Uji Ketelitian Pipetasi

14
UJI KETELITIAN PIPETASI I. Tujuan 1. Mengetahui cara menggunakan pipet piston (clinipipette ), serta membandingkan ketelitiannya dengan pipet gelas 2. Mengetahui cara mengukur konsentrasi sampel dengan menggunakan alat spektofotometer II. Prinsip 1. Hukum Lambert-beer Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa besarnya serapan (A) sebanding dengan besarnya konsentrasi (C) dari zat uji. Secara matematis Hukum Lambert-Beer dinyatakan dengan persamaan: A = εbc Dimana: ε = epsilon atau Absorptivitas Molar (M-1cm-1) b = lebar celah (cm) c = konsentrasi (M) Absorptivitas Molar pada persamaan di atas adalah karakteristik suatu zat yang menginformasikan berapa banyak cahaya yang diserap oleh molekul zat tersebut pada panjang gelombang tertentu. Semakin besar nilai Absorptivitas Molar suatu zat maka semakin banyak cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau dengan kata lain nilai serapan (A) akan semakin besar. III. Teori Dasar Pipet digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan secara akurat dari suatu wadah (biasanya beker) ke dalam tabung reaksi untuk pengenceran atau penetapan kadar, biasanya bersama-sama dengan pengisi pipet (pipette fillers). Ada dua jenis pipet yang utama, yaitu pipet gelas dan pipet piston (Cairns, 2009). Pipet Gelas / Pipet Volume

description

KIMIA KLINIK, PIPETASI

Transcript of Uji Ketelitian Pipetasi

Page 1: Uji Ketelitian Pipetasi

UJI KETELITIAN PIPETASI

I.              Tujuan

1.  Mengetahui cara menggunakan pipet piston (clinipipette), serta membandingkan ketelitiannya

dengan pipet gelas

2.        Mengetahui cara mengukur konsentrasi sampel dengan menggunakan alat spektofotometer

II.           Prinsip

1.      Hukum Lambert-beer

Hukum Lambert-Beer   menyatakan bahwa besarnya serapan (A) sebanding dengan besarnya

konsentrasi (C) dari zat uji. Secara matematis Hukum Lambert-Beer dinyatakan dengan

persamaan:

A = εbc

Dimana:

ε = epsilon atau Absorptivitas Molar (M-1cm-1)

b = lebar celah (cm)

c = konsentrasi (M)

Absorptivitas Molar pada persamaan di atas adalah karakteristik suatu zat yang

menginformasikan berapa banyak cahaya yang diserap oleh molekul zat tersebut pada panjang

gelombang tertentu. Semakin besar nilai Absorptivitas Molar suatu zat maka semakin banyak

cahaya yang diabsorbsi olehnya, atau dengan kata lain nilai serapan (A) akan semakin besar.

III.        Teori Dasar

Pipet digunakan untuk memindahkan sejumlah larutan secara akurat dari suatu wadah

(biasanya beker) ke dalam tabung reaksi untuk pengenceran atau penetapan kadar, biasanya

bersama-sama dengan pengisi pipet (pipette fillers). Ada dua jenis pipet yang utama, yaitu pipet

gelas dan pipet piston (Cairns, 2009).

Pipet Gelas / Pipet Volume

Pipet volume atau pipet gondok adalah salah satu alat ukur kuantitatif dengan tingkat

ketelitian tinggi, ditandai dengan bentuknya yang ramping pada penunjuk volume dan hanya ada

satu ukuran volume. Pipet volume digunakan untuk memindahkan cairan dari satu wadah ke

wadah yang lain, biasanya untuk memindahkan larutan baku primer atau sample pada proses

Page 2: Uji Ketelitian Pipetasi

titrasi. Pemindahan cairan dapat dilakukan secara manual dengan disedot menggunakan

piller. Cara pemakaian menggunakan piller:

1.        Pasangkan piller pada ujung pipet volume, keluarkan udara pada piller sampai kempes dengan

menekan katup piller bagian atas

2.        Masukkan piper volume ke dalam wadah berisi cairan sampai ujung pipet tercelup sedot cairan

sampai melebihi batas ukur dengan menekan katup piller bagian tengah (antara piller dan pipet)

3.        Lap bagian luar pipet dengan kertas tissue untuk mencegah adanya cairan yang nempel di

dinding luar ikut turun pada saat proses pemindahan

4.        Turunkan cairan sampai miniskus tepat pada batas ukur, dengan menekan katup piller bagian

samping

5.        Pindahkan cairan pada wadah lain dengan menekan katup samping piller   dan atur posisi pipet

volume tegak lurus dan ujung pipet ditempelkan pada wadah, proses ini untuk mencegah cairan

keluar terlalu cepat sehingga masih ada cairan yang nempel pada dinding dalam pipet dan tidak

ikut keluar (Hamdani, 2013).

Pipet Piston / Mikropipet

Mikropipet dan adalah alat untuk memindahkan cairan yg bervolume cukup kecil,

biasanya kurang dari 1000 µl. Banyak pilihan kapasitas dlm mikropipet, misalnya mikropipet yg

dapat diatur volume pengambilannya (adjustable volume pipette) antara 1µl sampai 20 µl, atau

mikropipet yg tidak bisa diatur volumenya, hanya tersedia satu pilihan volume (fixed volume

pipette) misalnya mikropipet 5 µl. dlm penggunaannya, mikropipet   memerlukan tip. Cara

penggunaan pipet piston adalah sebagai berikut:

1.      Sebelum digunakan Thumb Knob sebaiknya ditekan berkali-kali untuk memastikan lancarnya mikropipet.

2.      Masukkan Tip bersih ke dalam Nozzle / ujung mikropipet.

3.      Tekan Thumb Knob sampai hambatan pertama / first stop, jangan ditekan lebih ke dalam lagi.

4.      Masukkan tip ke dalam cairan

5.      Tahan pipet dalam posisi vertikal kemudian lepaskan tekanan dari Thumb Knob maka cairan akan

masuk ke tip.

6.      Pindahkan ujung tip ke tempat penampung yang diinginkan.

7.      Tekan Thumb Knob sampai hambatan kedua / second stop atau tekan semaksimal mungkin maka

semua cairan akan keluar dari ujung tip (Serra, 2010).

Spektrofotometer UV-Vis

Sinar ultraviolet dan sinar tampak memberikan energy yang cukup untuk terjadinya

transisi elektronik. Dengan demikian, spectra ultraviolet dan spectra tampak dikatakan sebagai

spectra elektronik. Keadaan energy yang paling rendah disebut dengan keadaan dasar (ground

Page 3: Uji Ketelitian Pipetasi

state). Transisi-transisi elektronik akan meningkatkan energy molekuler dari keadaan dasar ke

satu atau lebih tingkat energy eksitasi (Gholib, 2007).

Berikut ini adalah instrument dari spektrofotometri UV-Vis:

(Hosniah, 2010).

Standar Deviasi

Untuk mengukur risiko dari usul investasi digunakan standar deviasi, nilai bobot,

dan koefisien variasi. Semakin besar standar deviasi dibandingkan nilai bobot berarti semakin

besar risiko yang terkandung dalam usul investasi. Semakin tinggi koefisien variasi semakin

tinggi tingkat risiko investasi. Dalam memilih investasi diambil tingkat koefisien variasi yang

rendah atau tingkat risiko investasi yang rendah walaupun metode nilai sekarang bersih

menunjukkan tingkat positif yang tinggi (Nafarin, 2007).

IV.         Alat dan Bahan

A. Alat

1.    Kuvet

2.    Labu ukur

3.    Pipet gelas (volume pipette)

4.    Pipet piston (Clinipette)

5.    Spektrofotometer

B. Bahan

Page 4: Uji Ketelitian Pipetasi

1.    Aquadest

2.    KMNO4

Gambar

Pipet Piston        SPektrofotometer UV-VIS

    Kuvet                                Pipet Volume

V.            Prosedur

Dibuat larutan baku induk KMNO4 dengan konsentrasi tertentu sehingga diperoleh

absorbansi larutan A= 0,8 – 1,0. Kemudian dibuat berbagai pengenceran larutan KMNO4 dengan

Page 5: Uji Ketelitian Pipetasi

menggunakan pipet gelas dan pipet piston pada kuvet masing-masing sebanyak 10 kuvet dengan

konsentrasi 30%, 40%, dan 50%. Pengenceran pertama dengan konsentrasi 30%, larutan baku

induk KMNO4 diambil sebanyak 300 µl lalu ditambahkan aquadest hingga 1000 µl. Pengenceran

kedua dengan konsentrasi 40%, larutan baku induk KMNO4 diambil sebanyak 400 µl lalu

ditambahkan aquadest hingga 1000 µl. Pengenceran ketiga dengan konsentrasi 50%, larutan

baku induk KMNO4 diambil sebanyak 500 µl lalu ditambahkan aquadest hingga 1000 µl. Setelah

dilakukan pengenceran, selanjutnya diukur absorbansinya (A) untuk setiap pengenceran pada

panjang gelombang ()= 546 nm. Kemudian pengukuran absorbansi (A) untuk setiap cara

pemipetan dibandingkan dengan melihat harga standar deviasi (SD) atau koefisien variasinya.

Dari data yang diperoleh dibuat grafik pemantapan ketelitian dengan ditentukannya batas

peringatan (x + 2SD) dan batas kontrolnya (x + 3SD).

VI.         Data Pengamatan dan Perhitungan

Data Pengamatan

Tabel 1. Absorbansi dengan sepuluh kali pengulangan pipetasi

Keterangan         : G = Pipet gelas

                             P = Pipet piston

Tabel 2. Batas peringatan dan batas kontrol

Keterangan         : BK = Batas kontrol x + 2sd

                             BP = Batas peringatan x+3sd

Grafik 1. Pengenceran 300 µl, pipet gelas

Page 7: Uji Ketelitian Pipetasi

Grafik 5. Pengenceran 500 µl, pipet gelas

Grafik 6. Pengenceran 500 µl , pipet piston

Perhitungan

A.       Rata-rata

1.        Gelas (I, II, III)

 = 0,508

 = 0,678

 = 0,861

2.        Piston (I, II, III)

 = 0,503

 = 0,675

 = 0,853

B.       Standar Deviasi

Rumus

Page 8: Uji Ketelitian Pipetasi

Rata-rata  2 SD

1.    Gelas

G1 = 0,5385  2  10-3) = 0,5484

G2 = 0,688  2 (  10-3) = 0,68282

G3 = 0,684  2 ) = 0,906

2.    Piston

P1 = 0,561  2 (  = 0,591

P2 = 0,755  2  = 0,789

P3 = 0,854  2  = 0,876

Rata-rata  3 SD

1.    Gelas

G1 = 0,5385  2  10-3) = 0,35

G2 = 0,688  2 (  10-3) = 0,692

G3 = 0,684  2 ) = 0,917

2.    Piston

G1 = 0,561  3  = 0,606

G2 = 0,755  3  = 0,5065

G3 = 0,854  3  = 0,897

VII.      Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan pengujian sampel dengan membandingkan ketelitian

penggunaan pipet piston dan pipet gelas serta pengukuran konsentrasi sampel dengan

menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

ketelitian mana yang lebih baik antara pipet piston dan pipet gelas, yang mana akan berpengaruh

pada pengukuran spektrofotometer konsentrasi sampel. Sampel yang digunakan adalah KMNO4.

Alasan penggunaan kalium permanganat karena sampel tersebut memiliki serapan maksimum

pada panjang gelombang 546 nm sehingga mudah dalam pengukurannya. Salah satu hal yang

penting di ingat adalah untuk menganalisis secara spektrofotometri UV-VIS

diperlukan panjang gelombang maksimal. Alasan panjang gelombang harus maksimal, yaitu :

1.        Pada panjang gelombang maksimal tersebut perubahan absorbansi untuk setiap konsentrasi adala

h yang paling besar.

Page 9: Uji Ketelitian Pipetasi

2.        Di sekitar panjang gelombang maksimal,

bentuk kurva absorbansi datar dan pada kondisi tersebut hokum Lambert beer akan terpenuhi.

Prinsip dari praktikum ini adalah hukum Lambert Beer, dimana menyebutkan bahwa

besarnya serapan (absorbansi) berbanding lurus dengan konsentrasi sampel yang diukur.

Semakin tinggi konsentrasi sampel yang diukur maka absorbansi yang dihasilkan akan tinggi

juga.

Tahap awal dari praktikum ini adalah pembuatan larutan KMNO4 dengan konsentrasi 50

ppm. Pembuatan larutan kalium permanganat ini dengan cara melarutkan 0,005 gram kalium

permanganat dalam 100 ml aquadest. Selanjutnya larutan kalium permanganat tersebut

diencerkan dengan konsentrasi 300 µl, 400 µl, dan 500 µl. Proses pengenceran dimasukkan

langsung ke dalam kuvet dengan menggunakan pipet piston dan pipet gelas. Penggunaan pipet

pada tahap pengenceran ini yang akan menjadi parameter perbandingan keteliatian kedua alat

tersebut. Kuvet yang berisi hasil pengenceran sampel (kalium permanganat) diukur

absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 546 nm. Saat

pengukuran pastikan panjang gelombangnya 546 nm, karena  panjang gelombang tersebut

merupakan panjang gelombang maksimum untuk kalium permanganat.Kemudian dicatat

absorbansi yang diperoleh dan dibuat grafik konsentrasi terhadap absorbansi serta menentukan

batas kontrol dan batas toleransi.  Percobaan ini dilakukan dua kali (duplo).

Dari hasil pengujian yang di lakukan dengan menggunakan pipet gelas di

dapatkan hasil absorbansi dari larutan KMnO4 dengan konsentrasi 300 µl adalah 0,542 dan

0,535.Konsentrasi 400 µl adalah 0,687 dan 0,689.Konsentrasi 500 µl adalah sebesar 0,879 dan

0,849.Sedangkan larutan KMnO4 yang di ukur absorbansinya dan menggunakan pipet piston di

dapatkan hasil absorbansi larutan KMnO4 dengan konsentrasi 300 µl adalah 0,550 dan

0,572. Pada konsentrasi 400 µl absorbansinya adalah 0,743 dan 0,768. Dan pada konsentrasi 500

µl didapatkan absorbansinya adalah 0,862 dan 0,849. Dari data yang di

dapatkan ini kita dapat menghitung simpangan bakunya dan koefisien variasinya.

Standar deviasi  dari yang menggunakan pipet gelas dengan konsentrasi 300 µl adalah 4,9

x dan koefisien variasinya adalah sebesar 0,91, sedangkan yang menggunakan pipet piston

standar deviasinya adalah 0,015 dan koevisien variasinya adalah 2,67. Larutan konsentrasi 400

µl dengan menggunakan pipet gelas standar deviasinya adalah 1,41 x dan koefisien variasinya

adalah 0,205,  sedangkan yang menggunakan pipet piston besar standar deviasinya adalah 0,017

dan koefisien variasinya 2,251. Larutan konsentrasi 500 µl dengan menggunakan pipet

Page 10: Uji Ketelitian Pipetasi

gelas standar deviasinya adalah 0,0212 dan koefisien variasinya adalah 2,45 sedangkan yang

menggunakan pipet piston besar standar deviasinya adalah 0,011 dan koefisien variasinya

2,18. Dengan begitu kita dapat pula mengetahui batas control (X+2SD) dan batas peringatan

(X+3SD) yang akan di plot pada grafik sehingga kita dapat mengetahui hasil pengujian yang

telah dilakukan. Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol (out of

control), apabila hasil pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas x  3 S. dan juga, seluruh

pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari kontrol, apabila hasil pemeriksaan 2 kontrol

berturut-turut keluar dari batas yang sama yaitu x + 2 S atau x – 2 S.

Jika dilihat dari hasil grafik gabungan yang dihasilkan antara pipet gelas dan pipet piston

yang terbaca dengan alat spektrofotometri uv-vis, untuk grafik gelas 1,gelas 2,dan gelas 3

ditunjukkan bahwa jarak antara garis merah pada sumbu x untuk masing-masing grafik

diperlihatkan bahwa jarak pada grafik gelas 3 lebih lebar ,hal ini menunjukkan bahwa

keberulangannya kurang baik,jika dibandingkan dengan grafik gelas 2 jarak garis merah tidak

terlalu lebar ,maka keberulangannya dapat dikatakan baik.

Untuk grafik piston 1, piston 2, dan piston 3 jarak garis merah yang kurang begitu baik

yaitu pada piston 1 karena jika dibandingkan dengan piston 2 dan 3 lebar garis merah tidak

terlalu melebar . Akan tetapi,jika secara teori hasil yang lebih baik adalah dengan menggunakan

pipet piston.

Dari praktikum yang telah dilakukan diatas dapat disimpulkan bahwa pada pengenceran 1

dan 2 ketelitian lebih baik pipet gelas dibandingkan dengan pipet piston ,sementara pada

pengenceran 3 ketelitian pipet piston lebih baik. Hal ini dikarenakan pipet gelas mempunyai

garis skala volume yang tidak hanya satu tapi ada beberapa skala, volume pipet seukuran hanya

ada satu itu tingkat ketelitian   pengukuran pipet gelas lebih kecil dari tingkat ketelitian

pengukuran pipet seukuran (Maya,2010). Sedangkan tingkat ketelitian pada pipet piston jauh

lebih baik, karena volume larutan yang akan diambil dapat kita tentukan terlebih dahulu pada

alat pengatur volume yang berada didalam pipet piston oleh sebabnya volume yang diambil akan

menghasilkan hasil volume yang lebih teliti dan benar dari hasil praktikum ini.

VIII.   Kesimpulan

1.      Pipet piston dapat digunakan dengan cara menekan thumb knob sampai hambatan pertama / first stop, 

lalu dimasukkan tip ke dalam cairan, ditahan pipet dalam posisi vertical, kemudian lepaskan tekanan dari

Page 11: Uji Ketelitian Pipetasi

thumb knob, maka cairan akan masuk ke tip. Setelah itu thumb knob ditekan sampai hambatan kedua

untuk mengeluarkan cairan.  Tingkat ketelitian pada pipet piston jauh lebih baik dibandingkan pipet gelas,

karena volume larutan yang akan diambil dapat kita tentukan terlebih dahulu pada alat pengatur volume

yang berada didalam pipet piston oleh sebabnya volume yang diambil akan menghasilkan hasil volume

yang lebih teliti

2.      Konsentrasi pada sampel dapat diukur menggunakan spektofotometer dengan cara mengukur

ansorbansi sampel yang telah dicapmur dengan standar, lalu dibandingkan dengan larutan standar yang

telah diketahui konsentrasinya

DAFTAR PUSTAKA

Cairns, D. 2009. Intisari Kimia Farmasi. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Gholib, I. dan R.  Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Penerbit Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Hamdani, S. 2013. Penggunaan Pipet Volume Dengan Piller. Tersedia

di: http://catatankimia.com/catatan/penggunaan-pipet-volume-dengan-piller.html [diakses tgl 17

Maret 2013].

Hosniah. 2010. Spektroskopi Ultrviolet-Visibel. Tersedia

di: http://hoshhosh.com/2010/02/spektroskopi-ultraviolet-visible.html [diakses pada tanggal 19

Maret 2013].

Nafarin, M. 2007. Penganggaran perusahaan. Edisi Ketiga. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.

Serra. 2010. Alat-alat Laboratorium. Tersedia di: http://antiserra.wen.su/alkes.html [diakses tgl 17

Maret 2013].

Read more: http://laporanakhirpraktikum.blogspot.com/2013/06/sa_12.html#ixzz3p0wNBzeR