UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG...

75
UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDIVIDU MISKIN DALAM MENGAKSES PELAYANAN KESEHATAN (Berdasarkan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011) LAPORAN MAGANG TRISNAJATI DIAH UTAMI 0906490632 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DEPOK JULI 2013 Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Transcript of UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG...

Page 1: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDIVIDU MISKIN DALAM MENGAKSES PELAYANAN KESEHATAN

(Berdasarkan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011)

LAPORAN MAGANG

TRISNAJATI DIAH UTAMI

0906490632

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

DEPOK JULI 2013

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 2: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDIVIDU MISKIN DALAM MENGAKSES PELAYANAN KESEHATAN

((Berdasarkan Data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011)

LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

TRISNAJATI DIAH UTAMI 0906490632

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI DEPOK

JULI 2013

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 3: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Laporan Magang ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar

Nama : Trisnajati Diah Utami NPM : 0906490632 Tanda Tangan :

Tanggal : 18 Juli 2013

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 4: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Magang ini diajukan oleh

Nama : Trisnajati Diah Utami

NPM : 0906490632

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul Skripsi : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Individu Miskin dalam Mengakses Pelayanan Kesehatan (Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011)

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada program studi Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Prof. Suahasil Nazara, Ph.D

Penguji 1 : Dr. Widyono Soetjipto

Penguji 2 : Ledi Trialdi S.E., MPP

Ditetapkan di : Depok, Jawa Barat

Tanggal : 18 Juli 2013

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 5: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir berupa laporan

magang ini dengan baik. Penyusunan laporan magang ini adalah merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas

Indonesia. Selama penulisan, penulis tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Mba Tika (Kartika Sari Juniwaty) selaku pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk membimbing penulis dalam penulisan laporan

magang ini;

2. Bapak Suahasil Nazara, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan

waktu dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan

magang ini;

3. Bapak Widyono Soetjipto dan Bapak Ledi Trialdi, selaku dosen penguji

yang telah memberikan kritik maupun saran untuk perbaikan laporan

magang ini;

4. Kedua Orang tua, Pakde dan Bude penulis yang telah memberikan doa dan

semangat yang tiada henti bagi penulis;

5. Saudara dan sepupu-sepupu penulis terutama kakak sepupu di Kemang

yang telah banyak membantu penulis;

6. Pihak dan rekan-rekan kerja TNP2K terutama di lantai 15 Selatan yang

telah membimbing dan memberikan banyak pengalaman untuk penulis;

7. Teman-teman SMPN 41 Jakarta khususnya bagi Vera, Lina, Andira, Nuril,

Ria, Antin, Isna, Isma, dan juga seluruh anak Cucunk Genk yang selalu

memberi dukungan dan seringkali menghibur penulis;

8. Teman-teman SMAN 28 Jakarta khususnya Sintha, Putri, Rita, Ayu, dan

semua anak XI IPS 1 dan XII IPS 2 yang selalu memberi dukungan untuk

penulis;

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 6: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

9. Teman-teman di Universitas Indonesia khususnya untuk Syara, Kevin,

Fatya, Ocha, Novillia, dan lainnya;

10. Keluarga Akaaboune terutama Mrs Sana dan Mr Charaf yang telah

mempercayakan penulis untuk mengajarkan Bahasa Indonesia kepada

kedua anak mereka sehingga penulis mendapat dukungan materi yang

berlebih untuk menjalankan kuliah;

11. Teman-teman McFly Indonesia khususnya Sheyla, Jeni, Erika, Fajar, dan

lainnya

12. Teman-teman curator WeRIndonesian khususnya Andin, Kemal, Rayyan

dan lainnya

13. Teman-teman Tumblr Indonesia khususnya Renti, Fitri, Nurma, Rudi,

Azki, Resty, Kiki, dan lainnya

14. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan laporan

magang ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu;

Akhir kata penulis mengucapkan Terima Kasih kembali yang sebanyak

banyaknya pada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya. Semoga Allah

membalas semua kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak yang secara

langsung dan tidak langsung membantu penulis dalam penulisan laporan magang.

Semoga laporan magang ini bermanfaat bagi semua pihak terutama bagi penulis

dan orang lain yang membaca.

Jakarta, 18 Juli 2013

Trisnajati Diah Utami

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 7: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Trisnajati Diah Utami

NPM : 0906490632

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Fakultas : Ekonomi

Jenis Karya : Laporan Magang

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Non eksklusif (Non-exclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Individu Miskin dalam Mengakses Pelayanan Kesehatan (Berdasarkan Survey Sosial Ekonomi Nasional 2011) beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola, dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenernya. Dibuat di : Depok

Pada Tanggal : 18 Juli 2013

Yang menyatakan,

(Trisnajati Diah Utami)

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 8: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

ABSTRAK

Nama : Trisnajati Diah Utami

Program Studi : Ilmu Ekonomi

Judul : Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Individu Miskin dalam Mengakses Pelayanan Kesehatan (Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional 2011)

Kesehatan merupakan faktor penting dalam pembangunan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia yang baik dapat tercapai apabila semua masyarakat memiliki kesempatan yang sama dalam mendapatkan akses termasuk akses pelayanan kesehatan. Namun, beberapa faktor seperti belum terjangkaunya biaya kesehatan, belum meratanya sarana kesehatan antara desa dan kota, dan juga masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara luas di kalangan masyarakat miskin menjadi hambatan bagi masyarakat miskin dalam mengakses pelayanan kesehatan. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi individu miskin dalam mengakses pelayanan kesehatan. Data yang dipakai merupakan data sekunder, yaitu Susenas Kor tahun 2011, dengan menggunakan model Logit. Penelitian ini menggunakan 1 variabel terikat berupa dummy dan beberapa variabel bebas. Variabel terikat bernilai 1 jika individu miskin pergi berobat jalan, dan bernilai 0 jika individu miskin tidak pergi berobat jalan. Penelitian ini menemukan bahwa variabel umur, pengeluran per-kapita, jamkesmas, asuransi, jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat lain, kota, dan keparahan sakit memiliki pengaruh signifikan dengan hubungan yang positif terhadap keputusan individu miskin untuk mengakses pelayanan kesehatan. Sedangkan variabel berupa gender dan pend1 memiliki pengaruh signifikan dengan hubungan yang negatif terhadap keputusan individu miskin untuk mengakses pelayanan kesehatan.

Kata kunci : Miskin, Akses ke Pelayanan Kesehatan, Jaminan Kesehatan, dan model Logit.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 9: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

ABSTRACT

Name : Trisnajati Diah Utami

Study Program : Economics

Title : Analysis of Factors that Influence Poor Individuals on Access to Healthcare (Based on National Socio-Economic Survey 2011)

Health is an important factor in the development of human resources. Good quality of human resources can be achieved if all people have the same opportunity on access, including access to health care. However, several factors such as the price of health services that cannot be achieved, health facilities disparity between rural and urban areas, and also the problem of health insurance coverage become barriers for the poor in accessing health services. Therefore this study aimed to determine the factors that affect poor people in accessing health services. The data is secondary data from Susenas Kor in 2011. This study uses a dummy one dependent variable and several independent variables. Dependent variable equal to 1 if the poor individual seeking outpatient care, and value 0 if the poor individual doesn’t seeking outpatient care. This study found that the age variable, per-capita expenditure, social assistance, private insurance, other health care insurance, city, and severity of illness has a significant impact with a positive relationship to poor individual decision to access health services. While variables such as gender and education1 have significant influence with a negative correlation to the poor individual decision to access health services.

Keywords: Poor, Access to Health Care, Health Insurance, and Logit models.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 10: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

KATA PENGANTAR ........................................................................................... iv

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................. vi

ABSTRAK ..................................................................................................... vii

ABSTRACT .................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL .................................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1

1.2 Perumusan Masalah ...................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................................... 3

1.4 Sistematika Penulisan ................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN LITERATUR ......................................................................... 5

2.1 Kemiskinan .................................................................................................. 5

2.2 Akses ke Pelayanan Kesehatan .................................................................... 6

2.3 Permintaan Pelayanan Kesehatan ............................................................... 10

2.4 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 14

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 17

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 11: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

3.1 Jenis, Sumber, dan Cara Pengumpulan Data .............................................. 17

3.2 Spesifikasi Model dan Definisi Operasional Variabel ............................... 19

3.3 Metode Pengolahan Data ............................................................................ 22

3.3.1 Pendekatan Variabel Laten ............................................................... 22

3.3.2 Marginal Effects and Prediction ....................................................... 24

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ........................................................ 26

4.1 Analisis Deskriptif Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan Secara Keseluruhan .................................. 26

4.2 Analisis Deskriptif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Individu Miskin dalam Mengakses Pelayanan Kesehatan....................................... 27

4.2.1 Faktor Predisposing ........................................................................... 27

4.2.2 Faktor Enabling ................................................................................ 31

4.2.3 Faktor Need ...................................................................................... 38

4.3 Analisis Ekonometrika Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Individu Miskin dalam Mengakses Pelayanan Kesehatan ........................ 40

4.4 Analisis Sensitivitas Beberapa Model ....................................................... 44

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 46

5.1 Kesimpulan ................................................................................................. 46

5.2 Saran ........................................................................................................... 47

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 48

LAMPIRAN ..................................................................................................... 51

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 12: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Deskripsi dan Definisi Operasional Variabel Bebas dan Terikat ............................................................................................. 19

Tabel 4.1 Persentase Keseluruhan Individu Miskin yang Memiliki Keluhan

Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan ................ 26

Tabel 4.2 Jumlah dan Persentase Kepemilikan Asuransi Kesehatan yang dimiliki Individu Miskin yangMemiliki Keluhan Kesehatan di Indonesia, Tahun 2011 .............................................. 33

Tabel 4.3 Hasil Regresi Logit-Marginal Effect .............................................. 40

Tabel 4.4 Analisis Sensitivitas Beberapa Model-Marginal Effect ................. 44

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 13: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Behavioral Model and Access to Medical Care (Andersen, 1995) ................................................................................................. 9

Gambar 2.2 The Newhouse-Phelps Model ........................................................ 22

Gambar 4.1 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Umur .......................................................................... 27

Gambar 4.2 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Jenis Kelamin ............................................................ 28

Gambar 4.3 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Jenjang Pendidikan Tertinggi yang Pernah Diduduki ......................................................................................... 29

Gambar 4.4 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Status Perkawinan ...................................................... 30

Gambar 4.5 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Pengeluaran Per-Kapita ............................................ 32

Gambar 4.6 Persentase Jenis Asuransi Kesehatan yang Dimiliki Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan ................................... 34

Gambar 4.7 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Ketersediaan dan Jenis Asuransi Kesehatan ............. 35

Gambar 4.8 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Klasifikasi Desa/Kota. ............................................... 37

Gambar 4.9 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan menurut Ketersediaan Kendaraan Pribadi yang Dimiliki ............... 38

Gambar 4.10 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Keparahan Sakit. ........................................................ 39

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 14: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Garis Kemiskinan Tiap Provinsi ............................................ 51

Lampiran 2. Hasil Regresi Logit (Model D) ......................................................... 52

Lampiran 3. Hasil Marginal Effect Setelah Logit (Model D) ............................... 52

Lampiran 4. Hasil Tes Goodness of Fit ............................................................... 53

Lampiran 5. Hasil Regresi Logit (Model A) ......................................................... 53

Lampiran 6. Hasil Marginal Effect Setelah Logit Model A................................. 54

Lampiran 7. Hasil Tes Goodness of Fit (Model A) .............................................. 54

Lampiran 8. Hasil Regresi Logit (Model B) ......................................................... 55

Lampiran 9. Hasil Marginal Effect Setelah Logit Model B ................................. 55

Lampiran 10. Hasil Tes Goodness of Fit (Model B) ............................................. 56

Lampiran 11. Hasil Regresi Logit (Model C) ....................................................... 56

Lampiran 12. Hasil Marginal Effect Setelah Logit Model C ............................... 57

Lampiran 13. Hasil Tes Goodness of Fit (Model C) ............................................. 57

Lampiran 14. Profil Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) ........................................................................................ 58

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 15: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan adalah hak dasar yang dimiliki dari setiap manusia. Pembangunan

kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional untuk tercapainya

kesadaran, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk. Pembangunan

kesehatan perlu dilakukan sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dalam tujuan

nasional. Bersamaan dengan tujuan pembangunan kesehatan tersebut adalah

terdapatnya kemampuan masyarakat untuk hidup sehat.

Dalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan merupakan salah satu

komponen utama selain pendidikan dan pendapatan. Kesehatan juga merupakan

investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting

dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Kesehatan merupakan faktor penting

dalam pembangunan modal manusia. Penduduk yang sehat merupakan aset penting

dalam mencapai kualitas sumber daya manusia yang baik. Tinggi rendahnya kualitas

sumber daya manusia (SDM) akan ditentukan oleh status kesehatan, pendidikan dan

tingkat pendapatan per kapita. Dalam kegiatan perekonomian, ketiga indikator

kualitas sumber daya manusia tersebut secara tidak langsung juga akan berimbas pada

tinggi rendahnya produktivitas sumber daya manusia.

Kualitas sumber daya manusia yang baik dapat tercapai apabila semua

masyarakat memiliki kesempatan yang sama dalam mendapatkan akses termasuk

akses pelayanan kesehatan. Akses ke pelayanan kesehatan yang berkualitas sangat

penting bagi pencapaian kesetaraan kesehatan dan untuk meningkatkan kualitas hidup

sehat bagi setiap orang. Akses ke pelayanan kesehatan memiliki definisi bahwa

semua orang, tanpa memandang perbedaan ras, jenis kelamin, status pendidikan, dan

status ekonomi harus memiliki akses fisik ke fasilitas kesehatan (UN, 1966). Namun,

akses ke pelayanan kesehatan merupakan aspek yang sering diabaikan dari hak atas

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 16: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

kesehatan, karena dalam praktiknya, akses ke pelayanan kesehatan belum diterapkan

secara universal. Hal itu terjadi karena masih terdapat hambatan atau barriers dalam

mengakses pelayanan kesehatan terutama bagi masyarakat miskin.

Akses ke pelayanan kesehatan masih menjadi perhatian utama di Indonesia.

Analisis yang dilakukan oleh Harimurti (2013) menunjukkan bahwa utilisasi

masyarakat dalam menggunakan akses ke pelayanan kesehatan masih rendah pada

tahun 2010. Survei Susenas tahun 2010 menunjukkan bahwa hanya 14% dari

populasi yang mengakses fasilitas kesehatan berupa perawatan rawat jalan pada bulan

survei tersebut dilaksanakan. Hidayat (2004) menyatakan beberapa alasan dari

rendahnya pemanfaatan layanan kesehatan di Indonesia diantaranya yaitu diakibatkan

oleh rendahnya kualitas layanan, kesenjangan layanan kesehatan antara desa dan

kota, cakupan asuransi kesehatan yang terbatas, dan masih tidak terjangkaunya harga

pelayanan kesehatan oleh sebagian masyarakat yang kurang mampu atau miskin.

Beberapa alasan tersebut membuat individu miskin enggan untuk mengakses

pelayanan kesehatan bahkan ketika dibutuhkan.

Masyarakat miskin merupakan masyarakat yang rentan terhadap segala resiko

termasuk resiko kesehatan (Cafiero, 2006). Sachs (2001) dalam penelitiannya

menemukan bahwa orang miskin lebih rentan terhadap penyakit karena kekurangan

gizi, sanitasi yang tidak memadai, dan kurangnya air bersih, dan kecil

kemungkinannya untuk memiliki akses ke pelayanan kesehatan, bahkan ketika sangat

dibutuhkan. Penyakit kronis yang diderita dapat membuat orang miskin menjadi lebih

miskin karena mereka kehilangan pendapatan bahkan terkadang mereka harus

menjual aset mereka untuk memenuhi biaya pengobatan yang mahal. Hal ini

menunjukkan bahwa penduduk miskin dan rentan miskin perlu diberikan jaminan

atau asuransi kesehatan supaya terjadi kesamarataan kualitas kesehatan atau paling

tidak mengurangi kesenjangan kualitas kesehatan antara yang miskin dan yang kaya.

Selain itu yang lebih penting lagi adalah untuk meningkatkan akses ke pelayanan

kesehatan.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 17: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

1.2 Perumusan Masalah

Kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya

standar hidup seseorang. Oleh karena itu, status kesehatan yang baik dibutuhkan oleh

manusia untuk menopang semua aktivitas hidupnya terlebih bagi masyarakat miskin.

Maka untuk mencapai kondisi kesehatan yang baik tersebut dibutuhkan akses

pelayanan kesehatan yang baik pula. Kondisi akses pelayanan kesehatan di Indonesia

masih menjadi perhatian utama. Beberapa faktor seperti belum terjangkaunya biaya

kesehatan dan juga masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan

secara luas di kalangan masyarakat miskin menjadi salah satu hambatan bagi

masyarakat miskin dalam mengakses pelayanan kesehatan.

Dari kondisi tersebut, maka pemasalahan yang akan dibahas dalam penelitian

ini adalah mencari faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi individu miskin

dalam mengakses pelayanan kesehatan. Kemudian dalam penelitian ini juga akan

membahas apakah jaminan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah bagi

masyarakat miskin dapat mempengaruhi keputusan individu miskin untuk mengakses

pelayanan kesehatan.

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka tujuan

utama dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi

individu miskin dalam mengakses pelayanan kesehatan di Indonesia. Kemudian

penelitian ini juga ingin melihat pengaruh asuransi kesehatan terutama jaminan

kesehatan bagi masyarakat miskin yang diberikan oleh Pemerintah terhadap akses ke

pelayanan kesehatan.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 18: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

1.4 Sistematika Penulisan

Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan

penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Tinjauan Literatur

Bab ini membahas mengenai tinjauaun teoritis penelitian dan penelitian

terdahulu yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Bab III Metodologi Penelitian

Bab ini membahas mengenai metodologi yang digunakan untuk menjawab

pertanyaan penelitian. Bab ini juga membahas mengenai sumber data dan cara

pengolahan data yang digunakan dalam penelitian.

Bab IV Analisis dan Pembahasan

Bab ini membahas mengenai hasil analisis penelitian melalui pengolahan data

yang dilakukan baik secara deskriptif maupun hasil regresi.

Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari hasil analisis penelitian dan

rekomendasi bagi pihak yang terkait.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 19: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Kemiskinan

Menurut Bank Dunia (2000), kemiskinan didefinisikan sebagai kehilangan

kesejahteraan. Kesejahteraan dapat diukur dengan berbagai indikator. Dari sudut

pandang indikator ekonomi, kesejahteraan dapat diukur dari besarnya pendapatan

atau pengeluaran. World Bank mendefinisikan kemiskinan dengan cukup

komprehensif yaitu “Poverty is hunger, poverty is lack of shelter, poverty is being

sick and not being able to see doctor, poverty is not having access to school and

knowing how to read, poverty is not having job, is fear for the future, living one day

at time. Poverty is losing a child to ilness brought about by unclean water. Poverty is

powerlessness, lack of representation and freedom”. Dari pernyataan tersebut dapat

dilihat bahwa tidak dapat mengunjungi dokter atau tidak dapat mengakses pelayanan

kesehatan merupakan salah satu dari definisi kemiskinan.

Salah satu pendekatan kemiskinan dengan sudut pandang terluas diajukan

oleh seorang ekonom pemenang nobel yaitu Amartya Sen (1992), beliau

mengemukakan bahwa kemiskinan dapat timbul karena ketidakmampuan seseorang

dalam mendapatkan akses. Yang dimaksud akses disini misalnya adalah akses

terhadap pendidikan yang layak, pelayanan kesehatan yang layak, akses terhadap air

bersih, dan bahkan ketidakmampuan untuk mengemukakan hak untuk menyatakan

pendapat.

Menurut Badan Pusat Statistik (2007), kemiskinan adalah ketidakmampuan

individu dalam memenuhi kebutuhan dasar minimal untuk hidup layak (baik

makanan maupun nonmakanan). Penghitungan garis kemiskinan di Indonesia

menggunakan konsep kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar (basic need

approach). Konsep ini mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan individu

dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 20: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Kebutuhan dasar makanan dihitung melalui garis kemiskinan makanan (GKM).

Garis kemiskinan makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan

minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kilokalori perkapita per hari.

Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-

padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-

buahan, minyak dan lemak, dll). Ke-52 jenis komoditi ini merupakan komoditi-

komoditi yang paling banyak dikonsumsi oleh penduduk miskin. Kemudian

kebutuhan non-makanan dihitung melalui garis kemiskinan non-makanan (GKNM).

Garis kemiskinan non-makanan (GKNM) adalah kebutuhan minimum untuk

perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar

non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di

pedesaan.

2.2 Akses ke Pelayanan Kesehatan

Aday dan Andersen (1975) mengartikan akses ke pelayanan kesehatan dalam

hal apakah mereka yang membutuhkan pelayanan kesehatan peduli masuk ke sistem

pelayanan kesehatan atau tidak. Akses pelayanan kesehatan menggambarkan baik

potensi dari individu atau kelompok masyarakat tertentu ke dalam sistem perawatan

kesehatan. Jadi memiliki akses menandakan potensi untuk memanfaatkan layanan

jika diperlukan, sedangkan mendapatkan akses mengacu pada inisiasi ke dalam

proses bagaimana individu tersebut memanfaatkan layanan kesehatan.

Gulliford (2002) mengartikan akses ke pelayanan kesehatan sebagai akses ke

perawatan kesehatan yang mensyaratkan bahwa ada pasokan yang cukup dari layanan

kesehatan yang tersedia. Akses ke perawatan kesehatan berkaitan dengan kesempatan

untuk memperoleh pelayanan kesehatan ketika diinginkan atau dibutuhkan.

Kemudian Gulliford menambahkan bahwa akses ke pelayanan kesehatan

menunjukkan bahwa individu mengakui dan menerima kebutuhan akan layanan

kesehatannya, menyetujui peran sebagai pengguna jasa, dan mengetahui sumber daya

yang dihasilkan secara sosial dan mengetahui bagaimana cara memanfaatkan sumber

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 21: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

daya tersebut. Proses-proses akses ke pelayanan kesehatan tersebut akan dipengaruhi

oleh pengaruh budaya dan lingkungan sekitar.

Menurut WHO (2000) akses ke pelayanan kesehatan adalah kemampuan

individu atau populasi tertentu untuk menerima perawatan kesehatan. Akses dapat

dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti keuangan (ketidakmampuan dalam sumber

daya keuangan), cakupan asuransi kesehatan, kondisi geografis (jarak ke provider),

pendidikan (kurangnya pengetahuan mengenai pelayanan kesehatan yang tersedia),

kesesuaian dan akseptabilitas pelayanan kepada individu dan populasi, dan faktor

sosiologis (diskriminasi, bahasa atau hambatan budaya lainnya).

Menurut ILO (2006) akses ke pelayanan kesehatan mengacu pada

kemungkinan yang ada bagi orang untuk menggunakan perawatan kesehatan atau

pelayanan kesehatan. Agar setiap orang dapat menikmati akses ke perawatan

kesehatan atau pelayanan kesehatan, langkah-langkah yang harus diambil adalah

menghilangkan barriers atau hambatan. Hambatan tersebut diantaranya hambatan

ekonomi, keuangan dan budaya, serta yang berkaitan dengan penyediaan perawatan

kesehatan. Hambatan ekonomi merupakan hambatan utama bagi setiap individu

dalam hal akses ke pelayanan kesehatan. Maka dari itu untuk menghilangkan

hambatan keuangan tersebut, banyak Negara yang mempersiapkan skema asuransi

kesehatan. Tujuan dibuatnya skema asuransi kesehatan adalah untuk memfasilitasi

akses ke perawatan kesehatan. Namun skema ini tidak selalu dapat menyelesaikan

masalah akses ke pelayanan kesehatan karena masih terdapat adanya masalah

aksesibilitas geografis atau budaya. Aksesibilitas geografis merupakan akses ke

pelayanan kesehatan yang dapat diterima oleh penduduk desa mungkin dibatasi oleh

jarak antara desa dan penyedia layanan kesehatan, atau kurangnya transportasi yang

memadai. Sedangkan aksesibilitas budaya merupakan akses ke pelayanan kesehatan

dan pemilihan pilihan pengobatan sampai batas tertentu dipengaruhi oleh persepsi

sosial, sikap terhadap penyakit atau keluarga dan strategi masyarakat untuk

menghadapi penyakit.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 22: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Andersen (2007) menjelaskan bahwa akses ke pelayanan kesehatan

merupakan penggunaan aktual pelayanan kesehatan pribadi dan segala sesuatu yang

memfasilitasi atau menghambat penggunaannya. Contoh yang memfasilitasi

penggunaan pelayanan kesehatan adalah seperti pendapatan, kepemilikan asuransi

kesehatan, dan ketersediaan jumlah fasilitas kesehatan yang memadai. Sedangkan

contoh yang menghambat penggunaan pelayanan kesehatan adalah jarak ke fasilitas

kesehatan yang tidak dapat dijangkau, harga pelayanan kesehatan yang mahal

terutama bagi individu miskin, kemudian juga belum ter-cover oleh asuransi

kesehatan. Akses tidak hanya berarti mengunjungi penyedia perawatan medis, tetapi

juga mengenai apakah layanan kesehatan tersebut dapat sampai pada waktu yang

tepat untuk mencapai kesehatan yang baik dan prima.

Untuk mengidentifikasi faktor penentu yang paling berpengaruh dalam

keputusan untuk memanfaatkan perawatan kesehatan tidaklah mudah. Budaya,

ekonomi, akses, persepsi, pengetahuan, keyakinan dalam keberhasilan, umur, jenis

kelamin, dan peran sosial semua di antara daftar panjang faktor yang mempengaruhi

pilihan untuk mencari pelayanan atau perawatan kesehatan. Namun, salah satu

pendekatan yang dilakukan oleh Andersen (1995) setidaknya dapat menjelaskan

faktor-faktor utama yang mempengaruhi individu dalam mengakses pelayanan

kesehatan. Kerangka pikir atau model yang dikembangkan oleh Andersen awalnya

dikembangkan pada akhir tahun 1960 untuk membantu pemahaman tentang mengapa

keluarga atau individu menggunakan layanan kesehatan, kemudian untuk menentukan

dan mengukur pemerataan akses layanan kesehatan, dan untuk membantu dalam

pengembangan kebijakan untuk mempromosikan pemerataan akses. Menurut

Andersen (1995) faktor-faktor yang mempengaruhi individu untuk mengakses

pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 23: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Gambar 2.1 Behavioral Model and Access to Medical Care (Andersen, 1995)

Sumber : Andersen (1995)

1. Faktor Kecenderungan (Predisposing Factors)

Predisposing factors adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan

individu untuk menggunakan pelayanan kesehatan seperti demografi dan

struktur sosial. Faktor demografi seperti umur dan jenis kelamin mewakili

indikasi biologis yang menunjukkan kemungkinan bahwa orang akan

membutuhkan pelayanan kesehatan (Hulka and Wheat 1985). Kemudian

struktur sosial yaitu kedudukan seorang individu di masyarakat seperti tingkat

pendidikan, status pekerjaan, dan status perkawinan.

2. Faktor Kemampuan (Enabling Factors)

Enabling factors adalah faktor-faktor yang memungkinkan individu untuk

menggunakan pelayanan kesehatan. Faktor ini didalamnya yaitu sumber daya

yang dimiliki oleh keluarga/individu dan juga komunitas sekitar. Status

ekonomi, dan asuransi kesehatan menjadi indikator sumber daya

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 24: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

keluarga/individu. Kemudian sumber daya komunitas terdiri dari lokasi

tempat tinggal, waktu travel dan waktu tunggu untuk ke fasilitas kesehatan.

3. Faktor Kebutuhan (Need Factors)

Faktor kebutuhan yaitu faktor yang menunjukkan kemampuan individu untuk

menggunakan pelayanan kesehatan yang ditunjukkan dengan adanya

kebutuhan karena alasan yang kuat seperti pendekatan terhadap penyakit yang

dirasakan serta adanya jawaban atas penyakit tersebut dari ahli kesehatan atau

dokter.

2.3 Permintaan Pelayanan Kesehatan

Individu membuat pilihan untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Mereka

memutuskan kapan untuk mengunjungi dokter ketika mereka merasa sakit,

memutuskan apakah akan melanjutkan dengan operasi, apakah mengimunisasi anak-

anak mereka, dan seberapa sering mereka melakukan pemeriksaan kesehatan. Proses

membuat keputusan tersebut tidaklah mudah, karena mungkin melibatkan saran dari

teman, dokter, dan lain-lain. Selain itu, keputusannya juga dipengaruhi oleh beratnya

potensi risiko dan manfaat, dan terlebih jenis konsumsi lain yang bisa dibiayai

dengan sumber daya yang digunakan untuk membeli atau mendapatkan pelayanan

kesehatan.

Dilihat dari perspektif ekonomi, kesehatan merupakan faktor penentu tinggi

rendahnya kualitas sumber daya manusia. Teori ekonomi mikro tentang permintaan

(demand) jasa pelayanan kesehatan menyebutkan bahwa harga berbanding terbalik

dengan jumlah permintaan jasa pelayanan kesehatan. Teori ini mengatakan bahwa

jika jasa pelayanan kesehatan merupakan barang normal (normal good), semakin

tinggi pendapatan maka semakin besar permintaan terhadap jasa pelayanan kesehatan

tersebut. Sebaliknya jika jenis jasa pelayanan kesehatan tersebut merupakan barang

inferior (inferior good), meningkatnya pendapatan akan menurunkan permintaan

terhadap jenis jasa pelayanan kesehatan tersebut (Folland, 2001).

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 25: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Para ekonom telah mengembangkan model alternatif untuk menggambarkan

cara individu membuat pilihan mengenai pemanfaatan pelayanan kesehatan. Adanya

demand terhadap jasa pelayanan kesehatan menurut Grossman (1972) karena

kesehatan merupakan komoditas yang harus dibeli (consumption commodity) sebab

dapat membuat pembelinya merasa dirinya lebih baik dan nyaman. Kesehatan

dianggap sebagai suatu investasi (investment commodity) artinya bila keadaan sehat

maka semua waktu yang tersedia dapat digunakan secara produktif sehingga secara

tidak langsung merupakan investasi.

Sebuah pendekatan yang sederhana memperlakukan kesehatan sebagai salah

satu dari beberapa komoditas di mana individu mengetahui dengan baik preferensi

pilihannya, dan menggunakan teori konsumen untuk menyelidiki faktor-faktor

penentu permintaan. Model dari permintaan pelayanan kesehatan diperkenalkan oleh

Phelps (1992), model ini menekankan pada hubungan jangka pendek dimana

pengeluaran untuk kesehatan berkaitan dengan penyakit yang sebenarnya dialami dan

pengeluaran untuk kesehatan bersaing dengan pengeluaran untuk mengkonsumsi

barang lain. Phelps dalam Keiding (2011) menjelaskan bahwa pengeluaran untuk

kesehatan (C) dari konsumen terdiri dari pengeluaran langsung dengan jumlah (cP),

dimana P adalah harga dari pelayanan kesehatan dan (c) merupakan bagian dari harga

yang tersisa untuk konsumen (sisanya ditutupi oleh asuransi kesehatan atau skema

lain untuk membiayai perawatan kesehatan), dan waktu penggunaan (t) yang dapat

dinilai dalam uang pada harga (W) yang menyatakan nilai dari satu jam untuk

konsumen (berkaitan dengan upah per jam yang mungkin konsumen terima jika ia

bekerja). Berikut merupakan budget constraint untuk pengeluaran kesehatan:

C = cP + Wt (2.1)

Persamaan diatas bukan merupakan standar budget constraint, karena jumlah (C)

tergantung pada pilihan yang tersisa dari konsumen serta pada pendapatan. Namun,

meski persamaan tersebut disederhanakan, model tersebut masih dapat digunakan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 26: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

untuk menggambarkan beberapa kekhasan dari permintaan untuk pelayanan

kesehatan.

Pertama dalam persamaan 2.1 dapat dilihat bahwa permintaan untuk

pelayanan atau perawatan kesehatan mungkin tergantung hanya pada harga, karena

konsumen hanya membayar bagian (c) dan yang lebih penting adalah efek substitusi

dari perubahan dalam harga menyebabkan pergeseran yang cukup besar dalam waktu

yang digunakan dan menyebabkan perubahan kecil dalam permintaan akan pelayanan

atau perawatan kesehatan.

Kedua, bagian yang diganti oleh skema asuransi kesehatan, sering akan

bervariasi dengan ukuran konsumsi. Biasanya, ada penggunaan awal yang tidak

dikembalikan sama sekali atau di mana penggantian ini sangat kecil, sedangkan

konsumsi lebih lanjut akan direimburs atau diganti pada tingkat yang lebih tinggi.

Batasan anggaran sesuai dengan persamaan 2.1 tidak akan lagi menjadi garis lurus

tapi akan kinked atau patah pada tingkat di mana tingkat penggantian yang lebih

tinggi terjadi. Hal ini dijelaskan dalam Gambar 2.2 dibawah ini.

Gambar 2.2 The Newhouse-Phelps Model

Sumber : Keiding (2011)

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 27: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Pada gambar di sebelah kiri ada budget constraint yang sesuai dengan

persamaan 2.1 yang miring cukup tajam karena bagian (c) rendah dan waktu

dianggap sangat penting. Dalam gambar di sebelah kanan budget constraint yang

ditampilkan adalah salah satu yang timbul dari skema untuk pengeluaran untuk

kesehatan di mana persentase reimburs atau penggantian meningkat setelah tingkat

tertentu pengeluaran telah dicapai.

Garis anggaran yang patah (kinked budget line) menimbulkan pola tertentu

pada konsumen, yang secara jelas tergantung pada bentuk dari kurva indifferen. Jika

kurva indifferen melengkung tanpa patahan (smoothly curved), konsumen tidak akan

memiliki kepuasannya dalam kink atau patahan, melainkan di beberapa jarak ke

kanan atau ke kiri, bahkan mungkin dapat terjadi dua kepuasan pada kurva indifferen

yang terletak pada tiap sisi patahan atau kink. Jika kelengkungan kurva indifferen

cukup kecil, maka kepuasan akan jauh dari titik kink, yang berarti konsumen akan

menggunakan pelayanan kesehatan yang sangat sedikit atau sebaliknya menggunakan

pelayanan kesehatan sangat banyak, namun akan terdapat beberapa bahkan tidak ada

konsumen yang dekat dengan konsumsi yang ditentukan oleh titik kink atau titik

patah.

Model permintaan akan pelayanan kesehatan ini setidaknya memberikan

beberapa petunjuk yang berguna mengenai penyesuaian yang akan mengikuti aturan

tertentu untuk pembayaran atau pengeluaran kesehatan individu dibandingkan dengan

skema reimburs atau penggantian pembayaran. Beberapa konsumen mengurangi

penggunaan pelayanan atau perawatan kesehatan sementara lainnya meningkatkan

penggunaan pelayanan atau perawatan kesehatan. Dalam beberapa kasus,

penggantian tergantung pada konsumsi di periode sebelumnya, negatif jika

penggunaan penuh dari asuransi mengartikan bahwa cakupan asuransi akan

dikurangi, atau positif jika reimburs atau penggantian ke dalam fungsi pada

pengeluaran kumulatif tertentu. Dalam beberapa situasi, pendekatan dinamis

dibutuhkan : meningkatkan pengeluaran hari ini akan memerlukan baik pengeluaran

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 28: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

yang kecil maupun besar dalam masa yang akan dating karena pengeluaran hari ini

ditambahkan pada penggunaan kumulatif dari asuransi.

2.4 Penelitian Terdahulu

Shen (2013) melakukan penelitian mengenai determinan dari keputusan

individu dalam menggunakan pelayanan kesehatan. Penelitian dilakukan di Amerika

Serikat dengan menggunakan data survey MEPS (Medical Expenditure Panel Survey)

dari Departemen Kesehatan Amerika Serikat. Sampel yang digunakan adalah

individu dewasa usia 22-64 tahun yang memiliki BMI (Body Mass Index) lebih besar

dari 30 atau dalam kata lain mengidap penyakit obesitas. Jumlah sampel yang

digunakan adalah sebesar 2771 individu. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa

kepemilikan asuransi kesehatan, pengeluaran per-kapita, status pendidikan, dan status

perkawinan memiliki hubungan yang signifikan dan positif terhadap penggunaan atau

akses terhadap layanan kesehatan.

Liu (2009) melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh jenis kelamin

dan faktor lainnya yang mempengaruhi petani di China untuk mengakses pelayanan

kesehatan. Penelitian dilakukan di wilayah pedesaan di China dengan menggunakan

data survei sosio ekonomi agrikultur China. Sampel yang digunakan adalah terdiri

dari 808 rumah tangga termasuk di dalamnya sebanyak 3272 individu yang diambil

dari 101 desa di China. Di dalam penelitiannya, Liu menggunakan model health

seeking behavior yang diperkenalkan oleh Andersen (1995) dengan memasukkan dua

faktor utama yang mempengaruhi individu dalam mengakses pelayanan kesehatan

yaitu faktor predisposing (kecenderungan) dan faktor enabling (kemungkinan), juga

ia menambahkan faktor environment (lingkungan) sebagai determinan dari individu

untuk mengakses pelayanan kesehatan. Predisposing factors terdiri dari umur, jenis

kelamin, status pendidikan, dan penyakit kronis yang dimiliki. Kemudian Enabling

factors terdiri dari keberadaan ayah sebagai kepala rumah tangga, pengeluaran per-

kapita rumah tangga, kepemilikan asuransi, dan jarak ke fasilitas kesehatan.

Kemudian faktor lingkungan terdiri dari biaya yang dihabiskan untuk perawatan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 29: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

medis. Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian Liu adalah dengan

menggunakan model probit dengan variabel dummy berupa apakah individu

mengunjungi dokter atau tidak. Dari penelitian tersebut ditemukan bukti bahwa umur,

status pendidikan, memiliki penyakit kronis, dan jarak ke fasilitas kesehatan memiliki

hubungan yang signifikan dan positif pada penggunaan pelayanan kesehatan.

Sedangkan jenis kelamin memiliki hubungan signifikan dan negatif terhadap akses ke

pelayanan kesehatan di pedesaan China, yang artinya individu perempuan lebih

banyak mengakses ke pelayanan kesehatan dibandingkan individu laki-laki.

Jutting (2001) melakukan penelitian mengenai dampak asuransi kesehatan (les

mutuelles des santes) terhadap akses pelayanan kesehatan di daerah pedesaan

Senegal. Data yang digunakan adalah data survei dari Institute for Health and

Development (ISED) di Dakar. Sampel yang digunakan adalah terdiri dari 346 rumah

tangga dan 2900 individu dari 4 desa yang dipilih secara acak. Jutting menggunakan

model Logistik dengan variabel terikat berupa dummy mengenai pilihan apakah

individu yang sakit memanfaatkan fasilitas kesehatan (pergi ke rumah sakit) atau

tidak. Kemudian variabel bebas berupa variabel utamanya adalah asuransi kesehatan

(les mutuelles des santes), lalu variabel kontrolnya terdiri dari umur, jenis kelamin,

pendidikan, dan frekuensi kambuhnya penyakit. Dari hasil penelitian tersebut

ditemukan bahwa asuransi kesehatan berhubungan signifikan dan positif terhadap

akses pelayanan kesehatan di pedesaan Senegal. Kemungkinan untuk memanfaatkan

layanan kesehatan di rumah sakit 2% lebih tinggi pada individu yang memiliki

asuransi kesehatan (les mutuelles des santes) dibandingkan dengan individu yang

tidak memiliki jenis asuransi kesehatan tersebut. Kemudian variabel kontrol seperti

umur, dan pendidikan berhubungan signifikan dan positif, sedangkan jenis kelamin

berhubungan signifikan dan negatif terhadap akses ke pelayanan kesehatan di

Senegal.

Saksena (2010) melakukan penelitian mengenai dampak asuransi kesehatan

bersama atau disebut dengan MHI (Mutual Health Insurance) terhadap akses ke

pelayanan kesehatan di Rwanda. MHI (Mutual Health Insurance) merupakan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 30: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

asuransi kesehatan yang diberikan Pemerintah Rwanda dengan tujuan memperluas

cakupan asurannsi kesehatan bagi masyarakat yang bekerja di sektor informal. Data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data survei dari Integrated Living

Conditions Survey 2005-2006 (EICV2) yang dikumpulkan oleh Lembaga Statistik

Nasional Rwanda. Sampel yang digunakan adalah 6800 rumah tangga dan 34.000

individu. Saksena menggunakan model Logistik dengan variabel terikat berupa

dummy mengenai pilihan apakah individu yang sakit memanfaatkan pelayanan

kesehatan atau tidak berupa rawat jalan dalam dua minggu terakhir atau dirawat inap

dalam satu tahun terakhir. Lalu variabel bebas yang digunakan terdiri dari variabel

utama yaitu MHI (Mutual Health Insurance) dan variabel kontrol yang digunakan

adalah umur, jenis kelamin, status pendidikan, ukuran rumah tangga, pengeluaran

per-kapita, dan letak tempat tinggal. Dari hasil penelitian tersebut ditemukan bahwa

MHI berhubungan signifikan dan positif terhadap akses ke pelayanan kesehatan di

Rwanda. Sedangkan variabel kontrol berupa umur dan pendidikan juga berhubungan

signifikan dan positif terhadap akses ke pelayanan kesehatan di Rwanda.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 31: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis, Sumber, dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data

sekunder tersebut didapat dari Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2011 dan

dari Badan Pusat Statistik tahun 2011. Susenas merupakan Survey berskala nasional

yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang dikumpulkan

menyangkut bidang pendidikan, kesehatan/gizi, perumahan/pemukiman, kriminalitas,

kegiatan sosial budaya, konsumsi dan pengeluaran rumah tangga, perjalanan, serta

persepsi kepala rumah tangga mengenai kesejahteraan rumah tangganya. Susenas Kor

merupakan survey yang berisi mengenai pertanyaan-pertanyaan umum tentang

kondisi sosial, ekonomi, dan demografi penduduk. Sedangkan Susenas Modul

ditanyakan setiap tiga tahun sekali. Data yang digunakan dalam laporan ini adalah

Susenas Kor tahun 2011. Susenas Kor tahun 2011 memiliki sampel sebanyak

1.118.239 individu dan 285.307 sampel rumah tangga (RT). Kemudian data yang

digunakan dari Badan Pusat Statistik adalah data mengenai garis kemiskinan dari tiap

provinsi tahun 2011.

Untuk menentukan individu miskin, peneliti menggunakan definisi miskin

yang dijelaskan oleh Badan Pusat Statistik (2007) yaitu individu miskin merupakan

individu yang pengeluaran per-kapitanya dibawah garis kemiskinan. Karena di dalam

Susenas Kor 2011 tidak terdapat data mengenai garis kemiskinan, maka hal pertama

yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menggabungkan data Susenas Kor 2011

dengan data garis kemiskinan tahun 2011 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik

(BPS). Sehingga dapat diambil individu yang pengeluaran per-kapita nya dibawah

garis kemiskinan. Jumlah individu yang pengeluaran per-kapitanya dibawah garis

kemiskinan adalah sebanyak 136.801 individu. Kemudian setelah itu, individu yang

akan dilihat adalah individu yang sudah memasuki usia produktif (15-64) tahun,

sehingga jumlah individu yang dilihat mengecil menjadi 74.541 individu.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 32: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Untuk mengetahui siapa saja individu yang mengakses pelayanan kesehatan

dilihat dari individu yang pergi berobat jalan. Pengertian berobat jalan menurut BPS

adalah upaya responden yang mempunyai keluhan kesehatan untuk memeriksakan

atau mengatasi gangguan keluhan kesehatannya dengan mendatangi tempat

pelayanan kesehatan modern atau tradisional tanpa menginap, termasuk

mendatangkan petugas medis ke rumah pasien. Namun karena dalam penelitian ini

terdapat variabel asuransi kesehatan maka individu miskin yang pergi berobat jalan

ke praktik tradisional dan dukun tidak dianggap mengakses pelayanan kesehatan,

karena asuransi kesehatan tidak dapat digunakan jika individu pergi ke praktik

tradisional ataupun dukun. Individu yang pergi berobat jalan di dalam Susenas adalah

individu yang mengalami keluhan kesehatan dalam satu bulan terakhir. Pengertian

keluhan kesehatan menurut BPS adalah keadaan seseorang yang merasa terganggu

oleh kondisi kesehatan, kejiwaan, kecelakaan atau hal lain. Seseorang yang menderita

penyakit kronis dianggap mempunyai keluhan kesehatan walaupun pada waktu survei

(satu bulan terakhir) yang bersangkutan tidak kambuh penyakitnya. Didalam Susenas

2011 individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan adalah sebanyak 19.607

individu.

Dari 19.607 individu yang memiliki keluhan kesehatan tersebut, terdapat 489

individu yang dirawat inap dalam enam bulan terakhir. Karena tidak diketahui berapa

jumlah individu yang dirawat dalam satu bulan terakhir, maka individu yang dirawat

inap tidak dimasukkan ke dalam penelitian ini agar tidak terjadi bias. Sehingga

jumlah individu miskin menjadi sebanyak 19.118 individu. Kemudian, salah satu

variabel yang ingin dilihat peneliti adalah mengenai pengaruh dari asuransi kesehatan

terhadap akses ke pelayanan kesehatan bagi individu miskin. Karena di dalam

Susenas memungkinkan satu individu memiliki lebih dari satu jenis asuransi

kesehatan, maka individu yang memiliki lebih dari satu jenis asuransi kesehatan tidak

dimasukkan ke dalam penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari bias,

karena jika individu memiliki lebih dari satu jenis asuransi kesehatan, kita tidak

mengetahui jenis asuransi kesehatan mana yang digunakan oleh individu untuk pergi

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 33: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

berobat jalan. Pada akhirnya jumlah individu yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sebesar 18.916 individu. Semua analisis baik deskriptif dan juga analisis

ekonometrika dilakukan dengan memasukkan (weight) tertimbang sehingga sampel

tersebut dapat merepresentasikan populasi.

3.2 Spesifikasi Model dan Definisi Operasional Variabel

Model yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada model Health

Seeking Behaviour yang diperkenalkan oleh Andersen (1995) dengan melakukan

pengembangan dan modifikasi. Model terdiri dari satu variabel terikat berupa dummy

mengenai keputusan berobat jalan atau tidak dalam satu bulan terakhir dan variabel

bebas berupa predisposing factors, enabling factors, dan need factors. Secara jelas

berikut model yang digunakan:

P( Y = 1|X ) = G (β0 + β1 umur + β2 gender + β3 pend1 + β4 pend2 + β5 skawin + β6

exp_cap + β7 jamkesmas + β8 asuransi + β9 jpkl + β10 kota + β11 kendaraan + β12

sakitparah + ε)

(G merupakan fungsi yang yang bernilai antara 0 dan 1 (0 < G(z) < 1) untuk semua nilai z)

Tabel 3.1 Variabel yang digunakan dan Definisi Operasional Variabel

Simbol

Variabel Deskripsi Definisi Operasional Variabel

Y

Variabel terikat definisi Y adalah jika individu yang memiliki keluhan kesehatan pergi berobat jalan mengakses ke pelayanan kesehatan.

1= jika berobat jalan dalam 1 bulan terakhir 0 = jika tidak berobat jalan dalam 1 bulan terakhir

Predisposing factors

Umur Variabel bebas definisi umur merupakan

umur individu. Umur individu

Gender

Variabel bebas definisi gender merupakan jenis kelamin dari individu.

1 = jika individu merupakan laki-laki 0 = jika individu merupakan perempuan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 34: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

pend1

Variabel bebas

definisi pend merupakan jenjang pendidikan terakhir yang pernah diduduki oleh individu. Yang menjadi base pada penelitian ini adalah pend3 atau jika individu pernah menduduki jenjang pendidikan tertinggi sampai SMA ataupun Perguruan Tinggi.

jenjang pendidikan terakhir yang pernah diduduki individu 1 = SD 0 = lainnya

pend2

jenjang pendidikan terakhir yang pernah diduduki individu 1 = SMP 0 = lainnya

pend3

jenjang pendidikan terakhir yang pernah diduduki individu 1 = SMA atau Perguruan Tinggi 0 = lainnya

skawin

Variabel bebas definisi skawin adalah status perkawinan dari individu mengenai apakah individu sudah menikah atau belum menikah.

status perkawinan individu

1 = kawin

0 = belum kawin

Enabling factors

exp_cap

Variabel bebas definisi exp_cap merupakan pengeluaran per-kapita yang menjadi indikator kesejahteraan dari setiap individu

pengeluaran per-kapita rumah tangga

Jamkesmas

Variabel bebas definisi jamkesmas adalah jika individu memiliki jaminan kesehatan berupa kartu askeskin/ kartu miskin/ kartu Gakin/kartu Jamkesmas yang disediakan oleh pemerintah pusat maupun daerah khusus untuk masyarakat miskin.

1 = jika individu memiliki asuransi kesehatan berupa kartu askeskin/ kartu miskin/ kartu sehat/ kartu gakin/ kartu jamkesmas

0 = jika individu tidak memiliki asuransi kesehatan berupa kartu askeskin/ kartu miskin/ kartu sehat/ kartu gakin/ kartu jamkesmas

asuransi Variabel bebas definisi asuransi adalah

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 35: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

1 = jika individu memiliki asuransi kesehatan berupa askes, jamsostek, asuransi swasta, atau penggantian biaya kesehatan oleh perusahaan

jaminan kesehatan yang diberikan oleh persero (askes dan jamsostek), pihak swasta (asuransi swasta), dan oleh perusahaan tempat individu bekerja (penggantian biaya kesehatan oleh perusahaan).

0 = jika individu tidak memiliki asuransi kesehatan berupa askes, jamsostek, asuransi swasta, atau penggantian biaya kesehatan oleh perusahaan

jpkl

Variabel bebas

Definisi jpkl merupakan asuransi kesehatan berupa dana sehat, jpkm dan asuransi lainnya diluar yang telah disebutkan sebelumnya.

1 = jika individu memiliki asuransi kesehatan berupa dana sehat, jpkm, dan lainnya 0 = jika individu tidak memiliki asuransi kesehatan berupa dana sehat, jpkm, dan lainnya

kota

Variabel bebas

definisi kota adalah jika individu tinggal di kota.

1 = jika individu tinggal di kota 0 = jika individu tinggal di desa

kendaraan

variabel bebas

definisi kendaraan adalah jika individu memiliki sepeda/motor/mobil.

1 = jika individu memiliki sepeda / motor/ mobil 0 = jika individu tidak memiliki sepeda & motor & mobil

Need Factors sakitparah

variabel bebas definisi sakit parah adalah individu miskin yang mengalami sakit yang sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.

1 = jika sakit yang dialami individu mengganggu aktivitas individu sehari-hari 0 = jika sakit yang dialami individu tidak mengganggu aktivitas individu sehari-hari

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 36: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

3.3 Metode Pengolahan Data

Karena variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel

dummy, maka model regresi yang digunakan untuk penelitian semacam ini disebut

model binary response.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari metode analisis

ekonometrika yang ditulis oleh Baum (2006) pada bukunya yang berjudul

Introduction to Modern Econometrics Using Stata, Bab 10. Baum menjelaskan

bahwa untuk meneliti parameter dengan variabel respons kualitatif seperti

kemungkinan jawaban kejadian sukses (y=1) dan kejadian gagal (y=0), maka

dilakukan pendekatan variabel laten.

3.3.1 Pendekatan Variabel Laten

Variabel laten merupakan pendekatan yang berguna dalam model

ekonometrika. Model laten variabel adalah sebagai berikut :

yi* = xiβi + ui (3.1)

dimana i disini merupakan individu miskin yang sakit, dan y* merupakan sebuah

ukuran yang tidak teramati, yang dapat dianggap sebagai keuntungan untuk individu

miskin yang sakit untuk mengambil tindakan tertentu. Kita tidak dapat mengamati

keuntungan tersebut, tapi kita dapat mengamati hasil dari individu yang telah

mengambil keputusan.

yi = 0 jika yi* < 0

yi = 1 jika yi* > 0 (3.2)

dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa kita mengamati keputusan individu

miskin yang sakit jika ia berobat jalan maka y = 1, dan jika ia mutuskan untuk tidak

berobat jalan maka y = 0. y* merupakan variabel laten yang berhubungan linier

terhadap serangkaian faktor x dan proses gangguan (error term) u.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 37: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Dalam model laten, kemungkinan dari seorang individu untuk membuat keputusan

yaitu :

Pr (y* > 0 | x) =

Pr (u > - xβ | x) =

Pr (u < xβ | x ) =

Pr (y = 1 | x) = ψ (yi*) (3.3)

Dimana ψ (.) adalah fungsi distribusi kumulatif (CDF).

Kita dapat mengestimasi parameter dari model pilihan biner (binary choice

model) dengan menggunakan teknik maximum likelihood. Untuk setiap pengamatan,

probabilitas dari mengamati y kondisional pada x dapat ditulis sebagai berikut :

Pr (y | x) = { ψ ( xi β)} yi { 1 – ψ (xi β)}1- yi , yi = 0,1

Log likelihood untuk setiap pengamatan i ( individu miskin yang sakit ) dapat

ditulis sebagai :

ȴi (β) = yi log { ψ ( xi β)} + ( 1 - yi ) log { 1 - { ψ ( xi β)}

dan log likelihood dari sampel L (β) = ∑ n i =1 ȴi (β) , harus dimaksimalkan secara

numerik sehubungan dengan k elemen dari β.

Dua estimator dari model pilihan biner (binary choice model) adalah model

binomial probit dan model binomial logit. Untuk model probit, ψ (.) adalah fungsi

distribusi kumulatif (CDF) dari fungsi distribusi normal.

Untuk model logit, ψ (.) adalah distibusi kumulatif (CDF) dari distribusi

logistik :

Pr (y = 1 | x) = exp ( 𝑥𝑥 𝛽𝛽)1+exp (𝑥𝑥𝛽𝛽 )

(3.4)

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 38: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

dimana β adalah vektor dari parameter yang akan diestimasi dan x adalah vektor dari

variabel independen yaitu umur, gender, pend1, pend2, exp_cap, jamkesmas,

asuransi, jpkl, kota, kendaraan, dan sakitparah.

Fungsi distribusi kumulatif dari distribusi normal dan distribusi logistik tidak

jauh berbeda. Dalam model variabel laten, kita harus mengasumsikan bahwa proses

disturbansi memiliki variansi yang dikenal dengan σ u2. Tidak seperti masalah dalam

model regresi linier, kita tidak memiliki informasi yang cukup dalam data untuk

mengestimasi ukurannya. Karena kita dapat membagi persamaan (3.1) dengan σ positif

tanpa mengubah estimasi, σ tidak teridentifikasi. σ merupakan rangkaian untuk model

probit dan π / √3 dalam model logit.

Distribusi logistik memiliki fatter tails, menyerupai distribusi t dengan 7

derajat kebebasan. Dua model akan menghasilkan hasil yang sama jika distribusi

nilai-nilai sampel yi tidak terlalu ekstrim. Namun contoh di mana proporsi yi = 1 atau

yi = 0 sangat kecil yang akan peka terhadap pilihan fungsi distribusi kumulatif (CDF).

3.3.2 Marginal Effects and Predictions

Kemudian setelah persamaan diregresi, untuk mengetahui efek marjinal rata-

rata dari setiap variabel dilakukan pengujian marjinal efek setelah logit. Salah satu

tantangan dalam menggunakan model dengan variabel terikat yang terbatas (limited)

adalah kompleksitas dari marginal effect terhadap hasil yang dimiliki oleh faktor-

faktor penjelas (explanatory factors’ marginal effects on the result of interest).

Dalam (3.3), ukuran latent diterjemahkan oleh ᴪ (yi*) pada suatu

kemungkinan bahwa yi = 1. Walaupun (3.1) merupakan sebuah hubungan linier

dalam parameter β, tidak demikian dengan (3.3). Oleh karena itu, walaupun xj

memiliki efek linier pada ui*, ia tidak akan memiliki efek linier terhadap probabilitas

yang dihasilkan yaitu y = 1:

𝜕𝜕 Pr (𝑦𝑦=1|𝑥𝑥)𝜕𝜕𝑥𝑥𝑗𝑗

= 𝜕𝜕Pr(𝑦𝑦=1|𝑥𝑥)𝜕𝜕𝑥𝑥𝛽𝛽

∙ 𝜕𝜕𝑥𝑥𝛽𝛽𝜕𝜕𝑥𝑥𝑗𝑗

= ᴪ’ (xβ) ∙ βj = φ(xβ) ∙ βj (3.5)

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 39: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Efek dari kenaikan 𝑥𝑥𝑗𝑗 terhadap probabilitas adalah dikarenakan dua faktor:

efek 𝑥𝑥𝑗𝑗 pada variabel latent dan turunan dari CFD yang dievaluasi pada 𝑦𝑦𝑖𝑖 ∗. Bagian

akhir model (10.6) merupakan fungsi kepadatan probabilitas dari distribusi.

Dalam model regresi linier, koefisien 𝛽𝛽𝑗𝑗 mengukur marginal effect , dan

efek tersebut konstan pada seluruh sampel. Dalam model binary-outcome, sebuah

perubahan dalam faktor 𝑥𝑥𝑗𝑗 tidak menyebabkan perubahan konstan dalam Pr(y = 1|x)

karena ᴪ () merupakan fungsi nonlinier dari x.

Salah satu alasan kita menggunakan ᴪ () dalam model binary-outcome adalah

untuk menjaga probabilitas yang telah diprediksi di dalam interval [0,1]. Sifat yang

memiliki keterbatasan (boundeness) dari ᴪ () menyiratkan bahwa marginal effects

harus menjadi 0 sebagaimana nilai absolut dari 𝑥𝑥𝑗𝑗 membesar. Memilih fungsi

distribusi yang smooth (halus), seperti yang normal dan logistik, menyiratkan bahwa

marginal effects terus bervariasi untuk setiap 𝑥𝑥𝑗𝑗 .

Kemudian dilakukan pengujian goodness of fit untuk mengetahui tingkat

signifikansi atau tingkat keakuratan dari hasil regresi yang dilakukan. Untuk uji

goodness of fit dilakukan dengan melakukan uji correctly classified untuk mengetahui

seberapa besar kejadian sukses dan kejadian gagal dapat dinyatakan benar oleh model

secara keseluruhan.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 40: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS

4.1 Analisis Deskriptif Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan

yang Berobat Jalan Secara Keseluruhan

Pertama-tama untuk mengetahui secara keseluruhan keputusan individu

miskin yang berobat jalan dan tidak berobat jalan, penulis menghitung persentase

secara keseluruhan individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang

memutuskan untuk berobat jalan dan tidak berobat jalan. Secara keseluruhan,

individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan berjumlah 18.916 individu.

Tabel 4.1 Jumlah dan Persentase Keseluruhan Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan di Indonesia, Tahun 2011

Keputusan Berobat Jalan Jumlah Individu yang Memiliki Keluhan Kesehatan Persentase

Berobat Jalan 4,080 21.57 Tidak Berobat Jalan 14,836 78.43 Total 18916 100

Sumber : Susenas Maret 2011, diolah kembali

Secara keseluruhan, individu miskin yang memutuskan untuk berobat jalan

adalah sebesar 21,57 % atau sejumlah 4080 individu. Sedangkan sisanya yaitu

sejumlah 78,43 % atau 14.744 individu memutuskan untuk tidak berobat jalan.

Jumlah tersebut mengindikasikan bahwa masih banyak individu miskin yang lebih

memilih untuk tidak berobat jalan dibandingkan untuk berobat jalan. Berbagai

permasalahan seperti masalah keuangan, mahalnya biaya kesehatan, minimnya

cakupan asuransi kesehatan dari pemerintah dan juga masalah keterbatasan sarana

transportasi ke pelayanan kesehatan menjadi alasan bagi individu miskin dalam

mengakses pelayanan kesehatan.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 41: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

4.2 Analisis Deskriptif Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Individu Miskin

Dalam Mengakses Pelayanan Kesehatan

4.2.1 Faktor Kecenderungan (Predisposing)

Kategori ini merupakan kecenderungan untuk memanfaatkan pelayanan

kesehatan. Menurut Andersen (2007), seorang individu kurang lebih menggunakan

pelayanan kesehatan berdasarkan demografi, posisi dalam struktur sosial dan

keyakinan individu akan manfaat pelayanan kesehatan. Karakteristik demografi

meliputi umur dan jenis kelamin.

Berdasarkan umur, maka dapat dilihat bahwa semakin tinggi umur, maka

semakin banyak individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang memutuskan

untuk berobat jalan. Dari Gambar 4.1 dapat dilihat bahwa pada kelompok umur 15-30

tahun, individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang memutuskan untuk

berobat jalan adalah sebesar 19,08%. Pada kelompok umur 30-45 tahun, individu

miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang memutuskan untuk berobat jalan

adalah sebesar 22,12%. Kemudian pada kelompok umur tertinggi yaitu 45-64 tahun

individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang memutuskan untuk berobat

jalan adalah sebesar 23,45%.

Gambar 4.1 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Umur

Sumber : Susenas Maret 2011, diolah kembali

15-30 30-45 45-64

19.08 22.12 23.45

80.92 77.88 76.55

berobat jalan tidak berobat jalan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 42: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Semakin bertambahnya umur seorang individu, maka mereka menjadi lebih

rentan terhadap risiko penyakit dan gangguan kesehatan yang buruk. Karena semakin

dewasa seorang individu, maka akan semakin banyak kegiatan dan kewajiban yang

harus dilakukan sehingga menimbulkan risiko terjadinya penyakit yang lebih tinggi

apabila dibandingkan dengan individu yang umurnya lebih muda.

Kemudian karakteristik demografi lainnya setelah umur yaitu jenis kelamin.

Berdasarkan jenis kelamin, individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang

memutuskan untuk berobat jalan lebih besar pada perempuan dibandingkan laki-laki.

Pada Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa individu perempuan yang memiliki keluhan

kesehatan yang memutuskan untuk berobat jalan adalah sebesar 22,78%. Sedangkan

untuk individu laki-laki miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang memutuskan

untuk berobat jalan adalah sebesar 20,29%.

Gambar 4.2 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Jenis Kelamin

Sumber : Susenas Maret 2011, diolah kembali

Perempuan lebih banyak mengakses pelayanan kesehatan dibanding laki-laki

karena berkaitan dengan masalah reproduksi seperti persalinan, mengecek kehamilan,

ataupun suntik KB. Selain itu, perempuan cenderung lebih memperhatikan kesehatan

dibandingkan laki-laki karena perempuan lebih rentan terhadap masalah kesehatan

kronis (Liu, 2009).

Laki-Laki Perempuan

20.29 22.78

79.71 77.22

berobat jalan tidak berobat jalan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 43: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Selain karakteristik demografi, karakteristik selanjutnya adalah posisi dalam

struktur sosial yang juga termasuk dalam faktor kecenderungan (predisposing) dalam

mengakses pelayanan kesehatan. Posisi dalam struktur sosial terdiri dari status

pendidikan dan status perkawinan.

Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa individu miskin yang memiliki keluhan

kesehatan yang jenjang pendidikan tertingginya adalah SD yang memutuskan untuk

berobat jalan adalah sebesar 21,67%. Tidak jauh berbeda dengan individu miskin

yang jenjang pendidikan Sekolah Dasar (SD), individu miskin yang jenjang

pendidikan tertingginya adalah Sekolah Menengan Pertama (SMP) yang

memutuskan untuk berobat jalan adalah sebesar 21,23%. Sedangkan individu miskin

yang memiliki keluhan kesehatan yang jenjang pendidikan tertingginya adalah

Sekolah Menengan Pertama (SMA) ataupun Perguruan Tinggi yang memutuskan

untuk berobat jalan adalah sebesar 23,89%.

Gambar 4.3 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Jenjang Pendidikan Tertinggi

yang Pernah Diduduki

Sumber : Susenas Maret 2011, diolah kembali

Hal ini menunjukkan bahwa individu miskin yang jenjang pendidikan

tertingginya mencapai Sekolah Menengah Atas ataupun yang jenjang pendidikan

SD SMP SMA dan PT

21.67 21.23 23.89

78.33 78.77 76.11

berobat jalan tidak berobat jalan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 44: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

tertingginya adalah Perguruan Tinggi memiliki akses pelayanan kesehatan yang lebih

baik dibandingkan dengan yang hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat

Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Keadaan ini secara tidak

langsung membuktikan bahwa pendidikan memiliki pengaruh dalam mengakses

pelayanan kesehatan, dimana jika seseorang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi,

maka semakin tinggi kemungkinannya untuk mengakses ke pelayanan kesehatan.

Kemudian, karakteristik struktur sosial lainnya setelah pendidikan yaitu status

perkawinan. Berdasarkan status perkawinan, dapat dilihat pada Gambar 4.4 bahwa

individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang berstatus menikah yang

memutuskan untuk berobat jalan lebih banyak dibandingkan dengan individu miskin

yang memiliki keluhan kesehatan yang bersatatus belum menikah atau sudah cerai.

Individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang berstatus menikah yang

memutuskan untuk berobat jalan adalah sebesar 21,97%. Sedangkan individu miskin

yang memiliki keluhan kesehatan yang berstatus belum menikah atau sudah cerai

yang memutuskan untuk berobat jalan adalah sebesar 18,25%.

Gambar 4.4 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Status Perkawinan

Sumber : Susenas Maret 2011, diolah kembali

menikah belum menikah

21.97 18.25

78.03 81.75

berobat jalan tidak berobat jalan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 45: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Dari Gambar 4.4 menunjukkan bahwa individu yang sudah menikah lebih

baik dalam akses ke pelayanan kesehatan, hal ini dikarenakan individu yang sudah

menikah secara umum akan memiliki sumber pendapatan yang relatif lebih besar

dibandingkan yang belum menikah. Wanita yang sudah menikah akan memiliki

perlindungan berupa materi dari suami apabila mengalami sakit. Dan sebaliknya laki-

laki yang sudah menikah akan cenderung diperhatikan kondisi kesehatannya oleh

istrinya.

4.2.2 Faktor Kemungkinan (Enabling)

Kategori ini mencakup sumber daya yang berkaitan dengan karakteristik

sumber daya ekonomi rumah tangga/ individu dan sumber daya komunitas.

Pembiayaan pelayanan kesehatan bagi individu melibatkan pengeluaran per-kapita

atau kekayaan, dan asuransi kesehatan yang tersedia bagi individu untuk membayar

jasa pelayanan kesehatan. Lalu, karakteristik sumber daya komunitas terdiri dari

tempat tinggal individu, akses ke fasilitas pelayanan kesehatan dan ketersediaan

bantuan sosial untuk individu yang tidak mampu.

Berdasarkan pengeluaran per-kapita, dapat dilihat pada Gambar 4.5 bahwa

semakin besar pengeluaran per-kapita, maka individu miskin yang memutuskan untuk

berobat jalan juga semakin banyak. Individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan

yang memiliki pendapatan per-kapita per bulan kurang dari seratus ribu rupiah yang

memutuskan untuk berobat jalan adalah hanya sebesar 17,87%. Sedangkan individu

miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang memiliki pengeluaran per-kapita per

bulan antara seratus sampai dua ratus ribu rupiah yang memutuskan untuk berobat

jalan adalah sebesar 19,96%, individu miskin yang memutuskan untuk berobat jalan

adalah sebesar 24,07%. Kemudian individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan

yang memiliki pengeluaran per-kapita per bulan diatas tiga ratus ribu rupiah yang

memutuskan untuk berobat jalan adalah sebesar 33,02%.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 46: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Gambar 4.5 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Pengeluaran Per-Kapita

Sumber : Susenas Maret 2011, diolah kembali

Sesuai dengan teori yang dijelaskan Phelps (1992), dimana pengeluaran untuk

kesehatan akan bersaing dengan pengeluaran untuk mengkonsumsi barang lain.

Maksudnya adalah pengeluaran untuk kesehatan dianggap sebagai komoditas seperti

barang lain yang dikonsumsi oleh konsumen. Individu yang memiliki pengeluaran

per-kapita yang kecil akan menghadapi pilihan yang lebih sulit mengenai

keputusannya untuk mengkonsumsi layanan kesehatan atau mengkonsumsi barang

dan jasa lainnya. Tidak mustahil apabila individu yang memiliki pengeluaran per-

kapita kecil dan mengalami keluhan kesehatan, ia akan memutuskan untuk tidak

mengakses layanan kesehatan karena jika ia menggunakan layanan kesehatan, maka

ia harus mengorbankan bagian dari pengeluarannya yang digunakan untuk

mengkonsumsi barang lain.

Pembiayaan untuk pelayanan kesehatan juga dapat dilakukan dengan

menggunakan asuransi kesehatan. Asuransi atau jaminan kesehatan adalah suatu

sistem pembiayaan yang memberikan perlindungan atau jaminan dalam mengatasi

risiko dan ketidakpastian gangguan kesehatan serta implikasi biaya yang diakibatkan.

Manfaat yang diperoleh adalah kompensasi untuk mengatasi kerugian akibat

peristiwa sakit tersebut baik kerugian akibat perawatan dan pengobatan di pelayanan

kesehatan maupun kerugian akibat hilangnya waktu kerja (Murti, 2000). Asuransi

<100rb 100-200rb 200-300rb >300rb

17.87 19.96 24.07 33.02

82.13 80.04 75.93 66.98

berobat jalan tidak berobat jalan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 47: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Kesehatan merupakan perlindungan atau jaminan dalam mengatasi risiko dan

ketidakpastian gangguan kesehatan. Perlindungan tersebut dirasa sangat penting bagi

masyarakat luas terutama masyarakat miskin yang rentan terhadap berbagai macam

gangguan termasuk gangguan kesehatan. Dari tabel 4.2 di bawah dapat dilihat bahwa

individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang memiliki asuransi kesehatan

adalah sebesar 42,64% atau sebanyak 8066 individu. Sedangkan individu miskin

yang tidak memiliki asuransi adalah sebesar 57,36% atau sebanyak 10.850 individu.

Tabel 4.2 Jumlah dan Persentase Kepemilikan Asuransi Kesehatan yang Dimiliki

Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan di Indonesia, Tahun 2011

Kepemilikan Asuransi Jumlah Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan Persentase

Memiliki Asuransi Kesehatan 8066 42.64 Tidak Memiliki Asuransi Kesehatan 10850 57.36

Total 18916 100.00

Sumber : Susenas Maret 2011, diolah kembali

Dari tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa asuransi kesehatan belum

mencakupi sebagian besar individu miskin. Lebih dari 50% individu miskin masih

belum memiliki asuransi kesehatan. Hal ini tidak jauh berbeda dengan studi yang

dilakukan oleh Sparrow pada tahun 2010. Ia menemukan bahwa enam puluh persen

dari jumlah populasi di Indonesia belum memiliki perlindungan atau asuransi

kesehatan. Mayoritas dari mereka yang belum terlindungi dari jaminan kesehatan

adalah masyarakat yang bekerja dalam sektor informal. Setengah dari populasi

penduduk yang belum memiliki asuransi kesehatan merupakan masyarakat yang

bekerja dalam sektor agrikultur atau pertanian. Orang yang bekerja pada sektor

informal berbeda dengan orang yang bekerja di sektor formal, karena mereka akan

lebih besar kemungkinannya untuk mendapat asuransi kesehatan seperti askes,

jamsostek, asuransi swasta ataupun biaya kesehatan mereka ditanggung oleh

perusahaan ditempat mereka bekerja.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 48: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Dari Gambar 4.6 di bawah ini dapat dilihat jenis asuransi kesehatan yang

dimiliki individu miskin. Dari individu miskin yang memiliki asuransi kesehatan,

91,70% dari mereka adalah individu miskin yang memiliki asuransi kesehatan berupa

jaminan kesehatan yang diberikan Pemerintah berupa Askeskin, Kartu Miskin, Kartu

Sehat, Kartu Gakin ataupun Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) dan sisanya

adalah individu yang memiliki jenis asuransi kesehatan lainnya.

Gambar 4.6 Persentase Jenis Asuransi Kesehatan yang Dimiliki oleh Individu

Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan.

Sumber : Susenas Maret 2011, diolah kembali

Dari gambar 4.6 diatas juga dapat dilihat bahwa individu miskin yang

memiliki asuransi kesehatan diluar jaminan kesehatan masyarakat yang diberikan

oleh Pemerintah masih minim. Sesuai dengan penjelasan sebelumnya bahwa hal ini

dikarenakan mayoritas dari penduduk miskin Indonesia adalah yang bekerja dalam

sektor informal. Sehingga sulit bagi mereka untuk mendapatkan asuransi kesehatan

seperti askes, jamsostek, ataupun asuransi swasta.

91.70

Askes

Jamsostek

Asuransi swasta

Penggantian biaya oleh perusahaan

jamkesmas

Dana Sehat

lainnya

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 49: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Berdasarkan ketersediaan dan jenis asuransi kesehatan, dapat dilihat pada

Gambar 4.7 di bawah ini bahwa individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan

yang memiliki asuransi kesehatan mengakses pelayanan kesehatan lebih banyak

dibandingkan individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan namun tidak

memiliki asuransi kesehatan. Individu miskin yang sakit yang memiliki asuransi

kesehatan yang memutuskan untuk berobat jalan adalah sebesar 26,18%. Sedangkan

individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan namun tidak memiliki asuransi

kesehatan yang memutuskan untuk berobat jalan adalah hanya sebesar 18,14%.

Kemudian jika dibandingkan antara satu jenis asuransi kesehatan dengan jenis

asuransi kesehatan lainnya, dapat dilihat bahwa individu miskin yang memiliki

asuransi kesehatan berupa asuransi kesehatan formal seperti askes, jamsostek, dan

asuransi swasta yang memutuskan berobat jalan adalah sebesar 29,87%. Sedangkan

individu miskin yang mendapat bantuan sosial berupa jaminan kesehatan dari

Pemerintah yang memutuskan untuk berobat jalan adalah sebesar 26,08%.

Gambar 4.7 Persentase Individu yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Ketersediaan dan Jenis Asuransi Kesehatan

Sumber : Susenas Maret 2011, diolah kembali

Dari gambar 4.7 diatas dapat disimpulkan bahwa asuransi kesehatan memiliki

peranan yang penting dalam mempengaruhi individu miskin untuk mengakses

Memiliki Asuransi

Kesehatan

Tidak Memiliki Asuransi

Kesehatan

26.18 18.14

73.82 81.86

berobat jalan tidak berobat jalan

jamkesmas asuransi formal

lainnya

26.08 29.87 25.07

73.92 70.13 74.93

berobat jalan tidak berobat jalan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 50: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

pelayanan kesehatan. Asuransi kesehatan merupakan suatu instrumen sosial untuk

menjamin bahwa seseorang dapat memenuhi kebutuhan pemeliharaan kesehatan

tanpa mempertimbangkan keadaan ekonomi orang tersebut pada waktu terjadinya

kebutuhan pelayanan kesehatan (Thabrany, 2003). Pengertian tersebut menjelaskan

bahwa disaat individu sakit, namun individu tersebut tidak memiliki uang, ia akan

tetap mengakses pelayanan kesehatan dengan menggunakan asuransi kesehatan.

Sehingga individu yang memiliki asuransi kesehatan akan memiliki preferensi untuk

mengakses pelayanan kesehatan dibandingkan individu yang tidak memiliki asuransi

kesehatan. Bagi individu miskin di Indonesia, asuransi kesehatan yang diberikan

Pemerintah berupa Askeskin atau Jamkesmas menjadi sangat penting karena dapat

mempermudah mereka untuk mengakses pelayanan kesehatan disaat mereka sakit

walaupun mereka tidak memiliki sejumlah uang untuk mengakses pelayanan

kesehatan.

Faktor enabling berikutnya yang berupa karakteristik sosial yaitu lokasi

atau tempat tinggal individu. Pada Gambar 4.8 di bawah dapat dilihat bahwa

berdasarkan klasifikasi tempat tinggal individu di desa dan kota, individu miskin

yang memutuskan untuk berobat jalan lebih banyak tinggal di kota dibandingkan

yang tinggal di desa. Individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang tinggal

di kota, yang memutuskan untuk berobat jalan adalah sebesar 25,84%. Sedangkan

individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang tinggal di desa yang

memutuskan untuk berobat jalan adalah sebesar 18,94 %.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 51: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Gambar 4.8 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Klasifikasi Desa/Kota

Sumber : Susenas Maret 2011, diolah kembali

Dari Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa terdapat ketimpangan dalam Akses ke

pelayanan kesehatan antara desa dan kota. Harimurti (2013) menyatakan bahwa

Akses untuk mencapai fasilitas kesehatan di Indonesia masih sulit terutama di

pedesaan. Untuk mencapai puskesmas, masyarakat harus berjalan berkilo-kilometer

melalui medan yang sulit. Selain itu, jumlah fasilitas kesehatan juga belum merata

antara desa dan kota. Di kota terdapat banyak pilihan fasilitas kesehatan dengan jarak

satu fasilitas ke fasilitas lain yang relatif dekat. Sedangkan di desa hanya memiliki

beberapa bahkan hanya satu fasilitas kesehatan yang harus melayani seluruh

penduduk desa. Jumlah tenaga kesehatan yang tersedia juga belum merata antar

daerah, antara desa dan kota.

Di dalam model health seeking behavior dari Andersen (1995), salah satu

faktor yang mempnegaruhi individu dalam mengakses pelayanan kesehatan adalah

time travel dan time cost ke fasilitas kesehatan. Namun, karena di dalam Susenas

tidak terdapat informasi mengenai time travel dan time travel ke fasilitas kesehatan,

maka peneliti mencoba melakukan pendekatan pada kepemilikan kendaraan pribadi.

Ketersediaan kendaraan dalam analisis ini merupakan kepemilikan individu dari salah

satu mode kendaraan baik sepeda, motor, ataupun mobil.

Kota Desa

25.84 18.94

74.16 81.06

berobat jalan tidak berobat jalan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 52: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Gambar 4.9 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Ketersediaan Kendaraan

Pribadi yang Dimiliki

Sumber : Susenas Maret 2011, diolah kembali

Berdasarkan gambar 4.9 diatas terlihat bahwa individu miskin yang memiliki

kendaraan dan yang tidak memiliki kendaraan yang memutuskan untuk berobat jalan

tidak jauh berbeda persentasenya. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa individu

miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang memiliki kendaraan pribadi yang

memutuskan untuk berobat jalan untuk berobat jalan adalah sebesar 21,09%.

Sedangkan individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang tidak memiliki

kendaraan pribadi yang memutuskan untuk berobat jalan adalah sebesar 22,01%.

4.2.3 Karakteristik Kebutuhan (Need)

Kebutuhan yang dirasakan adalah bagaimana individu melihat kesehatan

mereka secara umum dan juga bagaimana mereka melihat status fungsional dari

kesehatannya (Andersen, 2007). Juga disertakan di sini adalah bagaimana mereka

mengalami situasi emosional dalam menanggapi gejala penyakit, rasa sakit, dan

kekhawatiran tentang kondisi kesehatan mereka. Untuk mendekati definisi need,

dalam penelitian ini need diartikan sebagai bagaimana individu menanggapi rasa sakit

yang dirasakan.

Memiliki Kendaraan

Tidak Memiliki

Kendaraan

21.09 22.01

78.91 77.99

berobat jalan tidak berobat jalan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 53: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Berdasakan keparahan sakit dari individu, maka dapat dilihat bahwa pada

Gambar 4.10 di bawah ini ditunjukkan bahwa individu miskin yang mengalami sakit

yang parah (sakit sampai mengganggu aktivitas sehari-hari) yang memutuskan untuk

berobat jalan lebih banyak dibandingkan dengan individu miskin yang sakitnya tidak

parah. Individu miskin yang mengalami sakit yang parah (sakit sampai mengganggu

aktivitas sehari-hari) yang memutuskan untuk berobat jalan adalah sebesar 28,91%.

Sedangkan individu miskin yang sakitnya tidak parah (sakit tidak sampai

mengganggu aktivitas sehari-hari) yang memutuskan untuk berobat jalan adalah

setengah lebih kecil dari individu yang sakit parah yaitu sebesar 14,22%.

Gambar 4.10 Persentase Individu Miskin yang Memiliki Keluhan Kesehatan yang Berobat Jalan dan Tidak Berobat Jalan Berdasarkan Keparahan Sakit

Sumber : Susenas Maret 2011, diolah kembali

Kondisi dimana individu yang mengalami keluhan kesehatan sampai

mengganggu aktivitas sehari-hari tidak memutuskan untuk berobat jalan dikenal

dengan sebutan unmet need. Menurut Tabrany (2013) Analisis unmet need dapat

dijadikan sebagai proksi dalam melihat akses masyarakat pada pelayanan kesehatan.

Semakin sedikit penduduk yang mengalami unmet need berarti makin baik akses

penduduk pada pelayanan kesehatan. Dari Gambar 4.10 dapat dilihat bahwa lebih dari

setengah individu yang sakit sampai mengganggu aktivitas sehari-harinya masih

memutuskan untuk tidak berobat jalan. Hal ini menunjukkan bahwa akses penduduk

pada layanan kesehatan di Indonesia kondisinya masih kurang baik.

Parah Tidak Parah

28.9114.22

71.0985.78

berobat jalan tidak berobat jalan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 54: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

4.3 Analisis Ekonometrika Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Individu

Miskin dalam Mengakses Pelayanan Kesehatan

Tabel 4.3 memperlihatkan hasil regresi yang telah dilakukan untuk

mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi individu miskin untuk mengakses

pelayanan kesehatan. Prob > chi2 bernilai 0,0000, artinya variabel bebas secara

bersama-sama dapat mempengaruhi variabel terikat secara signifikan. Kemudian,

melalui pengujian Goodness of Fit, secara keseluruhan model mampu menjelaskan

seluruh hasil observasi dengan benar sebesar 76,96 %.

Tabel 4.3 Hasil Marginal Effects dari Regresi Logit

Variabel dy/dx Std Error P>z X umur 0.001** 0.000 0.004 36.306 gender -0.033** 0.009 0.000 0.531 pend1 -0.031** 0.014 0.028 0.669 pend2 -0.021 0.014 0.148 0.198 skawin 0.018 0.014 0.198 0.808 exp_cap 0.030** 0.012 0.011 1.918 jamkesmas 0.074** 0.010 0.000 0.388 asuransi 0.123** 0.037 0.001 0.018 jpkl 0.086** 0.035 0.013 0.020 kota 0.055** 0.011 0.000 0.399 kendaraan -0.001 0.010 0.904 0.349 sakitparah 0.149** 0.009 0.000 0.496 Pseudo R2 0.0499 Prob > Chi 0.0000 Correctly Classified 76.96%

Ket: **) signifikansi pada α = 5%, *) siginifikansi pada α = 10 %

Tabel 4.3 diatas memperlihatkan hasil marginal effects dari regresi Logit untuk

mengetahui variabel apa saja yang mempengaruhi keputusan individu miskin yang

mengalami gangguan kesehatan untuk mengakses pelayanan kesehatan berupa

berobat jalan (hasil estimasi lengkap ada di lampiran). Variabel terdiri dari umur,

gender, pend1, pend2, skawin, exp_cap, asuransi, jpkl, kota, kendaraan dan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 55: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

sakitparah. Variabel berupa umur, gender, pend1, exp_cap, jamkesmas, asuransi,

jpkl, kota, dan sakitparah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan

individu miskin untuk mengakses pelayanan kesehatan (pergi berobat jalan).

Sedangkan variabel pend2, skawin, dan kendaraan tidak berpengaruh signifikan

terhadap keputusan individu miskin untuk mengakses pelayanan kesehatan (pergi

berobat jalan).

Variabel umur memiliki pengaruh signifikan dengan hubungan yang positif

terhadap keputusan individu miskin dalam mengakses pelayanan kesehatan. Artinya,

individu miskin yang usianya lebih tua memiliki probabilitas mengakses pelayanan

kesehatan 0,1% lebih tinggi dibandingkan degan individu miskin yang muda. Hal ini

sesuai dengan analisis yang dilakukan oleh Liu (2009) yang menyatakan bahwa

semakin tinggi umur seseorang, maka akan semakin besar kemungkinannya orang

tersebut mengakses pelayanan kesehatan karena berkaitan dengan risiko kesehatan

yang lebih besar jika dibandingkan dengan individu yang umurnya lebih muda.

Variabel gender memiliki pengaruh signifikan dengan hubungan yang negatif

terhadap keputusan individu miskin dalam mengakses pelayanan kesehatan. Artinya

individu miskin laki-laki memiliki probabilitas mengakses pelayanan kesehatan 3,3%

lebih rendah dibandingkan individu miskin perempuan. Hal ini sesuai dengan analisis

yang dilakukan oleh Liu (2009) dan juga Shen (2013). Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Shen ditemukan bahwa perempuan lebih banyak yang mengunjungi

dokter atau fasilitas kesehatan. Hal ini secara umum terjadi karena perempuan

memiliki masalah reproduksi sehingga membutuhkan banyak pelayanan kesehatan.

Variabel pend1 memiliki memiliki pengaruh signifikan dengan hubungan

yang negatif terhadap keputusan individu miskin dalam mengakses pelayanan

kesehatan. Artinya individu miskin yang tingkat pendidikan tertingginya adalah

Sekolah Dasar (SD) memiliki probabilitas mengakses pelayanan kesehatan 3,1%

lebih rendah dibandingkan dengan individu miskin yang tingkat pendidikannya

adalah SMA dan Perguruan Tinggi. Menurut Shen (2013), pendidikan merupakan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 56: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

faktor penting didalam setiap keputusan kesehatan. Karena semakin tinggi pendidikan

seseorang maka informasi mengenai kesehatan juga akan lebih banyak didapat

dibandingkan dengan individu yang pendidikannya rendah.

Variabel exp_cap memiliki pengaruh yang siginifikan dengan hubungan yang

positif dengan keputusan individu miskin dalam mengakses pelayanan kesehatan.

Artinya semakin besar pengeluaran per-kapita individu miskin, maka probabilitas

mengakses pelayanan kesehatannya akan lebih tinggi 3%.

Variabel jamkesmas memiliki pengaruh yang siginifikan dengan hubungan

yang positif dengan keputusan individu miskin dalam mengakses pelayanan

kesehatan. Artinya, individu yang memiliki kartu jaminan kesehatan dari pemerintah

memiliki probabilitas mengakses pelayanan kesehatan 7,4% lebih tinggi

dibandingkan dengan individu miskin yang tidak memiliki kartu jaminan kesehatan

dari Pemerintah. Hal ini sesuai dengan analisis yang dilakukan oleh Jutting (2001)

dan Saksena (2010) yang menyatakan bahwa jaminan kesehatan untuk masyarakat

miskin akan meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan. Di Senegal, akibat adanya

asuransi kesehatan bersama, akses ke pelayanan kesehatan bagi individu miskin

meningkat sebesar 2%.

Variabel asuransi memiliki pengaruh yang siginifikan dengan hubungan yang

positif dengan keputusan individu miskin dalam mengakses pelayanan kesehatan.

Artinya, individu miskin yang memiliki asuransi kesehatan baik askes maupun

jamsostek dan asuransi swasta memiliki probabilitas mengakses pelayanan kesehatan

12,3% lebih tinggi dibandingkan dengan individu miskin yang tidak memiliki

asuransi kesehatan baik askes maupun jamsostek dan asuransi swasta. Hal ini sesuai

dengan analisis yang dilakukan oleh Shen (2013) yang menyatakan bahwa asuransi

kesehatan swasta memiliki efek yang substansial terhadap penggunaan atau

pemanfaatan layanan kesehatan. Dalam analisisnya, individu yang memiliki asuransi

kesehatan swasta akan memiliki kemunggkinan untuk mengakses pelayanan

kesehatan 15% lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak memiliki asuransi

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 57: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

kesehatan swasta. Lalu, ia menyatakan bahwa penggunaan asuransi kesehatan swasta

lebih besar dibandingkan jaminan kesehatan lain yang sifatnya tidak volunteer karena

individu yang memiliki asuransi kesehatan swasta telah membayar premi untuk

asuransinya sehingga preferensi untuk mengakses pelayanan kesehatannya akan lebih

tinggi dibandingkan dengan jenis asuransi kesehatan lainnya diluar swasta, terlebih

dibandingkan dengan yang tidak memiliki asuransi kesehatan.

Variabel jpkl memiliki pengaruh yang siginifikan dengan hubungan yang

positif dengan keputusan individu miskin dalam mengakses pelayanan kesehatan.

Artinya, individu yang memiliki asuransi kesehatan diluar jaminan kesehatan

masyarakat miskin dan juga diluar asuransi askes dan jamsostek memiliki

probabilitas mengakses pelayanan kesehatan 8,6% lebih tinggi dibandingkan dengan

individu miskin yang tidak memiliki asuransi kesehatan diluar jaminan kesehatan

masyarakat miskin dan juga diluar asuransi askes dan jamsostek.

Variabel kota memiliki pengaruh yang siginifikan dengan hubungan yang

positif dengan keputusan individu dalam mengakses pelayanan kesehatan. Artinya

individu miskin yang tinggal di kota memiliki probabilitas mengakses pelayanan

kesehatan 5,5% lebih tinggi dibandingkan dengan individu miskin yang tinggal di

desa. Liu (2009) menyatakan bahwa ketimpangan akses ke pelayanan kesehatan

antara di desa dan kota diakibatkan oleh kurang tersedianya fasilitas kesehatan di

desa, termasuk kurangnya tenaga ahli kesehatan. Sehingga orang yang tinggal di desa

hanya memiliki pilihan untuk pergi berobat ke tempat yang jauh (kota) ataupun tidak

berobat sama sekali karena biaya transportasi yang mahal.

Variabel sakitparah memiliki pengaruh yang siginifikan dengan hubungan

yang positif dengan keputusan individu miskin dalam mengakses pelayanan

kesehatan. Artinya individu miskin yang mengalami gangguan aktivitas sehari-hari

akibat sakit memiliki probabilitas mengakses pelayanan kesehatan 14,9% lebih tinggi

dibandingkan dengan individu miskin yang tidak mengalami gangguan aktivitas

sehari-hari akibat sakit.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 58: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

4.4 Analisis Sensitivitas dari Beberapa Model

Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui robustness dari variabel

utama dan variabel-variabel lain yang digunakan dalam model penelitian. Analisis

sensitivitas dilakukan dengan cara mengkondisikan variabel-variabel ke dalam

kondisi tertentu. Pembagian model ini didasarkan dengan karakteristik tertentu. Pada

model A dilakukan dengan memasukkan variabel dari predisposing factors saja ke

dalam model. Model B dilakukan dengan memasukkan variabel enabling factors dan

need factors. Model C dilakukan dengan memasukkan variabel asuransi kesehatan

yaitu variabel jamkesmas, asuransi dan jpkl. Model D dilakukan dengan memasukkan

semua variabel dari predisposing factors, enabling factors dan need factors.

Tabel 4.4 Analisis Sensitivitas Beberapa Model (Marginal Effects)

Variabel Model A Model B Model C Model D Umur 0.002** 0.001** Gender -0.028** -0.033** pend1 -0.049** -0.031** pend2 -0.027* -0.021 Skawin 0.007 0.018 exp_cap 0.033** 0.030** Jamkesmas 0.080** 0.080** 0.074** Asuransi 0.124** 0.128** 0.123** Jpkl 0.089** 0.076** 0.086** Kota 0.064** 0.055** Kendaraan -0.003 -0.001 Sakitparah 0.148** 0.149** Pseudo R2 0.0042 0.0485 0.0090 0.0499 Prob > Chi 0.000 0.000 0.000 0.000 Correctly Classified 76.99% 77.26% 77.25% 76.96%

Ket : **) signifikansi pada α = 5% , *) siginifikansi pada α = 10 %

Setelah mengombinasikan beberapa model, maka dapat dilihat interval atau

range perubahan dari beberapa variabel yaitu:

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 59: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

• Gender: individu miskin laki-laki yang memiliki keluhan kesehatan yang

berobat jalan adalah berkisar antara 2,8% sampai 3,3% dibandingkan dengan

individu miskin perempuan.

• Jamkesmas: individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan yang memiliki

kartu jamkesmas yang berobat jalan adalah berkisar antara 7,4% sampai

dengan 8% dibandingkan dengan individu miskin yang memiliki keluhan

kesehatan namun tidak memiliki kartu jamkesmas.

• Asuransi: individu miskin yang memiliki kartu asuransi kesehatan swasta

yang berobat jalan adalah berkisar antara 12,3% sampai dengan 12,8%

dibandingkan dengan individu miskin yang memiliki keluhan kesehatan

namun tidak memiliki kartu asuransi kesehatan swasta.

• Jpkl: individu miskin yang memiliki kartu asuransi kesehatan diluar asuransi

jamkesmas dan asuransi swasta yang berobat jalan adalah berkisar antara

7,6% sampai dengan 8,9% dibandingkan dengan individu miskin yang

memiliki keluhan kesehatan namun tidak memiliki kartu asuransi kesehatan

lainnya diluar jamkesmas dan asuransi swasta.

• Kota: individu miskin yang tinggal di kota yang berobat jalan adalah berkisar

antara 5,5% sampai 6,4 % dibandingkan dengan individu miskin yang tinggal

di desa

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 60: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa

kesimpulan:

1. Berdasarkan hasil analisis regresi yang telah dilakukan, variabel umur,

gender, pend1, exp_cap, jamkesmas, asuransi, jpkl, dan kota memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap keputusan individu miskin yang

memiliki keluhan kesehatan untuk pergi berobat jalan atau mengakses ke

pelayanan kesehatan, sementara itu variabel pend2, skawin, dan kendaraan

tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan individu miskin yang sakit

untuk pergi berobat jalan atau mengakses ke pelayanan kesehatan.

2. Berdasarkan hasil analisis regresi yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa

individu miskin yang memiliki kartu jaminan kesehatan masyarakat dari

Pemerintah yang memutuskan untuk pergi berobat jalan sebesar 7,4% lebih

tinggi dibandingkan dengan individu miskin yang memiliki keluhan

kesehatan namun tidak memiliki kartu jaminan kesehatan masyarakat dari

Pemerintah. Hal ini menunjukkan bahwa jaminan kesehatan yang diberikan

Pemerintah bagi masyarakat miskin setidaknya memiliki pengaruh terhadap

keputusan individu miskin untuk mengakses pelayanan kesehatan.

5.2 Saran

Untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan bagi masyarakat

miskin, terdapat beberapa hal yang dapat dilakukan diantaranya:

a. Memberikan informasi atau penyuluhan mengenai pentingnya kesehatan bagi

individu usia muda terutama individu laki-laki agar mereka dapat mengakses

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 61: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

pelayanan kesehatan lebih banyak lagi guna tercapai status kesehatan yang

baik sehingga kualitas sumber daya manusia yang baik dapat tercapai;

b. Pemerintah harus menambah bantuan pendidikan bagi masyarakat miskin agar

mereka lebih terbuka dan lebih pintar dalam menghadapi risiko kesehatan.

Program terkait yang sudah dilaksanakan pemerintah untuk memberi bantuan

pendidikan yaitu BSM (Bantuan Siswa Miskin). Program ini harus terus

dilaksanakan dengan baik dan diperluas cakupannya karena dengan

pendidikan, individu dapat mengetahui segala informasi termasuk informasi

kesehatan sehingga mereka tahu bagaimana cara menghadapi keluhan

kesehatan dan mengetahui pentingnya kesehatan baik bagi diri sendiri maupun

bagi pembangunan nasional karena kesehatan berkaitan dengan pembangunan

modal manusia.

c. Pemerintah harus menambah cakupan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi

masyarakat miskin secara luas dan merata untuk menjamin kesehatan mereka,

karena dari hasil analisis, diantara individu miskin yang memiliki keluhan

kesehatan, hanya setengahnya yang memiliki asuransi kesehatan. Dengan

adanya jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin setidaknya dapat

mempengaruhi individu miskin untuk mengakses pelayanan kesehatan.

Program terkait yang sudah dilaksanakan Pemerintah untuk menjamin

kesehatan masyarakat miskin adalah melalui Jamkesmas. Program ini harus

terus dilaksanakan dengan baik dan diperluas cakupannya demi menjamin

kesehatan masyarakat miskin dan juga demi meningkatkan akses ke pelayanan

kesehatan bagi masyarakat miskin;

d. Pemerintah harus mengurangi kesenjangan pelayanan kesehatan di desa dan di

kota dengan cara menambah dan memperbaiki fasilitas kesehatan di desa

termasuk menambah jumlah tenaga ahli di desa-desa.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 62: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

DAFTAR PUSTAKA

Aday LA, Andersen R. (1975). “Development of indices of access to medical care”. Ann Arbour: Health Administration Press.

Andersen, Ronald M. (1995). "Revisiting the Behavioral Model and Access to Medical Care: Does It Matter?" Journal of Health and Social Behavior 36 (March 1995): 1-10.

Andersen, R. M., & Davidson, P. L. (2007). “Improving access to care in America: Changing the US health care system: key issues in health services policy and management”. 3a. edición. San Francisco: Jossey-Bass, 3-31.

Badan Pusat Statistik, (2007). 1997-2007. Statistik Indonesia. BPS. Jakarta.

Baum, Christopher F. (2006). An Introduction to Modern Econometrics Using Stata. College Station, TX: Stata Press.

Cafiero, C., & Vakis, R. (2006). “Risk and vulnerability considerations in poverty analysis: Recent advances and future directions”. Social Protection Discussion Paper (No. 0610).

Folland Sherman, Allen C. Goodman and Miron Stano. (2001). The Economics of Health and Health Care. Third Edition. New Jersey: Prentis Hall Inc.

Gulliford, M., Figueroa-Munoz, J., Morgan, M., Hughes, D., Gibson, B., Beech, R., & Hudson, M. (2002). “What does access to health care mean?” Journal of health services research & policy, 7(3), 186-188.

Grossman, Michael. (1972) “On The Concept of Health Capital and Demand for Health”. Journal of Political Economic. Vol. 80.

Harimurti, Pandu, Pambudi, Eko, et all. (2013). “The Nuts and Bolts of Jamkesmas: Indonesia’s Government-Financed Health Coverage Program”. Jakarta: World Bank.

Hidayat, B., Thabrany, H., Dong, H., & Sauerborn, R. (2004). The effects of mandatory health insurance on equity in access to outpatient care in Indonesia.Health Policy and Planning, Oxford University Press, 19(5), 322-335.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

uiperpustakaan
Inserted Text
Page 63: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Huixia Liu, Linxiu Zhang, Gale Summerfield, Yaojiang Shi, (2009) "A gendered view of reforming health care access for farmers in China", China Agricultural Economic Review, Vol. 1 Iss: 2, pp.194 – 211.

Hulka, B.S., and Wheat, J.R, (1985) “Patterns of Utilization: The Patient Perspective.” Medical Care, 23, 438-460.

International Labor Organization. (2006). Global Extension of Social Security. www.ilo.org. Retrieved July 15, 2013, from http://www.ilo.org/gimi/gess/ShowGlossary.do#top

Keiding, H (2011) Health Economics : Chapter 4 The Demand for Healthcare, www.econ.ku.dk . Retrieved July 15, 2013, from http://www.econ.ku.dk/keiding/Textbooks/HealthEconomicsBook/HEChapter4.pdf

Murti, Bhisma. (2000) Dasar-dasar Asuransi Kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius, hal. 21-24.

Phelps, Charles E. 1992. Health Economics. New York: HarperCollins

Sachs, J. (2001). “Report of the Commission on Macroeconomics and Health.WHO Commission on Macroeconomics and Health. Macroeconomics and health: investing in health for economic development”. Geneva: World Health Organization.

Saksena, P., Antunes, A. F., Xu, K., Musango, L., & Carrin, G. (2010). “Impact of mutual health insurance on access to health care and financial risk protection in Rwanda”. WHO: World health report 2010.

Shen, Chan. (2013). “Determinants of Healthcare Decision, Insurance, Utilization, and Expenditures”. The Review of Economics and Statistic, vol. 95, No.1, Pages 142-153. March 2013.

Sparrow, Robert, Suryahadi A, Widyanti W., (2010). “Social Health Insurance for the Poor : Targeting and Impact of Indonesia’s Askeskin Program”. Jakarta : SMERU

Thabrany, (2003). “Social Health Insurance in Indonesia: Current Status and the Proposed National Health Insurance”. Paper Presented in Social Health Insurance Workshop WHO SEARO, New Delhi, March 13-15, 2003

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 64: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. (2011). Panduan Penanggulangan Kemiskinan: Buku Pegangan Resmi TKPK Daerah. Jakarta: TNP2K.

United Nations Treaty Convention (1966). International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights, New York, 16 December 1966. www.treaties.un.org. Retrieved July 17,2013, from http://www.treaties.un.org/Pages/ViewDetails.aspx?src=TREATY&mtdsg_no=IV-3&chapter=4&lang=en

WHO, World Health Report (2000) Health System Improving Performance, Switzerland.

World Bank. 2000. World Development Report 1999-2000.

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 65: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel Garis Kemiskinan Tiap Provinsi di Indonesia

Provinsi Garis Kemiskinan 2011

Kota Desa Nangroe Aceh Darussalam Rp333,355.00 Rp292,085.00 Sumatera Utara Rp271,713.00 Rp222,226.00 Sumatera Barat Rp293,018.00 Rp241,924.00 Riau Rp306,504.00 Rp267,007.00 Jambi Rp294,522.00 Rp219,144.00 Sumatera Selatan Rp275,006.00 Rp214,727.00 Bengkulu Rp284,337.00 Rp235,983.00 Lampung Rp270,303.00 Rp221,543.00 Bangka Belitung Rp323,328.00 Rp323,938.00 Kepulauan Riau Rp350,828.00 Rp291,693.00 DKI Jakarta Rp355,480.00 Rp355,480.00 Jawa Barat Rp228,401.00 Rp204,199.00 Jawa Tengah Rp222,430.00 Rp198,814.00 DI Yogyakarta Rp265,752.00 Rp217,923.00 Jawa Timur Rp234,546.00 Rp206,275.00 Banten Rp236,672.00 Rp206,639.00 Bali Rp248,431.00 Rp210,147.00 Nusa Tenggara Barat Rp244,960.00 Rp194,518.00 Nusa Tenggara Timur Rp267,669.00 Rp181,679.00 Kalimantan Barat Rp225,245.00 Rp198,886.00 Kalimantan Tengah Rp244,312.00 Rp240,121.00 Kalimantan selatan Rp256,850.00 Rp225,235.00 Kalimantan Timur Rp339,392.00 Rp279,920.00 Sulawesi Utara Rp220,805.00 Rp206,241.00 Sulawesi Tengah Rp263,326.00 Rp226,509.00 Sulawesi Selatan Rp200,781.00 Rp167,862.00 Sulawesi Tenggara Rp194,234.00 Rp176,799.00 Gorontalo Rp194,161.00 Rp183,637.00 Sulawesi Barat Rp196,261.00 Rp182,951.00 Maluku Rp265,475.00 Rp233,084.00 Maluku Utara Rp251,429.00 Rp215,409.00 Papua Barat Rp342,709.00 Rp311,737.00 Papua Rp314,606.00 Rp262,626.00

Sumber : BPS 2011, diolah kembali

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 66: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Lampiran 2. Hasil Regresi Logit (Model D)

Lampiran 3. Hasil Marginal Effects dari Regresi Logit (Model D)

_cons -2.654428 .1825908 -14.54 0.000 -3.0123 -2.296557

sakitparah .9281464 .0582081 15.95 0.000 .8140605 1.042232

kendaraan -.0073344 .0610393 -0.12 0.904 -.1269692 .1123003

kota .336377 .0641062 5.25 0.000 .2107311 .4620229

jpkl .471252 .1710211 2.76 0.006 .1360569 .8064472

asuransi .6471682 .1713684 3.78 0.000 .3112923 .9830441

jamkesmas .4477962 .0574606 7.79 0.000 .3351755 .5604168

exp_cap .1879224 .0740271 2.54 0.011 .042832 .3330127

skawin .1124989 .0892919 1.26 0.208 -.0625099 .2875077

pend2 -.1328767 .0943647 -1.41 0.159 -.317828 .0520747

pend1 -.1905222 .0854942 -2.23 0.026 -.3580877 -.0229566

gender -.2058001 .057183 -3.60 0.000 -.3178766 -.0937235

umur .0080822 .0028498 2.84 0.005 .0024967 .0136677

Y Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

Robust

Log pseudolikelihood = -1493859.1 Pseudo R2 = 0.0499

Prob > chi2 = 0.0000

Wald chi2(12) = 381.31

Logistic regression Number of obs = 14556

Iteration 4: log pseudolikelihood = -1493859.1

Iteration 3: log pseudolikelihood = -1493859.1

Iteration 2: log pseudolikelihood = -1493861.2

Iteration 1: log pseudolikelihood = -1495743

Iteration 0: log pseudolikelihood = -1572239.8

(*) dy/dx is for discrete change of dummy variable from 0 to 1

sakitp~h* .1490131 .00902 16.52 0.000 .13133 .166696 .496449

kendar~n* -.0011732 .00976 -0.12 0.904 -.020296 .01795 .349101

kota* .054945 .01086 5.06 0.000 .033659 .076231 .398848

jpkl* .0855779 .03458 2.48 0.013 .017811 .153344 .020082

asuransi* .1225624 .03704 3.31 0.001 .049963 .195162 .017573

jamkes~s* .0738389 .00956 7.72 0.000 .055098 .09258 .38797

exp_cap .0300787 .01181 2.55 0.011 .006937 .053221 1.9179

skawin* .0176334 .01371 1.29 0.198 -.009239 .044506 .807946

pend2* -.0207581 .01436 -1.45 0.148 -.048909 .007393 .198059

pend1* -.0310849 .01415 -2.20 0.028 -.058826 -.003343 .668877

gender* -.0330665 .00919 -3.60 0.000 -.051084 -.015049 .530538

umur .0012936 .00045 2.85 0.004 .000404 .002184 36.306

variable dy/dx Std. Err. z P>|z| [ 95% C.I. ] X

= .20009884

y = Pr(Y) (predict)

Marginal effects after logit

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 67: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Lampiran 4. Hasil Tes Goodness of Fit (Model D)

Lampiran 5. Hasil Regresi Logit (Model A)

Correctly classified 76.96%

False - rate for classified - Pr( D| -) 22.97%

False + rate for classified + Pr(~D| +) 55.17%

False - rate for true D Pr( -| D) 99.61%

False + rate for true ~D Pr( +|~D) 0.14%

Negative predictive value Pr(~D| -) 77.03%

Positive predictive value Pr( D| +) 44.83%

Specificity Pr( -|~D) 99.86%

Sensitivity Pr( +| D) 0.39%

True D defined as Y != 0

Classified + if predicted Pr(D) >= .5

Total 3350 11206 14556

- 3337 11190 14527

+ 13 16 29

Classified D ~D Total

True

Logistic model for Y

_cons -1.412769 .1008698 -14.01 0.000 -1.61047 -1.215068

skawin .0415855 .0880494 0.47 0.637 -.1309881 .214159

pend2 -.1677594 .0921421 -1.82 0.069 -.3483546 .0128358

pend1 -.2845651 .0815275 -3.49 0.000 -.444356 -.1247741

gender -.1683784 .055635 -3.03 0.002 -.2774211 -.0593358

umur .0107532 .0027618 3.89 0.000 .0053401 .0161662

Y Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

Robust

Log pseudolikelihood = -1565674.8 Pseudo R2 = 0.0042

Prob > chi2 = 0.0000

Wald chi2(5) = 34.19

Logistic regression Number of obs = 14556

Iteration 3: log pseudolikelihood = -1565674.8

Iteration 2: log pseudolikelihood = -1565674.8

Iteration 1: log pseudolikelihood = -1565691.1

Iteration 0: log pseudolikelihood = -1572239.8

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 68: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Lampiran 6. Hasil Marginal Effects dengan Model A

Lampiran 7. Hasil Tes Goodness of Fit (Model A)

(*) dy/dx is for discrete change of dummy variable from 0 to 1

skawin* .0069409 .01459 0.48 0.634 -.021653 .035535 .807946

pend2* -.0273899 .01458 -1.88 0.060 -.055973 .001193 .198059

pend1* -.0491549 .01439 -3.41 0.001 -.077368 -.020942 .668877

gender* -.0283938 .00939 -3.03 0.002 -.046789 -.009998 .530538

umur .001808 .00046 3.91 0.000 .000903 .002713 36.306

variable dy/dx Std. Err. z P>|z| [ 95% C.I. ] X

= .21388535

y = Pr(Y) (predict)

Marginal effects after logit

Correctly classified 76.99%

False - rate for classified - Pr( D| -) 23.01%

False + rate for classified + Pr(~D| +) .%

False - rate for true D Pr( -| D) 100.00%

False + rate for true ~D Pr( +|~D) 0.00%

Negative predictive value Pr(~D| -) 76.99%

Positive predictive value Pr( D| +) .%

Specificity Pr( -|~D) 100.00%

Sensitivity Pr( +| D) 0.00%

True D defined as Y != 0

Classified + if predicted Pr(D) >= .5

Total 3350 11206 14556

- 3350 11206 14556

+ 0 0 0

Classified D ~D Total

True

Logistic model for Y

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 69: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Lampiran 8. Hasil Regresi Logit (Model B)

Lampiran 9. Hasil Marginal Effects dengan Model B

_cons -2.582576 .1331046 -19.40 0.000 -2.843456 -2.321696

sakitparah .9228739 .0521787 17.69 0.000 .8206055 1.025142

kendaraan -.0183338 .0559146 -0.33 0.743 -.1279244 .0912567

kota .3896202 .0570587 6.83 0.000 .2777873 .5014531

jpkl .4878711 .157093 3.11 0.002 .1799745 .7957677

asuransi .6515781 .1585882 4.11 0.000 .3407511 .9624052

jamkesmas .4856042 .0512691 9.47 0.000 .3851186 .5860897

exp_cap .2039471 .0650287 3.14 0.002 .0764932 .331401

Y Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

Robust

Log pseudolikelihood = -1834810 Pseudo R2 = 0.0485

Prob > chi2 = 0.0000

Wald chi2(7) = 469.40

Logistic regression Number of obs = 18916

Iteration 4: log pseudolikelihood = -1834810

Iteration 3: log pseudolikelihood = -1834810

Iteration 2: log pseudolikelihood = -1834812.2

Iteration 1: log pseudolikelihood = -1836974.9

Iteration 0: log pseudolikelihood = -1928284.5

(*) dy/dx is for discrete change of dummy variable from 0 to 1

sakitp~h* .1484106 .00807 18.38 0.000 .132584 .164237 .500025

kendar~n* -.0029399 .00895 -0.33 0.743 -.020479 .014599 .329521

kota* .0643308 .00984 6.53 0.000 .045036 .083625 .381196

jpkl* .0892717 .03208 2.78 0.005 .026395 .152148 .018559

asuransi* .1239138 .03443 3.60 0.000 .056432 .191395 .016842

jamkes~s* .0804869 .0086 9.36 0.000 .06363 .097343 .391046

exp_cap .0327647 .0104 3.15 0.002 .012388 .053142 1.90843

variable dy/dx Std. Err. z P>|z| [ 95% C.I. ] X

= .20109003

y = Pr(Y) (predict)

Marginal effects after logit

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 70: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Lampiran 10. Hasil Tes Goodness of Fit (Model B)

Lampiran 11. Hasil Regresi Logit (Model C)

Correctly classified 77.26%

False - rate for classified - Pr( D| -) 22.68%

False + rate for classified + Pr(~D| +) 47.92%

False - rate for true D Pr( -| D) 99.42%

False + rate for true ~D Pr( +|~D) 0.16%

Negative predictive value Pr(~D| -) 77.32%

Positive predictive value Pr( D| +) 52.08%

Specificity Pr( -|~D) 99.84%

Sensitivity Pr( +| D) 0.58%

True D defined as Y != 0

Classified + if predicted Pr(D) >= .5

Total 4304 14612 18916

- 4279 14589 18868

+ 25 23 48

Classified D ~D Total

True

Logistic model for Y

_cons -1.506996 .0358445 -42.04 0.000 -1.57725 -1.436742

jpkl .4071611 .1499878 2.71 0.007 .1131904 .7011318

asuransi .6526921 .1512498 4.32 0.000 .356248 .9491362

jamkesmas .464997 .0502053 9.26 0.000 .3665965 .5633976

Y Coef. Std. Err. z P>|z| [95% Conf. Interval]

Robust

Log pseudolikelihood = -1910909.2 Pseudo R2 = 0.0090

Prob > chi2 = 0.0000

Wald chi2(3) = 94.71

Logistic regression Number of obs = 18916

Iteration 3: log pseudolikelihood = -1910909.2

Iteration 2: log pseudolikelihood = -1910909.2

Iteration 1: log pseudolikelihood = -1910998.8

Iteration 0: log pseudolikelihood = -1928284.5

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 71: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Lampiran 12. Hasil Marginal Effects dengan Model C

Lampiran 13. Hasil Tes Goodness of Fit (Model C)

(*) dy/dx is for discrete change of dummy variable from 0 to 1

jpkl* .0758225 .03055 2.48 0.013 .015939 .135706 .018559

asuransi* .1284199 .03366 3.81 0.000 .062439 .1944 .016842

jamkes~s* .080201 .00874 9.18 0.000 .063073 .097329 .391046

variable dy/dx Std. Err. z P>|z| [ 95% C.I. ] X

= .21305446

y = Pr(Y) (predict)

Marginal effects after logit

Correctly classified 77.25%

False - rate for classified - Pr( D| -) 22.75%

False + rate for classified + Pr(~D| +) .%

False - rate for true D Pr( -| D) 100.00%

False + rate for true ~D Pr( +|~D) 0.00%

Negative predictive value Pr(~D| -) 77.25%

Positive predictive value Pr( D| +) .%

Specificity Pr( -|~D) 100.00%

Sensitivity Pr( +| D) 0.00%

True D defined as Y != 0

Classified + if predicted Pr(D) >= .5

Total 4304 14612 18916

- 4304 14612 18916

+ 0 0 0

Classified D ~D Total

True

Logistic model for Y

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 72: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Lampiran 14. Profil Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K)

TNP2K merupakan lembaga yang dibentuk sebagai wadah koordinasi lintas

sektor dan lintas pemangku kepentingan di tingkat pusat untuk melakukan percepatan

penanggulangan kemiskinan. Lembaga ini dibentuk berdasarkan Peraturan Presiden

Republik Indonesia nomor 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan

Kemiskinan. TNP2K bertanggung jawab kepada Presiden Republik Indonesia dan

diketuai oleh Wakil Presiden Republik Indonesia. TNP2K memiliki tugas pokok

diantaranya:

a. Menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan,

b. Melakukan sinergi melalui sinkronisasi, harmonisasi dan integrasi program-

program penanggulangan kemiskinan di Kementerian / Lembaga,

c. Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan

penanggulangan kemiskinan.

Prioritas jangka pendek dan menengah TNP2K secara khusus bertujuan untuk

mencapai target tingkat kemiskinan yang telah ditetapkan melalui penajaman sasaran

dan perbaikan pelaksanaan progam penanggulangan kemiskinan. Langkah-langkah

yang dilakukan dalam menjalankan prioritas jangka pendek dan menengah TNP2K

diantaranya:

a. Unifikasi Sistem Penargetan Nasional

Penetapan sasaran atau targeting merupakan salah satu faktor terpenting

dalam melakukan program penanggulangan kemiskinan. Program perlindungan sosial

seperti PKH, BLT, Jamkesmas, Raskim, dan BOS memerlukan penetapan sasaran

yang sesuai sehingga tujuan dari program dapat terlaksana dengan baik. Kurang

efektifnya program penanggulangan kemiskinan bersasaran, antara lain disebabkan

berbagai program menggunakan pendekatan penargetan dan database penerima

manfaat program yang berbeda. Sehingga dibutuhkan Unifikasi Sistem Penargetan

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 73: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Nasional untuk mengurangi terjadinya kesalahan inklusif (inclusion error) dan

kesalahan ekslusif (exclusive error).

b. Menyempurnakan Pelaksanaan Bantuan Sosial Kesehatan untuk Keluarga

Miskin

Penyempurnaan pelaksanaan bantuan sosial kesehatan untuk keluarga miskin

meliputi 1) Perumusan dan penentuan lembaga penyelenggara jaminan kesehatan

yang tepat; 2) Pengkajian struktur biaya kesehatan bagi masyarakat miskin; 3)

Penetapatan paket benefit; 4) Penyusunan rencana kerja yang rasional termasuk

penghitungan biaya yang dibutuhkan.

c. Menyempurnakan pelaksanaan dan memperluas cakupan Program Keluarga

Harapan

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program perlindungan sosial yang

memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) dan bagi

anggota keluarga RTS diwajibkan melaksanakan persyaratan dan ketentuan yang

telah ditetapkan. Program ini, dalam jangka pendek bertujuan mengurangi beban

RTSM dan dalam jangka panjang diharapkan dapat memutus mata rantai kemiskinan

antar generasi, sehingga berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan.

Berbagai penyempurnaan dilakukan selain untuk memastikan bahwa PKH

dilaksanakan sebagai program Conditional Cash Transfer, juga untuk memastikan

bahwa Indonesia dapat mencapai tujuan Pembangunan Millenium (Millenium

Development Goals).

d. Integrasi program Pemberdayaan Masyarakat Lainnya ke dalam PNPM

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri merupakan

program penanggulangan kemiskinan yang bertujuan untuk menciptakan masyarakat

yang mandiri dan memperluas kesempatan kerja. Prioritas Jangka pendek-menengah

dalam kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan

masyarakat adalah mengintegrasikan PNPM Mandiri dengan Perencanaan

Desa/Kelurahan, dan fasilitas pembiayaan, meliputi: 1) Integrasi Program

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 74: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

Pemberdayaan Masyarakat Lainnya ke dalam PNPM Mandiri; 2) Pengingkatan

kontribusi Pemerintah Daerah terhadap PNPM Mandiri; 3) Integrasi PNPM Mandiri

dengan Perencanaan Desa/Kelurahan; dan 4) Integrasi PNPM Mandiri dengan

fasilitas pembiayaan diluar APBN/APBD.

e. Program Nasional Keuangan Inkusif

Sektor keuangan merupakan bagian penting dalam upaya penanggulangan

kemiskinan. Pasar dan institusi keuangan memainkan peran penting dalam

menyalurkan dana untuk kegiatan ekonomi yang produktif serta mengalokasikan

risiko pada pelaku ekonomi yang paling siap untuk menanggungnya. Sehingga pasar

dan institusi keuangan berperan dalam mengatasi dampak negatif dari

ketidakseimbangan informasi serta biaya transaksi yang pada akhirnya mendorong

pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesempatan dan kemakmuran, serta mengurangi

kemiskinan. Untuk itu, TNP2K melakukan langkah-langkah guna meningkatkan

komitmen pemerintah, sektor swasta, serta masyarakat umum dalam menciptakan

sistem keuangan yang inklusif.

Penanggulangan kemiskinan yang komprehensif memerlukan keterlibatan

berbagai pemangku kepentingan. Pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha

(sektor swasta) dan masyarakat merupakan pihak-pihak yang memiliki tanggung

jawab sama terhadap penanggulangan kemiskinan. Untuk menunjang

penanggulangan kemiskinan yang komprehensif dan mewujudkan percepatan

penanggulangan kemiskinan dirumuskan empat strategi utama. Strategi-strategi

penanggulangan kemiskinan tersebut diantaranya:

• Memperbaiki program perlindungan sosial;

• Meningkatkan akses terhadap pelayanan dasar;

• Pemberdayaan kelompok masyarakat miskin; serta

• Menciptakan pembangunan yang inklusif.

Strategi penanggulangan kemiskinan tersebut akan tercapai apabila program-

program pengentasan kemiskinan tepat sasaran kepada masyarakat yang benar-benar

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013

Page 75: UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG ...lib.ui.ac.id/file?file=digital/20350997-TA-Trisnajati Diah.pdf · masalah belum tercakupnya jaminan atau asuransi kesehatan secara

membutuhkannya. Program penanggulangan kemiskinan kepada mereka yang

membutuhkan diharapkan akan jauh lebih efektif dalam upaya penanggulangan

kemiskinan. Untuk itu, program penanggulangan kemiskinan dapat dibedakan

berdasarkan kelompok basis penerima manfaat, yaitu:

a. Klaster I : Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga

Dalam kelompok ini, keluarga merupakan merupakan sasaran atau target

langsung dari program penanggulangan kemiskinan. Beberapa program dari Klaster

diantaranya :

1. Program Keluarga Harapan (PKH)

2. Program Bantuan Langsung Tunai (BLT)

1. Program Beras Untuk Keluarga Miskin (RASKIN)

2. Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

3. Program Bantuan Siswa Miskin (BSM)

4. Program Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS)

b. Klaster II : Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis

Pemberdayaan Masyarakat

Sasaran dari program penanggulangan kemiskinan dalam kelompok ini adalah

kelompok komunitas. Program penanggulangan kemiskinan bersasaran komunitas

dalam pelaksanaannya menggunakan prinsip pemberdayaan masyarakat (Community

Development). Salah satu program dari Klaster II ini adalah Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

c. Klaster III : Kelompok Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis

Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil

Sasaran dalam kelompok Klaster III adalah usaha kecil dan mikro. Tujuan

program ini adalah memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha

berskala mikro dan kecil. Salah satu program dalam klaster ini adalah Kredit Usaha

Rakyat (KUR).

Analisis faktor-faktor ..., Trisnajati Diah, FE UI, 2013