UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi...
Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi...
UNIVERSITAS INDONESIA
FORMULASI TABLET CEPAT HANCUR MENGGUNAKAN
MALTODEKSTRIN DE 10-15 DAN PRAGELATINISASI PATI
SINGKONG SEBAGAI EKSIPIEN
SKRIPSI
AHMAD ZAKI
0806364391
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI
DEPOK
JULI 2011
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
UNIVERSITAS INDONESIA
FORMULASI TABLET CEPAT HANCUR MENGGUNAKAN
MALTODEKSTRIN DE 10-15 DAN PRAGELATINISASI PATI
SINGKONG SEBAGAI EKSIPIEN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi
AHMAD ZAKI
0806364391
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI FARMASI
DEPOK
JULI 2011
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
iii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan benar.
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh :
Nama : Ahmad Zaki
NPM : 0806364391
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Formulasi Tablet Cepat Hancur Menggunakan
Maltodekstrin DE 10-15 dan Pragelatinisasi Pati
Singkong Sebagai Eksipien
Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai
bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.
Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 4 Juli 2011
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
v
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang atas kuasa dan pertolongan-Nya dalam penulisan
skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Farmasi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Indonesia.
Pada penulisan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis
ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S. selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA
UI.
2. Dr. Silvia Surini, M.Pharm.Sc. selaku pembimbing I dan Prof. Dr. Effionora
Anwar, M.S. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan
mengarahkan penulis.
3. Dra. Azizahwati, M.S. selaku Ketua Program Sarjana Ekstensi Farmasi
Departemen Farmasi FMIPA UI.
4. Dr. Nelly D. Leswara, M.Sc. selaku pembimbing akademis yang telah
memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Departemen
Farmasi FMIPA UI.
5. Seluruh dosen/staf pengajar Departemen Farmasi FMIPA UI, terutama atas
ilmu pengetahuan, didikan, bantuan dan saran selama ini.
6. Seluruh pegawai dan laboran Departemen Farmasi UI atas bantuannya selama
penulis melakukan penelitian.
7. PT. Molex Ayus Pharmaceutical dan PT. Pyridam Farma yang telah
memberikan bantuan bahan baku penelitian.
8. Keluargaku tercinta, Ibu, Bapak, Mas Andi, Mbak Gigih, Mas Arif dan Mbak
Kiki yang tak henti-hentinya memberikan bantuan, moril dan materiil,
perhatian, semangat serta doa.
9. Teman-teman farmasi ekstensi 2008 dan regular 2007 yang selalu
memberikan bantuan dan semangat kepada penulis.
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
vi
10. Seluruh teman KBI Farmasetika yang telah berjuang dalam suka maupun
duka.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya yang juga banyak
memberikan bantuan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.
Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat kelak untuk semua pihak
yang berkepentingan. Penulis memohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan
skripsi ini.
Penulis
2011
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Ahmad Zaki
NPM : 0806364391
Program Studi : Sarjana Ekstensi Farmasi
Departemen : Farmasi
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Formulasi Tablet Cepat Hancur Menggunakan Maltodekstrin DE 10-15 dan
Pragelatinisasi Pati Singkong Sebagai Eksipien
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 4 Juli 2011
Yang menyatakan
(Ahmad Zaki)
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
viii Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Ahmad Zaki
Program Studi : Farmasi Ekstensi
Judul : Formulasi Tablet Cepat Hancur Menggunakan Maltodekstrin
DE 10–15 dan Pragelatinisasi Pati Singkong Sebagai Eksipien
Tablet cepat hancur merupakan bentuk sediaan farmasi yang sedang berkembang
saat ini karena karakteristik yang dimilikinya, yaitu dapat hancur di rongga mulut
tanpa perlu dikunyah dan tanpa adanya bantuan air tambahan. Komponen penting
dalam tablet cepat hancur adalah penghancur. Maltodekstrin dan pragelatinisasi
pati singkong (PPS) merupakan eksipien yang dapat berfungsi sebagai
penghancur. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan tablet cepat hancur
menggunakan maltodekstrin DE 10-15 dan pragelatinisasi pati singkong dalam
berbagai konsentrasi sebagai eksipien. Pati singkong dipragelatinisasikan hingga
didapat PPS. Selanjutnya PPS dicampurkan dengan maltodektrin DE 10-15 untuk
dibuat menjadi tablet cepat hancur dengan metode granulasi basah. Evaluasi tablet
menunjukkan bahwa formula F yang mengandung maltodekstrin DE 10-15
sebesar 40% dan PPS sebesar 10% memiliki kriteria yang baik sebagai tablet
cepat hancur. Formula F memiliki kekerasan 3,39 kp, keregasan 0,74%, waktu
pembasahan 7,87 detik dan waktu hancur 38,55 detik.
Kata kunci : maltodekstrin DE 10-15, tablet cepat hancur, pragelatinisasi pati
singkong (PPS)
xiii + 59 hal : 9 gambar, 7 tabel, 25 lampiran
Bibliografi : 27 (1979-2010)
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
ix Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Ahmad Zaki
Programme Study : Extention Pharmacy
Title : Formulation of Fast Disintegrating Tablets Using
Maltodextrin DE 10-15 and Pregelatinized Cassava Starch as
an Excipient
This study developed a novel fast disintegrating tablets. Maltodextrin DE 10-15
and pregelatinized cassava starch (PCS) with various concentration were used as
tablet disintegrant. The PCS was obtained from pregelatinized process. The
resulting PCS was then mixed with maltodextrin DE 10-15. The resulting mixture
was then formulated into fast disintegrating tablet using wet granulation method.
The obtained tablets were then evaluated. The evaluation showed that formula F
which contained 40% maltodextrin DE 10-15 and 10% PCS have the best
characteristic as fast disintegrating tablet. Formula F exhibited 3,39 kp of
hardness, 0,74% of friability, 7,87 seconds of wetting time and 38,55 seconds of
disintegration time.
Keywords : fast disintegration tablet, maltodextrin DE 10-15, pregelatinized
cassava starch.
xiii + 59 pages : 9 figures, 7 tables, 25 appendix
Bibliography : 27 (1979-2010)
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
x Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3
2.1 Tablet Cepat Hancur. ............................................................. 3
2.2 Granulasi Basah. .................................................................... 5
2.3 Eksipien ................................................................................. 6
2.4 Pati Singkong......................................................................... 10
2.5 Pragelatinisasi Pati Singkong ................................................ 10
2.6 Maltodekstrin ......................................................................... 12
2.7 Famotidin ............................................................................... 13
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 14
3.1 Lokasi .................................................................................... 14
3.2 Bahan dan Alat ...................................................................... 14
3.3 Cara Kerja .............................................................................. 14
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 20
4.1 Pembuatan Pragelatinisasi Pati Singkong Sempurna ............ 20
4.2 Pembuatan Tablet Cepat Hancur ........................................... 20
4.3 Evaluasi Massa Tablet ........................................................... 22
4.4 Evaluasi Tablet ...................................................................... 24
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 29
5.1 Kesimpulan ............................................................................ 29
5.2 Saran ...................................................................................... 29
DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 30
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
xi Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Mengembang .............................................................. 7
Gambar 2.2 Proses Aksi Porositas dan Kapilaritas ..................................... 8
Gambar 2.3 Proses Tolak Menolak Antar Artikel ...................................... 8
Gambar 2.4 Proses Deformasi ................................................................... 9
Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran dalam Tablet .................. 9
Gambar 2.6 Struktur Kimia Maltodekstrin ................................................. 12
Gambar 2.7 Struktur Kimia Famotidin ....................................................... 13
Gambar 4.1 Serbuk Pragelatinisasi Pati Singkong .................................... 21
Gambar 4.2 Penampilan Fisik Tablet Cepat Hancur .................................. 24
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
xii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Formulasi Tablet Cepat Hancur ...................................................... 15
Tabel 3.2 Hubungan Sudut Istirahat dengan Sifat Alir .................................. 16
Tabel 3.3 Kategori Indeks Kompresibilitas .................................................... 17
Tabel 3.4 Syarat Keseragaman Bobot ............................................................ 18
Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Massa Tablet .......................................................... 22
Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Keseragaman Ukuran dan Bobot Tablet ................ 25
Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Kekerasan, Keregasan, Waktu Pembasahan
dan Waktu Hancur Tablet Cepat Hancur ........................................ 26
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Gambar Proses Waktu Pembasahan .............................................. 34
Lampiran 2 Gambar Hasil Uji Keseragaman Bobot Tablet Cepat Hancur ....... 35
Lampiran 3 Gambar Hasil Uji Keseragaman Ukuran Tablet Cepat Hancur .... 36
Lampiran 4 Gambar Hasil Uji Kekerasan Tablet Cepat Hancur ...................... 37
Lampiran 5 Gambar Hasil Uji Keregasan Tablet Cepat Hancur ...................... 38
Lampiran 6 Gambar Hasil Uji Waktu Pembasahan Tablet Cepat Hancur ........ 39
Lampiran 7 Gambar Hasil Uji Waktu Hancur Tablet Cepat Hancur ................ 40
Lampiran 8 Tabel Hasil Uji Laju Alir............................................................... 41
Lampiran 9 Tabel Hasil Uji Sudut Istirahat ...................................................... 42
Lampiran 10 Tabel Hasil Uji Indeks Kompresibilitas ........................................ 43
Lampiran 11 Tabel Hasil Uji Rasio Hausner ...................................................... 44
Lampiran 12 Tabel Hasil Uji Tebal Tablet Cepat Hancur .................................. 45
Lampiran 13 Tabel Hasil Uji Diameter Tablet Cepat Hancur ............................ 46
Lampiran 14 Tabel Hasil Uji Keseragaman Bobot Tablet Cepat Hancur .......... 47
Lampiran 15 Tabel Hasil Uji Kekerasan Tablet Cepat Hancur .......................... 48
Lampiran 16 Tabel Hasil Uji Keregasan Tablet Cepat Hancur .......................... 49
Lampiran 17 Tabel Hasil Uji Waktu Pembasahan Tablet Cepat Hancur ........... 50
Lampiran 18 Tabel Hasil Uji Waktu Hancur Tablet Cepat Hancur .................... 51
Lampiran 19 Perhitungan Rendemen.................................................................. 52
Lampiran 20 Sertifikat Analisis Famotidin ........................................................ 53
Lampiran 21 Sertifikat Analisis Maltodekstrin DE 10-15 .................................. 54
Lampiran 22 Sertifikat Analisis Avicel 102 ....................................................... 55
Lampiran 23 Sertifikat Analisis Laktosa Anhidrat ............................................. 56
Lampiran 24 Sertifikat Analisis Manitol ............................................................ 58
Lampiran 25 Sertifikat Analisis Aspartam ......................................................... 59
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dewasa ini, perkembangan di dunia farmasi semakin berkembang. Salah
satunya dengan dikreasikannya tablet cepat hancur. Tablet cepat hancur adalah
tablet yang didesain untuk dapat hancur secara instan di rongga mulut ketika
diletakkan pada lidah oleh saliva tanpa perlu dikunyah atau dengan bantuan air
untuk kemudian melepaskan obat (Fu, Yang, Jeong, Kimura, dan Park, 2007;
Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009). Terciptanya
sediaan tersebut telah membantu beberapa pasien yang sulit menelan obat seperti
pada pasien geriatrik dan pediatrik. Selain itu, sediaan ini juga dapat digunakan
pada pasien yang mengalami gangguan mental, pasien yang sering muntah, pasien
yang batuk ketika demam dan pasien yang dalam perjalanan sulit menemukan air
(Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009).
Komponen penting dalam pembuatan tablet cepat hancur adalah
penggunaan penghancur (disintegran). Maltodekstrin dan pragelatinisasi pati
singkong merupakan contoh eksipien yang dapat berfungsi sebagai penghancur.
Maltodekstrin adalah produk hidrolisis parsial pati yang mengandung unit α-D-
glukosa yang terikat pada (1→4) glikosida dengan nilai DE kurang dari 20 dan
memiliki rumus umum [(C6H10O5)nH2O] (Kennedy, Knill, dan Taylor, 1995). DE
(Dekstrosa Ekuivalen) adalah jumlah total gula pereduksi hasil hidrolisis pati.
Pragelatinisasi pati singkong merupakan pati yang telah dimodifikasi secara fisika
dengan pemanasan hingga terjadi gelatinasi lalu dilanjutkan dengan pengeringan
dan penghalusan (Bertolini, 2010).
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa maltodektrin DE 15-20 dapat
berfungsi sebagai penghancur (Anwar, Djajadisastra, Yanuar, dan Bahtiar, 2004)
dengan mekanisme aksi kapilaritas dan porositas (Gonnissen, Remon, dan
Vervaet, 2008). Pada penelitian ini maltodekstrin yang digunakan mempunyai DE
10-15. Penggunaan DE 10-15 sebagai penghancur dengan pertimbangan,
kerapatan bulk yang dimiliki lebih kecil dibandingkan DE 15-20 sehingga
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
2
Universitas Indonesia
diharapkan mampu menghancurkan tablet lebih cepat karena saat didistribusikan
dalam matriks tablet akan meningkatkan aksi kapilaritas. Penelitian sebelumnya
menunjukkan bahwa pragelatinisasi pati singkong dapat digunakan sebagai
penghancur tunggal pada tablet cepat hancur (Rachmawati, 2007) karena sifatnya
yang akan mengembang jika kontak dengan air (Alebiowu dan Itiola, 2002).
Pada penelitian ini, maltodekstrin DE 10-15 dikombinasikan dengan
pragelatinisasi pati singkong untuk mengetahui kemampuannya sebagai
penghancur. Tablet dibuat secara granulasi basah menggunakan beberapa
formulasi tablet cepat hancur dan menggunakan famotidin sebagai model obat.
Selanjutnya tablet yang dihasilkan dievaluasi berdasarkan persyaratan dalam
Farmakope Indonesia III dan IV serta literatur lain terutama untuk mengetahui
waktu hancurnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah eksipien
yang digunakan sebagai penghancur pada tablet cepat hancur.
1.2 Tujuan penelitian
Membuat formulasi tablet cepat hancur dengan menggunakan
maltodekstrin DE 10-15 dan pragelatinisasi pati singkong sebagai eksipien.
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
3 Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tablet cepat hancur
Tablet cepat hancur merupakan suatu terobosan terbaru dalam dunia
farmasi. Sediaan ini didesain untuk dapat hancur secara instan di rongga mulut
ketika diletakkan pada lidah oleh saliva tanpa perlu dikunyah atau dengan bantuan
air untuk kemudian melepaskan obat (Fu, Yang, Jeong, Kimura, dan Park, 2007;
Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009). Sediaan ini
memiliki beberapa sebutan lain yaitu tablet cepat meleleh (fast melting tablets),
tablet larut mulut (mouth dissolving tablets), tablet orodispersibel (orodispersible
tablets), tablet berpori (porous tablet), tablet cepat larut (quick dissolving tablets),
dan sebagainya (Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009).
Faktor penting dalam tablet cepat hancur adalah pemilihan bahan penghancur
untuk menghasilkan waktu hancur yang tablet singkat dan stabil dalam
penyimpanan (Kucinskaite, Sawicki, Briedis, dan Sznitowska, 2007). Waktu
hancur tablet cepat hancur tidak lebih dari 3 menit (Bhowmik, Chiranjib,
Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009).
Kriteria untuk sistem penghantaran obat yang cepat larut :
Untuk tablet sebaiknya :
1. Tidak memerlukan air untuk menelan, tetapi harus terlarut atau hancur
dalam mulut pada hitungan detik.
2. Kompatibel dengan menggunakan penutupan rasa.
3. Mudah dibawa tanpa adanya resiko kerapuhan.
4. Memberikan kenyamanan di mulut (tanpa meninggalkan atau sedikit
residu pada mulut setelah pemberian secara oral.
5. Tidak dipengaruhi suhu dan kelembaban.
6. Dapat dibuat seperti pembuatan tablet konvensional dan peralatan
pengemasan pada harga murah.
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
4
Universitas Indonesia
Karakter dari sistem penghantaran obat terlarut cepat:
1. Mudah diberikan kepada pasien yang tidak dapat menelan, seperti
orang tua, penderita stroke, pasien yang menderita gagal ginjal dan
pasien yang menolak untuk menelan seperti pasien pediatrik, geriatrik,
dan psikiatrik.
2. Tidak membutuhkan air untuk menelan sediaan, yang mana sangat
nyaman untuk pasien yang sedang dalam perjalanan dan tidak
mempunyai air.
3. Obat terdisolusi dan diabsorpsi secara cepat, yang mana akan
menghasilkan onset yang cepat dari aksi.
4. Beberapa obat diabsorpsi dari mulut, faring, dan esophagus ketika
saliva turun menuju lambung. Hal ini akan menyebabkan
bioavailabilitas obat meningkat.
5. Absorpsi pregastrik dapat menghasilkan peningkatan bioavailabilitas
dan dosis dikurangi; peningkatan terapi sebagai hasil pengurangan
dari efek yang tidak diinginkan.
6. Rasa yang enak pada mulut sehingga membantu untuk mengubah
persepsi bahwa obat itu pahit pada anak-anak.
7. Menghindari resiko tersedak pada pemberian oral dari sediaan
konvensional yang mana akan meningkatkan keamanannya.
8. Kesempatan bisnis baru seperti diferensiasi produk, promosi produk,
ekstensi paten, managemen usia produksi.
9. Keuntungan pada beberapa kasus seperti pada saat mabuk, serangan
alergi yang tiba-tiba atau batuk, dimana onset obat yang sangat cepat
dibutuhkan.
10. Peningkatan bioavailabilitas, pada obat-obat yang tidak larut dan
hidrofobik, terkait dengan disintegrasi dan disolusi yang cepat dari
tablet ini.
11. Stabilitas untuk waktu yang lama, sejak obat diproduksi hingga
dikonsumsi sehingga mengkombinasikan keuntungan stabilitas dari
sediaan padat dan bioavailabilitas dari sediaan cair.
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
5
Universitas Indonesia
Keuntungan dari tablet melarut cepat, antara lain adalah :
1. Diberikan tanpa air, dimana pun, kapan pun.
2. Sesuai untuk pasien geriatrik dan pediatrik yang memiliki masalah
kesulitan menelan dan pada kelompok lainnya yang memiliki masalah
dalam penggunaan sediaan oral konvensional, terkait dengan penyakit
mental dan pasien yang tidak kooperatif.
3. Keuntungan pada beberapa kasus seperti pada saat mabuk, serangan
alergi yang tiba-tiba atau batuk, dimana onset obat yang sangat cepat
dibutuhkan.
4. Peningkatan bioavailabilitas pada obat-obat yang tidak larut dan
hidrofobik, terkait dengan disintegrasi dan disolusi yang cepat dari
tablet ini.
5. Stabilitas untuk waktu yang lama, sejak obat diproduksi hingga
dikonsumsi sehingga mengkombinasikan keuntungan stabilitas dari
sediaan padat dan bioavailabilitas dari sediaan cair.
Keterbatasan dari tablet melarut cepat, antara lain adalah:
1. Tablet biasanya tidak memiliki kekuatan mekanik yang cukup. Oleh
karena itu penanganan yang hati-hati sangat dibutuhkan.
2. Tablet mungkin meninggalkan rasa yang tidak enak pada mulut jika
tidak diformulasikan dengan baik.
2.2 Granulasi basah
Granulasi basah merupakan metode pembuatan tablet yang paling banyak
digunakan. Prinsip metode granulasi adalah mencampur zat aktif dengan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam
jumlah tertentu sehingga akan diperoleh massa lembab yang dapat digranulasi.
Metode ini digunakan pada zat aktif yang tahan terhadap kelembaban dan panas
(Ansel, 1989).
Keuntungan metode granulasi basah :
1. Memperoleh aliran yang baik.
2. Meningkatkan kompresibilitas.
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
6
Universitas Indonesia
3. Mendapatkan bobot yang sesuai.
4. Mengontrol pelepasan.
5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.
6. Distribusi keseragaman kandungan.
7. Meningkatkan kecepatan disolusi.
Kekurangan metode granulasi basah:
1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi.
2. Biaya cukup tinggi.
3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat
dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan
pelarut non air.
2.3 Eksipien
Eksipien adalah suatu bahan yang digunakan untuk membuat sediaan
farmasi yang tidak berefek farmakologis (Wade dan Weller, 2009). Eksipien
digolongkan berdasarkan fungsinya dalam membuat sediaan farmasi. Untuk
sediaan tablet, eksipien terdiri dari :
1. Pengisi
Pengisi merupakan bahan yang ditambahkan untuk mendapatkan bobot
tablet yang diharapkan bila dosis obat tidak dapat memenuhinya. Pengisi juga
berfungsi untuk memperbaiki daya kohesi sehingga membuat aliran menjadi baik
dan dapat dikempa langsung. Contoh bahan pengisi adalah laktosa, pati dan
derivatnya, selulosa dan derivatnya, manitol, sorbitol, dan sebagainya (Lachman,
Lieberman, dan Kanig, 1986).
2. Pengikat
Pengikat merupakan bahan yang digunakan untuk membentuk granul pada
granulasi basah atau kering. Pengikat juga berguna untuk meningkatkan
kekompakan kohesi pada tablet kempa langsung. Contoh bahan pengikat adalah
gelatin, tragakan, akasia, selulosa dan derivatnya, pati dan derivatnya, alginat, dan
sebagainya (Lachman, Lieberman, dan Kanig, 1986).
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
7
Universitas Indonesia
3. Pelincir, Anti Lekat dan Pelicin
Pelincir digunakan untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet
dengan dinding mesin cetak tablet sehingga tablet mudah keluar. Anti lekat
merupakan bahan yang digunakan untuk menghindari melekatnya tablet pada
permukaan punch atau dinding die. Pelicin digunakan agar massa tablet memiliki
aliran yang baik dengan cara mengurangi gesekan antara partikel. Talk, asam
stearat, magnesium stearat merupakan contoh bahan pelincir, anti lekat dan pelicin
(Lachman, Lieberman, dan Kanig, 1986).
4. Penghancur/Disintegran
Penghancur merupakan eksipien yang ditambahkan pada pembuatan tablet
yang berguna untuk memudahkan pecahnya tablet ketika kontak dengan cairan
saluran pencernaan. Penghancur juga berfungsi untuk menarik air ke dalam tablet,
mengembang dan menyebabkan pecahnya tablet menjadi bagian-bagian kecil
yang akan menentukan kelarutan obat dan tercapainya bioavailabilitas yang
diharapkan. Konsentrasi dan bahan yang digunakan mempengaruhi kecepatan
pecahnya tablet dan lepasnya zat aktif dalam obat untuk melarut. Secara umum
ada 4 mekanisme penghancur tablet, yaitu (Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth,
Pankaj, Chandira, 2009) :
i. Mengembang
Cairan akan berpenetrasi ke dalam tablet melalui celah antar partikel
bahan penghancur sehingga akan membuat tablet menjadi mengembang kemudian
tablet menjadi pecah dan hancur.
[Sumber: Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009]
Gambar 2.1. Proses mengembang
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
8
Universitas Indonesia
ii. Aksi porositas dan kapilaritas
Cairan akan berpenetrasi dalam tablet dan akan menggantikan udara yang
ada dalam partikel sehingga akan melemahkan ikatan intermolekul dan memecah
tablet menjadi ukuran yang lebih halus. Besarnya penarikan cairan tergantung
pada bahan penghancur yang digunakan. Semakin hidrofilik bahan penghancur
semakin cepat memisahkan partikel dalam tablet.
[Sumber: Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009]
Gambar 2.2. Proses aksi porositas dan kapilaritas
iii. Teori tolak menolak antar partikel (repulsi)
Teori ini dikemukan oleh Guyot-Hermann yang meneliti terhadap partikel
yang tidak mengembang tetapi mampu menghancurkan tablet. Pada saat
pengempaan akan tercipta muatan listrik antar partikel yang mana muatan tersebut
akan ternetralisir dengan adanya cairan yang masuk ke dalam pori-pori tablet
sehingga muatan listrik akan menjadi saling tolak-menolak. Gaya penolakan ini
akan menyebabkan hancurnya tablet.
[Sumber: Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009]
Gambar 2.3. Proses tolak menolak antar artikel
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
9
Universitas Indonesia
iv. Deformasi
Selama proses pengempaan kapasitas pengembangan akan mengalami
peningkatan. Akibatnya partikel yang terdisintegrasi akan mengalami deformasi.
Bentuk deformasi ini akan menjadi bentuk normal jika kontak dengan cairan.
[Sumber: Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009]
Gambar 2.4. Proses deformasi
Perkembangan teknologi telah mendorong terciptanya eksipien dengan
daya hancur yang cepat pada konsentrasi yang rendah. Eksipien ini disebut
sebagai superdisintegran. Superdisintegran mampu mengembang dengan sangat
cepat. Satu gram superdisintegran dapat menyerap 10 - 40 gram air atau medium
cair (Omidian dan Park, 2008). Secara fisik, superdisintegran terdispersi di dalam
sediaan tablet dan akan mengembang ketika tablet kontak dengan lingkungan
yang basah (air) sehingga tablet menjadi pecah dan hancur. Mekanisme kerja
superdisintegran dalam tablet dapat dilihat pada gambar 2.5.
[Sumber: Omidian dan Park, 2008]
Gambar 2.5. Mekanisme kerja superdisintegran dalam tablet
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
10
Universitas Indonesia
2.4 Pati singkong
Pati adalah polisakarida dalam tanaman yang memiliki ciri khas tersendiri.
Bentuk, komposisi, dan ukuran granula pati berbeda-beda tergantung sumber
tanamannya. Diameter granula pati umumnya berukuran kurang dari 1 µm hingga
lebih dari 100 µm. Granula pati terdiri atas dua polimer utama yaitu, amilosa,
merupakan polimer rantai lurus dihubungkan melalui ikatan glukosida α-D-
(1→4), dan amilopektin, merupakan polimer rantai bercabang dengan rantai
utama ikatan glikosida α–D–(1→4) dan ikatan glikosida α–D–(1→6) sebagai
rantai cabang (Bertolini, 2010).
Pati merupakan zat yang banyak dihasilkan oleh tanaman namun hanya
sedikit pati yang digunakan untuk industri, salah satunya adalah pati singkong.
Pati singkong berasal dari umbi akar Manihot utilissima Pohl. Pati singkong
berupa serbuk sangat halus berwarna putih yang praktis tidak larut dalam air
dingin dan alkohol. Granulnya berbentuk bulat atau oval segi banyak dengan
diameter 5-35 µm. Hilus terletak di tengah berupa titik, garis lurus atau bercabang
tiga dengan lamella yang tidak jelas dan konsentris (Farmakope Indonesia edisi
IV, 1995).
Pati singkong memiliki kompresibilitas dan sifat alir yang kurang baik
sehingga tidak dapat digunakan dalam pembuatan tablet secara kempa langsung.
Untuk mengatasi kedua hal tersebut maka dilakukan modifikasi. Modifikasi pati
dilakukan dengan tiga cara yaitu, modifikasi kimiawi, fisika, dan enzimatis
(BeMiller dan Whistler, 2009). Pragelatinisasi pati singkong merupakan contoh
dari modifikasi fisika sedangkan maltodekstrin merupakan contoh modifikasi
secara enzimatis.
2.5 Pragelatinisasi pati singkong
Pragelatinisasi pati singkong merupakan pati yang telah dimodifikasi
secara fisika dengan pemanasan hingga terjadi gelatinisasi lalu dilanjutkan dengan
pengeringan dan penghalusan (Bertolini, 2010). Berdasarkan metode
pembuatannya pragelatinisasi pati terbagi dalam dua kategori, yaitu (Zobel dan
Stephen, 1985) :
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
11
Universitas Indonesia
2.5.1 Pragelatinisasi pati sempurna
Pragelatinisasi pati sempurna diperoleh dengan cara pati dipanaskan pada
suhu di atas 65oC dan mengandung air tidak kurang dari 42% berat kering pati.
Bila pati dimasukkan ke dalam air dingin, granula pati akan mengabsorpsi air dan
membengkak. Kristalinitas dan keteraturan bentuk amilosa yang terkandung
dalam pati menjadi rusak dengan adanya penambahan air tersebut namun akan
kembali seperti semula setelah proses mengembang berhenti. Pemutusan ikatan
molekuler terjadi karena granula berinteraksi molekul air dan adanya peningkatan
suhu. Pragelatinisasi pati dikatakan sempurna apabila sudah tidak ada lagi granula
yang berbentuk kristal jika diamati menggunakan mikroskop terpolarisasi
(Bertolini, 2010).
2.5.2 Pragelatinisasi pati sebagian
Pragelatinisasi pati sebagian diperoleh dengan cara pati yang
disuspensikan dikeringkan dengan alat double drum drier pada suhu 160-170oC.
Lapisan atau serpihan-serpihan tipis yang diperoleh ditampung lalu dihaluskan
dengan disc mill yang di dalamnya terdapat pengayak. Hasilnya berupa serbuk
pati terpragelatinisasi parsial. Jika diamati menggunakan mikroskop terpolarisasi,
pragelatinisasi pati sebagian masih memiliki granula yang berbentuk kristal
(Bertolini, 2010).
Pragelatinisasi pati dikeringkan dengan tiga cara yaitu menggunakan spray
dried, roll dried, dan drum dried. Pada spray dried pragelatinisasi pati yang
dihasilkan berbentuk sferis, dengan sel udara di tengah. Pada roll dried akan
dihasilkan partikel transparan, tipis, platelet yang tidak teratur, sebagian mirip
pecahan kaca. Pada drum dried partikel yang dihasilkan lebih tebal dan tidak
beraturan dibandingkan hasil roll dried (BeMiller dan Whistler, 2009).
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
12
Universitas Indonesia
2.6 Maltodekstrin
[Sumber: Wade dan Weller, 2009]
Gambar 2.6. Struktur kimia maltodekstrin
Maltodekstrin didefinisikan sebagai hidrolisat pati parsial yang
mengandung unit α-D-glukosa yang terikat pada (1→4) glikosida dengan nilai DE
kurang dari 20 dan memiliki rumus umum [(C6H10O5)nH2O] (Kennedy, Knill, dan
Taylor, 1995). DE (Dekstrosa Ekuivalen) adalah jumlah total gula pereduksi hasil
hidrolisis pati. Karakteristik maltodekstrin dipengaruhi oleh nilai DE (Wade dan
Weller, 2009).
Maltodekstrin DE 10-15 bersifat higroskopis, berasa manis dan mudah
larut dalam air panas, larut dalam air dingin, tidak larut dalam kloroform. Sudut
istirahat yang dimilikinya tergolong cukup baik (Hardiyanti, 2003).
Maltodekstrin berbentuk serbuk atau granul amorf, putih atau kurang
putih, dan tidak berbau. Kandungan maltodekstrin terdiri dari karbohidrat lebih
dari 99% dengan kadar air 5-6%, ion-ion, protein, lemak, dan serat kasar.
Maltodekstrin akan berubah menjadi gel jika disimpan pada tempat dengan
kelembaban di atas 75% RH (Newman, Mueller, Vitez, dan Kiesnowski, 2007).
Maltodekstrin dibuat dengan cara pemanasan dan menghidrolisisnya dengan asam
atau menggunakan enzim α-amilase (Kennedy, Knill, dan Taylor, 1995).
Maltodekstrin sering digunakan dalam produk makanan misalnya pada
produk-produk roti, makanan beku dan rendah kalori (Kennedy, Knill, dan Taylor,
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
13
Universitas Indonesia
1995). Pada pembuatan sediaan farmasi, maltodekstrin berfungsi sebagai
pengikat, pengisi, penyalut, penghancur (Anwar, Djajadisastra, Yanuar, dan
Bahtiar, 2004), dan pencegah kristalisasi pada sirup (Wade dan Weller, 2009)
2.7 Famotidin
[Sumber: USP 30 NF 27]
Gambar 2.7. Struktur kimia famotidin
Famotidin mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari
101,0% C8H15N7O2S3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Famotidin
berupa kristal putih atau putih kekuningan mudah larut dalam asam asetat, sukar
larut dalam metanol, sangat sukar larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol
(Anonim, 2008).
Famotidin termasuk dalam golongan antihistamin H2 bloker. Famotidin
bekerja dengan cara menghambat aktivasi H2 pada lambung sehingga volume
sekresi gastrik dan konsentrasi asam berkurang (Sjamsudin dan Dewoto, 2007).
Famotidin efektif untuk mengobati tukak lambung dan tukak duodenum (Tatro,
2003). Pada tukak duodenum atau tukak lambung, dosis yang diberikan sebesar
40 mg satu kali sehari pada saat akan tidur. Dosis awal per oral yang dianjurkan
20 mg tiap 6 jam (Sjamsudin dan Dewoto, 2007).
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
14 Universitas Indonesia
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika dan Laboratorium
Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI. Waktu pelaksanaannya adalah
dari Februari hingga Mei 2011.
3.2 Bahan dan alat
3.3.1 Bahan
Famotidin (Dr. Reddy’s Laboratories, India), pati singkong (PT. Sungai
Budi, Indonesia), maltodekstrin DE 10-15 (Zhucheng Dongxiao Biotechnology,
China), aspartam (Vitasweet, China), manitol (Qingdao Bright Moon Seaweed
Group, China), avicel PH 102 (Gujarat Microwax PVT, India), laktosa anhidrat
(Molkerei Meggle, Jerman), etanol teknis 96%.
3.3.2 Alat
Alat cetak tablet AR400 (Erweka, Jerman), ayakan (Retsch GmbH & Co,
Jerman), bulk-tapped density tester 245-2E (Pharmeq, Indonesia), cawan petri,
disc mill, double drum drier (R. Simon Driers, Inggris), flowmeter GDT (Erweka,
Jerman), friability tester TAR (Erweka, Jerman), hardness tester TBH 28 (Erweka,
Jerman), jangka sorong (Vernier Caliper, China), mikroskop cahaya polarisasi
BH-2 Tipe PM 10A05 (Olympus, USA), pHmeter (Eutech, Jerman), dan alat-alat
gelas.
3.3 Cara kerja
3.3.1 Pembuatan pragelatinisasi pati singkong sempurna
Sejumlah pati singkong didispersikan dalam air (perbandingan air dan pati
= 5 : 1) lalu dimasak pada suhu 90oC. Pati dimasak hingga terbentuk massa kental
yang transparan. Massa kental lalu dimasukkan dalam double drum drier pada
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
15
Universitas Indonesia
suhu 80oC±5
oC. Selanjutnya massa dihaluskan dengan disc mill yang dilengkapi
dengan pengayak 35 mesh (BeMiller dan Whistler, 2009).
3.3.2 Formulasi tablet cepat hancur
Tablet dibuat dengan metode granulasi basah. Seluruh bahan ditimbang
terlebih dahulu dengan timbangan analitik. Selanjutnya avicel 102 dibasahi
dengan etanol 95% dalam wadah. Famotidin, pragelatinisasi pati singkong (PPS),
laktosa anhidrat, maltosa, aspartam dan setengah bagian maltodekstrin DE 10-15
dicampur dalam wadah lain hingga homogen. Selanjutnya campuran tadi
dicampur ke dalam wadah yang telah berisi avicel 102 dan diaduk hingga
campuran menyatu. Hasil campuran lalu diayak dengan pengayak no. 8 setelah itu
dikeringkan dalam oven pada suhu ± 40oC. granul yang telah kering kemudian
diayak kembali dengan pengayak no. 16. Hasilnya ditambahkan dengan sisa
maltodekstrin DE 10-15 dan dicampur hingga homogen. Selanjutnya dilakukan
evaluasi massa tablet. Setelah itu massa tablet siap dicetak.
Tabel 3.1 Formulasi tablet cepat hancur
Bahan A B C D E F G
Jumlah (% b/b)
Famotidin 10 10 10 10 10 10 10
Maltodekstrin DE
10-15 20 30 40 10 - 40 30
PPS 20 10 - 30 40 10 20
Avicel PH 102 20 20 20 20 20 20 20
Laktosa Anhidrat 19 19 19 19 19 9 8
Manitol 10 10 10 10 10 10 10
Aspartam 1 1 1 1 1 1 2
Total 100 100 100 100 100 100 100
Keterangan : Tablet dibuat dengan bobot 200 mg.
3.3.3 Evaluasi massa tablet
3.3.3.1 Laju alir dan sudut istirahat
Digunakan alat flowmeter. Massa tablet ditimbang, lalu ditempatkan pada
wadah berbentuk corong dan alat dijalankan. Jumlah waktu yang dibutuhkan
massa tablet untuk melewati corong tersebut dicatat. Tumpukan massa tablet yang
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
16
Universitas Indonesia
terbentuk setelah melewati alat flowmeter diukur tinggi dan jari-jarinya sebagai
nilai sudut istirahat. Sudut istirahat diukur dengan rumus :
(3.1)
keterangan :
α : sudut istirahat
h : tinggi tumpukan serbuk
r : jari-jari tumpukan serbuk
Sifat alir serbuk dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Hubungan sudut istirahat dengan sifat alir
Sudut istirahat (α) Sifat alir
< 20o Istimewa
20 - 30o Baik
30 - 34o Cukup
>34o Sangat Buruk
[Sumber: Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009]
3.3.3.2 Indeks kompresibilitas dan rasio Hausner
Sejumlah massa tablet ditimbang (m) dimasukkan ke dalam gelas ukur
kemudian diukur volumenya (V1). Berat jenis (BJ) bulk = m/V1. Gelas ukur yang
berisi massa tablet tersebut diletakkan pada alat bulk tapped density tester. Alat
dipasang pada ketukan sebanyak 300 kali. Percobaan diulangi dengan 300 ketukan
kedua untuk memastikan bahwa volume sampel tidak mengalami penurunan,
volumenya diukur (V2). Berat jenis (BJ) mampat = m/V2. Kategori indeks
kompresibilitas dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Rumus :
(3.2)
(3.3)
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
17
Universitas Indonesia
Rasio Hausner dengan nilai <1,25 merupakan kategori baik sedangkan
rasio Hausner dengan nilai >1,25 termasuk dalam kategori buruk (Bhowmik,
Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009).
Tabel 3.3 Tabel kategori indeks kompresibilitas
Indeks
Kompresibilitas (%)
Keterangan
5 – 12 Istimewa
12 – 18 Baik
18 – 23 Cukup
23 – 33 Buruk
33 – 38 Sangat buruk
> 38 Sangat buruk sekali
[Sumber: Lachman, Lieberman dan Kanig, 1986]
3.3.4 Evaluasi tablet
3.3.4.1 Penampilan fisik
Evaluasi penampilan fisik dari tablet dilakukan dengan cara mengamati
bentuk, warna dan permukaan tablet, serta ada tidaknya bau, rasa, dan kerusakan
pada tablet tersebut.
3.3.4.2 Keseragaman ukuran (Farmakope Indonesia edisi ketiga, 1979)
Uji keseragaman ukuran dilakukan terhadap 20 tablet dari masing-masing
formula dengan mengukur diameter dan ketebalan tablet menggunakan jangka
sorong. Menurut Farmakope Indonesia edisi ketiga, tablet yang memenuhi
persyaratan keseragaman ukuran adalah jika diameter tablet tidak lebih dari tiga
kali dan tidak kurang dari
tebal tablet.
3.3.4.3 Keseragaman bobot (Farmakope Indonesia edisi ketiga, 1979)
Sebanyak 20 tablet ditimbang dan dihitung bobot rata-ratanya, kemudian
ditimbang satu per satu. Persyaratan keseragaman bobot adalah tidak lebih dari
dua tablet menyimpang lebih besar dari kolom A dan tidak satu tablet pun yang
menyimpang lebih besar dari kolom B.
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
18
Universitas Indonesia
Tabel 3.4 Syarat keseragaman bobot
Berat rata-rata
(mg)
Selisih (%)
A B
< 25 15 30
26 – 150 10 20
151 – 300 7,5 15
> 300 5 10
[Sumber: Farmakope Indonesia edisi ketiga, 1979]
3.3.4.4 Kekerasan tablet
Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan alat uji kekerasan. Tablet
diletakkan pada alat uji kemudian tekan tombol start. Hasil tekanan yang
diberikan oleh alat ketika tablet telah pecah dicatat. Satuan yang digunakan adalah
kilopond (kp). Syarat kekerasan tablet cepat hancur adalah 1-3 kp (Abu Izza, Li,
Look, Parr, dan Schineller, 2009)
3.3.4.5 Keregasan tablet (Lachman, Lieberman, dan Kanig, 1986)
Keregasan tablet diukur dengan menggunakan alat uji keregasan. Dua
puluh tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (W1). Keduapuluh tablet
tersebut dimasukkan dalam alat. Alat dijalankan dengan kecepatan putaran 25 rpm
selama 4 menit. Tablet dikeluarkan. Tablet dibersihkan dari debu dan ditimbang
(W2).
Keregasan tablet dihitung dengan rumus:
(3.4)
Syarat : keregasan tablet kurang dari 1 %
3.3.4.6 Waktu pembasahan (Rawas-Qalaji, Estelle, Simons, dan Simons, 2006)
Sebuah kertas saring yang dilipat dua dengan diameter 6,5 cm ditempatkan
pada cawan petri yang berisi 6 ml aquadest. Tablet uji diletakkan di tengah kertas
saring yang telah dibasahi dengan aquadest sampai merata. Metode ini sedikit
dimodifikasi dengan menggunakan aquadest yang diatur temperaturnya pada suhu
37oC. Waktu yang dibutuhkan oleh air untuk berdifusi dari kertas saring yang
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
19
Universitas Indonesia
sudah dibasahi oleh aquadest ke dalam seluruh bagian tablet dihitung dengan
menggunakan stopwatch.
3.3.4.7 Waktu hancur (Rawas-Qalaji, Estelle, Simons, dan Simons, 2006)
Sebuah cawan petri yang berukuran diameter 10 cm diisi dengan 10 ml
aquadest (pH = 6,8). Secara hati-hati tablet diletakkan di tengah-tengah cawan
petri. Waktu yang diperlukan tablet dapat hancur seluruhnya menjadi partikel-
partikel halus dihitung dengan menggunakan stopwatch.
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
20 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pembuatan pragelatinisasi pati singkong sempurna
Pembuatan pragelatinisasi pati singkong (PPS) diawali dengan memasak
pati pada suhu 90oC. Pada suhu tersebut pati akan mengembang secara maksimal
(Takahashi dan Ojima, 2010). Proses ini dilakukan untuk merusak molekul pati
dan adanya air menyebabkan terjadinya gelatinisasi. Molekul air akan masuk ke
dalam molekul pati mengakibatkan molekul pati menjadi mengembang sehingga
akan terbentuk massa kental yang transparan. Selanjutnya massa kental tersebut
dikeringkan menggunakan double drum drier pada suhu 80oC. Pada suhu tersebut
massa kental sudah dapat dikeringkan menjadi serpihan-serpihan putih,
selanjutnya serpihan-serpihan tersebut digiling dengan disc mill yang dilengkapi
pengayak ukuran 35 mesh agar diperoleh serbuk dengan ukuran yang tidak terlalu
halus. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ukuran partikel PPS yang
terlalu halus akan menyebabkan percepatan pembentukkan gel sehingga waktu
hancur tablet yang dihasilkan bertambah lama (Lizzaba, 1999). Oleh karena itu,
ukuran partikel PPS tidak boleh terlalu halus agar menghasilkan waktu hancur
yang cepat. Hasil pengayakan yang diperoleh berupa serbuk putih.
Rendemen PPS yang didapat sebesar 82%. Pengurangan ini disebabkan
pada waktu pengeringan massa kental dengan double drum drier terdapat massa
kental yang masih menempel pada drum dan sulit dilepaskan serta adanya
serpihan hasil pengeringan yang tidak tertampung dalam wadah. Pada saat
penggilingan sebagian massa serbuk masih tertinggal dalam disc mill.
Gambar 4.1 Serbuk pragelatinisasi pati singkong
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
21
Universitas Indonesia
4.2 Pembuatan tablet cepat hancur
Tablet cepat hancur dibuat dengan metode granulasi basah agar diperoleh
laju alir dan kompresibilitas yang baik sehingga akan dihasilkan tablet yang
memenuhi syarat. Semua formula menggunakan manitol dan aspartam dengan
maksud untuk memberikan rasa manis sehingga akan terasa nyaman ketika berada
di dalam mulut. Sebagai pengisi digunakan laktosa anhidrat yang merupakan
eksipien inert sehingga tidak mempengaruhi waktu pembasahan dan waktu
hancur. Sebagai penghancur digunakan kombinasi maltodekstrin DE 10-15 dan
PPS pada formula A, B, D, F dan G sedangkan formula C hanya menggunakan
maltodekstrin DE 10-15 dan formula E hanya menggunakan PPS. Avicel PH 102
digunakan sebagai pengikat dengan cara membasahinya dengan etanol 96%
(perbandingan etanol : avicel 102 = 2 : 1). Penambahan etanol 96% pada avicel
102 bertujuan agar partikel yang terpisah dalam avicel dapat terhubung satu sama
lain sehingga partikel-partikel tersebut dapat bergabung dan memiliki daya ikat
(Lachman, Lieberman dan Kanig, 1986).
Pada pembuatan granul maltodekstrin DE 10-15 dibagi dua, dimana
maltodekstrin DE 10-15 pertama diberikan pada saat pembuatan granul dan
sisanya diberikan setelah menjadi granul agar proses penghancuran tablet menjadi
dua kali. Pertama menghancurkan tablet menjadi bongkahan-bongkahan kecil.
Kedua memecahkan bongkahan kecil penghancuran pertama dan memecahkan
sisa-sisa tablet menjadi partikel halus (Ansel, 1989). Perbandingan komposisi
maltodekstrin DE 10-15 dengan PPS pada ketujuh formula bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kombinasi keduanya terhadap waktu pembasahan dan
waktu hancur dari tablet cepat hancur.
Pada pembuatan granul, massa tablet mengalami dua kali pengayakan.
Pertama dengan pengayak no. 8 dengan tujuan agar meningkatkan banyaknya
tempat kontak dan meningkatkan luas permukaan agar mudah dikeringkan. Kedua
dengan pengayak no. 16 agar granul dapat mengisi rongga cetakan tablet hingga
merata (Ansel, 1989). Di antara proses pengayakan, massa tablet mengalami
proses pengeringan untuk menghilangkan pelarut yang digunakan pada
pembuatan gumpalan-gumpalan dan untuk mengurangi kelembaban (Lachman,
Lieberman dan Kanig, 1986).
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
22
Universitas Indonesia
4.3 Evaluasi massa tablet
Tabel 4.1. Hasil evaluasi massa tablet cepat hancur
Formula Laju alir
(gram/detik)
Sudut istirahat
(O)
Indeks
kompresibilitas (%)
Rasio
Hausner
A 5,01 ± 0,02 27,37 ± 0,28 17,30 ± 0,60 1,21 ± 0,01
B 5,66 ± 0,23 25,92 ± 0,82 17,65 ± 0,23 1,22 ± 0,01
C 6,29 ± 0,01 26,47 ± 0,16 17,24 ± 0,00 1,21 ± 0,00
D 4,51 ± 0,18 28,61 ± 0,17 17,39 ± 0,15 1,21 ± 0,00
E 4,08 ± 0,02 28,67 ± 1,05 17,28 ± 0,16 1,21 ± 0,00
F 6,42 ± 0,09 28,24 ± 0,56 16,66 ± 0,00 1,20 ± 0,00
G 5,62 ± 0,07 27,24 ± 0,90 16,98 ± 0,28 1,21 ± 0,01
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%), B (Maltodekstrin DE
10-15 : PPS = 30% : 10%), C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%), D (Maltodekstrin DE
10-15 : PPS = 10% : 30%), E (PPS = 40%), F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% :
10%), G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Massa tablet dievaluasi dengan mengukur laju alir, sudut istirahat, indeks
kompresibilitas, dan rasio Hausner. Keempatnya berfungsi untuk mengetahui
kemampuan mengalir massa tablet yang akan dicetak yang dapat mempengaruhi
keseragaman bobot tablet.
Sifat alir merupakan faktor penting dalam pembuatan tablet. Aliran massa
tablet yang baik dapat menjamin keseragaman bobot tablet yang dihasilkan.
(Lieberman, Lachman, dan Schwartz, 1990). Massa tablet dari ketujuh formula
dapat melalui flowmeter tanpa ada halangan. Laju alir massa tablet yang
ditunjukkan pada Tabel 4.1, berkisar antara 4,08-6,42 g/detik. Laju alir paling
besar dimiliki oleh formula F sedangkan laju alir paling kecil dimiliki oleh
formula E. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa semakin besar
konsentrasi maltodekstrin DE 10-15 yang digunakan laju alirnya semakin besar.
Hal ini terjadi karena penambahan sisa maltodekstrin DE 10-15 pada proses
granulasi. Ukuran serbuk maltodekstrin DE 10-15 lebih kecil dibandingkan
ukuran granul sehingga menyebabkan berkurangnya gaya kohesi dan gaya gesek
antar partikel (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1986).
Selain laju alir, sifat alir juga ditentukan oleh sudut istirahat (Lieberman,
Lachman, dan Schwartz, 1990). Semakin kecil sudut istirahat yang terbentuk
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
23
Universitas Indonesia
maka semakin baik sudut istirahatnya (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1986).
Hasil sudut istirahat yang ditunjukkan oleh Tabel 4.1, terlihat bahwa formula D, E
dan F memiliki sudut istirahat yang hampir sama besar yaitu secara berturut
28,610; 28,67
0; dan 28,24
0. Begitu juga formula A dan G yang memiliki sudut
istirahat yang hampir sama besar yaitu 27,370 dan 27,24
0. Sudut istirahat formula
C sebesar 26,470. Sudut istirahat paling kecil dihasilkan oleh formula B yaitu
sebesar 25,920. Ditinjau dari sudut istirahat yang dihasilkan, sifat alir semua
formula termasuk dalam kategori baik (200-30
0). Sifat alir yang baik akan
membuat pengisian die terpenuhi secara merata sehingga keseragaman bobot
tablet tidak menyimpang (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1986).
Indeks kompresibilitas ketujuh formula yang ditunjukkan Tabel 4.1
berkisar antara 16,66-17,65%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sifat alir yang
dimiliki ketujuh formula termasuk dalam kategori baik (12-18%). Begitu juga
dengan rasio Hausner ketujuh formula seperti yang tertera pada Tabel 4.1
menunjukkan sifat alir yang baik yaitu kurang dari 1,25. Hal ini disebabkan oleh
massa tablet yang berbentuk granul sehingga udara yang terperangkap dalam
gelas ukur yang digunakan pada uji indeks kompresibilitas sedikit. Bentuk granul
juga meningkatnya berat jenis bulk (Lieberman, Lachman, dan Schwartz, 1990).
4.4 Evaluasi tablet
Evaluasi penampilan fisik dari tablet dilakukan dengan cara mengamati
bentuk, warna dan permukaan tablet, serta ada tidaknya bau, rasa, dan kerusakan
pada tablet. Tablet yang dihasilkan dari ketujuh formula umumnya berbentuk
bulat pipih, berwarna putih, tidak berbau, dan berasa manis. Rasa merupakan
faktor penting karena tablet cepat hancur akan mengalami disintegrasi pada
rongga mulut sehingga harus dibuat sediaan yang memberikan rasa yang enak
pada mulut. Jika obat memiliki rasa yang tidak enak atau pahit maka akan
mengganggu kenyamanan pasien ketika mengonsumsinya sehingga kepatuhan
pasien akan menurun. Oleh karena itu semua formula memiliki rasa manis.
Formula G memiliki rasa paling manis karena komposisi aspartam lebih banyak
dibanding formula lainnya. Rasa manis tersebut berasal dari manitol dan aspartam
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
24
Universitas Indonesia
yang berguna untuk menutupi rasa pahit dari famotidin sehingga memberikan rasa
nyaman ketika di mulut.
Formula A Formula B
Formula C Formula D
Formula E Formula F
Formula G
Gambar 4.2 Penampilan fisik tablet cepat hancur
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
25
Universitas Indonesia
Tabel 4.2. Hasil evaluasi keseragaman ukuran dan bobot tablet
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%), B (Maltodekstrin DE
10-15 : PPS = 30% : 10%), C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%), D (Maltodekstrin DE
10-15 : PPS = 10% : 30%), E (PPS = 40%), F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% :
10%), G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Keseragaman ukuran dievaluasi dengan mengukur tebal dan diameter
tablet yang dihasilkan menggunakan jangka sorong. Keseragaman ukuran
ditunjukkan oleh Tabel 4.2. Hasil pengukuran pada 20 tablet secara acak,
menunjukkan bahwa ketujuh formula tersebut memenuhi syarat Farmakope
Indonesia edisi III yaitu diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang
dari
tebal tablet. Laju alir, homogenitas campuran dan kestabilan punch
menyebabkan ukuran tablet menjadi seragam.
Keseragaman bobot dievaluasi dengan menimbang secara acak 20 tablet.
Hasil evaluasi seperti yang tertera pada Tabel 4.2, menunjukkan bahwa ketujuh
formula memenuhi syarat Farmakope Indonesia edisi III yaitu tidak lebih dari dua
tablet menyimpang lebih besar dari 7,5% dan tidak satu tablet pun yang
menyimpang lebih besar dari 15%. Bobot tablet yang diinginkan adalah 200 mg.
Keseragaman bobot tablet dipengaruhi oleh sifat alir. Berdasarkan laju alir, sudut
istirahat, Indeks kompresibilitas dan rasio Hausner, sifat alir ketujuh formula
termasuk dalam kategori baik.
Formula
Keseragaman
ukuran Keseragaman bobot
(gram) Tebal(mm) Diameter (mm)
A 4,32 ± 0,07 8,10 ± 0,00 202,18 ± 2,39
B 4,32 ± 0,13 8,10 ± 0,00 201,48 ± 1,18
C 4,32 ± 0,24 8,10 ± 0,00 202,42 ± 0,83
D 4,17 ± 0,12 8,10 ± 0,00 200,70 ± 1,43
E 4,02 ± 0,26 8,10 ± 0,00 201,37 ± 1,84
F 4,47 ± 0,10 8,10 ± 0,00 200,85 ± 1,26
G 4,43 ± 0,11 8,10 ± 0,00 200,06 ± 1,37
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
26
Universitas Indonesia
Tabel 4.3 Hasil evaluasi kekerasan, keregasan,
waktu pembasahan dan waktu hancur tablet
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%), B (Maltodekstrin DE 10-
15 : PPS = 30% : 10%), C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%), D (Maltodekstrin DE 10-
15 : PPS = 10% : 30%), E (PPS = 40%), F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% :
10%), G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Kekuatan tablet ditentukan dengan cara mengukur kekerasan dan
keregasan tablet. Syarat kekerasan tablet konvensional adalah 4-10 kp namun
pada tablet cepat hancur, syarat kekerasannya hanya berkisar antara 1-3 kp (Abu
Izza, Li, Look, Parr, Schineller, 2009). Hasil kekerasan tablet ditunjukkan oleh
Tabel 4.3. Kekerasan tertinggi dimiliki oleh formula F dan G yaitu 3,39 kp.
Kekerasan terendah dimiliki oleh formula E yaitu 3,32 kp. Kekerasan berguna
sebagai metode pengontrolan fisik selama proses pembuatan (Lachman,
Lieberman, dan Kanig, 1986).
Cara menentukan kekuatan tablet selanjutnya adalah dengan mengukur
keregasan tablet. Keregasan tablet berguna untuk mengetahui ketahanan tablet
terhadap guncangan yang terjadi selama proses pembuatan, pengemasan dan
pendistribusian (Lachman, Lieberman, dan Kanig, 1986). Syarat keregasan tablet
konvensional adalah kurang dari 1% (Lachman, Lieberman, dan Kanig, 1986).
Hasil uji keregasan seperti yang tertera pada Tabel 4.3, menunjukkan bahwa
formula B, C, F dan G memenuhi syarat uji keregasan. Di antara keempat formula
tersebut, formula C memiliki keregasan yang paling baik yaitu 0,42%. Dari
ketujuh formula, keregasan paling buruk dimiliki oleh formula E yaitu sebesar
1,84%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemakaian PPS lebih dari 10%
Formula Kekerasan
(kp) Keregasan (%)
Waktu
Pembasahan
(detik)
Waktu Hancur
(detik)
A 3,33 ± 0,41 1,09 ± 0,09 54,45 ± 2,82 26,39 ± 0,43
B 3,33 ± 0,56 0,66 ± 0,02 24,74 ± 2,87 46,40 ± 1,40
C 3,36 ± 0,27 0,42 ± 0,06 7,64 ± 2,29 69,67 ± 2,52
D 3,33 ± 0,46 1,49 ± 0,13 87,66 ± 0,67 24,49 ± 0,50
E 3,32 ± 0,47 1,84 ± 0,08 298,25 ± 6,97 26,09 ± 0,73
F 3,39 ± 0,36 0,74 ± 0,22 7,87 ± 1,92 38,55 ± 0,83
G 3,39 ± 0,21 0,78 ± 0,01 33,97 ± 1,86 35,77 ± 0,87
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
27
Universitas Indonesia
meningkatkan keregasan tablet seperti yang ditunjukkan pada formula A, D dan E.
Ketiga formula tersebut tidak memenuhi syarat karena keregasannya lebih dari
1%. Namun hal ini dapat diatasi dengan menambahkan konsentrasi maltodekstrin
DE 10-15 seperti yang terlihat pada formula G. Tablet cepat hancur umumnya
memiliki keregasan yang tinggi oleh karena itu biasanya tablet cepat hancur
dikemas secara khusus agar ketika berada di tangan pasien tablet masih dalam
keadaan utuh dan dalam kondisi baik (Abu Izza, Li, Look, Parr, Schineller, 2009).
Waktu pembasahan erat hubungannya dengan struktur dalam tablet dan
hidrofilitas dari eksipien (Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, Chandira,
2009). Hasil uji waktu pembasahan ditunjukkan pada Tabel 4.3. Waktu
pembasahan paling cepat dimiliki oleh formula C yaitu sebesar 7,64 detik.
Formula E memiliki waktu pembasahan paling lambat yaitu 298,25 detik. Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maltodekstrin DE
10-15, semakin cepat pula waktu pembasahannya. Cepatnya waktu pembasahan
oleh maltodekstrin DE 10-15 karena hidrofilitas dan aksi porositas serta
kapilaritas dari maltodekstrin membuat cairan dapat berpenetrasi ke dalam tablet
secara cepat (Gonnissen, Remon, dan Vervaet, 2008). Waktu pembasahan akan
menurun seiring dengan adanya PPS. Waktu pembasahan formula A lebih cepat
dibandingkan formula D dan E. Hal ini menegaskan bahwa semakin tinggi
konsentrasi PPS semakin lama waktu pembasahannya.
Waktu hancur merupakan parameter paling penting pada tablet cepat
hancur. Metode evaluasi waktu hancur untuk tablet cepat hancur berbeda dengan
tablet konvensional. Oleh karena itu modifikasi evaluasi waktu hancur dilakukan
dengan cara merefleksikannya dengan kondisi rongga mulut (Bhowmik,
Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, Chandira, 2009). Syarat waktu hancur untuk
tablet cepat hancur adalah kurang dari 3 menit (Bhowmik, Chiranjib,
Krishnakanth, Pankaj, Chandira, 2009). Hasil uji waktu hancur ditunjukkan oleh
Tabel 4.3. Waktu hancur paling cepat dimiliki oleh formula D yaitu 24,49 detik
yaitu formula yang mengandung maltodekstrin DE 10-15 sebesar 10% dan PPS
sebesar 30%. Formula D lebih cepat hancur dibandingkan dengan formula E yang
tidak mengandung maltodekstrin DE 10-15. Namun waktu hancur formula E
masih lebih baik dibandingkan dengan formula lainnya yang menggunakan
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
28
Universitas Indonesia
maltodekstrin DE 10-15 lebih dari 10%. Kandungan maltodekstrin DE 10-15 yang
besar pada formula C membuat tablet menjadi lebih lama hancur yaitu selama
69,67 detik. Hal ini karena ketika berada dalam lingkungan yang penuh air,
maltodekstrin akan membentuk lapisan gel pada sekitar tablet sehingga
menghalangi penetrasi air ke dalam tablet (Gonnissen, Remon, dan Vervaet,
2008). Lamanya waktu hancur yang dibutuhkan oleh formula C dapat diatasi
dengan menambahkan PPS sebesar 10% seperti yang ditunjukkan oleh formula F
dimana waktu hancurnya menjadi 38,55 detik. Hasil waktu hancur formula G
(35,77 detik) lebih cepat dibandingkan formula B (46,40 detik) semakin
menegaskan bahwa maltodekstrin DE 10-15 memiliki waktu hancur yang lebih
lama dibandingkan PPS namun hal ini belum tentu terjadi pada maltodekstrin DE
yang lainnya. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui apakah maltodekstrin dengan jumlah DE yang lebih kecil atau lebih
besar akan mempengaruhi waktu hancur tablet. Kombinasi aksi porositas dan
kapilaritas yang dimiliki maltodekstrin dipadu dengan mekanisme mengembang
yang dimiliki PPS membuat tablet lebih cepat hancur. Urutan waktu hancur tablet
dari paling cepat hingga paling lambat adalah D < E < A < G < F < B < C.
***
Pada penelitian ini, tablet cepat hancur dibuat dengan menggunakan
maltodekstrin DE 10-15 dan PPS sebagai penghancur. Dari seluruh formulasi
yang dibuat, diperoleh hasil bahwa formula F yang mengandung maltodekstrin
DE 10-15 sebesar 40% dan PPS sebesar 10% memberikan hasil yang paling baik
yaitu kekerasan 3,39 kp, keregasan 0,74%, waktu pembasahan 7,87 detik dan
waktu hancur 38,55 detik.
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
29 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kombinasi terbaik maltodekstrin DE 10-15 dengan pragelatinisasi pati
singkong yang dapat digunakan sebagai penghancur pada formulasi tablet cepat
hancur adalah maltodekstrin DE 10-15 sebesar 40% dan pragelatinisasi pati
singkong sebesar 10%.
5.2 Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai tablet cepat hancur
menggunakan maltodekstrin DE lainnya.
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
30 Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Abu-Izza, Khawla A., Li, Vincent H., Look, Jee L., Parr, Graham D., dan
Schineller, Matthew K. (2009). Fast Dissolving Tablet. Dalam :
Bhupendra G Prajapati and Nayan Ratnakar. A Review on Recent
Patents on Fast Dissolving Drug Delivery System. Int. J. Pharm.
Tech. Research. Vol.1, No.3, pp 790-798.
Alebiowu, G., dan Itiola, O.A. (2002). Compressional Characteristics of Native
and Pregelatinized Forms of Sorghum, Plantain, and Corn Starches
and the Mechanical Properties of Their Tablets, Drug Dev. Ind.
Pharm. 28, 663–672.
Anonim. (2008). The United States Pharmacopoeia, 32nd
rev. and The National
Formulary, 29th
rev. Rockville: United States Pharmacopoeial
Convention. 1360.
Ansel, Howard C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (Farida Ibrahim,
Penerjemah.). Jakarta: Universitas Indonesia Press. 261-268
Anwar, Effionora, Djajadisastra, Joshita, Yanuar, Arry, dan Bahtiar, Anton.
(2004), Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu Sebagai Eksipien
Dalam Formula Sediaan Tablet Dan Niosom. Majalah Ilmu
Kefarmasian, Vol. I, No.1, 34-46.
BeMiller, James, dan Whistler, Roy. (2009). Starch : Chemistry and Technology.
New York : Academic Press. 629-656.
Bertolini, Andrea C. (2010). Starches : Characterization, Properties, and
Applications. New York : CRC Press. 1-2, 166-167
Bhowmik, D., Chiranjib B., Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, R. Margret.
(2009). Fast Dissolving Tablet : An Overview. J. Chem. and Pharm.
Research, 1(1) : 163-177.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia edisi
III. Jakarta. 6-7.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi
IV. Jakarta. 107-108.
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
31
Universitas Indonesia
Fu, Yourong, Shicheng Yang, Seong Hoon Jeong, Susumu Kimura, dan Kinam
Park., (2007). Orally Fast Disintegrating Tablets: Developments,
Technologies, Taste-Masking and Clinical Studies. Purdue
University, Departments of Pharmaceutics and Biomedical
Engineering, West Lafayette, Indiana, USA. 21(6) : 433-475.
Gonnissen, Y., Remon, J.P., dan Vervaet, C. (2008). Effect of Maltodextrin and
Superdisintegrant in Directly Compressible Powder Mixtures
Prepared Via Co-Spray Drying. Eur. J. Pharm. and Biopharm. 68 (2)
: 277-282.
Hardiyanti. (2003). Preparasi Niosom Dari Proniosom Berbasis Maltodekstrin DE
10-15 Dari Pati Gandum. Skripsi Sarjana FMIPA UI, Depok. 36.
Kennedy, J.F., Knill, C.J., dan Taylor, D.W. (1995). Maltodextrin. Dalam:
Kearsley, M.W. dan S.Z. Dziedzic (Ed). Handbook of Starch
Hydrolisis Products and Their Derivatives. London: Blackie
Academy dan Professional. 65-76
Kucinskaite, Agne., Sawicki, Wieslaw, Briedis, Vitalis, dan Sznitowska,
Malgorzata. (2007). Fast Disintegrating Tablets Containing Rhodiola
Rosea L. Extract. Acta Poloniae Pharmaceutica Drug Research, Vol.
64 No.1. 63-67
Lachman, L., H. A. Lieberman, J. L. Kanig. (1986). The Theory and Practice of
Industrial Pharmacy (2nd
ed). Philadelphia: Lea dan Febiger. 139-
164, 648-705.
Lieberman, H. A., Lachman, L., Schwartz, J. B. (Eds.). (1990). Pharmaceutical
Dosage Forms. New York: Marcel Dekker. 54-56
Lizzaba. (1999). Penggunaan Pati Singkong Terpregelatinasi yang Dibuat dengan
Air 55% pada suhu 100oC dalam Tablet Piridoksin Hidroklorida
Cetak Langsung. Skripsi Sarjana FMIPA UI, Depok. 50.
Newman, Ann W., Mueller, Ronald L., Vitez, Imre M., dan Kiesnowski, Chris C.
(2007). Starches and Starch Derivatives. Dalam: Swarbick, James
(Ed). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. New York:
Informa Healthcare. 3476-3481.
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
32
Universitas Indonesia
Omidian, H., dan Park K. (2008). Swelling Agents and Devices in Oral Drug
Delivery. J. Drug Del. Sci. Tech., 18 (2) 83-93.
Rachmawati, A. Laura. (2007). Pemanfaatan Pregel Pati Singkong Suksinat
Sebagai Eksipien Dalam Pembuatan Tablet Cepat Hancur. Skripsi
Sarjana FMIPA UI, Depok. 45.
Rawas-Qalaji, Mutasem M., Estelle, F., Simons, R., dan Simons, Keith J. (2006).
Fast-Disintegrating Sublingual Tablet : Effect of Epinephrine Load
on Tablet Characteristics. AAPS Pharm. Sci. Tech. 72-78.
Sjamsudin, Udin dan Dewoto. Hadi R. (2007). Histamin dan Antialergi dalam:
Ganiswarna SG, ed. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Bagian
Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 258-259.
Takahashi, R. dan Ojima, T. (2010). Pregelatinization of wheat starch in a drum
drier. Dalam : Bertolini, Andrea C. Starches: Characterization,
Properties, and Applications. New York : CRC Press. 167.
Tatro, David S., (2003). A to Z Drug Facts. Missouri: Facts and Comparisons.
303.
Wade, A. dan Weller, P.J. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipient (6th
ed.). London: The Pharmaceutical Press. 442-444, 731-733.
Zobel, H.F., dan Stephen, A.M. (1985). Starch: Structure, Analysis and
Application. Dalam: Food Polysaccharide and Their Application.
Ed. by Stephen A.M. New York: Marcel Dekker. 49-92.
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
33
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
34
Lampiran 1
Gambar proses waktu pembasahan
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
35
Lampiran 2
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Gambar hasil uji keseragaman bobot tablet cepat hancur
202,18
201,48
202,42
200,70
201,37
200,85
200,06
A B C D E F G
Formula
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
36
Lampiran 3
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Gambar hasil uji keseragaman ukuran tablet
4,32 4,32 4,32 4,17 4,024,47 4,43
8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
A B C D E F G
Tabel Diameter
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
37
Lampiran 4
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Gambar hasil uji kekerasan tablet cepat hancur
3,28
3,3
3,32
3,34
3,36
3,38
3,4
A B C D E F G
3,33 3,33
3,36
3,33
3,32
3,39 3,39
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
38
Lampiran 5
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Gambar hasil uji keregasan tablet cepat hancur
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
1,8
2
A B C D E F G
1,09
0,66
0,42
1,49
1,84
0,74 0,78
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
39
Lampiran 6
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Gambar hasil uji waktu pembasahan tablet cepat hancur
0
50
100
150
200
250
300
A B C D E F G
54,45
24,747,64
87,65
298,25
7,87
33,97
Det
ik
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
40
Lampiran 7
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Gambar hasil uji waktu hancur tablet cepat hancur
0
10
20
30
40
50
60
70
A B C D E F G
26,39
46,40
69,67
24,4926,09
38,5535,77
Deti
k
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
41
Lampiran 8
Tabel hasil uji laju alir
Formula Percobaan
Rata-rata ± SD 1 2 3
A 5,03 5,02 4,99 5,01 ± 0,02
B 5,68 5,88 5,42 5,66 ± 0,23
C 6,30 6,28 6,28 6,29 ± 0,01
D 4,38 4,43 4,71 4,51 ± 0,18
E 4,07 4,10 4,08 4,08 ± 0,02
F 6,36 6,52 6,38 6,42 ± 0,09
G 5,56 5,61 5,69 5,62 ± 0,07
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
42
Lampiran 9
Tabel hasil uji sudut istirahat
Formula Percobaan
Rata-rata ± SD 1 2 3
A 27,37 27,65 27,09 27,37 ± 0,28
B 26,56 25,00 26,21 25,92 ± 0,82
C 26,56 26,29 26,56 26,47 ± 0,16
D 28,71 28,42 28,71 28,61 ± 0,17
E 28,07 28,07 29,89 28,67 ± 1,05
F 28,81 27,69 28,24 28,24 ± 0,56
G 26,21 27,89 27,61 27,24 ± 0,90
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
43
Lampiran 10
Tabel hasil uji indeks kompresibilitas
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Formula Percobaan
Rata-rata ± SD 1 2 3
A 16,66 17,85 17,39 17,30 ± 0,60
B 17,39 17,78 17,78 17,65 ± 0.23
C 17,24 17,24 17,24 17,24 ± 0,00
D 17,24 17,39 17,54 17,39 ± 0,15
E 17,19 17,46 17,19 17,28 ± 0,16
F 16,66 16,66 16,66 16,66 ± 0,00
G 17,14 17,14 16,66 16,98 ± 0,28
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
44
Lampiran 11
Tabel hasil uji rasio Hausner
Formula Percobaan
Rata-rata ± SD 1 2 3
A 1,20 1,22 1,21 1,21 ± 0,01
B 1,21 1,22 1,22 1,22 ± 0,01
C 1,21 1,21 1,21 1,21 ± 0,00
D 1,21 1,21 1,21 1,21 ± 0,00
E 1,21 1,21 1,21 1,21 ± 0,00
F 1,20 1,20 1,20 1,20 ± 0,00
G 1,21 1,21 1,20 1,21 ± 0,01
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
45
Lampiran 12
Tabel hasil uji tebal tablet cepat hancur
No A B C D E F G
1 4,44 4,40 4,50 4,00 4,04 4,30 4,50
2 4,30 4,50 4,70 4,10 4,36 4,30 4,40
3 4,36 4,13 4,66 4,10 4,34 4,40 4,30
4 4,22 4,40 4,66 4,00 4,52 4,50 4,40
5 4,24 4,16 4,66 4,10 4,32 4,35 4,30
6 4,36 4,14 4,40 4,20 4,06 4,35 4,60
7 4,20 4,30 4,44 4,34 4,20 4,40 4,50
8 4,36 4,30 3,90 4,30 3,74 4,60 4,54
9 4,30 4,10 4,10 4,22 3,70 4,50 4,40
10 4,30 4,30 4,20 4,20 4,14 4,50 4,34
11 4,40 4,40 4,40 4,10 3,80 4,45 4,30
12 4,30 4,10 4,34 4,14 3,70 4,45 4,30
13 4,38 4,50 4,22 4,30 3,70 4,60 4,60
14 4,30 4,50 4,00 4,20 3,74 4,40 4,54
15 4,24 4,30 4,14 4,40 3,80 4,55 4,40
16 4,40 4,34 4,10 4,12 3,90 4,60 4,40
17 4,30 4,30 4,20 4,00 3,84 4,60 4,30
18 4,30 4,40 4,00 4,40 4,32 4,55 4,40
19 4,30 4,40 4,24 4,10 4,18 4,50 4,50
20 4,40 4,40 4,50 4,10 4,00 4,40 4,60
rata-
rata 4,32 4,32 4,32 4,17 4,02 4,47 4,43
SD 0,07 0,13 0,24 0,12 0,26 0,10 0,11
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
46
Lampiran 13
Tabel hasil uji diameter tablet cepat hancur
No. A B C D E F G
1 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
2 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
3 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
4 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
5 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
6 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
7 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
8 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
9 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
11 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
12 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
13 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
14 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
15 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
16 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
17 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
18 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
19 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
20 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
Rata-
rata 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10
SD 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
47
Lampiran 14
Tabel hasil uji keseragaman bobot tablet cepat hancur
No A B C D E F G
1 198,2 202,2 202,4 203,9 204 200,7 202
2 203,1 203,5 202,4 198,1 202,3 201,6 200,6
3 200,2 203,4 202,2 199 201,2 200,6 202,4
4 204,8 201,6 203,1 199,2 202,8 200,1 202,1
5 203,4 200,9 203,3 201,1 198,4 201,1 201,7
6 205,5 200,7 201,7 200,9 202 199,4 199,3
7 204,7 202,6 203,4 199,6 202 202,3 203,7
8 196,9 199,5 201,3 202,5 200,8 199,3 199,1
9 202,4 201,6 201,4 199,7 199,1 201,3 200,5
10 202,7 201,5 203,0 201,6 199,2 200,6 201,2
11 197,9 202,2 203,6 201,5 202,0 198,7 202,6
12 201,4 201,5 203,4 202 198,5 199,7 202,8
13 201,3 202,1 202,8 202,6 198,3 198,9 202,8
14 202,8 200,8 200,8 199,7 202,5 201,3 202,8
15 201,7 198,9 201,8 201,6 203,5 202,3 202,8
16 205,5 202,2 203 200,8 204,1 202,6 201,8
17 201,9 200,0 202,4 199,6 202,8 200,8 202
18 203,4 200,6 201,1 199,7 202,0 202,6 203,4
19 202,6 202,1 202,6 200,3 200,5 200,3 203,6
20 203,2 201,7 202,7 200,6 201,3 202,7 204,1
Rata-
rata 202,18 201,48 202,42 200,70 201,37 200,85 200,06
SD 2,39 1,18 0,83 1,43 1,84 1,26 1,37
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
48
Lampiran 15
Tabel hasil uji kekerasan tablet cepat hancur
Formula Percobaan
Rata-rata ± SD 1 2 3
A 3,26 2,95 3,77 3,33 ± 0,41
B 3,87 3,36 2,75 3,33 ± 0,56
C 3,26 3,16 3,66 3,36 ± 0,27
D 3,77 3,36 2,85 3,33 ± 0,46
E 3,87 3,05 3,05 3,32 ± 0,47
F 3,36 3,77 3,05 3,39 ± 0,36
G 3,56 3,46 3,16 3,39 ± 0,21
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
49
Lampiran 16
Tabel hasil uji keregasan tablet cepat hancur
Formula Percobaan
Rata-rata ± SD 1 2 3
A 0,99 1,16 1,11 1,09 ± 0,09
B 0,64 0,66 0,68 0,66 ± 0,02
C 0,38 0,39 0,48 0,42 ± 0,06
D 1,64 1,43 1,39 1,49 ± 0,13
E 1,77 1,82 1,93 1,84 ± 0,08
F 0,57 0,66 0,99 0,74 ± 0,22
G 0,79 0,79 0,77 0,78 ± 0,01
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
50
Lampiran 17
Tabel hasil uji waktu pembasahan tablet cepat hancur
Formula Percobaan
Rata-rata ± SD 1 2 3
A 51,24 55,57 56,54 54,45 ± 2,82
B 22,21 27,86 24,15 24,74 ± 2,87
C 9,95 5,37 7,61 7,64 ± 2,29
D 86,89 88,13 87,95 87,66 ± 0,67
E 292,4 296,4 306 298,25 ± 6,97
F 9,94 6,15 7,53 7,87 ± 1,92
G 33,4 36,04 32,46 33,97 ± 1,86
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
51
Lampiran 18
Tabel hasil uji waktu hancur tablet cepat hancur
Formula Percobaan
Rata-rata ± SD 1 2 3
A 25,94 26,80 26,43 26,39 ± 0,43
B 46,55 44,93 47,72 46,40 ± 1,40
C 72,00 70,00 67,00 69,67 ± 2,52
D 25,02 24,04 24,40 24,49 ± 0,50
E 25,32 26,17 26,78 26,09 ± 0,73
F 39,50 37,93 38,23 38,55 ± 0,83
G 35,59 36,71 35,00 35,77 ± 0,87
Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)
B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)
C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)
D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)
E (PPS = 40%)
F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)
G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
52
Lampiran 19 Perhitungan rendemen
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
53
Lampiran 20 Sertifikat analisis famotidin
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
54
Lampiran 21 Sertifikat analisis maltodekstrin DE 10-15
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
55
Lampiran 22 Sertifikat analisis avicel 102
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
56
Lampiran 23 Sertifikat analisis laktosa anhidrat
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
57
Lampiran Sertifikat analisis laktosa anhidrat (lanjutan)
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
58
Lampiran 24 Sertifikat analisis manitol
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011
59
Lampiran 25 Sertifikat analisis aspartam
Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011