universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

250

Click here to load reader

Transcript of universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

Page 1: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

UNIVERSITAS INDONESIA

GERAKAN TARBIYAH 1980-2010: RESPON ORMAS ISLAM TERHADAP GERAKAN

ISLAM TRANSNASIONAL

DISERTASI

ABDURAKHMAN 0706221962

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK AGUSTUS, 2013

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 2: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

UNIVERSITAS INDONESIA

GERAKAN TARBIYAH 1980-2010: RESPON ORMAS ISLAM TERHADAP GERAKAN

ISLAM TRANSNASIONAL

DISERTASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor Ilmu Sejarah

ABDURAKHMAN 0706221962

PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK AGUSTUS, 2013

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 3: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 4: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

iii

UNIVERSITAS INDONESIA

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi/Tesis/Disertasi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik

yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : ABDURAKHMAN

NPM : 0706221962

Tanda Tangan :

Tanggal : Depok, 19 Agustus 2013

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 5: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

iv

UNIVERSITAS INDONESIA

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 6: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

v

UNIVERSITAS INDONESIA

KATA PENGANTAR

Subhanallah, Alhamdulillah, Astaghfirullah alazhim. Mahasuci Allah,

Segala Puji bagi Allah dan Hamba memohon ampunan-Mu ya Allah. Engkau

mengajarkan kepada hambamu adab menyambut sebuah keberhasilan, jika

penyelesaian disertasi ini sebuah keberhasilan, maka selayaknya hamba mengucap

tasbih, tahmid dan istighfar. Nikmat Mu kepada hamba Mu tak akan mampu

hamba menghitungnya. Keinginan untuk mewujudkan disertasi ini akhirnya

tercapai setelah ada kasih sayang Allah dan kerja keras yang didukung oleh

banyak pihak. Dengan rahmat-Mu akhirnya semua kesulitan terlewati. Terima

kasih tak terhingga hamba ucapkan hanya untuk MU.

Disertasi ini membahas dinamika Gerakan Tarbiyah di Indonesai era

1980-2010: Respon Islam terhadap Gerakan Islam Transnasional. Perkembangan

Gerakan Tarbiyah yang berawal dari gerakan dakwah kampus di akhir tahun

1970an sampai dengan awal 1980an yang kemudian mengembangkan sayap

politiknya pasca runtuhnya orde baru, memunculkan reaksi dari ormas-ormas

Islam, khususnya Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Gerakan Tarbiyah yang

mengadopsi pemikiran Ikhwanul Muslimin dalam perkembangannya para

intelektual mampu membaca pemikiran transnasional dengan pengetahuan lokal

yang dimiliki. Artinya Gerakan Tarbiyah dalam perkembangannya mampu

menyesuaikan pemikiran dan aktivitasnya dengan realitas sosial yang terjadi di

masyarakat Indonesia.

Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

dari masa perkuliahan sampai penyusunan disertasi ini, sangatlah sulit bagi saya

untuk menyelesaikan disertasi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih

yang tulus dari hati saya yang terdalam. Saya tidak bisa menyebutkan semuanya

dalam pengantar disertasi ini. Sebagai dosen saya dituntut untuk meningkatkan

kualitas diri, baik akademis maupun non akademis. Oleh karena itu pertama-tama

saya mengucapkan terima kasih kepada pimpinan Universitas Indonesia, sejak

masa Rektor Bapak Prof. Dr. Gumilar Roesliwa Somantri, yang sering penulis

ganggu dengan sms ketika beasiswa belum turun, dan Rektor Bapak Mohammad

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 7: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

vi

UNIVERSITAS INDONESIA

Anis. Kemudian pimpinan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Bapak Prof. Dr.

Bambang Wibawarta, yang selalu menanyakan kapan kamu ujian Man. Saya

mengucapkan terima kasih atas segala dukungannya sehingga proses pendidikan

saya berjalan lancar. Saya juga menyampaikan terima kasih kepada Dirjen Dikti

Kemendikbu RI, khususnya Direktorat Pendidikan dan Tenaga Pendidik yang

telah membatu membiayai perkuliahan selama enam semester dengan beasiswa

BPPS.

Kepada Bapak Dr. Priyanto Wibowo, Mas Pri, selaku Ketua Departemen

Sejarah, terima kasih Mas atas semangatnya, selalu mengingatkan untuk segera

menyelesaikan tulisan disertasinya. Terima kasih juga kepada Ibu Dr. Linda

Sunarti selaku Koordinator Program Studi Sejarah, yang sering mengingatkan

saya agar terus mengerjakan disertasinya dan juga atas ijinnya menggunakan

fasilitas Program studi untuk menyelesaikan disertasi. Terima kasih juga kepada

Bapak Dr. Bondan Kanumoyoso selaku Sekretaris Departemen Sejarah dan tidak

lupa kepada Dr. Untung Yuwono, yang selalu memafasilitasi kebutuhan-

kebutuhan akademik penulis.

Terima kasih sebesar-besarnya saya sampaikan kepada Mas Is, sebutan

untuk Bapak Dr. Moh. Iskandar, yang telah menjadi promotor saya. Terima kasih

untuk waktu, arahan, saran, kritik dan kesabarannya selama proses penelitian dan

penulisan disertasi ini, sehingga saya lebih memahami arah penelitian saya.

Mohon maaf Mas bila saya suka mengecewakan Mas Is dalam proses bimbingan.

Juga kepada Bapak Dr. Anhar Gongong, saya berterima kasih atas kesediaanya

menjadi Kopromotor. Mata kuliah Sejarah Pemikiran Islam yang beliau

limpahkan kepada saya membuat saya konsisten menulis tentang pemikiran Islam

dari S1 hingga S3. Terima kasih atas segala saran, arahan dan bimbingannya dan

mengganggu waktu istirahatnya. Mohon maaf pak bila dalam proses bimbingan

saya mengecewakan Bapak.

Kepada para penguji, Prof. Dr. Susanto Zuhdi, saya mengucapkan terima

kasih atas kesediaan Bapak membaca disertasi saya dengan teliti, saran dan

kritikannya membuat disertasi saya lebih berisi. Terima kasih saya sampaikan

kepada Dr. Saiful Umam, pertanyaan-pertanyaan Bapak yang kritis membuat

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 8: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

vii

UNIVERSITAS INDONESIA

saya harus menguatkan kembali jawaban dari pertanyaan penelitian saya dan

mengingatkan saya lebih cermat dalam mengutip dan juga sarannya untuk

memperkuat sumber-sumber dari NU. Terima kasih juga penulis sampaikan

kepada Bapak Dr. Yon Machmudi, yang mengkritisi penggunaan-penggunaan

diksi yang kurang tepat dan sarannya untuk memasukan sayap politik Gerakan

Tarbiyah dalam bahasan disertasi saya.

Saya pun mengucapkan terima kasih kepada semua dosen Program

Pascasarjana FIB-UI, Prof. Dr. R.Z. Leirissa (alm), Prof. Dr. Benny Hoed, Prof.

Dr. Melani Budianta, Prof. Dr. Nurhadi Magetsari, Dr. Akhyar Yusuf Lubis,

Dr. Haryatmko, dan Tommy Christomy, Ph.D. Beliau semua telah memberi saya

pengetahuan Ilmu Humaniora. Terima kasih juga untuk teman seangkatan yang

tidak bisa disebut namanya semua, diantaranya Mba Linda, Mba Tuti, Mba

Farida, Bu Ros, Mas Syukur, Kang Gumilar, Bu Bernada dan lain-lain, terima

kasih telah menjadi teman berbagai suka dan duka.

Terima kasih juga kepada berbagai lembaga dan stafnya yang telah

membantu saya dalam mendapatkan data-data yang saya butuhkan. Di antaranya

kepada Bu Lucky kepala perpustakaan UI, penulis seringkali terlambat

mengembalikan buku, Perpustakaan LIPI, Perpustakaan PP Muhammadiyah

Yogyakarta, Perpustakaan PB NU di Jalan Kramat. Ucapan terima kasih juga

penulis ucapakan kepada mereka yang bersedia menjadi nara sumber, diantaranya

Ustadz Wazir Nuri S.Ag. yang telah banyak membantu penulis dengan informasi

tentang kemuhammadiyahan dan dinamikanya dalam mensikapi perkembangan

Gerakan Tarbiyah. Berikutnya Ustadz Farhan AR Fakhrudin yang telah banyak

membantu penulis dengan informasi tentang kemuhammadiyahan dan pinjaman

majalah Suara Muhammadiyah, penulis tidak peroleh di Perpustakaan Nasional

maupun perpustkaan PP Muhammadiyah Yogyakarta. Terima kasih juga kepada

Ustadz Ali Fikri Fiyar MA yang telah banyak membantu penulis dengan

informasi tentang Gerakan Tarbiyah tentang pemikirannya dan juga tentang

alumni-alumni Timur Tengah. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

Ustadz Hilman Roshad Shihab yang telah banyak membantu penulis dengan

informasi tentang Gerakan Tarbiyah kontemporer. Ustadz Mashadi yang termasuk

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 9: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

viii

UNIVERSITAS INDONESIA

tokoh awal Gerakan Tarbiyah, aktivis DDII, aktivis PII dan juga sekretaris pribadi

tokoh besar Masyumi (Pak Roem dan Pak Natsir) sehingga penulis bisa cross

check informasi tentang lembaga-lembaga tersebut. Ustadz Abdullah Muaz,

aktivis tarbiyah dari kalangan NU dan Ustadz Dwi Fahrial aktivis tarbiyah dari

kalangan Muhammadiyah. Ustadz Burhan yang telah banyak membantu penulis

dengan informasi tentang NU. Serta para aktivis tarbiyah yang mau berdiskusi

dan berdialog memberikan informasi tentang tarbiyah.

Terma kasih juga kepada teman-teman pengajar di Program Studi Sejarah,

(alm) Mba Melly, Mba Dien, Mba Ita, Mba Titi, Mba Ii, Mba Ery, Mba Tini, Mas

Iman, Mas Kas, Mas Wasith, Mas Yudha, Mas Didik, terima kasih atas

semangatnya. Terima kasih khusus untuk Bu Lili, Bu Nana, Bu Rini, Pak Saleh

dan Pak Harto, yang senantiasa mengingatkan penulis. Bu Lili yang setiap hari

menanyakan sampai mana tulisannya dan Pak Saleh yang selalu menyentil dengan

kata “Man jangan jadi spesialis paranim”.

Rasa terima kasih juga kepada kedua orang tua, Mama dan Mimi yang

selalu menanyakan kapan selesaianya ketika penulis meminta doa setiap tahapan

ujian. Juga kedua Mertua (alm) Abah dan (almh) Ibu, semoga Allah

menempatkannya di tempat terbaik di Surga-Nya, Amin. Kepada keluarga besar

H. Muhammad dan Hj. Munirah, Uwa, Paman dan Bibi. Adik-adik dan ipar-ipar

dan semua keponakan tersayang yang tak pernah putus mendoakan kakak dan

uwanya agar cepat menyelesaikan studinya. Semoga Allah membalas semua

kebaikan dengan berkah dan rahmatnya yang melimpah. Amin.

Penelitian ini akan semakin berarti dan berwujud menjadi disertasi karena

adanya keluarga besar yang tinggal di rumah jalan ketapang 39, Istriku tersaya Hj.

Maemunah, S.Si. Semangatmu untuk selalu mengingatkan ku, kadang

membuatku malu belum menyelesaikan disertasi ini. Ia selalu menanyakan kapan

ketemu Mas Is dan Pak Anhar. Terima kasih Ummi dan maaf untuk segala

kesalahan diantara kita sepanjang 18 kita bersama. Kepada anak-anaku Teh Ida,

Teh Opi, A Uiz, Teh Mimah, Teh Rahmah da Dede Ra’yi, engkau adalah

penyemangat ku, kadang menjadi pelampiasan kepenatan juga kadang menjadi

penghibur, maafkan Abi nak. Semoga keberhasilan Abi ini menjadi penyemangat

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 10: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

ix

UNIVERSITAS INDONESIA

kalian untuk lebih baik dari Abi. Amin, semoga Allah memberkahi kalian dengan

Iman dan Ilmu yang bermanfaat.

Penulis berharap semoga Allah, Tuhan Semesta Alam berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Amin.

Pada akhirnya semua tanggung jawab disertasi ini terletak pada diri saya

pribadi. Mohon maaf bila terdapat kekurangan dan kekeliruan atau pun kesalahan.

Semoga ini menjadi awal bagi penelitian-penelitian saya selanjutnya dan menjadi

inspirasi bagi peminat pemikiran Islam kontemporer. Semoga disertasi ini

membawa manfaat bagi pengembangan ilmu dan bagi orang yang membutuhkan.

Depok, 19 Agustus 2013

ABDURAKHMAN

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 11: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 12: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

xi

UNIVERSITAS INDONESIA

ABSTRAK

Nama : ABDURAKHMAN Program Studi : ILMU SEJARAH Judul : GERAKAN TARBIYAH 1980-2010: RESPON

ORMAS ISLAM TERHADAP GERAKAN ISLAM TRANSNASIONAL

Disertasi ini membahas tentang dinamika Gerakan Tarbiyah pada era 1980

hingga 2010: Respon Ormas Islam terhadap Gerakan Islam Transnasional. Penelitian ini menggunakan metode sejarah. Penelitian ini merupakan hasil penelitian kualitatif dengan membahas pengaruh pemikiran Ikhwanul Muslimin terhadap Gerakan Tarbiyah. Gerakan Tarbiyah tumbuh dan berkembang dari gerakan dakwah kampus yang awalnya digagas oleh DDII melalui Bina Masjid Kampus yang kemudian dikembangkan oleh Imaduddin melalui program LMD. Masuknya pemikiran tarbiyah yang dibawa oleh Hilmi Aminuddin membuat GDK bertransformasi menjadi Gerakan Tarbiyah. Keberhasilan Gerakan Tarbiyah mengembangkan pengaruhnya memunculkan respon dari Ormas Islam, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Kekhawatiran ini semakin memuncak ketika Gerakan Tarbiyah beraktivitas melalui sayap politiknya. Aktivitas dakwah dan politik yang dilakukan sayap politik Gerakan Tarbiyah dan Sayap Dakwah Partai Keadilan Sejahtera membuat Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama merasa tergerus otoritasnya. Kekhawatiran yang dimunculkan oleh Muhammadiyah dan NU direspon Gerakan Tarbiyah dengan melakukan proses penyesuaian atau proses internalisasi organisasi dengan realita sosial yang terjadi di Indonesia. Dampaknya pemikiran IM yang diadopsi oleh Gerakan Tarbiyah tidak sepenuhnya mempengaruhi gerak langkah Gerakan Tarbiyah karena Gerakan Tarbiyah mampu melakukan proses internalisasi dengan baik, hal ini terlihat dari respon kalangan intelektual Gerakan Tarbiyah terhadap realita sosial yang berkembang di Masyarakat, perubahan-perubahan yang mereka lakukan pada manhaj mereka yang terimplementasi dalam aktivitas sayap politiknya, PKS. Kata kunci: Gerakan Tarbiyah, PKS, Muhammadiyah, NU, Ikhwanul Muslimin

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 13: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

xii

UNIVERSITAS INDONESIA

ABSTRACT

Name : ABDURAKHMAN Study Program : HISTORICAL SCIENCE Title : TARBIYAH MOVEMENT 1980-2010:

RESPONSES OF ISLAMIC ORGANIZATIONS AGAINST ISLAMIC TRANSNATIONAL MOVEMENT

The focus of this paper is discusses the dynamics of Tarbiyah Movement

in the 1980s to 2010: Responses Islamic organizations against Transnational Islamic Movement. This study uses historical method. This study is a qualitative research by discussing the influence of the Muslim Brotherhood Movement thoughts Tarbiyah. Tarbiyah movement grows and develops from campus missionary movement that was initially in the idea by DDII via Bina Mosque Campus which was later developed by Imadudin through LMD program. The entry of tarbiyah thought brought by Hilmi Aminuddin make GDK transformed into Tarbiyah Movement. Influence the success of developing Tarbiyah Movement elicits a response from Islamic organizations, Muhammadiyah and Nahdlatul Ulama. This concern is further culminated when the Tarbiyah Movement activity through its political wing. Da'wah and political activity conducted political wing of Da'wah Movement Tarbiyah and the Prosperous Justice Party wing makes Muhammadiyah and Nahdlatul Ulama felt undermined his authority. Concern were raised by Muhammadiyah and NU Tarbiyah Movement responded by making adjustments to the process or the process of internalizing the reality of social organization in Indonesia. The impact of thought adopted by IM Tarbiyah movement is not entirely affect the actions taken Tarbiyah Movement because Tarbiyah Movement capable of performing well internalization process, it is seen from the response of the Tarbiyah Movement intellectuals evolving social realities in society, the changes they did on the manhaj they are implemented in the activity of its political wing, the Prosperous Justice Party (PKS).

Keywords: Tarbiyah Movement, PKS, Muhammadiyah, NU, Muslim Brotherhood (Ikhwanul Muslimin)

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 14: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

xiii

UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR ISI

Halaman Judul i

Surat Pernyataan Bebas Plagiarisme ii

Halaman Pernyataan Orisinalitas iii Halaman Pengesahan iv Kata Pengantar v Lembar Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah x Abstrak xi Abtract xii Daftar Isi xiii Daftar Singkatan xv Daftar Istilah xvii Daftar Tabel xx BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 25

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 26

1.3.1. Tujuan Penelitian . 26

1.3.2. Manfaat Penelitian 26

1.4. Ruang Lingkup 27

1.5. Penelitian Karya-karya Terdahulu 28

1.6. Kerangka Teori dan Metodologi 33

1.7. Sumber Data 40

1.8. Sistematika Penulisan 41

BAB II AKAR-AKAR GERAKAN TARBIYAH 43

2.1. Sejarah Pembentukan Ikhwanul Muslimin 43

2.1.1. Kelahiran Ikhwanul Muslimin 44

2.2. Strategi Pencapaian Tujuan Ikhwanul Muslimun 51

2.3. Karakteristik Ikhwanul Muslimin 55

2.3.1. Karakteristik Pemikiran (Fikrah) Ikhwanul Muslimin 55

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 15: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

xiv

UNIVERSITAS INDONESIA

2.3.2. Karakteristik Dakwah IM 57

2.4. Pandangan dan Gagasan Ikhwanul Muslimin 60

2.4.1. Tidak Mengkafirkan Seorang Muslim yang Mengikrarkan Syahadat 60

2.4.2. Membedakan antara Jihad dan Terorisme 62

2.4.3. Ikhwanul Muslimin, Demokrasi dan HAM 63

2.5. Ikhwan dan Pengakuan Kemerdekaan Indonesia oleh Mesir 69

2.6. Kebijakan Orde Baru terhadap Umat Islam 71

2.6.1. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia sebagai Katalisator Dakwah

Kampus

73

2.6.2. Arus Gerakan Pemikiran Baru 79

2.6.3. Gerakan Dakwah Kampus sebagai alternatif aktivitas Mahasiswa 85

BAB III GERAKAN TARBIYAH ` 92

3.1. Kelahiran Gerakan Tarbiyah 92

3.2. Dari Jaringan Lokal ke Jaringan Transnasional 104

3.3. Karakteristik Kaderisasi Gerakan Tarbiyah 118

3.4. Peserta Tarbiyah 127

3.5. Sarana dan Prasarana Tarbiyah 136

3.6. Membangun Sayap Politik 141

BAB IV RESPON ORGANISASI DAKWAH TERHADAP GERAKAN TARBIYAH

150

4.1. Muhammadiyah 150

4.2. Nahdlatul Ulama 181

BAB V KESIMPULAN 206

DAFTAR PUSTAKA 215

LAMPIRAN 223

DAFTAR INDEKS 316

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 16: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

xv

UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR SINGKATAN

ADK : Aktivis Dakwah Kampus

ARH : Arif Rahman Hakim

ASWAJA : Ahlus Sunnah Wal Jama’ah

BKK : Badan Kordinasi Kampus

DDII : Dewan Dakwah Islam Indonesia

GDK : Gerakan Dakwah Kampus

GMNI : Gerakan Mahasiswa Nasional Indoensia

Golkar : Golongan Karya

HMI : Himpunan Mahasiswa Islam

HTI : Hizbut Tahrir Indonesia

IM : Ikhwanul Muslimin

IPB : Institut Pertanian Bogor

ITB : Institut Teknologi Bandung

JSIT : Jaringan Sekolah Islam Terpadu

LDK : Lembaga Dakwah Kampus

LIPIA : Lembaga Ilmu Pendidikan Islam dan Bahasa Arab

LMD : Latihan Mujahid Dakwah

Masyumi : Masjelis Syuro Muslimin Indonesia

MMI : Majelis Mujahidin Indonesia

NDI : Nilai Dasar Islam

NF : Nurul Fikri

NKK : Normalisasi Kegiatan Kampus

NKRI : Negara Kesatuan Republik Indonesia

NU : Nahdlatul Ulama

PAUD : Pendidikan Anak Usia Dini

PDI : Partai Demokrasi Indonesia

PII : Pemuda Islam Indonesia

PK(S) : Partai Keadilan (Sejahtera)

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 17: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

xvi

UNIVERSITAS INDONESIA

PMII : Perhimpunan Mahasiswa Islam Indonesia

PMKRI : Perhimpunan Mahasiswa Kristen Republik Indonesia

PPP : Partai Persatuan Pembangunan

PRRI/ Permesta : Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia/ Perjuangan Rakyat Semesta

RMI NU : RabithathAl Ma’ahid Al Islamiyah Nahdlatul Ulama

SDIT : Sekolah Dasar Islam Terpadu

SIDIK : Studi Informasi Dunia Islam Kontemporer

SKPP : Surat Keputusan Pimpinan Pusat

SMAIT : Sekolah Menengah Atas Islam Terpadu

SMPIT : Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu

TKIT : Taman Kanak-kanak Islam Terpadu

UI : Universitas Indonesia

UNHAS : Universitas Hasanudin

USU : Universitas Sumatera Utara

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 18: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

xvii

UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR ISTILAH

‘amal : Amal/ aktivitas

Ahlussunnah Waljamaah : Suatu faham Islam yang mendudukan Al Quran dan Sunnah, Salaf al-salihun dan Ijma Ulama sebagai pedoman

Aqidah : Kepercayaan/ persembahan kepada Tuhan

At tarbiyah madal hayah : Pendidikan sepanjang hidup

Bid’ah : Mengerjakan sesuatu yang tidak dicontohkan nabi atau disalahkan nabi.

Daurah : Daurah merupakan aktivitas mengumpulkan sejumlah kader dalam jumlah yang relatif banyak disuatu tempat untuk mendengarkan ceramah, kajian, penelitian, dan pelatihan tentang suatu masalah dengan mengangkat tema tertentu

Fahm : Pemahaman

Fikrah : Pemikiran

Halaqoh : Pola pembinaan/ Diskusi

Harishun ala waqtihi : Mampu memanfaatkan waktu

Hayatun Thayyibah : Hidup/ kehidupan yang baik

Iffah : Terpuji

Ikhlas : keikhlasan

Irsyad al mujtama : Bimbingan Sosial

Katibah : Kataba berasal dari bahasa arab memiliki arti menggabungkan sesuatu kepada yang lain. DalamIM katibah adalah pertemuan gabungan Usrah dalam melakukan suatu kajian ruhani

Liqo : Pertemuan/ pola pembinaan

Ma’rifatul Insan : Mengenal Manusia

Ma’rifatul Islam : Mengenal Islam

Ma’rifatullah : Mengenal Allah

Matinul Khuluq : Akhlaq yang kokoh

Mujahidun linafsihi : Bersungguh-sungguh mengurus dirinya

Mukhayam/ Mu’asykar : Merupakan salah satu perangkat tarbiyah yang digunakanIM untuk meningkatkan kualitas fisik dan

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 19: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

xviii

UNIVERSITAS INDONESIA

ruhiyah anggotanya.

Munazhzham fi syu’unihi : Mampu menata permasalahan

Mutsaqoful Fikr : Wawasan yang luas

Nadwah : sebuah pertemuan yang menghimpun sejumlah pakar dan para spesialis untuk mengkaji suatu tema ilmiah dimana setiap mereka memberikan pendapatnya dengan argumentasi dan bukti-bukti.

Nafiun lighairihi : Bermanfaat bagi orang lain

Najahud Dakwah : Kesuksesan Dakwah

Qadirun ‘alal Kasbi : Mampu memenuhi kebutuhan sendiri

Qowiyul Jismi : Badan yang kuat

Rasmul Bayan : Materi yang dijelaskan dengan alur

Rihlah : merupakan salah satu perangkat tarbiyah pelengkap dari berbagai perangkat yang digunakanIM untuk mentarbiyah anggotanya. Biasanya terkait dengan masalah olah raga

Salimul Aqidah : Aqidah yang lurus

Shahihul Ibadah : Ibadah yang benar

Ta’lim : Belajar

Tadhhiyah : Pengorbanan

Tajarrud : Totalitas

Taqwim : Keselarasan/ Pembentukan

Tarbiyah : Pendidikan

Tarbiyah Islamiyah : proses penyiapan manusia yang shalih, agar tercipta suatu keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan dan tindakan secara keseluruhan

Tauhid : Faham tentang keesaan

Tazkiyatun Nafs : Mensucikan Jiwa

Tha’at : Kepatuhan

Tsabat : Keteguhan hati

Tsiqoh : Terpercaya

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 20: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

xix

UNIVERSITAS INDONESIA

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 21: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

xx

UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Sesi Tatap Muka Perjenjang Tarbiyah 133 Tabel 2. Pembagian Target Pencapaian Materi Berdasarkan Sarana Tarbiyah

135

Tabel 3. Daftar Perda Syariat Islam di Jawa Barat 194

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 22: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasca runtuhya pemerintah Orde Baru (Orba) di bawah kepemimpinan

Presiden Soeharto (selanjutnya disebut Soeharto), beberapa kelompok muslimin

muncul ke permukaan, seperti NII-KW9, termasuk beberapa organisasi Islam

yang disinyalir sebagai organisasi transnasional, misalnya Ikhwanul Muslimin

(IM) dan Hizbu Tahrir (HTI), yang oleh beberapa kalangan disebut sebagai

Gerakan Islam Baru (New Islamic Movement).1

Gerakan Tarbiyah pada dasarnya hampir bersamaan munculnya dengan

Gerakan Usroh yang terlibat dalam Peristiwa Lampung. Gerakan ini dinilai oleh

kelompok tertentu seperti oleh pemimpin Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama

Pada dasarnya Gerakan Islam

Baru sudah ada sejak awal Orba. Namun kebijakan yang ditempuh oleh

penguasa pada waktu itu telah membuat ruang gerak mereka menjadi sangat

terbatas, jika tidak dapat dikatakan mati sama sekali. Tuduhan sebagai

“komando jihad”, atau “gerakan pengacau keamanan” seringkali dilontarkan

penguasa kepada organisasi Islam yang dinilai tidak sejalan dengan kebijakan

pemerintah, seperti terlihat pada kasus Tanjung Priok (1984) dan Gerakan Usroh

yang lebih dikenal dengan peristiwa Lampung (1989). Jatuhnya penguasa Orba

yang disusul dengan naiknya pemerintahan yang relatif lebih demokratis, secara

tidak langsung telah melepas belenggu yang mengikat dan membatasi ruang

gerak para aktivis muslim fundamentalis atau yang tergabung dengan organisasi

Islam yang dinilai “ultra kanan” atau radikal, termasuk gerakan Tarbiyah yang

akan dibahas dalam disertasi ini.

1 Azyumardi Azra, Islam Reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan, Jakarta:

Rajawali Press, 1999, hal 82. Ada beberapa kalangan NU dan Muhamadiyah yang menyebut gerakan ini sebagai Gerakan Islam Baru. Di sisi lain ada juga yang menyebutnya sebagai gerakan Islam radikal, Islam garis keras, seperti Gus Dur atau ada beberapa peneliti asing menyebut gerakan ini sebagai kelompok islamis, misalnya Greg Fealy.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 23: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

2

sebagai gerakan transnasional. Tuduhan itu tidak terlalu salah, karena metode

dakwah dan pemikiran Gerakan Tarbiyah mempunyai banyak kesamaan dengan

Ikhwanul Muslimin (selanjutnya disebut IM) yang berpusat di Mesir. Selain itu

para pengikut gerakan ini menyebut pula dirinya sebagai “anak ideologis” IM.2

Gerakan Tarbiyah berkembang dari gerakan dakwah kampus di era awal

1980an. Gerakan ini didirikan oleh empat orang tokoh, Hilmi Aminuddin, Salim

Segaf Al Jufri, Abdullah Baharmus dan Acep Abdusyakur. Keempat tokoh ini

alumni dari perguruan tinggi di Timur Tengah, yaitu Universitas Madinah di

Arab Saudi. Gerakan ini melakukan trasformasi dengan membangun sayap

politiknya pada tahun 1998.

Jika ditinjau dari sudut bahasa, tarbiyah mengandung arti “pendidikan”.

Sedangkan secara konseptual, tarbiyah merupakan suatu metode dalam

berinteraksi sesama manusia dengan baik dan benar dalam kerangka melakukan

proses perubahan untuk mencapai struktur masyarakat yang lebih baik. Metode

tersebut diadaptasi dari konsep yang dipergunakan oleh IM.3

Seperti halnya IM, Gerakan Tarbiyah sangat mengandalkan keterpaduan

struktural dan fungsional organisasi dalam pelaksanaan tarbiyah. Bagi mereka,

tarbiyah merupakan upaya mencetak kepribadian kader dalam berbagai aspek

yang tercermin dalam 10 Muwashafat (kompetensi yang harus dimiliki oleh

seorang kader). Dalam melaksanakan metode pebinaan atau dakwahnya itu,

mereka memanfaatkan empat macam institusi, baik yang sengaja dibentuk untuk

kepentingan itu, atau institusi yang sudah ada, yaitu:

1. Institusi pembinaan kader yang dibentuk kader tarbiyah, seperti Ma’had

(Dirasah Islamiyah, Lughatul ‘Arabiyah, Tahfizhul Quran) dan

pesantren-pesantren.

2. Instutusi da’wah ‘ammah, yayasan-yayasan bidang sosial, pendidikan,

ekonomi dan lain-lain yang semuanya dikelola oleh para kader tarbiyah.

2 M. Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS: dari Masjid Kampus ke Gedung Parlemen,

Yogyakarta: LkiS, 2008. hal. 12. 3 Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat-perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin, Solo:

Era Intermedia, 2004, hal. 21.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 24: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

3

3. Institusi Syiar Islam seperti masjid-masjid, mushola, majelis ta’lim,

Taman Pendidikan Al Quran (TPA) yang banyak tersebar di kota dan

desa di Indonesia

4. Institusi negara atau pemerintahan dan lembaga swasta.4

Penggunaan lembaga-lembaga seperti ini oleh Gerakan Tarbiyah bertolak

dari pandangan dan perhitungannya bahwa perluasan dakwah dan tarbiyah akan

menjadi lebih cepat dan mudah bila dilakukan dengan menggunakan pendekatan

kelembagaan. Ternyata apa yang diprediksi itu terbukti benar. Melalui keempat

institusi itu, gerakan tarbiyah tumbuh subur, dan berkembang menjadi gerakan

yang relatif besar dan luas dalam waktu yang relatif singkat. Beberapa organisasi

masyarakat (ormas) Islam seperti Pelajar Islam Indonesia (PII), Persatuan Umat

Islam (PUI) dan Persatuan Islam (Persis), menyambut baik kehadiran Gerakan

Tarbiyah tersebut yang dianggap dapat melengkapi gerakan dakwah yang belum

mereka sentuh. Mereka menilai Gerakan Tarbiyah dapat melengkapi hal-hal

yang tidak sempat mereka garap atau karena sesuatu hal terlewatkan. Bahkan

Ahmad Heriyawan mantan Ketua PUI (2005-2009) dan Gubernur Jawa Barat

(2009-2013 dan 2013-2018), telah masuk menjadi kader tarbiyah. Demikian

pula Mutamimmul Ula mantan Ketua Umum Pengurus Besar PII, juga telah

masuk menjadi kader tarbiyah. Keberhasilan serta sambutan positif seperti itu

yang kemudian mendorong Gerakan Tarbiyah memasuki ranah politik, melalui

sayap politiknya, yaitu Partai Keadilan yang kemudian berubah nama menjadi

Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Sudah barang tentu tidak semua upaya Gerakan Tarbiyah berjalan mulus

atau mendapat sambutan positif. Tidak sedikit pula yang menaruh curiga kepada

gerakan itu sebagai organisasi Islam transnasional yang tidak saja mengancam

eksistesi organisasi Islam yang ada, tetapi juga mengancam keutuhan bangsa dan

negara, dalam arti disintegrasi bangsa. Pandangan semacam ini diantaranya

nampak pada sebagian kalangan elit Nahdlatul Ulama (NU) dan

Muhammadiyah. Mereka misalnya “menuduh” Gerakan Tarbiyah telah 4 Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah, Manhaj Tarbiyah 1433, Jakarta: LKMT, 1433,

hal.25-26.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 25: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

4

melakukan gerakan ambil masjid (GAM). Padahal awalnya kader tarbiyah hanya

mengisi kekosongan kegiatan di masjid-masjid tersebut dan pada waktu itu

mereka disambut baik oleh pengurus Masjid. Namun setelah kegiatan masjid

berjalan dan berkembang baik, kader tarbiyah dianggap telah mengambil alih

masjid tersebut, baik masjid NU maupun Muhammadiyah. Bahkan K.H.

Abdurahman Wahid (Gus Dur) menyebut Gerakan Tarbiyah sebagai kelompok

muslim yang berupaya mengubah agama menjadi ideologi. Lebih lanjut Gus

Dur mengatakan bahwa:

Dalam dakwahnya seolah-olah Gerakan Tarbiyah murni membela

Islam. Padahal dalam praktiknya mereka memecah belah muslim

Indonesia, yang menolak budaya dan tradisi lokal yang telah menjadi

bagian integral dari kehidupan bangsa, dan mengganti dengan tradisi dan

budaya Timur Tengah, terutama tradisi Wahabi dan IM.5

Sementara Muhammadiyah tidak bersikap sekeras NU. Tidak terlontar

tuduhan sebagai pemecah belah bangsa terhadap Gerakan Tarbiyah. Akan tetapi,

organisasi ini telah mencap Gerakan Tarbiyah dituduh sebagai virus yang

membahayakan kader Muhammadiyah serta tradisi kemuhammadiyahan. Selain

itu sedikit banyak Gerakan Tarbiyah dituduh telah mengambil aset amal usaha

yang telah dikembangkan Muhammadiyah sebelumnya. Sebagai contoh

Kemuculan Sekolah Islam Terpadu yang dikembangkan oleh kader tarbiyah,

dinilai telah menyedot peserta didik dari kantong-kantong potensial. Sebagian

kalangan Muhammadiyah dalam hal ini dinilai sebagai pengambilalihan amal

usaha yang sejenis dengan amal usaha mereka. Otoritas pendidikan yang

sebelumnya dimiliki oleh Muhammadiyah merasa tersaingi. Apalagi yang

mendirikan disinyalir orang-orang Muhammadiyah yang menjadi kader Gerakan

Tarbiyah. Hal ini seperti yang disebutkan dalam Surat Keputusan Pimpinan

Pusat (SKPP) Muhammadiyah No. 149/Kep/I.O/B/2006 tentang Kebijakan

5 Abdurrahman Wahid (ed), Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional

di Indonesia, Jakarta: The Wahid Institut, 2009, hal. 19

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 26: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

5

Pimpinan Pusat Muhammadiyah tentang Konsolidasi Organisasi dan Amal

Usaha Muhammadiyah.6

Organisasi Islam yang sudah lebih dahulu ada di Indonesia dan menjadi

mainstream pergerakan Islam di Indonesia, NU dan Muhammadiyah,

memandang bahwa munculnya pergerakan Islam yang berideologi transnasional

merupakan ancaman tersendiri bagi perkembangan gerakan dakwah Islam di

Indonesia.

Istilah transnasional secara jelas digunakan Hasyim Muzadi, mantan

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU), sebagai suatu ungkapan

kekhawatiran terhadap perkembangan Gerakan Islam Baru di Indonesia. Hasyim

mengatakan bahwa gerakan Islam transnasional merupakan sesuatu yang akan

menghancurkan NKRI. Ia menghimbau warga NU agar waspada terhadap

ideologi transnasional.7 Organisasi transnasional yang disebut oleh Hasyim,

yaitu Ikhwanul Muslimin (IM), Hizbut Tahrir (HT) dan Majelis Mujahiddin

Indonesia (MMI).8 Lebih lanjut Hasyim menyebutkan bahwa ketiga gerakan

tersebut merupakan sebuah gerakan politik, bukan gerakan keagamaan.9 Gerakan

tersebut muncul dari situasi politik di negeri asalnya. Penyebutan ketiga nama ini

dilanjutkan dengan seruan kepada pemerintah agar bertindak tegas terhadap

ketiga organisasi tersebut. Menurut Hasyim, jika pemerintah tidak segera

mengambil tindakan tegas terhadap gerakan tersebut, bukan tidak mungkin akan

terjadi benturan-benturan kepentingan ideologi yang berujung pada konflik.10

6 Surat Keputusan Pimpinan Pusat (SKPP) Muhammadiyah No. 149/Kep/I.O/B/2006

tertanggal 1 Desember 2006, tentang “Kebijakan Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengenai Konsolidasi Organisasi dan Amal Usaha Muhammadiyah.”

7 NU Online. Senin, 9 Juli 2007.

8 Majelis Mujahidin Indonesia merupakan gerakan dari kalangan Gerakan Salafi di Indonesia.

9 Jika diperhatikan, NU, pada waktu berdirinya hingga masa awal tahun 1950an, merupakan organisasi keagamaan. Namun, dari tahun 1952 hingga masa awal Orba, NU adalah organisasi politik sampai pimpinan NU menyatakan dirinya kembali ke kittah 1926.

10 NU Online. Senin, 9 Juli 2007. “PBNU: Gerakan Politik Transnasional Turunkan Kredibilitas NKRI.” Hal yang hampir senada penulis peroleh dari wawancara dengan tokoh-tokoh NU lainnya, misalnya ketua PC NU Depok, Ustadz Burhan, dalam wawancara tanggal 6 Maret pk. 10.30 di Pesantren Qatrun Nada Cipayung, Depok.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 27: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

6

Gerakan transnasional Islam dalam sejarah Indonesia pada dasarnya

bukan hal yang baru. Pada dekade 1920an sampai dengan 1930an, muncul isu

Pan-Islamisme yang diusung Sarekat Islam yang disebarkan melalui surat

kabarnya Bandera Islam dan juga di usung oleh Muhammadiyah cabang

Sumatera Barat melalui surat kabar Pedoman Masyarakat. Umumnya umat

Islam pada masa itu tidak menentang dan tidak pula mendukung. Budaya kita

secara alamiah sudah bisa menyeleksi sesuatu yang masuk dalam kehidupan

beragama di masyarakat. Hal ini juga terlihat dalam kasus Al Ittihadiyah

Islamiyah versus Majelis Ahli Sunnah Cilame: dari konflik menjadi konsensus.11

Pasca runtuhnya pemerintahan Soeharto, organisasi transnasional

muncul dan menancapkan pemahamannya secara luas di masyarakat, dalam

konteks ini adalah IM dan HT Indonesia. Hal ini terlihat dari berbagai aktivitas

mereka yang sering kali melibatkan massa yang banyak. Mereka melebarkan

sayap gerakannya dalam berbagai lini kehidupan, baik lembaga pendidikan, amil

zakat, maupun bidang politik. Sayap politik Gerakan Tarbiyah, PKS

12, dalam

waktu yang singkat memperoleh dukungan yang cukup besar dalam pemilihan

umum 2004.13

Menurut Gus Dur, pada umumnya, kelompok garis keras Islam di

Indonesia dipengaruhi oleh gerakan Islam transnasional dari Timur Tengah,

terutama Wahabi dan IM atau gabungan keduanya. Mereka, termasuk sayap

politiknya, menyimpan agenda yang berbeda dari organisasi Islam moderat

seperti Muhammadiyah, NU, dan organisasi berhaluan kebangsaan. IM telah

mengubah wajah Islam di Indonesia menjadi penuh kebencian.

14

11 Muhammad Iskandar, Para Pengemban Amanah: Pergulatan Pemikiran Kiai dan

Ulama Jawa Barat, 1900-1950, Yogyakarta: Mata Bangsa, 2001, ha 206-232.

.

12 PKS dalam melakukan pembinaan kadernya menggunakan sistem tarbiyah IM. 13 Pada pemilihan umum 1999, PK sebagai cikal bakal PKS tidak mampu menembus

ambang batas jumlah minimal pemilih untuk mengikuti pemilihan umum berikutnya. Pada pemilihan umum tahun 2004 perolehan suara PKS melondak tajam, dari 1,3% (1,4 juta suara) di tahun 1999 menjadi 7,2% (8,2 juta suara) melebihi target 8 juta suara yang dicanangkan. Bidang Arsip dan Sejarah DPP PKS. Draft Kronologi Sejarah PKS. Jakarta, 2008.

14 Abdurrahman Wahid (ed), Ilusi.....hal. 20.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 28: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

7

Disebutkan pula bahwa pemikiran IM dipengaruhi oleh paham Wahabi

yang selalu dikait-kaitkan dengan ekstrimis dan teroris. Padahal, Wahabi dari

segi mazhab menganut mazhab Hambali. Mazhab tersebut termasuk satu dari

empat mazhab lainnya yang diakui oleh seluruh negara yang berpenduduk

muslim, termasuk juga NU dan Muhammadiyah, yang menganut Ahlussunnah

Waljamaah (Aswaja). Tidak bisa dipungkiri bahwa pemikiran Islam K.H.

Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah banyak dipengaruhi oleh ide-ide

Muhammad bin Abdul Wahhab, khususnya dalam bidang akidah. Muhammad

bin Abdul Wahhab adalah tokoh utama gerakan Wahabi. Dapat dikatakan bahwa

pemikiran Wahabi di Indonesia direpresentasikan oleh Muhammadiyah.

Gerakan Wahabi, menurut Stoddard, merupakan fenomena

kebangkitan Islam awal abad ke-20 yang dinisbahkan pada gerakan pembaruan

yang bercorak revivalisme Islam di Saudi Arabia. Pembaruan Islam dalam corak

yang lebih kaku untuk membangkitkan kesadaran umat Islam dari dalam.15

Watak dan orientasi Wahabi cenderung puritan-konservatif dan keras dalam

memberantas apa yang disebut dengan praktik keagamaan syirik dan bid’ah.16

Ada sebagian pihak yang mengaitkan atau bahkan menjuluki Muhammadiyah

sebagai Wahabi.17 Pandangan ini dibantah Haedar Nashir, salah satu ketua PP

Muhammadiyah. Menurut Haedar, pandangan tersebut merupakan sebuah sikap

yang mengandung ejekan atau yang bersifat memojokkan Muhammadiyah.

Haedar juga melihat bahwa kondisi tersebut terkadang menjadi biasa dan tidak

menjadi sesuatu yang negatif bagi sebagian kecil kader Muhammadiyah yang

menisbahkan dirinya sama dengan Wahabi. Menurut Haedar, hal tersebut terjadi

karena dalam diri kader Muhammadiyah sudah terkonstruksi atau sudah tertanam

benih-benih Wahabi. Hal tersebut muncul karena kader Muhammadiyah tersebut

lama tinggal di Arab Saudi dan membaca buku-buku Wahabi dan

berkepentingan dengan Wahabiyah.18

15 Mu’arif (ed), Muhammadiyah dan Wahhabisme: Mengurai Titik Temu dan Titik

Seteru, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2012, hal. 22 16 Ibid. 17 Ibid, hal. 25. 18 Ibid. hal. 26.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 29: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

8

Muhammadiyah sebagai salah satu mainstream organisasi gerakan Islam

nasional, dalam menyikapi perkembangan Islam transnasional di Indonesia,

terutama Gerakan Tarbiyah, menyebutkan bahwa PP Muhammadiyah pada

dasarnya tidak ada masalah antara Muhammadiyah dengan sistem tarbiyah

maupun gerakannya, bahkan dengan IM dan dengan organisasi dan partai politik

mana pun. Bagi Muhammadiyah, dalam konteks gerakan Islam, baik ketika

memiliki kesamaan maupun perbedaan orientasi paham dan gerakannya, dapat

saling bekerja sama atau setidaknya saling menghormati sesama gerakan Islam

untuk kepentingan izzul Islam wa almuslimin (kejayaan Islam dan kaum

muslimin) di Indonesia maupun di dunia Islam.19 Sejauh menyangkut ideologi

Gerakan Tarbiyah dan lainnya tidaklah menjadi masalah di dalam dirinya untuk

hidup dan berkembang. Pihak manapun perlu toleran, mengakui dan jika saling

menghendaki dapat bekerja sama untuk “kebaikan dan takwa”. Hal inilah yang

sejalan dengan konsep dakwah tarbiyah, yaitu bekerja sama dengan hal-hal yang

disepakati dan memaklumi dengan hal-hal yang berbeda.20

Gerakan Tarbiyah menjadi masalah, menurut Haedar, ketika ada

“ideologi” Gerakan Tarbiyah di dalam tubuh persyarikatan Muhammadiyah. Hal

ini terlihat dari adanya kader Muhammadiyah dan juga sekaligus pekerja di amal

usaha Muhammadiyah melakukan pengembangan kegiatan tarbiyah, baik secara

terang-terangan maupun tertutup. Hal lain yang menjadi contoh adalah mereka

yang berada di amal usaha Muhammadiyah mengembangkan kegiatan amal

seperti sekolah-sekolah Islam terpadu dan amal usaha yang sejenis lainnya

sehingga menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen dalam

bermuhammadiyah. Kondisi lain yang membuat Muhammadiyah terusik adalah

ketika ada pembelaan dari kader Muhammadiyah terhadap Gerakan Tarbiyah,

ketika kehadirannya dalam tubuh Muhammadiyah dipermasalahkan. Bahkan,

19 Haedar Nashir. Manifestasi Gerakan Tarbiyah: Bagaimana Sikap Muhammadiyah.

Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2010, hlm. 37. Deliar Noer dalam Gerakan Modern Islam menyebut Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modern yang toleran atau moderat. Hlm. 320.

20 Wawancara dengan Ustadz Hilman Roshad, Alumni Timur Tengah dari Universitas Madinah Al Munawarah, pada 6 Juni 2013, pada pukul 13.00—15.00.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 30: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

9

ada di antara kader Muhammadiyah yang menunjukkan hal-hal positif dari

gerakan tarbiyah dan menyalahkan Muhammadiyah sehingga ditinggal kadernya

ke gerakan lain.21

Sejalan dengan teori sosiologi pengetahuan terkait teori realitas sosial,

Muhammadiyah, sebagai suatu perangkat kebenaran yang berlaku umum

mengenai kenyataan, maka setiap penyimpangan yang radikal dari tatanan

kelembagaan Muhammadiyah tampak sebagai suatu penyimpangan dari suatu

kenyataan.

22

Bagi Muhammadiyah, aktivitas kadernya yang menjalankan pola-pola

Gerakan Tarbiyah dinilai sebagai “infiltrasi” yang membahayakan organisasi.

Sikap moderat yang dianut tidak dapat dipertahankan lagi oleh Muhammadiyah.

Hal ini terbukti dengan diterbitkannya Surat Keputusan Pimpinan Pusat (SKPP)

Muhammadiyah No. 149/Kep/I.O/B/2006 tentang Kebijakan Pimpinan Pusat

Muhammadiyah mengenai Konsolidasi Organisasi dan Amal Usaha

Sementara perbedaan-perbedaan yang halus yang muncul pada

kader Muhammadiyah akan mempunyai konsekuensi yang jelas bagi perlakuan

terhadap orang-orang yang menyimpang tersebut. Perbedaan tersebut pada

umumnya mempunyai status kognitif yang rendah dalam dunia sosial

Muhammadiyah. Momen eksternalisasi yang merupakan momen awal dari

dialektika Berger, tentang bagaimana seorang individu atau subjek dengan

kemampuannya melakukan adaptasi dengan teks-teks kehidupan atau melakukan

ekspresi diri ke dalam dunia sosial melalui produk yang dihasilkannya. Sosok

kader Muhammadiyah yang masuk ke dalam Gerakan Tarbiyah merupakan hasil

interaksi dengan dunia sosialnya. Pembentukan tersebut tidak mungkin terjadi

jika seorang aktvis tersebut terisolasi dalam lingkungannya. Dalam proses

menjadi seorang kader tarbiyah, seseorang akan berinteraksi dalam suatu

kegiatan yang membentuk jati dirinya sebagai seorang kader tarbiyah. Ini

merupakan perpindahan pola pemikiran dan tindakan seseorang ke dalam

pemahaman Islam melalui sudut pandang para aktivis tarbiyah.

21 Haedar Nashir, Manifestasi Gerakan..., hal.40-50 22 Peter L. Berger dan Thomas Luckmann. Tafsir Sosial atas Kenyataan: Risalah tentang

Sosiologi Pengetahuan. Jakarta: LP3ES, 1990, hal. 94.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 31: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

10

Muhammadiyah yang berisi antara lain menyebutkan bahwa Muhammadiyah

dengan seluruh anggota persyarikatannya serta segala amal usaha yang berada di

dalamnya harus bebas dari berbagai faham, misi dan kepentingan pihak lain yang

secara langsung maupun tidak langsung, terbuka maupun terselubung dapat

merugikan dan merusak Muhammadiyah.23

Infiltrasi Gerakan Tarbiyah membuat komitmen bermuhammadiyah

dalam menggerakkan organisasi semakin terkikis. Bahkan, di kalangan elit

Muhammadiyah, kesadaran berkomitmen membawa Muhammadiyah menjadi

gerakan yang maju semakin berkurang. Komitmen bermuhammadiyah yang

luntur, pudar, dan rapuh dengan berbagai “konflik” internal, terutama dalam

amal usaha, mendorong pimpinan untuk meneguhkan kembali komitmen

ideologis dalam bermuhammadiyah. Sehingga dinilai perlu diterbitkan SKPP

karena banyak kader Muhammadiyah yang telah terkena virus tarbiyah

komitmen kemuhammadiyahannya semakin terkikis. Dengan kata lain,

kesadaran para aktivis dalam membawa Muhammadiyah menjadi gerakan yang

maju semakin berkurang. Komitmen bermuhammadiyah yang luntur, pudar dan

rapuh yang condong mendorong munculnya “konflik” internal, terutama dalam

amal usaha, mendorong pimpinan organisasi ini meneguhkan kembali komitmen

ideologi dalam bermuhammadiyah.

24

Hal senada dan dengan contoh yang lebih konkret terkait dengan alasan

dikeluarkannya SKPP diungkapkan Farid Setiawan

25

23 Untuk lebih lengkapnya lihat lampiran 1

dalam Suara

Muhammadiyah terbitan No. 7 tanggal 1—15 April 2006. Farid menyebutkan

bahwa Madrasah Mu’allimin dan Madrasah Mu’allimat Muhammadiyah, yang

merupakan lembaga transformasi ideologi Muhammadiyah, transformasi

ideologi Muhammadiyah melalui Madrasah Mu’allimin dan Madrasah

Mu’allimat semakin memudar dan bahkan mulai tidak kelihatan upaya

transformasinya. Farid menyebutkan bahwa hal itu terjadi karena mewabahnya

24 Wawancara dengan Ustaz Farkhan A.R. Fakhruddin. Pimpinan Daerah Muhammadiyah Depok, pada hari Jumat, 29 Maret 2013 di rumah Jalan Bima No. 128 Depok II Tengah Pukul 16.30 s.d 17.50.

25 Sekretaris Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Yogyakarta.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 32: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

11

“virus tarbiyah” yang semakin menggurita dalam madrasah tersebut. Lebih

lanjut Farid menyebutkan bahwa “virus tarbiyah” tersebut sudah memasuki urat

nadi kepengurusan madrasah, mulai dari guru sampai pendamping

(musyrif/musyrifah) asrama.26 Ia mengungkapkan bahwa virus tersebut secara

kasat mata tidak terlihat dengan jelas, tetapi yang pasti “kegenitan” mereka

dalam berafiliasi terhadap salah satu partai atau manhaj lain yang tidak

berideologi Muhammadiyah menjadikan pengurus, guru, musyrif/ musyrifah

semakin menampakkan gerakan yang berbeda. Pembinaan kemuhammadiyahan

yang dilakukan oleh secara formal di sekolah Muhammadiyah terhadap siswanya

terkait dengan masalah-masalah keorganisasian Muhammadiyah. Misalnya

tentang organisasi Muhammadiyah, Permusyawaratan dalam Muhammadiyah,

Majelis-majelis dalam Muhammadiyah, dan kewajiban kader Muhamamdiyah.27

Sedangkan pembinaan model tarbiyah materi yang ditekankan adalah masalah

Aqidah Islamiyah. Sebagai contoh materinya adalah makna syahadat, mengenal

Allah (ma’rifatullah), mengenal Rasul (ma’rifaturrasul), Al Islam, Al Iman.28

Hal tersebut semakin terlihat dalam proses kaderisasi siswa Madrasah

Mu’allimin dan Madrasah Mu’allimat. Ketika melakukan pembinaan, mereka

cenderung tidak menggunakan sistem kaderisasi Muhammadiyah, tetapi lebih

menggunakan sistem kaderisasi Gerakan Tarbiyah. Menurut Farid, pola

pembinaan tersebut cenderung membentuk kader yang berpaham ekstrem dan

radikal sehingga hal tersebut menjadi paradoks dengan dinamika

Muhammadiyah yang dikenal moderat.

(lihat lampiran 5).

29

Berdasarkan data yang penulis peroleh, proses pembinaan kader

Gerakan Tarbiyah dilakukan secara berjenjang dengan materi-materi yang

26 Suara Muhammadiyah,No. 07 tahun ke 91/ 1-15 April 2006. 27 Buku pelajaran Kemuhammadiyahan yang diterbitkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pusat. 28 Tim Penulis, Modul Tarbiyah Islamiyah, Jakarta: Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah, 2009 29 Hal yang sama juga disampaikan oleh Ustaz Farkhan A.R. Fahrudin, Ketua PD

Muhammadiyah Depok. Wawancara Ustaz Farkhan di rumahnya pada tanggal 29 Maret 2013.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 33: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

12

mengacu pada kurikulum tarbiyah dari manhaj gerakan mereka, yakni manhaj

Tarbiyah T1 dan T2 hingga Manhaj Tarbiyah 1433. Dalam kurikulum manhaj

tersebut, tidak ditemukan materi yang terkait dengan radikalisme Islam seperti

yang dituduhkan Farid. Pola pembinaan tarbiyah yang dilakukan secara

berjenjang dengan menggunakan sarana halaqah, usrah, tasqif, daurah, dan

nadwah. Target pemberian materi tersebut mengacu pada muwashofat tiap

jenjang tarbiyah. Walaupun tiap jenjang memiliki target waktu minimal

pencapaian muwashofat, Gerakan Tarbiyah dalam melakukan pembinaannya

tidak terbatas pada waktu. Dalam pandangan Gerakan Tarbiyah, proses

pembinaan dilakukan sepanjang hayat, tarbiyah madal hayyah. Target Gerakan

Tarbiyah dalam melakukan pembinaan adalah bagaimana materi tersebut

dipahami oleh kadernya dan mampu dijalankan dengan baik. Proses ini berjalan

sejak seorang individu menjadi kader tarbiyah sejak awal perekrutan.30

Sistem kaderisasi Muhammadiyah berada pada lembaga-lembaga

pendidikan yang didirikannya, baik secara formal maupun nonformal. Kaderisasi

formal dilakukan melalui proses pendidikan yang terencana, tersusun, dan

terprogram dari tingkat awal, yaitu Ikatan Remaja Muhammadiyah, sampai

Baitul Arqam Muhammadiyah. Di dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah

dikenal Darul Arqam Dasar, Menengah atau Paripurna. Adapun kaderisasi

nonformal dilakukan melalui proses pendidikan secara alamiah dengan

melibatkan orang-orang ke berbagai aktivitas yang dilakukan, misalnya sebagai

peserta kegiatan, panitia kegiatan, dan pembicara. Muhammadiyah sangat

mengandalkan sistem kaderisasi ini. Ustaz Farhan menyebutkan bahwa hal ini

pun tidak menjamin mereka yang lulus dari Muhammadiyah menjadi kader

Muhammadiyah. Dia memberikan contoh anak Hasyim Muzadi yang kuliah di

Universitas Muhammadiyah. Setelah anaknya lulus dari UM Malang, Hasyim

mengatakan, “Saya ambil kembali anak saya ke Nahdlatul Ulama.

31

30 Manhaj Tarbiyah 1433. 31 Wawancara Ustadz Farhan.

Sistem

kaderisasi formal melalui sekolah tidak bisa memaksa seseorang tetap di

Muhammadiyah. Hal ini berbeda dengan Gerakan Tarbiyah yang tidak

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 34: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

13

membedakan pembinaan berdasarkan pendidikan sekolah kader-kadernya atau

sebatas usia kader-kadernya. Pernyataan Farid ini kemudian memunculkan

polemik tentang kondisi kaderisasi Muhammadiyah dalam majalah Suara

Muhammadiyah yang akhirnya mendorong PP Muhammadiyah menerbitkan

SKPP No. 149 tahun 2006.

Dwi F., mantan ketua Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Depok,

yang kemudian tertarik dalam Gerakan Tarbiyah, mengatakan bahwa pada

awalnya ia memahami Islam itu seperti yang diajarkan oleh Muhammadiyah.

Namun, ketika ia mengikuti pengajian yang diadakan di SMA-nya oleh kalangan

tarbiyah, Dwi F. memperoleh gambaran Islam yang lebih syumul (menyeluruh;

komprehensif). Dwi F. juga menyebutkan bahwa pemahaman Islam yang

diperoleh di Muhammadiyah itu baru pintunya. Lebih lanjut ia mengungkapkan

bahwa apa yang ia peroleh kemudian ia tularkan ke teman-temannya di IPM

dengan tujuan memperkaya proses kaderisasi di Muhammadiyah yang monoton.

Ia melakukan kaderisasi dengan gayanya sendiri dengan cara mengenalkan

kondisi keislaman melalui buku-buku tentang pergerakan Islam tanpa ada

maksud untuk mengajak mereka keluar dari Muhammadiyah. Namun, tokoh-

tokoh Muhammadiyah tidak menyukai gayanya dalam melakukan kajian

keislaman di IPM. Kondisi ini membuat ia akhirnya mengundurkan diri dari

IPM.32

Terkait dengan kaderisasi di Muhammadiyah, Ustadz Farkhan, selaku

Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Depok, mengatakan bahwa bukan

berarti Muhammadiyah tidak memilki sistem kaderisasi, tetapi memang belum

mampu untuk melakukan pola kaderisasi yang rutin dan intensif terhadap

anggotanya setiap pekan sekali.

33

32 Wawancara dengan Ustadz Dwi F. Ketua IPM periode 1980—1990 di rumahnya pada

hari Sabtu 30 Maret 2013 pukul 11.00—12.30. 33 Wawancara Ustadz Farkhan

Hal ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah

sebagai suatu organisasi besar kurang memperhatikan suatu proses kaderisasi

yang mampu membentengi kadernya.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 35: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

14

Ada perbedaan yang mencolok antara Muhammadiyah dan NU dalam

mengambil sikap terhadap Gerakan Tarbiyah. Muhammadiyah pada awalnya

tidak mempermasalahkan keberadaan Gerakan Tarbiyah bahkan lebih cenderung

menerima keberadaannya. Namun, ketika Muhammadiyah merasa ada infiltrasi

dari Gerakan Tarbiyah berdampak mengikis rasa kemuhammadiyahan dan

kader-kader mereka tertarik ke Gerakan Tarbiyah, PP Muhammadiyah

mengambil sikap tegas dengan mengeluarkan keputusan yang berisi upaya

konsolidasi kader yang harus dilakukan oleh Muhammadiyah.

Di sisi lain, NU tidak mengeluarkan kebijakan resmi. NU lebih banyak

mengeluarkan pernyataan melalui tokoh-tokoh NU melalui NU Online. NU

cenderung menolak keberadaan Gerakan Tarbiyah secara pemikiran karena

mengancam keutuhan NKRI, berbeda dengan Muhammadiyah yang lebih

menerima asal “rumah” Muhammadiyah tidak diganggu.

Di awal pembahasan telah dijelaskan Hasyim Muzadi sempat

mempertanyakan seperti apa Ikhwanul Muslimin itu. Ikhwanul Al Muslimun atau

lebih dikenal dengan sebutan Ikhwanul Muslimin (selanjutnya disebut IM) adalah

pergerakan Islam modern yang lahir di Mesir setelah runtuhnya Turki Utsmani.

Dalam perkembangannya, IM mendapatkan sambutan dan pengaruhnya

berkembang di sebagian besar dunia Islam. Seiring proses adaptasi terhadap

tantangan dakwah yang ada, cabang-cabang IM di masing-masing negeri pun

mengalami berbagai transformasi gerakan. Di Indonesia, IM hadir dalam bentuk

Gerakan Tarbiyah dengan PKS sebagai sayap politiknya.

IM didirikan oleh Hasan Al Banna pada tahun 1928. Pendirian IM oleh

Al Banna merupakan tindak lanjut dari perhatiannya terhadap berbagai fenomena

yang terjadi di Mesir, sebuah negara dalam kondisi terjajah, pada awal abad XX.

Al Banna mendefinisikan Islam sebagai syahadah dan pengabdian diri kepada

Allah, tanah air dan rakyat, agama dan negara, kerohanian dan tindakan, kitab

dan undang-undang.34

34 Fathi Yakan, Rintangan Perjuangan dalam Kehidupan Pendakwah, hal 12—13.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 36: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

15

Hasan Al Banna dalam beberapa risalahnya menyebutkan secara ringkas

tujuan dari IM. Tujuan IM yang pertama adalah membangun pribadi muslim.

Kedua, menuntut setiap muslim agar membina rumah tangga muslim. Ketiga,

membina masyarakat muslim yang mengerti kewajibannya terhadap negerinya,

umatnya dan seluruh umat manusia.35

IM dalam perkembangan sejarahnya turut berperan dalam Revolusi Juli

1953

Kalau kita memperhatikan tujuan-tujuan

IM di atas terlihat bahwa tujuan pertama mengantarkan ke tujuan kedua dan

seterusnya.

36, tetapi menolak ikut serta dalam pemerintahan. Sikap tersebut oleh Gamal

Abdul Nasser dianggap sebagai pengingkaran terhadap piagam revolusi. Kondisi

ini memaksa IM dan pemerintah Mesir (dalam hal ini militer) memasuki masa-

masa perselisihan dan permusuhan. Kondisi ini mendorong pemerintahan Nasser

melakukan kebijakan penangkapan dan penahanan aktivis-aktivis IM. Menurut

Nasser, hal ini dilakukan karena dianggap akan merebut kekuasaan dan

mengancam nyawa pemimpin Mesir, yakni dirinya sendiri. 37 Pada masa

pemerintahan Nasser inilah banyak tokoh IM yang dijatuhi hukuman Mati dan

eksodus ke luar negeri. Peristiwa ini seperti sebuah bom pecah ternyata tekanan

terhadap IM membawa berkah tersebarnya IM ke wilayah Arab dan wilayah

lainnya yang hingga kini mencapai lebih dari seratus dua puluh negara.38

Belajar dari sejarah yang selalu mengalami penekanan dari pemerintah

yang berkuasa dan selalu gagal mencapai tujuan, IM, mulai era 1970-an tepatnya

setelah memperoleh pengakuan kembali dari pemerintah Sadat, mengubah

strategi perjuangan mereka dengan menjauhkan diri dari bentrokan dengan

Kebijakan rejim Nasser yang begitu represif membuat IM melakukan gerakan

bawah tanah hingga wafatnya Nasser pada tahun 1970.

35 Husain Bin Muhammadi bin Jabil Ali, M.A. Menuju Jamiatul Muslimin: Telaah Sistem Jamaah dalam Gerakan Islam, Jakarta: Robbani Press, 2011, hal. 343. 36 Pada tanggal 23 Juli 1953, perwira-perwira Mesir di bawah pimpinan Mohammad

Najieb melakukan sebuah kudeta militer. Kudeta ini dikenal dengan sebutan Revolusi Juli.

37 Fathi Yakan, Rintangan Perjuangan, hal. 16—17. 38 Wawancara Ustadz Mashadi, ia menghadiri pertemuan cabang-cabang IM di Turki pada tahun 2004.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 37: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

16

pemerintah. Umar Tilmitsani selaku Mursyid ‘Am menekankan bahwa dakwah

IM harus berjalan dengan hikmah dan menghindari kekerasan dan radikalisme.

Kebijakan ini terus dilakukan hingga kepemimpinan Mursyid ‘Am saat ini.

Kembalinya IM dengan strategi perjuangan yang menjauhkan diri dari bentrokan

berarti kembali ke pola yang diterapkan Al Banna yang tidak pernah memakai

cara-cara kekerasan di dalam menyebarkan dakwahya.39 Al Banna menganut

prinsip keterbukaan dan inklusifitas bagi organisasinya. Terkait hal ini, ia

menyatakan, “Kita saling membantu dan bekerja sama dalam masalah-masalah

yang disepakati, tetapi kita saling berlapang dada dalam masalah yang tidak

sepaham.40

Bagi Al Banna, tujuan utama IM adalah tarbiyah (pendidikan). Al

Banna percaya bahwa jika masyarakat telah mampu menyerap risalah Islam dan

mampu mengubah sikap mereka, Mesir akan menjadi negara yang menerapkan

nilai-nilai Islam tanpa harus melakukan pengambilalihan secara paksa.

41

Seperti juga kebijakan pemerintah Mesir terhadap pergerakan Islam,

pemerintah Orba pun bersikap represif terhadap gerakan Islam Politik. Namun,

bedanya sikap represif dan restriksi sistemik yang dilakukan terhadap gerakan

mahasiswa di lingkungan kampus menjadi faktor yang mendorong awal

kebangkitan Islam di Indonesia. Sikap penolakan Soeharto terhadap Islam politik

muncul setelah ia mengambil alih kekuasaan pada 1967. Bukti-bukti sikap

represif pemerintah Soeharto terhadap Islam politik dapat ditelusuri dari

kebijakan politik Soeharto yang antagonistik terhadap politik Islam seperti

keengganan pemerintah Orba untuk merehabilitasi Masyumi, tetapi mendukung

pembentukan partai Islam baru, Parmusi. Kebijakan lainnya adalah

penyederhanaan sistem kepartaian yang memaksa partai-partai Islam untuk

Inilah

yang disebut Al Banna sebagai pemerintahan Islam yang terbentuk dengan

sendirinya setelah masyarakat mampu menyerap nilai-nilai Islam. Hal ini bisa

dilihat kondisi Mesir saat ini pascaturunnya pemerintah Mubarak.

39 Yakan, Rintangan Perjuangan..., hal. 138 40 Ibid, hal.129-136. 41 Karen Armstrong, Berperang Demi Tuhan, Jakarta: Serambi, 201, hal. 349-350

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 38: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

17

melakukan fusi menjadi Partai Persatuan Pembangunan serta kebijakan yang

memaksa semua organisasi massa agar menerima Pancasila sebagai asas tunggal.

Soeharto dalam melaksanakan kebijakannya tidak segan-segan

menggunakan sikap represif terhadap kelompok yang bersikap kritis atau dinilai

mengganggu kebijakan tersebut. Bahkan, Soeharto tidak segan-segan

menggunakan kekuatan militer untuk menghentikan sikap oposisi kelompok

Islam, yang sering kali menimbulkan korban jiwa, seperti kasus Tanjung Priok,

dan kasus gerakan Usrah Lampung.42

Sikap represif pemerintah Orba yang begitu lama diterapkan terhadap

Islam politik, disikapi berbeda oleh kalangan pergerakan Islam pada masa itu. Di

satu sisi ada pergerakan yang menyikapinya dengan mengambil pola gerakan

bawah tanah dengan aksi-aksi yang radikal. Di sisi lain ada pergerakan yang

mendorong aktivis Islam melakukan pergeseran aktivitasnya dari politik ke

nonpolitik. Hal ini dilakukan oleh mantan tokoh-tokoh Masyumi dengan

mendirikan Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII) yang bergerak di bidang

dakwah yang bertujuan meningkatkan pemahaman dan praktik kehidupan

beragama.

43

Respon kalangan Islam yang lain datang dari Nurcholish Madjid.

Nurcholish pada 1970 berupaya melakukan pembaruan pemikiran Islam.

Pembaruan pemikiran yang diprakarsai oleh Nurcholish Madjid menimbulkan

sikap pro dan kontra di kalangan aktivis Islam di Indonesia. Nurcholish yang

sebelumnya sering disebut sebagai Natsir muda menggagas pemikiran tentang

perlunya reinterpretasi terhadap ajaran Islam. Gagasannya berkesimpulan pada

sebuah jargon “Islam Yes Partai Islam No”.

Tidak ada yang sakral kecuali Allah. Desakralisasi itulah yang saya

maksud dengan sekularisasi. Partai Islam itu tidak sakral. Karena itu

salah argumen yang mengatakan, kalau tidak mencoblos partai Islam

42 Lihat tulisan Abdul Syukur, Gerakan Usrah di Indonesia: Peristiwa Lampung 1989,

Yogyakarta: Ombak, 2003 43 Thohir Luth, M. Natsir Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani Pres, 1999, hal.53-55

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 39: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

18

dalam pemilu, maka kita bukan Islam. Karena itu saya dulu berseru:

Islam yes Partai Islam no.44

Bagi mereka yang mendukung gagasan pemikiran Nurcholish Madjid,

gagasan pemikiran Nurcholish merupakan suatu terobosan baru. Namun, mereka

yang tidak setuju

45 pemikiran Nurcholish Madjid terkait dengan Islam Yes Partai

Islam No, menganggap Nurcholish sebagai pendukung kebijakan pemerintah

Orba. Anggapan itu semakin kuat ketika Orba “mengamini” pemikiran

Nurcholish dengan menerapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas tunggal bagi

orsospol yang hidup di Indonesia.46

Pemikiran Nurcholish Madjid di era 1970-an ditanggapi berbeda oleh

Amin Rais dan Tempo. Amien menyebutkan bahwa

Kondisi ini semakin memojokkan

Nurcholish Madjid sehingga muncul stigmasi sebagai pendukung pemerintah

Orba. Di sisi lain muncul stigmastisasi bahwa gagasan Nurcholish Madjid tak

ubahnya alat legitimasi Orba untuk melakukan tidakan represif kepada aktivis

Islam.

Maraknya kegiatan kampus tidak disebabkan oleh pemikiran yang

dilontarkan oleh Nurcholish pada 1970, namun disebabkan oleh; pertama,

merupakan kesadaran beragama mahasiswa yang makin mendalam,

kedua, terjadi semacam krisis identitas di kalangan pelajar dan

mahasiswa yang untuk mengatasi krisis tersebut, maka kembali kepada

Islam adalah solusinya, dan ketiga, para aktivis dakwah ini yakin bahwa

untuk menghadapi persoalan di masa depan, maka Islamlah yang dapat

menjawabnya.47

44 Nurcholish Madjid, “Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah Integrasi

Umat” dalam Pembaruan Pemikiran Islam, Jakarta: Islamic Research Centre, 1970. Hal 1—2. Lihat juga Tempo, 14 Juni 1986, halaman 60—62.

45 Diantaranya Endang Syaifuddin Anshari, Hasan Metareum dan Abdul Qadir Zaelani dari kalangan muda dan HM Rasjidi dari kalangan tua.

46 Nurcholish Madjid , Op.Cit. 47 M. Amien Rais, 1984. Gerakan-gerakan Islam Internasional dan Pengaruhnya bagi

Gerakan Islam Indonesia. Prisma. Arah Baru Islam: Suaran Angkatan Muda. Hal. 23.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 40: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

19

Sementara itu, Tempo dalam laporan khususnya di edisi tanggal 14 Juni

1986 mengambil suatu kesimpulan bahwa pergerakan Islam yang muncul di

kampus di era 1980-an merupakan suatu bentuk antitesis terhadap pemikiran

Nurcholish Madjid yang dilontarkan pada 1970.

Pada 1974, mahasiswa melakukan demontrasi terhadap kebijakan

pemerintah Orba, yang meledak menjadi peristiwa 15 Januari 1974.48 Peristiwa

tersebut berawal dari protes mahasiswa terhadap kedatangan Perdana Menteri

Jepang Kakuei Tanaka ke Indonesia. Pergerakan mahasiswa terus dilakukan dan

puncaknya ketika demonstrasi besar-besaran yang dilakukan pada 1977—1978,

seperti aksi yang dilakukan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang

membuat pemerintah Orba menurunkan kekuatan militer ke dalam kampus.

Aktivitas ini berlanjut di Jakarta yang menuntut adanya pergantian pemimpin

nasional. Kondisi seperti ini akhirnya mendorong pemerintah Orba

mengeluarkan kebijakan depolitisasi kampus dengan dikeluarkannya keputusan

dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tentang Normalisasi Kegiatan

Kampus (NKK) pada 197849 dan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK)

pada 1979.50

Kebijakan ini memang mengurangi aktivitas politik praktis mahasiswa.

Namun, kondisi ini mendorong mahasiswa muslim lebih cenderung untuk

mengembangkan religiusitas mahasiswa dengan membentuk gerakan Islam yang

tidak konfrontatif dengan memilih jalur dakwah yang lebih kultural. Aktivitas

mereka ini dikenal dengan sebutan dakwah kampus dengan masjid sebagai basis

gerakan dakwah mereka. Untuk menghindari konflik dengan pemerintah,

gerakan dakwah kampus pada awalnya mengambil bentuk gerakan yang secara

formal tidak terlembaga dan menggunakan pendekatan nonkonfrontatif. Jika

Kondisi ini membatasi gerak mahasiswa di dalam kampus dan

mengganti Dewan Mahasiswa dengan Senat Mahasiswa yang hanya diizinkan di

tingkat fakultas.

48 Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Malari (malapetaka lima belas januari) 49 S.K. Mendikbud No. 0156/U/1978 tentang Normalisasi Kehidupan kampus 50 S.K. Mendikbud No. 37/U/1979 tentang Bentuk Susunan Lembaga/Organisasi

Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 41: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

20

mereka mengambil partisipasi politik dalam bentuk konvensional jelas akan

memerlukan “ongkos” bagi para partisipannya, entah itu kehilangan waktu, dana,

maupun resiko kehilangan nyawa karena menjadi korban represif pemerintah

penguasa. Sikap represif aparat yang cenderung disinsentif51 karena mengancam

organisasi massa yang melakukan mobilisasi protes terhadap pemerintah. Oleh

karena itu, pada masa awal, dakwah kampus mengambil bentuk gerakan yang

tidak formal atau tidak terlembaga, tetapi terhubung oleh jejaring informal yang

menghubungkan mereka dengan pemaknaan yang sama. Menurut Irwan

Prayitno, gerakan dakwah kampus pada waktu itu mengadopsi konsep Sirriyatut

Tandzim wa Alamiyyatut Dakwah (struktur organisasi rahasia dan dakwah

terbuka).52

Upaya lain yang dilakukan kalangan aktivis Islam dalam menyikapi

kebijakan politik pemerintah yang represif, di samping melakukan upaya-upaya

pembaruan pemikiran terhadap esensi Islam, juga memunculkan upaya

pengaderan seperti yang dilakukan oleh Imaduddin. Bang Imad, sebutan

Imaduddin, semakin kuat menyikapi pemikiran Nurcholish dengan melakukan

pembinaan kader pergerakan Islam melalui program Latihan Kader Dakwah

(LKD) bagi aktivis dakwah kampus. Seiring dengan kondisi sosial politik yang

berkembang paa saat itu LKD kemudian berubah menjadi Latihan Mujahid

Dakwah (LMD) dan terakhir menjadi Studi Islam Intensif (SII).

53

Gerakan dakwah kampus sendiri muncul pada akhir 1970-an yang

berkembang di masjid-masjid universitas besar di Indonesia seperti ITB dengan

Masjid Salmannya dan UI dengan Arif Rahman Hakimnya. Aktivis dakwah

kampus menilai bahwa prioritas mereka di era akhir 1970-an hanya sebatas

51 Menghalangi masyarakat untuk terlibat di dalam organisasi gerakan sosial yang

menentang eksistensi negara. Lihat Burhanuddin Muhtadi, Dilema PKS: Sara dan Syariah. Hlm. 104

52 Burhanuddin, hal. 105. 53 Jimly Asshiddiqie, Bang ‘Imad: Pemikiran dan Gerakan Dakwahnya, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, hal.23, 247-250.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 42: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

21

dapat memahami Islam secara menyeluruh, bukan karakteristik gerakan yang

berbasis kelembagaan.54

Kelahiran Gerakan Tarbiyah di Indonesia tidak lepas dari gerakan

dakwah kampus. Dua hal penting yang dapat dijadikan pijakan dalam

mengidentifikasi kelahiran gerakan dakwah kampus, adalah pertama, berkenaan

dengan munculnya kelompok muda yang bersemangat tinggi mempelajari dan

mengamalkan Islam sebagai respon atas tekanan politik yang dilakukan Orba

terhadap umat Islam. Kedua, adanya ruang publik yang relatif lapang, seperti

masjid atau mushola kampus, sebagai tempat idealisme kaum muda Islam

mengalami persemaian secara ideal dan cepat.

55

Akar Gerakan Tarbiyah berawal dari gerakan dakwah kampus di Masjid

Salman ITB yang membuat kelompok kecil berciri Islam. Pada 1974, Ir.

Imaduddin Abdul Rahim, menggagas Latihan Kader Dakwah (LKD).

Imaduddin sebelumnya merupakan aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).

Sewaktu di HMI, ia menjadi pemimpin Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam

(LDMI) dan melakukan pendidikan kader dakwah bagi mubalig-mubalig muda

yang direkrut dari kalangan mahasiswa Islam. Di bawah kepemimpinan

Imaduddin, LDMI berkembang dan sangat populer di kalangan aktivis HMI,

bahkan menyaingi popularitas Pengurus Besar (PB) HMI yang menjadi induk

LDMI. Ketika DDII mengembangkan program Bina Masjid Kampus pada tahun

1974, Imaduddin menjadi salah satu peserta program tersebut, Di sinilah Imad

bersentuhan dengan pemikiran-pemikiran IM. Dari hasil-hasil pelatihan yang ia

peroleh tersebut dan bekal pengalaman pengelolaan LDMI, Imaduddin

meneruskan program pelatihan dakwah melalui Masjid Salman ITB yang

mengundang minat besar aktivis gerakan Islam yang bukan hanya dari unsur

HMI, melainkan juga mahasiswa Islam secara umum di berbagai perguruan

tinggi di Bandung yang kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Ia merancang

54 Wawancara dengan Ustaz Aus Hidayat. 55 Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 tahun gerakan

Tarbiyah di Indonesia, Jakarta: Teraju 2002 hal. 63

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 43: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

22

secara khusus program pelatihan mubalig untuk melahirkan kader-kader

dakwah.56

Latihan Kader Dakwah, Latihan Mujahid Dakwah (LMD), dan Studi

Islam Insentif (SII) merupakan tonggak penting kelahiran gerakan dakwah

kampus. Prinsip yang diajarkan dalam LKD/LMD/SII adalah mengajarkan

totalitas pandangan keislaman yang tidak memisahkan antara yang sakral dan

sekuler serta yang transendental dan yang temporal. Imaduddin dengan

pandangan yang holistik dan cenderung puritan mengajak para mahasiswa yang

dikadernya mewujudkan Islam yang nyata dalam kehidupan.

57 Materi yang

diberikan dalam LKD, LMD, dan SII menjadi dasar dalam kajian di masjid-

masjid kampus. Kajian dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil yang

kemudian dikenal dengan sebutan usrah. Kelompok usrah terdiri dari 5—20

orang yang dipimpin oleh seorang ustaz atau mentor yang biasanya mahasiswa

senior. Metode usrah tersebut kemudian berkembang menjadi konsep pengkajian

Islam di masjid-masjid kampus besar di Indonesia, seperti UI, IPB, UGM, USU

dan UNHAS.58

Metode yang dikembangkan oleh Imaduddin ini mengadopsi metode

usrah yang digunakan oleh IM. Pemikiran IM sendiri dibawa masuk dalam

gerakan dakwah kampus terjadi ketika aktivis dakwah kampus mengadakan

kegiatan kajian yang lebih luas yang menggabungkan beberapa kelompok usroh

dan diisi oleh ustadz dari luar kampus, terutama dari Dewan Dakwah Islam

Indonesia (DDII) yang memiliki program pendampingan masjid kampus. Para

ustaz tersebut pada umumnya merupakan alumni Timur Tengah yang dikirim

oleh DDII dengan dana bantuan beasiswa dari Saudi Arabia. Persentuhan dengan

para alumni Timur Tengah dimanfaatkan untuk mengenalkan metode dakwah IM

pada kelompok usrah ini. Pertemuan ini melahirkan entitas baru dalam gerakan

56 Jimly Asshiddiqie, Bang ‘Imad...., Op.Cit. 57 Asrori S Karni, Hajatan Demokrasi: Potret Jurnalistik Pemilu Langsung Simpul Islam

Indonesia dari Moderat hingga Garis Keras, Jakarta: Gatra, 2006, hal. 219. 58 Ibid.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 44: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

23

dakwah kampus yang dikenal dengan sebutan Gerakan Tarbiyah.59

Pendekatan Gerakan Tarbiyah lebih komprehensif dalam sistem

kaderisasi formal. Pola penyampaian materi Gerakan Tarbiyah lebih

komprehensif dengan materi yang terstruktur seperti sebuah kurikulum yang

baku dikenal dengan materi T1 dan T2.

Inilah awal

mula masuknya pengaruh IM dalam gerakan dakwah kampus.

60

Ali Said Damanik dalam buku Fenomena Partai Keadilan menyebutkan

bahwa transisi gerakan usrah menuju tarbiyah terjadi pada tahun 1983—1984

dengan alasan bahwa kelompok usrah sudah memiliki sandaran yang jelas, yaitu

gerakan IM. Dari data yang penulis peroleh masa transisi ini bisa terjadi lebih

awal karena pada tahun 1980 sudah ada kelompok liqo (pengajian yang

berbentuk melingkar) tarbiyah di UI.

Materi T1 dan T2 membahas dasar-

dasar pemahaman Islam hingga aplikasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan

sehari-hari. Metode yang disampaikan tidak hanya tadabbur (memahami)

Quran, tetapi lebih variatif seperti daurah (pelatihan; seminar; workshop),

rihlah (perjalanan; darmawisata), dan mabit (bermalam). Model yang

dikembangkan pada masa awal adalah model rasmul bayan (sebuah model

penjelasan yang mengggunakan sistem alur dengan anak-anak panah). Materi

yang dibahas dalam gerakan usrah terkait dengan masalah kehidupan sehari-hari

dari sudut pandang Islam yang diperoleh sewaktu mengikuti LKD/ LMD/ SII.

Materi diberikan melalui metode tadabbur Quran dan sangat tergantung

kemampuan mentor dalam menjelaskannya.

61 Hal ini didukung pernyataan dari Hilmi

Aminuddin bahwa dakwah tarbiyah pertama dilakukan pada 1980.62

59Dalam beberapa catatan penggantian istilah usrah berawal dari terjadinya berbagai

peristiwa yang terjadi di awal 1980-an yang melibatkan nama yang sama, yaitu Gerakan Usrah yang dilakukan oleh berbagai kelompok kemudian mendapat perlakukan represif dari pemerintah. Salah satunya adalah peristiwa Talang Sari Lampung pada tahun 1989.

60 Materi T1 dan Materi T2 merupakan manhaj Tarbiyah pertama. T1 materi tarbiyah tahap 1 dan T2 materi tarbiyah tahap 2.

61 Dialog dengan tokoh ADK UI, Santoso, mahasiswa angkatan 1980. 62 Dialog dengan Abu Surkim, Kader Tarbiyah Bidang Kaderisasi.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 45: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

24

Perkembangan pemikiran IM memiliki tiga jalur penting dalam

pengembangannya, yaitu lembaga dakwah kampus (LDK) di kampus-kampus

besar, alumni Timur Tengah, dan alumni Lembaga Ilmu Pendidikan Islam dan

Bahasa Arab (LIPIA). Tiga jalur ini membuat IM menjadi besar dan

berkembang. Tokoh penting yang mengusung Gerakan Tarbiyah dalam beberapa

literatur menyebut Rahmat Abdullah sebagai tokoh Gerakan Tarbiyah yang

dikenal sebagai Syaikhul Tarbiyah (pemimpin tarbiyah). Namun, penulis

memperoleh informasi dari sumber wawancara bahwa tokoh yang membawa

pemikiran IM ke Indonesia adalah Hilmi Aminudin Hasan, Salim Segaf Al Zufri,

Acep Abdul Syakur, dan Abdullah Baharmus.63

Gerakan Tarbiyah tumbuh subur bukan hanya di kampus, melainkan

juga diterima di lingkungan masyarakat lebih luas. Di awal tahun 1990-an,

Gerakan Tarbiyah mulai mengaktualisasikan pemikirannya di masyarakat umum

melalui berbagai lembaga yang dibentuknya. Dalam bidang pendidikan ada

Nurul Fikri. Untuk media masa muncul majalah Ummi, Sabili, Intilaq, dan Islah.

Untuk percetakan yang menerbitkan buku-buku pemikiran IM muncul Gema

Insani Press, Intermedia, dan Al I’tishom. Untuk lembaga kajian dibentuk suatu

pusat studi yaitu Studi Informasi Dunia Islam Kontemporer (SIDIK), dan untuk

kajian budaya muncul Senandung Nasyid. Fase ini dikenal dengan mihwar

sya’bi (era memasyarakatkan pemikiran-pemikiran).

Keempat tokoh inilah yang

resmi membawa pemikiran IM ke Indonesia. Dari keempat tokoh tersebut yang

terlibat langsung dalam pembinaan LDK adalah Hilmi Aminudin Hasan.

64

Dalam perkembangan lebih lanjut lembaga-lembaga tersebut semakin

menguatkan eksistensinya dengan membuat jaringan yang lebih luas. Sarana

dakwah yang cukup berkembang dengan pesat adalah lembaga pendidikan.

Lembaga pendidikan ini pada awalnya untuk memenuhi kebutuhan pendidikan

Melalui lembaga-lembaga

tersebut, Gerakan Tarbiyah mengaplikasikan dan menyebarkan pemikirannya ke

masyarakat umum.

63 Wawancara dengan Sitaresmi Ismail (angkatan 1982), Aktivis Dakwah Kampus, 25

Mei 2011 pada pukul 11.42. 64 Ada empat fase tahapan dakwah IM, yaitu mihwar tandzim, mihwar sya’bi, mihwar

muasasi dan mihwar dauli.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 46: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

25

alternatif, tetapi pada kenyataannya mampu tumbuh berkembang dengan pesat

sampai terbentuknya Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT) baik untuk tingkat

TK, SD, SLTP dan SLTA. Melalui lembaga-lembaga inilah pemikiran-pemikiran

tarbiyah disebarkan dan diimplementasikan. Di wilayah regional III (Jabotabek)

jumlah lembaga pendidikan yang dikelola berdasarkan Jaringan Sekolah Islam

Terpadu sebanyak 571 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), 424 Sekolah Dasar

Islam Terpadu, 109 Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu, dan 10 Sekolah

Menengah Atas Islam Terpadu.65

1.2. Permasalahan

Bertolak dari uraian di atas, terungkap bahwa Gerakan Tarbiyah pada

dasarnya adalah organisasi masyarakat yang mempunyai tujuan meningkatkan

kualitas Umat Islam di Indonesia dengan cara peningkatan pengetahuan

keislamannya, akidahnya melalui dakwah dan metode pendidikan yang disebut

tarbiyah, karena itu gerakan ini disebut Gerakan Tarbiyah.

Seperti telah diuraikan di atas, sambutan komunitas muslimin Indonesia

terhadap Gerakan Tarbiyah tidak jauh berbeda dengan sambutan terhadap

gerakan pembaru Islam (Islam modernis) pada awal abad ke-20. Artinya ada

kelompok muslim yang menyambutnya secara positif, bahkan ikut pula

menggunakan metode tarbiyah daam syiar agamanya. Namun ada pula yang

bersikap sebaliknya. Hal ini menjadi menarik untuk dikaji, mengingat

kelompok yang menanggapi secara negatif terhadap Gerakan Tarbiyah, justru

datang dari organisasi masyarakat (ormas) Islam yang paling populer dan paling

berpengaruh, yaitu Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah

Bertolak dari peristiwa-peristiwa itu muncul beberapa permasalahan yang

ingin dicarikan jawabannya melalui penelitian ini, sekaligus akan dijadikan

pokok permasalahan dalam disertasi ini. Adapun pokok permasalahan itu

adalah

65 Website jsit.web.id diunduh tanggal 28 Mei 2012 pk 12.45

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 47: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

26

1. Mengapa Gerakan Tarbiyah begitu menarik kalangan muda namun

dicurigai sebagai gerakan transnasional yang ingin mengubah tradisi

dan budaya lokal dengan tradisi dan budaya Timur Tengah.

2. Mengapa muncul kekhawatiran Muhammadiyah terhadap

perkembangan gerakan tarbiyah.

3. Benarkah Gerakan Tarbiyah bermaksud mengubah agama menjadi

ideologi negara dalam arti mengganti Pancasila dengan Islam, seperti

yang dituduhkan NU

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1. Tujuan Penelitian

Penelitian yang saya lakukan ini bertujuan untuk menjelaskan proses

pertumbuhan Gerakan Tarbiyah dan penyebaran pemikirannya di Indonesia.

Tujuan lainnya menjelaskan benarkah Gerakan Tarbiyah merupakan organisasi

transnasional yang ingin mengubah tradisi dan budaya lokal dengan tradisi

Timur Tengah. Penulis juga ingin menjelaskan mengapa muncul kekhawatiran

Muhammadiyah terhadap perkembangan gerakan tarbiyah. Penulis juga ingin

menjelaskan benarkah Gerakan Tarbiyah bermaksud mengubah agama menjadi

ideologi negara dalam arti mengganti Pancasila dengan Islam seperti yang

dituduhkan NU.

1.3.2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian sejarah kontemporer. Nugroho

Notosusanto dalam masalah penelitian sejarah kontemporer, menyebutkan

bahwa sejarah kontemporer ialah jaman dari mereka yang hidupnya bersamaan,

yakni bersamaan dengan kita baik pembaca maupun sejarawannya, serta

penggarapannya. Kesulitan dalam penyusunan sejarah kontemporer menurut

Nugroho terletak pada kadar subyektivitas dalam sejarah kontemporer lebih

besar dari pada mengenai, misalnya saja, sejarah abad kedelapan belas atau

sejarah perkembangan Islam di Indonesia atau sejarah jaman Hindu.

Subyektivitasnya lebih besar karena pelakunya masih hidup. Jadi masalahnya

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 48: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

27

terletak pada sejarawan dan pelaku sejarah. Bagi sejarawan kurangnya jarak

waktu memainkan peranan yang besar dalam meningkatkan subyektivitas,

terutama yang menyangkut interpretasi.66

Hasil penelitian ini diharapkan secara akademik dapat memperkaya

historiografi sejarah pemikiran Islam dan sejarah gerakan Islam kontemporer di

Indonesia. Sedangkan secara praktis hasil penelitian ini diharapkan memberikan

sumbangan pemahaman yang komprehensif tentang dinamika gerakan dakwah

Islam di Indonesia yang sering kali menyulut perbedaan pandangan diantara

organisasi yang ada. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan oleh para pengambil

kebijakan untuk menata kehidupan beragama yang damai di Indonesia.

1.4. Ruang Lingkup

Fokus utama penelitian ini adalah menganalis pertumbuhan dan

perkembangan gerakan tarbiyah, organisasi yang dipengaruhi pemikiran gerakan

Islam Transnasional Ikhwanul Muslimin, dari tahun 1980 hingga tahun 2010.

Penulisan diawali pertumbuhan gerakan tarbiyah pada 1980 di kampus-kampus

umum. Fenomena ini mirip dengan yang terjadi di Mesir. Ketika IM diberangus,

pengaruh pemikirannya berkembang di kampus-kampus melalui organisasi

Jamaah Islamiyah yang dibentuk oleh para mahasiswa Mesir. Di Indonesia

muncul melalui Lembaga Dakwah Kampus di universitas-universitas umum

seperti ITB, UI, dan IPB.

Lembaga Dakwah Kampus dalam perkembangannya mengadopsi

metode dan pemikiran gerakan Ikhwanul Muslimin dalam aktivitas pembinaan

sampai memunculkan Gerakan Tarbiyah. Pada perkembangan berikutnya,

aktivis-aktivis gerakan tarbiyah mulai melebarkan pengaruhnya bukan hanya

melalui kampus-kampus, melainkan juga sudah masuk ke berbagai lembaga,

mulai dari lembaga pendidikan, pers dan media masa, hingga kajian keilmuan

dan kebudayaan. Aktivitas kader gerakan tarbiyah terus berkembang dan

menanamkan pengaruhnya dalam masyarakat, terutama di wilayah Jakarta dan 66 Nugroho Notosusanto, Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (suatu pengalaman),

Jakarta: Yayasan Idayu, 1978, hal.6-8

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 49: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

28

Depok pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. Kondisi seperti ini mulai

memunculkan sikap dan pandangan dari kalangan gerakan dakwah lainnya di

Indonesia (untuk peneltitian ini diutamakan sikap NU dan Muhammadiyah) yang

mencapai puncaknya di dasawarsa awal 2000-an. Muhammadiyah memunculkan

sikapnya melalui SKPP Muhammadiyah pada 2006 dan NU mulai 2007 melalui

pernyataan-pernyataan tokohnya melalui NU Online.

Kajian ini dibatasi tahun 2010 karena pada masa ini terjadi pergantian

kepemimpinan di Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Di samping itu, penulis

juga menemukan grand design gerakan tarbiyah 2010. Rencana pembentukan

sayap politik baru direncanakan tahun 2010, tetapi, karena situasi politik, grand

design ini dilaksanakan pada tahun 1998 ketika terjadi suksesi kekuasaan.

1.5. Penelitian Karya-karya Terdahulu

Hasil penelusuran sementara yang dilakukan penulis terhadap karya-

karya penelitian yang sudah ada pada umumnya membahas Islam di Indonesia

dalam konteks politik. Hal tersebut terlihat dari karya yang ditulis oleh Zainal

Abidin Amir yang berjudul Peta Islam Politik Pasca-Soeharto. Ia lebih

membahas perjalanan partai politik Islam dan dinamika partai-partai Islam di

Indonesia. Ia menjelaskan perjalanan partai politik Islam dalam sejarah politik

Indonesia. Ia memulai pembahasan dengan tumbuhnya Sarekat Islam pada masa

pergerakan nasional hingga munculnya partai-partai politik Islam pada masa

reformasi. Di bagian lain buku ini penulis menjelaskan respon partai-partai Islam

terhadap permasalahan krusial yang muncul dalam kehidupan masyarakat.

Dinamika eksternal partai-partai Islam pada masa awal reformasi juga dibahas di

dalam buku ini.67

Buku lain di antaranya adalah Islam Orba: Perubahan Politik dan

Keagamaan karya Sudirman Teba. Buku ini merupakan bunga rampai kumpulan

tulisan tentang Islam. Buku terbitan Tiara Wacana ini menggambarkan Islam

pada masa Orba yang mengalami perubahan besar baik secara institusional

maupun dalam bentuk perubahan pemikiran berbagai ajaran dari agama Islam.

67 Zainal Abidin Amir, Peta Islam Politik Pasca-Soeharto, Jakarta: LP3ES, 2003

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 50: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

29

Perubahan ini akan tampak jelas pada perkembangan dewasa ini jika

dibandingkan dengan masa-masa awal Orba.

Salah satu perubahan secara institusional yang terjadi adalah fusi partai-

partai Islam menjadi PPP. Kondisi ini diikuti dengan pergantian asas partai dari

Islam menjadi Pancasila. Selain itu, munculnya institusi baru seperti

terbentuknya MUI pada 1975 dan ICMI pada 1990 dan Bank Muamalat pada

1991. Dalam bidang pemikiran digambarkan adanya perubahan pemikiran dari

pemikiran klasik ke pemikiran modern.68

Ada sebuah buku tentang Sejarah Pemikiran yaitu karya Fahri Ali dan

Bachtiar Effendi yang berjudul Merambah Jalan Baru Islam: Rekonstruksi

Pemikiran Islam Indonesia Masa Orba. Buku ini menggambarkan Islam dan

transformasi masyarakat di Nusantara dan proses terbentuknya pola pemikiran

Islam baik tradisionalis maupun modernis. Pola pemikiran lainnya adalah pola

pemikiran sosial politik umat Islam pada masa sebelum dan setelah

kemerdekaan. Bagian lain buku ini juga menjelaskan pembangunan, politik, dan

perubahan pola pemikiran Islam pada masa Orba. Di bagian akhir digambarkan

peta baru pemikiran Islam di Indonesia. Dijelaskan pula pudarnya pola

pemikiran modernis dan tradisionalis.

69

Selain buku-buku di atas ada juga karya penelitian yang berupa disertasi

ataupun tesis. Disertasi yang pernah membahas tentang IM adalah karya Amien

Rais. Dalam menyelesaikan program doktornya di University of Chicago,

Amerika Serikat, Amien mengambil bidang studi Timur Tengah. Ia menulis

disertasi dengan judul “The Moslem Brotherhood in Egypt: Its Rise, Demise, and

Resurgence”. Dalam karyanya tersebut Amien menjelaskan sejarah IM di Mesir

mulai dari kelahiran, keruntuhan, dan kebangkitannya kembali.

Karya lain yang membahas tentang gerakan Islam dari luar adalah tesis

karya M. Imdaddun Rahmat dari Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam (PKTTI)

UI, yang berjudul “Transmisi Gerakan Revivalisme Islam Timur Tengah ke 68 Sudirman Teba. Islam Orba: Perubahan Politik dan Keagamaan. Yogyakarta: Tiara

Wacana, 1993 69 Fachri Ali dan Bahtiar Effendy. Merambah Jalan Baru Islam: Rekonstruksi Pemikiran

Islam Indonesia Masa Orba. Bandung: Mizan, 1986.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 51: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

30

Indonesia 1990—2002”. Tesis tersebut membahas proses, model, dan bentuk

transmisi gerakan kebangkitan Islam yang berlangsung di Timur Tengah ke

Indonesia yang terjadi pada rentang waktu antara 1990—2002. Tesis tersebut

menyimpulkan gerakan revivalisme Islam yang bermula dari Timur Tengah telah

menyebar hampir ke seluruh dunia Islam termasuk Indonesia. Trasmisi gerakan

ini ke Indonesia terjadi melalui modus dan sarana yang beragam, yaitu melalui

alumni Timur Tengah, buku-buku, dan hubungan personal para aktivis. Dampak

dari hal tersebut adalah diadopsinya pemikiran ideologi dan manhaj gerakan

Islam revivalisme dari timur tengah.

Karya lain lagi yang membahas pengaruh pemikiran Islam transnasional

adalah tesis karya Aay Muh. Furqon yang berjudul “Pengaruh Pemikiran IM

Terhadap Gerakan Politik Islam Di Indonesia”. Tesis yang ditulis di Program

Pascasarjana Ilmu Politik ini menjelaskan bahwa pemikiran IM diadopsi ke

dalam gerakan sosial politik Islam di berbagai negara, termasuk di Indonesia.

Pemikiran yang dianut oleh tokoh IM tersebut adalah Salimatut al Aqidah al

Islamiyah. Pemikiran ini memahami bahwa tidak ada keterpisahan antara Islam

dan negara. Dalam tataran praktis, ketidakterpisahan Islam dan negara acap kali

diwarnai kekacauan konseptual sehingga penyatuan Islam dan negara yang

dianggap aksiomatis dalam praktiknya tidak serta merta menimbulkan

kemaslahatan. Kondisi seperti itu dalam konsep IM diperlukan konsep Tarbiyah

yang menyeluruh bagi masyarakat Islam.

Karya lainnya adalah tulisan dari Misbahul Ulum yang berjudul “Relasi

Islam dan Negara: Studi kasus Pengaruh Gerakan Politik IM terhadap PKS”.

Penelitian ini mencoba mengetahui posisi dua organisasi gerakan dakwah dan

politik Islam, IM dan PKS yang tumbuh dan berkembang di kawasan yang

berbeda, khususnya yang berhubungan dengan relasi Islam dan negara. Penulis

juga mencoba membahas pengaruh satu organisasi terhadap yang lainnnya dalam

kaitan pemikiran hubungan politik dan agama.

Penelitian lainnya adalah “Islamising Indonesia: The Rise of Jemaah

Tarbiyah and the Prosperous Justice Party” yang merupakan disertasi Yon

Machmudi. Disertasi ini membahas munculnya kekuatan Islam baru di

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 52: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

31

Indonesia, Jemaah Tarbiyah. Pembentukan Jemaah ini memberi kontribusi untuk

membentuk varian baru santri atau muslim di Indonesia yang telah melampaui

klasifikasi modernis atau tradisionalis. Jemaah tarbiyah aktivisnya sangat

heterogen, selain modernis dan revivalis juga memiliki aktivis dari latar belakang

tradisionalis. Terkait dengan isu penerapan syariah di Indonesia, Jemaah

Tarbiyah, melalui sayap politiknya, PKS, tidak mencoba untuk memaksakan.

Namun Jemaah Tarbiyah lebih fokus pada masalah keadilan dan kesejahteraan.

Disertasi ini diterbitkan oleh Australian National University pada 2008.

Fenomena Partai Keadilan Sejahtera: Tranformasi 20 tahun Gerakan

Tarbiyah di Indonesia karya Ali Said Damanik diterbitkan oleh Teraju Jakarta

pada 2002. Buku ini menggambarkan kemunculan dan perkembangan sebuah

gerakan yang dalam dua puluh tahun terakhir terasa fenomena. Partai Keadilan

(PK) adalah sebuah fenomena di tahun 1999 yang cukup mengejutkan. Partai ini

muncul tidak seperti partai besar lain yang umumnya berasal dari organisasi

masyarakat atau partai lama yang dipimpin tokoh nasional yang sudah di kenal

masyarakat. PK seolah-olah muncul dari negeri entah berantah. Meski gagal

melewati electoral threshold sebesar dua persen, PK berhasil mengumpulkan

suara lebih banyak dari partai lain yang pimpin oleh tokoh nasional atau partai

lama yang berbasis masa lalu (Partai Uni Demokrasi Indonesia (PUDI),

Persatuan Umat Islam (PUI), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI),

dan Masyumi Baru). Ali Said menyebutnya bahwa genealogi PK berasal dari

sebuah gerakan dakwah yang sering disebut gerakan tarbiyah. Dia menjelaskan

bahwa PK merupakan hasil proses dari tiga tahap selama dua puluh tahun.

Pertama, berawal dari sebuah gerakan dakwah bawah tanah dengan sistem usrah

yang terbatas menjadi sebuah gerakan keagamaan yang diterima secara longgar

di kampus-kampus. Kedua, dari sebuah gerakan ekslusif di musala-musala

kampus menjadi sebuah gerakan yang menguasai lembaga-lembaga formal.

Ketiga, ketika gerakan ini mendirikan Partai Keadilan pada Agustus 1998.

Untuk faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perkembangan

tarbiyah, penulis terpaku pada kelahiran Ikatan Cendekiawan Muslim s

Indonesia (ICMI) sebagai faktor kondusif terhadap berbagai gerakan Islam.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 53: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

32

Penulis juga mencoba menyinggung perubahan sosial makro seperti modernisasi

dan akibat yang ditmbulkannya, seperti anomie dan disorientasi nilai, tetapi

penulis kurang menjelaskan bagaimana proses perubahan sosial tersebut

direspon oleh aktivis tarbiyah kurang dijadikan fokus utama. Ini merupakan

suatu faktor penting dalam menjelaskan fenomena tarbiyah. Seharusnya perlu

diuraikan mengenai karakteristik ajaran tarbiyah dan karakteristik sosial Gerakan

Tarbiyah yang dikaitkan dengan proses perubahan sosialnya akan memperjelas

raison d’etre di balik tumbuh berkembangnya tarbiyah.

Dari semua penelitian tentang gerakan tarbiyah yang telah dilakukan di

atas, hampir sebagian besar merupakan karya ilmuwan politik dan juga sosiologi.

Kebanyakan dari tulisan tersebut hanya membahas satu sisi saja, seperti karya

Imdaddun yang hanya membahas proses transmisinya gerakan IM terhadap

gerakan tarbiyah di Indonesia, Aay Muhammad Furqon yang hanya membahas

pengaruh gerakan IM terhadap pemikiran politik PKS, dan Misbahul Ulum yang

lebih memfokuskan pada relasi hubungan agama dan negara dengan studi kasus

IM dan PKS. Hal yang sama juga dilakukan oleh Ali Said Damanik yang hanya

memperhatikan proses perkembangan PK yang berawal dari sebuah gerakan

tarbiyah.

Berdasarkan hal tersebut, penelitian disertasi ini bertujuan ingin

melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya terutama kurang tergambarnya

karakteristik ajaran tarbiyah dan juga karakteristik gerakan sosial tarbiyah

sehingga memunculkan respon dari gerakan dakwah yang sudah ada dan sudah

mapan sebelumnya. Respon ini menjadi penting mengingat yang menyampaikan

adalah pimpinan Nahdlatul Ulama dan pimpinan Muhammadiyah. Dari sumber

primer yang diperoleh penulis dari tokoh-tokoh Gerakan Tarbiyah, diharapkan

akan mampu mengungkapkan karakteristik ajaran dan karakteristik sosial

gerakan tarbiyah sehingga terungkap pula latar belakang dan pandangan NU

dan Muhammadiyah terhadap gerakan tarbiyah.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 54: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

33

1.6. Kerangka Teori dan Metodologi Gerakan Islam menjadi fenomena yang sangat menonjol dan menyeruak

di media nasional dan internasional. Di Indonesia, dentuman bom berkali-kali

disasarkan kepada gerakan Islam, khususnya yang berjejaring internasional yang

dikenal dengan istilah Islam transnasional. Sayang sekali penjelasan tentang

fenomena gerakan Islam masih dinominasi bahwa gerakan Islam merupakan

“penyimpangan” dari arus utama Islam. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh

Hasyim Muzadi bahwa gerakan-gerakan Islam yang berasal dari Timur Tengah

merupakan penyimpangan dari Islam dengan menjadikan Islam sebagai ideologi.

Di era 1990-an akhir, sejumlah penelitian tentang gerakan Islam mulai

menjembatani kesenjangan antara studi gerakan Islam dan teori-teori ilmu sosial

tentang aksi kolektif. Premis dasar yang muncul adalah bahwa gerakan Islam

tidak sui generis. Kajian Islam tidak lagi melihat Islam sebagai sebuah sistem

makna, identitas dan dasar aksi kolektif, tetapi mencoba mencari kesamaan

gerakan yang berakar dalam proses, bagaimana gerakan diorganisasikan,

bagaimana ide-ide dibingkai dan disebarluaskan, bagaimana keluhan

dikolektifkan, dan merancang taktik dan strategi untuk menanggapi perubahan.

Istilah transnasional secara bahasa merupakan suatu bentuk ajektif yang

bermakna sesuatu yang berkenaan dengan perluasan atau keluar dari batas-batas

negara. Ciri lain dari gerakan transnasional adalah pola gerakannya tidak dapat

dipetakan dalam batas-batas politik konvensional. Batas-batas tersebut tidak lagi

memadai sebab gerakan ini berkembang sejalan dengan pesatnya kemajuan

teknologi informasi dan transportasi dunia. Hubungannya tidak lagi melalui

pemerintahan melainkan melibatkan antara warga negara dari sebuah negara

dengan warga negara dari negara lainnya.70 Hal tersebut dapat diperhatikan dari

hubungan diagram di bawah ini.71

State A The Classical System State B

DIAGRAM HUBUNGAN INTERNASIONAL

70 Mark R. Amstutz, International Conflict and Cooperation: An Introduction to World

Politics, New York: Mc.Graw-Hill College, 1999, hal. 62—64. 71 Ibid, hal, 64.

Society

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 55: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

34

International Relations

State A The Modern System State B

Transnational Relations

Sumber: Mark R. Amstutz, International Conflict and Cooperation: An Introduction to World Politics, New York: Mc.Graw-Hill College hal. 62-64

David Kowalewski menyebutkan bahwa gerakan transansional

merupakan suatu organisasi72, bukan suatu asosiasi.73 Anggota organisasi

gerakan transnasional berasal dari beberapa negara. Mereka mengorganisasi dan

memperluas pengaruhnya dari satu tempat. Ia melihat tiga tipe dari transnasional

yaitu transnational religions, transnational foundations, dan transnational

enterprises.74

Untuk memahami pola perubahan perilaku seseorang dalam beragama,

penulis menggunakan konsep Social Construction of Reality Peter L Berger dan

Thomas Luckmann. Realitas yang menjadi sasaran melalui konstruksi ini adalah

tentang pola perpindahan pemikiran maupun tingkah laku aktivis dakwah yang

Ia mencontohkaan transnational religions seperti kasus Gereja

Katolik Roma: Paus mengontrol dan mengorganisasi pastoral di seluruh dunia.

72 Organisasi merupakan ‘kesatuan yang terdiri atas bagian-bagian (orang dan

sebagainya) dalam perkumpulan dan sebagainya untuk tujuan tertentu’. Dalam definisi lain, organisasi adalah ‘kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan bersama’. Contohnya adalah Muhammadiyah dan NU.

73 Asosiasi merupakan ‘persatuan antara rekan usaha; persekutuan dagang dan lain-lain’. Contohnya adalah Asosiasi Advokat Indonesia.

74 Mary Hawkesworth and Maurice Kogan,(editor) Encyclopedia of Government and Politics (vol.2), London: Routledge, 1993, hal. 944-956

Government

Society

Government

Government

Society

Society

Government

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 56: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

35

tadinya menjadi objek dakwah menjadi subjek dakwah. Untuk lebih memahami

perubahan yang terjadi, penulis menggunakan dialektika Berger dan Luckmann,

yaitu eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi.

Eksternalisasi dan objektivasi merupakan momen dalam suatu proses

dialektika yang berlangsung terus menerus. Momen ketiga adalah internalisasi

berlangsung selama proses sosialisasi. Eksternalisasi merupakan suatu upaya

penyesuaian diri seorang individu dengan dunia sosio-kultural yang merupakan

produk manusia. Objektivasi merupakan proses interaksi sosial dalam dunia

intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi.

Internalisasi merupakan proses bagaimana individu mengidentifikasi diri di

tengah lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat seorang individu

menjadi anggotanya. Hubungan yang mendasar dari ketiga momen dialektika ini

bersesuaian dengan suatu karakteristik yang esesial dari suatu dunia sosial.

Berger dan Luckmann menyebutnya “ Masyarakat merupkan produk manusia,

“Society is a human product”. Masyarakat merupakan kenyataan obyektif,

“Society is an objective reality”. Manusia merupakan produk sosial”, “Man is a

social product”.75 Jadi suatu analisa mengenai dunia sosial yang

mengesampingkan salah satu dari ketiga momen tersebut akan menghasilkan

suatu distorsi.76

Berger dan Luckmann meyakini secara substantif bahwa realitas

merupakan hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial

terhadap dunia sosial di sekelilingnya, “Reality is socially constructed”.

77

75 Ibid. hal. 87 76 Ibid. hal. 88. 77 Ibid. hal. 87.

Teori

ini berakar pada paradigma konstruktivis yang melihat realitas sosial sebagai

konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu yang merupakan manusia bebas.

Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan

kehendaknya. Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak di

luar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya sehingga individu merespon

terhadap stimulus dalam dunia kognitifnya. Dalam proses sosial, seorang

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 57: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

36

individu dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang relatif bebas di dalam

dunia sosialnya.

Ada perbedaan antara realitas dengan pengetahuan. Realitas merupakan

suatu kualitas yang terdapat di dalam kenyataan dan diakui memiliki keberadaan

(being) yang tidak bergantung kepada kehendak kita. Sementara itu, pengetahuan

merupakan kepastian bahwa realitas-realitas itu nyata (real) dan memiliki

karakteristik yang spesifik.78

Proses konstruksi dalam perspektif Berger dan Luckmann berlangsung

melalui interaksi sosial yang merupakan suatu dialektika dari tiga bentuk

kenyataan, pertama, objective reality, yaitu merupakan suatu kompleksitas

definisi realitas (termasuk ideologi dan keyakinan ) dan rutinitas tindakan serta

tingkah laku yang telah mapan terpola yang semuanya dihayati oleh individu

secara umum sebagai fakta.

79

Kedua, symblolic reality, yaitu merupakan suatu ekspresi simbolik dari

apa yang dihayati sebagai “objective reality”

Kader Tarbiyah yang hidup dalam lingkungan

sosial masyarakat akan dihadapkan dengan kondisi obyektif yang ada.

80

Ketiga, subjective reality, yaitu merupakan suatu konstruksi definisi

realitas yang dimiliki individu dan dikonstruksi melalui proses internalisasi.

Realitas subjektif yang dimiliki masing-masing individu merupakan basis untuk

melibatkan diri dalam proses eksternalisasi atau proses interaksi sosial dengan

individu lain dalam suatu struktur sosial. Seorang individu melalui proses

eksternalisasi secara kolektif berpotensi melakukan objektivasi dan

memunculkan sebuah konstruksi objective reality yang baru.

misalnya pemahaman terhadap

materi-materi yang disampaikan melalui halaqah, usrah, daurah, tasqif, dan

nadwah. Pemahaman kader tarbiyah terhadap materi-materi yang disampaikan

akan difahami sesuai dengan kondisi obyektif pengetahuan lokal yang sudah

tertanam dalam diri setiap individu.

81

78 Ibid. hal. 1 79 Ibid. hal. 185-188 80 Ibid. hal.194-198 81 Ibid. hal. 210-233

Seorang individu

kader tarbiyah yang pada awalnya berfungsi sebagai sasaran dakwah, dengan

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 58: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

37

proses internalisasi berubah menjadi pelaku dakwah di lingkungan sosialnya.

Kader tarbiyah tersebut kemudian menjalankan fungsi barunya sebagai pelaku

dakwah. Dialektika ini terus berjalan, sehingga pengetahuan lokal yang mereka

miliki mampu membaca pemikiran transnasional yang dibawa oleh Gerakan

Tarbiyah.

Penelitian ini merupakan penelitian sejarah kontemporer sehingga

metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah. Metode

sejarah terdiri atas empat tahapan, yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan

historiografi.

Tahap heuristik merupakan suatu proses mencari dan menemukan

sumber, data, dan informasi mengenai masalah atau tema yang akan diangkat

dalam penelitian. Dalam proses pengumpulan data dan sumber tertulis yang

relevan, penulis telah melakukan penelitian kepustakaan. Penulis telah

melakukan penelitian kepustakaan dan arsip. Pencarian tahap pertama dilakukan

di Perpustakaan Universitas Indonesia. Di perpustakaan ini penulis fokus

menyelusuri hasil-hasil penelitian tesis, disertasi, buku dan majalah-majalah

yang terkait dengan Islam dan gerakan transnasional. Buku yang ditemukan

antara lain karya Zainal Abidin Amir yang berjudul Peta Islam Politik Pasca

Soeharto. Selain itu penulis menemukan 3 karya tesis dari Pusat Kajian Islam

dan Timur Tengah serta 1 buah tesis dari Pascasarjana Ilmu Politik. Tesis

tersebut di antaranya berjudul “Relasi Islam dan Negara: Studi Kasus Pengaruh

Politik Ikhwanul Muslimin terhadap PKS karya Misbahul Ulum dan “Trasmisi

Gerakan Revialisme Islam Timur Tengah ke Indonesia 1980—2002” karya

Muhammad Imdaddun. Penulis juga menemukan beberapa buku yang

menunjang penelitian ini seperti Islam Orba: Perubahan Politik dan Keagamaan

karya Sudirman Teba dan Merambah Jalan Baru Islam: Rekonstruksi Pemikiran

Islam karya Fahri Ali dan Bachtiar Effendi

Selanjutnya, penulis menelusuri sumber di perpustakaan Pusat

Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PDII

LIPI). Di perpustakaan ini, penulis menelusuri buku, majalah, dan kumpulan

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 59: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

38

artikel penelitian yang dilakukan oleh peneliti LIPI yang terkait dengan Islam.

Salah satu majalah yang penulis temukan adalah Tempo yang terbit pada 1986.

Di dalamnya terdapat wawancara antara Tempo dengan Nurcholish Madjid yang

berjudul “Nurcholish, yang Menarik Gerbong”.

Penelusuran juga dilakukan melalui internet untuk mencari jurnal-jurnal

yang terkait tema penelitian serta berita-berita terkait. Dari penelusuran ini

diperoleh beberapa artikel dalam jurnal ilmiah di Jstore, ditemukan pula buku

tentang gerakan transnasional di Asia Tenggara yang merupakan kumpulan

artikel tentang perkembangan gerakan transnasional di Asia Tenggara. Selain

buku itu penulis juga mendapatkan satu buku yang berjudul Ilusi Negara Islam:

Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia. Selain buku dan jurnal,

masih melalui media internet, penulis menemukan informasi tentang sikap dan

pandangan terhadap gerakan transnasional melalui NU Online, jurnal online

milik NU.

Pencarian sumber juga dilakukan melalui wawancara. Penulis telah

mengajukan surat permohonan wawancara baik tokoh nasional, tokoh lokal, dan

aktivis gerakan dakwah, baik Gerakan Tarbiyah, NU maupun Muhammadiyah.

Namun tidak semua tokoh merespon surat-surat yang penulis ajukan. Tokoh

yang sudah penulis ajukan adalah K.H. Hilmi Aminuddin, K.H. Abdullah

Baharmus, DR. Salim Segaf Al Jufri (tiga tokoh pendiri Gerakan Tarbiyah,

sayangnya surat penulis tidak di respon, hanya dijawab oleh sekretarisnya bahwa

ustadz tidak bisa di wawancara terkait Gerakan Tarbiyah, sayang sekali), K.H.

Hasyim Muzadi (sudah menyatakan kesediaanya namun sayang waktu beliau

tidak memungkinkan). K.H. Burhan (Ketua PCNU Depok), Ustaz H. Raden

Salamun, Ustaz H. Suryadi (tokoh NU Depok), K.H. Wazir Nuri S.Ag.(Mantan

Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah Kota Depok, sesepuh Muhammadiyah

Depok, anak pendiri Muhammadiyah Depok). Ustadz Farhan A.R. Fakhrudin

(Ketua Pengurus Daerah Muhammadiyah Kota Depok). Penulis juga

mewawancara alumni-alumni Timur Tengah yang menjadi aktivis Gerakan

Tarbiyah dengan latar belakang yang berbeda, Ustadz Ali Fikri Piyar M.A.

dengan latar belakang NU, Ustadz Hilam Rosyad, Lc. dengan latar belakang

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 60: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

39

Persis. Penulis juga berhasil mewawancarai Ustadz Mashadi, mantan sekretaris

pribadi Moh. Natsir, dengan latar belakang aktivis PII, aktivis tarbiyah, dan

mantan anggota PKS. Adapun wawancara dengan aktivis Gerakan Tarbiyah baik

di era awal maupun era sekarang sudah penulis lakukan dengan beberapa tokoh.

Media lain yang penulis gunakan untuk mendapatkan sumber adalah

pameran buku Islamic Book Fair. Di pameran ini, penulis menemukan buku-

buku tentang risalah pergerakan, modul tarbiyah Islamiyah, dan perangkat-

perangkat tarbiyah. Untuk mencari sumber yang lebih komprehensif, penulis

menghubungi aktivis tarbiyah untuk mendapatkan sumber tertulis yang

mendukung penelitian ini. Penulis memperoleh buku tentang Manhaj Gerakan

Tarbiyah T1, Manhaj Gerakan Tarbiyah T2, Manhaj 1421, dan Manhaj 1427

dan Manhaj 1433. Penulis belum mendapatkan Manhaj Tarbiyah 1994. Untuk

Manhaj 1421 penulis hanya memperoleh jilid 1, 2 dan 4. Penulis belum

memperoleh jilid 3.

Selanjutnya, penulis menelusuri Perpustakaan Nasional dengan harapan

memperoleh Suara Muhammadiyah era tahun 2000-an. Namun, penulis tidak

menemukan Suara Muhammadiyah edisi tahun 2006-2008. Penulis akhirnya

memperoleh majalah Suara Muhammadiyah tahun 2006 di Kantor Pusat Suara

Muhammadiyah di Yogyakarta. Penulis memperoleh Suara Muhammadiyah

terbitan tahun 2007 dari Ustadz Farhan A.R. Fakhrudin.

Sumber-sumber data yang diteliti dalam studi ini umumnya berupa

sumber tertulis dan sumber lisan, baik yang berupa sumber primer maupun

sumber sekunder. Sumber primer diperoleh dari hasil wawancara dengan tokoh

dan para aktivis dakwah Islam baik dari NU, Muhammadiyah, dan Gerakan

Tarbiyah. Selain itu, penulis juga memperoleh arsip Muhammadiyah tentang

SKPP No. 149 tahun 2006 tentang sikap Muhammadiyah terhadap Gerakan

Tarbiyah dan PKS. Sumber primer lainnya diperoleh dari NU Online yang

merupakan terbitan resmi dari NU tentang berita-berita dan sikap NU terhadap

gerakan transnasional.

Tahap kedua dalam metode ini adalah melakukan kritik sumber, yaitu

proses penyeleksian sumber secara kritis. Tahap ini terdiri atas dua bagian, yaitu

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 61: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

40

kritik intern dan kritik ekstern. Kritik intern merupakan proses penyeleksian

sumber dengan mengukur tingkat kualitas, kredibilitas, dan kapabilitas sumber

yang diperoleh melalui penilaian yang dilakukan dengan cara membandingkan

satu sumber dengan sumber lain. Contohnya adalah membandingkan sumber dari

NU Online dengan wawancara di lapangan atau membandingkan sumber dari

NU Online dengan sumber dari Gerakan Tarbiyah terkait dengan masalah tujuan

dari Gerakan Tarbiyah. Adapun kritik ekstern terkait dengan proses penyelidikan

terhadap otentisitas sumber yang diperoleh, baik secara fisik untuk sumber

tertulis maupun terkait dengan orang yang diwawancara. Proses pengujian ini

juga berfungsi untuk menyeleksi data-data agar didapat data yang relevan dengan

topik permasalahan.

Tahap ketiga adalah tahap interpretasi terhadap data yang sudah

diseleksi, yaitu memuat penafsiran atas data dan merangkai hasil penafsiran

tersebut secara logis dan sistematis. Tahapan ini menjelaskan data-data yang

diperoleh (menginterpretasi atau mengeksplanasi) sehingga dapat menjadi fakta

sejarah yang bermakna. Dalam penjelasan tersebut terdapat di dalamnya faktor-

faktor yang menjadi penyebab terjadinya peristiwa atau perubahan.

Tahapan keempat adalah historiografi, yaitu merekonstruksi fakta hasil

interpretasi yang kemudian dituangkan dalam sebuah tulisan sejarah. Penulisan

dalam penelitian ini bercorak deskriptif analitis dengan menggunakan

pendekatan ilmu sosial agar mampu menampilkan segala aspek sejarah sebagai

suatu realitas yang komplek dengan segala strukturnya.

1.7. Sumber Data Sumber-sumber data yang diperoleh untuk penelitian ini mencakup

sumber tertulis dan sumber lisan, baik yang berupa sumber primer maupun

sumber sekunder. Penulis memperoleh sumber sekunder dari buku-buku, tesis

maupun disertasi, surat-surat kabar, dan majalah-majalah.

Sumber sekunder yang sudah diperoleh terkait dengan berupa tesis yang

ada di Perpustakaan UI misalnya “Relasi Islam dan Negara: Studi Kasus

Pengaruh Politik Ikhwanul Muslimin terhadap PKS” karya Misbahul Ulum dan

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 62: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

41

“Transmisi Gerakan Revialisme Islam Timur Tengah ke Indonesia 1980—2002”

karya Muhammad Imdaddun. Untuk majalah, penulis memperoleh artikel dari

majalah Tempo tahun 1986 tentang Nurcholish Madjid dan kebijakan Islam Orba

dan pengaruhnya terhadap perkembangan gerakan dakwah kampus. Sumber

primer penulis peroleh baik berupa naskah yang sudah dipublikasi maupun yang

belum dipublikasi. Sumber-sumber yang dipublikasi adalah tulisan-tulisan

tentang IM seperti Ceramah-ceramah Hasan Al Banna, Memoar Hasan Al

Banna, Majmuatur Rasail (Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin). Selain itu

penulis memperoleh buku Manhaj (sistem) Gerakan Tarbiyah T1 dan T2 yang

merupakan Manhaj awal Gerakan Tarbiyah. Penulis juga memperoleh Manhaj

1421 yang penulis peroleh hanya jilid 1,2 dan 4. Buku Manhaj lainnya yang

diperoleh adalah Manhaj 1427 yang merupakan Manhaj terbaru bagi Gerakan

Tarbiyah. Penulis agak sulit memperoleh buku Manhaj ini karena diterbitkan

untuk kalangan terbatas. Penulis mendapatkannya dengan meminjam ke

beberapa aktivis Gerakan Tarbiyah.

Sumber primer lainnya adalah media NU yang berupa NU Online yang

penulis selusuri sejak tahun 2006 hingga 2010. NU Online ini berisi pernyataan

dari tokoh dan pimpinan NU terkait dengan sikap mereka terhadap Gerakan

Tarbiyah pada khususnya dan gerakan transnasional pada umumnya. Selain itu

penulis juga memperoleh informasi dari surat kabar Republika. Majalah yang

digunakan sebagai sumber primer adalah Suara Muhammadiyah, Majalah

Taswirul Afkar. Suara Muhammadiyah yang penulis telusuri di Perpustakaan

Nasional mulai dari tahun 2000 hingga 2010. Majalah Taswirul Afkar penulis

peroleh di Perpustakaan PB NU. Untuk pernyataan dan sikap Muhammadiyah,

penulis memperoleh arsip SKPP No.149 Tahun 2006 tentang sikap

Muhammadiyah terhadap Gerakan Tarbiyah dan PKS.

1.8. Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan. Bab ini berisikan Latar Belakang Permasalahan,

Rumusan Permasalahan, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Ruang Lingkup

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 63: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

42

Penelitian, Penelitian Karya-karya Terdahulu, Kerangka Teori dan Metodologi,

dan Sistematika Penulisan.

Bab II Akar-Akar Gerakan Tarbiyah. Bab ini membahas garis besar

sejarah Ikhwanul Muslimin, tujuan Ikhwanul Muslimin, karakteristik Ikhwanul

Muslimin, pandangan dan gagasan Ikhwanul Muslimin, Ikhwan dan Pengakuan

Kemerdekaan Indonesia oleh Mesir dan Kebijakan Orba Terhadap Islam .

Bab III Gerakan Tarbiyah. Bab ini membahas lahirnya Gerakan

Tarbiyah, Dari Jaringan Lokal ke Jaringan Transnasional, Karakteristik

Kaderisasi Gerakan Tarbiyah, Peserta Tarbiyah, Sarana dan Prasarana Tarbiyah

dan Membangun Sayap Politik.

Bab IV Tanggapan Organisasi Dakwah Terhadap Gerakan Tarbiyah. Bab

ini membahas Tanggapan organisasi-organisasi dakwah nasional terhadap

Gerakan Tarbiyah terutama Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama.

Bab V Kesimpulan.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 64: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

43

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 65: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

BAB II

AKAR-AKAR GERAKAN TARBIYAH

Terkait dengan adanya isu gerakan Islam transnasional yang dialamatkan

terhadap Gerakan Tarbiyah, maka sebelum menjelaskan lebih lanjut mengenai

gerakan ini, dipandang perlu unztuk menelusuri terlebih dahulu akar-akar

permasalahan itu dengan melihat organisasi transnasional yang terkait erat

dengan Gerakan Tarbiyah, yaitu Ikhwnul Muslimin dan juga Hizbut Tahrir yang

pada dasarnya merupakan sempalan dari IM. Seperti yang disinggung pada bab

terdahulu. Gerakan Tarbiyah memang menggunakan metode IM, bahkan

beberapa kadernya mengatakan sebagai anak ideologis I.M.

Terkait hubungan IM dan Gerakan Tarbiyah, Haedar Nashir

mengatakan bahwa Gerakan Tarbiyah memperoleh inspirasi dan memiliki

pertautan ideologi dengan IM.80

Untuk itu penulis mencoba menjelaskan secara garis besar sejarah dan

pemikiran IM dan akar-akar pertumbuhan Gerakan Tarbiyah di Indonesia.

Apakah Gerakan Tarbiyah itu sebuah gerakan transnasional?

Hal serupa diungkapkan pula oleh Gus Dur

bahwa Gerakan Tarbiyah, termasuk sayap politiknya, merupakan .gerakan yang

dipengaruhi oleh gerakan Islam tranasnasinal terutama yang berfaham Wahabi

atau IM atau gabungan keduanya. Akan tetapi, apakah kesamaan metode itu

sudah cukup untuk mencap Gerakan Tarbiyah, sebagai gerakan transnasional?

Hal ini sangat penting untuk dikaji.

2.1. Sejarah Pembentukan Ikhwanul Muslimin

Ikhwanul Muslimin (selanjutnya disebut IM) merupakan salah satu

organisasi gerakan Islam yang paling penting dalam sejarah gerakan keagamaan

bangsa Arab pada khususnya dan dunia Islam pada umumnya. Secara harfiah

80 Haedar Nashir, Manifestasi Gerakan Tarbiyah: Bagaimana Sikap Muhammadiyah, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2010, hal. 7.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 66: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

44

Ikhwanul Muslimin berarti persaudaraan kaum muslimin. Selama

perkembangannya, baik di bidang politik, sosial, maupun intelektual, gerakan

ini berhasil memainkan peranannya yang cukup signifikan. Misalnya keterlibatan

IM dalam penyelesaian konflik Palestina Israel. Hingga kini IM sering terlibat

dalam pergumulan politik dengan pemerintahan di dunia Arab yang lahir pasca

Perang Dunia II, bahkan tidak jarang terlibat dalam konflik yang mengakibatkan

tersingkirnya mereka dari kancah politik, baik karena dilarang atau karena

menyikirkan diri.81

2.1.1. Kelahiran Ikhwanul Muslimin

Kondisi tersebut berdampak pada kesulitan untuk

memperoleh informasi tentang mereka karena IM tidak bergerak sebagai

organisasi yang formal. IM lebih banyak yang bergerak bawah tanah. Penulis

mencoba menjelaskan secara garis besar pertumbuhan dan perkembangan IM.

Kelahiran IM pada Maret 1928 di Ismailiyah tidak terlepas dari sosok

pendirinya, Hasan al Banna. Hasan Al Banna dalam mendirikan IM sangat

dipengaruhi oleh kondisi sosial politik di Timur Tengah pada umumnya dan

Mesir pada khususnya. Pada awal abad ke-20 di Mesir, muncul pemikiran yang

mengkonseptualisasikan Islam sebagai spirit perlawanan terhadap kekuatan

kolonialisme. Jamaluddin al Afghani (1839-1897) yang merintis pemikiran

tersebut. Dalam rangka perlawanan, Dia mempromosikan pentingnya

persaudaraan Islam (Pan-Islamisme). Namun suasana jaman membuat

gagasannya itu kurang mendapat sambutan. Meskipun demikian jejak yang

ditinggalkannya telah menorehkan semangat pembaruan yang mencakup

pertemuan antara Islam dan Nasionalisme.82

81 Pernyataan ini terkait dengan pembubaran IM sebagai sebuah organisasi oleh sebuah rezim. Contoh kasus ini adalah pembubaran IM oleh rezim Husni Mubarak di Mesir.

Ia menyeru kepada para penguasa

muslimin untuk melakukan perlawanan terhadap kolonialisme dan menyerukan

reformasi praktik keagamaan yang sejalan dengan tradisi Al Quran dan Sunnah

Rasul. Dia bersikeras mengenai perlunya kekuatan bersenjata untuk mengakhiri

82 Nasionalisme yang tidak boleh mengabaikan pentingnya persaudaraan Islam yang mungkin bersifat lintas nation. Lihat Marcel A Boisard, Humanisme dalam Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1980, hal, 328.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 67: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

45

kolonialisme asing. Pemikiran inilah yang kemudian menginspirasi Mohammad

Abduh (1849-1905) dan Rasyid Ridla (1865-1935) untuk melakukan penyebaran

nasionalisme di Timur Tengah, khususnya Mesir. (dalam berhadapan dengan

kekalifahan Turki Utsmani)

Richard Paul Mitchell, menyebutkan bahwa Al Banna mengamati situasi

kondisi sosial politik Mesir pada awal abad ke-20 dengan kacamata orang desa

yang taat beragama. Al Banna menemukan problem yang menurutnya serius;

adanya perebutan kekuasaan Mesir antara Partai Wafd dan Partai Liberal yang

mengakibatkan hiruk pikuk politik dan menimbulkan perpecahan di Mesir pasca

revolusi 1919; (1) adanya gelombang kekufuran dan nihilisme pasca perang yang

melanda dunia Islam; (2) adanya serangan terhadap tradisi dan ortodoksi yang

diorganisir menjadi gerakan intelektual dan pembebasan sosial di Mesir; (3)

adanya aliran-aliran non Islam di Universitas Mesir, dimana mereka

berpandangan bahwa universitas tidak menjadi universitas yang sesungguhnya

jika ia tidak melakukan revolusi melawan agama dan menyerang tradisi sosial

yang berasal dari agama; (4) adanya surat-surat kabar dan majalah yang

mempropagandakan gagasan tersebut yang tujuannya melemahkan peranan

agama.83

Kepedulian Hasan al Banna terhadap kalangan pemuda yang semakin

jauh dari jalan hidup Islam mendorongnya untuk mencari bimbingan dari

kalangan tokoh-tokoh agama Al Azhar. Ia juga sering mengunjungi Muhammad

Rasyid Ridha sebagai editor majalah Al Manar. Keluhan Al Banna akhirnya

tersampaikan juga ke ulama Al Azhar, sebagai pusat intelektual muslim. Al

Banna mempertanyakan oposisi mereka yang tidak efektif dan adanya

kecenderungan menarik diri dari menghadapi aliran-aliran misionaris dan atheis

yang memporak-porandakan masyarakat Islam. Sehingga Al Banna mengatakan

“saatnya untuk beraksi sudah tiba”. Pengalaman al Banna, dengan berbagai

organisasi yang pernah diiukutinya, membuat al Banna memiliki perasaan yang

tajam terhadap masalah-masalah yang ada, seperti kondisi Mesir saat itu.

83 Richard Paul Mitchell, Masyarakat Al Ikhwan Al Muslimun: Gerakan Dakwah Ikhwan di Mata Cendikiawan Barat, Solo: Era Intermdia, 2005, hal 10.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 68: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

46

Sepanjang hidupnya, ia selalu mengenang kenangan pahit yang ia alami selama

di Kairo yang terkait dengan masalah malaise spiritual.84

Ketika di tahun terakhirnya di Darul Ulum Kairo Mesir, Al Banna

mendapat tugas untuk menulis essai tentang cita-cita terbesar setelah

menyelesaikan studi dan bagaimana akan mempersiapkan diri untuk

mewujudkannya. Al Banna memulai jawaban pertanyaan tersebut dengan

menulis; “Saya berkeyakinan bahwa sebaik-baik manusia adalah mereka yang

meraih kebahagiaan mereka dengan membuat orang lain bahagia dan memberi

bimbingan kepada mereka.” Cara untuk meraih tujuan tersebut, Al Banna

mengajukan dua alternatif. Pertama; jalan sufisme yang lurus yang dilakukan

dengan keikhlasan dan aksi untuk kepentingan kemanusiaan. Kedua; jalan

pendidikan dan penyuluhan yang dilakukan dengan keikhlasan. Jalan kedua lebih

menuntut interaksi dengan yang lain. Al Banna menegaskan bahwa masyarakat

Mesir, karena dampak sosial politik yang mereka rasakan serta pengaruh

peradaban Barat, telah jauh dari tujuan-tujuan agama mereka.

85 Dalam konteks

seperti itu Al Banna menyemaikan pemikirannya dengan menawarkan Islam

sebagai alternatif ideologi tersendiri berbeda dengan ideologi Barat atau disebut

pula dengan doktrin Islam Kaffah.86

Oleh karena itu Al Banna melihat bahwa misinya dalam kehidupan ini

adalah mengubah kecenderungan-kecenderungan tersebut dengan cara menjadi

seorang penyuluh dan pendidik. Aktivitas inilah yang ia praktikan dan ia lakukan

ketika ia mendirikan IM.

87

Stelah menyelesaikan pendidikannya di Darul Ulum, Kairo, pada 1927,

Al Banna lebih memilih untuk menerima tugas di dalam sistem pendidikan

nasinal Mesir dibandingkan dengan melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Ia

kemudian menjadi guru sekolah dasar di Zona Terusan Suez, di kota Ismailiyah

sejak tanggal 19 September 1927. Di kota inilah Al Banna

84 Richard Paul Mitchell, Masyarakat, hal. 7 85 Ibid. hal. 9 86 As’ad Said Ali, Negara Pancasila, hal. 291. 87 Richard Paul Mitchell, Masyarakat, hal. 11

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 69: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

47

mengimplementasikan pemikirannya yang ia tuangkan dalam essai yang ia tulis

pada tahun terakhirnya di Darul Ulum.88

Satu hal yang cukup menarik dari kebiasaan Al Banna dalam berceramah

adalah memperhatikan pendengar mana yang paling tertarik dengan ceramahnya.

Mereka itu kemudian diajak oleh Al Banna untuk membentuk kelompok kecil di

ruangan lain untuk diberi pengajaran khusus, ceramah dan diskusi tentang

masalah Islam.

89 Model pembinaan ini kemudian digunakan Al Banna dalam

proses kaderisasi IM.90

Al Banna mendeklarasikan IM pada Dzulqa’idah 1347, dalam buku

catatan hariannya disebutkan bertepatan dengan bulan Maret 1928. Dalam

beberapa tulisan tentang sejarah IM ada yang mengkoreksi bahwa penanggalan

Hijriah tersebut tidak bertepatan dengan Maret 1928, namun lebih tepat pada

Maret 1929. Hal ini terlihat pula dalam perayaan 10 tahun IM yang dilakukan

pada Maret 1929. Namun IM dalam AD ART-nya tetap mencantumkan tahun

1928 bersamaan dengan tanggal Hijriah di atas.

91

Apa yang harus kita tempuh untuk mencapai kemuliaan Islam dan kaum

muslimin? Kami hanya memiliki darah ini yang mengalir panas

merindukan kemuliaan di dalam urat-uratnya, dan dirham-dirham yang

sedikit ini yang merupakan bekal untuk anak-anak kami. Kami hanya

ingin menyerahkan apa yang kami miliki kepada anda, agar kami

terbebas dari pertanggungjawaban di hadapan Allah dan agar anda

bertanggung jawab di sisi-Nya tentang kami dan tentang kewajiban

Latar belakang pendirian IM, seperti dialog 7 orang tokoh awal pendiri

IM, namun perlu dibuktikan dan perlu penelitian lebih lanjut. Mereka

mengatakan bahwa:

88 Ibid. 89 Ibid. 90 Proses pembinaan ini pada awal pembentukan belum dinamakan dengan usrah, namun masih menggunakan katibah. 91 Ketujuh pemuda Mesir yang terlibat adalam pendirian Ikhwanul Muslimin adalah Hasan Al Banna, Hafidz Abdul hamid, Ahmad Al Hashari, Fuad Ibrahim, Abdurrahman Abdullah, Ismail Izz dan Zaki Al Maghribi. Hasan Albana, Memoar Hasan Albana: Untuk Dakwah dan para Da’inya, Solo: Era Inter Media, hal 124.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 70: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

48

yang harus kami kerjakan. Kami juga berharap ada suatu jemaah yang

secara murni berjanji kepada Allah untuk hidup demi agama-Nya, mati di

jalan-Nya, dan mencari keridhaan-Nya semata, serta layak memperoleh

kemenangan, sekali pun sedikit jumlahnya dan lemah persiapannya.92

Pertanyaan tersebut dijawab Hasan Al Banna bahwa

Kewajiban kita adalah bekerja dan hasilnya diserahkan kepada Allah.

Untuk itu kita berbaiat kepada Allah untuk menjadi prajurit dakwah

Islam demi kehidupan negeri dan umat ini. Landasan awal dan asas dari

perkumpulan kita adalah pemikiran, spirit dan kerja. Kita adalah saudara

dalam hal berbakti kepada Islam, jadi kita adalah al Ikhwan al

Muslimun.93

Pada 4 tahun pertama pasca pendiriannya, IM berupaya untuk

memperluas dan memperkuat jaringan organisasinya. Untuk mewujudkan tujuan

tersebut Al Banna dan pengurus IM, melakukan kunjungan ke berbagai wilayah

di luar kota Ismailiyah dan bertatap muka dengan para pengikutnya yang

dilakukan setiap libur pekanan maupun liburan tahunan. Aktivitas lainnya

adalah berceramah di masjid-masjid, rumah-rumah, klub-klub dan tempat-tempat

pertemuan publik.

94

92 Amer Syamakh, Al Ikhwan Al Muslimun: Siapa Kami dan Apa yang Kami Inginkan. Solo: Era Adicitra Intermedia, hal. xi

93 Ibid, hal. xii. Lihat pula Mitchel hal 11-13. Disisi lain ada beberapa perdebatan seputar sejarah pendirian IM yang sudah dterima secara luas oleh anggota IM. Para pendukung Ahmad Sukhari, sahabat kental Al Banna dan pernah menjadi Deputy IM sampai pemecatannya di tahun 1947. Kelompok ini menyebutkan bahwa Al Banna terlalu membesar-besarkan peranannya dalam pendirian IM, Mereka juga menyebutkan bahwa Sukhari pada waktu pertama kali ikut dalam Tarekat Hashafiyah memunculkan gagasan tersebut, dan IM tumbuh dari pengalaman mereka dalam tarekat tersebut dan bahwa di Kairo IM semakin menemukan bentuknya di kalangan teman-temannya tidak seperti yang diungkapkan Al Banna. Pendapat tersebut diungkapkan ke publik setelah Sukhari keluar dari IM dan pandangan tersebut ditolak mentah-mentah oleh anggota IM. Al Banna benar-benar menekankan peranan sentralnya bagi pendirian awal IM, namun ia tidak menapikan peranan sahabat-sahabat dekatnya, terutama Ahmad Sukhari. Hal ini jelas tertulis dalam memoar Hasan Al Banna. 94 Richard Paul Mitchell, Masyarakat,hal. 13

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 71: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

49

Penggunaan masjid sebagai sarana dakwah mereka memiliki nilai

tersendiri dan mendapat respek yang positif dari jamaah yang hadir. Di sisi lain

komunikasi langsung dengan masyarakat di rumah-rumah mereka, di tempat

kerja mereka dan tempat-tempat istirahat mereka semakin mengokohkan

legitimasi ini dan juga menguatkan kharisma pribadi Al Banna dan pimpinan IM.

Dalam waktu empat tahun itu IM berhasil memperluas jaringannya antara lain

dalam bentuk cabang-cabang IM yang berdiri di wilayah timur Delta meliputi

Ismailiyah, Port Said, Suez, dan Au Suwair sedangkan di sebelah wilayah barat

Delta sejauh wilayah Syubra Khit dan juga mulai ada kontak dengan Kairo.95

Seiring dengan semakin meluasnya pengaruh IM, muncul pula sikap

antipati dan reaksi keras terhadap gerakan ini, -- bahkan bisa dikatakan

sepanjang sejarah IM, mungkin dalam skala luas yang panjang tidak pernah

dibayangkan oleh sebelumnya oleh Al Banna. Sikap permusuhan terhadap IM

muncul pertama kali pada 1936 yang masih sebatas pengaduan dari pihak

tertentu kepada kabinet Ismail Sidqi Pasha tentang gerakan IM. Al Banna

diadukan oleh kelompok Kristen, sebagai (1) Orang beraliran komunis, dan

menggunakan dana komunis untuk melakukan pergerakannya; (2) Pendukung

Partai Wafd yang hendak menentang pemerintahan Sidqi; (3) Penjahat yang

mengkhianati kepercayaan masyarakat dengan menggunakan dana yang

terkumpul untuk kepentingan pribadinya. Tuduhan direspon oleh pemerintah

dengan menangkap Hasan Al Banna. Namun semua tuduhan tidak terbukti,

akhirnya Al Banna dibebaskan. Investigasi ini membawa dampak positif bagi

IM, pemerintahan PM Sidqi menaruh perhatian terhadap gerakan IM. Kondisi

ini merupakan awal dari persentuhan IM dengan pemerintah yang berkuasa,

bahkan sepanjang sejarahnya, IM bisa dikatakan banyak bersentuhan dengan

pemerintah, baik sentuhan dalam hubungan yang sejalan pemikirannya maupun

sentuhan dalam hubungan yang tidak sejalan pemikirannya.

96

Pada musim panas, sekitar Juni, 1932, Al Banna dipindahkan tugaskan ke

sekolah di Kairo. Ternyata kepindahan ini membawa perubahan bagi IM. Di satu

95 Al Banna, Memoar, hal 80-86; 100;108. 96 Al Banna, Memoar..., Ibid.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 72: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

50

sisi sebagai upaya untuk memperluas jaringan dan pengaruhnya. Namun di sisi

lainnya ternyata kepindahan Al Banna ke Kairo membawa dampak perpecahan

pertama dalam tubuh IM, terkait dengan pemilihan wakil Al Banna di

Ismailiyah. Sejak kepindahan pusat kegiatan IM ke Kairo, IM terus mengalami

perkembangan yang pesat. Bahkan bisa dikatakan bahwa 10 tahun pertama IM,

dari awal beridirinya hingga 1939, merupakan upaya untuk menggalang

kekuatan organiasi. Dalam era ini IM membangun sistem organisasi dan sistem

pembinaan kader. Hal terihat adanya perubahan sistem pembinaan yang

sebelumnya menggunakan sistem katibah berubah menjadi Usrah.97

Perekrutan keanggotaan IM semakin merambah berbagai kalangan,

sehingga IM bisa dikatakan menjadi suatu gerakan yang keanggotaannya

mewakili semua kelompok masyarakat di Mesir. IM mampu menembus

kelompok masyarakat yang paling dicari oleh organisasi-organisasi lainnya --

kalangan pegawai negeri dan pelajar— dan kelompok masyarakat yang paling

sering diabaikan oleh organisasi lainnya namun berpotensi –kalangan buruh

perkotaan dan petani.

IM melakukan musyawarah nasional pertamanya di Kairo. Musyawarah

Nasional (Munas) ini kemudian dilakukan rutin setiap tahun. Melalui Munas

inilah IM merancang dan merencanakan pergerakan IM ke depan dan melalui

munas pula IM memperkokoh organisasinya. Bisa dikatakan bahwa sepuluh

tahun pertama pertumbuhan IM merupakan tahun yang penuh dinamika bagi IM.

Dalam rentang waktu tersebut, IM muncul menjadi organisasi yang semakin

berpengaruh. Di sisi lain, Perkembangan organisasi juga membawa dampak

konflik internal yang semakin menguat. Ternyata problematika tersebut tidak

membuat IM mundur, namun sama sekali tidak menghalangi IM untuk terus

mengalami kemajuan baik secara jumlah anggota maupun pengaruhnya. Tahun-

tahun perang dan dampak politik ekonomi Mesir menambah momentum bagi

97 Richard Paul Mitchell, Masyarakat...., hal.17-27.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 73: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

51

kemajuan IM. Pemikiran dan struktur IM yang belum nampak di 10 tahun

pertama, mulai nampak dan mengambil bentuk yang pasti di 10 tahun kedua.98

2.2. Strategi Pencapaian Tujuan Ikhwanul Muslimin

Strategi yang dikembangkan Al Banna untuk mencapai tujuan IM,

disesuaikan dengan tujuan yang dimiliki IM. IM memiliki dua tujuan yaitu

tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Antara tujuan jangka pendek

dan jangka panjang terkait erat. Tujuan janggka panjang baru bisa dilaksanakan

ketika tujuan jangka pendeknya sudah terpenuhi. Oleh karena itu strategi yang

digunakan IM untuk mencapai tujuannya akan bersinergis antara tujuan jangka

pendek dan jangka panjang.

Tujuan jangka pendek IM adalah merealisasikan nilai-nilai Islam dalam

diri pribadi. Tujuan ini akan dirasakan oleh seorang anggota IM sejak ia

bergabung atau ketika ia beraktivitas bersama IM di masyarakat umum. Untuk

mencapai tujuan jangka pendeknya setiap ikhwan wajib melibatkan diri dalam

setiap kebajikan umum dan pelayanan sosial yang dilakukan oleh IM, jika

kondisi memungkinkan.99

Ikhwan juga dituntut untuk menyebarkan ruh/ semangat tersebut kepada

keluarga, kerabat, teman sejawat dan masyarakatnya. Seorang ikhwan belum

dikatakan sebagai muslim yang benar, hingga ia menerapkan hukum dan akhlak

Islam pada dirinya dengan menjaga batas-batas perintah dan larangan dari Allah

dan Rasul-Nya. Jadi hal yang ingin dicapai dari tujuan ini, Al Banna dalam

Majmuatur Rasail menyebutnya mencari keridaan Allah.

100

Setiap Ikhwan, melalui IM, dituntut mendirikan yayasan yang bermanfaat

bagi masyarakat, seperti madrasah, ma’had, balai pengobatan dan masjid-masjid

sesuai dengan kemampuan dan kondisi yang ada. Semua itu sejalan dengan

98 Ibid. 99 Kondisi memungkinkan disini pada prinsipnya adalah setiap Ikhwan (sebutan untuk anggota IM) wajib mengikuti, kecuali jika seorang Ikhwan memiliki halangan syar’i, yaitu adanya kegiatan yang lebih penting dibandingkan dengan yang harus diikutinya. 100Majmuatur Rasail Hasan Al Banna jilid 2 , hal 66-67

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 74: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

52

tujuan pertama mereka yaitu merealisasikan nilai-nilai Islam dalam diri Ikhwan

dengan menggunakan berbagai perangkat gerakan.101

Tujuan jangka panjang IM dalam mencapainya perlu persiapan dan

tahapan, serta takwin (pembentukan) kader yang ikhsan (baik). Tujuan ini

dikenal pula dengan tujuan kontekstual, yaitu tujuan yang mempertimbangkan

berbagai nilai yang mewarnai masyarakat dan mencari solusi dalam menghadapi

hal tersebut sesuai dengan perspektif Islam. Tujuan ini menghendaki perubahan

secara total dan integral, dimana unsur kekuatan umat dan kondisi yang ada bahu

membahu, juga bersatu padu untuk menghadapi dan mengadakan perubahan

secara total. Setiap Ikhwan diwajibkan senantiasa menyerukan dakwah dan

bekerja untuk membimbing manusia kepada sistem sosial yang mencakup

seluruh aspek kehidupan.

102

Strategi IM untuk mencapai tujuan jangka panjangnya, dilakukan melalui

proses pembinaan yang bertahap dan berkelajutan. Proses ini dikenal dengan

istilah tarbiyah. Bagi IM Tarbiyah merupakan suatu cara ideal dalam

berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (berupa kata-kata)

maupun tidak langsung (berupa keteladanan dari sosok ikhwan yang sesuai

dengan sistem dan perangkatnya yang khas), untuk memproses perubahan

individu menuju kondisi yang lebih baik.

103

Dakwah IM melalui tarbiyah ini disebarkan melalui cluster kecil berupa

unit keluarga atau dikenal dengan sebutan usrah.

Tarbiyah inilah yang menjadi

kekuatan IM dalam melakukan kaderisasi anggota-anggota mereka. Sehingga

melalui tarbiyah pula, mereka memiliki militansi yang tinggi dalam

berkomintmen menjalankan nilai-nilai Islam yang mereka peroleh.

104

101Ibid. hal 67 102Ibid., hal. 68-69.

Melalui sistem ini gagasan

IM disebar dengan sistem sel seperti layaknya sebuah multi level marketing. Al

Banna berprinsip bahwa Islam itu universal, sehingga sebaran dakwah IM

103 Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin, Solo: Era Inter Media, 2004, hal. 21 104 As’ad Said Ali memahaminya sebagai unit rumah tangga. Usrah dalam sistem kaderisasi IM merupakan unit terkecil dari sarana tarbiyah yang dimiliki IM untuk mengkader anggotanya.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 75: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

53

melalui sistem tarbiyah tidak terhalang batas sebuah wilayah atau teritori, karena

konsep umat yang didasarkan pada kesamaan tidak mengenal batas teritori. Oleh

karena itu, sel-sel IM saat ini dapat tumbuh dan tersebar ke berbagai wilayah

lain di luar Mesir.105

IM memberikan penjelasan yang cukup detail tentang makna tarbiyah

yang mereka jadikan sistem kaderisasi. Pemaknaan cara ideal yang dimaksud

oleh IM adalah suatu metode yang paling baik untuk berinteraksi dengan

manusia dengan mengacu pada Al Qur’an dan Sunnah. IM melihat bahwa

interaksi dengan sesama manusia merupakan persoalan yang paling sulit dan

rumit. Oleh karena itu menurut IM banyak tokoh pendidik dan tokoh masyarakat

bahkan psikolog tidak berhasil membangun interaksi dengan sesama manusia

dengan cara yang baik. IM dalam melakukan tarbiyah-nya memperhatikan

unsur fitrah manusia, suatu tabiat yang melekat pada diri manusia, dalam

melakukan pembinaan, diantaranya memperhatikan keutamaan dan kekurangan,

baik dan buruk, cinta dan benci, cemas dan harap, Individu dan kolektif, setia

dan khianat.

106

Pembinaan secara langsung merupakan pengajaran, pembinaan dan

pengarahaan pribadi yang dilakukan dengan kata-kata baik berupa nasehat,

cerita, kajian, perintah, larangan, anjuran, imbauan, ujian atau peringatan. Hal ini

dilakukan melalui halaqah, usrah, tasqif, daurah, dan nadwah.

107 Pembinaan

tidak langsung dilakukan melalui contoh keteladanan dengan amal shaleh,

perilaku yang lurus, serta akhlak yang mulia yang dimiliki si pembina. Baik ia

bisa seorang murabbi, naqib atau pun mudarif. Bimbingan langsung dan tidak

langsung ini digambarkan seperti dua sisi mata uang yang satu tidak terpisahkan

dari sisi yang lain.108

Tarbiyah dalam pandangan IM mengandung dua pilar pokok yaitu, pilar

tarbawi (pembinaan) dan tanzhimi (institusional). Pilar tarbawi merupakan

suatu pola belajar mengajar dengan ragam perangkatnya yang bertujuan untuk

105 As’ad Said Ali, Negara Pancasila, hal 292. 106 Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat-Perangkat. hal. 22 107 Ini merupakan sarana-sarana tarbiyah yang digunakan Ikhwanul Muslimin. 108 Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat-Perangkat. hal. 22-23.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 76: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

54

menyempurnakan potensi pribadi muslim yang terpelajar dan mengubahnya ke

kondisi yang lebih baik agar bisa lebih berinteraksi dengan hidup dan kehidupan.

Dari pilar ini diharapkan bisa mewujudkan suatu kemaslahatan hidup di dunia

dan di kehidupan akhir.109

Pilar tanzhimi atau pilar institusional terbagi dalam dua jenis institusi

yaitu institusi internal yang bertugas meletakan aturan dan kode etik disamping

menetapkan batasan-batasan hubungan yang harus dilakukan sesama muslim

(rakyat dan penguasa) dalam naungan hak dan kewajiban. Sedangkan institusi

eksternal bertugas menetapkan batasan-batasan hubungan antar negara Islam dan

negara lain. Hal ini terkait dengan aturan perang dan damai, dakwah, kekuasaan

dan bagaimana menjadikan Islam sebagai suatu aturan penutup bagi seluruh

sistem nilai.

110

Dua pilar tersebut terkait erat satu dengan yang lain. Sel-sel yang

tumbuh dan terbentuk melalui pilar tarbawi, pengelolaannya dilakukan oleh pilar

tanzhimi. Oleh karena itu sel-sel yang tumbuh dan tersebar ke berbagai wilayah

terkontrol oleh institusi IM dan dikendalikan oleh seorang mursyid am

(pemimpin tertinggi) yang berpusat di Mesir. Fungsi mursid am mengendalikan

dan mengontrol. Namun untuk cabang-cabang IM di luar Mesir di setiap negara

ada pemimpin tertingginya yang dikenal dengan sebutan muroqib am.

111 Terkait

dengan kewenangan seorang mursid am, Mashadi menyebutkan bahwa

kewenang seorang mursid am dalam mengatur cabang IM di luar Mesir hanya

sebagai penengah, ketika di suatu cabang muncul sebuah masalah. Semua

kewenangan cabang IM dilakukan sepenuhnya oleh cabang IM itu sendiri.112

Kalau kita memperhatikan penjelasan di atas maka tujuan IM adalah

adanya perubahan pada setiap individu dari karakteristik buruk kepada

karakteristik yang baik atau bahkan lebih baik, dari kultur kepada iman (jika ia

bukan muslim), dari maksiat kepada taat (bagi yang muslim), dari kesesatan

menuju hidayah, dari bathil menuju benar dan dari sistem manusia menuju

109 Ibid. hal. 24 110 Ibid. 111 Wawancara dengan Ustadz Mashadi, tanggal 10 Juli 2013 di rumah nara sumber. 112 Ibid.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 77: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

55

sistem ilahi.113

2.3. Karakteristik Ikhwanul Muslimin

Sistem inilah yang kemudian diadopsi oleh Gerakan Tarbiyah di

Indonesia dalam melakukan pembinaan kadernya.

2.3.1. Karakteristik Pemikiran (Fikrah) Ikhwanul Muslimin

Al Banna terkait dengan fikrah dan sasaran IM mengatakan bahwa fikrah

dan sasaran IM adalah “ mengejawantahkan risalah Islam”. Terkait dengan hal

tersebut Al Banna mengungkapkan alasan karena Islam merupakan sebuah

risalah kubra (besar) yang paling utuh, luas dan sempurna. Ia berharap agar

manusia memetik manfaat dari risalah Islam yang akan menuntun ke arah

kebaikan. Sehingga bisa dikatakan bahwa IM mendasarkan fikrahnya atas

pemahaman yang komprehensif dan menyeluruh terhadap Islam. Fikrah mereka

melingkupi seluruh aspek ishlah al ummah (perbaikan masyarakat secara

menyeluruh) dan tercermin di dalam setiap unsur dan berbagai pemikiran dalam

rangka perbaikan masyarakat.114

1. Dakwah Salafiyah, fikrah ini menggambarkan bahwa dakwah mereka

mengajak kembali bersama kepada Islam yang bersumber kepada Al

Qur’an dan As-Sunnah seperti yang dilakukan para salafus shalih.

IM membagi fikrah mereka ke dalam 8 hal,

tiga hal pertama terkait dengan strategi pencapaian jangka pendek dan lima hal

terakhir terkait dengan strategi pencapaian jangka panjang. Kedelapan hal

tersebut adalah

2. Thariqah Sunniyah, penamaan ini sejalan dengan upaya mereka yang

membawa jiwa untuk beramal dengan sunnah yang suci –khususnya

dalam masalah aqidah dan ibadah—semaksimal mungkin sesuai dengan

kemampuan mereka.

3. Hakikah Shufiyah, pemahaman ini muncul karena mereka memahami

bahwa akar kebaikan adalah kesucian jiwa, kejernihan hati, kontinuitas

113 Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat..., hal. 25 114 Pidato Al Banna dalam Mukhtamar Al Khamis (Mukhtamar ke V) Ikhwanul Muslimun, yang dilaksanakan pada 2 Februari 1939, terkait dengan 10 tahun IM.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 78: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

56

amal, berpaling dari ketergantungan kepada makhluk, mahabbah fillah

dan keredahan kepada kebaikan.

4. Hai’ah Siasiyah, penyebutan ini karena mereka dituntut untuk

memperbaiki hukum dan pemerintahan dalam negeri, terkait dengan

masalah hubungan luar negeri mereka dituntut untuk meluruskan persepsi

yang terkait dengan urusan-urusan umat dengan bangsa-bangsa lain di

luar negeri, mentarbiah bangsa agar memiliki izzah (harga diri).

5. Jama’ah Riyadhiyah, Penamaan ini karena mereka sangat

memperhatikan masalah fisik, dan memahami benar bahwa seorang

mukmin yang kuat itu lebih baik dari pada mukmin yang lemah.

6. Rabithah Ilmiah Tsaqofiyyah, karena Islam menjadikan thalab al ilmi

(menuntut ilmu) sebagai suatu kewajiban bagi setiap muslim dan

muslimah. Majelis-majelis IM pada dasarnya adalah madrasah-madrasah

ta’limiyah dan peningkasan wawasan.

7. Syirkah iqtishadiyah, pemikiran ini muncul karena Islam sangat

memperhatikan pemerolehan harta dan pendistribusiannya.

8. Fikrah Ijtima‘iyah, pemikiran ini muncul karena mereka sangat menaruh

perhatian pada segala penyakit yang ada dalam masyarakat Islam dan

berusaha menterapi dan mengobatinya115

Gagasan IM yang tergambar di atas dijalankan oleh Al Banna dengan

metode yang cukup moderat. Al Banna bisa menerima instrumen-instrumen

gerakan sosial tipikal Barat, seperti pembentukan organisasi sosial politik,

membangun aliansi dengan kekuatan lain serta penggunaan peralatan modern. Al

Banna tidak keberatan atas keberadaan nation state yang dijalankan sesuai

dengan pemerintahan Islam. Namun tidak semua Ikhwan menerima metode Al

Banna yang dijalankan secara moderat. Salah satu yang menolak cara moderat

yang dijalankan Al Banna adalah Taqiuddin Nabhani. Salah satu alasan Nabhani

menolak metode Al Banna karena metode Al Banna mereduksi kekaffahan

ajaran Islam. Salah satunya adalah hilangnya kekhalifahan dalam konsep

115 Pidato Al Banna dalam Mukhtamar Al Khamis.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 79: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

57

Daulah Islamiyah yang digagas IM. Faktor ini yang kemudian membuat

Nabhani memutuskan untuk keluar dari IM dan membangun jamaah baru Hizbut

Thahrir.116

Secara doktrin gagasan Al Banna mampu membangun semangat militansi

yang tinggi di kalangan anggota-anggotanya. Aspek ini kemudian dielaborasi

oleh Sayyid Qutb. Didorong oleh rasa kecewanya terhadap pembentukan negara

Israel, Qutb meyakini hal tersebut karena kegagalan penganut Islam nasional

dalam mewujudkan cita-cita Islam. Bagi Qutb, Islam sebagai agama yang kaffah

dapat dijadikan ideologi alternatif terhadap ideologi yang berasal dari barat,

seperti kapitalisme dan sosialisme. Untuk memwujudkannya menurut Qutb,

harus dipisahkan secara tegas dengan ideologi-ideologi sekuler.

117

2.3.2. Karakteristik Dakwah IM

Hal inilah

yang kemudian membuat IM selalu bergumul dengan pemerintah Mesir.

IM yang tumbuh dan berkembang diantara khilafiah fiqih (perbedaan

pandangan fiqih) antar kalangan dan persengketaan yang berlarut-larut dalam

masalah furu’ (cabang) yang menyebabkan perpecahan di kalangan umat Islam

Mesir pada masa itu. Di sisi lain, pertumbuhan IM juga dihadapkan pada

pergolakan yang kuat dengan kekuatan kolonialisme. Kondisi tersebut membawa

dampak terhadap karakteristik dakwah IM yang berbeda dengan gerakan Islam

lainnya antara lain (1) menjauhi titik-titik khilafiah, (2) menjauhi kultus

individu, (3) menjauhi fanatisme partai, (4) memperhatikan masalah takwin

(pembentukan kepribadian) dan tadarruj (bertahap) dalam langkahnya, (5)

mengutamakan sisi amaliah yang produktif di atas seruan-seruan dan

propaganda yang kosong,

Khilafiyyah dalam hal yang furu’ menurut pandangan IM merupakan

suatu yang pasti terjadi. Hal tersebut disebabkan asas-asas Islam terdiri dari

116 As’ad Said Ali, Negara Pancasila,hal 294. 117 Yvonne Y Hadad, “Sayyid Qutb: Perumus Ideologi Kebangkitan Islam”. Dalam John L Esposito (ed), Dinamika Kebangkitan Islam: Watak, proses dan Tantangan, Jakarta: Rajawali Press, 1993

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 80: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

58

ayat-ayat, hadits, dan amal-amal aplikatif untuk memahaminya akan muncul

perbedaan dalam menafsirkannya. Jadi bukan suatu aib dan juga bukan suatu

cela manakala muncul perbedaan pendapat, yang menjadi aib dan cela adalah

ta’ashshub (fanatik) dengan satu pendapat dan membatasi ruang lingkup berfikir

manusia.118

IM menjauhi kultus individu, karena dakwah IM tidak berorientasi pada

pencapaian tujuan dan ambisi pribadi, namun menuju bentuk dakwah yang lurus

yang mengabaikan dakwah pamrih kepada harta dan tidak menghiraukan

kepentingan pribadi dan golongan. Tujuannya agar warna dakwah yang bersih

tidak tercampur warna lain yang digembar-gemborkan oleh para pembesar

sehingga mereka tidak berusaha memanfaatkan dan mengarahkan IM kepada

tujuan selain yang dikehendaki IM sendiri.

Hal inilah yang akan membuat perpecahan satu dengan yang lain.

Sehingga dituntut suatu sikap terbuka untuk bisa menerima suatu perubahan dan

perbedaan.

119

Perihal menjauhi partai dan golongan, hal ini dikarenakan banyak terjadi

pertentangan dan saling merendahkan antara golongan yang ada di masyarakat

Mesir. Hal itu sama sekali tidak sesuai dengan ukhuwah islamiyah. Dalam

pandangan IM, dakwah islamiyah itu bersifat umum untuk semua manusia.

Dakwah ini bertujuan untuk menyatukan bukan berpecah belah.

Hal ini terlihat dalam

perkembangan cabang-cabang IM baik di Mesir maupun di luar Mesir. Untuk

kasus Indonesia sangat terlihat pada gerakan tarbiyah dan sayap politiknya PKS

didominasi sosok-sosok tokoh muda yang tida memiliki keterkaitan dengan

tokoh-tokoh yang memiliki nama besar.

120

118 Hasan Al Banna, Majmuatur Rasail, Solo: Era Adicitra Intermedia, 2012, cet. Kedua, hal. 544. 119 Ibid, hal. 544-545 120 Ibid, hal. 545-547

Sehingga

setiap Ikhwan dimanapun ia berada berkewajiban menyampaikan dakwah

mereka, sesuai apa yang mereka fahami, baik yang masih sedikit atau yang sudah

banyak pemahamannya. Oleh karena itu bukan sesuatu yang ganjil jika seorang

Ikhwan yang berada dalam suatu organisasi akan menyampaikan fikrah atau

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 81: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

59

pemikirannya. Seperti halnya anggota gerakan tarbiyah yang berada di

Muhammadiyah atau organisasi lainnya.

Tadarruj (bertahap) merupakan sebuah tumpuan dalam sebuah kejelasan

langkah berdakwah. IM memiliki suatu keyakinan bahwa setiap dakwah itu

memiliki fase atau tahapan. IM membagi tahapan dakwahnya dalam tiga tahap

atau fase yaitu

a. Fase Ta’rif

Dalam fase ini, dakwah yang dilakukan baru berupa penyampaian,

pengenalan dan penyebaran fikrah sehingga sampai ke masyarakat dari

segala tingkatan sosial. Hal inilah yang dilakukan Al Bana pada masa

awal proses pembentukan IM. Hal ini pula yang dilakukan oleh aktivis

tarbiyah di wilayah tempat dia tinggal, baik memanfaatkan masjid,

majelis ta’lim maupun sarana lainnya. Sehingga timbul kesan mengambil

alih sarana yang mereka gunakan untuk berdakwah. Ini merupakan

tahapan awal proses tarbiyah yang merupakan strategi pencapaian tujuan

jangka panjang IM

b. Fase Takwin

Dalam fase ini, dilakukan seleksi terhadap aktivis yang sudah terekrut,

mengkoordinasikan, dan memobilisasikan untuk berinteraksi dengan

obyek dakwah. Dalam fase inilah dibentuk kelompok-kelompok liqa

yang dibina melalui sistem halaqah dan katibah.121

c. Fase Tanfidz

Baru pada tahun

1939, pasca muktamar ke lima, sistem katibah diubah ke sistem Usrah.

Pada fase inilah penjenjangan tarbiyah dilakukan, mulai dari kader

pendukung, tamhidi dan muayyid, hingga kader inti, muntasib hingga

takhasus. Proses tarbiyah sebagai strategi jangka panjang bermula dari

tahapan ini.

121 Katibah merupakan upaya awal yang dilakukan oleh IM dalam melakukan Tarbiyah sebelum diterapkannya sistem usrah pada tahun 1939. Sistem katibah ini dilakukan dalam acara mabith. Lihat lampiran perangkat-perangkat Tarbiyah IM.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 82: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

60

Merupakan fase pelaksanaan amal menuju produktivitas kerja dakwah

yang optimal. Mereka mengaplikasikan nilai-nilai keislaman dalam

kehidupan bermasyarakat. Dalam tahap ini setiap Ikhwan, terutama

kader inti, wajib mengaplikasikan nilai-nilai keislaman mereka dalam

kehidupan bermasyarakat, baik sebagai seorang dai, buruh sebagai

pegawai kantoran.

Ketiga fase tersebut merupakan sebuah tahapan yang bertingkat namun

terkadang terlihat berjalan secara bersamaan, karena pentingnya kesatuan

dakwah dan saling keterkaitan antara ketiganya. Hal ini bisa diambil contoh

bahwa seorang ikhwan adalah seorang da’i, maka ia punya kewajiban

berdakwah, di saat yang sama ia adalah seorang murabbi yang menyeleksi para

aktivis yang ada di bawahnya, dan dia pun melakukan amal dan tanfidz

sekaligus. Itu merupakan aktivitas seorang ikhwan dimana pun ia berada, ia akan

memanfaatkan waktu yang ada untuk berdakwah.

Di atas rel itulah IM mejalankan dakwahnya dan mengarahkan umat

dengan materi-materi pelajaran yang diberikan secara teratur dan terus menerus

berdasarkan jenajng yang ada dalam IM, yaitu tamhidi (mula), muayyid (muda),

muntasib (madya), muntanzhim (dewasa), amilin (ahli), takhasus (purna).

Masing-masing memiliki materi tersendiri dalam proses Tarbiyah dari IM.

2.4. Pandangan dan Gagasan Ikhwanul Muslimin

Dalam mengungkapkan gagasan-gagasannya, IM selalu memperhatikan

dunia tempat mereka berada. Penulis akan mengangkat beberapa pandangan IM

terhadap suatu kasus.

2.4.1. Tidak Mengkafirkan Seorang Muslim Yang Mengikrarkan Syahadat

IM seringkali diidentikan dengan gerakan Wahhabi yang dengan mudah

terkadang mengkafirkan sesama muslim. Bagaimana pandangan IM atas hal

tersebut? IM memandang bahwa menuduh seorang muslim dengan predikat

kafir berarti menghalalkan dan menyia-nyiakan darahnya. Padahal menghukumi

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 83: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

61

seorang muslim dengan cap kafir merupakan perkara yang sangat berbahaya,

karena siapa yang mengkafirkan seorang muslim dengan tidak benar maka ia

akan menanggung dosa orang tersebut. Pandangan IM ini didasarkan pada

hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Dzar r.a. bahwa

rasulullah bersabda yang artinya:

Barang siapa memanggil seseorang dengan panggilan kafir atau

memanggilnya dengan musuh Allah padahal itu tidak benar maka

panggilan itu akan kembali padanya. (HR Bukhari)

Berdasarkan hadits tersebut Al Banna membuat satu kaidah penting yang

termasuk dalam salah satu ushul isrin, yaitu rukun al Fahmu (pemahaman). Al

Banna meminta para ikhwan tidak mudah mengkafirkan seseorang, karena hal itu

akan mendorong seseorang menuduh seluruh umat sebagai kaum kafir,

sebagaimana yang telah dilakukan oleh kaum khawarij.122 Bahkan Hasan

Hudaibi,123 Mursyid Am IM pengganti Al Banna, bersikap tegas dan keras

terhadap anggota IM yang memiliki pemikiran itu dengan mengeluarkannya dari

keanggtaan IM.124

Jika kalian masih berkeras hati dengan prinsip mengkafirkan maka

carilah simbol lain, bukan simbol dan prinsip al-Ikhwanul al-Muslimun,

dan silahkan kalian beramal di bawah simbol tersebut. Ini bukan

pemikiran al-Ikhwan al-Muslimun, dan bukan dari Islam.

Hal ini kemudian dibakukan dengan memasukkannya dalam

buku Duat la Qudrat bahwa

125

Oleh karena itu, Hudaibi menegaskan agar setiap cabang IM tetap berada

dalam jalur pemikirannya, dan mencegah munculnya interpretasi-interpretasi

yang salah yang dikeluarkan oleh cabang-cabang IM, Maktab Irsyad, dan kantor

122 Amer Syamakh, Al Ikhwan Al Muslimun: Siapa kami dan apa yang kami inginkan, Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011, hal 84 123 Merupakan Mursyid Am IM pasca Hasan Al Banna. Abbas As Siisi, Bersama Kafilah

Ikhwan, Jakarta: Al I’tishom Cahaya Umat, 2005, hal. 389 124 Op.Cit. hal 85. 125 Ibid,

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 84: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

62

pusat IM. Pada 1982 IM mengeluarkan kebijakan yang mengikat seluruh

cabang-cabang IM tentang hubungan IM dengan pemerintah yang berkuasa di

atas prinsip saling menasihati.126

2.4.2. Membedakan antara Jihad dan Terorisme

Penulis melihat bahwa dikeluarkannya

kebijakan tersebut untuk menghindari anggota IM maupun struktur IM

mengeluarkan pernyataan perkafiran terhadap pemerintah dan menjadikan

hubungan sebagai prinsip saling menasihati..

Seringkali muncul pandangan bahwa terorisme selalu terkait dengan

gerakan Jihad Islam atau langsung dikaitkan dengan Islam. Hal ini sebenarnya

terjadi karena memandangnya dari sudut pandang keamanan. Misalnya kasus

gerakan usrah Lampung pada tahun 1989 dengan sebutan terorir atau kasus

periswa bom Bali I dan bom Marriot.

IM melihat bahwa terorisme bermakna penggunaan kekuatan untuk

memaksakan pendapat, keyakinan, atau pemaksaan untuk menganut pemikiran

tertentu, untuk menganiaya jiwa manusia, menghalalkan darah, menghilangkan

nyawanya atau penyiksaan mental dan fisik. Semuanya adalah tertolak dan tidak

dibenarkan dalam Islam.127 Oleh karena itu IM mengutuk segala bentuk

kriminalitas yang disebut terorisme diseluruh belahan bumi baik di jazirah arab,

dan juga di belahan negara lainnya di dunia. IM bahkan mengecam tindakan

terorisme yang dilakukan pada 11 September 2001 begitu juga peristiwa

anarkhis yang dilakukan di Riyad, Bali, Madrid dan lainnya. Dalam pandangan

IM, tindakan tersebut tidak didukung oleh syariat, agama dan undang-undang

apapun.128

Islam dalam mensyariatkan jihad atau perang karena dua faktor, pertama

untuk mencegah serangan musuh atas negeri-negeri kaum muslimin. Hal ini

seperti yang ditegaskan dalam surat Al Baqarah ayat 190. Ayat tersebut

126 Amer Syamak hal 85. 127 Ibid, hal. 88 128 Ibid, hal 90

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 85: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

63

menegaskan tentang memerangi orang yang memerangi mereka namun tidak

boleh melampaui batas. Faktor kedua adalah mencegah timbulnya pemaksaaan

atas kaum muslimin untuk keluar dari agama mereka.

IM dalam menjalankan tugas dan kewajiban berjihadnya membedakan

antara terorisme di satu sisi dan hak untuk melakukan perlawanan yang sah di

sisi yang lain.

Jihad oleh Benjamin R Barber diasosiasikAn sebagai perjuangan moral

(dan terkadang dengan senjata) dari kaum beriman melawan kekafiran dan kaum

kafir. Lebih lanjut ia mengatakan perjuangan yang merupakan jihad bukanlah

ciri Islam melainkan sebuah karakteristik bagi seluruh fundamentalisme. Kendati

demikian jihad adalah istilah Islam yang diberi kekuatan hidupnya oleh asosiasi-

asosiasinya bukan hanya oleh fundamentalisme secara umum.129

Di sisi lain, IM juga menyebutkan bahwa sebuah kesalahan besar yang

menisbatkan terorisme kepada agama atau masyarakat tertentu, seperti yang

dikampanyekan oleh Amerika Serikat. IM melihat bahwa hampir di semua

bangsa terdapat kelompok yang mempraktikan tindakan terorisme, mulai dari

Spanyol, Jepang, Italia, Jerman, Chili bahkan di Amerika Serikat sendiri. Oleh

karena itu IM dengan tegas menyatakan bahwa menggeneralisir seluruh gerakan

Islam sebagai terorisme adalah suatu kesalahan. Sebab mayoritas gerakan Islam

dengan sangat jelas melawan segala bentuk tindakan kriminal dan beraktivitas

sesuai dengan undang-undang.

130

2.4.3. Ikhwanul Muslimin, Demokrasi dan HAM

Dalam menjalankan gerakannya, IM lebih memilih metode yang

moderat. IM bisa menerima instrumen-instrumen gerakan sosial tipikal Barat,

seperti pembentukan organisasi, partai politik, membangun aliansi dengan

kekuatan lain, seperti Demokrasi. Sehingga bagi IM, keberadaan nation state

129 Benjamin R Barber, Jihad Vs Mc World, Surabaya: Pustaka Promethea, 2002, hal 336-337 130 Ibid, hal. 91. Lihat Benjamin R Barber, Jihad Vs Mc World, hal. 334-354

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 86: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

64

masih bisa ditoleransi asalkan sesuai dengan kaidah pokok pemerintahan Islam.

Namun, tidak semua anggota IM dapat menerima jalan moderat tersebut. Salah

satunya Taqiuddin An Nabhani. Menurut Nabhani langkah-langkah IM dianggap

dapat mereduksi kekhafaan ajaran Islam. Keberatan Nabhani karena hilangnya

sistem kekhalifahan dalam konsep negara Islamnya IM. Oleh karena itu,

Nabhani segera melepaskan diri dari IM dan membetuk jamaah baru ang dikenal

dengan Hizbut Tahrir (HT) pada tahun 1953. HT didesain sebagai sebuah

“partai”. Partai diberi tanda kutip, menurut Nabhani, karena HT bukan partai

dalam pengertian Barat yang ikut dalam kancah politik demokratis. HT

didedikasikan untuk mengganti sistem demokrasi yang dianggap HT tidak Islami

dengan sistem kekhilafahan.131

HT melihat bahwa demokrasi adalah bagian dari sistem barat dan tidak

layak untuk diikuti. Oleh karena itu HTI tidak terlibat dalam aktivitas politik di

negara-negara dimana mereka memiliki cabang-cabangnya. Dalam arti ia tidak

memperjuangkan penerapan pemikirannya melalui pemerintahan sehingga lebih

cenderung pada sikap yang radikal. Pemahaman IM pada sistem syuro

menentukan komitmen mereka pada nilai-nilai demokrasi. Hal ini lebih didorong

oleh pemikiran mereka bahwa perbaikan politik lebih didahulukan dari pada

perbaikan aspek lainnya. Perbaikan politik yang mereka maksud adalah berkisar

pada urgensi pelaksanaan pemilihan umum legislatif dengan jaminan bebas,

jujur, adil dan diawasi oleh badan yudikatif dengan pengawasan secara

menyeluruh, mulai dari pendataan nama pemilih hingga penandatanganan

disamping namanya dalam daftar pembubuhan suara dan berakhir dengan

pengumuman hasil pemenang.

132

131 Lihat dalam As’ad Said Ali, Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa, Jakarta: LPES, 2009, hal. 292-293. Lihat pulaTaqiyudin Nabhani, Pembentukan Partai Politik Islam, Jakarta: HT Indonesia, 2007, atau Taqiyudin Nabhani, Konsepsi Politik Hizbut Tahrir, Jakarta: HT Indonesia, 2007. 132 Samakh, hal. 100

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 87: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

65

IM sebagai sebuah organisasi telah menyiapkan diri dan mendeklarasikan

kesiapan mereka untuk berkomitmen dengan prinsip-prinsip demokrasi. Prinsip-

prinsip demokrasi yang telah ditetapkan oleh IM dan menjadi komitmen yang

mereka gunakan untuk juga mengajak seluruh partai dan kekuatan politik lain

untuk ikut mendukungnya sebagai konsensus nasional.

IM berprinsip-prinsip bahwa demokrasi merupakan suatu pengakuan

penuh bahwa rakyat adalah sumber kekuasaan. Rakyat menyalurkan aspirasi

untuk memilih pemimpin melalui pemilihan umum yang bebas jujur dan adil.

Dalam mewujudkan demokrasi rakyat diberi kebebasan membentuk partai

politik, dimana tidak ada lembaga administrasi manapun yang memiliki hak

invervensi untuk melarang dan membatasinya. Di sisi lain Pemerintah juga harus

menjamin kebebasan berkumpul, mengajak untuk berkumpul, dan berpartisipasi

di dalamnya dalam batas-batas menjaga keutuhan masyarakat dan tidak merusak

keamanan umum atau penggunaan cara-cara kekerasan atau membawa senjata

apapun. Sehingga demokrasi bisa berjalan secara damai.

Keterwakilan rakyat melalui parlemen dipilih melalui pemilihan bebas,

untuk jangka waktu tertentu kemudian diadakan pemilihan lagi setelahnya.

Setiap penduduk dijamin haknya dalam berpartisipasi mengikuti pemilihan

anggota parlemen jika memenuhi syarat-syarat umum yang telah ditetapkan

udang-undang, baik untuk dipilih maupun pemilih.

Pemerintah menjamin independensi yudikasi dengan seluruh jenjangnya,

seluruh pelaksanaanya, dan menetapkan sejumah syarat untuk menjauhkannya

dari segala kepentingan dan ambisi. Juga tidak mengadili siapapun kecuali di

depan pengadilan sipil dan pengadilan militer terbatas hanya dikhususkan untuk

kriminalitas dan pelanggaran militer saja

Pemerintah menjamin bahwa Militer jauh dari politik dan berkonsentrasi

untuk mempertahankan keamana negara dari luar. Pemerintah yang berkuasa

tidak boleh meminta dukungan kepada pihak militer, baik secara langsung

maupun tidak langsung untuk memaksakan kehendaknya dalam berkuasa, atau

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 88: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

66

untuk mengancam kebebasan masyarakat. Menteri pertahanan dan menteri-

menteri lainnya hendaknya dari sipil.

Terkait dengan Polisi dan seluruh lembaga dalam negeri menjadi pekerja

sipil yang ditetapkan oleh undang-undang, dibatasi tugas-tugasnya untuk

menjaga keamanan negara dan masyarakat secara keseluruhan dan tidak boleh

digunakan untuk mempertahankan entitas pemerintah yang sedang berkuasa atau

dijadikan alat untuk mengekang oposisi.133

Terkait dengan Hak Asasi Manusia (HAM), IM memiliki pemikiran yang

menegaskan bahwa HAM dalam Islam adalah kewajiban Agama. Dalam

pandangan IM, Islam merupakan contoh ideal pemikiran serta politik yang

memuliakan manusia dan kemanusiaan serta meninggikanya di atas segala

perbedaan bahasa dan keturunan. IM memandang bahwa dengan berkomitmen

pada seluruh nilai tersebut berarti menjalankan kewajiban agama, dimana

seorang muslim tidak boleh melanggar hak orang lain. Oleh karena itu IM

mengklaim sebagai organisasi yang selalu berada paling depan bersama orang-

orang yang menyerukan untuk menghormati HAM, penjaminan HAM untuk

seluruh manusia. Karena dalam pandangan IM kebebasan manusia adalah jalan

untuk seluruh kebaikan, kebangkitan dan inovasi. Di sisi lain IM juga

menegaskan bahwa kezaliman terbesar yang terjadi saat ini tidak hanya menimpa

kaum muslimin namun juga menimpa kaum non-muslim. Untuk itu IM

menyerukan persamaan dalam pelaksanaan kebebasan HAM, karena persamaan

dalam pandangan merupakan jalan sesungguhnya untuk menciptakan kedamaian

sosial, internasioal dan menuju tataran dunia yang baru yang memberantas

kezaliman, penindasan dan penjajahan.

134

Terkait dengan sikap toleransi dalam kehidupan beragama, IM meyakini

bahwa Islam sebagai akidah yang sahih meyakini adanya persamaan antar

manusia, menghormati keyakinan mereka, menghargai kebebasan dan

133 Ibid, hal. 101-103 134 Penjelasan IM ini yang dirilis pada bulan April 1995

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 89: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

67

menghormati karakter setiap manusia. Sebagai tindak lanjut dari sikapnya ini,

IM memerangi sikap rasisme, dan mengakui HAM dan bersatu dengan siapapun

meneriakkan lantang tentang kebebasan manusia dari segala bentuk kezaliman

dan penindasan.135

Sikap Islam terhadap agama yang lain berdiri di atas landasan saling

menghormati, kejujuran dan saling tolong menolong untuk melayani

kemanusiaan merupakan sikap IM. Bagi IM sikap ini bukan sikap di masa

transisi yang berubah-ubah bukan pula sikap pilih-pilih karena menimbang

kemaslahatan. Namun hal ini merupakan sikap IM yang merupakan ajaran pokok

Islam yang bersumber dari Al Qur’an dan Sunannah Rasulullah.

Dalam pandangan IM, kondisi dunia saat ini yang menerima

keberagaman dan menerima perbedaan pandangan manusia serta keberagaman

mazhab dalam berfikir dan bertindak, maka Islam telah sejak awal menganggap

bahwa perbedaan manusia merupakan hakikat kauniyah dan kemanusiaan.

Sehingga apa yang dibangun oleh Islam adalah sistem-sistem yang berdasarkan

perbedaan dan keberagaman.136

Sebagai contoh disini bisa dilihat dari kasus hubungannya dengan kaum

Koptik Mesir. IM bisa dikatakan bersifat toleran dalam kehidupan beragama.

Setiap kali peringatan hari besar Kristen seperti Natal, pimpinan Pusat IM

mendatangi kantor pusat Koptik Mesir mengucapkan selamat Natal. Ini

merupakan satu wujud toleransi kehidupan beragama. Menurut padangan IM,

pihak yang paling diuntungkan dari fitnah antar kelompok adalah musuh umat

yang terus berusaha merusak persatuan nasional dan memecah belah antar anak

bangsa dalam satu negeri. IM memandang bahwa IM dan Koptik memiliki

beberapa titik temu yaitu bersama-sama menghadapi pemikiran atheisme, sama-

sama memerangi dekadensi akhlak. Bagi IM fitnah antar kelompok terjadi

bukan pengaruh cara beragama, melainkan lebih karena hilangnya pemahaman

yang benar terhadap ruh agama dan tujuannya yang besar. Orang-orang Koptik

135 Op.Cit. Amer Syamakh, hal. 106 136 Ibid, hal 107.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 90: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

68

dalam pandangan IM merupakan saudara dalam bertanah air. Dalam

pengamatan penulis sikap ini dilakukan sejak masa Hasan Albana hingga

kepemimpinan Mahdi Akif saat ini. Misalkan ketika, Mahdi Akif mengucapkan

selamat Natal ke kaum Koptik dengan mendatangi perayaan mereka.

Dari penjelasan di atas penulis melihat bahwa dibandingkan dengan

organisasi Islam yang lain, IM mempunyai kelebihan karena tidak hanya

melulu mengurusi politik namun juga memberi bimbingan (irsyad) dan nasihat

(wa’zh) dan bergerak dalam bidang sosial. Hal ini sejalan seperti yang dikatakan

al Banna bahwa IM bukan organisasi kemasyrakatan, bukan organisasi lokal,

bukan partai politik. Namun, IM adalah sebuah spirit baru yang merasuk dalam

kalbu umat dan menghidupkannya dengan Al Quran.137

IM juga senantiasa mengembangkan strategi amaliyahnya. Hal ini berarti

bahwa garis-garis besar haluan IM terbuka bagi setiap hal baru dalam gerak

manusia, pada setiap waktu dan tempat. Jadi seharusnya setiap ikhwan dapat

hidup di suatu negeri dengan kondisi apapun, baik yang menjamin kebebasan

hingga di suatu negeri yang tidak menjamin kebebasan, dalam arti IM mendapat

tantangan yang keras.

138 Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh salah

satu pelaku dakwah IM bahwa perlu pengembangan jama’ah setiap harinya dan

secara kontinyu, sehingga setiap saat sesuai dengan berbagai peristiwa yang

dihadapinya.139

Di sisi lain Salah satu faktor yang menyebabkan IM selalu terlibat dalam

konfrontasi di Mesir, adalah IM mengambil sikap yang berseberangan dengan

seluruh partai politik di Mesir. Di sisi lain IM juga mensikapi secara frontal

terhadap kristenisasi dan menuntut negara untuk mengatasi hal tersebut.

Sikapnya ini membuat IM dikelilingi oleh front yang memusuhi IM dari segala

penjuru.

140

137 Hasan Al Banna, Majmuatur Rasail, 231 138 Husain bin Muhammad bin Ali Jabir, Menuju Jama’atul Muslimin, Jakarta: Robbani Press, 2011, hal 393. 139 Ibid. 140 Ibid, hal 394.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 91: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

69

Sikap IM tersebut menjadi tragedi tersendiri, bagaimana kebijakan

tersebut mengakibatkan banyak tokoh IM dibunuh dan ditangkap, harta benda

dan aset milik IM juga dirampas oleh rezim. Bahkan sikap ini telah

menyebabkan pendiri IM, Al Banna, mengalami nasib tragis terbunuh dan

pengusiran terhadap sejumlah ikhwan dan IM dilikuidasi oleh penguasa Mesir.

2.5. Ikhwan dan Pengakuan Kemerdekaan Indonesia oleh Mesir

Perkenalan dakwah IM dengan tokoh pergerakan Indonesia berawal pada

ketertarikan terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Sebagai organisasi

dakwah yang cukup besar dan cukup berpengaruh di Mesir. Hasan Al Banna

sebagai pimpinan IM mempunyai pengaruh cukup besar terhadap kebijakan

politik pemerintah Mesir dalam melawan imperialisme negara-negara Barat

terhadap negeri muslim.

Indonesia termasuk negara yang mendapat perhatian Hasan Al Banna

dan organisasi gerakan dakwahnya. Ia menyeru ke dunia internasioal agar

Belanda dan sekutu-sekutunya keluar dari Indonesia. Isu ini ia ungkapkan dalam

pertemuan dengan pejabat-pejabat pemerintah Mesir. 141

Simaklah sejarah kebangkitan baru di Timur maka Anda akan

menyaksikan kisah kepahlawanan para tokoh agama (Islam), misalnya

tegaknya Al Azhar di Mesir, peran majelis tinggi di Palestina dan

Lebanon, kisah perjuangan guru kami Abil Kalam dan kawan-kawannya

para ulama besar di India serta pemimpin Islam di Indonesia. Semua itu

masih segar dalam ingatan kita.

Bahkan dalam risalah

pergerakan yang ditulisnya Albana beberapa kali menyebutkan tentang

Indonesia. Salah satunya dalam risalahnya yang ditujukan kepada Raja Faruq I

(raja Mesir dan Sudan) dan PM An Nahas Basya pada tahun 1939.

142

141 Hasan Al Banna, Kumpulan Risalah Dakwan Hasan Al Banna,Vol 3, Jakarta: Al I’tishom Cahaya Umat, 2005, hal. 120.

142 Hasan Al Banna, Majmu’atur Rasail, Vol. 1, Solo: Era Adicitra Intermedia, 2012, hal. 263.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 92: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

70

Perhatian IM terhadap perjuangan kemerdekaan rakyat Indonesia tidak

hanya sebatas seruan semata namun juga mengadakan pertemuan dengan tokoh-

tokoh perjuangan kemerdekaan Indonesia seperti Agus Salim, H.M. Rasjidi, M.

Zein Hasan. Bahkan IM melakukan aksi demonstrasi dalam mendukung

kemerdekaan Indonesia. Berita kemerdekaan Indonesia sekaligus dimanfaatkan

IM untuk menekan Inggris yang sedang menjajah Mesir.143

.... Indonesia dengan beragam suku bangsa, tidak ada alasan lagi untuk

dijajah Belanda. Cukuplah bagi Belanda bahwa ia telah merasakan

pahitnya kezaliman, membiarkan rakyat Indonesia menikmati hasil

buminya dan bekerja untuk kemaslahatan mereka dalam suasana penuh

keadilan dan kedamaian. Itu adalah lebih baik dari pada merampas hak

dan membelenggu kemerdekaan.

Dalam Pidato Hasan

Al Banna di muktamar IM pada 8 September 1945, Al Banna kembali

menyebutkan bahwa

144

.... Sebagaimana kita saksikan bahwa negara-negara itu (penjajah, pen)

bersatu padu jika menghadapi hak-hak kebangsaan kita. Mereka

mengabaikan masalah-masalah esensial kita, baik yang diungkap di

Dewan Keamanan maupun Majelis Umum PBB sendiri, sebagaimana

persoalan yang berhubungan dengan Mesir, Palestina dan Indonesia.

Lebih jauh Al Banna juga menyebutkan

145

Pernyataan Al Banna ini merupakan wujud kepedulian akan perkembangan

dunia Islam pada umumnya dalam melepaskan diri dari kungkungan

kolonialisme. Pernyataan Al Banna ini diungkapkan dalam Muktamar IM

sehingga semua Ikhwan memahami perkemangan dunia Islam dalam upaya

melepaskan diri dari kolonialisme Barat. Ini juga merupakan suatu dukungan

bagi Indonesia.

143 Al Banna, Kumpulan ... hal 152. 144 Al Banna, Majmuatur Rasail, Vol. 2, Solo: Era Adicitra Media, 2012, hal. 310 145 Ibid, hal. 433.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 93: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

71

IM juga memberi kesempatan yang luas kepada mahasiswa Indonesia

untuk menulis tentang kemerdekaan Indonesia di media-media yang dimiliki IM,

berbicara dan berorasi di acara-acara yang IM selenggarakan.146 Kuatnya

dukungan rakyat Mesir dan lobi yang dilakukan oleh IM menjadi salah satu

faktor yang mendorong pemerintah Mesir mengakui kedaulatan Indonesia pada

22 Maret 1946. Dan ini merupakan pengakuan pertama dunia atas kemerdekaan

Indonesia. Sehingga ketika Sukarno mengirim delegasi resmi ke Timur Tengah

pada 17 April 1947 negara yang dituju pertama kali adalah Mesir untuk

mengucapkan terima kasih. Rombongan yang terdiri dari Agus Salim, Sutan

Syahrir, Nazir Pamuncak dan M Zein Hasan bertemu juga menyempatkan diri

bertemu Hasan Al Banna dan sejumlah pemimpin IM.147

2.6. Kebijakan Politik Orde Baru terhadap Umat Islam

Kebijakan pemerintah Mesir yang keras terhadap gerakan Islam, tidak

jauh berbeda dengan sikap dan kebijakan pemerintah Orde Baru (selanjutnya

disebut Orba) terhadap Islam politik. Padahal pasca runtuhnya Orde Lama

(selanjutnya disebut Orla) dan munculnya pemerintahan Orba memunculkan

harapan tersendiri bagi umat Islam di Indonesia.148

Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Orba pada awalnya

mengundang simpati kelompok-kelompok yang sebelumnya menjadi lawan-

lawan politik masa Orla yang telah disingkirkan dari arena politik. Salah satu

upaya yang menarik perhatian umat Islam adalah ketika Suharto membubarkan

PKI dan menumbangkan pemerintah Orla di bawah kepemimpinan Sukarno.

Kejadian tersebut mendorong kelompok Islam mendukung Suharto dengan

sepenuh hati, ditambah ketika Suharto melalui kekuatan militernya mendukung

aksi-aksi mahasiswa menumbangkan pemerintah Orla.

149

146 Al Banna, Majmuatur..., vol. 2 hal. 275. 147 Ibid, hal 197.

148 Thohir Luth, M. Natsir: Dakwah dan Pemikirannya, Jakarta: Gema Insani Press, 2005, hal. 53-54. 149 Tiar Anwar Bachtiar, Persis dan Politik...., hal 135

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 94: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

72

Pemerintah Orba telah membuat ‘stempel’ sejarah dengan menjadikan

dua peristiwa sejarah yang terjadi pada masa Orla, yaitu Pemberontakan DI/ TII

1949 dan G 30 S/PKI 1965 sebagai ‘stempel negara’ untuk mengokohkan dan

mempertahankan kekuasaan politiknya. Sehingga muncul stigma yang dibuat

secara sistemik untuk memunculkan suatu pemahaman bahwa gerakan “ekstrim

kanan” itu NII dan gerakan “ekstrim kiri“ itu PKI. Dua hal tersebut dalam

pandangan Orba menjadi monster yang membahayakan kelangsungan hidup

bernegara. Sepanjang tahun 1970an sampai dengan 1980an kata-kata ekstrem

kanan, NII, mendirikan Negara Islam, SARA dan Anti Pancasila sangat gencar

dituduhkan pada “Islam politik”.150

Kondisi tersebut menyebabkan aktivitas-aktivitas yang dilakukan umat

Islam yang terkait dengan dakwah Islam di curigai dan dibabat habis bila

dianggap mengganggu stabilitas nasional. Sebagai contoh kita bisa mengamati

peristiwa Tanjung Priok 1984, berawal dari peristiwa masuknya petugas Babinsa

dari Koramil ke dalam Mushola yang kemudian menyiram pengumuman yang

berisi undangan pengajian remaja masjid dengan air got. Akhirnya menjadi

peristiwa besar yang memakan korban jiwa. Atau peristiwa GPK Lampung pada

tahun 1989 yang juga berakhir kisruh dengan memakan korban jiwa yang begitu

banyak. Sampai dengan pasca Reformasi, belum ada upaya penyelesaiannya

atau setidaknya ada kelompok yang mencoba mengangkat kembali penyelesaian

peristiwa tersebut. Berbeda dengan kasus PKI, ada pihak yang mengangkat

peristiwa G 30 S untuk diselesaikan, bahkan Presiden Abdurrahman Wahid

mengusulkan pencabutan Tap MPR No. XXV tahun 1966 tentang pembubaran

PKI dan pelarangan penyebaran ajaran komunis.

Pemerintahan Orba, mulai dari awal kekuasaannya berusaha menjaga

stabilitas nasional untuk menjamin berjalannya pembangunan nasional.

Kelompok manapun yang ingin menghambat pembangunan nasional akan

disingkirkan. Presiden Suharto memandang kelompok Islam, terutama

150 Ibid.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 95: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

73

kelompok Islam mantan Masyumi, dinilai potensial memunculkan kerusuhan

nasional. Dalam pandangan Presiden Suharto kelompok mantan Masyumi

terlibat dalam pemberontakan PRRI/ Permesta.151

Restrukturisasi politik yang diterapkan oleh pemerintah Orba disikapi

secara beragam oleh masyarakatnya, terutama masyarakat muslim. Dalam

konteks kebangkitan Islam di era Orba, respon yang terlihat terbagi menjadi dua

kelompok. Kelompok pertama merespon dengan menujukkan eksistensinya dan

melakukan perlawanan baik langsung maupun tidak langsung, contoh gerakan

ini seperti kelompok Gerakan Usrah yang melakukan pemberontakan di

Talangsari Lampung. Kelompok kedua, meresponnya dengan melakukan

gerakan bawah tanah, sembari menyusun strategi perjuangan kelompok mereka

agar suatu saat dapat muncul, dan contoh gerakan ini adalah Gerakan Tarbiyah,

yang kemudian aktivisnya bertransformasi ke PK.

152

2.6.1. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia sebagai Katalisator Dakwah Kampus

Kebijakan politik yang dikeluarkan pemerintah Orba pada awalnya

mengundang simpat kelompok-kelompok yang sebelumnya menjadi lawan

politik masa Orla yang telah disingkirkan dari arena politik. Salah satunya

Masyumi. Dengan munculnya pemerintahan baru, Masyumi berharap dapat

berperan kembali seperti masa-masa sebelumnya, ternyata dugaan mereka salah.

Presiden Soeharto (selanjutnya disebut Soeharto) tidak melakukan rehabilitasi

terhadap Masyumi, sehingga tidak diijinkan untuk muncul kembali sebagai

sebuah kekuatan politik. Soeharto lebih merestui pendirian partai Islam baru,

Parmusi (Partai Muslimin Indonesia), dengan tidak menyertakan mantan tokoh

Masyumi dalam Parmusi. Burhanudin mengistilahkan kondisi ini seperti

mendorong mobil mogok, setelah mobil itu berjalan yang medorong

ditingkalkan. Artinya setelah aktivis Islam membantu mendorong

151 B.J. Bolland, Pergumulan Islam di Indonesia,Jakarta: Grafitti Press, 1988, hal. 158 152 Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan : Transformasi 20 tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia, Jakarta: Teraju, 2002

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 96: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

74

menumbangkan Orla hingga berdirinya Orba, aktivis “Islam politik” justru

ditinggalkan Soeharto.153

Ketidakberhasilan mantan tokoh Masyumi membawa Masyumi bangkit

kembali di pentas politik Indonesia, tidak membuat mereka berhenti beraktivitas.

Kondisi tersebut mendorong Mohammad Natsir melakukan transformasi

perjuangan Masyumi dari gerakan politik menjadi gerakan sosial keagamaan.

Perubahan strategi perjuangan mantan tokoh-tokoh Masyumi tersebut seperti

yang diungkapkan oleh Natsir bahwa, “ ... dahulu kami berdakwah melalui jalur

politik, sekarang berpolitik melalui jalur dakwah”. Kemudian M Natsir

memutuskan untuk terjun ke dunia dakwah. Bersama mantan tokoh Masyumi

lainnya, mereka mendirikan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).

154

Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) didirikan pada 26 Februari

1967. Lembaga ini lahir dari sebuah musyawarah yang dilakukan oleh beberapa

tokoh ulama di Jakarta pada pertemuan halal bihalal pada 1967. Pada pertemuan

ini dibahas tentang perkembangan dakwah di Indonesia pada saat itu, terutama

masa transisi politik setelah terjadinya pemberontakan G 30 S/ PKI 1965. Forum

dihadiri oleh Mohammad Natsir, H.M. Rasyidi, K.H. Taufiqurrahman, H.

Mansyur Daud Datuk Palimo Kayo dan H.Nawawi Duski. Menurut mereka,

perkembangan dakwah Islam cukup memprihatinkan. Dakwah Islam yang

dilakukan, baik perorangan maupun lembaga keagamaan, dinilai berjalan

sporadis, kurang kordinasi dan terlalu konvensional. Melihat kenyataan

tersebut, mereka akhirnya mendirikan lembaga yang berbentuk yayasan yang

bertujuan untuk menggiatkan dan meningkatkan mutu dakwah Islam di

Indonesia.

155

DDII memiliki 3 agenda untuk membangun umat. Pertama, melakukan

pembinaan dan pembangunan masjid di seluruh Indonesia. Bagi DDII, masjid

merupakan salah satu pilar kepemimpinan umat dan masjid juga merupakan

153 Burhanudin Muhtadi, Dilema PKS..., hal. 32. 154 Thohir Luth, M. Natsir: Dakwah dan.., hal.54 155 Thohir Luth, M. Natsir: Dakwah dan.., hal.56

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 97: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

75

lembaga pembinaan pribadi dan masyarakat.Oleh karena itu Natsir menganggap

penting memberi perhatian khusus terhadap pembangunan dan pembinaan

masjid, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kedua, Pengiriman Da’i. Selain

pembinaan dan pembangunan masjid, DDII dalam rangka membina umat Islam

di pedesaan dan daerah transmigrasi, sekaligus membentengi umat dari berbagai

pengaruh terhadap pendangkalan akidah, pemurtadan dan sebagainya,

mengirimkan da’i-da’inya ke tempat-tempat tersebut. Ketiga, Penerbitan. Untuk

mengembangkan dakwah lebih luas, DDII juga mengembangkan penerbitan

untuk melakukan dakwah melalui tulisan-tulisan. Penerbitan tersebut mencetak

mulai dari brosur yang berupa lembaran sampai majalah atau pun buku-buku

yang ditulis oleh tokoh-tokoh DDII maupun orang lain. Buku-buku ini

menjangkau semua pihak, mulai dari golongan awam, menengah maupun

terpelajar. Tujuan penerbitan ini untuk memberikan informasi keagamaan dan

sosial kemasyarakatan pada masyarakat secara luas, agar mereka memahami

persoalan agama dan permasalahan sosial secara tepat. Lembaga penerbitan ini

pula yang banyak mencetak dan menterjemahkan buku-buku yang tentang Islam. 156

Mohammad Natsir, selaku ketua DDII, memikirkan kondisi kader-kader

muda Islam. Ia melihat semakin berkurangnya kader-kader muda Islam yang ada

untuk membangun dan memimpin bangsa ke depan. Menurut Mashadi,

157 M.

Natsir memiliki misi membangun generasi muda di kampus untuk menjadi

pemimpin Islam ke depan. Pemahaman Mashadi ini sejalan dengan pendapat

A.M. Lutfi, bahwa Natsir berpendapat bahwa kader-kader terbaik untuk menjadi

pemimpin Islam ke depan sebagian besar berada di Kampus, yaitu para

mahasiswa dan -- dalam beberapa— para dosennya.158

156 Ibid. hal. 60-61

157 Sekretaris pribadi Moh. Natsir sampai dengan tahun 1993. Wawancara dengan Ustadz Mashadi, Rabu, 3 Juli 2013 pukul 09.00 sd.10.30 di rumah beliau Jl. Lafran Pane, Cimanggis. 158 Jimly Asshidiqie (ed), Bang Imad: Pemikiran dan Dakwahnya, Jakarta: Gema Insani Press, hal. 160.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 98: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

76

Untuk mewujudkan pemikirannya, Natsir melalui DDII melakukan

pengkaderan bagi para aktivis Islam di bidang dakwah dan pendidikan. Natsir

pada tahun 1968 merekrut 40 orang kader muda. Mereka direkrut dengan

melakukan koordinasi dengan lembaga atau organisasi tempat mereka bernaung,

seperti HMI (Himpunan Mahasiswa Islam), PII (Pelajar Islam Indonesia), atau

Muhammadiyah.159 Ke-40 orang tersebut kemudian di kumpulkan di gedung

PHI (Panitia Haji Indonesia) di Kwitang dengan proyek officer (PO) K.H. Z.E.

Muttaqien dengan dibantu oleh Imaduddin Abdurrahim selaku asisten PO. Ke-40

peserta tersebut berasal dari 3 kampus perguruan tinggi di Bandung, yaitu ITB,

UNPAD dan IKIP Bandung. Mereka mendapat beberapa materi pelatihan selama

3 hari. Setelah menerima pelatihan diharapkan mereka dapat menjadi dosen

agama Islam atau sekurang-kurangnya asisten dosen agama Islam di ketiga

kampus tersebut.160

Pengkaderan PHI ke-2 dilaksanakan di Pesantren Darul Falah, Bogor

dengan PO Prof. Dr. Mukti Ali dengan asistwn PO Dr. Sugiat SKM. Pada

pengkaderan tahap ke-2, penceramahnya ditambah Alamsyah Ratu

Prawiranegara dan Mr. Moh. Roem. Pada pengkaderan tahap ke-2 ini selain

materi keislaman juga diberikan materi tentang intelijen agar para aktivis dakwah

nanti mampu memahami bagaimana cara kerja intel.

161

Sebagai gerakan pengkaderan, khususnya mencetak instruktur aktivis

dakwah di lingkungan kampus, PHI selalu membangun lingkaran dan forum

silaturahim setelah selesai mengikuti upgrading pembinaan keislaman.

Komunitas ini kemudian menggarap dakwah di Masjid Salman dan masjid-

masjid kampus lainnya, dengan DDII sebagai pelindungnya. Untuk

mendampingi program tersebut, DDII kemudian membuat program Bina Masjid

Kampus Indonesia pada tahun 1974. Setelah Proses pengkaderan ini berakhir,

para alumni tersebut kemudian melanjutkan penyelenggaraan training di kampus

159 Ibid. hal. 161. 160 Ibid. 161 Jimly Asshidiqie, Bang Imad: Pemikiran..., hal 162

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 99: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

77

masing-masing. 162 G.H. Jansen berpendapat bahwa Islam di Indonesia

berkembang pesat salah satunya melalui masjid kampus.163

Program Bina Masjid Kampus tujuan utamanya berusaha membangun

masjid-masjid di sekitar kampus yang akan digunakan sebagai basis aktivitas

program DDII.

Rentang waktu dari

1968 hingga 1975 merupakan masa yang dapat memperkuat analisis Jansen.

Karena DDII memiliki agenda khusus untuk melakukan pembinaan masjid

kampus di seluruh wilayah Indonesia. Masjid Kampus diyakini sebagai wadah

komunitas mahasiswa Islam yang dapat memadukan antara sains modern

dengan nilai-nilai Islam.

164 Beberapa masjid kampus yang dibangun oleh DDII

diantaranya Masjid Arif Rahman Hakim (UI Salemba), Masjid Fatahillah di

daerah Tanah Baru (di sekitar lingkungan UI Depok), At Taqwa (IKIP Jakarta),

Al Furqon (IKIP Bandung), Masjid Al Ghifari (IPB). 165 Progam ini kemudian

menjadi medium pembinaan terhadap mahasiswa oleh mantan tokoh Masyumi.

Program ini kemudian menyebar ke perguruan tinggi perguruan tinggi di

Indonesia. 166

Program yang paling dikenal oleh para mahasiswa di seluruh Indonesia

dari program Bina Masjid Kampus adalah Latihan Mujahid Dakwah (LMD)

sejak tahun 1974 yang dipimpin oleh M. Imaduddin Abdurrahim. Sebuah

pelatihan keislaman yang dilaksanakan 3-5 hari. Pelatihan ini pertama kali

dilaksanakan di Masjid Salman ITB. Setelah itu menyebar ke kampus-kampus

lain di Indonesia.

167

Sebagai penunjang program yang dikembangkan oleh DDII, kemudian

dikembangkan program pengiriman mahasiswa ke luar negeri terutama ke Timur

Tengah. Program pengiriman mahasiswa ke luar negeri, khususnya ke Timur

162 Jimly Asshidiqie, Bang Imad: Pemikiran..., hal 162. 163 Ibid. hal. 163 164 Lutfi Hakim dan Tamsil Linrung, Op.Cit, hal.31, wawancara Ustadz Mashadi. 165 Aay Muhammad Furqon, Op.Cit, hal. 126-127 166 Lutfi Hakim dan Tamsil Linrung. Op. Cit. 167 Jimly Asshidiqie, Bang Imad: Pemikiran hal. 162

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 100: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

78

Tengah, yang merupakan salah satu kebijakan Orba di bidang pendidikan.168

Untuk pendidikan ke Timur Tengah, pemerintah menunjuk beberapa lembaga

yang bertugas sebagai pelaksana proyek tersebut, diantaranya adalah DDII.

Sebagai ketua DDII, M. Natsir memberikan rekomendasi kepada mahasiswa

yang akan melanjutkan pendidikan ke luar negeri terutama Timur Tengah. 169

Universitas-universitas di Timur Tengah yang dijadikan rujukan adalah

Universitas Islam Madinah Al Munawarah, Universitas Ibnu Saud di Makkah

dan Universitas Al Azhar di Kairo.170

Para mahasiswa tersebut selama belajar di Timur Tengah, dalam proses

belajarnya ada yang berinteraksi dengan para aktivis Islam IM. Ada sebagian

yang tertarik dengan ide-ide/ pemikiran IM dan ada yang tidak. Mahasiswa yang

tertarik dengan ide-ide IM, membawa pemikiran tersebut ke Indonesia dan

menyebarkan pemikiran tersebut. Diantara tokoh-tokoh yang memperoleh

pendidikan dari Timur Tengah dan kemudian menyebarkan pemikiran IM antara

lain Hilmi Aminudin, Abdullah Baharmus, Salim Segaf Al Jufri dan Acep Abdul

Syakur.

171

Program lain yang dikembangkan DDII untuk menopang program Bina

Masjid Kampus adalah penerjemahan buku-buku pemikiran IM yang sebagian

besar di tulis dalam bahasa Arab. kemudian diterjemahkan oleh para alumni

Timur Tengah, terutama mereka yang diutus melalui DDII, seperti Abu Ridha,

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Aktivitas ini akhirnya memunculkan

penerbit-penerbit buku-buku Islam yang baru, di samping Media Dakwah.

168 Pengiriman para pelajar ke Timur Tengah sebenarnya sudah dilakukan sejak akhir abad XVIII. IM didirikan sejak tahun 1928, dan sudah banyak mahasiswa Indonesia kesana, sehingga tidak tertutup kemunginan adanya hubungan antar mahasiswa Al Azhar dan terlibat dalam berbagai kegiatan kegiatan IM. Lihat Azyumardi Azra, Jaringan Ulama : Timur Tengahdan Kepulauan Nusantara abad XVII dan XVIII, bandung: Mizan 1994. M hal 128, Hasan, Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri, Jakarta: Bulan Bintang, 1980. 169 Aay Muhammad Furqon, Op.Cit,. 170 Lukman Hakiem dan Tamsil Linrung, Op.Cit. hal. 80 171 Wawancara dengan Sitaresmi.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 101: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

79

Di antara buku yang diterjemahkan antara lain seri Al Islam karya Sa’id

Hawwa yang terdiri dari 3 jilid diterjemahkan oleh Abu Ridho. Buku ini menjadi

acuan materi dasar keislaman yang cukup detil. Contoh buku lainnya adalah 20

Prinsip Ikhwanul Muslimin karya Hasan Al Banna yang diterjemahkan oleh Afif

Muhammad. Buku ini berisi kewajiban yang ada pada setiap muslim untuk

diyakini dan dilaksanakan dalam mengatur hubungan dirinya dengan Tuhan.

Buku ini pun menjadi dasar pemahaman keislaman seorang kader dakwah. Buku

berikutnya karya Sa’id Hawwa yang berjudul Allah yang diterjemahkan oleh tim

penulis, sayangnya tidak menyebutkan namanya. Buku-buku tersebut semuanya

adalah karya-karya tokoh IM.

Dampak dari penerjemahan buku tersebut membuat pemikiran IM mulai

diserap secara langsung oleh para aktivis dakwah di Indonesia, terutama Aktivis

Dakwah Kampus. Pemahaman para kativis ini pada awalnya hanya sebatas

pemikiran semata, mereka tidak secara komprehensif memahami gerakan IM

seperti di Mesir. Dalam pemahaman teori konstruksi Berger aktivis dakwah

kampus pada masa ini baru sampai taraf eksternalisasi. Momen eksternalisasi

merupakan momen awal yang ada dalam dialektika Berger. Dalam hal ini

seorang individu dengan kemampuannya baru mampu melakukan adaptasi

dengan teks-teks kehidupan. Baru taraf ekspresi diri ke dalam dunia sosial

dakwah kampus.

2.6.2. Arus Gerakan “Pemikiran Baru”

Sepuluh tahun pertama kebijakan politik Orba telah menempatkan Islam

pada posisi yang kurang menguntungkan. Sehingga memunculkan kesan bahwa

Islam itu tradisionalis, antimodernisasi, anti pembangunan bahkan sering disebut

anti Pancasila. Kesan tersebut membuat umat Islam terkena proses marjinalisasi

dalam proses modernisasi dan pembangunan di Indonesia. Kenyataan ini

membawa konsekuensi psikologis bahkan menjadi suatu beban bagi sebagian

pemimpin Islam Indonesia, karena umat Islam di Indonesia merupakan

mayoritas. Beban psikologis ini mendorong mereka bergerak melakukan suatu

perubahan agar umat Islam di perhitungkan eksistensinya dalam kehidupan

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 102: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

80

berbangsa dan bernegara sehingga dapat mengubah citra negatif Islam dan

umatnya.172

Munculnya gerakan “pemikiran baru”

173

Gerakan “pemikiran baru” ini timbul dari gagasan Nurcholish Madjid.

Islam dikalangan intelektual

muda Islam pada tahun 1970-an. Merupakan perkembangan radikal dalam

pemikiran politik keagamaan umat Islam pada masa Orba . Gerakan “pemikiran

baru” tidak saja membicarakan posisi umat Islam, namun juga melibatkan

pembicaraan tentang Tuhan, manuisa dan berbagai persoalan kemasyarakatan,

terutama yang berhubungan dengan persoalan politik umat Islam dan bagaimana

melakukan terobosan-terobosan untuk mengembalikan daya gerak psikologis

umat Islam.

174

Gagasan pemikiran Nurcholish ini lebih bersifat mengelaborasi pemikiran-

pemikiran Islam dalam hubungannya dengan masalah modernisasi sosio politik

umat Islam Indonesia kontemporer. Hal ini berbeda pandangan atau gagasan

dengan para tokoh senior sebelumnya, seperti Natsir, Rasjidi, dan Deliar Noer.

Pemikiran baru Nurcholish lebih bersifat empirik. Walaupun cenderung bersifat

kontroversial, “pemikiran baru” Nurcholish Madjid mencerminkan rumusan

empirik tentang bagaimana mengembalikan daya gerak psikologis umat yang

telah hilang. Karenanya “pemikiran baru” tidak mengesankan sikap

apologetik.175

172 Fachri Ali dan Bachtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam, Bandung: Mizan, 1986, hal 122.

173 Istilah ini digunakan oleh Fahri Ali dan Bachtiar Efendi untuk menggantikan sebutan Gerakan Pembaruan Pemikiran Nurcholish Madjid. Karena terminologi “pembaruan pemikiran” masih memunculkan polemik dan kritikan, artinya gagasan tersebut masih banyak dipersoalkan orang , maka oleh Fahri Ali dan Bachtiar Efendi disebut dengan gerakan “pemikiran baru”. 174 Kamal Hasan melukiskan Nurcholish Madjid sebagai seorang intelektual muda muslim yang berfikiran realistis akomodasionis, ia menyamakan dengan tokoh Mintareja, ketua Parmusi bentukan Orde Baru. 175 Fachri Ali dan Bachtiar Effendi, Merambah Jalan..., hal. 123

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 103: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

81

Dalam kaitannya dengan gagasan modernisasi pemerintah Orba, berbeda

orientasi dengan para tokoh senior Islam lainnya, gagasan “pemikiran baru”nya

Nurcholish Madjid tidak berhenti pada pernyataan bahwa Islam tidak

bertentangan dengan modernisasi atau modernisasi adalah suatu kewajiban

keagamaan dalam Islam, namun sudah langsung memberikan suatu langkah-

langkah perubahan apa yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam. Jadi gagasan

Nurcholish bukan hanya sebatas teori namun sudah sampai taraf praktis.176

Gagasan Nurcholish Madjid ini diungkapkan dalam sebuah tulisan yang

berjudul “Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dalam Masalah Integrasi

Umat”.

177

Nurcholish Madjid mengawali tulisan dengan konstatasi bahwa “Kaum

Muslimin Indonesia sekarang ini telah mengalami kejumudan kembali dalam

pemikiran dan pengembangan ajaran-ajaran Islam, dan kehilangan psychologycal

striking force dalam perjuangannya”.

Pemikiran dalam tulisan Nurcholish Madjid ini kemudian

memunculkan polemik dan kritikan tajam karena dianggap koontroversial dan

terkesankan akan pemikiran seorang sekularis.

178

Sebuah dilema segera dihadapkan kepada umat Islam: Apakah akan

memilih menempuh jalan pembaruan dalam dirinya, dengan merugikan

integrasi yang selama ini didambakan, ataukah akan mempertahankan

dilakukannya usaha-usaha ke arah integrasi itu, sekalipun dengan akibat

Lebih lanjut Nurcholish menyebutkan bahwa kondisi seperti itu

menghadapkan umat pada dua pilihan yang juga menimbulkan dua konsekunsi

yang berbeda. Hal itu seperti yang ia katakan bahwa:

176 Jimly Asshiddiqie (ed), Bang ‘Imad: Pemikiran dan Gerakan Dakwahnya, Jakarta: Gema Insani Press, 2002, hal.143-145. 177 Tulisan tersebut merupakan makalah yang kemudian diterbitkan dalam kumpulan tulisan Nurcholishh Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 1989. 178 Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan, 1989, hal. 204.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 104: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

82

keharusan ditolelirnya kebekuan pemikiran dan hilangnya kekuatan-

kekuatan moral yang ampuh?179

Bila suatu inisiatif pembaruan telah diambil oleh sebagian umat, maka

sebagian umat yang lain akan mengadakan reaksi kepadanya. Berkali-kali

sejarah telah menunjukkan hal itu.

Nurcholish menyadari bahwa ide yang dia ungkapkan ini akan menimbulkan

reaksi dari yang lain, hal ini seperti yang diungkapkannya bahwa

180

Bagi Nurcholish Madjid, mempertahankan persatuan umat bukanlah suatu

bentuk pendekatan praktis dalam mengikuti proses modernisasi. Kondisi politik

Orba masa itu mendorong untuk melakukan sebuah perubahan, baik berupa

sikap maupun perubahan dalam pemikiran umat Islam Indonesia.

Tulisan Nurcholish Madjid berupaya menggambarkan kondisi dan situasi

umat Islam pada masa Orba. Ia menggambarkan bahwa perkembangan umat

Islam pada masa itu kurang menggembirakan. Berbagai organisasi Islam

pembaru, seperti Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, telah kehilangan ruh

dinamika atau pembaruannya. Sehingga tergambarkan tidak lagi terpancarnya

api Islam dari umat Islam sendiri.

Nurcholish juga menggambarkan bahwa salah satu yang

menggembirakan tentang Islam di Indonesia adalah perkembangannya yang

pesat secara kuantitas. Dari kalangan yang lebih tinggi menunjukkan

perhatiannya kepada Islam. Namun menurut Nurcholish masih menyisakan

pertanyaan yaitu sampai dimanakah perkembangan akibat daya tarik yang jujur

dari ide-ide Islam yang dikemukakan oleh para pemimpin itu, lisan atau tulisan?

Ataukah bahwa perkembangan kuantitatif Islam itu dapat dinilai sebagai tidak

lebih dari pada gejala adaptasi sosial karena perkembangan politik di tanah air.

Lebih lanjut Nurcholish juga menyebutkan bahwa jawaban atas pertanyaan

179 Nurcholish Madjid, Islam Kemodernan, 180 Ibid.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 105: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

83

tersebut dapat ditemukan dengan meletakkan kembali pertanyaan: Sampai

dimanakah mereka tertarik pada partai-partai Islam atau organisasi-organisasi

Islam? Jawabannya adalah kecuali sedikit saja diantara mereka yang tertarik

pada organisasi atau partai Islam. Sehingga perumusan sikap mereka berbunyi “

Islam, Yes”, “Partai Islam, No”. Lebih lanjut Nurcholish mengatakan bahwa

Jika partai-partai Islam merupakan wadah ide-ide yang hendak

diperjuangkan berdasarkan Islam, maka jelaslah bahwa ide itu sekarang

dalam keadaan tidak menarik. Dengan kata lain, ide-ide dan pemikiran

Islam itu sekarang sedang menjadi absolute memfosil, kehilangan

dinamika. Partai Islam tidak bisa membangun image positif.181

Di bagian lain tulisanya Nurcholish menekankan bahwa mutu lebih

penting dari pada jumlah. Hal yang sebaliknya terjadi dalam pandangan umat

Islam Indonesia pada masa itu, lebih mementingkan jumlah dari pada mutu.

Nurcholish menekankan juga bahwa persatuan lebih menjamin tercapainya

tujuan dari pada perpecahan, namun dapatkah persatuan itu terwujud secara

dinamis dan menjadi sebuah kekuatan dinamis jika tidak didasari oleh ide-ide

yang dinamis pula.

182 Oleh karena itu menurut Nurcholish Madjid untuk

melakukan pembaruan harus dimulai dengan dua tindakan yang saling erat

berhubungan satu dengan yang lainnya. Ia lebih jauh menyebutkan bahwa untuk

pembaruan harus berani melepaskan diri dari nilai-nilai tradisional dan mencari

nilai-nilai yang berorientasi ke masa depan. Untuk itu diperlukan suatu proses

liberalisasi. Proses tersebut menurut Nurcholish dikenakan terhadap “ajaran-

ajaran dan pandangan-pandangan Islam” yang ada sekarang ini.183

Proses liberalisasi tersebut menurut Nurcholish menyangkut sekularisasi,

kebebasan berfikir, kemajuan berfikir (idea of progress) dan sikap terbuka.

Sekularisasi yang dimaksud oleh Nurcholish Madjid bukanlah menerapkan nilai-

nilai sekularisme, dan mengubah kaum muslimin menjadi sekularis. Namun

181 Ibid, hal. 205. 182 Ibid, hal. 206. 183 Ibid.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 106: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

84

lebih cenderung untuk menduniawikan nilai-nilai yang sudah semestinya

duniawi dan melepaskan umat Islam yang cenderung untuk

mengukhrowikannya. Artinya ia mendudukan nilai-nilai yang sakral pada

tempatnya. Sebagai konsekuensi logis dari pemahaman tauhid, menurut

Nurcholish adalah pemutlakan transendensi semata-mata hanya kepada Tuhan.

Sehingga harus melahirkan desakralisasi pandangan terhadap selain Tuhan, yaitu

masalah dunia dan masalah-masalah serta nilai-nilai yang bersangkutan dengan

itu. Sakralisasi kepada sesuatu selain Tuhan pada hakikatnya adalah syirik, lawan

dari tauhid.184

Tesis tentang “pemikiran baru” yang diangkat kepermukaan oleh

Nurcholish Madjid ini mendapat respon dari kalangan intelektual muslim. Dari

berbagai tanggapan yang muncul dapat diasumsikan bahwa pada dasarnya,

kalangan terpelajar Islam merasakan pula perlunya pemikiran-pemikiran segar

yang dapat membawa umat keluar dari stagnasi kegiatan berfikir. Namun

sepanjang menyangkut tesis-tesis pemikiran baru yang digagas oleh Nurcholish

Madjid, seperti sekularisasi, liberalisasi, kebebasan berfikir, kemajuan berfikir

dan sikap terbuka dianggap terlalu vulgar serta menimbulkan konotasi radikal,

maka sulit untuk diterima.

185

Gagasan Nurcholish Madjid ini dilanjutkan oleh teman-temannya yang

sebagian anggota HMI atau pun PII. Namun tidak salah untuk dikatakan bahwa

kebangkitan kesadaran intelektual Islam pasca “pemikiran baru” untuk

sebagiannya mendapatkan dasar-dasarnya dari pemikiran baru yang pernah

dikembangkan oleh Nurcholish Madjid.

186

Jika Nurcholish Madjid mensikapi kondisi ummat pada masa itu dengan

melakukan liberalisasi proses pemikiran, lain halnya dengan gerakan Tarbiyah,

Namun ada juga perkembangan

pembaruan pemikiran Islam yang merupakan dampak dari anti tesis terhadap

pemikiran Nurcholish Madjid, diantaranya adalah Gerakan Tarbiyah.

184 Ibid, hal. 208 185 Fachri Ali dan Bachtiar Effendi, Merambah Jalan..., hal. 134. 186 Fachri Ali dan Bachtiar Effendi, Merambah Jalan..., hal.142

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 107: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

85

mereka mensikapi kondisi ummat pada masa itu dengan cara melakukan

pendidikan bagi ummat Islam agar mereka faham akan keislaman mereka.

2.6.3. Gerakan Dakwah Kampus sebagai Alternatif Aktivitas Mahasiswa

Mahasiswa merupakan bagian dari unsur pemuda yang memiliki sifat

paling dinamis dalam mengartikulasikan potensinya. Berbagai cara ia lakukan

dalam mengartikulasikan potensi yang dimilikinya. Pada dasawarsa akhir tahun

1970an dan awal tahun 1980an mahasiswa di Indonesia berada dalam posisi

tertekan setelah pemerintah mengambil sikap terhadap aktivitas demonstrasi

mahasiswa yang semakin meningkat, baik di kampus maupun di luar kampus.

Kebijakan yang diambil pemerintah adalah mengambil alih penuh untuk

mengatur kehidupan kampus.

Kebijakan pengambilalihan penuh pengaturan kehidupan kampus

tersebut berawal dari proses suksesi pemimpin nasional di era itu. Pada saat itu

Suharto dicalonkan kembali sebagai presiden untuk ketiga kalinya. Pencalonan

tersebut memunculkan reaksi dari dewan-dewan mahasiswa perguruan tinggi

yang mendesak MPR untuk tidak memproses pencalonan kembali Suharto

sebagai presiden. Mahasiswa menilai bahwa pencalonan Suharto sebagai

presiden perlu dikoreksi. Tindakan protes mahasiswa ini semakin besar, tindakan

tersebut lebih dikenal dengan istilah parlemen jalanan. Gelombang gerakan

mahasiswa yang mendukung pergantian tersebut semakin besar. Mahasiswa

mendorong Ali Sadikin untuk menggantikan Suharto.187

Kondisi tersebut dilihat oleh pemerintah Suharto sebagai ancaman dan

berbahaya bagi stabilitas nasional. Sikap mahasiswa yang mengangkat isu

suksesi kepemimpinan nasional dianggap sebagai tindakan yang berisiko tinggi.

Oleh karena itu pemerintah Orba mengambil sikap yang tegas terhadap

187 Wawancara Dr. Agus Nurhadi, Aktivis Dakwah Kampus, Jurusan Kimia angkatan 1978, kamis 26 Maret 2009. Oleh Whahyudha. Wawancara dilakukan di Rumah Jl Griya Asri, Depok pk. 09.00

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 108: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

86

siapapun yang dianggap akan mendongkel kekuasaannya, maka dengan dalih

mengganggu stabilitas nasional Suharto mengambil kebijakan melalui

Pangkopkamtib (Panglima Komando Keamanan dan Ketertiban), Soedomo,

mengeluarkan surat keputusan SKEP 02/KOPKAM/1978 tertanggal 21 Januari

1978 tentang pembekukan Dewan Mahasiswa. Keputusan ini ditindak lanjuti

oleh Menteri Pendidikan Syarif Thayep yang mengeluarkan instruksi

No.1/U/1978 tentang Pedoman Pemeliharaan Ketenangan dan Ketertiban di

Lingkungan Perguruan Tinggi. Puncaknya ketika pada 19 April 1978 Menteri P

dan K Dr. Daud Yusuf mengeluarkan SK No. 0156/U/1978 tertanggal 19 April

1978 tentang Normalisasi Kehidupan Kampus yang dikenal dengan istilah NKK.

Dan untuk mengatur lembaga/ organisasi mahasiswa di lingkungan Perguruan

Tinggi setelah Dewan Mahasiswa di bubarkan, Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan mengeluarkan SK Menteri P dan K No. 037/U/1979 tentang Bentuk

Susunan Lembaga/ Organisasi Mahasiswa di lingkungan Perguruan Tinggi,

keputusan ini lebih dikenal dengan sebutan BKK (Badan Koordinasi

Kampus).188

Kebijakan NKK dan BKK yang dikeluarkan oleh pemerintah Orba

memang tetap mempersilahkan kehidupan kampus untuk berpolitik. Akan tetapi

lingkup politik hanya dalam kampus saja dan orang-orang luar tidak

diperbolehkan untuk berpolitik di dalam kampus. Pihak kampus mempersilahkan

mahasiswa untuk berpolitik, namun hanya lingkup diskusi dan wacana. Hal ini

oleh mahasiswa dimaknai tidak ada lagi politik prakis di kampus. Mahasiswa

sendiri memiliki pandangan bahwa politik bukan hanya di ruang kuliah, namun

juga memberikan kontribusi bagi masyarakat. Dampak dari kebijakan ini

mahasiswa tidak lagi bisa lagi menghadirkan tokoh-tokoh ke dalam kampus

untuk berceramah dan berdiskusi tentang permasalahan nasional. Setiap ada

kegiatan maka mahasiswa diharuskan meminta ijin kepada birokrasi kampus.

189

188 Normalisasi Kehidupan kampus/ badan Koordinasi Kampus (NKK/BKK) merupakan keputusan dari Menteri P&K, SK No. 0156/U/1978 tertanggal 19 April 1978 dan No. 037/U/1979 tertanggal 24 Februari 1979. 189 Wawancara Dr. Agus Nurhadi

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 109: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

87

Kebijakan NKK/BKK disini terlihat sangat mempengaruhi pola gerakan

mahasiswa, mahasiswa kesulitan megaktualisasikan diri sehingga sulit untuk

menyalurkan potensi yang mereka miliki.

Daud Yusuf selaku Menteri P dan K pada waktu itu memandang bahwa

NKK merupakan upaya pengembalian fungsi mahasiswa dari kekuatan masa

menjadi kekuatan intelektual (the power reason). NKK merupakan upaya

meredefinisikan lembaga-lembaga kemahasiswaan secara mendasar, fungsional

dan bertahap sehingga kepribadian mahasiswa yang di universitas menjadi

intelektual yang sesungguhnya, yaitu individu yang memiliki kemampuan

berfikir kritis, analitis dan mempunyai daya nalar yang tinggi, sehingga siap

terjun dalam kehidupan dunia keilmuan dan kemasyarakatan.190 NKK kemudian

semakin dijabarkan melalui BKK yang mengatur secara teknis pembentukan

lembaga kemahasiswaan, yang berbentuk Senat Mahasiswa (SM) dan Badan

Perwakilan Mahasiswa (BPM).191

Pasca ditetapkannya NKK BKK membuat semua organisasi ekstra

kampus, seperti HMI, PMII. PII, GMNI, PMKRI dan GKMI terpisahkan dengan

organisasi intra kampus.

Kedua lembaga tersebut dalam pelaksanaan

konsep BKK di bawah pengawasan Rektorat dan Dekanat.

192

190 Majalah Mahasiswa, no 16 tahun III hal. 5-10, Dirjend Dikti Dep. P dan K.

Dampak dari hal itu, semua aktivitas ekstra kampus

yang dilakukan mahasiswa harus dilakukan di luar kampus. Kampus harus bersih

dari pengaruh organisasi ekstra kampus. Tekanan yang dilakukan pemerintah

Orba terhadap mahasiswa membuat mahasiswa mengalami pembatasan dan

penekanan. Hal tersebut ditambah lagi dengan perubahan sistem pendidikan

berdasarkan sistem Satuan Kredit Semester (SKS). Pemberlakuan SKS menuntut

mahasiswa fokus pada perkuliahan mereka, karena adanya batasan waktu

191 Konsep pelaksanan BKK tertuang dalam instruksi Dirjend Dikti no. 02/DJ/Inst/1978 tentang pokok-pokok Pelaksanaan Penataan Kembali Lembaga-lembaga Kemahasiswaan di Perguruan Tingi. Ini diperkuat lagi dengan SK mendikbud no 037/U/1979. 192 Ridwan Saidi, Kelompok Cipayung HMI, GMKI, PMKRI, GMNI-PMII: Analisis Gerakan Kebersamaan dan Pemikiran Ormas Mahasiswa Pasca Aksi Tritura 1966, jakarta: LSIP, 1995, hal 65.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 110: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

88

perkuliahan mereka. Mahasiswa lebih cenderung pada belajar sehingga kegiatan

mereka pun akhirnya study oriented. Hal ini membuat mahasiswa mengalami

keterbatasan waktu untuk melakukan kegiatan kemahasiswaan dan

menyampaikan aspirasinya.193

Pemberlakuan NKK/BKK melahirkan format baru aktivitas mahasiswa

dengan melakukan adaptasi terhadap kebijakan tersebut. Bila sebelum 1979

aktivitas mahasiswa banyak dilakukan di jalanan melalui demonstrasi, kemudian

beradaptasi dengan menjamurnya aktivitas kelompok-kelompok studi yang

bertujuan untuk melakukan gerakan penyadaran diantara mahasiswa dengan

menuangkan gagasan-gagasan mereka dalam suatu diskusi untuk

menyelesesaikan masalah. Kondisi seperti ini menurut Arbi Sanit merupakan

proses pelemahan peran mahasiswa.

Pemberlakuan BKK membawa dampak kepada

kontrol yang begitu ketat dan kuat dari birokrasi kampus kepada lembaga-

lembaga kemahasiswaan intra kampus.

194

Di satu sisi NKK/BKK membuat gerakan mahasiswa mengalami

pembatasan dan kontrol yang begitu kuat, namun disisi lain mengendurnya

gerakan politik mahasiswa memunculkan kelompok mahasiswa yang bergerak

“di bawah permukaan” melakukan pembinaan mahasiswa di bidang keagamaan,

yang lebih menekankan pada kajian moralitas dan kajian Islam. Pemahaman

yang coba dibangun melalui kajian ini menerangkan bahwa Islam bukan hanya

kegiatan ibadah rutin semata, namun memiliki makna yang lebih luas. Kajian-

kajian ini dilakukan tidak lagi dengan metode ceramah semata, namun dilakukan

Birokrasi kampus dalam hal ini Rektorat dan Dekanat yang berfungsi

menjalankan kebijakan pemerintah mempunyai andil besar dalam membatasi

gerakan mahasiswa. Dua lembaga tersebut menjalankan fungsi yang sama

namun dalam lingkup yang berbeda yaitu mengamankan kampus dari aktivitas

politik prakatis mahasiswa di tingkat universitas dan fakultas.

193 Ridwan Saidi, hal. 65 194 Arbi Sanit, Pergolakan Melawan Kekuasaan: Gerakan Mahasiswa antara Aksi Moral dan Politik, Yogyakarta: Pustakan Pelajar, 1999, hal. 46-47.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 111: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

89

dengan cara yang lebih variatif sehingga menarik mahasiswa untuk menghadiri

kajian seperti bedah buku, diskusi, seminar, tadabur alam dan lain-lain. Materi

yang diberikan juga tidak hanya nilai-nilai keagamaan namun juga tentang

kondisi dunia Islam pada saat itu. Dilakukannya pengkajian tersebut bertujuan

agar mahasiswa merasa perlu untuk mengikuti aktivitas tersebut. Kajian ini

menjadi kegiatan alternatif mahasiswa saat itu.195

Menurut Amin Rais bahwa maraknya dakwah kampus karena

meningkatnya kesadaran beragama mahasiswa, Islam sebagai solusi menghadapi

masalah yang ada, lebih jelasnya dalam Prisma edisi khusus tahun 1984 Amin

mengatakan bahwa

Maraknya kegiatan kampus tidak disebabkan oleh pemikiran yang

dilontarkan oleh Nurcholish pada 1970, namun disebabkan oleh; pertama,

merupakan kesadaran beragama mahasiswa yang makin mendalam,

kedua, terjadi semacam krisis identitas di kalangan pelajar dan

mahasiswa yang untuk mengatasi krisis tersebut, maka kembali kepada

Islam adalah solusinya, dan ketiga, para aktivis dakwah ini yakin bahwa

untuk menghadapi persoalan di masa depan, maka Islamlah yang dapat

menjawabnya.196

Kondisi ini mendorong maraknya aktivitas dakwah mahasiswa dengan

memanfaatkan ruang kosong kampus yaitu masjid-masjid kampus. Karena

masjid kampus pada saat itu bisa dikatakan merupakan tempat yang tidak

“terjangkau” oleh kebijakan NKK/ BKK Orba. Sehingga masjid kemudian

dimanfaatkan untuk menyebarkan dakwah. Mereka kemudian membentuk

bermacam-macam kelompok studi keagamaan yang dipusatkan di masjid

kampus. Pembentukan kelompok studi keagamaan tersebut menjadi suatu

pilihan yang paling realistik bagi aktivis gerakan kampus kala itu. Kajian

keagamaan semacam itu, oleh birokrat kampus tampaknya diabaikan dan kurang

195 Op.Cit. Ridwan 196 Rais, M. Amien.1984. Gerakan-gerakan Islam Internasional dan Pengaruhnya bagi

Gerakan Islam Indonesia. Prisma. Arah Baru Islam:Suaran Angkatan Muda. Hal. 23.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 112: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

90

diwaspadai oleh pihak birokrasi kampus. Sehingga yang terjadi perlahan namun

pasti, kelompok kajian keagamaan ini semakin lama semakin membesar. Bisa

dikatakan bahwa kelompok ini berhasil memanfaatkan kelengahan birokrat

kampus dalam mengendalikan kegiatan politik mahasiswa di kampus.197

Di sisi lain sejak tahun 1978 masjid-masjid kampus tumbuh menjamur,

bahkan tak sepi dari jamaah. Kegiatan halaqah dan pengkajian Islam berjalan

lancar. Sekitar tahun itulah gerakan mahasiswa Islam, yang tanpa terkait dengan

organisasi ekstra, seperti HMI dan PMII, mulai diterima di tengah mahasiswa.

Sehingga di kalangan mahasiswa mulai muncul gerakan dakwah kampus yang

memanfaatkan masjid kampus sebagai aktivitas mereka. Gerakan ini berawal

dari ide Imaduddin Abdulrahim

198

Program tersebut semula bernama Latihan Kader Dakwah (LKD),

kemudian namanya berubah menjadi Latihan Mujaid Dakwah (LMD), yang

bertujuan menjadi kawah candradimuka untuk mendidik dan melatih calon-calon

mujahid dalam perjuangan Islam. Ketika sentimen terhadap Islam semakin

menguat, program yang dibina oleh Imaduddin ini mengundang kecurigaan

Pemerintah Orba, terutama kalangan militer yang secara nyata menunjukkan

sikap anti Islam politik. Untuk menghindari tekanan politik tersebut, Imaduddin

mengubah nama program menjadi Studi Islam Intensif (SII). Program tersebut

selain memperluas cakupan program dan kegiatan yang tidak lagi terbatas pada

yang memanfaatkan Masjid Salman ITB

untuk menerapkan ide program dakwah. Ide pelatihan dakwah melalui masjid

ini mengundang minat besar aktivis gerakan Islam yang bukan hanya semata

unsur HMI, namun mahasiswa Islam secara umum dari berbagai perguruan

tinggi di Bandung yang kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Program

khusus yang dirancangnya berupa pelatihan mubaligh yang melahirkan kader-

kader dakwah.

197 Julie Chernov Hwang, Umat bergrak, hal. 81-83 198 Imaduddin Abdulrahim sebelumnya pernah memimpin Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam, yang aktivitasnya melakukan pendidikan kader-kader dakwah bagi mubaligh muda yang direkrut dari kalangan mahasiswa Islam. Organisasi ini berinduk ke PB HMI.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 113: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

91

dakwah, namun meliputi pemahaman keislaman dalam konteks yang luas. Tiga

hal penting yang menjadi penekan program ini adalah 199

(1) pengetahuan dasar Islam,

(2) penanaman jiwa perjuangan dalam gerakan Islam,

(3) komitmen dalam pembangunan umat Islam.

Dalam perekrutannya program ini mempertimbangkan dua hal penting yaitu

prestasi akademik dan bakat kepemimpinan. Mereka inilah yang kemudian

menjadi pelopor di masjid-masjid kampus.

Para mubaligh dakwah tersbut mencoba membangun pemahaman dalam

diskusi-diskusi yang dilakukan bahwa Islam bukan hanya kegiatan ibadah rutin,

namun Islam merupakan suatu tuntunan yang lebih luas sifatnya. Materi yang

diberikan dalam LKD/LMD dan SII menjadi dasar dalam kajian di masjid-

masjid kampus. Sehingga aktivitas yang mereka lakukan umumnya berbeda

dengan kajian-kajian keagamaan yang sudah ada, metodenya pun tidak hanya

dengan ceramah namun juga dalam bentuk kajian buku atau bedah buku yang

berisi tentang kondisi dunia Islam. dan juga mengkaji gerakan-gerakan Islam di

dunia. Hal ini dilakukan agar lebih menarik dan banyak dikunjungi oleh

mahasiswa, sehingga mahasiswa merasa perlu akan kajian yang mereka

lakukan.200

Dampaknya masjid kampus berkembang menjadi pusat aktivitas

pembinaan, khususnya aktivitas pembinaan akidah dan akhlak. Kondisi ini

didukung oleh kondisi perpolitikan kampus yang mengalami penurunan karena

daya tarik organisasi ekstra kampus yang menurun dampak dari kebijakan NKK

BKK.

199 Jimly Asshidiqie, Bang Imad: Pemikiran , hal. 163. 200 Ibid. Lihat juga Julie Chernov Hwang, Umat Bergerak, hal. 82

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 114: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

BAB III

GERAKAN TARBIYAH

3.1. Kelahiran Gerakan Tarbiyah

Secara umum, perkembangan gerakan Islam, dalam pengertian yang luas,

di Indonesia pada dasawarsa 1980 menunjukkan kecenderungan yang

menggesankan. Dekade tersebut merupakan dekade paling menarik dalam

perjalan gerakan Islam di Indonesia. Sepuluh tahun terakhir dari dekade tersebut

merupakan masa yang memunculkan berbagai perkembangan baru, yang

menurut Azyumardi, akan banyak menentukan masa depan Islam di

Indonesia.201

Pada dekade 1980an peningkatan minat dan apresiasi terhadap ajaran

Islam juga merupakan gejala yang umum pada mahasiswa di perguruan tinggi-

perguruan tinggi (PT) di Indonesia. Pada dasawarsa ini memunculkan banyak

kelompok studi Islam di kalangan mahasiswa, baik PT negeri maupun PT swasta

atau PT umum maupun PT keagamaan. Kelompok studi keislaman ini dalam

aktivitasnya tidak hanya mengkaji Islam sebagai pemikiran semata, namun

mereka berupaya mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-sehari di dalam

masyarakat. Kehidupan ini dikenal sebagai da’wah bi al-hal.

202

Menurut Azyumardi, kemunculan trend pergerakan Islam yang terjadi

saat ini dan kompleksitas merupakan faktor yang mendorong munculnya

berbagai gerakan Islam kontemporer di Indonesia. Penulis akan mencoba

menganalisis secara singkat beberapa faktor yang memunculkan arah

perkembangan gerakan Islam di Indonesia, terutama munculnya Gerakan

Tarbiyah.

201 Azyumardi Azra, Islam Reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan, Jakarta: Raja

Grafindo Persada, 1999, hal 17. 202 Ibid, hal 21

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 115: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

93

Imdadun Rahmat menggambarkan bahwa bibit-bibit Gerakan Tarbiyah

adalah para aktivis dakwah kampus (ADK). Para ADK ini mendirikan dan

mengelola pengajian yang diwadahi sebuah organisasi Lembaga Dakwah

Kampus (LDK). Gerakan yang semula bernama usrah berganti nama menjadi

tarbiyah dan mereka menamai aktivitasnya dengan sebutan tarbiyah. Ideologi

keagamaan gerakan ini lebih memiliki keterkaitan dengan ideologi Ikhwanul

Muslimin. 203 Pemikiran ini sejalan dengan pendapat Haedar Nashir bahwa

Gerakan Tarbiyah merupakan gerakan Islam yang memperoleh inspirasi dan

memiliki pertautan ideologis dengan IM. Ia juga menyebutkan bahwa tarbiyah

pada awalnya merupakan suatu bentuk sistem pembinaan yang diterapkan di

lingkungan IM pimpinan Hasan Al Banna di Mesir. Jadi konsep tarbiyah di

Indonesia merupakan adopsi dari sistem pembinaan IM.204 Memperhatikan dua

pendapat di atas, maka asal usul gerakan Tarbiyah dapat ditelusuri dari gerakan

dakwah kampus.205

Terkait dengan dakwah kampus, Burhanuddin Muhtadi, dalam Dilema

PKS: suara dan syariah, menyebutkan bahwa dakwah kampus meliputi

serangkaian kegiatan yang menyeru pada agama yang dilakukan oleh dan untuk

kalangan mahasiswa di kampus.

206

203 M Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Gedung

Parlemen,Yogyakarta: LkiS,

Berdasarkan data yang penulis peroleh di

lapangan, aktivitas dakwah kampus tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa,

namun juga dilakukan oleh semua civitas akademika yang lain, yaitu dosen dan

karyawan. Sehingga penulis berasumsi bahwa dakwah kampus meliputi

serangkaian kegiatan yang menyeru pada agama yang dilakukan oleh dan untuk

204 Haedar Nashir, Manifestasi Gerakan Tarbiyah: Bagaimana Sikap Muhammadiyah, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2010, hal. 7

205 Dakwah secara etimologis memiliki makna “menyeru” kepada Islam atau seruan agama untuk membangkitkan iman atau untuk menjaga masyarakat Islam dari kebejatan. Dalam pengertian terminologis, dakwah bermakna mengajak masuk agama, kerja misionaris atau seruan pada ad-dien. Aktivisnya dikenal dengan sebutan duat (berasal dari bahasa arab yang berarti penyeru, yang melakukan seruan agama). Lihat Burhanuddin Muhtadi, Dilema PKS: Suara dan Syariah , Jakarta: Kepustakan Populer Gramedia, 2012, hal 32.

206 Ibid.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 116: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

94

civitas akademika di kampus. Hal ini didukung data bahwa dalam perkembangan

awal gerakan dakwah kampus sudah melibatkan sosok tokoh dosen, baru

kemudian oleh mahasiswa.207

Pada bagian sebelumnya dijelaskan munculnya dakwah kampus sebagai

reaksi terhadap kebijakan pemerintah Orde Baru terhadap kalangan Islam

terutama Islam sebagai kekuatan politik. Lahirnya Orde Baru sebelumnya

melahirkan dampak psikologis yang sangat kuat dikalangan kaum menengah

perkotaan, umumnya kaum terdidik secara barat, umat Islam perkotaan dan para

mahasiswa. Hal ini ditandai dengan munculnya rasa optimisme yang tinggi akan

kebebasan dan demokrasi yang selama masa demokrasi terpimpin tertekan oleh

mitos revolusi.

Seperti yang sudah disebutkan dalam bab

sebelumnya.

208

Berbicara perkembangan Dakwah Kampus, Kita tidak bisa terlepas dari

keterlibatan sosok M Imaduddin Abdurrahim yang sebelumnya merupakan

aktivis HMI. Sewaktu di HMI, Imaduddin memimpin Lembaga Dakwah

Mahasiswa Islam (LDMI) dan melakukan pendidikan kader dakwah bagi

mubaligh-mubaligh muda, yang direkrut dari kalangan mahasiswa Islam. Di

bawah kepemimpinan Imaduddin, LDMI berkembang dan sangat populer di

kalangan aktivis HMI dengan program pembinaan yang mengacu pada Nilai-

nilai Dasar Islam (NDI). Ketika memimpin LDMI inilah Imaduddin banyak

bertemu dengan Nurcholish Madjid. Kebersamaannya dengan Nurcholish

Harapan besar itu punah ketika Soeharto melakukan

“penghancuran” mulai secara halus hingga secara kasar. Munculnya dakwah

kampus sendiri dimaknai sebagai reaksi terhadap kebijakan Orde Baru terhadap

kelompok Islam.

207 Awal perkembangan dakwah kampus awalnya dilakukan oleh sosok Imaduddin

sebagai seorang dosen ITB kepada mahasiswa, kemudian mahasiswa ke mahasiswa dan dalam kondisi saat ini sasarannya bisa dikatakan civitas akademik di sebuah universitas yang meliputi mahasiswa, dosen dan karyawan.

208 Fachri Ali dan Bachtiar Effendi, Merambah Jalan Baru...,hal 94-95.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 117: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

95

Madjid di HMI memberikan kesempatan lebih luas kepada Imaduddin untuk

mendiskusikan pemikiran Islam.209

Ketika Dewan Dakwah mengembangkan program Bina Masjid Kampus

pada tahun 1974, Imaduddin bergabung dengan program tersebut. Berbekal

hasil pelatihan program Bina Masjid Kampus dan pengalaman pengelolaan

LDMI, Imaduddin meneruskan program pelatihan dakwah yang sudah ia

kembangkan sebelumnya di Masjid Salman-ITB. Program pelatihan tersebut

mengundang minat yang besar dari berbagai aktivis gerakan Islam yang ada, baik

HMI maupun dari aktivis mahasiswa Islam dari berbagai perguruan tinggi di

Bandung dan kemudian menyebar ke seluruh Indonesia. Program pelatihan

mubaligh yang dirancang oleh Imaduddin bertujuan untuk melahirkan kader-

kader dakwah.

210

Imaduddin memberi nama program tersebut Latihan Kader Dakwah

(LKD), kemudian berubah menjadi Latihan Mujahid Dakwah (LMD). Program

LKD/LMD bertujuan sebagai kawah candradimuka untuk mendidik dan melatih

calon-calon mujahid dalam perjuangan Islam. Namun ketika sentimen negatif

terhadap Islam atau gerakan Islam semakin menguat pada dekade 1970-an dan

1980-an, program LMD yang dibina Imaduddin mengundang kecurigaan

penguasa pemerintah Orde Baru, terutama kalangan militer yang secara nyata

menunjukkan sikap anti-Islam politik. Untuk menghindari tekanan politik,

Imaduddin mengubah nama kegiatannya menjadi Studi Islam Intensif (SII).

211

Sumber yang dijadikan acuan dalam penyampaian materi SII berasal dari

buku-buku yang diterjemahkan oleh alumni Timur Tengah Misalnya buku Al

Islam karya Sa’id Hawwa terjemahan Abu Ridho yang terdiri dari 3 seri

digunakan sebagai sumber untuk pengetahuan dasar tentang Islam. Buku lain

209 Jimly Asshiddiqie, Bang Imad, hal 18-19 210 Ibid, hal 164. 211 Ini terjadi hampir disemua bagian dakwah kampus, untuk UI setiap fakultas juga

menggunakan istilah yang berbeda-beda, ada yang menggunakan Studi Islam Terpadu (SIT), Forum Studi Islam (FSI) dan beberapa istilah lainnya. Wawancara dengan Dody Alumni Fakultas Teknik UI Angkatan 83.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 118: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

96

adalah buku yang berjudul Allah juga karya Sa’id Hawwa, atau Buku Sayyid

Qutub yang berjudul Jalan Islam yang bisa dikatakan sebagai penanaman jiwa

perjuangan gerakan Islam. Sedangkan untuk komitmen terhadap pembangunan

umat Islam diantaranya adalah buku 20 Prinsip Ikhwanul Muslimin karya Hasan

Al Banna yang diterbitkan oleh Pustaka Salman.

Mengingat pelatihan ini untuk melahirkan tokoh pendakwah dan mujahid

Islam, rekrutmen kader dakwah dilakukan secara ketat melalui seleksi khusus

dengan mempertimbangkan dua hal penting: (1) prestasi akademis yang

mencerminkan daya intelektual dan (2) bakat kepemimpinan yang tinggi. Kedua

hal itu mutlak diperlukan karena para kader dakwah akan menjadi pelopor

perjuangan Islam di kampus dan masyarakat.

Penggunaan buku-buku karya tokoh IM sebagai acuan dalam pelatihan

menginspirasi Immaduddin untuk mengadopsi prinsip pembinaan IM. Imaduddin

kemudian menggunakan model pembinaan usrah IM.212 Aktivitas kajian rutin

yang dilakasanakan di Masjid Salman ITB, mulai dilakukan di masjid-masjid

kampus lain oleh alumni pelatihan Masjid Salman. Aktivitas ini berkembang

menjadi gerakan dakwah kampus yang dilakukan di masjid-masjid kampus besar

diantaranya seperti Arif Rahman Hakim di UI. Selain pembinaan di dalam

kampus masing-masing, para aktivis dakwah kampus juga melakukan

komunikasi dengan kampus-kampus lainnya. Komunikasi inilah yang

merupakan jaringan yang membawa mereka menyatukan ide dan metode dalam

menyampaikan dakwahnya.213

Pola pembinaan yang dijalankan Imaduddin melalui LMD/SII, dilakukan

secara berkelompok dengan jumlah anggota 15-20 orang dan dibimbing oleh

seorang mentor. Materinya disebut dengan Nilai-nilai Dasar Islam (NDI) dan

kelompoknya diberi nama Usrah.

214

212 Hal inilah yang mempermudah masuknya pemikiran IM di awal tahun 1980 dan

menarik sebagian gerakan dakwah ke pemikiran Ikhwanul Muslimin. 213 Wawancara dengan Aus Hidayat, Alumni angkatan 1980.

Materi NDI mencakup masalah tauhid

214 Metode pembinaan Sistem Usrah merupakan pola pembinaan yang dilakukan oleh

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 119: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

97

dalam kehidupan sehari-hari. Pola LMD dengan materi NDI dikembangkan

secara masif dengan masjid Salman ITB sebagai laboratoriumnya dan diadopsi

oleh para aktivis dakwah kampus lain dan diterapkan di masjid kampus masing-

masing.215

Pengembangan pelatihan yang dilakukan di berbagai masjid kampus

mampu membentuk Gerakan Dakwah Kampus (GDK). GDK kemudian

membentuk jaringan lokal antar masjid kampus di Indonesia. Jaringan tersebut

antara lain jaringan masjid kampus UI, jaringan masjid kampus ITB, jaringan

masjid kampus UGM, jaringan masjid kampus IKIP Bandung dan lain-lain.

Jaringan inilah kemudian membentuk Networking antar GDK yang kemudian

dikenal dengan Forum Silaturahim Aktivis Dakwah Kampus (FSLDK) di era

tahun 1990an.

216

Terkait dengan program pendampingan masjid kampus yang dijalankan

Dewan Dakwah melalui LDK yang ditopang oleh alumni-alumni Timur Tengah,

Julie Cernov Hwang menyebutkan bahwa alumni Timur Tengah tersebut

mengembangkan materi-materi yang disampaikan dalam pembinaan LDK

seringkali menggunakan tulisan-tulisan Al Maududi, aktivis IM, seperti Al

Banna dan Sayid Qutb, serta revolusioner-revolusioner Iran, seperti Ali Sariati

dan Murthadha Muthahari. Namun, metode pembinaan Al Banna yang bertahap

dan tertsruktur punya gema lebih besar dibandingkan yang lainnya.

217

Terkait dengan keterlibatan alumni Timur Tengah dalam program Bina

Masjid Kampus, menurut Mashadi, tidak melinatkan semua alumni Timur

Tengah. DDII memfokuskan alumni Timur Tengah untuk program pengiriman

IM untuk kader-kader mereka. Sistem Usrah digunakan oleh IM sejak tahun 1939 menggantikan Sistem Katibah yang digunakan IM sejak tahun 1928 hingga tahun 1939. Perbedaan yang mencolok sistem Usrah dengan Katibah adalah secara jumlah, kalau sistem Katibah jumlahnya minimal 40 orang dan wajib diikuti minimal 40 kali oleh anggota IM, sedangkan Sistem usrah pelaksanaannya dilakukan setiap pekan dan terus menerus yang dikenal dengan tarbiyah madal hayah.

215 Jimly Asshiddiqie, Op.Cit. Wawancara Ustadz Mashadi. 216 Wawancara Ustadz Mashadi 217 Julie Chernov Hwang, Umat Bergerak, hal. 82.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 120: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

98

ulama dan da’i ke daerah-daerah di seluruh Indonesia dan beberapa dijadikan

pimpinan DDII di daerah-daerah tersebut. Dalam perkembangan berikutnya

jaringan alumni Timur Tengah ini dimanfaatkan oleh Gerakan Tarbiyah untuk

mengembangkan jaringannya di seluruh Indonesia, di samping jaringan dakwah

kampus. Alumni-alumni di daerah tersebut juga terlibat dalam dakwah kampus

di perguruan-perguruan tinggi yang ada di daerahnya. Hal inilah yang membuat

jaringan tarbiyah semakin kokoh.218

Pada awal tahun 1980an, pembinaan LDK oleh kader-kader Dewan

Dakwah melalui program Bina Masjid Kampus mengalami diskontinuitas.

219

Menurut Mashadi, aktivis DDII, faktor utama yang menyebabkan terjadinya

diskontinuitas adalah kemandekan materi yang dikembangkan oleh Imaduddin

yang hanya sebatas ketauhidan. Kondisi ini dimanfaatkan oleh Hilmi

Aminuddin220 dan kawan-kawan, untuk melanjutkan pembinaan. Kemudahan

kelompok Hilmi masuk ke dalam dakwah kampus menurut Mashadi karena

adanya konsistensi materi yang diberikan antara NDI Imaduddin dengan materi

yang diberikan oleh Hilmi Aminuddin yang juga mengadopsi pola pembinaanya

IM. Faktor yang membedakan dengan Imaduddin, Hilmi mengadopsi bukan

hanya metode, namun juga struktur, dan materi pembinaan.221

Penulis melihat bahwa Imaduddin merupakan peletak dasar gerakan

dakwah kampus dan Hilmi Aminuddin membangunan dakwah kampus.

Kemudahan ini karena apa yang dibangun oleh Imaduddin berpangkal pada pola

pembinaan IM dan Hilmi Aminuddin melakukan pembinaan dengan pola yang

sama. Sejak saat itu Gerakan Tarbiyah muncul sebagai sebuah gerakan sosial

keagamaan dengan tokoh utama Hilmi Aminuddin, Salim Segaf Al Jufri, Encep

218 Wawancara Ustadz Mashadi 219 Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS, hal 30. . 220 Sitaresmi S Soekanto, Pemenangan Pemilu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di

Indonesia 1999-2009 dan Adelet Ve Kalkinma (AKP) di Turki 2002-2007: Studi Perbandingan, Disertasi Fakultas IlmU sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012.

221 Wawancara Ustadz Mashadi

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 121: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

99

Abdusyakur dan Abdullah Baharmus. Gerakan Tarbiyah ini merupakan gerakan

yang terilhami gerakan pemikiran IM. 222

Kondisi ini seperti juga yang dijelaskan oleh Aktivis Dakwah Kampus

tahun 1980an awal, Suhaedi Muhammad, mengatakan bahwa para aktivis

dakwah kampus pada awalnya mengikuti pengajian di rumah Ruslan Effendi,

yang dikenal dengan Ustadz Lani. Materi yang disampaikan sama seperti

pengajian majelis ta’lim terkait dengan masalah ketauhidan. Kemudian ia

mengaji dengan Hilmi Aminuddin dengan materi yang diberikan sama, berbeda

dalam cara penyampaiannya yang lebih terstruktur. Materi tersebut terus

berkembang dengan lebih koprehensif tidak hanya menyentuh masalah

ketauhidan namun masalah-masalah Islam yang lain. Misalnya Al Quran, Hadits,

Sirah, dan Pengembangan Diri. Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa

perkenalannya dengan pengajian yang diberikan oleh Hilmi Aminuddin, melalui

seorang penghubung yaitu Taufik Bachtiar.

223 Ia kemudian mengaji di dua

tempat. Ternyata materi yang disampaikan oleh Hilmi Aminuddin yang

mengacu pada sistem pengajaran Al Banna, sistem tarbiyah, lebih terstruktur dan

materi yang diberikan juga bertahap. Para aktivis dakwah kemudian lebih

memilih mengaji di Ustadz Hilmi dengan alasan materi yang disampaikan lebih

terstruktur.224 Materi ini dikenal dengan rasmul bayan.225

Data baru yang penulis peroleh terkait dengan perkembangan Gerakan

Tarbiyah, ternyata yang menjadi sasaran dakwah para pendahulu tarbiyah bukan

hanya perguruan tingi umum, namun juga perguruan tinggi agama. Dari

keempat tokoh awal tarbiyah yang disebut di awal, Hilmi aminuddin yang

mengenalkan pemikiran IM ke para aktivis dakwah kampus. Dari kedua tempat

222 Terkait dengan pembahasan proses transmisi pemkiran Timur Tengah ke Indonesia

lihat tulisan Imdadun Rahmat, Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus ke Parlemen, Yogyakarta: LkiS, 2008.

223 Informasi yang sama penulis peroleh dari sumber-sumber wawancara lain para aktivis tarbiyah awal tahun 1980an.

224 Wawancara dengan Suhaedi Muhammad 12 Juni 2013. Pukul 07.30 melalui telefon. Alumni Fisika UI angkatan 1982.

225 Lihat Lampiran contoh rasmul bayan.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 122: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

100

tersebut Hilmi memperoleh hasil yang berbeda. Di IAIN Syarif Hidayatullah,

Hilmi mampu merekrut kader-kader awalnya, namun tidak mampu

mengembangkan jaringan ke dalam kampus. Tokoh awal yang berhasil Hilmi

rekrut di IAIN adalah Yoyoh Yusroh, Dani Anwar, dan Edy Juhendi.226 Faktor

yang mendorong ketiga tokoh tersebut masuk ke dalam Gerakan Tarbiyah salah

satunya adalah karena mereka anggota PII, mereka masuk bersama gerbong

PII.227 Ketiga tokoh tersebut sukses dalam dakwah di masyarakat. Di

Universitas Indonesia, Hilmi memperoleh “pohon” yang menghasilkan “buah”

yang banyak, tokoh awal dikampus UI, adalah Suharna.228 Aktivitas ini

dilakukan Hilmi diawal tahun 1980an.229

Kader-kader Gerakan Tarbiyah terus melakukan penetrasi baik di

kampus, maupun di sekolah-sekolah. Efek yang muncul dari penetrasi ini, yang

cukup terlihat, adalah semakin meningkatnya jumlah muslimah yang

mengenakan Jilbab di kampus maupun di sekolah-sekolah di akhir tahun

1980an. Represifnya pemerintah Orba terasa pula dampaknya pada kehidupan

beragama pelajar dan mahasiswa. Peraturan yang ketat berupa larangan

mengenakan jilbab di sekolah negeri menyebabkan banyak siswa SMA Negeri,

khususnya di Jakarta, yang dikeluarkan dari sekolah, kemudian ada juga

mahasiswa yang batal memperoleh beasiswa karena fotonya mengenakan

Jilbab.

230

226 Ketiga tokoh ini berhasil di rekrut Hilmi dari IAIN, namun tidak mengembangkan

dakwah di IAIN lebih mengembangkan dakwah di Masyarakat. Yoyoh Yusrah (Almarhummah) kemudian menjadi anggota dewan PKS dari wilayah Depok sedangkan Dani Anwar menjadi anggota DPD RI daerah pemilihan DKI Jakarta dan pernah menjadi Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta bersama Adang Dorodjatun yang diusung PKS. Sedangkan Edy Juhendy Aktif sebagai pegawai negeri di wilayah Depok.

227 Wawancara dengan Ustadz Mashadi Aktivis DDII, Aktivis PII dan Aktivis Gerakan Tarbiyah.

228 Suharna merupakan salah satu aktivis gerakan Tarbiyah yang kemudian aktif di PKS dan pernah menjadi Menteri Riset dan Teknologi pada masa kabinet SBY yang kedua.

229 Dialog dengan bidang kaderisasi Gerakan Tarbiyah, dengan Abu Surkim. Dilakukan di Rumah Kader Tarbiyah, pada 5 April 2013, pukul 17.30

230 Kajian ini sudah dilakukan oleh Herlambang, Mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 123: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

101

Faisal salah seorang mantan aktivis dakwah sekolah menyebutkan bahwa

momentum yang paling berkesan baginya dan menguatkan dirinya untuk

menjadi seorang muslim yang baik adalah ketika momentum kenaikan kelas 1 ke

kelas 2. Saya mengikuti acara yang diadakan oleh kerohanian Islam sekolah lain,

yaitu kemping ke puncak. Ia baru menyadari bahwa itu sebenarnya adalah acara

rekrutmen aktivis dakwah, yang dikenal dengan daurah rekrutmen. Lebih jauh ia

mengatakan bahwa

Ada tiga momen penting yang membuat saya enjoy di acara tersebut,

pertama acara kemping, melaui out bond dan ini hal baru bagi saya.

Kedua pemberian materi tentang keislaman, baik secara kognitif maupun

afektif. Ketiga, momen ini disertai oleh teman-teman saya, sehingga saya

tidak sendiri. Mereka juga cukup antusias.231

Terkait dengan faktor penyampaian materi seorang aktivis Gerakan

Tarbiyah yang berasal dari kalangan NU, Abdullah Muaz, menyebutkan bahwa

yang menarik dia untuk masuk ke dalam Gerakan Tarbiyah adalah metode

penyampaiannya. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa

Faktor yang mendorong aktivis dakwah kampus masuk dan aktif dalam

gerakan tarbiyah ada beberapa faktor. Pertama, mulai dari metode penyampaian

materi dan Kedua keteladanan para mentor yang megaplikasikan materi-materi

yang diberikan. Hal inilah yang mendorong para aktivis masuk ke dalam

jaringan tarbiyah.

Hal yang menjadi renungan pribadi saya, kenapa saya mengaji dari SD,

SMP sampai SMA tidak pernah sedikit pun ada keinginan untuk

mengamalkan ilmunya, tidak ada yang tersentuh, hanya retorika semata

dan permainan kalimat. Padahal saya mendatangi semua pengajian, mulai

Angkatan 2005, dengan Judul Kasus Pelarangan Jilbab di Sekolah-sekolah Negeri di Jakata. Dari sumber wawancara kasus ini menimpa aktivis Gerakan Tarbiyah, Lediya Hanifa, di SMA Negeri 68 Jakarta, yang kemudian menjadi Mahasiswa Universitas Indonesia Angkatan 1987, Program Studi Kimia FMIPA .

231 Wawancara dengan Faisal, Aktivis Rohis SMA 68, angkatan 84.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 124: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

102

dari tabligh akbar, pengajian masjid, melihat di televisi, mendengar di

radio. Namun setelah saya mengikuti rohis di SMA saya, kemudian

mengikuti pengajian yang diisi oleh kakak kelas saya, yang sama-sama

pakai celana abu-abu, kok memperoleh kesejukam, kok memperoleh

ketenangan, kok termotivasi. Ternyata metode tadzabur Al Quran yang

disampaikan kakak kelas saya ini membuat saya tertarik. Ia membacakan

ayatnya, kemudian diartikan, dan dicontohkan aplikasinya dalam sehari-

hari. Akhirnya saya tahu kalau pakai kerudung itu perintah Al Quran dari

sini, bukan perintah kiai atau ulama. Di NU saya tidak peroleh, ngaji 2

jam hampir nggak ada ayat yang masuk. Pengembangannya NU itu

Ruhbaniyah, kependetaan, halal haram kata kiai, benar salah kata kiai.

Metode tadaburlah yang menarik saya.232

Hal yang sama diungkapkan oleh Dody, aktivis tarbiyah tahun 1983, ia

mengatakan bahwa pengenalannya terhadap Gerakan Tarbiyah berawal dari

aktivitasnya di rohis SMA-nya. Pengalamannya di rohis membuatnya tertarik

dengan aktivitas-aktivitas Islam yang ada di kampus. Awalnya ia mengikuti

LDK HMI, ia memperoleh ghirah (semangat) keislaman, namun pasca LDK ia

tidak mendapatkan tindak lanjut. Ia kemudian terdorong untuk mencari di luar. Ia

mengikuti semua pengajian yang ada, misalnya Sekoci (Ibnu Sungkar), HTI

(Abdurrahman Al Baghdadi di Bogor), dan Gerakan Tarbiyah (Hilmi

Aminuddin). Dody menjelaskan lebih lanjut bahwa yang membedakan pengajian

yang ada dengan tarbiyah terletak pada metode penyampaian materi yang diikuti

bagaimana mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

233

Hal senada juga diungkapkan oleh Dwi F.(Mantan ketua IPM Depok)

keterlibatannya dengan gerakan tarbiyah awalnya hanya ikut-ikutan mengaji

bersama teman-teman rohisnya di SMA 28. Ia serius mengikuti pengajian

232 Wawancara dengan Ustadz Abdullah Muaz, tanggal 31 Maret 2013, di kantornya

pada pukul 09.30 -10.30. Abdullah Muaz merupakan salah satu tokoh yang terlibat pembentukan lembaga pendidikan Formal Nurul Fikri.

233 Dialog dengan Dody Aktivis Tarbiyah angkatan 1983, tanggal 18 Mei 2013 pukul 17.00

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 125: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

103

tarbiyah setelah kuliah di UI. Namun sebelumnya ia pernah mengikuti

pengajian yang dilakukan N11 (N sebelas) sebutan untuk NII. Menurutnya

pemahaman Islam yang syumul (menyeluruh) baru didapatkan dari tarbiyah.234

Pada awalnya, saya mengikuti Gerakan Tarbiyah hanya diajak-ajak oleh

teman sewaktu SMA, waktu itu saya sekolah di SMA 28. Saya tidak aktif

di Rohis, namun karena saya dari keluarga Muhammadiyah, dan sudah

tertanam nilai-nilai Islam dari Muhammadiyah, sehingga kecenderungan

ke Musholla untuk sholat tetap kuat. Dari situlah saya mulai diajak-ajak

anak-anak rohis untuk ikut pengajian. Ketika ikut pengajian di tarbiyah

inilah pemahaman saya tentang Islam terpenuhi dan hal ini tidak saya

peroleh di Muhammadiyah. Istilahnya ketika saya di Muhammadiyah,

Islam itu ya Muhammadiyah. Setelah saya mengenal tarbiyah saya baru

memahami bahwa Islam itu syumuliyah, bukan hanya shalat dan ibadah

makhdlah saja. Jadi ketika saya di Muhammadiyah, Islam baru dilihat

pintunya belum terlihat secara keseluruhan, itu pun sudah bagus, baru

setelah di tarbiyah saya bisa melihat rumahnya secara utuh..

235

Hal lain yang mendorong semakin meningkatnya jumlah pendukung

Gerakan Tarbiyah adalah keteladanan tokoh, masuknya tokoh-tokoh pergerakan

yang ada pada masa itu ke Gerakan Tarbiyah membuat “gerbong” mereka ikut

masuk bersama tokoh-tokoh mereka. Hal ini dirasakan oleh Abdullah dan Dwi

F. Abdullah menjelaskan bahwa ketika di awal mengikuti rohis di SMA ada

perbedaan cara penyampaian materi yang awalnya hanya tadzabur Quran baru

kemudian di tahun kedua SMA, ia mendapatkan materi yang lebih komprehensif

tak sebatas tadzabur, namun lebih tertata dan terstruktur mulai dari pemahaman

materi yang paling dasar dan pemberian materi berdasarkan rosmul bayan

(materi panah). Materi-materi yang diberikan masih dalam bahasa Arab dengan

bentuk Rosmul Bayan dan para mentor yang menjelaskan materi-materi tesebut

234 Wawancara dengan Dwi F. di rumahnya, pada 31 Maret 2013 Puku 11.15 sd. 11.50 235 Wawancara dengan Dwi F.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 126: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

104

dalam bahasa Indonesia. Para Mentor dalam hal ini mempunyai kewenangan

penuh atas materi yang diberikan.236

Maksud dari pernyataan ini para mentor punya kewajiban tersendiri

untuk mampu menyampaikan materi dengan baik, oleh karena itu ia harus

mencari maraji/ sumber-sumber bagi materi yang akan diberikan. Tentunya hal

ini akan membuat target penyampaian materi akan berbeda antara satu mentor

dengan mentor yang lain. Oleh karena itu tokoh Gerakan Tarbiyah kemudian

menata pedoman bagi penyampaian materi tarbiyah, sehingga memunculkan

manhaj T1 dan T2, yang merupakan manhaj Gerakan Tarbiyah yang pertama.

Walaupun Hilmi Aminuddin menyebutkan bahwa Gerakan Tarbiyah di mulai

pada awal tahun 1980,

237 namun penyempurnaan manhaj awal tarbiyah terus

dilakukan oleh Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah hingga tahun 1982-1983. Di

tahun inilah kemapanan gerakan tarbiyah semakin terbentuk.238

3.2. Dari Jaringan Lokal ke Jaringan Transnasional

Di subbab awal disebutkan bahwa Himi Aminuddin berhasil masuk ke

dalam jaringan dakwah kampus dan mampu mengembangkan dakwah kampus

secara menyeluruh yang kemudian membentuk jaringan Gerakan Tarbiyah

secara nasional. Jaringan yang dikembangkan tidak lagi sebatas jaringan antar

masjid kampus namun sudah membentuk jaringan aktivis dakwah kampus secara

nasional. Jaringan inilah kemudian membentuk networking antar LDK yang

kemudian dikenal dengan Forum Silaturahim Aktivis Dakwah Kampus (FSLDK)

di era tahun 1990an.239

Terkait dengan pengaruh IM dalam tubuh Gerakan Tarbiyah, Greg Fealy

berpendapat bahwa pengaruh gerakan IM di Indonesia meningkat pesat pada

236 Manhaj Materi Tarbiyah T1 dan T2 yang diberikan hingga tahun 1994 237 Wawancara Abu Surkim 238 Hal ini diungkakan oleh beberapa nara sumber yang penulis peroleh, misalnya

Mashadi dan Suhaedi Muhammad. 239 Wawancara Ustadz Mashadi

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 127: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

105

tahun 1970an dan awal tahun 1980an. Greg mengutip pernyataan Rahmat

Abdullah, aktivis Tarbiyah, yang menyebutkan bahwa banyak kalangan muda

muslim tertarik dengan model pembinaan IM yang menawarkan pendekatan baru

dalam kegiatan dakwah Islam melalui halaqah dan usrah yang menekankan

ketaatan pada kewajiban ritual, rasa saling tolong-menolong, mengkaji

pengetahuan Islam dan melakukan aktivitas sosial berupa layanan bagi

masyarakat yang membutuhkan.240

Namun bagi Mashadi, Gerakan Tarbiyah bukan sekedar mengadopsi

pemikiran dan pola pembinaan IM. Melainkan mereka merupakan sebuah

Tanzim IM yang ada di Indonesia. Tumbuh kembangnya IM di Indonesia

menurutnya karena adanya relasi ideologis yang memiliki kesenyawaan antara

DDII dengan Gerakan Tarbiyah. DDII dan Gerakan Tarbiyah secara ideologis

tidak berbeda, misi mereka sama-sama melanjutkan dakwah. Hal ini pula yang

memudahkan Gerakan Tarbiyah cepat tersebar di seluruh Indonesia karena

memanfaat jaringan DDII yang sudah ada. Ia juga menyebutkan bahwa paa tahun

1982, Moh. Natsir menjadi anggota kehormatan Masyumi.

241

Terkait pengembangan jaringan Gerakan Tarbiyah ke seluruh wilayah

Indonesia, menurut Greg Fealy berawal dari penetrasi yang dilakukan oleh

Gerakan Tarbiyah ke dalam kampus-kampus, salah satunya STAN (sekolah

Tinggi Admnistrasi Negara. Di kampus ini Gerakan Tarbiyah cukup berkembang

dengan pesat di paruh akhir 1980an. Alumni STAN ditempatkan pemerintah

hampir di seluruh wilayah Indonesia, dan Gerakan Tarbiyah mengakses alumni-

alumni STAN yang telah menjadi kader tarbiyah ketika kuliah dan kemudian

bertugas di daerah-daerah sehingga memudahkan gerakan ini tersebar ke seluruh

kampus di Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

242

240 Greg Fealy dan Anthony Bubalo, Op.Cit. hal.112. 241 Wawancara Mashadi.

Pengaksesan bukan

hanya terhadap alumni STAN, namun juga alumni-alumni perguruan tinggi

242 Greg Fealy dan Anthony Bubalo. Jejak Kafilah, Pengaruh Radikalisme Timur Tengah di Indonesia. Mizan, hal. 112

2007.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 128: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

106

lainnya yang bekerja dan tersebar di berbagai daerah. Hal tersebut didukung pula

oleh program pengiriman da’i dan ulama DDII ke daerah-daerah. Dai dan ulama

ini merupakan alumni-alumni Timur Tengah.

Untuk menilik pola masuknya pemikiran IM ke Indonesia, kita

memperhatikan sejarah perkembangan Islam di Indonesia. Pola masuknya

pemikiran gerakan Islam dari Timur Tengah ke Indonesia adalah melalui para

alumni pendidikan dari Timur Tengah. Beberapa alumni berkenalan dan

mendalami pemikiran gerakan Islam yang ada di Timur Tengah, kemudian

pemikiran tersebut di bawa ke Indonesia dan menyebarkannya kepada komunitas

mereka melalui gerakan dakwah. Hal inilah yang dilakukan oleh K.H. Ahmad

Dahlan dengan gerakan dakwah Muhammadiyah dan K.H. Hasyim Ashari

dengan Nahdlatul Ulamanya. Meskipun kondisi kekinian mengalami

perkembangan pola yang semakin kompleks, namun alumni Timur Tengah

masih menjadi transmitor utama bagi penyebaran pemikiran gerakan Islam

kontemporer Timur Tengah ke Indonesia.243

Imdadun Rahmat dalam penelitiannya tentang transmisi gerakan Islam

Timur Tengah ke Indonesia menyebutan ada 3 pola penyebaran pemikiran Islam

dari Timur Tengah ke Indonesia.

244

Imdadun melihat bahwa untuk transmisi Gerakan Tarbiyah lebih

cenderung dipegang oleh alumni Timur Tengah. Mereka berperan besar dalam

Pertama, perpindahan orang-orang (human

movement), baik orang-orang Timur Tengah yang datang ke Indonesia, maupun

orang-orang Indonesia yang datang ke Timur Tengah untuk belajar dan

kemudian kembali lagi ke tanah air dan menyebarkan ide-ide islamisme yang

didapatkan dari tempat ia belajar. Kedua, Melalui dunia pendidikan dan dakwah

(education dan propagation) yang dibantu dan didanai oleh pihak-pihak di Timur

Tengah. Ketiga melalui penerbitan buku-buku dan pemanfaatan teknlogi

informasi.

243 Yon Machmudi, Op.Cit. 244Imdadun Rahmat, Ideolog Politik PKS: dari Masjid Kampus ke Panggung Parlemen,

Yogyakarta: LKiS: 2008, hal. 85

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 129: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

107

membawa pemikiran IM secara lebih utuh ke dalam gerakan dakwah kampus

yang telah lebih dahulu eksis dan membutuhkan sandaran untuk gerakannya.

Intensitas peranan alumni Timur Tengah dalam Gerakan Tarbiyah sangat tinggi

dalam mendorong penyebaran pemikiran dan Manhaj IM ke dalam dakwah

kampus.245

Dari data yang penulis peroleh, pengiriman mahasiswa-mahasiswa

Indonesia ke Timur Tengah dilakukan melalui beberapa jalur, pertama adalah

jaringan lembaga, cotohnya Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia yang bekerja

sama dengan pemerintah Arab Saudi. Kedua, perorangan, melalui hubungan

antar alumni.

Jadi persentuhan gerakan dakwah kampus dengan kelompok Hilmi

Aminuddin merupakan langkah awal interaksi jaringan lokal dega jaringan

tranasnasional.

246

Untuk bisa kuliah ke Timur Tegah harus ada rekomendasi dari tokoh-

tokoh yang mempunyai hubungan dengan Timur Tengah atau alumni dari

universitas yang ingin kita tuju. Saya ini dikirim atas rekomendasi Kiai

Haji Achmad Syaichu, Yayasan Islam Ithihadul Mubalighin dari

kalangan NU sedangkan untuk DDII dikelola oleh Dewan Dakwah.

Hal senada diungkapkan oleh nara sumber yang penulis gali

informasinya bahwa:

247

Kuliah saya di Madinah berawal dari ketidak sengajaan. Pada waktu itu

ada Syaikh dari Madinah, yang diantar oleh mahasiswa S2 Universitas

Madinah, mencari alumni Madinah di Garut. Mereka kemalaman,

kemudian singgah di pesantren ayah saya. Kami menjanjikan untuk

Hal senada juga disebutkan oleh Hilman Roshad Shihab bahwa

245 Ibid. 246 Wawancara Aktivis Gerakan Tarbiyah Alumni Timur Tengah, Angkatan Tahun 1980,

Ali F Piyar, M.A., Lulusan S1 dari Universitas Madinah dan S2 Universitas Ummul Quro Mekkah, pada Ahad 14 April 2013, di Rumah Jl. H Alif II Kukusan Beji Depok.

247 Ibid.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 130: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

108

mengantar besoknya ke tempat yang dituju, ternyata pesantren sudah

diliburkan, akhirnya mereka menyeleksi santri di pesantren ayah Saya.

Beberapa santri terpilih, saya ikut di tahun berikutnya. Kami mengawali

kuliah di LIPIA, baru kemudian ke Madinah248

Tokoh yang berperan dalam membawa pemikiran IM sebagai suatu

pemikiran transnasional yang kemudian membuka jaringan baru adalah Hilmi

Aminuddin, Salim Segaf Al Jufri, Abdullah Baharmus dan Acep Abdusyakur.

249

Hilmi membuat jaringan tersendiri untuk mampu masuk ke gerakan

dakwah kampus dan kesempatan itu terjadi di awal tahun 1980an. Kampus yang

ia sentuh bukan hanya kampus-kampus umum, namun termasuk juga kampus

berbasis agama, seperti IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan murid

pertamanya adalah Yoyoh Yusroh. Namun perkembangan gerakan ini di IAIN

tidak sesukses di Universitas Indonesia (UI) yang kemudian memunculkan

tokoh-tokoh awal Gerakan Tarbiyah di kampus UI, diantaranya adalah

Suharna.

Mereka adalah alumni-alumni Timur Tengah yang menjadi empat tokoh awal

gerakan tarbiyah. Mereka umumnya berasal dari Universitas Madina di Saudi

Arabia. Hal ini dalam pandangan penulis merupakan awal interaksi jaringan

lokal gerakan dakwah kampus bersentuhan dengan jaringan transnasional IM.

250

Terkait dengan proses perekrutan dan pembinaan di kampus UI, kader

Tarbiyah angkatan awal 1980an menyebutkan bahwa awalnya mereka adalah

para aktivis dakwah kampus yang sebelumnya sudah ikut pembinaan di masjid

kampus. Keterlibatan mereka ke dalam kelompok pembinaan yang diisi oleh

Hubungan yang intensif dengan alumni Timur Tengah ini akhirnya

mengubah nama gerakan usrah menjadi Gerakan Tarbiyah.

248 Wawancara Aktivis Gerakan Tarbiyah Alumni Timur Tengah, Angkatan Tahun 1980,

Hilman Roshad Shihab. Kamis 6 Juni 2013, pukul 13.30. Alumni S1 dari Universitas Madinah

249 Wawancara dengan Sitaresmi. Aktivis kampus angktan 1984, tanggal 31 April 2011, pukul 15.00

250 Wawancara dengan kader Tarbiyah Abu Surkim ia sebagai struktural dalam gerakan Tarbiyah di bidang kaderisasi.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 131: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

109

Hilmi Aminuddin, dilakukan melalui penghubung-penghubung tarbiyah. Seperti

yang disebutkan dalam dialog penulis dengan salah seorang aktivis tarbiyah di

awal tahun 1980an.

Kami dulu adalah aktivis kampus dan sudah liqo dengan ustad Lani

setelah sebelumnya oleh Kang Aus kami di syahadat ulang. Kemudian

ada orang yang mengajak kami untuk Liqo dengan Ustadz Hilmi. Waktu

itu penghubung kami adalah Taufik Bachtiar, kami akhirnya

dipertemukan dengan Ustadz Hilmi. Disitulah kami liqo tarbiyah pertama

kali dan medapatkan materi-materi dengan rasmul bayan.

Kami baru sadar kalau kelompok sebelumnya yang kami ikuti adalah

kelompok N11. Mereka pun pada tahap berikutnya bergabung dengan

kalangan tarbiyah dengan membawa gerbong-gerbong mereka.251

Pola pembinaan usrah yang dikembangkan oleh Imaduddin sejak tahun

1974 bisa dikatakan telah mampu membentuk jaringan lokal antar masjid

kampus di Indonesia, yaitu UI, IPB, ITB, UGM, USU dan UNHAS. Kemudian

dilanjutkan pembinaanya oleh kalangan tarbiyah. Proses peralihan ini terjadi

perubahan pola pembinaan, namun terjadi pengembangan materi-materi dari

NDI dengan materi-materi tarbiyahnya IM. Ketika kondisi politik Orba yang

semakin represif terhadap gerakan Islam dan mulai adanya penumpasan-

penumpasan gerakan yang dianggap mengganggu stabitas nasioal, seperti GPK

Lampung yang disebut sebagai gerakan usrah, kelompok Hilmi mengubah nama

gerakan usrah menjadi Gerakan Tarbiyah.

Perubahan Gerakan Usrah ke Gerakan Tarbiyah yang dilakukan oleh

Hilmi Aminuddin dalam analisis penulis merupakan awal perubahan dari

jaringan lokal menjadi jaringan transnasional yang unik. Berdasarkan teori

transnasional yang di kembangkan David Kowalewski menyebutkan bahwa

251 Dialog dengan Suhaedi Muhammad. Hal ini disetujui juga oleh Bang Ichal, Alumni

Fisika 1982. yang ternyata dia sekelompok dengan aktivis tarbiyah lainnya seperti Saurium Fisika 79, Musholi Fisika 78 dan Suharna Fisika (78?).

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 132: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

110

gerakan trasnasional merupakan suatu organisasi yang anggotanya berasal dari

berbagai negara yang mengorganisasi dan memperluas pengaruhnya dari satu

tempat. IM memang mengorganisai dari satu tempat Mesir oleh seorang muroqib

am. Namun menurut Mashadi sifatnya lebih cenderung konfederasi bukan

sebagai organisasi dan kontrol yang dilakukan kontrol struktural. muroqib am

mempunyai kewenangan sebagai penengah jika konflik di dalam organisasi

muncul. Jadi muroqib am cenderung berfungsi sebagai penengah. Kesamaan di

antara cabang-cabang IM terletak pada panduan pembinaan nilai-nilai kader

yang baku. Sehingga Seorang muroqib am tidak memiliki kewenangan

intervensi secara langsung. Di Indonesia Gerakan Tarbiyah memiliki sendiri

mursyid am. 252 Untuk kasus Indonesia, misalnya intelektual-intelektual Gerakan

Tarbiyah mengambil ijtihad sendiri untuk terjun ke dalam dunia politik. Mereka

melalui musyawarah menetapkan untuk membentuk partai politik setelah

sebelumnya mereka menyebarkan kuesiner ke kader-kader mereka.253

Dari data yang terkumpul, penulis berasumsi ada perubahan dari jaringan

lokal yang digerakan antar masjid kampus ke jaringan transnasional karena ada

interaksi yang memintas wilayah nasional, yaitu kelompok Hilmi Aminuddin

dengan gerakan IM di Mesir. Peranan penting alumni Timur Tengah dalam

Gerakan Tarbiyah yang dilakukan oleh Himi Aminuddin dan gerakannya dengan

semangat barunya mereka memformulasikan model pendidikan di LDK dengan

materi tarbiyah yang disampaikannya sehingga sistem pembinaan tarbiyah IM

bisa diterima dan dikembangkan lebih jauh. Bahkan sampai sekarang sudah

beberapa kali manhaj Gerakan Tarbiyah mengalami pembaruan.

Terkait

dengan politik Al Banna sendiri menyatakan bahwa politik adalah wilayah yang

boleh dimasuki selama dimanfaatkan untuk kebaikan masyarakat.

254

Manhaj pertama yang dikembangkan oleh Hilmi Aminuddin dan kawan-

kawan adalah Manhaj Gerakan Tarbiyah T1 dan T2. Penulis tidak menemukan

252 Wawancara dengan Mashadi dan kumpulan-surat-surat Yusuf Supendi. 253 Sitaresmi S Soekanto, Pemenangan Pemilu..., Op.Cit. 254 Manhaj pertama adalah Manhaj Tarbiyah T1 dan T2, hingga yang sekarang adalah

Manhaj Tarbiyah 1433 Hijriah.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 133: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

111

angka tahun dan juga belum memperoleh informasi tentang angka tahun Manhaj

itu di buat. Namun dari peserta awal tarbiyah di kampus UI,255 diperoleh

informasi bahwa sejak awal ia sudah memperoleh materi berbentuk rasmul

bayan. Pada saat itu baru 8 sampai dengan 10 materi pokok. Setiap materi pokok

kemudian diturunkan dalam jabaran lebih detail kemudian menjadi materi T1

dan T2 yang berjumlah 94 materi. Aktivitas ini dilakukan pada tahun 1981-82.

Jadi penulis memperkirakan di tahun itu pula Manhaj T1 dan T2 di buat, yaitu

sekitar 1981-1982. Manhaj berikutnya berturut-turut adalah Manhaj Tarbiyah

1994, Manhaj 1421, dan Manhaj 1427 dan Manhaj 1433. 256

Manhaj Tarbiyah T1 dan T2 isinya masih sebatas materi tarbiyah

Tingkat I dan Tingkat II. Materi ini bersumber dari materi pembinaan IM. Bisa

dikatakan bahwa Manhaj ini menjadi dasar pembentukan kader tingkat 1 dan

Tingkat 2 atau materi Tamhidi dan Muayyid. Oleh karena itu pengembangan

Manhaj Tarbiyah T1 dan T2 ke Manhaj Tarbiyah 1994 terletak pada

pengembangan materi tarbiyah. Materi-materi pokok semakin dikembangkan

penjelasannya, misalnya materi tentang syahadat yang tadinya satu materi

dikembangkan menjadi 6 materi mulai dari makna syahadat, bagaimana

memahami syahadat, syarat diterimanya syahadat, hal yang membatalkan

syahadat, arti kata dua kalimat syahadat, dan tahapan berinteraksi dengan dua

kalimat syahadat. Hampir semua materi dijabarkan lebih detail dan terus

bertahap. Hal lain adalah terlampauinya tahapan dakwah, yang dikenal dengan

sebutan Mihwar, yaitu mulai dari Mihwar Tanzhimi dengan fokus pembentukan

Syakshiyah Islamiyah ,(pribadi yang berwawasan Islam) dan Syahshiyah Da’iyah

(pribadi yang memiliki kemampuan seorang dai). Manhaj Tarbiyah 1994

menekankan pada Mihwar Sya’bi dengan fokus membentuk Syakshiyah

255 Informasi penulis peroleh dari Suhaedi Muhammadi (aktivis tarbiyah angkatan 1982)

bahwa ia mendapatkan mentoring langsung dari Ustad Hilmi. Sebelumnya para aktivis kampus ini mengaji bersama Ustadz Lani. Umumnya mereka sebelumnya bergabung dengan kelompok N11 bersama tokohnya Aus Hidayat dan Ihsan Tanjung. Setelah tokoh mereka bergabung dengan kelompok berfikrah IM, semua gerbong mereka ikut bergabung.

256 Lihat Manhaj Tarbiyah T1 dan T2, Manhaj Tarbiyah 1994, Manhaj Tarbiyah 1421 (buku 1-4 dan Buku A dan B), Manhaj Tarbiyah 1427 dan Manhaj Tarbiyah 1433.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 134: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

112

Ijtimaiyah (pribadi yang bisa hidup bermasyarakat).257 Satu hal yang menarik

penerapan Mihwar Sya’bi di Indonesia agak berbeda dengan di Mesir. Jika di

Mesir bayan pembentukan yayasan-yayasan di bentuk di bawah IM, di Indonesia

bayan pembentukan yayasan-yayasan yang akan digunakan sebaga media

mereka untuk berinteraks dengan masyarakat diserahkan ke masing-masing

kader. Tidak berada di bawah organisasi.258 Sehingga muncullah berbagai

yayasan yang dikelola oleh aktivis tarbiyah, misalnya Nurul Fikri259 dan al

Hikmah.260

Perubahan dari Manhaj 1994 ke Manhaj 1421 lebih ditekankan pada

perubahan Mihwar Sya’bi ke Mihwar Muassasi. Manhaj 1994 membekali para

kader dakwah dan kader tarbiyah untuk berinteraksi dengan masyarkat,

sedangkan Manhaj 1421 menekankan pada mihwar muassasi (keterlibatan dalam

politik). Manhajnya berfokus kepada pembentukan syakshiyah yang berkafaah

atau memiliki kemampuan sesuai dengan tuntutan institusi yang akan diisi oleh

kadernya. Hal ini karena kader-kader tarbiyah membentuk sayap politik, Partai

Keadilan. Perubahan manhaj tergambar pada materi-materi yang diberikan

melalui daurah-daurah khusus, misalnya Materi Skill Komukasi Sosial dan

Mempengaruhi Opini atau Kiat Sukses Mengelola Lembaga Zakat.

261

257 Manhaj Tarbiyah T1 dan T2 serta Manhaj Tarbiyah 1994. 258 Wawancara Ustadz Abdullah Muaz.

Pembentukan manhaj dilakukan setelah mereka membentuk Partai Keadilan

pada tahun 1998, yaitu pada tahun 2000. Bisa dikatakan bahwa pembentukan

partai lebih karena ada kesempatan. Ini yang menyebabkan pula ketidak

mampuan PK lolos dari ambang batas suara untuk mengikuti pemilihan uumum

berikutnya. Lebih lanjut lihat pada subbab Bergerak Membangun Sayap Politik.

259 Yayasan Nurul Fikri didirikan oleh alumni-alumni perguruan tinggi Umum, seperti Universitas Indonesia. Yayasan ini bergerak di bidang pendidikan umum dan pegembangan SDM. Misalnya pembentukan jaringan sekolah islam terpadu, bimbingan belajar, kursus-kursus, investasi SDM melalui Progra Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis (PPSDMS).

260 Yayasan Al Hikmah didirikan oleh alumni Timur Tengah, pengebangannya ke arah pendidikan yang berbasis keagamaan, misal Mahad Dirosah Islamiyah.

261 Manhaj Tarbiyah 1421.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 135: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

113

Perubahan manhaj yang paling signifikan adalah perubahan Manhaj

1421 ke Manhaj 1427.262

1. Para aktivis dakwah (rijalud da’wah)

Latar belakang perubahan Manhaj ini adalah

perubahan Mihwar Muasasi ke Mihwar Dauli (perubahan dari keterlibatan dalam

politik menuju keterlibatan dalam pemerintahan). Perubahan ini sebagai respon

masuknya para aktivis tarbiyah dalam bidang pemeritahan. Untuk itu perlu

dibentuk suatu kader yang tidak meninggalkan kualifikasi lama namun antisipasi

terhadap mihwar baru. Untuk itu diperlukan Manhaj yang mampu membentuk

kader yang berkualifikasi sebagai

2. Para pelayan dan pemimpin umat (rijalul ummah)

3. Para kader yang memiliki kapasitas untuk mengelola dan memimpin

negara dengan segala institusinya.

Hal inilah yang menjadi tujuan pengembangan Manhaj Tarbiyah 1421H menuju

Manhaj Tarbiyah 1427 H. Sedangkan perubahan dari Manhaj Tarbiyah 1427 ke

Manhaj Tarbiyah 1433 berupa penyempurnaan dan pengembangan dari Manhaj

Tarbiyah 1427. Bagian-bagian yang belum dijelaskan secara detil di Manhaj

1427 dilengkapi di Manhaj 1433. Misalnya penambahan sarana tarbiyah yang

sebelumnya hanya mengandalkan Tasqif ditambahkan sarana Nadwah.

Perubahan cukup signifikan dari Manhaj 1433 terletak pada pemformatan ulang

materi-materi di semua jenjang tarbiyah, terutama struktur materinya.263

Dalam pengembangan jaringan, para aktivis awal LDK mempuyai

peranan besar dalam membangun jaringan ke perguruan-perguruan tinggi se-

Indonesia. Jaringan alumni membangun tenaga-tenaga pendidik yang mampu

mengisi ceramah dalam pertemuan-pertemuan mereka. Para alumni Timur

Tengah inilah yang menanamkan pemikiran-pemikiran IM kepada aktivis LDK.

Aktivitas ini semakin meningkat dan terus meningkat karena disokong oleh

alumni-alumni baru Timur Tengah baik yang langsung mendapat pendidikan di

262 Lihat lampiran tabel perbandingan point-point penting manhaj 1421-1427 263 Lihat Lampiran Kurikulum Manhaj Tarbiyah 1427 dan Manhaj Tarbiyah 1433

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 136: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

114

Timur Tengah maupun mendapat pendidikan dari LIPIA. Generasi kedua alumni

Timur Tengah misalnya Hidayat Nurwahid, Abdul Hasib dan Daud Rasyid

Sitorus, generasi berikutnya Annis Matta, Aunurofiq dan Jazuli Juwaini.264

Terkait dengan alumni Timur Tengah, Mona Abasa menginformasikan

dalam penelitiannya bahwa pada periode ini mahasiswa Indonesia di Mesir lebih

banyak menyerap gagasan Islam fundamentalis. Pada masa itu menurut Abaza

minat baca mahasiswa diorientasikan oleh Syaikh (dosen) yang mengajar pada

pemikiran pemimpin IM, Sayid Qutub, Abu A’la Maududi, Ali Syariati dan

Imam khomeini.

265

Kalau kita melihat kondisi politik Mesir pada masa itu sangat tidak

memungkinkan IM melakukan aktivitas secara terbuka. Karena kebijakan politik

rezim penguasa di Mesir, baik Naseer, maupun Sadat tidak memberi kesempatan

terbuka bagi IM untuk mengembangkan aktivitasnya. Sehingga penulis kurang

sependapat dengan pemikiran Mona Abaza. Proses persentuhan para mahasiswa

Indonesia di Timur Tengah dengan pemikiran kaum revivalisme (gerakan

pembaru Islam) tidak ditandai pergeseran orientasi belajar mereka. Kalau

dikatakan adanya penguatan orientasi fundamentalis mahasiswa Indonesia di

Timur Tengah bisa jadi ya. Sehingga untuk kasus Mesir, agak sulit untuk

menerima pendapat bahwa mereka (IM) melaksanakan kegiatan terbuka yang

dihadiri oleh mahasiswa-mahasiswa Indonesia karena memang penguasa Mesir

tidak mengijinkan aktivitas tersebut. Dari data yang penulis peroleh melalui

wawancara dengan aluni Timur Tengah, Ali Fikri dan Hilman Roshad, sepakat

bahwa kontak mereka dengan aktivis gerakan IM tidak bisa dilakukan secara

terbuka, cenderung dilakukan secara tertutup dan rahasia.

266

264 Op.Cit.

Bahkan Hilman

Roshad menyebutnya sudah tidak ada dosen-dosen “berfaham” IM yang

menyebarkan pemikirannya secara terbuka. Kecenderungan yang muncul

masuknya pemahaman Wahabi pada mahasiswa yang kuliah di Saudi Arabia.

265 Mona Abaza, Pendidikan Islam dan Pergeseran Orientasi,: Studi Kasus Alumni Al Azhar, Jakarta: LP3ES, 1999, hal 97

266 Wawancara dengan Ali Fikri dan Hilman Roshad Shihab.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 137: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

115

Disebutkan lebih jauh oleh Ali Fikri bahwa untuk menghadiri suatu kajian yang

dilakukan IM disebuah tempat, mereka tidak bisa hadir secara bersama-sama

dalam jumlah banyak, mereka harus datang sendiri-sendiri dengan interval waktu

tertentu atau maksimal berdua.267

Ketertarikan mahasiswa dengan gerakan ini bukan ditawarkan secara

langsung mengikuti kegiatan mereka. Secara konseptual mereka peroleh dari

kuliah dan diikuti oleh pemahaman terhadap aktivitas figur tokoh yang dilihat

keseharian dengan aktivitasnya yang menarik perhatian mahasiswa Indonesia.

Pemahaman mereka tentang gerakan Islam diperoleh melalui kelas mata kuliah

Firaq (aliran pemikiran). Para mahasiswa Indonesia yang tinggal satu gedung

dengan tokoh IM, Syaikh Ali Juraisy, yang mendapat suaka politik dari

pemerintah Arab Saudi

268 sangat terkesan dengan sosok tokohnya. Seorang

doktor bidang hukum, hafizh Al-Quran, ditambah lagi sikapnya yang santun.

Salah satu contoh upaya yang lakukan untuk mengadakan pendekatan terhadap

mahasiswa Indonesia, mereka selalu menyapa dan mengajak mereka dalam satu

aktivitas dengan cara santun. Misalnya untuk mengajak berpuasa ia

melakukannya dengan cara bertanya; Fulan jika besok kamu puasa, buka

puasanya di tempat saya yah. Ia tidak mengajak puasa secara langsung.269

Kedua, melalui dunia pendidikan dan dakwah (education dan

propagation) yang dibantu dan didanai oleh pihak-pihak di Timur Tengah.

Imdadun kurang menjelaskan fungsi dari lembaga pendidikan ini. Penulis

melihat, untuk Indonesia wujud dari ini adalah adanya lembaga pendidikan

bantuan pemerintah Arab Saudi, yaitu Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan

Arab (LIPIA) yang sebelumnya bernama Lembaga Pengajaran Bahasa Arab

(LPBA). Lembaga pendidikan ini didirikan berdasarkan persetujuan Dewan

Kerajaan Arab Saudi No. 5/N/26710 tertanggal 21 Dzulhijjah 1398, bertepatan

dengan 22 November 1978. Pada awalnya lembaga ini hanya berfungsi seperti

267 Wawancara dengan Ali F Piyar M.A. 268 Mereka pada umumnya adalah doktor-doktor dalam berbagai bidang ilmu. 269 Wawancara dengan Ali F Piyar M.A.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 138: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

116

pusat kebudayaan yang mengajarkan bahasa Arab. Baru pada tahun 1986

berubah menjadi LIPIA merupakan cabang dari Universitas Islam Muhammad

Ibnu Sa’ud Riyadh Arab Saudi. Lembaga ini memiliki keistimewaan sendiri,

sepertinya lepas dari peraturan undang-undang pendidikan nasional Indonesia.

Kurikulum pendidikan yang diterapkan di LIPIA mengadopsi universitas

induknya, jadi tidak mengikuti kurikulum yang diterapkan di Indonesia dan juga

tidak mengadopsi sebagian dari kurikulum Indonesia. Sampai saat ini

berdasarkan wawancara dengan alumni-alumni LIPIA, ijazah mereka tidak

diakui di Indonesia. Namun karena sebagian besar dari mereka tidak beraktivitas

formal, misalnya sebagai pegawai negeri, sehingga bagi mereka tidak bermasah.

Para pengajar LIPIA 90 % didatangkan langsung dari Timur Tengah, khususnya

dari Saudi Arabia, Palestina Syuriah, Sudan dan Mesir. Sisanya, 10% dipenuhi

oleh pengajar dari Indonesia yang merupakan alumni-alumni dari Universitas di

Arab Saudi, baik dari Makkah maupun dari Madinah. Misalnya kita bisa melihat

sosok Dr. Hidayat Nurwahid270 dan Dr. Salim Segaf Al Jufri271

Ketiga, melalui penerbitan buku-buku dan pemanfaatan teknlogi

informasi. Peredaran buku-buku Islam dari Timur Tengah ke Indonesia semakin

marak di akhir tahun 1970an dan awal 1980an.

. Dua tokoh ini

pernah mengajar di lembaga ini dan mereka adalah lulusan dari Universitas

Madinah sekaligus mereka adalah aktivis dan kader dari Gerakan Tarbiyah.

272 Peredaran buku-buku dari

Timur Tengah yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia 273

270 Mantan Presiden PKS dan Mantan ketua MPRRI Periode 2004-2009

sangat memudahkan masyarakat untuk mempelajari dan memahami gagasan

dan pemikiran Islam Timur Tengah. Karya-karya yang banyak diterjemahkan

umumnya adalah karya-karya dari tokoh pemikir IM. Buku-buku tersebut

merupakan buku rujukan bagi pembinaan kader IM. Misalnya buku karya Said

271 Tokoh awal Gerakan Tarbiyah, saat ini menjabar sebagai Menteri Sosial RI Kabinet SBY yang kedua, periode 2009-2014.

272 Greg Fealy dan Anthony Bubalo. Jejak Kafilah hal. 50-64 273 Malaysia lebih dahulu menerjemahkan buku-buku dari Timur Tengah. Ada sebagian

buku-buku yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu Malaysia.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 139: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

117

Hawwa yang berjudul Al Islam dan Allah yang diterjemahkan oleh Abu Ridha

yang diterbitkan oleh penerbit Al Ishlahy Press, atau Buku 20 Prinsip Ikhwanul

Muslimin Karya Hasan Al Banna yang diterjemahkan oleh Afif Muhammad

yang diterbitkan oleh Pustaka Salman ITB, Qadhaya Asasiyah Dalam Dakwah

Karya Syaikh Mustafa Mansyur diterjemahkan oleh Abu Ridho, dan buku yang

cukup fenomenal dikalangan Gerakan Tarbiyah di awal tahun 1980 Ma’alim fi

Ath Thariq karya Sayyid Qutb yang diterjemah menjadi Petunjuk Jalan oleh

Rahman Zainuddin. Perkembangan sistem informasi yang begitu cepat

meyebabkan pemanfaatan teknologi turut memudahkan masyarakat mengakses

informasi terhadap gagasan revivalisme di Indonesia.

Dalam proses transmisi dan penyebaran pemikiran IM di masa

selanjutnya buku-buku dan media cetak memiliki peran yang cukup besar.

Buku-buku tentang IM dan karya-karya tokoh IM telah banyak diterjemahkan ke

dalam bahasa Indonesia. Buku-buku semacam ini sangat mendominasi pasar

buku Islam saat ini. Bahkan buku-buku tersebut diterbitkan oleh penerbit-

penerbit yang secara ideologis sangat terkait dengan pemikiran gerakan Islam ini

atau setidaknya mendukung perkembangan pemikiran IM. Penerbit pertama

yang banyak menerbitkan buku-buku terjemahan IM selain Al Ishlahy Press dan

Pustaka Salman Bandung, diantara yaitu Intermedia Grup, Gema Insani Press, Al

Intishom, dan Robani Press. Untuk kondisi saat ini buku-buku IM bisa dikatakan

didominasi penerbitannya oleh Intermedia Grup, baik Era Intermedia atau Adi

Citra Intermedia, bahkan buku seri Taujihat Kader diterbitkan oleh Era

Intermedia. Terkait dengan penerbitan buku, Imdadun mengatakan bahwa

buku-buku tersebut diterbitkan oleh penerbit yang tidak seideologis dengan

pemikiran gerakan Islam yang bukunya diterbitkan.274

274 Imdadun, Op.Cit.

Untuk buku-buku Islam

yang umum bisa jadi ya, namun untuk buku-buku yang terkait dengan pemikiran

gerakan Islam tertentu, IM misalnya, hampir semuanya diterbitkan oleh penerbit-

penerbit yang seideologis.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 140: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

118

Untuk buku-buku kajian ilmiah yang terkait dengan organisasi

pergerakan Islam Timur Tengah maupun sayap-sayap gerakannya umumnya

diterbitkan oleh penerbit luar atau bisa dikatakan tidak seideologis. Misalnya

LKiS untuk buku Imdadun yang berjudul Ideologi Politik PKS: dari Masjid

Kampus ke Gedung Parlemen. Atau buku Dilema PKS: Suara dan Syariah,

karya Burhanuddin Muhtadi diterbitkan oleh KPG (kepustakaan Populer

Gramedia). Atau Partai Keadilan Sejahtera: Ideologi dan Praktis Politik Kaum

Muda Muslim Indonesia Kontemporer, karya Aay Muhamad Furqon yang

diterbitkan oleh Mizan.

3.3. Karakteristik Kaderisasi Gerakan Tarbiyah

Kalangan Gerakan Tarbiyah berpendapat bahwa Islam merupakan agama

dakwah dan tarbiyah. Misi Islam yang dibawa oleh Muhammad Rasulullah saw

adalah membebaskan manusia dari segala bentuk pengabdian kepada makhluk

menjadi pengabdian kepada Allah semata. Oleh karena itu tugas setiap muslim

adalah mendakwahkan misi Islam tersebut kepada semua orang dan

mentarbiyahnya sehingga terjadi perubahan kepribadian dari waktu ke waktu

menjadi lebih baik. Sejalan dengan itu dakwah Islam dalam pandangan Gerakan

Tarbiyah mempunyai tujuan yang komprehensif 275

1. Mendapat ridha Allah Taala dengan memenuhi segala persyaratannya.

yaitu

Wujud dari nilai ini adalah capaian kompetensi dari materi-materi yang

sudah diberikan yang terkait dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa

contoh yang sederhana misalnya terkait dengan salimul Aqidah tidak

bersumpah dengan selain Allah, misalnya dengan sumpah pocong.

Pembuktian seperti itu suatu wujud pemahaman aqidah Islam yang

buruk. Sedangkan untuk kompetensi Shahihul Ibadah kita mampu ihsan

dalam thaharah (bersuci), misalnya kita tertib dalam berwudhu dan

275 Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah, Manhaj Tarbiyah 1433H, Jakarta:LKMT, 1433 H,

hal 17

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 141: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

119

mengikuti rukun syahnya. Atau untuk komptensi Matinul Khuluk tidak

berdusta atau tidak mengadu domba.276

2. Membangun manusia muslim yang memiliki integritas moral, intelektual,

serta fisik yang sehat dan kuat. Wujud dari implementasi capai nilai ini

dalam kehidupan sehari-hari misalnya untuk kompetensi shahihul ibadah

seorang kader harus bersemangat dan berkomitmen menjalankan sholat

berjamaah. Untuk Mutsaqaful Fikri seorang kader memperluas wawasan

diri dengan sarana-sarana baru, misalnya mengakses informasi melalui

internet, surat kabar online. Qawiyyul Jismi setiap kader wajib mengikuti

petunjuk kesehatan dalam tidur dan bangun tidur.

277

3. Mewujudkan keluarga teladan yang menghormati norma-norma

kemanusiaan dan menghargai akhlaq sosial guna melahirkan generasi

yang merdeka dan berbudaya. Nilai-nilai ini terwujudkan ketika seorang

kader mengimplementasikan kompetensi salimul aqidah terkait dengan

tidak mudah mengkafirkan orang. Untuk Nafi’un Li Ghairihi, setiap

kader wajib melaksanakan hak-hak pasangannya,

278

4. Membina masyarakat menuju kehidupan yang bersih, indah, dan

berkomitmen untuk menyebarkan nilai-nilai kebajikan serta memerangi

dekadensi moral dan perilaku penyimpangan. Implementasi dari tujuan

ini terlihat dalam menjalankan komptensi Qawiyyul Jismi berupa

aktivitas kader yang membersihkan perlengkapan makanan dan

minumanya. Untuk berkomitmen menyebarkan nilai-nilai kebajikan serta

memerangi dekadensi moral terlihat dalam implementasi kompetensi

Matinul Khuluk yang berupa aktivitas kader yang mampu memenerima

kritik dan penilaian

misalnya seorang

suatu menunakan hak istrinya atau seorang istri menunaikan hak

suaminya sehingga keluarga tersebut menjadi keluarga teladan.

276 Ibid. hal. 112-113 277 Ibid. hal. 114-116 278 Ibid. hal. 130

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 142: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

120

5. Ikut menegakkan persatuan dan kesatuan bangsa dan menempatkannya di

atas perbedaan suku golongn serta agama. Implementasi dari tujuan ini

terlihat dalam menjalankan komptensi matinul Khuluq menerima dan

menghargai uzur orang yang berbeda denganya, dala artian bekerja sama

dalam sesuatu yang disepakati dan saling menghormati dalam suatu

perbedaan, atau memuliakan teman dan tetangga. Berbaik sangka dengan

orang yang berbeda dengannya.

6. Memelihara kemaslahatan Islam dan kaum muslimin serta memotivasi

mereka untuk memelihara tanggung jawab bagi kedamaian dan kejayaan

bangsa. Implementasi dari tujuan ini terlihat dalam menjalankan

komptensi Matinul Khuluq dengan materi Permusuhan yang ada tidak

melupakan jasa dan kebaikan orang.

7. Menyiapkan kader umat yang cerdas, terampil, dan bertaqwa serta siap

berkiprah di semua lini kehidupan. Implementasi dari tujuan ini terlihat

dalam menjalankan aplikasi komptensi-kompetensi yang ada dalm

kehidupan keseharian.279

Karkateristik khusus yang dimiliki Gerakan Tarbiyah terletak pada

proses pengkaderan mereka yang dinamakan Tarbiyah Islamiyah. Tarbiyah

Islamiyah merupakan sebuah proses penyiapan manusia yang shalih, yaitu agar

tercipta suatu keseimbangan dalam potensi, tujuan, ucapan dan tindakan secara

keseluruhan. Untuk itu kesuksesan sebuah dakwah dalam pandangan Gerakan

Tarbiyah bisa tercapai jika dikerjakan secara berkesinambungan (al ‘amal al

mutawashil ) dan dilakukan pembinaan sepanjang hayat (at Tarbiyah madal

hayah).

280

Misi utama dakwah Gerakan Tarbiyah adalah melakukan perubahan

(risalatut taghyir). Perubahan dalam kehidupan umat manusia yang sejalan

dengan tuntutan Islam, baik pada tingkatan individu maupun pada tingkatan

279 Bandingkan dengan tujuan IM 1. Ibadah kepada Allah, 2.Tegaknya khilafah di muka

bumi, 3.Saling mengenal sesama manusia, 4. Kepemimpinan dunia, 5. Menghukum dengan syariat.

280 Manhaj Tarbiyah 1433 jilid. 4, hal 18

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 143: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

121

kolektif, sehingga terwujud suatu tatanan kehidupan yang baik. Gerakan

Tarbiyah dalam upaya mewujudkan perubahan tersebut bersandar pada

perubahan unsur manusianya, karena manusia merupakan unsur inti dalam

kehidupan. Oleh karena itu Gerakan Tarbiyah menempatkan tarbiyah sebagai

titik tolak dari semua aktivitas dakwahnya. Bagi Gerakan Tarbiyah, kader

merupaka aset utama gerakan, maka out put utama dari tarbiyah ada pada

kualitas kader yang dibentuk. Jadi kekuatan Gerakan Tarbiyah sangat

tergantung pada pertumbuhan kadernya, baik secara kuantitatf maupun kualitatif. 281 Mereka memiliki perangkat yang komprehensif untuk mengontrol

perkembangan kade-kadernya. E. Shobirin, redaktur jurnal Taswirul Afkar,

terkait dengan Gerakan Tarbiyah menyebutkan bahwa, kaderisasi dan

penegakkan disiplin kadernya sulit untuk ditiru oleh semua organisasi

masyarakat sipil lainnya di Indonesia.282 Namun bukan berarti semuanya akan

berjalan mulus, ada beberapa kader yang akhirnya tereleksi secara alami, mereka

menyebutnya dengan istilah, futur.283

Bentuk tarbiyah yang dikembangkan oleh Gerakan Tarbiyah adalah

Tarbiyah Nukhbawiyah

284 dan Tarbiyah Jamahiriyah285

281 Ibid. hal. 19. Perhatikan lampiran tentang form kontrol aktivitas harian kader

tarbiyah dan juga raport tabiyah 282 Tashwirul Afkar, no. 21 tahun 2007, hal. 6. 283 Futur dimaknai dengan degradasi/ penurunan, yang dalam tahapan berikutnya

membuat mereka keluar dari jaringan tarbiyah.

. Melalui Tarbiyah

nukhbawiyah setiap kader berkewajiban untuk membangun dan terus

memperbesar basis dukungan sosialnya. Unsur masyarakat yang mendukung

gerakan dakwah adalah orang-orang yang secara sadar dan faham memberikan

loyalitasnya kepada Islam dan dakwah Islam. Untuk itu basis dukungan sosial

dakwah pun haruslah merupakan output dari proses Tarbiyah Islamiyah dalam

bentuk yang lebih umum dan lebih luas. Hal ini dikenal dengan sebutan Tarbiyah

284 Tarbiyah Nukhbawiyah merupakan proses pembinaan yang secara khusus menjadi tanggung jawab struktur Gerakan Tarbiyah mulai dari tahapan rekrutmen, pembinaan, penyeleksian dan peningkatan mutu kader.

285 Tarbiyah Jamahiriyah merupajan proses penyadaran dan pembinaan masyarakat secara umum dan masif. Tujuan dari Tarbiyah Jamahiriyah membentuk basis sosial pendukung dakwah dan juga sebagai bahan baku awal Tarbiyah Nukhbawiyah.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 144: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

122

jamahiriyah. Tarbiyah jamahiriyah sendiri merupakan suatu proses penyadaran

dan pembinaan keislaman masyarakat secara umum dan masif melalui berbagai

elemen struktur organisasi gerakan dakwah, lembaga-lembaga yang secara

langsung atau tidak langsung dikelola organisasi gerakan dakwah ini.286

Sentuhan-sentuhan dengan masyarakat tidak bisa dihindarkan oleh kader

tarbiyah ketika ia menjalankan Tarbiyah Jamairiah. Seorang kader tarbiyah

melalui berbagai elemens struktur baik formal maupun non formal akan

dimanfaatkan oleh setiap kader dalam merekrut kader-kader yang baru. Hal ini

yang oleh Mashadi kadang kader lebih mementingkan lembaga atau organisasi

dibandingkan tujuan dakwah itu sendiri, yang akhirnya muncul benturan-

benturan atau gesekan-gesekan. Hal ini bisa terjadi karena pembinaan yang

belum matang atau kontrol murabi yang lemah. Jadi apa yang dikatakan Shobirin

di atas bisa jadi tidak berjalan dengan baik.287

1. Konsolidasi

Untuk mencapai hal tersebut organisasi gerakan dakwah ini menerapkan

manajemen dakwahnya melalui tiga aktivitas utama yaitu konsolidasi, edukasi

dan ekspansi. Siklus kerja dakwah tersebut bekerja secara terus menerus. Konsep

tersebut dalam rencana kerjanya dibuat dalam lima tahapan khusus yaitu

2. Pembinaan dan pelayanan

3. Penokohan dan perluasan

4. Pemenangan intikhab ‘am

5. evaluasi288

Konsolidasi bagi Gerakan Tarbiyah merupakan suatu proses yang harus

dilakukan secara cepat dan tepat. Bagi mereka ini merupakan tahap awal proses

kerja, tanpa konsolidasi bagi mereka tidak akan ada kegiatan berikutnya. Setelah

tahapan ini sudah menunggu proses kerja yang sangat penting, yaitu pembinaan

dan pelayanan umat. Proses konsolidasi yang mereka lakukan bisa dikatakan

286 Manhaj Tarbiyah 1433 jilid. 4 hal 20. 287 Wawancara Mashadi dan T.R. Wijaya. 288 Ibid, hal 21

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 145: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

123

hampir menyamai proses konsolidasi militer. Jaringan gerakan ini bekerja begitu

cepat sehingga instruksi yang diberikan oleh para pemimpin mereka sangat cepat

mencapai kader yang paling bawah sekalipun, sehingga konsolidasi dakwah

mereka bisa dikatakan cukup solid. Bagi mereka jaringan adalah sarana

konsolidasi paling efektif. Jaringan yang mereka gunakan adalah jaringan

kelompok liqo/ halaqah tarbiyah. kelompok ini terbentuk melalui suatu proses

pembinaan yang panjang. Oleh karena itu keterkaitan antara konsolidasi dan

proses pembinaan tidak terlepaskan.

Pembinaan bagi mereka merupakan suatu proses yang terus menerus

dilakukan untuk memperluas rekruitmen kader di berbagai lapisan. Di sisi lain

pembinaan bagi mereka adalah suatu proses untuk meningkatkan kualitas kader,

pengokohan kepribadian dan kepemimpinan kader, pengokohan eksistensi dan

peran kader yang bergerak di berbagai sektor dan pengokohan serta

pengembangan institusi dan jaringan ekonomi kader.289

Penokohan merupakan upaya pemunculan tokoh-tokoh dari kader

tarbiyah ke skala nasional dan daerah di berbagai bidang. Setiap kader yang

memiliki kemampuan tertentu akan dipromosikan melaui penguatan posisi

penokohan kader sebagai opinian leader di media dan masyarakat. Struktur juga

Peningkatan kualitas ini

merupakan bekal bagi mereka untuk melakukan pelayanan.

Sedangkan pelayanan sendiri merupakan suatu proses pemberdayaan

masyarakat lapisan bawah dalam aspek moral, sosial dan ekonomi yang

dibarengi dengan pengokohan eksistensi dan peran kader yang bergerak di

bidang pelayanan masyarakat, serta optimalisasi peran para kader yang berada

pada kepemimpinan publik dalam mengadvokasi kepentingan masyarakat dan

melayani masyarakat. Setelah itu mereka melakukan aktivitas penokohan dan

perluasan.

289 Ibid.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 146: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

124

berusaha melakukan penguatan citra positif dan profesionalisme gerakan dakwah

dengan berbagai sumber dayanya di masyarakat.290

Tindak lanjut berikutnya adalah ekspansi Tarbiyah. Banyak momen yang

dimanfaatkan oleh Gerakan Tarbiyah dalam melakukan ekspansi Tarbiyah,

seperti ramadhan, musim liburan sekolah, hari-hari besar keagamaan dan

kegiatan lainnya. Mereka sangat memanfaatkan momen-momen tersebut untuk

melakukan ekspansi Tarbiyah. Mereka memanfaatkan semua momen di bulan

ramadhan mulai dari menyambut ramadhan, mengisi kegiatan di bulan ramadhan

dan menjaga aktivitas pasca ramadhan. Kegiatan mereka ini dikelola secara

terstruktur.

Perluasan yang dimaksud adalah dibidang rekrutmen kader, perluasan

jaringan komunikasi dengan berbagai unsur pengambil kebijakan dan praktisi

skala daerah, nasional maupun internasional, perluasan rekruitmen pakar dan

pembentukkan berbagai profesi yang mendukung dakwah.

Setelah semua aktivitas sudah dilakukan, langkah yang diambil oleh

setiap kader dalam kelompok dan strukturnya adalah melakukan evaluasi

sehingga mengetahui kekurangan dan kesalahan yag telah dilakukan sehingga

memberikan hasil-hasil yang terbaik dimasa berikutnya.

291

Contoh lain yang cukup nyata untuk ekspansi tarbiyah adalah

memanfaatkan liburan kenaikan sekolah. Kondisi seperti ini dimanfaatkan oleh

anak-anak rohis untuk melakkan kegiatan rekrutmen kader tarbiyah. Pola

kegiatan yang dilakukan adalah kegiatan yang menarik anak-anak SMA,

Misalnya Out Bond dan Tadzabur Alam. Di sini nilai-nilai Islam ditanamkan.

Kegiatan ini merupakan salah satu ajang perekrutan kader.

292

290 Ibid. hal. 22 291 Ibid. 292 Wawancara dengan Faisal

Setelah mereka

mengikuti kegiatan langkah berikutnya adalah mentoring. Di sinilah proses

eksternalisasi pemikiran tarbiyah ditanamkan dalam diri seorang obyek dakwah.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 147: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

125

Proses tarbiyah yang berjalan rutin akan menanamkan suatu pemahaman tentang

keislaman yang baik pada diri seorang obyek dakwah sehingga terjadi proses

perpindahan pemahaman keislaman mereka menjadi lebih baik. Dampaknya

mereka akan melakukan obyektivasi dalam lingkungan kehidupan masyarakat

sehingga pemahaman mereka tidak sebatas teks semata, namun terjadi

obyektivasi dalam kehidupan sosial sehingga berjalan proses internalisasi diri.

Ditahap terakhir ini seorang obyek dakwah akan menjadi subyek dakwah. Di sini

akan mengawali kembali dengan konsolidasi diri menuju langkah baru

rekrutmen kader.

Seperti disebutkan sebelumnya bahwa aktivitas dakwah mereka

merupakan sebuah putaran yang tidak berhenti. Momen yang mereka manfaatkan

untuk ekspansi tarbiyah hasil yang mereka peroleh adalah rekrutmen kader. Oleh

karena itu mereka pasca ekspansi tarbiyah kembali melakukan konsolidasi

tarbiyah, yaitu menata kembali langkah-langkah dan pengelolaan sumber daya

tarbiyah sehingga mampu menjalankan fungsi edukasi secara optimal. Dalam

aspek struktural, konsolidasi yang mereka lakukan dengan menetapkan

perencanaan tarbiyah yang jelas dan terukur, menyiapkan mekanisme yang tepat

dan berbagai instrumen pendukung yang dibutuhkan. Setelah semua aspek

terkonsolidasi dengan baik, maka mereka mulai kembali melakukan proses

panjang pembinaan.293

Itulah siklus pembinaan Gerakan Tarbiyah yang terus berputar dan

semakin meluas dan semakin membesar dengan membentuk jaringan-jaringan

tarbiyah baru yang terintegrasi dan terstruktur. Bagi mereka output yang

diharapkan adalah pertumbuhan kader baik secara kuantitatif maupun kualitatif.

Pertumbuhan kuantitatif merupakan penambahan secara jumlah kader,

sedangkan kualitatif adalah peningkatan secara kualitas kader yang sudah ada.

Bagi mereka Tarbiyah adalah proses yang tidak berhenti. Kader-kader yang

belum membina menjadi memiliki binaan dengan melakukan perekrutan Dan

293 Lihat lampiran 8 dan lampiran 9

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 148: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

126

menjadi sebuah jaringan baru. Ini merupakan kelebihan kaderisasi Gerakan

Tarbiyah yang tidak dimiliki oleh gerakan dakwah berjejaring lokal seperti NU

dan Muhammadiyah.294

Ketika penulis menanyakan kepada tokoh NU dan Muhammadiyah

terkait proses kaderisasi, apakah NU/ Muhammadiyah mempunyai proses

kaderisasi? Baik tokoh NU maupun Muhammadiyah menjawab memiliki proses

kaderisasi. Namun penulis tidak memperoleh jawaban bagaimana menjaga

proses kaderisasi itu mereka tidak bisa memberikan jawaban yang pasti. Kiai

Burhan, ketua PCNU Depok mengatakan bahwa kaderisasi mereka adalah

pesantren. Namun pasca dari pesantren mereka tidak memiliki mekanisme untuk

menjaga santri-santri mereka jika santri-santri mereka selesai dari pesanren.

Perluasan jaringan inilah yang membuat adanya gesekan

dengan organisasi Islam lainnya. Lebih lanjut akan di bahas di bab berikutnya.

295

Ustadz Farhan menjawab bahwa proses kaderisasi mereka dilakukan dengan

berbagai metode mulai dari Darul Arqam, Baitul Arqam, dan taklim-taklim di

Masjid. Namun kajian itu tidak bisa dilaksanakan secara rutin dan spesifik. Baru

dilakukan secara umum melalui taklim-taklim masjid.296

Tarbiyah bagi Gerakan Tarbiyah bukan semata menyampaikan nilai-nilai

Islam semata seperti pada awal pertumbuhan LDK, namun merupakan suatu

kaderisasi terstruktur dengan adanya jenjang-jenjang Tarbiyah. Gerakan

Tarbiyah membagi jenjang Tarbiyah mereka dalam 6 tahapan, yaitu tamhidi,

muayyid, muntasib dan muntanzhim, ‘Amilin dan Takhashush. Setiap tahapan

merupakan prasyarat tahapan berikutnya, artinya seperti sebuah tingkatan kelas.

Setelah mereka memenuhi segala persyaratan tingkatan tertentu, misalnya

tamhidi, mereka baru bisa memasuki tingkatan berikutnya dan seterusnya. Inilah

yang mereka katakan denga peningkatan kualitas pembinaan kader. Seperti

disebutkan sebelumnya mereka memiliki suatu Manhaj atau pedoman

pembinaan tersendiri yang berupa kurikulum pembinaan yang terstruktur. (lihat

294 Tashwirul Afkar, Op.Cit. 295 Wawancara dengan Ustadz Burhan 296 Wawancara dengan Ustadz Farhan AR

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 149: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

127

lampiran kurikulum Tarbiyah).297 Haedar Nashir melihat hal ini dilakukan pula

di dalam pembinaan kader PKS, yang merupakan sayap politik tarbiyah. Haedar

menyebutnya sayap dakwahnya PKS. Hal inilah menurut, Haedar bahwa PKS

merambah wilayah dakwah seperti layaknya merambah wilayah politik. Ini yang

akhirnya terjadi gesekan di tubuh Muhammadiyah.298

Oleh karena itu mereka selalu menjaga keterpaduan struktural kerja

tarbiyah. Salah satu ciri amal da’awi yang harus terus dijaga adalah

kemenyeluruhan dan keterpaduannya (syumuliyah wa takamuliyah).

299 Bagi

mereka tarbiyah bukan hanya menyampaikan materi namun sasarannya adalah

bagaimana mencetak kepribadian kader dalam berbagai aspek yang tercermin

dalam muwashofat tarbiyah. (lihat lampiran 10 muwashofat).300

3.4. Peserta Tarbiyah

Artinya materi

yang disampaikan harus terimplementasi dalam aktvitas keseharian mereka.

Gerakan Tarbiyah, membagi peserta tarbiyah dalam jenjang-jenjang

tertentu, mereka menyebutkan dengan istilah Marhalah. Seseorang yang direkrut

untuk mengikuti proses tarbiyah akan ditempatkan sesuai dengan marhalah

(tingkatan) yang diikutinya. Perekrutan peserta tarbiyah dilakukan untuk

jenjang yang paling dasar yaitu tamhidi. Rekrutmen untuk jenjang tamhidi ini

dilakukan dengan dua cara yaitu rekruitmen fardi dan rekruitmen jama’i.

Rekruitmen fardi dilakukan oleh pribadi anggota tarbiyah atau atas dasar

rekomendasi dari teman satu halaqah atau satu usrah. Pola yang dilakukan

untuk rekrutmen fardi dilakukan oleh anggota-anggota halaqah dan usrah atas

297 Kurikulum Tarbiyah itu dijalankan dalam rentang waktu tertentu pertingkat jenjang

tarbiyah. Misalnya untuk tahapan tamhidi, waktu paling cepat untuk menyelesaikan tahapan ini adalah satu tahun, Muayyid 2 tahun, muntasib 2 tahun dan muntandzim 3 tahun. Walaupun pada kenyataanya dari sumber yang penulis peroleh lama waktu yang mereka tempuh dalam satu tahapan lebih dari waktu itu. Karena bukan hanya capaian materi, namun juga sampai bagaimana materi itu diaplikasikan dalam kehidupan mereka.

298 Haedar Nashir, Manifestasi Gerakan Tarbiyah, Op.Cit. 299 Manhaj Tarbiyah, 1433, Jilid 4. hal. 23. 300 Muwashofat Tarbiyah adalah tujuan instruksional umum yang harus dicapai setelah

ia mengikuti Tarbiyah dalam marhalah atau jenjang tertentu.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 150: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

128

inisiatif sendiri mencari calon-calon peserta tamhidi. Calon yang dicari harus

memiliki karakteritik tersendiri sehingga mudah untuk dibina. Karakteritik calon

binaan yang dicari memiliki kepribadian yang hanif, siap mendegar dakwah,

memiliki kencenderungan untuk mengubah diri, melaksanakan ibadah fardhu

dan simpati terhadap permasalahan Islam dan keislaman.301

Saya pada awalnya ikut sekoci sampai kelas 2 SMA, kemudian ketika

ada kegiatan keislaman yang ditawarkan oleh alumni ke siswa-siswa

sekolah, saya tertarik untuk mengikuti kegiatan tersebut. Kegiatan itu

kemudian saya ketahui sebagai daurah rekruitmen dan saya akhirnya

melanjutkan aktivitas pengajian saya di Tarbiyah.

Biasanya orang-orang yang direkrut tersebut diikutsertakan dalam daurah

rekruitmen. Dalam daurah ini mereka diberikan pemahaman dasar tentang Islan

dan urgensi tarbiyah. Hal ini seperti yang diungkap salah seorang kader, bahwa

keikutsertaanya dalam tarbiyah setelah ia diajak ikut serta dalam daurah

rekruitmen.

302

Saya terlibat dalam Gerakan Tarbiyah berawal ketika ada

mahasiswa dari UNPAD yang akan menggunakan pesantren ayah saya

sebagai tempat daurah islamiyah bagi anak-anak SMA, dan saya diajak

oleh mahasiswa, pada saat itu saya kelas dua Mualimin Persis di Garut.

Hal yang sama juga di rasakan oleh Hilman Roshad,

303

Pola rekruitmen berikutnya adalah pola rekruitmen jamai, pola

rekruitmen ini dilakukan secara terstrukur baik oleh halaqah maupun usrah.

Biasanya kegiatan yang dilakukan adalah mentoring, ta’lim. Untuk mentoring

301 Manhaj Tarbiyah 1433 jilid 4, hal. 77. 302 Wawancara dengan Umi di Depok. Beliau sebelumnya aktif dalam pengajian sekoci,

atau yang kemudian lebih dikenal dengan N11. Dialog dengan Umi, aktivis Tarbiyah mantan N11, pada 31 Mei 2013, di rumah beliau pukul 17.00-17.30

303 Wawancara dengan Ustadz Hilman Roshad, Sebelumnya aktivi Persis, aktivis Tarbiyah ini berasal dari Garut dan pernah menjadi anggota DPPRI dari Fraksi PKS, tinggal di Beji. Wawancara dilakukan pada 6 Juni 2013, Pukul 13.00-14.45. di rumah beliau. Beliau Juga Alumni dari Universitas Madinah angkatan 1989.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 151: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

129

biasanya dilakukan di SMA-SMA yang dilakukan oleh Rohis atau di kampus

bagi mahasiswa baru yang diikutkan melalui kegiatan keislaman yang kemudian

dikelompokan yang didampingi oleh seorang mentor dari kakak kelasnya.

Mentoring ini dilakukan dalam waktu tertentu, baru kemudian mereka bisa

dimasukkan ke dalam liqo tamhidi bila hasil pantauan yang dilakukan oleh

mentor hasilnya positif.

Doug Mc. Adam, John D Mc Carthy, dan Mayer N Zald, menjelaskan

tentang teori gerakan sosial melalui “mekanisme mikro mobilisasi,304

Contoh kasus untuk teori di atas yang sejalan dengan salah satu pola

rekurutmen kader tarbiyah adalah perekrutan melalui penerimaan beasiswa

PPSDMS Nurul Fikri. Setiap mahasiswa penerima beasiswa PPSDMS wajib

mengikuti pembinaan keislaman (tarbiyah). Mahasiswa tertarik karena dapat

keuntungan menerima beasiswa, Gerakan Tarbiyah mendapat keuntungan

mendapatkan kader terbaik karena terseleksi dengan ketat. Hal ini hampir terjadi

di semua tempat aktivis tarbiyah terlibat di dalamnya. Hal inilah yang

menyebabkan Muhammadiyah terinfiltrasi Gerakan Tarbiyah. Contoh lain pada

yakni

tentang bagaimana para pemimpin gerakan menempa dan memelihara hubungan-

hubungan dengan para calon anggota. Dia menyebutkan ada dua teori rekrutmen

utama yang bersandar pada asumsi-asumsi yang berbeda tentang berbagai motif

yang mendorong tindakan kolektif. Salah satu cabang dari teori tersebut adalah

“aktor rasional” perilaku manusia, menyatakan bahwa gerakan menarik anggota

baru dengan kepentingan-kepentingan individu. Gerakan melakukan hal ini

dengan memberi “insentif selektif“ berbagai keuntungan materiil, psikologis, dan

atau emosional yang tergantung dari partisipasi si peserta. Dari sudut pandang

ini, akses ke berbagai keuntungan tersebut memotivasi para calon peserta untuk

bergabung dengan Gerakan Tarbiyah terus menerus dan melibatkan mereka dari

waktu ke waktu.

304 Doug Mc. Adam, John D Mc Carthy, dan Mayer N Zald, “Introduction:

Opportunities, Mobilizing structures, and Framing Processes-toward a sytetic, comparative perspective on social movement”, dalam Teori Gerakan Sosial Islam, Jakarta: Universitas Paramadina.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 152: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

130

awal 1980-an aktivis tarbiyah di Masjid Arif Rachman Hakim Salemba

melakukan pembinaan siswa-siswa kelas 3 SMA yang akan mengikuti

penerimaan Sipenmaru. Di sela-sela pembinaan materi sekolah, mereka

memperoleh pembinaan keislaman. Siswa tertarik karena dibantu secara

psikologis menghadapi seleksi mahasiswa baru dan para aktivis masjid/ tarbiyah

mendapatkan binaan yang siap dikader. Hasilnya cukup mengagetkan langkah

awal ini mendapat suskes yang cukup besar karena 90% siswa binaannya

diterima di perguruan tinggi negeri. Inilah yang menjadi cikal bakal bimbingan

belajar Nurul Fikri.305

Sedangkan untuk rekruitmen peserta tarbiyah untuk jenjang Muayyid

perekrutannya melalui mekanisme takwim, atau proses pembentukan kader yang

berjenjang baik reguler maupun irreguler. Melalui proses ini, pembinaan

tarbiyah mejalankan fungsinya meningkatkan kualitas kader. Mereka yang sudah

menempuh batas waktu tertentu dan telah menyelesaikan kurikulum tarbiyah

tingkat tamhidi akan diproses menuju ke jenjang Muayyid. Proses ini dijalankan

sebagai suatu proses penjaminan mutu kader (quality assurance/ QA).

306Penerapan program QA pada pelaksanaan tarbiyah diharapkan mampu

meningkatkan dasar-dasar ilmiah dan skill aplikatif kader yang berkaitan dengan

pelaksanaan serta pengelolaan program tarbiyah. Melalui QA juga dapat melihat

kemampuan dan kelemahan kader dalam mengemban kewajiban.307 Proses ini

juga dijalankan dari Muayyid ke Muntasib, dari Muntasib ke Muntanzhim, dari

Muntanzhim ke ‘Amilin, dan dari Amilin ke Takhasus.308

Untuk menghasilkan kualitas kader yang sesuai dengan manhaj yang

digunakan oleh gerakan Tarbiyah, dan proses kaderisasi berjalan dengan baik

maka dibutuhkan bimbingan intensif dari seorang Murabbi atau Naqib.

Murabbi dan Naqib merupakan pelaksana tarbiyah yang bertanggung jawab atas

305 Wawancara dengan Bang Ichal, salah satu aktivis tarbiyah yang membangun

Bimbingan Belajar Nurul Fikri 306 Lihat lampiran 8 dan lampiran 9. 307 Manhaj Tarbiyah 1433, hal 241-242 308 Lihat Lampiran 8

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 153: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

131

satu kelompok liqo atau usrah. Bimbingan intensif tersebut bertujuan untuk

meningkatkan kualitas aspek spiritual, pemahaman doktrin kebenaran dan

bimbingan praktis untuk beramal islami serta untuk memberikan panduan dalam

program ta’alum dzati (proses belajar mandiri) dan penugasan.309

Untuk dapat mencapai sasaran tersebut seorang murabi dan naqib

dituntut untuk mampu memahami dan menerapkan metode belajar dan metode

pengajaran dengan baik. Sebelum menjadi seorang murabbi dan naqib, seorang

kader Tarbiyah diharusan mengikuti pelatihan atau daurah murabbi

310dan

daurah nuqaba.311 Dalam daurah tersebut diajarkan tentang metode

pembelajaran tentang suatu learning model ( model belajar) maupun tentang

learning how to learn (belajar bagaimana cara belajar) untuk membantu

pengembangan kader secara mandiri. Setelah lulus dari daurah tersebut mereka

baru bisa dipilih menjadi seorang murabbi atau Naqib.312 Jadi untuk menjadi

seorang Murabbi atau Naqib tidak mengajukan diri, namun ditentukan oleh

kelompok liqo atau usrah mereka. Hal ini terlihat sebuah upaya

mempertahankan kualitas dengan tetap menjaga kualitas Murabbi atau Naqib.313

Untuk mengontrol dan mengelola jalannya sebuah halaqah dan usrah,

Gerakan Tarbiyah membentuk pengelola tarbiyah. Pengelola tarbiyah

berkewajiban untuk membuat rencana tarbiyah selama satu tahun, mengorganisir

aktivitas tarbiyah, mengontrol penyelenggaraan tarbiyah dan memetakan potensi

tarbiyah dari setiap halaqah dan usrah. Keberhasilan suatu halaqah dan usrah

tidak hanya bergantung pada sosok murabbi dan naqib, namun juga berjalan

atau tidaknya sebuah pengelola Tarbiyah. Jika pengelola tarbiyah tidak mampu

menjalankan fungsinya maka proses pembinaan yang dilakukan oleh halaqah

dan usrah akan stagnan, karena akan monoton pembinaannya. Inilah yang

309 Manhaj Tarbiyah 1433, hal. 89-91 310 Pelatihan yang diberikan bagi calon mentor/ pembina untuk jenjang tamhidi dan

muayyid. 311 Pelatihan yang diberikan bagi calon pembina mulai jenjang muntasib, hingga jenjang

hingga takhasus. 312 Manhaj Tarbiyah 1433 Jilid 4, hal 84-89 313 Ibid, hal 179

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 154: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

132

menjadi faktor suksesnya Gerakan Tarbiyah melakukan pembinaan sehingga

terbentuk kader yang militan.

Sarana penujang lain yang mendukung keberhasilan proses tarbiyah dari

sebuah halaqah dan usrah adalah adanya kurikulum tarbiyah.314 Setiap jenjang

marhalah memiliki kurikulum tersendiri yang terpadu untuk setiap jenjangnya.

Kurikulum tarbiyah memiliki kompetensi yang berupa tujuan instruksional

umum yang harus dimiliki oleh setiap kader di setiap tingkatan, kompetensi

tersebut dikenal dengan sebutan muwashofat.315

Kalau kita perhatikan tabel dibawah ini terkait dengan distribusi sesi

untuk setiap bidang studi, pembinaan di Gerakan Tarbiyah layaknya sebuah

proses pendidikan di sebuah lembaga resmi.

314 Lihat Lampiran Kurikulum 315 Lihat lampiran Muwashofat

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 155: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

133

Tabel1. Jumlah Sesi Tatap Muka Perjenjang Tarbiyah

Kode

Nama Bidang Studi

Jumlah Sesi Tatap Muka

Tamhidi Muayyid Muntasib Muntanzhim

1. Al Quran 37 46 8 34 2. Ulumul Quran 15 6 3. Aqidah 36 15 12 7 4. Hadits 1 14 22 11 5. Istilah Aqidah 6. Musthalah Hadits 1 12 7. Sej.Perkemb.Hadits 14 8. Fiqih 6 13 20 9. Sirah 5 11 20 10 10. Kisah Sahabat 8 11. Tazkiyah 25 21 14 20 12. Kisah Nabi 1 6 6 13. Tokoh Islam 11 14. Kaifa Ihtadaitu 6 15. Tarikh 13 16. Manusia dan

kebenaran 1

17. Pengembangan diri 8 5 18. Rumah Tangga

Muslim 7 10 4

19. Fiqih Dakwah 54 25 59 20. Fikrul Islami 7 9 15 5 21. Gerakan Pembaharu 11 22. Masyarakat Muslim 4 3 23. Dunia Islam

Kontemporer 4

24. Kesehatan 3 25. Bahasa Arab 10 11 10 26. Keakhwatan 6 1 4 2

Sumber: dirangkum dari kurikulum Tarbiyah Manhaj 1433 hingga jenjang Muntanzhim.

Berdasarkan tabel di atas ada 26 bidang studi, tetapi tidak semua bidang

studi disampaikan di setiap jenjang tarbiyah. Setiap jenjang memiliki penekanan

yang berbeda-beda. Penekanan ini dapat terlihat dari sesi di setiap bidang studi,

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 156: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

134

semakin banyak sesi disuatu bidang studi semakin penting materi tersebut. Kalau

kita perhatikan kembali tabel di atas setiap jenjang memiliki bidang-bidang studi

yang dominan. Penulis melihat lima besar bidang studi yang dominan di setiap

jenjangnya

Tamhidi: Al Quran, Aqidah, Tazkiyah, Kisah Sahabat, dan Fikrul Islam

Muayyid: Fiqih Dakwah, Al Quran, Tazkiyah, Aqidah dan Hadits

Muntasib: Fiqih Dakwah, Hadits, Sirah, Fiqih, dan Ulumul Quran

Muntanzhim: Fiqih Dakwah, Alquran, Tazkiyah, Sejarah Perkembangan

Hadits dan Tarikh.

Bidang-bidang studi di atas dikelompokkan dalam dua kelompok

prioritas, prioritas 1 dan prioritas 2. Materi yang paling besar korelasinya dengan

tujuan dari setiap jenjang pencapaian muwashofat dan ketersediaan pemateri

yang memiliki kemampuan tertentu disetiap wilayah tarbiyah di tempatkan pada

prioritas 1, sedangkan yang lebih kecil korelasinya ditempatkan di prioritas 2.316

Berdasarkan kriteria ketuntasan materi Tarbiyah yang diberikan di setiap

jenjang dan sarana yang digunakan, penulis merangkum dari Manhaj Tarbiyah

1433 sebagai berikut

Kalau kita perhatikan kembali lima besar materi-materi yang diberikan tiap

jenjang, hanya tamhidi yang tidak memperoleh fiqh dakwah, maka yang berhak

untuk membina dimulai dari jenjang muayyid, mereka membina satu jenjang di

bawahnya.

316 Manhaj Tarbiyah 1433, hal 104

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 157: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

135

Tabel 2. Tabel Pembagian Target Pecapaian Materi Berdasarkan Sarana

Tarbiyah

NO Marhalah/ Jenjang

Target Waktu/ Sesi

Halaqah/ Usrah (Sesi)

Tasqif317

Mabit

(sesi) 318

Daurah

(sesi) 319

Nadwah

(sesi) 320

1

(sesi)

Tamhidi 1 th/ 46 46 10 10 4 0

2 Muayyid 2 th/92 72 36 20 12 0

3 Muntasib 2 th/92 65 0 19 12 9

4 Muntanzhim 3 th/138 64 0 29 9 35

Sumber: dirangkum dari kurikulum Tarbiyah Manhaj 1433.

Kalau kita perhatikan tabel di atas maka berdasarkan judul materi di

jenjang Tamhidi, Muayyid dan Muntasib tidak kekurangan materi sehingga

jumlahnya melebihi sesi yang ada. Misalnya waktu standar untuk membentuk

seorang kader tarbiyah tingkat Tamhidi adalah satu tahun dengan pekan efektif

adalah 46. Maka akan kelebihan materi kalau diberikan hanya pada waktu

317 Tasqif atau disebut juga Tarbiyah tsaqofah Islamiyah merupakan salah satu sarana

utama penerapan manhaj yang bersifat wajib melalui pembekalan wawasan keislaman dan penguasaan keilmuan kepada seluruh kader jenjang tamhidi dan nadwah. Sarana ini hanya dikembangkan di Indonesia, berbeda dengan manhaj IM.

318 Mabit merupakan salah satu sarana Tarbiyah ruhiyah dalam bentuk menginap bersama dengan menghidupkan malam untuk memperkuat hubungan dengan Allah serta meningkatkan kecintaan kepada Rasulullah SAW, meningkatkan akhlaq rabbaniyah yang memperkuat ukhuwah dan menambah bekalan dakwah.

319 Daurah adalah forum intensif untuk mendalami suatu tema atau ketrampilan/ keahlian tertentu. Diikuti persyaratan tertentu dan dilaksanakan dalam waktu relatif lama. Pemberi materi dalam daurah disebut dengan mudarrib dengan keahlian sesuai dengan target capaian.

320 Nadwah merupakan pertemuan ilmiah kader dalam satu jenjang struktur atau mustawa Tarbiyah untuk melanjutkan kajian dan analisa permasalahan dengan masing-masing berkontribusi pemikiran dan pandangan yang didukun dengan argumen ilmiah.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 158: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

136

halaqah rutin pekanan. Oleh karena itu untuk kegiatan lainnya tidak

menggunakan waktu pertemuan rutin pekanan. Untuk tasqif dan mabit dilakukan

setiap bulan sekali, sedangkan daurah dilakukan setidaknya 2 bulan sekali. Maka

peran pengelola tarbiyah yang mengatur jalannya aktivitas tarbiyah.321

3.5. Sarana dan Prasarana Tarbiyah

Sarana

tarbiyah lain yang tidak mengambil waktu pertemuan, dilakukan melalui

penugasan. Biasanya materi ini perlu kontinuitas pelaksanaannya, seperti kursus

bahasa Arab.

Suksesnya sebuah tarbiyah sangat didukung oleh adanya sarana dan

prasarana yang memadai. Sarana merupakan program atau bentuk acara yang

dijadikan untuk merealisasikan kurikulum. Di bagian sebelumnya sudah

disebutkan sarana tarbiyah yang digunakan dalam pembinaan tarbiyah yaitu

halaqah, usrah dan sarana pendukung lainnya. Namun berjalannya proses

tarbiyah tidak hanya semata-mata mengandalkan efektivitas halaqah dan usrah.

Kedua sarana tersebut merupakan institusi pokok yang harus ada dalam tarbiyah

nukhbawiyah. Namun untuk mencapai sasaran yang tepat diperlukan pula

prasarana yang menunjang keberhasilan sebuah tarbiyah.322

Prasarana yang dimaksud adalah segala sesuatu yang tidak berhubungan

langsung dengan proses tarbiyah, namun keberadaannya membantu proses

tarbiyah. Salah satu wujud prasarana yang menunjung adalah infrastruktur.

Lembaga infrastruktur Manhaj Tarbiyah yang dapat berfungsi sebagai prasarana

penting dalam menjalankan proses tarbiyah adalah

a. Mahad

Salah satu misi tarbiyah adalah membentuk seorang dai yang memiliki

wawasan keislaman yang luas. Untuk mencapai tujuan ini tidak mungkin

dicapai hanya melalui pertemuan halaqah atau usrah saja. Oleh karena

itu diperlukan sebuah lembaga infrastruktur yang dapat meningkatkan

321 Lihat lampiran buku evaluasi individu dan kelompok. 322 Manhaj Tarbiyah 1433. hal. 217

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 159: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

137

aspek wawasan keislaman bagi seorang kader. Wujud dari ini bisa dilihat

dengan didirikannnya Mahad Al Hikmah di daerah Mampang Prapatan

Jakarta Selatan dan Mahad Al Qudwah di Jalan Beringin Margonda Raya

Depok. Kedua mahad tersebut didirikan oleh aktivis Tarbiyah, Al

Hikmah oleh Hasib Hasan dan Al Qudwah oleh Amang Syafrudin.

Pelaksanaan Tsaqafah Islamiah (tasqif) bisa diselenggarakan

secara reguler kerja sama dengan mahad. Pelaksanaan tasqif yang bekerja

sama dengan mahad akan lebih baik karena ditunjang oleh ketersediaan

ruang dan pemateri yang memiliki keahlian tertentu. Dari beberapa

informasi yang penulis peroleh dari wawancara, wilayah tarbiyah Depok

pada awalnya bekerja sama dengan Mahad Al Qudwah sedangkan Jakarta

berkerja sama dengan Mahad Al Hikmah. Saat ini Mahad Al Qudwah

mengembangkan program pendidikan tingkat sarjana dan berubah

namanya menjadi Sekolah Tinggi Agama Islam Al Qudwah.

b. Lembaga Tahsin atau Tahfizh

Untuk memperkuat bidang studi Al Quran, salah satu komptensi

umumnya adalah seorang Murabbi memiliki kemampuan yang baik

dalam membaca Al Quran, mengerti hukum tajwid dan mampu

menghafal beberapa Juz Al Quran. Lembaga Tahfizh dan Tahsin Al

Quran dapat dijadikan tempat pencapaian tujuan tersebut tanpa

menghilangkan peran Murabbi/ Naqib dalam mengontrol

perkemangannya. Pendirian lembaga ini diharapkan dapat mendongkrak

kinerja aktivis dakwah. Beberapa contoh lembaga ini adalah Rumah

Quran yang berada di jalan Kapuk Pondokcina, tempat ini dijadikan

rujukan aktivis dakwah kampus untuk memperdalam pemahaman mereka

tentang Al Quran. Di Rumah Quran ini peserta disediakan asrama, pagi

hari mereka kuliah malam hari mereka belajar Al Quran.

c. Masjid dan Majelis Ta’lim

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 160: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

138

Masjid dan majelis ta’lim menjadi tempat pelaksanaan tarbiyah

dengan materi tarbiyah yang bersifat umum. Karena itulah keberadaan

infrastruktur masjid dan majelis ta’lim sangat diperlukan sebagai salah

satu alternatif pelaksanaan proses tarbiyah. Umumnya penyelenggara

ta’lim adalah masjid yang sudah memiliki SDM tertentu, sehingga bisa

mengadakan program ta’lim rutin. Pelaksanaan tarbiyah di majelis ta’lim

dan masjid harus berkoordinasi dengan ta’mir masjid. Dalam

perjalanannya aktivitas ini terjadi gesekan dengan organisasi sosial Islam

yang sudah ada lebih dahulu, baik Muhammadiyah maupun Nahdhatul

Ulama. Untuk penjelasan lebih lanjut gesekan ini akan di bahas dalam

bab selanjutnya.

d. Radio dan Program Televisi

Radio, televisi dan sejenisnya merupakan prasarana infrastruktur yang

strategis dalam proses tarbiyah islamiyah yang bersifat ammah/ umum,

sehingga pembentukan fikrah (pemikiran) akan dapat berjalan dengan

baik. Biasanya materi-materi yang diberikan terkait dengan dasar-dasar

keislaman, pengembangan individu namun bobotnya lebih cair, sehingga

proses penyelenggaraannya dapat dilaksanakan melalui tarbiyah massal

melalui radio dan televisi. Gerakan tarbiyah memanfaat prasarana yang

sudah ada dengan cara menawarkan program-program yang menarik.

Misalnya Herlini Amran di radio Silaturahim yang dipancarkan di

wilayah Jabotabek. Ia mengisi tentang rubrik wanita. Materi-materi yang

disampaikan cukup ringan dan menarik bagi ibu-ibu muda. Misalnya

materi tentang Fiqih Aulad dijelaskan dengan materi psikologi anak.

Herlini sebelumnya mengelola rubrik psikologi di Majalah Ummi, yang

merupakan majalah Islam yang diperuntukan bagi kalangan wanita.

Majalah ini diterbitkan oleh aktivis Tarbiyah.

e. Yayasan Keislaman, LSM, Lembaga Keuangan dan Usaha Dagang

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 161: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

139

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu

mengarahkan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan. Ada semboyan

dalam dakwah nahnu fi dakwah lasna ulamauha, walakin amiluha (kami

bukanlah ulama, kami adalah para pelaksana). Seyogyanya hal tersebut

dapat menyadarkan kita perlunya membuat sarana-sarana yang dapat

membuat amal islami yang lebih banyak. Untuk itu Gerakan Tarbiyah

meminta kader-kadernya untuk mendirikan yayasan-yayasan sebagai

prasarana dakwah, salah satunya adalah yayasan pendidikan. Contoh

yang bisa diambil adalah Yayasan Nurul Fikri. Yayasan ini yang mampu

mengembangkan diri dari bimbingan belajar yang didirikan pada tahun

1985 oleh aktivis masjid Arif Rahman Hakim UI Salemba, kemudian

pada tahun 1992 yayasan ini melanjutkan kiprahnya dalam pedidikan

formal berupa upaya pendirian sekolah alternatif yang

mengimplementasikan nilai-nilai Islam. Untuk itu dibentuklah kelompok

kerja untuk pendirian Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT). Setahun

kemudian didirikan SDIT Nurul Fikri sebagai pelopor Sekolah Islam

Terpadu. Yayasan Nurul Fikri kemudian mengembangkan Jaringan

Sekolah Islam Terpadu.323

Melalui lembaga pendidikan ini pula nilai-nilai Islam coba di

implementasikan dalam proses pembelajaran formal dan non formal

berupa ekstrakukuler kerohanian Islam dalam bentuk kelompok-

kelompok mentoring Islam. Dalam Gerakan Tarbiyah dibuat Manhaj

dengan desain khusus, yaitu Manhaj Tarbiyah untuk kalangan terpelajar.

Manhaj ini dimaksudkan untuk melakukan proses tarbiyah lebih dini

(tabkirut tajnid) sehingga melahirkan kader-kader yang memiliki rentang

usia produktif yang lebih panjang.

Dalam perkembangannya ternyata membuat

organisasi sosial Islam yang ada lebih dahulu merasa terambil alih amal

usaha mereka. Lebih lanjut hal ini akan dibahas di bab selanjutnya.

324

323 Nurulfikri.sch.id/index.php/profil. Diakses pukul 17.04 pada 8 Juni 2013

Hal ini dilakukan oleh kader-kader

tarbiyah di sekolah-sekolah tempat mereka mengajar. Hal ini pula yang

324 Manhaj Tarbiyah 1433, hal. 233

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 162: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

140

membuat salah satu organisasi Islam merasa terusik kaderisasinya.

Misalnya Muhammadiyah. Hal ini akan dibahas dalam bab selanjutnya.

f. Klub Olahraga, Beladiri, Pecinta Alam dan Kepanduan

Gerakan Tarbiyah menyebutkan bahwah salah satu fikrah dakwahnya

sebagai jama’ah riyadhiyah (klub olah raga). Hal ini karena sasaran

tarbiyah fardiyah Gerakan Tarbiyah adalah menyiapkan sosok kader

yang memiliki badan yang sehat, kuat dan memiliki ketrampilan bela diri.

Hal ini ditopang dari komptensi utama yang mewajibkan seorang kader

untuk sehat dan mengontrol kesehatannya secara teratur dan berolahraga

dengan rutin. Sehingga untuk mewujudkan tujuan tersebut dibutuhkan

prasarana klub olah raga, kepanduan, beladiri, dan penyedia layanan

kesehatan.

Proses tarbiyah seorang kader Gerakan Tarbiyah bukan dijalankan apa

adanya, namun dijalankan dengan tertib administratif. Oleh karena itu mobilitas

kader tarbiyah tidak mempengaruhi proses tarbiyah mereka. Bagi gerakan

tarbiyah, seorang kader merupakan aset berharga organisasi, maka mobilitas

kader juga tercatat dengan baik. Gerakan Tarbiyah sangat menghindari lepas

begitu proses tarbiyah kader-kadernya. Oleh karena itu Gerakan Tarbiyah

mempunyai aturan terkait dengan mutasi anggotanya. Sehingga apa yang sudah

terbentuk dalam diri seorang kader tarbiyah tetap bisa terpelihara, sehingga

tarbiyah kader tetap jalan dan terpelihara sehingga tidak kembali ke titik nol. 325

Sebagai contoh seorang kader di wilayah A kemudian mutasi tugas ke

wilayah C, maka ia akan membawa surat mutasi layaknya ia pindah kantor.

Dalam surat mutasi tersebut diterakan nama kontak person yang harus dihubungi

dan kontak person asal si kader. Kontak person yang dihubungi untuk

mempermudah komunikasi di tempat baru sedangkan untuk kontak person awal

terkait dengan kondisi tarbiyah si kader. Kontak person awal akan dihubungi

325 Manhaj Tarbiyah 1433,hal. 211

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 163: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

141

oleh kontak person tujuan dan berkomunikasi terkait dengan kondisi tarbiyah si

kader, sehingga ia akan ditempatkan di jenjang apa.326

3.6. Membangun Sayap Politik

Data yang penulis peroleh

dari wawancara kader tarbiyah mutasi ini tidak hanya berlaku di dalam negeri

namun juga berlaku sampai keluar negeri. Namun uniknya walaupun Gerakan

Tarbiyah mengadopsi pemikiran dan pola pembinaan IM, mutasi kemanapun

seorang kader tarbiyah akan tetap tertarbiyah oleh gerakan tarbiyah, walaupun

materi yang disampaikan tetap materi IM. Penulis mengambil asumsi jaringan

tarbiyah bersifat transnasional untuk pola pembinaan namun jaringan lokal untuk

pelaksana pembinaan.

Pada era 1980an hingga awal 1990an Gerakan Tarbiyah menampakkan

diri sebagai sebuah gerakan keagamaan. Gerakan ini melakukan penetrasi yang

lebih intensif di kampus-kampus dan sekolah-sekolah. Di kampus mereka

bergerak dalam Lembaga Dakwah Kampus sedangkan di sekolah mereka

bergerak melalui Lembaga Dakwah Sekolah. Pada era tersebut mereka berupaya

meningkatkan jumlah anggota melalui berbagai kegiatan yang dilakukan di

sekolah maupun kampus. Hampir semua momen penerima siswa baru dan

mahasiswa baru digunakan sebagai upaya pengenalan mereka. Mereka

melakukan kegiatan yang menarik bagi siswa dan mahasiswa baru. Mereka

bergerak dengan kelompok-kelompok studi keislaman. Di UI, setiap fakultas

memiliki studi-studi keislaman masing-masing. Sebagai contoh di Fakultas

Ekonomi UI ada kelompok studi Islam Integrasi Studi tentang Islam (ISTI), di

Fakutas Sastra UI (sekarang FIB) ada Forum Amal dan Studi Islam (Formasi)

dan di tingkat universitas mereka memiliki kelompok studi Nuansa Islam

(SALAM) UI.327

326 Manhaj Tarbiyah 1433., hal. 211-216

Organisasi-organisasi tersebut dipimpin oleh kader-kader

tarbiyah. Dalam perkembangannya kelompok-kelompok studi tersebut

bermetamorfosis menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) resmi yang otonom

327 Kajian tentang LDK SALAM sudah dilakukan oleh Mahasiswa Program Studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia Whayudha Kusuma Wijaya dengan judul Perkembangan Nuansa Islam UI sebagai Gerakan Dakwah Kampus 1998-2003.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 164: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

142

dan semi otonom. Lembaga-lembaga tersebut memperoleh anggaran kegiatan

setiap tahunnya dari fakultas atau pun universitas sehingga menjamin

keberlangsungan kegiatan di organisasi tersebut. Melalui lembaga-lembaga

tersebut aktivis tarbiyah mengembangkan strategi rekrutmen dalam rangka

memperluas jejaring. Kemampuan memperluas jejaring mendorong kader-kader

tarbiyah untuk berusaha memimpin organisasi-organisasi eksekutif dan

legislatif kampus. Baru pada era 1990an ADK berhasil memimpin Badan

Eksekutif Mahasiswa di kampus-kampus utama di Indonesia. Hal ini seperti

yang diungkapkan oleh Greg Fealy bahwa

Gerakan Tarbiyah yang terorganisasi dengan rapih ini juga

meningkatkan jumlah anggotanya dalam upaya merebut kepemimpinan

lembaga-lebaga kampus, sehingga pada awal 1990an para aktivis

Gerakan Tarbiyah memimpin Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di

banyak perguruan tinggi terbesar di Indonesia.328

Dalam perkembangan selanjutnya LDK, meskipun ada perbedaan di

antara anggotanya yaitu adanya pelbagai faksi dalam kubu LDK, akhirnya

disepakati pembentukan Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus

(FSLDK) pada tahun 1986. FSLDK merupakan forum kordinasi antar aktivis

dakwah kampus di seluruh Indonesia agar terbangun jejaring dakwah yang lebih

luas dan terorganisir. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)

terbentuk melalui pertemuan FSLDK ke X di Malang. Forum sendiri sebenarnya

tidak secara formal mendukung pendirian KAMMI, karena dideklarasikan pasca

pertemuan tahunan ditutup secara resmi.

329 Perbedaan dari FSLDK semakin

kentara ketika muncul reaksi penolakan dari sayap LDK Hizbut Tahrir.

Kelompok ini menyebutkan bahwa deklarasi KAMMI merupakan bagian dari

“skenario jahat” tokoh Gerakan Tarbiyah untuk memanfaatkan pertemuan

tahunan untuk kepentingan politik.330

328 Greg Fealy dan Anthony Bubalo, Op.Cit. hal. 112-113

KAMMI memang didirikan oleh aktivis

329 Yon Machmudi, Op.Cit. 330 Burhanuddin, Op.Cit. hal. 43.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 165: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

143

FSLDK yang memiliki hubungan dengan kalangan tarbiyah, misalnya saja Fahri

Hamzah331

Perkembangan politik di Indonesia pada tahun 1990an berjalan di luar

prediksi para aktivis Gerakan Tarbiyah. Mulai dari lahirnya ICMI pada tahun

1990, yang mengubah atsmosfir politik nasional

sebagai ketua pertama KAMMI.

332, sampai jatuhnya Soeharto

karena adanya krisis keuangan, Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) di

samping adanya krisis sosial politik dan kepercayaan pada pemerintah sehingga

muncul kondisi chaos di mana-mana pada 1998.333 Kondisi politik berubah

drastis dengan jatuhnya Soeharto dan berakhirnya rejim Orba serta muncul era

reformasi. Gerakan mahasiswa bersama rakyat menumbangkan Soeharto.334

Kondisi keterbukaan ini harus dihadapi oleh Gerakan Tarbiyah dengan

cepat. Gerakan Tarbiyah pun dihadapkan dengan terbuka peluang untuk

membentuk partai politik, berdasarkan Grand Desain yang dimiliki, Gerakan

Tarbiyah baru tahun 2010 akan mendirikan partai politik, dengan perhitungan

dalam rentang waktu tersebut kekuasaan Soeharto akan berakhir. Kondisi ini

membawa Gerakan Tarbiyah melakukan jajak pendapat para kadernya untuk

memilih apakah akan membangun sebuah partai politik atau hanya sebatas ormas

saja? Pada era itu, 1990an akhir, jumlah kader inti tarbiyah sekitar 6000 orang

di seluruh Indonesia. Dari 6000 angket yang disebarkan di dalam negeri dan luar

negeri sebanyak 98% (sekitar 5800) yang mengembalikan. Hasil angket tersebut

menunjukkan hasil 68% responden menyetujui membentuk partai politik dan

27% responden ingin membentuk ormas dan 5% responden ingin bertahan

dalam bentuk asal Gerakan Tarbiyah, yaitu berupa yayasan, dakwah kampus,

pesantren dan lembaga-lembaga dakwah lainnya.

335

331 Fahri hamzah saat ini menjadbat sebagai Wakil Sekjend PKS. 332 Jimly Asshiqie, Op.Cit. hal. 241. 333 Sitaresmi S Soekanto, Op.Cit. hal. 71.

Berdasarkan hasil tersebut

kemudian 52 orang intelektual Gerakan Tarbiyah bermusyawarah untuk

334 Irsyad Zamjani, Sekulerisasi Setengah Hati: Politik Islam Indonesia dalam Periode Formatif, Jakarta: Dian Rakyat, 2009, hal 216.

335 Sitaresmi S Soekanto, Op.Cit. hal. 75.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 166: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

144

merumuskan dan mendirikan Partai Keadilan (PK). Walaupun dalam dinamika

kehidupan partai, ada beberapa pendiri PK diantaranya Syamsul Balda dan Zirly

Rosa Jamil (2003), Yusuf Supendi, Dr. Daud Rasyid Sitorus, Tizar Zein dan

Mashadi (2010) di keluarkan karena pelanggaran disiplin partai dan ada pula

yang memilih keluar karena merasa sudah tidak sejalan lagi dengan arah

kebijakan partai dewasa ini.336

Pada 9 Agustus 1998, KAMMI dan para pemimpin Gerakan Tarbiyah,

dengan pendirinya Hilmi Aminuddin yang berada di belakang layar, mendirikan

partai politik Islam, Partai Keadilan (PK), dengan memanfaatkan jejaring

tarbiyah dan sumber daya tarbiyah yang telah terbentuk sebelumnya.

337 PK

dipimpin oleh Dr. Nurmahmudi Ismail sebagai Presiden Partai dan Dr. Hidayat

Nurwahid sebagai Ketua Majelis Syuro .338 Partai ini dideklarasikan di halaman

Masjid Al Azhar Kebayoran Baru dengan dihadiri sekitar 50.000 massa. Partai

ini menjadikan Islam sebagai asas partai. Pengambilan nama keadilan karena

dengan menegakkan keadilan, bangsa Indonesia bisa lebih baik lagi di masa

depan.339

Pada pemilu 1999, dalam pandangan Van Bruinessen, PK merupakan

partai yang banyak menarik perhatian pengamat politik karena tampil sebagai

“satu-satunya parpol dengan struktrur kepengurusan yang sangat transparan,

terorganisir dengan rapih dan memiliki agenda program yang jelas.”

340

336 Ibid. 337 Burhanuddin, Op.Cit. hal. 46. 338 Irsyad Zamjani, Op.Cit..., hal. 216. 339 Sitaresmi S Soekanto, Op.Cit.

PK tidak

seperti partai lainnya yang sangat tergantung pada ketokohan figur, namun lebih

menekankan pada sikap egalitarian dalam Islam dan kekuatan kolektif, dan tak

banyak memberi ruang bagi tampilnya pemimpin yang kharismatis. Di sisi lain

340 Martin Van Bruinessen, “Post Suharto Muslim Engagements with Civil Society and Democratisation’, dalam Samuel Haneman dan Henk Schulte Nordholt (ed), Indonesia in Transition: Rethinking ‘Civil Society’, ‘Religion’ and ‘Crisis’, Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 167: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

145

kader dan simpatisan dituntut patuh dan taat terhadap nilai agama dan loyal

terhadap garis partai. 341

Imdadun Rahmat, berpendapat bahwa PK (S) bukan fenomena politik

baru di tanah air, melainkan kelanjutan dari Masyumi yang terinspirasi oleh

IM.

342 Hal ini bisa jadi karena Imadadun melihat akar pertumbuhan Gerakan

Tarbiyah tidak terlepas dari peran DDII, yang merupakan transformasi gerakan

tokoh-tokoh mantan Masyumi. Namun Greg Fealy berpendapat lain, ia

mengatakan bahwa kelahiran PK (S) tidak bisa dilepaskan dari pengaruh gerakan

Ikhwanul Muslimin di Indonesia yang pengaruhnya meningkat pesat pada akhir

1970an dan awal 1980an.343

Perlu menjadi perhatian kita bahwa meskipun tokoh elit KAMMI terlibat

dalam pembentukan PK, KAMMI dan PK menegaskan tidak memiliki hubungan

formal. Walaupun mereka mengakui bahwa KAMMI memiliki korelasi ideologi,

budaya, dan sosial dengan PK. Namun demikian banyak bukti dan fakta yang

menunjukkan hubungan lebih dari itu, sehingga KAMMI sering disebut sebagai

“sayap mahasiswa” PK.

344 Karena dalam perkembangannya PK/PKS menjadi

wadah bagi para aktivis KAMMI menjalankan karier politiknya.345

Tantangan yang dihadapi oleh PK/ PKS dalam tahapan berikutnya adalah

masalah transfer loyalitas ideologis gerakan dakwah kampus ke dalam partai.

Hal ini menjadi prioritas utama yang dilakukan oleh elit PK. Gagalnya transfer

loyalitas akan mengganggu kesuksesan partai dalam jangka panjang. Hal ini

seperti yang diungkapkan oleh T.R. Wijaya bahwa kegagalan proses

profesionalisasi kader aktivis dakwah kampus akan sangat membahayakan

keberlanjutan partai. Kondisi yang terjadi saat ini adalah adanya kegagalan

proses pembinaan mihnah (profesionalisme) kader pada beberapa individu

341 Burhanuddin, Op.Cit. 342 Imadadun, Op.Cit. 343 Greg Fealy dan Anthony Bubalo, Op.Cit. hal. 112 344 Yon Machmudi, Op.Cit. 345 Fahri Hamzah dan Andi Rahmat (dua mantan ketua KAMMI periode I dan II)

menjadi anggota fraksi PKS di DPR.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 168: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

146

kader.346

PK selaku partai politik, langsung mengikuti pemilihan umum pertama

di era reformasi. Dalam pemilu yang dilaksanakan pada 1999 PK hanya

memperoleh suara 1436.565 atau 1,36% suara. PK berada pada peringkat 7

besar setelah PDI P, Golkar, PKB, PPP, PAN dan PBB. PK bergabung bersama

PAN membentuk Fraksi Reformasi di DPRRI. PK membangun aliansi poros

tengah dengan PPP, PAN dan PBB dengan mengajukan Gus Dur sebagai calon

alternatif Presiden RI dengan didukung pula oleh PKB. Gus Dur akhirnya

memenangkan pemilihan Presiden dengan mengalahkan Megawati.

Dampaknya terjadi penyimpangan-penyimpangan perilaku kader dalam

beraktivitas politik, baik sikap maupun prilaku.

347

Namun demikian PK dalam pemilihan umum 1999 gagal mencapai batas

minimal perolehan yang memungkinkan PK berkompetisi pada pemilu

berikutnya. (Electoral Threshold). Kegagalan ini terkait dengan kemampuan PK

menarik simpati pemilih baru. Karena PK hanya menggalang basis pemilihnya

dari kalangan aktivis tarbiyah, yang kebanyakan berasal dari daerah perkotaan,

terdidik, muda dan memiliki pandangan keagamaan yang ortodoks. Namun

melupakan pasar mayoritas pemilih di Indonesia yang umumnya tidak

memahami prinsip-prinsip Islam yang memadai. Fakta ini yang dilupakan oleh

PK, sehingga PK terkesan “eksklusif”. Di sisi lain dalam perekrutan calon

anggotanya PK menerapkan standar dan kriteria yang ketat.

348

Kegagalan PK menjadi pelajaran bagi PKS yang didirikan pada tahun

2002. Dalam pemilihan umum legislatif 2004 PKS mampu membalik hasil yang

diraih pendahulunya yang tidak mencapai 1.5%. PKS mampu meraih suara

7.34% suara dengan perolehan jumlah kursi sebanyak 45 kursi dari 550 kursi

Di sisi lain,

program yang diusung PK dalam parlemen juga belum mencerminkan realitas

sosial masyarakat, yaitu penerapan syariat Islam, melalui pengusungkan kembali

piagam jakarta dalam proses amandemen UUD 1945.

346 Dialog dengan T.R. Wijaya, salah satu ketua Biro di DPP PKS. 347 Sitaresmi S Soekanto, Op.Cit. 348 Burhanuddin, Op.Cit. hal. 47

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 169: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

147

yang diperebutkan, sebelumnya hanya 7 kursi. Kenaikan yang luar biasa.

Keberhasilan ini karena kesuksesan PKS dalam menggunakan strategi elektoral

dua arah secara bersamaan antara islamis dan non Islamis. Penggunaan strategi

ini merupakan kemampuan PKS membaca realitas sosial politik yang ada di

masyarakat. Pelaksanaan dua strategi tersebut karena beberapa faktor, pertama,

pelaksanaan strategi islamis bertujuan mempertahankan basis konstituen PKS

yang berasal dari kalangan muda, terdidik, berdomisili di kota dan ortodoks.

Kedua, PKS menerapkan suatu strategi non Islamis dengan memainkan isu yang

universal, misalnya anti korupsi, dan pemerintahan bersih dengan slogan

kampanye, “bersih dan peduli”.349

Pasca pemilihan umum 2004, Musyawarah Majelis Syuro (MMS) PKS

IV menghasilkan beberapa keputusan, pertama, PKS menyampaikan rasa syukur

kepada Allah SWT atas perolehan suara PKS dalam pemilihan umum 2004.

Kedua, berdasarkan Jaring Capres Emas di lingkungan internal PKS, Hidayat

Nurwahid mendapat suara terbanyak, namun karena perolehan suara PKS tak

mencapai 20% maka, sesuai dengan keputusan MMS PKS III, PKS tidak

mengusung Hidayat Nur Wahid sebagai Capres/ Cawapres RI. Kondisi ini

menyebabkan PKS mengusung calon di luar partai. Dalam MMS III,

menetapkan Amin Rais sebagai Cawapres yang diusung PKS, setelah

menyisihkan calon-calon lain, Wiranto dan Hamzah Haz.

Hal ini terbukti sukses, mendorong

masyarakat mempercayai PKS dengan memilih caleg-calegnya.

350 Namun Bayan

(keputusan) MMS PKS III terlambat dikeluarkan dan rekomendasinya tidak

mengikat. Hal ini yang membuat Amin Rais merasa dikecewakan oleh PKS.

Amin Rais mengatakan ”mereka itu pernah menipu, PKS Partai Ku, Amin Rais

Presiden Ku. Tapi pada saat pencapresan, ia lebih memilih Wiranto.”351

349 Ibid, hal 48.

350 Dalam MMS III dilakukan voting pemilihan cawapres, Amin Rais 70%, Wiranto 20%, Hamzah Haz 2.5% dan abstain 7.5%.

351 Transkrip Ceramah Amin Rais, di depan Kader PAN Banyuwangi, pada 8 September 2006.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 170: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

148

Ketika Amin Rais kalah dalam pemilihan putaran pertama, PKS

kemudian membuat nota kesepahaman dengan capres dan cawapres Susilo

Bambang Yudhoyono (SBY)-Jusuf Kalla (JK) dalam pemilihan presiden putaran

kedua. Beberapa kesepahman yang disepakati mencakup, pertama, konsisten

melakukan perubahan untuk membangun pemerintahan yang bersih, peduli dan

profesional, diantaranya dalam keteladanan dan kesiapan memberhentikan

anggota kabinet yang melakukan korupsi. Kedua, mempertahankan kedaulatan

NKRI. Ketiga, melanjutkan proses demokratisasi dan reformasi di Indonesia.

Keempat, meningkatkan moralitas bangsa, kualitas masyarakat, dan

kesejahteraan rakyat. Kelima, mendukung upaya perjuangan bangsa Palestina

dalam mencapai kemerdekaan.

Pada pemilihan umum, 2009, PKS mengubah pencitraan partai, menjadi

partai terbuka. Dalam iklan-iklannya di televisi, PKS mulai menampilkan sosok-

sosok diluar karakter kadernya, misalnya anak punk dan wanita yang tidak

berkerudung, bahkan ada beberapa elit partai mewacanakan calon legislatif non-

muslim. Kampanye masif untuk memperbesar suara pendukung ini di satu sisi

mampu meningkatkan dukungan elektoral di daerah-daerah yang sebelumnya

bukan basis PKS. Misalnya Jawa Timur dan Sulawesi, dan Sumatera. Penetrasi

yang masih ke wilayah-wilayah di luar basis inilah yang memunculkan

kekhawatiran ormas Islam yang ada di Indonesia, semisal NU dan

Muhammadiyah. (dibahas lebih lanjut di bab berikutnya). Namun di sisi lain

menjadi bumerang karena tidak seluruh basis Gerakan Tarbiyah yang menopang

PKS sepakat dengan isu-isu inklusif. Sehingga menyebabkan beberapa elit partai

ada yang mengundurkan diri karena tidak sesuai lagi dengan plat form yang ada.

Pada pemilihan umum perolehan suara PKS tidak naik secara signifikan, namun

jauh lebih baik dibandingkan dengan partai-partai lain yang mengalami “gempa

tektonik elektoral” akibat kenaikan tajam perolehan suara Partai Demokrat. Pada

pemilihan umum ini PKS memperoeleh 57 kursi, setelah dalam pemilihan umum

2004 memperoleh 45 kursi. PKS mampu menduduki urutan 4 besar di bawah

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 171: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

149

Demorat, Golkar, PDIP dan di atas PPP, PKB, PAN, pada pemilu sebelumnya

ketiga partai tersebut berada di atas PKS.352

352

www.kpu.go.id.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 172: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

150

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 173: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

BAB IV

RESPON ORGANISASI DAKWAH

TERHADAP GERAKAN TARBIYAH

Gerakan Tarbiyah pada 1980 hingga pertengahan tahun 1994,

berkonsentrasi pada pembentukan pemahaman kader secara internal, yang

dikenal dengan mihwar tanzhim. Interaksi kader tarbiyah dengan masyarakat

baru dimulai tahun 1994, ketika memasuki mihwar sya’bi. Pada era ini kader

tarbiyah dihadapkan kondisi riil masyarakat. Interaksi ini mendorong kader-

kader bersentuhan dengan organisasi sosial keagamaan yang sudah ada

sebelumnya.

Gerakan Tarbiyah oleh sebagian352 kelompok dimasukkan sebagai

kelompok revivalis yang ajaran keislamannya mengacu pada faham Wahabi.

Sehingga mereka menyebut watak keislaman Gerakan Tarbiyah berbeda dengan

Islam arus utama di Indonesia. Dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas Gerakan

Tarbiyah yang berawal dari kegiatan berbasis kampus, telah menjelma menjadi

partai dan ormas sekaligus. Aktivitas mereka mulai merisaukan organisasi

kemasyarakatan Islam, seperti NU dan Muhammadiyah.353

4.1. Muhammadiyah

Untuk itu, dalam

bab ini penulis akan menguraikan respon NU dan Muhammadiyah terhadap

Gerakan Tarbiyah.

Muhammadiyah didirikan sebagai upaya untuk membentuk masyarakat

beribadah, tunduk, taat dan patuh kepada Allah semata. Untuk mewujudkan

masyarakat yang bahagia dan sentosa tersebut Muhammadiyah mewajibkan

anggotanya mengikuti jejak para Nabi. Tujuan dasar untuk mampu mewujudkan

352 Sebagian kelompok yang menyebut Gerakan Tarbiyah sebagai kelompok yang

mengacu ajaran keislamannya pada paham Wahabi, umumnya adalah kalangan Nahdliyin.

353 Tashwirul Afkar, No. 21, tahun 2007, hal 2-3.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 174: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

151

masyarakat tersebut, didasarkan pada Firman Allah Surah Ali Imron ayat 104

yang artinya:

Adakanlah dari kamu sekalian, golongan yang mengajak ke-Islaman,

meyuruh kepada yang kebaikan dan mencegah dari pada kemungkaran.

Mereka inilah golongan yang beruntung berbahagia. (QS Ali Imron ayat

104).

Berdasarkan ayat tersebut pada 18 Dzulhijah 1330 Hijriyah atau 18

November 1912, Ahmad Dahlan mendirikan suatu persyarikatan gerakan Islam

dengan nama Muhammadiyah. Pembentukan organisasi ini merupakan suatu

bentuk upaya yang dilakukan Dahlan dalam upaya menunaikan kewajiban,

mengamalkan perintah-perintah Allah dan mengikuti sunnah Rasulallah, Nabi

Muhammad saw, dan untuk mencapai masyarakat yang sentosa dan bahagia

disertai nikmat dan rahmat Allah sehingga menjadi suatu negara yang indah,

bersih, suci dan makmur.354

Dalam Anggaran Dasar Muhammadiyah disebutkan bahwa

Muhammadiyah adalah suatu organisasi dan merupakan alat perjuangan untuk

mencapai suatu cita yang termaktub dalam pokok pikiran Muhammadiyah, yaitu

masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

355

354 Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat, Dasar-Dasar Gerakan

Muhammadiyah, Bandung: PW Muhammadiyah Jawa Barat, 2009, hal 55-85

355 Ibid. hal. Ada 7 pokok pikiran Muhammadiyah yaitu hidup manusia berdasarkan tauhid; hidup manusia itu bermasyarakat, hanya hukum Allah yang dapat dijadikan sendi untuk membentuk pribadi yang utama, Berjuang menegakkan Islam dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, adalah wajib sebagai ibadah kepada Allah berbuat ihsan dan ishlah kepada manusia/ masyarakat; perjuangan menegakkan dan menj.unjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya hanya akan berhasil bila kita mengikuti jejak perjuangan para nabi terutama perjuangan Nabi Muhammad saw; perjuangan mewujudkan pokok pikiran-pokok pikiran tersebut hanyalah dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan berhasil, bila dengan cara berorganisasi. Organisasi adalah satu-satunya cara atau perjuangan yang sebaik-baiknya; pokok-pokok pikiran/ prinsip-prinsip/ pendirian-pendirian seperti yang diuraikan dan diterangkan di muka itu adalah yang dapat untuk melaksanakan idiologinya terutama untuk mecapai tujuan yang menjadi cita-citanya, ialah terwujudnya masyarakat adil

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 175: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

152

K.H. Ahmad Dahlan, dalam ajarannya berpesan bahwa kita, manusia ini,

hidup di dunia hanya sekali, akan mendapatkan kebahagiaankah atau

kesengsaraankah? Dahlan kemudian mengutip suatu pernyataan klasik yang

memiliki makna bahwa

Manusia itu semuanya mati (mati perasaanya) kecuali para ulama, yaitu

orang-orang yang berilmu. Dan para ulama pun itu dalam kebingungan,

kecuali mereka yang beramal. Dan mereka yang beramal dalam

kekhawatiran, kecuali mereka yang ikhlas dan bersih.356

Pernyataan pendiri Muhammadiyah tersebut mengandung filosofi hidup

yang mendalam, sekaligus menggambarkan sikap yang jelas dan mendasar

tentang makna kehidupan. Hidup itu, apapun yang dilakukan, lebih-lebih dalam

beramal melalui Muhammadiyah, harus jelas bingkai dan arahnya, tidak asal

hidup dan tidak asal beraktivitas. Itulah hidup dengan idealisme bukan sekedar

praktis.

357

Hal senada diungkapkan oleh Haedar Nashir, salah satu ketua PP

Muhammadiyah, yang menyebutkan bahwa Muhammadiyah sebagai gerakan

Islam sejak didirikannya oleh K.H. Ahmad Dahlan hingga saat ini dan masa

yang akan datang memiliki idealisme dan filosofi yang jelas dalam seluruh

aktivitas gerakannya. Menurutnya lebih lanjut bahwa Muhammadiyah

merupakan gerakan Islam yang menjalankan dakwah dan tajdid-nya melalui

berbagai usaha yag terorganisasi sehingga seluruh lini dan proes gerakannya

bersandar pada idealisme/ filosofi yang jelas sebagai gerakan sosial keagamaan.

Maksud dan tujuan Muhammadiyah adalah menegakkan dan menjunjung tinggi

agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenarnya. Untuk

mewujudukan hal tersebut dilakukan melalui amal usaha, program dan kegiatan

dan makmur lahir bathin yang diridhai Allah, ialah Masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. (AD Muhammadiyah)

356 Ibid. 357 Haedar Nashir, Kristalisasi Ideologi dan Komitmen Bermuhammadiyah, Yogyakarta:

Suara Muhammadiyah, 2007, hal. 2

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 176: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

153

yang sistematis. Semua hal tersebut untuk mewujudkan Islam sebagai rahmatan

lil alamin.358

Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi sosial keagamaan yang

besar di Indonesia, bahkan Nashir menyebutkan di dunia Islam. Kebesaran

Muhammadiyah bukan hanya dari segi kuantitas, namun juga dari segi kualitas,

terutama dibandingkan dengan organisasi sosial Islam lainnya di Indonesia.

359

Keunggulan itu didukung oleh Empat faktor yaitu dari segi pengalaman,

karakter gerakannya, kiprah gerakannya, potensi sumber daya manusianya,

hubungan dengan berbagai kelompok lain di dalam dan luar negeri, dan memiliki

jumlah anggota yang besar. 360 Namun kurang diperhatikan oleh Nashir adalah

apakah itu tertanam pada individu-individu kader mereka. Jangan sampai hanya

klaim bahwa Muhammadiyah sebagai organisasi sosial yang besar namun tidak

mampu menjaga kader-kadernya untuk tetap beraktivitas di jalan yang sesuai

dengan tujuan Muhammadiyah. Sehingga memunculkan kekhawatiran pada diri

kader-kader mereka.361

Kondisi seperti itu dipertanyakan kembali oleh kader Muhammadiyah

sendiri, Masihkah potensi keswadayaan atau kemandirian itu berkembang di

lingkungan Muhammadiyah? Walaupun di beberapa tempat masih ada dan masih

terlihat, namun gejala pelemahan keswadayaan atau kemandirian mulai muncul

di beberapa tempat. Munculnya kecenderungan untuk mencari bantuan dari luar

memang tidak menjadi masalah, namun jangan memunculkan ketergantungan

dari luar. Hal itu menurut pengurus Muhammadiyah akan menjadi masalah bagi

Muhammadiyah. Karena ketergantungan akan mematikan kemandirian

Muhammadiyah. Hal tersebut akan membawa dampak bagi kalangan kader

358 Haedar Nashir, Kristalisasi, hal. 3 359 Suara Muhammadiyah, No. 13 tahun ke 91, 1-15 Juli 2006 360 Bersama NU, Muhammadiyah sering disebut sebagai representasi gerakan Islam di

Indonesia karena jumlah anggotanya. 361 Suara Muhammadiyah, No. 13 tahun ke 91, 1-15 Juli 2006.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 177: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

154

Muhammadiyah kurang memberikan penghargaan terhadap potensi-potensi

internal yang dimiliki Muhammadiyah.362

Bila melihat kondisi Muhammadiyah seperti yang di sebut di atas dari

teori rekonstruksi Berger, maka dalam proses Internalisasi individu kader

Muhammadiyah mulai gamang mengidentifikasi diri di tengah lembaga-

lembaga sosial atau organisasi sosial di mana individu tersebut menjadi

anggotanya. Oleh karena itu Muhammadiyah perlu meningkatkan kembali

proses ekternalisasi pada kader-kader Muhammadiyah, sehingga kader-kader

mereka kembali memahami kelembagaan Muhammadiyah sehingga ketika ia

berinteraksi sosial dalam dunia intersubyektif mendudukan dirinya sebagai

bangga sebagai kader Muhammadiyah.

Dengan kondisi Muhammadiyah saat ini yang sudah berusia lebih dari

satu abad, muncul suatu pertanyaan gamang yang berasal dari luar

Muhammadiyah maupun dari kader Muhammadiyah sendiri; Apakah

Muhammadiyah masih dapat dipertahankan atau relevan dengan perkembangan

Islam masa kini?363 Jika pertanyaan ini datang dari kader Muhammadiyah,

berarti ada ketidakyakinan kader terhadap daya tahan persyarikatan yang

didirikan oleh Dahlan lebih dari satu abad yang lalu. Hal ini tentu rentan bagi

perkembangan Muhammadiyah. Kondisi ini mendorong Muhammadiyah untuk

meneguhkan kembali ideologi gerakan Muhammadiyah. Haedar Nashir, dalam

upaya menjaga Muhammadiyah agar tidak terjarah oleh gerakan lain,

menuliskan bagaimana upaya yang dilakukan untuk meneguhkan ideologi

gerakan Muhammadiyah.364

Kekhawatiran Muhammadiyah terhadap infiltrasi ideologi lain ke dalam

persyarikatan mulai muncul dalam Mukhtamar Muhammadiyah ke 46 di Malang

Tulisan Nashir tersebut merupakan sebuah upaya

untuk membendung masuknya ideologi lain ke dalam tubuh Muhammadiyah.

362 Suara Muhammadiyah, No. 13 tahun ke 91, 1-15 Juli 2006, hal 15 363 Suara Muhammadiyah, No. 14 tahun ke 91, 16-31 Juli 2006, hal 41 364 Haedar Nashir, Meneguhkan Kembali Gerakan Muhammadiyah, Malang: UM

Malang Press, MPK PP Muhammadiyah dan Suara Muhammadiyah, 2005.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 178: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

155

pada 2005 dengan mengusung tema revitalisasi. Kekhawatiran tersebut semakin

diperkuat dengan pernyataan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam

ceramahnya di Workshop Pendidikan Al Islam di SMP-SMU Muhammadiyah di

Yogyakarta pada 5 Pebruari 2006. Pada workshop tersebut, Din Syamsuddin

mengungkapkan bahwa Muhammadiyah perlu untuk melakukan revitalisasi di

semua bidang, terutama bidang pendidikan. Menurut Din Syamsuddin bidang

terlemah dari persyarikatan Muhammadiyah dan rentan dimasuki ideologi lain

adalah bidang pendidikan. Din Syamsuddin juga menyebutkan bahwa saat ini

ada tawaran-tawaran ideologi dari sales-sales ideologi. Sehingga memunculkan

kekhawatiran akan menguasai amal usaha Muhammadiyah, terutama lembaga

pendidikan, untuk menyebarkan pemikirannya di Muhammadiyah. Lebih jauh

Din Syamsuddin mengatakan bahwa

Terdapat fakta, ada pimpinan Muhammadiyah, yang terpengaruh pada

pesona ideologi-ideologi itu yang kemudian mereka ikuti. Kalau

seandainya mereka keluar dari Muhammadiyah, saya melihatnya agak

mendingan. Kita tinggal mencari anggota baru Muhammadiyah dari

pangsa pasar lain. Tetapi ditenggarai kelompok ini atau kader-kader

Muhammadiyah ini tetap bertahan di dalam Muhammadiyah. Punya

peran dan fungsi di amal usaha Muhammadiyah. Kalau hanya pada

tingkat ini masih mendingan juga kalau pasif. Tetapi mereka justru aktif

dan proaktif, bahkan agresif, mungkin ada yang lebih tinggi lagi dari

agresif, untuk menyebarkan faham agama baru yang mereka yakini ke

kalangan Muhammadiyah. Yang mana pada titik-titik tertentu berbeda

dengan Muhammadiyah.365

Din Syamsuddin mengkhawatirkan kalau kondisi ini berlangsung terus menerus,

5 sampai dengan 15 tahun ke depan, akan mengakibatkan kekeroposan

Muhammadiyah.

365 Suara Muhammadiyah, No. 6/91/ 16-31 Maret 2006.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 179: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

156

Din Syamsuddin mencontohkan hal tersebut dengan apa yang ia temukan

kejadiannya di salah satu sekolah Muhammadiyah di Jakarta dalam kegiatan

gebyar Muharam. Dalam kegiatan tersebut Din Syamsuddin melakukan cepat

tepat secara terbuka menanyakan suatu hal tentang Muhammadiyah kepada

siswa-siswa yang hadir. Din Syamsuddin sangat terperanjat ketika bertanya

terkait dengan tujuan Muhammadiyah. Din Syamsuddin tidak mendapatkan

jawaban seperti yang diharapkan dari siswa-siswa. Ia kemudian bertanya

langsung kepada guru Kemuhammadiyahan dan Al Islam, Ia memperoleh

jawaban yang membuatnya lebih terperanjat. Ia mendapatkan jawaban jauh dari

yang diinginkannya. Kekhawatiran Din Syamsuddin diamini oleh pimpinan

cabang Muhammadiyah tempat sekolah itu berada, Pimpinan Cabang

Muhammadiyah tersebut mengatakan bahwa

Pak Din, memang di sini guru-guru kita, tidak hanya dalam mata

pelajaran yang lain, juga di dalam Al Islam dan Kemuhammadiyahan

banyak yang punya kecenderungan lain, orientasi lain, aliran lain. Waktu

kampanye dulu saat ada pooling tentang partai dan capres itu mereka

sering meminjam handphonennya anak-anak kemudian mengirim sms

untuk calon tertentu.366

Dari uraian tadi tergambarkan bahwa Muhammadiyah melihat kaderisasi

mereka lewat jalur pendidikan mulai diambil alih oleh ideologi lain. Masalah

kaderisasi Muhammadiyah melalui pendidikan mendorong kader dan organisasi

otonom Muhammadiyah mengambil sikap terhadap kondisi yang ada. Mereka

umumnya menganggap bahwa mereka merasa dirugikan oleh ulah kelompok

pengikut ideologi lain yang menggerogoti dan mengancam eksistensi

Muhammadiyah, dan mereka menyebutnya sebagai virus.

367

366 Suara Muhammadiyah, No. 6/91/ 16-31 Maret 2006.

Sebagai virus

tentunya ia masuk ke dalam tubuh yang sedang dalam kondisi sakit. Kalau

diidentikan dengan tubuh berarti ada bagian tubuh yang sakit. Berarti ada

367 Suara Muhammadiyah, No. 4/91/ 16-28 Februari 2006.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 180: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

157

bagian-bagian dari Muhammadiyah yang sakit. Benteng sebuah organisasi

adalah kaderisasi, berarti proses kaderisasi Muhammadiyah mengalami masalah,

oleh karena itu perlu proses penanaman kembali pemahaman

kemuhammadiyahan pada kader-kader. Sehingga perlu cara baru agar

rekonstruksi pemikiran Muhammadiyah dapat berjalan kembali sehingga

terinternalisasi dengan baik pada diri kader-kadernya. Kondisi Muhammadiyah

seperti itu membuat persyarikatan Muhammadiyah berusaha keras untuk

melakukan revitalisasi organisasi.

Masalah infiltrasi ideologi lain ke dalam tubuh Muhammadiyah muncul

menjadi polemik ketika Abdul Munir Mulkan, salah satu ketua PP

Muhammadiyah, menuliskan kondisi Muhammadiyah di Desa Sendang Ayu,

Lampung. Ia menggambarkan kondisi masjid Muhammadiyah di Sendang Ayu

seang terjadi pergulatan. Warga Muhammadiyah mulai terganggu dengan

masuknya mubaligh yang membawa pesan partai tertentu, di tambah mubaligh

tersebut mengantungi pesan dari pimpinan Muhammadiyah yang lebih tinggi.

Tulisan Abdul Munir Mulkan ini kemudian mendapat tanggapan dari Farid

Setiawan. Farid menginginkan agar Muhammadiyah mengambil upaya untuk

mengamputasi virus kanker berstadium empat. Jika kondisi seperti ini tetap

membuat Muhammadiyah diam, maka umur Muhammadiyah hanya akan

sepanjang umur pemimpinnya sekarang. Kader Muhammadiyah semakin

dikagetkan lagi oleh otokritik Farid Setiawan, terkait kondisi sekolah kader

Muhammadiyah. Farid melalui tulisannya yang berjudul “Tiga Upaya

Menyelamatkan Mualimin dan Mualimat” dalam majalah Suara

Muhammadiyah, edisi No.7/91/ 1-15 April 2006 mengkritisi kondisi yang ada di

sekolah kader Muhammadiyah, Madrasah Mu’allimin dan Muallimat. Tulisan

Farid merupakan otokritik pertama yang cukup mengagetkan kalangan kader

Muhammadiyah karena secara terbuka Farid membuka kegagalan kaderisasi

yang dilakukan Muhammadiyah melalui dua madarasah tersebut dan tawaran

solusinya yang dianggap radikal. Bahkan Taufik Nugroho368

368 Taufik Nugroho adalah aktivis Pemuda Muhammadiyah Jepara.

menyebut tulisan

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 181: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

158

ini sebagai percikan api yang menyulut banyak pihak untuk ikut berkomentar.

Kondisi ini mendorong Suara Muhammdiyah No 10/91/16-31 Mei 2006, tiga

nomor setelah tulisan Farid dalam Suara Muhammadiyah edisi No.7/91/1-15

April 2006, menerbitkan sajian utama dengan judul Bertumpu Pada Nilai Dasar

Muhammadiyah. Sebuah upaya untuk menyajikan apa yang harus dilakukan oleh

kader Muhammadiyah dalam mensikapi kondisi yang ada dan menyelesaikan

polemik tentang masuknya pemikiran tarbiyah di Muhammadiyah.

Tulisan Farid yang berjudul “Tiga Upaya Menyelamatkan Mu’allimin

dan Mu’allimat” merupakan upaya mengkritisi dua sekolah kader

Muhammadiyah yang telah tersusupi virus Tarbiyah. Tentu saja tulisan Farid ini

membuat kaget bebagai kalangan di Muhammadiyah karena lembaga

kaderisasinya sudah digerogoti virus Tarbiyah.

Farid mengawali tulisannya dengan kondisi yang ada di sekolah kader

Muhammadiyah, yaitu pudarnya transformasi ideologi Muhammadiyah yang

dilakukan melalui Madrasah Mu’allimin dan Madrasah Mu’allimat

Muhammadiyah. Mu’allimin dan Mu’allimat Muhammadiyah merupakan

sekolah guru yang didirikan Ahmad Dahlan dalam upaya mempercepat

penyebaran gagasan pembaruan atau modernisasi pendidikan yang digagas oleh

Dahlan. Pemikiran Dahlan mendirikan Kweekschool Muhammadiyah

(Mu’allimin) dan Kweekschool Putri Muhammadiyah (Mu’allimat) dengan

alasan bahwa dengan mendidik guru diharapkan dapat mempercepat proses

transformasi gagasan pembaruan dan dalam perjuangan ke depan guru akan

memiliki banyak murid.369

Lebih lanjut Farid menekankan bahwa transformasi ideologi

Muhammadiyah di dua sekolah tersebut terlihat perlahan-lahan mulai memudar

Jadi jelas bahwa pendirian kedua sekolah tersebut

mempunyai visi dan orientasi yang jelas yaitu mentransformasikan ideologi

pembaruan Muhammadiyah. Hal inilah yang mendorong tokoh-tokoh

Muhammadiyah menyekolahkan anaknya ke sekolah kader ini.

369 Suara Muhammadiyah, No. 7/91/1-15 April 2006

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 182: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

159

bahkan mulai tidak kelihatan. Farid melihat bahwa perubahan tersebut selain

karena faktor tingginya persaingan serta cuaca global yang kurang mendukung

berkembangnya madrasah, juga oleh adanya faktor lain yang menyebabkan hal

tersebut yaitu mewabahnya “virus tarbiyah” yang semakin menggurita. “Virus

tarbiyah” tersebut sebagian besar telah memasuki urat nadi kepengurusan

madrasah, dari guru sampai pendamping asrama yang biasa disebut musrif dan

musyrifah. 370

Farid memandang bahwa virus itu tidak kasat mata alias tidak dapat

terlihat dengan jelas. Namun yang pasti “kegenitan politik” dalam berafiliasi

terhadap salah satu partai dan Manhaj lain dan berideologi lain yang bukan

ideologi Muhammadiyah menjadikan para pengurus, guru dan musyrif/

musyrifah semakin menampakkan gerakan yang berbeda dengan

Muhammadiyah. Mereka cenderung menggunakan metode Tarbiyah dalam

mengembangkan gerakan dan kepentingan politiknya. Hal ini terlihat dalam

upaya mereka melakukan kaderisasi yang lebih cenderung melakukan pola yang

tidak sejalan dengan Muhammadiyah namun lebih mengambil pola Gerakan

Tarbiyah, seperti Daurah, Liqo, Usrah, Daulah Islamiah dan Jihad fi Sabilillah

yang dijadikan jargon dalam membakar semangar kader yang dibina.

Hal inilah yang membuat hampir semua pengurus Muhammadiyah

mulai mewaspadai ancaman dari virus Tarbiyah.

371

Terkait dengan ini Ustadz Farhan dalam wawancaranya dengan penulis

menyebutkan bahwa mereka (kader-kader Muhammadiyah yang punya

kecenderungan ke ideologi Tarbiyah) lebih cenderung taat pada apa yang

diinstruksikan oleh jamaahnya dibandingkan dengan perintah dari

Muhammadiyah. Ustadz Farhan menyebutkan contohnya dalam mengawali

puasa maupun dalam melakukan shalat ied berbeda waktunya dengan yang

ditetapkan Muhammadiyah.

372

370 Suara Muhammadiyah, No. 7/91/1-15 April 2006

Jadi ketaatan kepada persyarikatan

Muhammdiyah kalah dibandingkan dengan ketaatan pada Gerakan Tarbiyah. Hal

371 Suara Muhammadiyah, No. 7/91/1-15 April 2006 372 Wawancara Ustadz Farhan, Ketua PD Muhammdiyah Depok

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 183: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

160

ini oleh Mashadi sebagai kesalahan fatal beberapa kader Tarbiyah yang juga

menjadi anggota di organisasi lain, terutama di Muhammadiyah.373

Farid menegaskan bahwa Muhammadiyah dengan kondisi seperti ini

seharusnya mulai mengaca diri dan meninjau kembali signifikasi dari alat

madrasah. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut Farid mengusulkan tiga

pilihan yang harus dilakukan Muhammadiyah dalam upaya penyembuhan

penyakit akut yang diderita oleh Mualimin dan Mualimat. Langkah yang

diajukan oleh Farid adalah

1. Pembubaran madrasah dan menggantikannya dengan madrasah baru

dengan pendampingan secara total oleh Muhammadiyah sendiri.

2. Merombak seluruh kurikulum dan seluruh pengurus dari guru sampai

musyrif dan musyrifah yang terlibat dengan ideologi lain, dengan cara

memotong satu generasi.

3. Melakukan pemberdayaan secara maksimal terhadap organisasi

otonom Muhammadiyah.374

Menurut Farid, tawaran tersebut merupakan langkah jangka pendek yang

sekiranya dapat dilakukan oleh Muhammadiyah. Jika PP Muhammadiyah sampai

dengan PD bersatu untuk menjalankan tiga tawaran tadi secara maksimal maka

penyelamatan Mu’allimin dan Mu’allimat dari penjarahan anak didik dan kader

muda dapat dilaksanakan.

Kritikan Farid yang tajam dalam majalah Suara Muhammadiyah

mendorong berbagai pihak di Muhamadiyah melontarkan balasan tulisan

terhadap gagasan Farid. Gagasan yang dilontarkan kader-kader Muhammadiyah

pun muncul beragam, ada yang mendukung maupun yang menolak tentang fakta

yang diungkapkan dan tawaran solusi untuk menyelesaikannya. Beberapa

tanggapan yang muncul yang menolak pandangan Farid, diantaranya adalah

373 Wawancara Ustadz Mashadi 374 Suara Muhammadiyah, No. 7/91/1-15 April 2006

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 184: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

161

jawaban dari direktur Mua’limin dan Mua’limat Muhammadiyah Yogyakarta.375

Farid selaku sekertaris MPK PWM DIY belum memahami betul

tentang ‘apa dan bagaimana” sesungguhnya madrasah Mu’allimin dan

Mu’allimat. Selaku pimpinan Muhammadiyah tingkat wilayah tentunya

FS harus dapat melakukan proses tabayyun/ klarifikasi ( Q.S. Al Hujurat:

6) terhadap berbagai bentuk informasi yang terkait dengan perkembangan

Muhammadiyah termasuk persoalan yang menyangkut di lembaga

pendidikan Muhammadiyah sehingga mampu memberikan pernyataan

(statement) yang arif dan bijaksana bukan malah memperkeruh suasana

karena sumber data yang tidak valid dan hanya berdasarkan asumsi dan

opini belaka.

Tulisan tersebut umumnya menunjukkan kekecewaannya terhadap Farid yang

dinilai sebagai bagian dari pimpinan wilayah Muhammadiyah, seharusnya

memahami tentang madrasah Mu’allimin dan Mu’allimat sehingga

pernyataannya dapat memperkeruh suasana. Seperti yang disebutkan dalam

Suara Muhammadiyah edisi 1-15 Mei 2006 bahwa

376

Adanya sikap inkonsistensi dari FS terutama terkait dengan

langkah-langkah penanganan yang diberikan. FS menyatakan bahwa

salah satu upaya “penyelamatan” adalah dengan pembubaran kedua

madrasah (point pertama), tetapi di lain pihak meminta dilakukan

restrukturisasi terhadap kurikulum, pengurus yang ada dan lain-lain

Lebih jauh disebutkan bahwa penanganan yang diusulkan oleh Farid

terdapat inkonsistensi terhadap upaya penanganan untuk menyelesaikan

permasalahan di Mu’allimin dan Mu’allimat. Ada kontradiktif atas usulan-usulan

yang diberikan, seharusnya bukan usulan yang terlepas. Namun merupakan suatu

upaya penyelesaian yang menjadi satu kesatuan, bukan penyelesaian satu-

persatu. Disebutkan dalam salah satu bagian tulisan bahwa

375 Direktur Mualimin M Ikhwan Ahada S.Ag. dan Direktur Mualimat Dra. Fauziah Tri

Astuti 376 Suara Muhammadiyah, No. 9/91/1-15 Mei 2006.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 185: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

162

(point kedua). Upaya ini terlihat kontradiktif satu sama lain. Padahal

“tiga upaya” yang ditawarkan FS bukan alternatif langkah penanganan

yang dapat diambil salah satu, tetapi satu kesatuan yang saling terkait.

Ditekankan pula oleh dua direktur Mu’allimin dan Mu’allimat bahwa

pembubaran kedua madrasah yang diusulkan oleh Farid merupakan suatu sikap

“radikalisme baru”. Sikap ini dilihatnya bertentangan dengan prinsip yang

diajarkan KH Ahmad Dahlan yang menjunjung akhlakul karimah, cerdas dan

bijaksana. Harusnya sikap ini yang diteladani oleh setiap warga Muhammadiyah

terutama pimpinannya. Intinya kedua direktur tersebut tidak bisa menerima apa

yang dituduhkan oleh Farid.

Tanggapan lain terhadap tulisan Farid datang dari Sekretaris Jenderal

Dewa Pimpinan IKMAMMM (Ikatan Keluarga Abituren Madrasah Mua’llimin

dan Mua’limat) Ridho Al Hamdi dalam Suara Muhammadiyah edisi 16-31 Mei

2006 yang berjudul “Ber-tabayun-lah Atas Soal Mu’allimin dan Mu’allimat”.

Ridho selaku alumni mempertanyakan apakah benar pernyataan Farid bahwa dua

sekolah kader milik Muhammadiyah terjangkit virus Tarbiyah. Namun demikian

Ridho juga tidak menyalahkan sepenuhnya pernyataan Farid, dan

menganggapnya sebagai suatu otokritik yang baik karena isu yang berkembang

dikalangan Muhammadiyah kedua sekolah kader tersebut memang sedang

terserang virus Tarbiyah.

Saya kira apa yang ditulis oleh Farid tidak mutlak salah semua.

Itu bisa dijadikan otokritik yang baik. Memang isu yang berkembang

diluar, kedua sekolah kader ini sedang terserang virus Tarbiyah. Namun

muncul pertanyaan darimana data yang ditulis oleh saudara Farid?

Apakah ia benar-benar sudah cross check dan datang langsung ke

Madrasah Mu’allimin dan Madrasah Mu’allimat, dan lalu terbukti benar?

Atau sekedar asumsi belaka yang penuh kepentingan politis? 377

377 Suara Muhammadiyah No 10/91/ 16-31 Mei 2006

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 186: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

163

Ridho juga menyebutkan bahwa Farid tidak memberikan penjelasan

secara konkrit tentang apa yang dia ungkapkan. Tulisan Farid terkesan

mengambang dan mengada-ada kalaupun diberikan contoh itu lebih cenderung

asumsi belaka tanpa bisa membuktikan bahwa virus Tarbiyah telah merasuk ke

para pimpinannya. Ridho lebih cenderung memandang tulisan Farid sebagai

tulisan sosiologis yang terjebak pada wilayah simbolik. Seperti yang disebutkan

bahwa

Sepertinya tulisan saudara Farid dalam kajian sosiologis, telah

terjebak pada wilayah Sosiologis. Seolah orang yang memakai “jilbab

gondrong” dan berfaham yang cenderung spiritual dianggap bukan

Muhammadiyah. Sehingga dipertanyakan simbol dan faham

Muhammadiyah yang seperti apa? Berjilbab sedang? Atau pakaianya

berdasi?378

Ridho menyarankan agar Farid tidak terjebak dalam tataran simbolik

karena bukan hal yang substansial. Penampakan memang sesuatu yang penting

namun jangan terjebak dalam hal-hal yang tampak saja sehingga simbol

dijadikan standar utama untuk mengukur apakah seseorang itu kader

Muhammmadiyah sejati atau bukan kader Muhammadiyah. Bahkan lebih jauh

Ridho menegaskan agar kader Muhammadiyah melepaskan paradigma simbolik

yang juga menjadi “virus” bagi kader-kader muda Muhammadiyah.

Pandangan Ridho terhadap tawaran penyelesaian yag diajukan Farid,

Ridho sejalan dengan pemikiran dua direktur Madrasah Mua’laimin dan

Madrasah Mua’limat. Namun ia masih mempertanyakan mengapa tawaran

penyelesaian itu menjadi langkah jangka pendek yang harus dilakukan

Muhammadiyah. Baginya masih adalah masalah yang lebih besar, ia melihat

sepertinya problem tentang madrasah tersebut mengalahkan problem kebangsaan

yang juga harus diselesaikan oleh Muhammadiyah. Sehingga ia menyarankan

378 Suara Muhammadiyah No 10/91/ 16-31 Mei 2006

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 187: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

164

saudara Farid untuk bertabayun (ceck and receck) sebelum mengambil sikap/

menulis jangan asal asumsi belaka.379

Tanggapan lain adalah tulisan Taufiq Nugroho yang cenderung

mendukung otokritik Farid. Ia mengatakan bahwa infiltrasi ideologi Tarbiyah ke

dalam persyarikatan Muhammadiyah yang saat ini terjadi sudah mencapai

tataran yang “akut” jauh sebelum kelompok ini membenuk partai politik. Taufiq

lebih jauh menyebutkan bahwa dalam mengahadapi kondisi seperti ini dan

otokritik yang dilakukan oleh kader Muhammadiyah hendaknya para penggiat

persyarikatan tidak saling bertentangan dan juga tidak menjauhkan diri dari

akhlaqul karimah. Hendaknya semua pihak harus saling bertabayun (ceck and

receck) dan dapat mengambil hikmahnya. Ia juga menegaskan bahwa kita harus

selalu ingat dan bisa mengambil makna pesan dari Ahmad Dahlan “hidup-

hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah. Taufik

dalam menyelesaikan kondisi yang ada pada saat ini, yang terkait dengan

persoalan penggerogotan ideologi Muhammadiyah, perlu melakukan revitalisasi

dalam sisi dakwah dan pengkaderan. Pernyataan Taufiq ini mengutip dari

pernyataan Dien Syamsuddin, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang

mengatakan bahwa Muhammadiyah perlu melakukan revitalisasi di segala

bidang.

380

Taufiq mengusulkan dalam mensikapi virus ideologi Tarbiyah,

Muhammadiyah harus segera mengambil treatment yang tepat, sehingga cepat

sembuh dan tidak merusak organ yang lain. Untuk itu menurut Taufik, beberapa

persoalan penting yang dihadapi oleh organisasi Muhammadiyah saat ini adalah

1. Kaderisasi dan regenerasi yang sehat di setiap level tingkatan

pimpinan Muhammadiyah

2. Back to basic, artinya Muhammadiyah harus kembali ke khittah

perjuangan

379 Suara Muhammadiyah, No 10/91/ 16-31 Mei 2006 380 Suara Muhammadiyah, No. 15/ 91/1-15 Agustus 2006

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 188: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

165

3. Pembangkitan kembali ranting-ranting Muhammadiyah baik secara

kualitatif maupun kuantitatif.

Pandangan lain terhadap tulisan Farid datang dari seorang guru sekolah

Muhammadiyah, Sucipto. Menurutnya gejala merebaknya para aktivis yang

membawa kepentingan politik tertentu mudah ditemukan di amal usaha

Muhammadiyah yang lain, baik di bidang pendidikan maupun di bidang

kesehatan. Namun keberadaan Madrasah Mu’allimin dan Madrasah Mu’allimat

sebagai simbol utama sekolah kader Muhammadiyah memang sangat pantas

dijadikan studi kasus, karena kedua madrasah ini berada di bawah pengawasa

langsung Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Tentunya dipertanyakan bagaimana

PP Muhammadiyah melakukan pengawasan sehingga memunculkan apa yang

dikhawatirkan Farid. Kemunculan otokritik Farid seharusnya membuat masing-

masing pihak bergerak sesuai dengan kewenangannya melakukan perbaikan. PP

Muhammadiyah harus segera bergerak mengecek kebenaran fakta yang ada

dilapangan. Jika PP Muhammadiyah menemukan fakta yang valid, maka tidak

ada salahnya mempertimbangkan tawaran penyelamatan yang diajukan.381

Sucipto juga menegaskan bahwa dalam mensikapi kelompok tersebut

yang dikenakan adalah kacamata politik, karena mereka memilih jalan politik

dalam mencapai cita-citanya. Kelompok ini juga dalam pandangan Sucipto

mempunyai dua wajah dalam gerakannya, seperti dua sisi mata uang yaitu wajah

politik dan wajah dakwah. Muhammadiyah dalam bersinggungan dengan partai

politik selama ini, baik dengan PAN dan PPP, tidak pernah muncul masalah.

Namun ketika Muhammadiyah bersinggungan dengan kelompok yang berjargon

“partai dakwah” muncul masalah.

382

Dalam pandangan pengurus Muhammadiyah, kelompok ini dilapangan

makin memperlihatkan perbedaannya. Walaupun mereka mengaku sebagai

warga Muhammadiyah, sampai batas tertentu mereka pernah melaksanakan

381 Suara Muhammadiyah, No 10/91/16-31 Mei 2006 382 Suara Muhammadiyah No 10/91/16-31 Mei 2006

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 189: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

166

shalat ied di hari yang berbeda dengan Muhammadiyah. Jika yang dimaksud

oleh Farid adalah kelompok ini, maka menurut Sucipto, maka sangat beralasan

kalau PP Muhammadiyah megambil sikap untuk menyelamatkan keberadaan

sekolah kader Muhammadiyah dari pengaruh kelompok tersebut.383

Menurut Sucipto, masuknya pola pembinaan organisasi lain ke dalam

sekolah Muhammadiyah karena pengelolaan Madrasah Mu’allimin dan

Mu’allimat tidak dijalankan secara terpadu, asrama dan sekolah terletak terpisah

dan berjauhan. Sehingga solusi yang harus dijalankan oleh PP Muhammadiyah

tidak perlu membubarkan sekolah seperti usulan Farid. Namun cukup

memindahkan sekolah kedalam satu lokasi yang terpadu. Lokasi sekolah dan

asrama yang terpadu akan menjadikan kaderisasi menjadi lebih efektif.

Kemudian segera dilakukan pembaruan kurikulum. Pembaruan kurikulum akan

membawa dampak terhadap pengetahuan para santri. Sucipto juga mengusulkan

untuk memperbaiki isi buku-buku kemuhammadiyahan sehingga dapat

mendorong transformasi nilai-nilai kepribadian Muhammadiyah, sehingga

sekolah kader tidak mati.

384

Kalau kita melihat kembali karakterisik dakwah IM ataupun Gerakan

Tarbiyah, yaitu menjauhi titik-titik khilafiah, memang cukup menarik. Kader

Tarbiyah biasanya mengambil sikap terkait dengan masalah khilafiah misalnya

dengan sholat ied waktu awal puasa pada awalnya cenderung mengikuti

kebijakan Muhammadiyah. Namun pasca tahun 2004, setelah keterlibatan kader-

kader Tarbiyah dalam politik dan ditetapkannya Manhaj Tarbiyah 1421, yang

membekali kadernya untuk memasuki Mihwar Muasassi, seperti yang

disebutkan dalam bab III, cenderung mengikuti kebijakan Pemerintah RI, Ini

sebuah bukti bahwa Gerakan Tarbiyah menjauhi titik-titik khilafiah untuk

menjaga persatuan. Hal ini sejalan dengan tujuan Gerakan Tarbiyah yaitu

menegakkan persatuan dan kesatuan bangsa dan menempatkannya di atas

perbedaan suku, golongan serta agama, dan memelihara kemaslahatan Islam dan

383 Ibid. 384 Ibid.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 190: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

167

kaum muslimin serta memotivasi mereka untuk memiliki rasa tanggung jawab

bagi kedamaian dan kejayaan bangsa.385

Namun di sisi lain, Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang

independen dan memiliki sistem, aturan dan rumah tangga sendiri yang harus di

rawat di jaga dan dipelihara, dipertahankan, dikembangkan dan dikokohkan oleh

warganya. Menurut pengurus Muhammadiyah, masalah mulai muncul ketika

Gerakan Tarbiyah/ sayap politiknya PKS melakukan masuk ke dalam

lingkungan Muhammadiyah, dengan melakukan infiltrasi ideologis dan paham

keagamaannya, kemudian menarik warga Muhammadiyah dengan melakukan

kegiatan di dalam Muhammadiyah. Hal ini seperti yang diungkap oleh satu satu

cabang Muhammadiyah di Jakarta, ketika guru-guru mereka yang juga aktivis

tarbiyah, menarik siswa-siswanya terlibat aktivitas kepolitikan sewaktu ia

mengajar, dengan meminjam telefon siswa untuk mengikuti poling. Hal ini juga

yang disayangkan oleh Mashadi terhadap kader tarbiyah. Hal ini terjadi karena

kekurang fahaman atau karena kecenderungan lebih mementingkan lembaga,

bukan dakwahnya. Lebih lanjut disebutkan bisa jadi karena proses pembinaan

yang belum matang. Hal ini terjadi karena euforia politik yang melanda kader

tarbiyah.

386

Pandangan yang setuju dengan otokritik Farid juga datang dari mantan

guru Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, sekarang sebagai wakil ketua

Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Pemalang, Abdul Muin Malilang.

Muin memandang bahwa esensi tulisan Farid tidak berporos pada penilaian

model dan sistem pembelajaran yang sudah dianut oleh madrasah Mu’allimin

dan madrasah Mu’allimat. Namun merupakan sebuah tahdzir (peringatan) bagi

warga Muhammadiyah, terutama sekolah-sekolah Muhammadiyah yang

merupakan pusat pendidikan kader secara formal bagi Muhammadiyah.

Menurutnya Farid tidak menginginkan lembaga pendidikan Muhammadiyah

385 Manhaj Tarbiyah 1427, 386 Wawancara Ustadz Mashadi.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 191: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

168

menjadi “rumah singgah” bagi petualan politik yang berbaju persyarikatan dan

bertampang da’i yang tulus namun berwatak benalu.387

Solusi yang ditawarkan Farid dalam menyelesaikan masalah Madrasah

Mu’allimin dan Madrasah Mu’allimat terkesan radikal. Namun itu hanya

beraroma hiperbolis dan dalam kerangka keprihatinan yang cukup dalam

atas merebaknya “virus Tarbiyah” di dalam tubuh kedua madrasah

tersebut.

Lebih lanjut Muin mengatakan bahwa

388

Virus tarbiyah bukan isapan jempol bagi Farid, namun sudah merupakan

wabah bagi Muhammadiyah. Disebutkan pula bahwa virus tersebut telah

mewabah ke amal usaha Muhammadiyah di daerah-daerah baik bidang

pendidikan maupun kesehatan. Di samping itu juga mengintai personil pimpinan

persyarikatan yang masih labil ideologi Muhammadiyahnya. Sehingga bukan hal

mustahil akan munculnya generasi yang dididik oleh Muhammadiyah namun

kelak akan menjadi musuh Muhammadiyah.

389

Farid dalam tulisan tanggapannya terhadap tulisan-tulisan yang menuduh

tulisannya tanpa fakta atau sebatas opini, ia mengambarkan bahwa Gerakan

Tarbiyah sebagai gerakan dakwah berbeda dengan Muhammadiyah. Gerakan

Tarbiyah bukan hanya organisasi dakwah namun juga organisasi politik. Ia

mengutip syair Muhammad Iqbal yang mengibaratkan gerakan tarbiyah seperti

dalam tubuh burung merpati yang kecil, lunak dan jinak terdapat hati burung

garuda dan singa. Farid mengartikan istilah tersebut dengan makna gerakan

tarbiyah ini cukup lembut dan halus, namun dibalik kelemutan dan kehalusannya

tersebut muncul kader militan dengan jiwa yang membara. Sehingga Farid

menyebutkan pula bahwa kehalusan gerakan tarbiyah sulit terdeteksi oleh

sebagian orang awam, seperti siswa-siswa madrasah. Mereka malah menikmati

387 Suara Muhammadiyah, No. 15/ 91/1-15 Agustus 2006 388 Suara Muhammadiyah, No. 15/ 91/1-15 Agustus 2006 389 Suara Muhammadiyah No.10/91/16-31 Mei 2006

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 192: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

169

adanya metode pembelajaran yang selama ini disuguhkan oleh kelompok-

kelompok tarbiyah tersebut. Dalam pandangan Farid hal ini terjadi karena ada

kemiripan antara Muhammadiyah dan Gerakan Tarbiyah sebagai organisasi

dakwah. Terkadang terlena mereka memberikan keberpihakan pada organisasi

induk.390

Model infiltrasi Gerakan Tarbiyah yang digambarkan oleh Farid lebih

mengambil strategi infiltrasi gerakan kultural. Infiltrasi model ini membuat

warga persyarikatan susah untuk membedakan antara pelaksanaan agenda resmi

madrasah dengan proses pembinaan Gerakan Tarbiyah. Berjalannya proses

infiltrasi kultural ini menurut Farid karena di topang oleh guru, musyrif dan

musyrifah, pamong atau kepala asrama dan beberapa pengurus madrasah.

Sehingga penginfiltrasian ideologi non Muhammadiyah bisa dilakukan di dalam

kelas, seperti di Mu’allimin dan di asrama seperti di Mu’allimat. Bahkan dalam

pandangan Farid, di sekolah kader tersebut ada guru yang berpendapat bahwa

Muhammadiyah itu bukan agama, ideologi kita inikan Islam, kenapa kita harus

mengikuti Muhammadiyah. Hal inilah yang membuat siswa “enggan” berpihak

ke Muhammadiyah.

391

Polemik masalah Mu’allimin dan Mu’allimat di majalah Suara

Muhammadiyah terkait dengan berkembangnya faham tarbiyah di luar faham

Muhammadiyah coba ditengahi oleh Haedar Nashir, salah satu ketua PP

Muhamamdiyah, dan segera untuk diakhiri. Upaya Haedar dalam menyelesaikan

permasalahan ini dengan mencari jalan keluar di tengah perbedaaan cara

pandang dalam mensikapi infiltrasi virus tarbiyah yang menyelinap masuk ke

dalam Muhammadiyah. Namun sikap yang diambil Haedar hanya sebatas

himbauan, seperti yang diusulkannya dalam artikelnya di Suara Muhammadiyah

No 11/91/1-15 Juni 2006. Ia menyebutkan bahwa

390 Ibid. 391 Suara Muhammadiyah No.10/91/16-31 Mei 2006

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 193: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

170

Karena itu pula, bagi pihak-pihak yang berfaham dan ingin

mengembangkan paham dan kepentingan-kepentingan lain di luar faham

Muhammadiyah, baik di Madrasah Mu’allimin dan Madrasah Mu’allimat

maupun di amal usaha dan lingkungan Muhammadiyah pada umumnya

untuk segera menghentikan niat, kegiatan, dan ambisinya agar tidak

mengganggu tatanan persyarikatan.392

Seruan Nashir ini diarahkan untuk guru, dosen, dokter, paramedis dan

pimpinannya. Mereka dituntut untuk berkhidmat sepenuhnya kepada

Muhammadiyah, bukan membawa paham dan kepentingan lain dalam rumah

Muhammadiyah. Jika tidak cocok dengan Muhammadiyah, mereka diminta oleh

Haedar untuk berpamitan dan pergi ketempat lain yang menjadi idaman mereka.

Jelas terlihat tidak ada keberanian untuk melakukan sebuah tindakan pemecatan

atau pencopotan sebagai kader Muhammadiyah, namun hanya sebatas himbauan.

Ini menunjukkan ada keragu-raguan atau ketakutan kehilangan kader yag

potensial.

Namun padangan yang diungkapkan oleh Haedar Nashir dipandang oleh

kader Muhammadiyah lain, melalui tulisannya di Suara Muhammadiyah No

13/91/1-15 Juli 2006, masih jauh dari memuaskan, walaupun cukup melegakan.

Karena sudah ada Pimpinan Muhammadiyah mencoba mencari solusi. Dua kader

Muhammadiyah, dalam Suara Muhammadiya No.13 tahun 2006,

mengungkapkan bahwa permasalahan Gerakan Tarbiyah jangan dipandang

sebagai kasus belaka, karena kasus ini hampir menyebar di wilayah-wilayah lain.

Mereka memandang sebagai sebuah skenario besar yang dilakukan Gerakan

Tarbiyah untuk menggembosi ormas-ormas Islam, termasuk Muhammadiyah.

Pandangan mereka sejalan dengan pandangan Berger, bahwa setiap

penyimpangan yang radikal dari kelembagaan tampak sebagai suatu

penyimpangan dari suatu kenyataan. Penyimpangan itu menurut Berger sebagai

392 Suara Muhammadiyah No 11/91/1-15 Juni 2006.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 194: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

171

suatu kebejatan moral atau karena ketidaktahuan.393

Lebih lanjut dalam Suara Muhammadiyah No 13/91/1-15 Juli 2006,

disebutkan bahwa kondisi ini, penggerogotan virus tarbiyah, sudah berlangsung

lama dan tanpa disadari oleh pemimpin Muhamamdiyah dan sekarang mereka

sudah muncul sebagai kekuatan baru yang kegiatannya sama persis seperti

Muhamamdiyah plus partai politik. Terjadinya peristiwa ini karena mereka

secara “cerdas” dan “manipulatif” berhasil menjual isu-isu dakwah, di sisi lain

warga Muhammadiyah memang gumunan, artinya gampang terpengaruh dengan

barang dagangan baru. Artinya hal ini terjadi karena orang Muhammadiyah

banyak juga yang taqlid dan sebagian lagi mujtahid. Oleh karena itu upaya

penyelesaiannya harus segera dilakukan, karena yang namanya virus tanpa

diundang pun akan terus menyelinap dan masuk kemana-mana. Oleh karena itu

pimpinan Muhamadiyah perlu mengambil sikap yang tegas dan langkah yang

konkrit, yaitu mengeluarkan suatu keputusan dari pimpinan pusat terkait dengan

kondisi seperti ini.

Muhammadiyah sebagai

suatu perangkat lembaga memiliki aturan yang berlaku umum, maka setiap

penyimpangan yang radikal dari kelembagaan tampak sebagai suatu

penyimpangan dari suatu kenyataan. Penyimpangan seperti itu sebagai suatu

kebejatan moral atau karena ketidaktahuan. Kalau karena faktor ketidaktahuan

kader Muhammadiyah jelas tidak mungkin, kalau memang ketidaktahuan berarti

Muhammadiyah ada masalah dalam proses pembinaan. Atau bisa jadi mereka

menganggap aturan yang berlaku di Muhammadiyah sudah tidak relevan lagi.

Kondisi ini mendorong kader Muhammadiyah mencari sesuatu yang baru setelah

menunggu tidak ada perubahan. Dalam kondisi seperti ini pemikiran tarbiyah

masuk dan melakukan proses eksternalisasi pemikirannya terhadap kader

Muhammadiyah.

394

393 Peter L Berger dan ThomasLuckmann, Tafsir Sosial Atas Kenyataan:Risalah tentang

Sosiologi Pengetahuan, Jakarta: LP3ES,1990, hal. 94

394 Suara Muhammadiyah No. 13/91/1-15 Juli 2006

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 195: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

172

Alasan yang diajukan oleh Muhammadiyah, cenderung menutupi

kelemahan yang dimiliki, tanpa mau mengungkap kenapa sampai hal itu terjadi.

Berdasarkan data-data yang penulis peroleh, terlihat bahwa proses kaderisasi

Muhammadiyah terjadi proses stagnasi karena merasa sebagai sebuah organisasi

yang mapan. Seharus Muhammadiyah memperhatikan faktor-faktor yang

berkembang di luar, sehingga bisa menyesuaikan diri untuk melakukan

pengembangan. Namun yang terjadi Muhammadiyah merasa eksis dengan

kondisi yang ada. Seharusnya Muhammadiyah membuat suatu kebijakan untuk

melakukan perubahan yang sesuai dengan tujuan awal pendirian Muhammadiyah

yaitu gerakan pembaruan. Kondisi saat ini seperti menggambarkan

Muhammadiyah jumud dengan kebijakan-kebijakan yang sudah tidak sesuai

dengan perkembangan jaman, karena dalam Islam hanya Al Quran dan Sunnah

yang tidak boleh diubah.

Sikap Muhammadiyah berbeda dengan gerakan tarbiyah dalam

mensikapi kondisi lingkungan sosial masyarakatnya. Gerakan Tarbiyah sudah

beberapa kali melakukan perubahan manhaj gerakan. Manhaj tersebut

disesuaikan dengan kondisi dan situasi sosial masyarakat. Penyesuaian ini

mampu menarik kader Muhammadiyah ke dalam Gerakan Tarbiyah, sehingga

terjadi proses eksternalisasi ke dalam Gerakan Tarbiyah, memahami proses

pemikirannya hingga terjadinya proses obyektivikasi pemikiran tarbiyah dalam

lingkungan sosialnya sampai terbentuknya internalisasi pemikiran tarbiyah

dalam diri kader Muhammadiyah. Proses ini membentuk kader Muhammadiyah

menjadi kader gerakan tarbiyah. Sosok yang sebelumnya menjadi obyek

dakwah, pasca porses internalisasi berubah menjadi subyek dakwah dan

melakukan aktivitasnya di tubuh Muhammadiyah menyebarkan pemikiran

Tarbiyah.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam mensikapi kondisi yang terjadi di

dalam tubuh Muhammadiyah kemudian mengambil sikap tegas dengan

mengeluarkan SKPP No. 149/Kep/I.O/B/2006 tentang Kebijakan Pimpinan Pusat

Muhammadiyah Mengenai Konsolidasi Organisasi dan Amal Usaha

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 196: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

173

Muhammadiyah. SKPP tersebut merupakan suatu upaya Muhammadiyah untuk

menyelamatkan Muhammadiyah dari berbagai tindakan yang merugikan

Muhammdiyah dan membebaskannya dari pengaruh, misi, infiltrasi dan

kepentingan partai politik yang selama ini mengusung misi dakwah atau parati

politik yang bersayap dakwah.395

Infiltrasi tersebut dalam pandangan Muhammadiyah menyebabkan

komitmen kemuhammadiyahan anggotanya mengalami penurunan sehingga

salah satu tujuan revitalisasi tersebut adalah menguatkan kembali komitmen

kemuhammadiyahan di tengah pengikisan komitmen dalam menggerakan

organisasi persyarikatan. Sebagian kader Muhammdiyah beranggapan bahwa

komitmen elit Muhammadiyah semakin berkurang dalam membawa

Muhammadiyah menjadi gerakan yang maju, sehingga perlu di revitalisasi.

Secara umum revitalisasi dilakukan untuk memperkuat komitmen warga

Muhammadiyah dalam membela kepentingan persyarikatan.

396

Di sisi lain, ada sebagian elit yang melihat bahwa komitmen

kemuhamamdiyahan yang luntur, pudar dan rapuh karena adanya konflik

internal, terutama dari amal-amal usaha Muhammadiyah sehingga mendorong

pimpinan Muhammadiyah untuk meneguhkan dan menguatkan kembali

komitmen ideologisnya dalam bermuhammadiyah. Proses peneguhan dan

penguatan ideologi gerakan bertujuan untuk mampu merespon proses perubahan

yang terjadi. Aspek yang perlu direvitalisasi menurut Haedar Nashir adalah

seluruh aspek dalam Muhammadiyah, yaitu revitalisasi teologis, ideologis,

pemikiran organisasi, kepemimpinan, amal usaha dan revitalisasi aksi.

397

Revitalisasi sendiri merupakan program pasca Muktamar Muhammdiyah

Malang pada 2005. Sekalipun agenda yang direvitalisasi hampir seluruh aspek,

395 Lihat Lampiran SKPP Muhamamdiyah no 149 tahun 2006 yang diterbitkan pada

1Desember 2006 396 Syarifuddin Jurdi, Muhammadiyah dalam Dinamika Politik Indonesia 1966-2006,

Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2010, hal 418. 397 Ibid. Hal ini bisa dilihat dalam tulisan Haidar Nasir di Suara Muhammadiyah no 13/

th ke 90, bulan Juli 2005

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 197: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

174

namun Haedar Nashir melihat bahwa aspek yang paling utama adalah ideologi

atau komitmen bermuhammadiyah. Menurutnya hal ini penting karena kini telah

masuk Gerakan Tarbiyah, PKS dan paham lainnya dalam Muhammadiyah.

Menurut Haidar hal ini diindikasikan dengan adanya fakta- fakta

1. Adanya aktivis sekaligus juga pekerja/ pegawai/ personil yang

beramal usaha di Muhammadiyah, yang kemudian mengembangkan

kegiatan-kegiatan tarbiyah baik secara terang-terangan atau tertutup.

2. Mereka yang bekerja di Muhammadiyah diketahui sebagai aktivis

gerakan dan partai politik Islam lainnya mengembangkan amal usaha

sejenis dengan amal usaha Muhammadiyah. Seperti Sekolah.

3. Mereka yang ada di amal usaha atau Persyarikatan Muhammadiyah

diindikasikan memiliki simpati, kecenderungan atau afiliasi pada

paham dan partai tertentu dan mengembangkan padangan yang tidak

positif terhadap Muhammadiyah. Misal Muhammadiyah bukan

Agama.

4. Adanya pembelaan dari sebagian kalangan Muhammadiyah ketika

masalah tarbiyah yang masuk dalam lingkungan Muhammadiyah

dipersoalkan. Bahkan mereka menyebutkan nilai-nilai positif tarbiyah

sembari menyalahkan Muhammadiyah.

5. Munculnya sikap dari sebagian kader Muhammadiyah yang

mempertanyakan apakah betul kehadiran Gerakan Tarbiyah dalam

tubuh Muhamamdiyah adalah virus?

6. Adanya keresahan di sejumlah daerah mengenai kehadiran

pengembangan paham dan gerakan Islam tarbiyah di lingkungan

Muhammadiyah, baik di persyarikatan maupun di amal usahanya.398

Surat Keputusan PP Muhammadiyah pun akhirnya disambut oleh

organisasi-organisasi otonom (Ortom) mereka, mulai dari Aisyiah, Nasyiatul

Aisyiyah, Ikatan Pemuda Muhammadiyah. Ikatan Remaja Muhammadiah,

398 Haedar Nashir, Manifestasi Gerakan Tarbiyah: bagaimana sikap Muhamadiyah?,

Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2006.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 198: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

175

Hizbul Wathan dan Ikatan Mahasiswa Muhamamdiyah. Mereka merapatkan

barisan dan mencoba menyiapkan “jurus-jurus” penangkal dalam menghadapi

infiltrasi ideologi tarbiyah. Bahwa mereka harus melihat dari mana pintu

masuknya gerakan Islam lain tersebut ke dalam Ortom Muhamadiyah. Mereka

melihat bahwa pemikiran Tarbiyah bisa masuk ke Muhammadiyah dan ortomnya

karena sangat sempit ruang pengembangan religiusitas bagi kadernya. Sehingga

kader yang tidak terpenuhi kebutuhan religiusitasnya, lari ke gerakan tarbiyah

yang menawarkan kebutuhan itu. Untuk itu harus dibuka seluas mungkin ruang

religiusitas bagi kader-kader ortom Muhammadiyah. Meminjam bahasanya

Farid, Seorang ingin makan nasi diberi roti. Meskipun sama-sama kenyang, tapi

roti tersebut belum menjadi representasi dari keinginan awal orag tersebut.

Hasilnya muncul disharmoni di Muhammadiyah dalam mengembangkan

gagasan keislaman dengan mengatasi kebutuhan riil kader anggotanya.399

Sejalan dengan pendapat Farid di atas, kaderisasi Muhammadiyah selama

ini dilakukan dengan materi kemuhammadiyahan

400

Syarifuddin Jurdi dalam “Muhammdiyah dalam Dinamika Politik

Indonesia” menyebutkan adanya indikasi pengambil alihan amal usaha

Muhammadiyah dibeberapa daerah. Untuk kasus wilayah Jabodetabek, tokoh

Muhammadiyah Depok, K.H. Wazir Nuri menyebutkan bahwa

lebih menekankan kepada

keorganisasian dibandingkan penanaman nilai religiusitas, sedangkan di luar,

kondisi riil di masyarakat sedang booming dengan semangat berislam.

Muhammadiyah sebagai organisasi pembaru seharusnya merespon kondisi ini

dengan cepat. Karena kondisi seperti ini diperebutkan oleh organisasi

pergerakan Islam untuk berperan menanamkan pemahaman Islam ke masyarakat

yang sedang gandrung terhadap Islam.

399 Suara Muhammadiyah, No. 04 th 91/16-28 Februari 2006. 400 Materi yang diberikan dalam Kemuhammadiyahan, Organisasi Muhamadiyah dan

Pengorganisasiannya, Permusyawaratan dalam Muhammadiyah, Majelis-majelis dalam Muhammadiyah, dan kewajiban siswa Muhammaidyah.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 199: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

176

Memang amal usaha Muhammadiyah mengalami penurunan terutama

sekolah, karena munculnya sekolah-sekolah lain. Kalau dahulu hanya ada

satu sekolah SMP Muhammadiyah di Pondokcina, (dekat stasiun

Pondokcina, sekarang jadi UI). Sekarang pindah ke Beji Timur. Sekarang

di Beji saja banyak sekolah sehingga mulai berkurang yang sekolah di

Muhammadiyah, walaupun masih ada yang fanatik ke sekolah

Muhammadiyah 401

Lebih lanjut ia menyebutkan bahwa di Depok tidak ada upaya

pengambilalihan amal usaha Muhammadiyah oleh kader-kader tarbiyah. Apalagi

sekolah, munculnya Sekolah Islam Terpadu (sekolah IT) menurutnya tidak

mengambil alih amal usaha Muhammadiyah, mereka ada pasarnya sendiri. Lebih

lanjut, Wajir mengatakab bahwa yang sekolah di sekolah tersebut umumnya

adalah simpatisan atau kader Tarbiyah, dan tidak merugikan Muhammadiyah

dengan hadirnya sekolah-sekolah tersebut.

402

Terkait dengan SKPP yang memaksa kader Muhammadiyah harus

memilih antara Muhammadiyah atau Tarbiyah/ PKS. Kondisi ini sama seperti

Muhammadiyah yang dihadapkan pada pilihan SI atau Muhammadiyah, ketika

SI menerapkan disiplin partai pada tahun 1921. Kader Muhamamdiyah memilih

keluar dari SI. Hal yang sama dilakukan oleh Muhammadiyah kepada kadernya,

yang harus memilih Muhammadiyah atau memilih ke gerakan tarbiyah/ PKS.

Berdasarkan wawancara dengan Hilman Roshad, ada kasus yang cukup menarik

terjadi di kota Garut pasca penerapan SKPP. Masjid Ranting Muhammadiyah

menjadi sepi pasca penetapan SKPP, karena yang biasa mengisi kegiatan adalah

anak-anak muda Muhammadiyah kader Tarbiyah. Kondisi ini menyebabkan

pimpinan rating Muhammadiyah setempat meminta mereka kembali untuk

mengisi kegiatan di Masjid tersebut.

403

401 Wawancara dengan KH Wazir Nuri 402 Wawancara dengan H Wazir Nuri 403 Wawancara Hilman Roshad

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 200: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

177

Mengenai infiltrasi Gerakan Tarbiyah terhadap Muhammadiyah,

kalangan Muhammadiyah memandang bahwa Gerakan Tarbiyah belum

memahami etika berorganisasi dan sikap saling menghormati sesama gerakan

Islam atau minimal menjaga ukhuwah islamiyah dalam pengembangan

organisasinya. Dalam pandangan Muhammadiyah, Gerakan Tarbiyah dalam

alam demokrasi saat ini memiliki hak hidup dan eksis untuk mengembangkan

kegiatannya, namun bukan berarti harus bebas dan leluasa keluar masuk

kelingkungan organisasi lain, termasuk di Muhammadiyah.

Data lapangan yang diperoleh penulis, sikap Muhammadiyah ini berawal

dari kekecewaan mereka terhadap dukungan kader tarbiyah, melalui PKS, dalam

pencalonan Amin Rais sebagai presiden. Amin dalam pertemuan dengan kader

PAN (Partai Amanat Nasional) Banyuwangi mengatakan bahwa “mereka itu

pernah menipu, PKS Partaiku Amin Rais Presiden Ku. Sepertinya ia, tapi pada

saatnya pencapresan ia lebih memilih ke Wiranto.”404

Terkait dengan pernyataan Amin Rais tersebut, Yusuf Supendi dalam

kumpulan surat-suratnya, menyatakan bahwa dukungan terhadap pencapresan

Amin Rais, Musyawarah Majelis Syuro PKS III menetapkan Amin Rais sebagai

calon presiden yang didukung oleh PKS. Hasil pemungutan suara menunjukkan

hasil, Amin Rais memperoleh 70% suara (33 suara), Wiranto 20% suara (9

suara), Hamzah Haz memperoleh 2.5% (1 suara) dan abstain 7.5% suara (3

suara). Namun Bayan (pengumuman) dari Majelis Syuro PKS terlambat

dikeluarkan dan rekomendasinya tidak mengikat. Hal ini membuat Amin Rais

kecewa. Amin mengatakan bahwa

“ tolong waspadai ada partai yang bertopeng dakwah tetapi itu tingkah

lakunya luar biasa.” ..sepanjang sejarah Muhammadiyah berhadapan

dengan partai politik, sejak Masyumi, sejak dulu jaman Pak Harto sampai

dengan Reformasi, itu partai-partai ingin suara Muhammadiyah itu

404 Transkrip ceramah Amin Rais, di depan kader PAN Banyuwangi pada 8 September

2006.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 201: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

178

diberikan ke partai itu, ada PAN, PBB, Golkar. Tetapi ada partai yang

tidak hanya menginginkan suara Muhammadiyah, tetapi mengambil

masjidnya, sekolahnya, rumah sakitnya. Partai itu adalah partai dakwah

tadi.405

Sebelumnya bisa dikatakan hubungan Gerakan Tarbiyah dengan

Muhammadiyah berjalan beriringan atau istilah Haedar berhimpitan. Namun

Pasca dikeluarkannya bayan tersebut hubungan Gerakan Tarbiyah dengan

Muhammadiyah jadi tidak harmonis. Sehingga kader-kader Muhammadiyah

yang juga menjadi kader tarbiyah dihadapkan pada pilihan antara

Muhammadiyah atau gerakan tarbiyah/ PKS.

Kondisi seperti itu sejalan dengan pandangan K.H. Ghazalie dalam NU

Online menyebutkan bahwa yang banyak digerogoti oleh kalangan tarbiyah

adalah Muhammadiyah karena dalam Gerakan Tarbiyah banyak kader

Muhammadiyahnya.406 Bisa jadi apa yang dikatakan oleh KH Ghazali benar,

namun tidak sedikit pula kader-kader NU yang masuk dalam gerakan tarbiyah.

Kecemasan kedua organiasi ini semakin muncul penetrasi penyebaran paham

keislaman Gerakan Tarbiyah, melalui PKS sudah sampai di tingkat keluarga-

keluarga warga dua organisai keagamaan tersebut.407

Apa yang dikhawatirkan Amin Rais, dengan pernyataan bukan hanya

suaranya yang diambil namun sekolahnya, masjidnya dan rumah sakitnya,

sebenarnya bukan pengambilan secara fisik baik sekolah, masjid atau rumah

sakit. Namun yang terjadi adalah adanya kader-kader tarbiyah yang beraktivitas

di amal usaha Muhammadiyah, melakukan pembinaan tarbiyah di sekolah-

sekolah, di masjid-masjid dan rumah sakit Muhammadiyah. Di sekolah yang

ditarbiyah adalah murid-muridnya, di masjid yag ditarbiyah jamaahnya, dan di

rumah sakit yang ditarbiyah karyawannya. Hal ini sejalan dengan prinsip

405 Ibid. 406 NU Online, wawancara khusus dengan KH Ghazali oleh NU Online (tokoh NU). Dia

adalah penulis buku Ideologi Kaum Fundamentalis Trans Pakistan Mesir. 407 Taswirul Afkar, No. 21, tahun 2007, hal. 3.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 202: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

179

wajibatu da’iyah, kewajiban seorang dai, karena setiap kader tarbiyah adalah dai,

minimal bagi dirinya, keluarganya dan masyarakat di lingkungannya. Hal ini

yang disesali oleh Haedar Nashir, seharusnya kepentingan ukhuwah dan izzul

islam wa almuslimin lebih diutamakan. Sehingga seharusnya setiap organisasi

dan gerakan di tubuh umat Islam saling menghormati dan tidak mencampuri dan

berekspansi satu sama lain.408

Pernyataan Haedar ini didukung oleh Mashadi

409

Jika ada anggota PKS yang menjadi guru di Muhammadiyah,

bekerjalah secara profesional. Jika ia berhasil ya akan dikenal. Jika ia

hanya mengenalkan nilai-nilai Islam saya kira tidak ada masalah.

Menjadi masalah ketika ia orientasinya adalah karena lembaga, PKS.

Kemudian ia mengajak-ajak warga Muhammadiyah masuk PKS, yah ini

jadi masalah. Doktrin Ikhwan itu (sebutan untuk IM) itu yah dakwah

Islam.

bahwa rusaknya

hubungan Gerakan Tarbiyah dengan Muhamadiyah memang berjalan pasca

Gerakan Tarbiyah, memasuki ranah politik. Masuknya Gerakan Tarbiyah ke

ranah politik membuat sebagian kader tarbiyah, sangat berorientasi kepada

lembaga atau institusi. Lebih lanjut menurut Mashadi, kalau orientasinya tetap

dakwah Islam, sebenarnya tidak akan memunculkan masalah.

Lebih lanjut ia mencontohkan bahwa

410

Pernyataan Mashadi ini sejalan dengan Wazir Nuri, mantan ketua PDM

Depok, tidak ada masalah dengan Gerakan Tarbiyah, lebih lanjut ia mengatakan

bahwa

Anak-anak saya semuanya ikut tarbiyah. Saya merasa

diuntungkan karena saya tidak perlu capai-capai mendidik mereka

408 Haedar Nashir, Manifestasi..., hal. 66. 409 Satu diantara beberapa kader Tarbiyah yang “mengundurkan” diri karena sudah tidak

sefaham dengan kebijakan yang diambil oleh partai. 410 Wawancara Ustadz Mashadi

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 203: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

180

dengan Islam. Mereka mendapatkannya di tarbiyah. Namun setelah

Tarbiyah masuk ke ranah politik saya jadi kurang respek. Yah tau

sendirilah politik itu seperti apa.411

Hal ini seperti yang ungkapkan oleh Dwi Fahrial. Ia mengatakan bahwa

ketika ia mengajar di sekolah Muhammadiyah, (MTS Muhammadiyah

Kukusan), ia mencoba menanamkan pemahaman Islam kepada siswanya. Ia juga

mencoba menerapkan pembinaan ala Tarbiyah dalam aktivitas pembinaan IPM.

Ternyata cara penyampaiannya membuat anggota IPM lebih bergairah belajar

Islam. Dwi Fahrial juga menambahkan bahwa apa yang dilakukannya tidak

untuk mengajak mereka keluar dari Muhammadiyah, hanya berkeinginan

memberikan pemahaman Islam kepada teman-teman dengan gaya yang berbeda,

yaitu diskusi dan bedah buku. Karena selama ini yang diajarkan dalam

kemuhammadiyahan adalah sejarah Muhammadiyah, kaderisasi organisasi, dan

pemahaman tentang kemuhammadiyaan, bukan pemahaman Islam secara

mendasar dan menyeluruh.

412

Pernyataan Dwi Fahrial disokong oleh mantan Pimpinan Daerah

Muhammadiyah Depok era 2005-2010, yang juga merupakan ayah dari Dwi

Fahrial H. Wajir Nuri mengatakan bahwa secara pribadi dirinya merasa

diuntungkan dengan keterlibatan anak-anaknya dalam gerakan tarbiyah. Ia tidak

harus susah-susah mendidik anaknya tentang Islam. Anak-anaknya mendapatkan

pemahaman keislaman dari gerakan tarbiyah. Jadi di gerakan tarbiyah, Dwi

Fahrial memperoleh apa yang tidak diperoleh di Muhammadiyah.

413

411 Wawancara Ustadz. Wazir Nuri 412 Wawancara dengan Dwi Fahrial 413 Wawancara dengan Haji Wazir Nuri.

Hal ini pula

yang dirasakan oleh anggota-anggota IMM bahwa kader-kader Muhammadiyah

yang ingin mengembangkan nilai-nilai religiusitas agak sulit terpenuhi di

organisasi otonom-otonom Muhammadiyah, sehingga ia mencari di tempat lain.

Meminjam istilah Farid, logikanya seorang yang ingin makan nasi tapi diberi

roti. Meskipun sama-sama kenyang, namun roti tersebut belum menjadi

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 204: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

181

representasi awal orang tersebut. Maka munculnya disharmoni di

Muhammadiyah karena dalam mengembangkan gagasan keislamannya tidak

mengatasi kebutuhan riil kadernya. Bentuk kesenjangan inilah yang harus

dijadikan refleksi kritis pimpinan Muhammadiyah.414

4.2. Nahdlatul Ulama

Dampaknya sekalipun

SKPP telah diterbitkan pada Desember 2006, hingga kini SKPP tersebut belum

bisa diimplementasikan secara efektif dan menyelesaikan masalah yang ada.

NU merupakan ormas Islam terbesar di Indonesia. Organisasi ini dirikan

pada 16 Rajab 1344 atau bertepatan dengan 31 Januari 1926. Pendirian NU ini

merupakan respon terhadap masuknya faham pembaruan Islam dari Saudi Arabia

ke Nusantara, yang dibawa oleh jamaah haji yang pulang dari tanah suci. Sejak

akhir abad XIX, semakin banyak jamaah haji yang datang dari Hindia Belanda

pasca dibukanya Terusan Suez pada 1869. Semakin banyaknya calon jamaah haji

Hindia Belanda yang datang ke tanah suci dan kemudian kembali ke tanah air

setidaknya membawa pengaruh terhadap kehidupan beragama di Hindia

Belanda. Ditambah lagi kondisi saat itu di Timur Tengah pada umumnya dan di

Saudi Arabia pada khususnya, sedang berkembang gerakan keagamaan yang

berorientasi pada pembaruan dan pemurnian agama, baik itu aliran Salafi

(Wahhabi) maupun gerakan Pan Islamisme. Kecenderungan mengarah pada

pembaruan bidang agama, pendidikan dan sosial. Setidaknya ada jamaah haji

yang mengadopsi pengaruh perkembangan pemikiran tersebut dan dibawa ke

tanah air. Ada yang mengambil inspirasi untuk melakukan pembaruan dalam

bidang agama dan ada pula yang mengambil gagasan pembaruan di bidang

pendidikan dan sosial. 415

Gerakan pembaruan agama yang muncul pada saat itu memunculkan

respon dikalangan pesatren, mereka bergejolak sebab faham yang masuk tersebut

menganggap bahwa tradisi pesantren yang sudah ada selama ini akan dianggap

414 Suara Muhammadiyah, No.04, th.91/ 16-28 Februari 2006 415 Yon Machmudi, Sejarah dan Profil Ormas-ormas Islam di Indonesia, Jakarta:

PKTTI, 2013, hal. 82-83.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 205: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

182

bid’ah. Dalam pandangan NU faham tersebut dianggap telah membatasi mazhab

dan menghancurkan warisan peradaban.416 Beberapa ulama tradisional dengan

sikap yang bijak mengambil semangat pembaruan Islam dengan menekankan

pada bidang pendidikan dan memahamkan Islam secara gradual. Mereka

melakukan pembaruan dengan tetap menghormati tradisi yang berlaku di

masyarakat dan secara berkelanjutan mengajarkan Islam kepada masyarakat agar

mampu menjalankan nilai-nilai Islam dengan baik. Mereka berprinsip bahwa

ajaran Islam yang baik tidak harus diajarkan dengan cara mengubah sistem

tradisi yang ada, namun mereka lebih memanfaatkan tradisi yang ada untuk

mengajarkan Islam sehingga mengurangi penolakan atau pertentangan yang

mungkin akan muncul. Sosok Ulama yang berfikir dengan pola ini adalah

Hasyim Asy’ari dan Wahab Hasbullah.417

Sikap penolakan tersebut membuat kalangan santri dikeluarkan dari

anggota Kongres Al Islam pada 1925 di Yogyakarta. Dalam Kongres Islam

Internasional Muktamar Alam Islami yang dilaksanakan di Makkah kelompok

inipun tidak diiukutsertakan. Kalangan pesantren akhirnya membentuk

kelompok tersendiri bernama Komite Hejaz yang dipimpin oleh KH Wahab

Hasbullah. Komite ini menyuarakan kebebasan bermazhab. Dari komite ini

kemudian muncul inisiatif dari para ulama pengasuh pondok pesantren untuk

membentuk Nahdlatul Ulama. Tokoh penting yang berperan dalam

Kondisi seperti itu memunculkan pergesekan antara ulama yang

mempertahankan tradisi dan ulama yang mengajarkan pentingnya pemurnian

agama dari tradisi lokal hingga menimbulkan perdebatan yang panjang.

Perdebatan yang sering diangkat di antara dua kelompok ini adalah masalah

bid’ah, ijtihad, madzhab dan masalah-masalah fiqih lainnya. Bahkan

permasalahan ini pernah didiskusikan oleh tokoh-tokoh mereka untuk mencari

solusi penyelesaian perbedaan yang ada. Namun karena masing-masing tetap

dengan pendiriannya akhirnya tidak menemukan solusi,

416 Republika, Ahad 27 Januari 2013, hal 15 417 Yon Machmudi, Sejarah dan Profil..., Op.Cit.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 206: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

183

pengembangan NU menjadi organisasi yang eksis adalah KH Muhammad

Hasyim Asy’ari, KH Abdu Wahab Hasbullah dan KH Bisri Syansuri. 418

Pada masa awal pembentukan NU, KH Hasyim Asy’ari yang merupakan

Rais Akbar ( pemimpin NU pertama) merumuskan dua kitab sebagai prinsip

dasar organsasi. Warga NU dalam melakukan gerak langkahnya berpedoman

pada kitab yang ditulis oleh Hadratus Syekh KH Hasyim Asy’ari tersebut. Kedua

kitab tersebut adalah Qanun Asasi (prinsip dasar) dan I’tiqad Ahlussunnah Wal

Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam kittah NU, yang

dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berfikir, dan bertindak baik

dalam bidang sosial, keagamaan maupun politik.

419

NU menganut faham keagamaan Ahlussunah Wal Jamaah. Faham ini

menekankan bahwa sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara kaum

ekstrem aqli (rasionalis) dan kaum ekstrem naqli (skripturalis). Dalam bidang

Fiqih, NU mengikuti empat mazhab fiqih yaitu Hanafi, Maliki, Syafii dan

Hanbali. Sementara untuk bidang tasawuf, NU mengembangkan metode Al

Ghazali dan Junaidi al Baghdadi yang mengintegrasikan antara tasawuf dan

syariat.

420

Basis pendukung NU diperkirakan mencapai lebih dari 40 juta orang.

421

418 Ibid. 419 Republika, Ahad 27 Januari 2013, hal 15 420 Ibid. 421 Data ini diperoleh hingga tahun 2013. Ibid.

Jika sebelumnya basis anggota NU di dominasi kalangan dari sektor pertanian di

pedesaan, saat ini mereka berasal dari beragam profesi dan saat ini cukup

dominan pula basis NU dari sektor perburuhan di perkotaan. Namun demikian

pada umumnya mereka mempunyai ikatan yang cukup kuat dengan dunia

pesantren yang merupakan pusat pendidikan rakyat Indonesia dan juga cagar

budaya bagi NU. Hal yang senada diungkapkan oleh K.H. Burhan, dari

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 207: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

184

Pesantren Qotrunnada Depok, bahwa kaderisasi NU ada pada pesantren. Melalui

pesantrenlah mereka menanamkan pemikiran NU pada santri-santri.422

Sebagai salah satu organisasi Islam yang sudah cukup tua di Indonesia,

sudah tentu kiprahnya sudah cukup banyak dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Selain memperjuangkan kebebasan mazhab, NU juga merupakan

organisasi yang melakukan gerakan pribumisasi Islam. NU merupakan

organisasi yang paling vokal dalam gerakan Islam kultural dan masyarakat

madani di Indonesia.

Walaupun pada awalnya NU bergerak hanya dalam ranah keagamaan,

dalam perjalannya NU pun berkiprah dalam bidang pendidikan dan ekonomi.

NU juga memiliki lembaga-lembaga yang fokus di bidang kajian tertentu,

Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), Lembaga Pendidikan Maarif

Nahdlatul Ulama (LP Maarif NU), Rabithah Ma'ahid al Islamiyah (RMI),

Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU), Lembaga Pengembangan

Pertanian Nahdlatul Ulama (LPPNU), Lembaga Kemaslahatan Keluarga

Nahdlatul Ulama (LKKNU), Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya

Manusia (LAKPESDAM), Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum Nahdlatul

Ulama (LPBHNU), Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (LESBUMI),

Lembaga Amil Zakat, Infaq dan Shadaqah Nahdlatul Ulama (LAZISNU),

Lembaga Waqaf dan Pertanahan Nahdlatul Ulama (LWPNU), Lembaga Ta'mir

Masjid Nahdlatul Ulama (LTMNU), dan Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama

(LKNU).423

Namun kemuculan gerakan Islam transnasional di Indonesia pasca

reformasi, terutama Gerakan Tarbiyah, dengan sayap politiknya, yang

dipengaruhi pemikiran IM membuat NU sebagai organisasi Islam terbesar di

Indonesia merasa khawatir akan ideologi yang dibawanya. Ideologi Islam

transnasional merujuk pada ideologi keagamaan lintas negara yang datang dari

422 Wawancara dengan Kiai Haji Burhan 423 Republika, 27 Januari 2013

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 208: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

185

luar dan dikembangkan di Indonesia. Ideologi Islam transnasional ini menurut

Hasyim Muzadi datang dari Timur Tengah. Kelompok seperti Majelis

Mujahidin, Ikhawanul Muslimin, dan Al-Qaeda disebut sebagai kelompok yang

dikategorikan ideologi transnasional dari Timur Tengah.424

Menurut Gus Dur, kelompok “garis keras” Islam di Indonesia

dipengaruhi oleh gerakan Islam transnasional dari Timur Tengah, terutama

Wahhabi dan IM atau gabungan keduanya. Mereka, termasuk sayap

politiknya,

425 menyimpan agenda yang berbeda dari organisasi Islam moderat

seperti Muhammadiyah, NU dan organisasi berhaluan kebangsaan. IM telah

mengubah wajah Islam di Indonesia menjadi penuh kebencian.426

Hal senada juga diungkapkan Ketua Pengurus Pusat Lembaga Bahtsul

Masail Nahdlatul Ulama (PP LBM) NU, Gozalie Said bahwa Gerakan

transnasional mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan

berupaya mengganti Pancasila sebagai dasar negara dan juga UUD 1945.

Dengan tegas Gozalie menyebutkan bahwa “Saya kira kalau gerakan mereka

sukses, ya otomatis negara ini diubah, otomatis tidak negara kesatuan, tidak

UUD 1945, mesti diubah karena memang sudah begitu programnya.”

427

Terkait dengan ideologi transnasional, Gozalie mendefinisikan sebagai

gerakan Islam yang berada di tanah air tetapi dikendalikan dari luar. Ia

menyebutkan contohnya Ikhwanul Muslimin kedudukan Al Mursyidul Aam-nya

berkedudukan di Mesir, Hizbut Tahrir yang pemimpinnya berkedudukan di

Yordania atau Syiah dari Iran.

428

Kekhawatian terhadap gerakan transnasional juga diungkapkan oleh Kiai

Nuril Huda. Kiai Nuril menegaskan bahwa NU khawatir akan eksistensi Negara

424 NU Online, 15 Mei 2007 425 Penulis berasumsi bahwa sayap politik dari gerakan transnasional adalah PKS dari

kalangan Tarbiyah. Seperti yang penulis jelaskan di bab III. 426 Ibid. Hal. 20. 427 NU Online, Jumat 22 Juni 2007. 428 Ibid

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 209: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

186

Kesatuan Republik Indonesia, (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Hal ini dikarenakan ideologi Islam transnasional itu bukan gerakan keagamaan

namun merupakan gerakan politik yang bercita-cita menjadikan Indonesia

sebagai negara Islam.429 Pernyataan ini pun disokong oleh Kiai Hasyim Muzadi

yang berpendapat bahwa pemerintah sudah seharusnya mencegah masuknya

ideologi trasnnasional ke Indonesia karena akan merusak Indonesia dan NU.430

Ideologi Islam di Timur Tengah antara lain Ikhwanul Muslimin, Majelis

Mujahidin, Al Qaeda dan sebagainya, tapi ideologi Islam itu bukan Islam,

karena Islam sebagai agama bukan gerakan kepentingan, apalagi

politis.

Menurut Hasyim Islam itu adalah agama bukan ideologi. Karena itu apa yang

terjadi di Timur Tengah selama ini bukan agama tetapi masalah ideologi Islam.

Lebih lanjut Hasyim menyebutkan bahwa

431

Hasyim juga mengingatkan perlu adanya kewaspadaan pada gerakan

transnasional yang menjadi ancaman NKRI. Menurut Hasyim, NU sejak awal

tetap konsisten menjadikan Pancasila sebagai ideologi negara. Pasalnya bagi NU,

substansi Pancasila sudah merupakan bagian dari kaidah ushuliyah. Hasyim juga

menilai bahwa mereka yang mengikuti paham transnasional tidak memahami

sejarah berdirinya bangsa Indonesia. Perjuangan merebut kemerdekaan

merupakan hasil jerih payah dari semua pejuang bangsa Indonesia tanpa pandang

bulu.

432

Kalau Hasyim memperhatikan materi-materi Tarbiyah yang disampaikan

ada materi tentang tokoh-tokoh pejuang Islam Indonesia dan juga tokoh

pergerakan kebangsaan Islam Indonesia. Jadi kader Tarbiyah juga dibekali

429 NU Online 27 Februari 2007 430 NU Online 27 April 2007 431 Ibid. 432 Ibid

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 210: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

187

wawasan kebangsaan dan sejarah perjuangan bangsanya. Walaupun baru dari

sudut pandang tokoh-tokoh Islam dan organisasi-organisasi Islam.433

Terkait dengan pandangan bahwa IM adalah gerakan politik sudah

diprediksi Al Banna di awal-awal pendiriannya, karena pada masa itu pun ada

kalangan yang mengatakan bahwa IM adalah dakwah politik dan para

pendukungnya pun terdiri dari para politikus, dan IM punya kepentingan lain di

balik dakwahnya itu.

434

Sungguh ketika kami menyeru kalian, ada Al Quran di tangan

kanan kami dan sunah di tangan kiri kami, serta jejak kaum salaf yang

saleh dari putra-putra terbaik umat adalah panutan kami. Kami hanya

menyeru kalian kepada Islam, kepada ajaran-ajarannya dan kepada

hukum-hukumnya. Jika seruan ini dianggap politik maka itulah politik

kami, jika orang yang menyeru kalian kepada itu semua dikatakan

politikus maka –alhamdulillah—kami adalah politikus yang ulung.

Pemahaman seperti ini sejalan pula dengan pemikiran

Hasyim. Al Banna menanggapi pemikiran ini dengan mengatakan bahwa

435

Lebih jauh Al Banna juga menegaskan “bahwa kalau kami dikatakan

sebagai politikus, dalam arti memiliki perhatian terhadap umat, kami yakin

bahwa kekuatan tanfidziyah termasuk bagian dari ajaran dan hukum Islam.” Al

Banna juga menekankan bahwa “kebebasan politik dan kehormatan nasionalisme

adalah bagian dari rukun dan kewajiban Islam. Karena kami berjuang untuk

menyempurnaan kemerdekaan dan memperbaiki badan pemerintahan”. Cara

yang kami lakukan adalah cara yang konstitusonal, agar dakwah ini memiliki

suara di lembaga pemerintahan dan didukung oleh kekuatan eksekutif. Oleh

karena itu calon ikhwan akan maju dalam pemilihan anggota DPR jika

diperlukan.

436

433 Lihat lampiran kurikulum Manhaj Tarbiyah 1433. 434 Al Banna, Risalah Pergerakan Vol. I, hal 18. 435 Ibid. 436 Al Banna, Majmuatur Rasail, Vol, II hal. 82.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 211: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

188

Terkait dengan sikap IM terhadap pemerintah, Al Banna menyebutkan

bahwa “IM bersikap layaknya seorang penasihat yang menginginkan kebaikan

dan kelurusan”. Al Banna juga menjelaskan bahwa “Oleh karena itu IM telah

mengajukan kepada pemerintah Mesir konsep perbaikan menyangkut berbagai

persoalan hidup di negara Mesir. Kami sudah mengingatkan pemerintah untuk

memperbaiki perangkatnya yaitu dengan memilih orang-orang yang berkualitas”.

Namun lebih lanjut Al Banna mengatakan bahwa “usaha yang mana yang telah

diselesaikan? Tidak ada dan akan tetap tidak ada selama kita tidak ada

keberanian untuk melakukan revolusi”. Namun demikian kami tetap bersikap

sebagai penasihat”.437

Dengan memperhatikan pernyataan Al Banna di atas, maka sikap IM

terhadap pemerintah dan politik tidak bertujuan langsung mendirikan sebuah

kekhilafahan. Namun kecenderungan yang ada lebih mendudukan diri sebagai

partner pemerintah. Terkait dengan revolusi, IM pernah terlibat dalam revolusi

Juli 1952 ketika bersama Nasher menggulingkan raja Mesir dengan harapan akan

ada perubahan. Namun ketika kebijakan yang dijalankan Nasher sama dengan

penguasa sebelumnya, IM tidak bergabung dalam pemerintahan Nasher. (lihat

dalam bab sebelumnya).

Terkait hubungan Islam dan politik Amin Rais, dalam Prisma edisi

khusus yang terbit pada tahun 1984, mengatakan bahwa tidak bisa memandang

sejarah Islam dengan sudut pandang sejarah kristen/ Barat. Sepanjang sejarah

kejayaan Islam, tidak pernah memisahkan antara Agama dan Negara atau agama

dan politik. Sedangkan dalam sejarah Kristen atau Barat, agama dan negara

sepanjang sejarahnya dipisahkan.438

Prinsip yang disebutkan oleh Amin Rais sejalan dengan prinsip dakwah

IM dan juga Gerakan Tarbiyah di Indonesia. Namun Gerakan Tarbiyah di

Indonesia lebih dahulu membangun sayap politik dibandingkan dengan IM yang

437 Ibid, 438 Prisma Edisi Khusus 1984.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 212: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

189

baru mempunyai sayap politik pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa

Gerakan Tarbiyah dalam mengambil kebijakan tidak selalu mengadopsi

kebijakan IM di Mesir, namun menyesuaikan dengan kondisi dan situasi yang

ada di Indonesia. Dari data yang penulis peroleh, dalam Grand Desain Gerakan

Tarbiyah 2010 terkait dengan rencana pembentukan Partai Politik. Ini

menunjukkan bahwa Gerakan Tarbiyah mempunyai rencana pembentukan Partai

Politik, namun realitas sosial yang terjadi pada tahun 1998 mendorong gerakan

ini membuat partai lebih cepat. Kebijakan pembuatan partai ini diikuti dengan

perubahan Manhaj Tarbiyah 1994 menjadi Manhaj Tarbiyah 1421. Manhaj ini

terus diperbarui menjadi Manhaj Tarbiyah 1427 dan yang terakhir Manhaj

Tarbiyah 1433.

Dengan demikian Transformasi Gerakan Tarbiyah ke ranah politik

dengan membentuk PK(S) ada suatu ketergesahan. Hal ini sejalan dengan apa

yang diungkapkan oleh Mashadi, ketergesahan pembentukan PKS ini membuat

beberapa kebijakan yang dibuat PKS keluar dari jalur nilai-nilai Islam yang

menjadi dasar pergerakan.439

Terkait dengan padangan Gerakan Tarbiyah dengan politik dan

pemerintahan, tidak bisa di pungkiri bahwa latar belakang perkembangan

dakwah IM berbeda dengan latar belakang kelahiran Gerakan Tarbiyah,

walaupun ada sisi-sisi kesamaan. Sebagai sebuah gerakan yang berjejaring

transnasional IM memberi warna terhadap pemikiran Gerakan Tarbiyah di

Indonesia. Penulis menyebutkan di bab sebelumnya bahwa pemikiran IM

dibawah oleh alumni-alumni Timur Tengah dengan proses yang panjang. Berger

dalam teori rekonstruksi sosial menyebutkan pula bahwa realitas sosial yang

dihadapi di masyarakat sangat mempengaruhi pola pemikiran Gerakan Tarbiyah.

Hal ini sejalan pula dengan kebijakan pemikiran IM bahwa pelaksanaan

Penulis pun melihat bahwa hal itu terjadi karena

Manhaj yang terkait dengan partai baru disusun belakangan pasca pembentukan

partai.

439 Wawancara dengan Ustadz Mashadi.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 213: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

190

pemikiran IM di setiap negara sangat disesuaikan dengan kondisi di wilayah

masing-masing. Berger juga menyebutkan bahwa jika hanya memahami teks-

teks sosial semata maka yang akan muncul adalah radikalisme pemikiran.

Namun ketika terjadi proses obyektivikasi dengan kehidupan sosial di

masyarakat Indonesia yang majemuk maka akan terjadi suatu proses pemahaman

yang lebih baik sehingga ketika terjadi suatu proses internalisasi, nilai-nilai

realitas sosial yang hidup di masyarakat pun ikut mempengaruhinya.

Hal tersebut terjadi di Gerakan Tarbiyah, seperti penulis ungkap dalam

bab sebelumnya bahwa hal ini terlihat dari perubahan-perubahan dalam Manhaj

Tarbiyah dari Manhaj Tarbiyah T1 dan T2 ke Manhaj Tarbiyah 1994. Sosok

kader Tarbiyah dibentuk untuk bisa berinteraksi dengan masyarakat dengan

menawarkan solusi alternatif, seperti sistem pendidikan, dengan munculnya

sekolah-sekolah IT misalnya. Hal ini berbeda dengan masa awal pertumbuhan

Gerakan Tarbiyah di tahun 1980an, dimana para aktivis Tarbiyah memiliki latar

belakang organisasi yang berbeda-beda440

Di sisi lain, PK(S), sayap politik Gerakan Tarbiyah, mengubah jargon

dan strategi perolehan suaranya. Ketika masih Partai Keadilan, jargon partai

Islam sangat kuat, dengan seruan mengkampanyekan penerapan syariat Islam.

Namun ketika hal ini gagal, tokoh PKS kemudian membaca realitas sosial yang

ada pada masyarakat Indonesia dan mengubah strategi. Sehingga pada pemilu

dan manhaj belum memberikan

panduan penyampaian materi-materi Tarbiyah. Kondisi tersebut membawa

dampak dalam penyampaian materi penjelasannya sesuai dengan latar belakang

organisasi mereka dari yang lembut hingga yang fundamentalis. Bahkan mereka

yang berlatar belakang mantan sekoci yang cara penyampainya sangat semangat

cenderung keras, semua disebut thagut. Gejala-gejala ini dalam pengamatan

penulis berangsur berkurang ketika diterapkannya Manhaj Tarbiyah 1994, dan

juga seiring dengan kondisi politik Orde Baru yang mulai merangkul Islam.

440 Kader-kader Tarbiyah berlatar organisasi yang berbeda-beda, ada yang dari HMI, PII,

Muhammadiyah, NU, Al Irsyad, Matlaur Anwar, Persis dan PUI, bahkan ada yang mantan NII.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 214: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

191

2004, PKS mengubah strategi perolehan suaranya, tidak hanya jargon Islam

namun juga jargon lainnya. Jargon mereka pun berubah menjadi bersih, peduli

dan profesional. Jargon tersebut membawa dampak yang signifikan, PKS

memperoleh kenaikan suara yang signfikan. Kondisi ini terus dilakukan PKS

dengan mengubah dirinya menjadi partai terbuka dan mewacanakan calon

legislatif non-muslim untuk daerah-daerah minoritas Islam.

Seorang kader yang mantan sekoci menuturkan bahwa kondisi politik

pemerintah Orde Baru yang cenderung represif mendorong kami berfikir

mempunyai pemerintahan sendiri untuk menjalankan aturan-aturan Islam.

Namun seiring perubahan kondisi politik yang semakin kondusif terhadap Islam

di tahun 1990an, membawa dampak pada perubahan penyampaian materi ke

kader. Apalagi ketika Manhaj Tarbiyah 1994 berubah ke Manhaj Tarbiyah 1421,

ketika aktivis Tarbiyah memasuki mihwar muasasi, awalnya upaya-upaya untuk

menerapkan syariat Islam secara formal masih diusung seperti mengajukan

kembali piagam Jakarta dalam upaya amandemen UUD 1945 pada tahun 2000.

Namun ketika Manhaj Tarbiyah 1427 mulai diterapkan upaya penerapan syariat

Islam secara formal mulai tidak terlihat. Menurut pengamatan penulis hal ini

ditopang oleh perubahan tujuan dakwah mereka yang sudah mengadopsi lebih

banyak nilai-nilai kultural kehidupan masyarakat Indonesia. Dari 7 tujuan

dakwah Tarbiyah seperti yang penulis jelaskan di bab sebelumnya terlihat ada

tujuan yang ikut menegakkan persatuan dan kesatuan bangsa dan

menempatkannya di atas perbedaan suku, golongan serta agama, dan memelihara

kemaslahatan Islam dan kaum muslimin serta memotivasi mereka memiliki

tanggung jawab bagi kedamaian dan kejayaan bangsa. Tujuan dakwah ini baru

dimasukkan dalam Manhaj Tarbiyah 1427. Sosok tokoh yang mengusung tujuan

ini kalau kita melihat pada sayap politik Gerakan Tarbiyah, tahun

dikeluarkannya Manhaj tersebut pada era Hidayat Nurwahid sebagai Presiden

Partai dan Hilmi Aminuddin Selaku Ketua Dewan Syuro Partai.441

441 Lihat Lampiran Pebandingkan Manhaj Tarbiyah 1421 dan 1427.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 215: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

192

Sepanjang sejarah Indonesia, pemikiran transnasional agak sulit

diterapkan secara penuh. Sebagai kasus pada masa pergerakan, pemikiran Pan

Islamisme yang ditawarkan oleh Persis tidak begitu laku ketika di bawa ke dalam

Sarekat Islam, sehingga pemikiran tentang khilafah pun sulit untuk diterima di

Sarekat Islam.

Hilmi Aminuddin dalam dialog kebangsaan di hotel Sahid, Jakarta pada

26 Agustus 2008 menyebutkan bahwa tidak ada dikotomi antara nasionalis dan

islamis. Dalam satu obrolannya dengan Taufik Kiemas dia mengatakan bahwa:

Kita masih terjebak dengan paradigma lama terkait dengan

dikotomi nasionalis dan islamis. kalau bahasanya kerakyatan maka akan

disebut ekstrem kiri, kalau bahasanya keummatan akan disebut ekstrem

kanan, lalu kalau yang moderat menggunakan bahasa kebangsaan.

Padahal obyeknya itu-itu juga. Kata “rakyat” dan “umat”. Itu adalah

sama-sama berasal dari bahasa Arab, yang dimaksud adalah bangsa juga.

Makanya untuk apa kita dikotomis terhadap kerakyatan dan keumatan.

Lebih lanjut Hilmi mengatakan sudah selayaknya kita memang

harus selalu kerja sama. Sebagaimana sebaiknya kita juga melakukan

kerja sama dengan seluruh komponen bangsa. Lintas partai, lintas ormas,

lintas komunitas budaya dan komunitas sosial.442

Hilmi juga menyebutkan bahwa, penanaman tentang cinta tanah

air sudah ditanamkan sejak kader tingkat pemula. Yaitu penanamn

doktrin-doktrin masalah cinta, yaitu cinta yang dibingkai oleh batas-batas

geografis maupun demografis. Karena kecintaan kepada bangsa dan

tanah air adalah suatu hal yang fitri. Karena cinta kepada bangsa dan

tanah air adalah suatu hal yang pasti ada pada mahluk. Dasar inilah yang

mendorong Gerakan Tarbiyah dan juga PKS menanamkan doktrin-

442 Hilmi Aminuddin, Wawasan Nasionalisme dan Kebangsaan Kita, Sekjend. DPP

PKS, 2009, hal. 9

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 216: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

193

doktrinnya tentang cinta kepada tanah air, kepada bangsa sejak menjadi

kader pemula.443

Lebih jauh Hilmi juga menyebutkan bahwa semangat kebangsaan yang

dikembangkan adalah semangat kebangsaan yang menghargai bangsa-bangsa

lain, bukan yang meremehkan dan mendiskreditkan. Karena semangat

kebersamaan dan kerja sama dalam kehidupan kebangsaan harus dikembangkan

dalam konteks semangat kebersamaan dan semangat kerja sama dalam

kehidupan global. Kebersamaan itu bisa terjalin jika forum-forum dialog,

berkomunikasi dan bemusyawarah terus digalakkan, dan yang dibutuhkan untuk

berjalannya ini menurut Hilmi adalah adanya ijabiyatur ru’yah atau positive

thinking antara yang satu dengan yang lain.

444

Jadi kecurigaan Hasyim pada khususnya dan tokoh NU pada umumnya

menjadi kurang beralasan kalau kalangan gerakan transnasional, khususnya

Gerakan Tarbiyah akan mengubah NKRI menjadi negara Islam. Hal ini

ditambah lagi kalau kita memperhatikan nota kesepahaman antara Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono dengan PKS pasca pemilihan Presiden tahun 2004,

Salah satunya menekankan mempertahankan kedaulatan NKRI. Hal ini sejalan

dengan pernyataan Mashadi bahwa dalam pembentukannya PKS tidak memiliki

agenda terselubung membentuk khilafah islamiyah. Konstruksi bentuk dan dasar

negara tetap, sejauh nilai-nilai Islam bisa terlaksana. Tarbiyah tetap seperti air

mengalir, akan terus berdakwah mendidik masyarakat dengan cara damai,

masyarakat sendiri yang akan menentukan.

445

Terkait dengan penerapan syariat Islam, Rais Aam PB NU pada masa

Hasyim sebagai ketua PB NU, KH Sahal Mahfudz, berkeyakinan bahwa syariat

Islam dapat diimplementasikan tanpa harus menunggu atau melalui institusi

formal. Lebih lanjut Kiai Sahal menegaskan bahwa NU lebih mengidealkan

substansi nilai-nilai syariah terimplementasi di dalam masyarakat ketimbang

443 Ibid. hal. 16. 444 Ibid, hal. 21. 445 Wawancara Ustadz Mashadi.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 217: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

194

mengidealisasikan dalam institusi.446 NU dapat membuktikan bahwa

universalitas Islam dapat diterapkan tanpa harus menyingkirkan budaya lokal.

Gus Dur lebih menekankan bahwa gerakan transnasional mereka berusaha keras

menolak budaya dan tradisi lokal. Mereka ingin menggantinya dengan budaya

asing Timur Tengah, terutama kebiasaan Wahabi-Ikhwanul Muslimin.447

Namun terkait dengan implementasi nilai-nilai Islam/ syariat Islam dalam

kehidupan bermasyarakat apa yang diputuskan PB NU, seperti pernyataan, K.H.

Sahal Mahfudz dan Gus Dur yang menolak formalisasi syariat Islam ternyata

tidak serta merta diikuti oleh kiai di daerah-daerah. Kiai di daerah-daerah justru

sebagian menjadi pendukung utama dari formaslisasi syariat Islam. Ini berarti

bahwa dalam tubuh NU sendiri belum terang terkait visi politiknya. Kondisi ini

berbeda dengan organisasi gerakan Islam baru, semisal PKS dan HTI. Dua

organisasi ini dari pusat sampai daerah mempunyai satu suara.

448

Terkait dengan penerapan syariat Islam, Gerakan Tarbiyah maupun PKS

sebenarnya sejalan dengan pendapat Sahal Mahfudz, bahwa syariat Islam dapat

diimplementasikan tanpa harus menunggu atau melalui institusi formal. Bisa

diperhatikan dari perda-perda yang ada tidak ada satu pun yang ditetapkan oleh

pemerintah daerah yang dipimpin oleh PKS. Bisa diperhatikan dari tabel di

bawah ini.

Tabel 3: Daftar Perda Syariat Islam di Jawa Barat 449

Propinsi

Kabupaten/ Kota

Bentuk / Isi

Jawa Barat Indramayu 1. Perda No.7/ 1999 tentang Prostitusi 2. Perda No. 30/ 2001 tentang pelarangan predaran minuman

keras 3. Surat Edaran Bupati Wajib Busana Muslimah

Cianjur 1. Surat edaran Bupati No. 025/3643/org tentang anjuran berbusana muslim/muslimah pada hari kerja

2. SK Bupati no 36/ 2001 tentang pendirian Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Syariat Islam

3. Surat Edaran Bupati No. 551/2717/ASSDA.I/9/2001 tentang aparatur negara berakhlakul karimah dan masyarakat

446 NU Online, 28 Juli 2006. 447 Abdurrahman Wahid, Ilusi Negara Islam, hal. 19. 448 “Indonesia Pasar Bebas Ideologi Islam”, dalam Taswirul Afkar, edisi 21, tahun 2007. 449 Sumber dari Taswirul Afkar No. 20 tahun 2006, hal. 142-143

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 218: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

195

marhamah 4. Perda No. 7 tahun 2007 tentang pengelolaan Zakat 5. Perda no 21 tahun 2000 tentang larangan pelacuran

Garut 1. Perda No. 6/2000 tentang Kesusilaan 2. Surat Edaran Bupati tahun 2000 tentang jilbabisasi karyawan

Pemda 3. Perda No. 1/ 2003 tentag pengelolaan Zakat

Tasikmalaya 1. Surat Edaran Bupati no. 451/ SE/04/Sos/2001 tentang peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan yang berisi anjuran untuk memakai pakaian seragam sesuai dengan ketentuan yang menutup aurat bagi siswa SD, SLTP, SMU/SMK, lembaga pendidikan kursus dan perguruan tinggi beragama Islam.

Sumber : Taswirul Afkar No. 20 tahun 2006, hal. 142-143

Perda-perda di Jawa Barat ini muncul sebelum gubernurnya dipimpin

oleh tokoh PKS, Ahmad Heriawan. Ini menunjukkan bahwa tanpa keterlibatan

PKS penetapan perda dan edaran bupati tersebut. Bahkan saat ini sendiri

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Daerah Kota DepoK,

tidak mengeluarkan perda dan surat edaran Bupati terkait dengan penerapan

syariat Islam. Jadi ketakutan Gus Dur tidak beralasan jika ditujukan kepada PKS

yang nota mengadopsi pemikiran Ikhwanul Muslimin.

Kekhawatiran lain kalangan NU adalah terkait dengan Khilafah

Islamiyah yang didengung-dengungkan oleh gerakan transnasional. Konsep

Khilafah Islamiyah yang diajukan oleh kalangan gerakan transnasional, menurut

Hasyim konsepnya tidak pernah jelas. Ia menegaskan bahwa

Konsep pemerintahan Islam (Khilafah Islamiyah) tidak pernah jelas

bagaimana bentuk dan mekanisme pendiriannya. Kejelasan konsep

tersebut hanyalah selalu mengganggu dan mempersoalkan keabsahan

sebuah negara yang merdeka dan berdaulat....

Hingga saat ini tidak ada satupun negara didunia yang menerapkan

sistem kenegaraan dan sistem pemerintahan berdasarkan Islam. Bahkan

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 219: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

196

di negara-negara berpenduduk sebagian besar muslim sekalipun, sangat

beragam bentuk negara dan sistem pemerintahannya.450

Lebih lanjut Hasyim menyebutkan bahwa Khilafah Islamiyah itu

sebenarnya gerakan politik, bukan gerakan keagamaan. Karena di situ lebih

kental aspek politiknya dari pada agama, ibadah, dan ubudiyah-nya. Hasyim

menekan bahwa yang difokuskan adalah sistem kenegaraan bukan bagaimana

membuat masjid, madrasah, menciptakan kesejahteraan umat dan sebagainya.

451

Pandangan Hasyim ini sejalan dengan keputusan Bahtsul Masail PBNU terkait

dengan Khilafah Islamiyah bahwa Khilafah islamiyah tidak memiliki rujukan

teologis baik di dalam Al Quran maupun hadits.452

Kekhawatiran lain NU terhadap gerakan transnasional adalah pengambil

alihan masjid NU oleh gerakan Islam transnasional. Terkait dengan hal ini K.H.

Hasyim mengatakan bahwa di Indonesia ideologi transnasional dapat tumbuh

dengan subur karena kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah mendukung

tumbuhnya organisasi tersebut. Kekhawatiran tersebut menurut Hasyim terbukti

ketika masjid-masjid NU telah diambil alih secara serampangan oleh kelompok

yang mengatasnamakan Islam. Pengambil alihan masjid itu berbentuk pengambil

alihan para takmir masjid yang selama ini dikelola NU.

453

Hasyim Muzadi sendiri melihat bahwa fenomena pengambilalihan masjid

ini karena kelompok yang mengaku Islam tersebut tidak mampu membangun

masjid sendiri. Lebih tegas lagi Hasyim Muzadi mengatakan bahwa

Karena mereka tidak mampu membuat masjid sendiri, kemudian

mengambil alih masjid milik orang lain, terus dipidatoin disitu untuk

politisasi. Kan maksudnya begitu. Yang dirugikan akhirnya kan NU.454

450 NU Online, 13 Agustus 2007. 451 NU Online, 5 September 2006

452 Lihat Lampiran tentang Bahtsul Masail 453 NU Online 25 Mei 2006. Pukul 02.11 454 NU Online 5 September 2006

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 220: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

197

Untuk itu kemudian Hasyim Muzadi menginstruksikan kepada jajaran pengurus

NU untuk mewaspadai munculnya kelompok lain yang masuk di masjid-masjid

milik NU. Hasyim juga lebih lanjut mengindikasikan bahwa mereka secara

keyakinan sudah tidak segaris dengan NU. Mereka adalah kelompok yang ingin

mendirikan negara Islam.

Hal senada juga diungkapkan oleh K.H. Masdar F Mas’udi, Rais Syuriah

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). Kiai Masdar mengatakan bahwa

Saya mendapat laporan, masjid-masjid milik warga NU, terutama di

daerah-daerah banyak yang diambil alih oleh kelompok yang mengklaim

dirinya paling Islam. Alasannya, karena NU dianggap ahli bid’ah dan

beraliran sesat,455

Kiai Masdar lebih lanjut mengatakan bahwa pengambilalihan yang

dimaksud adalah berbentuk penggantian para takmir masjid yang selama ini diisi

oleh warga nadliyin. Hal ini membawa dampak digantinya tradisi ritual

keagamaan khas NU.

456

Masih menurut Kiai Masdar, Warga NU tidak pernak memberikan label

terhadap masjid yang dibangun bersama. Kiai Masdar juga menrukan kepada

warga NU untuk mengambil kembali masjid-masjid tersebut. Karena masjid

tersebut adalah hak NU. Sehingga ia mengatakan “ warga NU harus mengambil

haknya”.

Masdar juga menyadari bahwa masjid-masjid tersebut

memang tidak ada label NU, namun masjid-masjid tersebut tidak sedikit yang

dibangun bersama-sama oleh warga NU dan itu merupakan hak warga NU.

457

Wujud nyata tindakan NU atas kekhawatiran dengan nasib masjid-masjid

milik warga nahdliyin diambil alih kelompok lain yang mengatasnamakan Islam,

PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) berinisiatif melakukan

455 NU Online 25 Mei 2006. 456 NU Online, 16 Mei 2007 457 NU Online, 25 Mei 2006

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 221: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

198

perebutan kembali masjid-masjid dengan mengumpulkan para pemimpin majelis

ta’lim se-Jabotabek. 458

Menurut Gozalie Said, masjid-masjid yang diambil alih oleh kalangan

transnasional adalah masjid-masjid yang tidak terawat aktivitasnya, mereka

masuk ke dalam masjid tersebut dan mengaktifkan kembali aktivitas di masjid

tersebut. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa “ tapi saya kira ambil manfaatnya

saja. Kalau tidak gitu, NU kan tidur terus”.

459

Kasus berbeda untuk Masjid Al Hidayah di jalan Kapuk Pondokcina.

Masjid ini sama kasusnya dengan dua tempat ibadah sebelumnya dikelola oleh

orang-orang tua dan TPA-nya dikelola oleh remaja-remaja penduduk asli tempat

itu yang juga aktivis Gerakan Tarbiyah. Namun pasca pemilihan umum tahun

2004, hubungan antara “pengurus” masjid dengan pengelola TPA mulai ada

masalah. Perlu menjadi catatan dalam pemilu 1999, RW 03 merupakan satu-

satunya TPS yang dimenangkan oleh PK (Partai Keadilan) dan ketua DKM

masjid tersebut adalah tim sukses salah satu partai besar. Kasus ini membuat

TPA yang dikelola oleh aktivis tarbiyah untuk “keluar” dari Masjid karena

dianggap membawa politik ke dalam masjid. Akhirnya TPA di pindah ke rumah

Dalam pengamatan penulis

dilapangan hampir sebagian besar masjid-masjid NU yang takmir masjidnya

kelola oleh orang-orang tua, tanpa keteribatan generasi Muda. Aktivitas masjid

yang dijalankan hanya sebatas ibada-ibadah maghdoh, sedangkan taklim masjid

sangat kurang, kalau pun ada itu di bulan ramadhan, atau taklim ibu-ibu kalau

ada kegiatan hari-hari besar Islam. Sebagai contoh masjid dan mushola yang jadi

pengamatan penulis di lingkungan Depok teletak di wilayah Pondokcina dan

Beji Timur. Di dua tempat ibadah tersebut (Musholla Haqqul Yaqin Pondokcina

dan Masjid Baiturrahim Beji Timur) aktivitas yang ada adalah TPA, itu pun

dikelola oleh pemuda aktivis Tarbiyah yang memang penduduk asli di wilayah

sekitar. Namun tidak menjadi masalah dan berjalan apa adanya.

458 Ibid. 459 Ibid

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 222: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

199

di samping masjid milik penduduk setempat yang kemudian diwakafkan,

sekarang menjadi TPA Bina Mujtama.460

Terkait dengan pengambilalihan masjid, Hasyim menyebutkan karena

mereka tidak mampu membuat masjid sendiri, kemudian mengambil alih masjid

milik orang lain, kemudian di ceramahin di situ untuk politisasi. Pernyataan ini

didukung pula oleh Gozalie bahwa programnya masjid yang akan dikuasai

adalah masjid-masjid tingkat kabupaten, terutama oleh HTI. Kalau Ikhwanul

Muslimin, yang partai politiknya PKS, yang berasal dari gerakan usrah,

Tarbiyah Islamiyah yang di kampus-kampus itu yang digerogotikan

Muhammadiyah, karena banyak kader Muhammadiyahnya. Mereka umumya

membuat masjid yang memang disediakan untuk kegiatan mereka.

461 Penulis

sejalan dengan pendapat Ghazalie, dalam pengamatan penulis ada beberapa

Masjid yang pembangunannya difasilitasi oleh aktivis Tarbiyah dengan

menghubungkan ke yayasan yang membantu pembangunan masjid dengan dana

bantuan penuh dari Yayasan Hilal Ahmar. Salah satu masjidnya berada kukusan

dan Beji Timur. Dan umumnya mereka beraktivitas di masjid-masjid yang

mereka bangun.462

Namun dalam penelusuran penulis, pengambilan dalam arti kontak fisik

tidak ditemukan. Misalnya saja untuk masjid Al Huda Komplek Timah

Cimanggis Depok, berdasarkan data yang penulis peroleh tidak ada perebutan

dalam pemilihan takmir. Pengurus takmir yang lama selesai dan menyerahkan

pada pemilihan jamaah masjid. Hasilnya terpilih orang-orang yang memang

bukan dari kalangan nahdliyin. Namun tidak menjadi masalah bahkan masjid

460 Informasi dari Ibu Ayani dan Ibu Ros, pengelola TPA Bina Mujtama. 461 NU Online, 2 Juli 2007 462 Berdasarkan wawancara dengan Abu Surkim, para aktivis Tarbiyah pada umumnya

dan khususnya alumni Timur Tengah sudah memiliki jaringan bantuan pembangunan Masjid. Hal ini sebenarnya bisa dilakukan oleh semua alumni Timur Tengah. Menurutnya karena aktivis tarbiyah lebih cepat merespon, maka ia yang dapat. NU dan Muhammadiyah pun sebenarnya bisa mengakses ini. Beberapa Lembaga tersebut antara lain IIRO (Ighosah Islamic Relief Organitation), Abu Dhabi yang pasca perang teluk berubah menjadi Hilal Ahmar, Bina Umah (Quwait) berubah menjadi Jamiyah Rahmah Islah.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 223: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

200

tersebut sekarang jadi lebih besar dengan aktivitas masjid yang bisa dikatakan

berjalan dengan rutin. Memang pada awalnya yang meramaikan adalah

kalangan Tarbiyah untuk aktvitas kursus mengajar Al Quran, taklim rutin yang

dijalankan oleh aktivis Tarbiyah yang juga berasal dari kalangan NU, yaitu Dr.

Muslih Abdul Karim.463

Ada suatu pandangan menarik yang disebutkan oleh kader Tarbiyah

untuk kasus Depok. Depok sebagai daerah urban banyak pendatang, banyak

mesjid besar namun kosong karena pengurusnya juga adalah para pekerja yang

pergi pagi pulang malam. Sebagai kader yang masih muda, dia melihat

kesempatan ada lahan dakwah yang kosong dan belum termanfaatkan, maka

dibuatlah program aktivitas masjid yang tentunya seijin dengan takmir masjid.

Mereka senang-senang aja. Seharusnya ada kerja sama seperti ini yang tua sibuk

dengan kerjaannya yang muda membantu menghidupkan masjid.

464 Tidak ada

masalah, inilah yang disebut oleh K.H. Gozalie bahwa masjid-masjid yang tidak

terawat aktivitasnya. Tentunya NU diuntungkan jadi bangun tidak tidur terus.465

Gerakan mereka sudah sangat luas dan hampir merata diseluruh daerah,

tidak hanya daerah yang berbasis Nahdliyin. Jika NU tak segera

mengambil sikap tegas, maka bukan mustahil tradisi keagamaan yang

dijalankan Warga Nahdliyin selama ini akan hilang.

Selain terkait dengan pengambil alihan masjid, kekhawatiran yang

muncul dikalangan NU adalah tradisi keagamaan yang dijalankan oleh warga

Nahdliyin selama ini akan hilang. Seperti yang diungkapkan oleh KH Nuril

Huda dalam NU Online

466

463 Dr. Muslih Abdul Karim,merupakan salah satu penggagas Subuh Keliling di Depok.

Oleh kalangan Tarbiyah ia dianggap masih kental dengan ke NU-annya, namun oleh kalangan NU sudah tidak lagi menjalankan tradisi-tradisi NU.

464 Wawancara Hilman Roshad 465 NU Online , 22 Juni 2007. 466 NU Online, 2 Februari 2007

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 224: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

201

Mensikapi kondisi yang demikian pada 25 Februari 2007 Pimpinan Pusat

Lembaga Dakwah NU mengeluarkan maklumat yan berisi tentang peneguhan

kembali terhadap ajaran dan amaliyah Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) yang

selama ini dijalankan oleh warga nahdliyin.467

.... kami menyadari dengan sepenuh hati, bahwa dewasa ini telah tumbuh

dan berkembang gejala pemikiran dan gerakan keislaman melalui

praktek-praktek keagamaan yang dapat melunturkan nilai-nilai

AhlussunnahWal Jama’ah ala NU, maka dengan ini kami menyatakan: ..

senantiasa menjalankan amaliah ibadah Ahlussunnah Wal Jama’ah ala

NU, melestarikan praktek-praktek dan tradisi keagamaan salafus shalih,

seperti sala-salat sunnat, salat tarawih 20 rakaat, wirid, salawat, qunut,

talqin, ziarah kubur, tahlil, manaqib, ratib, maulid nabi, haul dan

istighosah, serta toleran terhadap tradisi budaya yang sesuai dengan nilai-

nilai Islam sebagai bagian dari dakwah ahlussunnah Wal Jama’ah ala

NU.

Maklumat ini merupakan respon

yang muncul atas tuduhan sesat terhadap ajaran dan amaliyah NU. Salah satu isi

maklumat tersebut

468

Satu hal yang cukup menarik adalah apa yang dilakukan oleh Rabithath

al-Ma’ahid al-Islamiyah Nadlatul Ulama (RMI NU) yang mengumpulkan para

pimpinan pondok pesantren se Indonesia di Asrama Haji Pondok Gede pada 18-

21 Mei 2007. Agenda yang dibahas adalah masalah munculnya ideologi

transnasional yang dinilai juga mengancam keberadaan pondok pesantren. Hal

ini seperti yang dikatakan oleh Wakil Ketua Pimpinan Pusat RMI NU, Abdul

Adhim. Ia mengatakan bahwa

Ideologi transnasional atau ideologi ‘impor’ dari luar negeri itu dinilai

telah mengancam keutuhan bangsa dan pesantren.... ideologi tersebut

kebanyakan tidak sesuai dengan kondisi sosial dan budaya setempat.

467 NU Online, 27 Februari 2007 468 Ibid.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 225: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

202

“Islam Indonesia yang didakwahkan Walisongo itu kan penuh semangat

toleransi dan santun. Nah, ideologi Islam transnasional itu datang dengan

tidak santun, dengan teriakan Allahu Akbar sambil pecahkan kaca.469

Kekhawatiran yang berlebihan adalah ketika mereka ketakutan akan

kehilangan pesantren-pesantren yang mereka miliki. Sebenarnya bukan masalah

akan kehilangan pesantren namun munculnya sekolah-sekolah boarding school

yang dikembangkan oleh kalangan Tarbiyah yang semakin memperoleh tempat

dikalangan masyarakat karena model pengelolaan yang lebih modern dengan

memadukan nilai-nilai Islam dan ilmu pengetahuan umum. Bahkan boarding

school ini tidak hanya diminati oleh kalangan tarbiyah, namun juga oleh orang-

orang awam baik dari kalangan NU maupun Muhammadiyah.

Kekhawatiran NU pada umumnya terkait dengan masalah aset-aset yang

mereka miliki seperti masjid-masjid yang dikelola oleh mereka merasa terambil

setelah para takmir masjid bukan lagi dari kalangan mereka. Pengambilalihan ini

memunculkan ketakutan akan hilangnya tradisi keagamaan yang biasa mereka

jalankan di masjid-masjid mereka.

Satu sisi lain adalah ketika mereka mengecap gerakan Islam transnasional

bukan suatu gerakan keagamaan namun lebih cenderung gerakan politik atau

kepentingan. Sepertinya NU menyamaratakan semua gerakan transnasional,

karena di lapangan NU tidak bisa membedakan mana Gerakan Tarbiyah, mana

HTI atau mana gerakan Salafy, dan mana yang Wahhabi. Hal ini tergambar daam

dialog yang penulis lakukan dengan kepala sekolah di pesantren Qatrun nada

Cipayung Depok. Penulis mencoba menanyakan siapa sih yang berada dibalik

kelompok itu? Yah mereka sama saja, HTI itu ke PKS, Salafi itu ke PKS dan

Wahhabi itu ke PKS. Padahal ketiga gerakan ini memiki landasan gerak yang

berbeda. Pandangan ini difahami sama oleh semua struktur NU, walaupun

keadaan di masyarakat berbeda. Kalau kita melihat latar belakang pendirian NU

di wilayah Jawa Timur yang dalam sejarahnya orientasi hubungannya (fasted

469 NU Online, 16 Mei 2007.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 226: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

203

interest) lebih cenderung bapakisme.(Harold Crouch menyebutnya patron clien)

Apa yang dikatakan orang tua itu tidak pernah salah. Sebagai contoh kasus apa

pun yang terjadi dengan akan mendukung mati-matian Gus Dur. Hanya di NU

yang menyebut tokohnya sebagai waliyullah. Sehingga ketika tokohnya

mengatakan tidak maka semua ke bawahnya mengatakan tidak. Sehingga ketika

tokohnya mengatakan transansional bermasalah maka sampai bawahnya sama,

begitu juga hal-hal lain.

Pandangan cukup menarik adalah diungkapkan oleh KH Gozalie yang

menganggap bahwa NU sudah terlalu asyik dengan kondisi yang ada sehingga

seperti NU tertidur pulas. Lebih lanjut Gozali menyatakan bahwa ada baiknya

munculnya Gerakan Tarbiyah bagi NU, NU jadi terbangun tidak tertidur

pulas.470 Lebih lanjut dalam pandangan Ghazali, kalau pemikiran gerakan IM

yang partai politiknya jadi PKS, yang berasal dari gerakan Usrah, Tarbiyah

Islamiyah di kampus-kampus itu, yang digerogotikan Muhammadiyah karena

banyak kader Muhammdiyahnya. Mereka tidak mengambil alih masjid, tapi

mereka membuat masjid untuk kegiatan mereka sendiri.471

Dalam penelitian penulis, Ada dua faktor yang menyebabkan NU dan

tokohnya mempermasalahkan Gerakan Tarbiyah dan dengan sayap politiknya,

PKS, yaitu faktor tokoh-tokoh PKS sebagain besar alumni Timur Tengah dan

faktor ekspansi PKS. Faktor sebagian besar tokoh PKS lulusan Timur Tengah

lebih khusus Arab Saudi menjadi masalah karena PKS diidentikan dengan

pembawa faham Wahabi. NU memandang Wahabi sebagai “musuh abadi”,

karena pendirian mereka terkait dengan faktor ini. Sehingga Mereka

berpandangan bahwa PKS seperti Wahabi, yang suka mengtakfirkan orang.

472

470 NU Online, wawancara khusus dengan KH Ghazali oleh NU Online (tokoh NU ).

Dia adalah penulis buku Ideologi Kaum Fundamentalis Trans Pakistan Mesir. 471 Ibid.

Menurut Mashadi, hal tersebut kemudian didepolitisasi oleh NU dengan

menyebut PKS sebagai pembawa faham gerakan Islam transnasional. Faktor

472 Lihat kembali sikap IM terhadap orang yang suka mentakfirkan orang yang sudah bersyahadat. Karena representasi pemikiran PKS berasal dari IM.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 227: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

204

lain, politisi yang dari NU atau NU sendiri mulai terancam ketika PKS mulai

melakukan ekspansi yang semakin intensif, terutama menjelang pemilu 2004 dan

2009, dan PKS muncul menjadi kekuatan politik. Dampaknya PKS mulai

mendapat dukungan di wilayah-wilayah basis PKS, misalnya Jawa Timur, Jawa

Tengah dan Sulawesi. Di Wilayah-wilayah tersebut, terutama Jawa Timur

merupakan basis NU. Persoalan NU berbeda dengan Muhammadiyah, ada

perbedaan pemahaman tauhid. Sehingga kalangan NU mengatakan bahwa

Muhammadiyah saja tidak bisa menerima warganya masuk PKS sekalipun segi

pemahamannya tidak berbeda. Istilahnya Muhamamdiyah dan PKS masih

sepaham tapi beda rumah, Bagi kalangan Nahdliyin, persoalan menjadi lebih

jauh. Perpindahan warga Nahdliyin ke tenda hitam kuning, PKS, akan lebih

disesali oleh kalangan nahdliyin, karena perpindahan in tidak sebatas pindah

rumah, namun beralih keyakinan. 473

Di samping faktor teologis, di balik kegigihan PKS dalam melakukan

ekspansi untuk meningkatkan jumlah konstituen, PKS membutuhkan banyak

dukungan suara untuk memperkuat posisi tawar mereka, semakin banyak

pendukung semakin kuat posisi tawar mereka. Semakin kuat posisi tawar mereka

semakin kuat pengaruh dan perannya. Di sisi lain NU, demikian juga

Muhammadiyah, punya kepentingan yang sama dengan PKS. Sehingga

kekhawatiran mereka sama dengan PKS. Semakin besar PKS, dengan sendirinya

akan menggeser hak-hak istimewa yang selama ini dimiliki NU dan

Muhammadiyah di bidang kehidupan politik, sosial dan budaya.

474

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa setiap pemilu atau pilkada

NU dan Muhammadiyah sering kali diiming-imingi oleh partai-partai politik

agar mendapatkan dukungan suara dari para pengikut dua organisasi tersebut.

Kadang NU dan Muhammadiyah sendiri mengkondisikan diri agar partai-partai

politik tersebut soan dan membujuknya.

473 E. Shobirin, “ Berebut Pengikut di Akar Rumput”, dalam Taswirul Afkar, No. 21,

tahun 2007. 474 Seperti yang diungkap oleh Mashadi dan juga Shobirin dalam Taswirul Afkar.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 228: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

205

Penggerogotan PKS terhadap pengikut kedua organisasi keagamaan

terbesar di Indonesia tersebut memang tidak serta merta meminggirkan keduanya

dari perebutan pegaruh. Namun kegigihan, keteguhan dan keuletan PKS dalam

melakukan ekspansi, perekrutan dan pembinaan bisa menjadi ancaman

tersendiri.475 Efektivitas rekrutmen PKS yang berbasis sistem stelsel seperti

sebuah jaringan MLM, sistem kaderisasi dan penegakan disiplin organisasinya

sulit ditiru oleh partai lain maupun organisasi sosial keagamaan yang lain. 476

Baik Haedar maupun Sobirin menyebutkan bahwa tidak ada yang

berhak melarang Gerakan Tarbiyah/ PKS dan juga organisasi Islam lainnya

dalam menyebarkan faham dan dakwahnya untuk mengajak pengikut ormas

lainnya menjadi warga mereka. Munculnya kekuatan baru ini menjadi tantangan

bagi organisasi keagamaan yang sudah ada, terutama NU dan Muhammadiyah

untuk semakin meningkatkan pelayanan terhadap kebutuhan warganya masing-

masing menjaid lebih baik lagi. Sobirin menyebutkan bahwa NU dan

Muhammadiyah sudah terlena dengan kemampuannya dan sudah lama kurang

memperdulikan warganya.

477 Mereka gagal melayani warganya, hal ini terbukti

dengan banyaknya warga mereka masuk ke organisasi lainnya. Kondisi ini

dimanfaatkan PKS untuk menyebarkan fahamnya dan merebut dukungan

mereka. Jika hal ini berlangsung terus secara konsisten bisa jadi Gerakan

Tarbiyah dan PKS menjadi organisasi besar. Konsekuensi ini yang sebenarnya

ditakuti oleh warga NU pada khususnya dan Muhammadiyah pada umumnya,

karena akan menimbulkan konsekuensi perubahan kehidupan bernegara dan

bermasyarakat.478

475 Perhatikan lampiran 9 dan 10, sebuah bentuk kontrol mereka terhadap kader dan

aktivisnya. Hal ini jarang dimiliki oleh organisasi sosial politik lainnya.

476 Perhatikan lampiran 8 bagaimana seorang kader tarbiyah yang juga aktivis PKS akan terseleksi dengan ketat untuk bisa mencapai tingkatan tertentu.

477 Haedar Nashir, Manifestasi. Op.Cit. dan Sobirin dalam Taswirul Afkar. 478 NU ketakutan PKS akan mengubah bentuk negara dan ideologi negara.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 229: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

BAB V

KESIMPULAN

Seperti yang telah disebut dalam bab I, studi ini bermaksud untuk

menjawab mengapa Gerakan Tarbiyah begitu menarik bagi kelompok/ organisasi

mahasiswa muslim khususnya dunia kampus? Namun dicurigai sebagai gerakan

transnasional yang ingin mengubah tradisi dan budaya lokal dengan tradisi dan

budaya Timur Tengah. Mengapa muncul kekhawatiran Muhamamdiyah terhadap

perkembangan Gerakan Tarbiyah. Benarkah Gerakan Tarbiyah bermaksud

mengubah agama menjadi ideologi negara dalam arti mengganti Pancasila

dengan Islam, seperti yang dituduhkan NU.

Munculnya sikap dan pandangan terhadap perkembangan gerakan

keagamaan transnasional dari kalangan tokoh gerakan dakwah di Indonesia

adalah sebuah fenomena yang menarik. Pasca runtuhnya pemerintahan Orde

Baru, aktivis Islam yang sebelumnya termarjinalisasi bergeser mempunyai ruang

gerak yang semakin leluasa dalam mengkespresikan pandangan dan pemikiran

mereka. Hal ini ditandai dengan tumbuhnya Gerakan Islam Baru (New Islamic

Movement). Pemikiran organisasi ini berasal dari organisasi pergerakan Islam di

Timur Tengah yang dikenal dengan pemikiran transnasional. Organisasi Islam

Baru yang mengadopsi pemikiran Islam transnasional dari Timur Tengah adalah

salah satunya Gerakan Tarbiyah.

Menjawab pertanyaan terkait apakah Gerakan Tarbiyah dikatakan

sebagai gerakan transnasional yang akan mengubah tradisi budaya lokal dengan

budaya Timur Tengah? Sejalan dengan pemikiran Mark R Amstuz, gerakan

transnasional pola gerakannya tidak dapat dipetakan dalam batas-batas politik

konvensional. Batas-batas ini tidak lagi memadai, sebab gerakan ini berkembang

sejalan dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi dan transportasi dunia.

Hubungannya tidak lagi melalui pemerintahan melainkan antar warga negara

dari sebuah negara dengan warga negara lain. Gerakan Tarbiyah dalam

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 230: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

207

perkembangan dan pertumbuhan awal tidak melibatkan aktor pemerintah dalam

memasukan pemikiran gerakan Ikhwanul Muslimin dari Mesir. Peran awal yang

nyata membawa pemikiran ini tidak bisa dipungkiri terletak pada Dewan

Dakwah Islamiyah Indonesia dalam melakukan pembinaan Mahasiswa melalui

gerakan dakwah kampus. Dewan Dakwah melakukan hubungan langsung

dengan unversitas-universitas di Timur Tengah baik di Mesir maupun di dunia

Arab. Dewan Dakwah mengirimkan calon-calon mahasiswa ke universitas-

universitas tersebut memanfaatkan jaringan yang dimiliki oleh Moh. Natsir.

Alumni-alumni ini yang kemudian mengembangkan dakwah kampus bersama

Immaduddin Abdurrahim melalui LKD/LMD/ SII dengan pola pembinaan yang

mengadopsi pembinaan Ikhwanul Muslimin, yang disebut sebagai usrah.

Di sisi lain David Kowaleski menyebutkan bahwa gerakan transnasional

merupakan suatu organisasi, bukan suatu assosiasi. Organisasi transnasional

anggotanya berasal dari beberapa negara. Mereka mengorganisasi dan

memperluas pengaruhnya dari satu tempat. Gerakan dakwah kampus pasca

terjadi diskontinuitas pembinaan oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia,

pembinaannya diambil alih oleh alumni Timur Tengah, kelompok Hilmi

Aminuddin, yang membawa pemikiran Ikhwanul Muslimin. Hal ini terbukti dari

pola pembinaan usrah yang telah digunakan sebelumnya semakin diformalkan

dengan materi-materi pembinaan yang diadopsi dari IM. Jika gerakan usrah yang

dikembangkan oleh Immaduddin hanya menggunakan pola pembinaan Ikhwanul

Muslimin, oleh Hilmi Aminuddin dan kelompoknya semakin diperkaya dengan

materi yang digunakan oleh Ikhwanul Muslimin dalam pembinaannya. Karena

kondisi politik yang tidak memungkinkan melanjutkan penggunaan nama usrah,

gerakan ini berubah menjadi gerakan tarbiyah.

Satu hal yang cukup menarik materi-materi pembinaan Ikhwanul

Muslimin yang diadopsi oleh Gerakan Tarbiyah dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan medan dakwah di Indonesia. Dari sinilah pertama kali dikembangkan

materi dengan pola rasmul bayan. Mereka menetapkannya menjadi satu manhaj

pembinaan mereka, yang dikenal dengan manhaj tarbiyah T1 dan T2. Manhaj ini

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 231: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

208

semakin disempurnakan hingga saat ini menjadi manhaj tarbiyah 1433, setelah

mengalami beberapa kali perubahan. Materi-materi yang diberikan masih tetap

mengacu dari materi-materi yang digunakan oleh Ikhwanul Muslimin dalam

pembinaannya. Namun dalam penyampaiannya tetap disesuaikan dengan

kondisi realitas masyarakat Indonesia. Jadi secara materi pembinaan gerakan

tarbiyah mengacu kepada materi pembinaan Ikhwanul Muslimin, namun dalam

pembinaannya tetap menggunakan jaringan lokal. Sebagai contoh seorang kader

tarbiyah yang menjalani pendidikan ke luar negeri, pembinaannya tetap

dilakukan oleh jaringan gerakan tarbiyah, dan pelaporan pembinaanya pun tetap

ke gerakan tarbiyah, namun materi yang disampaikan tetap sama dengan materi

pembinaan IM. Gerakan Tarbiyah tidak tergantung dengan struktur IM di Mesir

dan mereka lebih cenderung mengembangkan diri dengan memperhatikan

realitas sosial yang ada di masyarakat.

Bisa dikatakan bahwa Gerakan Tarbiyah merupakan gerakan

transnasional yang terbatas. Karena IM Mesir tidak memiliki kewenangan penuh

mengontrol aktivitas Gerakan Tarbiyah. Seorang Muroqib Am hanya

menjalankan fungsi kontrol ketika organisasi yang menjadi bagian dari IM

mengalami masalah, itupun hanya berfungsi sebagai mediator untuk

menyelesaikan masalah.

Untuk memahami pola perubahan perilaku seseorang dalam beragama,

penulis menggunakan konsep Berger mengenai Social Contruction of Reality.

Berger dalam menghubungkan subyektif dan obyektif mengunakan dialektika

Hegel, melalui eksternalisasi-obyektivasi-intenralisasi. Gerakan Tarbiyah

mengalami proses eksternalisai dalam melakukan aktivitasnya. Gerakan

Tarbiyah melakukan penyesuaian diri dengan dunia sosio-kulturalnya sebagai

produk manusia. Proses ekternalisasi ini terus berjalan dan membawa Gerakan

Tarbiyah mengalami proses interaksi yang dilembagakan atau mengalami

institusionalisasi, di sinilah terjadi proses obyektivasi. Pasca proses obyektivasi

seorang individu/ lembaga mengidentivikasi diri ditengah lembaga-lembaga

sosial atau organisasi sosial dimana individu atau lembaga tersebut menjadi

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 232: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

209

bagian/ anggotanya. Di sinilah Gerakan Tarbiyah mengalami suatu proses

perubahan sebagai sebuah organisasi transnasional. Artinya Gerakan Tarbiyah

tidak sama namun sejenis dengan Ikhwanul Muslimin sebagai induknya.

Artinya, Gerakan Tarbiyah dalam melakukan aktivitas maupun kebijakan-

kebijakannya tidak akan sama dengan kebijakan Ikhwanul Muslimin, namun

menyesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia. Hal ini terlihat dari

perubahan-perubahan yang dilakukan oleh Gerakan Tarbiyah. Sebagai contoh

bagaimana para intelektual Gerakan Tarbiyah memanfaatkan kemampuan

intelektualnya dalam mebaca realita sosial yang ada, seperti mereka mengubah

manhaj-manhaj mereka menyesuaikan dengan realitas sosial yang ada dalam

kebijakan-kebijakannya atau ketika para intelektual Gerakan Tarbiyah membaca

realitas sosial masyarakat pasca runtuhnya Orde Baru dengan membentuk Partai

Politik. Ini jelas tidak akan sama dengan apa yang dilakukan di Mesir.

Kata transnasional Islam sering kali ditafsirkan dalam arti yang

peyoratif. Karena itu gerakan-gerakan keagamaan Islam transnasional selalu

dianggap orang sebagai gerakan yang agak negatif, seperti ekslusif, militan atau

memakai cara-cara yang tidak demokratis. Hal ini karena Gerakan Islam

Transnasional diidentikan dengan gerakan Fundamentalisme Islam dan radikal.

Gerakan Tarbiyah merupakan gerakan keagamaan yang memiliki karakteristik

yang menggabungkan gerakan pembaru, yang tidak terjebak dalam ifrath

(ekstrem kanan) dan tafrith (ekstrem kiri) ini terlihat dari karakteris dakwahnya.

Gerakan Tarbiyah merupakan gerakan Islam yang tidak memisahkan antara

agama dan politik dalam aktivitasnya. Hal ini dibuktikan dengan dibentuknya

sayap Gerakan Tarbiyah yang bernama Partai Keadilan (Sejahtera). Jadi

pernyataan Hasyim Muzadi terakit dengan gerakan transnasional terhadap

gerakan tariyah tidak terbukti.

Dalam perjalanannya Gerakan Tarbiyah mendapat tanggapan positif dan

negatif. Tanggapan positif datang dari kalangan muda, baik kalangan muda

kampus, sekolah maupun di organisasi kemasyarakatan. Di kampus terlihat

makin maraknya ADK (aktivis dakwah kampus) dan di sekolah dengan

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 233: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

210

fenomena rohisnya melalui ADS (aktivis dakwah sekolah). Bahkan pada awal

pergerakannya di awal tahun 1980-an sampai akhir 1990-an Gerakan Tarbiyah

mendapat tanggap positif dari kalangan Muhammadiyah karena berhimpitan

pemikirannya. Hal ini terlihat dalam aktivitas ibadah mereka, misalnya dalam

menetapkan awal dan akhir bulan ramadhan, awal bulan syawal dan tanggal 10

Dzulhijah. Kini aktivis tarbiyah setelah aktif dalam politik lebih cenderung

mengikuti keputusan pemerintah. Bagi mereka ini permasalahan tersebut hanya

khilafiat, demi menjaga persatuan. Namun ini menjadi satu pandangan berbeda

bagi Muhamadiyah sehingga hubungan mereka dengan Muhammadiyah menjadi

renggang, bahkan akhirnya memandang negatif.

Pandangan negatif terhadap Gerakan Tarbiyah mulai muncul pada

pertengahan tahun 2000an. Kemunculan mereka dalam kancah politik nasional

memunculkan kekhawatiran baik dari kalangan Muhammadiyah maupun bagi

kalangan Nahdlatul Ulama karena dinilai oleh tokoh-tokoh organisasi

Muhammadiyah dan NU akan membahayakan atau medekonstruksi otoritas

mereka.

Infiltrasi Gerakan Tarbiyah digambarkan oleh kalangan Muhammadiyah

sebagai ‘virus tarbiyah. Virus memberi kesan negatif sehingga Gerakan

Tarbiyah dianggap sesuatu yang berbahaya.” Penulis berkesimpulan bahwa

persentuhan Muhammadiyah dengan aktivis tarbiyah di awal tahun 1980an

hingga akhir tahun 1990an membuat hubungan mereka dekat dan merasa

pemikirannya berhimpitan sehingga mereka tidak menyadari adanya suatu proses

eksternalisasi kader-kader muda Muhammadiyah terhadap pemikiran tarbiyah.

Kondisi ini terjadi karena kondisi Muhammadiyah yang merasa sudah mapan

sebagai suatu organisasi besar, sehingga faktor kekurangan yang disebabkan

perkembangan kondisi sosial masyarakat kurang terperhatikan oleh

Muhammadiyah. Kondisi ini difahami betul oleh Gerakan Tarbiyah sehingga

mereka melakukan perubahan-perubahan metode dakwah mereka ini terlihat dari

perubahan manhaj yang mereka miliki. Kondisi ini mendorong kader

Muhammadiyah yang merasa kurang terpenuhi nilai religiusitasnya lebih tertarik

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 234: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

211

mengikuti pembinaan melalui Gerakan Tarbiyah. Karena pembinaan melalui

kemuhammadiyahan hanya terkait dengan masalah organisasi Muhammadiyah,

padahal kondisi sosial masyarakat Indonesia pada awal tahun 1980an hingga

akhir 1990an sedang mengalami ghirah (semangat) keislaman.

Penulis juga melihat bahwa sikap kekhawatiran Muhammadiyah ini

muncul pasca Gerakan Tarbiyah mengembangkan sayap politiknya menjadi

PK(S) yang banyak merekrut generasi muda Muhammadiyah menjadi aktivis

Tarbiyah dan aktivis PKS. Bahkan tidak sedikit dari mereka adalah anak-anak

tokoh Muhammadiyah. Namun dalam perkembangan ada kader-kader tarbiyah

yang dalam menjalankan dakwahnya di Muhammadiyah yang lebih menonjolkan

kepentingan organisasi atau lembaga (kepartaian) sehingga membuat

Muhammadiyah merasa khawatir dengan keberadaan mereka dalam

Muhamamdiyah.

Infiltrasi Gerakan Tarbiyah dalam tubuh Muhammadiyah menyebabkan

konflik internal di dalam tubuh Muhammadiyah yang akhirnya membuat

komitmen bermuhammadiyah kader-kadernya mulai luntur, pudar dan rapuh.

Hal ini terbukti dengan upaya PP Muhammadiyah yang mengeluarkan SKPP

tentang konsolidasi organisasi dan amal usaha Muhammadiyah.

Hal ini semakin meruncing ketika dukungan kepada pencapresan Amin

Rais, Majelis Syuro PKS terlambat mengeluarkan bayan terkait dukungan

terhadap Amin dan ketika bayan keluar, dukungan terhadap Amin Rais tidak

mengikat kader PKS. Hal ini membuat Muhammadiya terutama Amin Rais

kecewa. Amin kemudian mengkampanekan ke Muhammadiyah dengan

mengatakan “tolong waspadai ada partai bertopeng dakwah (sebutan untuk PKS)

tapi itu tingkah lakunya “luar biasa”. Mereka bukan hanya mengambil kader-

kader Muhammadiyah, namun juga sekolah Muhamamdiyah, masjid

Muhamamdiyah, dan rumah sakit Muhammadiyah.

Nahdlatul Ulama lebih cenderung mengkhawatirkan ideologi

transnasional yang dianut oleh Gerakan Tarbiyah, bahwa ideologi transnasional

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 235: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

212

akan mengancam keutuhan NKRI dan berupaya mengganti UUD 45 dan

Pancasila dengan ideologi yang baru, ideologi yang mereka bawa dan akan

menjadikan Indonesia sebagai sebuah negara Islam dengan sistem kekhilafahan.

Nahdlatul Ulama, yang menganggap bahwa Gerakan Tarbiyah membawa

pemikiran transnasional dari Timur Tengah sering diidentikan dengan gerakan

Wahhabi yang suka mentakfirkan muslim lainnya. Pandangan ini dibantah

dengan pemikiran Al Banna tekait pandangan IM terhadap pentakfiran sesama

muslim yang pernah mengucapkan syahadat berarti menghalalkan dan menyia-

nyiakan darahnya. Ini suatu perkara yang sangat berbahaya. Hal ini sebenarnya

adalah pengulangan sejarah dengan apa yang terjadi pada tahun 1920an yang

kemudian menjadi alasan pembentukan NU karena perbedaan pendapat dengan

kalangan pembaru yang dipengaruhi pemikiran Wahhabi.

Di sisi lain Gerakan Tarbiyah terlihat mampu mengambil sebagian cara

pandang umat Islam dalam memperjuangkan agama dan juga politiknya melalui

PKS. Tidak bisa di pungkiri bahwa mayoritas pemikir politik PKS berasal dari

kalangan Tarbiyah. Jadi terlihat bahwa gerakan mereka betul seperti apa yang

dikatakan oleh Hasyim Muzadi bahwa gerakan mereka adalah gerakan politik.

Bahkan Ghozalie Said mengatakan bahwa Gerakan tarbiyah mengancam

keutuhan negara dan berupaya mengganti Pancasila dan UUD 1945. Sehingga

kalangan NU umumnya mengambil kesimpulan bahwa kalau Gerakan Tarbiyah

sukses otomatis negara ini diubah.

Melalui dialektika Berger terkait dengan teori rekonstruksi berlaku pada

gerakan Tarbiyah. Pemikiran IM yang mereka adopsi di awal tahun 1980an,

ternyata mengalami perubahan pasca mereka memasuki mihwar sya’bi. Kondisi

sosial masyarakat Indonesia mengubah pola pikir aktivis tarbiyah yang pada

awal tahun 1980an bersikap menentang pemikiran Nurcholis Majid yang

mendapat dukungan Orde Baru. Bahkan menyebut penguasa Orde Baru sebaga

toghut. Namun perubahan sikap penguasa Orde Baru mengubah pula sikap

mereka menjadi lebih menerima. Gerakan tarbiyah tetap mempunyai pemikiran

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 236: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

213

tetap membentuk organisasi formal untuk melakukan dakwah Islam. Ini jelas

walaupun dipengaruhi oleh pemikiran IM, Gerakan Tarbiyah sangat dipengaruhi

pula oleh realita sosial masyarakat Indonesia.

Dalam perkembangan di awal 1980an, Gerakan Tarbiyah menanggapi

cukup emosional kondisi politik yang ada. Namun pasca memasuki Mihwar

Sya’bi, sikap ini semakin melunak dalam mensikapi perkembangan dakwah di

masyarakat. Pasca melewati Mihwar Tanzhim, penulis mensejajarkannya dengan

proses eksternalisainya Berger, aktivis mengalami proses pembentukan

pemikiran yang dipengaruhi oleh IM. Namun ketika memasuki mihwar Sya’bi

mereka bersentuhan langsung dengan masyarakat yang pada awalnya mengalami

benturan-benturan dengan realita sosial masyarakat Indonesia sehingga terjadi

proses obyektivikasi. Ketika proses internalisasi berjalan, bukan semata

pemikiran IM yang masuk namun juga memahami realitas sosial masyarakat

Indonesia. Walaupun pada masa Orde Baru pembentukan Partai Politik suatu

hal yang mustahil, namun intelektual Gerakan Tarbiyah telah membuat desain

pembentukan parpol pada tahun 2010. Walaupun akhirnya intelektual Gerakan

Tarbiyah dihadapkan dengan situasi yang memaksa mereka mengambil

kebijakan pembentukan partai politik.

Konklusi penulis didukung data dilapangan bahwa para pemegang

kekuasaan yang berasal dari kader-kader tarbiyah tidak memanfaatkan

kesempatan sebagai penguasa untuk membuat perda atau keputusan tentang

penerapan syariat Islam. Kita bisa melihat ini di wilayah yang gubernurnya atau

bupati atau walikotanya yang berasal dari kader tarbiyah. Bisa menjadi acuan

adalah kota Depok yang sudah dua periode pemerintahannya dikuasai oleh kader

Tarbiyah yang berasal dari NU, baik walikotanya maupun wakil walikotanya.

Pemerintah kota Depok tidak melakukan formalisasi syariat Islam dalam perda-

perda yang dibuat.

Jadi penulis menyimpulkan bahwa gerak dakwah Gerakan Tarbiyah saat

ini lebih mengambil gerak dakwah kultural, ia bisa menerima tahlilan, maulid

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 237: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

214

nabi dan lain-lain aktivitas ibadah yang biasa dilakukan oleh kalangan Nahdliyin.

Hal ini yang dikatakan Muhammadiyah sebagai ajaran yang berbeda dan kadang

disebut sebagai wacana politik oleh kalangan Muhammadiyah. Hal ini akhirnya

membuat hubungan “baik” gerakan tarbiyah dengan Muhammaidyah “bercerai”.

Jadi ketakutan NU akan hilangnya budaya yang sudah dikembangkan

oleh NU sampai saat ini belum terbukti, karena masjid-masjid NU yang

aktivitasnya diisi oleh aktivis tarbiyah masih tetap bisa berjalan. Tidak bisa di

pungkiri bahwa mazhab yang umum digunakan oleh kalangan umat Islam

Indonesia dengan berbagai organisasi sosial keagamaanya adalah Mazhab Syafii,

tak terkecuali aktivis Gerakan Tarbiyah. Sehingga sebaiknya ummat Islam di

Indonesia harus melakukan suatu kerja sama untuk hal-hal yang disepakati dan

saling menghormati hal-hal yang berbeda.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 238: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

215

UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR SUMBER

A. Sumber Primer

Dokumen

Manhaj Tarbiyah 1421: Materi-materi Gerakan Tarbiyah Jilid 1

Manhaj Tarbiyah 1421: Materi-materi Gerakan Tarbiyah Jilid 2

Manhaj Tarbiyah 1421: Materi-materi Gerakan Tarbiyah Jilid 3

Manhaj Tarbiyah 1421: Materi-materi Gerakan Tarbiyah Jilid 4

Manhaj Tarbiyah 1427: Kurikulum Gerakan Tarbiyah 1427

Manhaj Tarbiyah 1433: Kurikulum Gerakan Tarbiyah 1433 Jilid 1

Manhaj Tarbiyah 1433: Kurikulum Gerakan Tarbiyah 1433 Jilid 2

Manhaj Tarbiyah 1433: Kurikulum Gerakan Tarbiyah 1433 Jilid 3

Manhaj Tarbiyah 1433: Kurikulum Gerakan Tarbiyah 1433 Jilid 4

Manhaj Tarbiyah T1 dan T2: materi-materi Gerakan Tarbiyah yang digunakan

hingga tahun 1994. Materi A hingga Materi M

Surat Keputusan PP Muhammadiyah no. 149/Kep/I.O/B/2006 tentang Kebijakan

Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengenai konsolidasi organisasi dan

amal usaha Muhammadiyah.

Keputusan Majelis Bahtsul Masa‟il Nahdlatul Ulama tentang Khilafah dan

Formalisasi Syariah

SK Mendikbud No. 37/U/1979 tentang bentuk susunan lembaga/ Organisasi

Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan.

SK Mendikbud No, 0156/U/1978 tentang Normalisasi Kehidupan kampus

Surat Kabar dan Majalah

NU Online, 2006 – 2010

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 239: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

216

Republika, 2007

Tempo, 1984, 1986

Suara Muhammadiyah, 2005, 2006, 2007, 2009, 2010.

Prisma Edisi Khusus, 1984

Majalah Mahasiswa, No 16 tahun III

Taswirul Afkar, 2006 dan 2007

Wawancara

1. Ustad Rahmat Abdullah (almarhum), wawancara dilakukan oleh Saiful

Hamiwanto, 27 Oktober 2007 (tokoh Awal tarbiyah)

2. Ustad Aus Hidayat wawancara dilakukan oleh Whahyuda, tahun 2009

(Aktivis tarbiyah kampus angkatan 1980)

3. K.H. Wazir Nuri Wawancara dilakukan oleh Abdurakhman, tahun 2011

(tokoh Muhammadiyah Depok, Ketua PDM hingga tahun 1995- 2005,

anak pendiri Muhammadiyah Depok)

4. Ustad H. Suryadi Wawancara dilakukan oleh Abdurakhman, tahun

2011(Tokoh Masyarakat Depok dari kalangan NU)

5. Ledia Hanifa, Wawancara dilakukan oleh Prima dan Susi, 2009 (aktivis

Tarbiyah sejak SMA, Angkatan 89)

6. Mustafa Kamal, Wawancara dilakukan oleh Fathul Bari, 2009 (Aktivis

Tarbiyah sejak SMA, Angkatan 89)

7. Ustadz Burhan, Wawancara oleh Abdurakhman, 2013 (ketua PCNU

Depok)

8. Faisal, Wawancara oleh Whahyudha, 2009 (aktivis Rohis angkatan 1984)

9. Ustadz Ali Fikiri Piyar, M.A., Wawancara oleh Abdurakhman, 2013

(aktivis Tarbiyah alumni Saudi Arabia, angkatan 1980an, latar belakang

NU)

10. Ustadz Hilman Roshad, Lc., Wawancara oleh Abdurakhman, 2013

(aktivis Tarbiyah alumni Saudi Arabia, angkatan1980an, latar

belakang Persis)

11. Ustadz Mashadi, Wawancara oleh Abdurakhman, 2013, (aktivis DDII,

aktivis PII, mantan aktivis Tarbiyah)

12. Ustadz Abdullah Muaz, Wawancara oleh Abdurakhman, 2013, (aktivis

Tarbiyah pengembang lembaga pendidikan SIT)

13. Ustadz Dwi Fahrial, Wawancara oleh Abdurakhman, 2013, (aktivis

Tarbyah, pengembang lembaga pendidikan SIT, latar belakang

Muhammadiyah, mantan ketua IPM Depok)

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 240: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

217

B. Sumber Sekunder

Buku dan Jurnal

Abaza, Mona. Pendidikan Islam dan Pergeseran Orientasi: Studi Kasus Alumni

di Al Azhar. Jakarta: LP3ES. 1999.

Abdul Halim Mahmud, Ali. Perangkat-perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin,

Jakarta: Intermedia. 2004

Abdurrahman, Muhammad Khalid. Soal-Jawab Seputar Gerakan Islam, Jakarta:

Pustaka Thoriqul Izzah, 1994.

Abdussomad, “Islam dan Politik Dalam Era Orba: Format Baru Nasionalisme

Islam dan Implikasi Politiknya.” Dalam Masyarakat Indonesia,

Jakarta: LIPI, Jilid XXI, No.2 tahun 1994

Abidin Amir, Zainal. Peta Islam Politik Pasca Soeharto. Jakarta: LP3ES, 2003

Al Banna, Hasan, Memoar Hasan Al Banna, Solo: Era Inter Media, 2006

Al Banna, Hasan. Majmu‟atur Rasail, Vol. 1, Solo: Era Adicitra Intermedia,

2012

Al Banna, Hasan. Majmu‟atur Rasail, Vol. 2, Solo: Era Adicitra Intermedia,

2012

Al Banna, Hasan. Kumpulan Risalah Dakwan Hasan Al Banna,Vol 1, Jakarta: Al

I‟tishom Cahaya Umat, 2005

Al Banna, Hasan. Kumpulan Risalah Dakwan Hasan Al Banna,Vol 2, Jakarta: Al

I‟tishom Cahaya Umat, 2005

Al Banna, Hasan. Kumpulan Risalah Dakwan Hasan Al Banna,Vol 3, Jakarta: Al

I‟tishom Cahaya Umat, 2005

Ali, As‟ad Said. Negara Pancasila: Jalan Kemaslahatan Berbangsa. Jakarta:

LP3ES. 2009.

Ali, Fachri dan Bachiar Effendy. Merambah Jalan baru Islam, Bandung: Mizan,

1986

Al-Wasyli, Abdullah bin Qasim, Syarah Ushul „Isrin: Menyelami Samudra 20

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 241: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

218

Prinsip Hasan Al Banna, Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011

Amir, Zainal Abidin. Peta Islam Politik Pasca-Soeharto, Jakarta: LP3ES, 2003.

Amstrong, Karen. Berperang Demi Tuhan. Jakarta: Serambi, 2001.

Amstutz , Mark R. International Conflict and Cooperation: An Introduction to

World Politics, New York: Mc.Graw-Hill College

Anwar Bachtiar, Tiar dan Pepen Ipan Fauzan. Persis dan Politik: Sejarah

Pemikiran dan Aksi Politik Persis 1923-1997. Jakarta: Pembela

Islam. 2012

Anwar, A. Syafii. Pemikiran dan Aksi Islam Indonesia: Sebuah Kajian Tentang

Cendikiawan Muslim Orba. Jakarta: Paramadina, 1995.

Asshidiqie, Jimly. (ed). Bang Imad: Pemikiran dan Dakwahnya. Jakarta: Gema

Insani Press. 2002.

As-Siisi, Abbas, Bersama Kafilah Ikhwan, Jakarta: Al Itishom, 2005

Asyur, Ahmad Isa, Ceramah-ceramah Hasan Al Banna jilid 1-2, Solo: Era Inter

Media, 2006

Aziz, Jum‟ah Amin Abdul, Tarikh Al Ikhwan Al Muslimiun Jilid 1-3, Solo: Era

Inter Media, 2005

Azra, Azyumardi, Islam Reformis: Dinamika Intelektual dan Gerakan, Jakarta:

Rajawali Press, 1999

Azra, Azyumardi, Pergolakan Politik Islam: dari Fundamentalisme,

Modernisme hingga Postmodernisme. Jakarta: Paramadina, 1996

Barton, Greg. Gerakan Islam Liberal di Indonesia: Pemikiran Neomodernisme

Nurcholis Madjid, Johan Effendi, Ahmad Wahib dan

Abdurrahman Wahid. (terj. Nanang Naqiq) Jakarta: Paramadina.

Basrowi, Sukidin, Metode Penelitian Kualitatif Perspektif Mikro, Surabaya :

Insan Cendekian, 2002

Berger, Peter L dan Thomas Luckmann, Tafsir Sosial Atas Kenyataan: Risalah

tentang Sosiologi Pengetahuan, Jakarta: LP3ES, 1990

Boisard, Marcel A. Humanisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1980.

Dahrendorf, Ralf . Class dan Class Conflict in Industrial Society, Stanford, Calif:

Stanford Universty Press, 1959

Damanik, Ali Said, Fenomena Partai Keadilan: Transformasi 20 tahun gerakan

Tarbiyah di Indonesia, Jakarta: Teraju, 2002.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 242: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

219

Dawam Rahardjo, M. Intelektual Intelegensia dan Perilaku Politik Bangsa:

Risalah Cendekiawan Muslim. Bandung: Mizan, 1993.

Donzel, E.Van; Islamic Desk Reference、Netherlands: E.J. Brill, 1994

Efendi, Djohan dan Ismet Natsir (ed), Pergolakan Pemikiran Islam: Catatan

Harian Ahmad Wahib, Jakarta: LP3ES, 1981

Effendi, Bachtiar: Islam dan Negara: Transformasi Pemikiran dan praktik

Politik Islam di Indonesia. (terj. Ihsan Ali Fauzi) Jakarta:

Paramadina, 1998

Elposito, John L. Dinamika Kebangkitan Islam: Watak, Proses dan Tantangan.

Jakarta: Rajawali Press, 1993.

Esposito, John L. Ancaman Islam: Mitos atau Realitas? (terj. Alwiyah

Abdurrahman), Bandung: Mizan, 1996

Falk, Richard, “A Study of Future World, Free Press 1975” dalam Mochtar

Mas‟oed, Ilmu Hubungan Internasional, Disiplin dan

Methodologi: Model Hubungan State Centric dan Hubungan

Transnasional, LP3ES, 1990

Fatwa, A.M. Satu Islam Multi Partai: Membangun Integritas di Tengah

Pluralitas. Bandung: Mizan, 2000

Fealy, Greg dan Anthony Bubalo. Jejak Kafilah, Pengaruh Radikalisme Timur

Tengah di Indonesia. Bandung Mizan.

Fealy, Greg dan Greg Barton. (ed). Tradisionalisme Radikal: Persinggungan

NU-Negara. Yogyakarta: LkiS, 1997.

Haneman, Samuel dan Henk Schulte Nordholt (ed).Indonesia in Transition

Rethinking „Civil Society‟, „Religion‟, „Crisis‟.Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2004.

Hawkesworth, Mary and Maurice Kogan,(editor) Encyclopedia of Government

and Politics (vol.2), London: Routledge, 1993

Hwang, Julie Chernov, Umat Bergerak: Mobilisasi Damai Kaum Islamis di

Indonesia, Malaysia, dan Turki. Jakarta: Freedom Institute, 2011

Iskandar, Muhammad. Para Pengemban Amanah: Pergulatan Pemikiran Kiai

dan Ulama Jawa Barat, 1900-1950, Yogyakarta: Mata Bangsa,

2001.

Jabi, Husain bin Muhammad bin Ali, Menuju Jama‟atul Muslimin, Jakarta:

Robbani Press, 2011

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 243: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

220

Jindan, Khalid Ibrahim. Teori Politik Islam: Telaah Kritis Ibnu Taimiyah

tentang Pemerintahan Islam. (terj. Masrohim). Surabaya: Risalah

Gusti, 1995.

Jurdi, Syarifuddin. Muhammadiyah dalam Dinamika Politik Indonesia, 1966-

2006. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2010.

Karim, M. Rusdi. Negara dan Peminggiran Politik Islam. Yogyakarta: Tiara

Wacana, 1999

Karni , Asrori S. Hajatan Demokrasi: Potret Jurnalistik Pemilu Langsung

Simpul Islam Indonesia dari Moderat hingga Garis Keras,

Jakarta: Gatra, 2006.

Kuntowijoyo, Dinamika Internal Umat Islam Indonesia, Jakarta: LSIP, 1994

Lembaga Kajian Manhaj Tarbiyah, Modul Tarbiyah Islamiyah jilid 1-3, Jakarta:

Robbani Press, 2009

Luth, Thohir. Mohammad Natsir Dakwah dan Pemikirannya. Jakarta: Gema

Insani Press, 1999.

Maarif, A. Syafii. Peta Bumi Intelektualisme Islam di Indonesia. Bandung:

Mizan, 1993

Machmudi, Yon, Sejarah dan Profil Ormas-ormas Islam di Indonesia, Jakarta:

PKTTI, 2013

Machmudi, Yon. Islamising Indonesia: The Rise of Jemaah Tarbiyah and The

Prosperous Justice Party, Canbera: ANU Press, 2008

Madjid, Nurcholish. “Keharusan Pembaruan Pemikiran Islam dan Masalah

Integrasi Umat” dalam Pembaruan Pemikiran Islam, Jakarta:

Islamic Research Centre, 1970.

Madjid, Nurcholish. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung: Mizan

1989

Mahmud , Ali Abdul Halim. Perangkat-Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin,

Solo: Era Inter Media, 2004,

Mitchell, Richard Paul. Masyarakat Al Ikhwan Al Muslimun: Gerakan Dakwah

Al Ikhwan di Mata Cendikiawan Barat, Solo: Era Intermedia:

2005

Mu‟arif (ed). Muhammadiyah dan Wahhabisme: Mengurai Titik Temu dan Titik

Seteru. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah. 2012.

Nashir, Haedar. Kristalisasi Ideologi dan Komitmen Bemuhammadiyah.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 244: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

221

Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2007.

Nashir, Haedar. Manifestasi Gerakan Tarbiyah: Bagaimana Sikap

Muhammadiyah, Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2010

Nashir, Haedar. Meneguhkan Kembali Gerakan Muhammadiyah, Malang: UM

Malang Press, MPK PP Muhammadiyah dan Suara

Muhammadiyah, 2005.

Noer, Deliar. Gerakan Modern Islam Indonesia 1900-1942. Jakarta: LP3ES,

1988

Nugroho Notosusanto. Masalah Penelitian Sejarah Kontemporer (suatu

pengalaman). Jakarta: Yayasan Idayu, 1978.

Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Barat, Dasar-dasar Gerakan

Muhammadiyah, Bandung: PW Muhammadiyah Jabar, 2009

Pringgodigdo, AK. Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia, Jakarta: Dian Rakyat,

1986.

R. Amstutz, Mark. International Conflict and Cooperation: An Introduction to

World Politics. New York: Mc.Graw-Hill College. 1999.

Rahmat, M. Imdadun, Ideologi Politik PKS: dari Masjid Kampus ke Gedung

Parlemen, Yogyakarta: LkiS, 2008.

Rais, M. Amien. Gerakan-gerakan Islam Internasional dan Pengaruhnya bagi

Gerakan Islam Indonesia. Prisma. Arah Baru Islam:Suaran

Angkatan Muda.

Robinson, Chase F. Islamic historiography、New York : Cambridge, 2004

Saidi, Ridwan. Kelompok Cipayung HMI, GMKI, PMKRI, GMNI-PMII: Analisis

Gerakan Kebersamaan dan Pemikiran Ormas Mahasiswa Pasca

Aksi Tritura 1966, Jakarta: LSIP, 1995

Salim GP, Arskal. Partai Islam dan Relasi Agama-Negara. Jakarta: IAIN Syarif

Hidayatullah.

Sanit, Arbi. Pergolakan Melawan Kekuasaan: Gerakan Mahasiswa antara Aksi

Moral dan Politik, Yogyakarta: Pustakan Pelajar, 1999,

Singerman, Diane. „Dunia Gerakan Sosial Islamis yang berjejaring‟, dalam

Gerakan Sosial Islam, editor Quintan Wictorowicz, Jakarta:

Gading Publisistik dan Paramadina,

Soekanto, Sitaresmi S. Pemenangan Pemilu Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di

Indonesia 1999-2009 dan Adelet Ve Kalkinma (AKP) di Turki

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 245: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

222

2002-2007: Studi Perbandingan. Disertasi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. 2012.

Suara Muhammadiyah, Muhammadiyah dan Wahhabisme: Mengurai titik temu

dan titik seteru, Yogyakarta: Suara Muhammadiya, 2012

Sukma, Rizal dan Clara Joewono. Gerakan dan Pemikiran Islam Indonesia

Kontemporer. Jakarta: CSIS, 2007.

Syamakh, Amer. Al Ikhwan Al Muslimun: Siapa Kami dan Apa yang Kami

Inginkan, Solo: Era Adicitra Intermedia, 2011

Syukur, Abdul. Gerakan Usrah di Indonesia: Peristiwa Lampung 1989,

Yogyakarta: Ombak, 2003.

Teba ,Sudirman. Islam Orde Baru: Perubahan Politik dan Keagamaan,

Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993

Thaba, Abdul Aziz. Islam dan Negara dalam Politik Orba (1966-1994). Jakarta:

GIP, 1996..

Tim Litbang KOMPAS, Partai-partai Politik Indonesia. Jakarta: KOMPAS,

1999.

Universitas Paramadina, Menembus Batas Tradisi, Menuju Masa Depan Yang

Membebaskan: Refleksi Atas Pemikiran Nurcholis Madjid,

Jakarta: Kompas, 2006

Wahid, Abdurrahman (ed.), Ilusi Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam

Transnasional di Indonesia, Jakarta: The Wahid Institut, 2009

Watt, Montgomery. Politik Islam dalam Lintasan Sejarah. (terj. Hasan Ali dan

Munthaha Azhari). Jakarta: Perhimpunan Pengembangan

Pesantren dan Masyarakat (P3M).

Zamjani, Irsyad. Sekularisasi Setengah Hati: Politik islam Indonesia dalam

Periode Formatif. Jakarta: Dian Rakyat, 2009.

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 246: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

316

UNIVERSITAS INDONESIA

DAFTAR INDEKS

A Abdurrahman Wahid ------------- 4, 6, 71, 191, 215 Abu Ridho ----------------------------------- 77, 94, 115 Ahlussunnah Waljamaah ------------------------- vi, 7 Ahmad Dahlan --- 7, 104, 148, 149, 155, 159, 161 Aktivis Dakwah Kampus ---------- iv, 23, 78, 84, 97 Al Azhar -------------- 44, 68, 76, 77, 112, 142, 214 Al Manar ----------------------------------------------- 44 Amin Rais --------- 18, 87, 145, 174, 175, 185, 208 Arab Saudi ------------------------ 2, 7, 106, 114, 200 Aswaja ---------------------------------------------- 7, 197

B

Badan Koordinasi Kemahasiswaan -------------- 19 Bahtsul Masail -------------------------------- 182, 193 BKK -------------------------- iv, 19, 85, 86, 87, 88, 90

D

Darul Ulum -------------------------------------------- 45 Daud Yusuf ---------------------------------------- 84, 85 Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia ---- ii, 72, 73,

105, 204 Din Syamsuddin ------------------------------ 152, 153

F Fikrah ---------------------------------------- ii, vi, 54, 55 Forum Silaturahim Aktivis Dakwah Kampus --- 96,

103

G Gamal Abdul Nasser --------------------------------- 15 Gerakan Dakwah Kampus -------- ii, iv, 83, 96, 139 Gerakan Islam Baru -------------------------- 2, 5, 203 Gerakan Islam Transnasional --- vii, xii, xiii, 4, 37,

206, 219 Gerakan Tarbiyah -- vii, ix, xiii, ii, 2, 3, 4, 6, 7, 8, 9,

10, 11, 12, 13, 14, 20, 22, 23, 24, 25, 27, 30, 31, 32, 36, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 54, 72, 83, 91, 92, 96, 97, 98, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 106, 107, 108, 109, 115, 116, 119, 120, 121, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 130,

137, 138, 139, 140, 141, 142, 143, 146, 147, 156, 163, 164, 165, 166, 167, 169, 171, 173, 175, 176, 181, 185, 186, 187, 188, 189, 190, 191, 195, 199, 200, 201, 203, 204, 205, 206, 207, 208, 209, 210, 211, 212, 218

GKMI ----------------------------------------------------- 86 GMNI ------------------------------------------ iv, 86, 218 Golkar -------------------------------- iv, 144, 146, 174

H Haedar Nashir --- 7, 8, 42, 92, 125, 149, 150, 151,

166, 167, 170, 171, 175, 176, 202 Halaqah ----------------------------------------------- 133 Hasan Al Banna 14, 40, 43, 46, 47, 48, 50, 57, 60,

67, 68, 69, 70, 77, 92, 95, 115, 214, 215 Hasan Hudaibi ----------------------------------------- 60 Hasyim Ashari --------------------------------------- 104 Hasyim Muzadi -- 5, 12, 14, 32, 38, 181, 182, 193,

206, 209 Hilmi Aminuddin -- xiii, xiv, 2, 23, 37, 97, 98, 101,

102, 105, 106, 107, 108, 109, 142, 188, 189, 204

Himpunan Mahasiswa Islam -------------- iv, 21, 74 Hizbut Tahrir ------------------ iv, 5, 42, 63, 140, 182 Hizbut Tahrir Indonesia ------------------------------ iv HMI -- iv, 21, 74, 83, 86, 88, 89, 93, 94, 101, 187,

218 HT 5, 6, 63 HTI ----------------------- iv, 2, 63, 101, 191, 195, 199

I IAIN ----------------------------------------- 98, 107, 218 Ideologi --- 2, 56, 92, 97, 116, 149, 175, 181, 183,

191, 198, 200, 217, 218 Ikhwanul Muslimin -- vii, xiii, xiv, i, ii, iv, 2, 14, 26,

27, 37, 40, 41, 42, 43, 46, 50, 51, 52, 54, 59, 62, 77, 92, 95, 115, 143, 182, 183, 191, 192, 195, 204, 206, 214, 217

Imaduddin Abdurrahim ------------------- 74, 76, 93 Indonesia vii, xiii, xiv, ii, iv, v, 3, 4, 5, 6, 7, 14, 16,

17, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 37, 40, 41, 42, 54, 57, 63, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 81, 83, 88, 89, 91, 92, 94, 96, 97, 102, 103,

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 247: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

317

104, 105, 108, 110, 112, 113, 114, 115, 116, 120, 133, 140, 141, 142, 143, 144, 146, 147, 150, 170, 172, 178, 180, 181, 182, 183, 185, 186, 187, 188, 191, 193, 198, 201, 203, 204, 206, 208, 209, 210, 211, 214, 215, 216, 217, 218, 219

Institut Pertanian Bogor ------------------------------ iv Institut Teknologi Bandung --------------------- iv, 18 IPB ----------------------------------- iv, 22, 27, 76, 108 Islam - i, ii, vii, viii, xi, xii, xiii, ii, iv, v, vi, ix, 2, 3, 4,

5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 32, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 50, 51, 53, 54, 55, 56, 60, 61, 62, 63, 65, 66, 67, 68,른69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 77, 78, 79, 80, 81, 82, 83, 87, 88, 89, 91, 92, 93, 94, 95, 98, 99, 101, 103, 104, 105, 106, 108, 110, 112, 113, 114, 115, 116, 117, 118, 119, 120, 123, 124, 125, 126, 127, 131, 132, 135, 136, 137, 139, 141, 142, 144, 146, 147, 148, 149, 150, 151, 152, 153, 163, 164, 166, 167, 169, 171, 172, 173, 176, 177, 178, 179, 180, 181, 182, 183, 184, 185, 186, 187, 188, 190, 191, 192, 193, 194, 195, 198, 199, 200, 201, 203, 206, 209, 210, 211, 214, 215, 216, 217, 218, 219

ITB ----- iv, 18, 20, 21, 27, 74, 93, 94, 96, 108, 115

J JSIT --------------------------------------------------- iv, 24

K Kairo ---------------------------------- 45, 47, 48, 49, 77 Katibah ----------------------------------------- vi, 58, 95 Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia 140 Kritik----------------------------------------------------- 39 Kurikulum ------------------- 112, 114, 125, 130, 212

L LDK --- iv, 23, 92, 96, 97, 101, 103, 109, 112, 125,

139, 140 LDMI ------------------------------------------- 21, 93, 94 Lembaga Dakwah Kampus ---- iv, 27, 92, 139, 140 Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam ---- 21, 89, 93 LIPIA ------------------------------ iv, 23, 106, 112, 114 Liqo -------------------------------------------vi, 107, 156 LKD ------------------------ 20, 21, 23, 89, 90, 94, 204 LMD xiii, xiv, iv, 20, 21, 23, 76, 89, 90, 94, 95, 204

M M. Imdaddun Rahmat ------------------------------- 29 M. Natsir ---------------------------- 17, 70, 73, 74, 76 Madinah ---------------------- 2, 8, 77, 106, 115, 127 Majelis Mujahidin Indonesia --------------------- iv, 5 Manhaj Tarbiyah ----- 3, 11, 12, 38, 103, 109, 110,

111, 112, 117, 119, 120, 126, 129, 130, 132, 134, 137, 138, 163, 164, 183, 186, 187, 188, 212, 217

Masjid Salman ITB --------------------- 20, 76, 89, 95 Masyumi --- x, iv, 16, 17, 30, 71, 72, 76, 104, 142,

174 Mesir - ii, 2, 14, 15, 16, 26, 29, 41, 43, 44, 45, 46,

49, 51, 53, 56, 57, 66, 67, 68, 69, 70, 78, 92, 108, 109, 110, 112, 113, 115, 175, 182, 184, 185, 200, 204, 205, 206

MMI ---------------------------------------------------- iv, 5 Moh. Natsir -------------------------- 38, 74, 104, 204 Muayyid --------------- 110, 125, 128, 131, 132, 133 Muhammad Rasyid Ridha -------------------------- 44 Muhammadiyah - vii, ix, xiii, xiv, ii, 2, 3, 4, 5, 6, 7,

8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 25, 27, 32, 33, 37, 38, 39, 41, 42, 57, 74, 81, 92, 101, 104, 124, 125, 128, 136, 137, 146, 147, 148, 149, 150, 151, 152, 153, 154, 155, 156, 157, 158, 159, 160, 161, 162, 163, 164, 165, 166, 167, 168, 169, 170, 171, 172, 173, 174, 175, 176, 177, 182, 187, 196, 199, 200, 201, 202, 207, 208, 211, 212, 213, 214, 217, 218, 219

Muntanzhim ---------------------- 129, 131, 132, 133 Muntasib -------------------------- 129, 131, 132, 133 Muwashofat ----------------------------------- 126, 130

N Nadwah ------------------------------------ vii, 112, 133 Nahdlatul Ulama --- vii, xiii, xiv, ii, iv, v, 2, 3, 5, 12,

25, 27, 32, 41, 105, 178, 179, 181, 182, 193, 194, 207, 209, 212

NDI ----------------------------------- iv, 93, 95, 97, 108 NKK ---------------------- iv, 19, 84, 85, 86, 87, 88, 90 NKRI -------------- iv, 5, 14, 146, 182, 183, 190, 209 Normalisasi Kegiatan Kampus ----------------- iv, 19 Nurcholish Madjid - 17, 18, 37, 40, 78, 79, 80, 81,

82, 83, 93

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 248: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

318

O Orba ---2, 5, 16, 17, 18, 20, 28, 37, 40, 41, 70, 71,

72, 76, 78, 79, 80, 81, 84, 85, 86, 88, 89, 99, 108, 141, 214, 215, 219

Orde Baru ----- ii, 2, 70, 79, 93, 94, 187, 188, 203, 206, 209, 210, 219

Orde Lama --------------------------------------------- 70 Orla -------------------------------------------------- 70, 72

P PAN --------------------------- 144, 145, 146, 162, 174 Pancasila --- 16, 18, 25, 28, 45, 51, 56, 63, 71, 78,

182, 183, 203, 209, 214 Partai Keadilan -- xiii, v, 3, 20, 23, 30, 72, 97, 111,

116, 141, 142, 187, 195, 206, 215, 218 Partai Keadilan Sejahtera xiii, 3, 30, 97, 116, 218 Partai Wafd ---------------------------------------- 44, 48 PBB ----------------------------------------- 69, 144, 174 PDI P---------------------------------------------------- 144 Pemuda Islam Indonesia ----------------------------- iv PII x, iv, 3, 38, 74, 83, 86, 99, 187, 213 PK v, 6, 30, 31, 72, 111, 141, 142, 143, 144, 186,

187, 195, 208 PKS - xiii, xiv, 2, 3, 6, 14, 19, 30, 31, 37, 38, 39, 40,

41, 57, 72, 92, 97, 98, 99, 105, 115, 116, 125, 127, 140, 143, 144, 145, 146, 164, 171, 173, 174, 175, 176, 182, 186, 187, 189, 190, 191, 192, 195, 199, 200, 201, 202, 208, 209, 218

PKTTI --------------------------------------- 29, 178, 217 PMII --------------------------------------- v, 86, 88, 218 PMKRI ------------------------------------------ v, 86, 218 PPP -------------------------------- v, 28, 144, 146, 162

R

Rihlah ---------------------------------------------------- vii RMI NU --------------------------------------------- v, 198

S Sayid Qutb --------------------------------------------- 96 SDIT-------------------------------------------------- v, 137 SII 20, 21, 23, 89, 90, 94, 95, 204 Soeharto --- 2, 6, 16, 27, 28, 36, 72, 93, 141, 214,

215 Suara Muhammadiyah ix, 7, 8, 10, 12, 38, 41, 42,

92, 149, 150, 151, 152, 153, 154, 155, 156, 157, 158, 159, 160, 161, 162, 165, 166, 167, 168, 170, 171, 172, 177, 213, 217, 218, 219

T Tamhidi ---------------------------- 110, 131, 132, 133 Tarbiyah i, ii, vii, ix, xii, xiii, xiv, ii, vii, ix, 2, 3, 4, 8,

11, 13, 20, 22, 23, 24, 25, 29, 30, 35, 37, 38, 39, 40, 41, 42, 51, 52, 58, 59, 83, 92, 97, 99, 100, 101, 102, 103, 104, 105, 107, 108, 109, 110, 112, 117, 119, 120, 123, 124, 125, 126, 127, 128, 129, 130, 131, 132, 133, 134, 135, 136, 138, 139, 140, 141, 147, 155, 156, 159, 160, 161, 163, 165, 166, 167, 169, 172, 173, 175, 176, 177, 182, 183, 185, 186, 187, 188, 190, 195, 196, 199, 200, 202, 203, 204, 205, 206, 207, 208, 209, 210, 213, 214, 215, 217

Tarbiyah Jamahiriyah ------------------------------ 120 Tarbiyah Nukhbawiyah ---------------------------- 120 Taswirul Afkar - 41, 119, 175, 191, 192, 201, 202,

213 Timur Tengah ix, 2, 4, 6, 8, 22, 23, 25, 29, 32, 36,

38, 40, 43, 70, 76, 77, 94, 96, 97, 104, 105, 106, 107, 109, 111, 112, 113, 114, 115, 116, 178, 181, 182, 183, 186, 191, 196, 200, 203, 204, 209, 216

Transnasional --------------- i, ii, 5, 26, 41, 103, 216

U UI ix, v, 20, 22, 23, 27, 29, 40, 76, 94, 95, 96, 98,

99, 101, 107, 108, 109, 137, 139, 173 Umar Tilmitsani --------------------------------------- 15 UNHAS ---------------------------------------- v, 22, 108 Universitas Indonesia ------iii, vii, xii, v, 36, 97, 99,

107, 111, 139, 218 Universitas Sumatera Utara -------------------------- v Usrahvi, 16, 22, 49, 51, 58, 72, 95, 108, 133, 156,

200, 219 USU -------------------------------------------- v, 22, 108 UUD 45 ------------------------------------------------ 209

V Virus tarbiyah ---------------------------------- 156, 165

W Wahabi -------------- 4, 6, 7, 42, 113, 147, 191, 200

Y Yon Machmudi ---- ix, 30, 105, 140, 143, 178, 179 Yoyoh Yusroh ----------------------------------- 98, 107

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 249: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

206

UNIVERSITAS INDONESIA

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.

Page 250: universitas indonesia gerakan tarbiyah 1980-2010: respon ormas ...

207

Gerakan tarbiyah..., Abdurakhman, FIB UI, 2015.