UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi...

72
UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET CEPAT HANCUR MENGGUNAKAN MALTODEKSTRIN DE 10-15 DAN PRAGELATINISASI PATI SINGKONG SEBAGAI EKSIPIEN SKRIPSI AHMAD ZAKI 0806364391 FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FARMASI DEPOK JULI 2011 Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

UNIVERSITAS INDONESIA

FORMULASI TABLET CEPAT HANCUR MENGGUNAKAN

MALTODEKSTRIN DE 10-15 DAN PRAGELATINISASI PATI

SINGKONG SEBAGAI EKSIPIEN

SKRIPSI

AHMAD ZAKI

0806364391

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI FARMASI

DEPOK

JULI 2011

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

UNIVERSITAS INDONESIA

FORMULASI TABLET CEPAT HANCUR MENGGUNAKAN

MALTODEKSTRIN DE 10-15 DAN PRAGELATINISASI PATI

SINGKONG SEBAGAI EKSIPIEN

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi

AHMAD ZAKI

0806364391

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI FARMASI

DEPOK

JULI 2011

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan benar.

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama : Ahmad Zaki

NPM : 0806364391

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi Tablet Cepat Hancur Menggunakan

Maltodekstrin DE 10-15 dan Pragelatinisasi Pati

Singkong Sebagai Eksipien

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana

Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Indonesia.

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 4 Juli 2011

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

v

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha

Pengasih lagi Maha Penyayang atas kuasa dan pertolongan-Nya dalam penulisan

skripsi ini dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Farmasi pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Indonesia.

Pada penulisan skripsi ini, penulis banyak sekali mendapat bantuan dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan kali ini penulis

ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S. selaku Ketua Departemen Farmasi FMIPA

UI.

2. Dr. Silvia Surini, M.Pharm.Sc. selaku pembimbing I dan Prof. Dr. Effionora

Anwar, M.S. selaku pembimbing II yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis.

3. Dra. Azizahwati, M.S. selaku Ketua Program Sarjana Ekstensi Farmasi

Departemen Farmasi FMIPA UI.

4. Dr. Nelly D. Leswara, M.Sc. selaku pembimbing akademis yang telah

memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Departemen

Farmasi FMIPA UI.

5. Seluruh dosen/staf pengajar Departemen Farmasi FMIPA UI, terutama atas

ilmu pengetahuan, didikan, bantuan dan saran selama ini.

6. Seluruh pegawai dan laboran Departemen Farmasi UI atas bantuannya selama

penulis melakukan penelitian.

7. PT. Molex Ayus Pharmaceutical dan PT. Pyridam Farma yang telah

memberikan bantuan bahan baku penelitian.

8. Keluargaku tercinta, Ibu, Bapak, Mas Andi, Mbak Gigih, Mas Arif dan Mbak

Kiki yang tak henti-hentinya memberikan bantuan, moril dan materiil,

perhatian, semangat serta doa.

9. Teman-teman farmasi ekstensi 2008 dan regular 2007 yang selalu

memberikan bantuan dan semangat kepada penulis.

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

vi

10. Seluruh teman KBI Farmasetika yang telah berjuang dalam suka maupun

duka.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya yang juga banyak

memberikan bantuan selama penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat kelak untuk semua pihak

yang berkepentingan. Penulis memohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan

skripsi ini.

Penulis

2011

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Ahmad Zaki

NPM : 0806364391

Program Studi : Sarjana Ekstensi Farmasi

Departemen : Farmasi

Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Nonekslusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Formulasi Tablet Cepat Hancur Menggunakan Maltodekstrin DE 10-15 dan

Pragelatinisasi Pati Singkong Sebagai Eksipien

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),

merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan

nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 4 Juli 2011

Yang menyatakan

(Ahmad Zaki)

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

viii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Ahmad Zaki

Program Studi : Farmasi Ekstensi

Judul : Formulasi Tablet Cepat Hancur Menggunakan Maltodekstrin

DE 10–15 dan Pragelatinisasi Pati Singkong Sebagai Eksipien

Tablet cepat hancur merupakan bentuk sediaan farmasi yang sedang berkembang

saat ini karena karakteristik yang dimilikinya, yaitu dapat hancur di rongga mulut

tanpa perlu dikunyah dan tanpa adanya bantuan air tambahan. Komponen penting

dalam tablet cepat hancur adalah penghancur. Maltodekstrin dan pragelatinisasi

pati singkong (PPS) merupakan eksipien yang dapat berfungsi sebagai

penghancur. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan tablet cepat hancur

menggunakan maltodekstrin DE 10-15 dan pragelatinisasi pati singkong dalam

berbagai konsentrasi sebagai eksipien. Pati singkong dipragelatinisasikan hingga

didapat PPS. Selanjutnya PPS dicampurkan dengan maltodektrin DE 10-15 untuk

dibuat menjadi tablet cepat hancur dengan metode granulasi basah. Evaluasi tablet

menunjukkan bahwa formula F yang mengandung maltodekstrin DE 10-15

sebesar 40% dan PPS sebesar 10% memiliki kriteria yang baik sebagai tablet

cepat hancur. Formula F memiliki kekerasan 3,39 kp, keregasan 0,74%, waktu

pembasahan 7,87 detik dan waktu hancur 38,55 detik.

Kata kunci : maltodekstrin DE 10-15, tablet cepat hancur, pragelatinisasi pati

singkong (PPS)

xiii + 59 hal : 9 gambar, 7 tabel, 25 lampiran

Bibliografi : 27 (1979-2010)

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

ix Universitas Indonesia

ABSTRACT

Name : Ahmad Zaki

Programme Study : Extention Pharmacy

Title : Formulation of Fast Disintegrating Tablets Using

Maltodextrin DE 10-15 and Pregelatinized Cassava Starch as

an Excipient

This study developed a novel fast disintegrating tablets. Maltodextrin DE 10-15

and pregelatinized cassava starch (PCS) with various concentration were used as

tablet disintegrant. The PCS was obtained from pregelatinized process. The

resulting PCS was then mixed with maltodextrin DE 10-15. The resulting mixture

was then formulated into fast disintegrating tablet using wet granulation method.

The obtained tablets were then evaluated. The evaluation showed that formula F

which contained 40% maltodextrin DE 10-15 and 10% PCS have the best

characteristic as fast disintegrating tablet. Formula F exhibited 3,39 kp of

hardness, 0,74% of friability, 7,87 seconds of wetting time and 38,55 seconds of

disintegration time.

Keywords : fast disintegration tablet, maltodextrin DE 10-15, pregelatinized

cassava starch.

xiii + 59 pages : 9 figures, 7 tables, 25 appendix

Bibliography : 27 (1979-2010)

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

x Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .......................... vii

ABSTRAK ........................................................................................................ viii

DAFTAR ISI ..................................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang....................................................................... 1

1.2 Tujuan Penelitian ................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 3

2.1 Tablet Cepat Hancur. ............................................................. 3

2.2 Granulasi Basah. .................................................................... 5

2.3 Eksipien ................................................................................. 6

2.4 Pati Singkong......................................................................... 10

2.5 Pragelatinisasi Pati Singkong ................................................ 10

2.6 Maltodekstrin ......................................................................... 12

2.7 Famotidin ............................................................................... 13

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 14

3.1 Lokasi .................................................................................... 14

3.2 Bahan dan Alat ...................................................................... 14

3.3 Cara Kerja .............................................................................. 14

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 20

4.1 Pembuatan Pragelatinisasi Pati Singkong Sempurna ............ 20

4.2 Pembuatan Tablet Cepat Hancur ........................................... 20

4.3 Evaluasi Massa Tablet ........................................................... 22

4.4 Evaluasi Tablet ...................................................................... 24

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 29

5.1 Kesimpulan ............................................................................ 29

5.2 Saran ...................................................................................... 29

DAFTAR ACUAN ........................................................................................... 30

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

xi Universitas Indonesia

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Mengembang .............................................................. 7

Gambar 2.2 Proses Aksi Porositas dan Kapilaritas ..................................... 8

Gambar 2.3 Proses Tolak Menolak Antar Artikel ...................................... 8

Gambar 2.4 Proses Deformasi ................................................................... 9

Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran dalam Tablet .................. 9

Gambar 2.6 Struktur Kimia Maltodekstrin ................................................. 12

Gambar 2.7 Struktur Kimia Famotidin ....................................................... 13

Gambar 4.1 Serbuk Pragelatinisasi Pati Singkong .................................... 21

Gambar 4.2 Penampilan Fisik Tablet Cepat Hancur .................................. 24

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

xii Universitas Indonesia

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Formulasi Tablet Cepat Hancur ...................................................... 15

Tabel 3.2 Hubungan Sudut Istirahat dengan Sifat Alir .................................. 16

Tabel 3.3 Kategori Indeks Kompresibilitas .................................................... 17

Tabel 3.4 Syarat Keseragaman Bobot ............................................................ 18

Tabel 4.1 Hasil Evaluasi Massa Tablet .......................................................... 22

Tabel 4.2 Hasil Evaluasi Keseragaman Ukuran dan Bobot Tablet ................ 25

Tabel 4.3 Hasil Evaluasi Kekerasan, Keregasan, Waktu Pembasahan

dan Waktu Hancur Tablet Cepat Hancur ........................................ 26

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

xiii Universitas Indonesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Gambar Proses Waktu Pembasahan .............................................. 34

Lampiran 2 Gambar Hasil Uji Keseragaman Bobot Tablet Cepat Hancur ....... 35

Lampiran 3 Gambar Hasil Uji Keseragaman Ukuran Tablet Cepat Hancur .... 36

Lampiran 4 Gambar Hasil Uji Kekerasan Tablet Cepat Hancur ...................... 37

Lampiran 5 Gambar Hasil Uji Keregasan Tablet Cepat Hancur ...................... 38

Lampiran 6 Gambar Hasil Uji Waktu Pembasahan Tablet Cepat Hancur ........ 39

Lampiran 7 Gambar Hasil Uji Waktu Hancur Tablet Cepat Hancur ................ 40

Lampiran 8 Tabel Hasil Uji Laju Alir............................................................... 41

Lampiran 9 Tabel Hasil Uji Sudut Istirahat ...................................................... 42

Lampiran 10 Tabel Hasil Uji Indeks Kompresibilitas ........................................ 43

Lampiran 11 Tabel Hasil Uji Rasio Hausner ...................................................... 44

Lampiran 12 Tabel Hasil Uji Tebal Tablet Cepat Hancur .................................. 45

Lampiran 13 Tabel Hasil Uji Diameter Tablet Cepat Hancur ............................ 46

Lampiran 14 Tabel Hasil Uji Keseragaman Bobot Tablet Cepat Hancur .......... 47

Lampiran 15 Tabel Hasil Uji Kekerasan Tablet Cepat Hancur .......................... 48

Lampiran 16 Tabel Hasil Uji Keregasan Tablet Cepat Hancur .......................... 49

Lampiran 17 Tabel Hasil Uji Waktu Pembasahan Tablet Cepat Hancur ........... 50

Lampiran 18 Tabel Hasil Uji Waktu Hancur Tablet Cepat Hancur .................... 51

Lampiran 19 Perhitungan Rendemen.................................................................. 52

Lampiran 20 Sertifikat Analisis Famotidin ........................................................ 53

Lampiran 21 Sertifikat Analisis Maltodekstrin DE 10-15 .................................. 54

Lampiran 22 Sertifikat Analisis Avicel 102 ....................................................... 55

Lampiran 23 Sertifikat Analisis Laktosa Anhidrat ............................................. 56

Lampiran 24 Sertifikat Analisis Manitol ............................................................ 58

Lampiran 25 Sertifikat Analisis Aspartam ......................................................... 59

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Dewasa ini, perkembangan di dunia farmasi semakin berkembang. Salah

satunya dengan dikreasikannya tablet cepat hancur. Tablet cepat hancur adalah

tablet yang didesain untuk dapat hancur secara instan di rongga mulut ketika

diletakkan pada lidah oleh saliva tanpa perlu dikunyah atau dengan bantuan air

untuk kemudian melepaskan obat (Fu, Yang, Jeong, Kimura, dan Park, 2007;

Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009). Terciptanya

sediaan tersebut telah membantu beberapa pasien yang sulit menelan obat seperti

pada pasien geriatrik dan pediatrik. Selain itu, sediaan ini juga dapat digunakan

pada pasien yang mengalami gangguan mental, pasien yang sering muntah, pasien

yang batuk ketika demam dan pasien yang dalam perjalanan sulit menemukan air

(Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009).

Komponen penting dalam pembuatan tablet cepat hancur adalah

penggunaan penghancur (disintegran). Maltodekstrin dan pragelatinisasi pati

singkong merupakan contoh eksipien yang dapat berfungsi sebagai penghancur.

Maltodekstrin adalah produk hidrolisis parsial pati yang mengandung unit α-D-

glukosa yang terikat pada (1→4) glikosida dengan nilai DE kurang dari 20 dan

memiliki rumus umum [(C6H10O5)nH2O] (Kennedy, Knill, dan Taylor, 1995). DE

(Dekstrosa Ekuivalen) adalah jumlah total gula pereduksi hasil hidrolisis pati.

Pragelatinisasi pati singkong merupakan pati yang telah dimodifikasi secara fisika

dengan pemanasan hingga terjadi gelatinasi lalu dilanjutkan dengan pengeringan

dan penghalusan (Bertolini, 2010).

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa maltodektrin DE 15-20 dapat

berfungsi sebagai penghancur (Anwar, Djajadisastra, Yanuar, dan Bahtiar, 2004)

dengan mekanisme aksi kapilaritas dan porositas (Gonnissen, Remon, dan

Vervaet, 2008). Pada penelitian ini maltodekstrin yang digunakan mempunyai DE

10-15. Penggunaan DE 10-15 sebagai penghancur dengan pertimbangan,

kerapatan bulk yang dimiliki lebih kecil dibandingkan DE 15-20 sehingga

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

2

Universitas Indonesia

diharapkan mampu menghancurkan tablet lebih cepat karena saat didistribusikan

dalam matriks tablet akan meningkatkan aksi kapilaritas. Penelitian sebelumnya

menunjukkan bahwa pragelatinisasi pati singkong dapat digunakan sebagai

penghancur tunggal pada tablet cepat hancur (Rachmawati, 2007) karena sifatnya

yang akan mengembang jika kontak dengan air (Alebiowu dan Itiola, 2002).

Pada penelitian ini, maltodekstrin DE 10-15 dikombinasikan dengan

pragelatinisasi pati singkong untuk mengetahui kemampuannya sebagai

penghancur. Tablet dibuat secara granulasi basah menggunakan beberapa

formulasi tablet cepat hancur dan menggunakan famotidin sebagai model obat.

Selanjutnya tablet yang dihasilkan dievaluasi berdasarkan persyaratan dalam

Farmakope Indonesia III dan IV serta literatur lain terutama untuk mengetahui

waktu hancurnya. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah eksipien

yang digunakan sebagai penghancur pada tablet cepat hancur.

1.2 Tujuan penelitian

Membuat formulasi tablet cepat hancur dengan menggunakan

maltodekstrin DE 10-15 dan pragelatinisasi pati singkong sebagai eksipien.

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

3 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet cepat hancur

Tablet cepat hancur merupakan suatu terobosan terbaru dalam dunia

farmasi. Sediaan ini didesain untuk dapat hancur secara instan di rongga mulut

ketika diletakkan pada lidah oleh saliva tanpa perlu dikunyah atau dengan bantuan

air untuk kemudian melepaskan obat (Fu, Yang, Jeong, Kimura, dan Park, 2007;

Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009). Sediaan ini

memiliki beberapa sebutan lain yaitu tablet cepat meleleh (fast melting tablets),

tablet larut mulut (mouth dissolving tablets), tablet orodispersibel (orodispersible

tablets), tablet berpori (porous tablet), tablet cepat larut (quick dissolving tablets),

dan sebagainya (Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009).

Faktor penting dalam tablet cepat hancur adalah pemilihan bahan penghancur

untuk menghasilkan waktu hancur yang tablet singkat dan stabil dalam

penyimpanan (Kucinskaite, Sawicki, Briedis, dan Sznitowska, 2007). Waktu

hancur tablet cepat hancur tidak lebih dari 3 menit (Bhowmik, Chiranjib,

Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009).

Kriteria untuk sistem penghantaran obat yang cepat larut :

Untuk tablet sebaiknya :

1. Tidak memerlukan air untuk menelan, tetapi harus terlarut atau hancur

dalam mulut pada hitungan detik.

2. Kompatibel dengan menggunakan penutupan rasa.

3. Mudah dibawa tanpa adanya resiko kerapuhan.

4. Memberikan kenyamanan di mulut (tanpa meninggalkan atau sedikit

residu pada mulut setelah pemberian secara oral.

5. Tidak dipengaruhi suhu dan kelembaban.

6. Dapat dibuat seperti pembuatan tablet konvensional dan peralatan

pengemasan pada harga murah.

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

4

Universitas Indonesia

Karakter dari sistem penghantaran obat terlarut cepat:

1. Mudah diberikan kepada pasien yang tidak dapat menelan, seperti

orang tua, penderita stroke, pasien yang menderita gagal ginjal dan

pasien yang menolak untuk menelan seperti pasien pediatrik, geriatrik,

dan psikiatrik.

2. Tidak membutuhkan air untuk menelan sediaan, yang mana sangat

nyaman untuk pasien yang sedang dalam perjalanan dan tidak

mempunyai air.

3. Obat terdisolusi dan diabsorpsi secara cepat, yang mana akan

menghasilkan onset yang cepat dari aksi.

4. Beberapa obat diabsorpsi dari mulut, faring, dan esophagus ketika

saliva turun menuju lambung. Hal ini akan menyebabkan

bioavailabilitas obat meningkat.

5. Absorpsi pregastrik dapat menghasilkan peningkatan bioavailabilitas

dan dosis dikurangi; peningkatan terapi sebagai hasil pengurangan

dari efek yang tidak diinginkan.

6. Rasa yang enak pada mulut sehingga membantu untuk mengubah

persepsi bahwa obat itu pahit pada anak-anak.

7. Menghindari resiko tersedak pada pemberian oral dari sediaan

konvensional yang mana akan meningkatkan keamanannya.

8. Kesempatan bisnis baru seperti diferensiasi produk, promosi produk,

ekstensi paten, managemen usia produksi.

9. Keuntungan pada beberapa kasus seperti pada saat mabuk, serangan

alergi yang tiba-tiba atau batuk, dimana onset obat yang sangat cepat

dibutuhkan.

10. Peningkatan bioavailabilitas, pada obat-obat yang tidak larut dan

hidrofobik, terkait dengan disintegrasi dan disolusi yang cepat dari

tablet ini.

11. Stabilitas untuk waktu yang lama, sejak obat diproduksi hingga

dikonsumsi sehingga mengkombinasikan keuntungan stabilitas dari

sediaan padat dan bioavailabilitas dari sediaan cair.

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

5

Universitas Indonesia

Keuntungan dari tablet melarut cepat, antara lain adalah :

1. Diberikan tanpa air, dimana pun, kapan pun.

2. Sesuai untuk pasien geriatrik dan pediatrik yang memiliki masalah

kesulitan menelan dan pada kelompok lainnya yang memiliki masalah

dalam penggunaan sediaan oral konvensional, terkait dengan penyakit

mental dan pasien yang tidak kooperatif.

3. Keuntungan pada beberapa kasus seperti pada saat mabuk, serangan

alergi yang tiba-tiba atau batuk, dimana onset obat yang sangat cepat

dibutuhkan.

4. Peningkatan bioavailabilitas pada obat-obat yang tidak larut dan

hidrofobik, terkait dengan disintegrasi dan disolusi yang cepat dari

tablet ini.

5. Stabilitas untuk waktu yang lama, sejak obat diproduksi hingga

dikonsumsi sehingga mengkombinasikan keuntungan stabilitas dari

sediaan padat dan bioavailabilitas dari sediaan cair.

Keterbatasan dari tablet melarut cepat, antara lain adalah:

1. Tablet biasanya tidak memiliki kekuatan mekanik yang cukup. Oleh

karena itu penanganan yang hati-hati sangat dibutuhkan.

2. Tablet mungkin meninggalkan rasa yang tidak enak pada mulut jika

tidak diformulasikan dengan baik.

2.2 Granulasi basah

Granulasi basah merupakan metode pembuatan tablet yang paling banyak

digunakan. Prinsip metode granulasi adalah mencampur zat aktif dengan eksipien

menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam

jumlah tertentu sehingga akan diperoleh massa lembab yang dapat digranulasi.

Metode ini digunakan pada zat aktif yang tahan terhadap kelembaban dan panas

(Ansel, 1989).

Keuntungan metode granulasi basah :

1. Memperoleh aliran yang baik.

2. Meningkatkan kompresibilitas.

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

6

Universitas Indonesia

3. Mendapatkan bobot yang sesuai.

4. Mengontrol pelepasan.

5. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses.

6. Distribusi keseragaman kandungan.

7. Meningkatkan kecepatan disolusi.

Kekurangan metode granulasi basah:

1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi.

2. Biaya cukup tinggi.

3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat

dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan

pelarut non air.

2.3 Eksipien

Eksipien adalah suatu bahan yang digunakan untuk membuat sediaan

farmasi yang tidak berefek farmakologis (Wade dan Weller, 2009). Eksipien

digolongkan berdasarkan fungsinya dalam membuat sediaan farmasi. Untuk

sediaan tablet, eksipien terdiri dari :

1. Pengisi

Pengisi merupakan bahan yang ditambahkan untuk mendapatkan bobot

tablet yang diharapkan bila dosis obat tidak dapat memenuhinya. Pengisi juga

berfungsi untuk memperbaiki daya kohesi sehingga membuat aliran menjadi baik

dan dapat dikempa langsung. Contoh bahan pengisi adalah laktosa, pati dan

derivatnya, selulosa dan derivatnya, manitol, sorbitol, dan sebagainya (Lachman,

Lieberman, dan Kanig, 1986).

2. Pengikat

Pengikat merupakan bahan yang digunakan untuk membentuk granul pada

granulasi basah atau kering. Pengikat juga berguna untuk meningkatkan

kekompakan kohesi pada tablet kempa langsung. Contoh bahan pengikat adalah

gelatin, tragakan, akasia, selulosa dan derivatnya, pati dan derivatnya, alginat, dan

sebagainya (Lachman, Lieberman, dan Kanig, 1986).

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

7

Universitas Indonesia

3. Pelincir, Anti Lekat dan Pelicin

Pelincir digunakan untuk mengurangi gesekan antara dinding tablet

dengan dinding mesin cetak tablet sehingga tablet mudah keluar. Anti lekat

merupakan bahan yang digunakan untuk menghindari melekatnya tablet pada

permukaan punch atau dinding die. Pelicin digunakan agar massa tablet memiliki

aliran yang baik dengan cara mengurangi gesekan antara partikel. Talk, asam

stearat, magnesium stearat merupakan contoh bahan pelincir, anti lekat dan pelicin

(Lachman, Lieberman, dan Kanig, 1986).

4. Penghancur/Disintegran

Penghancur merupakan eksipien yang ditambahkan pada pembuatan tablet

yang berguna untuk memudahkan pecahnya tablet ketika kontak dengan cairan

saluran pencernaan. Penghancur juga berfungsi untuk menarik air ke dalam tablet,

mengembang dan menyebabkan pecahnya tablet menjadi bagian-bagian kecil

yang akan menentukan kelarutan obat dan tercapainya bioavailabilitas yang

diharapkan. Konsentrasi dan bahan yang digunakan mempengaruhi kecepatan

pecahnya tablet dan lepasnya zat aktif dalam obat untuk melarut. Secara umum

ada 4 mekanisme penghancur tablet, yaitu (Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth,

Pankaj, Chandira, 2009) :

i. Mengembang

Cairan akan berpenetrasi ke dalam tablet melalui celah antar partikel

bahan penghancur sehingga akan membuat tablet menjadi mengembang kemudian

tablet menjadi pecah dan hancur.

[Sumber: Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009]

Gambar 2.1. Proses mengembang

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

8

Universitas Indonesia

ii. Aksi porositas dan kapilaritas

Cairan akan berpenetrasi dalam tablet dan akan menggantikan udara yang

ada dalam partikel sehingga akan melemahkan ikatan intermolekul dan memecah

tablet menjadi ukuran yang lebih halus. Besarnya penarikan cairan tergantung

pada bahan penghancur yang digunakan. Semakin hidrofilik bahan penghancur

semakin cepat memisahkan partikel dalam tablet.

[Sumber: Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009]

Gambar 2.2. Proses aksi porositas dan kapilaritas

iii. Teori tolak menolak antar partikel (repulsi)

Teori ini dikemukan oleh Guyot-Hermann yang meneliti terhadap partikel

yang tidak mengembang tetapi mampu menghancurkan tablet. Pada saat

pengempaan akan tercipta muatan listrik antar partikel yang mana muatan tersebut

akan ternetralisir dengan adanya cairan yang masuk ke dalam pori-pori tablet

sehingga muatan listrik akan menjadi saling tolak-menolak. Gaya penolakan ini

akan menyebabkan hancurnya tablet.

[Sumber: Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009]

Gambar 2.3. Proses tolak menolak antar artikel

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

9

Universitas Indonesia

iv. Deformasi

Selama proses pengempaan kapasitas pengembangan akan mengalami

peningkatan. Akibatnya partikel yang terdisintegrasi akan mengalami deformasi.

Bentuk deformasi ini akan menjadi bentuk normal jika kontak dengan cairan.

[Sumber: Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009]

Gambar 2.4. Proses deformasi

Perkembangan teknologi telah mendorong terciptanya eksipien dengan

daya hancur yang cepat pada konsentrasi yang rendah. Eksipien ini disebut

sebagai superdisintegran. Superdisintegran mampu mengembang dengan sangat

cepat. Satu gram superdisintegran dapat menyerap 10 - 40 gram air atau medium

cair (Omidian dan Park, 2008). Secara fisik, superdisintegran terdispersi di dalam

sediaan tablet dan akan mengembang ketika tablet kontak dengan lingkungan

yang basah (air) sehingga tablet menjadi pecah dan hancur. Mekanisme kerja

superdisintegran dalam tablet dapat dilihat pada gambar 2.5.

[Sumber: Omidian dan Park, 2008]

Gambar 2.5. Mekanisme kerja superdisintegran dalam tablet

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

10

Universitas Indonesia

2.4 Pati singkong

Pati adalah polisakarida dalam tanaman yang memiliki ciri khas tersendiri.

Bentuk, komposisi, dan ukuran granula pati berbeda-beda tergantung sumber

tanamannya. Diameter granula pati umumnya berukuran kurang dari 1 µm hingga

lebih dari 100 µm. Granula pati terdiri atas dua polimer utama yaitu, amilosa,

merupakan polimer rantai lurus dihubungkan melalui ikatan glukosida α-D-

(1→4), dan amilopektin, merupakan polimer rantai bercabang dengan rantai

utama ikatan glikosida α–D–(1→4) dan ikatan glikosida α–D–(1→6) sebagai

rantai cabang (Bertolini, 2010).

Pati merupakan zat yang banyak dihasilkan oleh tanaman namun hanya

sedikit pati yang digunakan untuk industri, salah satunya adalah pati singkong.

Pati singkong berasal dari umbi akar Manihot utilissima Pohl. Pati singkong

berupa serbuk sangat halus berwarna putih yang praktis tidak larut dalam air

dingin dan alkohol. Granulnya berbentuk bulat atau oval segi banyak dengan

diameter 5-35 µm. Hilus terletak di tengah berupa titik, garis lurus atau bercabang

tiga dengan lamella yang tidak jelas dan konsentris (Farmakope Indonesia edisi

IV, 1995).

Pati singkong memiliki kompresibilitas dan sifat alir yang kurang baik

sehingga tidak dapat digunakan dalam pembuatan tablet secara kempa langsung.

Untuk mengatasi kedua hal tersebut maka dilakukan modifikasi. Modifikasi pati

dilakukan dengan tiga cara yaitu, modifikasi kimiawi, fisika, dan enzimatis

(BeMiller dan Whistler, 2009). Pragelatinisasi pati singkong merupakan contoh

dari modifikasi fisika sedangkan maltodekstrin merupakan contoh modifikasi

secara enzimatis.

2.5 Pragelatinisasi pati singkong

Pragelatinisasi pati singkong merupakan pati yang telah dimodifikasi

secara fisika dengan pemanasan hingga terjadi gelatinisasi lalu dilanjutkan dengan

pengeringan dan penghalusan (Bertolini, 2010). Berdasarkan metode

pembuatannya pragelatinisasi pati terbagi dalam dua kategori, yaitu (Zobel dan

Stephen, 1985) :

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

11

Universitas Indonesia

2.5.1 Pragelatinisasi pati sempurna

Pragelatinisasi pati sempurna diperoleh dengan cara pati dipanaskan pada

suhu di atas 65oC dan mengandung air tidak kurang dari 42% berat kering pati.

Bila pati dimasukkan ke dalam air dingin, granula pati akan mengabsorpsi air dan

membengkak. Kristalinitas dan keteraturan bentuk amilosa yang terkandung

dalam pati menjadi rusak dengan adanya penambahan air tersebut namun akan

kembali seperti semula setelah proses mengembang berhenti. Pemutusan ikatan

molekuler terjadi karena granula berinteraksi molekul air dan adanya peningkatan

suhu. Pragelatinisasi pati dikatakan sempurna apabila sudah tidak ada lagi granula

yang berbentuk kristal jika diamati menggunakan mikroskop terpolarisasi

(Bertolini, 2010).

2.5.2 Pragelatinisasi pati sebagian

Pragelatinisasi pati sebagian diperoleh dengan cara pati yang

disuspensikan dikeringkan dengan alat double drum drier pada suhu 160-170oC.

Lapisan atau serpihan-serpihan tipis yang diperoleh ditampung lalu dihaluskan

dengan disc mill yang di dalamnya terdapat pengayak. Hasilnya berupa serbuk

pati terpragelatinisasi parsial. Jika diamati menggunakan mikroskop terpolarisasi,

pragelatinisasi pati sebagian masih memiliki granula yang berbentuk kristal

(Bertolini, 2010).

Pragelatinisasi pati dikeringkan dengan tiga cara yaitu menggunakan spray

dried, roll dried, dan drum dried. Pada spray dried pragelatinisasi pati yang

dihasilkan berbentuk sferis, dengan sel udara di tengah. Pada roll dried akan

dihasilkan partikel transparan, tipis, platelet yang tidak teratur, sebagian mirip

pecahan kaca. Pada drum dried partikel yang dihasilkan lebih tebal dan tidak

beraturan dibandingkan hasil roll dried (BeMiller dan Whistler, 2009).

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

12

Universitas Indonesia

2.6 Maltodekstrin

[Sumber: Wade dan Weller, 2009]

Gambar 2.6. Struktur kimia maltodekstrin

Maltodekstrin didefinisikan sebagai hidrolisat pati parsial yang

mengandung unit α-D-glukosa yang terikat pada (1→4) glikosida dengan nilai DE

kurang dari 20 dan memiliki rumus umum [(C6H10O5)nH2O] (Kennedy, Knill, dan

Taylor, 1995). DE (Dekstrosa Ekuivalen) adalah jumlah total gula pereduksi hasil

hidrolisis pati. Karakteristik maltodekstrin dipengaruhi oleh nilai DE (Wade dan

Weller, 2009).

Maltodekstrin DE 10-15 bersifat higroskopis, berasa manis dan mudah

larut dalam air panas, larut dalam air dingin, tidak larut dalam kloroform. Sudut

istirahat yang dimilikinya tergolong cukup baik (Hardiyanti, 2003).

Maltodekstrin berbentuk serbuk atau granul amorf, putih atau kurang

putih, dan tidak berbau. Kandungan maltodekstrin terdiri dari karbohidrat lebih

dari 99% dengan kadar air 5-6%, ion-ion, protein, lemak, dan serat kasar.

Maltodekstrin akan berubah menjadi gel jika disimpan pada tempat dengan

kelembaban di atas 75% RH (Newman, Mueller, Vitez, dan Kiesnowski, 2007).

Maltodekstrin dibuat dengan cara pemanasan dan menghidrolisisnya dengan asam

atau menggunakan enzim α-amilase (Kennedy, Knill, dan Taylor, 1995).

Maltodekstrin sering digunakan dalam produk makanan misalnya pada

produk-produk roti, makanan beku dan rendah kalori (Kennedy, Knill, dan Taylor,

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

13

Universitas Indonesia

1995). Pada pembuatan sediaan farmasi, maltodekstrin berfungsi sebagai

pengikat, pengisi, penyalut, penghancur (Anwar, Djajadisastra, Yanuar, dan

Bahtiar, 2004), dan pencegah kristalisasi pada sirup (Wade dan Weller, 2009)

2.7 Famotidin

[Sumber: USP 30 NF 27]

Gambar 2.7. Struktur kimia famotidin

Famotidin mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari

101,0% C8H15N7O2S3 dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Famotidin

berupa kristal putih atau putih kekuningan mudah larut dalam asam asetat, sukar

larut dalam metanol, sangat sukar larut dalam air, praktis tidak larut dalam etanol

(Anonim, 2008).

Famotidin termasuk dalam golongan antihistamin H2 bloker. Famotidin

bekerja dengan cara menghambat aktivasi H2 pada lambung sehingga volume

sekresi gastrik dan konsentrasi asam berkurang (Sjamsudin dan Dewoto, 2007).

Famotidin efektif untuk mengobati tukak lambung dan tukak duodenum (Tatro,

2003). Pada tukak duodenum atau tukak lambung, dosis yang diberikan sebesar

40 mg satu kali sehari pada saat akan tidur. Dosis awal per oral yang dianjurkan

20 mg tiap 6 jam (Sjamsudin dan Dewoto, 2007).

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

14 Universitas Indonesia

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmasetika dan Laboratorium

Formulasi Tablet Departemen Farmasi FMIPA UI. Waktu pelaksanaannya adalah

dari Februari hingga Mei 2011.

3.2 Bahan dan alat

3.3.1 Bahan

Famotidin (Dr. Reddy’s Laboratories, India), pati singkong (PT. Sungai

Budi, Indonesia), maltodekstrin DE 10-15 (Zhucheng Dongxiao Biotechnology,

China), aspartam (Vitasweet, China), manitol (Qingdao Bright Moon Seaweed

Group, China), avicel PH 102 (Gujarat Microwax PVT, India), laktosa anhidrat

(Molkerei Meggle, Jerman), etanol teknis 96%.

3.3.2 Alat

Alat cetak tablet AR400 (Erweka, Jerman), ayakan (Retsch GmbH & Co,

Jerman), bulk-tapped density tester 245-2E (Pharmeq, Indonesia), cawan petri,

disc mill, double drum drier (R. Simon Driers, Inggris), flowmeter GDT (Erweka,

Jerman), friability tester TAR (Erweka, Jerman), hardness tester TBH 28 (Erweka,

Jerman), jangka sorong (Vernier Caliper, China), mikroskop cahaya polarisasi

BH-2 Tipe PM 10A05 (Olympus, USA), pHmeter (Eutech, Jerman), dan alat-alat

gelas.

3.3 Cara kerja

3.3.1 Pembuatan pragelatinisasi pati singkong sempurna

Sejumlah pati singkong didispersikan dalam air (perbandingan air dan pati

= 5 : 1) lalu dimasak pada suhu 90oC. Pati dimasak hingga terbentuk massa kental

yang transparan. Massa kental lalu dimasukkan dalam double drum drier pada

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

15

Universitas Indonesia

suhu 80oC±5

oC. Selanjutnya massa dihaluskan dengan disc mill yang dilengkapi

dengan pengayak 35 mesh (BeMiller dan Whistler, 2009).

3.3.2 Formulasi tablet cepat hancur

Tablet dibuat dengan metode granulasi basah. Seluruh bahan ditimbang

terlebih dahulu dengan timbangan analitik. Selanjutnya avicel 102 dibasahi

dengan etanol 95% dalam wadah. Famotidin, pragelatinisasi pati singkong (PPS),

laktosa anhidrat, maltosa, aspartam dan setengah bagian maltodekstrin DE 10-15

dicampur dalam wadah lain hingga homogen. Selanjutnya campuran tadi

dicampur ke dalam wadah yang telah berisi avicel 102 dan diaduk hingga

campuran menyatu. Hasil campuran lalu diayak dengan pengayak no. 8 setelah itu

dikeringkan dalam oven pada suhu ± 40oC. granul yang telah kering kemudian

diayak kembali dengan pengayak no. 16. Hasilnya ditambahkan dengan sisa

maltodekstrin DE 10-15 dan dicampur hingga homogen. Selanjutnya dilakukan

evaluasi massa tablet. Setelah itu massa tablet siap dicetak.

Tabel 3.1 Formulasi tablet cepat hancur

Bahan A B C D E F G

Jumlah (% b/b)

Famotidin 10 10 10 10 10 10 10

Maltodekstrin DE

10-15 20 30 40 10 - 40 30

PPS 20 10 - 30 40 10 20

Avicel PH 102 20 20 20 20 20 20 20

Laktosa Anhidrat 19 19 19 19 19 9 8

Manitol 10 10 10 10 10 10 10

Aspartam 1 1 1 1 1 1 2

Total 100 100 100 100 100 100 100

Keterangan : Tablet dibuat dengan bobot 200 mg.

3.3.3 Evaluasi massa tablet

3.3.3.1 Laju alir dan sudut istirahat

Digunakan alat flowmeter. Massa tablet ditimbang, lalu ditempatkan pada

wadah berbentuk corong dan alat dijalankan. Jumlah waktu yang dibutuhkan

massa tablet untuk melewati corong tersebut dicatat. Tumpukan massa tablet yang

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

16

Universitas Indonesia

terbentuk setelah melewati alat flowmeter diukur tinggi dan jari-jarinya sebagai

nilai sudut istirahat. Sudut istirahat diukur dengan rumus :

(3.1)

keterangan :

α : sudut istirahat

h : tinggi tumpukan serbuk

r : jari-jari tumpukan serbuk

Sifat alir serbuk dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Hubungan sudut istirahat dengan sifat alir

Sudut istirahat (α) Sifat alir

< 20o Istimewa

20 - 30o Baik

30 - 34o Cukup

>34o Sangat Buruk

[Sumber: Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009]

3.3.3.2 Indeks kompresibilitas dan rasio Hausner

Sejumlah massa tablet ditimbang (m) dimasukkan ke dalam gelas ukur

kemudian diukur volumenya (V1). Berat jenis (BJ) bulk = m/V1. Gelas ukur yang

berisi massa tablet tersebut diletakkan pada alat bulk tapped density tester. Alat

dipasang pada ketukan sebanyak 300 kali. Percobaan diulangi dengan 300 ketukan

kedua untuk memastikan bahwa volume sampel tidak mengalami penurunan,

volumenya diukur (V2). Berat jenis (BJ) mampat = m/V2. Kategori indeks

kompresibilitas dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Rumus :

(3.2)

(3.3)

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

17

Universitas Indonesia

Rasio Hausner dengan nilai <1,25 merupakan kategori baik sedangkan

rasio Hausner dengan nilai >1,25 termasuk dalam kategori buruk (Bhowmik,

Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, 2009).

Tabel 3.3 Tabel kategori indeks kompresibilitas

Indeks

Kompresibilitas (%)

Keterangan

5 – 12 Istimewa

12 – 18 Baik

18 – 23 Cukup

23 – 33 Buruk

33 – 38 Sangat buruk

> 38 Sangat buruk sekali

[Sumber: Lachman, Lieberman dan Kanig, 1986]

3.3.4 Evaluasi tablet

3.3.4.1 Penampilan fisik

Evaluasi penampilan fisik dari tablet dilakukan dengan cara mengamati

bentuk, warna dan permukaan tablet, serta ada tidaknya bau, rasa, dan kerusakan

pada tablet tersebut.

3.3.4.2 Keseragaman ukuran (Farmakope Indonesia edisi ketiga, 1979)

Uji keseragaman ukuran dilakukan terhadap 20 tablet dari masing-masing

formula dengan mengukur diameter dan ketebalan tablet menggunakan jangka

sorong. Menurut Farmakope Indonesia edisi ketiga, tablet yang memenuhi

persyaratan keseragaman ukuran adalah jika diameter tablet tidak lebih dari tiga

kali dan tidak kurang dari

tebal tablet.

3.3.4.3 Keseragaman bobot (Farmakope Indonesia edisi ketiga, 1979)

Sebanyak 20 tablet ditimbang dan dihitung bobot rata-ratanya, kemudian

ditimbang satu per satu. Persyaratan keseragaman bobot adalah tidak lebih dari

dua tablet menyimpang lebih besar dari kolom A dan tidak satu tablet pun yang

menyimpang lebih besar dari kolom B.

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

18

Universitas Indonesia

Tabel 3.4 Syarat keseragaman bobot

Berat rata-rata

(mg)

Selisih (%)

A B

< 25 15 30

26 – 150 10 20

151 – 300 7,5 15

> 300 5 10

[Sumber: Farmakope Indonesia edisi ketiga, 1979]

3.3.4.4 Kekerasan tablet

Kekerasan tablet diukur dengan menggunakan alat uji kekerasan. Tablet

diletakkan pada alat uji kemudian tekan tombol start. Hasil tekanan yang

diberikan oleh alat ketika tablet telah pecah dicatat. Satuan yang digunakan adalah

kilopond (kp). Syarat kekerasan tablet cepat hancur adalah 1-3 kp (Abu Izza, Li,

Look, Parr, dan Schineller, 2009)

3.3.4.5 Keregasan tablet (Lachman, Lieberman, dan Kanig, 1986)

Keregasan tablet diukur dengan menggunakan alat uji keregasan. Dua

puluh tablet dibersihkan dari debu kemudian ditimbang (W1). Keduapuluh tablet

tersebut dimasukkan dalam alat. Alat dijalankan dengan kecepatan putaran 25 rpm

selama 4 menit. Tablet dikeluarkan. Tablet dibersihkan dari debu dan ditimbang

(W2).

Keregasan tablet dihitung dengan rumus:

(3.4)

Syarat : keregasan tablet kurang dari 1 %

3.3.4.6 Waktu pembasahan (Rawas-Qalaji, Estelle, Simons, dan Simons, 2006)

Sebuah kertas saring yang dilipat dua dengan diameter 6,5 cm ditempatkan

pada cawan petri yang berisi 6 ml aquadest. Tablet uji diletakkan di tengah kertas

saring yang telah dibasahi dengan aquadest sampai merata. Metode ini sedikit

dimodifikasi dengan menggunakan aquadest yang diatur temperaturnya pada suhu

37oC. Waktu yang dibutuhkan oleh air untuk berdifusi dari kertas saring yang

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

19

Universitas Indonesia

sudah dibasahi oleh aquadest ke dalam seluruh bagian tablet dihitung dengan

menggunakan stopwatch.

3.3.4.7 Waktu hancur (Rawas-Qalaji, Estelle, Simons, dan Simons, 2006)

Sebuah cawan petri yang berukuran diameter 10 cm diisi dengan 10 ml

aquadest (pH = 6,8). Secara hati-hati tablet diletakkan di tengah-tengah cawan

petri. Waktu yang diperlukan tablet dapat hancur seluruhnya menjadi partikel-

partikel halus dihitung dengan menggunakan stopwatch.

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

20 Universitas Indonesia

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembuatan pragelatinisasi pati singkong sempurna

Pembuatan pragelatinisasi pati singkong (PPS) diawali dengan memasak

pati pada suhu 90oC. Pada suhu tersebut pati akan mengembang secara maksimal

(Takahashi dan Ojima, 2010). Proses ini dilakukan untuk merusak molekul pati

dan adanya air menyebabkan terjadinya gelatinisasi. Molekul air akan masuk ke

dalam molekul pati mengakibatkan molekul pati menjadi mengembang sehingga

akan terbentuk massa kental yang transparan. Selanjutnya massa kental tersebut

dikeringkan menggunakan double drum drier pada suhu 80oC. Pada suhu tersebut

massa kental sudah dapat dikeringkan menjadi serpihan-serpihan putih,

selanjutnya serpihan-serpihan tersebut digiling dengan disc mill yang dilengkapi

pengayak ukuran 35 mesh agar diperoleh serbuk dengan ukuran yang tidak terlalu

halus. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa ukuran partikel PPS yang

terlalu halus akan menyebabkan percepatan pembentukkan gel sehingga waktu

hancur tablet yang dihasilkan bertambah lama (Lizzaba, 1999). Oleh karena itu,

ukuran partikel PPS tidak boleh terlalu halus agar menghasilkan waktu hancur

yang cepat. Hasil pengayakan yang diperoleh berupa serbuk putih.

Rendemen PPS yang didapat sebesar 82%. Pengurangan ini disebabkan

pada waktu pengeringan massa kental dengan double drum drier terdapat massa

kental yang masih menempel pada drum dan sulit dilepaskan serta adanya

serpihan hasil pengeringan yang tidak tertampung dalam wadah. Pada saat

penggilingan sebagian massa serbuk masih tertinggal dalam disc mill.

Gambar 4.1 Serbuk pragelatinisasi pati singkong

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

21

Universitas Indonesia

4.2 Pembuatan tablet cepat hancur

Tablet cepat hancur dibuat dengan metode granulasi basah agar diperoleh

laju alir dan kompresibilitas yang baik sehingga akan dihasilkan tablet yang

memenuhi syarat. Semua formula menggunakan manitol dan aspartam dengan

maksud untuk memberikan rasa manis sehingga akan terasa nyaman ketika berada

di dalam mulut. Sebagai pengisi digunakan laktosa anhidrat yang merupakan

eksipien inert sehingga tidak mempengaruhi waktu pembasahan dan waktu

hancur. Sebagai penghancur digunakan kombinasi maltodekstrin DE 10-15 dan

PPS pada formula A, B, D, F dan G sedangkan formula C hanya menggunakan

maltodekstrin DE 10-15 dan formula E hanya menggunakan PPS. Avicel PH 102

digunakan sebagai pengikat dengan cara membasahinya dengan etanol 96%

(perbandingan etanol : avicel 102 = 2 : 1). Penambahan etanol 96% pada avicel

102 bertujuan agar partikel yang terpisah dalam avicel dapat terhubung satu sama

lain sehingga partikel-partikel tersebut dapat bergabung dan memiliki daya ikat

(Lachman, Lieberman dan Kanig, 1986).

Pada pembuatan granul maltodekstrin DE 10-15 dibagi dua, dimana

maltodekstrin DE 10-15 pertama diberikan pada saat pembuatan granul dan

sisanya diberikan setelah menjadi granul agar proses penghancuran tablet menjadi

dua kali. Pertama menghancurkan tablet menjadi bongkahan-bongkahan kecil.

Kedua memecahkan bongkahan kecil penghancuran pertama dan memecahkan

sisa-sisa tablet menjadi partikel halus (Ansel, 1989). Perbandingan komposisi

maltodekstrin DE 10-15 dengan PPS pada ketujuh formula bertujuan untuk

mengetahui pengaruh kombinasi keduanya terhadap waktu pembasahan dan

waktu hancur dari tablet cepat hancur.

Pada pembuatan granul, massa tablet mengalami dua kali pengayakan.

Pertama dengan pengayak no. 8 dengan tujuan agar meningkatkan banyaknya

tempat kontak dan meningkatkan luas permukaan agar mudah dikeringkan. Kedua

dengan pengayak no. 16 agar granul dapat mengisi rongga cetakan tablet hingga

merata (Ansel, 1989). Di antara proses pengayakan, massa tablet mengalami

proses pengeringan untuk menghilangkan pelarut yang digunakan pada

pembuatan gumpalan-gumpalan dan untuk mengurangi kelembaban (Lachman,

Lieberman dan Kanig, 1986).

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

22

Universitas Indonesia

4.3 Evaluasi massa tablet

Tabel 4.1. Hasil evaluasi massa tablet cepat hancur

Formula Laju alir

(gram/detik)

Sudut istirahat

(O)

Indeks

kompresibilitas (%)

Rasio

Hausner

A 5,01 ± 0,02 27,37 ± 0,28 17,30 ± 0,60 1,21 ± 0,01

B 5,66 ± 0,23 25,92 ± 0,82 17,65 ± 0,23 1,22 ± 0,01

C 6,29 ± 0,01 26,47 ± 0,16 17,24 ± 0,00 1,21 ± 0,00

D 4,51 ± 0,18 28,61 ± 0,17 17,39 ± 0,15 1,21 ± 0,00

E 4,08 ± 0,02 28,67 ± 1,05 17,28 ± 0,16 1,21 ± 0,00

F 6,42 ± 0,09 28,24 ± 0,56 16,66 ± 0,00 1,20 ± 0,00

G 5,62 ± 0,07 27,24 ± 0,90 16,98 ± 0,28 1,21 ± 0,01

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%), B (Maltodekstrin DE

10-15 : PPS = 30% : 10%), C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%), D (Maltodekstrin DE

10-15 : PPS = 10% : 30%), E (PPS = 40%), F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% :

10%), G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Massa tablet dievaluasi dengan mengukur laju alir, sudut istirahat, indeks

kompresibilitas, dan rasio Hausner. Keempatnya berfungsi untuk mengetahui

kemampuan mengalir massa tablet yang akan dicetak yang dapat mempengaruhi

keseragaman bobot tablet.

Sifat alir merupakan faktor penting dalam pembuatan tablet. Aliran massa

tablet yang baik dapat menjamin keseragaman bobot tablet yang dihasilkan.

(Lieberman, Lachman, dan Schwartz, 1990). Massa tablet dari ketujuh formula

dapat melalui flowmeter tanpa ada halangan. Laju alir massa tablet yang

ditunjukkan pada Tabel 4.1, berkisar antara 4,08-6,42 g/detik. Laju alir paling

besar dimiliki oleh formula F sedangkan laju alir paling kecil dimiliki oleh

formula E. Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui bahwa semakin besar

konsentrasi maltodekstrin DE 10-15 yang digunakan laju alirnya semakin besar.

Hal ini terjadi karena penambahan sisa maltodekstrin DE 10-15 pada proses

granulasi. Ukuran serbuk maltodekstrin DE 10-15 lebih kecil dibandingkan

ukuran granul sehingga menyebabkan berkurangnya gaya kohesi dan gaya gesek

antar partikel (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1986).

Selain laju alir, sifat alir juga ditentukan oleh sudut istirahat (Lieberman,

Lachman, dan Schwartz, 1990). Semakin kecil sudut istirahat yang terbentuk

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

23

Universitas Indonesia

maka semakin baik sudut istirahatnya (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1986).

Hasil sudut istirahat yang ditunjukkan oleh Tabel 4.1, terlihat bahwa formula D, E

dan F memiliki sudut istirahat yang hampir sama besar yaitu secara berturut

28,610; 28,67

0; dan 28,24

0. Begitu juga formula A dan G yang memiliki sudut

istirahat yang hampir sama besar yaitu 27,370 dan 27,24

0. Sudut istirahat formula

C sebesar 26,470. Sudut istirahat paling kecil dihasilkan oleh formula B yaitu

sebesar 25,920. Ditinjau dari sudut istirahat yang dihasilkan, sifat alir semua

formula termasuk dalam kategori baik (200-30

0). Sifat alir yang baik akan

membuat pengisian die terpenuhi secara merata sehingga keseragaman bobot

tablet tidak menyimpang (Lachman, Lieberman dan Kanig, 1986).

Indeks kompresibilitas ketujuh formula yang ditunjukkan Tabel 4.1

berkisar antara 16,66-17,65%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa sifat alir yang

dimiliki ketujuh formula termasuk dalam kategori baik (12-18%). Begitu juga

dengan rasio Hausner ketujuh formula seperti yang tertera pada Tabel 4.1

menunjukkan sifat alir yang baik yaitu kurang dari 1,25. Hal ini disebabkan oleh

massa tablet yang berbentuk granul sehingga udara yang terperangkap dalam

gelas ukur yang digunakan pada uji indeks kompresibilitas sedikit. Bentuk granul

juga meningkatnya berat jenis bulk (Lieberman, Lachman, dan Schwartz, 1990).

4.4 Evaluasi tablet

Evaluasi penampilan fisik dari tablet dilakukan dengan cara mengamati

bentuk, warna dan permukaan tablet, serta ada tidaknya bau, rasa, dan kerusakan

pada tablet. Tablet yang dihasilkan dari ketujuh formula umumnya berbentuk

bulat pipih, berwarna putih, tidak berbau, dan berasa manis. Rasa merupakan

faktor penting karena tablet cepat hancur akan mengalami disintegrasi pada

rongga mulut sehingga harus dibuat sediaan yang memberikan rasa yang enak

pada mulut. Jika obat memiliki rasa yang tidak enak atau pahit maka akan

mengganggu kenyamanan pasien ketika mengonsumsinya sehingga kepatuhan

pasien akan menurun. Oleh karena itu semua formula memiliki rasa manis.

Formula G memiliki rasa paling manis karena komposisi aspartam lebih banyak

dibanding formula lainnya. Rasa manis tersebut berasal dari manitol dan aspartam

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

24

Universitas Indonesia

yang berguna untuk menutupi rasa pahit dari famotidin sehingga memberikan rasa

nyaman ketika di mulut.

Formula A Formula B

Formula C Formula D

Formula E Formula F

Formula G

Gambar 4.2 Penampilan fisik tablet cepat hancur

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

25

Universitas Indonesia

Tabel 4.2. Hasil evaluasi keseragaman ukuran dan bobot tablet

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%), B (Maltodekstrin DE

10-15 : PPS = 30% : 10%), C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%), D (Maltodekstrin DE

10-15 : PPS = 10% : 30%), E (PPS = 40%), F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% :

10%), G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Keseragaman ukuran dievaluasi dengan mengukur tebal dan diameter

tablet yang dihasilkan menggunakan jangka sorong. Keseragaman ukuran

ditunjukkan oleh Tabel 4.2. Hasil pengukuran pada 20 tablet secara acak,

menunjukkan bahwa ketujuh formula tersebut memenuhi syarat Farmakope

Indonesia edisi III yaitu diameter tablet tidak lebih dari tiga kali dan tidak kurang

dari

tebal tablet. Laju alir, homogenitas campuran dan kestabilan punch

menyebabkan ukuran tablet menjadi seragam.

Keseragaman bobot dievaluasi dengan menimbang secara acak 20 tablet.

Hasil evaluasi seperti yang tertera pada Tabel 4.2, menunjukkan bahwa ketujuh

formula memenuhi syarat Farmakope Indonesia edisi III yaitu tidak lebih dari dua

tablet menyimpang lebih besar dari 7,5% dan tidak satu tablet pun yang

menyimpang lebih besar dari 15%. Bobot tablet yang diinginkan adalah 200 mg.

Keseragaman bobot tablet dipengaruhi oleh sifat alir. Berdasarkan laju alir, sudut

istirahat, Indeks kompresibilitas dan rasio Hausner, sifat alir ketujuh formula

termasuk dalam kategori baik.

Formula

Keseragaman

ukuran Keseragaman bobot

(gram) Tebal(mm) Diameter (mm)

A 4,32 ± 0,07 8,10 ± 0,00 202,18 ± 2,39

B 4,32 ± 0,13 8,10 ± 0,00 201,48 ± 1,18

C 4,32 ± 0,24 8,10 ± 0,00 202,42 ± 0,83

D 4,17 ± 0,12 8,10 ± 0,00 200,70 ± 1,43

E 4,02 ± 0,26 8,10 ± 0,00 201,37 ± 1,84

F 4,47 ± 0,10 8,10 ± 0,00 200,85 ± 1,26

G 4,43 ± 0,11 8,10 ± 0,00 200,06 ± 1,37

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

26

Universitas Indonesia

Tabel 4.3 Hasil evaluasi kekerasan, keregasan,

waktu pembasahan dan waktu hancur tablet

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%), B (Maltodekstrin DE 10-

15 : PPS = 30% : 10%), C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%), D (Maltodekstrin DE 10-

15 : PPS = 10% : 30%), E (PPS = 40%), F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% :

10%), G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Kekuatan tablet ditentukan dengan cara mengukur kekerasan dan

keregasan tablet. Syarat kekerasan tablet konvensional adalah 4-10 kp namun

pada tablet cepat hancur, syarat kekerasannya hanya berkisar antara 1-3 kp (Abu

Izza, Li, Look, Parr, Schineller, 2009). Hasil kekerasan tablet ditunjukkan oleh

Tabel 4.3. Kekerasan tertinggi dimiliki oleh formula F dan G yaitu 3,39 kp.

Kekerasan terendah dimiliki oleh formula E yaitu 3,32 kp. Kekerasan berguna

sebagai metode pengontrolan fisik selama proses pembuatan (Lachman,

Lieberman, dan Kanig, 1986).

Cara menentukan kekuatan tablet selanjutnya adalah dengan mengukur

keregasan tablet. Keregasan tablet berguna untuk mengetahui ketahanan tablet

terhadap guncangan yang terjadi selama proses pembuatan, pengemasan dan

pendistribusian (Lachman, Lieberman, dan Kanig, 1986). Syarat keregasan tablet

konvensional adalah kurang dari 1% (Lachman, Lieberman, dan Kanig, 1986).

Hasil uji keregasan seperti yang tertera pada Tabel 4.3, menunjukkan bahwa

formula B, C, F dan G memenuhi syarat uji keregasan. Di antara keempat formula

tersebut, formula C memiliki keregasan yang paling baik yaitu 0,42%. Dari

ketujuh formula, keregasan paling buruk dimiliki oleh formula E yaitu sebesar

1,84%. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pemakaian PPS lebih dari 10%

Formula Kekerasan

(kp) Keregasan (%)

Waktu

Pembasahan

(detik)

Waktu Hancur

(detik)

A 3,33 ± 0,41 1,09 ± 0,09 54,45 ± 2,82 26,39 ± 0,43

B 3,33 ± 0,56 0,66 ± 0,02 24,74 ± 2,87 46,40 ± 1,40

C 3,36 ± 0,27 0,42 ± 0,06 7,64 ± 2,29 69,67 ± 2,52

D 3,33 ± 0,46 1,49 ± 0,13 87,66 ± 0,67 24,49 ± 0,50

E 3,32 ± 0,47 1,84 ± 0,08 298,25 ± 6,97 26,09 ± 0,73

F 3,39 ± 0,36 0,74 ± 0,22 7,87 ± 1,92 38,55 ± 0,83

G 3,39 ± 0,21 0,78 ± 0,01 33,97 ± 1,86 35,77 ± 0,87

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

27

Universitas Indonesia

meningkatkan keregasan tablet seperti yang ditunjukkan pada formula A, D dan E.

Ketiga formula tersebut tidak memenuhi syarat karena keregasannya lebih dari

1%. Namun hal ini dapat diatasi dengan menambahkan konsentrasi maltodekstrin

DE 10-15 seperti yang terlihat pada formula G. Tablet cepat hancur umumnya

memiliki keregasan yang tinggi oleh karena itu biasanya tablet cepat hancur

dikemas secara khusus agar ketika berada di tangan pasien tablet masih dalam

keadaan utuh dan dalam kondisi baik (Abu Izza, Li, Look, Parr, Schineller, 2009).

Waktu pembasahan erat hubungannya dengan struktur dalam tablet dan

hidrofilitas dari eksipien (Bhowmik, Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, Chandira,

2009). Hasil uji waktu pembasahan ditunjukkan pada Tabel 4.3. Waktu

pembasahan paling cepat dimiliki oleh formula C yaitu sebesar 7,64 detik.

Formula E memiliki waktu pembasahan paling lambat yaitu 298,25 detik. Hasil

pengamatan menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maltodekstrin DE

10-15, semakin cepat pula waktu pembasahannya. Cepatnya waktu pembasahan

oleh maltodekstrin DE 10-15 karena hidrofilitas dan aksi porositas serta

kapilaritas dari maltodekstrin membuat cairan dapat berpenetrasi ke dalam tablet

secara cepat (Gonnissen, Remon, dan Vervaet, 2008). Waktu pembasahan akan

menurun seiring dengan adanya PPS. Waktu pembasahan formula A lebih cepat

dibandingkan formula D dan E. Hal ini menegaskan bahwa semakin tinggi

konsentrasi PPS semakin lama waktu pembasahannya.

Waktu hancur merupakan parameter paling penting pada tablet cepat

hancur. Metode evaluasi waktu hancur untuk tablet cepat hancur berbeda dengan

tablet konvensional. Oleh karena itu modifikasi evaluasi waktu hancur dilakukan

dengan cara merefleksikannya dengan kondisi rongga mulut (Bhowmik,

Chiranjib, Krishnakanth, Pankaj, Chandira, 2009). Syarat waktu hancur untuk

tablet cepat hancur adalah kurang dari 3 menit (Bhowmik, Chiranjib,

Krishnakanth, Pankaj, Chandira, 2009). Hasil uji waktu hancur ditunjukkan oleh

Tabel 4.3. Waktu hancur paling cepat dimiliki oleh formula D yaitu 24,49 detik

yaitu formula yang mengandung maltodekstrin DE 10-15 sebesar 10% dan PPS

sebesar 30%. Formula D lebih cepat hancur dibandingkan dengan formula E yang

tidak mengandung maltodekstrin DE 10-15. Namun waktu hancur formula E

masih lebih baik dibandingkan dengan formula lainnya yang menggunakan

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

28

Universitas Indonesia

maltodekstrin DE 10-15 lebih dari 10%. Kandungan maltodekstrin DE 10-15 yang

besar pada formula C membuat tablet menjadi lebih lama hancur yaitu selama

69,67 detik. Hal ini karena ketika berada dalam lingkungan yang penuh air,

maltodekstrin akan membentuk lapisan gel pada sekitar tablet sehingga

menghalangi penetrasi air ke dalam tablet (Gonnissen, Remon, dan Vervaet,

2008). Lamanya waktu hancur yang dibutuhkan oleh formula C dapat diatasi

dengan menambahkan PPS sebesar 10% seperti yang ditunjukkan oleh formula F

dimana waktu hancurnya menjadi 38,55 detik. Hasil waktu hancur formula G

(35,77 detik) lebih cepat dibandingkan formula B (46,40 detik) semakin

menegaskan bahwa maltodekstrin DE 10-15 memiliki waktu hancur yang lebih

lama dibandingkan PPS namun hal ini belum tentu terjadi pada maltodekstrin DE

yang lainnya. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk

mengetahui apakah maltodekstrin dengan jumlah DE yang lebih kecil atau lebih

besar akan mempengaruhi waktu hancur tablet. Kombinasi aksi porositas dan

kapilaritas yang dimiliki maltodekstrin dipadu dengan mekanisme mengembang

yang dimiliki PPS membuat tablet lebih cepat hancur. Urutan waktu hancur tablet

dari paling cepat hingga paling lambat adalah D < E < A < G < F < B < C.

***

Pada penelitian ini, tablet cepat hancur dibuat dengan menggunakan

maltodekstrin DE 10-15 dan PPS sebagai penghancur. Dari seluruh formulasi

yang dibuat, diperoleh hasil bahwa formula F yang mengandung maltodekstrin

DE 10-15 sebesar 40% dan PPS sebesar 10% memberikan hasil yang paling baik

yaitu kekerasan 3,39 kp, keregasan 0,74%, waktu pembasahan 7,87 detik dan

waktu hancur 38,55 detik.

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

29 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kombinasi terbaik maltodekstrin DE 10-15 dengan pragelatinisasi pati

singkong yang dapat digunakan sebagai penghancur pada formulasi tablet cepat

hancur adalah maltodekstrin DE 10-15 sebesar 40% dan pragelatinisasi pati

singkong sebesar 10%.

5.2 Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai tablet cepat hancur

menggunakan maltodekstrin DE lainnya.

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

30 Universitas Indonesia

DAFTAR ACUAN

Abu-Izza, Khawla A., Li, Vincent H., Look, Jee L., Parr, Graham D., dan

Schineller, Matthew K. (2009). Fast Dissolving Tablet. Dalam :

Bhupendra G Prajapati and Nayan Ratnakar. A Review on Recent

Patents on Fast Dissolving Drug Delivery System. Int. J. Pharm.

Tech. Research. Vol.1, No.3, pp 790-798.

Alebiowu, G., dan Itiola, O.A. (2002). Compressional Characteristics of Native

and Pregelatinized Forms of Sorghum, Plantain, and Corn Starches

and the Mechanical Properties of Their Tablets, Drug Dev. Ind.

Pharm. 28, 663–672.

Anonim. (2008). The United States Pharmacopoeia, 32nd

rev. and The National

Formulary, 29th

rev. Rockville: United States Pharmacopoeial

Convention. 1360.

Ansel, Howard C. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (Farida Ibrahim,

Penerjemah.). Jakarta: Universitas Indonesia Press. 261-268

Anwar, Effionora, Djajadisastra, Joshita, Yanuar, Arry, dan Bahtiar, Anton.

(2004), Pemanfaatan Maltodekstrin Pati Terigu Sebagai Eksipien

Dalam Formula Sediaan Tablet Dan Niosom. Majalah Ilmu

Kefarmasian, Vol. I, No.1, 34-46.

BeMiller, James, dan Whistler, Roy. (2009). Starch : Chemistry and Technology.

New York : Academic Press. 629-656.

Bertolini, Andrea C. (2010). Starches : Characterization, Properties, and

Applications. New York : CRC Press. 1-2, 166-167

Bhowmik, D., Chiranjib B., Krishnakanth, Pankaj, dan Chandira, R. Margret.

(2009). Fast Dissolving Tablet : An Overview. J. Chem. and Pharm.

Research, 1(1) : 163-177.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1979). Farmakope Indonesia edisi

III. Jakarta. 6-7.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia edisi

IV. Jakarta. 107-108.

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

31

Universitas Indonesia

Fu, Yourong, Shicheng Yang, Seong Hoon Jeong, Susumu Kimura, dan Kinam

Park., (2007). Orally Fast Disintegrating Tablets: Developments,

Technologies, Taste-Masking and Clinical Studies. Purdue

University, Departments of Pharmaceutics and Biomedical

Engineering, West Lafayette, Indiana, USA. 21(6) : 433-475.

Gonnissen, Y., Remon, J.P., dan Vervaet, C. (2008). Effect of Maltodextrin and

Superdisintegrant in Directly Compressible Powder Mixtures

Prepared Via Co-Spray Drying. Eur. J. Pharm. and Biopharm. 68 (2)

: 277-282.

Hardiyanti. (2003). Preparasi Niosom Dari Proniosom Berbasis Maltodekstrin DE

10-15 Dari Pati Gandum. Skripsi Sarjana FMIPA UI, Depok. 36.

Kennedy, J.F., Knill, C.J., dan Taylor, D.W. (1995). Maltodextrin. Dalam:

Kearsley, M.W. dan S.Z. Dziedzic (Ed). Handbook of Starch

Hydrolisis Products and Their Derivatives. London: Blackie

Academy dan Professional. 65-76

Kucinskaite, Agne., Sawicki, Wieslaw, Briedis, Vitalis, dan Sznitowska,

Malgorzata. (2007). Fast Disintegrating Tablets Containing Rhodiola

Rosea L. Extract. Acta Poloniae Pharmaceutica Drug Research, Vol.

64 No.1. 63-67

Lachman, L., H. A. Lieberman, J. L. Kanig. (1986). The Theory and Practice of

Industrial Pharmacy (2nd

ed). Philadelphia: Lea dan Febiger. 139-

164, 648-705.

Lieberman, H. A., Lachman, L., Schwartz, J. B. (Eds.). (1990). Pharmaceutical

Dosage Forms. New York: Marcel Dekker. 54-56

Lizzaba. (1999). Penggunaan Pati Singkong Terpregelatinasi yang Dibuat dengan

Air 55% pada suhu 100oC dalam Tablet Piridoksin Hidroklorida

Cetak Langsung. Skripsi Sarjana FMIPA UI, Depok. 50.

Newman, Ann W., Mueller, Ronald L., Vitez, Imre M., dan Kiesnowski, Chris C.

(2007). Starches and Starch Derivatives. Dalam: Swarbick, James

(Ed). Encyclopedia of Pharmaceutical Technology. New York:

Informa Healthcare. 3476-3481.

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

32

Universitas Indonesia

Omidian, H., dan Park K. (2008). Swelling Agents and Devices in Oral Drug

Delivery. J. Drug Del. Sci. Tech., 18 (2) 83-93.

Rachmawati, A. Laura. (2007). Pemanfaatan Pregel Pati Singkong Suksinat

Sebagai Eksipien Dalam Pembuatan Tablet Cepat Hancur. Skripsi

Sarjana FMIPA UI, Depok. 45.

Rawas-Qalaji, Mutasem M., Estelle, F., Simons, R., dan Simons, Keith J. (2006).

Fast-Disintegrating Sublingual Tablet : Effect of Epinephrine Load

on Tablet Characteristics. AAPS Pharm. Sci. Tech. 72-78.

Sjamsudin, Udin dan Dewoto. Hadi R. (2007). Histamin dan Antialergi dalam:

Ganiswarna SG, ed. Farmakologi dan Terapi. Jakarta : Bagian

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 258-259.

Takahashi, R. dan Ojima, T. (2010). Pregelatinization of wheat starch in a drum

drier. Dalam : Bertolini, Andrea C. Starches: Characterization,

Properties, and Applications. New York : CRC Press. 167.

Tatro, David S., (2003). A to Z Drug Facts. Missouri: Facts and Comparisons.

303.

Wade, A. dan Weller, P.J. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipient (6th

ed.). London: The Pharmaceutical Press. 442-444, 731-733.

Zobel, H.F., dan Stephen, A.M. (1985). Starch: Structure, Analysis and

Application. Dalam: Food Polysaccharide and Their Application.

Ed. by Stephen A.M. New York: Marcel Dekker. 49-92.

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

33

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

34

Lampiran 1

Gambar proses waktu pembasahan

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

35

Lampiran 2

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Gambar hasil uji keseragaman bobot tablet cepat hancur

202,18

201,48

202,42

200,70

201,37

200,85

200,06

A B C D E F G

Formula

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

36

Lampiran 3

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Gambar hasil uji keseragaman ukuran tablet

4,32 4,32 4,32 4,17 4,024,47 4,43

8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

A B C D E F G

Tabel Diameter

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

37

Lampiran 4

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Gambar hasil uji kekerasan tablet cepat hancur

3,28

3,3

3,32

3,34

3,36

3,38

3,4

A B C D E F G

3,33 3,33

3,36

3,33

3,32

3,39 3,39

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

38

Lampiran 5

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Gambar hasil uji keregasan tablet cepat hancur

0

0,2

0,4

0,6

0,8

1

1,2

1,4

1,6

1,8

2

A B C D E F G

1,09

0,66

0,42

1,49

1,84

0,74 0,78

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

39

Lampiran 6

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Gambar hasil uji waktu pembasahan tablet cepat hancur

0

50

100

150

200

250

300

A B C D E F G

54,45

24,747,64

87,65

298,25

7,87

33,97

Det

ik

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

40

Lampiran 7

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Gambar hasil uji waktu hancur tablet cepat hancur

0

10

20

30

40

50

60

70

A B C D E F G

26,39

46,40

69,67

24,4926,09

38,5535,77

Deti

k

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

41

Lampiran 8

Tabel hasil uji laju alir

Formula Percobaan

Rata-rata ± SD 1 2 3

A 5,03 5,02 4,99 5,01 ± 0,02

B 5,68 5,88 5,42 5,66 ± 0,23

C 6,30 6,28 6,28 6,29 ± 0,01

D 4,38 4,43 4,71 4,51 ± 0,18

E 4,07 4,10 4,08 4,08 ± 0,02

F 6,36 6,52 6,38 6,42 ± 0,09

G 5,56 5,61 5,69 5,62 ± 0,07

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

42

Lampiran 9

Tabel hasil uji sudut istirahat

Formula Percobaan

Rata-rata ± SD 1 2 3

A 27,37 27,65 27,09 27,37 ± 0,28

B 26,56 25,00 26,21 25,92 ± 0,82

C 26,56 26,29 26,56 26,47 ± 0,16

D 28,71 28,42 28,71 28,61 ± 0,17

E 28,07 28,07 29,89 28,67 ± 1,05

F 28,81 27,69 28,24 28,24 ± 0,56

G 26,21 27,89 27,61 27,24 ± 0,90

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

43

Lampiran 10

Tabel hasil uji indeks kompresibilitas

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Formula Percobaan

Rata-rata ± SD 1 2 3

A 16,66 17,85 17,39 17,30 ± 0,60

B 17,39 17,78 17,78 17,65 ± 0.23

C 17,24 17,24 17,24 17,24 ± 0,00

D 17,24 17,39 17,54 17,39 ± 0,15

E 17,19 17,46 17,19 17,28 ± 0,16

F 16,66 16,66 16,66 16,66 ± 0,00

G 17,14 17,14 16,66 16,98 ± 0,28

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

44

Lampiran 11

Tabel hasil uji rasio Hausner

Formula Percobaan

Rata-rata ± SD 1 2 3

A 1,20 1,22 1,21 1,21 ± 0,01

B 1,21 1,22 1,22 1,22 ± 0,01

C 1,21 1,21 1,21 1,21 ± 0,00

D 1,21 1,21 1,21 1,21 ± 0,00

E 1,21 1,21 1,21 1,21 ± 0,00

F 1,20 1,20 1,20 1,20 ± 0,00

G 1,21 1,21 1,20 1,21 ± 0,01

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

45

Lampiran 12

Tabel hasil uji tebal tablet cepat hancur

No A B C D E F G

1 4,44 4,40 4,50 4,00 4,04 4,30 4,50

2 4,30 4,50 4,70 4,10 4,36 4,30 4,40

3 4,36 4,13 4,66 4,10 4,34 4,40 4,30

4 4,22 4,40 4,66 4,00 4,52 4,50 4,40

5 4,24 4,16 4,66 4,10 4,32 4,35 4,30

6 4,36 4,14 4,40 4,20 4,06 4,35 4,60

7 4,20 4,30 4,44 4,34 4,20 4,40 4,50

8 4,36 4,30 3,90 4,30 3,74 4,60 4,54

9 4,30 4,10 4,10 4,22 3,70 4,50 4,40

10 4,30 4,30 4,20 4,20 4,14 4,50 4,34

11 4,40 4,40 4,40 4,10 3,80 4,45 4,30

12 4,30 4,10 4,34 4,14 3,70 4,45 4,30

13 4,38 4,50 4,22 4,30 3,70 4,60 4,60

14 4,30 4,50 4,00 4,20 3,74 4,40 4,54

15 4,24 4,30 4,14 4,40 3,80 4,55 4,40

16 4,40 4,34 4,10 4,12 3,90 4,60 4,40

17 4,30 4,30 4,20 4,00 3,84 4,60 4,30

18 4,30 4,40 4,00 4,40 4,32 4,55 4,40

19 4,30 4,40 4,24 4,10 4,18 4,50 4,50

20 4,40 4,40 4,50 4,10 4,00 4,40 4,60

rata-

rata 4,32 4,32 4,32 4,17 4,02 4,47 4,43

SD 0,07 0,13 0,24 0,12 0,26 0,10 0,11

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

46

Lampiran 13

Tabel hasil uji diameter tablet cepat hancur

No. A B C D E F G

1 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

2 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

3 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

4 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

5 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

6 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

7 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

8 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

9 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

11 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

12 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

13 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

14 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

15 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

16 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

17 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

18 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

19 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

20 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

Rata-

rata 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10 8,10

SD 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

47

Lampiran 14

Tabel hasil uji keseragaman bobot tablet cepat hancur

No A B C D E F G

1 198,2 202,2 202,4 203,9 204 200,7 202

2 203,1 203,5 202,4 198,1 202,3 201,6 200,6

3 200,2 203,4 202,2 199 201,2 200,6 202,4

4 204,8 201,6 203,1 199,2 202,8 200,1 202,1

5 203,4 200,9 203,3 201,1 198,4 201,1 201,7

6 205,5 200,7 201,7 200,9 202 199,4 199,3

7 204,7 202,6 203,4 199,6 202 202,3 203,7

8 196,9 199,5 201,3 202,5 200,8 199,3 199,1

9 202,4 201,6 201,4 199,7 199,1 201,3 200,5

10 202,7 201,5 203,0 201,6 199,2 200,6 201,2

11 197,9 202,2 203,6 201,5 202,0 198,7 202,6

12 201,4 201,5 203,4 202 198,5 199,7 202,8

13 201,3 202,1 202,8 202,6 198,3 198,9 202,8

14 202,8 200,8 200,8 199,7 202,5 201,3 202,8

15 201,7 198,9 201,8 201,6 203,5 202,3 202,8

16 205,5 202,2 203 200,8 204,1 202,6 201,8

17 201,9 200,0 202,4 199,6 202,8 200,8 202

18 203,4 200,6 201,1 199,7 202,0 202,6 203,4

19 202,6 202,1 202,6 200,3 200,5 200,3 203,6

20 203,2 201,7 202,7 200,6 201,3 202,7 204,1

Rata-

rata 202,18 201,48 202,42 200,70 201,37 200,85 200,06

SD 2,39 1,18 0,83 1,43 1,84 1,26 1,37

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

48

Lampiran 15

Tabel hasil uji kekerasan tablet cepat hancur

Formula Percobaan

Rata-rata ± SD 1 2 3

A 3,26 2,95 3,77 3,33 ± 0,41

B 3,87 3,36 2,75 3,33 ± 0,56

C 3,26 3,16 3,66 3,36 ± 0,27

D 3,77 3,36 2,85 3,33 ± 0,46

E 3,87 3,05 3,05 3,32 ± 0,47

F 3,36 3,77 3,05 3,39 ± 0,36

G 3,56 3,46 3,16 3,39 ± 0,21

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

49

Lampiran 16

Tabel hasil uji keregasan tablet cepat hancur

Formula Percobaan

Rata-rata ± SD 1 2 3

A 0,99 1,16 1,11 1,09 ± 0,09

B 0,64 0,66 0,68 0,66 ± 0,02

C 0,38 0,39 0,48 0,42 ± 0,06

D 1,64 1,43 1,39 1,49 ± 0,13

E 1,77 1,82 1,93 1,84 ± 0,08

F 0,57 0,66 0,99 0,74 ± 0,22

G 0,79 0,79 0,77 0,78 ± 0,01

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

50

Lampiran 17

Tabel hasil uji waktu pembasahan tablet cepat hancur

Formula Percobaan

Rata-rata ± SD 1 2 3

A 51,24 55,57 56,54 54,45 ± 2,82

B 22,21 27,86 24,15 24,74 ± 2,87

C 9,95 5,37 7,61 7,64 ± 2,29

D 86,89 88,13 87,95 87,66 ± 0,67

E 292,4 296,4 306 298,25 ± 6,97

F 9,94 6,15 7,53 7,87 ± 1,92

G 33,4 36,04 32,46 33,97 ± 1,86

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

51

Lampiran 18

Tabel hasil uji waktu hancur tablet cepat hancur

Formula Percobaan

Rata-rata ± SD 1 2 3

A 25,94 26,80 26,43 26,39 ± 0,43

B 46,55 44,93 47,72 46,40 ± 1,40

C 72,00 70,00 67,00 69,67 ± 2,52

D 25,02 24,04 24,40 24,49 ± 0,50

E 25,32 26,17 26,78 26,09 ± 0,73

F 39,50 37,93 38,23 38,55 ± 0,83

G 35,59 36,71 35,00 35,77 ± 0,87

Keterangan : A (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 20% : 20%)

B (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 10%)

C (Maltodekstrin DE 10-15 = 40%)

D (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 10% : 30%)

E (PPS = 40%)

F (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 40% : 10%)

G (Maltodekstrin DE 10-15 : PPS = 30% : 20%)

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

52

Lampiran 19 Perhitungan rendemen

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

53

Lampiran 20 Sertifikat analisis famotidin

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

54

Lampiran 21 Sertifikat analisis maltodekstrin DE 10-15

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

55

Lampiran 22 Sertifikat analisis avicel 102

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

56

Lampiran 23 Sertifikat analisis laktosa anhidrat

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

57

Lampiran Sertifikat analisis laktosa anhidrat (lanjutan)

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

58

Lampiran 24 Sertifikat analisis manitol

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA FORMULASI TABLET …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20284305-S787-Formulasi tablet.pdf · Farmasi pada Program Studi Farmasi, ... Gambar 2.5 Mekanisme Kerja Superdisintegran

59

Lampiran 25 Sertifikat analisis aspartam

Formulasi tablet ..., Ahmad Zaki, FMIPA UI, 2011