UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2017 TENTANG...
Transcript of UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2017 TENTANG...
UNDANG-UNDANG NO.7 TAHUN 2017
TENTANG
PEMILIHAN UMUM
KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA
Disampaikan oleh:
Dr. Drs. Bahtiar, M.Si.
DIREKTUR POLITIK DALAM NEGERI
DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
Surakarta, 26 Agustus 2017
NAMA : Dr. Drs. Bahtiar, M.Si. TTL : Bone, 16 Januari 1973 NIP : 19730116 199302 1 002 JABATAN : Direktur Politik Dalam Negeri PENDIDIKAN : D3 Ilmu Pemerintahan : STPDN – BDG S1 Ilmu Pemerintahan : IIP – Jkt S2 Ilmu Pemerintahan : UNPAD – BDG S3 Ilmu Pemerintahan : UNPAD – BDG KANTOR : Jl. Medan Merdeka Utara No 7, Jakarta Pusat, Gedung F Lantai 5 Direktorat Politik Dalam Negeri Ditjen Politik dan Pemerintahan Umum
2
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
3
SUBSTANSI PEMILU
1. Sarana kedaulatan rakyat. Pemilu dihadirkan sebagai instrumen untuk memastikan adanya transisi dan rotasi kekuasaan berjalan demokratis.
2. Sarana pendorong akuntabilitas dan kontrol publik terhadap negara. 3. Pemilu punya 4 (empat) fungsi:
• sarana membangun legitimasi; • sarana penguatan dan sirkulasi elit secara periodik; • sarana menyediakan perwakilan; dan • sarana pendidikan politik.
4. Unsur pemilu • Aktor (penyelenggara pemilu, pemilih, peserta pemilu, serta calon dan
pasangan calon) • Sistem Pemilihan (waktu penyelenggaraan, daerah pemilihan, metode
pencalonan, ambang batas perwakilan, formula perolehan kursi dan penetapan calon terpilih)
• Manajemen dan pelaksanaan (perencanaan dan penganggaran, persiapan, dan pelaksanaan tahapan)
• Penegakan hukum (pengawasan, penyelesaian pelanggaran, penyelesaian perselisihan, dan pemantauan)
TUJUAN PENYATUAN UU PEMILU
Melaksanakan Putusan MK No.14/PUU-XI/2013, bahwa Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD serta Pemilu Presiden dan Wakil Presiden tahun 2019 dilaksanakan secara bersamaan. [Penggabungan 3 Undang-Undang, yaitu: UU 42/2008 ttg Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden; UU 8/2012 ttg Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD; dan UU 15/2011 ttg Penyelenggara Pemilihan Umum]
Mereview substansi 3 Undang Undang tersebut guna menyesuaikan kebutuhan pengaturan Pemilu yang dilaksanakan secara bersamaan dalam Undang-Undang Pemilu.
PERTAMA
Menyusun kerangka besar penggabungan dengan tetap berpegang pada logika (pengaturan) Pemilu yaitu asas dan tujuan yang dijabarkan ke dalam pengaturan secara runtut.
KEDUA
KETIGA
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
4
• memperkuat sistem ketatanegaraan yang demokratis; • mewujudkan Pemilu yang adil dan berintegritas; • menjamin konsistensi pengaturan sistem Pemilu; • memberikan kepastian hukum dan mencegah duplikasi dalam pengaturan Pemilu; dan • mewujudkan Pemilu yang efektif dan efisien.
KEEMPAT
• Pilpres dan Pileg Serentak • Alokasi Kursi dan Dapil • Metode konversi suara ke kursi • Sistem Pemilu • Ambang Batas Parlemen • Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden
Stabilitas dan Efektifitas Pemerintahan
• Peningkatan partisipasi masyarakat • Masyarakat sadar politik • Kualitas pilihan politik masyarakat
Presiden dengan legitimasi yang kuat dan dukungan yang memadai dari partai di DPR
• Kelembagaan partai yang kuat • Kaderisasi baik • Rekruitmen baik
• Mandiri dan berintegritas • Kelembagaan kuat • Dukungan sekretariat kuat
GRAND DESIGN PEMILU SERENTAK
SISTEM PRESIDENSIIL
PRESIDEN
PEMILU
PARTAI POLITIK PENYELENGGARA PEMILU MASYARAKAT
checks and balances
DPR yang fungsional dan proporsional
DPR
5
PENGUATAN KELEMBAGAAN, KEWENANGAN, DAN TATA KELOLA PENYELENGGARA PEMILU
A. KPU
Masa jabatan ketua dan anggota KPU adalah selama 5 (lima) tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali, hanya untuk satu kali masa jabatan pada level yang sama.
Penataan jumlah keanggotaan KPU prov dan KPU kab/kota dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah administrasi pemerintahan (anggota KPU Prov: 5 atau 7; anggota KPU Kab/Kota: 3 atau 5).
Kewenangan: mengangkat, membina, dan memberhentikan jajaran KPU di bawahnya; serta melakukan pemutakhiran dan memelihara data pemilih secara berkelanjutan dengan memperhatikan data kependudukan.
Penguatan kelembagaan Sekretariat KPU: Sekjen KPU dibantu paling banyak 3 deputi dan 1 inspektur utama.
6
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
B. BAWASLU
Masa jabatan ketua dan anggota Bawaslu adalah selama 5 (lima) tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali, hanya untuk satu kali masa jabatan pada level yang sama.
Penataan jumlah keanggotaan Bawaslu prov dan Bawaslu kab/kota dengan mempertimbangkan jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah administrasi pemerintahan. (anggota Bawaslu Prov: 5 atau 7; anggota Bawaslu Kab/Kota: 3 atau 5)
Kewenangan: mendiskualifikasi peserta pemilu yang melakukan pelanggaran terstruktur, masif, dan sistematis; memutus pelanggaran administratif; menyelesaikan sengketa proses Pemilu (melalui mediasi dan adjudikasi); menerima pendaftaran pemantau pemilu; melatih saksi partai politik; dan mengajukan pengujian Peraturan KPU kepada MA.
Penguatan kelembagaan Sekretariat Bawaslu: Sekjen Bawaslu dibantu paling banyak 3 deputi dan 1 inspektur utama
7
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
C. DKPP
Anggota DKPP 7 orang terdiri dari: 1 orang ex officio dari unsur KPU; 1 orang ex officio dari unsur Bawaslu; dan 5 orang tokoh masyarakat (diusulkan Presiden 2 orang dan DPR 3 orang).
Kewenangan: dapat membentuk Tim Pemeriksa Daerah yang anggotanya terdiri dari unsur DKPP, KPU Provinsi, Bawaslu Provinsi, dan tokoh masyarakat yang dapat memutus pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu yang ad hoc.
Penguatan kelembagaan Sekretariat DKPP: Sekretariat DKPP dipimpin oleh Sekretaris.
8
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
9
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PROSES PELAKSANAAN PEMILU
PENDAFTARAN PARTAI POLITIK
PESERTA PEMILU (18 bulan sebelum
hari H)
PENETAPAN PARTAI POLITIK PESERTA
PEMILU
MASA TENANG (3 hari sebelum hari
H)
KAMPANYE (3 hari setelah
penetapan DCT s/d masa tenang)
PENETAPAN PASANGAN CALON
PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SERTA DCT ANGGOTA DPR, DPD,
DAN DPRD
PENGUSULAN PASANGAN CALON PRESIDEN DAN
WAKIL PRESIDEN (8 bulan sebelum hari H)
SERTA CALON ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD
(9 bulan sebelum hari H)
AWAL TAHAPAN PEMILU
(20 bulan sebelum hari H)
VERIFIKASI PARTAI POLITIK PESERTA
PEMILU (14 bulan sebelum
hari H)
PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN
SUARA (April 2019)
REKAPITULASI SUARA: • PPK • KPU Kab/Kota (20 hari
setelah hari H) • KPU Prov (25 hari setelah
hari H) • KPU (35 hari setelah hari
H)
PENETAPAN PEMENANG
GUGATAN PERSELISIHAN HASIL
PEMILU KE MK
10
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PENYUSUNAN DAFTAR PEMILIH
SINKRONISASI DATA PEMILIH
(selama 2 bulan)
PENYUSUNAN DPS
(1 bulan sejak pemutakhiran data pemilih berakhir)
PENYAMPAIAN SALINAN DPT KEPADA
PARPOL (7 hari sejak DPT
ditetapkan)
PENYUSUNAN DPT (7 hari sejak DPS hasil
perbaikan)
PENGUMUMAN DAN MASUKAN
MASYARAKAT ATAS DPS HASIL
PERBAIKAN (selama 7 hari)
PENGUNGUMAN DAN MASUKAN
MASYARAKAT ATAS DPS
(selama 14 hari)
PEMERINTAH (DAK2, DP4 dan WNI di
luar negeri)
• DAK2 (16 bulan sebelum hari H) • WNI di luar negeri (16 bulan
sebelum hari H) • DP4 (14 bulan sebelum hari H) • Data kependudukan (setiap 6
bulan)
KPU
DATA KEPENDUDUKAN
PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH
(selama 4 bulan)
PERBAIKAN DPS (14 hari sejak
masukan masyarakat berakhir)
TAHAPAN PEMILU Pelaksanaan Pentahapan dilaksanakan 20 bulan sebelum hari pemungutan suara. KETERANGAN : • Pentahapan pemilu dimulai pada bulan Agustus 2017 dan Pemungutan suara dilaksanakan
pada Bulan April 2019
PERSYARATAN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU Sesuai dengan UU No. 8 Tahun 2012 • berstatus badan hukum sesuai dengan Undang-Undang tentang Partai Politik • memiliki kepengurusan di seluruh provinsi • memiliki kepengurusan di 75% jumlah kab/kota di provinsi yang bersangkutan • memiliki kepengurusan di 50% jumlah kec di kab/kota yang bersangkutan • menyertakan sekurang-kurangnya 30% keterwakilan perempuan pada kepengurusan partai
politik tingkat pusat.
KETERANGAN: • Syarat peserta pemilu sama dengan syarat pemilu sebelumnya. • Pendaftaran partai politik peserta pemilu dimulai 18 bulan sebelum hari pemungutan suara.
11
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PELAKSANAAN PEMILU
• Jika terjadi perselisihan kepengurusan Parpol, kepengurusan Parpol tingkat Pusat yg menjadi Peserta Pemilu dan dapat mendaftarkan Paslon dan caleg merupakan kepengurusan Parpol tingkat Pusat yg sudah memperoleh putusan Mahkamah Partai atau nama lain dan didaftarkan serta ditetapkan dengan keputusan Menkumham.
• Jika masih terdapat perselisihan atas putusan Mahkamah Partai atau nama lain, kepengurusan Parpol tingkat Pusat yang menjadi Peserta Pemilu dan dapat mendaftarkan Paslon dan caleg merupakan kepengurusan yang sudah memperoleh putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan didaftarkan serta ditetapkan dengan keputusan Menkumham.
• Putusan Mahkamah Partai atau nama lain dan/atau putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap wajib didaftarkan ke Kemenkumham paling lambat 30 hari kerja terhitung sejak terbentuknya kepengurusan yang baru dan wajib ditetapkan dengan keputusan Menkumham paling lambat 7 hari kerja terhitung sejak diterimanya persyaratan.
• Jika pendaftaran dan penetapan kepengurusan Parpol belum selesai, sementara batas waktu pendaftaran Paslon dan caleg di KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota akan berakhir, kepengurusan Parpol yang menjadi Peserta Pemilu dan dapat mendaftarkan Paslon dan caleg adalah kepengurusan Parpol yang tercantum dalam keputusan terakhir Menkumham.
12
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PERSELISIHAN PENGURUS PARPOL
ALOKASI KURSI PER DAPIL Prinsip penataan dapil: kesetaraan nilai suara, ketaatan pd sistem Pemilu yg proporsional, proporsionalitas,
integralitas wilayah, berada dlm cakupan wilayah yg sama, kohesivitas, dan kesinambungan.
Alokasi kursi per dapil DPR RI: 3 – 10 kursi; DPRD Prov/Kab/kota: 3 – 12 kursi
Daerah pemilihan DPR RI dan DPRD Prov menjadi lampiran UU
Jumlah kursi DPRD Prov:
a. Jumlah penduduk sampai dengan 1 juta = 35 kursi
b. Jumlah penduduk 1 juta – 3 juta = 45 kursi
c. Jumlah penduduk 3 juta – 5 juta = 55 kursi
d. Jumlah penduduk 5 juta – 7 juta = 65 kursi
e. Jumlah penduduk 7 juta – 9 juta = 75 kursi
f. Jumlah penduduk 9 juta – 11 juta = 85 kursi
g. Jumlah penduduk 11 juta – 20 juta = 100 kursi
h. Jumlah penduduk lebih dari 20 juta = 120 kursi
Daerah pemilihan DPRD Kab/Kota ditetapkan dengan Keputusan KPU
a. Jumlah penduduk sampai dengan 100 ribu = 20 kursi
b. Jumlah penduduk 100 ribu – 200 ribu = 25 kursi
c. Jumlah penduduk 200 ribu – 300 ribu = 30 kursi
d. Jumlah penduduk 300 ribu – 400 ribu = 35 kursi
e. Jumlah penduduk 400 ribu – 500 ribu = 40 kursi
f. Jumlah penduduk 500 ribu – 1 juta = 45 kursi
g. Jumlah penduduk 1 juta – 3 juta = 50 kursi
h. Jumlah penduduk lebih dari 3 juta = 55 kursi
13
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
14
• Pencalonan presiden dan wakil presiden ditentukan dengan batasan minimal 20% kursi DPR RI atau 25% suara sah pada Pemilu DPR sebelumnya.
• Pendaftaran Pasangan Calon paling lambat 8 bulan sebelum hari pemungutan suara.
PENCALONAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN
• Jumlah keseluruhan Paslon yang diusulkan minimal berjumlah 2 Paslon. • KPU menolak pendaftaran Paslon jika : pendaftaran 1 Paslon diajukan oleh gabungan seluruh
Parpol atau pendaftaran 1 Paslon diajukan oleh gabungan parpol yang mengakibatkan gabungan Parpol lainnya tidak dapat mendaftarkan Paslon.
• Jika terdapat 1 Paslon, KPU memperpanjang jadwal pendaftaran selama 7 hari. • Partai politik atau Gabungan Partai Politik yang memenuhi syarat mengajukan Pasangan Calon
tidak mengajukan bakal Pasangan Calon, partai politik bersangkutan dikenai sanksi tidak mengikuti Pemilu berikutnya.
• Dalam hal telah dilaksanakan perpanjangan pendaftaran masih terdapat 1 Pasangan Calon, tahapan pelaksanaan Pemilu tetap dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Undang-Undang ini.
ANTISIPASI PASANGAN CALON TUNGGAL
• Pendaftaran calon anggota DPR, DPD, dan DPRD paling lambat 9 bulan sebelum hari pemungutan suara.
PENCALONAN ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
15
• pertemuan terbatas; (3 hari sejak penetapan DCT s.d masa tenang) • pertemuan tatap muka; (3 hari sejak penetapan DCT s.d masa tenang) • penyebaran bahan Kampanye Pemilu kepada umum; (3 hari sejak penetapan DCT s.d masa tenang) • pemasangan alat peraga di tempat umum; (difasilitasi KPU yang dapat dibiayai APBN) (3 hari sejak
penetapan DCT s.d masa tenang) • media sosial; (3 hari sejak penetapan DCT s.d masa tenang) • iklan media massa cetak, media massa elektronik, dan internet; (difasilitasi KPU yang dapat dibiayai APBN) • rapat umum; (21 hari s.d masa tenang) • debat Pasangan Calon tentang materi Kampanye Pasangan Calon; (difasilitasi KPU yang dapat dibiayai APBN)
(21 hari s.d masa tenang) • kegiatan lain yang tidak melanggar larangan Kampanye Pemilu dan ketentuan peraturan perundang-
undangan
METODE KAMPANYE
KAMPANYE PEMILU
• Dana kampanye Pilpres: a. Perseorangan maksimal 2,5 M b. kelompok, perusahaan, atau badan usaha nonpemerintah maksimal 25 M
• Dana kampanye DPR dan DPRD: a. Perseorangan maksimal 2,5 M b. kelompok, perusahaan, atau badan usaha nonpemerintah maksimal 25 M
• Dana kampanye DPD; a. Perseorangan maksimal 750 juta b. kelompok, perusahaan, atau badan usaha nonpemerintah maksimal 1,5 M
DANA KAMPANYE
16
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PEMUNGUTAN SUARA
kotak suara; surat suara; tinta; bilik pemungutan suara; segel; alat untuk mencoblos pilihan; tempat pemungutan suara.
Pemungutan suara Pemilu diselenggarakan secara serentak.
Hari, tanggal, & waktu pemungutan suara Pemilu ditetapkan dengan keputusan KPU.
Pemilih yang berhak mengikuti pemungutan suara di TPS meliputi: pemilik KTP elektronik yang
terdaftar pada DPT di TPS yang bersangkutan;
pemilik KTP elektronik yang terdaftar pada daftar pemilih tambahan;
pemilik KTP elektronik yang tidak terdaftar pada DPT dan daftar pemilih tambahan; dan
penduduk yang telah memiliki hak pilih.
PEMUNGUTAN SUARA [Secara serentak April 2019]
PERLENGKAPAN PEMUNGUTAN SUARA
Presiden dan Wakil Presiden • Foto • Nama • Nomor Urut • Tanda Gambar Parpol (Gabungan
Parpol) Pengusung Pasangan Calon.
DPR, DPRD Prov, dan DPRD Kab/Kota: • Tanda Gambar Parpol • Nomor Urut Parpol untuk setiap
Dapil • Nomor urut dan nama caleg
DPD • Pas Foto • Nama Calon untuk setiap Dapil
SURAT SUARA
Pemilih untuk setiap TPS paling banyak 500 (lima ratus) orang
Presiden dan Wakil Presiden • tanda coblos pada nomor urut,
foto, nama salah satu Paslon, tanda gambar parpol, dan/atau tanda gambar gabungan parpol.
DPR dan DPRD : • tanda coblos pada nomor atau
tanda gambar parpol berada pada kolom yang disediakan.
DPD • tanda coblos terdapat pada 1
(satu) calon perseorangan.
SUARA SAH
• Sistem Proporsional Terbuka, kesempatan kepada pemilih untuk memilih calegnya secara langsung.
• Penentuan caleg terpilih ditentukan dengan perolehan suara terbanyak masing-masing caleg.
SISTEM PEMILU
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
17
• ambang batas parlemen sebesar 4% DPR RI. • Untuk DPRD Prov/Kab/Kota tidak diterapkan ambang batas parlemen.
AMBANG BATAS PARLEMEN
METODE KONVERSI SUARA KE KURSI
METODE SAINTE LAGUE (Murni) • Metode Sainte Lague dengan bilangan pembagi 1; 3; 5; 7; … dst. • Penghitungan jumlah kursi yang didapat sama dengan Metode Kuota Hare,
yang membedakan adalah bilangan pembaginya. • Deviasi (penyimpangan) keadilannya rendah. • Suara terbuang lebih sedikit. • Metode Sainte Lague termasuk metode penghitungan yang efektif dan
efisien. Hal ini dikarenakan oleh metode penghitungan Sainte Lague ini menyediakan cara perhitungan perolehan suara kursi partai yang sederhana dan berlangsung dalam satu tahap perhitungan.
• Metode ini bisa menghilangkan munculnya potensi adanya sisa kursi yang tidak terbagi habis dalam satu kali tahap perhitungan seperti yang muncul dalam metode Quota Hare atau proses 3 (tiga) tahap pada metode konversi suara ke kursi Pemilu sebelumnya.
18
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
LANGKAH-LANGKAH PENGHITUNGAN SUARA-KURSI
METODE DIVISOR SAINTE LAGUË
LANGKAH 1 TENTUKAN JUMLAH PEROLEHAN SUARA SAH SETIAP PARTAI POLITIK DI DAPIL
YANG MEMENUHI AMBANG BATAS PARLEMEN 4 PERSEN
LANGKAH 2 HITUNG PEROLEHAN SUARA SAH SETIAP PARTAI POLITIK DI DAPIL TERSEBUT
DENGAN BILANGAN PEMBAGI TETAP YANG DIMULAI DENGAN ANGKA 1; 3; 5; 7
LANGKAH 3 SETELAH DIKETAHUI HASIL PEMBAGIAN SUARA SAH SETIAP PARTAI POLITIK
DENGAN BILANGAN PEMBAGI TETAP YANG TELAH DITENTUKAN. TENTUKAN
PERINGKAT HASIL PEMBAGIAN YANG TELAH DITENTUKAN MULAI YANG TERTINGGI
HINGGA TERENDAH SESUAI JUMLAH KURSI YANG DISEDIAKAN DI DAPIL
LANGKAH 4 BAGIKAN KURSI YANG DISEDIAKAN DI DAPIL KEPADA SETIAP PARTAI POLITIK
SECARA BERURUTAN BERDASARKAN PERINGKAT YANG TELAH DISUSUN, MULAI
PERINGKAT YANG TERBESAR HINGGA YANG TERKECIL, SAMPAI DENGAN KURSI
HABIS TERBAGI
19
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
METODE SAINTE LAGUE (MURNI)
20
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
NO PARTAI SUARA SAH BP 1 BP 3 BP 5 TOTAL 1 A 94.200 94.200 31.400 18.840 2 B 101.120 101.120 33.707 20.224 1 KURSI 3 C 301.870 301.870 100.623 60.374 1 KURSI 4 D 205.569 205.569 68.523 41.114 1 KURSI 5 E 302.000 302.000 100.667 60.400 1 KURSI 6 F 263.621 263.621 87.874 52.724 1 KURSI 7 G 305.713 305.713 101.904 61.143 2 KURSI 8 H 199.074 199.074 66.358 39.815 1 KURSI 9 I 148.421 148.421 49.474 29.684 1 KURSI
10 J 205.410 205.410 68.470 41.082 1 KURSI TOTAL 2.126.998 10 KURSI
METODE KUOTA HARE (PEMILU 2014)
21
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
NO PARTAI SUARA SAH BPP TAHAP I TAHAP II TOTAL 1 A 94.200 212.700 94.200 1 KURSI 2 B 101.120 101.120 1 KURSI 3 C 301.870 301.870 89.170 1 KURSI 4 D 205.569 205.569 1 KURSI 5 E 302.000 302.000 89.300 1 KURSI 6 F 263.621 263.621 50.921 1 KURSI 7 G 305.713 305.713 93.013 1 KURSI 8 H 199.074 199.074 1 KURSI 9 I 148.421 148.421 1 KURSI
10 J 205.410 205.410 1 KURSI TOTAL 2.126.998 4 KURSI 6 KURSI 10 KURSI
PERBANDINGAN KUOTA HARE DAN SAINTE LAGUE
22
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
NO PARTAI SUARA SAH KUOTA HARE ST. LAGUE 1 A 94.200 1 KURSI 2 B 101.120 1 KURSI 1 KURSI 3 C 301.870 1 KURSI 1 KURSI 4 D 205.569 1 KURSI 1 KURSI 5 E 302.000 1 KURSI 1 KURSI 6 F 263.621 1 KURSI 1 KURSI 7 G 305.713 1 KURSI 2 KURSI 8 H 199.074 1 KURSI 1 KURSI 9 I 148.421 1 KURSI 1 KURSI
10 J 205.410 1 KURSI 1 KURSI TOTAL 2.126.998 10 KURSI 10 KURSI
23
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PELANGGARAN PEMILU
Pemilih/ Pemantau
Pemilu/ Peserta Pemilu
Bawaslu, Bawaslu Prov, Bawaslu
Kab/Kota, Panwaslu
Kecamatan, Panwaslu Desa/Kel,
Panwaslu LN, dan Pengawas TPS
Terbukti
Tidak Terbukti
Pelanggaran Kode Etik
Pelanggaran Administratif
DKPP Rehabilitasi
Sanksi
KPU Sanksi administratif pembatalan calon anggota DPR, DPD, DPRD
prov, DPRD kab/kota, dan Paslon
Menerima Tidak
Menerima
MA
Membatalkan Keputusan KPU
Penetapan Keputusan KPU
KPU menetapkan
kembali calon anggota DPR,
DPD, DPRD prov, DPRD
kab/kota, dan Paslon
Pelanggaran terstruktur,
sistematis, dan masif
Pelanggaran Kode Etik Penyelenggara Pemilu merupakan pelanggaran terhadap etika Penyelenggara Pemilu yang berpedomankan pada sumpah dan/atau janji sebelum menjalankan tugas sebagai Penyelenggara Pemilu.
Pelanggaran administratif Pemilu meliputi pelanggaran terhadap tata cara, prosedur, dan mekanisme yang berkaitan dengan administrasi pelaksanaan Pemilu dalam setiap tahapan Penyelenggaraan Pemilu.
Bukan pelanggaran
Pemilu
• Diproses bawaslu sesuai kewenanganannya
• Diteruskan kpd instansi yg berwenang
Tim Pemeriksa Daerah
24
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
SENGKETA PROSES PEMILU
Pelapor
Bawaslu, Bawaslu Prov, dan Bawaslu
Kab/Kota
Keputusan Bawaslu bersifat terakhir dan
mengikat
Sengketa proses Pemilu meliputi sengketa yang terjadi antar Peserta Pemilu dan sengketa Peserta Pemilu dengan Penyelenggara Pemilu sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan KPU, Keputusan KPU Provinsi, dan Keputusan KPU Kabupaten/Kota.
Sengketa terkait: penetapan Parpol
Peserta Pemilu; penetapan DCT
anggota DPR, DPD, DPRD; dan
penetapan Paslon
Pengadilan Tata Usaha
Negara
Putusan bersifat final dan mengikat
Adjudikasi
Mediasi
25
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
PERSELISIHAN HASIL PEMILU
Peserta Pemilu
Mahkamah Konstitusi
Putusan MK bersifat final dan mengikat
KPU wajib tindak lanjuti
Perselisihan hasil Pemilu meliputi perselisihan antara KPU dan Peserta Pemilu mengenai penetapan perolehan suara hasil Pemilu secara nasional.
26
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
TINDAK PIDANA PEMILU
Pelapor
Bawaslu, Bawaslu Prov, Bawaslu
Kab/Kota Polri
Penuntut Umum
Pengadilan Tinggi
Putusan Putusan
KPU, KPU Provinsi, dan
KPU Kabupaten/ Kota
Final Mengikat
Bawaslu
Polri
Kejaksaan Agung
Sentra Penegakan
Hukum Terpadu
Sekretariat
Pengadilan Negeri
KEMENTERIAN DALAM NEGERI
27
1. Penataan sistem pemilu adalah bagian dari upaya
membangun sistem politik dalam negeri yang sehat,
berdaulat, dan bermanfaat bagi kemajuan masyarakat,
bangsa, dan negera.
2. Dalam setiap sistem pemilu selalu terdapat keunggulan dan
sekaligus kelemahan. Yang diperlukan adalah kecocokan
dan keselarasan dengan misi dan tujuan pemilu.
3. Kemandirian parpol adalah prasyarat bagi sistem kepartaian
modern dan profesional.
4. Pendidikan politik adalah tanggung jawab semua pihak.
5. Politik uang adalah masalah penting yg harus diberantas
Bagaimana menciptakan komitmen bersama.
CATATAN
28 28
SUMATERAKALIMANTAN
JAVA
IRIAN JAYA
TERIMA KASIH