sederhana

0,15

0,15

0,20

2

2

2

0,30

0,30

0,40

1 2,65

Keterangan justifikasi:

1. Melalui Program 1 koperasi 1000 UKM (usaha kecil menengah) yang

menjadi fokus Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) melalui Dinas

Koperasi dan UKM, program ini dinilai akan berpotensi meningkatkan

pertumbuhan UKM di Kota Tangerang Selatan. Dalam program ini beberpa

UKM akan dibawahi oleh Koperasi, yang mana artinya sentra UKM akan

tercipta dan dapat saling berkerjasama dilingkup Koperasi. Dengan peluang

ini maka diberi bobot 0,15.

2. Diversifikasi produk dipahami sebagai cara untuk meningkatkan volume

penjualan yang dapat dilakukan oleh UKM, hal ini karena banyaknya

pesaing maka untuk menghindari kejenuhan akan produk, UKM lebih cepat

berfokus pada produk-produk baru atau modifikasi, terlebih jika UKM

berada pada tahap segmentasi pasar yang luas, untuk itu diberi bobot 0,20.

28

3. Mutu dan kualitas produk UKM saat ini sudah pada standarnya, sehingga

tidak kalah dengan produk-produk yang setara di pasar sejenis. Standar

kualitas ini diberi bobot 0,15.

4. Beberapa kendala yang masih menjadi penghambat UKM masuk psar

global adalah pemanfaatan media online untuk memasarkan produk,

sehingga jaringan pemasaran beberapa masih offline dan diberi bobot 0,15.

5. Kebanyakan pelaku usaha kecil di Tangerang Selatan memulai dan

membiayai bisnisnya secara mandiri, dengan merogoh uang dari kantong

mereka sendiri sehingga untuk proses pengembangan bisnis, seringkali

mereka harus menghadapi masalah dengan pembiayaan. Faktor ini diberi

bobot 0,15.

6. Alat produksi yang digunakan masih sederhana, sehingga tingkat kecepatan

produksi masih terbatas untuk memenuhi kebutuhan pasar segera, untuk itu

deiberi bobot 0,20.

5.2.2 Aspek Eksternal

Dalam aspek eksternal, identifikasi dilakukan dengan acuan lingkungan

eksternal yang akan mempengaruhi penentuan strategis aspek eksternal. Faktor

aspek eksternal diklasifikasikan kedalam peluang dan ancaman. Data didapatkan

dari statistik BPS dan observasi dilapangan untuk tiga ketegori UKM yaitu Fashion,

Kriya dan Kuliner.

29

Tabel 5.4 Faktor-Faktor Strategi Eksternal

Faktor Bobot Rating Skor

Peluang:

1. Tersedianya program pemerintah dan swasta untuk

berkembang

2. Banyaknya pangsa pasar untuk wilayah Tangerang

Selatan

3. Berdirinya beberapa perguruan tinggi besar sebagai

penopang pasar utama

0,15

0,20

0,15

4

2

3

0,60

0,40

0,45

Ancaman:

1. Pesaing industri dengan skala produksi yang besar

2. Harga bahan baku yang semakin tinggi

3. Besarnya biaya tenaga kerja produksi

0,20

0,10

0,20

2

3

2

0,40

0,30

0,40

1 2,55

Keterangan justifikasi:

1. Pencanangan gerakan 100.000 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) Go Online secara serentak di 30 kota/kabupaten di Indonesia

menjadi peluang untuk UKM di wilayah Tangerang Selatan untuk

mengembangkan bisnisnya, hal ini di beri bobot 0,15.

2. Dengan lokasi yang strategis, daerah Tangerang Selatan menjadi pangsa

pasar yang banyak untuk produk-produk lokal, untuk itu diberi bobot 0,20.

3. Beberapa perguruan tinggi bersar yang berdiri di sekitar Tangerang Selatan

merupakan penopang pasar utama untuk produk-produk yang berorientasi

pada kalangan mahasiswa, faktor ini diberi bobot 0,15.

4. Pesaing industri dengan skala produksi yang besar dapat mendominasi

untuk pasar dengan barang-barang sejenis di daerah Tangerang Selatan, hal

ini diberi bobot 0,20.

30

1. Raw material atau bahan baku semakin lama semakin tinggi, ini terkait

banyaknya permintaan untuk bahan baku tersebut, untuk itu diberi bobot

0,10.

2. Karena tingkat produksi perlu dimaksimalkan untuk pemenuhan kebutuhan

pasar, tetapi ternyata biaya SDM pun menjadi lebih mahal karena belum

adanya alat untuk meminimalisasi proses produksi. Faktor ini diberi bobot

0,20.

5.2.3 Matrik Internal-Eksternal

Dari total skor untuk aspek internal sebesar 2.65 dan aspek eksternal

sebesar 2.55, selanjunya akan ditentukan titik koordinat dalam matrik kondisi

internal dan eksternal. Faktor strategis Internal dan Eksternal terletak pada daerah

pertumbuhan (II) yang ditunjukan dalam gambar 5.1 Internal-Eksternal Matriks

(Rangkuti, 2006:25). Untuk itu, diketahui dari hasil tersebut maka strategi yang

dilakukan menggunakan integrasi horizontal.

Gambar 5.1 Internal-Eksternal Matriks

Total faktor strategi internal

Tota

l fa

kto

r st

rate

gi

ekst

ernal

Kuat

4.00

Rata-rata

3.00

Lemah

2.00

Tinggi

3.00

I

Pertumbuhan

II

Pertumbuhan

III

Penciutan

Menengah

2.00

IV

Stabilitas

V

Pertumbuhan

Stablitas

VI

Penciutan

Rendah

1.00

VII

Pertumbuhan

VII

Pertumbuhan

VIII

Likuidasi

31

Keterangan:

I : Strategi konsentrasi melalui integrasi vertikal

II : Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal

III : Strategi turnaround

IV : Strategi stabilitas

V : Strategi konsentrasi melalui integrasi horizontal atau

stabilitas

VI : Strategi divestasi

VII : Strategi diversifikasi

VIII : Strategi diversifikasi konsentrik

IX : Strategi likuiditas (tidak berkembang)

Pada matriks tersebut data menggambarkan perolehan skor untuk

faktor strategis internal 2.60 dan faktor strategis eksternal 2.55 dan data

tersebut menunjukan koordinat terletak pada daerah pertumbuhan II dimana

strategi yang dapat dilakukan adalah strategi konsentrasi melalui integrasi

horizontal. Integrasi horizontal adalah keadaan dimana

sebuah perusahaan mengintegrasikan produksi dari barang atau jasa yang

masih ada di dalam satu tahap produksi di dalam rantai suplai, baik

melalui ekspansi internal, akuisisi, ataupun merger. Karenanya, UKM di

Tangerang Selatan perlu menerapkan strategi integrasi dengan cara

menggabungkan beberapa UKM dalam satu wadah bersama yaitu dengan

Koperasi.

5.2.3 Matriks SWOT

Dari hasil sebelumnya, selanjutnya akan digunakan dalam penyusunan

matriks SWOT dimana dalam matriks ini akan menggambarkan bagaimana antara

peluang serta ancaman yang dihadapi oleh UKM di Tangerang Selatan.

32

Tabel 5.5 Matriks SWOT

IFAS STRENGTH (S) WEAKNESS (W)

1. UKM memiliki induk

Koperasi disetiap

wilayah

2. Jenis produk yang

beragam untuk

diversifikasi

3. Kualitas produk sudah

memenuhi standar

1. Belum sepenuhnya

menggunakan media

online untuk pemasaran

2. Akses permodalan

masih belum efektif

3. Penggunaan alat

produksi yang masih

sederhana

EFAS

OPPORTUNITY (O) STRATEGI (SO) STRATEGI (WO)

1. Tersedianya program

pemerintah dan swasta

untuk berkembang

2. Banyaknya pangsa

pasar untuk wilayah

Tangerang Selatan

3. Berdirinya beberapa

perguruan tinggi besar

sebagai penopang pasar

utama

1. Pemanfaatan jaringan

dengan pemerintah

2. Optimalisasi dalam

pelakukan penetrasi

pasar

3. Melakukan kerjasama

dengan lembaga

perguruan tinggi

1. Pelatihan TIK oleh

dinas koperasi dan

UKM

2. Pengajuan permodalan

usaha kepada bank

lewat program

pemerintah

THREAT (T) STRATEGI (ST) STRATEGI (WT)

1. Pesaing industri dengan

skala produksi yang

besar

2. Harga bahan baku yang

semakin tinggi

3. Besarnya biaya tenaga

kerja produksi

1. Pemanfaatan jaringan

Koperasi untuk

memperluas pasar

2. Meningkatkan

kegiatan promosi

menggunakan media

online untuk menekan

biaya

3. Manfaatkan teknologi

produksi sederhana

1. Mengadakan kerjasama

dengan pihak

distributor untuk

produksi skala besar

2. Mempertahankan

kualitas produk dengan

standarisasi mutu

5.3 Analisis Strategi dan Daya Saing

Pada gambar 5.1 diketahui bahwa strategi yang dapat digunakan dalam

upaya peningkatan UKM adalah integrasi horizontal, yang artinya memanfaatkan

33

penggabungan UKM dalam satu atap untuk lebih unggul bersaing di pasar AEC.

Dari serangkaian analisis SWOT diatas, maka didapatkan 4 strategi yang dapat

dilakukan dalam upaya pengembangan strategi berorientasi pasar dan daya saing

UKM dalam menghadapi AEC. Berikut analisis strategi SWOT untuk UKM di

Tangerang Selatan:

5.3.1 Strategi SO

Strategi SO dilakukan dengan cara menggabungkan antara Strength dan

Opportunity, berikut strategi SO yang dapat dilakukan:

a. Pemanfaatan jaringan dengan pemerintah. Beberapa UKM masih belum

secara efektif menggunakan jaringan dengan pemerintah dalam upaya

pengembangan bisnis, selain dikarenakan belum adanya surat izin, beberapa

UKM masih dianggap kecil untuk masuk dalam program pemerinah.

Namun, adanya regulasi baik berupa undang-undang dan peraturan

pemerintah yang berkaitan dengan UKM dari sisi produksi dan sisi

perbankan, akan memacu peranan UKM dalam perekonomian. Seperti yang

diungkapkan oleh George. J. Stigler dalamMandala Harefa (2008: 206),

bahwa “Regulasi adalah seperangkat aturan yang dimaksudkan untuk

memberikan perlindungan dan manfaat untuk masyarakat pada umumnya

atau pada sekelompok masyarakat”, sehingga harapannya dengan

pemanfaatan jaringan kepada pemerintah, para UKM akan terdorong untuk

lebih berkembang dengan beberapa fasilitas yang diberikan pemerintah.

34

b. Optimalisasi dalam pelakukan penetrasi pasar. Beberapa keterbatasan-

keterbatasan dalam skala UKM adalah lemahnya dalam membaca selera

pasar, mengenal pesaing dan produknya, memposisikan produknya di pasar,

mengenal kelemahan produknya diantara produk pesaing. Sehingga,

diperlukan kemampuan serta keterampilan para wirausaha di sektor UKM

untuk melakukan STP (Segmenting, targeting dan Positioning), dengan

harapan penetrasi pasar akan lebih optimal didorong juga dengan

kesesuaian kebutuhan produk di pasar.

c. Melakukan kerjasama dengan lembaga perguruan tinggi. Pola

perkembangan UKM dapat didorong dengan keterlibatan perguruan tinggi

sebagai lembaga yang dapat melakukan support juga pembinaan kepada

UKM, melalui berbagai program seperti inkubator bisnis.

5.3.2 Strategi WO

a. Pelatihan TIK oleh dinas koperasi dan UKM. Perkembangan teknologi

informasi dan komunikasi saat ini berperan besar dalam memberi

kesempatan bagi masyarakat untuk membuka usaha, khususnya sebagai

pendorong ekonomi daerah. Literasi TIK perlu dilakukan, mengingat para

pelaku bisnis UKM masih belum memanfaatkan teknik TIK dalam

bisnisnya, hal ini diharapkan dapat mengimbangi arus AEC yang akan

masuk ke Indonesia.

b. Pengajuan permodalan usaha kepada bank lewat program pemerintah.

Kementerian Koperasi dan UKM melalui program kewirausahaan yang

bertajuk wirausaha pemula pada tahun inimemberikan skema bantuan

35

sesuai dengan amanat peraturan Menteri Keuangan Nomor :

168/PMK.05/2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran Bantuan

Pemerintah Pada Kementerian/Lembaga. Dengan program tersebut, UKM

dapat mengajukan permodalan tanpa khawatir dengan besarnya bunga

pinjaman dari perbankan.

5.3.3 Strategi ST

a. Pemanfaatan jaringan Koperasi untuk memperluas pasar. Melalui program

1 koperasi 1000 UKM (usaha kecil menengah) yang akan direalisasikan

oleh Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) melalui Dinas Koperasi

dan UKM, diharapkan program ini berpotensi meningkatkan

perekonomian Tangsel pada umunya dan khususnya UKM sebagai

pendorong perekonomian daerah.

b. Meningkatkan kegiatan promosi menggunakan media online untuk

menekan biaya. Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM

bersama Kementerian Kominfo, berkomitmen untuk mengonlinekan 8 Juta

UMKM sampai tahun 2020. Komitmen ini menunjukan keberpihakan

pemerintah dalam memajukan UMKM sebagai salah satu tulang punggung

perekonomian Indonesia.

c. Manfaatkan teknologi produksi sederhana. Dengan peleolaan produksi

yang baik, maka teknologi produksi sederhana masih akan tetap

mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan, selama dalam proses

produksi terdapat standar mutu yang diterapkan.

36

5.3.4 Strategi WT

a. Mengadakan kerjasama dengan pihak distributor untuk produksi skala

besar. Untuk menekan harga bahan baku yang semakin tinggi, diharapkan

dengan bergabungnya beberapa UKM dalam satu atap dapat melakukan

itegrasi produksi, supaya harga bahan baku dapat ditekan jika kebutuhan

diminta dalam skala besar.

b. Mempertahankan kualitas produk dengan standarisasi mutu. Untuk bersaing

dengan AEC dan produk-produk standar mereka, maka kualitas dan standar

mutu produk UKM Indonesia perlu menjadi perhatian, pasanya antara

produk luar dan lokal sama, yang berbeda adalah cara pemasarannya.

37

BAB VI

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

6.1 Rencana Penelitian Tahun Kedua

Penelitian tahun kedua sebagai lanjutan penelitian tahun pertama, akan

direncanakan sebagai berikut:

1. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif sehingga diharapkan sudah

mampu menggambarkan kondisi riil subyek secara mendalam. Untuk

berikutnya, dapat dilakukan dengan metode penelitian kuantitatif yang

dapat memperluas gambaran kondisi koperasi-koperasi yang ada di

Indonesia sehingga akan mendapatkan hasil penelitian yang lebih luas.

2. Penelitian berikutnya akan dilakukan dengan memperbanyak variabel lain

untuk mendapatkan gambaran secara luas dan mendalam dari permasalahan

di UKM di Tangerang Selatan. Semakin banyaknya variabel tersebut,

kompleksitas permasalahan akan tergambarkan dan berikutnya akan dapat

diberikan solusi atas permasalahan-permasalahan tersebut.

3. Dirasa perlu dilakukan kolaborasi penelitian antar jurusan untuk

memperkaya analisis penelitian di luar sektor ekonomi.

38

BAB VII

KESIMPULAN

Dengan analisis SWOT yang terlah dilakukan pada UKM di daerah

Tangerang Selatan, maka beberapa strategi dapat dilakukan untuk memperluas

optimalisasi kepada pasar serta mempersiapkan daya saing utnuk menghadapi

AEC. Terkait dengan kendala yang dihadapi UKM masih seputar permodalan dan

aksesnya, selain itu adalah transisi pemasaran dari yang sifatnya konvensional

menuju online.

Strategi pengembangan terhadap pasar perlu menyesuaikan dengan kondisi

pasar saat ini di era digital, untuk itu melalui program pemerintah diharapkan

digitalisasi untuk UKM dapat terlaksana sesuai rencana strategis Dinas Koperasi

dan UKM Tangerang Selatan. Disamping hal tersebut, diversifikasi produk masih

menjadi indikator berkembangnya produk-produk kreatif dari berbagai kategori

UKM di Tangerang.

39

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Penerbit PT. Rineka Cipta.

Jakarta.

Aaker, David. (1997). Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta: Spektrum.

Ali Hasan. 2009. Marketing. Jakarta : Media Presindo.

Bagas Prakosa. 2005. Pengaruh Orientasi Pasar, Inovasi dan Orientasi

Pembelajaran Terhadap Kinerja Perusahaan Untuk mencapai keunggulan

bersaing. Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, Vo1.2, No. 1

CNN Indonesia, 2016, “Kontribusi UMKM Terhadap PDB Tembus Lebih Dari 60

Persen”, Berita Bisnis. Diakses dari http://www.cnnindonesia.com pada

tanggal 12 mei 2017.

David,Fred R.,2005. Manajemen Strategis Konsep, Jakarta : Penerbit Salemba

Empat

Deperindag. 2000. Usaha Kecil Menengah (SNI 01-3751-2000). Jakarta :

Departemen Perindustrian RI.

Djumara, Noorsyamasa. 2007. Modul Prinsip-prinsip Manajemen Aset/Barang

Milik Daerah. Departemen Dalam Negeri dan Lembaga Administrasi Negara.

Jakarta.

Gerson, Richard 2002. Mengukur Kepuasan Pelanggan, Jakarta : PPM

J. Keegan, et al. 1995, Manajemen Pemasaran Global. Edisi Bahasa Indonesia. Jilid

I.

J. Suprapto, 1997. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan Untuk Menaikkan

Pangsa Pasar. Jakarta:PT Rineka Cipta

Johnson, David W., & Frank P. Johnson. 2009. Marketing Oriented: Group theory.

10th ed. Upper Saddle River, NJ: Pearson Education.

Kotler,Philip.2001. Manajemen Pemasaran Analisa Perencanaan Implementasi dan

pengendalian, Edisi keenam, Jilid II, Erlangga, Jakarta.

Laswati. 2009. Analisis Tingkat Keuntungan dan Penyerapan Tenaga Kerja pada

Industri Kecil

Mardalis. 2008. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi

Aksara.

Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja

Rosdakarya Offset, Bandung

Muhardi,. 2007. Strategi Operasi Untuk Keunggulan Bersaing. Yogyakarta:Garaha

Pustaka.

Narver,J.C & Slater,S.F (1994), Creating market orientation, journal of market

orientation- focused management,vol2,No 3

Pearce, et.al.1997. manajemen Strategi Formulasi, Implementasi dan pengendalian

Jilid I. Binarupa Akasaran Jakarta

Pumomo Hari P. 1999. Manajemen Strategi Sebuah Konsep Pengantar. Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta

Porter, Michael E. Competitive Strategy: Techniques for Analyzing Industries and

Competitors. New York: The Free Press, 1995

40

PT.Prenhallindo, Jakarta. 2002, Manajemen Pemasaran PT. Prenhallindo, Jakarta.

PT. Prenhallindo. Jakarta 1997, Dasar-Dasar Pemasaran Principles of marketing

7ed, Edisi Bahasa Indonesia. Jilid I.

Rangkuti Freddy. 2006. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis.

PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Riduwan. 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Saladin, Djaslim.1999. Intisari Pemasaran dan Unsur-Unsur Pemasaran. Linda

karya, Bandung

Sumarwan, Ujang, dkk. 2011. Riset Pemasaran dan Konsumen. Bogor. PT. Penerbit

IPB Press.

Sutrisno, Hadi. 2000. Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Andi Yogyakarta

Sugiyono.2006.Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &

D.Bandung:Alfabeta.

Sugiarto (2003), Teknik Sampling, Gramedia, Jakarta

Umar Husein. (2002). Metode Riset Bisnis. Jakarta: PT Gramedia.

Zhou et a1 2005. Exploring various knowledge in relation extraction. In

ACLHansen et a1,2006 dalam Johnson et al 2009:87.