UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda...

156
UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA SELATAN LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER LINDA JULI ASTUTI, S.Farm. 1206329770 1206330204 ANGKATAN LXXVII FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2014 Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27

MANGGARAI JAKARTA SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

LINDA JULI ASTUTI, S.Farm.12063297701206330204

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

ii

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKERDI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27

MANGGARAI JAKARTA SELATAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker

LINDA JULI ASTUTI, S.Farm.12063297701206330204

ANGKATAN LXXVII

TRI VITA PRATIWI, S. Farm.1206330204

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Linda Juli Astuti, S. Farm.

NPM : 1206329770

Tanda Tangan :

Tanggal : 16 Januari 2014

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Praktek Kerja Profesi ini diajukan oleh:Nama : Linda Juli Astuti, S.Farm.NPM : 1206329770Program Studi : Program Profesi ApotekerJudul Laporan : Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Keselamatan

No.27 Manggarai Jakarta Selatan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterimasebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelarApoteker pada Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi,Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

v

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas nikmat, rahmat dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker

(PKPA) dan menyusun laporan ini tepat waktu. Penyusunan laporan ini dilakukan

dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Apoteker pada

Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas Indonesia. Penulis

menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangatlah

sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Dalam kesempatan ini, dengan

segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan terima kasih dan rasa hormat

kepada:

1. Dra. Azizahwati, M.S., Apt. selaku Apoteker Pengelola Apotek dan

Pembimbing I yang telah memberikan kesempatan, bimbingan dan

pengetahuan kepada penulis selama pelaksanaan dan penyusunan laporan

PKPA ini.

2. Dr. Dra. Nelly Dhevita Leswara, M.Sc., Apt. selaku Pembimbing II yang

telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyusunan

laporan PKPA ini.

3. Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas

Indonesia.

4. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, MS, Apt selaku Pjs. Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia sampai dengan 20 Desember 2013.

5. Dr. Harmita Apt, selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia sekaligus Pembimbing Akademis yang telah

memberikan arahan dan bimbingan selama masa perkuliahan.

6. Seluruh tenaga kerja Apotek Keselamatan yang telah memberikan bantuan

dan kerja sama yang baik selama penulis melaksanakan PKPA.

7. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas segala ilmu

pengetahuan dan bimbingannya selama ini.

8. Orang tua dan keluarga besar yang senantiasa memberikan dukungan moril

dan finansial selama masa perkuliahan hingga saat ini.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

vi

9. Teman-teman seperjuangan di Apotek Keselamatan atas kerjasama selama

pelaksanaan PKPA.

10. Teman-teman Apoteker Angkatan LXXVII atas bantuan dan kerjasama

selama masa perkuliahan.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu atas segala

bantuan, baik secara langsung maupun tidak langsung, kepada penulis selama

penyusunan laporan PKPA ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan PKPA ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh sebab itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik

dan saran demi perbaikan di masa yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap

semoga pengetahuan dan pengalaman yang penulis peroleh selama menjalani

PKPA ini dapat memberikan manfaat bagi rekan-rekan sejawat dan semua pihak

yang membutuhkan.

Penulis

2014

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASIKARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan dibawah ini:Nama : Linda Juli Astuti, S.Farm.NPM : 1206329770Program Studi : Profesi ApotekerFakultas : FarmasiJenis karya : Laporan Praktek Kerja

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepadaUniversitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive RoyaltyFree Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Keselamatan JalanKeselamatan No. 27 Manggarai Jakarta Selatan

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas RoyaltiNoneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan namasaya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : DepokPada tanggal : 16 Januari 2014

Yang menyatakan

(Linda Juli Astuti, S.Farm.)

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

viii

ABSTRAK

Nama : Linda Juli Astuti, S. Farm.Program Studi : FarmasiJudul :.Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek

Keselamatan Jalan Keselamatan No. 27 Manggarai JakartaSelatan

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang menunjang upayapelayanan kesehatan. Apotek adalah suatu sarana pelayanan kesehatan, tempatpengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan, tempatdilakukannya praktek kefarmasian dan tempat penyaluran perbekalan farmasikepada masyarakat. Keberadaan apotek di lingkungan masyarakat ditujukan untukmenjamin tersedianya sediaan farmasi yang cukup bagi masyarakat. Untukmencapai tujuan ini, maka apoteker perlu mengetahui bagaimana cara melakukanpengelolaan sediaan farmasi yang tepat sehingga sediaan farmasi selalu tersedia diapotek dan siap disalurkan pada masyarakat yang memerlukan. Praktek KerjaProfesi Apoteker (PKPA) dilakukan pada 17 Juni – 26 Juli 2013 di ApotekKeselamatan agar calon apoteker memiliki bekal pengetahuan dan pemahamantentang apotek yaitu dalam hal pelaksanaan pelayanan kefarmasian danpengelolaan apotek. Melalui PKPA tersebut, diharapkan calon apoteker dapatmeningkatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam melakukanpengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan pasien di apotek.

Kata Kunci :. Apotek Keselamatan, Pharmaceutical care, PelayananKefarmasian, Praktek Kerja Profesi Apoteker.

Tugas Umum : xiv + 68 halaman; 23 lampiranTugas Khusus : iv + 33 halaman; 1 lampiranDaftar Acuan Tugas Umum : 27 (1969-2013)Daftar Acuan Tugas Khusus : 19 (1992-2012)

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

ix

ABSTRACT

Name : Linda Juli Astuti, S. Farm.Study Program : PharmacyTitle : Report of Pharmacist Internship Program at Keselamatan

Pharmacy Jalan Keselamatan No. 27 Manggarai SouthJakarta

Pharmacy is one of the health care facilities that support the health care effort.Pharmacy is a health care facility, where the pharmacist profession has devotedoath of occupation can do their responsibility, the place where practice ofpharmacy and distribution of pharmaceuticals to the public. The existence ofcommunity pharmacies in the environment intended to ensure sufficientavailability of pharmaceutical preparations for the community. To achieve thisgoal, the pharmacist needs to know how to do a proper management ofpharmaceutical preparations so that the pharmaceutical preparation is alwaysavailable at pharmacies and ready to be distributed to people in need. PharmacistInternship Program ( PKPA ) conducted on June 17th to July 26th 2013 in theKeselamatan Pharmacy for prospective pharmacists have the knowledge andunderstanding of the pharmacy that is in terms of the implementation of pharmacyservices and pharmacy management. Through the PKPA, prospective pharmacistsis expected to increase the insight, knowledge and skills in managing patient careand pharmaceutical preparations in pharmacy.

Keyword : Keselamatan Pharmacy, Pharmaceutical Care,Pharmaceutical Services, Pharmacist Internship Program.

General Assignment : xiv + 68 pages; 23 appendixesSpecific Assignment : iv + 33 pages; 1 appendixBibliography of General Assignment : 27 (1969-2013)Bibliography of Specific Assignment : 19 (1992-2012)

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

x

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL................................................................................ iHALAMAN JUDUL ................................................................................... iiHALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ...................................... iiiHALAMAN PENGESAHAN..................................................................... ivKATA PENGANTAR................................................................................. vHALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ............... viiABSTRAK .................................................................................................. viiiABSTRACT................................................................................................. ixDAFTAR ISI................................................................................................ xDAFTAR GAMBAR................................................................................... xiiDAFTAR TABEL ....................................................................................... xiiiDAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................... 11.1 Latar Belakang......................................................................... 11.2 Tujuan ...................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN UMUM........................................................................ 32.1 Definisi Apotek........................................................................ 32.2 Landasan Hukum Apotek ........................................................ 32.3 Tugas dan Fungsi Apotek ........................................................ 42.4 Studi Kelayakan Pendirian Apotek.......................................... 52.5 Tata Cara Perizinan Apotek ..................................................... 62.6 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek............................... 82.7 Pencabutan Izin Apotek ........................................................... 112.8 Apoteker Pengelola Apotek ..................................................... 122.9 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker.................................... 132.10 Pengelolaan Apotek ................................................................. 142.11 Sediaan Farmasi ....................................................................... 152.12 Pelayanan Apotek .................................................................... 242.13 Pengadaan Persediaan Apotek ................................................. 332.14 Pengendalian Persediaan Apotek............................................. 342.15 Strategi Pemasaran Apotek ...................................................... 41

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS APOTEK KESELAMATAN .................. 433.1 Pendahuluan............................................................................. 433.2 Lokasi dan Tata Ruang ............................................................ 433.3 Sumber Daya Manusia dan Struktur Organisasi...................... 443.4 Tugas dan Fungsi Tiap Jabatan................................................ 443.5 Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya............ 463.6 Pelayanan Apotek .................................................................... 493.7 Pengelolaan Narkotika ............................................................. 513.8 Pengelolaan Psikotropika......................................................... 52

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

xi

3.9 Kegiatan Administrasi dan Keuangan ..................................... 53

BAB 4 PEMBAHASAN .............................................................................. 56

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 655.1 Kesimpulan .............................................................................. 655.2 Saran ........................................................................................ 65

DAFTAR ACUAN....................................................................................... 66

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Penandaan obat bebas .............................................................. 15Gambar 2.2 Penandaan obat bebas terbatas................................................. 15Gambar 2.3 Penandaan obat keras............................................................... 17Gambar 2.4 Penandaan obat narkotika. ....................................................... 18Gambar 2.5 Diagram model pengendalian persediaan ................................ 38

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penggolongan tanda peringatan obat bebas terbatas. ................. 16Tabel 2.2 Matriks analisis ABC-VEN........................................................ 40

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Contoh formulir model APT-1.............................................. 69Lampiran 2. Contoh formulir model APT-2.............................................. 71Lampiran 3. Contoh formulir model APT-3.............................................. 72Lampiran 4. Contoh formulir model APT-4.............................................. 78Lampiran 5. Contoh formulir model APT-5.............................................. 79Lampiran 6. Contoh formulir model APT-6.............................................. 82Lampiran 7. Contoh formulir model APT-7.............................................. 83Lampiran 8. Surat pesanan narkotika ........................................................ 84Lampiran 9. Laporan narkotika SIPNAP. ................................................. 85Lampiran 10. Surat pesanan psikotropika ................................................... 88Lampiran 11. Laporan psikotropika SIPNAP.............................................. 89Lampiran 12. Lokasi Apotek Keselamatan. ................................................ 91Lampiran 13. Denah ruangan Apotek Keselamatan .................................... 92Lampiran 14. Desain eksterior Apotek Keselamatan .................................. 93Lampiran 15. Desain obat-obat OTC Apotek Keselamatan ........................ 94Lampiran 16. Desain obat-obat ethical Apotek Keselamatan ..................... 95Lampiran 17. Surat pesanan Apotek Keselamatan ...................................... 96Lampiran 18. Tanda terima tukar faktur Apotek Keselamatan ................... 97Lampiran 19. Kartu stok barang Apotek Keselamatan................................ 98Lampiran 20. Etiket obat Apotek Keselamatan........................................... 99Lampiran 21. Salinan resep Apotek Keselamatan....................................... 100Lampiran 22. Kuitansi Apotek Keselamatan............................................... 101Lampiran 23. Alur penerimaan barang di Apotek Keselamatan ................. 102

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur

kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia.

Oleh karena itu setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan prinnsip non-diskriminatif,

partisipatif, perlindungan, dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi

pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia, peningkatan ketahanan

dan daya saing bangsa dan pembangunan nasioal.

Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh

dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat.

Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan

promotif, preventif kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu,

menyeluruh serta berkesinambungan.. Pembangunan sarana-sarana pelayanan

kesehatan termasuk di dalam upaya kesehatan. Hal ini dimaksudkan agar

masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan dengan baik dan optimal sehingga

meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat (Presiden

RI, 2009).

Apotek merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang menunjang

upaya pelayanan kesehatan.. Apotek adalah suatu sarana pelayanan kesehatan,

tempat pengabdian profesi apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan,

tempat dilakukannya praktek kefarmasian dan tempat penyaluran perbekalan

farmasi kepada masyarakat.

Keberadaan apotek di lingkungan masyarakat ditujukan untuk menjamin

tersedianya sediaan farmasi yang cukup bagi masyarakat. Untuk mencapai tujuan

ini, maka apoteker perlu mengetahui bagaimana cara melakukan pengelolaan

sediaan farmasi yang tepat sehingga sediaan farmasi selalu tersedia di apotek dan

siap disalurkan pada masyarakat yang memerlukan. Pengelolaan sediaan farmasi

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

2

Universitas Indonesia

oleh apoteker merupakan suatu siklus yang berkesinambungan, dimulai dari tahap

perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, distribusi, pemantauan,

evaluasi dan kembali lagi pada tahap perencanaan. Keterampilan seorang apoteker

dalam mengendalikan siklus pengelolaan sediaan farmasi akan menentukan

keberhasilan suatu apotek dalam menjalankan fungsinya bagi masyarakat

(Presiden RI, 2009).

Berdasarkan hal tersebut, Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi

Universitas Indonesia mengadakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di

apotek bagi para calon apoteker sebagai salah satu upaya untuk menyiapkan para

calon apoteker agar memiliki bekal pengetahuan dan pemahaman tentang apotek

yaitu dalam hal pelaksanaan pelayanan kefarmasian dan pengelolaan apotek.

Salah satu apotek yang menjadi tempat pelaksanaan PKPA tersebut ialah Apotek

Keselamatan. Melalui PKPA di Apotek Keselamatan yang dilaksanakan mulai

tanggal 17 Juni hingga 26 Juli 2013, diharapkan calon apoteker dapat

meningkatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan

pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan pasien di apotek.

1.2 Tujuan

Praktek Kerja Profesi Apoteker di Apotek Keselamatan bertujuan agar calon

apoteker:

a Mengetahui dan memahami peran seorang apoteker dalam pengelolaan

apotek yang meliputi kegiatan administrasi, manajemen keuangan,

pengadaan, penyimpanan dan penjualan perbekalan farmasi.

b Mempelajari dan memahami praktek pelayanan kefarmasian terhadap pasien

di apotek secara profesional sesuai dengan peraturan perundang-undangan

dan etika yang berlaku dalam sistem pelayanan kefarmasian di Indonesia.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN UMUM

2.1. Definisi Apotek

Definisi apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 yaitu sebagai suatu tempat tertentu

dilakukannya pekerjaan kefarmasian dan penyaluran sediaan farmasi, perbekalan

kesehatan lainnya kepada masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia No. 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian Pasal 1, yang

dimaksud dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan

praktek kefarmasian oleh apoteker.

Menurut PP No 51 tahun 2009, pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan

termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan,

penyimpanan dan pendistribusian obat atau penyaluran obat, pengelolaan obat,

pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat serta pengembangan

obat, bahan obat dan obat tradisional. Pelayanan kefarmasian yang dilakukan oleh

apoteker meliputi pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang

berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk

meningkatkan kualitas kehidupan pasien.

2.2. Landasan Hukum Apotek

Dalam menjalankan praktik kefarmasiannya, apotek sebagai fasilitas

pelayanan kefarmasian berlandaskan pada:

a. Undang-Undang Negara:

1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan.

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang

Narkotika.

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1997 Tentang

Psikotropika.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

4

Universitas Indonesia

b. Peraturan Pemerintah:

1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 Tentang

Pekerjaan Kefarmasian.

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1980 Tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang

Apotek.

3) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1965 tentang Apotek.

c. Peraturan Menteri Kesehatan:

1) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

889/Menkes/Per/V/2011 tentang Registrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja

Tenaga Kefarmasian.

2) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

922/Menkes/Per/X/1993 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin

Apotek.

d. Keputusan Menteri Kesehatan:

1) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek.

2) Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1332/Menkes/SK/X/2002 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 Tentang

Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek.

2.3 Tugas dan Fungsi Apotek

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun

1980, tugas dan fungsi apotek adalah sebagai berikut :

a. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan

sumpah jabatan.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

5

Universitas Indonesia

b. Sarana farmasi yang melaksanakan peracikan, pengubahan bentuk,

pencampuran dan penyerahan atau obat atau bahan obat.

c. Sarana penyalur perbekalan farmasi yang harus menyebarkan obat yang

diperlukan masyarakat secara meluas dan merata.

2.4 Studi Kelayakkan Pendirian Apotek

Studi kelayakan (feasibility study) adalah suatu metode penjajakan

gagasan (idea) suatu proyek dalam hal ini adalah pendirian usaha apotek,

mengenai kemungkinan usaha tersebut layak atau tidak untuk dilaksanakan.

Fungsi dari studi kelayakan sebagai pedoman pelaksanaan pekerjaan karena

dibuat berdasarkan data-data dari berbagai sumber yang dianalisis dari banyak

aspek. Keberhasilan studi kelayakan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu

kemampuan sumber daya internal (kemampuan manajemen, kualitas pelayanan

dan produk) dan lingkungan eksternal (pertumbuhan pasar, pesaing dan perubahan

peraturan) (Umar, 2011).

Tahapan pembuatan studi kelayakan terdiri dari tahap penemuan gagasan,

penelitian lapangan, evaluasi data, pembuatan rencana dan pelaksanaan rencana

kerja. Pada tahap penemuan gagasan, harus selalu diperhatikan tentang kriteria

gagasan yang baik untuk selanjutnya didiskusikan dan dianalisis. Adapun kriteria

gagasan yang baik adalah sesuai dengan visi organisasi, menguntungkan

organisasi, sesuai dengan kemampuan sumber daya organisasi, tidak bertentangan

dengan peraturan yang berlaku dan aman untuk jangka panjang. Apabila hasil

analisis gagasan memberikan gambaran yang baik bagi organisasi di masa

mendatang, maka gagasan tersebut ditindaklanjuti dengan penelitian di lapangan.

Data-data yang dibutuhkan saat melakukan penelitian lapangan adalah data ilmiah

(nilai strategis lokasi, data kelas konsumen, peraturan yang berlaku dan tingkat

persaingan) dan data non ilmiah (intuisi yang diperoleh setelah melihat lokasi dan

kondisi lingkungan di sekitarnya) (Umar, 2011).

Menurut Umar (2011), setelah penelitian lapangan selesai dilakukan, data-data

hasil penelitian tersebut dievaluasi dengan cara:

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

6

Universitas Indonesia

a. Memperhatikan beberapa faktor yang berpengaruh, yang terdiri dari faktor

eksternal (tipe konsumen, tingkat keuntungan yang akan diperoleh, kondisi

keamanan, peraturan yang berlaku) dan faktor internal (keuangan, produk,

tenaga kerja, kemampuan manjemen).

b. Membuat usulan proyek yang meliputi:

1) Pendahuluan, mengenai latar belakang dan tujuan.

2) Analisis teknis, mengenai peta lokasi dan lingkungan sekitar, desain

interior dan eksterior, serta jenis produk.

c. Analisis pasar, mengenai potensi pasar dan target pasar.

d. Analisis manajemen, mengenai struktur organisasi, jenis pekerjaan, jumlah

kebutuhan tenaga kerja, dan program kerja.

e. Analisis keuangan, mengenai jumlah biaya investasi dan modal kerja, sumber

pendanaan, dan aliran kas.

Apabila usulan proyek disetujui, maka dilakukan penetapan waktu untuk

memulai pekerjaan sesuai dengan skala prioritas seperti penyediaan dana biaya

investasi dan modal kerja, pengurusan izin, pembangunan gedung, perekrutan

karyawan, penyiapan barang dagangan, pelaksanaan operasional. Dalam

pelaksanaan setiap jenis pekerjaan, dibuat suatu format yang berisi jadwal

pelaksanaan pekerjaan, catatan penyimpangan yang terjadi dan hasil evaluasi serta

solusi penyelesaiannya.

2.5 Tata Cara Perizinan Apotek

Apoteker Pengelola Apotek wajib memiliki Surat Izin Apotek sebelum

melaksanakan pekerjaan kefarmasian di apotek (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 1993). Surat Izin Apotek atau SIA adalah surat izin yang diberikan

kepada apoteker atau apoteker yang bekerja sama dengan pemilik sarana untuk

menyelenggarakan apotek di suatu tempat tertentu. Surat izin ini diberikan oleh

Menteri Kesehatan yang kemudian dilimpahkan wewenang pemberian izin apotek

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin,

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

7

Universitas Indonesia

pencairan izin dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri dan

tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2002). Izin apotek berlaku untuk seterusnya

selama apotek yang bersangkutan masih aktif melakukan kegiatan dan Apoteker

Pengelola Apotek dapat melaksanakan pekerjaannya dan masih memenuhi

persyaratan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1993).

Adapun prosedur untuk mendapatkan SIA adalah sebagai berikut

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1993; Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2002) :

a. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota dengan menggunakan contoh Formulir Model APT-1

(Lampiran 1).

b. Dengan menggunakan Formulir APT-2 (Lampiran 2), Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah

menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai

POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk

melakukan kegiatan.

c. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-

lambatnya 6 (enam) hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala

Dinas Kesehatan kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan setempat

dengan menggunakan contoh formulir APT-3 (Lampiran 3).

d. Dalam hal pemeriksaan sebagaimana dimaksud nomor (b) dan nomor (c)

tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap

melakukan kegiatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dengan

menggunakan contoh formulir Model APT-4 (Lampiran 4).

e. Dalam jangka waktu 12 (dua belas) hari kerja setelah diterima laporan hasil

pemeriksaan sebagaimana dimaksud nomor (c) atau nomor (d), Kepala Dinas

Kesehatan Kabupaten/Kota setempat mengeluarkan Surat Izin Apotek dengan

menggunakan contoh Formulir Model APT-5 (Lampiran 5).

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

8

Universitas Indonesia

f. Dalam hal hasil pemeriksaan Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau

Kepala Balai POM sebagaimana dimaksud nomor (c) masih belum memenuhi

syarat, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat dalam waktu 12

(dua belas) hari kerja mengeluarkan Surat Penundaan dengan menggunakan

contoh Formulir Model APT-6 (Lampiran 6).

g. Terhadap surat penundaan sebagaimana dimaksud dalam nomor (f), Apoteker

diberi kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi

selambat-lambatnya dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal surat

penundaan.

h. Terhadap permohonan izin apotek yang ternyata tidak memenuhi syarat

sebagaimana dimaksud nomor (e) dan atau nomor (f), atau lokasi apotek tidak

sesuai permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat

dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 (dua belas) hari kerja wajib

mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasan-alasannya dengan

mempergunakan contoh Formulir Model APT-7 (Lampiran 7).

Bila apoteker menggunakan sarana milik pihak lain dalam pendirian

apotek dengan mengadakan kerja sama dengan pemilik sarana apotek, maka harus

memenuhi ketentuan sebagai berikut (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 1993):

a. Penggunaan sarana apotek yang dimaksud, wajib didasarkan atas perjanjian

kerja sama antara apoteker dan pemilik sarana.

b. Pemilik sarana yang dimaksud harus memenuhi persyaratan tidak pernah

terlibat dalam pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang obat

sebagaimana dinyatakan dalam surat pernyataan yang bersangkutan.

2.6 Persyaratan Sarana dan Prasarana Apotek

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

922/MENKES/SK/X/1993 pasal 6 disebutkan persyaratan-persyaratan pendirian

apotek sebagai berikut:

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

9

Universitas Indonesia

a. Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama

dengan pemilik sarana yang telah memenuhi persyaratan, harus siap dengan

tempat, perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang

lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain.

b. Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan

komoditi yang lain diluar sediaan farmasi.

c. Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain diluar

sediaan farmasi.

Beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam pendirian sebuah

apotek adalah tempat atau lokasi, bangunan, perlengkapan apotek, tenaga kerja

apotek dan perbekalan farmasi (Umar, 2011):

a. Tempat/lokasi

Persyaratan jarak minimum antar apotek tidak dipermasalahkan lagi,

namun ketentuan ini dapat berbeda sesuai dengan kebijakan/peraturan daerah

masing-masing. Lokasi apotek dapat dipilih dengan mempertimbangkan segi

pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, jumlah praktek dokter, sarana

pelayanan kesehatan lain, sanitasi dan faktor-faktor lainnya.

b. Bangunan

Suatu apotek harus mempunyai bangunan yang memenuhi persyaratan

teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek.

Suatu apotek minimal memiliki ruang tunggu pasien, ruang peracikan dan

penyerahan obat, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, tempat pencucian

alat dan kamar kecil. Bangunan apotek dilengkapi dengan sumber air yang

memenuhi syarat kesehatan, sumber penerangan yang memadai, alat pemadam

kebakaran, ventilasi dan sanitasi yang baik serta papan nama apotek.

c. Perlengkapan apotek

Suatu apotek baru yang ingin beroperasi harus memiliki perlengkapan

apotek yang memadai agar dapat mendukung pelayanan kefarmasiannya.

Perlengkapan apotek yang harus dimiliki antara lain:

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

10

Universitas Indonesia

1) Peralatan pembuatan, pengolahan dan peracikan seperti gelas ukur (10 ml,

100 ml dan 250 ml), labu erlenmeyer (100 ml, 250 ml, 1 L), gelas piala (100

ml, 500 ml dan 1L), panci pengukur 1L, corong berbagai ukuran, timbangan

miligram dan gram dengan anak timbangan yang sudah ditara, termometer,

mortir berdiameter 5-10 cm dan 10-15 cm beserta alu, spatel

logam/tanduk/plastik dan porselen, cawan penguap porselen diameter 5-15

cm, batang pengaduk dan pemanas air, kompor/alat pemanas yang sesuai,

panci dan rak tempat pengeringan alat.

2) Peralatan dan tempat penyimpanan alat perbekalan farmasi seperti lemari

obat, lemari pendingin (kulkas) dan lemari khusus untuk narkotika serta

psikotropika.

3) Wadah pengemas dan pembungkus.

4) Perlengkapan administrasi, seperti blanko pesanan, salinan resep, buku

catatan penjualan, buku catatan pembelian, kartu stok obat dan kuitansi.

5) Buku wajib (Farmakope Indonesia) dan literatur penunjang lainnya yang

dibutuhkan seperti Informasi Spesialite Obat (ISO), MIMS dan buku tentang

peraturan/undang-undang yang berhubungan dengan kegiatan apotek.

d. Tenaga kerja apotek

Tenaga kerja yang terlibat dalam kegiatan operasional apotek yaitu:

1) Apoteker Pengelola Apotek (APA), yaitu apoteker yang telah diberi SIA.

2) Apoteker pendamping adalah apoteker yang bekerja di apotek di samping

APA dan/atau menggantikan pada jam-jam tertentu pada hari buka apotek.

3) Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam

menjalani pekerjaan kefarmasian. Tenaga teknis kefarmasian terdiri dari

sarjana farmasi, ahli madya farmasi, analisis farmasi dan tenaga menengah

farmasi/asisten apoteker.

4) Tenaga non kefarmasian, seperti tenaga administrasi, kasir dan petugas

kebersihan.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

11

Universitas Indonesia

2.7 Pencabutan Izin Apotek

Setiap pelanggaran apotek terhadap ketentuan yang berlaku dapat

dikenakan sanksi, baik sanksi adminsitratif maupun sanksi pidana. Sanksi

administratif yang diberikan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia No. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang Perubahan atas Peraturan

Menteri Kesehatan No. 922/MENKES/PER/X/1993 adalah pencabutan surat izin

apotek yang dilakukan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pencabutan

izin dilakukan apabila:

a. Apoteker sudah tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai APA.

b. Apoteker tidak memenuhi kewajiban yang seharusnya dilakukan.

c. APA berhalangan melakukan tugasnya lebih dari 2 tahun secara terus-

menerus.

d. Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan di

bidang obat.

e. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA) APA dicabut.

f. Pemilik Sarana Apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-

undangan di bidang obat.

g. Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan untuk memperoleh izin apotek.

Adapun pelaksanaan pencabutan izin apotek dilakukan setelah dikeluarkan:

a. Peringatan secara tertulis kepada APA sebanyak 3 kali berturut-turut dengan

tenggang waktu masing-masing 2 bulan.

b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama-lamanya 6 bulan sejak

dikeluarkannya penetapan pembekuan kegiatan apotek.

Apabila SIA dicabut, APA atau apoteker pengganti wajib mengamankan

perbekalan farmasi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pengamanan yang dilakukan wajib mengikuti tata cara sebagai berikut:

a. Dilakukan inventarisasi terhadap seluruh persediaan narkotika, psikotropika,

obat keras tertentu dan obat lainnya serta seluruh resep yang tersedia di

apotek.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

12

Universitas Indonesia

b. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang

tertutup dan terkunci.

c. APA wajib melaporkan secara tertulis kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota tentang penghentian kegiatan disertai laporan inventarisasi

yang dimaksud dalam huruf (a).

Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek telah

membuktikan memenuhi seluruh persyaratan sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Pencairan izin apotek dilakukan setelah menerima laporan pemeriksaan

dari Tim Pemeriksaan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.

2.8 Apoteker Pengelola Apotek

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor

1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Standar

Pelayanan Kefarmasian di Apotek, apotek harus dikelola oleh seorang apoteker

yang profesional dengan kompetensi sebagai berikut:

a. Mampu menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik.

Apoteker sebagai pengelola apotek harus dapat memberikan pelayanan

kefarmasian yang profesional. Dalam memberikan pelayanan, apoteker harus

dapat mengintegrasikan pelayanannya dalam sistem pelayanan kesehatan secara

keseluruhan sehingga dihasilkan sistem pelayanan kesehatan yang

berkesinambungan.

b. Mampu untuk mengambil keputusan profesional.

Apoteker harus mampu mengambil keputusan yang tepat, yang

berdasarkan pada efikasi, efektifitas dan efisiensi penggunaan obat dan alat

kesehatan.

c. Mampu berkomunikasi dengan baik.

Apoteker harus mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik dengan

pasien dan profesi kesehatan lainnya secara verbal dan nonverbal serta

menggunakan bahasa yang sesuai dengan pendengarnya.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

13

Universitas Indonesia

d. Menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner.

Apoteker harus mampu menjadi pemimpin, yaitu mampu mengambil

keputusan yang tepat dan efektif, mampu mengkomunikasikannya, dan mampu

mengelola hasil keputusan tersebut.

e. Mempunyai kemampuan dalam mengelola sumber daya (manusia, fisik,

anggaran) dan informasi secara efektif.

f. Harus dapat dipimpin dan memimpin orang lain dalam tim kesehatan.

g. Selalu belajar di sepanjang kariernya.

Apoteker harus selalu belajar, baik pada jalur formal maupun informal,

disepanjang kariernya sehingga ilmu dan keterampilan yang dipunyai selalu baru

(up to date).

h. Membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk meningkatkan

pengetahuan.

Apoteker mempunyai tanggung jawab mendidik dan melatih sumber daya

yang ada, serta memberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman yang dapat

meningkatkan keterampilan.

2.9 Pengalihan Tanggung Jawab Apoteker

Pengalihan tanggung jawab apoteker dalam sebuah apotek diatur dalam

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1332/MENKES/SK/X/2002 (Pasal 19 dan

24) dimana tanggung jawab pengelolaan apotek dapat dialihkan dalam

kondisi sebagai berikut:

a. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka apotek, APA

harus menunjuk apoteker pendamping.

b. Apabila APA dan apoteker pendamping berhalangan melakukan tugasnya,

APA menunjuk Apoteker pengganti. Apoteker yang menggantikan APA

selama APA tersebut tidak berada ditempat lebih dari 3 bulan secara terus-

menerus, telah memiliki SIPA dan tidak bertindak sebagai APA di apotek lain

yang disebut apoteker pengganti.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

14

Universitas Indonesia

c. Penunjukkan apoteker pendamping dan apoteker pengganti harus dilaporkan

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada

Kepala Dinas Kesehatan Propinsi setempat.

d. Apabila APA meninggal dunia, dalam jangka waktu dua kali dua puluh empat

jam, ahli waris APA wajib melaporkan kejadian tersebut secara tertulis

kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Apabila pada apotek

tersebut tidak terdapat Apoteker pendamping, maka pelaporan kejadian wajib

mengikutsertakan penyerahan resep, narkotika, psikotropika, obat keras dan

kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika. Kejadian penyerahan

tersebut dibuat Berita Acara Serah Terima dengan Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota setempat,dengan tembusan Kepala Balai POM setempat.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 922/Menkes/Per/X/1993

Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, setiap pengalihan

tanggung jawab pengelolaan kefarmasian yang disebabkan karena penggantian

APA wajib dilakukan serah terima resep, narkotika obat dan perbekalan farmasi

lainnya, serta kunci-kunci tempat penyimpanan narkotika dan psikotropika.

2.10 Pengelolaan Apotek

Kegiatan pengelolaan apotek dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu

pengelolaan teknis kefarmasian dan pengelolaan nonteknis kefarmasian. Kegiatan

pengelolaan nonteknis kefarmasian meliputi semua kegiatan administrasi,

keuangan, personalia, pelayanan komoditi selain perbekalan farmasi dan bidang

lainnya yang berhubungan dengan fungsi apotek.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

922/MENKES/PER/X/1993, pengelolaan apotek meliputi :

a. Pembuatan, pengolahan, peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran,

penyimpanan dan penyerahan obat dan bahan obat.

b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi

lainnya.

c. Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

15

Universitas Indonesia

2.11 Sediaan Farmasi

Menurut PP No. 51 Tahun 2009 yang termasuk dalam sediaan farmasi

adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetik. Untuk menjaga keamanan

penggunaan obat oleh masyarakat, maka pemerintah menggolongkan obat

menjadi obat bebas, obat bebas terbatas, obat keras, narkotika dan psikotropika

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1983).

2.11.1 Obat Bebas

Obat bebas adalah obat tanpa peringatan yang dapat diperoleh tanpa resep

dokter. Tanda khusus yang terdapat pada obat bebas adalah lingkaran bulat

berwarna hijau dengan garis tepi hitam (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 1983).

[Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1983]Gambar 2.1. Penandaan obat bebas

2.11.2 Obat bebas terbatas

Obat bebas terbatas adalah obat dengan peringatan, yang dapat diperoleh

tanpa resep dokter. Tanda khusus yang terdapat obat bebas terbatas adalah

lingkaran bulat berwarna biru dengan garis tepi hitam (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 1983).

[Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1983]Gambar 2.2. Penandaan obat bebas terbatas

Pada golongan obat bebas terbatas harus mencantumkan tanda peringatan

pada wadah atau kemasan berwarna hitam dengan ukuran panjang 5 cm dan lebar

2 cm atau disesuaikan dengan kemasan dan memuat pemberitahuan dengan huruf

berwarna putih (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1969). Tanda

peringatan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

16

Universitas Indonesia

Tabel 2.1. Penggolongan Tanda Peringatan Obat Bebas Terbatas

Penggolongan Tanda Peringatan Gambar Tanda Peringatan

Tanda P no.1

Tanda P no.2

Tanda P no.3

Tanda P no.4

Tanda P no.5

Tanda P no.6

[Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1983]

2.11.3 Obat keras daftar G

Obat keras adalah obat yang dapat diperoleh dengan resep dokter. Tanda

pada obat keras berupa lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi hitam

dengan huruf K yang menyentuh garis tepi dan harus mencantumkan kalimat

“Harus dengan Resep Dokter” (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

1986).

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

17

Universitas Indonesia

[Sumber: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1983]Gambar 2.3. Penandaan obat keras

2.11.4 Narkotika

Menurut Undang-undang No 35 Tahun 2009, narkotika adalah zat atau

obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun

semisintetis yang dapat menyebabkan penururnan atau perubahan kesadaran,

hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat

menimbulkan ketergantungan. Narkotika dibagi menjadi tiga golongan yaitu:

a. Narkotika Golongan I

Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk

tujuan pengembangan ilmu pengetahuan, tidak digunakan dalam terapi dan

mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh:

tanaman Papaver somniferum (kecuali bijinya), opium, kokain, heroin, psilosibin

dan amfetamin.

b. Narkotika Golongan II

Narkotika golongan II adalah narkotika berkhasiat pengobatan digunakan

sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan

pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan

ketergantungan. Contoh: difenoksilat, metadon, morfin, petidin.

c. Narkotika Golongan III

Narkotika golongan III adalah narkotika berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu

pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Contoh: kodein, dihidrokodein, norkodein.

Tanda khusus yang terdapat pada narkotika adalah palang medali berwarna

merah dengan dasar putih.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

18

Universitas Indonesia

Gambar 2.4. Penandaan obat narkotika

2.11.4.1 Pengelolaan Narkotika

Narkotika hanya dapat digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan

dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut Undang-

Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, adanya pengaturan tentang

narkotika memiliki tujuan, antara lain :

a. Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan

danatau perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

b. Mencegah, melindungi dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

penyalahgunaan narkotika.

c. Memberantas peredaran gelap narkotika dan prekursor narkotika

d. Menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan sosial bagi

penyalahgunaan dan pencandu narkotika.

2.11.4.2 Perencanaan Narkotika

Narkotika termasuk salah satu sediaan farmasi sehingga perencanaan

narkotika sama seperti perencanaan sediaan farmasi. Kegiatan dalam perencanaan

narkotika meliputi penetapan jenis dan jumlah narkotika sesuai dengan kebutuhan.

Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan perkiraan jenis dan jumlah narkotika

mendekati kebutuhan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

2.11.4.3 Pengadaan/Pemesanan Narkotika

Apoteker hanya dapat memesan narkotika melalui Pedagang Besar Farmasi

(PBF) yang telah ditunjuk khusus oleh Menteri Kesehatan yaitu PT. Kimia Farma

dengan tujuan untuk memudahkan pengawasan peredaran narkotika. Pemesanan

dilakukan dengan membuat surat pesanan narkotika asli yang terdiri dari empat

rangkap. Surat pesanan narkotika dilengkapi dengan nama dan tanda tangan APA,

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

19

Universitas Indonesia

nomor Surat Izin Apotek (SIA), tanggal dan nomor surat, alamat lengkap dan

stempel apotek. Satu surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika (Badan

Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2013). Contoh Surat Pesanan

Narkotika dapat dilihat dalam Lampiran 8.

2.11.4.4 Penyimpanan Narkotika

Berdasarkan Permenkes Nomor 28/MENKES/PER/V/1978 tentang

penyimpanan narkotika, apotek harus memiliki tempat khusus untuk penyimpanan

narkotika yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat.

b. Harus mempunyai kunci yang kuat.

c. Dibagi dua masing-masing dengan kunci yang berlainan; bagian pertama

dipergunakan untuk menyimpan morfin, petidin dan garam-garamnya serta

untuk persediaan, bagian kedua digunakan untuk menyimpan persediaan

narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari.

d. Apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari 40 x 80 x

100 cm, maka lemari tersebut harus dibaut pada tembok atau lantai.

e. Lemari harus dikunci dengan baik.

f. Lemari khusus tidak boleh dipergunakan untuk menyimpan barang lain selain

narkotika.

g. Anak kunci lemari khusus harus dikuasai oleh penanggung jawab atau

pegawai lain yang dikuasakan.

h. Lemari khusus harus ditaruh di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh

umum.

2.11.4.5 Pelayanan/penyerahan Narkotika

Menurut Undang-undang nomor 35 tahun 2009 pasal 43, apotek hanya

dapat melakukan penyerahan narkotika kepada rumah sakit, Pusat Kesehatan

Masyarakat (Puskesmas), apotek lainnya, balai pengobatan, dokter dan kepada

pasien berdasarkan resep dari dokter. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 9

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

20

Universitas Indonesia

tahun 1976 Pasal 7 suatu apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas

dasar resep yang sama dari seorang dokter atau atas dasar salinan resep dokter.

Pada resep narkotika yang baru dilayani sebagian, apotek boleh membuat salinan

resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani di apotek yang

menyimpan resep asli tersebut. Apotek tidak boleh melayani resep yang berisi

narkotika dengan tulisan “iter” .

2.11.4.6 Pemusnahan Narkotika

Tujuan dilakukannya pemusnahan narkotika adalah menghapus

pertanggungjawaban apoteker terhadap pengelolaan narkotika, menjamin

narkotika yang sudah tidak memenuhi persyaratan dikelola sesuai dengan standar

yang berlaku dan mencegah penyalahgunaan bahan narkotika serta mengurangi

rsiko terjadinya penggunaan obat yang sub standar (Departemen Kesehatan RI,

2008).

Berdasarkan Undang-undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika bahwa

pemusnahan narkotika dilakukan ketika hasil produksi tanpa memenuhi standar

dan persyaratan yang berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses

produksi, kadaluarsa, tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan

kesehatan dan/atau berkaitan untuk pengembangan ilmu pengetahuan atau

berkaitan dengan tindak pidana. Pemusnahan dilakukan oleh apotek disertai

dengan membuat Berita Acara pemusnahan narkotika dan dilaporkan kepada

pihak-pihak terkait. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No.28/MENKES/PER/I/1978 Tentang Penyimpanan Narkotika dan Undang-

Undang nomor 22 tahun 1997 tentang Narkotika, Berita Acara pemusnahan

memuat:

a. Keterangan tempat, hari, tanggal, bulan dan tahun pemusnahan. Nama

pemegang izin khusus, apoteker pimpinan apotek dan dokter pemilik

narkotika.

b. Nama seorang saksi dari pemerintah dan seorang saksi dari perusahaan atau

badan tersebut.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

21

Universitas Indonesia

c. Nama dan jumlah narkotika yang dimusnahkan.

d. Cara pemusnahan.

e. Tanda tangan penanggung jawab apotek/pemegang izin khusus, dokter

pemilik narkotika dan saksi-saksi. Berita acara pemusnahan tersebut

dikirimkan kepada dibuat rangkap empat untuk ditujukan kepada Kepala

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi, Kepala

Balai Pengawasan Obat dan Makanan, dan satu disimpan sebagai arsip di

apotek.

2.11.4.7 Pencatatan dan Pelaporan Narkotika

Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika menyatakan

bahwa apotek wajib membuat, menyampaikan dan menyimpan laporan berkala

mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran narkotika yang berada dalam

penguasaannya. Pelaporan penggunaan narkotika telah dikembangkan dalam

bentuk perangkat lunak atau program Sistem Pelaporan Narkotika dan

Psikotropika (SIPNAP) sejak tahun 2006 oleh Kementerian Kesehatan (Lampiran

9). SIPNAP adalah sistem yang mengatur pelaporan penggunaan narkotika dan

psikotropika dari unit layanan (puskesmas, rumah sakit dan apotek) ke Bina

Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan

menggunakan pelaporan elektronik melalui mekanisme pelaporan online yang

menggunakan fasilitas internet (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat

Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).

2.11.5 Psikotropika

Menurut Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997, psikotropika adalah zat

atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat

psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan

perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika digolongkan

menjadi empat golongan :

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

22

Universitas Indonesia

a. Psikotropika Golongan I

Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan

untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi serta

mempunyai potensi sangat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan.

Contoh: Psilosibin, lisergida.

b. Psikotropika Golongan II

Psikotropika golongan II adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

dapat digunakan dalam terapi dan/atau tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh:

Amfetamin, deksamfetamin, metamfetamin, sekobarbital.

c. Psikotropika Golongan III

Psikotropika golongan III adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

banyak digunakan dalam terapi dan/untuk tujuan ilmu pengetahuan serta

mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh:

amobarbital, pentazosin, pentobarbital, siklobarbital.

d. Psikotropika Golongan IV

Psikotropika golongan IV adalah psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan

sangat khas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan

serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan.

Contoh: alobarbital, alprazolam, barbital, diazepam, fenobarbital, ketazolam.

2.11.5.1 Pengelolaan Psikotropika

Menurut Undang-undang No. 5 tahun 1997, psikotropika hanya dapat

digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan atau ilmu pengetahuan.

Tujuan pengaturan di bidang psikotropika adalah :

a. Menjamin ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan

dan ilmu pengetahuan.

b. Mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika.

c. Memberantas peredaran gelap psikotropika.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

23

Universitas Indonesia

2.11.5.2 Pemesanan Psikotropika

Pemesanan psikotropika dilakukan dengan menggunakan Surat Pesanan

Psikotropika yang ditandatangani oleh APA dengan mencantumkan nomor SIA

(Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2013) Contoh Surat

Pesanan Psikotropika dapat dilihat dalam Lampiran 10. Surat pesanan tersebut

dibuat rangkap tiga dan diberikan stempel apotek. Satu surat pesanan dapat

digunakan untuk memesan beberapa jenis psikotropika.

2.11.5.3 Penyimpanan Psikotropika

Penyimpanan psikotropika belum diatur di dalam perundang-undangan

atau peraturan lainnya. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan psikotropika

maka sebaiknya obat golongan psikotropika disimpan pada rak atau lemari

khusus.

2.11.5.4 Penyerahan Psikotropika

Penyerahan psikotropika oleh apotek hanya dapat dilakukan kepada apotek

lain, rumah sakit, puskesmas, balai pengobatan, dokter dan pasien. Penyerahan

psikotropika oleh apotek dilaksanakan berdasarkan resep dokter.

2.11.5.5 Pemusnahan Psikotropika

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1997 pasal 53 disebutkan

bahwa pemusnahan psikotropika dilaksanakan dalam hal yang berhubungan

dengan tindak pidana, diproduksi tanpa memenuhi standar dan persyaratan yang

berlaku dan/atau tidak dapat digunakan dalam proses produksi psikotropika,

kadaluwarsa dan tidak memenuhi syarat untuk digunakan pada pelayanan

kesehatan dan/atau untuk kepentingan ilmu pengetahuan. Setiap pemusnahan

psikotropika, wajib dibuatkan berita acara.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

24

Universitas Indonesia

2.11.5.6 Pelaporan Psikotropika

Apotek berkewajiban menyusun dan mengirimkan laporan bulanan

melalui perangkat lunak atau program SIPNAP (Direktorat Jendral Bina

Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2010). Mekanisme pelaporan psikotropika sama dengan pelaporan narkotika.

Contoh laporan psikotropika dapat dilihat dalam Lampiran 11.

2.12 Pelayanan Apotek

Pelayanan Apotek diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor

922/MENKES/PER/X/1993, meliputi :

a. Apoteker berkewajiban menyediakan, menyimpan dan menyerahkan

perbekalan farmasi yang bermutu baik dan yang keabsahannya terjamin.

b. Apoteker wajib melayani resep dokter, dokter gigi dan dokter hewan.

Pelayanan resep di apotek sepenuhnya atas tanggung jawab APA, sesuai

dengan tanggung jawab dan keahlian profesi yang dilandasi pada kepentingan

masyarakat.

c. Apoteker tidak diizinkan untuk menggantikan obat generik yang ditulis di

dalam resep dengan obat paten.

d. Dalam hal pasien tidak mampu menebus obat yang tertulis dalam resep,

apoteker wajib berkonsultasi dengan dokter untuk pemilihan obat yang lebih

tepat.

e. Apoteker wajib memberikan informasi yang berkaitan dengan penggunaan

obat yang diserahkan kepada pasien dan penggunaan obat secara tepat, aman

dan rasional.

f. Apabila apoteker menganggap bahwa dalam resep terdapat kekeliruan atau

penulisan resep yang tidak tepat, maka apoteker harus memberitahukan

kepada dokter penulis resep. Apabila karena pertimbangan tertentu dokter

penulis resep tetap pada pendiriannya, dokter wajib menyatakannya secara

tertulis atau membubuhkan tanda tangan yang lazim di atas resep.

g. Salinan resep harus ditandatangani oleh Apoteker.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

25

Universitas Indonesia

h. Resep harus dirahasiakan dan disimpan di apotek dengan baik dalam jangka

waktu tiga tahun.

i. Resep atau salinan resep hanya boleh diperlihatkan kepada dokter penulis

resep, penderita yang bersangkutan atau yang merawat penderita, petugas

kesehatan atau petugas lain yang berwenang menurut perundang-undangan

yang berlaku.

j. APA, apoteker pendamping atau apoteker pengganti diijinkan untuk menjual

obat keras yang dinyatakan sebagai Daftar Obat Wajib Apotek tanpa resep

yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

k. Apabila APA berhalangan melakukan tugasnya pada jam buka Apotek, APA

dapat menunjuk apoteker pendamping. Apabila APA dan apoteker

pendamping berhalangan melakukan tugasnya, maka APA dapat menunjuk

apoteker pengganti. Penunjukkan ini harus dilaporkan kepada Kepala Kantor

Wilayah dengan tembusan kepada Direktur Jenderal dan Kepala Balai POM

setempat.

l. APA turut bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh

apoteker pendamping dan apoteker pengganti di dalam pengelolaan apotek.

m. Apoteker pendamping bertanggung jawab atas pelaksanaan tugas pelayanan

kefarmasian selama yang bersangkutan bertugas menggantikan APA..

n. Dalam pelaksanaan pengelolaan apotek, APA dapat dibantu oleh asisten

apoteker di bawah pengawasan apoteker.

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004 mengatur tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di

Apotek. Pelayanan kefarmasian (pharmaceutical care) adalah bentuk pelayanan

dan tanggung jawab langsung profesi Apoteker dalam pekerjaan kefarmasian

untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Pelayanan kefarmasian pada saat ini

telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada pelayanan

kefarmasian (pharmaceutical care). Kegiatan pelayanan kefarmasian yang semula

hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi menjadi pelayanan yang

komprehensif yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dari pasien.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

26

Universitas Indonesia

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

1027/MENKES/SK/IX/2004, pelayanan kefarmasian terdiri dari pelayanan resep,

promosi dan edukasi serta pelayanan residensial (Home Care).

2.12.1 Pelayanan Resep

Pelayanan resep meliputi skrining resep, penyiapan obat dan penyerahan obat

yang disertai dengan informasi tentang penggunaan obat. Apoteker melakukan

skrining resep (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2004) meliputi:

a. Persyaratan administratif:

1) Nama, SIP dan alamat dokter.

2) Tanggal penulisan resep.

3) Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.

4) Nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.

5) Nama obat , potensi, dosis dan jumlah yang diminta.

6) Cara pemakaian yang jelas.

7) Informasi lainnya.

b. Kesesuaian farmasetik: bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas,

inkompatibilitas, cara dan lama pemberian.

c. Pertimbangan klinis: adanya alergi, efek samping, interaksi dan kesesuaian

(dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain).

Jika ada keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada

dokter penulis resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya

bila perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan. Setelah dilakukan

skrining resep oleh apoteker, dilakukan kegiatan kefarmasian sebagai berikut

(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2004):

a. Peracikan

Peracikan merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur,

mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan

obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan memperhatikan dosis, jenis dan

jumlah obat serta penulisan etiket yang benar.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

27

Universitas Indonesia

b. Etiket, dimana harus jelas dan dapat dibaca.

c. Kemasan obat yang diserahkan.

Obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok

sehingga terjaga kualitasnya.

d. Penyerahan obat.

Pemeriksaan akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep harus

dilakukan sebelum obat diserahkan pada pasien. Penyerahan obat dilakukan oleh

apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien dan

tenaga kesehatan.

e. Informasi obat

Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan mudah

dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana serta terkini. Informasi obat pada

pasien minimal meliputi cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka

waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari

selama terapi.

f. Konseling

Konseling adalah suatu proses komunikasi dua arah yang sistematik antara

apoteker dan pasien untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang

berkaitan dengan obat dan pengobatan. Apoteker harus memberikan konseling

mengenai sediaan farmasi, pengobatan dan perbekalan kesehatan lainnya sehingga

dapat memperbaiki kualitas hidup pasien atau yang bersangkutan terhindar dari

bahaya penyalahgunaan atau penggunaan salah sediaan farmasi atau perbekalan

kesehatan lainnya. Untuk penderita penyakit tertentu seperti kardiovaskular,

diabetes, TBC, asma, dan penyakit kronis lainnya, apoteker harus memberikan

konseling secara berkelanjutan.

g. Pemantauan penggunaan obat

Setelah penyerahan obat kepada pasien, apoteker harus melaksanakan

pemantauan penggunaan obat, terutama untuk pasien tertentu seperti

kardiovaskular, diabetes, TBC, asma dan penyakit kronis lainnya.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

28

Universitas Indonesia

2.12.2 Promosi dan edukasi

Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, apoteker harus berpartisipasi

secara aktif dalam promosi dan edukasi. Apoteker ikut membantu diseminasi

informasi, antara lain dengan penyebaran leaflet /brosur, poster, penyuluhan, dan

lain-lain (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

2.12.3 Pelayanan Residensial (Home Care)

Pelayanan residensial (Home care) adalah pelayanan apoteker sebagai care

giver dalam pelayanan kefarmasian di rumah-rumah, khususnya untuk kelompok

lansia dan pasien dengan pengobatan terapi kronis lainnya. Apoteker sebagai care

giver diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat

kunjungan rumah, khususnya untuk kelompok lansia dan pasien dengan

pengobatan penyakit kronis lainnya. Untuk aktivitas ini apoteker harus membuat

catatan berupa catatan pengobatan pasien atau PMR (Patient Medication Record).

2.12.4 Pelayanan Swamedikasi

Apoteker mempunyai peran yang sangat penting dalam memberikan

bantuan, nasehat dan petunjuk kepada masyarakat yang ingin melakukan

swamedikasi agar masyarakat dapat melakukan swamedikasi secara bertanggung

jawab. Apoteker harus dapat menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat

diperoleh tanpa resep dokter, penggunaan obat bebas, obat bebas terbatas dan obat

wajib apotek tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek samping yang tidak

dikehendaki jika dipergunakan dengan tidak semestinya.

Dalam pelaksanaan swamedikasi, apoteker memiliki dua peran yang sangat

penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat

dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau memberikan

informasi kepada pasien dan keluarganya agar obat digunakan secara aman, tepat

dan rasional.

Pemberian informasi dilakukan terutama dalam mempertimbangkan:

a. Ketepatan penentuan indikasi atau penyakit.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

29

Universitas Indonesia

b. Ketepatan pemilihan obat yang efektif, aman dan ekonomis.

c. Ketepatan dosis dan cara penggunaan obat.

Penggunaan obat bebas, obat bebas terbatas dan Obat Wajib Apotek

(OWA) dalam pengobatan sendiri (swamedikasi) harus mengikuti prinsip

penggunaan obat secara aman dan rasional. Pelaksanaan swamedikasi yang

bertanggung jawab membutuhkan produk obat yang sudah terbukti keamanan,

khasiat dan kualitasnya serta membutuhkan pemilihan obat yang tepat sesuai

dengan indikasi penyakit dan kondisi pasien. Berdasarkan Peraturan Menteri

Kesehatan RI Nomor 919/MENKES/PER/X/1993 tentang Kriteria Obat yang

Dapat Diserahkan Tanpa Resep, obat-obat yang dapat diserahkan tanpa resep

harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di

bawah usia 2 tahun dan orangtua di atas 65 tahun.

b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada

kelanjutan penyakit.

c. Penggunaannya tidak memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus

dilakukan oleh tenaga kesehatan.

d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di

Indonesia.

e. Obat dimaksud memiliki risiko khasiat keamanan yang dapat

dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Satu hal yang sangat penting dalam informasi swamedikasi adalah

meyakinkan agar produk yang digunakan tidak berinteraksi negatif dengan

produk-produk yang sedang digunakan pasien. Selain itu, apoteker juga

diharapkan dapat memberikan petunjuk kepada pasien bagaimana memantau

penyakitnya dan kapan harus menghentikan pengobatannya atau kapan harus

berkonsultasi kepada dokter. Informasi yang perlu disampaikan oleh apoteker

pada masyarakat dalam pelaksanaan swamedikasi antara lain:

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

30

Universitas Indonesia

a. Khasiat obat

Apoteker perlu menerangkan dengan jelas khasiat obat yang bersangkutan,

sesuai atau tidak dengan indikasi atau gangguan kesehatan yang dialami pasien.

b. Kontraindikasi

Pasien perlu diberi tahu dengan jelas kontraindikasi dari obat yang

diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki kontra indikasi yang

dimaksud.

c. Efek samping dan cara mengatasinya (jika ada)

Pasien juga perlu diberi informasi tentang efek samping yang mungkin

muncul dan apa yang harus dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya.

d. Cara pemakaian

Cara pemakaian harus disampaikan secara jelas kepada pasien untuk

menghindari salah pemakaian, apakah ditelan, dihirup, dioleskan, dimasukkan

melalui anus, atau cara lain.

e. Dosis

Dosis harus disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien. Apoteker dapat

menyarankan dosis sesuai dengan yang disarankan oleh produsen (sebagaimana

petunjuk pemakaian yang tertera di etiket) atau dapat menyarankan dosis lain

sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

f. Waktu pemakaian

Waktu pemakaian juga harus diinformasikan dengan jelas kepada pasien,

misalnya sebelum atau sesudah makan atau saat akan tidur.

g. Lama penggunaan

Lama penggunaan obat juga harus diinformasikan kepada pasien, agar

pasien tidak menggunakan obat secara berkepanjangan karena penyakitnya belum

hilang atau sudah memerlukan pertolongan dokter.

h. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya

pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu

bersamaan.

i. Hal yang harus dilakukan jika lupa meminum obat

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

31

Universitas Indonesia

j. Cara penyimpanan obat yang baik

k. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa

l. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak

Selain itu, apoteker juga perlu memberi informasi kepada pasien tentang

obat generik yang memiliki khasiat sebagaimana yang dibutuhkan serta

keuntungan yang dapat diperoleh dengan menggunakan obat generik. Hal ini

penting dalam pemilihan obat harus selalu memperhatikan aspek farmakoekonomi

dan hak pasien. Selain konseling dalam farmakoterapi, apoteker juga memiliki

tanggung jawab lain yang lebih luas dalam swamedikasi. Dalam pernyataan

bersama yang dikeluarkan oleh IPF (International Pharmaceutical Federation)

dan WMI (World Self-Medication Industry) tentang swamedikasi yang

bertanggung jawab (Responsible Self-Medication) dinyatakan sebagai berikut:

a. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan nasehat

dan informasi yang benar, cukup dan objektif tentang swamedikasi dan semua

produk yang tersedia.

b. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk merekomendasikan

kepada pasien agar segera mencari nasehat medis yang diperlukan, apabila

dipertimbangkan swamedikasi tidak mencukupi.

c. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk memberikan laporan

kepada lembaga pemerintah yang berwenang dan untuk menginformasikan

kepada produsen obat yang bersangkutan, mengenai efek yang tidak

dikehendaki yang terjadi pada pasien yang menggunakan obat tersebut dalam

swamedikasi.

d. Apoteker memiliki tanggung jawab profesional untuk mendorong anggota

masyarakat agar memperlakukan obat sebagai produk khusus yang harus

dipergunakan dan disimpan secara hati-hati dan tidak boleh dipergunakan

tanpa indikasi yang jelas.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

32

Universitas Indonesia

2.12.5 Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA)

Daftar Obat Wajib Apotek (DOWA) merupakan obat yang termasuk

golongan obat keras yang dapat diperoleh tanpa menggunakan resep dokter dan

diserahkan oleh apoteker di apotek. Apoteker di apotek dalam melayani pasien

yang memerlukan obat wajib (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1990;

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 1993; Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 1999):

a. Memenuhi ketentuan dan batasan tiap jenis obat per pasien sesuai dengan

yang disebutkan dalam DOWA.

b. Membuat catatan pasien serta obat yang telah diserahkan.

c. Memberikan informasi meliputi dosis dan aturan pakainya, kontraindikasi,

efek samping dan hal-hal lain yang perlu diperhatikan oleh pasien.

Obat-obat yang termasuk ke dalam daftar obat wajib apotek antara lain:

1) Obat kontrasepsi oral, baik tunggal maupun kombinasi.

2) Obat saluran cerna, yang terdiri dari :

a) Antasida + sedatif/spasmodik

b) Anti spasmodik

c) Spasmodik + analgesik

d) Antimual

e) Laksan

3) Obat mulut dan tenggorokan

4) Obat saluran napas

5) Obat yang mempengaruhi sistem neuromuskular, yang terdiri dari :

a) Analgesik

b) Antihistamin

6) Antiparasit yang terdiri dari obat cacing

7. Obat topikal untuk kulit yang terdiri dari:

a) Semua salep/krim antibiotic

b) Semua salep/krim kortikosteroid

c) Semua salep/krim/gel anti inflamasi nonsteroid (AINS)

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

33

Universitas Indonesia

d) Antijamur

e) Antiseptik local

f) Enzim anti radang topical

g) Pemutih kulit

2.13 Pengadaan Persediaan Apotek

Pengadaan merupakan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan perbekalan

farmasi berdasarkan fungsi perencanaan dan penganggaran yang bertujuan

memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup

dengan kualitas harga yang dapat dipertanggungjawabkan dalam waktu dan

tempat tertentu secara efektif dan efisien menurut tata cara dan ketentuan yang

berlaku (Quick, 1997). Pengadaan harus memenuhi beberapa syarat, yaitu (Seto,

Nita dan Triana, 2004):

a. Doematig, artinya sesuai tujuan/sesuai rencana. Pengadaan harus sesuai

kebutuhan yang sudah direncanakam sebelumnya.

b. Rechtmatig, artinya sesuai hak/sesuai kemampuan.

c. Wetmatig, artinya sistem/cara pengadaannya harus sesuai dengan ketentuan

ketentuan yang berlaku.

Secara umum, jenis pengadaan berdasarkan waktu terdiri dari (Quick, 1997):

a. Annual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan satu kali dalam satu tahun

b. Scheduled purchasing, yaitu pemesanan dilakukan secara periodik dalam

waktu tertentu misalnya mingguan, bulanan dan sebagainya.

c. Perpetual purchasing, yaitu pemesanan dilakukan setiap kali tingkat

persediaan rendah.

d. Kombinasi antara annual purchasing, scheduled purchasing dan perpetual

purchasing. Pengadaan dengan pemesanan yang bervariasi waktunya seperti

cara ini dapat diterapkan tergantung dari jenis obat yang dipesan.

Misalnya, obat impor dari suatu negara dimana devaluasi mata uang

menjadi masalah utama atau obat berharga murah yang jarang digunakan

cukup dipesan sekali dalam setahun saja. Obat-obat yang relatif slow moving

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

34

Universitas Indonesia

tetapi digunakan secara reguler dapat dipesan secara periodik setiap tahun

(scheduled purchasing). Obat-obat yang banyak diminati serta harganya

sangat mahal, maka pemesanannya dilakukan secara perpetual purchasing.

Setelah menentukan jenis pengadaan yang akan diterapkan berdasarkan

frekuensi dan waktu pemesanan, maka pengadaan barang di apotek dapat

dilakukan dengan berbagai cara, yaitu (Seto, Nita dan Triana, 2004):

a. Pembelian kontan. Dalam pembelian kontan, pihak apotek langsung

membayar harga obat yang dibeli dari distributor. Biasanya dilakukan oleh

apotek yang baru dibuka karena untuk melakukan pembayaran kredit apotek

harus menunjukkan kemampuannya dalam menjual.

b. Pembelian kredit, adalah pembelian yang pembayarannya dilakukan pada

waktu jatuh tempo yang telah ditetapkan, misalnya 30 hari setelah obat

diterima apotek.

c. Konsinyasi (titipan obat), adalah titipan barang dari pemilik kepada apotek,

dimana apotek bertindak sebagai agen komisioner yang menerima komisi bila

barang tersebut terjual. Bila barang tersebut tidak terjual sampai batas

waktu kedaluwarsa atau waktu yang telah disepakati, maka barang tersebut

dapat dikembalikan pada pemiliknya

2.14 Pengendalian Persediaan Apotek

Pengendalian persediaan berhubungan dengan aktivitas dalam pengaturan

persediaan obat di apotek untuk menjamin kelancaran pelayanan pasien di apotek

secara efektif dan efisien. Pengendalian persediaan mencakup penentuan cara

pemesanan atau pengadaannya hingga jumlah persediaan yang optimum dan yang

harus ada di apotek untuk menghindari kekosongan persediaan.

2.14.1 Parameter – parameter dalam pengadaan persediaan

a. Konsumsi rata-rata

Hal ini sering juga disebut permintaan (demand) yang merupakan

permintaan yang diharapkan pada pemesanan selanjutnya merupakan variabel

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

35

Universitas Indonesia

kunci yang menentukan berapa banyak stok barang yang harus dipesan (Quick,

1997).

b. Waktu tunggu/waktu tenggang (Lead Time/LT)

Merupakan waktu tenggang yang dibutuhkan mulai dari pemesanan

sampai dengan penerimaan barang. Waktu tunggu ini dapat berbeda beda untuk

setiap pemasok. Faktor-faktor yang dapat berpengaruh pada waktu tunggu adalah

jarak antara pemasok dengan apotek, jumlah pesanan dan kondisi pemasok

(Quick, 1997). Waktu tunggu diperoleh berdasarkan nilai 10%-20% dari

konsumsi rata-rata dimana 10% untuk golongan obat slow moving dan 20% untuk

golongan obat fast moving (Kementerian Kesehatan, 2008).

c. Persediaan Pengaman (Safety Stock/SS)

Persediaan pengaman merupakan persediaan yang dicadangkan untuk

kebutuhan selama menunggu barang datang untuk mengantisipasi keterlambatan

barang pesanan atau untuk menghadapi suatu keadaan tertentu yang diakibatkan

karena perubahan pada permintaan misalnya karena adanya permintaan barang

yang meningkat secara tiba-tiba karena adanya wabah penyakit (Quick, 1997).

Persediaan pengaman dapat dihitung dengan rumus (Quick, 1997):

SS = LT x CA

Keterangan :

SS = Safety stock (persediaan pengaman)

LT = Lead Time (waktu tunggu)

CA = Average Consumption (konsumsi rata-rata)

d. Persediaan Minimum (Minimum Stock)

Merupakan jumlah persediaan terendah yang masih tersedia. Apabila

penjualan telah mencapai nilai persediaan minimum ini maka pemesanan harus

langsung dilakukan agar kontinuitas usaha dapat berlanjut. Jika barang yang

tersedia jumlahnya sudah kurang dari jumlah persediaan minimum maka dapat

terjadi stok kosong (Quick, 1997). Persediaan minimum dapat dihitung dengan

rumus (Quick, 1997):

S min = (LT x CA) + SS

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

36

Universitas Indonesia

Keterangan:

S min = Persediaan minimum

LT = Lead Time (waktu tunggu)

CA = Average Consumption (konsumsi rata-rata)

SS = Safety stock (persediaan pengaman)

e. Persediaan Maksimum (Maximum Stock)

Merupakan jumlah persediaan terbesar yang telah tersedia. Jika jumlah

persediaan telah mencapai jumlah maksimum maka tidak perlu lagi melakukan

pemesanan untuk menghindari terjadinya stok mati yang dapat menyebabkan

kerugian (Quick, 1997). Persediaan maksimum dapat dihitung dengan rumus

(Quick, 1997):

S max = S min + (PP x CA)

Keterangan:

S max = Persediaan maksimum

S min = Persediaan minimum

PP = Procurement period (waktu hingga pemesan selanjutnya sampai)

CA = Average Consumption (konsumsi rata-rata)

f. Perputaran persediaan

Adalah menggambarkan jumlah siklus yang dialami barang dari mulai

pembelian hingga penjualan kembali. Jika suatu barang memiliki angka

perputaran persediaan yang besar maka barang tersebut dikategorikan sebagai

barang fast moving. Sebaliknya, jika angka perputaran persediaan suatu barang

terbilang kecil maka barang tersebut termasuk slow moving (Quick, 1997).

Keterangan :

So = Persediaan awal Sr = Persediaan rata-rata

P = Jumlah pembelian Sn = Persediaan Akhir

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

37

Universitas Indonesia

g. Jumlah pesanan (Economic Order Quantity/EOQ/Economic Lot Size)

Persediaan dirancang agar setiap saat harus tersedia dan sekaligus untuk

mengantisipasi permintaan yang tidak menentu, kemampuan suplier yang terbatas,

waktu tenggang pesanan yang tidak menentu, ongkos kirim mahal dan

sebagainya. Faktor yang dipertimbangkan untuk membangun persediaan berkaitan

dengan biaya dan resiko penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya pemeliharaan

(Quick, 1997).

EOQ = 2 RSPIKeterangan:

R = Jumlah kebutuhan dalam setahun

P = Harga barang/unit

S = Biaya memesan tiap kali pemesanan

I = % Harga persediaan rata-rata

h. Titik Pemesanan (Reorder Point/ROP)

Titik pemesanan merupakan saat dimana harus diadakan pemesanan

kembali sedemikian rupa sehingga penerimaan barang yang dipesan tepat waktu,

dimana persediaan di atas stok pengaman sama dengan nol atau saat mencapai

nilai persediaan minimum. Pada keadaan mendesak, dapat dilakukan pemesanan

langsung tanpa harus menunggu hari pembelian yang telah ditentukan bersama

antar apotek dan pemasok (Quick, 1997).

ROP = SS + LT

Keterangan :

ROP = titik pemesanan kembali (Reorder point)

SS = stok pengaman (Safety stock)

LT = waktu tunggu (Lead time)

Berbagai parameter pengendalian persediaan tersebut saling

berkesinambungan satu sama lain untuk dapat menjamin ketersediaan obat dan

perbekalan kesehatan. Jika produk berada dalam kuantitas persediaan rata-rata,

kebutuhan permintaan produk oleh konsumen akan terpenuhi.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

38

Universitas Indonesia

[Sumber : Quick,1997,telah diolah kembali ]Gambar 2.5. Diagram model pengendalian persediaan

Model siklus pengendalian persediaan obat yang ideal dapat dilihat pada

Gambar 2.5. Idealnya kuantitas persediaan rata-rata dari suatu produk di apotek

perlu mempertimbangkan dua komponen, yaitu stok kerja (working stock) dan

stok pengaman (safety stock). Jika tingkat persediaan sudah semakin menurun dan

berada dalam level persediaan minimum, maka diperlukan pemesanan kembali

terhadap produk tersebut dan harus memperhitungkan waktu tunggu (LT)

kedatangan obat agar tidak terjadi kekosongan persediaan obat ketika menunggu

obat yang dipesan datang. Saat obat yang dipesan datang (Qo), maka tingkat

persediaan meningkat kembali pada level persediaan maksimum SS + Qo. Dengan

berjalannya waktu, persediaan akan kembali turun dan perlu dilakukan pemesanan

kembali dan begitu seterusnya. Siklus ini akan terus berputar untuk menjamin

ketersediaan obat.

2.14.2 Penentuan Prioritas Pengadaan

Metode ini mengelompokkan obat berdasarkan nilai kepentingan dan

vitalitas obat terhadap pelayanan kesehatan untuk melayani permintaan untuk

pengobatan. Dalam melakukan pengadaan, dibutuhkan penentuan prioritas barang

yang akan dipesan. Pemilihan prioritas pengadaan dapat dilakukan dengan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

39

Universitas Indonesia

berbagai metode. Penyusunan prioritas dapat dilakukan dengan menggunakan

metode sebagai berikut (Quick, 1997):

a. Analisis VEN (Vital, Esensial, Non esensial)

Analisis VEN merupakan analisis yang digunakan untuk menetapkan prioritas

pembelian obat berdasarkan kepentingannya serta menentukan tingkat stok yang

aman (Quick, 1997). Kategori dari obat-obat VEN yaitu:

1) V (Vital)

Obat yang tergolong dalam kategori vital adalah obat untuk

menyelamatkan hidup manusia atau untuk pengobatan karena penyakit yang

mengakibatkan kematian. Pengadaan obat golongan ini diprioritaskan (Quick,

1997).

2) E (Esensial)

Kategori esensial digunakan untuk obat-obat yang banyak diminta untuk

digunakan dalam tindakan atau pengobatan penyakit terbanyak di masyarakat.

Dengan kata lain, obat-obat golongan ini adalah obat yang fast moving (Quick,

1997).

3) N (Non-esensial)

Kategori non-esensial untuk obat-obat pelengkap yang sifatnya tidak

esensial, tidak digunakan untuk menyelamatkan hidup manusia maupun

pengobatan penyakit terbanyak, contohnya suplemen vitamin (Quick, 1997).

b. Analisis ABC (Pareto)

Analisis ABC disusun berdasarkan penggolongan persediaan yang

mempunyai nilai harga yang paling tinggi. Analisis ABC membagi persediaan

berdasarkan atas nilai rupiah (volume persediaan yang dibutuhkan dalam satu

periode dikalikan harga per unit). Kriteria kelas dalam klasifikasi ABC adalah

(Quick, 1997):

1) Kelas A

Persediaan yang memiliki volume rupiah yang tinggi. Kelas ini mewakili

sekitar 75-80% dari total nilai persediaan, meskipun jumlahnya hanya sekitar 10-

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

40

Universitas Indonesia

20% dari seluruh item. Kelas A memiliki dampak biaya yang tinggi terhadap

biaya pengadaan. Pengendalian khusus dilakukan secara intensif (Quick, 1997).

2) Kelas B

Persediaan yang memiliki volume rupiah yang menengah. Kelas ini

mewakili sekitar 15-20% dari total nilai persediaan, jumlah itemnya sekitar 10

20% dari seluruh item (Quick, 1997).

3) Kelas C

Persediaan yang memiliki volume rupiah yang rendah. Kelas ini mewakili

sekitar 5-10% dari total nilai persediaan, tapi terdiri sekitar 60-80% dari seluruh

barang (Quick, 1997).

Analisis ABC dilakukan dengan menghitung nilai investasi dari tiap

sediaan obat dengan cara:

a) Menghitung total investasi tiap jenis obat.

b) Mengelompokan obat berdasarkan nilai investasi dan diurutkan mulai dari

nilai investasi terbesar hingga terkecil.

c. Analisis VEN-ABC

Metode analisis ini mengkombinasi kedua metode sebelumnya. Dalam

metode ini pengelompokan barang berdasarkan volume dan nilai penggunaannya

selama periode waktu tertentu. Analisis VEN-ABC menggabungkan analisis ABC

dan VEN dalam suatu matriks sehingga analisis menjadi lebih tajam (Quick,

1997). Matriks analisis ABC-VEN dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Matriks analisis ABC-VEN

V E N

A VA EA NA

B VB EB NB

C VC EC NC

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

41

Universitas Indonesia

Berdasarkan Tabel 2.2 prioritas yang pertama dalam pemilihan obat

adalah VC dilanjutkan VB dan VA karena obat kategori vital dapat berupa

jenis obat slow moving atau fast moving.

EA adalah obat yang terlebih dahulu dibeli, karena obat tersebut

adalah obat yang fast moving dengan harga tinggi. Kemudian EB, lalu obat

EC yang biasa digunakan untuk resep racikan. Apabila anggaran tidak

mencukupi, maka obat yang non-essensial tetapi menyerap banyak anggaran

(NA) lebih diprioritaskan untuk keluar dari daftar anggaran belanja tetapi

apabila anggaran masih ada setelah membeli golongan obat vital dan

essensial, maka golongan obat non-essensial (NC) yang diprioritaskan untuk

dibeli kemudian NB.

2.15 Strategi Pemasaran Apotek

Strategi pemasaran yang umumnya dilakukan oleh apotek adalah analisis

AIDA (Attention, Interest, Desire, Action). Analisis AIDA merupakan suatu

rangkaian proses dimulai dari menarik perhatian calon pembeli hingga pembeli

memutuskan untuk membeli di apotek (Umar, 2011).

2.15.1 Attention

Strategi ini merupakan upaya apotek untuk dapat menarik perhatian

pengunjung/konsumen, yang dapat dilakukan dengan (Umar, 2011):

a. Membuat desain eksterior apotek yang menarik, seperti papan nama yang

besar dan memasang neon box agar mudah terlihat oleh orang yang lewat dari

arah kiri dan kanan.

b. Mendesain bangunan agar terlihat menarik dan juga memperhatikan kondisi

ekonomi di lingkungan tempat pendirian apotek.

c. Menggunakan kaca transparan pada sisi depan apotek agar desain interior

apotek dapat terlihat dari luar.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

42

Universitas Indonesia

2.15.2 Interest

Strategi ini bertujuan untuk menimbulkan keinginan pengunjung untuk

masuk ke dalam apotek, dapat dilakukan dengan cara menyusun obat yang dijual

dengan menarik seperti memperhatikan warna kemasan dan disusun berdasarkan

efek farmakologis sehingga obat terlihat lengkap baik jenis maupun jumlahnya

serta ruang tunggu yang bersih dan nyaman. Hal tersebut dapat langsung terlihat

oleh pengunjung saat memasuki apotek (Umar, 2011).

2.15.3 Desire

Langkah selanjutnya setelah pengunjung masuk ke dalam apotek adalah

menimbulkan keinginan mereka untuk membeli obat. Upaya yang dapat dilakukan

adalah melayani pengunjung dengan ramah, cepat tanggap dengan keinginan

pelanggan, meningkatkan kelengkapan obat, kecepatan pelayanan, pelayanan

informasi dan memberikan harga yang bersaing (Umar, 2011).

2.15.4 Action

Setelah melalui beberapa tahap diatas, akhirnya pengunjung apotek

tersebut memutuskan mengambil sikap untuk menjadi pembeli obat di apotek.

Pada tahap ini pembeli akan merasakan sendiri pelayanan yang diberikan apotek

(Umar, 2011).

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

43 Universitas Indonesia

BAB 3

TINJAUAN KHUSUS APOTEK KESELAMATAN

3.1 Pendahuluan

Apotek Keselamatan didirikan pada bulan April tahun 2004. Apotek ini

dikelola oleh seorang APA bernama Ibu Dra. Azizahwati, M.S., Apt., dengan

SIK Nomor 2621/B dan SIA Nomor 87.SIA.0/04./YANKES/04. Nama Apotek

Keselamatan diambil dari nama jalan tempat apotek tersebut berada.

3.2. Lokasi dan Tata Ruang

3.2.1. Lokasi

Apotek Keselamatan berlokasi di Jalan Keselamatan Nomor 27, Jakarta

Selatan. Letak apotek sekitar 200 m dari Jalan Raya Abdullah Syafie arah

Kampung Melayu dan berada di pusat pertigaan jalan sehingga apotek cukup

ramai dilalui oleh pengendara. Meskipun tidak terletak di tepi jalan raya, jalan di

depan apotek cukup ramai dan digunakan sebagai jalan alternatif, selain itu posisi

apotek terletak di tengah pemukiman penduduk yang padat dan terdapat cukup

banyak fasilitas kesehatan di sekitar apotek, contohnya klinik dokter dan

puskesmas sehingga dapat memperluas sasaran pasar apotek. Apotek pesaing

yang berada di sekitar apotek tersebut adalah Apotek Barkah yang terletak sekitar

400 m dari apotek. Apotek lainnya seperti Apotek K-24, Apotek Amani dan

Apotek La Rose berada cukup jauh, yaitu terletak di sepanjang Jalan Raya

Lapangan Rose. Lokasi Apotek Keselamatan dapat dilihat pada Lampiran 12.

3.2.2 Tata Ruang

Bangunan apotek berukuran 3 x 25 m terdiri dari halaman parkir, ruang

tunggu pasien, etalase obat OTC (Over The Counter), meja kasir dan tempat

penerimaan resep, ruang peracikan, meja kerja apoteker, ruang istirahat karyawan

dan tempat pencucian atau wastafel. Denah ruangan apotek dapat dilihat pada

Lampiran 13 dan Lampiran 14. Ruang untuk obat OTC dibuat lebih lebar dari

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

44

Universitas Indonesia

ruang peracikan karena apotek berorientasi pada pengobatan sendiri/swamedikasi.

Desain obat-obat OTC dapat dilihat pada Lampiran 15. Desain obat-obat Ethical

dapat dilihat pada Lampiran 16.

3.3 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia di Apotek Keselamatan adalah sebagai berikut:

a. Tenaga kefarmasian

APA : 1 orang yang merangkap sebagai PSA

Apoteker Pendamping : 1 orang

b. Tenaga non kefarmasian

Juru resep : 1 orang

Tenaga pembantu : 1 orang

3.4 Tugas dan Fungsi tiap jabatan

3.4.1 Apoteker Pengelola Apotek (APA)

Tugas dan tanggung jawab APA adalah:

a. Memimpin seluruh kegiatan manajerial apotek.

b. Berusaha meningkatkan omset penjualan dan mengembangkan hasil usaha

apotek dengan berpedoman terhadap peraturan perundangan yang berlaku

serta mempertimbangkan masukan dari karyawan demi kemajuan dan

perkembangan apotek.

c. Melakukan pelayanan kefarmasian, termasuk pelayanan swamedikasi sesuai

dengan perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku.

d. Melakukan pemesanan serta pembelian obat narkotika dan psikotropika

kepada PBF.

e. Melayani permintaan obat bebas dan obat bebas terbatas.

f. Melayani permintaan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, skrining

resep, pemberian harga resep, dispensing, penulisan etiket sampai dengan

penyerahan obat.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

45

Universitas Indonesia

g. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan, meliputi nomor resep,

nama pasien, nama obat, bentuk sediaan obat, jumlah obat, aturan pemberian

obat, kemudian menyerahkan obat kepada pasien disertai dengan pemberian

informasi obat untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.

h. Membuat salinan resep dan kuitansi bila dibutuhkan.

i. Membuat laporan narkotika dan psikotropika secara berkala.

j. Mengatur dan mengawasi pengamanan hasil penjualan tunai harian.

k. Merencanakan pengadaan obat.

3.4.2 Apoteker Pendamping

Tugas dan fungsi Apoteker pendamping sama seperti APA pada saat APA

tidak ada ditempat, antara lain:

a. Melakukan pelayanan kefarmasian, termasuk pelayanan swamedikasi sesuai

dengan perundang-undangan di bidang perapotekan yang berlaku.

b. Melayani permintaan obat bebas dan obat bebas terbatas

c. Melayani permintaan resep dokter, mulai dari penerimaan resep, skrining

resep, pemberian harga resep, dispensing, penulisan etiket sampai dengan

penyerahan obat.

d. Memeriksa kebenaran obat yang akan diserahkan, meliputi nomor resep,

nama pasien, nama obat, bentuk sediaan obat, jumlah obat, aturan pemberian

obat, kemudian menyerahkan obat kepada pasien disertai dengan pemberian

informasi obat untuk mendukung penggunaan obat yang rasional.

e. Mendata kebutuhan obat dan bahan habis pakai apotek.

f. Melakukan pemesanan serta pembelian obat kecuali obat narkotika dan

psikotropika dan bahan habis pakai apotek secara berkala kepada PBF.

g. Menyusun daftar masuknya obat dan bahan habis pakai apotek serta

menandatangani faktur obat yang masuk setiap harinya.

h. Mengatur, mengontrol dan menyusun obat pada tempat penyimpanan obat.

i. Mencatat setiap kejadian mutasi obat dan bahan habis pakai apotek.

j. Membuat salinan resep dan kuintasi bila dibutuhkan.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

46

Universitas Indonesia

3.4.3 Juru Resep

Tenaga yang membantu apoteker dalam meracik obat di apotek adalah

juru resep. Tugas dan kewajiban juru resep adalah:

a. Membantu tugas APA dan Apoteker Pendamping dalam penyiapan obat atau

pembuatan obat racikan.

b. Menyiapkan dan membersihkan alat-alat peracikan.

c. Membuat obat-obat racikan standar di bawah pengawasan apoteker.

d. Menjaga kebersihan apotek.

3.4.4 Tenaga Pembantu

Tenaga pembantu di apotek mempunyai tanggung jawab untuk menjaga

kebersihan dan kerapihan apotek termasuk sarana apotek seperti etalase, rak obat

dan lain-lain.

3.5 Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan Lainnya

3.5.1 Pengadaan

Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan lain menjadi tugas dan

wewenang apoteker pendamping, kecuali untuk pengadaan narkotika dan

psikotropika menjadi tanggung jawab APA. Prinsip pengadaan barang di apotek

yaitu berasal dari sumber yang jelas; macam dan jumlah barang disesuaikan

dengan kondisi keuangan dan kategori arus barang fast moving atau slow moving;

berdasarkan epidemiologi atau penyakit yang sedang banyak diderita oleh pasien

dan produk-produk bermerek yang sedang digemari oleh masyarakat. Kondisi

yang paling menguntungkan (mempertimbangkan mengenai harga, diskon, syarat

pembayaran dan ketepatan barang datang).

Pengadaan barang bisa dilakukan dengan cara Cash On Delivery (COD)

konsinyasi, atau kredit. Pembelian barang di Apotek Keselamatan menggunakan

cara pembelian secara terbatas. Hal tersebut untuk menghindari penumpukan

barang yang menyebabkan modal terhenti. Langkah-langkah pengadaan barang di

apotek, antara lain:

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

47

Universitas Indonesia

a. Pemeriksaan dan pencatatan jumlah obat dan perbekalan kesehatan

Setiap hari dilakukan pemeriksaan jumlah obat dan perbekalan kesehatan.

Jika jumlahnya telah berada pada stok minimum, maka harus dicatat pada buku

defekta untuk kemudian dilakukan pemesanan setelah disetujui oleh APA. Selain

itu, ditulis juga dalam buku defekta untuk obat-obat yang belum tersedia di apotek

tapi sudah mulai banyak diresepkan dan banyak permintaan dari pelanggan.

b. Pemesanan obat dan perbekalan kesehatan kepada Pedagang Besar Farmasi

(PBF) yang dilakukan berdasarkan buku defekta

Pemesanan yang dilakukan bisa menggunakan surat pesanan seperti pada

Lampiran 17 langsung kepada salesman atau melalui telepon. Faktor-faktor yang

harus diperhatikan dalam melakukan kerjasama dengan PBF, yaitu: ketepatan dan

kecepatan dalam pelayanan; bertanggung jawab terhadap barang pesanan apabila

terjadi kerusakan; memberikan jaminan terhadap barang pesanan; ada kepastian

memperoleh barang yang dipesan; diskon yang diberikan dan lama waktu kredit.

c. Penerimaan obat dan perbekalan kesehatan

Obat dan perbekalan kesehatan yang disertai faktur pembelian dan Surat

Pesanan dikirim ke apotek yang diterima oleh apoteker pendamping dan

dilakukan pengecekan kesesuaian terhadap jumlah, jenis, bentuk dan tanggal

kadaluarsa serta kondisi fisik terhadap SP (Surat Pemesanan) dan faktur. Apabila

barang yang datang sesuai dengan pesanan, maka faktur tersebut ditandatangani

oleh apoteker pendamping disertai dengan nama terang, tanggal penerimaan dan

stempel apotek. Apabila ada obat yang dikirim tidak sesuai dengan SP atau obat

sudah mendekati tanggal kadaluarsa, maka obat tersebut akan dikembalikan

langsung. Obat dan barang yang datang dicatat dalam buku penerimaan barang.

Form tanda terima tukar faktur terdapat pada Lampiran 18.

Perbekalan farmasi yang baru datang tersebut kemudian diberi harga

sesuai dengan rumus perhitungan harga jual yang telah ditetapkan oleh apotek.

Faktur yang diterima dicatat pada buku faktur masuk untuk menginventaris

barang yang diterima dan mengetahui jumlah nilai yang akan dibayarkan ketika

jatuh tempo.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

48

Universitas Indonesia

3.5.2 Penyimpanan

Penyimpanan barang di apotek menggunakan sistem First In First Out

(FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Pada sistem FIFO, barang yang

keluar lebih dahulu adalah barang yang lebih dahulu masuk sedangkan pada

sistem FEFO, obat/barang yang mempunyai tanggal kadaluarsa lebih cepat maka

obat tersebut yang paling pertama keluar. Pengambilan barang dilakukan dari

depan etalase maka barang yang baru datang ditempatkan di belakang barang

yang lama.

Etalase depan apotek digunakan untuk penempatan obat bebas, obat bebas

terbatas, jamu, obat herbal terstandar, fitofarmaka maupun perbekalan kesehatan

lainnya seperti kassa steril, kassa non steril, sarung tangan, masker, termometer

dan lain-lain. Untuk produk obat bebas, obat bebas terbatas, jamu, obat herbal

terstandar, fitofarmaka atau perbekalan kesehatan lainnya, penyusunannya

dilakukan sedemikian rupa untuk mempermudah pada saat pengambilan serta

memperhatikan penampilan warna sehingga akan menarik perhatian pelanggan

yang datang ke apotek.

Di bagian dalam apotek terdapat rak-rak obat yang digunakan untuk

penyimpanan obat-obat keras, obat narkotika dan psikotropika. Penyimpanan obat

di bagian dalam apotek, dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Obat dikelompokkan berdasarkan bentuk sediaan.

b. Setiap kelompok obat disusun secara alfabetis untuk mempermudah dalam

pencarian/pengambilan.

c. Narkotika disimpan dalam lemari narkotika.

d. Psikotropika disimpan dalam lemari psikotropika.

e. Obat-obat yang dipersyaratkan disimpan pada suhu dingin disimpan dalam

lemari pendingin (suppositoria, ovula, tablet, serbuk).

3.5.3 Pencatatan

Apotek keselamatan menerapkan pencatatan di kartu stok untuk obat dan

perbekalan kesehatan lainnya yang meliputi tanggal, jumlah barang masuk beserta

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

49

Universitas Indonesia

sumbernya, jumlah barang keluar, saldo dan keterangan. Pencatatan dilakukan

setiap ada barang yang datang dan barang terjual maupun kadaluarsa. Untuk

barang-barang yang terletak di etalase depan, kartu stok tersimpan terpisah dan

dikelompokkan berdasarkan penyusunan obatnya sehingga memudahkan

pencarian. Kartu stok untuk obat-obat yang terletak di rak dalam apotek

ditempatkan masing-masing tepat di samping dus obat tersebut. Hal tersebut

memudahkan pencatatan serta pengecekan kesesuaian catatan dengan kondisi

nyata obat. Contoh kartu stok apotek dilihat dalam Lampiran 19.

3.6 Pelayanan Apotek

3.6.1 Pelayanan Obat Bebas (Swamedikasi)

Pelayanan obat kepada konsumen tanpa resep dokter merupakan pelayanan

obat bebas. Obat-obat yang dapat dijual bebas adalah obat yang termasuk dalam

daftar obat bebas, obat bebas terbatas, kosmetika dan alat kesehatan tertentu.

Pembayaran obat dilakukan di kasir dan setelah lunas obat diserahkan kepada

pelanggan.

Pelayanan swamedikasi yang diberikan oleh apotek telah sesuai dengan

ketentuan yang berlaku, yaitu hanya dilakukan untuk kondisi-kondisi penyakit

ringan tertentu seperti penyakit kulit, diare, demam, batuk dan nyeri persendian,

dengan pemberian obat bebas, obat bebas terbatas dan OWA. APA atau apoteker

pendamping akan merujuk pasien pada dokter apabila keadaan pasien memang

perlu untuk dirujuk ke dokter. Dalam melakukan swamedikasi di apotek, peran

apoteker sangat terlihat dalam memilih obat yang efektif, aman dan ekonomis

serta ketepatan dosis obat yang diberikan.

3.6.2 Pelayanan Obat dengan Resep

Pelayanan atau penjualan dengan resep diberikan kepada pasien yang

membeli obat dengan resep dokter secara tunai dimana proses pelayanan resep di

apotek adalah sebagai berikut:

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

50

Universitas Indonesia

a. Resep dari pasien diterima oleh apoteker, kemudian dilakukan skrining resep,

ketersediaan obat di apotek dan diberi harga.

b. Pasien diberitahukan tentang harga obat, jika pasien setuju maka pasien dapat

langsung membayar di kasir dan diminta menunggu untuk disiapkan obatnya.

Bila pasien merasa harga obat terlalu mahal, maka apoteker dapat

menawarkan obat generik.

c. Resep dibawa ke bagian peracikan untuk dikerjakan. Lembaran resep diberi

kertas penanda, yang berisi: nomor resep, tanggal resep, harga, dan nama

pasien. Obat yang telah selesai disiapkan kemudian diberi etiket (Lampiran

20) dan diperiksa oleh apoteker baik bentuk sediaan, nama pasien, etiket dan

kesesuaian jumlah obat dengan resep.

d. Obat diserahkan kepada pasien dengan pemberian informasi kemudian dicatat

alamat dan nomor telepon pasien, jumlah dan harga resep ke dalam buku

resep.

e. Salinan resep seperti pada Lampiran 21. atau kuitansi seperti pada Lampiran

22. dapat dibuat atas permintaan pasien.

f. Pada pelayanan resep yang mengandung narkotika, tidak diperbolehkan

menyerahkan narkotika atas dasar salinan resep dokter dan resep tersebut

disimpan terpisah dengan resep obat non narkotika.

3.6.3 Pelayanan Obat Wajib Apotek (OWA)

Pelayanan obat wajib apotek (OWA) di apotek disertai dengan pemberian

informasi obat.

3.6.4 Pelayanan Informasi Obat

Setiap penyerahan obat di Apotek disertai dengan pemberian informasi

obat (PIO) kepada pasien. Pelayanan ini terutama diberikan oleh apoteker. PIO

dilakukan bukan hanya apabila pasien membeli obat, namun juga saat pasien tidak

membeli dan sekedar bertanya. Pertanyaan mengenai informasi obat yang biasa

ditanyakan di apotek meliputi indikasi, cara pemakaian, efek samping obat,

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

51

Universitas Indonesia

interaksi dengan obat lain dan makanan, hal yang harus dihindari selama

menggunakan obat dan sebagainya.

3.6.5 Pelayanan Pemeriksaan Glukosa Darah, Asam Urat dan Kolesterol

Apotek juga melayani pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu, asam

urat, dan kolesterol. Pemeriksaan dilakukan menggunakan alat digital khusus dan

dilakukan oleh apoteker. Pelayanan pemeriksaan tersebut dilakukan mulai pukul

08.00-12.00 WIB. Setiap melakukan pelayanan pemeriksaan, maka dicatat pada

buku pelayanan pemeriksaan yaitu nama pasien dan hasil pemeriksaan. Setelah

itu, pasien dapat berkonsultasi dengan apoteker tentang hasil pemeriksaannya.

Pelayanan pemeriksaan ini dilakukan dengan latar belakang kebutuhan

masyarakat di sekitar apotek. APA melihat bahwa kebutuhan tersebut merupakan

suatu peluang dalam mengembangkan pelayanan apotek untuk masyarakat sekitar.

3.7 Pengelolaan Narkotika

Pengelolaan narkotika di apotek terdiri dari pemesanan, penerimaan,

penyimpanan dan pelaporan keluar masuknya obat narkotika di apotek.

3.7.1 Pemesanan Narkotika

Narkotika dipesan melalui PBF Kimia Farma dan wajib menggunakan

surat pesanan khusus narkotika. Pemesanan narkotika yang dilakukan memenuhi

ketentuan sebagai berikut:

a. Dalam satu lembar surat pesanan hanya untuk satu jenis narkotika.

b. Mencantumkan nama dan alamat apotek, SIA, nama APA dan SIPA.

c. Surat pesanan harus ditandatangani oleh APA dan terdapat stempel apotek

pemesan.

d. Surat pesanan dibuat empat rangkap, satu untuk arsip di apotek, tiga rangkap

diserahkan kepada PBF Kimia Farma yang bersangkutan.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

52

Universitas Indonesia

3.7.2 Penerimaan dan Penyimpanan Narkotika

Penerimaan narkotika di apotek dilakukan oleh apoteker pendamping.

Narkotika disimpan pada lemari khusus yang terdiri dari dua bagian untuk

narkotika sehari-hari maupun untuk persediaan. Satu lemari digunakan sebagai

tempat persediaan dan satu lemari untuk menyimpan narkotika kebutuhan sehari-

hari. Di lemari penyimpanan terdapat kartu stok untuk mencatat pemasukan dan

pengeluaran narkotika serta mengetahui stok akhir narkotika.

3.7.3 Laporan Pemasukan dan Pengeluaran Narkotika

Setiap bulan apotek wajib untuk membuat laporan narkotika berdasarkan

pemasukan dan pengeluaran narkotika yang tercatat di buku harian penggunaan

narkotika. Data pemasukan dan pengeluaran narkotika di masukkan ke dalam

sebuah software aplikasi SIPNAP yang diisi secara online dan hasil data dikirim

ke Bina Farmasi dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

dalam bentuk softcopy yang disimpan di CD dengan tembusan ke Balai Besar

POM dalam bentuk hardcopy.

3.8 Pengelolaan Psikotropika

Pengelolaan sediaan psikotropika di apotek meliputi pemesanan,

penerimaan, penyimpanan dan pelaporan penggunaan sediaan psikotropika.

3.8.1 Pemesanan Psikotropika

Pemesanan psikotropika di apotek memenuhi ketentuan sebagai berikut:

a. Dalam satu lembar surat pesanan boleh terdapat lebih dari satu jenis

psikotropika.

b. Dalam surat pesanan mencantumkan nama apotek, alamat apotek, nomor

SIA, nama APA dan nomor SIPA.

c. Surat pesanan harus ditandatangani oleh APA dan terdapat stempel apotek.

d. Surat pesanan dibuat tiga rangkap, dua surat salinannya digunakan untuk

pengarsipan di apotek, sedangkan lembar yang asli diserahkan ke PBF yang

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

53

Universitas Indonesia

bersangkutan. Pemesanan psikotropika tidak harus dilakukan di PBF Kimia

Farma.

3.8.2 Penerimaan dan Penyimpanan Psikotropika

Penerimaan psikotropika di apotek dapat dilakukan oleh apoteker

pendamping. Bukti penerimaan obat diterima dan ditandatangi oleh APA. Obat

psikotropika di Apotek Keselamatan disimpan di lemari khusus yang terkunci dan

terjamin keamanannya yang disertai dengan kartu stok.

3.8.3 Pelaporan Penggunaan Psikotropika

Laporan pemakaian psikotropika di apotek dilakukan sebulan sekali

melalui form aplikasi software SIPNAP secara online ke Bina Farmasi dan Alat

Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dengan tembusan ke Balai

Besar POM.

3.9 Kegiatan Administrasi dan Keuangan

3.9.1 Kegiatan Administrasi

Apotek selain menjalankan fungsi kefarmasiannya juga melakukan

kegiatan administrasi yang berfungsi untuk mencatat segala proses kegiatan kerja

yang ada di apotek tersebut. Kegiatan administrasi yang dilakukan di Apotek

Keselamatan meliputi:

a. Administrasi penjualan

Administrasi penjualan pada apotek meliputi kegiatan pencatatan terpisah

obat-obat yang terjual antara obat ethical dan obat bebas di apotek.

b. Administrasi pembelian kredit atau hutang dagang

Pencatatan terhadap pembelian kredit yang dibuat berdasarkan faktur

hutang yang masuk dari PBF ke apotek. Pencatatan dilakukan terhadap nomor

faktur, harga, jatuh tempo pembayaran, dan diskon. Hal tersebut dilakukan untuk

memudahkan pengawasan terhadap pembayaran sehingga pembayaran dapat

dilakukan sesuai dengan waktunya.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

54

Universitas Indonesia

c. Administrasi pembukuan

Hal ini dilakukan untuk mencatat transaksi-transaksi penjualan yang telah

dilakukan oleh apotek, baik pengeluaran maupun pemasukan.

3.9.2 Sistem Administrasi

Apotek memiliki sistem administrasi yang dikelola dengan baik. Sistem

administrasi tersebut meliputi perencanaan, pengadaan, pengelolaan dan

pelaporan barang yang masuk dan keluar. Pengelolaan ini dilakukan oleh apoteker

pendamping yang dibantu oleh karyawan. Kelengkapan administrasi di Apotek

Keselamatan meliputi:

a. Buku defekta

Buku ini digunakan untuk mencatat daftar nama obat atau sediaan yang

sudah mendekati persediaan minimum atau yang harus segera dipesan untuk dapat

memenuhi kebutuhan di apotek. Buku defekta terdiri dari dua jenis, yaitu buku

defekta untuk obat ethical dan obat Over The Counter (OTC). Dengan adanya

buku defekta, karyawan ataupun apoteker dapat mengetahui dengan pasti

perbekalan farmasi yang harus dipesan dan menghindari pemesanan ganda di

apotek sehingga pemesanan dapat dikontrol dengan baik setelah disetujui oleh

APA.

b. Surat Pesanan (SP)

Surat pesanan diberikan kepada PBF untuk melakukan pemesanan

perbekalan farmasi. Surat pesanan terdiri dari dua lembar yang harus

ditandatangani oleh apoteker. Dalam surat pesanan terdapat tanggal pemesanan,

nama PBF yang ditunjuk, nomor dan nama barang, jenis kemasan yang dipesan,

jumlah pesanan, tanda tangan pemesanan dan stempel apotek.

3.9.3 Kegiatan Keuangan

Kegiatan keuangan meliputi kegiatan yang meliputi aliran uang masuk

yang berasal dari setiap transaksi penjualan produk dan jasa di apotek serta aliran

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

55

Universitas Indonesia

uang keluar yang berasal dari berbagai macam pengeluaran atau pembiayaan

hutang dagang dan biaya operasional apotek lainnya. Setiap tahun, apotek

melakukan stock opname untuk mengetahui jumlah aset obat yang tersisa akhir

tahun.

Administrasi kegiatan keuangan yang dilakukan meliputi:

a. Buku kas untuk mencatat kegiatan yang terkait dengan uang yang ada di kas

apotek setiap bulannya.

b. Laporan laba rugi untuk mengetahui keuntungan dan kerugian yang dialami

apotek selama satu tahun.

c. Neraca tahunan untuk mengetahui aset apotek, baik berupa harta lancar,

maupun harta tetap.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

56 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Apotek Keselamatan merupakan salah satu fasilitas pelayanan kefarmasian

yang berada di wilayah Jakarta Selatan tepatnya di Jalan Keselamatan No.27.

Lokasi apotek dinilai sebagai lokasi yang cukup strategis karena terletak di sisi

pertigaan jalan. Walaupun tidak berada di tepi jalan raya, jalan menuju apotek

ramai oleh pengendara yang menjadikan jalan tersebut sebagai jalan alternatif dari

jalan utama seperti Jalan KH. Abdullah Syafi’i dan Jalan dr. Saharjo. Hal ini

menjadi peluang apotek untuk menambah jumlah drop in customer. Keberadaan

apotek bisa dikenali dengan adanya dua papan nama yang terpasang di apotek dan

neon box di depan halaman apotek. Pada siku jalan menuju apotek terdapat papan

penunjuk apotek yang di pasang di tiang listrik sehingga memudahkan masyarakat

mengetahui lokasi apotek.

Lingkungan sekitar apotek merupakan lingkungan yang padat

penduduknya, dihuni oleh penduduk asli maupun pendatang yang menyewa kos.

Tingkat kepadatan penduduk tersebut mempengaruhi jumlah domestic customer

apotek. Di sekitar apotek juga terdapat beberapa sarana pelayanan kesehatan

seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, klinik Yashika dan Puskesmas

kecamatan. Sarana pelayanan kesehatan tersebut menguntungkan apotek karena

dapat menambah jumlah resep yang masuk. Selain sarana pelayanan kesehatan

tersebut, di sekitar lingkungan apotek juga terdapat apotek kompetitor seperti

Apotek La Rose, apotek Amani, apotek K-24 dan Apotek Barkah. Keberadaan

apotek kompetitor menyebabkan masyarakat memiliki banyak alternatif dalam

memilih apotek.

Lokasi apotek yang strategis dan desain eksterior yang baik juga

dibutuhkan untuk menjaring drop in costumer, yang diharapkan bisa menjadi

regular costumer. Apotek memiliki desain eskterior yang tidak menimbulkan

kesan mahal terhadap produk yang dijual di apotek, mengingat masyarakat yang

tinggal di sekitar apotek merupakan masyarakat dari kalangan ekonomi menengah

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

57

Universitas Indonesia

kebawah. Dari luar apotek, terlihat obat disusun rapi, tampak penuh di lemari dan

etalase sehingga memberi kesan lengkap akan ketersediaan obat.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No 1027 tahun 2004, apotek

harus memiliki ruang tunggu, ruang racikan, keranjang sampah dan tempat

menampilkan informasi. Sarana dan prasarana di apotek terdiri dari ruang tunggu,

ruang racik, meja kasir, meja kerja apoteker, ruang istirahat karyawan, ruang

sholat, toilet, wastafel, halaman parkir dan keranjang sampah. Apoteker atau

karyawan ketika melayani pelanggan, baik pada saat menyerahkan ataupun

memberikan informasi obat, hanya dibatasi etalase kaca yang ketinggiannya

disesuaikan dengan kenyamanan pelanggan dan karyawan. Fasilitas ruang tunggu

dilengkapi dengan beberapa kursi dan juga televisi yang diharapkan bisa

memberikan kenyamanan bagi pelanggan yang sedang menunggu. Warna cat

apotek yang dominan biru serta tanaman hias dan pohon di halaman sekitar apotek

memberikan kesan bersih, teduh dan asri pada apotek. Selain itu, apotek juga

dilengkapi dengan fasilitas halaman yang cukup luas, sehingga memudahkan

pengunjung untuk parkir secara aman dan gratis. Dengan demikian, secara umum

sarana dan prasarana di apotek sudah sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 1027/MENKES/IX/2004 tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek.

Desain interior apotek dinilai cukup baik. Kondisinya yang bersih dan rapi

dapat memberikan kenyamanan bagi karyawan dan pelanggan. Kerapihan Apotek

dapat dilihat dari penyusunan obatnya. Penyusunan obat dikelompokan

berdasarkan obat OTC (Over The Counter), obat ethical, obat narkotika dan

psikotropika, obat untuk pemakaian topikal, jamu, fitofarmaka, obat untuk racikan

dan obat yang membutuhkan penyimpanan khusus di lemari pendingin. Selain itu,

juga tersedia perbekalan farmasi, produk kosmetik dan produk bayi.

Obat OTC disusun di etalase bagian depan apotek dengan memperhatikan

estetika, bentuk dan warna kemasan obat agar tampak menarik dari luar. Sebagian

besar obat OTC sediaan cair disusun berdasarkan efek farmakologinya. Obat

bebas lainnya yang berbentuk cair, solid dan semisolid diletakkan di etalase

depan. Penempatan obat yang tepat sangat penting agar obat mudah dikenali

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

58

Universitas Indonesia

pengunjung seperti suplemen herbal yang di tempatkan di etalase khusus di dekat

kasir pembayaran.

Obat ethical yang terdiri dari obat generik, obat paten dan obat nama

dagang disimpan di bagian dalam apotek. Obat ethical disusun secara alphabetis

dengan kartu stok yang disisipkan di sebelah kiri obat. Penempatan obat generik,

obat paten dan obat nama dagang dipisahkan. Adanya penyusunan obat secara

alphabetis atau berdasarkan efek farmakologi serta pemisahan penempatan obat

generik, obat nama dagang dan obat paten akan memudahkan karyawan dalam

pengambilan obat dan mempercepat gerak karyawan dalam memberikan

pelayanan kepada pelanggan. Hal ini tentunya akan memuaskan serta menambah

kepercayaan pelanggan terhadap apotek.

Penyimpanan obat harus memperhatikan kestabilan obat agar kualitas obat

tetap terjaga. Untuk tujuan tersebut, apotek memiliki sebuah lemari pendingin.

Lemari pendingin ini digunakan untuk menyimpan obat-obat yang membutuhkan

suhu khusus dalam penyimpanannya seperti suppositoria, ovula, kapsul lunak

(soft capsule) dan vitamin untuk menjaga stabilitas obat-obat tersebut.

Penyimpanan dan penyusunan obat yang rapi juga dilakukan dengan

memperhatikan kemudahan dalam mengambil obat sehingga mempercepat

pelayanan resep.

Penyusunan obat di apotek dilakukan berdasarkan jenis obat (OTC atau

ethical), bentuk sediaan, efek farmakologi, dan kerawanan dicuri. Obat untuk

racikan diletakkan di tempat tertentu yang terpisah dengan jenis obat ethical lain

agar proses peracikan lebih mudah. Obat seperti salep, krim dan obat tetes mata

diletakkan di etalase khusus agar mempermudah karyawan dalam melayani

konsumen. Beberapa obat yang memiliki efek farmakologi serupa diletakkan

berdekatan. Untuk obat–obat yang memiliki harga cukup tinggi tidak diletakkan

di etalase yang dekat dengan pengunjung. Adanya pemisahan terhadap

penyusunan dan penempatan obat tersebut juga berguna untuk mencegah

terjadinya medication error. Berbeda dengan kartu stok obat ethical, kartu stok

obat OTC tidak diletakkan di samping obat, melainkan disimpan terpisah agar

susunan obat tetap terjaga kerapihannya.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

59

Universitas Indonesia

Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika diletakkan di lemari

khusus dengan tiga pintu yang terkunci dan tersusun ke atas. Lemari bagian atas

diisi dengan obat golongan narkotika, lemari kedua dari atas didisi dengan obat

golongan psikotropika yang didalamnya terdapat kartu stok yang diletakkan

disamping obat-obat tersebut. Lemari ketiga (paling bawah) merupakan tempat

persediaan narkotika dan psikotropik. Obat-obat di dalamnya sudah dibagi-bagi

sedemikian rupa, sehingga tiap pengeluaran obat dari persediaannya dapat

dihitung dengan mudah.

Fasilitas lain di ruang dalam apotek yakni terdapat ruang peracikan. Di

dalam ruang peracikan ini terdapat meja racik serta perlengkapan meracik seperti

alu, mortar, sudip, timbangan, kertas perkamen, kapsul dan pot. Selain itu,

terdapat sebuah meja besar yang digunakan untuk berdiskusi dan melakukan

pembukuan. Terdapat pula telepon dan faksimili yang sengaja disediakan bagi

karyawan untuk memesan obat serta menerima pesan dari instansi lain.

APA dibantu oleh Apoteker pendamping dan juru resep dalam

melaksanakan pelayanan kefarmasian. Pelayanan yang diberikan kepada

pelanggan dilakukan dengan sebaik mungkin, misalnya sambutan yang ramah dari

karyawan apotek, pelayanan yang cepat, pemberian informasi obat yang jelas,

sehingga pelanggan merasa diperhatikan dan merasa puas yang akhirnya banyak

di antara pelanggan yang kembali lagi ke apotek dan menjadi regular customer.

APA bertugas mengevaluasi pemasukan dan pengeluaran uang dan barang

serta memberikan masukan kepada karyawan apotek akan hal tersebut. Terkadang

karyawan apotek berdiskusi dengan APA untuk menambah pengetahuan mereka

terutama dalam hal swamedikasi, sehingga tetap memberikan pelayanan yang baik

kepada pelanggan walaupun APA sedang tidak berada di tempat. Hubungan

kekeluargaan antara APA dan karyawan juga terjalin dengan baik sehingga

mereka memiliki sense of belonging terhadap apotek. Dengan suasana kerja yang

mendukung, karyawan dan APA dapat memberikan pelayanan yang optimal

kepada pelanggan. Pelanggan akan merasa puas terhadap pelayanan yang

diberikan oleh apotek dan tentunya hal ini akan memberi nilai lebih bagi apotek.

Pengelolaan obat yang optimal menjadi salah satu hal yang penting agar

ketersediaan obat terjaga dengan baik. Pengelolaan obat di apotek berjalan dengan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

60

Universitas Indonesia

baik dan diikuti dengan administrasi yang baik. Pengelolaan obat diawali dengan

perencanaan. Perencanaan obat dilakukan berdasarkan data yang terdapat pada

buku defekta. Stok obat yang habis dan permintaan obat tertentu dari masyarakat

yang belum tersedia di apotek dicatat dalam buku defekta. Buku defekta di

Apotek Keselamatan terdiri dari dua jenis yaitu buku defekta obat ethical dan obat

OTC.

Pertimbangan jenis dan jumlah obat yang akan dipesan untuk pengadaan

obat juga dipengaruhi oleh anggaran yang ada, harga obat, pola peresepan dokter

dan jumlah persediaan minimum obat. Hal tersebut dilakukan agar apotek

memiliki ketersediaan obat yang lengkap, sehingga akan memberikan pelayanan

yang optimal kepada pelanggan serta akan menambah kepercayaan pelanggan.

Dalam pengelolaan sediaan obat di apotek, pengadaan merupakan hal yang sangat

penting. Pengadaan obat di apotek dilakukan dengan pemesanan obat ke PBF atau

ke toko obat. Obat dapat dipesan melalui telepon ataupun dipesan secara langsung

lewat karyawan PBF (sales) yang secara rutin berkunjung ke apotek.

Pemesanan obat secara langsung melalui sales yang datang ke apotek

dilakukan dengan menggunakan surat pesanan, sedangkan pemesanan melalui

telepon, surat pesanan diberikan saat obat diantar ke apotek. Pemesanan obat di

dilakukan dua kali dalam seminggu, yaitu setiap hari senin dan kamis. Pemesanan

ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan penjualan harian apotek, baik

penjualan obat bebas maupun penjualan obat resep.

Pada umumnya pemesanan obat dilakukan apabila stok obat telah

mencapai stok persediaan minimum atau obat dalam kondisi habis. Jika obat-obat

berada dalam kondisi tersebut harus segera ditulis dalam buku defecta. Obat-

obatan yang akan dipesan ke PBF harus disesuaikan jumlah dan jenisnya dengan

kebutuhan apotek. Jumlah obat yang dipesan juga dipengaruhi oleh tingkat

penjualan obat dan diskon dari PBF. Apabila suatu obat termasuk obat yang laku

terjual (fast moving) dan PBF menawarkan adanya diskon, maka pemesanan obat

tersebut dapat diperbanyak jumlahnya untuk memenuhi kebutuhan stok satu

bulan. Setiap pemesanan obat ke PBF harus memenuhi batas kredit yang

ditentukan, yaitu memenuhi jumlah minimal pemesanan sehingga obat dapat

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

61

Universitas Indonesia

dikirim. Setiap PBF menetapkan nilai batas kredit atau jumlah minimal

pemesanan yang berbeda-beda.

Obat yang datang selanjutnya diterima oleh karyawan apotek dan diperiksa

kesesuaiannya dengan daftar obat yang ada di buku pemesanan. Pengecekan juga

dilakukan terhadap barang yang datang dengan faktur pembelian yang meliputi

jenis barang, merk, ukuran sediaan, jumlah, harga satuan, jumlah harga per jenis

barang dan jumlah harga keseluruhan obat yang tertera di dalam faktur. Jika obat

yang datang tersebut sudah sesuai, maka faktur ditandatangani dan diberi stempel

oleh karyawan apotek yang menandakan bahwa obat telah diterima. Jika terdapat

obat yang tidak sesuai pesanan, kemasan/obat rusak, atau tanggal kadaluarsanya

terlalu dekat, maka obat tersebut dikembalikan kepada PBF yang bersangkutan.

Selanjutnya akan dikirim barang yang sesuai dengan pesanan dan akan diberikan

faktur baru yang sesuai dengan pesanan. Faktur pembelian obat terdiri dari 1

lembar faktur asli dan 4 lembar salinan faktur. 1 lembar faktur asli dan 2 lembar

salinan faktur dikembalikan kepada karyawan PBF sedangkan 3 lembar salinan

faktur diambil dan disimpan oleh karyawan apotek sebagai arsip. Faktur yang

masuk dicatat dalam buku faktur masuk. Hal tersebut dilakukan untuk mengatur

jadwal pembayaran kepada PBF sesuai tanggal jatuh temponya dan anggaran yang

tersedia. Obat yang telah diterima selanjutnya dihitung harga jualnya sesuai

dengan besarnya pajak dan persentase keuntungan yang ingin diperoleh. Obat

tersebut kemudian diberi label harga dan dicatat di kartu stok sebagai obat yang

masuk. Catatan yang dimuat di kartu stok berupa tanggal obat masuk, jumlah

obat, PBF asal, dan sisa obat. Alur penerimaan barang di Apotek Keselamatan

dapat dilihat pada Lampiran 23.

Pembayaran obat yang dipesan dilakukan setelah karyawan PBF dan

apotek melakukan tukar faktur, yaitu menetapkan waktu pembayaran obat

berdasarkan periode pembayaran dan tanggal jatuh tempo yang telah disepakati.

Contoh tanda terima tukar faktur dapat dilihat pada Lampiran 23. Karyawan PBF

biasanya datang kembali ke apotek 1 minggu setelah pengiriman obat untuk

melakukan tukar faktur. Pada saat tukar faktur, sales PBF datang ke apotek

membawa faktur pembelian asli, bon pembelian rangkap dan faktur pajak. Pihak

apotek mengisi tanggal pembayaran yang akan dilakukan pada faktur pembelian

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 76: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

62

Universitas Indonesia

asli sesuai dengan buku faktur masuk dan memberikan bon asli kepada sales PBF

untuk dibawa kembali pada saat penagihan. Tanggal jatuh tempo pembayaran

umumnya 21 hari atau 30 hari setelah pemesanan obat. Pada tanggal jatuh tempo,

apotek melakukan pembayaran dan karyawan PBF akan menandatangani faktur

asli dan menyatakan lunas serta mengembalikan faktur asli kepada apotek.

Administrasi pencatatan penjualan di apotek dilakukan dengan baik dan

rapi oleh karyawan apotek. Setiap penjualan obat selalu dicatat di kartu stok obat

dan catatan harian penjualan. Catatan harian penjualan merupakan catatan hasil

penjualan setiap hari di apotek yang berisi nama/jenis obat, jumlah, harga jual dan

modal awal harian. Catatan harian penjualan tersebut dipisahkan antara OTC dan

obat ethical sehingga dapat diketahui rincian pemasukan apotek dari kedua

golongan obat tersebut.

Data dari catatan harian dicatat kembali dalam buku pemasukan dan

pengeluaran harian. Melalui buku tersebut, pemasukan dan pengeluaran dapat

dievaluasi setiap harinya. Data pada buku tersebut kemudian dimasukkan ke

dalam buku kas, yang digunakan sebagai data untuk mengevaluasi pemasukan dan

pengeluaran setiap bulan. Selain itu, evaluasi keuangan juga dilakukan setiap

tahun dengan membuat neraca dan laporan laba rugi. Evaluasi ini bertujuan untuk

melihat perkembangan apotek setiap tahunnya. Evaluasi terhadap pergerakan obat

juga dilakukan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui obat mana saja yang masih

tersedia dalam jumlah banyak, banyaknya obat yang sudah kadaluarsa dan jenis

obat yang tergolong fast moving dan slow moving.

Terdapat tiga jenis pelayanan yang dilakukan di apotek, yaitu pelayanan

obat OTC, pelayanan resep, pelayanan swamedikasi oleh apoteker serta pelayanan

pemeriksaan gula darah, kolesterol dan asam urat. Setelah resep diterima, obat

yang ada di resep diperiksa ketersediaannya di apotek. Jika obat yang diminta

tidak ada, pasien akan ditawarkan obat dengan komposisi sama dengan nama

dagang yang berbeda. Jika pasien setuju, harga dikonfirmasikan juga kepada

pasien dan obatnya langsung disiapkan bila pasien setuju. Resep diskrining secara

administrasi, farmasetik dan klinis oleh apoteker. Bila terdapat ketidakrasionalan,

maka dokter yang meresepkan segera dihubungi. Pasien diberikan informasi

mengenai indikasi dan efek samping obat, cara penggunaan obat, jangka waktu

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 77: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

63

Universitas Indonesia

pemakaian, makanan minuman yang dianjurkan atau dihindari ataupun saran

terapi nonfarmakologis lainnya pada saat penyerahan obat. Hal tersebut penting

dilakukan agar terapi farmakologi pasien berjalan dengan optimal dan

menghindari terjadinya medication error. Pada pelayanan resep, apoteker

meminta alamat dan nomor telepon pasien, khususnya pada resep yang

mengandung obat narkotika dan psikotropika. Hal ini bertujuan untuk

mempermudah apotek melakukan pemantauan jika ada obat yang salah dan untuk

kepentingan pengarsipan. Resep-resep yang masuk disimpan, dikelompokkan

setiap bulan dan diberi keterangan berupa nomor resep, tanggal resep, nama

pasien dan harga obat pada resep. Khusus untuk resep narkotika, penomoran resep

dipisahkan dengan resep biasa untuk mempermudah pelaporan narkotika ke

Kementerian Kesehatan secara online melalui website sipnap.binfar.depkes.go.id

secara online setiap bulannya. Pelayanan swamedikasi sebagian besar dilakukan

untuk pemakaian terhadap obat OTC atau Obat Wajib Apotek (OWA). Ada dua

jenis pelanggan dalam hal ini, yaitu pelanggan yang sudah mengetahui obat yang

akan dibeli dan pelanggan yang datang dengan keluhan penyakit tertentu tanpa

mengetahui obat yang akan dibeli. Pada jenis pelanggan yang kedua, apoteker

atau karyawan apotek membantu memilihkan obat dengan mempertimbangkan

usia, penyakit yang diderita dan harga yang disanggupi pasien. Pelayanan

swamedikasi di apotek sudah berjalan cukup baik, hal ini terlihat dari kepercayaan

masyarakat yang tinggi terhadap apoteker dalam melakukan swamedikasi.

Pelayanan tambahan di apotek yakni pemeriksaan tekanan darah, pemeriksaan

asam urat, pemeriksaan gula darah dan pemeriksaan kolesterol. Pemeriksaan

darah dilakukan oleh apoteker dengan menggunakan kit khusus sehingga hasilnya

dapat diketahui segera.

Apoteker juga memberikan rekomendasi dan informasi terhadap pasien

selama proses pemeriksaan. Pasien akan diberi kartu hasil pemeriksaan dan data

pasien diarsipkan dengan rapi. Data tersebut dikelompokkan berdasarkan tanggal

pemeriksaan tiap pasien yang bisa berfungsi sebagai rekam medis pasien.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa Apotek Keselamatan

telah berjalan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2009 tentang

Pekerjaan Kefarmasian. Apotek telah melaksanakan fungsi apoteknya sebagai

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 78: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

64

Universitas Indonesia

sarana pelayanan kefarmasian yaitu tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh

apoteker seperti pengadaan, penyimpanan, pendistribusian obat, pelayanan obat

atas resep dokter serta memberikan pelayanan informasi obat. Selain itu, Apotek

Keselamatan juga telah menerapkan sebagian besar standar pelayanan

kefarmasian sesuai Keputusan Menkes RI Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 yang

meliputi pelayanan resep, promosi dan edukasi. Pelayanan kefarmasian yang

belum dilaksanakan oleh Apotek Keselamatan adalah home care.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 79: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

65 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama melakukan PKPA (Praktek

Kerja Profesi Apoteker) di Apotek Keselamatan, terdapat beberapa hal yang dapat

disimpulkan antara lain :

a. Apoteker Pengelola Apotek memiliki peranan yang sangat penting dalam

keberlangsungan pengelolaan apotek yang meliputi kegiatan administrasi,

manajemen keuangan, pengadaan, penyimpanan, dan pelayanan kefarmasian

di apotek terutama pelayanan swamedikasi.

b. Pengelolaan Apotek Keselamatan yang meliputi kegiatan administrasi,

manajemen keuangan, pengadaan, penerimaan dan penyimpanan, penjualan

perbekalan farmasi serta pelayanan kefarmasian terhadap pasien telah

dilakukan dengan baik serta sesuai dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

5.2 Saran

Perlunya dilaksanakan pelayanan rumah (home care), monitoring

penggunaan kerasionalan obat dan monitoring terhadap efek yang tidak

diinginkan dari penggunaan obat berdasarkan Patient Medication Record (PMR),

yang dimaksudkan untuk meningkatkan pelayanan apotek dan menjamin

keberhasilan terapi yang dilakukan.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 80: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

66 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. (2013). PeraturanKepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia No. 40Tahun 2013 tentang Pedoman Pengelolaan Prekursor Farmasi dan ObatMengandung Prekursor Farmasi. Jakarta: Badan Pengawas Obat danMakanan Republik Indonesia

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Pedoman PengelolaanPerbekalan Farmasi di Rumah Sakit. Jakarta: Direktorat Jenderal BinaKefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RepublikIndonesia.

Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan KementerianKesehatan Republik Indonesia. (2010). Review Penerapan SistemPelaporan Narkotika dan Psikotropika (SIPNAP) dan Sistem PelaporanDinamika Obat PBF Regional I, II dan III Tahun 2010. 20 Agustus 2013.http://binfar.depkes.go.id/index.php/berita/view/178

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1969). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia Nomor 6355/Dir.Jen/SK/1969. Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1978). Peraturan MenteriKesehatan Republik Indonesia Nomor 28/MENKES/PER/V/1978 tentangPenyimpanan Narkotika. Jakarta: Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1983). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia Nomor 2380/A/SK/VI/83 tentang TandaKhusus untuk Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Jakarta: KementerianKesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1986). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia Nomor 2396/A/SK/VII/86 tentang TandaKhusus Obat Keras Daftar G. Jakarta: Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1990). Keputusan MenteriKesehatan Nomor 347/MENKES/SK/VII/1990 tentang Obat Wajib Apotik.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 81: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

67

Universitas Indonesia

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan MenteriKesehatan Republik Indonesia Nomor 919/MENKES/PER/X/1993 TentangKriteria Obat yang Dapat Diserahkan Tanpa Resep. Jakarta: KementerianKesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Peraturan Menteri KesehatnRepublik Indonesia Nomor 922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuandan Tata Cara Pemberian Izin Apotik. Jakarta: Kementerian KesehatanRepublik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1993). Keputusan MenteriKesehatan Nomor 924/MENKES/Per/X/1993 tentang Daftar Obat WajibApotik No.2. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (1999). Keputusan MenteriKesehatan Nomor 1176/MENKES/SK/X/1999 tentang Daftar Obat WajibApotik No.3. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2002). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia Nomor 1332/Menkes/SK/X/2002 tentangPerubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor922/Menkes/Per/X/1993 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian IzinApotek. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2004). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia Nomor 1027/Menkes/SK/IX/2004 tentangStandar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: KementerianKesehatan Republik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2006). Pedoman Penggunaan Obat Bebasdan Bebas Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan KlinikDirektorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen KesehatanRepublik Indonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2008). Keputusan MenteriKesehatan Republik Indonesia Nomor 1121/Menkes/SK/XII/2008 tentangPedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untukPelayanan Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Peraturan MenteriKesehatan Republik Indonesia Nomor 889/MENKES/PER/V/2011 tentangRegistrasi, Izin Praktik, dan Izin Kerja Tenaga Kefarmasian. Jakarta:Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (1976). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor9 Tahun 1976 Tentang Narkotika. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 82: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

68

Universitas Indonesia

Presiden Republik Indonesia. (1980). Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 25 Tahun 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan PemerintahNomor 26 Tahun 1965 tentang Apotik. Jakarta: Presiden RepublikIndonesia.

Presiden Republik Indonesia (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor5 Tahun 1997 Tentang Psikotropika. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (1997). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia (2009). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor35 Tahun 2009 tentang Narkotika. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009tentang Kesehatan. Jakarta: Presiden Republik Indonesia.

Presiden Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik IndonesiaNomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: PresidenRepublik Indonesia.

Quick, Jonathan D. (1997). Managing drug supply: The selection, procurement,distribution, and use of pharmaceuticals 2nd Edition. Connecticut:Kumarian Press.

Seto, Soerjono, Nita, Yunita, dan Triana, Lily. (2004). Manajemen Farmasi:Lingkup Apotek, Farmasi Rumah Sakit, Pedagang Besar Farmasi, IndustriFarmasi. Jakarta: Airlangga University Press.

Umar, M. (2011). Manajemen Apotek Praktis. (Ed. ke-4). Jakarta: Wira PutraKencana.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 83: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

LAMPIRAN

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 84: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

69

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Contoh formulir APT-1

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 85: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

70

Universitas Indonesia

Lampiran 1. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 86: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

71

Universitas Indonesia

Lampiran 2. Contoh formulir APT-2

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 87: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

72

Universitas Indonesia

Lampiran 3. Contoh formulir APT-3

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 88: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

73

Universitas Indonesia

Lampiran 3. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 89: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

74

Universitas Indonesia

Lampiran 3. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 90: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

75

Universitas Indonesia

Lampiran 3. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 91: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

76

Universitas Indonesia

Lampiran 3. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 92: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

77

Universitas Indonesia

Lampiran 3. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 93: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

78

Universitas Indonesia

Lampiran 4. Contoh formulir APT-4

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 94: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

79

Universitas Indonesia

Lampiran 5. Contoh formulir APT-5

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 95: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

80

Universitas Indonesia

Lampiran 5. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 96: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

81

Universitas Indonesia

Lampiran 5. (Lanjutan)

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 97: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

82

Universitas Indonesia

Lampiran 6. Contoh formulir APT-6

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 98: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

83

Universitas Indonesia

Lampiran 7. Contoh formulir APT-7

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 99: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

84

Universitas Indonesia

Lampiran 8. Surat pesanan narkotika

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 100: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 101: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 102: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 103: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

88

Universitas Indonesia

Lampiran 10. Surat pesanan psikotropika

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 104: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 105: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 106: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

91

Universitas Indonesia

Lampiran 12 . Lokasi Apotek Keselamatan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 107: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

92

Universitas Indonesia

Lampiran 13. Denah ruangan Apotek Keselamatan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 108: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

93

Universitas Indonesia

Lampiran 14. Desain eksterior Apotek Keselamatan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 109: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

94

Universitas Indonesia

Lampiran 15. Desain obat-obat OTC Apotek Keselamatan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 110: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

95

Universitas Indonesia

Lampiran 16. Desain obat-obat ethical Apotek Keselamatan

95

Universitas Indonesia

Lampiran 16. Desain obat-obat ethical Apotek Keselamatan

95

Universitas Indonesia

Lampiran 16. Desain obat-obat ethical Apotek Keselamatan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 111: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

96

Universitas Indonesia

Lampiran 17. Surat pesanan Apotek Keselamatan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 112: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

97

Universitas Indonesia

Lampiran 18. Tanda terima tukar faktur Apotek Keselamatan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 113: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

98

Universitas Indonesia

Lampiran 19. Kartu stok barang Apotek Keselamatan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 114: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

99

Universitas Indonesia

Lampiran 20. Etiket obat Apotek Keselamatan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 115: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

100

Universitas Indonesia

Lampiran 21. Salinan resep Apotek Keselamatan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 116: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

101

Universitas Indonesia

Lampiran 22. Kuitansi Apotek Keselamatan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 117: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

102

Universitas Indonesia

Lampiran 23. Alur penerimaan barang di Apotek Keselamatan

102

Universitas Indonesia

Lampiran 23. Alur penerimaan barang di Apotek Keselamatan

102

Universitas Indonesia

Lampiran 23. Alur penerimaan barang di Apotek Keselamatan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 118: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

UNIVERSITAS INDONESIA

LAPORAN TUGAS KHUSUSPRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER

DI APOTEK KESELAMATANJALAN KESELAMATAN NO. 27 MANGGARAI

JAKARTA SELATAN

PEMBUATAN MEDIA PROMOSI KESEHATAN DI APOTEKTENTANG KONSTIPASI DAN PENANGANANNYA

LINDA JULI ASTUTI, S. Farm.1206329770

ANGKATAN LXXVII

FAKULTAS FARMASIPROGRAM PROFESI APOTEKER

DEPOKJANUARI 2014

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 119: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... iDAFTAR ISI ................................................................................................ iiDAFTAR TABEL........................................................................................ iiiDAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... iv

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 11.1 Latar Belakang.............................................................................. 11.2 Tujuan........................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 32.1 Konstipasi ..................................................................................... 32.2 Promosi Kesehatan ....................................................................... 162.3 Poster ............................................................................................ 20

BAB 3 METODOLOGI TUGAS KHUSUS.............................................. 253.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan................................................... 253.2 Metode Pelaksanaan ..................................................................... 25

BAB 4 PEMBAHASAN .............................................................................. 26

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 315.1 Kesimpulan................................................................................... 315.2 Saran ............................................................................................. 31

DAFTAR ACUAN....................................................................................... 32

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 120: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rekomendasi dosis untuk pencahar dan katartik ......................... 13

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 121: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Desain poster konstipasi ........................................................... 34

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 122: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konstipasi merupakan masalah kronis pada banyak pasien di seluruh

dunia. Untuk kelompok pasien seperti orang tua, konstipasi merupakan masalah

kesehatan yang cukup berarti dan pada sebagian besar kasus konstipasi kronis hal

tersebut cukup mengganggu, tetapi tidak menyebabkan kematian atau

membahayakan kesehatan, keluhan yang terjadi dapat diatasi dengan perawatan

medis yang efektif dengan biaya yang terjangkau (WGO, 2010). Konstipasi

merupakan keluhan umum dan sekitar sepertiga dari pasien dengan konstipasi

melakukan perawatan medis. Sembelit terjadi pada sekitar 20% dari populasi.

Sekitar 2,5 juta pasien berobat ke dokter dan 90.000 pasien rawat inap per tahun

di Amerika Serikat disebabkan oleh konstipasi (NDDIC, 2013).

Konstipasi adalah periode buang air besar (BAB) kurang dari 3 kali

seminggu untuk wanita dan 5 kali seminggu untuk pria, atau periode lebih dari 3

hari tanpa pergerakan usus; BAB yang dipaksakan lebih dari 25% dari

keseluruhan waktu dan atau 2 kali atau kurang BAB setiap minggu; dapat pula

diartikan sebagai ketegangan saat defekasi dan kurang dari 1 kali BAB per hari

dengan usaha yang minimal (Wells, 2009). Konstipasi bukan merupakan suatu

penyakit tetapi dapat merupakan suatu gejala dari penyakit yang lebih serius

(WGO, 2010).

Di Indonesia gangguan pencernaan fungsional terkait keluhan konstipasi

berhubungan erat dengan jenis kelamin, usia dan tingkat pendidikan. Selain

keterkaitan dari faktor-faktor psikologis, pola makanan tidak sehat merupakan

faktor terbesar. Saat ini masyarakat Indonesia terutama yang di perkotaan

mengalami pergeseran pola konsumsi makanan. Seiring dengan kemajuan zaman

dan perbaikan sosial ekonomi masyarakat, maka terjadi pula perubahan kebiasaan

makan. Makanan siap saji telah menjadi konsumsi rutin sehari-hari pada sebagian

besar masyarakat (Bardosono, 2011).

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 123: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

2

Universitas Indonesia

Asupan serat yang terlalu rendah dalam kurun waktu lama akan

berpengaruh pada kesehatan dan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit

seperti konstipasi atau sembelit, kegemukan dan serangan penyakit degeneratif

(Bardosono, 2011). Konstipasi umumnya memberikan gejala berupa rasa cemas

sewaktu defekasi karena nyeri yang dirasakan, nyeri perut berulang, sampai

keadaan penurunan nafsu makan dan gangguan pertumbuhan (Jurnalis, 2013).

Penanganan yang tepat dapat menyembuhkan konstipasi dan mencegah

terjadinya kekambuhan bagi pasien. Beberapa orang dengan kasus konstipasi

dapat diobati atau dicegah hanya dengan menggunakan terapi nonfarmakologi,

namun ada pula yang membutuhkan pengobatan farmakologi menggunakan obat-

obat laksatif (Bardosono, 2011). Untuk itu dibutuhkan peran Apoteker sebagai

salah satu teanga kesehatan dalam merekomendasikan dan memberikan informasi

mengenai pengobatan yang tepat untuk penyakit konstipasi, sehingga pasien

mendapatkan terapi yang tepat dan rasional.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan tugas khusus ini adalah sebagai berikut:

1.2.1 Mengetahui pengobatan konstipasi.

1.2.2 Melakukan upaya promosi kesehatan konstipasi melalui media cetak poster.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 124: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TUNJAUAN PUSTAKA

2.1 Konstipasi

2.1.1 Pengertian

Konstipasi tidak hanya memiliki satu definisi umum yang disepakati.

Sembelit atau konstipasi (penimbunan feses yang keras di dalam usus besar)

adalah keluhan yang sering terjadi dan merupakan keluhan yang utama pada

lansia (Corwin, 2009). Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar

berupa berkurangnya frekuensi buang air besar, sensasi tidak puas/lampiasnya

buang air besar, terdapat rasa sakit, perlu ekstra mengejan atau feses yang keras.

Dalam praktik sehari-hari dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3

kali seminggu atau lebih dari 3 hari tidak buang air besar atau dalam buang air

besar diperlukan mengejan secara berlebihan (Sudoyo, 2007).

Menurut Wells (2009) konstipasi adalah periode buang air besar (BAB)

kurang dari 3 kali seminggu untuk wanita dan 5 kali seminggu untuk laki-laki,

atau periode lebih dari 3 hari tanpa pergerakan usus; BAB yang dipaksakan lebih

dari 25% dari keseluruhan waktu dan atau 2 kali atau kurang BAB setiap minggu;

dapat pula diartikan sebagai ketegangan saat defekasi dan kurang dari 1 kali BAB

per hari dengan usaha yang minimal.

Definisi lain menyebutkan bahwa konstipasi dianggap sebagai gangguan

heterogen yang ditandai oleh ketidakteraturan pada saat buang air besar sehingga

feses jarang dikeluarkan, kesulitan mengeluarkan feses atau dapat berupa

keduanya. Hal tersebut dapat digambarkan sebagai kesulitan pengeluaran feses

dengan sedikit atau banyak usaha (mengejan), jumlah feses yang terlalu sedikit,

konsistensi feses yang terlalu keras dan rasa kesakitan saat mengeluarkan feses.

Konstipasi kronis terjadi apabila gejala konstipasi tersebut berlangsung selama

minimal tiga bulan (Dipiro, et. al, 2008).

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 125: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

4

Universitas Indonesia

2.1.2 Etiologi dan Epidemiologi

Konstipasi bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan gejala yang

mengindikasikan adanya penyakit atau masalah pada kesehatan (Dipiro, et. al,

2008). Konstipasi (penimbunan feses yang keras di dalam usus besar) adalah

keluhan yang sering terjadi dan merupakan keluhan yang utama pada pasien lanjut

usia (Kee, 1996). Pasien lanjut usia, non-kaukasian, wanita dan orang-orang

dengan tingkat pendidikan dan sosial ekonomi rendah lebih sering dilaporkan

terkena konstipasi. Konstipasi pada anak bisa terjadi karena perubahan dalam pola

makanan atau kebiasaan asupan cairan, perubahan rutinitas ke toilet seperti selama

liburan dan menahan buang air besar. Anak-anak yang didiagnosis dengan

konstipasi parah pada usia muda cenderung terus menderita konstipasi selama

masa pubertas (Dipiro, et al, 2008).

2.1.3 Patofisiologi

Konstipasi dapat disebabkan oleh penyebab primer dan sekunder.

Konstipasi primer atau idiopatik dibagi menjadi normal-transit konstipasi, slow-

transit konstipasi dan defekasi disinergik. Pada jenis normal-transit konstipasi,

motilitas kolon tidak berubah dan pasien cenderung mengalami feses yang keras

meskipun pergerakannya normal. Dalam jenis slow-transit konstipasi, motilitas

menurun menyebabkan feses yang keras dan kering. Dalam defekasi disinergik

(juga dikenal sebagai disfungsi dasar pelvis), pasien telah kehilangan kemampuan

untuk relaksasi anal sphincter dan koordinasi kontraksi otot dasar panggul

(Dipiro, et al, 2008).

Menurut Dipiro, et al (2008) penyebab konstipasi primer adalah:

a. Normal-transit konstipasi (termasuk idiopatik/ kerusakan fungsional)

b. Slow-transit konstipasi (termasuk kerusakan motilitas)

c. Penyakit Hirschprung’s

Penyebab konstipasi sekunder adalah (Abrams, 1995; Kee, 1996; Sudoyo,

2007; Dipiro, et al, 2008; Wells, 2009):

a. Kelainan endokrin/metabolik (diabetes melitus dengan neuropati,

hipotiroidisme, panhipopituitarisme, peokromositoma, gagal ginjal kronik

dan hiperkalsemia).

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 126: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

5

Universitas Indonesia

b. Gangguan gastrointestinal (Irritable Bowel Syndrome tipe konstipasi,

diverticulitis, penyakit saluran cerna bagian atas atau bawah, tumor, hernia,

tuberkulosis, limfogranuloma, sifilis, hemorrhoid, obstruksi gastroduodonal

akibat ulser atau kanker, anal fissures dan ulcerative proctitis).

c. Obstruksi usus.

d. Kondisi neurogenik (trauma otak, tumor CNS, cedera tulang belakang, cedera

cerebrovascular, paraplegia, neuropati otonom dan penyakit Parkinson).

e. Psikogenik (menunda buang air besar, kelainan psikiatrik dan Inappropriate

Bowel Habits).

f. Obat-obatan: analgesik (penghambat sintesis prostaglandin dan opiat seperti

kodein dan morfin yang pemberian peroral memiliki efek penghambatan pada

saluran cerna lebih besar dibandingkan pemberian parenteral), antikolinergik

(antihistamin, antiparkinson dan fenotiazin), antidepresan trisiklik, antasida

yang mengandung kalsium karbonat atau aluminium hidroksida, penyekat

kanal kalsium, barium sulfat, klonidin, diuretik (nonpotassium sparing),

ganglion blockers, suplemen besi dan kalsium, muscle blockers (d-

tubokurarin, suksinilkolin), polistiren sodium sulfonat dan pemakaian laksatif

kronik.

g. Lain-lain: imobilitas, gangguan hormonal, pola hidup seperti diet rendah serat

atau kebiasaan makan yang buruk, kurang masukan cairan/minum, kebiasaan

buang air besar yang tidak teratur, menunda keinginan buang air besar dan

kurang olahraga.

h. Kehamilan. Konstipasi mempengaruhi sekitar 50% dari wanita hamil. Kadar

progesteron berpengaruh dalam memperlambat pencernaan. Mekanisme

reabsorpsi air dapat mempengaruhi usus selama kehamilan menyebabkan

feses keras dan buang air besar lebih sulit. Asupan suplemen zat besi juga

dapat menyebabkan konstipasi selama kehamilan.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Pasien mengeluh tentang rasa tidak nyaman dan kembung pada perut,

pergerakan usus yang hilang timbul, feses dengan jumlah sedikit, perasaan penuh

atau kesulitan dan sakit pada saat mengeluarkan feses. Konstipasi fungsional

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 127: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

6

Universitas Indonesia

(konstipasi terjadi tanpa adanya kondisi patologis) menunjukkan setidaknya dua

dari gejala berikut: tegang pada saat buang air besar, feses kental atau keras,

sensasi pengeluaran feses yang tidak lengkap, sensasi obstruksi atau penyumbatan

anorektal, perlu untuk tindakan manual untuk memperlancar buang air besar dan

atau jarang (kurang dari tiga) gerakan usus per minggu (Sudoyo, 2007).

Gejala yang harus diwaspadai mencakup dari keparahan konstipasi itu

sendiri adalah darah dalam feses, turun berat badan, demam, anoreksia, nausea

dan muntah (Dipiro, et al, 2008). Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

dapat terjadi sehingga menyebabkan hipokalemia sedangkan pada kondisi

gastroenteropati dapat terjadi kehilangan protein yang menyebabkan

hipoalbuminemia dan sindrom menyerupai kolitis (Wells, 2009). Pasien harus

berobat ke dokter apabila gejala bertahan paling lama 3 minggu, menghilang

kemudian timbul gejala yang harus diwaspadai dan terjadi perubahan terhadap

kebiasaan buang air besar (Dipiro, et al, 2008).

2.1.5 Pendekatan Diagnostik

Riwayat lengkap harus diperoleh sehingga gejala-gejala pasien dapat

dievaluasi dan diagnosis konstipasi dapat dikonfirmasi. Diagnosis konstipasi

disarankan oleh kurang dari tiga gerakan usus per minggu, konsistensi feses kental

dan keras, mengejan yang berlebihan dan waktu buang air besar yang

berkepanjangan (Sudoyo, 2007).

Kebiasaan diet juga harus dievaluasi dan diperhatikan terkait dengan

psikososialnya. Riwayat lengkap keluarga juga harus diketahui terkait dengan

penyakit radang usus atau kanker kolon. Obat yang sedang dikonsumsi baik resep

dari dokter maupun Over The Counter (OTC) juga harus diketahui untuk

mengidentifikasi penyebab konstipasi. Hasil pemeriksaan yang diperlukan dalam

penegakan diagnosis konstipasi (Sudoyo, 2007; Dipiro, et al, 2008; Wells, 2009).

adalah:

a. Anamnesis yang akurat untuk mendeteksi adanya penurunan berat badan,

perdarahan saluran cerna, riwayat kanker dalam keluarga, pola buang air

besar sebelumnya.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 128: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

7

Universitas Indonesia

b. Pemeriksaan fisik untuk menilai keadaan sistemik dan lokal, terutama tanda

adanya massa intra abdomen dan peristaltik usus.

c. Tes fungsi tiroid: kadar hormon tiroid yang abnormal mungkin menunjukkan

hipotiroidisme/hipertiroidisme yang mungkin berhubungan dengan

konstipasi.

d. Serum kalsium: peningkatan/penurunan kadar serum kalsium mungkin

mengindikasikan adanya konstipasi.

e. Kadar glukosa darah: terkait diabetes melitus.

f. Serum elektrolit: dehidrasi mungkin mengindikasikan adanya konstipasi.

g. Urinalisis: dapat juga mengindikasikan adanya dehidrasi (jika diperlukan).

h. Hitung darah lengkap: anemia mungkin disebabkan oleh kanker atau

kerusakan sistemik lainnya yang menyertai konstipasi.

i. Sigmoidoskopi, kolonoskopi dan barium enema (diperlukan untuk pasien

yang mengalami penurunan berat badan, pendarahan rektal atau anemia).

j. Pemeriksaan transit kolon.

k. Manometri anorektal.

2.1.6 Pengobatan

Pada pasien dengan konstipasi, tujuan utama pengobatan adalah untuk

meredakan gejala, mengidentifikasi dan mengobati penyebab sekunder serta

memulihkan fungsi usus normal (Wells, 2009).

a. Terapi Nonfarmakologi

Modifikasi gaya hidup harus dilakukan sebelum pilihan menggunakan obat

pencahar. Konstipasi biasanya merespon terhadap suplemen makanan serat,

hidrasi dan olahraga. Meningkatkan asupan serat hingga 20-35 gram/hari dapat

membantu mengatasi konstipasi. Contoh makanan tinggi serat adalah kacang-

kacangan, biji-bijian, sereal, buah-buahan segar dan sayuran seperti asparagus,

bayam, sawi dan wortel. Orang dengan konstipasi harus menghindari makanan

olahan rendah serat yang berlebihan seperti makan siang daging, hot dog, keju dan

es krim (Dipiro, et. al, 2008).

Asupan cairan yang cukup juga penting (Kee, 1996). Asupan yang

direkomendasikan untuk orang-orang yang tidak memerlukan pembatasan cairan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 129: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

8

Universitas Indonesia

adalah 6 sampai 8 gelas air setiap hari. Konsumsi air yang banyak akan

mengurangi terbentuknya feses yang keras dan kering sehingga mempermudah

proses defekasi (Dipiro, et. al, 2008).

Berjalan dan olahraga lain membantu meningkatkan peristaltik otot-otot

perut bagian bawah yang juga akan meningkatkan propulsi dalam usus (Wells,

2009). Konstipasi adalah keluhan yang sering menetap bagi sebagian pasien.

Setiap hari kebanyakan orang mengalami gelombang peristaltik yang kuat dan

dikenal sebagai refleks gastrokolik, yaitu sebuah gerakan usus biasanya diikuti

dengan dorongan untuk buang air besar sehingga sebaiknya tidak menunda

keinginan buang air besar. Gaya hidup yang terlalu sibuk seharusnya tidak

diperbolehkan karena mengganggu fungsi normal usus (Dipiro, et. al, 2008).

Pada kasus yang sudah semakin parah tindakan nonfarmakolgi lain yang

dapat dilakukan adalah pembedahan dan terapi biofeedback (Wells, 2009).

b. Terapi Farmakologi

Laksatif dan katartiks dipakai untuk mengeluarkan feses. Laksatif

melunakkan feses dan katartik menyebabkan feses lunak sampai berair dengan

sedikit kram (rasa nyeri). Seringkali dosis ditentukan oleh apakah obat bekerja

sebagai laksatif atau katartik. Suatu obat pencahar adalah satu katartik “kuat”,

yang menyebabkan feses berair dan sakit perut (Kee, 1996). Menurut Kee (1996)

ada empat tipe laksatif secara garis besar: (1) osmotik (salin), (2) kontak

(sebelumnya disebut stimulan/perangsang atau iritan), (3) pembentuk bulk/zat

pembesar volume (bulking agents) dan (4) pelunak feses (emolient laxatives).

Rekomendasi dosis yang tepat untuk penggunaan pencahar dan katartik dapat

dilihat lebih lengkap pada Tabel 2.1.

1) Laksatif Pembentuk Bulk

Laksatif ini dapat berasal alami (psyllium) atau sintetis (metil selulosa).

Laksatif jenis ini bekerja dengan mengembang dan menyerap cairan di dalam

usus, membentuk gel yang membantu dalam eliminasi fekal dan meningkatkan

peristaltik usus. Efek sampingnya dapat menyebabkan perut kembung (yang

jarang ditemui dengan penggunaan metilselulosa) dan kram perut. Obat laksatif

ini cara penggunaannya harus dicampurkan dengan air yang cukup dan diminum

segera diikuti dengan setengah atau segelas air. Kurangnya masukkan cairan akan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 130: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

9

Universitas Indonesia

menyebabkan obat ini mengeras di dalam saluran gastroingestinal, sehingga dapat

menyebabkan obstruksi usus atau memburuk konstipasi (Dipiro, et al., 2008).

Defekasi biasanya timbul dalam 8-24 jam (Kee, 1996). Golongan laksatif ini tidak

menyebabkan ketergantungan laksatif. Awal kerja psilium 8-24 jam. Interaksi

obat akan timbul dengan obat-obat ini. Psilium mengurangi absorpsi antikoagulan

oral, aspirin dan digoksin (Wells, 2009).

2) Laksatif Osmotik

Jenis laksatif ini menyebabkan air masuk ke lumen usus besar dan

menyebabkan feses yang setengah berbentuk sampai cair (Kee, 1996). Laktulosa

dan sorbitol termasuk golongan osmolar, gula yang tidak dapat diserap.

Magnesium meningkatkan sekresi elektrolit dan air ke dalam lumen usus. Sediaan

yang mengandung turunan magnesium atau natrium fosfat (pencahar salin/garam)

berguna untuk konstipasi akut. Yang harus diperhatikan terkait laksatif ini bahwa

penggunaan yang tidak tepat dapat menyebabkan dehidrasi dan gangguan

elektrolit (Dipiro, et al., 2008).

Laksatif osmotik dapat menyebabkan kram perut dan kembung. serum

harus dipantau untuk menghindari ketidakseimbangan elektrolit. Magnesium

dapat terakumulasi pada pasien dengan disfungsi ginjal (Dipiro, et al., 2008).

Fungsi ginjal yang baik diperlukan untuk mengeluarkan kelebihan garam.

Golongan laksatif ini kontraindikasi pada pasien yang memiliki payah jantung

kongesif (Kee, 1996). Salin katartik harus digunakan terutama untuk kondisi usus

akut, yang mungkin diperlukan sebelum pemeriksaan diagnostik, setelah

keracunan, dan dalam pengobatan dengan beberapa anthelmintik untuk

menghilangkan parasit (Wells, 2009).

Polietilenglikol (PEG, Miralax®) merupakan pencahar osmotik yang

hanya boleh digunakan dengan resep dokter. Hal ini berguna pada pasien yang

mengalami konstipasi akut dan yang telah tidak memberi respon yang memadai

terhadap laksatif yang lain. Efek samping utamanya meliputi sakit perut,

kembung, kram, dan timbulnya gas (Dipiro, et al., 2008).

Laktulosa, katartik salin lain yang bukan penyerap, menarik air ke dalam

intestin dan meningkatkan retensi air dan elektrolit. Obat ini menurunkan kadar

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 131: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

10

Universitas Indonesia

amonia dalam serum dan berguna pada penderita gangguan hepar, seperti sirosis

(Dipiro, et al., 2008).

Gliserin bekerja seperti laktulosa, meningkatkan air dalam feses di usus

besar (Katzung, 1992). Bertambahnya bentuk akibat bertambahnya air dalam feses

ini merangsang peristaltik dan proses buang air besar. Agen ini biasanya diberikan

sebagai supositoria 3 g dan berefek osmotik dalam rektum. Seperti kebanyakan

golongan supositoria, timbulnya efek biasanya kurang dari 30 menit. Gliserin

dianggap sebagai pencahar aman, meskipun kadang-kadang dapat menyebabkan

iritasi dubur. Penggunaannya dapat diterima secara intermiten untuk konstipasi

terutama pada anak-anak (Dipiro, et al., 2008).

Sorbitol (monosakarida) telah direkomendasikan sebagai obat utama

dalam pengobatan sembelit fungsional pada pasien kognitif utuh. Sorbitol sama

efektifnya dengan laktulosa dan jauh lebih murah (Wells, 2009).

3) Laksatif Stimulan (Kontak)

Laksatif kontak (stimulan atau iritan) meningkatkan peristaltik dengan

mengiritasi ujung-ujung saraf sensoris pada mukosa usus. Jenis-jenisnya

mencakup obat-obat yang mengandung fenolftalein (Ex-Lax®, Feen-A-Mint®,

Correctol®), bisakodil (Dulcolax®), kaskara sagrada, senna (Senokot®) dan

minyak kastrol (jarang digunakan). Bisakodil dan beberapa obat-obat lain dari

golongan ini dipakai untuk mengosongkan usus sebelum dilakukan pemeriksaan

diagnostik (barium enema) dan pembedahan.

Derivat difenilmetana (misalnya, bisakodil) dan antrakuinon (misalnya,

senna) memiliki aksi selektif pada saraf pleksus otot polos usus yang mengarah ke

peningkatan motilitas. Onset efek yang cepat tetapi dengan efek yang keras

(kram) tergantung pada dosis yang diambil. Awalan kerja dari bisakodil oral

timbul dalam 6-12 jam dan dalam 15-25 menit dengan suppositoria (pemberian

dari rektum) (Dipiro, et al., 2008). Efek samping mencakup mual, muntah, diare

dan nyeri perut, kelemahan dan air kemih berwarna merah-kecokelatan karena

ekskresi fenolptalein, senna atau kaskara (Kee, 1996).

Minyak jarak dimetabolisme di saluran pencernaan menjadi senyawa aktif

asam risinoleat yang merangsang proses sekresi, mengurangi penyerapan glukosa

dan meningkatkan motilitas usus terutama di usus kecil. Minyak jarak biasanya

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 132: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

11

Universitas Indonesia

menghasilkan buang air besar setelah 1 sampai 3 jam pemberian. Minyak jarak

tidak boleh digunakan untuk pengobatan rutin konstpasi karena merupakan

pencahar yang kuat (Wells, 2009).

4) Emolien

Golongan ini dikenal sebagai surfaktan dan pelunak feses, emolien

bertindak dengan meningkatkan aksi pembasahan permukaan dan mengarah ke

efek melunakkan feses. Emolien mengurangi gesekan dan membuat feses lebih

mudah untuk dikeluarkan (Dipiro, et al., 2008). Pelunak feses bekerja dengan

meningkatkan penimbunan air di dalam intestin (Kee, 1996). Golongan obat ini

tidak efektif dalam menyembuhkan konstipasi namun umumnya digunakan untuk

mencegah konstipasi. Obat ini sering diberikan pada pasien yang menghindari

mengejan dalam buang air besar seperti pada pasien yang baru mendapat serangan

infark miokardium atau pasca operasi rektal (Wells, 2009). Juga diberikan

sebelum memberikan laksatif lain untuk mengobati impaksi feses ( Kee, 1996).

Golongan ini tidak direkomendasikan untuk mengobati konstipasi jangka panjang

(Abrams, 1995).

5) Lubrikan/pelumas

Pencahar pelumas bekerja dengan melapisi feses, sehingga lebih mudah

dikeluarkan. Lapisan film berminyak yang melapisi feses juga membuat feses

kehilangan air untuk proses reabsorpsi usus. Minyak mineral (cairan petrolatum)

harus digunakan dengan hati-hati karena daapt diabsorbsi secara sistemik

sehingga menyebabkan reaksi tubuh pada jaringan limfoid dan dapat terhirup ke

paru-paru sehingga menyebabkan pneumonia lipoid (Wells, 2009). Hal ini

menjadi perhatian khusus pada anak-anak dan orang tua (Dipiro, et al., 2008).

6) Tegaserod Maleat

Tegaserod Maleat (Zelnorm®) adalah serotonin parsial reseptor (5-HT)

agonis yang menyebabkan peningkatan aktivitas peristaltik dan sekresi usus. Hal

tersebut meningkatkan frekuensi buang air besar dan mengurangi

ketidaknyamanan perut, kembung, dan kram. Hal ini diindikasikan untuk

pengobatan pasien usia kurang dari 65 tahun yang mengalami konstipasi kronis

idiopatik. Efek samping yang paling umum termasuk sakit kepala, sakit perut,

diare, dan mual (Dipiro, et al., 2008).

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 133: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

12

Universitas Indonesia

7) Lubiproston

Lubiproston (Amitiza®), senyawa asam bisiklik oral, telah disetujui untuk

pengobatan konstipasi kronis idiopatik pada orang dewasa namun belum diteliti

pada anak-anak. Lubiproston bertindak secara lokal pada saluran usus dan

meningkatkan sekresi cairan usus sehingga meningkatkan motilitas usus serta

meningkatkan pengeluaran feses (Dipiro, et al., 2008).

Lubiproston dikontraindikasikan pada pasien dengan riwayat obstruksi

mekanik gastrointestinal. Keananan untuk wanita hamil belum dilakukan

penelitian; studi pada hewan menunjukkan potensi kematian janin. Wanita yang

berpotensi hamil harus menunjukkan hasil tes kehamilan negatif sebelum

memulai terapi dengan lubiproston (Dipiro, et al., 2008).

Efek samping gastrointestinal termasuk mual, diare, perut kembung, perut

nyeri, perut kembung, muntah, mencret, dan dispepsia dilaporkan dengan

lubiproston. Mual adalah efek samping yang menonjol dan dapat diperkecil

dengan pemberian lubiproston bersama makanan (Wells, 2009).

Dosis yang dianjurkan adalah 24 mcg lubiproston oral dua kali sehari

dengan makanan. Studi awal evaluasi penggunaan lubiproston tidak lebih dari 4

minggu. Pasien harus dievaluasi secara berkala untuk kebutuhan terapi

selanjutnya (Dipiro, et al., 2008).

8) Golongan lainnya

Cairan enema dapat digunakan untuk mengobati konstipasi sederhana.

Administrasi dari 200 mL cairan enema pada orang dewasa dapat menyebabkan

buang air besar dalam waktu 1,5 jam. Busa sabun tidak lagi direkomendasikan

untuk digunakan dalam enema karena penggunaannya dapat menyebabkan

proktitis atau kolitis (Wells, 2009).

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 134: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

13

Universitas Indonesia

Tabel 2.1 Rekomendasi dosis untuk pencahar dan katartik

Golongan Rekomendasi Dosis Dewasa

Golongan Pelunak Feses dalam 1-3 hari

Golongan pembentuk massa feses

Metil selulosa 4-6 g/hari

Polikarbofil 4-6 g/hari

Psyllium Bervariasi sesuai produk

Golongan emolien

Natrium Docusate 50-360 mg/hari

Kalsium Docusate 50-360 mg/hari

Kalium Docusate 100-300 mg/hari

Laktulosa 15-30 mL peroral

Sorbitol 30-50 g/ hari peroral

Minyak mineral 15-30 mL peroral

Golongan Pelunak Feses dalam 6-12 jam

Bisakodil (oral) 5-15 mg peroral

Fenolftalein 30-270 mg peroral

Cascara sagrada Dosis bervariasi sesuai formula

Senna Dosis bervariasi sesuai formula

Magnesium sulfat (dosis rendah) < 10 g peroral

Golongan yang menyebabkan perpindahan air dalam

1-6 jam

Magnesium sitrat 18 g dalam 300 mL air

Magnesium hidroksida 2,4-4,8 g peroral

Magnesium sulfat (dosis tinggi) 10-30 g/hari

Natrium fosfat Bervariasi sesuai penggunaan

Bisakodil (suppossitoria) 10 mg rektal

PEG-sediaan elektrolit 4 L

[sumber: Dipiro, et al., 2008, telah diolah kembali]

2.1.7 Rekomendasi Pengobatan

Slow-transit konstipasi dapat diobati dengan obat pencahar osmotik.

Tegaserod maleat 6 mg secara oral dua kali sehari merupakan pengobatan yang

dapat diterima. Senna, bisakodil, dan stimulan lainnya harus digunakan hanya

ketika obat lain gagal memberikan efek yang diinginkan. Pencahar dapat

digunakan ketika konstipasi postpartum, saat tidak menyusui dan pada pasien

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 135: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

14

Universitas Indonesia

yang tidak dapat bergerak. Pasien yang tidak konstipasi tetapi perlu menghindari

mengejan (misalnya, pasien dengan wasir, hernia atau infark miokard) dapat

menggunakan pelunak feses atau pencahar ringan (Dipiro, et al., 2008).

Obat pencahar tidak boleh diberikan kepada anak-anak kurang dari usia 6

tahun kecuali diresepkan oleh dokter. Anak-anak harus dievaluasi oleh dokter

sebelum diberikan pencahar karena anak-anak mungkin tidak dapat

menggambarkan gejala yang timbul dengan baik. Pilihan mengobati penyebab

sekunder dapat mengatasi konstipasi tanpa menggunakan obat pencahar. Seperti

pada orang dewasa, anak-anak mendapatkan manfaat dari diet makanan sehat dan

seimbang, konsumsi cairan yang cukup dan olahraga teratur (Dipiro, et al., 2008).

Penggunaan pencahar terkadang dilihat sebagai bagian normal dari

kehidupan sehari-hari karena banyak orang tua mengalami konstipasi. Pencahar

golongan minyak mineral dapat berbahaya khusus pada orang tua yang terbaring

di tempat tidur karena dapat menyebabkan pneumonia melalui inhalasi tetesan

minyak ke dalam paru-paru. Laktulosa dapat menjadi pilihan yang lebih baik

dalam kondisi ini. Penggunaan rutin setiap pencahar yang mempengaruhi cairan

dan elektrolit dapat mengakibatkan efek samping yang signifikan (Dipiro, et al.,

2008).

Pencahar pembentuk massa biasanya digunakan selama kehamilan.

Pelunak feses (kategori C) tidak boleh digunakan selama kehamilan. Untuk

menghindari konstipasi ibu hamil harus dianjurkan untuk makan makanan yang

seimbang antara buah, sayuran dan biji-bijian, menjaga asupan air yang memadai

dan olahraga yang tepat. Pasien dengan kondisi berikut harus menggunakan

pencahar hanya di bawah pengawasan dari dokter: kolostomi; diabetes melitus

(beberapa obat pencahar mengandung banyak gula seperti dekstrosa, galaktosa

dan sukrosa); penyakit jantung (beberapa obat mengandung sodium); penyakit

ginjal dan kesulitan menelan karena pencahar pembentuk massa dapat

menyebabkan obstruksi esofagus (Dipiro, et al., 2008).

2.1.8 Evaluasi Hasil

Pasien konstipasi yang memperoleh pengobatan dan perawatan dilakukan

evaluasi hasil mengenai (Dipiro, et al., 2008; Wells, 2009):

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 136: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

15

Universitas Indonesia

a. Tanyakan pasien tentang adanya atau perbaikan gejala untuk menentukan

apakah terapi pencahar efektif. Pasien harus memiliki peningkatan frekuensi

buang air lebih dari tiga kali per minggu. Pasien harus melaporkan tidak

adanya waktu buang air besar yang lama atau tidak adanya mengejan yang

berlebihan.

b. Ketika diduga terjadi penyalahgunaan akut/kronis garam atau obat pencahar

stimulan yang berlebihan, perlu untuk memeriksa gangguan elektrolit

(misalnya hipokalemia, hipernatremia, hiperfosfatemia atau hipokalsemia).

c. Beberapa obat pencahar (misalnya pembentuk massa) mengandung sejumlah

besar gula dan natriumsehingga tidak cocok untuk pasien yang diet garam atau

diabetes. Saat pencahar rendah sodium atau bebas gula tidak digunakan perlu

memantau konsentrasi serum sodium dan glukosa yang diperlukan dengan

penggunaan kronis.

2.1.9 Monitoring dan Perawatan Pasien Konstipasi

Pasien konstipasi yang memperoleh pengobatan dilakukan monitoring dan

perawatan yang mencakup (Dipiro, et al., 2008):

a. Menilai gejala pasien untuk menentukan apakah terapi yag diberikan ke pasien

sesuai atau apakah pasien harus dievaluasi oleh dokter. Tentukan jenis dan

frekuensi gejala.

b. Meninjau data diagnostik yang tersedia untuk menentukan penyebab atau jenis

konstipasi.

c. Mendapatkan riwayat menyeluruh mengenai obat yang diresepkan, obat non-

resep dan suplemen makanan yang digunakan. Tentukan apa perawatan telah

membantu di masa lalu. Apakah pasien mengonsumsi obat yang dapat

menyebabkan konstipasi?

d. Ingatlah bahwa tidak ada terapi tunggal telah terbukti efektif untuk semua

pasien konstipasi.

e. Mengembangkan rencana untuk menilai efektivitas penggunaan pencahar

dalam kasus konstipasi kronis.

f. Mengevaluasi pasien adanya efek samping obat, alergi obat dan interaksi obat.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 137: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

16

Universitas Indonesia

g. Memberikan pendidikan kepada pasien tentang konstipasi, modifikasi gaya

hidup dan terapi obat.

2.2 Promosi Kesehatan

2.2.1 Pengertian

Secara konsep definisi promosi kesehatan dapat kita pahami dari beberapa

rangkaian sesuai perkembangan promosi kesehatan itu sendiri, adapun beberapa

definisi promosi kesehatan dalam perkembangannya adalah sebagai berikut:

WHO (1984), merevitalisasi pendidikan kesehatan dengan istilah promosi

kesehatan, kalau pendidikan kesehatan diartikan sebagai upaya perubahan

perilaku maka promosi kesehatan tidak hanya untuk perubahan perilaku tetapi

juga perubahan lingkungan yang memfasilitasi perubahan perilaku tersebut

(Kholid, 2012).

Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui proses pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan

kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya

setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

Menolong dirinya sendiri artinya bahwa masyarakat mampu berperilaku

mencegah timbulnya masalah dan gangguan kesehatan, memelihara dan

meningkatkan derajat kesehatan serta mampu pula berperilaku mengatasi apabila

masalah gangguan kesehatan tersebut terlanjur terjadi di tengah-tengah kehidupan

masyarakat (Kholid, 2012).

2.2.2 Sasaran Promosi Kesehatan

a. Sasaran primer

Merupakan kelompok masyarakat yang akan diubah perilakunya.

Masyarakat umum yang mempunyai latar belakang heterogen seperti disebutkan

di atas merupakan sasaran primer dalam pelaksanaan promosi kesehatan. Akan

tetapi dalam praktik promosi kesehatan, sasaran primer ini dikelompokkan

menjadi kelompok kepala keluarga, ibu hamil, ibu menyusui, ibu anak balita, anak

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 138: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

17

Universitas Indonesia

sekolah, remaja, pekerja di tempat kerja, masyarakat di tempat umum dan

sebagainya (Kholid, 2012).

b. Sasaran sekunder

Tokoh masyarakat setempat (formal maupun informal) dapat digunakan

sebagai jembatan untuk mengefektifkan pelaksanaan promosi kesehatan terhadap

masyarakat (sasaran primer). Tokoh masyarakat merupakan tokoh panutan bagi

masyarakatnya (Kholid, 2012).

c. Sasaran tersier

Masyarakat terkadang memerlukan faktor pemungkin (enabling) untuk

berperilaku sehat, yakni sarana dan prasarana untuk terwujudnya perilaku

tersebut. Namun, untuk pengadaan sarana dan prasarana untuk berperilaku sehat

ini sering kali masyarakat sendiri tidak mampu. Untuk itu perlu dukungan dari

penentu atau pembuat keputusan di tingkat lokal, misalnya pejabat pemerintahan

setempat (Kholid, 2012).

2.2.3 Media Promosi Kesehatan

Media atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai

alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa

atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebarluasan informasi.

Media memiliki beberapa fungsi (Kholid, 2012) diantaranya adalah:

a. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki

oleh para audiens. Jika audiens tidak mungkin dibawa ke objek langsung

yang dipelajari maka objeklah yang dibawa ke audiens. Objek dimaksud bisa

dalam bentuk nyata, miniatur, model maupun bentuk gambar-gambar yang

dapat disajikan secara audio visual dan audial.

b. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang promosi.

c. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara

audiens dengan lingkungannya.

d. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.

e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkret dan realistis.

f. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.

g. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 139: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

18

Universitas Indonesia

h. Media memberikan pengamatan yang integral/menyeluruh dari yang konkret

sampai yang abstrak.

2.2.3.1 Jenis Media Pembelajaran

Ditinjau dari kesiapan pengadaannya, media dikelompokkan dalam dua

jenis, yaitu media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan

terdapat di pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization) dan

media rancangan karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk

maksud dan tujuan pembelajaran tertentu (media by design). Sedangkan apabila

ditinjau dari bentuknya (Kholid, 2012), terdapat berbagai jenis media

pembelajaran, diantaranya:

a. Media visual: grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik.

b. Media auditif: radio, tape recorder, laboratorium bahasa dan sejenisnya.

c. Projected still media: slide, over head projector (OHP), in focus dan

sebagainya.

d. Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer

dan sejenisnya.

Sejalan dengan perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang

bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa

dilakukan secara bersama dan serempak melalui suatu alat yang disebut

multimedia. Contoh: penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion

media tetapi dapat menjadi semua jenis media yang bersifat interaktif.

2.2.3.2 Kriteria Memilih Media Pembelajaran

Keberhasilan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk

meningkatkan hasil belajar tergantung pada (1) isi pesan, (2) cara menjelaskan

pesan dan (3) karakteristik penerima pesan. Menurut Kholid (2012), secara

operasional, sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang

tepat antara lain:

a. Akses

b. Biaya

c. Teknologi

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 140: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

19

Universitas Indonesia

d. Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau

generalisasi.

e. Praktis, luwes dan bertahan.

f. Penyaji terampil menggunakannya.

g. Pengelompokan sasaran.

h. Mutu teknis, pengembangan visual baik gambar maupun fotografi harus

memenuhi persyaratan teknis tertentu.

i. Interactivity, dimana media yang baik adalah yang dapat memunculkan

komunikasi dua arah atau interaktivitas.

j. Organization, dimana dukungan organisasi/lingkungan sekitar akan

mempermudah komunikasi dengan sasaran.

k. Novelty, keterbaruan dari media yang akan dipilih juga dipertimbagkan

karena media yang lebih baru akan lebih menarik audiens.

Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus

disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai.

Contoh: apabila tujuan atau kompetensi audiens bersifat menghafalkan kata-kata

maka media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atau kompetensi yang

dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat

digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas) maka

media film dan video bisa digunakan. Di samping hal tersebut, kriteria lainnya

yang bersifat melengkapi (komplementer) seperti biaya, ketepatgunaan, keadaan

audiens, ketersediaan dan mutu teknis juga harus diperhatikan (White, 2000).

2.2.3.3 Himbauan dalam Pesan Media

Dalam media promosi, pesan dimaksudkan untuk mempengaruhi orang

lain atau pesan itu untuk menghimbau khalayak sasaran agar mereka menerima

dan melaksanakan gagasan kita, yang perlu diperhatikan (Kholid, 2012) adalah:

a. Himbauan rasional, hal ini didasarkan pada anggapan bahwa manusia pada

dasarnya makhluk rasional.

b. Himbauan emosional, kebanyakan perilaku manusia, terutama ibu-ibu atau

wanita lebih didasarkan pada emosi daripada hasil pemikiran rasional.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 141: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

20

Universitas Indonesia

c. Himbauan ketakutan. Penggunaan himbauan dengan pesan yang

menimbulkan ketakutan harus digunakan secara hati-hati. Hal ini efektif

terhadap orang dengan kecemasan tinggi.

d. Himbauan ganjaran, dimaksudkan menjanjikan sesuatu yang diperlukan dan

diinginkan oleh penerima pesan.

e. Himbauan motivasional, menggunakan bahasa himbauan motif yang

menyentuh kondisi internal diri si penerima pesan.

2.3 Poster

Salah satu media cetak yang umumnya dipakai dalam promosi kesehatan

adalah poster (White, 2000). Poster adalah suatu lembaran kertas yang besar,

sering berukuran 60 cm lebar dan 90 cm tinggi dengan kata-kata dan gambar atau

simbol untuk penyampaian suatu pesan. Menurut Kholid (2012) poster merupakan

pesan singkat dalam bentuk gambar dengan tujuan untuk mempengaruhi

seseorang agar tertarik pada sesuatu atau mempengaruhi agar seseorang bertindak

akan sesuatu hal. Poster dipakai secara luas oleh perusahaan dagang untuk

mengiklankan produknya serta memperkuat pesan yang telah disampaikan melalui

media massa lain. Robin Landa dalam buku Graphic Design Solutions

mendeskripsikan poester sebagai bentuk publikasi dua dimensional dan satu

muka, digunakan untuk menyajikan informasi, data, jadwal, atau penawaran dan

untuk mempromosikan orang, acara, tempat, produk, perusahaan, jasa atau

organisasi (Supriyono, 2010).

Menurut John Gierla, perbedaan poster dengan media cetak lainnya adalah

poster menyampaikan informasi pada pembaca yang sedang bergerak (on the

move) sementara iklan majalah, surat kabar, brosur, booklet, katalog dan leaflet

dirancang untuk memiliki waktu cukup, dapat dibaca sambil duduk, tiduran atau

berdiri dalam waktu relatif lama (Shimp, 1997). Tantangan utama dalam

mendesain poster adalah menciptakan tampilan visual yang mampu merebut

perhatian publik sambil memberikan informasi yang mudah dicerna pembaca

dalam hitungan detik. Poster harus mampu membujuk pembaca, membangkitkan

keinginan untuk membeli melalui pesan-pesan yang singkat, padat dan jelas

(Supriyono, 2010). Penyebarluasan poster dengan cara dipajang atau ditempel di

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 142: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

21

Universitas Indonesia

tempat umum seperti tembok, pohon, halte, tempat umum, fasilitas pelayanan

masyarakat dan lain-lain (Kholid, 2012)

Lori Siebert dan Lisa Ballard dalam buku Making a Good Layout

menegaskan bahwa tugas poster adalah “Capturing a moving audiens with your

message” yaitu menangkap audiens yang sedang bergerak dengan pesan yang

disampaikan (White, 2000). Poster harus mampu menyampaikan informasi atau

pesan pada audiens yang sedang sibuk, hanya dalam hitungan detik. Menentukan

salah satu informasi atau pesan yang ingin dijadikan elemen kunci harus tepat

karena waktu membaca poster yang begitu singkat dalam situasi yang sibuk

tersebut (Supriyono, 2010).

Kelompok sasaran dari poster dapat kecil atau besar sampai seluruh

masyarakat. Kadang-kadang poster juga digunakan untuk perorangan. Poster

dapat juga diletakkan di tempat dilakukan konsultasi kesehatan seperti apotek,

klinik dan rumah sakit. Bila di dinding terdapat poster yang berhubungan dengan

masalah pasien, pasien yang bersangkutan dapat disuruh untuk melihat poster

tersebut agar dapat lebih memahami tentang penyakitnya (Kholid, 2012).

2.3.1 Tujuan Poster

Poster dapat dipakai secara efektif dengan tujuan (White, 2000):

a. Untuk menarik perhatian.

b. Menyampaikan informasi secara lengkap dan jelas serta mudah dipahami

dengan cepat.

c. Untuk mampu meyakinkan, mempengaruhi dan membentuk opini.

d. Untuk memberikan arah dan petunjuk.

e. Untuk mengumumkan peristiwa dan program yang penting.

f. Menciptakan desain yang mudah dibaca dari kejauhan.

g. Menyusun informasi dengan urutan yang mudah diikuti.

h. Menyusun elemen-elemen poster berdasarkan prinsip-prinsip desain grafis

secara hierarki dan menyatu.

i. Membuat desain yang sesuai dengan subjek, audiens dan lingkungannya.

j. Mengekspresikan semangat dari subjek atau pesan yang disampaikan.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 143: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

22

Universitas Indonesia

2.3.2 Ketentuan dalam Pembuatan Poster

Pada umumnya sebuah poster berupa lembaran kertas dengan ukuran

tertentu, berisi tulisan dan gambar. Poster dapat dibuat dengan tangan secara

langsung, teknik sablon (screeen printing) dan offset (cetak mesin), dalam warna

hitam putih atau penuh warna (full colours) (Kholid, 2012). Menurut Supriyono

(2010) ketentuan yang ada dalam pembuatan poster, diantaranya:

a. Ukuran huruf untuk poster dibuat besar sehingga terbaca dari jarak yang

diperkirakan (sekitar 10 - 15 kali lebar poster). Jika lebar poster 30 cm maka

harus dapat terbaca dari jarak sekitar 3 - 4,5 meter.

b. Layout dibuat simpel dan tidak membingungkan pembaca. Pilih satu elemen

kunci (huruf atau ilustrasi) sehingga pembaca dapat dengan cepat menangkap

pesan.

c. Masukkan informasi penting yang dibutuhkan oleh pembaca, seperti tanggal,

jam, tempat, harga tiket, kontak person untuk poster seminar atau workshop.

d. Ada satu elemen yang ditonjolkan (paling dominan), baik judul ataupun

ilustrasi yang sekilas dapat menarik perhatian.

e. Memuat satu informasi paling penting dan ditonjolkan dengan ukuran, warna

atau value (kontras).

f. Memuat unsur seni yang sesuai dengan pesan atau informasi.

g. Huruf dan elemen visual disusun dalam urutan yang logis (dibaca dari kiri ke

kanan dan dari atas ke bawah).

h. Ilustrasi foto dipilih yang tidak lazim (unusual) dan bila diperlukan dapat

dicropping agar lebih terlihat agar dapat menarik perhatian pembaca.

i. Huruf untuk poster sebaiknya tebal (bold) dengan warna-warna kontras

sehingga mudah terlihat dari kejauhan.

j. Judul poster dibuat singkat, kalimat dibuat sependek mungkin dengan ukuran

huruf yang cukup besar dan kontras sehingga dapat dibaca dengan cepat dari

jarak yang relatif jauh (4-6 meter).

Penyampaian informasi dalam poster tidak boleh terlalu mendetail dan

panjang lebar. Jika terdapat banyak informasi yang ingin disampaikan lewat

poster maka harus tetap menyisakan ruang kosong (white space) yang tidak diisi

dengan gambar maupun teks. Secara visual, bidang kosong dapat memberikan

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 144: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

23

Universitas Indonesia

kelegaan pada mata untuk istirahat dan sekaligus menonjolkan pesan utamanya.

Informasi yang berlebihan dan disusun berdesakan kurang efektif, cenderung

tidak menarik dan membingungkan pembaca (Supriyono, 2012). Menurut Shimp

(1997) poster bisa hanya berupa teks atau gabungan antara teks dan ilustrasi

(visual). Elemen visual bisa abstrak, gambar realis, simbolik, ilustratif, grafik,

fotografi, kolase atau kombinasinya. Teks yang berupa rangkaian huruf juga dapat

berfungsi sebagai ilustrasi. Desain poster harus dikaitkan dengan tujuan posternya

(Supriyono, 2012).

2.3.3 Elemen Kunci Desain Poster

2.3.3.1 Tipografi

Disiplin ilmu yang membahas mengenai cara memilih dan mengelola

huruf dalam desain grafis disebut dengan tipografi. Pedoman dasar dalam

mengelola tipofrafi poster (Supriyono, 2010) adalah:

a. Teks (informasi verbal) sebaiknya disusun dari kiri ke kanan dan dari atas ke

bawah, bukan sebaliknya.

b. Judul utama (headline) harus cukup besar, antara 100-150 poin dan terbaca

dari jarak sekitar 4 meter.

c. Penggunaan huruf kapital (all caps) untuk judul dan teks akan lebih sulit

dibaca.

d. Ukuran huruf untuk body text minimal 30-36 poin, jenis font sans serif.

e. Tingkat kemudahan membaca paling tinggi adalah teks warna hitam (gelap)

dengan background terang.

f. Hindari judul yang terlalu panjang dan penggunaan font dekoratif yang sulit

dibaca.

g. Tipografi untuk poster sebaiknya simpel, mudah dibaca (legible) dan sesuai

dengan isi poster (content).

2.3.3.2 Ilustrasi

Fungsi ilustrasi adalah untuk memperjelas teks dan informasi atau pesan

sekaligus sebagai eye catcher. Selain itu adanya ilustrasi juga dimaksudkan

sebagai alat untuk mendapatkan perhatian pembaca. Desain poster yang tidak

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 145: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

24

Universitas Indonesia

disertai ilustrasi cenderung membosankan, kurang informatif dan tidak menarik

(White, 2000). Sejalan dengan munculnya berbagai software pengolah gambar,

telah ada berbagai jenis dan bentuk ilustrasi, tidak hanya berupa foto, gambar,

goresan abstrak, garis, warna, tekstur dan huruf. Namun, pada prinsipnya semua

elemen visual bisa digunakan sebagai ilustrasi untuk mewujudkan ide (Supriyono,

2012). Menurut Supriyono (2012) kriteria ilustrasi untuk poster yaitu:

a. Komunikatif, informatif dan mudah dipahami.

b. Menggugah perasaan.

c. Ide baru, orisinil dan bukan merupakan plagiat.

d. Memiliki daya tarik yang kuat.

e. Foto atau gambar memiliki kualitas baik (teknik pembuatan dan nilai seni).

2.3.4 White Space

Bidang putih (white space) yakni merupakan suatu area kosong tanpa teks

maupun gambar. Pada cetakan berwarna, diartikan “warna putih yang kosong”

tetapi dapat berupa ruang kosong warna merah, biru bahkan hitam. Oleh sebab itu,

ada yang menyebutnya “blank space”. Secara visual blank space dapat

menciptakan kekontrasan, sekaligus merupakan tempat istirahat bagi mata. Hal ini

dimaksudkan untuk memberi kesan lapang, tenang dan tidak berdesak-desakan.

Unsur white space dalam desain poster tidak hanya meningkatkan kemudahan

baca (readibility) tetapi juga menambah kenyamanan baca (legibility). Dengan

adanya white space, tampilan poster tampak lebih simpel, informasi dapat

ditangkap dengan cepat sekalipun dalam suasana yang padat (Supriyono, 2012).

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 146: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

25 Universitas Indonesia

BAB 3

METODOLOGI TUGAS KHUSUS

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada tanggal 17 Juni-26 Juli 2013 yang

bertempat di Apotek Keselamatan, Jalan Keselamatan No. 27, Manggarai–Jakarta

Selatan.

3.2 Metode Pelaksanaan

Pembuatan laporan dimulai dengan melakukan studi literatur dari berbagai

sumber pustaka dengan kriteria sebagai berikut :

a. Buku teks/e-book

b. Review artikel

c. Jurnal penelitian yang dipublikasi sejak tahun 2000

Kemudian dilakukan penyusunan laporan berdasarkan sumber pustaka dan dilakukan

desain poster tentang konstipasi.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 147: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

26 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

Konstipasi merupakan gangguan gastrointestinal yang banyak dikeluhkan

oleh sebagian besar populasi di dunia terutama oleh orang dewasa. Gangguan

gastrointestinal pada orang dewasa ini memiliki dampak yang signifikan dalam

mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Prevalensi terjadinya konstipasi berkisar

antara 15-20% pada orang dewasa yang tinggal dalam suatu komunitas

masyarakat sehingga managemen dalam penanganan konstipasi dapat dilakukan

dalam mencegah orang yang memiliki faktor risiko terkena konstipasi sehingga

dapat meningkatkan kualitas hidup mereka (Mc Kay, Sherry L., Michelle F.,

Cathy S., 2012).

Konstipasi adalah persepsi gangguan buang air besar berupa berkurangnya

frekuensi buang air besar, sensasi tidak puas/lampiasnya buang air besar, terdapat

rasa sakit, perlu ekstra mengejan atau feses yang keras. Dalam praktik sehari-hari

dikatakan konstipasi bila buang air besar kurang dari 3 kali seminggu atau lebih

dari 3 hari tidak buang air besar atau dalam buang air besar diperlukan mengejan

secara berlebihan (Sudoyo, 2007). Konstipasi kronis terjadi ketika gejala

berlangsung selama minimal 3 bulan (Dipiro, et. al, 2008).

Di negara-negara Eropa, konstipasi merupakan gejala yang umum

menyerang pada 2-27% populasi disana. Di Amerika Serikat, lebih dari 2,5 juta

orang berkunjung ke dokter, 92.000 orang rawat inap dan obat laksatif terjual

sekitar beberapa juta dollar karena konstipasi (Lembo, Camilleri, 2003).

Konstipasi tidak hanya menyerang orang dewasa. Namun, konstipasi dapat

menyerang anak-anak. Sejumlah 97% kasus konstipasi anak disebabkan oleh

konstipasi fungsional dengan kejadian yang sama antara laki-laki dan perempuan.

Usia anak yang menderita konstipasi fungsional dan rectal fecal impaction (RFI)

berkisar antara 4-16 tahun (Jurnalis, Sarmen, Sayoeti, 2013).

Konstipasi merupakan suatu gejala, bukan diagnosis, keadaan ini

merupakan manifestasi berbagai penyakit, kelainan metabolisme atau organ

tertentu, gangguan psikogenik atau sebagai akibat sekunder dari suatu terapi

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 148: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

27

Universitas Indonesia

penyakit menggunakan obat-obatan tertentu. Kehamilan juga merupakan suatu

kondisi dimana dapat menyebabkan konstipasi (Dipiro, et al., 2008). Sebagian

orang menganggap remeh kostipasi dan menganggap hal ini sebagai kondisi yang

lazim sehingga tidak dilakukan suatu penanganan yang serius. Padahal jika

diabaikan, kondisi seperti itu yang berkelanjutan dapat bermanifestasi menjadi

suatu penyakit yang lebih serius.

Penanganan yang tepat dan pemberian obat sesuai dengan gejala yang

timbul terhadap konstipasi akan dapat meningkatkan kualitas hidup atau

meningkatkan derajat kesehatan seseorang serta mengantisipasi timbulnya suatu

penyakit lain yang lebih berbahaya dibandingkan konstipasi. Hal tersebut

mendorong dilakukannya suatu upaya promosi kesehatan yang bertujuan untuk

menurunkan prevalensi terjadinya konstipasi pada masyarakat Indonesia.

Promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan

masyarakat melalui proses pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama

masyarakat, agar mereka dapat menolong dirinya sendiri serta mengembangkan

kegiatan yang bersumber daya masyarakat sesuai dengan kondisi sosial budaya

setempat dan didukung oleh kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. Hal

tersebut bukan hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan

peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi juga disertai

upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku (Kholid, 2012).

Dengan demikian, promosi kesehatan adalah program-program kesehatan

yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan) baik dalam masyarakat

sendiri maupun dalam suatu komunitas dan lingkungannya (lingkungan fisik,

sosial budaya, politik dan sebagainya). Dalam hal ini, promosi kesehatan juga

lebih menekankan pada proses atau upaya, dengan tanpa mengecilkan arti hasil

apalagi dampak kegiatan.

Promosi kesehatan menekankan pada perilaku, terutama perubahan

perilaku. Akan tetapi, untuk perubahan perilaku tidak hanya sekedar diberikan

pengetahuan, pemahaman dan informasi tentang kesehatan. Menurut Kholid

(2012) untuk terjadinya perubahan perilaku diperlukan faktor lain yang berupa

fasilitas atau sarana dan prasarana untuk mendukung terjadinya perilaku tersebut

dan dorongan dari luar yang memperkuat terjadinya perubahan perilaku ini atau

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 149: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

28

Universitas Indonesia

disebut juga reinforcing factor. Promosi kesehatan dapat dilakukan melalui

berbagai media perantara baik cetak maupun elektronik.

Kasus konstipasi di Indonesia masih banyak terjadi di berbagai kalangan

masyarakat yang beragam status sosial ekonominya maupun tingkat

pendidikannya. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi yang semakin

canggih ikut memberi perubahan kepada pola hidup yaitu tentang diabaikannya

konsumsi makanan kaya serat, sehat dan bergizi seimbang beralih ke kebiasaan

mengkonsumsi makanan cepat saji (fast food).

Apotek Keselamatan merupakan apotek yang berada di tengah pemukiman

padat penduduk di daerah Jakarta Selatan. Lokasi apotek juga berada di jalur

menuju pusat perkantoran di daerah Kuningan sehingga merupakan kawasan yang

ramai dilalui oleh berbagai kendaraan dan kemungkinan penduduk yang tinggal di

sekitar daerah apotek memiliki tingkat kesibukan yang cukup tinggi. Masyarakat

yang berada di sekitar juga bervariasi dari segi pendidikan dan status ekonominya.

Namun, pada umumnya memiliki tingkat pendidikan menengah dan status sosial

ekonomi menengah ke bawah. Berdasarkan hal tersebut kejadian konstipasi yang

terjadi di daerah sekitar apotek kemungkinan bisa karena kesibukan kerja dari

masyarakat sehingga konsumsi makanan tinggi serat dan sehat berkurang, pola

hidup masyarakat yang beralih mengikuti tren lebih suka mengkonsumsi makanan

cepat saji atau kurangnya informasi dan pengetahuan yang diperoleh masyarakat

sekitar tentang pentingnya makanan berserat dan bergizi untuk menjaga

kesehatannya.

Apotek menyediakan obat untuk mengatasi konstipasi yang dapat

diperoleh tanpa resep dokter yang dapat digunakan untuk swamedikasi. Suasana

yang nyaman dan pelayanan yang ramah membuat apotek ini banyak didatangi

oleh pasien dengan keluhan penyakit yang beragam. Akan tetapi, selama

pengamatan yang dilakukan di Apotek Keselamatan selama periode 17 Juni-26

Juli 2013 ditemukan kasus pasien yang membeli obat pencahar terkait konstipasi

yang telah disadari oleh dirinya sendiri dan sudah mengetahui pengobatan yang

harus dilakukan maupun pasien yang datang ke apotek hanya dengan membawa

keluhan-keluhan seperti kesulitan buang air besar atau rasa penuh di perut karena

belum buang air besar selama beberapa hari.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 150: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

29

Universitas Indonesia

Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diberikan oleh Jurnalis, Sarmen dan

Sayoeti (2013), yang mengatakan bahwa keadaan konstipasi tidak dipengaruhi

oleh keadaan sosial dan ekonomi seseorang. Namun, pernyataan yang

menyebutkan bahwa salah satu penyebab terbesar konstipasi adalah gaya hidup

yaitu pola makan tidak tepat atau diet rendah serat memang terkait dengan

kesibukan rutinitas kerja masyarakat sekitar lingkungan apotek atau kurangnya

pengetahuan tentang pentingnya asupan serat untuk kesehatan sehingga

mengabaikan konsumsi makanan bergizi lengkap dan seimbang dan lebih

cenderung memilih makanan cepat saji.

Berdasarkan kondisi lingkungan di atas maka dapat diketahui bahwa

sasaran promosi kesehatan adalah berupa sasaran primer yaitu masyrakat yang

ingin diubah perilakunya terkait gaya hidup yang menyebabkan konstipasi. Media

yang dipilih sebagai sarana promosi kesehatan adalah poster yang ditempel di

apotek. Poster merupakan pesan singkat dalam bentuk gambar dengan tujuan

untuk mempengaruhi seseorang agar tertarik pada sesuatu atau mempengaruhi

agar seseorang bertindak akan sesuatu hal (Kholid, 2012). Perubahan perilaku

yang diharapkan pada sasaran primer diikuti dengan perubahan lingkungan yang

mendukung yaitu adanya poster yang ditempel di apotek.

Poster dipilih sebagai media promosi kesehatan karena cocok untuk

menyampaikan pesan secara singkat, padat dan jelas dalam waktu yang cepat pada

audiens yang bergerak yaitu pasien yang datang berkunjung ke apotek. Pemilihan

poster juga melalui pertimbangan dari segi desain apotek bahwa poster dapat

membuat nilai estetika menjadi lebih baik untuk menarik pelanggan datang ke

apotek. Selain itu poster memiliki keuntungan karena memiliki desain yang

menarik dan tergolong dalam media rancangan yang memerlukan pemikiran dan

persiapan secara khusus untuk maksud atau tujuan pembelajaran tertentu yang

memiliki keuntungan yaitu mendapatkan media yang sepenuhnya sesuai dengan

tujuan atau kebutuhan pembelajaran yang diinginkan, aksesnya mudah untuk

pengunjung apotek yaitu cukup dengan membaca di dinding, teknologi yang

digunakan tidak terlalu rumit dan biaya yang dikeluarkan tidak terlalu besar.

Kata-kata atau kalimat yang dicantumkan dalam poster dibuat sesingkat

mungkin dan semenarik mungkin untuk menarik minat pembaca. Pemilihan kata

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 151: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

30

Universitas Indonesia

atau kalimat dibuat semudah mungkin untuk dipahami karena sasaran merupakan

audiens yang awam yang dapat berasal dari berbagai latar belakang pendidikan,

tingkat sosial dan status ekonomi (bukan dari kalangan praktisi kesehatan).

Penggunaan istilah atau kata yang terlalu ilmiah atau bahasa kedokteran dan

farmasi yang sulit dipahami akan menyebabkan selain audiens susah mengerti

juga dapat menyebabkan poster menjadi tidak menarik bagi audiens.

Informasi yang ingin dicantumkan dalam poster dipilih aspek penting yang

ingin disampaikan kepada audiens dimana setelah membaca poster tersebut

diharapkan pengetahuan masyarakat akan konstipasi bertambah dan masyarakat

akan bisa mencegah terjadinya konstipasi atau melakukan upaya pengobatan

sendiri dengan menggunakan obat-obatan over the counter (OTC) saat mengalami

konstipasi. Bahasa atau kalimat yang terlalu ilmiah diubah menjadi kalimat yang

umum agar mudah dipahami tanpa mengubah makna aslinya. Oleh karena itu,

aspek yang ditampilkan dalam poster adalah terkait definisi, gejala, terapi

nonfarmakologi dan terapi farmakologi menggunakan obat pencahar yang umum

digunakan untuk mengobati konstipasi.

Peran apoteker di apotek terkait konstipasi adalah menggali informasi dari

pasien untuk mengetahui penyebab konstipasi sehingga dapat diberikan

pengobatan yang tepat sesuai dengan penyebabnya baik terapi nonfarmakologi

atau terapi farmakologi, memberikan informasi terkait pengobatan konstipasi

yang diberikan dan mengedukasi pasien tentang perubahan gaya hidup yang sehat

untuk mempercepat penyembuhan konstipasi. Apoteker juga dapat memberikan

penjelasan apabila ada pasien yang bertanya terkait poster yang ada di apotek

sehingga apoteker juga harus memahami isi poster tesebut. Informasi yang

diberikan terkait poster konstipasi tidak hanya diberikan kepada pengunjung

apotek yang mengalami konstipasi saja tetapi juga kepada pengunjung yang

membeli obat untuk keperluan penyakit lain maupun yang hanya sekedar bertanya

tentang obat atau poster tanpa melakukan pembelian di apotek.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 152: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

31 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Pengobatan konstipasi didasarkan pada frekuensi buang air besar (BAB),

penyebab konstipasi baik berupa penyebab primer maupun penyebab

sekunder, kondisi pada saat defekasi (mengejan saat BAB, kesulitan

defekasi, feses yang keras) dan gejala lain yang dialami pasien (rasa penuh

di perut akibat belum buang air besar beberapa hari). Anjuran melakukan

terapi nonfarmakologi dilakukan yaitu saran perubahan pola makan yaitu

menkonsumsi makanan berserat seperti sayuran dan buah-buahan,

memperbanyak konsumsi air putih dan olahraga secara teratur Obat

laksatif yang sering diberikan pada pasien konstipasi mencakup golongan

laksatif osmotik (Laktulosa) dan golongan laksatif stimulan/kontak.

5.1.2 Upaya kesehatan yang dilakukan dalam rangka promosi kesehatan yang

bertujuan menurunkan prevalensi konstipasi pada masyarakat Indonesia

khususnya lingkungan sekitar apotek yaitu dengan melakukan pemberian

informasi tentang konstipasi melalui media cetak poster yang ditempel di

apotek.

5.2 Saran

Adanya keaktifan dari apoteker untuk memberikan konseling atau

penjelasan mengenai isi poster konstipasi kepada audiens yang sedang membaca

agar audiens lebih memahami tentang konstipasi.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 153: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

32 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Abrams, Anne Collins. (1995). Clinical Drug Theraphy: Rationales for NursingPractice. Fourth Edition. Philadelphia: J.B. Lippincott Company, 651-656.

Bardosono, S., Diana Sunardi. (2011). Artikel Penelitian IDI: FunctionalConstipation and Its Related Factors Among Female Workers. MajalahKedokteran Indonesia. Volume: 61, Nomor: 3, Maret 2011. 126-129.

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC, 599-600.

Dipiro, Joseph T., et al. (2008). Pharmacotherapy: Principles & Practice. USA:Mc. Graw-Hill. 307-311.

Jurnalis, Y.D., Sofni Sarmen, Yoerva Sayoeti. (2013). Konstipasi pada Anak.CDK. 200/Vo. 40 No. 1 th. 2013. 27-30.

Kee, J.L., Evelyn R. Hayes. (1996). Farmakologi. Pendekatan ProsesKeperawatan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 526-529.

Katzung, B.G. (1992). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 3. Jakarta: PenerbitBuku Kedokteran EGC. 933.

Kholid, Ahmad. (2012). Promosi Kesehatan dengan Pendekatan Teori Perilaku,Media dan Aplikasinya. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1-2, 11-12, 15-16,126-136.

Lembo, Anthony. Michael Camilleri. (2003). Current Concepts ChronicConstipation. The New England Journal of Medicine. Oct 2, 2003. N.Engl. J. Ned 349: 14. 1360-1368.

Mc. Kay, S.L., Michelle Fravel, Cathy Scanlon. (2012). Evidence Based PracticeGuideline: Management of Constipation. Journal of GerontologicalNursing. Vol. 38, No. 7, 2012. 9-15.

NDDIC. (2013). Constipation. USA: American Gastroenterogical Association.September 2013.

Paramythiotis, et al. (2010). Chronic Constipation Due To Presacial Teratoma in a36-year Old Woman : a case report. Journal of Medical Case Report 2010,4:23. Biomed Central. 1-4.

Shimp, Terence A. (1997). Advertising Management. USA: The Dryden Press.320-324.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 154: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

33

Universitas Indonesia

Sudoyo, A.W., Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus S.K., Siti Setiati.(2007). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi IV. Jakarta: PusatPenerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 287.

Supriyono, Rachmat. (2010). Desain Komunikasi Visual. Teori dan Aplikasi.Yogyakarta: Andi Yogyakarta. 17, 158-178.

Wells, B.G., J.T. Dipiro, Terry L.S., Cecily V. Dipiro. (2009). PharmacotherapyHandbook. Seventh Edition. USA: Mc Graw-Hill. 250-255.

WGO. (2007). World Global Guideline. Constipation: a Global Perspective.WGO, November 2007.1-2.

WGO. (2010). World Practice Guideline. Constipation: a Global Perspective.WGO, November 2010. 3-4.

White, Roderick. (2000). Advertising. Fourth Edition. Singapore: Mc. Graw-Hill.191-196.

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 155: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

LAMPIRAN

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014

Page 156: UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20367072-PR-Linda Juli-Laporan.pdf · DI APOTEK KESELAMATAN JALAN KESELAMATAN NO.27 MANGGARAI JAKARTA

34

Universitas Indonesia

Lampiran 1. Desain poster konstipasi

Laporan praktek…., Linda Juli, FFar UI, 2014