Tul~angCul~urNabi -...

2
Pikiran Rakyat o Se/asa o Sabtu 0 Minggu 4 5 20 o Mar o Rabu Kamis 0 Jumat 12 13 e 15 27 28 29 30 31 o Sep 0 Okt 0 Nov 0 Des 67 21 22 OApr OMei 9 10 11 24 25 26 OJul 'OAgs Ziarah ke Mal~am 8 23 OJun "Tul~angCul~ur Nabi P ESAWAT Alitalia dari Ro- ma, Italia, mendarat di Tu- nis, Ibu Kota Tunisia di Afri- ka Utara. Awal musim panas melan- da negeri. Begitu saya keluar dari pesawat udara pun terasa hangat. Kawan lama, Mondher Kabadou dan ibunya datang menjemput. Se- nang rasanya berjumpa kembali de- ngan Mondher, setelah berpisah le- bih dari 20 tahun, sejak kami sama- sama kuliah di Amerika Serikat ta- hun 1980-an dengan beasiswa Ful- bright. Selama empat hari di Tunisia itu, saya tinggal di rumah Mondher. Mondher, ibunya dan istrinya meng- ajak saya mengunjungi berbagai tempat menarik di sekitar Tunis, an- tara lain puing-puing peninggalan Carthago (yang ditinggalkan Kekai- saran Romawi), termasuk puing pe- mandian, juga teater, dan forum bangsa Romawi saat mereka masih berjaya. Dua tempat paling mengesankan yang saya kunjungi adalah Kariouan dan Sidi Bou Said. Kairouan berja- rak 116kilometer dari Tunis. Perja- lanan ke sana membelah padang rumput yang kering. Banyak pohon anggur dan pohon zaitun sepanjang jalan. "Ada pohon zaitun yang masih berbuah meski usianya sudah 1.000 tahun," kata Mondher sambil meng- ingatkan bahwa pohon zaitun ada- lah berkah sebagaimana disebutkan dalam Alquran. Para pengembala dan domba-dombanya tampak di padang rumput, bukan saja saat ka- mi berangkat, juga kelak saat kami kembali dari Kairouan. Menarik, ada juga pengembala wanita. Tiba di kota keeil itu, kami makan siang di Hotel La Kasbah. Saya me- mesan kus kus, sejenis biji-bijian, plus cabai hijau, wortel, dan daging domba. Kami pun lalu berziarah ke masjid seorang sahabat Nabi Mu- harnmad saw. bernama Abu Zama al-Belaoui, Masjid ini dikenaljuga dengan "Masjid Tukang Cukur", ka- rena sahabat Nabi ini konon pernah menjadi tukang eukur Nabi sebelum ia datang ke Kairouan. Selama ting- gal di Kairouan ia dikenal selalu membawa tiga helai rambut Nabi. Makam sahabat Nabi ini terdapat di dalam kompleks tersebut dan ti- dak boleh dikunjungi oleh non-Mus- lim.Makam aslinya sendiri dibangun pada abad ke-z Masehi. Namun se- bagian besar kompleks baru diba- ngun seribu tahun kemudian. "Saha- bat Nabi itu datang ke Kairouan dan meninggal di sini tahun 654 dalam suatu tugas militer," kata seorang pemandu. "Ini kota suci Islam ke empat setelah Mekah, Madinah dan Yerussalem," ucapnya. Makam sahabat Nabi ini dikeli- lingi masjid sekarang yang didirikan pada abad ke-rz. Selain masjid dan makam, di kompleks ini terdapat ju- ga madrasah dan pelataran. "Kai- rouan termasuk kota yang pendu- duknya relatif miskin,' kata Mon- dher. ** SEUSAI salat Zuhur di masjid sa- habat Nabi itu, kami melanjutkan perjalanan, menuju masjid lebih tua yang menurut Mondher dibangun pada abad pertama zaman Islam, yakni Masjid Uqba. Sejarah mencatat bahwa pada ta- hun 670 Masehi, seorang Arab ber- nama Uqba Ibn Nafi menyeberangi padang pasir di Mesir untuk menye- barkan Islam di wilayah Magribi Afrika Utara. Dengan membangun pos-pos militer di sepanjang rute ini, Uqba dan rombongannya tiba di tempat yang sekarang ini bernama Kairouan dan berkemah beberapa Kliping Humas Unpad 2010 hari. Dalam bahasa Arab Kairo an adalah Qayrawan yang berarti" e- mah". Dulu Kariouan adalah kota yang terpeneil, jauh dari jalur perdag g- an. Namun, mengapa sekarang menjadi salah satu tujuan wisata dan dianggap kota suci? Ada alasan- nya. Menurut legenda,saat rOID<- bongan Uqba berkemah, seekor ku- da tersandung oleh sebuah pial yang tertimbun pasir. Piala ini non hilang dari Mekah beberapa ta- hun sebelumnya. Ketika piala it, di- gali dari pasir, secara ajaib air me- mancar yang konon berasal da . sumber yang sama seperti sum er air Zamzam di Mekah. Cerita in ah yang mendorong kaum Muslim tlari berbagai wilayah untuk berziarah ke Kariouan dan sebagian bermu .m di sana. Maka selama berabad-abad kemudian Kairouan menjadi s ah satu pusat budaya Arab yang p Il- ting. Kota ini pun berkembang seca- ra fluktuatif menjadi kota ilmu pe- ngetahuan, pertanian, dan perda- gangan. Keindahannya terutam di- tunjukkan masjid agungnya, yang dikenal dengan Masjid Uqba. Awalnya masjid ini sangat s er- hana, dibangun oleh Uqba, pendiri Kota Kairouan, pada tahun 670 Ma- sehi.Selama 300 tahun beriku ya, sejalan dengan meluasnya kota ini, masjid pertama diruntuhkan, la u dibangun kembali tahun 703 dan ta- hun 774, dan seeara signifikan i- perbesar oleh Dinasti Aghlabid - hun 836 dan 863. Menjelang abad ke-C),masjid ini memiliki ukuran dan proporsi seperti yang ada seka- rang ini, meskipun renovasi te IS di- lakukan oleh dinasti-dinasti sela - jutnya pada abad-abad berikut fa. Bahkan novelis besar Peraneis, uy de Maupassant, yang mengunj ngi Kairouan tahun 1889, juga terkesan

Transcript of Tul~angCul~urNabi -...

Page 1: Tul~angCul~urNabi - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/10/pikiranrakyat...Sejarah mencatat bahwa pada ta-hun 670Masehi, seorang Arabber-nama UqbaIbnNafimenyeberangi

Pikiran Rakyato Se/asa o Sabtu 0 Minggu

4 520oMar

o Rabu • Kamis 0 Jumat

12 13 e 1527 28 29 30 31o Sep 0 Okt 0Nov 0Des

6 721 22

OApr OMei

9 10 1124 25 26

OJul 'OAgs

Ziarah ke Mal~am

823

OJun

"Tul~angCul~urNabi

P ESAWAT Alitalia dari Ro-ma, Italia, mendarat di Tu-nis, Ibu Kota Tunisia di Afri-

ka Utara. Awal musim panas melan-da negeri. Begitu saya keluar daripesawat udara pun terasa hangat.Kawan lama, Mondher Kabadou

dan ibunya datang menjemput. Se-nang rasanya berjumpa kembali de-ngan Mondher, setelah berpisah le-bih dari 20 tahun, sejak kami sama-sama kuliah di Amerika Serikat ta-hun 1980-an dengan beasiswa Ful-bright.Selama empat hari di Tunisia itu,

saya tinggal di rumah Mondher.Mondher, ibunya dan istrinya meng-ajak saya mengunjungi berbagaitempat menarik di sekitar Tunis, an-tara lain puing-puing peninggalanCarthago (yang ditinggalkan Kekai-saran Romawi), termasuk puing pe-mandian, juga teater, dan forumbangsa Romawi saat mereka masihberjaya.Dua tempat paling mengesankan

yang saya kunjungi adalah Kariouandan Sidi Bou Said. Kairouan berja-rak 116kilometer dari Tunis. Perja-lanan ke sana membelah padangrumput yang kering. Banyak pohonanggur dan pohon zaitun sepanjangjalan."Ada pohon zaitun yang masih

berbuah meski usianya sudah 1.000tahun," kata Mondher sambil meng-ingatkan bahwa pohon zaitun ada-lah berkah sebagaimana disebutkandalam Alquran. Para pengembaladan domba-dombanya tampak dipadang rumput, bukan saja saat ka-mi berangkat, juga kelak saat kamikembali dari Kairouan. Menarik,ada juga pengembala wan ita.Tiba di kota keeil itu, kami makan

siang di Hotel La Kasbah. Saya me-mesan kus kus, sejenis biji-bijian,plus cabai hijau, wortel, dan daging

domba. Kami pun lalu berziarah kemasjid seorang sahabat Nabi Mu-harnmad saw. bernama Abu Zamaal-Belaoui, Masjid ini dikenaljugadengan "Masjid Tukang Cukur", ka-rena sahabat Nabi ini konon pernahmenjadi tukang eukur Nabi sebelumia datang ke Kairouan. Selama ting-gal di Kairouan ia dikenal selalumembawa tiga helai rambut Nabi.Makam sahabat Nabi ini terdapat

di dalam kompleks tersebut dan ti-dak boleh dikunjungi oleh non-Mus-lim.Makam aslinya sendiri dibangunpada abad ke-z Masehi. Namun se-bagian besar kompleks baru diba-ngun seribu tahun kemudian. "Saha-bat Nabi itu datang ke Kairouan danmeninggal di sini tahun 654 dalamsuatu tugas militer," kata seorangpemandu. "Ini kota suci Islam keempat setelah Mekah, Madinah danYerussalem," ucapnya.Makam sahabat Nabi ini dikeli-

lingi masjid sekarang yang didirikanpada abad ke-rz. Selain masjid danmakam, di kompleks ini terdapat ju-ga madrasah dan pelataran. "Kai-rouan termasuk kota yang pendu-duknya relatif miskin,' kata Mon-dher.

**SEUSAI salat Zuhur di masjid sa-

habat Nabi itu, kami melanjutkanperjalanan, menuju masjid lebih tuayang menurut Mondher dibangunpada abad pertama zaman Islam,yakni Masjid Uqba.Sejarah mencatat bahwa pada ta-

hun 670 Masehi, seorang Arab ber-nama Uqba Ibn Nafi menyeberangipadang pasir di Mesir untuk menye-barkan Islam di wilayah MagribiAfrika Utara. Dengan membangunpos-pos militer di sepanjang rute ini,Uqba dan rombongannya tiba ditempat yang sekarang ini bernamaKairouan dan berkemah beberapa

Kliping Humas Unpad 2010

hari. Dalam bahasa Arab Kairo anadalah Qayrawan yang berarti" e-mah".Dulu Kariouan adalah kota yang

terpeneil, jauh dari jalur perdag g-an. Namun, mengapa sekarangmenjadi salah satu tujuan wisatadan dianggap kota suci? Ada alasan-nya. Menurut legenda,saat rOID<-bongan Uqba berkemah, seekor ku-da tersandung oleh sebuah pialyang tertimbun pasir. Piala ininon hilang dari Mekah beberapa ta-hun sebelumnya. Ketika piala it, di-gali dari pasir, secara ajaib air me-mancar yang konon berasal da .sumber yang sama seperti sum erair Zamzam di Mekah. Cerita in ahyang mendorong kaum Muslim tlariberbagai wilayah untuk berziarah keKariouan dan sebagian bermu .m disana. Maka selama berabad-abadkemudian Kairouan menjadi s ahsatu pusat budaya Arab yang p Il-ting. Kota ini pun berkembang seca-ra fluktuatif menjadi kota ilmu pe-ngetahuan, pertanian, dan perda-gangan. Keindahannya terutam di-tunjukkan masjid agungnya, yangdikenal dengan Masjid Uqba.Awalnya masjid ini sangat s er-

hana, dibangun oleh Uqba, pendiriKota Kairouan, pada tahun 670 Ma-sehi.Selama 300 tahun beriku ya,sejalan dengan meluasnya kota ini,masjid pertama diruntuhkan, la udibangun kembali tahun 703 dan ta-hun 774, dan seeara signifikan i-perbesar oleh Dinasti Aghlabid -hun 836 dan 863. Menjelang abadke-C),masjid ini memiliki ukurandan proporsi seperti yang ada seka-rang ini, meskipun renovasi te IS di-lakukan oleh dinasti-dinasti sela -jutnya pada abad-abad berikut fa.Bahkan novelis besar Peraneis, uyde Maupassant, yang mengunj ngiKairouan tahun 1889, juga terkesan

Page 2: Tul~angCul~urNabi - pustaka.unpad.ac.idpustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/10/pikiranrakyat...Sejarah mencatat bahwa pada ta-hun 670Masehi, seorang Arabber-nama UqbaIbnNafimenyeberangi

oleh keindahan Masjid Uqba.**

MASJID Uqba (kiri) di Kairouan, Tunisia, yang dikenaljuga dengan "Masjid Tukang Cukur". *

SEHARI setelah kunjungan keKairouan, kami pergi ke Sidi BouSaid, 20 kilometer di sebelah utaraTunis. Sidi Bou Said indah sekali.Desa yang dilindungi UNESCO iniadalah tempat tinggal para senimanbesar dan tokoh masyarakat sertapejabat penting. "Harga rumah di si-ni bisajutaan dolar," kata Mondher.

Yang dibeli memang bukan seka-dar rumah, tetapi juga pemandang-

an laut, dan tentu sajajuga prestise.Desa Sidi Bou said itu diambil darinama orang saleh bernama Abu Sa-id Ibn Khaleflbn Yahia El-Beji yangdimakamkan tahun 1231di bawahkubah dekat Cafe El Allia (Cafe desNattes) yang terkenal. Makamnyasering diziarahi orang. Desa SidiBou Said dibangun di sekeliling ma-kamitu.

Lahir tahun 1156,Abu Said belajardan mengajarkan ilmu pengetahuandan agama di Masjid Zitouna di Tu-

nis.Setelah melakukan perjalananpanjang ke Timur Tengah ia punmenyepi di sebuah desa keeil JebelEl Manar dan meninggal di b .ititu. Pada abad ke-18 penguasa Turkimembangun tempat pemukimandan jalan-jalan, Pembangunan itukemudian diteruskan oleh kaum ka-ya Kota Tunis sehingga akhirnya de-sa ini memiliki arsitektur sepertiyang dikenal sekarang ini. (D dy

.Mulyana, pengajar Fikom UlI-pad)***