Tujuan Pergerakan - Web viewMakalah ini diharapkan dapat menjadi pelengkap bahan ajar untuk mata...
Transcript of Tujuan Pergerakan - Web viewMakalah ini diharapkan dapat menjadi pelengkap bahan ajar untuk mata...
Dasar-Dasar Manajemen
Actuating
Disusun Oleh :
Dimas Bakhti Saputra 200916067
Ichsan Akmal Mazas 200916070
Nugrah Ilviani 200916076
Rd. Yudha Prawira B. 200916078
SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG
MANAJEMEN DIVISI KAMAR
20101
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
akhirnya makalah tentang Actuating ini dapat diselesaikan.
Makalah ini menguraikan secara lengkap bagaimana merancang sistem
pelaksanaan manajemen dalam rangka mengimplementasikan strategi bisnis
yang telah ditetapkan.
Pembahasan system pelaksanaan manajemen ini mencakup diantaranya
tentang prinsip-prinsip pengarahan, cara-cara pengarahan, komunikasi yang
baik, serta motivasi.
Makalah ini diharapkan dapat menjadi pelengkap bahan ajar untuk mata
kuliah dasar-dasar manajemen. Dan disamping itu pula, dapat digunakan oleh
praktisi bisnis dalam merancang system pelaksanaan manajemen organisasi.
Untuk kelengkapan bahan ajarnya, kami juga menyiapkan power pointnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat. Sebelumnya kami sampaikan terima
kasih.
Penulis
2
Daftar isi
Kata Pengantar…………………………………...2
Daftar isi………………………………………….3
Pengertian Aktuating……………………………..4
Motivasi………………………………………….15
Kepemimpinan…………………………………...20
Komunikasi………………………………………25
Daftar Pusaka…………………………………….30
Kesimpulan……………………………………….31
3
A. Actuating1. Pengertian (Pengarahan / Pergerakan)
Dari seluruh rangkaian proses manajemen, pelaksanaan (actuating) merupakan fungsi
manajemen yang paling utama. Dalam fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih
banyak berhubungan dengan aspek-aspek abstrak proses manajemen, sedangkan fungsi
actuating justru lebih menekankan pada kegiatan yang berhubungan langsung dengan orang-
orang dalam organisasi.
Dalam hal ini, George R. Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan
usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota
perusahaan tersebut oleh karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran
tersebut.
Dari pengertian di atas, pelaksanaan (actuating) tidak lain merupakan upaya untuk
menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan
pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai
dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pelaksanan (actuating) ini adalah bahwa
seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan sesuatu jika :
1. Merasa yakin akan mampu mengerjakan,
2. Yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya,
3. Tidak sedang dibebani oleh problem pribadi atau tugas lain yang lebih
penting,atau mendesak,
4. Tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan dan
5. Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
4
PRINSIP-PRINSIP PENGARAHAN
Pengarahan merupakan aspek hubungan antar manusiawi dalam kepemimpinan yang
mengikat para bawahan untuk bersedia mengerti dan menyumbangkan tenaga kerja efektif
serta efesien untuk mencapai tujuan.
Dalam manajemen, pengarahan ini bersifat sangat kompleks karena disamping menyangkut
manusia, juga menyangkut berbagai tingkah laku dari manusia-manusia itu sendiri. Manusia
dengan berbagai tingkah laku yang berbeda-beda, memiliki pandangan serta pola hidup yang
berbeda pula. Oleh karena itu, pengarahan yang dilakukan oleh pimpinan harus berpegang
pada beberapa prinsip, yaitu:
a. Prinsip mengarah pada tujuan
Tujuan pokok dari pengarahan nampak pada prinsip yang menyatakan bahwa makin
efektifnya proses pengarahan, akan semakin besar sumbangan bawahan terhadap
usaha mencapai tujuan. Pengarahan tidak dapat berdiri sendiri,artinya dalam
melaksanakan fungsi pengarahan perlu mendapatkan dukungan/bantuan dari factor-
faktor lain seperti :perencanaan, struktur organisasi, tenaga kerja yang cukup,
pengawasan yang efektif dan kemampuan untuk meningkatkan pengetahuan serta
kemampuan bawahan.
b. Prinsip keharmonisan dengan tujuan
Orang-orang bekerja untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang mungkn tidak
mungkin sama dengan tujuan perusahaan. Mereka mengkehendaki demikian dengan
harapan tidak terjadi penyimpangan yang terlalu besar dan kebutuhan mereka dapat
dijadikan sebagai pelengkap serta harmonis dengan kepentingan perusahaan.
Semua ini dipengaruhi oleh motivasi masing-masing individu. Motivasi yang baik
akan mendorong orang-orang untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara yang
wajar. Sedang kebutuhan akan terpenuhi apabila mereka dapat bekerja dengan baik,
dan pada saat itulah mereka menyumbangkan kemampuannya untuk mencapai tujuan
organisasi.
c. Prinsip kesatuan komando
Prinsip kesatuan komando ini sangat penting untuk menyatukan arah tujuan dan
tangggung jawab para bawahan. Bilamana para bawahan hanya memiliki satu jalur
didalam melaporkan segala kegiatannya. Dan hanya ditujukan kepada satu pimpinan
saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi, serta semakin
besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.
5
Cara-cara pengarahan
Pada umumnya, pimpinan menginginkan pengarahan kepada bawahan dengan maksud agar
mereka bersedia bekerja dengan sebaik mungkin, dan diharapkan tidak menyimpang dari
prinsip-prinsip di muka. Adapun cara-ara pengarahan yang dilakukan dapat berupa:
1. Orientasi merupakan cara pengarahan dengan memberikan informasi yang perlu agar
supaya kegiatan dapat dilakukan dengan baik. Biasanya, orientasi ini diberikan
kepada pegawai baru dengan tujuan untuk mengadakan pengenalan dan memberikan
pengerian atas berbagai masalah yang dihadapinya. Pegawai lama yang pernah
menjalani masa orientasi tidak selalu ingat atau paham tentang masalah-masalah yang
pernah dihadapinya. Suatu ketika mereka bisa lupa, lalai, atau sebab-sebab lain yang
membuat mereka kurang mengerti lagi. Dengan demikian orientasi ini perlu diberikan
kepada pegawai-pegawai lama agar mereka tetap memahami akan perananya.
Informasi yang diberikan dalam orientasi dapat berupa diantara lain, :
1. Tugas itu sendiri
2. Tugas lain yang ada hubungannya
3. Ruang lingkup tugas
4. Tujuan dari tugas
5. Delegasi wewenang
6. Cara melaporkan dan cara mengukur prestasi kerja
7. Hubungan antara masing-masing tenaga kerja, Dst.
2. Perintah
Perintah merupakan permintaan dari pimpinan kepada orang-orang yang berada
dibawahnya untuk melakukan atau mengulang suatu kegiatan tertentu pada keadaan
tertentu. Jadi, perintah itu berasal dari atasan, dan ditujukan kepada para bawahan
atau dapat dikatakan bahwa arus perintah ini mengalir dari atas ke bawah. Perintah
tidak dapat diberikan kepada orang lain yang memiliki kedudukan sejajar atau orang
lain yang berada di bagian lain. Adapun perintah yang dapat berupa :
a. Perintah umum dan khusus
Penggunaan perintah ini sangat bergantung pada preferensi manajer,
kemampuan untuk meramalkan keadaan serta tanggapan yang diberikan oleh
bawahan. Perintah umum memiliki sifat yang luas, serta perintah khusus
bersifat lebih mendetail.
6
b. Perintah lisan dan tertulis
Kemampuan bawahan untuk menerima perintah sangata mempengaruhi
apakan perintah harus diberikan secara tertulis atau lisan saja. Perintah tertulis
memberikan kemungkinan waktu yang lebih lama untuk memahaminya,
sehingga dapat menghindari adanya salah tafsir. Sebaliknya, perintah lisan
akan lebih cepat diberikan walaupun mengandung resiko lebih besar. Biasanya
perintah lisan ini hanya diberikan untuk tugas-tugas yang relatif mudah.
c. Perintah formal dan informal
Perintah formal merupakan perintah yang diberikan kepada bawahan
sesuai dengan tugas/aktivitas yang telah ditetapkan dalam organisasi.
Sedangkan perintah informal lebih banyak mengandung saran atau dapat pula
berupa bujukan dan ajakan.
Contoh perintah informal antara lain dapat berupa kata-kata:
“apakah tidak lebih baik bilamana saudara menggunakan cara lain”.
“marilah kita mulai mengerjakan pekerjaan ini lebih dulu”, dan sebagainya.
Perintah formal yang banyak dipakai dibidang militer bersifat kurang fleksibel
dibandingkan dengan perintah informal.
3. Delegasi wewenang
Pendelegasian wewenang bersifat lebih umum jika dibandingkan dengan pemberian perintah. Dalam pendelegasian wewenang ini, pemimpin melimpahkan sebagian dari wewenang yang dimilikinya kepada bawahan.
Kesulitan-kesulitan akan muncul bilamana tugas-tugas akan diberikan kepada bawahan itu tidak jelas, misalnya kesulitan-kesulitan dalam menafsirkan wewenang. Ini dapat menimbulkan keengganan bawahan untuk mengambil suatu tindakan. Sebagai contoh, seorang Kepala Bagian Pembelian mengadakan perjanjian pembelian dengan pihak penyedia (supplier) dengan wewenang yang kurang jelas itu, ia akan menanyakan kepada pimpinan, yang jawabannya belum tentu memuaskan. Hal ini dapat diatasi dengan membuat suatu bagan wewenang untuk menyetujui perjanjian.
Setelah perencanaan dan pengorganisasian selesai dilakukan, maka langkah
selanjutnya yang perlu ditempuh dalam manajemen adalah mewujudkan rencana tersebut
dengan mempergunakan organisasi yang terbentuk.Langkah tersebut adalah actuating yang
secara harfiah diartikan sebagai memberi bimbingan namun istilah tersebut lebih condong
diartikan penggerak atau pelaksanaan. Secara praktis fungsi actuating ini merupakan usaha
untuk menciptakan iklim kerjasama diantara staf pelaksana program sehingga tujuan
7
organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien. Fungsi actuating tidak terlepas dari fungsi
manajemen melalui bagan dibawah ini :
\
8
Penentuan masalah
Penetapan tujuan
Penetapan tugas dan sumber daya penunjang
Menggerakan dan mengarahkan
Memiliki keberhasilan SDM
Berikut ini adalah beberapa elemen pengarahan dalam manajemen :
I. COORDINATING
Koordinasi adalah fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manajer agar terdapat suatu
komunikasi atau kesesuaian dari berbagai kepentingan dan perbedaan kepentingan sehingga
tujuan perusahaan dapat tercapai .
II. MOTIVATING
Memberi motivasi kepada karyawan merupakan salah satu elemen penting dalam
manajemen perusahaan, dengan memberikan fasilitas yang bagus dan gaji yang cukup maka
kinerja para karyawan dalam perusahaan pun akan optimal.
III. COMMUNICATION
Komunikasi antara para pimpinan dan karyawan sangat diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Dengan menjalin komunikasi yang baik maka akan menimbulkan suasana kerja
yang kondusif di perusahaan dan akan menumbuhkan teamwork atau kerjasama yang baik
dalam berbagai kegiatan perusahaan.
IV. COMMANDING
Dalam memberi perintah pun seorang atasan tidak bisa seenaknya, tetapi harus
memperhitungkan langkah – langkah dan resiko dari setiap langkah yang para atasan itu
ambil karena setiap keputusan dan langkah akan memberi pengaruh bagi perusahaan.
Dengan pengarahan yang baik dari para atasan dan tujuan , visi dan misi yang jelas
dari suatu manajer perusahaan dapat menimbulkan efek yang positif untuk perusahaan itu
sendiri, antara lain teamwork yang baik dan dapat memunculkan decision maker yang bagus.
Karena decision makin dan teamwork dalam suatu perusahaan adalah kunci kesuksesan suatu
perusahaan untuk mencapai goal atau tujuan perusahaan seefektif dan seefisien mungkin.
Fungsi fundamental ke tiga dalam perusahaan setelah menata perencanaan dan
pengorganisasian adalah bagaimana cara menggerakan manusia secara sukarela untuk
9
melakukan aktiftas personal yang sesuai dengan tujuan perusahaan. “Menggerakan
merupakan usaha untuk menggerakan anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka
berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan yang bersangkutan dan
anggota perusahaan tersebut oleh karena anggota itu ingin mencapai sasaran tersebut”
(Terry:2006:313)
Fungsi pundamental ketiga dari fungsi manajerial adalah menggerakan orang untuk
melaksanakan aktifitas organisasi sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Menggerakan jelas membutuhkan adanya kematangan pribadi dan pemahaman
terhadap karakter manusia yang memiliki kecenderungan berbeda dan dinamis, sehingga
membutuhkan adanya sinkronisasi. Sehingga bisa dikatakan fungsi actuating jauh lebih rumit
oleh karena harus berhadapan langsung sehingga fungsi leadershif begitu kentara sekali
dibutuhkan sekalipun semuanya melalui proses planning dan pengorganisasian terlebih dulu.
Premis yang begitu fenomenal diungkapkan Doghlas McGregor bahwa seorang
karyawan selalu diasumsikan negatif dan positif :
Teori X yang menganggap
Kebanyakan karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan bekerja sesedikit mungkin
dan mereka umumnya menentang perubahan,
Kebanyakan karyawan harus dibujuk.dipersuasi, diberikan penghargaan, diuhkum dan
diawasi untuk mengubah kelakuan mereka agar sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan
organisasi.
Kebanyakan karyawan ingin diberikan pengarahan oleh seorang menejer formal dan
dimana ada kesempatan mereka berusaha untuk menghindari tanggungjawab.
Teori Y menyatakan :
Kebanyakan karyawan memiliki kapasitas untuk menerima tanggungjawab dan
potensi untuk pengembangan tetapi manajemen melalui tindakan-tindakannya harus
membuat mereka sadar tentang sifat-sifat tersebut.
10
Kebanyakan karyawan ingin memenuhi kebutuhan-kebutuhan sosial, kebutuhan akan
pengahrgaan dan kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri sendiri.
2. Tujuan Pergerakan
Tujuan fungsi aktuating ( penggerakan ) adalah :
Menciptakan kerjasama yang lebih efisien
Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf
Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan
Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi dan
prestasi kerja staf
Membuat organisasi berkembang lebih dinamis
3. Fungsi penggerakan
Fungsi aktuasi haruslah dimulai dari diri manager dengan menunjukkan kepada staf
bahwa dia memiliki tekat untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap lingkungannya. Ia
harus memiliki kemampuan kerjasama, harus bersikap obyektif.
Ada 4 jenis utama fungsi penggerakan
1. Koordinasi kegiatan
Untuk setiap kegiatan yang akan diterapkan sesuai rencana, manajemen harus
memastikan bahwa semua kegiatan sebelumnya telah dilaksanakan tepat pada
waktunya. Untuk mengkoordinasi pekerjaan tim kesehatan, pekerja kesehatan yang
bertugas harus :
a. Mengkoordinasikan fungsi para aggota tim kesehatan
b. Mengkoordinasikan kegiatan
c. Menyampaikan keputusan
2. Penempatan orang dalam jumlah, waktu dan tempat yang tepat meliputi
mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi
3. Mobilisassi dan alokasi sumber daya fisik dan dana yang diperlukn meliputi :
11
a. Pemantauan dan pengawasan
b. Logistik ( perolehan, penyaluran, penyimpanan, pengiriman, penyebaran dan
pengembalian barang )
c. Akuntasi
d. Organisasi
4. Keputusan yang berkenaan dengan informasi yang diperlukan
Berkaitan dengan pembuatan keputusan secara umum dan khusus dengan koordinasi
kegiatan, manajemen tenaga kerja dan sumber daya selama penerapan.
4. Faktor - faktor penghambat fungsi penggerakan
Kegagalan manajer dalam menumbuhkan motivasi stafnya, hal ini terjadi karena
manajer kurang memahami hakekat perilaku dan hubungan antar manusia. Seperti konsep
perilaku manusia yang dikemukakan oleh Maslow, dinegara berkembang yang menjadi
prioritas adalah kebutuhan fisik, rasa aman, dan diterima oleh lingkungan sedangkan dinegara
maju kebutuhan yang menonjol adalah aktualisasi diri dan self esteem. Perbedaan tersebut
juga akan mempengaruhi etos kerja dan produktifitas kerja.
5. Faktor – faktor pendukung fungsi penggerakan
Faktor-faktor yang diperlukan dalam penggerakan diantaranya :
(1). Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar berusaha
dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama. Seorang manajer yang tidak memiliki
kepemimpinan tidak akan mampu untuk mempengaruhi bawahannya untuk bekerja, sehingga
manajer yang demikian akan gagal dalam usahanya. Sifat-sifat kepemimpinan menurut
Harold koontz, diantaranya sebagai berikut :
(a). Memiliki kecerdasan orang-orang yang dipimpin
(b). Mempunyai perhatian terhadap kepentingan yang menyeluruh
12
(c). Memiliki kelancaran dalam berbicara
(d). Matang dalam berpikir dan emosi
(e). Memiliki dorongan yang kuat dari dalam untuk memimpin
(f). Memahami/menghayati kepentingan kerja sama.
(2). Sikap dan Moril (Attitude and Morale)
Sikap ialah suatu cara memandang hidup, suatu cara berpikir, berperasaan dan
bertindak. Oleh karena itu sikap manajer akan berbeda-beda sesuai dengan pola hidupnya.
Beberpa sikap manajer diantaranya yaitu :
(a). Sikap feudal (feudal attitude)
Manajer yang mempunyai sikap cara berpikir, berperasaan dan bertindak
sesuai dengan pola-pola kehidupan feodalisme, yaitu suka terikat oleh aturan-aturan
tertentu yang telah teradat dan selalu ingin penghormatan yang serba lebih. Dengan
demikian dalam masyarakat feudal dimana sikap anggota masyarakat sesuai dengan
pola hidup feodalisme akan sukar lahir kepemimpinan demokratis dariad para
manajer, mengingat manajer tersebut hidup dari masyarakat feudal.
(b). Sikap Kediktatoran (Dictatorial attitude).
Manajer yang bersikap kediktatoran akan berpikir berperasaan dan bertindak
sebagai dictator yang mempunyai kekuasaan mutlak, sehingga bawahan, pekerja akan
menjadi sasaran daripada kekuasaannya.
13
(3). Tatahubungan (Communication)
Komunikasi membantu perencanaan managerial dilaksanakan dengan efektif,
pengorganisasian managerial dilakukan dengan effektif, penggerakan managerial diikuti
dengan efektif dan pengawasan diterapkan dengan efektif. Dalam melakukan komunikasi
dalam manajemen ada beberapa macam diantaranya :
(a). Komunikasi intern
yaitu komunikasi yang dilakukan dalam organisasi itu sendiri baik antara
atasan dengan atasan atau bawahan dengan bawahan atau antara atasan dengan
bawahan atau sebaliknya.
(b). Komunikasi Ekstern
yaitu komunikasi yang dilakukan keluar organisasi.
(c). Komunikasi Horizontal
yaitu komunikasi yang dilakukan baik intern maupun ekstern antar jabatan
yang sama.
(d). Komunikasi Vertikal
yaitu komunikasi yang dilakukan dalam intern organisasi antara atasan dan
bawahan atau sebaliknya dalam suasana formil.
(4). Perangsang (Incentive) ;
insentif ialah sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan seseorang bertindak.
(5). Supervisi (Supervision)
Supervisi dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan pengawasan, sehingga suka
timbul kekacauan pengertian dengan kata pengawasan sebagai terjemah dari kata control.
Menurut Terry Supervsi ialah kegiatan pengurusan dalam tingkatan organisasi dimana
anggota manajemen dan bukan anggota manajemen saling berhubungan secara langsung.
Dengan demkian tugas supervisor cukup berat karena ia harus dapat menemukan kesalahan-
kesalahan dan memperbaikinya, serta memberi petunjuk untuk menyelesaikan sesuatu
pekerjaan dan memberi nasehat-nasehat kepada pegawai yang mengalami kesulitan.
14
(6). Disiplin (Discipline)
Disiplin ialah latihan pikiran, perasaan, kehendak dan watak untuk melahirkan ketaatan
dan tingkah laku yang teratur. Jenis disiplin ada dua :
(1) Self Imposed discipline (disiplin yang timbul dengan sendirinya).
(2). Command Discipline (Disiplin berdasarkan perintah).
Hal – hal yang perlu diperhatikan manajer dalam fungsi penggerakan
1. Manajer harus bekerja lebih produktif
2. Manajer perlu memahami ilmu psikologi, komunikasi, kepemimpinan dan sosiologi
3. Manajer harus mempunyai tekat untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap
lingkungan
4. Manajer harus bersikap obyektif
5.
B.MOTIVASI1. Pengertian
Motivasi sebagai “proses psikologikal yang yang menyebabkan timbulnya,
diarahkannya dan terjadinya persistensi kegiatan sukarela yang diarahkan kearah tujuan
tertentu” (Mitchell, 1982:81)
Motivasi sebagai “kesediaan untuk melaksanakan upaya tinggi untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi yang dikondisi oleh kemampuan upaya demikian untuk memenuhi
kebutuhan individual tertentu” (Robbins et.al, 1999:50)
Motivasi adalah “hasil proses-proses yang bersifat internal atau eksternal bagi
seorang individu yang menimbulkan sikap entusias dan persistensi untuk mengikuti arah
tindakan tindakan tertentu” (Gray, 1984:69)
Teori Motivasi
Menurut Landy & Becker (1987) teori motivasi dikategorikan dalam 5 macam yaitu :
teori kebutuhan (need theory), teori keadilan (equity theory), teori ekpektansi (expectancy
theory) dan teori penetapan tujuan (goal-setting theory)
15
Teori kebutuhan
Teori hirarkhi kebutuhan Abraham Maslow yang mengungkapkan
Motivasi manusia berhubungan dengan 5 macam kebutuhan yang
berhirarkhi yaitu :
1. .Kebutuhan psikologis
2. Kebutuhan akan keamanan
3. Kebutuhan akan apeksi
4. Kebutuhan akan pandangan masyarakat
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri sendiri
Teori Erg dari Clayton P. Alderifer (1972) yaitu terkenal dengan teori (ERG
yaitu Existence needs=E, Relatedness needs = R dan Growth needs = G)
Teori kebutuhan mencapai prestasi dan McClelland (1940) (motivasi
berbeda-beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi
Teori Higiene motivator dari Frederick Herzberg (1959) yang berpendapat
bahwa motivasi merupakan dampak langsung dari kepuasan kerja dimana
didalamnya ada motivator kerja dan ada faktor higiene dalam bekerja.
Teori keadilan (Kreitner et.al., 1989)
Yang berpendapat orang-orang berupaya mendapatkan kelayakan dan keadilan
dalam pertukaran-pertukaran sosial atau hubngan memberi dan menerima. Tendensi
keadilan dan ketidakadilan :
1. Seorang individu akan berupaya untuk memaksimalisasi jumlah hasil positif yang
diterima olehnya.
2. Orang-orang menolak untuk memperbesar masukan-masukan apabila hal tersebut
memerlukan upaya atau biaya besar.
3. Orang menolak perubahan behavioral atau kognitif dalam masukan-masukan yang
penting bagi konsep diri mereka atau harga diri mereka.
4. Daripada mengubah kognisi tentang diri sendiri seorang individu cenderung
mengubah kognisi tentang perbandingan mengenai masukan dan hasil pihak lain.
5. Meninggalkan lapangan ahanya akan dilakukan apabila ketidak adilan hebat, tidak
dapat diatas dengan metode lain.
16
Teori ekpektansi
Orang-orang termotivasi untuk berprilaku dengan cara-cara menimbulkan
kombinasi-kombinasi hasil-hasil yang diekpektansikan yang didalamnya ada prinsip
hedonisme.
Teori ekpektansi Victor Vroom (1964) :
kekuatan motivasi tergantung pada ekpektansi (keyakinan sendiri untuk
melakukan sesuatu) sesorang dengan konsep pokok ekpektansi (apakah kiranya saya
dapat mencapai tingkat kinerja tugas yang diinginkan), instrumentalis (hasil kerja
apakah akan saya peroleh sebagai hasil kinerja saja) dan valensi (bagaimankah
penilaian saya tentag hasil-hasil kerja) dengan membuat persamaan bahwa motivasi
merupakan hasil dari ekpektansi kali instrumentalitas kali valensi.
Teori ekpektansi memprediksi bahwa motivasi untuk bekerja keras untuk
kenaikan upah akan rendah apabila :
1. Ekpektansi rendah-seseorang merasa bahwa ia tidak mampu mencapai tingkat
kenerja yang diperlukan.
2. Instrumentalis rendah-orang yang bersangkutan tidak yakin bahwa sutau tingkat
kinerja tugas akan menyebabkan kenaikan dalam imbalan
3. Valensi rendah-orang yang bersangkutan kurang menghargai kenaikan dalam
imbalan
4. Setiap kombinasi dari ketiga macam kemungkinan, mungkin terjadi.
Teori pencapaian tujuan (Edwin A.Locke)
Teori ini diaplikasikan dalam teknik manajemen berdasarkan sasaran
(Management by Objective) dan Locke berpendapat “kinerja cenderung
meningkat sewaktu tujuan menjadi semakin sulit dicapai tetapi hal tersebut akan
berlangsung hingga titik tertentu, spesifikasi tujuan secara menyeluruh yang
disertai kesulitan-kesulitan ternyata sangat kuat berkaitan dengan kinerja tugas”.
17
dimana penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional
sebagai berikut :
1) Tujuan mengarahkan perhatian
2) Tujuan mengatur upaya
3) Tujuan meningkatkan persistensi
4) Tujuan menunjang strategi dan rencana kegiatan
2. Model Motivasi Manusia
Model maslow :
o Manusia sebagai makhluk yang serba berkeinginan (man is a wanting being)
o Sebuah kebutuhan yang dipenuhi bukanlah sebuah motivator prilaku
o Kebutuhan manusia diatur dalam suatu seri tingkatan-suatu hirakhi menurut
pentingnya masing-masing kebutuhan
Model instink (Berelson,1972; Lawless,1972)
oleh instink yang merupakan tendensi yang ada dalam diri manusia untuk
bereaksi dengan cara tertentu
Model hedonism
Motivasi dipengaruhi oleh tuntutan sederhana upaya meminimalisasi perasaan
sakit dengan mencari kesenangan dan kegembiraan maksimal
Model motivasi yang tidak disadari (Davidson, 1952)
Model instink dan hedinistik dalam hal menerangkan eksistensi dan peranan
proses mental yang berlangsung dibawah sadar yang mempengaruhi prilaku.
Model manusia rasional.
Masing-masing individu sadar akan pola kebutuhan dan keinginan pribadi
dengan pertimbangan akalnya.
Model manusia sosial
Seorang individu dan prilakunya dipengaruhi oleh ekspektansi dan tekanan
sosial, orang-orang dengan siapa ia bekerjasama
18
3. Sifat-sifat Manusia
1. Sebuah fenomin individual-masing-masing individu bersifat unik dan fakta tersebut
harus diingat pada riset motivasi.
2. Motivasi bersifat intensional-apabila seseorang karyawan melaksanakan suatu
tundkaan maka hal tersebut disebabkan karena orang tersebut secara sadar telah
mimilih tindkaan tersebut.
3. Motivasi memiliki macam-macam fase-para periset telah menganalisis berbagai
macam aspek motivasi dan termasuk didalamnya bagaimana motivasi tersebut
ditimbulkan, bagaimana ia diarahkan dan pengaruh apa menyebabkan timbulnya
persistensinya dan bagaimana motivasi dapat dihentikan
4. Tujuan teori motivasi adalah memprediksi prilaku-perlu ditekankan perbedaan-
perbedaan antara motivasi, prialku dan kinerja. Motivasi penebab prialku, andaikata
prialku tersebut efektif, maka akibatnya adalah berupa kinerja tinggi (Mitchell,
1982:88)
4. Sepuluh Motivator Kerja
Pemerkaya jabatan (job enrichment) dan rotasi kerja
Partisipasi
Manajemen berdasarkan hasil
Manajer penggandaan
Kekuatan fikiran
Hubungan manusia yang realistis
Lingkungan kerja dimana pekerjaan dilaksanakan
Jam kerja yang fleksibel
Kritik efektif
Tiada kesalahan sama sekali
19
5. Menurunnya Sebuah Motivasi
Kekuatan sebuah motivasi cenderung menyusut apabila terpenuhi atau terhalangi
dalam pemenuhannya yang antara lain :
1. Kebutuhan yang sudah dipenuhi, bukan lagi sebuah motivator prilaku
2. Pemenuhan kebutuhan yang terhalangi akan pencapaian kepuasannya.
3. disonansi kognitif (motiv yang terhalangi dan prilaku penyeusian yang terus menerus
tidak berhasil dapat menyebakan timbulnya bentuk-bentuk prialaku penyesuaian yang
tidak rasional)
4. Frustasi (dihalanginya pencapaian tujuan bisa menyebabkan frustasi dengan prilaku
seperti agressi, regresi, fiksasi dan resignasi)
5. Rasionalisasi (mengemukakan dalih-dalih karena ketidakmampuannya)
6. Regresi (tidak berprilaku sesuai dengan umur)
7. Fiksasi (apabila seseorang terus menerus memperlihatkan pola prilaku sama, terus
menerus, walaupun pengalaman menunjukan bahwa hal tersebut tdiak memberikan
hasil apa-apa)
8. resignasi/apati (frustasi dalam jangka waktu lama dan kehilangan harapan sehingga
menarik diri dari kenyataan.
C.KEPEMIMPINAN
Setelah perencanaan dibuat dan stuktuk organisasi terbentuk, maka langkah selanjutnya
adalah pengisian jabatan dalam organisasi, dikalangan para ahli manajement ada bermacam-
macam pendapat tentang kepemimpinan, ada yang berpendapat kepemimpinan adalah fungsi
leadership, fungsi motivating atau fungsi modeling.
Kepemimpinan memiliki sifat mengarahkan yaitu mengarahkan orang-orang yang
dipimpinnya untuk mencapai tujuan. Hal ini dilakukan oleh para pemimpin dengan terlebih
dahulu menetapkan tujuan yang jelas, yang berisi arahan kemana usaha para bawahan akan
dibawa/arahkan. Tanpa adanya tujuan yang jelas, akan sangat sulit bagi pemimpin untuk
mengarahkan para bawahannya agar mencapai tujuan.
Selain itu, dalam megarahkan para bawahannya untuk memcapai tujuan yang telah
ditetapkan, para pemimpin harus mengembankan mekanisme Reward and Punishment
(ganjaran dan hukuman). Reward diberikan bagi karyawan yang memiliki kinerja pekerjaan
20
yang baik, sedangkan punishment diberikan bagi karyawan yang memiliki kinerja kerja yang
buruk.
Kepemimpinan juga harus memiliki sifat memengaruh (influencing) yakni dalam hal ini
pemimpin harus mampu memengaruhi para bawahannya baik dengan perkataan, sikap,
kepribadian dan perbuatannya agara para bawahan tersebut mau bekerja sama dalam proses
pencapaian tujuan perusahaan.
Walaupun pemimpin bukan merupakan manusia sempurna, tetapi seorang pemimpin
senantiasa dituntut oleh para bawahannya untuk memiliki pengetahuan, keahlian, dan
terutama kualitas kepribadian yang lebih sempurna dibandingkan dengan orang ang
dipimpinnya. Bahkan untuk menciptakan citra bahwa pemimpin tersebut merupakan manusia
yang sempurna, seorang pemimpin kerap melakukan Manajemen Kesan (Imperssion
management) seolah-olah dia adalah pemimpin yang sempurna. Tetapi manajemen kesan
bukan merupakan cerminan keadaaan pemimpin itu apa adanya.
Pemimpin juga memiliki wewenang, yaitu hak yang dimiliki pemimpin untuk memerintah
orang lain (bawahannya) dalam kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tugas/pekerjaan.
Wewenang ini berasal dari kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin.dengan
demikian, kekuasaan yang dimiliki pemimpin tidak sama dengan kekuasaan yang dimiliki
bawahanny. Yakni dalam hal inin para pemimpin memiliki kekuasaan yang lebih besar dari
para bawahannya.
Kekuasaan para pemimpin berasal dari :
a. Legitimate power
Yakni dalam hal ini pemimpin memiliki kekuasaan karena dia diberi
kewenangan oleh pemegang kekuasaan yang lebih tinggi.
b. Expert Power
Dalam hal ini kekuasaan dimiliki seorang pemimpin karena keahlian yang
lebih menonjol dalam bidang keahliannya sehingga dia diakui otoritas
keahliannya.oleh orang lain.
c. Reward Power
Kekuasaan yang dimiliki oleh seorang pemimpin karena pemimpin tersebut
gemar memberikan hadiah terutama dalam bentuk materi.
21
d. Coercive Power
Yaitu kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin karena dia memiliki
kemampuan untuk memaksa orang agar patuh terhadap perintahnya.
Kekuasaan jenis ini terutama banyak ditemukan dalam organisasi yang
bersifat otoriter.
e. Referrent Power
Yaitu kekuasaan yang dimiliki seorang pemimpin karena wibawa yang dia
miliki. Sedangkan kewibawaannya tidak selaran dengan perkataannya.
Menurut Stoner kepemimpinan adalah sebagai proses mengarahkan dan mempengaruhi
kegiatan yang berhubungan dengan tugas. Ada tiga implikasi penting :
1. Kepemimpinan melibatkan orang lain ( bawahan atau pengikut ), kualitas seorang
pemimpin ditentukan oleh bawahan dalam menerima pengarahan dari seorang
pemimpin.
2. Kepemimpinan merupakan pembagian kekuasaan yang tidak seimbang diantara para
pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin mempunyai wewenang dalam
mengarahkan beberapa dari kegiatan anggota kelompok dan sebaliknya bahwa anggota
kelompok atas bawahan secara tidak langsung mengarahkan kegiatan pemimpin.
3. Kepemimpinan disamping dapat mempengaruhi bawahan juga mempunyai pengaruh.
Dengan kata lain seorang pemimpin tidak dapat mengatakan pada bawahan apa yang
harus dikerjakan tapi juga mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintah
pemimpin.
PENDEKATAN STUDI KEPEMIMPINAN
Untuk mempelajari kepemimpinan menggunakan tiga pendekatan :
1. Kepemimpinan itu tumbuh dari bakat
2. Kepemimpinan tumbuh dari perilaku.
Pendekatan ini berasumsi bahwa seseorang yang memiliki bakat yang cocok
atau memperlihatkan perilaku yang sesuai ia akan muncul pemimpin dalam
situasi kelopok yang ia masuki.
3. Bersandar pada pandangan situasi.
22
Pandangan ini berasumsi bahwa kondisi yang menentukan efektifitas
pemimpin. Efektifis pemimpin bervariasi menurut situasi tugas yang harus
diselesaikan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi dan
pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan. Dalam situasi yang berbeda
prestasi seorang pemimpin berbeda pula, mungkin lebih baik atau lebih buruk.
Pendekatan ini memunculkan pendekatan kontingensi yang menentukan
efektivitas situasi gaya pemimpin.
D.KOMUNIKASI1. KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Komunikasi yang efektif adalah penting bagi manager karena sebagai proses
dimana fungsi manajemen seperti fungsi perencanaan, fungsi pengorganisasian,
fungsi kepemimpinan dan fungsi pengendalian dapat dicapai. Dan sebagai kegiatan
dimana manajer mencurahkan sebagian besar dari waktunya.
Proses komunikasi memungkinkan para manager menjalankan tanggung jawabnya
dan informasi harus dikomunikasikan kepada para manager sebagai dasar pembuatan
keputusan dalam pembuatan fungsi-fungsi management baik secara terulis maupun
lisan.
2. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Komunikasi diartikan sebagai proses pemindahan dalam gagasan atau informasi
seseorang ke orang lain. Komunikasi mempunyai pengertian tidak hanya berupa kata-
kata yang disampaikan seseorang tapi mempunyai pengertian yang lebih luas seperti
ekspresi wajah, intonasi dan sebagainya. Komunikasi dapat menghubungkan antara
bagian yang berbeda atau disebut rantai pertukaran informasi. Hal ini mengandung
unsure-unsur:
1) Sebagai kegiatan untuk seseorang mengatur
2) Sebagai saran pengendalian informasi
3) Sebagai system terjalinnya komunikasi diantara individu-individu
23
Pengirim Berita Penerima
3. PROSES KOMUNIKASI
Modal yang paling sederhana adalah modal komunikasi antar pribadi
Dari bagian diatas bahwa model ini menunjukan 3 elemen penting dimana jika
salah satu hilang tidak akan terjadi komunikasi. Model yang paling canggih dalam
komunikasi adalah model proses komunikasi dimana langkah-langkahnya sebgai
berikut:
1) Pengirim
Ada;ah seseorang yang mempunyai kebutuhan, keinginan atau
informasi serta mempunyai kepentingan untuk mengkomunikasikan
kepada orang lain.
2) Pengkodean
Adalah pengirim pengkodean informasi yang akan disampaikan dan
diterjemahkan ke dalam symbol atau isyarat yang biasanya dalam bentuk
kata-kata agar orang lain mengerti tentang informasi yang disampaikan.
3) Pesan
Pesan dapat dalam segala bentuk yang biasanya dapat dirasakan dan
dimengerti satu atau lebih dari indra penerima, misalnya pidato dapat
didengar dan jika tulisan dapat dibaca, isyarat dapat dilihat dan dirasakan.
4) Saluran
Adalah cara mentransmisikan (menyampaikan) pesan, misalnya kertas
untuk surat, udara untuk kata-kata yang diucapkan. Agar komunikasi dapat
efektif dan effisien saluran harus sesuai dengan pesan.
5) Penerima
Adalah orang yang menafsirkan pesan dari penerima, jika pesan tidak
sampai pada penerima, komunikasi tidak terjadi.
6) Penafsiran Kode
Dalam peroses dimana penerima menafsirkan pesan dan
menerjemahkannya menjadi informasi yang berarti baginya. Semakin tepat
24
penafsiran penerima terhadap pesan yang dimaksudkan oleh pengirim,
maka efektif komunikasi yang terjadi.
7) Umpan Balik
Adalah pembalik dari proses komunikasi dimana reaksi terhadap
komunikasi pengirim dinyatakan karena penerima itu telah menjadi
pengirim, umpan balik mengalir lewat langkah yang sama seperti semula.
Semakin cepat umpan balik semakin efektif komunikasi.
4. KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
1. Jalur komunikasi formal
Efevtivitas akan efektif melalui dua cara
a. Jalur formal dimana jarak yang semakin berkembang dan semakin
meluas serta tumbuhnya organisasi. Misalnya pengecer yang besar
dengan cabang yang luas komunikasinya tidak efektif daripada
toserba.
b. Jalur formal komunikasi menghambat arus yang besar dsari
informasi dari tingkat-tingkat organisasi. Misalnya karyawan lini
perakitan hampir selalu akan mengkomunikasikan masalah-
masalah yang dihadapi dengan mandor atau dengan managernya.
2. Struktur Wewenang
Dalam organisasi dimana perbedaan statis dan kekuasaan akan
mempengaruhi isi dan ketepatan komunikasi, contohnya percakapan
Direktur Utama dengan karyawan biasa dilakukan dengan tata karma dan
terbatas sehingga tidak ada pihak yang berkehendak untuk mengatakan
sesuatu yang penting.
3. Spesialisasi Jabatan
Anggota organisasi yang sama akan menggunakan istilah-istilah, tujuan,
tugas, waktu dan gaya yang sama dalam berkomunikasi.
4. Pemilikan Informasi
Berarti individu-individu mempunyai informasi dan pengetahuan yang
kahas mengenai tugasnya. Informasi ini memiliki bentuk kekuatan bagi orang
yang memilikinya, ini adalah bentuk komunikasi yang efektif.
25
5. SALURAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
Saluran komunikasi ini ditentukan oleh struktur organisasi dan tipe-
tipe saluran dasar komunikasi, yaitu vertical, lateral, dan diagonal.
1. Komunikasi Vertical
Komunikasi vertical adalah komunikasi ke atas dan atau ke bawah
dalam rantai komando. Komunikasi ke bawah dimulai dari manajemen tingkat
atas sampai pada karyawan, bukan supervisor. Kegunaanya antara lain untuk
memberikan perintah, petunjuk dan lain-lain serta membuka informasi kepada
anggota organisasi tentang tujuan dan kebijaksanaan organisasi. Sedangkan
kegunaan komunikasi ke atas memberikan informasi kepada tingkatan yang lebih
tinggi tentang apa yang terjadi pada tingkatan lebih rendah. Misalnya tentang
saran-saran, laporan kemajuan dan sebagainya.
2. Komunikasi Lateral atau Horizontal
Meliputi pola aliran kerja dalam organisasi yang terjadi antara
anggota-anggota kelompok kerja yang sama dan diantara departemen-departemen
pada tingkat organisasi yang sama. Kegunaanya : menyediakan saluran langsung
untuk koordinasi dan pemecahan masalah organisasi. Hal ini untuk menghindari
keterlambatan dalam pengarahan dan untuk membentuk hubungan dengan rekan
meraka.
6. KOMUNIKASI INFORMAL
Bentuk dari komunikasi ini timbul karena adanya berbagai maksud yaitu :
1. Pemuas kebutuhan manusiawi
2. Perlawanan terhadap pengaruh yang monoton dan membosankan
3. Keinginan untuk mempengaruhi perilaku orang lain
4. Sumber informasi hubungan pekerjaan
Jenis lain dari komunikasi informal adalah desas-desus yang secara
resmi tidak disetujui. Hal ini sebagai akibat jaringan informasi yang simpang siur
dan tumpang tindih. Artinya beberapa orang tentu mempunyai banyak informasi
kemungkinan menjadi anggota dari beberapa jaringan informasi. Desas-desus ini
26
juga mempunyai peranan fungsional sebagai alat komunikasi tambahan bagi
organisasi.
7. EFEKTIFITAS KOMUNIKASI
1. Kebutuhan akan komunikasi yang efektif
Untuk mencapai komunikasi yang efektif diperlukan beberapa cara yaitu,
kesadaran akan kebutuhan komunikasi yang efektif dan penggunaan umpan balik. Di
zaman modern ini komunikasi merupakan subjek penting maka perusahaan besar
biasanya menggunakan ahli komunikasi untuk membantu memecahkan masalah-
masalah komunikasi internal.
Komunikasi umpan balik atau dua arah memungkinkan proses komunikasi berjalan
lebih efektif dana dapat menciptakan lingkungan yang komunikatif dalam organisasi.
Dalam hal ini manager harus aktif. Penggunaan management partisipatif dan
komunikasi tatap muka merupakan jalan lain meningkatkan efektifitas komunikasi
melalui umpan balik.
2. Komunikator yang lebih efektif
Untuk dapat menjadi komunikator yang lebih efektif harus memberikan
latihan-latihan dalam bentuk penulisan maupun penyampaian berita secara lisan
dengan maksud untuk meningkatkan pemahaman akan simbol-simbol, penggunaan
bahasa yang baik dan benar, pengutaraan yang tepat dan kepekaan terhadap latar
belakang penerima berita.
Salah satu alat yang digunakannya adalah aktif listening yang digunakan untuk
mengembangkan keterampilan management para manager. Sebagai dasar peralatan ini
adalah penggunaan reflektif statements (pernyataan balik) olehnpara pendengar.
The American management association (AMA) menyusun sepuluh pedoman
efektifitas komunikasi organisasi yaitu :
1) Cobalah menjernihkan gagasan anda sebelum berkomunikasi.
2) Telitilah kegunaan sebenarnya dari setiap komunikasi.
27
Direktur Direktur
Wakil Direktur Wakil Direktur
Manajer DivisiManajer Divisi
Manajer PabrikManajer Pabrik
Penyelia Penyelia
Karyawan Karyawan
Ketepatan komunikasi cenderung berkurangbila melalui rantaiperintah
3) Pertimbangkan situasi manusia dan fisik secara keseluruhan bilamana ada
komunikasi.
4) Berkonsentrasi dengan orang lain, bila perlu dalam merencanakan komunikasi.
5) Berhati-hatilah ketika anda berkomunikasi, mengenai nada maupun isi pokok
dari pesan anda.
6) Ambilah kesempatan bila muncul untuk menyampaikan sesuatu yang dapat
membantu atau bernilai bagi penerima.
7) Lakukan tindak lanjut komunikasi anda.
8) Berkomunikasi untuk hari esok sebaik hari ini.
9) Pastikan bahwa tindakan anda mendukung komunikasi anda.
10) Berusahalah bukan saja untuk di mengerti, tetapi juga untuk mengerti serta
jadilah pendengar yang baik.
8. HAMBATAN TERHADAP KOMUNIKASI YANG EFEKTIF
1. Hambatan Organisasional:
a. Tingkatan Hieararki:
Bila organisasi tumbuh dan berkembang akan menimbulkan berbagai
masalah organisasi, karena menambah tingkatan memakan waktu yang panjang
dan ketepatannya semakin berkembang. Dimana setiap tingkatan bisa menambah
atau mengurangi, serta merubah berita dengan aslinya.
28
b. Wewenang Manajerial:
Bahwa mengendalikan orang lain juga menimbulkan hambatan
terhadap komunikasi. Atasan merasa bahwa mereka tidak sepenuhnya
menerima berbagai masalah, kondisi yang membuatnya tampak lemah sedang
bawahan menghindar situasi untuk mengungkapkan informasi yang membuat
posisinya tidak menguntungkan. Maka dua hal diatas akan menimbulkan gap.
c. Spesialisasi
Perbedaan fungsi, kepentingan dan istilah-istilah lainnya membuat org
merasa ada dalam dunia yang berbeda, yang akhirnya menghalangi
masyarakat, sulit memahami dan mendorong terjadi kesalahan-kesalahan.
2. Hambatan antar pribadi:
Kesalahan dalam komunikasi juga dipengaruhi oleh faktor ketidaksempurnaan
manusia dan bahasa. Maka perlu memperhatikan:
a. Persepsi selektif
b. Kedudukan komunikator
c. Keadaan membela diri
d. Pendengaran lemah
e. Ketidaktepatan penggunaan bahasa
29
KesimpulanPencapaian tujuan perusahaan sering kali tidak dapat dilakukan dengan mudah.
Berbagai kendala dapat dihadapi perusahaan dalam perjalanannya mencapai tujuan. Gejolak
perekonomian, aktivitas pesaing semakin agresif dan berbagai kesulitan yang menghadang
sering kali membuat tujuan yang hendak dicapai perusahaan menjadi tidak mudah.
Permasalahan yang sama terjadi pada saat perusahaan ingin melakukan perubahan
agar lebih sesuai dengan tuntutan pasar. Sumber daya manusia perusahaan yang sudah
terbiasa dengan cara lama (old fashion) akan memiliki keengganan untuk berubah (resistant
to change), karena tujuan baru perusahaan yang ingin dikejar masi terlalu samar. Sehingga
mereka khawatir perubahan tersebut hanya akan menimbulkan berbagai dampak yang
merugikan bagi kepentingan karyawan.
Oleh karena itu, dalam menghadapi situasi-situasi tersebut di atas, perusahaan
membutuhkan beberapa fungsi, salah satunya adalah fungsi Aktuating. Sehingga diharapkan
dengan berjalannya fungsi actuating ini, kelancaran dalam operasional manajemen dapat
berlangsung dengan baik.
30
Daftar PusakaBennis, Warren, Menjadi Pemimpin Efektif (On Becoming a Leader), Alih bahasa Anna
W.Bangun, Elex Media Komputindo, 1994
Covey, Stepehen R, The 7 Habits of Highly Effective People (7 Kebiasaan Manusia yang
sangat efektif), edisi revisi, alih bahasa Drs, Budijanto, Binarupa Aksara, Jakarta, 1997
Jones, Gareth R. Organizational Theory : Text and Cases, Addison Wesley, 1995
Robbins, Stepehen P. Managing Today, 2nd Ed, Prentice Hall, 2000
Stoner, James A.F., et al., Management, 6th Ed., Prentice Hall Inc, Englewood Cliffs, 1995
31