UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Analisis Komposisi...
-
Upload
phungquynh -
Category
Documents
-
view
222 -
download
0
Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Analisis Komposisi...
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Analisis Komposisi Asam Amino Gelatin Sapi dan Gelatin Babi Pada
Marshmallow Menggunakan Teknik Kombinasi HPLC
(High Performance Liquid Chromatography) dan PCA
(Principal Component Analysis)
SKRIPSI
HESTY PRISKA APRINA
NIM : 108102000009
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
DESEMBER 2012
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Analisis Komposisi Asam Amino Gelatin Sapi dan Gelatin Babi Pada
Marshmallow Menggunakan Teknik Kombinasi HPLC
(High Performance Liquid Chromatography) dan PCA
(Principal Component Analysis)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
HESTY PRISKA APRINA
NIM : 108102000009
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
DESEMBER 2012
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS
Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,
dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar
Nama : Hesty Priska Aprina
NIM : 108102000009
Tanda Tangan :
Tanggal : 28 Desember 2012
ABSTRAK
Nama : Hesty Priska Aprina
Program Studi : Farmasi
Judul :Analisis komposisi asam amino gelatin sapi dan gelatin
babi pada marshmallow menggunakan teknik kombinasi
HPLC dan PCA
Gelatin sering digunakan secara luas dalam industri farmasi dan industri
makanan. Dalam industri makanan, gelatin dapat digunakan dalam produk
marshmallow yang berfungsi sebagai pembentuk gel dan penstabil.
Mengkonsumsi produk yang berasal dari derivat babi tidak diperbolehkan bagi
umat muslim. Untuk mengetahui perbedaan profil asam amino gelatin sapi dan
gelatin babi pada marshmallow digunakan HPLC (High Performance Liquid
Chromatography). Teknik ini cepat dan dapat dipercaya untuk menganalisis
asam amino pada gelatin dengan menggunakan detektor fluoresen. Sampel
disiapkan dengan menghidrolisis marshmallow dengan HCl dan dilakukan
derivatisasi dengan Aminokuinolil-N-hidroksisuksini-midil karbamat (AQC).
Asam amino glisin, prolin dan arginin pada gelatin babi memiliki kadar yang
lebih tinggi daripada gelatin sapi. Teknik yang digunakan untuk mendeteksi
dan mengklasifikasikan antara produk marshmallow yang berasal dari gelatin
sapi dan gelatin babi adalah dengan menggunakan analisis komponen utama
(PCA) berdasarkan profil asam amino gelatin. Berdasarkan analisis komponen
utama didapatkan bahwa teknik ini mampu membedakan komposisi asam
amino gelatin babi dan gelatin sapi dalam marshmallow yang dibuat dari
gelatin standar dan sampel uji.
Kata kunci : gelatin sapi, gelatin babi, AQC, asam amino, analisis komponen
utama (PCA)
ABSTRACT
Nama : Hesty Priska Aprina
Program Studi : Farmasi
Judul : Analysis of Amino Acid Composition of Bovine Gelatin
and Porcine Gelatin in Marshmallow Using a
Combination of HPLC and PCA technique
Gelatin is widely used in the pharmaceutical industry and food industry. In
food industry, gelatin can be used in a marshmallow product that serves as a
gelling agent and stabilizer. Consume products derived from porcine
derivatives prohibited for Muslims. To determine differences in the amino
acid profile of bovine gelatin and porcine gelatin in marshmallows used High
Performance Liquid Chromatography. This technique is fast and reliable for
analysis of amino acids in gelatin using a fluorescent detector. Samples
prepared to hydrolyze marshmallow with HCl and derivatization with
Aminokuinolil- N- hidroksisuksini- midil carbamate (AQC). The amino acid
glycine, proline and arginine in porcine gelatin had higher than bovine
gelatin. The technique used to detect and classify between marshmallow
products derived from bovine gelatin and porcine gelatin is to use principal
component analysis (PCA) based on the amino acid profile of gelatin. Based
on principal component analysis found that this technique was able to
distinguish the amino acid composition of porcine gelatin and bovine gelatin
in marshmallows are made from gelatin standards and test samples.
Keywords: bovine gelatin, porcine gelatin, AQC, amino acids, principal
component analysis (PCA)
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan
skripsi ini dilakukan dalam rangka untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu
syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi
saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Bapak Prof. DR. (hc) dr. M.K Tadjudin Sp.And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak.Drs.Umar Mansur selaku Ketua Jurusan Program Studi Farmasi
3. Ibu Zilhadia, M.Si, Apt selaku pembimbing I yang telah memberikan ilmu dan
bimbingan selama penulisan skripsi ini.
4. Ibu Nurmeilis, M.Si, Apt, selaku pembimbing II yang telah memberikan
masukan dan kemudahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
5. Ibu Eka Putri, M.Si, Apt selaku dosen pembimbing akademik yang telah
membimbing dan memberikan pengarahan kepada saya selama masa
perkuliahan.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan hingga
penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan Farmasi FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta
7. Teman teman zulfa, mega A, megawati, eva, inda dan nana yang telah
membantu selama penelitian.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang turut
membantu menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan guna tercapainya kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis berharap semoga hasil
penelitian ini dapat bermanfaat baik bagi kalangan akademis, khususnya bagi
mahasiswa farmasi, masyarakat pada umumnya dan bagi dunia ilmu pengetahuan.
Jakarta, November 2012
Penulis
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
Jakarta, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Hesty Priska Aprina
NIM : 108102000009
Program studi : Farmasi
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Jenis karya : Skripsi
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi / karya ilmiah
saya, dengan judul :
ANALISIS KOMPOSISI ASAM AMINO GELATIN SAPI DAN GELATIN
BABI PADA MARSHMALLOW MENGGUNAKAN TEKNIK KOMBINASI
HPLC DAN PCA
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada tanggal : 28 Desember 2012
Yang menyatakan,
(Hesty Priska Aprina)
DAFTAR ISI
HALAMANJUDUL...............................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................... .........................iv
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................... ........................v
ABSTRAK .................................................................................. ..........................vi
ABSTRACT ............................................................................... ..........................vii
KATA PENGANTAR .............................................................. ..........................viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ..... .................x
DAFTAR ISI .................................................................................... .....................xi
DAFTAR TABEL ......................................................................... ......................xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................. .........................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................ ..........................xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................ .....................1
1.1 Latar Belakang .......................................................... ........................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................ .................3
1.3 Tujuan Penelitian ......................................................... .....................3
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................... .....................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................. .....................4
2.1 Gelatin ...................................................................... ........................4
2.1.1 Pengertian Gelatin ....................................... ......................4
2.1.2 Tipe Gelatin .................................................. ....................6
2.1.3 Komposisi gelatin ............................................. .................6
2.2 Protein .............................................................................. .................7
2.3 Kolagen .......................................................................... ...................8
2.4 Marshmallow .................................................................... ................8
2.5 Asam Amino .................................................................... .................9
2.5.1 Pembagian asam amino .................................. .................10
2.5.2Analisis Asam Amino ...................................... .................11
2.6 Analisis asam amino dengan HPLC .............................. .................12
2.6.1 HPLC .............................................................. .................13
Halaman
2.6.2 Analisis komponen utama (PCA) .................. .................16
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................ .................17
3.1 Lokasi dan waktu penelitian .................................... .......................17
3.2 Alat dan Bahan ....................................................... ........................17
3.2.1 Alat .................................................................... ....................17
3.2.2 Bahan ..................................................... ................................17
3.3 Prosedur kerja ................................................. ................................18
3.3.1 Pengumpulan produk marshmallow uji coba . .................18
3.3.2 Pembuatan marshmallow .......................... .......................18
3.3.3 Ekstraksi asam amino ............................... .......................18
3.4 Analisis data ............................................................ .......................19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................... .................20
4.1 Penyiapan sampel .................................................... .......................20
4.1.1 Hidrolisis gelatin....................................... .......................20
4.1.2 Derivatisasi asam amino ........................... .......................21
4.2 Analisis asam amino ................................................ .......................23
4.3 Analisis AA dalam gelatin dan dalam marshmalow .......................27
4.4 Analisis PCA dari gelatin dan sampel marshmallow ......................28
4.5 Analisis sampel marshmallow uji coba ................... .......................35
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................... .......................37
5.1 Kesimpulan .............................................................. .......................37
5.1 Saran ........................................................................ .......................37
DAFTAR REFERENSI .................................................... .......................38
DAFTAR TABEL
Tabel . ........................................................................................................ Halaman
2.1. Komposisi asam amino gelatin kulit sapi dan kulit babi ................................. . 5
2.2. Daftar rantai samping asam amino ................................................................... . 9
4.1. Hasil analisis asam amino gelatin dan marshmallow ....................................... . 27
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur asam amino dalam bentuk ion Zwitter ..................................... . 10
Gambar 2 Diagram alat dan komponen KCKT....................................................... . 15
Gambar 3 Reaksi derivatisasi asam amino oleh AQC ............................................ . 22
Gambar 4 Profil standar asam amino ...................................................................... . 23
Gambar 5 Profil asam amino standar gelatin sapi ................................................... . 24
Gambar 6 Profil asam amino standar gelatin babi .................................................. . 24
Gambar 7 Profil asam amino marshmallow sapi .................................................... . 25
Gambar 8 Profil asam amino marshmallow babi .................................................... . 25
Gambar 9 Profil asam amino sampel uji 1 .............................................................. . 26
Gambar 10 Profil asam amino sampel uji 2 ............................................................ . 26
Gambar 11 Worksheet PCA .................................................................................... . 29
Gambar 12 Window session hasil proses PCA ....................................................... . 30
Gambar 13 Scree plot PCA ..................................................................................... . 31
Gambar 14 Score plot PCA ..................................................................................... . 31
Gambar 15 Kurva biplot.......................................................................................... . 33
Gambar 16 Kurva loading plot ................................................................................ . 35
Gambar 17 Score plot PCA ..................................................................................... . 37
DAFTAR ISTILAH
PCA : Principal Component Analysis
AQC : Aminokuinolil-N-Hidroksisuksini-midilkarbamat
AABA : α Aminobutyric Acid
BSG : Bovine Skin Gelatin
PSG : Porcine Skin Gelatin
HPLC : High Performance Liquid Chromatography
FTIR : Fourier Transform Infra Red
ELISA : Enzyme Linked Immunosorbent assay
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makanan adalah kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia
(Fadzlillah et al., 2011). Islam sebagai agama yang syamil sangat
memperhatikan faktor makanan. Hal ini tertulis didalam alqur’an surat Al-
Baqarah:168 yang memerintahkan manusia untuk memakan makanan yang
halal dan toyib, karena itu sudah menjadi kewajiban seorang muslim untuk
mengkonsumsi dan menggunakan produk yang halal (Mursydi, 2012).
Nemati et al (2004) telah berhasil melakukan pembedaan gelatin babi
dan gelatin sapi dengan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi dengan
detektor fluorosens, dan dikombinasikan dengan teknik kemometrik analisis
komponen utama. Principal component analysis (PCA) adalah teknik proyeksi
data yang sangat membantu dalam klasifikasi suatu objek (Miller and Miller,
2005).
Berdasarkan studi literatur, belum pernah dilaporkan penelitian
mengenai analisis perbedaan gelatin sapi dan gelatin babi dalam marshmallow
berdasarkan komposisi asam amino. Pada penelitian ini analisis asam amino
gelatin sapi dan babi dalam marshmallow dilakukan menggunakan HPLC
dengan detektor fluorosens, lalu profil asam amino yang diperoleh dianalisis
dengan PCA.
Derivat babi adalah salah satu alternatif yang sering digunakan dalam
produk makanan, sehingga menjadikan produk makanan menjadi tidak halal
jika dikonsumsi oleh umat muslim. Hal ini dikarenakan derivat babi memiliki
harga yang jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan sumber halal yang
berasal dari sapi dan domba (Rohman, 2012). Diantara sekian banyak produk
yang beredar yang rentan akan kehalalannya adalah produk berbasis gelatin.
Gelatin adalah struktur ireversibel dari protein yang berasal dari kolagen dari
tulang, kulit dan jaringan ikat hewan seperti babi, sapi, domba, unggas dan
ikan.
Sumber produksi gelatin dunia adalah 46 % berasal dari kulit babi,
29.4 % kulit sapi, 23.1 % berasal dari tulang dan 1.5 % berasal dari sumber
lain (Karim and Rajeev, 2009). Pada tahun 2011 produksi gelatin dunia
mencapai 300.000 ton dan diperkirakan akan meningkat hingga 360.000 ton
pada tahun 2015 (Yetim, 2011). Berdasarkan data ini dapat dilihat bahwa
penggunaan bagian tubuh babi sebagai sumber gelatin merupakan hal yang
harus diwaspadai.
Gelatin banyak digunakan karena gelatin memiliki karakteristik yang
unik. Dalam industri makanan gelatin digunakan untuk pembuatan es krim,
yogurt, keju, jelly, coklat, kue, permen, mentega, produk daging, makanan
hewan dan marshmallow (Sahilah et al., 2012). Pada penelitian ini akan
dilakukan analisis komposisi asam amino pada marshmallow. Marshmallow
merupakan makanan ringan sejenis permen yang mempunyai tekstur yang
begitu lembut seperti busa, ringan, kenyal dan memiliki rasa yang manis dan
aroma tertentu. Marshmallow ini sangat banyak dijual dipasaran dengan
bentuk dan warna yang beraneka ragam (Sartika, 2009). Umumnya
marshmallow merupakan produk yang sangat disukai anak anak dan remaja
(Trilaksani, 2009).
Menurut Nhari et al (2012) untuk menganalisis perbedaan gelatin babi
dan gelatin sapi pada produk makanan dapat dilakukan dengan menggunakan
FTIR (Fourier Transform Infra Red), ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent
assay) dan HPLC (High Performance Liquid Chromatography). Sedangkan
menurut penelitian yang dilakukan oleh Rohman (2012) metode analisis yang
lebih akurat untuk mendeteksi kehalalan pada makanan adalah dengan
menggunakan FTIR dan HPLC. Pada penelitian ini analisa dilakukan dengan
menggunakan HPLC.
HPLC merupakan instrumen yang banyak digunakan untuk
menganalisis asam amino dan ditunjang dengan peralatan yang baik dan
modern, menggunakan kolom yang sangat efisien dan dibawah tekanan yang
besar, sehingga analisis asam amino dapat dilakukan dalam waktu yang
singkat dan memberikan hasil yang tepat dan teliti (Rediatning et al., 1987).
1.1 Rumusan Masalah
Bagaimanakah perbedaan komposisi asam amino gelatin sapi dan
gelatin babi dalam marshmallow menggunakan High Performance Liquid
Chromatography (HPLC) yang dikombinasikan dengan teknik principal
component analysis (PCA) ?
1.2 Tujuan Penelitian.
Mengetahui perbedaan profil asam amino gelatin sapi dan gelatin babi
pada marshmallow.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi tentang
komposisi asam amino gelatin sapi dan gelatin babi pada produk
marshmallow.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gelatin
2.1.1 Pengertian gelatin
Gelatin adalah protein yang berasal dari hidrolisis kolagen yang
berasal dari jaringan ikat dan tulang vertebrata. Karena bentuknya seperti gel
dan dapat digunakan sebagai stabilizer, gelatin umumnya digunakan sebagai
bahan pengikat dalam berbagai macam produk makanan seperti marshmallow,
permen dan daging. Dalam industri farmasi, gelatin digunakan untuk membuat
kapsul keras, kapsul lunak, tablet, granulasi, suplemen makanan dan lapisan
pelindung untuk obat-obatan (Cai hui et al., 2011).
Istilah gelatin mulai populer sekitar tahun 1700 dan berasal dari bahasa
latin ‘gelatus’ yang berarti kuat atau kokoh. Secara fisik gelatin berbentuk
padat, kering, tidak berasa dan transparan. Ada tiga sifat yang paling menonjol
pada gelatin yaitu: kemampuan untuk membentuk gel, kekenyalan dan
kekuatan lapisan tinggi. Gelatin merupakan polimer tinggi alami yang
memiliki berat molekular dari 20.000 sampai 70.000. Gelatin ini dipersiapkan
dari bahan yang mengandung kolagen termasuk kulit, tulang dan tendon
dengan pemecahan hidrolisis melalui pendidihan dengan air atau dengan
menggunakan uap panas yang tinggi. (Perwitasari, 2008).
Gelatin ini praktis tidak berbau, tidak larut dalam aseton, kloroform,
etanol (95%), eter, dan metanol. Sifatnya yang larut dalam gliserin, asam, dan
basa. Walaupun di dalam asam kuat atau basa kuat dapat menyebabkan
pengendapan. Gelatin tidak larut dalam air dingin, tetapi hanya akan
mengembang. Perendaman dalam air dingin menjadikan gelatin lunak dan
berangsur-angsur menyerap air 5 sampai 10 kali bobot air. Gelatin larut dalam
air panas. Setelah pendinginan sampai 35-40° C, gelatin akan membentuk
gel. Pada suhu 40°C akan berbentuk sol (Singh et al., 2002).
Dalam industri makanan, gelatin merupakan suatu polimer yang larut
air sehingga digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan elastisitas,
konsistensi dan stabilitas suatu produk makanan (Tavakolivour, 2011). Gelatin
terutama mengandung asam amino glisin sebesar 33% , prolin 22% dan
hidroksiprolin 22 %. Gelatin komersial terdiri dari 84–90% protein, 8-12% air
dan 2-4 % adalah garam mineral. Mayoritas bahan baku untuk pembuatan
gelatin berasal dari kulit babi, walaupun gelatin juga bisa dihasilkan dari kulit
dan tulang domba. Semua bahan yang digunakan dalam produksi gelatin
berasal dari rumah pemotongan hewan. Gelatin berasal dari kolagen yang
telah dihidrolisis ( Wolinsky, 2004 ).
Tabel 2.1 Komposisi asam amino gelatin kulit sapi dan kuilt babi
(Nhari et al, 2011).
Komposisi asam amino mempengaruhi sifat fisika dan kimia gelatin.
Analisis asam amino gelatin menunjukkan bahwa struktur molekul gelatin
memiliki perbedaan yang terlihat pada kandungan asam amino
Asam amino BSG (residu per
1000 total residu
asam amino )
PSG (residu per
1000 total residu
asam amino )
Non polar hidrofobik
Alanin
Valin
Leusin
Isoleusin
Fenilalanin
Metionin
Prolin
Total
33
10
12
7
10
4
63
139
80
26
29
12
27
10
151
335
Polar tidak bermuatan
Glisin
Serin
Threonin
Tirosin
Total
108
15
10
2
135
239
35
26
7
307
Asam polar
Asam aspartat
Asam glutamat
Total
17
34
51
41
83
124
Basa polar
Lisin
Arginin
Histidin
Total
11
47
Tidak terdeteksi
58
27
111
Tidakterdeteksi
138
(Nhari et al., 2011). Gelatin memiliki kadar asam amino yang rendah pada
metionin, sistein dan tirosin. Hal ini disebabkan karena ketiga asam amino ini
mengalami kerusakan karena hidrolisis pada proses pembuatan gelatin
(Hafidz et al., 2011). Perbedaan komposisi asam amino pada gelatin kulit sapi
dan kulit babi ditunjukkan oleh tabel 1.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa komposisi asam amino dinyatakan
sebagai residu per 1000 residu asam amino. Bovine skin gelatin (BSG) dan
Porcine skin gelatin (PSG) keduanya memiliki kandungan glisin, prolin dan
arginin dalam jumlah yang tinggi. PSG mengandung jumlah asam amino
glisin, prolin dan arginin yang lebih tinggi dibandingkan dengan BSG. Kedua
gelatin memiliki jumlah tirosin yang rendah dan histidin tidak terdeteksi pada
keduanya (Nhari et al., 2011).
2.1.2 Tipe gelatin
Gelatin dapat diklasifikasikan berdasarkan proses perendamannya
yakni gelatin tipe A dan tipe B. Gelatin tipe A (asam) adalah gelatin yang
biasanya secara khusus diproduksi dari kulit babi dan proses perendamannya
menggunakan larutan asam. Gelatin yang diperoleh setelah melalui proses
asam akan mempunyai titik isoeletrik antara pH 6 dan 9.
Gelatin tipe B merupakan gelatin yang diproduksi dari kulit sapi,
kambing dan kerbau atau dari tulang binatang binatang yang sudah
dihilangkan mineralnya (demineralised bones). Gelatin tipe B ini mempunyai
titik isoelektrik antara pH 4,7 hingga 5 (Jaswir, 2007).
2.1.3 Komposisi Gelatin
Gelatin sangat kaya dengan asam amino glisin (Gly) (hampir sepertiga
dari total asam amino), prolin (Pro) dan 4-hidroksiprolin (4Hyd). Struktur
gelatin yang umum adalah:-Ala-Gly-Pro-Arg-Gly-Glu-4Hyd-Gly-Pro-.
Kandungan 4Hyd berpengaruh terhadap kekuatan gel gelatin, makin tinggi
asam amino ini, kekuatan gel juga lebih baik. Meskipun diturunkan dari
protein hewani, gelatin tergolong sebagai protein dengan nilai biologis yang
rendah dan sering juga dianggap protein tidak lengkap. Hal ini disebabkan
karena tidak adanya triptophan (Trp) yang merupakan salah satu asam amino
esensial, serta rendah dalam sistein (Cys) dan tirosin (Tyr) (Jaswir, 2007).
2.2 Protein
Protein berasal dari kata proteos yang berarti pertama atau utama.
Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau
manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein
yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam
pembentukan dan pertumbuhan tubuh (Podjiadi,1994).
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak
seperti bahan makronutrien lain (karbohidrat dan lemak), protein lebih
berperan dalam pembentukan biomolekul daripada sebagai sumber energi.
Meskipun demikian, bila organisme sedang kekurangan energi, maka protein
ini juga dapat digunakan sebagai sumber energi. Protein merupakan polimer
dengan asam asam amino sebagai monomer. Dua asam amino berikatan
melalui ikatan peptida dengan melepas satu molekul air. Protein merupakan
polipeptida yang pada bagian tengah adalah rantai panjag dengan salah satu
ujungnya adalah gugus karboksilat dan ujung yang lainnya adalah gugus
amina (Rohman, 2007).
Protein dapat diperoleh dari makanan yang berasal dari hewan atau
tumbuhan. Protein yang berasal dari hewan disebut protein hewani, sedangkan
yang berasal dari tumbuhan disebut protein nabati. Tumbuhan membentuk
protein dari CO2 , H2O dan senyawa nitrogen. Hewan yang makan tumbuhan
mengubah protein nabati menjadi protein hewani. Disamping digunakan untuk
pembentukan sel sel tubuh, protein juga dapat digunakan sebagai sumber
energi apabila tubuh kita kekurangan karbohidrat dan lemak. Komposisi rata
rata unsur kimia yang terdapat dalam protein adalah karbon 50%, hidrogen
7%, oksigen 23%, nitrogen 16%, belerang 0 – 3 % dan fosfor 0 – 3 %. Protein
mempunyai molekul besar dengan bobot molekul bervariasi antara 5000
sampai jutaan. Dengan cara hidrolisis oleh asam atau oleh enzim , protein
akan menghasilkan asam asam amino. Ada 20 jenis asam amino yang terdapat
dalam molekul protein. Asam asam amino ini terikat satu dengan lain oleh
ikatan peptida. Protein mudah dipengaruhi oleh suhu tinggi, pH dan pelarut
organik (Poedjiadi, 1994).
2.3 Kolagen
Kolagen merupakan komponen protein utama yang berlimpah didalam
tubuh hewan, lebih dari sepertiga protein pada hewan adalah kolagen. Kolagen
dapat ditemukan pada ruas ruas tulang belakang, jaringan kulit, otot dan
diseluruh membran dasar pada tulang (Perwitasari, 2008).
Diantara protein hewani, kolagen merupakan yang terbanyak dengan
jumlah 25 % dari total protein. Kolagen membentuk serat serat yang tidak
larut yang terdapat sebagai protein struktural disegala tempat dalam organisme
,baik di dalam matriks maupun di dalam jaringan ikat (Koolman, 2001).
Kolagen dapat ditemukan pada struktur alveolar dan diantara jaringan paru.
Struktur molekular kolagen ini mempunyai karakteristik yang sangat baik.
Molekul kolagen mempunyai tiga bentuk rantai polipeptida (rantai α ) yang
terbentuk dari triple helix. Selama kolagen berada pada rantai α ,residu dari
glisin, prolin dan hidroksiprolin muncul sebagai triplet dari gly –pro – x (
dimana x biasanya adalah hidroksiprolin ). Struktur ini akan terus terjadi
perulangan selama berada dalam rantai polipeptida ( Gilberga, 2004 ).
2.4 Marshmallow
Marshmallow merupakan makanan ringan sejenis permen yang
bertekstur seperti busa yang lembut, ringan, kenyal dalam berbagai bentuk,
aroma, rasa dan warna. Marshmallow bila dimakan meleleh di dalam mulut
karena merupakan hasil dari campuran gula atau sirup jagung, putih telur,
gelatin dan bahan perasa yang dikocok hingga mengembang. Selama ini bahan
utama marshmallow yang banyak digunakan berasal dari gelatin sapi atau
babi. Gelatin dipandang memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan gum
dan karagenan karena gelatin ternyata memiliki kekenyalan yang khas
(Sartika, 2009).
2.5 Asam amino
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino.
Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –
NH2 pada atom karbon α dari posisi gugus –COOH ( Podjiadi, 1994 ). Asam
amino dapat ditemukan pada keadaan bebas atau sebagai rantai linear pada
peptida dan protein. Pada tabel 2 terdapat data rantai samping asam amino:
Tabel 2.2. Daftar rantai samping asam amino (Bailey, 1990).
Bila suatu protein dihidrolisis dengan asam, alkali atau enzim maka
akan dihasilkan campuran asam asam amino. Asam amino terdiri dari sebuah
gugus amino, sebuah gugus karboksil , atom hidrogen , dan gugus R yang
terikat pada sebuah atom C yang dikenal sebagai karbon alpha (Cα), serta
gugus R merupakan rantai cabang. Asam amino dalam kondisi netral berada
dalam bentuk ion dipolar atau disebut juga ion zwitter. Pada asam amino yang
dipolar , gugus amino mendapat tambahan sebuash proton dan gugus
karboksil terdisosiasi.
Asam
Amino Rantai Samping
Asam
Amino Rantai Samping
Asam
aspartat —CH2—COOH Tirosin
—CH2— —OH
Serin —CH2—OH Lisin —(CH2)4—H2N
Glutamat —(CH2)2—COOH Metionin
—(CH2)2— SCH3
Glisin —H
Valin —CH2(CH3)2
Histidin
N
—CH2—
NH Fenilalanin
—CH2—
Arginin
NH
—(CH2)3NH—C
NH2+
Isoleusin
—CH(CH3)—C2H5
Treonin —CHOH—CH3 Leusin
—CH2—CH(CH3)2
Alanin —CH3 Sistein
—CH2—SH
Gambar 1.Struktur asam amino dalam bentuk ion Zwitter
(Copeland,1994 )
Derajat ionisasi dari asam amino sangat dipengaruhi oleh pH. Pada pH
yang rendah misalnya pada pH 1, gugus karboksilnya tidak terdisosiasi ,
sedang gugus aminonya menjadi ion. Pada pH yang tinggi misalnya pada pH
11, karboksilnya terdisosiasi sedang gugus aminonya tidak ( Winarno, 1997 ).
Asam amino yang ada pada gelatin adalah semua asam amino kecuali
tryptophan. Dan memiliki kandungan asam amino yang rendah seperti
metionin, cystine dan tyrosin karena asam amino ini telah terdegradasi ketika
dihidrolisis. Kandungan asam amino dan urutan (sequence) dalam gelatin
berbeda dari satu sumber dengan sumber yang lain, tetapi selalu terdiri dari
glysin, proline dan hydroxiproline dalam jumlah yang besar (Hafidz ,et al).
2.5.1 Pembagian Asam Amino
Pembagian asam amino ini didasarkan pada struktur kimia dari rantai
samping dan polaritas asam amino.Yang termasuk asam amino alifatik ( kelas
I) adalah glisin, alanin, valin, leusin dan isoleusin.Rantai samping asam amino
tersebut tidak mengandung hetero – atom (N, O, atau S) dan tidak mempunyai
struktur cincin.Yang menonjol jelas dari rantai samping asam amino ini adalah
sifat non polarnya.Yang juga bersifat non polar adalah asam amino yang
mengandung sulfur yaitu sistein dan metionin ( kelas II ).
Asam amino aromatik ( kelas III) mengandung struktur cincin yang
distabilkan secara mesomerik pada rantai samping. Pada kelompok kelas III
ini hanya fenilalain yang jelas mempunyai sifat non polar.Tirosin dan triptofan
cukup polar dan histidin mempunyai sifat sangat polar. Asam amino yang
netral (kelas IV ) mengandung gugus hidroksil yaitu serin dan treonin. Atau
mengandung gugus asam karbonat amida yaitu asparagin dan glutamin. Gugus
karboksil dari rantai samping asam amino yang bersifat asam ,seperti asam
aspartat dan asam glutamat ( kelas V ) pada nilai pH fisiologik hampir
seluruhnya terionisasi.
Juga rantai samping dari asam amino yang bersifat basa seperti lisin
dan arginin ( kelas VI ) pada pH netral seluruhnya terprotonisasi. Asam amino
yang sifat basanya sangat kuat dan karena itu menjadi sangat polar adalah
arginin dengan gugus guanidinnya. Suatu pengecualian terdapat pada prolin
yang dikelompokan dalam kelas VII. Rantai samping dari asam amino ini
bersama sama dengan atom C α dan gugus α-amino membentuk suatu cincin
segi lima (Koolman dan Heinrich, 1995 ).
2.5.2 Analisis Asam Amino
Analisis asam amino merupakan metode penentuan komposisi asam
amino atau kandungan protein dan peptida. Untuk mengidentifikasi adanya
asam amino, terlebih dahulu kita perlu menghidrolisis ikatan amin dengan
sempurna untuk memperoleh asam amino dalam keadaan bebas, kemudian
kita memisahkan, mengidentifikasi dan menghitungnya. Hidrolisis dapat
dilakukan pada kondisi asam dan basa yang kuat, atau menggunakan enzim
spesifik untuk memperoleh asam amino (Bailey ,1990 ).
Pada hidrolisis asam unsur yang diperlukan adalah HCl 6M, suhu 1100
C dan waktu 24 jam. Reaksinya biasanya dilakukan ditabung kaca yang
tertutup. Sementara itu pada hidrolisis basa, ikatan amida dapat diputus
dengan perlakuan terhadap peptida menggunakan NaOH 2M pada 1000C.
Hidrolisis basa menghasilkan destruksi arginin, sistein, serin dan treonin.
Selain itu adapula hidrolisis enzim. Peristiwa ini terjadi didalam tubuh. Untuk
menghancurkan makanan, perut memiliki enzim dengan kadar tertentu yang
dapat dikatalisasi untuk memotong ikatan peptida yang dikenal sebagai
peptidase. Aminopeptidase bekerja cepat dan efisien dalam hidrolisis ikatan
peptida sekaligus memotong suatu residu asam amino mulai dari ujung N.
Tahap selanjutnya, yaitu pemisahan. Pemisahan yang umum dilakukan adalah
dengan cara kromatografi. Diantara teknik kromatografi yang dapat dilakukan
untuk pemisahan yaitu kromatografi penukar ion, kromatografi kertas, dan
kromatografi cair kinerja tinggi ( Bailey ,1990 ).
Kromatografi penukar ion umumnya sangat efisien dalam memisahkan
campuran asam amino. Metode ini menggunakan kolom penukar ion secara
paralel dengan metode deteksi ninhidrin yang hasilnya reprodusibel sehingga
teknik ini sangat banyak digunakan dalam pemisahan dan analisis campuran
asam amino. Kromatografi kertas digunakan dalam pemisahan asam amino
berdasarkan fakta bahwa gugus selulosa kertas memiliki afinitas kuat terhadap
molekul air ,yang terbentuk oleh ikatan hidrogen dengan gugus OH pada
rantai polisakarida. Jika asam amino tidak dapat dipisahkan dengan sempurna
dengan kromatografi kertas sederhana,maka kromatogram dua dimensi dapat
dicoba. HPLC tidak umum digunakan pada pemisahan asam amino.Akan
tetapi ,pemisahan asam amino dengan HPLC fase balik juga cukup efisien
asalkan beberapa asam amino dibuat turunannya. Bahkan apabila derivat yang
dipilih menjadi kromofor kuat pada daerah UV, analisis dengan HPLC
menjadi cepat efisien dan sensitif ( Bailey ,1990 ).
2.6 Analisis Asam Amino dengan HPLC
Salah satu analisis asam amino adalah dengan kromatografi partisi cair
cair atau sering disebut dengan metode HPLC. Metode ini akhir akhir ini
banyak juga digunakan dalam analisis asam amino. Metode ini telah ditunjang
oleh peralatan yang baik dan modern, menggunakan kolom yang efisien
dibawah tekanan besar sehingga dilakukan dalam waktu yang singkat dan
memberikan hasil yang tepat. Untuk mendeteksi asam amino, dapat
menggunakan detektor UV, sinar tampak, dan floresensi. Dalam hal ini asam
amino harus diderivatisasi terlebih dahulu supaya dapat membentuk derivat
yang dapat menyerap cahaya UV, tampak atau fluoresensi (Rediatning, 1978
).
Penggunaan alat HPLC ini dipilih karena alat ini kerjanya lebih cepat
dan merupakan alat yang dapat diandalkan dalam pemisahan dan analisis
kuantitatif pada makanan. Alat ini juga merupakan alat yang telah
dikembangkan untuk mendeteksi adanya derivat babi dalam produk makanan
(Rohman, 2012).
2.6.1 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) / HPLC
Kromatografi adalah istilah umum untuk berbagai cara pemisahan
berdasarkan cuplikan antara fase yang bergerak dapat berupa gas atau zat cair,
dan fase diam dapat berupa zat cair atau zat padat. Kromatografi ini ditemukan
oleh Tswett pada tahun 1903 (Johnson dan Stevenson, 1991). HPLC
(High Performance Liquid Chromatography) merupakan metode pilihan
untuk analisis asam asam amino karena merupakan metode yang serba guna,
mempunyai kapasitas yang tinggi, dan dapat dipercaya.
Karena kebanyakan asam amino tidak mempunyai serapan baik
didaerah ultraviolet atau didaerah visibel, maka asam asam amino tidak dapat
dideteksi dengan menggunakan detektor spektrofotometer UV- Vis yang
merupakan detektor yang paling banyak digunakan dalam HPLC. Beberapa
usaha telah dilakukan untuk mengembangkan prosedur prosedur derivatisasi
yang membuat asam amino lebih mudah dideteksi. Suatu pereaksi penderivat
harus mempunyai syarat syarat sebagai berikut :
a) Produk yang dihasilkan harus mampu menyerap baik sinar ultraviolet atau
sinar tampak atau dapat membentuk senyawa berfluoresen sehingga dapat
dideteksi dengan spektrofluorometri.
b) Proses derivatisasi harus cepat dan menghasilkan produk yang sebesar
mungkin.
c) Produk hasil derivatisasi harus stabil selama proses derivatisasi dan deteksi
( Abdul Rohman, 2007 ).
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) merupakan teknik
pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa
tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang, antara lain : farmasi,
lingkungan, bioteknologi, polimer, dan industri makanan (Sudjadi, 2007).
High Performance Liquid Chromatography adalah jenis yang khusus dari
kromatografi kolom. Metode ini menggunakan cairan dengan tekanan tinggi
sebagai fase gerak ( Gottfried, 1988).
HPLC (High Performance Liquid Chromatography) paling sering
digunakan untuk menetapkan kadar senyawa senyawa tertentu seperti asam
asam amino,asam asam nukleat,protein protein dalam cairan fisiologis,
menentukan kadar senyawa aktif obat, proses hasil samping proses sintetis,
memonitor sampel sampel yang berasal dari lingkungan, memurnikan suatu
senyawa dalam suatu campuran (Sudjadi, 2007).
Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat zat terlarut
terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut solut ini melewati
suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut solut ini diatur oleh distribusi
solut oleh fase gerak dan fase diam. Fase gerak haruslah mempunyai sifat
yang murni, tidak bereaksi dengan kemasan, sesuai dengan detektor, dapat
melarutkan cuplikan, mempunyai viskositas yang rendah, memungkinkan
memperoleh kembali cuplikan dan harganya cukup terjangkau.
(Johnson dan Stevenson, 1991).
Penggunaan kromatografi cair secara sukses terhadap suatu masalah
yang dihadapi membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam
kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, diameter kolom, kecepatan
alir fase gerak, suhu kolom dan ukuran sampel. Untuk tujuan memilih
kombinasi kondisi kromatografi yang terbaik, maka dibutuhkan pemahaman
yang mendasar tentang berbagai macam faktor yang mempengaruhi
pemisahan pada kromatografi cair.
Instrumentasi HPLC pada dasarnya terdiri atas delapan komponen
pokok yaitu: wadah fase gerak, sistem penghantaran fase gerak, alat untuk
memasukan sampel,kolom, detektor, wadah penampung buangan fase gerak,
tabung penghubung dan suatu komputer atau integrator atau perekam.
Gambar2. Diagram alat dan komponen HPLC
(Sumber : Wiley, Practical User Guide )
Dari diagram alat diatas akan dijelaskan secara singkat komponen komponen
High Performance Liquid Chromatography:
1. Pompa :Fase gerak dalam HPLC sudah tentu zat cair dan untuk
menggerakkannya melalui kolom diperlukan adanya pompa.
2. Injektor :Cuplikan harus dimasukkan kedalam pangkal kolom
diusahakan agar sedikit mungkin terjadi gangguan pada kemasan kolom.
3. Kolom :Kolom merupakan jantung kromatograf. Keberhasilan
analisis bergantung pada pilihan kolom dan kondisi kerja yang tepat.
4. Detektor :Detektor diperlukan untuk mengindera adanya komponen
cuplikan didalam eluen kolom dan mengukur jumlahnya. Detektor yang
baik sangat peka, tidak banyak berbunyi, rentang tanggapan linearnya
lebar dan menanggapi semua jenis senyawa (Johnson dan Stevenson,
1991). Keuntungan metode High Performance Liquid Chromatography
adalah :
1. Waktu analisis cepat
2. Mempunyai daya pisah yang baik dan Kolom dapat digunakan kembali
3. Peka dan Mudah memperoleh kembali cuplikan
4. Ideal untuk molekul besar dan ion
( Johnson dan Stevenson, 1991).
2.6.2 Analisis Komponen Utama ( PCA)
Principal component analysis (PCA) merupakan teknik yang diketahui
paling baik untuk analisis multivariat. Teknik ini pertama kali diperkenalkan
oleh Pearson pada tahun 1901 dan dikembangkan secara luas oleh Hotelling
pada tahun 1933. Principal component analysis (PCA) adalah suatu teknik
untuk mengurangi dimensi dari sekumpulan data yang terdiri dari sebagian
besar variabel yang saling berhubungan (Jolliffe, 2002).
Principal component analysis digunakan untuk mengekstrak informasi
penting dari suatu data dan menampilkan informasi tersebut sebagai variabel
baru yang disebut principal component (komponen utama). Principal
component tersebut didapatkan sebagai kombinasi linear dari variabel asal.
Nilai dari variabel baru tersebut disebut factor scores (Abdi dan
Wiliams,2010).
PCA dapat digunakan untuk menggambarkan hubungan suatu data
untuk mengevaluasi hubungan antara variabel dan mengekstrak faktor yang
dapat menyebabkan variasi pada variabel tertentu (Hilman et al., 2007). Hasil
dari analisis principal component analysis adalah eigenvalue, variansi data
dan PC loading (Stathis dan Myronidis, 2009). Teknik PCA ini telah diakui
secara universal didalam ilmu kemometrik (Widyaninggar dan Rohman,
2012). Prinsip metoda PCA adalah melakukan pengurangan terhadap variabel
variabel yang mempunyai korelasi, sehingga teknik PCA menjadi tidak
bermanfaat apabila antar variabel tidak terdapat korelasi ( Miller and Miller,
2005).
Analisis komponen utama (PCA) digunakan dalam proses parameter
puncak untuk mendapatkan komponen utama dan melakukan
pengklasifikasian. PCA adalah suatu metode yang tidak disupervisi. Dalam
analisis komponen utama terdapat komponen utama (PC1) dan komponen
kedua (PC2).
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Saraswanti Indo
Genetech, Bogor dan Laboratorium Farmasi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.Waktu pelaksanaan dari bulan September 2012 hingga November
2012.
3.2 Alat Dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 set perangkat
High Performance Liquid Chromatography (Waters), lemari pendingin
(refrigerator), oven, neraca analitik, alat homogenizer, hote plat, labu ukur,
erlenmeyer, kaca arloji , tabung reaksi bertutup, mikro pipet beserta tip
nya, spatula, gelas ukur, beaker glass, vortex, inkubator, pipet tetes, pinset,
syringe filter, termometer, membran filter 0,45 µm ,vial, cawan porselen,
batang pengaduk.
.
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: standar
asam amino yaitu: asam L- aspartat, L- serin, asam L- glutamat, glisin, L-
histidin, L- arginin, L- treonin, L-alanin, L- prolin, L- sistein, L- tirosin, L-
valin, L- metionin, L- lisin, L- isoleusin, L- leusin, L- fenilalanin,
triptofan, standar gelatin sapi (sigma aldrich), standar gelatin babi (sigma
aldrich), internal standar AABA (alpha amino butiric acid), Accq-fluor
borat, reagen fluor A, HCl, asetonitril grade HPLC, Sampel marshmallow,
pati jagung, sukrosa, glukosa, dan pewarna makanan, aquabidest.
3.3 PROSEDUR KERJA
3.3.1. Pengumpulan produk marshmallow uji coba
Sampel yang digunakan terdiri dari 2 sampel produk marshmallow
uji coba
3.3.2. Pembuatan marshmallow dari gelatin babi dan gelatin sapi
Ditimbang masing masing sebanyak 3.5 gram gelatin sapi dan
gelatin babi. Gelatin dibasahi dengan 15 ml air dan diaduk diatas
penangas listrik. Ditempat yang terpisah sukrosa sebanyak 5 gr, glukosa
sebanyak 2 gr dan amilum sebanyak 0,25 gr dibasahi dengan 10 ml air
dan diaduk diatas penangas ±7 menit. Kemudian pindahkan kedua adonan
ke dalam alat homogenizer lalu dilakukan pengadukan dengan
homogenizer hingga merata dan mengembang selama 15 menit. Lalu
dilakukan penambahan flavour dan setelah itu dilakukan penuangan ke
dalam wadah dan didiamkan selama 5 jam dalam refrigerator sampai
menjadi marshmallow.
3.3.3. Ekstraksi asam amino dari produk marshmallow dengan hidrolisis
menggunakan HCl 6N pada suhu 1100C selama 22 jam
Sebanyak 0,1 gram sampel marshmallow dihidrolisis dengan
menggunakan larutan HCl 6 N sebanyak 5 ml, vortex. Lalu dialiri
Nitrogen dan di oven pada suhu 1100C selama 22 jam. Setelah
dihidrolisis, campuran didinginkan pada suhu ruang. Pindahkan isi tabung
reaksi bertutup ke dalam labu ukur 50 ml, tambahkan aquabides sampai
tanda batas. Saring dengan filter 0,45µm. Pipet 500 µl filtrat lalu
tambahkan 40 µl AABA (alpha aminobutyric acid) dan 460 µl aquabides.
Pipet 10 µl larutan, tambahkan 70 µl AccQ Fluor borate, vortex.
Tambahkan 20 µl reagen fluor A, vortex, diamkan selama 1 menit.
Inkubasi selama 10 menit pada suhu 550C, lalu suntikkan pada HPLC.
Dengan kondisi kromatografi menggunakan kolom C18, temperatur 370C,
fase gerak asetonitril 60% dan 40 % air , detektor fluoresen, laju alir 1 ml/
menit dan volume penyuntikan 5µl.
3.4 Analisis data
Analisis komposisi masing masing asam amino dalam sampel dapat
dihitung dengan perhitungan :
Kadar asam amino dalam (mg / 100 gram)
(Area komponen / area AABA)sampel x Cstd x BM x fp x 100%
(Area komponen / area AABA)standar x 1000000 x gr x 1000
Dan untuk analisis komponen utama (PCA) dilakukan dengan
perangkat lunak Minitab versi 15. Nilai persen tinggi puncak masing
masing asam amino adalah variabel variabel yang akan dimasukkan ke
dalam analisis data statistik dengan PCA.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penyiapan sampel
Dalam penelitian ini sampel disiapkan dengan membuat
marshmallow dari gelatin sapi standar dan gelatin babi standar.
Marshmallow dibuat dengan menambahkan sukrosa, air, glukosa, amilum
dan penambahan flavour pandan. Marshmallow yang dihasilkan berwarna
hijau, kenyal, mempunyai rasa manis, dan meleleh di mulut saat dimakan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Nemati et al, analisa kandungan
asam amino gelatin sapi dan gelatin babi dilakukan dengan High
Performance Liquid Chromatography (HPLC). Sebelum dilakukan
analisis asam amino menggunakan HPLC, sampel gelatin sapi standar,
gelatin babi standar, dan sampel marshmallow dipersiapkan untuk
dipreparasi terlebih dahulu sebelum di injeksikan kedalam HPLC dengan
cara menghidrolisis gelatin menjadi asam amino – asam amino
penyusunnya dan menderivatisasinya agar menghasilkan derivat yang
mampu berfluoresensi.
4.1.1 Hidrolisis gelatin
Hidrolisis dilakukan dengan menimbang sampel sebanyak 0,1 gram
kemudian dimasukan ke dalam tabung bertutup ulir lalu dihidrolisis
menggunakan HCl 6N dengan konsentrasi 2%, kemudian dialiri sedikit gas
nitrogen untuk mencegah terjadinya oksidasi pada sampel setelah itu
dimasukkan ke dalam oven pada suhu 1100C selama 22 jam. Setelah
dihidrolisis campuran didinginkan pada suhu ruang. Kemudian isi tabung
dipindahkan ke dalam labu ukur 50 ml, kemudian ditambahkan aquabides
sampai tanda batas sehingga konsentrasi larutan menjadi 0,2%. Hasil dari
proses hidrolisis akan menghasilkan asam amino dalam keadaan bebas.
Hasil hidrolisis menghasilkan larutan hitam kecoklatan, sehingga tidak
bisa langsung di injeksikan kedalam HPLC. Sebelum dilakukan injeksi
kedalam alat HPLC hasil hidrolisis di filter terlebih dahulu dengan
menggunakan membran filter berpori 0,45 µm. Hal ini bertujuan untuk
memisahkan asam amino dari komponen lain yang dapat mengganggu
proses pada saat analisis dan menghilangkan zat yang dapat merusak
kolom HPLC. Setelah proses filtrasi menggunakan membran filter 0,45
µm, larutan akan terlihat bening dan bersih.
Setelah itu dipipet 500 µl filtrat lalu ditambahkan 40 µl AABA
(alpha aminobutyric acid) dan 460 µl aquabides sehingga konsentrasi
larutan menjadi 0,1%. Hidrolisis ini dilakukan untuk melepaskan asam
amino - asam amino yang terdapat dalam gelatin, yaitu melalui
pemotongan ikatan peptida asam amino penyusun gelatin. Selama proses
hidrolisis ini, hubungan antara ikatan rantai polipeptida dari kolagen
dengan ikatan rantai polipeptida yang lain akan menjadi terpisah. Hal ini
disebabkan karena rusaknya struktur fibrosa dari kolagen (See et al.,
2010).
Asam amino yang dilepaskan selanjutnya akan dianalisis
berdasarkan profil asam amino gelatin yang akan menjadikan pedoman
dalam pembedaan sumber gelatin. Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh nemati et al., hidrolisis dilakukan dengan menggunakan
HCl karena HCl dapat memecah ikatan peptida secara sempurna (Masuda
dan Domae, 2011).
4.1.2 Derivatisasi asam amino
Derivatisasi asam amino dilakukan dengan menambahkan 70 µl
AccQ fluor borat dan 20 µl reagen fluor A ke dalam 10 µl filtrat dengan
konsentrasi 0,01%. Kemudian vortex dan diamkan selama 1 menit. Lalu
inkubabasi pada suhu 550C selama 10 menit dan disuntikan pada HPLC.
Asam amino adalah senyawa yang secara umum tidak memiliki gugus
kromofor kecuali asam amino fenilalanin, tirosin dan triptofan. Oleh
karena itu dalam penelitian ini perlu dilakukan proses derivatisasi asam
amino yang bertujuan agar menghasilkan derivat yang mampu
berfluoresensi sehingga pengukuran menjadi lebih selektif dan sensitif
(Rohman dan Sumantri, 2007).
Reaksi derivatisasi harus mempunyai beberapa persyaratan,
diantaranya adalah: produk yang dihasilkan harus mampu menyerap baik
sinar ultraviolet atau sinar tampak atau dapat membentuk senyawa
berfluoresen sehingga dapat dideteksi dengan spektrofluorometri , proses
derivatisasi harus cepat dan menghasilkan produk yang sebesar mungkin
dan produk hasil derivatisasi harus stabil selama proses derivatisasi dan
deteksi (Rohman dan Sumantri, 2007).
Ada beberapa agen penderivat yang dapat digunakan untuk
menderivatisasi asam amino sebelum dilakukan analisis dengan HPLC,
antara lain adalah NBD- F (7-fluoro -4-nitrobenzo diazole), aminokuinolil-
N-hidroksisuksini-midil karbamat (AQC), FMOC- Cl ( 9-fluoronylmethyl-
chloroformate dan o-ftalaldehid (Masuda dan Domae, 2011). Agen
penderivat yang digunakan dalam penelitian ini adalah AQC
(aminokuinolil-N-hidroksisuksini-midil karbamat).
Pereaksi penderivat AQC ini telah disentesis dan telah digunakan
secara sukses untuk pemisahan dan analisis kuantitatif asam amino dalam
hidrolisat protein, baik dengan menggunakan detektor fluoresen atau
detektor UV. Derivatisasi dengan AQC ini sangat cepat ( hanya beberapa
detik) dan sederhana. Lebih lanjut, produk yang dihasilkan stabil dan
adanya kelebihan AQC tidak mengganggu proses pemisahan (Rohman dan
Sumantri, 2007). AQC ini merupakan agen penderivat yang paling stabil
jika dibandingkan dengan agen penderivat lainnya. Agen penderivat AQC
ini stabil selama 7 hari pada suhu ruang. Selain itu juga AQC dapat
bereaksi dengan asam amino primer dan asam amino sekunder
(Masuda dan Domae, 2011) sehingga paling cocok digunakan dalam
proses derivatisasi.
Gambar 3. Reaksi derivatisasi asam amino oleh AQC ( Hou,2009).
4.2 Analisis asam amino
Pada penelitian ini dilakukan analisis terhadap standar asam amino,
analisis terhadap gelatin standar, analisis terhadap marshmallow yang
dibuat dari gelatin standar dan analisis terhadap sampel uji pada
konsentrasi 100 pmol. Hasil analisis asam amino tersebut dengan HPLC
dapat dilihat pada kromatogram dibawah.
Dari hasil profil standar asam amino (gambar 4) dapat dilihat bahwa
ada 17 asam amino yang terdeteksi yaitu asam aspartat, serin, asam
glutamat, glisin, histidin, arginin, treonin, alanin, prolin, tirosin, valin,
metionin, lisin, isoleusin, leusin, fenilalanin dan triptofan.
Gambar 4. Profil standar asam amino
Keterangan :
1: asam aspartat; 2: serin; 3: asam glutamat; 4: glisin ; 5: histidin; 6 :
arginin; 7: treonin; 8 : alanin ; 9 : prolin; 10: tirosin ; 11 : valin ; 12 :
metionin; 13: lisin; 14: isoleusin; 15: leusin; 16: fenilalanin; 17: triptopan
Gambar 5. Profil asam amino standar gelatin sapi
1: asam aspartat; 2: serin; 3: asam glutamat; 4: glisin ; 5: histidin; 6:
arginin; 7: treonin; 8 :alanin ; 9:prolin; 10: tirosin ; 11: valin ; 12:
metionin; 13: lisin; 14: isoleusin; 15: leusin; 16: fenilalanin
Gambar 6. Profil asam amino standar gelatin babi
1: asam aspartat; 2: serin; 3: asam glutamat; 4: glisin ; 5: histidin; 6 :
arginin; 7: treonin; 8 : alanin ; 9: prolin; 10: tirosin ; 11: valin ; 12:
metionin; 13: lisin; 14: isoleusin; 15: leusin; 16: fenilalanin
Gambar 7. Profil asam amino marshmallow sapi
1: asam aspartat; 2: serin; 3: asam glutamat; 4: glisin ; 5: histidin; 6 :
arginin; 7: treonin; 8 : alanin ; 9: prolin; 10: tirosin ; 11: valin ; 12:
metionin; 13: lisin; 14: isoleusin; 15: leusin; 16: fenilalanin
Gambar 8. Profil asam amino marshmallow babi
1: asam aspartat; 2: serin; 3: asam glutamat; 4: glisin ; 5: histidin; 6 :
arginin; 7: treonin; 8 : alanin ; 9: prolin; 10: tirosin ; 11: valin ; 12:
metionin; 13: lisin; 14: isoleusin; 15: leusin; 16: fenilalanin
Gambar 9. Profil asam amino sampel uji 1
1: asam aspartat; 2: serin; 3: asam glutamat; 4: glisin ; 5: histidin; 6 :
arginin; 7: treonin; 8 : alanin ; 9: prolin; 10: tirosin ; 11: valin ; 12:
metionin; 13: lisin; 14: isoleusin; 15: leusin; 16: fenilalanin
Gambar 10. Profil asam amino sampel uji 2
1: asam aspartat; 2: serin; 3: asam glutamat; 4: glisin ; 5: histidin; 6 :
arginin; 7: treonin; 8 : alanin ; 9: prolin; 10: tirosin ; 11: valin ; 12:
metionin; 13: lisin; 14: isoleusin; 15: leusin; 16: fenilalanin
4.3 Analisis asam amino dalam gelatin standar, dalam sampel
marshmallow yang dibuat dari gelatin standar dan sampel uji
1. Analisis komposisi asam amino
Tabel 4.1 Hasil analisis kadar asam amino gelatin standar, marshmallow
yang di buat dari gelatin standar dan sampel uji.
Asam Amino
Kadar asam amino dalam % b/b
Gelatin
sapi
Gelatin
babi
Marshmall
ow gelatin
sapi
Marshmallo
w gelatin
babi
Sampe
l 1
Sampe
l 2
Asam aspartat 4.471 5.258 0.496 0.518 0.220 0.108
Serin 3.017 3.213 0.487 0.579 0.208 0.105
Asam glutamat 7.344 8.219 0.948 1.005 0.416 0.205
Glisin 20.493 21.944 3.211 3.461 1.339 0.673
Histidin 1.552 1.642 0.159 0.210 0.051 0.029
Arginin 9.319 11.448 1.305 1.593 0.463 0.239
Treonin 1.934 2.360 0.301 0.351 0.114 0.063
Alanin 6.187 6.659 0.931 1.012 0.404 0.205
Prolin 9.542 10.274 1.160 1.150 1.024 0.524
Sistein 0.201 0.461 0.000 0.000 0.000 0.000
Tirosin 0.474 0.925 0.389 0.388 0,266 0.139
Valin 2.361 2.635 0.331 0.348 0.180 0.104
Metionin 0.856 0.648 0.155 0.161 0.117 0.069
Lisin HCl 2.647 2.771 0.357 0.275 0.074 0.066
Isoleusin 1.616 1.347 0.183 0.146 0.079 0.036
Leusin 2.879 2.900 0.339 0.359 0.147 0.072
Fenilalanin 2.276 3.229 0.333 0.419 0.112 0.070
Triptofan - - - - - -
Berdasarkan penelitian Nhari et al, gelatin dari kulit babi (PSG)
mengandung kadar asam amino glisin (239), prolin (151) dan arginin (111)
yang lebih tinggi dari pada gelatin dari kulit sapi (BSG) glisin (108), prolin
(63), arginin (47). Pada penelitian ini juga dihasilkan asam amino glisin,
prolin dan arginin pada gelatin babi yang memiliki kadar yang lebih tinggi
jika dibandingkan dengan gelatin sapi. Berdasarkan hasil analisis asam
amino gelatin pada tabel diatas diketahui bahwa asam amino triptofan
tidak terdeteksi. Hal ini disebabkan karena asam amino triptofan tidak
terkandung dalam gelatin (Hafidz, et all).
4.4 Analisis komponen utama (PCA) dari gelatin standar dan sampel
marshmallow yang dibuat di laboratorium dari gelatin standar
Pengelompokan gelatin yang bersumber dari sapi dan babi
selanjutnya dilakukan dengan principal component analysis (PCA). Dalam
PCA dibuat suatu variabel baru yang merupakan kombinasi linier dari
variabel asal. Variabel baru tersebut disebut principal component.
PCA merupakan suatu teknik untuk mengurangi dimensi dari
sekumpulan data yang terdiri dari sebagian besar variabel yang saling
berhubungan, ketika terdapat adanya kemungkinan variasi dalam
sekumpulan data (Jolliffe, 2002). Prinsip dari metode PCA adalah
melakukan pengurangan terhadap variabel variabel yang mempunyai
korelasi (Miller dan Miller, 2005).
Score plote mampu mengungkapkan perbedaan karakteristik variabel
dari suatu data, yang mana score plot ini menyatakan nilai nilai komponen
utama (PC1) dan komponen utama kedua (PC2). Dari proses PCA
(principal component analysis) dihasilkan beberapa komponen utama
(Principal components) yang dapat mengekstrak informasi keragaman data
sampai jumlah tertentu. Nemati et al menggunakan PCA untuk pengolahan
parameter puncak kromatogram dalam mengekstrak komponen utama dan
mengklasifikasikan gelatin sapi dan babi. Dalam penelitian ini variabel
adalah % tinggi puncak masing masing asam amino dalam kromatogram.
Variabel % tinggi puncak dipilih karena % tinggi puncak berbanding
lurus dengan konsentrasi asam amino pada sampel. Jumlah variabel pada
penelitian ini adalah 17 variabel (% tinggi puncak 17 asam amino). Hasil
pembedaan sumber hewan penghasil gelatin (sapi atau babi) akan disajikan
dalam kurva score plot yang menyatakan nilai nilai pada principal
component 1 (PC1) dan principal component 2 (PC2). Dalam penelitian ini
dimasukkan data % tinggi puncak masing masing asam amino dari
kromatogram hasil analisis marshmallow sapi, analisis marshmallow babi,
sampel uji coba marshmallow serta gelatin sapi dan gelatin babi kemudian
dimasukkan dalam worksheet Minitab gambar 11. Setelah itu dilakukan
proses PCA.
Gambar 11. Worksheet pada penyusunan data variabel tinggi puncak asam
amino dengan principal component analysis (PCA)
Hasil proses PCA akan ditampilkan dalam jendela window session
sebagaimana gambar 12. Dari gambar 12 dapat diketahui bahwa ada dua
principal component yang memiliki nilai eigenvalue lebih dari satu,
sehingga dapat disimpulkan bahwa sebanyak dua principal component
sudah dapat digunakan untuk menganalisis data tersebut. Principal
component ketiga memiliki eigenvalue lebih kecil dari satu sehingga
kurang bermakna untuk menganalisis pembedaan gelatin sapi dan gelatin
babi.
Principal component keempat dan seterusnya memiliki eigenvalue 0,
artinya beberapa principal component tersebut dapat diabaikan. PC1 dapat
mengekstrak sebanyak 85,9 % informasi (0,859 bagian) dan PC2 dapat
mengekstrak 13,3 % informasi. Secara kumulatif, kedua principal
component dapat mengekstrak sebanyak 99,1 % dari keseluruhan
informasi yang disediakan oleh data. Hubungan antara nilai eigenvalue
dengan principal component dapat dilihat dalam scree plot yang dihasilkan
pada gambar 13.
Variable PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7 PC8 Asp 0.261 0.012 0.150 0.032 0.041 0.120 0.286 -0.265
Ser 0.258 0.019 -0.427 -0.129 0.077 0.211 -0.100 0.082
Glu 0.261 -0.013 0.192 0.074 -0.161 0.231 -0.451 -0.019
Gly 0.260 0.074 -0.067 0.014 -0.489 0.023 0.376 -0.207
His 0.261 -0.054 -0.054 -0.235 -0.200 -0.192 -0.178 -0.383
Arg 0.248 -0.208 -0.157 -0.016 -0.132 0.094 0.067 0.338
Thr 0.257 -0.106 -0.241 -0.013 0.349 -0.098 0.138 0.523
Ala 0.259 0.094 0.044 0.016 -0.040 -0.347 -0.046 -0.019
Pro -0.262 0.013 -0.054 -0.043 0.248 0.246 -0.359 -0.182
Cys 0.237 -0.242 0.568 0.119 0.275 -0.100 0.119 -0.039
Tyr -0.229 -0.307 0.356 0.012 -0.041 -0.073 0.215 0.199
Val 0.261 -0.021 -0.094 -0.328 0.136 -0.222 0.117 -0.043
Met -0.024 0.659 0.282 -0.180 -0.214 0.294 0.164 0.365
Lys 0.256 0.110 0.298 -0.120 -0.101 -0.251 -0.511 0.279
Iso 0.210 0.396 0.102 -0.108 0.577 0.119 0.112 -0.240
Leu 0.258 0.110 -0.081 0.827 0.015 0.123 -0.056 -0.001
Phe 0.210 -0.397 0.141 -0.234 -0.026 0.639 -0.002 -0.000
Variable PC9 PC10 PC11 PC12 PC13 PC14 PC15 PC16
Asp 0.248 0.135 0.150 -0.166 0.682 -0.056 -0.066 0.136
Ser 0.558 0.150 0.054 0.028 -0.145 -0.341 0.427 0.008
Glu 0.219 -0.332 -0.090 -0.073 0.109 0.175 -0.088 -0.619
Gly -0.006 -0.263 -0.328 0.411 -0.045 0.248 0.274 0.118
His -0.138 0.237 -0.049 -0.608 -0.108 0.262 0.144 0.116
Arg -0.150 -0.316 -0.411 -0.369 -0.013 -0.390 -0.283 0.222
Thr -0.059 -0.020 0.028 -0.068 0.125 0.614 0.164 -0.039
Ala -0.352 -0.169 0.359 -0.012 -0.158 -0.293 0.360 -0.187
Pro -0.159 -0.497 -0.021 -0.041 0.252 0.059 0.390 0.386
Cys 0.342 -0.258 0.117 -0.045 -0.391 0.044 0.014 0.286
Tyr -0.066 0.125 -0.271 -0.147 0.247 -0.202 0.530 -0.289
Val -0.145 -0.295 0.264 0.190 0.292 -0.200 -0.172 -0.121
Met -0.017 -0.070 0.227 -0.255 -0.046 0.026 0.082 0.087
Lys -0.014 0.295 -0.209 0.344 0.218 -0.052 0.015 0.328
Iso -0.192 0.114 -0.499 0.040 -0.123 -0.092 0.003 -0.187
Leu -0.233 0.120 0.094 -0.034 0.067 -0.078 0.067 0.072
Phe -0.388 0.243 0.219 0.198 -0.127 0.014 0.006 0.017
Gambar 12.Window session hasil PCA gelatin standar dan marshmallow yang
dibuat dengan gelatin standar.
161412108642
16
14
12
10
8
6
4
2
0
Component Number
Eige
nva
lue
Scree Plot of Asp; ...; Phe
Gambar13. Hubungan antara principle component dan eigenvalue pada analisis
gelatin dan marshmallow
43210-1-2-3-4
2
1
0
-1
-2
First Component
Se
con
d C
om
po
ne
nt
4
3
2
1
Score Plot of Asp; ...; Phe
Gambar 14. Kurva yang menyatakan score plot PC1 dan PC2
berbagai sampel
Keterangan:
1: Gelatin sapi ; 2: Gelatin babi ; 3: Marshmallow yang dibuat dari gelatin
sapi ; 4: Marshmallow yang dibuat dari gelatin babi
Berdasarkan hasil yang dapat dilihat pada gambar 14 dihasilkan
suatu kurva score plot yang memuat nilai PC1dan PC2 untuk berbagai
sampel (gelatin standar dan marshmallow yang dibuat dari gelatin standar).
Pada score plot, nilai PC1 dan PC2 dari berbagai sampel digunakan
sebagai dasar pembedaan gelatin sapi dan gelatin babi.
Sebagai absis pada score plot adalah hasil perhitungan PC1 dari
masing masing sampel dan sebagai ordinat adalah hasil perhitungan PC2
dari masing masing sampel. Semakin dekat letak antar sampel pada score
plot, makin besar pula kemiripannya berdasarkan perhitungan PC1 dan
PC2. Sampel dengan nilai score plote yang hampir sama mempunyai sifat
fisika kimia yang hampir sama. Pada minitab, pengelompokan dilakukan
berdasarkan posisi sampel pada score plot, apakah memiliki nilai PC1 dan
PC2 yang positif ataukah negatif. Gambar 14 merupakan kurva yang
menyatakan score plot PC1 dan PC2 dari berbagai sampel diantaranya :
gelatin sapi, gelatin babi dan marshmallow yang dibuat dari gelatin sapi
dan babi.
Dari score plot yang dihasilkan pada gambar 14, tampak bahwa
marshmallow yang dibuat dari gelatin sapi (titik 3) berada pada kuadran
kiri atas yang memiliki nilai PC1 negatif dan PC2 positif. Marshmallow
yang dibuat dari gelatin sapi tersebut dapat terbedakan dari marshmallow
yang dibuat dari gelatin babi (titik 4) yang berada pada kuadran kiri bawah
yang keduanya memiliki nilai PC1 dan PC2 yang negatif. Dapat
disimpulkan bahwa marshmallow yang terbuat dari gelatin sapi dan babi
memiliki perbedaan sifat fisika kimia. Hal ini dapat dibedakan dengan baik
oleh sistem HPLC dan dengan principal component analysis (PCA).
Sementara itu gelatin sapi dan gelatin babi standar yang tidak
diformulasi menjadi marshmallow (titik 1 dan 2) berada pada kuadran
yang berbeda dengan marshmallow yang dibuat dari kedua gelatin
tersebut. Hal ini berarti bahwa gelatin sapi dan gelatin babi memiliki sifat
fisika kimia yang berbeda dengan marshmallow yang dibuat dari gelatin
yang sama.
Hal ini dapat disebabkan karena pada saat formulasi dilakukan
pemanasan, pengadukan dan penambahan bahan bahan tambahan yang
dapat mempengaruhi komposisi asam amino. Untuk melihat variabel asam
amino apa saja yang menyumbangkan nilai negatif atau positif terhadap
principal component pertama dan kedua, dapat dilihat pada kurva biplot
yang dihasilkan oleh proses PCA dengan Minitab gambar 15.
43210-1-2-3-4
2
1
0
-1
-2
First Component
Se
co
nd
Co
mp
on
en
t
Phe
Leu
Iso
Lys
Met
Val
TyrCys
Pro
Ala
Thr
Arg
His
Gly
GluSerAsp
Biplot of Asp; ...; Phe
Gambar 15. Kurva biplot
Variabel asam amino yang berkontribusi terhadap pembentukan
besarnya nilai PC1 dan PC2 dapat dilihat dari kurva biplot gambar 15.
berdasarkan kurva biplot tersebut, variabel yang berkontribusi positif
terhadap pembentukan principal component pertama (PC1) adalah asam
aspartat, serin, asam glutamat, glisin, histidin, arginin, treonin, alanin,
sistein,valin, lisin, isoleusin, leusin, dan fenilalanin. Dan variabel yang
berkontribusi negatif adalah prolin, tirosin dan metionin.
Sementara itu untuk PC2 variabel- variabel yang memberikan nilai
positif adalah asam aspartat, serin, glisin, alanin, prolin, metionin, lisin,
isoleusin dan leusin. Asam amino lainnya seperti asam glutamat, histidin,
arginin, treonin, sistein, tirosin, valin, dan fenilalanin berkontribusi negatif
terhadap pembentukan principal component kedua.
Berkontribusi negatif, bukan berarti variabel - variabel tersebut akan
mengganggu analisis pembedaan gelatin sapi dan gelatin babi dalam
marshmallow, melainkan hal ini disebabkan karena variabel- variabel yang
berkontribusi negatif tersebut memiliki % tinggi puncak asam amino yang
besar. Jadi semakin besar nilai % tinggi puncak asam amino tersebut,
maka akan menghasilkan nilai PC1 dan PC2 yang semakin negatif.
Untuk mengetahui variabel asam amino yang paling berpengaruh
terhadap pembedaan gelatin sapi dan gelatin babi dapat dilihat dari kurva
loading plot yang dihasilkan dari proses PCA. Loading plot ini digunakan
untuk menentukan variabel asam amino yang paling berkontribusi dalam
pembentukan nilai principal component. Semakin jauh suatu variabel dari
titik asalnya (0,0) ,maka kontribusinya terhadap proses PCA akan semakin
besar (Widyaninggar et al., 2011). Gambar 16 adalah kurva yang
menunjukkan loading plot untuk PC1 dan PC2.
Dari loading plot diketahui bahwa variabel asam aspartat, histidin,
valin dan prolin memiliki jarak horisontal terjauh dari garis x = 0. Artinya
variabel tersebut memiliki kontribusi paling besar terhadap pembentukan
nilai PC1. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat window session
(gambar12), yang mana asam aspartat, histidin, valin dan prolin
merupakan variabel yang memiliki nilai koefisien yang paling mendekati
( + 1 ) atau ( - 1) dibandingkan variabel variabel lain, masing masing
bernilai 0.261, 0.261, 0.261 dan – 0.262.
Sedangkan variabel – variabel yang berkontribusi paling besar
terhadap pembentukan PC2 (memiliki jarak terjauh vertikal dari garis y =
0 adalah metionin, isoleusin dan fenilalanin dengan nilai koefisien masing
masing 0.659, 0.396 dan - 0.397. Variabel variabel lain dengan nilai
koefisien yang lebih kecil juga tetap berpengaruh pada nilai PC1 dan PC2
yang akhirnya juga berpengaruh pada score plot dan menentukan hasil
pembedaan gelatin sapi dan gelatin babi. Walaupun demikian
kontribusinya tidak sebesar variabel variabel utama diatas.
0.30.20.10.0-0.1-0.2-0.3
0.75
0.50
0.25
0.00
-0.25
-0.50
First Component
Se
co
nd
Co
mp
on
en
t
Phe
Leu
Iso
Lys
Met
Val
Tyr
Cys
Pro
Ala
Thr
Arg
His
Gly
GluSerAsp
Loading Plot of Asp; ...; Phe
Gambar 16. Loading plot profil asam amino yang menyusun
marshmallow
4.5 Analisis sampel marshmallow uji coba
1. Komposisi asam amino marshmallow uji coba
Setelah dilakukan pembedaan terhadap marshmallow yang terbuat
dari gelatin sapi dan gelatin babi, dilakukan pula analisis asam amino
dalam marshmallow uji coba dengan teknik PCA. Sebelumnya telah
dilakukan perhitungan konsentrasi asam amino dalam sampel
marshmallow uji coba. Hasil perhitungan disajikan dalam tabel 1.
2. Principal Component Analysis marshmallow uji coba
Hasil analisa data PCA dari sampel marshmallow uji dapat dilihat
pada kurva score plot yang dapat dilihat pada gambar 17. Score plot inilah
yang menentukan dalam pembedaan atau pengklasifikasian hewan
penghasil gelatin dalam marshmallow.
Jika suatu sampel berada pada kuadran yang sama dengan kuadran
dimana marshmallow gelatin sapi berada, hal ini berarti bahwa
berdasarkan analisis PCA yang dihasilkan dapat disimpulkan bahwa
sampel tersebut memiliki kemiripan profil asam amino dengan
marshmallow yang terbuat dari gelatin sapi. Begitu pula sebaliknya jika
suatu sampel berada pada kuadran yang sama dengan marshmallow yang
terbuat dari gelatin babi, maka hal ini berarti bahwa sampel tersebut
memiliki kemiripan dengan gelatin babi. Score plot yang dihasilkan dari
data profil asam amino marshmallow yang yang dibuat dari gelatin standar
dan marshmallow uji coba akan ditampilkan dalam gambar 17.
5.02.50.0-2.5-5.0
2
1
0
-1
-2
First Component
Se
co
nd
Co
mp
on
en
t
6
5
4
3
2
1
Score Plot of Asp; ...; Phe
Gambar 17. Kurva yang menyatakan score plot sampel
marshmallow uji coba
Keterangan:
1: Gelatin sapi ; 2: Gelatin babi ; 3: Marshmallow yang dibuat dari gelatin
sapi ; 4: Marshmallow yang dibuat dari gelatin babi ; 5: sampel 1 ; 6:
sampel 2
Dari score plot diatas dapat dilihat bahwa sampel marshmallow
gambar segitiga5 berada pada kuadran yang sama dengan dengan
marshmallow yang dibuat dari gelatin babi. Hal ini berarti bahwa sampel 1
memiliki kemiripan secara fisika kimia dengan gelatin babi. Selain itu juga
sampel 2 gambar segitiga6 berada pada kuadran yang sama dengan sampel
marshmallow yang dibuat dari gelatin sapi. Hal ini menunjukkan bahwa
sampel 2 memiliki kemiripan secara fisika kimia dengan gelatin sapi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Sampel marshmallow yang dibuat dari gelatin sapi dan gelatin babi
memiliki komposisi asam amino yang sama dengan kadar yang
berbeda. Marshmallow yang terbuat dari gelatin babi memiliki kadar
asam amino serin, asam aspartat, asam glutamat, glisin, histidin,
arginin, treonin, alanin, valin, metionin, leusin dan fenilalanin yang
lebih tinggi dibanding marshmallow dari gelatin sapi.
2. Analisis perbedaan gelatin babi dan gelatin sapi dengan metode HPLC
yang dikombinasikan dengan PCA pada penelitian ini mampu
membedakan komposisi asam amino pada sampel marshmallow uji
coba dan sampel marshmallow yang dibuat di laboratorium dari gelatin
sapi standar dan gelatin babi standar.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap analisa komposisi
asam amino pada marshmallow yang dibuat dari campuran gelatin
sapi dan gelatin babi standar.
2. Mencoba mengkombinasikan dengan analisis multivariat lainnya
untuk menjelaskan hewan penghasil gelatin pada sampel
marshmallow uji coba.
DAFTAR PUSTAKA
Abdi,H dan Williams,L.J. 2010. Principal component analysis. Willey
interdisciplinary reviews.
Amiza.M.A dan Aishah S.D.2011. Effect of Drying and freezing of Cobia
(Rachycentron canadum) skin on its gelatin properties. International Food
Research Journal 18 : 159 -166
Azira.N, Amin dan Che Man, Y.B.2012. Differentiation of bovine and
porcine gelatins in processed products via sodium dodecyl sulphate
polyacrylamide gel electrophoresis and principal component analysis
(PCA) techniques. International Food Research Journal 19(3): 1175-
1180 (2012)
Bailey ,P.D.1990. An Introduction to peptide Chemistry. Wiley
Interscience. New York
Cai,H, Gu,X, Scanlan,M.S, Ramatlapeng,D.H, Lively,C.R. 2011. Real
time PCR assays for detection and quantitation of porcine and bovine
DNA in gelatin mixtures and gelatin capsules. Journal of food composition
and analysis. YJFCA- 2154
Copeland,R.A. 1994.Methods for Protein Analysis : A Practical Guide to
Laboratory Protocols.New York: Chapman & Hall
Fadzlillah, N.A dan Che Man Y.B ., 2011. Halal Food Issues From Islamic
and Modern Science Perspectives.International Conference onHumanities,
Historical and Social Science.IPEDR vol 17.IACSIT Press, Singapore.
Gilberga,Mariona Pinart. 2004. Time course of biochemical and
histological changes for the assesment of inflammation and remodelling in
a bleomycin induced murine model of lung injury. University of
Barcelona.
Hafidz,R.M, Che Man,Y.B.,Amin,I., Norfaizan,A. 2011. Chemical and
functional properties of bovine and porcine skin gelatin. International
Food Research Journal 18: 813- 817.
Hou,S., Hehongbo., Zhang,W., Xie,H., Zhang,S. 2009. Determination of
soil amino acids by high performance liquid chromatography- electro
spray ionization- mass spectrometry derivatized with 6- aminoquinolyl- N-
hydroxysuccinimidyl carbamate.Journal talanta TAL -10657.
Hilman,Y., Rahim,A.B., Musa,M.H dan Hashim,A. 2007. Principal
Component Analysis of factors determining phospate rock dissolution on
acid soils. Indonesian journal of agricultural science 8(1),2007;10-16.
Jaswir,Irwandi.2007.Memahami gelatin , http//www.BeritaIptek.com
Johnson,E.L dan Stevenson,R.1991.Dasar Kromatografi Cair. Bandung:
ITB
Jolliffe,I.T, 2002. Principal component analysis.2th
edition.Springer: New
York
Karim,A.A dan Bhat.R.2009. Fish gelatin;properties,challeges,and
prospects as an alternative to mammalian gelatin,Trends in food science
and technology 19 (2008) 644 – 656.
Khiari,Z. 2010. Functional and bioactive components from mackerel and
blue whiting processing waste.School of food science and enviromental
health Dublin Institute of Technology.
Koolman,J dan Heinrich,K.1995.Biokimia.germany :Hipokrates.
Masuda,A dan Dohmae,N. 2011. Amino acid analysis of sub- picomolar
amounts of proteins by precolom fluoresence derivatization with 6 –
aminoquinolyl –N- hydroxysuccinimidyl carbamate. Jepang. Bioscience
Trends; 5(6):231 – 238. DOI: 10.5582/bst.v5.6.231
Miller,J.N, Miller,J.C. 2005. Statistics and chemometrics for analytical
chemistry 5th
edition.Pearson education prentice hall england.
Munson,James.W. 1991.Analisis farmasi metode modern. Volume 11.
Surabaya : Airlangga university press.
Mursydi, Achmad. 2012. The Role of Chemical Analysis in the Halal
Authentication of Food and Pharmaceutical Products.Journal Food
Pharm.Sci,1 (2012).
Nemati,M, Oveisi,M.R., Abdollahi, H., Sabzevari,O., 2004, Differentiation
of Bovine and Porcine Gelatins Using Principal Component Analysis,
JPharm. Biomed. Anal. 34: 485
Nhari, R.M.H.R ., Ismail,A ., Che Man,Y.B. Analytical Methods for
Gelatin Differentiation from Bovine and Porcine Origins and Food
products,Journal in food science vol 71, Nr.1,2012.
Norakasha,R., Hashim,D.M., Che Man,Y.B., Shuhaimi,M. 2009.Potential
use of amino acids analysis for distinguishing bovine and porcine
gelatins.International simposium on halal science and management.
Perwitasari,D.S. 2008. Hidrolisis tulang sapi menggunakan HCl untuk
pembuatan gelatin. Makalah seminar nasional soebardjo
brotohardjono.ISSN 1978-0427.
Poedjiadi,A dan Supriyanti,F.M.T.1997.Dasar dasar biokimia.Jakarta: UI
press
Rediatning,W, dan Kartini,N. 1987. Analisis Asam Amino dengan
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi secara Derivatisasi Prakolom dan
Pascakolom.Procedings ITB vol 20.
Rohman,A dan Che Man,Y.B. 2011. Analysis of Pig Derivatives for Halal
Authentication Studies,Food review international, 28:97-112.
Rohman,A dan Sumantri, 2007. Analisis Makanan.Jogjakarta :Gadjah
Mada University press.
Roth,H.J dan Blaschke,G. 1988. Analisis farmasi. Gadjah Mada University
press.
Sartika,D. 2009. Pengembangan produk marshmallow dari gelatin kulit
ikan kakap merah.Institut pertanian Bogor.
Sahilah,A.M., Fadly,M.L., Norrakiah,A.S., Aminah,A., Aida,W.,
Khan,M.A .2012. Halal market surveillance of soft and hard gel capsules
in pharmaceutical products using PCR and southern-hybridization on the
biochip analysis.International Food Research Journal 19 (1) : 371-375
(2012).Malaysia.
See S.F., Hong P.K., Aida,W., Babji A.S. 2010. Physicochemical
properties of gelatins extracted from skins of different freshwater fish
species.International Food Research Journal 17:809-816 ( 2010).
Singh,S., Rao,K.V.R., Venugopal,K., Manikandan,R. 2002. Alteration in
dissolution characteristics of gelatin containing
formulation.Pharmaceutical analysis of the national institute of
pharmaceutical education and research.
Sitompul,S. 2004. Analisis asam amino dalam tepung ikan dan bungkil
kedelai. Buletin teknik pertanian Vol.9.Nomor 1.
Stathis,D dan Myronidis,P. 2009. Principal component analysis of
precipitation in thessaly region. Global NEST Journal, Vol 11, No 4, pp
467-476 Greece.
Sudjadi.2007.Kimia farmasi analisis.yogyakarta:pustaka pelajar.
Tavakolipour,H. 2011. Extraction and Evaluation of Gelatin From Silver
Carp Waste. World Journal of Fish and Marine Science 3 ( 1 ) : 10 – 15
,2011.
Widyaninggar,A., Triwahyudi, Triyana,K., Rohman,A. 2012.
Differentiation between porcine and bovine gelatin in commercial capsule
shelss based on amino acid profiles and principal component analysis.
Indonesian journal pharmacy Vol 23 No 2: 96-101.ISSN-p: 0126-
1037.Yogyakarta.
Winarno,F.G.1997.Kimia pangan dan gizi.jakarta.PT.gramedia pustaka
utama.
Wolinsky,I dan Driskel,J.A. 2005.Nutritional ergogenic aids: CRC press
Yetim,H. 2011. International Journal of Health and Nutrition.Turki.
Department of Medical Biochemistry.
LAMPIRAN 1
Sample name : std asam amino 100 pmol
Injection volume : 5 µl
Run time : 45 minutes
No Peak Name RT Area %
Area
Height %
Height
Amount
1 AMQ 10.084 796163 0.38 39155 0.22 1.000
2 L- aspartic acid 12.658 4725358 2.28 328333 1.88 100.000
3 L- serine 13.964 7375208 3.57 476251 2.73 100.000
4 L- glutamic acid 14.861 4940839 2.39 324100 1.86 100.000
5 Glycine 15.999 5923590 2.86 356319 2.05 100.000
6 L- Histidine 16.569 8534760 4.13 507073 2.91 100.000
7 NH3 17.806 20395978 9.86 858944 4.93 1.000
8 L- agrinine 20.150 7570931 3.66 571513 3.28 100.000
9 L- threonine 20.629 8316656 4.02 603889 3.47 100.000
10 L- alanine 21.941 8842355 4.27 584596 3.36 100.000
11 L- proline 24.128 5041137 2.44 405750 2.33 100.000
12 AABA 25.583 11363621 5.49 1071118 6.15 1.000
13 L- cystine 27.633 1019268 0.49 497306 2.85 50.000
14 L- tyrosine 27.699 8231930 3.98 986863 5.67 100.000
15 L- valine 28.594 14748268 7.13 1495937 8.59 100.000
16 L- metheonine 29.078 12584381 6.08 1262562 7.25 100.000
17 L- lysin HCl 31.091 7599370 3.67 809252 4.65 100.000
18 L- isoleucine 31.865 19617019 9.48 1826814 10.49 100.000
19 L- leucine 32.300 20950991 10.13 1796157 10.31 100.000
20 L- phenylalanine 33.152 26845888 12.98 2492196 14.31 100.000
21 Tryptophan 33.819 1437266 0.69 125251 0.72 49.160
LAMPIRAN 2
Sample name : Gelatin sapi
Injection volume : 5 µl
Run time : 45 minutes
No Peak Name RT Area %
Area
Height %
Height
Amount
1 AMQ 9.761 708258 0.12 36095 0.08 0.890
2 L- aspartic acid 11.881 16039621 2.79 1009473 2.28 339.437
3 L- serine 13.177 21394630 3.72 1603097 3.62 290.088
4 L- glutamic acid 13.997 24918290 4.33 1830570 4.14 504.333
5 Glycine 15.096 16338949 28.38 9896232 22.35 2758.285
6 L- Histidine 15.677 8625827 1.50 453580 1.02 101.067
7 NH3 16.778 10548343 1.83 468553 1.06 0.517
8 L- agrinine 19.436 40903415 7.11 3332733 7.53 540.269
9 L- threonine 20.002 13644046 2.37 1060693 2.40 164.057
10 L- alanine 21.346 62042819 10.78 4464725 10.09 701.655
11 L- proline 23.799 42216812 7.33 3933371 8.88 837.446
12 AABA 25.238 9215166 1.60 913612 2.06 0.811
13 L- cystine 27.283 342014 0.06 172384 0.39 16.777
14 L- tyrosine 27.338 2174592 0.38 298158 0.67 26.417
15 L- valine 28.307 30034506 5.22 2921563 6.60 203.648
16 L- metheonine 28.787 7294368 1.27 722400 1.63 57.964
17 L- lysin HCl 30.947 13905875 2.42 1520145 3.43 182.987
18 L- isoleucine 31.659 24414185 4.24 2108369 4.76 124.454
19 L- leucine 32.105 46463888 8.07 4056106 9.16 221.774
20 L- phenylalanin 32.963 37367547 6.49 3467990 7.83 139.193
21 Tryptophan 33.823 - - - - -
LAMPIRAN 3
Sample name : Gelatin babi
Injection volume : 5 µl
Run time : 45 minutes
No Peak Name RT Area %
Area
Height %
Height
Amount
1 AMQ 9.811 1123855 0.22 69220 0.17 1.412
2 L- aspartic acid 11.878 15116735 2.94 902904 2.28 319.907
3 L- serine 13.171 18256802 3.55 1354318 3.42 247.543
4 L- glutamic acid 13.999 22348579 4.35 1681012 4.24 452.324
5 Glycine 15.084 140207575 27.27 8449729 21.31 2366.936
6 L- Histidine 15.672 7314828 1.42 414597 1.05 85.706
7 NH3 16.773 16400618 3.19 780853 1.97 0.804
8 L- agrinine 19.440 40268248 7.83 3290739 8.30 531.880
9 L- threonine 19.994 13339987 2.59 982882 2.48 160.401
10 L- alanine 21.343 53510016 10.41 3830751 9.66 605.156
11 L- proline 23.795 36426441 7.09 3377286 8.52 722.584
12 AABA 25.234 6475360 1.26 636306 1.60 0.570
13 L- cystine 27.283 628498 0.12 300107 0.76 30.831
14 L- tyrosine 27.334 3404317 0.66 473287 1.19 41.355
15 L- valine 28.303 26857898 5.22 2617457 6.60 182.109
16 L- metheonine 28.786 4427060 0.86 427162 1.08 35.179
17 L- lysin HCl 30.941 11663669 2.27 1274958 3.22 153.482
18 L- isoleucine 31.652 16306635 3.17 1385449 3.49 83.125
19 L- leucine 32.098 37498003 7.29 3351937 8.45 178.980
20 L- phenylalanin 32.954 42496995 8.27 4045880 10.20 158.300
21 Tryptophan 33.823 - - - - -
LAMPIRAN 4
Sample name : marshmallow sapi
Injection volume : 5 µl
Run time : 45 minutes
No Peak Name RT Area %
Area
Height %
Height
Amount
1 AMQ 10300 614435 0.46 33203 0.37 0.885
2 L- aspartic acid 12.991 1696954 1.26 121715 1.36 33.862
3 L- serine 14.310 2883258 2.14 191559 2.14 42.083
4 L- glutamic acid 15.225 3265268 2.42 219331 2.45 58.500
5 Glycine 16.404 23926178 17.73 1414275 15.80 388.533
6 L- Histidine 16.954 885442 0.66 53444 0.60 9.333
7 NH3 18.251 4489223 3.33 213447 2.38 0.506
8 L- agrinine 20.516 6035782 4.47 482774 5.39 68.004
9 L- threonine 21.002 2122878 1.57 154007 1.72 22.962
10 L- alanine 22.247 7986963 5.92 680987 7.61 94.950
11 L- proline 24.472 47211480 34.98 2240749 25.03 51.747
12 AABA 25.763 8840363 6.55 896721 10.02 0.200
13 L- cystine 27.714 - - - -
14 L- tyrosine 27.851 2272961 1.68 139602 1.56 19.480
15 L- valine 28.765 5112206 3.79 433820 4.85 25.695
16 L- metheonine 29.263 1629194 1.21 141072 1.58 9.424
17 L- lysin HCl 31.240 1914926 1.42 186584 2.08 22.158
18 L- isoleucine 32.136 2944106 2.18 275688 3.08 12.651
19 L- leucine 32.589 5616870 4.16 535437 5.98 23.465
20 L- phenylalanin 33.505 5505656 4.08 537811 6.01 18.308
21 Tryptophan 34.163 - - - - -
LAMPIRAN 5
Sample name : marshmallow babi
Injection volume : 5 µl
Run time : 45 minutes
No Peak Name RT Area %
Area
Height %
Height
Amount
1 AMQ 10.307 519099 0.39 29216 0.33 0.748
2 L- aspartic acid 12.991 1660265 1.25 119040 1.32 33.130
3 L- serine 14.330 3215796 2.42 218664 2.43 46.937
4 L- glutamic acid 15.230 3245493 2.44 213891 2.38 58.146
5 Glycine 16.398 24165712 18.17 1421537 15.81 392.423
6 L- Histidine 16.970 1094526 0.82 58717 0.65 11.537
7 NH3 18.254 5235244 3.94 243553 2.71 0.591
8 L- agrinine 20.518 6906986 5.19 550386 6.12 77.820
9 L- threonine 20.988 2317577 1.74 169445 1.89 25.068
10 L- alanine 22.231 8132140 6.12 669202 7.44 96.676
11 L- proline 24.448 43840269 32.97 2208364 24.57 48.052
12 AABA 25.745 8237657 6.20 837161 9.31 0.187
13 L- cystine 27.714
14 L- tyrosine 27.843 2127837 1.60 146228 1.63 18.236
15 L- valine 28.750 5032998 3.79 451998 5.03 25.297
16 L- metheonine 29.244 1588133 1.19 108705 1.21 9.186
17 L- lysin HCl 31.218 1382216 1.04 159938 1.78 15.994
18 L- isoleucine 32.104 2203661 1.66 214150 2.38 9.470
19 L- leucine 32.557 5570354 4.19 529916 5.90 23.270
20 L- phenylalanin 33.469 6488936 4.88 638522 7.10 21.578
21 Triptophan 34.163
LAMPIRAN 6
Sample name : sampel 1
Injection volume : 5 µl
Run time : 45 minutes
No Peak Name RT Area %
Area
Height %
Height
Amount
1 AMQ 10.217 692934 0.63 35881 0.52 0.998
2 L- aspartic acid 12.892 925023 0.84 68990 1.00 18.458
3 L- serine 14.233 1518456 1.39 105020 1.52 22.163
4 L- glutamic acid 15.130 1764392 1.61 119335 1.72 31.611
5 Glycine 16.256 12288803 11.22 759326 10.96 199.556
6 L- Histidine 16.794 348373 0.32 22107 0.32 3.672
7 NH3 18.054 5458137 4.98 254717 3.68 0.616
8 L- agrinine 20.335 2635256 2.41 209317 3.02 29.691
9 L- threonine 20.841 989098 0.90 80404 1.16 10.698
10 L- alanine 22.114 4264615 3.89 372183 5.37 50.698
11 L- proline 24.325 51300574 46.84 2360301 34.06 56.228
12 AABA 25.700 13123427 11.98 1346368 19.43 0.298
13 L- cystine 27.714
14 L- tyrosine 27.793 1918958 1.75 110915 1.60 16.446
15 L- valine 28.721 3425789 3.13 266197 3.84 17.219
16 L- metheonine 29.206 1512996 1.38 87827 1.27 8.752
17 L- lysin HCl 31.203 490735 0.45 60104 0.87 5.678
18 L- isoleucine 32.071 1577141 1.44 148253 2.14 6.777
19 L- leucine 32.525 3010512 2.75 292498 4.22 12.576
20 L- phenylalanine 33.428 2283866 2.09 230200 3.32 7.595
21 Tryptophan 34.163
LAMPIRAN 7
Sample name : sampel 2
Injection volume : 5 µl
Run time : 45 minutes
No Peak Name RT Area %
Area
Height %
Height
Amount
1 AMQ 10.195 709492 0.74 35772 0.58 1.022
2 L- aspartic acid 12.871 798024 0.83 57364 0.94 15.924
3 L- serine 14.180 1341155 1.39 89683 1.46 19.575
4 L- glutamic acid 15.072 1520600 1.58 104768 1.71 27.243
5 Glycine 16.230 10796436 11.23 657630 10.72 175.321
6 L- Histidine 16.767 347133 0.36 21928 0.36 3.659
7 NH3 18.022 4182220 4.35 198957 3.24 0.472
8 L- agrinine 20.347 2377408 2.47 193300 3.15 26.786
9 L- threonine 20.852 960800 1.00 73993 1.21 10.392
10 L- alanine 22.117 3787271 3.94 329845 5.38 45.023
11 L- proline 24.325 45852955 47.68 2268709 36.98 50.258
12 AABA 25.690 9653326 10.04 970262 15.82 0.219
13 L- cystine 27.714
14 L- tyrosine 27.776 1744029 1.81 108454 1.77 14.947
15 L- valine 28.715 3442218 3.58 251121 4.09 17.301
16 L- metheonine 29.206 1570664 1.63 93239 1.52 9.085
17 L- lysin HCl 31.199 767050 0.80 65002 1.06 8.876
18 L- isoleucine 32.067 1261312 1.31 118193 1.93 5.420
19 L- leucine 32.521 2560646 2.66 250148 4.08 10.697
20 L- phenylalanin 33.423 2500534 2.60 245873 4.01 8.315
21 Tryptophan 34.163
LAMPIRAN 8
Rekaman pengujian asam amino HPLC
Metode acuan : Waters AccQ.Tag Chemistry Package Instructur Manual
No.sampel : (gelatin sapi)
Analit Cstd BM Area std Area
sampel
mg/100 gr AA
(mg/kg)
AA
(%)
AMQ 796163 708258
L-aspartic acid 100 133.1 4725358 16039621 4471.29 44712.91 4.471
L-serine 100 105.09 7375208 21394630 3017.08 30170.84 3.017
L-glutamic acid 100 147.13 4940839 24918290 7343.69 73436.89 7.344
Glycine 100 75.07 5923590 16338949 20492.79 204927.8 20.49
L-histidine 100 155.16 8534760 8625827 1551.98 15519.75 1.552
NH3 20395978 10548343
L-arginine 100 174.29 7570931 40903415 9319.19 93191.93 9.319
L-threonine 100 119.12 8316656 13644046 1934.08 19340.81 1.934
L-alanine 100 89.1 8842355 62042819 6187.24 61872.38 6.187
L-proline 100 115.13 5041137 42216812 9542.03 95420.34 9.542
AABA 11363621 9215166
L-cystine 50 121.16 1019268 342014 201.18 2011.78 0.201
L-tyrosine 100 181.19 8231930 2174592 473.70 4737.03 0.474
L-valine 100 117.15 14748268 30034506 2361.12 23611.16 2.361
L-methionine 100 149.21 12584381 7294368 855.95 8559.52 0.856
L-lysine HCl 100 146.19 7599370 13905875 2647.49 26474.88 2.647
L-isoleucine 100 131.18 19617019 24414185 1615.74 16157.43 1.616
L-leucine 100 131.18 20950991 46463888 2879.22 28792.15 2.879
L-phenylalanine 100 165.19 26845888 37367547 2275.60 22756.01 2.276
Triptophan 49.1
6
204.23 1437266 0 0.00 0.00 0.000
77.169
Bobot sampel Volu
m
1µl
Pemipet
an (µl)
Volume
2(µl)
Total asam amino tanpa tryptophan
0,1178 5000
0
500 1000
LAMPIRAN 9
Rekaman pengujian asam amino HPLC
Metode acuan : Waters AccQ.Tag Chemistry Package Instructur Manual
No.sampel : (gelatin babi)
Analit Cstd BM Area std Area
sampel
mg/100 gr AA
(mg/kg)
AA
(%)
AMQ 796163 1123855
L-aspartic acid 100 133.1 4725358 15116735 5258.48 52584.78 5.258
L-serine 100 105.09 7375208 18256802 3212.70 32127.03 3.213
L-glutamic acid 100 147.13 4940839 22348579 8218.81 82188.15 8.219
Glycine 100 75.07 5923590 14020757 21943.79 219437.9 21.94
L-histidine 100 155.16 8534760 7314828 1642.30 16422.96 1.642
NH3 20395978 16400618
L-arginine 100 174.29 7570931 40268248 11448.40 114483.9 11.44
L-threonine 100 119.12 8316656 13339987 2359.66 23596.64 2.360
L-alanine 100 89.1 8842355 53510016 6658.92 66589.17 6.659
L-proline 100 115.13 5041137 36426441 10273.90 102739.0
4
10.27
AABA 11363621 6475360
L-cystine 50 121.16 1019268 628498 461.32 4613.21 0.461
L-tyrosine 100 181.19 8231930 3404317 925.38 9253.83 0.925
L-valine 100 117.15 14748268 26857898 2634.71 26347.05 2.635
L-methionine 100 149.21 12584381 4427060 648.25 6482.47 0.648
L-lysine HCl 100 146.19 7599370 11663669 2770.98 27709.8 2.771
L-isoleucine 100 131.18 19617019 16306635 1346.66 13466.59 1.347
L-leucine 100 131.18 20950991 37498003 2899.55 28995.4 2.900
L-phenylalanine 100 165.19 26845888 42496995 3229.41 32294.08 3.229
Triptophan 49.1
6
204.23 1437266 0 0.00 0.00 0.00
85.93
Bobot sampel Volu
m
1µl
Pemipet
an (µl)
Volume
2(µl)
Total asam amino tanpa tryptophan
0,1178 5000
0
500 1000
LAMPIRAN 10
Rekaman pengujian asam amino HPLC
Metode acuan : Waters AccQ.Tag Chemistry Package Instructur Manual
No.sampel : 209.2239 (marshmallow sapi)
Analit Cstd BM Area std Area
sampel
mg/100 gr AA
(mg/kg)
AA
(%)
AMQ 694072 614435
L-aspartic acid 100 133.1 5011375 1696954 496.18 4961.82 0.496
L-serine 100 105.09 6851302 2883258 486.88 4868.80 0.487
L-glutamic acid 100 147.13 5581628 3265268 947.57 9475.65 0.948
Glycine 100 75.07 6158082 23926178 3211.03 32110.29 3.211
L-histidine 100 155.16 9487098 885442 159.42 1594.25 0.159
NH3 8864900 4489223
L-arginine 100 174.29 8875606 6035782 1304.84 13048.42 1.305
L-threonine 100 119.12 9245295 2122878 301.12 3011.19 0.301
L-alanine 100 89.1 8411766 7986963 931.37 9313.70 0.931
L-proline 100 115.13 51570488 47211480 1160.34 11603.39 1.160
AABA 13820010 8840363
L-cystine 50 121.16 1432643 0 0.00 0.00 0.000
L-tyrosine 100 181.19 11668301 2272961 388.57 3885.69 0.389
L-valine 100 117.15 19895558 5112206 331.39 3313.94 0.331
L-methionine 100 149.21 17288139 1629194 154.80 1548.01 0.155
L-lysine HCl 100 146.19 8642058 1914926 356.62 3566.17 0.357
L-isoleucine 100 131.18 23270818 2944106 182.71 1827.09 0.183
L-leucine 100 131.18 23937655 5616870 338.87 3388.68 0.339
L-phenylalanine 100 165.19 30072227 5505656 332.95 3329.49 0.333
Triptophan 49.1
6
204.23 1275052 0 0.00 0.00 0.000
11.08
Bobot sampel Volu
m
1µl
Pemipet
an (µl)
Volume
2(µl)
Total asam amino tanpa tryptophan
0.1420 5000
0
500 1000
LAMPIRAN 11
Rekaman pengujian asam amino hplc
Metode acuan : Waters AccQ.Tag Chemistry Package Instructur Manual
No.sampel : 209.2240 (marshmallow babi)
Analit Cstd BM Area std Area
sampel
mg/100 gr AA
(mg/kg)
AA
(%)
AMQ 694072 519099
L-aspartic acid 100 133.1 5011375 1660265 518.05 5180.54 0.518
L-serine 100 105.09 6851302 3215796 579.50 5795.00 0.579
L-glutamic acid 100 147.13 5581628 3245493 1005.07 10050.73 1.005
Glycine 100 75.07 6158082 24165712 3460.96 34609.63 3.461
L-histidine 100 155.16 9487098 1094526 210.30 2103.05 0.210
NH3 8864900 5235244
L-arginine 100 174.29 8875606 6906986 1593.45 15934.54 1.593
L-threonine 100 119.12 9245295 2317577 350.81 3508.12 0.351
L-alanine 100 89.1 8411766 8132140 1011.98 10119.80 1.012
L-proline 100 115.13 51570488 43840269 1149.84 11498.39 1.150
AABA 13820010 8237657
L-cystine 50 121.16 1432643 0 0.00 0.00 0.000
L-tyrosine 100 181.19 11668301 2127837 388.19 3881.87 0.388
L-valine 100 117.15 19895558 5032998 348.17 3481.68 0.348
L-methionine 100 149.21 17288139 1588133 161.03 1610.32 0.161
L-lysine HCl 100 146.19 8642058 1382216 274.70 2746.96 0.275
L-isoleucine 100 131.18 23270818 2203661 145.94 1459.41 0.146
L-leucine 100 131.18 23937655 5570354 358.63 3586.29 0.359
L-phenylalanine 100 165.19 30072227 6488936 418.76 4187.63 0.419
Triptophan 49.1
6
204.23 1275052 0 0.00 0.00 0.000
11.97
Bobot sampel Volu
m
1µl
Pemipet
an (µl)
Volume
2(µl)
Total asam amino tanpa tryptophan
0.1428 5000
0
500 1000
LAMPIRAN 12
Rekaman pengujian asam amino hplc
Metode acuan : Waters AccQ.Tag Chemistry Package Instructur Manual
No.sampel : 209.2236 ( sampel 1)
Analit Cstd BM Area std Area
sampel
mg/100 gr AA
(mg/kg)
AA
(%)
AMQ 694072 692934
L-aspartic acid 100 133.1 5011375 925023 219.63 2196.29 0.220
L-serine 100 105.09 6851302 1518456 208.21 2082.12 0.208
L-glutamic acid 100 147.13 5581628 1764392 415.77 4157.68 0.416
Glycine 100 75.07 6158082 12288803 1339.20 13392.03 1.339
L-histidine 100 155.16 9487098 348373 50.93 509.34 0.051
NH3 8864900 5458137
L-arginine 100 174.29 8875606 2635256 462.61 4626.08 0.463
L-threonine 100 119.12 9245295 989098 113.93 1139.25 0.114
L-alanine 100 89.1 8411766 4264615 403.82 4038.18 0.404
L-proline 100 115.13 51570488 51300574 1023.82 10238.24 1.024
AABA 13820010 13123427
L-cystine 50 121.16 1432643 0 0.00 0.00 0.000
L-tyrosine 100 181.19 11668301 1918958 266.38 2663.84 0.266
L-valine 100 117.15 19895558 3425789 180.33 1803.28 0.180
L-methionine 100 149.21 17288139 1512996 116.74 1167.36 0.117
L-lysine HCl 100 146.19 8642058 490735 74.21 742.10 0.074
L-isoleucine 100 131.18 23270818 1577141 79.48 794.77 0.079
L-leucine 100 131.18 23937655 3010512 147.48 1474.83 0.147
L-phenylalanine 100 165.19 30072227 2283866 112.15 1121.51 0.112
Triptophan 49.1
6
204.23 1275052 0 0.00 0.00 0.000
5.215
Bobot sampel Volu
m
1µl
Pemipet
an (µl)
Volume
2(µl)
Total asam amino tanpa tryptophan
0,1178 5000
0
500 1000
LAMPIRAN 13
Rekaman pengujian asam amino hplc
Metode acuan : Waters AccQ.Tag Chemistry Package Instructur Manual
No.sampel : 209.2237 (sampel 2)
Analit Cstd BM Area std Area
sampel
mg/100
gr
AA
(mg/kg)
AA
(%)
AMQ 694072 709492
L-aspartic acid 100 133.1 5011375 798024 108.45 1084.48 0.108
L-serine 100 105.09 6851302 1341155 105.26 1052.57 0.105
L-glutamic acid 100 147.13 5581628 1520600 205.09 2050.87 0.205
Glycine 100 75.07 6158082 10796436 673.42 6734.18 0.673
L-histidine 100 155.16 9487098 347133 29.05 290.49 0.029
NH3 8864900 4182220
L-arginine 100 174.29 8875606 2377408 238.87 2388.70 0.239
L-threonine 100 119.12 9245295 960800 63.34 633.40 0.063
L-alanine 100 89.1 8411766 3787271 205.26 2052.58 0.205
L-proline 100 115.13 51570488 45852955 523.77 5237.67 0.524
AABA 13820010 9653326
L-cystine 50 121.16 1432643 0 0.00 0.00 0.000
L-tyrosine 100 181.19 11668301 1744029 138.57 1385.68 0.139
L-valine 100 117.15 19895558 3442218 103.71 1037.07 0.104
L-methionine 100 149.21 17288139 1570664 69.36 693.61 0.069
L-lysine HCl 100 146.19 8642058 767050 66.39 663.91 0.066
L-isoleucine 100 131.18 23270818 1261312 36.38 363.80 0.036
L-leucine 100 131.18 23937655 2560646 71.80 717.99 0.072
L-phenylalanine 100 165.19 30072227 2500534 70.28 702.80 0.070
Triptophan 49.1
6
204.23 1275052 0 0.00 0.00 0.000
2.709
Bobot sampel Volu
m
1µl
Pemipet
an (µl)
Volume
2(µl)
Total asam amino tanpa tryptophan
0.2798 5000
0
500 1000
LAMPIRAN 14
Pembuatan Larutan Baku
Pipet 40 µl mix standar asam amino, lalu tambahkan 40 µl standar internal
AABA, 920 µl aquabides kemudian di homogenkan. Ambil 10 µl standar, lalu
tambahkan 70 µl AccQ.Fluor borat , vortex dan diamkan selama 1 menit.
Kemudian inkubasi selama 10 menit pada suhu 550 C lalu suntikkan pada
HPLC.
Perhitungan kadar asam amino gelatin sapi:
Kadar asam amino dalam (mg / 100 gram)
(Area komponen / area AABA)sampel x Cstd x BM x fp x 100%
(Area komponen / area AABA)standar x 1000000 x gr x 1000
Asam aspartat = 16039621 /9215166 x 100 x 133.1 x100.000 x 100 %
4725358 /11363621 x 1000000 x 0.1246 x 1000
= 231.669 / 5.1812 x 100%
= 4471.3 mg /100 gr