ulang 1

download ulang 1

of 5

description

Babptisan

Transcript of ulang 1

Seri bacaan: BAPTIS ULANG: KEBUTUHAN ATAU PENGINGKARAN?

(lanjutan)

Penetapan Baptisan

Penetapan baptisan diawali dari perintah Tuhan Yesus kepada murid-muridNya untuk memaptiskan orang ke dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Pertama sekali sebenarnya pelayanan baptisan hanya dibatasi pada jemaat-jemaat di Palestina. Setelah kebangkitan Yesus, pelayanan baptisan memperoleh bidang cakup yang lebih luas, sesuai dengan yang diembankan Yesus (Mat 28:18-20) , sementara Yesus sendiri tidak pernah melayankan baptisan air (Yoh 4:2) Memang di dalam Yoh 3:23+26 dikatakan bahwa Ia membaptis banyak orang, tetapi yang melakukannya adalah murid-muridNya. Ia tidak membaptis sejumlah orang, sebab Ia membaptis seluruh umat manusia, sebab kematiannya di kayu salib adalah baptisanNya yang sejati.

Setelah peristiwa salib Golgota, Gereja diperintahkan untuk melayankan baptisan Kristen sebagai sakramen, sebagai tanda dan meterai terhadap baptisan Kristus yang sejati di kayu salib. Baptisan yang dilayankan oleh gereja menandai dan memeteraikan baptisan di Golgota. Di dalam baptisan di Golgota itu kita dijadikan satu dengan baptisan Kristus, dijadikan satu dengan kematian dan kebangkitanNya. Manusia kita yang lama telah ikut disalib dan dikuburkan bersama dengan Kristus, supaya karena Roh Kudus kita dibangkitkan sebagai manusia yang baru (Roma 6:4-9) Baptisan di Golgota sekali untuk selama-lamanya, dan semua orang diikutsertakan dalam baptisan Kristus yang sejati itu.

Baptisan Roh

Umumnya gereja-gereja yang beraliran karismatik menekankan sekali kepada yang disebut Baptisan roh. Mereka menekankan bahwa seseorang harus dilahirkan kembali dan dibaptis dengan Baptisan Roh. Sebagai tanda seseorang sudah menerima baptisan roh dia mampu berbahasa Roh atau bahasa lidah dan melakukan penyembuhan ilahi. Padahal Tuhan Yesus tidak pernah memerintahkan dan memberikan tanda-tanda sedemikian kepada para muridNya sebagai bukti seseorang menerima baptisan Roh. Yang diperintahkan Yesus adalah: baptislah mereka ke dalam nama Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus(Mat 28:18-19), jadi tidak pernah ditenakan secara khusus baptisan Roh. Yang berlaku normative bagi semua orang percaya adalah Kisah 2:38 yang menekankan bahwa orang harus bertobat supaya dibapts dan menerima karunia Roh. Itu diperintahkan oleh Yesus untuk membawa masuk orang-orang percaya ke dalam persekutuan dengan Allah, dan orang yang dibaptis menjadi anak allah berdasarkan karya penebusan AnakNya sekaligus pemberian Roh Kudus.

Hubungan Baptisan Yohanes dan Baptisan Tuhan Yesus

Secara hurufiah baptisan dari bahasa Yunani baptizomai artinya memandikan, membasuh Baptisan Yohanes tidak bertentangan dengan baptisan yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus, namun tidak persis identik. Baptisan Yohanes dihubungkan dengan kedatangan Mesias (Kristus), di mana setiap orang yang mendengar berita tentang Kerajaan Allah dituntut mengambil keputusan menerima atau menolak Kerajaan Allah itu. Sedangkan baptisan yang diperintahkan Tuhan Yesus, bukan lagi menunjuk pada kerajaan Allah yang akan datang, melainkan pengejawantahan dan pengukuhannya pada kedatangan Kristus. Jadi baptisan yang diperintahkan Yesus menjadi tanda dan meterai kerajaan Allah yang telah datang.Berkaitan dengan pelaksanaan baptisan, kelompok Kristen yang mendukung baptisan selam menyatakan bahwa pembaptisan yang diterima oleh Yesus dari Yohanes Pembaptis merupakan baptisan selam, sebab Yesus dibaptis di sungai Yordan dan Alkitab menyatakan bahwa Yesus keluar dari air (Mat. 3:16; Mrk. 1:10). Hal itu didasarkan pada anggapan bahwa baptisan pertama kali muncul di dalam Perjanjian Baru adalah di dalam sosok Yohanes Pembaptis. Itu sebabnya, dengan mengacu pada praktik baptisan yang dijalani Yesus menurut tafsiran mereka, mereka menegaskan bahwa selam merupakan cara baptisan yang absah. Nanti akan kita bicarakan makna keluar dari air. Namun, sekarang, kita perhatikan terlebih dahulu praktik pembaptisan yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis.

Perlu diingatkan bahwa bukanlah Yohanes Pembaptis yang memulai ritual pembaptisan. Atribut Pembaptis tidak berarti bahwa ia penemu ritual pembaptisan, namun sekadar menyatakan apa yang dia lakukanmembaptis. Terhadap praktik membaptis yang dilakukannya, orang-orang Farisi bertanya : siapakah Yohanes Pembaptis; apakah ia nabi Elia ataukah seorang nabi yang akan datang. Dan Yohanes menjawab: Bukan! (Yoh. 1:21). Terhadap penolakan Yohanes itu, orang-orang Farisi kemudian bertanya, Mengapakah engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang akan datang? (1:25). Pertanyaan ini mengindikasikan sebuah pemahaman di kalangan orang-orang Yahudi bahwa kitab Perjanjian Lama memang menubuatkan seorang nabi yang akan membaptis.(bersambungby: Pdt Daniel N )

Apakah saudara sudah menerima baptisan ulang? Jika belum, saudara diharuskan menerimanya, sebab baptisan yang saudara terima waktu anak-anak itu tidak sah. Inilah klaim yang sering dilontarkan oleh gereja yang mengklaim dirinya sebagai pelaksana baptisan yang benar 100 %. Akibatnya, ada saja anggota jemaat yang telah menerima baptisan ulang. Lalu, yang menjadi pertanyaan: apakah sebetulnya makna baptisan itu? Apakah teknis baptisan lebih penting dari pada makna yang terkandung di dalam baptisan tersebut? Atau babtisan ulang merupakan pengingkaran dari anugerah keselamatan yang telah diberikan Kristus melalui baptisan yang diterimanya sewaktu anak-anak?

Untuk memahami dan menjawab pertanyaan seputar baptisan ulang ini, adalah bijak kalau kita terlebih dahulu memahami arti baptisan. Di dalam gereja Protestan, baptisan kudus merupakan satu dari dua Sakramen (baptisan kudus dan perjamuan kudus)yang ditetapkan oleh Yesus Kristus. Sakramen diyakini sebagai tanda dan meterai keselamatan dari Allah. Sebagai tanda dan meterai, sakramen tidak memiliki efek keselamatan pada dirinya sendiri. Allahlah yang menyelamatkan melalui anugerah-Nya. Namun, keselamatan yang dianugerahkan itu memerlukan tanda yang kelihatan dan meterai yang membuktikan keselamatan tersebut. Dan itulah fungsi dari sakramen. Atau dengan meminjam kata-kata Agustinus: sakramen adalah tanda yang kelihatan dari anugerah yang tak kelihatan (visible form of an invisible grace).

Sebagai tanda dan meterai, sakramen tidak punya makna apa-apa pada dirinya sendiri. Pdt Dr Yoas Adiprasetio mengatakan, sakramen punya arti jika diletakkan dalam konteks rahmat dan janji Allah. Prinsip ini teramat penting untuk menyiasati pertikaian yang eksesif (berlebihan) seputar cara baptisan (selam atau percik) atau seputar siapa yang boleh dibaptis (anak-anak dan dewasa). Hendaklah dalam percakapan ini kita senantiasa mengingat bahwa dalam teologi Protestan rahmat Allah itulah yang terpentingfokus padanya tak boleh dibelokkan oleh percakapan yang justru memeras energi kita secara berlebihan. (bersambung..by: Pdt Daniel N)