Unit 2 Penetapan Potensial Osmotik Cairan Sel
-
Upload
syarif-hidayat-amrullah -
Category
Documents
-
view
320 -
download
19
Transcript of Unit 2 Penetapan Potensial Osmotik Cairan Sel
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan lengkap praktikum Fisiologi Tumbuhan dengan judul “Pengukuran
Potensial Air Jaringan Tumbuhan” disusun oleh :
Nama : Syarif Hidayat A.
Nim : 071 404 092
Kelas/Kelompok : B/II
telah diperiksa dan dikonsultasikan kepada Asisten dan Koordinator Asisten,
maka dinyatakan diterima.
Makassar, April 2009
Koordinator Asisten Asisten
Mirawati, S.Pd Reski Amelia Waji, S.Si.
Mengetahui
Dosen Penanggung Jawab
Drs. Ismail, M.SNIP: 131 625 063
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Senyawa organik dan anorganik yang terkandung dalam sel sangat
beragam. Keadaan senyawa-senyawa tersebut di dalam sel tidak selalu berarti
bahwa senyawa tersebut adalah komponen penysusn sel. Sebagian dari senyawa-
senyawa tersebut merupakan bahan baku untuk sintesis senyawa lainnya
digunakan dalam metabolisme tumbuhan yang diterimanya dari sel-sel
tetangganya atau diterima dari jaringan pembuluh.
Tumbuhan akan berkembang secara normal dan tumbuh subur serta
aktif apabila sel-selnya dipenuhi air. Suatu ketika apabila pada waktu
perkembangannya, tumbuhan kekurangan suplai air, maka kandungan air dalam
tumbuhan menurun dan laju perkembangannya yang ditentukan oleh laju semua
fungsi-fungsi yang juga menurun. Jika keadaan kekringan ini berlangsung lama
maka dapat mematikan tumbuhan.
Osmosis merupakan penyerapan air melintasi membran yang
memisahkan dua larutan. Arah aliran air dari daerah dengan potensial air tinggi
ke rendah seperti halnya imbibisi. Suatu hal yang harus diperhatikan ialah
adanya membran dengan sifat permeabilitas terhadap berbagai macam substansi.
Molekul-molekul air bebas melewati molekul-molekul yang terlarut terbatas
untuk melewati. Semua membran protoplasma memiliki perbedaan permeabilitas
yang selektif ini disebut sebagai selektif permeabel atau semipermeabel.
Membran sel memungkinkan molekul air dapat melintas lebih cepat daripada
unsur terlarut.
Berdasarkan hal diataslah sehingga dilakukannya praktikum Fisiologi
Tumbuhan ini dengan judul “Penetapan Potensial Osmotik Cairan Sel” sehingga
kita dapat mengetahui proses osmotik pada cairan sel pada tumbuhan serta dapat
menentapkan potensial osmotik pada cairan sel tumbuhan.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari dilakukannya praktikum ini adalah menentukan
potensial osmotik cairan sel.
C. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat diperoleh dengan melakukan praktikum ini adalah
mahasiswa akan lebih memahami tentang fisiologi tumbuhan khususnya pada
penetapan potensial osmotik cairan sel.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
Kelangsungan hidup sel tumbuhan bergantung pada kemampuannya untuk
menyeimbangkan pengambilan dan pengeluaran air. Pengambilan atau pengeluaran
netto air oleh suatu sel terjadi melalui osmosis, yaitu transpor pasif air melewati
membran semipermeabel. Dalam kasus sel hewan, sudah cukup bagi kita jika kita
tahu apakah larutan ekstraseluler itu hipotonik atau hipertonik terhadap cairan sel; air
akan bergerak akibat osmosis dari arah hipotik ke hipertonik. Akan tetapi dalam
kasus sel tumbuhan, kehadiran dinding sel menjadi faktor kedua yang mempengaruhi
osmosis tersebut. Pengaruh gabungan dari kedua faktor ini – konsentrasi zat terlarut
dan tekanan – disebut potensial air, disingkat dengan PA atau dengan huruf Yunani
Ѱ (psi). Hal yang paling penting yang harus dipelajari mengenai bahwa air akan
bergerak melewati membran dari larutan dengan PA yang lebih tinggi ke larutan
dengan PA lebih rendah. Komponen potensial dalam potensial air mengacu pada
energi potensial, yaitu kepasitas untuk melakukan kerja ketika air bergerak dari
daerah dengan PA lebih tinggi ke daerah dengan PA lebih rendah (Ismail, 2006).
Salah satu ciri yang membedakan antara sel hewan dan sel tumbuhan adalah
adanya dinding sel. Dinding sel terdiri atas dinsing primer dan dinding sekunder,
diantara dinding primer dari suatu sel dengan dinding primer dari sel tetangganya,
terdapat lamella tengah. Lamella tengah merupakan perekat yang mengikat sel-sel
secara bersama-sama untuk membentuk jaringan dan oleh sebab itu dijumpai diantara
sel-sel primer yang berdekatan (Adnan, 2008).
Peranan air sebagai pelarut ini penting sekali artinya bagi kehidupan
tumbuhan. Struktur molekul protein dan asam nukleat dapat berlangsung karena
adanya air di sekitarnya. Selain protein dan asam nukleat, aktivitas senyawa lain di
dalam protoplasma juga ditentukan oleh adanya air kecuali untuk molekul yang
berada dalam oleosom atau bagian lemak pada membran. Walaupun demikian
oleosom dan membran secara keseluruhan dipengaruhi oleh air disekitarnya.
Walaupun air dapat bertindak sebagai bahan pereaksi (reaktan) atau sebagai prosuk
suatu reaksi kimia, tetapi yang lebih penting adalah air menciptakan lingkungan yang
memungkinkan untuk berlangsungnya berbagai reaksi biokimia dalam sel tumbuhan
(Lakita, 2004).
Osmosis adalah kasus khusus dari transpor pasif, dimana molekul air
berdifusi melewati membran yang bersifat selektif permeabel. Dalam sistem osmosis,
dikenal larutan hipertonik (larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut tinggi),
larutan hipotonik (larutan dengan konsentrasi terlarut rendah), dan larutan isotonik
(dua larutan yang mempunyai konsentrasi terlarut sama). Jika terdapat dua larutan
yang tidak sama konsentrasinya, maka molekul air melewati membran sampai kedua
larutan seimbang. Dalam proses osmosis, pada larutan hipertonik, sebagian besar
molekul air terikat (tertarik) ke molekul gula (terlarut), sehingga hanya sedikit
molekul air yang bebas dan bisa melewati membran. Sedangkan pada larutan
hipotonik, memiliki lebih banyak molekul air yang bebas (tidak terikat oleh molekul
terlarut), sehingga lebih banyak molekul air yang melewati membran. Oleh sebab itu,
dalam osmosis aliran netto molekul air adalah dari larutan hipotonik ke hipertonik
(Anonim, 2009).
Pada titik kesetimbang, nilai mutlak potensial osmotik (yang negatif) setara
dengan tekanan nyata (yang positif) di osmometer sempurna, maka potensial osmotik
larutan dapat diukur secara langsung. Pengukuran besaran ini banyak dilakukan,
khusunya pada abad ke-19 oleh Wilhem FP Pfeffer (1877). Ia membuat gambaran
yang hampir sempurna, tegar, dan semi-permiabel, dengan cara yang merendam
sebuah mangkuk berpori yang terbuat dari tanah liat dalam kalium ferosianida dan
kemudian dalam kupro sulfat, yang akan mengendapkan tembaga ferosinida pada
porinya (Salisbury, 1992).
BAB IIIMETODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Hari/tanggal : Jumat/ 27 Maret 2009
Waktu : Pukul 09.10 s/d 11.50 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi FMIPA UNM Lantai III Barat.
B. Alat dan Bahan
a. Alat
1. Mikroskop
2. Gelas preparat
3. Pinset dan Scalpel
4. Pisau silet
5. 8 buah kaca arloji/tabung reaksi
b. Bahan
1. Bahan tumbuhan: Daun Rhoeo discolor
2. Bahan Kimia : Larutan Sukrosa; 0,26; 0,24; 0,22; 0,20; 0,18; 0,16; 0,14 M
C. Prisedur Kerja
1. Menyiapkan satu seri larutan sukrosa dingin kosentrasi sebagai berikut :
0,26M; 0,24M; 0,22M; 0,18M; 0,16M; 0,14M. masing-masing sebanyak 10
ml di dalam tabung reaksi.
2. Dengan menggunakan pisau silet dan pinset, mengambil bebrapa potong
jaringan epidermis bagian bawah daun Rhoe discolor, lalu masukkan
masing-masing ke dalam tabung-tabung reaksi dengan jarak waktu kurang
lebih 5 menit antara tabung satu dengan yang berikutnya.
3. Membiarkan selama 30 menit, lalu mengambil potongan jaringan tersebut,
meletakkan di atas gelas preparat bersama tets larutan perendam, dan
mengamati di bawah mikroskop.
4. Pada setiap larutan mencatat jumlah sel yang terplasmolisis.
5. Menentukan pada alarutan sukrosa mana yang terdapat sel-sel yang 50% dari
sel-selnya mngalami plasmolisis.
6. Menetukan nilai PO cairan sel dengan menggunakan rumus berikut :
Dimana :
Ψs = Potensial Osmotik
M = Kosentrasi larutan sukrosa dimana sel berada keadaan plasmolisis
insipien (50% terplasmolisis)
T = Suhu absolut (suu ruang oC + 273)
-22,4 = Nilai PO larutan sukrosa 1,0 M pada suhu ruang.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil pengamatan
a. Tabel Hasil Pengamatan
Kosentrasi
sukrosa
Tidak
terplasmolisisTerplasmolisis
Persentase sel yang
terplasmolisisAquades 2 28 93,33%
0,14 18 12 40%
0,16 15 15 50%
0,18 10 20 66,67%
0,20 11 19 63,33%
0,22 6 24 80%
0,24 4 26 86,67%
0,26 3 27 90%
b. Grafik pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap persentase sel yang
terplasmolisis
Keterangan :
= Persentase sel yang terplasmolisis
= Konsentrasi
sukrosa
B. Analisis Data
Persentase sel yang terplasmolisis:
1. Sukrosa 0,14M
2. Sukrosa 0,16M
3. Sukrosa 0,18M
4. Sukrosa 0,20M
5. Sukrosa 0.22M
6. Sukrosa 0.24M
7. Sukrosa 0,26M
8. Aquades
C. Pembahasan
Pada praktikum ini digunakan bahan yaitu Rhoeo discolour, yaitu
mengamati ada tidaknya sel-sel yang terplasmolisis pada daun Rhoeo discolour
tersebut. Dimana yang diamati adalah jaringan epidermis pada daun yang
direndam di dalam larutan sukrosa dengan kosentrasi yang berbeda-beda. Dari
hasil pengamatan pada larutan Aquades diperoleh 28 sel yang terplasmolisis
dengan presentase 93,33% merupakan persentase tertinggi yang diperoleh dalam
pengamatan. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel hasil pengamatan.
Jumlah sel yang terplasmolisis terus meningkat, keadaan ini
menunjukkan bahwa jumlah sel yang terplasmolisis lebih banyak di bandingkan
dengan sel yang tak terplasmolisis, Namun terdapat tidak penyimpangan data
yang diperoleh. Dari data pengamatan seharusnya data persentase sel yang
terplasmolisis terus meningkat, sama halnya dijelaskan bahwa semakin rendah
kosentrasi larutan semakin sedikit sel yang terplasmolisis. Namun pada data
kami terdapat penyimpangan di mana pada larutan sukrosa 0,18M sel yang
terplasmolisis lebih banyak daripada sel yang terplasmoslisis pada larutan
sukrosa 0,2M yakni masing-masing 20 dan 19 sel.
Adapun kesalahan data yang diperoleh, dapat disebabakan ketidak
teraturan dalam menghitung jumlah sel yang terplasmolisis sehingga data yang
diperoleh tidak sempurna. Faktor dalam pelaksaan seperti tidak seimbangnya
pengirisan atau pengambilan irisan bagian epidermis daun yang diamati.
Ataupun kekurang telitian dalam menggunakan mikroskop dalam menghitung
jumlah sel. Kesemua itu mempengaruhi ketidak akuratan data dan ketikdak
sesuaian dengan teori yang menyebutkan semakin tinggi kosentrasi larutan
sukrosa maka semakin tinggi persentase sel yang terplasmolisis.
BAB VPENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melakukan pengamatan maka dapat disimpulkan bahwa: Semakin
tinggi kosentrasi larutan, maka semakin banyak sel yang terplasmolisis. Jika nilai
potensial osmotik (PO) sel tinggi, maka semakin banyak jumlah sel yang
terplasmolisis,
B. Saran
Diharapkan kepada para praktikan agar lebih teliti dan berhati-hati dalam
melakukan praktikum sehingga hasil yang diperoleh dapat maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2008. Biologi Sel. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Anonim. 2009. Osmosiss. http://bima.ipb.ac.id/%7Etpb-ipb/materi/bio100//osmosis/ Diakses tanggal 18 Maret 2009.
Ismail. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM.
Lakitan, Benyamin. 2004. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Salisbury, Frank B. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB Bandung.