Tutorial
-
Upload
almira-zada-neysan-susanto -
Category
Documents
-
view
29 -
download
2
description
Transcript of Tutorial
2 minggu sebelum sembab, dendi panas dan sakit tenggorokan. Setelah berobat, panas
hilang dan sakit tenggorokan mereda.
a. Apa kemungkinan penyebab sakit tenggorokan secara umum?
Virus
Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu:
Rhinovirus
Coronavirus
Virus influenza
Virus parainfluenza
Adenovirus· Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2
Coxsackievirus A
Cytomegalovirus
Virus Epstein-Barr
HIV
Bakteri
Beberapa jenis bakteri penyebab faringitis yaitu:
Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada faringitis akut
Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5– 15 tahun
Streptokokus grup C dan G
Neisseria gonorrheae
Corynebacterium diphtheria
Corynebacterium ulcerans
Yersinia enterocolitica
Treponema pallidum
Pemeriksaan penunjang
Darah tepi :
Hb : 8,5 %, Leukosit : 14.500, Trombosit :400.000, LED : 100
Kimia darah :
Protein total : 6gr/dL, Albumin : 3gr/dL, Globulin : 3 gr/dL, Ureum :59
mg/dL ,Kreatinin : 1,5 mg/dL, Cholesterol : 180
Urinalisis
Urine seperti air cucian daging, proteinuria(++), eritrosit 10-15 sel /LPB, leukosit 5-10
sel/LPB, thorak hialin , noktah (+)
Biakan apusan tenggorok : streptococcus B- hemolitikus (+),
Imunoserologi : ASTO : 200 IU, C3 : 35 IU , CRP : 12 IU
a. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas pada pemeriksaan
penunjang ? (jangan lupa buat derajat proteinurua yang masif dan tidak masif)
Darah Tepi
Nilai normal Interpretasi
Hb 8,5 g/dl 10 – 16 g/dl Anemia karena
hematuria akibat
kerusakan glomerulus
Leukosit 14.500/mm3 900-12.000/mm3 Adanya infeksi
Trombosit 400.000/mm3 400.000/mm3 Normal
LED 100mm/jam 0 – 15 mm/jam Meningkat karena
hipervolemia dan
adanya infeksi akut
lokal
Mekanisme Abnormal:
Hb 8,5 g/dl anemia
- Disebabkan karena hematuri sehingga eritrosit banyak keluar akibat kerusakan pada
kapiler glomerulus
- gangguan kerusakan pada ginjal gangguan produksi eritropoietin
leukosit 14.500/mm3 Leukositosis yang menunjukkan adanya proses
inflamasi/radang akut
kompleks antigen-antibodi di dalam darah dan bersikulasi ke dalam glomerulus dan
terperangkap didalam membrane basalis komplemen akan tefiksasi mengakibatkan
lesi dan peradangan yg menarik leukosit polimorfonuklear (PMN) dan trombosit
menuju tempat lesi
LED 100mm/jam meningkat : Meningkat tajam yang menandakan adanya
inflamasi akut dan infeksi bakteri
Kimia Darah
Nilai normal interpretasi
Protein total : 6,0
g/dl
6,7 – 8,7 Hipoproteinuria
Albumin : 3,0 g/dl 3,8 – 4,4 hipoalbumin
Globulin 3 g/dl 1,5 – 3,0 Normal
Ureum 59 mg/dl 22-40 meningkat
Kreatinin 1,5
mg/dl
0,5 – 0,9 meningkat
Kolesterol : 180
mg/dl
Kurang dari 200 normal
Mekanisme Abnormal:
albumin 3,5g/dl hipoalbuminemia
-disebabkan oleh kerusakan kapiler glomerulus
ureum 59mg/dl meningkat
creatinin serum 1,5mg/dl meningkat
-ueum dan kreatinin meningkat karena gangguan pada system filtasi akibat penurunan
laju filtasi glomerulus
Urinalisis
Nilai normal Interpretasi
Proteinuria (+2) (-) Ginjal telah
mengalami
kerusakan .
Eritrosit 10-15
sel/LPB
0-1 Kelainan pada
saluran kemih
Lekosit : 5-10
sel/LPB
0-5 Adanya infeksi
saluran kemih
Torak hialin (-) Abnormal
noktah (-) Abnormal
Mekanisme Abnormal:
protein (+2) proteinuria
RBC 10-15 sel/LPB hematuria
Infeksi streptococcus terbentuk kompleks antigen antibodi di dalam darah beredar
di sirkulasi masuk ke sirkulasi glomerulus dan membran basalis komplemen
teraktifasi peradangan fagositosis dan pelepasan lisosom kerusakan endotel dan
membran basalis kebocoran kapiler glomerulus kerusakan glomerulus laju
filtrasi glomerulus menurun protein dan sel eritrosit banyak keluar hematuri dan
proteinuria
WBC 5-10 sel/LPB adanya infeksi
torak hyaline terdiri dari mucoprotein (protein Tamm-horsfall) yg di keluarkan oleh
sel-sel tubulus. Jumlah yg besar pada proteinuria ginjal (misal pada penyakit glomeruler)
noktah butiran /granul, deposit imun karena kompleks imun
Biakan apusan tenggorok : Streptokokkus beta hemolitikus
Adanya infeksi oleh streptokokkus beta hemolitikus biasanya grup A
Imunoserologi
Jenis
Pemeriksaan
Nilai Norma Intepretasi
ASTO 200 IU
C3 35 IU
200 IU
40 IU
Meningkat,
menunjukan
adanya infeksi
Menurun,
berkurangnya
komplemen dalam
darah menunjukan
adanya inflamasi
CRP 12 IU 20 IU Menurun
menunjukkan
penyakit
glomerulonefritis,
SLE, anemia,
malnutrisi protein
Mekanisme Abnormal:
ASTO 200 IU meningkat
Peningkatan titer antibodi terhadap streptolisin-O (ASTO) terjadi 10- 14 hari setelah
infeksi streptokokus
C3 35 IU menurun
CRP 12 IU menurun
Kadar serum komplemen rendah pada glomerulonefritis pasca infeksi Streptococcus
akut. Komplemen berperan dalam mekanisme pertahanan humoral.
GNAPS
Definisi
Glomerulonefritis akut merupakan keadaan timbulnya hematuria, proteinuria secara
mendadak, adanya sel darah merah pada urin, edema dan hipertensi dengan atau tanpa
oligouri. Glomerulo nefritis timbul setelah infeksi streptokokus.
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai ragam
penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan oleh
suatu mekanisme imunologis.
Glomerulonefritis adalah suatu terminologi umum yang menggambarkan adanya inflamasi
pada glomerulus, ditandai oleh proliferasi sel-sel glomerulus akibat proses imunologik
(Travis dan Glauser).
SKDI
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Adanya infeksi streptokokus harus dicari dengan melakukan biakan tenggorok dan kulit.
Biakan mungkin negatif apabila telah diberikan antimikroba. Beberapa uji serologis terhadap
antigen streptokokus dapat dipakai untuk membuktikan adanya infeksi streptokokus, antara
lain antistreptozim, ASTO, antihialuronidase, dan anti Dnase B. Skrining antistreptozim
cukup bermanfaat oleh karena mampu mengukur antibodi terhadap beberapa antigen
streptokokus. Titer anti streptolosin O meningkat pada 75-80% pasien dengan
glomerulonefritis akut pasca streptokokus dengan faringitis, meskipun beberapa strain
streptokokus tidak memproduksi streptolisin O. Bila semua uji dilakukan uji serologis
dilakukan, lebih daro 90% kasus menunjukkan adanya infeksi streptokokus.
Titer ASTO meningkat pada hanya 50% kasus glomerulonefritis akut pascastreptokokus atau
pascaimpetigo, tetapi antihialuronidase atau antibodi yang lain terhadap antigen streptokokus
biasanya positif. Pada awal penyakit titer antibodi streptokokus belum meningkat, hingga
sebaiknya uji titer dilakukan secara seri. Kenaikan titer 2-3 kali lipat berarti adanya infeksi.
Tetapi , meskipun terdapat bukti adanya infeksi streptokokus, hal tersebut belum bdapat
memastikan bahwa glomerulonefritis tersebut benar-benar disebabka karena infeksi
streptokokus. Gejala klinis dan perjalanan penyakit pasien penting untuk menentukan apakah
biopsi ginjal memang diperlukan.
Titer antibodi streptokokus positif pada >95 % pasein faringitis, dan 80% pada pasien dengan
infeksi kulit. Antistreptolisin, antinicotinamid dinucleotidase (anti-NAD), antihyaluronidase
(Ahase) dan anti-DNAse B positif setelah faringitis. Titer antibodi meningkat dalam 1
minggu puncaknya pada satu bulan dan akan menurun setelah beberapa bulan.
Pada pemeriksaan serologi didapatkan penurunan komponen serum CH50 dan konsentrasi
serum C3. Penurunan C3 terjadi ada >90% anak dengan GNA PS. Pada pemeriksaan kadar
komplemen, C3 akan kembali normal dalam 3 hari atau paling lama 30 hari setelah onset 4,5,6
Peningkatan BUN dan kreatinin. Peningkatannya biasanya transien. Bila peningkatan ini
menetap beberapa minggu atau bulan menunjukkan pasien bukan GNA PS sebenarnya.
Pasien yang mengalami bentuk kresentik GN mengalami perubahan cepat, dan penyembuhan
tidak sempurna. Adanya hiperkalemia dan asidosis metabolik menunjujjan adanya gangguan
fungsi ginjal. Selain itu didapatkan juga hierfosfatemi dan Ca serum yang menurun.
Pada urinalisis menggambarkan abnormalitas, hematuria dan proteinuria muncul pada semua
kasus. Pada sedimen urin terdapat eritrosit, leukosit, granular. Terdapat gangguan fungsi
ginjal sehingga urin menjadi lebih terkonsentrasi dan asam. Ditemukan juga glukosuria.
Eritrosit paling baik didapatkan pada urin pagi hari, terdapat 60-85% pada anak yang dirawat
di RS. Hematuria biasanya menghilang dalam waktu 3-6 bulan dan mungkin dapat bertahan
18 bulan. Hematuria mikroskopik dapat muncul meskipun klinis sudah membaik. Proteinuria
mencapai nilai +1 sampai +4, biasanya menghilang dalam 6 bulan. Pasien dengan proteinuria
dalam nephrotic-range dan proteinuria berat memiliki prognosis buruk.
Pada pemeriksaan darah tepi gambaran anemia didapatkan,anemia normositik normokrom.
Pemeriksaan Pencitraan
a. Foto toraks dapat menunjukkan Congestif Heart Failure.
b. USG ginjal biasanya menunjukkan ukuran ginjal yang normal.
Biopsi Ginjal
Biopsi ginjal diindikasikan bila terjadi perubahan fungsi ginjal yang menetap, abnormal urin
dalam 18 bulan, hipokomplemenemia yang menetap, dan terjadi sindrom nefrotik.
Indikasi Relatif :
a. Tidak ada periode laten dianara infeksi streptokokus dan GNA
b. Anuria
c. Perubahan fungsi ginjal yang cepat
d. Kadar komplemen serum yang normal
e. Tidak ada peningkatan antibodi antistreptokokus
f. Terdapat manifestasi penyakit sistemik di ekstrarenal
g. GFR yang tidak mengalami perbaikan atau menetap dalam 2 minggu
h. Hipertensi yang menetap selama 2 minggu
Indikasi Absolut :
a. GFR yang tidak kembali normal dalam 4 minggu
b. Hipokomplemenemia menetap dalam 6 minggu
c. Hematuria mikroskopik menetap dalam 18 bulan
d. Proteinuria menetap dalam 6 bulan