ujian kejang demam

22

Click here to load reader

Transcript of ujian kejang demam

Page 1: ujian kejang demam

LAPORAN KASUS

KEJANG DEMAM

Oleh :

Ayu Aprita Sari (10310070)

Herfika Mulyadini (10310171)

PEMBIMBING :

Dr. Suherjati Setiyadi, Sp.A

Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Anak

Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis

Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

2015

Page 2: ujian kejang demam

BAB I

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS PASIEN

Nama : An. IUmur : 1 TahunJenis Kelamin : Laki-lakiAlamat : Bunisari, cipakuAgama : Islam Tanggal masuk : 04 Maret 2015-03-04 No. RM : 395086

II. ANAMNESIS

Anamnesis diperoleh melalui aloanamnesa terhadap ibu pasien.

A. Keluhan UtamaKejang

B. Keluhan TambahanDemam dan batuk

C. Riwayat Penyakit Sekarang

Os datang dibawa oleh orang tuanya ke UGD RSUD Ciamis dengan keluhan kejang sejak kurang lebih setengah jam sebelum masuk rumah sakit. Kejang terjadi sebanyak 1 kali. Lamanya kejang sekitar 15 menit. Saat kejang tangan os kanan dan kiri mengepal dan kedua lengan ke atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang menggigil sampai muka kebiruan. Mata mendelik keatas, tidak keluar busa dari mulut os dan lidah tidak tergigit. Setelah kejang os sadar dan langsung menangis. Ibu os mengaku sebelum kejang os mengalami demam. Dan ini serangan kejang yang pertama kali.

Demam terjadi sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam muncul tiba-tiba dan terus-menerus. Os juga mengalami batuk disertai pilek sejak kurang lebih 1 hari sebelum masuk rumah sakit bersamaan dengan demam. Batuk berdahak sesekali. Muntah disangkal. Buang air besar 1 kali, lembek, berwarna kuning, tidak berbau. Buang air kecil warna kuning jernih.

Page 3: ujian kejang demam

D. Riwayat Penyakit DahuluRiwayat kejang sebelumnya disangkal.

E. Riwayat Penyakit KeluargaRiwayat kejang karena panas pada keluarga : (+) kakak os

F. Riwayat Imunisasi

No Jenis I II III IV1 BCG √2 DPT √ √ √3 Polio √ √ √ √4 Campak √5 Hepatitis B √ √ √

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum

Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : kompos mentis Status gizi : Kesan gizi baik

Tanda Vital

BB : 10,3 kg Sh : 39,6 0C N : 156 x/menit R : 64 x/menit

Kepala : Normochepal, ubun-ubun normla, kaku kuduk (-)

Mata : Konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil bulat isokor, refleks cahaya (+/+)

Hidung : Bentuk normal, pernafasan cuping hidung (-/-)

Mulut : Bibir sianosis (-)

Telinga : Dalam batas normal

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-/-)

Thorax :

Page 4: ujian kejang demam

- Pulmo : Inspeksi : pergerakan dada simetrisPalpasi : tidak teraba massaPerkusi : Sonor disemua lapang paruAuskultasi : vesikuler (+/+), rh (-/-), wh (-/-)

- Cor :Inspeksi : Iktus kordis tidak tampakPalpasi : Iktus kordis tidak kuat angkatPerkusi : batas jantung kesan tidak membesarAuskultasi : BJ I & II murni reguller

Abdomen :

Inspeksi : CembungAuskultasi : BU (+) NormalPerkusi : TympaniPalpasi : Hepar tidak teraba, lien tidak teraba, turgor kembali cepat.

Ekstremitas :

Akral dingin : Atas -/-, bawah -/-CRT < 2’’

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium :

Leukosit : 12,5 10^3/uL Hb : 6,8 g/l Hematokrit : 22,8 Trombosit : 360 10^3/ul Gula Darah Sewaktu : 120 mg/dl

V. RESUME

Os datang dibawa oleh orang tuanya ke IGD RSUD Ciamis dengan keluhan kejang yang terjadi sebanyak 1 kali. Lamanya kejang sekitar 15 menit. Saat kejang tangan os kanan dan kiri mengepal dan kedua lengan atas dan kedua tungkai bawah bergetar seperti orang menggigil, muka os sampai kebiruan, mata mendelik keatas, os tidak keluar busa dari mulut,dan lidah tidak tergigit. Setelah kejang os sadar dan langsung menangis. Ibu os mengaku sebelum kejang os mengalami demam sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit disetai batuk dan pilek.

Page 5: ujian kejang demam

VI. DIAGNOSA KERJA

Kejang demam sederhana + Anemia

VII. PENATALAKSANAAN

IVFD D5% 20 tpm Paracetamol syr 3x1 cth Diazepam 3mg iv bila kejang Ambroxol syr 3x1 cth Saran untuk transfusi

VIII. PEMERIKSAAN ANJURAN

Elektrolit Morfologi darah tepi

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam Ad fungsionam : dubia ad bonam Ad sanationam : dubia ad bonam

BAB II

Page 6: ujian kejang demam

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kejang Demam

Adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh akibat suatu proses

ekstra cranial, tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat, gangguan elektrolit, atau

metabolic lain. Yang biasanya terjadi pada anak usia 3 bulan sampai dengan 5 tahun.

Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam

tidak termasuk dalam kejang demam

Kejang yang disertai demam pada bayi berumur < 1bulan tidak termasuk

kejang demam.

Bila anak berumur < 6 bulan atau > 5 tahun mengalami kejang yang didahului

demam, pikirkan kemungkinan lain misalnya infeksi SSP, atau epilepsy yang

kebetulan terjadi bersamaan dengan demam

2.2 Patofisiologi

Kejang merupakan manifestasi klinis akibat adanya pelepasan muatan listrik

yang berlebihan di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron tersebut baik

fisiologis, biokimiawi, maupun anatomi.

Sel saraf seperti juga sel hidup pada umumnya, mempunyai potensial

membrane. Potensial membrane yaitu selisih potensial antara intrasel dan ekstrasel.

Potensial intrasel lebih negative dibandingkan dengan ekstrasel. Dalam keadaan

istirahat potensial membrane berkisar antara 30-100 mV, selisih potensial membrane

ini akan tetap sama selama sel tidak mendapatkan gangguan. Potensial membrane ini

terjadi akibat perbedaan letak dan jumlah ion-ion terutama Na+, K+, dan Ca++. Bila sel

saraf mengalami stimulasi, misalnya stimulasi listrik akan mengakibatkan

Page 7: ujian kejang demam

menurunnya potensial membrane. Penurunan potensial membrane ini akan

menyebabkan permeabilitas terhadap ion Na+ akan meningkat sehingga Na+ akan lebih

banyak masuk ke dalam sel. Selama serangan ini lemah, perubahan potensial

membrane masih dapat dikompensasi oleh transport aktif ion Na+ dan K+, sehingga

selisih potensial kembali ke keadaan istirahat yang merupakan respon lokal. Bila

rangsangan cukup kuat, perubahan potensial dapat mencapai ambang tetap, maka

permeabilitas membrane terhadap Na+ akan meningkat secara besar-besaran pula,

sehingga timbul potensial aksi. Potensial aksi ini akan dhantarkan ke sel saraf

berikutnya melalui sinap dengan perantara zat kimia yang dikenal dengan

neurotransmitter. Bila perangsangan telah selesai, maka permeabilitas membrane

kembali ke keadaan istirahat dengan cara Na+ akan kembali keluar dan K+ masuk ke

dalam sl melalui mekanisme pompa Na-K yang membutuhkan ATP dari sintesa

glukosa dan oksigen.

Mekanisme terjadinya kejang ada beberapa teori :

1. Gangguan pembentukkan ATP dengan akibat kegagalan pompa Na-K

Misalnya pada hipoksemia, ischemia, dan hipoglikemi.

Sedangkan pada kejang sendiri dapat terjadi pengurangan ATP dan terjadi

hipoksemi

2. Perubahan permeabilitas membrane sel saraf

Misalnya hipokalsemi dan hipomagnesemi

3. Perubahan relative neurotransmitter yang bersifat eksitasi dibandingkan yang

bersifat inhibisi dapat menyebabkan depolarisasi berlebihan

Misalnya ketidak seimbangan GABA atau glutamate akan menimbulkan kejang.

Page 8: ujian kejang demam

Patofisiologi kejang demam belum diketahui secara pasti, namun diperkirakan

bahwa pada keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan

demikian reaksi-reaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen lebih

cepat habis, terjadilah keadaan hipoksia. Transport aktif yang memerlukan ATP

terganggu, sehingga Na intrasel dan K ekstrasel meningkat yang akan

menyebabkan potensial membrane cenderung turun dan atau kepekaan sel saraf

meningkat.

Pada saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energy di otak,

jantung, otot dan terjadi gangguan pusat pengaturan suhu. Demam akan

menyebabkan kejang bertambah lama, sehingga kerusakan otak makin bertambah.

Pada kejang yang lama akan terjadi perubahan sistemik berupa hipotensi arterial,

hiperpireksia sekunder akibat aktivitas motorik dan hiperglikemia. Semua hal ini

akan mengakibatkan iskhemik neuron karena kegagalan metabolism diotak.

Demam dapat menimbulkan kejang melalui :

1. Demam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel immature, karena

kenaikan suhu tubuh berpengaruh terhadap kanal ion dan metabolisme seluler,

serta produksi ATP.

Setiap kenaikan suhu tubuh 1 derajat celcius akan meningkatkan metabolism

karbohidrat 10-15%, sehingga dengan adanya peningkatan suhu akan

mengakibatkan meningkatan kebutuhan glukosa dan oksigen. Pada demam

tinggi akan mengakibatkan hipoksi jaringan termasuk otak. Dan saat keadaan

hipoksi jaringan akan melakukan metabolism anaerob, 1 molekul glukosa

hanya akan menghasilkan 2 ATP, sehingga pada hipoksia akan terjadi

kekuarangan energy. Hal ini akan menganggu fungsi normal pompa Na+ dan

reuptake asam glutamate oleh sel glia. Ke dua hal tersebut mengakibatkan

Page 9: ujian kejang demam

masuknya ion Na+ ke dalam sel meningkat dan timbunan asam glutamate

ekstrasel. Timbunan asam glutamt ini akan mengakibatkan peningkatan

permeabilitas membrane sel terhadap Na+ dan dipermudah lagi dengan adanya

demam, sebab demam akan meningkatkan mobilitas dan benturan ion terhadap

membrane sel.

2. Timbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang menyebabkan

gangguan permeabilitas membrane sel

3. Metabolism basal meningkat, sehingga terjadi timbunan asam laktat dan CO2

yang akan merusak neuron

4. Demam meningkatkan Cerebral Blood Flow serta meningkatkan kebutuhan

oksigen dan glukosa, sehingga menyebabkan gangguan pengaliran ion-ion

keluar masuk sel.

Kejang demam yang berlangsung singkat biasanya tidak menimbulkan gejala

sisa. Pada kejang demam yang lebih lama, lebih dari 15 menit biasanya diikuti

anpeu, hipoksemia yang disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan oksigen dan

energy untuk kontraksi otot skeletal, asidosis laktat yang disebabkan oleh

metabolism anaerob, hiperkapnea, hipoksemi arterial, dan selanjutnya

menyebabkan metabolism otak meningkat.

Rangkaian kejadian tersebut menyebabkan gangguan peredaran darah diotak,

sehingga terjadi hipoksemia, dan edema otak, yang pada akhirnya terjadi

kerusakan sel neuron.

Page 10: ujian kejang demam

2.3 Klasifikasi Kejang Demam

1. Kejang Demam Sederhana

Adalah kejang yang berlangsung kurang dari 15 menit,bersifat umum tonik dan

atau klonik tanpa gerakan fokal serta tidak berulang dalam 24 jam, atau tidak

berulang pada satu periode demam dan umunya berhenti sendiri.

2. Kejang Demam Kompleks

Jika kejang berlangsung lebih dari 15 menit, bersifat fokal atau parsial 1 sisi atau

kejang umum yang didahului kejang parsial dan berulang atau lebih dari 1 kali

dalam 24 jam atau selama satu periode demam.

2.4 Faktor Resiko Kejang Demam

Demam

Faktor usia

Tahap perkembangan otak dibagi enam fase :

1. Neurulasi

2. Perkembangan prosensenfali

3. Proliferasi neuron

4. Migrasi neural

5. Organisasi

6. Mielinisasi.

Fase neurulasi sampai fase migrasi neural berlangsung intrauterine, sedangkan

fase organisasi dan mielinisasi masih berlanjut sampai tahun-tahun pertama

paca natal. Sehingga kejang demam terjadi pada fase ini.

Page 11: ujian kejang demam

Fase perkembangan organisasi meliputi :

1. Differensiasi dan pemantapan neuron pada subplate

2. Pencocokan, orientasi, pemantapan dan peletakan neuron pada korteks

3. Pembentukan cabang neurit dan dendrite

4. Pemantapan kontak di sinaps

5. Kematian sel terprogram

6. Proliferasi dan differensiasi sel glia

Pada fase proses differensiasi dan pemantapan neuron di subplate, terjadi

differensiasi neurotransmitter eksitator yang lebih awal pembentukannya dan

inhibitor.

Pada fase proses pembentukan cabang-cabang neurit dan dendrite serta

pembentukan sinaps terjadi proses kematian sel terprogram dan pembentukkan

sel baru yang disebut plastisitas. Proses tersebut berlangsung selama 2tahun

pertama. Sehingga bila terjadi kejang pada masa ini akan terjadi penurunan

GABA ergic sebagai inhibitor, dan corticotrophin releasing hormone sebagai

eksitator atau prokonvulsi berkadar tinggi.

Faktor Riwayat Keluarga

Pada kelainan channelopaties yang bersifat genetic dimana terdapat defek

pada canal menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan antara aliran

masuknya Natrium dan keluarnya Kalium.

2.5 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan darah rutin

Kadar elektrolit

Page 12: ujian kejang demam

Kadar gula darah

CT scan kepala

Pungsi lumbal

EEG

2.6 Tatalaksana Kejang Demam

Dengan tujuan :

Mencegah kejang demam berulang

Mencegah status epilepsy

Mencegah epilepsy dan atau retardasi mental

Management umum ketika kejang :

Anak yang mengalami kejang utamakan jaga jalan nafas tetap terbuka

Pakaian dilonggarkan

Posisi anak dimiringkan agar tidak terjadi aspirasi

Jangan memasukkan apapun ke dalam mulut

Ukur suhu, catat lama kejang, dan sifat kejang

Berikan diazepam per-rektal saat kejang

Pengobatan kejang

Pemberian diazepam rectal pada saat kejang sangat efektif untuk

menghentikan kejang dan dapat diberikan dirumah. Apabila kejang masih

berlangsung, pemberian diazepam dapat diulang satu kali sebelum dibawa ke

rumah sakit.

Page 13: ujian kejang demam

Pemberian Obat saat Demam

Antipiretik

Antipiretik ( paracetamol 10-15 mg/kgBB perkali)

Antikonvulsan ( Pengobatan intermiten)

Pemberian diazepam dosis 0,3-0,5 mg/kgBB tiap 8 jam pada saat demam dapat

menurunkan resiko berulangnya kejang demam. Diazepam dapat diberikan

selama demam biasanya 2-3 hari. Diazepam perrectal juga dapat digunakan,

dengan dosis 5 mg untuk BB <10 kg, 10 mg untuk BB >10 kg.

Pemberian Antikonvulsan Rumatan

Asam valproat 20-40 mg/kgBB dibagi 2-3 dosis terus menerus dapat

digunakan untuk menurunkan resiko berulangnya kejang demam.

Anitkovulsan rumat diberikan selama 1 tahun dengan efek samping yang harus

diperhatikan yaitu gangguan fungsi hati yang berat terutama bila diberikan

pada anak usia <2 th.

Indikasi pemberian antikonvulsan rumat :

o Kejang lama > 15 menit

o Ditemukan kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah

kejang

o Kejang fokal atau parsial

Page 14: ujian kejang demam

Alogaritma penanganan kejang demam di rumah sakit

Cek tanda vital, ABC

IVDF D5%

Diazepam 0,3-0,5mg/kgbb iv

(maks.20mg)

Tunggu 5 menit

Masih kejang

Beri oksigenasi

Ulang, diazepam 0,3-0,5mg/kgbb iv

Dengan kecepatan 1mg/menit

Masih kejang

Fenitoin 20mg/kgbb bolus iv

Kejang (-) fenitoin rumatan

4-8mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis

12jam kemudian

Masih kejang

Fenobarbital 20mg/kgbb bolus iv

Kejang (-) fenobarbital rumatan

4-8mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis

12jam kemudian

Page 15: ujian kejang demam

Masih kejang

masuk ICU, beri Midazolam 0,15mg/kgbb iv

2.7 Prognosis

Pada kejang yang lama atau kejang berulang baik berulang maupun fokal

dapat terjadi kelainan neurologis pada sebagian kecil kasus

Dapat berulang 80 % pada kasus :

1. Riwayat kejang demam dalam keluarga

2. Usia < 12 bulan

3. Temperature yang rendah saat kejang

4. Cepatnya kejang setelah demam

Dapat terjadi epilepsy 10-49% pada :

1. Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam

pertama

2. Kejang demam kompleks

3. Riwayat epilepsy pada orang tua atau saudara kandung

Page 16: ujian kejang demam

DAFTAR PUSTAKA

1. Roy meadow, Lecture Notes Pediatrika edisi 7. Penerbit Erlangga. Jakarta.

2. Behrem RE, Kliegman RM,. Nelson Textbook of pediatrics. WB Sauders.Philadelpia.

3. Hardiono D. Pusponegoro, Dwi Putro Widodo dan Sofwan Ismail. Konsensus

Penatalaksaan Kejang Demam. Badan Penerbit IDAI. Jakarta.

4. Herry Garna, Heda Melinda N. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu kesehatan Anak

Edisi ke 5. 2014. FKU UNPAD. Bandung.