ujian skripsi 1
-
Upload
jenggiklotim -
Category
Documents
-
view
3.191 -
download
0
Transcript of ujian skripsi 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu berbahasa. Bahasa begitu besar
peranannya dalam kehidupan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI),
“Bahasa adalah kesatuan bunyi penuh arti yang bersifat arbiter yang berfungsi sebagai
sarana komunikasi.
Berdasarkan situasinya, bahasa dapat dibagi atas dua jenis, yaitu bahasa formal dan
bahasa nonformal. Bahasa formal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi resmi,
sedangkan bahasa nonformal adalah bahasa yang digunakan dalam situasi tidak resmi.
Sedangkan berdasarkan penyampaiannya, bahasa dapat dibagi atas dua jenis, yaitu
bahasa lisan dan bahasa tulisan. Bahasa lisan adalah bahasa yang dipakai dalam
berkomunikasi secara langsung, sedangkan bahasa tulisan digunakan dalam
berkomunikasi secara tidak langsung.
Kedua jenis bahasa tersebut mempunyai aturan-aturan tersendiri yang harus diikuti
untuk berbahasa yang baik dan benar. Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD). EYD adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-
bunyi (kata, kalimat, dsb.) dalam tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda-tanda
baca.
Pada tanggal 16 Agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan
pemakaian Ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan putusan
presiden No. 57, Tahun 1972.. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan
buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan,
sebagai patokan pemakaian ejaan itu.
1
Karena penuntutan itu perlu dilengkapi, panitia pengembangan Bahasa Indonesia,
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yang dibentuk oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dengan surat putusannya tanggal 12 Oktober 1972, No. 156/P/1972
(Amran Halim, ketua), menyusun buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan yang berupa pemaparan kaidah ejaan yang lebih luas. Setelah itu,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat putusannya No. 0196/1975
memberlakukan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan
pedoman Pembentuk Istilah.
Pada tahun 1987 kedua pedoman tersebut direvisi. Edisi revisi dikuatkan dengan
surat putusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0543a/U/1987, tanggal 9
September 1987.
Pembelajaran bahasa Indonesia telah diselenggarakan di setiap jenjang pendidikan,
bahasa Indonesia dijadikan sebagai mata pelajaran wajib dari jenjang pendidikan SD
hingga ke SMU bahkan juga diberikan di Perguruan Tinggi. Keraf (1980:8-9)
menyatakan bahwa tujuan pengajaran bahasa adalah dimilikinya kamahiran berbahasa
di kalangan siswa. Kemahiran berbahasa pada umumnya mencakup empat aspek yaitu
menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Pemilikan kemahiran berbahasa itu selalu
bersifat berurutan dimulai dari menyimak, berbicara, membaca dan menulis.
Salah satu keterampilan berbahasa yang dituntut dalam kurikulum baik kurikulum
terdahulu maupun kurikulum berbasis komptensi 2004 adalah keterampilan menulis.
Menurut Nurgiyantoro (1996:6) “aktivitas menulis merupakan manifestasi
keterampilan berbahasa yang paling akhir dikuasai pelajar setelah menyimak, berbicara
dan membaca”. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa
keterampilan menulis merupakan taraf terakhir yang dikuasai pelajar bahasa setelah
menyimak, berbicara dan membaca.
2
Keterampilan menulis sebagai salah satu aspek dari keterampilan berbahasa
mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Seseorang dapat
mengungkapkan pikiran dan gagasan untuk mencapai maksud dan tujuan yang
hendak dicapainya melalui kegiatan menulis. Menurut Tarigan (1985:3) “menulis
merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi
secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain melainkan melalui
tulisan”. Dapat dikatakan bahwa menulis bisa dijadikan sebuah media bagi seseorang
dalam berkomunikasi tanpa harus bertatap muka.
Salah satu bentuk aktivitas pembelajaran menulis pada siswa adalah membuat
suatu karangan atau mengarang. Dimana mengarang itu adalah memaparkan atau
menuangkan segala rasa baik kenyataan maupun harapan, sehingga dapat disusun
menjadi sebuah cerita. Pada karangan siswa tersebut banyak sekali ditemui kesalahan
dalam menggunakan ejaan yang disempurnakan.
Di sekolah kita harus berusaha untuk dapat mengindahkan EYD, sebab bila kita
tidak mengindahkan EYD tentunya bahasa Indonesia yang digunakan bukanlah
bahasa Indonesia yang baik dan benar. Namun pada kenyataan banyak sekali siswa-
siswa di SMP belum memahami apa itu EYD, dan bagaimana penerapannya khusus
pada saat membuat karangan, dimana penempatan huruf kapital dan penggunaan
tanda bacanya. Jika seperti itu akan terjadi banyak kerancuan dalam pemakaiannya
sehingga pada akhirnya merugikan keberadaan bahasa Indonesia itu sendiri sebagai
jati diri bangsa Indonesia.
Untuk mengatasi masalah ini peneliti harus mempelajari dengan sungguh-
sungguh bagaimana memperoleh gambaran tentang kesalahan menggunakan EYD
pada karangan bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMPN 2 Unter Iwes tahun
pelajaran 2008/2009. Apabila kesalahan penggunaan EYD ini berlarut-larut dibiarkan
3
maka siswa tidak akan dapat menulis karangan yang sesuai dengan ejaan dan kaidah
ketentuan bahasa yang berlaku. Berdasarkan hal tersebut di atas maka penulis
menganggap sangat penting untuk meneliti masalah kesalahan penggunaan EYD
pada karangan bahasa Indonesia siswa kelas VIII SMPN 2 Unter Iwes tahun
pelajaran 2008/2009.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah, "Bagaimanakah kesalahan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan,
khususnya penggunaaan huruf kapital dan tanda baca, pada karangan bahasa
Indonesia siswa kelas VIII SMPN 2 Unter Iwes tahun pelajaran 2008/2009”?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui kesalahan penggunaan Ejaan Yang Disempurnakan, khususnya
penggunaaan huruf kapital dan tanda baca, pada karangan bahasa Indonesia siswa
kelas VIII SMPN 2 Unter Iwes tahun pelajaran 2008/2009.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi guru bahasa dan sastra Indonesia dapat memberikan masukan dalam rangka
menyempurnakan kegiatan membina proses belajar mengajar terutama dalam
rangka menulis karangan.
b. Bagi siswa khususnya kelas VIII SMPN 2 Unter Iwes hasil penelitian ini dapat
dijadikan bahan masukan untuk meningkatkan keterampilan menulis terutama
dalam menulis sebuah karangan.
4
c. Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam
keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menulis karangan.
d. Supaya siswa dapat lebih paham dan mengerti tentang pemakaian bahasa dengan
baik dan benar sesuai dengan ketentuan ejaan dan kaidah bahasa yang berlaku.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Analisis
Analisis adalah proses pencarian jalan keluar (pemecahan masalah) yang
berangkat dari dengan akan kebenarannya, penyelidikan terhadap suatu peristiwa
untuk menguraikan suatu pokok atas bagiannya dan pemecahan bagian itu sendiri
serta berhubungan antara bagian untuk mendapatkan pengertian yang tepat dan
pemahaman makna keseluruhan (KBBI:S).
Apabila batasan pengertian tersebut diatas dihasilkan, dengan judul penelitian
ini, maka analisis kesalahan penggunaan EYD pada karangan bahasa Indonesia siswa
kelas VIII SMPN 2 Unter Iwes tahun pelajaran 2008/2009. Berdasarkan pengamatan
saya permasalahan yang relevan dalam pembelajaran menulis khususnya menulis
karangan bahasa Indonesia itu adalah siswa cenderung kurang menerapkan
pemakaian Ejaan seperti pemakaian huruf kapital dan tanda baca.
2.2 Pengertian Kesalahan
Orang sering menyebutkan kesalahan atau salah, tetepi apakah mereka
mengerti dan paham apa itu salah/kesalahan. Berikut ini akan dijabarkan pengertian
kesalahan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:770) kesalahan adalah
kekeliruan dan kealpaan. Berdasarkan pengertian tersebut dapat diuraikan bahwa
kesalahan pada dasarnya merupakan hal yang biasa terjadi. Kekeliruan ataupun
kealpaan itu dapat disengaja serta tidak adanya pengetahuan yang memadai. Akan
tetapi, kalau dicermati dalam proses pembelajaran terutama yang dilakukan oleh
siswa bahwa hal ini terjadi karena faktor kesengajaan yang bersumber dari diri siswa
6
itu sendiri. Siswa kurang hati-hati menggunakan ejaan ketika mengarang. Hal ini
biasa terjadi pada siswa. Memang sebagai kesalahan atau hal-hal yang berkaitan
dengan salah tidak selamanya disengaja, namun bila dalam proses pembelajaran yang
terjadi di kelas, siswa tidak dapat mengerjakan soal dan mendapat nilai kurang baik.
Dengan demikian, kesalahan adalah hal-hal yang secara sengaja atau tidak sengaja
yang membuat sesuatu itu menjadi tidak benar.
Menurut Dulay (dalam Tarigan, 1995:142) kesalahan adalah bagian konversi
atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku atau norma terpilih dari
per formasi bahasa orang dewasa.
Menurut Tarigan (1990:35) kesalahan adalah upaya sang pembelajar
mengikuti kaidah-kaidah yang diyakininya, atau yang diharapkannya, benar atau tepat
tetapi sebenarnya salah atau tidak tepat dalam beberapa hal.
Menurut KBBI (2005:983) kesalahan adalah suatu perihal yang tidak betul
atau tidak benar, kekeliruan, kealpaan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesalahan
berbahasa adalah suatu hal yang menyimpang dari kaidah-kaidah berbahasa yang
benar.
Menurut Tarigan (1995:196) unsur-unsur yang termasuk ke dalam kategori
kesalahan berbahasa Indonesia sebagai beriku:
a. Kesalahan Fonologi atau Kesalahan Ucapan
Kesalahan Ucapan adalah kesalahan mengungkapkan kata sehingga menyimpang
dari ucapan baku atau bahkan menimbulkan perbedaan makna.
b. Kesalahan Ejaan
Kesalahan Ejaan adalah kesalahan menuliskan kata atau kesalahan menggunakan
tanda baca.
7
c. Kesalahan Morfologi
Kesalahan Morfologi adalah kesalahan memakai bahasa disebabkan oleh salah
memilih afiks, salah menggunakan kata ulang, salah menyusun kata majemuk, dan
salah memilih bentuk kata.
d. Kesalahan Sintaksis
Kesalahan sintaksis adalah kesalahan atau penyimpangan struktur frasa, klausa,
atau kalimat, serta ketidaktepatan pemakaian partikel.
e. Kesalahan Leksikon
Kesalahan Leksikon adalah kesalahan memakai kata yang tidak atau kurang
tepat.
2.3 Pengertian Menulis
Menurut KBBI (1990:96), menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan
(mengarang/surat) dengan tulisan. Sedangkan menurut Tarigan (2000:21) menulis
adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan
suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat
membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
gambaran grafik itu. Sementara itu Tarigan mengatakan bahwa, menulis adalah suatu
representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya menulis merupakan suatu kegiatan mencurahkan rasa,perasaan,dan pikiran
dalam bentuk tulisan. Kegiatan itu juga melambangkan berbagai keinginan serta
gambaran yang disalurkan ataupun diwujudkan dalam bahasa, sehingga orang lain
dapat memahaminya. Menulis juga tidak terlepas dari kegiatan membaca, semakin
banyak membaca, akan banyak pengetahuan yang akan dicurahkan dalam tulisannya.
8
2.4 Pengertian Karangan
Menurut KBBI (1990:390) karangan adalah hasil mengarang, tulisan, cerita,
artikel, buah pena. Sedangkan menurut Atmowiloto (2004:5) karangan adalah hasil
imajinasi yang diolah dan diciptakan kembali oleh pengarang. Berdasarkan kedua
pendapat tersebut dapat diuraikan bahwa pada dasarnya karangan itu merupakan hasil
olah pikiran, pengalaman yang bisa berupa cerita atau cerita ataupun tulisan yang
mengandung arti khusus. Karangan merupakan hasil dari mengarang yang ditulis
oleh pengarang dengan melahirkan berbagai macam ide, pengalaman, dan kreativitas
yang menarik untuk diamati.
Menurut kamus pelajar SLTP (2003:830) karangan adalah menulis dan
menyusun cerita, buku, sajak. Jadi, mengarang itu menuangkan segala rasa baik
kenyataan maupun khayalan. Sehingga dapat disusun menjadi sebuah cerita, buku,
maupun sajak yang baik dan dapat dinikmati pembaca maupun masyarakat. Dengan
demikian, karangan adalah hasil dari mengarang yang berupa cerita yang diperoleh
dari pengalaman maupun imajinasi.
2.5 Pengertian Ejaan
Menurut KBBI ((1990:219) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat dsb.) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan
tanda-tanda baca. Pendapat lain mengatakan, ejaan adalah perlambangan fonem
dengan huruf (Badudu, 1981:31). Sedangkan menurut Arifin (2002:170) ejaan adalah
keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana
hubungan antara lambang-lambang itu, pemisahan dan penggabungannya dalam
suatu bahasa. Sementara itu menurut Kusno (1986:61) ejaan adalah aliran menuliskan
bunyi ucapan dalam bahasa dengan tanda-tanda atau lambang-lambang. Menurut
9
Chaer (2006:36) ejaan adalah konvensi grafis, perjanjian di antara anggota
masyarakat pemakai suatu bahasa untuk menuliskan bahasanya, yang berupa
pelambangan fonem dengan huruf, mengatur cara penulisan kata dan penulisan
kalimat, berserta dengan tanda-tanda bacanya. Wirjosoerdarmo (1984:61)
berpendapat bahwa ejaan adalah aturan menuliskan bunyi. Keraf ((1984:47)
berpendapat bahwa ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana menggambarkan
lambang-lambang bunyi-ujaran dan bagaimana inter-relasi antara lambang-lambang
itu (pemisahan dan penggabungannya) dalam suatu bahasa. Selanjutnya secara
teknis, ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, penulisan tanda baca.
Kridalaksana (2008:54) mengemukakan bahwa ejaan adalah penggambaran bunyi
bahasa dengan kaidah tulis menulis yang distandarisasikan, yang lahir mempunyai 3
aspek, yaitu aspek fonologis yang menyangkut penggambaran fonem dengan huruf
dan menyusunan abjad, aspek morfologis yang menyangkut penggambaran satuan-
satuan morfemis, dan aspek sintaksis yang menyangkut penanda ujaran berupa tanda
baca. Menurut KBBI (2005:285) ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan
bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb.) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta
penggunaan tanda baca. Menurut Suryaman (1987:7) “ejaan adalah keseluruhan
peraturan bagaimana melambangkan bunyi-bunyi ujaran, bagaimana menempatkan
tanda-tanda baca, bagaimana memotong-motong suatu kata dan bagaimana
menggabungkan kata-kata.
Senada dengan uraian di atas, Gani (1992:2) menyatakan bahwa “ejaan adalah
seperangkat aturan dalam melambangkan bunyi-bunyi ujaran dan hubungan antar-
lambang tersebut, baik dalam bentuk pemisahannya maupun dalam bentuk
penggabungannya.
10
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa ejaan adalah
kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi bahasa dengan kaidah dalam bentuk
tulisan yang mempunyai 3 aspek, yaitu aspek fonologis yang menyangkut
penggambaran fonem dengan huruf dengan penyusunan abjad, aspek morfologis
yang menyangkut penggambaran satuan-satuan morfemis, aspek sintaksis yang
menyangkut penanda ujaran berupa tanda baca. Seperangkat aturan normatif, yang
mengatur tentang pemindahan bahasa lisan ke dalam bahasa tulis sering dikenal
dengan istilah ejaan.
2.6 Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital
2.6.1 Huruf Kapiltal adalah : huruf yang berukuran dan berbentuk khusus (lebih
besar daripada huruf biasa), biasanya digunakan sebagai huruf pertama dari
kata pertama dalam kalimat, huruf pertama nama diri dsb, seperti A, B, H;
huruf besar (http://www.bahtera.org/kateglog)
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat
Contoh :
Dia siswa yang pandai.
Apakah Ahmad sudah berangkat ?
Berhati-hatilah kalau kamu mau lewat sana.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung
Contoh :
Lisa bertanya, “Mengapa anak-anak itu kelaparan?”
“Kemarin Dina pulang terlambat,” katanya.
“Besok pagi,” kata bu Karim, “Dia akan berangkat.”
11
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan, agama, dan kitab suci.
Contoh :
Allah
Yang Mahakuasa
Hamba-Mu
Islam
Alquran
Injil
Kristen
Hindu
Budha
Konghucu
d. Hurup kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan dan keagamaan yang diikuti nama orang
Contoh:
Rasulullah
Nabi Isa
Imam Ali
Kiai haji Ahmad Dahlan
Raden Ajeng Kartini
Sultan Agung
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat
yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang
tertentu, nama instansi, atau nama tempat.
12
Contoh :
Ketua MPR Amir Machmud
Jenderal Sumitro
Gubernur Jawa Timur
Departemen Keuangan
Kalimatan Tengah
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang
Contoh :
Ampere
Mohammad Yamin
Dewi Sartika
Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama orang yang digunakan
sebagai nama jenis atau satuan.
Contoh :
20 ampere
mesin diesel
10 volt
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa
Contoh :
bangsa Indonesia
suku Batak Karo
bahasa Melayu
Huruf kapital tidak digunakan sebagai huruf pertama yang dipakai sebagai
bentuk dasar kata turunan
Contoh :
13
pengindonesiaan kata asing
kesunda-sundaan
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari raya, dan
peristiwa sejarah
Contoh :
Tahun Hijriyah
Bulan Agustus
Bulan Puasa
Hari Natal
Hari Jumat
Perang Dunia II
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama peristiwa sejarah yang
tidak dipakai sebagai nama.
Contoh :
Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsanya.
Perlombaan senjata membawa resiko pecahnya perang dunia
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi, namun tidak
dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama
diri. Huruf kapital tidak pula dipakai sebagai huruf pertama nama geografi
yang digunakan sebagai nama jenis.
Contoh :
Asia Tenggara daerah tenggara
Bukit Barisan pergi ke bukit
Danau Toba air danau
14
Gunung Kelud puncak gunung
Jalan Sudirman di tengah jalan
Kali Berantas ikan di kali
Kota Ambon pisang ambon
Laut Jawa angin laut
Ngarai Sianok daerah ngarai
Pulau Jawa gula jawa
Puncak Bogor menuju puncak
Teluk Benggala sekitar teluk
j. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara,
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali
kata seperti dan.
Contoh :
Republik Indonesia
Mejelis Permusyawaratan Rakyat
Menteri Kehakiman dan HAM
Keputusan Presiden Republik Indonesia
Undang-undang Guru dan Dosen
k. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku,
majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan,
yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal.
Contoh :
Ia penulis buku Hak Gus Dur untuk Nyleneh.
Sudah dua bulan ayah berlangganan Koran Republika.
15
Siswa itu sedang menyusun makalah berjudul “hak-hak Anak dalam
keluarga”.
l. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar,
pangkat, dan sapaan.
Contoh :
Dr. (doctor)
M.Pd.(magister pendidikan)
S.E. (sarjana ekonomi)
S.S. (sarjana sastra)
Prof. (professor)
Tn. (tuan)
Ny. (nyonya)
Sdr. (saudara)
m. Huruf kapital dipakai sebagai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan
kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang
dipakai dalam penyapaan dan pengacuan.
Contoh :
“Selamat siang, Pak?” ujar Alam.
Adik bertanya, “itu apa, bu?”
Surat Saudara sudah saya terima.
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan
kekerabatan yang tidak dipakai dalam penyapaan dan pengacuan
Contoh :
Kita harus menghormati bapak dan ibu kita.
Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.
16
n. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh :
Sudahkah Anda tahu?
Surat Anda telah kami terima.
2.7 Tanda Baca
2.7.1 Tanda Titik (.)
a.Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
Contoh :
Ayahku tinggal di Ciamis.
Namanya Alam.
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu daftar
Contoh :
1.1 Isi karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar
1.2.2 Grafik
1.2.3 Tabel
c. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit dan yang
menunjukkan waktu
Contoh :
Pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
d. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan jangka waktu
Contoh :
17
1.35.20 jam (1 jam, 35 menit, 20 detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.20 jam (20 detik)
e. Tanda titik dipakai diantara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir
dengan tanda tanya dan tanda seru dan tempat terbit dalam daftar pustaka
Contoh :
Kosasih, E. 2002. Panduan Menulis Surat Dinas. Bandung: Yrama Widya.
f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh :
Kawasan itu berkabupaten 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan 1.123 jiwa.
Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukkan jumlah
Contoh :
Ia lahir pada tahun 1973 di Ciamis.
Pembahasan tentang puisi ada pada halaman 301.
Hubungi saja telepon 081 21427556.
Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan
atau kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Contoh :
Intisari bahasa Indonesia untuk SMA (tanpa titik)
Daftar imbuhan dalam bahasa Indonesia (tanpa titik)
Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau
(2) nama dan alamat penerima surat.
Contoh :
18
1. Pengirim
E. Kosasih, M. Pd
Jalan Sukamaju No. 14
Kecamatan Taman Sari
Kota Tasikmalaya (tanpa titik)
2. Bandung, 1 September 2006 (tanpa titik)
3. Kepada
Yth. Drs. Encep Syarief Nurdin, M. Pd, M.Si
Jalan. Gegerarum Baru 20. Bandung (tanpa titik)
2.7.2 Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di anatar unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Contoh :
Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang
mengunakan kata penghubung tetapi dan melainkan.
Contoh :
Didi bukan anak saya, melainkan anak pak Karim
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mendahului anak kalimatnya.
Contoh :
Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika anak kalimat itu mengiringi kalimatnya
19
Contoh :
Saya tidak akan datang kalau hari hujan.
d. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar
kalimat yang terdapat pada awal kalimat termasuk di dalamnya, oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh :
Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
Jadi, soalnya tidak semudah itu.
e. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, auh,
kasihan dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat
Contoh:
O, begitu?
Wah, bagus sekali permainanmu!
Hati-hati, ya, nanti jatuh.
f. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat.
Contoh:
Kata ibu, ”Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata ibu, “karena kamu lulus.”
g. Tanda koma dipakai di antara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian
alamat,(3) tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat wilayah atau negeri
yang ditulis berurutan.
Contoh:
20
surat ini harap di alamatkan kepada saudara Syaiful Rachman, kelas 3
SMA Negeri 4 kota Tasikmalaya. Bapak Yogia S. Meliala, Jalan Permai
28 No.97-100, Margahayu Permai Bandung.
Jakarta, 1 Januari 2006
Medan, Sumatra Utara
h. Tanda koma di pakai untuk menceraikan bagian nama yang
dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Contoh:
Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 1995. Sosiolingistik, Perkenalan
Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
Rakhmat, Jalaludin. 2000. Ratorika Modern, Pendekatan Praktis.
Bandung: Rosda Karya.
i. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri,
keluarga, atau marga.
Contoh:
Drs. Encep Syarief, M.Pd. ,M.Si
Asep Juanda, S. Pd.
j. Tanda koma di pakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Contoh:
12,5 m
105,7 mm
Rp 1.500,100
21
k. Tanda koma di pakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
sipatnya tidak membatasi.
Contoh:
Guru saya,pak Ridwanudin, pandai sekali. Di daerah kami,
misalnya,masih banyak lelaki yang makan sirih.
Semua siswa, baik laki maupun perempuan, harus mengikuti acara
pengajian nanti sore.
l. Tanda koma dapat dipakai – untuk menghindari salah baca – di
belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Atas bantuan Pak Asep, Juanda mengucapkan terima kasih .
Dalam mengelola kampung, kita perlu kerja sama dengan aparat dan
desa.
m. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain yang mengiringnya dalam kalimat jika petikan langsung itu
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
Contoh :
“Kamu sekarang sekolah di mana?” Tanya Kakek kepada Agus.
“Tolong kembalikan buku ini ke perpustakaan,”ujar Pak guru kepada
Yani.
2.7.3 Tanda Titik Koma (;)
a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan setara.
Contoh :
22
Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Contoh :
Kakak membaca buku di ruang tengah; ibu membaca koran di ruang
tamu.
Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; ibu sibuk bekerja di dapur.
2.7.4 Tanda Titik Dua (:)
a. Dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika dikuti rangkaian atau
pemerian.
Contoh :
Kita sekarang memerlukan perabot rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari
Tanda titik dua tidak dipakai jika rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri suatu pernyataan.
Contoh :
Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari
Di rumahku kini ada ayah, ibu, nenek, kakek, dan paman.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Contoh :
Ketua : Purnama Alam
Sekretaris : Maharanny Permatha
23
Bendahara : Agung Sanggabuana
Nama : Syaiful Rahman
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan Sukamaju 14, Kota Tasikmalaya
c. Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Contoh :
Ibu : (meletakkan beberapa kopor) “bawa kopor ini, Mir!”
Amir : ‘kemana, Bi?”
d. Tanda titik dua dipakai (1) diantara jilid atau nomor dan halaman, (2)
diantara bab dan ayat dalam kitab suci, (3) di antara judul dan anak
judul suatu karangan, serta (4) nama kota dan penerbit buku acuan
dalam karangan.
Contoh :
Tempo, 1 (1971), 34:7
Surah Yasin:9
Bahasa Persatuan Kita? Djakarta: Eresco, 1968.
2.7.5 Tanda Hubung (-)
a. Tanda hubung menyambung suku-sku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris. Namun demikian, suku kata yang berupa satu vokal
tidak ditempatkan pada ujung baris atau pangkal baris.
24
Contoh :
Benar Salah
1) Di samping itu, ada juga cara-ca-
ra lama yang dipertahankan.
2) Tidak lama lagi paman akan da-
tang dari Bandung.
3) Kami berharap mereka akan se-
gera pergi dari kampung kita.
1) Mungkin beberapa minggu i-
ni tidak akan datang ke sekolah.
2) Persoalan yang kita hadapi i-
tu akan kita selesaikan melalui
dialog
3) Bulan ini direncanakan saya dan i-
bu akan berkunjung ke rumah
kakek.
b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya
atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada pergantian baris.
Namun demikian, akhiran –i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu
huruf saja pada pangkal baris.
Contoh :
Benar Salah
1. Untuk itu, saya dan dia akan
merencanakanya dalam minggu ini.
2. Walaupun dia anak kecil, dengarkan
saja perkataannya.
1) Karena sudah lelah, mari kita
akhir-i pertemuan ini.
2) Setiap pagi, kami berdua
mengair-i sawah tersebut.
25
c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh :
anak-anak
kucing-kucingan
berkejar-kejaran
bolak-balik
d. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-
bagian tanggal.
Contoh :
p-a-n-i-t-i-a
26-4-1973
e. Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (1) hubungan bagian kata
atau ungkapan dan (2) penghilangan bagian kelompok kata.
Contoh :
ber-evolusi, dua puluh lima-ribuan (1 x 500), tang-
gung jawab- dan kesetiakawanan-sosial
f. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan (1) menyambungkannya
imbuhan se- dengan kata yang dimulai dengan huruf kapital, (2) ke-
dengan angka, (3) angka dengan –an, (4) singkatan berhuruf kapital
dengan imbuhan atau kata, dan (5) jabatan rangkap.
Contoh :
se-Indonesia
ber-Tuhan
di-PHK
26
ke-2
tahun 70-an
hari-H
sinar-X
Menteri-Sekretaris Negara
g. Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing.
Contoh :
di-smash
mem-back up
pen-takcle-an
2.7.6 Tanda Pisah (–)
a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat.
Contoh :
Kemerdekaan bangsa itu–saya yakin akan ter-
capai–diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
b. Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh :
Rangkaian temuan itu–evolusi, teori kenibisian, dan kini juga pembelahan
atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti
‘sampai’ atau ‘sampai ke’.
27
Contoh :
1973–2006
tanggal 5–10 April 1970
Jakarta–Bandung
2.7.7 Tanda Elipsis ( … )
a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus
Contoh :
Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Contoh :
Seba-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Catatan :
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu
dipakai empat titik; tiga buah titik untuk menandai penghilangan teks dan
satu lagi untuk menandai akhir kalimat.
Contoh :
Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ….
2.7.8 Tanda Tanya ( ? )
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Contoh :
Kapan dia datang?
28
Apakah ia adikmu?
b. Tanda tanya dipakai dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian yang
disangsikan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh :
Ia dilahirkan pada tahun 1973 (?)
Uangnya sebanyak lima juta rupiah (?) hilang.
2.7.9 Pemakaian Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan
atau perintah yang mengambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun
rasa emosiyang kuat.
Contoh :
Lari!
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
Kakak, tolong!
Merdeka!
2.7.10 Tanda Kurung ( ( … ) )
a. Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan
Contoh :
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian
Kegiatan) kantor itu.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integrasi pokok pembicaraan.
29
Contoh :
Ayah meminta Ranny (putri Pak Cecep) untuk menyelesaikan tugas ini.
Keterangan ini (lihat pula halaman 10) menunjukkan perkembangan
baru dalam pasaran dunia.
c. Tanda kurung mengapit angka atau kata yang kehadirannya dalam teks
dapat dihilangkan.
Contoh :
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
Anak itu berasal dari (kota) Yogyakarta.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang merinci satu urutan
keterangan.
Contoh:
Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c)
modal.
2.7.11 Tanda Kurung Siku ( [ … ] )
a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis
orang orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau
kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Contoh :
Sang Sapurba men[ d] engar bunyi gemerisik.
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Contoh :
30
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan dalam Bab II
[lihat halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
2.7.12 Tanda Petik (” …” )
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan
dan naskah atau bahan tertulis lain.
Contoh :
”Saya akan pergi sekarang,”ujar Alam dengan tergesa-gesa.
Pasal 36 UUD 1945 berbunyi ,”Bahasa Negara ialah bahasa
Indonesia.”
b. Tanda petik mengapit judul syair karangan atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
Contoh :
Bacalah ”Hikmah Puasa” dalam harian Republika, 15
Desember 2001.
Sajak ”Aku” karya Chairil Anwar terdapat dalam halaman 44
buku ini.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Contoh :
Pekerjaan ini dilaksanakan dengan cara ”coba dan ralat” saja.
”Ember” dia melakukan perbuatan itu.
Karena tubuhnya yang mungil, temannya itu ia panggil ”si
Kancil”.
31
d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung.
Contoh:
Kata Tono, ”saya minta satu.”
e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di
belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai
dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan ”Si Hitam”.
2.7.13 Tanda Petik Tunggal ( ‘ … ‘ )
a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain.
Contoh :
Tanya Basri, ”Kau dengar bunyi ’kring-kring’tadi?”
”Ketika saya menemukannya, anak itu berteriak ‘Tolong-
tolong’berkali-kali,” ujar kakak mengakhiri ceritanya.
b. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
atau ungkapan asing.
Contoh :
feed-back ’balikan’
2.7.14 Tanda Garis Miring
a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat
dan penanda masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwin.
32
Contoh :
No.212/DT/VIII/2006
Jalan Permai 28/97 Bandung
tahun anggaran 2006/2007
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Contoh :
dikirim lewat darat/laut ’dikirim lewat darat atau lewat
laut’
Harganya Rp25,00/lembar ’harganya Rp25,00 tiap lembar’
2.7.15 Tanda Penyingkat atau Apostrof (' )
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian
angka tahun.
Contoh :
Ali ' kan kutelepon besok pagi. ( ' kan = akan)
Malam ' lah tiba.( ' lah = telah)
1 Januari ' 99 ( ' 99 = 1999)
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Pengumpulan Data
3.1.1 Metode Observasi
Data dalam penelitian ini dikumpulkan menggunakan metode
observasi. Metode observasi ialah metode pengamatan dengan sungguh-
sungguh dalam upaya mendapatkan data yang sebenarnya. Adapun hal yang
diobservasi dalam penelitian adalah penggunaan EYD, khususnya pengunaan
huruf kapital dan tanda baca pada karangan siswa kelas VIII SMP Negeri 2
Unter Iwes tahun pelajaran 2008/2009.
3.1.2 Metode Tugas
Metode tugas adalah metode pemberian sejumlah tugas atau tes
kepada populasi guna memperoleh data sesuai yang diinginkan. Tugas
diberikan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Siswa diminta membuat suatu karangan
2. Judul bebas
3. Waktu yang diberikan 2 x 35 menit
3.1.3 Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Kualitatif.
Metodelogi Kualitatif yaitu bagaimana cara mengumpulkan data dalam bentuk
kata-kata, ucapan, isyarat, serta tingkah laku dengan kata lain metode kualitatif
adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif. Data deskriptif
dapat dilihat sebagai indikator bagi norma-norma dan nilai-nilai kelompok
34
serta kekuatan sosial lainnya yang menyebabkan atau menentukan prilaku
manusia (Arief furchan. 1992 : 19-21).
Metode kualitatif ini digunakan karena : pertama, menyesuaikan
metode kualitatif lebih muda apabila berhadapan dengan kenyataan ganda.
Kedua, Metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat
menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama dan terhadap
pola-pola nilai yang dihadapi.
Penelitian kualitatif lebih banyak mementingkan segi “proses”
daripada “hasil”. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang
sedang diteliti akan jauh lebih jelas apabila diamati dalam proses (Bogdan dan
Biklen dalam meleong 200 : 7)
Selain itu metode Diskriptif Kualitatif juga bersifat menggambarkan
sesuatu keadaan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat yang dipisah-
pisahkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Dimana populasi
yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP
Negeri 2 Unter Iwes.
Data yang diperoleh adalah hasil karangan sendiri siswa kelas VIII
SMP Negeri 2 Unter Iwes, kemudian data tersebut dianalisis dengan tujuan
untuk memperoleh gambaran tentang bagaimanakah kesalahan penggunaan
EYD pada karangan Bahasa Indonesia kelas VIII SMP Negeri 2 Unter Iwes
tersebut.
35
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA
4.1 Pembahasan
Setelah saya melakukan penelitian terhadap hasil karangan siswa maka dapat
diketahui dengan jelas bahwa terdapat berbagai kesalahan-kesalahan baik penggunaan
huruf kapital maupun pengunaan tanda baca. Mengarang apabila terikat dengan suatu
aturan atau berdasarkan EYD maka tak semudah kita membalikkan telapak tangan.
Hal itu membutuhkan ketelitian apalagi karangan siswa di sini dituntut untuk
menggunakan EYD. Jadi mau tidak mau siswa tersebut harus mengikuti aturan
berbahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa yang telah ditentukan.
4.2 Kesalahan Penggunaan Huruf Kapital
4.2.1 Kesalahan penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama pada awal
kalimat
Kesalahan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Seharusnya
1. Pada saat saya pergi ….
2. Kami tiba di pelabuhan ….
3. Sesampai di sana….
4. Saya bergagas untuk pergi .…
5. Saya sangat senang….
6. Saya terjatuh ketika ….
7. Saya sangat beruntung .…
8. Kami ikut ikutan muntah ....
9. Di dalam tenda kami ….
36
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
10. Waktu sudah beranjak malam .…
11. Acara tersebut terdiri dari ….
12. Dan diam-diam ….
13. Yang kami tanda adalah .…
14. Diam-diam ternyata ….
15. Ternyata waktu untuk ….
16. Ketika hari libur ….
17. Dan pada hari itu ….
18. Saya dan teman-teman .…
19. Dan pada hari ke tiga ….
20. Ada orang-orang yang kesurupan
21. Ini aku melihat ….
22. Saking gembiranya .…
23. Aku lihat tanganmu ….
24. Dan tiba-tiba ….
25. Hai kenapa kamu …
26. Tidurku sangat lelap …
27. Kalau tidak ada duluan …
28. Lalu pembinaku menjawab …
29. Saya pergi bersama …
30. Sampai di tepi pantai …
31. Setelah saya selesai mandi
32. Hasil tangkapan ikan …
33. Selesai nonton tv …
34. Saya bersama-sama …
37
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41. kalau begitu kita ….
42. saya bilang sama Mita .…
43. karena saya takut ….
44. dan tiba-tiba ….
45. saya lama sekali bangun .…
46. sesudah mandi ….
47. kemudian pada saat .…
48. tidak lama kemudian ….
49. dan ada teman kita ….
50. kemudian kami semua ….
51. saya berjalan dengan ….
52. nak kamu harus ….
53. sapi yang saya pelihara .…
54. setelah itu saya pulas ….
55. pukul 09.00 saya ….
56. permainannya ….
57. waktu semakin habis ….
58. di dalam keras-keras ….
59. dan di situ banyak ….
35. Saya dan teman-teman
36. Waktu bel berbunyi …
37. Saya mengambil motor
38. Saya gerogi karena …
39. Kalung saya pernah jatuh …
40. Saya menunggu teman …
41. Kalau begitu kita …
42. Saya bilang sama mita …
43. Karena saya takut
44. Dan tiba-tiba …
45. Saya lama sekali bangun …
46. Sesudah mandi …
47. Kemudian pada saat …
48. Tidak lama kemudian
49. Dan ada teman kita …
50. Kemudian kami semua
51. Saya berjalan dengan …
52. Nak kamu harus …
53. Sapi yang saya pelihara …
54. Setelah itu saya pulas …
55. Pukul 09.00 saya
56. Permainannya …
57. Waktu semakin habis
58. Di dalam keras-keras
59. Dan di situ banyak …
38
60. dan ada orang yang ….
61. dan saya mencari umpan .…
62. apabila sekolah kita ….
63. tapi pada saat ….
64. kita takut sekali .…
65. dan paginya ….
66. dia sangat rakus .…
67. kemudian Pak Mul .…
68. tetapi muka juga ….
69. dua hari sebelumnya .…
70. saat perlombaan itu ….
71. ibalah saatnya ….
72. pagi hari yang cerah .…
60. Dan ada orang yang ….
61. Dan saya mencari umpan ….
62. Apabila sekolah kita ….
63. Tapi pada saat ….
64. Kita takut sekali ….
65. Dan paginya ….
66. Dia sangat rakus ….
67. Kemudian pak mul ….
68. Tetapi muka juga ….
69. Dua hari sebelumnya ….
70. Saat perlombaan itu ….
71. Tibalah saatnya ….
72. Pagi hari yang cerah ….
4.2.2 Kesalahan penggunaan huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-
unsur nama orang
Kesalahan Seharusnya
1. pak mul 1. Pak Mul
2. ARI, MUL, Rojor, HERI, JUNI 2. Ari, Mul, Rojor, Heri, Juni
NOVIAR, WAHYU, ILHAM Noviar, Wahyu, Ilham
3. ika, dian 3. Ika, Dian
39
4.2.3 Kesalahan penggunaan huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama geografi
Kesalahan Seharusnya
1. universitas mataram 1. Universitas Mataram
2. poto tano 2. Poto Tano
3. unram 3. UNRAM
4.2.4 Kesalahan penggunaan huruf kapital di pakai sebagai
huruf pertama nama hari bulan, hari raya dan peristiwa sejarah
Kesalahan Seharusnya
1. … senin yang lalu … 1. … Senin yang lalu ….
2. … malam jum’at 2. … Malam Jum’at ….
4.2.5 Kesalahan penggunaan huruf kapital dipakai sebagai
huruf pertama nama kota dan desa
Kesalahan Seharusnya
1. mataram 1. Mataram
2. sumbawa 2. Sumbawa
3. SUMBAWA 3. Sumbawa
4. MATARAM 4. Mataram
5. bali 5. Bali
6. kerekeh 6. Kerekeh
7. jorok 7. Jorok
40
4.2.6 Kesalahan penggunaan huruf kapital diakhir kalimat
Kesalahan Seharusnya
1. Mukanya dicoret dengan Benda 1. Mukanya dicoret dengan benda
4.2.7 kesalahan penggunaan huruf kapital di tengah kalimat
Kesalahan Seharusnya
1. … dan jarak jauh akan lebih Indah …. 1. … dan jarak jauh akan lebih
indah ….
2. … di sana banyak Ikan …. 2. … di sana banyak ikan ….
3. … Tekat kami Untuk …. 3. … tekat kami untuk ….
4. … pulang membawa Piala .… 4. … pulang membawa piala ….
5. … sebelum penutupan Perlombaan .… 5. … sebelum penutupan
perlombaan .…
6. … juga menjadi Malam …. 6. … juga menjadi malam ….
7. … Kami Semua …. 7. … kami semua ….
8. … yang Nakalpun …. 8. … yang nakalpun ….
9. … kami bisa bertemu Kembali .… 9. … kami bisa bertemu kembali.…
10. … dalam perjalanan Kami …. 10. … dalam perjalanan kami ….
11. … tersebut Sebelumnya …. 11. … tersebut sebelumnya ….
12. … di antara Semua …. 12. … di antara semua ….
13. … bisa bertemu Kembali .… 13. … bisa bertemu kembali ….
14. … sudah jadi Tekad …. 14. … sudah jadi tekad ….
15. … di situ banyak Ikan Kakap .… 15. … di situ banyak ikan Kakap ….
16. … sampai di Rumah …. 16. … sampai di rumah ….
41
17. … KAKEK, PAMAN dan teman 17. … Kakek, Paman dan teman
KAKEK …. Kakek ….
18. … Ikut-Ikutan .… 18. … ikut-ikutan ….
4.3 Kesalahan Penggunaan Tanda Baca
4.3.1 Kesalahan penggunan tanda titik
a. Kesalahan penggunaan tanda titik pada akhir kalimat yang
bukan pertanyaan atau susunan
Kesalahan
1. Hari ini teman-teman saya berangkat ke mataram
2. Banyak orang-orang yang ingin ke sana
3. Paman mengajak saya berlibur ke kampung nenek
4. Dia berbicara dengan sangat tegas
5. Mungkin ini yang terbaik buat mereka
6. Hanya malam
Seharusnya
Hari ini teman-teman saya berangkat ke Mataram.
Banyak orang-orang yang ingin ke sana.
Paman mengajak saya berlibur ke kampung nenek.
Dia berbicara dengan sangat tegas.
Mungkin ini yang terbaik buat mereka.
Hanya malam.
42
b. Kesalahan tanda titik di pakai untuk memisahkan angka jam menit dan detik yang
menunjukkan waktu
Kesalahan Seharusnya
pukul 6.35. 1. pukul 6.35.20
pukul 12.20. 2. pukul 12.20.30
pukul 11.10. 3. pukul 11.10.20
c. Kesalahan tanda titik pada akhir judul yang
merupakan kepala karangan
Kesalahan Seharusnya
Lomba PMR Di Mataram. 1. Lomba PMR Di Mataram
Tiga Sahabat Sejati. 2. Tiga Sahabat Sejati
Sekolahku. 3. Sekolahku
Liburan Semester. 4. Liburan Semester
Pengalaman pergi Berburuh. 5. Pengalaman pergi Berburuh
Memancing. 6. Memancing
4.3.2 Kesalahan Penggunaan Tanda Koma
a.Kesalahan tanda koma di pakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian
Kesalahan
1. Ari, Mul dan Juni
2. …. Cabe, Tomat dan sayur Bayam
3. …. Tuti, Agus dan Gita
4. Kita pergi bersama Bibi, paman dan Nenek
5. Ada ikan bakar sambal kecap dan sayur
43
6.Lomba itu diikuti oleh 10 wanita dan 10 pria
7.Lomba tandu, tenda dan paduan suara
Seharusnya
Ari, Mul, dan Juni
…. Cabe, Tomat, dan sayur Bayam
…. Tuti, Agus, dan Gita
Kita pergi bersama Bibi, Paman, dan Nenek
Ada ikan bakar, sambal kecap, dan sayur
Lomba itu diikuti oleh 10 wanita, dan 10 pria
Lomba Tandu, Tenda dan Paduan Suara
b. Kesalahan tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan
Kesalahan
1. Banyak yang terjadi tetapi dia tidak pernah putus asa
2. Kita juga sedih tetapi kita tak boleh lemah
3. Anjing itu mengonggong tetapi Merta tidak takut sama sekali
Seharusnya
1. Banyak yang terjadi, tetapi dia tidak pernah putus asa
2. Kita juga sedih,tetapi kita tak boleh lemah
3. Anjing itu mengonggong, tetapi Merta tidak takut sama sekali
44
c. Kesalahan tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antar
kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu,
jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Kesalahan
… menerima piala akan tetapi malam itu ….
Herman sakit jadi dia tidak bisa berangkat
Karena lapar ia langsung makan
Oleh karena itu pak Mul tidak bias hadir
Waktu itu turun hujan saya bersama teman-teman
Seharusnya
… menerima piala akan tetapi, malam itu ….
Herman sakit jadi, dia tidak bisa berangkat
Karena lapar, ia langsung makan
Oleh karena itu, pak Mul tidak bias hadir
Waktu itu turun hujan saya bersama teman-teman
d. Kesalahan tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Kesalahan Seharusnya
O … ya besar sekali O, … ya besar sekali
4.3.3 Kesalahan Penggunaan Tanda Hubung
Kesalahan tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris dan suku kata yang berupa satu vocal ditempatkan pada ujung
baris atau pangkal baris.
45
Kesalahan
o … bunga – bung
a …
o … berol -
a raga …
o … kata – kat
a …
o … menjeng -
uk nya …
o … terbirit - b
irit …
o … teman - t
eman …
o … perpust
akaan …
o … mel -
ihat …
o … me -
mbawa …
o … men -
gajarkan …
o … men -
gasikan …
o … lapan -
gan …
46
o … di dal -
am …
o … gun -
ung …
o … pulan -
g …
Seharusnya
o … bunga – bu-
nga ….
o … berola -
raga ….
o … kata – ka-
ta ….
o … menjenguk -
nya ….
o … terbirit -
birit ….
o … teman -
teman ….
o … perpustaka-
an ….
o … meli -
hat ….
o … mem -
47
bawa ….
o … me -
ngajarkan ….
o … me -
ngasikan ….
o … lapang -
an ….
o … di da -
lam ….
o … gunu -
ng ….
o … pula -
ng ….
4.3.4 Kesalahan Penggunaan Tanda Elipsis
Kesalahan tanda Elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus
Kesalahan
Bersuara ngaung …... Ngaung ..…. Ngaung
Kakek ku ke …… ke …... ke
Terus aku bekerja hore …... hore ..…. hore
Lalu pembinaku che ..…. Emangnya kamu tau
Oh …... Rupanya sudah nyampai ya pak
Supaya bisa mendirikan PMR lagi Amiin …...
Di hias dengan cara motif-motif ……
48
Seharusnya
Bersuara ngaung … Ngaung ... Ngaung ….
Kakek ku ke … ke ... ke ….
Terus aku bekerja hore … hore … hore ….
Lalu pembinaku he … he … he, kamu tau ….
Oh … rupanya sudah nyampai ya pak .
Supaya bisa mendirikan PMR lagi Amiin .…
Di hias dengan cara motif-motif ….
4.3.5 Kesalahan Penggunaan Tanda Seru
Kesalahan tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
ataupun rasa emosi yang kuat.
Kesalahan
Dan saya berteriak …. !
Aku terkejut sekali …. !
Masa …. !
Hore …. !
Seharusnya
Dan saya berteriak !
Aku terkejut sekali !
Masa !
Hore !
49
4.3.6 Kesalahan Penggunaan Tanda Petik
Kesalahan tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri tanda
langsung.
Kesalahan
Malam itu, malam yang menyedihkan
Kata Nisa, rumah itu dilalap Si jago merah
Kata Ari, saya juga ikut lomba PMR
Seharusnya
Malam itu, “Malam yang menyedihkan”.
Kata Nisa, “Rumah itu dilalap Si jago merah”.
Kata Ari, “Saya juga ikut lomba PMR”.
50
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan permasalahan yang telah digariskan diatas, maka peneliti dapat
mengambil kesimpulan sebagai berikut.
1) Bahwa di antara kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam karangan siswa
tersebut maka kesalahan yang paling dominan atau paling banyak yaitu terdapat
pada kesalahan penggunaan huruf kapital yang dipakai sebagai huruf pertama
pada awal kalimat, yang seharusnya ditulis dengan huruf kapital tetapi diawal
kalimat tersebut ditulis menggunakan huruf kecil begitu pula setelah tanda titik.
2) Kesalahan tersebut tidak terdapat pada penggunaan huruf kapital saja tetapi
terdapat pada penggunaan tanda baca khususnya yang paling dominan adalah
penggunaan tanda koma.
5.2 Saran
Hal yang dapat disarankan dalam penelitian ini adalah bahwa dalam menulis
sebuah karangan ataupun karya ilmiah lainnya sebaiknya kita menggunakan ejaan
yang disempurnakan atau mengikuti aturan serta kaidah-kaidah bahasa yang telah
ditentukan. Dengan demikian, maka kualitas bahasa yang disajikan akan lebih
sempurna.
51
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.Ahmad. 2008. Diktat Sejarah Perkembangan Bahasa Indonesia Universitas
Muhammadiyah Mataram.
Ahmad, Abdullah.2008. Diktat Bahasa dan Sastra Indonesia. Bima : STAI Muhammadiyah Bima.
Chaedar, Alwaisah A.1993. Linguistic (Suatu Pengantar). Bandung: Angkasa.Djajasudarma, Fatimah.1993. Simantik 1 (Pengantar Ke Arah Ilmu Makna.
Bandung: Eresco.
E - Kosasih, Densi Dkk. 2008. 1700 Bank Soal Bimbingan Pemantapan. Bandung: Irama Widya
Keraf, Gorys.1994. Diksi Dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Lestari, Rika. 2006. Bahasa Indoensia SMP (Metode Belajar Cepat). Jakarta: Puspa Swara.
Mandala, Halus. 2006. Metode Penelitian. Mataram: Universitas Muhammadiyah Mataram.
Maryani, Yani. 2005. Intisari Tata Bahasa Indonesia SMP (Edisi ke 2) Bandung: CV. Pustaka Setia.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sugono, Dendi dkk.2003. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Depdikbud (Edisi Ke 2) Jakarta: Balai Pustaka.
Sugono, Dendi Dkk. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia (Jilid 1) Jakarta, Pusat Bahasa.
52