UJI KLINIS FORMULA JAMU TEMULAWAK, KUNYIT, DAN …repository.litbang.kemkes.go.id/3093/2/Uji...
Transcript of UJI KLINIS FORMULA JAMU TEMULAWAK, KUNYIT, DAN …repository.litbang.kemkes.go.id/3093/2/Uji...
LAPORAN PENELITIAN
UJI KLINIS FORMULA JAMU TEMULAWAK, KUNYIT,
DAN MENIRAN TERHADAP KEBUGARAN JASMANI
DISUSUN OLEH FAJAR NOVIANTO DKK
KEMENTERIAN KESEHATAN RI BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN
BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL
2017
ii
SK PENELITIAN
iii
iv
SUSUNAN PENELITIAN
Susunan personalia pada penelitian ”Uji Klinis Formula Jamu Temulawak, Kunyit,
dan Meniran Terhadap Kebugaran Jasmani” berdasarkan Surat Keputusan Kepala
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional No.
HK.02.03/22/238/2017 tanggal 06 Januari 2017 adalah sebagai berikut:
No Nama Keahlian/Kesarjanaan Kedudukan dalam tim 1. dr. Fajar Novianto Pendidikan Dokter Ketua Pelaksana 2. dr. Danang Ardiyanto Pendidikan Dokter Peneliti 3. dr. Peristiwan R. Widhi A. Pendidikan Dokter Peneliti 4. dr. Ulfatun Nisa’ Pendidikan Dokter Peneliti 5. dr. Ulfa Fitriani Pendidikan Dokter Peneliti 6. dr. Abiyoso Pendidikan Dokter Peneliti 7. dr. Agus Triyono Pendidikan Dokter Peneliti 8. dr. Zuraida Zulkarnain Pendidikan Dokter Peneliti 9. Saryanto, Apt Apoteker Peneliti 10. Tofan Aries Mana, Apt Apoteker Peneliti 11. Prof. DR. dr. Muchsin Doewes,
SU,AIFO, MARS Kedokteran Olahraga Peneliti UNS
12. DR. dr. Noor Wijayahadi Dokter Herbal Medik Peneliti UNDIP 13. Santoso S.Farm. Sarjana Farmasi Pembantu Peneliti 14. Luthfi Aryanti A.Md.Kep Diploma Perawat Pembantu Peneliti 15. Fitri Syaifulani A.Md.kep Diploma Perawat Pembantu Peneliti 16. Adi Nugroho A.Md.Kep Diploma Perawat Pembantu Peneliti 17. Amin Mustofa, A.Md.Kep Diploma Perawat Pembantu Peneliti 18. Ribut Eko Pamuji, A.Md.Farm Diploma Analis Pembantu Peneliti 19. Ratna Fitria Suminar,A.Md.Farm Diploma Farmasi Pembantu Peneliti 20. Dewi Tri Setyaningrum,
A.Md.Farm Diploma Farmasi Pembantu Peneliti
21. Musthofa Farid Ismail A.Md.Farm Diploma Farmasi Pembantu Peneliti 22. Yusuf Bakhtiar Pendidikan Pembantu peneliti 23. dr. Nurul Fitri Syarifah Pendidikan Dokter Pembantu Peneliti 24. Agus Wijayanto, A.Md.Kep Diploma Perawat Pembantu Peneliti 25. Agus Widodo S.Pd Pendidikan Olahraga Pembantu Peneliti
v
PERSETUJUAN ETIK
Penelitian dengan judul “Uji Klinis Formula Jamu Temulawak, Kunyit, dan Meniran
Terhadap Kebugaran Jasmani”, telah mendapatkan persetuan etik dengan nomor
LB.02.01/2/KE238/2017 tanggal 11 Juli 2017,
vi
PERSETUJUAN ATASAN
Laporan penelitian dengan judul “Uji Klinis Formula Jamu Temulawak,
Kunyit, dan Meniran Terhadap Kebugaran Jasmani” telah dibahas oleh
Panitia Pembina Ilmiah (PPI) Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Obat dan Obat Tradisional.
Ketua PPI
Dr. Ir. Yuli Widyastuti, MP NIP. 196707161993032002
Tawangmangu, Januari 2018
Ketua Pelaksana
dr. Fajar Novianto NIP. 198711122012121001
Menyetujui Kepala
Akhmad Saikhu, SKM, MSc.PH NIP. 196805251992031004
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Uji Klinis
Formula Jamu Temulawak, Kunyit, dan Meniran Terhadap Kebugaran Jasmani”. Banyak hambatan dalam pelaksanaan penelitian ini, karena penelitian ini
melibatkan subyek penelitian manusia. Metode penelitian untuk jamu juga merupakan suatu yang baru di ranah penelitian uji klinik, oleh karena jamu yang diteliti merupakan ramuan atau formula jamu yang belum di ekstrak.
Penelitian ini sudah ditunggu hasilnya oleh pelaksana program untuk merencanakan kegiatan dalam pelayanan kesehatan tradisional di Indonesia. Penelitian ini diharapkan dapat sebagai acuan dasar untuk penelitian uji klinik jamu pada masa yang akan datang dan dapat menjadi evidence base bagi dokter dalam melayani kesehatan tradisional kepada masyarakat.
Kami menyadari bahwa hasil penelitian ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala bentuk tanggapan terhadap laporan penelitian ini sangat kami harapkan sebagai masukan untuk perbaikan serta sebagai bahan penelitian lebih lanjut.
Akhir kata penyusun mengucapkan terimakasih kepada Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT), Ketua PPI, para konsultan dan anggota penelitian, yang telah membantu jalannya penelitian ini dari awal sampai dengan selesai. Semoga Allah SWT memberi pahala yang setimpal. Amien
Semoga jamu dapat menjadi sarana untuk menciptakan masyarakat sehat seutuhnya.
Jakarta, Desember 2017 Ketua Pelaksana Penelitian
dr. Fajar Novianto
viii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Judul Penelitian: UJI KLINIS FORMULA JAMU TEMULAWAK, KUNYIT, DAN MENIRAN TERHADAP KEBUGARAN JASMANI Penyusun : Fajar Novianto, dr Latar Belakang : Pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada peningkatan upaya promotif dan preventif dengan menerapkan paradigma sehat. Dalam upaya preventif peningkatan kebugaran fisik/jasmani masyarakat sangatlah penting. Kesegaran/Kebugaran jasmani ditinjau dari segi faal (fisiologi) ialah kesanggupan dan kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Komponen-komponen kebugaran jasmani meliputi : kekuatan (strength), kelenturan (flexibility), komposisi tubuh (indek massa tubuh), daya tahan (endurance), dan kesanggupan/kebugaran kardiovaskuler. Gerakan Bugar dengan jamu (Bude jamu) telah dicanangkan oleh menteri kesehatan dan menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) pada bulan Januari 2015. Maka dari itu untuk mendapatkan jamu yang aman, berkhasiat dan bermutu diperlukan suatu penelitian. Berdasarkan Permenkes No.003/MENKES/PER/I/2010 nomor 003 tahun 2010 tentang saintifikasi jamu disebutkan bahwa saintifikasi jamu adalah pembuktian ilmiah khasiat dan keamanan jamu. Dalam saintifikasi jamu, temulawak, kunyit, dan meniran merupakan tanaman obat yang berpotensi bisa meningkatkan kebugaran seseorang. Pada uji pra klinik dengan mencit formula jamu temulawak, kunyit, dan meniran terbukti aman serta bisa meningkatkan kebugaran mencit setara dengan kafein. Tujuan : Tujuan dari penelitian ini adalah menilai keamanan dan khasiat formula jamu temulawak, kunyit, dan meniran terhadap kebugaran jasmani seseorang. Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis fase II dengan desain quasi eksperimental pre post dengan pembanding (paralel design). Dosis ramuan jamu dalam penelitian ini adalah 5 gram rimpang temulawak, 4 gram rimpang kunyit, dan 3 gram herba meniran. Subyek merupakan santri SMA pondok pesantren. Subyek dibagi menjadi dua kelompok; kelompok jamu dan kelompok plasebo. Sebanyak 100 subyek kelompok jamu diberikan jamu rebusan selama 6 minggu diminum 2 kali sehari, sedangkan kelompok plasebo sebanyak 101 subyek diberikan minuman dalam kemasan selama 6 minggu diminum 2 kali sehari. Pada H0 dan H42 masing-masing kelompok diperiksa status kebugarannya, darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, dan Short Form-36. Hasil dianalisis dengan uji t berpasangan dan uji t tidak berpasangan sebelum dan sesudah minum jamu. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan bermakna (p>0,05) pada fungsi hati, fungsi ginjal, dan gambaran darah subyek pada H42 dibandingkan H0 baik kelompok jamu maupun kelompok plasebo. Physical Fitnes Index (PFI), Heart Rate Recovery (HR-R), VO2Max, dan Short Form-36 terutama untuk dimensi peranan fisik dan nyeri pada kelompok jamu mengalami peningkatan bermakna (p<0,05) dibanding kelompok plasebo sedangkan indeks massa tubuh, kekuatan otot, dan fleksibilitas otot tidak terjadi perubahan bermakna dibanding kelompok plasebo (p>0,05).
ix
Kesimpulan dan Saran : Formula jamu 5 gram rimpang temulawak, 4 gram rimpang kunyit, dan 3 gram herba meniran dapat membantu meningkatkan kebugaran kadiovaskuler subyek tetapi tidak bermakna untuk IMT, fleksibilitas otot, dan kekuatan otot. Formula jamu temulawak, kunyit, dan meniran dapat meningkatkan kualitas hidup subyek terutama untuk dimensi peranan fisik dan nyeri. Formula jamu temulawak, kunyit, dan meniran aman terhadap profil darah, hati dan ginjal. Perlu dilakukan uji klinik lanjutan ramuan jamu multi center dengan desain double blinding sehingga sehingga hasil penelitian lebih valid. Perlu dipertimbangkan beberapa alternatif bentuk sediaan jamu untuk meningkatkan kepatuhan subyek mengkonsumsi jamu melalui penelitian lanjutan dengan membandingkan khasiat jamu pada subyek dengan sediaan simplisia (rebusan) sebagai kontrol, lalu dibandingkan dengan bentuk kemasan lainnya. Seperti penyediaan ramuan jamu dalam kemasan kapsul, sirup, puyer atau kantung celup.
x
ABSTRAK
Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Berdasarkan uji pra klinik, tanaman obat yang berpotensi dapat meningkatkan kebugaran jasamani antara lain temulawak, kunyit, dan meniran. Tujuan dari penelitian ini adalah menilai keamanan dan khasiat formula jamu temulawak, kunyit, dan meniran terhadap kebugaran jasmani seseorang. Penelitian ini merupakan uji klinis fase II dengan desain quasi eksperimental pre post dengan pembanding (paralel design). Dosis ramuan jamu dalam penelitian ini adalah 5 gram rimpang temulawak, 4 gram rimpang kunyit, dan 3 gram herba meniran. Subyek merupakan santri SMA pondok pesantren. Subyek dibagi menjadi dua kelompok; kelompok jamu dan kelompok plasebo. Sebanyak 100 subyek kelompok jamu diberikan jamu rebusan selama 6 minggu diminum 2 kali sehari, sedangkan kelompok plasebo sebanyak 101 subyek diberikan minuman dalam kemasan selama 6 minggu diminum 2 kali sehari. Pada H0 dan H42 masing-masing kelompok diperiksa status kebugarannya, darah rutin, fungsi hati, fungsi ginjal, dan Short Form-36. Hasil dianalisis dengan uji t berpasangan dan uji t tidak berpasangan sebelum dan sesudah minum jamu antara kelompok jamu dan kelompok plasebo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan bermakna (p>0,05) pada fungsi hati, fungsi ginjal, dan gambaran darah subyek pada H42 dibandingkan H0 baik kelompok jamu maupun kelompok plasebo. Physical Fitnes Index (PFI), Heart Rate Recovery (HR-R), VO2Max, dan Short Form-36 terutama dimensi peranan fisik dan nyeri pada kelompok jamu mengalami peningkatan bermakna (p<0,05) dibanding kelompok plasebo sedangkan indeks massa tubuh (IMT), kekuatan otot, dan fleksibilitas otot tidak terjadi perubahan bermakna dibanding kelompok plasebo (p>0,05). Kesimpulan, Formula jamu 5 gram rimpang temulawak, 4 gram rimpang kunyit, dan 3 gram herba meniran dapat membantu meningkatkan kebugaran kadiovaskuler subyek tetapi tidak bermakna untuk IMT, fleksibilitas otot, dan kekuatan otot, meningkatkan kualitas hidup subyek terutama untuk dimensi peranan fisik dan nyeri, serta aman terhadap profil darah, hati dan ginjal. Kata kunci: Jamu, Kebugaran
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………................... i
SK PENELITIAN ………………………………………………………………… ii
SUSUNAN PENELITIAN ……………………………………………………….. iv
PERSETUJUAN ETIK PENELITIAN …………………………………………… v
PERSETUJUAN ATASAN ………………………………………………………. vi
KATA PENGANTAR …………………………………………………………….. vii
RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………………………………………… viii
ABSTRAK ………………………………………………………………………... x
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………… xi
DAFTAR TABEL ………………………………………………………………… xii
DAFTAR GAMBAR …………………………………………………………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………… xii
I. PENDAHULUAN ………………………………………………................. 1
A. Latar Belakang ……………………………………………………. 1 B. Perumusan Masalah …………………………………….... . . 6 C. Tujuan Penelitian …………………………………………. . 6 D. Manfaat Penelitian ………………………………………... 5 II. METODE PENELITIAN …………………………………………............... 7
A. Kerangka Konsep, Hipotesis Dan Definisi Operasional ………...... 7 B. Desain Penelitian …………………………………………………… 10 C. Tempat Dan Waktu Penelitian …………………………………….. 10 D. Populasi Dan Sampel ………………………………………………. 10 E. Instrumen Pengumpul Data ……………………………………… 10 F. Bahan Dan Prosedur Pengumpulan Data …………………………. 11 G. Pengolahan Dan Analisis Data ……………………………………. 23 III. HASIL ……………………………………………………………………… 24
A. Karakteristik Subyek ……………………………………………….. 25 B. Gejala Klinis Subyek Penelitian …………………………………… 26 C. Keamanan Jamu ……………………………………………………. 26 D. Kemanfaatan Jamu ………………………………………………… 30 IV. PEMBAHASAN …………………………………………………………… 39
A. Karakteristik Subyek ……………………………………………….. 39 B. Gejala Klinis Subyek Penelitian …………………………………… 39 C. Keamanan Jamu ……………………………………………………. 39 D. Kemanfaatan Jamu ………………………………………………… 40 V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………………………….. 44
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………….. 45
LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 47
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Karakteristik Subyek ………………………………………………………. 25
Tabel 2. Karakteristik Kebugaran dan SF36 Subyek pada H0 (Baseline) …………. 25
Tabel 3. Perbedaan Rata-Rata Kadar SGOT ………………….…………………….. 26
Tabel 4. Analisis Kadar SGOT Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo …………………………………………………………………………………….....
27
Tabel 5. Perbedaan Rata-Rata Kadar SGPT ………………………………………... 27
Tabel 6. Analisis Kadar SGPT Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo ……………………………………………………………………………………….
27
Tabel 7. Perbedaan Rata-Rata Kadar Ureum ……………………..………………… 28
Tabel 8. Analisis Kadar Ureum Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo ………………………………………………………………………………
28
Tabel 9. Perbedaan Rata-Rata Kadar Kreatinin …………………..………………… 28
Tabel 10. Analisis Kadar Kreatinin Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo ………………………………………………………………………………
29
Tabel 11. Perbedaan Rata-Rata Gambaran Darah kelompok Jamu ………………… 29 Tabel 12. Perbedaan Rata-Rata Gambaran Darah kelompok Plasebo ……………… 29
Tabel 13. Analisis Gambaran Darah Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo ……………………………………………………………………………..
30
Tabel 14. Perbedaan Rata-rata Indeks Massa Tubuh ……………………………….. 30
Tabel 15. Analisis IMT Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo ……... 30
Tabel 16. Perbedaan Rata-Rata Fleksibilitas Otot ……………..…………………… 31 Tabel 17. Analisis Fleksibilitas Otot Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo ………………………………………………………………………………
31
Tabel 18. Perbedaan Rata-Rata Nilai sit up 1 menit ………………………………. 31
Tabel 19. Analisis Kebugaran Otot Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo ………………………………………………………………………………
32
Tabel 20. Perbedaan Rata-Rata Nilai PFI Cara Cepat ………..……………………. 32
Tabel 21. Analisis PFI Cepat Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo ……………………………………………………………………………………....
32
Tabel 22. Perbedaan Rata-Rata Nilai PFI Cara Lambat ..……..……………………. 32 Tabel 23. Analisis PFI Cepat Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo …………………………………………………..……………………………………
33
Tabel 24. Perbedaan Rata-Rata Nilai HR-R …………....……..……………………. 32 Tabel 25. Analisis HR-R Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo …… 34
Tabel 26. Perbedaan Rata-Rata Nilai VO2Max ………....……..…………………… 34
Tabel 27. Analisis VO2Max Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo … 34
Tabel 28. Perbedaan Rata-Rata Nilai Short Form 36 ………………………………… 35 Tabel 29. Analisis SF-36 Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo ……. 35
xiii
Tabel 30. Analisis Dimensi SF-36 Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo ……………………………………………………...………………………….
37
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konsep ……………………………………………………… 7
Gambar 2. Alur Penelitian ………………………………………………………… 8
Gambar 3. Sit and reach test ..……………………………………………………… 16
Gambar 4. Sit up 1 menit …………………………………………………………… 17
Gambar 5. Consort Penelitian ……………………………………………………… 24
Gambar 6. Grafik 8 Dimensi SF-36 Kelompok Jamu ……………………………… 36
Gambar 7. Grafik 8 Dimensi SF-36 Kelompok Jamu ……………………………… 37
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Naskah Penjelasan …………………………………………………….. 47 Lampiran 2. Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Concent) ………………….. 50 Lampiran 3. Formulir Penapisan (Skrining) Subyek ………………………………... 51 Lampiran 4. Physical Activity Readiness Questionnaire (PAR-Q) …………………. 53 Lampiran 5. Case Report Form (CRF) …………………………………………..…. 54 Lampiran 6. Riwayat Penyakit Sebelumnya ………………………………………... 46 Lampiran 7. Catatan Medis ………………….……………………………………… 58 Lampiran 8. Pemantauan Minum Formula Jamu …………..……………………….. 64 Lampiran 9. Formulir Short Form – 36 (SF-36) …….……………………………… 65 Lampiran 10. Lembar Penialian Status kebugaran ………………………………….. 69 Lampiran 11. Dokumentasi Kegiatan ………………………………………………. 71
I . PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Topik
Uji klinis formula jamu temulawak, kunyit, dan meniran adalah pembuktian
ilmiah khasiat dan keamanan formula jamu temulawak, kunyit, dan meniran
pada subyek penelitian. Uji klinis jamu merupakan terobosan kementerian
kesehatan dalam upaya memberikan dukungan ilmiah (evidence based)
terhadap jamu untuk dapat dimanfaatkan dalam pelayanan kesehatan
formal. Fokus utama dari studi ini adalah pemanfaatan jamu oleh
masyarakat dan pelayanan kesehatan harus berdasarkan bukti ilmiah hasil
penelitian khasiat dan keamanan.
2. Pertimbangan fokus penelitian
Pemanfaatan jamu oleh masyarakat dan pelayanan kesehatan harus
berdasarkan bukti ilmiah hasil penelitian khasiat dan keamanan.
3. Kajian pustaka
Pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada peningkatan
upaya promotif dan preventif, di samping peningkatan akses pelayanan
kesehatan bagi masyarakat, utamanya penduduk miskin. Peningkatan
kesehatan masyarakat meliputi upaya pencegahan penyakit menular
maupun tidak menular dengan cara memperbaiki kesehatan lingkungan,
gizi, perilaku, dan kewaspadaan dini. Menteri Kesehatan mengingatkan
perlunya reformasi kesehatan dengan mengubah paradigma masyarakat
terhadap kesehatan yang selama ini diartikan pengobatan (kuratif), diubah
menjadi “sehat itu indah, dan sehat itu gratis”. (Sedyaningsih, 2009)
Sebagaimana kita ketahui, pembangunan kesehatan menerapkan
paradigma sehat, sebuah paradigma yang merupakan model pembangunan
kesehatan jangka panjang yang mampu mendorong masyarakat untuk
bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka melalui kesadaran
tentang pentingnya pelayanan tentang pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif dan preventif. Sering kita mendengar kata-kata bahwa orang sehat
1
2
belum tentu bugar, tetapi orang yang bugar tentu sehat. Sehingga dalam
upaya preventif peningkatan kebugaran fisik/jasmani masyarakat sangatlah
penting. (Dinkes Lumajang, 2016)
Kesegaran/Kebugaran jasmani ditinjau dari segi faal (fisiologi) ialah
kesanggupan dan kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari
dengan tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dengan pengeluaran energi
yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan dan menikmati waktu luang
serta memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan.
Seseorang yang memiliki kesegaran jasmani yang baik dapat diartikan
orang yang cukup mempunyai kesanggupan kemampuan untuk melakukan
pekerjannya sehari-hari dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang
berarti. Dengan demikian seseorang yang memiliki tingkat kesegaran
jasmani yang baik akan dapat melakukan kegiatan dengan baik tanpa merasa
terlalu lelah, ini juga berarti bahwa kegiatan itu dapat dilakukan secara terus
menerus tanpa sakit atau rasa malas. (Alex dkk, 2017) Menurut Djoko Pekik
Irianto, “secara umum, yang dimaksud kebugaran jasmani adalah kebugaran
fisik (physical fitness), yakni kemampuan seseorang melakukan kerja
sehari-hari secara efesian tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga
masih dapat menikmati waktu luang”. (Irianto, 2004)
Kebugaran jasmani sangat diperlukan oleh manusia, karena faktor
tersebut sangat menunjang hasil aktivitas yang kita lakukan. Maka dari itu
kebugaran jasmani yang berkaitan dengan diri seseorang merupakan aspek
penting yang harus di jaga. Untuk mempertahankan kebugarannya,
seseorang dituntut untuk dapat mengatur pola hidupnya dengan teratur
berolahraga atau menghindari makanan yang tidak sesuai dengan tubuhnya,
dengan begitu seseorang akan memiliki tingkat kebugaran jasmani yang
ingin dimilikinya sehingga dapat memaksimalkan pikiran dan tenaganya
untuk beraktivitas. (Irianto, 2004)
Menurut Nurhasan dkk ada 2 komponen yang berkaitan dengan
tingkat kebugaran jasmani meliputi : kebugaran jasmani yang berhubungan
dengan kesehatan yaitu setiap orang perlu memiliki komponen kebugaran
3
jasmani yang berhubungan dengan kesehatan dalam kondisi yang prima
agar mampu mempertahankan kesehatannya dan mampu melakukan
aktifitas sehari-hari dengan tenaga yang dibutuhkan. Komponen-komponen
tersebut meliputi : kekuatan (strength), kelenturan (flexibility), komposisi
tubuh (body composition), daya tahan (endurance), dan kesanggupan
kardiovaskuler. Kemudian komponen kebugaran jasmani yang
berhubungan dengan keterampilan yaitu komponen kebugaran yang
berhubungan dengan keterampilan gerak penting untuk menunjang aktivitas
sehari-hari, khususnya dalam aktifitas olahraga, beberapa komponennya
meliputi : kecepatan (speed), kelincahan (agility), daya ledak (power),
keseimbangan (balance), koordinasi (coordination), kecepatan reaksi
(reaction speed). Kebugaran jasmani pada umumnya dipengaruhi oleh 2
faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Yang dimaksud
dengan faktor internal adalah sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuh
seseorang yang bersifat menetap misalnya faktor genetik, umur, jenis
kelamin. Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah aktivitas fisik,
status gizi, status kesehatan, kadar hemoglobin, kecukupan istirahat dan
kebiasaan merokok. (Nurhasan, 2006)
Berbagai macam cara dilakukan seseorang untuk mendapatkan
kebugaran jasmani, antara lain mengatur pola makan yaitu dengan memilih
makanan-makanan yang mengandung banyak nutrisi, kemudian istirahat
secukupnya apabila seseorang kurang istirahat mempunyai efek yang sangat
besar pada mental dan penampilan fisiknya, dan rutin melakukan aktivitas
olahraga dengan melakukan olahraga secara teratur akan meningkatkan
efisiensi fungsi tubuh, semua itu dilakukan dengan tujuan untuk
meningkatkan kebugaran jasmani. (Irianto, 2004; Nurhasan, 2006) Selain
itu, sebagaimana yang dicanangkan oleh menteri kesehatan dan menteri
Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) pada
bulan Januari 2015 bahwa jamu bisa digunakan untuk meningkatkan
kebugaran seseorang. Tujuan ini diimplementasikan melalui gerakan Bugar
dengan jamu (Bude jamu). Jamu yang digunakan harus yang aman,
4
berkhasiat dan bermutu. Gerakan “Bude Jamu” ini sangat beralasan karena
sebagian besar masyarakat Indonesia pernah mengkonsumsi jamu.
(Kemenkes RI, 2015) Berdasarkan hasil riskesdas tahun 2010 secara
nasional sebanyak 59,12% penduduk Indonesia pernah mengkonsumsi
jamu, yang merupakan gabungan dari data kebiasaan mengkonsumsi jamu
setiap hari (4,36%), kadang kadang (45,03%), dan tidak mengkonsumsi
jamu tetapi sebelumnya pernah (9,73%), persentase penduduk Indonesia
yang tidak pernah mengkonsumsi jamu sebanyak 40,88%. Provinsi dengan
persentase kebiasaan mengkonsumsi jamu tertinggi adalah Kalimantan
Selatan (80,71%) dengan data konsumsi jamu setiap hari 5,55 persen, diikuti
oleh Daerah Istimewa Yogyakarta (78,50%) dengan konsumsi jamu setiap
hari (4,28%). Selanjutnya, Provinsi Sulawesi Tenggara (23,95%)
merupakan provinsi yang mempunyai kebiasaan mengonsumsi jamu
terendah dengan data konsumsi jamu setiap hari 1,39%. (Balitbangkes RI,
2010)
Maka dari itu untuk mendapatkan jamu yang aman, berkhasiat dan
bermutu diperlukan suatu penelitian. Berdasarkan Permenkes
No.003/MENKES/PER/I/2010 nomor 003 tahun 2010 tentang saintifikasi
jamu disebutkan bahwa saintifikasi jamu adalah pembuktian ilmiah khasiat
dan keamanan jamu. Saintifikasi jamu dilakukan melalui observasi klinik
yaitu penelitian berbasis pelayanan kesehatan. Saintifikasi jamu merupakan
terobosan kementerian kesehatan dalam upaya memberikan dukungan
ilmiah (evidence based) terhadap jamu untuk dapat dimanfaatkan dalam
pelayanan kesehatan formal. (Kemenkes RI, 2010)
Ramuan jamu yang terdiri dari temulawak, kunyit dan meniran
sudah digunakan dalam beberapa penelitian sebelumnya sebagai pelengkap
komposisi ramuan jamu yang sudah saintifik. Pada uji pra klinik dan uji
klinik jamu saintifik penambahan ramuan yang terdiri dari temulawak,
kunyit dan meniran pada ramuan jamu saintifik untuk hemoroid,
osteoarthritis, hiperurisemia, hiperkolesterol dan hipertensi terbukti aman
dan berkhasiat bisa meningkatkan kualitas hidup dari penderita. Temulawak
5
digunakan untuk menyegarkan tubuh, melancarkan metabolisme,
mengurangi nyeri, serta menyehatkan fungsi hati. Kunyit digunakan untuk
melancarkan pencernaan, sedangkan meniran untuk meningkatkan daya
tahan tubuh. (B2P2TOOT, 2015)
Maka dari itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang hanya
meneliti komposisi ramuan jamu yang terdiri dari temulawak, kunyit dan
meniran sebagai ramuan yang berdiri sendiri sebagai ramuan yang
berpotensi meningkatkan kebugaran seseorang. Sehubungan dengan hal
diatas maka akan dilakukan penelitian studi klinis formula jamu untuk
kebugaran jasmani yang terdiri dari temulawak, kunyit dan meniran. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat membuktikan formula jamu yang terbukti
aman dan berkhasiat meningkatkan kebugaran sehingga bisa dimanfaatkan
oleh masyarakat dan pelayanan kesehatan formal.
Untuk mengukur tingkat kebugaran yang berhubungan dengan
kesehatan (health related fitness) ada beberapa cara tergantung komponen
kebugaran mana yang akan kita ukur. Untuk menilai komponen komposisi
tubuh bisa dengan persentase lemak tubuh, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan
lingkar pinggang. Untuk menilai fleksibilitas dengan metode sit and reach
test, baik yang menggunakan mistar maupun menggunakan bangku
fleksibilitas. Menilai kebugaran otot menggunakan tes sit up, tes push up
atau tes pull up. Menilai kebugaran kardiovaskuler bisa dengan Harvard step
test (HST). HST merupakan tes untuk menilai kemampuan kerja yang
dikembangkan oleh Brouha sejak tahun 1943, keistemawaan dari test ini
adalah sangat sederhana untuk melakukannya dan membutuhkan alat yang
sederhana pula sehingga mudah aplikasinya. Penggunaan tes ini dan
modifikasinya sudah teruji validitas dan reliabilitasnya, serta
direkomendasikan untuk penelitian dalam kelompok besar. (Maria dkk,
2012; Fisiologi Unsoed, 2016)
6
B. Perumusan Masalah
1. Apakah formula jamu temulawak, kunyit, dan meniran aman untuk
manusia?
2. Adakah pengaruh formula jamu temulawak, kunyit, dan meniran dalam
membantu meningkatkan kebugaran?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Menilai keamanan dan khasiat formula jamu temulawak, kunyit, dan
meniran.
2. Tujuan Khusus
• Memberikan data mengenai evidence based formula jamu
temulawak, kunyit, dan meniran.
• Sebagai data dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian lebih
lanjut.
• Mensukseskan program saintifikasi jamu yang dicanangkan oleh
pemerintah melalui Permenkes No. 003 tahun 2010..
D. Manfaat Penelitian
• Masyarakat dan praktisi kesehatan mendapatkan evidence based
mengenai keamanan jamu temulawak, kunyit, dan meniran.
• Peneliti memperoleh data dasar kemungkinan manfaat jamu temulawak,
kunyit, dan meniran untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
7
II. METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep, Hipotesis dan Definisi Operasional
1. Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerangka Konsep
Kelompok Plasebo diberikan plasebo selama 6 minggu
Subyek Sehat
Catatan: Sehat:
- Clear of Physical Activity Readiness Questionnaire (PAR-Q)
- Hasil Laborat dalam batas normal (Darah rutin, SGOT, SGPT, Ureum, Creatinin)
- Tekanan darah normal - Elektrokardiografi (EKG)
normal
Kelompok Jamu diberikan ramuan
temulawak, kunyit, meniran selama 6
minggu
• Status Kebugaran Jasmani
• SF-36 • Keamanan
8
Gambar 2. Alur Penelitian
2. Hipotesis
• Jamu temulawak, kunyit, dan meniran aman untuk dikonsumsi
manusia
• Jamu temulawak, kunyit, meniran dapat membantu meningkatkan
kebugaran jasmani.
Subyek sehat
Pemeriksaan skrining : 1. Siswa SMA pondok pesantrean laki-laki 2. Clear of PAR-Q 3. Tekanan darah normal 4. Menandatangani informed Consent 5. Pemeriksaan EKG 6. Pemeriksaan laboratorium darah (fungsi hati,
fungsi ginjal, darah rutin) 7. Pemeriksaan kualitas hidup
Hasil pemeriksaan eligible
Hasil pemeriksaan eligible
Tes Kebugaran (H 0)
Kelompok Plasebo Kelompok Jamu
1. Tes kebugaran (H 42) 2. Pemeriksaan kualitas hidup (H 42) 3. Pemeriksaan Laboratoium (H 42):
Darah rutin, Fungsi hati, Fungsi ginjal
6 minggu
9
3. Definisi Operasional
NO. VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL
ALAT UKUR
HASIL UKUR SKALA DATA
1. Kebugaran Jasmani
Kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efesian tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luang. Komponen kebugaran:
- Komposisi Tubuh Indeks Massa Tubuh
1.Underweight 2.Normal 3.Overweight 4.Obesitas I 5.Obesitas II
Interval
- Fleksibilitas sit and reach test
Baik sekali Baik Cukup Kurang Kurang sekali
Interval
- Kebugaran otot (Kekuatan dan ketahanan otot)
sit up 1 menit
Baik sekali Baik Cukup Kurang Kurang sekali
Interval
- Kebugaran Kardiovaskuler
Harvard Step Test (HST)
Physycal Fitnes Index (PFI), Heart Rate Recovery (HR-R), Volume Oksigen Maksimum (VO2Max)
Rasio
2a. Umur
Umur dihitung dalam tahun dengan pembulatan ke bawah atau umur pada waktu ulang tahun terakhir
KTP / Ijazah
Interval
2b. Jenis kelamin
Jenis kelamin laki-laki atau perempuan
KTP / Ijazah
1. Laki-laki 2. Perempuan
Nominal
10
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan uji klinis fase II dengan desain quasi
eksperimental pre post dengan pembanding (paralel design).
C. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pondok Pesantren daerah Sukoharjo dan di
Klinik Saintifikasi Jamu Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dari bulan Februari sampai Desember 2017.
D. Populasi Dan Sampel
Pemilihan subyek penelitian menggunakan metode consecutive sampling.
Consecutive sampling adalah cara pemilihan subyek penelitian berdasarkan
kriteria yg telah ditetapkan. Berdasarkan cara uji klinik yang baik, jumlah
subyek uji klinik fase 2 adalah 100-200 subyek. Dalam penelitian ini sampel
yang digunakan adalah 100 subyek dengan perkiraan subyek yang drop out
sebesar 10% sehingga jumlah subyek ditambah 10 sehingga total subyek
yang diikutkan dalam penelitian sebanyak 110 subyek untuk setiap
kelompok.
E. Instrumen Pengumpul Data
- Log book/buku pencatatan untuk subyek saat skrining, rekruitmen dan
hasil laboratorium.
- Formulir naskah penjelasan dan informed consent
- Formulir Skrining dan Catatan Medis
- Alat penunjang diagnostik: Laboratorium Klinik.
- Stadiometer, timbangan, tensimeter, stetoskop.
- Perlengkapan uji fleksibilitas (Mistar atau Bangku fleksibilitas)
- Perlengkapan uji kebugaran otot (matras, stopwatch)
- Perlengkapan HST (bangku harvard setinggi 19 inch, stopwatch,
metronom)
- SF 36
11
F. Bahan Dan Prosedur Pengumpulan Data
➢ Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kriteria inklusi:
• Siswa SMA pondok pesantren laki-laki.
• Clear of PAR-Q (lihat lampiran)
• EKG dan Tekanan darah normal (systole 100-130 mmHg, diastole 60-
85 mmHg)
• Indeks Massa Tubuh (18 – 24,9 kg/m2)
• Menandatangani Informed Consent
Kriteria eksklusi:
• Mempunyai gangguan respirasi, neuromuskuler, dan jantung.
• Kelainan ekstremitas bawah atau atas dan deformitas spinal.
• Sakit kronis dan membutuhkan terapi jangka lama.
• Hipersensitif terhadap jamu yang didapat melalui anamnesis dan saat
pemeriksaan.
• Gangguan fungsi hati atau ginjal.
• Perokok dan peminum alkohol.
• Mempunyai riwayat operasi besar (paru-paru, jantung)
➢ Bahan dan Prosedur Kerja
1). Bahan
Plasebo yang digunakan adalah air mineral dalam kemasan.
Formula jamu kebugaran: Rimpang Temulawak 5 g
Rimpang Kunyit 4 g
Herba Meniran 3 g
2). Cara kerja :
i. Determinasi tanaman, pengumpulan dan pengeringan bahan.
Standarisasi bahan formula jamu (determinasi tanaman,
pengumpulan, pengeringan dan pengemasan bahan formula jamu).
Determinasi dan pengelolaan simplisia dilakukan di Balai Besar
12
Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional,
Tawangmangu. Bahan baku yang akan digunakan sebagai simplisia
diambil dari daerah Tawangmangu dari bagian produksi yang sama,
bahan baku pembuatan simplisia terlebih dahulu melalui proses
sortasi basah, yaitu memisahkan kotoran atau bahan asing serta
bagian tanaman lain yang tidak diinginkan dari bahan simplisia.
Kemudian dilakukan pencucian dengan air bersih standar air minum
yang mengalir untuk menghilangkan tanah dan kotoran yang
melekat pada bahan simplisia. Lalu dilakukan penirisan pada rak-rak
yang telah diatur ditempat teduh dan aliran udara cukup, untuk
mencegah pembusukan dan bertambahnya kandungan air. Tahap
berikutnya dilakukan pengubahan bentuk misalnya irisan, potongan
dan serutan untuk memudahkan kegiatan pengeringan, pengemasan
dan perebusan. Selanjutnya dilakukan pengeringan di dalam oven
suhu 500C selama 7 jam kemudian diuji kromatografi lapis tipis dan
kontrol kualitas. Pembuatan bahan dan kontrol kualitas dilakukan
oleh tim Quality Control Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Kemudian dilakukan
pengemasan dengan dosis sebagai berikut: temulawak 5 gram,
kunyit 4 gram, dan meniran 3 gram.
ii. Cara Pembuatan Jamu
Ramuan jamu yang terdiri dari 5 gram rimpang temulawak, 4 gram
rimpang kunyit, dan 3 gram herba meniran dimasukkan ke 4 gelas
air (800 cc) yang mendidih kemudian api dikecilkan ditunggu sekitar
15 – 30 menit hingga air rebusan tinggal 2 gelas air (400 cc), disaring
dan dimasukkan dalam termos khusus dan diminum 2 kali sehari
pagi dan sore. Jamu dibuat oleh petugas khusus dan didistribusikan
ke subyek sudah dalam bentuk cairan dalam tempat minum jamu
(termos).
13
iii. Perlakuan Subyek Penelitian
a) Sebelum ada tindakan pada calon subyek, terlebih dahulu
dijelaskan mengenai penelitian tentang jamu kebugaran ini sesuai
dengan naskah penjelasan (naskah penjelasan pada lampiran).
Setelah calon subyek menerima penjelasan dan calon subyek
setuju maka calon subyek diminta tanda tangan pada lembar
informed consent yang telah disediakan sebanyak dua rangkap.
b) Rekruitmen subyek dengan melakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik untuk menentukan kriteria inklusi dan eksklusi.
1. Dokter peneliti melakukan penjelasan tentang maksud dan
tujuan serta jadwal kunjungan ulang penelitian terhadap calon
subyek dan jika subyek bersedia maka diminta untuk
menandatangani lembar persetujuan penelitian (Informed
consent).
2. Dokter peneliti melakukan pemeriksaan untuk konfirmasi
terhadap kriteria inklusi dan eksklusi penelitian.
3. Subyek yang eligible diperiksa EKG dan laboratorium untuk
cek darah rutin, SGOT, SGPT, Ureum, Creatinin, serta SF36.
4. Tata cara pemeriksaan EKG:
- Subyek dipersilahkan membuka baju atas dan kaos dalamnya
serta berbaring di atas tempat tidur, dan dianjurkan untuk
tidak tegang (rileks).
- Membersihkan tempat-tempat yang akan ditempel elektroda
dengan kapas alkohol 70 % pada bagian ventral (depan)
kedua lengan bawah (dekat pergelangan tangan) dan bagian
lateral ventral kedua tungkai bawah (dekat pergelangan
kaki), serta dada.
- Keempat elektroda ekteremitas diberi jelly.
- Oleskan sedikit pasta elektroda pada tempat-tempat yang
akan dipasangkan elektroda.
14
- Pasang keempat elektroda ektremitas tersebut pada kedua
pergelangan tangan dan kaki, dengan ketentuan sbb:
Merah : lengan kanan (RA)
Kuning : lengan kiri (LA)
Hijau : Tungkai kiri (LF)
Hitam : tungkai kanan (RF)
- Dada diberi jelly sesuai dengan lokasi untuk elektroda.
- Hidupkan alat EKG dan cetak hasilnya.
5. Pemeriksaan sampel darah subyek dilakukan dengan
menggunakan alat hematologi analyser dan alat pemeriksaan
kimia darah fotometer di laboratorium klinik setempat yang
selalu melakukan kalibrasi internal dan eksternal secara rutin.
Untuk pengambilan sampel darah, dibutuhkan darah subyek
sebanyak ±5 ml yang diambil dari darah vena, di fossa cubiti
(vena mediana cubiti/ vena di daerah lipat siku). Cara
pengambilan darah vena yaitu sebagai berikut:
- Siapkan peralatan yang dibutuhkan seperti kapas alkohol,
spuit, botol penampung darah, plester
- Pasang torniquet pada lengan bagian atas
- Mintalah subyek untuk mengepal dan membuka tangannya
berkali-kali agar vena kelihatan. Raba letak vena.
- Bersihkan tempat yang akan diambil dengan kapas alkohol,
biarkan sampai kering
- Masukkan jarum pada posisi membentuk sudut 45 derajat,
setelah kelihatan darah masuk dalam jarum ambil darah sesuai
kebutuhan.
- Lepaskan pembendungannya, letakkan kapas diatas jarum dan
tarik jarum keluar
- Tekan beberapa saat (sekitar 3 detik) selanjutnya minta subyek
untuk menekan kapas tersebut.
15
6. Subyek yang eligible diminta melakukan tes kebugaran yang
meliputi pengukuran IMT, sit and reach test, sit up 1 menit, dan
Harvard Step Test (HST) dengan dipandu oleh
peneliti/pembantu peneliti.
7. Subyek yang eligible dibagi menjadi 2 kelompok secara
random.
8. Kelompok placebo minum air mineral dua kali sehari selama 6
minggu, sedangkan kelompok jamu minum formula jamu dua
kali sehari selama 6 minggu.
9. Tes kebugaran yang meliputi pengukuran IMT, sit and reach test,
sit up 1 menit, Harvard Step Test (HST) dan penilaian kualitas
hidup SF 36 pada H 42. (nilai post test)
10. Pemeriksaan laboratorium untuk cek darah rutin, SGOT, SGPT,
Ureum, Creatinin pada H 42. (nilai post test).
c) Pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh merupakan sebuah pengukuran yang
membandingkan berat badan dengan tinggi badan.
Indeks Massa Tubuh (IMT)=
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑘𝑖𝑙𝑜𝑔𝑟𝑎𝑚
(𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟)2
Norma indeks massa tubuh: (Nieman, 2011)
• <18,5 • underweight
• 18,5 – 24,9 • normal
• 25 – 29,9 • overweight
• 30 – 34,9 • obesitas I
• 34,9 – 39,9 • obesitas II
• ≥40 • obesitas III
d) Fleksibilitas
Pemeriksaan fleksibilitas menggunakan metode sit and reach test .
Alat dan Bahan :
Mistar atau Bangku fleksibilitas
16
Cara Kerja :
1) Subyek duduk di lantai dengan kedua tungkai lurus ke depan
2) Kedua kaki direnggangkan sekitar 10 cm dan telapak kaki
menyentuh mistar pada skala 26 cm;
3) Dengan perlahan subyek membungkukkan tubuh, kedua lengan
diluruskan, jari tangan dirapatkan dan lutut dalam posisi lurus (lutut
dipegang petugas);
4) Ujung – ujung jari tangan menyentuh dan menyelusuri mistar sejauh
mungkin;
5) Tes dilakukan 3 kali berturut – turut; hasil yang dicatat adalah angka
terbaik
Gambar 3. sit and reach test
Norma sit and reach test:
Kategori Umur (tahun) 15-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69
Laki – Laki Baik sekali Baik Cukup Kurang Kurang sekali
≥ 39 34-38 29-33 24-28 ≤ 23
≥ 40 34-39 30-33 25-29 ≤ 24
≥ 38 33-37 28-32 23-27 ≤ 22
≥ 35 29-34 24-28 18-23 ≤ 17
≥ 35 28-34 24-27 16-23 ≤ 15
≥ 33 25-32 20-24 15-19 ≤ 14
Perempuan Baik sekali Baik
≥ 43 38-42
≥ 41 37-40
≥ 41 36-40
≥ 38 34-37
≥ 39 33-38
≥ 35 31-34
17
Cukup Kurang Kurang sekali
34-37 29-33 ≤ 28
33-36 28-32 ≤ 27
32-35 27-31 ≤ 26
30-33 25-29 ≤ 24
30-32 25-29 ≤ 24
27-30 23-26 ≤ 22
e) Kebugaran otot (kekuatan dan ketahanan otot)
Pemeriksaan kekuatan dan ketahanan otot diukur menggunakan
metode sit up 1 menit.
Alat dan Bahan :
1) Matras
2) Stopwatch
Cara Kerja:
1) Subyek berbaring di lantai menggunakan alas matras.
2) Kedua lutut dibengkokkan dan kedua kaki dirapatkan.
3) Kedua lengan berada di sisi kepala dengan jari – jari memegang
telinga.
4) Kedua siku diarahkan untuk menyentuh lutut saat pengukuran.
5) Saat pengukuran, kedua siku menyentuh kedua lutut dan kembali ke
posisi berbaring dengan bahu menyentuh lantai (dianggap sebagai
sit up lengkap).
6) Dilakukan selama 1 menit dengan menggunakan stop watch.
7) Jumlah sit up lengkap yang dapat dilakukan dalam 1 menit dicatat
sebagai hasil.
Gambar 4. Sit up 1 menit
18
Norma sit up 1 menit:
Kategori Umur (tahun) 15-19 20-29 30-39 40-49 50-59 60-69
Laki – Laki Baik sekali Baik Cukup Kurang Kurang sekali
≥ 48 42-47 38-41 33-37 ≤ 32
≥ 43 37-42 33-36 29-32 ≤ 28
≥ 36 31-35 27-30 22-26 ≤ 21
≥ 31 26-30 22-25 17-21 ≤ 16
≥ 26 22-25 18-21 13-17 ≤ 12
≥ 23 17-22 12-16 7-11 ≤ 6
Perempuan Baik sekali Baik Cukup Kurang Kurang sekali
≥ 42 36-41 31-35 27-30 ≤ 26
≥ 36 31-35 25-30 21-24 ≤ 20
≥ 29 24-28 20-23 15-19 ≤ 14
≥ 25 20-24 15-19 7-14 ≤ 6
≥ 19 12-18 5-11 3-4 ≤ 2
≥ 16 12-15 4-11 2-3 ≤ 1
f) Tes Kebugaran Kardiovaskuler
Pemeriksaan kebugaran kardiovaskuler diukur menggunakan metode
Harvard Step Test (HST).
Tata Cara: (Fisiologi Unsoed, 2016; Bhansali dkk, 2015)
1) Tes ini dilakukan dengan mempergunaakan bangku Harvard
dengan tinggi 19 inch (1 inch = 2,54 cm).
2) Sebelum melakukan test hitung terlebih dahulu nadi/ heart rate
(HR) ketika istirahat dan dicatat.
3) Sampel hanya menggunakan kaos dan celana olahraga tanpa
sepatu, diminta untuk berdiri dengan tenang tetapi dengan penuh
perhatian di depan bangku yang akan digunakan.
4) Harus sudah makan, minimal 2-3 jam dan tidak boleh melakukan
aktivitas fisik yang berat sebelum tes dimulai.
5) Harus mengerti dan memahami cara pelaksanaan tes.
6) Harus melakukan pemanasan sebelum mulai tes.
7) Tes berdiri menghadap bangku harvard dalam keadaaan siap untuk
melakukan tes.
8) Sebuah metronom yang sebelumnya sudah diperiksa ketelitiannya,
diatur irama dengan kecepatan 120x/menit (1 menit 30 step).
19
9) Pada saat tanda “mulai” diberikan, sampel menempatkan salah satu
kakinya diatas bangku tepat pada suatu ketukan metronom yang
sekaligus merupakan tanda permulaan tes. Pada ketukan metronom
yang kedua, sampel menempatkan kedua kakinya diatas bangku.
Pada ketukan ketiga sampel turun dan menurunkan dulu kakinya
yang pertama kali naik tadi. Pada ketukan keempat, kakinya yang
kedua diturunkan pula, sehingga sampel sekarang berdiri tegak lagi
diatas lantai. Siklus ini terus diulangi sampai selama mungkin tapi
tidak lebih dari 5 menit.
10) Sampel saat menaiki bangku harus tetap tegak dan tidak boleh
membungkuk.
11) Sampel harus mengikuti irama ketukan metronom dengan tepat,
jika ada tanda-tanda gerakan tidak sesuai irama, maka peringatan
diberikan supaya kembali mengikuti irama dengan baik.
12) Apabila irama/sikap tetap salah selama 10-15 detik, walaupun
sudah diberikan peringatan, maka tes harus dihentikan dan lama
masa kerja dicatat. Time of exhaustion (ToE).
13) Untuk mencegah terjadinya kelelahan pada satu tungkai, sampel
diizinkan untuk sesekali mengubah langkahnya.
14) Saat tes dihentikan, stopwatch dihentikan. Dicatat waktu lama
masa kerja naik turun bangku. Subyek diminta duduk relaks dan
dihitung nadinya.
15) Nadi dihitung pada arteri radialis di pergelangan tangan langsung
5 detik setelah selesai test (post heart rate) dan dari 1-1,5 menit
(post HR 1), 2-2,5 menit (post HR 2) dan 3-3,5 menit (post HR 3)
setelah test.
16) Tiap tes didahului oleh suatu tes percobaan guna memberikan
kesempatan kepada sampel untuk membiasakan diri naik turun
bangku dan mengikuti irama metronom. Test percobaan ini hanya
dilakukan sebentar saja. Setelah tidak merasa lelah sama sekali,
barulah tes yang sesungguhnya dimulai.
20
17) Suhu kamar harus berada diantara 250 C-350 C
Perhitungan PFI, HR-R, dan VO2Max:
1) Physical Fitness Index (PFI) cara lambat (Fisologi Unsoed, 2016;
Bhansali, 2016; Katrali dkk, 2015) =
Lama latihan dalam detik x 100
2 𝑥 (𝑃𝑜𝑠𝑡 𝐻𝑅 1 + 𝑃𝑜𝑠𝑡 𝐻𝑅 2 + 𝑃𝑜𝑠𝑡 𝐻𝑅 3)
atau dengan cara cepat =
Lama latihan dalam detik x 100
5,5 𝑥 𝑃𝑜𝑠𝑡 𝐻𝑅 1
Interpretasi PFI cara lambat:
Indeks Interpretasi <55 kurang 55-64 sedang 65-79 cukup 80-89 baik >90 amat baik
Interpretasi PFI cara cepat:
Indeks Interpretasi <50 kurang 50-80 sedang >80 baik
2) Heart Rate Recovery % (HR-R %) Maria dkk, 2012=
HR 5 detik setelah test − HR 1 menit setelah test
HR 5 detik setelah test − HR ketika istirahat 𝑥 100%
3) Volume Oksigen Maksimum (VO2Max) (Maria, 2012; Nieman
2011) =
VO2 x HRmax
HR latihan yang diukur
Keterangan:
VO2 = (0,2 x rata-rata jumlah step per menit)+(2,4 x tinggi bangku x
rata-rata jumlah step per menit)+3,5
HRmax = 220 – umur
21
3) Kriteria Evaluasi
Analisis keamanan dan kemungkinan manfaat jamu berdasarkan
dokumentasi pencatatan dan pelaporan selama pengobatan, yang dicatat
dalam catatan medis. Data demografik, karakteristik subyek, dan riwayat
sakit juga didokumentasi dalam catatan medis.
a) Evaluasi Keamanan
Semua kejadian sampingan (Adverse Events) selama pengobatan dicatat
dan dievaluasi/dianalisis. Kejadian sampingan didapatkan berdasarkan
observasi dan wawancara terhadap subyek.
Evaluasi kejadian sampingan melalui anamnesis terhadap keluhan klinis
yang tidak ada saat periksa (H0) namun timbul selama kunjungan ulang.
Kejadian sampingan juga dinilai melalui pemeriksaan laboratorium:
darah rutin (HB, eritrosit, Lekosit, Hematokrit, Trombosit dan Hitung
Jenis), fungsi ginjal (ureum, kreatinin) dan fungsi hati (SGOT, SGPT)
pada saat periksa (H0) dibandingkan dengan H42.
b) Evaluasi Kemungkinan Kemanfaatan
Kemanfaatan (“keberhasilan”) jamu:
i. Adanya perbaikan IMT, fleksibilitas, kekuatan otot, ketahanan otot,
dan kebugaran kardiovaskuler.
ii. Perbaikan kualitas hidup yang dievaluasi dengan Short Form – 36
(SF – 36) pada H42.
c) Prosedur tindak lanjut/follow-up:
Subyek penelitian akan di follow up selama 6 minggu (H 7, 14, 21, 28,
hingga H 42). Bila diperlukan misalnya ada adverse event, subyek
penelitian bisa menghubungi lewat telepon atau datang langsung kepada
dokter peneliti untuk periksa di luar jadwal kontrol di atas. Selama
kunjungan ulang dilakukan anamnesis perkembangan gejala klinis,
pengamatan dan pengukuran terhadap adanya perubahan/perbaikan
tanda-tanda vital.
Subyek dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk cek darah rutin,
SGOT, SGPT, Ureum, dan Kreatinin dua kali (H 0 dan 42). Semua data
22
hasil pemeriksaan dicatat di dalam catatan medis. Selain itu ditanyakan
juga adanya keluhan kejadian efek samping, dan obat-obat lain/obat
konvensional yang diminum.
d) Kriteria out come penelitian ramuan jamu kebugaran.
Parameter outcome: Jamu dianggap aman jika tidak terjadi perburukan
parameter di akhir minggu ke-6 dibanding H-0 dan dianggap
memberikan manfaat jika terjadi perbaikan IMT, fleksibilitas,
kebugaran otot, dan kebugaran kardiovaskuler berbeda bermakna
dibanding hari pertama pemeriksaan dan plasebo.
i. Gagal pengobatan, jika subyek selama kunjungan ulang mengalami
perburukan parameter.
ii. Lost to follow-up: jika subyek tidak dapat di follow-up, yaitu tidak
datang kunjungan ulang 2 kali berturut-turut ke Klinik Saintifikasi
Jamu.
iii. Withdrawal of consent: jika subyek mengundurkan diri dari
kesediaannya ikut serta dalam penelitian
iv. Pasien didrop out sebagai subyek penelitian bila tidak minum
ramuan jamu selama lebih dari lima hari.
v. Serious Adverse Events (SAE), jika subyek mengalami kejadian
sampingan yang mengancam hidup (menyebabkan kematian) atau
diperlukan perawatan rumah sakit.
e) Gagal Pengobatan
Jika IMT menjadi underweight atau overweight, fleksibilitas, kebugaran
otot, kebugaran kardiovaskuler subyek menetap atau memburuk.
f) Pengobatan terhadap gagal pengobatan
Subyek dengan luaran kriteria gagal pengobatan atau SAE, maka akan
mendapatkan pengobatan standar sesuai dengan protokol pengobatan
program yang berlaku dan kalau diperlukan rawat inap di rumah sakit
terdekat.
23
g) Follow up setelah selesai penelitian
Setelah selesai penelitian selama 6 minggu, subyek penelitian tetap dipantau
kondisinya selama 2 minggu.
G. Pengolahan Dan Analisis Data
Data akan diolah dan dianalisis dengan menggunakan program SPSS
dengan menggunakan rumus uji t dan analisis lain yang sesuai. Data yang
dianalisis adalah data PP (per protocol) yang tidak mencakup subyek yang
drop-out dari studi.
.
24
III. HASIL
Pengumpulan data telah dilakukan di Pondok Pesantren di Sukoharjo
selama bulan September hingga November 2017. Dari 215 calon subyek yang
diskrining didapatkan 204 orang eligible untuk ikut serta sebagai subyek
penelitian. Berdasarkan hasil randomisasi, 102 orang masuk ke dalam kelompok
jamu dan 102 masuk kelompok plasebo. Pada kelompok jamu, terdapat 2 orang
drop out dikarenakan tidak minum jamu lebih dari seminggu. Pada kelompok
plasebo, 1 orang drop out dari penelitian karena sakit sehingga tidak minum
jamu lebih dari seminggu.
Screening 215 orang
11 orang tidak memenuhi
kriteria inklusi (kelainan
nilai lab dan tidak dapat
izin dari ortu)
Analisis (n=100 )
2 orang tidak minum jamu >seminggu
Intervensi Jamu (n=102 )
1 orang sakit sehingga tidak minum jamu >seminggu
Intervensi Minuman (n=102)
Analisis (n=101 )
Randomisasi
Analisis
Follow-Up
204 orang
Gambar 5. Consort Penelitian
25
A. Karakteristik Subyek
Subyek penelitian ini berjumlah 201 orang yang terdiri dari 100
subyek kelompok jamu dan 101 subyek kelompok plasebo. Semua subyek
merupakan santri laki-laki di pondok pesantren dengan tingkat pendidikan
setara SMA.
Tabel 1. Karakteristik Subyek
Karakteristik Kelompok Jamu Kelompok Plasebo
p Mean SD Mean SD
Umur 16,37 1,26 16,37 1,11 0,49* IMT 20,91 2,08 21,47 2,79 0,06*
*Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa hasil uji statistik pada variabel
umur dan indek masa tubuh (IMT) subyek penelitian antara kelompok jamu
dan plasebo didapatkan semua nilai p>0,05. Dari sini bisa disimpulkan
bahwa umur dan indek massa tubuh kelompok jamu dan plasebo tidak
berbeda bermakna.
Tabel 2. Karakteristik Kebugaran dan SF36 Subyek pada H0 (Baseline)
Parameter Kelompok Jamu Kelompok Plasebo
p Mean SD Mean SD
Kebugaran Jasmani IMT 20,91 2,08 21,47 2,79 0,06* Fleksibilitas Otot 45,45 4,82 45,47 5,32 0,49* Kebugaran Otot (sit up) 34,20 6,52 34,17 7,73 0,49* Kebugaran Kardiovaskuler: - PFI cepat 51,60 21,87 54,76 20,82 0,15* - PFI lambat 52,82 22,74 54,34 20,74 0,31* - HR-R 23,54 16,39 24,83 14,61 0,28* - VO2max 35,06 12,32 36,72 11,52 0,16* SF-36 78,89 10,68 77,31 12,96 0,17*
*Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Berdasarkan tabel 2 dapat terlihat bahwa hasil uji t tidak
berpasangan, semua komponen kebugaran dan skor SF-36 subyek
penelitian antara kelompok jamu dan plasebo didapatkan semua nilai
p>0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang
26
bermakna pada komponen kebugaran subyek dan skor SF-36 antara
kelompok jamu dan plasebo pada H-0. Kedua kelompok memiliki baseline
yang sama sebelum dilakukan intervensi jamu maupun plasebo.
B. Gejala Klinis Subyek Penelitian
Gejala klinis subyek diperoleh melalui anamnesis yaitu wawancara
terhadap subyek penelitian. Anamnesis dilakukan pada saat pasien diperiksa
oleh dokter. Pada anamnesis subyek ditanyakan mengenai keluhan yang
paling dirasakan menggangu. Selama 42 hari minum jamu atau plasebo
semua subyek tidak merasakan keluhan yang berarti. Keluhan hanya karena
rasa jamu yang pahit tetapi tidak mebuat mual, pusing, ataupun muntah.
C. Keamanan Jamu
Keamanan penggunaan jamu dan plasebo selama intervensi bisa
dinilai dari hasil anamnesis adanya kejadian yang tidak diinginkan dan hasil
pemeriksaan laboratorium fungsi hati (SGOT dan SGPT), dan fungsi ginjal
(ureum dan kreatinin) subjek penelitian sebelum dan sesudah intervensi.
Nilai laboratorium tersebut bisa kita bandingkan antara kelompok jamu dan
plasebo serta dapat analisis dengan uji t tidak berpasangan. Sedangkan nilai
laboratorium kelompok jamu dan kelompok plasebo antara sebelum dan
sesudah intervensi bisa dianalisis dengan uji t berpasangan.
Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada subjek penelitian
kelompok jamu dan kelompok plasebo selama intervensi dan sesudah
intervensi tidak ditemukam efek samping yang bermakna. Selain itu juga
tidak ditemukan kejadian yang tidak diinginkan.
1. Faal Hati
Tabel 3. Perbedaan Rata-Rata Kadar SGOT
Hari Pengukuran
Kelompok Jamu Kelompok Plasebo
Mean SD p Mean SD p
H-0 19,10 9,78 18,69 5,24 H-42 18,47 4,13 0,23* 19,27 6,39 0,15* *uji t berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
27
Tabel 4. Analisis Kadar SGOT Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo
Perbandingan Hari ke p 0 0,36* 42 0,15*
*Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Tabel 5. Perbedaan Rata-Rata Kadar SGPT
Hari Pengukuran
Kelompok Jamu Kelompok Plasebo
Mean SD p Mean SD p
H-0 11,55 5,17 14,72 12,43 H-42 12,15 6,06 0,10* 15,65 13,55 0,13* *uji t berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Tabel 6. Analisis Kadar SGPT Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo
Perbandingan Hari ke p 0 0,01* 42 0,01*
*Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Berdasarkan Tabel 3 dan Tabel 5 bisa kita lihat untuk uji t
berpasangan kadar SGOT dan SGPT didapatkan p>0,05 baik pada
kelompok jamu maupun kelompok plasebo. Hal ini menunjukkan tidak
ada perbedaan yang bermakna kadar SGOT dan SGPT antara H-0
dibandingkan H-42 pada kelompok jamu dan plasebo.
Uji t tidak berpasangan pada Tabel 4 didapatkan nilai p>0,05 pada
rerata SGOT kelompok jamu dibanding kelompok plasebo berarti tidak
ada perbedaan yang bermakna kadar SGOT antara kelompok jamu dan
plasebo baik pada H-0 maupun H-42. Sedangkan pada Tabel 6 uji t tidak
berpasangan kadar SGPT antar kelompok didapatkan nilai p<0,05 baik
pada H-0 maupun H-42. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang
bermakna antara kelompok jamu dan plasebo. Meskipun berbeda secara
28
bermakna tetapi nilai kadar SGPT kedua kelompok masih menunjukkan
kadar SGPT dalam rentang normal.
2. Faal Ginjal
Tabel 7. Perbedaan Rata-Rata Kadar Ureum
*uji t berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Tabel 8. Analisis Kadar Ureum Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo
Perbandingan Hari ke p 0 0,38* 42 0,06*
*Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Tabel 9. Perbedaan Rata-Rata Kadar Kreatinin
Hari Pengukuran
Kelompok Jamu Kelompok Plasebo Mean SD p Mean SD p
H-0 0,90 0,23 0,87 0,13 H-42 0,85 0,11 0,01* 0,87 0,13 0,37* *uji t berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Tabel 10. Analisis Kadar Kreatinin Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo
Perbandingan Hari ke p 0 0,13* 42 0,12*
*Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Berdasarkan Tabel 7 dan Tabel 8 bisa kita lihat untuk uji t
berpasangan dan uji t tidak berpasangan kadar ureum didapatkan nilai
p>0,05 baik pada kelompok jamu maupun kelompok plasebo. Hal ini
Hari Pengukuran
Kelompok Jamu Kelompok Plasebo
Mean SD p Mean SD p
H-0 19,30 4,03 19,49 4,47 H-42 19,12 4,17 0,35* 20,12 5,05 0,09*
29
menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna kadar ureum antara H-
0 dibandingkan H-42 baik pada kelompok jamu dan plasebo maupun
perbandingan antar kelompok.
Pada Tabel 9 uji t berpasangan kadar kreatinin didapatkan nilai
p<0,05 pada rerata kreatinin kelompok jamu H-0 dibanding H-42.
Meskipun terdapat perbedaan bermakna namun kadar kreatinin
kelompok masih dalam rentang normal. Sedangkan untuk kelompok
plasebo tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada H-0 dibanding H-
42 (p>0,05). Pada Tabel 10 uji t tidak berpasangan kadar kreatinin antar
kelompok didapatkan nilai p>0,05 baik pada H-0 maupun H-42. Hal ini
berarti tidak terdapat perbedaan yang bermakna kadar kreatinin antara
kelompok jamu dan plasebo.
3. Gambaran Darah Rutin
Tabel 11. Perbedaan Rata-Rata Gambaran Darah Kelompok Jamu
Variabel H-0 H-42
p Mean SD Mean SD
Hemoglobin 15,12 1,14 15,12 1,18 0,48* Hematokrit 44,60 2,94 44,57 3,33 0,44* Eritrosit 5471700 400232,39 5388400 355998,30 0,00* Trombosit 299490 62382,09 298320 56635,26 0,42* Leukosit 8513 12119,17 8362,24 7264,39 0,46*
* uji t berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Tabel 12. Perbedaan Rata-Rata Gambaran Darah Kelompok Plasebo
Variabel H-0 H-42
p Mean SD Mean SD
Hemoglobin 15,47 1,01 15,55 1,04 0,07* Hematokrit 45,43 2,68 45,67 2,67 0,09*
Eritrosit 5447030 308559,70 5413168 293451,63 0,06*
Trombosit 303050 52590,37 301020 53360,84 0,29*
Leukosit 7348 1944,82 7560,72 2387,93 0,20* * uji t berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
30
Tabel 13. Analisis Gambaran Darah Antara Kelompok Jamu
Dengan Kelompok Plasebo
Perbandingan hari ke
p
Haemoglobin Hematokrit Eritrosit Trombosit Leukosit
H-0 0,01* 0,02* 0,31* 0,33* 0,17*
H-42 0,00* 0,01* 0,30* 0,36* 0,15* *Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Pada Tabel 11 dan Tabel 12 hampir semua parameter didapatkan
nilai p>0,05 hanya pada eritrosit pada tabel 11 (kelompok jamu) nilai
p<0,05 yang menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antara H-0
dibanding H-42. Tetapi jika dibandingkan antar kelompok (Tabel 13) tidak
berbeda bermakna kadar eritrosit antara kelompok jamu dengan plasebo
(p>0,05).
D. Kemanfaatan Jamu
i. Kebugaran komposisi tubuh / Indeks massa tubuh (IMT)
Tabel 14. Perbedaan Rata-Rata Indeks Massa Tubuh
Hari Pengukuran Kelompok Jamu Kelompok Plasebo
Mean SD p Mean SD p
H-0 20,91 2,08 21,47 2,79 H-42 20,85 2,00 0,06* 21,36 2,68 0,06*
* uji t berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Tabel 15. Analisis IMT Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo
Perbandingan Hari ke p 0 0,06* 42 0,06*
*Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Berdasarkan Tabel 14 dan Tabel 15 hasil uji t berpasangan dan uji t
tidak berpasangan didapatkan nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada
31
perbedaan IMT yang bermakna baik H-0 dibanding H-42 pada kelompok
jamu, kelompok plasebo, maupun antar kelompok.
ii. Fleksibilitas Otot
Tabel 16. Perbedaan Rata-Rata Fleksibilitas Otot
Hari Pengukuran
Kelompok Jamu Kelompok Plasebo
Mean SD p Mean SD p
H-0 45,45 4,82 45,47 5,32 H-42 45,57 4,98 0,30* 45,45 5,16 0,47*
* uji t berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Tabel 17. Analisis Fleksibilitas Otot Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo
Perbandingan Hari ke p 0 0,49* 42 0,43*
*Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Berdasarkan Tabel 16 dan Tabel 17 hasil uji t berpasangan dan uji t
tidak berpasangan didapatkan nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada
perbedaan fleksibilitas otot yang bermakna baik H-0 dibanding H-42 pada
kelompok jamu, kelompok plasebo, maupun antar kelompok.
iii. Kebugaran Otot (sit up 1 menit)
Tabel 18. Perbedaan Rata-Rata Nilai sit up 1 menit
Hari Pengukuran
Kelompok Jamu Kelompok Plasebo
Mean SD p Mean SD p
H-0 34,20 6,52 34,17 7,73 H-42 34,90 6,17 0,08* 34,56 6,86 0,25*
* uji t berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
32
Tabel 19. Analisis Kebugaran Otot Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo
Perbandingan Hari ke p 0 0,49* 42 0,36*
*Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Berdasarkan Tabel 18 dan Tabel 19 hasil uji t berpasangan dan uji t
tidak berpasangan didapatkan nilai p>0,05. Hal ini menunjukkan tidak ada
perbedaan kebugaran otot yang bermakna baik H-0 dibanding H-42 pada
kelompok jamu, kelompok plasebo, maupun antar kelompok.
iv. Kebugaran Kardiovaskuler
1. Physical Fitness Index (PFI)
- Cara Cepat
Tabel 20. Perbedaan Rata-Rata Nilai PFI Cara Cepat
Hari Pengukuran
Kelompok Jamu Kelompok Plasebo
Mean SD p Mean SD p
H-0 51,60 21,87 54,76 20,82 H-42 61,65 23,47 0,00* 55,81 22,19 0,31*
* uji t berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Tabel 21. Analisis PFI Cepat Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo
Perbandingan Hari ke p 0 0,15* 42 0,04*
*Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
33
- Cara lambat
Tabel 22. Perbedaan Rata-Rata Nilai PFI Cara Lambat
Hari Pengukuran
Kelompok Jamu Kelompok Plasebo Mean SD p Mean SD p
H-0 52,82 22,74 54,34 20,74 H-42 64,97 26,98 0,00* 53,17 20,61 0,28*
* uji t berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Tabel 23. Analisis PFI Lambat Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo
Perbandingan Hari ke p 0 0,31* 42 0,00*
*Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Berdasarkan Tabel 20 sampai dengan Tabel 23 hasil uji t
berpasangan PFI pada kelompok jamu menunjukkan perbedaan yang
bermakna antara H-0 dibanding H-42 yaitu mengalami peningkatan norma
dengan nilai p<0,05 sedangkan pada kelompok plasebo tidak terjadi
perubahan yang bermakna sebelum dan sesudah intervensi (p>0,05). Untuk
uji t tidak berpasangan antar kelompok didapatkan nilai p>0,05 pada H-0
(baseline) dan nilai p<0,05 pada H-42 (post intervensi). Hal ini
menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna antar kelompok setelah
intervensi dengan baseline yang sama.
2. Heart Rate Recovery (HR-R)
Tabel 24. Perbedaan Rata-Rata Nilai HR-R
Hari Pengukuran
Kelompok Jamu Kelompok Plasebo
Mean SD p Mean SD p
H-0 23,54 16,39 24,83 14,61
H-42 35,47 16,02 0,00* 24,53 17,75 0,45* * uji t berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
34
Tabel 25. Analisis HR-R Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo
Perbandingan Hari ke p 0 0,28* 42 0,00*
*Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Berdasarkan Tabel 24 dan Tabel 25 hasil uji t berpasangan HR-R
pada kelompok jamu menunjukkan perbedaan yang bermakna antara H-0
dibanding H-42 yaitu mengalami peningkatan norma dengan nilai p<0,05
sedangkan pada kelompok plasebo tidak terjadi perubahan yang bermakna
sebelum dan sesudah intervensi (p>0,05). Untuk uji t tidak berpasangan
antar kelompok didapatkan nilai p>0,05 pada H-0 (baseline) dan nilai
p<0,05 pada H-42 (post intervensi). Hal ini menunjukkan terdapat
perbedaan yang bermakna antar kelompok setelah intervensi dengan
baseline yang sama.
3. VO2Max
Tabel 26. Perbedaan Rata-Rata Nilai VO2Max
Hari Pengukuran
Kelompok Jamu Kelompok Plasebo
Mean SD p Mean SD p
H-0 35,06 12,32 36,72 11,52 H-42 40,59 13,91 0,00* 36,98 12,17 0,41*
* uji t berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Tabel 27. Analisis VO2Max Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo
Perbandingan Hari ke p 0 0,16* 42 0,03*
*Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Berdasarkan Tabel 26 dan Tabel 27 hasil uji t berpasangan VO2Max
pada kelompok jamu menunjukkan perbedaan yang bermakna antara H-0
35
dibanding H-42 yaitu mengalami peningkatan norma dengan nilai p<0,05
sedangkan pada kelompok plasebo tidak terjadi perubahan yang bermakna
sebelum dan sesudah intervensi (p>0,05). Untuk uji t tidak berpasangan
antar kelompok didapatkan nilai p>0,05 pada H-0 (baseline) dan nilai
p<0,05 pada H-42 (post intervensi). Hal ini menunjukkan terdapat
perbedaan yang bermakna antar kelompok setelah intervensi dengan
baseline yang sama.
v. Short Form 36
Tabel 28. Perbedaan Rata-Rata Nilai Short Form 36
Hari Pengukuran
Kelompok Jamu Kelompok Plasebo
Mean SD p Mean SD H-0 78,89 10,68 77,31 12,96 H-42 81,61 8,58 0,00* 79,23 31,21 0,08*
* uji t berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Tabel 29. Analisis SF-36 Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo
Perbandingan Hari ke p 0 0,17* 42 0,04*
*Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Berdasarkan Tabel 28 dan Tabel 29 hasil uji t berpasangan SF-36
pada kelompok jamu menunjukkan perbedaan yang bermakna antara H-0
dibanding H-42 yaitu mengalami peningkatan norma dengan nilai p<0,05
sedangkan pada kelompok plasebo tidak terjadi perubahan yang bermakna
sebelum dan sesudah intervensi (p>0,05). Untuk uji t tidak berpasangan
antar kelompok didapatkan nilai p>0,05 pada H-0 (baseline) dan nilai
p<0,05 pada H-42 (post intervensi). Hal ini menunjukkan terdapat
perbedaan yang bermakna antar kelompok setelah intervensi dengan
baseline yang sama.
36
Terdapat 8 dimensi pengukuran pada SF-36 yaitu fungsi fisik (10
butir pertanyaan), peranan fisik (4 butir), rasa nyeri (2 butir), kesehatan
umum (5 butir), fungsi sosial (2 butir), energi (4 butir), peranan emosi ( 3
butir) dan kesehatan jiwa (5 butir).
Gambar 6. Grafik 8 Dimensi SF-36 Kelompok Jamu
Hari ke-0 Hari ke-42
Fungsi Fisik 87.35 91.70
Peranan Fisik 82.50 85.50
Peranan Emosi 76.00 82.33
Energi 73.95 74.45
Kesehatan Jiwa 75.44 75.64
Fungsi Sosial 74.75 73.88
Rasa Nyeri 78.33 81.68
Kesehatan Umum 69.50 72.55
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
Rat
a-ra
ta s
kor
37
Gambar 7. Grafik 8 Dimensi SF-36 Kelompok Plasebo
Tabel 30. Analisis Dimensi SF-36 Antara Kelompok Jamu Dengan Kelompok Plasebo
Hari ke
p Fungsi Fisik
Peranan Fisik
Peranan Emosi
Energi Kesehatan Jiwa
Fungsi Sosial
Rasa Nyeri
Kesehatan Umum
H-0 0,00* 0,36* 0,01* 0,22* 0,44* 0,27* 0,09* 0,48*
H-42 0,19* 0,00* 0,05* 0,29* 0,15* 0,16* 0,00* 0,48*
*Uji t tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%
Berdasarkan Gambar 7 secara sekilas hamper semua dimensi SF-36
mengalami peningkatan nilai sedangkan pada Gambar 8 peningkatan nilai yang
mencolok adalah fungsi peranan fisik. Namun setelah kita lihat Tabel 30 untuk uji
t tidak berpasangan antar kelompok didapatkan nilai p>0,05 untuk dimensi fungsi
fisik, peranan emosi, energy, kesehatan jiwa, fungsi soisal, dan kesehatan umum.
Hari ke-0 Hari ke-42
Fungsi Fisik 76.58 89.80
Peranan Fisik 81.19 76.24
Peranan Emosi 85.15 75.25
Energi 72.62 73.47
Kesehatan Jiwa 75.21 77.47
Fungsi Sosial 73.14 71.29
Rasa Nyeri 81.41 74.68
Kesehatan Umum 69.41 72.43
50.00
55.00
60.00
65.00
70.00
75.00
80.00
85.00
90.00
95.00
100.00
Rat
a-ra
ta s
kor
38
Sedangkan untuk peranan fisik dan rasa nyeri terdapat perbedaan yang bermakna
antara kelompok jamu dan plasebo (p<0.05).
39
IV. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini sebanyak 201 subyek yang terlibat dalam penelitian.
Subyek merupakan santri di pondok pesantren daerah Sukoharjo sesuai dengan
kriteria inklusi dan eksklusi. Kelompok jamu 100 dan plasebo 101 subyek.
A. Karakteristik Subyek
Karakteristik setiap kelompok memiliki baseline yang sama atau
tidak ada perbedaan yang bermakna antar kelompok sehingga faktor-faktor
perancu yang dapat menimbulkan bias dapat diminimalkan. Pada penelitian
ini karakteristik berdasarkan umur, indeks massa tubuh, status kebugaran,
dan SF-36 tidak berbeda bermakna antara kelompok jamu dan kelompok
plasebo sehingga bisa dianggap kedua kelompok memulai penelitian pada
kondisi yang sama. Selain itu alasan menggunakan subyek santri di pondok
pesantren karena subyek penelitian akan lebih homogen sehingga faktor
perancu berupa diet makanan dan aktivitas sehari-hari bisa diminimalkan.
B. Gejala Klinis Subyek Penelitian
Gejala klinis yang membahayakan pada subyek tidak didapatkan
karena sebelum penelitian dimulai subyek dipilih berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi. Subyek merupakan santri yang sehat yang bertempat
tinggal di pondok pesantren sehingga bisa dipantau jika terjadi keadaan
yang tidak diinginkan.
C. Keamanan Jamu
Keamanan jamu pada penelitian ini didasarkan pada pengaruh
minum jamu terhadap fungsi hati, fungsi ginjal, dan gambaran darah rutin
subyek penelitian. Parameter penilaian untuk fungsi hati adalah dengan
mengukur kadar SGOT dan SGPT pada H-0 dan H-42. Penilaian fungsi
ginjal juga menggunakan 2 parameter yaitu pengukuran kadar Ureum dan
Kreatinin pada H-0 dan H-42. Penilaian gambaran (profil) darah
40
hemoglobin, hematocrit, leukosit, trombosit, dan eritrosit pada H-0 dan H-
42.
Dari semua pengukuran parameter keamanan jamu hampir semua
menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna (p>0,05) antara H42
dibanding H0 dan antara kelompok jamu dan plasebo. Meskipun ada yang
berbeda secara bermakna tetapi nilainya masih dalam rentang normal. Jadi
bisa disimpulkan bahwa formula jamu temulawak, kunyit, dan meniran
yang diminum secara terus menerus selama 42 hari tidak toksik terhadap
manusia. Pada penelitian pra klinik yang dilakukan oleh Rahmawati dkk
pada awal tahun 2017 juga membuktikan bahwa formula jamu temulawak,
kunyit, dan meniran pada uji toksisitas akut terbukti aman dan praktis tidak
toksik dengan nilai LD50 sebesar 5000 mg/kg BB mencit. Pada uji toksisitas
sub kronik selama 90 hari tidak menyebabkan perubahan yang signifikan
pada kadar ureum, kreatinin, SGOT, dan SGPT dan aman terhadap organ
hati, ginjal, limfa, paru, lambung, dan jantung pada mencit. (Rahmawati
Nuning, 2017)
D. Kemanfaatan Jamu
Kemanfaatan jamu pada penelitian ini didasarkan pada pengaruh
minum jamu terhadap masing-masing komponen kebugaran dan kualitas
hidup subyek (SF-36). Dari keempat komponen kebugaran hanya
komponen kebugaran kardiovaskuler yang ada perbedaan bermakna antara
H-42 dibanding H-0 dan antara kelompok jamu dan kelompok plasebo.
Untuk penilaian kualitas hidup (SF-36) kelompok jamu mengalami
peningkatan nilai secara bermakna antara H-42 dibanding H-0 dan antara
kelompok jamu dan kelompok plasebo. Tetapi jika dilihat untuk masing-
masing dimensi dari SF-36 hanya dimensi peranan fisik dan rasa nyeri yang
peningkatan nilainya bermakna dibanding kelompok plasebo. SF-36
merupakan alat pengukur kualitas hidup terkait kesehatan berbentuk
kuesioner berisikan 36 butir pertanyaan yang sudah luas penggunaannya di
Indonesia. Pilihan jawaban berkisar antara 2 sampai 6. SF – 36 mempunyai
41
sensitivitas yang tinggi. Nilai berkisar 0 sampai dengan 100. Nilai 100
merupakan kualitas hidup terbaik dan nilai 0 sebagai kualitas hidup
terburuk. Dari 36 pertanyaan akan didapatkan 8 demensi pengukuran, yaitu
fungsi fisik (10 butir pertanyaan), peranan fisik (4 butir), rasa nyeri (2
butir), kesehatan umum (5 butir), fungsi sosial (2 butir), energi (4 butir),
peranan emosi ( 3 butir), dan kesehatan jiwa (5 butir). Manfaat pengukuran
kualitas hidup adalah untuk melengkapi pengkajian keuntungan suatu
intervensi pengobatan. Pada skor SF-36 mengalami peningkatan yang
bermakna, hal ini memperlihatkan bahwa jamu temulawak kunyit dan
meniran bisa meningkatkan kualitas hidup subyek terutama untuk dimensi
peran fisik dan nyeri.
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza) merupakan tumbuhan asli
Indonesia. Temulawak mengandung kurkuminoid dan senyawa aktif jenis
bisabolane seperti α-curcumen, ar-turmerone dan xanthorrhizol serta
beberapa kation seperti zat besi, kalsium, natrium dan kalium. (Itokawa
dkk, 2008) Kurkumin dalam temulawak diketahui dapat berfungsi sebagai
protektor terhadap zat toksik yang berasal dari lingkungan, termasuk
timbal. Timbal menyebabkan defisiensi enzim Glu-6-PD dan
penghambatan enzim pirimidin-5’-nukleotidase sehingga terjadi akumulasi
degradasi RNA serta ribosom eritrosit, akibatnya masa hidup eritrosit
menurun, membran sel merapuh dan jumlahnya berkurang. Penelitian
menggunakan infusa rimpang temulawak 20% yang diberikan pada tikus
bersamaan dengan induksi timbal 12 dan 50 ppm selama 30 hari
menunjukkan adanya peningkatan kadar hemoglobin secara bermakna
dibandingkan kontrol. Sugiharto menduga aktivitas tersebut terkait dengan
kemampuan temulawak dalam meningkatkan sintesis enzim detoksikasi
melalui peningkatan aktivitas enzim Gluthatione S-transferase (GST)
dalam hati. Selain itu, kurkumin dan kation dalam temulawak berperan
sebagai agen preventif dengan meningkatkan kompetisi terhadap absorpsi
timbal dalam saluran pencernaan. Fe akan meningkatkan cadangan protein
42
transferin dalam hati dan sumsum tulang untuk digunakan kembali dalam
biosintesis hemoglobin dan eritrosit. (Sugiharto, 2008)
Curcuma longa (kunyit) termasuk dalam family Zingiberaceae,
dengan kandungan utama curcumin. Curcumin merupakan senyawa aktif
utama yang bertanggung jawab dalam aktivitas hepatoprotektif. Menurut
hasil penelitian, tikus yang diinduksi parasetamol 600 mg/kg BB
dandiberikan ekstrak etanol kunyit (100 mg/kg BB) menunjukkan adanya
penurunan aktifitas enzim hati, yaitu ALT, AST dan ALP. Mekanisme aksi
hepatoprotektif curcumin melalui penghambatan proses inflamasi,
menangkap stress oksidatif, dan penurunan aktivasi hepatic stellate cells
(HSC). Aktivitas HSC dihambat dengan meningkatkan regulasi ekspresi
dan stimulasi signaling gen PPAR-ɣ. Curcumin menekan proses inflamasi
sel hati melalui penurunan level sitokin inflamasi termasuk interferon-ɣ,
TNF-α, dan interleukin-6. Curcumin cukup aman untuk dikonsumsi.
Curcumin dosis 5 g/kg bb tikus tidak menyebabkan kematian; dosis 3.5
g/kg bb diberikan pada tikus, anjing dan kera selama 3 bulan tidak
menunjukkan timbulnya gejala toksik. (Zulkarnain, 2013)
Meniran (Phyllanthus niruri L.) secara empiris digunakan untuk
pengobatan gangguan ginjal, sariawan, malaria, tekanan darah tinggi,
peluruh air seni, ginjal nyeri, kencing batu dan gangguan empedu serta
mempunyai sifat sebagai antidiare, antipiretik. Rebusan meniran 40% dosis
40 ml/kg bb. mempunyai efek hepatoprotektif pada tikus putih yang telah
diinduksi dengan CCl4. Ekstrak air meniran dapat menghambat DNA
polymerase endogen virus hepatitis B dan ikatan pada HbsAg secara in
vitro. Ekstrak heksan meniran konsentrasi 1,0 mg/ml yang diuji terhadap
kultur sel hati tikus yang diinduksi CCl4 menunjukkan efek
antihepatotoksik.21 Meniran terbukti mampu mengatasi infeksi hepatitis
terutama hepatitis B, menghambat aktivitas polymerasevirus dan
mengurangi episomal hepatitis B. Pemberian meniran secara oral mampu
meningkatkan aktivitas system komplemen melalui jalur klasik. (Milis
dan Bone, 2000) Suresh menyebutkan bahwa genus tanaman Phyllanthus
43
dapat meningkatkan sitoksisitas sel NK (Natural Killer) dan sel K (killer)
dengan bantuan antibody. Pengujian in vitro terhadap virus hepatitis B yang
diinfeksikan pada kultur sel Human hepatoma cell Line, ekstrak meniran
mampu menurunkan titer HBsAg. Pemberian per oral ekstrak seluruh
bagian tanaman meniran dapat mempengaruhi fungsi dan aktivitas sel-sel
imunokompeten, diantaranya terhadap: system komplemen, meningkatkan
hemolitik total komplemen (CH100); sel manosit /makrofag, meningkatkan
fungsi fagositosis; sel neutrofil, meningkatkan aktivitas kemotaksis; sel
NK, meningkatkan sitotoksiksisitas; populasi limfosit T, meningkatkan
aktivitas proliferase limfosit T; populasi limfosit B, meningkatkan
proliferasi limfosit B. Analisis keseluruhan menyimpulkan bahwa ekstrak
dari seluruh bagian tanaman bersifat sebagai immunostimulator.
(Suprapto, 2004)
Pada penelitian pra kinik formula jamu yang terdiri dari temulawak,
kunyit dan meniran memiliki aktivitas kebugaran yang ditunjukkan dengan
peningkatan lama waktu ketahanan renang mencit sesudah perlakuan
dibanding sebelum perlakuan dan kelompok kontrol. (Rahmawati, 2017)
44
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan:
1. Keamanan jamu
Formula jamu yang terdiri dari 5 gram rimpang temulawak, 4 gram
rimpang kunyit, dan 3 gram herba meniran terbukti tidak mempengaruhi
fungsi hati, ginjal, dan profil darah pada pemakaian 42 hari berturut-
turut.
2. Kemanfaatan Jamu
- Formula jamu yang terdiri dari 5 gram rimpang temulawak, 4 gram
rimpang kunyit, dan 3 gram herba meniran dapat membantu
meningkatkan kebugaran kadiovaskuler subyek tetapi tidak bermakna
untuk komposisi tubuh / indeks massa tubuh, fleksibilitas otot, dan
kekuatan otot.
- Formula jamu temulawak, kunyit, dan meniran dapat meningkatkan
kualitas hidup subyek terutama untuk dimensi peranan fisik dan nyeri.
B. Saran
1. Perlu dilakukan uji klinik lanjutan ramuan jamu multi center dengan
desain doble blinding sehingga sehingga hasil penelitian lebih valid.
2. Perlu dipertimbangkan beberapa alternatif bentuk sediaan jamu untuk
meningkatkan kepatuhan subyek mengkonsumsi jamu.
45
DAFTAR PUSTAKA
Alex MS, Subiono HS, Sutardji. 2012. Pengaruh Latihan Senam Aerobik Low
Impact Dan High Impact Terhadap Kesegaran Jasmani. Journal of sport
sciences and fitness.Vol 1(1)2012
B2P2TOOT. 2015. Laporan Jamu Saintifik. B2P2TOOT Tawangmangu
Badan Litbangkes RI. 2010. Laporan Hasil Riet Kesehatan Dasar Tahun 2010.
Bhansali, Bharmar, Chopra. 2015. Assessing The Cardiovascular Fitness Of
Healthy Young Individuals Using Harvard Step Test. Gujarat India: School
of Physiotherapy RK University
Dinkes Lumajang BKOR-PPIM. http://dinkeslumajang.or.id/tes-kebugaran-bkor-
pippm-kab-lumajang/ (akses 6 September 2016)
Fisiologi FK Unsoed. 2016. Petunjuk Praktikum Fisiologi Blog Healthy Lifestyle
and Health Promotion. Purwokerto: FK Unsoed
Irianto Djoko Pekik. 2004. Bugar dan Sehat dengan Berolahraga. Yogyakarta. C.V.
Andi Offset.
Itokawa H., Shi Q., Akiyama T., Morris-Natschke SL. and Lee KH. 2008. Review:
Recent advances in the investigation of curcuminoids. Chinese Medicine 3:11
Katralli, Goudar, Itagi. 2015. Physical Fitness Index of Indian Judo Players assessed
by Harvard step test. IOSR Journal of Sports and Physical Education (2):24-
27
Kementerian Kesehatan RI. 2010. Peraturan Menteri Kesehatan No.
003/MENKES/PER/I/2010 tentang Saintifikasi Jamu dalam Penelitia
Berbasis Pelayanan Kesehatan, Menteri Kesehatan RI
Kementerian Kesehatan. 2015. RI.
http://www.depkes.go.id/article/view/15012600045/peluncuran-gerakan-
bugar-dengan-jamu-bude-jamu-.html (akses 6 September 2016)
Maria Mexitalia , MS Anam , Azusa Uemura , Taro Yamauchi. Komposisi Tubuh
dan Kesegaran Kardiovaskuler yang Diukur dengan Harvard Step Test dan
20m Shuttle Run Test pada Anak Obesitas. Media Medika Indonesia Undip.
2012 Vol.46(1)
46
Mills Simon and Bone Kerry, 2000. Principles and Practice of Phytoterapy, Modern
Herbal Medicine, Churchill Livingstone publisher, p 569-578.
Nieman David. 2011. Exercise Testing and Prescription: A Health-Realated
Approach ed 7th. New York: McGraw-Hill
Nurhasan. 2006.Penilaian Pembelajaran Penjas.Jakarta: Depdiknas
Rahmawati Nuning. 2017. Laporan uji pra klinis jamu kebugaran dibanding kafein
pada mencit. B2P2TOOT
Sedyaningsih, Endang Rahayu.2009. Pidato pada Konferensi Nasional (Konas)
Promosi Kesehatan ke-5 dan Musyawarah Nasional Perkumpulan Pendidikan
dan Promosi Kesehatan Indonesia (PPPKMI) tahun 2009.
Sugiharto. 2008. Pengaruh infus rimpang temulawak (Curcuma xanthorrhiza)
terhadap kadar hemoglobin dan jumlah eritrosit tikus putih yang diberi larutan
timbal nitrat [(PbNO3)2]. Berk. Penel. Hayati: 10 (53-57)
Suprapto Ma’at, 2004. Tanaman obat untuk pengobatan kanker (Bagian 3), Jurnal
Bahan Alam Indonesia, vol 3, no. 2, Juli 2004.
Wahjoedi B., 2004. Kajian Potensi Tanaman Obat, Badan Litbangkes
Zulkarnain Z, dkk. 2013. Studi Klinis Formula Jamu sebagai Hepatoprotektor.
B2P2TOOT Tawangmangu.
47
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. NASKAH PENJELASAN
NASKAH PENJELASAN
UJI KLINIS FORMULA JAMU TEMULAWAK, KUNYIT, DAN
MENIRAN TERHADAP KEBUGARAN JASMANI
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradional, Badan Litbang
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada bulan Februari sampai dengan
Desember 2017 akan melakukan uji klinik penggunaan jamu temulawak, kunyit,
dan meniran untuk kebugaran. Subyek penelitian adalah orang sehat yang
memenuhi persyaratan di pondok pesantren di Sukoharjo.
Uji Klinis Formula Jamu Temulawak, Kunyit, dan Meniran terhadap
Kebugaran merupakan bagian dari kegiatan Saintifikasi Jamu. Saintifikasi Jamu
adalah pembuktian ilmiah jamu mengenai khasiat dan keamanan melalui penelitian
jamu berbasis pelayanan. Melalui uji klinis, diharapkan diperoleh data ilmiah jamu,
sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakan dan pelayanan kesehatan formal.
Jamu yang digunakan adalah jamu warisan leluhur yang secara turun
temurun diminum sebagai obat dan telah dilakukan uji praklinik maupun observasi
klinik. Untuk mendukung penelitian ini, kami mengharapkan
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari berpartisipasi sebagai subyek penelitian.
Pada wawancara akan ditanyakan tentang 1.Kondisi kesehatan saat ini, 2.
Riwayat penyakit. Selain itu, juga akan dilakukan pemeriksaan fisik diagnostik
pada kepala, dada, perut, dan anggota tubuh secara lengkap serta pemeriksaan
laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah dan rekam jantung (EKG). Pada
pemeriksaan EKG dilakukan di ruang tertutup oleh petugas khusus.
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari diminta untuk buka baju atas untuk dilakukan
penempelan alat pada dada, lengan dan tungkai untuk merekam jantung. Untuk
pemeriksaan laboratorium akan diambil darah 2 kali dalam 6 minggu, sebanyak
48
±5 ml melalui vena cubiti (pembuluh darah balik pada lipat siku tangan) dengan
jarum suntik steril, satu jarum suntik untuk satu orang, dan dikerjakan oleh dokter
atau analis kesehatan. Pada saat pengambilan darah akan ada sedikit rasa sakit, dan
kemungkinan ada hematom (sedikit perdarahan di bawah kulit) namun tidak
membahayakan. Sebelum pengambilan darah, kami akan menanyakan hal-hal
tertentu untuk mengetahui apakah Bapak/Ibu/Saudara/Saudari mempunyai keadaan
yang tidak memungkinkan dilakukan pengambilan darah dan keadaan yang
mempengaruhi hasil pemeriksaan. Apabila hasil EKG dan pemeriksaan
laboratorium bagus, Bapak/Ibu/Saudara/Saudari kami minta melaksanakan tes
kebugaran yang meliputi pengukuran indeks massa tubuh (pengukuran berat badan
dan tinggi badan), pengukuran kelenturan, sit up 1 menit, dan Harvard Step Test
(HST) yaitu test naik turun bangku selama maksimal 5 menit yang akan dipandu
oleh peneliti/pembantu peneliti. Jika persyaratan untuk ikut penelitian terpenuhi,
Bapak/Ibu/Sdra/Sdri akan dibagi menjadi dua kelompok, pemilihan kelompok akan
dilakukan secara random dengan cara diundi dengan kertas. Untuk kelompok
pertama diberikan minuman kemasan selama 6 minggu, sedangkan kelompok
kedua akan diberikan jamu selama 6 minggu. Selama minum jamu kemungkinan
ada efek samping mual, rasa pahit, atau pusing.
Waktu yang tersita untuk wawancara, pemeriksaan fisik, pengukuran
kebugaran, dan pemeriksaan laboratorium diperkirakan sekitar 3 jam. Manfaat
langsung dari penelitian ini adalah diketahuinya keadaan kesehatan
Bapak/Ibu/Sdra/Sdri seperti hasil pemeriksaan fisik diagnostik, laboratorium
darah, fungsi ginjal, fungsi hati, dan tingkat kebugaran.
Partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersifat sukarela tanpa paksaan dan bila
tidak berkenan dapat menolak, atau sewaktu-waktu dapat mengundurkan diri tanpa
sanksi apapun. Bapak/Ibu/Sdra/Sdri mendapatkan minuman kemasan dan jamu
serta pemeriksaan laboratorium tanpa dipungut biaya. Sebagai tanda terima kasih
akan diberikan ganti transportasi dan waktu yang tersita sebesar Rp 50.000,-
seminggu sekali selama 6 minggu dan Rp 50.000,- untuk setiap pengambilan darah
( dua kali) dan Rp 100.000,- untuk tes kebugaran (dua kali).
49
Semua informasi dan hasil pemeriksaan yang berkaitan dengan kesehatan
Bapak/Ibu/Sdra/Sdri akan dijaga kerahasiaannya dan akan disimpan di B2P2TO2T
Tawangmangu dan hanya digunakan untuk pengembangan kesehatan dan ilmu
pengetahuan. Semua data tidak akan dihubungkan dengan identitas
Bapak/Ibu/Sdra/Sdri. Untuk mempertimbangkan keikutsertaan dalam penelitian
ini, Bapak/Ibu/Sdra/Sdri mempunyai waktu yang cukup, dan setelah memutuskan
untuk ikut serta dalam penelitian bisa menyampaikan kepada peneliti.
Apabila Bapak/Ibu/Sdra/Sdri memerlukan penjelasan lebih lanjut mengenai
riset ini, dapat menghubungi Peneliti di B2P2TO2T Tawangmangu, Jl. Raya Lawu
No 11 Tawangmangu-Karanganyar- Surakarta-Jawa Tengah. Telepon 0271
697010, Fax. 0271 697045 atau beberapa dokter peneliti sebagai berikut:
1. dr. Fajar Novianto, HP 08562816172
2. dr. Danang Ardiyanto, HP 08122762579
3. dr. Agus Triyono, HP 081329038465
4. dr. Peristiwan Widi, HP 081220684181
5. dr. Zuraida Z, HP 081393933862
6. dr. Ulfatun Nisa, HP 08122818835
7. dr. Ulfa Fitriani, HP 0817260763
8. dr. Abiyoso, HP 081351945153
50
LAMPIRAN 2. PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED
CONCENT)
PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONCENT)
SEBAGAI SUBYEK PENELITIAN
Saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai hal yang
berkaitan dengan penelitian Uji Klinis Formula Jamu Temulawak, Kunyit, dan
Meniran terhadap Kebugaran Jasmani. Saya memutuskan SETUJU / TIDAK
SETUJU* untuk berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan.
Bila saya menginginkan, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu waktu tanpa
sanksi apapun.
Saya : Nama :……………………………………………………………
Umur :……………………………………………………………
Alamat :……………………………………………………………
No Subyek :……………………………………………………………
Tanda tangan/cap jempol*:
…………….,.....................2017
Peneliti Subyek
( ......................................) ( ......................................)
Saksi 1 Saksi 2
( ......................................) ( ......................................)
PSP dibuat 2 rangkap :
- Responden satu lembar
- Peneliti satu lembar
*Coret yang tidak perlu
51
LAMPIRAN 3. FORMULIR PENAPISAN (SKRINING) SUBYEK
FORMULIR PENAPISAN (SKRINING) SUBYEK
No. Skrining
Tgl. Kunjungan // DATA DEMOGRAFIK Inisial Subyek
Alamat Subyek Tgl. lahir / prakiraan umur
//;.....th
Jenis kelamin 1. Laki 2. Perempuan
Berat Badan …………….. Kg , Tinggi Badan ..................... Cm IMT .................... Kg/m2
, Riwayat penyakit: 0. TIDAK 1. YA Jantung Diabetes Paru-paru Lainnya , sebutkan ...................
Kriteria inklusi
1. Siswa SMA pondok pesantren. 2. Clear of PAR-Q15 3. EKG dan Tekanan darah normal (systole 100-125 mmHg,
diastole 60-85 mmHg) 4. Indeks Massa Tubuh (18 – 24,9 kg/m2) 5. Menandatangani Informed Consent
Subyek memenuhi kriteria inklusi ? 0. TIDAK 1. YA Kriteria eksklusi
1. Mempunyai gangguan respirasi, neuromuskuler, dan jantung.
2. Kelainan ekstremitas bawah atau atas dan deformitas spinal.
3. Sakit kronis dan membutuhkan terapi jangka lama. 4. Hipersensitif terhadap jamu yang didapat melalui
anamnesis dan saat pemeriksaan. 5. Gangguan fungsi hati atau ginjal. 6. Perokok dan peminum alkohol. 7. Mempunyai riwayat operasi besar (paru-paru, jantung)
Subyek memenuhi kriteria eksklusi ? 0. TIDAK 1. YA
52
Jika YA, sebutkan alasan .................................................. Pernyataan persetujuan subyek penelitian
Tanda tangan informed consent 0. TIDAK 1. YA
Tanggal persetujuan ikut penelitian //
Apakah Subyek memenuhi persyaratan untuk ikut dalam penelitian?
0. TIDAK 1. YA
Nomor Kode Identitas Subyek
Tanda Tangan Peneliti Utama :
Tanggal: //
53
LAMPIRAN 4. PHYSICAL ACTIVITY READINESS QUESTIONNAIRE
(PAR-Q)
JAWABLAH PERTANYAAN DIBAWAH INI SEJUJURNYA DENGAN
JAWABAN YA ATAU TIDAK:
1. Apakah pernah dokter Anda mengatakan kepada Anda bahwa Anda mengalami
masalah dengan jantung Anda dan Anda harus beraktivitas sesuai dengan apa
yang disarankan dokter? (YA / TIDAK)
2. Apakah Anda merasa nyeri dada jika melakukan aktivitas fisik? (YA / TIDAK)
3. Pernahkah dalam sebulan terakhir Anda merasa nyeri dada padahal Anda tidak
beraktivitas fisik? (YA / TIDAK)
4. Apakah Anda pernah kehilangan keseimbangan karena pusing atau pernahkah
Anda sampai kehilangan kesadaran? (YA / TIDAK)
5. Apakah Anda memiliki masalah dengan tulang persendian (misalnya tulang
punggung, lutut, atau panggul) yang masalahnya semakin memberat jika terjadi
perubahan aktivitas pada Anda? (YA / TIDAK)
6. Apakah saat ini dokter Anda memberikan resep atau obat untuk menurunkan
tekanan darah atau untuk menjaga kondisi jantung Anda? (YA / TIDAK)
7. Apakah Anda mengetahui alasan lainnya yang menyebabkan Anda tidak boleh
beraktivitas fisik? (YA / TIDAK)
Jika semua jawaban calon subyek TIDAK berarti clear, jika salah satu
jawaban calon subyek YA berarti not clear.
Subyek memenuhi kriteria inklusi ? 0. TIDAK 1. YA
54
LAMPIRAN 5. CASE REPORT FORM (CRF)
KUNJUNGAN 1
( Hari ke-0, Baseline )
No. Subyek :
Initial Subyek :
Tanggal Kunjungan :
INFORMED CONSENT
Tanggal ditandatanganinya Informed Consent : ........ …….. 2017
KRITERIA INKLUSI
Apakah subyek memenuhi kriteria inklusi berikut? Ya Tidak
1. Siswa SMA pondok pesantren.
2. Clear of PAR-Q15
3. EKG dan Tekanan darah normal (systole 100-125
mmHg, diastole 60-85 mmHg)
4. Indeks Massa Tubuh (18 – 24,9 kg/m2)
5. Menandatangani Informed Consent
KRITERIA EKSKLUSI
Apakah subyek memenuhi kriteria eksklusi berikut ? Ya Tidak
1. Mempunyai gangguan respirasi, neuromuskuler,
jantung, dan endokrin.
2. Kelainan ekstremitas bawah atau atas dan deformitas
spinal.
3. Sakit kronis dan membutuhkan terapi jangka lama.
4. Hipersensitivif terhadap jamu yang didapat melalui
anamnesis dan saat pemeriksaan.
5. Gangguan fungsi hati atau ginjal.
55
6. Perokok dan peminum alkohol.
7. Mempunyai riwayat operasi besar (paru-paru, jantung)
Tanda tangan Investigator
Tanggal :
Monitor Checked
56
ADVERSE EVENTS
Apakah Subyek mengalami kejadian yang tidak diharapkan sejak Ya Tidak
kunjungan terakhir ?
Masalah Tanggal mulai
Keparahan* Tanggal selesai
Penyebab** Pengobatan/ Intervensi
Drop Out?
*Keparahan : **Penyebab (Hubungan dengan Penelitian) Tidak parah 0 Tidak berhubungan 0 Ringan 1 Kemungkinan berhubungan 1 Sedang 2 Besar kemungkinan berhubungan 2 Berat 3 Sangat Berhubungan 3
PENGOBATAN LAIN/TAMBAHAN
Nama obat Cara pakai Dosis Frekuensi Indikasi Tanggal Mulai
Tanggal Berhenti
PENGEMBALIAN SISA OBAT UJI
Apakah seluruh sisa obat/ramuan uji telah diserahkan kembali oleh subyek? Ya Tidak
CATATAN HARIAN SUBYEK
Apakah semua catatan harian subyek telah diserahkan kembali oleh Subyek ? Ya Tidak ( Jika belum mintalah Subyek membawa dan menyerahkan kembali sesegera mungkin )
Tanda tangan Investigator
Date
Monitor Checked
57
LAMPIRAN 6. RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA
Riwayat Penyakit Ya/Tidak Tidak Tahu
Jika Ya Jelaskan Masih sakit / Sembuh
1. Kepala, Mata, THT Ya Tidak
Sakit Sembuh
2. Respiratory Ya Tidak
Sakit Sembuh
3. Kardiovasculer Ya Tidak
Sakit Sembuh
4. Gastrointestinal Ya Tidak
Sakit Sembuh
5. Genitourinary Ya Tidak
Sakit Sembuh
6. Musculoskeletal Ya Tidak
Sakit Sembuh
7. Neurological Ya Tidak
Sakit Sembuh
8. Endocrine-Metabolic Ya Tidak
Sakit Sembuh
9. Blood/Lymphatic Ya Tidak
Sakit Sembuh
10. Dermatologic Ya Tidak
Sakit Sembuh
11. Psychiatric Ya Tidak
Sakit Sembuh
12. Allergy Ya Tidak
Sakit Sembuh
13. Lainnya:
Ya Tidak
Sakit Sembuh
Tanda tangan Investigator
Tanggal :
Monitor Checked
58
LAMPIRAN 7. CATATAN MEDIK No. CM :……………………………. Tanggal :…………………… No. Subyek :………………………………
C A T A T A N M E D IS Formulir subyek penelitian berbasis pelayanan (Uji Klinis Formula Jamu Kebugaran)
1. Identitas Subyek Nama :............................................................................ Jenis kelamin :............................................................................ Umur :............................................................................ Pekerjaan :............................................................................ Alamat :……………………………………..……………... …………………………………………………….. Suku/Ras :……………………………………….……………
2. Anamnesis : 2.1.Keluhan
a. Keluhan Utama :…………………………………..………… b. keluhan tambahan :………………………………….…………
2.2.Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang :..…………………………………… …………………………………………………………………………….………...……………………………………………………..........................................................................................
b. Riwayat Penyakit Dahulu :.…………………………………… ……….…………………………………………………………………………….………………
c. Riwayat Alergi :…..………..……………………… d. Riwayat Penyakit Keluarga :…………………….………………
2.3.Riwayat Pengobatan
a. Riwayat Pengobatan Sekarang (jelaskan)
KLINIK SAINTIFIKASI JAMU “HORTUS MEDICUS”
Balai Besar Litbang Tanaman Obat dan Obat Tradisional, Badan Litbangkes Depkes RI
Jl. Raya Lawu, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah, Telp. (0271) 696410, Telp. (0271) 696410
Jl. Raya Lawu No 11, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah
59
• Jamu :…..…………………………………………………………………….. …………………………………………………................................................... • Obat Kimia :……….…………………………………………………………..
b. Riwayat Pengobatan Dahulu (jelaskan) • Jamu :…………………………………………………………………… ……………………………………………………………….............................. • Medis :…………………….……………………………………………… …………………………………………………………......................................... 2.4.Kebiasaan sehari-hari • Pola makan :………………………….………………………… • Pola tidur :……………………………….…………………………… • Olahraga :…………………………………..……………………….. • Merokok :……………………………………….……………………
3. Pemeriksaan fisik : a. Keadaan umum :…………………………………….……… b. Tanda vital Tekanan darah : ……….. mmHg
Nadi :……… x/mnt Respirasi :……… x/mnt
Suhu : ……… 0C
c. Status Lokalis Kepala :……………………………….…………………… Leher :…………………………………………………… Thoraks :…………………………………………………… Abdomen :…………………………………………………… Ekstremitas atas :…………..……………………………………......... Ekstremitas bawah :…………………………………………………......
4. Pemeriksaan penunjang : EKG: …………………… Laboratorium : Hb…………………….. HCT…………………… AL……………………… AE.................................... AT……………………… SGOT…………………… SGPT……………………
60
UREUM………………… CREATININ…………….
5. Diagnosis :……………………………………………………..
6. Penyakit penyerta :……………………………………………………..
7. Terapi : a. Jamu:………………………………………………………………..
………………………………………………………………………
…..…………………………...…………………….............................................................................................................
b. Terapi lain : …………........................................................................
8. Anjuran…………………………………………..…………………………
……….……..………………..……………………………………..………
……………………...………………………………………........................................................................................
Dokter pemeriksa (……………………………)
61
FOLLOW UP
Tanda vital Hari Datang (H0)
Hari 42 Hari Lain
Tanggal Periksa Tekanan Darah (mmHg) S:
D: S: D:
S: D:
Nadi (….x/m) …. …. …. Pernapasan (…x/m) …. …. ….
Suhu Aksila (…C) …. …. ….
Gejala klinis:
Gejala klinis Hari 0 Hari 42 Hari Lain Tanggal Periksa Tidak enak badan Sakit kepala Tengkuk Kaku Pandangan kabur Pusing Batuk Pilek Pegal linu Kesemutan Kelelahan Badan Lemas Anoreksia Mual Muntah Sakit ulu hati Sakit perut Mencret Kelemahan anggota gerak Banyak makan Banyak minum Banyak kencing Lain-lain, sebutkan: ________________
62
Pemeriksaan Fisik: Pemeriksaan Fisik Hari 0 Hari 42 Hari Lain Tanggal Periksa Keadaan umum 0 /1, jika 1
.............. 0 /1, jika 1 .............
0 /1, jika 1 .............
Konjungtiva, sklera mata 0 /1, jika 1 ..............
0 /1, jika 1 .............
0 /1, jika 1 .............
Telinga, hidung, tenggorokan
0 /1, jika 1 ..............
0 /1, jika 1 .............
0 /1, jika 1 .............
Sistem pernapasan 0 /1, jika 1 ..............
0 /1, jika 1 .............
0 /1, jika 1 .............
Sistem kardiovaskuler 0 /1, jika 1 ..............
0 /1, jika 1 .............
0 /1, jika 1 .............
Abdomen 0 /1, jika 1 ..............
0 /1, jika 1 .............
0 /1, jika 1 .............
Sistem penunjang 0 /1, jika 1 ..............
0 /1, jika 1 .............
0 /1, jika 1 .............
Sistem syaraf 0 /1, jika 1 ..............
0 /1, jika 1 .............
0 /1, jika 1 .............
Sistem motorik 0 /1, jika 1 ..............
0 /1, jika 1 .............
0 /1, jika 1 .............
Lainnya, Sebutkan___________
Lingkari 0= Normal, 1= Abnormal Pemeriksaan laboratorium Jenis Pemeriksaan Hari 0 Hari 42 Hari Lain* Tanggal Periksa Hemoglobin (g/dL) Hematocrit (%) Leukosit ( /mm3) Trombosit (103/mm3) Eritrosit ( /uL) SGOT SGPT Ureum Kreatinin
63
* = jika perlu
Tanda tangan Investigator
Tanggal :
Monitor Checked
64
LAMPIRAN 8. PEMANTAUAN MINUM FORMULA JAMU
(Setiap subyek penelitian kontrol seminggu sekali, dokter peneliti meminta form
pemantauan minum formula jamu yang telah diisi dan menganalisis isiannya dan
dikonfirmasikan bila perlu, kemudian memberikan form pamantauan yang baru
agar dicontreng sewaktu minum jamu / kapsul, serta menganjurkan kepada subyek
penelitian agar minum formula jamu / kapsul secara teratur setiap hari)
KARTU KONTROL
UJI KLINIS FORMULA JAMU TEMULAWAK, KUNYIT, DAN
MENIRAN TERHADAP KEBUGARAN
NAMA :
ALAMAT :
MINGGU KE :
SEDIAAN : Jamu / Minuman (*coret salah satu)
Lingkari 0 = Tidak minum, 1 = Ya minum
Hari
ke :
Minum Jamu Jika 0, kenapa?
Pagi Sore
1 0/1 0/1
2 0/1 0/1
3 0/1 0/1
4 0/1 0/1
5 0/1 0/1
6 0/1 0/1
7 0/1 0/1
65
LAMPIRAN 9. FORMULIR SHORT FORM – 36 (SF-36) Jawaban semua pertanyaan dengan memberikan tanda pada angka yang tertera di belakang pertanyaan sesuai dengan jawaban yang menurut anda benar. Apabila anda tidak merasa yakin, pilihlah jawaban yang menurut anda paling sesuai 1. Secara umum, menurut anda kondisi kesehatan anda (lingkari salah satu).
Sempurna .................................................................................................. 1 Sangat baik ................................................................................................ 2 Baik ........................................................................................................... 3 Cukup baik ................................................................................................ 4 Buruk ......................................................................................................... 5
2. Dibandingkan kondisi satu tahun lalu, bagaimana anda, menggambarkan kondisi kesehatan anda secara umum saat ini ? (lingkari salah satu) Lebih baik daripada satu tahun yang lalu ................................................. 1 Kadang-kadang lebih baik daripada satu tahun yang lalu......................... 2 Sama saja dengan satu tahun yang lalu ..................................................... 3 Kadang-kadang labih buruk daripada satu tahun yang lalu ...................... 4 Lebih buruk daripada satu tahun yang lalu ............................................... 5
3. Pertanyaan di bawah ini mengenai aktivitas yang dapat anda lakukan sehari-hari. Apakah kesehatan anda sekarang membatasi aktivitas tersebut ? Bila ya, seberapa besar ? (Lingkari salah satu angka pada setiap baris)
Aktivitas Ya, Banyak membatasi
Ya, sedikit membatasi
Tidak sama sekali
a. Aktivitas berat, seperti berlari, mengangkat benda berat, mengikuti aktivitas olah raga.
1 2 3
b. Aktivitas sedang, seperti memindahkan meja, membersihkan lantai, bersepeda santai atau berjalan cepat
1 2 3
c. Mengangkat atau membawa barang belanjaan / kebutuhan rumah tangga
1 2 3
d. Menaiki beberapa anak tangga sekaligus 1 2 3 e. Meaniki satu demi satu anak tangga 1 2 3 f. Membungkuk, berlutut, gerak badan ringan 1 2 3 g. Berjalan lebih 1 kilimeter 1 2 3 h. Berjalan ½ kilometer 1 2 3 i. Berjalan 100 meter 1 2 3 j. Mandi dan berpakaian sendiri 1 2 3
66
4. Selama 4 minggu terakhir, apakah anda mengalami masalah seperti di bawah ini dengan pekerjaan atau pekerjaan sehari-hari, sebagai akibat dari kondisi kesehatan fisik anda ? (lingkari salah satu angka pada setiap baris) Ya Tidak a. Mengurangi sebagian besar waktu bekerja atau
beraktivitas lain 1 2
b. Pekerjaan terpaksa diselesaikan sebelum anda menginginkan selesai
1 2
c. Dibatasi pada beberapa macam pekerjaan atau aktivitas lain
1 2
d. Mengalami kesulitan melakukan pekerjaan atau aktivitas lain (memerlukan usaha tambahan)
1 2
5. Selama 4 minggu apakah anda mengalami masalah seperti di bawah ini dengan
pekerjaan anda atau aktivitas lain sebagai akibat dari adanya masalah emosional (seperti perasaan depresi atau ansietas) ? (Lingkari salah satu angka pada setiap baris) Ya Tidak a. Mengurangi sebagian besar waktu bekerja atau
beraktivitas lain 1 2
b. Pekerjaan terpaksa diselesaikan sebelum anda menginginkan selesai
1 2
c. Tidak dapat mengerjakan pekerjaan atau aktivitas lain secara teliti seperti biasanya
1 2
6. Selama 4 minggu terakhir, dalam hal apa kesehatan fisik atau masalah
emosional mempengaruhi aktivitas normal anda dalam kegiatan sosial dengan keluarga, teman, tetangga dan kelompok ? (Lingkari salah satu) Tidak mempengaruhi sama sekali ............................................................. 1 Sedikit mempengaruhi .............................................................................. 2 Agak mempengaruhi ................................................................................. 3 Cukup mempengaruhi ............................................................................... 4 Sangat mempengaruhi ............................................................................... 5
7. Seberapa besar rasa nyeri secara fisik yang anda alami selama 4 minggu terakhir ? Tidak pernah ............................................................................................. 1 Sangat ringan ............................................................................................ 2 Ringan ....................................................................................................... 3 Sedang ....................................................................................................... 4 Berat .......................................................................................................... 5 Sangat berat ............................................................................................... 6
67
8. Selama 4 minggu terakhir seberapa besar rasa nyeri mempengaruhi pekerjaan sehari-hari anda (Termasuk pekerjaan di dalam dan di luar rumah) (Lingkari salah satu) Tidak mempengaruhi sama sekali ............................................................. 1 Sedikit mempengaruhi .............................................................................. 2 Agak mempengaruhi ................................................................................. 3 Cukup mempengaruhi ............................................................................... 4 Sangat mempengaruhi ............................................................................... 5
9. Pertanyaan di bawah ini adalah tentang bagaimana perasaan anda dan berapa lama perasaan itu ada selama 4 minggu terakhir. Untuk setiap pertanyaan berikan satu jawaban yang terdekat dengan perasaan anda yang anda rasakan. Berapa lama dalam 4 minggu terakhir hal itu ada ? (Lingkari salah satu angka pada setiap baris)
Sepanjang waktu
Sebagian besar waktu yang ada
Agak banyak dari waktu yang ada
Beberapa waktu
Sebagian kecil dari waktu yang ada
Tidak pernah ada
a. Apakah anda penuh semangat ?
1 2 3 4 5 6
b. Apakah anda merasa sangat tegang ?
1 2 3 4 5 6
c. Apakah anda pernah merasa tenggelam dalam kesedihan sehingga tidak ada yang dapat membuat anda bahagia ?
1 2 3 4 5 6
d. Apakah anda pernah merasakan ketenangan dan kedamaian ?
1 2 3 4 5 6
e. Apakah anda merasa bertenaga ?
1 2 3 4 5 6
f. Pernahkah anda kehilangan semangat dan muram ?
1 2 3 4 5 6
68
g. Apakah anda merasa patah semangat ?
1 2 3 4 5 6
h. Pernahkah anda menjadi orang yang bahagia ?
1 2 3 4 5 6
i. Apakah anda merasa lelah ?
1 2 3 4 5 6
10. Selama 4 minggu terakhir berapa lama kesehatan fisik atau masalah emosional
mempengaruhi aktivitas sosial ? (Seperti mengunjungi teman, saudara dll) Sepanjang waktu ....................................................................................... 1 Sebagian besar waktu ................................................................................ 2 Beberapa waktu ......................................................................................... 3 Sebagian kecil waktu ................................................................................ 4 Tidak pernah ............................................................................................. 5
11. Seberapa setuju atau tidak setujukah pertanyaan di bawah ini menurut anda ? Sangat
setuju Sebagian besar setuju
Tidak tahu
Sebagian besar tidak setuju
Tidak setuju sama sekali
a. Saya tampak lebih mudah menderita sakit dari pada orang lain
b. Saya sehat seperti yang orang lain ketahui
c. Saya memperkirakan kesehatan saya akan memburuk
d. Kesehatan saya sempurna
69
LAMPIRAN 10. LEMBAR PENILAIAN STATUS KEBUGARAN 1. Komposisi Tubuh (Indeks Massa Tubuh) HASIL PENGUKURAN:
BERAT BADAN kilogram
TINGGI BADAN meter
INDEKS MASSA TUBUH =
Berat Badan dalam kilogram
(Tinggi Badan dalam meter)2
KATEGORI IMT
2. Fleksibilitas (Sit And Reach Test) HASIL PENGUKURAN:
PERTAMA cm
KEDUA cm
KETIGA cm
KATEGORI FLEKSIBILITAS
3. Kebugaran Otot (Sit Up 1 Menit) HASIL PENGUKURAN:
SELAMA 1 MENIT kali
KATEGORI
4. Kebugaran Kardiovaskuler (Harvard Step Test) PEMERIKSAAN FISIK SEBELUM TEST (ISTIRAHAT):
TEKANAN DARAH mmHg
RESPIRASI RATE /menit
HEART RATE /menit
PEMERIKSAAN FISIK SETELAH TEST
LAMA LATIHAN detik
TIME OF EXHAUSTION (ToE) detik
70
JUMLAH STEP
HEART RATE 5 DETIK POST TEST /menit
HEART RATE 1-1,5 MENIT (POST HR 1) kali
HEART RATE 2-2,5 MENIT (POST HR 2) kali
HEART RATE 3-3,5 MENIT (POST HR 3) kali
TOTAL POST HR 1-3 kali
HASIL PENGUKURAN:
PHYSICAL FITNESS INDEX (PFI) CARA CEPAT
Lama latihan dalam detik x 100
5,5 𝑥 𝑃𝑜𝑠𝑡 𝐻𝑅 1
PHYSICAL FITNESS INDEX (PFI) CARA LAMBAT
Lama latihan dalam detik x 100
2 𝑥 (𝑃𝑜𝑠𝑡 𝐻𝑅 1 + 𝑃𝑜𝑠𝑡 𝐻𝑅 2 + 𝑃𝑜𝑠𝑡 𝐻𝑅 3)
HEART RATE RECOVERY (HR-R)
HR 5 detik setelah test − HR 1 menit setelah test
HR 5 detik setelah test − HR ketika istirahat 𝑥 100%
%
VO2
VO2 = (0,2 x rata-rata jumlah step permenit)+(2,4 x tinggi
bangku (dalam meter) x rata-rata jumlah step permenit)+3,5
HR Max
HRmax = 220 – umur
VO2Max
VO2 x HRmax
HR latihan yang diukur (HR post test)
71
LAMPIRAN 11. DOKUMENTASI KEGIATAN
Formula Jamu Temulawak, Kunyit, dan Meniran
72
Sediaan Plasebo Sediaan jamu
Penampakanan Rebusan Jamu Penyiapan Sediaan jamu
73
Rekam Jantung (EKG)
Pengambilan Sampel Darah
74
Pengukuran Tekanan darah
Pengukuran Fleksibilitas Otot
75
Pengukuran Kebugaran Otot (Sit up)
Pengukuran Harvard Step Test