UJIAN TENGAH SEMESTER ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN APRIL 2015.doc

11
UJIAN TENGAH SEMESTER ANGKATAN 32A dan 32B Mata Kuliah : Pengambilan Keputusan Dosen : Dr. Ir. Chairil Abdini MSc Hari/tanggal : Senin 9 April 2015 Waktu : 4 minggu (4 minggu) Sifat : Buka buku (take home exam) Tulislah nama, NPM Saudara, mata kuliah serta nama dosen di kanan atas lembar jawaban. Tidak diperkenankan mencontek, tukar menukar lembar jawaban. Gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jawaban agar diketik dalam bentuk paper atau power point presentation _________________________________________________________________ _____________ SOAL 1: Masalah Subsidi BBM (25%) Didalam proses analisis pengambilan keputusan, perumusan masalah secara tepat merupakan faktor paling menentukan dalam mencari solusi yang tepat. a) Sesuai dengan kaidah perumusan masalah (meta masalah, masalah substantif dan masalah formal), rumuskanlah masalah subsidi energi dengan gejala masalah sebagai berikut: Beberapa surat kabar pada tanggal 21 Mei 2014 mengutip keterangan Menteri Keuangan memberitakan bahwa subsidi BBM terus membebani APBN 2014. Beban subsidi energi menggelembung sebesar Rp 110 triliun akibat realisasi nilai tukar berkisar antara Rp 11.500-Rp 12.000 jauh melampaui asumsi APBN 2014 yaitu sebesar Rp 10.500 dan akibat realisasi produksi minyak yang juga meleset dari target APBN 2014. Akibatnya subsidi energi yang dianggarkan didalam APBN 2014 sebesar Rp 282 triliun diperkirakan akan melambung menjadi Rp 392 triliun atau mencapai 31 persen dari belanja pemerintah pusat. Dari simpang siur pembicaraan terkait wacana untuk mengurangi beban fiskal untuk membiayai subsidi BBM,

Transcript of UJIAN TENGAH SEMESTER ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN APRIL 2015.doc

Page 1: UJIAN TENGAH SEMESTER ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN APRIL 2015.doc

UJIAN TENGAH SEMESTERANGKATAN 32A dan 32B

Mata Kuliah : Pengambilan KeputusanDosen : Dr. Ir. Chairil Abdini MScHari/tanggal : Senin 9 April 2015Waktu : 4 minggu (4 minggu)Sifat : Buka buku (take home exam)

Tulislah nama, NPM Saudara, mata kuliah serta nama dosen di kanan atas lembar jawaban.

Tidak diperkenankan mencontek, tukar menukar lembar jawaban. Gunakanlah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jawaban agar diketik dalam bentuk paper atau power point presentation

______________________________________________________________________________SOAL 1: Masalah Subsidi BBM (25%)

Didalam proses analisis pengambilan keputusan, perumusan masalah secara tepat merupakan faktor paling menentukan dalam mencari solusi yang tepat.a) Sesuai dengan kaidah perumusan masalah (meta masalah, masalah substantif dan masalah

formal), rumuskanlah masalah subsidi energi dengan gejala masalah sebagai berikut: Beberapa surat kabar pada tanggal 21 Mei 2014 mengutip keterangan Menteri Keuangan

memberitakan bahwa subsidi BBM terus membebani APBN 2014. Beban subsidi energi menggelembung sebesar Rp 110 triliun akibat realisasi nilai tukar berkisar antara Rp 11.500-Rp 12.000 jauh melampaui asumsi APBN 2014 yaitu sebesar Rp 10.500 dan akibat realisasi produksi minyak yang juga meleset dari target APBN 2014.

Akibatnya subsidi energi yang dianggarkan didalam APBN 2014 sebesar Rp 282 triliun diperkirakan akan melambung menjadi Rp 392 triliun atau mencapai 31 persen dari belanja pemerintah pusat.

Dari simpang siur pembicaraan terkait wacana untuk mengurangi beban fiskal untuk membiayai subsidi BBM, pembicaraan untuk mengalihkan BBM bersubsidi ke gas (Bahan Bakar Gas:BBG atau Liquefied Petroleum Gas for Vehicles:LGV) sebagai bahan bakar kendaraan bermotor hampir tidak terdengar. Padahal diversifikasi bahan bakar kendaraan bermotor ini jika dilakukan bersamaan dengan penaikan harga BBM akan saling mendukung karena konsumen akan memiliki pilihan yaitu membeli BBM dengan harga relatif mahal atau beralih ke gas yang harganya lebih murah.

Kebijakan untuk beralih dari BBM ke gas ini pada dasarnya sudah dirintis pemerintah sejak tahun 1986. Namun setelah 26 tahun dilaksanakan, kebijakan ini dapat dikatakan tidak berhasil dan bahkan semakin menurun yang ditandai sampai tahun 2010 semakin berkurangnya jumlah SPBG maupun SPBU yang menyediakan LGV. Salah satu faktor utama penyebabnya adalah harga BBM yang sangat murah sehingga tidak ada insentif ekonomi bagi pemilik kendaraan untuk beralih ke gas (BBG atau LGV).

Akhir-akhir ini di berbagai media juga ramai dibicarakan bahwa “Indonesia sedang mengalami krisis energi” atau “Indonesia sedang mengalami kelangkaan energi”. Fakta di lapangan memang menunjukkan terjadinya kelangkaan BBM bersubsidi maupun LPG bersubsidi bahkan di beberapa SPBU di luar Jawa sering ditemukan SPBU tutup dengan

Page 2: UJIAN TENGAH SEMESTER ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN APRIL 2015.doc

alasan BBM habis, namun dipinggir jalan banyak yang berjualan BBM dengan harga jauh diatas harga subsidi.

Teori penawaran dan permintaan menjelaskan bahwa jika suatu komoditi dijual dengan harga subsidi (dibawah harga pasar atau dibawah harga keseimbangan antara penawaran dan permintaan atau dibawah harga keekonomian), maka akan mengakibatkan terjadinya peningkatan permintaan dan kelangkaan pasokan.

Intensitas kelangkaan pasokan dan peningkatan permintaan akan semakin tinggi jika komoditi tersebut dijual jauh dibawah harga pasar. Atas dasar itu maka perbedaan harga yang cukup tinggi antara harga BBM bersubsidi maupun LPG bersubsidi dengan harga pasar merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya peningkatan permintaan dan kelangkaan pasokan BBM dan LPG bersubsidi.

Penjualan BBM bersubsidi dengan harga yang sangat murah telah mengakibatkan terjadinya pertumbuhan permintaan konsumsi energi yang tinggi yang melampaui tingkat pertumbuhan produktivitas ekonomi.

Rasio antara tingkat petumbuhan permintaan energi terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi disebut sebagai elastisitas energi. Semakin rendah elastisitas energi berarti semakin efisien pemakaian energi. Berdasarkan keterangan Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sebagaimana dimuat di Majalah Geo Energi edisi 36, Tahun III, Oktober 2013, elastisitas energi di Indonesia saat ini masih 1,63 lebih tinggi bila dibandingkan Thailand dan Singapura yang masing-masing mencapai 1,4 dan 1,1. Bahkan indeks elastisitas energi di Negara maju antara 0,1 hingga 0,6. Artinya untuk pertumbuhan ekonomi 1% di Indonesia diperlukan pertumbuhan penyediaan energi sebesar 1,63%.

Dalam 5 tahun terakhir untuk menghasilkan PDB senilai US$ 1 (nilai konstan 2005) di Indonesia diperlukan energi 0,385 kilo oil equivalent (koe) , di Amerika Serikat 0,162 koe, di Jepang 0,104 koe, di Jerman 0,105 koe, di Korea Selatan 0,231 koe, di Malaysia 0,413 koe dan di Filipina 0,214 koe. Artinya untuk menghasilkan unit PDB yang sama di Indonesia memerlukan energi 2,38 kali Amerika Serikat, 3,70 kali Jepang, 3,67 kali Jerman, 1,67 kali Korea Selatan, 0,93 kali Malaysia dan 1,80 kali Filipina.

Jalan keluar dari kompleksitas dan ketidakefisienan serta ketidakadilan ekonomi yang ditimbulkan oleh kebijakan subsidi energi terutama subsidi BBM tiada lain adalah menghapuskan subsidi energi. Penghapusan subsidi energi tentunya dilakukan secara bertahap agar tidak menimbulkan dampak inflasi yang memberatkan serta pelaksanaannya diiringi dengan penyediaan bahan bakar alternatif yang harganya lebih murah seperti LPG dan gas alam termasuk penyediaan infrastruktur pendistribusiannya.

Selanjutnya subsidi energi dialihkan menjadi subsidi langsung dalam bentuk cash transfer atau bentuk bantuan lainnya bagi masyarakat miskin. Subsidi langsung ini dalam kenyataannya mampu mengatasi kesenjangan sebagaimana telah dibuktikan di Brazil yang mampu menurunkan gini ratio sebesar 0,1.

Jalan menuju penghapusan subsidi BBM tidaklah mudah. Pemerintah dikritik oleh DPR ketika harga premium disebutkan mengikuti mekanisme pasar. Kebijakan tersebut menurut DPR melanggar ketentuan Pasal 33 UUD 1945.

DPR menyampaikan harga BBM harus ditetapkan pemerintah dan tidak boleh diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar.

Page 3: UJIAN TENGAH SEMESTER ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN APRIL 2015.doc

Catatan: Untuk mendapatkan situasi masalah yang lebih lengkap disarankan untuk mencari info di media massa cetak maupun elektronik.

b) Rumuskan juga permasalahan menggunakan metode yang dikemukakan Richard Chang dan Keith Kelly dengan membandingkan keadaan saat ini terhadap keadaaan yang diinginkan.

c) Berdasarkan rumusan masalah pada butir a) diatas buatkan diagram sebab/akibat dari masalah tersebut.

d) Berdasarkan diagram sebab/akibat pada butir b) diatas rumuskan alternatif solusi yang mungkin ditempuh untuk mengatasi masalah sebagaimana dirumuskan pada butir a).

e) Berdasarkan alternatif solusi masalah tersebut susunlah bentuk hierarchy pengambilan keputusan yang menggambarkan (goal), kriteria dan alternatif solusi pemecahannya. Gunakan program AHP untuk menentukan pilihan atau alternatif yang direkomendasikan.

SOAL 2: Masalah Peredaran Narkoba, Psikotropika dan Bahan Adiktif (25%)

Badan Narkotika Nasional menyatakan peredaran narkotika psikotropika dan bahan adiktif atau narkoba di berbagai wilayah Tanah Air sudah kian hebat hingga dapat dikategorikan sebagai bencana."Bayangkan saja, ada 4 juta pengguna narkoba tetap di Tanah Air dan jumlahnya bukan menurun, tapi justru terus mengalami peningkatan yang luar biasa," kata Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen Pol Anang Iskandar pada pertemuan tentang narkoba bersama para petinggi adat dan Muspida di Pekanbaru, Riau, Senin (30/9).Ia menjelaskan, disebut bencana karena peredaran narkoba di tanah air semakin parah hingga terus berjatuhannya korban jiwa. Jika dilihat dari kejadian-kejadian penyalahgunaan, demikian Anang, jumlah masuknya narkoba ke Indonesia sangat fantastis.Terlebih, kata Anang, angka kematian per hari akibat narkoba di Indonesia juga terus meningkat sehingga sudah begitu mengkhawatirkan. Kalau bisa dikatakan masalah narkoba di Indonesia bukan lagi darurat seperti kabut asap di Riau, bahkan lebih parah dari itu sehingga dapat dikatakan bencana.Anang menjelaskan, bahwa penggunaan narkoba dapat mengakibatkan disorientasi ruang dan waktu dan dispersepsi panca indera.Dihubungkan dengan kasus perdagangan narkoba di Lapas Narkotika Cipinang, Jakarta, yang dilakoni oleh Freddy Budiman seperti dibeberkan Vanny Rossyane, menurut dia hal itu sudah menjadi satu bukti bencana narkoba.Dengan kondisi demikian, Anang mengatakan sudah selayaknya semua pihak bahu membahu bersama memberantas peredaran barang haram yang bisa merusak gerenasi dan bagsa ini.Menurut dia, ada berbagai cara untuk mengatasi persoalan narkoba di Indonesia, salah satunya adalah penanggulangan yakni dengan mendekriminalisasi. "Semisal tidak menghukum pidana para pengguna narkoba karena mereka sebenarnya adalah korban. Kemudian menghukum seberat-beratnya para pelaku pengedarnya," kata dia.Bencana narkoba ini menjadi semakin mengkhawatirkan karena sebagia aparat penegak hukum yang diharapkan dapat melakukan penanggulangan narkoba justeru terlibat dalam proses pengedaran dan penggunaan narkoba.

Page 4: UJIAN TENGAH SEMESTER ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN APRIL 2015.doc

Permasalahan narkoba ini merupakan permasalahan yang sudah menglobal dan di beberapa negara telah berkembang gagasan selain mendekriminalisasi pengguna narkoba juga ada gagasan untuk melegalkan penggunaan narkoba jenis tertentu seperti yang dilakukan di Belanda.Disisi lain pemerintah tidak memberikan grasi bagi terpidana mati kasus narkoba. Ketika eksekusi dilakukan banyka negara maupun badan internasional serta perorangan memprotes kebijakan tersebut bahkan ada negara yang memanggil pulang duta besarnya ketika eksekusi terpidana mati warga negaranya dilakukan.

Saudara diminta untuk mencarikan solusi terhadap permasalahan narkoba ini dengan menggunakan Soft System Methodology. Pertanyaan:a) Menurut pendapat Saudara apakah Soft System Methodology layak digunakan dalam mencari

solusi terhadap masalah narkoba?b) Jika layak, Saudara diminta untuk menggambarkan situasi permasalahan yang kompleks

dengan menjawab pertanyaan: Apa yang terjadi dalam penanggulangan narkoba di tanah air.c) Gambarkan Rich Pictures yang menjelaskan persepsi berbagai pihak tentang peredaran dan

penggunaan narkobad) Cari Akar definisi (Root Definition) masalah narkoba.e) Susun model konseptual penyelesaian masalah dan bandingkan dengan situasi permasalahan,

dan tuliskan perubahan yang diinginkan serta rekomendasi berupa tindakan perbaikan terhadap situasi masalah.

Catatan: Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang situasi permasalahan narkoba disarankan untuk mencari info di media cetak maupun elektronik.

SOAL 3: Masalah Kehutanan (25%)

Sekitar 70% daratan di Indonesia berupa kawasan hutan Negara. Pengelolaan hutan tersebut berada pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pengelolaan hutan memberikan tambahan PAD (Pendapatan Asli Daerah), membuka lapangan kerja bagi masyarakat dan menggiatkan sektor ekonomi. Namun pemanfaatan hutan yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hutan. Dampak kerusakan hutan bagi perekonomian hanyalah bagian kecil dari total dampak yang sebenarnya. Dampak ekonomi tidak mencerminkan seluruh dampak yang terjadi. Fungsi hutan sebagai daya dukung lingkungan justru memberi peran lebih besar.Kerusakan hutan tahun 2012 di Indonesia mencapai 300 ribu hektare per tahun. Sedang kurun waktu 2006 - 2010 kerusakan hutan mencapai 2 juta hektare per tahunnya. "Saya tidak tahu penurunan kerusakan hutan ini apakah adanya kesadaran masyarakat atau hutan kita sudah habis," kata Prof Edy Suandi Hamid, di sela-sela penanaman 1.000 pohon di lingkungan Kampus Terpadu UII di Sleman, DIY, Selasa (12/2).Lebih lanjut Edy mengatakan kerusakan hutan periode 1997-2006 mencapai 3,5 juta hektare per tahun. Akibat berkurangnya hutan mengakibatkan jika musim hujan kebanjiran dan kekeringan di musim kemarau.Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan peningkatan deforestasi, antara lain: (a) faktor alam seperti letusan gunung, tsunami, hama tanaman; (b) faktor perbuatan manusia seperti pembakaran, perladangan berpindah-pindah, illegal loging, pembukaan hutan untuk perkebunan/permukiman/infrastruktur,pertambangan, pengembalaan ternak, transmigrasi, dsb; (c) faktor kebijakan dan birokrasi antara lain ketidakserasian peraturan perundang-undangan (UU

Page 5: UJIAN TENGAH SEMESTER ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN APRIL 2015.doc

Kehutanan, UU Tata Ruang, UU Minerba), lemahnya penegakan hukum, korupsi dalam pengelolaan hutan, dampak otonomi daerah yang mengutamakan PAD, konflik kepemilikan lahan antara pemerintah, pengusaha dan masyarakat di sekitar hutan, proyek reboisasi yang gagal, pengabaian hak masyarakat lokal/masyarakat adat yang masih terbelenggu kemiskinan, dan eksternalisasi nilai ekonomi lingkungan hutan didalam kebijakan ekonomi, dst.

Saudara diminta untuk menyusun skenario dengan Focal Concern Hutan Indonesia pada Tahun 2020. Dalam penyusunan skenario tersebut Saudara diminta untuk:a) Mengidentifikasi Driving Forces yang menentukan kondisi hutan di Indonesia pada tahun

2020.b) Mencari keterkaitan antar Driving Forces.c) Menetapkan 2 Driving Forces yang paling dominan.d) Menyusun 4 skenario kondisi hutan Indonesia pada tahun 2020 berdasarkan 2 Driving Forces

yang paling dominan.e) Menyusun alur cerita untuk masing-masing skenario.

Catatan: Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang situasi permasalahan pengelolaan hutan di Indonesia Saudara disarankan untuk mencari info di media cetak maupun elektronik.

SOAL 4: Masalah Pe mbangunan Tanggul Laut Raksasa di utara Jakarta (25%)

Wacana pembangunan tanggul laut raksasa Jakarta dan reklamasi dalam bentuk pulau-pulau muncul pada era Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, dengan usulan datang dari konsultan Belanda. Awalnya disebut Sea Dike Plan Tahap III dan akan dibangun pada 2020-2030.

Proyek itu lalu dimasukkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI untuk 2010-2030. Disebutkan, untuk mengatasi pasang naik air laut yang semakin tinggi karena pemanasan global, akan dibangun pulau-pulau dengan cara reklamasi. Pulau itu akan dilengkapi tanggul laut raksasa.

Belakangan, proyek yang kini disebut ”Pembangunan Pesisir Terpadu Ibu Kota Negara” juga dimaksudkan untuk menyediakan sumber air bersih. Asumsinya, tanggul akan terisi air tawar dari 13 sungai yang bermuara di dalamnya. Dengan penyediaan air baku, diharapkan penyedotan air tanah pemicu penurunan daratan hingga 10 cm per tahun dapat dihentikan.

Dengan alasan itu pula, pada Juni 2013, pemerintah pusat bersama Pemprov DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten bersepakat mempercepat proyek itu. ”Untuk giant sea wall, dari jadwal awalnya tahun 2020, akan groundbreaking pada 2014,” kata mantan Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa, di Jakarta, seperti dikutip Kompas, Kamis (7/3/2013).

Gubernur DKI Joko Widodo, yang juga presiden terpilih, mengakui besarnya minat pihak swasta. ”Tanggul laut memang menarik secara bisnis dan komersial sehingga banyak yang mau terlibat. Tidak hanya satu dua pihak, tetapi banyak,” kata Jokowi (Kompas, 7/3/2013).

Kamis (9/10/2014), pemancangan tiang pertama itu akhirnya dilakukan, menandai pembangunan

Page 6: UJIAN TENGAH SEMESTER ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN APRIL 2015.doc

tanggul laut sepanjang 32 kilometer atau Tahap I dari tiga lapis tanggul. Dari panjang itu, pemerintah pusat dan Pemprov DKI hanya akan menanggung pembiayaan 8 kilometer dengan dana Rp 3,5 triliun. Sisanya, 24 km dibiayai swasta pemegang konsesi lahan reklamasi.

Setiap pembangunan kota perlu diukur manfaat dan dampaknya bagi warga, demikian pula rencana pembangunan tanggul laut raksasa di Teluk Jakarta. Siapa akan menangguk untung dan siapa kelak yang menanggung dampak buruknya harus terjelaskan kepada publik karena kota dibangun untuk warga, bukan untuk segelintir elite, seperti politisi atau pebisnis.

Menurut Muslim Muin, ahli oseanografi yang juga mantan Kepala Program Studi Kelautan Institut Teknologi Bandung (ITB), tanggul laut raksasa bukan jawaban masalah Jakarta. Sebaliknya, tanggul ini berpotensi membawa banyak masalah baru.

Jika alasannya mengatasi banjir rob, kata Muslim, yang dibutuhkan adalah tanggul pesisir. ”Saya setuju daratan Jakarta mengalami penurunan signifikan. Karena itu, perlu ditanggul bagian pesisir yang menurun itu, selain juga perlu menanggul sungai-sungainya,” ungkapnya.

Pembuatan tanggul laut, kata Muslim, dilakukan lebih untuk melindungi 17 pulau reklamasi. Itulah mengapa pihak swasta yang mendapat konsesi lahan reklamasi bersemangat.

Alasan menyediakan air bersih lebih tak masuk akal. ”Debit air yang masuk Teluk Jakarta dari 13 sungai rata-rata 300 meter kubik per detik. Kebutuhan air Jakarta hanya 30 meter kubik per detik. Artinya, ada 270 meter kubik harus dipompa keluar, itu energi memompanya pakai apa?” katanya. ”Kalau mau ambil air untuk bahan baku air bersih, lebih masuk akal dari sungai di bagian hulu.”

Total biaya untuk memompa air dari tanggul dan meningkatkan kualitas air dalam tanggul, menurut hitungan Muslim, 600 juta dollar AS per tahun. ”Kalau alasannya kenaikan muka air laut, Singapura dan Malaysia juga terancam. Apakah mereka membuat tanggul laut? Tidak, karena kenaikan muka air laut tidak signifikan.”

Belakangan, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melirik tanggul laut raksasa Samangeum, Korea Selatan. Namun, tanggul laut terpanjang di dunia itu bukan tanpa masalah. Setelah terhenti dua tahun karena protes keras masyarakatnya, tanggul laut 33,9 km itu selesai dibangun pada 2006.

Riset Hye Kyung Lee dari Seoul National University (2013), kualitas air yang digelontorkan dari dua sungai ke dalam tanggul ternyata tercemar industri pertanian dan peternakan di hulu. Akibatnya, ide sebagai sumber air bersih tak terwujud.

Bagaimana dengan Teluk Jakarta, muara 13 sungai yang tercemar? Riset Badan Pengkajian Dinamika Pantai Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPDP BPPT) menyebut, pembangunan tanggul laut akan menaikkan muka air di dalam tanggul hingga 0,5-1 meter setelah 14 hari simulasi. Arus air di dalam tanggul juga mengecil sehingga kualitas air dalam tanggul memburuk secara progresif.

Page 7: UJIAN TENGAH SEMESTER ANALISIS PENGAMBILAN KEPUTUSAN APRIL 2015.doc

Peneliti BPDP BPPT, Widjo Kongko, menyebut, penurunan kualitas air itu ditandai dengan perubahan signifikan parameter lingkungan, seperti kenaikan biological oxygen demand (BOD) lebih dari 100 persen, penurunan dissolved oxygen (DO) lebih dari 20 persen, dan penurunan salinitas air lebih dari 3 persen.

Widodo Pranowo, peneliti pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan, proyek itu akan berdampak ekologis, bukan hanya terhadap pesisir Jakarta dan Kepulauan Seribu, melainkan juga hingga Banten. ”Tanggul ini bisa menjadi comberan raksasa,” katanya.

Selain itu, tanggul akan menyebabkan perubahan arus laut dan akan menggerus beberapa pulau di Pulau Seribu, salah satunya Pulau Onrust. Adapun dampak di pesisir Serang, Banten, seperti dikemukakan Kepala Kelompok Peneliti Kerentanan Pesisir KKP Semeidi Husrin, berpotensi merusak pesisir Banten karena pasir reklamasi Teluk Jakarta dari Banten.

Jadi, seharusnya yang dipikirkan dulu adalah menata air di hulu, bukan bendung di hilir. Tanggul laut Jakarta untuk siapa?

Terkait masalah pembangunan tanggul raksasa di utara Jakarta ini, Saudara diminta untuk:f) Menjelaskan keputusan ini dari sisi paradigma ilmu pengetahuan.g) Menjelaskan keputusan ini dari sisi paradigma lingkungan yang paling sesuai.h) Menjelaskan keputusan ini dari sisi agenda setting.i) Melakukan CATWOE Analysis.

Catatan: Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang permasalahan pembangunan tanggul raksasa, Saudara disarankan untuk mencari tambahan info di media cetak maupun elektronik.

-----00000-----