UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU...

92
SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Agustus 2019 1 UNDANG-UNDANG NOMOR … TAHUN 2019 TENTANG

Transcript of UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU...

Page 1: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan TinggiRepublik Indonesia

Agustus 2019 1

UNDANG-UNDANG NOMOR … TAHUN 2019 TENTANG

Page 2: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK

• PenyusunanNaskahAkademik RUU Sisnas InovasiNasional(SINAS)

2011• Uji Publik

NaskahAkademik RUU SINas

• Hasilnya: mengubah UU 18/2002

2012• Penyusunan

NaskahAkademik RUU Perubahan UU 18/2002

2013• Penyempurnaa

n NA RUU Perubahan UU 18/2002;

• PenyusunanDraft RUU Perubahan UU 18/2002;

• PengusulanRUU Perubahan UU 18/2002 dalamlong list Prolegnas RUU Tahun 2015-2019

• Surat Permohonanke K/L untukAnggota PAK

2014• Ditetapkannya

RUU PerubahanUU 18/2002 dalam long list Prolegnas RUU Tahun 2015-2019 (nomor92)

• PenyusunanDraft RUU Perubahan UU 18/2002

• PembentukanTim PAK

• PenyelarasanNaskahAkademikdengan K/L di BPHN

• Pembahasandraft RUU dengan Tim PAK

2015• Pembahasan

lanjutan draft RUU dengan Tim PAK

• DitetapkannyaRUU PerubahanUU 18/2002 dalam ProlegnasRUU Prioritas2016

• Hasil rapat PAK tanggal 3 Februari 2016 disepakati RUU Perubahan UU 18/2002 menjadipenggantian(RUU baru

2016Prolegnas RUU Prioritas Tahun2017 (LuncuranTahun 2016)

Pembahasanselanjutnya RakerRUU Sisnas Iptekantara Pemerintahdengan DPR (30 Agustus 2017)

2017Prolegnas RUU Prioritas Tahun2018 dan diluncurkan kePrioritas 2019

• RakerPenyerahanDIM (1 Okt20018)

• PanjaPembahasanDIM (22 Okt2018-sekarang)

2018-19

2

Page 3: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK

Raker RUU Sisnas IptekantaraPemerintahdengan DPR

30 Agustus 2017 20 September 2017

RDPU DPR denganPakar Iptek

27 September 2017

RDPU DPR denganPakar Hukum danPidana

28 September 2017

RDPU DPR denganPakar IT, Sosbud, Gender, Kemaritiman, Kebijakan Iptek danPendidikan

11 Oktober 2017

Kunjungan KerjaPansus RUU SisnasIptek di Makassar

18 Oktober 2017

Kunjungan KerjaPansus RUU SisnasIptek di Aceh

19 Oktober 2017

Kunjungan KerjaPansus RUU SinasIptek di Ambon

2 November 2017

Kunjungan KerjaPimpinan Pansusdan Pakar dari ITB ke LAPAN

14-20 November 2017

Kunjungan Kerja PansusRUU Sinas Iptek di Jepang

15-21 November 2017Kunjungan KerjaPansus RUU SinasIptek di Korea Selatan

17 Januari 2018

RDPU dengan MITI, AIPI, Megawati Institut, dan The Habibie Center

18 Januari 2018

RDPU DPR dengan ICMI, CIPG, dan HPI

3

Page 4: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

RDPU DPR denganPAK/L RUU Sisnas Iptek

23 Januari 2018 24 Januari 2018

RDPU DPR denganPerguruan Tinggi(ITS, UI, UGM, ITB, UPN)

30 Januari 2018

RDPU DPR denganFNPR, ALMI, BIC (Business Innovation Center)

31 Januari 2018

RDPU DPR denganPerguruan Tinggi(UNM, Unsri, IPB, Univ Cendrawasih, Univ Mulawarman)

6 Februari 2018

RDPU DPR dengan BUMN (PT Rekin, PT Biofarma, PT Sang Hyang Seri)

7 Februari 2018

RDPU DPR denganPakar/Lembaga Prof Rachmaniar (Ahlikelautan dankemaritiman), DrBakri Arbi (AhliNuklir), HIMPERINDO

8 Februari 2018

RDPU DPR denganLembaga (DRN, DRD Jawa Timur, Himpenindo, MPS-INA, 1945 Institute

16-17 Maret 2018 2-3 April 2018FGD dengan Pansus DPR RI,Kemenpan RB, Kementerian PPN/ Bappenas, Kemenkeu

1 Oktober 2018

Rapat KerjaPenyerahan DIM

FGD dengan Pansus DPR RI,Kemenristekdikti,LIPI, BPPT

22 Okt 2018– Juni2019

Rapat PanjaPembahasan DIMRUU Sisnas Iptek

…Juli 2019

RapatTimus danTimsin

16 Juli 2019

RapatParipurna

HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK

4

Page 5: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

Dalam Rapat Paripurna ke 22 Masa Persidangan V Tahun 2018 – 2019, pada hari Selasa, tanggal16 Juli 2019, DPR RI telah menyetujui Undang-Undang tentang Sistem Nasional IlmuPengetahuan dan Teknologi untuk kemudian mendapat pengesahan Presiden sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Disahkan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 13 Agustus 2019

Dan diundangkan oleh Menteri Hukum dan HAM pada tanggal 13 Agustus 2019 dalamLembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 148, Tambahan Lembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor 6374

Struktur UU Sisnas Iptek terdiri atas XIII BAB dan 100 PASAL.

SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (UU SISNAS IPTEK)

5

Page 6: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (UU SISNAS IPTEK) (1)

BAB ISI Pasal

I KETENTUAN UMUM Pasal 1 s.d Pasal 4

II PERAN DAN KEDUDUKAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Pasal 5 s.d Pasal 7

III RENCANA INDUK PEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Pasal 8 s.d Pasal 12

IV PENYELENGGARAAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Pasal 13 s.d Pasal 38

V ETIKA, WAJIB SERAH DAN WAJIB SIMPAN, DAN KEBIJAKAN BERLANDASKAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Pasal 39 s.d Pasal 41

VI KELEMBAGAAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Pasal 42 s.d Pasal 48

VII SUMBER DAYA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Pasal 49 s.d Pasal 70

VIII JARINGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Pasal 71 s.d Pasal 78

IX PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 79 s.d Pasal 86

X PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MASYARAKAT Pasal 87 s.d Pasal 90

XI SANKSI ADMINISTRATIF Pasal 91 s.d Pasal 92

XII KETENTUAN PIDANA Pasal 93 s.d Pasal 96

XIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 97 s.d Pasal 100

6

Page 7: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (UU SISNAS IPTEK) (2)

1. Sisnas Iptek menjadi landasan ilmiah dalam perumusan kebijakan pembangunan nasional agarmampu memperkuat daya dukung Iptek dalam rangka mencapai tujuan negara, sertameningkatkan daya saing dan kemandirian bangsa;

2. Rencana induk pemajuan Iptek dijadikan sebagai acuan dari Rencana Pembangunan JangkaPanjang Nasional, dan menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional, dan Rencana Pembangunan Tahunan Pemerintah;

3. Kliring teknologi, audit teknologi, dan alih teknologi dalam penelitian, pengembangan, danpengkajian terhadap teknologi yang bersifat strategis dan/atau yang sumber pendanaannyaberasal dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

4. Pemberian kepastian dan pelindungan hukum terhadap sumberdaya manusia iptek, sehinggamereka lebih maksimal berperan untuk pembangunan nasional; karena RUU ini memberikanruang terkait pengaturan klasifikasi dan status kerja, batas usia pensiun, maupun pelindunganberupa jaminan konstitusi atas jaminan sosial dan bantuan hukum;

5. Memberikan jaminan keberpihakan negara dalam politik anggaran bagi pelaksanaan penelitian,pengembangan, pengkajian, dan penerapan yang menghasilkan invensi dan inovasi melalui APBNyang memadai dan berkelanjutan, APBD, alokasi dana abadi, dan keterlibatan badan usaha.Badan Usaha yang memberikan pendanaan untuk Litbangjirap invensi dan inovasi diberikaninsentif antara lain berupa insentif perpajakan, fasilitas kepabeanan, dan/atau bantuan teknis;

7

Page 8: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI (UU SISNAS IPTEK) (3)

6. Wajib serah dan wajib simpan data primer dan keluaran hasil penelitian dan pengembanganpenelitian, pengembangan, pengkajian, penerapan, invensi, dan inovasi bagi penyandang dana,peneliti, dan lembaga yang menaungi peneliti;

7. Dibentuknya suatu badan riset dan inovasi nasional (penamaannya diserahkan kepada Presiden)akan mendorong (mengarahkan dan mensinergikan) perencanaan kebijakan, program, dananggaran iptek;

8. Pembinaan dan pengawasan, serta tanggungjawab dan peran masyarakat dalamPenyelenggaraan Iptek guna menjamin kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara sertakeseimbangan tata kehidupan manusia dengan kelestarian fungsi lingkungan;

9. Untuk kepentingan pelindungan keanekaragaman hayati, spesimen lokal Indonesia, baik fisikmaupun digital, serta budaya dan kearifan lokal Indonesia, dilakukan pengaturan pengalihanmaterial bagi kelembagaan Iptek asing dan/atau orang asing dan orang Indonesia dengan danayang bersumber dari pembiayaan asing dalam melakukan penelitian, pengembangan,pengkajian, dan penerapan, serta invensi dan inovasi di Indonesia; dan

10. Undang-Undang ini mengingatkan kepada semua pihak bahwa untuk menjamin penegakan dankepastian hukum terhadap pelanggaran Undang-undang ini ditetapkan sanksi administratif dansanksi pidana.

8

Page 9: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

ASAS SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

a. Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. Kemanusiaan;

c. Keadilan;

d. Kemaslahatan;

e. Keamanan dan keselamatan;

f. Kebenaran ilmiah;

g. Transparansi;

h. Aksesibilitas; dan

i. Penghormatan terhadap pengetahuan tradisional dan kearifan lokal.

9

Page 10: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

Memajukan dan meningkatkan kualitas Pendidikan, Penelitian, Pengembangan, Pengkajian,dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang menghasilkan Invensi dan Inovasi;

Meningkatkan intensitas dan kualitas interaksi, kemitraan, sinergi antarunsur PemangkuKepentingan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;

Meningkatkan pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk pembangunan nasionalberkelanjutan, kualitas hidup, dan kesejahteraanmasyarakat; dan

Meningkatkan kemandirian, daya saing bangsa, dan daya tarik bangsa dalam rangkamemajukan peradaban bangsa melalui pergaulan internasional.

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mengakui, menghormati, mengembangkan, dan melestarikankeanekaragaman pengetahuan tradisional, kearifan lokal, sumber daya alam hayati dan nirhayati, serta budaya

sebagai bagian dari identitas bangsa.

TUJUAN SISTEM NASIONAL ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

1

2

3

4

10

Page 11: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PERAN DAN KEDUDUKAN IPTEK

11

Page 12: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PERAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Menjadi landasan dalam perencanaan pembangunan nasional di segalabidang kehidupan yang berpedoman pada haluan ideologi Pancasila;

a.

Meningkatkan kualitas hidup dan mewujudkan keadilan sosial dankesejahteraan rakyat;

b.

Meningkatkan ketahanan, kemandirian, dan daya saing bangsa;c.

Memajukan peradaban bangsa yang berdasarkan Ketuhanan Yang MahaEsa dan menjaga nilai etika sosial yang berperikemanusiaan; dan

d.

Melindungi seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sertamelestarikan dan menjaga keseimbangan alam.

e.12

Page 13: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

KEDUDUKAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berkedudukan sebagai modal dan investasi jangkapendek, jangka menengah, dan jangka panjang pembangunan nasional untuk:

a. meningkatkan kualitas hidup manusia;b. meningkatkan kesejahteraan rakyat;c. meningkatkan kemandirian;d. memajukan daya saing bangsa;e. memajukan peradaban bangsa;f. menjaga kelestarian alam;g. melindungi dan melestarikan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

danh. menjadi dasar dalam perumusan kebijakan dan menjadi solusi masalah

pembangunan.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dikembangkan melalui Sistem Nasional IlmuPengetahuan dan Teknologi sebagai landasan dan satu kesatuan dari sistemperencanaan pembangunan nasional. Yang meliputi rencana pembangunan jangkapanjang, jangka menengah, dan tahunan.

13

Page 14: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

RENCANA INDUK PEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN DAN

TEKNOLOGI

14

Page 15: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

RENCANA INDUK PEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Untuk mewujudkan tujuan Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,Pemerintah Pusat berkoordinasi dengan Pemangku Kepentingan terkaitmenyusun Rencana induk pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Rencana induk pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menjadi acuanrencana pembangunan jangka panjang nasional dan menjadi dasar dalampenyusunan rencana pembangunan jangka menengah nasional.

Rencana induk pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi wajib dijadikanpedoman dalam Penyelenggaraan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

15

Page 16: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

RENCANA INDUK PEMAJUAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

✓ Rencana induk pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi disusun untuk:

Rencana induk pemajuan Ilmu Pengetahuan danTeknologi disusun untuk:

a. jangka panjang (disusun untuk jangka waktu 25 (duapuluh lima) tahun) dan dapat ditinjau kembali 1 (satu)kali dalam 5 (lima) tahun)

b. jangka menengah (disusun untuk jangka waktu 5 (lima)tahun); dan

c. Tahunan (disusun untuk jangka waktu 1 (satu) tahun).

16

Page 17: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PENYELENGGARAAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

17

Page 18: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PENYELENGGARAAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Penyelenggaraan Ilmu Pengetahuandan Teknologi dapat dilakukan oleh:a. perseorangan;b. kelompok;c. Badan Usaha;d. lembaga pemerintah atau swasta;

dan/ataue. perguruan tinggi.

Penyelenggaraan Ilmu Pengetahuandan Teknologi dikoordinasikan olehPemerintah Pusat melalui:a. Pendidikan;b. Penelitian;c. Pengembangan;d. Pengkajian; dane. Penerapan.

18

Page 19: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PENDIDIKAN

Penyelenggaraan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Pendidikan dilaksanakandengan:

a. penyiapan sumber daya manusia untuk Penyelenggaraan Ilmu Pengetahuan danTeknologi;

b. peningkatan mutu dan kesesuaian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; dan

c. pengabdian kepada masyarakat sebagai wujud Penerapan Ilmu Pengetahuan danTeknologi.

Penyelenggaraan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Pendidikan dapatdiselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang bertujuan untukmeningkatkan kapasitas bangsa dalam mengelola sumber daya dan diutamakan untukmemenuhi kebutuhan nasional agar dapat meningkatkan daya saing sertamewujudkan kemandirian bangsa.

19

Page 20: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Pemerintah Pusat menjamin kemandirian dan kebebasan ilmiah dalam melaksanakanPenelitian dan Pengembangan

Penelitian dilaksanakan untuk penguatan penguasaan ilmu dasar dan ilmu terapan,termasuk di dalamnya ilmu sosial yang digunakan untuk menciptakan dan/ataumengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta dapat menjadi solusipermasalahan pembangunan.

Pengembangan dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari Penelitian untuk meningkatkankesejahteraan masyarakat dan memajukan peradaban.

Hasil Penelitian dan Pengembangan wajib dipublikasikan dan didiseminasikan olehsumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan/atau Kelembagaan IlmuPengetahuan dan Teknologi, kecuali dinyatakan lain oleh peraturan perundang-undangan.

20

Page 21: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

KEKAYAAN INTELEKTUAL

Kekayaan Intelektual dari Penelitian dan/atau Pengembangan Ilmu Pengetahuan danTeknologi dikelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kepemilikan atas Kekayaan Intelektual yang dibiayai dari anggaran pendapatan danbelanja Negara dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah menjadi hakPemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, Inventor, dan/atau lembaga penelitiandan pengembangan dari Inventor.

Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah, Inventor, dan/atau lembaga penelitiandan pengembangan dari Inventor memiliki hak atas royalti dari hasil komersialisasiKekayaan Intelektual sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kepemilikan atas Kekayaan Intelektual dapat dikecualikan jika ditentukan lain oleh parapihak melalui perjanjian secara tertulis.

21

Page 22: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PENGKAJIAN DAN PENERAPAN

Pengkajian ditujukan untuk memastikanmanfaat Ilmu Pengetahuan dan Teknologidalam menyelesaikan permasalahanpembangunan

Pengkajian dilakukan melalui:1. Perekayasaan;2. Kliring Teknologi; dan3. Audit Teknologi

Penerapan wajib dilaksanakan denganberbasispada hasil Penelitian, Pengembangan, dan/atau Pengkajian

Penerapan dapat dilakukan melalui:1. Alih Teknologi;2. Intermediasi Teknologi;3. Difusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;

dan4. komersialisasi Teknologi

22

Page 23: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

INVENSI DAN INOVASI

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib mengembangkan Invensi dan Inovasi.

Invensi dan Inovasi ditujukan untuk:

a. menjadi solusi permasalahan nasional;

b. memadukan sudut pandang dan/atau konteks teknis, fungsional, bisnis, sosialbudaya, dan estetika; dan

c. menghasilkan nilai tambah dari produk dan/atau proses produksi bagi kesejahteraan masyarakat

Invensi dan Inovasi dihasilkan dari:a. Penelitian dasar, Penelitian terapan,

dan Pengembangan;b. Alih Teknologi;c. rekayasa balik;d. intermediasi Teknologi;e. Difusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;

dan/atauf. komersialisasi Teknologi.

23

Page 24: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

INVENSI DAN INOVASI

Badan Usaha yang menghasilkan Invensi dan Inovasi nasional daripemanfaatan hasil Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, danPenerapan diberi insentif.

Insentif diberikan dalam bentuk:

a. jaminan pembelian produk Inovasi tertentu; dan/atau

b. jaminan pencantuman produk Inovasi dalam katalog elektronikpengadaan barang/jasa pemerintah.

24

Page 25: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

ALUR KERJA MENUJU INOVASI

25

Page 26: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

ETIKA, WAJIB SERAH DAN WAJIB SIMPAN, DAN KEBIJAKAN BERLANDASKAN ILMU

PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

26

Page 27: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

ETIKA

Penelitian, Pengembangan, Pengkajian,dan Penerapan wajib dilaksanakansesuai dengan kode etik bidang ilmu.

Untuk menegakkan kode etik, dibentukkomisi etik yang bersifat ad hoc yanganggotanya dapat berasal dari berbagaibidang ilmu.

Komisi etik mempunyai tugas menelaahdan menetapkan kelayakan etik sertamengevaluasi dan mengawasi pelaksanaankode etik Penelitian, Pengembangan,Pengkajian, dan Penerapan sesuai denganbidang ilmu.

Dalam hal terjadi pelanggaran kode etikPenelitian, Pengembangan, Pengkajian,dan Penerapan, komisi etik berwenangmelakukan pemeriksaan dan pemberiansanksi.

27

Page 28: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

WAJIB SERAH DAN WAJIB SIMPAN

Pemerintah Pusat menetapkan wajib serah dan wajib simpan atas seluruh data primerdan keluaran hasil Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan yangdilaksanakan di Indonesia dan/atau dibiayai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,dan/atau Badan Usaha.

Data primer dan keluaran hasil Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapanwajib disimpan paling singkat 20 (dua puluh) tahun.

Wajib serah dan wajib simpan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan oleh:

a. penyandang dana;b. sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; danc. Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Pengelolaan data wajib serah dan wajib simpan dilaksanakan

Pengelolaan data wajib serah dan wajib simpan dilaksanakan dengan sistem informasiIlmu Pengetahuan dan Teknologi yang terintegrasi secara nasional.

28

Page 29: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

KEBIJAKAN BERLANDASKAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Ketentuan mengenai hasil Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, danPenerapan yang wajib digunakan sebagai landasan ilmiah dalam perumusandan penetapan kebijakan pembangunan nasional diatur dengan PeraturanPemerintah.

Hasil Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan wajib digunakansebagai landasan ilmiah dalam perumusan dan penetapan kebijakanpembangunan nasional.

29

Page 30: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

KELEMBAGAANILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

30

Page 31: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

KELEMBAGAAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

lembaga penelitian dan pengembangan;

lembaga pengkajian dan penerapan;

perguruan tinggi;

Badan Usaha; dan

lembaga penunjang.

Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terdiri atas :

c

b

a

d

e

31

Page 32: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Lembaga penelitian dan pengembangan berfungsi untukmenumbuhkan kemampuan pemajuan Ilmu Pengetahuan danTeknologi.

Dalam melaksanakan fungsi lembaga penelitian danpengembangan bertanggung jawab menghasilkan Invensi danmenggali potensi pendayagunaannya.

32

Page 33: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENERAPAN

Lembaga pengkajian dan penerapan berfungsimenumbuhkembangkan penguasaan Teknologi dan meningkatkanpendayagunaan Teknologi.

Dalam melaksanakan fungsi, lembaga pengkajian dan penerapanbertanggung jawab menghasilkan Inovasi dan mendorongkeberhasilan penerapannya

33

Page 34: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PERGURUAN TINGGI

Perguruan tinggi berfungsi menyiapkan sumber daya manusiauntuk Penyelenggaraan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Dalam melaksanakan fungsi, perguruan tinggi bertanggung jawabmeningkatkan kemampuan tridarma perguruan tinggi.

Perguruan tinggi yang mampu menghasilkan Invensi dan Inovasidapat diberi insentif.

34

Page 35: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

BADAN USAHA

Badan Usaha berfungsi menumbuhkan kemampuan Perekayasaan,Invensi, Inovasi, dan Difusi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untukmenghasilkan barang dan/atau jasa yang memiliki nilai tambah.

Dalam melaksanakan fungsi, Badan Usaha bertanggung jawabmendayagunakan manfaat keluaran Penelitian, Pengembangan,Pengkajian, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologiberupa Invensi dan Inovasi.

35

Page 36: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

LEMBAGA PENUNJANG

Lembaga penunjang berfungsi memberikan dukungan danmembentuk iklim kondusif bagi penyelenggaraan Penelitian,Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan untuk menghasilkanInvensi dan Inovasi.

Dalam melaksanakan fungsi, lembaga penunjang bertanggungjawab membantu mengatasi permasalahan atau kesenjangan yangmenghambat sinergi dan ketersediaan dukungan berkelanjutanbagi penyelenggaraan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, danPenerapan untuk menghasilkan Invensi dan Inovasi

36

Page 37: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

(PASAL 48) BADAN RISET DAN INOVASI NASIONAL

Penjelasan Pasal 48 ayat (1)

Yang dimaksud dengan “terintegrasi” adalah upaya mengarahkan dan menyinergikan antara lain dalampenyusunan perencanaan, program, anggaran, dan Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologibidang Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan untuk menghasilkan Invensi dan Inovasisebagai landasan ilmiah dalam perumusan dan penetapan kebijakan pembangunan nasional.

Untuk menjalankan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian,dan Penerapan, serta Invensi dan Inovasi yang terintegrasidibentuk badan riset dan inovasi nasional.

Badan riset dan inovasi nasional dibentuk oleh Presiden.

37

Page 38: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

SUMBER DAYA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

38

Page 39: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

SUMBER DAYA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi terdiri atas :

c

b

a

Sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;

Pendanaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; dan

Sarana dan prasarana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

39

Page 40: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

SUMBER DAYA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi diklasifikasikan:

peneliti;

perekayasa;

dosen; dan

sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi lainnya.

Sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memiliki hak dan kewajibansesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dikelola oleh Kelembagaan IlmuPengetahuan dan Teknologi.

Untuk menjamin akuntabilitas profesi sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan danTeknologi dibentuk organisasi profesi ilmiah.

a.

b.

c.

d.

40

Page 41: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

UTAMA

MADYA

PRATAMA

ADMINSTRATOR

PENGAWAS

PELAKSANA

JABATAN ADMINISTRASIJABATAN FUNGSIONAL

❖ Utama

❖ Madya

❖ Muda

❖ Pertama

KEAHLIAN

❖ Penyelia

❖ Mahir

❖ Terampil

❖ Pemula

KETERAMPILAN

➢ Pangkat : kedudukan yang menunjukan tingkatan jabatan berdasarkan tingkat

kesulitan, tanggungjawab, dampak dan persyaratan kualifikasi pekerjaan yang

digunakan sebagai dasar penggajian.

JABATAN PIMPINAN TINGGI

BKN

PANGKAT DAN JABATAN

41

Page 42: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

SUMBER DAYA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Aparatur Sipil Negara;

Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia;

pegawai yang bekerja pada lembaga yang ditetapkan dengan peraturan

perundang-undangan;

pekerja swasta; atau

perseorangan.

Sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi memilikistatus kerja sebagai:

c

b

a

d

e

42

Page 43: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

JENJANG JABATAN DAN BATAS USIA PENSIUN

Peneliti dan perekayasa dengan status kerja sebagai aparatursipil negara memiliki jenjang jabatan fungsional ahli pertama,ahli muda, ahli madya, dan ahli utama.

Peneliti dan perekayasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal52 memiliki batas usia pensiun:

a. 58 (lima puluh delapan) tahun pada jenjang jabatan fungsionalahli pertama dan ahli muda;

b. 65 (enam puluh lima) tahun pada jenjang jabatan fungsional ahlimadya; dan

c. 70 (tujuh puluh) tahun pada jenjang jabatan fungsional ahliutama.

43

Page 44: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

JENJANG JABATAN DAN BATAS USIA PENSIUN

Peneliti dan perekayasa setelah memasuki batas usia pensiun dapatdikaryakan dalam kegiatan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, danPenerapan, serta Invensi dan Inovasi dengan syarat.

a. bersedia;

b. kompetensi keilmuannya dibutuhkan; dan

c. sehat jasmani dan rohani sesuai dengan standar kompetensi

44

Page 45: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

JENJANG JABATAN DAN BATAS USIA PENSIUN

Pemerintah Pusat menetapkan kualifikasi profesi kepada peneliti, perekayasa, dan sumberdaya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi lainnya dengan status:

a. pegawai yang bekerja pada lembaga yang ditetapkan dengan peraturanperundangundangan; dan

b. pekerja swasta.

Peneliti, perekayasa, dan sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi lainnyadisetarakan kualifikasinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

Peneliti, perekayasa, dan sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi lainnyamemiliki jenjang jabatan dan batas usia pensiun sesuai dengan kualifikasi profesi yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

45

Page 46: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PELINDUNGAN

Sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mendapatkanpelindungan dalam melaksanakan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian,dan Penerapan, serta Invensi dan Inovasi.

Pelindungan berupa jaminan sosial dan bantuan hukum.

Sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang telahmelaksanakan kegiatan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, danPenerapan yang menghasilkan Invensi dan Inovasi sesuai dengan metodologiilmiah dan rancangan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapanyang menghasilkan Invensi dan Inovasi, serta lolos dari komisi etik denganhasil tidak sesuai yang diharapkan, tidak dikenai sanksi

46

Page 47: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PENDANAAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Pendanaan Penyelenggaraan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bersumberdari:

a. anggaran pendapatan dan belanja negara;

b. anggaran pendapatan dan belanja daerah;

c. dana abadi Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapanuntuk menghasilkan Invensi dan Inovasi;

d. Badan Usaha; dan

e. sumber lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

47

Page 48: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PENDANAAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Pendanaan Penyelenggaraan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi menjadiarus utama dari anggaran pendapatan dan belanja negara denganalokasi anggaran yang memadai dan berkelanjutan sesuai dengan skalaprioritas rencana induk pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Pendanaan Penyelenggaraan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yangbersumber dari anggaran pendapatan dan belanja daerah dialokasikansesuai dengan kemampuan keuangan daerah

48

Page 49: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

DANA ABADI PENELITIAN, PENGEMBANGAN, PENGKAJIAN, DAN PENERAPAN

• Pemerintah membentuk dana abadi Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan untukmenghasilkan Invensi dan Inovasi

• Dana abadi Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan untuk menghasilkan Invensi danInovasi bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan sumber lainnya yang sah dantidak mengikat.

• Dana abadi Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan untuk menghasilkan Invensi danInovasi yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dapat berasal dari alokasianggaran pendidikan ataupun alokasi nonanggaran pendidikan.

• Hasil pengembangan dana abadi Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan untukmenghasilkan Invensi dan Inovasi hanya digunakan untuk pendanaan Penelitian, Pengembangan,Pengkajian, dan Penerapan untuk menghasilkan Invensi dan Inovasi, operasional kelembagaan danaabadi, dan pemupukan dana abadi Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan untukmenghasilkan Invensi dan Inovasi.

• Pengalokasian dana abadi Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan untukmenghasilkan Invensi dan Inovasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

49

Page 50: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PENDANAAN PENYELENGGARAAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI YANG BERSUMBER DARI BADAN USAHA

Penetapan dan/atau keputusan penggunaan laba bersih BadanUsaha, termasuk besarannya dilakukan dengan memperhatikankepatutan dan kewajaran sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.

Pengeluaran Badan Usaha dapat diberikan pengurangan pajaksebagai bentuk insentif untuk menghasilkan Invensi, Inovasi,penguasaan teknologi baru, dan/atau Alih Teknologi bagipengembanga industri untuk peningkatan daya saing industri.

50

Page 51: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

SARANA DAN PRASARANA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana Ilmu Pengetahuan danTeknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1) huruf c dilakukandengan meningkatkan, membangun, merawat, dan/atau mengoperasikan:

a. laboratorium Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan;

b. kawasan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan;

c. pusat pendidikan dan pelatihan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;

d. pusat Inovasi;

e. pusat inkubasi; dan/atau

f. pusat sarana dan prasarana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi lainnya.

51

Page 52: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

SARANA DAN PRASARANA ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Lembaga Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapanyang menghasilkan Invensi dan Inovasi wajib melakukanpendataan dan pencatatan sarana dan prasarana Sumber DayaIlmu Pengetahuan dan Teknologi sesuai dengan ketentuanperaturan perundangundangan.

52

Page 53: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

SARANA

• Sarana dan prasarana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dapat dikelolaoleh satuan kerja yang menerapkan pola pengelolaan keuangan badanlayanan umum.

• Sarana dan prasarana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang dimiliki olehswasta dikelola sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

• Sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berhakmemperoleh kemudahan dalam menggunakan dan memanfaatkansarana dan prasarana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang dikelolaoleh satuan kerja dan yang dimiliki oleh swasta sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan.

53

Page 54: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

SARANA

Pendanaan sarana dan prasarana ilmu pengetahuan dan teknologidapat berasal dari:

a. anggaran pendapatan dan belanja negara;

b. anggaran pendapatan dan belanja daerah; dan/atau

c. sumber pendanaan lain yang sah dan tidak mengikat.

Ketentuan mengenai penyediaan, pendataan, dan akses sarana danprasarana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berlaku juga bagi saranadan prasarana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di sektor swasta

54

Page 55: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

JARINGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

55

Page 56: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

JARINGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi merupakan jalinan interaktif sumberdaya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang memadukan unsurKelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk menghasilkan kinerja danmanfaat yang lebih besar daripada yang dihasilkan .

Unsur Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi wajib melakukankemitraan dalam Penyelenggaraan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untukmengembangkan jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Dalam melakukan kemitraan, Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologiwajib:

a. melakukan Alih Teknologi; danb. berpedoman pada politik luar negeri bebas aktif.

56

Page 57: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

JARINGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Dalam hal penyelenggaraan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, danPenerapan yang menghasilkan Invensi dan Inovasi yang dibiayai sepenuhnyaatau sebagian oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah,Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, perseorangan, dan kelompokmasyarakat wajib melakukan Alih Teknologi kepada Badan Usaha, masyarakat,Pemerintah Pusat, dan/atau Pemerintah Daerah.

Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi berhak mengelolaInvensi dan Inovasi sebagai hasil Penelitian, Pengembangan,Pengkajian, dan Penerapan untuk memperkuat danmengembangkan lembaganya.

57

Page 58: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

JARINGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan dapat dilaksanakanoleh Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi asing dan/atau orangasing

Pelaksanaan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan olehKelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi asing dan/atau orang asing

wajib memperoleh izin dari Pemerintah Pusat.

Dalam pelaksanaan pemberian izin Penelitian, Pengembangan, Pengkajian,dan Penerapan bagi Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi asingdan/atau orang asing dilakukan kelayakan etik oleh komisi etik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 39 ayat (4).

58

Page 59: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

JARINGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi asing dan/atau orang asingsebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 dan orang Indonesia yang melakukanPenelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan dengan dana yangbersumber dari pembiayaan asing, dalam melakukan Penelitian, Pengembangan,Pengkajian, dan Penerapan diIndonesia wajib:

mematuhi ketentuan peraturan perundangundangan;

menghasilkan keluaran yang memberi manfaat untuk bangsaIndonesia;

melibatkan sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan TeknologiIndonesia dengan kapasitas ilmiah yang setara sebagai mitra kerja;

mencantumkan nama sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan danTeknologi di dalam setiap keluaran yang dihasilkan dalam kegiatanbersama;

a

b

c

d

59

Page 60: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

JARINGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

melakukan Alih Teknologi;

menyerahkan data primer kegiatan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40 ayat (3);

memberikan pembagian keuntungan secara proporsional sesuai dengankesepakatan para pihak yang berkepentingan; dan

membuat perjanjian tertulis tentang pengalihan material dalam rangkapemindahan atau pengalihan material dalam bentuk fisik dan/atau digital.

e

f

g

h

60

Page 61: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

JARINGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Untuk kepentingan pelindungan, setiap orang dilarang melakukanpengalihan material keanekaragaman hayati, spesimen lokalIndonesia, kekayaan sosial, budaya, dan kearifan lokal Indonesia,baik dalam bentuk fisik maupun digital, sepanjang uji materialdapat dilakukan di Indonesia.

Dalam hal uji material tidak dapat dilakukan di Indonesia,pengalihan material wajib dilengkapi dengan perjanjian pengalihanmaterial sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76 huruf h.

61

Page 62: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

JARINGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

Untuk mendukung terlaksananya jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, PemerintahPusat membangun sistem informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi nasional.

Sistem informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi nasional merupakan kumpulan datapokok Penyelenggaraan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang terintegrasi secara nasional.

Sistem informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi nasional berfungsi sebagai sumberinformasi bagi penyelenggara Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Sistem informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi nasional dikembangkan dan dikelola olehPemerintah Pusat atau oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah Pusat.

62

Page 63: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

63

Page 64: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dalam Penyelenggaraan IlmuPengetahuan dan Teknologi melalui penumbuhkembangan motivasi,pemberian stimulasi dan fasilitasi, serta penciptaan iklim yang kondusif bagiperkembangan Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dalam Penyelenggaraan IlmuPengetahuan dan Teknologi di wilayahnya melalui penumbuhkembanganmotivasi, pemberian stimulasi dan fasilitasi, serta penciptaan iklim yangkondusif bagi pertumbuhan serta sinergi unsur kelembagaan, sumber daya,dan jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai bagian yang tidakterpisahkan dari Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

64

Page 65: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

• Dalam menciptakan iklim yang kondusif sebagaimana dimaksud dalam Pasal79, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengembangkan instrumenkebijakan untuk mendukung pengembangan Sistem Nasional IlmuPengetahuan dan Teknologi.

• Instrumen kebijakan dapat berbentuk:

a. dukungan sumber daya;

b. dukungan penguatan kelembagaan;

c. pemberian insentif; dan

d. penyelenggaraan program Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

65

Page 66: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pemerintah Pusat mengoordinasikan pembinaan Sistem NasionalIlmu Pengetahuan dan Teknologi.

Pembinaan meliputi pembinaan Kelembagaan Ilmu Pengetahuandan Teknologi, Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, danjaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

66

Page 67: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Dalam upaya pembinaan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi,Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif kepadalembaga penelitian dan pengembangan serta lembaga pengkajian danpenerapan.

Pemberian insentif dilakukan hanya untuk lembaga penelitian danpengembangan serta lembaga pengkajian dan penerapan yang telahteregistrasi.

Lembaga penelitian dan pengembangan serta lembaga pengkajian danpenerapan yang teregistrasi wajib menyampaikan data dan informasiPenyelenggaraan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi serta memastikankebenaran dan ketepatannya.

67

Page 68: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

• Pembinaan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dilakukan melalui fasilitasidan asistensi.

• Pembinaan Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dilakukan melalui:

a. sertifikasi sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi;

b. insentif Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan, yangmenghasilkan Invensi dan/atau Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi; dan

c. peningkatan sarana dan prasarana Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

• Pembinaan jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dilakukan melalui fasilitasikemitraan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan Pemerintah Pusat,Pemerintah Daerah, Badan Usaha, masyarakat, kelembagaan Ilmu Pengetahuan danTeknologi asing, lembaga asing, dan lembaga internasional.

• Pembinaan dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah

68

Page 69: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PERIZINAN BAGI PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN, PENGEMBANGAN,PENGKAJIAN, DAN PENERAPAN SERTA INVENSI DAN INOVASI YANG BERISIKO TINGGIDAN BERBAHAYA

Pemerintah Pusat melindungi kepentingan masyarakat, bangsa, dan negara sertakeseimbangan tata kehidupan manusia dan kelestarian fungsi lingkungan terhadap dampaknegatif kegiatan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan serta Invensi danInovasi.

Pelaksanaan kegiatan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan serta Invensidan Inovasi yang berisiko tinggi dan berbahaya wajib memperoleh izin dari PemerintahPusat.

Dalam pelaksanaan pemberian izin Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapanyang berisiko tinggi dan berbahaya dilakukan proses kelayakan etik oleh komisi etiksebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (4).

Untuk melindungi kepentingan, Pemerintah Pusat mengatur perizinan bagi pelaksanaankegiatan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan serta Invensi dan Inovasiyang berisiko tinggi dan berbahaya dengan memperhatikan standar nasional dan ketentuanyang berlaku secara internasional.

69

Page 70: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PENGAWASAN

Pengawasan dilaksanakan untuk memantau perencanaan dan pelaksanaan Penyelenggaraan IlmuPengetahuan dan Teknologi sesuai dengan rencana induk pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah Pusat.

Pengawasan dilakukan oleh Pemerintah Pusat.

Selain melakukan pengawasan di atas, Pemerintah Pusat melakukan pengawasan terhadap kegiatan:a. wajib simpan data primer dan keluaran hasil Penelitian dan Pengembangan;b. pengalihan material;c. Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan serta Invensi dan Inovasi yang dilaksanakan

oleh:1. kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi asing; dan/atau2. orang asing.

d. Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan serta Invensi dan Inovasi yang berisiko tinggidan berbahaya; dan

e. Alih Teknologi.70

Page 71: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MASYARAKAT

71

Page 72: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MASYARAKAT

Masyarakat berperan serta memberikan dukungan dan ikut membentuk iklimyang dapat mendorong perkembangan Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan danTeknologi.

Masyarakat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bertanggung jawab untuk berperanserta mengembangkan profesionalisme dan etika profesi melalui organisasiprofesi ilmiah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Masyarakat umum atau masyarakat Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yangmelakukan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan, serta Invensidan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dapat memperoleh penghargaandari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

72

Page 73: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MASYARAKAT

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk berperanserta dalam melaksanakan kegiatan penguasaan, pemanfaatan, danpemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

Setiap warga negara yang melakukan Penelitian, Pengembangan,Pengkajian, dan Penerapan, serta Invensi dan Inovasi IlmuPengetahuan dan Teknologi dapat memperoleh penghargaan dariPemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.

73

Page 74: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

PERAN DAN TANGGUNG JAWAB MASYARAKAT

Badan Usaha mengalokasikan sebagian pendapatannya untuk peningkatan kemampuanPenelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan, serta Invensi dan/atau Inovasi IlmuPengetahuan dan Teknologi dalam meningkatkan kinerja produksi dan daya saing barang danjasa yang dihasilkan.

Alokasi sebagian pendapatan dapat digunakan dalam lingkungan sendiri dan dapat puladigunakan untuk membentuk jalinan kemitraan dengan unsur Kelembagaan Ilmu Pengetahuandan Teknologi lain.

Badan Usaha yang mengalokasikan sebagian pendapatannya dapat diberi insentif perpajakan,fasilitas kepabeanan, dan/atau bantuan teknis Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, danPenerapan, serta Invensi dan Inovasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sesuai denganketentuan peraturan perundang-undangan.

74

Page 75: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

SANKSI ADMINISTRATIF

75

Page 76: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

SANKSI ADMINISTRATIF

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalamPasal 21, Pasal 40 ayat (2), Pasal 76 huruf b sampai dengan huruf g,dan Pasal 82 ayat (3) dikenai sanksi administratif

Sanksi administratif untuk pelanggaran di atas berupa:a. peringatan tertulis;b. penghentian pembinaan;c. denda administratif;d. pencantuman para pelanggar dalam daftar hitam pelanggaran

Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan; dan/ataue. pencabutan izin.

X

76

Page 77: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

SANKSI ADMINISTRATIF

Setiap orang asing yang melakukan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, danPenerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia tanpa izin sebagaimanadimaksud dalam Pasal 75 ayat (2), dikenai sanksi administratif berupapencantuman dalam daftar hitam orang asing yang melakukan kegiatanPenelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan danTeknologi di Indonesia.

77

Page 78: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

KETENTUAN PIDANA

78

Page 79: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

KETENTUAN PIDANA

Dalam hal orang asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 kembalimelakukan pelanggaran melakukan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian,dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Indonesia tanpa izin,dipidana dengan pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000,00 (empatmiliar rupiah).

Selain pidana pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaku dapatdijatuhi pidana tambahan berupa larangan untuk memperoleh izin Penelitiandi wilayah Negara Republik Indonesia dalam jangka waktu paling lama 5 (lima)tahun

X

79

Page 80: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

Pra Litbangjirap

Komite Etik (Klirens Etik)(sesuai bidang litbangjirap diinstitusi terkait)

PelaksanaanLitbangjirap

Telaah atas ”rencana litbangjirap”

Ps74

Litbangjirap tidakboleh dilaksanakan

Sanksi etikKomite Etik Pelanggaran etik

Sanksi Admin.Pemerintah Pelanggaran Admin

Aparat Hukum Pelanggaran Pidana Sanksi Pidana

KETENTUAN PIDANA

80

Page 81: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

KETENTUAN PIDANA

• Setiap orang yang melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat(3) tanpa izin, dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun ataupidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).

• Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan rusaknyabarang atau benda, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)tahun atau pidana denda paling banyak Rp3.000.000.000 (tiga miliar rupiah).

• Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan lukaberat bagi orang, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)tahun atau pidana denda paling banyak Rp4.000.000.000 (empat miliar rupiah).

• Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengakibatkan orangmati, pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun ataupidana denda paling banyak Rp7.000.000.000 (tujuh miliar rupiah).

81

Page 82: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

KETENTUAN PIDANA

Setiap orang yang tanpa hak atau secara melawan hukum mengalihkanspesimen lokal Indonesia ke luar negeri, baik fisik dan/atau digital tanpadilengkapi dengan perjanjian pengalihan material sebagaimana dimaksuddalam Pasal 77 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)tahun atau pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua miliarrupiah).

Selain pidana pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pelaku dapatdijatuhi pidana tambahan berupa larangan untuk memperoleh izin Penelitiandi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam jangka waktu tertentu.

X

82

Page 83: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

KETENTUAN PIDANA

• Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93, Pasal94, dan Pasal 95 dilakukan oleh Badan Usaha, tuntutan dan penjatuhanpidana dilakukan terhadap Badan Usaha dan/atau pengurusnya.

• Pidana pokok yang dapat dijatuhkan terhadap Badan Usaha hanyapidana denda, dengan ketentuan maksimum pidana sebagaimanadimaksud dalam Pasal 93, Pasal 94, dan Pasal 95 masing-masingditambah 1/3 (sepertiga).

• Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (2), BadanUsaha dapat dijatuhi pidana tambahan berupa pencabutan izin.

83

Page 84: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

KETENTUAN PENUTUP

84

Page 85: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

KETENTUAN PENUTUP

• Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang- Undang Nomor 18Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, danPenerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Lembaran Negara RepublikIndonesia Tahun 2002 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219),dicabut dan dinyatakan tidak Berlaku Pada saat Undang-Undang ini mulaiberlaku, semua peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturanpelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang SistemNasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan danTeknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 84,Tambahan Lembaran Negara Nomor 4219), dinyatakan masih tetap berlakusepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.

• Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus ditetapkan paling lama2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan

85

Page 86: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

MATERI PERATURAN PEMERINTAH YANG MERUPAKAN PERATURAN PELAKSANAAN UU SISNAS IPTEK (1)

1. Peran Ilmu Pengetahuan dan Teknologi sebagai landasan dalam perencanaan pembangunan nasionaldi segala bidang kehidupan yang berpedoman pada haluan ideologi Pancasila dan kedudukan IlmuPengetahuan dan Teknologi (Pasal 7)

2. Rencana induk pemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pasal 12)

3. Pelaksanaan Kliring Teknologidan Audit Teknologi (Pasal 25 ayat (3))

4. Pengukuran tingkat kesiapterapan Teknologi (Pasal 26 ayat (3))

5. Alih Teknologi (Pasal 29 ayat (5))

6. Invensi dan Inovasi (Pasal 34 ayat (4))

7. Kode etik Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan dan komisi etik (Pasal 39 ayat (6))

8. Wajib serah dan wajib simpan (Pasal 40 ayat (9))

9. Hasil Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan yang wajib digunakan sebagai landasanilmiah dalam perumusan dan penetapan kebijakan pembangunan nasional (Pasal 41 ayat (2))

10. Batas usia pension peneliti dan perekayasa dan syarat pengaryaan dalam Penelitian, Pengembangan,Pengkajian, dan Penerapan, serta Invensi dan Inovasi (Pasal 53 ayat (3))

11. Kualifikasi profesi bagi peneliti, perekayasa, dan sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan danTeknologi lainnya (Pasal 56 ayat (4)

86

Page 87: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

MATERI PERATURAN PEMERINTAH YANG MERUPAKAN PERATURAN PELAKSANAAN UU SISNAS IPTEK (2)

12. Pelindungan sumber daya manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pasal 57 ayat (3))

13. Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pasal 70)

14. Pengelolaan Invensi dan Inovasi sebagai hasil Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan(pasal 73 ayat (3))

15. Pemberian izin Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan (Pasal 75 ayat (4))

16. Pengalihan material (Pasal 77 ayat (3))

17. Registrasi lembaga penelitian dan pengembangan serta lembaga pengkajian dan penerapan (Pasal82 ayat (4))

18. Pembinaan Kelembagaan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Sumber Daya Ilmu Pengetahuan danTeknologi, jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pasal 83 ayat (5))

19. Perizinan Pelaksanaan kegiatan Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan serta Invensidan Inovasi yang berisiko tinggi dan berbahaya (Pasal 85 ayat (5))

20. Pengawasan Penyelenggaraan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pasal 86 ayat (4))

21. Peran dan tanggung jawab masyarakat (Pasal 90)

22. Tata cara pengenaan sanksi administratif (Pasal 91 ayat (3))

87

Page 88: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

MATERI PERATURAN PRESIDEN YANG MERUPAKAN PERATURAN PELAKSANAAN UU SISNAS IPTEK

Badan riset dan inovasi nasional (Pasal 48 ayat (3))

Pengelolaan dana abadi Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan

Penerapan untuk menghasilkan Invensi dan Inovasi (Pasal 62 ayat (6))

Sistem informasi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi nasional (Pasal 78

ayat (5))

1

2

3

88

Page 89: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan RegulasiUrgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian Dana

Penelitian

1. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Peran Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi sebagai Landasan dalam Perencanaan Pembangunan

Nasional di Segala Bidang Kehidupan yang Berpedoman pada

Haluan Ideologi Pancasila dan Kedudukan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 5 huruf a dan Pasal 6 Undang-

Undang tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi**

2. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Rencana Induk Pemajuan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, dan Pasal 11

Undang-Undang tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

3. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kliring Teknologi dan

Audit Teknologi

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 25 ayat (3) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

4. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengukuran Tingkat

Kesiapterapan Teknologi

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26 ayat (3) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

5. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Alih Teknologi Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 29 ayat (5) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

6. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Invensi dan Inovasi Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 34 ayat (4) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

7. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kode Etik Penelitian,

Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan dan Komisi Etik

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 39 ayat (6) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

8. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Wajib Serah dan Wajib

Simpan

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 40 ayat (9) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Peraturan Pelaksanaan UU Sisnas Iptek

Keterangan:

** = RPP nomor 1 sampai dengan 22 dapat disimplikasi menjadi 1 PP pelaksanaan UU Sisnas Iptek atau beberapa PP

(menyesuaikan arahan BPHN Kementerian Hukum dan HAM dalam pengusulan Progsun RPP Tahun 2020).

89

Page 90: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

Peraturan Pelaksanaan UU Sisnas Iptek

Keterangan:

** = RPP nomor 1 sampai dengan 22 dapat disimplikasi menjadi 1 PP pelaksanaan UU Sisnas Iptek atau beberapa PP

(menyesuaikan arahan BPHN Kementerian Hukum dan HAM dalam pengusulan Progsun RPP Tahun 2020).

No. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan RegulasiUrgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian Dana

Penelitian

9. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Hasil Penelitian,

Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan yang Wajib Digunakan

sebagai Landasan Ilmiah dalam Perumusan dan Penetapan

Kebijakan Pembangunan Nasional

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 41 ayat (2) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

10. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Batas Usia Pensiun

Peneliti dan Perekayasa dan Syarat Pengaryaan dalam Penelitian,

Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan, serta Invensi dan

Inovasi

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

11. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kualifikasi Profesi Bagi

Peneliti, Perekayasa, dan Sumber Daya Manusia Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi Lainnya

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 56 ayat (4) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

12. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelindungan Sumber

Daya Manusia Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 57 ayat (3) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

13. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Sumber Daya Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 70 Undang-Undang tentang Sistem

Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

14. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Invensi dan

Inovasi sebagai hasil Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan

Penerapan

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 73 ayat (3) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

15. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pemberian izin

Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 75 ayat (4) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

16. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengalihan Material Untuk melaksanakan ketentuan 77 ayat (3)Undang-Undang tentang Sistem

Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

90

Page 91: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

Keterangan:

** = RPP nomor 1 sampai dengan 22 dapat disimplikasi menjadi 1 PP pelaksanaan UU Sisnas Iptek atau beberapa PP

(menyesuaikan arahan BPHN Kementerian Hukum dan HAM dalam pengusulan Progsun RPP Tahun 2020).

Peraturan Pelaksanaan UU Sisnas IptekNo. Arah Kerangka Regulasi dan/atau Kebutuhan Regulasi

Urgensi Pembentukan Berdasarkan Evaluasi Regulasi Eksisting, Kajian Dana

Penelitian

17. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Registrasi Lembaga

Penelitian dan Pengembangan serta Lembaga Pengkajian dan

Penerapan

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 82 ayat (4) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

18. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pembinaan Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 83 ayat (5) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

19. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Perizinan Kegiatan

Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan serta

Invensi dan Inovasi yang Berisiko Tinggi dan Berbahaya

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 85 ayat (5) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

20. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pengawasan Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 86 ayat (4) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

21. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Peran dan Tanggung

Jawab Masyarakat

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 90 Undang-Undang tentang Sistem

Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

22. Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Tata Cara Pengenaan

Sanksi Administratif

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 91 ayat (3) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

23. Rancangan Peraturan Presiden tentang Badan Riset dan Inovasi

Nasional

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 48 ayat (3) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

24. Rancangan Peraturan Presiden tentang Pengelolaan Dana Abadi

Penelitian, Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan untuk

Menghasilkan Invensi dan Inovasi

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 62 ayat (6) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

25. Rancangan Peraturan Presiden tentang Sistem Informasi Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi Nasional

Untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78 ayat (5) Undang-Undang tentang

Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

91

Page 92: UNDANG-UNDANG NOMOR - risbang.ristekdikti.go.id · HISTORI PEMBAHASAN RUU SISNAS IPTEK Raker RUU SisnasIptek antara Pemerintah dengan DPR 30 Agustus 2017 20 September 2017 RDPU DPR

TERIMA KASIH

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan TinggiRepublik Indonesia

Agustus 2019 92