uas GI 8 9

8
1. Perbedaan antara Busur Barat dan Busur Timur Sulawesi Busur Barat Busur Timur Busur barat berupa busur vulkanik yang tersebar di lengan selatan bagian barat hingga lengan utara Pulau Sulawesi. Busur barat berupa batuan vulkanik-plutonik berumur Paleogen-Kuarter, batuan sedimen dan batuan metamorf berumur Mesozoik- Tersier. Batuan dasar tersingkap di dua area, yaitu di bagian barat Sulawesi Selatan dekat Bantimala dan Barru, berupa batuan metamorf derajat tinggi, ultramafik dan sedimen. Batuan metamorf derajat tinggi berupa amfibolit, eklogit, skis-mika, kuarsit, klorit-feldspar dan filit grafit (t’Hoen & Zeigler, 1917; Sukamto, 1975;1982; Berry & Grandy, 1987). Busur barat memiliki pola Busur timur berupa sabuk ofiolit dan asosiasi dengan sedimen pelagic yang tersebar menutupi lengan timur dan tenggara Pulau Sulawesi. Sabuk ini berupa batuan mafik dan ultramafik dengan batuan sedimen pelagic dan melange. Batuan dasar berupa batuan metamorf derajat rendah yang mendominasi bagian lengan tenggara dengan umur yang belum diketahui, berupa fasies amfibolit- epidot dan fasies skis- glaukofan. Busur timur relatif tersesarkan secara tektonik yang membentuk bongkahan-bongkahan, dan berdasarkan data geokimia kompleks ofiolit ini kemungkinan berasal dari punggungan tengah samudra

description

ok

Transcript of uas GI 8 9

1. Perbedaan antara Busur Barat dan Busur Timur SulawesiBusur BaratBusur Timur

Busur barat berupa busur vulkanik yang tersebar di lengan selatan bagian barat hingga lengan utara Pulau Sulawesi. Busur barat berupa batuan vulkanik-plutonik berumur Paleogen-Kuarter, batuan sedimen dan batuan metamorf berumur Mesozoik- Tersier. Batuan dasar tersingkap di dua area, yaitu di bagian barat Sulawesi Selatan dekat Bantimala dan Barru, berupa batuan metamorf derajat tinggi, ultramafik dan sedimen. Batuan metamorf derajat tinggi berupa amfibolit, eklogit, skis-mika, kuarsit, klorit-feldspar dan filit grafit (tHoen & Zeigler, 1917; Sukamto, 1975;1982; Berry & Grandy, 1987). Busur barat memiliki pola struktur yang relatif lebih sederhana dan kemingkinan busur ini berasal dari kontinen. Busur timur berupa sabuk ofiolit dan asosiasi dengan sedimen pelagic yang tersebar menutupi lengan timur dan tenggara Pulau Sulawesi. Sabuk ini berupa batuan mafik dan ultramafik dengan batuan sedimen pelagic dan melange. Batuan dasar berupa batuan metamorf derajat rendah yang mendominasi bagian lengan tenggara dengan umur yang belum diketahui, berupa fasies amfibolit-epidot dan fasies skis-glaukofan. Busur timur relatif tersesarkan secara tektonik yang membentuk bongkahan-bongkahan, dan berdasarkan data geokimia kompleks ofiolit ini kemungkinan berasal dari punggungan tengah samudra (Surono,1995).

Provinsi Tektonik Sulawesi

Struktur regional yang terdapat di Sulawesi

2. Tiga model geodinamik untuk Sumba telah dikemukakan oleh Chamalaun et al. (1982) dan Wensink (1994) yaitu sebagai berikut: a. Pada awalnya Sumba merupakan bagian dari Kontinen Australia yang telah terpisah ketika cekungan Wharton telah terbentuk. Lalu Sumba terapung dan bergerak ke arah utara dan pada akhirnya terperangkap di belakang Palung Jawa bagian timur (Audley-Charles, 1975; Otofuji et al., 1981).b. Sumba pernah menjadi bagian dari Paparan Sunda yang kemudian terapung dan bergerak ke arah selatan selama pembukaan Cekungan Flores (Hamilton, 1979; Von der Borch et al., 1983; Rangin et al., 1990). Data yang mendukung bahwa Pulau Sumba berasal dari paparan Sunda adalah: Uurutan stratigrafi Sumba pada Paleogen sama dengan urutan stratigrafi Sulawesi Selatanyang merupalan bagian dari paparan Sunda (Burollet & Salle, 1981; Simandjuntak, 1993). Extruded magma Sumba yang berumur Late Cretaceous-Paleogen mirip secara petrokimia dan geokronologi dengan arc volcanism di tepi Sundaland (Abdullah, 1994, 2010). Data paleomagnetik Sumba dari Late Cretaceous sampai Paleogen menunjukkan posisi Sumba pada Late Cretaceous ada di 18.3 N, pada Paleosen ada di 7.4 N dan pada Miosen Awal di posisinya sekarang di 9.9 S (Wensink, 1994). Data isotop Pb-Nd batuan Sumba menunjukkan karakteristik yang sama dengan data isotop batuan di Sulawesi (Vroon et al, 1996). Sumba mengandung foram besar yang khas foram besar Eosen yang hidup di wilayah tropis, yaitu Assilina, Pellatispira, dan Biplanispira; dan tak pernah ditemukan foram besar wilayah subtropis yang khas Australia yaitu Lacazinella (Lunt, 2003).c. Sumba merupakan salah satu mikrokontinen atau bagian dari kontinen yang lebih besar di dalam Tethys, yang kemudian terfragmentasi (Chamalaun dan Sunata, 1982).

Gambar 5. Element tektonik dan struktur yang mempengaruhi Pulau Sumba(Keep et al. 2003)

Kemiripan jalur magmatik Pulau Sumba dengan Baratdaya Sulawesi, dibuktikan dengan kegiatan magmatik pada Kapur Akhir sampai Paleosen dan stratigrafi daerah Sumba dengan Baratdaya Sulawesi. Hal ini mendukung bahwa Pulau Sumba merupakan bagian dari busur magmatik Andean disekitar jalur magmatik baratdaya Pualu Sulawesi dan dekat dengan pantai tenggara Pulau Kalimantan (Pegunungan Meratus)Selama Zaman Paleogen, pergerakan rata-rata dari Lempeng Indo-Australia menurun. Sehingga back arc basin dapat berkembang dan terbentuk endapan pada pinggiran laut (Hamilton, 1979). Hasil dari pemekaran di back arc menghasilkan berpindahnya Pulau Sumba ke selatan. Perpindahan ini dibuktikan dengan terdapatnya data paleomagnetik, selama Neogen sampai Kuater Pulau Sumba terperangkap dalam fore arc basin di depan busur vulkanik Paparan Sunda bagian timur.Sepanjang batas Lempeng Australia bagian utara, arah pergerakan relatif lempeng berkenaan dengan perubahan bentuk busur Banda dari collision orthogonal ke arah barat, melalui daerah tertahan pada Timor, ke hampir strike-slip murni di akhir bagian timur dari Busur Banda (Keep et al. 1998). Sebagai tambahan, kelanjutan pergerakan yang cepat menuju ke arah barat lempeng Pacific membutuhkan suatu tenaga putaran left-lateral yang cukup kuat pada batas bagian utara Australia di daerah ini. Di selatan daerah Sumba, kendali tektonik yang dominan meliputi pergerakan left-lateral strike-slip (dari Pacific Plat), flexure dari pembentukan Palung Timor, dan pemendekan dari collision awal di Timor ( Keep et al. 1998, 2000).

Gambar 8. Peta skema dari daerah konvergensi antara australia dan Indonesia yang memperlihatkan perbedaan tipe kerak bumi. a. Posisi penampang b. Penampang sepanjan batas lempeng (Keep et al., 2003)Sekarang ini subduksi yang terjadi antara Lempeng Australia dengan Busur Banda yang berarah NW mengakibatkan pengangkatan (uplift) pada Pulau Sumba dengan rata-rata sekitar 0.5 mm/tahun sebagai bukti ditemukannya daerah batugamping karang.

Gambar 9. Empat tahap utama evolusi tektonik Sumba (Abdullah et al., 2000)