ulkus.docx
description
Transcript of ulkus.docx
SMF/Lab Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Referat
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Jenis Ulkus dan Penatalaksanaannya(Ulkus Diabetik, Ulkus pada Kusta
& Ulkus Dekubitus)
Disusun Oleh
Emie Erliyani
04.45419.00209.09
Pembimbing
dr. Darwis Toena, Sp.KK
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada
SMF/Lab Kesehatan Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2011
1
Abstrak
Ulkus merupakan kerusakan jaringan yang melebihi stratum papilare. Ulkus sering terjadi pada ekstremitas. Dari 4 jenis ulkus pada tungkai, ulkus neurotopik yang sering ditemui sehari-hari dengan penyebab berupa diabetes mellitus dan kusta. Ulkus lain yang sering dialami pasien dengan adalah ulkus dekubitus, terutama bagi pasien yang mendapat tekanan dalam jangka waktu lama. Prognosis ketiga ulkus ini kurang baik karena sering residif, oleh karena itu perlu penatalaksanaan yang tepat. Ulkus diabetik, ulkus pada kusta dan ulkus dekubitus yang akan dibahas dalam makalah ini.
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ulkus adalah kerusakan lokal atau ekskavasi, permukaan organ atau jaringan yang
ditimbulkan oleh terkelupasnya jaringan.1 Ulkus lebih dalam daripada ekskoriasi
(ekskoriasi mencapai stratum papilare). Ulkus sering menyerang ekstremitas bawah
maupun ekstremitas atas karena beberapa sebab seperti infeksi, gangguan pembuluh
darah, kelainan saraf dan keganasan.2
Ulkus yang terdapat pada tungkai disebut dengan ulkus kruris. Ulkus kruris
dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu ulkus neurotrofik, ulkus venosum, ulkus
arteriosum dan ulkus tropikum.2 Di Amerika Serikat, hampir 2,5 juta orang menderita
ulkus kruris. Di negara tropis, insiden ulkus kruris didominasi oleh ulkus neurotropik dan
ulkus varikosum.3
Ulkus neurotropik sering disebabkan oleh penyakit tertentu seperti diabetes mellitus
(ulkus diabetik) dan Morbus Hansen (MH) atau kusta (ulkus pada Kusta). Seiring dengan
bertambahnya penderita diabetes mellitus maka insiden ulkus neurotropik akan
bertambah karena penderita diabetes mellitus berisiko 29x mengalami komplikasi ulkus
diabetika. Demikian pula dengan kejadian kusta. Berdasarkan laporan WHO pada tahun
2002 terdapat 12 ribu kasus kusta, 2003-14 ribu kasus dan semakin meningkat pada tahun
2007 mencapai 17 ribu kasus. Dan Indonesia menempati nomor ketiga di dunia setelah
India dan Brazil.4 Sedangkan ulkus yang dapat terjadi pada tempat manapun akibat tekanan
disebut ulkus dekubitus atau pressure ulcer. Ulkus dekubitus dialami oleh pasien yang
mendapat tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips, pembidaian atau benda keras lainnya
dalam jangka panjang.5
Ketiga ulkus (ulkus diabetik, ulkus pada kusta dan ulkus dekubitus) di atas merupakan
penyakit yang lazim ditemui dalam praktek dermatologi. Kelainan ini memiliki prognosis
yang kurang baik karena sering mengalami residif, bahkan untuk ulkus akibat kusta dapat
3
mengakibatkan deformitas. Oleh karena itu dibutuhkan penatalaksanaan yang baik agar
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien seoptimal mungkin.
1.2Tujuan
Adapun tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui definisi hingga
penatalaksanaan ulkus diabetik, ulkus pada kusta dan ulkus dekubitus.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ulkus
2.1.1 Definisi
Ulkus adalah ekskavasi yang berbentuk lingkaran maupun ireguler akibat dari
hilangnya epidermis dan sebagian atau seluruh dermis.6
2.1.2 Proses Terjadinya Ulkus
Komposisi jaringan lunak bervariasi pada satu anggota tubuh dengan anggota tubuh
lainnya sehingga pada aktivitas normal dapat melakukan adaptasi pada tekanan yang
beragam tanpa terjadi kerusakan. Kolagen dan elastin merupakan dua komponen yang
memperkuat jaringan lunak. Secara fisiologis, jaringan mengalami tekanan yang
berlebihan maka akan memicu sel saraf untuk mengirimkan impuls ke otak. Tekanan
yang berlebihan akan diartikan sebagai nyeri sehingga tubuh akan berespon untuk
mengistirahatkan daerah tersebut.7
Respon lokal yang terjadi di jaringan tersebut berupa pelepasan fibrin,
neutrofil, platelet, dan plasma beserta peningkatan aliran darah yang menyebabkan
edema. Edema ternyata dapat menekan pembuluh kapiler yang menyuplai nutrisi
sehingga jaringan dapat mengalami kematian. Kematian jaringan ini justru akan
semakin meningkatkan pelepasan mediator inflamasi. Kulit memberikan tekanan
internal untuk mengeluarkan akumulasi sel-sel debris dan radang tersebut. 7
2.1.3 Proses Penyembuhan Ulkus
Proses ini terdiri dari tiga tahap, yaitu:
1. Fase aktif ( ± 1 minggu)
Leukosit secara aktif akan memutus kematian jaringan, khususnya monosit akan
memutus pembentukan kolagen dan protein lainnya. Proses ini berlangsung
hingga mencapai jaringan yang masih bagus. Penyebaran proses ini ke dalam
jaringan menyebabkan ulkus menjadi semakin dalam. Undermined edge dianggap
sebagai tanda khas ulkus yang masih aktif. 7
Di samping itu juga, terdapat transudat yang creamy, kotor, dengan aroma
tersendiri. Kemudian saat terikut pula debris dalam cairan tersebut, maka
5
Gambar 2.1 Tahap Penyembuhan Ulkusa. Fase aktif b. Fase prolifersi c. Fase maturasi atau remodelling
(a) (b) (c)
disebut eksudat. Pada fase aktif, eksudat bersifat steril. Selanjutnya, sel dan
partikel plasma berikatan membentuk necrotix coagulum yang jika mengeras
dinamakan eschar. 7
2. Fase proliferasi
Fase ini ditandai dengan adanya granulasi dan reepitelisasi. Jaringan granulasi
merupakan kumpulan vaskular (nutrisi untuk makrofag dan fibroblast) dan
saluran getah bening (mencegah edema dan sebagai drainase) yang membentuk
matriks granulasi yang turut menjadi lini pertahanan terhadap infeksi. Jaringan
granulasi terus diproduksi sampai kavitas ulkus terisi kembali. Pada fase ini
tampak epitelisasi di mana terbentuk tepi luka yang semakin landai. 7
3. Fase maturasi atau remodelling
Saat inilah jaringan ikat (skar) mulai terbentuk. 7
6
2.3.4 Menilai Luas Ulkus
Di samping itu, tiga hal yang perlu dinilai untuk menentukan intervensi yang
akan diberikan pada ulkus tersebut adalah tepi ulkus, dasar ulkus dan jenis
discharge.
Berikut Interpretasi dari ketiganya :
7
8
2.3.5 Jenis Ulkus8
Yang termasuk dalam golongan ulkus kulit ini adalah:
1. Ulkus neurotropik
2. Ulku varikosus
3. Ulkus arterial
4. Ulkus bakteriil
5. Ulkus mikotik
6. Ulkus karsinogenik
Dalam makalah ini akan lebih banyak membahas ulkus neurotropik.
Ulkus neurotrofikum adalah ulkus kronik anestetik pada kulit karena
neuropati saraf sensorik di daerah tekanan dan trauma ekstremitas. Ulkus
neurotropik timbul pada stadium lanjut dari beberapa penyakit sistemik kronik.
Frekuensi terbanyak terjadi pada ekstremitas bawah, terutama pada telapak kaki
karena daerah ini sering mengalami tekanan dan trauma.
Etiologi ulkus neurotropik
Penyakit sistemkik yang erring menyebabkan ulkus neurotrofik:
1. Morbus Hansen (ulkus neurotropfik MH)
2. Diabetes Mellitus dengan neuropati perifer (ulkus neurotropfik DM)
9
Gambar 2.2
Tempat dan luas
penahan beban di kaki
3. Piloneuritis pada pecandu alcohol berat (ulkus neurotropfik alkoholik)
4. Malnutrisi (ulkus neurotropfik Malnutritik)
5. Taber dorsalis pada LUES IV (ulkus neurotropfik luetik)
6. Amiloidosis
7. Artritis non diabetik, antara lain radang setempat, trauma, trombo-emboli
bakteriil
8. Penyakit-penyakit infeksi , trauma atau atumor di daerah serebral atau spinal,
seperti sindrom ganggguan trofik nervus trigeminus (trigeminal trophic
syndrome)
9. Neuropathi sensorik
a. Congenital
b. Neuropathi sensorik herediter: akropati pada mutilans, Sindrom thevenard
Diagnosis banding ulkus neurotropik adalah Kalositis/osteomielitis, ulkus
karena iskemia vaskuler, ulkus dari TB kutis, guma lues, neoplasma, klavus yang
mengalami ulserasi, ulkus sinar rontgen, mikosis profunda.8
2.2 Ulkus Diabetik
2.2.1 Definisi
Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit karena adanya
komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang
lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan dan dapat
berkembang menjadi infeksi yang disebabkan oleh bakteri aerob maupun anaerob.9,10
2.2.2 Epidemiologi
Prevalensi penderita ulkus diabetik di Amerika Serikat sebesar 15-20%, risiko
amputasi 15-46 kali lebih tinggi dibandingkan dengan penderita non DM. Sedangkan
prevalensi penderita ulkus diabetika di Indonesia sekitar 15%, angka amputasi 30%,
angka mortalitas 32% dan ulkus diabetik merupakan sebab perawatan rumah sakit
yang terbanyak sebesar 80% untuk Diabetes mellitus. Di RSCM data pada tahun 2003,
masalah ulkus diabetika merupakan masalah serius, sebagian besar penderia diabetes
mellitus dirawat karena mengalami ulkus diabetik. Angka kematian dan angka
10
amputasi masih cukup tinggi, masing-masing sebesar 32,5% dan 23,5%. Penderita DM
paska amputasi sebanyak 14,3% akan meninggal dalam setahun dan 37% akan
meninggal dalam 3 tahun. 9,10
2.2.3 Patogenesis Ulkus diabetik
Salah satu akibat komplikasi kronik atau jangka panjang Diabetes mellitus adalah
ulkus diabetika. Ulkus diabetik disebabkan adanya tiga faktor yang sering disebut trias
yaitu : Iskemik, Neuropati, dan Infeksi. 9
Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali akan terjadi
komplikasi kronik yaitu neuropati, menimbulkan perubahan jaringan syaraf karena
adanya penimbunan sorbitol dan fruktosa sehingga mengakibatkan akson menghilang,
penurunan kecepatan induksi, parastesia, menurunnya reflek otot, atrofi otot, keringat
berlebihan, kulit kering dan hilang rasa, apabila diabetisi tidak hati-hati dapat terjadi
trauma yang akan menjadi ulkus diabetika. 9,10
Iskemik merupakan suatu keadaan yang disebabkan oleh karena kekurangan
darah dalam jaringan, sehingga jaringan kekurangan oksigen. Hal ini disebabkan
adanya proses makroangiopati pada pembuluh darah sehingga sirkulasi jaringan
menurun yang ditandai oleh hilang atau berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis
pedis, tibialis dan poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan
selanjutnya terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari
ujung kaki atau tungkai. Aterosklerosis merupakan sebuah kondisi dimana arteri
menebal dan menyempit karena penumpukan lemak pada bagian dalam pembuluh
darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otot-otot kaki karena
berkurangnya suplai darah, sehingga mengakibatkan kesemutan, rasa tidak nyaman,
dan dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan
berkembang menjadi ulkus diabetika. Proses angiopati pada penderita Diabetes
mellitus berupa penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah perifer, sering
terjadi pada tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal dari
tungkai menjadi berkurang kemudian timbul ulkus diabetika. 9,10
Pada penderita DM yang tidak terkendali akan menyebabkan penebalan tunika
intima (hiperplasia membram basalis arteri) pada pembuluh darah besar dan
pembuluh kapiler bahkan dapat terjadi kebocoran albumin keluar kapiler sehingga
11
mengganggu distribusi darah ke jaringan dan timbul nekrosis jaringan yang
mengakibatkan ulkus diabetika. Eritrosit pada penderita DM yang tidak terkendali
akan meningkatkan HbA1C yang menyebabkan deformabilitas eritrosit dan pelepasan
oksigen di jaringan oleh eritrosit terganggu, sehingga terjadi penyumbatan yang
menggangu sirkulasi jaringan dan kekurangan oksigen mengakibatkan kematian
jaringan yang selanjutnya timbul ulkus diabetika. 9,10
Peningkatan kadar fibrinogen dan bertambahnya reaktivitas trombosit
menyebabkan tingginya agregasi sel darah merah sehingga sirkulasi darah menjadi
lambat dan memudahkan terbentuknya trombosit pada dinding pembuluh darah yang
akan mengganggu sirkulasi darah. Penderita Diabetes mellitus biasanya kadar
kolesterol total, LDL, trigliserida plasma tinggi. Buruknya sirkulasi ke sebagian besar
jaringan akan menyebabkan hipoksia dan cedera jaringan, merangsang reaksi
peradangan yang akan merangsang terjadinya aterosklerosis. Perubahan/inflamasi
pada dinding pembuluh darah, akan terjadi penumpukan lemak pada lumen pembuluh
darah, konsentrasi HDL (highdensity-lipoprotein) sebagai pembersih plak biasanya
rendah. Adanya faktor risiko lain yaitu hipertensi akan meningkatkan kerentanan
terhadap aterosklerosis. Konsekuensi adanya aterosklerosis yaitu sirkulasi jaringan
menurun sehingga kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya
terjadi nekrosis jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki
atau tungkai. Pada penderita DM apabila kadar glukosa darah tidak terkendali
menyebabkan abnormalitas leukosit sehingga fungsi khemotoksis di lokasi radang
terganggu, demikian pula fungsi fagositosis dan bakterisid menurun sehingga bila ada
infeksi mikroorganisme sukar untuk dimusnahkan oleh sistem phlagositosis-
bakterisid intra selluler. Pada penderita ulkus diabetik, 50 % akan mengalami infeksi
akibat adanya glukosa darah yang tinggi, yang merupakan media pertumbuhan bakteri
yang subur. Bakteri penyebab infeksi pada ulkus diabetik yaitu kuman aerobik
Staphylococcus atau Streptococcus serta kuman anaerob yaitu Clostridium perfringens,
Clostridium novy, dan Clostridium septikum. 9,10
2.2.4 Klasifikasi Ulkus Diabetika
Pada penderita diabetes mellitus menurut Wagner dikutip oleh Waspadji S, terdiri dari
6 tingkatan :
12
0 Tidak ada luka terbuka, kulit utuh.
1 Ulkus Superfisialis, terbatas pada kulit.
2 Ulkus lebih dalam sering dikaitkan dengan inflamasi jaringan.
3 Ulkus dalam yang melibatkan tulang, sendi dan formasi abses.
4 Ulkus dengan kematian jaringan tubuh terlokalisir seperti pada ibu jari kaki, bagian
depan kaki atau tumit.
5 Ulkus dengan kematian jaringan tubuh pada seluruh kaki. 9,10
Bila terjadi sumbatan kronik, akan timbul gambaran klinis menurut pola dari fontaine :
Stadium I : asimptomatis atau gejala tidak khas (kesemutan)
Stadium II : terjadi klaudikasio intermiten
Stadium III : timbul nyeri saat istitrahat
Stadium IV : terjadinya kerusakan jaringan karena anoksia (ulkus)
2.2.5 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala ulkus diabetika yaitu sering kesemutan, nyeri kaki saat istirahat,
sensasi rasa berkurang. kerusakan Jaringan (nekrosis), penurunan denyut nadi arteri
dorsalis pedis/tibialis/poplitea, kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal serta
kulit kering. 9,10
2.2.6 Diagnosis Ulkus diabetika
Diagnosis ulkus diabetika ditegakkan dengan:
a. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka/ulkus pada kulit atau jaringan tubuh
pada kaki, pemeriksaan sensasi vibrasi/rasa berkurang atau hilang, palpasi denyut
nadi arteri dorsalis pedis menurun atau hilang. 9,10
b. Pemeriksaan Penunjang
X-ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui apakah ulkus
diabetika menjadi infeksi dan menentukan kuman penyebabnya. 9,10
2.2.7 Penatalaksanaan
1. Pengendalian Diabetes
Langkah awal penanganan pasien ulkus diabetik adalah dengan melakukan
manajemen medis terhadap penyakit diabetes secara sistemik karena
13
kebanyakan pasien dengan ulkus diabetik juga menderita mal nutrisi,
penyakit ginjal kronis dan infeksi kronis. 9,10
DM jika tidak dikelola dengan baik akan dapat menyebabkan terjadinya
berbagai komplikasi kronik diabetes salah satunya adalah terjadinya ulkus
diabetik. Jika keadaan gula darah selalu dapat dikendalikan dengan baik
diharapkan semua komplikasi yang akan terjadi dapat dicegah paling tidak
dihambat. 9,10
Mengelola DM langkah yang harus dilakukan adalah pengelolaan non
farmakologis diantaranya perencanaan makanan dan kegiatan jasmani, baru
bila langkah tersebut belum tercapai dilanjutkan dengan langkah berikutnya
yaitu dengan pemberian obat atau disebut pengelolaan farmakologis. 9,10
2. Penanganan Ulkus diabetikum
a. Strategi pencegahan
Fokus pada penanganan ulkus diabetik adalah pencegahan terjadinya
luka. Strategi yang dapat dilakukan meliputi edukasi kepada pasien,
perawtan kulit, kuku dan kaki serta pengunaan alas kaki yang dapat
melindungi. Pada penderita dengan resiko rendah boleh menggunakan
sepatu hanya saja sepatu yang digunakan jangan sampai sempit atau
sesak. Perawatan kuku yang dianjurkan pada penderita Resiko tinggi
adalah kuku harus dipotong secara tranversal untuk mencegah kuku yang
tumbuh kedalam dan merusak jaringan sekitar. 9,10
b. Penanganan Ulkus Diabetik
Penangan ulkus diabetik dapat dilakukan dalam berbagai tingkatan,
yaitu:
Tingkat 0 : Penanganan pada tingkat ini meliputi edukasi kepada pasien
tentang bahaya dari ulkus dan cara pencegahan.
Tingkat I : Memerlukan debrimen jaringan nekrotik atau jaringan yang
infeksius, perawatan lokal luka dan pengurangan beban.
Tingkat II : Memerlukan debrimen antibiotik yang sesuai dengan hasil
kultur, perawatan luka dan pengurangan beban yang lebih berarti.
14
TingkatIII: Memerlukan debrimen yang sudah menjadi gangren, amputasi
sebagian, imobilisasi yang lebih ketat dan pemberian antibiotik
parenteral yang sesuai dengan kultur.
Tingkat IV: Pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan amputasi
sebagaian atau seluruh kaki. 9,10
2.3 Ulkus pada Kusta
2.3.1 Definisi & Distribusi ulkus
Ulkus pada penderita kusta adalah ulkus plantar atau ulkus tropik. Bagian kaki yang
paling sering dijumpai ulkus adalah telapak kaki khususnya telapak kaki bagian depan
(ball of the foot), di mana sekitar 70-90% ulkus berada di sini. Pada lokasi ini, ulkus
lebih sering ditemukan pada bagian medial dibanding dengan bagian lateral, sekitar
30-50% berada di sekitar ibu jari, di bawah falang proksimal ibu jari dan kepala
metatarsal.7,11
2.3.2 Epidemiologi
Data dari Departemen Kesehatan (Depkes)/Kemenkes, secara nasional Indonesia
sudah mencapai angka eliminasi kusta pada tahun 2000 lalu. Terdapat sekitar 20.000
kasus baru ditemukan setiap tahun atau sekitar 2 sampai 3 orang setiap jam atau 40 -
80 orang setiap harinya. Di Etiophia, dari 75 orang penderita kusta, 43 berkembang
menjadi ulkus pada pedis. 7,11
2.3.3 Patogenesis
Tiga penyebab terjadinya ulkus :
1. berjalan pada kaki yang insensitif serta paralisis otot-otot kecil
2. infeksi yang timbul akibat trauma pada kaki yang insensitif
3. infeksi yang timbul pada deep fissure telapak kaki yang insensitif dan kering atau
terdapatnya corn atau kalus pada telapak kaki
Penyebab pertama menimbulkan sekitar 85% ulkus plantar sedangkan
penyebab ke 2 & 3 menimbulkan ulkus pada sekitar 15% ulkus plantar. Ini yang
disebut ulkus plantar sejati, yang bila sekali terjadi maka proses penyembuhan tidak
mudah, cenderung untuk kambuh dan potensial merusak kaki secara progresif.
Tiga tahap terjadinya ulkus plantar sejati :
15
a. tahap ulkus mengancam dimana hanya terjadi peradangan pada tempat yang
menerima tekanan
b. tahap ulkus tersembunyi dimana terjadi proses kerusakan jaringan, timbul bula
nekrosis, tetapi kerusakan ini tertutupi oleh kulit yang masih intak.
c. tahap ulkus yang nyata, dimana kerusakan terekspos dunia luar.
Tahap ulkus mengancam ditandai dengan timbulnya edema yang dapat dikenali
dengan meningkatnya gap antara 2 jari, telapak kaki yang lunak dan hangat pada
daerah yang rusak (contohnya dasar dari falang proksimal ); dan kemungkinan timbul
bengkak pada dorsum yang berhubungan. Tahap ulkus tersembunyi dapat dikenali
dengan timbulnya bula nekrosis, dan pada tahap ketiga radang menjadi jelas.11
Pada 2 jenis ulkus plantar yang lain, kulit terbuka akibat luka atau fisura
kemudian timbul infeksi pada jaringan yang lebih dalam dan terdapat fokus
peradangan supuratif yang berkembang menjadi ulkus. Tanpa melihat asalnya,
selanjutnya ulkus memiliki sifat yang sama yaitu sulit untuk sembuh, mudah kambuh
dan merusak jaringan lunak dan skeleton kaki secara progresif. Ulkus plantar akibat
trauma dan fisura dapat dicegah dengan melindungi telapak kaki dari luka dan
perawatan diri yang teratur. 7,11
2.3.5 Klasifikasi Ulkus
Ulkus plantar digolongkan berdasarkan penanganannya, yaitu
a. Ulkus akut
Ulkus akut adalah ulkus yang menunjukkan adanya infeksi akut dan peradangan
akut. Daerah terkena menjadi bengkak dan hiperemi, dan dasarnya kotor. Mungkin
dijumpai limfadenitis inguinal dan tanda serta gejala infeksi akut seperti demam,
leukositosis dsb.
b. Ulkus kronik
Ulkus kronik lebih tenang, sedikit discharge, terdapat hiperkeratotik, dengan
jaringan fibrosa yang padat dan dasar ulkus berwarna pucat tertutup jaringan
granulasi yang tidak sehat. Ulkus tampak statis tanpa tanda-tanda menyembuh.
c. Ulkus complicated
16
Ulkus complicated, dapat akut atau kronik memperlihatkan gambaran yang
kompleks seperti osteomielitis, artritis septik, dan tenosinovitis septik, sebagai
akibat penyebaran infeksi ke tulang, sendi dan tendon.
d. ulkus rekuren. 7,11
2.3.6 Penatalaksanaan
Tahap ulkus mengancam biasanya terlewati, dan bila diketahui maka kaki harus
diistirahatkan secara absolut (tidak boleh menahan beban, berjalan atau duduk) dan
dilakukan elevasi selama 48-72 jam, untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut.
Penderita diinstruksikan untuk melakukan perawatan diri dan memakai alas kaki. 7,11
Bila ditemukan bula nekrosis, pemecahan bula harus dihindari, dan bila
terpaksa dilakukan dapat dilakukan dengan cara ditusuk dan kulit yang terluka ditutup
dengan kasa steril. Penderita juga dinstruksikan untuk melakukan perawatan diri dan
menggunakan alas kaki pelindung. 7,11
Ketika sudah terjadi ulkus yang terbuka, harus ditentukan apakah ulkus
tersebut akut, kronik, dengan komplikasi atau rekuren. Pada ulkus akut diusahakan
secepatnya mengontrol infeksi dan meminimalkan kerusakan jaringan. Tirah baring,
elevasi tungkai, irigasi serta pemakaian antibiotika bila diperlukan. Tindakan pada
kasus ini terbatas hanya untuk mengambil jaringan yang benar-benar mati dan
prosedur drainase, yang harus dilakukan secara hati-hati. Setelah 10 hari, keadaan
dievaluasi kembali. 7,11
Ulkus kronik tanpa komplikasi sulit untuk sembuh karena penderita terus
berjalan dan terjadi proses pemecahan jaringan granulasi. Tujuan pengobatan pada
tahap ini adalah melindungi ulkus selama berjalan dan membiarkan ulkus menyembuh
tanpa interfensi. Ini dapat dicapai dengan menutup luka dengan pembalut plester dan
penderita diperbolehkan berjalan setelah jaringan mengeras. Biasanya dalam waktu 6
minggu ulkus mulai membaik. Terkadang diperlukan perawatan 6 minggu lagi untuk
mendapatkan hasil kesembuhan yang nyata. 7,11
Setelah mengangkat pembalut penderita harus melakukan perawatan diri dan
memakai alas kaki pelindung. Untuk ulkus superfisial, pembalut plester dapat diganti
dengan plester yang mengandung zinc oksida. Plester diganti bila diperlukan misalnya
bila terdapat eksudat atau terlepas. Plester dipakai sampai 2 minggu setelah luka
17
menyembuh. Selama itu, jalan harus dibatasi dan penderita harus memakai alas kaki
pelindung bila berjalan. Bila ulkus luas dan bersih penyembuhan dapat dipercepat
dengan melakukan tandur kulit dan dibalut selama 4 minggu untuk melindungi tandur.
Terkadang ulkus sulit menyembuh karena aliran darah ke telapak kaki berkurang dari
yang seharusnya. Pada kasus seperti ini dapat dilakukan dekompresi neurovaskular
tibialis posterior. 7,11
Seperti telah disebutkan terdahulu, komplikasi yang sering terajadi adalah
infeksi pada jaringan yang lebih dalam. Pada kasus seperti ini, bila terdapat fase akut
diterapi seperti ulkus akut. Bila sudah teratasi, dilakukan evaluasi untuk
mengidentifikasi komplikasi yang timbul. Debridement dilakukan untuk infeksi yang
lebih dalam. Beberapa hari setelah prosedur ini dilakukan, ulkus dirawat seperti ulkus
tanpa komplikasi. Pada kasus ulkus seperti bunga kol harus dilakukan pemeriksaan
histopatologi untuk menentukan ganas tidaknya. Dilakukan eksisi lokal, dan bila
diperlukan dilakukan amputasi. Bila terdapat ulkus dan deformitas, ulkus
disembuhkan dahulu, baru kemudian dilakukan koreksi deformitas. 7,11
Pencegahan kekambuhan
Tujuan penatalaksanaan ulkus plantar adalah menyembuhkan ulkus dan mencegah
ulkus kambuh. Ulkus sering kambuh karena terdapat faktor dasar (kehilangan
sensibilitas, paralisis otot intrinsik dan terus dipakai berjalan); skar yang terbentuk
pada ulkus sebelumnya tidak dapat menahan tekanan selama berjalan; dan skar
mendapat tekanan yang lebih besar karena adanya deformitas serta flare up infeksi
yang terletak di dalam. 7,11
Pencegahan ulkus menjadi rekuren dengan cara :
a) mengurangi tekanan selama berjalan dan menggunakan alas kaki pelindung
b) eradikasi infeksi yang terletak pada struktur yang lebih dalam
c) meningkatkan kualitas skar
d) mengurangi beban pada skar dengan cara modifikasi alas kaki dan melakukan
prosedur tindakan pembedahan.
Indikasi amputasi jika:
a. SCC
b. Flail foot
18
c. Fixed deformity
d. Unhealthy stump
2.4 Ulkus Dekubitus
2.4.1 Definisi dan distribusi
Dekubitus berasal dari bahsa latin “decumbere” yang artinya berbaring. Ulkus Dekubitus
(Luka akibat penekanan, Ulkus kulit, Bedsores) adalah kerusakan kulit yang terjadi akibat
kekurangan aliran darah dan iritasi pada kulit yang menutupi tulang yang menonjol,
dimana kulit tersebut mendapatkan tekanan dari tempat tidur, kursi roda, gips,
pembidaian atau benda keras lainnya dalam jangka panjang. 95 % ulkus dekubitus terjadi
pada tubuh bagian bawah, 65% di derah pelvis dan 30% di tungkai.12
2.4.2 Patogenesis
Tekanan yang mengenai kulit, jaringan lunak, otot dan tulang akibat berat badan seseorang
seringkali melebihi tekanan pengisian pembuluh kapiler, hampir 32mmHg. Pasien yang
memiliki sensistivitas, mobilitas dan mental normal, maka tekanan ini tidak terjadi karena
ada tekanan pada daerah tertentu mersang seseorang untuk melakukan perubahan
posisi.13
Saat tekanan dari beberapa permukaan, seperti matras atau kursi berlangsung
terus-menerus kerusakan akan terjadi yang dimulai dari kulit, lalu berkembang pada
pembuluh darah, jarungan subkutan, otot bahkan tulang. Ini disebut the top-to-bottom
model of pressure ulcer development.13
Terdapat pula hipotesis lain yaitu bottom-to-top model hypothesizes dimana ulkus
berkembang lebih dahulu pada daerah terdekat dengan tulang yang tertekan, kemudian ke
otot, lemak subkutan dan pembuluh darah, sebelum akhirnya Nampak di permukaan kulit. 13
19
Gambar 2.3 Daerah pada tubuh yang berpotensi ulkus dekubitus
2.4.3 Klasifikasi Ulkus Dekubitus13
Stage Definition Explanatory notes
l
Observable pressure-related alteration(s) of
intact skin whose indicators as compared to
the adjacent or opposite area on the body may
include changes in one or more of the
following:
skin temperature (warmth or
coolness)
tissue consistency (firm or boggy feel)
sensation (pain/itching).
The ulcer appears as a defined area of persistent
redness in lightly pigmented skin; in darker skin tones it
may appear with persistent red, blue and/or purple
hues.
ll Partial-thickness skin loss involving epidermis
and/or dermis.
The pressure ulcer is superficial and presents clinically
as an abrasion, blister or shallow crater. (Note: such
superficial presentations may also represent a non-
pressure related injury due to friction and excessive
moisture as a result of, for example, incontinence,
wound drainage, perspiration.)
lll Full-thickness skin loss involving damage or
necrosis to subcutaneous tissue and extending
The ulcer presents clinically as a deep crater with or
without undermining of the adjacent tissue.
20
down to, but not through, the underlying
fascia.
lV
Full-thickness skin loss with extensive
destruction, tissue necrosis or damage to
muscle, bone, or supporting structures (for
example tendon or joint capsule).
Undermining and sinus tracts may also be associated
with Stage IV pressure ulcers.
Beberapa hal yang dapat menjadi faktor resiko dari terbentuknya ulkus dekubitus
adalah tekanan, friksi dan shear.
21
2.4.4 Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan ulkus dekubitus adalah:
1. Mengurangi tekanan
a. Reposisi berkala, dengan mengubah posisi minimal setiap 2 jam,
b. Alas pengaman (protective padding)
c. Support surfaces
2. Perawatan ulkus (cleaning & dressing)
3. Mengatasi nyeri, infeksi dan undernutrition
Penggunaan analgesik jika diperlukan dan antibiotik topikal yang sesuai (Silver
Sulfa Diazine, triple antibiotic dan metronidazole). Bacitracin (AK-tracin), polymyxin
B dengan bacitracin (Polysporin), dan kombinasi neomycin, bacitracin dan
polymyxin B (Neosporin) dapat digunakan untuk infeksi kulit.14
Dikatakan Undernutrition jika albumin < 3.5 mg/dL atau BB < 80% BB ideal.
Maka perlu pemberian nutrisi yang cukup meliputi pemberian protein 1.25 s.d. 1.5
g/kg/hari, suplementasi zink 50 mg (dalam 3 dosis/hari) ataupun dengn pemberian
vitamin C 1g/hari. Disarankan untuk banyak minum air putih setiap kali dilakukan
reposisi.13
4. Terapi tambahan atau bedah
e)
22
Daftar Pustaka
1. Hartanto H dkk. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC, 2006; 2326.2. Sularsito SA. Ulkus Kruris. Dalam: Djuanda Adi, ed. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi VII. Jakarta: FKUI press,. 2007; 247.3. Lin P, Philips t. Ulcers. In: Bolognia JL et al, eds. Dermatology. Volume 2. London:
Mosby, 2003; 1631-48.4. Fajriandi. Kusta di Indonesia Belum Tuntas, [online] 2010, [diakses pada 10 April
2011] www. f ajriandi'sblog.htm 5. Anonim. Ulkus Dekubitus (Bedsores), [online] 2010, [diakses pada 14 April 2011]
www.medicastore.com 6. James WD, Timothy GB & Dirk ME. Cutaneous Signs and Diagnosis. In:
Andrew’sDisease of The Skin, Clinical Dermatology 10th edition. Philadelpia: WB Saunders Company, 2000; 18.
7. South H. Wound Care for People Affected by Leprosy: A Guide for Low Resource Situation. Greenville: American Leprosy Missions, 2001.
8. Sudirman U. Ulkus kulit dalam Harahap M (ed.) Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates, 2000; 280.
9. Hastuti RT. Faktor-Faktor Resiko Ulkus Diabetika pada Penderita Diabetes Mellitus. Semarang, Universitas Diponegoro. 2008 [Tesis]
10. Waspaji S. Kaki Diabetes. Dalam: Sudoyo A dkk, eds. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III edisi IV. Jakarta: FKUI press, 2007;1911.
11. Marison. Ulkus Plantar Pedis pada Kusta, [online] 2008, [diakses pada 10 April 2011] www. marisonhaji 'sblog.htm
12. James WD, Timothy GB & Dirk ME. Dermatous Resulting from Physical Factor. In: Andrew’sDisease of The Skin, Clinical Dermatology 10th edition. Philadelpia: WB Saunders Company, 2000; 42.
13. Catherine Anne Sharp. A Discourse on Pressure Ulcer Physiology: the Implications of Repositioning and Staging, [online], 2005, [diakses pada 30 Maret 2011] http://www.worldwidewounds.com/2005/october/Sharp/Discourse-On-Pressure-Ulcer-Physiology.html
14. Anonim. Skin Ulcers, Bedsores, Decubitus Ulcer, Leg Ulcer, Pressure Ulcer, Venous Ulcer, [online’, 2010, [diakses pada 30 Maret 11] www.truestarhealth.com
23