Tutorial Kelompok 2- GERD
-
Upload
rachmat-rifath-sahupala -
Category
Documents
-
view
125 -
download
0
description
Transcript of Tutorial Kelompok 2- GERD
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
1
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
2
First Jump
Kasus : Modul Muntah Skenario 2
Bayi Laki-laki, 10 bulan dibawa ke UGD dengan keluhan : Muntah-
muntah sejak dua hari yang lalu, isi muntahan : makanan dan minuman
yang dikonsumsi. Muntah setiap kali bayi makan atau minum tidak
menyemprot. Bayi rewel dan sering tiba-tiba menangis. Pemeriksaan
fisik : KU lemah, RR 28x/mnt, HR 120x/mnt, BB 8 kg, PB 69 cm
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
3
SECOND JUMPS
Klarifikasi Kalimat Penting
1. Bayi laki-laki berumur 10 bulan
Kategori bayi adalah usia 0-11 bulan
2. Muntah dialami sejak 2 hari yang lalu
a. Muntah akut terjadi kurang dari 2 minggu
b. Muntah kronis terjadi lebih dari 2 minggu (kapita selekta;GI anak)
3. Muntah setiap masuk makanan dan minuman tidak menyemprot
Muntah yang menyemprot menandakan adanya rangsangan langsung
pada batang otak yaitu pada reseptor supramedular sedangkan muntah yang
tidak menyemprot bisa menandakan adanya obstruksi pada
esofagus/lambung yang menyebabkan makanan tidak tercerna dan
dihubungkan dengan rangsangan pada reseptor perifer gastrointestinal
maupun obstruksi atau keduanya.
4. Bayi rewel dan kadang menangis tiba-tiba
5. Keadaan umum lemah
6. Pemeriksaan fisik
a. R = 28x/menit Respirasi normal 20-40x/m,
b. N = 120x/menit Nadi normal 80-150x/m
c. BB = 8 Kg
d. PB = 69cm
Perhitungan berat badan normal
n+92
=10+92
=9,5
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
4
THIRD JUMPS
Topic Tree
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
Anatomi Fisiologi
GastroIntestinal pada bayi
Patomekanisme Muntah
Penyakit-penyakit GI
pada bayi yang
mengakibatkan Muntah
As-Kep Kasus Karakteristik MuntahKomplikasi Muntah
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
5
FOURTH JUMPS
Pertanyaan Penting
1. Jelaskan Anatomi Fisiologi sistem GI pada bayi !
2. Jelaskan Patomekanisme Muntah !
3. Sebutkan dan jelaskan karakteristik dan komplikasi muntah !
4. Sebutkan dan Jelaskan patomekanisme penyakit sistem GI pada bayi yang
dapat mengakibatkan muntah , seperti :
a. GERD ( Gastro Esophageal Refluks Disease
b. SPH ( Stenosis Pilorik Hypertropi)
c. Atresia Esophagus
d. Hirschprung
5. Jelaskan Asuhan Keperawatan sesuai penyakit pada skenario !
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
6
FIFTH JUMPS
Menjawab Pertanyaan Penting
TERLAMPIR
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
7
SIXTH JUMPS
Informasi Tambahan
1. Perhitungan kebutuhan cairan pada bayi
Kandungan air tubuh bayi baru lahir relatif lebih besar bila
dibandingkan dengan balita atau orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh
kurangnya jaringan lemak dan secara relatif organ visera lebih berat
dibandingkan dengan berat tubuh seluruhnya. Terdapat perbedaan fisiologis
antara bayi dan balita dengan orang dewasa dalam hal cairan dalam tubuh.
Perbedaan tersebut mencakup perbedaan komposisi, metabolisme, dan derajat
kematangan sistem pengaturan air dan elektrolit. Metabolisme air juga sangat
berbeda pada bayi bila dibandingkan dengan anak dan orang dewasa.
Kecepatan siklus air pada bayi sangat tinggi-sekitar 5 kali lebih besar per
kilogram berat badan bila dibandingkan dengan orang dewasa. Oleh karena itu
bayi dan anak cenderung rawan terhadap penyakit yang menimbulkan
dehidrasi. Perbedaan lain adalah kematangan sistem pengaturan air dalam
berbagai sistem atau organ tubuh, belum matangnya fungsi ginjal akan
menyebabkan perbedaan komposisi plasma pada bayi bila dibandingkan
negan anak yang lebih besar.
Kebutuhan air pada bayi dan balita biasanya dihitung berdasarkan
perhitungan kalori, tetapi hal ini sering menyulitkan dan tidak pasti. Dalam
klinik, perhitungan kebutuhan air untuk anak biasanya didasarkan pada berat
badan. Lazimnya digunakan 3 metode perhitungan kebutuhan air per hari,
yaitu:
a. Kebutuhan air per hari berdasarkan rumus Darrow:
1) Anak dengan berat badan <10 kg = 100 mL/kgBB.
2) Anak dengan berat badan 10-20 kg = 1.000 mL + 50 mL untuk
setiap kg kenaikan BB di atas 20 kg.
3) Anak dengan berat badan >20 kg = 1.500 mL + 20 mL untuk setiap
kg kenaikan B di atas 20 kg.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
8
b. Kebutuhan air per hari berdasarkan luas permukaan tubuh = 1.500 mL/m²
luas permukaan tubuh.
2. Tanda-tanda vital normal pada bayi
a. Frekuensi Nadi
b. Frekuensi Nafas
Usia FrekuensiBayi prematur 40-90Neonatus 30-801 tahun 20-402 tahun 20-303 tahun 20-305 tahun 20-2510 tahun 17-2215 tahun 15-2020 tahun 15-20
Sumber:
Engel, Joyce. 2009. Seri Pedoman Praktis Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta:
EGC
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
UsiaIstrahat (terjaga)
Istrahat (tidur)Aktivitas &
demamLahir 100-180 80-160 Sampai 2201-3 bulan 100-220 80-180 Sampai 2203 bulan-2 tahun 80-150 70-120 Sampai 2002-10 tahun 70-110 60-100 Sampai 18010 tahun-dewasa 55-90 50-90 Sampai 180
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
9
SEVENTH JUMPS
Tujuan Pembelajaran Selanjutnya
Setelah pembahasan tutorial selesai, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Menganalisa dengan teliti dan mampu menspesifikasi masalah pada
gangguan sistem GI pada bayi, anak-anak dan dewasa secara lebih detail
2. Menegakkan asuhan keperawatan yang sesuai secara teoritis dan
berorientasi pada pasien
3. Mencari lebih banyak, data-data spesifik terkait tanda dan gejala GERD
4. Melakukan pengkajian secara sistematis pada pasien dengan gangguan
sistem Gastro Intestinal
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia membutuhkan energy dalam mempertahankan hidupnya.
Energy bagi manusia sebagian besar berasal dari makanan. Proses pengolahan
makanan tersebut mulai dari proses konsumsi sampai dengan penyerapan
melalui suatu sistem tubuh yang disebut Gastro Intestinal. Ketidakefektifan
atau gangguan yang terjadi pada GI dapat dipastikan akan berpengaruh pada
proses metabolism tubuh yang menyediakan energy untuk digunakan bagi
kelangsungan hidup.
Semua zat atau unsur-unsur kehidupan dapat digunakan oleh tubuh
setelah melalui sistem GI. Karbohidrat, protein, vitamin dan elektrolit
merupakan sebagian dari zat-zat yang sangat diperlukan tubuh manusia. Sistem
GI yang baik akan berpengaruh pada optimalitas penyerapan zat-zat tersebut
didalam tubuh. Oleh karenanya sistem GI merupakan suatu sistem tubuh yang
memiliki fungsi serta pengaruh sistemik terhadap fungsi sistem tubuh yang
lain..
Pada bayi dan anak-anak adekuatnya sistem GI akan sangat
mempengaruhi tumbuh kembangnya. Pada masa ini tubuh memerlukan asupan
energy yang optimal untuk proses kematangan sistem tubuh yang lain maka
dapat dibayangkan bagaimana jika pada masa bayi atau anak-anak terjadi
gangguan sistem GI.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
11
Gastro Esophageal Refluks Disease adalah suatu gangguan yang dapat
terjadi pada bayi dan anak yang dapat menggangu proses tumbuh kembangnya.
Jika gangguan ini terus menerus dibiarkan maka hasil terburuk yang akan
didapatkan pada bayi atau anak-anak tersebut adalah kematian. Hal ini
dikarenakan tidak adanya atau minimnya asupan makanan minuman yang
dapat diterima tubuh.
B. Tujuan Penulisan
a. Umum
Setelah membaca makalah ini, diharapkan pembaca dapat mengetahui,
mengerti dan memahami tentang gangguan sistem GI pada bayi .
b. Khusus
Setelah membaca makalah ini, pembaca dapat :
1) Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem GI pada bayi
2) Mengetahui penyakit sistem GI yang dapat mengakibatkan muntah
3) Mengerti tentang patomekanisme terjadinya muntah
4) Mengetahui dan mempelajari asuhan keperawatan sistem GI sesuai
kasus dan secara teoritis.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
12
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Gastro Intestinal Bayi
Struktur dinding saluran cerna berbeda antara satu bagian dengan
bagian yang lain, tetapi secara umum tersusun atas empat lapisan, yaitu
(1) lapisan mukosa, (2) lapisan submukosa, (3) tunika muskularis, dan
(4) lapisan serosa (adventisia). Lapisan mukosa tersusun atas epitel,
lamina propria, dan muskularis mukosa. Bentuk epitel saluran cerna
berbeda antara satu bagian dengan bagian yang lain. Lamina propria
sebagian besar terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengandung serat
kolagen dan elastin. Lamina propria juga mengandung berbagai tipe
kelenjar, kelenjar limfe, dan kapiler. Muskularis mukosa juga
merupakan lapisan otot yang paling dalam. Kontraksi muskularis
mukosa menimbulkan lekukan dan tonjolan mukosa.
Lapisan submukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dengan serat
kolagen dan elastin. Di beberapa bagian saluran cerna terdapat kelenjar
submukosa. Pembuluh darah yang lebih besar untuk dinding saluran
cerna terletak didalamnya. Selain itu, dalam lapisan ini terdapat pleksus
submukosa (Meissner).
Tunika muskularis tersusun atas dua lapisan otot, sirkular di
sebelah dalam dan longitudinal di sebelah luar. Diantara kedua lapisan
ini terdapat pleksus mienterikus (Auerbach). Tunika muskularis
berperan dalam koordinasi kontraksi otot serta mengaduk dan
mendorong makanan didalam lumen. Lapisan serosa merupakan lapisan
paling luar. Lapisan ini terutama tersusun atas jaringan ikat yang
kemudian membentuk mesenterium, kecuali di bagian esophagus dan
rectum.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
13
a. Mulut
Mulut merupakan bagian pertama saluran cerna. Bagian atas
mulut dibatasi oleh palatum , sedangkan bagian bawah dibatasi oleh
mandibula, lidah, dan struktur lain pada dasar mulut. Bagian lateral
mulut dibatasi oleh pipi. Sementara itu, bagian depan mulut dibatasi
oleh bibir dan bagian belakang oleh lubang yang menuju faring.
Palatum memisahkan mulut dari hidung dan bagian atas
faring. Palatum terdiri atas dua bagian, yaitu bagian anterior (bagian
tulang), disebut palatum durum, dan bagian posterior (tersusun atas
membrane mukosa), disebut palatum mole. Pada bayi muda, lidah
beroposisi kuat dengan palatum, sehingga bayi muda hanya dapat
bernapas melalui hidung. Pada janin, rongga mulut dan hidung
masih bersatu, yang kemudian terpisah oleh prosesus palatinus yang
bertemu digaris tengah. Celah yang menetap pada garis tengah
palatum disebut palatum sumbing, yang sering kali berhubungan
dengan bibir sumbing. Uvula bifida pada anak dapat normal atau
terjadi bersamaan dengan celah palatum mole.
Pipi dibentuk oleh membrane mukosa dan muskulus
buksinator yang membentang dari maksilaris sampai mandibula.
Bantalan lemak buksinator berkembang baik pada waktu bayi,
memberikan penampilan bayi tembam.
Pada mulut terdapat tiga pasang kelenjar liur yaitu, kelenjar
parotis, submandibularis, sublingual. Kelenjar liur dipersarafi oleh
serabut parasimpatis dan simpatis. Kelenjar air liur bertanggung
jawab, terutama pada proses mekanis, membantu proses bicara,
mastikasi, dan menelan dan mempunyai aksi antiseptic. Kelenjar
liur menyekresi saliva melalui duktus kedalam mulut. Saliva
mengandung air, musin (berfungsi dalam pelumasan dan
perlindungan permukaan), dan ptyalin (amylase yang merupakan
enzim untuk mencerna karbohidrat). Enzim ptyalin terbentuk
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
14
setelah usia tiga bulan. pH saliva dibawah tujuh pada tingkat sekresi
yang rendah. pH naik seiring dengan peningkatan pembentukan
saliva. Sekresi saliva dirasang oleh rasa atau pikiran tentang
makanan. Sekresi saliva menurun saat demam, sakit, dan pada
pasien yang mengalami penyakit kelenjar liur.
Tiga ruang mirip celah membentuk struktru dalam mulut,
yang memungkinkan cairan melintas kedalam faring. Elevasi laring
mengakibatkan laring membuka kedalam nasofaring sehingga
neonatus dapat bernapas secara bebas, sementara cairan masuk ke
dalam faring. Ini penting karena neonates bernapas dari hidung.
b. Lidah
Lidah tersusun atas otot yang dilapisi, pada bagian atas dan
samping, oleh membrane mukosa. Lidah menempati rongga mulut
dan melekat secara langsung pada epiglottis dalam faring. Terdapat
beberapa variasi anatomic normal pada lidah. Lidah pada neonates
relative pendek dan lebar. Panjang lidah dapat berbeda-beda; lidah
berfenulum pendek (lidah dasi) kemungkinan membuat orang tua
dan anak khawatir, meskipun anak yang memiliki lidah seperti ini
jarang mengalami gangguan saat makan atau bicara. Secara umum,
anak ini tidak membutuhkan pengobatan. Sementara itu, lidah
dengan permukaan beralur (lidah geografis atau scrotal) biasanya
juga normal. Permukaan atas lidah dipenuhi banyak tonjolan kecil,
yang disebut papilla lidah. Ada empat papilla utama yang dimiliki
manusia, yaitu (1) papilla filiformis, (2) papilla fungiformis, (3)
papilla sirkumvalata, (4) papilla foliate. Semua papilla
mengandung banyak saraf sensorik untuk rasa sentuhan. Papilla
filiformis berupa tonjolan seperti benang, melapisi sebagian besar
permukaan lidah, dan tidak mengandung tunas kecap. Papilla
fungiformis tersebar diantara papilla folifirmis, berbentuk
menyerupai jamur, dan banyak mengandung tunas kecap pada
bagian epitelnya. Papilla sirkumfalata berjumlah 10-14, tersebar di
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
15
sepanjang sulkus terminalis lidah, dan mengandung tunas kecap.
Apabila foliate terdapat pada bagian tepi dan belakang lidah,
berbentuk lipatan mirip daun, mengandung tunas kecap.
Pada permukaan atas dekat pangkal lidah terdapat alur
berbentuk V, yaitu sulkus terminalis memisahkan lidah bagian
anterior dan posterior. Sekitar 12 papila besar terlihat dalam satu
baris dibagian depan sulkus terminalis. Masing-masing dikelilingi
oleh parit dangkal.
Tunas kecap adalah sel khusus pada dinding parit tersebut dan
mengandung sel tempat rasa diinterpretasi karena berhubungan
dngan otak. Sementara itu, permukaan sepertiga belakang lidah
tampak bernodul, tidak rata karena adanya nodulus limfatikus
(tonsila lingual).
Lidah diinervasi oleh berbagai saraf. Bagian sensorik
diinervasi oleh nervus lingualis, yang merupakan cabang saraf
kranial V (trigeminal). Nersus ini menginervasi dua pertiga anterior
lidah untuk pengecapan. Saraf krnial VI (Fasialis) menginervasi dua
pertiga anterior untuk rasa kecap. Saraf kranial X (Glosofaringeal)
menginervasi sepertiga posterior untuk raba dan rasa kecap.
Sementara itu, inervasi ,motorik dilakukan oleh saraf cranial XII
(hipoglosus).
c. Gigi
Pertumbuhan gigi merupakan suatu proses fisiologis dan dapat
meyebabkan salivasiyang berlebihan serta rasa tidak nyaman
(nyeri). Manusia memiliki dua set gigi yang tumbuh sepanjang
masa kehidupan mereka. Set pertama adalah gigi primer (gigi susu
atau desidua) yang brsifat sementara dan tumbuh melalui gusi
selama tahun pertama serta kedua kehidupan. Gigi susu berjumlah
lima buah pada setiap setengah rahang (jumlah seluruhnya 20),
muncul (erupsi) pada usia sekitar enam bulansampai dua tahun.
Gigi susu berangsur tanggal usia 6 sampai 12-13 tahun, kemudian
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
16
diganti secara bertahap oleh gigi tetap (gigi permanen) pada orang
dewasa.
Set kedua atau set gigi permanen berjumlah delapan buah
pada setiap setengah rahang (jumlah seluruhnya 32) dan mulai
tumbuh pada usia skitar 6 tahun. Pertumbuhan gigi yang lambat
dapat terjadi akibat rakitis dan hipotiroid. Sementara itu,
pertumbuhan gigi prematur dapat terlihat saat terlahir (dua gigi seri
bawah), biasanya tidak menganggu pemberian ASI. Pada usia 25
tahun ditemukan semua gigi permanen, dengan kemungkinan
pengecualian dari gigi molar ketiga atau gigi sulung.
Gigi mempunyai ukuran dan bentuk yang berbeda-beda, tetapi
setiap gigi memiliki tiga bagian, yaitu (1) mahkota, (2) leher gigi,
dan (3), akar gigi. Mahkota gigi terlihat di atas gusi. Leher gigi
merupakan bagian yang ditutupi oleh gusi, sementara akar gigi
ditahan dalam soket tulang.
Bagian fungsional utama gigi meliputi enamel,dentin,
sementum, dan pulpa. Enamel mengelilingi mahkota dan, jika utuh,
menahan aksi bakteri. Dentin merupakan struktur tulang kuat.
Sementum melapisi leher dan akar gigi serta menglilingi lapisan
dentin. Bagian dalam gigi adalah ruang pulpa yang mengandung
saraf dan pembulih darah.
d. Esofagus
Esofagus merupakan saluran otot yang membentang dari
kartilago krikoid sampai kardialambung . Esofagus dimulai di leher
sebagai sambungan faring, berjalan ke bawah leher dan toraks,
kemudian melalui crus sinistra diagfargma memasuki lambung.
Secara anatomis, bagian depan esophagus berbatasan dengan
kolomna vertebra dan kelenjar tiroid, jantung dan diagframa. Di
bagian belakang, esophagus berbatasan dengan kolumna vertebra,
sementara di setiap sisi berbatasan dengan paru dan pleura. Bagian
bersempit esofagus bersatu dengan faring. Area ini mudah
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
17
mengalami cerdera akibat intrumen, sperti bougi, yang di masukkan
ke dalam esofagus.
Dinding esofagus terdiri atas empat lapis, yaitu: (1) mukosa,
(2) Submukosa, (3) muscular, dan (4) serosa. Lapisan mukosa
merupakan lapisan paling dalam. Lapisan submukosa tebal dan
mengandung sel sekretori yang menyereksi mucus. Lapisan
muskular terdiri atas serat otot longitudinal dan sirkular. Lapisan
serosa, yang merupakan lapisan terluar, terdiri ats fibrosa.
Penampang rata-rata esofagus saat lahir adalah 5 mm, dengan
lekuk yang kurang mencolok disbanding pada orang dewasa.
Kecepatan pertumbuhan esofagus lebih lambat, hingga mencapai
panjang dengan dewasa, yaitu 23-30 cm.
Esofagus turun dan masuk rongga abdomen melalu satu
aperture pada diagfragma (hiatus esofagus). Sekitar 1,25 cm dari
bagian atas esofagus membuka ke dalam lambung melalu orifisium
kardia. Tepat ditas orifisium ini terdapat lapisan otott sirkular.
Sfinter kardia. Otot ini mampu mengadakan kontraksi kuat dan
kadang-kadang mengalami spasme atau akalasia (akalisia kardia).
Penyakit pada esofagus mencakup cacat structural, seperti
atresia dan stenosis esofagus; infeksi; akalasia; hernia hiatus
esofagus dan refluks esofagus. Penelanan benda asing seperti
mainan kecil, dapat menyumbat esofagus. Penyakit dan kondisi
tersebut dapat menghalangi makan melewati esofagus.
e. Lambung
Lambung terletak di kuadran kiri atas abdomen, lebar, dan
merupan bagian saluran cerna yang dapat dilatasi. Bentuk lambung
bervariasi , bergantung pada jumlah makanan di dalamnya,
gelombang peristaltik, tekanan dari organ lain, pernapasan dan
postur tubuh. Lambung biasanya berbentuk J.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
18
Gambaran lambung orang dewasa sudah terlihat saat bayi
masih dalam kandungan. Sekresi asam lambung mulai terjadi
sebelum lahir. Pada lambung janin juga ditemukan aktivitas
proteolitik , tetapi pada tingkat yang lebih rendah dibanding
aktivitas proteolitik setelah usia 2-3 bulan. Kapasitas lambung saat
lahir adalah 30-35 ml dan meningkat sampai sekitar 75 ml pada
minggu kedua kehidupan. Sementara itu, kapasitas lambung rata-
rata orang dewasa dalah 1000 ml. Saat lahir, otot lambung hanya
berkembang dalam tingkat sedang dan aktivitas peristaltik
(kontraksi otot lambung) berkembang dengan buruk. Lapisan
mukosa dan submukosa lambung neonates relatif lebih tebal
dibanding pada orang dewasa.
Kelenjar lambung berkembang pada neonates. Jumlah kelenjar
lambung pada neonates adalh ±2.000.000 (pada orang dewasa lebih
dari 25.000.000) termasuk kelenjar utama yang menyereksi mucus,
pepsinogen dan asam hidroklorida serta faktor intriksik. Mukus
disekresi oleh sel leher mucus kelenjar lambung. Mukus melapisi
lambung dalam keadaan istrahat dan melindungi dengan mencegah
kerusakan mukosa oleh asam pencerna. Pepsinogen (suatu protein)
disekresi oleh sel peptic kelenjar lambung. Pepsinogen dikonversi
menjasi enzim pepsin yang bekerja pada protein. Asak hidroklorida
dan faktor intrinsik disekresi oleh sel parietal (oksintik) kelenjar
lambung. Faktor intriksik penting untuk absorbs vitamin B 12.
Kelenjar pylorus ditemukan pada kurvatura minor dan mayor.
Kelenjar ini menyekresi mucus yang alkali dan protektif terhadap
permukaan dinding lambung pada saat kimus bergerak selama
proses percernaan. Kelenjar tibular, yang ditemukan pada ujung
esofagus lambung, menyekresi mucus dam melindungi mukosa
lambung yang mengelilingi esofagus. Fungsi ini sangat penting
pada hernia hiyatus.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
19
Fungsi utama lambung adalah : (1) menyimpan makanan
untuk pencernaan didalam lambung, duodenum, dan saluran cerna
bawah, (2) mencampur makanan dengan sekreesi lambung hinhha
membentuk campuran setengah cair (kimus), dan (3) meneruskan
kimus keduodenum.
f. Usus halus
Usus halus terbagi menjadi duodenu, jejunum, dan ilium.
Panjang usus halus saat lahir 300-350 cm meningkat, sekitar 50%
selama tahun pertama kehidupan. Saat dewasa, panjang usus halus
mencapai ±6 m.
Dinding usus halus terbagi mejadi 4 lapisan, yaitu mukosa,
submukosa, muscular, dan serosa (peritoneal). Lapisan mukosa
tersusun atas vili usus dan lipatan sirkular. Vili usus merupakan
tonjolan yang mirip jari dan menonjol kepermukaan dalam usus.
Vili tersusun atas lapisan epitel usus tempat proses absorbsi terjadi.
Duodenum merupakan bagian terpendek usus, sekitar 7,5-10 cm,
dengan diameter 1-1,5 cm. Jejenum terletak diantara duodenum dan
ileum. Panjang jejunum 2,4 m, panjang ileum sekitar3,6 m. Ileum
masuk sisi kiri pada lubang ileosekal, celah oval yang di control
oleh sfingter otot.
g. Usus besar
Usus besar berfungsi mengeluarkan fraksi zat yang tidak
terserap, seperti zat besi, kalsium, dan fosfat yang ditelan, serta
menyekresi mucus, yang mempermudah perjalanan feses. Usus
besar berjalan dari katup ileosekal keanus. Panjang usus besar
berfariasi, sekitar ±180 cm. Usus besar dibagi menjadi bagian
sekum, kolon asenden, tranversum dan kolon desenden, dan kolon
sigmoid. Sekumadalah kantong besar yang terletak pada fosailiakal
kanan. Sekum berlanjut keatas sebagai kolon asenden. Dibawah
lubang ileosekal, apendiks membuka kedalam sekum.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
20
h. Hati
Hati merupakan kelenjar paling besar dalam tubuh dengan
berat ±1300-1550 gram. Hati merah coklat, sangat vasklar, dan
lunak. Hati berbentuk baji denggan bagian basal pada sisi kanan dan
apeks pada sisi kiri. Hati terletak pada kuadran atas kanan abdomen
dan dilindugi oleh tulang rawan costa. Bagian tepi bawah mencapai
garis tulang rawan costa. Tepi hati yang sehat tidak teraba. Hati
dipertahakan pada posisinya oleh tekanan organ lain didalam
abdomen dan oleh ligament peritoneum.
Hati diliputi sampai jaringan ikat fibrosa (glison), yang
membentuk septa jaringan ikat tipis yang masuk kedalam hati di
porta hepatic dan bagian-bagian hati kedalam lobus dan lobulus.
Lobulus hati mencangkup lobules klasik (lobules hati), lobules
porta asinus hati (unit fungsional). Tiap lobules dibentuk dari kolam
sel hati yang bercabang-cabang dan seringkali tidak berbatas tegas
dan mirip jaringan, tanpa dinding sel. Sel ini disuplai oleh darah
dari vena porta dan arteri hepatica. Darah mengalir keluar melalui
vena hepatica.
Lobules kliasik dibatasi oleh daerah portal (biasanya hanya
tampak tiga dari enam sudutnya) dan pusatnya terdapat lubang,
yaitu vena sentralis, yang menampung darah dari sinusoid. Jadi,
darah mengalir dari daerah portal cabang vena porta dan cabang
arteri hepatica kedalam sinusoid, lalu ke vena sentralis. Sebaliknya,
empedu, yang sdisekresi oleh sel-sel hati, mengalir melalui
kanalikuli biliaris ke duktud biliaris di daerah portal. Tidak semua
sudut lobules klasik memiliki daerah portal. daerah yang tidak
memiliki daerah portal ini tetap mendapat darah dari sinus hati.
Lobules portal mempunyai daerah portal sebagai pusatnya,
dan bersudutkan tiga vena sentralis. Lobules ini terdiri atas jaringan
menyalurkan empedu kedalam duktus biliaris didaerah portalnya.
Asinus hati (unit fungsional), seperti halnya lobules portal, tidak
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
21
jelas batas-batasnya. Sel-sel parenkim hati (hepatosit) tersusun atas
lempengan yang saling berhubungan dan bercabang, membentuk
anyaman tiga dimensi diantara lempengan lempengan ini terdapat
siunusoid darah (mirip kapiler darah). Kapiler hati tidak mempunyai
dinding endotel khusus, tetapi bercabang-cabang diantara sel hati.
Oleh karena itu, terdapat kontak yang erat antara darah dan sel hati.
Ini merupak susunan yang ideal karena hati perlu merubah dan
memodifikasi banyak unsure dari unsure darah.
Fungsi hati banyak dan berfariasi diantaranya : (1) modifikasi
dan mengubah zat kimia menjadi materi tidak berbahaya guna
mencegah penumpukan dan efek racun pada tubuh (detoksifikasi
banyak obat dan toksin), (2) merupakan sumber satu-satunya
albumin plasma yang menurun pada pasen gangguan fungsi hati, (3)
mengintesis glikogen jika kadar glukosa menurun glikogen diubah
menjadi glukosa dan kemudan dilepaskan kedalam darah. Oleh
sebab itu, hati berperan penting dalam mempertahankan
keseimbangan normal kadar glukosa, (4) menyekresi empedu.
Garam empedu penting untuk pencernaan dan absorbs lemak karena
mengemulsifikasi lemak menjadi partikel kecil, yang larut dalam
air. Hal ini memungkinkan lipase untuk bekerja pada lemak dan
mempermudah absorpsi, (5) membentuk dan merusak eritrosit dan
(6) hati sebagai organ sentral penting bagi metabolism tubh manusia
(mengaktifkan beberap hormon polipeptida dan menurunkan dan
mengonjugasi hormone korteks adrenal dan steroid gonad). Hati
juga berfungsi dalam penyimpanan dan pelepasan karbohidrat serta
pembuatan protein plasma dan membentuk urea. Hati neonates
secara struktural matur tetapi fungsinya imatur. Neonates belum
dapat mengelola bilirubin secara efisien akibat defisiensi enzim.
Pada neonates, vitamin K belum berfungsi secara normal karena
tidak adanya factor lain.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
22
i. Pankreas
Pancreas, organ panjang pada bagian belakang abdomen atas,
memiliki struktur yang terdiri atas kaput (didalam lengkungan),
leher pancreas, dan kauda (yang mencapai limpa). Penkreas
merupakan organ ganda yang terdiri atas dua tipe jaringan, yaitu
jaringan sekresi interna dan jaringan sekresi eksterna. Jaringan
sekresi eksterna merupakan bentuk cairan pancreas. Cairan pancreas
bagian penting proses pencernaan. Komposisi cairan pancreas
bervariasi, dengan sekresi yang mengandung berbagai materi,
seperti natrium bikarbonat, materi yang menjadikan cairan ini
sangat basah (natrium dan kalium), klorida, dan enzim alfa amylase
dan lipase, serta enzim proteolitik, seperti tripsinogen dan
kimotripsinogen. Ribonuklease dan dioksiribonuklease (mencegah
asam nukleat menjadi nukleotida) juga ditemukan dalam cairan
pancreas dalam keadaan normal komposisi getah pancreas terdiri
atas kation (Na’, K, Ca2+, Mg2+ (pH kira-kira 8,0), anion (HCO3-,
CL-, HPO2-), enzim pencernan, dan albumin serta globulin.
Sekitar 1500 ml getah pankres disekresi perhati. Proses ini
diatur oleh saraf (vagi) terutama, leh hormon (sekretin dan
pankreozimin), dan terlebih dahulu berespons terhadap asupan
makanan, kemudian berespon terhadap kandungan asam lambung
yang masuk kedalam duodenum beberapa mencgah pembentukan
dan keberadaan cairan pancreas untuk keperluan pencernaan,
misalnya penyakit fibrokistik pancreas.
Jaringan sekresi interna pancreas, yaitu pulau-pulau
langerhans member funsu endokrin pada pancreas. Diameter pulau
lengerhans berfariasi, yaitu 20-30 µm. sel pulau langerhans
mengandung dua tipe sel granular, sel α dan sel β. Kedua sel
tersebut terletak berdampingan, hanya dipisahkan oleh ruang
perikapiler.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
23
Sel α pulau langerhans menyekresi glucagon. Glucagon
berperan dalam peningkatan glukosa darah. Glucagon juga berguna
dalam memacu glikogenolisis, yaitu prose mengubah glikogen
menjadi glukosa yang terutama terjadi di hati. Glukogen juga
merangsang glukoneogenesis, yaitu proses pembentukan glukosa
atau glikogen dari sumber non karbohidrat seperti asam amino,
laktat, dan gliserol. Glucagon bersifat katabolic memobilisasi
cadanga glukosa, asam lemak, dan asam amino kedalam aliran
darah. Glucagon mudah diangkut untuk bekerja pada sel β pulau
langerhans.
Sel β pulau langerhans menyekresi insulin. Insulin merupakan
protein dan dirusaj oleh enzim proteolitik saluran cerna. Insulin
sirkulasi terikat dengan globulin beta. Insulin bersifat anabolic yang
meningkatkan penyimpanan gloukosa, asam lemak, dan asam
amino. Insulin merupakan hormone penting sehingga jika terjadi
defisiensi atau ketiadaan hormon ini dapt terjadi seri gangguan
metabolism yang saling berhubungan seperti gangguan metabolism
karbohidrat, lemak, protein, elektrolit, dan air yang terlihat pada
sebagian susunan tubuh. Insulin mempengaruhi susunan glukosa
darah karena berfungsi memperlancar proses glukosa masuk
kedalam sel tertentu, seperti otot skelet, otot jantung, dan sel
jaringan adipose. Ketidak adekuatan proses ini mengakibatkan
defisiensi glukosa intraseluler disertai peningkatan glukosa
ekstraseluler atau hiperglikemia. Insulin juga mencegah lipogenesis
dan penting untuk mencegah pemecahan protein.
j. Peritonium
Peritoneum merupakan membrane serosa yang tipis, licin dan
lembab, yang melapisi rongga peritoneum dan melapisi banyak
organ perut, seperti cavum abdomen pelvis. Peritoneum menutupi
vicera, walaupun beberapa hanya ditutupi permukaan abdomen dan
pelvis layaknya pleura, peritoneum tersusun atas dua lapisan yang
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
24
berkontak, lapisan parietal dan visceral. Peritoneum parietale adalah
bagian yang melapisi dinding abdomen, sedangkan peritoneum
visceral adalah bagian yang melapisi organ. Ruang diantara lapisan
tersebut disebut cavum peritoneum. Pada dasarnya, peritoneum
adalah kantong tempat organ tubuh, dengan membawa pembuluh
darah, pembuluh limfe, dan saraf bersamanya. Pola dasar berubah
akibat pertumbuhan berbagai organ dan pergerakan organ pada
masa janin kedalam posisi yang berbeda. Peritoneum mengikuti
untaian usus dan dibentuk menjadi lipatan dan kurva. Lipatan ini
disebut mesenterium. Peritoneum membawa pembuluh darah,
pembuluh limfe, dan saraf keserta dari usus, dan membentuk fungsi
proteksi yang penting. Peritoneum juga menjadi sasaran radang
(peritonitis).
Peritonitis adalah infeksi peritoneum, yang menjadi akibat
materi infeksi masuk kedalam rongga peritoneum, msalnya, melalui
luka tusuk, perforasi ulkus peptikum, dan perforasi apendiks yang
radang.
2. Fisiologi sistem Gastro Intestinal Bayi
Fisiologi saluran cerna terdiri atas rangkaian proses memkan atau
ingesti makanan dan sekresi getah pencernaan kedalam system
pencernaan. Getah pencernaan membantu pencernaan atau ingesti
makanan. Hasil pencernaan akan diabsorbsi kedalam tubuh, berupa zat
gizi. Proses sekresi, digesti dan absorpsi terjadi secara
berkesinambungan pada saluran cerna, mulai dari mulut sampai rectum.
Secara bertahap, massa hasil campuran makanan dan getah pencernaan
yang telah dicerna di dorong kearah anus (motilitas). Sisa dari massa
yang tidak diabsorpsi dikeluarkan melalui anus berupa feses.
Proses ingesti secara otonom diatur oleh pusat saraf di batang
otak, tetapi untuk jumlah makanan yang dimakan dipengaruhi oleh rasa
lapar dan rasa haus sebagai lawan dari rasa kenyang. Pusat rasa lapar
dan haus berada dibagian lateral hipotalamus, sedangkan pusat
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
25
kenyang dibagian ventro-medial hipotalamus. Rangsangan rasa haus
didasarkan pada perubahan konsentarsi elektrolit darah. Rasa kenyang
ataupun lapar dipengaruhi oleh berbagai makanisme, terutama
gabungan volume bolus dalam lambung dan jenis makanan yang
dimakan setelah individu beberapa kali memakan makanan tertentu,
berdasarkan taktil dan rsas pada mulut dan regangan pada dinding
lambung sesuai dengan volume bolus, serta kecukupan zat gizi yang
dihasilkan makanan ini, tubuh membentuk semacam thermostat
seberapa banyak makanan yang harus dimakan agar tercapai rasa
kenyang. Saat lambung kosong terjadikontraksi lebih iritatis yang dapat
disertairasa perih diepigastrium. Secara umum individu yang merasa
lapar akan menjadi gelisah, tegang disertai rasa melayang. Sebaliknya,
individu yang kenyang merasa santai, lega dan mengantuk.
Pengosongan lambung bukan satu-satunya stimulus terhadap timbulnya
rasa lapar, karena individu yang pernah mengalami gastrektomi juga
mengalami rasa lapar. Factor lain yang menstimulus timbulnya rasa
lapar adalah kadar glukosa dan asam amino darah. Kadar asam lemak
bebas juga merupakan stimulus terhadap rasa lapar.
a. Proses mencerna
1) Mastikasi
Proses mastikasi memecah partikel makanan yang besar oleh
gigi kemudian mencampur serta melembabkan makanan oleh
sekresi kelenjar liur sehingga terbentuk bolus, massa berlapis saliva.
Kerja homogenisasi dan pembasahan akan membantu proses
pencernaan selanjutnya. Saliva mengandung dua enzim pencernaan,
yaitu lipase lingualis yang disekresi oleh kelenjar pada lidah, dan
ptyalin (amylase saliva), yang disekresi dikelenjar liur. Saliva
memiliki tiga fungsi yaitu: (1). Memungkinkan makanan dikunyah
oleh gigi dan dibentuk menjadi bolus, gumpalan yang dapat ditelan,
(2) menghasilkan ptyalin, enzim dalam saliva yang mengubah
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
26
karbohidrat menjadi maltose, (3) melembabakan lidah dan bagian
dalam mulut serta memungkinkan lidah bergerak saat berbicara.
Keberadaan makanan dalam mulut menyebabkan refleks
sekresi saliva dan juga rangsangan serabut aferen vagus padaujung
kardia esophagus. Sekresi saliva dapat terjadi dengan melihat,
mencium atau memikirkan makanan.
2) Menelan
Menelan atau deglutisi merupakan respon refleks yang
ditimbulkan oleh implus afaren didalam nervus trigeminus,
glasofaringeus dan vagus. Menelan dimulaioleh kerja volunter
mengumpulkan isi mulut keatas lidah dan mendorongnya
kebelakang ke dalam faring, tempat gelombangkontraksi involunter
mulai terjadi. Gelombang kontraksi ini mendorong makanan masuk
ke dalam esophagus.
Proses menelan berjalan melalui tiga tahap yaitu:
a) Tahap volunter
Tahap volunter terjadi ketika bolus didorong oleh lidah kearah
faring, yang di dukung oleh penutupan bibir dan rahang.
b) Tahap faring
Tahap faring terjadi secara involunter. Stimulus taktil pada
mukosa faring menyebebkan palatum mole tertarik ke atas
sehingga nares posterior tertutup. Plika palatofaringeal merapat
untuk mempersempit jalan makanan, sehingga makanan yang
masuk ke faring posterior hanya makanan yang telah hancur.
Selanjutnya epiglottis menutup laring disertai merapatnya pita
suara. Kemudian, dilanjutkan penarikan laring ke depan
sehingga makanan dapat masuk ke dalam esophagus dengan
dorongan kontraksi otot konstriktor faringeus. Pada tahap ini,
pusat menelan mengirim implus untuk menekan
pusatpernafasan. Proses tersebut hanya berlangsung 1-2 detik
sehingga tidak mempengaruhi siklus pernafasan.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
27
c) Tahap esophagus
Tahap esophagus terjadisecara involunter, akibat dorongan
kontraksi otot konstriktor faring. Peristaltis esophagus primer
( peristaltis esophagus sebagai lanjutan kontraksi faring) dan
peristalsis sekunder mengakibatkan rangsang bolus didalam
esophagus serta gaya berat sehingga makanan turun ke lambung.
3) Defekasi
Defekasi sebagian bersifat refleks, dan sebagian lain
merupakan aktivitas volunter. Masuknya makanan dalam rectum
merangsang keinginan defekasi, yang kemudian ditransmisikan
sepanjang saraf parasimpatis aferen ke pars sacralis medulla spinalis
dan pesan eferen ditransmisikan ke sepanjang saraf parasimpatis
eferen untuk mencapai kerja otot.
Keinginan defekasi pertama-tama timbul bila ada tekanan
rectum yang meningkat ± 18 mmhg. Bila tekanan ini mencapai 55
mmhg, spingter ani eksterna dan interna relaksasi dan kemudian isi
rectum di keluarkan. Sebelum tekana yang merelaksasi spingter ani
eksterna dicapai, defekasi volunteer dapat dimilai oleh relaksasi
volunteer sfingter eksterna dan kontriksi otot abdomen (mengejan)
sehingga membantu refleks pengosongan rectum yang distensi.
Merupakan refleks spinalis yang dapat dihambat dengan menjaga
sfingter eksterna kontriksi atau difasilitasi dengan merelaksasi
sfingter eksterna serta mngkontraksi otot abdomen. Secara ringkas,
defekasi terjadi akibat kombinasi refleks dan usaha volunteer.
Refleks defekasi menghasilkan relaksasi sfingter ani interna,
peristaltic bertambah kuat, pernafasan dalam, glottis menutup, otot
abdomen kontraksi, dan otot dasar panggul naik atau kontraksi
mendorong dasar panggul keatas atau ke depan. Diawali dengan
terjadinya refleks sfingter anus, kemudian terjadi kontraksi oto
kolon, disertai kontraksi otot perut serta diagfragma, organ dasar
pelvis naik, terjadi defekasi dan di akhiri dengan sfingter kontraksi,
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
28
kemudian sisa feses dikeluarkan. Namun, defekasi baru terjadi bila
sfingter ani eksterna relaksasi, yang dapat dikontrol secara sadar.
Bila sfinger ani eksterna tetap menutup, refleks defekasi akan
menghilang dengan sendirinya. Refleks defekasi dapat dirangsang
secara sadar dengan bernafas dalam dan mengejan.
4) Motilitas usus
Motilitas usus halus hanya sedikit berkembang sebelum umur
kehamilan 28 minggu. Kontraksi gastrik yang belum teratur
pertamakali ditemukan pada awal minggu ke 26 kehamilan.
Motilitas gastrointestinal mulai dapat diukur pada usia kehamilan
28 sampai 30 minggu walaupun belum mendapatkan diet enteral.
Usus halus menunjukkan pola motilitas yang tidak teratur antara
umur kehamilan 27 dan 30 minggu, dan menjadi pola yang lebih
matang pada kehamilan 33 sampai 34 minggu dimana terdapat
kompleks migrasi mioelektrik. Transit gastroanal berkisar 8 sampai
96 jam pada bayi preterm sedangkan pada orang dewasa 4 sampai
12 jam. Peningkatan koordinasi dan kekuatan kontraksi gaster dan
usus halus mulai didapatkan pada usia kehamilan 30 minggu. Pada
usia kehamilan 36 minggu pola motilitas saluran cerna janin mulai
menyerupai pola motilitas usus bayi yang telah cukup bulan, saat ini
gerakan menghisap dan menelan telah teratur, janin menelan
cairan amnion kira- kira 450 mL/hari pada trimester ketiga.
Motilitas organ saluran cerna diatur oleh input dari miogenik,
neural dan neuroendokrin baik saat puasa atau saat digesti. Berikut
berapa faktor yang mempengaruhi motilitas saluran cerna antara lain
aktivitas listrik otot polos gastrointestinal dan ion Kalsium, kalium
dan kontraksi otot, system syaraf dan neurotransmitter dan
hormon yang disekresi oleh neuron-neuron enterik yang
berpengaruh terhadap motilitas gastrointestinal. Rasio kalium intra
dan ekstraseluler merupakan faktor penentu potensial listrik di sel
membran. hal ini berperan dalam bangkitan potensial jaringan saraf
dan otot. Pada keadaan hipokalemi dapat terjadi keadaan
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
29
eksitabilitas neuromuskuler (hiporefleksia atau paralysis,
penurunan peristaltik atau ileus). Traktus gastrointestinal
memiliki system persarafan yang disebut system saraf enteric,
seluruhnya terletak di dinding usus, mulai dari esophagus
mamanjang sampai ke anus. Sistem ini terutama mengatur
pergerakan dan sekresi gastrointestinal.
5) Neorotransmitter dan hormon pencernaan
Terdapat beberapa zat yang berperan sebagai neurotransmitter
berbeda yang dilepaskan oleh ujung-ujung saraf dari neuron
enterik. Beberapa neurotrassmiter yang sering kita kenal adalah
asetilkolin, norepineprin sedangkan yang lain adalah adenosis
trifosfat, serotonin, dopamin, Kolesistokinin, substansi P, vasoactive
intestinal polypeptide, somatostatin, leu-enkephalin,
metenkephalin, dan bombesin. Fungsi spesifik dari
neurotransmitter ini kurang dikenal, sehingga pembahasannya
terbatas. Hormon tiroid berpengaruh terhadap motilitas saluran
gastrointestinal, pada keadaan hipotiroid terjadi penurunan aktivitas
listrik dan motorik dari esophagus, lambung , usus halus dan usus
besar, sehingga pada keadaan hipotiroid dapat terjadi keadaan
konstipasi. Sedangkan pada keadaan hipertiroid akan terjadi
keadaan sebaliknya yaitu diare.
Hormon motilin adalah suatu suatu hormon polipeptida yang
disekresi oleh sel enterokromatin usus, terbukti dapat membantu
meningkatkan motilitas usus sehingga meningkatkan pula frekuensi
defekasi. Motilin pada orang dewasa, diproduksi oleh sel endokrin
yang berada di atas usus halus. Hormon ini berperan pada
pemendekan waktu transit di usus halus . Kadar motilin plasma
akan meningkat setelah mendapatkan diet secara enteral pada
bayi kurang bulan. Tingginya kadar motilin dalam darah saat
masa neonatus berhubungan dengan efisiensi dari fungsi motorik
saluran cerna.
Absorbsi air di usus halus disebabkan karena derajad osmolaritas
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
30
yang terjadi apabila bahan terlarut ( khususnya natrium) diabsorbsi
secara aktif dari lumen usus oleh sel epitel vili. Ada beberapa
mekanisme penyerapan Na di usus halus : Natrium( Na+) terkait
dengan penyerapan ion klorida atau diabsorbsi langsung sebagai ion
Na+ atau ditukar dengan ion hydrogen atau terkait dengan
absorbsi bahan organik seperti glukosa aatu asam amino tertentu
untuk dapat masuk sel epitel. Penambahan glukosa ke larutan
elektrolit dapat meningkatkan penyerapan Natrium di usus halus
sebanyak tiga kali. Setelah disbsorbsi, natrium dikeluarkan dari sel
epitel melalui pompa ion yang disebut sebagai Na+ K+ ATPase.
Pengeluaran Na+ ke cairan ekatraseluler ini meningkatkan
osmolaritasnya dan menyebabkan air dan elektrolit lainnya mengalir
secara pasip dari lumen usus halus melalui saluran interseluler ke
dalam cairan ekstraseluler. Proses ini menjaga keseimbangan
osmotik antara cairan intraluminer usus dan cairan ekstraseluler.
6) Kendali saraf sistem pencernaan
Sistem pencernaan memiliki dua persyarafan, yaitu saraf
intrinsik dan ekstrinsik. Sistem saraf intrinsik utama terdiri atas dua
fleksus, yaitu: (1) fleksus mienterikus, yang terletak di antara
lapiasan otot longitudinal dan sirkular, dan (2) fleksus submukosa,
yang terletak antara lapisan otot sirkular dan tunika mukosa. Kedua
fleksus ini merupakan ganglion intramural saling berhubungan, dan
mengandung serabut aferen yang bersal dari reseptor pada dinding
dan mukosa saluran cerna. Reseptor regang peka terhadap regangan
dinding saluran cerna dan reseptor kimia peka terhadap komposisi
isi saluran cerna. Sementara itu, serabut eferen dari fleksus ini
menjalar menuju sel kelenjar, sel endokrin intramural, pembuluh
darah, dan otot dinding saluran cerna. Dengan demikian, saraf ini
dapat mengadakan refleks lokal didalam dinding usus, disamping
refleks lain yang melewati sistem saraf pusat.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
31
Sistem saraf ekstrinsik saluran cerna berupa sistem saraf
otonom dengan aktivitas kolinergik serabut parasimpatis, yang
secara umum meningkatkan aktivitas otot polos usus, dan aktivitas
noradrenergik serabut simpatis, yang secara umum menurunkan
aktivitas otot polos usus, sekaligus menyebabkan spingter kontraksi.
Serabut simpatis yang menuju saluran cerna merupakan serabut post
ganglion yang bersinaps pula dengan sel saraf fleksus mienterikus
dan submukosa, mengakibatkan inhibisi presinaptik (menghambat
sekresi asetilkolin).
Di samping itu, terdapat juga serabut saraf yang menuju
pembuluh darah, kelenjar, dan sedikit menuju otot polos usus.
Rangsang simpatis mengakibatkan vasokontriksi, penghambatan
muskularisexterna, dan perangsangan muskularis mukosa. Serabut
parasimpatis berjalan melalui saraf vagus dan saraf pelvis. Vagus
mempersarafi lambung, usus halus, sampai kolon transversum;
sedangkan kolon desenden, sigmoid, dan rectum dipersarafi oleh
saraf pelvis. Serabut parasimpatis ini merupakan serabut pre-
ganglion dan berakhir pada ganglion intramural. Ganglion
intramural ini berfungsi sebagai neuronpost-ganglion yang
mempersarafi dan merangsang otot polos dan kelenjar.
7) Enzim pencernaan pada bayiProses pencernaan kemudian disempurnakan oleh sejumlah
enzim dalan getah usus ( sukus enterikus) sehingga zat makanan
menjadi bentuk yang siap diserap. Enzim-enzim ini banyak
terdapat diantara vili brush border . Beberapa organ dan enzim
yang berperan dalam proses pencernaan zat makanan
(karbohidrat, lemak, dan protein) pada bayi, belum berfungsi
secara optimal. Aktivitas enzim ini akan bertambah sesuai
dengan bertambahnya usia. Aktivitas amilase yang optimal akan
tercapai pada usia 12 bulan, lipase mencapai kadar seperti orang
dewasa pada usia 24 bulan, sedangkan aktivitas tripsin pada bayi
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
32
baru lahir sudah sama dengan orang dewasa.
Karbohidrat terpenting dalam diet bayi adalah laktosa,
sedang pada anak besar dan dewasa 60% karbohidrat dalam diet
adalah pati, sedikit sukrosa dan sedikit sekali laktosa. Kurang
lebih 4,8 % ASI terdiri dari laktosa, yang menyediakan
hampir 40% dari total kalori yang disediakan oleh ASI .
Kolustrum mengandung laktosa yang rendah yaitu sekitar 5,3
gram/100 ml sedangkan pada Limapuluh persen kebutuhan kalori
pada bayi dicukupi dari lemak dalam ASI dan susu formula.
Lebih dari 98% lemak susu ini dalam bentuk triagliseride, yang
mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh yag diesterasi
menjadi gliserol. Asam lemak jenuh utama dalam ASI adalah
asam palmitat yang merupakan 20 – 25 % dari seluruh asam
lemak.dalam ASI, lebih dari 60% asam palmitat diesterasi pada
posisi Sn-2 dari rantai trigliserid.
Pencernaan lemak dimulai saat berada di lambung.
Peristaltik dan gerakan mencampur pada lambung akan memecah
trigliserid dan fosfolipid menjadi emulsi yang lebih halus. Emulsi ini
oleh lipase dihidrolisa menjadi asam lemak , gliserol dan
monogliserida. Lipase pankreas masih rendah pada bulan pertama
setelah lahir.
Pada masa ini pencernaan lemak dibantu oleh lipase gastrik.
Lipase ini diproduksi dalam jumlah banyak saat bayi lahir, dan sangat
penting perannya pada masa bayi. Peran penting ini disebabkan
karena: 1. Adanya perubahan diet fetal yang kaya karbohidrat
menjadi diet bayi bayi baru lahir yang kaya lemak. 2.Eksokrin
pankreas yang belum matang pada masa bayi baru lahir. Pencernaan
lemak dilanjutkan di dalam usus, oleh stimulasi garam empedu, hal
ini karena peran lipase pancreas dan lipase dalam ASI. Bayi normal
lebih mudah mencerna dan menyerap lemak yang berasal dari ASI
dibandingkan lemak susu sapi atau susu formula, disebabkan ASI
mengandung lipase. Selain lipase, ASI juga mengandung amilase dan
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
33
protease.
Pengaturan motilitas dan sekresi enzim-enzim pencernaan
dilakukan oleh refleks-refleks enteral yang akan merespon ada
tidaknya kimus dalam usus. Absorbsi nutrient dalam usus halus
dapat malalui beberapa mekanisme ( difusi, osmosis, difusi yang
difasilitasi atau transport aktif. Kimus selanjutnya menuju usus
besar. Usus besar menyerap hampir seluruh air yang berasal dari
usus halus dan meninggalkannya hanya sekitar 1 % untuk
dieksresikan ke dalam tinja. Mukosa usus besar seperti juga
pada mukosa usus halus, mempunyai kemampuan absorbsi aktif
natrium yang tinggi, dan potensial aksi yang diakibatkan oleh
absorbsi Na+ akan menyebabkan absorbsi klorida. Saat kimus berada
pada bagian distal usus halus, mukosa usus besar mensekresikan ion
bikarbonat bersama dengan proses absorbsi ion Cl-.
Bikarbonat berfungsi menetralisir produk akhir asam dari kerja
bakteri dalam usus besar. Absorbsi ion Na+ dan Cl- menciptakan
gradien tekanan osmotik di sepanjang mukosa usus besar yang
kemudian akan menyebabkan absorbsi air. Usus besar sigmoid
berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa tinja yang
sudah berkurang kandungan cairannya sampai dengan proses
defekasi berlangsung.
Proses pencernaan yang terjadi di usus besar lebih banyak
dikerjakan oleh bakteri usus (mikroflora) bukan oleh enzim.
Mikroflora usus besar dapat memetabolisme nutrient yang tidak
terserap. Usus besar mengsekresikan mukus alkali yang tidak
mengandung enzim. Mukus ini bekerja untuk melumasi dan
melindungi mukosa. Pembusukan oleh bakteri dari sisa-sisa protein
menjadi asam amino dan menjadi zat-zat yang lebih sederhana seperti
indol,skatol dan fenol dan asam lemak rantai pendek seperti asam
aseta, asam butirat dan asam propionat. Pembentukan zat gas
seperti NH3, CO2, H2, H2S dan CH4 membantu pembentukan
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
34
flatus di usus besar. Beberapa substansi ini dikeluarkan dalam tinja
sedangkan zat lainnya diabsorbsi dan diangkut ke hati untuk dirubah
menjadi senyawa yang kurang toksik dan diekskresikan melalui
kemih.
Kelebihan gas dapat terjadi pada eorofagia (menelan udara
secatra berlebihan) dan pada peningkatan gas didalam lumen usus ,
biasanya berkaitan dengan jenis makanan yang dimakan. Makanan
yang mudah membentuk gas seperti kacang- kacangan yang
banyak mengandung karbohidrat yang tidak dapat dicerna. Zat-zat
lain yang terbentuk akibat aktivitas bakteri adalah vitamin K,
B12, thiamin, riboflavin.
B. Penyakit sistem GI yang menyebabkan muntah pada bayi
1. GERD (Gastro Esophageal Refluks Disease)
a. Defenisi
Keadaan dimana isi lambung atau duodenum
mengalami aliran baik (refluks) ke esofagus yang
melebihi batas, sehingga menimbulkan gejala dengan
atau tanpa cedera mukosa esophagus (esofagitis).
Refluks ini dapat terjadi karena sfingter esophagus
bawah tidak kompeten, adanya stenosis pilorik atau
gangguan motilitas. Kekambuhan refluks meningkat
sesuai pertambahan usia. Pengertian lainnya ialah :
kembalinya isi lambung ke esofagus atau lebih
proksimal, Isi lambung tersebut bisa berupa asam
lambung, udara maupun makanan.
b. Etiologi
Berhubungan dengan banyak faktor, tetapi yang paling
utama adalah
1) Penurunan tekanan sfingter esophagus bagian
bawah dan gangguan peristaltik esophagus sekunder
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
35
untuk membersihkan materi refluks dari esophagus.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi
sfingter esophagus bawah adalah posisi sfingter
dalam abdomen, sudut insersi esophagus kedalam
lambung dan tekanan sfingter. Seringnya tekanan
sfingter turun secara spontan merupakan mekanisme
utama refluks, tetapi refleks melalui sfingter yang
lemah kronis sering terjadi apabila tekanan perut
meningkat seperti pada keadaan- keadaan batuk,
menangis dan buang air besar.
2) Inkompetensi kardioesofagus juga menjadi
penyebab. kelainan primer sfinter pada esophagus
bagian bawah, penurunan amplitudo dan panjang dari
daerah tekanan tinggi, secara statistik berkorelasi
dengan refluks patologik walaupun tanda-tanda ini
tidak selalu berarti akan menjadi esofagitis.
3) Hernia hiatus, sering ditemukan dalam hubungan
dengan esofagitis refluks, tetapi hernia hiatus tanpa
tanda esofagitis sehingga peranan etiologic primer
perlu diragukan.
4) Retensi lambung. Peninggian tekanan intaragastrik
yang ditemukan pada obstruksi pintu keluar lambung
atau gastroparesis menambah resiko refluks
gastroesofagus. Kelainan motilitas esofagus juga
menyebabkan terjadinya refluks esofagus.
c. Patofisiologi
Episode refluks bervariasi tergantung kandungan
isinya, volume, lamanya dan hubunganya dengan
makan. Pada proses terjadinya refluks, sfingter
esophagus bawah dalam keadaaan relaksasi atau
melemah oleh peningkatan tekanan intraabdominal
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
36
sehingga terbentuk rongga diantara esophagus dan
lambung. Isi lambung mengalir atau terdorong kuat
kedalam esophagus. Jika isi lambung mencapai
esophagus bagian proksimal dan spfingter esophagus
bagian atas berkontraksi, maka isi lambung tersebut
tetap berada di esophagus dan peristaltic akan
mengembalikannya kedalam lambung. Jika sfingter
esophagus atas relaksasi sebagai respon terhadap
distensi esophagus maka isi labung akan masuk ke
faring, laring, mulut atau nasofaring.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
TIA meningkat
Sfingter esophagus proksimal relaksasi
Rongga antara lambung dan esophagus
Isi lambung naik ke proksimal esophagus
Sfingter esophagus atas kontraksi
Isi lambung di esophagus
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
37
d. Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala sejalan dengan pajanan epitel
esofagus terhadap refluks isi lambung. Sebanyak 85%
bayi yang mengalami refluks, mengalami muntah
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
Distensi esophagus
Sfingter esophagus atas relaksasi
MUNTAH
Bayi Anak dan Remaja
Tidak mau makan/minum/menetek
Muntah berulang
Gagal tumbuh (failure to thrive)
Rewel terus-menerus
Tersedak/apnea (henti napas sesaat)
berulang
Posisi opistotonus
Nyeri perut
Rasa terbakar di dada/ulu hati
(heartburn)
Muntah berulang
Kesulitan menelan (disfagia)
Batuk kronik/mengi
Suara serak
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
38
berlebihan yang terjadi pada umur minggu pertama;
pada 10% bayi, timbul gejala pada umur 6 minggu.
Gejala akan mereda sendiri tanpa adanya pengobatan
(+-60%) pada penderita yang berusia 2 tahun, ketika
anak tersebut banyak mengambil posisi tegak dan
makan makansn padat, tetapi sisanya terus tetap
memiliki gejala paling tidak sampai usia 4 tahun.
e. Evaluasi Diagnostik
1) Pemantauan pH esophagus ( 12-36 jam) : menilai dan evaluasi
derajat refluks asam lambung.
2) Endoskopi
3) Menelan Barium
f. Penatalaksanaan
1) Bayi atau orang tua : diet tinggi serat, rendah lemak
2) Medikamentosa :
a) Antasida : netralisir sekresi HCL
b) Antagonis reseptor Histamin : menghambat sekresi asam
dengan memblok kerja histamine pada reseptor histamine dari
sel parietal di lambung. Contoh : Cimetide, Ranitidine,
Famotidine, Nizatidin
c) Inhibitor Pompa Proton (asam lambung) : menurunkan sekresi
HCL dengan memperlambat pompa hydrogen, kalium adeosin
tripospat ( H+,K+, ATpase) pada permukaan sel-sel
parietal. Contoh : Omeprazol
d) Agen prokinetik : mempercepat pengosongan lambung. Contoh
: betanekol (Urecholin), Domperidon (Moxilum),
metaklopramide (Reglan), sikaprid (Propulsid)
e) Pembedahan : fundoplikasi ( membungkus bagian fundus
lambung mengitari area sfingter esophagus)
2. SPH (Stenosis Pirolik Hypertrofi)
a. Definisi
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
39
Stenosis pilorus merupakan penyakit yang langka dan terjadi pada
bayi yang baru lahir yaitu kelainan pada otot-otot pilorusnya. Otot-otot
pilorus (pyloric sphincter) terletak di ujung bawah lambung yang
menghubungkan lambung dan usus kecil. Pada stenosis pilorus, otot-
otot pilorus akan membesar dan menghalangi makanan masuk ke usus
halus bayi. Penyakit ini dapat menyebabkan muntah yang hebat,
dehidrasi dan penurunan berat badan. Bayi dengan kondisi ini mungkin
tampak selalu lapar.
b. Etiologi
Penyebab stenosis pilorik tidak diketahui, tetapi ada kecenderungan
faktor konginetal ikut berperan. Faktor didapat mungkin terlibat dalam
pathogenesis terbentuknya lesi.
c. Patofisiologi
Anak dengan stenosis pilorus dapat menunjukkan gangguan
metabolik yang bervariasi, paling sering terjadi hipokloremia responsif
klorida (atau saline), hipokalemia, hipovolemia dan alkalosis metabolik
hiponatremia. Hipokalsemia mungkin berhubungan dengan
hiponatremia. Normalnya setiap 1 mEq dari asam lambung yang
disekresikan menyebabkan 1 mEq HCO3- dihasilkan. Asam lambung
ini melewati lambung menuju duodenum dan dinetralisir oleh HCO3-
pankreas. Pada kasus ini, asam lambung yang dihasilkan hilang dari
tubuh akibat muntah atau aspirasi gaster saat HCO3- yang dihasilkan
terus meningkat dalam plasma. Peningkatan beban HCO3- ini tidak
dapat ditanggulangi oleh tubulus proksimal ginjal dan meningkatkan
sejumlah NaHCO3 yang dibawa ke tubulus distal, dimana tidak dapat
reabsorbsi. Sehingga ginjal menghasilkan urine yang alkalis dengan pH
> 7,0. Karena adanya juga deplesi volume cairan ekstrasel (ECFV)
maka ginjal berusaha untuk menghemat Na+ dengan menstimulasi
sekresi aldosteron. Hipokalemia timbul karena K+ hilang akibat muntah
dan melalui urin yang bertukar dengan H+ (dalam usaha untuk
menghemat Na+). Keadaan ini juga menyebabkan perubahan intrasel
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
40
yang membuat pHnya menjadi lebih alkalis. Dengan adanya deplesi
Na+ dan K+, ginjal mensekresikan urine lebih asam (paradoxical
aciduria) meningkatkan lebih lanjut alkalosis metabolik. Hipokloremia
timbul karena hilangnya Cl- akibat sekresi gaster dan pada usaha
menghemat Cl-, maka Cl- urin dikeluarkan < 20 mEq/L. Konsentrasi Cl-
dan Na+ urin biasanya sama dan keduanya menjadi rendah pada
keadaan hipovolemia karena keduanya direabsorbsi bersama-sama.
Akan tetapi pada stenosis pilorus, sejumlah Na+ yang hilang merupakan
keharusan dengan adanya kelebihan HCO3- sehingga Na+ yang
ditemukan dalam urin tidak sesuai dengan deplesi ECFV. Sebaliknya,
semua Cl- direabsorbsi dalam pertukaran sehingga kadar Cl- urin
merupakan suatu prediktor yang lebih akurat terhadap status volume
pasien.
d. Manifestasi klinik
Tanda-tanda stenosis pilorus muncul dalam waktu 3-5 minggu
setelah lahir. Stenosis pilorus jarang terjadi pada bayi yang lebih tua
dari usia 3 bulan. Tanda-tanda dan gejala stenosis pilorus sebagai
berikut:
1) Muntah : pada awalnya hanya muntah ringan dan secara bertahap
menjadi lebih parah. Muntahan kadang-kadang bisa mengandung
darah.
2) Merasa kelaparan Bayi yang menderita stenosis pilorus sering
ingin segera makan setelah muntah.
3) Kontraksi perut terlihat seperti gelombang kontraksi yang bergerak
di perut bagian atas bayi segera setelah makan tapi sebelum muntah.
Hal ini disebabkan oleh otot-otot perut yang mencoba untuk
memaksa makanan melewati saluran keluar pilorus.
4) Dehidrasi : bayi menangis tanpa air mata atau menjadi lesu. Bayi
juga hanya mengeluarkan urine yang sedikit.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
41
5) Perubahan buang air besar Stenosis pilorus mencegah makanan
mencapai usus, bayi dengan kondisi ini mungkin menderita
sembelit.
6) Bermasalah dengan berat badan Stenosis pilorus dapat
menghambat kenaikan berat badan bayi dan kadang menyebabkan
penurunan berat badan.
7) Pemeriksaan fisik didapatkan :
a) Tanda-tanda dehidrasi yaitu ubun-ubun yang cekung, turgor
kulit kembali lambat/sangat lambat, mulut kering, air mata yang
kering, berkurangnya frekuensi miksi (kurang dari satu popok
basah dalam enam jam pada bayi) atau anak dengan denyut
jantung cepat (bervariasi, tergantung umur anak) sehingga dapat
dinilai derajat dehidrasi untuk penatalaksanaan selanjutnya.
b) Iritasi peritonium dicurigai pada anak yang menahan sakit
dengan posisi memeluk lutut, perlu diperiksa adanya distensi,
darm countour dan darm steifung, peningkatan serta bising usus.
c) Teraba massa, organomegali, perut yang lunak atau tegang
harus diperhatikan dan diperiksa dengan seksama. Pada pilorus
hipertrofi akan teraba massa pada kuadran kanan atas perut.
d) Intususepsi biasanya ditandai dengan perut yang lunak, masa
berbentuk sosis pada kuadran kanan atas dan ada bagian yang
kosong pada kuadran kanan bawah (Dance sign)
e. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
a) Darah lengkap
b) Elektrolit serum pada bayi dan anak yang dicurigai mengalami
dehidrasi.
c) Urinalisis, kultur urin, ureum dan kreatinin untuk mendeteksi
adanya infeksi atau kelainan saluran kemih atau adanya
kelainan metabolik.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
42
d) Asam amino plasma dan asam organik urin perlu diperiksa bila
dicurigai adanya penyakit metabolik yang ditandai dengan
asidosis metabolik berulang yang tidak jelas penyebabnya.
e) Amonia serum perlu diperiksa pada muntah siklik untuk
menyingkirkan kemungkinan defek pada siklus urea.
f) Faal hepar, amonia serum, dan kadar glukosa darah perlu
diperiksa bila dicurigai ke arah penyakit hati.
g) Amilase serum biasanya akan meningkat pada pasien
pankreatitis akut. Kadar lipase serum lebih bermanfaat karena
kadarnya tetap meninggi selama beberapa hari setelah serangan
akut.
h) Feses lengkap, darah samar dan parasit pada pasien yang
dicurigai gastroenteritis atau infeksi parasit.
2) Ultrasonografi
Dilakukan pada pasien dengan kecurigaan stenosis pilorik, akan
tetapi dua pertiga bayi akan memiliki hasil yang negatif sehingga
menbutuhkan pemeriksaan barium meal.
3) Foto polos abdomen
a) Posisi supine dan left lateral decubitus digunakan untuk
mendeteksi malformasi anatomik kongenital atau adanya
obstruksi.
b) Gambaran air-fluid levels menandakan adanya obstruksi tetapi
tanda ini tidak spesifik karena dapat ditemukan pada
gastroenteritis
c) Gambaran udara bebas pada rongga abdomen, biasanya di
bawah diafragma menandakan adanya perforasi.
4) Barium meal
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
43
Tindakan ini menggunakan kontras yang nonionik, iso-osmolar,
serta larut air. Dilakukan bila curiga adanya kelainan anatomis dan
atau keadaan yang menyebabkan obstruksi pada pengeluaran gaster.
5) Barium enema
Untuk mendeteksi obstrusi usus bagian bawah dan bisa sebagai
terapi pada intususepsi.
f. Penatalaksanaan
Penanganan muntah pada anak tergantung penyebabnya. Jangan
berikan obat antimuntah karena obat tersebut tidak menyembuhkan
muntahnya, malahan dapat menyesatkan bila ternyata anak tengah
menderita suatu kelainan saluran pencernaan yang memerlukan upaya
bedah. selain itu, obat anti muntah juga dapat menimbulkan efek
samping.
g. Komplikasi
1) Komplikasi metabolik
Dehidrasi, alkalosis metabolik, gangguan elektrolit dan asam basa,
deplesi kalium, natrium. Dehidrasi terjadi sebagai akibat dari
hilangnya cairan lewat muntah atau masukan yang kurang oleh
karena selalu muntah. Alkalosis sebagai akibat dari hilangnya asam
lambung, hal ini diperberat oleh masuknya ion hidrogen ke dalam
sel karena defisiensi kalium dan berkurangnya natrium
ekstraseluler. Kalium dapat hilang bersama bahan muntahan dan
keluar lewat ginjal bersama-sama bikarbonat. Natrium dapat hilang
lewat muntah dan urine. Pada keadaan alkalosis yang berat, pH
urine dapat 7 atau 8, kadar natrium dan kalium urine tinggi
walaupun terjadi deplesi Natrium dan Kalium
2) Gagal Tumbuh Kembang
Muntah berulang dan cukup hebat menyebabkan gangguan gizi
karena intake menjadi sangat berkurang dan bila hal ini terjadi
cukup lama, maka akan terjadi kegagalan tumbuh kembang.
3) Aspirasi Isi Lambung
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
44
Aspirasi bahan muntahan dapat menyebabkan asfiksia. Episode
aspirasi ringan berulang menyebabkan timbulnya infeksi saluran
nafas berulang. Hal ini terjadi sebagai konsekuensi GERD.
4) Mallory Weiss syndrome
Merupakan laserasi linier pada mukosa perbatasan esofagus dan
lambung. Biasanya terjadi pada muntah hebat berlangsung lama.
Pada pemeriksaan endoskopi ditemukan kemerahan pada mukosa
esofagus bagian bawah daerah LES. Dalam waktu singkat akan
sembuh. Bila anemia terjadi karena perdarahan hebat perlu
dilakukan transfusi darah
5) Peptik esofagitis
Akibat refluks berkepanjangan pada muntah kronik menyebabkan
iritasi mukosa esophagus oleh asam lambung
3. Hirschprung
a. Definisi
Hirscgprung (megakolon/anganglionic congenital ) adalah anomali
kongenital yang mengakibatkan obstruksi mekanik karena
ketidakadekuatan motilitas sebagian usus (wong, 1996). Hirschprung
merupakan keadaan tidak ada atau kecilnya segmen saraf ganglion
parasimpatik pada pleksus meinterikus dari kolon distalis (sacharin,
1986). Daerah yang terkena sebagai segmen anganglionik (catzel &
roberts, 1992).
b. Etiologi
Penyebab penyakit ini belum diketahui (greaf, 1994). Kemungkinan
melibatkan faktor genetik. Terdapat hubungan peningkatan resiko
familiar dari penyakit ini, dimana laki-laki lebih banyak dibandingkan
dengan perempuan 4:1 (behrman, 1996).
c. Klasifikasi
Hirschprung dibedakan sesuai dengan panjang segmen yang
terkena, hirschprung dibedakan menjdi dua tipe berikut:
1) Segmen pendek
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
45
Segmen pendek anganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid,
terjadi pada sekitar 70% kasusu penyakit hirschprung dan tipe ini
sering ditemukan pada laki-laki dibandingkan anak perempuan.
Pada tipe segemn pendek yang umum, insidennya 5 kali lebih besar
pada laki-laki dibanding wanita dan kesempatan bagi saudara laki-
laki dari prnderita anak untuk mengalami penyakit ini adalah 1 dari
20 (sacharin, 1986).
2) Segmen panjang
Daerah anganglioniosis dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat
mengenai seluruh kolon atau sampai otot halus. Laki-laki dan
permepuan memiliki peluang yang sama, terjadi pada 1 dari 10
kasus tanpa membedakan jenis kelamin (Staf Pengajar Ilmu
Kesehatan Anak FKUI, 1996)
d. Manifestasi
Obstipasi dan sembelit merupakan tanda utama pada hirschprung,
dan pada bayi baru lahir dapat merupakan gejala obstruktif akut. Tiga
tanda (trias) yang sering ditemukan meliputi mekonium yang terlambat
keluar (lebih dari 24 jam), perut kembung, dan muntah berwarna hijau.
Pada neonatus, kemungkinan ada riwayat keterlambatan keluarnya
mekonium selama 3 haria tau bahkan leibh mungkin menandakan
terdapat obstruksi rektum dengan distensi abdomen progresif dan
muntah; sedangkan pada anak yng lebih besar kadang-kadang
ditemukan keluhan adanya diare atau enterokolitis kronik yang lebih
menonjol daripada tanda-tanda obstipasi (sembelit).
Terjadinya diare yang berganti-ganti dengan konstipasi
merupakan hal yang tidak lazim. Apabila disertai dengan komplikasi
enterokolitis, anak akan mengeluarkan feses yang besar dan
mengandung darah serta sangat berbau, dan terdapat peristaltik dan
bising usus yang nyata. Sebagian besar tanda dapat ditemukan pada
minggu pertama kehidupan, sedangkan yang lain ditemukan sebagai
kasus konstipas kronik dengan tingkat keparahan yang meningkat
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
46
sesuai dengan pertambahan umur anak; pada anak yang lebih tua
biasanya terdapat konstipasi kronik disertai anoreksia dan kegagalan
pertumbuhan.
e. Patofisiologi
Penyakit Hirschprung ditimbulkan karena kegagalan migrasi
kranio-kaudal dari cikal bakal sel ganglion sepanjang usus pada minggu
ke 5 sampai minggu ke 12., yang mengakibatkan terdapatnya segmen
aganglionik. Dalam segmen ini, peristalsis propulsif yang terkoordinasi
akan hilang dan sfingter anal internal gagal untuk mengendor pada saat
distensi rektum. Hal ini menimbulkan obstruksi, distensi abdomen dan
konstipasi. Segmen aganglionik distal tetap menyempit dan segmen
ganglionik proksimal mengalami dilatasi. Hal ini tampak pada enema
barium sebagai zona transisi. (Fardah,2006)
Aganglionosis bawaan dari usus distal mendefinisikan penyakit
Hirschsprung. Aganglionosis dimulai dengan anus, yang selalu terlibat,
dan terus proksimal untuk jarak variabel. Baik myenteric (Auerbach)
dan pleksus submukosa (Meissner) pleksus tidak hadir, sehingga
peristaltik usus berkurang dan fungsi. Mekanisme yang tepat yang
mendasari perkembangan penyakit Hirschsprung tidak diketahui.
Sel ganglion enterik berasal dari puncak saraf. Dalam
perkembangan normal, neuroblasts akan ditemukan di usus kecil pada
minggu ke-7 kehamilan dan akan mencapai usus besar pada minggu 12
gestation. Satu etiologi yang mungkin untuk penyakit Hirschsprung
adalah sebuah cacat dalam migrasi ini neuroblasts menyusuri jalan
setapak mereka usus distal. Atau, migrasi yang normal dapat terjadi
dengan kegagalan neuroblasts untuk bertahan hidup, berkembang biak,
atau membedakan di segmen aganglionik distal. distribusi abnormal di
usus yang terkena komponen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
neuronal dan pembangunan, seperti fibronektin, laminin, sel saraf
adhesion molecule (NCAM), dan faktor neurotropik, mungkin
bertanggung jawab untuk teori ini. Selain itu, pengamatan bahwa sel-sel
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
47
otot polos usus aganglionik adalah elektrik tidak aktif ketika menjalani
studi elektrofisiologik juga menunjukkan komponen myogenic dalam
pengembangan Hirschsprung disease.Akhirnya, kelainan pada sel-sel
interstitial, sel saraf enterik menghubungkan alat pacu jantung dan usus
halus otot, juga telah didalilkan sebagai factor. Kontribusi penting Tiga
pleksus saraf usus innervate: yang submukosa (yaitu, Meissner)
pleksus, (yaitu, Auerbach) intermuskularis pleksus, dan mukosa pleksus
lebih kecil. Semua pleksus yang halus terintegrasi dan terlibat dalam
semua aspek fungsi usus, termasuk penyerapan, sekresi, motilitas, dan
aliran darah (Lee,2009).
Motilitas normal terutama di bawah kendali neuron intrinsik.
fungsi usus memadai, meskipun kehilangan persarafan ekstrinsik.
ganglia ini mengontrol kontraksi dan relaksasi otot polos, dengan
relaksasi mendominasi. kontrol ekstrinsik terutama melalui serat
kolinergik dan adrenergik. Serat kolinergik menyebabkan kontraksi,
dan serat terutama menyebabkan inhibisi adrenergik.
Pada pasien dengan penyakit Hirschsprung, sel-sel ganglion tidak
hadir, yang mengarah ke peningkatan yang ditandai dalam usus
persarafan ekstrinsik. Persarafan dari kedua sistem kolinergik dan
sistem adrenergik 2-3 kali dari persarafan normal. Sistem (rangsang)
adrenergik diperkirakan mendominasi atas sistem (penghambat)
kolinergik, menyebabkan peningkatan nada otot polos. Dengan
hilangnya penghambatan saraf intrinsik enterik, nada yang meningkat
terlindung dan menyebabkan ketidakseimbangan kontraktilitas otot
polos, peristaltik tidak terkoordinasi, dan obstruksi fungsional.
(Lee,2009)
Pada penyakit Hirschsprung, sel-sel saraf tertentu (sel ganglion) di
sebagian usus besar hilang. Karena itu otot-otot di daerah tersebut tidak
bisa relaksasi, kontraksi otot yang biasanya mendorong makanan dan
limbah pencernaan melalui bagian dari usus besar tidak dapat terjadi.
Gambar di bawah menunjukkan rektum usus besar di mana kekurangan
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
48
sel ganglion syaraf, menyebabkan pembengkakan di daerah di atasnya.
(Sexton,2010).
f. Komplikasi Hirschprung
Menurut Corwin (2001), komplikasi penyakit hirschprung yaitu
gangguan elektrolit dan perforasi usus apabila distensi tidak dilatasi.
Munurut Mansjoer (2000), komplikasi penyakit hirschprung yaitu:
Pneumatosis usus, Enterokolitis nekrotiokans, Abses peri kolon, dan
Septikemia.
Sedangkan komplikasi yang muncul pasca bedah antara lain:
1) Gawat pernafasan (akut)
Disebabkan karena distensi abdomen yang menekan paru – paru
sehinggamengganggu ekspansi paru.
2) Enterokolitis (akut)
Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri dan pengeluaran
endotoxin.
3) Stenosis strikturani
Gerakan muskulus sfingter ani tak pernah mengadakan gerakan
kontraksi dan relaksasi karena adanya coloctomy sehingga terjadi
kekakuan atauapun penyempitan.
g. Penatalaksanaan
Terapi terbaik pada bayi dan anak dengan Hirschsprung
tergantung dari diagnosis yang tepat dan penanganan yang cepat.
Keputusan untuk melakukan Pulltrough ketika diagnosis ditegakkan
tergantung dari kondisi anak dan respon dari terapi awal.. Decompresi
kolon dengan pipa besar, diikuti dengan washout serial, dan
meninggalkan kateter pada rektum harus dilakukan. Antibiotik
spektrum luas diberikan, dan mengkoreksi hemodinamik dengan cairan
intravena. Pada anak dengan keadaan yang buruk, perlu dilakukan
colostomy
Diagnosis dari penyakit hirschsprung pada semua kasus
membutuhkan pendekatan pembedahan klinik terdiri dari prosedur
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
49
tingkat multipel. Hal ini termasuk kolostomi pada neonatus, diikuti
dengan operasi pull-through definitif setelah berat badan anak >5 kg
(10 pon). Ada 3 pilihan yang dapat digunakan, untuk setiap
prosedurnya, prinsip dari pengobatan termasuk menentukan lokasi dari
usus di mana zona transisi antara usus ganglionik dan aganglionik,
reseksi bagian yang aganglionik dari usus dan melakukan anastomosis
dari daerah ganglionik ke anus atau bantalan mukosa rektum (Hackam,
2005)
Dewasa ini ditunjukkan bahwa prosedur pull-through primer
dapat dilakukan secara aman bahkan pada periode neonatus.
Pendekatan ini mengikuti prinsip terapi yang sama seperti pada
prosedur bertingkat melindungi pasien dari prosedur pembedahan
tambahan. Banyak dokter bedah melakukan diseksi intra abdominal
menggunakan laparoskop. Cara ini terutama banyak pada periode
neonatus yang dapat menyediakan visualisasi pelvis yang baik. Pada
anak-anak dengan distensi usus yang signifikan adalah penting untuk
dilakukannya periode dekompresi menggunakan rectal tube jika akan
dilakukan single stage pull-through. Pada anak-anak yang lebih tua
dengan kolon hipertrofi, distensi ekstrim, kolostomi dilakukan dengan
hati-hati sehingga usus dapat dekompresi sebelum dilakukan prosedur
pull-through. Namun, harus ditekankan, tidak ada batas umur pada
prosedur pull-through (Hackam, 2005).
Dari ketiga prosedur pull-through yang dilakukan pada penyakit
Hirschsprung yang pertama adalah prosedur Swenson. Pada operasi ini
rektum aganglionik diseksi pada pelvis dan dipindahkan ke anus. Kolon
ganglionik lalu dianastomosis ke anus melalui pendekatan perineal.
Pada prosedur Duhamel, diseksi di luar rektum dibatasi terhadap ruang
retrorektal dan kolon ganglionik dianastomosis secara posterior tepat di
atas anus. Dinding anterior dari kolon ganglionik dan dinding posterior
dari rektum aganglionik dianastomosis menggunakan stappler.
Walaupun kedua prosedur ini sangat efektif, namun keterbatasannya
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
50
adalah adanya kemungkinan kerusakan syaraf parasimpatis yang
menempel pada rektum. Untuk mengatasi masalah ini, prosedur Soave
menyertakan diseksi seluruhnya dari rektum. Mukosa rektum
dipisahkan dari mukosa muskularis dan kolon yang ganglionik dibawa
melewati mukosa dan dianastomosis ke anus. Operasi ini dapat
dilakukan sepenuhnya dari bawah. Dalam banyak kasus, sangat penting
untuk menentukan dimana terdapat usus yang ganglionik. Banyak ahli
bedah mempercayai bahwa anastomosis dilakukan setidaknya 5 cm dari
daerah yang sel ganglion terdeteksi. Dihindari dilakukannya pull-
through pada zona transisi yang berhubungan dengan Panjangnya
angka komplikasi karena tidak adekuatnya pengosongan segmen usus
yang aganglionik. Sekitar 1/3 pasien yang di pull-through pada zona
transisi akan membutuhkan reoperasi (Hackam, 2005).
Komplikasi utama dari semua prosedur diantaranya enterokolitis
post operatif, konstipasi dan striktur anastomosis. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya, hasil jangka panjang dengan menggunakan 3
prosedur sebanding dan secara umum berhasil dengan baik bila
ditangani oleh tangan yang ahli. Ketiga prosedur ini juga dapat
dilakukan pada aganglionik kolon total dimana ileum digunakan
sebagai segmen yang di pull-through (Hackam, 2005).
Beberapa metode operasi biasa digunakan dalam penatalaksanaan
penyakit hirschsprung:
1) Secara klasik, dengan melakukan insisi di bagian kiri bawah
abdomen kemudian dalakukan identifikasi zona transisi dengan
melakukan biopsy seromuskuler.
2) Terapi definitive yang dilakukan pada penyakit hirschprung ada 3
metode:
a) Metode Swenson: pembuangan daerah aganglion hingga batas
sphincter ani interna dan dilakukan anastomosis coloanal pada
perineum
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
51
b) Metode Duhamel: daerah ujung aganglionik ditinggalkan dan
bagian yang ganglionik ditarik ke bagian belakang ujung daerah
aganglioner. stapler GIA kemudian dimasukkan melalui anus.
c) Teknik Soave: pemotongan mukosa endorectal dengan bagian
distal aganglioner.
Setelah operasi pasien-pasien dengan penyakit hirschprung biasanya
berhasil baik, walaupun terkadang ada gangguan buang air besar.
Sehingga konstipasi adalah gejala tersering pada pascaoperasi (Warner,
2004).
h. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan colok dubur
Pada penderita Hirscprung, pemeriksaan colok anus sangat penting
untuk dilakukan. Saat pemeriksaan ini, jari akan merasakan jepitan
karena lumenrektum yang sempit, pada saat ditarik akan diikuti
dengan keluarnya udara dan mekonium (feses) yang menyemprot.
2) Pemeriksaan lain
a) Foto polos abdomen tegang akan memperlihatkan usus-usus
melebar atau terdapat gambaran obstruksi usus rendah.
b) Pemeriksaan radiologis akan memperlihatkan kelaianan pada
kolon setelah enema barium. Radiografi biasa akan
memperlihatkan dilatasi dari kolon di atas segmen aganglionik.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
52
c) Biopsy rectal dilakukan dengan anastesi umum, hal ini
mengakibatkan diperolehnya sampel lapisan otot rektum untuk
pemeriksaan adanya sel ganglion dari pleksus Aurbach (biopsi)
yang lebih superficial untuk memperoleh mukosa dan
submukosa bagi pemeriksaan pleksus meissner.
d) Manometri anorektal merupakan uji dengan suatu balon yang
ditempatkan dalam rektum dan dikembangkan. Secara normal,
dikembangkannya balon akan menghambat sfingter ani interna.
Efek inhibisi pada penyakit Hirscprung tidak ada dan jika balon
berada dalam usus aganglionik, dapat diidentifikasi gelombang
rektal yang abnormal. Uji ini efektif dilakukan pada masa
neonatus karena dapat diperoleh hasil baik positif palsu ataupun
negatif palsu.
4. Atresia esofagus
a. Definisi
Athresia Esophagus adalah perkembangan embrionik abnormal
esophagus yang menghasilkan pembentukan suatu kantong (blind
pouch), atau lumen berkurang tidak memadai yang mecegah perjalanan
makanan / sekresi dari faring ke perut. Atresia berarti buntu, atresia
esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu),
pada esofagus (+). Pada sebagian besar kasus atresia esofagus ujung
esofagus buntu, sedangkan pada ¼ -1/3 kasus lainnya esophagus bagian
bawah berhubungan dengan trakea setinggi karina (disebut sebagai
atresia esophagus dengan fistula).
Kelainan lumen esophagus ini biasanya disertai dengan fistula
trakeoesofagus. Atresia esofagus sering disertai kelainan bawaan lain,
seperti kelainan jantung, kelainan gastrointestinal (atresia duodeni
atresiasani), kelainan tulang (hemivertebrata). Atresia Esofagus
termasuk kelompok kelainan kongenital terdiri dari gangguan
kontuinitas esofagus dengan atau tanpa hubungan persisten dengan
trachea.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
53
Atresia esofagus pertama kali dikemukakan oleh Hirscprung
seorang ahli anak dari Copenhagen pada abad 17 tepatnya pada tahun
1862 dengan adanya lebih kurang 14 kasus atresia esofagus, kelainan
ini sudah di duga sebagai suatu malformasi dari traktus gastrointestinal.
Tahun 1941 seorang ahli bedah Cameron Haight dari Michigan telah
berhasil melakukan operasi pada atresia esofagus dan sejak itu pulalah
bahwa Atresia Esofagus sudah termasuk kelainan kongenital yang bisa
diperbaiki.
Di Amerika Utara insiden dari Atresia Esofagus berkisar 1:3000-
4500 dari kelahiran hidup, angka ini makin lama makin menurun
dengan sebab yang belum diketahui. Secara Internasional angka
kejadian paling tinggi terdapat di Finlandia yaitu 1:2500 kelahiran
hidup. Atresia Esofagus 2-3 kali lebih sering pada janin yang kembar.
b. Patofisiologi
Janin dengan atresia esofagus tidak dapat menelan cairan amnion
dengan efektif. Pada janin dengan atresia esofagus dan TEF distal,
cairan amnion akan mengalir menuju trakea, ke fistula kemudian
menuju usus.
Neonatus dengan atresia esofagus tidak dapat menelan dan
menghasilkan banyak air liur. Pneumonia aspirasi dapat terjadi bila
terjadi aspirasi susu, atau liur. Apabila terdapat TEF distal, paru-paru
dapat terpapar asam lambung. Udara dari trakea juga dapat mengalir ke
bawah fistula ketika bayi menangis, atau menerima ventilasi. Hal ini
dapat menyebabkan perforasi gaster akut yang sering kali mematikan.
Trakea juga dipengaruh oleh gangguan embriologenesis pada atresia
esofagus. Membran trakea seringkali melebar dengan bentuk D, bukan
C seperti biasa. Perubahan ini menyebabkan kelemahan sekunder pada
stuktur anteroposterior trakea atau trakeomalacia. Kelemahan ini akan
menyebabkan gejala batuk kering dan dapat terjadi kolaps parsial pada
eksirasi penuh. Sekret sulit untuk dibersihkan dan dapat menjurus ke
pneumonia berulang. Trakea juga dapat kolaps secara parsial ketika
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
54
makan, setelah manipulasi, atau ketika terjadi refluks gastroesofagus;
yang dapat menjurus ke kegagalan nafas; hipoksia, bahkan apnea.
c. Etiologi
Sampai saat ini belum diketahui zat teratogen apa yang bisa
menyebabkan terjadinya kelainan Atresia Esofagus, hanya dilaporkan
angka rekuren sekitar 2 % jika salah satu dari saudara kandung yang
terkena. Atresia Esofagus lebih berhubungan dengan sindroma trisomi
21,13 dan 18 dengan dugaan penyebab genetik. Namun saat ini, teori
tentang tentang terjadinya atresia esofagus menurut sebagian besar ahli
tidak lagi berhubungan dengan kelainan genetik Perdebatan tetang
proses embriopatologi masih terus berlanjut, dan hanya sedikit yang
diketahui.
d. Klasifikasi
1) Atresia Esofagus dengan fistula trakheooesophageal distal
Merupakan gambaran yang paling sering pada proksimal esofagus,
terjadi dilatasi dan penebalan dinding otot berujung pada
mediastinum superior setinggi vetebra thoracal III/IV. Esofagus
distal (fistel), yang mana lebih tipis dan sempit, memasuki dinding
posterior trakea setinggi carina atau 1-2 cm diatasnya. Jarak antara
esofagus proksimal yang buntu dan fistula trakheooesofageal distal
bervariasi mulai dari bagian yang overlap hingga yang berjarak jauh
2) Esofagus distal dan proksimal tanpa hubungan dengan Esofagus
terisolasi dan tanpa fistula
segmen esofagus proksimal, dilatasi dan dinding menebal dan
biasanya berakhir setinggi mediastinum posterior sekitar vetebra
thorakalis II. Esofagus distal pendek dan berakhir pada jarak yang
berbeda diatas diagframa.
3) Fistula trakheoesofagus tanpa atresia
Terdapat hubungan seperti fistula antara esofagus yang secara
anatomi cukup intak dengan trakhea. Traktus yang seperti fistula ini
bisa sangat tipis/sempit dengan diameter 3-5 mm dan umumnya
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
55
berlokasi pada daerah servikal paling bawah. Biasanya single tapi
pernah ditemukan dua bahkan tiga fistula.
4) Atresia erofagus dengan fistula trakeo esofagus proksimal
Gambaran kelainan yang jarang ditemukan namun perlu dibedakan
dari jenis terisolasi. Fistula bukan pada ujung distal esofagus tapi
berlokasi 1-2 cm diatas ujung dinding depan esofagus.
5) Atresia esofagus dengan fistula trakheo esofagus distal dan
proksimal Pada kebanyakan bayi, kelainan ini sering terlewati
(misdiagnosa) dan di terapi sebagai atresia proksimal dan fistula
distal. Sebagai akibatnya infeksi saluran pernapasan berulang,
pemeriksaan yang dilakukan memperlihatkan suatu fistula dapat
dilakukan dan diperbaiki keseluruhan.
e. Gambaran Klinis
Ada beberapa keadaan yang merupakan gejala dan tanda atresia
esofagus, antara lain:
1) Mulut berbuih (gelembung udara dari hidung dan mulut) dan liur
selalu meleleh dari mulut bayi
2) Sianosis
3) Batuk dan sesak napas
4) Gejala pneumonia akibat regurgitasi air ludah dari esofagus yang
buntu dan regurgitasi cairan lambung melalui fistel ke jalan napas
5) Perut kembung atau membuncit, karena udara melalui fistel masuk
kedalam lambung dan usus
6) Oliguria, karena tidak ada cairan yang masuk
7) Biasanya juga disertai dengan kelainan bawaan yang lain, seperti
kelainan jantung, atresia rectum atau anus.
f. Diagnosis
Diagnosa dari atresia esofagus / fistula trakheoesofagus bisa
ditegakkan sebelum bayi lahir. Salah satu tanda awal dari atresia
esofagus diketahui dari pemeriksaan USG prenatal yaitu
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
56
polihidramnion, dimana terdapat jumlah cairan amnion yang sangat
banyak. Tanda ini bukanlah diagnosa pasti tetapi jika ditemukan harus
dipikirkan kemungkinan atresia esofagus. Diagnosa Atresia Esofagus
dicurigai pada masa prenatal dengan penemuan gelembung perut
(bubble stomach) yang kecil atau tidak ada pada USG setelah
kehamilan 18 minggu. Secara keseluruhan sensifitas dari USG sekitar
42 %. Polihidraminon sendiri merupakan indikasi yang lemah dari
Atresia Esofagus (insiden 1%). Metoda yang tersedia untung
meningkatkan angka diagnostik prenatal termasuk pemeriksaan
ultrasound pada leher janin untuk menggambarkan “ujung buntu”
kantong atas dan menilai proses menelan janin dari MRI.
Bayi baru lahir dengan ibu polihidramnion seharusnya
memperlihatkan selang nasogastris yang dapat lewat segera setelah
kelahiran untuk menyingkirkan atresia esofagus. Bayi dengan Atresia
Esofagus tidak mampu menelan saliva dan ditandai dengan saliva yang
banyak, dan memerlukan suction berulang. Pada fase ini tentu
sebelumnya makan untuk pertamakali, kateter bore yang kaku harus
dapat melewati mulut hingga esofagus. Pada Atresia Esofagus, kateter
tidak bisa lewat melebihi 9-10 cm dari alveolar paling bawah. Rongent
dada dan abdomen memperlihatkan ujung kateter tertahan. Disuperior
mediatinum (T2-4), sementara gas pada perut & usus menunjukkan
adanya fistula trakheoesofagus distal. Tidak adanya gas gastro intestinal
menunjukkan atresia esofagus yang terisolasi.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
berikut:
1) Memasukkan selang nasogastrik
2) Rontgen esofagus menunjukkan adanya kantong udara dan
adanya udara di lambung serta usus.
g. Penatalaksanaan
Atresia merupakan kasus gawat darurat. Prabedah, penderita
seharusnya ditengkurapkan untuk mengurangi kemungkinan isi
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
57
lambung masuk ke paru-paru. Kantong esofagus harus secara teratur
dikosongkan dengan pompa untuk mencegah aspirasi sekret. Perhatian
yang cermat harus diberikan terhadap pengendalian suhu, fungsi
respirasi, dan pengelolaan anomali penyerta.
1) Penatalaksanaan Medis
Pengobatan dilakukan dengan operasi.
2) Penatalaksanaan Keperawatan
Sebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan setengah duduk untuk
mencegah terjadinya regurgitasi cairan lambung kedalam paru.
Cairan lambung harus sering diisap untuk mencegah aspirasi. Untuk
mencegah terjadinya hipotermia, bayi hendaknya dirawat dalam
incubator agar mendapatkan lingkungan yang cukup hangat.
Posisinya sering di ubah-ubah, pengisapan lender harus sering
dilakukan. Bayi hendaknya dirangsang untuk menangis agar paru
berkembang.
Pendekatan Post Operasi : Segera setelah operasi pasien dirawat di
NICU dengan perawatan sebagai berikut
a) Monitor pernafasan ,suhu tubuh, fungsi jantung dan ginjal
b) Oksigen perlu diberikan dan ventilator pernafasan dapat diberi
jika dibutuhkan.
c) Analgetik diberi jika dibutuhkan
d) Pemeriksaan darah dan urin dilakukan guna mengevaluasi
keadaan janin secara keseluruhan
e) Pemeriksaan scaning dilakukan untuk mengevalausi fungsi
esofagus
f) Bayi diberikan makanan melalui tube yang terpasang lansung ke
lambung (gastrostomi) atau cukup dengan pemberian melalui
intravena sampai bayi sudah bisa menelan makanan sendiri.
g) Sekret dihisap melalui tenggorokan dengan slang nasogastrik.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
58
Perawatan di rumah sakit lebih kurang 2 minggu atau lebih,
tergantung pada terjadinya komplikasi yang bisa timbul pada
kondisi ini. Pemeriksaan esofagografi dilakukan pada bulan kedua,
ke enam, setahun setelah operasi untuk monitor fungsi esofagus.
h. Komplikasi
Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul setelah operasi
perbaikan pada atresia esofagus dan fistula atresia esophagus
adalah sebagai berikut:
1) Dismotilitas esophagus.
Dismotilitas terjadi karena kelemahan otot dingin esophagus.
Berbagai tingkat dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini.
Komplikasi ini terlihat saat bayi sudah mulai makan dan minum.
2) Gastroesofagus refluk.
Kira-kira 50 % bayi yang menjalani operasi ini kana mengalami
gastroesofagus refluk pada saat kanak-kanak atau dewasa, dimana
asam lambung naik atau refluk ke esophagus. Kondisi ini dapat
diperbaiki dengan obat (medical) atau pembedahan.
3) Trakeo esogfagus fistula berulang.
Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti ini.
4) Disfagia atau kesulitan menelan.
Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat esophagus yang
diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk
tertelannya makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
5) Kesulitan bernafas dan tersedak.
Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan makanan,
tertaannya makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea.
6) Batuk kronis.
Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan
atresia esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea.
7) Meningkatnya infeksi saluran pernafasan.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
59
Pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegah kontak dengan
orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh
dengan mengkonsumsi vitamin dan suplemen.
C. Patomekanisme Muntah
1. Definisi
Muntah adalah pengeluaran isi lambung dengan kekkuatan yang
sangat aktif akibat adanya kontraksi abdomen, pylorus, elevasi, kardia,
disertai relaksasi sfingter esophagus bagian bawah (lower esophageal
sphincter = LES) dan dilatasi esofagus.
2. Patofisiologi
Muntah merupakan respon somatic refleks yang terkoordinir secara
sempurna oleh karena bermacam-macam rangsangan, melibatkan aktivitas
otot pernafasan, otot abdomen dan otot diafragma.
Proses muntah terdiri dari 3 fase, yaitu nausea, retching dan ekspulsi.
a. Fase nausea
Merupakan sensasi psikis akibat rangsangan pada organ viseral,
labirinth dan emosi. Tidak selalu berlanjut dengan retching dan
ekspulsi. Keadaan ini ditandai dengan keinginan untuk muntah yang
dirasakan di tenggorokan atau perut, seringkali disertai gejala
hipersalivasi, pucat, berkeringat, takhikardia dan anoreksia. Selama
periode nausea, terjadi penurunan tonus kurvatura mayor, korpus dan
fundus. Antrum dan duodenum berkontraksi berulang-ulang, sedangkan
bulbus duodenum relaksasi sehingga terjadi refluks cairan duodenum ke
dalam lambung. Pada fase nausea ini belum terjadi peristaltic aktif.
Muntah yang disebabkan oleh peningkatan tekanan intracranial dan
obstruksi saluran gastrointestinal tidak didahului oleh fase nausea.
b. Fase retching
Retching dapat terjadi tanpa didahului muntah. Pada fase retching
terjadi kekejangan dan terhentinya pernafasan yang berulang-ulang,
sementara glottis tertutup. Otot pernafasan dan diafragma berkontraksi
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
60
menyebabkan sementara glottis tertutup. Otot pernafasan dan diafragma
berkontraksi menyebabkan tekanan intratorakal menjadi negative. Pada
waktu yang bersamaan menjadi kontraksi otot abdomen dan lambung,
fundus dilatasi sedangkan antrum dan pylorus berkontraksi. Sfingter
esofagus bawah membuka, tapi sfingter esofagus masih menutup
menyebabkan chyme masuk ke dalam esofagus. Pada akhir fase
retching terjadi relaksasi otot dinding perut dan lambung sehingga
chyme yang tadinya sudah masuk ke dalam esofagus kembali ke
lambung. Fase ini dapat berlangsung beberapa siklus.
c. Fase eksplusif (muntah)
Apabila retching mencapai puncaknya dan didukung oleh kontraksi otot
abdomen dan diafragma, akan berlanjut menjadi muntah jika tekanan
tersebut dapat mengatasi mekanisme anti refluks dari LES. Pada fase
eksplusi ini pilorus dan antrum berkontraksi sedangkan fundus dan
esofagus relaksasi serta mulut terbuka. Pada fase ini terjadi perubahan
tekanan intratorakal dan intraabdiminal serta kontraksi dari diafragma.
Pada episode eksplusi tunggal terjadi tekanan negative intratorakal dan
tekanan positif intraabdominal, dan dalam waktu bersamaan terjadi
kontraksi yang cepat dari diafragma yang menekan fundus sehingga
terjadi refluks isi lambung ke dalam esofagus. Bila eksplusi sudah
terjadi, tekanan intratorakal kembali positif dan diafragma kembali ke
posisi normal.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
61
3. Etiologi muntah
Penyebab muntah pada neonatus
1. Darah ibu tertelan
2. Iritasi lambung
3. Teknik pemberian makan salah
4. Obat
5. Kelainan metabolik
Obstruksi
TGI
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
MUNTAH
PADA
NEONATUS
1. Non organik
Intrinsik
1. Atresia/ stenosis esofagus
2. Polip3. Lactobezoar4. Mekoneum ileus5. Sumbatan mekoneum6. Peny. Hirschprung
Ekstrinsik
1. Maltorasi usus2. Divertikum Meckeli3. Duplikasi usus4. Hernia diafragmatika5. Pancreas anulare
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
62
Non Obstruksi
EGI
SSP
TGI = Traktus GastrointestinalisEGI = Ekstra Gastrointestinalis
Penyebab muntah pada bayi
1. ‘ Possetting’
2. Pemberian makan
a. Terlalu banyakb. Makanannya padat terlampauic. Perawatan (setelah makan) yang
salah3. Aerofagi
4. Mabuk perjalanan
5. Obat/ racun
Obstruksi
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
2. Organik
Intrinsik
1. Atresia/ stenosis esofagus
2. Polip3. Lactobezoar4. Mekoneum ileus5. Sumbatan mekoneum6. Peny. Hirschprung
Ekstrinsik
1. Maltorasi usus2. Divertikum Meckeli3. Duplikasi usus4. Hernia diafragmatika5. Pancreas anulare
1. Chalasia2. Perforasi lambung
1. Insufisensi ginjal2. Obstruksi uretra3. Hiperplasi adrenal
1. Edema serebri2. Peninggian tekanan intrakarnial3. Efusi subdural4. Hidrosefalus
MUNTAH
PADA
BAY I
1. Non organik
1. Antral web2. Stenosis pylorus3. Intususepsi4. Hiatus hernia5. Duplikasi usus
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
63
TGI
Non Obstruksi
EGI
SSP
Penyebab muntah pada anak
1. ‘ Excitement’
2. Ansietas, ketakutan
3. Menarik perhatian
4. Sugesti
5. Post nasal drip
6. Mabuk perjalanan
Obstruksi
TGI
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
2. Organik 1. Esophagus pendek2. Ulkus peptikum3. Peny. Coeliac4. GER5. Apendisitis6. Perioteritis
1. Pertusis2. Tonsilofaringtis3. OMA4. Uremia5. Asidosis6. ‘Inborn erros of metabolism’
1. Meningitis2. Ensefalitis3. Peningkatan tekanan intrakranial
2. Organik
MUNTAH
PADA
ANAK
4. Intususepsi5. Obstruksi usus
Non obstruksi
Apendisitis
1. Intususepsi2. Obstruksi usus
Non obstruksi
Apendisitis
1. Non organik
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
64
Non Obstruksi
EGI
SSP
4. Pemeriksaan penunjang
Untuk membantu pendekatan etiologis muntah pada bayi dan anak
sangat tergantung dari data yang telah didapat pada pemeriksaan
sebelumnya. Peranan radiologis seringkali amat penting pada kasus
muntah, misalnya radiografi dengan/tanpa kontras pada gangguan pasase
gastrointestinal. Pemeriksaan tomografi serebral kadang-kadang
dibutuhkan pada muntah dengan dugaan penyebab pada susunan saraf
pusat.
Pemeriksaan laboratorium:
a. Pemeriksaan urine: urine lengkap, reduksi, kultur
b. Pemeriksaan darah: darah lengkap, BUN, serum kreatinin, serum
elektrolit, analisis gas darah, analisis asam amino, LFT, glukosa
darah, amonia.
Pemeriksaan radiologis dan penunjang lainnya:
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
9. Tonsilofaringtis10.OMA11.Pertusis12.Pyelonefritis13.Torsio testis14.Asidosis 15.Uremia16.‘Inborn erros of metabolism’
1. Tonsilofaringtis2. OMA3. Pertusis4. Pyelonefritis5. Torsio testis6. Asidosis 7. Uremia8. ‘Inborn erros of metabolism’
1. Peningkatan tekanan intracranial karena proses desak ruang
2. Hidrosefalus3. Epilepsi perut
2. Organik
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
65
a. Foto abdomen polos/Ba, posisi tidur, setengah duduk
b. USG
c. IVP/Micturating cystogram
d. CT scan
e. Endoskopi, biopsi
f. Monitor pH esofagus
g. Skintigrafi gastroenfageal
Tidak semua pemeriksaan tersebut diatas harus dikerjakan, terutama
yang invasif tergantung pada dugaan diagnosis kearah mana. Dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang teliti, biasanya dapat mengarahkan
diagnosis.
5. Penatalaksanaan
a. Umum
1) Efek lokal : Robekan Mallory-Weiss biasanya hanya
menimbulkan perdarahan kecil sehingga tidak diperlukan suatu
tindakan. Sebaliknya robekan esofagus (sindroma Burhave)
memerlukan tindakan radikal.
2) Efek metabolik : Pada penderita muntah berulang dan
berkepanjangan dapat terjadi gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit yang memerlukan cairan dan elektrolit pengganti
(Ringer Laktat), kemudian disusul dengan pemberian cairan dan
elektrolit untuk rumatan.
3) Aspirasi : Aspirasi isi lambung yang masif memerlukan
pemberian antibiotika dan kadang-kadang kortikostreoid. Pada
inhalasi isi lambung berupa susu dalam jumlah sedikit demi
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
66
sedikit dapat menimbulkan sensitisasi terhadap protein susu sapi
sehingga menimbulkan bronkhitis alergik.
4) Efek nutrisi : Menjelaskan kepada orang tua mengenai cara-cara
pembuatan minuman/makanan dan teknik pemberian makanan,
dan yang tak kalah pentingnya adalah menekankan hubungan
yang harmonis antara bayi dengan ibu dan ayah. Bila muntah
terus-menerus dan diperkirakan akan menimbulkan terjadinya
gangguan gizi atau penyembuhan muntah akan berlangsung
lama, kadang-kadang diperlukan pemberian nutrisi parenteral.
b. Simptomatik
1) Obat antiemetik : Walaupun tujuan utama penatalaksanaan
muntah adalah menghilangkan kausa spesifiknya, namun
penatalaksanaan simptomatik untuk mengurangi atau
menghilangkan gejala muntah acapkali perlu dilakukan terlebih
dahulu. Perlu diingat bahwa pada keadaan yang akut dan
muntah hebat, obat anti muntah hanya bermanfaat jika obat
tersebut dapat diserap dalam jumlah yang cukup. Menghentikan
makan/minum untuk beberapa jam dapat membantu mengurangi
hebatnya muntah sehingga memungkinkan pemberian obat-obat
per oral. Obat yang sering dipakai mengobati muntah dan
gangguan motilitas lambung
2) Metoklopramid : Cukup efektif, cara kerja adalah blokade
reseptor dopamin di CTZ, sehingga dapat mengontrol baik
nausea maupun muntah secara sentral. Perlu diingat, obat ini
dapat menyebabkan reaksi distonia dan diskinetik serta krisis
okulogirik.
3) Domperidone : Dapat dikatakan lebih aman. Cara kerja blokade
dopamin reseptor baik di CTZ maupun di usus. Dapat diberikan
peroral maupun supositoria. Bioavaibility rendah sebab cepat
mengalami metabolisme di dinding usus dan hati dan hanya
sedikit masuk ke dalam otak.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
67
4) Cisapride : Obat prokinetik yang baru, meningkatkan
pengeluaran asetilkholin secara fisiologis yang selektif pada
tingkat post ganglionik dari syaraf pada pleksus mienterikus.
Tidak mempunyai sifat blokade pada reseptor dopamin, tetapi
meningkatkan peristaltik gastroduodenal. Pada anak juga efektif
untuk mencegah refluks dan memperbaiki klerens dari refluks
material di esofagus.
5) Betanekhol : Suatu kholinester dengan cara kerja selektif pada
muskarinik reseptor, efek kerjanya cukup panjang. Pada anak-
anak dipakai untuk terapi RGE.
6. Komplikasi
a. Mallory-Weiss Syndrome : Herniasi fundus melalui hiatus pada fase
retching dan ekspulsi kadang-kadang dapat menimbulkan robekan-
robekan longitudinal pada mukosa. Keadaan ini ditandai dengan bahan
muntahan yang mengandung darah setelah beberapa siklus retching dan
ekspulsi. Diagnosis dapat ditegakan dengan pemeriksaan endoskopi dan
kelainan ini biasanya sembuh tanpa komplikasi.
b. Aspirasi isi lambung : Aspirasi bahan muntahan dapat menyebabkan
timbulnya infeksi saluran napas berulang. Hal ini terjadi sebagai
konsekuensi RGE, walaupun tanpa adanya gejala muntah yang jelas.
c. Gagal tumbuh kembang : Muntah yang berulang-ulang dan cukup hebat
akan menyebabkan gangguan gizi oleh karena intake menjadi sangat
berkurang dan bila hal ini terjadi cukup lama, maka akan terjadi
kegagalan tumbuh kembang.
d. Dehidrasi/gangguan elektrolit dan asam basa : Muntah-muntah yang
hebat dan berulang-ulang akan menyebabkan hilangnya H+ dan CL-
yang manifest sebagai alkalosis metabolik, yang dapat menyebabkan
terjadinya cardiac arrest.
D. Karakteristik dari muntah
1. Isi muntahan:
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
68
a. Bentuk: bentuk makanan yang masih dapat dikenali pada muntah yang
terjadi lama setelah makan, menunjukkan adanya stasis pada lambung.
b. Warna: jika ditemukan muntahan yang berwarna empedu
menunjukkan adanya gangguan di sebelah distal ampula vateri. Apabila
terdapat darah menunjukkan adanya peradangan atau ulkus pada
esofagus, lambung.
c. Bau: bau asam seringkali menandakan stasis pada lambung sedangkan
bau busuk/tinja menunjukkan adanya obstruksi rendah (fistula
gastrokolika, iskemia usus).
d. Frekuensi: muntah yang sangat sering dan menetap menunjukkan
kelainan yang menetap.
e. Kekuatan muntah: muntah yang amat kuat (proyektil)pada bayi dan
anak menunjukkan adanya stenosis pilorus dan peningkatan tekanan
intra kranial. Muntah yang meleleh biasanya menunjukkan refluks
gastroesofageal.
f. Hubungan dengan makanan: pada bayi muntah yang terjadi selama
atau sesudah makan, hampir selalu disebabkan oleh distensi lambung
yang berlebihan akibat cara pemberian makan yang salah.
2. Hal yang mendahului: Apabila refleks muntah telah dimulai di pusat
muntah, muntah tersebut terjadi melalui aktivasi beberapa saraf kranialis ke
wajah dan kerongkongan serta neuron-neuron motorik spinalis ke otot
adomen dan diafragma. Gejala-gejala yang biasanya mendahului muntah
diantaranya mual, takikardia dan berkeringat.
3. Akibat setelah muntah: Muntah yang kronis mengakibatkan berkurangnya
asupan makanan (malnutrisi) dan hilangnya getah lambung bersama dengan
hilangnya saliva yang tertelan, minuman, dan kadang-kadang juga sekresi
usus halus mengakibatkan terjadinya hipovolemia (hiponatremia,
hipokalemia). Muntah yang lama dan terus-menerus dapat menyebabkan
kerusakan lebih lanjut seperti ruptur lambung, robekan dinding esofagus
(sindrom Mallory-Weiss), karies gigi (akibat asam), inflamasi mukosa
mulut dan pneumonia aspirasi (Silbernagl, S & Lang, F. 2012).
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
69
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KASUS
A. Pengkajian
1. Gastroinstentinal : mual, muntah
2. Respirasi : penurunan frekuensi nafas
3. Kardiologi : peningkatan fekuensi jantung, aritmia
4. Neurologis : keletihan, latergi
5. Hematologis : pH lebih dari 7.45, HCO3- meningkat 26
mEq/L, peningkatan tekanan parsial karbondioksida (PaCO2),
hipokalemia
6. Genitorunia : penurunan haluaran urine (normalnya 1-2
ml/kg/jam)
7. Integumen : turgor kulit buruk, fontanel melesak kedalam
8. Keadaan umum : lemah, rewel, menagis
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
70
a. Klasifikasi data
Data subjektif :
1) Ibu mengatakan bayi muntah 2 hari
2) Ibu mengatakan isi muntahan berupa makanan dan minuman yang
dimakan
3) Ibu mengeluh bayinya rewel dan sering menangis tiba-tiba
4) Ibu mengatakan muntah tidak menyemprot
Data objektif :
1) Keadaan umum lemah
2) TTV : nadi = 120x/menit, respirasi = 28 x/menit
3) Antropometri : PB = 96 cm, BB = 8 kg
b. Analisa data
No. Data Etiologi Masalah1. Data Subjektif :
Ibu mengatakan bayi muntah 2 hari
Ibu mengeluh bayinya rewel dan sering menangis tiba-tiba
Ibu mengatakan muntah tidak menyemprot
Data objektif : Keadaan umum
lemah
Refluks isi lambung/asam lambung melalui esofagus
Mengiritasi sel mukosa esofagus
Kerusakan sel mukosa esofagus
Peradangan
Heratbun non cardiac
Anak gelisah/rewel
Perubahan status kesehatan anak
Orang tua cemas
Ansietas orang tua
Ansietas orang tua
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
71
2. Data subjektif :1) Ibu mengatakan
bayi muntah 2 hari2) Ibu mengatakan isi
muntahan berupa makanan dan minuman yang dimakan
3) Ibu mengatakan muntah tidak menyemprot
Data objektif :1) Keadaan umum
lemah2) TTV :
nadi = 120x/menit, respirasi = 28 x/menit
3) Antropometri : PB = 96 cm, BB = 8 kg
Refluks isi lambung/asam lambung melalui esofagus
Keluarnya isi makanan
Tidak terjadi absorbsi sari-sari makanan
Hilangnya elektrolit beserta cairan
Resiko kekurangan volume cairan
Resiko kekurangan volume cairan
3. Data subjektif :1) Ibu mengatakan
bayi muntah 2 hari2) Ibu mengatakan isi
muntahan berupa makanan dan minuman yang dimakan
3) Ibu mengatakan muntah tidak menyemprot
Data objektif :1) Keadaan umum
lemah2) TTV :
nadi = 120x/menit, respirasi = 28 x/menitAntropometri : PB = 96 cm, BB = 8 kg
Refluks isi lambung/asam lambung melalui esofagus
Nafas bau asam peradanga
n esofagus
Penurunan nafsu makan, odinofagia
Gangguan menelan, intake nutrisi adekuat
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
72
4. Data subjektif :1) Ibu mengatakan
bayi muntah 2 hari2) Ibu mengatakan isi
muntahan berupa makanan dan minuman yang dimakan
3) Ibu mengeluh bayinya rewel dan sering menangis tiba-tiba
4) Ibu mengatakan muntah tidak menyemprot
Data objektif : 1) Keadaan umum
lemah2) TTV :
nadi = 120x/menit, respirasi = 28 x/menit
Refluks isi lambung/asam lambung melalui esofagus
Penurunan motilitas GI
Sfingter esofagus bawah kurang kompeten
Aspirasi isi lambung ke tracheabronkial
Relaksasi glotis
Penurunan refleks batuk
Resiko aspirasi
Resiko aspirasi
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
73
Penyimpangan KDM skenario muntah pada bayic.d.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
Distensi lambung, pengosongan lambung terlambat, inflamasi pd peritoneum, sel empedu, pankreas, dan usus. Obat-obatan, pendeknya LES, obstruksi anatomik
Impuls ditransmisikan mulai serabut saraf aferen vagal ke pusat muntah di medulla oblongata (kemoreseptor pada area posterma dibawah ventrikel IV)
Naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik sfingter esofagus atas agar terbuka
Penutupan glotis untuk mencegah muntah memasuki paru
Kontraksi diagfragma kuat kebawah dan otot abdomen
Sfingter esofagus bawah berelaksasi secara lengkap
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
74
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
Asam lambung mengiritasi sel mukosa esofagus
Refluks spontan isi lambung/asam lambung ke atas melalui esofagus
MUNTAH
Gangguan peristaltik pd
esofagus
Refluks berulang
Kerusakan sel mukosa esofagus
Trauma mukosa esofagus
Resiko infeksi
peradangan
Heartburn non cardiac
Anak gelisah/rewel
Perubahan status kesehatan anak
Orang tua cemas
Nyeri akut
Ansietas orang tua
Keluarnya isi makanan
Tidak terjadi absorbsi sari-sari makanan
Hilangnya elektrolit beserta cairan
Resiko kurang volume cairan
odinofagia
Gangguan menelan
Penurunan nafsu makan
Nafas bau asam
Intake nutrisi inadekuat
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan
Sfingter esofagus bawah tidak kompeten
Penurunan motilitas GI
Aspirasi isi lambung ke tracheobroncial
Relaksasi dari glotis &
penurunan refleks batuk
Resiko aspirasi
Sensasi tersedak
Mengganggu istirahat tidur
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
75
B. Diagnosa keperawatan
1. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan karena
kekhawatiran tentang kondisi anak.
2. Resiko kekurangan volume cairan dengan faktor resiko kehilangan volume
cairan aktif (muntah).
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan
faktor resiko muntah.
4. Resiko aspirasi dengan faktor resiko berusia dibawah 3 tahun, penekanan
refleks muntah, penurunan motilitas gastrointestinal, sfingter esofagus
bagian bawah yang tidak kompeten, peningkatan tekanan di lambung.
C. Intervensi
1. Ansietas orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan karena
kekhawatiran tentang kondisi anak.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .... x 24 jam, orang tua
akan mengalami penurunan rasa cemas, yang ditandai dengan ungkapan
pemahaman tentang gangguan, kemampuan memberikan dukungan pada
anak.
Intervensi:
a) Kaji pemahaman orang tua tentang kondisi anak, terapi yang diberikan.
R/ Pengkajian semacam ini dapat dilakukan sebagai dasar dalam
perencanaan pendidikan.
b) Jelaskan kondisi medis anak, berbagai prosedur dan pengobatan yang
diberikan.
R/ Memberikan penjelasan sebelum dan selama rawat inap di rumah
sakit, akan meningkatkan pengetahuan, dan berangsur-angsur akan
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
Gangguan pola istirahat tidur
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
76
menghilangkan kesalahan pemahaman sehingga mengurangi
kecemasan.
c) Berikan penguatan terhadap perilaku yang sifatnya mendukung, seperti
berbicara dan memberikan sentuhan pada anak.
R/ Penguatan akan memotivasi orang tua untuk meneruskan perilaku
yang mendukung.
d) Berikan dukungan dari sisi emosional pada orang tua selama rawat inap
di rumah sakit.
R/ Mendengarkan kekhawatiran orang tua dan perasaannya akan
membantu menangani kritis karena hospitalisasi.
2. Resiko kekurangan volume cairan dengan faktor resiko kehilangan
volume cairan aktif (muntah).
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .... x 24 jam, anak dapat
mempertahankan volume cairan yang adekuat yang ditandai dengan
membran mukosa lembab, turgor kulit adekuat, kadar elektrolit sesuai usia,
dan haluaran urin sebesar 1-2 ml/kgBB/jam.
Intervensi:
a) Ukur tanda-tanda vital anak.
R/ Indikator secara dini tentang hipovolemi.
b) Pantau asupan dan haluaran cairan anak.
R/ Asupan dan haluaran cairan menentukan status hidrasi anak dan
menjadi pedoman dalam terapi penggantian cairan.
c) Timbang berat badan anak setiap hari.
R/ Berat badan secara langsung mengukur status hidrasi.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
77
d) Kaji warna kulit anak, turgor kulit, fontanel, tingkat kesadaran, waktu
pengisian ulang kapiler, dan membran mukosa pada setiap pergantian
dinas.
R/ Kulit pucat, turgor kulit buruk, fontanel yang melesak ke dalam,
penurunan tingkat kesadaran, peningkatan waktu pengisian ulang
kapiler, dan membran mukosa kering mengindikasikan dehidrasi.
e) Pantau anak untuk mendeteksi demam.
R/ Demam meningkatkan dehidrasi dan dapat menandakan infeksi.
f) Pantau kadar elektrolit serum anak.
R/ Kadar elektrolit serum yang abnormal mengindikasikan
ketidakseimbangan cairan yang membutuhkan terapi segera.
g) Beri larutan elektrolit per oral sesuai program.
R/ Larutan elektrolit per oral dapat menggantikan cairan dan elektrolit
yang hilang akibat muntah.
h) Pertahankan akses intravena yang paten dan beri larutan intravena
sesuai program.
R/ Anak membutuhkan cairan intravena jika mengalami dehidrasi atau
beresiko mengalami dehidrasi. namun, infus yang berlalu cepat dapat
menyebabkan kelebihan beban cairan.
3. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan
faktor resiko muntah.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama .... x 24 jam, anak dapat
mempertahankan asupan nutrisi adekuat yang ditandai dengan berat badan
stabil.
Intervensi:
a) Timbang berat badan anak setiap hari dan pantau asupan serta haluaran
dengan cermat.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
78
R/ Pemantauan berat badan, asupan dan haluaran setiap hari
menentukan status nutrisi anak.
b) Konsultasikan dengan ahli diet rumah sakit tentang kebutuhan diet
anak.
R/ Anak membutuhkan perencanaan diet yang cermat untuk
memastikan bahwa ia menerima nutrisi yang adekuat, walaupun ia
muntah.
c) Tawarkan makanan porsi kecil tetapi sering untuk mengurangi perasaan
tegang pada lambung.
R/ Makan dalam porsi kecil tetapi sering dapat mengurangi beban
saluran pencernaan.
d) Atur agar mendapatkan nutrien yang berprotein/kalori yang disajikan
pada saat individu ingin makan.
R/ Agar asupan nutrisi dan kalori klien adeakuat.
4. Resiko aspirasi dengan faktor resiko berusia dibawah 3 tahun,
penekanan refleks muntah, penurunan motilitas gastrointestinal, sfingter
esofagus bagian bawah yang tidak kompeten, peningkatan tekanan di
lambung.
Tujuan :
Setelah dilaksakan tindakan keperawatan selama ... x 24 jam diharapkan
aspirasi tidak terjadi.
Intervensi:
a) Pantau tingkat kesadaran, refleks muntah dan kemampuan menelan.
b) Tempatkan pasien pada posisi semi-fowler atau fowler tinggi saat
makan dan selama 1 jam setelahnya, jika memungkinkan gunakan
posisi berbaring miring jika hal ini dikontraindikasikan.
c) Tempatkan pasien dengan posisi miring.
d) Kaji kembali adanya obstruksi benda-benda dalam mulut dan
tenggorokan.
e) Beri makanan dalam jumlah sedikit
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
79
f) Beri tahu makanan yang harus dihindari anak kecil seperti buah dengan
biji, kacang, permen karet, anggur dan lain-lain
g) Ajarkan penatalaksanaan kedaruratan obstruksi jalan napas seperti
memukul punggung dan dorongan dada (bayi), maneuver Heimlich
(anak-anak).
D. Evaluasi
1. Penurunan rasa cemas
2. Membran mukosa lembab
3. Turgor kulit adekuat
4. Kadar elektrolit sesuai usia
5. Haluaran urin sebesar 1-2 ml/kgBB/jam.
6. Berat badan stabil
7. Aspirasi tidak terjadi
DAFTAR PUSTAKA
Doenges E Marlin dan Moorhouse M Franches. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. EGC : Jakarta.
Guyton & Hall. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. EGC:Jakarta.
Hackam D.J., Newman K., Ford H.R. 2005. Chapter 38 Pediatric Surgery in: Schwartz’s PRINCIPLES OF SURGERY. 8th edition. McGraw-Hill. New York. Page 1496-1498
Kusumadewi, Anny., Ahmadwirawan., Nurmantu, Farid. (2009). Congenital hypertrophyc pyloric stenosis. The Indonesian Journal of Medical Science. Vol.2, No.2.
Price, S. A. & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6. Jakarta : EGC.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.
GASTRO INTESTINAL SISTEMGASTRO ESOPHAGEAL REFLUKS DISEASE (GERD)
80
Smeltzer,S.C &Bare,B.G. (2006). Buku ajar”Keperawatan medical bedah brunner &suddarth vol. 2”..EGC: Jakarta
Solikin, M.Kes. (2009). Keperawatan anak gangguan pencernaan. Jakarta: EGC
Speer, Kathleen Morgan. (2008). Rencana asuhan keperawatan pediatrick dengan clinical pathways. Jakarta: EGC
Suraatmaja, Sudaryat dr., SpAK. (2010). Kapita selekta gastroenterologi anak. Bandung: Sagung seto
Warner B.W. 2004. Chapter 70 Pediatric Surgery in TOWNSEND SABISTON TEXTBOOK of SURGERY. 17th edition. Elsevier-Saunders. Philadelphia. Page 2113-2114
Wilkinson M Judith. (2006). Buku saku Diagnosa Keperawatan : dengan intervensi NIC dan Kriteria NOC. EGC : Jakarta.
Kelompok 2 Tutorial. Ners B 2012 Program Studi Ilmu Keperawatan FK Universitas Hasanuddin Makassar 2013.