UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis...

24
UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) SEBAGAI PENGENDALI HAMA KUTU JAGUNG (Sitophilus zeamais) Usulan Penelitian Diajukan oleh : Vosal Rahmawati 20130210084 Program Studi Agroteknologi Kepada : PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2018

Transcript of UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis...

Page 1: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis) SEBAGAI

PENGENDALI HAMA KUTU JAGUNG (Sitophilus zeamais)

Usulan Penelitian

Diajukan oleh :

Vosal Rahmawati

20130210084

Program Studi Agroteknologi

Kepada :

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2018

Page 2: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini
Page 3: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang jumlah penduduknya banyak.

Mengingat besarnya jumlah penduduk juga memberikan dampak pada

pemenuhan kebutuhan makanan pokok. Makanan pokok yang dikonsumsi

masyarakat Indonesia adalah beras. Tidak dipungkiri bahwasannya beras masih

menjadi makanan pokok rakyat Indonesia, akan tetapi dari waktu ke waktu jumlah

penduduk semakin meningkat dan kebutuhan makanan pokok juga meningkat,

sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa produksi beras kurang untuk

memenuhi kebutuhan tersebut mengingat ketersediaan lahan yang menjadi

kendala dalam produksi padi.

Komoditas jagung (Zea mays L.) hingga kini masih sangat diminati oleh

masyarakat dunia. Data dari Departemen Pertanian menunjukkan angka produksi

nasional tahun 2010 tercatat 9.676.899 ton, sedangkan impor jagung nasional

sebesar 541.056.11 ton. Data tersebut menunjukkan kondisi kebutuhan jagung

nasional yang diperkirakan kurang dari 10 juta ton/tahun. Jagung merupakan

tanaman serelia yang termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber

karbohidrat kedua setelah beras. Sebagai salah satu sumber bahan pangan, jagung

telah menjadi komoditas utama setelah beras (Purwono et al., 2011).

Salah satu daerah yang masyarakatnya mengkonsumsi jagung sebagai

pengganti beras adalah Sulawesi Tenggara.Produksi jagung di Sulawesi Tenggara

pada tahun 2010 sebesar 74.840 ton pipilan keringdengan luas panen jagung

29.607 ha dan pada tahun 2011 sebesar 67.316 ton pipilan kering dengan luas

panen 28.661 ha (BPS Sultra, 2011).

Salah satu kendala dalam penyimpanan hasil panen adalah serangan hama

gudang. Hama ini dapat merusak hasil panen berupa polong maupun biji di tempat

penyimpanan maupun di lapangan sebelum panen. Salah satu jenis hama gudang

pada jagung adalah hama bubuk jagungSitophilus zeamais(Classen et al. 1990;

CABI 2014). Selain sebagai hama gudang utama pada jagung, S. zeamais

merupakan hama gudang utama pada gabah/beras, sorgum, gandum, kedelai, dan

Page 4: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

kacang hijau (Caliboso et al. 1985).Sitophilus zeamais merusak jagung di daerah

tropis maupun subtropis (Danho et al.2002). S. zeamais seperti halnya S. oryzae

ditemukan di daerah-daerah panas maupun lembap dan menyerang berbagai jenis

serealia, namun yang utama adalah pada jagung (Morallo dan Rejesus 2001).

Kerusakan yang ditimbulkan hama ini lebihtinggi pada jagung dan sorgum

dibandingkan pada gabah/beras.

Sitophilus zeamais tergolong hama utama, mampu merusak dan

berkembang dengan baik pada komoditas yang masih utuh, dan menyelesaikan

siklus hidupnya di dalam biji sehingga mengakibatkan kerusakan yang nyata

(Pranata 1985).Menurut Kalshoven (1981), S. zeamais lebih dominan pada

beras/padi dan jagung, sedangkan S. oryzae lebih banyak menyerang gandum.

Demikian pula menurut Pranata (1982), Haines (1991), dan Giga dan Mazarura

(1991), S. zeamais lebih menyukai jagung daripada beras. Nonci et al. (2008)

melaporkan bahwa S. zeamais merupakan hama bubuk jagung yang dominan

ditemukan di tempat penyimpanan jagung di Balai Penelitian Tanaman Serealia di

Maros, Sulawesi Selatan.

Kehilangan hasil selama periode pascapanen di Indonesia berkisar antara

15-20% tiap tahun. Dari jumlah tersebut, 0,5-2% disebabkan oleh hama S.

zeamais. Bergvinson (2002) mengatakan bahwa S. zeamais dapat menyebabkan

kehilangan hasil jagung hingga 30% dan kerusakan biji hingga 100% pada daerah

tropis. Menurut Tandiabang (1998) serangan S. zeamais pada jagung yang

disimpan selama 6 bulan menyebabkan kerusakan biji 85% dan penyusutan bobot

biji 17%.

Seleksi pada 256 famili jagung terhadap S. zeamais memperoleh

persentase kerusakan biji yang bervariasi antara 9,83% dan 23,58% (Pabbage et

al. 1997). Jagung tipe biji flint yang disimpan 30 hari mengalami kerusakan biji

12,6%, lebih tinggi dibandingkan dengan tipe bijidentyakni 9,4% (Saenong 1996).

Tanaman sukun (Artocarpus altilis) merupakan salah satu tanaman yang

memiliki kandungan senyawa insektisida seperti senyawa saponin, tanin, dan

flavonoid yang mempunyai dampak terhadap serangga. Maka daun tanaman

sukun berpotensi digunakan sebagai insektisida nabati. Kadar kandungan

Page 5: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

senyawa pada daun sukun belum diketahui dikarenakan masih sedikit pengujian

fitokimianya. Namun tanaman bergetah lainnya bisa digunakan sebagai

pendekatan untuk menentukan nilai kandungan senyawa atau racun. Pada daun

lidah mertua (Sansevieria trifasciata Prain varietas S. Laurentii) mengandung

kadar saponin sebesar 3,1258 %. Tanaman yang masih satu family yaitu

Artocarpus dadahkandungan dalam kulit batang sebesar 0.0529 % untuk fenol

total, 27,7176 % tanin, 9,455 % flavonoid, dan 2,756 % alkaloid, sedangkan

dalam kayu batang sebesar 0,5555 % fenol total, 0,8987 % tanin, 3,312 %

flavonoid, dan 0,694 % alkaloid.Hariana (2011) mengatakan tanaman sukun kaya

dengan senyawa saponin terutama pada batang dan daun.Berdasarkan beberapa

penelitian, flavonoid dalam daun sukun dapat digunakan sebagai anti-inflamasi,

antiplatelet (kolesterol yang menggumpal dalam pembuluh darah), antioksidan,

antimalaria, antimikroba, antikanker, dll (Harmanto, 2012).

Beberapa senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan diduga berfungsi

sebagai insektisida yaitu golongan sianida, saponin, tanin, flavonoid, steroid dan

minyak atsiri (Kardinan, 2000 dalam Naria, 2005).Senyawa saponin, tanin, dan

flavonoid dalam daun sukun inilah yang menarik untuk dibahas dalam sebuah

penelitian skripsi dengan memanfaatkan daun sukun sebagai insektisida nabati.

Untuk mengurangi pemakaian insektisida sintetik, maka dilakukan

pengendalian alami yang berasal dari ekstrak tanaman terbukti lebih aman karena

mempunyai umur residu pendek. Setelah aplikasi, insektisida alami akan terurai

menjadi senyawa yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan (Desi,

2007).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Riza Rahayu

Ilmawati dkk, bahwa penggunan ekstrak daun papaya pada konsentrasi 5%

merupakan konsentrasi efektif terendah yang dapat digunakan untuk pengendalian

hama gudang.

Page 6: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

B. Rumusan Masalah

1. Apakah penggunaan serbuk daun sukun Artocarpus altilis sebagai

pestisida nabati efektif dalam mengendalikan hama kutu jagung Sitophilus

zeamais?

2. Berapakah dosis terbaik aplikasi serbuk daun sukun Artocarpus altilis

sebagai pengendali hama kutu jagung Sitophilus zeamais?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui efektivitas penggunaan serbuk daun sukun Artocarpus

altilissebagai pestisida nabati terhadap hama kutu jagung Sitophilus

zeamais.

2. Menentukan dosis serbuk daun sukun Artocarpus altilis yang tepat untuk

mengendalikan hama kutu jagung Sitophilus zeamais.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Jagung (Zea mays L)

Page 7: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya

diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap

pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.

Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya

berketinggian antara 1 meter sampai 3meter, ada varietas yang dapat mencapai

tinggi 6meter. Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas

teratas sebelum bunga jantan. (Anonim, 2011).

Menurut Tjitrosoepomo (1991), tanaman jagung dalam tata nama atau

taksonomi tumbuh-tumbuhan jagung diklasifikasikan dalam Kingdom :Plantae,

Divisi : Spermatophyta, Kelas : Angiospermae, Subkelas : Monocotyledonae,

Ordo : Graminae, Genus : Zea, Species : Zea mays L. Biji jagung kaya akan

karbohidrat. Sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat

dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk

pati umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung ketan,

sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak

banyak berpengaruh pada kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan

sebagai bahan pangan. Jagung manis diketahui mengandung amilopektin lebih

rendah tetapi mengalami peningkatan fitoglikogen dan sukrosa. Untuk ukuran

yang sama, meski jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang lebih rendah,

namum mempunyai kandungan protein yang lebih banyak (Anonim, 2011).

Diantara beberapa varietas tanaman jagung memiliki jumlah daun rata-

rata 12 - 18 helai. Varietas yang dewasa dengan cepat mempunyai daun yang

lebih sedikit dibandingkan varietas yang dewasa dengan lambat yang mempunyai

banyak daun. Panjang daun berkisar antara 30 - 150 cm dan lebar daun dapat

mencapai 15 cm. Beberapa varietas mempunyai kecenderungan untuk tumbuh

dengan cepat. Kecenderungan ini tergantung pada kondisi iklim dan jenis tanah

(Berger, 1962).

Daun tanaman jagung adalah daun sempurna. Bentuk memanjang, antara

pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang

daun. Permukaan daun ada yang licin ada yang berambut. Setiap stoma dikelilingi

Page 8: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting dalam respon

tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun (Wirawan dan Wahab, 2007).

Batang tanaman jagung padat, ketebalan sekitar 2 – 4 cm tergantung pada

varietasnya. Genetik memberikan pengaruh yang tinggi pada tanaman. Tinggi

tanaman yang sangat bervariasi ini merupakan karakter yang sangat berpengaruh

pada klasifikasi karakter tanaman jagung (Singh, 1987).Biji jagung merupakan

jenis serealia dengan ukuran biji terbesar dengan berat rata-rata 250-300 mg. Biji

jagung memiliki bentuk tipis dan bulat melebar yang merupakan hasil

pembentukan dari pertumbuhan biji jagung. Biji jagung diklasifikasikan sebagai

kariopsis. Hal ini disebabkan biji jagung memiliki struktur embrio yang sempurna.

Serta nutrisi yang dibutuhkan oleh calon individu baru untuk pertumbuhan dan

perkembangan menjadi tanaman jagung (Johnson, 1991).

Akar jagung termasuk dalam akar serabut yang dapat mencapai kedalaman

8 meter meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 meter. Pada tanaman yang

cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang

membantu menyangga tegaknya tanaman (Suprapto, 1999).

Buah jagung terdiri dari tongkol, biji, dan daun pembungkus. Biji jagung

mempunyai bentuk, warna, dan kandungan endosperm yang bervariasi tergantung

pada jenisnya. Umumnya buah jagung tersusun dalam barisan yang melekat

secara luas atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji (AAK, 2006).

B. Hama Kutu Jagung Sitophilus zeamais

Hama bubuk jagung S. zeamais tergolong ke dalam kingdom :Animalia,

filum :Arthropoda, kelas: Insekta, ordo :Coleoptera, subordo : Polyphaga, family

:Curculionidae, subfamily :Calandrinae, genus :Sitophilus Syn: Calandra, spesies

:Sitophilus zeamais (Motschulsky) (Kalshoven 1981; Sidik et al. 1985;

Sosromarsono et al. 2007).Kumbang dewasa atau imago mempunyai moncong

(snout) sehingga kumbang kecil ini disebut kumbang bubuk (Kartasapoetra 1987;

Canadian Grain Commission 2013; Anonymous 2014).Identifikasi spesies hama

bubuk jagung telah dilakukan melalui bedah genitalia dan secara visual. Spesies

Page 9: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

hama bubuk jagung di Indonesia adalah S. zeamais (Nonci et al. 2008), sesuai

bentuk genitalia serangga jantan dan alat kelamin serangga betina.

Sitophilus zeamais merusak jagung di daerah tropis maupun subtropis

(Danho et al.2002). S. zeamais seperti halnya S. oryzae ditemukan di daerah-

daerah panas maupun lembap dan menyerang berbagai jenis serealia, namun yang

utama adalah pada jagung (Morallo dan Rejesus, 2001). Kerusakan yang

ditimbulkan hama ini lebihtinggi pada jagung dan sorgum dibandingkan pada

gabah/beras. Hama ini juga merusak kacang-kacangan seperti buncis, kapri,

kacang tanah, dan kedelai (Kranz et al. 1980). Selain itu, S. zeamais mampu

tumbuh dan berkembang pada berbagai jenis serealia maupun produk olahan

serealia, misalnya pasta dan mi (Anonymous, 2014). Namun, S. zeamais dominan

ditemukan berasosiasi dengan jagung dan gandum (CABI, 2014).

Sebaran, inang, dan Sitophilus zeamais

Negara Komoditas Jenis Hama Referensi

Indonesia Beras, jagung,

gandum, sorgim,

ubi kayu

S. zeamais Prevett (1975);

Haines dan

Pranata (1982)

Filipina Beras, jagung,

gandum, sorgum

S. zeamais Santhoy dan

Morallo-Rejesus

(1975); Mollasgo

(1982)

Thailand Beras, jagung,

sorgum

S. zeamais Sukprakarn dan

Tauthong (1981)

Beberapa negara Beras, jagung,

gandum, sorgum

S. zeamais Morallo-Rejesus

(1979); Phillips

(1971)

Sumber : Semple (1985).

Dalam siklus hidupnya, S. zeamais melalui beberapa stadia perkembangan

atau mengalami metamorfosis sempurna, yaitu telur, larva, pupa, dan imago.

Page 10: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

Imago betina membuat lubang pada biji jagung denganmenggunakan

moncongnya, kemudian ovipositornya meletakkan satu butir telur, lalu lubang

tersebut ditutup atau dilindungi dengan lapisan lilin/egg-plug (Anonymous,

2014).Telur S. zeamais berwarna putih bening, berbentuk lonjong, lunak dan licin,

berukuran 0,7 mm x 0,3 mm (Grist dan Lever 1969; Anonymous

2014).Keberadaan telur di dalam biji dapat diketahui dengan menggunakan

larutan acid fuchsin. Perlakuan ini akan membuat biji berwarna merah gelap dan

lapisan lilin dapat terlihat (Peadt, 1978). Seekor imago betina dapat menghasilkan

telur antara 300-400 butir (Kalshoven 1981; Morallo dan Rejesus 2001;

Anonymous 2014).Satu ekor imago betina S. zeamais meletakkan telur kurang

lebih 25 butir/hari dan menyebar selama 100 hari (Parker 2014). Telur akan

menetas selama 3 hari, bergantung pada kelembapan dan kadar air biji (Parker,

2014). Periode inkubasi telur adalah 6 hari pada suhu 250C (CABI 2004;

Anonymous 2014).

Larva S. zeamais berwarna putih kekuningan, tidak bertungkai, dengan

kepala berwarna cokelat. Larva terdiri atas empat instar. Panjang larva berkisar

antara 1,5–4 mm. Larva berjalan dengan mengerutkan badannya (Kartasapoetra,

1987). Periode larva berlangsung 25 hari. Periode larva stadia 1 sampai stadia 4

berlangsung antara 18–23 hari, kemudian larva menjadi pupa (Anonymous,

2014).Pupa berkembang di dalam biji jagung, yaitu pada lubang bekas gerekan

larva.Stadia pupa berlangsung 3-9 hari.

Deteksi awal serangan S. zeamais sulit diketahui karena larva

merusak/menggerek bagian dalam biji jagung. Serbuk hasil gerekan larva

bercampur dengan kotoran larva di dalam biji (Anonymous, 2014). Jika

kerusakannya berat, dalam satu biji bisa terdapat lebih dari satu lubang gerekan.

Salah satu indikasi biji jagung terserang hama bubuk yaitu bila biji tersebut

dimasukkan ke dalam air maka biji akan terapung. Untuk biji jagung yang

disimpan dalam gudang yang besar, serangan S. zeamais dapat dideteksi melalui

peningkatan suhu.Namun, tanda serangan yang paling mudah diamatiadalah

adanya imago yang muncul (Anonymous, 2014). Biji jagung yang disimpan

selama 5 minggu setelah infestasi dari tiap kilogram biji akan muncul 100 ekor

Page 11: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

imago/hari. Nonci et al. (2006) melaporkan bahwa tujuh galur sintetik jagung

yang diinfestasi S. zeamaisdan disimpan selama 3 bulan akan mengalami

kerusakan 7,40- 57,33% pada germ maupun endosperm, dengan jumlah turunan

F1 rata-rata 12,67-94,33 ekor.

Kerusakan yang disebabkan oleh S. zeamais bervariasi sesuai dengan

varietas tanaman yang diserang dan populasi S. zeamais. Hama ini bersifat polifag

atau dapat merusak berbagai jenis biji-bijian, antara lain beras/gabah, jagung,

gandum, dan sorgum (Nonci et al. 2005; BPTP Sulawesi Tengah, 2010).

Kehilangan hasil akibat S. zeamais di daerah tropis dapat mencapai 100%

(Bergvinson, 2002).

C. Daun Sukun Artocarpus altilis

Tanaman sukun, Artocarpus altilis Park di bagi menjadi dua yaitu yang

berbiji (dreadnut) dan yang tanpa biji (breadfruit). Sukun termasuk tanaman

tropis sejati, tumbuh paling baik pada daratan rendah yang panas. Tanaman ini

tumbuh baik juga di daerah basah, juga bisa tumbuh di daerah yang sangat kering

asalkan terdapat air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Sukun bahkan juga bisa

tumbuh baik di pulau karang dan di pantai. Pada musim kering, di saat tanaman

lain produksinya merosot, sukun justru dapat tumbuh dan berbuah dengan lebat.

Menurut Syamsuhidayat dan Hutapea (1991), tanaman sukun

diklasifikasikan dalam Kingdom :Plantae, Divisi : Spermatophyta, Subdivisi :

Magnoliophyta, Kelas : Magnoliopsida, Ordo : Urticales, Familia : Moraceae,

Genus : Artocarpus, Spesies : Artocarpus altilis. Pohon sukun dapat tumbuh

mencapai tinggi mencapai 20 - 30 meter, dengan stek umumnya pendek dan

bercabang rendah. Buah yang tidak bermusim, namun mengalami puncak

pengeluaran buah dan bunganya dua tahun sekali (Mustafa, 1998).Batangnya

besar agak lunak dan bergetah banyak. Bercabang banyak, pertumbuhan

cenderung ke atas. Permukaan kasar, coklat, kayunya lunak dan kulit kayu sedikit

kasar. Daunnya lebar bercanggap menjari dan berbulu kasar. Tunggal, berseling,

lonjong, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi bertoreh, panjang 50-70 cm,

lebar 25-50 cm, pertulangan menyirip tebal, permukaan kasar hijau. Bunga-bunga

Page 12: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

sukun berkelamin tunggal (bunga betina dan bunga jantan terpisah), tetapi

berumah satu. Bunganya keluar dari ketiak daun pada ujungcabang dan ranting.

Bunga jantan berbentuk tongkatpanjang disebut ontel, panjang 10-20 cm

berwarnakuning. Bunga betina berbentuk bulat bertangkaipendek (babal) seperti

pada nangka. Kulit buahmenonjol rata sehingga tampak tidak jelas

yangmerupakan bekas putik dari bunga sinkarpik.

Buahnya terbentuk dari keseluruhan kelopak bunganya, berbentuk bulat

atau sedikit bujur. Ukuran garis pusatnya ialah diantara 10 hingga30 cm. Berat

normal buah sukun ialah diantara 1hingga 3 kg. Mempunyai kulit yang berwarna

hijaukekuningan dan terdapat segmen-segmen petakberbentuk polygonal pada

kulitnya. Segmenpolygonal ini dapat menentukan tahap kematanganbuah sukun.

Polygonal yang lebih besar menandakanbuahnya telah matang, manakala buah

yang belummatang mempunyai segmen-segmen polygonal yanglebih kecil dan

lebih padat. Buah-buah sukun mirip dengan buah keluwih (timbul). Perbedaannya

adalahduri buah sukun tumpul, bahkan tidak tampak padapermukaan buahnya.

Biji berbentuk ginjal, panjang 3-5 cm, berwarna hitam. Akar tanaman sukun

mempunyai akar tunggang yangdalam dan akar samping yang dangkal. Akar

sampingdapat tumbuh tunas yang sering digunakan untuk bibit (Heyne, 1987).

Tanaman sukun diperkirakan dari kepulauan nusantara sampai Papua yang

kemudian menyebar ke daerah lainnya melalui kegiatan migrasi penduduk atau

misi perdagangan antara lain di Madagaskar, Afrika, Amerika Tengah dan

Selatan, Karibia, Asia Tenggara, Srilanka, India, Indonesia, Australia. Sebaran

tanaman sukun di kepulauan Indonesia meliputi Sumatera (Aceh, Sumatera Utara,

Sumatera Barat, Riau, Nias, Lampung), Pulau Jawa (Kepulauan Seribu, Jawa

Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, Madura, P. Bawean, Kepulauan

Kangean), Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi

(Minahasa, Gorontalo, Bone, Makasar, Malino), Maluku (Seram, Buru Kai,

Ambon, Halmahera dan Ternate), dan Papua (Sorong, Manokwari, pulau-pulau

kecil lainnya) (Heyne, 1987).

Menurut Wuri dkk (2013), daun sukun banyak mengandung senyawa kimia

yang berkhasiat, seperti saponin, polifenol, asam hidrosianat, asetilkolin, tanin,

Page 13: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

riboflavin, fenol, dan flavonoid. Senyawa pada tanaman yang bertanggung jawab

terhadap efek pestisida adalah saponin, tanin, flavonoid, triterpenoid, sulfur,

kumarindan steroid.

D. Hipotesis

1. Penggunaan serbuk daun sukun Artocarpus altilis sebagai pestisida nabati

efektif dalam mengendalikan hama kutu jagung Sitophilus zeamais.

2. Pemberian serbuk daun sukun Artocarpus altilis dengan dosis 5 gram

diharapkan dapat mengendalikan hama kutu jagung Sitophilus zeamais.

III. TATA CARA PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan Januari 2018 sampai Februari 2018

di Laboratorium Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta.

Page 14: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

B. Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang akan digunakan dalam penelitian adalah daun sukun,

hama Sitophilus zeamais, benih jagung, putih telur, dan phostoxin.

Alat yang akan digunakan adalah blender, gunting, pisau, toples plastik,

wadah nampan, saringan, timbangan digital, dan alat tulis.

C. Metode Penelitian

Penelitian dilaksanakan menggunakan metode eksperimen, dengan

rancangan perlakuan faktor tunggal yang disusun dalam Rancangan Acak

Lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan yaitu :

A :100 gram jagung + 0 gram serbuk

B :100 gram jagung + 5 gram serbuk

C :100 gram jagung + 10 gram serbuk

D :100 gram jagung + 15 gram serbuk

E :100 gram jagung + 0,0009 gram phostoxin

Sehingga diperoleh 5 pelakuan. Setiap perlakuan diulang 3 kali, sehingga

diperoleh 15 unit percobaan. Tiap unit diulang 3 kali, sehingga total didapat 45

unit percobaan.

D. Cara Penelitian

Penelitian dilakukan meliputi proses pembuatan serbuk daun sukun,

aplikasi, dan uji kualitas jagung.

1. Proses Pembuatan Serbuk Daun Sukun

Proses pembuatan serbuk daun sukun dilakukan di Laboratorium Proteksi

Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Pertama daun sukun dicuci bersih, kemudian dipotong kecil-kecil lalu

dikeringkan selama 24 jam. Daun sukun yang sudah kering kemudian

diblender hingga halus.

Page 15: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

2. Aplikasi Serbuk Daun Sukun

Aplikasi serbuk daun sukun dilakukan di Laboratorium Proteksi Tanaman

Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pertama toples

plastik yang terlebih dulu dilubangi bagian tutupnya disiapkan sebagai

wadah. Kemudian masukkan jagung masing-masing sebanyak 100 gram

dalam wadah. Lalu infeksikan hama sebanyak 10 ekor pada tiap-tiap

perlakuan, hama didapat dari koleksi laboratorium proteksi.Setelah itu

mencampur serbuk daun sukun dengan biji jagung yang telah diinfeksi hama

sesuai perlakuan pada tiap-tiap wadah, diaduk lalu ditutup. Pengamatan

dilakukan dengan menghitung jumlah serangga yang mati selama 3 hari

sekali setelah aplikasi.

3. Uji Mutu Benih Jagung

Menguji warna, aroma, dan rasa jagung dari masing-masing perlakuan

oleh 5 orang panelis.

E. Parameter Yang Diamati

1. Uji Toksisitas

Pengamatan hama yang mati dilakukan setiap 3 hari sekali selama empat

minggudengan cara menghitung jumlah hama yang mati dan dinyatakan

dalam satuan ekor, jumlah hama yang mati digunakan untuk menghitung

mortalitas dan efikasi dengan rumus :

a. Mortalitas (%)

Pengamatan mortalitas dilakukan setiap 3 hari sekali selama empat

minggu. Menunjukkan tingkat kemampuan atau daya bunuh serbuk daun

sukun dalam membunuh kutu jagung Sitophilus zeamais diperoleh rumus:

Mortalitas =

100%

b. Efikasi (%)

Pengamatan perhitungan efikasi dilakukan setiap 3 hari sekali selama

empat minggu untuk mengetahui tingkat keberhasilan atau kemanjuran dari

Page 16: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

tiap perlakuan yang diujikan dalam penelitian dibandingkan dengan kontrol

diperoleh rumus:

Efikasi (

)

Ket : Ta = jumlah hama yang hidup pada benih jagung sesudah aplikasi

Tb = jumlah hama yang hidup pada benih jagung sebelum aplikasi

Ca = jumlah hama yang hidup pada perlakuan kontrol sesudah aplikasi

Cb = jumlah hama yang hidup pada perlakuan kontrol sebelum aplikasi

2. Kecepatan kematian hama kutu jagung (%)

Pengamatan kecepatan kematian dilakukan setiap 3 hari sekali selama

empat minggu. Menunjukkan seberapa cepat pengaruh serbuk daun sukun

pada kematian kutu jagung dilihat dari jumlah kematian per harinya,

diperoleh rumus :

Ket : V = kecepatan kematian

T = waktu pengamatan

N = jumlah serangga yang mati

n = jumlah serangga yang diujikan

3. Uji Kualitas Jagung

Menguji kualitas jagung dilakukan oleh 5 orang panelis. Parameter yang

diamati untuk menentukan kualitas jagung dengan memasak jagung

dimasukkan kedalam plastik dan selanjutnya di kukus, untuk menguji

warna, aroma dan rasa jagung.

a. Warna

Pemeriksaan warna jagung dilakukan dengan menggunakan skala 1,

2, dan 3 yaitu,skala 1 = jagung berwarna bersih, skala 2 = jagung berwarna

kecoklatan, dan skala 3 = jagung berwarna kehitaman.

b. Aroma

𝑉 =T1N1 + T2N2 + T3N3 +⋯+ TnNn

n

Page 17: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

Untuk mengetahui aroma jagung tersebut berbau apek atau tidak

dilakukan dengan cara mencium jagung tersebut. Penilaian penciuman dapat

dinyatakan dalam keterangan apek atau tidak apek. Jika berbau, dapat

diukur dengan memberikan skala 1 = tidak apek, skala 2 = agak apek, dan

skala 3 = sangat apek sesuai dengan tingkat bau yang tercium.

c. Rasa

Untuk mengetahui rasa jagung tersebut layak atau tidak untuk

dikonsumsi, dibutuhkan panelis yang bersedia mencoba rasa jagung yang

telah dimasak.Penilaian dengan menggunakan keterangan rasa jagung enak

dan tidak enak, dengan skala 1 = enak, skala 2 = agak enak, dan skala 3 =

tidak enak.

F. Analisis Data

Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk grafik dan histogram. Hasil

pengamatan kuantitatif dianalisis menggunakan sidik ragam atau analysis of

variance(ANOVA) taraf 5%. Apabila ada perbedaan nyata antar perlakuan yang

diujikan maka dilakukan uji lanjut menggunakan Duncan’s Multiple Range Test

(DMRT).

G. Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

Bulan

Januari Februari Maret

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan

2 Pembuatan ekstrak

3 Aplikasi

4 Pengamatan

5 Uji kualitas jagung

6 Analisis

7 Pembahasan

Page 18: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

Lay Out Penelitian

AU1S1 E U1S1 A U3S3 D U3S1 E U2S3

CU3S2 C U2S2 A U3S1 B U3S3 C U1S1

CU2S1 B U3S2 B U3S1 D U1S3 D U2S1

BU1S2 C U1S2 E U1S3 E U2S1 E U3S3

Page 19: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

Jumlah Kebutuhan Bahan

1. Jumlah total serbuk

- 5 gram= 5 gram x 9 sampel

= 45 gram

- 10 gram = 10 gram x 9 sampel

= 90 gram

- 15 gram = 15 gram x 9 sampel

= 135 gram

Total = 45 gram + 90 gram + 135 gram

= 270 gram serbuk

CU3S3 A U3S2 C U2S3 D U2S2 E U3S2

AU1S2 A U1S2 A U2S3 D U2S3 E U3S1

CU3S3 B U1S3 D U3S2 B U2S1 B U1S1

CU2S2 B U2S2 D U1S1 D U1S2 E U2S3

BU1S3 B U2S3 D U3S3 A U2S1 A U1S3

Page 20: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

2. Jumlah total jagung

100 gram x 45 sampel = 4500 gram (4,5 kg)

3. Jumlah total hama

10 ekor x 45 sampel = 450 ekor

4. Jumlah total phostoxin

0,0009 gram x 9 sampel = 0,0081 gram

DAFTAR PUSTAKA

AAK. 2006. Teknik Bercocok Tanam Jagung Manis. Kanisius. Yogyakarta.

Diakses pada tanggal 27 Juli 2017.

Anonym, 2011. Jagung. http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung. Diakses Pada

Tanggal 30 November 2011.

Anonymous. 2014. Greater Rice Weevil Sitophilus zeamais. http://

agspsrv34.agric.wa.gov.au/ento/pestweb/Query1_1.idc?ID=1055010548.

[9 December 2014].

Berger, J. 1962. Maize Production and the Manuring of Maize. Printed in Press,

Yogyakarta.

Page 21: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

Bergvinson, D. 2002. Storage Pest Resistance in Maize. CIMMYT Maize

Programs. pp. 32-39.

[BPS] Badan Pusat Statistik Provinsi Sultra. 2011. Berita Resmi Statistik BPS

Propinsi Sulawesi Tenggara.

http://sultra.bps.go.id/images/pub/aram_201111.pdf. Diakses tanggal 6

Januari 2012.

BPTP (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian) Sulawesi Tengah. 2010. Budi Daya

Jagung. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah, Palu. 29

hlm.

CABI. 2004. Crop Protection Compendium: Module II. CAB International,

Wallingfort, UK.

CABI. 2014. Sitophilus zeamais. Invasive Species Compedium. www.cabi.org.

[8 December 2014].

Caliboso, F. M., P. D. Sayaboc, and M. R. Amoranto. 1985. Pest Problem and Use

of Pesticide in Grain Storage in the Philippines. In B.R. Champ and E.

Highey (Eds.) Pesticides and Humid. Tropical Grain Storage System.

ACIAR Proc. 14: 17-29.

Canadian Grain Commission. 2013. Maize weevil Sitophilus zeamais

Motschulsky. http://www.grainscanada.gc.ca/storage-entrepose/ pip-

irp/mw-cr-eng.htm. [9 December 2014].

Classen, D., J. T. Anarson, J. A. Seratos. J. D. H. Lambert, and C. Nozzolillo.

1990. Correlation of Phenolic Acid Content of Maize to Resistance to

Sitophilus zeamais, The Maize Weevil in CIMMYT’S collections. J.

Chem. Ecol. 16(2): 301-315.

Danho, M., C. Gaspar, and E. Haubruge. 2002. The Impact of Grain Quantity on

The Biology of Sitophilus zeamais Motschulsky (Coleoptera:

Curculionidae): Ovopisition, Distribution of Egg, Adult Emergence,

Body Weight and Sex Ratio. J. Stored Products Res. 38: 259-266.

Desi, A. 2007. Pemanfaatan Biji Bengkuang Sebagai Insektisida Alami.

http://www.pkm.dikti.net/pkmiaward2006/pdf/pkmi06068.pdf. Diakses

tanggal 27 Juli 2007.

Giga, D.P. and U. W. Mazarura. 1991. Levels of Resistance to the Maize Weevil

Sitophilus zeamais Motsch in Exotic, Local Open Pollinated and Hybrid

Maize Germplasm. Insect Sci. Appl. 12 (1/2/3): 159-169.

Grist, D.H. and R.A.A.W. Lever. 1969. Pest of Rice. Longman and Co. Ltd.,

London. p. 520.

Page 22: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

Haines, C. P. 1991. Insects and Arachnids of Tropical Stored Products: Their

Biology and Identification. A training manual. Natural Resources

Institute, Kent, UK. 246 pp.

Hariana, A. 2011. Tumbuhan Obat & Khasiatnya Seri 3, Penebar Swadaya,

Jakarta

Harmanto, N 2012, Daun Sukun Si Daun Ajaib, Penakluk Aneka Penyakit, PT.

Agro Media Pustaka, Jakarta.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid II. Badan Litbang

Kehutanan. Jakarta.

Johnson, L. A. 1991. Corn: Production, Processing and atilitation. Di dalam

Lorenzo KJ, Kulp K, editor. Handboojk of Cereal Science and

Technology. New York: Marcel Dekker Inc.

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pest of Crops in Indonesia. Ichtiar Baru-Van Hoeve,

Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. 1987. Hama Hasil Tanaman dalam Gudang. Bina Aksara,

Jakarta. hlm. 31-40.

Kranz, J., H. Schumuterer, and W. Koch. 1980. Disease Pest Weed in Tropical

Crop. John Wiley and Son, New York. 666 pp.

Morallo, B. R. and R. S. Rejesus. 2001. Biology of Predominant Storage Insect

Pest. Biology and Management of Stored Product and Postharvest Insect

Pest. pp. 31-73.

Mustafa, A. M. 1998. Isi Kandungan Artocarpus communis. Food Science. 9:23.

Naria, E. 2005. Insektisida Nabati Untuk Rumah Tangga, Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Sumatera Utara.

Nonci, N., M.H.G. Yasin, dan Suarni. 2005. Interaksi Populasi Jagung Sintetik

dengan Serangan Sitophilus sp. Motschulsky (Coleoptera:

Curculionidae). Makalah disampaikan pada International Conference of

Crop Security.

25 hlm.

Nonci, N., I.M.J. Mejaya, dan A. H. Talanca. 2006. Ketahanan Jagung QPM

Terhadap Bubuk Jagung Sitophilus sp. Prosiding Seminar Nasional

Pengembangan Usaha Agribisnis Industrial Pedesaan. Palu, 5-6

Desember 2006.

Page 23: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

Nonci, N., A. Muis, dan M.H. G. Yasin. 2008. Perakitan Varietas Jagung QPM

Tahan Hama Bubuk Jagung S. zeamais. Jurnal Penelitian Pertanian

Tanaman Pangan 27(3): 171-178.

Nonci, N., A. Muis. 2015. Biologi, Gejala Serangan, dan Pengendalian Hama

Bubuk Jagung Sitophilus zeamais Motschulsky (Coleoptera:

Curculionidae). Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros.

Pabbage, M. S., Maswati, dan S. Mas’ud. 1997. Kumbang Bubuk Sitophilus sp.

(Coleoptera: Curculionidae) dan Strategi Pengendaliannya. Seminar dan

Lokakarya Nasional Jagung, 11- 12 November 1997. 11 hlm.

Parker, S. 2014. Life Cycle of the Maize Weevil Sitophilus zeamais.

www.Parker.com/about_5371323_life-maize-weevil-

sitophiluszeamais.html. [2 December 2014].

Peadt, R.C. 1978. Fundamental of Applied Entomology. 3rd Edition. Mac Millan

Publ, Co. Inc., New York. pp. 591-595.

Pranata, R. I. 1982. Masalah Susut Akibat Serangga Pascapanen. (Coaching

Pengendalian Hama Gudang). Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan,

Bogor. hlm. 8.

Pranata. R. I. 1985. Mengamankan Hasil Panen dari Serangga Hama. Balai

Informasi Pertanian Ciawi. hlm. 42.

Purwono dan R. Hartono. 2011. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya.

Jakarta. 64 hal.

Sadewo, V. D., Wibowo, N. J, dan F. Zahida. 2015. Uji Potensi Ekstrak Daun

Sukun Artocarpus altilis sebagai Pestisida Nabati Terhadap Hama Lalat

Buah Bactrocera spp. Skripsi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Saenong, M. S. 1996. Pengaruh Padat Populasi Serangga Sitophilus zeamais dan

Bentuk Biji Terhadap Tingkat Kerusakan Benih Jagung di Laboratorium.

Seminar Mingguan Balitjas, Sabtu 16 November 1996.

Semple, R. L. 1985. Problems Relating to Pest Control and Use of Pesticides in

Grain Storage: The Current Situation in ASEAN and Future

Requirements. In B.R. Champ and E. Highley (Eds.). Pesticides and

Humid Tropical Grain Storage System. ACIAR Proc. (14): 45-75.

Sidik, M., M. Halid, and Pranata. 1985. Pest Problems and Use of Pesticides in

Grain Storage in Indonesia. In B.R. Champ and E. Higley (Eds.).

Pesticide and Humid Tropical Grain Storage System. ACIAR Proc. (14):

37-43.

Page 24: UJI EFEKTIVITAS SERBUK DAUN SUKUN (Artocarpus altilis ...blog.umy.ac.id/vosalrahma/files/2018/05/Uji-Efektivitas-Serbuk-Daun... · sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini

Singh, J. 1987. Field Manual of Maize Breeding Procedures. Indian Agricultural

Research Institute New Delhi. India.

Sosromarsono, S., S. Wardoyo, S. Adisoemarto, dan Y.R. Suhardjono. 2007.

Nama Umum Serangga. Perhimpunan Entomologi Indonesia. 55 hlm.

Suprapto, 1999. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya. Jakarta. Diakses pada

tanggal 26 Juli 2017.

Syamsuhidayat, S. S and Hutapea, J. R. 1991. Inventaris Tanaman Obat

Indonesia. Edisi kedua. Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Tjitrosoepomo, C., 1991. Taksonomi Tumbuhan. Gajah Mada Universy Press,

Yogyakarta.

Wirawan, G. N., dan M. I. Wahab. 2007. Teknologi Budidaya Jagung.

http://www.pustaka-deptan.go.id. Diakses pada tanggal 26 Juli 2017.

Wuri, N., Djoko, A. B., Dwi, R. I. 2013. Uji Potensi Ekstrak Daun Sukun

(Artocarpus altilis) Terhadap Lalat Rumah (Musca domestica) Dengan

Metode Semprot. Universitas Brawijaya.