Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web...

57
MODUL PRATIKUM HUKUM PAJAK SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM HUKUM FAKULTAS HUKUM

Transcript of Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web...

Page 1: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

MODULPRATIKUM HUKUM PAJAK

SEMESTER GENAP

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

Oleh :

Laboratorium Hukum

LABORATORIUM HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020

Page 2: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

KATA PENGANTAR

Assalamu’alikum Wr. Wb.

Puji Syukur kami panjatkan kepada sang Khaliq yang ditangan-Nyalah

segala apa yang ada di langit dan bumi, hanya dengan rahmat, taufiq dan ijin-

Nyalah revisi buku panduan praktikum hukum pajak ini bisa terselesaikan.

Shalawat serta salam semoga senantia tercurahkan kepada panutan kita,

Nabi Muhammad SAW., keluarga, sahabat dan pengikutnya, dengan

ketabahannya dalam berdakwahlah kita masih bisa merasakan manisnya berIslam

setelah empat belas abad beliau diutus.

Buku panduan praktikum hukum pajak ini merupakan buku panduan yang

disiapkan untuk mempermudah dan sebagai acuan terselenggaranya praktikum

mata kuliah hukum pajak. Praktikum hukum pajak menjadi satu rangkaian dengan

perkuliahan, akan tetapi pelaksanaan praktikum akan dimulai setelah Ujian

Tengah Semester.

Sedangkan tujuan yang hendak dicapai dalam praktikum ilmu pajak

diciptakan untuk menjadi salah satu wadah bagi civitas akademik di Fakultas

Hukum untuk mewujudkan mahasiswa yang berkompeten di bidang hukum.

Praktikum ini merupakan langkah maju untuk mendekatkan perhatian mahasiswa

dan dosen pada masalah-masalah praktis nyata yang terjadi di masyarakat.

Dalam penyusunan modul ini tentunya tidak akan terlepas dari segala

kekurangan dan kelemahan. Oleh karenanya dalam perbaikan dan penyempurnaan

kedepan, alangkah baiknya saran dan kritik yang membangun dari pihak-pihak

yang lebih kompeten terhadap hal ini sangat kami nantikan dan sebelumnya kami

ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Malang, 10 Februari 2020

Lab. Hukum Fak. Hukum UMM

Tim Penyusun

2

Page 3: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Tim Penyusun

Penanggung Jawab

Dekan Fakultas Hukum : Dr. Tongat, S.H., M.Hum.

Wakil Dekan I : Catur Wido Haruni S.H., M.Si., M.Hum.

Wakil Dekan II : Dr. Haris, SH., M.Hum.

Wakil Dekan III : Said Noor Prasetyo, S.H., M.H.

Kepala Program Studi FH : Nu’man Aunuh, SH., M.Hum.

Sekretaris Program Studi FH : Ratri Novita R Dianti, S.H., M.H.

Kepala Lab. Hukum Litigasi : Wahyudi Kurniawan, S.H., M.H.Li.

Kepala Lab. Hukum Non-Litigasi : Cholidah, S.H., M.H.

Pelaksana

1. Nur Amalina Putri Adytia, S.H

2. Siti Wulandari, S.H.

3. Radhityas Sinta, S.H., M.Kn

4. Intan Khoirun Nisa’, S.H.

5. Mardiana, S.H.

6. Wahyu Bening, S.H

7. Ilham Dwi Rafiqi, S.H

Diterbitkan Oleh:

Laboratorium Hukum

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

2020

3

Page 4: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Dasar Pemikiran

Pajak menurut Prof. Dr. Rochmat Sumitro, S.H ialah iuran rakyat

kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan)

dengan tiada mendapatkan jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.1

Pelaksanaan pemungutan pajak yang tidak sesuai dengan Undang-

undang perpajakan akan menimbulkan ketidakadilan bagi masyarakat Wajib

Pajak, sehingga dapat mengakibatkan timbulnya Sengketa Pajak antara

Wajib Pajak dan pejabat yang berwenang. Oleh karena itu dalam

penyelesaian Sengketa Pajak diperlukan jenjang pemeriksaan ulang vertikal

yang lebih ringkas.

Sebuah sengketa dapat dikatakan sebagai sengketa pajak apabila

terjadi dalam bidang pajak. Yang dimaksud sebagai bidang pajak tentu saja

baik itu yang merupakan pajak pusat maupun pajak daerah. Hal tersebut

sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 2 dari Undang-undang Nomor 14

Tahun 2002, bahwa pajak tersebut meliputi semua jenis pajak yang dipungut

oleh pemerintah pusat, termasuk bea masuk dan cukai, dan pajak yang

dipungut oleh Pemerintah Daerah berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Wajib Pajak (perorangan atau badan

hukum) Apabila suatu waktu diperiksa kewajiban perpajakannya (tax

compilance verification) oleh Dirjen Pajak melalui Pejabat Pemeriksa.

Dari hasil pemeriksaan tersebut dapat berlanjut menjadi urusan

penyidikan, jika terdapat indikasi Wajib Pajak melakukan tindak pidana

pajak, penyelesaian selanjutnya menjadi kewenangan hukum pidana fiskal

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 16 tahun 2009

tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor

5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Sementara

itu, bagi Wajib Pajak yang tidak melakukan tindak pidana fiskal tetapi

menolak SKP dan/atau STP yang diterbitkan oleh Dirjen Pajak, maka dapat

mengajukan keberatan atau pembetulan kepada Dirjen Pajak. Jika merasa

masih tidak puas, dapat pula mengajukan banding (atau gugatan) terakhir ke

Pengadilan Pajak.

1 Tony marsyahrul. Pengantar perpajakan. Grasindo. Hlm. 2

4

Page 5: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan pratikum

hukum pajak ini adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa mengetahui tentang penghitungan pajak PPh pasal 21

Target:

a. Mahasiswa memahami tentang penghitungan pajak PPh pasal 21

bulanan

b. Mahasiswa memahami tentang penghitungan pajak PPh pasal 21 atas

Rapel

Luaran:

a. Mahasiswa mampu menyelesaikan tentang penghitungan pajak PPh

pasal 21 bulanan

b. Mahasiswa mampu menyelesaikan tentang penghitungan pajak PPh

pasal 21 atas Rapel

Metode:

a. Ceramah

b. Menyelesaikan soal-soal

c. Evaluasi

Media:

Modul dan papan tulis

2. Mahasiswa mengetahui tentang Hukum Acara Pengadilan Pajak

Target:

a. Mahasiswa memahami tentang upaya hukum sengketa pajak

Luaran:

a. Mahasiswa mampu meneyelesaikan Surat Kuasa dan Surat Pernyatan

b. Mahasiswa mampu menyelesaikan Surat Permohonan Keberatan

c. Mahasiswa mampu menyelesaikan Surat Permohonan Banding

d. Mahasiswa mampu menyelesaikan Surat Permohonan Peninjauan

Kembali

e. Mahasiswa mampu menyelesaikan Surat Gugatan

Metode:

a. Ceramah

b. Menyelesaikan soal-soal perkara pajak

c. Evaluasi

Media:

Modul dan papan tulis

5

Page 6: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

BAB II

PENGHITUNGAN PAJAK

A. Perubahan Tarif

Pemotongan PPh pasal 21 untuk pegawai tetap menggunakan tarif

Pasal 17 untuk wajib pajak orang pribadi. Tarif pasal 17 bagi wajib pajak

orang pribadi dalam negeri mengalami perubahan seiring dengan

berlakunya Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 Tentang Perubahan

Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak

Penghasilan.

B. Biaya Jabatan dan Iuran Pensiun

Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan

memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan setiap

orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang mempunyai

jabatan ataupun tidak.

Tahun 2009 ternyata tahun penuh insentif bagi Wajib Pajak. Insentif

yang diberikan oleh Pemerintah ini tidak main-main. Contohnya adalah

Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun. Berdasarkan PMK-250/PMK.03/2008

tanggal 31 Desember 2008, telah ditetapkan Biaya Jabatan dan Biaya

Pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto oleh Pegawai tetap

atau Pensiunan dalam menghitung PPh terhutang atas gaji dan/atau pensiun

serta tunjangan lain yang terkait dengan gaji/pensiun atau pekerjaannya.

Semula Maksimum Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun yang sebesar

Rp. 108.000 per bulan atau Rp. 1.296.000 per tahun (untuk Biaya jabatan)

dan Rp. 36.000 per bulan atau Rp. 432.000 per tahun (untuk biaya pensiun)

telah ada sejak tahun 1999. Kemudian baru pada tahun 2009 dirubah

menjadi Rp. 500.000 per bulan atau Rp. 6.000.000 per tahun (untuk biaya

jabatan) dan berdasarkan Peraturan menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 71/PMK.02/2008, Pasal 5 ayat 2 : “Besarnya pengembalian nilai

tunai iuran pensiun sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 dan pasal 4

sekurang-kurangnya sebesar Rp 200.000 (Dua ratus ribu rupiah) atau Rp.

2.400.000 per tahun (untuk biaya pensiun). Sedangkan prosentasenya

sendiri tetap yaitu 5% dari penghasilan bruto baik teratur maupun yang tidak

teratur.

Yang dimaksud dengan Biaya jabatan maximum /setinggi-tingginya

Rp. 6.000.000 adalah apabila penghasilan bruto di kali 5 % menghasilkan

6

Page 7: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

biaya jabatan melebihi 6 juta maka yang digunakan adalah yang tertinggi

sebesar 6 juta tapi kalau sebaliknya persentase biaya jabatan setelah

dikalikan penghasilan bruto dibawah 6 juta berarti yang digunakan adalah

yang sebenarnya. sepanjang dia bekerja setahun penuh.

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia

Nomor 206/PMK.011/2012 Batas penghasilan bruto yang diterima atau

diperoleh pegawai harian dan mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya

sampai dengan jumlah Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah) sehari tidak

dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan. Ketentuan tidak berlaku dicabut

dan diganti dengan PMK Nomor : 32/PJ/2015.

Sehubungan dengan pekerjaan dari pegawai harian dan mingguan

serta pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan pajak

penghasilan menetapkan bahwa batas penghasilan bruto yang diterima atau

diperoleh pegawai harian dan mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang Nomor 36

Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7

Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan, sampai dengan jumlah Rp

300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah) sehari tidak dikenakan pemotongan Pajak

Penghasilan. Ketentuan sebagaimana dimaksud tidak berlaku dalam hal: 

a. penghasilan bruto kumulatif dalam 1 (satu) bulan kalender melebihi Rp

3.000.000,00 (tiga juta dua puluh lima ribu rupiah); atau

b. penghasilan dibayar secara bulanan.

Ketentuan sebagaimana dimaksud tentang pegawai harian dan

mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya tidak berlaku atas penghasilan

berupa honorarium atau komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan

petugas dinas luar asuransi.

C. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Pada tanggal 27 Juni 2016 Menteri Keuangan menerbitkan peraturan

Nomor 101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan

Tidak Kena Pajak, yang tentunya mempengaruhi jumlah PTKP. Penerbitan

Peraturan Menteri Keuangan tersebut dilatarbelakangi oleh melambatnya

pertumbuhan ekonomi serta perkembangan harga kebutuhan pokok yang

semakin meningkat. Lebih lanjut, kenaikan PTKP tersebut ditujukan untuk

meningkatkan daya beli masyarakat dan sebagai insentif agar pertumbuhan

ekonomi nasional dapat didorong melalui peningkatan konsumsi

masyarakat.

7

Page 8: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Perbandingan PTKP sejak berlakunya Undang-undang Nomor 8

Tahun 1983 hingga penerbitan Peraturan Menteri Keuangan tersebut di atas

adalah sebagai berikut:

Dasar Hukum

Untuk diri Wajib Pajak

(WP)(Rp)

Tambahan untuk WP

Kawin(Rp)

Tambahan untuk seorang

istri*(Rp)

Tambahan untuk keluarga

sedarah dan semenda**

(RP)

Mulai Berlaku

UU No. 8 Tahun 1983 960.000 480.000 960.000 480.000 1 Januari 1984

UU No. 10 Tahun 1994 1.728.000 864.000 1.728.000 864.000 1 Januari 1995

UU No. 17 Tahun 2000 2.880.000 1.440.000 2.880.000 1.440.000 1 Januari 2001

564/KMK.03/2004 12.000.000 1.200.000 12.000.000 1.200.000 1 Januari 2005137.PMK.05/2005 13.200.000 1.200.000 13.200.000 1.200.000 1 Januari 2006UU No. 36 Tahun

2008 15.840.000 1.320.000 15.840.000 1.320.000 1 Januari 2009

162/PMK.011/2012 24.300.000 2.025.000 24.300.000 2.025.000 1 Januari 2013122/PMK.010/2015 36.000.000 3.000.000 36.000.000 3.000.000 1 Januari 2015101/PMK.010/2016 54.000.000 4.500.000 54.000.000 4.500.000 1 Januari 2016

Keterangan :

*) Tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan

penghasilan suami

**)  Tambahan untuk keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan

lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak

3 orang (termasuk isteri apabila WP kawin)

Besarnya PTKP disesuaikan dari waktu ke waktu dengan Peraturan Menteri

Keuangan setelah dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat.

D. Penghasilan Kena Pajak (PKP)

Tarif PPh 21 dijelaskan pada pasal 17 ayat (1) huruf a Peraturan

Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-32/PJ/2015. Tarif yang diterapkan atas

Penghasilan Kena Pajak adalah sebagai berikut:

Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Negeri

Lapisan Kena Pajak Tarif Pajak

0-50.000.000,- 5%

>50.000.000,- s.d 250.000.000,- 15%

>250.000.000 s.d 500.000.000 25%

>500.000.000 30%

Wajib Pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap adalah sebesar 28%

8

Page 9: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib Pajak yang terutang

orang pribadi :

Jumlah PKP Rp 600.000.000

PPh yang terutang :

5% x Rp 50.000.000 = Rp 2.500.00015% x Rp 200.000.000 = Rp 30.000.00025% x Rp 250.000.000 = Rp 62.500.00030% x Rp 100.000.000 = Rp 30.000.000

Rp 125.000.000

Contoh penghitungan pajak yang terutang untuk Wajib pajak badan dalam

negeri dan Bentuk Usaha Tetap :

Jumlah PKP Rp 1.250.000.000

PPh yang terutang :

28% x Rp 1.250.000.000 = Rp 350.000.000

E. PENGHITUNGAN PPh PASAL 21

1. PPh Pasal 21 Bulanan

Berikut adalah contoh penghitungan Pajak PPh Pasal 21:

a. Gaji sebulan dan tunjangan lainnya  : xxx

b. Pengurangan

1. Biaya Jabatan : xxx

2. Iuran pensiun    : xxx +

xxx

c. Penghasilan netto sebulan (a-b) : xxx

d. Penghasilan netto setahun (12 x c)  : xxx

e. PTKP setahun : xxx -

f. Penghasilan Kena Pajak setahun (d-e) : xxx

g. PPh Pasal 21 terutang (tarif x f) : xxx

h. PPh Pasal 21 sebulan ( g : 12) : xxx

9

Page 10: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Contoh Soal:

Saipul bekerja pada CV. Sentosa Selalu sebagai pegawai tetap dan memiliki

NPWP. Ia bekerja sejak Januari 2016 dan menerima gaji yang dibayar setiap

minggu sebesar Rp. 2.500.000,-. Saipul menikah dan mempunyai 3 orang anak.

Berapakah PPh Pasal 21 atas gaji/upah mingguan Saipul?

Jawab:

Gaji sebulan 4 x Rp. 2.500.000 Rp. 10.000.000,-

Pengurangan

Biaya jabatan 5% x Rp. 10.000.000,- Rp. 5 00.000,-

Penghasilan netto sebulan Rp. 9. 500.000,-

Penghasilan netto setahun 12 x Rp. 9.500.000,- Rp. 114.000.000,-

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

1. Untuk WP Sendiri : Rp. 54.000.000,-

2. Istri : Rp. 4.500.000,-

3. 3 Anak : Rp. 13 . 5 00.000,- +

Rp. 72 .000.000,- -

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun : Rp. 42.000.000,-

PPh Pasal 21 Setahun 5% x Rp. 42.000.000,- : Rp. 2. 100.000,-

PPh Pasal 21 Sebulan Rp. 2. 100.000,-: 12 : Rp. 175.000,-

PPh Pasal 21 atas gaji mingguan Rp. 175.000,- : 4 : Rp. 43.750,-

Contoh Soal:Saipul adalah pegawai tetap di PT. Sahabat Selalu sejak 1 Januari 2016. Ia

memperoleh gaji setiap bulan sebesar Rp 60.000.000,- dan tunjangan kesehatan

yang dibayar perusahaan setiap bulan sebesar Rp 1.500.000,00. Darmawan

membayar iuran pensiun sebesar Rp 200.000,00 setiap bulan. Ia menikah dan

mempunyai 4 orang anak. Berapa PPh Pasal 21 terutang Saipul setiap bulan pada

tahun 2016?

Jawab:

Gaji sebulan Rp. 60.000.000,-

Tunjangan KesehatanRp. 1.500.000,-

+

Rp. 61.500.000,-

Pengurangan

Biaya jabatan 5% x Rp. 61.500.000,- Rp. 500.000,- (maks)

Iuran pensiun : Rp. 200.000,- +

Rp. 700.000,- -

10

Page 11: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Penghasilan netto sebulan Rp. 60.800.000,-

Penghasilan netto setahun 12 x Rp. 60.800.000,-

Rp. 729.600.000-,-

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

1. Untuk WP Sendiri : Rp. 54.000.000,-

2. Istri : Rp. 4.500.000,-

3. 3 Anak : Rp. 13 . 5 00.000,- +

Rp. 72 .000.000,-

-

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun : Rp. 657.600.000,-

PPh Pasal 21 Terutang :

5% x Rp 50.000.000 : Rp. 2.500.000,-

15% x Rp 200.000.000 : RP. 30.000.000,-

25% x Rp 250.000.000 : Rp. 62.500.000,-

30%xRp 157.600.000 : Rp. 47 . 2 80.000,- +

Rp.142.280.000,-

PPh Pasal 21 Sebulan Rp. 142.280.000,-: 12 : Rp. 11.856.666,66

2. PPh Pasal 21 atas Rapel

Ada kalanya pegawai menerima kenaikan gaji di tahun berjalan, dan

keputusan kenaikan gaji itu berlaku surut, sehingga dengan adanya

kenaikan gaji berlaku surut tersebut menyembabkan adanya pembayaran 

kekurangan gaji untuk bulan-bulan sebelumnya yang biasa disebut dengan

rapel. Atas rapel ini tentunya juga merupakan objek PPh Pasal 21,

sehingga juga perlu dihitung berapa besarnya PPh Pasal 21 atas uang rapel

ini.

Contoh Soal:

1. Adi Saputro adalah pegawai tetap di PT Cinta Damai. Ia memperoleh

gaji sebulan sebesar Rp.6.500.000,- dan tunjangan transportasi Rp.

1.000.000 tiap bulannya. Setiap bulan Adi Saputro membayar iuran

pensiun ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan sebesar Rp. 200.000,-. Adi Saputro sudah menikah

dan mempunyai 2 orang anak. Kemudian pada bulan April 2016 ia

menerima kenaikan gaji menjadi Rp.8.500.000,-sebulan. Kenaikan

tersebut berlaku surut sejak bulan Januari 2016. Hitunglah PPh Pasal

21 terutang atas rapel?

11

Page 12: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Penghitungan PPh Pasal 21

TAHAP I atas Gaji

Gaji sebulan Rp. 6.500.000,-

Tunjangan Transportasi Rp. 1.0 00.000,- +

Rp. 7.500.000,-

Pengurangan

Biaya Jabatan 5% x Rp.7.500.000,- Rp. 375.000,-

Iuran pensiun : Rp. 200.000,- +

Rp. 575 .000,- -

Penghasilan netto sebulan Rp. 6.925.000,-

Penghasilan netto setahun 12 x Rp. 6.925.000,- Rp. 83.100.000-,-

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

1. Untuk WP Sendiri : Rp. 54.000.000,-

2. Istri : Rp. 4.500.000,-

3. 2 Anak : Rp. 9 .000.000,- +

Rp. 67 . 5 00.000,- -

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun : Rp 15.600.000,-

PPh Pasal 21 Terutang 5% x Rp 15.600.000 - : Rp 780.000,-

PPh Pasal 21 Sebulan Rp. 780.000,-: 12 : Rp. 65.000,-

TAHAP II: PPh pasal 21 atas rapel

Gaji sebulan Rp. 8.500.000,-

Tunjangan Transportasi Rp. 1. 500.000,- +

Rp. 9.500.000,-

Pengurangan

Biaya Jabatan 5% x Rp.9.500.000,- Rp. 475.000,-

Iuran pensiun : Rp. 200.000,- +

Rp. 675 .000,- -

Penghasilan netto sebulan Rp. 9.025.000,-

Penghasilan netto setahun 12 x Rp. 9.025.000,- Rp. 108.300.000-,-

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

1. Untuk WP Sendiri : Rp. 54.000.000,-

2. Istri : Rp. 4.500.000,-

3. 2 Anak : Rp. 9 .000.000,- +

Rp. 67 . 5 00.000,- -

Penghasilan Kena Pajak (PKP) Setahun : Rp. 40.800.000,-

PPh Pasal 21 Terutang 5% x Rp 40.800.000 : Rp 2.040.000,-

PPh Pasal 21 Sebulan Rp. 2.040.000,-: 12 : Rp. 170.000,-

12

Page 13: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

PPh Pasal 21 Januari s.d Maret 2016 seharusnya =Rp. 170.000,-x 3 = Rp 510.000,-PPh Psl 21 Jan s.d Maret 2016 yg sdh dipotong =Rp. 65.000,- x 3 = Rp 195 .000, - PPh pasal 21 untuk rapel = Rp 315.000,-

13

Page 14: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

BAB III

HUKUM ACARA PENGADILAN PAJAK

A. Pendahuluan

Seperti kita ketahui, sistem perpajakan di Indonesia menganut sistem

self assesment di mana dengan sistem ini Wajib Pajak diberikan

kepercayaan untuk menghitung dan melunasi sendiri pajak yang terutang.

Perhitungan pajak yang terutang ini didasarkan pada ketentuan perpajakan

yang berupa Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri

Keuangan, dan Peraturan Dirjen Pajak.

Di sisi lain, otoritas pajak, dalam hal ini DJP, diberikan tugas untuk

melakukan pengujian dan pengawasan terhadap kepatuhan masyarakat

Wajib Pajak terhadap ketentuan perpajakan. Dalam konteks inilah kita bisa

memahami mengapa perlu dilakukan pemeriksaan pajak oleh DJP kepada

sebagian Wajib Pajak.

Hasil pemeriksaan pada umumnya berbentuk surat ketetapan pajak

(SKP) di mana SKP ini berfungsi untuk melakukan koreksi atas perhitungan

yang dilakukan oleh Wajib Pajak atau bisa juga untuk mengkonfirmasi

kebenaran perhitungan oleh Wajib Pajak. Jenis-jenis SKP ini adalah Surat

Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

dan Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN).

Dalam proses penetapan pajak melalui pemeriksaan ini sering timbul

sengketa pajak antara Wajib Pajak dan otoritas pajak. Sengketa ini bisa

disebabkan oleh perbedaan penafsiran atas ketentuan perpajakan, perbedaan

pemahaman atas ketentuan perpajakan, perbedaan sudut pandang dalam

menilai suatu fakta, bisa juga karena ketidaksepakatan dalam hal proses

pembuktian. Untuk menyelesaikan sengketa seperti ini, Undang-undang

KUP memberikan ruang kepada Wajib Pajak untuk melakukan keberatan.

Upaya keberatan merupakan upaya hukum yang diajukan oleh wajib

pajak atau penanggung pajak sebagai akibat dari adanya perbedaan

penafsiran dan pendirian mengenai ketentuan hukum di bidang pajak

terhadap suatu kasus tertentu. Perbedaan ini terjadi antara wajib pajak atau

penanggung pajak dan Direktur Jenderal Pajak dan jajarannya atas

14

Page 15: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

penetapan tentang utang pajak untuk jenis pajak pusat yang pengelolaannya

menjadi kewenangan Direktoral Jenderal pajak.2

B. Dasar Hukum

Hukum Pajak Material

Hukum pajak material dapat juga disebut sebagai ketentuan material

dalam perpajakan. Berarti, mengatur hal-hal secara materi dalam

perpajakan. Siapa yang dikenakan pajak atau siapa subjek pajaknya. Apa

objek yang dikenakan pajak. Berapakah besar tarif pajak dan besarnya pajak

yang terutang. Berikut ini merupakan peraturan-peraturan mengenai

perpajakan:

1. UU No. 18 tahun 2000 tentag Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa

dan Pajak Atas Penjualan Barang Mewah (PPN dan PPnBM)

2. UU No. 12 tahun 1994 tentang Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB)

3. UU No. 13 tahun 1985 tentang Bea Materai

4. UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

5. UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan.

6. UU No. 16 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 Tentang

Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak

8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 101/PMK.010/2016 Tentang

Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak

Hukum Pajak Formal

Dalam hukum pajak formal, diatur mengenai ketentuan bagaimana

pelaksanaan atau cara untuk mewujudkan hukum pajak material menjadi

kenyataan. Dapat dikatakan bahwa hukum pajak material mengatur pajak

secara materinya, sedangkan hukum pajak formal adalah ketentuan pajak

secara formalnya atau dalam ketentuan-ketentuannya. Berikut ini

merupakan undang-undang yang memuat hukum pajak formal, yaitu :

1. UU No. 16 tahun 2000 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara

Perpajakan (UU KUP)

2. UU No. 19 tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

(UU PPSP)

3. UU No. 14 tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak

2Y. Sri Pudyatmoko. Pengadilan dan penyelesaian sengketa dibidang pajak. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka. 2009. Hlm 28

15

Page 16: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

4. Pasal 25, 26, dan 26A Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983

Sebagaimana Telah Diubah Terakhir dengan Undang-undang Nomor 16

tahun 2009 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

Undang Nomor 5 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-

Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Perpajakan.

5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 194/PMK.03/2007 Tentang Tata

Cara Pengajuan Dan Penyelesaian Keberatan

6. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-49/PJ/2009 tanggal 7

September 2009 Tentang Tatacara Pengajuan dan Penyelesaian

Keberatan.

C. Sengketa Pajak

Sengketa Pajak adalah Sengketa yang timbul dalam bidang

perpajakan antara wajib pajak atau penanggung pajak dengan pejabat yang

berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan.

D. Keberatan

Dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan perpajakan

kemungkinan terjadi bahwa wajib pajak (WP) merasa kurang/tidak puas atas

suatu ketetapan pajak yang dikenakan kepadanya atau atas

pemotongan/pemungutan oleh pihak ketiga.

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan, dengan menyampaikan

surat keberatan, hanya kepada Direktur Jenderal Pajak atas suatu :

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

3. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)

5. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan perpajakan

16

Page 17: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

D.1 Penyampaian Surat Keberatan

KETERANGAN:

Surat keberatan disampaikan oleh Wajib Pajak ke Kantor Pelayanan

Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dan/atau tempat Pengusaha Kena Pajak

dikukuhkan melalui;

1. Penyampaian secara langsung;

2. Pos dengan bukti pengiriman surat; atau

3. Cara lain.

Termasuk dalam pengertian penyampaian surat keberatan secara

langsung adalah penyampaian surat keberatan melalui Kantor Penyuluhan

dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) atau Kantor Pelayanan

Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP) dalam wilayah kerja

Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar dan/atau tempat

Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan.

Penyampaian surat keberatan melalui cara lain meliputi:

1. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti

pengiriman surat,

17

Page 18: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

2. e-filing melalui ASP.

Penyampaian surat keberatan secara langsung diberikan tanda

penerimaan surat dan penyampaian surat keberatan dengan e-filling melalui

ASP diberikan Bukti Penerimaan Elektronik.

Bukti pengiriman surat melalui pos, perusahaan jasa ekspedisi atau

jasa kurir atau tanda penerimaan surat secara langsung serta Bukti

Penerimaan Elektronik menjadi bukti penerimaan surat keberatan

D.2 Syarat Permohonan Keberatan

KETERANGAN:

Pengajuan keberatan yang dituangkan dalam bentuk surat keberatan

harus memenuhi syarat sebagai berikut :

1. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;

2. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang

dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib

Pajak dengan disertai alasan-alasan yang menjadi dasar penghitungan;

3. 1 (satu) surat keberatan diajukan hanya untuk 1 (satu) surat ketetapan

pajak, untuk 1 (satu) pemotongan Pajak, atau untuk 1 (satu) pemungutan

pajak.

4. Wajib Pajak telah melunasi pajak yang masih harus dibayar paling

sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan

akhir hasil pemeriksaan;

5. Diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat

ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak

oleh pihak ketiga kecuali Wajib Pajak dapat menunjukan bahwa jangka

18

Page 19: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaan

wajib Pajak (force majeur);dan

6. Surat keberatan ditandatangani oleh Wajib Pajak, dan dalam hal surat

keberatan ditandatangani oleh bukan Wajib Pajak, surat keberatan

tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.

Dalam hal surat keberatan yang disampaikan oleh Wajib Pajak

belum memenuhi persyaratan dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, atau

huruf f, Wajib Pajak dapat menyampaikan perbaikan surat keberatan dengan

melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi sebelum jangka waktu 3 (tiga)

bulan terlampaui. Namun demikian, dalam hal wajib Pajak menyampaikan

perbaikan surat keberatan dalam jangka waktu 3 bulan, maka tanggal

penyampaian perbaikan surat keberatan tersebut merupakan tanggal surat

keberatan diterima.

Surat keberatan yang tidak memenuhi persyaratan di atas bukan

merupakan surat keberatan sehingga tidak dipertimbangkan dan tidak

diterbitkan Surat Keputusan Keberatan. Atas surat keberatan seperti ini

diberitahukan kepada Wajib Pajak bahwa surat keberatannya tidak

memenuhi persyaratan sehingga tidak dipertimbangkan.

Permintaan Keterangan Oleh Wajib Pajak

Untuk keperluan pengajuan keberatan, Wajib Pajak dapat meminta

kepada Direktur Jenderal Pajak untuk memberi keterangan secara tertulis

hal-hal yang menjadi dasar pengenaan pajak atau penghitungan rugi.

Direktur Jenderal Pajak wajib memberi keterangan yang diminta oleh Wajib

Pajak dalam jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat

permintaan Wajib Pajak di terima.

Jangka waktu pemberian keterangan oleh Direktur Jenderal Pajak

atas permintaan Wajib Pajak tersebut tidak menunda jangka waktu

pengajuan keberatan.

Surat Pemberitahuan Untuk Hadir

Dasar hukum tentang SPT selengkapnya diatur dalam Peraturan

Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 9/PMK.03/2018 tentang

Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 243/PMK.03/2014

tentang Surat Pemberitahuan.

Sebelum menerbitkan Surat Keputusan Keberatan, Direktur Jenderal

Pajak harus menyampaikan Surat Pemberitahuan Untuk Hadir kepada Wajib

19

Page 20: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Pajak guna memberi keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai

keberatannya. Jika Wajib Pajak tidak hadir pada waktu yang ditentukan

dalam Surat Pemberitahuan Untuk Hadir, proses keberatan tetap

diselesaikan tanpa menunggu kehadiran Wajib Pajak.

Sebelum Direktur Jenderal Pajak menyampaikan Surat

Pemberitahuan Untuk Hadir, hal-hal yang dapat dilakukan dalam proses

penyelesaian keberatan adalah sebagai berikut :

1. Direktur Jenderal Pajak meminta keterangan, data, dan/atau informasi

tambahan dari Wajib Pajak;

2. Wajib Pajak menyampaikan alasan tambahan atau penjelasan tertulis

untuk melengkapi dan/atau memperjelas surat keberatan yang telah

disampaikan baik atas kehendak Wajib Pajak maupun dalam rangka

memenuhi permintaan Direktur Jenderal Pajak;

3. Direktur Jenderal Pajak melakukan pemeriksaan untuk tujuan lain dalam

rangka keberatan untuk mendapatkan data dan/atau informasi yang

objektif yang dapat dijadikan dasar dalam mempertimbangkan keputusan

keberatan.

Pencabutan Pengajuan Keberatan

Wajib Pajak dapat mencabut pengajuan keberatan yang telah

disampaikan kepada Direktur Jenderal Pajak sepanjang Surat Pemberitahuan

Untuk Hadir belum disampaikan kepada Wajib Pajak.

Dalam hal Wajib Pajak mencabut pengajuan keberatan, Wajib Pajak

tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan surat

ketetapan pajak yang tidak benar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36

ayat (1) huruf b UU KUP.

Data dan Informasi Yang Tidak Diberikan Pada Saat Pemeriksaan

Pembukuan, catatan, data, informasi atau keterangan lain yang tidak

diberikan pada saat pemeriksaan tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian

keberatan, kecuali pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain

tersebut berada di pihak ketiga dan belum diperoleh Wajib Pajak pada saat

pemeriksaan.

D.3 Keputusan

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua

belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi

20

Page 21: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

keputusan atas keberatan yang diajukan. Apabila jangka waktu tersebut

telah terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak menerbitkan Surat

Keputusan Keberatan, keberatan yang diajukan Wajib Pajak dianggap

dikabulkan dan Direktur Jenderal Pajak wajib menerbitkan Surat Keputusan

Keberatan sesuai dengan keberatan Wajib Pajak.

Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa

mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak, atau menambah besarnya

jumlah pajak yang masih harus dibayar.

Apabila Wajib Pajak masih belum menerima keputusan keberatan

dan masih merasa keberatan juga, Wajib Pajak masih dapat menempuh

upaya hukum berikutnya yaitu dengan mengajukan banding kepada

Pengadilan Pajak sesuai Pasal 27 Undang-undang KUP.

E. Banding

Berdasarkan Pasal 27 ayat (1) Undang-undang Nomor 16 Tahun

2009 (UU KUP), Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding

hanya kepada badan peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan.

Dengan demikian, proses pengajuan banding hanya dapat dilakukan apabila

telah melalui proses keberatan.

Badan peradilan pajak yang dimaksud adalah Pengadilan Pajak

sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun

2002.Permohonan banding diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia

dengan alasan yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan

Keberatan diterima dan dilampiri dengan salinan Surat Keputusan

Keberatan.

Syarat Pengajuan Surat Banding:

1. Harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal

diterima Keputusan yang dibanding, kecuali diatur lain dalam

peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Terhadap 1 (satu) Keputusan diajukan 1 (satu) Surat Banding.

3. Banding diajukan dengan disertai alas an-alasan yang jelas, dan

dicantumkan tanggal tanggal terima surat keputusan yang

dibanding.

4. Pada Surat Banding dilampirkan Salinan Keputusan yang

disbanding.

5. Banding hanya dapat diajukan apabila besarnya jumlah pajak yang

terutang dimaksud telah dibayar sebesar 50% lima puluh persen)

21

Page 22: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

dengan melampirkan Surat Setoran Pajak (SSP) atau Pemindah

Bukuan (Pbk).

F. Gugatan

Gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib

Pajak atau Penanggung Pajak terhadap pelaksanaan penagihan pajak atau

terhadap keputusan yang dapat diajukan gugatan berdasarkan perundang-

undangan perpajakan yang berlaku.

a. Syarat Pengajuan Gugatan

1. Harus diajukan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari sejak

tanggal diterima keputusan pelaksanaan penagihan, kecuali diatur lain

dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Gugatan juga dapat diajukan selain atas keputusan pelaksanaan

penagihan adalah dalam jangka waktu 30 (tiga puluh) hari sejak

diterima keputusan yang digugat.

3. Terhadap 1 (satu) keputusan pelaksanaan penagihan diajukan 1 (satu)

Surat Gugatan.

4. Gugatan diajukan dengan disertai alasan-alasan yang jelas, dan

dicantumkan tanggal diterima surat keputusan pelaksanaan penagihan.

5. Pada Surat Gugatan dilampirkan salinan keputusan pelaksanaan

penagihan.

Berdasarkan Pasal 23 ayat (2) UU KUP, gugatan dapat dilakukan

oleh Wajib Pajak atau Penanggung Pajak kepada badan peradilan pajak.

Badan peradilan pajak yang dimaksud adalah Pengadilan Pajak sesuai

dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2002. Berbeda dengan

permohonan banding, gugatan dilakukan terhadap :

a. Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau

Pengumuman Lelang;

b. Keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;

c. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan,

selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26 UU KUP;

atau

d. Penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang

dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang

telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

G. Peninjauan Kembali

22

Page 23: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Pihak-pihak yang bersengketa dapat mengajukan peninjauan

kembali atas putusan Pengadilan Pajak kepada Mahkamah Agung.

Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan 1 (satu) kali kepada

Mahkamah Agung melalui Pengadilan Pajak. Permohonan Peninjauan

Kembali tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan Putusan

Pengadilan Pajak.

Permohonan Peninjauan Kembali hanya dapat diajukan berdasarkan

alasan :

1. Apabila Putusan Pengadilan Pajak didasarkan pada suatu kebohongan

atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus

atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana

dinyatakan palsu;

2. Apabila terdapat bukti tertulis baru yang penting dan bersifat menentukan

yang apabila diketahui pada tahap persidangan di Pengadilan Pajak akan

menghasilkan putusan yang berbeda.

3. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih

daripada, yang dituntut, kecuali yang diputus berdasarkan Pasal 80 (1) b

dan c UU Pengadilan Pajak;

4. Apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa

dipertimbangkan sebab-sebabnya;

5. Apabila terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

LAMPIRAN -LAMPIRAN

23

Page 24: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

SURAT KUASA KHUSUS WAJIB PAJAK..............Nomor : ........ tanggal ........

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Lengkap : ........................................................................ Alamat : ........................................................................ Jabatan : ........................................................................ Nama Wajib Pajak : ........................................................................ Alamat : ........................................................................

PusatStatus : Cabang : ...................................................

NPWP : ........................................................................ Dengan ini memberikan kuasa khusus kepada:

Nama Lengkap : ........................................................................ Alamat : ........................................................................ NPWP : ........................................................................ No. Izin Praktik : ........................................................................

Untuk melakukan hak dan/atau memenuhi kewajiban perpajakan berupa ............................... berkenaan dengan jenis pajak ............................... Masa Pajak/Bagian Tahun Pajak/Tahun Pajak ................................ Bersama ini kami lampirkan ...............................

Demikian surat kuasa khusus ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Penerima Kuasa, Pemberi Kuasa,

............................... ………………

SURAT PERNYATAAN

24

Materai 6000

Page 25: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Yang bertandatangan di bawah ini :Nama : ………………………………………………… (1)Alamat Kantor : ………………………………………………… (2)No. Telpon Kantor : ………………………………………………… (3)Alamat Rumah : ………………………………………………… (4)No. Telpon Rumah : ………………………………………………… (5)

Dengan ini menyatakan bahwa saya adalah benar sebagai Konsultan Pajak yang diberikan kuasa oleh Wajib Pajak untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, sesuai dengan isi Surat Kuasa Nomor …………. Tanggal ……………..sebagaimana terlampir, yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari surat pernyataan ini.Untuk keperluan tersebut diatas bersama ini saya lampirkan :

1. Foto Copy Surat Izin Praktek Konsultan Pajak Indonesia;2. Foto Copy Brevet yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pajak;3. Foto Copy NPWP;4. Foto Copy Surat Pemberitahuan (SPT) 2 (dua) tahun terakhir.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya. Apabila dikemudian hari pemyataan ini tidak benar, saya bersedia dituntut sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.

    

Yang Memberi Pernyataan,  

  ………………………..(6)

CONTOH SURAT KEBERATAN YANG MEMENUHI PERSYARATAN

25

Materai 6000

Page 26: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

FORMAL :

Posisi Perkara :

Dari pemeriksaan tahun 2005 fiscus menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang

Bayar (SKPKB) PPh Pasal 21. hal ini karena menurut fiscus terdapat obyek PPh

pasal 21 yang belum dilaporkan WP. Padahal selisih tersebut hanyalah karena

adanya perbedaan periode yang digunakan dalam SPT Badan -Laporan keuangan

(menggunakan tahun buku) dengan tahun takwim yang harus digunakan untuk

SPT 1721.

Jawaban:

Jakarta, 10 Mei 2008

No : 012

Lampiran : -

Hal : Permohonan Keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21

No. A.0.12/KPP-Jakarta/V/2008 Tgl 17 Maret 2008

Kepada Yth.

Direktorat Jenderal Pajak

Kantor Wilayah …………

Kantor Pelayanan Pajak …………

Alamat lengkap

U.P : Sie Penerimaan dan Keberatan.

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan telah diterbitkannya SKPKB PPh Pasal 21 No. A.0.12/KPP-

Jakarta/V/2008 tanggal 17 Maret 2008 Sebesar Rp. 1.000.000.000,- atas nama:

Nama Wajib Pajak : PT. Mandar maju

NPWP : 9807436464

Alamat : JAKARTA

yang kami terima tanggal 20 Maret 2008 dengan perincian sebagai berikut :

Uraian : Jumlah (Rp)

Dasar Pengenaan Pajak : 3.000.000.000

PPh pasal 21 terutang : 600.000.000

Setoran Masa & Tahunan : 500.000.000

PPh 21 Kurang Bayar : 100.000.000

Jumlah Pajak yang masih harus dibayar : 100.000.000

26

Page 27: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Bersama ini kami mengajukan Keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21 No.

A.0.12/KPP-Jakarta/V/2008 tersebut.

Adapun alasan kami mengajukan keberatan adalah:

1. Menurut Pemeriksa terdapat obyek PPh 21 yang belum dilaporkan dalam

SPT PPh 21 yaitu sebagai berikut:

Jenis Obyek : Jumlah (Rp)

Gaji : 500.000.000)

Tunjangan Lembur, dll : 76.000.000

Premi Asuransi : 83.000.000

THR : 760.000

Total : 659.760.000

2. Atas Biaya yang merupakan Obyek PPh 21 telah dipotong PPh 21

seluruhnya. Namun akibat perbedaan periode tahun buku yang dianut Wajib

Pajak, sehingga terdapat perbedaan periode pembebanan biaya yang

merupakan obyek PPh pasal 21 dalam Laporan Keuangan Vs SPT PPh Pasal

21. Rekonsiliasi Obyek PPh 21 berdasarkan SPT PPh Badan Vs SPT PPh 21

adalah sebagai berikut:

Keterangan Jumlah

a. Total Biaya Gaji dlm Lap Keuangan [Jul05-Jun06] Rp 3.000.000.000

b. Total Biaya Gaji dlm SPT 1721 th 2003 [Jan03-Des03] Rp 2.000.000.000

c. Selisih Lap Keu Vs SPT 1721 Rp 1.000.000.000

dikurangi Biaya Gaji Jan – Jun’05Rp 1.600.000.000

ditambah Biaya Gaji Jan – Jun’06Rp 1.800.000.000

Koreksi Fiskal (BIK) th 2004/2005Rp 300.000.000

Koreksi Fiskal (BIK) th 2005/2006Rp 260.000.000

Total Rp 1.000.000.000

Menurut pendapat kami seharusnya atas SKP PPh pasal 21 tersebut adalah NIHIL.Demikian permohonan kami, atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Hormat Kami,

Kuasa Hukum Pemohon

……………………………..

Contoh Surat Banding yang memenuhi ketentuan formal

Jakarta , 20 Agustus 2008

27

Page 28: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

No : 024/2008

Lampiran : 11 Set

Hal : Permohonan Banding Atas Keputusan Keberatan atas SKPKB

PPh Pasal 21 No. A.0.12/KPP-Jakarta/VIII/2008 tgl 10 Juli 2006

yang diterbitkan oleh KPP Mana

Kepada Yth.

Badan Peradilan Pajak

Gedung D Departemen Keuangan Lt V-IX

Jalan Kalilio – Jakarta Pusat

Dengan hormat,

Bersama ini kami atas nama :

Nama : PT Suka Rame

NPWP : 9807436464

Alamat : Jakarta

Dengan memberi kuasa Hartanto, S.H., Konsultan Pajak, berkantor di jalan Gatot

Subroto No. 35 Jakarta bermaksud mengajukan permohonan banding atas Surat

Keputusan Keberatan Nomor …..tgl 10 Juli 2006 yang kami terima pada tanggal 2

Juli 2008 mengenai Keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21 tahun 2001 Nomor

A.0.12/KPP-Jakarta/VIII/2008 tanggal 24 Pebruari 2006.

Besarnya SKPKB PPh Pasal 21 tahun 2001 yang diterbitkan berdasarkan hasil

pemeriksaan yang telah dilakukan oleh KPP Mana adalah sebagai berikut:

Perhitungan tersebut diatas tetap dipertahankan dalam Surat Keputusan

Keberatan.

Sedangkan PPh Pasal 21 tahun 2001 yang terutang menurut PT Suka Rame

adalah:

Perbedaan perhitungan tersebut disebabkan adanya koreksi penambahan obyek

PPh Pasal 21 yang tidak disetujui Wajib Pajak. Koreksi tersebut menurut Fiscus

karena adanya pemberian kepada karyawan yang belum dilaporkan dalam ST

Tahunan PPh Pasal 21. Wajib Pajak tidak menyetujui koreksi tersebut. Menurut

wajib pajak semua Pembayaran kepada karyawan yang merupakan obyek PPh

Pasal 21 telah dilaporkan dalam SPT Tahunan PPh Pasal 21.

28

Page 29: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Adapun alasan kami mengajukan banding adalah karena :

1. Permohonan Keberatan yang kami ajukan atas

SKPKB PPh Pasal 21 tahun 2001 No. A.0.12/KPP-Jakarta/VIII/2008 ditolak

oleh KPP mana setelah melewati jangka waktu 12 bulan.

2. Berdasarkan ketentuan pasal 26 ayat (1) Undang-

undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Direktur Jenderal

Pajak dalam jangka waktu paling lama dua belas bulan sejak tanggal surat

keberatan diterima, harus memberi keputusan atas Surat Keberatan yang

diajukan Wajib Pajak.

3. Wajib Pajak telah mengajukan Keberatan atas

SKPKB PPh Pasal 21 ke KPP Mana pada tanggal 10 Maret 2006 (Photocopi

surat keberatan terlampir).

4. Sampai dengan tanggal 10 Maret 2007 Wajib Pajak

belum mendapatkan keputusan atas keberatan yang telah diajukan

sebelumnya.

5. Berdasarkan ketentuan pasal 26 ayat (5) apabila

jangka waktu dua belas bulan telah lewat dan Direktur Jenderal Pajak tidak

memberi suatu keputusan, maka keberatan yang diajukan wajib pajak

dianggap diterima.

6. Pada tanggal 2 Maret 2008 Wajib Pajak menerima

Surat Keputusan Keberatan No ……..tertanggal 10 Desember 2006 yang

memutuskan bahwa Direktur Jenderal Pajak MENOLAK Keberatan Wajib

Pajak Dalam Surat Keputusan Keberatan tersebut tertulis bahwa, KPP

menolak keberatan atas SKPKB PPh Badan, padahal Wajib Pajak mengajukan

keberatan atas SKPKB PPh Pasal 21.

7. Berdasarkan Cap Pos yang tertera pada amplop KPP

(sampul surat keberatan) yang diterima Wajib Pajak tertulis cap pos tanggal

27 Pebruari 2005

Sebelum mengajukan permohonan banding, kami juga telah melunasi SKPKB

PPh Pasal 21 No. A.0.12/KPP-Jakarta/VIII/2008 tanggal 24 Pebruari 2006

(Photocopi SSP terlampir).

Untuk memenuhi persyaratan formal permohonan banding ini, bersama ini kami

lampirkan dokumen-dokumen sebagai berikut:

1) Salinan Surat Keputusan Keberatan No. ……. tanggal 10 Desember 2006

29

Page 30: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

2) Salinan SKPKB PPh Pasal 21 No A.0.12/KPP-Jakarta/VIII/2008 tanggal 24

Pebruari 2006

3) Salinan Surat Keberatan No ….. tanggal 10 Maret 2006 dan tanda terima

surat keberatan.

4) Salinan SSP tanggal …….

5) Photocopi NPWP Wajib Pajak

6) Salinan Akta Pendirian PT Suka Rame dan Perubahannya

7) Salinan Audit Report th 2004 (Laporan Keuangan) PT Suka Rame

8) Surat Kuasa Asli

Demi kelancaran proses banding ini, kuasa hukum kami akan menghadiri

persidangan untuk menyampaikan data-data dan dokumen pendukung lainnya,

serta memberikan keterangan yang diperlukan selama proses banding

berlangsung.

Demikian permohonan banding ini kami buat dengan harapan agar dapat

dikabulkan. Atas Perhatian dan kerjasamanya kami mengucapkan terima kasih.

Hormat Kami,

Kuasa Hukum Pemohon

………………………..

30

Page 31: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Contoh : Permohonan Peninjauan Kembali

Atas Putusan Pengadilan Pajak Reg No. 147 B/PP/PJK/2008

Dalam Perkara Pajak Antara

PT. Darma Kencana Textil, beralamat di Wisma Standard Chartered Bank, Lt. 10 Jalan Jenderal Sudirman Kav. 33-A, Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat ;Pemohon Peninjauan Kembali, dahulu Penggugat ;

M e l a w a n :

DIREKTUR JENDERAL PAJAK, berkedudukan di Jalan Jenderal Gatot Subroto Nomor. 40-42 Jakarta Selatan, dalam hal ini memberikan kuasa kepada:1) Bambang Heru Ismiarso, Jabatan Direktur Keberatan dan Banding;2) Erma Sulistyarini, Jabatan Kepala Sub Direktorat Peninjauan Kembali dan

Evaluasi, Direktorat Keberatan dan Banding;3) Yurnalis RY, Jabatan Kepala Seksi Peninjauan Kembali, Direktorat

Keberatan dan Banding;4) Fitriyana, Jabatan Penelaah Keberatan, Direktorat Keberatan dan Banding,

masing-masing menggunakan alamat Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 40-42 Jakarta, sesuai dengan Surat Kuasa Khusus Nomor. SKU-95/PJ/2008 tanggal 19 Mei 2008;

Termohon Peninjauan Kembali, dahulu Tergugat ;

Jakarta, Desember 2009Kepada :Bapak Ketua Mahkamah Agung Republik IndonesiaDi Mahkamah Agung Republik IndonesiaJalan Merdeka Utara No. 13Jakarta PusatmelaluiYth. Bapak KetuaPengadilan PajakDi Gedung “D” Departemen Keuangan RI,Lantai 5 sampai 9Jl. Dr. Wahidin No. 1 JakartaDengan Hormat,

Yang bertanda tangan di bawah ini:Aria Wangsa,S.H., Konsultan Pajak, berkantor di jalan Ahmad Yani No. 110 Jakarta, dalam hal ini bertindak selaku kuasa dan karenanya sah untuk mewakili:PT. Darma Kencana Textile, beralamat di Wisma Standard Chartered Bank, Lt. 10 Jalan Jenderal Sudirman Kav. 33-A, Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta Pusat, yang untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon peninjauan kembali sebagai berikut:1. Bahwa permohonan peninjauan kembali diajukan karena adanya suatu bagian

dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebabsebabnya (Pasal 91 huruf d Undang-undang Nomor. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak,

31

Page 32: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Pasal 67 huruf d Undang-undang Nomor. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung RI) ;

2. Bahwa alasan lainnya adalah terdapat suatu putusan yang nyata-nyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 91 huruf e Undang-undang Nomor. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak dan Pasal 67 huruf f Undang-undang Nomor. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung RI);

3. Bahwa adapun Amar Putusan yang dimohonkan Peninjauan Kembali tersebut, adalah sebagai berikut:

MENGADILI- Membatalkan Putusan Pengadilan Pajak tanggal 30 Januari 2008 No.Put. 1

No. 147 B/PP/PJK/2008MENGADILI LAGI

- Menolak Jawaban Tergugat seluruhnya;- Menghukum Tergugat Asal untuk membayar semua perkara baik Tingkat

Pertama dan Tingkat Pembanding dan seterusnya a. Bahwa Majelis membuat keputusan, berdasarkan pendapat Termohon

Peninjauankembali yakni penerbitan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar No. 00185/407/05/057/06 tanggal 13 Oktober 2006, tidak melampaui jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak diterimanya dokumen secara lengkap.

b. Bahwa hasil putusan tersebut, berdasarkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 juncto Undang-undang Nomor. 16 Tahun 2000 dan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor. Kep-160/PJ/2001 tanggal 19 Pebruari 2001 ;

c. Bahwa menurut Majelis, Surat Pemberitahuan (SPT) Masa PPN Masa Pajak Maret 2005 ditanda tangan pada tanggal 18 April 2005, dan berdasarkan dokumen pelengkap baru diserahkan pada tanggal 15 Desember 2005;

d. Bahwa berdasarkan dokumen tersebut diatas, maka Majelis berpendapat bahwa dokumen diterima secara lengkap pada tanggal 15 Desember 2005;

e. Bahwa diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Masa Pajak Maret 2005 No. 00185/407/05/057/06 tanggal 13 Oktober 2006, maka antara 15 Desember 2005 sampai dengan 13 Oktober 2006, tidak melebihi 12 (dua belas) bulan ;

f. Bahwa menurut Pemohon Peninjauankembali, Majelis Hakim membuat putusan tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku, yakni : (1) Pasal 17B ayat (1) Undang-undang Nomor. 6 Tahun 1983 juncto Undang-undang Nomor. 16 Tahun 2000, antara lain berbunyi : kecuali untuk kegiatan tertentu ditetapkan lain pada Keputusan Jenderal Pajak. Pada penjelasan pasal ini berbunyi : Untuk kegiatan tertentu yaitu ekspor dan penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Jasa Kena Pajak kepada Pemungut Pajak Pertambahan Nilai, jangka waktu dapat dipersingkat dengan Keputusan Jenderal Pajak. (2) Pasal 3 ayat (1) Keputusan Direktur Jenderal Pajak, No.Kep- 160/PJ/2001 tanggal 19 Pebruari 2001 berbunyi : Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak yang diajukan oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 3, harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lambat : 2 (dua) bulan sejak saat diterimanya permohonan, kecuali permohonan yang penyelesaiannya dilakukan melalui pemeriksaan untuk semua jenis pajak ; 12 (dua belas) bulan sejak saat diterimanya permohonan

32

Page 33: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

sepanjang penyelesaian atas permohonannya dilakukan melalui pemeriksaan untuk semua jenis pajak.

g. Bahwa berdasarkan peraturan tersebut diatas, dan Pemohon Peninjauankembali ditetapkan melakukan kegiatan tertentu, yakni ditetapkan berdasarkan No. Kep-160/PJ/2001 tanggal 19 Pebruari 2001, maka seharusnya jangka waktu yang dihitung adalah 2 (dua) bulan, bukan 12 (dua belas) bulan, karena dalam permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak, tidak ada/tidak pernah ada pemeriksaan untuk semua jenis pajak. Ini dibuktikan bahwa hanya dilakukan pemeriksaan jenis Pajak Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN) saja, yakni sebagai berikut:(1) Termohon Peninjauankembali melakukan pemeriksaan dan

diterbitkanny pemberitahuan hasil pemeriksaan Nomor. PHP-510/WPJ.07/KP.0505/2006 tertanggal 6 Oktober 2006, yang isinya daftar temuan pajak untuk pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai saja dan tidak ada pemeriksaan untuk semua jenis pajak.

(2) Kemudian diterbitkan surat ketetapan pajak hasil pemeriksaan hanya untuk Pajak Pertambahan Nilai Masa Maret 2005 Nomor 00185/407/05/057/06 tanggal 13 Oktober 2006, dan tidak ada surat ketetapan pajak lainnya.

h. Bahwa oleh sebab itu, Pemohon Peninjauankembali berpendapat, bahwa Majelis Hakim telah keliru menetapkan penghitungan jangka waktu 12 (dua belas) bulan, yang mana yang seharusnya diperhitungkan adalah jangka waktu adalah 2 (dua) bulan ;

i. Bahwa dihitung dengan jangka waktu 2 (dua) bulan, maka antara tanggal 15 Desember 2005 sampai dengan 13 Oktober 2006, telah melampaui jangka waktu 2 (dua) bulan ;

j. Bahwa dengan demikian, disimpulkan bahwa alasan pengajuan permohonan Peninjauankembali, yakni suatu putusan yang nyatanyata tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku terpenuhi ;

k. Bahwa dalam persidangan di Pengadilan Pajak, Pemohon Peninjauankembali menyampaikan juga peraturan perundang-undangan lain untuk menjadi dasar keputusan, yakni:(1) Penjelasan Pasal 17B ayat (1) Undang-undang Nomor. 6 juncto

Undang-undang Nomor. 16 Tahun 2000 ... dalam arti bahwa Surat Pemberitahuan telah diisi lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3.

(2) Pasal 3 ayat (6) Undang-undang Nomor. 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor. 16 Tahun 2000.

Demikianlah permohonan Peninjauan Kembali ini kami ajukan dengan harapan serta permohonan agar mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh dari Bapak.Terima kasih.

Hormat kami,Kuasa Hukum Pemohon,

Aria Wangsa,S.H.

33

Page 34: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

Contoh Surat Gugatan

SURAT GUGATAN

 

Jakarta, 25 November 2008

 

Kepada

Yth.KetuaPengadilan Pajak

Di Gedung “D” Departemen Keuangan RI,

Lantai 5 sampai 9

Jl. Dr. Wahidin No. 1 Jakarta

 

Hal : Gugatan

 

Dengan hormat,

PT. Darma Kencana Textile, beralamat di Wisma Standard Chartered Bank, Lt.

10 Jalan Jenderal Sudirman Kav. 33-A, Karet Tengsin, Tanah Abang, Jakarta

Pusat

Dengan ini memberi kuasa dengan hak substitusi kepada :

Aria Wangsa, S.H., Konsultan Pajak, berkantor di jalan Ahmad Yani No. 110

Jakarta, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 19 November 2008 bertindak dan

untuk atas namaPT. Darma Kencana Textile, selanjutnya disebut sebagai

PENGGUGAT

 

Dengan ini mengajukan Gugatan terhadap :

 DIREKTUR JENDERAL PAJAK, berkedudukan di Jalan Jenderal Gatot

Subroto Nomor. 40-42 Jakarta Selatan, dalam hal ini memberikan kuasa kepada :

1) Bambang Heru Ismiarso, Jabatan Direktur Keberatan dan Banding ;

2) Erma Sulistyarini, Jabatan Kepala Sub Direktorat Peninjauan Kembali dan

Evaluasi, Direktorat Keberatan dan Banding;

3) Yurnalis RY, Jabatan Kepala Seksi Peninjauan Kembali, Direktorat

Keberatan dan Banding;

34

Page 35: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

4) Fitriyana, Jabatan Penelaah Keberatan, Direktorat Keberatan dan Banding,

masing-masing menggunakan alamat Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak

Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 40-42 Jakarta, sesuai dengan Surat Kuasa

Khusus Nomor. SKU-95/PJ/2008 tanggal 19 November 2008 ;

Selanjutnya akan disebut dengan TERGUGAT.

DASAR GUGATAN

1. Persyaratan Formal

a. Bahwa sesuai dengan Pasal 1 angka 7 Undang-undang Nomor. 14 Tahun

2002 tentang Pengadilan Pajak, yang berbunyi sebagai berikut :

(1) ..... ;

(2) ..... ;

(3) ...... ;

(4) ...... ;

(5) ...... ;

(6) ....... ;

(7) ……;

2. Bahwa gugatan adalah upaya hukum yang dapat dilakukan oleh Wajib Pajak

atau penanggung Pajak terhadap pelaksanaan Penagihan Pajak atau terhadap

keputusan yang dapat diajukan gugatan berdasarkan peraturan perundang-

undangan perpajakan yang berlaku;

3. Bahwa sesuai dengan Pasal 31 ayat (3) Undang-undang Nomor. 14 Tahun 2002

tentang Pengadilan Pajak, yang berbunyi sebagai berikut :

Pasal 31.

(1) ....;

(2) .... ;

(3) Bahwa Pengadilan Pajak dalam hal gugatan memeriksa dan memutus

sengketa atas pelaksanaan penagihan Pajak atau Keputusan pembetulan

atau Keputusan lainny sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (2)

Undang-undang Nomor. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Undang-undang Nomor. 16 Tahun 2000 dan peraturan

perundangundangan perpajakan yang berlaku ;

4. Bahwa sesuai dengan Pasal 23 ayat (2) huruf b, Undang-undang Nomor. 16

Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan, yang

berbunyi:

Pasal 23

(1) .... ;

35

Page 36: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

(2) Bahwa gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap:

a. .... ;

b. Keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan,

selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26 ;

5. Bahwa sesuai dengan Pasal 40 ayat (1), ayat (3) dan ayat (6) Undang-undang

Nomor. 14 Tahun 2002 tentang Pengadilan Pajak, yang berbunyi sebagai

berikut :

Pasal 40

(1) Bahwa gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada

Pengadilan Pajak;

(2) .... ;

(3) Jangka waktu untuk mengajukan gugatan terhadap Keputusan selain

gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah 30 (tiga puluh)

harisejak tanggal diterima Keputusan yang digugat;

(4) .... ;

(5) .... ;

(6) Terhadap I (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) Keputusan diajukan

1 (satu Surat gugatan ;

6. Bahwa sesuai dengan persyaratan formal tersebut, maka Penggugat mengajukan

gugatan dan memenuhi persyaratan formal, yakni :

1) Bahwa Pemohon gugatan menggunakan upaya hukum yang dapat

dilakukan terhadap keputusan yang dapat diajukan gugatan berdasarkan

peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku;

2) Bahwa gugatan tersebut terhadap keputusan yang berkaitan dengan

pelaksanaan keputusan perpajakan;

3) Bahwa gugatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia kepada

Pengadilan Pajak;

4) Bahwa jangka waktu untuk mengajukan gugatan terhadap keputusan selain

gugatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) adalah 30 (tiga puluh) hari

sejak tanggal diterima keputusan yang digugat;

5) Bahwa terhadap 1 (satu) pelaksanaan penagihan atau 1 (satu) keputusan

diajukan 1 (satu) surat gugatan ;

ALASAN GUGATAN

Persyaratan Material

1. Bahwa ayat (1) dan ayat (3) Pasal 17B Undang-undang Nomor. 16 Tahun

2000 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan ;

36

Page 37: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

2. Bahwa pada penjelasan ayat (1), dengan jelas tertulis ... harus diterbitkan

surat ketetapan pajak paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak surat

permohonan diterima secara lengkap, dalam arti bahwa surat

pemberitahuan telah diisi lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3

dan dengan uraian sebagai berikut bahwa :

a. SPT Masa PPN bulan Maret 2005 telah dilaporkan kepada Kantor

Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing Empat pada tanggal 15

Maret 2005 dan di revisi (revisi administrasi) pada 26 Agustus 2005,

dalam hal SPT Masa diisi lengkap termasuk permohonan restitusi

kelebihan Pajak Pertambahan Nilai ;

b. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar Pajak Pertambahan Nilai Masa

Maret 2005 diterbitkan pada tanggal 13 Oktober 2006 dengan Nomor.

00185/407/05/057/06 ;

c. Dengan demikian bahwa SKPLB diterbitkan melewati tanggal terakhir

yakni 25 Agustus 2006. Dengan demikian melewati lebih dari 1 (satu)

bulan, dan Penggugat mendapatkan imbalan bunga sebesar 2 (dua)

bulan dikalikan 2% = 4% dari pajak yang lebih bayar tersebut ;

3. Bahwa Keputusan Direktur Jenderal Pajak No.Kep-160/PJ/2001 Tentang

Tata Cara Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Pertambahan Nilai

Dan Atau Pajak Penjualan Atas Barang Mewah;

a. Bahwa menurut surat dari Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal

Asing Empat tersebut diatas, dikatakan 12 (dua belas) bulan dihitung

sejak data diterima dengan lengkap;

b. Bahwa berdasarkan itu, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan

tidak melebihi waktu 12 bulan, sehingga permohonan Penggugat

tentang permintaan imbalan bunga, tidak dapat diproses lebih lanjut;

c. Bahwa menurut Penggugat, data sebagai pelengkap permohonan sudah

disiapkan sejak awal, yakni pada bulan saat melaporkan Surat

Pemberitahuan (SPT Masa PPN);

d. Bahwa data tersebut tidak dapat diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak

Penanaman Modal Asing Empat, karena tidak ada sarana penerima, dan

data tersebut baru diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Penanaman

Modal Asing Empat setelah diterbitkannya SP3 (Surat Perintah

Pemeriksaan Pajak) oleh Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal

Asing Empat;

e. Bahwa Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3) dan Surat

Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan tersebut diterbitkan pada tanggal

37

Page 38: Universitas Muhammadiyah Malanglab-hukum.umm.ac.id/files/file/MODUL HUKUM PAJAK GENAP... · Web viewSEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2019/2020 Oleh : Laboratorium Hukum LABORATORIUM

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

30 Mei 2005 namun baru diserahkan kepada Penggugat pada tanggal 15

Desember 2005;

f. Bahwa data tersebut baru diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak

Penanaman Modal Asing Empat pada tanggal 15 Desember 2005, 17

Maret 2006 (permintaan tambahan) dan 7 April 2006 (permintaan

tambahan);

g. Bahwa dengan demikian penghitungan 12 (dua belas) bulan tidak dapat

berdasarkan diterimanya data secara lengkap, serta penerbitan SP3

tersebut merupakan wewenang Kantor Pelayanan Pajak Penanaman

Modal Asing Empat dan seharusnya tidak terkait dengan penghitungan

jumlah waktu;

4. Bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, maka menurut Penggugat,

bahwa Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan melebihi batas

waktu 12 (dua belas) bulan, yakni dihitung sejak surat pemberitahuan diisi

dengan lengkap dan diterima oleh Kantor Pelayanan Pajak Penanaman

Modal Asing.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, penggugat mohon agar Pengadilan Pajak

berkenan memutuskan : Bahwa dengan ini Pemohon gugatan sangat memohon

kepada Majelis Pengadilan Pajak yang Penggugat hormati, kiranya mau

mengeluarkan putusan yang menerima permintaan imbalan bunga dari Pemohon

gugatan. 

Hormat Kami,

Kuasa Hukum Penggugat,

      

Aria Wangsa, S.H.

38