UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi...

20
UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI TERHADAP PEMBENTUKAN PERILAKU KEKERASAN MAKALAH NON SEMINAR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial YUDHI PRAMADIANSYAH (1006665145) FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI HUBUNGAN MASYARAKAT DEPOK DESEMBER 201 Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH TELEVISI TERHADAP PEMBENTUKAN PERILAKU

KEKERASAN

MAKALAH NON SEMINAR

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial

YUDHI PRAMADIANSYAH

(1006665145)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

HUBUNGAN MASYARAKAT

DEPOK

DESEMBER 201

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

Pengaruh Televisi Terhadap Pembentukan Perilaku Kekerasan

Yudhi Pramadiansyah

Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,

Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

E-mail : [email protected]

Abstrak

Maraknya fenomena tindak kekerasan yang dilakukan oleh anak-anak menjadi salah satu bentuk bukti

bagaimana televisi dapat membentuk perilaku khalayaknya. Fenomena ini sangat memprihatinkan karena

mengakibatkan jatuhnya banyak korban, contohnya korban meninggal akibat sering menonton tayangan

mengandung kekerasan. Jatuhnya korban ini juga yang termasuk dalam perilaku kejahatan oleh anak, karena

telah menimbulkan korban terhadap orang lain. Oleh karena itu,dalam makalah ini akan dibahas bagaimana

televisi membentuk perilaku kekerasan. Metode yang digunakan adalah studi literatur, yakni menggunakan studi

kepustakaan. Dengan menggunakan teori kultivasi, dapat diketahui bahwa semakin sering anak menghabiskan

waktu untuk menonton televisi, semakin kuat pula kecenderungan untuk menyamakan realita di televisi dengan

realita sosial. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa tayangan yang mengandung unsur kekerasan di televisi

dapat membuat anak-anak akhirnya meniru tayangan tersebut.

Kata Kunci: Anak; Kekerasan; Kultivasi; Media; Tayangan televisi

The rise of violence phenomenon that committed by children is one form of evidence to see how television can

shape the behavior of the audience. This phenomenon is very alarming because it led to the downfall of many

victims, for example, the victim died as a result of watching violent show on television. The casualties also

included in criminal behavior by children, because it has caused the victim to others. Therefore, this paper will

discuss how the television form violent behavior. The method used is the study of literature, the use of library

research. By using cultivation theory, it is known that the more time children spend watching television, the

stronger the tendency to equate reality in television with the social reality. So it can be concluded that the the

television show which contain elements of violence can make children eventually emulate those impressions.

Keywords: Children; Cultivation; Media; Television Show; Violence

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada zaman modern ini untuk melakukan komunikasi sudah sangatlah mudah baik

berkomunikasi secara langsung ataupun secara tidak langsung. Kita dapat berkomunikasi

melalui berbagai media. Menggunakan media cetak seperti majalah, surat kabar dan juga

media elektronik seperti televisi, radio, internet dan lainnya. Media massa adalah alat yang

digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan

menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara,

2002). Dari berbagai macam media massa yang ada, media yang paling berpengaruh untuk

masyarakat adalah media televisi. Media televisi yang penyampaian pesannya disertai dengan

gambar dan suara atau audio-visual, yang dapat mengungkap dan memperjelas maksud dari

apa yang sedang ditayangkan sehingga pesan yang disampaikan mudah dipahami oleh

pemirsa masyarakat dimanapun berada. Dengan adanya media televisi pada kehidupan

manusia ini menghadirkan suatu peradaban yang signifikan, khususnya dalam proses

komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Namun, Globalisasi informasi dan

komunikasi setiap media massa sangat jelas melahirkan suatu efek sosial yang membawa

perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia.

Televisi merupakan sarana komunikasi utama di sebagian besar masyarakat kita,

tidak terkecuali di masyarakat barat. Tidak ada media lain yang dapat menandingi televisi

dalam hal volume teks budaya pop yang diproduksinya dan banyaknya penonton. Peran

media massa khususnya televisi sangat mempunyai relevansi terhadap pengaruh publik atau

masyarakat. Seiring perkembangan zaman televisi yang semula hanya hanya berfungsi

sebagai institusi sosial, kini dihadapkan sebagai institusi bisnis yang harus mulai berpikir

bagaimana mendapatkan keuntungan. Banyak para pemilik modal mulai melirik stasiun

televisi sebagai lahan bisnis cukup menggiurkan, namun dalam konteks ini yang perlu dikaji

dengan seksama adalah bagaimana tayangan televisi bisa memberikan motivasi dalam

perubahan hidup baik sikap maupun perbuatan (Morrisan, 2009 : 340-341)

Untuk itu tayangan televisi harus diatur karena mempengaruhi sikap dan perilaku

khalayak khususnya bagi yang belum memiliki referensi yang kuat, yakni anak-anak dan

remaja. Terlebih karena televisi bersifat audio visual sinematografis yang memiliki dampak

besar terhadap perilaku khalayaknya seperti pengaruh jarum suntik terhadap manusia (Dede

Mulkan, 2011). Banyaknya acara yang ditayangkan oleh televisi mulai dari infotainment,

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

entertainment, iklan, sampai pada sinetron-sinetron dan film-film yang berbau kekerasan,

televisi telah mampu menarik perhatian para pemirsanya untuk terus menyaksikan acara-

acara yang dikemas sedemikian rupa, sehingga membuat para penonton sangat tertarik

dengan acara yang disajikan. Tidak heran jikalau banyak anak-anak pada saat ini lebih suka

berlama-lama didepan televisi, bahkan untuk makan saja dapat lupa akibat asyiknya

menonton televisi.

Adapun dampak psikologis yang ditimbulkan dari tayangan yang mengandung

kekerasan adalah dampak pada level kognisi, afeksi dan perilaku. Beberapa penelitian yang

meninjau efek media dari level kognisi menunjukkan bahwa “realita” yang digambarkan di

program televisi tidak merefleksikan kenyataan yang sebenarnya terjadi di dunia nyata.

Beberapa mempercayai bahwa terlalu banyak menonton televisi cenderung membentuk

persepsi dan kepercayaan khalayak sehingga mereka akan lebih terhubung dengan dunia yang

ditampilkan di televisi dibandingkan dunia yang sebenarnya (Dara Haspramudilla, 2009).

Efek media seperti inilah yang kemudian disebut sebagai fenomena konstruksi realitas media

(Bryant & Thompson, 2002).

Di level perilaku, penelitian yang dilakukan oleh Universitas Washington

menyimpulkan bahwa tanpa adanya televisi jumlah pembunuhan hanya akan terjadi

setengahnya (dalam Dara Haspramudilla, 2009). Penelitian dilakukan dengan

membandingkan jumlah tingkat pembunuhan sebelum dan sesudah munculnya televisi di

kalangan masyarakat di Kanada dan Amerika Serikat, dan menunjukkan bahwa tingkat

pembunuhan meningkat dua kali lipatnya di 25 tahun pertama televisi yang diperkenalkan.

Banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa menonton kekerasan di televsi dapat memicu

munculnya perilaku agresif. Baik bagi orang dewasa maupun anak-anak telah menjadi

partisipan dalam berbagai penelitian yang meneliti dampak dari konten-konten kekerasan

yang disajikan di media massa (Bryant & Thompson, 2002).

Padahal seharusnya media massa televisi mempunyai fungsi utama yang selalu harus

diperhatikan yaitu fungsi informatif, edukatif, rekreatif dan sebagai sarana mensosialisasikan

nilai-nilai atau pemahaman-pemahaman baik yang lama maupun yang baru. Namun jika

dilihat kenyataannya sekarang ini, acara-acara televisi lebih kepada fungsi informatif dan

rekreatif saja, sedangkan fungsi edukatif yang merupakan fungsi yang sangat penting untuk

disampaikan, sangat sedikit sekali disajikan di pertelevisian Indonesia. Hal ini bisa kita lihat

dari susunan acara-acara televisi, kebanyakan hanya acara-acara sinetron dan infotainment

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

saja. Sedangkan acara-acara yang mengarah kepada edukatif atau pendidikan sangat kecil

sekali frekuensinya. Hal Ini merupakan suatu masalah yang terjadi di lingkungan kita

sekarang ini, dan sangat memerlukan perhatian khusus bagi setiap orang tua untuk selalu

mengawasi aktivitas anaknya.

Penonton anak-anak di Indonesia merupakan khalayak terbesar, jumlah mereka

sekitar 70 juta orang. Harian Kompas dalam rangka Hari Anak Nasional 2006 membuat

Tajuk Rencana yang menyatakan bahwa alokasi menonton televisi secara umum lebih banyak

daripada kegiatan lain. Bagi sebagian anak-anak, televisi adalah hiburan gratis. Hampir

sepanjang hari kegiatan anak diisi dengan menonton tayangan televisi (23 Juli 2006).

Aktivitas menonton televisi pada anak-anak selalu mendapat sorotan dari berbagai kalangan.

Hal ini berkaitan dengan siaran televisi tersebut, banyak orang menyatakan bahwa tayangan

televisi dianggap tidak mendidik. Anggota Komisi penyiaran Indonesia pusat Jakarta, Ade

Armando mengatakan bahwa siaran televisi di Indonesia banyak mengandung konsumerisme,

hal yang cabul, kekerasan, mistik dan kemewaan. (Waspada, 25 Agustus 2005). Tayangan

seperti ini dikhawatirkan dapat merusak perkembangan anak-anak khususnya anak-anak di

bawah lima tahun.

Keprihatinan tentang pengaruh televisi terutama tayangan kekerasan pada diri anak-

anak pun ternyata telah mendapat perhatian sejak tahun 1946 di Amerika Serikat. Anderson

dan Bushman dalam Jurnal Science (2002, hal : 2377) menyatakan fakta empiris yang telah

dikumpulkan oleh Kepala Jawatan Kesehaan Amerika Serikat pada tahun 1972 yang

menyatakan bahwa kekerasan dalam televisi memang memiliki dampak yang merugikan pada

anggota masyarakat tertentu, khususnya pada anak-anak dan remaja. Hasil penelitian yang

tidak jauh berbeda di Indonesia menunjukkan bahwa tayangan televisi banyak memuat

adegan tidak mendidik. Adegan tidak mendidik yang dimaksudkan disini adalah adegan yang

mengandung unsur kekerasan. Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) dalam

Mulyanan & Ibrahim (1997, hal : 214) melakukan penelitian mengenai program acara di

televisi Indonesia, hasilnya ternyata cukup mengejutkan, persentase acara televisi yang

khusus ditujukan bagi anak-anak relatif kecil, hanya sekitar 2,7 – 4,5% dari total tayangan

yang ada.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan adalah studi literatur, yakni melalui studi kepustakaan.

Setelah menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian yang

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

berkaitan dengan: teori yang berkaitan dengan topik penelitian. Dalam pencarian teori,

informasi dikumpulkan sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Sumber-

sumber kepustakaan dapat diperoleh dari: buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis

dan disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll). Keseluruhan

upaya tersebut, dikatakan sebagai upaya studi kepustakaan untuk penelitian.

KERANGKA TEORI

1. Pengertian Televisi

Televisi berasal dari kata tele dan visie, tele artinya jauh dan visie artinya penglihatan,

jadi televisi adalah penglihatan jarak jauh atau penyiaran gambar-gambar melalui gelombang

radio (Kamus Internasional Populer: 196). Televisi sama halnya dengan media massa lainnya

yang mudah kita jumpai dan dimiliki oleh manusia dimana-mana, seperti media massa surat

kabar, radio, atau komputer. Televisi sebagai sarana penghubung yang dapat memancarkan

rekaman dari stasiun pemancar televisi kepada para penonton atau pemirsanya di rumah,

rekaman-rekaman tersebut dapat berupa pendidikan, berita, hiburan, dan lain-lain. Yang

dimaksud dengan televisi adalah sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan

gambar hidup bersama suara melalui kabel. Sistem ini menggunakan peralatan yang

mengubah cahaya dan suara ke dalam gelombang elektrik dan mengkonversikannya kembali

ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suara yang dapat didengar.

Dewasa ini televisi dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan dengan mudah dapat

dijangkau melalui siaran dari udara ke udara dan dapat dihubungkan melalui satelit. Apa yang

kita saksikan pada layar televisi, semuanya merupakan unsur gambar dan suara. Jadi ada dua

unsur yang melengkapinya yaitu unsur gambar dan unsur suara. Rekaman suara dengan

gambar yang dilakukan di stasiun televisi berubah menjadi getaran-getaran listrik, getaran-

getaran listrik ini diberikan pada pemancar, pemancar mengubah getaran getaran-getaran

listrik tersebut menjadi gelombang elektromagnetik, gelombang elektromagnetik ini

ditangkap oleh satelit. Melalui satelit inilah gelombang elektromagnetik dipancarkan

sehingga masyarakat dapat menyaksikan siaran televisi.

2. Tujuan dan Fungsi Televisi

a. Tujuan

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

Sesuai dengan undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, BAB II pasal 43,

bahwa penyiaran bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan sikap mental

masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, dan membangun masyarakat adil dan makmur.

Jadi sangat jelas tujuan secara umum adanya televisi di Indonesia sudah diatur dalam undang-

undang penyiaran ini. Sedangkan tujuan secara khususnya dimiliki oleh stasiun televisi yang

bersangkutan. Dari uraian di atas penulis dapat mengklarifikasikan mengenai tujuan secara

umum adanya televisi atau penyiaran di Indonesia, adalah menumbuhkan dan

mengembangkan mental masyarakat Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mengembangkan

masyarakat adil dan makmur.

b. Fungsi

Pada dasarnya televisi sebagai alat atau media massa elektronik yang dipergunakan

oleh pemilik atau pemanfaat untuk memperoleh sejumlah informasi, hiburan, pendidikan dan

sebagainya. Sesuai dengan undang-undang penyiaran nomor 24 tahun 1997, BAB II pasal 54

berbunyi penyiaran mempunyai fungsi sebagai media informasi dan penerangan, pendidikan

dan hiburan, yang memperkuat ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan

keamanan. Sebenarnya televisi memiliki beberapa fungsi, yaitu fungsi rekreatif, fungsi

edukatif dan fungsi informatif. Pada dasarnya fungsi televisi adalah memberikan hiburan

yang sehat kepada pemirsanya, karena manusia adalah makhluk yang membutuhkan hiburan.

Selain untuk menghibur, televisi juga berperan memberikan pengetahuan kepada pemirsanya

lewat tayangan yang ditampilkan. Televisi dapat mengerutkan dunia dan menyebarkan berita

sangat cepat. Dengan adanya media televisi manusia memperoleh kesempatan untuk

memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi di daerah lain. Dengan

menonton televisi akan menambahkan wawasan.

3. Manfaat dan Kerugian Televisi

Televisi memang tidak dapat difungsikan mempunyai manfaat dan unsur positif yang

berguna bagi pemirsanya, baik manfaat yang bersifat kognitif afektif maupun psikomotor

(Mansur,1993:28). Namun tergantung pada acara yang ditayangkan televisi. Manfaat yang

bersifat kognitif adalah yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan atau informasi dan

keterampilan. Acara-acara yang bersifat kognitif di antaranya berita, dialog, wawancara dan

sebagainya. Manfaat yang kedua adalah manfaat afektif, yakni yang berkaitan dengan sikap

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

dan emosi. Adapun manfaat yang ketiga adalah manfaat yang bersifat psikomotor, yaitu

berkaitan dengan tindakan dan perilaku yang positif. Televisi menarik minat baik terhadap

orang dewasa khususnya pada anak-anak yang senang melihat televisi karena tayangan atau

acara-acaranya yang menarik dan cara penyajiannya yang menyenangkan. Di samping

manfaat yang ditawarkan, terdapat pula kerugian yang bisa ditimbulkan. Kerugian yang

dimunculkan televisi memang tidak sedikit, baik yang disebabkan karena terapan kesannya,

maupun kehadirannya sebagai media fisik terutama bagi pengguna televisi tanpa dibarengi

dengan sikap selektif dalam memilih berbagai acara yang disajikan.

2. Teori Analisis Kultivasi

Analisis Kultivasi adalah sebuah teori yang memprediksikan dan menjelaskan formasi

dan pembentukan jangka panjang dari presepsi, pemahaman, dan keyakinan mengenai dunia

sebagai akibat dari konsumsi akan pesan-pesan media. Dalam teori ini dinyatakan bahwa

komunikasi massa, terutama televisi mengkultivasi keyakinan tertentu mengenai kenyataan

yang di anggap umum oleh konsumen komunikasi massa. Seperti yang diungkapkan oleh

Gerbner bahwa apa yang kita ketahui atau kita pikir kita ketahui, sebenarnya tidak pernah

kita alami sendiri secara pribadi. Kita mengetahuinya melalui cerita-cerita yang kita lihat dan

dengar di media.

Menurut teori kultivasi, ketika televisi menggambarkan suatu hal atau cerita, maka

yang akan lebih ditekankan adalah bagaimana cara untuk menyalurkan suatu sistem dan

kesatuan pesan yang sama secara berulang-ulang. Televisi membuat masyarakat memberikan

perhatiannya paada isi atau pesan yang ditampilkan, seolah-olah televisi berusaha

memberikan kepercayaan (Windahl, Signitizer & Olson, 1992). Jadi dengan secara tidak

langsung cara berpikir dan pandangan kita terhadap sesuatu akan dipengaruhi oleh tayangan

yang ada di televisi.

Teori Analisis kultivasi ini memiliki 3 asumsi, yaitu:

a. Televisi, secara esensi dan fundamental, berbeda dengan bentuk-bentuk media

massa lainnya

b. Televisi membentuk cara berpikir dan membuat kaitan dari masyarakat kita

c. Pengaruh televisi terbatas

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

Proses kultivasi terjadi dalam dua cara, yang pertama adalah pengarusutamaan.

Pengarusutamaan (mainstreaming) terjadi ketika simbol-simbol televisi mendominasi sumber

informasi lainnya dan ide mengenai dunia. Para penonton cenderung percaya bahwa dunia

lebih berbahaya dari sebenarnya. Kedua adalah resonansi. Resonansi terjadi ketika hal-hal di

dalam televisi, dalam kenyataannya, kongruen dengan realitas keseharian para penonton.

Dengan kata lain, realitas eksternal objektif dari penonton beresonansi dengan realitas

televisi.

Hasil dari Analisis Kultivasi adalah Indeks “Dunia yang Kejam” – Gerbner, Gross,

Morgan, dan Signorielli– terdiri atas 3 pernyataan, yaitu:

a. Kebanyakan orang berhati-hati untuk diri mereka sendiri

b. Anda tidak dapat terlalu berhati-hati dalam berurusan dengan orang lain

c. Kebanyakan orang akan mengambil keuntungan anda jika mereka memiliki

kesempatan.

Makalah ini menggunakan teori kultivasi untuk membahas fenomena perilaku

kekerasan yang terjadi di kalangan anak. Pengertian anak menurut pasal 1 ayat (1) Undang-

Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, yang dimaksud anak menurut

undangundang tersebut adalah seseorang yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun

termasuk anak yang masih dalam kandungan 1. Menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, pada bab I ketentuan umum

pasal (1) poin (2). Yang dimaksud anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 2 (dua

puluh satu) tahun dan belum kawin. Sedangkan pengertian anak menurut pasal 1 ayat (5)

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia (HAM), anak adalah

setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun dan belum menikah, termasuk anak yang

masih dalam kandungan, apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya. Meskipun banyak

rumusan mengenai batasan dan pengertian anak, namun pada prinsipnya perbedaan tersebut

mempunyai implikasi yang sama yaitu memberikan perlindungan pada anak.

Fokus utama dalam penulisan makalah ini adalah anak-anak, karena anak menjadi hal

yang perlu untuk diutamakan, mengingat anak-anak adalah makhluk yang belum dapat

membedakan mana yang baik dan buruk. Anak-anak cenderung menganggap apa yang

tampak di televisi sebagai sesuatu yang nyata dan benar adanya. Anak-anak belum dapat

berpikir kritis, hingga mereka cenderung menerima nilai apa saja yang ditawarkan oleh

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

televisi. Hal tersebut disebabkan keyakinan mereka bahwa apa yang mereka lihat di televisi,

yang cenderung banyak menyajikan acara kekerasan, adalah apa yang mereka yakini terjadi

juga dalam kehidupan sehari-hari. Anak-anak yang sering menyaksikan tayangan berbau

kekerasan di televisi menganggap bahwa kekerasan adalah hal yang lumrah dan diyakini oleh

mereka sebagai sesuatu yang juga terjadi di dunia nyata. Akibatnya, anak-anak

mengaplikasikan apa yang mereka saksikan di tv (perilaku kekerasan) dalam kehidupannya.

PEMBAHASAN

Televisi adalah salah satu bentuk teknologi yang dapat memberikan solusi untuk

memenuhi tuntutan zaman sekarang. Dibandingkan dengan media massa yang lain televisi

memiliki beberapa kelebihan. Televisi dapat menguasai ruang dan jarak, mencapai sasaran

yang sangat luas, memiliki nilai aktualitas terhadap suatu pemberitaan dan informasi yang

sangat cepat, serta bersifat audiovisual sehingga meningkatkan daya rangsang dan

pemahaman seseorang terhadap informasi yang disajikan.

Di Indonesia, televisi yang menayangkan kekerasan memang terbilang cukup banyak.

Dari tayangan-tayangan tersebut menunjukkan seolah-olah kekerasan bukanlah suatu hal

yang melanggar norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Menurut Linda Amalia Sari

Gumelar, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP-PA), mengatakan

tayangan televisi yang mengandung unsur kekerasan karena dapat mempengaruhi karakter

anak saat yang menyaksikan siaran tersebut. Menurut Linda, media penayangan elektronik

mempunyai dampak yang besar terhadap pola pikir penonton, khususnya anak. (Republika,

Selasa, 30 April 2013)

Kekhawatiran akan pengaruh kekerasan di televisi kepada anak menjadi hal yang

perlu untuk diutamakan, mengingat anak-anak adalah makhluk yang belum dapat

membedakan mana yang baik dan buruk. Anak-anak cenderung menganggap apa yang

tampak di televisi sebagai sesuatu yang nyata dan benar adanya. Anak-anak belum dapat

berpikir kritis, hingga mereka cenderung menerima nilai apa saja yang ditawarkan oleh

televisi. Beberapa penelitian pun menunjukan adanya relasi yang kuat antara kekerasan di

televisi dengan perkembangan anak, baik dari sisi pengetahuan, sikap dan perilakunya. Hal

ini menandakan, kekerasan dalam tayangan televisi adalah hal yang patut untuk diperhatikan

dan menjadi penting demi tumbuh kembang anak-anak di Indonesia.

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mencatat beberapa film anak-anak dan remaja

mengandung unsur kekerasan fisik dan verbal dalam tayangannya. Bahkan beberapa-berapa

tayangan telah diberikan sanksi oleh KPI setelah memantaunya sejak 2012. KPI melakukan

survei tersebut dari tahun 2012 hingga Maret 2013. Menurut Komisioner KPI, Nina

Armando, ada beberapa film yang masuk dalam kategori pelanggaran terhadap anak yaitu

jika tayangan memunculkan adegan kekerasan, mistik, supranatural dan seks. Berikut

beberapa tayangan yang berpotensi menyebarkan kekeraan fisik dan verbal (DetikNews,

Kamis, 24 April 2013):

Tabel 1. Daftar Tayangan di TV Nasional yang Mengandung Unsur Kekerasan

Sumber: DetikNews, Kamis, 24 April 2013

Salah satu tayangan yang yang akan dibahas dalam makalah ini adalah tayangan

Opera Van Java. Kita bisa lihat ciri khas tayangan ini adalah penggunaan stereofom untuk

properti tayangan ini. Properti ini digunakan mereka untuk memancing gelak tawa para

penontonnya, bisa dengan cara menjatuhkan pemain lawannya hingga terjatuh dari atas.

Kemudian terdapat ucapan-ucapan kasar atau kata-kata tidak lazim yang sering diucapkan

oleh pemeran-pemeran Opera Van Java. Walaupun hal tersebut dianggap lucu sama

penonton, hal itu tentu saja membuat anak-anak yang menonton meniru dan melakukan apa

yang ia lihat dari televisi.

Tayangan lain yang juga turut menarik perhatian anak-anak adalah smackdown. Sebut

saja tayangan smackdown yang sempat menggegerkan sejumlah pihak, khususnya orang tua

beberapa tahun ke belakang. Smackdown merupakan tayangan gulat pura-pura yang didirikan

pada 29 april 1999 di Amerika Serikat. Smackdown pun pernah mempertarungkan petinju

Muhammad Ali dengan pegulat Jepang, Antonio Inoki. Sehingga hal itu membuktikan bahwa

tayangan smackdown merupakan acara yang penuh dengan sandiwara di atas ring.

No Nama Tayangan

1 Tom and Jerry

2 Naruto

3 Spongebob

4 Tendangan Si Madun

5 Opera Van Java

6 Smack Down

7 Bima Satria Garuda

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

Namun penayangan smackdown di Indonesia membuat anak-anak tertarik untuk

menontonnya, walau penayangan smackdown itu sendiri bukan pada waktu jam prime time.

Hal yang menarik dari tayangan smackdown bagi anak-anak adalah smackdown menonjolkan

kekompakan dalam bentuk koalisi untuk menjatuhkan koalisi lain atau lawan yang

berkelompok. Kemudian, yang paling memicu anak-anak untuk menonton smackdown

adalah rasa fanatisme terhadap bintang smackdown, baik secara teknik permainan, maupun

performance di atas ring. Sebut saja, Rey Mysterio yang menggunakan topeng ketika berlaga,

John Cena dengan gayanya dan tekhnik permainannya, The Rock dan Stone Cold yang cukup

dikenal oleh anak-anak karena gayanya dan gelar-gelarnya yang pernah diraih ketika

memperebutkan gelar tertinggi di smackdown, dan masih banyak lagi.

Permasalahan yang paling mendasar di Indonesia adalah kecenderungan anak-anak

Indonesia dalam menyaring tayangan yang ada di televisi. Hal tersebut sebenarnya

merupakan fenomena yang wajar. Karena mereka belum mampu membedakan yang baik dan

mana yang buruk. Sesuai dengan teori kultivasi, dimana anak-anak langsung menyerap

tayangan-tayangan yang ada dalam televisi, khususnya tayangan kekerasan. Merujuk pada

pendapat Gerbner, bahwa kita mengetahui sesuatu melalui cerita-cerita yang kita lihat dan

dengar di media tanpa kita mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Anak-anak seolah-olah

menganggap tayangan tersebut merupakan suatu hal yang benar-benar terjadi dan disaksikan

banyak orang-orang, sehingga anak-anak menilai smackdown merupakan tayangan yang

ditoleransi dan lumrah terjadi di kehidupan nyata. Terlebih, pemikiran anak-anak belum

sampai ke tahap dimana mereka mengetahui adanya perbedaan budaya barat dan budaya yang

ada di Indonesia. Sehingga banyak anak-anak yang meniru tayangan smackdown dan

menjadikannya sebagai permainan yang lumrah dilakukan. Dampaknya, hal ini banyak

memakan korban. Berikut ini merupakan data yang berhasil didapat yang termuat dalam

buletin studia edisi 319/tahun ke-7 (11 september 2006):

Tabel 1. Kasus Korban Kekerasan Akibat Menonton Smackdown

Nama Korban Kekerasan

1 Reza Ikhsan Fadilah (9 tahun, siswa SD

Cingcing 1 Ketapang, Soreang, Bandung,

meninggal 16 November 2006)

2 Angga Rakasiwi (11 th), siswa SD 7 Babakan

Surabaya (dijahit lima jahitan)

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

Perilaku imitative atau meniru sangat menonjol pada anak-anak. Permasalahan ini

diperparah karena kemampuan berpikir anak-anak yang masih sederhana. Maka cenderung

berfikir apa yang ada di televisi adalah yang sebenarnya. Anak-anak masih sulit membedakan

antara yang fiktif dan nyata. Anak-anak juga masih sulit membedakan antara yang baik sesuai

norma dan etika, agama dan hukum. Dampak lainnya anak menjadi penakut dan semakin

sulit mempercayai orang lain. Dampak pemerhati, anak kurang peduli terhadap kesulitan

orang lain. Dampak nafsu adalah meningkatnya keinginan anak untuk melihat atau

melakukan kekerasan dalam mengatasi setiap persoalan dan juga diperparah lagi karena

dalam adegan smackdown tidak jarang ditemui adegan saling memaki. Karena pada dasarnya

tontonan ini merupakan tontonan yang paling banyak adegan mengumpat, memaki dan saling

pukul. Maka jikalau anak-anak menonton adegan ini maka secara lambat laun rusaklah moral

anak tersebut.

Jatuhnya korban ini juga membuktikan teori analisis kultivasi oleh George Gerbner

yang mengatakan bahwa dampak dari melihat tayangan kekerasan di televisi dalam jangka

waktu yang cukup panjang (empat jam atau lebih dalam sehari) dapat menyebabkan pemirsa

melihat keseluruhan dunia ini lebih penuh bahaya daripada melihat dalam jangka waktu yang

pendek (dua hingga kurang dari empat jam sehari). Gerbner mengatakan bahwa salah satu

bentuk infasi televisi terhadap kehidupan manusia khususnya anak-anak adalah anak-anak

yang tergolong memiliki kebiasaan menonton televisi menyetujui bahwa hampir selalu benar

untuk memukul orang lain jika mereka marah kepada orang lain dengan alasan yang tepat.

Jatuhnya korban ini juga yang termasuk dalam perilaku kejahatan oleh anak, karena telah

menimbulkan korban terhadap orang lain. Jika dikaitkan dengan analisis kultivasi, maka

televisi merupakan sistem pusat dari penceritaan (story telling), melalui tayangan-

3 Fayza Raviansyah (4 tahum 6 bulan), siswa

TK Al-Wahab Margahayu, Bandung (luka,

muntah darah)

4 Ahmad Firdaus (9), siswa kelas III SD 7

Babakan Surabaya (pingsan),

5 Nabila Amal (6 tahun 6 bulan), siswa kelas I

SD Margahayu Raya 1, Bandung (patah tulang

paha)

6 Mar Yunani, siswa kelas III SD Wates

Kulonprogo, Yogyakarta (gegar otak)

7 Yudhit Bedha Ganang (10), siswa kelas V

SDN 5 Duren Tiga, Jakarta Selatan (luka pada

kepala dan kemaluan)

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

tayangannya. Tayangan-tayangan yang mengandung unsur kekerasan tersebut pada akhirnya

tersalurkan sebagai sumber dasar umum dari sosialisasi dan informasi sehari-hari.

Dalam teori analisis kultivasi, televisi mempunyai efek jangka panjang yang

walaupun kecil, perlahan dan tidak langsung, akan tetapi memiliki sifat kumulatif dan nyata,

dimana tayangan yang disuguhkan televisi akan masuk ke dalam memori otak yang suatu saat

nanti bisa teraplikasikan secara nyata. Pengaruh tersebut bisa mempengaruhi aspek sikap

(attitude) dan perilaku (behaviour). Terlebih, buat penonton anak-anak, yang pada umumnya

sangat dekat dengan televisi di jam prime time dan hari libur, memiliki durasi lebih dari 4

jam, yang dimana pemikiran mereka akan sejalan dengan akan apa yang ia tonton, dan

sewaktu-waktu bisa ia aplikasikan di dunia nyata. Sebut saja ketika anak menonton tayangan

seperti Opera Van Java atau Naruto yang sarat akan kekerasan. Mereka menganggap

kekerasan yang terdapat dalam tayangan tersebut merupakan suatu hal yang lumrah

dilakukan oleh siapa saja, mengingat tayangan Opera Van Java adalah tayangan yang

mempunyai titik kelucuan ketika terdapat adegan memukul dengan menggunakan properti.

Belum lagi Naruto yang di dalamnya terdapat adegan pukulan dan jurus-jurus ninja yang

sarat akan kontak fisik. Hal ini tentu akan berpengaruh terhadap persepsi bahwa tindakan itu

merupakan tindakan yang tak hanya wajar dilakukan di dalam televisi, melainkan hal yang

wajar dilakukan di dunia nyata. Proses seperti ini sangat mudah sekali ditemukan di

kehidupan saat ini, mengingat tayangan televisi anak akan kekerasan sangat mudah ditemui

di kala Minggu, hari anak-anak menonton televisi dari pagi.

Kemudian, tayangan tersebut tak hanya berisi kekerasan berupa kontak fisik semata,

melainkan kekerasan verbal. Caci maki yang terdapat dalam tayangan menjadi nilai jual yang

seakan-akan harus ada di dalam tayangan yang biasa ditonton anak-anak. Dalam Opera Van

Java, lontaran-lontaran kasar pun tak terelakan, mengingat hal tersebut merupakan hal yang

memancing gelak tawa. Hingga pada akhirnya tayangan tersebut dilihat seakan-akan kurang

bila tak ada cacian seperti itu. Kemudian dalam tayangan Spongebob, seringkali terlontar

sapaan “hai bodoh”. Sapaan seperti ini tentu sangat berbahaya bagi efek jangka panjang si

anak, khususnya dari segi sapaan terhadap teman bermainnya yang saat ini terbilang kasar,

dimana sering kita lihat anak kecil yang mencela temannya dengan sebutan “bego” , “bodoh”,

“tolol”, dan sapaan kasar lainnya. Dengan demikian, tayangan seperti ini perlu untuk menjadi

sorotan, mengingat tayangan ini memiliki intesitas penayangan yang rutin dan dekat dengan

anak-anak.

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tayangan yang mengandung unsur

kekerasan di televisi membuat anak-anak akhirnya meniru tayangan tersebut. Semakin

banyak tayangan-tayangan yang mengandung unsur kekerasan di televisi, semakin rentan

anak-anak yang memiliki kebiasaan menonton televisi untuk meniru kekerasan tersebut

dalam kehidupannya sehari-hari. Hal ini merujuk pada asumsi teori kultivasi yang

dikemukakan oleh Gerbner yakni semakin banyak seseorang menghabiskan waktu untuk

menonton televisi, semakin kuat kecenderungan orang tersebut menyamakan realitas televisi

dengan realitas sosial. sehingga menurut asumsi ini, dunia nyata (real world) di sekitar

penonton dipersamakan dengan dunia rekaan yang disajikan media massa tersebut (symbolic

world). Dalam hal ini, anak-anak sebagai penonton menganggap perilaku kekerasan yang

ditayangkan di televisi “lumrah” dilakukan di dunia nyata. Sehingga semakin sering anak-

anak menonton tayangan yang berbau kekerasan, walau berformat kartun dan komedi, hal ini

tentu membahayakan bagi perkembangan anak, dimana hidup mereka akan selaras dengan

apa yang mereka tonton, tanpa melakukan filterisasi terhadap tayangan tersebut. Sehingga

terdapat kecenderungan perilaku kekerasan yang terdapat di dalam tayangan televisi

terterapkan di kehidupan anak-anak saat ini.

SARAN

Makalah ini diharapkan dapat berguna bagi mahasiwa atau peneliti yang ingin melakukan

penelitian serupa atau melakukan penelitian lanjutan atas topik yang sama. Penulis berharap

agar topik ini dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat menimbulkan rasa keingintahuan

untuk mengadakan penelitian lanjutan dengan cara mengadakan wawancara yang lebih

mendalam dengan pihak yang terkait guna untuk mendapatkan informasi yang lebih banyak

lagi sehingga dapat disampaikan kepada semua pihak.

Makalah ini juga diharapkan dapat berguna bagi orang tua sebagai agen sosialisasi

primer yang sangat dibutuhkan untuk perkembangan perilaku anak-anak. Setiap orang tua

dapat mengontrol tontonan anaknya agar anak tersebut menonton tayangan yang pantas

ditonton seusia mereka, untuk itu orang tua juga dapat memberikan saran dan kritik kepada

acara tv tersebut agar tidak berdampak negatif bagi anak-anaknya. pemerintah juga memiliki

peran penting dalam pertelevisian Indonesia sebagai pengontrol dan dapat menyaring acara-

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

acara tv yang mana yang mendidik dan bermanfaat bagi masyarakatnya. Selanjutnya peran

yang penting juga dimiliki oleh stasiun televisi itu sendiri, seharusnya stasiun televisi

Indonesia tidak hanya mementingkan sisi komersil semata dan mempertimbangkan acara tv

yang dapat berdampak negatif bagi anak-anak. Pihak stasiun tv sebagai penyiar juga

seharusnya memberikan tayangan-tayangan televisi yang berfungsi sebagai sarana

informatif, edukatif, rekreatif.

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA PENGARUH TELEVISI …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20369027-MK-Yudhi Pramadiansyah.pdf · menggunakan alat-alat komunikasi mekanis ... jadi televisi adalah

DAFTAR REFERENSI

Buku

Chen, M. 1996. Anak-Anak dan Televisi (Hidayat,Penerjemah). Jakarta: Gramedia Pustaka.

Solehuddin, M.Sugeng 2007. Psikologi Perkembangan. Pekalongan: STAIN Press.

Leman, M.2000. Televisi dan Anak-Anak. Retrieve 2010

Waruwu, F. Tayangan Kekerasan di Tv dan Dampaknya pada Anak. Dalam S.D. Gunarsa

(Ed.), Dari Anak sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Perkembangan. Jakarta:

Gunung Mulia.

West, Richard dan Lynn H. Turner. 2007. Introduction Communication Theory: Analysis and

Application Third Edition. Singapore: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Media Online

http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura/

http://edukasiana.com/?p=244

http://news.detik.com/read/2013/04/25/154218/2230463/10/kpi-naruto-dan-sponge-bob-mengandung-kekerasan?9922032] http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2013/10/31/pengaruh-tayangan-televisi-mario-teguh-golden-ways-terhadap-semangat-belajar-mahasiswa-606690.html

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/04/30/mm1zge-tayangan-kekerasan-pengaruhi-karakter-anak

http://buser.liputan6.com/read/133104/Smack.Down.Merenggut.Nyawa.Reza

http://www.erlangga.co.id/pendidikan/7106-bahaya-belajar-sendiri.html

Jurnal Online

http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123936-SK%20001%2009%20Has%20p%20-

%20Pengaruh%20terpaan-Literatur.doc.pdf

Pengaruh televisi ..., Yudhi Pramadiansyah, FISIP UI, 2014