Tuhan Yang Maha Esa Dan Ketuhanan (Pembelajaran Awal)
-
Upload
ahmad-sie-apriadi -
Category
Documents
-
view
303 -
download
0
Transcript of Tuhan Yang Maha Esa Dan Ketuhanan (Pembelajaran Awal)
TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANANFilsafat ketuhanan (teologi: ilmu agama)
(Keimanan dan Ketaqwaan)
Dalam beberapa literature disebutkan bahwa”agama ada yang bersifat primitif
dan ada pula yang dianut oleh masyarakat yang telah meninggalkan fase
keprimitifan. Agama yang terdapat dalam masyarakat primitif adalah :
dinamisme, animisme, politheisme, henotheisme, monotheisme.
Dinamisme adalah: mengandung kepercayaan pada benda-benda yang
diyakini mempunyai kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia, untuk mendapatkan pengaruh yang baik dari benda-benda tersebut
dilakukanlah perbuatan seperti memakai atau memakan benda tersebut agar
orang yang memakai dan memakan benda tersebut senantiasa terpelihara dan
dilindungi oleh kekuatan gaib yang ada didalamnya.
Kekuatan gaib tersebut dinamakan mana,tuah, sakti atau keramat.Seiring
dengan perkembangan kemajuan yang dialami manusia, maka keyakinanpun
mengalami perubahan,keyakinan manusia meningkat menjadi Animisme yaitu
percaya pada benda hidup atau benda mati punya kekuatan gaib, mendekatinya
dengan cara saji-sajian, seperti percaya pada roh nenek moyang.
Dari animisme meningkat lagi menjadi Politheisme yaitu percaya pada
Tuhan banyak, berarti selain keyakinan di atas ( benda dan roh ), manusia
percaya pada adanya Tuhan yang disembah, disini terdapat unsur menyembah,
akhirnya berkembang lagi menjadi Henotheisme, yaitu percaya pada satu tuhan,
Tuhan untuk satu bangsa. Akhirnya Monotheisme yang merupakan akhir
dari proses perkembangan kepercayaan masyarakat primitif dan termasuk
masyarakat maju.
Dalam kehidupan masyarakat yang telah maju agama yang dianut bukan
lagi animisme, dinamisme, politisme, atau henoteisme, akan tetapi agama
monoteisme, Agama Tauhid, Dasar ajaran agama monoteisme adalah Tuhan
Satu, Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian tuhan tidak lagi tuhan
nasional akan tetapi tuhan Internasional, Tuhan semua bangsa didunia ini dan
bahkan Tuhan Semesta Alam. Disinilah jika diperhatikan lebih jauh Islam
menempati posisi sebagai agama tauhid yang hanya mengakui adanya satu
Tuhan yaitu Allah SWT, yang merupakan inti dari Ajaran Agama Islam yang
terumus dalam kalimat La ilahaillallah. Dan keyakinan atau keimanan yang
merupakan pengembangan dari kalimat tauhid di atas sering disebut dengan
Aqidah (Teologi). Aqidah berasal dari bahasa Arab, secara arti etimologi ,
adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi
sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Secara tehnis (istilah) artinya adalah
iman atau keyakinan. Dan kedudukannya sangat sentral dan fundamental.
AQIDA H
IMAN KEPADA ALLAH
Aqidah (Aqidah Islam) beranjak dari keyakinan kepada Zat Mutlak
Yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, dan
perbuatan Wujud-Nya itu disebut Tauhid (Teologi). Tauhid menjadi inti rukun
iman dan prima causa seluruh keyakinan Islam. Selanjutnya sistematika pokok-
pokok keyakinan Islam dapat dilihat sebagaimana terangkum dalam istilah
Rukun Iman sebagai berikut:
1. Keyakinan pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa
2. Keyakinan pada Malaikat-Malaikat-Nya.
3. Keyakinan pada Kitab-Kitab suci
4. Keyakinan pada para nabi dan rasul Allah
5. Keyakinan akan adanya hari Akhir, dan
6. Keyakinan pada qadha dan Qadar Allah.
Prinsif-Prinsif Keyakinan/Rukun Iman ini merupakan aqidah Islamiyah dapat
di diuraikan sebagai berikut:
Allah, Zat Yang Maha Mutlak itu, Yaitu menciptakan segala sesuatu, zat
satu-satunya yang berhak disembah. Allah adalah Al-Khaliq yang Maha
sempurna, sempurna dalam Zat-Nya, sempurna dalam sifat-Nya, sempurna
dalam perbuatan-Nya dan sempurna dalam segala-galanya.
Beriman kepada Allah berarti: Yakin dan percaya sepenuh hati akan
adanya allah, keesaan-Nya serta sifat-sifat-Nya yang sempurna, Kosekwensi
dari pengakuan ini adalah; mengikuti tanpa reseve/petunjuk/bimbingan Allah
dan rasul-Nya yang tersebut dalam al-qur’an dan hadist nabi. Menjalankan
ibadah sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah (MAsjfuk Zuhdi;
1993:11).
Segala sesuatu mengenai Tuhan disebut Ketuhanan. Ketuhanan yang
Maha Esa menjadi dasar Negara Republik Indonesia. Menurut pasal 29 ayat 1
undang-undang dasar 1945 negara berdasarkan atas tuhan yang maha esa.
Istilah ketuhanan yang maha esa adalah ciptaan otak manusia, pengertian iman
orang Indonesia, sebagai terjemahan kata-kata yang terhimpun dalam Allahu al
wahidul ahad, yang berasal dari al-qur’an surat Al-Ikhlas:1 Qulhuwallahu Ahad
itulah yang ditejemahkan dengan Tuhan Yang Maha Esa, yang sebelum tahun
1945 perkataan itu tidak ada dalam bahasa Indonesia (Muhammad Daud Ali;
1997: 202).
Menurut akidah Islamiyah, konsepsi mengenai Ketuhanan Yang Maha
Esa disebut Tauhid, ilmunya adalah ilmu tauhid adalah ilmu kemaha esaan
tuhan (Osman Raliby, 1980:8)
Di dalam ilmu tauhid disebutkan dua puluh sifat Allah, yang disebut
dengan Sifat Dua Puluh, yaitu:
1.Wujud, Ada. Mustahil ‘Adam (tidak ada). Hal ini ditegaskan oleh Al-Qur’an
As-Sajadah:4)
“Allah lah Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya”
2.Qidam, terdahulu tidak ada permulaan-Nya, mustahil hudust (baru, ada yang
mendahului)
Ditegaskan oleh Al-Qur’an Al-Hadi d:3) “Dialah Yang Awal dan yang
Akhir”
3.Baqa’, Kekal, Abadi tidak berkesudahan, mustahil Allah itu fana (rusak,
berakhir). Ditegaskan dalam al-qur’an “dan baga’ (tetap kekal) Zat
Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan”. (QS. Ar-Rahman:27)
segala ciptaan-Nya (yang baru), mustahil Allah mumatsalatu lil hawaditsi
(ada yang menyamai)
4.Mukhalafatuhu lil hawaditsi, berbeda dengan segala ciptaan-Nya (yang
baru), mustahil Allah mumatsalatu lil hawaditsi (ada yang menyamai),
sebagaiamana ditegaskan di dalam al-qur’an. QS.:Asy-Sura:11). “Tiada
satupun yang menyamai dengan dia (Allah).
5.Qiyamuhu binafsihi, berdiri sendiri. Mustahil Allah ihtiyajun lighairihi
(membutuhkan yang lain). Ditegaskan dalam Surah Ali Imran; 97. “ maka
sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu dari alam
semesta).
6.Wahdaniyat, Maha Esa, Mustahil Allah itu ta’addud (berbilang). “Katakanlah
dialah Allah yang Maha Esa”. (Al-Ikhlas:1)
7. Qudrat, Berkuasa, Maha Kuasa,Mustahil ‘ajzun lemah .Ditegaskan dalam Al-
Qur’an ‘’Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu ‘’ Q.S Al-
Baqarah ;20
8.Iradat, Berkehendak, Mustahil karahah (terpaksa) Ditegaskan dalam al-
qur’an, Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia
kehendaki.” (Q.S.Huud: 107)
9.Ilmu, Maha Mengetahui, Mustahil jahlun (bodoh). Ditegaskan di dalam Al-
Qur’an, “Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa’:
176)
10.Hayat, Hidup mustahil mautun (mati). Ditegaskan di dalam Al-Qur’an; “Dan
bertawakkallah kepada Allah Yang maha Hidup (kekal) Yang tidak mati,
dan bertasbihlah dengan memuji-Nya”.” (Q.S. Al-Furqan)
11. Sama’. Maha Mendengar. Mustahil shamamun, (tuli). Ditegaskan di dalam
Al-Qur’an, “ Dan Allah Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 256).
12. Bashar, Maha Melihat. Mustahil Allah ‘ama (buta). Ditegaskan di dalam al-
qur’an, “ Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-
Hujurat : 19)
13. Kalam, Maha berkata-kata. Mustahil bakamun (bisu). Ditegaskan didalam
al-qur’an, “Dan Allah telah berbicara kepada (Nabi) Musa dengan
langsung.” (Q.S. An-Nisa’: 164)
14. Qadiran, Dalam Keadaan berkuasa, mustahil kaunuhu ‘ajizan (lemah).
Ditegaskan di dalam al-qur’an, “Sesungguhnya Allah berkuasa atas
segala sesuatu”. (Q.S. Al-Baqarah: 20)
15. Muridan, Dalam Keadaan Berkemauan, Mustahil kaunuhu karihan,
(Terpaksa). Sebagaiamana ditegaskan di dalam al-qur’an’ “Sesungguhnya
Tuhan mu Maha melaksanakan apa yang Dia kehendaki. “(Q.S. Huud:
107).
16. ‘Aliman, Dalam Keadaan Berpengetahuan, Mustahil kaunuhu jahilan
(Bodoh). Ditegaskan di dalam al-qur’an, “Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa:176)
17. Hayyan, Dalam Keadaan Hidup, Mustahil mayyitan, (mati). Ditegaskan
Allah dalam firman-Nya pada Surah Al-Furqaan: 58. “Dan
bertawakkallah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati.”
18. Sami’an, Dalam Keadaan Mendengar, Mustahil kaunuhu ashamma(tuli).
“Allah Maha Mendengar, dan Maha Mengetahui”. Q.S. Al-Baqarah: 256)
19. Bashiran, Dalam Keadaan Melihat, Mustahil kaunuhu ‘ama (buta).
Ditegaskan dalam al-qur’an, “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu
kerjakan,” (Q.S. Al-Hujurat: 18)
20. Mutakalliman, Dalam Keadaan Berkata-kata, Mustahil kaunuhu abkama,
(bisu) ditegaskan di dalam al-qur’an, “Dan Allah telah berbicara kepada
Musa dengan langsung”. (Q.S. An-Nisa’: 164).
Bagi para mahasiswa yang penting untuk diketahui dan dipahami dengan
baik adalah bahwa Allah, Tuhan Yang maha Esa bersifat:
A. Hidup.
Hal ini berarti bahwa Allah, Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Hidup.
Hidupnya Allah Yang Maha Esa tanpa memerlukan makanan, minuman,
istirahat dan sebagainnya. Ringkasnya: Allah Maha Esa dalam Hidup-Nya.
Konsekwensi kepercayaan yang demikian itu ialah, setiap atau segala sesuatu
yang sifat hidupnya memerlukan makanan, minuman, tidur dan sebagainya,
bagi seorang muslim bukanlah Allah dan tidak boleh dipandang sebagai Tuhan,
Tuhan Yang Maha Esa.
B. Berkuasa
Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, Kuasa-Nya Maha Esa, tiada tara, tidak
ada tolak bandingnya. Allah Maha Kuasa tanpa memerlukan pihak lain
manapun juga dalam kekuasaan-Nya. Ia adalah Maha Kuasa dengan sendiri-
Nya. Konsekwensi keyakinan yang demikian adalah, seorang mukmin harus
teguh dalam kepercayaannya pada kekuasaan Allah, melampauwi segala
kekuasaan sealin dari kekuasaan Allah. Dan sebagai akibatnya, seorang muslim
tidak boleh takut pada kekuasaan lain yang ada dalam alam ini, baik kekuasaan
itu berupa kekuatan-kekuatan alamiah maupun kekuasaan insaniah.
C. Berkehendak
Allah mempunyai kehendak. Kehendak-Nya Maha Esa dan berlaku untuk alam
semesta, termasuk manusia di dalamnya. Konsekwensi keyakinan yang
demikian itu. Adalah, Kehendak atau Iradah Allah Yang Maha Esa wajib diikuti
oleh setiap muslim. Kehendak Allah yang masih asli, seperti telah disebut
dimuka, termaktub kini di dalam al-qur’an yang menjadi kitab suci ummat
Islam. Selain itu kehendak Allah dapat dijumpai pada ayat-ayat kauniyah di
alam semesta berupa sunnatullah yaitu hukum-hukum Allah yang oleh para
sarjana disebut laws of nature (hukum-hukum alam).
Allah Maha Esa dalam perbuatan-Nya.
Pernyataan ini mengandung arti bahwa kita meyakini Tuhan Yang Maha Esa
tiada tara dalam melakukan sesuatu, sehingga hanya dialah yang dapat berbuat
menciptakan alam semesta ini. Perbuatan-Nya itu unik lain dari yang lain, tiada
taranya dan tiada sanggup manusia menirunya. Misalnya bagaimana Allah
menciptakan manusia dalam bentuk tubuh yang sangat baik, yang dilengkapi
dengan panca indera, akal, perasaan, kemauan, bahasa, pengalaman dan
sebagainya.
Allah Maha Esa Dalam wujud-Nya.
Mengandung arti wujud Allah lain sama sekali dari wujud alam semesta, ia
tidak dapat diserupakan dalam bentuk apapun juga. Menurut keyakinan Islam
Allah Maha Esa demikian esa-Nya sehingga wujudnya tidak dapat disamakan
dengan alam atau bagian-bagian alam yang merupakan ciptaan Allah.
Eksistensi-Nya wajib. Wajib karena itu Ia disebut wajibul wujud, artinya hanya
Allah lah yang abadi dan wajib eksistensi atau wujud-Nya. Selain dari Allah
semuanya mumkinul wujud. Jadi hidup manusia didunia ini hanya sementara.
Allah Maha Esa dalam menerima Ibadah
Artinya hanya Allah saja yang berhak disembah dan menerima ibadah, yang
dimaksud dengan ibadah adalah segala perbuatan manusia yang disukai
Allah.baik dalam bentuk kata-kata maupun perbuatan, yang kelihatan maupun
tidak. Konsekwensi keyakinan ini hanya dialah Allah yang wajib kita sembah,
hanya kepada-Nya pula seluruh shalat dan ibadah lain yang kita lakukan, kita
niatkan dan kita persembahkan.
Allah Maha Esa dalam menerima Hajat dan hasrat manusia.
Artinya apabila seorang manusia hendak menyampaikan maksud, permohonan
atau keinginannya langsunglah sampaikan kepada-Nya, kepada Allah sendiri
tanpa perantara atau media apapun namanya. Tidak ada system rahbaniyah atau
kependetaan dalam Islam.
Allah Maha Esa dalam memberi hukum.
Ini berarti bahwa Allahlah satu-satunya pemberi Hukum yang tertinggi. Ia
memberi hukum kepada alam, seperti hukum-hukum alam yang kita kenal
dengan hukum-hukum Archimedes, Boyle, Lovoisier, hukum relativitas,
thermodynamic dan sebagainya. Ia pula yang memberi hukum kepada manusia
sebagaimana mereka harus hidup di bumi, ini sesuai dengan ajaran-ajaran dan
kehendak-Nya dengan sendirinya sesuai pula dengan hukum-hukum (yang
berlakudi) alam semesta dan watak manusia, yang semuanya itu adalah ciptaan
Allah. Konsekwensi keyakinan ini adalah seorang muslim wajib percaya pada
adanya hukum hukum ‘alam (sunnatullah) baik dalam pisik maupun psikis dan
spiritual yang terdapat dalam kehidupan.
Jalan yang dikehendaki Allah menurut akidah, adalah Jalan hidup islam. jalan
hidup islam itu disebut juga dengan istilah syari’at Islam. Dan karena syari’at
Islam ada pula syari’at atau hukum Allah, konsekwensinya adalah bagi umat
Islam yang secara teoritis dan praktis dengan bebas telah memilih Islam sebagai
agamanya, tidaklah ada jalan lain yang harus di tempuhnya selain berusaha
sekuat tenaga mengikuti jalan hidup Islam itu sebagi-baiknya (Osman Rabily,
dalam Muhammad Daud Ali: 1997;2003-207).
Uraian tentang ke-MahaEsa-an Tuhan tentang sifat-sifat Allah tersebut di
atas, dapat dikembangkan lebih lanjut secara rasional-filosofis dengan
menyebut konsekwensinya terhadap seorang muslim.
2. Keyakinan kepada Malaikat.
Beriman kepada Malaikat berarti yakin ( percaya ) adanya malaikat,diciptakan
untuk menyampaikan amanat Allah kepada manusia. Malaikat adalah mahluk
gaib, tidak apat ditangkap oleh pancaindra. Akan tetapi dengan izin Allah
malaikat dapat menjelma seperti manusia, seperti malaikat Jibril AS. Menjadi
manusia dihadapan Maryam ibu nabi isa AS. Malaikat diciptakan dari nur.
Allah tidak membutuhkan malaikat, manusia. Malaikat Mahluk gaib kita wajib
mengimaninya. Tentang adanya malaikat cukup otentik yaitu berasal dari al-
qur’an dan hadist. Malaikat selalu taat kepada Allah dan tidak pernah maksiat.
Keterangan inidapat dilihat dala Surah At-Tahrim; 6.
Tugas-tugas Malaikat antara lain :
Menyampaikan wahyu Allah kepada manusia
Mengukuhkan hati orang beriman
Memberi pertolongan kepada manusia
Membantu perkembangan rohani manusia
Mendorong manusia untuk berbuat baik
Mencatat perbuatan manusia
Melaksanakan hukum Allah
Selain para Malaikat ada makhluk gaib lain ciptaan Allah, yang dimaksud
adalah syetan,syetan diciptakan dari api . Malaikat mendorong manusia untuk
kebaikan sedangkan syetan adalah menyesatkan manusia.
Kalau ada gerak hati untuk kejahatan itu tandanya bisikan syetan sebaliknya
jika ingin berbuat baik itu indikasi bahwa Malaikat berhasil menyampaikan
bisikannya kepada manusia bersangkutan.
Gerak hati untuk melakukan perbuatan jahat atau gerak hati untuk berbuat baik
didalam diri seseorang ditimbang oleh akal. Akallah yang akan memberikan
keputu san. Keputusan akan menimbulkan kehendak ( will ) pada diri manusia
bersangkutan. Kehendak itu bebas ( will itu free ) memilih mana yang akan
dilakukan.
Menurut ajaran Islam setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat
baik atau berbuat jahat.Kecenderungan berbuat baik dikembangkan oleh
malaikat dan kecenderungan berbuat jahat dimanfaatkan oleh syetan dengan
berbagai tipu daya.
Itulah sebabnya maka akal manusia yang mempertimbangkan kedua
kecenderungan itu perlu diisi dengan iman kepada wahyu yang sengaja
diturunkan Allah untuk menjadi pedoman hidup manusia. Pengetahuan manusia
(biasa) mengenai alam gaib hakiki itu terbatas dan bersifat spekulatif pula.
Hanya Allah dan rasul-Nya yang mampu memberikan pengetahuan yang pasti
dan benar tentang itu. Melalui sunnah nabi-Nya kita mendapat tambahan
keterangan tentang tugas para malaikat. Diantaranya ada yang ditugasi
mencabut nyawa (Izrail), menjaga neraka (Malik), pengawal surga (Ridwan),
menayai orang mati tentang imannya (Munkar dan nakir), mencatat segala
perbuatan manusia (Raqib dan Atid),. Meniup sangkakala (Israfil) yang meniup
nafiri sangkakala pada hari kiamat.(Kennet W. Morgan, 1980:459).
Sedangkan Jibril menyampaikan wahyu Allah. (Al-qur’an, Injil, Taurat, Zabur, Suhup Ibrahim)
3. Keyakinan Kepada Kitab-Kitab Suci
Kitab suci memuat wahyu Allah. Perkataan kitab yang berasal dari kata kerja
kataba (artinya ia telah menulis )memuat wahyu Allah . Perkataan wahyu
berasal dari bahasa Arab :
Al-wahyu bermakna suara,bisikan,isyarat,tulisan dan kitab.
Dalam pengertian umum wahyu adalah firman Allah yang disampaikan
Malaikat Jibril kepada para Rasul Nya atau orang yang dipih Nya untuk
diteruskan kepada manusia guna dijadikan pegangan hidup.
Al-Quran menyebut beberapa kitab suci misalnya :
Zabur diturunkan kepada nabi Daud
Taurat diturunkan kepada nabi Musa
Injil diturunkan kepada nabi Isa
Al- Quran diturunkan kepada nabi Muhammad sebagai Rasul Nya
Menurut harfiah,Quran itu berarti bacaan ( Q,s.Al-Qiyamah 75 ayat 17 dan 18 ).
Adapun defenisi Al-Quran adalah Kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad saw sebagai mu’jizat,membacanya adalah ibadah. Quran tersusun
dalam 114 surat dengan 6236 ayat,74437 Kalimat dan 325345 huruf, semuanya
adalah wahyu Allah yang diterima nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril.
Permulaan turunnya Al-quran bersamaan dengan dinobatkannya Muhammad
sebagai Rasulullah dalam usia 40 tahun sedang berkhalwat di Gua Hira’pada
malam senin,17 Ramadhan/ 6 agustus 610 M,Peristiwa ini dinamakan Allah
malam al-Qadar”bertepatan dengan terjadinya kontak senjata antara kaum
muslimin dengan kaum kafir Quraissy di Badr.
Ayat yang pertama turun 5 ayat dari Surah Al-Alaq:
ذ�ي خ�ل�ق ك� ال ب � ر� م �اس� ب� أ اق�ر�
�� ان� م�ن� ع�لخلق �نس� ق اإل�
م� �ر� ك� #ك� األ� ب � و�ر� أ اق�ر�
م� ذ�ي ع�ل �مال �ق�ل �ال ب
�ع�ل �م� ي ان� م�ا ل �نس� م� اإل� مع�ل
Bacalah dengan dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah dan Tuhanmu yang amat
mulia. Yang mengajar ( manusia ) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Ayat terkhir ialah ketika Nabi sedang menunaikan Haji wada di Arafah hari
jum’at 9 Dzulhijjah 10 H/bulan maret 632 M yaitu surah Al-Maidah ayat 3 :
Alyauma Akmaltulakum diinakum waatmamtu ‘alaikum ni’mati waradhitulakumul Islamadiina.
“Pada hari ini telah-Ku sempurnakan untukmu agamamu dan telah-Ku
cukupkan ni’mat Ku untukmu dan Aku telah ridha Islam menjadi agamamu.”
Delapan puluh satu hari kemudian Nabi wafat ( 12 Rabilul awal th 11 H ( 8 juni 632 M )
Al-Quran diturunkan dalam 2 periode :Mekah dan Medinah. Periode pertama ayat-ayat
yang turun ketika Nabi masih bermukim di Mekah sejak jadi Rasul sampai hijrah ke
Madinah ( 12 th,13 hari,disebut ayat “ Makiyah 86 surah,Madaniyah 28 surah.
Perbedaan ayat Makiyah dengan Madaniyah
Makiyah :
Ayatnya pendek-pendek
Jumlah ayatnya 4780 ayat
Diawali Yaa ayyuhannas
Hal-hal yang berhubungan dengan tauhid,iman,taqwa,ancaman,pahala,sejarah bangsa-bangsa dahulu.
Madaniyah :
Ayatnya panjang-panjang
6236 ayat
Yaa ayyuhallazina amanu
Hukum, kemasyarakatan, kenegaraan, perang, hukum, internasional, hukum antar Agama.
Urutan qur’an tidak sebagaimana susunan yang ada sekarang,tetapi ia
turun terpencar. Ayat-ayat yang turun ada kalanya karena sesuatu sebab,
adakalanya tanpa sebab, inilah yang paling banyak. Setiap turun Rasul
memerintahkan mencatat dan menggandengkan dengkan dengan ayat yang
ditunjuk oleh beliau sendiri. Mengenai susunan Qur’an dan tertib surah yang ada
sekarang adalah menyusul dilakukan oleh Zaid bin Tsabit sebagai ketua panitia
ad-hoo penyusun Mushaf. Dibentuk oleh Khalifah ketiga Usman bin Affan r.a.
sebagai kelanjutan usaha yang telah dirintis oleh Khalifah 1 Abu Bakar
r.a.Karena Qur’an yang ada dewasa ini dalam susunan surah atau urutannya
adalah dari Hasil usaha kodifikasi Khalifah Usman, maka Qur’an sekarang
disebut Mushaf Usmani. Satu ejaan,satu susunan surah surah dan satu bacaan.
Prinsip Al-Quran sesudah tauhid ( Keesaan Tuhan ),amar ma’ruf nahi mungkar.
Al-Quran diturunkan tidak sekaligus,tetapi sedikit-demi sedikit selama 22 tahun
2 bulan 22 hari.
Isi kandungan Al-Qur’an :
Aqidah
Syari’ah ibadah maupun muamalah
Akhlak dengan semua ruang lingkupnya
Kisah-kisah umat manusia dimasa lampau
Berita-berita tentang zaman yang akan datang
Benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, dasar-dasar hukum yang berlaku bagi alam semesta termasuk manusia didalamnya.
4. Keyakinan pada nabi dan Rasul ( Arkaanul Iman ke 4 ) :
Didalam Al-Quran disebut ada 25 rasul yang berkewajiban menyampaikan
wahyu yang diterimanya kepada manusia dan menunjukkan cara-cara
pelaksanaannya dalam kehidupan manusia sehari-hari. Setelah sekian banyak
Rasul yang diutus oleh Allah. Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai nabi
dan Rasul penutup atau terakhir dan untuk umat manusia dgn alasan:
1. Para Rasul sebelum Muhammad hanya terbatas untuk bangsanya/
kaumnya atau daerah tertentu saja.
2. Ajaran Rasul terdahulu telah banyak yang hilang ( dihilangkan ) oleh para
pemuka agama bersangkutan dan tidak lengkap lagi.
3. Ajaran para Rasul terdahulu bersifat lokal, sementara dan belum
menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, jadi perlu disempurnakan
dengan ajaran yang universal berlaku untuk seluruh dunia dan eternal
yang bersifat abadi firman Allah dalam Al-Quran Qs.Al-Anbiya’:107 :
“Dan tiadalah Kami mengutus engkau ( Muhammad ) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.”
Keistimewaan kedudukan Muhammad dalam sejarah umat islam kini
diungkapkan dengan jelas oleh para sarjana, diantaranya sarjana non Muslim
Amerika (1) PHILIP KURIE HITTI dan (2) MICHAEL HARI seorang sarjana
sejarah dan Matematika, Hukum, 100 tokoh manusia yang berpengaruh pada
peradaban manusia yang pernah hidup di dunia. Dengan menggunakan beberapa
tolak ukur yaitu:
a. Orangnya benar benar hidup di dunia ini
b. Berpengaruh pada generasi masanya, berikutnya, kini dan yang akan datang
c. Prestasinya mempengaruhi keadaan dan peristiwa yang akan terjadi
d. Karyanya merupakan hasil individual, tidak diciptakan bersama orang lain.
MICHAEL HARI mengambil kesimpulan bahwa “MUHAMMAD S.A.W
adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah peradaban manusia”
dengan alasan:
a. Muhammad satu-satunya manusia yang berhasil secara luar biasa
dibidang keagamaan dan masalah dunia
b. Berhasil menegakkan satu diantara agama-agama besar di dunia
c. Dalam waktu bersamaan Muhammad menjadi pemimpin politik yang
mampu menyatukan masyarakat dalam satu ikatan akidah, keyakinan
beriman kepada Allah
d. Dalam waktu yang sama, ia seorang panglima perang yang sangat ahli dalam strategi
Dan taktik yang ulung. Muhammad sangat berpengaruh dalam bidang
duniawi maupun dalam bidang ukhrawi.
Nabi Muhammad adalah adalah rasul penutup ( Khatamin Nabiyyin ).
Sejarah hidupnya dari awal hingga akhir jelas dan lengkap,terpelihara dari masa
kemasa, Akhlaknya baik terlukiskan dengan kata-kata :
a. Shidiq ( benar )
b. Amanah ( dapat dipercaya )
c. Tabligh ( menyampaikan )
d. Fathanah ( cerdas )
Karena akhlaknya yang mulia,suri tauladan yang diberikannya dalam
mengamalkan ajaran Islam menjadi sumber nilai dan norma kedua sesudah
wahyu.
Q.s.Al-Ahzab 21 ayat 33 .” Sesungguhnya pada Rasulullah suri tauladan bagi kamu.”
Q.s. Al-Hasyar :7.” Dan karena itu apa yang dibawanya ikutilah, dan apa yang
dilarangnya jauhilah ( Q.s.Al-Hasyr : 7 ).
Q.S.Al-Qalam :4 .” Dan sesungguhnya kamu Muhammad memiliki akhlak yang agung.
Suri tauladan yang diberikan Rasul ini disebut As-Sunnah/Al-Hadist,yg
Menjadi pegangan sebagaimana pesan Rasul sa’at terakhir.” Ku tinggalkan pada
kalian dua pusaka yang sangat berharga,kalian tidak akan sesat ( sesudahku )
selama-lamanya selama kalian berpegang teguh kepada keduanya yaitu kitab
Allah ( Al-Quran dan Sunnah Rasul).
5. Keyakinan pada Hari Kiamat
Q.s. An-Nisa’ ayat 59 :
Allah berfirman:
:”Yaa ayyuhalladziina aamanuu athii’ullaha wa athii’urrasuula
wauulil amri minkum, fain tanaaza’tum fii syai-in farudduuhu ilallaha
warrasuuli inkuntum tu- minuuna billahi walyaumil aakhiri, dzalika
khairun wa-ahsanu ta-wiila.”
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan
Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul
(Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu tida dan lebih baik akibatnya.
(QS. An-Nisa: 59)
Menurut para ilmuwan alam, suatu sa’at alam ini akan berakhir dan
segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana perputaran alam menurut ketentuan
yang telah ditetapkan. Alam ini akan berputar mengarah pada kerusakan dan
kehancuran secara pasti.
Diantara dalil yang paling argumentatif bahwa hari akhir itu hanya Allah yg
mengetahui adalah karena tak seorangpun mendahuluinya membahas kerusakan
alam dengan satu gambaran sebagaimana agama-agama klasik yang juga tidak
membahasnya. Dan Allah tidak menginformasikan tentang hari kiamat kepada
para malaikat-Nya yang dekat dan tidak pula kepada Nabi-nabi – Nya.
Hari kiamat dimulai dengan rusaknya alam ini. Setiap manusia yang
hidup di alam ini akan mati dan bumi akan diganti, bukan bumi dan langit yang
sekaramg ini. Allah yang
6.Meyakini Qadha dan Qadhar
Menurut Al-Qur’an Qadha berarti :
Hukum ( An-Nisa’: 65 )
Perintah ( Al-Isra’ : 23 )
Memberitakan (Al-Isra : 4 )
Menghendaki ( Ali Imran : 47 )
Menjadikan ( Fushilat : 12 )
Qadhar dalam Al-Quran ialah : Suatu peraturan umum yang telah diciptakan
Allah untuk menjadi dasar alam ini, dimana terdapat hubungan sebab dan
akibat. Telah menjadi sunnatullah yang abadi dimana manusia juga terikat
pada sunnatullah itu.
Firman Allah SWT :
“ Sesungguhnya Kami telah menjadikan segala sesuatu menurut qadar
( aturan ).”
( Al-Qamar : 49 )
“Adalah segala utusan Allah itu menurut qadar yang telah ditentukan.” (Al-
Ahzab : 38 ).
“ Allah telah menciptakan segala sesuatu,lalu Dia tentukan tkqdirnya
( ketentuannya ).” ( Al-Furqan : 2 ).
Oleh karena itu iman kepada takdir memberikan arti dimana kita wajib
mempercayai bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini, dalam kehidupan
dan diri manusia,adalah menurut hukum, berdasarkan suatu undang-undang
universal atau kepastian umum atau taqdir.
Orang yang beriman kepada qada dan qadar akan memiliki ciri-ciri sebagai
berikut
1. Memiliki sifat khouf (takut) kepada Allah
2. Memiliki sifat raja’ (harap) kepada Allah
3. Beribadah dengan sebaik-baiknya
4. Selalu mengevaluasi dirinya
5. Selalu berpikir dengan sungguh-sungguh terhadap pekerjaan yang
dilakukannya
6. Mempersiapkan bekal untuk akhirat
Hubungan antara qada dan qadar
Bagaimanakah hubungan antara qada dan qadar? Marilah kita baca penjelasan
berikut ini. Sebelum membahas hubungan antara qada dan qadar, kita perlu
mengetahui lebih jelas, apakah qada itu dan apakah qadar itu?
Qada adalah ketetapan atau ketentuan Allah SWT sejak zaman azali (zaman
dahulu) atas segala yang akan terjadi pada makhluk-Nya. Ini berarti, sebelum
kita terlahir kedunia ini, Allah telah menetapkan berbagai ketentuan bagi diri
kita. Hidup, mati, jodoh, dan rezeki kita sudah ditentukan oleh Allah sebelum
kita lahir. Setelah kita lahir pun, kita tidak mengetahui ketentuan-ketentuan
tersebut.
Qadar adalah ketetapan atau ketentuan Allah swt. Takdir Allah ada dua macam,
yaitu takdir mubram dan takdir mualak. Takdir mubram adalah ketentuan Allah
swt yang pasti terjadi dan tidak dapat diubah oleh siapapun dengan usaha
apapun. Ketentuan tersebut adalah seperti waktu dan tempat meninggalnya
seseorang, waktu terjadinya hari kiamat, adanya laki-laki dan perempuan, dan
lain-lain. Takdir mualak adalah ketentuan Allah swt yang mungkin dapat diubah
dengan jalan berikhtiar, berdoa dan bertawakal. Contoh dari takdir ini adalah
jika kita ingin badan kita sehat dan segar, kita haru berusaha memelihara
kebersihan dan kesehatan badan kita. Jika kita ingin pintar, kita harus berusaha
rajin belajar.
Beriman kepada takdir itu tidak berarti menyerah begitu saja tanpa berikhtiar
dan berusaha. Qada tidak boleh dijadikan sebab untuk melakukan kejahatan dan
kemaksiatan.
Firman Allah swt dalam Alquran,
ه�م� �ف�س� ن � �ا ب م�ا و�ا ر� �غ�ي ي .ى ح�ت 1 م �ق�و� ب م�ا ر� �غ�ي ي ال� .له� ال ا �ن ا
Artinya:
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
mengubah keadaan diri mereka sendiri (Q.S. Ar-Ra’d: 11)
ه� الل �ن إ ه� الل ع�ل�ى ل� �و�ك ف�ت م�ت� ع�ز� �ذ�ا ف�إ
�ين� ل �و�ك �م�ت ال �ح�ب# ي
Artinya:
Apabila kamu telah membulatkan tekad (untuk melakukan sesuatu), maka
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah swt menyukai orang-orang
yang bertawakal kepada-Nya
Selanjutnya Aqidah islamiyah dan keimanan yang dimiliki oleh setiap orang
mukmin yang meyakini adanya Allah dengan segala konsep keminanannya itu
akan membuahkan Taqwa.
Kata Taqwa dalam arti bahasa berarti menjaga, menghindari, menjauhi dan
sebagainya. Dan kata Taqwa berulang sebanyak 79 kali, dengan rincian Allah
menjadi objek 56 kali, neraka 2 kali, hari kemudian 4 kali, fitnah sekali dan
tanpa obyek sekali, namun yang dimaksudkan adalah Allah, dan 15 kali
selebihnya yang menjadi subyek dengan berbagai ungkapan seperti rabbakum,
yang jika perhatikan redaksi tersebut semua berarti Tuhan Yang Maha Esa
(Quraish Shihab: 1992:58).
Orang yang bertagwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan
kesadaran, mengerjakan suruhan-Nya, dan tidak melanggar larangan-Nya baik
secara lahiriah maupun bathiniah, ia takut terjerumus kepada perbuatan dosa.
Orang yang taqwa adalah orang yang membentengi dirinya dari perbuatan jahat,
memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan yang tidak di ridhai oleh Allah,
bertanggung jawab mengenai sikaf tingkah laku dan perbuatannya memenuhi
kewajiban. (Muhammad Daud Ali; 1997: 361).
Selanjutnya pentingnya kedudukan Taqwa, sebagaimana dapat dilihat dalam
sebuah hadist bahwa Abu al-Ghifari, pada suatu hari , meminta nasihat kepada
Rasulullah, Rasulullah menasihati al-Ghifari, “Supaya ia taqwa kepada Allah,
karena taqwa adalah pokok segala pekerjaan.” Dari nasihat Rasulullah dapat
ditarik suatu kesimpulan bahwa taqwa adalah pokok segala pekerjaan muslim,
taqwa juga sebagai ukuran. Sebagaimana disebutkan dalam surah al-Hujurat
ayat 13 yang artinya “Manusia yang paling mulia disisi Allah adalah orang
yang paling taqwa. Dalam surah yang lain taqwa dipergunakan sebagai dasar
persamaan hak antara wanita dan perempuan (suami dan isteri) dalam keluarga,
karena pria dan wanita dari jenis yang sama. (Q.S.An-Nisa’:1).
Menurut hasan langgulung usaha memasyarakatkan taqwa harus dimulai sejak
dini, sejak musia masih kecil, sampai dewasa. Pemasyarakatkan taqwa dapat
ditempuh dengan tiga tahap.
Tahap pertama adalah soisalisasi, pada tahap ini anak didik dapat diajar
melakukan nilai-nilai yang terkandung dalam perkataan taqwa yang hampir
sama dengan nilai akhlak. Adapun nilai- nilai ketaqwaan antara lain : (nilai-nilai
perseorangan, niliai-nilai kekeluargaan, nilai-nilai sosial, nilia-nilai kenegaraan
dan nilai-nilai keagamaan.
Tahap kedua adalah tahap identifikasi. Dalam tahap ini anak didik mengerjakan
nilai-nilai tertentu yang mereka sukai dan kagumi pada nilai-nilai tertentu yang
mereka sukai dan kagumi pada nilai-nilai itu. Contohnya kata-kata orang tua,
guru-guru, ulama, umara, karena mereka mengagumi dan mencontoh alam
bentuk tokoh-tokoh itu yang memegang peran penting.
Tahap ketiga adalah penghayatan. Maksudnya anak didik menikmati
ketentraaman batin karena melaksanakan nilai-nilai ketaqwaan, tidak lagi
kagum pada tokoh.
Dengan demikikian, ruanglingkup taqwa dalam makna memelihara meliputi
empat jalur hubungan yaitu:
1. Hubungan manusia dengan Allah
2. Hubungan manusia dengn hati nurani atau dirinya sendiri.
3. Hubungan manusia dengan sesama manusia
4. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup
I. Hubungan Manusia Dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Hubungan ini merupakan dimensi pertama. Hubungan ini harus
terpelihara dengan baik, sebab dengan menjaga hubungan dengan
Allah manusia akan terkendali tidak melakukan kejahatan terhadap
dirinya, masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Inti taqwa pada tuhan yang maha esa adalah melaksanakan semua
perintah dan menjauhi semua larangannya. Perintah allah itu
dimulai dari pelaksanaan tugas manusia untuk mengabdi
kepadanya dengan selalu melakukan ibdah murni yang disebut
dengan ibadah khusus seperti mendirikan shalat, berpuasa pada
bulan Ramadhan, menunaikan zakat, dan melaksanakan ibadah
haji, dan melakukan ibadah-ibadah lain yang bertalian dengan
ibadah khusus tersebut.
Larangan ditetapkan-Nya agar manusia dapat melakukan fungsinya
sebagai khalifah dalam menata kehidupan dunia.
Ketaqwaan dapat dilakukan dengan;
1. Beriman kepada tuhan yang maha esa
2. Melaksanakan ibadah khusus (Rukun Islam)
3. Menyukuri nikmat-Nya dengan dengan jalan menerima,
mengurus, memanfaatkan semua pemberian Allah.
4. Sabar dalam menerima ujian dari Allah dalam makna tabah,
tidak putus asa ketika terkena musibah.
5. Memohon ampun atas segala dosa yang telah dilakukan, dan
taubat dalam makna sadar untuk tidak mengulangi perbuatan
yang jahat.
2. Hubungan Manusia Dengan Dirinya
Hubungan ini sebagai dimensi Taqwa yang kedua dapat dilakukan
dengan menghayati benar patokan akhlak, yang disebutkan Tuhan
dalam berbagai ayat al-Qur’an.
Hubungan ini dapat dilihat sebagaiumana yang disuritauladankan nabi
Muhammad saw. seperti; sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani,
memegang, amanah, mawas diri, dan mengembangkan semua sikaf
yang terkandung dalam akhlak atau budi pekerti yang baik, sebagai
mana pada Bab Akhlak.
3. Hubungan Manusia Dengan Manusia
Hubungan ini sebagai dimensi Taqwa yang ketiga adalah memelihara
dan membina hubungan baik dengan sesama manusia, hubungan ini
dapat dilakukan dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang
selaras dengan nilai dan norma yang disepakati bersama dalam
masyarakat dan Negara yang sesuai dengan nilai dan norma agama.
Contoh hubungan ini; tolong menolong, suka memaafkan kesalahan
orang lain, menepati janji, lapang dada, menegak keadilan dan berlaku
adil terhadap diri sendiri dan orang lain.
4. Hubungan Manusia Dengan Lingkungan
Hubungan ini dapat dilakukan dengan menyayangi binatang, dan
tumbuh-tumbuhan, tanah, air, udara, serta semua alam semesta.
Kemudian konsekwensi adanya 4 pemeliharaan hubungan ini dalam
Rangka ketaqwaan tersebut adalah bahwa manusia harus selalu
menumbuhkan dan mengembangkan dalam dirinya empat T yakni
empat kesadaran tanggungjawab; Tanggungjawab kepada Allah,
Tanggungjawab kepada hati nurani sendiri, tanggungjawab kepada
manusia, tanggungjawab untuk memelihara flora dan fauna, udara, air
dan tanah serta kekayaan alam cipataan Allah.
Taqwa dalam memaknai memenuhi kewajiban perintah Allah yang
menjadi kewajiban manusia taqwa untuk melaksanakan pada
pokoknya adalah 1. Kewajiban kepada Allah, 2. Kewajiaban kepada
diri sendiri, 3. Kewajiban kepada masyarakat, 4. Kewajaibana kepada
lingkungan hidup.
Kalau dilihat dari segi iman, pelaksanaan kewajiban-kewajiban itu
bagi seorang muslim dan muslimat tidak hanya berupa keuntungan
dalam bentuk hak di dunia ini, tetapi juga pahala di akhirat kelak yang
dijanjikan Allah.
1.Kewajiban kepada Allah adalah kewajiban utama dan terutama, Kewajiban
ini untuk memenuhi tujuan hidup yakni untuk mengabdi kepada Allah. Dapat
dilihat dalam firmaNya, “ Tidak kuciptakan jin dan manusia, kecuali untuk
mengabdi kepadaku” (Q.S. Az-Dzariyat: 56). Caranya seperti yang dicontohkan
oleh nabi Muhammad saw.
Konsekwensi pengakuan logis pengakuan iman kita kepada Allah sebagai
pencipta dan penguasa tunggal alam semesta dan Muhammad saw. yaitu
penerimaan kita secara mutlak dan sadar atas segala perintah-perintah yang
diberikan Allah dan akan tetap melaksanakannya dengan penuh tanggungjawab.
2. Kewajiban kedua dalam rangka pelaksanaan taqwa adalah kewajiban
terhadap diri sendiri, menjaga dan memelihara diri, agar tidak melakukan
sesuatu yang dilarang Allah. Misal tidak mencari rezeki dengan berjudi, tidak
meminum minuman keras, tidak memakan makanan yang haram, tidak
melangkahkan kaki pada tempat maksiat, dll. Kewajiban pada diri sendiri
adalah pardu ‘ain.
3. Kewajiban terhadap masyarakat, Kewajiban ini dimulai dari;
A. Kewajiban terhadap keluarga. Dalam system ajaran Islam kewajiban
terhadap keluarga juga merupakan pardu ‘ain bagi unsur yang terlibat
didalamnya. Terutama suami sebagai kepala keluarga, isteri sebagai ibu rumah
tangga. Contohnya saling mencintai, menyayangi, suami isteri harus
memelihara kesucian diri di dalam dan diluar keluarga, bertanggungjawab atas
pemeliharaan pendidikan anak, dll
B. Kewajiban terhadap tetangga.
Kewajiban ini baik terhadap kerabat maupun bukan.. Dalam system ajaran
Islam berbuat baik terhadap tetangga adalah pelaksanaan iman. Belum
sempurna iman seseorang, kalau ia tidak baik terhadap tetangganya.
C. Kewajiban terhadap masyarakat.
Kewajiban terhadap masyarakat luas harus dilaksanakan sebaik-baiknya.
Pelaksanaan kewajiban terhadap masyarakat luas termasuk juga
D. Kewajiban terhadap Negara,
# Kewajiban ini termasuk kewajiban terhadap tanah air seperti kesediaan dan
mempertahankan Negara.
# Kewajiban rakyat dapat diwujudkan dengan menghormati dan menjunjung
tinggi hak-hak mereka,
# Kewajiban pemerintah, pemerintah yang berkuasa pada suatu masa dapat
diwujudkan dengan mentaati peraturan perundang-undangan yang
dikeluarkan sepanjang peraturan itu tidak bertentangan dengan ketetapan
Allah dan sunnah Rasulul-Nya.
4.Dimensi keempat pelaksanaan taqwa digambarkan oleh kewajiban
terhadap lingkungan hidup.
1. Manusia wajib memelihara kelestarian alam lingkungan hidup,
berarti pula memelihara kelangsungan hidup manusia sendiri dan
keturunannya di kemudian hari.
2. Kewajiban orang yang taqwa terhadap harta yang dititipkan atau
diamanatkan Allah padanya. Ini dapat dilihat dari 3 sisi; cara
memperolehnya harus ;
a. dengan cara yang halal, sah menurut hukum, baik menurut
akhlak.
b. pewarisan
Tidak boleh dengan cara suap, korupsi, riba, merampas milik
orang.
Kemudian fungsi harta adalah; tidak boleh ditimbun, tidak
boleh hanya beredar pada orang yang kaya saja, dalam harta
orang kaya terdapat harta orang miskin,
Kemudian cara memanfaatkan atau membelanjakan harta; tidak
boleh boros, hati-hati dan bijaksana, disalurkan melalui lembaga
dengan cara sadaqah, infaq, hibah, zakat, wakaf. (Moh. Daud
Ali, 1987:7-17)
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Referensi :
Abdul Majid, dan Buku paket Agama Islam Gunadarma, dan Pt. Bulan Bintang.
Moh. Daud Ali, Pendidikan Agama islam PT. Raja Prasindo persada Untuk perguruan Tinggi.
Dll yg terkait