Tujuan(1)
-
Upload
ayu-meriah-rezki -
Category
Documents
-
view
108 -
download
0
Transcript of Tujuan(1)
PERCOBAAN 1
PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK
A. Tujuan
1. Mempelajari tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun
senyawa tersebut
2. Mengamati beberapa perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan
anorganik
B. Landasan Teori
Pada awal perkembangan ilmu kimia, kimia organik didefinisikan sebagai
kimia yang datang dari benda hidup. Namun pada saat ini, kimia organik telah
didefinisikan sebagai kimia senyawa karbon. Definisi ini pun tidak terlalu tepat,
karena beberapa senyawa karbon seperti karbon dioksida, natrium karbonat dan
kalium sianida dianggap sebagai senyawa anorganik. Namun demikian, definisi ini
dapat diterima sebab semua senyawa organik mengandung karbon. Karbon adalah
suatu unsur yang dapat terikat dengan atom karbon lain dan terhadap unsur-unsur
lain menurut berbagai macam cara, yang menuju ke berbagai macam senyawa
dalam jumlah yang hampir tidak terhingga banyaknya. Senyawa-senyawa ini
bervariasi dalam kekompleksan dari gas alam dan gas lainnya, sampai ke asam
nukleat yang rumit, yaitu pengemban kode genetik dalam kehidupan (Fessenden,
1982).
Senyawa organik seperti telah disebutkan, dulunya dianggap hanya
melibatkan senyawa yang diturunkan dari makhluk hidup. Makhluk hidup dianggap
mempunyai “tenaga gaib” dalam proses sintesis senyawa-senyawa tersebut. Pada
tahun 1828, seorang kimiawan Jerman, Frederich Wohler memanaskan ammonium
sianat (senyawa anorganik) dan diperoleh senyawa urea yang merupakan senyawa
organik (Petrucci, 1987).
Zat organik dibagi menjadi 2, yaitu zat organik aromatis yang merupakan
senyawa organik beraroma, secara kimia senyawa ini mempunyai ikatan rantai yang
melingkar, misalnya benzene, toluene, dan zat organik non-aromatis merupakan
senyawa organik yang tidak beraroma dan secara kimia tidak mempunyai ikatan
rantai yang melingkar, misalnya etana, etanol dan formalin (M. Hidayati dan Yusrin,
2010).
Bila bahan biologis dibakar, semua senyawa organik akan rusak; sebagian
besar karbon berubah menjadi gas karbon dioksida (CO2), hidrogen menjadi uap air,
dan nitrogen menjadi uap nitrogen (N2). Sebagian besar mineral jika dibakar akan
tertinggal dalam bentuk abu dalam bentuk senyawa anorganik sederhana, serta
akan terjadi penggabungan antarindividu atau dengan oksigen sehingga terbentuk
garam anorganik (Arifin, 2008).
Arsen adalah elemen yang tersebar luas dimana-mana dengan sifat seperti
mineral. Senyawa arsen sangat kompleks dan berbeda antara arsen bentuk organik
dan bentuk anorganik. Senyawa arsen anorganik yang terpenting adalah arsen
trioksida (As2O3 atau As4O6). Arsen trioksida sangat cepat larut dalam asam klorida
dan alkalis. Senyawa arsen organik sangat jarang dan mahal. Ikatan karbon-arsen
sangat stabil pada kondisi pH lingkungan dan berpotensi teroksidasi. Beberapa
senyawa methylarsenic sebagaimana di dan trimethylarsenes terjadi secara alami,
karena merupakan hasil dari aktivitas biologik (Sukar, 2003).
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan organik tanah dapat
diartikan sebagai semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah,
termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan
organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus
(Tompodung, 2009).
Hasil perombakan bahan organik yang berperan penting dalam perbaikan
sifat-sifat tanah adalah fraksi terhumifikasi dikenal pula sebagai humus atau
senyawa humat. Senyawa organik ini berperan dalam memperbaiki kualitas sifat
kimia tanah seperti KTK dan sifat fisik tanah seperti agregasi (Dariah dan Nurida,
2011).
Penggunaan pupuk anorganik yang digunakan secara terus menerus dapat
menyebabkan terjadinya akumulasi zat kimia yang menimbulkan kondisi tanah yang
semula sehat menjadi tanah yang tidak sehat seperti struktur tanah yang
terdegradasi dan beracun bagi tanaman. Sedangkan bahan organik mempunyai
fungsi luas dalam memperbaiki kondisi fisik, kimia maupun biologi tanah. Pemberian
bahan organik ke dalam tanah berpengaruh baik terhadap tanah karena dapat
meningkatkan kembali kandungan humus, menghindari terjadinya pencemaran
lingkungan, mengurangi laju pengurangan hara yang terikut bersama bahan
panenan dan erosi serta dapat memperbaiki sifat-sifat tanah (Setyowati et al.,
2009).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
- Cawan porselin
- Gelas kimia
- Hot plate
- Kawat ose
- Lampu Bunsen
2. Bahan
- Aqua (air es)
- Etanol
- Kloroform (CHCl3)
- Larutan AgNO3
- Larutan KI
- Larutan NaCl
D. Prosedur Kerja
1. Tes unsur-unsur dengan pembakaran senyawa organik
a. Deteksi unsur-unsur dengan pembakaran senyawa organik
- Dimasukkan ke dalam cawan porselin
- Dibakar
- Dipipet air sebanyak 2 ml
- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
- Diletakkan air yang di dalam gelas kimia ke
dalam cawan porselin
- Diamati perubahan yang terjadi
Hasil ?
b. Tes Beilstein
- Dimasukkan ke dalam tabung
reaksi
- Dibakar kawat dengan
menggunakan
lampu bunsen
- Dicelupkan ke dalam tabung reaksi
- Diamati hasil yangterjadi
Hasil ?
Etanol 2 ml
Kloroform 2 ml KI 2 ml
2. Perbedaan senyawa organik dan anorganik
a. Perbedaan dalam ionisasi
- Dimasukkan masing-masing
larutan ke dalam dua tabung
reaksi
- Ditambahkan masing-masing 3
tetes AgNO3
- Diamati hasil yang terjadi
Hasil ?
NaCl 2 ml Kloroform 2 ml
E. Hasil Pengamatan
Tabel Hasil Pengamatan
No. Perlakuan Hasil
1. - Etanol dimasukkan ke dalam cawan +
panaskan
- Air + panaskan
Menguap
Tidak menguap (hangat)
2. - Kloroform + kawat panas (dibakar)
- KI + kawat panas (dibakar)
Menggelembung
Tidak menggelembung
3. - NaCl + AgNO3
- Kloroform + AgNO3
Endapan putih
Terbentuk 2 lapisan
F. Pembahasan
Senyawa organik dan senyawa anorganik mempunyai ciri masing-masing
yang menandakan perbedaan keduanya. Perbedaan-perbedaan itu antara lain
sebagai berikut senyawa organik mempunyai warna yang cerah dan beraneka ragam
sedangkan senyawa anorganik warna yang dimilikinya tidak terlalu beraneka ragam,
senyawa organik mempunyai titik lebur rendah (dibawah 400ºC) bahkan sering kali
mengalami dekomposisi karena panas sedangkan senyawa anorganik memiliki titik
lebur yang tinggi umumnya di atas 500ºC, senyawa organik yang berasal dari alam
tersusun dari beberapa unsur saja sedangkan senyawa anorganik unsur-unsur
penyusunnya beraneka ragam, senyawa organik kelarutannya dalam air pada
umumnya kecil sedangkan senyawa anorganik pada umumnya mudah larut dalam
air, serta senyawa organik umumnya memiliki ikatan kovalen sedangkan senyawa
anorganik memiliki ikatan ion.
Pada praktikum ini, dilakukan berbagai uji identifikasi untuk mengetahui
perbedaan antara senyawa organik dan anorganik antara lain uji pembakaran, tes
Beilstein dan tes ionisasi. Uji pembakaran dilakukan dengan cara menempatkan kira-
kira 2 ml etanol ke dalam cawan porselin kemudian dibakar, selanjutnya air dingin
sebanyak 2 ml dimasukkan ke dalam gelas kimia, setelah itu simpan air tersebut di
atas pembakaran etanol. Tes Beilstein dilakukan dengan memanaskan ujung suatu
kawat dalam lampu Bunsen sampai berwarna merah, fungsi pemanasan disini
adalah untuk menghilangkan zat pengotor dan agar kawat tembaga bisa teroksidasi,
kemudian masukkan kawat panas ke dalam larutan kloroform (CHCl3) dan KI. Tes ini
bertujuan untuk mengidentifikasi adanya unsur H dalam larutan dimana akan terjadi
gelembung gas jika senyawa tersebut termasuk senyawa organik, telah diketahui
bahwa senyawa ini mengandung unsur C, H, O dan N. Sedangkan tes ionisasi cara
kerjanya yaitu dengan menempatkan masing-masing 2 ml larutan NaCl dan
kloroform pada tabung reaksi yang berbeda, selanjutnya pada kedua tabung reaksi
tersebut ditambahkan 3 tetes larutan AgNO3. Pada masing-masing uji identifikasi,
diamati perubahan yang terjadi.
Berdasarkan hasil pengamatan, etanol menguap habis sementara air menjadi
hangat. Unsur hidrogen dan karbon (unsur penyusun senyawa organik) misalnya
dapat terurai melalui proses pembakaran. Jadi ketika etanol dibakar, etanol akan
habis menguap. Maka dapat disimpulkan bahwa etanol mengandung karbon dan
hidrogen serta oksigen, sehingga senyawa ini termasuk senyawa organik.
Etanol walaupun memiliki berat molekul yang lebih tinggi daripada air tetapi
lebih cepat mencapai titik didihnya dibandingkan air atau bersifat volatile (mudah
menguap). Hal ini dipengaruhi oleh faktor ikatan yang dibentuk oleh molekul air,
dimana antara atom O pada suatu molekul akan mengikat dengan ikatan hidrogen
pada atom H molekul lainnya. Berdasarkan teori, ikatan hidrogen ini merupakan
merupakan ikatan kovalen polar yang tingkat kekuatan ikatannya berada di bawah
ikatan ionik dan ikatan ini banyak dibentuk oleh senyawa organik. Tetapi air tetap
tergolong ke dalam senyawa anorganik karena tidak mengandung unsur karbon.
Untuk memutuskan ikatan hidrogen sangat susah sebab kecenderungan atom H
untuk tertarik ke atom O yang bersifat lebih elektronegativitas, sehingga
menyebabkan air lebih lambat menguap. Sedangkan pada etanol meskipun memiliki
molekul yang hampir sama dengan air, tetapi adanya gugus alkil pada sisi lain atom
O membuat ikatan yang dibentuk tidak sekuat ikatan yang dibentuk oleh air. Selain
itu senyawa organik biasanya memiliki titik didih yang rendah sehingga mudah
menguap.
Berdasarkan teori, pada tes Beilstein hasil yang diperoleh seharusnya
senyawa organik tidak terdapat gelembung sedangkan pada larutan senyawa
anorganik seharusnya terdapat gelembung. Ketika kawat panas dimasukkan ke
dalam larutan, ion-ion pada larutan senyawa anorganik akan menghantarkan panas
dan akan terbentuk gelembung-gelembung gas yang berupa hidrogen sebagai
bentuk penguapan. Sedangkan pada larutan senyawa organik tidak dapat
membentuk ion-ion sehingga gelembung gas tidak dapat dihasilkan. Pengamatan
pada tes tersebut menunjukkan hasil sebaliknya yaitu terbentuknya gelembung
ketika kawat panas dicelupkan pada kloroform (CHCl3), sedangkan pada larutan KI
tidak memberikan respon apapun selain bunyi desisan. Hal ini dapat disebabkan oleh
kekurang telitian dari praktikan sehingga bisa saja tabung reaksi antara kedua
larutan tersebut tertukar.
KI merupakan senyawa anorganik, meskipun memiliki atom H. Hal tersebut
karena meskipun KI memiliki atom H, tetapi banyak aspek yang perlu ditinjau antara
lain ikatan antara atom dalam senyawa, apakah termasuk dalam ikatan ionik atau
ikatan kovalen, konduktivitas zat serta keadaan zat setelah pembakaran. Karena KI
merupakan ikatan ionik, maka KI tidak dapat digolongkan sebagai senyawa organik.
Hasil pengamatan pada tes ionisasi menunjukkan terbentuknya endapan
putih ketika NaCl ditambahkan AgNO3 dan terbentuk 2 lapisan saat kloroform (CHCl3)
ditambahkan AgNO3. Pembentukan 2 lapisan ini karena adanya perbedaan sifat
kepolaran antara kloroform dan AgNO3, dimana kloroform merupakan senyawa yang
bersifat non polar yang disebabkan tidak adanya elektron bebas dalam molekulnya,
sehingga tidak dapat dilarutkan oleh AgNO3 yang sifatnya polar. Hal ini sesuai
dengan prinsip “like dissolve like” bahwa suatu larutan akan larut jika dilarutkan ke
dalam pelarut yang sifatnya sama, yang berarti senyawa yang bersifat non polar
akan dapat larut pada senyawa non polar juga, sehingga kloroform tidak larut pada
AgNO3.
Senyawa organik merupakan senyawa non elektrolit dan senyawa anorganik
merupakan senyawa elektrolit. Elektrolit adalah kemampuan untuk menghantarkan
listrik yang disebabkan oleh terbentuknya kation dan anion dalam larutan sehingga
listrik dapat dihantarkan. Ketika NaCl yang merupakan senyawa anorganik,
ditambahkan beberapa tetes AgNO3, maka ikatan ion NaCl terputus dengan
terbentuknya Na yang beruang parsial positif dan Cl yang beruang parsial negatif.
Sedangkan pada senyawa organik, ketika kloroform ditambahkan AgNO3, kloroform
tidak dapat berubah menjadi ion-ion karena tidak memiliki elektron bebas pada
molekulnya. Tujuan penambahan AgNO3 yaitu untuk bereaksi dengan senyawa
larutan sehingga pada senyawa yang terdiri atas ion, ion-ionnya akan lebih mudah
bergerak bebas. Selain itu AgNO3 juga dapat berfungsi untuk mengendapkan unsur-
unsur halogen, dimana unsur halogen merupakan unsur pembentuk garam
sementara NaCl adalah garam, sehingga terbentuklah endapan putih ketika
keduanya direaksikan.
Manfaat dari percobaan ini dalam bidang farmasi misalnya adalah dengan
mengetahui perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan senyawa anorganik
maka dalam pembuatan obat ketika bahan obat yang dipakai baik itu zat aktif
maupun zat tambahan merupakan senyawa organik, harus diperhatikan titik
didihnya, karena senyawa ini seperti yang telah dijelaskan di atas memiliki titik didih
yang rendah. Sifat polar maupun non polar dari senyawa organik dan senyawa
anorganik yang diketahui melalui berbagai uji identifikasi juga berguna untuk
mengetahui kompatibel atau inkompatibelnya suatu bahan obat dengan pelarutnya
jika dalam pembuatannya memerlukan pelarut.
G. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Tes-tes yang digunakan untuk mengidentifikasi unsur penyusun senyawa organik
dan senyawa anorganik antara lain uji pembakaran, tes Beilstein dan uji
perbedaan ionisasi.
2. Perbedaan sifat dasar antara senyawa organik dan anorganik antara lain
senyawa organik memiliki titik didih yang rendah sehingga mudah menguap
sedangkan senyawa anorganik sebaliknya, senyawa organik bersifat non
elektrolit sedangkan senyawa anorganik bersifat elektrolit atau dapat
menghantarkan listrik.
Daftar Pustaka
Arifin, Z. 2008. Beberapa Unsur Mineral Esensial Mikro Dalam Sistem Biologi DanMetode Analisisnya. Jurnal Litbang Pertanian. 27 (3): 99-105.
Dariah, A. dan Nurida, N. L. 2011. Formula Pembenah Tanah Diperkaya SenyawaHumat untuk Meningkatkan Produktivitas Tanah Ultisols Taman Bogo, Lampung.Jurnal Tanah Dan Iklim. No. 33: 33-38.
Fessenden, Fessenden. 1982. Kimia Organik. Edisi ketiga Jilid 1, Erlangga. Jakarta.
M., Ana Hidayati dan Yusrin. 2010. Pegaruh Lama Waktu Simpan Pada Suhu Ruang(27-29ºC) Terhadap Kadar Zat Organik Pada Air Minum Isi Ulang. ProsidingSeminar Nasional UNIMUS. 2010, Semarang, Indonesia. Hal. 49-54.
Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.
Setyowati, N., Nurjanah, U. dan Khorisma, R. 2009. Korelasi antara Sifat-sifat Tanahdengan Hasil Cabai Merah pada Substitusi Pupuk N-Anorganik dengan BokasiTusuk Konde (Wedelia trilobata L.). Akta Agrosia. 2 (12): 184-194.
Sukar, 2003. Sumber Dan Terjadinya Arsen di Lingkungan (Review). Jurnal EkologiKesehatan. 2 (2): 232-238.
Tompodung, H. M. 2009. Pengaruh Bahan Organik Terhadap PertumbuhanTanaman. Adiwidia. Edisi Desember 2009, No. 2: 12-17.
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK
PERCOBAAN 1
PERBEDAAN SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK
OLEH
NAMA : AYU MERIAH REZKI
NIM : F1F1 11083
KELOMPOK : IV
KELAS : FARMASI C
ASISTEN : RIFA’ATUL MAHMUDAH
LABORATORIUM FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2013