TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN ...eprints.uns.ac.id/5184/1/188141011201110191.pdfpeningkatan...
Transcript of TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN ...eprints.uns.ac.id/5184/1/188141011201110191.pdfpeningkatan...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG
TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN MENENDANG
BOLA SEPAKBOLA PADA SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA
PANDANARAN BOYOLALI TAHUN 2010
(Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Metode Massed Practice dan
Distributed Practice di Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali)
Skripsi
Oleh:ADRIANTO PUTRO PAMUNGKAS
K.5606001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG
TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN MENENDANG
BOLA SEPAKBOLA PADA SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA
PANDANARAN BOYOLALI TAHUN 2010
(Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Metode Massed Practice dan
Distributed Practice di Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali)
Oleh :ADRIANTO PUTRO PAMUNGKAS
K.5606001
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana PendidikanProgram Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
2010
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd. Hendrig Joko Prasetyo, S.Pd., M.Or. NIP. 130 206 394 NIP. 19800805 200801 1 021
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar sarjana pendidikan.
Pada hari : Rabu
Tanggal : 1 Desember 2010
Tim Penguji Skripsi :
(Nama Terang) (Tanda Tangan)
Ketua : Drs. H. Agus Margono, M. Kes.
Sekretaris : Fadilah Umar, S. Pd, M. Or.
Anggota I : Prof. Dr. H. Sudjarwo, M. Pd.
Anggota II : Hendrig Joko Prasetyo, S. Pd, M. Or.
Disahkan oleh :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.NIP. 19600727198702 1 001
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Adrianto Putro P. PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN MENENDANG BOLA SEPAKBOLA PADA SISWA SEKOLAH SEPAKBOLA PANDANARAN BOYOLALI TAHUN 2010. (Studi Eksperimen Perbedaan Pengaruh Metode Massed Practice dan Distributed Practice di Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juli 2010.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh metode latihan massed practice dan distributed parctice terhadap ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (2) Perbedaan hasil peningkatan ketepatan menendang bola antara siswa yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (3) Ada tidaknya pengaruh interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 berjumlah 54 orang. Teknik pengambilan sampel penelitian yang digunakan adalah purposive random sampling. Dari jumlah 54 orang selanjutnya dilakukan tes dan pengukuran panjang tungkai dengan mengukur dari trochanter sampai telapak kaki. Dari hasil tes dan pengukuran panjang tungkai diklasifikasikan menjadi dua yaitu: kategori tungkai panjang dan kategori tungkai pendek. Sampel yang digunakan adalah 20 siswa yang memiliki kategori tungkai panjang dan 20 siswa dengan kategori tungkai pendek. Metode latihan yang digunakan adalah metode latihan massed practice dan distributed practice. Teknik pengumpulan data yaitu pengukuran panjang tungkai dari trochanter sampai telapak kaki dan ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis varians 2 X 2 dilanjutkan dengan Newman-Keuls.Penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu: variabel independent (manipulatif/bebas), variabel atributif dan variabel dependent (terikat). Variabel independent terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok metode massed practice dan kelompok distributed practice. Variabel atributif terdiri dari dua kelompok usia yaitu, kelompok tungkai panjang dan kelompok tungkai pendek. Sedangkan variabel dependent yaitu ketepatan tendangan lambung dalam permainan sepakbola.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagi berikut: (1) Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan massed practice dan distributed practice terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10.83 > Ft 4.11). (2) Ada perbedaan peningkatan ketepatan menendang bola yang signifikan antara siswa yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo 5.44 > Ft 4.11). (3) Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo 16.93 > Ft 4.11). (a) Metode latihan massed practice lebih cocok bagi siswa yang memiliki tungkai panjang. (b) Metode latihan distributed practice lebih cocok bagi siswa yang memiliki tungkai pendek.
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
MOTTO
ADRIANTOAdrianto Putro P.
Tuntutlah ilmu walaupun sampai ke Negeri Cina dan sesungguhnya menuntut
ilmu itu wajib atas setiap orang Islam.
(HR. Ibnu Abdil Barr)
Ilmu dapat membuat orang lebih bijaksana, mencegah berbuat aniaya dan
membuat yang tak tahu arah menjadi terarah.
(Al Imam Al Mawardi)
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
Bapak dan ibu tercinta
Lope Dima tersayang
Kedua kakak ku tercinta
Teman-teman angkatan 2006
Almamater
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
HalamanJUDUL ................................…………………………………………………
PENGAJUAN ...............................………………………………………….
PERSETUJUAN .........................…………………………………………..
PENGESAHAN ..............................…………………………………………
ABSTRAK .................……………………………………………………….
MOTTO .....................……………………………………………………….
PERSEMBAHAN .............................………………………………………..
DAFTAR ISI ......................................……………………………………….
KATA PENGANTAR ..................................………………………………..
DAFTAR TABEL ...................………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ...................................………………………………..
DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN ..............................…………………………………
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………
A. Latar Belakang Masalah …………………………………………
B. Perumusan Masalah ......………………………………………
C. Tujuan Penelitian .....……………………………………………
D. Manfaat Penelitian .....…………………………………………..
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………..
A. Tinjauan Pustaka ...………………………………………………
1. Permainan Sepakbola…………………………………………
a. Hal-Hal yang Harus Dikuasai dalam Permainan Sepak
Bola………………………………………………………
b. Macam-Macam Teknik Dasar Bermain Sepakbola………
2. Teknik Dasar Menendang Bola………………………………
a. Tujuan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola….
b. Jenis-Jenis Tendangan dalam Permainan Sepakbola…….
c. Bagian-Bagian kaki untuk Menendang Bola…………….
i
ii
iii
iv
v
vii
viii
ix
x
xiv
xv
x
vix
vi
1
1
6
7
7
8
8
8
10
11
12
12
13
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
d. Tendangan Melambung dalam Permainan Sepakbola…..
e. Teknik Tendangan Melambung………………………….
3. Latihan……………………………………………………….
a. Tujuan Latihan……………………………………………
b. Metode Latihan…………………………………………..
c. Prinsip-Prinsip Latihan……………………………………
d. Komponen-Komponen Latihan…………………………..
4. Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Massed
Practice………………………………………………………
a. Metode Massed Practice…………………………………
b. Pelaksanaan Tendangan Melambung dengan Metode
Massed Practice………………………………………….
c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Tendangan
Melambung dengan Metode Massed Practice…………..
5. Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Distributed
Practice………………………………………………………
a. Metode Distributed Practice…………………………….
b. Pelaksanaan Latihan Tendangan Melambung dengan
Metode Distributed Practice…………………………….
c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Tendangan
Melambung dengan Metode Distributed Practice………
6. Panjang Tungkai……………………………………………..
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Panjang Tungkai…..
b. Peranan Panjang Tungkai terhadap Ketepatan
Tendangan Melambung dalam Permainan Sepakbola…..
B. Penelitian yang Relevan………………………………………….
C. Kerangka Pemikiran .......………………………………………
D. Perumusan Hipotesis…………………………………………..
14
16
18
20
21
22
23
27
30
30
30
33
34
34
35
37
38
40
41
42
43
47
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III METODE PENELITIAN .............………………………………
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....………………………………..
B. Metode dan Rancangan penelitian….………………………….
C. Variabel Penelitian…….……………………………………….
D. Populasi Dan Sampel Penelitian……………………………….
E. Teknik Pengumpulan Data..……………………………………
F. Definisi Operasional Variabel…………………………...……
G. Teknik Analisis Data…………………………………………...
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................……………………………….
A. Deskripsi Data ...............……………………………………….
B. Mencari Reliabilitas…………………………………………….
C. Pengujian Persyaratan Analisis…………………………………
1. Uji Normalitas……………………………………………….
2. Uji Homogenitas……………………………………………
D. Pengujian Hipotesis……………………………………………..
1. Pengujian Hipotesis Pertama……………………………….
2. Pengujian Hipotesis Kedua…………………………………
3. Pengujian Hipotesis Ketiga…………………………………
E. Pembahasan Hasil Penelitian……………………………………
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........………. ………
A. Simpulan..................……………………………………………
B. Implikasi ....................…………………………………………
C. Saran .........................…………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA .............................……………………………………
LAMPIRAN.........................…………………………………………………
48
48
48
51
52
52
53
54
60
62
63
63
64
64
64
66
66
66
67
71
71
72
73
74
77
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan
penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
3. Drs.Bambang Wijanarko, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Jasmani
Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
4. Prof. Dr. H. Sudjarwo, M.Pd., sebagai pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. Hendrig Joko Prasetyo, S.Pd., M.Or., sebagai pembimbing II yang telah
memberikan semangat dan dorongan serta pembimbingan skripsi, sehingga
skripsi dapat tersusun dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK UNS Surakarta yang secara tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
7. Pembina dan Pelatih SSB Pandanaran Boyolali yang telah memberikan ijin
untuk mengadakan penelitian di SSB yang dipimpinnya.
8. Siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010
yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap
semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi para pembaca.
Surakarta, Desember 2010
APP
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Rancangan Penelitian Anava Dua Jalur dengan Design
Rancangan Faktorial 2 X 2…………………………………..
Tabel 2. Ringkasan Anava Dua Jalur…………………………………
Tabel 3. Ringkasan Angka-Angka Statistik Deskriptif Data Hasil
Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola
Menurut Kelompok Penelitian…………….…………………
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Ketepatan
Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola………………
Tabel 5. Range Kategori Reliabilitas………………………………….
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors……………………..
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet…………………..
Tabel 8. Ringkasan Nilai Rerata Ketepatan Menendang Bola
Berdasarkan Metode Latihan dan Panjang Tungkai
Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan…………………….
Tabel 9. Ringkasan Analisis Anava Faktorial 2 X 2………………….
Tabel 10 Hasil Uji Rentang Newman Keuls setelah Anava…………..
Tabel 11 Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi
Faktor Utama terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang
Bola………………………………………………………….
52
56
60
63
63
63
64
65
65
65
69
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skematis Bagian-Bagian Kaki untuk Menendang Bola…….
Gambar 2. Bagian-Bagian Kaki untuk Menendang Bola………………
Gambar 3. Ilustrasi Latihan Tendangan Melambung dengan Metode
Massed Practice……………………………………………
Gambar 4. Ilustrasi Latihan Tendangan Melambung dengan Metode
Distributed Practice…………………………………………
Gambar 5. Tes dan Pengukuran Panjang Tungkai………………………
Gambar 6. Lapangan Tes Ketepatan Tendangan Lambung…………….
15
16
32
36
101
103
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Nilai Rata-Rata Ketepatan Menendang Bola Berdasarkan
Tiap Kelompok Perlakuan dan Panjang Tungkai…………….
Grafik 2. Nilai Rata-Rata Peningkatan Ketepatan Menendang Bola
dalam Permainan Sepakbola antara Kelompok Perlakuan…..
Grafik 3. Interaksi antara Metode Latihan dan Panjang Tungkai………
61
62
69
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Data Tes Pengukuran Panjang Tungkai…………………
Lampiran 2. Data Tes Awal Ketepatan Tendangan Lambung dalam
Permainan Sepakbola Berdasarkan Kelompok Sampel
Penelitian…………………………………………………
Lampiran 3. Data Tes Awal Ketepatan Tendangan Lambung dalam
Permainan Sepakbola Berdasarkan Kelompok Sampel
Penelitian dengan Penilaian Belah Ganjil dan Genap……
Lampiran 4.Uji Reliabilitas Data Tes Awal………………………….
Lampiran 5.Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok 1 (A1B1) dan
Kelompok 2 (A1B2)……………………………………..
Lampiran 6.Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok 2 (A2B1) dan
Kelompok 2 (A2B2)……………………………………..
Lampiran 7. Uji Homogenitas Data Tes Awal…………………………
Lampiran 8. Data Tes Akhir Ketepatan Tendangan Lambung dalam
Permainan Sepakbola……………………………………
Lampiran 9. Uji Reliabilitas Data Tes Akhir Ketepatan Tendangan
Melambung dalam Permainan Sepakbola……………….
Lampiran 10.Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Ketepatan
Tendangan Lambung Sepakbola Kelompok 1 dan
Kelompok 2…………………………………………….
Lampiran 11.Rekapitulasi Data Tes Awal dan Tes Akhir Ketepatan
Tendangan Lambung Sepakbola Kelompok 3 dan
Kelompok 4…………………………………………….
Lampiran 12.Deskripsi Data Hasil Peningkatan Rata - Rata antar
Kelompok Sampel sebagai Persiapan Analisis Anava
Faktorial 2 X 2………………………………………….
Lampiran 13 Hasil Uji Rata-Rata Rentang Newman-Keuls……………
78
80
81
82
84
85
86
87
88
90
91
92
94
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 14. Program Latihan Tendangan Lambung dengan Metode
Massed Practice dan Distributed Practice……………..
Lampiran 15. Petunjuk Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Panjang
Tungkai………………………………………………….
Lampiran 16. Petunjuk Pelaksanaan Tes Ketepatan Tendangan
Lambung…………………………………………………
Lampiran 17. Program Latihan Siswa SSB Pandanaran Boyolali
Menurut Prinsip Individual……………………………….
Lampiran 18. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian……………………
Lampiran 19. Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret
Surakarta…………………………………………………
Lampiran 20. Surat Keterangan Penelitian dari SSB Pandanaran
Boyolali…………………………………………………
97
101
102
104
107
110
111
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepakbola merupakan olahraga yang cukup memasyarakat dan digemari
seluruh lapisan dunia. Banyak kejuaraan yang telah diselenggarakan diberbagai
event dunia seperti Piala Champion, Piala Dunia, Piala Eropa dan lain sebagainya.
Dari event-event sepakbola tersebut mampu menghipnotis semua masyarakat di
dunia untuk menyaksikan pertandingan sepakbola. Banyak negara-negara Eropa
permainan sepakbola dijadikan olahraga Nasional. Seperti dikemukakan Beltasar
Tarigan (2001: 1) bahwa, “Sepakbola merupakan permainan beregu yang paling
populer di dunia dan bahkan telah menjadi permainan Nasional bagi setiap negara
di Eropa, Amerika Selatan, Asia, Afrika dan bahkan pada saat ini permainan itu
digemari di Amerika Serikat”.
Di Indonesia permainan sepakbola mengalami perkembangan yang cukup
pesat. Munculnya klub-klub sepakbola, Lembaga Pendidikan Sepakbola, Sekolah
sepakbola di berbagai daerah menunjukkan perkembangan sepakbola di Indonesia
yang cukup baik. Diadakannya pertandingan resmi yang diselenggarakan PSSI
yaitu Liga Sepakbola Indonesia merupakan wujud kepedulian pemerintah
terhadap sepakbola Indonesia.
Maraknya Sekolah Sepakbola di berbagai daerah merupakan wahana
untuk membina dan melatih anak-anak pemula yang memiliki bakat bermain
sepakbola. Pembinaan dan pelatihan yang dilakukan sejak usia dini merupakan
suatu usaha untuk mencetak pemain-pemain sepakbola yang terampil dan
diharapkan ke depannya menjadi pemain sepakbola yang berprestasi. Hal ini
seperti dikemukakan M. Furqon H. (2003: 3) bahwa, “Bila dikaitan dengan
perkembangan dan pertumbuhan anak, pemassalan sangat baik jika dimulai sejak
masa kanak-kanak, terutama pada masa akhir kanak-kanak (6-12 tahun). Pada
masa ini merupakan tahap perkembangan keterampilan gerak dasar”. Sedangkan
Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 37) berpendapat, “Pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
dalam pemassalan olahraga yang ditujukan kepada para pelajar merupakan
langkah awal dalam usaha untuk menemukan bibit-bibit atlet atau olahragawan
yang berbakat sehat fisik dan mental, bentuk tubuh yang predominan terhadap
cabang olahraga dan intelegensi”.
Upaya meningkatkan keterampilan bermain sepakbola harus menguasai
macam-macam teknik dasar bermain sepakbola. Kemampuan seorang pemain
sepakbola menguasai teknik dasar bermain sepakbola dapat mendukung
penampilannya dalam bermain sepakbola baik secara individu maupun secara
kolektif. Pentingnya peranan penguasaan teknik dasar bermain sepakbola, maka
bagi para pemain pemula harus dilatih secara baik dan benar.
Menendang bola merupakan salah satu teknik dasar bermain sepakbola
yang memiliki kontribusi besar dalam permainan sepakbola. Hampir seluruh
permainan sepakbola dilakukan dengan menendang bola. Besarnya kontribusi
menendang bola terhadap permainan sepakbola secara kolektif, maka perlu
dilatihkan kepada siswa pemula. Wahjoedi (1999: 120) menyatakan, “Menendang
bola merupakan keterampilan paling penting dan mendasar yang harus dikuasai
dalam permainan sepakbola. Oleh karena itu yang pertama kali harus dikuasai
oleh setiap pemain adalah teknik dasar menendang bola”.
Menendang bola merupakan salah satu teknik dasar bermain sepakbola
yang paling sering dan banyak dilakukan dalam permainan sepakbola. Hampir
seluruh permainan sepakbola dilakukan dengan menendang bola. Menendang bola
merupakan teknik dasar bermain sepakbola yang memiliki kontribusi besar dalam
permainan sepakbola. Teknik dasar menendang bola memiliki beberapa fungsi di
antaranya: untuk memberikan operan (passing), menembak (shooting) bola ke
gawang, membersihkan (clearing) dan tendangan-tendangan khusus. Dari fungsi
menendang bola tersebut, tentunya setiap tendangan yang dilakukan seorang
pemain sepakbola memiliki maksud dan tujuan yang berbeda-beda menurut
kebutuhannya. Sebagai contoh menendang bola di daerah pertahanan biasanya
sebagai umpan atau membersihkan (menyelamatkan gawang) dari lawan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
menendang bola di daerah pertahanan lawan sebagai umpan atau melakukan
shooting ke gawang lawan.
Melakukan tendangan atau operan jarak jauh yang tepat pada sasaran
yang diinginkan tidaklah mudah. Banyak faktor yang mempengaruhinya misalnya
akurasi (ketepatan), lawan yang selalu menghalang-halangi, konsentrasi, feeling
dan lain sebagainya. Ditinjau dari fungsinya, tendangan jarak jauh (melambung)
memiliki kontribusi besar yaitu, untuk memberikan umpan-umpan jarak jauh atau
umpan ke daerah gawang lawan. Umpan-umpan yang tepat dan akurat akan
memudahkan teman seregunya untuk menerimanya atau menyelesaikannya
mencetak gol ke gawang lawan. Selain itu, tendangan melambung memiliki
efektivitas yang cukup baik, karena bola di atas sangat kecil kemungkinan untuk
digagalkan oleh lawan. Pentingnya peranan menendang bola melambung, maka
harus dilatih dan dikembangkan secara sistematis dan kontinyu.
Latihan secara sistematis dan kontinyu merupakan langkah yang tepat
untuk meningkatkan kemampuan tendangan melambung bagi pemain sepakbola
pemula. Dalam pelaksanaan latihan tendangan melambung bagi siswa pemula
dibutuhkan metode latihan yang tepat. Banyaknya macam-macam metode latihan,
maka dalam pelaksanaan latihan menuntut seorang pelatih harus cermat dan tepat
dalam menerapkan metode latihan. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.56) bahwa,
“Metode latihan yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan keterampilan
teknik di antaranya dengan massed practice dan distributed practice”.
Metode latihan massed practice dan distributed practice merupkan metode
latihan yang menekankan pada pengulangan giliran praktik. Dari kedua metode
latihan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dan masing-masing memiliki
kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui efektivitasnya terhadap
peningkatan ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola. Disisi
lain, keterampilan tendangan melambung seorang pemain sepakbola tidak hanya
dipengaruhi oleh metode latihan yang diterapkan seorang pelatih. Faktor individu
(pemain/siswa) sangat menentukan terhadap penguasaan keterampilan yang
dipelajari. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 70) berpendapat, “…
untuk tercapainya suatu puncak prestasi dalam bidang olahraga, sumbangan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
terbesar bersumber dari atlet, meskipun ada faktor-faktor lain yang menjadi
pendukung mempunyai peran yang penting juga. Diperkirakan sumbangan yang
bersumber dari atlet adalah 60-70% dan faktor penunjang lainnya 30-40%”.
Faktor yang terdapat pada individu atau siswa ini sangat kompleks, seperti
kemampuan fisik, mental, semangat latihan, postur tubuh dan lain sebagainya.
Postur tubuh merupakan salah satu faktor yang dapat mendukung pencapaian
prestasi olahraga, termasuk ketepatan tendangan lambung dalam permainan
sepakbola. M. Sajoto (1995: 11) menyatakan, “Salah satu aspek dalam mencapai
prestasi dalam olahraga adalah aspek biologis yang meliputi struktur dan postur
tubuh yaitu: (1) ukuran tinggi dan panjang tungkai, (2) ukuran besar, lebar dan
berat badan, (3) somatotype (bentuk tubuh)”.
Setiap cabang olahraga pada umumnya menuntut postur tubuh yang ideal
sesuai tuntutan dari cabang olahraga yang dipelajari agar mampu meraih prestasi
yang tinggi. Demikian halnya dalam permainan sepakbola, pemain sepakbola
yang ideal harus memiliki postur tubuh yang tinggi, atletis disertai otot-otot yang
kuat. Postur tubuh yang tinggi sudah barang tentu disertai segmen-segmen tubuh
yang panjang seperti tungkai dan lengannya. Segmen-segmen tubuh yang panjang
seperti tungkai dan lengan dapat mendukung penampilan seorang atlet yang
membutuhkan segmen-segmen tersebut seperti, melompat, meloncat, menendang,
memukul, menolak, melempar dan lain-lain.
Ditinjau dari analisa tendangan melambung sepakbola, proporsi tungkai
yang dimiliki seorang pemain sepakbola harus dimanfaatkan seoptimal mungkin
pada teknik yang benar agar tendangan yang dilakukan sesuai yang diharapkan.
Apakah benar tungkai yang panjang memiliki pengaruh terhadap ketepatan
tendangan melambung dalam sepakbola yang lebih baik, jika dibandingkan
dengan pemain yang tungkainya panjang. Untuk mengetahui hal ini, maka perlu
dibuktikan kebenarannya, karena ketepatan tendangan melambung sepakbola
tidak hanya dipengaruhi proporsi tungkai, namun masih ada faktor lainnya seperti
penguasaan teknik menendang yang benar, mental, feeling, kemampuan fisik dan
lain sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Untuk mengetahui metode latihan mana yang lebih baik pengaruhnya
antara metode latihan massed practice dan metode latihan distributed practice,
serta pengaruh panjang tungkai terhadap ketepatan tendangan melambung dalam
permainan sepakbola, maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam baik
secara teori maupun praktik melalui penelitian eksperimen.
Siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun
2010 adalah sampel yang digunakan dalam penelitian. Salah satu sisi menarik
untuk mengambil sampel penelitian pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah
Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 yaitu, Sekolah Sepakbola Pandanaran
Boyolali tersebut cukup eksis dan latihan dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan
kenyataannya, siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali
tahun 2010 beberapa kali mengikuti tournament atau pertandingan antara Sekolah
Sepakbola berdasarkan kelompok umur di berbagai daerah. Dari pertandingan
yang telah diikuti prestasi yang dicapai belum maksimal. Kondisi yang demikian
perlu ditelusuri faktor penyebabnya dari semua aspek baik, pelatih, atlet, metode
latihan dan lain sebagainya.
Prestasi yang belum maksimal dari siswa usia 13-15 tahun Sekolah
Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 tersebut merupakan masalah yang
harus dipecahkan dan perlu latihan yang lebih intensif. Pelatihan fisik, teknik,
taktik dan mental harus ditingkatkan. Melatih macam-macam teknik dasar
bermain sepakbola merupakan faktor yang mendasar dan harus dikuasai oleh
setiap siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun
2010. Salah satu latihan yang terus ditingkatkan pada siswa usia 13-15 tahun
Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 yaitu, kemampuan tendangan
melambung. Disisi lain dalam memilih atau siswa yang masuk pada Sekolah
Sepakbola Padanaran Boyolali hendaknya memiliki postur tubuh yang ideal
(tinggi, atletis). Selama ini belum pernah dilakukan seleksi siswa yang masuk atau
ikut latihan pada Sekolah Sepakbola Padanaran Boyolali, sehingga proporsi
tubuhnya termasuk panjang tungkainya belum diketahui.
Memberikan metode latihan yang tepat untuk meningkatkan ketepatan
tendangan melambung dalam permainan sepakbola sangat penting untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
mendukung kerjasama tim yang kompak. Selain metode latihan yang tepat,
memanfaatkan segmen tubuh (panjang tungkai) dalam melakukan tendangan
melambung juga sangat penting. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh metode
latihan massed practice dan distributed practice serta pengaruh panjang tungkai
terhadap ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola, perlu
dilakukan penelitian dengan judul, “Perbedaan Pengaruh Metode Latihan dan
Panjang Tungkai terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang Bola dalam
Permainan Sepakbola pada Siswa Usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola
Pandanaran Boyolali Tahun 2010 (Studi Ekperimen tentang Perbedaan Pengaruh
Metode Massed Practice dan Distributed Practice di Sekolah Sepakbola
Pandanaran Boyolali Tahun 2010)”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah perbedaan pengaruh antara metode latihan menggunakan massed
practice dan distributed parctice terhadap peningkatan ketepatan menendang
bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali
tahun 2010?
2. Adakah perbedaan hasil peningkatan ketepatan menendang bola antara siswa
yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek
pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun
2010?
3. Adakah interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap
ketepatan menendang bola siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola
Pandanaran Boyolali tahun 2010?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh metode latihan massed practice dan distributed parctice
terhadap ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah
Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010.
2. Perbedaan hasil peningkatan ketepatan menendang bola antara siswa yang
memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek pada
siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010.
3. Ada tidaknya pengaruh interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai
terhadap ketepatan tendangan melambung pada siswa usia 13-15 tahun
Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010.
D. Manfaat Penelitian
Masalah dalam penelitian ini penting untuk diteliti dengan harapan dapat
memberi manfaat antara lain:
1. Dapat membantu siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran
Boyolali untuk meningkatkan ketepatan tendangan melambung dalam
permainan sepakbola menjadi lebih baik.
2. Dapat dijadikan sebagai masukan dan pedoman bagi pembina dan pelatih
Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali pentingnya metode latihan yang baik
dan tepat untuk meningkatkan ketepatan tendangan melambung dalam
permainan sepakbola.
3. Dapat dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan dan memilih metode
latihan yang lebih baik dan efektif untuk meningkatkan ketepatan tendangan
melambung dalam permainan sepakbola untuk siswanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB IILANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Permainan Sepakbola
Sepakbola berkembang pesat di tengah masyarakat karena olahraga ini
cukup fleksible, artinya sepakbola dapat diterima oleh masyarakat karena bisa
dimainkan oleh laki-laki dan perempuan, anak-anak, dewasa, dan orang tua. Oleh
karena itu permainan sepakbola menjadi olahraga yang sangat diminati oleh
sebagian besar masyarakat. Perkembangan sepakbola diharapkan dapat ikut
meningkatkan minat masyarakat terhadap olahraga.
Secara sederhana sepakbola merupakan olahraga yang hampir keseluruhan
permainannya menggunakan tungkai. Sekilas penyajian permainan itu menjadi hal
yang mudah dilakukan. Namun sepakbola merupakan salah satu olahraga
permainan yang kompleks. Karena untuk dapat melakukan setiap gerakan dengan
benar dibutuhkan koordinasi antara organ-organ tubuh. Soekatamsi (1988: 11)
menyatakan bahwa, “Pandai bermain sepakbola adalah memahami, memiliki
pengetahuan, dan terampil melaksanakan dasar-dasar untuk pembinaan dan
bermain sepak bola untuk meningkatkan dan mencapai prestasi maksimum”. Dari
pendapat tersebut dapat diartikan bahwa dapat bermain sepakbola saja belum
tentu pandai bermain sepakbola.
Berdasarkan gambaran mengenai sepakbola di atas, beberapa pendapat
yang mengemukakan pengertian serpakbola secara umum. Menurut Sucipto,
Sutiyono. Bambang, Thohir. Indra M, dan Nurhadi (2000: 7) mengatakan bahwa,
“Sepakbola merupakan permainan beregu, masing-masing regu terdiri dari sebelas
pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang”. Sedangkan Soekatamsi,
(1988: 11-12) mengemukakan bahwa :
“Permainan sepakbola adalah cabang olahraga permainan beregu atau permainan team, maka suatu kesebelasan yang baik, kuat, tangguh adalah kesebelasan yang terdiri atas pemain-pemain yang mampu menyelenggarakan permainan yang kompak, artinya mempunyai
6
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
kerjasama team yang baik. Untuk mencapai kerjasama team yang baik diperlukan pemain-pemain yang dapat menguasai semua bagian-bagian dan macam-macam teknik dasar dan keterampilan sepakbola, sehingga dapat memainkan bola dalam segala posisi dan situasi dengan cepat, tepat, dan cermat artinya tidak membuang-buang energi dan waktu”.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa sepakbola
merupakan permainan beregu yang terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya
adalah penjaga gawang. Oleh karena itu kekompakan dan kerjasama tim yang
baik di antara para pemain sangat dibutuhkan. Karena dimainkan di atas lapangan
yang luas, maka seorang pemain harus memiliki keterampilan mengolah bola dan
juga kondisi kesegaran tubuh yang baik. Oleh karena itu, untuk dapat bermain
sepakbola dengan baik dibutuhkan latihan sesuai dengan prosedur yang telah ada.
Permainan sepakbola merupakan cabang olahraga yang cukup populer dan
memasyarakat di seluruh dunia. Hampir setiap orang di seluruh dunia mengenal
dan menggemari permainan sepakbola. Jika dibandingkan dengan olahraga
permainan lain, permainan sepakbola lebih populer. Timo Scheunemann (2005:
15) bahwa, “Sepakbola pada saat ini adalah olahraga yang paling populer di
dunia, jauh lebih populer dibandingkan olahraga populer lainnya seperti basket,
volleyball, atau pun tenis”.
Kepopuleran permainan sepakbola karena memiliki daya tarik yang
berbeda dengan olahraga permainan lainnya. Beltasar Tarigan (2001:2)
menyatakan, “Daya tarik permainan sepak bola adalah keterampilan
memperagakan kemampuan dalam mengolah bola, penampilan usaha yang
sungguh-sungguh penuh perjuangan, gerakan yang dinamis, disertai dengan
kejutan-kejutan taktik, yang membuat penonton kagum melihatnya”. Pendapat
lain dikemukakan Joseph A. Luxbacher (1997: 1) bahwa,
Alasan dari daya tarik sepakbola terletak pada kealamian permainan tersebut. Sepakbola adalah permainan yang menantang secara fisik dan mental. Anda harus melakukan gerakan yang terampil di bawah kondisi permainan yang waktunya terbatas, fisik dan mental yang lelah dan sambil menghadapi lawan. Anda harus mampu berlari beberapa mil dalam satu pertandingan, hampir menyamai kecepatan sprinter dan menanggapi berbagai perubahan situasi permainan dengan cepat dan harus memahami taktik permainan individu, kelompok dan beregu. Kemampuan untuk memenuhi semua tantangan ini menentukan penampilan anda di lapangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Pendapat tersebut menunjukkan, sepakbola merupakan olahraga
permainan yang di dalam pelaksanaan permainannya memiliki karakteristik
tersendiri. Penampilan seorang pemain sangat bergantung pada kemampuannya
memecahkan masalah yang terjadi dalam permainan yaitu, bagaimana
memperagakan sebuah teknik yang serasi, ditinjau dari posisi lawan dan kawan,
kemampuan fisik dan mental yang baik, kemampuan memperagakan taktik dan
strategi permainan baik individu, kelompok maupun tim, usaha yang sungguh-
sungguh dan kerjasama yang kompak untuk memenangkan pertandingan.
a. Hal Mendasar yang Harus Dikuasai dalam Permainan Sepakbola
Sepakbola merupakan olahraga permainan yang memiliki gerakan yang
cukup kompleks, sehingga setiap pemain harus memiliki skill yang baik untuk
memenangkan suatu pertandingan. Kemenangan suatu tim tercipta melalui
kerjasama yang kompak dalam satu tim. Beltasar Tarigan (2001: 3) menyatakan,
“Dalam permainan sepakbola, keterampilan-keterampilan yang dimiliki pemain
tidak biasa dipisahkan dari satu kesatuan tim dan tidak pernah ia akan
menggunakannya sendiri. Artinya, keterampilan-keterampilan yang dimiliki
seorang pemain, tidak pernah merupakan tujuan tersendiri”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, kualitas individu atau tim suatu
kesebelasan sangat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan teknik dasar sepakbola
oleh para pemainnya. Ini artinya, faktor yang mendasar dan harus dikuasai
seorang pemain sepakbola adalah menguasai teknik dasar bermain sepakbola. A.
Sarumpaet dkk., (1992: 47) menyatakan, “Dalam usaha meningkatkan mutu
permainan ke arah prestasi, maka masalah teknik merupakan salah satu
persyaratan yang menentukan”. Menurut Soekatamsi (1995: 20) bahwa, “Pemain
pertama-tama (permulaan) harus menguasai macam-macam teknik dasar bermain
sepakbola. Seorang pemain sepakbola yang tidak menguasai keterampilan teknik
dasar bermain sepakbola tidaklah mungkin akan menjadi pemain yang baik”. Hal
senada dikemukakan Remmy Muchtar (1992: 27) bahwa:
Untuk dapat bermain sepakbola dengan baik perlu menguasai teknik dengan baik pula. Tanpa penguasaan teknik yang baik tidak mungkin dapat menguasai atau mengontrol bola dengan baik. Dan tanpa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
kemampuan menguasai bola dengan baik, tidak mungkin dapat menciptakan kerjasama dengan pemain lain. Sedangkan kerjasama adalah inti dari permainan sepakbola.
Menguasai teknik dasar bermain sepakbola merupakan faktor yang
mendasar dan harus dilatihkan sejak awal berlatih sepakbola. Dengan menguasai
teknik dasar bermain sepakbola dengan baik, maka memberi peluang yang besar
untuk memenangkan pertandingan dan meraih prestasi yang optimal. Strategi atau
taktik permainan sebaik apapun, jika pemainnya tidak menguasai teknik dasar
sepakbola dengan baik, taktik atau strategi tersebut tidak ada manfaatnya. Seperti
dikemukakan Josef Sneyers (1990: 24) bahwa, “Dilihat dari segi taktis, mutu
permainan suatu kesebelasan ditentukan oleh penguasaan teknik dasar. Semakin
terampil seorang pemain dengan bola, dan semakin mudah ia dapat (tanpa
kehilangan bola) meloloskan diri dari suatu situasi, semakin baik jalannya
pertandingan bagi kesebelasannya”.
Dengan menguasai teknik dasar bermain sepakbola akan dapat mendukung
penampilannya baik secara individu maupun tim. Semakin baik seorang pemain
menguasai teknik dasar bermain sepakbola, maka ia akan memiliki keterampilan
teknik bermain sepakbola yang baik.
b. Macam-Macam Teknik Dasar Bermain Sepakbola
Ditinjau dari pelaksanaan permainan sepakbola bahwa, gerakan-gerakan
yang terjadi dalam permainan adalah gerakan-gerakan dari badan dan macam-
macam cara memainkan bola. Gerakan badan dan cara memainkan bola adalah
dua komponen yang saling berkaitan dalam pelaksanaan permainan sepakbola.
Remmy Muchtar (1992: 27) menyatakan, “Berdasarkan gerakan-gerakan yang
terjadi dalam permainan sepakbola, teknik sepakbola dibagi atas teknik badan dan
teknik bola.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar
bermain sepakbola dikelompokkan menjadi dua macam yaitu teknik tanpa bola
dan teknik dengan bola. Teknik badan atau teknik tanpa bola pada dasarnya
bertujuan mengembangkan kemampuan fisik untuk mencapai kesegaran jasmani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
(physical fitness) agar dapat bermain sepakbola dengan baik. Unsur-unsur teknik
tanpa bola menurut Remmy Muchtar (1992: 28) terdiri atas “(1) cara berlari, (2)
cara melompat, (3) gerak tipu badan”.
Teknik dengan bola merupakan cara-cara memainkan bola, untuk
mendukung keterampilan bermain sepakbola. Kemampuan seorang pemain dalam
memainkan bola akan membantu penampilannya baik secara individu maupun
kolektif, sehingga memberi peluang untuk memenangkan pertandingan. Lebih
lanjut Remmy Muchtar (1992: 29) menyatakan bahwa unsur-unsur teknik dengan
bola meliputi :
1) Teknik menendang bola.2) Teknik menahan bola (trapping).3) Teknik menggiring bola (dribble).4) Gerak tipu. 5) Teknik menyundul bola (heading).6) Teknik merebut bola (tackling).7) Teknik lemparan ke dalam (throw-in).8) Teknik penjaga gawang.
Pada prinsipnya unsur teknik tanpa bola dan unsur teknik dengan bola
memiliki keterkaitan yang erat dalam pelaksanaan bermain sepakbola. Kedua
teknik dasar tersebut harus mampu diperagakan atau dikombinasikan di dalam
situasi permainan menurut kebutuhannya dan situasi yang dihadapi dalam
permainan. Kualitas dan kemampuan teknik yang baik akan mendukung
penampilan seorang pemain. Semakin baik penguasaan teknik yang dimiliki,
semakin efektif dan efisien dalam memperagakan teknik-teknik sepakbola dengan
baik dan terampil.
2. Teknik Dasar Menendang Bola
a. Tujuan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola
Menendang bola pada prinsipnya bertujuan memindahkan bola dari satu
tempat ke tempat lain sebagai umpan atau mencatak gol ke gawang lawan.
Berkaitan dengan menendang bola A. Sarumpaet dkk. (1992: 20) menyatakan,
“Menendang bola merupakan suatu usaha untuk memindahkan bola dari sutau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
tempat ke tempat lain dengan menggunakan kaki. Menendang bola dapat
dilakukan dalam keadaan bola diam, menggelinding maupun melayang di udara”.
Joseph A. Luxbacher (1997: 12) menyatakan, “Keterampilan untuk mengoper dan
menerima bola membentuk jalan vital yang menghubungkan kesebelasan pemain
ke dalam satu unit yang berfungsi lebih baik daripada bagian-bagiannya”.
Sedangkan Beltasar Tarigan (2001: 37) berpendapat, “Sepakbola merupakan
permainan tim. Oleh karena itu, operan bola merupakan alat penghubung antara
pemain yang satu dengan lainnya”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, menendang bola
merupakan salah satu teknik dasar bermain sepakbola yang paling sering
dilakukan dalam permainan sepakbola. Melalui tendangan yang cermat dan
akurat, maka akan terjalin kerjasama yang kompak dalam satu tim. A. Sarumpaet
dkk., (1992: 20) menyatakan tujuan menendang bola yaitu:
1) Untuk memberikan bola kepada teman atau mengoper bola.2) Dalam usaha memasukkan bola ke gawang lawan.3) Untuk menghidupkan bola kembali setelah terjadi suatu pelanggaran
seperti tendangan bebas, tendangan penjuru, tendangan hukuman, tendangan gawang dan sebagainya.
4) Usaha melakukan clearing atau pembersihan dengan jalan menyapu bola yang berbahaya di daerah sendiri atau dalam usaha membendung serangan lawan pada daerah pertahanan sendiri.
Menendang bola mempunyai peran penting dalam permainan sepakbola,
baik sebagai umpan, mencetak gol ke gawang lawan, menghidupkan kembali
permainan dan untuk clearing atau menyapu bola dari daerah pertahanan. Untuk
mencapai kualitas tim yang baik, maka setiap pemain sepakbola harus menguasai
teknik menendang bola yang baik dan benar.
b. Jenis-Jenis Tendangan dalam Permainan Sepakbola
Menendang bola merupakan ciri khas yang dominan dalam permainan
sepakbola. Agar menjadi pemain sepakbola yang berkualitas, seorang pemain
perlu mengembangkan kemahirannya dalam menendang bola. Menendang bola
pada dasanya mempunyai tujuan yang berbeda-beda menurut situasi yang
dihadapi dalam permainan. Menurut Agus Mukholid (2004: 24) tujuan
menendang bola adalah, “Untuk mengumpan, menembak ke gawang agar terjadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
gol, dan untuk menghalau atau menyapu dalam rangka menggagalkan serangan
atau permainan lawan”.
Menendang bola dengan cermat dan akurat adalah salah satu sisi menarik
dari permainan sepakbola. Melalui tendangan yang cermat dan akurat akan
terjalin kerjasama yang baik, bahkan melalui tendangan dapat tercipta gol yang
indah dan spetakuler. Tendangan dalam permainan sepakbola dapat bermacam-
macam bentuknya. Adakalanya tendangan bola keras menyusur tanah, tendangan
lurus (setengah melambung) dan keras, tendangan melambung tinggi dan
melengkung. Soekatamsi (1988: 48-49) membedakan jenis tendangan sebagai
berikut:
1) Berdasarkan atas tinggi rendahnya lambungan bola, tendangan dibedakan menjadi tiga yaitu:(1) Tendangan bola rendah, bola menggulir datar di atas tanah sampai
setinggi lutut.(2) Tendangan bola melambung lurus atau melambung sedang, bola
melambung paling rendah setinggi lutut dan paling tinggi setinggi kepala.
(3) Tendangan bola melambung tinggi, bola melambung paling rendah setinggi kepala.
2) Berdasarkan atas putaran dan jalannya bola yaitu: (1) Tendangan lurus (langsung), bola setelah ditendang tidak berputar
sehingga bola melambung lurus dan jalannya kencang. Tenaga tendangan melalui titik pusat bola.
(2) Tendangan melengkung, bola setelah ditendang berputar ke arah yang berlawanan dengan tendangan dan arah bola.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, jenis tendangan dalam sepakbola
dibedakan menjadi dua yaitu, berdasarkan tinggi rendahnya lambungan bola dan
berdasarkan putaran jalannya bola. Kemampuan seorang pemain melakukan jenis-
jenis tendangan tersebut didasarkan pada kebutuhan dalam permainan. Untuk
menjadi pemain yang baik, maka jenis-jenis tendangan tersebut harus dikuasai
melalu latihan yang sistematis dan kontinyu.
c. Bagian-Bagian Kaki untuk Menendang Bola
Menendang bola merupakan teknik sepakbola yang memiliki konstribusi
besar dalam permainan sepakbola. Oleh karenanya, seorang pemain harus mampu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
menendang bola dengan baik dan benar. Untuk memperoleh kemampuan
menendang bola yang baik, maka setiap pemain sepakbola harus mampu
menggunakan bagian-bagian kaki untuk menendang bola dengan efektif. Menurut
Remmy Muchtar (1992: 29-30) bagian kaki yang dapat digunakan untuk
menendang bola yaitu “(1) Kaki bagian dalam (inside-foot), (2) Punggung kaki
(instep-foot), (3) Punggung kaki bagian dalam (inside-instep), (4) Punggung kaki
bagian luar (Outside-instep)”. Menurut hasil penelitian Wahjoedi (1999: 120)
bahwa, “Menendang bola pada prinsipnya dapat dilakukan dengan menggunakan
kaki kanan maupun kaki kiri, pada (1) bagian dalam kaki, (2) bagian punggung
kaki, (3) bagian luar kaki”. Menurut Bisanz (1982) yang dikutip A. Sarumpaet
dkk., (1992: 20) menggambarkan skematis cara menendang bola sebagai berikut:
Gambar 1. Skematis Bagian-Bagian kaki untuk Menendang Bola (A. Sarumpaet dkk., 1992: 20)
Menendang bola pada dasarnya dapat dilakukan dengan empat bagian kaki
yaitu kaki bagian dalam (inside-foot), punggung kaki (instep-foot), punggung kaki
bagian dalam (inside-instep) dan punggung kaki bagian luar (outside-instep).
Bagian-bagian kaki yang dapat digunakan untuk menendang bola harus mampu
dimanfaatkan secara optimal menurut kebutuhannya. Hal ini karena, setiap bagian
kaki memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda-beda dalam melakukan tendangan
sepakbola. Oleh karena itu, dalam melakukan tendangan harus diperhitungkan
Dengan kaki bagian dalam
Kura-kura kaki bagian dalam
Kura-kura kaki bagian luar
Kura-kura kaki bagian atas
Dengan kepala
Memberikan bolaMenendang bolaMembuang bola
Tendangan salto
Tendangan berputar
Dropkick
Tendangan efek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dengan cermat bagian kaki mana yang harus digunakan untuk menendang bola
agar menghasilkan tendangan yang benar dan tepat pada sasaran yang diinginkan.
Berikut ini disajikan ilustrasi gambar bagian-bagian kaki yang dapat digunakan
untuk menendang bola sebagai berikut:
Gambar 2. Bagian-Bagian Kaki untuk Menendang Bola (Soekatamsi, 1988:47)
d. Tendangan Melambung dalam Permainan Sepakbola
Tendangan melambung pada prinsipnya bertujuan untuk mengoperkan
bola kepada teman seregunya. Tendangan melambung ini sebagai operan, karena
jarak penendang dan penerima cukup jauh. Melalui tendangan melambung tinggi
akan lebih efektif sebagai operan, sehingga akan lebih cepat menghubungkan
pemain satu dengan lainnya. Selain itu, tendangan melambung tinggi akan sulit
digagalkan lawan. Sebagai contoh bila seorang pemain akan memberikan umpan
kepada teman seregunya dan di depannya banyak lawan, maka alternatif untuk
memberikan umpan yaitu, dengan umpan melambung tinggi. Seperti
dikemukakan Joseph A. Luxbacher (1997: 21) bahwa, “Walaupun dalam hampir
semua situasi permainan, anda harus mengoperkan bola di atas permukaan
lapangan, terkadang ada saatnya tertentu dimana operan tinggi menjadi pilihan
terbaik”.
Pendapat tersebut menunjukkan, tendangan melambung tinggi merupakan
alternatif pilihan yang tepat untuk memberi umpan kepada teman seregunya, jika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
di depannya banyak pemain lawan. Ditinjau fungsi dan manfaatnya, tendangan
melambung tinggi mempunyai konstribusi besar mendukung serangan untuk
mencetak gol ke gawang lawan melalui umpan-umpan bola crossing. Tidak
menutup kemungkinan gol tercipta melalui tendangan penjuru yang melambung
tinggi yang diarahkan pada daerah gawang lawan sebagai umpan untuk
diselesaikan teman seregunya agar tercipta gol ke gawang lawan. Richard
Widdows & Paul Buckle (1981: 30) menyatakan bahwa, “Dalam pertandingan
masa-masa ini, tendangan-tedangan silang yang mengasilkan hampir separoh dari
gol yang dicetak diperoleh dari pemain-pemain tengah (midfiled players), back-
back yang maju dan para penyerang yang lari melebar yang semuanya memberi
dukungan”. Sedangkan Beltasar Tarigan (2001: 116) menyatakan, “Salah satu
faktor yang harus diperhatikan dalam tendangan penjuru, usahakan agar bola yang
diumpan ke tengah lapangan masuk daerah bahaya”.
Salah satu upaya untuk membantu penyerangan dapat dilakukan dengan
umpan-umpan bola melambung tinggi yang dilakukan pemain-pemain tengah atau
pemain belakang (back) yang berusaha mendukung penyerangan melalui
tendangan melambung tinggi. Hal terpenting dan harus diperhatikan dalam
melakukan tendangan melambung adalah ketepatan tendangan, sehingga mudah
diselesaikan oleh pemain penyerang untuk menciptakan gol ke gawan lawan.
Selain itu, tidak menutup kemungkinkan tendangan bola melambung tinggi dapat
mengelabuhi penjaga gawang dan sulit untuk ditangkap kiper. Seperti
dikemukakan Richard Widdows & Paul Buckle (1981: 33) bahwa, “Tendangan
tinggi itu cara efektif untuk menendang bola melewati kiper yang maju
mendekat”. Sedangkan Soedjono (1985: 64) menyatakan, “Tembakan yang
diarahkan jauh dari jangkauan penjaga gawang, misalnya tembakan ke arah tiang
jauh, biasanya lebih sulit untuk diselamatkan daripada tembakan yang diarahkan
ke tiang dekat”.
Tendangan melambung tinggi mempunyai peran penting dalam permainan
sepakbola. Tendangan melambung tinggi dapat dijadikan sebagai umpan atau
mencetak gol ke gawang lawan. Hal ini sering dijumpai dalam permainan, sering
kali tendangan bola-bola mati dekat dengan daerah gawang dilakukan melambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
tinggi untuk melewati tembok pagar hidup agar masuk ke dalam gawang. Beltasar
Tarigan (2001: 123) berpendapat, “Tembakan langsung ke gawang seyogyanya
tinggi agar dapat melewati tembok yang kokoh dari pihak pemain bertahan, arah
bola cukup rendah untuk menerobos daerah di bawah mistar gawang, dan penjaga
gawang”.
Sangat besar peranan tendangan melambung dalam permainan sepakbola.
Sebaik apapun pertahanan suatu tim seringkali masih bisa diciptakan gol melalui
tendangan melambung dari jarak jauh. Seperti dikemukakan Eric C. Batty (2003:
1) bahwa, “Pertahanan yang bagaimanapun ketatnya masih bisa ditembus oleh
tendangan-tendangan dari luar daerah pinalti…”. Upaya meningkatkan ketepatan
tendangan jarak jauh seorang pemain sepakbola harus dilakukan latihan secara
sistematis dan kontinyu.
e. Teknik Tendangan Melambung
Menendang bola dengan baik dan tepat pada sasaran adalah bagian penting
dalam permainan sepakbola. Agar seorang pemain sepakbola mampu melakukan
tendangan dengan baik dan tepat pada sasaran yang diinginkan harus menguasai
teknik menendang bola. Untuk mendapatkan ketepatan tendangan yang baik,
maka harus mampu memanfaatkan bagian-bagian kaki yang dapat digunakan
untuk menendang bola. Namun pada dasarnya semua bagian kaki dapat digunakan
untuk menendang bola. Menurut Remmy Muchtar (1992: 29-30) bagian kaki yang
dapat digunakan untuk menendang bola yaitu: “(1) Kaki bagian dalam (inside-
foot), (2) Punggung kaki (instep-foot), (3) Punggung kaki bagian dalam (inside-
instep), (4) Punggung kaki bagian luar (Outside-instep)”. Menurut hasil penelitian
Wahjoedi (1999: 120) bahwa, “Menendang bola pada prinsipnya dapat dilakukan
dengan menggunakan kaki kanan maupun kaki kiri, pada (1) bagian dalam kaki,
(2) bagian punggung kaki, (3) bagian luar kaki”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan, menendang bola pada
dasarnya dapat dilakukan dengan empat bagian kaki. Tetapi untuk tendangan
jarak jauh atau tendangan melambung tinggi biasanya menggunakan kura-kura
kaki bagian dalam. Menurut Soekatamsi (1988: 123-124) tendangan dengan kura-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
kura kaki bagian dalam memiliki fungsi antara lain: “(1) untuk operan jarak jauh,
(2) untuk operan melambung ke atas, (3) memasukkan bola tepat ke mulut
gawang, (4) tendangan bola melengkung”. Beltasar Tarigan (2001: 50) bahwa,
“Umpan jauh atau panjang menggunakan sisi atas kaki bagian dalam”. Sedangkan
Clive Gifford (2007: 16) menyatakan, “Mengumpan dengan kura-kura kaki adalah
umpan paling umum untuk menendang bola pada jarak yang lebih jauh”.
Teknik pelaksanaan menendang bola dengan kura-kura kaki bagian dalam
menurut Soekatamsi (1988: 117-119) sebagai berikut:
1) Letak kaki tumpu:a) Kaki tumpu diletakkan di belakang samping bola, ± 25 - 30 cm.b) Arah kaki tumpu membuat sudut ± 400 dengan garis lurus arah bola
(garis di belakang bola). 2) Kaki yang menendang:
a) Kaki yang menendang bola diangkat ke belakang, kemudian diayunkan ke depan ke arah sasaran.
b) Hingga kura-kura kaki bagian dalam tepat mengenai tengah-tengah di bawah bola.
c) Gerakan kaki yang menendang dilanjutkan ke depan (gerak lanjut ke depan).
3) Sikap badana) Pada waktu kaki menendang bola diayunkan ke belakang, badan
condong ke depan.b) Pada waktu menendang bola karena posisi kaki tumpu berada di
samping belakang bola, sikap badan condong ke belakang.c) Kedua lengan terbuka ke samping badan untuk menjaga
keseimbangan. 4) Pandangan mata
Pada waktu menendang bola, mata melihat pada bola dan ke arah sasaran.
5) Bagian bola yang ditendanga) Bola ditendang tepat ditengah-tengah bawah bola, akan
melambung tinggi. b) Dilakukan dengan ancang-ancang, bola dalam keadaan berhenti,
pemain berdiri 3 - 5 langkah di belakang samping bola, sehingga letak pemain membuat sudut kurang lebih 400 dengan garis lurus arah sasaran bola di belakang bola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Berikut ini disajikan ilustrasi teknik pelaksanaan menendang bola dengan
kura-kura kaki bagian dalam sebagai berikut:
Gambar 3. Teknik Menendang Bola dengan Kura-Kura Kaki Bagian Dalam (Soeketamsi, 1988: 117)
3. Latihan
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berkaitan dengan latihan Suharno HP.
(1993: 1) dalam seri bahan penataran pelatih tingkat muda/madya dikatakan,
“Berlatih atau latihan ialah suatu proses penyempurnaan kualitas atlet secara sadar
untuk mencapai prestasi maksimal dengan diberi beban latihan fisik dan mental
secara teratur, terarah, bertahap, meningkat, berkesinambungan dan berulang-
ulang waktunya”. Menurut Sudjarwo (1993: 14) bahwa, “Latihan adalah suatu
proses yang sistematis secara berulang-ulang, secara ajeg dengan selalu
memberikan peningkatan beban latihan”. Hal senada dikemukakan Andi
Suhendro (1999: 3.4) berpendapat, “Latihan (training) merupakan proses kerja
yang sistematis dan dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang
makin meningkat”.
Hakikat latihan yang dikemukakan tiga ahli tersebut pada prinsipnya
mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa,
latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
kontinyu, dilakukan secara berulang-ulang dengan beban latihan yang semakin
meningkat.
Latihan yang sistematis adalah program latihan direncanakan secara
matang, dilaksanakan sesuai jadwal menurut pola yang telah ditetapkan, dan
evaluasi sesuai dengan alat yang benar. Penyajian materi harus dilakukan dari
materi yang paling mudah ke arah materi yang paling sukar, dari materi yang
sederhana mengarah kepada materi yang paling kompleks.
Latihan harus dilakukan secara berulang-ulang, maksudnya latihan harus
dilakukan menimal tiga kali dalam seminggu. Dengan pengulangan ini diharapkan
gerakan yang pada saat awal latihan dirasakan sukar dilakukan, pada tahap-tahap
berikutnya akan menjadi lebih mudah dilakukan.
Beban latihan harus meningkat maksudnya, penambahan jumlah beban
latihan harus dilakukan secara periodik, sesuai dengan prinsip-prinsip latihan, dan
tidak harus dilakukan pada setiap kali latihan, namun tambahan beban harus
segara dilakukan ketika atlet merasakan latihan yang dilaksanakan terasa ringan.
a. Tujuan Latihan
Latihan (training) merupakan proses kerja atau berlatih yang sistematis
dan kontinyu, dilakukan dalam waktu yang lama dan secara berulang-ulang
dengan beban latihan yang semakin meningkat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan. Menurut Russel R. Pate., BruceMc. Clenaghan & Robert Rotella
(1993: 317) tujuan akhir latihan yaitu, “Untuk meningkatkan penampilan
olahraga”. Menurut Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 126) bahwa,
“Tujuan utama latihan adalah untuk membantu atlit meningkatkan keterampilan
dan prestasi olahraganya semaksimal mungkin”. Sedangkan Bompa (1990: 4)
menyatakan tujuan umum latihan yaitu:
1) Untuk mencapai dan meningkatkan perkembangan fisik secara multiralteral.
2) Untuk meningkatkan dan mengamankan perkembangan fisik yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan olahraga yang ditekuni.
3) Untuk menghaluskan dan menyempurnakan teknik dari cabang olahraganya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
4) Untuk meningkatkan dan menyempurnakan teknik maupun strategi yang diperlukan.
5) Untuk mengelola kualitas kemauan.6) Untuk menjamin dan mengamankan persiapan individu maupun tim
secara optimal.7) Untuk memperkuat tingkat kesehatan tiap atlet.8) Untuk pencegahan cidera.9) Untuk meningkatkan pengetahuan teori.
Tujuan umum latihan pada prinsipnya sangat luas. Namun hal yang utama
dari latihan olahraga prestasi yaitu, untuk meningkatkan keterampilan dan
mencapai prestasi setinggi mungkin dari atlet yang berlatih.Untuk mencapai
tujuan tersebut, ada empat aspek yang harus diperhatikan dalam latihan yaitu, “(1)
Latihan fisik, (2) latihan teknik, (3) latihan taktik dan, (4) latihan mental (Yusuf
Adisasmita & Aip Syarifuddin, 1996: 12-127). Dari keempat aspek tersebut saling
berkaitan antara aspek yang satu dengan aspek yang lainnya.Untuk mencapai
tujuan latihan, maka perlu diterapkan metode latihan yang tepat.
b. Metode Latihan
Tujuan utama dari olahraga prestasi adalah pencapaian prestasi setinggi
mungkin. Untuk mencapai prestasi olahraga yang tinggi banyak faktor yang
mempengaruhinya. Salah satu faktor yang memberikan sumbangan bagi
pencapaian prestasi dalam olahraga adalah penerapan metode latihan yang ilmiah.
Metode latihan merupakan suatu cara yang digunakan oleh pelatih dalam
menyajikan materi latihan, agar tujuan latihan dapat tercapai. Berkaitan dengan
metode latihan, Noseck (1982: 15) menyatakan, “Metode latihan merupakan
prosedur dan cara-cara pemilihan jenis-jenis latihan dan penataannya menurut
kadar kesulitan, kompleksitas dan beratnya beban”. Menurut Yusuf Adisasmita
dan Aip Syarifuddin (1996: 142) “metode mengajar atau melatih adalah suatu cara
tertentu, sistem kerja seorang pelatih, atau olahragawan, sehubungan dengan
pengetahuan dan kemampuannya yang cukup”. Hal senada dikemukakan Andi
Suhendro (1999: 3.53) bahwa, “Meode latihan adalah suatu cara sistematis dan
terencana, yang berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan fungsi fisiologis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
psikologis dan keterampilan gerak, agar memiliki keterampilan yang lebih baik
pada suatu penampilan khusus”.
Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan, metode latihan
merupakan cara yang digunakan seorang pembina atau pelatih berfungsi sebagai
alat yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan bagi atlet
yang dilatih. Seorang pelatih harus mampu menerapkan metode latihan yang
efektif. Hal ini karena, keberhasilan dari suatu latihan dapat dipengaruhi oleh
metode latihan yang diterapkan oleh pelatih.
c. Prinsip-Prinsip Latihan
Latihan merupakan suatu proses yang dilakukan secara berulang-ulang
dengan meningkatkan beban latihan secara periodik. Dalam pelaksanaan latihan
harus berpedoman pada prinsip-prinsip latihan yang benar. Menurut Sudjarwo
(1993: 21) bahwa, “Pinsip-prinsip latihan digunakan agar pemberian dosis latihan
dapat dilaksanakan secara tepat dan tidak merusak atlet”.
Prinsip latihan merupakan garis pedoman yang hendaknya dipergunakan
dalam latihan yang terorganisir dengan baik. Agar tujuan latihan dapat dicapai
secara optimal, hendaknya diterapkan prinsip-prinsip latihan yang baik dan tepat.
Dalam pemberian beban latihan harus memahami prinsip-prinsip latihan yang
sesuai dengan tujuan latihan. Menurut Sudjarwo (1993: 21-23) prinsip-prinsip
latihan di antaranya: “(1) Prinsip individu, (2) Prinsip penambahan beban, (3)
Prinsip interval, (4) Prinsip penekanan beban (stress), (5) Prinsip makanan baik
dan, (6) Prinsip latihan sepanjang tahun”.
Prinsip-prinsip latihan tersebut sangat penting untuk diperhatikan dalam
latihan. Tujuan latihan dapat tercapai dengan baik, jika prinsip-prinsip latihan
tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar. Untuk lebih jelasnya prinsip-prinsip
latihan diuraikan sebagai berikut:
1) Prinsip Individu
Manfaat latihan akan lebih berarti, jika di dalam pelaksanaan latihan
didasarkan pada karakteristik atau kondisi atlet yang dilatih. Perbedaan antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
atlet yang satu dengan yang lainnya tentunya tingkat kemampuan dasar serta
prestasinya juga berbeda. Oleh karena perbedaan individu harus diperhatikan
dalam pelaksanaan latihan. Sadoso Sumosardjuno (1994: 13) menyatakan,
"Meskipun sejumlah atlet dapat diberi program pemantapan kondisi fisik yang
sama, tetapi kecepatan kemajuan dan perkembangannya tidak sama". Menurut
Andi Suhendro (1999: 3.15) bahwa, “Prinsip individual merupakan salah satu
syarat dalam melakukan olahraga kontemporer. Prinsip ini harus diterapkan
kepada setiap atlet, sekali atlet tersebut memiliki prestasi yang sama. Konsep
latihan ini harus disusun dengan kekhususan yang dimiliki setiap individu agar
tujuan latihan dapat tercapai”.
Manfaat latihan akan lebih berarti jika program latihan yang diterapkan
direncanakan dan dilaksanakan berdasarkan karakteristik dan kondisi setiap atlet.
Sudjarwo (1993: 21) menyatakan, “Pemberian beban latihan harus selalu
mengingat kemampuan dan kondisi masing-masing atlet. Faktor-faktor individu
yang harus mendapat perhatian misalnya tingkat ketangkasan atlet, umur atau
lamanya berlatih, kesehatan dan kesegaran jasmani serta psychologis”.
2) Prinsip Penambahan Beban (Over Load Principle)
Prinsip beban lebih merupakan dasar dan harus dipahami seorang pelatih
dan atlet. Prinsip beban lebih merupakan prinsip latihan yang mendasar untuk
memperoleh peningkatan kemampuan kerja. Kemampuan seseorang dapat
meningkat jika mendapat rangsangan berupa beban latihan yang cukup berat,
yaitu di atas dari beban latihan yang biasa diterimanya. Andi Suhendro (1999: 3.7)
menyatakan, “Seorang atlet tidak akan meningkat prestasinya apabila dalam
latihan mengabaikan prinsip beban lebih”. Sedangkan Rusli Lutan dkk. (1992: 95)
berpendapat:
Setiap bentuk latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental sekalipun harus berpedoman pada prinsip beban lebih. Kalau beban latihan terlalu ringan, artinya di bawah kemampuannya, maka berapa lama pun atlet berlatih, betapa sering pun dia berlatih atau sampai bagaimana capek pun dia mengulang-ulang latihan itu, prestasinya tidak akan meningkat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, prinsip beban
lebih bertujuan untuk meningkatkan perkembangan kemampuan tubuh.
Pembebanan latihan yang lebih berat dari sebelumnya akan merangsang tubuh
untuk beradaptasi dengan beban tersebut, sehingga kemampuan tubuh akan
meningkat. Kemampuan tubuh yang meningkat mempunyai peluang untuk
mencapai prestasi yang lebih baik.
Salah satu hal yang harus tetap diperhatikan dalam peningkatan beban
latihan harus tetap berada di atas ambang rangsang latihan. Beban latihan yang
terlalu berat tidak akan meningkatkan kemampuan atlet, tetapi justru sebaliknya
yaitu kemunduran kemampuan kondisi fisik atau dapat mengakibatkan atlet
menjadi sakit.
3) Prinsip Interval
Interval atau istirahat merupakan bagian penting dalam latihan. Hal ini
dimaksudkan untuk menjaga kondisi atlet. Berkaitan dengan prinsip interval
Sudjarwo (1993: 22) menyatakan, “Latihan secara interval adalah merupakan
serentetan latihan yang diselingi dengan istirahat tertentu(interval). Faktor
istirahat (interval haruslah diperhatikan setelah jasmani melakukan kerja berat
akibat latihan.”
Istirahat atau interval merupakan factor yang harus diperhatikan dalam
latihan. Kelelahan akibat dari latihan harus diberi istirahat. Dengan istirahat akan
memulihkan kondisi atlet, sehingga untuk melakukan latihan berikutnya
kondisinya akan lebih baik.
4) Prinsip Penekanan Beban (Stress)
Pemberian beban latihan pada suatu saat harus dilaksanakan dengan
tekanan yang berat atau bahkan dapat dikatakan membuat atlet stress. Penekanan
beban latihan harus sampai menimbulkan kelelahan secara sungguh-sungguh, baik
kelelahan lokal maupun kelelahan total jasmani dan rokhani atlet. Dengan waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
tertentu serta beban latihan dengan intensitas maksimal akan berakibat timbulnya
kelelahan lokal yaitu otot-otot tertentu atau pun fungsi organisme. Kelelahan total
disebabkan adanya beban latihan dengan volume yang besar, serta intensitasnya
maksimal dengan waktu yang cukup lama. Prinsip penekanan beban (stress)
diberikan guna meningkatkan kemampuan organisme, penggemblengan mental
yang sangat diperlukan untuk menghadapi pertandingan-pertandingan.
5) Prinsip Makanan Baik
Makanan yang sehat dan baik sangat penting bagi seorang atlet. Makanan
yang dikonsumsi atlet harus sesuai dengan tenaga yang diperlukan dalam latihan.
Untuk menentukan jenis makanan yang harus dikonsumsi seorang atlet harus
bekerjasama dengan ahli gizi. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Untuk seorang
atlet diperlukan 25-35% lemak, 15% putih telur, 50-60% hidrat arang dan vitamin
serta meniral lainnya”. Pentingnya peranan makanan yang baik untuk seorang
atlet, maka harus diperhatikan agar kondisi atlet tetap terjaga, sehingga akan
mendukung pencapaian prestasi yang maksimal.
6) Prinsip Latihan Sepanjang Tahun
Pencapaian prestasi yang tinggi dibutuhkan latihan yang teratur dan
terprogram. Sudjarwo (1993: 23) menyatakan, “Kembali kepada sistematis dari
latihan yang diberikan secara teratur dan ajeg serta dilaksanakan sepanjang tahun
tanpa berseling. Hal ini bukan berarti tidak ada istirahat sama sekali, ingat akan
prinsip interval”.
Sistematis suatu latihan sepanjang tahun akan diketahui melalui periode-
periode latihan. Oleh karena itu, latihan sepanjang tahun harus dijabarkan dalam
periode-periode latihan. Melalui penjabaran dalam periode-periode latihan, maka
tujuan kan lebih fokus, sehingga prestasi yang tinggi dapat dicapai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
d. Komponen-Komponen Latihan
Setiap pelatihan olahraga akan mengarah kepada sejumlah perubahan yang
bersifat anatomis, fisiologis, biokimia, kejiwaan dan keterampilan. Efisiensi dari
suatu kegiatan merupakan akibat dari waktu yang dipakai, jarak yang ditempuh
dan jumlah pengulangan (volume), beban dan kecepatannya intensitas, serta
frekuensi penampilan (densitas).
Semua komponen dibuat sedemikian rupa dalam berbagai model yang
sesuai dengan karakteristik fungsional dan ciri kejiwaan dari cabang olahraga
yang dipelajari. Sepanjang fase latihan, pelatih harus menentukan tujuan latihan
secara pasti, komponen mana yang menjadi tekanan latihan dalam mencapai
tujuan penampilannya yang telah direncanakan. Cabang olahraga yang banyak
menentukan keterampilan yang tinggi termasuk tenis lapangan, maka
kompleksitas latihan merupakan hal yang sangat diutamakan. Menurut Andi
Suhendro (1999: 3.17) komponen-komponen penting yang harus diperhatikan
dalam suatu latihan meliputi: “(1) volume latihan, (2) intensitas latihan, (3)
density atau kekerapan latihan dan, (4) kompleksitas latihan”.
Komponen-komponen latihan tersebut sangat penting dalam latihan
olahraga prestasi. Komponen-komponen latihan tersebut berkaitan antara yang
satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu, komponen-komponen latihan tersebut
harus diterapkan dengan baik dan benar agar tujuan latihan dapat tercapai. Untuk
lebih jelasnya komponen-komponen latihan dapat diuraikan secara singkat
sebagai berikut:
1) Volume Latihan
Volume latihan merupakan syarat yang sangat penting untuk mencapai
kemampuan fisik yang yang lebih baik. Menurut Andi Suhendro (1999: 3.17)
bahwa, “Volume latihan adalah ukuran yang menunjukkan jumlah atau kuantitas
derajat besarnya suatu rangsang yang dapat ditujukan dengan jumlah repetisi, seri
atau set dan panjang jarak yang ditempuh”. Sedangkan Depdiknas (2000: 106)
menyatakan, “Unsur-unsur latihan meliputi: (1) waktu atau lama latihan, (2) jarak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
tempuh atau berat beban yang diangkut setiap waktu dan (3) jumlah ulangan
latihan atau unsur teknik yang dilakukan dalam waktu tertentu”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, volume latihan
mencerminkan kuantitas atau banyaknya latihan yang dilakukan pada saat latihan.
Untuk meningkatkan kemampuan fisik, maka volume latihan harus ditingkatkan
secara berangsur-angsur (progresif). Peningkatan beban latihan harus disesuaikan
dengan perkembangan yang dicapai. Hal ini karena, semakin tinggi kemampuan
seseorang makin besar volume latihannya, karena terdapat korelasi antara volume
latihan dan prestasi.
2) Intensitas Latihan
Intensitas latihan merupakan komponen kualitas latihan yang mengacu
pada jumlah kerja yang dilakukan dalam suatu unit waktu tertentu. Semakin
banyak kerja yang dilakukan, semakin tinggi intensitasnya. Suharno HP. (1993:
31) menyatakan, “Intensitas adalah takaran yang menunjukkan kadar atau
tingkatan pengeluaran energi atlet dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan
maupun pertandingan”.
Intensitas latihan tercermin dari kuatnya stimuli (rangsangan) syaraf dalam
latihan. Kuatnya rangsangan tergantung dari beban, kecepatan gerakan dan variasi
interval atau istirahat antar ulangan. Antara intensitas latihan dan volume latihan
sulit untuk dipisahkan, karena latihan selalu mengkaitkan antara kuantitas dan
kualitas latihan. Untuk mencapai hasil latihan yang baik, maka intensitas latihan
yang diberikan tidak boleh terlalu tinggi atau terlalu rendah. Intensitas suatu
latihan yang tidak memadai atau terlalu rendah, maka pengaruh latihan yang
ditimbulkan sangat kecil bahkan tidak ada sama sekali. Sebaliknya bila intensitas
latihan terlalu tinggi dapat menimbulkan cidera.
3) Densitas Latihan
Densitas merupakan frekuensi (kekerapan) dalam melakukan serangkaian
stimuli (rangsangan) harus dilakukan dalam setiap unit waktu dalam latihan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Dalam hal ini Andi Suhendro (1999: 3.24) menyatakan, “Density merupakan
ukuran yang menunjukkan derajat kepadatan suatu latihan yang dilakukan”.
Densitas menunjukkan hubungan yang dicerminkan dalam waktu antara
aktifitas dan pemulihan (recovery) dalam latihan. Ketepatan densitas dinilai
berdasarkan perimbangan antara aktivitas dan pemulihan. Perimbangan ini
berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan seseorang. Lama waktu istirahat
atau interval antar aktivitas tergantung pada berbagai faktor antara lain: intensitas
latihan, status kemampuan peserta, fase latihan, serta kemampuan spesifik yang
ditingkatkan.
4) Kompleksitas Latihan
Kompleksitas dikaitan pada kerumitan bentuk latihan yang dilaksanakan
dalam latihan. Hal ini sesuai penapat Depdiknas (2000: 108) bahwa,
“Kompleksitas latihan menunjukkann tingkat keragaman unsur yang dilakukan
dalam latihan”. Kompleksitas dari suatu keterampilan membutuhkan koordinasi,
dapat menjadi penyebab penting dalam menambah intensitas latihan.
Keterampilan teknik yang rumit atau sulit, mungkin akan menimbulkan
permasalahan dan akhirnya akan menyebabkan tekanan tambahan terhadap otot,
khususnya selama tahap dimana koordinasi syaraf otot berada dalam keadaan
lemah. Suatu gambaran kelompok individual terhadap keterampilan yang
kompleks, dapat membedakan dengan cepat mana yang memiliki koordinasi yang
baik dan yang jelek. Seperti dikemukakan Astrand dan Rodahl dalam Bompa
(1983: 28) “Semakin sulit bentuk latihan semakin besar juga perbedaan individual
serta efisiensi mekanismenya”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
4. Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Massed Practice
a. Metode Massed Practice
Keterampilan suatu cabang olahraga dapat dicapai dengan baik, maka
dalam pelaksanaan latihan seorang atlet harus melakukan pengulangan gerakan
dengan frekuensi sebanyak-banyaknya. Metode massed practice merupakan
pengaturan giliran latihan yang dilakukan secara terus menerus tanpa diselingi
istirahat. Berkaitan dengan metode massed practice Rusli Lutan (1988: 113)
menyatakan, “Massed practice adalah kegiatan latihan yang dilakukan dalam satu
rangkaian dengan selang waktu istirahat yang amat kecil diantara kegiatan
mencoba”. Menurut Sugiyanto (1996: 62) bahwa, “Massed practice adalah
mempraktikkan gerakan yang dipelajari secara terus menerus tanpa waktu
istirahat atau sangat pendek waktu istirahatnya”. Menurut Andi Suhendro (1999:
3.58) “Massed practice adalah prinsip pengaturan giliran latihan dimana atlet
melakukan gerakan secara terus menerus tanpa diselingi istirahat”. Hal senada
dikemukakan Adang Suherman dan Agus Mahendra (2001: 165) bahwa, “Metode
massed practice atau latihan padat yaitu, latihan suatu keterampilan olahraga dari
waktu yang tersedia dimanfaatkan secara keseluruhan tanpa istirahat”. Berdasarkan pengertian metode massed practice yang dikemukakan
keempat ahli tersebut mempunyai pengertian yang hampir sama, sehingga dapat
disimpulkan, metode massed practice merupakan prinsip pengaturan giliran
praktik latihan keterampilan yang pelaksanaannya dilakukan secara terus menerus
tanpa istirahat. Keterampilan yang dipelajari dilatih atau dilaksanakan secara
berulang-ulang sampai batas waktu atau program yang dijadwalkan selesai tanpa
diselingi istirahat.
b. Pelaksanaan Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Massed
Parctice
Prinsip dasar metode latihan massed practice yaitu, melakukan latihan
atau pengulangan gerakan secara terus menerus tanpa istirahat. Bertolak dari
pengertian metode massed practice di atas, maka pelaksanaan latihan tendangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
melambung sepakbola dengan metode massed practice yaitu, pelatih menjelaskan
tenik tendangan melambung yang benar dari letak kaki tumpu, bagian kaki yang
digunakan untuk menendang bola, sikap badan, pandangan mata dan bagian bola
yang ditendang. Setelah teknik tendangan lambung dijelaskan, selanjutnya pelatih
mendemontrasikan atau memberi contoh tendangan melambung. Tugas pelatih
selanjutnya mengorganisasi latihan dengan menata siswa sedemikian rupa yaitu,
tendangan melambung dilakukan secara berpasangan. Jarak antara siswa satu
dengan pasangannya antara 20-30 meter. Siswa melakukan tendangan melambung
yang diarahkan kepada pasangannya dan pasangannya berusaha mengontrol bola.
Setelah bola dapat dikontrol dengan baik, selanjutnya ditendang melambung ke
arah pasangannya, demikian seterusnya dilakukan secara bergantian. Dalam
metode massed practice siswa berusaha melakukan tendangan melambung
sebanyak-banyaknya selama waktu latihan tanpa istirahat. Andi Suhendro (1999:
3.58) bahwa, “Metode massed practice setiap atlet diberi instruksi mempraktikkan
secara terus menerus selama waktu latihan”.
Prinsip dari latihan tendangan melambung dengan metode massed
practice yaitu, bola harus melambung setinggi mungkin (minimal tidak dapat
dijangkau dengan lompatan). Melalui pengulangan tendangan melambung
sebanyak-banyaknya akan diperoleh keterampilan yang lebih baik. Karena tanpa
melakukan pengulangan gerakan keterampilan yang dipelajari, maka suatu
keterampilan tidak dapat dikuasai. Seperti dikemukakan Suharno HP. (1993: 22)
bahwa, “Untuk mengotomatiskan penguasaan unsur gerak fisik, teknik, taktik dan
keterampilan yang benar atlet harus melakukan latihan berulang-ulang dengan
frekuensi sebanyak-banyaknya secara kontinyu”.
Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus menerus atau
sebanyak-banyaknya merupakan faktor yang sangat penting agar keterampilan
yang dipelajari dapat dikuasai dengan baik. Dengan mengulang-ulang secara terus
menerus akan menguatkan respon. Hal ini sesuai pendapat Sugiyanto dan Agus
Kristiyanto (1998: 3) bahwa, “Hubungan stimulus respon diperkuat melalui
pengulangan-pengulangan. Selama pengulangan, hubungan stimulus respon
diperkuatdan respon yang dikehendaki menjadi meningkat”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Metode latihan massed practice merupakan bentuk latihan yang dilakukan
secara terus menerus tanpa diselingi waktu istirahat. Dalam hal ini siswa
melakukan tendangan melambung sepakbola secara terus menerus sesuai dengan
program yang telah dijadwalkan. Dengan melakukan tendangan melambung
secara berulang-ulang, maka akan menguatkan respon. Untuk lebih jelasnya
berikut ini disajikan ilustrasi latihan tendangan melambung sepakbola dengan
metode massed practice sebagai berikut:
X arak antara 20-30 meter X
Gambar 3. Ilustrasi Latihan Tendangan Melambung dangan Metode Massed Practice
Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan ketepatan
tendangan melambung dengan metode massed practice termasuk sistem memori
jangka panjang atau long term memory. Rusli Lutan (1988: 170) menyatakan:
Tujuan latihan teknik dalam olahraga ialah untuk menguasai keterampilan secara efisien dan keterampilan itu melekat selama waktu tertentu. Hal ini erat kaitannya dengan konsep memori jangka panjang, karena dalam banyak hal pengembangan memori jangka panjang merupakan tujuan akhir dari proses mengajar atau belajar dalam keterampilan meotorik. Dalam keadaan informasi itu melekat, maka pada suatu ketika bisa terjadi memori itu melemah yang berarti informasi dalam memeori jangka panjang itu semakin hilang. Selain itu, dengan latihan atau pengulangan, maka semakin meningkat jumlah asosiasi dalam informasi yang telah dipelajari (misalnya semakin meningkat kebermaknaannya).
Pendapat tersebut menunjukkan, latihan latihan ketepatan tendangan
melambung yang dilakukan secara terus menerus, maka suatu keterampilan akan
dikuasai dengan baik. Gerakan keterampilan yang dilakukan secara terus menerus
akan tersimpan didalam memori, sehingga siswa akan memiliki konsep gerakan
tendangan melambung yang konsisten. Pada waktu yang lain, keterampilan yang
telah dikuasai tidak akan mudah hilang. Jika tidak ditunjang dengan latihan secara
teratur lambat laun keterampilan yang dimiliki akan menurun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Tendangan Melambung dengan
Metode Massed Practice
Mengulang-ulang gerakan yang dipelajari secara terus menerus tanpa
diselingi istirahat merupakan ciri dari metode massed practice. Latihan yang
dilakukan secara terus menerus tanpa diselingi istirahat akan berpengaruh
terhadap kapasitas total paru-paru dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai
akibat adanya rangsangan cukup berat yang diberikan terhadap sistem aerobik di
dalam tubuh. Junusul Hairy (1989: 203) menyatakan, “Latihan terus menerus
dapat mempertinggi kapasitas aerobik, karena bentuk latihan tersebut memberikan
pembebanan yang cukup berat terhadap sistem aerobik, sehingga bisa
dipergunakan untuk meningkatkan kesegaran aerobik”. Pendapat lain
dikemukakan Yusuf Adisasmitas dan Aip Syarifuddin (1996: 142) bahwa,
"Metode terus menerus dapat meningkatkan daya tahan keseluruhan dan
peningkatan perlawanan terhadap kelelahan".
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan, metode massed
practice pada prinsipnya dapat meningkatkan daya tahan secara keseluruhan. Di
samping itu, latihan secara terus menerus akan meningkatkan kemampuan
mengontrol gerakan pada waktu melakukan latihan dan akan merangsang
kemampuan otot yang dibutuhkan dalam cabang olahraga tertentu untuk
membantu mencapai prestasi yang lebih baik. Lebih lanjut Yusuf Adisasmita dan
Aip Syarifuddin (1996: 142) menyatakan, “Metode terus menerus meningkatkan
self control atlet pada waktu melakukan usaha-usaha atau latihan yang
melelahkan, dan kemampuannya untuk merangsang kelompok-kelompok otot
yang memegang peranan dalam pelaksanaan cabang olahraga”.
Berdasarkan pelaksanaan latihan latihan ketepatan tendangan melambung
dengan metode massed practice dapat diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya.
Kelebihan latihan passing dengan metode massed practice antara lain:
1) Penguasaan terhadap pola teknik gerakan tendangan melambung akan lebih
cepat tercapai, karena latihan secara terus menerus dapat membentuk pola
gerakan tendangan melambung yang lebih cepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
2) Dapat meningkatkan daya tahan fisik, sehingga akan mendukung
penampilannya dalam bermain sepakbola.
Selain kelebihan di atas, latihan ketepatan tendangan melambung dengan
metode massed practice memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan
tendangan melambung dengan metode massed pracitce antara lain:
1) Gerakan tendangan melambung yang dilakukan secara terus menerus akan
menyebabkan kelelahan, hal ini akan berpengaruh terhadap kesempurnaan
teknik tendangan melambung.
2) Pengontrolan dan perbaikan teknik tendangan melambung sulit dilakukan
karena tidak ada waktu istirahat.
3) Akan sering terjadi kesalahan teknik karena terlalu lelah.
5. Latihan Tendangan Melambung dengan Metode Distributed Practice
a. Metode Distributed Practice
Metode distributed practice merupakan kebalikan dari metode massed
practice. Metode distributed practice merupakan prinsip pengaturan giliran
praktik keterampilan yang pelaksanaannya diselingi dengan waktu istirahat di
antara waktu latihan. Rusli Lutan (1988:113) menyatakan “Distributed practice
adalah serangkaian kegiatan latihan melibatkan kegiatan istirahat yang cukup
diantara kegiatan mencoba”. Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1992: 358)
bahwa, “Distributed practice adalah mempraktikkan gerakan yang dipelajari
dengan mengatur secara selang-seling antara waktu praktik dan waktu istirahat”.
Hal senada dikemukakan Adang Suherman dan Agus Mahendra (2001: 166)
bahwa, “Metode distributed practice atau latihan distribusi adalah suatu latihan
yang diselingi dengan waktu istirahat”.
Metode latihan distributed practice pada prinsipnya merupakan
pengaturan giliran praktik latihan, yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara
berselang-seling antara waktu latihan dan waktu istirahat. Waktu istirahat
merupakan faktor penting dan harus diperhitungkan dalam metode distributed
practice. Andi Suhendro (1999: 3.58) menyatakan, “Penggunaan waktu istirahat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
secara memadai bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi merupakan bagian
bagian penting di dalam proses belajar gerak untuk memperoleh pemulihan yang
cukup”. Pendapat lain dikemukakan Sugiyanto & Sudjarwo (1992: 284) bahwa,
"Waktu istirahat yang diberikan tidak perlu menunggu sampai mencapai
kelelahan, tetapi juga jangan terlalu sering. Yang penting adalah mengatur agar
rangsangan terhadap sistem-sistem yang menghasilkan gerakan tubuh diberikan
secara cukup, atau tidak kurang atau tidak berlebihan".
Metode latihan distributed practice merupakan metode latihan yang
mempertimbangkan waktu istirahat sama pentingnya dengan waktu untuk praktik
(latihan). Waktu untuk istirahat bukan merupakan pemborosan waktu, tetapi
merupakan bagian penting di dalam proses latihan keterampilan. Waktu istirahat
di antara waktu latihan bertujuan untuk recovery atau pemulihan. Dengan istirahat
yang cukup di antara waktu latihan memungkinkan kondisi atlet pulih dan lebih
siap untuk melakukan kerja atau latihan berikutnya.
b. Pelaksanaan Latihan Tendangan Lambung dengan Metode Distributed
Practice
Metode latihan distributed practice merupakan pengaturan giliran praktik
keterampilan yang dilakukan secara berselang seling di antara waktu latihan dan
waktu istirahat. Bertolak dari pengertian metode latihan distributed practice
tersebut, maka maka pelaksanaan latihan tendangan melambung sepakbola
dengan metode distyributed practice yaitu, pelatih menjelaskan tenik tendangan
melambung yang benar dari letak kaki tumpu, bagian kaki yang digunakan untuk
menendang bola, sikap badan, pandangan mata dan bagian bola yang ditendang.
Setelah teknik tendangan lambung dijelaskan, selanjutnya pelatih
mendemontrasikan atau memberi contoh tendangan melambung. Tugas pelatih
selanjutnya mengorganisasi latihan dengan menata siswa sedemikian rupa yaitu,
tendangan melambung dilakukan berpasangan secara kelompok. Jarak kelompok
1 dan kelompok 2 antara 20-30 meter. Siswa pada kelompok 1 (siswa paling
depan) melakukan tendangan melambung yang diarahkan kepada kelompok
pasangannya (pemain paling depan kelompok 2) berusaha mengontrol bola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Setelah melakukan tendangan melambung ke posisi barisan paling belakang.
Pemain depan pada kelompok 2 berusaha mengontrol bola, selanjutnya
menendang bola melambung ke pemain 2 kelompok 1, demikian seterusnya
dilakukan secara bergantian.
Setelah siswa menendang bola melambung masuk ke baris paling
belakang dimaksudkan, memberi kesempatan untuk istirahat sesuai dengan
program yang telah dijadwalkan. Istirahat yang diberikan tersebut dapat
digunakan untuk relaksasi atau pemulihan. Dengan demikian kondisi atlet akan
pulih, selain itu dapat mengenali atau mencermati kesalahan pada saat melakukan
latihan, sehingga pada kesempatan berikutnya kesalahan tidak diulang lagi.
Metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan yang
dilakukan secara berselang-seling. Ini artinya, setelah melakukan gerakan diberi
waktu istirahat. Latihan yang dilakukan secara berselang-seling tersebut akan
berdampak keterampilan yang dipelajari tersimpan dalam memori sangat singkat.
Pengulangan gerakan yang diberi waktu interval (istirahat), maka keterampilan
yang dipelajari akan lebih lama dikuasai. Untuk lebih jelasnya berikut ini
disajikan ilustrasi latihan tendangan melambung dengan metode distributed
practice sebagai berikut:
X X Xo jarak 20-30 meter X X X
Gambar 4. Ilustrasi Latihan Tendangan Melambung denganMetode Distributed Practice
Ditinjau dari proses informasi dan sistem memori, latihan tendangan
melambung dengan metode distributed practice termasuk sistem memori jangka
pendek atau short term memory. Short term memory merupakan suatu pemrosesan
informasi yang diterima dalam waktu singkat dan dapat hilang dengan cepat pula
karena lamanya waktu. Menurut hasil penafsiran Sperling yang dikutip Rusli
Lutan (1988: 164) bahwa:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
1) Penyimpanan sensori jangka pendek mampu untuk menyimpan semua informasi yang dihadirkan ke dalamnya (karena subjek dapat mengingatkan kembali huruf jika suara dibunyikan dengan segera).
2) Penyimpanan sensori jangka pendek itu kehilangan informasi dengan cepat seiring dengan lamanya waktu.
Bertolak dari pendapat tersebut menunjukkan, latihan tendangan melambung
sepakbola dengan metode distributed practice yaitu, pemain akan mengingat
gerakan tendangan melambung pada saat melakukan gerakan tersebut. Namun
setelah melakukan gerakan tendangan melambung diberi waktu istirahat atau
diselingi oleh pemain lainnya. Pemberian waktu istirahat atau gerakan dilakukan
pemain lainnya tersebut akan berdampak penurunan keterampilan yang dipelajari.
Oleh karena itu, dalam pemberian waktu istirahat harus diperhatikan sebaik
mungkin, karena pemberian waktu istirahat yang terlalu lama, maka keterampilan
akan cepat hilang.
c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Tendangan Melambung dengan
Metode Distributed Practice
Metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan yang
diselingi dengan istirahat di antara waktu latihan. Berdasarkan hal tersebut,
metode latihan distributed practice ini mempunyai beberapa keuntungan baik bagi
pelatih maupun atlet. Menurut Suharno HP. (1993: 17) bahwa kegunaan prinsip
interval dalam latihan yaitu: “(1) menghindari terjadinya overtraining, (2)
memberikan kesempatan organisme atlet untuk beradaptasi terhadap beban latihan
dan (3) pemulihan tenaga kembali bagi atlet dalam proses latihan”.
Waktu istirahat sangat penting diantara waktu latihan. Waktu istirahat
memberi kesempatan untuk atlet mengadakan pemulihan diantara pengulangan
gerakan. Ditinjau dari pelaksanaan latihan tendangan melambung dengan metode
distributed practice dapat diidentifikasi kelebihannya antara lain:
1) Dapat meminimalkan kesalahan teknik tendangan melambung, karena setiap
kesalahan dapat segera dibetulkan.
2) Kondisi fisik siswa akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan
(overtraining).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3) Kondisi atlet akan lebih siap untuk melakukan sesion atau latihan berikutnya
dengan baik.
Latihan tendangan melambung dengan metode distributed practice juga
memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan latihan tendangan melambung dengan
metode distributed practice antara lain:
1) Dapat menimbulkan rasa bosan atau jenuh saat istirahat untuk menunggu
gilirannya.
2) Siswa yang aktif adalah atlet yang sedang mendapat giliran, sedangkan yang
lainnya hanya menjadi penonton untuk menunggu giliran.
3) Seringnya waktu istirahat akan mengakibatkan penguasaan teknik gerakan
menjadi agak berkurang karena gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang
lagi dalam istirahat.
4) Latihan ini prioritasnya hanya untuk peningkatan keterampilan teknik,
sedangkan kondisi fisiknya terabaikan.
6. Panjang Tungkai
Setiap cabang olahraga memiliki karakteristik masing-masing. Dengan
demikian setiap cabang olahraga membutuhkan kesesuaian bentuk tubuh agar
dapat mendukung tercapainya prestasi yang tinggi. Watson (1984) yang dikutip
Andi Suhendro (1999: 2.15) menyatakan “Keberhasilan atlet dalam mencapai
prestasi puncak turut ditentukan oleh sifat-sifat seperti tinggi badan dan berat
badan”. Depdiknas. (2002: 26) menjelaskan, “Unsur-unsur yang dominan dalam
permainan sepakbola di antaranya tubuh tinggi”. Sedangkan Yusuf Adisasmita &
Aip Syarifuddin (1996: 73) menyatakan, “Orang yang tinggi umumnya anggota
badannya seperti lengan dan tungkainya juga panjang. Bentuk tubuh serta
anggota badan yang demikian akan memberikan keuntungan bagi cabang
olahraga yang spesifikasinya memerlukan tubuh yang demikian”.
Tungkai merupakan bagian tubuh yang mempunyai peran penting untuk
aktivitas olahraga. Tungkai berperan untuk menopang tubuh untuk berdiri dan
melakukan gerakan-gerakan seperti berjalan, berlari, melangkah, melompat,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
meloncat, menendang dan aktivitas lainnya yang melibatkan tungkai. Dalam
permainan sepakbola, tungkai merupakan bagian tubuh yang dominan dalam
melakukan tendangan. Untuk memperoleh kualitas tendangan yang baik, maka
kemampuan serta proporsi tungkai harus dimanfaatkan secara maksimal pada
teknik yang benar.
Panjang tungkai merupakan ukuran atau proporsi tungkai dari pangkal
paha sampai telapak kaki. Tungkai yang dimaksud adalah anggota gerak bawah
yang terdiri dari seluruh kaki, mulai dari pangkal paha sampai dengan jari kaki.
Tungkai tersebut dapat dibagi dua macam yaitu tungkai atas dan tungkai bawah.
Panjang tungkai atas yaitu panjang tungkai pada paha sedangkan panjang tungkai
bawah adalah panjang tungkai pada betis. Berkaitan dengan panjang tungkai
Depdiknas (2000: 49) menjelaskan, “Panjang tungkai adalah jarak antara SIAS
(Spina Illioca Anterior Superior ) dan (mata kaki) moleolus”. Seangkan Ismaryati
(2006: 100) menyatakan, “Pengukuran panjang tungkai dari tulang belakang
bawah atau dapat juga dari trochanter sampai ke lantai”.
Berdasarkan pengertian panjang tungkai yang dikemukakan dua ahli
tersebut dapat disimpulkan, panjang tungkai merupakan proporsi tungkai yang
diukur dari trochanter sampai lantai (tidak memakai alas kaki/sepatu).
Keberadaan panjang tungkai dalam permainan sepakbola mempunyai peran
penting untuk mendukung kualitas tendangan. Tungkai yang panjang mempunyai
jangkauan yang lebih panjang atau jauh dibandingkan dengan orang yang
tungkainya pendek. Tungkai yang panjang memiliki langkah yang lebar dan
ayunan kaki yang lebih panjang. Untuk mencapai tendangan melambung yang
baik, maka panjang tungkai harus dimanfaatkan pada teknik yang benar saat
menendang bola.
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Panjang Tungkai
Karakteristik fisik, ukuran tubuh seseorang akan berpengaruh dalam
menentukan keberhasilan suatu pencapaian prestasi olahraga. Hal ini karena,
olahraga bersifat universal, artinya dapat diikuti oleh orang-orang dari berbagai
ukuran tubuh untuk berprestasi. Namun prestasi yang dapat diraih tidak akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
sebaik yang bisa diraih oleh orang-orang yang mempunyai ukuran tubuh ideal
sesuai dengan cabang olahraga yang bersangkutan. M. Sajoto (1995: 11)
menyatakan, “Salah satu aspek dalam mencapai prestasi dalam olahraga adalah
aspek biologis yang meliputi struktur dan postur tubuh yaitu: (1) ukuran tinggi
dan panjang tungkai, (2) ukuran besar, lebar dan berat badan, (3) somatotype
(bentuk tubuh)”.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, aspek biologis yang meliputi
struktur dan postur tubuh yang meliputi ukuran tinggi, panjang tungkai, panjang
lengan, ukuran besar, lebar, berat badan dan tipe tubuh merupakan faktor yang
dapat mendukung pencapaian prestasi olahraga. Keberadaan struktur maupun
postur tubuh seseorang dipengaruhi oleg perkembangan dan pertumbuhan.
Perkembangan dan pertumbuhan ukuran tubuh seseorang dapat dipengaruhi oleh
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang
dipengaruhi dari dalam seseorang. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari
luar seseorang. Sugiyanto (1998: 37) menyatakan, “Terhadap sifat dan
pertumbuhan fisik, faktor keturunan sangat berpengaruh. Pengaruh yang nyata
adalah terhadap ukuran, bentuk dan kecepatan atau irama pertumbuhan”.
Sedangkan Sarwoto dan Bambang Soetedjo (1993: 231) menyatakan, “Keadaan
fisik seseorang sebagian besar tergantung pada kualitas makanan kita sehari-hari,
yang mengandung nilai gizi yang baik”.
Keturunan mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keadaan
seseorang. Jika kedua orang tuanya tinggi-tinggi, maka anak-anaknya cenderung
tinggi pula. Namun sebaliknya, jika kedua orang tuanya pendek maka anak-
anaknya juga pendek. Selain itu, makanan yang bergizi yang dikonsumsi setiap
hari akan mempengaruhi pertumbuhan baik rangka tubuh maupun organ lainnya.
Sugiyanto (1998: 37) menyatakan, “Pengaruh gizi terhadap pertumbuhan fisik
dibedakan menjadi 4 macam pengaruh yaitu, (1) kecepatan pertumbuhan, (2)
ukuran tubuh setelah dewasa, (3) bentuk tubuh dan (4) komposisi jaringan tubuh”.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan dan
pertumbuhan seseorang menunjukkan bahwa, ukuran tubuh seseorang dipengaruhi
oleh faktor keturunan dan gizi yang dikonsumsi sehari-hari. Hal ini maksudnya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
kondisi atau segmen tubuh seseorang (termasuk panjang tungkai) dipengaruhi
oleh faktor keturunan dan faktor makanan atau gizi.
Postur tubuh yang tinggi umumnya disertai tungkai dan lengan yang
panjang. Selain itu, pertumbuhan dan perkembangan akan berjalan dengan normal
baik postur tubuh maupun bagain-bagian tubuh lainnya jika makanan yang
dikonsumsi sehari-hari mempunyai nilai gizi yang tinggi sesuai dengan kebutuhan
tubuh. Dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi, maka perkembangan dan
pertumbuhan menjadi normal yaitu pertumbuhan menjadi cepat, ukuran tubuh
normal baik tinggi badan maupun segmen tubuh lainnya.
b. Peranan Panjang Tungkai terhadap Ketepatan Tendangan Melambung
dalam Permainan Sepakbola
Menguasai teknik menendang bola melambung dengan baik dan benar
sangat penting agar memiliki kemampuan tendangan melambung yang baik.
Selain menguasai teknik menendang melambung yang benar, memanfaatkan
proporsi tungkai pada teknik yang benar akan dapat membantu kualitas tendangan
melambung menjadi lebih baik. Untuk menghasilkan ketepatan tendangan
melambung yang baik, maka panjang tungkai harus dimanfaatkan pada teknik
yang benar.
Ditinjau dari biomekanika gerak, tungkai yang panjang memiliki
jangkauan yang jauh atau panjang. Dengan demikian, tungkai yang panjang
memiliki ayunan kaki yang lebih panjang atau jauh, sehingga dapat dimanfaatkan
atau membantu kemampuan tendangan melambung dalam permainan sepakbola.
Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 73) menyatakan, “Keuntungan kaki
yang panjang adalah dimungkinkan bertambahnya panjang langkah”. Sedangkan
Sudarminto (1995: 40) menyatakan, “Makin panjang pengungkit makin besar
usaha yang digunakan untuk mengayun”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan, tungkai yang
panjang memiliki ayunan kaki yang lebih panjang, sehingga hal ini akan
mempangaruhi kualitas tendangan lambung dalam permainan sepakbola. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
ayunan tungkai yang panjang dapat membantu hasil tendangan melambung
menjadi lebih jauh, sehingga bermanfaat untuk operan-operan yang jauh. Namun
sebaliknya, bagi pemain sepakbola tungkainya pendek, jangkauan dan
ayunannya pendek pula. Jangkauan atau ayunan kaki tendang yang pendek dapat
memberi dampak tendangan melambung yang dilakukan (jaraknya) tidak
maksimal, jika dibandingkan dengan pemain yang tungkainya panjang.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang
dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan
khususnya yang terkait dengan metode latihan massed practice dan distributed
practice dengan hasil yang masih bervariasi atau beragam.
Penelitian Deni Tribuana Dirgantara dengan judul, “Perbedaan Pengaruh
Metode Massed Practice dan Distributed Practice terhadap Prestasi Lay Up Shoot
Bola Basket pada Siswa Putra Peserta Ekstrakurikuler SLTP Kastria Solo Baru
Tahun 2003/2004” menunjukkan: ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara
metode massed practice dan distributed practice terhadap prestasi lay up bola
basket thitung = 2,610 > ttabel = 2,145). Metode distributed practice memiliki
pengaruh yang lebih baik dari pada metode massed practice. Peningkatan metode
massed practice12.034% sedangkan metode distributed practice 14.992%. Dari
penelitian Ari Basuki dengan judul, “Perbedaan Pengaruh Metode Massed
Practice dan Distributed Practice terhadap Kemampuan Pukulan Forehand Tenis
Meja Pemain Putera Klub Tenis Meja Dwi Bengawan Sukoahrjo Tahun 2006”,
menunjukkan, (1) ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan
massed practice dan distributed practice terhadap kemampuan pukulan forehand
tenis meja pemain putera klub tenis meja Dwi Bengawan Sukoharjo tahun 2006,
(thit 3.361 > ttabel5% 2.160). (2) Metode latihan massed practice lebih baik
pengaruhnya daripada metode latihan distributed practice terhadap kemampuan
pukulan forehand tenis meja pemain putera klub tenis meja Dwi Bengawan
Sukoharjo tahun 2006. Metode latihan massed practice memiliki peningkatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
30.171% lebih besar daripada metode latihan distributed practice yaitu 21.305%.
Sedangkan dari hasil penelitian Oky Wahyu Wibowo dengan judul, “Hubungan
antara Power Otot Tungkai, panjang Tungkai dan Koordinasi Mata-Kaki dengan
Ketepatan Tendangan Jarak Jauh dalam Permainan sepakbola pada Siswa Usia 15
Tahun Sekolah Sepakbola Soedramodjo Gemolong Taun 2009” menunjukkan
ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan ketepatan tendangan
jarak jauh dalam permainan sepakbola pada siswa usia 15 tahun Sekolah
Sepakbola Soedarmodjo 1952 Gemolong tahun 2009. Dari hasil penghitungan
korelasi antara panjang tungkai dengan ketepatan tendangan jarak jauh dalam
permainan sepakbola diperoleh nilai rhitung = 0.5864 > rtabel 5% = 0.361.
C. Kerangka Pemikiran
Tendangan melambung merupakan salah satu teknik dasar bermain
sepakbola yang memiliki kontribusi besar dalam permainan sepakbola. Untuk
memberikan operan-operan jarak jauh dapat dilakukan dengan tendangan
melambung. Untuk memperoleh kualitas tendangan melambung yang baik harus
didukung penguasaan teknik yang benar, kemampuan fisik yang baik dan
dilakukan latihan secara sistematis dan kontinyu. Dalam pelaksanaan latihan
tendangan melambung dapat diterapkan metode latihan massed practice dan
distributed practice.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Berdasarkan kajian teori yang mendasari dari variabel penelitian, maka
dapat digambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:
Berdasarkan kerangka konseptual yang digambarkan tersebut dapat
diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Massed Practice dan Distributed
Practice terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang Bola dalam
Permainan Sepakbola
Metode latihan massed practice merupakan bentuk latihan keterampilan
yang tidak diselingi waktu istirahat pada saat latihan berlangsung. Sedangkan
metode latihan distributed practice merupakan bentuk latihan keterampilan yang
diselingi dengan waktu istirahat di antara waktu latihan. Metode massed practice
menitik beratkan pentingnya pengulangan gerakan dengan frekuensi sebanyak-
banyaknya tanpa memperhitungkan waktu istirahat, sedangkan metode latihan
Ketepatan tendangan lambung
Proporsi tungkai
Tungkai panjang
Tungkai pendek
Tungkai panjang
Tungkai pendek
Metode Massed practice
Metode Distributed practice
Latihan ketepatan tendangan lambung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
distributed practice merupakan bentuk latihan yang mempertimbangkan waktu
istirahat juga sama pentingnya dengan waktu pengulangan gerakan.
Berdasarkan karakteristik metode latihan massed practice menunjukkan,
latihan tendangan melambung sepakbola dengan metode massed practice
memiliki kelebihan antara lain: penguasaan terhadap pola gerakan tendangan
melambung akan lebih cepat tercapai, dapat meningkatkan keterampilan sekaligus
meningkatkan daya tahan fisik. Kelemahan latihan tendangan melambung
sepakbola dengan metode massed practice antara lain: penguasaan teknik
tendangan melambung sulit dikuasai karena kondisi yang lelah, penampilan siswa
tidak stabil karena kondisi yang lelah, pengontrolan dan perbaikan terhadap teknik
tendangan melambung sulit dilakukan karena tidak ada waktu istirahat.
Sedangkan latihan tendangan melambung dengan metode distributed
practice memiliki kelebihan antara lain: penguasaan terhadap teknik tendangan
melambung akan lebih baik, perbaikan terhadap kesalahan teknik dapat dilakukan
lebih dini, akan terhindar dari kelelahan yang berlebihan, penampilan kondisinya
selalu stabil karena adanya istirahat yang cukup. Kelemahan latihan tendangan
melambung dengan metode distributed practice antara lain: seringnya waktu
istirahat mengakibatkan penguasaan teknik menjadi agak berkurang. Hal ini
disebabkan pola gerakan yang sudah terbentuk akan berkurang lagi dalam
istirahat. Metode ini prioritasnya hanya untuk peningkatan penguasaan teknik,
sedangkan kondisi fisiknya terabaikan, siswa akan bosan atau jenuh karena sering
istirahat dan menunggu giliran.
Berdasarkan karakteristik, kelebihan dan kelemahan dari metode latihan
massed practice dan distributed practice tersebut sudah jelas bahwa, kedua
bentuk latihan ini mempunyai perbedaan yang mencolok. Perbedaan tersebut
tentunya akan menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan
ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola. Dengan demikian
diduga bahwa, metode latihan massed practice dan distributed practice memiliki
perbedaan pengaruh terhadap ketepatan tendangan melambung dalam permainan
sepakbola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Perbedaan Peningkatan Ketepatan Menendang Bola antara Siswa yang
Memiliki Tungkai Panjang dengan Siswa yang Memiliki Tungkai Pendek
Tungkai merupakan bagian tubuh yang dominan dalam gerakan
menendang dalam permainan sepakbola. Proporsi dan kemampuan tungkai
seorang pemain sepakbola harus mampu dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam
melakukan tendangan melambung. Dengan memanfaatkan panjang tungkai pada
teknik yang benar, maka tendangan dapat dilakukan dengan melambung jauh
sehingga dapat dimanfaatkan untuk melakukan operan-operan jarak jauh.
Panjang tungkai dapat mendukung kemampuan tendangan melambung
dalam permainan sepakbola karena, tungkai yang panjang memiliki jangkauan
atau ayunan yang panjang. Secara biomekanika, ayunan kaki yang panjang akan
membantu gerakan tendangan lebih maksimal. Jika dibandingkan dengan pemain
yang tungkai pendek, maka jangkauan dan ayunan kaki pendek pula, sehingga
hasil tendangannya juga tidak maksimal. Untuk memperoleh ketepatan tendangan
melambung yang baik (jauh), maka seorang pemain sepakbola harus mampu
memanfaatkan tungkainya semaksimal mungkin pada teknik yang benar, sehingga
hasil tendangannya lebih maksimal (lebih jauh). Dengan demikian diduga, tungkai
panjang dan tungkai pendek memiliki perbedaan pengaruh terhadap ketepatan
tendangan melambung dalam permainan sepakbola.
3. Pengaruh Interaksi antara Metode Latihan dan Panjang Tungkai
terhadap Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan Sepakbola
Metode latihan massed practice dan distributed practice merupakan
bentuk latihan keterampilan yang dapat digunakan untuk meningkatkan ketepatan
tendangan melambung dalam permainan sepakbola. Dari kedua metode latihan
tersebut memiliki penekanan yang berbeda, sehingga dari kedua metode latihan
tersebut akan menimbulkan pengaruh yang berbeda terhadap peningkatan
ketepatan tendangan melambung dalam permainan sepakbola.
Kemampuan seorang pemain sepakbola melakukan tendangan melambung
tidak terlepas dari dukungan proporsi tubuhnya (panjang tungkai). Hal ini karena,
proporsi tubuh yang ideal akan membantu penampilannya dalam bermain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
sepakbola, termasuk tendangan melambung. Ditinjau dari pelaksanaan metode
massed practice yaitu, latihan yang dilakukan secara terus menerus. Berdasarkan
hal inilah, siswa yang memiliki tungkai panjang lebih cocok diberi metode latihan
massed practice. Karena metode massed practice pada latihan tendangan
melambung lebih menekankan hasil yaitu, tendangannya agar melambung
setinggi mungkin, sehingga tungkai yang panjang harus dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Sedangkan siswa yang memiliki tungkai pendek cocok diberi metode
latihan distributed practice. Karena siswa yang tungkainya pendek lebih
ditekankan pada penguasaan teknik menendang melambung yang benar. Dengan
penguasaan teknik menendang yang benar, sehingga tendangannya dapat
melambung tinggi sesuai yang diharapkan. Dengan demikian diduga antara
metode latihan dan panjang tungkai memiliki interaksi di antara keduanya.
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah
dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh antara metode latihan menggunakan massed practice
dan distributed practice terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada
siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010.
2. Ada perbedaan pengaruh peningkatan ketepatan menendang bola antara siswa
yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai pendek
pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun
2010.
3. Ada interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap peningkatan
ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola
Pandanaran Boyolali tahun 2010.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di lapangan sepakbola Sekolah Sepakbola
Pandanaran Boyolali (Stadion Pandan Arang Boyolali) . Penelitian dilaksanakan
selama satu setengah bulan dengan tiga kali latihan dalam satu minggu. Penelitian
dilaksanakan dari bulan 20 Mei sampai dengan bulan 8 Juli 2010. Jadwal
penelitian menyesuaikan jadwal dari Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali.
B. Metode Dan Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dasar
penggunaan penelitian eksperimen yaitu kegiatan percobaan yang diawali dengan
memberikan perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna
mengetahui pengaruh perlakuan yang telah diberikan. Dalam hal ini Sugiyanto
(1995: 21) menyatakan, “Tujuan penelitian eksperimen adalah untuk meneliti ada
tidaknya hubungan sebab akibat serta besarnya hubungan sebab akibat tersebut
dengan cara memberikan perlakukan (treatment) terhadap kelompok eksperimen
yang hasilnya dibandingkan dengan hasil kelompok yang tidak diberi perlakuan
atau diberi perlakuan yang berbeda”. Sedangkan rancangan yang digunakan yaitu
Pretest-Postest. Dengan demikian rancangan penelitian yang tepat adalah anava
faktorial 2 X 2. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan gambar rancangan
penelitian anava faktorial 2 X 2 menurut Sugiyanto ( 1995:31 ) sebagai berikut:
Tabel 1. Rancangan Penelitian Faktorial 2 X 2
Atributif
Manipulatif
Kelompok
Tungkai panjang
(b1)
Kelompok
Tungkai pendek
(b2)Metode massed practice (a1) a1b1 a2b1
Metode distributed practice (a2) a1b2 a2b2
Keterangan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
a1b1: kelompok metode massed practice dengan kriteria sampel tungkai panjang a1b2: kelompok metode massed practice dengan kriteria sampel tungkai pendeka2b1: kelompok metode distributed practice dengan kriteria sampel tungkai
panjanga2b2: kelompok metode distributed practice dengan kriteria sampel tungkai
pendek
Untuk mendapatkan keyakinan bahwa ketepatan tendangan melambung
sepakbola merupakan hasil perlakuan dapat digeneralisasikan ke populasi yang
ada, maka dilakukan pengontrolan terhadap kemungkinan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian yaitu, validitas internal dan eksternal. Merujuk
pada pendapat Thomas, Nelson (2001: 311), validitas internal dan validitas
eksternal yang dikontrol dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Validitas Internal
Pengontrolan validitas internal adalah pengendalian terhadap variabel-
variabel luar yang dapat menimbulkan interpretasi lain. Variabel-variabel yang
dikontrol meliputi :
a. Pengaruh sejarah
Selama mengikuti program pelatihan sampel tidak diperbolehkan
mengikuti aktivitas permainan sepakbola diluar jadwal eksperimen. Hal ini
dilakukan dengan tidak memberikan materi pada saat kegiatan intra
kurikuler, dan siswa ditekankan untuk tidak melakukan aktifitas bermain
sepakbola pada waktu senggang.
b. Pengaruh pertumbuhan, perkembangan dan kematangan
Untuk menghindari adanya pengaruh proses pertumbuhan, dan
kematangan motorik, perlakuan diberikan dalam waktu yang tidak terlalu
lama selama 18 kali pertemuan.
c. Testing
Hasil dari sebuah percobaan berurutan dengan pengambilan dari tes
yang sama.
d. Pengaruh instrumen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diuji tingkat
keajegannya. Tes yang valid dan reliable yang digunakan sebagai
instrumen.
e. Pengaruh pemilihan subjek
Dikontrol dengan penempatan subjek yang memiliki kemampuan
awal yang sama secara berimbang terhadap kelompok eksperimen.
f. Pengaruh kehilangan peserta eksperimen
Dikontrol terus menerus, memotivasi dan memonitor kehadiran
sampel melalui daftar hadir yang ketat sejak awal dan akhir eksperimen.
g. Pengaruh perlakuan
Dikontrol dengan memberikan perlakuan yang sama pada
kelompok eksperimen.
h. Penurunan statistik
Suatu kenyataan bahwa group yang terpilih berdasarkan skor yang
tinggi sebenarnya tidak mempunyai tinggi skor yang sama dalam
percobaan selanjutnya.
i. Dugaan / Harapan
Dikontrol dengan cara mengantisipasi pelaku percobaan terhadap
penampilan partisipan-partisipan tertentu yang mungkin akan lebih bagus.
2. Validitas Eksternal
Pengontrolan validitas eksternal adalah pengendalian terhadap beberapa
faktor agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan. Campbell dan Stanley
(1963) dalam Thomas, Nelson (2001: 314), mengidentifikasi 4 perlakuan
dalam validitas eksternal yaitu :
a. Pengaktifan kembali atau efek balik dari percobaan
Pre tes mungkin akan membuat partisipan lebih waspada atau
sensitive dengan percobaan yang akan datang sehingga perlakuan tidak
efektif tanpa tes awal.
b. Interaksi terhadap prasangka dan perlakuan percobaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Ketika group diplih berdasarkan beberapa karakteristik percobaan
mungkin hanya berlaku pada group yang mempunyai karakteristik
tersebut.
c. Efek balik dari penyusunan percobaan
Perlakuan yang efektif dalam situasi yang bebas dan dalam setting
yang leluasa seperti kenyataanya.
d. Gangguan percobaan yang berlipat
Ketika para partisipan menerima lebih dari satu percobaan efek
dari percobaan yang lebih dulu mungkin mempengaruhi percobaan
selanjutnya.
C. Variabel Penelitian
Dalam Penelitian ini melibatkan tiga variabel, yaitu :
1) Variabel independent ( bebas ) yaitu variabel yang
mempengaruhi variabel lain. Variable independent ( bebas )
dalam penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok
metode massed practice dan kelompok distributed practice.
2) Variabel dependent ( terikat ) yaitu variabel yang dipengaruhi
oleh variable lain. Variable dependent ( terikat ) dalam
penelitian ini yaitu ketepatan tendangan lambung dalam
permainan sepakbola
3) Variabel atributif yaitu variabel yang tidak dipengaruhi oleh
variabel lain. Variabel atributif dalam penelitian ini terdiri dari
dua taraf yaitu, kelompok tungkai panjang dan kelompok
tungkai pendek..
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
D. Populasi Dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Sepakbola Pandanaran
Boyolali tahun 2010 yang berjumlah 54 siswa.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa usia 13-15 tahun
Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 berjumlah 40 orang.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel penelitian yang digunakan adalah purposive
random sampling. Mastur AW. (1992: 61) menyatakan, “Teknik purposive
sampling mendasarkan pada ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang diperkirakan
mempunyai sangkut paut erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat yang ada dalam
populasi yang sudah diketahui sebelumnya”.
Sampel yang digunakan berdasarkan ciri panjang tungkai. Panjang tungkai
diperoleh dari tes dan pengukuran panjang tungkai dari trochanter sampai telapak
kaki. Dari hasil tes dan pengukuran panjang tungkai diklasifikasikan menjadi dua
yaitu: 27 siswa dengan kategori tungkai panjang, 27 siswa kategori tungkai
pendek. Sampel yang digunakan adalah 20 siswa yang memiliki kategori tungkai
panjang dan 20 siswa dengan kategori tungkai pendek. Selanjutnya penentuan
kelompok latihan dilakukan secara random.
E. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan dilakukan tes dan
pengukuran meliputi:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
1) Pengukuran panjang tungkai dari Ismaryati (2006: 100). Petunjuk pelaksanaan
tes dan pengukuran terlampir.
2) Tes dan pengukuran ketepatan tendangan melambung dalam permainan
sepakbola dari Frank M. Verducci (1980: 335). Petunjuk pelaksanaan tes dan
pengukuran terlampir.
3) Untuk mengetahui keajegan alat ukur ketepatan menendang bola lambung
dilakukan uji reliabilitas menggunakan korelasi interklas dari Mulyono B.
(2001: 42), dengan rumus sebagai berikut:
MSA – MSW
R = MSA
Keterangan :
R = Koefisien reliabilitas
MSA = Jumlah rata-rata dalam kelompok
MSW= Jumlah rata-rata antar kelompok
F. Definisi Operasional Variabel
1. Metode Latihan Massed Practice
Metode latihan massed practice merupakan pengaturan giliran praktik
yang dilakukan secara terus menerus tanpa diselingi waktu istirahat, sampai batas
waktu yang telah ditentukan atau program latihan yang telah dijadwalkan.
2. Metode Latihan Distributed Practice
Metode latihan distributed practice merupakan pengaturan giliran praktik
yang dilakukan dengan diselingi dengan interval-interval berupa istirahat diantara
waktu latihan.
3. Panjang Tungkai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Panjang tungkai merupakan ukuran atau proporsi tungkai dari pangkal
paha sampai telapak kaki. Tungkai yang dimaksud adalah anggota gerak bawah
yang terdiri dari seluruh kaki, mulai dari pangkal paha sampai dengan jari kaki.
4. Peningkatan Kemampuan Menendang Bola
Peningkatan kemampuan menendang bola merupakan kemampuan
menendang bola lambung yang diarahkan pada sasaran berdasarkan alat ukur
yang telah ditentukan dengan membandingkan antara tes awal sebelum diberi
perlakuan dan setelah diberi perlakuan.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan anava dua jalur
dan uji prasyarat analisis dan uji hipotesis. Langkah-langkah teknik analisis data
dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji
homogenitas. Adapun langkah masing-masing uji prasyarat tersebut sebagai
berikut:
a. Uji Normalitas (Metode Lilliefors)
Uji normalitas ini digunakan untuk mengetahui apakah sampel
penelitian ini berasal dari populasi yang normal atau tidak.
Langkah-langkah:
1) Pengamatan X1,X2,X3,………….Xn dijadikan bilangan baku Z1,Z2,Z3,………..
Zn, dengan menggunakan rumus :
Zi = { Xi – X }/ SD, dengan X dan SD berturut-turut merupakan rata-rata dan simpangan baku.
2) Data dari sampel tersebut kemudian diurutkan dari skor terendah sampai skor
tertinggi.
3) Untuk tiap bilangan baku ini dan dengan menggunakan daftar distribusi
normal baku kemudian dihitung peluang F(Zi) = P(Z < Zi).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
4) Menghitung perbandingan antara nomor subyek I dengan subyek n yaitu :
S(Zi) = i/n.
5) Mencari selisih antara F(Zi) – S(Zi), dan ditentukan harga mutlaknya.
6) Menentukan harga terbesar dari harga mutlak diambil sebagai Lo.
Rumusnya : Lo = | F(Zi) – S(Zi) | maksimum.
Kreteria :
Lo < Ltab : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Lo > Ltab : Sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas ( Metode Bartlet )Uji Homogenitas dilakukan dengan Uji Bartlet. Langkah-langkah
pengujiannya sebagai berikut :
1) Membuat tabel perhitungan yang terdiri dari kolom–kolom kelompok sampel:
dk (n-1), 1/dk, Sdi2, dan (dk) log Sdi2.
2) Menghitung varians gabungan dari semua sampel.
Rumusnya : ( )( )
( )11...............1 2
2
−−=
nSdnSD i
( )12 −= nSdLogB i
3) Menghitung X2
Rumusnya : X2 = (Ln) B-(n-1) Log Sdi 1………(2)
Dengan (Ln 10) = 2,3026
Hasilnya ( X2 hitung ) kemudian dibandingkan dengan ( X2 tabel ), pada taraf
signifikansi α = 0,05 dan dk (n-1).
4) Apabila X2 hitung < X2 tabel, maka Ho diterima.
Artinya varians sampel bersifat homogen. Sebaliknya apabila X2 hitung > X2
tabel, maka Ho ditolak. Artinya varians sampel bersifat tidak homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2. Uji Hipotesis
a. ANAVA Dua JalurMetode AB untuk perhitungan ANAVA dua FaktorTabel 2. Ringkasan ANAVA Dua Jalur
Sumber
Variasidk JK RJK Fo
Rata – rata
Perlakuan
ABAB
1
a-1
b-1
(a-1) (b-1)
Ry
Ay
By
ABy
R
A
B
AB
A/E
B/E
AB/E
Kekeliruan ab(n-1) Ey E
Keterangan :
A = Taraf faktorial A N = Jumlah sampel
B = Taraf faktorial B
Langkah- langkah perhitungan:
a) 2
11
2ij
b
j
a
i
Υ=Υ ∑∑ ∑−−
b)abn
R
b
j
a
iy
∑∑−−
=11
c) ( ) yij
b
j
a
i
RJJab −= ∑∑−−
2
11
d) ( ) yi
a
iy Rbn −Α=Α ∑
−
/2
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
e) ( ) yi
b
jy Ran −Β=Β ∑
−
/2
1
f) yyaby Jb Β−Α−=Α
g) )(2yyyyy R Α Β+Β−Α−−Υ=Ε
2) Kreteria Pengujian Hipotesis
Jika ( ) ( )211 VVFF −−≥ α , maka hipotesis nol ditolak.
Jika ( ) ( )211 VVFF −−< α , maka hipotesis nol di terima dengan : dk pembilang
( )1−ΚiV dan dk penyebut ( )αknknV −+= .............12 = taraf signifikan untuk pengujian hipotesis.
Keterangan:
∑Y2 : Jumlah kuadrat data
Ry : Rata-rata peningkatan karena perlakuan
Ay : Jumlah peningkatan pada kelompok berdasarkan metode latihan massed practice dan distributed practice.
By : Jumlah peningkatan berdasarkan panjang tungkai
Aby: Selisih antara jumlah peningkatan data keseluruhan dan jumlah peningkatan kelompok perlakuan dan panjang tungkai
Jab : Selisih jumlah kuadrat data dan rata-rata peningkatan perlakuan.
b. Uji Rentang Newman – Keuls setelah ANAVA
Menurut Sudjana (1994: 36) langkah-langkah untuk melakukan uji
Newman-Keuls adalah sebagai berikut:
1) Susun k buah rata-rata perlakuan menurut urutan nilainya dari yang
terkecil sampai ke yang terbesar.
2) Dari rangkaian ANAVA, diambil haarga RJK disertai dk-nya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
3) Hitung kekeliruan buku rata-rata untuk setiap perlakuan dengan rumus:
( )N
KekeliruanRJKS Ey = RJK (Kekeliruan) juga didapat dari hasil
rangkuman ANAVA.
4) Tentukan taraf signifikan α, lalu gunakan daftar rentang student. Untuk uji
Newman – Keuls, diambil V = dk dari RJK ( Kekeliruan ) dan P = 2,3…,k.
Harga – harga yang didapat dari bagian daftar sebanyak (k-1) untuk V dan
P supaya dicatat.
5) Kalikan harga-harga yang didapat di titik…….. di atas masing – masing
yS dengan jalan demikian diperoleh apa yang dinamakan rentang
signifikan terkecil (RST).
6) Bandingkan selisih rata-rata terkecil dengan RST untuk mencari P-k selisih
rata-rata terbesar dan rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P = (k-1),
dan seterusnya. Demikian halnya perbandingan selisih rata–rata terbesar
kedua rata–rata terkecil dengan RTS untuk P = (k-1), selisih rata-rata
terbesar kedua dan selisih rata-rata terkecil kedua dengan RST untuk P =
(k-2), dan seterusnya. Dengan jalan begitu semua akan ada ( )12/1 −kK
pasangan yang harus dibandingkan. Jika selisih–selisih yang didapat lebih
besar dari pada RST-nya masing–masing maka disimpulkan terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata–rata perlakuan.
a. Hipotesa Statistik
Untuk memudahkan dalam pengujian hipotesis, maka perlu dirumuskan
hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (HA). Rumusan hipotesis yang diajukan
untuk uji Range Berganda Duncan disusun sebagai berikut:
Hipotesa 1 210 Α≥Α= µµH
21 Α<Α= µµAH
Hipotesa 2 210 Β≥Β= µµH
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
21 Β<Β= µµAH
Hipotesa 3 00 =Β×Α= InteraksiH
0≠Β×Α= InteraksiH A
Keterangan
µ = Nilai rata – rata
A1 = Metode massed practiceA2 = Metode distributed practiceB1 = Tungkai panjang
B2 = Tungkai pendek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Tujuan penelitian dapat dicapai melalui pengambilan data terhadap
sampel yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data tes awal
secara keseluruhan, kemudian dikelompokkan menjadi empat sesuai rancangan
factorial 2 X 2. Rangkuman hasil analisis data secara keseluruhan disajikan dalam
bentuk tabel.
A. Deskripsi Data
Deskripsi hasil analisis data hasil ketepatan menendang bola pada siswa
usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 sesuai
dengan kelompok yang dibandingkan, disajikan dalam bentuk tabel sebagai
berikut:
Tabel 3. Ringkasan Angka-Angka Statistik Deskriptif Data Hasil Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan sepakbola Menurut Kelompok Penelitian.
Metode Tungkai Statistik Tes Awal Tes Akhir Peningkatan
Massed Practice
A1
Panjang (B1)
Jumlah 130.00 215.00 85.00Mean 13.00 21.50 8.50SD 9.17 8.53 4.14
Pendek (B2)
Jumlah 118 149 31.00Mean 11.80 14.90 3.10SD 7.18 7.29 0.88
Distributed Practice
A2
Panjang (B1)
Jumlah 162.00 200.00 38.00Mean 16.20 20.00 3.80SD 4.47 5.54 1.55
Pendek (B2)
Jumlah 126.00 170.00 44.00Mean 12.60 17.00 4.40SD 5.54 5.89 0.97
1. Jika antara kelompok siswa yang mendapat perlakuan metode massed practice
dan distributed practice dibandingkan, maka dapat diketahui kelompok
metode latihan massed practice lebih besar 1.70 daripada kelompok metode
latihan distributed practice.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
2. Jika antara siswa yang memiliki tungkai panjang dan siswa yang memiliki
tungkai pendek dibandingkan, dapat diketahui siswa yang memiliki tungkai
panjang sebesar 2.40 lebih besar dari siswa yang memiliki tungkai pendek.
3. Untuk mengetahui gambaran menyeluruh dari nilai rata-rata hasil peningkatan
ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola sebelum dan sesudah
diberi perlakuan maka dapat dibuat grafik perbandingan nilai-nilai sebagai
berikut:
12.414.4 14.6
12.2
18.2 18.520.75
15.95
5.84.1
6.153.75
0
5
10
15
20
25
A1 A2 B1 B2
T.awal
T.akhirPn
Grafik 1. Nilai Rata-Rata Ketepatan Menendang Bola Berdasarkan Tiap Kelompok Perlakuan dan Panjang Tungkai
Keterangan: A1 : Metode massed practiceA2 : Metode distributed practiceB1 : Tungkai panjangB2 : Tungkai pendek
4. Agar nilai rata-rata peningkatan ketepatan menendang bola dalam permainan
sepakbola yang dicapai tiap kelompok perlakuan mudah dipahami, maka nilai
peningkatan ketepatan menendang bola pada tiap kelompok perlakuan
disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
8.5
3.13.8
4.4
0
2
4
6
8
10
A1B1 (1) A1B2 (2) A2B1 (3) A2B2 (4)
Grafik 2. Nilai Rata-Rata Peningkatan Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan sepakbola antara Kelompok Perlakuan
Keterangan:
a1b1: kelompok metode massed practice dengan kriteria sampel tungkai panjang
a1b2: kelompok metode massed practice dengan kriteria sampel tungkai pendek
a2b1: kelompok metode distributed practice dengan kriteria sampel tungkai
panjang
a2b2: kelompok metode distributed practice dengan kriteria sampel tungkai
pendek
B. Mencari Reliabilitas
Tingkat reliabilitas hasil tes ketepatan menendang bola melambung dalam
permainan sepakbola diketahui melalui uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes
awal dan tes akhir ketepatan menendnag bola melambung dalam permainan
sepakbola dalam penelitian sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan sepakbola
Hasil Tes Reliabilitas KategoriTes awal 0.73 CukupTes akhir 0.89 Tinggi
Dalam mengartikan kategori koefisien reliabilita tes tersebut,
menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter seperti dikutip
Mulyono B.(1992: 15) sebagai berikut:
Tabel 5. Range Kategori Reliabilitas
Kategori Validitas Reliabilitas ObyektivitasTinggi sekali
Tinggi
Cukup
Kurang
Tidak signifikan
0,80 – 1,0
0,70 – 0,79
0,50 – 0,69
0,30 – 0,49
0,00 – 0,29
0,90 – 1,0
0,80 – 0,89
0,60 – 0,79
0,40 – 0,59
0,00 – 0,39
0,95 – 1,0
0,85 – 0,94
0,70 – 0,84
0,50 – 0,69
0,00 – 0,49
C. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data perlu diuji distribusi kenormalannya. Uji
normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors. Hasil uji
normalitas data yang dilakukan pada tiap kelompok sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Uji Normalitas dengan Lilliefors.
Kelompok N Prob Lo Lt KesimpulanA1B1
A1B2
A2B1
A2B2
10
10
10
10
0,05
0,05
0,05
0,05
0.1863
0.1898
0.1887
0.2136
0,258
0,258
0,258
0,258
Distribusi normal
Distribusi normal
Distribusi normal
Distribusi normal
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa Lo < Lt. Hal ini
menunjukkan bahwa sampel yang terambil berasal dari populasi yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
berdistribusi normal. Dengan demikian persyaratan normalitas data telah
terpenuhi. Rincian dan prosedur uji normalitas dapat dilihat pada lampiran.
2. Uji Homogenitas
Dengan data yang sama, setelah dianalisis menggunakan uji bartlet, maka
diperoleh hasil pengujian homogenitas seperti tabel berikut:
Tabel 7. Hasil Uji Homogenitas dengan Uji Bartlet.
∑ Kelompok Ni S2 X2hit X2
tabel Kesimpulan4 10 58.407 1.349 7.81 Homogen
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui X2hit lebih kecil dari pada X2
tabel.
Hal ini menunjukkan bahwa sampel penelitian bersifat homogen. Dengan
demikian persyaratan homogenitas juga dipenuhi. Mengenai rincian dan prosedur
analisis uji homogenitas varians dapat diperiksa pada lampiran.
D. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis berdasarkan pada hasil analisis data dan interprestasi
analisis varians. Uji rentang newman keuls ditempuh sebagai langkah uji rerata
setelah anava. Bila anava menghasilkan kesimpulan tentang perbedaan pengaruh
kelompok yang dibandingkan, maka uji rentang newman keuls dimaksudkan
untuk mengetahui pengaruh kelompok mana yang lebih baik.
Berkenaan dengan hasil analisis dan uji rentang newman keuls, ada
beberapa hipotesis yang harus diuji. Hasil analisis data dapat dilihat seperti tabel
berikut ini:
Tabel 8. Ringkasan Nilai Rerata Ketepatan Menendang Bola Berdasarkan Metode Latihan dan Panjang Tungkai Sebelum dan Sesudah Diberi Perlakuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Variabel penelitian
RerataA1 A2
B1 B2 B1 B2
Sebelum Sesudah
13.0021.50
11.8014.90
16.2020.00
12.6017.00
Peningkatan 8.50 3.10 3.80 4.40
Tabel 9. Ringkasan Analisis Anava dua jalur.
Sumber Varians dk Jk RJk Fo Ftrerata lat 1 980.10 980.10A 1 57.60 57.60 10.83* 4.11B 1 28.90 28.90 5.44*AB 1 90.00 90.00 16.93*Kekeliruan 36 191.40 5.32 1348.00
Keterangan :
* : Hasil Analisis F0 ditolak A : Metode Latihan (Massed practice dan Distributed practice) B : Proprsi tungkai (Tungkai panjang dan Tungkai pendek)AB : Interaksi antara metode latihan dengan panjang tungkai
Tabel 10. Hasil Uji Rentang Newman Keuls setelah Anava.
KP Rerata A1B2 A2B1 A2B2 A1B1
3,10 3,80 4,40 8,50 0,70 1,30 5.40* 0,60 4.70* 4.10*
A1B1 8,50 Keterangan : * signifikan pada P < 0,05
Keterangan:
a1b1: kelompok metode massed practice dengan kriteria sampel tungkai panjang
a1b2: kelompok metode massed practice dengan kriteria sampel tungkai pendek
a2b1: kelompok metode distributed practice dengan kriteria sampel tungkai
panjang
a2b2: kelompok metode distributed practice dengan kriteria sampel tungkai
pendek
1. Pengujian Hipotesis Pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Metode latihan massed practice dan distributed practice dari hasil
penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan
ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola pada siswa usia 13-15
tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. Dari hasil
penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 = 10.83 lebih besar dari Ft =
4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5%. Ini berarti hipotesis nol (H0) ditolak.
Hasil ini menunjukkan, metode latihan massed practice dan distributed practice
terdapat perbedaan yang signifikan terhadap peningkatan ketepatan menendang
bola dalam permainan sepakbola. Dengan selisih perbedaan peningkatan 1.70
lebih besar pada metode latihan massed practice.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Berdasarkan panjnag tungkai pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah
Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010 hasil penelitian ini menunjukkan ada
perbedaan yang signifikan terhadap ketepatan menendang bola dalam permainan
sepakbola. Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai F0 = 5.44
lebih besar dari Ft = 4,11 ( F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5%. Ini artinya
hipotesis nol (H0) ditolak. Hasil ini menunjukkan antara siswa yang memiliki
tungkai panjang dan siswa yang memiliki tungkai pendek terdapat perbedaan yang
signifikan terhadap ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola. Siswa
yang memiliki tungkai panjang lebih baik daripada siswa yang memiliki tungkai
pendek, dengan selisih perbedaan 2.40.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Pengaruh interaksi faktor utama penelitian dalam bentuk interaksi dua
faktor menunjukkan ada interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai. Dari
hasil penghitungan diperoleh nilai F0 = 16.93 ternyata lebih besar dari Ft = 4,11
(F0 > Ft ) pada taraf signifikansi 5% sehingga H0 ditolak. Dengan demikian dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
disimpulkan, metode latihan dan panjang tungkai memiliki pengaruh interaksi
terhadap ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola.
E. Pembahasan Hasil Penelitian
Pembahasan hasil penelitian ini memberikan penafsiran lebih lanjut
mengenai hasil-hasil analisis data yang telah dikemukakan sebelumnya.
Berdasarkan pengujian hipotesis telah menghasilkan tiga simpulan yaitu: (1) ada
perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan massed practice dan
distributed practice terhadap ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15
tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (2) ada perbedaan
pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan menendang bola antara siswa yang
memiliki tungkai panjang dan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa
siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (3)
ada pengaruh interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap
ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola
Pandanaran Boyolali tahun 2010. Simpulan analisis tersebut dapat dipaparkan
secara rinci sebagai berikut:
1. Perbedaan Pengaruh Metode Latihan Massed Practice dan Distributed
Practice terhadap Ketepatan Menendang Bola dalam Permainan
Sepakbola
Berdasarkan pengujian hipotesis pertama menunjukkan, ada perbedaan
pengaruh antara metode latihan massed practice dan distributed practice terhadap
ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola
Pandanaran Boyolali tahun 2010. Kelompok siswa yang diberi perlakuan metode
latihan massed practice mempunyai peningkatan lebih baik dibandingkan dengan
kelompok siswa yang diberi perlakuan metode latihan distributed practice.
Metode massed practice menuntut pengulangan gerakan secara terus menerus.
Dengan melakukan pengulangan tendangan secara terus menerus, maka suatu
keterampilan akan lebih cepat dikuasai. Semakin banyak melakukan pengulangan
gerakan, maka gerakan keterampilan yang dipelajari dapat dilakukan secara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
otomatis dan reflektif. Sedangkan metode latihan distributed practice latihan
dilakukan secara berselang seling antara waktu latihan dan waktu istirahat. Hal ini
akan berdampak menurunnya keterampilan yang telah dikuasai pada saat istirahat.
Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo
sebesar 10.83 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan sebesar 1.70
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan pengaruh metode
latihan massed practice dan distributed practice terhadap peningkatan ketepatan
menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran
Boyolali tahun 2010, dapat diterima kebenarannya.
2. Perbedaan Ketepatan Menendang Bola antara Siswa yang Memiliki
Tungkai Panjang dan Siswa yang Memiliki Tungkai Pendek
Berdasarkan pengujian hipotesis kedua menunjukkan, ada perbedaan
pengaruh signifikan ketepatan menendang bola antara siswa yang memiliki
tungkai panjang dan siswa yang memiliki tungkai pendek pada siswa usia 13-15
tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. Siswa yang memiliki
tungkai panjang memiliki ketepatan menendang bola yang lebih baik daripada
siswa yang memiliki tungkai pendek. Karena tungkai yang panjang memiliki
jangkauan atau ayunan yang panjang. Secara biomekanika, ayunan kaki yang
panjang akan membantu gerakan tendangan lebih maksimal. Sedangkan tungkai
pendek jangkauan atau ayunan kakinya tidak jauh/panjang, sehingga pada saat
menendang bola ayunan kakinya kurang maksimal.
Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan diperoleh nilai Fo
5.44 > Ft 4.11. Dengan selisih perbedaan peningkatan 2.40. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan, ada perbedaan peningkatan ketepatan menendang
bola antara siswa yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki
tungkai pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran
Boyolali tahun 2010, dapat diterima kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
3. Pengaruh Interaksi antara Metode Latihan dan Panjang Tungkai
terhadap Ketepatan Menendang Bola
Dari tabel 10 tampak ada interaksi secara nyata antara kedua faktor utama
penelitian. Untuk kepentingan pengujian interaksi faktor utama terbentuklah tabel
sebagai berikut:
Tabel 11. Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang Bola
A1 A2 Rerata A1 - A2
B1 8.50 3.80 6.15 4.70B2 3.10 4.40 3.75 -1.30Rerata 5.80 4.10 4.95 1.70B1 - B2 5.40 -0.60 2.40
8.5
3.83.1
4.4
0
2
4
6
8
10
A1 A2
B1B2
Grafik 3. Interaksi Metode Latihan dan Panjang Tungkai
Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan, bentuk garis perubahan
besarnya nilai peningkatan ketepatan menendang bola yaitu berpotongan,
sehingga ada interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai. Dengan
demikian dalam menerapkan metode latihan ketepatan menendang bola perlu
mempertimbangkan panjang tungkai yang dimiliki siswa. Siswa yang memiliki
tungkai panjang lebih cocok diberi metode latihan massed practice, hal tersebut
dapat dibuktikan dengan melihat tabel Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan
Interaksi Faktor Utama terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang Bola yang
menunjukkan bahwa A1B1 dengan hasil 8.50 lebih baik hasinya daripada A2B1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dengan hasil 3.80. Sedangkan siswa yang memiliki tungkai pendek lebih cocok
diberi metode latihan distributed practice, hal tersebut dapat dibuktikan dengan
melihat tabel Pengaruh Sederhana, Pengaruh Utama dan Interaksi Faktor Utama
terhadap Peningkatan Ketepatan Menendang Bola yang menunjukkan bahwa
A2B2 dengan hasil 4.40 lebih baik hasilnya daripada A1B2 dengan hasil 3.10.
Karena siswa yang memiliki tungkai panjang memiliki peningkatan ketepatan
menendang bola yang lebih besar lebih besar daripada siswa yang memiliki
tungkai pendek sebesar 2.40. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada
pengaruh interaksi antara metode latihan dan panjang tungkai terhadap
peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah
Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010, dapat diterima kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik simpulan sebagai
berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode latihan massed
practice dan distributed practice terhadap peningkatan ketepatan menendang
bola pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali
tahun 2010. (nilai Fo 10.83 > Ft 4.11).
2. Ada perbedaan peningkatan ketepatan menendang bola yang signifikan antara
siswa yang memiliki tungkai panjang dengan siswa yang memiliki tungkai
pendek pada siswa usia 13-15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali
tahun 2010. (nilai Fo 5.44 > Ft 4.11)
3. Ada pengaruh interaksi yang signifikan antara metode latihan dan panjang
tungkai terhadap peningkatan ketepatan menendang bola pada siswa usia 13-
15 tahun Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali tahun 2010. (nilai Fo 16.93
> Ft 4.11).
a. Metode latihan massed practice lebih cocok bagi siswa yang memiliki
tungkai panjang.
b. Metode latihan distributed practice lebih cocok bagi siswa yang memiliki
tungkai pendek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
B. Implikasi
Simpulan dari hasil penelitian ini dapat mengandung pengembangan ide
yang lebih luas jika dikaji pula tentang implikasi yang ditimbulkan. Atas dasar
simpulan yang telah diambil, dapat dikemukakan implikasinya sebagai berikut:
1. Peningkatan ketepatan menendang bola dipengaruhi oleh beberapa faktor,
salah satunya metode latihan. Metode latihan massed practice dan distributed
practice merupakan metode latihan yang dapat digunakan untuk
meningkatkan ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola. Selain
itu, perlu juga memperhatikan proporsi tungkai yang dimiliki siswa.
2. Metode latihan massed practice memiliki pengaruh yang lebih baik dalam
meningkatkan ketepatan menendang bola bagi siswa yang memiliki tungkai
panjang. Oleh karenanya, siswa yang memiliki tungkai panjang sebaiknya
diberikan metode latihan massed practice. Untuk siswa yang memiliki tungkai
pendek lebih cocok diberi metode latihan distributed practice.
3. Perbedaan proporsi tungkai merupakan variabel yang mempengaruhi
peningkatan ketepatan menendang bola dalam permainan sepakbola. Dalam
melatih ketepatan menendang bola kepada siswa yang memiliki tungkai
panjang, hendaknya menggunakan metode massed practice. Bagi siswa yang
memiliki tungkai pendek hendaknya menggunakan metode latihan distributed
practice.
4. Metode latihan massed practice akan lebih sering digunakan pada siswa SSB
Pandanaran boyolali dikarenakan hasil yang di dapatkan menunjukkan bahwa
metode latihan massed practice lebih baik daripada metode latihan distributed
practice.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran-saran yang dapat dikemukakan
kepada guru pembina dan pelatih Sekolah Sepakbola Pandanaran Boyolali
sebagai berikut:
1. Kepada para pelatih Sekolah Sepakbola sebaiknya pada saat melatih lebih
sering menggunakan metode latihan massed practice dalam upaya
meningkatkan ketepatan menendang bola, karena metode latihan massed
practice menuntut pengulangan gerakan secara terus menerus, sehingga
gerakan keterampilan yang dipelajari dapat dilakukan secara otomatis dan
reflektif serta dapat meningkatkan feeling siswa dalam mengarahkan bola
pada sasaran.
2. Kepada para pelatih dalam memilih metode latihan yang akan digunakan
sebaiknya memperhatikan perbedaan proporsi tubuh para siswanya, agar
penggunaan metode latihan agar sesuai dengan kondisi siswa.
3. Diharapkan para pelatih sepakbola senantiasa menambah pengetahuannya
dengan membaca buku-buku dan artikel-artikel mengenati metode-metode
latihan.
4. Kepada para pelatih sepakbola diharapkan dapat mempelajari, memahami dan
menerapkan metode latihan lainnya, tidak hanya monoton menggunakan satu
metode latihan saja dengan harapan dapat diperoleh hasil latihan yang
maksimal.