u6

4
PEMBAHASAN Pada praktikum ini untuk menetapkan kadar sampel asam mefenamat dengan metode titrasi asam dan basa. Hal ini karena asam mefenamat merupakan suatu asam lemah yang dapat ditentukan kadarnya dengan dititrasi menggunakan NaOH sebagai basa kuat dan merupakan larutan baku sekunder atau lebih tepatnya penetapan kadar suatu sampel suatu sampel asam lemah yang dititrasi dengan basa kuat yaitu NaOH sebagai larutan baku sekunder (titrasi alkalimetri). Jika dilihat dari karakteristik sampel asam mefenamat yang sangat mudah larut dalam larutan alkali hidroksida yaitu NaOH, metode kerjanya dapat mengarah pada titrasi asidimetri (penetapan kadar suatu sampel basa yang dititrasi dengan larutan baku asam) yaitu dengan melarutkan asam mefenamat dengan NaOH dan kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan baku sekunder asam klorida (HCl). Namun pada praktek yang disertai dengan pendalam materi dari berbagai sumber, hal tersebut akan mengakibatkan kelebihan dari NaOH yang dititrasi dengan HCl dan bukan mengarah pada prosedur penetapan kadar sampel asam mefenamat yang sebenarnya. Dalam proses pembakuan NaOH digunakan reagent asam oksalat karena dapat dijabarkan bahwa NaOH merupakan larutan baku sekunder yang harus dibakukan oleh larutan baku primer (Asam Oksalat). Karena pada dasarnya, NaOH mempunyai kemurnian yang bervariasi. Sehingga NaOH tersebut harus dibakukan dengan larutan baku primer asam oksalat yang mempunyai kemurnian cukup tinggi dan dalam proses titrasi dapat pun diperoleh

description

u6

Transcript of u6

PEMBAHASANPada praktikum ini untuk menetapkan kadar sampel asam mefenamat dengan metode titrasi asam dan basa. Hal ini karena asam mefenamat merupakan suatu asam lemah yang dapat ditentukan kadarnya dengan dititrasi menggunakan NaOH sebagai basa kuat dan merupakan larutan baku sekunder atau lebih tepatnya penetapan kadar suatu sampel suatu sampel asam lemah yang dititrasi dengan basa kuat yaitu NaOH sebagai larutan baku sekunder (titrasi alkalimetri). Jika dilihat dari karakteristik sampel asam mefenamat yang sangat mudah larut dalam larutan alkali hidroksida yaitu NaOH, metode kerjanya dapat mengarah pada titrasi asidimetri (penetapan kadar suatu sampel basa yang dititrasi dengan larutan baku asam) yaitu dengan melarutkan asam mefenamat dengan NaOH dan kemudian dititrasi dengan menggunakan larutan baku sekunder asam klorida (HCl). Namun pada praktek yang disertai dengan pendalam materi dari berbagai sumber, hal tersebut akan mengakibatkan kelebihan dari NaOH yang dititrasi dengan HCl dan bukan mengarah pada prosedur penetapan kadar sampel asam mefenamat yang sebenarnya. Dalam proses pembakuan NaOH digunakan reagent asam oksalat karena dapat dijabarkan bahwa NaOH merupakan larutan baku sekunder yang harus dibakukan oleh larutan baku primer (Asam Oksalat). Karena pada dasarnya, NaOH mempunyai kemurnian yang bervariasi. Sehingga NaOH tersebut harus dibakukan dengan larutan baku primer asam oksalat yang mempunyai kemurnian cukup tinggi dan dalam proses titrasi dapat pun diperoleh perbandingan yang signifikan terhadap kestabilan NaOH sebagai larutan baku sekunder. Adapun reaksi kimia yang terjadi dalam pembakuan NaOH, yaitu :

H2C2O4 + 2 NaOH Na2C2O4 + 2H2ODalam prosesnya, tidak ditemukan kesulitan berarti. Hanya saja ketika proses pembakuan dicoba dengan indikator fenol merah titik akhir titrasi tidak tampak, sehingga proses pembakuan pun dilanjutkan dengan menggunakan indikator fenolftalein sebanyak 3 kali (triplo). Untuk prosedur selanjutnya setelah dilakukan pembakuan NaOH, dilakukan titrasi blanko. Titrasi ini perlu untuk dilakukan mengingat sampel asam mefenamat tidak larut dalam air, tingkat kelarutannya lebih baik jika dilarutkan dengan etanol. Oleh karena itu, titrasi blanko dilakukan sebagai acuan perbandingan dalam rumus penetapan kadar asam mefenamat selanjutnya. Tujuan lainnya yang dapat dijabarkan dalam dilakukannya titrasi blanko adalah mengurangi kesalahan pada titrasi disebabkan adanya pereaksi yang ditambahkan pada saat pelaksanaan titrasi yang kemungkinan pereaksi tersebut ikut bereaksi dengan pentiter. Dengan dilakukannya titrasi blanko maka volume pentiter yang bereaksi dengan zat uji harus dikurangi dengan volume pentiter yang digunakan pada titrasi blanko.

Pada penetapan kadar sampel asam mefenamat yang sebelumnya telah digerus terlebih dahulu dan disentrifuge, diperoleh hasil perhitungan titrasi sebesar 1,600 mg. Hal ini menyatakan bahwa kadar asam mefenamat yang dititrasi dengan larutan baku sekunder NaOH disertai dengan mengunakan indikator fenolftalein adalah sebanyak 1,62%. Reaksi kimia antara sampel asam mefenamat yang dibakukan dengan larutan baku sekunder NaOH adalah sebagai berikut :

I. KESIMPULANBerdasarkan hasil praktikum Kadar kloroquin yang terdapat dalam sampel nomer 16 adalah sebanyak 1,62 %

J. DAFTAR PUSTAKA L.Underwood, (2002),Analisis Kimia Kuantitatif, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta Prof. Dr. Ibnu Gholib Gandjar, DEA, Apt ; Abdul Rohman,M.Si,Apt (2007).Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Abdul Rohman. Sudjadi. 2008. Analisis Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.