tutorial

5
Husin, Bin, and Nazrul Amar. "Analisa Perubahan–Perubahan pada Mukosa Rongga Mulut Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan Kelompok Umur 45–69 tahun di Medan Denai." (2011) 2.4 Perubahan klinis pada rongga mulut akibat proses penuaan Gambaran klinis yang dapat dilihat adalah mukosa tampak licin mengkilap (tidak ada stippling pada gingiva), pucat, kering, mudah mengalami iritasi dan pembengkakan, mudah terjadi pendarahan bila terkena trauma (lebih parah jika terdapat kelainan sistemik) serta elastisitasnya berkurang. Ini karena pertambahan usia menyebabkan sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi, berkurangnya vaskularisasi, serta penebalan serabut kolagen pada lamina propia. 6,7,11 Antara perubahan klinis yang dapat terjadi adalah : 2.4.1 Jaringan flabby Pada kasus resorbsi tulang alveolar, sering terjadi pada pasien yang sudah lama kehilangan gigi sehingga mengakibatkan linggir alveolar menjadi datar atau jaringan lunak sekitarnya menjadi flabby. Menurut Boucher (cit. Damayanti) jaringan flabby merupakan respon dari jaringan ikat yang mengalami hiperplasia yang awalnya diakibatkan oleh trauma atau luka yang tidak dapat ditoleransi yang terjadi pada residual ridge. Makin tebal jaringan hiperplastik yang terbentuk, makin besar pula derajat jaringan flabby. Biasanya terjadi pada penderita yang lama tidak memakai gigitiruan atau dapat juga terjadi pada penderita yang menggunakan gigitiruan yang tidak pas. 6 2.4.2 Kelenjar saliva Fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu keadaan normal pada proses penuaan manusia. Manula mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan istirehat, saat berbicara, maupun saat makan. Keadaan ini disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya sedikit. 6,7,13 Xerostomia merupakan simtom, bukan suatu penyakit. Salah satu penyebab xerostomia adalah kelainan dalam produksi saliva, adanya penyumbatan atau gangguan pada kelenjar saliva sehingga menghambat pengaliran saliva ke rongga mulut, Sjogren’s Syndrome dan efek negatif dari radioterapi akibat pengobatan kanker. Selain itu, penyakit-penyakit sistemis yang diderita pada usia lanjut dan obat-obatan yang digunakan untuk perawatannya dapat menyebabkan xerostomia pada manula. Xerostomia adalah salah satu faktor yang penyebab berkurangnya sensitifitas taste buds, pasien tidak dapat memakai gigitiruan sebagian / gigitiruan penuh, serta mengakibatkan sensasi mulut terbakar pada manula. 6,7,13,14 Fungsi utama dari saliva adalah pelumasan, buffer, dan perlindungan untuk jaringan lunak dan keras pada rongga mulut. Jadi, penurunan aliran saliva akan mempersulit fungsi bicara dan penelanan, serta menaikkan jumlah karies gigi, dan meningkatkan kerentanan mukosa terhadap trauma mekanis dan infeksi mikrobial. 5,6,7 2.4.3 Lidah dan pengecapan Orang tua biasanya mengeluh tidak adanya rasa makanan,

description

..

Transcript of tutorial

Page 1: tutorial

Husin, Bin, and Nazrul Amar. "Analisa Perubahan–Perubahan pada Mukosa Rongga Mulut Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan Kelompok Umur 45–69 tahun di Medan Denai." (2011)

2.4 Perubahan klinis pada rongga mulut akibat proses penuaan

Gambaran klinis yang dapat dilihat adalah mukosa tampak licin mengkilap (tidak ada stippling pada gingiva), pucat, kering, mudah mengalami iritasi dan pembengkakan, mudah terjadi pendarahan bila terkena trauma (lebih parah jika terdapat kelainan sistemik) serta elastisitasnya berkurang. Ini karena pertambahan usia menyebabkan sel epitel pada mukosa mulut mengalami penipisan, berkurangnya keratinisasi, berkurangnya vaskularisasi, serta penebalan serabut kolagen pada lamina propia.6,7,11 Antara perubahan klinis yang dapat terjadi adalah :

2.4.1 Jaringan flabby

Pada kasus resorbsi tulang alveolar, sering terjadi pada pasien yang sudah lama kehilangan gigi sehingga mengakibatkan linggir alveolar menjadi datar atau jaringan lunak sekitarnya menjadi flabby. Menurut Boucher (cit. Damayanti) jaringan flabby merupakan respon dari jaringan ikat yang mengalami hiperplasia yang awalnya diakibatkan oleh trauma atau luka yang tidak dapat ditoleransi yang terjadi pada residual ridge. Makin tebal jaringan hiperplastik yang terbentuk, makin besar pula derajat jaringan flabby. Biasanya terjadi pada penderita yang lama tidak memakai gigitiruan atau dapat juga terjadi pada penderita yang menggunakan gigitiruan yang tidak pas.6

2.4.2 Kelenjar saliva

Fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu keadaan normal pada proses penuaan manusia. Manula mengeluarkan jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan istirehat, saat berbicara, maupun saat makan. Keadaan ini disebabkan oleh adanya perubahan atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan umur yang akan menurunkan produksi saliva dan mengubah komposisinya sedikit. 6,7,13

Xerostomia merupakan simtom, bukan suatu penyakit. Salah satu penyebab xerostomia adalah kelainan dalam produksi saliva, adanya penyumbatan atau gangguan pada kelenjar saliva sehingga menghambat pengaliran saliva ke rongga mulut, Sjogren’s Syndrome dan efek negatif dari radioterapi akibat pengobatan kanker. Selain itu, penyakit-penyakit sistemis yang diderita pada usia lanjut dan obat-obatan yang digunakan untuk

perawatannya dapat menyebabkan xerostomia pada manula. Xerostomia adalah salah satu faktor yang penyebab berkurangnya sensitifitas taste buds, pasien tidak dapat memakai gigitiruan sebagian / gigitiruan penuh, serta mengakibatkan sensasi mulut terbakar pada manula. 6,7,13,14

Fungsi utama dari saliva adalah pelumasan, buffer, dan perlindungan untuk jaringan lunak dan keras pada rongga mulut. Jadi, penurunan aliran saliva akan mempersulit fungsi bicara dan penelanan, serta menaikkan jumlah karies gigi, dan meningkatkan kerentanan mukosa terhadap trauma mekanis dan infeksi mikrobial.5,6,7

2.4.3 Lidah dan pengecapan

Orang tua biasanya mengeluh tidak adanya rasa makanan, ini dapat disebabkan bertambahnya usia mempengaruhi kepekaan rasa akibat berkurangnya jumlah pengecap pada lidah. Permukaan lidah ditutupi oleh banyak papilla pengecap dimana terdapat empat tipe papilla yaitu papilla filiformis, fungiformis, sirkumvalata, dan foliate. Sebagian papilla pengecap terletak dilidah dan beberapa ditemukan pada palatum, epiglottis, laring dan faring. Pada manusia terdapat sekitar 10,000 putik kecap, dan jumlahnya berkurang secara drastis dengan bertambahnya usia.7,14,15

Kesulitan untuk menelan (Dysphagia) biasanya muncul pada manula dan perlu di berikan perhatian karena populasi manula semakin meningkat setiap tahun. Dalam sistem pencernaan, terdapat beberapa fase penting yang berkait erat dengan rongga mulut yaitu pengunyahan, pergerakan lidah dan kebolehan membuka serta menutup mulut (bibir). Sistem pencernaan di rongga mulut menunjukkan penurunan fungsi dengan meningkatnya umur. Robbins dkk (cit. Al-Drees) menyatakan bahwa fungsi penelanan (berkaitan dengan tekanan) menurun dengan meningkatnya umur sehingga manula terpaksa bekerja lebih keras untuk menghasilkan efek tekanan yang adekuat dan dapat menelan makanan, seterusnya akan meningkatkan resiko untuk berkembangnya dysphagia.11,14

Fungsi penelanan pasti akan mengalami penurunan pada manula walaupun mempunyai rongga mulut yang sehat. Aksi pergerakan lidah akan berubah dengan meningkatnya umur. Perubahan yang terjadi adalah perlambatan dalam mencapai tekanan otot dan pergerakan yang efektif pada lidah, gangguan pada ketepatan waktu kontraksi otot lidah sehingga menganggu fungsi pencernaan di rongga mulut secara keseluruhannya.14

Akibat gangguan pada sistem pencernaan dan kehilangan sensori pengecapan sehingga menyebabkan kehilangan selera makan, manula kehilangan berat badan merupakan keadaan umum yang sering terjadi.

Page 2: tutorial

2.4.4 Bentuk bibir

Menurut Penna dkk (cit. Al-Drees) menyatakan bahwa terdapat penurunan massa dari otot bibir yaitu m. Orbicularis oris pada manula dengan menggunakan analisa secara histomorphometric. Senyuman manula kelihatan lebih lebar secara transversal dan mengecil secara vertikal. Ini menunjukkan bahwa memang berlaku penurunan massa dari otot Orbicularis oris pada bibir sehingga kemampuan otot ketika manula senyum semakin berkurang. 14 otot lidah sehingga menganggu fungsi pencernaan di rongga mulut secara keseluruhannya.14

2.4.5 Tekstur permukaan mukosa mulut

Perubahan yang berlaku pada sel epitel mukosa mulut berupa penipisan ketebalan lapisan sel, berkurangnya elastisitas serta berkurangnya vaskularisasi. Akibatnya secara klinis menyebabkan mukosa mulut menjadi lebih pucat, tipis, kering, dengan proses penyembuhan yang melambat. Hal ini menyebabkan mukosa mulut lebih mudah mengalami iritasi terhadap gesekan atau trauma, yang diperparah dengan berkurangnya aliran saliva. Pada mukosa gingiva yang sehat karakteristiknya berupa stippling yang menghilang dengan bertambahnya usia, akibatnya mukosa gingiva menjadi licin.4,6,1

2.6 Faktor-faktor mempercepat/ memperlambat proses aging

2.6.1 Radikal-radikal bebas

Molekul-molekul terdiri dari atom dan elektron, dan elektron biasanya berpasangan. Terdapat kondisi dimana terdapat molekul-molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan, maka molekul-molekul inilah yang dikenal sebagai radikal bebas. Elektron yang tidak mempunyai pasangan akan mencari elektron lain untuk dijadikan pasangan, maka radikal bebas ini akan menyerang molekul terdekat untuk mendapatkan elektron. Dengan demikian ia menyebabkan kehancuran molekul lain. Bila menimpa DNA, terutama pada mitokondria di dalam sel-sel, radikal itu menyebabkan mutasi-mutasi yang dapat memacu sel-sel berlaku secara menyimpang. Lama kelamaan kerusakan karena radikal bebas ini membuat tubuh menua dan mendapat berbagai penyakit.8,9

Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terbentuknya radikal bebas, antaranya adalah sinar matahari, zat kimia, zat pengawet, pewarna dan pelezat makanan, polusi udara, dan pengobatan dengan sinar ultra violet jangka panjang.

2.6.2 Antioksidan

Antioksidan adalah bahan kimia yang dapat memberikan sebuah elektron yang diperlukan radikal bebas, tanpa menjadikan dirinya berbahaya. Secara kimiawi antioksidan dirancang untuk menawarkan radikal bebas yang merusak, menghentikan serangan radikal bebas sehingga degenerasi dihambat atau proses penuaan diperlambat.

7,8,16 Antara antioksidan yang terdapat dalam makanan yang dapat menunda proses penuaan mencakup Vitamin B, Vitamin E, Vitamin C, Beta Karoten, Khromium, Selenium, Kalsium, Zinc, Magnesium, dan Koenzim Q-10. Semuanya mempunyai cara kerja dan efek yang berbeda.17

LISDA DAMAYANTI. RESPON JARINGAN. TERHADAP GIGI TIRUAN LENGKAP. PADA PASIEN USIA LANJUT. Bandung : Universitas Padjajaran

2.3 Xerostomia Xerostomia merupakan salah satu bentuk kelainan sekresi saliva yang mengalami penurunan volume dari keadaan normal, sehingga terjadi hiposalivasi. Apabila produksi saliva kurang dari 20 ml/ hari dan berlangsung dalam waktu yang lama maka keadaan ini disebut serostomia. Saliva pada orang tua mengandung total protein yang lebih sedikit, elektrolit berbeda, dan pH dengan kemampuan buffer yang lebih kecil dibanding orang muda. Xerostomia akan menimbulkan masalah dalam hal retensi gigi tiruan, meningkatkan resiko karies gigi, dan infeksi, serta menyebabkan kesulitan dalam pengunyahan dan penelanan. Mukosa mulut penderita mulut kering biasanya halus dan lebih peka terhadap stimulus kimia. Keringnya mukosa menjadikan mukosa lebih peka terhadap iritasi gesekan dari gerakan gigi tiruan, dan dapat mengganggu daya adptasi pasien dalam menggunakan gigi tiruannya. Beberapa lansia mengeluh akan kondisi mulut yang kering, sering tanpa tanda-tanda klinis, pada kasus ini penyebabnya mungkin adalah depresi. Berdasarkan penelitian terjadinya degenerasi epitel saliva, atrofi, hilangnya asini dan fibrosis terjadi dengan frekuensi dan keparahan yang meningkat dengan meningkatnya usia. Secara umum dapat dikatakan bahwa saliva nonstimulasi (istirahat) secara keseluruhan berkurang volumenya pada usia tua. Xerostomia juga dapat disebabkan oleh pemakaian obat-obatan oleh pasien.

Osteoartritis

(OA) merupakan penyakit sendi dengan karakteristik menipisnya rawan sendi secara

Page 3: tutorial

progresif lambat,disertai dengan pembentukan tulang baru pada trabekula subkondral dan terbentuknya rawan sendi dan tulang baru pada tepi sendi (osteofit ) (Soerosoet al.,2006)1.

Etiologi Osteoartritis seringkali terjadi tanpa diketahui sebabnya, hal itu disebut dengan osteoartritis idiopatik. Pada kasus yanglebih jarang, osteoartritis dapat terjadi akibat trauma pada sendi, infeksi atau variasi herediter, perkembangan,kelainan metabolik dan neurologik yang disebut dengan osteoartritis sekunder. Onset usia pada osteoartritis sekunder tergantung pada penyebabnya. Maka dari itu, penyakit ini dapat berkembang pada dewasa muda, dan bahkan anak-anak, seperti halnya pada orang tua (Woodhead, 1989, Sunarto, 1990, Rahardjo, 1994, Soerosoet al., 2006).

Persentase orang yang memiliki osteoartritis pada satu atau beberapa sendi meningkat dibawah 5% dan orang-orangdengan usia antara 15-44 tahun sekitar 25%, pada orang-orang dengan usia 45-64 tahun menjadi 30%, dan mencapai60%-90% pada usia diatas 65 tahun. Selain hubungan erat ini dan pandangan yang luas bahwa osteoartritis terjadiakibat proses wear & tear yang normal dan kekakuan sendi pada orang-orang dengan usia diatas 65 tahun, hubunganantara penggunaan sendi, penuaan, dan degenerasi sendi masih sulit dijelaskan. Terlebih lagi, penggunaan sendiselama hidup tidak terbukti menyebabkan degenerasi. Sehingga osteoartritis bukan merupakan akibat sederhana darimasalah penggunaan sendi (Soeroso, 2006)

Osteoartritis merupakan suatu penyakit inflamasi dan ada beberapa bukti sering terjadi sinovitis, inflamasi bukanmerupakan komponen utama dari kelainan yang terjadi pada pasien. Tidak seperti kerusakan sendi yang disebabkanoleh inflamasi sinovial, osteoartritis merupakan sekuen retrogresif dari perubahan sel dan matrik yang berakibatkerusakan struktur dan fungsi kartilago artikuler, diikuti dengan reaksi perbaikan dan remodeling tulang. Karenareaksi perbaikan dan remodeling tulang ini, degenerasi permukaan artikuler pada osteoartritis tidak bersifat progresif,dan kecepatan degenerasi sendi bervariasi pada tiap individu dan sendi. Osteoartritis sering terjadi, tapi pada sebagian besar kasus osteoartritis berkembang lambat selama bertahun-tahun, meskipun dapat menjadi stabil atau bahkanmembaik dengan spontan dengan restorasi parsial yang minimal dari permukaan sendi dan pengurangan gejala (Harul& Herlambang, 2008)Kartilago sendi merupakan organ sasaran utama osteoartritis (Brandt, 2000). Titik awal terjadinya OA adalahkerusakan atau hilangnya kartilago (Adnan, 2000 cit Isbagio, 1988).

OA terbentuk pada dua keadaan, yaitu :

1. Sifat biomaterial kartilago sendi dan tulang subkondral normal, tetapi terjadi beban berlebihan terhadap sendisehingga jaringan rusak.

2. Beban yang ada secara fisiologis normal, tetapi sifat bahan kartilago atau tulang kurang baik (Brandt, 2000).Jejas mekanis dan biokimiawi diduga merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormaldan produk degradasi kartilago didalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan terjadi inflamasi, kerusakankondrosit, dan nyeri (Soerosoet al.,2007).

Tanda dan GejalaSecara klinis, osteoartritis dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :

1. Subklinis : pada tingkatan ini belum ada keluhan atau tanda klinis lain. kelainan baru terbatas pada tingkatseluler dan biokimiawi sendi.

2. Manifes : pada tingkatan ini biasanya penderita datang ke dokter karena mulai merasakan keluhan sendi.Kerusakan kartilago artikularis bertambah luas disertai reaksi peradangan.

3. Dekompensasi : kartilago artikularis telah rusak dan bahkan ada yang sampai terjadi deformitas dankontraktur. Pada tingkatan ini biasanya diperlukan tindakan bedah (Azhari, 2008).

Tanda dan gejala umum yang sering dialami penderita osteoartritis antara lain adalah :

1. Nyeri sendi, disebabkan oleh peradangan dan gangguan mekanik. Nyeri karena peradangan biasanya betambah di pagi hari atau setelah lutut menetap pada satu posisi dalam waktu lama dan berkurang saat bergerak. Sedangkan nyeri mekanik akan lebih terasa saat melakukan aktivitas lama dan berkurang saatistirahat, kemungkinan hal ini berhubungan dengan kerusakan kartilago yang sudah parah.

2. Kaku atau keterbatasan gerak pada sendi, hal ini hampir dirasakan semua penderita OA, terutama pada pagihari, namun dapat juga terjadi setelah istirahat agak lama. Kekakuan osteoartritis biasanya terjadi kurang dari30 menit.

3. Pembengkakan sendi, merupakan reaksi peradangan sehingga terjadi penggumpalan cairan dalam ruangsendi. Pada inflamasi aktualitas tinggi, pembengkakan dapan disertai nyeri tekan, gangguan gerak, peningkatan temperatur lokal dan warna kemerahan.

4. Perubahan pola jalan, hampir semua penderita mengalami perubahan pola jalan dimana fase weighbearing pada sisi yang sakit akan lebih cepat (analitic gait)

5. Gangguan fungsi, merupakan akumulasi dari problem-problem diatas. (Azhari, 2008).