UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf ·...

64
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASALAH PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) DI GEDUNG PROFESOR DR. SOELARTO LANTAI 1 RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI KARYA ILMIAH AKHIR-NERS HARYANI, S.Kep 0806457060 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN KELAS REGULER DEPOK JULI 2013 Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf ·...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASALAH

PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS

SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB)

DI GEDUNG PROFESOR DR. SOELARTO LANTAI 1

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS

HARYANI, S.Kep

0806457060

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

KELAS REGULER

DEPOK

JULI 2013

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS PRAKTIK KEPERAWATAN KESEHATAN MASALAH

PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS

SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB)

DI GEDUNG PROFESOR DR. SOELARTO LANTAI 1

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

KARYA ILMIAH AKHIR-NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Ners Keperawatan

HARYANI, S.Kep

0806457060

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

KELAS REGULER

DEPOK

JULI 2013

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Tulis akhir-Ners ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Haryani, S.Kep

NPM : 0806457060

Tanda Tangan :

Tanggal : 5 Juli 2013

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

iii Universitas Indonesia

HALAMAN PERSETUJUAN

Karya tulis ini diajukan oleh :

Nama : Haryani

NPM : 0806457060

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul karya tulis : Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masalah

Perkotaan (KKMP) Pada Kasus Spondilitis

Tuberkulosis (TB) di Gedung Profesor Dr.

Soelarto Lantai 1 Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners

pada Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan,

Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati S.Kp.,MARS.

Penguji : Ns. Sri Sasongkowati, S.Kep

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 5 Juli 2013

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan

ramat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Akhir-Ners ini. Penulisan

Karya Tulis Akhir-Ners ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Ners Keperawatan di Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada Karya Tulis Akhir-Ners ini,

sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Oleh karena itu,

saya mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dewi Irawati, MA., Ph.D., sebagai Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan;

2. Kuntarti, SKp., M.Biomed sebagai koordinator Program Profesi 2012-

2013;

3. Riri Maria, SKp., MN sebagai sebagai koordinator Mata Ajar KKMP

4. Dr. Rr. Tutik Sri Hariyati S.Kp.,MARS sebagai dosen pembimbing Karya

Tulis Akhir-Ners yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran

untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi;

5. Ns. Sri Sasongkowati, S.Kep sebagai pembimbing klinik yang telah

memberikan banyak masukan agar Karya Tulis Akhir-Ners saya menjadi

lebih baik;

6. Kepada perawat ruangan di gedung Prof. Dr. Soelarto lantai 1 RSUP

Fatmawati yang telah membimbing selama praktik KKMP;

7. Orang tua dan kakak saya yang telah memberikan dukungan material dan

moral dalam menyelesaikan Karya Tulis Akhir-Ners ini;

8. Sahabat MAGIC yang telah banyak membantu saya dalam menyelesaikan

Karya Tulis Akhir-Ners ini; dan

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

v

9. Teman-teman 2008 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indoensia

yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu, yang telah sama-sama

berjuang dalam menyelesaikan Karya Tulis Akhir-Ners ini.

Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas kebaikan

pihak yang telah membantu. Semoga Karya Tulis Akhir-Ners ini membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok. 5 Juli 2013

Haryani, S.Kep

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

vi

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di

bawah ini:

Nama : Haryani

NPM : 0806457060

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Fakultas : Ilmu Keperawatan

Jenis Karya : Karya Tulis Akhir-Ners

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada

Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-

Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan (KKMP) pada

Kasus Spondilitis Tuberkulosis (TB) di Gedung Profesor Dr. Soelarto Lantai

1 Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti

Noneksklusif ini Universitas Indoneisa berhak menyimpan, mengalihmedia/

formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan

mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok

Pada tanggal : 5 Juli 2013

Yang menyatakan

(Haryani, S.Kep)

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

vii Universitas Indonesia

ABSTRAK

Nama : Haryani

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul : Analisis Praktik Keperawatan Kesehatan Masalah

Perkotaan (KKMP) Pada Kasus Spondilitis Tuberkulosis

(TB) di Gedung Profesor Dr. Soelarto Lantai 1 Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati

Spondilitis tuberkulosis merupakan salah satu masalah kesehatan perkotaan.

Spondilitis TB adalah infeksi tulang belakang yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberculosis. Gejala yang paling sering ditimbulkan oleh

spondilitis TB adalah nyeri punggung dan kecemasan sebelum operasi. Karya

ilmiah ini memaparkan tentang asuhan keperawatan yang diberikan pada salah

satu klien dengan masalah spondilitis TB di Gedung Profesor Dr Soelarto Rumah

Sakit Umum Pusat Fatmawati. Intervensi keperawatan yang dilakukan khususnya

terkait tehnik relaksasi napas dalam. Evaluasi keperawatan didapatkan bahwa

setelah klien melakukan tehnik relaksasi napas dalam, nyeri dan kecemasan

berkurang.

Kata kunci: napas dalam, nyeri, cemas, spondilitis tuberkulosis

ABSTRACT

Name : Haryani

Study Program : Nursing

Title : Analysis of Clinical Nursing Practice of Urban Health for

spondylitis tuberculosis case in one floor Profesor Dr.

Soelarto building Fatmawati hospital

Spondylitis tuberculosis is one of health urban issues. Spondylitis tuberculosis is

an infection in spine caused by mycobacterium tuberculosis. The most common

symptoms of spondylitis tuberculosis are back pain and anxiety before surgery.

This paper describes about the nursing care given to one client with spondylitis

tuberculosis in one floor Profesor Dr. Soelarto building Fatmawati hospital.

Nursing intervention performed particulary related to deep breathing relaxation

techniques. Nursing evaluation found that after the client did the deep breathing

relaxation theniques, pain and anxiety is reduced.

Key words: anxiety, deep breathing, pain, spondylitis TB

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

viii Universitas Indonesia

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................ ii

HALAMAN PERSETUJUAN .......................................................................... iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ....................... vi

ABSTRAK ......................................................................................... vii

DAFTAR ISI ......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penulisan ..................................................................................... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 7 2.1 Tuberkulosis (TB) ......................................................................................... .... 7

2.2 Spondilitis Tuberkulosis (TB) ...................................................................... 10

2.3 Asuhan Keperawatan Spondilitis Tuberkulosis (TB) ................................... 15

2.4 Tehnik Relaksasi: Tarik Napas Dalam Untuk Mengatasi Nyeri dan

Kecemasan pada Penderita Spondilitis Tuberkulosis (TB)........................... 17

BAB 3 LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA ...................................... 19 3.1 Pengkajian ......................................................................................... 19

3.2 Analisis dan Diagnosa Keperawatan............................................................. 22

3.3 Perencanaan dan Implementasi Keperawatan ............................................... 24

3.4 Evaluasi ......................................................................................... 25

BAB 4 PEMBAHASAN .................................................................................... 27 4.1 Analisis KKMP dengan Kasus Kelolaan ..................................................... 27

4.2 Analisis Kasus Kelolaan .............................................................................. 28

4.3 Analisis Tehnik Relaksasi Napas Dalam yang dilakukan pada Kasus

Klien Kelolaan ........................................................................................ 31

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 33

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 33

5.2 Saran ......................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 35

LAMPIRAN

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

ix Universitas Indoenesia

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Asuhan Keperawatan Nn.A dengan Spondilitis TB di Gedung

Profesor Dr. Soelarto Lantai 1 Rumah Sakit Umum Pusat

Fatmawati

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

1 Universitas Indonesia

BAB 1

PENDAHULUAN

BAB 1 berisi pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan,

dan manfaat penulisan. Rumusan masalah berisikan tentang masalah yang akan

dibahas. Tujuan penulisan terdiri dari dua sub bahasan, yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus. Sedangkan manfaat penulisan terdiri dari manfaat yang didapat

dari karya ilmiah ini untuk pelayanan keperawatan, rumah sakit, dan ilmu

keperawatan.

1.1 Latar Belakang

Perkembangan globalisasi di berbagai kota semakin meningkatkan jumlah

peristiwa urbanisasi. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suharini

(2007) ditemukan bahwa adanya perkembangan pada suatu kota akan

meningkatkan jumlah penduduk untuk melakukan urbanisasi. Dengan kata lain,

urbanisasi dapat mempengaruhi terhadap pekembangan kota.

Peristiwa urbanisasi dapat memberikan pengaruh negatif pada suatu kota. Tellnes

(2005) menyatakan bahwa dampak negatif yang ditimbulkan akibat urbanisasi

salah satunya adalah perubahan gaya hidup kearah masalah kesehatan seperti

merokok. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Ischak (2001)

menyebutkan bahwa dampak negatif dari urbanisasi meliputi adanya pencemaran

udara akibat peningkatan jumlah transportasi dan perkembangan industrialisasi.

Akibat merokok dan pencemaran udara tersebut dapat mengakibatkan timbulnya

masalah kesehatan pada penduduk kota.

Pencemaran udara pada suatu kota dapat menimbulkan masalah kesehatan berupa

masalah pernapasan pada penduduk kota. Penyakit pernapasan seperti ISPA

merupakan salah satu faktor akibat pencemaran udara (Brunner, Suddart, &

Smeltzer, 2008). Keadaan kota dengan tercemarnya udara menimbulkan

mudahnya mycobacterium masuk kedalam tubuh manusia. Salah satu penyakit

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

2

Universitas Indonesia

yang disebabkan oleh mycobacterium dan mudah ditularkan melalui udara pada

suatu kota yaitu penyakit tuberkulosis (Arias, 2009).

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesetahan utama di berbagai

negara di dunia. Berdasarkan hasil data World Human Organization (WHO)

(2012) menyatakan bahwa benua dengan tingkat tertinggi penderita TB terdapat di

benua Asia dan afrika dengan India dan China merupakan negara penyumbang

terbesar kasus TB di dunia sekitar 40% dan kawasan negara-negara di Asia

Tenggara dan Pasifik Barat menyumbangkan sekitar 60% kasus TB di dunia.

Salah satu Negara Asia tenggara yang menyumbangkan kasus tuberkulosis adalah

Negara Indonesia.

Kasus TB di Indonesia merupakan masalah kesehatan utama di masyarakat.

Tahun 2011, Indonesia merupakan peringkat ke 4 negara dengan kasus TB

tertinggi setelah Negara China, India, dan Afrika Selatan (WHO, 2012). Survei

Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 menyatakan bahwa penyakit TB

paru di Indonesia merupakan penyebab kematian nomor tiga tersebar setelah

setelah penyakit jantung dan pernapasan (Depkes, 2008). Peningkatan jumlah

penderita TB paru juga dipengaruhi oleh industrialisasi, kemudahan transportasi,

serta perubahan ekosistem (Muttaqin, 2008). Selain itu, kemiskinan menyebabkan

penduduk kekurangan gizi, tinggal ditempat yang tidak sehat dan kurangnya

kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan sehingga meningkatkan risiko

terjadinya penyakit TB (Mahpudin, 2005).

Kelompok usia produktif merupakan kelompok usia dengan peringkat tertinggi

penderita TB. Kemenkes (2011) menyatakan bahwa sekitar 75% pasien TB adalah

kelompok usia paling produktf secara ekonomis (15-50 tahun). Muttaqin (2008)

mengatakan hal yang sama bahwa sebagian besar penderita TB berasal dari

kelompok usia produktif.

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

3

Universitas Indonesia

TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium

tuberculosis (Brunner, Suddart, & Smeltzer, 2008). Bakteri TB menular melalui

udara ketika penderita TB batuk dan menyebarkan bakteri ke udara dalam bentuk

percikan dahak (Arias, 2009). Bakteri TB mampu menyerang seluruh bagian

tubuh manusia secara hematogen dan limfogen (Corwin, 2008). Dalam penelitian

Moesbar (2006) menyatakan bahwa 10% dari seluruh pendertita TB memiliki

keterlibatan dengan muskuloskeletal, dimana setengah dari hasil persentase

tersebut mempunyai lesi di tulang belakang.

TB tulang belakang atau dikenal dengan sebutan Spondilitis TB merupakan

kejadian TB ekstrapulmonal ke bagian tulang belakang tubuh (Brunner, Suddart,

& Smeltzer, 2008). Paramarta et al (2008) menyatakan bahwa sekitar 10% dari

kasus TB ekstrapulmonar merupakan spondilitis TB. Alavi dan Sharifi (2010)

menyatakan bahwa dari 69 penderita spondilitis TB, sebayak 21 pasien

diakibatkan adanya riwayat penyakit TB paru. Dengan kata lain, dapat dikatakan

bahwa spondilitis TB merupakan infeksi sekunder dari tuberkulosis ditempat lain

dari tubuh.

Spondilitis TB dapat terjadi pada level manapun dari tulang belakang. Tulang

belakang tubuh manusia terdiri dari 7 servikal, 12 thorakal, 5 lumbal dan 5

sakrum (Bono & Garfin, 2004). Lokalisasi yang paling sering terjadi yaitu pada

daerah vertebra torakal bawah dan daerah lumbal (T8-L3), kemudian daerah

torakal atas, servikal dan daerah sakrum (Garfin & Vaccaro, 1997 dalam Moesbar

2006). Abbasi dan Beshara (2011) menyatakan bahwa dari 25 responden

penderita TB sebagian besar sekitar 37,5 % lokalisasi spondilitis TB pada area

torakal dan sebagian kecil sekita 10% pada area servikal. Oleh sebab itu,

penderita spondilitis TB dapat mengalami perubahan-perubahan bentuk tulang

ataupun tanda dan gejala lainnya.

Agrawal, Patgaonkar dan Nagariya (2010) menyatakan bahwa tanda dan gejala

dari spondilitis TB meliputi tubuh merasa lemas, kurang nafsu makan, penurunan

berat badan, kenaikan suhu dan berkeringat dimalam hari dan nyeri punggung jika

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

4

Universitas Indonesia

bergerak. Hal yang sama juga dikemukaan oleh Alavi dan Sharifi (2010)

menyatakan bahwa dari 69 responden didapatkan hasil 98,5% mengalami nyeri

punggung, 26% merasa demam dimalam hari, 28,9% bentuk tubuh kifosis, 17,4%

berkeringat dimalam hari dan sekitar 14,5% mengalami penurunan berat badan.

Dapat dikatakan bahwa tanda gejala yang khas pada penderita spondilitis TB yaitu

bentuk tubuh nyeri punggung.

Tindakan medis yang dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri karena adanya abses

pada tulang belakang adalah dengan prosedur operasi. Agrawal, Patgaonkar dan

Nagariya (2010) menyatakan bahwa prosedur operasi yang dilakukan pada

penderita spondilitis TB meliputi debridemen posterior dan anterior untuk

mengeluarkan abses ataupun pus yang berada pada tulang belakang. Chanplakorn

et al (2011) menyatakan bahwa prosedur operasi lain yang dilakukan untuk

mengurangi nyeri penderita spondilitis TB yaitu dengan spinal shortering

osteotomy yang ditujukan untuk penderita spondilitis TB dengan kifosis.

Tindakan keperawatan untuk mengurangi rasa nyeri pada penderita spondilitis TB

salah satunya adalah dengan metode relaksasi napas dalam (Wilkinson & ahhren,

2009). Tujuan dilakukan tehnik napas dalam adalah untuk merelaksasikan otot-

otot yang tegang dan menormalkan sirkulasi oksigen akibat cemas dan tahanan

saat nyeri (Duma, Swardt, & Khanyile, 2008). Metode relaksasi napas dalam

selain dapat mengurangi nyeri juga dapat menurunkan tingkat kecemasan.

Sli, Setyoadi, dan Widastra (2009) menyatakan bahwa terjadi penurunan skala

nyeri pada masing-masing responden setelah melakukan tehnik relasasi napas

dalam. Varvogli dan Darviri (2011) dalam penelitiaanya tentang tehnik

managemen stres ditemukan hasil bahwa menggunakan tehnik napas dalam dapat

mengurangi kecemasan. Dengan demikian, tindakan keperawatan berupa tehnik

napas dalam dapat digunakan atau di implementasikan kepada klien spondilitis

TB dengan keluhan nyeri punggung sebelum dan sesudah operasi serta untuk

mengurangi tingkat kecemasan klien sebelum operasi.

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

5

Universitas Indonesia

Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Fatmawati merupakan salah satu rumah sakit

pendidikan di Jakarta. Hal ini sesuai dengan misi RSUP Fatmawati yaitu

meningkatkan mutu pendidikan di seluruh disiplin ilmu. Salah satu institusi

pendidikan yang berkontribusi adalah Mahasiswa Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia (FIK UI) Program Profesi 2012-2013. Pada bulan Mei 2013 selama 4

minggu mahasiswa FIK UI praktik di lantai I Gedung Professor DR. Soelarto

untuk mata ajar Keperawatan Kesehatan Masalah Perkotaan. Berdasarkan hasil

observasi mahasiswa, kasus terbanyak di ruangan tersebut adalah fraktur dan

spondilitis TB.

Fenomena- fenomena mengenai masalah kesehatan perkotaan yaitu spondilitis TB

perlu segera ditangani. Oleh karena itu, penulis mencoba untuk memberikan

asuhan keperawatan dan melakukan salah satu implementasi berdasarkan evidence

based yaitu tehnik relaksasi napas dalam pada pasien bernama Nn. A dengan

spondilitis TB di lantai I Gedung Professor DR. Soelarto di Rumah Sakit Umum

Pusat Fatmawati.

1.2 Rumusan Masalah

Pesatnya perkembangan pada suatu kota dapat meningkatkan peristiwa urbanisasi.

Peristiwa urbanisasi dapat memberikan dampak negatif pada masalah kesehatan

berupa pencemaran udara dan perubahan gaya hidup merokok yang dapat berisiko

terjadi masalah kesehatan tuberkulosis. Penyebaran tuberkulosis secara

hematogen dan limfogen mengakibatkan terjadi tuberkulosis pada tulang belakang

atau spondilitis TB. Prosedur medis yang diberikan adalah pembedahan. Gejala

yang ditimbulkan adalah nyeri dan kecemasan sebelum operasi. Tindakan

keperawatan yang dilakukan untuk gejala tersebut yaitu dengan mengggunakan

tehnik relaksasi napas dalam. Oleh karena itu, penulis mencoba memberikan

asuhan keperawatan dan melakukan evidence based tehnik relaksasi napas dalam

pada Nn.A dengan spondilitis TB.

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

6

Universitas Indonesia

1.3. Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Umum:

Tujuan umum karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis praktik KKMP dengan

kasus kelolaan spondilitis TB di ruang rawat inap GPS lantai 1 RSUP Fatmawati.

1.3.2 Tujuan Khusus:

Tujuan khusus penulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis KKMP: masalah kesehatan berdasarkan aggregate/setting

dengan kasus kelolaan

2. Menganalisis kasus kelolaan dengan konsep spondilitis TB

3. Menganalisis salah satu intervensi berdasarkan evidence based yang diberikan

pada klien kelolaan: tehnik relaksasi napas dalam

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Pelayanan Keperawatan

Penulisan ini berguna untuk mengembangkan pelayanan keperawatan klien

dengan spondilitis TB di rumah sakit. Penulisan ini juga dapat dijadikan dasar

dalam memberikan materi dalam pemberian asuhan keperawatan klien dengan

spondilitis TB.

1.4.2 Bagi Rumah Sakit

Penulisan ini dapat digunakan oleh pihak rumah sakit dalam mengembangkan

pelayanan asuhan keperawatan klien dengan spondilitis TB. Penulisan ini dapat

dijadikan sebagai dasar dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan dalam

kegiatan ronde keperawatan di rumah sakit.

1.4.3 Bagi Imu Keperawatan

Penulisan ini dapat menambah informasi dan ilmu pengetahuan mengenai konsep

asuhan keperawatan klien dengan spondilitis TB pada mahasiswa keperawatan.

Informasi ini dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan klien dengan spondilitis TB.

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

7 Universitas Indonesia

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 berisi mengenai tuberkulosis, spondilitis TB, asuhan keperawatan

spondilitis TB, dan tehnik relaksasi: napas dalam untuk mengatasi nyeri dan

kecemasan pada penderita spondilitis TB. Tuberkulosis meliputi perkembangan

TB, penyebab TB, cara penularan TB, tanda dan gejala spondilitis TB, dan

komplikasi TB. Spondilitis TB meliputi pengertian, patofisiologi, manifestasi

klinis, pemeriksaan diagnostik, dan penatalaksanaan spondilitis TB. Asuhan

keperawatan spondilitis TB meliputi pengkajian, diagnosa dan intervensi

spondilitis TB sebelum operasi, diagnosa dan intervensi spondilitis TB setelah

operasi. Tehnik relaksasi: tarik napas dalam untuk mengatasi nyeri dan kecemasan

pada penderita spondilits TB.

2.1 Tuberkulosis (TB)

2.1.1 Perkembangan Tuberkulosis (TB)

WHO pada tahun 1993 telah menyatakan TB sebagai kedaruratan masalah

kesehatan dunia (Global Public Health Emergency) (Wulandari, 2012). Pada

tahun tersebut diperkirakan terjadi 7-8juta kasus dan 1,3-1,6 juta diperkirakan

meninggal karena TB. Pada tahun 2010, diperkirakan telah terjadi 8,5-9,2 juta

kasus TB dan 1,2-1,5 juta orang meninggal (termasuk kematian TB pada orang

yang juga menderita HIV positif) (WHO, 2011). Pada tahun 2011, diperkirakan

8,7 juta orang terjadi kasus TB dan sekitar 1,4 juta meninggal karena TB (990.000

meninggal dengan HIV-negatif dan 430.000 dengan HIV-positif) (WHO, 2012).

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa TB merupakan masalah kedaruratan

kesehatan dunia dikarenakan banyaknya kejadian TB di dunia

Indonesia merupakan Negara peringkat keempat dengan kasus tertinggi TB di

dunia setelah Negara China, India, dan Afrika Selatan (WHO, 2012). Hal yang

sama juga dikemukakan oleh WHO (2011) dimana Indoensia merupakan Negara

urutan keempat terbanyak setelah India, China, dan Afrika Selatan dengan jumlah

kasus sekitar 0,27 juta-0,54 juta. TB di Indonesia merupakan penyebab kematian

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

8

Universitas Indonesia

nomor dua terbesar setelah penyakit jantung (Muttaqin, 2008). Indonesia tercatat

memiliki Annual Risk of Tuberkulosis Infection (ARTI) bervariasi antara 1-3%

dimana 1% diperkirakan diantara 100.000 penduduk terjadi 1000 orang terinfeksi

TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB. Dengan kata lain,

TB di Indonesia merupakan penyakit menular tertinggi di Indonesia.

Kelompok usia terbanyak terkena TB di indonesia berada pada rentang usia

produktif. Hal ini sesuai dengan data WHO (2012) menyatakan bahwa sebagian

besar diperkiran 115.631 orang terkena TB pada usia 15-44 tahun sedangkan

sebagian kecil sekitar 1714 orang terkena TB pada usia 0-14 tahun. Hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2010) menyatakan bahwa Period Prevalence TB

paru penduduk pada usia 15 tahun keatas 2009/2010 berdasarkan diagnosa tenaga

kesehatan melalui pemeriksaan dahak dan atau foto paru sebesar 725/100.000

penduduk (Kemenkes, 2010b).

2.1.2 Penyebab Tuberkulosis (TB)

Chatman (2008) menyatakan bahwa TB merupakan penyakit infeksi menular

yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis. Bakteri ini bertentuk batang,

mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada saat pewarnaan sehingga

dikenal sebagai bakteri tahan asam (Suryo, 2010). Bakteri TB dapat bersifat

dorman atau tertidu lama selama beberapa tahun di dalam tubuh (Moesbar, 2006).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa TB merupakan penyakit infeksi

menular oleh mycobacterium tuberculosis yang berbentuk batang, sifat bakteri

tahan sama dan dapat hidup lama di dalam tubuh.

Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang terkena TB yaitu kemiskinan,

asap atau polusi udara dan sistem daya tahan tubuh yang lemah. Kemiskinan

menyebabkan penduduk kekurangan gizi, tinggal ditempat yang tidak sehat dan

kurangnya pemeliharaan kesehatan sehingga meningkatkan risiko terjadinya

penyakit TB (Mahpudin, 2005). Asap rokok ataupun asap kendaraan mengandung

beberapa racun bagi paru-paru sehingga bila orang tersebut terhirup bakteri TB

maka akan mudah terkena penyakit TB (Chatman, 2008). Sistem daya tahan tubuh

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

9

Universitas Indonesia

yang lemah seperti HIV mengakibatkan kerusakan sistem daya tahan tubuh seluler

sehingga mudah terserang penyakit penyerta seperti TB (Kemenkes, 2011)

2.1.3 Cara penularan Tuberkulosis (TB)

Sumber penularan TB adalah penderita TB BTA postif. Bakteri TB menular

melalui udara ketika penderita TB batuk dan menyebarkan bakteri ke udara dalam

bentuk percikan dahak (Arias, 2009). Akibat sinar matahari dan suhu yang panas

percikan dahak akan menguap ke udara dibantu terbang oleh angin sehingga

bakteri TB yang terkandung dalam percikan dahak terbang ke udara (Muttaqin,

2008). Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan bakteri TB akan ditentukan

oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut

(Wulandari, 2012). Penderita tuberkulosis dapat menularkan penyakit tersebut

kepada 10-15 orang dalam setahun (Depkes, 2008).

Risko penularan TB ditunjukkan dengan Annual Risk of Tuberkulosis Infection

(ARTI) yaitu penduduk yang berisiko terinfeksi TB selama satu tahun

(Kemenkes, 2011). Indonesia tercatat memiliki ARTI bervariasi antara 1-3% dan

sekitar 1% orang yang terinfeksi TB akan berkembang menjadi sakit TB diman

ARTI 1% diperkirakan 100.00 penduduk, terjadi 1000 orang terinfeksi TB dan

10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakt TB (Kemenkes, 2011). Dengan

demikian, dapat dikatakan penularan TB cukup mempengaruri seseorang terkena

sakit TB.

2.1.4 Tanda dan Gejala Tuberkulosis

Tanda dan gejala TB meliputi keluhan repiratoris dan keluhan sistemis (Corwin,

2008). Keluhan repiratoris pertama yaitu batuk yang disebabkan karena

mekanisme pertahanan tubuh ketika ada benda asing masuk kedalam saluran

pernapasan (Brunner, Suddart, & Smeltzer, 2008). Selain itu, keluhan sesak napas

bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai

seperi efusi pleura (Spiegelburg, 2007). Nyeri dada timbul apabila pernapasan di

pleura terkena TB (Corwin, 2008).

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

10

Universitas Indonesia

Keluhan sistemik tuberkulosis yaitu demam, anoreksia, penuruna nafsu makan

dan mudah lelah. Demam yang khas pada penderita TB yaitu demam di malam

hari dikarenakan bakteri TB berproduksi dimalam hari (Brunner, Suddart, &

Smeltzer, 2008). Mual dan muntah terjadi akibat penumpukan sekret yang berada

di saluran pernapasan sehingga akan menyebabkan kurang asupan makan dan

mengakibatkan penurunan nafsu makan (Chatman, 2008). Kondisi tubuh yang

lemah diakibatkan kurangnya asupan makanan sehingga tubuh tidak cukup

menghasilkan energi sehingga akan timbul gejala lemas pada penderita TB

(Corwin, 2008).

2.1.5 Komplikasi Tuberkulosis

Bakteri TB mampu menyerang seluruh bagian tubuh manusia secara hematogen

dan limfogen (Brunner, Suddart, & Smeltzer, 2008). WHO (2012) menyatakan

bahwa bagian organ tubuh yang sering terkena TB meliputi paru-paru dikenal

dengan sebutan pulmonary TB dan TB yang mengenai organ lain selain paru-paru

seperti ginjal, hati, sendi dan tulang belakang dikenal dengan sebutan

extrapulmonary TB. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa bakteri TB mampu

memasuki bagian organ tubuh lain secara hematogen dan limfogen.

Komplikasi pulmonary TB terjadi ketika bakteri TB sudah meluas hingga seluruh

bagian lapang paru (Corwin, 2008). Masalah kesehatan lain yang ditemukan

seperti emfisema paru, efusi pleura dan peluritis (Spiegelburg, 2008). Bakteri

yang sudah memasuki organ lain seperti ginjal, hati, dan sendi akan mengalami

peradangan (Brunner, Suddart, & Smeltzer, 2008). Moesbar (2006) menyatakan

bahwa 10% dari seluruh pendertita TB memiliki keterlibatan dengan

muskuloskeletal dimana setengah dari hasil persentase tersebut mempunyai lesi di

tulang belakang yang dikenal dengan sebutan spondilitis TB.

2.2 Spondilitis Tuberkulosis (TB)

2.2.1 Pengertian Spondilitis TB

Tuberkulosis tulang belakang atau dikenal dengan sebutan Spondilitis TB

merupakan kejadian TB ekstrapulmonal ke bagian tulang belakang tubuh

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

11

Universitas Indonesia

(Brunner, Suddart, & Smeltzer, 2008). Spondilitis TB merupakan infeksi tulang

belakang yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (Paramarta et al.,

2008). Tulang belakang tubuh manusia terdri dari 7 ruas cervikal, 12 ruas

thorakal, 5 ruas lumbal dan 5 ruas sakrum (Bono & Garfin, 2004). Pada masing-

masing ruas tulang belakang terdiri rangkaian saraf spinal yang mengatur sistem

kerja beberapa bagian tubuh lain (Brunner, Suddart, & Smeltzer, 2008). Lokalisasi

yang paling sering terjadi yaitu pada daerah vertebra torakal bawah dan daerah

lumbal (T8-L3), kemudian daerah torakal atas, servikal dan daerah sakrum

(Garfin & Vaccaro, 1997 dalam Moesbar 2006).

Ruas tulang belakang mengatur sistem kerja pada bagian tubuh lain. Ruas servikal

mengatur kerja melebar dan mengerutkan mata dan pengeluaran air liur serta

ekstremitas (Bono & Garfin, 2004). Ruas thorakal berfungsi mengatur

mengerutkan bronkiolus, mempercepat dan melambatkan denyut jantung dan

meningkatkan sekresi asam lambung (Vaccaro & Albert, 2009). Ruas lumbal

mengatur menurunkan dan meningkatkan gerak peristaltik usus (Bono & Garfin,

2004). lima ruas sakrum mengatur dalam pengosongan kandung kemih (Vaccaro

& Albert, 2009).

2.2.2 Patofisiologi Spondilitis TB

Bakteri TB menyebar di dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan dan

saluran cerna, denga perjalanan infeksi berlangsung dalam 4 fase (Ramachandran

& Paramaisvan, 2003 dalam Moesbar, 2006):

1. Fase Primer

Basil masuk melalui saluran pernafasan sampai ke alveoli. Jaringan paru timbul

reaksi radang yang melibatkan sistem pertahanan tubuh, dan membentuk afek

primer. Bila basil terbawa ke kelenjar limfoid hilus, maka akan timbul

limfadenitis primer, suatu granuloma sel epiteloid dan nekrosis perkijuan. Afek

primer dan limfadenitis primer disebut kompleks primer. Sebagian kecil dapat

mengalami resolusi dan sembuh tanpa meninggalkan bekas atau sembuh melalui

fibrosis dan kalsifikasi.

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

12

Universitas Indonesia

2. Fase Miliar

Kompleks primer mengalami penyebaran miliar, suatu penyebaran hematogen

yang menimbulkan infeksi diseluruh paru dan organ lain. Penyebaran bronkogen

menyebarkan secara langsung kebagian paru lain melalui bronkus dan

menimbulkan bronkopneumonia tuberkulosa. Fase ini dapat berlangsung terus

sampai menimbulkan kematian, mungkin juga dapat sembuh sempurna atau

menjadi laten atau dorman.

3. Fase Laten

Kompleks primer ataupun reaksi radang ditempat lain dapat mengalami resolusi

dengan pembentukan jaringan parut sehingga basil menjadi dorman. Fase ini

berlangsung pada semua organ yang terinfeksi selama bertahun tahun. Bila terjadi

perubahan daya tahan tubuh maka kuman dorman dapat mengalami reaktivasi

memasuki fase ke 4, fase reaktivasi. Bila bakteri TB memasuki tulang belakang

maka bakteri TB berdublikasi dan berkoloni kemudian mendestruksi korpus

vetebra dan terjadi penyempitan ringan pada diskus. Setelah itu, terjadi destruksi

massif pada korpus vetebra dan terbentuk abses dingin yang kemudian terjadi

kerusakan pada diskus intervetebralis dan terbentuk gibus (penonjolan tulang)

sehingga bentuk badan kifosis (Agrawal, Patgaonkar, & Nagariya, 2010).

4. Fase Reaktivasi

Fase reaktivasi dapat terjadi di paru atau diluar paru. Pada paru, reaktifasi

penyakit ini dapat sembuh tanpa bekas, sembuh dengan fibrosis dan kalsifikasi

atau membentuk kaverne dan terjadi bronkiektasi. Reaktivasi sarang infeksi dapat

menyerang berbagai organ selain paru. Ginjal merupakan organ kedua yang

paling sering terinfeksi ; selanjutnya kelenjar limfe, tulang, sendi, otak, kelenjar

adrenal, dan saluran cerna. Tuberkulosa kongenital dapat ditemukan pada bayi,

ditularkan melalui vena umbilical atau cairan amnion ibu yang terinfeksi.

2.2.3 Manifestasi Klinis spondilitis TB

Paramarta et al (2008) menyatakan bahwa manifestasi klinis pasien spondilitis TB

mengalami keadaan seperti berat badan menurun selama 3 bulan berturut-turut

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

13

Universitas Indonesia

tanpa sebab yang jelas, demam lama tanpa sebab yang jelas, pembesaran kelenjar

limfe superfisial yang tidak sakit, batuk lebih dari 30 hari, terjadi diare berulang

yang tidak sembuh dengan pengobatan diare disertai benjolan/masa di abdomen

dan tanda-tanda cairan di abdomen. Hasil penelitian lain yang dikemukakan oleh

Alavi dan Sharifi (2010) menyatakan bahwa dari 69 responden didapatkan hasil

98,5% mengalami nyeri punggung, 26% merasa demam dimalam hari, 28,9%

bentuk tubuh kifosis, 17,4% berkeringat dimalam hari dan sekitar 14,5%

mengalami penurunan berat badan.

Moesbar (2006) menyatakan bahwa kelainan yang sudah berlangsung lama pada

penderita spondilitis TB dapat disertai dengan paraplegia ataupun tanpa

paraplegia. Agrawal Patgaonkar dan Nagariya (2010) menyatakan hal yang sama

dimana tanda lain dari spondilitis TB dapat berupa defisit neurologi yang

mengakibatkan paraplegia. Paraplegia pada pasien spondilitis TB dengan penyakit

aktif atau yang dikenal dengan istilah Pott’s paraplegi, terdapat 2 tipe defisit

neurologi ditemukan pada stadium awal dari penyakit yaitu dikenal dengan onset

awal, dan paraplegia pada pasien yang telah sembuh yang biasanya berkembang

beberapa tahun setelah penyakit primer sembuh yaitu dikenal dengan onset lambat

(Paramarta et al., 2008).

2.2.4 Pemeriksaan Diagnostik Spondilitis TB

Pemeriksaan rutin yang biasa dilakukan untuk menentukan adanya infeksi

mycobacterium tuberkulosis adalah dengan menggunakan uji tuberkulin (Mantoux

tes) (Paramarta et al., 2008). Uji tuberkulin merupakan tes yang dapat mendeteksi

adanya infeksi tanpa adanya menifestasi penyakit, dapat menjadi negatif oleh

karena alergi yang berat atau kekurangan energi protein (Corwin, 2008). Uji

tuberkulin ini tidak dapat untuk menentukan adanya TB aktif. Selai itu,

pemeriksaan laju endap darah (LED) yang ditemukan LED meningkat (Moesbar,

2006). Pemeriksaan radiologi pada tulang belakang sangat mutlak dilaksanakan

untuk melihat kolumna vertebralis yang terinfeksi (Alavi & Shafiri, 2010).

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

14

Universitas Indonesia

Pada beberapa kasus, infeksi terjadi di bagian anterior dari badan vertebrae

sampai ke diskus intervertebrae yang ditandai oleh destruksi dari end plate.

Elemen posterior biasanya juga terkena. Penyebaran ke diskus intervertebrae

terjadi secara langsung sehingga menampakkan erosi pada badan vertebra anterior

yang disebabkan oleh abses jaringan lunak (Moesbar, 2006). Ketersediaan

computerized tomography scan (CT scan) yang tersebar luas dan magnetic

resonance scan (MR scan) telah meningkat penggunaannya pada manajemen TB

tulang belakang (Burgener, Kormano, & Pudas, 2008). CT Scan memperlihatkan

bagian-bagaian vertebra secara rinci dan melihat kalsifikasi jaringan lunak dan

membantu mencari fokus yang lebih kecil, menentukan lokasi biopsi dan

menetukan luas kerusakan (Moesbar, 2006). Biopsi tulang juga dapat bermanfaat

pada kasus yang sulit, namun memerlukan tingkat pengerjaan dan pengalaman

yang tinggi serta pemeriksaan histologi yang baik (Paramarta et al., 2008).

Pemeriksaan lebih lengkap untuk melihat spondilitis TB yaitu dengan

menggunakan Magnetic Resonance Imaging (MRI). Kotze & Erasmus (2006)

menyatakan bahwa dengan menggunakan pemeriksaan MRI ditemukan hal yang

lebih detail seperti abses paravertebral. Selain itu, MRI pada spondilitis

tuberkulosa akan didapat gambaran dengan lingkaran inflamasi dibagian luar

(Moesbar, 2006).

2.2.5 Penatalaksanaan Spondlitis TB

Bakteri TB dapat dibunuh atau dihambat dengan pemberian obat-obat anti

tuberkulosa, misalnya kombinasi INH, ethambutol, pyrazinamid dan rifampicin

(Nawas, 2010). Dasar penatalaksanaan spondilitis tuberkulosa adalah

mengistirahatkan vertebra yang sakit, obat-oabat anti tuberkulosa dan pengeluaran

abses (Moesbar, 2006). Dengan demikian penatalaksanaan spondilitis TB meliputi

terapi konservatif dan juga pembedahan.

Moesbar (2006) menyatakan bahwa penatalaksanaan spondilitis TB meliputi

terapi konservatif dan terapi operasi. Terapi konservatif dapat dilakukan dengan

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

15

Universitas Indonesia

istirahat ditempat tidur yang bertujuan untuk mengurangi nyeri, dan spasme otot

serta mengurangi destruksi tulang belakang (Wilkinson & Ahhern, 2009). Terapi

konsevatif lain yaitu dengan mengkonsumsi obat OAT untuk mencegah bakteri

untuk resisten (Nawas, 2010). Selain itu, terapi konservatif yang lain dapat

dilakukan dengan imobilisasi dengan pemasangan gips bergantung pada level lesi,

pada daerah servikal dapat dilakukan immobilisasi dengan jaket minerva,

torakolumbal dan lumbal atas immobilisasi dengan body jacket atau gips korset

disertai fiksasi pada salah satu panggul (Moesbar, 2006).

Terapi operatif yang dilakukan untuk spondilitis TB yaitu debridement (Moesbar,

2006). Tujuan dilakukan tindakan ini yaitu untuk menghilangkan sumber infeksi,

mengkoreksi deformitas, menghilangkan komplikasi neurologik dan kerusakan

lebih lanjut (Dewald, 2003). Terapi operasi dilakukan jika terapi konservatif tidak

memberikan hasil yang memuaskan, terjadi kompresi pada medulla spinalis, dan

hasil radiologis menunjukkan adanya sekuester dan kaseonekrotik dalam jumlah

banyak (Moesbar, 2006). Agrawal, Patgaonkar, dan Nagariya (2010) menyatakan

bahwa prosedur operasi yang dilakukan pada penderita spondilitis TB meliputi

debridement posterior dan anterior untuk mengeluarkan abses ataupun pus yang

berada pada tulang belakang. Chanplakorn et al (2011) menyatakan bahwa

prosedur operasi lain yang dilakukan untuk mengurangi nyeri penderita spondilitis

TB yaitu dengan spinal shortering osteotomy yang ditujukan untuk penderita

spondilitis TB dengan kifosis.

2.3 Asuhan Keperawatan Spondilitis Tuberkulosis (TB)

2.3.1 Pengkajian Keperawatan

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan upaya

untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari pengumpulan

data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien sebagai berikut (Doengoes,

Moorhouse, & Murr, (2008). Hasil pengkajian pada penderita spondilitis TB

meliputi tanda gejala yang timbul. Agrawal, Patgaonkar, dan Nagariya (2010)

menyatakan bahwa tanda dan gejala dari spondilitis TB meliputi tubuh merasa

lemas kurang nafsu makan, penurunan berat badan, kenaikan suhu dan berkeringat

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

16

Universitas Indonesia

dimalam hari dan nyeri punggung jika bergerak. Akibat pembentukan abses ini

dapat menimbulkan komplikasi yang dapat menyerang sistem lain yaitu sistem

neurologis. Alavi dan Sharifi (2010) menyatakan bahwa dari 69 responden

didapatkan hasil 98,5% mengalami nyeri punggung, 26% merasa demam

dimalam hari, 28,9% bentuk tubuh kifosis, 17,4% berkeringat dimalam hari dan

sekitar 14,5% mengalami penurunan berat badan

Pemeriksaan penunjang spondilitis TB meliputi pemeriksaan laboraturium,

pemeriksaan radiologis, pemeriksaan CT scan dan pemeriksaan MRI (Doengoes,

Moorhouse, & Murr, 2008). Pemeriksaan laboraturium meliputi, peningkatan

LED, mungkin disertai leukositosis, dan uji mantoux positif (Moesbar, 2006).

Pemeriksaan Radiologis meliputi pemeriksaan foto toraks untuk melihat adanya

tuberkolosis paru, foto polos veterbra dan foto rontgen: terdapat bayangan

berbentuk kumparan (Dewald, 2003). Spondilitis ini paling sering ditemukan pada

vertebra T8-L3 dan paling jarnag pada vertebra C1-C2 (Moesbar, 2006).

Pemeriksaan CT Scan akan memberi gambaran tulang secara lebih detail dari lesi

irregular, skelerosis, kolaps diskus dan gangguan sirkumferensi tulang

Pemeriksaan MRI untuk mengevaluasi infeksi diskus intervetebra dan

osteomielitis tulang belakang (Doengoes, Moorhouse, & Murr, 2008).

2.3.1 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilai klinik terhadap suatu individu

ataupun komunitas yang dapat memberikan dasar untuk pemilihan intervensi guna

mencapai hasil yang merupakan tanggung jawab perawat (Crisp & Taylor, 2009).

Penentuan diagnosa keperawatan pasien berdasarkan tanda dan gejala yang ada

pasien saat melakukan pengkajian.

Diagnosa keperawatan spondilitis TB meliputi diagnosa keperawatan sebelum

operasi dan setelah operasi. Salah satu contoh diagnosa keperawatan spondilitis

TB sebelum operasi meliputi nyeri akut berhubungan dengan faktor patologis

yang ditandai dengan klien mengatakan nyeri, terjadi perubahan tanda-tanda vital,

klien tampak meringis (Nanda, 2012). Salah satu contoh diagnosa keperawatan

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

17

Universitas Indonesia

spondilitis TB setelah operasi yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

nyeri yang ditandai dengan klien mengatakan jika badannya bergerak akan terasa

sakit, keterbatasan gerak, gerak perlahan dan aktivitas dibantu keluarga (Nanda,

2012)

2.3.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan pada spondilitis TB mengacu pada masing-masing

diagnosa keperawatan yang ditegakkan. Intervensi keperawatan spondilitis TB

meliputi tindakan mandiri dan intervensi kolaborasi (Doengoes, Moorhouse, &

Murr, 2008). Intervensi yang dilakukan memiliki rasional yang sesuai dengan

tujuan dan kriteria hasil (Wilkinson & Ahhern, 2009).

Salah satu contoh Intervensi mandiri keperawatan spondilitis TB pada diagnosa

keperawatan nyeri akut mengkaji skala nyeri, memantau tanda-tanda vital,

mengajarkan tehnik relaksasi napas dalam, dan meminta klien untuk istirahat

(Wilkinson & Ahhren, 2009). Intervensi kolaborasi keperawatan dapat dilakukan

dengan tenaga kesehatan lain yaitu berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian

analgesik untuk mengurangi nyeri (Wilkinson & Ahhren, 2009).

2.4 Tehnik Relaksasi: Tarik Napas Dalam untuk Mengatasi Nyeri dan

Kecemasan pada Penderita Spondilits Tuberkulosis (TB)

Tarik napas dalam merupakan salah satu tehnik relaksasi yang digunakan untuk

mengurangi rasa nyeri dan mengurangi kecemasan klien. Tujuan dilakukan tehnik

napas dalam adalah untuk merelaksasikan otot-otot yang tegang dan menormalkan

sirkulasi oksigen akibat cemas dan tahanan saat nyeri (Duma, Swardt, &

Khanyile, 2008). Metode relaksasi napas dalam selain dapat mengurangi nyeri

juga dapat menurunkan tingkat kecemasan.

Tehnik relaksasi napas dalam terdiri dari empat tahapan (Gabbrielle & Karen

2009). Langkah pertama yaitu posisikan klien dalam kondisi yang nyaman.

Langkah yang kedua tarik napas dalam secara perlahan melalui hidung. Tahan

dalam waktu 1-3 detik atau senyaman mungkin. Langkah terakhir keluarkan napas

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

18

Universitas Indonesia

melalui mulut secara perlahan. tehnik relaksasi napas dalam dapat dilakukan

berulang-ulang sampai klien merasa tenang sehingga nyeri dapat berkurang.

Sli, Setyoadi, dan Widastra (2009) menyatakan bahwa terjadi penurunan skala

nyeri pada masing-masing responden setelah melakukan tehnik relaksasi napas

dalam. Varvogli dan Darviri (2011) dalam menyatakan bahwa menggunakan

tehnik napas dalam dapat mengurangi kecemasan. Dengan demikian, tindakan

keperawatan berupa tehnik napas dalam dapat digunakan atau diimplementasikan

kepada klien spondilitis TB dengan keluhan nyeri punggung sebelum dan sesudah

operasi serta untuk mengurangi tingkat kecemasan klien sebelum operasi

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

19 Universitas Indonesia

BAB 3

LAPORAN KASUS KELOLAAN UTAMA

BAB 3 berisi asuhan keperawatan pada kasus kelolaan. Asuhan keperawatan yang

diberikan meliputi pengkajian, analisis data, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi.

3.1 Pengkajian

Identitas klien:

1. Nama : Nn.A

2. Tanggal lahir : 16 April 1988 (25 tahun)

3. No. RM : 01221390

4. Jenis kelamin : Perempuan

5. Suku : Jawa Tengah

6. Status : Belum Menikah

7. Pekerjaan : Pegawai Swasta

8. Tanggal masuk GPS Lantai 1: 7-5- 2013

9. Sumber infromasi: klien, keluarga klien, dan rekam medis

10. Alamat: Jln. Kemang bubakan Cimanggis kota Depok

Nn. A datang dari Poli bedah toraks ke Fatmawati pada tanggal 7 Mei 2013. Klien

datang diantar oleh keluarga pada pukul 10.11 WIB. Klien datang ke RS dengan

keluhan nyeri punggung pada area tulang belakang sejak 5 hari yang lalu seperti

tertekan dengan skala nyeri 3 dan lamanya rasa nyeri kurang dari 30 menit. Nyeri

berkurang setelah istirahat. Hasil pemeriksaan rontgen tanggal 1 April 2012

didapatkan hasil spondilitis thoracal 9-10 dengan abses para vertebra sugesti

spondilitis TB dan pulmo minimal infiltrate lapangan atas kedua paru.

Berdasarkan data rekam medis diketahui bahwa klien direncanakan untuk operasi

debridement anterior torakal 9-10 pada tanggal 8 Mei 2013.

Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 7 Mei 2013. Hasil wawancara dengan

klien didapatkan hasil bahwa klien mempunyai riwayat TB sejak 1-2 tahun yang

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

20

Universitas Indonesia

lalu. Klien mengatakan tidak merokok namun klien merupakan perokok pasif

dikarenakan lingkungan kerja dan pergaulan banyak yang merokok dan klien

tidak mengetahui jika ada dilingkungan kerja dan pergaulan yang memiliki

penyakit TB. Selain itu, klien bekerja sebagai pegawai swasta di Jakarta. Klien

mengatakan setiap harinya klien menggunakan kereta dan kendaraan umum untuk

bekerja. Klien mengatakan pernah di rawat di RS dikarenakan penyakit TB. Saat

ini klien masih mengkonsumsi obat-obatan OAT seperti rifampisin dan Isoniasid

masing-masing satu kali per hari.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data tanda-tanda vital klien meliputi tekanan

darah=110/70mmHg, nadi=85x/menit, Suhu=36,50C, dan frekuensi napas

19x/menit. Bunyi napas rochi +/+ bagian apek kedua paru. Klien terlihat sering

batuk. Klien mengatakan bahwa dapat mengeluarkan dahaknya secara mandiri.

Klien mengatakan terkadang demam dimalam hari dan suka merasa lemas. Klien

BAB dan BAK dengan normal. Frekuensi BAB 1x/hari, warna kuning dan

lembek. Frekuensi BAK > 5x/hari dengan warna kuning jernih. Berat badan klien

40 kg dan tinggi badan 160 cm. klien terlihat kurus. Klien mengatakan berat

badannya mengalami puenurunan sekitar lima kg sejak 2 tahun terakhir. Bentuk

tubuh terlihat sedikit membungkuk.

Klien mengatakan merasa takut ketika akan dilakukan operasi. Klien mengatakan

sudah diberitahukan tentang prosedur operasinya oleh dokter. Namun, klien masih

merasa takut akan hal-hal yang tidak diinginkan seperti rasa sakit dan tidak bisa

sembuh itu ada. Klien juga mengatakan mengenai penanganan apa saja yang

dilakukan setelah dilakukan operasi. Klien juga berharap agar setelah operasi

kesehatannya menjadi lebih baik.

Klien menjalani operasi pada tanggal 8 Mei 2013 pukul 08.00. Berdasarkan hasil

data rekam medis, setelah operasi klien harus menjalani perbaikan keadaan umum

di ruang ICU. Selain itu, berdasarkan hasil data rekam medis juga ditemukan data

klien berada di ruang ICU selama dua hari. Tanggal 11 Mei 2013 pukul 16.15

klien dijemput dari ruang ICU ke ruang rawat inap GPS lantai 1.

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

21

Universitas Indonesia

Saat dilakukan pengkajian post operasi tanggal 13 Mei 2013 didapatkan hasil data

berupa klien merasa nyeri pada bagian punggung luka operasi 5 hari yang lalu,

rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk. Skala nyeri 4. Klien mengatakan lamanya rasa

nyeri sampai kurang dari 30 menit. Klien tampak meringis saat nyeri itu timbul.

Klien mengatakan rasa nyerinya berkurang setelah tarik napas dalam dan

diberikan obat pengurang rasa nyeri. Obat pengurang rasa nyeri yang diberikan

klien yaitu ketorolac 1 ampul (1 cc) diberikan jika klien merasa rasa nyerinya

timbul dengan skala nyeri diatas 5. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien

meliputi tekanan darah= 100/70 mmHg, Nadi= 80x/menit, RR=20x/menit,

S=360C.

Aktivitas klien post operasi dibantu oleh keluarga. Klien mengatakan jika ingin

miring masih terasa sakit pada luka operasi dibagian punggung Klien mengatakan

jika ingin miring kanan dan kiri masih dibantu keluarga. Aktivitas seperti mandi

dan makan juga masih dibantu oleh keluarga. Pergerakan klien terlihat perlahan-

lahan dan terbatas. Klien mengatakan tidak mampu duduk secara mandiri dan

diperlukan bantuan alat berupa brace yang berfungsi menopang bagian tulang

belakang klien. Klien terpasang infus RL/8jam. Terpasang oksigen 2 liter/menit.

Klien mengatakan karena masih terasa sakit pada luka operasinya klien hanya

dapat tiduran ditempat tidur. Kekuatan otot klien pada ekstremitas atas dan bawah

mampu melawan tahanan namun secara maksimal.

Luka post operasi pada area punggung sepanjang kurang lebih 20 cm. Luka

tampak terbalut perban. Tidak ada warna kemerahan, bengkak dan cairan disekitar

area luka. Berdasarkan data rekam medik diketahui bahwa perencanaan perawatan

luka operasi per 3 hari setelah operasi. Berdasarkan hasil data laboraturium

tanggal 9 Mei 2013 didapatkan hasil kadar leukosit Nn.A dalam batas normal

yaitu 6,3 ribu/ul. Terapi farmakologis yang diberikan untuk mengurangi

peradangan yaitu ceftriaxone 3x1gr/hari.

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

22

Universitas Indonesia

3.2 Analisis Data dan Diagnosa Keperawatan

Penulis mengelompokkan hasil data-data yang diperoleh dari pengkajian klien

sehingga dapat ditemukan masalah keperawatan pada klien. Masalah keperawatan

pada klien dibagi menjadi dua masalah keperawatan yaitu sebelum dan setelah

operasi.

Masalah keperawatan berupa nyeri akut pada klien terjadi pada saat sebelum dan

setelah operasi. Nyeri akut sebelum operasi didapatkan data berupa klien

mengatakan alasan masuk rumah sakit dikarenakan merasa nyeri pada punggung

area tulang belakang sejak 5 hari yang lalu. Klien merasakan sakit pada area

punggung seperti tertekan dan merasa sakit sampai kurang lebih satu jam. Selai

itu, klien mengatakan rasa nyerinya pada skala 3. Hasil pemeriksaan tekanan

darah klien 110/70 mmHg. Klien tampak meringis ketika nyeri itu timbul. Klien

mengatakan jika rasa nyeri kambuh hal yang dilakukan yaitu istirahat. Setelah

menjalani operasi debridement anterior, klien mengatakan nyeri pada punggung

area tulang belakang. Klien mengatakan skala nyeri 4. Klien mengatakan rasa

nyerinya seperti ditusuk-tusuk. Klien tampak meringis jika nyerinya timbul dan

lamanya nyeri yang dirasakan klien kurang dari 30 menit. Berdasarkan hasil data-

data tersebut, didapatkan diagnosa keperawatan sebelum operasi yaitu nyeri akut

berhubungan dengan patologis penyakit spondilitis TB dan diagnosa setelah

operasi yaitu nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi debridement

anterior 9-10 (Nanda, 2012).

Klien mengatakan merasa takut ketika akan dilakukan operasi. Klien mengatakan

sudah diberitahukan tentang prosedur operasinya oleh dokter. Namun, klien masih

merasa takut akan hal-hal yang tidak di inginkan seperti rasa sakit dan tidak bisa

sembuh itu ada. Klien juga mengatakan mengenai penanganan apa saja yang

dilakukan setelah dilakukan operasi. Klien berharap kesehatannya akan menjadi

lebih baik setelah operasi. Dari data-data tersebut didapatkan masalah

keperawatan ansietas. Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu ansietas

berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan yaitu tindakan operasi

debridement anterior pada torakal 9-10 (Nanda, 2012).

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

23

Universitas Indonesia

Klien mengalami hambatan mobilitas fisik setelah post operasi. Klien mengatakan

jika klien bergerak, luka operasi di punggung masih terasa sakit. Klien

mengatakan untuk aktivitas seperti mandi dan berubah posisi miring dibantu oleh

keluarga. Pergerakan klien terlihat perlahan-lahan dan terbatas. Klien mengatakan

tidak mampu duduk secara mandiri dan diperlukan bantuan alat berupa brace

yang berfungsi menopang bagian tulang belakang klien. Klien terpasang infus

RL/8jam. Terpasang oksigen 2 liter/menit. Klien mengatakan karena masih terasa

sakit pada luka operasinya klien hanya dapat tiduran ditempat tidur. Kekuatan otot

klien pada ekstremitas atas dan bawah mampu melawan tahanan namun secara

maksimal. Dengan demikian, diagnosa post operasi yang ditemukan berdasarkan

data-data tersebut yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri

(Nanda, 2012).

Masalah keperawatan lain yang ditemukan pada klien setelah operasi yaitu risiko

infeksi. Masalah keperawatan risiko infeksi ditegakkan berdasarkan data adanya

luka post operasi pada area punggung sepanjang kurang lebih 20 cm. Luka

tampak terbalut perban. Tidak tampak warna kemerahan, bengkak dan cairan

disekitar area luka. Berdasarkan data rekam medik diketahui bahwa perencanaan

perawatan luka operasi per 3 hari setelah operasi. Berdasarkan hasil data

laboraturium tanggal 9 Mei 2013 didapatkan hasil kadar leukosit Nn.A dalam

batas normal yaitu 6,3 ribu/ul. Berdasarkan data-data tersebut didapatkan

diagnosa yaitu risiko infeksi (Nanda, 2012)

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Nn.A setelah dikelompokkan

berdasarkan masalah keperawatan meliputi diagnosa keperawatan sebelum

operasi dan diagnosa setelah operasi. Diagnosa keperawatan sebelum operasi pada

Nn.A yaitu Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status kesehatan yaitu

tindakan operasi debridement anterior pada torakal 9-10 dan nyeri akut

berhubungan dengan penyakit patologis spondilitis TB torakal 9-10. Diagnosa

keperawatan setelah operasi pada Nn. A meliputi 3 diagnosa yaitu nyeri akut

berhubungan dengan luka post operasi debridement anterior, hambatan mobilitas

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

24

Universitas Indonesia

fisik berhubungan dengan nyeri luka post operasi debridement anterior dan risiko

infeksi.

3.3 Perencanaan dan Implementasi Keperawatan

Penulis melakukan perencanaan dan implementasi terkait diagnosa keperawatan

yang ditemukan pada klien. Implementasi keperawatan dilakukan pada tanggal 7

Mei 2013 untuk diagnosa sebelum operasi dan tanggal 13-16 Mei 2013 setelah

operasi. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien adalah terkait diagnosa

ansietas, nyeri akut, hambatan mobilitas fisik. dan risiko infeksi.

3.3.1 Ansietas

Tindakan keperawan yang dilakukan bertujuan agar ansietas klien berkurang atau

hilang dengan kriteria hasil klien mengatakan ansietas berkurang dan mampu

mengatasi kecemasan yang dirasakan (Wilkinson & Ahhern, 2009). Implementasi

yang dilakukan adalah dengan mendorong klien untuk mengekspresikan

perasaannya, menjelaskan persiapan sebelum operasi dan memvalidasi

pengetahuan klien mengenai operasi yang akan dijalankan dan mengajarkan

metode tarik napas dalam (Wilkinson & Ahhern, 2009). Tindakan keperawatan

yang dilakukan berorientasi pada tujuan yang akan dicapai yaitu mengurangi rasa

cemas dan membantu klien untu mampu mengurangi kecemasan.

3.3.2 Nyeri akut

Tindakan keperawatan pada masalah nyeri akut ditujukan agar nyeri yang

dirasakan akan berkurang bahkan hilang dengan kriteria hasil tanda-tanda vital

klien dalam batas normal, klien mengatakan nyeri berkurang dan klien dapat

melakukan cara mengontrol nyeri (Wilkinson & Ahhern, 2009). Implementasi

yang dilakukan oleh penulis adalah mengkaji skala nyeri klien, mengukur tanda-

tanda vital, mengajarkan tarik napas dalam pada klien, menganjurkan klien untuk

banyak istirahat. Selain itu, penulis juga berkolaborasi dengan tenaga kesehatan

lain dengan pemberian ketorolac jika nyeri timbul dengan skala nyeri lebih dari

lima pada tindakan keperawatan nyeri setelah operasi.

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

25

Universitas Indonesia

3.3.3 Hambatan mobilitas fisik

Perencanaan keperawatan yang dilakukan pada diagnosa keperawatan hambatan

mobilitias fisik bertujuan agar klien mampu melakukan mobilisasi secara optimal

dengan criteria klien mampu melakukan program latihan yang diberikan dan

mampu melakukan mobilisasi secara optimal (Wilkinson & Ahhern, 2009).

Penulis mengkaji tingkat mobilitas klien, mengajarkan klien untuk melakukan

latihan rentang pergerakan sendi, mengajarkan, membantu klien dalam perubahan

posisi tiap 2 jam dan membantu klien untuk ambulasi. Penulis melibatkan

keluarga untuk dalam membantu klien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

3.3.4 Risiko infeksi

Tindakan keperawatan dilakukan dengan harapan pada luka post opresi klien tidak

menunjukkan tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil tidak terjadi reaksi

inflamasi pada luka post operasi, suhu tubuh dan kadar leukosit dalam batas

normal (Wilkinson & Ahhern, 2009). Implementasi yang dilakukan adalah dengan

mengobservasi tanda-tanda vital klien, meningkatkan upaya untuk mencegah

infeksi dengan cara mencuci tangan five moment serta mempertahankan teknik

steril pada saat melakukan perawatan luka post operasi. Penulis juga melakukan

tindakan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain yaitu pemberian ceftriaxone

3x1gr/hari untuk mengurasi reaksi inflamasi.

3.4 Evaluasi

Penulis melakukan evaluasi terhadap setiap tindakan keperawatan yang dilakukan

pada klien. Evaluasi keperawatan yang dilakukan meliputi apa yang dirasakan

klien dan kondisi klien setelah diberi tindakan keperawatan. Pendokumentasian

evaluasi keperawatan klien dilakukan setelah tindakan keperawatan dilakukan

pada klien.

1. Ansietas

Hasil evaluasi tindakan keperawatan pada masalah keperawatan ansietas

teratasi. Hal ini didapatkan data klien mengatakan rasa cemasnya berkurang

setelah diberi penjelasan dan diajarkan metode tarik napas dalam oleh

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

26

Universitas Indonesia

penulis. Selain itu, operasi yang dilakukan berjalan sesuai tujuan yang

diharapkan.

2. Nyeri akut

Klien mengatakan rasa nyeri sebelum operasi mulai berkurang dan tidak

selama sebelum diberitahukan mengurangi nyeri dengan tarik napas dalam.

Nyeri akut setelah operasi dirasakan klien mulai berkurang dan klien

mengatakan dapat mengontrol rasa nyerinya dengan istirahat dan tarik napas

dalam. Klien mengatakan pada awal post operasi klien diberikan obat

pengurang rasa nyeri oleh perawat.

3. Hambatan mobilitas fisik

Dua hari berada di ruang rawat inap GPS lantai I yaitu 3 hari post operasi

klien mengatakan mulai melakukan posisi miring secara mandiri setiap dua

jam namun perlahan-lahan. Tidak ada komplikasi ulkus decubitus akibat

imobilasi pada klien. Klien juga mengatakan melakukan ROM setiap

harinya. Setelah tersedia alat ambulasi yaitu brace klien mulai belajar duduk

kemudian belajar berjalan secara perlahan-lahan.

4. Risiko infeksi

Masalah risiko infeksi pada klien teratasi dimana ditemukan data bahwa

tidak ditemukan tanda-tanda infeksi pada luka operasi klien. Suhu tubuh

klien selama setelah operasi berada pada batas normal. Perawatan luka

operasi dilakukan per 3 hari.

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

27 Universitas Indonesia

BAB 4

PEMBAHASAN

BAB empat berisi pembahasan yang terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama yaitu

analisa KKMP dengan kasus kelolaan. Bagian kedua yaitu analisa kasus kelolaan.

Sedangkan bagian ketiga yaitu analisa salah satu intervensi yang diberikan pada

kasus kelolaan (tehnik relakasasi napas dalam).

4.1 Analisis KKMP dengan Kasus Kelolaan

Perkembangan suatu kota semakin meningkatkan jumlah peristiwa urbanisasi.

Suharini (2007) menyatakan bahwa perkembangan pada suatu kota akan

meningkatkan peristiwa urbanisasi. Peristiwa urbanisasi dapat memberikan

pengaruh negatif pada suatu kota. Tellnes (2005) menyatakan bahwa dampak

negatif akibat urbanisasi salah satunya adalah perubahan gaya hidup kearah

masalah kesehatan seperti merokok. Hasil penelitian lain yang dilakukan Ischak

(2001) menyebutkan bahwa dampak negatif dari urbanisasi meliputi adanya

pencemaran udara akibat peningkatan jumlah transportasi dan perkembangan

industrialisasi. Keadaan kota dengan tercemarnya udara menimbulkan mudahnya

mycobacterium terhadap pernapasan masuk kedalam tubuh manusia. salah satu

penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium dan mudah ditularkan melalui

udara pada suatu kota yaitu penyakit tuberkulosis (Arias, 2009). Moesbar (2006)

menyatakan bahwa 10% dari seluruh pendertita TB memiliki keterlibatan dengan

muskuloskeletal dimana setengah dari hasil persentase tersebut mempunyai lesi di

tulang belakang.

Jika dikaitkan dengan teori-teori diatas, kasus klien kelolaan yang diambil oleh

penulis yaitu kasus spondilitis TB merupakan salah satu masalah kesehatan

perkotaan. Hal ini sesuai dengan hasil data pengkajian klien didapatkan bahwa

klien bertempat tinggal di kota depok dan memilki riwayat penyakit tuberkulosis

sejak 1-2 tahun yang lalu. Selain itu, hasil wawancara didapatkan data bahwa

klien merupakan perokok pasif dengan seringnya terpapar asap rokok dari teman

ataupun keluarga yang merokok. Data lain dtemukan bahwa klien bekerja sebagai

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

28

Universitas Indonesia

pegawai swasta di Jakarta dan klien mengatakan setiap harinya klien

menggunakan kereta dan kendaraan umum untuk bekerja.

Kemenkes tahun 2011 menyatakan bahwa sekitar 75% pasien TB adalah

kelompok usia paling produktif secara ekonomis (15-50 tahun). Dengan kata lain,

usia klien merupakan faktor risiko rentan terhadap penyakit TB. Hal ini sesuai

dengan hasil data rekam medis ditemukan bahwa klien berusia 25 tahun yang

merupakan usia produktif. Hal yang sama juga dikemukaan oleh WHO pada tahun

2012 menyatakan bahwa sebagian besar diperkiran 115.631 orang terkena TB

pada usia 15-44 tahun sedangkan sebagian kecil sekitar 1714 orang terkena TB

pada usia 0-14 tahun.

4.2 Analisis Kasus Kelolaan

Nn. A menderita spondilitis TB pada torachal 9-10. Tuberkulosis tulang belakang

atau dikenal dengan sebutan Spondilitis TB merupakan kejadian TB

ekstrapulmonal ke bagian tulang belakang tubuh (Brunner, Suddart, & Smeltzer,

2008). Paramarta et al (2008) menyatakan bahwa insiden spondilitis TB masih

sulit ditetapkan, sekitar 10% dari kasus TB ekstrapulmonar merupakan spondilitis

TB. Alavi dan Sharifi tahun 2010 dalam penelitiannya mengenai spondilitis TB

ditemukan hasil bahwa dari 69 penderita spondilitis TB sebayak 21 pasien

diakibatkan adanya riwayat penyakit TB paru. Hal ini sesuai dengan hasil

pengkajian klien bahwa klien mengatakan memiliki riwayat penyakit TB sejak

dua tahun yang lalu.

Chatman (2008) menyatakan bahwa TB merupakan penyakit infeksi menular yang

disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosis. Hal ini sesuai dengan hasil

pemeriksaan rontgen klien ditemukan bahwa adanya infltrat pada area atas kedua

lapang paru dan ditemukan spondilitis TB pada torakal 9-10. Dengan demikian,

faktor penyebab spondilitis TB pada klien adalah proses berkembangnya bakteri

TB mencapai tulang belakang secara hematogen dan limfogen. Hal ini sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Corwin (2008) menyatakan bahwa bakteri TB

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

29

Universitas Indonesia

mampu menyerang seluruh bagian tubuh manusia secara hematogen dan

limfogen.

Moebar (2006) menyatakan bahwa penyakit spondilitis TB dimulai pada empat

tahapan. Tahapan pertama merupakan fase primer yaitu menitikberatkan pada

bakteri mulai masuk kedalam paru. Tahapan kedua merupakan fase miliar dimana

bakteri TB mulai meyebar ke bagian organ lain. Tahapan ketiga merupakan fase

laten dimana bakteri tersebut membentuk suatu jaringan parut pada organ yang

terinfeksi selama bertahun-tahun. Tahapan terakhir yaitu tahapan reaktivasi

dimana fase penyembuhan dengan fibrosis ataupun pembentukan kalsifikasi pada

organ yang terinfeksi. Bila dikaitkan dengan hasil penelitian mengenai proses

perjalanan penyaikit spondilitis TB pada klien sesuai dimana ditemukan data

bahwa klien pernah memiliki riwayat penyakit TB 2 tahun lalu. Selain itu

berdasarkan hasil rontgen ditemukan bahwa terdapat infiltrate pada bagian atas

kedua lapang paru dengan adanya spondilitis TB pada torakal 9-10.

Paramarta et al (2008) menyatakan bahwa manifestasi klinik pasien spondilitis TB

mengalami keadaan seperti berat badan menurun selama 3 bulan berturut-turut

tanpa sebab yang jelas, demam lama tanpa sebab yang jelas, pembesaran kelenjar

limfe superfisial yang tidak sakit, batuk lebih dari 30 hari, terjadi diare berulang

yang tidak sembuh dengan pengobatan diare disertai benjolan/masa di abdomen

dan tanda-tanda cairan di abdomen. Hasil penelitian lain yang dikemukakan oleh

Alavi dan Sharifi (2010) menyatakan bahwa dari 69 responden didapatkan hasil

98,5% mengalami nyeri punggung, 26% merasa demam dimalam hari, 28,9%

bentuk tubuh kifosis, 17,4% berkeringat dimalam hari dan sekitar 14,5%

mengalami penurunan berat badan. Hal ini sesuai dengan hasil pengkajian

ditemukan bahwa klien mengatakan mengalami penurunan berat badan sejak 2

tahun yang lalu, bentuk tubuh kifosis, mengalami nyeri punggung. Selain itu klien

juga mengatakan terkadang demam dimalam hari dan sering merasa lemas.

Terapi operatif yang dilakukan untuk spondilitis TB yaitu debridement (Moesbar,

2006). Tujuan dilakukan tindakan ini yaitu untuk menghilangkan sumber infeksi,

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

30

Universitas Indonesia

mengkoreksi deformitas, menghilangkan komplikasi neurologik dan kerusakan

lebih lanjut (Dewald, 2003). Terapi operasi dilakukan jika terapi konservatif tidak

memberikan hasil yang memuaskan, terjadi kompresi pada medulla spinalis, dan

hasil radiologis menunjukkan adanya sekuester dan kaseonekrotik dalam jumlah

banyak (Moesbar, 2006). Agrawal, Patgaonkar, & Nagariya (2010) menyatakan

bahwa prosedur operasi yang dilakukan pada penderita spondilitis TB meliputi

debridement posterior dan anterior untuk mengeluarkan abses ataupun pus yang

berada pada tulang belakang. Hal ini sesuai dengan hasil data rekam medis klien

bahwa klien direncanakan untuk operasi bebridement anterior.

Diagnosa keperawatan spondilitis TB meliputi diagnosa keperawatan sebelum

operasi dan setelah operasi. Diagnosa keperawatan spondilitis TB sebelum operasi

meliputi nyeri akut berhubungan dengan faktor patologis, ansietas berhubungan

dengan perubahan status kesehatan, risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, dan hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan ganguan muskuloskeletal (Nanda, 2012). Hal ini sesuai

dengan hasil perumusan masalah yang dilakukan oleh penulis bahwa diagnosa

keperawatan klien sebelum operasi meliputi nyeri akut berhubungan dengan

faktor patologis spondilitis TB dan ansietas berhubungan dengan perubahan status

kesehatan (prosedur operasi debridement anterior).

Diagnosa keperawatan spondilitis TB setelah operasi meliputi manajemen

keperawatan post operasi. Diagnosa keperawatan yang timbul berupa nyeri akut

berhubungan dengan luka post operasi, hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan nyeri, risiko infeksi, risiko konstipasi dan defisit perawatan diri

berhubungan dengan nyeri (Nanda, 2012). Hal ini sesuai dengan diagnosa pada

klien yang dirumuskan oleh penulis meliputi nyeri akut berhubungan dengan luka

post operasi, hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan risiko

infeksi

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

31

Universitas Indonesia

4.3 Analisis Tehnik Relaksasi Napas Dalam yang dilakukan pada Kasus

Kelolaan

Penulis melakukan salah satu intervensi berdasarkan hasil salah satu evidence

based yaitu tehnik relaksasi napas dalam untuk melihat keefektifan tehnik tersebut

kepada klien kelolaan. Tarik napas dalam merupakan salah satu tehnik relaksasi

yang digunakan untuk mengurangi rasa nyeri dan mengurangi kecemasan klien.

Tujuan dilakukan tehnik napas dalam adalah untuk merelaksasikan otot-otot yang

tegang dan menormalkan sirkulasi oksigen akibat cemas dan tahanan saat nyeri

(Duma, Swardt, & Khanyile, 2008). Metode relaksasi napas dalam selain dapat

mengurangi nyeri juga dapat menurunkan tingkat kecemasan. Hal ini dilakukan

merujuk pada hasil pengkajian klien ditemukan bahwa klien mengalami nyeri

punggung dan kecemasaan sebelum operasi.

Tenhik relaksasi napas dalam terdiri dari 4 tahapan (Gabbrielle & Karen 2009).

Langkah pertama yaitu posisikan klien dalam kondisi yang nyaman. Langkah

yang kedua tarik napas dalam secara perlahan melalui hidung. Tahan dalam waktu

1-3 detik atau senyaman mungkin. Langkah terakhir keluarkan napas melalui

mulut secara perlahan. tehnik relaksasi napas dalam dapat dilakukan berulang-

ulang sampai klien merasa tenang sehingga nyeri dapat berkurang. Pada tanggal 7

Mei penulis mengajarkan tehnik relaksasi napas dalam kepada klien dengan

langkah-langkah yang sama sesuai teori di atas. Kemudian klien mencoba tehnik

relaksasi napas dalam tersebut berulang kali sampai merasa lebih nyaman dan

tenang.

Sli, Setyoadi, dan Widastra (2009) menyatakan bahwa terjadi penurunan skala

nyeri pada masing-masing responden setelah melakukan tehnik relasasi napas

dalam. Varvogli dan Darviri tahun 2011 dalam penelitiaanya tentang tehnik

managemen stres ditemukan hasil bahwa menggunakan tehnik napas dalam dapat

mengurangi kecemasan. Hal ini sesuai dengan hasil yang dilakukan oleh penulis

dimana ditemukan data evaluasi klien mengatakan rasa cemasnya berkurang

diajarkan metode tarik napas dalam oleh penulis. Selain itu, mengenai nyeri yang

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

32

Universitas Indonesia

dirasakan klien mengatakan rasa nyeri sebelum operasi mulai berkurang dan tidak

selama sebelum diberitahukan mengurangi nyeri dengan tarik napas dalam.

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

33 Universitas Indonesia

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB lima berisi kesimpulan dan saran yang terdiri dari dua bagian. Bagian

pertama yaitu kesimpulan. Bagian kedua yaitu saran.

5.1 Kesimpulan

Hasil penulisan mengenai “Analisis Praktik KKMP pada Kasus Spondilitis TB di

Gedung Profesor DR. Soelarto Lantai 1 RSUP Fatmawati” dapat disimpulkan

bahwa kasus spondilitis TB Nn. A merupakan salah satu masalah kesehatan

perkotaan dengan ditemukannya hasil pengkajian klien tinggal didaerah perkotaan

yang berisiko terpajannya masalah kesehatan akibat pencemaran udara. Selain itu,

spondilitis TB pada klien merupakan salah satu fase penyebaran bakteri TB ke

tulang belakang dengan tanda dan gejala nyeri punggung, kifosis, demam

dimalam hari, penurunan berat badan, sering batuk dan merasa lemas.

Penatalaksanaan medis yang dilakukan pada klien adalah operasi debridement

anterior. Diagnosa klien sebelum operasi yaitu nyeri berhubungan dengan faktor

patologis spondilitis TB dan ansietas berhubungan dengan perubahan status

kesehatan (prosedur operasi debridement anterior). Diagnosa keperawatan setelah

operasi yaitu nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi, hambatan

mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri dan risiko infeksi. Intervensi

keperawatan yang dilakukan mengacu pada masing-masing diagnosa

keperawatan. Intervensi berdasarkan evidence base yaitu tehnik relaksasi napas

efektif dalam mengurangi rasa nyeri dan kecemasan pada klien sebelum operasi

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

34

Universitas Indonesia

5.2 Saran

Saran yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Masyarakat

Masyarakat perkotaan khususnya lebih menanamkan kesadaran dan

merubah gaya hidup terhadap pentingnya kesehatan dikarenakan dampak

negatif yang diakibatkan adanya urbanisasi akibat perkembangan kota.

2. Penulisan Selanjutnya

Penulisan selanjutnya dapat memperluas area penulisan seperti bukan

hanya menganalisa salah satu intervensi keperawatan tetapi lebih dari satu

intervensi pada satu kasus masalah kesehatan perkotaan.

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

35 Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Abbasi, f., & Besharat, M. (2011). Tuberculosis Spondylitis (Pott’s Disease) in

Iran, Evaluation of 40 cases. Journal of Bushehr University of Medical

Sciences, Iran, 6, 30-32.

Agrawal,V., Patgaonkar, P.R., & Nagariya, S.P. (2010). Tuberculosis of spine.

Journal of Craniovertebral Junction & Spine, 2 74-85.

Alavi, S.M .,& Sharifi, M. (2010). Tuberculosis Spondylitis: clinical/ paraclinical

aspect in the south west of iran. Journal of Infection and Public Health, 3,

196-200.

Arias, K.M. (2009). Investigasi dan pengendalian wabah di fasilitas pelayanan

kesehatan. (Aprianingsih, Papuli Wisyastuti, Munayah Fauziah, Penerjemah).

Jakarta: EGC.

Bono, M.C., & Garfin, S.M. (2004). Spine. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins.

Brunner, L. S., Suddarth, D. S., & Smeltzer, S. C. O. (2008). Brunner &

Suddarth's textbook of medical-surgical nursing (11th

ed.). Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins.

Burgener, F.A., Kormano, F., & Pudas, T. (2006). Differential diagnosis in

conventional radiology, (2nd

ed )revised. New York: Thieme.

Chanplakon,P., Chanplakon,N., Kraiwattanapong, C., Wajanavisit,W. &

Laohacharoensombat,W. (2011). Treatment of Acute Tuberculosis

Spondylitys by Spinal Shotering Osteotomy: A Tehnical Notes and Case

Illustrations. Journal of Departement of Orthopedi Mahidol University,

Bangkok, Thailand, 5, 4 237-244.

Chatman, I.J. (2008). Tuberculosis: Arresting everyone enemy, (2nd

ed). USA:

Joint Commion Resourcer.

Crisp, J. & Taylor, C. (2009). Potter & Perry’s: Fundamentals of nursing, (3rd

ed).

Australia: Elsevier.

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

36

Universitas Indonesia

Corwin, E.J. (2008). Handbook of pathophysiology, (3rd

ed). Philadelphia:

Lippincott Williams & Wilkins.

Dewald, R. (2003). Spinal deformities: the comprehensive text. New York:

Thieme.

Doengoes, M. E, Moorhouse, M.C., & Murr, A.C. (2008). Nursing diagnosis

manual: planning, individualizing and documenting client care. USA: Davis

Plus.

Duma,S., Swardt H.D., & Khanyile, T. (2008). Fundamental of nursing: fresh

perspectives. South Africa: Philippa van Aardt.

Depkes, RI. (2008). Laporan nasional riset kesehatan dasar tahun 2007. Jakarta:

Pusat Penelitian Pengembangan Kesehatan.

Gabbrielle, K., & Karen, L. (2005). Tabber’s nursing care: Theory and practice.

Australia: Elsevier.

Ischak. (2001). Urbanisasi dan dampaknya terhadap lingkungan. Jurnal dari

Departemen Ilmu Sosial: Uneversitas Negeri Yogyakarta, 3 275-283.

Kementrian Kesehatan RI. (2011). Pemdoman nesional pengendalian

tuberculosis. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Ditjen Pengendalian

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Kementrian Kesehatan RI. (2010b). Riset kesehatan dasar:Riskesdas 2010.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Moesbar, N. (2006). Infeksi tuberculosa pada tulang belakang. Jurnal dari

Departemen Orthopaedi dan Trauma Departemen Ilmu Bedah FK-USU/RSUP

H. Adam Malik, Medan, 3, 279-289.

NANDA. (2012). Diagnosis Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014.

(Made Sumarwati & Nike Budhi Subekti, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Nawas, A. (2010). Penatalaksanaan TB MDR dan strategi Dots plus. Jurnal

Tuberkuosis Indonesia, 7, 1-7

Paramata, I.G.E., Purniti, P.S., Subanada, I.B. & Astawa, P. (2008). Spondylitis

tuberculosis. Jurnal dari bagian Ilmu Kesehatan Anak dan Ilmu Bedah

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

37

Universitas Indonesia

Ortopedi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Rumah Sakit Sanglah

Denpasar, 3, 177-183.

Spielgelburg,D.D. (2007). New topics in tuberculosis research. New York: Nova

Science Publishers.

Sli, D.D., Setyoadi,. & Widastra, N.M. (2009). Pengaruh Tehnik Relaksasi Nafas

Dalam Terhadap Penurunan Persepsi Nyeri Pada Lansia dengan Artitris

Reumatoid. Jurnal dari Deprtemen Keperawatan Universitas Soedirman, 4,2,

46-53.

Suharini,E. (2007). Menemukealiagihan permukiman kumuh melalui interpretasi

citra pengindraan jauh. Jurnal dari Departemen Geografi UNNES, 4 77-85.

Suryo, J. (2010). Herbal penyebab gangguan sistem pernapasan: Pneumonia,

kanker paru-paru, TB paru, bronchitis, pleurisy. Yogyakarta: B First

Tellness, G.(2005). President’s column: positive and negative public health effect

of urbanization. Journal of Public Health Assosiation Oxford University 15, 5,

522-553.

Vaccaro, A. R., Albert, T. J. (2009) Spine surgery: Tricks of the trade, (2nd

ed).

New York: Tieme.

WHO. (2011). Global tuberculosis control; WHO report 2011. Geneva:

Publication Data

WHO. (2012). Global tuberculosis report 2012. France: Publication Data.

Wilkinson, J. M., & Ahhern.N.R. (2009). Buku saku diagnosis keperawatan (edisi

9). (Esty Wahyuningsih, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Wulandari,L. (2012). Peran pengetahuan terhadap perilaku pencarian

pengobatan penderita suspek TB paru di Indonesia (Analisis data survey

pengetahuan, sikap dan perilaku tuberculosis tahun 2010).[Tesis]. Depok:

Universitas Indonesia.

Valvorgi, L & Darviri,C.(2011). Stress management techniques: evidence-based

procedures that reduce stress and promote health. Journal of Health Science

University of Athens, 5, 74-89.

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Lampiran 1

Universitas Indonesia

ASUHAN KEPERAWATAN Nn.A DENGAN SPONDILITIS TB

DI GEDUNG PROFESOR DR. SOELARTO LANTAI 1

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI

A. Pengkajian

1. Data Umum

a. Identitas Klien

a) Nama : Nn.A

b) Tanggal lahir : 16 April 1988 (25 tahun)

c) No. RM : 01221390

d) Jenis kelamin : Perempuan

e) Suku : Jawa Tengah

f) Status : Belum Menikah

g) Pekerjaan : Pegawai Swasta

h) Tanggal masuk GPS Lantai 1: 7-5- 2013

i) Sumber infromasi: klien, keluarga klien, dan rekam medis

j) Alamat: Jln. Kemang bubakan Cimanggis kota Depok

b. Riwayat penyakit sekarang: Nn. A datang dari Poli bedah toraks ke

Fatmawati pada tanggal 7 Mei 2013. Klien datang diantar oleh keluarga

pada pukul 10.11 WIB. Klien datang ke RS dengan keluhan nyeri pada

punggung pada area tulang belakang sejak 5 hari yang lalu seperti

tertekan dengan skala nyeri 3 dan lamanya rasa nyeri kurang dari 30 menit.

Nyeri berkurang setelah istirahat.

c. Riwayat penyakit dahulu: Hasil wawancara dengan klien didapatkan hasil

bahwa klien mempunyai riwayat TB sejak 1-2 tahun yang lalu. Klien

mengatakan tidak merokok namun klien merupakan perokok pasif

dikarenakan lingkungan kerja dan pergaulan banyak yang merokok dan

klien tidak mengetahui jika ada dilingkungan kerja dan pergaulan yang

memiliki penyakit TB. Selain itu, klien bekerja sebagai pegawai swasta di

Jakarta. Klien mengatakan setiap harinya klien menggunakan kereta dan

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Universitas Indonesia

kendaraan umum untuk bekerja. Klien mengatakan pernah di rawat di RS

dikarenakan penyakit TB. Saat ini klien masih mengkonsumsi obat-obatan

OAT seperti rifampisin dan Isoniasid masing-masing satu kali per hari.

d. Riwayat kesehatan keluarga: keluarga mengatakan di keluarga tidak ada

yang terkena penyakit TB atau mempunyai riwayat penyakit TB.

e. Riwayat Psikososial: Klien mengatakan merasa takut ketika akan

dilakukan operasi. Klien mengatakan sudah diberitahukan tentang

prosedur operasinya oleh dokter. Namun, klien masih merasa takut akan

hal-hal yang tidak di inginkan seperti rasa sakit dan tidak bisa sembuh itu

ada. Klien juga mengatakan mengenai penanganan apa saja yang

dilakukan setelah dilakukan operasi. Klien juga berharap agar setelah

operasi kesehatannya menjadi lebih baik.

f. Pola Nutrisi: klien mengatakan mengalami penurunan nafsu makan, berat

Berat badan klien 40 kg dan tinggi badan 160 cm. klien terlihat kurus.

Klien mengatakan berat badannya mengalami puenurunan sekitar lima kg

sejak 2 tahun terakhir.

g. Pola Eliminasi: Klien BAB dan BAK dengan normal. Frekuensi BAB

1x/hari, warna kuning dan lembek. Frekuensi BAK > 5x/hari dengan

warna kuning jernih.

h. Pola Aktivitas:

- Sebelum operasi: klien mengatakan masih bisa melakukan aktivitas

secara mandiri.

- Setelah operasi: Klien mengatakan jika klien bergerak, luka operasi di

punggung masih terasa sakit. Klien mengatakan untuk aktivitas seperti

mandi dan berubah posisi miring dibantu oleh keluarga. Pergerakan

klien terlihat perlahan-lahan dan terbatas. Klien mengatakan tidak

mampu duduk secara mandiri dan diperlukan bantuan alat berupa

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Universitas Indonesia

brace yang berfungsi menopang bagian tulang belakang klien. Klien

terpasang infus RL/8jam. Terpasang oksigen 2 liter/menit.. Klien

mengatakan karena masih terasa sakit pada luka operasinya klien

hanya dapat tiduran ditempat tidur. Kekuatan otot klien pada

ekstremitas atas dan bawah mampu melawan tahanan namun secara

maksimal

i. Pola Respiratorik: Bunyi napas rochi +/+ bagian apek kedua paru. Klien

terlihat sering batuk. Klien mengatakan bahwa dapat mengeluarkan

dahaknya secara mandiri

j. Pola sirkulasi: S1 dan S2 normal, murmur (-), gallop (-)

k. Pola Kenyamanan:

- Sebelum operasi: keluhan nyeri pada punggung pada area tulang

belakang sejak 5 hari yang lalu seperti tertekan dengan skala nyeri 3

dan lamanya rasa nyeri kurang dari 30 menit. Nyeri berkurang setelah

istirahat.

- Setelah operasi: nyeri pada bagian punggung luka operasi 5 hari yang

lalu, rasa nyeri seperti ditusuk-tusuk. Skala nyeri 4. Klien mengatakan

lamanya rasa nyeri sampai kurang dari 30 menit. Klien tampak

meringis saat nyeri itu timbul.

l. Pola integritas kulit:

- Setelah operasi: Luka post operasi pada area punggung sepanjang

kurang lebih 20 cm. Luka tampak terbalut perban. Tidak ada warna

kemerahan, bengkak dan cairan disekitar area luka. Berdasarkan data

rekam medik diketahui bahwa perencanaan perawatan luka operasi per

3 hari setelah operasi. Berdasarkan hasil data laboraturium tanggal 9

Mei 2013 didapatkan hasil kadar leukosit Nn.A dalam batas normal

yaitu 6,3 ribu/ul. Terapi farmakologis yang diberikan untuk

mengurangi peradangan yaitu ceftriaxone 3x1gr/hari.

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Universitas Indonesia

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Rontgen: tanggal 1 April 2012 didapatkan hasil spondilitis thoracal 9-

10 dengan abses para vertebra sugesti spondilitis TB dan pulmo

minimal infiltrate lapangan atas kedua paru.

b. Pemeriksaan Laboraturium:

Tanggal 9 Mei 2013: Hb: 8,5 g/dl, Ht: 27%, Leukosit: 6,3 ribu/ul,

trombosit 271 ribu/ul, eritrosit: 3,24 juta/ul.

3. Terapi Farmakologis:

a. Sebelum Operasi: OAT: rifampisin 1x1 tablet dan INH 1x1 tablet

b. sesudah operasi: tanggal 13 Mei 2013 ketorolak 3x1 amp, ceftriaxone

3x1gr, dan ranitidine 3x1amp (Parenteral). Rifampisin 1x1 tablet dan

INH 1x1 tablet ( Non parenteral).

B. Analisis Data sebelum Operasi

Data Masalah

Keperawatan

Subjektif: O: 5 hari yll P: patologis penyakit Q: seperti tertekan R:sekitar punggung tulang

belakang S: skala nyeri 3 T: lamanya rasa nyeri

kurang dari 30 menit

Objektif : tekanan darah=110/70mmHg,

nadi=85x/menit, Suhu=36,50

C, dan frekuensi

napas 19x/menit,

Nyeri Akut

Subjektif: Klien mengatakan merasa takut ketika

akan dilakukan operasi. Klien mengatakan sudah

diberitahukan tentang prosedur operasinya oleh

dokter. Namun, klien masih merasa takut akan hal-hal yang tidak di inginkan seperti rasa sakit

dan tidak bisa sembuh itu ada

Objektif: klien lebih banyak diam

Ansietas

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Universitas Indonesia

C. Analisis Data Setelah Operasi

Data Masalah

Keperawatan

Subjektif: O: 5 hari post op P: luka post op Q: seperti berdenyut R:sekitar punggung tulang

belakang S: skala nyeri 4 T: lamanya rasa nyeri

kurang dari 30 menit

Objektif: klien terlihat meringis jika terasa sakit

Nyeri Akut

Subjektif : Klien mengatakan aktivitas klien post operasi dibantu oleh keluarga. Klien mengatakan

jika ingin miring masih terasa sakit pada luka

operasi dibagian punggung Klien mengatakan

jika ingin miring kanan dan kiri masih dibantu

keluarga.

Objektif: Pergerakan klien terlihat perlahan-

lahan dan terbatas

Hambatan mobilitas

fisik

Subjektif: Klien mengatakan lukanya masih

terasa sakit

Objektif: Luka post operasi kurang lebih 20 cm. Luka tampak terbalut perban. Tidak ada warna

kemerahan, bengkak dan cairan disekitar area

luka. laboraturium tanggal 9 Mei 2013

didapatkan hasil kadar leukosit Nn.A dalam batas

normal yaitu 6,3 ribu/ul. Terapi farmakologis

yang diberikan untuk mengurangi peradangan

yaitu ceftriaxone 3x1gr/hari

Risiko Infeksi

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Universitas Indonesia

C. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Sebelum Operasi

No. Diagonsa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri akut berhubungan

dengan penyakit patologis

spondilitis TB torakal 9-10

(Nanda, 2012)

Karakteristik:

Subjektif: O: 5 hari yll P: patologis penyakit Q:

seperti tertekan R:sekitar

punggung tulang

belakang S: skala nyeri 3

T: lamanya rasa nyeri

kurang dari 30 menit

Objektif : tekanan

darah=110/70mmHg,

nadi=85x/menit,

Suhu=36,50

C, dan frekuensi napas

19x/menit

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam nyeri

klien berkurang atau

dapat diadaptasi oleh lien

Kriteria Hasil:

- Secara verbal klien nyatakan nyeri

hilang/berkurang

- Klien dapat melakukan tehnik mengurangi nyeri

- Klien tidak gelisah

- Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi

- Kaji skala nyeri

- Ajarkan relaksasi:tehnik-tehnik untu menurunkan ketegangan otot rangka,

yang dapat menurunkan intensitas nyeri

dan juga tingkatkan relaksasi masase

- Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut

- Berikan waktu istirahat bila terasa nyeri dan beri posisi yang nyaman

- Kolaborasi:

Pemberian analgesik

- Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa dikaji dengan menggunakan

skala nyeri

- Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi,

sehingga akan mengurangi nyeri

- Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan

- Istirahat akan merelaksasikan jaringan sehingga akan meningkatkan

kenyamanan

- Analgesik mengurangi nyeri

2 Ansietas berhubungan

dengan perubahan dalam

status kesehatan , kritis

situasional (Wilkinson &

Ahern, 2009)

Subjektif: Klien

mengatakan merasa takut

ketika akan dilakukan

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam ansietas

berkurang atau hilang:

Kriteria Hasil:

- Klien secara verbalisasi

menyatakan ansietas berkurang

- Kaji tanda verbal dan nonverbal

kecamasan, dan lakukan tindakan bila

menunjukkan perilaku merusak

- Mulai melakukan tindakan untuk

mengurangi kecemasan (tarik napas

dalam). Beri lingkungan yang nyaman

dan suasana penuh istirahat

- Beri kesempatan klien untuk

- Reaksi verbaldan nonvermal dapat

menunjukkan rasa agitasi, marah,

gelisah

- Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak perlu

- Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Universitas Indonesia

No. Diagonsa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

operasi. Klien

mengatakan sudah

diberitahukan tentang

prosedur operasinya oleh

dokter. Namun, klien

masih merasa takut akan

hal-hal yang tidak di

inginkan seperti rasa

sakit dan tidak bisa

sembuh itu ada

Objektif: klien lebih banyak diam

- Klien dapat mengidentifikasi

penyebab yang

mempengaruhinya

mengungkapkan kecemasaanya

- Beri privasi untuk klien dan keluarga

terdekat

diekspresikan

- Memberi waktu untuk mengekspresikan perasaan

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Universitas Indonesia

D. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan Setelah Operasi

No. Diagonsa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Nyeri akut berhubungan

dengan luka post operasi

(Nanda, 2012)

Subjektif: O: 5 hari post op P: luka post op Q: seperti

berdenyut R:sekitar

punggung tulang belakang

S: skala nyeri 4 T: lamanya

rasa nyeri kurang dari 30

menit

Objektif: klien terlihat

meringis jika terasa sakit

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam nyeri

klien berkurang atau

dapat diadaptasi oleh

lien

Kriteria Hasil:

- Secara verbal klien nyatakan nyeri

hilang/berkurang

- Klien dapat melakukan tehnik

mengurangi nyeri

- Klien tidak gelisah

- Skala nyeri 0-1 atau teradaptasi

- Kaji skala nyeri

- Ajarkan relaksasi:tehnik-tehnik untu menurunkan ketegangan otot rangka,

yang dapat menurunkan intensitas nyeri

dan juga tingkatkan relaksasi masase

- Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut

- Berikan waktu istirahat bila terasa nyeri dan beri posisi yang nyaman

- Kolaborasi:

Pemberian analgesik

- Nyeri merupakan respon subjektif yang bisa dikaji dengan menggunakan

skala nyeri

- Akan melancarkan peredaran darah, sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi,

sehingga akan mengurangi nyeri

- Mengalihkan perhatian nyerinya ke hal-hal yang menyenangkan

- Istirahat akan merelaksasikan jaringan sehingga akan meningkatkan

kenyamanan

- Analgesik mengurangi nyeri

2 Hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri

luka post operasi (NANDA,

2012)

Subjektif : Klien mengatakan aktivitas klien

post operasi dibantu oleh

keluarga. Klien mengatakan

jika ingin miring masih

terasa sakit pada luka

operasi dibagian punggung

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x24 jam klien

dapat melakukan

mobilisasi secara

optimal:

Kriteria hasil :

- Klien dapat ikut serta dalam program

latihan

- Mencari bantuan

- Kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan

- Bantu klien dalam melakukan latihan ROM

- Ubah posisi setiap 2 jam

- Pantau kulit dan membran mukosa terhadap iritasi dan tanda inflamasi

- Bantu klien ambulasi

Kolaborasi:

- Mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas

- Untuk memelihara fleksibilitas sendi sesuai kemampuan

- Mempertahankan posisi tulang belakang tetap rata

- Deteksi dini dari kemungkinan komplikasi imobilisasi

- Mencegah kekakuan otot

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Universitas Indonesia

No. Diagonsa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

Klien mengatakan jika ingin

miring kanan dan kiri masih

dibantu keluarga.

Objektif: Pergerakan klien terlihat perlahan-lahan dan

terbatas

sesuai kebutuhan

- Mempertahankan koordinasi dan

mobilitas sesuai

tingkat optimal

- Kolaborasi dengan ahli terapi dalam pemberian terapi

- Terapi yang tepat dapat mempercepat proses pemulihan

3 Risiko Infeksi

Karakteristik:

Subjektif: Klien mengatakan lukanya masih terasa sakit

Objektif: Luka post operasi kurang lebih 20 cm. Luka

tampak terbalut perban.

Tidak ada warna

kemerahan, bengkak dan

cairan disekitar area luka.

laboraturium tanggal 9 Mei

2013 didapatkan hasil kadar

leukosit Nn.A dalam batas

normal yaitu 6,3 ribu/ul.

Terapi farmakologis yang

diberikan untuk mengurangi

peradangan yaitu

ceftriaxone 3x1gr/hari

Setelah dilakukan

tindakan keperawatan

selama 3x 24 jam

faktor resiko infeksi

akan hilang

Kriteria hasil :

- Menunjukkan faktor resiko individu

- Mengidentifikasi intervensi untuk

mencegah resiko

infeksi

- Menunjukkan teknik untuk meningkatkan

lingkungan aman

- Suhu tubuh normal: 36,7-37,5

0C

- Observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan

- Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah

- Pertahankan tehnik aseptik pada prosedur invansif

- Pantau suhu dan istirahat

- Ganti dressing sesuai petunjuk umum

Kolaborasi:

Terapi antibiotik

- Pasien mengkin dapat mengalami infeksi nosokomial

- Mencegah timbulnya infeksi silang (infeksi nosokomial)

- Mencegah timbulnya infeksi silang

- Peningkatan suhu menandakan peningkatan laju metabilik dari proses

inflamasi

- Mencegah timbulnya infeksi nosokomial

- Untuk menurunkan inflamasi

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Universitas Indonesia

E. Catatan Perkembangan Pasien

Nama Klien: Nn.A Ruang Rawat: Prof.Dr. Soelarto kamar 101

Dx Medis: Spondilitis Tb Pre Op

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

1 7-5- 2013

Pukul:

11.15

Nyeri akut berhubungan

dengan penyakit patologis

spondilitis TB torakal 9-10

(Nanda, 2012)

Karakteristik:

Subjektif: O: 5 hari yll P:

patologis penyakit Q:

seperti tertekan R:sekitar

punggung tulang belakang

S: skala nyeri 3 T: lamanya

rasa nyeri kurang dari 30

menit

Objektif : tekanan darah=110/70mmHg,

nadi=85x/menit,

Suhu=36,50

C, dan

frekuensi napas 19x/menit

- Mengkaji skala nyeri yang dirasakan pasien

- Mengukur tanda-tanda vital klien

- Mengajarkan kepada pasien cara mengurangi nyeri dengan cara

tehnik napas dalam

- Memberikan kesempatan klien untuk lebih banyak beristirahat

untuk mengurangi nyeri

S:

- klien mengatakan nyerinya masih terasa walau agak sedikit berkurang setelah mencoba tehnik napas dalam

- klien mengatakan akan mencoba tehnik napas dalam untuk mengurangi rasa sakit

O: O: nyeri punggung 5 hari yang lalu

P:

Q: nyeri seperti di tekan

R: rasa sakit di punggung

S: skala nyeri: 2-3

T: kurang dari 30 menit

Tanda-tanda vital: tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi:

80x/menit, RR: 18x/ment, S: 36,50C

A: nyeri

P:

- Kaji skala nyeri

- Evaluasi tehnik relaksasi napas

- Berikan waktu istirahat bila terasa nyeri dan beri posisi yang nyaman

2 7-5- 2013

Pukul:

11.30

Ansietas berhubungan dengan

perubahan dalam status

kesehatan , kritis situasional

(Wilkinson & Ahern, 2009)

Subjektif: Klien

- Kaji tanda verbal dan nonverbal

kecamasan

- Mulai melakukan tindakan untuk

mengurangi kecemasan (tarik napas

dalam). Beri lingkungan yang

S:

- Klien mengatakan cemasnya berkurang setelah perasaannya bisa tercurahkan dan dengan tarik napas

dalam

O:

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Universitas Indonesia

No Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi

mengatakan merasa takut

ketika akan dilakukan

operasi. Klien mengatakan

sudah diberitahukan

tentang prosedur

operasinya oleh dokter.

Namun, klien masih merasa

takut akan hal-hal yang

tidak di inginkan seperti

rasa sakit dan tidak bisa

sembuh itu ada

Objektif: klien lebih

banyak diam

nyaman dan suasana penuh istirahat

- Beri kesempatan klien untuk

mengungkapkan kecemasaanya

- Klien lebih banyak diam

A: Ansietas teratasi

P: -

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Universitas Indonesia

F. Catatan Perkembangan Pasien

Nama Klien: Ny. SM Ruang Rawat: Prof.Dr. Soelarto kamar 101

Dx Medis: Spondilitis Tb Post Op

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi

1

Nyeri akut berhubungan

dengan luka post operasi

(Nanda, 2012)

Subjektif: O: 5 hari post op P: luka post op Q:

seperti berdenyut

R:sekitar punggung

tulang belakang S: skala

nyeri 4 T: lamanya rasa

nyeri kurang dari 30

menit

Objektif: klien terlihat meringis jika terasa sakit

14-5-2013

06.30

- Mengkaji skala nyeri yang dirasakan pasien

- Mengukur tanda-tanda vital klien

- Mengajarkan kepada pasien cara

mengurangi nyeri

dengan cara tehnik

napas dalam

- Memberikan kesempatan klien

untuk lebih banyak

beristirahat untuk

mengurangi nyeri

- Mengajarkan tehnik distraksi:

mendengarkan musik

- Kolaborasi ketorolak 1 amp

Pukul 04.30

S:

- Klien mengatakan nyerinya mulai berkurang dan terkadang timbul dan hilang

- klien mengatakan nyerinya masih terasa namun mulai berkurang dengan tehnik napas dalam dan beristirat

- klien mengatakan akan mencoba mendengarkan music jika terasa nyeri

O: O: sakit karena luka operasi 6 hari yang lalu

P: sakit karena luka operasi

Q: nyeri seperti berdenyut

R: rasa sakit hanya sekitar luka

S: skala nyeri: 3

T: kurnag dari 30 menit

Klien terlihat sedikit meringis ketika rasa nyerinya mulai timbul.

TTV: TD= 110/80mmHg Nadi: 75x/menit, RR=18x/menit, S=

360C

A: nyeri

P:

- kaji skala nyeri yang dirasakan pasien

- ukur tanda-tanda vital klien

- Mengajarkan kepada pasien cara mengurangi nyeri dengan cara tehnik napas dalam

- Memberikan kesempatan klien untuk lebih banyak beristirahat untuk mengurangi nyeri

- Mengajarkan tehnik distraksi: mendengarkan musik

- Kolaborasi ketorolak 1 amp

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Universitas Indonesia

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi

15-5-2013

16.00

- Mengkaji skala nyeri

yang dirasakan pasien

- Mengukur tanda-tanda vital klien

- Mengajarkan kepada pasien cara

mengurangi nyeri

dengan cara tehnik

napas dalam

- Memberikan kesempatan klien

untuk lebih banyak

beristirahat untuk

mengurangi nyeri

- Mengajarkan tehnik distraksi:

mendengarkan musik

- Kolaborasi Tramadol 1 tablet

Pukul 17.30

S:

- Klien mengatakan nyerinya mulai berkurang dan terkadang timbul

dan hilang

- klien mengatakan jika merasa nyeri klien tarik napas dalam, istirahat, dan mendengarkan musik

O: O: sakit karena luka operasi 7 hari yang lalu

P: sakit karena luka operasi

Q: nyeri seperti berdenyut

R: rasa sakit hanya sekitar luka

S: skala nyeri: 2-3

T: kurnag dari 30 menit

Klien terlihat sedikit meringis ketika rasa nyerinya mulai timbul.

TTV: TD= 110/70mmHg Nadi: 78x/menit, RR=18x/menit, S=

360C

A: nyeri

P:

- kaji skala nyeri yang dirasakan pasien

- ukur tanda-tanda vital klien

- evaluasi cara mengurangi nyeri dengan cara tehnik napas dalam

- berikan kesempatan klien untuk lebih banyak beristirahat untuk mengurangi nyeri

- evaluasi tehnik distraksi: mendengarkan musik

- Kolaborasi tramadol

16-5-2013

14.00

- Mengkaji skala nyeri yang dirasakan pasien

- Mengukur tanda-tanda vital klien

- Mengevaluasi kepada pasien cara

mengurangi nyeri

S:

- Klien mengatakan nyerinya mulai berkurang

- klien mengatakan jika merasa nyeri klien tarik napas dalam, istirahat, dan mendengarkan musik

O: O: sakit karena luka operasi 8 hari yang lalu

P: sakit karena luka operasi

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Universitas Indonesia

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi

dengan cara tehnik

napas dalam

- Memberikan

kesempatan klien

untuk lebih banyak

beristirahat untuk

mengurangi nyeri

- evaluasi tehnik distraksi:

mendengarkan musik

Q: nyeri seperti berdenyut

R: rasa sakit hanya sekitar luka

S: skala nyeri: 1-2

T: kurnag dari 30 menit

Klien terlihat sedikit meringis ketika rasa nyerinya mulai timbul.

TTV: TD= 110/70mmHg Nadi: 75x/menit, RR=18x/menit, S=

360C

A: nyeri teratasi

P:klien pulang pukul 15.15

2 Hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan nyeri

luka post operasi (NANDA,

2012)

Subjektif : Klien mengatakan aktivitas

klien post operasi

dibantu oleh keluarga.

Klien mengatakan jika

ingin miring masih terasa

sakit pada luka operasi

dibagian punggung Klien

mengatakan jika ingin

miring kanan dan kiri

masih dibantu keluarga.

Objektif: Pergerakan klien terlihat perlahan-

lahan dan terbatas

14-5-2013

07.15

- Mengkaji mobilitas yang ada dan observasi

terhadap peningkatan

kerusakan

- Membantu klien dalam melakukan latihan

ROM aktif pada

ekstremitas

- mengubah posisi lateral kanan

S:

- Klien mengatakan aktivitas masih dibantu keluarga

- Klien mengatakan mulai mencoba miring secara dengan benar perlahan-lahan

- Klien mengatakan badannya mulai enak setelah dilakukan ROM

O: terpasang RL/8jam

A: hambatan mobilitas fisik

P:

- kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan kerusakan

- bantu klien dalam melakukan latihan ROM aktif pada ekstremitas

- ubah posisi lateral kanan

15-5-2013

15.20

- Mengkaji mobilitas yang ada dan observasi

terhadap peningkatan

kerusakan

- Membantu klien dalam melakukan latihan

S:

- Klien mengatakan sudah mampu miring secara mandiri dengan brace

- Klien mencoba duduk dan berjalan dengan brace perlahan

- Klien mengatakan badannya mulai enak setelah dilakukan ROM

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Universitas Indonesia

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi

ROM aktif pada

ekstremitas

- Membantu klien duduk

dan berjalan dengan

alat bantu brace

O: klien dapat duduk dan berjalan 5 langkah dengan brace dengan

bantuan

A: hambatan mobilitas fisik

P:

- kaji mobilitas yang ada dan observasi terhadap peningkatan

kerusakan

- bantu klien dalam melakukan latihan ROM aktif pada ekstremitas

- evaluasi ambulasi duduk dan berjalan dengan brace

16-5-2013

14.20

- Mengkaji mobilitas yang ada dan observasi

terhadap peningkatan

kerusakan

- Membantu klien dalam melakukan latihan

ROM aktif pada

ekstremitas

- Evaluasi klien duduk

dan berjalan dengan

alat bantu brace

S:

- Klien mengatakan sudah mampu miring secara mandiri dengan brace

- Klien mencoba duduk dan berjalan dengan brace perlahan secara mandiri

- Klien mengatakan badannya mulai enak setelah dilakukan ROM

O: klien dapat duduk dan berjalan 5 langkah dengan brace secara

mandiri

A: hambatan mobilitas fisik

P: klien pulang pukul 15.15

3 Risiko Infeksi

Karakteristik:

Subjektif: Klien mengatakan lukanya

masih terasa sakit

Objektif: Luka post operasi kurang lebih 20

cm. Luka tampak

terbalut perban. Tidak

14-5-2013

05.40

- mengobservasi tanda-tanda infeksi dan

peradangan

- mencuci tangan sebelum dan sesudah

- Pantau suhu dan istirahat

- Kolaborasi:

Terapi antibiotic

S:

Klien mengatakan lukanya masih terasa sakit

O:

Luka post operasi kurang lebih 20 cm. Luka tampak terbalut perban.

Tidak ada warna kemerahan, bengkak dan cairan disekitar area luka.

Suhu: 360C

A: Risiko infeksi

P:

- observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan

- Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan sebelum dan

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Universitas Indonesia

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi

ada warna kemerahan,

bengkak dan cairan

disekitar area luka.

laboraturium tanggal 9

Mei 2013 didapatkan

hasil kadar leukosit Nn.A

dalam batas normal yaitu

6,3 ribu/ul. Terapi

farmakologis yang

diberikan untuk

mengurangi peradangan

yaitu ceftriaxone

3x1gr/hari

ceftriaxone 1gr sesudah

- Pantau suhu dan istirahat

- Kolaborasi:

- Terapi antibiotic

15-5-2013

17.00

- mengobservasi tanda-tanda infeksi dan

peradangan

- mencuci tangan

sebelum dan sesudah

- Pantau suhu dan istirahat

- Kolaborasi: Terapi antibiotic cefixime 1

tablet

S:

Klien mengatakan lukanya masih terasa sakit

O:

Luka post operasi kurang lebih 20 cm. Luka tampak terbalut perban.

Tidak ada warna kemerahan, bengkak dan cairan disekitar area luka.

Suhu: 360C

A: Risiko infeksi

P:

- observasi tanda-tanda infeksi dan peradangan

- Tingkatkan upaya pencegahan dengan mencuci tangan sebelum dan sesudah

- Pantau suhu dan istirahat

- Kolaborasi:

Terapi antibiotic

16-5-2013

15.00

- mengobservasi tanda-tanda infeksi dan

peradangan

- mencuci tangan sebelum dan sesudah

- Pantau suhu dan istirahat

- Kolaborasi: Terapi antibiotic cefixime 1

tablet

S:

Klien mengatakan lukanya masih terasa sakit

O:

Luka post operasi kurang lebih 20 cm. Luka tampak terbalut perban.

Tidak ada warna kemerahan, bengkak dan cairan disekitar area luka.

Suhu: 360C

A: Risiko infeksi

P: klien pulang pukul 15.15

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PRAKTIK …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20351463-PR-Haryani.pdf · PERKOTAAN (KKMP) PADA KASUS SPONDILITIS TUBERKULOSIS (TB) ... BAB 3 LAPORAN KASUS

Analisis praktik ..., Haryani, FIK UI, 2013