uji tetrazolium
Click here to load reader
-
Upload
sepminnaldo-oneda -
Category
Documents
-
view
276 -
download
3
description
Transcript of uji tetrazolium
UJI TETRAZOLIUM DAN UJI DAYA HANTAR LISTRIK, SALAH SATU
METODE UJI CEPAT PENDUGA MUTU BENIH
Oleh: Bambang Priyo Utomo, S.P.
PBT Ahli Pertama Balai Besar Perbenihan Dan Proteksi Tanaman Perkebunan
(BBP2TP) Surabaya
Vigor benih merupakan fokus bagi insan perbenihan. Benih yang vigor adalah produk
teknologi, yang telah melalui upaya pemuliaan genetik dan pemurnian fisik sehingga
diperoleh sebuah lot benih berisi individu-individu benih yang prima, memiliki tingkat
kemurnian genetik yang tinggi, bersih penampilan fisik, sehat pertumbuhan dan
homogen. Vigor benih jelas mengait berbagai fungsi insan benih yang bergerak di sektor
hulu maupun hilir.
Hasil peneltian menunjukkan bahwa keadaan benih pasca tanam di lapang dapat
disimulasikan dalam bentuk model-model tertentu, sehingga dapat diketahui mutu benih
dengan melakukan simulasi yang mendekati keadaan sebenarnya. Dari simulasi atau uji
tersebut dapat pula diketahui tingkat vigor benih.
Metode pendugaan mutu, khususnya mutu fisiologis dilakukan melalui metode
langsung dan tidak langsung. Metode langsung menggunakan indikator pertumbuhan
kecambah; benih dikecambahkan pada kondisi ideal untuk berkecambah dan tumbuh,
dilakukan di germinator, rumah kaca atau areal persemaian selama jangka waktu
tertentu. Metode tidak langsung didasarkan pada proses metabolisme benih serta
kondisi fisik benih disebut pula uji cepat viabilitas. Secara umum uji cepat memiliki dua
tujuan (Willan, 1985), yaitu: (a) menentukan secara cepat kualitas benih suatu jenis
yang berkecambah lambat atau menunjukkan dormansi di bawah perkecambahan
normal (b) menentukan viabilitas potensial dari suatu kelompok benih. Sebagai langkah
awal untuk menduga dengan cepat viablitas benih, yang sebelumnya dapat diketahui
dengan melakukan pengecambahan maka dilakukan uji cepat dengan berbagai metode.
Diantaranya yaitu Uji Tetrazolium dan Uji Daya Hantar Listrik
1. Uji Tetrazolium
Uji tetrazolium adalah uji yang dalam pelaksanaannya menggunakan zat indikator
berupa 2.3.5 Trifenil tetrazolium. Uji tetrazolium disebut juga uji biokhemis benih. Karena
dengan uji ini akan diketahui terjadinya proses biokimiawi yang berlangsung dalam sel,
khususnya dalam embrio benih. Uji tetrazolium juga disebut uji cepat, karena indikator
pada uji ini adalah pola-pola pewarnaan pada embrio, bukan proses perkecambahan
yang umumnya memerlukan waktu yang lebih lama dalam menentukan final count.
Klorida/bromida yang larut dalam air digunakan untuk mengindikasikan adanya sel-sel
yang hidup. Bila indikator diimbibisi oleh benih kedalam sel-sel benih yang hidup
dengan bantuan enzim dehidrogenase akan terjadi proses reduksi sehingga terbentuk
zat trifenil formazan, endapan yang berwarna merah. Pada sel-sel yang mati tidak
terjadi reduksi, sehingga warnanya tetap. Adanya pola-pola warna merah pada bagian-
bagian penting pada embrio benih mengindikasikan benih mampu menumbuhkan
embrio menjadi kecambah yang normal.
Kegunaan uji tetrazolium cukup banyak yakni: untuk mengetahui viabilitas benih yang
segera akan ditanam, untuk mengetahui viabilitas benih dorman dan untuk mengetahui
hidup atau matinya benih segar tidak tumbuh dalam pengujian daya berkecambah
benih. Uji tetrazolium sebagai uji vigor bisa dilakukan, dengan cara membuat penilaian
benih lebih ketat untuk katagori benih vigor diantara benih viabel.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam uji tetrazolium ialah : penyiapan benih yang
akan diuji dengan menghitung jumlahnya, pelembaban benih untuk aktivasi enzim dan
pelunakan jeringan benih, pembukaan jaringan benih untuk pewarnaan ( penusukan,
pemotongan, pengupasan testa, pengeluaran embrio), penyiapan larutan tetrazolium,
suhu dan lama perendaman, penilaian benih vigor tinggi, vigor rendah dan benih non
viabel, ketelitian analis.
Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna merah oleh reduksi
dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan formazan merah,
sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih. Enzim yang mendorong terjadinya proses
ini adalah dehidrogenase yang berkaitan dengan respirasi (Byrd, 1988). Kelebihan
metode TZ meliputi waktu pengujian yang singkat, sangat tepat diaplikasikan pada
benih yang mengalami dormansi serta benih yang mengalami pemasakan lanjutan (after
ripening), tingkat ketelitian tinggi, sedangkan kelemahannya memerlukan keahlian dan
pelatihan yang intensif, bersifat laboratoris, tidak dapat mendeteksi kerusakan akibat
fungi atau mikroba lainnya dan bersifat merusak.
Metode Uji Tetrazolium
(Sumber:Panduan Praktikum Ilmu dan Teknologi Benih IPB, 2011)
Benih dilembabkan selama 1 malam.
Belah bagian embrio untuk mempercepat masuknya larutan tetrazolium ke dalam
benih. Rendam benih tersebut dengan larutan Tetrazolium secukupnya sampai
benih terendam seluruhnya. Untuk mempercepat proses pewarnaan bisa
dipakai suhu 40oC selama 1 jam
Evaluasi/Pengamatan
Tabel 1. Pola Pewarnaan Embrio Benih
Benih Bisa Tumbuh Benih Tidak Bisa Tumbuh
Seluruh embrio berwarna merah
cemerlang
Bagian dari ujung skutelum tidak
berwarna
Bagian dari ujung skutelum tidak
berwarna dan bagian dari radikula yang
tidak kritis juga tidak berwarna
Bagian seminal dari akar tidak ada
pewarnaan
Plumula tidak ada pewarnaan
Bagian tengah dari skutelum dan bagian
dari tempat pertumbuhan akar seminal
tidak terjadi pewarnaan.
Plumula dan radikula tidak berwarna
Bagian bawah plumula, radikula dan
skutelum tidak berwarna
Pewarnaan embrio merah muda yang
sangat redup
2. Uji Daya Hantar Listrik
Pengukuran konduktivitas (daya hantar) listrik didasari pemikiran bahwa benih yang
bermutu rendah akan membocorkan bahan-bahan yang dikandungnya lebih banyak
daripada benih yang bermutu lebih baik. Kebocoran pada membran sel juga merupakan
tempat kerusakan yang utama dari peristiwa deteriorasi benih. Bahan-bahan yang
dikeluarkan benih pada peristiwa tersebut antara lain K, Cl, gula, dan asam amino.
Nilai daya hantar yang tinggi menunjukkan kebocoran metabolit benih yang tinggi, yang
berarti benih tersebut memiliki kualitas yang telah menurun. Benih dengan vigor rendah
Gambar 1. Uji Benih dengan tetrazolium
telah diketahui mengalami penurunan integritas membran sebagai hasil dari deteriorasi
masa penyimpanan dan kerusakan mekanik. Selama imbibisi, benih yang memiliki
struktur membran lemah melepaskan koloidal sitoplasmik ke medium imbibisi. Koloidal
dengan sifat elektrolitik membawa sebuah muatan elektrik yang dapat dideteksi dengan
conduktivity meter.
Keuntungan menggunakan uji DHL ini disebabkan karena cepat, tepat, tidak mahal, dan
prosedurnya sederhana. Namun, kadar air awal dan ukuran benih dapat mempengaruhi
rata-rata kebocoran benih. Apalagi, perlakuan benih dengan antibiotik mungkin
mempengaruhi pengukuran konduktivitas, mengharuskan antibiotik tersebut dihilangkan
sebelum penentuan konduktivitas.
Salah satu kelemahan dari metode DHL adalah hasil akhir yang ditunjukkan adalah rata-
rata dari semua benih yang diuji. Padahal secara anatomis benih dalam satu lot akan
memiliki perbedaan dari tiap individunya. Disamping struktur kulit benih yang berbeda,
terjadi pula perbedaan kemunduran plasmalema akibat dari tingkat deteriorasi yang
berbeda antar individu benih.
Metode Uji DHL (Sumber: Panduan Praktikum Ilmu Dan Teknologi Benih IPB, 2011)
Tiga lot benih 50 butir, setiap ulangan ditimbang.
Kemudian dimasukkan kedalam glassjar dan ditambahkan 250 ml air bebas ion.
Buat 3 ulangan juga untuk glassjar yang hanya berisi air untuk blanko.
Tutup glassjar untuk mencegah kontaminasi dan letakkan pada suhu konstan
20±2 0C selama 24 jam.
Siapkan konduktometer yang telah dibersihkan dan dilakukan pemanasan secara
manual. Air bebas ion sebanyak 400-600 ml disiapkan dalam glassjar untuk
membilas dip cell pada setiap pengukuran. Kalibrasi alat selalu dilakukan
menggunakan larutan KCl 0.01 M (pembacaan larutan ini harus menunjukkan
nilai antara 1273-1278 μS.cm –1).
Setelah 24 jam, glassjar berisi benih diguncang selama 10-15 detik untuk
memastikan pencampuran yang merata dengan larutan rendaman.
Air rendaman benih selanjutnya dipindahkan kedalam glassjar lain yang bersih
dengan menuangkan benih dan air menggunakan saringan.
Masukkan dip cell ke dalam air rendaman serta ukur/baca nilai konduktivitasnya.
Setiap kali pengukuran dip cell harus selalu dibilas dan dikeringkan.
Penghitungan konduktivitas per gram benih untuk masing-masing ulangan
menggunakan rumus sebagai berikut :
Konduktivitas (μS.cm –1g-1) = Konduktivitas sampel-blanko (μS.cm -1)
Berat benih per ulangan (g)
Penutup
Uji Tetrazolium dan Uji Daya Hantar Llistrik merupakan uji cepat untuk menduga mutu
benih. Uji tetrazolium menggunakan teknik pewarnaan untuk mendeteksi sel yang hidup
maupun yang mati, sehingga dengan cepat akan diketahui tingkat vigor benih yang diuji.
Benih yang vigor dicirikan struktur tumbuh benih yang meliputi plumula, radikula,
kotiledon dan embrio berwarna merah cemerlang atau merah. Sedangkan benih yang
tidak vigor tidak mengalami pewarnaan pada struktur tumbuhnya. Uji daya hantar listrik
(DHL) akan menunjukkan benih yang bervigor tinggi mempunyai integritas membran
yang baik, sehingga akan menunjukkan nilai kebocoran membran (nilai DHL) yang
rendah. Sebaliknya benih yang bervigor rendah akan menunjukkan nilai DHL yang
tinggi. Sejak tahun 1996 ISTA telah menetapkan uji DHL sebagai uji vigor yang
divalidasi untuk benih Pisum sativum, dan selanjutnya ISTA (2010) telah melakukan
validasi untuk digunakan pada benih Phaseolus vulgaris. Melihat perkembangan
penggunaan metode uji cepat ini maka teknik uji cepat ini sangat berpeluang untuk
menjadi metode pengujian yang valid di laboratorium penguji benih tanaman, termasuk
benih tanaman perkebunan.
Gambar 1. Konduktometer