UJIAN 3

5
UKD Perekonomian Indonesia Ariesta Adies Susanto F0112016 Industri tekstil dan produk tekstil merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada tahun 2009, industri TPT berkontribusi sebesar 12,72 persen dalam perolehan devisa terhadap ekspor hasil industri tidak termasuk minyak dan gas (migas) dan sebesar 9,58 persen terhadap total ekspor non migas, meskipun 85 persen bahan baku berupa kapas masih diimpor. Nilai tersebut meningkat tajam dari hanya sebesar US$ 559 juta pada tahun 1985 (BPS, 2010). Industri tekstil didukung oleh produksi sandang yang merupakan kebutuhan primer yang dibutuhkan setiap orang. Di dalam sejarah Indonesia, Indonesia pernah dijajah Negara Belanda dan setelah merdeka Indonesia melakukan nasionalisasi perusahaan bekas Belanda pada zaman pemerintahan presiden Soekarno. Namun, nasionalisasi tersebut mempunyai dampak pada kurangnya keahlian Bangsa Indonesia untuk mengelola perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri di Indonesia. Pada akhirnya Indonesia hanya menjadi “pengikut” dan “price-taker” bagi negara-negara lain. Oleh sebab itu Indonesia tidak mempunyai kekuasaan untuk mempunyai pengaruh terhadap perekonomian dunia. Ditambah lagi tuntutan dari dunia untuk membuat pasar bebas segera terlaksana sehingga hanya akan menyusahkan Indonesia. Pasalnya, sifat ketergantungan Indonesia

Transcript of UJIAN 3

UKD Perekonomian Indonesia

UKD Perekonomian IndonesiaAriesta Adies Susanto

F0112016

Industri tekstil dan produk tekstil merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada tahun 2009, industri TPT berkontribusi sebesar 12,72 persen dalam perolehan devisa terhadap ekspor hasil industri tidak termasuk minyak dan gas (migas) dan sebesar 9,58 persen terhadap total ekspor non migas, meskipun 85 persen bahan baku berupa kapas masih diimpor. Nilai tersebut meningkat tajam dari hanya sebesar US$ 559 juta pada tahun 1985 (BPS, 2010). Industri tekstil didukung oleh produksi sandang yang merupakan kebutuhan primer yang dibutuhkan setiap orang. Di dalam sejarah Indonesia, Indonesia pernah dijajah Negara Belanda dan setelah merdeka Indonesia melakukan nasionalisasi perusahaan bekas Belanda pada zaman pemerintahan presiden Soekarno. Namun, nasionalisasi tersebut mempunyai dampak pada kurangnya keahlian Bangsa Indonesia untuk mengelola perusahaan-perusahaan yang sudah berdiri di Indonesia. Pada akhirnya Indonesia hanya menjadi pengikut dan price-taker bagi negara-negara lain.

Oleh sebab itu Indonesia tidak mempunyai kekuasaan untuk mempunyai pengaruh terhadap perekonomian dunia. Ditambah lagi tuntutan dari dunia untuk membuat pasar bebas segera terlaksana sehingga hanya akan menyusahkan Indonesia. Pasalnya, sifat ketergantungan Indonesia terhadap impor masih tinggi dan sifat warganya yang konsumtif cenderung tinggi.

Dikaitkan dengan TPT, Indonesia mempunyai saingan dalam kompetisi ketat dengan negara Cina, India, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Globalisasi berpengaruh terhadap perdagangan TPT yang menjadi semakin terbuka dan mengubah peta pasar dari sisi supply manajemen importir. Perubahan perdangangan TPT secara global membuat Indonesia terancam.

Sementara persaingan global meningkat, kondisi industri TPT semakin menurun karena adanya iklim investasi yang tidak kondusif. Iklim investasi tidak kondusif tersebut diakibatkan oleh belum adanya kepastian hukum, tingginya dan meluasnya korupsi, birokrasi dan perijinan yang berbelit-belit serta perpajakan yang seringkali bermasalah.

Dengan analisis yang melihat teori keseimbangan umum perdagangan yang menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mendorong timbulnya perdagangan internasional suatu negara dengan negara lainnya bersumber dari keinginan untuk memperluas pemasaran komoditas ekspor, memperbesar devisa bagi kegiatan pembangunan, perbedaan penawaran dan permintaan antar negara, serta akibat perbedaan biaya relatif dalam menghasilkan komoditas tertentu (Gonarsyah, 1987).

Perdagangan dapat terjadi antara dua negara dan antara dua komoditas berbeda. Perdagangan terjadi karena adanya perbedaan slope yang menunjukkan rasio harga relatif. Asumsi yang digunakan meliputi dua negara yang melakukan perdagangan, constant opportunity costs dan masing-masing negara berusaha mencapai tingkat kesejahteraan yang paling tinggi (titik tangen antara kurva indiferen dan garis barter).

Sebelum perdagangan terjadi, rasio pertukaran domestik adalah hal yang berbeda pada dua negara tersebut. Hal ini juga menunjukkan adanya perbedaan comparative advantage. Ketika perdagangan dimulai antara dua negara, rasio pertukaran internasional (term of trade) mendasari antara dua rasio domestik. Rasio pertukaran internasional akan berimbang tergantung pada willingness setiap negara untuk menawarkan komoditas ekspornya dan membeli impor pada harga relatif.

Indonesia termasuk negara kecil yang terbuka (small open economy) , di mana Indonesia tidak bisa mempengaruhi harga dunia atau peubah harga dunia sebagai peubah eksogenus (Krants, 2006). Karakteristik Indonesia sebagai negara small open economy tidak terlepas dari faktor eksternal yang mempengaruhi inflasi, seperti nilai tukar, harga minyak dunia maupun harga pangan dunia. Pada faktor eksternal, seperti nilai tukar dan harga minyak dunia berpengaruh positif dan signifikan terhadap inflasi dalam jangka panjang. Selain itu, harga pangan dunia juga berpengaruh positif, namun tidak signifikan dalam jangka panjang.

Implikasi kebijakan untuk meminimalisir guncangan faktor eksternal yaitu sebaiknya meningkatkan kemandirian energi dan pangan. Swasembada energi dapat dilakukan dengan mencari alternatif sumber energi baru yang dapat diproduksi dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan energi nasional. Swasembada pangan dapat dilakukan melalui pemenuhan kebutuhan pangan yang seoptimal mungkin berasal dari pasokan domestik dengan meminimalkan ketergantungan pada impor pangan.Sumber referensi :

Hermawan, Iwan. Analisis Dampak Kebijakan Makroekonomi Terhadap Perkembangan Industri Tekstil Indonesia Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan 2011

Pratidina, O.S. (2012). Analisis Pengaruh Guncangan Eksternal dan Internal terhadap Inflasi di Indonesia. Skripsi pada Institut pertanian Bogor: Diterbitkan