TugasKetikanKedua AISHAH Pendidikan Anak

8
____________________________________________ 1. Pengantar ____________________________________________ Yang pertama kali dilihat oleh anak adalah rumah dan lingkungannya. Tergambar dalam benaknya, kehidupan pertama yang dilihat dari sekitar mereka serta berbagai cara kehidupan mereka. Jiwanya yang masih lentur siap menerima segala yang memberikan pengaruh tergadapnya sesuai dengan lingkungan pertamanya. Imam Ghazali mengatakan, “Anak merupakan amanahbagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan mutiara yang masih polos tanpa ukiran dan gambar. Dia siap diukir dan cendrung kepada apa saja yang mempengaruhinya. Jikadia dibiasakan dan diajarkan untuk berbuat kebaikan, dia akan tumbuh menjadi anak yang baik. Dengan begitu, kedua orang tuanya akan berbahagia di dunia dan akhirat. Demikian juga guru dan pendidiknya. Sedangkan apabila dia dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja seperti membiarkan binatang ternak, maka dia akan sengsara dan binasa. Dosanya pun akan dipikul oleh orang yang bertanggungjawab untuk mengurusnya dan walinya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda, “Setiap anak sebenarnya dilahirkan di atas fithrah (Islam). Kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” Berdasarkan ini, Abul Ala’ mengatakan melalui syairnya : Anak-ana kita akan tumbuh menurut apa yang dibiasakan oleh orangtuanya Anak tidaklah menjadi tercela oleh akalnya namun orang-orang dekatnya yang membuatnya hina. Jika rumah mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan anak, maka -untuk mewujudkan tujuan di atas- rumah harus diliputi dengan segala hal yang bisa menanamkan ruh keagamaan dan keutamaan terhadap jiwa anak. (Risalah Anja(wasa’il))

description

TugasKetikanKedua AISHAH Pendidikan Anak

Transcript of TugasKetikanKedua AISHAH Pendidikan Anak

Page 1: TugasKetikanKedua AISHAH Pendidikan Anak

____________________________________________1.Pengantar

____________________________________________

Yang pertama kali dilihat oleh anak adalah rumah dan lingkungannya. Tergambar dalam benaknya, kehidupan pertama yang dilihat dari sekitar mereka serta berbagai cara kehidupan mereka. Jiwanya yang masih lentur siap menerima segala yang memberikan pengaruh tergadapnya sesuai dengan lingkungan pertamanya. Imam Ghazali mengatakan, “Anak merupakan amanahbagi kedua orang tuanya. Hatinya yang masih suci merupakan mutiara yang masih polos tanpa ukiran dan gambar. Dia siap diukir dan cendrung kepada apa saja yang mempengaruhinya. Jikadia dibiasakan dan diajarkan untuk berbuat kebaikan, dia akan tumbuh menjadi anak yang baik. Dengan begitu, kedua orang tuanya akan berbahagia di dunia dan akhirat. Demikian juga guru dan pendidiknya. Sedangkan apabila dia dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja seperti membiarkan binatang ternak, maka dia akan sengsara dan binasa. Dosanya pun akan dipikul oleh orang yang bertanggungjawab untuk mengurusnya dan walinya. Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda,

“Setiap anak sebenarnya dilahirkan di atas fithrah (Islam). Kedua orang tuanyalah yang akan membuatnya menjadi Yahudi, Majusi, atau Nasrani.”

Berdasarkan ini, Abul Ala’ mengatakan melalui syairnya :Anak-ana kita akan tumbuhmenurut apa yang dibiasakan oleh orangtuanyaAnak tidaklah menjadi tercela oleh akalnyanamun orang-orang dekatnya yang membuatnya hina.

Jika rumah mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupan anak, maka -untuk mewujudkan tujuan di atas- rumah harus diliputi dengan segala hal yang bisa menanamkan ruh keagamaan dan keutamaan terhadap jiwa anak. (Risalah Anja(wasa’il))

____________________________________________2. Tanggung Jawab Pendidikan

____________________________________________

Page 2: TugasKetikanKedua AISHAH Pendidikan Anak

Jika Anda menempatkan tanggung jawab anak ke dalam tempat persemaian yang buruk, saya khawatir Anda kelak akan mendapatkan adzab Allah dua kali lipat. Pertama, diadzab dengan adzab yang pedih karena telah mengotori mutiara yang mulia itu, dan yang kedua karena melakukan tindak kesalahan. (Syaikh Muhammad Al-Khadhar Husain, As-Sa’adah al-Uzhma, hal 90).

Oleh karena itu kita temukan bahwa Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam memikulkan tanggung jawab pendidikan anak ini secara utuh kepada kedua orang tua. Diriwayatkan dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘Anhu bahwa dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Seorang imam adalah pemimpin, dan ia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya. Seorang lelaki adalah pemimpin di keluarganya, dan dia bertanggung jawab atas keluarga yang dipimpinnya. Seorang wanita adalah pemimpin di rumah suaminya, dan dia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang pelayan adalah pemimpin terhadap harta milik tuannya dan dia bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Masing-masing dari kalian adalah pemimpin, dan dia bertanggung jawab atas rakyat yang dipimpinnya”. (Muttafaq ‘Alaih)

Sampai-sampai Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam meletakkan kaidah mendasar yang kesimpulannya adalah seorang anak itu tumbuh dan berkembang mengikuti agama kedua orang tuanya. Keduanyalah yang memberikan pengaruh yang kuat terhadapnya.

Bukhari meriwayatkan bahwa Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu berkata, Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Tiada seorang bayi pun yang lahir melainkan dia dilahirkan di atas fitrah. Lalukedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Majusi, atau Nasrani; seperti binatang itu melahirkan binatang yang sama secara utuh. Adakah kamu menemukan adanya kebuntungan?” Kemudian Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu membaca firman Allah:

“Tetaplah pada fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus.”(QS. Ar-Rum: Ayat 30)

Allah Subhanahu Wata’ala telah memerintahkan orang tua untuk mendidik anak-anak mereka, mendorong mereka untuk itu dan memikulkan tanggung jawab kepada mereka. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman :

“Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamudari api neraka yang berbahan bakar manusia dan batu, sedangkan para penjaganya adalah para malaikat yang kasar dan keras, serta tidak pernah mendurkahai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada

Page 3: TugasKetikanKedua AISHAH Pendidikan Anak

mereka serta selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim : Ayat 6)

Tentang firman Allah Subhanahu Wata’ala ini, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Ajarkan kebaikan kepada dirimu dan keluargamu.” Diriwayatkan oleh Hakim dalam Mustadrak-nya (IV/494), dan dia mengatakan hadits ini shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim, sekalipun keduanya tidak mengeluarkannya.

Fakhrur Razi dalam tafsirnya mengatakan, “Peliharalah dirimu .” yaitu dengan cara menjauhi segala yang dilarang oleh Allah untuk kamu kerjakan. “Sedangkan Muqatil mengatakan, “Maksudnya, setiap muslim harus mendidik diri dan keluarganya dengan cara memerintahkan mereka untuk mengerjakankebaikan dan melarang mereka berbuat kejahatan,” Sementara itu Imam Zamakhasyari dalam tafsir Al-Kassyaf menafsirkan, “Peliharalah dirimu,” yaitu dengan cara meninggalkan kemaksiatan-kemaksiatan dan melaksanakan ketaatan-ketaatan; “dan keluargamu,” adalah dengan cara memperlakukan mereka sebagaimana kalian memperlakukan dirimu sendiri.” (At-Tafsir Al-Kabir, 30/46)

Untuk itu kita harus mencurahkan segala upaya dan terus berbuattanpa henti untuk meluruskan anak-anak kita, senantiasa memperbaiki kesalahan-kesalahan mereka, serta membiasakan mereka berbuat kebaikan. Ini adalah jalan yang ditempuh oleh para nabi dan rasul. Nabi Nuh telah mengajak anak beliau kepada iman; Nabi Ibrahim telah memerintahkan putra-putranya agarhanya beribadah kepada Allah; dan demikian seterusnya.

Imam Nawawi dalam kitabnya, Bustan Al-rifin (halaman 45), membawakan riwayat dari Syafi’i bahwa Fudhail berkata, “Nabi Dawud ‘Alaihi Salam pernah berdoa, ‘Ya Ilahi, jadilah Engkau bagi anakku sebagaimana Engkau bagi diriku!”. Lalu Allah mewayuhkan kepadanya, “Wahai Dawud, katakanlah kepada anakmu agar dia berbuat kepada-Ku, sebagaimana yang kamu lakukan kepada-Ku. Niscaya Aku akan bertindak kepadanya sebagaimana yang aku lakukan terhadapmu.”

Imam Ghazali Rahimahullah dalam risalah beliau yang berjduul Ayyuhal Walad mengatakan bahwa makna tarbiyah (pendidikan) serupa dengan pekerjaan seorang petani yang membuang duri dan mengeluarkan tumbuhan-tumbuhan asing atau rerumputan yang mengganggu tanaman agar ia bisa tumbuh dengan baik dan membawa hasil yang maksimal.

Ibnul Qayyim Rahimahullah juga menegaskan tanggung jawab ini dari memberikan keterangan yang cukup berguna. Beliau mengatakan, “Sebagian ulama mengatakan, bahwa Allah Subhanahu Wata’ala akan meminta pertanggungjawaban setiap orang tua tentang anaknya pada hari Kiamat sebelum si anak sendiri meminta pertanggungjawaban orang tuanya. Sebagaimana seorang ayah itu mempunyai hak atas anaknya,

Page 4: TugasKetikanKedua AISHAH Pendidikan Anak

maka anak pun mempunyai hak atas ayahnya. Jika Allah Subhanahu Wata’ala berfirman, “Kami wajibkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya.” (QS. Al-Ankabut: Ayat 7). Maka di samping itu Allah juga berfirman, “Peliharalah dirimu dan keluargamudari api neraka yang berbahan bakar manusia dan batu.”(QS. At-Tahrim: Ayat 6). Menafsirkan ayat ini, Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘Anhu mengatakan, “Ajari mereka dan didiklah mereka!” Allah Subhanahu Wata’ala juga berfirman , “Beribadahlah kepada Allah dan jangan menyekutukan sesuatu dengan –Nya . Berbuat baiklah kepada kedua orang tua dan kaum kerabat.” (QS. An-Nisa : Ayat 36). Sedangkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Berbuat adillah terhadap anak-anak kalian.” (Lafal hadits selengkapnya adalah, “Berbuat adillah terhadap anak-anakmu di dalam memberi nafkah sebagaimana kalian ingin agar mereka berbuat adil terhadapmu dalam berbakti dan mencintaimu.” Hadits shahih)

Pesan Allah bagi ayah berkenaan dengan anak-anak mereka mendahului pesan bagi anak berkenaan dengan ayah mereka. Allah Subhanahu Wata’ala berfirman,

“Janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut miskin. Kamilah yang akan memberikan rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang besar.” ( QS. Al-Isra’ : Ayat 31)

Ibnul Qayyim selanjutnya menjelaskan, “Siapa saja yang mengabaikan pendidikan anaknya dalam hal-hal yang berguna baginya, lalu dia membiarkan begitu saja, berarti dia telah berbuat kesalahan besar. Mayoritas penyebab kerusakan anak adalah akibat orang tua yang mengabaikan mereka, serta tidak mengajarkan kewajiban-kewajiban dan dan sunnah-sunnah agama. Lalu menyia-nyiakan anak ketika kecil sehingga mereka tidak bisa mengambil keuntungan dari diri mereka, dan mereka pun tidak bisa memberikan manfaat kepada ayah mereka ketika mereka dewasa.

arti sebuah tanggung jawab

Page 5: TugasKetikanKedua AISHAH Pendidikan Anak

Maka ada sebagian anak yang menyalahkan ayahnya sendiri atas tindakannya dalam mendurhakai orang tuanya dengan mengatakan, “Ayah, engkau telah berbuat jahat terhadapku ketika aku kecil. Kini aku pun balas mendurhakaimu ketika dewasa. Engkau telah menyia-nyiakanku ketika aku kecil. Kini aku pun mengabaikanmu ketika engkau sudah tua renta.”

Pernikahan dan melahirkan keturunan merupakan sebuah tanggung jawab besar di mana seseorang itu akan dihisab pada hari Kiamat atasnya. Imam Tirmidzi meriwayatkan hadits dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah Rahimahullah, bahwa kedua sahabat ini mengatakan, Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda, “Pada hari Kiamat nanti, setiap hamba akan dihadapkan kepada Allah. Allah berfirman, “Bukankah Aku telah menjadikan pendengaran, penglihatan, harta dan anak buatmu? Bukankah Aku juga telah menundukkan binantang dan ladang untuk kamu gunakan? Dan bukankah Aku telah membiarkanmu memimpin dan menikmati apa yang ada? Maka yakinkah kamu bahwa kamu pasti berjumpa dengan-Ku pada hari ini?’ Dia menjawab, “Tidak .” Allah pun kemudian berfirman kepadanya, ‘Pada hari ini Aku lupakan kamu sebagaimana engkau pun telah melupakan-Ku’”.

Dalam riwayat lain disebutkan adanya tambahan, “Bukankah Aku telah memasangkanmu dengan istrimu?”

Sebagian ulama mengatakan,

Allah akan meminta

pertanggung

Jawaban

Setiap orang tua tentang anaknya pada hari Kiamat, sebelum si anak itu sendiri meminta pertanggungjawaban orang tuanya.

Sebagaimana seorang ayah mempunyai hak atas anaknya, maka anak pun mempunyai hak atas

ayahnya.

Page 6: TugasKetikanKedua AISHAH Pendidikan Anak

Lalu, bukti mana lagi yang menunjukkan kebodohan akal seseorang dan hilangnya perasaaan yang lebih besar daripada orang yang diberi kesempatan waktu yang panjang hingga anaknya mencapai usia dewasa, namun dia tidak membekalinya dengan pendidikan yang baik sehingga bisa menjadi seorang yang mulia? (Syaikh Muhammad Khadhar Husain, As-Sa;adah Al-Uzhma, hal 90)

Pendidikan adalah hak anak yang menjadi kewajiban atas orang tua. Ia merupakan hibah atau hadiah. Hal ini telah ditegaskan oleh Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasalam melalui sabda beliau, “Mereka itu disebut oleh Allah sebagai ‘abrar’ (orang-orang yang baik) karena mereka berbakti kepada orang tua dan anak. Sebagaimana kamu mempunyai hak atas anakmu, maka anakmu juga mempunyai hak atasmu.” Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Al-Adab al- Mufrad. (Diriwayatkan pula oleh Thabrani yang di dalam sanadnya terdapat Ubaidullah bin Walid Al-Washati. Ia adalah dha’if sebagaimanayang dikatakan oleh Haitsami dalam Al-Majma’, 8/146)

An-Nasaa’i dan Ibnu Hibban dalam Shahih-nya meriwayatkan secara marfu’ bahwa Nabi Shalallahu ‘Alaihi Wasalam bersabda; “Sesungguhnya Allah Subhanahu Wata’ala akan menanyakan kepada setiap pemimpin atas apa yang dikuasakan kepadanya, apakah dia menjaganya atau menyia-nyiakannya. Sampai-sampai, seseorang akan ditanya mengenai rumah tangganya.” (Lihat Silsilah Al-Ahadits As-Shahihah, no.1626)

____________________________________________3. Menikah dengan Wanita Shalihah dan Pendidik

____________________________________________

Faktor tak kalah penting yang membantu seorang ayah mendidik anaknya adalah istri shalihah yang dapat memahami peran dan fungsinya, serta mampu melaksanakannya sebaik mungkin. Dia merupakan pilar mendasar dalam pekerjaan ini. Pekerjaanya ini memmpunyai peran sejarah dalam kehidupan masyarakat. Darinya akan lahir generasi pembaharu masyarakat yang akan memimpin umat menuju kebaikan dan kekuatan .

Sesungguhnya rumah merupakan salah satu benteng aqidah. Benteng ini harus benar-benar kokoh dan tidak bisa ditembus. Jika tidak demikian, maka akan mudah bagi musuh untuk menerobos benteng ini dan merusak segala-galanya.

Harus ada seorang ibu muslimah yang mendampingi. Seorang ayah muslim saja tidak cukup untuk mengamankan benteng ini. Harus ada ayah dan ibu yang keduanya sama-sama bekerja untuk mendidik anak-anak mereka. Akan percuma saja jika kaum lelaki (ayah) bekerja sendiri di dalam membangun sebuah masyarakat Islam. Tetapi harus ada kaum

Page 7: TugasKetikanKedua AISHAH Pendidikan Anak

wanita di dalam masyarakat ini. Mereka adalah para penjaga generasi buah masa depan.

“Hal ini harus dipahami betul oleh setiap penyeru kepada Islam. Upaya pertama yang harus menjadi fokus adalah rumah, kemudian istri yang kemudian menjadi ibu, lalu anak-anak dan keluarga secara umum. Harus menjadi perhatian yang serius, memilih wanita muslimah untuk membangun rumah tangga muslim. Orang yang hendak membangun keluarga muslim haruslah terlebih dahulu mencari istri yang muslimah. Jika tidak, maka bangunan masyarakat Islam akan tertinggal dan bangunan yang ada akan selalu banyak celah dan lubang kekurangannya.” (Dustur Al-Usrah fi Zhilal Al-Qur’an, hal.112)