UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI...

133
UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN KREDIT KEPADA INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI TESIS TESALONIKA BR BARUS 1106032251 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA PROGRAM PASCASARJANA JAKARTA JANUARI 2013 Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

UNIVERSITAS INDONESIA

PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM

PEMBERIAN KREDIT KEPADA INDUSTRI

MINYAK DAN GAS BUMI

TESIS

TESALONIKA BR BARUS

1106032251

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM PASCASARJANA

JAKARTA

JANUARI 2013

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

i

UNIVERSITAS INDONESIA

PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM

PEMBERIAN KREDIT KEPADA INDUSTRI

MINYAK DAN GAS BUMI

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Hukum

TESALONIKA BR BARUS

1106032251

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA

PROGRAM PASCASARJANA

JAKARTA

JANUARI 2013

Unversitas Indonesia

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat

dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan

dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Hukum

pada Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Saya

menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa

perkuliahan sampai pada penyusunan tesis ini, sangatlah sulit bagi saya untuk

menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr Zulkarnain Sitompul, S.H., LL.M sebagai pembimbing dari penulis

yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, kritik dan

saran kepada penulis sehingga tesis penulis dapat selesai dengan baik dan

tepat pada waktunya. Terimakasih banyak Pak atas bantuannya.

2. Para dosen penguji sidang tesis yang terdiri dari Prof. Dr. Rosa Agustina

S.H., M.H dan Dr. Tri Hayati, S.H.,M.H. Terimakasih untuk bimbingan dan

waktunya untuk menguji tesis penulis.

3. Para dosen pengajar di Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas

Indonesia yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih atas semua

ilmu dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis selama masa

perkuliahannya di Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas

Indonesia. Terimakasih juga untuk semua staf biro pendidikan, yang telah

sangat banyak membantu penulis, khususnya Alm. Pak Udin.

4. Bapak Ir. Madjedi Hasan MPE, M.H., Joi Terkelin ST, dan Firmanta

Sembiring ST yang telah bersedia menjadi narasumber dan memberikan

banyak masukan dalam penulisan ini.

5. Kedua orang tua penulis, Paulus Barus B.A dan Dra. Layas Ginting, yang

telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh cinta dan kasih

sayang, telah memberikan semangat dan doa yang tulus kepada penulis untuk

mampu menyelesaikan tesis ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Kelulusan ini saya persembahkan terutama untuk kebahagiaan keduanya.

Terimakasih telah menjadi orang tua yang luar biasa bagi penulis.

Unversitas Indonesia

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

ii

6. Adik-adik penulis, Ervin Efrata Barus dan Sarah Rika Jayatri Barus, yang

telah senantiasa mendoakan dan memberikan motivasi kepada penulis.

Selamat berjuang.

7. Kepada semua anggota keluarga penulis, Dr. Ir. Benar Darius Ginting MM

dan Dra. Rahel Barus Apt., MM, yang telah memberikan motivasi, bimbingan

dan senantiasa mendoakan penulis guna melaksanakan studinya dengan baik.

Kepada saudara sepupu penulis, Drg Meltharyna Ginting, Nico Surantha

Ginting S.T., M.T., Shona Meilyna Ginting S.T., Lorenz Rullyna Ginting

yang telah senantiasa memberikan semangat kepada penulis.

8. Teman-teman penulis semasa kuliah Maulidya Siregar, Pirhot Nababan,

Ammar Gill, Mutiara Suseno dan seluruh teman-teman kelas ekonomi reguler

angkatan 2011. Terimakasih telah bersama-sama melewati hari-hari

perkuliahan yang menyenangkan dan tidak terlupakan.

9. Sahabat-sahabat penulis semasa kuliah di S1, Tifanny Hakim, Anggia

Kandhi, Irina Anindita, Puri Yap. Terimakasih telah menjadi teman-teman

yang selalu mendukung penulis.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga tesis ini membawa manfaat

bagi pengembangan ilmu.

Jakarta, 21 Januari 2013

Penulis

Unversitas Indonesia

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

i

ABSTRAK

Nama : Tesalonika br Barus

Program Studi : Hukum (Pascasarjana Reguler)

Judul :PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM

PEMBERIAN KREDIT KEPADA INDUSTRI MINYAK

DAN GAS BUMI

Penulisan dilatarbelakangi fakta bahwa perbankan kurang mendukung industri

minyak dan gas bumi, padahal industri minyak dan gas bumi penting bagi

ketahanan energi. Oleh sebab itu penulis melakukan pembahasan mengenai

penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit kepada industri minyak

dan gas bumi, mengingat risiko yang cukup besar yang terkandung dalam industri

tersebut. Pembahasan dilakukan dengan menjelaskan prinsip kehati-hatian dan

karakter risiko yang terdapat dalam industri minyak dan gas bumi. Penulis

menggunakan tipologi penelitian normatif dengan metode penelitian kepustakaan

dan wawancara. Pada bagian akhir, penulis menyimpulkan bahwa perbankan

sebaiknya berfokus kepada kegiatan usaha hilir atau tahapan eksploitasi

Kata Kunci:

Bank, Minyak dan Gas Bumi, Prinsip Kehati-hatian, Risiko

Unversitas Indonesia

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

ii

ABSTRACT

Name : Tesalonika br Barus

Faculty : Law

Title : IMPLEMENTATION OF PRUDENTIAL BANKING

PRINCIPLE IN PROVIDING LOAN TOWARDS OIL

AND GAS INDUSTRY

This thesis is written based on the fact that banking is less supportive to oil and

gas industry, whereas oil and gas industry is important for energy resilience.

Therefore, the author will discuss the implementation of prudential banking

principle in providing loan towards oil and gas industry, with regard to the

considerable risk of oil and gas industry while the bank is required to apply

prudential banking principle. The discussion is conducted by explaining the

prudential banking principle and the risk character in oil and gas industry. The

author uses normative research typology with bibiliographical and interview

research method. At the end of the thesis, the author concludes that bank that bank

should be focus on downstream activities or exploitation phase.

Keywords:

Bank, Oil and Gas, Prudential banking principle, Risk

Unversitas Indonesia

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….iHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................... iiLEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iiiKATA PENGANTAR ……………………………………………………………ivHALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI…………………. viABSTRAK ………………………………………………………………………viiDAFTAR ISI ……………………...………………………………………..…….ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………….……11.2 Pokok Permasalahan………………………………………….…...71.3 Tujuan Penelitian…………………………………………….…....81.4 Teori………………………………………………………….……81.5 Konsep……………………………………………………………101.6 Metode Penelitian……………………………………………..….121.7 Sistematika Penulisan………………………………………...…..15

BAB 2 PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIANKREDIT

2.1 Prinsip Kehati-hatian………………………………………….….162.1.1 Latar Belakang Lahirnya Prinsip Kehati-hatian……….....16

Pada bank2.1.2 Definisi Prinsip Kehati-hatian…………………………....202.1.3 Dasar Hukum Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian………..212.1.4 Pengawasan Atas Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian…....222.1.5 Ruang Lingkup Prinsip Kehati-hatian………………...….25

2.2 Prinsip Pemberian Kredit…………………………………..…….322.2.1 Pengertian Kredit dan Unsur-unsur Kredit………..……..322.2.2 Dasar-dasar Pemberian Kredit…………………..……….35

2.3 Manajemen Risiko Dalam Pemberian Kredit oleh Bank……...…422.3.1 Manajemen Risiko Pada Bank………………………..….422.3.2 Risiko Kredit Sebagai Salah Satu Bentuk Risiko Pada…..45

Bank

BAB 3 KARAKTER RISIKO PADA INDUSTRI MINYAK DAN GASBUMI DI INDONESIA

3.1 Keterbatasan Modal Sebagai Salah Satu Problematika PengelolaanMinyak dan Gas Bumi……………………………………..….....42

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

ii

3.2 Karakter Risiko yang Terdapat Dalam Industri Hulu Minyak danGas Bumi……….……………………………………………..….563.2.1 Tahapan Eksplorasi………….………………………..….563.2.2 Tahapan Eksploitasi…………………………………..….45

3.3 Karakter Risiko yang Terdapat Dalam Industri Hilir Minyak danGas Bumi……………………………………………………..…..63

3.4 Ketentuan dalam Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas BumiIndonesia…………………………………………………………67

BAB 4 PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAMPEMBERIAN KREDIT KEPADA INDUSTRI MINYAK DANGAS BUMI

4.1 Analisis Profil Risiko yang Terdapat dalam Industri Minyak danGas Bumi dalam Kaitannya dengan Prinsip Kehati-hatian danPrinsip Pemberian Kredit……………………………………..….774.1.1 Kegiatan Usaha Hulu………………………………….....784.1.2 Kegiatan Usaha Hilir……………………………..………82

4.2 Analisis Ketentuan yang terdapat dalam Industri minyak dan gasbumi dalam kaitannya dengan prinsip kehati-hatian dan prinsippemberian kredit ………………………………………………....84

4.3 Metode pembiayaan industri minyak dan gas bumi yang dapatditempuh……………………………………………………….....94

.BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan………………………………………………………..1025.2 Saran…………………………………………………………….103

Daftar Pustaka…………………………………………………………………..104

Unversitas Indonesia

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

1

Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Terminologi Bank berasal dari kata banca dan bence yang berarti tempat

duduk. Dikarenakan pada zaman pertengahan kegiatan pinjam-meminjam

dilakukan dengan duduk-duduk di halaman.1 Bank kemudian diartikan sebagai

suatu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

simpanan dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak.2 Jika dilihat pada awal pembentukannya, bank digunakan untuk

memberikan jasa menabung; sebagai financial intermediary yakni menyimpan

dana dari nasabah penyimpan dan menyalurkannya kembali kepada nasabah

peminjam, yakni pelaku usaha, konsumen dan pemerintah.3 Dalam perkembangan

selanjutnya bank menyediakan sejumlah jasa dan produk finansial sehingga tidak

hanya bertumpu pada kegiatan pinjam meminjam saja.4 Bank yang semula hanya

terdapat di Romawi dan Roma kemudian mulai berkembang di negara-negara

Eropa lainnya.5 Hal ini selanjutnya menjadikan bank sebagai lembaga keuangan

yang tertua dan terbesar.6

Bank sebagai salah satu bagian dari lembaga keuangan memiliki peran dan

fungsi paling vital dalam sistem perekonomian suatu negara.7 Dapat dikatakan

1 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern berdasarkan Undang-undang Tahun 1998.

(Jakarta: PT Citra Aditya Bakti, 1999), hlm. 15.

2 Trikaloka H Putri, Kamus Perbankan. (Jogjakarta: Mitra Pelajar, 2009).

3 Peter S. Rose and Sylvia C. Hudgins, Bank Management and Financial Services 8

th

Edition. (McGrow Hill Companies, Internasional Edition, 2010). hlm. 2.

4 Weaver and Kevin Shanahan. Banking and Lending Practice. Australian Institute of

Bankers 3rd

edition, (Serendip Publication, 1994). hlm. 5

5 Peter S. Rose and Sylvia C. Hudgins, op cit., hlm. 4

6 George J. Benston and George G. Kauf’man, The Appropriate Role of Bank Regulation.

The Economic Journal, Volume. 106, No. 436 (May, 1996), hlm. 688-698,

<http://www.jstor.org/stable/2235577>

7 Weaver and Kevin Shanhan.op cit.,hlm. 3

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

2

Universitas Indonesia

demikian, mengingat fungsi dan tujuan yang diemban dalam rangka pembentukan

bank itu sendiri. Sejak pertama kalinya bank didirikan di Amerika Serikat telah

terdapat keyakinan bahwa bank akan menjadi suatu alat untuk mencapai

pertumbuhan ekonomi.8 Di Indonesia sendiri, bank sebagaimana disebutkan

dalam pasal 1 angka 1 Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998,

selanjutnya disebut dengan “UU No. 7 Tahun 1992” dan/atau “UU No. 10

Tahun 1998”, merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Pasal 4 menyatakan bahwa “fungsi

utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana

masyarakat”. Selanjutnya dalam pasal 4 dikatakan bahwa “perbankan Indonesia

bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka

meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah

peningkatan kesejahteraan rakyat banyak”. Secara garis besar dapat dilihat bahwa

fungsi bank adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat dengan

tujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Lebih lanjut ketentuan

umum UU No. 7 Tahun 1992 menyatakan bahwa perbankan adalah salah satu

sarana yang memiliki peran strategis dalam menyerasikan dan menyeimbangkan

masing-masing unsur dari trilogi pembangunan.9 Berdasarkan uraian diatas dapat

dilihat bahwa bank melalui kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana, harus

mampu mendukung pembangunan nasional. Peranan dan fungsi bank yang begitu

krusial inilah yang menyebabkan eksistensi bank sangat berpengaruh terhadap

sistem perekonomian dan pertumbuhan ekonomi di suatu negara.10

Tidak hanya

itu, melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa lainnya bank juga berperan

8 Nicholas A Lash, Banking Laws and Regulation An Economic Perspective. (New

Jersey: Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs). hlm. 2

9 Penjelasan umum atas Undang-undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan.

Lembaran Negara No. 31 Tahun 1992; Tambahan Lembaran Negara No. 3472.

10

Andrew Campbell, Insolvent Banks and the Financial Institution Safety Net-lessons

from the Northern Rock Crisis. As published in the Singapore Academy of Law Journal (2008)

SAcLJ 316-342.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

3

Universitas Indonesia

dalam rangka melancarkan perekonomian.11

Peran ini dilaksanakan dengan

melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan sistem pembayarann bagi

semua sektor perekonomian yang ada.

Salah satu fakta yang mengemuka akhir-akhir ini adalah terkait dengan

keengganan bank-bank nasional untuk membiayai kegiatan usaha pengelolaan

minyak dan gas bumi di Indonesia atau industri minyak dan gas bumi. Hal ini

sebagaimana diungkapkan oleh wakil kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha

Hulu Minyak dan Gas Bumi di Indonesia “BP MIGAS”. Dikatakan bahwa

produksi minyak nasional sulit digenjot karena perbankan kurang mendukung

kegiatan industri perminyakan nasional karena tidak bersedia untuk memberikan

suntikan kredit.12

Minyak dan Gas Bumi sendiri merupakan salah satu bentuk sumber daya

alam yang habis pakai dan tidak dapat diperbaharui (depleted and non-renewable

assets).13

Dapat dikatakan demikian karena untuk terbentuknya minyak dan/atau

gas bumi membutuhkan waktu yang cukup lama, yakni berjuta-juta tahun.

Terlebih lagi kondisi alam juga sangat mempengaruhi terbentuknya minyak

dan/atau gas bumi tersebut. Seperti komposisi dan susunan batuan, bentuk patahan

dan masih banyak faktor lainnya. Di sisi lain, minyak dan gas bumi mampu

memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi penerimaan negara. Bahkan dapat

dikatakan telah menjadi salah satu sektor pendapatan negara yang paling besar

disamping sektor pajak.14

Selain itu, sektor minyak dan gas bumi telah dan masih

menjadi lokomotif perkembangan bisnis yang amat signifikan di Indonesia.15

11Hemansyah., Hukum Perbankan Nasional Indonesia. (Jakarta: Kencana Prenada Media

Group, cet, 5 2009), hlm. 7.

12

Koran Tempo, Industri Migas Kurang Dukungan Perbankan, Tanggal 25 November

2011.

13

“Cost Recovery dalam Kontrak Production Sharing Migas dan Gas Bumi di Indonesia”

Disampaikan pada Seminar “Cost Recovery: Daya Tarik Investasi Atau Beban Bagi Negara”,

Masyarakat Mahasiswa Universitas Trisakti, Senin, 11 Juni

2007,http://www.bpk.go.id/doc/publikasi/PDF/ppan/17.pdf. Diakses, 4 Desember 2011.

14

“Penerimaan Negara Sektor Hulu Migas Capai US$ 19,7 Miliar”.

http://finance.detik.com/read/2009/12/30/144615/1268581/4/penerimaan-negara-sektor-hulu-

migas-capai-us--197-miliar. Diakses 4 Desember 2011.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

4

Universitas Indonesia

Dilihat dari segi yuridis pengelolaannya, minyak dan gas bumi pada

prinsipnya merupakan salah satu sumber daya alam yang berada di bawah

penguasaan negara. Hal ini sesuai dengan amanat yang terkandung dalam pasal 33

ayat (2) dan (3) Undang-undang Dasar 1945. Pasal 33 ayat (2) menyatakan bahwa

“cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat

hidup orang banyak dikuasai oleh negara”. Selanjutnya ayat (3) menyatakan

bahwa “bumi air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh

negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

Disamping adanya amanat sebagaimana yang tertuang dalam Undang-

undang Dasar 1945 tersebut, Negara Republik Indonesia juga menganut prinsip

demokrasi. Sebagaimana diketahui bahwa dalam negara berdemokrasi dituntut

adanya peran masyarakat dalam penyelenggaraan negara16

. Pemerintahan dalam

hal ini harus dijalankan sesuai dengan dan berdasar kepada kehendak/kepentingan

seluruh rakyat.17

Dalam pelaksanaannya, melalui prinsip demokrasi ini rakyat

menyerahkan sebagaian kedaulatannya kepada negara atau yang dikenal dengan

teori du contract social.18

Teori du contract social atau penyerahan kedaulatan

oleh rakyat kepada negara dan tujuan dari konsep demokrasi itu sendiri, yakni

kepentingan seluruh rakyat, selanjutnya merupakan suatu konsekuensi logis

adanya hak menguasai oleh negara atas kekayaan alam yang terkadung di

dalamnya. Negara dalam hal ini, memiliki peranan sekaligus tanggung jawab

untuk mengelola sumber daya alam tersebut.

15

“Peluang Memperbesar Keuntungan Negara dalam UU Minyak dan gas bumi”.

<http://metrotvnews.com/index.php/metromain/analisdetail/2010/06/16/26/Peluang-Memperbesar-

Keuntungan-Negara-dalam-UU-Minyak dan gas bumi- Metro TV News>, Diakses, 20 April 2012.

16

Suri Ratnapala, Australian Constitutional Law Foundations and Theory. (Oxford

University Press, 2007). hlm. 23

17

Arend Lijphart, “Democracies”, Democracies, Patterns of Majoritarian and Consensus

Government in Twenty-One Contries, Yale University Press, New Haven and London.

(Dikumpulkan oleh Satya Arinanto, Politik Hukum 1. (Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas

Hukum Universitas Indonesia, 2001), hlm. 25

18

Tim Pengajar Ilmu Negara Fakultas Hukum UI, Ilmu Negara, (Depok: Badan Penerbit

Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007).

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

5

Universitas Indonesia

Hal tersebut pada akhirnya melahirkan, prinsip pengelolaan sumber daya

migas sebagai suatu komoditi strategis, yang harus dipergunakan untuk sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat.19

Pengelolaan sumber daya migas di dalam negeri

harus diusahakan agar mampu mandiri, mendinamisasi unsur “Asta Gatra”,

berpegang pada kerangka “Wasantara” dan mengacu pada “Trilogi

Pembangunan”. Unsur-unsur Asta Gatra itu sendiri adalah sumber daya manusia;

sumber daya alam; letak geografis; ideologi; politik; ekonomi; sosial budaya;

pertahanan dan keamanan nasional.20

Disamping sejumlah alasan penting diatas, ketahanan energi sebagai salah

satu permasalahan penting yang sedang dihadapi pemerintah Indonesia saat ini

belumlah bisa dikatakan normal. Sebagaimana disampaikan oleh Dewan Energi

Nasional (DEN), kemandirian pasokan energi dari dalam negeri saja belum cukup

sebagai faktor ketahanan energi.21

Tidak dapat dipungkiri jika energi Indonesia

saat ini masih bergantung pada minyak dan gas bumi. Meskipun telah ditemukan

energi alternatif lainnya seperti coal bed methane, gas hydrat, geothermal, dan

shale gas energy, ternyata belum dapat diandalkan.22

Bahkan beberapa

unconventional energy tersebut masihlah dalam tahap pengembangan dan belum

siap untuk diproduksikan.23

Sehingga impor minyak dan gas bumi menjadi suatu

hal yang tidak dapat dihindarkan24

padahal Indonesia merupakan negara dengan

cadangan minyak dan gas bumi yang cukup besar jika dibandingkan dengan

19

“Peranan Minyak dan Gas Bumi dalam Menunjang Pembangunan Jangka Panjang

Tahap II”. Ceramah Direktur Utama Pertamina Pada Civitas Akademika Fakultas Ekonomi UI.

Jakarta, 1995.

20

Ibid.,

21

Dewan Energi Nasional, “Kegiatan Dialog Nasional Ketahanan Energi”,

<http://www.den.go.id/index.php/news/readNews/288>, Diakses 20 Oktober 2012.

22

Yusuf S Djajadiharsja, Pengembangan Riset Gas Hidrat dan Rencana ke Depan.

Disampaikan pada seminar Granite Uncoventional Energy in Indonesia, Teknik Geologi

Universitas Trisakti. 29 Oktober 2012.

23

Darwin Tangkalalo, CBM Project: Challenges and Oppurtunities in Indonesia.

Disampaikan pada seminar Granite Uncoventional Energy in Indonesia, Teknik Geologi

Universitas Trisakti. 29 Oktober 2012.

24

Badan Pusat Statistik, “Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Januari 2012”.

Berita Resmi Badan Pusat Statistik No. 16/03/Th. XV, 1 Maret 2012. <

http://www.bps.go.id/brs_file/eksim_01mar12.pdf>. Diakses, 30 Oktober 2012.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

6

Universitas Indonesia

negara-negara lain. Salah satu solusi yang ingin dicapai oleh pemerintah adalah

terkait dengan pentingnya usaha untuk melakukan intensifikasi ekplorasi

cadangan minyak baru dan peningkatan produksi minyak nasional.25

Berdasar pada uraian diatas, dapat dilihat beberapa hal penting. Pertama

terdapat hak menguasai dari negara atas sumber daya minyak dan gas bumi

sehingga sudah sepantasnya menjadi perhatian pemerintah dan segenap bangsa

Indonesia. Kedua secara ekonomi pada dasarnya peranan dan sumbangsih industri

minyak dan gas bumi cukup besar dalam rangka menunjang pembangunan

nasional itu sendiri. Ketiga, industri minyak dan gas bumi memegang peranan

penting dalam rangka menunjang terwujudnya ketahanan energi.

Dengan demikian, secara sederhana dapat diambil kesimpulan bahwa

industri minyak dan gas bumi sudah seharusnya menjadi salah satu perhatian dan

target pendanaan dari perbankan di Indonesia. Terlebih lagi dalam faktanya

industri minyak dan gas bumi merupakan sumber daya alam strategis baik bagi

politik dan ekonomi negara serta untuk kemakmuran rakyat.26

Polemik inilah yang

pada akhirnya memunculkan sejumlah pertanyaan, mengapa perbankan di

Indonesia kurang mendukung industri minyak dan gas bumi nasional?27

Dilihat dari kalangan pemangku kepentingan sebenarnya telah banyak

memberikan komentar atas polemik ini. Dapat dilihat Lembaga Pengembangan

Perbankan Indonesia (LPPI) menyatakan bahwa dukungan industri perbankan

lokal kepada sektor migas saat ini sangat minim karena bank sulit mengerti risiko

kredit yang cukup rendah di sektor tersebut.28

Sejalan dengan apa yang dinyatakan

oleh Dirjen Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral mengajak bank

25 “Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Solusi Non-BBM untuk Meningkatkan

Ketahanan Energi Nasional melalui Revitalisasi Program Energi Laut Nasional”

<http://www.esdm.go.id/berita/listrik/39-listrik/5628-solusi-non-bbm-untuk-meningkatkan-

ketahanan-energi-nasional-melalui-revitalisasi-program-energi-laut-nasional.html> Diakses, 20

Oktober 2012.

26

Pri Agung Rakhmanto, “Menyoal Insentif Sistim Bagi Hasil dan Politik Migas

Indonesia”. Divisi Penelitian LP3S. Disampaikan pada tanggal, 20 September 2007.

27

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia,

<http://www.migas.esdm.go.id/tracking/berita-kemigasan/detil/264411/Industri-Migas-Kurang-

Dukungan-Perbankan>. Diakses, 22 April 2012.

28

Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, “BI Minta Perbankan Lebih 'Mesra'

dengan Perusahaan Migas”. < http://www.lppi.or.id>. Diakses, 20 April 2012.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

7

Universitas Indonesia

nasional agar turut serta membiayai proyek minyak dan gas bumi sebagai salah

satu upaya peningkatan kapasitas nasional di sektor migas, selain penguasaan

teknologi, kompetensi sumber daya manusia dan kemampuan mengelola ketiga

komponen tersebut.29

Berangkat dari adanya problematika inilah penulis melakukan suatu kajian

dengan mengemukakan bagaimana karakter risiko dalam setiap rangkaian

kegiatan yang terdapat dalam industri minyak dan gas bumi tersebut dalam

kaitannya dengan prinsip-prinsip pemberian kredit oleh bank khususnya prinsip

kehati-hatian. Hal ini mengingat karakter risiko yang terdapat di industri minyak

dan gas bumi bersifat khusus dan berbeda dengan karakter risiko yang terdapat di

industri lainnya. Perbedaan karakteristik ini dapat dilihat dalam hal struktur

permodalan yang cukup besar, teknologi yang canggih, risiko kegiatan yang

cukup tinggi dan penuh dengan ketidakpastian.30

Kajian akan dilakukan dengan menggambarkan bagaimana karakter risiko

yang terkandung dalam rangkaian kegiatan industri minyak dan gas bumi baik itu

yang bersumber dari ketentuan umum yang diamanatkan oleh undang-undang

maupun nature dari bisnis itu sendiri. Dengan demikian, dapat dihasilkan suatu

pandangan mengenai bagaimana penerapan prinsip kehati-hatian dalam kaitannya

dengan prinsip-prinsip pemberian kredit oleh bank kepada industri minyak dan

gas bumi di Indonesia. Dengan harapan bank nantinya dapat turut serta dalam

menyalurkan pendanaan kepada industri minyak dan gas bumi di Indonesia.

1.2 Pokok Permasalahan

Berdasar pada uraian diatas, adapun pokok permasalahan yang diteliti oleh

penulis adalah sebagai berikut:

1. Seperti apa karakter risiko yang terdapat dalam industri minyak dan gas

bumi?

29

“Perbankan Nasional Diajak Biaya Proyek Migas” <

http://www.antaranews.com/print/1178502456/perbankan-nasional-diajak-biaya-proyek-migas>.

Diakses, 25 April 2012.

30

A Madjedi Hasan., Kontrak Pertambangan Minyak dan Gas Bumi. (Training on The

Law of Oil and Gas Term 2010. Faculty of Law University of Indonesia, hlm. 2.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

8

Universitas Indonesia

2. Bagaimana penerapan prinsip kehati-hatian dalam pemberian kredit kepada

industri minyak dan gas bumi?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasar pada latar belakang dan pokok permasalahan diatas maka

penelitian ini bertujuan untuk melakukan suatu kajian tentang bagaimana karakter

risiko serta rangkaian kegiatan yang terdapat dalam industri minyak dan gas bumi.

Selanjutnya dengan adanya gambaran tentang karakter risiko dalam rangkaian

kegiatan tersebut dapat dilihat bagaimana kaitannya dengan penerapan prinsip

pemberian kredit, khususnya prinsip kehati-hatian oleh bank. Hal ini mengingat

dalam faktanya rangkaian kegiatan industri minyak dan gas bumi memiliki

karakter risiko yang cukup berbeda. Dengan harapan bank mendapatkan suatu

gambaran seperti apa karakter risiko kegiatan usaha yang akan dibiayainya.

Dengan demikian perbankan di Indonesia nantinya dapat turut berpartisipasi

dalam memberikan kredit kepada industri minyak dan gas bumi. Hal ini sesuai

dengan perannya dalam rangka menunjang pertumbuhan ekonomi nasional

sebagaimana diamanatkan dalam tujuan perbankan di Indonesia.

1.4 Teori

Dalam kaitannya dengan pokok permasalahan yang ditulis maka penulis

menggunakan teori positivisme hukum/legal positivism. Positivisme hukum

pertama kali dikemukakan oleh Jeremy Bentham (1748-1832) yang selanjutnya

dikembangkan oleh muridnya John Austin (1790-1859). Bentham menyatakan

bahwa yang dapat disebut sebagai hukum hanyalah apabila merupakan suatu

perintah; perintah tersebut berasal dari penguasa; dan perintah tersebut

mengandung sanksi untuk memotivasi agar tidak terjadi pelanggaran atasnya.31

Berdasarkan defenisi tersebut dapat dilihat bahwa hukum bukanlah apa yang

disarankan untuk dilakukan akan tetapi adalah sesuatu yang bersifat memaksa.32

Oleh sebab itulah terdapat pemisahan yang tegas antara hukum dengan moral

31

Hilaire McCoubrey and Nigel D. White, Textbook on Jurisprudence. (Blacstone Press

Limited 3rd

edition, 1999). hlm.14.

32

Ibid.,

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

9

Universitas Indonesia

yakni antara das sollen dengan das sein.33

Prof H.L.A Hart telah menguraikan

lima pengertian dari legal positivism, yakni:34

a. hukum adalah perintah dari manusia;

b. tidak terdadapat hubungan yang mutlak antara hukum dengan moral;

c. pengertian bahwa analisis konsepsi hukum, memiliki arti penting dan

harus dibedakan dari penyelidikan;

d. sistem hukum adalah sistem yang logis, tetap dan bersifat tertutup tanpa

meperhatikan tujuan-tujuan sosial politik dan ukuran moral

e. pertimbangan-pertimbangan moral harus dipertahankan sebagai kenyataan

yang harus dibuktikan dengan agumentasi rasional.

Austin selanjutnya menguraikan siapa-siapa saja yang dapat disebut

dengan penguasa, yakni penguasa politik, pemerintah termasuk di dalamnya

kewenangan yang timbul karena adanya subordinasi.35

Pada perkembangan

selanjutnya legal positivism mendapat pengakuan dan berpengaruh banyak dalam

pemikiran hukum modern.36

Dalam kaitannya dengan pokok bahasan pada karya

tulis ini dapat dilihat bahwa Undang-undang di bidang perbankan dan sejumlah

Peraturan Bank Indonesia maupun Surat Edaran Bank Indonesia memerintahkan

adanya suatu prinsip-prinsip dasar dalam pemberian kredit dan prinsip kehati-

hatian yang wajib ditempuh oleh bank-bank di Indonesia dalam menjalankan

kegiatan usahanya. Pengaturan khusus tersebut dalam hal ini adalah dalam rangka

memberikan pendanaan/kredit kepada pelaku usaha di Indonesia. Demikian juga

halnya apabila kita melihat dari sisi industri minyak dan gas bumi. Dapat dilihat,

terdapat karakter risiko yang khusus dalam industri minyak dan gas bumi. Salah

satu yang penting adalah ketentuan-ketentuan yang lahir dari adanya pengaturan

33

Darji Darmodiharjo dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Apa dan Bagaimana

Filsafat Hukum Indonesia. (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1996), hlm. 113.

34

W Friedman, Legal Theory, (London: Stevens & Sons Limited 4th

Edition, 1960), hlm.

209.

35

John Austin, A Positivist Conception of Law, Law in Philosophical Perspective, editor

Joel Feinberg and Hyman Gross. (Belmont California, Wadsworth Publishing Company, 1997).

36

W Friedman, op cit., hlm. 207.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

10

Universitas Indonesia

yang terdapat dalam undang-undang dan peraturan pemerintah di bidang minyak

dan gas bumi. Dimana peraturan-peraturan tersebut bersifat memaksa dan

mengikat bagi pelaku usaha di Industri minyak dan gas bumi di Indonesia.

1.5 Konsep

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mendefinisikan hal-hal di

dalam penelitian ini, maka berikut akan ditetapkan definisi terhadap hal-hal

tersebut yang diambil dari peraturan perundang-undangan yang ada. Dalam

penelitian ini yang dimaksud dengan:

1. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam

melaksanakan kegiatan usahanya.37

2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk

kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.38

3. Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan

dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam

antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk

melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga.39

4. Agunan adalah jaminan tambahan yang diserahkan nasabah debitur kepada

bank dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan

Prinsip Syariah.40

37

Indonesia, Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentangPerubahan Atas Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Lembaran Negara No. 182 Tahun 1998,

Tambahan Lembaran Negara No. 3790. pasal 1 angka (1)

38

Ibid., pasal 1 angka (2)

39

Ibid., pasal 1 angka (11)

40

Ibid., pasal 1 angka (23)

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

11

Universitas Indonesia

5. Nasabah debitur adalah nasabah yang memperoleh fasilitas kredit atau

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan

itu berdasarkan perjanjian bank dengan nasabah yang bersangkutan.41

6. Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam

kondisi tekanan dan temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat,

termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan bitumen yang diperoleh

dan proses penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau endapan

hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang

tidak berkaitan dengan kegiatan usaha minyak dan gas bumi.42

10. Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam

kondisi tekanan dan temperature atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh

dan proses penambangan minyak dan gas bumi.43

11. Kegiatan Usaha Hulu adalah kegiatan yang berintikan atau bertumpu pada

kegiatan usaha eksplorasi dan ekploitasi.44

12. Eksplorasi adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh informasi

mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan memperoleh perkiraan

cadangan Minyak dan Gas Bumi di Wilayah Kerja yang ditentukan.45

13. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan

Minyak dan Gas Bumi dan Wilayah Kerja yang ditentukan, yang terdiri

atas pengeboran dan penyelesaian sumur, pembangunan sarana

pengangkutan, penyimpanan, dan pengolahan untuk pemisahan dan

pemurnian minyak dan gas bumi di lapangan serta kegiatan lain yang

mendukungnya.46

41

Ibid., pasal 1 angka (18)

42

Indonesia, Undang-undang No. 22 Tahun 2011 tentang Minyak dan Gas Bumi,

Lembaran Negara No. 136 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara No. 4152. pasal 1 angka (1).

43

Ibid., pasal 1 angka (2)

44

Ibid., pasal 1 angka (7)

45

Ibid., pasal 1 angka (8)

46

Ibid., pasal 1 angka (9)

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

12

Universitas Indonesia

14. Kegiatan Usaha Hilir adalah kegiatan usaha yang berintikan atau bertumpu

pada kegiatan usaha Pengolahan, Pengangkutan, Penyimpanan, dan/atau

Niaga.47

15. Badan Usaha adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang

menjalankan jenis usaha bersifat tetap, terus menerus dan didirikan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta bekerja dan

berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.48

16. Bentuk Usaha Tetap adalah badan usaha yang didirikan dan berbadan

hukum di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang

melakukan kegiatan di wilayah Negara Kesatuan Republik dan wajib

mematuhi mematuhi peraturan perundang-perundang yang berlaku di

Republik Indonesia.49

17. Kontrak Kerja Sama adalah Kontrak Bagi Hasil atau bentuk kontrak kerja

sama lain dalam kegiatan Eksplorasi dan Eksploitasi yang lebih

menguntungkan negara dan hasilnya dipergunakan untuk sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat.50

1.6 Metode Penelitian

Penelitian akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian

deskriptif. Yakni dengan menggunakan metode penelitian doktrinal atau metode

penelitian yang normatif. Adapun sumber penelitian yang digunakan adalah

berupa bahan hukum primer dan bahan hukum skunder. Bahan hukum primer

yang digunakan terdiri dari peraturan perundang-undangan beserta peraturan

pemerintah di bidang perbankan dan minyak dan gas bumi, Peraturan Bank

Indonesia terkait dengan pelaksanaan prinsip kehati-hatian dan prinsip pemberian

kredit. Selanjutnya bahan hukum skunder yang digunakan terdiri dari buku-buku

teks, kamus hukum dan jurnal hukum. Pengolahan dan analisis data akan

47 Ibid., pasal 1 angka (10)

48

Ibid., pasal 1 angka (17)

49

Ibid., pasal 1 angka (18)

50

Ibid., pasal 1 angka (19)

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

13

Universitas Indonesia

dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif. Yakni dengan mengumpulkan

bahan-bahan terkait dengan pokok bahasan kemudian akan melakukan analisis

atasnya. Melihat bagaimana korelasi diantara ketentuan-ketentuan yang ada

dengan tujuan menghasilkan suatu pemecahan masalah tentang bagaimana

penerapan prinsip kehati-hatian dan prinsip-prinsip dasar dalam pemberian kredit

kepada industri minyak dan gas bumi. Dengam demikian bank-bank di Indonesia

dapat ikut serta dalam rangka memberikan pendanaan/kredit kepada industri

minyak dan gas bumi.

1.7 Sistematika Penulisan

Dengan harapan dapat melakukan penulisan dan menyajikan karya tulis ini

dengan baik serta dapat mencapai sasaran yang diinginkan maka penulis

menyusun karya tulis ini dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan dasar titik tolak dari permasalahan yang

terdapat dalam karya tulis ini. Hal ini dituangkan dengan

menjelaskan latar belakang, pokok permasalahan, tujuan penelitian,

teori dan konsep yang digunakan, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN

KREDIT

Pada bab ini terlebih dahulu akan diuraikan tentang prinsip penting

yang melatarbelakangi lahirnya prinsip-prinsip dasar dalam

pemberian kredit yakni prinsip kehati-hatian/prudential banking

principle. Akan diuraikan terkait dengan pengertian, arti penting

lahirnya prinsip kehati-hatian dan landasan hukum yang

mengaturnya. Selanjutnya akan dilakukan pembahasan secara lebih

khusus, yakni terkait dengan prinsip-prinsip dasar dalam

pemberian kredit oleh bank sebagai implementasi dari prinsip

kehati-hatian. Terakhir akan dibahas tentang risiko dari pemberian

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

14

Universitas Indonesia

kredit atau risiko kredit, dimana merupakan salah satu risiko yang

paling berbahaya bagi bank. Sehingga dapat dilihat nantinya

bagaimana prinsip-prinsip dasar dalam pemberian kredit khususnya

terkait dengan risiko kredit.

BAB III KARAKTER RISIKO PADA INDUSTRI MINYAK DAN GAS

BUMI DI INDONESIA

Pada bab ini terlebih dahulu akan dibahas tentang bagaimana

rangkaian kegiatan industri minyak dan gas bumi itu sendiri.

Dimana industri minyak dan gas bumi dapat dibagi menjadi

kegiatan usaha hulu dan kegiatan usaha hilir. Selanjutnya akan

digambarkan profil risiko yang terdapat dalam masing-masing

tahapan pada industri minyak dan gas bumi. Dilakukan dengan

memunculkan sejumlah fakta yang berkaitan dengan nature dari

bisnis itu sendiri maupun yang berasal dari ketentuan perundang-

undangan di bidang minyak dan gas bumi. Pembahasan ini

bertujuan untuk memberikan pandangan yang lebih luas kepada

pembaca tentang bagaimana karakter risiko dan ketentuan-

ketentuan umum yang terdapat dalam industri minyak dan gas

bumi di Indonesia.

BAB IV PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM

PEMBERIAN KREDIT KEPADA INDUSTRI MINYAK DAN

GAS BUMI

Pada bab ini, akan dilakukan suatu kajian dan digambarkan tentang

bagaimana karakter risiko yang terkandung dalam rangkaian

kegiatan industri minyak dan gas bumi dan ketentuan-ketentuan

lainnya dalam kaitannya dengan prinsip dasar dalam pemberian

kredit, khususnya prinsip kehati-hatian. Pembahasan akan

dilakukan dengan melakukan analisis atas sejumlah risiko yang

terdapat dalam industri minyak dan gas bumi dengan menggunakan

ketentuan tentang prinsip kehati-hatian Dengan adanya analisis ini,

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

15

Universitas Indonesia

akan diperoleh buah pemikiran bagaimana prinsip kehati-hatian

tersebut diterapkan dalam rangka pemberian kredit pada industri

minyak dan gas bumi di Indonesia.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini akan dikemukakan hasil apa yang diperoleh

dari penelitian yang telah dilakukan. Disertai dengan sejumlah

saran yang sekiranya bermanfaat bagi para pemangku kepentingan.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

16

Universitas Indonesia

BAB 2

PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN KREDIT

2.1 Prinsip Kehati-hatian

2.1.1 Latar Belakang Lahirnya Prinsip Kehati-hatian Pada Bank

Prinsip kehati-hatian lahir karena beberapa alasan penting, yakni adanya

risiko dalam kegiatan operasional bank, serta financial globalization yang

berdampak pada peraturan perundang-undangan di Indonesia mengenai prinsip

kehati-hatian. Alasan ini dapat dinilai sebagai faktor utama dalam prinsip kehati-

hatian bank, meskipun ada beberapa faktor lain yang turut memengaruhi prinsip

ini.

Seperti uraian dalam bab sebelumnya, bank berperan sebagai lembaga

intermediasi, yang berfungsi untuk menyalurkan kredit. Fungsi ini dibagi menjadi

tiga kegiatan utama, yakni menghimpun dana dari masyarakat; menanamkan dana

ke berbagai aset produktif dalam bentuk kredit; memberikan jasa layanan lalu

lintas pembayaran dan jasa layanan perbankan lainnya.51

Fungsi bank sebagai

penyalur kredit merupakan fungsi strategis yang dimiliki oleh bank, meskipun

tidak jarang fungsi ini menjadi faktor penyebab runtuhnya operasional sebuah

bank.52

Sehingga, fungsi bank sebagai penyalur kredit dinilai sebagai fungsi

paling kritis53

karena kegiatan menyalurkan kredit yang dilakukan oleh bank dapat

mendukung ataupun justru menghambat laju perekonomian sebuah negara.

Dapat dikatakan terdapat hubungan yang procyclical antara fungsi bank

sebagai lembaga intermediasi dengan kegiatan perekonomian di suatu negara.54

51

Permadi Gandapradja, Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank. (Jakarta: PT Gramedia

Utama, 2004), hlm. 2

52

Zulkarnain Sitompul, Investasi Asing di Indonesia Memetik Manfaat Liberalisasi.

Hukum Bisnis, Media Publikasi Peraturan Perundang-undangan dan Informasi Hukum,

Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. <http://www.djpp.depkumham.go.id/hukum-

bisnis/88-investasi-asing-di-indonesia-memetik-manfaat-liberalisasi.html>. Diakses, 2 Desember

2011.

53

Permadi Gandapradja, op cit., hlm. 3

54

Bank for International Settlement, Working Papers No 125 The institutional memory

hypothesis and the procyclicality of bank lending behavior.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

17

Universitas Indonesia

Hal ini terbukti seiring dengan terjadinya permasalahan kredit yang cukup serius

pada tahun 1990-an di Amerika Serikat dan terjadinya krisis keuangan di Rusia

serta Asia, telah melemahkan sistem perekonomian dan mengakibatkan

bangkrutnya perusahaan-perusahaan di negara tersebut.55

Oleh karenanya, fungsi

bank dalam penyaluran kredit dibayangi oleh sejumlah risiko.

Pasca dilakukannya perundingan Uruguay oleh The General Agreement on

Trade in Services “GATS” tidak hanya fakta mengenai faktor risiko yang

terkandung dalam pemberian kredit saja namun akibat dari adanya financial

globalization juga perlu diantisipasi oleh negara-negara berkembang atau yang

mengalami krisis keuangan pada khususnya.56

Sebagaimana diketahui GATS

merupakan suatu organisasi yang didirikan dalam rangka melancarkan

perdagangan internasional, khususnya di bidang jasa. GATS berperan untuk

membuat aturan perdagangan internasional yang baik, memberikan perlakuan

yang sama terhadap negara-negara anggota, mendorong lajunya kegiatan ekonomi

dan melakukan promosi atas perkembangan perdagangan jasa melalui

liberalisasi.57

Financial globalization, selanjutnya merupakan suatu kondisi dimana

terdapat integrasi atau kerjasama antara sistem keuangan di suatu negara dengan

sistem keuangan yang berlaku pada tingkat internasional. Secara sederhana dapat

dikatakan bahwa dengan adanya financial globalization terdapat kerjasama antara

lembaga-lembaga keuangan di suatu negara dengan lembaga keuangan dari negara

lainnya.58

Melihat kepada sejarah terbentuknya financial globalization dapat

digambarkan dengan tahapan sebagai berikut:59

55

Ibid.,

56

Phong T.H. Ngo, International Prudential Regulation, Regulatory Risk and Cost of

Bank Capital. International Journal of Banking and Finance, Volume 5, issue 1, Article 2, pg. 1-2.

57

World Trade Organization, The General Agreement on Trade in Services (GATS):

Objectives, coverage and disciplines, <http://www.wto.org/english/tratop_e/serv_e/gatsqa_e.htm>

Diakses, 1 Oktober 2012.

58

United Nation Institute for Training and Research, Financial Globalization,

<http://www.unitar.org/event/financial-globalization>, Diakses 23 September 2012.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

18

Universitas Indonesia

a. Pada pertengahan tahun 1990, GATS melakukan perundingan yang untuk

pertama kalinya menyatakan bahwa jasa akan masuk dalam lingkup

perjanjian perdagangan internasional.

b. Beberapa negara menyatakan komitmennya untuk turut serta dalam

financial services liberalization. Dimana negara-negara berkembang

mendapat perhatian khusus dari International Monetary Fund dan World

Bank.

c. Program World Trade Organization selajutnya adalah ‘Service 2000’

adanya komitmen yang lebih serius tentang liberalisasi pada lembaga-

lembaga keuangan.

Tidak dapat dipungkiri jika dalam implementasinya, Financial

globalization memiliki dampak positif bagi kinerja lembaga keuangan di suatu

negara. Dengan adanya financial globalization lembaga keuangan, khususnya

perbankan dituntut untuk melahirkan suatu inovasi dan melakukan efisiensi dalam

menjalankan kegiatan usahanya.60

Financial globalization menguntungkan bagi

konsumen karena lembaga keuangan dintuntut untuk semakin meningkatkan

pelayanannya dalam rangka persaingan dengan para kompetitornya. Meskipun

demikian, tidak dapat dihindarkan jika dengan adanya financial globalization

menuntut lahirnya suatu pengaturan yang lebih kompleks tentang kegiatan usaha

atau kegiatan operasional perbankan dan diperlukannya manajemen risiko yang

lebih baik pada sektor usaha tersebut.61

59

Sydney J. Key, Trade Liberalization and Prudential regulation: The International

Framework for Financial Services. International Affairs (Royal Institute of International Affairs

1944-), Volume, 75, No. 1 (Jan., 1999), pp.61-75, <http://www.jstor.org/stable/2625463>

60

Brendon Young, Leadership and high-reliability organizations: why banks fail.

Volume 6 Number 4, Winter 20/11/12. hlm. 80.

61

Andreas A Jobst, it’s all in the data-consistent operational risk measurements and

regulation, Journal of Financial Regulation and Compliance, Volume 12 Number 4 Tahun 2007.

hlm. 423.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

19

Universitas Indonesia

Terlebih lagi, sebagai dampak adanya persaingan yang semakin ketat

antara para penyedia jasa keuangan, khususnya perbankan telah membuat bank

semakin berani untuk mengambil risiko dalam menjalankan kegiatan usahanya.62

Sebagaimana telah disebutkan pada bagian awal penulisan ini terdapat

beberapa faktor lainnya yang memengaruhi perlunya pengaturan tentang prinsip

kehati-hatian. Beberapa faktor lainnya tersebut dapat digambarkan sebagai

berikut:63

a. Dalam rangka memberikan perlindungan kepada kepentingan nasabah

suatu bank;

b. Sebagai wujud dari adanya intervensi pemerintah terhadap kegiatan

perbankan;

c. Dalam rangka menghindari moral hazard, mengingat dengan adanya

government safety net akan membuat bank lebih berani lagi dalam

mengambil risiko;

d. Dalam rangka menghindari pelaku usaha memanfaatkan adanya

government safety net sebagai dasar untuk meminta bank memberikan

pendanaan bagi kegiatan usaha yang berisiko tinggi;

e. Untuk menghindari runtuhnya kegiatan operasional bank-bank besar

mengingat peran bank-bank tersebut yang cukup rentan dalam sistem

perekonomian di suatu negara.

Terlepas dari adanya sejumlah kebutuhan sebagaimana telah disebutkan

diatas, bagi beberapa negara pentingnya pengaturan akan prinsip kehati-hatian

salah satunya adalah karena adanya tuntutan dari pihak luar. Tidak dapat

dipungkiri jika dampak financial globalization telah membuat sejumlah negara

harus berhubungan dengan negara-negara lainnya. Yang mana hal ini selanjutnya

memaksa negara tersebut untuk bersedia mengikuti ketentuan yang berlaku secara

62

Andrew Crockett, Banking Supervision and Financial Stability. The William Taylor

Memorial Lecture by Andrew Crockett, General Manager of the Bank for International

Settlements, in Sydney, 22 October 1998.

63

Frederic S Mishkin, Prudential Supervision, Why Is It Important and What are the

Issue?. (The University of Chicago Press, Chicago and London). hlm. 5.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

20

Universitas Indonesia

Internasional, baik itu karena terikat dalam suatu konvensi maupun karena adanya

kebutuhan akan liberalisasi perbankan. Sebagai salah satu contoh adanya

permintaan bagi bank sentral dan pemegang otoritas lainnya bagi negara-negara di

Asia untuk menyusun suatu pedoman yang lebih baik terkait dengan prinsip

kehati-hatian bagi bank, khususnya terkait dengan permasalahan kredit.64

2.1.2 Definisi Prinsip Kehati-hatian

Kamus perbankan, memberikan definisi atas prudential banking atau

prinsip kehati-hatian sebagai bentuk pelaksanaan prinsip kehati-hatian bank untuk

meminimalkan risiko usaha operasional bank dengan berpedoman kepada

ketentuan bank sentral dan ketentuan intern bank.65

Prinsip kehati-hatian secara

sederhana dapat diartikan sebagai pengaturan tentang izin pendirian atau

pembukaan bank baru dan cakupan kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh

dilakukan oleh bank.66

Prinsip kehati-hatian berpedoman pada dua ketentuan penting yakni,

ketentuan umum yang dikeluarkan oleh bank sentral dan adanya kewajiban bagi

masing-masing bank untuk membuat regulasi sendiri. Dibuatnya pengaturan atas

prinsip kehati-hatian memiliki tujuan sebagai berikut:67

a. Menetapkan kebijakan bahwa hanya bank yang mampu secara finansial

yang diizinkan untuk beroperasi;

b. Mengendalikan pemilik dan manajemen bank, agar tidak mengambil risiko

berlebihan;

c. Menetapkan ketentuan dan pedoman bagi pelaksanaan akuntansi yang

memadai, penilaian aset yang realistis, dan pelaporan yang

menggambarkan kondisi keuangan yang sebenarnya dengan persyaratan

disclosure, sehingga memenuhi disiplin pasar;

64 Philip Turner, The Banking System in Emerging Market Economies: How Much

Progress has been Made?. Bank for Internasional Settlements, BIS Papers No 28, pg. 1.

65

Trikaloka H Putri, op cit., hlm. 274.

66

Suseno dan Piter Abdullah, Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia. Bank

Indonesia, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK), Seri Kebanksentralan, No. 7.

67

Permadi Gandapradja, op cit., hlm. 28

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

21

Universitas Indonesia

d. Menetapkan dasar dan kewenangan pihak pengawasan bank dalam

melakukan tindakan korektif dan dalam membatasi aktivitas bank yang

lemah atau tidak sehat.

Sebagai konsekuensi dari adanya prinsip kehati-hatian ini bank diminta

untuk selalu berhati-hati dalam menjalankan kegiatan usahanya, dengan tetap

konsisten dalam melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada

berdasarkan profesionalisme dan itikad baik.68

Berdasar pada uraian sebelumnya,

secara garis besar dapat dilihat bahwa dasar penting dari adanya pengaturan

tentang prinsip kehati-hatian pada bank adalah dalam rangka pengendalian risiko

bagi bank dalam menjalankan kegiatan usahanya dengan mengingat fungsi dan

peranan bank dalam sistem perekonomian.

2.1.3 Dasar Hukum Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian

Landasan pokok lahirnya prinsip kehati-hatian dalam peraturan

perundang-undangan di Indonesia adalah sesuai dengan asas dari perbankan itu

sendiri. Pasal 2 UU No. 7 Tahun 1992 mengatur bahwa “perbankan di Indonesia

menjalankan kegiatan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan

menggunakan prinsip kehati-hatian”. Prinsip kehati-hatian selanjutnya diatur lebih

lanjut melalui pasal-pasal yang terdapat dalam undang-undang perbankan,

peraturan perundang-undangan maupun peraturan yang mengatur lebih khusus,

yakni Peraturan Bank Indonesia.

Ketentuan tentang prinsip kehati-hatian di negara-negara berkembang

mengacu kepada ketentuan-ketentuan yang berlaku atau diterapkan secara

internasional yang populer disebut dengan “International best practice”.69

Undang-undang perbankan sendiri mengatur prinsip kehati-hatian sebagai berikut:

1. Bank harus memiliki keyakinan bahwa nasabah akan melakukan pembayaran

sesuai dengan yang diperjanjikan. Selain itu bank umum juga diminta untuk

memiliki dan menerapkan pedoman perkreditan sebagaimana ditetapkan oleh

68

Hermansyah, op cit., hlm. 135.

69

Martin Brownbridge, et all, Prudential Regulation. Finance and Development Briefing

Papers, September 2002.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

22

Universitas Indonesia

bank Indonesia.70

Pedoman perkreditan inilah yang nantinya akan dijadikan

dasar untuk melakukan analisis atas kemampuan nasabah.

2. Adanya larangan bagi bank untuk melakukan kegiatan usaha tertentu

sebagaimana telah ditetapkan dalam undang-undang tentang perbankan.71

3. Dalam menjalankan kegiatan usahanya, Bank Indonesia menetapkan

beberapa ketentuan penting yang harus dipenuhi oleh bank, diantaranya

adalah terkait dengan batas maksimum pemberian kredit, pemberian jaminan,

penempatan investasi surat berharga dalam rangka memberikan pendanaan

bagi peminjam ataupun sekelompok peminjam.72

4. Bank wajib untuk memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan

ketentuan yang ditetapkan dalam undang-undang. Dalam hal ini bank juga

diwajibkan untuk menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan

kepentingan nasabah. Untuk kepentingan nasabah bank wajib untuk

menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya risiko kerugian

atas transaksi yang dilakukan nasabah.73

2.1.4 Pengawasan atas Pelaksanaan Prinsip Kehati-hatian

Pasca diberlakukannya Undang-undang No. 21 Tahun 2011 tentang

Otoritas Jasa Keuangan maka pengaturan dan pengawasan atas bank dan lembaga

keuangan lainnya dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan. Pembentukan undang-

undang ini merupakan amanat dari pasal 34 UU No. 23 Tahun 1999 yang

menyatakan bahwa tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh lembaga

pengawasan sektor jasa keuangan yang independen dan dibentuk dengan undang-

undang. Dengan demikian, tugas pengaturan dan pengawasan atas bank yang

semula berada pada Bank Indonesia akan beralih kepada lembaga baru tersebut.

Otoritas Jasa Keuangan selajutnya disebut dengan “OJK” sebagaimana

disebutkan dalam pasal 1 angka 1 merupakan lembaga yang independen dan bebas

70

Indonesia, Undang-undang No. 10 Tahun 1998, op cit., Pasal 8 ayat (1) dan (2).

71

Indonesia, Undang-undang No. 7 Tahun 1992, op cit., pasal 10.

72

Indonesia, Undang-undang No. 7 Tahun 1992 Jo UU No. 10 Tahun 1998, op cit., Pasal

11 ayat (1), (2), (3), (4) dan (4A).

73

Indonesia, Undang-undang No. 10 Tahun 1998, op cit., Pasal 29 ayat (2), (3), dan (4).

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

23

Universitas Indonesia

dari campur tangan pihak lain, yang memiliki fungsi, tugas, dan wewenang

pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana dimaksud

dalam undang-undang tersebut. Pasal 7 selanjutnya memberikan ruang lingkup

wewenang OJK dalam rangka menjalankan tugas pengaturan dan pengawasan

pada sektor perbankan, sebagai berikut:74

a. Pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi:

1) Perizinan untuk pendirian bank, pembukaan kantor bank, anggaran

dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan sumber daya

manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan

izin usaha bank; dan

2) Kegiatan usaha bank, antara lain sumber dana, penyediaan dana,

produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa;

b. Pengaturan dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi:

1) Likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, kualitas aset, rasio kecukupan

modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman

terhadap simpanan, dan pencadangan bank;

2) Laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan kinerja bank;

3) Sistem informasi debitur;

4) Pengujian kredit (credit testing); dan

5) Standar akuntansi bank;

c. Pengaturan dan pengawasan mengenai aspek kehati-hatian bank, meliputi:

1) Manajemen risiko;

2) Tata kelola bank;

3) Prinsip mengenal nasabah dan anti pencucian uang; dan

4) Pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan perbankan; dan

5) Pemeriksaan bank

Jika dibandingkan dengan ketentuan yang berlaku pada negara-negara lain

dapat dilihat sebagai berikut. Singapura sebagai contoh, dimana otoritas pengawas

bank di Singapura atau the Monetary Authority of Singapore (MAS), yang terdiri

74

Indonesia, Undang-undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan,

Lembaran Negara No. 111 Tahun 2011, Tambahan Lembaran Negara No. 5253. Pasal 7.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

24

Universitas Indonesia

dari bank sentral dan otoritas keuangan Singapura bertanggung jawab atas

penerapan prinsip kehati-hatian secara keseluruhan yang melibatkan juga

pengawasan atas ketataan bagi masing-masing bank.75

Demikian juga halnya

dengan sistem yang dianut oleh negara-negara Eropa, Europian Central Banks

yang berperan selaku bank sentral diperkuat wewenangnya dalam rangka

melakukan pengawasan atas pelaksanaan prinsip kehati-hatian bagi bank.76

Terlepas dari adanya fakta tersebut, sejak tahun 1990an, beberapa negara

terlihat meningkatkan peranan bank sentralnya dalam rangka melakukan

pengawasan atas pelaksanaan prinsip kehati-hatian. Hal ini dipicu oleh terjadinya

krisis keuangan di sejumlah negara yang membuat beberapa diantaranya

mengembalikan fungsi pengawasan bank kepada bank sentral.77

Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa pihak yang bertanggungjawab untuk melakukan

pengawasan dan pengaturan atas prinsip kehati-hatian bergantung kepada

kebijakan masing-masing negara. Namun satu hal penting adalah pengaturan dan

pengawasan atas prinsip kehati-hatian merupakan sesuatu yang perlu ada untuk

menjaga kestabilan jalannya operasional perbankan bahkan lebih luas lagi bagi

jalannya perekonomian di suatu negara.

Seiring dengan sejumlah perkembangan yang terus-menerus terjadi dalam

dunia perbankan seperti lahirnya inovasi-inovasi baru ternyata memaksa

pemerintah untuk melakukan peninjauan dan perubahan atas ketentuan tentang

prinsip kehati-hatian. Hal ini karena terjadinya ketidaksesuaian antara peraturan

perundang-undangan yang berlaku dengan praktek yang terjadi pada lapangan

dapat memberi celah kepada bank untuk melakukan pelanggaran.78

Dalam hal

demikian, sangat diperlukan adanya peranan dari lembaga pengawas untuk tetap

75

Andrew Campbell, op cit., pg. 31

76

Willem F Duisenberg, The role of the Eurosystem in prudential supervision. Speech by

Dr Willem F Duisenberg, President of the European Central Bank, Amsterdam, 24 April 2002.

Banking for International Settlement Review 27/2002.

77

Kiyohiko G Nishimura, Macro-prudential policy from an Asian perspective, Shanghai,

18 October 2010, Bank for International Settlement Review 136/2010.

78

Brendon Young, op cit., hlm. 84.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

25

Universitas Indonesia

melakukan kontrol atas kegiatan operasional bank serta menetapkan kapan bank

dapat dikatakan telah melanggar prinsip kehati-hatian.79

2.1.5 Ruang Lingkup Prinsip Kehati-hatian / Prudential Standards Bagi

Bank

Sebagai bentuk impelementasi dari adanya ketentuan tentang prinsip

kehati-hatian, bank dalam melaksanakan kegiatan usahanya mengacu kepada

suatu ketetapan atau rambu-rambu yang disebut dengan prudential standarts,

antara lain:

1. Batas Maksimum dalam Pemberian Kredit

Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) merupakan salah satu

bentuk pembatasan dan larangan dalam pemberian kredit oleh bank. Pada

prinsipnya pengaturan ini adalah dalam rangka meminimalisir risiko yang

mungkin terjadi dalam rangka pemberian kredit. Dengan adanya ketentuan

tentang BMPK maka diharapkan dapat terjadi penyebaran risiko.

Ketentuan BMPK sendiri diatur dalam Pasal 11 ayat (1) UU tentang

Perbankan. Ketentuan lebih lanjut tentang BMPK, telah diatur melalui

Peraturan Bank Indonesia. Peraturan tersebut memberi definisi atas BMPK

sebagai presentasi maksimum penyediaan dana yang diperkenankan

terhadap modal bank.80

Dikatakan pelanggaran BMPK adalah selisih lebih

antara presentase BMPK yang diperkenankan dengan presentase

penyediaan dana terhadap modal bank.81

Pasal 2 dari Peraturan tersebut mengatur bahwa bank wajib

menerapkan prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko dalam

memberikan penyediaan dana, khususnya penyediaan dana kepada pihak

terkait, penyediaan dana besar dan atau penyediaan dana kepada pihak lain

79 Andrew Crockett, Banking Supervision and Financial Stability, op cit.,

80

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/3/PBI/2005 tentang Batas

Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank

Indonesia Nomor: 8/13/PBI/2006 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

7/3/PBI/2005 Tentang Batas Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum. LN No. 13 Tahun 2005

DPNP; TLN No. 4472 DPNP Pasal 1 angka 2.

81

Ibid., pasal 1 angka 6.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

26

Universitas Indonesia

yang memiliki kepentingan terhadap bank. Bank dalam hal ini diwajibkan

untuk memiliki pedoman kebijakan dan prosedur tertulis tentang

penyediaan dana kepada pihak-pihak sebagaimana disebutkan diatas.

BMPK terhadap pihak terkait dengan bank ditetapkan paling tinggi 10%

(sepuluh perseratus) dari modal bank. Sedangkan BMPK terhadap pihak

tidak terkait untuk satu peminjam paling tinggi 20% (dua puluh perseratus)

dari modal bank. Untuk satu kelompok peminjam yang bukan merupakan

pihak terkait paling tinggi 25% (dua puluh lima perseratus) dari modal

bank.82

Untuk mengatasi adanya ketentuan BMPK, ketika bank akan

memberikan kredit dalam jumlah yang besar maka bank akan bekerja

sama dengan bank lainnya. Sistem kerja sama ini dikenal dengan istilah

kredit sindikasi. Secara sederhana kredit sindikasi diartikan sebagai

pemberian kredit oleh dua atau lebih kreditur (bank), dengan syarat dan

ketentuan yang sama, memakai perjanjian yang sama dan dikelola oleh

agen yang sama. Stanley Hurn mengistilahkan kredit sindikasi sebagai:

“A syndication loan is a loan made by two or more

lending institution, on similar terms and conditions, using

common documentation and administrated by a common

agent.”83

Kredit sindikasi juga diperlukan dalam rangka risk sharing dengan

bank lain.84

Sehingga bank tidak menanggung sendiri risiko yang mungkin

timbul sebagai akibat pemberian kredit. Dari sisi kreditor kredit sindikasi

dianggap sebagai suatu solusi untuk mengatasi masalah pendanaan dalam

jumlah yang besar. Jika dibandingkan dengan menerbitkan surat hutang,

82 Ibid., pasal 4 dan pasal 11 ayat (1) dan (2).

83

Stanley Hurn, Syndicated Loans (New York etc.: Woodhead-Faulkner, 1990),

sebagaimana dikutip dari buku Sutan Remy Sjahdeini, Kredit Sindikasi: Proses Pembentukan dan

Aspek Hukum. (Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 1997). Hlm.2.

84

Budhiono Budoyo, Aspek Bisnis Dalam Pembentukan Kredit Sindikasi dan Tanggung

Jawab Masing-masing Pihak di Dalamnya. Proceedings, Rangkaian Lokakary Terbatas Hukum

Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya, (Jakarta: 20-21 Agustus 2001). Hlm. 11.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

27

Universitas Indonesia

kredit sindikasi dianggap murah dengan proses yang juga lebih mudah.85

Disamping adanya manfaat bagi kreditor dan debitur kredit sindikasi juga

dapat berkontribusi bagi terciptanya stabilitas perekonomian di suatu

negara. Karena kredit sindikasi mampu menyebarkan risiko yang mungkin

timbul dalam pemberian kredit dan adanya mekanisme sharing penyediaan

sejumlah dana oleh masing-masing bank peserta.86

Prinsip-prinsip dasar yang terdapat dalam kredit sindikasi adalah:87

1. Terdapat lebih dari satu kreditur

2. Kredit yang diminta dalam jumlah besar

3. Dalam jangka waktu lama

4. Karena terdiri dari beberapa bank, maka suku bunga mengacu

kepada suku bunga LIBOR88

atau SIBOR tertentu atau reference

bank.

5. Terdapat dalam satu dokumentasi yang sama

6. Adanya pembagian jaminan

Disamping prinsip dasar sebagaimana telah diuraikan diatas,

terdapat beberapa karakteristik penting dalam pinjaman sindikasi, yakni:89

1. Kreditor bertanggung jawab secara individual, kelalaian atau cidera

janji suatu kreditor tidak mempengaruhi kewajiban kreditor

lainnya.

2. Semua hak dan komunikasi kreditor dengan debitur dilakukan

melalui facility agent.

85 Christophe J Godlewski and Laurent Weill, Syndicated Loans in Emerging Markets.

Emerging Market Review 9 (2008) 206-219.

86

Ibid.,

87

Daniel Ginting, Prinsip-prinsip Dasar Kredit Sindikasi. Proceedings, Rangkaian

Lokakary Terbatas Hukum Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya, Jakarta: 20-21

Agustus 2001. Hlm. 67.

88

LIBOR (London Interbank Offered Rate); SIBOR (Singapore Interbank Offered Rate)

89

Arief Surowidjojo, Aspek Hukum yang Harus Diperhatikan dalam Kredit Sindikasi.

Proceedings, Rangkaian Lokakaria Terbatas Hukum Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis

Lainnya, Jakarta: 20-21 Agustus 2001. Hlm 53.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

28

Universitas Indonesia

3. Cidera janji debitur kepada suatu kreditor merupakan cidera janji

kepada semua kreditor (cross default).

4. Hak jaminan dipegang dan dilaksanakan oleh security agent.

5. Keputusan para kreditur sindikasi, termasuk menyatakan debitur

lalai atau cidera janji, didasarkan kepada mayoritas dari sisa jumlah

terutang, dan dilaksanakan oleh facility agent.

Berbeda dengan mekanisme pemberian kredit pada umumnya, maka dalam

kredit sindikasi terdapat beberapa peranan penting, yakni:90

1. Arranger

Arranger dalam hal ini berperan untuk mengatur segala sesuatunya,

sejak mulai kredit diproses, menawarkan keikutsertaan kepada

bank-bank lain, memonitor sampai dengan penandatanganan kredit

sindikasi dan memonitor setelah kredit sindikasi dintandatangani.

2. Lead Manager

Pada umumnya lead manager merangkap sebagai arranger,

mengingat hanya terdapat sedikit perbedaan peranan antara

arranger dengan lead manager.

3. Facility Agent

Merupakan bank yang bertindak sebagai agen fasilitas kredit.

4. Security Agent

Merupakan agen yang berperan memegang jaminan.

2. Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank / Capital Adequacy

Ratio (CAR)

Kewajiban Penyediaan modal minimum diatur dalam Peraturan

Bank Indonesia No. 14/18/PBI/2012 tentang Kewajiban Penyediaan

Modal Minimum Bank Umum. Salah satu latar belakang lahirnya

peraturan ini adalah menyerap kerugian yang timbul dari berbagai risiko

bank dalam menjalankan kegiatan usahanya. Aset Tertimbang Menurut

90

Herlina Suyati Bachtiar, Aspek Legal Kredit Sindikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2002. Hlm. 17.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

29

Universitas Indonesia

Risiko (ATMR) yang digunakan dalam perhitungan modal minimum

yakni: risiko kredit, risiko operasional dan risiko pasar.91

Khusus untuk

risiko pasar hanya diberikan kewajiban kepada bank yang memenuhi

kriteria tertentu.92

Berbeda dengan ketentuan yang berlaku sebelumnya, dalam

peratutan yang baru ini kewajiban penyediaan modal minimum oleh bank

disesuaikan dengan profil risiko masing-masing bank. Dengan ketentuan

sebagai berikut:93

a) 8% dari ATMR untuk bank dengan profil risiko peringkat 1

b) 9% sampai dengan kurang dari 10% dari ATMR untuk bank

dengan profil risiko peringkat 2

c) 10% sampai dengan kurang dari 11% dari ATMR untuk bank

dengan profil risiko peringkat 3.

d) 11% sampai dengn 14% dari ATMR untuk bank dengan profil

risiko peringkat atau peringkat 5.

Dalam Basel sendiri dirumuskan jika kewajiban penyediaan modal

minimum bagi masing-masing bank adalah 8%, namun otoritas nasional

masing-masing negara diberikan kebebasan untuk menentukan jumlah

modal minimum yang lebih tinggi.94

Berdasarkan ketentuan yang

dikeluarkan oleh the Basel Committee, maka modal dikelompokkan

menjadi dua bagian, yakni modal utama (tier 1) dan modal pelengkap (tier

2). Dimana ketentuan ini selanjutnya dalam peraturan perundang-

undangan Indonesia ditambah satu bagian lagi yakni, modal pelengkap

tambahan (tier 3). Dimana ketentuan ini diterapkan setelah

memperhitungkan faktor-faktor yang menjadi pengurang modal.

91

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 14/18/PBI/2012 tentang Kewajiban

Penyediaan Modal Minimum Bank Umum, pasal 26.

92

Ibid., pasal 27 ayat (2).

93

Ibid, pasal 2 ayat (3).

94

Basel Committee in Banking Supervision, Basel III: International Framework for

Liquidity Risk Measurement, Standards and Monitoring. Bank for International Settlements,

December 2010.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

30

Universitas Indonesia

Diantaranya adalah good will, aset tidak berwujud lainnya, penyertaan

bank, kekurangan modal, eksposur sekuritisasi.95

Ketentuan tentang kewajiban penyediaan modal minimum oleh

bank memegang peranan yang cukup penting. Hal ini terjadi karena

semakin besar jumlah modal minimum yang dipersyaratkan akan membuat

bank semakin berhati-hati dalam mengambil risiko.96

Mengingat,

tingginya tingkat kompetisi antara bank dapat mendorong bank untuk

berani mengambil risiko yang lebih tinggi. Namun demikian, dengan

adanya ketentuan kewajiban penyediaan modal mimimum oleh bank dapat

menjadi salah satu sarana bagi regulator untuk menghindarkan bank dari

kehancuran.97

3. Kualitas Aktiva Produktif

Peraturan Bank Indonesia menyatakan bahwa bank wajib menjaga

kualitas aktiva agar tetap sehat sesuai dengan prinsip kehati-hatian.98

Pada

prinsipnya peraturan ini merupakan suatu pedoman bagi bank-bank umum

untuk melakukan penilaian dan penetapan kualitas aktiva produktif.

Disamping adanya penilaian yang dibuat oleh Bank Indonesia selaku

regulator. Adapun kualitas aktiva yang dilakukan penilaian atasnya adalah

aktiva produktif dan aktiva non produktif.99

Aktiva produktif diantaranya

penyediaan dana bank dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan

dana antar bank, tagihan-tagihan, penyertaan, transaksi rekening

95

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 14/18/PBI/2012, op cit., pasal 14 jo

pasal 21.

96

Wilko Bolt and Alexander F Tieman, Banking Competition, Risk and Regulation. The

Scandinavian Journal of Economics, Volume. 106, No. 4 (Dec 2004), pp. 783-804,

<http://www.jstor.org/stable/3441060>

97

Ibid.,

98

Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank

Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/2/PBI/2006 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva

Bank Umum, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/2/PBI/2009

tentang Perubahan Ketigas Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian

Kualitas Aktiva Bank Umum. Pasal 4.

99

Ibid., pasal 3.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

31

Universitas Indonesia

administratif dan bentuk lainnya. Sedangkan aktiva non produktif

diantaranya agunan yang diambil alih, properti terbengkalai, rekening

antar kantor dan suspense account. Dalam pelaksanaannya bank

diwajibkan untuk melakukan penyesuaian atas kualitas aktiva secara

berkala.

Penyediaan dana oleh bank umum wajib dilakukan berdasarkan

prinsip kehati-hatian, direksi diwajibkan untuk memantau dan mengambil

langkah-langkah yang diperlukan agar kualitas aktiva senantiasa baik.100

Penilaian atas kualitas aktiva dilakukan terhadap satu debitur maupun

terhadap suatu proyek yang dibiayai. Terkait dengan penilaian atas

kualitas aktiva produktif, bank harus memiliki ketentuan internal yang

dibuat oleh masing-masing bank.

4. Giro Wajib Minimum

Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Bank

Indonesia, Giro Wajib Minimum (GWM) merupakan jumlah dana

minimum yang wajib dipelihara oleh Bank yang besarnya ditetapkan oleh

Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK (Dana Pihak Ketiga

Bank).101

Bank diwajibkan untuk memenuhi GWM dalam bentuk rupiah

yang terdiri dari GWM Primer, GWM Sekunder dan GWM LDR.102

Besaran atas masing-masing GWM telah ditetapkan dalam pasal 3 dan 4

dari peraturan tersebut yang perhitungannya dilakukan secara harian.

Setiap bank diwajibkan untuk memelihara rekening giro rupiah pada bank

Indonesia.103

Dengan adanya ketentuan ini maka setiap bank wajib

100 Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005, op cit., Pasal 2 ayat (1)

dan (2).

101

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 12/19/PBI/2010 Tentang Giro

Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan Valuta Asing sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/10/PBI/2011 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 12/19/PBI/2010 Tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum

Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan Valuta Asing. LN No. 115 Tahun 2010, TLN No. 5158.

102

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 12/19/PBI/2010, op cit.,

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

32

Universitas Indonesia

memiliki rekening pada Bank Indonesia. Demi terlaksananya ketentuan

GWM, maka bagi bank yang melakukan pelanggaran akan dikenakan

sanksi berupa denda, yakni adanya kewajiban untuk membayar sejumlah

uang dengan prosentase dan perhitungan tertentu dan sanksi

administratif.104

2.2 Prinsip Pemberian Kredit

2.2.1 Pengertian Kredit dan Unsur-unsur Kredit

Istilah kredit berasal dari bahasa latin yakni credere yang artinya adalah

kepercayaan.105

Dalam kaitannya dengan kegiatan usaha bank terkandung

pengertian bahwa bank selaku kreditur setuju untuk meminjamkan sejumlah uang

kepada nasabah yang bertindak sebagai debitur karena debitur dapat dipercaya

kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu yang

telah ditentukan.106

Undang-undang perbankan selanjutnya, merumuskan kredit

sebagai penyediaan uang atau tagihan berdasarkan perjanjian antara bank dengan

debitur dengan jangka waktu dan bunga.107

Berdasarkan pengertian dari pasal tersebut dapat dilihat bahwa unsur-

unsur dari suatu perjanjian kredit adalah tersebut dibawah ini:108

a. Kepercayaan

Kepercayaan merupakan adanya suatu keyakinan dari pihak bank bahwa

kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali.

b. Kesepakatan

103

Ibid., pasal 3 dan 4.

104

Ibid., pasal 18 dan 19.

105

Edy Putra, Kredit Perbankan, Suatu Tinjauan Yuridis. (Yogyakarta: Liberty, 1989).

hlm. 1.

106

Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kerdit (Suatu Tinjauan di Bidang

Yuridis), (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009). Hlm. 152

107

Indonesia, Undang-undang No. 10 Tahun 1998, op cit., Pasal 1 angka 11.

108

Kasmir, Manajemen Perbankan. (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), hlm. 75.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

33

Universitas Indonesia

Dalam pemberian kredit harus terdapat kesepakatan antara pihak bank

dengan nasabah yang dalam hal ini dituangkan ke dalam suatu perjanjian.

Pada prinsipnya, terdapat suatu pengecualian terhadap ketentuan ini, yakni

dalam hal terjadinya overdraft. Meskipun overdraft akan mengakibatkan

lahirnya hubungan hukum serta hak dan kewajiban yang sama dengan

perjanjian kredit, namun overdraft tidak dapat disamakan dengan

perjanjian kredit biasa. Overdraft merupakan suatu keadaan dimana

seorang nasabah diperbolehkan untuk menarik sejumlah uang yang

melebihi dana yang tersedia pada rekeningnya.109

Sama halnya dengan

perjanjian kredit dalam overdraft juga terdapat kewajiban bagi kreditur

untuk membayar sejumlah bunga dan adanya suatu batasan atas jumlah

uang yang dapat ditarik.110

Dengan demikian, dapat dilihat bahwa salah

satu karakter penting dalam overdraft adalah pemberian kredit yang

lahirnya tanpa melalui perjanjian sebelumnya layaknya perjanjian kredit

biasa.

c. Jangka Waktu

Pemberian kredit juga harus disertai dengan suatu jangka waktu tertentu

yang menyatakan kapan masa pengembalian kredit. Penggolongan kredit

berdasarkan jangka waktu dibedakan menjadi:111

1) Kredit jangka pendek, yakni kredit yang jangka waktunya tidak

melebihi satu tahun;

2) Kredit jangka menengah, merupakan kredit yang memiliki jangka

waktu antara satu sampai tiga tahun;

3) Kredit jangka panjang, merupakan kredit yang memiliki jangka

waktu di atas tiga tahun.

109 DirectGov “Overdrafts and loans - the difference”

<http://www.direct.gov.uk/en/MoneyTaxAndBenefits/ManagingMoney/BankAccountsAndBankin

gProducts/DG_10035183> Diakses, 1 Oktober 2012.

110

Bank of China – Indonesia, “Overdraft”, <http://www.bocid.com/en/2-11-004.html>,

Diakses 1 Oktober 2012.

111

Munir Fuadi, Hukum Perkreditan Kontemporer. (Bandung: PT Citra Aditya Bakti,

1996), hlm. 7

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

34

Universitas Indonesia

d. Risiko

Faktor risiko dalam pemberian kredit dapat dibedakan menjadi dua hal,

yakni risiko kerugian dikarenakan nasabah tidak mau membayar kreditnya

padahal nasabah tersebut dinyatakan mampu untuk itu; risiko kerugian

yang terjadi di luar kehendak nasabah. Semakin panjang jangka waktu

kredit maka akan semakin besar risiko kredit tersebut tidak tertagih

demikian juga sebaliknya jika jangka waktunya lebih singkat maka

kemungkinan timbulnya risiko juga lebih sedikit.

e. Balas Jasa

Balas jasa merupakan suatu bentuk keuntungan yang diterima oleh bank

akibat adanya pemberian kredit kepada nasabah. Dalam prinsip

konvensional hal ini dikenal dengan istilah bunga, sedangkan dalam

pembiayaan berdasarkan prinsip syariah hal ini dikenal keuntungan yang

diperoleh bank karena adanya bagi hasil.

Disamping unsur penting tersebut, terdapat beberapa unsur lainnya, yakni:112

f. Adanya para pihak, yaitu pihak “kreditur” sebagai pihak yang memberikan

pinjaman, seperti bank dan pihak debitur, yang merupakan pihak yang

membutuhkan uang pinjaman/barang atau jasa.

g. Adanya kesanggupan dan janji membayar hutang dari pihak debitur.

h. Adanya pemberian sejumlah uang/barang/jasa oleh pihak kreditur kepada

pihak debitur.

i. Adanya penyerahan kembali sejumlah uang/barang atau jasa oleh pihak

debitur kepada kreditur.

2.2.2 Dasar-dasar Pemberian Kredit

Sebagai konsekuensi dari adanya kewajiban untuk menerapkan prinsip

kehati-hatian oleh bank maka masing-masing bank diberi amanat oleh undang-

112

Munir Fuadi, op cit, hlm. 15

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

35

Universitas Indonesia

undang untuk menyusun pedoman perkreditannya. Selain itu bank juga

diwajibkan untuk memiliki keyakinan atas kesanggupan calon debitur dalam

melunasi utangnya sesuai dengan yang telah diperjanjikan.113

Ketentuan inilah yang selanjutnya dikenal dengan dasar-dasar pemberian

kredit yang juga berfungsi sebagai pedoman untuk melakukan analisis atas kredit.

Dalam analisis kredit pada pokoknya terdapat dua ketentuan yang fundamental

yakni, nature bisnis dari calon debitur dan analisis atas cash flow.114

Pedoman

pemberian kredit menggunakan suatu teori klasik dalam pemberian kredit yang

juga dikenal dengan dasar-dasar pemberian kredit yakni formula 5C. Selanjutnya

formula 5C terdiri dari:

a. Character

Merupakan unsur terpenting dalam penilaian kredit. Penilaian ini sangat

berhubungan dengan integritas calon debitur atau mencerminkan

willingness to pay. Penilaian ini secara umum bertujuan untuk melihat

itikad baik dari calon debitur baik dalam keadaan mampu ataupun tidak

mampu untuk membayar. Dalam prakteknya, jika yang mengajukan

permohonan kredit adalah suatu perusahaan atau korporasi maka penilaian

atas karakter ini juga dilakukan kepada direktur atau pengurusnya.115

Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang No. 40

Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, pasal 92 ayat (1) mengatakan

bahwa, direksi menjalankan pengurusan perseroan untuk kepentingan

perseroan dan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan.116

Dengan

demikian, dapat dilihat bahwa yang bertanggungjawab atas perseroan

adalah direksi. Sehingga diperlukan adanya keyakinan dari bank terkait

dengan karakter direksi perseroan tersebut. Demikian juga halnya dengan

113

Indonesia, Undang-undang No. 10 Tahun 1998, op cit, pasal 8 ayat (1) dan (2).

114

Bambang Setyogroho, Analisis Risiko Kredit dengan Metoda Credit Risk Scoring

(Studi Kasus pada Debitur Bank X). (Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Indonesia, Depok 1991), hal. 21.

115

Ibid., hlm. 222.

116

Indonesia, Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Lembaran Negara No. 106 Tahun 2007 dan Tambahan Lembaran Negara No. 4756 Tahun 2007.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

36

Universitas Indonesia

bentuk-bentuk perusahaan lain, yang jalannya kegiatan operasional

perusahaan dilakukan oleh pengurus. Hal ini dilakukan untuk melihat

bagaimana kemampuan pengurus perusahaan tersebut dalam menjalankan

usahanya. Disamping dilakukannya penilaian terhadap pengurus

perusahaan yang bersangkutan, dalam penilaian karakter ini bank juga

melakukan penilaian terhadap pihak yang lainnya, atau pihak ketiga.117

Pihak ketiga merupakan pihak yang bekerja sama dengan nasabah dalam

rangka menjalankan proyek yang dimaksud.

Penting diketahui bahwa dalam proses pemberian kredit, character

memegang peranan yang paling penting karena dianggap sebagai

implementasi dari adanya hubungan kepercayaan yang mendasar antara

kreditor dengan debitur.

b. Capacity (Capability)

Capacity terkait dengan kemampuan calon nasabah debitur untuk

mengelola kegiatan usahanya dan mampu melihat prospek masa depannya.

Dalam penilaian ini juga diperhatikan kemampuan atau keahlian dari calon

debitur dalam mengelola kegiatan usahanya. Harus dilihat apakah nasabah

memiliki pengetahuan serta pengalaman yang cukup di bidang usaha

tersebut.118

Dalam hal calon nasabah adalah perusahaan maka pimpinan

perusahaan tersebut wajib menjadi salah satu perhatian bank, selain

adanya kemampuan untuk memimpin perusahaan, perlu juga untuk dilihat

apakah pemimpin tersebut menguasai bidang usaha serta memiliki

kesungguhan mengelola usaha dengan baik dan mampu memberikan

keuntungan.119

117

Gatot Supramono, op cit., hlm. 49.

118

Ibid.,

119

Ibid.,

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

37

Universitas Indonesia

Pengukuran atas capacity calon debitur dapat dilakukan melalui

beberapa pendekatan, yakni:120

1. Pendekatan historis, untuk menilai post performance dari calon

kreditur yang bersangkutan apakah usahanya banyak mengalami

kegagalan atau selalu menunjukkan perkembangan yang semakin

maju dari waktu ke waktu.

2. Pendekatan finansial, yaitu dengan menilai posisi neraca dan

laporan perhitungan rugi/laba untuk beberapa periode terakhir,

yaitu untuk mengetahui seberapa besarnya solvabilitas, likuiditas

dan rentabilitas usahanya serta tingkat risiko usahanya.

3. Pendekatan yuridis, menilai apakah calon debitur tersebut secara

yuridis memiliki kapasitas untuk mewakili dirinya ataupun badan

usaha yang diwakilinya untuk mengadakan perjanjian kredit

dengan bank

4. Pendekatan manajerial, untuk menilai sejauh sampai sejauh mana

kemampuan dan keterampilan calon debitur dalam melaksanakan

fungsi-fungsi manajemen dalam memimpin perusahaannya.

5. Pendekatan teknis, untuk menilai sampa sejauh mana kemampuan

calon debitur dalam mengelola faktor-faktor produksi seperti

tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan-peralatan kerja,

administrasi dan keuangan, industrial relation, termasuk

kemampuan dalam merebut market share.

c. Capital

Bank dalam hal ini melakukan penelitian atas modal yang dimiliki oleh

calon debitur. Apabila calon debitur adalah perusahaan, maka penilaian

juga dapat dilakukan atas financial record dari perusahaan yang

bersangkutan.121

Perlu diperhatikan rasio modal dengan kewajiban yang

harus dipenuhi atau disebut juga dengan the equity to debt ratio.

120

Teguh Pudjo Muljono, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil. (Yogyakarta:

BPFE, 2001), hlm. 14

121

Weaver and Kevin M Shanahan, op cit., hlm. 224.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

38

Universitas Indonesia

Pentingnya penilaian atas the equity to debt ratio adalah untuk melihat

kemungkinan bangkrutnya atau tidak sanggupnya calon debitur untuk

melakukan pembayaran.122

Hal ini mengingat, rasio keuangan ini akan

menggambarkan bagaimana likuiditas dan solvabilitas dari perusahaan

calon nasabah yang bersangkutan. Semakin tinggi the equity to debt ratio

maka kemungkinan bangkrutnya calon debitur semakin rendah sebaliknya

ketika semakin sedikit jumlah modal yang dimiliki maka semakin sulit

bagi perusahaan untuk dapat bertahan. Disamping itu penilaian atas rasio

keuangan ini juga bertujuan untuk melihat trend perkembangan kinerja

bisnis dan keuangan calon debitur pada masa lalu, sehingga dapat menjadi

bahan masukan penting bagi bank untuk memperkirakan prospek kondisi

keuangan mereka selama masa perjanjian kredit.123

Selaain itu penilaian terhadap capital dilakukan karena pada

umumnya bank tidak bersedia membiayai suatu kegiatan usaha tanpa

adanya sumber-sumber pembiayaan lain yang mungkin didapatkan oleh

calon debitur.124

Oleh sebab itu bank harus melihat sampai sejauh mana

kemampuan calon debitur dapat menyediakan modal sendiri.

d. Condition of Economy

Condition of economy merupakan situasi dan kondisi politik,

sosial, ekonomi, budaya dan lain-lain yang mempengaruhi keadaan

perekonomian pada suatu saat maupun untuk kurun waktu tertentu yang

kemungkinan akan dapat memengaruhi kelancaran usaha dari perusahaan

yang memperoleh kredit.125

Secara umum, salah satu faktor penting yang

harus dilakukan analisis atasnya oleh bank, sebelum memberikan kredit

adalah kondisi perekonomian secara mikro maupun makro. Analisis

122

Retto Gallati, Risk Management and Capital Adequacy. (McGraw-Hill; 1st edition ,

2003)., hlm. 155.

123

Siswanto Sutojo, Strategi Manajemen Kredit Bank Umum, Konsep Teknik dan Kasus.

(Jakarta: Damar Mulia Pustaka, 2000) hlm. 63.

124

Kasmir, op cit., hlm. 92.

125

Teguh Pudjo Muljono, op cit, hlm. 17.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

39

Universitas Indonesia

terutama dilakukan terhadap kondisi perekonomian yang berhubungan

langsung dengan proyek yang dijalankan oleh debitur.126

Salah satu faktor

penting yang perlu diperhatikan adalah kebijakan-kebijakan penting yang

terdapat di dalam negara tersebut dalam kaitannya dengan proyek yang

akan dibiayai.127

Selanjutnya penilaian secara khusus, dilakukan dalam kaitannya

dengan kondisi sektor usaha calon debitur. Hal ini penting dalam rangka

memperkecil risiko yang mungkin terjadi sebagai dampak dari kondisi

ekonomi yang sedang terjadi. Penilaian atas kondisi ekonomi dapat

dilakukan dengan melihat pasar dari kegiatan usaha tersebut, serta

prospeknya kedepan.

e. Collateral

Collateral atau agunan berfungsi sebagai sarana pengaman atas

risiko yang mungkin terjadi atas wanprestasinya atau lalainya nasabah

debitur. Pada prinsipnya agunan ini bukanlah suatu hal yang menjadi

keharusan jika memang unsur C lainnya telah terpenuhi oleh calon

debitur.128

Pengaturan ini tampak berbeda dengan ketentuan pasal 24 ayat

(1) Undang-undang No. 14 Tahun 1967 Tentang Perbankan, dimana pasal

tersebut menyatakan bahwa “bank umum tidak memberi kredit tanpa

jaminan kepada siapapun juga”. Ketentuan yang ada sekarang tampak

lebih sesuai dengan sifat perjanjian pemberian jaminan itu sendiri, dimana

perjanjian pemberian jaminan adalah perjanjian yang bersifat accessoir

atau hanya sebagai tambahan dari perjanjian pokoknya, yakni perjanjian

pemberian kredit. Dengan demikian, dimulai dan berakhirnya perjanjian

pemberian jaminan tersebut bergantung kepada perjanjian pokoknya.129

126

Munir Fuady, op cit., hlm.24.

127

Retto Gallati, op cit., hlm. 155.

128

Yunus Husein, Aspek Hukum Perkreditan Bank. Disampaikan pada kuliah Hukum

Perbankan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2011.

129

R. Subekti, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum Indonesia.

(Bandung: Alumni, 1978)., hlm.32.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

40

Universitas Indonesia

Agunan berperan sebagai jaring pengaman. Dengan adanya agunan

bank dapat menghilangkan atau meminimalisir kemungkinan terjadinya

pengambilan keputusan yang salah ketika menyetujui pemberian kredit.

Mengingat, kemungkinan adanya informasi yang asimetris antara bank

dengan calon debitur.130

Jika ternyata bank salah dalam pengambilan

keputusan, agunan dapat berperan sebagai suatu instrumen atau alat yang

digunakan oleh bank untuk meyakinkannya kalau debitur akan melakukan

pembayaran atas sejumlah pinjaman. Hal yang sama berlaku terhadap

upaya untuk meminimalisir moral hazard dari pihak debitur.

Namun, pada prinsipnya unsur penting dalam pemberian kredit

bukan agunan akan tetapi adanya kepercayaan antara bank dengan calon

debitur. Meskipun, tidak dapat dipungkiri jika agunan akan menjadi sangat

penting ketika debitur lalai dalam memenuhi sejumlah kewajibannya.

Agunan akan sangat penting terlebih lagi ketika proyek yang dibiayai oleh

bank memiliki risiko yang cukup tinggi.131

Jaminan/agunan, secara umum dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Jaminan Perorangan

Jaminan perorangan adalah suatu perjanjian antara seorang

berpiutang atau kreditur dengan seorang ketiga yang menjamin

dipenuhinya kewajiban-kewajiban si berhutang atau debitur.132

Lebih

lanjut pasal 1820 Kitab Undang-undang Hukum Perdata

“KUHPerdata” mengatur bahwa:

“Penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana

seorang pihak ke tiga, guna kepentingan si berpiutang,

mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si berutang

manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya”.

Jaminan Perorangan dapat dibedakan menjadi dua bentuk, yakni:

a) Pribadi/Individual

130

Gabreil Jimenez and Jesus Saurina, Collateral, Type of Lender and Relationship

Banking as Determinants of Credit Risk. Jounal of Banking and Finance 28, (2004)

131

Ibid.,

132

R Subekti, op cit, hlm. 15.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

41

Universitas Indonesia

Jaminan perorangan atau disebut juga dengan borgtocht adalah

suatu perjanjian antara seorang berpiutang (kreditur) dengan

seorang ketiga, yang menjamin dipenuhinya kewajiban si

berhutang (debitur).

b) Badan Hukum/Korporasi

Berbeda halnya dengan jaminan individual, dalam jaminan

korporasi yang memberikan jaminan adalah suatu badan usaha

atau atas nama suatu korporasi. Dengan latar belakang dan

tujuan yang sama dengan perjanjian penanggungan pada

umumnya.

2) Jaminan Kebendaan

a) Gadai

Hak yang diperoleh kreditur dari suatu barang bergerak, yang

diserahkan kepadanya oleh kreditur, sebagai jaminan atas

utangnya, dan memberi wewenang kepada kreditur untuk

mengambil pelunasan atas barang tersebut. (pasal 1150

KUHPerdata)133

b) Fidusia

Sama halnya dengan gadai, fidusia juga berfungsi sebagai

jaminan, hanya saja dapat diberikan atas benda bergerak

maupun tidak bergerak dan benda yang dijadikan objek jaminan

tidak diserahkan kepada kreditur akan tetapi tetap berada pada

debitur. (pasal 1 angka 1 Undang-undang No 42 Tahun 1999

tentang Jaminan Fidusia)134

c) Hak Tanggungan

Hak tanggungan merupakan bentuk jaminan yang objek bersifat

limitatif, yakni hanyalah tanah maupun benda-benda yang

133

KUHPerdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh R Subekti dan R.

Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2007). Pasal 1150.

134

Indonesia, Undang-undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia.

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 168 Tahun 1999; Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia No. 3889.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

42

Universitas Indonesia

berkaitan dengan tanah. (pasal 4 Undang-undang No. 4 Tahun

1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-benda

yang Berkaitan Dengan Tanah)135

Terlepas dari adanya bentuk jaminan sebagaimana telah diuraikan

sebelumnya, pada dasarnya terdapat bentuk jaminan lain, yakni jaminan

umum. Hal ini sebagaimana diatur dalam pasal 1131 KUHPerdata, secara

tegas menyatakan bahwa “segala kebendaan si berhutang, baik yang

bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang

baru aka nada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala

perikatan perseorangan”.

Namun dalam praktek dunia perbankan, jaminan umum kurang

dapat diterima karena tidak ada kepastian dari pihak bank untuk

memperoleh kembali pelunasan hutangnya dan tidak terdapat hak preferen

dalam jaminan umum.136

2.3 Manajemen Risiko dalam Pemberian Kredit oleh Bank

2.3.1 Manajemen Risiko pada Bank

Risiko secara sederhana diartikan sebagai kemungkinan terjadinya

kehilangan, kerugian, atau kerusakan.137

Subekti, lebih lanjut memberikan

pengertian risiko sebagai suatu kewajiban memikul kerugian yang disebabkan

karena suatu kejadian di luar kesalahan salah satu pihak.138

Unsur penting dalam

risiko adalah tanggung jawab yang timbul bukanlah karena kesalahan pihak yang

harus memberikan ganti rugi serta disebabkan karena adanya ketidakpastian.

135

Indonesia, Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan Atas

Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah. Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4 Tahun 1996; Tambahan Lembaran Negara Nomor 3632.

136

Frieda Husni Hasbullah, Hukum Kebendaan Perdata, Hak-hak yang Memberi

Jaminan. (Jakarta: Indo-Hill-Co, 2005), hlm. 19.

137

Robert M. Crowe and Ronald C. Hom, The Meaning of Risk. The Journal of Risk and

Insurance, volume 34, No. 3 (Sep., 1967), pg 459-474. <http://www.jstor.org/pss/250861>.

Diakses, 2 Desember 2011.

138

Subekti, Hukum Perjanjian. (Jakarta: PT Intermasa, 2004), hlm. 59.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

43

Universitas Indonesia

Dilihat dari sejarahnya maka, manajemen risiko lahir dari ide perusahaan asuransi.

Manajemen risiko mulai dikenal sejak tahun 1950an. Dengan dasar pemikiran

manajemen ilmiah, yang melakukan penekanan terhadap pentingnya analisis atas

biaya dan keuntungan, nilai yang diharapkan dan adanya pendekatakan ilmiah

dalam pengambilan keputusan atas suatu ketidakpastian.139

Terdapat beberapa terminologi terkait dengan manajemen risiko,

diantaranya diungkapkan oleh Retto Gallati. Mendefinisikan manajemen risiko

dalam dua pendekatan, yakni:

“In a broad sense, the process of protecting one’s

person or organization intact in terms of asssets and Income.

In the narrow sense, it is a managerial function of business,

using a scientific approach to dealing with risk. As such, it is

based on a distinct philosophy and follows a well-defined

sequence of steps.”

Pada prinsipnya pelaksanaan dari manajemen risiko adalah dilakukannya

suatu analisis dengan menggunakan metode yang ada untuk menilai tingkat risiko

suatu kegiatan.140

Dengan kata lain, manajemen risiko berperan dalam rangka

mengelola risiko yang dihadapi oleh individu atau suatu institusi.141

Dalam

ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia, manajemen risiko bank

secara khusus diatur melalui Peraturan Bank Indonesia. Manajemen risiko

diartikan sebagai metode atau prosedur untuk mengidentifikasi, mengukur,

memantau dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha bank.142

Melalui ketentuan pasal 2 dari peraturan tersebut, bank diwajibkan untuk

139

Retto Gallati, op cit., hlm. 12

140

Kurt J Engemann and Holmes E Miller, Operations Risk Management at a Major

Bank. Volume 22, No. 6, Decision and Risk Analysis (Nov – Dec., 1992), pg. 140-149.

<http://www.jstor.org/pss/25061686>. Diakses, 2 Desember 2011.

141

Retto Gallati, op cit, hlm. 11.

142

Peraturan Bank Indonesia, Nomor: 5/8/PBI/2003 Tentang Manajemen Risiko Bagi

Bank Umum sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/25/PBI/2009

Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor: 5/8/PBI/2003 Tentang Penerapan

Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Pasal 1 angka 5.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

44

Universitas Indonesia

menerapkan manajemen risiko secara efektif, baik untuk bank secara individual

maupun bank secara konsolidasi dengan perusahaan anak.

Cakupan dari manajemen risiko yakni:143

a. Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi;

b. Kecukupan kebijakan,prosedur, dan penetapan limit manajemen risiko,

c. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian

risiko, serta sistem informasi manajemen risiko; dan

d. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh.

Terkait dengan bentuk-bentuk risiko yang dapat terjadi pada bank, dapat diuraikan

sebagai berikut:

a. Risiko Kredit;

b. Risiko Pasar;

c. Risiko Likuiditas;

d. Risiko Operasional;

e. Risiko Hukum;

f. Risiko Reputasi;

g. Risiko Stratejik; dan

h. Risiko Kepatuhan.

Dalam prakteknya risiko kredit dan risiko operasional memegang peranan

penting dalam menyebabkan lumpuhnya kegiatan usaha bank.144

Tidak hanya itu

dengan semakin banyaknya kegagalan yang terjadi dalam dunia perbankan

dikhawatirkan akan berdampak pada hilangnya kepercayaan publik terhadap

pemeriksaan dan pengawasan bank. 145

Oleh sebab itu manajemen risiko pada

bank menjadi sesuatu yang dianggap penting. Dasar pertimbangan lainnya adalah

sebagai berikut:146

143

Ibid., pasal 2

144

Andreas A Jobst et all, op cit., hlm. 424.

145

Ibid., hlm. 3

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

45

Universitas Indonesia

1. Struktur hukum perbankan yang dianggap masih menghambat kompetisi

2. Terjadinya sejumlah resesi pada bank-bank nasional telah berdampak pada

kegagalan perbankan secara umum

3. Adanya anggapan bahwa semakin meningkatnya risiko dan lemahnya

pengawasan dari otoritas yang berwenang menyebabkan terjadinya

kegagalan dalam jumlah yang lebih besar.

2.3.2 Risiko kredit sebagai salah satu bentuk risiko bank

Pentingnya manajemen risiko dalam pemberian kredit mulai menjadi

perhatian ketika banyak negara-negara di dunia khususnya negara-negara yang

sedang berkembang, mengalami permasalahan kredit dalam sistem perbankannya.

Hampir sebagain besar bank-bank di Eropa bahkan sampai ke Asia harus

berhadapan dengan krisis.147

Dapat dilihat manajemen risiko kredit pada bank

lahir pasca terjadinya sejumlah kegagalan dalam dunia perbankan pada tahun

1990an. Akibat terjadinya sejumlah kegagalan ini, pengamat manajemen risiko

kredit mulai menciptakan suatu teknik baru untuk mengatasi permasalahan yang

ada.148

Hal inilah yang pada akhirnya mendorong, bank sentral dari negara-negara

tersebut menyusun suatu pedoman dalam memanejemen pemberian kredit.

Risiko kredit menurut Bank for International Settlement (BIS), dalam

laporannya pada tahun 2006 adalah sebagai berikut:149

“Credit risk / exposure: the risk that a counterparty

will not settle an obligation for full value, either when due or

at any time thereafter. In exchange for value systems, the risk

is generally defined to include replacement risk and principal

risk.”

146

Morton Glantz, Managing Bank Risk, an Introduction to Broad-Base Credit

Engineering. (United States of America: Academic Press, An Elsevier Imprint, 2002). hlm. 2.

147

John B Caouette, et all, Managing Credit Risk, The Great Challenge for Global

Financial Markets 2nd

edition. (USA, Wiley, John Wiley & Sons, Inc), hlm. 10

148

John B Caouette et all, hlm. 13.

149

Bank for International Settlement (BIS), Basel Committee on Banking Supervision,

Settlement Risk in Foreign Exchange Transaction: Report Prepared by the Committee on Payment

and Settlement System of The Central Banks of the Group of Ten Contries, Basel, Switzerland:

Bank for International Settlement, March 1996.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

46

Universitas Indonesia

Risiko kredit menurut ketentuan perundang-udndangan di Indonesia

merupakan risiko yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi

kewajibannya. Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak

lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank.150

Lebih lanjut penjelasan pasal 4

ayat (1) huruf a mengatur bahwa, termasuk dalam kelompok risiko kredit adalah

risiko konsentrasi kredit. Adapun yang dimaksud dengan risiko konsentrasi kredit

adalah risiko yang timbul akibat terkonsentrasinya penyediaan dana kepada 1

(satu) pihak atau sekelompok pihak, industri, sektor, dan/atau area geografis

tertentu yang berpotensi menimulkan kerugian cukup besar yang dapat

mengancam kelangsungan usaha bank.

Oleh sebab itulah bank dalam prakteknya melakukan suatu analisis

sebelum menyalurkan kredit kepada debitur, yang dikenal dengan credit analysis.

Credit analysis itu sendiri memiliki tujuan sebagai berikut:

“To determine as dispassionally as possible whether or not as

applicant is willing and financially able to accept credit in specific

amounts according to specific terms and conditions”.151

Pada kenyataannya analisis kredit bukanlah suatu hal yang menjadi tolok

ukur diberikan atau tidaknya kredit oleh bank karena analisis kredit lebih

berfungsi sebagai bahan rujukan atau referensi bagi pengambil keputusan untuk

memberikan kredit.152

Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya, pentingnya manajemen

risiko dalam pemberian kredit berperan dalam rangka melakukan analisis yang

dapat membantu pihak bank untuk menilai kemampuan calon debitur untuk

melakukan pembayaran kembali.153

Analisis dalam hal ini tidak hanya dilakukan

terhadap calon debitur akan tetapi juga terhadap counterparty dari calon debitur.

150

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 11/25/PBI/2009, op cit., pasal 1 angka

6.

151

Alexander Bathory, The Analysis of Credit, Foundation and Development Credit

Assesment. (Londong: McGraw-Hill Book Company (UK) Limited, 1987). Pg.4

152

Ibid., pg. 5.

153

Morton Glantz, op cit., hlm.7.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

47

Universitas Indonesia

Dengan kata lain adanya analisis atas risiko kredit ini bank melakukan check and

balance untuk meyakinkan pihak bank kalau kredit yang dibuat telah sesuai

dengan ketentuan yang berlaku. Disamping itu menjadikan bank dapat

memberikan penilaian yang objektif atas kualitas aset dari calon debitur tanpa

terpengaruh oleh adanya hubungan baik antara bank dengan calon debitur.154

Fungsi ini penting dalam kaitannya dengan adanya hubungan baik antara bank

dengan calon debitur. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, jika ternyata

bank akan cenderung lebih berani mengambil risiko tinggi apabila bank telah

memiliki hubungan yang baik sebelumnya dengan calon debitur. Hal ini

mengingat dalam kenyataanya, manajemen atas risiko kredit diperlukan ketika

pihak bank belum memiliki hubungan yang cukup baik dengan calon debitur.155

Tidak hanya itu, dalam prakteknya bank juga sering sekali lalai dalam melakukan

penilaian terhadap calon debitur ataupun counterparty dari calon debitur, ketika

mereka dirasa memiliki reputasi yang cukup baik.156

Padahal dalam faktanya, hal

ini adalah sesuatu yang harus dihindari oleh pihak bank dalam rangka pemberian

kredit.

Beberapa aspek penting yang biasanya digunakan dalam penilaian oleh bank

antara lain adalah:157

1) Para pengurus dari perusahaan yang bersangkutan

2) Nama dan alamat dari advisor perusahaan yang bersangkutan

3) Jumlah pekerja yang diperkerjakan oleh perusahaan

4) Manajemen strategi yang ditempuh oleh perusahaan dalam rangka

meningkatkan kualitas perusahaannya dan meningkatkan keuntungan

5) Kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri dengan sejumlah

perubahan yang ada

154

Ibid.,

155

Lampros Kalyvas&Loannis Akkizidis and Loanna Zourka&Vivianne Bouchereau,

Integrating Market, Credit and Operational Risk, A Complete Guide for Banker and Risk

Professionals. Riks Books, Division in Incisive Financial Publishing Ltd.

156

Principles for the Management of Credit Risk. Consultative paper issued by the Basel

Committee on Banking Supervision, Basel, September 2000.

157

Morton Glantz, op cit., hlm. 16

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

48

Universitas Indonesia

6) Gambaran atas langkah-langkah yang diambil dalam menyelesaikan suatu

permasalahan dan bagaimana cara pengambilan keputusan. Untuk melihat

apakah pengambilan keputusan telah dilakukan pada tingkatan yang sesuai

7) Dasar-dasar manajemen yang dijalankan oleh perusahaan

8) Informasi mengenai lingkungan kerja

9) Apakah pihak manajerial telah melakukan tindakan-tindakan yang sesuai

guna menghindari permasalahan yang telah terjadi berulang kali

10) Reputasi kerja dari pihak manajerial, pemilik dan advisor saat ini

11) Jumlah aset dan informasi lainnya, manajemen keuangan dan budgeting,

human resources management dan lain-lain.

12) Apakah tujuan dan strategi bisnis yang dibuat telah dijalankan dengan baik.

Penilaian risiko atas kredit merupakan salah satu bentuk implementasi dari

prinsip kehati-hatian itu sendiri. Bank Indonesia/OJK selanjutnya berperan selaku

pengawas. Dengan sistem pengawasan risk based supervision. Pengawasan

dilakukan dengan berorientasi ke depan yang difokuskan kepada risiko-risiko

yang melekat pada aktivitas fungsional bank serta sistem pengendalian risiko.158

Salah satu aktivitas fungsional itu adalah fungsi bank dalam rangka menyalurkan

kredit kepada nasabah. Fungsi bank dalam menyalurkan kredit, dinilai memiliki

peranan penting bagi kehidupan bank umum karena kredit merupakan bagian

terbesar sumber penghasilan bank umum.159

Secara umum terdapat dua faktor penyebab terjadinya risiko kredit, yakni:160

a. Faktor Eksternal Bank

1) Ketiadaan kemauan membayar (willingness to pay); akibat masalah

karakter debitur/counterparty dan dapat disebabkan oleh kelemahan

158 Sistem Pengawasan Bank oleh Bank Indonesia,

<http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Ikhtisar+Perbankan/Pengaturan+dan+Pengawasan+Bank/

Sistem+Pengawasan+Bank/>. Diakses, 25 Desember 2011.

159

Siswanto Sutojo, op cit.,, hlm. 3.

160

BankirNews.com, Penilaian Profil Risiko Kredit (Credit Risk), <

http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1260:penilaian-profil-

risiko-kredit-bank&catid=127:risk-profile&Itemid=189>, diakses 3 Oktober 2012.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

49

Universitas Indonesia

bank dalam melakukan identifikasi kelayakan debitur/counterparty

dan atau itikad baik bank dalam kegiatan penyaluran dana, dan

2) Ketiadaan kemampuan membayar (ability to pay), disebabkan

menurunnya kondisi usaha debitur/counterparty baik akibat kesalahan

pengelolaan (mismanagement) dan atau pengaruh faktor ekonomi

makro atau sektor industri tertentu.

b. Faktor Internal Bank

1) Konsentrasi risiko kredit dalam portofolio asset

2) Kelemahan sistem pengendalian dan proses manajemen risiko kredit

3) Itikad tidak baik pengurus bank, seperti kesengajaan mengabaikan

prinsip kehati-hatian dalam proses penilaian kelayakan kredit dan

penyediaan dana lainnya; adanya kerjasama/kolusi dengan debitur

counterparty.

Selanjutnya komponen utama dari risiko kredit dapat dikelompokkan

menjadi tiga jenis, yakni:

a. Probality of default

Adanya kemungkinan debitur wanprestasi dalam memenuhi kewajibannya

sesuai dengan perjanjian.

b. Recovery rate

Bagian tertentu yang dapat diterima oleh bank apabila debitur default

c. Credit exposure

Hal-hal yang berkaitan dengan jumlah pinjaman pada saat terjadi default.

Risiko perkreditan dapat dibedakan menjadi:161

1. Risiko sifat usaha

Melalui sifat usaha ini akan diketahui tinggi rendahnya tingkat risiko

usaha dengan berbagai kriteria, antara lain:

a. Turn over usaha makin tinggi maka semakin tinggi risikonya

b. Tingkat spesifikasi/kekhususan usaha, semakin khusus bidang

usaha semakin tinggi risikonya

161

Teguh Pudjo Muljono, op cit., hlm. 80

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

50

Universitas Indonesia

c. Investasi pada aktiva lancar modal/kerja, semakin besar investasi

pada modal kerja maka risiko akan semakin tinggi dibandingkan

dengan usaha investasi pada barang-barang modal

d. Usaha dengan padat modal pada negara berkembang akan memiliki

risiko yang lebih besar dibandingkan dengan usaha yang banyak

mengerahkan tenaga. Sebaliknya pada negara maju usaha padat

karya akan memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan

usaha yang padat modal

e. Karena memang sifat dari pekerjaannya sendiri yang memiliki

risiko tinggi, misalnya pengeboran minyak.

2. Risiko geografis

Faktor geografis erat hubungannya dengan bencana alam yang sering

terjadi pada suatu lokasi tertentu. Selain karena bencan alam risiko ini

dapat juga timbul karena faktor lingkungan, contohnya pendirian industri

pada daerah padat permukiman, yang biasanya akan diprotes warga.

3. Risiko politik

Hal ini berkaitan dengan kebijakan politik di suatu negara yang

memengaruhi tingkat keberhasilan suatu kegiatan usaha.

4. Risiko uncertainty/ketidakpastian

Faktor ketidakpastian akan menimbulkan spekulasi, selanjutnya semakin

tinggi spekulasi maka akan semakin tinggi juga risikonya. Terkait dengan

risiko jenis ini biasanya cukup sulit untuk dihitung dan tidak dapat

diketahui pasti kapan risiko tersebut akan datang. Dalam prakteknya

pemahaman akan ketidakpastian ini nantinya akan berdampak pada

penetapan suku bunga kredit, semakin tinggi risiko suatu kegiatan usaha

maka sudah sepantasnya suku bunga yang dibebankan kepada nasabah

juga semakin tinggi.

5. Risiko inflasi

Risiko jenis ini dikatakan bersifat abstrak karena risiko ini datangnya

bukanlah karena debitur tidak melakukan pembayaran atas hutangnya.

Akan tetapi risiko bank mengalami penurunan terhadap daya beli dari

rupiah yang dipinjamkan kepada nasabahnya. Dengan demikian pada masa

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

51

Universitas Indonesia

inflasi biasanya ada suatu kebijakan yang harus ditempuh agar bank dapat

tetap mempertahankan real capitalnya sesuai dengan purchasing power

pada saat pemberian kredit kepada nasabah.

6. Risiko persaingan

Risiko persaingan dapat berupa persaingan terhadap sesama bank sendiri

yang membiayai proyek yang sama atau persaingan antara perusahaan-

perusahaan sejenis yang menjadi objek perkreditan.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

52

Universitas Indonesia

BAB 3

KARAKTER RISIKO PADA INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI

DI INDONESIA

3.1 Keterbatasan Modal Sebagai Salah Satu Problematika Pengelolaan

Minyak dan Gas Bumi

Minyak dan gas bumi berasal dari proses sisa kehidupan purba yang

terpendam bersama air laut dan kemudian masuk ke dalam suatu batuan pasir,

lempung atau gambing.162

Dilihat dari proses pembentukannya, dikenal tiga teori

yang mendasari terbentuknya minyak dan gas bumi, yakni, teori

biogenetic/organic, abiogenetic/inorganic, duplex origin.163

Secara umum untuk

terbentuknya minyak dan gas bumi harus terpenuhi syarat-syarat tertentu yang

dikenal dengan petroleum system elements.164

Melihat sejarahnya, minyak bumi mulai dikenal oleh bangsa Indonesia

pada abad pertengahan. Minyak bumi pertama kali ditemukan oleh seorang

berkebangsaan Belanda bernama Aeilko Jans Zijlker di lapangan minyak Telaga

Tiga dan Telaga Said di daerah Pangkalan Berandan pada tahun 1883.165

Penemuan minyak dan gas bumi untuk pertama kalinya ini, sekaligus merupakan

konsesi pertama yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda166

yang

kemudian menjadi modal bagi pendirian salah satu perusahaan minyak yang

dikenal dengan nama Royal Dutch Shell.

162

Sutadi Utomo, “Understanding the PSC,” (LDI Training Bandung 31 Juli- 1

Augustus, 2008), hlm. 1.

163

Stanvac Indonesia. “Industri Minjak Bumi, Suatu Pengantar”. Jakarta: PT Stanvac

Indonesia,1970.,hlm. 1

164

Zanial Achmad, “General Petroleum Geology,” (Oil and Gas Course, Hakim dan

Rekan Law Firm Oktober-November 2010), hlm. 3

165

“Sejarah Perkembangan Industri Minyak dan gas bumi di Indonesia,”

http://www.perhimakbandung.org/index.php?option=com_content&view=article&id=82:sejarah-

perkembangan-industri-minyak dan gas bumi-indonesia&catid=38:artikel&Itemid=66. Diakses 30

November 2011.

166

Mochtar Kusumaatmadja, “Perminyakan di Indonesia dan Kontrak Bagi Hasil

(Production Sharing Kontrak),” (Pendidikan Lanjutan Hukum Perminyakan dan Gas Bumi

Fakultas Hukum UI, 1994), hlm. 1.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

53

Universitas Indonesia

Mengingat peran sektor perminyakan dan gas bumi yang cukup besar dan

proses pembentukannya yang tidak sederhana, maka adalah suatu hal yang lumrah

jika permasalahan yang terdapat di dalam kegiatan eksplorasi dan eksploitasi

minyak dan gas bumi menjadi salah satu perhatian utama pemerintah Indonesia.

Terlebih lagi dalam faktanya industri minyak dan gas bumi merupakan sumber

daya alam strategis bagi politik dan ekonomi negara serta kemakmuran rakyat.167

Hal ini terbukti, sejak masa penjajahan oleh Belanda dan pendudukan oleh

Jepang, ladang minyak dan gas bumi telah dan menjadi sasaran utama serangan

dan pendudukan musuh.168

Dalam rangka pengusahaan minyak dan gas bumi di Indonesia, pemerintah

telah menerapkan tiga bentuk mekanisme kerja sama atau kontrak. Ketiga bentuk

kerjasama tersebut merupakan bentuk kerjasama yang digunakan oleh negara-

negara penghasil minyak dan gas bumi pada umumnya. Bentuk-bentuk kontrak

tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

a. Sistem Konsesi

Pada awal keberlakuannya di Indonesia, konsesi di pegang oleh

para sultan yang didalam wilayah kekuasaannya ditemukan sumber daya

migas.169

Konsesi pertama diberikan oleh Sultan Langkat kepada

pengusaha tambang berkewarganegaraan Belanda.170

Konsesi merupakan

perjanjian antara suatu negara pemilik atau pemegang kuasa pertambangan

minyak dan gas bumi dengan kontraktor, dimana kontraktor akan

mendapatkan hak untuk melakukan eksplorasi dan jika berhasil,

167

Pri Agung Rakhmanto, ibid.,

168

R Djokopranoto et all., Merajut Karya Mengukir Sejarah, Memoar Alumni Pendidikan

Ahli Minyak Tentang Peran dan Sumbangsihnya Dalam Pengembangan Industri Minyak dan Gas

Bumi Indonesia. Pertamina: Ikatan Keluarga Alumni Pendidikan Ahli Minyak, (Jakarta, April

2009).,hlm. 41

169

T.N Machmud, “The Indonesian Production Sharing Contract”, (Disertasi Doktor

Kluwer Law International, The Hague, 2000).

170

Lemigas, Bunga Rampai Seratus Tahun Perminyakan di Indonesia (Jakarta: Lemigas

1985) mengutip Perkembangan Industri Perminyakan di Indonesia.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

54

Universitas Indonesia

melakukan produksi serta memasarkan minyak dan gas bumi dengan tanpa

melibatkan negara pemberi konsesi dalam manajemen operasi.171

b. Kontrak Karya

Latar belakang pembentukan kontrak karya adalah karena konsesi

yang berlaku sebelumnya sudah dianggap tidak efektif lagi dan tidak

mampu mengakomodir kepentingan negara Indonesia. Maka lahirlah

peraturan pemerintah pengganti undang-undang tentang Pertambangan

Minyak dan Gas Bumi yang selanjutnya disahkan menjadi undang-undang

(“UU No. 44 Prp Tahun 1960”). Sebagai akibatnya berakhirlah seluruh

konsesi yang telah ada sebelumnya.172

Namun demikian tidak dapat

dipungkiri bahwa untuk melakukan operasi perminyakan masih diperlukan

bantuan perusahaan minyak asing melalui kerja sama modal asing dan

nasional.173

Hal ini sebagaimana diakomodir dalam ketentuan pasal 6 ayat

(1) UU No. 44 Prp Tahun 1960, yang menyatakan pemerintah Indonesia

dapat bekerjasama dengan pihak swasta nasional maupun asing, apabila

belum dapat mengusahakan sendiri.

c. Kontrak Bagi Hasil

Kontrak Bagi Hasil “KBH” merupakan modifikasi dari bentuk

Kontrak Karya. Di dalam KBH dinyatakan bahwa wewenang manajemen

di tangan perusahaan negara, sedangkan peranan kontraktor migas hanya

merupakan badan yang ditunjuk untuk melaksanakan kegiatan operasi

perminyakan. Dengan demikian hak milik atas minyak mentah sampai

pada titik penyerahan tetap berada di tangan Pemerintah Republik

Indonesia.

171

Rudi M Simamora, Hukum Minyak dan Gas Bumi. (Jakarta: Djambatan, 2000), hlm.

55.

172

Pencabutan Konsesi tersebut didasarkan pada Pasal 22 paragraf 1, UU No. 44 Prp

Tahun 1960.

173

Sutadji Pujo Utomo, “Aspek Fiskal Undang-undang dan Peraturan Migas dan

Perpajakan di Indonesia, “Warta Pertamina No. 22/XXIV, hal. 20, Tahun 1990.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

55

Universitas Indonesia

Kerja sama dalam kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi

dilakukan berdasarkan prinsip pembagian hasil produksi.174

Mekanisme

pembagian produksi yang terdapat dalam KBH adalah sebagai berikut:

a) First Tranche Petroleum

First Tranche Petroleum yang selanjutnya disingkat FTP adalah

sejumlah tertentu minyak mentah dan/atau gas bumi yang

diproduksi dari suatu wilayah kerja dalam satu tahun kalender,

yang dapat diambil dan diterima oleh pemerintah dan/atau

kontraktor dalam tiap tahun kalender, sebelum dikurangi

pengembalian biaya operasi dan penanganan produksi (own use).175

b) Cost recovery

Merupakan suatu mekanisme dimana kontraktor, jika ada produksi,

mendapatkan cicilan penggantian (recovery) berupa sejumlah

minyak atau bagian dari hasil penjualan gas senilai pengeluaran

yang telah dilakukan sehingga produksi itu ada.

c) Equity to be Split

Equity to be Split adalah hasil produksi yang tersedia untuk dibagi

(lifting) antara pemerintah dan kontraktor setelah dikurangi FTP,

insentif investasi (jika ada), dan pengembalian biaya operasi.176

Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dilihat pengelolaan sumber daya

minyak dan gas bumi diselenggarakan dengan mekanisme kerjasama antara

pemerintah Indonesia dengan pihak swasta, baik asing maupun nasional. Dalam

kaitannya dengan landasan pengelolaan sumber daya alam di Indonesia,

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang Dasar 1945, minyak dan gas

bumi sebagai cabang produksi yang penting bagi kemakmuran rakyat dikuasai

174

Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hulu

Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara No. 123 Tahun 2004 dan Tambahan Lembaran Negara

No. 4435. pasal 1 angka 4.

175

Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 Tentang Biaya Operasi Yang

Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas

Bumi, “PP No. 79 Tahun 2010”. Lembaran Negara Nomor 139 Tahun 2010; Tambahan Lembaran

Negara Nomor 5173. Pasal 1 angka 6.

176

Ibid., pasal 1 angka 8.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

56

Universitas Indonesia

oleh negara. Akibatnya, pemerintah sendiri yang seharusnya memegang kendali

atas pengelolaan sumber daya minyak dan gas bumi.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya pemerintah telah menerapkan

tiga bentuk kerjasama dalam rangka pengelolaan minyak dan gas bumi. Salah satu

hal penting yang melatarbelakangi lahirnya konsep kerjasama ini adalah adanya

keterbatasan modal. Hal ini mengingat, pengelolaan sumber daya minyak dan gas

bumi memerlukan modal dalam jumlah yang cukup besar. Peranan swasta

menjadi sangat diharapkan meskipun keterbatasan modal lagi-lagi menjadi

penghambat utama bagi swasta nasional untuk ikut berperan dalam pengelolaan

sumber daya minyak dan gas bumi di Indonesia.177

Hal inilah yang selanjutnya

menyebabkan mengapa perusahaan minyak asinglah yang mendominasi industri

perminyakan di Indonesia.178

3.2 Karakter Risiko yang Terdapat dalam Industri Hulu Minyak dan Gas

Bumi

Kegiatan usaha hulu dalam industri minyak dan gas bumi dapat

dibagi menjadi dua tahapan, yakni:

3.2.1 Tahapan Eksplorasi

Eksplorasi merupakan suatu kegiatan dilakukan dalam rangka

menemukan cadangan minyak dan gas bumi. Lebih lanjut UU No. 22

Tahun 2001 merumuskan eksplorasi sebagai kegiatan yang bertujuan

memperoleh informasi mengenai kondisi geologi untuk menemukan dan

memperoleh perkiraan cadangan minyak dan gas bumi di wilayah kerja

yang ditentukan.179

177 Badan Pemeriksa Keuangan “Cost Recovery dalam kontrak Production Sharing

Minyak dan Gas Bumi di Indonesia”. < http://www.bpk.go.id/doc/publikasi/PDF/ppan/17.pdf>.

Diakses, 11 Oktober 2012.

178

Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi UI, “Analisis Industri MInyak dan Gas Bumi

di Indonesia: Masukan bagi Pengelola BUMN”.

<http://www.lmfeui.com/data/Analisis%20Industri%20Minyak.pdf>, Diakses 11 Oktober 2012.

179

Indonesia, Undang-undang No. 22 Tahun 2011 tentang Minyak dan Gas Bumi, op cit.,

pasal 1 angka 8.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

57

Universitas Indonesia

Secara garis besar tahapan yang terdapat dalam eksplorasi minyak

dan gas bumi dapat digambarkan sebagai berikut:180

a. Pemetaan Geologi

Pemetaan geologi dilakukan untuk melihat kondisi permukaan bumi.

Pada tahapan ini perkiraan akan ditemukan atau tidak cadangan

masihlah bersifat dangkal. Geolog akan mempelajari sebuah wilayah

untuk mengetahui kemungkinannya mengandung rongga dan celah

dibawah bumi yang mungkin menjadi tempat mengendapnya minyak

dan gas bumi.181

Dalam pemetaan geologi dilakukan pencarian atas

jenis batuan (batuan cadangan, batuan induk, batuan dasar). Geolog

juga mempelajari penyebaran dan susunan batuan, umur batuan,

struktur batuan dan terakhir adalah rembesan minyak/gas bumi

(oil/gas seepages).

b. Remote Sensing/ Satellite Imagery

Merupakan proses pengambilan foto tentang permukaan bumi.

c. Penyelidikan Geofisika

Pada tahap ini dilakukan penyelidikan yang lebih mendalam. Dengan

tujuan mencari gambaran yang lebih mendetail di bawah permukaan

bumi. Penyelidikan geofisika dapat dilakukan dalam tiga tahapan,

yakni penyelidikan magnetis, penyelidikan gaya berat dan

penyelidikan seismik.

d. Pemboran Eksplorasi

Tahapan ini dilakukan dengan tujuan melakukan perekaman susunan

jenis batuan, pengambilan contoh batuan/fluida, tekanan formasi dan

adanya indikasi minyak dan gas bumi serta pengujian formasi.182

Pemboran eskplorasi baru dapat dilakukan apabila telah ada integrasi

data dari semua kegiatan geologi dan penyelidikan geofisika yang

180

Zanial Achmad, “The Quest of Energy”. Disampaikan pada Oil and Gas Course,

Hakim dan Rekan Law Firm Oktober-November 2010.

181

Kartiyoso Sayogyo, Migas dan Usaha Migas (kumpulan pokok-pokok pikiran).

(Humas Pertamina, Yayasan Patra Cendikia, 1999). hlm. 60.

182

Ibid., hlm. 60

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

58

Universitas Indonesia

ada. Tahapan ini dapat dikatakan merupakan puncak kegiatan

eksplorasi. Lokasi pemboran ditentukan berdasarkan peta-peta yang

dibuat dari hasil interpretasi seismik.

e. Pemboran Deliniasi

Apabila pemboran eksplorasi berhasil maka akan dilakukan ke tahap

pemboran deliniasi. Tahapan ini biasanya dilakukan setelah seismik

3D, dengan mengebor dua hingga empat sumur. Adapun tujuan

dilakukannya pemboran deliniasi adalah untuk mengetahui:

penyebaran batuan cadangan prospektif; batas antara air, minyak dan

gas; besarnya volume cadangan. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa tahapan pemboran deliniasi merupakan tahapan terpenting

dalam penentuan sukses tidaknya suatu kegiatan eksplorasi.

Dalam faktanya, tahapan eksplorasi merupakan tahapan yang penuh

dengan ketidakpastian karena suatu sumur biasanya akan dibor hanya berdasar

kepada informasi yang diperoleh dari sumur-sumur di sekitarnya.183

Sedangkan

untuk mengetahui ada atau tidaknya cadangan minyak harus dilakukan

pengeboran atas sebuah sumur. Dalam praktiknya, pemboran sumur seringkali

dihadapkan dengan tidak ditemukannya cadangan minyak dan gas bumi yang

layak untuk produksi. Kemungkinan tidak berhasilnya pemboran adalah 0,8,

sedangkan kemungkinan berhasil dan yang memberikan net present value hanyal

0,2.184

Dengan demikian, kegiatan penemuan cadangan minyak dan gas bumi

digambarkan dengan kemungkinan berhasil 20% dan kemungkinan gagal

mencapai 80%.

Dengan ditemukannya cadangan minyak dan gas bumi pada tahap

pemboran deliniasi tidak serta merta membuat lapangan tersebut layak

diusahakan. Perhitungan yang matang harus dilakukan terlebih dahulu dengan

mempertimbangkan berbagai aspek penting lainnya. Keputusan untuk

183

F Poletto and F Miranda, Seismic While Drilling Fundamentals of Drill-Bit Seismic for

Explorations. (Handbook of Geophysical Exploration, Seismic Exploration, vol 35. Elsevier,

2004). hlm. 2.

184

Widjajono Partowidagdo, Migas dan Energi di Indonesia, Permasalahan dan analisis

kebijakan. (Development Studies Foundation, 2009), hlm. 35

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

59

Universitas Indonesia

melanjutkan pengeboran atau tidak dilakukan dengan perhitungan atas cadangan

produksi (proven reserves).185

Harus dipastikan apakah proven reserves dapat

dipertahankan selama jangka waktu tertentu. Proven reserves itu sendiri menurut

society of petroleum engineers adalah perkiraan jumlah bahan tambang yang

dapat diproduksikan dari akumulasi yang diketahui pada waktu tertentu pada

kondisi ekonomi pada saat tertentu dan kekomersialannya telah diperlihatkan oleh

tes-tes produksi atau formasi. Dimana perhitungan atas cadangan diperkirakan

berdasarkan informasi geologi, rekayasa, dan ekonomi pada waktu perkiraan. 186

Sesuai dengan rangkaian kegiatan tersebut dapat dilihat bahwa usaha

penemuan cadangan minyak dan gas bumi tidak dapat dilakukan tanpa adanya

kegiatan pemboran.187

Perkiraan semata tidak dapat memberikan kepastian adanya

cadangan minyak dan gas bumi. Untuk melakukan pemboran dibutuhkan biaya

yang sangat tinggi, mencapai US$ 5 Juta atau sekitar 50 miliar.188

Dengan

demikian, tahap produksi hanya akan dilakukan apabila hasil pemboran deliniasi

menyatakan terdapat cadangan minyak dan gas bumi dan perhitungan atas

penemuan cadangan tersebut dinyatakan komersial. Hal inilah yang pada akhirnya

membuat kegiatan eksplorasi dikatakan memiliki risiko dan biaya yang tinggi

karena di satu sisi biaya yang dibutuhkan sangat tinggi dan di sisi lain penemuan

cadangan penuh dengan ketidakpastian.189

3.2.2 Tahapan Eksploitasi

185

Ibid., hlm. 5

186

Ibid.,

187

Robert J. Beck, Oil Industry Outlook 13th

edition. (Tulsa, Oklahoma: PennWell Books,

1996)., hlm. 153.

188

Kontan, Lapindo Bor Sumur Lagi di Sidoarjo. <

http://industri.kontan.co.id/news/lapindo-bor-sumur-lagi-di-sidoarjo>. Diakses 27 November

2012.

189

S. B Suslick and D. J Schiozer, “Risk Analysis to Petroleum Exploration and

Production: an Overview”. Journal of Petroleum Scince and Engineering 44 (2004).

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

60

Universitas Indonesia

Risiko pada tahap eksploitasi timbul ketika pengeboran minyak dan gas

bumi membutuhkan suatu mekanisme baru dikarenakan sumber daya yang

terkandung di dalam reservoar menurun. Jenis recovery pada tahap eksploitasi

secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yakni:190

1) Premier Recovery

Dalam tahapan ini, produksi minyak dan gas bumi masih banyak dan tidak

membutuhkan dilakukannya upaya tertentu. Hal ini dikarenakan proses

alamiah yang sangat mendukung seperti adanya tekanan dari dalam tanah.

Tekanan dari dalam tanah menyebabkan minyak dan gas bumi mudah

untuk dikeluarkan tanpa penggunaan alat atau bahan lainnya.

2) Secondary Recovery

Ketika produksi minyak dan gas bumi mulai berkurang sehingga

dibutuhkan biaya lain dalam rangka penggunaan alat-alat atau teknologi

lainnya sebagai alat bantu. Sebagai contoh dipompakannya air dalam

jumlah besar sehingga minyak akan berada diatasnya.191

3) Tertier Recovery

Biaya yang dibtuhkan semakin meningkat tajam dikerenakan minyak dan

gas bumi mengalami migrasi ataupun kejadian-kejadian lainnya yang

mempersulit pengeboran. Pada saat yang sama juga jumlah produksi sudah

semakin berkurang.

Berdasar pada uraian sebelumnya dapat dilihat bahwa pada prinsipnya

kegiatan eksploitasi minyak dan gas bumi tidak dapat ditentukan dengan pasti.

Minyak dan gas bumi akan terus mengalami penurunan dan sebaliknya biaya yang

dibutuhkan untuk eksploitasi pasti akan terus meningkat. Namun, jika

dibandingkan dengan kemungkinan risiko yang terdapat dalam tahapan eksplorasi

dapat dikatakan bahwa dalam tahapan eksploitasi sudah ada kepastian akan

ditemukannya cadangan minyak dan gas bumi. Tidak hanya itu penemuan

190 Didi Setiarto, op cit.,

191

Vladimir Alvarado and Eduardo Manrique, “Enhanced Oil Recovery Field Planning

and Development Strategies”. Elsevier, Gulf Professional Publishing, 2010. Hlm. 9

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

61

Universitas Indonesia

cadangan ini juga sudah diikuti dengan terpenuhinya penilaian atas tingkat

komersialitas suatu temuan. Hal ini mengingat tahapan eksploitasi hanya akan

dilanjutkan jika cadangan dinyatakan bernilai komersial untuk diproduksikan.

Disamping risiko-risiko khusus sebagaimana telah diuraikan sebelumnya,

terdapat pula risiko yang bersifat umum yakni terkait dengan kebijakan

pemerintah. Risiko atas kebijakan pemerintah dinilai cukup berat dan kerap

dihadapi pelaku usaha/investor di Indonesia. Namun, Indonesia sebagai negara

berdaulat berhak untuk mengatur pemanfaatan kekayaan alamnya untuk

meningkatkan kesejahteraan bangsa, karena sumber daya migas dianggap sebagai

komoditi strategis, yang harus dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran

rakyat.192

Ketentuan inilah yang selanjutnya menjadikan pemerintah untuk terus

melakukan perubahan atas mekanisme kerja sama pengelolaan minyak dan gas

bumi. Tidak hanya itu, dengan adanya hak menguasasi oleh negara atas sumber

daya alamnya,193

pemerintah kerap melakukan sejumlah perubahan atas ketentuan

pengelolaan sumber daya alam yang ada. Baik itu dengan mengeluarkan peraturan

perundang-undangan baru maupun dengan melakukan amandemen atasnya.

Dimana pada prinsipnya sejumlah perubahan ini telah menimbulkan suatu

ketidakpastian hukum yang pada akhirnya berdampak juga pada aspek ekonomis

dari industri tersebut. Adapun beberapa ketentuan yang baru-baru ini dikeluarkan

ataupun diamandemen oleh pemerintah dan dianggap menganggu iklim investasi

adalah:

a) Peraturan Pemerintah Tentang Cost Recovery

Peraturan pemerintah tentang cost recovery dituangkan dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 Tentang Biaya Operasi Yang Dapat

Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu

Minyak dan Gas Bumi.194

Dengan perhatian penting kepada pasal 38 huruf

192

“Peranan Minyak dan Gas Bumi dalam Menunjang Pembangunan Jangka Panjang

Tahap II”. op cit.,

193

Jimly Assiddiqie, Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya

di Indonesia. (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve , 1994), hlm. 12.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

62

Universitas Indonesia

(b) yang menyatakan bahwa dalam jangka waktu paling lambat 3 (tiga)

bulan kontraktor kerja sama wajib menyesuaikan kontraknya dengan

Peraturan Pemerintah ini. Sehingga pasal ini dianggap telah melanggar asas

“pacta sunt servanda” atau “sanctity of contracts”.195

b) Ketentuan DMO (Domestic Market Obligation)

Dalam pasal 22 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2001 dikatakan bahwa “badan

usaha atau bentuk usaha tetap wajib menyerahkan paling banyak 25% dari

bagiannya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri (DMO). Pasca

dilakukannya uji materi atas ketentuan ini, melalui putusan Mahkamah

Konstitusi dengan Perkara Nomor 002/PUU-I/2003,196

kata-kata paling

banyak dalam pasal tersebut dihapuskan sehingga domestic market

obligation menjadi 25%.

c) Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 22 Tahun 2008

tentang Jenis-jenis Biaya Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi yang

Tidak Dapat Dikembalikan Kepada Kontraktor Kontrak Kerja Sama. Pasca

dikeluarkannya peraturan menteri ini maka terdapat penambahan pasal baru

tentang field/ POD Basis Cost Recovery dan tidak boleh di-recover-nya

biaya community development selama masa produksi.

d) Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU-X/2012

Untuk menanggapi dikeluarkannya putusan Mahkamah Konstitusi tersebut

pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2012

Tentang Pengalihan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu

Minyak dan Gas Bumi.197

Permasalahan penting dalam hal ini adalah

berubahnya lembaga yang menjadi para pihak dalam kontrak. Dimana BP

194

Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 Tentang Biaya Operasi Yang

Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Minyak dan Gas

Bumi. op cit.,

195

Alan Fredrik Panggabean, “Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Cost Recovery”,

Majalah Eksplo Barometer Bisnis Enegrgi dan Pertambangan, No. 44 Tahun III Oktober 2010.

196

Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 22/PUU-I/2003 Dimuat Dalam Berita

Negara Republik Indonesia Nomor 01 Tahun 2005, Terbit Hari Selasa tanggal 04 Januari 2005.

197

Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2012 Tentang Pengalihan Pelaksanaan

Tugas dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 226 Tahun 2012.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

63

Universitas Indonesia

Migas yang sebelumnya menjadi para pihak terpaksa dibubarkan dengan

fungsi dan tugas yang dialihkan kepada kementerian terkait-Kementerian

ESDM.

3.3 Karakter Risiko yang Terdapat dalam Industri Hilir Minyak dan Gas

Bumi

Sesuai dengan ketentuan yang terdapat dalam pasal 5 ayat (2) UU No. 22

Tahun 2001, maka kegiatan usaha hilir mencakup:

1) Pengolahan

Kegiatan usaha pengolahan meliputi, kegiatan memurnikan, memperoleh

bagaian-bagian, mempertinggi mutu, dan mempertinggi nilai tambah

minyak dan gas bumi yang menghasilkan bahan bakar minyak, bahan

bakar gas, hasil olahan, LPG dan/atau LNG tetapi tidak termasuk

pengolahan lapangan.198

2) Pengangkutan

Kegiatan usaha pengangkutan yang meliputi kegiatan pemindahan minyak

bumi, gas bumi, bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan/atau hasil

olahan baik melalui darat, air, dan/atau udara termasuk pengangkutan gas

bumi melalui pipa dari suatu tempat ke tempat lain untuk tujuan

komersial.199

3) Penyimpanan

Merupakan kegiatan usaha yang meliputi kegiatan penerimaan,

pengumpulan, penampungan dan pengeluaran minyak bumi, bahan bakar

minyak, bahan bakar gas, dan/atau hasil olahan pada lokasi di atas

dan/atau di bawah permukaan tanah dan/atau permukaan air untuk tujuan

komersial.200

4) Niaga

198

Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha Hilir

Minyak dan Gas Bumi, Lembaran Negara No. 124 Tahun 2004; Tambahan Lembaran Negara No.

4436. Pasal 12 huruf a

199

Ibid, pasal 12 huruf b

200

Ibid., pasal 12 huruf c

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

64

Universitas Indonesia

Kegiatan usaha niaga meliputi kegiatan pembelian, penjualan, ekspor,

impor minyak bumi, bahan bakar minyak, bahan bakar bas dan/atau hasil

olahan, termasuk gas bumi melalui pipa.201

Pasca diberlakukannya UU No. 22 Tahun 2001 telah terdapat pemisahan

yang tegas antara kegiatan usaha hulu dengan kegiatan usaha hilir. Dalam undang-

undang sebelumnya, UU No. 44 Prp Tahun 1960 tidak terdapat pemisahan antara

kedua kegiatan usaha ini. Kerakter pengusahaan minyak dan gas bumi pada

industri hilir berbeda dengan industri hulu. Karena dalam industri hilir

pengusahaan dilakukan melalui mekanisme pemberian izin usaha oleh

pemerintah, yang dalam hal ini adalah menteri. Sehingga mekanisme kontrak

kerja sama tidak ditemukan lagi dalam kegiatan usaha hilir ini. Izin usaha yang

diberikan pemerintah disesuaikan dengan peruntukannya. Selain adanya

perbedaan terkait dengan mekanisme kerjasama, berbeda dengan kegiatan usaha

hulu yang diawasi oleh badan pelaksana (Kementerian ESDM) maka dalam

kegiatan usaha hilir pengawasan dilaksanakan oleh badan pengatur. Hal-hal

penting yang masuk dalam ruang lingkup kewenangan badan pengatur adalah:

1) Ketersediaan bahan bakar minyak

2) Cadangan bahan bakar minyak nasional

3) Pemanfaatan fasilitas pengangkutan dan penyimpanan bahan bakar minyak

4) Tarif pengangkutan gas bumi melalui pipa

5) Harga gas bumi untuk rumah tangga dan pelanggan kecil

6) Pengusahaan transmisi dan distribusi gas bumi.

Dalam rangka pelaksanaan kegiatan usaha hilir pemerintah berkewajiban

untuk melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan.202

Terdapat beberapa

ketentuan penting dalam kegiatan usaha hilir adalah:

1) Kewajiban bagi badan usaha untuk menjamin ketersediaan dan distribusi

bahan bakar minyak di seluruh wilayah Indonesia.

201

Ibid., pasal 12 huruf d

202

Indonesia, PP No. 36 Tahun 2004, op cit., pasal 3.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

65

Universitas Indonesia

2) Badan usaha diwajibkan untuk menyediakan dan mendistribusikan bahan

bakar minyak di daerah yang mekanisme pasarnya belum berjalan atau

daerah terpencil.

3) Meminta badan usaha untuk menetapkan alokasi cadangan bahan bakar

minyak dalam rangka memenuhi cadangan bahan bakar minyak nasional.

4) Dalam kondisi tertentu, pemerintah dapat mewajibkan badan usaha

menetapkan pemanfaatan bersama termasuk mekanisme penentuan tarif,

dalam rangka menunjang optimasi penyediaan dan pendistribusian bahan

bakar ke daerah terpencil.

5) Menghitung dan menetapkan iuran badan usaha.

Untuk menjamin terlaksananya ketentuan tersebut, badan usaha

diwajibkan untuk menyampaikan laporan kepada menteri dan badan pengatur.

Laporan dimaksud berisi tentang rencana tahunan, realisasi pelaksanaan bulanan,

dan penghentian operasi guna perawatan fasilitas dan sarana pengolahan dalam

rangka menjaga ketersediaan bahan bakar minyak.203

Karakter risiko yang terdapat dalam kegiatan usaha hilir tidaklah sebesar

yang terdapat dalam kegiatan usaha hulu. Dapat dilihat dalam kegiatan usaha hulu

risiko terbesar terdapat pada tidak adanya kepastian akan penemuan cadangan

minyak dan gas bumi. Namun demikian, kegiatan usaha hilir juga tidak luput dari

sejumlah risiko yang dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Sering terjadinya kebocoran pipa dalam rangka transportasi gas bumi

Mengingat karakter gas bumi yang tidak dapat disimpan layaknya minyak

bumi, maka transportasi gas bumi menjadi suatu permasalahan yang cukup

sering menjadi perhatian. Karena sistem transportasi untuk gas bumi

membutuhkan sarana dan prasarana yang cukup sulit.204

Dapat dikatakan

karena sifatnya gas, transportasi gas bumi membutuhkan biaya dan

203

Ibid., pasal 22

204

Didi Setiarto, “Kerangka Hukum Kegiatan Bisnis Gas Bumi dan LNG di Indonesia

Dalam Perspektif Produsen,” (Training on The Law of Energy and Mineral Resources, Faculty of

Law University of Indonesia. Term 2010), hlm. 32.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

66

Universitas Indonesia

persyaratan teknis yang lebih sulit daripada minyak mentah.205

Salah satu

masalah yang sering dialami oleh badan usaha adalah terjadinya kebocoran

pipa. Permasalahan ini kerap melanda badan usaha yang bergerak di

kegiatan usaha hilir. Beberapa diantaranya sebagaimana dialami oleh

Conoco Philips206

, Chevron Indonesia, Pertamina207

dan beberapa

perusahaan lainnya.

2) Pemblokiran jalur transportasi pengiriman minyak dan gas bumi

Disamping permasalahan kebocoran pipa sebagaimana telah diuraikan

diatas, masalah penting lainnya yang sering kali harus dihadapi oleh

perusahaan adalah terkait dengan pemblokiran jalur transportasi. Pada

dasarnya pemblokiran jalur transportasi ini tidak hanya berpengaruh bagi

kelancaran kegiatan usaha hilir namun juga kegiatan usaha hulu. Akan

tetapi tidak dapat dipungkiri jika kegiatan pengangkutan sebagai salah satu

bagian dari kegiatan usaha hilir seringkali menjadi penghambat utama

peningkatan produksi minyak dan gas bumi. Aksi pemblokiran ini

khususnya dihadapi oleh perusahaan-perusahaan minyak dan gas bumi

yang berada di daerah.208

Padahal tidak dapat dipungkiri jika minyak dan

gas bumi yang dihasilkan dari daerah tersebut justru menjadi penyumbang

terbesar bagi peningkatan ekonomi setempat.209

205

Hanan Nugroho, “Pengembangan Industri Hilir Gas Bumi Indonesia: Tantangan dan

Gagasan”. Jurnal Perencanaan Pembangunan No. IX/04 September 2004. Hlm. 5

206

Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, “Kebocoran Pipa TGI

di luar kontrol BP Migas”, <http://www.bpmigas.go.id/blog/2010/09/30/kebocoran-pipa-tgi-di-

luar-kontrol-bpmigas/> Diakses 24 Oktober 2012.

207

Antara Riau, “Chevron Bebankan Biaya Kebocoran Gas Pada Negara”, <

http://www.antarariau.com/berita/12122/chevron-bebankan-biaya-kebocoran-gas-pada-

negara.html> Diakses 24 Oktober 2012.

208

Tambang News.com, “Pertamina Optimal Penyaluran BBM Paksa Pemblokiran dan

Perusakan Fasilitas Terminal BBM Teluk Kabung”. Jumat, 9 November 2012. <

http://www.tambangnews.com/berita/daerah/2867-pertamina-optimal-penyaluran-bbm-paska-

pemblokiran-dan-perusakan-fasilitas-terminal-bbm-teluk-kabung.html>. Diakses, 11 November

2012.

209

Tempo.com, ”Gubernur Awang Tolak Aski Blokade Jalur Batubara”, Selasa, 29 Mei

2012. < http://www.tempo.co/read/news/2012/05/29/058406893/Gubernur-Awang-Tolak-Aksi-

Blokade-Jalur-Batu-Bara>, Diakses 11 November 2012.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

67

Universitas Indonesia

3) Risiko karena adanya ketidakstabilan harga

Pada prinsipnya, risiko karena adanya ketidakstabilan harga tidak hanya

dihadapi oleh industri hilir. Namun industri hulu juga seringkali

dihadapkan dengan adanya risiko fluktuasi harga minyak dan gas bumi.

Berbeda dengan industri lainnya, dimana harga komoditi sangat

dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, dalam industri

minyak dan gas bumi kondisi politik di suatu negara juga sangat

berpengaruh terhadap kestabilan harga. Hal ini mengingat minyak dan gas

bumi merupakan suatu komoditi yang sangat vital peranannya bagi

pembangunan ekonomi suatu negara.210

Khususnya bagi negara-negara

penghasil minyak dan gas bumi. Oleh sebab itu terjadinya ketegangan

politik di negara-negara penghasil minyak dan gas bumi pada umumnya,

tidak jarang akan memengaruhi harga minyak dunia.211

Dengan adanya

fluktuasi harga minyak maka berpotensi untuk memengaruhi laba yang

akan didapatkan oleh perseroan.

3.4 Ketentuan dalam Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi

Sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia,

maka kerjasama pengusahaan minyak dan gas bumi harus tunduk pada ketentuan-

ketentuan sebagai berikut:

a. Kepemilikan atas sumber daya minyak dan gas bumi

Ketentuan di dalam KBH berbeda dengan ketentuan yang terdapat

di dalam sistem konsesi dan ontrak karya. Karena KBH mensyaratkan

bahwa negara merupakan pemegang hak milik atas sumber daya migas,

baik itu ketika sumber daya migas tersebut masih berada di bawah perut

bumi maupun ketika migas tersebut di produksi. Sehingga hak milik atas

210

Dean Fantazzini et al, “Global Oil Risks in the Early 21st Century”. Energy Policy 39

(2011), <www.elsevier.com/locate/enpol>. Diakses, 12 Oktober 2012.

211

Indonesia Finance Today, “Penurunan Pasokan Dorong Penguatan Harga MInyak”, 15

August 2012 <http://www.indonesiafinancetoday.com/read/31830/Penurunan-Pasokan-Dorong-

Penguatan-Harga-Minyak> Diakses, 14 Oktober 2012.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

68

Universitas Indonesia

migas baru akan beralih kepada kontraktor ketika migas tersebut telah

sampai pada titik penyerahan.212

Pasal 6 ayat (2) huruf a menyatakan bahwa kepemilikan sumber

daya alam tetap berada di tangan pemerintah sampai pada titik

penyerahan.213

Dengan adanya ketentuan ini maka titel kepemilikan atas

minyak bumi pada dasarnya tidak pernah berada di tangan kontraktor

mengingat pada titik penyerahan atau point of delivery ini telah dilakukan

niaga yang menandakan telah beralihnya rezim hulu ke rezim hilir.

Dengan beralihnya rezim hulu ke rezim hilir maka telah beralih juga badan

usaha yang berhak atas titel kepemilikan tersebut. Dikarenakan adanya

larangan bahwa kegiatan usaha hulu dan hilir dijalankan oleh satu badan

usaha.214

Titel kepemilikan ini secara tidak langsung nantinya akan

berpengaruh terhadap ketentuan tidak dimungkinkannya badan usaha yang

bersangkutan untuk mencatatkan minyak dan gas bumi yang menjadi

bagiannya dalam pembukuannya sebagai aset. Demikian juga halnya

apabila perusahaan berniat untuk menjadikannya sebagai jaminan kepada

pihak lain.

b. Pengendalian Manajemen operasi minyak dan gas bumi berada pada

Badan Pelaksana (Pemerintah c.q Kementerian ESDM)

Manajemen, menurut business law dictionary adalah

“The organization and coordination of the activities of an

enterprise in accordance with certain policies and in

achievement of defined objectives”.215

212

Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2004 Pasal 55 ayat (1). Pembagian

hasil minyak dan gas bumi pada kontrak bagi hasil antara pemerintah dan kontraktor dilakukan

pada titik penyerahan.

213

Titik penyerahan merupakan flense terluar dari pipa muat setelah pengukur penjualan

akhir pada terminal pengiriman, atau titik lain yang disetujui para pihak.

214

Ketentuan pasal 10 ayat (1) dan (2), Undang-undang No. 22 Tahun 2001 Tentang

Minyak dan Gas Bumi, op cit.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

69

Universitas Indonesia

Dalam kaitannya dengan ketentuan yang berlaku dalam kontrak kerja

sama, Pasal 5.3 Production Sharing Contract, memberikan defenisi

bahwa,

“BP Migas shall have the right to review the reasonableness

of the work program, budget, costs and expenses and the

appropriateness of any technical metodhs, system, standards

proposed by contractor”.216

Pasca dilakukannya uji materi atas UU No. 22 Tahun 2001, melalui

putusannya Mahkamah Konstitusi menetapkan fungsi dan tugas BP Migas

dilaksanakan oleh Pemerintah c.q kementerian terkait.217

Hal ini

selanjutnya dipertegas dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden No. 95

Tahun 2012 Tentang Pengalihan Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kegiatan

Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.218

Pasal 1 secara tegas menyatakan

bahwa tugas, fungsi dan organisasi BP Migas dialihkan kepada menteri

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang minyak dan gas

bumi, yang dalam hal ini adalah Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mineral (Kementerian ESDM). Dengan demikian, dalam tulisan ini BP

Migas selanjutnya akan disebut dengan menteri.

Undang-undang No. 22 Tahun 2001 dalam ketentuan pasal 6 ayat

(2) huruf (b), mengamanatkan bahwa pengendalian manajemen operasi

atas pengelolaan minyak dan gas bumi berada pada badan pelaksana yang

dalam hal ini adalah menteri. Pengendalian atas manajemen operasi

tercermin dalam beberapa hal diantaranya melalui peranan menteri untuk

215

“Business Dictionary”,

<http://www.businessdictionary.com/definition/management.html> Diakses, 12 Oktober 2012.

216

Daft Kontrak Kerjasama Pasal 5.3 Production Sharing Contract between Badan

Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) and XXX (contractor).

217

Mahkamah Konstitusi, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU-X/2012.

Dibacakan pada 13 November 2012. Mahkamah Konstitusi dalam putusannya menyatakan bahwa

frasa Badan Pelaksana yang terdapat dalam UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas

Bumi.

218

Indonesia, Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2012 Tentang Pengalihan Pelaksanaan

Tugas dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. op cit.,

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

70

Universitas Indonesia

melakukan pengendalian serta pengawasan terhadap realisasi rencana kerja

sebagaimana telah disetujui dan adanya kewajiban bagi kontraktor untuk

terlebih dahulu memintakan persetujuan kepada menteri atas, program

pengembangan dan program kerja (plant of development POD dan work

program and budget atau WP&B).

POD atau rencana pengembangan lapangan yang pertama kali akan

diproduksikan dalam suatu wilayah kerja wajib mendapatkan persetujuan

menteri setelah berkonsultasi dengan pemerintah daerah provinsi yang

bersangkutan.219

Dengan adanya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

36/PUU-X/2012 dan Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2012 maka BP

Migas tidak memiliki fungsi dan tugas lagi dalam hal ini. Sehingga,

rencana pengembangan lapangan cukup memintakan persetujuan menteri

dengan berkonsultasi kepada pemerintah daerah provinsi. Melalui POD

pemerintah akan menilai apakah rencana pengembangan lapangan yang

diajukan oleh kontraktor memang bernilai komersil dan layak untuk

memasuki tahapan eksploitasi. Sehingga persetujuan atas POD ini pada

dasarnya merupakan titik penting dari berhasil tidaknya penemuan suatu

cadangan. Sebagaimana juga telah diuraikan sebelumnya, jika POD

dinyatakan tidak bernilai komersil maka kontrak akan secara otomatis

berakhir dan kontraktor tidak dapat mendapatkan penggantian atas segala

biaya yang telah dikeluarkannya.

Work program and budgeting, merupakan sarana bagi pemerintah

untuk mengevaluasi dan menganalisis serta menyiapkan pengesahan

prosedur rencana kerja dan anggaran.220

WP&B merupakan suatu laporan

yang harus diberikan oleh kontraktor secara berkala kepada pemerintah.

Kontraktor harus menyerahkan laporan tersebut, paling lambat 3 (tiga)

219

Indonesia, Undang-undang No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, op cit.

ps. 21 ayat (1) jo Peraturan Presiden No. 95 Tahun 2012.

220

WP&B merupakan amanat atas ketentuan pasal 44 ayat (3) Undang-undang No. 22

Tahun 2001 jo pasal 11 huruf C Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2002

Tentang Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara Nomor

81 Tahun 2002; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4216.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

71

Universitas Indonesia

bulan sebelum dimulainya awal tahun, yakni pada bulan September setiap

tahunnya.

Dengan demikian setiap rencana kerja yang dibuat oleh kontraktor

wajib mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari menteri. Demikian

juga halnya dengan realisasi atas rencana kerja tersebut berada di bawah

pengawasan menteri. Berdasarkan ketentuan tersebut, sebagai

konsekuensinya dapat dilihat bahwa menteri adalah pihak yang paling

berwenang dalam kegiatan operasi minyak dan gas bumi. Termasuk layak

tidaknya cadangan tersebut untuk diusahakan atau dieksploitasi.

c. Modal sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor

Keterbatasan modal sebagaimana telah diuraikan sebelumnya merupakan

salah satu kendala utama pengelolaan sumber daya minyak dan gas bumi

di Indonesia. Yang selanjutnya menjadi latar belakang lahirnya sistem

kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan pihak swasta. Dalam

melakukan kerjasama bentuk KBH pemerintah mewajibkan kontraktor

untuk menanggung seluruh modal.221

Kontraktor dalam hal ini harus

mengeluarkan seluruh biaya yang sekiranya diperlukan dalam rangka

penemuan minyak dan gas bumi, termasuk biaya pembelian data survei

yang disediakan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi “Dirjen

Migas”. Ketentuan ini pada akhirnya menyebabkan kontraktor

membutuhkan jumlah dana yang cukup besar untuk dapat ikut serta dalam

industri minyak dan gas bumi. Modal awal yang dibutuhkan tidaklah

sedikit, untuk pengeboran satu sumur saja dapat mencapai US$ 3 juta222

belum termasuk biaya lainnya seperti signature bonus.223

221

Ketentuan pasal 6 ayat (2) huruf (c) Undang-undang Nomor 22 Tahun 2011 Tentang

Minyak dan Gas Bumi, op cit.,

222

Berita Investasi Kontan, “Medco Menyiapkan US$12 Juta di Blok Yaman”. <

http://investasi.kontan.co.id/news/medco-menyiapkan-us-12-juta-di-blok-yaman/2012/09/23>.

Diakses, 12 Oktober 2012.

223

Signature Bonus, merupakan sejumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh kontraktor

pada saat pertama kalinya dilakukan penandatangan atas kontrak minyak dan gas bumi. Sesuai

dengan ketentuan pasal 52 ayat (3) PP No. 35 Tahun 2004, signature bonus termasuk dalam

bentuk penerimaan negara bukan pajak.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

72

Universitas Indonesia

d. Risiko sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor

Risiko sebagaimana telah diuraikan sebelumnya merupakan suatu kondisi

dimana terjadi kerugian yang disebabkan karena suatu kejadian di luar

kesalahan salah satu pihak.224

Perihal risiko tidak diatur secara khusus di

dalam KUHPerdata, tetapi berdasarkan ketentuan pasal 1237 KUHPerdata

dapat dilihat bahwa pihak yang menanggung resiko merupakan pihak yang

memegang hak milik atas benda tersebut. Oleh sebab itulah dalam

beberapa kontrak, untuk menghindarkan terjadinya sengketa di kemudian

hari, risiko tersebut telah diperjanjikan terlebih dahulu oleh para pihak.

Dalam kaitannya dengan kerjasama pengusahaan minyak dan gas bumi,

dalam KBH pemerintah Indonesia sejak awal berlakunya kontrak telah

menyatakan bahwa risiko sepenuhnya akan ditanggung oleh kontraktor.

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam ketentuan pasal 6 ayat (2) huruf c

UU No. 22 Tahun 2001, menyatakan bahwa modal dan risiko sepenuhnya

ditanggung oleh kontraktor atau badan usaha tetap yang bersangkutan.225

Dapat dilihat bahwa meskipun pemerintah juga adalah para pihak di dalam

kontrak namun pemerintah samasekali tidak berkewajiban untuk ikut serta

menanggung risiko dalam pelaksanaan kontrak kerja sama. Kontraktor

sendirilah yang dalam hal ini harus menanggung risiko atas gagalnya

operasi. Pelaksanaan dari ketentuan ini terlihat ketika berhasil tidaknya

kontraktor menemukan cadangan minyak dan gas bumi. Jika kontraktor

ternyata tidak berhasil maka seluruh dana yang telah dikeluarkan oleh

kontraktor adalah menjadi tanggungan kontraktor sendiri. Tidak hanya itu,

kontrak antara pemerintah dan kontraktor juga akan secara otomatis

berakhir. Dapat dilihat tidak sedikit perusahaan minyak dan gas bumi, baik

nasional maupun internasional yang terpaksa memikul kerugian sendiri

akibat risiko gagalnya penemuan cadangan.226

224

Subekti, Hukum Perjanjian, op cit., hlm. 59.

225

Indonesia, Undang-undang Minyak dan Gas Bumi Nomor 22 Tahun 2001, op cit.,

pasal 6 ayat (2) huruf c.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

73

Universitas Indonesia

e. Adanya kewajiban untuk melakukan ring fencing

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, apabila penemuan

cadangan oleh kontraktor ternyata bernilai komersil, maka pemerintah

akan melakukan pembayaran atas segala biaya yang telah dikeluarkan oleh

kontraktor melalui mekanisme cost recovery. Pemerintah perlu

memastikan bahwa biaya yang diberikan ganti rugi oleh pemerintah adalah

biaya yang memang senyata-nyata telah dikeluarkan oleh kontraktor dalam

rangka pengusahaan minyak dan gas bumi. Selain itu, ketentuan ini juga

penting untuk memudahkan dan mewajibkan perhitungan yang objektif

atas cost recovery. Oleh sebab itulah terdapat ketentuan yang menyatakan

bahwa, kepada setiap badan usaha atau bentuk usaha tetap hanya diberikan

satu wilayah kerja dan apabila badan usaha atau bentuk usaha tetap

tersebut mengusahakan beberapa wilayah kerja, harus dibentuk badan

hukum yang terpisah untuk setiap wilayah kerja.227

Pentingnya pemisahan badan hukum ini dikenal dengan istilah ring

fencing. Ketentuan pasal ini dan ketentuan pasal 10 ayat (1) dan (2)

sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, mendorong lahirnya perusahaan-

perusahaan boneka atau yang dikenal dengan Special Purpose Vehicle

“SPV”. SPV merupakan228

“An SPV, or a special purpose entity (SPE), is a legal entity

created by a firm (known as the sponsor or originator) by

transferring assets to the SPV, to carry out some specific

purpose or circumscribed activity, or a series of such

transactions.”

226

“Eksplorasi Gagal, Tiga Kontrak Migas US$1,2 Miliar Diputus”

<http://en.bisnis.com/articles/eksplorasi-gagal-tiga-kontrak-migas-us$1-2-miliar-diputus>. Diakses

12 Oktober 2012.

227

Indonesia, Undang-undang No. 22 Tahun 2001, op cit., pasal 13 ayat (1) dan (2).

228

Gary B. Gorton and Nicholas S. Souleles, “Special Purpose Vehicles and

Securitization”. The National Bureau of Economic Research, The Risk of Financial Institution.

University of Chicago Press, January 2007. < http://www.nber.org/chapters/c9619>. Diakses 12

Oktober 2012.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

74

Universitas Indonesia

Sebagai dampaknya SPV tidak memiliki tujuan lebih dari yang

telah ditetapkan sebagai dasar pendiriannya atau dengan kata lain SPV

tidak menjalankan kegiatan di luar tujuan pembentukannya; SPV tidak

dapat membuat keputusan yang bersifat substantif karena semua kegiatan

SPV telah direncakan sejak awal pembentukannya dan SPV tidak memiliki

lokasi fisik serta tidak memiliki tenaga kerja layaknya badan usaha lain.229

Dengan demikian dapat dilihat bahwa pendirian SPV hanyalah

dalam rangka memenuhi suatu ketentuan administrasi saja.230

Populer

dikenal sebagai perusahaan diatas kertas. Dengan demikian badan usaha

tersebut tidak menjalankan kegiatan usaha sebagaimana mestinya. Sebagai

konsekuensinya, badan usaha yang bersangkutan tidak memiliki pengurus

tetap, tidak mampunyai aset atas nama badan hukum itu sendiri.

f. Jangka Waktu Kontrak Kerja Sama

Undang-undang menetapkan bahwa jangka waktu kontrak kerja

sama ditetapkan paling lama 30 (tiga puluh) tahun dengan kemungkinan

dapat dilakukan perpanjangan selama 20 (dua puluh) tahun.231

Enam tahun

pertama dilakukan untuk masa eksplorasi dan dimungkinkan untuk

diperpanjang untuk jangka waktu paling lama empat tahun.232

Dimulainya

tahapan eksplorasi terhitung sejak tanggal efektifnya kontrak atau disebut

dengan effective date. Apabila dalam sepuluh tahun pertama kontraktor

tidak dapat menemukan cadangan minyak dan gas bumi, maka kontrak

akan berakhir secara otomatis. Sehingga jangka waktu kontrak kerja sama

hanya dapat dilanjutkan apabila terdapat temuan cadangan.233

Dalam hal

jangka waktu kontrak sudah hampir habis namun cadangan baru

229

Ibid.,

230

Todung Mulya Lubis, Project Financing. Disampaikan pada kuliah Hukum

Pembiayaan Perusahaan, Pasasarjana Fakultas Hukum UI, November, 2011.

231

Indonesia, Undang-undang No. 21 Tahun 2001, op cit., pasal 14 ayat (1) dan (2)

232

Ibid., pasal 15 ayat (1) dan (2).

233

Didi Setiarto, Kerangka Hukum Kegiatan Bisnis Gas Bumi dan LNG di Indonesia

dalam Perspektif Produsen op cit.,

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

75

Universitas Indonesia

ditemukan pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan dengan

mengeluarkan suatu surat pernyataan atau disebut dengan acknowledgment

letter. Acknowledgment letter bertujuan untuk menghentikan argo waktu

masa eksplorasi yang hanya sepuluh tahun sebagaimana telah diuraikan

sebelumnya.234

g. Kepemilikan atas Aset

Sebagai dampak dari adanya ketentuan cost recovery, sejak saat

dimulainya cost recovery atau sejak saat memasuki tahap eksploitasi maka

seluruh aset yang dipunyai oleh badan usaha milik kontraktor secara

otomatis harus beralih kepemilikannya dan dicatatkan menjadi aset

negara.235

Hal ini karena pemerintah akan melakukan penggantian biaya

atas segala pengeluaran kontraktor, termasuk peralatan yang dibeli oleh

kontraktor. Ketentuan peraturan perundang-undangan dengan tegas

menyatakan bahwa seluruh barang dan peralatan yang secara langsung

digunakan dalam kegiatan usaha hulu yang dibeli oleh kontraktor menjadi

milik atau kekayaan negara.236

Pemerintah sebagai pihak yang melakukan

pembinaan atasnya dan badan pelaksana sebagai pihak yang mengelola.

Dengan demikian, secara hukum badan usaha yang bersangkutan tidak

memiliki aset lagi atas badan hukum itu sendiri.

h. Kemungkinan dilakukannya unitisasi

Pada tahapan eksplorasi apabila ditemukan lapangan yang

melampaui suatu wilayah kerja kontraktor yang bersangkutan akan tetapi

lapangan atau wilayah tersebut dianggap tidak mampu untuk memproduksi

sendiri maka wilayah tersebut diberikan limited commerciality.237

Hal ini

234

Ibid.,

235

M Hakim Nasution, Production Sharing Contract (PSC). Disampaikan pada One

Week Training on The Law of Oil and Gas, Business Law Society, Faculty of Law University of

Indonesia, June 2010.

236

Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2004, op cit., pasal 78.

237

Didi Setiarto, Kerangka Hukum Kegiatan Bisnis Gas Bumi dan LNG di Indonesia

dalam Perspektif Produsen. op cit.,

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

76

Universitas Indonesia

sebagaimana diatur dalam pasal 41 Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun

2004 Tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana

telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2005 selanjutnya

disebut dengan “PP No. 35 Tahun 2004”. Pasal 41 ayat (1) menyatakan

“Kontraktor wajib melakukan unitisasi apabila terbukti adanya pelamparan

reservoar yang memasuki wilayah kerja kontraktor lainnya”. Selanjutnya

pasal 42 menyatakan bahwa menteri menentukan operator pelaksana

unitisasi berdasarkan kesepakatan diantara kontraktor yang melakukan

unitisasi dan pertimbangan badan pelaksana. Dengan demikian, adalah

dimungkinkan apabila operator atau pihak yang bertanggungjawab atas

suatu wilayah atau lapangan beralih kepada pihak lain.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

77

Universitas Indonesia

BAB 4

PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PEMBERIAN

KREDIT KEPADA INDUSTRI MINYAK DAN GAS BUMI

Berdasar pada bab sebelumnya dapat dilihat secara garis besar seperti apa

karakter risiko yang terkandung dalam kegiatan usaha minyak dan gas bumi di

Indonesia. Risiko tersebut dapat dikelompokkan menjadi risiko yang memang

berasal dari nature industri minyak dan gas bumi itu sendiri maupun risiko yang

datangnya luar. Risiko yang datangnya dari luar terkait dengan ketentuan yang

terdapat dalam peraturan perundang-undangan, khususnya untuk kegiatan usaha

hulu. Baik Sebagaimana juga telah diuraikan sebelumnya bahwa masalah

keterbatasan modal telah menjadi salah satu masalah penting dalam rangka

pengusahaan minyak dan gas bumi. Tidak hanya Indonesia sendiri namun hampir

sebagian besar negara-negara berkembang di belahan dunia ini menghadapi

permasalahan yang sama. Di sisi lain, minyak dan gas bumi masih menjadi

tumpuan ketahanan energi di Indonesia, disamping sumbangsihnya yang cukup

besar bagi perekonomian di Indonesia. Sehingga bank dirasa perlu untuk

memberikan pendanaan bagi majunya industri minyak dan gas bumi di Indonesia.

Bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang dirasa paling mampu mendukung

dan memang mengemban amanat untuk menyalurkan dana kepada masyarakat238

ternyata terikat dengan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan

usahanya. Khususnya dalam rangka pemberian kredit. Oleh sebab itulah berikut di

bawah dilakukan analisis bagaimana penerapan prinsip kehati-hatian dalam

rangka pemberian kredit kepada industri minyak dan gas bumi di Indonesia.

4.1 Analisis Profil Risiko yang Terdapat dalam Industri Minyak dan Gas

Bumi dalam Kaitannya dengan Prinsip Kehati-hatian dan Prinsip

Pemberian Kredit

4.1.1 Kegiatan Usaha Hulu

Kegiatan usaha hulu dapat dibedakan menjadi tahapan eksplorasi dan

eksploitasi. Pertama adalah tahapan eksplorasi. Tahapan eksplorasi pada

238

Indonesia, Undang-undang No. 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, op cit., Pasal 3

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

78

Universitas Indonesia

prinsipnya merupakan tahapan yang paling kritis dalam proses penemuan minyak

dan gas bumi. Dikatakan demikian karena dalam tahap ini kemungkinan risiko

yang harus dihadapi oleh kontraktor sangatlah besar. Mengingat biaya yang

dibutuhkan sangat tinggi sementara tidak terdapat kepastian sama sekali akan

ditemukannya cadangan minyak dan gas bumi.239

Dapat dilihat kemungkinan

tidak berhasilnya pemboran adalah 0,8% sedangkan kemungkinan berhasil yang

memberikan net present value hanyalah 0,2%.240

Berdasarkan data yang diperoleh

dari BP Migas dikatakan bahwa kerugian investasi minyak dan gas bumi dalam

dua tahun terakhir mencapai 1,24 miliar dollar Amerika Serikat. Pada tahun 2010,

kegagalan temuan cadangan minyak dan gas bumi komersil terjadi di 30 sumur

dengan kerugian 776 juta dollar AS, sedangkan tahun 2011, jumlah sumur kering

(dry hole) 12 unit dengan investasi yang hilang 461 juta dollar AS.

Dalam kaitannya dengan prinsip pemberian kredit oleh bank, bank dalam

memberikan kredit diwajibkan untuk melakukan analisis kredit terlebih dahulu.

Salah satu aspek yang penting untuk dilakukan analisis atasnya adalah terkait

dengan risiko yang terkandung dalam pemberian kredit tersebut. Risiko dalam

pemberian kredit salah satunya dinilai dari risiko yang melekat pada proyek yang

dibiayai. Perhitungan atas risiko ini penting karena bank perlu memperhitungkan

kemungkinan kerugian yang dapat timbul dari pemberian kredit kepada

nasabah.241

Industri minyak dan gas bumi dikategorikan sebagai kegiatan usaha yang

memiliki risiko tinggi karena sifat dari pekerjaan itu sendiri.242

Yakni terkait

dengan sifat usaha dan risiko akan tidak adanya kepastian. Terkait dengan risiko

tidak adanya kepastian, dapat menimbulkan spekulasi, yang pada akhirnya

menyebabkan semakin tinggi pula risikonya. Terkait dengan risiko jenis ini

biasanya cukup sulit untuk dihitung dan tidak dapat diketahui pasti kapan risiko

239

S. B Suslick and D. J Schiozer, op cit.,

240

Widjajono Partowidagdo, Migas dan Energi di Indonesia, Permasalahan dan analisis

kebijakan. op cit., hlm. 35

241

Wawancara dengan Joi Terkelin Sembiring, Risk Management Bank Central Asia.

242

Teguh Pudjo Muljono, op cit., hlm. 80

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

79

Universitas Indonesia

tersebut akan datang243

sehingga dikenal dengan unexpected loss. Seperti yang

telah diuraikan sebelumnya, data survei yang telah ada tidak mampu untuk

membuktikan ada tidaknya cadangan minyak dan gas bumi. Pemboran adalah

satu-satunya cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui ada tidaknya dan

seberapa besarnya cadangan yang ada. Jikalaupun ternyata ada cadangan yang

ditemukan belum tentu cadangan tersebut dapat diusahakan. Kontraktor harus

melakukan perhitungan terlebih dahulu bagaimana tingkat keekonomian dari

cadangan tersebut, apakah layak untuk diproduksi ataukah tidak. Tidak hanya itu,

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di Indonesia,

penghitungan ini tidak hanya merupakan keputusan kontraktor semata. Namun,

pemerintah c.q Menteri ESDM juga harus memberikan persetujuannya.

Dengan adanya, pertimbangan tersebut pada akhirnya membuat bank

cukup sulit untuk memberikan pendanaan kepada industri minyak dan gas bumi,

khususnya pada kegiatan usaha hulu yang dalam hal ini adalah eksplorasi.

Kesulitan terbesar yang dialami bank adalah ketidakmampuan bank untuk

memperhitungkan seberapa besar tingkat risiko dari industri tersebut, yang

dikenal dengan istilah mitigasi risiko.244

Padahal bank dalam menjalankan

kegiatan usahanya dituntut untuk tunduk pada prinsip kehati-hatian khususnya

dalam kaitannya dengan manajemen risiko dalam pemberian kredit. Dengan

adanya faktor risiko ini bank tentunya sulit untuk mengelola risiko yang mungkin

timbul dari kegiatan pendanaan yang dilakukannya. Pada akhirnya menyebabkan

bank tidak berani untuk memberikan pendanaan bagi kegiatan eksplorasi minyak

dan gas bumi.

Selanjutnya adalah tahapan eksploitasi. Pada prinsipnya risiko yang

terdapat dalam tahapan eksploitasi sudah lebih kecil daripada risiko yang terdapat

dalam tahapan eksplorasi. Dikatakan demikian, karena suatu kegiatan untuk dapat

dikatakan telah memasuki tahapan eksploitasi, telah terbukti bahwa terdapat

cadangan yang layak diproduksi secara komersial. Dengan demikian, tingkat

ketidakpastian dalam tahapan ini sudah tidak sebesar dalam tahapan eksplorasi.

243

Ibid.,

244

Wawancara dengan Bapak Madjedi Hasan, Independent Master Consultant – Pranata

Energi Nusantara Consulting; Konsultan Bank Mandiri, Bank Niaga.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

80

Universitas Indonesia

Namun, tidak dapat dipungkiri jika faktor risiko masih melekat pada tahapan ini.

Sebagaimana telah diuraikan, permasalahan terbesar yang terdapat dalam tahapan

eksploitasi adalah menurunnya jumlah cadangan yang terkandung dalam

reservoar. Menurunnya jumlah cadangan ini menyebabkan harus dilakukannya

upaya recovery dengan biaya yang cukup besar. Upaya recovery tersebut terdiri

dari premier recovery, secondary recovery dan tertier recovery. Dengan adanya

risiko ini dapat saja terjadi, jika biaya yang dibutuhkan untuk kegiatan eksploitasi

ternyata lebih besar dari keuntungan yang mungkin didapatkan. Sehingga

menyebabkan kerugian bagi kegiatan usaha kontraktor. Hal ini nantinya akan

berkaitan dengan perhitungan cash-flow dari perusahaan kontraktor. Harus

dipertimbangkan bagaimana perbandingan antara laba/keuntungan yang mungkin

didapatkan oleh kontraktor jika dibandingkan dengan jumlah kewajiban yang

harus dilaksanakannya dalam tahun tersebut. Mengingat evaluasi atas kredit

dilakukan setiap tahun.245

Dengan adanya kemungkinan kontraktor mengalami

kerugian maka kemungkinan risiko yang harus ditanggung oleh bank juga

semakin besar. Meskipun pada prinsipnya pada tahapan eksploitasi ini sudah

memungkinkan untuk dilakukannya perhitungan atas risiko yang mungkin timbul

jika dibandingkan dengan tahapan eksplorasi.

Terlepas dari adanya kemungkinan risiko sebagaimana telah diuraikan

diatas. Salah satu ketentuan penting yang terdapat dalam ketentuan peraturan

perundang-undangan di Indonesia adalah sejak saat memasuki tahap eksploitasi

yakni sejak saat POD yang untuk pertama kalinya disetujui oleh pemerintah maka

telah terdapat mekanisme cost recovery. Cost recovery sebagaimana telah

diuraikan sebelumnya merupakan mekanisme penggantian biaya yang diberikan

oleh pemerintah. Kontraktor berhak untuk mendapatkan kembali biaya-biaya yang

telah dikeluarkan untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi.246

Dengan

demikian, disamping telah terdapat kepastian untuk melakukan produksi secara

komersial dalam tahapan ini juga telah terdapat mekanisme penggantian biaya.

Sehingga pada prinsipnya risiko yang terdapat dalam tahapan eksploitasi sudah

245

Wawancara dengan Joi Terkelin Sembiring, Risk Management Bank Central Asia.

246

Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2004, pasal 56 ayat (2).

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

81

Universitas Indonesia

jauh lebih kecil dibandingkan dengan risiko yang terdapat dalam tahapan

eksplorasi.

Disamping risiko alamiah sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, risiko

penting lainnya adalah risiko yang terkait dengan kebijakan pemerintah.

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya beberapa kebijakan pemerintah yang

ditetapkan baru-baru ini diantaranya adalah terkait dengan: Peraturan Pemerintah

tentang cost recovery; ketentuan DMO (Domestic Market Obligation); Peraturan

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 22 Tahun 2008 tentang jenis-jenis

biaya kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi yang tidak dapat dikembalikan

kepada kontraktor kontrak kerja sama; putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

36/PUU-X/2012 jo Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2012 Tentang Pengalihan

Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi.

Tidak dapat dipungkiri jika keberlakuan peraturan tersebut telah menimbulkan

sejumlah ketidakpastian hukum dalam kegiatan investasi minyak dan gas bumi di

Indonesia. Dimana pada akhirnya hal ini masuk ke dalam risiko yang harus

ditanggung oleh pengusaha minyak dan gas bumi. Tidak hanya berhenti sampai

disitu sejumlah perubahan ini dipercaya telah turut serta memberikan sumbangsih

bagi menurunya pertumbuhan ekonomi dari sektor minyak dan gas bumi.247

Dalam kaitannya dengan pemberian kredit oleh bank maka salah satu

unsur yang terdapat dalam pemberian kredit adalah penilaian atas condition of

economy dari calon debitur. Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, bank

melakukan penilaian atas situasi politik, sosial, yang memengaruhi perekonomian

pada suatu waktu tertentu dan dapat memengaruhi kelancaran usaha dari

perusahaan yang memperoleh kredit.248

Khususnya terkait dengan kebijakan

penting dalam suatu negara dalam kaitannya dengan projek yang akan dibiayai

oleh bank.249

Dengan berlakunya sejumlah kebijakan pemerintah tersebut ternyata

benar adanya telah memengaruhi kelancaran usaha dari sejumlah perusahaan

minyak dan gas bumi di Indonesia. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh

247

Bank Indonesia, Ketahanan Perekonomian Indonesia di Tengah Ketidakpastian

Ekonomi Global, Laporan Perekonomian Tahun 2011. hlm. 52

248

Teguh Pudjo Muljono, op cit., hlm. 17.

249

Retto Galati, op cit., hlm. 155.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

82

Universitas Indonesia

Indonesian Petroleum Association (IPA) bahwa terjadinya sejumlah perubahan

dalam kebijakan pemerintah benar-benar diluar perkirakan sebelumnya250

, yang

mana pada akhirnya hal ini memaksa sejumlah perusahaan untuk menunda

investasinya di Indonesia.251

Berdasar pada fakta diatas dapat dilihat bahwa

sejumlah kebijakan pemerintah ternyata telah memengaruhi kelancaran usaha dari

perusahaan minyak dan gas bumi, dimana hal ini berpotensi untuk memperbesar

risiko yang harus ditanggung oleh bank ketika memberikan kredit. Hal ini

membuat bank dalam melakukan analisis kredit akan melihat bahwa industri

minyak dan gas bumi memiliki karakter risiko yang cukup tinggi yang tidak hanya

berasal dari sifat alamiah industri tersebut. Dengan demikian hal ini tentunya akan

memengaruhi kebijakan bank dalam memberikan kredit kepada industri minyak

dan gas bumi khususnya dalam kaitannya dengan prinsip kehati-hatian yang

diemban oleh bank.

4.1.2 Kegiatan Usaha Hilir

Jika dibandingkan dengan karakter risiko yang terdapat dalam kegiatan

usaha hulu, karakter risiko yang terdapat dalam kegiatan usaha hilir dapat

dikatakan cukup rendah. Hal ini karena risiko terbesar dalam industri minyak dan

gas bumi, yakni ditemukan tidaknya cadangan yang potensial untuk

dikembangkan telah dilewati dalam. Kegiatan usaha hilir yang terdiri dari

kegiatan pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga, hanya sesekali saja

harus berhadapan risiko yang mana pada umumnya merupakan faktor yang

bersifat non-teknis. Meskipun kegiatan usaha hilir harus berhadapan dengan

risiko, kerugian yang harus ditanggung oleh kontraktor tidaklah sebesar

kemungkinan kerugian dalam kegiatan usaha hilir.

Tidak hanya berkaitan dengan karakter risiko yang sudah semakin rendah

dalam industri hilir kegiatan usaha tidak dilaksanakan dengan sistem kontrak atau

250

Okezone.com, “Investor Siap "Tagih" Komitmen Menteri ESDM”. <

http://economy.okezone.com/read/2012/11/20/19/720583/investor-siap-tagih-komitmen-menteri-esdm>. Diakses 20 November 2012.

251

The Indonesian Mining Magazine, Tambang. “IPA Ajukan Judicial Review Untuk PP

Cost Recovery”.

<http://www.majalahtambang.com/detail_berita.php?category=18&newsnr=4036>. Diakses 20

November 2012

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

83

Universitas Indonesia

kerjasama dengan pemerintah. Pengusaha minyak dan gas bumi cukup

membentuk badan usaha setelah mendapat izin usaha dari pemerintah.252

Meskipun perusahaan minyak dan gas bumi masih terikat dengan sejumlah

kewajiban sebagaimana ditetapkan dalam ketentuan peraturan perundang-

undangan, kontrol pemerintah atas jalannya kegiatan usaha sudah tidak sebesar

dalam industri hulu. Mengingat pemerintah bukanlah para pihak di dalam kontrak,

akan tetapi hanya sebagai regulator yang memberikan izin usaha kepada

perusahaan minyak dan gas bumi. Demikian juga halnya jika dilihat dari sisi

permodalan. Berbeda dengan industri hulu yang membutuhkan modal cukup besar

untuk industri hilir modal yang dibutuhkan tidak begitu besar karena biaya

terbesar adalah untuk melakukan pemboran. Berdasar pada beberapa alasan

tersebut yakni, karakter risiko, kontrol pemerintah dan jumlah permodalan yang

terdapat dalam industri hilir, dapat dilihat bahwa industri hilir layak dimasuki oleh

bank. Meskipun masih terdapat risiko namun bank sudah lebih mungkin untuk

memperkirakan seberapa besar risiko tersebut. Karena jumlah dana yang harus

dikucurkan oleh bank juga tidak terlalu besar, maka risiko kegagalan kredit yang

harus ditanggung oleh bank juga tidak sebesar dalam industri hilir.

Dalam kaitannya dengan badan usaha yang menjalankan industri hulu dan

hilir pada waktu yang bersamaan, bank tidak perlu khawatir akan kemungkinan

tersebarnya risiko. Mengingat dengan adanya ketentuan pasal 10 UU No. 22/2001

maka terdapat pemisahan antara badan usaha yang menjalankan kegiatan usaha

hulu dan kegiatan usaha hilir. Dengan demikian, secara hukum badan usaha

tersebut merupakan entitas yang terpisah dan tidak terdapat sharing risiko. Dengan

kata lain risiko yang mungkin ditanggung oleh badan usaha dalam industri hilir

terpisah samasekali dengan badan usaha yang menjalankan industri hulu.

4.2 Analisis Ketentuan yang terdapat dalam Industri minyak dan gas

bumi dalam kaitannya dengan prinsip kehati-hatian dan prinsip

pemberian kredit

a. Kepemilikan atas sumber daya minyak dan gas bumi

252 Indonesia, Undang-undang No. 22 Tahun 2001, op cit., pasal 23 ayat (1).

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

84

Universitas Indonesia

Sesuai dengan amanat yang terdapat dalam undang-undang minyak

dan gas bumi dan sebagaimana juga telah diuraikan pada bab sebelumnya

bahwa sumber daya minyak dan gas bumi berada pada negara sampai

kepada titik penyerahan. Dengan adanya ketentuan ini maka secara tidak

langsung kontraktor pada prinsipnya tidak memiliki titel kepemilikan atau

hak milik atas minyak dan gas bumi yang menjadi bagiannya.253

Hal ini

terjadi karena titik penyerahan adalah saat dimana minyak dan gas bumi

tersebut telah siap diserahkan kepada pihak lain untuk dijual. Dengan

demikian telah terdapat perubahan rezim dari rezim hulu memasuki rezim

hilir, yakni kegiatan niaga. Sebagai konsekuensinya adalah tidak

dimungkinkan bagi kontraktor jika mencatatkan minyak dan gas bumi

yang menjadi bagiannya tersebut ke dalam pembukuan kontraktor sebagai

aset. Padahal pembukuan dari calon nasabah adalah salah satu bahan

pertimbangan penting bagi bank dalam melakukan credit assessment.254

Tidak hanya berhadapan dengan masalah pencatatan aset,

ketentuan ini juga cukup penting dalam kaitannya dengan peran

agunan/collateral dalam pemberian kredit. Sebagaimana diketahui bahwa

peranan agunan akan semakin penting jika proyek yang dibiayai oleh bank

memiliki risiko yang cukup tinggi.255

Dapat dilihat bahwa kegiatan usaha

hulu minyak dan gas bumi memiliki risiko yang cukup tinggi sehingga

peran agunan menjadi sangat penting. Namun, ketentuan ini membuat

kontraktor tidak memiliki kewenangan untuk menjadikan minyak dan gas

bumi yang menjadi bagiannya sebagai agunan. Apabila hal ini

dimungkinkan tentunya jumlah minyak dan gas bumi yang dapat

dijadikan agunan akan sangat besar. Mengingat pada tahap awal produksi,

253 Pada umumnya pembagian hasil produksi antara pemerintah dengan kontraktor adalah

85% dan 15%, dimana bagian pemerintah 85% dan bagian kontraktor 15%. Bagian untuk

kontraktor ini akan diperhitungkan dengan memisahkan perhitungan atas Fisrt Tranche Petroleum

(FTP) sebanyak 10% terlebih dahulu. Prosentase production sharing ini tidak berlaku mutlak

sehingga dimungkinkan adanya negosiasi dengan kementerian ESDM, khususnya untuk wilayah

yang miskin sarana dan prasarana.

254

Derrick Ware, Basic Principles of Banking Supervision. Centre for Central Banking

Studies Bank of England, Handbooks in Central Banking, No. 7.pg. 18

255

Gabreil Jimenez and Jesus Saurina, op cit.,

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

85

Universitas Indonesia

jumlah cost recovery yang harus diganti oleh pemerintah cukup tinggi.

Bahkan dalam beberapa kasus bagian yang tersisa bagi pemerintah

hanyalah first tranche petroleum.

b. Pengendalian manajemen operasi minyak dan gas bumi berada pada

Badan Pelaksana (Pemerintah c.q Kementerian ESDM)

Dengan adanya ketentuan ini maka kontraktor bukanlah pemegang

kendali utama atas jalannya manajemen operasi minyak dan gas bumi.

Kontraktor yang adalah calon debitor bukan pihak yang memiliki

kewenangan penuh dalam rangka menjalankan kegiatan usahanya.

Kegiatan usaha tersebut sepenuhnya berada di bawah pengendalian dan

pengawasan dari menteri. Sebagai konsekuensi dari adanya ketentuan ini

maka penempatan maupun distribusi modal juga masuk dalam ranah

kewenangan menteri. Demikian juga halnya dengan rencana kerja dan

anggaran. Serta yang paling penting adalah rencana pengembangan

lapangan. Meskipun dalam prakteknya keputusan ini diambil dengan

mempertimbangkan rencana kerja yang telah dibuat oleh kontraktor

sebelumnya.

Dalam kaitannya dengan prinsip pemberian kredit oleh bank, maka

ketentuan ini akan behadapan dengan prinsip capacity atau kapabilitas dari

calon nasabah. Sebagai salah satu dasar analisis yang digunakan oleh bank

dalam rangka pemberian kredit. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku

maka pihak yang dilakukan analisis atasnya adalah kontraktor selaku calon

debitor. Mengingat kompeten tidaknya nasabah adalah salah satu aspek

penilaian bagi bank.256

Dengan adanya ketentuan ini pihak yang dianggap

kompeten oleh bank untuk menjalankan bisnisnya yakni kontraktor

ternyata bukanlah pihak yang memegang otoritas penuh. Suatu hal yang

dimungkinkan jika terjadi sejumlah perubahan atas jalannya suatu proyek

yang di luar kemampuan calon debitor itu sendiri.

256 Zulkarnain Sitompul, Kredit Macet: Apakah Suatu Perbuatan Melawan Hukum

(Pidana). Disampaikan pada workshop Kriminalisasi Kredit Bank Sebagai Suatu Tindak Pidana

Korupsi, Jakarta: 23-25 Nopember 2009.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

86

Universitas Indonesia

Tidak hanya itu permasalahan penting lainnya adalah adanya

kewenangan menteri untuk memberikan persetujuan berdasarkan

pertimbangan dari pemerintah daerah provinsi yang bersangkutan, dalam

rangka pengembangan lapangan.257

Sehingga dapat dilihat keputusan

untuk melanjutkan proyek sangatlah bergantung kepada pihak di luar calon

debitur itu sendiri. Padahal rencana kerja, dasar-dasar manajemen dan

kebijakan yang diambil perusahaan adalah salah satu aspek penilaian bank

dalam rangka melakukan analisis atas risiko kredit.258

Kemungkinan ini pada akhirnya dapat menambah potensi risiko

atas kredit yang bersangkutan. Karena proyek yang dibiayai oleh bank dan

yang telah dilakukan analisis atasnya dapat saja berjalan di luar perkiraan

semula. Disebabkan oleh adanya intervensi kebijakan dari menteri selaku

pemegang otoritas manajemen operasi.

c. Modal sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor

Pasal 6 ayat (2) huruf c UU No. 22 Tahun 2001 menyatakan bahwa

modal seluruhnya ditanggung oleh kontraktor. Dengan adanya ketentuan

ini maka jumlah dana yang dibutuhkan oleh kontraktor tentunya akan

sangat besar. Karena pemerintah sebagai counter party tidak ikut serta

dalam menanggung modal proyek yang bersangkutan. Sebagaimana juga

telah diuraikan sebelumnya, pemerintah selaku counter party hanya akan

ikut serta apabila temuan telah bernilai komersil. Yakni melalui

mekanisme cost recovery.

Sebagai akibatnya kewajiban ini akan berpengaruh pada dua hal.

Pertama bank terikat dengan ketentuan Batas Maksimum Pemberian

Kredit (BMPK). Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, sebagai

implementasi dari prinsip kehati-hatian, bank dalam memberikan kredit

tidak boleh melebihi jumlah tertentu sesuai dengan besaran modal bank.

257

Indonesia, Undang-undang No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi, op cit.

ps. 21 ayat (1)

258

Morton Glantz, op cit., hlm. 16

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

87

Universitas Indonesia

Sehingga tidak jarang bank harus berhadapan dengan ketentuan BMPK

ketika memberikan pendanaan dalam jumlah yang cukup besar.

Selain itu jumlah dana juga menjadi salah satu bahan pertimbangan

penting bagi bank dalam rangka pemberian kredit.259

Hal ini dalam

kaitannya dengan kemungkinan risiko yang harus ditanggung oleh bank.

Dapat dilihat bahwa semakin besar jumlah dana yang dipercayakan oleh

bank kepada calon debitur maka tentunya semakin besar juga tingkat

risiko yang harus diemban oleh bank. Hal ini mengingat kepada prinsip

kepercayaan yang bank harus terapkan selaku pengelola dana

masyarakat.260

Dengan demikian, dapat dilihat bahwa disamping adanya

kemungkinan terbentur dengan ketentuan BMPK, dari sisi jumlah

pendanaan atau jumlah dana yang harus dikucurkan oleh bank, risiko

dalam rangka pembiayaan industri minyak dan gas bumi cukup tinggi.

d. Risiko sepenuhnya ditanggung oleh kontraktor

Pasal 6 ayat (2) huruf c UU No. 22 Tahun 2001, pasal 2 PP No. 79 Tahun

2010 maupun format baku Kontrak Bagi Hasil (KBH) secara tegas

menyatakan bahwa risiko atas pelaksanaan kegiatan operasi minyak dan

gas bumi seluruhnya ditanggung oleh kontraktor sendiri. Dengan adanya

ketentuan ini maka meskipun terjadi atau timbul risiko di kemudian hari

pemerintah yang juga adalah para pihak didalam kontrak tidak dapat

diikutsertakan dan tidak bertanggungjawab sama sekali atas kerugian yang

timbul. Dapat dilihat, ketika kontraktor ternyata gagal dalam tahap

eksplorasi atau tidak menemukan cadangan yang layak untuk

dikembangkan maka kontrak akan berakhir secara otomatis. Segala biaya

yang telah dikeluarkan oleh kontraktor adalah menjadi tanggungan

kontraktor sendiri.

259

Alexander Bathory, op cit., pg. 320.

260

Zulkarnain Sitompul, Peran dan Fungsi Bank dalam Sistem Perekonomian.

http://zulsitompul.files.wordpress.com/2007/06/peran-dan-fungsi-bank_artikel.pdf. Diakses, 27

Desember 2011, pukul 18.00 WIB.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

88

Universitas Indonesia

Dalam kaitannya dengan manajemen risiko dalam pemberian

kredit, dapat dilihat bahwa dalam rangka pemberian kredit, counter party

dari calon debitor merupakan salah satu aspek penilaian penting bagi

bank.261

Namun dalam hal ini, meskipun counter party calon debitor

adalah pemerintah, yang dianggap sebagai pihak yang lebih dapat

dipercaya (dibanding pihak swasta),262

ternyata tidak dapat diikutsertakan

dalam penilaian. Bank harus menyadari bahwa untuk masalah risiko

pemerintah tidak terlibat sama sekali. Dengan adanya ketentuan ini,

tentunya akan memperluas risiko yang harus ditanggung oleh calon

debitor dalam menjalankan kegiatan usahanya. Padahal apabila pemerintah

ikut serta dalam menanggung risiko layaknya kontrak pada umumnya,

dapat menjadi nilai tambah tersendiri bagi bank ketika mengambil

keputusan pemberian kredit.263

Pada akhirnya, dengan semakin luasnya

risiko yang harus ditanggung oleh calon debitor maka penilaian atas risiko

kredit tersebut juga semakin meningkat. Yang secara tidak langsung

berdampak pada tingginya tingkat risiko yang juga harus diemban oleh

bank.

e. Adanya kewajiban untuk melakukan ring fencing

Sebagai akibat dari adanya ketentuan ini,264

maka sebahagian besar badan

usaha yang didirikan oleh kontraktor berbentuk special purpose vehicle

(SPV) atau Bentuk Usaha Tetap (BUT).265

SPV itu sendiri merupakan

badan usaha yang didirikan dalam rangka memenuhi tujuan tertentu serta

261

Bank for International Settlements, Core Principles for Effective Banking Supervision,

basel committee on Banking Supervision, October 2006.pg. 9.

262

Philip Turner, op cit, hlm. 3.

263

Wawancara dengan Joi Terkelin Sembiring, Risk Management Bank Central Asia

264

UU No. 22 Tahun 2001, pasal 10 ayat (1) dan (2), op cit.,

265

Bentuk usaha tetap adalah badan usaha yang didirikan dan berbadan hukum di luar

wilayah negara kesatuan republik Indonesia yang melakukan kegiatan di wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia dan wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik

Indonesia (pasal 1 angka 18 UU No. 22 Tahun 2001). Dapat dilihat bentuk usaha tetap merupakan

pengecualian dari ketentuan UU Penanaman Modal /UU No. 25 Tahun 2007, yang menyatakan

bahwa penanaman modal asing di Indonesia haruslah berbentuk Perseroan Terbatas.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

89

Universitas Indonesia

untuk ketentuan administrasi semata.266

Sebagai konsekuensinya

perusahaan tersebut pada umumnya tidak mempuyai aset atas nama sendiri

dimana kontrol dari holding company sangat besar. Dari segi hukum SPV

terpisah dengan holding company-nya yang berdampak pada adanya

pemisahan tanggungjawab perusahaan tersebut. Meskipun secara

akuntansi dimungkinkan dilakukannya consolidation of financial report.267

Secara sederhana perusahaan tersebut dapat disimpulkan hanya sebagai

perusahaan boneka yang dibuat dalam rangka memenuhi tujuan tertentu

saja dan tidak melaksanakan kegiatan usaha secara nyata.

Dalam kaitannya dengan prinsip pemberian kredit maupun

manajemen risiko yang dijalankan oleh bank, maka ketentuan ini akan

berdampak pada beberapa aspek penilaian. Yakni, penilaian atas modal,

aset, laporan keuangan, agunan dan ketika harus dilakukan restrukturisasi

kredit. Terkait dengan modal, perusahaan yang berbentuk SPV maupun

BUT pada umumnya tidak memiliki modal sendiri dalam jumlah yang

cukup besar. Dimana hal ini akan berpengaruh kepada keputusan bank

untuk memberikan kredit atau tidak. Mengingat struktur permodalan yang

cukup baik dapat meyakinkan bank akan kemampuan calon debitur untuk

memenuhi perikatannya.

Ketentuan selanjutnya adalah terkait dengan dilakukannya

restrukturisasi oleh bank dalam hal terjadi kegagalan pembayaran. Salah

satu alternatif yang dapat ditempuh oleh bank adalah dengan penyertaan

modal sementara pada perusahaan yang bersangkutan.268

Langkah

restrukturisasi ini akan terhambat ketika bank ternyata harus menjadi salah

satu peserta dalam perusahaan boneka yang tidak mampu menghasilkan

266

Gary B. Gorton and Nicholas S. Souleles, op cit.,

267

Ainun Na’im, Special Purpose Vehicle Institutions: Their Business Natures and

Accounting Implications. Gadjah Mada International Journal of Business, 2006, VIII(1). http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=4547. Diakses 10 Oktober 2012.

268

Bentuk-bentuk restrukturisasi kredit diatur dalam pasal 1 angka 25 Peraturan Bank

Indonesia No. 7/2/PBI/2005 Tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum sebagaimana terakhir

kali diubah dengan Peraturan Bank Indonesia No. 11/2/PBI/2009.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

90

Universitas Indonesia

ataupun memberikan keuntungan bagi bank. Mengingat SPV tidak

menjalankan kegiatan operasional suatu perusahaan sebagaimana

mestinya.269

Demikian juga halnya ketika bank melakukan penilaian atas

kelayakan laporan keuangan calon debitor. Consolidation of financial

report dalam hal ini sangat memungkinkan untuk membuat bank terkecoh.

Padahal dalam faktanya tanggung jawab terpisah antara SPV ataupun BUT

dengan perusahaan induknya. Demikian juga halnya jika bank akan

melakukan penyitaan maka kemungkinan besar tidak akan ada aset yang

dapat disita. Mengingat aset yang dimiliki oleh SPV berasal dari servicing

arrangement.270

f. Jangka Waktu Kontrak Kerja Sama

Jangka waktu kontrak kerja sama ditetapkan paling lama 30 (tiga puluh)

tahun dengan kemungkinan dapat dilakukan perpanjangan atasnya selama

20 (dua puluh) tahun.271

Masa eksplorasi sendiri dimana merupakan fase

paling kritis dari jalannya suatu kontrak, dilaksanakan selama enam tahun

pertama dengan kemungkinan dapat diperpanjang selama empat tahun.272

Dengan adanya ketentuan ini maka apabila minyak dan gas bumi tidak

ditemukan pada masa eksplorasi yakni selama sepuluh tahun maka kontrak

kerja sama terpaksa diakhiri.

Dalam hal kontraktor tidak dapat memenuhi kewajibannya kepada bank

dikarenakan tidak ditemukannya cadangan yang memadai maka

kemungkinan untuk dilakukannya restrukturisasi kredit sudah sangat kecil.

Mengingat salah satu syarat penting dilakukannya restrukturisasi kredit

adalah debitur memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi

kewajiban setelah kredit direstrukturisasi.273

Dengan adanya ketentuan

269

Gary B. Gorton and Nicholas S. Souleles, op cit.,

270

Ibid.,

271

Indonesia, UU No. 21 Tahun 2001, op cit., pasal 14 ayat (1) dan (2).

272

Ibid., pasal 15 ayat (1) dan (2).

273

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005, pasal 51.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

91

Universitas Indonesia

pengakhiran kontrak secara otomatis tentunya kegiatan usaha tersebut

dinilai tidak memiliki prospek yang baik lagi. Proyek yang dibiayai

tersebut bahkan tidak mungkin untuk dilanjutkan lagi. Sebagai

dampaknya, hal ini akan memperluas risiko yang harus diperhitungkan

oleh bank dalam hal terjadi kegagalan pembayaran oleh debitor ataupun

ketika restrukturisasi harus ditempuh sebagai salah satu alternatif.

g. Kepemilikan atas aset

Sejak saat dimulainya cost recovery maka seluruh aset kontraktor

dicatatkan dan beralih kepemilikannya kepada negara.274

Dengan adanya

ketentuan ini maka sejak persetujuan atas POD yang pertama275

tidak ada

aset yang dapat dijadikan sebagai agunan oleh kontraktor kepada bank.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, agunan memegang peranan

penting dalam rangka penentuan kebijakan pemberian kredit. Semakin

besar jumlah agunan yang dapat diberikan oleh calon kreditur maka

semakin rendah risiko yang harus diemban oleh bank dalam rangka

pemberian kredit tersebut.276

Demikian juga halnya ketika kontraktor

ternyata wanprestasi maka konsep jaminan umum sebagaimana diatur

dalam pasal 1131 KUHPerdata tetap tidak dapat dijadikan senjata oleh

bank. Pasal 1131 KUHPerdata menyatakan, segala kebendaan si berutang,

menjadi tanggungan untuk segala perikatannya.277

Dengan tidak adanya

kebendaan milik debitur maka tidak dimungkinkan bagi bank untuk

mejadikan sita jaminan aset debitur tersebut. Melihat kepada tingkat risiko

yang begitu besar dan jumlah modal yang sangat banyak sudah tentulah

keberadaan agunan menjadi penting. Meskipun agunan dalam hal ini

274

Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2004, op cit., pasal 78.

275

Persetujuan atas Plant of Development (POD) untuk pertama kalinya menandakan

bahwa temuan bernilai komersil dan dapat memasuki tahapan produksi atau ekpsloitasi. Sejak saat

itu jugalah penggantian biaya cost recovery atas segala biaya yang telah dikeluarkan oleh

kontraktor akan dibayar oleh pemerintah.

276

Gabreil Jimenez and Jesus Saurina, op cit.,

277

KUHPerdata [Burgerlijk Wetboek], op cit., pasal 1131.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

92

Universitas Indonesia

bukanlah suatu syarat mutlak dalam pemberian kredit khususnya

pemberian kredit kepada korporasi.

h. Kemungkinan dilakukannya unitisasi

Sesuai dengan ketentuan dalam pasal 41 PP No. 35 Tahun 2004,

dalam hal terjadi pelamparan reservoar yang memasuki wilayah kerja

kontraktor lain maka wajib dilakukan unitisasi. Menteri selanjutnya akan

menentukan pihak yang menjadi operator pelaksana.278

Dengan adanya

ketentuan ini maka operator atas suatu kontrak kerja dapat saja berubah.

Kemungkinan untisasi ini selanjutnya akan berdampak pada analisis atau

penilaian yang telah dilakukan oleh bank. Dimana kontraktor yang telah

melalui tahap penilaian ternyata tidak lagi menjadi operator atas proyek

yang dibiayai. Unitisasi dapat mengakibatkan kedudukan kontraktor

tersebut dapat saja hanya sebagai sharing partner. Sebagai

konsekuensinya tidak lagi memegang peranan yang seberpengaruh dan

sepenting dulu, khususnya dalam hal pengambilan kebijakan. Masalah

unitisasi bukanlah hal yang sepele. Dapat dilihat salah satu faktor

penyebab tidak tercapainya target dalam APBN tahun 2012 adalah karena

adanya pergantian operator dalam pengusahaan minyak dan gas bumi

sebagai dampak dari adanya unitisasi.279

Hal ini berkaitan dengan prinsip pemberian kredit yakni character

dan capacity dari calon debitur, serta penilaian atas risiko kredit yang

dilakukan oleh bank. Dalam penilaian character bank melihat pihak yang

bertanggung jawab atau pengurus dari jalannya proyek yang dibiayai.

Demikian juga halnya terkait dengan capacity, bank melihat bagaimana

kemampuan debitur dalam rangka menjalankan kegiatan usahanya.

Dengan adanya ketentuan ini maka bank dalam hal ini harus siap dengan

kemungkinan jika pihak yang telah diberikan penilaian tersebut ternyata

tidak lagi menjadi operator di wilayah kerjanya dan beralih kepada pihak

278

Indonesia, PP No. 35 Tahun 2004, pasal 42.

279

Kompas, Minyak dan Gas Bumi, 36 KKKS Tidak Capai Target Produksi. Kompas,

Sabtu 4 Februari 2012. Nomor 212 Tahun ke-47, hlm. 18.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

93

Universitas Indonesia

lain yang bank tidak ketahui bagaimana karakter dan kapabilitasnya.

Demikian juga halnya dengan analisis risiko kredit, dimana manajemen

yang ditempuh oleh perusahaan calon debitur merupakan salah satu bahan

pertimbangan penting bagi bank.280

Akan tetapi dengan adanya

kemungkinan unitisasi maka kontrol atas jalannya kegiatan usaha bisa saja

beralih ke pihak lain yang berdampak pada pengambilan keputusan dan

manajemen yang diterapkan atas suatu proyek juga dapat berubah. Dengan

demikian, unsur penting dalam pemberian kredit yakni penilaian atas

karakter, kapabilitas dan analisis atas risiko kredit tampak ternodai dalam

hal ini. Sebagai contoh beberapa perusahaan minyak dan gas bumi yang

harus di unitisasi adalah Pertamina EP dengan JOBPPEJ (Joint Operating

Body Pertamina PetroChina East Java) untuk pengelolaan lapangan

Sukowati. Serta Pertamina dan Conoco Phillips untuk pengelolaan

lapangan di Jambi.281

Berdasar pada uraian sebelumnya, dapat dilihat bagaimana ketentuan

peraturan perundang-undangan di bidang minyak dan gas bumi yang sangat

memengaruhi analisis atas pemberian kredit yang dilakukan oleh bank. Sejumlah

ketentuan tersebut ternyata berpotensi untuk memperbesar risiko yang harus

ditanggung oleh bank dalam rangka pemberian kredit kepada industri minyak dan

gas bumi. Dengan demikian bank sebaiknya berfokus kepada tahapan eksploitasi

dan kegiatan usaha hilir.

4.3 Metode pembiayaan industri minyak dan gas bumi yang dapat

ditempuh

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, perbankan ternyata cukup sulit

untuk memberikan pendanaan kepada industri minyak dan gas bumi, khususnya

kepada industri hulu. Oleh sebab itu berikut akan diuraikan bagaimana metode

pembiayaan yang ditempuh oleh industri minyak dan gas bumi di negara-negara

280 Morton Glantz, op cit., hlm. 16

281

Wawancara dengan Firmanta S, Subsurface Reservoir Engineer PetroChina

Internastional .

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

94

Universitas Indonesia

yang merupakan penghasil minyak dan gas bumi pada umumnya, yang dapat

digambarkan sebagai berikut:282

1. Pasar Modal

Pembiayaan melalui pasar modal dapat ditempuh dengan

melakukan penawaran umum atau lazim dikenal dengan Intial Public

Offering (IPO). Penawaran umum diatur dalam pasal 1 angka 15 Undang-

undang No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal “UU Pasar Modal”.

Penawaran umum diawali dengan emisi efek, yakni menerbitkan suatu

jenis efek tertentu untuk yang pertama kalinya dan melakukan

pendistribusian melalui penawaran umum dengan tujuan untuk

menghimpun modal. Penawaran umum dilakukan melalui pasar perdana

yang berlangsung dalam waktu beberapa hari. Setelah pasar perdana

berakhir emiten dapat memperjualbelikan efeknya melalui pasar

sekunder.283

Pasar modal dipilih ketika perusahaan ingin mendapatkan

pembiayaan jangka panjang. Pasar modal dianggap sebagai metode

pembiayaan yang sudah umum ditempuh oleh banyak perusahaan yang

membutuhkan suntikan dana. Disamping bermanfaat bagi perusahaan yang

membutuhkan pembiayaan, pasar modal juga dipercaya dapat mendukung

pertumbuhan ekonomi dengan mengikutsertakan elemen masyarakat.

Pembiayaan melalui pasar modal dapat dilakukan dengan

menerbitkan saham maupun obligasi. Saham sendiri merupakan instrumen

penyertaan modal seseorang atau lembaga dalam suatu perusahaan.284

Sedangkan obligasi merupakan instrumen hutang sehingga dikenal juga

dengan surat hutang. Aspek hukum penawaran umum dapat digambarkan

sebagai berikut, yang terdiri dari keuntungan dan kelemahannya:285

282 Michael E Humphries, “The Competitive Environment for Oil and Gas Financing”.

Journal of Energy Policy, Volume 23 No. 11, 1995.

283

M Irsan Nasarudin et all, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group., hlm. 213.

284

Ibid., hlm. 188.

285

Ibid., hlm. 216.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

95

Universitas Indonesia

a. Keuntungan perusahaan melakukan penawaran umum

1) Sebagai sarana tambahan modal yang dianggap lebih berpotensi

daripada harus melalui kredit pembiayaan (debt financing).

2) Peningkatan likuiditas perusahaan terhadap kepentingan

pemegang saham utama dan pemegang saham minoritas.

3) Meningkatkan prestise dan publisitas perusahaan.

b. Kelemahan perusahaan melakukan penawaran umum

1) Adanya tambahan biaya untuk mendaftarkan efek pada

penawaran umum.

2) Hilangnya kontrol terhadap persoalan manajemen, karena terjadi

dilusi kepemilikan saham.

3) Keharusan untuk mengumumkan besarnya pendapatan

perusahaan dan pembagian deviden.

Secara sederhana tahapan dalam penawaran umum dapat digambarkan

sebagai berikut:

a. Tahap Pra- Emisi

1) Perusahaan melakukan kajian mendalam (due diligence)

terhadap keadaan keuangan, aset, utang dan piutang serta

rencana penghimpunan dana.

2) Perusahaan menyusun rencana penawaran umum yang harus

mendapat persetujuan RUPS.

3) Perusahaan menentukan penjamin emisi, profesi penunjang,

dan lembaga penunjang untuk penawaran umum.

4) Melakukan public expose

5) Menyatakan pernyataan pendaftaran kepada Bapepam.

b. Tahap Emisi

1) Penawaran oleh sindikasi penjamin emisi dan agen penjual di

pasar primer

2) Penyerahan efek kepada penjual di pasar primer

3) Perdagangan efek di pasar sekunder

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

96

Universitas Indonesia

c. Tahap Setelah Emisi

1) Laporan berkala (continuous disclosure)

2) Laporan kejadian penting dan relevan (timely disclosure).

Jika terjadi perubahan penggunaan dana maka emiten harus

menyampaikan hal itu kepada Badan Pengawas Pasar Modal

(Bapepam). Perubahan penggunaan dana selanjutnya harus

mendapat persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS).

Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya salah satu ketentuan

penting yang terdapat dalam penawaran umum adalah dilepaskannya

saham kepada publik sehingga pemilik perusahaan tidak dapat

menentukan pihak mana saja yang akan menjadi pemilik dari saham yang

dilepaskan tersebut.286

Sebagai konsekuensi dari pelepasan saham kepada

publik ini maka hilangnya kontrol atas manajemen perusahaan menjadi

suatu hal yang tidak dapat dihindarkan.287

Hal ini mengingat karakteristik

saham yang memberikan hak suara kepada pemiliknya.288

Dalam

prakteknya sejumlah ketentuan ini dikhawatirkan dapat menghambat

jalannya pengambilan keputusan dalam manajemen perusahaan. Karena

untuk menyelenggarakan RUPS bagi perusahaan publik harus sesuai

dengan prosedur dan jangka waktu yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan. Tidak hanya itu ketentuan penting lainnya adalah

besarnya peranan para pemegang saham dalam pengambilan keputusan

harus berhadapan dengan peranan pemerintah yang dalam hal ini berperan

selaku pemegang kendali atas jalannya manajemen operasi.

Alternatif lain yang dimungkinkan adalah melalui penerbitan

obligasi/surat hutang. Sebagaimana karakteristik dari obligasi maka tidak

286

Teresa Nelson, The Persistence of Founder Influence: Management, Ownership, and

Performance Effects at Initial Public Offering. Strategic Management Journal, Vol. 24, No. 8

(Aus., 2003), pg. 707-724 <http://www.jstor.org/stable/20060570> Diakses, 5 Desember 2012.

287

Ibid.,

288

Todung Mulya Lubis, Pasar Modal. Disampaikan pada perkuliahan Hukum

Pembiayaan Perusahaan. Pascasarja Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Jakarta: 2011.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

97

Universitas Indonesia

terdapat hak suara dari pemiliknya atas jalannya manajemen perusahaan.

Namun, kelemahan dari obligasi adalah perusahaan harus melakukan

pembayaran bunga dan pinjaman pokok pada setiap kali tanggal jatuh

tempo.289

Dilihat dari tidak adanya kepastian dalam kegiatan usaha hulu

minyak dan gas bumi, maka hal ini dikhawatirkan dapat memberatkan

keuangan perusahaan. Adalah hal yang memungkinkan apabila perusahaan

tidak mampu melakukan pembayaran ketika tanggal jatuh tempo tiba.

Tidak hanya itu dalam kaitannya dengan status pemegang obligasi sebagai

kreditur preferen maka ketika perusahaan tidak mampu melakukan

pembayaran mereka harus didahulukan termasuk hak atas aset perusahaan.

Permasalahan terjadi ketika perusahaan tersebut tidak memiliki aset yang

dapat disita, hal ini mengingat dalam industri hulu terdapat ketentuan

bahwa seluruh aset kontraktor secara yuridis akan menjadi milik

pemerintah Indonesia.

Selain permasalahan tersebut diatas permasalahan lainnya adalah terkait

dengan kondisi emiten/perusahaan setelah melakukan penawaran umum.

Dikarenakan jika terjadi perubahan penggunaan dana, maka emiten harus

menyampaikan hal itu kepada Bapepam. Perubahan penggunaan dana

selanjutnya harus mendapat persetujuan dari RUPS. Hal ini akan

berhadapan dengan ketentuan pasal 6 ayat (2) huruf b UU No. 22 Tahun

2001. Dimana dengan adanya ketentuan ini kontraktor wajib memintakan

persetujuan terlebih dahulu kepada menteri atas program pengembangan

dan program kerja (plant of development POD dan work program and

budget atau WP&B). Dengan demikian adalah dimungkinkan apabila

terdapat perubahan dalam WP&B sebagaimana telah dibuat oleh

kontraktor. Jika menteri memandang perlu maka dimungkinkan untuk

melakukan perubahan yang salah satunya adalah terkait dengan perubahan

289

Mengingat, di dalam saham pembayaran hanya akan dilaukan apabila perusahaan

ternyata memperoleh keuntungan. Hal ini menginga peran pemegang saham bukanlah sebagai

kreditor akan tetapi ikut serta sebagai pemilik dari perusahaan yang bersangkutan. Sehingga jika

terjadi kerugian pemegang saham juga ikut serta menanggung, dengan ketentuan tidak lebih besar

dari nilai saham yang dimilikinya.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

98

Universitas Indonesia

penggunaan dana. Sehingga adanya ketentuan yang mempersyaratkan

persetujuan RUPS akan sulit untuk terlaksana.

2. Project finance

Melihat dari sejarahnya project finance pertama kali digunakan

oleh kerajaan inggris ketika melakukan pembiayaan atas kegiatan

eksplorasi dan eksploitasi pertambangan silver Devon.290

Project finance

disebut juga dengan non-recourse financing atau limited recource

financing.291

Dikatakan demikian karena pembiayaan dengan motode ini

tidak mensyaratkan adanya jaminan layaknya metode pembiayaan melalui

bank. Proyek itu sendiri adalah jaminan dalam model pembiayaan ini.

Peter K Nevitt, memberikan defenisi atas project financing sebagai

berikut:292

“A financing of a particular economi unit in which a lender

is satisfied to look initially to the cash flows and earnings of

that economic unit as the source of funds from which a loan

will be repaid and to the assets of the economic unit as

collateral for a loan”.

Sebagai akibat dari proyek itu sendiri menjadi jaminan maka

penilaian atas pembiayaan dilakukan terhadap proyek yang bersangkutan.

Sumber pendanaan dalam hal ini harus mampu menilai tingkat

keekonomian suatu proyek dan memastikan kalau proyek tersebut mampu

menjadi sumber pendapatan kedepannya. Disamping berkaitan dengan

jaminan alasan lain mengapa project financing disebut sebagai non-

recourse financing adalah karena konsep jamiman umum sebagaimana

berlaku dalam hubungan kreditor-debitor tidak berlaku dalam hal ini.

290

Bruce Comer, Project Finance Teaching Note. The Wharton School, 1996.

291

Thomas J. Chemmanur and Kose John, Optimal Incorporation, Structure of Debt

Contratcs, and Limited-Recourse Project Financing. Journal of Financial Intermediation 5, 372-

408 (1996), Article No. 0021.

292

Peter K Nevitt, Project Financing. Euromoney, 4th

ed., Sebagaimana dikutip oleh

Todung Mulya Lubis, Project Financing. Disampaikan pada perkuliahan Hukum Pembiayaan

Perusahaan. Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Jakarta: 2012.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

99

Universitas Indonesia

Dikatakan demikian karena walaupun debitur gagal dalam melakukan

pembayaran maka harta ataupun aset debitur tidak dapat disita oleh

kreditur. Mengingat project financing merupakan bentuk pembiayaan

dalam skala besar maka pihak financer biasanya melakukan kontrol yang

cukup besar atas disbursement account, a proceeds account, a debt service

reserve account, dan yang tidak kalah pentingnya adalah penempatan

shadow director.293

Dalam kaitannya dengan industri minyak dan gas bumi, kreditur

melakukan analisis atas proven reserve dan perhitungan atas tingkat

produksi dari lapangan yang dibiayai. Dalam prakteknya, debitur meminta

adanya sertifikasi dari lembaga yang berkompeten untuk menghitung

proven reserve. Penilaian atas proven reserve ini penting mengingat

pembayaran akan dilakukan setelah proven reserve bernilai komersial.

3. Commercial paper

Berbeda dengan metode pembiayaan melalui pasar modal maka

penerbitan commercial paper atau surat berharga ditempuh apabila

pembiayaan yang dibutuhkan adalah untuk jangka pendek.294

Surat

berharga diterbitkan untuk jangka waktu 30 sampai dengan 270 hari.

Dalam perkembangannya di Indonesia surat berharga berkembang cukup

pesat sejak tahun 1996295

dan mengalami penurunan yang cukup

siknifikan pada tahun 2007 dan 2008 sebagai akibat dari krisis

keuangan.296

Pada umumnya metode pembiayaan ini ditempuh oleh

perusahaan-perusahaan minyak di luar Amerika dalam rangka melengkapi

293 Todung Mulya Lubis, Project Financing., op cit.,

294

Sebagaimana disebutkan oleh Federal Reserve dalam New York Times, Commercial

Paper.

<http://topics.nytimes.com/topics/reference/timestopics/subjects/c/commercial_paper/index.html>, Sunday, 25 November 2012.

295

PECC Finance Forum Conference, Financial Centers in East Asia: An Indonesian

Perspective (outline). <http://www.pecc.org/resources/doc_view/414-financial-centers-in-east-asia-an-indonesian-perspective-outline>. Diakses 26 November 2012.

296

Ibid.,

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

100

Universitas Indonesia

pendanaan jangka pendek lainnya. Dapat dilihat metode ini digunakan

oleh perusahaan-perusahaan yang memiliki cash flow yang cukup

siknifikan. Jika dibandingkan dengan metode pembiayaan lainnya maka

penerbitan surat berharga dipandang sebagai metode pembiayaan yang

paling murah dan mudah.

Commercial paper atau surat berharga dianggap kurang sesuai

karena dana yang dapat dikumpulkan dengan penerbitan surat berharga

tidaklah terlalu besar. Selain itu surat berharga diterbitkan untuk jangka

pendek. Sedangkan proyek minyak dan gas bumi khususnya industri hilir

merupakan proyek jangka panjang dengan jumlah biaya yang sangat besar.

Dimana keberhasilannya pada umumnya ditentukan setelah sepuluh tahun

masa eksplorasi terlewati.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa metode pembiayaan yang

dianggap paling sesuai adalah melalui mekanisme project financing, yaitu

mekanisme yang menjaminkan proyek itu sendiri. Pembayaran melalui

mekanisme ini hanya akan dilakukan apabila proyek ternyata berhasil.297

Meski

eksplorasi atau eksploitasi minyak dan gas bumi tidak berhasil dan mengakibatkan

perusahaan tidak bisa membayar, aset perusahaan tidak dapat dijadikan jaminan.

Hal inilah yang menyebabkan mekanisme project finance kerap ditempuh oleh

perusahaan yang menjalankan proyek dengan risiko tinggi. Ketentuan ini

selanjutnya mengakibatkan project finance dikenal dengan istilah “project finance

is all about risk identification and mitigation”.298

Di Indonesia sendiri dalam

prakteknya mekanisme project financing banyak digunakan untuk proyek-proyek

pengembangan sumber daya alam khususnya proyek-proyek yang membutuhkan

pendanaan yang cukup besar. Diantaranya adalah pertambangan, minyak dan gas

bumi, power plan serta pembangunan infrastruktur.

297

Ian Giddy, Project Financing. Stem School of Business, New York University.

298

Bill Banks, Major Project Finance Issues Facing Indonesia. Oceania and Asia Pasific

Infrastructure Advisory and Project Finance Leader. Ernst and Young, 30 Maret 2011.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

101

Universitas Indonesia

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

102

Universitas Indonesia

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

1. Karakter risiko yang terdapat dalam industri minyak dan gas bumi dapat

dibedakan menjadi dua yakni:

a. Karakter risiko yang terdapat dalam kegiatan usaha hulu, yang

selanjutnya dapat dibagi menjadi risiko pada tahapan eksplorasi dan

risiko pada tahapan eksploitasi. Pada tahapan eksplorasi, risiko terbesar

adalah tidak adanya kepastian cadangan minyak dan gas bumi. Dalam

tahap ini, harus dilakukan pemboran pada sumur dengan biaya yang

besar dan tingkat keberhasilan yang sangat kecil. Tidak hanya itu,

cadangan minyak dan gas bumi yang ditemukan harus dikaji

kelayakannya untuk diproduksi secara komersial.

Karakter risiko yang terdapat pada tahap eksploitasi pada prinsipnya

sudah lebih kecil, karena sudah ditemukannya cadangan minyak dan gas

bumi. Namun, jumlah cadangan minyak dan gas bumi tidak dapat

ditentukan dengan pasti. Jumlah cadangan minyak dan gas bumi

cenderung terus menurun dan di saat yang sama jumlah biaya yang

diperlukan terus meningkat.

Disamping karakter risiko yang berasal dari nature kegiatan usaha itu

sendiri. Terdapat sejumlah ketentuan umum dalam kegiatan usaha hulu

minyak dan gas bumi yang dianggap tidak sesuai dengan prinsip

pemberian kredit oleh bank. Atau setidaknya mempersulit posisi

kontraktor selaku debitur dan bank selaku pemberi kredit ketika

melakukan analisis atas kelayakan kredit. Sehingga pada akhirnya

memengaruhi kemungkinan risiko yang harus diambil oleh bank.

b. Karakter risiko yang terdapat dalam kegiatan usaha hilir, yang dapat

dibagi menjadi kegiatan pengolahan, pengangkutan, penyimpanan, dan

niaga. Jika dibandingkan, risiko pada kegiatan usaha hilir tidak sebesar

kegiatan usaha hulu. Risiko yang terjadi lebih cenderung pada faktor

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

103

Universitas Indonesia

teknis seperti kebocoran pipa, pemblokiran jalan transportasi dan

ketidakstabilan harga.

2. Dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian dan prinsip pemberian kredit

oleh bank, pemberian kredit kepada industri minyak dan gas bumi sebaiknya

berfokus kepada kegiatan usaha hilir, mengingat kecilnya karakter risiko

dalam kegiatan usaha hilir. Disamping itu, badan usaha pada kegiatan usaha

hilir tidak terikat dengan peraturan perundang-undangan tentang minyak dan

gas bumi. Mengingat sejumlah ketentuan yang terdapat dalam peraturan

perundang-undnagan tersebut berpotensi memengaruhi tingkat risiko yang

harus ditanggung oleh bank. Apabila bank akan memberikan kredit kepada

kegiatan usaha hulu, maka tahapan yang dimungkinkan adalah tahapan

eksploitasi, karena telah ada kepastian cadangan minyak dan gas bumi yang

dapat diproduksi secara komersial dan berlakunya mekanisme cost recovery.

5.2 Saran

1. Perbankan nasional sebaiknya ikut serta dalam memberikan pendanaan

kepada industri minyak dan gas bumi, karena peranan minyak dan gas

bumi yang penting bagi ketahanan energi nasional. Dalam rangka

penerapan prinsip kehati-hatian, bank sebaiknya memfokuskan diri pada

pendanaan di kegiatan usaha hilir. Kalaupun bank ingin memberikan

pendanaan kepada kegiatan usaha hulu, tahapan yang dipilih sebaiknya

adalah tahapan eksploitasi. Mengingat jumlah dana yang dibutuhkan

cukup tinggi, bank dapat menempuh mekanisme kredit sindikasi untuk

melakukan sharing risiko antara para pesertanya.

2. Terkait dengan pembiayaan pada kegiatan usaha hulu, khususnya tahapan

eksplorasi, pendanaan dapat dilakuan dengan mekanisme project

financing, seperti yang diterapkan oleh negara-negara penghasil minyak

dan gas bumi pada umumnya. Terlebih lagi, mekanisme ini sedang

dikembangkan di Indonesia dalam rangka pembiayaan kepada proyek

dengan jumlah dana yang cukup besar dan risiko yang tinggi.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

104

Universitas Indonesia

Daftar Pustaka

Buku

Alvarado, Vladimir and Eduardo Manrique, “Enhanced Oil Recovery Field

Planning and Development Strategies”. Elsevier, Gulf Professional

Publishing, 2010.

Assiddiqie, Jimly Gagasan Kedaulatan Rakyat Dalam Konstitusi dan

Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve , 1994.

Austin, John. A Positivist Conception of Law, Law in Philosophical Perspective,

editor Joel Feinberg and Hyman Gross. Belmont California, Wadsworth

Publishing Company, 1997.

Bank Indonesia, Ketahanan Perekonomian Indonesia di Tengah Ketidakpastian

Ekonomi Global, Laporan Perekonomian Tahun 2011.

Bathory, Alexander. The Analysis of Credit, Foundation and Development Credit

Assesment. Londong: McGraw-Hill Book Company (UK) Limited, 1987.

Beck, Robert J. Oil Industry Outlook 13th

edition. Tulsa, Oklahoma: PennWell

Books, 1996.

Caouette, John B et all. Managing Credit Risk, The Great Challenge for Global

Financial Markets 2nd

edition. USA, Wiley, John Wiley & Sons, Inc.

Bruce Comer, Project Finance Teaching Note. The Wharton School, 1996

Darmodiharjo, Darji dan Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Apa dan

Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 1996.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

105

Universitas Indonesia

Djokopranoto, R et all., Merajut Karya Mengukir Sejarah, Memoar Alumni

Pendidikan Ahli Minyak Tentang Peran dan Sumbangsihnya Dalam

Pengembangan Industri Minyak dan Gas Bumi Indonesia. Pertamina:

Ikatan Keluarga Alumni Pendidikan Ahli Minyak, Jakarta, April 2009.

Fuady, Munir. Hukum Perbankan Modern berdasarkan Undang-undang Tahun

1998. Jakarta: PT Citra Aditya Bakti, 1999.

Friedman, W. Legal Theory, London: Stevens & Sons Limited 4th

Edition, 1960.

Gandapradja, Permadi. Dasar dan Prinsip Pengawasan Bank. Jakarta: PT

Gramedia Utama, 2004.

Ginting, Daniel. Prinsip-prinsip Dasar Kredit Sindikasi. Proceedings, Rangkaian

Lokakary Terbatas Hukum Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis

Lainnya, Jakarta: 20-21 Agustus 2001

Glantz, Morton. Managing Bank Risk, an Introduction to Broad-Base Credit

Engineering. United States of America: Academic Press, An Elsevier

Imprint, 2002.

Hasan, A Madjedi. Kontrak Pertambangan Minyak dan Gas Bumi. (Training on

The Law of Oil and Gas Term 2010. Faculty of Law University of

Indonesia.

______________, Penerapan Asas Janji itu Mengikat dalam Kontrak Bagi Hasil

di Bidang Minyak dan Gas Bumi. Jakarta: Fikahati Aneska, 2005.

______________, Kontrak Migas Berazas Keadilan dan Kepastian Hukum.

Jakarta: Fikahati Aneska, 2009.

Hatta, Mohammad. Penjabaran Pasal 33 UUD 1945. Jakarta: Mutiara, 1997.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

106

Universitas Indonesia

Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, cet 4. Jakarta: Kencana

Prenada Media Group, 2008.

Husni Hasbullah, Frieda. Hukum Kebendaan Perdata, Hak-hak yang Memberi

Jaminan. Jakarta: Indo-Hill-Co, 2005.

Kasmir, Manajemen Perbankan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011.

Kalyvas, Lampros &Loannis Akkizidis and Loanna Zourka&Vivianne

Bouchereau, Integrating Market, Credit and Operational Risk, A Complete

Guide for Banker and Risk Professionals. Riks Books, Division in Incisive

Financial Publishing Ltd.

Kusumaatmadja, Mochtar. “Perminyakan di Indonesia dan Kontrak Bagi Hasil

(Production Sharing Kontrak)”. Pendidikan Lanjutan Hukum

Perminyakan dan Gas Bumi Fakultas Hukum UI, 1994.

Lash, Nicholas A. Banking Laws and Regulation An Economic Perspective. New

Jersey: Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs.

McCoubrey, Hilaire and Nigel D. White, Textbook on Jurisprudence, Blacstone

Press Limited 3rd

edition, 1999.

Mishkin, Frederic S. Prudential Supervision, Why Is It Important and What are

the Issue?. The University of Chicago Press, Chicago and London.

Muljono, Pudjo Teguh. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil.

Yogyakarta: BPFE, 2001.

Nasarudin, M Irsan. et all, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

107

Universitas Indonesia

Partowidagdo, Widjajono. Migas dan Energi di Indonesia, Permasalahan dan

analisis kebijakan. Development Studies Foundation, 2009.

Poletto, F and F Miranda, Seismic While Drilling Fundamentals of Drill-Bit

Seismic for Explorations. Handbook of Geophysical Exploration, Seismic

Exploration, vol 35. Elsevier, 2004.

Putri, Trikaloka H. Kamus Perbankan. Jogjakarta: Mitra Pelajar, 2009.

Putra, Edy. Kredit Perbankan, Suatu Tinjauan Yuridis. Yogyakarta: Liberty,

1989.

Ratnapala, Suri. Australian Constitutional Law Foundations and Theory, Oxford

University Press, 2007

Rose, Peter S and Sylvia C. Hudgins, Bank Management and Financial Services

8th

Edition. (McGrow Hill Companies, Internasional Edition, 2010).

Simamora, Rudi M. Hukum Minyak dan Gas Bumi. Jakarta: Djambatan, 2000.

Sayogyo, Kartiyoso. Migas dan Usaha Migas (kumpulan pokok-pokok pikiran).

Humas Pertamina, Yayasan Patra Cendikia, 1999.

Setiarto, Didi. “Kerangka Hukum Kegiatan Bisnis Gas Bumi dan LNG di

Indonesia Dalam Perspektif Produsen”. Training on The Law of Energy

and Mineral Resources, Faculty of Law University of Indonesia. Term

2010.

Stanvac Indonesia. “Industri Minjak Bumi, Suatu Pengantar”. Jakarta: PT Stanvac

Indonesia, 1970.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

108

Universitas Indonesia

Subekti, R. Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit Menurut Hukum

Indonesia. Bandung: Alumni, 1978.

_________, Hukum Perjanjian. Jakarta: PT Intermasa, 2004.

Supramono, Gatot. Perbankan dan Masalah Kerdit (Suatu Tinjauan di Bidang

Yuridis), Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2009.

Surowidjojo, Arief. Aspek Hukum yang Harus Diperhatikan dalam Kredit

Sindikasi. Proceedings, Rangkaian Lokakaria Terbatas Hukum Kepailitan

dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya, Jakarta: 20-21 Agustus 2001

Suseno dan Piter Abdullah, Sistem dan Kebijakan Perbankan di Indonesia. Bank

Indonesia, Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan (PPSK), Seri

Kebanksentralan, No. 7.

Sutojo, Siswanto. Strategi Manajemen Kredit Bank Umum, Konsep Teknik dan

Kasus. Jakarta, Damar Mulia Pustaka, 2000.

Utomo, Sutadi. “Understanding the PSC”. LDI Training Bandung 31 Juli- 1

Augustus, 2008.

Ware, Derrick. Basic Principles of Banking Supervision. Centre for Central

Banking Studies Bank of England, Handbooks in Central Banking,

Weaver and Kevin Shanahan. Banking and Lending Practice. Australian Institute

of Bankers 3rd

edition, Serendip Publication, 1994

Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-undang Hukum Perdata [Burgerlijk Wetboek], diterjemahkan oleh

R Subekti dan R. Tjitrosudibio, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2007).

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

109

Universitas Indonesia

Indonesia, Undang-undang No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan,

Lembaran Negara No. 111 Tahun 2011, Tambahan Lembaran Negara No.

5253.

Indonesia, Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentangPerubahan Atas Undang-

undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, Lembaran Negara No.

182 Tahun 1998, Tambahan Lembaran Negara No. 3790.

Indonesia, Undang-undang No. 22 Tahun 2011 tentang Minyak dan Gas Bumi,

Lembaran Negara No. 136 Tahun 2001, Tambahan Lembaran Negara No.

4152

________, Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Lembaran Negara No. 106 Tahun 2007 dan Tambahan Lembaran Negara

No. 4756 Tahun 2007.

_________, Undang-undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 Tentang

Jaminan Fidusia. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 168

Tahun 1999; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia No. 3889.

_________, Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan

Atas Tanah Beserta Benda-benda Yang Berkaitan Dengan Tanah.

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1996; Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3632.

_________, Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha

Hulu Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara No. 123 Tahun 2004 dan

Tambahan Lembaran Negara No. 4435.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

110

Universitas Indonesia

________, Peraturan Pemerintah No. 36 Tahun 2004 Tentang Kegiatan Usaha

Hilir Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara No. 124 Tahun 2004;

Tambahan Lembaran Negara No. 4436

_________, Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 Tentang Biaya Operasi

Yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang

Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Lembaran Negara Nomor 139 Tahun

2010; Tambahan Lembaran Negara Nomor 5173.

_________, Peraturan Presiden Nomor 95 Tahun 2012 Tentang Pengalihan

Pelaksanaan Tugas dan Fungsi Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas

Bumi. Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 226 Tahun 2012

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/3/PBI/2005 tentang Batas

Maksimum Pemberian Kredit sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/13/PBI/2006 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3/PBI/2005 Tentang Batas

Maksimum Pemberian Kredit Bank Umum. Lembaran Negara No. 70

Tahun 2006. Tambahan Lembaran Negara No. 4639.

_____________, Peraturan Bank Indonesia No. 10/15/PBI/2008 tentang

Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Umum. Lembaran Negara

No 135 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Negara No 4895.

_____________, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 12/19/PBI/2010 Tentang

Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah

dan Valuta Asing. Lembaran Negara No 115 Tahun 2010, Tambahan

Lembaran Negara No. 5158.

_____________, Peraturan Bank Indonesia Nomor: 11/25/PBI/2009 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor: 5/8/PBI/2003 Tentang

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

111

Universitas Indonesia

Penerapan Manajemen Risiko Bagi Bank Umum. Lembaran Negara No.

103 DPNP Tahun 2009 dan Tambahan Lembaran Negara No 5029.

Mahkamah Konstitusi, Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 22/PUU-

I/2003. Dimuat Dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 01 Tahun

2005, Terbit Hari Selasa tanggal 04 Januari 2005.

________________, Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU-X/2012.

Dibacakan pada 13 November 2012. Mahkamah Konstitusi dalam

putusannya menyatakan bahwa frasa Badan Pelaksana yang terdapat

dalam UU No. 22 Tahun 2001 Tentang Minyak dan Gas Bumi.

Makalah, Artikel dan Jurnal Ilmiah

Achmad, Zanial. “General Petroleum Geology,” (Oil and Gas Course, Hakim dan

Rekan Law Firm Oktober-November 2010).

_____________, “The Quest of Energy”. Disampaikan pada Oil and Gas Course,

Hakim dan Rekan Law Firm Oktober-November 2010

Agung Pri Rakhmanto, “Menyoal Insentif Sistim Bagi Hasil dan Politik Migas

Indonesia”. Divisi Penelitian LP3S. Disampaikan pada tanggal, 20

September 2007.

Alan Frederik, “Prinsip-prinsi dasar Kontrak Kerja Sama”. Makalah pada Loka

Karya Litigasi, Denpasar, 2004.

Badan Pusat Statistik, Perkembangan Ekspor dan Impor Indonesia Januari 2012.

Berita Resmi Badan Pusat Statistik No. 16/03/Th. XV, 1 Maret 2012. <

http://www.bps.go.id/brs_file/eksim_01mar12.pdf>. Diakses, 30 Oktober

2012.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

112

Universitas Indonesia

Bank for International Settlement, Basel Committee in Banking Supervision,

Basel III: International Framework for Liquidity Risk Measurement,

Standards and Monitoring. Bank for International Settlements, December

2010.

__________, BIS Working Papers No 125 The institutional memory hypothesis

and the procyclicality of bank lending behavior.

____________, Basel Committee on Banking Supervision, Settlement Risk in

Foreign Exchange Transaction: Report Prepared by the Committee on

Payment and Settlement System of The Central Banks of the Group of Ten

Contries, Basel, Switzerland: Bank fir International Settlement, March

1996.

____________, Principles for the Management of Credit Risk. Consultative paper

issued by the Basel Committee on Banking Supervision, Basel, September

2000.

______________, Core Principles for Effective Banking Supervision, basel

committee on Banking Supervision, October 2006

Benston, George J. and George G. Kauf’man. The Appropriate Role of Bank

Regulation. The Economic Journal, Volume. 106, No. 436 (May, 1996),

hlm. 688-698.

Bill Banks, Major Project Finance Issues Facing Indonesia. Oceania and Asia

Pasific Infrastructure Advisory and Project Finance Leader. Ernst and

Young, 30 Maret 2011.

Bolt, Wilko and Alexander F Tieman, Banking Competition, Risk and Regulation.

The Scandinavian Journal of Economics, Volume. 106, No. 4 (Dec 2004).

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

113

Universitas Indonesia

Brownbridge, Martin et all. Prudential Regulation. Finance and Development

Briefing Papers, September 2002.

Campbell, Andrew. Insolvent Banks and the Financial Institution Safety Net-

lessons from the Northern Rock Crisis. As published in the Singapore

Academy of Law Journal (2008) SAcLJ 316-342.

Chemmanur, Thomas J. and Kose John, Optimal Incorporation, Structure of Debt

Contratcs, and Limited-Recourse Project Financing. Journal of Financial

Intermediation 5, 372-408 (1996),

Crockett, Andrew. Banking Supervision and Financial Stability. The William

Taylor Memorial Lecture by Andrew Crockett, General Manager of the

Bank for International Settlements, in Sydney, 22 October 1998.

Crowe, Robert M and Ronald C. Hom, The Meaning of Risk. The Journal of Risk

and Insurance, volume 34, No. 3 Sep., 1967.

Djajadiharsja, Yusuf S. Pengembangan Riset Gas Hidrat dan Rencana ke Depan.

Disampaikan pada seminar Granite Uncoventional Energy in Indonesia,

Teknik Geologi Universitas Trisakti. 29 Oktober 2012

Duisenberg, Willem F. The role of the Eurosystem in prudential supervision.

Speech by Dr Willem F Duisenberg, President of the European Central

Bank, Amsterdam,24 April 2002. Banking for International Settlement

Review 27/2002.

Engemann, Kurt J and Holmes E Miller, Operations Risk Management at a Major

Bank. Volume 22, No. 6, Decision and Risk Analysis, Nov – Dec., 1992.

Humphries, Michael E. “The Competitive Environment for Oil and Gas

Financing”. Journal of Energy Policy, Volume 23 No. 11, 1995

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

114

Universitas Indonesia

Husein, Yunus. Aspek Hukum Perkreditan Bank. Disampaikan pada kuliah

Hukum Perbankan Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2011.

Jobst, Andreas A. It’s all in the data-consistent operational risk measurements

and regulation, Journal of Financial Regulation and Compliance, Volume

12 Number 4 Tahun 2007.

Jimenez, Gabreil and Jesus Saurina, Collateral, Type of Lender and Relationship

Banking as Determinants of Credit Risk. Jounal of Banking and Finance

28, 2004.

Kompas, Minyak dan Gas Bumi, 36 KKKS Tidak Capai Target Produksi.

Kompas, Sabtu 4 Februari 2012. Nomor 212 Tahun ke-47

Koran Tempo, Industri Migas Kurang Dukungan Perbankan, Tanggal 25

November 2011

Key, Sydney J. Trade Liberalization and Prudential regulation: The International

Framework for Financial Services. International Affairs (Royal Institute

of International Affairs 1944-), Volume, 75, No. 1 Jan., 1999.

Lemigas, Bunga Rampai Seratus Tahun Perminyakan di Indonesia (Jakarta:

Lemigas 1985) mengutip Perkembangan Industri Perminyakan di

Indonesia.

Lijphart, Arend. “Democracies”, Democracies, Patterns of Majoritarian and

Consensus Government in Twenty-One Contries, Yale University Press,

New Haven and London. (Dikumpulkan oleh Satya Arinanto, Politik

Hukum 1, Jakarta: Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas

Indonesia, 2001.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

115

Universitas Indonesia

Lubis, Todung Mulya. Project Financing. Disampaikan pada kuliah Hukum

Pembiayaan Perusahaan, Pasasarjana Fakultas Hukum UI, November,

2011.

_____________, Pasar Modal. Disampaikan pada perkuliahan Hukum

Pembiayaan Perusahaan. Pascasarja Fakultas Hukum Universitas

Indonesia. Jakarta: 2011.

Na’im, Ainun. Special Purpose Vehicle Institutions: Their Business Natures and

Accounting Implications. Gadjah Mada International Journal of Business,

2006, VIII(1). http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=4547.

Diakses 10 Oktober 2012.

Nasution, M Hakim. Production Sharing Contract (PSC). Disampaikan pada One

Week Training on The Law of Oil and Gas, Business Law Society, Faculty

of Law University of Indonesia, June 2010.

Nevitt, Peter K. Project Financing. Euromoney, 4th

ed., et 3. Sebagaimana dikutip

oleh Todung Mulya Lubis, Project Financing. Disampaikan pada

perkuliahan Hukum Pembiayaan Perusahaan. Pascasarjana Fakultas

Hukum Universitas Indonesia. Jakarta: 2012.

Ngo, Phong T.H. International Prudential Regulation, Regulatory Risk and Cost

of Bank Capital. International Journal of Banking and Finance, Volume 5,

issue 1, Article 2.

Nugroho, Hanan. “Pengembangan Industri Hilir Gas Bumi Indonesia: Tantangan

dan Gagasan”. Jurnal Perencanaan Pembangunan No. IX/04 September

2004.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

116

Universitas Indonesia

Nishimura, Kiyohiko G. Macro-prudential policy from an Asian perspective,

Shanghai, 18 October 2010, Bank for International Settlement Review

136/2010.

Panggabean, Alan Fredrik. “Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Cost

Recovery”, Majalah Eksplo Barometer Bisnis Enegrgi dan Pertambangan,

No. 44 Tahun III Oktober 2010.

Sitompul, Zulkarnain. Kredit Macet: Apakah Suatu Perbuatan Melawan Hukum

(Pidana). Disampaikan pada workshop Kriminalisasi Kredit Bank Sebagai

Suatu Tindak Pidana Korupsi, Jakarta: 23-25 Nopember 2009.

Suslick, S.B and D. J Schiozer, “Risk Analysis to Petroleum Exploration and

Production: an Overview”. Journal of Petroleum Scince and Engineering

44 (2004).

Tangkalalo, Darwin. CBM Project: Challenges and Oppurtunities in Indonesia.

Disampaikan pada seminar Granite Uncoventional Energy in Indonesia,

Teknik Geologi Universitas Trisakti. 29 Oktober 2012.

Tim Pengajar Ilmu Negara Fakultas Hukum UI, Ilmu Negara, (Depok: Badan

Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007).

Turner, Philip. The Banking System in Emerging Market Economies: How Much

Progress has been Made?. Bank for Internasional Settlements, BIS Papers

No 28.

Utomo, Sutadji Pujo. “Aspek Fiskal Undang-undang dan Peraturan Migas dan

Perpajakan di Indonesia, “Warta Pertamina No. 22/XXIV, hal. 20, Tahun

1990.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

117

Universitas Indonesia

Young, Brendon. Leadership and high-reliability organizations: why banks fail.

Volume 6 Number 4, Winter 20/11/12

Tesis dan Disertasi

Bambang Setyogroho, Analisis Risiko Kredit dengan Metoda Credit Risk Scoring

(Studi Kasus pada Debitur Bank X). (Tesis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Indonesia, Depok 1991).

Machmud, T.N. “The Indonesian Production Sharing Contract”, (Disertasi

Doktor Kluwer Law International, The Hague, 2000.

Internet

Antara Riau, “Chevron Bebankan Biaya Kebocoran Gas Pada Negara”, <

http://www.antarariau.com/berita/12122/chevron-bebankan-biaya-

kebocoran-gas-pada-negara.html> Diakses 24 Oktober 2012

Badan Pemeriksa Keuangan “Cost Recovery dalam kontrak Production Sharing

Minyak dan Gas Bumi di Indonesia”. <

http://www.bpk.go.id/doc/publikasi/PDF/ppan/17.pdf>. Diakses, 11

Oktober 2012.

Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, “Kebocoran Pipa

TGI di luar kontrol BP Migas”,

<http://www.bpmigas.go.id/blog/2010/09/30/kebocoran-pipa-tgi-di-luar-

kontrol-bpmigas/> Diakses 24 Oktober 2012

Bank of China – Indonesia, “Overdraft”, <http://www.bocid.com/en/2-11-

004.html>, diakses 1 Oktober 2012.

BankirNews.com, Penilaian Profil Risiko Kredit (Credit Risk), <

http://bankirnews.com/index.php?option=com_content&view=article&id=

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

118

Universitas Indonesia

1260:penilaian-profil-risiko-kredit-bank&catid=127:risk-

profile&Itemid=189>, diakses 3 Oktober 2012.

Berita Investasi Kontan, “Medco Menyiapkan US$12 Juta di Blok Yaman”. <

http://investasi.kontan.co.id/news/medco-menyiapkan-us-12-juta-di-blok-

yaman/2012/09/23>. Diakses, 12 Oktober 2012

“Business Dictionary”,

<http://www.businessdictionary.com/definition/management.html>

Diakses, 12 Oktober 2012

“Cost Recovery dalam Kontrak Production Sharing Migas dan Gas Bumi di

Indonesia” Disampaikan pada Seminar “Cost Recovery: Daya Tarik

Investasi Atau Beban Bagi Negara”, Masyarakat Mahasiswa Universitas

Trisakti, Senin, 11 Juni

2007,http://www.bpk.go.id/doc/publikasi/PDF/ppan/17.pdf. diunduh 4

Desember 2011.

Dewan Energi Nasional, Kegiatan Dialog Nasional Ketahanan Energi,

<http://www.den.go.id/index.php/news/readNews/288>, Diakses 20

Oktober 2012.

DirectGov “Overdrafts and loans - the difference”

<http://www.direct.gov.uk/en/MoneyTaxAndBenefits/ManagingMoney/B

ankAccountsAndBankingProducts/DG_10035183> Diakses, 1 Oktober

2012.

Dean Fantazzini et al, “Global Oil Risks in the Early 21st Century”. Energy Policy

39 (2011), <www.elsevier.com/locate/enpol>. Diakses, 12 Oktober 2012.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

119

Universitas Indonesia

“Eksplorasi Gagal, Tiga Kontrak Migas US$1,2 Miliar Diputus”

<http://en.bisnis.com/articles/eksplorasi-gagal-tiga-kontrak-migas-us$1-2-

miliar-diputus>. Diakses 12 Oktober 2012.

Gary B. Gorton and Nicholas S. Souleles, “Special Purpose Vehicles and

Securitization”. The National Bureau of Economic Research, The Risk of

Financial Institution. University of Chicago Press, January 2007. <

http://www.nber.org/chapters/c9619>. Diakses 12 Oktober 2012.

Indonesia Finance Today, “Penurunan Pasokan Dorong Penguatan Harga

MInyak”, 15 August 2012

<http://www.indonesiafinancetoday.com/read/31830/Penurunan-Pasokan-

Dorong-Penguatan-Harga-Minyak> Diakses, 14 Oktober 2012.

Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, Solusi Non-BBM untuk

Meningkatkan Ketahanan Energi Nasional melalui Revitalisasi Program

Energi Laut Nasional <http://www.esdm.go.id/berita/listrik/39-

listrik/5628-solusi-non-bbm-untuk-meningkatkan-ketahanan-energi-

nasional-melalui-revitalisasi-program-energi-laut-nasional.html> Diakses,

20 Oktober 2012.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia,

<http://www.migas.esdm.go.id/tracking/berita-

kemigasan/detil/264411/Industri-Migas-Kurang-Dukungan-Perbankan>.

Diakses, 22 April 2012.

Kontan, Lapindo Bor Sumur Lagi di Sidoarjo. <

http://industri.kontan.co.id/news/lapindo-bor-sumur-lagi-di-sidoarjo>.

Diakses 27 November 2012.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

120

Universitas Indonesia

Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia, “BI Minta Perbankan Lebih

'Mesra' dengan Perusahaan Migas”. < http://www.lppi.or.id>. Diakses, 20

April 2012.

Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi UI, “Analisis Industri MInyak dan Gas

Bumi di Indonesia: Masukan bagi Pengelola BUMN”.

<http://www.lmfeui.com/data/Analisis%20Industri%20Minyak.pdf>,

Diakses 11 Oktober 2012.

Nelson, Teresa. The Persistence of Founder Influence: Management, Ownership,

and Performance Effects at Initial Public Offering. Strategic Management

Journal, Vol. 24, No. 8 (Aus., 2003), pg. 707-724

<http://www.jstor.org/stable/20060570> Diakses, 5 Desember 2012.

Okezone.com, “Investor Siap "Tagih" Komitmen Menteri ESDM”. <

http://economy.okezone.com/read/2012/11/20/19/720583/investor-siap-

tagih-komitmen-menteri-esdm>. Diakses 20 November 2012.

PECC Finance Forum Conference, Financial Centers in East Asia: An Indonesian

Perspective (outline). <http://www.pecc.org/resources/doc_view/414-

financial-centers-in-east-asia-an-indonesian-perspective-outline>. Diakses

26 November 2012

“Peluang Memperbesar Keuntungan Negara dalam UU Minyak dan gas bumi”.

<http://metrotvnews.com/index.php/metromain/analisdetail/2010/06/16/26

/Peluang-Memperbesar-Keuntungan-Negara-dalam-UU-Minyak dan gas

bumi- Metro TV News>, Diakses, 20 April 2012

“Penerimaan Negara Sektor Hulu Migas Capai US$ 19,7 Miliar”.

http://finance.detik.com/read/2009/12/30/144615/1268581/4/penerimaan-

negara-sektor-hulu-migas-capai-us--197-miliar. diunduh 4 Desember

2011.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

121

Universitas Indonesia

“Peranan Minyak dan Gas Bumi dalam Menunjang Pembangunan Jangka

Panjang Tahap II”. Ceramah Direktur Utama Pertamina Pada Civitas

Akademika Fakultas Ekonomi UI. Jakarta, 1995.

“Perbankan Nasional Diajak Biaya Proyek Migas” <

http://www.antaranews.com/print/1178502456/perbankan-nasional-diajak-

biaya-proyek-migas>. Diakses, 25 April 2012.

“Sejarah Perkembangan Industri Minyak dan gas bumi di Indonesia,”

http://www.perhimakbandung.org/index.php?option=com_content&view=

article&id=82:sejarah-perkembangan-industri-minyak dan gas bumi-

indonesia&catid=38:artikel&Itemid=66. Diakses 30 November 2011

Sistem Pengawasan Bank oleh Bank Indonesia,

<http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Ikhtisar+Perbankan/Pengaturan+d

an+Pengawasan+Bank/Sistem+Pengawasan+Bank/>. Diakses, 25

Desember 2011

Sitompul, Zulkarnain. Investasi Asing di Indonesia Memetik Manfaat Liberalisasi.

Hukum Bisnis, Media Publikasi Peraturan Perundang-undangan dan

Informasi Hukum, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI.

<http://www.djpp.depkumham.go.id/hukum-bisnis/88-investasi-asing-di-

indonesia-memetik-manfaat-liberalisasi.html>. Diakses, 2 Desember 2011.

________________, Peran dan Fungsi Bank dalam Sistem Perekonomian.

http://zulsitompul.files.wordpress.com/2007/06/peran-dan-fungsi-

bank_artikel.pdf. Diakses, 27 Desember 2011

Tambang News.com, “Pertamina Optimal Penyaluran BBM Paksa Pemblokiran

dan Perusakan Fasilitas Terminal BBM Teluk Kabung”. Jumat, 9

November 2012. < http://www.tambangnews.com/berita/daerah/2867-

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA PENERAPAN PRINSIP KEHATI …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20335118-T33036-Tesalonika BR... · Semoga tesis ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu. Jakarta,

122

Universitas Indonesia

pertamina-optimal-penyaluran-bbm-paska-pemblokiran-dan-perusakan-

fasilitas-terminal-bbm-teluk-kabung.html>. Diakses, 11 November 2012.

Tempo.com, ”Gubernur Awang Tolak Aski Blokade Jalur Batubara”, Selasa, 29

Mei 2012. <

http://www.tempo.co/read/news/2012/05/29/058406893/Gubernur-

Awang-Tolak-Aksi-Blokade-Jalur-Batu-Bara>, Diakses 11 November

2012.

The Indonesian Mining Magazine, Tambang. “IPA Ajukan Judicial Review Untuk

PP Cost Recovery”.

<http://www.majalahtambang.com/detail_berita.php?category=18&newsn

r=4036>. Diakses 20 November 2012.

United Nation Institute for Training and Research, Financial Globalization,

<http://www.unitar.org/event/financial-globalization>, diakses 23

September 2012.

World Trade Organization, The General Agreement on Trade in Services (GATS):

Objectives, coverage and disciplines,

<http://www.wto.org/english/tratop_e/serv_e/gatsqa_e.htm>. Diakses 1

Oktober 2012.

Penerapan prinsip..., Tesalonika BR Barus, FH UI, 2013