UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019lib.unnes.ac.id/37782/1/4211415020.pdf · Radiasi. Skripsi, Jurusan...

41
ANALISIS FISIS RADIASI SINAR-X RADIODIAGNOSTIK PADA LARUTAN NATRIUM KLORIDA 0,9% SEBAGAI UPAYA PROTEKSI RADIASI skripsi disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Program Studi Fisika oleh Amanda Dhyan Purna Ramadhani 4211415020 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Transcript of UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019lib.unnes.ac.id/37782/1/4211415020.pdf · Radiasi. Skripsi, Jurusan...

  • i

    i

    ANALISIS FISIS RADIASI SINAR-X RADIODIAGNOSTIK PADA

    LARUTAN NATRIUM KLORIDA 0,9% SEBAGAI UPAYA PROTEKSI

    RADIASI

    skripsi

    disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Sarjana Sains Program Studi Fisika

    oleh

    Amanda Dhyan Purna Ramadhani

    4211415020

    JURUSAN FISIKA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

    2019

  • ii

    ii

  • iii

    iii

  • iv

    iv

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN

    MOTTO :

    Keep Moving Forward

    Jangan takut untuk melawan arus, karena hanya ikan mati yang berenang mengikuti arus. Jadilah seperti ikan salmon yang mampu berenang menaiki air

    terjun.

    Succes is not final, failture is not fatal: it is the courage to continue that counts (Winston Churchill)

    PERSEMBAHAN :

    Untuk Ayah dan Ibu yang

    telah bekerja keras

    mengorbankan seluruh tenaga

    untuk keberhasilan kedua

    anaknya dengan penuh kasih

    sayang dan doa.

  • v

    v

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

    karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun skripsi yang berjudul Analisis

    Fisis Radiasi Sinar-X Radiodiagnostik pada Larutan Natrium Klorida 0,9%

    sebagai Upaya Proteksi Radiasi.

    Dalam penyusunan laporan penelitian ini, penulis juga banyak

    memperoleh bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis

    mengucapkan terima kasih kepada :

    1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., rektor Universitas Negeri Semarang;

    2. Dr. Sugianto, M.Si, dekan FMIPA Universitas Negeri Semarang;

    3. Dr. Suharto Linuwih, M.Si, ketua Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri

    Semarang;

    4. Drs. Imam Sumpono, M.Si., dosen wali yang telah memberikan arahan dalam

    menempuh studi;

    5. Prof. Dr. Susilo, M.S, selaku dosen pembimbing yang telah memberi

    dukungan, masukan, dan saran kepada penulis.

    6. Bapak Masturi yang turut membimbing, memberi masukan, dan saran kepada

    penulis.

    7. Bu Natalia, Pak Wasi, Pak Mutaqin, dan Mas Alvin yang senantiasa siap

    mendukung penelitian ini di Laboraturium Fisika.

    8. Kedua orang tua saya, ayahanda tercinta Drs. Gamal Sutrijono, dan ibunda

    tercinta Ugi Prastiwi, B.A yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan

    moril serta materiil sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

    dengan lancar.

    9. Kakak saya tersayang, Amalia Puspita Rengganis dan Mas Dhamar Putra

    Fajar yang telah memperkenalkan saya pada Fisika dan terus memacu untuk

    terus berkembang dalam Fisika hingga akhirnya menyelesaikan studi di

    Fisika.

    10. Sughoi, Fisika Unnes 2015 yang selalu berbagi beban dan tawa sejak masuk

    perkuliahan.

  • vi

    vi

    11. Sahabat-sahabatku,Zanna, Laras, Fina, Tary, Ani, Ika, Deska, Laely yang siap

    menyediakan waktu dan tempat untuk berkeluh kesah.

    12. Teman-teman Fisika Medik Unnes 2015, Laely Arifani Munzi, Imam Sapi’i,

    Dedy Setiarto, dan Imam Maulana atas kebersamaan suka duka, kerja sama

    dan semangatnya bersama sama dalam mengarungi bidang ini.

    13. Pengurus Hima Fisika 2016 dan 2017 yang telah memberi banyak pelajaran

    hidup bahwa hidup memerlukan emosi.

    14. Teman-teman Asisten Laboraturium Fisika yang senantiasa berbagi ilmu

    untuk terus berkembang.

    15. Pengurus dan anggota Paduan Suara Mahasiswa Bina Vokalia FMIPA Unnes

    yang mengajarkan indahnya harmoni dalam kehidupan perkuliahan.

    16. Pengurus dan anggota UKM English Debating Society Unnes yang telah

    mengajari cara untuk berpola fikir secara kritis.

    17. Pengurus Komunitas Kampoeng Hompimpa Regional Semarang yang telah

    mengajarkan keceriaan hidup.

    18. Pandawa Team Unnes yang memberiku banyak pengalaman hidup, keceriaan,

    kebebasan berekspresi, susah senang memperjuangkan hal yang luar biasa,

    dan menjadikan aku manusia yang lebih kuat dari sebelumnya.

    19. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih

    atas segala dukungan dan bantuannya. Semoga Allah SWT memberikan

    balasan pahala yang setimpal.

    Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari

    kesempurnaan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

    pembaca pada umumnya. Kritik dan saran dari pembaca yang membangun akan

    penulis terima untuk perbaikan penulis di masa mendatang.

    Semarang, 20 Agustus 2019

    Penulis

  • vii

    vii

    ABSTRAK

    Amanda Dhyan Purna Ramadhani. 2019. Analisis Fisis Radiasi Sinar-X

    Radiodiagnostik pada Larutan Natrium Klorida 0,9% sebagai Upaya Proteksi

    Radiasi. Skripsi, Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

    Universitas Negeri Semarang. Pembimbing : Prof. Dr. Susilo,M.S.

    Kata Kunci : Larutan Garam Fisiologis, Sinar- X, Spektrofotometer, Efek Radiasi

    Penggunaan radiasi nuklir di bidang kesehatan telah banyak digunakan. Salah

    satunya adalah radiasi sinar-x, yang sering dimanfaatkan untuk penyembuhan

    (radioterapi) maupun untuk mendiagnosis (radiodiagnostik). Perbedaannya berada

    pada energi yang digunakan. Radioterapi menggunakan sinar-x dengan energi

    tinggi, seperti untuk terapi tumor atau gondok. Radiodiagnostik menggunakan

    sinar-x dengan energi yang rendah, seperti untuk foto rontgen tulang dan gigi.

    Radiasi sinar-x dihasilkan oleh tabung pesawat sinar-X. Sinar-X termasuk jenis

    radiasi pengion yang dapat mengionisasi materi yang dilaluinya. Hal tersebut juga

    terjadi pada molekul tubuh manusia. Tubuh manusia tersusun atas air sekurang-

    kurangnya 80%. Air yang terpapar radiasi sinar-x akan terionisasi dan dapat

    terdisosiasi menjadi racun. Terbentuknya racun adalah akibat dari proses radiolisis

    air. Pada proses radiolisis air, air akan pecah menjadi HOH+ dan elektron dan

    proses selanjutnya akan terbentuk H2O2 dan radikal bebas Ho dan OH

    o. Tujuan

    penelitian ini adalah untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada air yang terpapar

    radiasi sinar-x sebagai upaya proteksi batas aman dosis radiasi pada manusia. Pada

    penelitian ini penulis mengiradiasi larutan NaCl 0,9% yang sifatnya menyerupai

    cairan elektrolit tubuh manusia menggunakan sinar-x radiodiagnostik dan menguji

    pH larutan hasil iradiasi dan menganalisis sifat fisis sampel menggunakan

    spektrofotometer infrared. Hasil yang didapatkan yakni pH larutan mengalami

    peningkatan sebesar 0,2 satuan pada larutan generik dan 0,1 pada larutan patent.

    Analisis menggunakan spektrofotometer menunjukkan bahwa larutan menjadi tidak

    stabil dan terjadi hidrolisis. H2O kemudian menjadi H2O+, setelah itu kehilangan

    elektron menjadi H3O+

    dan OHo. Dua buah OH yang bersifat radikal tersebut

    bersatu menjadi H2O2. Pada larutan fisiologis generik hanya terbentuk ion H3O+

    dengan pemberian dosis rata-rata 136 mS/h dan 170 mS/h sedangkan yang patent

    terbentuk ion H3O+

    dengan pemberian dosis 68 mS/h dan 102 mS/h dan dengan

    dosis rata-rata 170 mS/h sudah terbentuk H2O2. Larutan paten lebih reaktif karen

    berdasarkan pengujian VIS-NIR ketahui bahwa konsentrasi garam larutan patent

    lebih kecil dengan perbandingan 1:1,2. Apabila konsentrasinya lebih rendah maka

    lebih banyak mengandung air kemudian lebih mudah bereaksi dengan elektron

    sinar-X.

  • viii

    viii

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

    PERNYATAAN .............................................................................................. ii

    PENGESAHAN ............................................................................................... iii

    MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv

    PRAKATA ....................................................................................................... v

    ABSTRAK ....................................................................................................... vii

    DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

    DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi

    DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii

    DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii

    BAB

    I. PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 6

    1.3 Batasan Masalah ........................................................................................ 6

    1.4 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 6

    1.5 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 6

    1.6 Sistematika Penulisan Skripsi .................................................................... 7

    BAB

    II. LANDASAN TEORI

    2.1 Radiasi ........................................................................................................ 9

    2.1.1 Besaran dan Satuan Radiasi .................................................................... 9

    2.1.2 Efek Radiasi ............................................................................................ 10

    2.2 Sinar-X ....................................................................................................... 15

  • ix

    ix

    2.2.1 Konsep Dasar Sinar-X ............................................................................ 15

    2.2.2 Pesawat Sinar-X ...................................................................................... 15

    2.2.3 Penyerapan sinar-X pada Tubuh ............................................................. 17

    2.3 Fisiologi Manusia ....................................................................................... 18

    2.3.1 Homeostasis ............................................................................................ 18

    2.4 Biolistrik .................................................................................................... 19

    2.5 Larutan Elektrolit dalam Fisiologi Manusia .............................................. 21

    2.6 Larutan NaCl .............................................................................................. 22

    2.7 Keseimbangan Asam dan Basa .................................................................. 22

    2.8 Fourier Transform Infra Red ...................................................................... 23

    2.9 VIS NIR ..................................................................................................... 23

    BAB

    III. METODE PENELITIAN

    3.1 Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 25

    3.2 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 25

    3.3 Alat dan Bahan ........................................................................................... 25

    3.3.1 Alat .......................................................................................................... 25

    3.3.2 Bahan ...................................................................................................... 26

    3.4 Prosedur Penelitian .................................................................................... 26

    3.4.1 Proses Penelitian ..................................................................................... 26

    3.4.2 Persiapan Larutan Fisiologis NaCl ......................................................... 26

    3.4.3 Pengujian ................................................................................................. 27

  • x

    x

    BAB

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1 Pengaruh Eksposui terhadap Sifat Fisis Larutan ....................................... 28

    4.2 Sifat Fisis berdasarkan Hasil Uji FT-IR ..................................................... 32

    4.3 Sifat Fisis berdasarkan Hasil Uji VIS-NIR ................................................ 37

    BAB

    V. SIMPULAN DAN SARAN

    5.1 Simpulan .................................................................................................... 41

    5.2 Saran .......................................................................................................... 41

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 42

    LAMPIRAN

  • xi

    xi

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Beberapa kasus terkait dampak radiasi sinar-x pada manusia ......... 3

    Tabel 2.1 Nilai Maksimum Faktor Eksposi Pesawat Sinar-X ......................... 17

    Tabel 2.2 Efek Radiasi Pada Makhluk Hidup .................................................. 17

    Tabel 2.3. Peran sistem organ dalam mempertahankan homeostasis .............. 18

    Tabel 3.1 Faktor ekssposi dan dosis yang ditembakkan pada sampel. ............ 26

    Tabel 4.1. Hasil Pengukuran Tingkat Keasaman sampel. ............................... 28

    Tabel 4.2. Hasil Pengujian FTIR Sampel A........................................... ......... 32

    Tabel 4.3. Hasil Pengujian FTIR Sampel B........................................ ............. 34

  • xii

    xii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1.1 Komposisi dalam tubuh manusia ................................................. 4

    Gambar 2.1 Tabung sinar-X ............................................................................ 16

    Gambar 2.2. Penghantaran impuls di neuran tak bermielin ............................. 20

    Gambar 2.3. Penghantaran impuls di neuron bermielin................................... 20

    Gambar 4.1 Ilustrasi terjadinya efek fotolistrik ............................................... 30

    Gambar 4.2. Ilustrasi terjadinya hamburan Compton ...................................... 31

    Gambar 4.3. Grafik hasil uji sampel A menggunakan Fourier

    Transform Infra Red ........................................................................................ 33

    Gambar 4.4. Grafik hasil uji sampel B menggunakan Fourier

    Transform Infra Gambar .................................................................................. 35

    4.5. Grafik perbandingan absorbansi VIS NIR ikatan NaCl

    Sampel A0 dan B0 ........................................................................................... 37

    Gambar 4.7. Grafik absorbansi VIS NIR ikatan NaCl larutan

    fisiologis generik .............................................................................................. 37

    Gambar 4.8. Grafik absorbansi VIS NIR ikatan NaCl larutan

    fisiologis patent ................................................................................................ 38

  • xiii

    xiii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Hasil Uji FTIR .............................................................................. 46

    Lampiran 2 Data Spectra NaCl ........................................................................ 65

    Lampiran 3 Dokumentasi Penelitian ................................................................ 70

    Lampiran 4. Struktur Lewis ............................................................................. 73

    Lampiran 5. SK Dosen Pembimbing ............................................................... 74

    Lampiran 6. SK Dosesn Penguji ...................................................................... 75

  • 1

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kesehatan merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh seluruh

    masyarakat. Kesehatan cukup penting untuk menyokong kehidupan.

    Dalam melakukan aktivitas, tak menutup kemungkinan seseorang

    mengalami cidera atau kecelakaan. Apabila terjadi kecelakaan maka ia

    harus cepat mengambil tindakan agar keadaan tidak semakin parah. Upaya

    setelah terjadi kecelakaan adalah melakukan pengecekan pada tubuh, salah

    satunya dengan radiodiagnostik menggunakan radiasi sinar-X.

    Radiodiagnostik dilakukan untuk mendiagnosis apa yang terjadi pada

    tubuh terutama untuk mendapatkan citra tulang. Radiodiagnostik

    merupakan salah satu jenis radiografi dalam dunia kedokteran. Prinsip

    radiodiagnostik dengan sinar-X yaitu menembakan sinar-X pada bagian

    tubuh untuk mendapatkan citra internal tubuh untuk dianalisis.

    Menurut Ariyanto (2009), radiasi adalah pemancaran atau

    perambatan yang membawa energi melalui ruang atau antara. Sinar-X

    yaitu sebuah gelombang elektomagnetik dengan panjang gelombang

    aproksimasi 0,1 hingga 100 Å (Beiser,1982). Radiasi sinar-X dihasilkan

    oleh tabung pesawat sinar-X. Sinar-X termasuk jenis radiasi pengion yang

    banyak digunakan dalam bidang kedokteran sebagai sarana

    radiodiagnostik. Di bidang kedokteran, radiasi sinar-X telah banyak

    dimanfaatkan untuk mendiagnosis dan terapi penyakit. Berdasarkan hasil

    foto sinar-X, bagian-bagian tulang yang mengalami kelainan atau patah,

    dan keberadaan tumor atau kelainan kelainan pada tubuh bisa diketahui

    (Sudarti, dkk, 2015).

  • 2

    2

    Di balik manfaat sinar-X ada pula efek negatif dari penggunaan

    sinar-X. Karena sinar-X merupakan radiasi pengion yang berenergi maka

    sinar-X akan mengionisasi materi yang dilaluinya. Salah satu efek

    negatifnya adalah efek biologis. Suatu sistem biologi akan memberikan

    respon tertentu apabila kedalamnya diberi “gangguan” (Batan, 1996).

    Dalam studi epidemologi pada manusia, dosis radiasi ionisasi rendah (Low

    Dose Ionizing Radiation/LDIR) kurang dari atau sama dengan 100mSv

    atau laju dosis radiasi ionisasi rendah (Low Dose Rate Ionizing Radiation/

    LDRIR) kurang dari atau sama dengan 6mSv/h dapat menyebabkan efek

    bagi kesehatan manusia (Tang and Loganovsky, 2018). Di Amerika, pada

    tahun 1980 muncul kasus kanker sekitar 0-5% diakibatkan oleh

    penggunaan radiodiagnostik sinar-X (Doll and Peto, 1981). Tabel 1.1

    mencakup kasus yang terjadi akibat radiasi sinar- X dikutip dari Tang dan

    Loganovsky (2018).

  • 3

    Tabel 1.1 Beberapa kasus terkait dampak radiasi sinar-X pada manusia

    Populasi Sumber Radiasi Dosis

    Paparan Dampak

    Keterangan

    Populasi dari 15

    negara

    Radiodiagnostik

    sinar-X

    1 tahun

    dengan dosis

    rata rata

    19.4 mSv

    Karsinogenik

    dan Mortaliti

    Beresiko sangat tinggi

    terkena segala jenis

    kanker

    Dengan adanya dampak tersebut, penelitian ini dilakukan untuk

    mengetahui efek radiasi sinar-X dari pesawat radiodiagnostik pada tubuh

  • 4

    manusia melalui larutan elektrolit NaCl dan menentukan dosis optimum

    sinar-X. Terdapat dua macam efek radiasi dengan sel, yaitu efek langsung

    dan tak langsung. Efek langsung timbul akibat ionisasi atau tereksitasinya

    bagian sel yang terkena paparan radiasi secara langsung. Efek tak

    langsung adalah efek yang timbul akibat interaksi bahan-bahan yang

    dihasilkan oleh efek langsung dengan komponen sel. Untuk tujuan

    keamanan, sampel dalam penelitian ini tidak menggunakan manusia atau

    makhluk hidup, namun menggunakan larutan elektrolit.

    Larutan elektrolit digunakan untuk merepresentasikan tubuh manusia

    karena tubuh manusia mengandung lebih dari 75% air (Satoh,et al, 2016).

    Selain mengandung karbohidrat, lemak, dan protein, sekitar 70% berat sel

    tersusun oleh air (Batan, 1996). Kehilangan 10% air dari total berat tubuh

    menyebabkan lethargy, demam, dan kekeringan pada membran mukus dan

    kehilangan 20% air dari total berat tubuh akan berakibat fatal (Assefa,dkk.

    2003)

    Gambar 1.1 Komposisi dalam tubuh manusia.

    Cairan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan homeostasis

    tubuh. Dalam tubuh, fungsi sel bergantung pada keseimbangan cairan dan

    elektrolit. Pada bayi dan anak sering terjadi gangguan keseimbangan yang

  • 5

    biasanya disertai perubahan pH cairan tubuh. Komposisi cairan tubuh

    adalah faktor penting dalam homeostasis. Kontanitas cairan tubuh akan

    diperbaiki dengan beberapa mekanisme berikut :

    1. Mekanisme haus, menunjang volume air pada jumlah yang

    stabil

    2. Aktivitas ginjal, meregulasi volume dan komposisi cairan

    tubuh

    3. Hormon, meregulasi volume cairan dan elektrolit

    4. Regulator pH, termasuk larutan penyangga dan fungsi ginjal

    Pada penelitian ini, larutan elektrolit akan diradiasi menggunakan

    sinar-X. Karena sinar-X merupakan radiasi pengion maka akan

    mengionisasi larutan elektrolit tersebut. Interaksi radiasi sinar pengion

    dengan komponen utama penyusun sel menyebabkan terbentuknya bahan

    kimia yang dapat merusak bagian- bagian sel. Dari hasil percobaan akan

    menunjukkan apakah akan terjadi perubahan pH cairan pada larutan

    elektrolit tersebut apabila diradiasi oleh sinar-X. Apabila terjadi perubahan

    pH larutan maka larutan tersebut terionisasi oleh radiasi sinar-X.

    Analisis lebih lanjut untuk mengetahui perubahan secara kimiawi

    dalam senyawa menggunakan FTIR (Fourier Transform Infra Red) dan

    VIS NIR. Oleh karena itu dalam penelitian ini menggunakan larutan

    elektolit sebagai representasi dari tubuh manusia, dan penelitian ini perlu

    dilakukan untuk dapat mengedukasi dan mencegah overdosis sinar-X pada

    manusia melalui larutan elektrolit NaCl.

  • 6

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat dirumuskan

    masalah sebagai berikut :

    1. Bagaimana pengaruh variasi dosis sinar-X terhadap pH larutan

    elektrolit ?

    2. Bagaimana pengaruh variasi dosis sinar-X terhadap ikatan kimia

    larutan elektrolit ?

    3. Berapakah dosis radiasi dari radiodiagnostik sinar-X pada larutan

    elektrolit yang dapat mengganggu keseimbangan larutan elektrolit ?

    1.3 Batasan Masalah

    Batasan masalah dari penelitian ini antara lain :

    1. Sampel yang digunakan adalah larutan elektrolit NaCl dengan

    volume dan konsentrasi yang sama.

    2. Penyinaran dilakukan dengan jarak penyinaran, kuat arus, kVp, dan

    waktu yang sama.

    3. Penelitian ini hanya mengamati perubahan pH larutan, nilai

    konduktivitas larutan, perubahan ikatan kimiawi dalam larutan.

    1.4 Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah :

    1. Mengetahui pengaruh variasi dosis sinar-X terhadap pH larutan

    elektrolit.

    2. Mengetahui pengaruh variasi dosis sinar-X terhadap ikatan kimia

    larutan elektrolit.

    3. Menentukan dosis optimum penggunaan radiasi sinar-X pada larutan

    elektrolit.

    1.5 Manfaat Penelitian

    Manfaat penelitian ini adalah :

    1. Memberikan informasi dampak radiasi sinar-X pada larutan

    elektrolit.

    2. Mencegah paparan radiasi sinar-X yang berlebih pada pasien.

  • 7

    1.6 Sistematika Penulisan Skripsi

    Sistematika dalam skripsi ini disusun dengan tujuan agar pokok-

    pokok masalah yang dibahas dapat urt, terrah dan jelas. Sistematika

    skripsi ini tersiri dari tiga bagian, yaitu : bagian awal, bagian isi dan

    bagian akhir.

    Bagian awal skripsi berisi halaman judul, halaman persetujuan

    pembimbing, halaman pengesahan, halaman pernataan, halaman motto

    dan persembahan, kata pengantar, halaman abstrak, daftar isi, daftar

    gambar, daftar tabel, dan daftar lampiran.

    Bagian isi skripsi terdiri dari 5 (lima) bab yang meliputi :

    1. Bab 1 Pendahuluan

    Bab ini memuat latar belakang, permasalahan, pembatasan masalah,

    tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

    2. Bab 2 Landasan Teori

    Bab ini terdiri dari kajian mengenai landasan teori yang mendasari

    permasalahan skripsi ini serta penjelasan yang merupakan landasan teori

    yang diterapkan dalam skripsi dan pokok-pokok bahasan yang terkait

    dalam pelaksanaan penelitian.

    3. Bab 3 Metode Penelitian

    Bab ini menguraikan metode penelitian yang digunakan dalam

    penyusunan skripsi. Metode penelitian ini meliputi: metode pengumpulan

    data, waktu dan tempat penelitian, alat dan bahan penelitian, dan prosedur

    penelitian.

    4. Bab 4 Hasil dan Pembahasan

    Bab ini berisi tentang pelaksanaan penelitian, semua hasil penelitian

    yang dilakukan dan pembahasan terhadap hasil penelitian.

    5. Bab 5 Penutup

    Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran

    sebagai implikasi dari hasil penelitian.

    Bagian akhir skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran-lampiran

    yangg melengkapi uraian pada bagian isi skripsi.

  • 8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Radiasi

    Radiasi didefinisikan sebagai perpindahan energi (Bushong, 2013). Menurut

    Ariyanto (2009), radiasi adalah pemancaran atau perambatan yang membawa

    energi melalui ruang atau antara. Bahan yang dapat menangkap dan menyerap

    sebagian atau seluruh radiasi dikatakan benda yang terpapar atau teradiasi

    (Bushong, 2013). Materi yang terpapar radiasi akan menimbulkan interaksi.

    Interaksi foton sinar-X dengan atom dalam bahan akan menghasilkan ion primer

    yang sedikit. Ion-ion ini yang kemudian mengakibatkan terjadinya ionisasi atom

    dalam bahan. Interaksi foton sinar-X dengan bahan ada 5 cara, yaitu hamburan

    kogeren, efek fotolistrik, efek compton, dan pembentukan pasangan, dan foto

    disintergrasi (Fosbinder, 2012). Kelima proses ini menghasilkan elektron yang

    mengionkan atau membuat atom dalam keadaan tereksitasi (Batan, 1996).

    2.1.1. Besaran dan Satuan Radiasi

    Dosis radiasi dikaitkan dengan banyaknya energi radiasi yang diserap oleh bahan

    yang dilaluinya. Dikenal beberapa istilah untuk dosis (Yulianti & Pratiwi, 2005) :

    Nilai Penyinaran

    Nilai penyinaran atau penyinaran merupakan besaran yang penting dalam

    keselamatan radiasi. Besaran ini melukiskan kemampuan berkas radiasi dalam

    membentuk ion di suatu titik dalam udara. Kemampuan berkas radiasi dalam

    bentukion dinyatakan melalui jumlah muatan listrik yang terbentuk dalam suatu

    volume udara dalam suatu massa udara. Satuan nilai penyinaran adalah Roentgent

    dengan simbol R atau r (Batan,1996)

    1 Roentgent (R) = 2,58 x 10-4

    Coulomb ekivalen dengan penyerahan

    energi sebesar 86,9 erg/g udara.

  • 9

    Dosis Serap

    Perubahan fisik ataupun perubahan biologi akibat penyinaran bergantung pada

    jumlah penyerapan energi oleh bahan atau jaringan hidup dan juga bergantung

    kepada konsentrasi penyerapan energi dalam bahan atau jaringan hidup itu.

    Konsentrasi penyerapan energi atau banyaknya energi yang diserap dalam suatu

    elemen volume, diukur melalui besaran dosis serap, yang kadang-kadang lebih

    dikenal dengan istilah dosis. Dosis didefinisikan sebagai berikut:” Dosis serap

    suatu titik dalam suatu bahan ialah hasil bagi antara jumlah energi yang

    diserahkan oleh radiasi pengion kepada bahan yang ada dalam suatu elemen

    volume disekitar titik yang dimaksud, dengan massa bahan yang ada di dalam

    volume itu”.

    Satuan untuk besaran di atas adalah Joule per kilogram- bahan; satuan

    yang kusus diberikan untuk besaran ini adalah rad (dalam sistem SI digunakan

    satuan khusus Gray, dengan simbol Gy). 1 rad = 100 erg/g bahan atau 10-2

    Joule/

    kg bahan sehingga 100 rad = 1 Gy = 1 Joule/g bahan. Apabila ke dalam besaran

    ini disertakan faktor waktu akan diperoleh besaran baru, yaitu laju dosis serap,

    satuan yang digunakan bergantung kepada satuan waktu yang digunakan,

    misalnya rad/jam.

    Dosis Ekuivalen

    Menyatakan jumlah energi radiasi oleh satuan massa bahan atau medium yang

    dilaluinya. Satuan yang lazim digunakan adalah rem, Sievert (Sv).

    1 Sv = 1 joule/kg

    = 100 rem

    2.1.2. Efek Radiasi

    Efek Radisasi Terhadap Tubuh Manusia

    Faktor radiasi yang dapat mengganggu fungsi tubuh :

    a. Jenis Radiasi

    b. Lama penyinaran

  • 10

    c. Jarak sumber dengan tubuh

    d. Ada tidaknya penghalang antara sumber dan tubuh

    Radiasi berpengaruh besar pada sel yang membelah secara cepat, misalnya

    sel darah putih, sel selaput lendir, saluran pencernaan, dan sel gamet. Sedangkan

    radiasi sedikit berpengaruh pada sel yang membelah secara lambat misalnya sel

    syaraf, sel otot, dan sel tulang. Radiasi tinggi dalam waktu singkat menimbulkan

    efek akut/ seketika, sedangkan radiasi rendah tetapi dalam jangka waktu lama

    (kronik) menimbulkan efek terunda (late-effect)

    Interaksi Radiasi dengan Sel

    Keadan antara radiasi dengan atom yang dilaluinya akan terjadi peristiwa

    saling memengaruhi yang disebut interaksi. Interaksi melibatkan perpindahan

    energi. Energi yang dipancarkan bisa saja dipancarkan kembali dalam bentuk

    gelombang elektromagnetik (foton) yaitu sinar gamma atau cahaya. Interaksi

    antara radiasi dengan sel bergantung pada jenis dan energi radiasi. Terdapat dua

    macam efek radiasi dengan sel, yaitu efek langsung dan tak langsung. Efek

    langsung timbul akibat ionisasi atau tereksitasinya bagian sel yang terkena

    paparan radiasi secara langsung. Efek tak langsung adalah efek yang timbul akibat

    interaksi bahan-bahan yang dihasilkan oleh efek langsung dengan komponen sel.

    Proses perusakan yang terjadi berlangsung beberapa tahapan sebagai

    berikut

    1. Tahap Fisis

    Tahap ini merupakan tahap awal, yaitu saat H2O terkena radiasi. Proses terjadi

    dalam waktu 10-16

    detik, dimana terjadi ionisasi

    2. Tahap Kimia Fisika

    Tahap ini berlangsung sekitar 10-6

    detik, pada tahap ini ion hasil tahap pertama

    terdisosiasi atau berinteraksi dengan molekul air yang lain menghasilkan produk

    baru

    Ion positif terdisosiasi

  • 11

    Ion negatif berinteraksi dengan air

    Kemudian terdisosiasi

    Hasil reaksi di atas adalah ion-ion H+ dan OH-. Selain itu terbentuk Ho dan OH

    o

    yang disebut dengan radikal bebas, mempunyai elektron tanpa pasangan dan

    secara kimia sangat reaktif. Hasil lain yang dapat menimbulkan kerusakan dalah

    terjadinya Hidrogen Peroksida H2O2 yang merupakan oksidator kuat.

    3. Tahap Kimia

    Tahap ini berlangsung dalam waktu beberapa detik. Pada tahap ini reaksi yaitu Ho,

    OHo, dan H2O2 berinteraksi dengan molekul molekul organik dari sel yang

    mungkin saja merupakan bagian yang cukup penting. Radikal bebas dan oksidator

    kuat dapat memengaruhi molekul-molekul kompleks pembentuk kromosin.

    Mereka dapat bergabung dengan molekul tersebut atau dapat menyebabkan rantai

    molekul yang terputus.

    Reaksi kimia antara radikal bebas yang berdekatan dengan molekul dapat

    mengalami perubahan biologi sel. Apabila kromosom pada DNA rusak akibat

    ionisasi radiasi, perintah untuk mengontrol fungsi sel juga terganggu. Kerusakan

    oleh radiasi dapat berupa :

    a. Dapat diperbaiki

    b. Tidak dapat diperbaiki

    c. Diperbaiki dengan tidak benar.

    (Chiang, 2018)

    4. Tahap Biologi

    Tahap ini berlangsung dalam waktu yang bervariasi, dari sekitar 10 menit

    sampai puluhan tahun tergantung efek yang terjadi. Akibat dari interaksi-interaksi

    tahap sebelumnya dapat memengaruhi sel secara individual dalam berbagai segi.

    Antara lain dapat menyebabkan :

    a. Kematian sel

    b. Terhambat dan tercegahnya pembelahan sel

  • 12

    c. Perubahan tetap yang terbawa pada sel anak

    Pada kasus sel yang tidak dapat diperbaiki dapat menyebabkan kematian sel pada

    mitosis selanjutnya. Apabila sel diperbaiki dengan tidak benar dapat

    menyebabkan mutasi genetik. Kematian sel menyebabkan berbagai disfungsi

    jaringan yang dapat mengganggu fungsi organisme. (Chiang, 2018)

    Efek Biologi

    Apabila sistem biologi diberi suatu perlakuan gangguan dari dalam atau luar maka

    akan memberi dampak positif maupun negatif . Salah satu gangguan untuk sistem

    biologi adalah oleh radiasi pengion. Efek yang terjadi pada sistem terbagi menjadi

    dua kelompok, yaitu :

    a. Efek dengan ambang

    Efek ini adalah efek yang memerlukan suatu jumlah (dosis) tertentu untuk

    munculnya pertama kali gejala efek tertentu. Pada umumnya sebagian besar

    peristiwa masuk dalam kelompok ini.

    b. Efek tanpa ambang

    Efek ini adalah efek yang kemungkinan terjadinya tidak memerlukan jumlah dosis

    minimum tertentu. Betapapun kecilnya jumlah dosis yang diberikan, dalam hal ini

    akan dapat memberikan kemungkinan terjadinya suatu efek biologi tertentu.

    Dari segi cepat atau lambatnya penampakan suatu efek biologi terdapat

    pembagian sebagai berikut:

    a. Efek segera

    Efek ini terjadi cukup cepat, dalam kurun waktu tidak sampai satu tahun. Gejala

    efek yang biasanya segera muncul adalah mual dan muntah, rasa mulas dan lelah,

    dan naiknya suhu badan. Adanya gejala ini perlu adanya pemeriksaan

    laboraturium, misalnya perubahan jumlah butir darah merupakan indikator biologi

    yang paling peka pada efek penyinaran.

    b. Efek tertunda

  • 13

    Efek ini terjadi agak lama, dalam kurun waktu lebih dari satu tahun sejak

    penyinaran. Efek ini juga dapat berupa turunan dari efek orang yang menerima

    penyinaran. Efek ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu:

    1. Efek Somatik

    Efek ini timbul dengan masa tenggang yang bergantung pada dosis yang diberikan

    kepada seseorang dan juga bergantung pada karakter biologi dari gejala yang

    muncul. Misalnya eritema kulit akan muncul setelah 3 minggu diberikannya

    penyinaran dengan dosis beberapa ratus rad, tetapi gejala yang sama akan muncul

    hanya dalam beberapa hari jika dosis yang diberikan lebih dari 1000 rad.

    2. Efek Somatik Stokastik

    Efek yang dialami sel-sel somatik pada manusia yang menerima penyinaran,

    tetapi tidak secara statistik. Beberapa efek tertunda tidak dapat dipastikan akan

    diderita oleh orang yang menerima penyinaran. Karena itu disebut efek somatik

    stokastik. Misalnya, tingginya kejadian leukimia di kalangan ahli radiologi secara

    statistik dapat diduga secara pasti karena para ahli tersebut memang selalu

    berkenaan dengan medan radiasi. Penyinaran radisi pada suatu kelompok hanya

    efektif dalam hal mempertinggi terjadinya efek somatik tertunda (misalnya

    leukimia).

    3. Efek Genetik

    Efek genetik adalah efek stokastik yang disebabkan oleh rusaknya sel genetik, dan

    karena itu tidak diderita oleh yang menerima penyinaran, tetapi kemunginan

    terjadi pada turunan orang yang bersangkutan. Efek genetik ini terdistribusi pada

    anggota suatu kelompok secara acak dan konsekuensi kliniknya merupakan

    konsekuensi tertunda.

    Cacat gen atau kromosom disebabkan oleh radiasi yang berinteraksi

    dengan sel kelamin di dalam kelenjar kelamin (gonad), sedangkan susunan

    kromosom menentukan pola pertumbuhan sel di waktu kemudian. Mutasi atau

    perubahan kromosom pada umumnya merupakan mutasi titik yang tidak tampak

    dari struktur DNA secara mikroskopik. Sebagian besar mutasi titik adalah resesif,

    sehingga akan hanya terjadi mutasi apabila dua sel kelamin (jantan dan betina)

    sama sama memiliki mutasi titik.

  • 14

    2.2 Sinar-X

    Sinar-X yaitu sebuah gelombang elektomagnetik dengan panjang gelombang

    aproksimasi 0,1 hingga 100 Å (Beiser,1999). Karena panjang gelombangnya yang

    pendek, maka sinar-X memiliki daya tembus yang besar. Disamping itu dengan

    energi yang dimilikinya, sinar-X mampu mengionisasi materi yang dilaluinya

    karena itu sinar-X digolongkan sebagai sinar pengion.

    2.2.1 Konsep Dasar Sinar-X

    Sinar-X ditemukan oleh seorang fisikawan Universitas Wutsburg pada tahun 1895

    saat sedang bekerja menggunakan sinar katoda yaitu Rontgen (1845-1923). Ia

    menemukan bahwa sinar dari tabung dapat menembus bahan yang tak tembus

    cahaya dan mengaktifkan layar pendar atau film foto. Sinar-X berasal dari titik

    dimana elektron mengenai sasaran dalam tabung tersebut atau tabung kacanya

    sendiri (Beiser, 1999).

    Sinar-X merupakan gelombang elektromagnetik yang memiliki panjang

    gelombang antara 10-11

    sampai 10-8

    m. Hal ini berarti mempunyai panjang

    gelombang yang jauh lebih pendek daripada cahaya tampak, sehingga energinya

    lebih besar. Besar energinya (E dalam joule) dapat ditentukan dengan

    menggunakan persamaan

    Keterangan :

    E = besarnya energi (joule)

    h = konstanta Planck (6,627 x 10-34

    Js)

    c = kecepatan cahaya ( 3 x 10-8

    m/s)

    λ = panjang gelombang (m)

    2.2.2 Pesawat Sinar-X

    Pesawat sinar-X merupakan sumber radiasi yang didesain sedemikian rupa untuk

    tujuan diagnostik yang terdiri dari komponen-komponen penghasil sinar-X

    (BAPETEN, 2003). Untuk dapat menghasilkan citra sinar-X diperlukan beberapa

    instrumentasi yang baku sebagai berikut :

  • 15

    Tabung Sinar-X

    Tabung sinar-X berisi katoda dan anoda yang ditunjukkan dalam Gambar 2.1.

    Katoda terbuat dari filamen, sedangkan anoda terbuat dari logam target (Cu, Fe,

    atau Ni). Anoda biasanya dibuat berputar supaya permukaannya tidak lekas rusak

    yang disebabkan tumbukan elektron. Agar filamen katoda tidak cepat panas maka

    didinginkan dengan transformator oil.

    Gambar 2.1 Tabung sinar-X

    Trafo Tegangan Tinggi

    Trafo tegangan tinggi berfungsi untuk menaikkan tegangan rendah dari sumber

    menjadi tegangan tinggi antara 30-100 kV. Pada sekeliling trafo tegangan tinggi

    diberi minyak sebagai media pendingin. Trafo tegangan tinggi berfungsi untuk

    mempercepat elektron di dalam tabung (Suyatno, 2008).

    Instrumentasi Kontrol

    Instrumentasi kontrol berfungsi sebagai pengatur besaran keluaran dari pesawat

    sinar-X. Instrumentasi kontrol terbagi menjadi 6 modul yaitu :

    1. Modul power supplay (Catu daya DC)

    2. Modul pengatur tegangan (kV)

    3. Modul pengatur arus (mA)

    4. Modul pengatur waktu (s)

  • 16

    5. Modul kendali sistem, dan

    6. Catu daya AC dari sumber PLN.

    Mesin dilengkapi tiga faktor eksposi, yaitu tegangan (kV), arus (mA), dan waktu

    (s). Nilai maksimum yang diberikan oleh mesin ini ditampilkan pada Tabel 2.1.

    Tabel 2.1 Nilai Maksimum Faktor Eksposi Pesawat Sinar-X

    mA ~3.2 s ~4.0 s ~6.3 s

    16 90 kV 90 kV 90 kV

    32 90 kV 90 kV 90 kV

    63 90 kV 90 kV -

    100 80 kV - -

    2.2.3 Penyerapan sinar-X pada Tubuh

    Radiasi yang melewati bahan memiliki banyak kemungkinan kejadian. Peristiwa

    yang dapat terjadi berupa penyerapan, atau pemantulan. Bentuk hukum

    penyerapan radiasi adalah sebagai berikut

    I0 adalah intensitas awal radiasi sebelum melewati bahan. I adalah

    intensitas radiasi yang terukur setelah melewati suatu bahan dengan ketebalan x

    dan koefisien penyerapan μ. Hukum ini berlaku untuk sinar-X dengan kejadiannya

    sesuai dengan prinsip Efek fotolistrik dan efek Compton. (Burns, Desmond M,

    1975)

    Radiasi yang diberikan pada manusia hendaknya tidak melebihi batas

    ambang karena dengan dosis tertentu akan mengakibatkan beberapa efek pada

    jaringan seperti dijelaskan pada Tabel 2.2.

  • 17

    Tabel 2.2 Efek Radiasi pada Makhluk Hidup

    No Dosis Efek Waktu

    1 3-6 Gy Eritema (kemerahan pada kulit) Sementara

    2 3-8 Gy Epilasi (Kerontokan Rambut)

    Dekuamasi (Pengelupasan)

    3-6 minggu

    3 12-20 Gy Blister (nanah)

    Dermis (Infeksi Kulit)

    4-6 Minggu

    4 20 Gy Nekrosis (Kematian Jaringan) 10 minggu

    2.3 Fisiologi Manusia

    Fisiologi adalah ilmu yang mempelajari fungsi biologis tubuh yang bekerja

    dalam rentang normal.

    2.1.1. Homeostasis

    Tubuh merupakan suatu sistem yang terorganisir dan memiliki sistem pengaturan

    yang selalu saling berkoordinasi untuk mempertahankan tubuh secara fisiologi.

    Agar tubuh berfungsi secara optimal lingkungan internal harus diatur dengan

    sangat hati hati (Chalik, 2016). Homeostasis adalah suatu konsep yang mengacu

    pada suatu kondisi mempertahankan kondisi fisika dan kimia yang relatif konstan

    dalam lingkungan interna. Variabel penting dalam menjaga kondisi dalam tubuh

    adalah suhu, tekanan darah, kandungan oksigen dan karbon dioksida dari darah,

    dan juga keseimbangan elektrolit.

    Secara harfiah homeo artinya “yang sama”, statis artinya “berdiri atau

    diam”. Istilah tersebut pertama kali diperkenalkan oleh W.B. Cannon untuk

    menjelaskan berbagai proses fisiologik yang berfungsi memulihkan keadaan

    normal setelah terkena gangguan. Seluruh sistem organ dalam tubuh manusia

  • 18

    memiliki fungsi masing-masing. Tabel 3 berikut ini menjelaskan peran sistem

    organ dalam homeostasis

    Tabel 2.3. Peran sistem organ dalam mempertahankan homeostasis

    Sistem Organ Fungsi

    Sistem Saraf Mengatur aktivitas muskuler dan sekresi kelenjar

    Sistem Sirkulasi Mengangkut nutrien, oksigen, zat yang sudah tidak

    dibutuhkan tubuh

    Sistem Respirasi Mengambil oksigen dan mengeluarkan karbondioksida,

    mengatur keseimbangan asam basa (pH)

    Sistem

    Gastrointestinal

    Mencerna dan menyerap makanan untuk memberikan nutrisi

    kepada tubuh

    Sistem Renal Mengeluarkan senyawa-senyawa, produk yang sudah tidak

    dibutuhkan oleh tubuh, mengatur volume dan tekanan darah,

    mengatur keseimbangan asam basa (pH)

    Pengaturan aktivitas sistem tubuh untuk mempertahankan homeostasis :

    1. Pengendalian intrinsik yaitu respon kompensasi dilakukan oleh organ yang

    bersangkutan

    2. Pengendalian ekstrinsik yaitu repons organ akan merangsang kerja sistem

    pengendalian lain yaitu sistem saraf dan endokrin

    2.4 Biolistrik

    Biolistrik adalah proses kelistikan dalam sel-sel atau jaringan hidup. Salah

    satunya adalah yang terjadi dalam proses penghantaran impuls di sistem syaraf

    pada manusia. Berbagai kerja sistem tubuh diatur oleh sistem syaraf, termasuk

    pengendali tubuh. Proses biolistrik ini juga berperan dalam berbagai transport zat,

    yaitu yang terjadi di membran sel/plasma dan di berbagai kompartemen, yaitu

    sistem pertukaran antara lingkungan internal dan eksternal.

    Sistem kerja sel syaraf sangat bergantung pada ion-ion yang ada dalam

    tubuh. Peristiwa kelistrikan di sel syaraf akan membangkitkan ilmpuls, yaitu akan

  • 19

    terjadi peristiwa depolarisasi dan potensial aksi/impuls. Hal ini dikarenakan

    keterlibatan ion-ion dalam kompartmen tubuh, terutama ion Na dan K di eksrasel

    dan intrasel. Ilustrasi kerja ion-ion tersebut dalam proses penghantaran impuls

    ditunjukkan pada Gambar 2.2 dan Gambar 2.3.

    Rangsangan terhadap sel bermacam macam, dapat berupa mekanik, suhu,

    listrik, dan kimia. Rangsang tersebut akan melalui proses transduksi reseptor yang

    akan menghasilkan respon perubahan kegiatan listrik membran reseptor. Proses

    transduksi reseptor adalah membran akan lebih permeabel sehingga ion Na

    ekstrasel masuk ke intrasel, sehingga kenegatifan intrasel berkurang menyebabkan

    penurunan beda potensial ekstrasel dan intrasel (depolarisasi). Depolarisasi akan

    meningkatkan permeabilitas membran sehingga makin banyak ion Na ekstrasel

    yang masuk ke intrasel dan depolarisasi semakin besar. Bila peristiwa terus

    berlanjut, suatu saat depolarisasi mencapai ambang letup sehingga terbentuklah

    potensial aksi, bila tidak berlanjut maka akan kembali ke keadaan istirahat

    (repolarisasi). Potensial aksi yang menjalar disebut dengan impuls.

    Gambar 2.2. Penghantaran impuls di neuran tak bermielin

  • 20

    Gambar 2.3. Penghantaran impuls di neuron bermielin

    2.5 Larutan Elektrolit dalam Fisiologi Manusia

    Elektrolit adalah senyawa yang terdisosiasi menjadi ion pada larutan. Yang

    disebut sebagai elektrolit adalah asam, basa, dan garam. Elektrolit yang paling

    penting dalam fisiologi manusia ada kation ( Na+, K

    +, Ca

    +, Mg

    2+, dan H

    +) dan

    anion bikarbonat (HCO3-), Klorida (Cl

    -), Fosfat (HPO4

    2) dan sulfat (SO4

    2-).

    Fungsi elektrolit tersebut adalah

    1. Kebutuhan metabolisme sel dan untuk mempertahankan struktur tubuh

    2. Penunjang pergerakan air antar bagian tubuh

    3. Bersama dengan protein memasok ion hidrogen

    4. Mempertahankan keseimbangan pH tubuh

    5. Natrium, potassium, klorida, dan magnesium adalah komponen penting dalam

    produksi dan perawatan membran potensial (Potensial syaraf dan otot).

    Ion natrium, potassium dan klorida memiliki konsentrasi tertinggi pada tubuh.

    Ketiga elektrolit ini adalah bagian penting dalam menjaga fungsi tubuh dan

    distribusi air di seluruh bagian.

  • 21

    2.6 Larutan NaCl

    Natrium Klorida merupakan zat yang berikatan ionik. Gaya Kohesi dalam

    molekul ionik berasal dari tarikan eletrostatik antara ion Na+ dan ion Cl

    - . Bahan-

    bahan tersebut diperkirakan mudah membentuk zat padat karena ion Na+

    dapat

    langsung menarik Cl- sehingga membangun suatu struktur molekul. NaCl

    memiliki struktur kisi fcc (face center cubic) sehingga NaCl memiliki ikatan yang

    kuat. Karena sumber ikatannya adalah elektrostatik, jadi semakin negatif ion-ion

    yang mengelilingi ion positif, semakin stabil dan kuat zat padatnya (Kranne,

    1992)

    Natrium Klorida memiliki kecenderungan kuat untuk larut dalam pelarut

    polar, salah satunya air. Bila zat terlarut dalam sebuah pelarut, sifat larutan itu

    akan berbeda dari pelarut murni. Terdapat empat sifat fisika yang penting yaitu,

    tekanan uap, titik beku, titik didih, dan tekanan osmosis yang bergantung pada

    banyaknya partikel (molekul, atom, atau ion) dalam pelarut dengan bobot tertentu

    (Gufron, 2016).

    2.7 Keseimbangan Asam dan Basa

    Keseimbangan asam basa mengacu pada regulasi ion hidrogen di cairan tubuh,

    terutama cairan ekstraseluler. Beberapa molekul terdisosiasi di larutan untuk

    melepaskan ion hidrogen (H+) yang disebut dengan asam. Hal ini menyebabkan

    reaksi kimia dan proses dalam tubuh. Enzim, hormonal, dan distribusi ion

    disebabkan oleh konsentrasi ion hidrogen. Konsentrasi ion hidrogen diukur oleh

    skala pH. pH dalam darah dan cairan intestinal berada pada rentang 7.35 sampai

    dengan 7.45. Naik atau turunnya pH oleh persepuluh satuan dapat menyebabkan

    kerusakan sel-sel tubuh.

    Homeostatik menopang tangkapan rentang pH pada cairan ekstraseluler

    dengan tiga mekanisme berikut :

    1. Sistem penyangga kimiawi spesifik dari cairan tubuh (bereaksi cepat kurang

    dari satu detik)

    2. Sistem pernafasan (bereaksi cepat dalam hitungan detik hingga menit)

    3. Sistem ginjal (bereaksi lambat, dalam hitungan menit sampai jam).

  • 22

    Larutan penyangga berfungsi untuk menetralkan. Asam lemah dan basa

    lemah berperan untuk menjadi sistem penyangga. Larutan penyangga bekerja

    dengan cepat untuk menyeimbangkan homeostasis. Karena penambahan ion H+

    menyebabkan perubahan pH tubuh.

    2.8 Fourier Tansform Infra Red

    Fourier Transform Infra Red merupakan salah satu alat yang dapat digunakan

    untuk identifikasi senyawa, khususnya senyawa organik, baik secara kualitatif

    maupun kuantitatif. Analisis dilakukan dengan melihat bentuk spektrumnya yaitu

    dengan melihat puncak-puncak spesifik yang menunjukan jenis gugus fungsional

    yang dimiliki oleh senyawa tersebut, sedangkan analisis kuantitatif dapat

    dilakukan dengan menggunakan senyawa standar yang dibuat spektrumnya pada

    berbagai variasi konsentrasi.

    2.9 VIS-NIR

    VIS-NIR merupakan anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber

    REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak

    (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer. Pada

    spektrofotometri ini yang digunakan sebagai sumber sinar/energi adalah cahaya

    tampak (visible light). Cahaya tampak termasuk spektrum elektromagnetik yang

    dapat ditangkap oleh mata manusia, sehingga semua sinar yang dapat dilihat oleh

    kita, entah itu putih, merah, biru, hijau, apapun. selama ia dapat dilihat oleh mata,

    maka sinar tersebut termasuk ke dalam sinar tampak (visible).

    Sumber sinar tampak yang umumnya dipakai pada spectrofotometer

    visible adalah lampu Tungsten. Tungsten yang dikenal juga dengan nama

    Wolfram merupakan unsur kimia dengan simbol W dan no atom 74. Tungsten

    mempunyai titik didih yang tertinggi (3422 ºC) dibanding logam lainnya. karena

    sifat inilah maka ia digunakan sebagai sumber lampu.

    Bila radiasi inframerah dilewatkan melalui suatu cuplikan, maka molekul

    molekulnya dapat menyerap (mengabsorpsi) energi dan terjadilah transisi di

    antara tingkat vibrasi (ground state) dan tingkat vibrasi tereksitasi (excited

  • 23

    state). Pengabsorpsian energi pada berbagai frekuensi dapat dideteksi oleh

    spektrofotometer infrared, yang memplot jumlah radiasi infra merah yang

    diteruskan melalui cuplikan sebagai fungsi frekuensi (atau panjang gelombang)

    radiasi. Plot tersebut adalah spektrum infra merah yang memberikan informasi

    penting tentang gugus fungsional suatu molekul.

  • 41

    BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Simpulan

    Berdasarkan hasil analisis pengaruh radiasi sinar-X terhadap larutan fisiologis

    sebagai berikut:

    1. Eksposi sinar- X menyebabkan molekul terdisosiasi kemudian mampu

    berubah menjadi zat baru sehingga terjadi perubahan pH cairan tubuh

    cenderung lebih basa.

    2. Semakin besar radiasi sinar-X yang diberikan menyebabkan cairan

    fisiologis mengalami peningkatan konsentrasi dan semakin banyak ion

    bebas.

    3. Larutan fisiologis NaCl patent memiliki sifat yang lebih reaktif terhadap

    radiasi pengion dan tidak disarankan melakukan eksposi sinar-X dengan

    laju dosis di atas 68 mS/h.

    5.2.Saran

    Setelah dilakukannya evaluasi terhadap penelitian ini, maka saran untuk penelitian

    selanjutnya sebagai berikut :

    1. Melakukan pengujian lebih lanjut untuk membuktikan terbentuknya

    Hidrogen peroksida.

    2. Menggunakan laju dosis dimulai dari yang terendah untuk eskposi

    manusia.

  • 42

    DAFTAR PUSTAKA

    Acids, P. (1952). Canadian Journal of, (5).

    Analogues, H. P. (1954). Hydrogen peroxide and its analogues.

    Assefa, N. (2003). Human Anatomy and Physiology.

    Beiser. A. 1999. Konsep Fisika Modern. Edisi keempat. Erlangga: Jakarta.

    Bury, C. S., Carmichael, I., Mcgeehan, J. E., & Garman, E. F. (2016). Radiation

    damage within nucleoprotein complexes studied by macromolecular X-ray

    crystallography. Radiation Physics and Chemistry, 128, 118–125.

    https://doi.org/10.1016/j.radphyschem.2016.05.023

    Bushong, Stewart C. 2013. Radiologic Science for Technologist, Physics, Biology,

    and Protection 10th Edition. Houston, Texas : Elsevier.

    Chiang, Ren-Tai. 2018. Analysis of Radiation Interactions and Biological Effect

    for Boron Neutron Capture Therapy. Pontianak : Intenational Journal of

    Physics and Nuclear Application.

    Doll, R., Peto, R. 1981. The Cause of Cancer: Quantitative Estimates of

    Avoidable Risk of Cancer in The United States Today. JNCI (J. Natl. Cancer

    Inst.) 66, 1192-1308.

    Elkind, M. M., & Sutton, H. (2012). Radiation Response of Mammalian Cells

    Grown in Culture I . Repair of X-Ray Damage in Surviving Chinese Hamster

    Cells, 26, 8–26. https://doi.org/10.2307/3570945

    Fadilah, N. (2015). Analisa Pengukuran Nilai Konduktivitas Larutan NaCl Selama

    Proses Adsorpsi dan Desorpsi pada Sistem Capasitive Deionization ( CDI ),

    03(01), 1–7.

    Fairusiyyah, N., & Widjasena, B. (2016). ANALISIS IMPLEMENTASI

    MANAJEMEN KESELAMATAN RADIASI SINAR-X DI UNIT KERJA

    RADIOLOGI RUMAH SAKIT NASIONAL DIPONEGORO SEMARANG

    TAHUN 2016, 4.

    Farhadi, M. (2015). Applications of Visible and Near Infrared Spectroscopy for

    Sorting and Identification of Tree Seeds.

    Fujii, K., Akamatsu, K., & Yokoya, A. (2004). Ion Desorption from DNA

    Components Irradiated with 0 . 5 keV Ultrasoft X-Ray Photons, 161(4), 435–

    441.

    Hernandez-medina, A., Negron-mendoza, A., Ramos-bernal, S., & Colin-garcia,

    M. (2013). The effect of doses , irradiation temperature , and doped

    impurities in the thermoluminescence response of NaCl crystals. Radiation

    Measurements, 56, 369–373. https://doi.org/10.1016/j.radmeas.2013.01.040

    Hsieh, S., Chou, C., Liang, W., Kuo, C., Wang, J., Hao, L., & Jan, C. (2018).

  • 43

    Archives of Oral Biology The e ff ect of magnolol on Ca 2 + homeostasis

    and its related physiology in human oral cancer cells. Archives of Oral

    Biology, 89(August 2017), 49–54.

    https://doi.org/10.1016/j.archoralbio.2018.02.006

    Giguere, P.A., Srinivasan, T.K.K. 1973. A Raman Stuudy of H2O2 and D2O2

    Vapor. Canada : Dept. De chimie, Universiite Laval, Qulbec. 2, 125–132.

    Gufron, Soenal. 2016. Pengaruh Konsentrasi dan Suhu Larutan NaCl terhadap

    Transmitansi Cahaya dalam Larutan NaCl Menggunakan

    Spektrofotometer.Jember : Universitas Jember.

    Kasus, S., & Gajahwong, K. (n.d.). Identifikasi Kualitas Air Berdasarkan Nilai

    Resistivitas Air.

    Krene, Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press).

    Li, X., Liu, L., & Zhao, J. (2015). spectroscopic techniques Optical Properties of

    Sodium Chloride Solution Within the Spectral Range from 300 to 2500 nm at

    Room Temperature, 69(5), 635–640. https://doi.org/10.1366/14-07769R

    Mariani, D.F., Gonzalez, F., de Castro, M. Jimenez. 1997. Ionizing radiation

    effecton the ionic conductuvity of NaCl. Physica B : Elsevier. 245, 219–224.

    Michael, H. R. W. A. N. D. (2000). Infrared spectrum of HDO in water and in

    NaCl solution1.

    Mudi, A., & Chakravarty, C. (2006). Effect of Ionic Solutes on the Hydrogen

    Bond Network Dynamics of Water : Power Spectral Analysis of Aqueous

    NaCl Solutions, 8422–8431.

    Nirmalan, N. (2017). Homeostasis in dynamic. Anaesthesia and Intensive Care

    Medicine, 1–6. https://doi.org/10.1016/j.mpaic.2017.06.018

    Pasien, D., Pemeriksaan, P., & Radiologi, R. S. (2015). No Title, 71–84.

    Pegau, W. S., Gray, D., & Zaneveld, J. R. V. (1997). Absorption and attenuation

    of visible and near-infrared light in water : dependence on temperature and

    salinity, 36(24), 6035–6046.

    Peters, S. J., & Ewing, G. E. (1997). Water on Salt : An Infrared Study of

    Adsorbed H 2 O on NaCl ( 100 ) under Ambient Conditions, 5647(100),

    10880–10886.

    Petersen, C. P., & Gordon, M. S. (1999). Solvation of Sodium Chloride : An

    Effective Fragment Study of NaCl ( H2O ) n Solvation of Sodium Chloride :

    An Effective Fragment Study of. https://doi.org/10.1021/jp984806l.

    Pramartaningthyas, E. K., & Muntini, S. (2014). Optimasi Adsorpsi ion-ion NaCl

    pada Elektroda Capacitive Deionization dengan Membran Pertukaran Ion,

    (Mcdi), 1–5.

  • 44

    Rachmatiah, I., Salami, S., Studi, P., & Teknik, M. (2013). EVALUASI

    PENGARUH PAPARAN RADIASI TERHADAP EFEK SITOTOKSIK

    DAN GENOTOKSIK PADA Allium cepa SEBAGAI EVALUATION OF

    RADIATION EXPOSURE EFFECT AGAINST CYTOTOXIC AND

    GENOTOXIC EFFECT TOAllium cepa AS BIOINDICATOR OF

    OCCUPATIONAL ENVIRONMENT CONDITION IN THE HOSPITAL

    RADIOLOGIC UNIT, 19, 205–214.

    Radiasi, A., Bidang, S. D. I., Untuk, K., Masyarakat, M. K., & Nuklir-batan, P. R.

    P. (2008). Aplikasi radiasi sinar-X di bidang kedokteran untuk menunjang

    kesehatan masyarakat, 25–26.

    Ramond, T. M., Blanksby, S. J., Kato, S., Bierbaum, V. M., Davico, G. E.,

    Schwartz, R. L., Ellison, G. B. (2002). Heat of Formation of the

    Hydroperoxyl Radical HOO Via Negative Ion Studies †, 0, 9641–9647.

    Redington, R. L., Olson, W. B., & Cross, P. C. (1962). Studies of Hydrogen

    Peroxide: The Infrared Spectrum and the Internal Rotation Problem, 1311.

    https://doi.org/10.1063/1.1732733

    Riedler, M., Castro, A. R. B. De, Kolmakov, A., Löfken, J. O., Nowak, C.,

    Soldatov, A. V, Möller, T. (2012). Photoabsorption of NaCl clusters at the

    Na K-edge : Development of the bond length with the cluster size

    Photoabsorption of NaCl clusters at the Na K-edge : Development of the

    bond length with the cluster size, 1319(2001), 1–6.

    https://doi.org/10.1063/1.1380691

    Riemenschneider, Julian. 2011. Spectroscopic Investigation on Pure Water and

    Aqueous Salt Solution in the Mid Infrared Region. Rostock : University of

    Rostock

    Satoh, D., Kajimoto, T., Shigyo, N., Itashiki, Y., Imabayashi, Y., Koba, Y.,

    Uozumi, Y. (2016). Distributions of neutron yields and doses around a water

    phantom bombarded with 290-MeV/nucleon and 430-MeV/nucleon carbon

    ions. Nuclear Instruments and Methods in Physics Research, Section B:

    Beam Interactions with Materials and Atoms, 387, 10–19.

    https://doi.org/10.1016/j.nimb.2016.09.011.

    Shirotani, I., Hayashi, J., Yamanashi, K., & Hirano, K. (2003). X-ray study with

    synchrotron radiation of cerium and praseodymium monopnictides with the

    NaCl-type structure at high pressures, 334, 167–174.

    https://doi.org/10.1016/S0921-4526(03)00042-5

    Skull, K., Menggunakan, P., Entrance, M., Exposure, S., Fmipa, J. F., Brawijaya,

    U., & Veteran, J. (n.d.). Penentuan dan pengukuran dosis serap radiasi sinar

    x pada permukaan pantom kepala (, (31), 2–5.

    Sudatri, N. W., Suartini, N. M., Agung, A., Alit, S., Yulihastuti, D. A., Hewan, L.

    F., … Selatan, K. (2015). Kualitas Spermatozoa Mencit yang Terpapar

    Radiasi Sinar-X Secara Berulang, 16(1), 56–61.

  • 45

    Suratman. 1996. Introduksi Proteksi Radiasi Bagi Siswa/Mahasiswa Praktek.

    Yogyaarta : Batan

    Tang . F.R, K. Lganovsky. 2018. Low dose or ionizing radiation-induced health

    effect in the human. Journal of Environmental Radioactivity. 192(May), 32–

    47. https://doi.org/10.1016/j.jenvrad.2018.05.018

    Te, F. (1995). Theoretical study of (NaC1), clusters, 212.

    Vacque, V, et al. 1996. Characterisation of the O-O Peroxide Bond by

    Vibrational Spectroscopy. France : laboratoire de Spectroscopie Infrarouge et

    Raman.

    Vasylieva, A., Doroshenko, I., Vaskivskyi, Y., Chernolevska, Y., & Pogorelov, V.

    (2018). FTIR study of condensed water structure. Journal of Molecular

    Structure. https://doi.org/10.1016/j.molstruc.2018.05.002

    Watson, F., & Austin, P. (2018). Physiology of human fluid balance. Anaesthesia

    and Intensive Care Medicine, 1–8.

    https://doi.org/10.1016/j.mpaic.2018.06.013

    Wolf, A. (2019). Near-threshold photodissociation of cool OH to O + H and O +

    H Near-threshold photodissociation of cool OH + to O + H + and O + + H,

    041104. https://doi.org/10.1063/1.5098321

    Yaswir, R., & Ferawati, I. (2012). T Tinjauan Pustaka Fisiologi dan Gangguan

    Keseimbangan Natrium , Kalium dan Klorida serta Pemeriksaan

    Laboratorium, 1(2), 80–85.

    Internet

    Ariyanto, S. 2009. Radiasi Alam. http://www.batan.go.id/bkhh/ index.php/

    artikel/49-radiasi-alam.html [diakses 28-12-2013].