UAP Manajemen Produksi 7 Old Tools
-
Upload
m-imron-rusyadi -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of UAP Manajemen Produksi 7 Old Tools
![Page 1: UAP Manajemen Produksi 7 Old Tools](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf85d3550346484b91c496/html5/thumbnails/1.jpg)
UJIAN AKHIR PRAKTIK
MANAJEMEN PRODUKSI DAN OPERASI
PENERAPAN TEKNIK MANAJEMEN KUALITAS TERHADAP
PENGOLAHAN BIJI KAKAO KERING DI PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA XII (PERSERO) KEDIRI
OLEH:
NAMA : MUHAMMAD IMRON RUSYADI
NPM : 12742022
PROG.STUDI : AGRIBISNIS
SEMESTER : III (TIGA)
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNGBANDAR LAMPUNG
2013
![Page 2: UAP Manajemen Produksi 7 Old Tools](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf85d3550346484b91c496/html5/thumbnails/2.jpg)
PENDAHULUAN
PT. Perkebunan Nusantara XII (Persero) Kediri merupakan perusahaan perkebunan
yang mengolah biji kakao dari kebun mereka sendiri dan dilakukan pengolahan menjadi biji
kakao kering. Kualitas biji kakao kering yang diinginkan oleh pasar yaitu biji kakao yang
tidak mengalami cacat maupun rusak, sudah dilakukan proses fermentasi, biji memiliki
kadar air kurang dari 7,5%, kadar benda asing 0%, kadar biji berjamur kurang dari 2%,
dan kadar biji berkecambah kurang dari 2%. Untuk mempertahankan mutu yang
dihasilkan perlu dilakukan pengukuran secara intensif.
Penelitian ini mengkaji aspek produksi meliputi setiap proses produksi yaitu dengan
meneliti berapa banyak berat biji kakao yang hilang pada saat panen sampai pada proses
pengolahan. Sehingga kualitas biji kakao mampu standar yang diterapkan di PT. Perkebunan
Nusantara ataupun dengan SNI (Standart Nasional Indonesia). Penelitian ini juga mengkaji
presentasi jenis cacat sehingga dapat diketahui nilai kumulatifnya.
TUJUAN ANALISIS :
1. Sebagai Ujian Akhir Praktik (UAP) mata kuliah manejemen
produksi dan operasi
2. Mengetahui jenis cacat produk dalam proses produksi kakao
kering.
ANALISIS
Analisis Jenis Cacat Pada Produk Akhir
Analsis ini beguna untuk melihat dan mengetahui berapa banyak produk kakao yang
cacat pada saat pengolahan biji kakao kering di PT.Perkebunan Nusantara XII (PERSERO)
Kediri
Jenis-jenis cacat pada proses biji kakao kering diantaranya :
1) Biji pecah (Terlepas dari kulit bijinya)
2) Kepek (Biji yang pipih/gepeng)
3) Prongkol (Saling menempel satu sama lain yang tidak dapat dipisahkan lagi)
![Page 3: UAP Manajemen Produksi 7 Old Tools](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf85d3550346484b91c496/html5/thumbnails/3.jpg)
4) Kotoran (kkulit dari biji yang pecah dan kotoran-kotoran yang berupa
placenta,kerikil,serta benda asing lainnnya).
Jumlah cacat produk pada proses produksi biji kakao kering dapat dilihat pada
table berikut :
No
Hasil Panen Jumlah Data Rendemen Jumlah Presentasi
(kg) Hasil Produksi (%) Cacat Cacat
(kg) (Kg) (%)
1 616 223 36.2 2.18 0.98
2 869 301 34.64 2.96 0.98
3 715 256 35.8 2.47 0.96
4 503 178 35.39 1.72 0.97
5 801 287 35.83 2.8 0.98
6 456 156 34.21 1.48 0.95
7 645 233 36.12 2.21 0.95
8 845 303 35.86 2.86 0.94
9 769 281 36.54 2.69 0.96
10 803 297 36.99 2.87 0.97
11 598 206 34.45 1.96 0.95
12 681 239 35.1 2.36 0.99
13 851 312 36.66 2.91 0.93
14 524 192 36.64 1.9 0.99
Jumlah 9676 3464 500.43 33.37 13.5
Rata-rata 691.14 247.43 35.74 2.38 0.96
Berdasarkan tabel tersebut dapat di ketahui bahwa rata-rata presentasi jumlah cacat
sebesar 0,98 % dari rata-rata jumlah cacat sebesar 2,28 kg, kemudian Rendemen adalah
presentase produk yang didapatkan dari membandingkan berat awal hasil panen dengan berat
hasil produksi akhirnya, sehingga dapat di ketahui kehilangan beratnya proses pengolahan.
Rata-rata hasil rendemen proses produksi biji kakao di PT.Perkebunan Nusantara XII
(PERSERO) Kediri adalah sebesar 35,74 %.
Berdasarkan jenis cacat diketahui bahwa diketahui jumlah cacat biji pecah adalah
7,86 kg, kepek 7,74 kg, prongkol 5,52 kg, kotoran 12,28 kg dari total 33,37 kg total cacat.
![Page 4: UAP Manajemen Produksi 7 Old Tools](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf85d3550346484b91c496/html5/thumbnails/4.jpg)
Presentasi jenis cacat dapat dilihat pada diagram berikut :
Jenis Biji Cacat
Jumlah biji Cacat %
Kumulatif
Kg %
kotoran 12.28 36.77 36.77
Biji pecah 7.86 23.53 60.30
Kepek 7.74 23.17 83.48
Prongkol 5.52 16.53 100
jumlah 33.37
Dari diagram tersebut dapat di ketahui bahwa produksi pada bulan januari – februari
2011 mendapatkan presentasi sebesar 36.77 % (kotoran meliputi plasenta, kulit, krikil, dan
kulit buah kakao) masih menjadi jenis cacat produk yang tertinggi. Jenis cacat ini
disebabkan tidak adanya proses sortasi bahan baku. Jenis cacat biji pecah yaitu sebanyak
persentase 23,53% (7,86 kg) dengan nilai kumulatif sebesar 60,3% nilai tersebut
sebanding dengan banyaknya kotoran berupa kulit ari dari biji kakao yang ada sehingga
nilai biji pecah juga tinggi. Biji pecah dapat disebabkan pada proses produksi
mengalami kesalahan penanganan seperti suhu pengeringan terlalu tinggi, biji kepek dengan
persentase 23,18% sehingga nilai kumulatifnya menjadi 83,48%. kemudian prongkol
sebanyak 16,52% dari jumlah cacat 5,52 kg sehingga di dapat nilai kumulatifnya sebesar
Kotoran Biji Pecah Kepek Prongkol0
5
10
15
20
25
30
35
40
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
12.287.86 7.74 5.52
36.77
60.3
83.48
100
Diagram Pareto
Column1Kum %
![Page 5: UAP Manajemen Produksi 7 Old Tools](https://reader036.fdokumen.com/reader036/viewer/2022082414/55cf85d3550346484b91c496/html5/thumbnails/5.jpg)
100%, itu disebabkan bahan baku yang terserang hama masih dimasukkan dalam proses
produksi, sehingga akan muncul pada produk akhir.
KESIMPULAN
Dari perhitungan dan uraian yang sudah dijelaskan pada bagian analisis maka dapat
disimpulkan bahwa jumlah jenis biji dalam 14 kali hasil panen di PT. Perkebunan Nusantara
XII (Persero) Kediri, diperoleh rata-rata hasil panen sebesar 691,14 kg kemudian setelah
dilakukan pengolahan rata-rata hasil produksinya menjadi 247,43 sehingga biji kakao
kehilangan berat sebesar rata-rata 443,71 atau 35,74%. Kemudian pada saat dilakukan
penyortiran ditemukan biji kakao yang mengalami cacat sebesar rata-rata 2,38 kg atau
0.96%. Jenis biji cacat diantaranya adalah cacat biji pecah, kepek, prongkol, dan biji
kakao yang terdapat kotoran. Hal ini menjadikan produksi biji kakao berkurang yang pada
akhirnya hanya menjadi rata-rata 441.33 kg dalam 14 kali panen. Penyusutan ini merupakan
hal yang wajar ketika biji kakao basah yang di olah menjadi biji kakao kering, Meskipun biji
kakao mengalami banyak penyusutan berat tetapi pada akhirnya biji kakao yang didapat
memiliki kualitas yang baik karena melewati proses pengolahan dan penyortiran sehingga
biji kakao memiliki nilai jual yang tinggi.
LITERATUR
http://pertanian.trunojoyo.ac.id/semnas/?p=813