Uji Penangkapan Radikal Hidroksil Oleh Fraksi Air Dari Ekstrak Teh Hitam Dan Vitamin c Secara in...
-
Upload
aldi-igniel -
Category
Documents
-
view
137 -
download
3
Transcript of Uji Penangkapan Radikal Hidroksil Oleh Fraksi Air Dari Ekstrak Teh Hitam Dan Vitamin c Secara in...
UJI PENANGKAPAN RADIKAL HIDROKSIL OLEH FRAKSI AIR DARI EKSTRAK TEH HITAM DAN VITAMIN C SECARA
IN VITRO DENGAN METODE DEOKSIRIBOSA
Agnes Nora Iska Harnita Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Intisari
Mengingat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas pada hampir semua molekul biologis seperti DNA, protein, dan membran lipid, maka saat ini banyak dikembangkan senyawa antioksidan. Namun, suatu senyawa dapat menjadi antioksidan pada suatu target, tetapi mungkin dapat menjadi prooksidan pada target yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan aktivitas antioksidan dari bahan alam (fraksi air dari ekstrak teh hitam) dan senyawa sintetis (vitamin C) secara in vitro dengan metode deoksiribosa. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental karena subyek uji diberi perlakuan. Secara in vitro, pengujian penangkapan radikal hidroksil dapat dilakukan dengan metode deoksiribosa. Metode ini menggunakan reagen Fenton untuk menghasilkan radikal hidroksil, gula deoksiribosa sebagai substrat, asam trikloroasetat (TCA) dan asam tiobarbiturat (TBA) untuk membentuk suatu kromogen berwarna merah muda yang dapat diukur absorbansinya pada panjang gelombang 532 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan secara in vitro menggunakan metode deoksiribosa yang dinyatakan dalam effective scavenging 30 (ES30) menunjukkan fraksi air dari ekstrak teh hitam lebih kecil dibandingkan vitamin C. Kata kunci: radikal hidroksil, metode deoksiribosa, fraksi air dari ekstrak teh hitam, dan
vitamin C.
Bab I. Pendahuluan
Radikal bebas adalah spesies kimia yang memiliki satu atau lebih elektron yang
tidak berpasangan pada orbital terluarnya, sehingga dapat menyerang senyawa-senyawa
lain seperti DNA, membran lipid, dan protein. Radikal ini akan merebut elektron dari
molekul lain yang ada disekitarnya untuk menstabilkan diri, sehingga spesies kimia ini
sering dihubungkan dengan terjadinya kerusakan sel, kerusakan jaringan, dan proses
penuaan (Halliwell and Gutteridge, 1999).
Beberapa jenis radikal bebas yang termasuk dalam ROS (Reactive Oxygen
Species ) adalah radikal superoksid (O2•-), radikal hidroksil (•OH), radikal peroksil
(ROO•), radikal peroksinitrit (O=NOO•-), dan radikal oksida nitrit (NO•). Diantara jenis-
152
jenis radikal tersebut, radikal hidroksil merupakan jenis radikal yang paling reaktif
(Anonim, 2005).
Mengingat besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh radikal bebas, saat ini
banyak dikembangkan senyawa-senyawa antioksidan. Suatu senyawa antioksidan
mungkin bisa melindungi suatu target dari kerusakan oksidatif, tetapi tidak dapat
melindungi target yang lain, bahkan dapat memperburuk kondisi. Sebagai contoh,
senyawa antioksidan sintetis seperti BHA (Butylated Hidroxy Anisole) yang merupakan
suatu inhibitor lipid peroksidasi yang poten, tetapi pada dosis konsumsi yang berlebihan
dapat memacu terjadinya kanker. Hal ini diduga adanya kerusakan oksidatif pada DNA
sehingga memicu terjadinya mutasi. Beberapa literatur juga menyebutkan bahwa vitamin
C dan vitamin E selain sebagai senyawa antioksidan tetapi juga bersifat prooksidan. Hal
ini yang mendorong pengembangan senyawa antioksidan yang berasal dari bahan-bahan
alami seperti teh hitam.
Aktivitas antioksidan dari teh berasal dari senyawa-senyawa polifenol seperti
katekin dan flavonoid – flavonoid lainnya. Teh hitam merupakan salah satu minuman
yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Jenis teh ini dibuat melalui fermentasi dengan
mengoksidasi katekin dalam daun segar dengan katalis polifenol oksidase, sehingga
memberi ciri khas teh hitam yaitu berwarna, kuat, dan berasa tajam.
Metode in vitro yang dipilih untuk menentukan aktivitas antioksidan dari fraksi
air teh hitam adalah metode deoksiribosa. Metode ini menggunakan reagen Fenton
sebagai penghasil radikal hidroksil dan gula deoksiribosa sebagai model makromolekul
yang didegradasi. Produk degradasi deoksiribosa oleh radikal hidroksil dapat dilihat
dengan spektrofotometer visibel karena produk senyawa yang dihasilkan dari reaksi
degradasi deoksiribosa dapat bereaksi dengan asam tiobarbiturat dalam suasana asam
dengan bantuan pemanasan dan menghasilkan suatu produk berwarna merah muda yang
dapat diukur absorbansinya pada panjang gelombang maksimum 532 nm (Halliwell et
al., 1987).
Suatu senyawa dikatakan memiliki aktivitas sebagai antioksidan apabila senyawa
tersebut dapat memperlambat atau menghambat proses oksidasi senyawa lain (McBridge
and Kraemer, 1999). Pengujian aktivitas antioksidan fraksi air dari ekstrak teh hitam
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar konsentrasi yang dibutuhkan untuk
153
menangkap suatu radikal bebas sehingga efek negatif dari radikal bebas tersebut dapat
dikurangi.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian dilakukan untuk mengetahui
kekuatan aktivitas antioksidan fraksi air dari ekstrak teh hitam dibandingkan dengan
vitamin C. Senyawa yang digunakan sebagai pembanding (kontrol positif) dalam uji
aktivi tas penangkapan radikal hidroksil dalam penelitian ini adalah vitamin C. Menurut
Halliwell dan Gutteridge (1999), secara in vitro vitamin C dapat berkhasiat sebagai
antioksidan dengan menangkap radikal hidroksil dengan konstanta kecepatan reaksi lebih
besar dari 109 M –1 s –1.
Besarnya kemampuan penangkapan radikal hidroksil dinyatakan sebagai persen
scavenging. Semakin besar nilai persen scavenging suatu senyawa/fraksi menunjukkan
besarnya kemampuan senyawa tersebut dalam menangkap suatu radikal bebas. Pada
penelitian ini aktivitas antioksidan fraksi air teh hitam dinyatakan dalam effective
scavenging 30 (ES30). Nilai tersebut menyatakan besarnya konsentrasi fraksi yang
dibutuhkan untuk menangkap radikal hidroksil sebanyak 30 %.
Bab II. Metode Penelitian
A. Preparasi Sampel
Sampel berupa teh hitam merk X diambil sebanyak 80 bungkus dari 100 bungkus.
Sebanyak 20 bungkus sampel dari jenis teh hitam dihomogenkan, digiling, dihaluskan
dengan blender. Serbuk diayak dengan derajad halus serbuk 4/18.
Penyarian dilakukan dengan cara perkolasi : timbang 300 g teh hitam, masukkan ke
dalam perkolator, tambahkan etanol 70 % sebanyak 1 liter dan diamkan selama 3 jam dan
dituangi dengan cairan penyari sampai cairan penyari yang keluar sudah jernih. Perkolat
kemudian dievaporasi hingga mendapatkan ekstrak kental. Selanjutnya , ekstrak kental
yang diperoleh diuapkan di atas waterbath sambil diangin-anginkan dengan kipas angin
sampai diperoleh ekstrak kering (Anonim, 1986)
Fraksinasi dilakukan dengan cara ekstraksi : timbang 75 g ekstrak kering dan
dilarutkan dengan aquades 150 ml di atas penangas air sambil diaduk. Larutan tersebut
diekstraksi dengan 100 ml kloroform, gojog selama 10 menit dan didiamkan selama 15
menit. Pisahkan fraksi air dari fraksi kloroform. Diulang sebanyak 3 kali . Fraksi air
154
diambil dan diekstraksi dengan 50 ml etil asetat, gojog selama 10 menit, diamkan selama
15 menit. Fraksinasi diulang dan selanjutnya fraksi air yang diperoleh dipekatkan dengan
rotaevaporator suhu 50ºC sampai kental. Penguapan dilanjutkan di atas waterbath sambil
diangin-anginkan dengan kipas angin hingga kering. Ekstrak kering kemudian disimpan
dalam eksikator.
Timbang seksama sebanyak 0,01 g serbuk fraksi air teh hitam, masukkan ke
dalam beker gelas 100 ml dan tambahkan aquades secukupnya. Pindahkan ke labu ukur
10 ml dan tambahkan aquades hingga tanda.
B. Optimasi Metode Deoksiribosa
1. Penentuan operating time (OT)
Pada tabung reaksi bertutup, masukkan sebanyak 300 μl larutan deoksiribosa 2,5
mM, kemudian tambahkan 300 μl FeCl3 1 mM; 300 μl EDTA 1 mM; 300 μl H2O2 20
mM; 4200 μl bufer fosfat pH 7,4; dan 300 μl vitamin C 1 mM. Inkubasikan pada suhu
37 ºC selama 30 menit, kemudian tambahkan 1 ml TCA 5 % dan 1 ml TBA 1 %. Tabung
reaksi yang berisi campuran tersebut dipanaskan pada water bath suhu 80 ºC selama 30
menit, dinginkan dengan air mengalir selama 5 menit dan dibaca absorbansinya pada
panjang gelombang maksimal teoritis (λmaks teoritis) 532 nm selama 1 jam (Kunchandy
and Rao, 1989).
2. Penentuan panjang gelombang serapan maksimum (λmaks)
Pada tabung reaksi bertutup, masukkan berturut-turut 200, 300, dan 400 μl larutan
deoksiribosa 2,5 mM, kemudian ke dalam masing-masing tabung tambahkan 300 μl
FeCl3 1 mM; 300 μl EDTA 1 mM; 300 μl H2O2 20 mM; bufer fosfat pH 7,4; dan 300 μl
vitamin C 1 mM (penambahan bufer fosfat disesuaikan dengan volume deoksiribosa yang
ditambahkan sehingga volume akhir campuran adalah 6 ml). Inkubasikan pada suhu 37
ºC selama 30 menit, kemudian tambahkan 1 ml TCA 5 % dan 1 ml TBA 1 %. Tabung
reaksi yang berisi campuran tersebut dipanaskan pada water bath suhu 80 ºC selama 30
menit, dinginkan, dan dibaca absorbansinya dari panjang gelombang 400 – 600 nm.
3. Pembuatan kurva hubungan antara konsentrasi deoksiribosa dengan absorbansi
kromogen MDA – TBA
155
Pada tabung reaksi bertutup, masukkan berturut-turut 100, 200, 300, 400, 500,
dan 600 μl larutan deoksiribosa 2,5 mM, kemudian ke dalam masing-masing tabung
tambahkan 300 μl FeCl3 1 mM; 300 μl EDTA 1 mM; 300 μl H2O2 20 mM; bufer fosfat
pH 7,4; dan 300 μl vitamin C 1 mM (penambahan bufer fosfat disesuaikan dengan
volume deoksiribosa yang ditambahkan sehingga volume akhir campuran adalah 6 ml).
Inkubasikan pada suhu 37 ºC selama 30 menit, kemudian tambahkan 1 ml TCA 5 % dan
1 ml TBA 1 %. Tabung reaksi yang berisi campuran tersebut dipanaskan pada water bath
suhu 80 ºC selama 30 menit, dinginkan, dan dibaca absorbansinya pada operating time
dan panjang gelombang maksimum hasil optimasi.
C. Pengujian Aktivitas Antioksidan
1. Larutan kontrol
Pada satu tabung reaksi bertutup, masukkan 600 μl larutan deoksiribosa 2,5 mM,
kemudian ke dalam tabung tersebut, tambahkan 300 μl FeCl3 1 mM; 300 μl EDTA 1
mM; 300 μl H2O2 20 mM; 4200 μl bufer fosfat pH 7,4; dan 300 μl vitamin C 1 mM
sehingga diperoleh volume akhir campuran adalah 6 ml. Inkubasikan pada suhu 37 ºC
selama 30 menit, kemudian tambahkan 1 ml TCA 5 % dan 1 ml TBA 1 %. Tabung reaksi
yang berisi campuran tersebut dipanaskan pada water bath suhu 80 ºC selama 30 menit,
dinginkan, dan dibaca absorbansinya pada operating time dan panjang gelombang
maksimum hasil optimasi.
2. Larutan sampel A(Vitamin C sebagai antioksidan).
Pada empat tabung reaksi bertutup yang masing-masing telah dimasukkan 600 μl
larutan deoksiribosa 2,5 mM, tambahkan 200, 400, 600, dan 800 vitamin C 60 mM.
Kemudian ke dalam masing-masing tabung, tambahkan 300 μl FeCl3 1 mM; 300 μl
EDTA 1 mM; 300 μl H2O2 20 mM; bufer fosfat pH 7,4; dan 300 μl vitamin C 1 mM
(penambahan bufer fosfat disesuaikan dengan volume vitamin C yang ditambahkan
sehingga volume akhir campuran adalah 6 ml). Inkubasikan pada suhu 37 ºC selama 30
menit, kemudian tambahkan 1 ml TCA 5 % dan 1 ml TBA 1 %. Tabung reaksi yang
berisi campuran tersebut dipanaskan pada waterbath suhu 80 ºC selama 30 menit,
dinginkan, dan dibaca absorbansinya pada operating time dan panjang gelombang
maksimum hasil optimasi.
156
3. Larutan sampel B ( Fraksi air dari ekstrak teh hitam sebagai antioksidan)
Pada tabung reaksi bertutup, masukkan sebanyak 600 μl larutan deoksiribosa 2,5
mM dan fraksi air teh hitam 1 mg / ml sebanyak 200 μl, 400 μl, 600 μl, 800 μl dan 1000
μl. Kemudian ke dalam masing-masing tabung tambahkan 300 μl FeCl3 1 mM; 300 μl
EDTA 1 mM; 300 μl H2O2 20 mM; buffer fosfat pH 7,4; dan 300 μl vitamin C 1 mM
(Penambahan buffer fosfat disesuaikan dengan volume larutan fraksi etil asetat teh hitam
yang ditambahkan sehingga volume akhir campuran adalah 6 ml). Inkubasikan pada suhu
37 ºC selama 30 menit. Setelah itu, tambahkan 1 ml TCA 5 % dan 1 ml TBA 1 %.
Tabung reaksi yang berisi larutan sampel tersebut dipanaskan menggunakan waterbath
pada suhu 80ºC selama 30 menit. Kemudian didinginkan dengan air mengalir selama 5
menit dan dibaca absorbansinya pada panjang gelombang maksimum hasil optimasi. Buat
juga larutan kontrol.
Bab III. Hasil dan Pembahasan
A. Preparasi Sampel
Perkolasi dengan cairan penyari etanol 70% dimaksudkan untuk melarutkan
senyawa-senyawa polifenolik yang terkandung di dalam teh. Perkolat yang didapat
dievaporasi untuk menguapkan seluruh cairan penyari menjadi ekstrak kental.
Selanjutnya ekstrak kental dikeringkan dengan cara diuapkan di atas waterbath sambil
diangin-anginkan dengan kipas angin untuk membantu penguapan. Penyimpanan ekstrak
kering di dalam eksikator untuk melindunginya dari uap air udara.
Fraksinasi ekstrak kering teh hitam yang telah dilarutkan dengan aquades
dilakukan secara ekstraksi dengan corong pisah. Ekstraksi dengan kloroform untuk
menghilangkan senyawa-senyawa yang bersifat non-polar seperti lipid, klorofil, dll,
sedangkan senyawa-senyawa polifenolik termasuk flavonoid tetap berada dalam fraksi
air. Senyawa-senyawa polifenolik inilah yang diduga mempunyai aktivitas antioksidan.
B. Optimasi Metode Deoksiribosa
Menurut Halliwell dan Gutteridge (1999), reaksi degradasi gula deoksiribosa akan
menghasilkan suatu produk karbonil dan dikarbonil diantaranya malondialdehid (MDA).
Adanya MDA dapat dideteksi dengan asam tiobarbiturat (TBA) dalam suasana asam
157
membentuk suatu kromogen yang berwarna merah muda. Jumlah kromogen MDA-TBA
yang terbentuk sangat tergantung dari jumlah deoksiribosa yang didegradasi. Semakin
tinggi konsentrasi deoksiribosa yang ditambahkan akan menyebabkan peningkatan
absorbansi kromogen MDA-TBA
HN
SHN O
O
+HH
O O
N
N OHS
OH
HO N SH
N
OH
MDA-TBA(berwarna merah muda)
Asam Tiobarbiturat Malondialdehid
2
Gambar 1. Reaksi pembentukan kromogen MDA-TBA
Pengukuran operating time kromogen MDA-TBA yang dihasilkan dari larutan
kontrol dengan konsentrasi deoksiribosa absorbansi kromogen MDA-TBA telah stabil
sejak menit ke nol sampai menit ke-60 dengan absorbansi 0,511 pada panjang gelombang
teoritis 532 nm.
Panjang gelombang maksimum dari kromogen MDA-TBA ditentukan dengan
melakukan scanning terhadap kromogen MDA-TBA pada rentang panjang gelombang
400-600 nm. Rentang ini dipilih karena kromogen MDA-TBA memiliki panjang
gelombang maksimum teoritis 532 nm. Dari ketiga seri larutan deoksiribosa tersebut
diperoleh panjang gelombang maksimum secara berturut-turut adalah 531,8, 531,8, dan
531,6 nm. Panjang gelombang maksimum kromogen MDA-TBA yang digunakan dalam
penelitian adalah 531,8 nm karena panjang gelombang ini lebih mendekati panjang
gelombang teoritis
C. Pengujian Aktivitas Antioksidan
Dari hasil uji penangkapan radikal hidroksil terlihat bahwa Konsentrasi yang
menunjukkan penangkapan radikal hidroksil sebesar 30% (ES30) fraksi air dari ekstrak
teh hitam lebih kecil dari ES30 vitamin kecil (Tabel I). Harga ES30 berbanding terbalik
dengan aktivitas antioksidan, sehingga dapat disimpulkan bahwa fraksi air dari ekstrak
teh hitam mempunyai aktivitas antioksidan secara in vitro yang lebih besar dibandingkan
vitamin C. Aktivitas antioksidan yang cukup besar ini karena di dalam fraksi air dari
158
ektrak teh hitam diduga mempunyai kandungan senyawa polifenolik yang besar seperti
diantaranya senyawa-senyawa flavonoid
Pada penelitian ini juga terbukti bahwa vitamin C selain bersifat antioksidan
tetapi juga bersifat prooksidan. Sifat antioksidan ditunjukkan terjadinya penurunan
absorbansi dibandingkan dengan kontrol (tanpa penambahan vitamin C ), sedangkan sifat
prooksidan ditunjukkan pada penambahan konsentrasi vitamin C sebesar 1,00539 mM
(0,17708 mg/ml) yaitu terjadi kenaikan absorbansi dari larutan uji dibandingkan dengan
kontrol (tanpa penambahan vitamin C) (Tabel II). Hal inilah yang mendorong penelitian-
penelitian untuk mendapatkan senyawa – senyawa antioksidan dari bahan alam.
Tabel I. Konsentrasi yang menunjukkan penangkapan radikal hidroksil sebesar 30% (ES30) oleh vitamin C dan fraksi air dari ekstrak teh hitam
ES30 (mg/ml) Replikasi Vitamin C Fraksi air dari
ekstrak teh hitam I 0,323 0,0740 II 0,331 0,0461 III 0,334 0,0515 IV 0,344 0,0608 V 0,374 0,0494 Rata – rata 0,341 0,0564 SD 0,0196 0,0113 CV (%) 5,75 19,97
159
Tabel II. Sifat antioksidan dan prooksidan vitamin C
Bab IV. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan secara in vitro
menggunakan metode deoksiribosa yang dinyatakan dalam effective scavenging 30 (ES30)
menunjukkan fraksi air dari ekstrak teh hitam lebih kecil dibandingkan vitamin C,
sehingga aktivitas antioksidan fraksi air dari ekstrak teh hitam lebih besar dibandingkan
dengan vitamin C.
B. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran
untuk dilakukan penelitian lebih lanjut tentang senyawa-senyawa antioksidan yang lain
yang berasal dari alam.
Daftar Pustaka
Anonim, 1986, Sediaan Galenik,1-28, Depkes RI, Jakarta. Anonim, 2005, Reactive Oxygen Species (ROS), http://users.rcn.com/jkimball.ma.
ultranet/BiologyPages/R/ROS.html. Diakses pada 20 Agustus 2005. Halliwel, B. and Gutteridge, J.M.C., 1999, Free Radicals in Biology and Medicine, Third
Edition, 23, 36-49, 53-60, 106-206, 264-271, 366, Oxford University Press, New York.
Halliwel, B., Gutteridge, J.M.C., and Aruoma, O.I., 1987, The Deoxyribose Method: A Simple “Test-Tube” Assay for Determination of Rate Constants for Reaction of Hydroxyl Radicals, Anal. Biochem., 165, 215-219, Academic Press, London.
Kunchandy, E. and Rao, M.N.A., 1990, Oxygen Radical Scavenging Activity of Curcumin, Int. J. of Pharm, 58, 237-240.
Kunchandy, E. and Rao, M.N.A., 1989, Effect of Curcumin on Hidroxyl Radical Generation Through Fenton Reaction, Int. J. of Pharm, 57, 173-176.
Replikasi Konsentrasi vitamin C (mg/ml) I II
0 0,953 0,954 0,177 1,320 1,319 0,354 0,642 0,662 0,531 0,424 0,436 0,708 0,353 0,347 0,885 0,275 0,268 1,063 0,230 0,222 1,396 0,195 0,197 1,417 0,172 0,166 1,594 0,149 0,160
160
McBride, J.M., and Kraemer, W.J., 1999, Free Radicals, Exercise, and Antioxidant, J. Strength Cond. Research, 13(2), 175-183.
161