Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

download Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

of 15

Transcript of Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

  • 8/10/2019 Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

    1/15

    PELAKSANAAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI PNS

    DI BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

    Aden Rachman Hakim1, Bernat Irvan Purba

    2, Eviana Sulistianingrum

    3,

    Manro Manrie Sipayung4, Reza Mahardian Yulandra5, Thalissa Sabel Saragih6

    1) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta

    email: [email protected]

    2) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta

    email: [email protected]

    3) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta

    email: [email protected]

    4) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta

    email: [email protected]

    5) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta

    email:[email protected]

    6) D-IV Akuntansi, STAN, Jakarta

    email: [email protected]

    Abstrak Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dengan pimpinannya adalah Kepala

    BPKP dalam melaksanakan tugas, pokok, dan fungsinya, berada di bawah dan bertanggung jawab langsung

    kepada Presiden Republik Indonesia. Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang 103

    tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah

    Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah,terakhir dengan Peraturan Presiden No 64 tahun

    2005 disebutkan, BPKP mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangandan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku (Pasal 52). Penulisan

    paper ini bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai tugas dan fungsi Badan Pengawasan Keuangan dan

    Pembangunan, serta mengetahui hambatan beserta solusi dalam pelaksanaanya. Penulis menggunakan

    metodologi penelitian kepustakaan sebagai referensi dalam penulisan paper. Penulis berharap paper ini dapat

    memberikan hasil yang baik sehingga pembaca mampu mengetahui tugas, pokok, dan fungsi BPKP sehingga

    pembaca mendapat gambaran peranan BPKP dalam pemerintahan dan pembaca bisa memberikan saran dan

    perbaikan yang konstruktif kepada BPKP.

    Kata kunci: Tupoksi BPKP, Hambatan, dan Solusi.

    1. PENDAHULUAN

    1.1.

    Latar Belakang (Sejarah BPKP)

    Sejarah Badan Pengawasan Keuangan dan

    Pembangunan (BPKP) tidak dapat dilepaskan dari

    sejarah panjang perkembangan lembaga pengawasan

    sejak sebelum era kemerdekaan.

    1) Djawatan Akuntan Negara (DAN)

    Dengan besluit Nomor 44 tanggal 31 Oktober

    1936 secara eksplisit ditetapkan bahwa Djawatan

    Akuntan Negara (Regering Accountantsdienst)

    bertugas melakukan penelitian terhadap pembukuandari berbagai perusahaan negara dan jawatan tertentu.

    Dengan demikian, dapat dikatakan aparat pengawasan

    pertama di Indonesia adalah Djawatan Akuntan

    Negara (DAN). Secara struktural DAN yang bertugas

    mengawasi pengelolaan perusahaan negara berada di

    bawah Thesauri Jenderal pada Kementerian Keuangan.

    Dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 1961

    tentang Instruksi bagi Kepala Djawatan Akuntan

    Negara (DAN), kedudukan DAN dilepas dari Thesauri

    Jenderal dan ditingkatkan kedudukannya langsung di

    bawah Menteri Keuangan. DAN merupakan alat

    pemerintah yang bertugas melakukan semua pekerjaan

    akuntan bagi pemerintah atas semua departemen,

    jawatan, dan instansi di bawah kekuasaannya.

  • 8/10/2019 Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

    2/15

    Sementara itu fungsi pengawasan anggaran

    dilaksanakan oleh Thesauri Jenderal.

    2) Direktorat Jendral Pengawasan Keuangan Negara

    (DJPKN)

    Selanjutnya dengan Keputusan Presiden Nomor

    239 Tahun 1966 dibentuklah Direktorat Djendral

    Pengawasan Keuangan Negara (DDPKN) pada

    Departemen Keuangan. Tugas DDPKN (dikenal

    kemudian sebagai DJPKN) meliputi pengawasan

    anggaran dan pengawasan badan usaha/jawatan, yang

    semula menjadi tugas DAN dan Thesauri Jenderal.

    DJPKN mempunyai tugas melaksanakan

    pengawasan seluruh pelaksanaan anggaran negara,

    anggaran daerah, dan badan usaha milik negara/daerah.Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 70 Tahun

    1971 ini, khusus pada Departemen Keuangan, tugas

    Inspektorat Jendral dalam bidang pengawasan

    keuangan negara dilakukan oleh DJPKN.

    3) Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

    (BPKP)

    Dengan diterbitkan Keputusan Presiden Nomor

    31 Tahun 1983 tanggal 30 Mei 1983. DJPKN

    ditransformasikan menjadi BPKP, sebuah lembaga

    pemerintah non departemen (LPND) yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada

    Presiden. Salah satu pertimbangan dikeluarkannya

    Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983 tentang

    BPKP adalah diperlukannya badan atau lembaga

    pengawasan yang dapat melaksanakan fungsinya

    secara leluasa tanpa mengalami kemungkinan

    hambatan dari unit organisasi pemerintah yang

    menjadi obyek pemeriksaannya.

    Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 1983

    tersebut menunjukkan bahwa Pemerintah telah

    meletakkan struktur organisasi BPKP sesuai dengan

    proporsinya dalam konstelasi lembaga-lembaga

    Pemerintah yang ada. BPKP dengan kedudukannya

    yang terlepas dari semua departemen atau lembaga

    sudah barang tentu dapat melaksanakan fungsinya

    secara lebih baik dan obyektif.

    Tahun 2001 dikeluarkan Keputusan Presiden

    Nomor 103 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

    Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja

    Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana

    telah beberapa kali diubah,terakhir dengan PeraturanPresiden No 64 tahun 2005. Dalam Pasal 52

    disebutkan, BPKP mempunyai tugas melaksanakan

    tugas pemerintahan di bidang pengawasan keuangan

    dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    Pendekatan yang dilakukan BPKP diarahkan

    lebih bersifat preventif atau pembinaan dan tidak

    sepenuhnya audit atau represif. Kegiatan sosialisasi,

    asistensi atau pendampingan, dan evaluasi merupakan

    kegiatan yang mulai digeluti BPKP. Sedangkan audit

    investigatif dilakukan dalam membantu aparat

    penegak hukum untuk menghitung kerugian keuangan

    negara.

    Pada masa reformasi ini, BPKP banyak

    mengadakan Memorandum of Understanding (MoU)

    atau Nota Kesepahaman dengan pemda dan

    departemen/lembaga sebagai mitra kerja BPKP. MoUtersebut pada umumnya membantu mitra kerja untuk

    meningkatkan kinerjanya dalam rangka mencapai

    good governance.

    Dalam melaksanakan tugasnya, BPKP didukung

    oleh ketentuan dan peraturan sebagai berikut:

    1) Keputusan Presiden RI No.103 Tahun 2001

    tentang Kedudukan, Tugas Fungsi, Kewenangan,

    Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga

    Pemerintah Non Departemen yang telah diubah

    terakhir dengan Peraturan Presiden Republik

    Indonesia Nomor 64 Tahun 2005

    2) Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 tentang

    Sistem Pengendalian Internal Pemerintah

    3) Instruksi Presiden No.4 Tahun 2011 tanggal 17

    Februari 2011 tentang Percepatan Peningkatan

    Kualitas Akuntabilitas Keuangan Negara

    Mengingat pentingnya peranan Badan

    Pengawasan Keuangan dan Pembangunan dalam

    pemerintahan, dalam makalah akan kami bahas

    mengenai penerapan tugas dan fungsi Badan

    Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

    1.2.Maksud dan Tujuan

    Adapun penyusunan makalah ini dimaksudkan

    untuk memberikan gambaran tentang Badan

    Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan

    hambatan secara menyeluruh dalam pelaksanaan tugas,

    pokok, dan fungsi BPKP.

    Tujuan dari penyusunan makalah ini dapat

    dijabarkan sebagai berikut:

  • 8/10/2019 Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

    3/15

    1) Memberikan gambaran tentang visi, misi, dan

    nilai-nilai pada BPKP

    2) Memberikan gambaran tentang struktur organisasi

    pada BPKP

    3)

    Memberikan pemahaman terhadap tugas, pokok,dan fungsi (tupoksi) dari masing-masing unit

    eselon I di lingkungan BPKP

    4) Memberikan gambaran tentang informasi produk

    layanan BPKP

    5) Memberikan gambaran tentang hambatan yang

    dihadapi dalam pelaksanaan Tupoksi BPKP

    6) Meningkatkan kepedulian (awareness) terhadap

    hamabatan yang terjadi selama pelaksanaan

    tupoksi BPKP

    7) Sebagai bahan referensi bagi seluruh pihak yang

    berkepentingan terhadap makalah ini.

    1.3.Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian di atas, dapat kami sampaikan

    rumusan masalah yang akan dibahas antara lain:

    1) Apakah yang menjadi Visi, Misi, dan Nilai-Nilai

    BPKP pada saat ini?

    2) Bagaimana Struktur Organisasi BPKP?

    3) Apakah yang menjadi Tupoksi BPKP?

    4) Apakah yang menjadi informasi produk layanan

    terkait Tupoksi BPKP?

    5)

    Apakah hambatan yang muncul dari pelaksanaan

    Tupoksi BPKP?

    6) Bagaimana bentuk penanggulangan hambatan di

    BPKP?

    2. LANDASAN TEORI

    Dalam pencapaian suatu tujuan organisasi atau

    kelembagaan, diperlukan suatu perencanaan dan

    tindakan nyata. Secara umum, bisa dikatakan bahwa

    Visi dan Misi adalah suatu konsep perencanaan yang

    di sertai dengan tindakan sesuai dengan apa yang direncanakan untuk mencapai suatu tujuan. Misi

    tersebut kemudian dijabarkan menjadi suatu Tugas,

    Pokok, dan Fungsi yang merupakan kumpulan dari

    tindakan-tindakan (aksi) yang harus dilaksanakan oleh

    setiap personil dalam suatu organisasi secara konsisten.

    2.1.Definisi Visi

    Visi adalah what be believe we can be. Visi

    merupakan gambaran masa depan dari suatu

    organisasi. Penentuan visi berarti menetapkan tujuan

    dan cita-cita yang ingin dicapai. BerdasarkanLewis&Smith (1994), dalam menentukan visi,

    hendaknya suatu organisasi memenuhi persyaratan

    sebagai berikut:

    1) Tidak berdasarkan kondisi saat ini

    2) Berorientasi ke depan

    3) Mengekspresikan kreatifitas4) Berdasar pada prinsip nilai yang mengandung

    penghargaan bagi masyarakat

    5) Memperhatikan sejarah, kultur, dan nilai

    organisasi

    6) Mempunyai standar yang tinggi, ideal serta

    harapan bagi anggota organisasi

    7) Memberikan klarifikasi bagi manfaat lembaga

    serta tujuan-tujuannya

    8 ) Memberikan semangat dan mendorong

    timbulnya dedikasi pada organisasi

    9) Menggambarkan keunikan lembaga dalam

    kompetisi beserta citranya

    10) Bersifat ambisius serta menantang segenap

    anggota lembaga.

    2.2.Definisi Misi

    Misi adalah what be believe we can do. Misi

    adalah apa yang bisa dilakukan untuk mencapai

    gambaran masa depan (visi). Misi bisa berarti juga

    merupakan langkah-langkah dan strategi (action plan)

    yang dilakukan untuk mencapai visi.

    Kadangkala misi perlu diubah sedemikian rupaapabila visi belum tercapai. Jadi, bukan visinya yang

    diubah, tetapi cara-cara untuk mencapai tujuan yang

    dirubah. Apabila visi berubah-ubah maka akan

    terkesan tidak konsisten gambaran masa depan tentang

    organisasi tersebut.

    2.3.Definisi Tugas Pokok

    Tugas pokok adalah kesatuan pekerjaan atau

    kegiatan yang paling utama dan rutin dilakukan oleh

    para pegawai dalam sebuah organisasi yang

    memberikan gambaran tentang ruang lingkup atau

    kompleksitas jabatan atau organisasi demi mencapai

    tujuan tertentu.

    2.4.Definisi Fungsi

    Fungsi adalah kesatuan pekerjaan atau kegiatan

    yang dilaksanakan oleh para pegawai yang memiliki

    aspek khusus serta saling berkaitan satu sama lain

    menurut sifat atau pelaksanaan untuk mencapai tujuan

    tertentu dalam sebuah organisasi.

  • 8/10/2019 Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

    4/15

    2.5.Definisi Hambatan

    Hambatan dapat diartikan sebagai segala sesuatu,

    baik itu yang bersumber dari dalam (intern) maupun

    dari luar (ekstern) yang mengakibatkan pencapaian

    tujuan suatu organisasi atau lembaga menjadi tidak

    lancar atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.

    3. HASIL DAN PEMBAHASAN

    3.1 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai BPKP

    Sesuai arahan Presiden RI tanggal 11 Desember

    2006, BPKP melakukan reposisi dan revitalisasi

    fungsi yang kedua kalinya. Reposisi dan revitalisasi

    BPKP diikuti dengan penajaman visi, misi, dan

    strategi. Visi BPKP yang baru adalah Auditor Intern

    Pemerintah yang Proaktif dan Terpercaya dalam

    Mentransformasikan Manajemen Pemerintahan

    Menuju Pemerintahan yang Baik dan Bersih.

    Sedangkan Misi BPKP yaitu:

    1) Menyelenggarakan pengawasan intern terhadap

    akuntabilitas keuangan negara yang mendukung

    tata kelola kepemerintahan yang baik dan bebas

    KKN.

    2) Membina penyelenggaraan Sistem Pengendalian

    Intern Pemerintah.

    3) Mengembangkan kapasitas pengawasan intern

    pemerintah yang profesional dan kompeten.

    4) Menyelenggarakan sistem dukungan pengambilan

    keputusan yang andal bagi presiden/pemerintah.

    Nilai-nilai organisasi merupakan dasar acuan dan

    motor penggerak motivasi, sikap dan tindakan. Dalam

    konteks organisasi, nilai-nilai organisasi harus

    dikembangkan atau sejalan dengan visi dan misi

    organisasi.

    Dalam menjalankan mandatnya, BPKP senantiasa

    bertumpu pada nilai-nilai luhur yang urutan huruf

    awalnya dapat menjadi suatu kata kunci yang

    mengilhami seluruh staf BPKP yaitu PIONIR yangberarti pemrakarsa. Hal ini merupakan perwujudan

    dari keinginan untuk selalu berinovasi guna

    menghasilkan produk-produk yang berbeda dari

    produk para pengawas intern lainnya tetapi diyakini

    akan diterima karena dibutuhkan oleh para pemangku

    kepentingan. Pionir merupakan bentukan dari 6

    (enam) nilai yaitu:

    1) Profesional

    Suatu standar kualitas kerja keahlian yang

    menjamin kepercayaan masyarakat pada umumnya

    dan pengguna jasa pada khususnya, karenadilandasi oleh pola kerja, pola pikir, dan pola sikap

    menurut standar keahlian minimal yang ditetapkan

    oleh organisasi profesi dan/atau peraturan

    perundang-undangan yang berlaku

    2) Integritas

    Integritas adalah nilai yang mengandung makna

    gabungan dari kejujuran, objektivitas, keberanian,konsistensi, dan konsekuensi. Nilai pengawasan,

    selain bergantung pada kompetensi pengawas, juga

    sangat dipengaruhi oleh integritas

    3) Orientasi pada Pengguna

    Orientasi pada Pengguna adalah keinginan untuk

    membantu atau melayani pihak lain untuk

    memenuhi kebutuhan mereka, dengan cara

    mengetahui dan memenuhi kebutuhan pengguna

    meliputi pengguna internal dan eksternal

    4)Nurani dan Akal Sehat

    Nurani dan akal sehat adalah nilai untuk bertindak

    proporsional, menghindari diri dari praktik

    pengawasan yang berlebihan. Dengan

    mempertimbangkan nurani dan akal sehat, auditor

    ditantang untuk menerapkan etika pengawasan

    yang tertinggi. Nurani merupakan sumber

    pertimbangan kebaikan etika dalam tahapnya yang

    tertinggi

    5) Independen

    Independensi mencakup dua hal yaitu

    independensi dalam sikap dan dalam penampilan.

    Independensi tetap diperlukan bagi aparat

    pengawas intern tidak terkecuali BPKP. Selain

    memberikan laporannya langsung kepada para

    pimpinan lembaga eksekutif, BPKP juga

    memaparkan hasil pengawasannya kepada DPR

    manakala diminta, tentunya dengan

    memperhatikan kaitannya dengan aspek kode etik

    profesi.

    6) Responsibel

    Responsibel adalah sikap seorang yang mengakui

    adanya tanggung jawab yang bermula pada dirinya

    (obligation to act). Ini adalah salah satu sikap yang

    dipercaya merupakan komponen dari proses goodgovernance

    Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, pegawai

    BPKP dalam mewujudkan nilai-nilai luhur BPKP

    dengan semangat kerja 5- As, yaitu:

    1) Kerja Keras

    2) Kerja Cerdas

    3) Kerja Tuntas

    4) Kerja Ikhlas

    5) Kerja Penuh Integritas

  • 8/10/2019 Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

    5/15

    3.2 Struktur Organisasi BPKP

    Struktur atau Susunan Organisasi yang

    sebagaimana disajikan dalam Keputusan Kepala

    Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

    Nomor: Kep-06.00.00-080/K/2001, yaitu terdiri dari:

    1) Kepala;

    2) Sekretariat Utama;

    3) Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang

    Perekonomian;

    4) Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang

    Politik, Sosial, dan Keamanan;

    5) Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan

    Akuntabilitas;

    6) Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan

    Keuangan Daerah;

    7) Deputi Bidang Akuntan Negara;

    8) Deputi Bidang Investigasi;

    9) Inspektorat;

    10) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan;

    11) Pusat Penelitian dan Pengembangan

    Pengawasan;

    12) Pusat Informasi Pengawasan;

    13) Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor.

    Berdasarkan Peraturan Kepala Badan Pengawasan

    Keuangan dan Pembangunan Republik Indonesia

    Nomor 13 Tahun 2014, dalam rangka pelaksanaantupoksi, terutama yang berkaitan dengan pengawasan

    keuangan, BPKP memiliki Perwakilan di masing-

    masing provinsi. Perwakilan BPKP tersebut terdiri

    Perwakilan BPKP Tipe A dan Perwakilan BPKP Tipe

    B. Adapun Susunan Organisasi Perwakilan BPKP di

    masing-masing tipe tersebut, yaitu:

    1) Perwakilan BPKP Tipe A:

    a) Kepala Perwakilan

    b) Bagian Tata Usaha (TU)

    -Subbagian Kepegawaian

    -

    Subbagian Keuangan-Subbagian Umum

    c) Kelompok Jabatan Fungsional, terdiri dari:

    - Kelompok Jabatan Fungsional Auditor:

    Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah

    Pusat

    Bidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah

    Bidang Akuntan Negara

    Bidang Investigasi

    Bidang Program dan Pelaporan serta

    Pembinaan Aparat Pengawasan Internal

    Pemerintah

    - Kelompok Jabatan Fungsional Lainnya

    2) Perwakilan BPKP Tipe B

    a) Kepala Perwakilan

    b) Bagian Tata Usaha (TU)

    c) Kelompok Jabatan Fungsional

    - Kelompok Jabatan Fungsional Auditor:

    Bidang Pengawasan Instansi Pemerintah

    PusatBidang Akuntabilitas Pemerintah Daerah

    Bidang Akuntan Negara

    Bidang Investigasi

    Bidang Program dan Pelaporan serta

    Pembinaan Aparat Pengawasan Internal

    Pemerintah

    - Kelompok Jabatan Fungsional Lainnya

    3.2 Pelakasnaan Tugas Pokok dan Fungsi BPKP

    Tupoksi BPKP dibagi menjadi Tupoksi BPKP

    secara Keseluruhan dan Tupoksi BPKP pada masing-

    masing unit Eselon I, yaitu sebagai berikut:

    1) Badan Pengawasan Keuangan dan

    Pembangunan

    Sesuai dengan Pasal 52, 53 dan 54 Keputusan

    Presiden Republik Indonesia Nomor 103 Tahun

    2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

    Kewenangan, Susunan Organisasi, Dan Tata Kerja

    Lembaga Pemerintah Non Departemen, BPKP

    mempunyai tugas melaksanakan tugas

    Pemerintahan di bidang pengawasan keuangan danpembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan yang berlaku.

    Dalam melaksanakan tugas, BPKP

    menyelenggarakan fungsi :

    a) pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional

    di bidang pengawasan keuangan dan

    pembangunan;

    b)perumusan dan pelaksanaan kebijakan di

    bidang pengawasan keuangan dan

    pembangunan;c) koordinasi kegiatan fungsional dalam

    pelaksanaan tugas BPKP;

    d)pemantauan, pemberian bimbingan dan

    pembinaan terhadap kegiatan pengawasan

    keuangan dan pembangunan;

    e) penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan

    administrasi umum di bidang perencanaan

    umum, ketatausahaan, organisasi dan

    tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan,

    hukum, persandian, perlengkapan dan rumahtangga.

  • 8/10/2019 Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

    6/15

    Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, BPKP

    mempunyai kewenangan :

    a) penyusunan rencana nasional secara makro di

    bidangnya;

    b)

    perumusan kebijakan di bidangnya untuk

    mendukung pembangunan secara makro;

    c) penetapan sistem informasi di bidangnya;

    d)pembinaan dan pengawasan atas

    penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi

    pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan,

    arahan, dan supervisi di bidangnya;

    e) penetapan persyaratan akreditasi lembaga

    pendidikan dan sertifikasi tenaga

    profesional/ahli serta persyaratan jabatan di

    bidangnya;

    f) kewenangan lain sesuai dengan ketentuan

    peraturan perundang-undangan yang berlaku

    2) Sekretaris Utama

    Sekretariat Utama mempunyai tugas

    mengkoordinasikan perencanaan, pembinaan,

    pengendalian administrasi, dan sumber daya di

    lingkungan BPKP. Dalam melaksanakan tugas,

    Sekretariat Utama menyelenggarakan fungsi:

    a) koordinasi perumusan kebijakan pengawasan

    intern pemerintah dan kebijakan teknis

    pengawasan di lingkungan BPKP;

    b) koordinasi dan penyusunan program kerja

    pengawasan tahunan (PKPT) serta evaluasi

    pelaksanaannya di lingkungan BPKP dan

    aparat pengawasan intern pemerintah (APIP)

    lainnya;

    c) pengelolaan kepegawaian, penataan organisasi

    dan ketatalaksanaan, serta keuangan;

    d)penyusunan peraturan perundang-undangan,

    penelaahan hukum, pemberian bantuan hukum,

    serta pelaksanaan hubungan masyarakat dan

    hubungan antar lembaga.

    e) pelaksanaan urusan tata usaha, perlengkapan,

    dan rumah tangga; koordinasi dan penyusunan

    laporan hasil pengawasan di lingkungan BPKP

    dan APIP lainnya;

    f) koordinasi penyusunan laporan akuntabilitas

    kinerja BPKP dan penyusunan laporan

    akuntabilitas kinerja Sekretariat Utama.

    3) Inspektorat

    Inspektorat mempunyai tugas melaksanakanpengawasan fungsional terhadap unit kerja yang

    berada di lingkungan BPKP.

    Dalam melaksanakan tugas, Inspektorat

    menyelenggarakan fungsi:

    a) penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis

    pengawasan pada Inspektorat;

    b)

    penyiapan bahan penyusunan prosedur danpedoman kegiatan operasional Inspektorat;

    c) pelaksanaan pemeriksaan ketaatan, efisiensi,

    dan efektivitas tugas dan kegiatan unit kerja di

    lingkungan BPKP;

    d)pelaksanaan pemeriksaan khusus terhadap

    indikasi penyimpangan dan penyalahgunaan

    wewenang unit kerja dan pegawai di

    lingkungan BPKP;

    e) pelaksanaan evaluasi laporan akuntabilitas

    kinerja unit kerja di lingkungan BPKP;

    f) pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan

    Inspektorat;

    g) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan

    pemeriksaan Inspektorat;

    h) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil

    pengawasan Inspektorat.

    4) Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Pengawasan

    Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan, yang

    selanjutnya disebut Pusdiklatwas mempunyai tugas

    melaksanakan penyelenggaraan, pembinaan, dan

    koordinasi kegiatan pendidikan dan pelatihan.

    Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

    dalam Pasal 219, Pusdiklatwas menyelenggarakan

    fungsi:

    a) penyusunan program pendidikan dan pelatihan

    kedinasan, fungsional, dan teknis;

    b)perencanaan, penyusunan, dan pengembangan

    materi pendidikan dan pelatihan fungsional dan

    teknis;

    c) perencanaan kebutuhan dan pembinaan

    widyaiswara dan instruktur;

    d)

    penyelenggaraan, pembinaan, dan koordinasikegiatan pendidikan dan pelatihan

    pembentukan, pengembangan dan

    penjenjangan jabatan fungsional auditor, serta

    pendidikan dan pelatihan teknis;

    e) penetapan persyaratan dan pemberian

    akreditasi penyelenggaraan pendidikan dan

    pelatihan pembentukan dan penjenjangan

    jabatan fungsional auditor;

    f) evaluasi pelaksanaan hasil pendidikan dan

    pelatihan serta penyusunan laporannya;

    g)pengelolaan kepegawaian dan pelaksanaan

    urusan tata usaha, keuangan, barang

    milik/kekayaan negara dan urusan rumah

    tangga.

  • 8/10/2019 Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

    7/15

    5) Pusat Penelitian Dan Pengembangan

    Pengawasan

    Pusat Penelitian dan Pengembangan Pengawasan,

    yang selanjutnya disebut Puslitbangwas

    mempunyai tugas melaksanakan penyelenggaraan,pembinaan, dan koordinasi kegiatan penelitian dan

    pengembangan pengawasan.

    Dalam melaksanakan tugas, Puslitbangwas

    menyelenggarakan fungsi:

    a) analisis kebutuhan dan penyusunan program

    penelitian dan pengembangan;

    b)pelaksanaan penelitian dan pengembangan;

    c) pelaksanaan kerja sama penelitian dan

    pengembangan;

    d) evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan

    dan hasil penelitian dan pengembangan;

    e) pengelolaan kepegawaian, keuangan, dan

    urusan rumah tangga;

    6) Pusat Informasi Pengawasan

    Pusat Informasi Pengawasan, yang selanjutnya

    disebut Pusinfowas mempunyai tugas

    melaksanakan pengelolaan data dan informasi

    serta pengembangan sistem informasi.

    Dalam melaksanakan tugas, Pusinfowas

    menyelenggarakan fungsi:a) penyusunan rencana dan program pengelolaan

    data dan informasi serta pengembangan sistem

    informasi;

    b)pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data

    dan informasi, serta administrasi basis data;

    c) penyiapan kompilasi analisis hasil pengawasan;

    d)pengembangan sistem informasi dan

    pembinaan terhadap pengguna;

    e) pelaksanaan urusan tata usaha.

    7) Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor

    Pusat Pembinaan Jabatan Fungsional Auditor,

    yang selanjutnya disebut Pusbin JFA mempunyai

    tugas melaksanakan penelaahan dan penyusunan

    peraturan, standar, pedoman, program pembinaan,

    dan pelaksanaan sertifikasi serta evaluasi

    pelaksanaan sertifikasi, angka kredit, dan

    efektivitas tim penilai jabatan fungsional auditor

    di lingkungan BPKP dan APIP lainnya.

    Dalam melaksanakan tugas, Pusbin JFA

    menyelenggarakan fungsi:

    a)

    penyusunan rencana dan program pembinaanjabatan fungsional auditor;

    b)penelaahan dan penyusunan peraturan, standar

    dan pedoman jabatan fungsional auditor;

    c) penyusunan materi ujian jabatan fungsional

    auditor.

    d)

    pengelolaan data pejabat fungsional auditor;e) pelaksanaan seleksi dan penentuan kelulusan

    peserta pendidikan dan pelatihan jabatan

    fungsional auditor;

    f) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan

    sertifikasi, penilaian angka kredit, dan

    efektivitas tim penilai.

    8) Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah

    Bidang Perekonomian

    Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang

    Perekonomian mempunyai tugas melaksanakan

    perumusan kebijakan di bidang pengawasan

    instansi pemerintah bidang perekonomian.

    Dalam melaksanakan tugas, Deputi Pengawasan

    Instansi Pemerintah Bidang Perekonomian

    menyelenggarakan fungsi:

    a) perumusan kebijakan teknis pengawasan dan

    penyusunan rencana pengawasan di bidang

    perekonomian;

    b)penyusunan pedoman teknis pemeriksaan dan

    pemberian bimbingan teknis pengawasan di

    bidang perekonomian terhadap kegiatanpengawasan BPKP dan APIP lainnya;

    c) pengawasan terhadap anggaran pendapatan dan

    belanja negara, pinjaman dan bantuan luar

    negeri, pengurusan barang milik/kekayaan

    negara, serta penyelenggaraan tugas

    pemerintahan yang bersifat strategis dan/atau

    lintas departemen/lembaga/wilayah di bidang

    perekonomian;

    d)pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan di

    bidang perekonomian;

    e)

    evaluasi dan penyusunan laporan kegiatanpengawasan di bidang perekonomian;

    f) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil

    pengawasan bidang perekonomian di

    lingkungan BPKP dan APIP lainnya.

    Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang

    Perekonomian terdiri dari:

    a) Direktorat Pengawasan Fiskal dan Investasi;

    b) Direktorat Pengawasan Produksi dan Sumber

    Daya Alam;

    c) Direktorat Pengawasan Industri dan Distribusi;

    d)

    Direktorat Pengawasan Pinjaman dan Bantuan

    Luar Negeri;

  • 8/10/2019 Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

    8/15

    9) Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah

    Bidang Politik, Sosial dan Keamanan

    Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang

    Politik, Sosial, dan Keamanan mempunyai tugas

    melaksanakan perumusan kebijakan di bidangpengawasan instansi pemerintah bidang politik,

    sosial, dan keamanan.

    Dalam melaksanakan tugas, Deputi Pengawasan

    Instansi Pemerintah Bidang Politik, Sosial, dan

    Keamanan menyelenggarakan fungsi:

    a) perumusan kebijakan teknis pengawasan dan

    penyusunan rencana pengawasan di bidang

    politik, sosial, dan keamanan;

    b)penyusunan pedoman teknis pemeriksaan dan

    pemberian bimbingan teknis pengawasan di

    bidang politik, sosial, dan keamanan terhadap

    kegiatan pengawasan BPKP dan APIP lainnya;

    c) pengawasan terhadap anggaran pendapatan

    dan belanja negara, pengurusan barang

    milik/kekayaan negara, serta penyelenggaraan

    tugas pemerintahan yang bersifat strategis

    dan/atau lintas departemen/lembaga/wilayah di

    bidang politik, sosial, dan keamanan;

    d)pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan di

    bidang politik, sosial, dan keamanan;

    e) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan

    pengawasan di bidang politik, sosial, dankeamanan;

    f) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil

    pengawasan di bidang politik, sosial, dan

    keamanan di lingkungan BPKP dan APIP

    lainnya.

    Deputi Pengawasan Instansi Pemerintah Bidang

    Politik, Sosial, dan Keamanan terdiri dari:

    a) Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah

    Bidang Pertahanan dan Keamanan;

    b) Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah

    Bidang Penegakan Hukum dan Kesekretariatan

    Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara;

    c) Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah

    Bidang Kesejahteraan Rakyat;

    d) Direktorat Pengawasan Lembaga Pemerintah

    Bidang Politik, Sosial, dan Keamanan Lainnya.

    Tugas pokok dan fungsi Deputi PIP Bidang

    Perekonomian dan Deputi PIP Bidang Politik,

    Sosial, dan Keamanan di perwakilan BPKP

    dilaksanakan oleh Bidang Instansi Pemerintah

    Pusat.

    Mitra dari pelaksanaan tupoksi tersebut adalah

    instansi vertikal yang ada di provinsi/daerah.

    10)Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan

    Keuangan Daerah

    Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan

    Keuangan Daerah mempunyai tugas melaksanakan

    perumusan kebijakan di bidang pengawasanpenyelenggaraan bidang keuangan daerah.

    Dalam melaksanakan tugas, Deputi Pengawasan

    Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah

    menyelenggarakan fungsi:

    a) perumusan kebijakan teknis pengawasan dan

    penyusunan rencana pengawasan di bidang

    penyelenggaraan keuangan daerah;

    b)penyusunan pedoman teknis pemeriksaan dan

    pemberian bimbingan teknis pengawasan di

    bidang penyelenggaraan keuangan daerah

    terhadap kegiatan pengawasan BPKP dan APIP

    lainnya;

    c) pengawasan terhadap anggaran pendapatan

    dan belanja daerah, pengurusan barang

    milik/kekayaan pemerintah daerah, serta

    penyelenggaraan tugas pemerintahan yang

    bersifat strategis dan/atau lintas wilayah di

    bidang penyelenggaraan keuangan daerah atas

    permintaan daerah;

    d)pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan di

    bidang penyelenggaraan keuangan daerah;

    e)

    evaluasi dan penyusunan laporan hasilpengawasan di bidang penyelenggaraan

    keuangan daerah;

    f) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil

    pengawasan bidang penyelenggaraan keuangan

    daerah di lingkungan BPKP dan APIP lainnya.

    Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan

    Keuangan Daerah terdiri dari:

    a) Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan

    Keuangan Daerah Wilayah I;

    b) Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan

    Keuangan Daerah Wilayah II;

    c) Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan

    Keuangan Daerah Wilayah III.

    Tugas pokok dan fungsi Deputi Pengawasan

    Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah di

    perwakilan BPKP dilaksanakan oleh Bidang

    Akuntabilitas Pemerintah Daerah.

    Mitra dari pelaksanaan tupoksi tersebut adalah

    pemerintah daerah yaitu provinsi serta kabupaten

    kota di seluruh Indonesia.

  • 8/10/2019 Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

    9/15

    11)Deputi Bidang Akuntan Negara

    Deputi Bidang Akuntan Negara mempunyai tugas

    melaksanakan perumusan kebijakan di bidang

    akuntan negara.

    Dalam melaksanakan tugas, Deputi Bidang

    Akuntan Negara menyelenggarakan fungsi:

    a) perumusan kebijakan teknis pengawasan dan

    penyusunan rencana pengawasan badan usaha

    milik negara, Pertamina, cabang usaha

    Pertamina dan kontraktor bagi hasil, kontrak

    kerja sama, badan-badan lain yang di dalamnya

    terdapat kepentingan pemerintah, dan badan

    usaha milik daerah;

    b)penyusunan pedoman teknis pemeriksaan dan

    pemberian bimbingan teknis pengawasan

    badan usaha milik negara, Pertamina, cabang

    usaha Pertamina dan kontraktor bagi hasil,

    kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di

    dalamnya terdapat kepentingan pemerintah,

    dan badan usaha milik daerah;

    c) pengawasan terhadap badan usaha milik

    negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina,

    kontraktor bagi hasil, dan kontrak kerja sama,

    badan-badan lain yang di dalamnya terdapat

    kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik

    daerah atas permintaan daerah sesuai dengan

    dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

    d) evaluasi terhadap pelaksanaan good corporate

    governance dan laporan akuntabilitas kinerja

    pada badan usaha milik negara, Pertamina,

    cabang usaha Pertamina, kontraktor bagi hasil,

    kontrak kerja sama, badan-badan lain yang di

    dalamnya terdapat kepentingan pemerintah,

    dan badan usaha milik daerah, sesuai dengan

    ketentuan perundangan yang berlaku;

    e) pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan

    pada badan usaha milik negara, Pertamina,cabang usaha Pertamina dan kontraktor bagi

    hasil, kontrak kerja sama, badan-badan lain

    yang di dalamnya terdapat kepentingan

    pemerintah, dan badan usaha milik daerah atas

    permintaan daerah;

    f) evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan

    pengawasan badan usaha milik negara,

    Pertamina, cabang usaha Pertamina dan

    kontraktor bagi hasil, kontrak kerja sama,

    badan-badan lain yang di dalamnya terdapat

    kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik

    daerah; analisis, evaluasi, dan penyusunan

    laporan hasil pengawasan badan usaha milik

    negara, Pertamina, cabang usaha Pertamina

    dan kontraktor bagi hasil, kontrak kerja sama,

    badan-badan lain yang di dalamnya terdapat

    kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik

    daerah.

    Deputi Bidang Akuntan Negara terdiri dari:

    a) Direktorat Pengawasan Badan Usaha

    Agrobisnis, Jasa Konstruksi, dan Perdagangan;

    b) Direktorat Pengawasan Badan Usaha Jasa

    Perhubungan, Pariwisata, Kawasan Industri,

    dan Jasa Lainnya;

    c) Direktorat Pengawasan Badan Usaha Jasa

    Keuangan dan Manufaktur;

    d) Direktorat Pengawasan Badan Usaha

    Perminyakan dan Gas Bumi;

    e)

    Direktorat Pengawasan Badan Usaha MilikDaerah.

    Tugas pokok dan fungsi Deputi Bidang Akuntan

    Negara di perwakilan BPKP dilaksanakan oleh

    Bidang Akuntan Negara.

    Mitra dari pelaksanaan tupoksi tersebut adalah

    Badan Layanan Umum dan Badan Usaha Milik

    Daerah di Provinsi/Kabupaten/Kota di Indonesia.

    12)Deputi Bidang Investigasi

    Deputi Bidang Investigasi mempunyai tugasmelaksanakan perumusan kebijakan di bidang

    investigasi.

    Dalam melaksanakan, Deputi Bidang Investigasi

    menyelenggarakan fungsi:

    a) perumusan kebijakan teknis investigasi dan

    penyusunan rencana investigasi;

    b)penyusunan pedoman teknis dan pemberian

    bimbingan teknis investigasi;

    c) koordinasi dan pelaksanaan investigasi

    terhadap kasus penyimpangan yang berindikasi

    merugikan negara dan terhadap hambatan

    kelancaran pembangunan pada instansi

    pemerintah pusat dan daerah, badan usaha

    milik negara, badan-badan lain yang di

    dalamnya terdapat kepentingan pemerintah,

    dan badan usaha milik daerah;

    d)pemberian bantuan investigasi terhadap kasus

    penyimpangan yang berindikasi merugikan

    negara dan terhadap hambatan kelancaran

    pembangunan pada instansi pemerintah pusat

    dan daerah, badan usaha milik negara, badan-

    badan lain yang di dalamnya terdapat

    kepentingan pemerintah, dan badan usaha milik

    daerah atas permintaan pihak yang berwenang,

  • 8/10/2019 Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

    10/15

    instansi atau badan usaha yang bersangkutan,

    instansi penyidik dan/atau instansi/lembaga

    yang berwenang lainnya;

    e) pemantauan tindak lanjut hasil investigasi;

    f)

    evaluasi dan penyusunan laporan kegiataninvestigasi;

    g) analisis, evaluasi, dan penyusunan laporan hasil

    investigasi.

    Deputi Bidang Investigasi terdiri dari:

    a) Direktorat Investigasi Instansi Pemerintah;

    b) Direktorat Investigasi Badan Usaha Milik

    Negara dan Badan Usaha Milik Daerah;

    c) Direktorat Investigasi Hambatan Kelancaran

    Pembangunan.

    Tugas pokok dan fungsi Deputi Investigasi diperwakilan BPKP dilaksanakan oleh Bidang

    Investigasi.

    Mitra dari pelaksanaan tupoksi tersebut adalah

    Aparat Penegak Hukum.

    3.4. Informasi Produk dan Layanan BPKP

    Warga negara dan/atau badan hukum Indonesia

    berhak mengajukan permintaan Informasi Publik

    kepada Badan Pengawasan Keuangan dan

    Pembangunan (BPKP) sebagaimana diatur dalamUndang-Undang No. 14 Tahun 2008 tentang

    Keterbukaan Informasi Publik. BPKP menyediakan

    layanan Permintaan Informasi Publik BPKP sebagai

    perwujudan pelaksanaan UU tentang Keterbukaan

    Informasi Publik, baik melalui Meja Layanan

    Informasi di unit kerja BPKP maupun melalui website

    BPKP.

    BPKP berperan penting dalam pengembangan

    SDM Pemerintah Daerah dan Kementrian/Lembaga

    dalam kegiatan pembinaan kapabilitas APIP (Aparat

    Pengawasan Intern Pemerintah). Adapun layanan yang

    dilakukan kepada mitra kerja ialah sebagai berikut :

    1) BIDANG APD

    a) ASISTENSI

    (1) SPIP :

    (a) Asst Direct Assessment

    (b) Asst Monitoring Perbaikan SPIP

    (c) Sosialisasi SPIP

    (d) Asst Perkada SPIP

    (e) Bimtek Penerapan SPIP

    (f)

    Jukfas Penyelenggaraan SPIP(g) Manajemen Risiko

    (h) Asst SPIP Lainnya

    (2)SAKIP

    (a) Asst. SAKIP - IKK/IKU

    (b) Asst Indikator Kinerja

    (c) Asst Standar Pelayanan Minimal

    (d)

    Asst Rencana Kerja Tahunan(e) Asst Penetapan Kinerja /TAPKIN

    (f) Asst LAKIP

    (g) Asst LPPD

    (h) Asst RPJMD/RENSTRA

    (i) Asst RKPD/RENJA

    (j) Asst Revisi RPJMD

    (k) Asst Evaluasi LAKIP

    (l) Asst Evaluasi LPPD

    (m) Asst SAKIP Lainnya

    (3)APBD

    (a) Asst. Standar Biaya / ASB

    (b)

    Asst. KUA & PPAS

    (c) Asst. Rencana Kerja & Anggaran

    (d) Rencana Bisnis Anggaran (RBA)

    (e) Asst Anggaran Berbasis Kinerja

    (f) Asst. APBD

    (g) Asst. APBD Lainnya

    (4)SAKD

    (a) BMD-Inventarisasi

    (b) Asst. SAKD BMD-Penatausahaan

    (c) Asst. SAKD BMD-Lainnya

    (d) Asst. SAKD LKPD

    (e)

    Asst. SAKD LKPJ

    (f) Asst. Reviu LKPD

    (g) Asst. SAKD Kebijakan Akuntansi

    (h) Asst. SAKD TUKD

    (i) Asst. SAKD Lainnya

    (5)SIMDA

    (a) SIMDA Keuangan

    (b) SIMDA BMD

    (c) SIMDA Gaji

    (d) SIMDA Pendapatan

    (e) SIMDA SAKIP

    (6)

    LAINNYA(a) Asst. Pengadaan Barang & Jasa

    (b) Asst. Reviu PBJ

    (c) Asst. Optimalisasi PAD (OPAD)

    (d) Asst. Action Plan

    (e) Asst. Peraturan Lain

    (f) Asst. LKPJ

    (g) Asst. LPPD

    (h) Asst. Lain-Lain

    b) AUDIT

    (1)Audit Keuangan

    (2)

    Audit Kinerja(a) Audit Kinerja Pelayanan Publik

    (b) Audit Kinerja Pelayanan Pemda

    (c) Audit Operasional

  • 8/10/2019 Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

    11/15

    (d) Audit Kinerja DAK

    (e) Audit Kinerja Lainnya

    (3)Audit Tujuan Tertentu

    c) EVALUASI

    (1)

    Evaluasi SPIP(2)Evaluasi SAKIP

    (3)Evaluasi LPPD

    (4)Analisis dan Evaluasi

    (5)Evaluasi Penetapan APBD

    (6)Evaluasi Penyerapan APBD

    (7)Evaluasi Tata Kelola

    (8)Evaluasi Lain-Lain

    d) LAIN-LAIN

    (1)Analisis Laporan Keuangan

    (2)Kajian

    (3)Profil Pemda

    (4)

    Pengumpulan Data Pemda

    (5)Lain-lain

    2) BIDANG AKUNTAN NEGARA

    A.Asistensi Penyusunan Laporan Keuangan

    BUMD

    B. Asistensi Laporan Keuangan BLUD

    C. Pendampingan GCG

    3) BIDANG INVESTIGASI

    A.Pemberian Keterangan Ahli

    B.

    Audit Perhitungan Kerugian Keuangan Negara

    C. Audit Investigasi

    D.Eskalasi Harga

    E. Hambatan Kelancaran Pembangunan

    4) BIDANG IPP

    A. Pendampingan Penyusunan Laporan Keuangan

    Kementerian

    B. Audit Kinerja (Ketaatan)

    C. Audit Keuangan

    3.5. Hambatan dalam Pelaksanaan Tupoksi BPKP

    Peranan BPKP dalam pengawasan keuangan dan

    pembangunan di Indonesia yang begitu besar telah

    menimbulkan banyak masalah dalam pengawasan itu

    sendiri. Masalah-masalah dalam pengawasan

    keuangan dan pembangunan ini berakibat pada

    timbulnya berbagai macam hambatan yang nantinya

    jika tidak ditangani akan berubah menjadi penyakit

    bagi pemerintah dalam mengelola negara. Hambatan

    yang terjadi di BPKP dapat digolongkan menjadi dua

    yaitu hambatan internal dan hambatan eksternal. Ada

    lima hambatan internal yang dialami oleh BPKP yaitu

    Man, Money, Machine, Mindset dan Mutasi.

    Sedangkan hambatan eksternal yang dialami BPKP

    adalah masalah kewenangan. Keenam hambatan yang

    terjadi dalam pengawasan keuangan dan

    pembangunan di BPKP tersebut, dapat dijelaskan

    sebagai berikut:

    1)

    Man(Sumber Daya Manusia)

    SDM merupakan faktor utama dalam pengawasan.

    Jika tidak ada SDM, yang terjadi adalah tidak akan

    ada proses pengawasan. Masalah yang muncul dari

    SDM ini terjadi biasanya karena minimnya kualitas

    dan kuantitas SDM terhadap pengawasan itu sendiri

    yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

    a) Kualitas

    Hambatan SDM berikutnya adalah SDM yang

    melakukan pengawasan belum seluruhnya memiliki

    kualifikasi yang memadai dalam memahami definisi

    pengawasan itu sendiri. Kemampuan SDM di

    Perwakilan BPKP untuk menguasai materi/teknis dan

    peraturan tidak merata disebabkan oleh kurangnya

    pengarahan dan aturan dari BPKP Pusat.

    Strata pendidikan juga menjadi kendala yang

    harus dialami oleh BPKP selama ini. Dalam

    melakukan pengawasan, SDM yang dimiliki BPKP

    berdasarkan strata pendidikan yang didapatkan dari

    situshttp://www.bpkp.go.id/sebagai berikut

    SDM yang sebagian besar memiliki latar

    belakang di bidang akuntansi (75%) membuat

    pengawasan pada sektor lain kurang dikuasai oleh

    auditor BPKP. Kebutuhan pada tenaga-tenaga

    akuntansi untuk mengaudit laporan keuangan di

    daerah masih dibutuhkan dan yang berikutnya adalah

    tenaga dari latar belakang hukum serta SDM yang

    berlatar belakang lainnya seperti Teknik Sipil dan

    Teknik Informatika. Selain itu, masih kurangnya

    tenaga pemasaran yang andal untuk memasarkan

    produk-produk jasa BPKP. Hal ini membuatpengawasan yang dilakukan oleh pengawas dari

    instansi pemerintah hanya berkutat pada masalah

    laporan akuntansi dari kegiatan-kegiatan atau proyek

    http://www.bpkp.go.id/http://www.bpkp.go.id/http://www.bpkp.go.id/http://www.bpkp.go.id/
  • 8/10/2019 Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

    12/15

    yang dilakukan oleh instansi tersebut yang dikenal

    dengan pemeriksaan.

    b) Kuantitas

    Guna menunjang pelaksanaan tugas pokok dan

    fungsinya, BPKP memiliki tenaga SDM yang handal.

    Posisi pegawai per Triwulan I tahun 2014 berjumlah

    6.472 orang. Pegawai BPKP yang berjumlah 6.472

    orang itu tersebar pada unit-unit kantor pusat dan

    kantor-kantor perwakilan di 33 provinsi di Indonesia.

    Berdasarkan Jabatan, para pegawai BPKP

    tersebut sebagai berikut:

    Sebesar 53,23% auditor yang ada di BPKP atau

    sekitar 3.400 orang tentu tidak sebanding dengan

    banyaknya instansi di seluruh Indonesia. Sebagai

    gambaran, di Perwakilan BPKP Provinsi Sulawesi

    Selatan, jumlah jabatan fungsional auditor sebesar 136

    orang tentu sulit untuk meng-cover 24 Pemerintah

    Kabupaten/Kota dan 1 Pemerintah Provinsi. Di luar

    pemerintah daerah, juga terdapat 5 BUMN yang

    berkantor pusat di wilayah Provinsi Sulawesi Selatan

    dan 29 BUMD serta 30 Rumah Sakit Umum Daerah.

    Hal yang lain yang juga mempengaruhi SDM

    dalam pengawasan keuangan dan pembangunan di

    BPKP adalah kegiatan ataupun proyek, lebih banyak

    jumlahnya jika dibandingkan dengan jumlah SDMyang ada untuk melakukan pengawasan. Ini yang

    menyebabkan BPKP tidak bisa melakukan

    pengawasan dalam waktu yang bersamaan dan secara

    keseluruhan. BPKP harus melakukan pengawasan di

    kabupaten seluruh Indonesia, sedangkan SDM tidak

    mencukupi jumlahnya sebanyak itu dalam waktu

    bersamaan. Di beberapa lembaga atau instansi, aparat

    pengawas juga belum bisa menjangkau seluruh

    kegiatan atau proyek-proyek yang begitu banyak dan

    besar sehingga menyebabkan pengawasan yang

    dilakukan oleh lembaga pengawasan hanya berfokusdi akhir periode saja. Penyebabnya adalah SDM dalam

    melaksanakan kegiatan pengawasan keuangan dan

    pembangunan masih mengalami kekurangan.

    Pengawasan jumlah SDM yang tidak sebanding

    dengan jumlah proyek atau kegiatan menjadi

    persoalan. Hal ini menjadi masalah jika ditarik benang

    merah dalam pengawasan di Indonesia, dimanapengawasan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga

    pengawas hanya sebatas pada pemeriksaan laporan

    keuangan saja bukan pada aktivitas pengawasan yang

    berjalan secara continue.

    2) Money(Anggaran)

    Anggaran menjadi faktor penentu dalam kegiatan

    atau aktivitas pengawasan. Walaupun bukan semata-

    mata faktor utama yang menjadi ukuran keberhasilan

    kegiatan pengawasan, tetapi faktor ini menjadi penting

    manakala lembaga-lembaga pengawas inginmelakukan kegiatannya serta menyukseskan kegiatan

    pengawasan. Hal ini disebabkan anggaran merupakan

    modal untuk membiayai seluruh kegiatan pengawasan,

    mulai dari biaya yang dikeluarkan untuk melakukan

    pengawasan, salary atas aparat-aparat yang melakukan

    pengawasan, pengadaan barang dan jasa di bidang

    pengawasan, hingga peningkatan kinerja bagi aparat-

    aparat pengawas itu sendiri. Memandang BPKP

    sebagai lembaga pengawas intern pemerintah yang

    memiliki tugas dan fungsi besar, secara otomatis

    anggaran yang dibutuhkannya pun besar. Keterbatasanyang dimiliki oleh pemerintah khususnya pemerintah

    pusat adalah anggaran yang dimilikinya tidak hanya

    diperuntukkan bagi satu lembaga, melainkan seluruh

    lembaga di Indonesia. Pemerintah pusat memiliki

    kewajiban untuk mendanainya. Oleh sebab itu,

    muncul hambatan atas anggaran tersebut dengan

    posisi BPKP yang saat ini membutuhkan anggaran

    yang besar, tetapi tidak didukung dengan dana yang

    besar juga yang disediakan oleh pemerintah pusat.

    Kendala anggaran menjadi penentu untuk

    disediakannya sarana dan prasarana pendukung

    kegiatan pengawasan, sehingga kadangkala kebutuhan

    tersebut tidak terpenuhi diakibatkan anggaran yang

    ada tidak mencukupi. Dari beberapa penjelasan

    tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa anggaran

    juga merupakan kendala yang cukup signifikan dalam

    penyelenggaraan pengawasan keuangan dan

    pembangunan. Anggaran bisa menjadi hambatan

    manakala tidak ada prinsip money follow function.

    Anggaran BPKP menurut pagu APBN 2013

    sebesar Rp1,15 triliun menjadi sebesar Rp1,12 triliundalam RAPBN-P 2013 setelah Komisi XI menyetujui

    pemotongan anggaran sebesar Rp 24,85 miliar.

  • 8/10/2019 Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

    13/15

  • 8/10/2019 Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

    14/15

    BPK sebagai lembaga pengawas eksternal pemerintah

    dan inspektorat sebagai lembaga pengawas internal

    pemerintah. Kegamangan dalam pengawasan

    menimbulkan wacana adanya pembubaran BPKP

    karena keberadaannya menjadi persoalan di matalembaga pengawas. Walaupun tidak menutup mata

    bahwa ada pula yang masih membutuhkan BPKP

    dalam pengawasan karena fungsinya sebagai pembina

    pengawasan masih dibutuhkan untuk membantu

    pengelolaan organisasi. Kewenangan yang berubah ini,

    membuat BPKP hanya memiliki kewenangan

    berdasarkan by order saja. Pengawasan-pengawasan

    yang dilakukannya mengkhususkan pada langkah-

    langkah yang dapat diperbaiki sendiri oleh BPKP.

    Sebagai contoh kasus, penanganan Batubara di

    Kalimantan, BPKP tidak serta-merta melakukan

    pengawasan ataupun pemeriksaan. Jika diberikan

    wewenang oleh pemerintah, BPKP baru akan

    melakukan pemeriksaan. Hal seperti inilah yang

    membuat pengawasan yang dilakukan oleh BPKP

    tidak memiliki daya terhadap penyimpangan-

    penyimpangan yang terjadi. Monitoring terhadap

    pelaksanaan proyek ataupun pelaporan keuangan

    justru telah ditutupi dengan keberadaaan BPK ataupun

    inspektorat itu sendiri. Hal ini menjadi penjelasan

    terhadap posisi BPKP saat ini, dimana BPKP

    menjalankan fungsi hanya sebatas permintaan saja.

    Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang

    dilakukan oleh BPKP untuk mengontrol kegiatan yang

    dilakukan oleh instansi-instansi terkait yang

    berhubungan langsung dengannya. Proses yang

    dilakukan BPKP dalam pengawasan ini memiliki

    berbagai macam kegiatan dimulai dengan sosialisasi,

    konsultasi, bimbingan teknis, pengembangan/

    penyusunan sistem, kajian, inventarisasi Barang Milik

    Negara, assessment good governance, pelayanan

    publik, audit keuangan, kinerja, operasional, dan

    tujuan tertentu serta audit investigasi, perhitungan

    kerugian negara, dan memberikan keterangan ahli.BPKP sebagai reviewer atas laporan keuangan

    pemerintah memiliki kewenangan me-review atas

    laporan tersebut hanya berdasarkan permintaan.

    Namun, hal ini kadangkala terjadi tata hubungan antar

    lembaga tersebut tidak terjalin dengan baik. Seperti,

    proses pengawasan yang dilakukan oleh BPKP tidak

    mendapatkan antusiasme dari beberapa pihak karena

    pengawasannya saat ini sudah digantikan posisinya

    oleh BPK, Itjen, dan Itda. Posisi dalam pengawasan

    yang sudah digantikan tersebut, telah membuat

    kewenangan yang dimiliki oleh BPKP termarjinalkandan dipandang sebelah mata atas pengawasan

    keuangan dan pembangunan karena tidak pernah

    melakukan pengawasan atas kegiatan ataupun proyek.

    Masing-masing lembaga pengawas ingin melakukan

    pengawasan dengan cara masing-masing, namun

    kondisinya tidak dibarengi dengan kemampuan SDM

    yang dimiliki mereka.

    Hambatan yang terjadi selama ini telah

    menimbulkan celah masalah dalam pengawasan di

    Indonesia. Eksistensi BPKP dalam pengawasan mulai

    dipertanyakan, untuk menjamin celah-celah kebocoran

    dana dapat diawasi terus dan tidak ada lagi kebocoran

    anggaran. Jangan sampai hal-hal yang berdampak

    pada opini disclaimer yang dikeluarkan oleh BPK

    terus saja ada. Berdasarkan data disclaimer opinion

    yang dikeluarkan oleh BPK, sebesar 40% opini

    disclaimer atas pelaporan keuangan pemerintah pusat

    maupun daerah. Jika kondisi ini terus terjadi bukan

    tidak mungkin BPKP menjadi kambing hitam akibat

    lemahnya pengontrolan dana-dana dari pemerintah

    pusat. Ini menandakan bahwa selama ini adanya

    ketidakseriusan dalam pengawasan. Bahkan bukan

    tidak mungkin definisi pengawasan yang selama ini

    dilakukan bukan suatu proses yang inherent dalam

    pengawasan melainkan proses pemeriksaan setiap

    akhir anggaran. Kondisi yang seperti ini menjadi

    pertanyaan dalam pengawasan pemerintahan, dimana

    eksistensi BPKP dalam sistem pengawasan keuangan

    dan pembangunan di Indonesia.

    4. KESIMPULAN

    Berdasarkan pembahasan sebelumnya, penulis

    berkesimpulan bahwa dari masing-masing unit di

    BPKP, baik itu di pusat maupun di perwakilan, tidak

    menutup kemungkinan untuk terjadinya hambatan dan

    dalam pelaksanaan tupoksi, bahkan bisa

    dimungkinkan untuk terjadinya indikasi

    penyimpangan, meskiupun berbagai sistem dan

    peraturan telah dirancang sedemikian rupa.

    Oleh karena itu, perlu ada perbaikan yang

    berkelanjutan dari BPKP, sehingga hambatan,

    terutama yang berindikasi pada penyimpangan

    tersebut dapat diselesaikan

    Dalam rangka memberikan perbaikan terkait

    dengan hambatan BPKP, penulis memberikan saran-

    saran sebagai berikut:

    1) Peningkatan Kesejahteraan

    Solusi ini memang membutuhkan dana yang

    besar, tapi langkah ini perlu untuk dilakukan. Dengan

    biaya hidup yang semakin mahal, meliputi biaya hidup

    sehari-hari, biaya sekolah dan kuliah anak, segala

    cicilan aktiva tetap yang menjadi kebutuhan primer,

    penghasilan yang diterima oleh pegawai BPKP sangat

    sulit untuk memenuhi kebutuhan untuk hidup secara

    wajar. Padahal, BPKP memiliki kewenangan yang

  • 8/10/2019 Tupoksi, Hambatan Dan Risiko - BPKP

    15/15

    cukup besar, diantara rekanan auditor yang dipercaya

    World Bank, ADB dan sejumlah lembaga keuangan

    internasional lainnya untuk melakukan audit keuangan

    dan operasional program-program pemerintah yang

    dananya berasal dari lembaga-lembaga keuangan ini.Belum termasuk juga kerja sama intensif antara BPKP

    dengan lembaga penegak hukum seperti Kepolisian,

    Kejaksaan, dan KPK dalam bentuk penggunaan tenaga

    auditor BPKP untuk melakukan audit investigasi,

    audit dalam rangka penghitungan kerugian keuangan

    negara, dan pemberian keterangan ahli di pengadilan.

    2) Perbaikan Alokasi Anggaran

    Para pengambil kebijakan harus logis saat akan

    menetapkan target kinerja suatu instansi. Suatu

    program kerja membutuhkan pendanaan dan para

    pengambil kebijakan ini harus memahami bahwa

    apabila anggaran yang disediakan tidak memadai

    maka target kinerja harus dipangkas, sekalipun itu

    berarti kinerja menurun dibanding tahun lalu atau bisa

    juga dengan melakukan pergeseran anggaran untuk

    infrastruktur. Apabila target kinerja terus dipaksakan

    melampaui pendanaan, maka praktek-praktek

    pendanaan yang tidak etis akan terus terjadi dalam

    suatu organisasi.

    3) Perbaikan Mekanisme Whistle Blower

    Seringkali pegawai dalam lingkungan suatu

    organisasi bersedia dan bahkan berkeinginan untuk

    menyampaikan praktek-praktek yang tidak patut yang

    berlangsung dalam suatu organisasi. Pegawai ini

    masih memiliki kesadaran bahwa praktek tidak patut

    ini akan menggerogoti nilai-nilai yang dianut dalam

    organisasi. Namun, sayangnya belum ada mekanisme

    internal yang mengatur apabila pegawai ini ingin

    menyampaikan kritik atau saran atas apa yang terjadi

    dalam organisasi. Seringkali ketika pegawai yang

    bersangkutan menyampaikan kritik atau saran melalui

    forum kantor atau milis, malah menjadi pesakitan dan

    musuh bersama sejumlah pejabat di lingkungan

    kantornya.Penulis mengharapkan Kepala BPKP atau

    Sekretaris Utama BPKP untuk mendorong para

    pegawai yang memiliki kritik atau saran mengirimkan

    opininya melalui email tertentu yang akan direspon

    sendiri oleh salah satu dari kedua pejabat tersebut.

    Tujuannya sederhana, yaitu agar para pejabat yang

    berkepentingan di kantor pusat bisa memahami apa

    saja asalah yang ada dalam lingkungan kantor secara

    keseluruhan dan mengetahui wajah organisasi yang

    sebenarnya.

    4) Peningkatan Kompetensi Pegawai

    Seringkali dalam suatu penugasan, pegawai

    BPKP dihadapkan pada berbagai masalah, sehingga

    diperlukan professional judgment (keputusan

    profesional) untuk menyelesaikan masalah tersebut.Namun, professional judgment tersebut kurang

    didukung oleh kompetensi yang memadai, sehingga

    perlu adanya peningkatan kompetensi untuk

    menunjang ketepatan professional judgment tersebut.

    Salah satu cara yang dilakukan oleh BPKP untuk

    meningkatkan kompetensi pegawai BPKP yaitu

    dengan melalui pendidikan dan pelatihan (diklat) yang

    berkelanjutan dan pembinaan pegawai di lingkungan

    internal kantor BPKP, melalui Pelatihan Kantor

    Sendiri (PKS) yang saat ini juga sering disebut

    Program Pelatihan Mandiri (PPM), terutama yang

    berkaitan dengan suatu penugasan.

    5) Perbaikan Pola Mutasi

    Pada beberapa kantor perwakilan BPKP, seringkali

    ditemui adanya ketimpangan dalam hal proporsi

    jumlah pegawai. Sehingga, perlu adanya perbaikan

    dalam hal pola mutasi. Misalnya, setiap pegawai yang

    memperoleh kenaikan pangkat atau kenaikan jenjang

    atau dalam 8(delapan) tahun sekali, perlu dimutasi.

    Perbaikan pola mutasi ini penting, mengingat salah

    satu sikap yang perlu dijunjung oleh pegawai BPKP,

    khususnya auditor BPKP, adalah independensi dan

    integritas. Sehingga, perbaikan pola mutasi tersebut,

    mampu menjaga independensi dan integritas pegawai

    BPKP, khususnya auditor BPKP dalam setiap

    pelaksanaan penugasan.

    6) Penguatan Landasan Hukum

    Setiap pihak yang menderita kerugian akibat

    pelanggaran atau tindakan melawan hukum oleh

    pegawai BPKP (dalam pelaksanaan penugasan), dapat

    mengajukan gugatan atau tuntutan hukum. Salah satu

    bentuk gugatan atau tuntutan hukum tersebut adalah

    terkait dengan kewenangan BPKP dalam pelaksanaan

    tugas tersebut karena landasan hukum dari BPKPhanya sebatas Keputusan Presiden dan Peraturan

    Pemerintah. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya

    penguatan landasan hukum BPKP, sehingga

    kewenangan BPKP dalam pelaksanaan suatu

    penugasan menjadi tidak diragukan lagi, khususnya

    yang berkaitan dengan pelaksanaan dan tanggung

    jawab penugasan di bidang investigasi.

    Daftar Referensi:

    http://bpkp.go.id

    http://bpkp.go.id/http://bpkp.go.id/