Tuhan Yang Maha Esa Dan Ketuhanan (Pembelajaran Awal)

47
TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANAN Filsafat ketuhanan (teologi: ilmu agama) (Keimanan dan Ketaqwaan) Dalam beberapa literature disebutkan bahwa”agama ada yang bersifat primitif dan ada pula yang dianut oleh masyarakat yang telah meninggalkan fase keprimitifan. Agama yang terdapat dalam masyarakat primitif adalah : dinamisme, animisme, politheisme, henotheisme, monotheisme. Dinamisme adalah: mengandung kepercayaan pada benda-benda yang diyakini mempunyai kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi kehidupan manusia, untuk mendapatkan pengaruh yang baik dari benda-benda tersebut dilakukanlah perbuatan seperti memakai atau memakan benda tersebut agar orang yang memakai dan memakan benda tersebut senantiasa terpelihara dan dilindungi oleh kekuatan gaib yang ada didalamnya.

Transcript of Tuhan Yang Maha Esa Dan Ketuhanan (Pembelajaran Awal)

TUHAN YANG MAHA ESA DAN KETUHANANFilsafat ketuhanan (teologi: ilmu agama)

(Keimanan dan Ketaqwaan)

Dalam beberapa literature disebutkan bahwa”agama ada yang bersifat primitif

dan ada pula yang dianut oleh masyarakat yang telah meninggalkan fase

keprimitifan. Agama yang terdapat dalam masyarakat primitif adalah :

dinamisme, animisme, politheisme, henotheisme, monotheisme.

Dinamisme adalah: mengandung kepercayaan pada benda-benda yang

diyakini mempunyai kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi kehidupan

manusia, untuk mendapatkan pengaruh yang baik dari benda-benda tersebut

dilakukanlah perbuatan seperti memakai atau memakan benda tersebut agar

orang yang memakai dan memakan benda tersebut senantiasa terpelihara dan

dilindungi oleh kekuatan gaib yang ada didalamnya.

Kekuatan gaib tersebut dinamakan mana,tuah, sakti atau keramat.Seiring

dengan perkembangan kemajuan yang dialami manusia, maka keyakinanpun

mengalami perubahan,keyakinan manusia meningkat menjadi Animisme yaitu

percaya pada benda hidup atau benda mati punya kekuatan gaib, mendekatinya

dengan cara saji-sajian, seperti percaya pada roh nenek moyang.

Dari animisme meningkat lagi menjadi Politheisme yaitu percaya pada

Tuhan banyak, berarti selain keyakinan di atas ( benda dan roh ), manusia

percaya pada adanya Tuhan yang disembah, disini terdapat unsur menyembah,

akhirnya berkembang lagi menjadi Henotheisme, yaitu percaya pada satu tuhan,

Tuhan untuk satu bangsa. Akhirnya Monotheisme yang merupakan akhir

dari proses perkembangan kepercayaan masyarakat primitif dan termasuk

masyarakat maju.

Dalam kehidupan masyarakat yang telah maju agama yang dianut bukan

lagi animisme, dinamisme, politisme, atau henoteisme, akan tetapi agama

monoteisme, Agama Tauhid, Dasar ajaran agama monoteisme adalah Tuhan

Satu, Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian tuhan tidak lagi tuhan

nasional akan tetapi tuhan Internasional, Tuhan semua bangsa didunia ini dan

bahkan Tuhan Semesta Alam. Disinilah jika diperhatikan lebih jauh Islam

menempati posisi sebagai agama tauhid yang hanya mengakui adanya satu

Tuhan yaitu Allah SWT, yang merupakan inti dari Ajaran Agama Islam yang

terumus dalam kalimat La ilahaillallah. Dan keyakinan atau keimanan yang

merupakan pengembangan dari kalimat tauhid di atas sering disebut dengan

Aqidah (Teologi). Aqidah berasal dari bahasa Arab, secara arti etimologi ,

adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian karena ia mengikat dan menjadi

sangkutan atau gantungan segala sesuatu. Secara tehnis (istilah) artinya adalah

iman atau keyakinan. Dan kedudukannya sangat sentral dan fundamental.

AQIDA H

IMAN KEPADA ALLAH

Aqidah (Aqidah Islam) beranjak dari keyakinan kepada Zat Mutlak

Yang Maha Esa yang disebut Allah. Allah Maha Esa dalam zat, sifat, dan

perbuatan Wujud-Nya itu disebut Tauhid (Teologi). Tauhid menjadi inti rukun

iman dan prima causa seluruh keyakinan Islam. Selanjutnya sistematika pokok-

pokok keyakinan Islam dapat dilihat sebagaimana terangkum dalam istilah

Rukun Iman sebagai berikut:

1. Keyakinan pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa

2. Keyakinan pada Malaikat-Malaikat-Nya.

3. Keyakinan pada Kitab-Kitab suci

4. Keyakinan pada para nabi dan rasul Allah

5. Keyakinan akan adanya hari Akhir, dan

6. Keyakinan pada qadha dan Qadar Allah.

Prinsif-Prinsif Keyakinan/Rukun Iman ini merupakan aqidah Islamiyah dapat

di diuraikan sebagai berikut:

Allah, Zat Yang Maha Mutlak itu, Yaitu menciptakan segala sesuatu, zat

satu-satunya yang berhak disembah. Allah adalah Al-Khaliq yang Maha

sempurna, sempurna dalam Zat-Nya, sempurna dalam sifat-Nya, sempurna

dalam perbuatan-Nya dan sempurna dalam segala-galanya.

Beriman kepada Allah berarti: Yakin dan percaya sepenuh hati akan

adanya allah, keesaan-Nya serta sifat-sifat-Nya yang sempurna, Kosekwensi

dari pengakuan ini adalah; mengikuti tanpa reseve/petunjuk/bimbingan Allah

dan rasul-Nya yang tersebut dalam al-qur’an dan hadist nabi. Menjalankan

ibadah sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah (MAsjfuk Zuhdi;

1993:11).

Segala sesuatu mengenai Tuhan disebut Ketuhanan. Ketuhanan yang

Maha Esa menjadi dasar Negara Republik Indonesia. Menurut pasal 29 ayat 1

undang-undang dasar 1945 negara berdasarkan atas tuhan yang maha esa.

Istilah ketuhanan yang maha esa adalah ciptaan otak manusia, pengertian iman

orang Indonesia, sebagai terjemahan kata-kata yang terhimpun dalam Allahu al

wahidul ahad, yang berasal dari al-qur’an surat Al-Ikhlas:1 Qulhuwallahu Ahad

itulah yang ditejemahkan dengan Tuhan Yang Maha Esa, yang sebelum tahun

1945 perkataan itu tidak ada dalam bahasa Indonesia (Muhammad Daud Ali;

1997: 202).

Menurut akidah Islamiyah, konsepsi mengenai Ketuhanan Yang Maha

Esa disebut Tauhid, ilmunya adalah ilmu tauhid adalah ilmu kemaha esaan

tuhan (Osman Raliby, 1980:8)

Di dalam ilmu tauhid disebutkan dua puluh sifat Allah, yang disebut

dengan Sifat Dua Puluh, yaitu:

1.Wujud, Ada. Mustahil ‘Adam (tidak ada). Hal ini ditegaskan oleh Al-Qur’an

As-Sajadah:4)

“Allah lah Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara

keduanya”

2.Qidam, terdahulu tidak ada permulaan-Nya, mustahil hudust (baru, ada yang

mendahului)

Ditegaskan oleh Al-Qur’an Al-Hadi d:3) “Dialah Yang Awal dan yang

Akhir”

3.Baqa’, Kekal, Abadi tidak berkesudahan, mustahil Allah itu fana (rusak,

berakhir). Ditegaskan dalam al-qur’an “dan baga’ (tetap kekal) Zat

Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan”. (QS. Ar-Rahman:27)

segala ciptaan-Nya (yang baru), mustahil Allah mumatsalatu lil hawaditsi

(ada yang menyamai)

4.Mukhalafatuhu lil hawaditsi, berbeda dengan segala ciptaan-Nya (yang

baru), mustahil Allah mumatsalatu lil hawaditsi (ada yang menyamai),

sebagaiamana ditegaskan di dalam al-qur’an. QS.:Asy-Sura:11). “Tiada

satupun yang menyamai dengan dia (Allah).

5.Qiyamuhu binafsihi, berdiri sendiri. Mustahil Allah ihtiyajun lighairihi

(membutuhkan yang lain). Ditegaskan dalam Surah Ali Imran; 97. “ maka

sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu dari alam

semesta).

6.Wahdaniyat, Maha Esa, Mustahil Allah itu ta’addud (berbilang). “Katakanlah

dialah Allah yang Maha Esa”. (Al-Ikhlas:1)

7. Qudrat, Berkuasa, Maha Kuasa,Mustahil ‘ajzun lemah .Ditegaskan dalam Al-

Qur’an ‘’Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu ‘’ Q.S Al-

Baqarah ;20

8.Iradat, Berkehendak, Mustahil karahah (terpaksa) Ditegaskan dalam al-

qur’an, Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia

kehendaki.” (Q.S.Huud: 107)

9.Ilmu, Maha Mengetahui, Mustahil jahlun (bodoh). Ditegaskan di dalam Al-

Qur’an, “Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa’:

176)

10.Hayat, Hidup mustahil mautun (mati). Ditegaskan di dalam Al-Qur’an; “Dan

bertawakkallah kepada Allah Yang maha Hidup (kekal) Yang tidak mati,

dan bertasbihlah dengan memuji-Nya”.” (Q.S. Al-Furqan)

11. Sama’. Maha Mendengar. Mustahil shamamun, (tuli). Ditegaskan di dalam

Al-Qur’an, “ Dan Allah Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 256).

12. Bashar, Maha Melihat. Mustahil Allah ‘ama (buta). Ditegaskan di dalam al-

qur’an, “ Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-

Hujurat : 19)

13. Kalam, Maha berkata-kata. Mustahil bakamun (bisu). Ditegaskan didalam

al-qur’an, “Dan Allah telah berbicara kepada (Nabi) Musa dengan

langsung.” (Q.S. An-Nisa’: 164)

14. Qadiran, Dalam Keadaan berkuasa, mustahil kaunuhu ‘ajizan (lemah).

Ditegaskan di dalam al-qur’an, “Sesungguhnya Allah berkuasa atas

segala sesuatu”. (Q.S. Al-Baqarah: 20)

15. Muridan, Dalam Keadaan Berkemauan, Mustahil kaunuhu karihan,

(Terpaksa). Sebagaiamana ditegaskan di dalam al-qur’an’ “Sesungguhnya

Tuhan mu Maha melaksanakan apa yang Dia kehendaki. “(Q.S. Huud:

107).

16. ‘Aliman, Dalam Keadaan Berpengetahuan, Mustahil kaunuhu jahilan

(Bodoh). Ditegaskan di dalam al-qur’an, “Dan Allah Maha Mengetahui

segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa:176)

17. Hayyan, Dalam Keadaan Hidup, Mustahil mayyitan, (mati). Ditegaskan

Allah dalam firman-Nya pada Surah Al-Furqaan: 58. “Dan

bertawakkallah kepada Allah yang hidup kekal dan yang tidak mati.”

18. Sami’an, Dalam Keadaan Mendengar, Mustahil kaunuhu ashamma(tuli).

“Allah Maha Mendengar, dan Maha Mengetahui”. Q.S. Al-Baqarah: 256)

19. Bashiran, Dalam Keadaan Melihat, Mustahil kaunuhu ‘ama (buta).

Ditegaskan dalam al-qur’an, “Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu

kerjakan,” (Q.S. Al-Hujurat: 18)

20. Mutakalliman, Dalam Keadaan Berkata-kata, Mustahil kaunuhu abkama,

(bisu) ditegaskan di dalam al-qur’an, “Dan Allah telah berbicara kepada

Musa dengan langsung”. (Q.S. An-Nisa’: 164).

Bagi para mahasiswa yang penting untuk diketahui dan dipahami dengan

baik adalah bahwa Allah, Tuhan Yang maha Esa bersifat:

A. Hidup.

Hal ini berarti bahwa Allah, Tuhan Yang Maha Esa adalah Tuhan Yang Hidup.

Hidupnya Allah Yang Maha Esa tanpa memerlukan makanan, minuman,

istirahat dan sebagainnya. Ringkasnya: Allah Maha Esa dalam Hidup-Nya.

Konsekwensi kepercayaan yang demikian itu ialah, setiap atau segala sesuatu

yang sifat hidupnya memerlukan makanan, minuman, tidur dan sebagainya,

bagi seorang muslim bukanlah Allah dan tidak boleh dipandang sebagai Tuhan,

Tuhan Yang Maha Esa.

B. Berkuasa

Allah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, Kuasa-Nya Maha Esa, tiada tara, tidak

ada tolak bandingnya. Allah Maha Kuasa tanpa memerlukan pihak lain

manapun juga dalam kekuasaan-Nya. Ia adalah Maha Kuasa dengan sendiri-

Nya. Konsekwensi keyakinan yang demikian adalah, seorang mukmin harus

teguh dalam kepercayaannya pada kekuasaan Allah, melampauwi segala

kekuasaan sealin dari kekuasaan Allah. Dan sebagai akibatnya, seorang muslim

tidak boleh takut pada kekuasaan lain yang ada dalam alam ini, baik kekuasaan

itu berupa kekuatan-kekuatan alamiah maupun kekuasaan insaniah.

C. Berkehendak

Allah mempunyai kehendak. Kehendak-Nya Maha Esa dan berlaku untuk alam

semesta, termasuk manusia di dalamnya. Konsekwensi keyakinan yang

demikian itu. Adalah, Kehendak atau Iradah Allah Yang Maha Esa wajib diikuti

oleh setiap muslim. Kehendak Allah yang masih asli, seperti telah disebut

dimuka, termaktub kini di dalam al-qur’an yang menjadi kitab suci ummat

Islam. Selain itu kehendak Allah dapat dijumpai pada ayat-ayat kauniyah di

alam semesta berupa sunnatullah yaitu hukum-hukum Allah yang oleh para

sarjana disebut laws of nature (hukum-hukum alam).

Allah Maha Esa dalam perbuatan-Nya.

Pernyataan ini mengandung arti bahwa kita meyakini Tuhan Yang Maha Esa

tiada tara dalam melakukan sesuatu, sehingga hanya dialah yang dapat berbuat

menciptakan alam semesta ini. Perbuatan-Nya itu unik lain dari yang lain, tiada

taranya dan tiada sanggup manusia menirunya. Misalnya bagaimana Allah

menciptakan manusia dalam bentuk tubuh yang sangat baik, yang dilengkapi

dengan panca indera, akal, perasaan, kemauan, bahasa, pengalaman dan

sebagainya.

Allah Maha Esa Dalam wujud-Nya.

Mengandung arti wujud Allah lain sama sekali dari wujud alam semesta, ia

tidak dapat diserupakan dalam bentuk apapun juga. Menurut keyakinan Islam

Allah Maha Esa demikian esa-Nya sehingga wujudnya tidak dapat disamakan

dengan alam atau bagian-bagian alam yang merupakan ciptaan Allah.

Eksistensi-Nya wajib. Wajib karena itu Ia disebut wajibul wujud, artinya hanya

Allah lah yang abadi dan wajib eksistensi atau wujud-Nya. Selain dari Allah

semuanya mumkinul wujud. Jadi hidup manusia didunia ini hanya sementara.

Allah Maha Esa dalam menerima Ibadah

Artinya hanya Allah saja yang berhak disembah dan menerima ibadah, yang

dimaksud dengan ibadah adalah segala perbuatan manusia yang disukai

Allah.baik dalam bentuk kata-kata maupun perbuatan, yang kelihatan maupun

tidak. Konsekwensi keyakinan ini hanya dialah Allah yang wajib kita sembah,

hanya kepada-Nya pula seluruh shalat dan ibadah lain yang kita lakukan, kita

niatkan dan kita persembahkan.

Allah Maha Esa dalam menerima Hajat dan hasrat manusia.

Artinya apabila seorang manusia hendak menyampaikan maksud, permohonan

atau keinginannya langsunglah sampaikan kepada-Nya, kepada Allah sendiri

tanpa perantara atau media apapun namanya. Tidak ada system rahbaniyah atau

kependetaan dalam Islam.

Allah Maha Esa dalam memberi hukum.

Ini berarti bahwa Allahlah satu-satunya pemberi Hukum yang tertinggi. Ia

memberi hukum kepada alam, seperti hukum-hukum alam yang kita kenal

dengan hukum-hukum Archimedes, Boyle, Lovoisier, hukum relativitas,

thermodynamic dan sebagainya. Ia pula yang memberi hukum kepada manusia

sebagaimana mereka harus hidup di bumi, ini sesuai dengan ajaran-ajaran dan

kehendak-Nya dengan sendirinya sesuai pula dengan hukum-hukum (yang

berlakudi) alam semesta dan watak manusia, yang semuanya itu adalah ciptaan

Allah. Konsekwensi keyakinan ini adalah seorang muslim wajib percaya pada

adanya hukum hukum ‘alam (sunnatullah) baik dalam pisik maupun psikis dan

spiritual yang terdapat dalam kehidupan.

Jalan yang dikehendaki Allah menurut akidah, adalah Jalan hidup islam. jalan

hidup islam itu disebut juga dengan istilah syari’at Islam. Dan karena syari’at

Islam ada pula syari’at atau hukum Allah, konsekwensinya adalah bagi umat

Islam yang secara teoritis dan praktis dengan bebas telah memilih Islam sebagai

agamanya, tidaklah ada jalan lain yang harus di tempuhnya selain berusaha

sekuat tenaga mengikuti jalan hidup Islam itu sebagi-baiknya (Osman Rabily,

dalam Muhammad Daud Ali: 1997;2003-207).

Uraian tentang ke-MahaEsa-an Tuhan tentang sifat-sifat Allah tersebut di

atas, dapat dikembangkan lebih lanjut secara rasional-filosofis dengan

menyebut konsekwensinya terhadap seorang muslim.

2. Keyakinan kepada Malaikat.

Beriman kepada Malaikat berarti yakin ( percaya ) adanya malaikat,diciptakan

untuk menyampaikan amanat Allah kepada manusia. Malaikat adalah mahluk

gaib, tidak apat ditangkap oleh pancaindra. Akan tetapi dengan izin Allah

malaikat dapat menjelma seperti manusia, seperti malaikat Jibril AS. Menjadi

manusia dihadapan Maryam ibu nabi isa AS. Malaikat diciptakan dari nur.

Allah tidak membutuhkan malaikat, manusia. Malaikat Mahluk gaib kita wajib

mengimaninya. Tentang adanya malaikat cukup otentik yaitu berasal dari al-

qur’an dan hadist. Malaikat selalu taat kepada Allah dan tidak pernah maksiat.

Keterangan inidapat dilihat dala Surah At-Tahrim; 6.

Tugas-tugas Malaikat antara lain :

Menyampaikan wahyu Allah kepada manusia

Mengukuhkan hati orang beriman

Memberi pertolongan kepada manusia

Membantu perkembangan rohani manusia

Mendorong manusia untuk berbuat baik

Mencatat perbuatan manusia

Melaksanakan hukum Allah

Selain para Malaikat ada makhluk gaib lain ciptaan Allah, yang dimaksud

adalah syetan,syetan diciptakan dari api . Malaikat mendorong manusia untuk

kebaikan sedangkan syetan adalah menyesatkan manusia.

Kalau ada gerak hati untuk kejahatan itu tandanya bisikan syetan sebaliknya

jika ingin berbuat baik itu indikasi bahwa Malaikat berhasil menyampaikan

bisikannya kepada manusia bersangkutan.

Gerak hati untuk melakukan perbuatan jahat atau gerak hati untuk berbuat baik

didalam diri seseorang ditimbang oleh akal. Akallah yang akan memberikan

keputu san. Keputusan akan menimbulkan kehendak ( will ) pada diri manusia

bersangkutan. Kehendak itu bebas ( will itu free ) memilih mana yang akan

dilakukan.

Menurut ajaran Islam setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk berbuat

baik atau berbuat jahat.Kecenderungan berbuat baik dikembangkan oleh

malaikat dan kecenderungan berbuat jahat dimanfaatkan oleh syetan dengan

berbagai tipu daya.

Itulah sebabnya maka akal manusia yang mempertimbangkan kedua

kecenderungan itu perlu diisi dengan iman kepada wahyu yang sengaja

diturunkan Allah untuk menjadi pedoman hidup manusia. Pengetahuan manusia

(biasa) mengenai alam gaib hakiki itu terbatas dan bersifat spekulatif pula.

Hanya Allah dan rasul-Nya yang mampu memberikan pengetahuan yang pasti

dan benar tentang itu. Melalui sunnah nabi-Nya kita mendapat tambahan

keterangan tentang tugas para malaikat. Diantaranya ada yang ditugasi

mencabut nyawa (Izrail), menjaga neraka (Malik), pengawal surga (Ridwan),

menayai orang mati tentang imannya (Munkar dan nakir), mencatat segala

perbuatan manusia (Raqib dan Atid),. Meniup sangkakala (Israfil) yang meniup

nafiri sangkakala pada hari kiamat.(Kennet W. Morgan, 1980:459).

Sedangkan Jibril menyampaikan wahyu Allah. (Al-qur’an, Injil, Taurat, Zabur, Suhup Ibrahim)

3. Keyakinan Kepada Kitab-Kitab Suci

Kitab suci memuat wahyu Allah. Perkataan kitab yang berasal dari kata kerja

kataba (artinya ia telah menulis )memuat wahyu Allah . Perkataan wahyu

berasal dari bahasa Arab :

Al-wahyu bermakna suara,bisikan,isyarat,tulisan dan kitab.

Dalam pengertian umum wahyu adalah firman Allah yang disampaikan

Malaikat Jibril kepada para Rasul Nya atau orang yang dipih Nya untuk

diteruskan kepada manusia guna dijadikan pegangan hidup.

Al-Quran menyebut beberapa kitab suci misalnya :

Zabur diturunkan kepada nabi Daud

Taurat diturunkan kepada nabi Musa

Injil diturunkan kepada nabi Isa

Al- Quran diturunkan kepada nabi Muhammad sebagai Rasul Nya

Menurut harfiah,Quran itu berarti bacaan ( Q,s.Al-Qiyamah 75 ayat 17 dan 18 ).

Adapun defenisi Al-Quran adalah Kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi

Muhammad saw sebagai mu’jizat,membacanya adalah ibadah. Quran tersusun

dalam 114 surat dengan 6236 ayat,74437 Kalimat dan 325345 huruf, semuanya

adalah wahyu Allah yang diterima nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril.

Permulaan turunnya Al-quran bersamaan dengan dinobatkannya Muhammad

sebagai Rasulullah dalam usia 40 tahun sedang berkhalwat di Gua Hira’pada

malam senin,17 Ramadhan/ 6 agustus 610 M,Peristiwa ini dinamakan Allah

malam al-Qadar”bertepatan dengan terjadinya kontak senjata antara kaum

muslimin dengan kaum kafir Quraissy di Badr.

Ayat yang pertama turun 5 ayat dari Surah Al-Alaq:

ذ�ي خ�ل�ق ك� ال ب � ر� م �اس� ب� أ اق�ر�

�� ان� م�ن� ع�لخلق �نس� ق اإل�

م� �ر� ك� #ك� األ� ب � و�ر� أ اق�ر�

م� ذ�ي ع�ل �مال �ق�ل �ال ب

�ع�ل �م� ي ان� م�ا ل �نس� م� اإل� مع�ل

Bacalah dengan dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah dan Tuhanmu yang amat

mulia. Yang mengajar ( manusia ) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan

kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat terkhir ialah ketika Nabi sedang menunaikan Haji wada di Arafah hari

jum’at 9 Dzulhijjah 10 H/bulan maret 632 M yaitu surah Al-Maidah ayat 3 :

Alyauma Akmaltulakum diinakum waatmamtu ‘alaikum ni’mati waradhitulakumul Islamadiina.

“Pada hari ini telah-Ku sempurnakan untukmu agamamu dan telah-Ku

cukupkan ni’mat Ku untukmu dan Aku telah ridha Islam menjadi agamamu.”

Delapan puluh satu hari kemudian Nabi wafat ( 12 Rabilul awal th 11 H ( 8 juni 632 M )

Al-Quran diturunkan dalam 2 periode :Mekah dan Medinah. Periode pertama ayat-ayat

yang turun ketika Nabi masih bermukim di Mekah sejak jadi Rasul sampai hijrah ke

Madinah ( 12 th,13 hari,disebut ayat “ Makiyah 86 surah,Madaniyah 28 surah.

Perbedaan ayat Makiyah dengan Madaniyah

Makiyah :

Ayatnya pendek-pendek

Jumlah ayatnya 4780 ayat

Diawali Yaa ayyuhannas

Hal-hal yang berhubungan dengan tauhid,iman,taqwa,ancaman,pahala,sejarah bangsa-bangsa dahulu.

Madaniyah :

Ayatnya panjang-panjang

6236 ayat

Yaa ayyuhallazina amanu

Hukum, kemasyarakatan, kenegaraan, perang, hukum, internasional, hukum antar Agama.

Urutan qur’an tidak sebagaimana susunan yang ada sekarang,tetapi ia

turun terpencar. Ayat-ayat yang turun ada kalanya karena sesuatu sebab,

adakalanya tanpa sebab, inilah yang paling banyak. Setiap turun Rasul

memerintahkan mencatat dan menggandengkan dengkan dengan ayat yang

ditunjuk oleh beliau sendiri. Mengenai susunan Qur’an dan tertib surah yang ada

sekarang adalah menyusul dilakukan oleh Zaid bin Tsabit sebagai ketua panitia

ad-hoo penyusun Mushaf. Dibentuk oleh Khalifah ketiga Usman bin Affan r.a.

sebagai kelanjutan usaha yang telah dirintis oleh Khalifah 1 Abu Bakar

r.a.Karena Qur’an yang ada dewasa ini dalam susunan surah atau urutannya

adalah dari Hasil usaha kodifikasi Khalifah Usman, maka Qur’an sekarang

disebut Mushaf Usmani. Satu ejaan,satu susunan surah surah dan satu bacaan.

Prinsip Al-Quran sesudah tauhid ( Keesaan Tuhan ),amar ma’ruf nahi mungkar.

Al-Quran diturunkan tidak sekaligus,tetapi sedikit-demi sedikit selama 22 tahun

2 bulan 22 hari.

Isi kandungan Al-Qur’an :

Aqidah

Syari’ah ibadah maupun muamalah

Akhlak dengan semua ruang lingkupnya

Kisah-kisah umat manusia dimasa lampau

Berita-berita tentang zaman yang akan datang

Benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, dasar-dasar hukum yang berlaku bagi alam semesta termasuk manusia didalamnya.

4. Keyakinan pada nabi dan Rasul ( Arkaanul Iman ke 4 ) :

Didalam Al-Quran disebut ada 25 rasul yang berkewajiban menyampaikan

wahyu yang diterimanya kepada manusia dan menunjukkan cara-cara

pelaksanaannya dalam kehidupan manusia sehari-hari. Setelah sekian banyak

Rasul yang diutus oleh Allah. Allah mengutus Nabi Muhammad sebagai nabi

dan Rasul penutup atau terakhir dan untuk umat manusia dgn alasan:

1. Para Rasul sebelum Muhammad hanya terbatas untuk bangsanya/

kaumnya atau daerah tertentu saja.

2. Ajaran Rasul terdahulu telah banyak yang hilang ( dihilangkan ) oleh para

pemuka agama bersangkutan dan tidak lengkap lagi.

3. Ajaran para Rasul terdahulu bersifat lokal, sementara dan belum

menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia, jadi perlu disempurnakan

dengan ajaran yang universal berlaku untuk seluruh dunia dan eternal

yang bersifat abadi firman Allah dalam Al-Quran Qs.Al-Anbiya’:107 :

“Dan tiadalah Kami mengutus engkau ( Muhammad ) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.”

Keistimewaan kedudukan Muhammad dalam sejarah umat islam kini

diungkapkan dengan jelas oleh para sarjana, diantaranya sarjana non Muslim

Amerika (1) PHILIP KURIE HITTI dan (2) MICHAEL HARI seorang sarjana

sejarah dan Matematika, Hukum, 100 tokoh manusia yang berpengaruh pada

peradaban manusia yang pernah hidup di dunia. Dengan menggunakan beberapa

tolak ukur yaitu:

a. Orangnya benar benar hidup di dunia ini

b. Berpengaruh pada generasi masanya, berikutnya, kini dan yang akan datang

c. Prestasinya mempengaruhi keadaan dan peristiwa yang akan terjadi

d. Karyanya merupakan hasil individual, tidak diciptakan bersama orang lain.

MICHAEL HARI mengambil kesimpulan bahwa “MUHAMMAD S.A.W

adalah manusia yang paling berpengaruh dalam sejarah peradaban manusia”

dengan alasan:

a. Muhammad satu-satunya manusia yang berhasil secara luar biasa

dibidang keagamaan dan masalah dunia

b. Berhasil menegakkan satu diantara agama-agama besar di dunia

c. Dalam waktu bersamaan Muhammad menjadi pemimpin politik yang

mampu menyatukan masyarakat dalam satu ikatan akidah, keyakinan

beriman kepada Allah

d. Dalam waktu yang sama, ia seorang panglima perang yang sangat ahli dalam strategi

Dan taktik yang ulung. Muhammad sangat berpengaruh dalam bidang

duniawi maupun dalam bidang ukhrawi.

Nabi Muhammad adalah adalah rasul penutup ( Khatamin Nabiyyin ).

Sejarah hidupnya dari awal hingga akhir jelas dan lengkap,terpelihara dari masa

kemasa, Akhlaknya baik terlukiskan dengan kata-kata :

a. Shidiq ( benar )

b. Amanah ( dapat dipercaya )

c. Tabligh ( menyampaikan )

d. Fathanah ( cerdas )

Karena akhlaknya yang mulia,suri tauladan yang diberikannya dalam

mengamalkan ajaran Islam menjadi sumber nilai dan norma kedua sesudah

wahyu.

Q.s.Al-Ahzab 21 ayat 33 .” Sesungguhnya pada Rasulullah suri tauladan bagi kamu.”

Q.s. Al-Hasyar :7.” Dan karena itu apa yang dibawanya ikutilah, dan apa yang

dilarangnya jauhilah ( Q.s.Al-Hasyr : 7 ).

Q.S.Al-Qalam :4 .” Dan sesungguhnya kamu Muhammad memiliki akhlak yang agung.

Suri tauladan yang diberikan Rasul ini disebut As-Sunnah/Al-Hadist,yg

Menjadi pegangan sebagaimana pesan Rasul sa’at terakhir.” Ku tinggalkan pada

kalian dua pusaka yang sangat berharga,kalian tidak akan sesat ( sesudahku )

selama-lamanya selama kalian berpegang teguh kepada keduanya yaitu kitab

Allah ( Al-Quran dan Sunnah Rasul).

5. Keyakinan pada Hari Kiamat

Q.s. An-Nisa’ ayat 59 :

Allah berfirman:

:”Yaa ayyuhalladziina aamanuu athii’ullaha wa athii’urrasuula

wauulil amri minkum, fain tanaaza’tum fii syai-in farudduuhu ilallaha

warrasuuli inkuntum tu- minuuna billahi walyaumil aakhiri, dzalika

khairun wa-ahsanu ta-wiila.”

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-(Nya), dan

Ulil Amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang

sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul

(Sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.

Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu tida dan lebih baik akibatnya.

(QS. An-Nisa: 59)

Menurut para ilmuwan alam, suatu sa’at alam ini akan berakhir dan

segala sesuatu tidak berjalan sebagaimana perputaran alam menurut ketentuan

yang telah ditetapkan. Alam ini akan berputar mengarah pada kerusakan dan

kehancuran secara pasti.

Diantara dalil yang paling argumentatif bahwa hari akhir itu hanya Allah yg

mengetahui adalah karena tak seorangpun mendahuluinya membahas kerusakan

alam dengan satu gambaran sebagaimana agama-agama klasik yang juga tidak

membahasnya. Dan Allah tidak menginformasikan tentang hari kiamat kepada

para malaikat-Nya yang dekat dan tidak pula kepada Nabi-nabi – Nya.

Hari kiamat dimulai dengan rusaknya alam ini. Setiap manusia yang

hidup di alam ini akan mati dan bumi akan diganti, bukan bumi dan langit yang

sekaramg ini. Allah yang

6.Meyakini Qadha dan Qadhar

Menurut Al-Qur’an Qadha berarti :

Hukum ( An-Nisa’: 65 )

Perintah ( Al-Isra’ : 23 )

Memberitakan (Al-Isra : 4 )

Menghendaki ( Ali Imran : 47 )

Menjadikan ( Fushilat : 12 )

Qadhar dalam Al-Quran ialah : Suatu peraturan umum yang telah diciptakan

Allah untuk menjadi dasar alam ini, dimana terdapat hubungan sebab dan

akibat. Telah menjadi sunnatullah yang abadi dimana manusia juga terikat

pada sunnatullah itu.

Firman Allah SWT :

“ Sesungguhnya Kami telah menjadikan segala sesuatu menurut qadar

( aturan ).”

( Al-Qamar : 49 )

“Adalah segala utusan Allah itu menurut qadar yang telah ditentukan.” (Al-

Ahzab : 38 ).

“ Allah telah menciptakan segala sesuatu,lalu Dia tentukan tkqdirnya

( ketentuannya ).” ( Al-Furqan : 2 ).

Oleh karena itu iman kepada takdir memberikan arti dimana kita wajib

mempercayai bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini, dalam kehidupan

dan diri manusia,adalah menurut hukum, berdasarkan suatu undang-undang

universal atau kepastian umum atau taqdir.

Orang yang beriman kepada qada dan qadar akan memiliki ciri-ciri sebagai

berikut

1. Memiliki sifat khouf (takut) kepada Allah

2. Memiliki sifat raja’ (harap) kepada Allah

3. Beribadah dengan sebaik-baiknya

4. Selalu mengevaluasi dirinya

5. Selalu berpikir dengan sungguh-sungguh terhadap pekerjaan yang

dilakukannya

6. Mempersiapkan bekal untuk akhirat

Hubungan antara qada dan qadar

Bagaimanakah hubungan antara qada dan qadar? Marilah kita baca penjelasan

berikut ini. Sebelum membahas hubungan antara qada dan qadar, kita perlu

mengetahui lebih jelas, apakah qada itu dan apakah qadar itu?

Qada adalah ketetapan atau ketentuan Allah SWT sejak zaman azali (zaman

dahulu) atas segala yang akan terjadi pada makhluk-Nya. Ini berarti, sebelum

kita terlahir kedunia ini, Allah telah menetapkan berbagai ketentuan bagi diri

kita. Hidup, mati, jodoh, dan rezeki kita sudah ditentukan oleh Allah sebelum

kita lahir. Setelah kita lahir pun, kita tidak mengetahui ketentuan-ketentuan

tersebut.

Qadar adalah ketetapan atau ketentuan Allah swt. Takdir Allah ada dua macam,

yaitu takdir mubram dan takdir mualak. Takdir mubram adalah ketentuan Allah

swt yang pasti terjadi dan tidak dapat diubah oleh siapapun dengan usaha

apapun. Ketentuan tersebut adalah seperti waktu dan tempat meninggalnya

seseorang, waktu terjadinya hari kiamat, adanya laki-laki dan perempuan, dan

lain-lain. Takdir mualak adalah ketentuan Allah swt yang mungkin dapat diubah

dengan jalan berikhtiar, berdoa dan bertawakal. Contoh dari takdir ini adalah

jika kita ingin badan kita sehat dan segar, kita haru berusaha memelihara

kebersihan dan kesehatan badan kita. Jika kita ingin pintar, kita harus berusaha

rajin belajar.

Beriman kepada takdir itu tidak berarti menyerah begitu saja tanpa berikhtiar

dan berusaha. Qada tidak boleh dijadikan sebab untuk melakukan kejahatan dan

kemaksiatan.

Firman Allah swt dalam Alquran,

ه�م� �ف�س� ن � �ا ب م�ا و�ا ر� �غ�ي ي .ى ح�ت 1 م �ق�و� ب م�ا ر� �غ�ي ي ال� .له� ال ا �ن ا

Artinya:

Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka

mengubah keadaan diri mereka sendiri (Q.S. Ar-Ra’d: 11)

ه� الل �ن إ ه� الل ع�ل�ى ل� �و�ك ف�ت م�ت� ع�ز� �ذ�ا ف�إ

�ين� ل �و�ك �م�ت ال �ح�ب# ي

Artinya:

Apabila kamu telah membulatkan tekad (untuk melakukan sesuatu), maka

bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah swt menyukai orang-orang

yang bertawakal kepada-Nya

Selanjutnya Aqidah islamiyah dan keimanan yang dimiliki oleh setiap orang

mukmin yang meyakini adanya Allah dengan segala konsep keminanannya itu

akan membuahkan Taqwa.

Kata Taqwa dalam arti bahasa berarti menjaga, menghindari, menjauhi dan

sebagainya. Dan kata Taqwa berulang sebanyak 79 kali, dengan rincian Allah

menjadi objek 56 kali, neraka 2 kali, hari kemudian 4 kali, fitnah sekali dan

tanpa obyek sekali, namun yang dimaksudkan adalah Allah, dan 15 kali

selebihnya yang menjadi subyek dengan berbagai ungkapan seperti rabbakum,

yang jika perhatikan redaksi tersebut semua berarti Tuhan Yang Maha Esa

(Quraish Shihab: 1992:58).

Orang yang bertagwa adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan

kesadaran, mengerjakan suruhan-Nya, dan tidak melanggar larangan-Nya baik

secara lahiriah maupun bathiniah, ia takut terjerumus kepada perbuatan dosa.

Orang yang taqwa adalah orang yang membentengi dirinya dari perbuatan jahat,

memelihara diri agar tidak melakukan perbuatan yang tidak di ridhai oleh Allah,

bertanggung jawab mengenai sikaf tingkah laku dan perbuatannya memenuhi

kewajiban. (Muhammad Daud Ali; 1997: 361).

Selanjutnya pentingnya kedudukan Taqwa, sebagaimana dapat dilihat dalam

sebuah hadist bahwa Abu al-Ghifari, pada suatu hari , meminta nasihat kepada

Rasulullah, Rasulullah menasihati al-Ghifari, “Supaya ia taqwa kepada Allah,

karena taqwa adalah pokok segala pekerjaan.” Dari nasihat Rasulullah dapat

ditarik suatu kesimpulan bahwa taqwa adalah pokok segala pekerjaan muslim,

taqwa juga sebagai ukuran. Sebagaimana disebutkan dalam surah al-Hujurat

ayat 13 yang artinya “Manusia yang paling mulia disisi Allah adalah orang

yang paling taqwa. Dalam surah yang lain taqwa dipergunakan sebagai dasar

persamaan hak antara wanita dan perempuan (suami dan isteri) dalam keluarga,

karena pria dan wanita dari jenis yang sama. (Q.S.An-Nisa’:1).

Menurut hasan langgulung usaha memasyarakatkan taqwa harus dimulai sejak

dini, sejak musia masih kecil, sampai dewasa. Pemasyarakatkan taqwa dapat

ditempuh dengan tiga tahap.

Tahap pertama adalah soisalisasi, pada tahap ini anak didik dapat diajar

melakukan nilai-nilai yang terkandung dalam perkataan taqwa yang hampir

sama dengan nilai akhlak. Adapun nilai- nilai ketaqwaan antara lain : (nilai-nilai

perseorangan, niliai-nilai kekeluargaan, nilai-nilai sosial, nilia-nilai kenegaraan

dan nilai-nilai keagamaan.

Tahap kedua adalah tahap identifikasi. Dalam tahap ini anak didik mengerjakan

nilai-nilai tertentu yang mereka sukai dan kagumi pada nilai-nilai tertentu yang

mereka sukai dan kagumi pada nilai-nilai itu. Contohnya kata-kata orang tua,

guru-guru, ulama, umara, karena mereka mengagumi dan mencontoh alam

bentuk tokoh-tokoh itu yang memegang peran penting.

Tahap ketiga adalah penghayatan. Maksudnya anak didik menikmati

ketentraaman batin karena melaksanakan nilai-nilai ketaqwaan, tidak lagi

kagum pada tokoh.

Dengan demikikian, ruanglingkup taqwa dalam makna memelihara meliputi

empat jalur hubungan yaitu:

1. Hubungan manusia dengan Allah

2. Hubungan manusia dengn hati nurani atau dirinya sendiri.

3. Hubungan manusia dengan sesama manusia

4. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup

I. Hubungan Manusia Dengan Tuhan Yang Maha Esa.

Hubungan ini merupakan dimensi pertama. Hubungan ini harus

terpelihara dengan baik, sebab dengan menjaga hubungan dengan

Allah manusia akan terkendali tidak melakukan kejahatan terhadap

dirinya, masyarakat dan lingkungan hidupnya.

Inti taqwa pada tuhan yang maha esa adalah melaksanakan semua

perintah dan menjauhi semua larangannya. Perintah allah itu

dimulai dari pelaksanaan tugas manusia untuk mengabdi

kepadanya dengan selalu melakukan ibdah murni yang disebut

dengan ibadah khusus seperti mendirikan shalat, berpuasa pada

bulan Ramadhan, menunaikan zakat, dan melaksanakan ibadah

haji, dan melakukan ibadah-ibadah lain yang bertalian dengan

ibadah khusus tersebut.

Larangan ditetapkan-Nya agar manusia dapat melakukan fungsinya

sebagai khalifah dalam menata kehidupan dunia.

Ketaqwaan dapat dilakukan dengan;

1. Beriman kepada tuhan yang maha esa

2. Melaksanakan ibadah khusus (Rukun Islam)

3. Menyukuri nikmat-Nya dengan dengan jalan menerima,

mengurus, memanfaatkan semua pemberian Allah.

4. Sabar dalam menerima ujian dari Allah dalam makna tabah,

tidak putus asa ketika terkena musibah.

5. Memohon ampun atas segala dosa yang telah dilakukan, dan

taubat dalam makna sadar untuk tidak mengulangi perbuatan

yang jahat.

2. Hubungan Manusia Dengan Dirinya

Hubungan ini sebagai dimensi Taqwa yang kedua dapat dilakukan

dengan menghayati benar patokan akhlak, yang disebutkan Tuhan

dalam berbagai ayat al-Qur’an.

Hubungan ini dapat dilihat sebagaiumana yang disuritauladankan nabi

Muhammad saw. seperti; sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani,

memegang, amanah, mawas diri, dan mengembangkan semua sikaf

yang terkandung dalam akhlak atau budi pekerti yang baik, sebagai

mana pada Bab Akhlak.

3. Hubungan Manusia Dengan Manusia

Hubungan ini sebagai dimensi Taqwa yang ketiga adalah memelihara

dan membina hubungan baik dengan sesama manusia, hubungan ini

dapat dilakukan dengan mengembangkan cara dan gaya hidup yang

selaras dengan nilai dan norma yang disepakati bersama dalam

masyarakat dan Negara yang sesuai dengan nilai dan norma agama.

Contoh hubungan ini; tolong menolong, suka memaafkan kesalahan

orang lain, menepati janji, lapang dada, menegak keadilan dan berlaku

adil terhadap diri sendiri dan orang lain.

4. Hubungan Manusia Dengan Lingkungan

Hubungan ini dapat dilakukan dengan menyayangi binatang, dan

tumbuh-tumbuhan, tanah, air, udara, serta semua alam semesta.

Kemudian konsekwensi adanya 4 pemeliharaan hubungan ini dalam

Rangka ketaqwaan tersebut adalah bahwa manusia harus selalu

menumbuhkan dan mengembangkan dalam dirinya empat T yakni

empat kesadaran tanggungjawab; Tanggungjawab kepada Allah,

Tanggungjawab kepada hati nurani sendiri, tanggungjawab kepada

manusia, tanggungjawab untuk memelihara flora dan fauna, udara, air

dan tanah serta kekayaan alam cipataan Allah.

Taqwa dalam memaknai memenuhi kewajiban perintah Allah yang

menjadi kewajiban manusia taqwa untuk melaksanakan pada

pokoknya adalah 1. Kewajiban kepada Allah, 2. Kewajiaban kepada

diri sendiri, 3. Kewajiban kepada masyarakat, 4. Kewajaibana kepada

lingkungan hidup.

Kalau dilihat dari segi iman, pelaksanaan kewajiban-kewajiban itu

bagi seorang muslim dan muslimat tidak hanya berupa keuntungan

dalam bentuk hak di dunia ini, tetapi juga pahala di akhirat kelak yang

dijanjikan Allah.

1.Kewajiban kepada Allah adalah kewajiban utama dan terutama, Kewajiban

ini untuk memenuhi tujuan hidup yakni untuk mengabdi kepada Allah. Dapat

dilihat dalam firmaNya, “ Tidak kuciptakan jin dan manusia, kecuali untuk

mengabdi kepadaku” (Q.S. Az-Dzariyat: 56). Caranya seperti yang dicontohkan

oleh nabi Muhammad saw.

Konsekwensi pengakuan logis pengakuan iman kita kepada Allah sebagai

pencipta dan penguasa tunggal alam semesta dan Muhammad saw. yaitu

penerimaan kita secara mutlak dan sadar atas segala perintah-perintah yang

diberikan Allah dan akan tetap melaksanakannya dengan penuh tanggungjawab.

2. Kewajiban kedua dalam rangka pelaksanaan taqwa adalah kewajiban

terhadap diri sendiri, menjaga dan memelihara diri, agar tidak melakukan

sesuatu yang dilarang Allah. Misal tidak mencari rezeki dengan berjudi, tidak

meminum minuman keras, tidak memakan makanan yang haram, tidak

melangkahkan kaki pada tempat maksiat, dll. Kewajiban pada diri sendiri

adalah pardu ‘ain.

3. Kewajiban terhadap masyarakat, Kewajiban ini dimulai dari;

A. Kewajiban terhadap keluarga. Dalam system ajaran Islam kewajiban

terhadap keluarga juga merupakan pardu ‘ain bagi unsur yang terlibat

didalamnya. Terutama suami sebagai kepala keluarga, isteri sebagai ibu rumah

tangga. Contohnya saling mencintai, menyayangi, suami isteri harus

memelihara kesucian diri di dalam dan diluar keluarga, bertanggungjawab atas

pemeliharaan pendidikan anak, dll

B. Kewajiban terhadap tetangga.

Kewajiban ini baik terhadap kerabat maupun bukan.. Dalam system ajaran

Islam berbuat baik terhadap tetangga adalah pelaksanaan iman. Belum

sempurna iman seseorang, kalau ia tidak baik terhadap tetangganya.

C. Kewajiban terhadap masyarakat.

Kewajiban terhadap masyarakat luas harus dilaksanakan sebaik-baiknya.

Pelaksanaan kewajiban terhadap masyarakat luas termasuk juga

D. Kewajiban terhadap Negara,

# Kewajiban ini termasuk kewajiban terhadap tanah air seperti kesediaan dan

mempertahankan Negara.

# Kewajiban rakyat dapat diwujudkan dengan menghormati dan menjunjung

tinggi hak-hak mereka,

# Kewajiban pemerintah, pemerintah yang berkuasa pada suatu masa dapat

diwujudkan dengan mentaati peraturan perundang-undangan yang

dikeluarkan sepanjang peraturan itu tidak bertentangan dengan ketetapan

Allah dan sunnah Rasulul-Nya.

4.Dimensi keempat pelaksanaan taqwa digambarkan oleh kewajiban

terhadap lingkungan hidup.

1. Manusia wajib memelihara kelestarian alam lingkungan hidup,

berarti pula memelihara kelangsungan hidup manusia sendiri dan

keturunannya di kemudian hari.

2. Kewajiban orang yang taqwa terhadap harta yang dititipkan atau

diamanatkan Allah padanya. Ini dapat dilihat dari 3 sisi; cara

memperolehnya harus ;

a. dengan cara yang halal, sah menurut hukum, baik menurut

akhlak.

b. pewarisan

Tidak boleh dengan cara suap, korupsi, riba, merampas milik

orang.

Kemudian fungsi harta adalah; tidak boleh ditimbun, tidak

boleh hanya beredar pada orang yang kaya saja, dalam harta

orang kaya terdapat harta orang miskin,

Kemudian cara memanfaatkan atau membelanjakan harta; tidak

boleh boros, hati-hati dan bijaksana, disalurkan melalui lembaga

dengan cara sadaqah, infaq, hibah, zakat, wakaf. (Moh. Daud

Ali, 1987:7-17)

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Referensi :

Abdul Majid, dan Buku paket Agama Islam Gunadarma, dan Pt. Bulan Bintang.

Moh. Daud Ali, Pendidikan Agama islam PT. Raja Prasindo persada Untuk perguruan Tinggi.

Dll yg terkait