U Are So Special Person

3
-----:: U Are So Special Person ::----- Suatu hari seorang Pembicara terkenal membuka seminarnya dengan cara yang unik. Sambil memegang uang pecahan Rp. 100.000,- ia bertanya kepada hadirin, "Siapa yang mau uang ini ?" Tampak banyak tangan diacungkan. Pertanda banyak peminat. "Saya akan berikan ini kepada salah satu dari Anda sekalian, tapi sebelumnya perkenankanlah saya melakukan ini." Ia berdiri mendekati hadirin, uang itu diremas-remas dengan tangannya sampai berlipat-lipat. lalu bertanya lagi, "Siapa yang masih mau uang ini ?" Jumlah tangan yang teracung tak berkurang. "Baiklah," jawabnya, "Apa jadinya bila saya melakukan ini ?" ujarnya sambil menjatuhkan uang itu ke lantai dan menginjak- injaknya dengan sepatunya. Meski masih utuh, kini uang itu jadi amat kotor dan tak mulus lagi. "Nah, apakah sekarang masih ada yang berminat ?" Tangan-tangan yang mengacung masih tetap banyak. "Hadirin sekalian, Anda baru saja menghadapi sebuah pelajaran penting. Apapun yang terjadi dengan uang ini, anda masih berminat karena apa yang saya lakukan tidak akan mengurangi nilainya. Biarpun lecek dan kotor, uang itu tetap bernilai Seratus Ribu" Dalam kehidupan ini kita pernah beberapa kali terjatuh, terkoyak, dan belepotan kotoran akibat keputusan yang kita buat dan situasi yang menerpa kita. Dalam kondisi seperti itu, kita merasa tak berharga, tak berarti. Padahal apapun yang telah dan akan terjadi, Anda tidak pernah akan kehilangan nilai di mata mereka yang mencintai Anda, terlebih di mata Allah. Jangan pernah lupa - Anda SPESIAl...!!!

description

u are special person

Transcript of U Are So Special Person

Page 1: U Are So Special Person

-----:: U Are So Special Person ::-----

Suatu hari seorang Pembicara terkenal membuka seminarnya dengan cara yang unik. Sambil memegang uang pecahan Rp. 100.000,- ia bertanya kepada hadirin, "Siapa yang mau uang ini ?" Tampak banyak tangan diacungkan. Pertanda banyak peminat.

"Saya akan berikan ini kepada salah satu dari Anda sekalian, tapi sebelumnya perkenankanlah saya melakukan ini."

Ia berdiri mendekati hadirin, uang itu diremas-remas dengan tangannya sampai berlipat-lipat.

lalu bertanya lagi, "Siapa yang masih mau uang ini ?"

Jumlah tangan yang teracung tak berkurang.

"Baiklah," jawabnya, "Apa jadinya bila saya melakukan ini ?" ujarnya sambil menjatuhkan uang itu ke lantai dan menginjak-injaknya dengan sepatunya.

Meski masih utuh, kini uang itu jadi amat kotor dan tak mulus lagi.

"Nah, apakah sekarang masih ada yang berminat ?"

Tangan-tangan yang mengacung masih tetap banyak.

"Hadirin sekalian, Anda baru saja menghadapi sebuah pelajaran penting. Apapun yang terjadi dengan uang ini, anda masih berminat karena apa yang saya lakukan tidak akan mengurangi nilainya. Biarpun lecek dan kotor, uang itu tetap bernilai Seratus Ribu"

Dalam kehidupan ini kita pernah beberapa kali terjatuh, terkoyak, dan belepotan kotoran akibat keputusan yang kita buat dan situasi yang menerpa kita.

Dalam kondisi seperti itu, kita merasa tak berharga, tak berarti.

Padahal apapun yang telah dan akan terjadi, Anda tidak pernah akan kehilangan nilai di mata mereka yang mencintai Anda, terlebih di mata Allah.

Jangan pernah lupa - Anda SPESIAl...!!!

Page 2: U Are So Special Person

-----:: Siapa Paling Jelek ?? ::-----

Ada suatu kisah seorang santri yang menuntut ilmu pada seorang Kyai. Bertahun-tahun telah ia lewati hingga sampai pada suatu ujian terakhir. Ia menghadap Kyai untuk ujian tersebut, "Hai Fulan, kau telah menempuh semua tahapan belajar dan hanya tinggal satu ujian, kalau kamu bisa menjawab berarti kamu lulus" kata Kyai.

"Baik pak Kyai, apa pertanyaannya ?"

"Kamu cari orang atau makhluk yang lebih jelek dari kamu, kamu aku beri waktu tiga hari" jawab Kyai.

Akhirnya santri tersebut meninggalkan pondok untuk melaksanakan tugas dan mencari jawaban atas pertanyaan Kyainya tersebut.

Hari pertama sang santri bertemu dengan si Polan, pemabuk berat yang dapat dikatakan hampir tiap hari mabuk-mabukan. Santri berkata dalam hati, "Inilah orang yang lebih jelek dari saya. Aku telah beribadah puluhan tahun sedang dia mabuk-mabukan terus".

Tetapi sesampai ia di rumah, timbul pikirannya, "Belum tentu, sekarang Polan mabuk-mabukan siapa tahu pada akhir hayatnya Allah SWT memberi Hidayah (petunjuk) dan dia Khusnul Khotimah. Dan aku sekarang baik banyak ibadah tetapi pada akhir hayat di kehendaki Su'ul Khotimah, bagaimana ? Dia belum tentu lebih jelek dari saya".

Hari kedua, santri berjalan-jalan keluar rumah dan bertemu dengan seekor anjing yang menjijikkan rupanya, sudah bulunya kusut, kudisan dan sebagainya. Santri bergumam, "Ketemu sekarang yang lebih jelek dari aku. Anjing ini sudah haram dimakan, kudisan, jelek lagi" Santri gembira karena telah dapat jawaban atas pertanyaan gurunya.

Waktu akan tidur sehabis 'Isya, dia merenung, "Anjing itu kalau mati, habis perkara dia. Dia tidak dimintai tanggung jawab atas perbuatannya oleh Allah, sedangkan aku akan dimintai pertanggung jawaban yang sangat berat. Kalau aku berbuat banyak dosa akan masuk neraka. Aku tidak lebih baik dari anjing itu".

Hari ketiga akhirnya santri menghadap Kyai. Kyai bertanya, "Apakah engkau sudah mendapatkan jawabannya muridku ?".

Page 3: U Are So Special Person

"Sudah guru", santri menjawab. "Ternyata orang yang paling jelek adalah saya guru".

Sang Kyai tersenyum, "Kamu aku nyatakan lulus".

***

Selama kita masih sama-sama hidup kita tidak boleh sombong/merasa lebih baik dari orang lain. Yang berhak sombong adalah Allah SWT. Karena kita tidak tahu bagaimana akhir hidup kita nanti. Dengan demikian, maka kita akan belajar berprasangka baik kepada orang lain yang sama-sama ciptaan Allah SWT.