Tugas_Farmakologi
-
Upload
berkat-ners -
Category
Documents
-
view
17 -
download
0
Transcript of Tugas_Farmakologi
TUGAS INDIVIDU
FARMAKOLOGI
OBAT-OBAT HEMATOLOGI
DOSEN : KODON TARIGAN, S.Si, Apt
DISUSUN OLEH :
NAMA : BERKAT TRY SUTRISNO
NIM : 2010.C.02A.0034
TINGKAT : IV/A
SEMESTER : V (LIMA)
YAYASAN EKA HARAP PALANGKARAYA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
2013
OBAT-OBAT HEMATOLOGI
1.1. PENGERTIAN
a. Hematologi
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang marfologi darah dan
jaringan pembentuk darah. Hematinik adalah obat yang digunakkan untuk
menstimulasi atau memperbaiki proses pembentukan sel – sel darah merah.
b. Anemia
Anemia adalah defisiensi hemoglobin dalam darah yang disebabkan akibat
kekurangan sel darah merah atau kandungan hemoglobinnya.
c. Kongulansia
Kongulansia merupakan zat atau obat untuk menghentikan pendarahan.
Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteraI,
berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan, Misalnya: Anaroxil, Adona
AC, Coagulen, Transamin, Vit K.
d. Antikongulan
Antikongulan adalah digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan
jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor
pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah
terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya
darah di luar tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau tranfusi.
1.2. CONTOH – CONTOH OBAT HEMATOLOGI
1.2.1. Antianemia Defisiensi
a. Antianemia Hipokromik
FeSO4 dan K2CO3 dapat memperbaiki keadaan klorosis, anemia akibat
defisiensi Fe. Bangsa Yunani dan India telah menggunakan bahan-bahan yang
mengandung Fe untuk mendapatkan tentara yang kuat.
Distribusi Dalam Tubuh
Tubuh manusia sehat mengandung ±3,5gr Fe yang hampir seluruhnya dalam
bentuk ikatan kompleks dengan protein. Ikatan ini kuat dalam bentuk organic,
yaitu sebagai ikatan non ion dan lebih lemah dalam bentuk anorganik, yaitu
sebagai ikatan ion. Kira-kira 70% dari Fe yang terdapat dalam tubuh merupakan Fe
fungsional atau esensial, dan 30% merupakan Fe yang nonesensial. Fe esensial ini
terdapat pada (1) hemoglobin ±66% ; (2)mioglobin 3% ; (3) enzim tertentu yang
berfungsi dalam transfer electron misalnya sitikromoksidase, subsinil
dehidrogenase dan xantin oksidase sebanyak 0,5%, dan (4) pada transferin 0,1%.
Besi nonesensial terdapat sebagai cadangan dalam bentuk feritin dan hemosiderin
sebanyak 25%, dan pada parenkim jaringan kira-kira 5%. Cadangan Fe pada
wanita hanya 200-400mg, sedangkan pada pria kira-kira 1gr.
Farmakokinetik
Absorbsi Fe melalui saluran cerna terutama berlangsung di duodenum ;
makin ke distal absorbsinya makin berkurang. Zat ini lebih mudah di absorbsi
dalam bentuk fero. Transportnya melalui sel mukosa usus terjadi secara transport
aktif. Ion fero yang sudah di absorbsi akan di ubah menjadi ion feri dalam sel
mukosa. Selanjutnya ion fero akan masuk ke dalam plasma dengan perantara
transferin, atau di ubah menjadi feritin dan di simpan dalam sel mukosa usus. Bila
cadangan rendah atau kebutuhan meningkat, maka Fe yang baru di serap akan
segera di angkut dari sel mukosa ke sumsum tulang untuk eritropoesis. Absorbsi
dapat di tingkatkan oleh kobal, inosin, etionin, vitamin C, HCL, sucsinat dan
senyawa asam lain. Absorbsi ini meningkat pada keadaan defisiensi Fe,
berkurangnya depot Fe dan meningkatnya eritropoesis.
Transport. Setelah di absorbsi, Fe dalam darah akan di ikat oleh transferin
(siderifilin), suatu beta 1-globulin glikoprotein, untuk kemudian di angkut ke
berbagai jaringan, terutama ke sumsum tulang dan depot Fe. Selain transferin, sel-
sel reticulum dapat pula mengangkut Fe, yaitu untuk keperluan eritropoesis. Sel ini
juga berfungsi sebagai gudang Fe.
Nasib. Kalau tidak di gunakan dalam eritropoesis, Fe akan di simpan sebagai
cadangan dalam bentuk terikat sebagai feritin. Feritin terutama terdapat dalam sel-
sel retikuloendotelial ( di hati, limpa, dan sumsum tulang ). Cadangan ini tersedia
untuk di gunakan oleh sumsum tulang dalam proses eritropoesis : 10%, di
antaranya terdapat dalam labile pool yang cepat dapat di kerahkan untuk proses ini,
sedangkan sisanya baru di gunakan bila labile pool telah kosong. Bila Fe di berikan
IV, cepat sekali diikat oleh apoferitin (protein yang membentuk feritin) dan di
simpan terutama di dalam hati sedangkan setelah pemberian per-oral terutama akan
di simpan di limpa dan sumsum tulang. Penimbunan Fe dalam jumlah abnormal
tinggi dapat terjadi akibat transfuse darah.
Ekskresi. Jumlah Fe yang diekskresi setiap hari sedikit sekali, biasanya
sekitar 0,5-1mg/hari. Ekskresi terutama berlangsung melalui sel epitel kulit dan
saluran cerna yang berkelupas, selain itu juga melalui keringat, urin, feses, serta
kuku dan rambut yang di potong. Pada wanita usia subur siklus haid 28 hari,
jumlah Fe yang di ekskresi sehubungan dengan haid di perkirakan sebanyak 0,5-
1mg/hari.
Kebutuhan Besi
Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap pagi dipengruhi oleh berbagai factor.
Faktor umur, jenis kelamin (sehubungan dengan kehamilan dan laktasi pada
wanita) dan jumlah darah dalam badan (dalam hal ini Hb) dapat mempengaruhi
kebutuhan, walaupun keadaan depot Fe memegang peran yang penting pula.
Dalam keadaan normal dapat diperkirakan bahwa seorang laki-laki dewasa
memerlukan asupan sebesar 10 mg, dan wanita memerlukan 12 mg
sehari.sedangkan wanita hamil dan menyusui di perlukan tambahan asupan 5 mg
sehari. Bila kekurangan, akibatnya timbul anemia defisiensi Fe. Hal ini dapat
disebabkan oleh absorpsi yang jelek, perdarahan kronik dan kebutuhan yang
meningkat.
Sumber Alam
Makanan yang mengandung Fe dalam kadar tinggi (lebih dari 5 mg/100g)
adalah hati, jantung, kuning telur, ragi, kerang, kacang-kacangan dan buah-buahan
kering tertentu. Makanan yang mengandung besi dalam jumlah sedang (1-5
mg/100g) termasuk diantaranya daging, ikan, unggas, sayun yang berwarna hijau
dan biji-bijian. Sedangkan susu atau produknya, dan syuran yang kurang hijau
mengandung besi dalam jumlah rendah (kurang dari 1 mg/100 g).
Efek Nonterapi
Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan
oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah Fe yang dapat larut dan diabsorpsi pada
tiap pemberian. Gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyeri lambung (±7-
20%), konstipasi (±10%), diare (±5%) dan kolik. Pemberian Fe secara IM dapat
menyebabkan reaksi local pada tempat suntikan yaitu berupa rasa sakit, warna
coklat pada tempat suntikan, peradangan local pada pembesaran kelenjar inguinal.
Peradangan local sering sering terjadi pada pemakaian IM dibandingkan IV. Selain
itu dapat pula terjadi reaksi sistemik yaitu pada 0,5-0,8% kasus. Reaksi yang dapat
terjadi dalam 10 menit setelah suntikan adalah sakit kepala, nyeri otot dan sendi,
hemolisis, takikardi, flushing, berkeringat, mual, muntah, bronkospasme, hipotensi,
pusing, dan kolaps sirkulasi. Sedangkan reaksi yang lebih sering timbul dalam ½
sampai 24 jam setelah suntikan misalnya sinkope, demam, menggigil, rash,
urtikaria, nyeri dada, perasaan sakit pada seluruh badan dan ensefalopatia.
Intoksikasi akut ini dapat terjadi setelah menelan Fe sebanyak 1 gram.
Kelainan utama terdapat pada saluran cerna, mulai dari iritasi, korosi, sampai
terjadi nekrosis. Gejala yang timbul seringkali berua mual, muntah, diare,
hematemesis, serta feses berwarna hitam karena perdarahan p`da saluran cerna,
syok, dan akhirnya kolaps. Kardiovaskulardengan bahaya kematian. Gejla
keracunan tersebut di atas dapat timbul dalam waktu 30 menit atau setelah
beberapa jam meminum obat. Terapi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Pertama-tama diusahakan agar penderita muntah, kemudian diberikan susu atau
telur yang dapat mengikat Fe sebagai kompleks protein Fe. Intoksitasi menahun
dapat mengakibatkan hemosiderosis.
Sediaan dan Posologi
1. Sediaan Oral
Sediaan yang banyak digunakan dan murah ialah hidrat sulfas ferosus
(FeSO4.7 H2O) 300 mg yang mengandung 20% Fe. Untuk anemia berat biasanya
diberikan 3x300 mg Sulfas Ferosus sehari selama 6 bulan. Dalam hal ini mula-
mula absorpsi berjumlah ± 45 mg sehari, dan setelah depot Fe dipenuhi menurun
menjadi 5-10 mg sehari.
Berbeda dengan Fero Sulfat, Fero Fumarat tidak mudah mengalami oksidasi
pada udara lembap; dosis efektifnya 600-800 mg per hari dalam dosis terbagi.
2. Sediaan Parenteral
Iron-dekstran (imferon) mengandung 50 mg Fe setiap ml (larutan 5%) untuk
menggunakan IM atau IV. Total yang diperlukan dihitung berdasarkan beratnya
anemia, yaitu 250 mg Fe untuk setiap gram kekurangan Hb. Untuk memperkecil
reaksi toksik pada pemberian IV, dosis permulaan tidak boleh melebihi 25 mg, dan
diliputi dengan peningkatan bertahap untuk 2-3 hari sampai tercapai dosis 100 mg
per hari. Obat harus diberikan perlahan-lahan yaitu dengan menyuntikkan 20-50
mg per menit.
3. Obat Lain
a) Riboflavin
Riboflavin (vit. B2) dalam bentuk flavin mononukleotida (FMN) dan
flavin-adenin dinukleotida (FAD) berfungsi sebagai koenzim dalam
metabolisme flavor-protein dalam pernapasan sel. Anemia defisiensi Riboflavin
banyak terdapat pada malnutrisi protein kalori, di mana ternyata factor defisiensi
Fe dan penyakit infeksi memegang peranan penyakit.
b) Phridoksin
Vit. B6 ini mungkin berfungsi sebagai koenzim yang merangsang
pertumbuhan heme. Defisiensi piridoksin akan menimbulkan anemia mikrositik
hipokromik. Pada keadaan ini absorpsi Fe meningkat, Fe-binding protein
menjadi jenuh dan terjadi hiperteremia, sedangkan daya regenerasi darah
menurun. Akhirnya akan didapatkan gejala hemosiderosis.
c) Cobalt
Defisiensi kobal belum pernah dilaporkan pada manusia. Kobalt dapat
meningkatkan jumlah hematokrit, hemoglobin dan eritrosit pada beberapa
penderita dengan anemia refrakter, seperti yang terdapat pada penderita
talasemia, infeksi kronik atau penyakit ginjal tetapi mekanisme yang pasti tidak
diketahui.
d) Tembaga
Hingga sekarang belum ada kenyataan yang menunjukkan pentingnya
penambahan Cu baik dalam makanan ataupun sebagai obat, dan defisiensi Cu
pada manusia sangat jarang terjadi.
b. Antianemia Megaloblastik
Pembentukan eritrosit oleh tulang memerlukan sianokobalamin dan asam
folat. Kekurangan salah satu atau ke dua faktor ini dapat menyebabkan anemia
disertai dengan dilepasnya eritrosit muda ke sirkulasi (eritrosit dengan inti dan
kekurangan B12 atau asam folat yang disebabkan oleh kurangnya asupan,
terganggunya absorbsi, terganggunya utilisasi, meningkatnya kebutuhan, destruksi
yang berkelebihan atau ekskresi yang meningkat). Defisiensi sianokobalamin dapat
menimbulkan anemia megaloblastik yang disertai gangguan neurologik.
1) Sianokobalamin (Vit B12)
Sianokobalimin (vitamin B12) merupakan satu-satunya kelompok senyawa
alam yang mengandung unsur CO dengan struktur yang mirip derivat porfirin.
Sianokobalamin yang aktif dalam tubuh manusia adalah deoksiadenosil
kobalamin dan metil kobalamin. Dengan demikian sianokobalamin dan
hidroksokobalamin yang terdapat dalam obat serta kobalamin air dalam
makanan harus diubah menjadi bentuk aktif ini.
Fungsi Metabolik
Vitamin B12 bersama asam folat sangat penting untuk metabolisme
intrasel. Pada rangkaian reaksi ini vitamin B12 terdapat sebagai koenzim B12
yang aktif yaitu 5- deoksiadenosilbalamin Silkobalamin dan metal kobalamin.
Yang pertama merupakan unsure penting dalam reaksi enzimatik di
mitokondria, sedangkan metilkobalamin diperlukan sebagai donor metil pada
pembentukan metiolin dan derifatnya dari homosistein. Kelainan neurologi pada
defisiensi vitamin B12 diduga karena kerusakan pada sarung mielin.
Defisiensi Vitamin B12
Defisiensi kobalamin ditandai dengan hematopoesis, gangguan neurologi,
kerusakn sel epitel, terutama epitel saluran cerna, dan debilitas umum.
Defisiensi vitamin B12 pada orang dewasa lebih sering disebabkan oleh
gangguan reabsorbsinya, misalnya pada defisiensi vitamin B12 yang klasik yang
disebut anemia pernisiosa Addison. Pada penyakit tersebut terjadi kegagalan
sekresi factor intrinsic castle oleh sel parietal lambung yang berfungsi dalam
absorbs vitamin B12 di ileum.
Kebutuhan Vitamin B12
Kebutuhan vitamin B12 bagi orang sehat kira-kira 1 µg sehari yaitu sesuai
dengan jumlah yang diekskresi oleh tubuh. Setiap hari tubuh akan
mengeluarkan 3-7 µg sehari kedalam saluran empedu, sebagian besar akan di
reabsorbsi melalui usus dan hanya 1 µg yang tidak direabsorbsi. Pada anemia
perniasiosa dimana factor intrinsic castle berkurang atau tidak ada, kebutuhan
ini akaan meningkat sebab apa yang dikeluarkan melalui saluran empedu tidak
dapat direabsorbsi.
Sumber Vitamin B12 Alami
Sumber asli satu-satunya untuk vitamin B12 adalah mikroorganisme.
Bakteri dalam kolon manusia juga membentukvitamin B12, tetapi tidak berguna
untuk memenuhi kebutuhan individu yang bersangkutan sebab absorbs vitamin
B12 terutama berlangsung dalam ileum. Sumber untuk memenuhi kebutuhan
manusia adalah makanan hewani. Vitamin B12 dalam makanan manusia juga
terikat pada protein, tetapi akan dibebaskan pada proses proteolisis. Jenis
makanan yang kaya akan vitamin B12 adalah jeroan (hati, ginjal, jantung) dan
kerang.
Farmakokinetik
Absorbsi. Sianokobalamin diabsorbsi baik dan cepat setelah pemberian
IM dan SK. Hidroksokobalamin dalam koenzim B12 lebih lambat di absorbs
karena ikatannya yang lebih kuat dengan protein.
Absorbsi dengan perantara FIC. Sangat penting dan sebagian besar
anemia megaloblastik disebabkan oleh gangguan mekanisme ini. FIC hanya
mampu mengikat sejumlah 1,5-3 mcg vitamin B12.kompleks ini masuk ke ileum
dan disini melekat pada reseptor khusus disel mukosa ileum untuk diabsorbsi.
Intrinsic konsentrat (eksegen) yang diberikan bersama vitamin B12 hanya
berguna untuk penderita yang kurang mensekresi FIC dan penderita menolak
untuk disuntik.
Absorbsi secara langsung, tidak begitu penting karena baru terjadi kadar
B12 yang tinggi, dan berlangsung secara difusi.
Transport, setelah diabsorbsi hampir semua vitamin B12 dalam darah
terikat dengan protein plasma. Sebagian besar terikat pada betaglobulin
(transkobalamin II), sisanya terikat pada alfaglikoprotein (transkobalamin I) dan
interalfa glikoprotein (transkobalamin III).
Sediaan dan Posologi
Vitamin B12 diindikasikan untuk penderita defisiensi vitamin B12
misalnya anemia pernisiosa. Vitamin B12 tersedia dalam bentuk tablet untuk
pemberian oral dan larutan untuk suntik. Penggunaan sediaan oral pada
pengobatan anemia pernisiosa kurang bermanfaat dan biasanya terapi oral lebih
mahal dari pada terapi pariteral. Tetapi sediaan oral dapat bermanfaat sebagai
supplement diet, namun kecil manfaatnya untuk penderita yang kekurangan
factor intrinsic atau penderita dengan ileum, karena absorbsi secara difusi tidak
dapat diandalkan sebagai terapi efektif. Maka cara pemberian yang terbaik
adalah secara IM atau SK yang disuntikkan dalam. Dikenal tiga jenis suntikan
vitamin B12 yaitu : (1) Sianokobalamin yang berkekuatan 10-1000 ncg/ml, (2)
Larutan ekstrak hati dalam air, (3) Suntikan depot vitamin B12. Suntikan larutan
sianokobalamin jarang sekali menyebabkan reaksi alergi dan iritasi di tempat
suntikan, adapun manfaat larutan ekstrak hati terhadap anemia pernisiosa di
sebabkan oleh vitamin B12 yang terkandung didalamnya penggunaan suntikan
ekstrak hati ini dapat menimbulkan reaksi alergi local maupun umum, dan dari
yang ringan sampai berat. Dosisianokobalamin untuk penderita anemia
pernisiosa tergantung dari berat anemianya, ada tidaknya komplikasi dan respon
trhadap pengobatan.
Pada terapi awal, di berikan dosis 100 mcg sehari parenteral selama 5-10
hari. Dengan terapi ini respon hematologi baik sekali, tetapi respon depot
kurang memuaskan terdapat keadaan yang menghambat hematopoesis misalnya,
infeksi, urenia atau penggunaan kloramfenikol. Respon yang buruk dengan
dosis 100 mcg/hari selama 10 hari, mungkin juga disebabkan oleh salah
diagnosis atau potensi obat yang kurang.
Terapi penunjang, dilakukan dengan memberikan dosis penunjang 100-
200 mcg sebulan sekali sampai diperoleh remisi yang lengkap yaitu jumlah
eritrosit dalam darah ± 4,5 juta/mm3 dan morfologi hematologic berada dalam
batas-batas normal.
2) Asam Folat
Asam folat terdiri atas bagian-bagian pteridin, asam para-aminobenzoat
dan asam glutamate. Folat dapat hamper setiap jenis makanan dengan kadar
tertinggi dalam hati, ragi dan daun hijau yang segar. Folat mudah rusak dengan
penngolahan (pemasakan) makanan.
Fungsi Metabolik
Mula-mula folat reduktase mereduksi PmGA menjadi THFA (asam
tetrahidrofolat). THFA yang terbentuk bertindak sebagai akseptor berbagai unit
karbon tunggal dan selanjutnya memindahkan unit ini kepada zat-zat yang
memerlukan.
Kebutuhan Folat
Kebutuhan tubuh akan folat rata-rata 50 mcg sehari, dalam bentuk PmGA,
tetapi jumlah ini dipengaruhi oleh kecepatan metabolisme dan laju melalui sel
setiap harinya.
Defisiensi Folat
Defisiensi folat sering merupakan komplikasi dari gangguan di usus kecil,
alkoholisme yang menyebabkan asupan makanan buruk, efek toksik alcohol
pada hepar dan anemia hemolitik yang menyebabkan laju melalui eritrosit
tinggi. Dipandang dari sudut biologic, defisiensi folat terutama akan
memperlihatkan gangguan pertumbuhan akibat gangguan pembentukan
nukleotida purin dan pirimidin. Gangguan ini dapat menyebabkan kegagalan
sintesis DNA dan hambatan mitosis sel.
Gejala Klinik
Gejala defisiensi folat yang paling menonjol adalah hematopoesis
megaloblastik (yang menyerupai anemia defisiensi vitamin B12). Selain itu
terjadi juga glositis, diare dan penurunan berat badan.
Farmakokinetik
Pada pemberian oral absorbsi folat baik sekali, terutama di 1/3 bagian
proksimal usus halus. Dengan dosis oral yang kecil, absorbsi memerlukan
energi, sedangkan pada kadar yang tinggi, absorbsi dapat berfungsi secara
difusi.
Ada tidaknya transport protein belum dapat dipastikan, tetapi yang jelas
2/3 dari asam folat yang terdapat dalam plasma darah terikat pada protein yang
tidak difiltrasi ginjal. Ekskresi berlangsung melalui ginjal, sebagian besar dalam
bentuk metabolit. Pada orang diet normal, jumlah yang diekskresi hanya sedikit
sekali, dan akan meningkat bila diberikan folat pada jumlah besar.
Sediaan dan Posologi
Folat tersedia sebagai asam folat dalam bentuk tablet 0,1;0,4;4;5;10 atau
20 mg dan dalam larutan injeksi asam folat 5 mg/ml. Asam folat injeksi
biasanya hanya digunakan sebagai antidotum pada intoksikasi antifolat
(antikanker).
Penggunaan folat yang rasional adalah pada pencegahan dan pengobatan
defisiensi folat. Harus diingat bahwa penggunaan secara membabi buta dapat
merugikan penderita, sebab folat dapat memperbaiki kelainan darah pada
anemia pernisiosa tanpa memperbaiki kelainan neurologik sehingga dapat
berakibat penderita cacat seumur hidup.
Umumnya folat diberikan per oral, tetapi bila keadaan tidak
memungkinkan, folat diberikan secara IM atau SK. Untuk tujuan diagnostik
digunakan dosis 0,1 mg per oral selama 10 hari hanya menimbulkan respons
hematologik pada penderita defisiensi folat.
Terapi awal pada defisiensi folat tanpa komplikasi folat dimulai dengan
0,5-1 mg sehari secara oral selam 10 hari. Dengan adanya komplikasi di mana
kebutuhan folat meningkat disertai pula dengan supresi hematopoesis, dosis
perlu lebih besar. Setelah perbaikan cukup memuaskan, terapi dilanjutkan
dengan dosis penunjang yang biasanya berkisar antara 0,1-0,5 mg sehari.
Efek toksik pada penggunaan folat untuk manusia hingga sekarang belum
pernah dilaporkan terjadi. Sedangkan pada tikus, dosis tinggi dapat
menyebabkan pengendapan kristal asam folat dalam tubuli ginjal. Dosis 15 mg
pada manusia masih belum menimbulkan efek toksik.
1.3. ANTIKOAGULAN, ANTITROMBOSIT, TROMBOLITIK DAN
HEMOSTATIK
1.3.1. Hemostatis
Hemostatis merupakan proses penghentian perdarahan pada pembuluh
darah yang cedera. Dalam proses tersebut berperan faktos-faktos pembuluh
darah, trombosit dan pembekuan darah. Dalam garis besar proses pembekuan
darah berjalan melalui tiga tahap : (1) aktivasi tromboplastin; (2) pembentukan
trombin dari protrombin, dan (3) pembentukan fibrin dari fibrinogen.
1.3.2. Antikoagulan
Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan
jalan menghambat pembentukan beberapa faktor pembekuan darah.
Antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus
dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah in vitro pada
pemeriksaan laboratorium atau transfusi. Antikoagulan oral dan heparin
menghambat pembentukan fibrin dan digunakan secara profilaktik untuk
mengurangi insidens tromboemboli terutama pada vena. Pada trombus yang
sudah terbentuk, antikoagulan hanya mencegah membesarnya trombus dan
mengurangi kemungkinan terjadinya emboli, tetapi tidak memperkecil
trombus.
Antikoagulan dapat dibagi menjadi 3 kelompok : heparin,
antikoagulan oral, antikoagulan pengikat ion kalsium terdiri dari :
a) Heparin
Heparin endogen lerupakan suatu mukopolisakarida yang
mengandung sulfat. Zat ini disintesis di dalam sel mast dan terutama
banyak terdapat di paru. Peranan fisiologik heparin belum diketahui
seluruhnya, akan teapi pelepasannya ke dalam darah yang tiba-tiba pada
syok anafilaksis menunjukkan bahwa heparin mungkin berperan dalam
reaksi imunologik.
Farmakodinamik
Mekanisme kerja heparin mengikat antitrombin III membentuk
kompleks yang berafinitas lebih besar dari antitrombin III sendiri, terhadap
beberapa faktor pembekuan darah aktif, terutama trombin dan faktor Xa.
Sediaan heparin dengan berat molekul rendah (<6000) beraktifitas anti-Xa
kuat dan sifat antitrombin sedangkan sediaan heparin dengan berat molekul
yang tinggi (>25000) beraktifitas antitrombin kuat dan aktifitas anti-Xa
yang sedang.
Dosis kecil heparin dengan AT-III menginaktifasi faktor Xa dan
mencegah pembekuan dengan mencegah perubahan protombin menjadi
trombin. Heparin juga menginaktifasi faktof XIIIa dan mencegah
terbentuknya bekuan fibrin yang stabil. Terhadap lemak darah,heparin
bersifat liprotropik yaitu memperlancar transfer lemak darah kedalam depot
lemak.
Pengaruh heparin terhadap hasil pemeriksaan darah. Bila
ditambahkan pada darah, heparin tidak mengubah hasil pemeriksaan rutin
kimia darah, tetapi heparin mengubah bentuk eritrosit dan leukosit. Hasil
leukosit darah yang dicampur heparin in vitro harus dilakukan dalam 2 jam,
sebab setelah 2 jam leukosit dapat menghilang. Sampel darah yang diambil
melalui kanula IV, yang sebelumnya secara intermiten dilalui larutan garam
berheparin, mengandung kadar asam lemak bebas yang meningkat.
Efek lain. Heparin dilaporkan menekan kecepatan sekresi aldosteron,
meningkatkan kadar tiroksin bebas dalam plasma,menghambat aktifaktor
fibrinolitik, menghambat penyembuhan luka, menekan imunitas selular,
menekan reaksi hospes terhadap graft.
Monitoring pengobatan. Agar obat efektif mencegah pembekuan dan
tidak menimbulkan perdarahan maka diperlukan penentuan dosis yang
tepat,pemeriksaan darah dan berulang dan tes laboratorium yang dapat
dipercaya hasilnya. Berbagai tes yang dianjurkan untuk memonitor
pengobatan dengan heparin ialah waktu pembekuan darah (whole blood
clotting time ), partial thromboplastin time (PTT) atau activated partial
tromboplasin time (APTT). Tes APTT ialah yang paling banyak dilakukan.
Trobosis umumnya dapat dicegah bila APTT 11/2-2kali nilai normal (nilai
APTT 60-80 detik bila nilai normal 40detik.
Farmakokinetik
Heparin tidak diberikan secara oral, karena diberikan secara SK atau
IV. Pemberian secara SK memberikan masa kerja yang lebih lama tetapi
efeknya tidak dapat diramalkan. Suntikan IM dapat menyebabkan
terjadinya hematom yang besar pada tempat suntikan dan arbsorpsinya
tidak teratur serta tidak dapat diramalkan. Efek antikoagulan timbul pada
pemberian suntikan bolus IV dengan dosis terapi, terjadi kira-kira 20-30
mnt setelah suntikan SK. Heparin cepat dimetabolisme terutama di hati.
Masa paruhnya tergantung dari dosis yang digunakan. Masa paruh
memendek pada pasien emboli paru dan memanjang pada pasien sirosis
hepatis atau penyakit ginjal berat. Metabolit inaktif diekskresi melalui
urine. Heparin diekskresi dalam bentuk utuh melali urine hanya bila
digunakan dosis besar IV. Penderita emboli paru memerlukan dosis heparin
yang lebih tinggi karena bersihan yang lebih cepat. Heparin melalui
plasenta dan tidak terdapat dalam air susu ibu.
Posologi
Heparin tersedia sebagai larutan untuk pemakaian parenteral dengan
kekuatan 1000-40.000 unit/ml (=USP unit),dan sebagai repositori dengan
kekuatan 20000-40000 unit/ml. Pemberian IV:pada orang dewasa biasanya
dimulai dengan 5000 unit, selanjutnya 5000-10000 unit untuk tiap 4-6
jam,tergantung dari berat badan pasien dan respon pasien. Dosis ditentukan
berdasarkan maa pebekuan. Untuk DIC ada yang menganjurkan dimulai
dengan 50 unit per kg pada dewasa dan 25 unit /kg pada anak tiap 6 jam
atau diberikan secara infus. Untuk anak, dimulai dari 50 unti/kgBB dan
selanjutnya 100 unit /kgBB tiap 4 jam.
Pada infus IV pada orang dewasa heparin 20000/40000 unit
dilarutkan dalam 1 liter larutan glukosa 5% atau NaCl 0,9% dan diberikan
dalam 24 jam. Untuk mempercepat timbulnya efek dianjurkan menamahkan
5000 unit langsung kedalam pipa infus sebelumnya. Kecepatan infus
didasarkan nilai APTT. Untuk anak dimulai dengan 50 unit /kg diikuti
dengan 100unit/kg tiap 4 jam.
Heparin juga dapat dierikan secara SK dalam. Pada orang ddewasa
untuk tujuan profilaksis tromboemboli pada tindakn operasi diberikan 5000
unit 2 jam sebelum operasi dan selanjutnya tiap 12 jam sampai pasien
keluar dari rumah sakit . dosis penuh biasanya 10000-12000 unit tiap 8 jam
atau 14000/20000 unit tiap 12 jam.
Pemakaian heparin IM tidak dianjurkan lagi karena sering terjadi
perdarahan dan hematom yang disertai rasa sakit pada tempat suntikan.
Efek Samping Dan Intoksikasi
Bahaya utama pemberian heparin secara IV atau SK ialah
perdarahan, tetapi jarang menimbulkan efek samping. Terjadinya
perdarahan dapat dikurangi dengan :
o Mengawasi/mengatur dosis obat
o Menghindari penggunaan bersmaan dengan obat yang mengandung
aspirin
o Seleksi pasien
o Memperhatikan kontraindikasi pemberian heparin.
Efek antikoagulen harus dimonitor dengan tes pembekuan darah,
misalnya APTT. Perdarahan antara lain dapat berupa perdarahan berupa
perdarahan saluran cerna atau hematuria. Ekimosis dan hematom pada
tempat suntikan dapat terjadi baik setelah pemberian heparin secara SK
maupun IM.
Karena heparin berasal dari jaringan hewan, harus digunakan secara
hati-hati pada pasien alergi. Reaksi hipersensitivitas antara lain berupa
menggigil, demam, urtikaria atau syok anafilaksis. Pada penggunaan jangka
panjang dapat terjadi mialgia, nyeri tulang, dan osteoporosis. Osteoporosis
dan fraktur spontan terjadi bila dosis melebihi 20.000 unit/hari diberikan
selama 4 bulan atau kurang. Kadang-kadang dapat terjadi alopesia
sementara dan perasaan panas pada kaki, trombositopenia ringan pada 25%
pasien, trombositopenia berat, nekrosis kulit yang kadang cukup berat pada
tempat penyuntikan SK. Penggunaan heparin pada masa kehamilan juga
tidak lebih aman dari antikoagulan oral. Insiden perdarahan maternal, lahir
mati, lahir prematur dilaporkan meningkat pada penggunaan heparin.
Kontraindikasi
Heparin dikontraindikasikan pada pasien yang mengalami
perdarahan. Heparin tidak boleh diberikan selama atau setelah operasi mata,
otak atau medula spinal, dan pasien yang mengalami pungsi lumbal atau
anestesi blok. Heparin juga dikontraindikasikan pada pasien yang mendapat
dosis besar etanol, peminum alkohol, dan pasien hipersensitivitas terhadap
heparin.
Indikasi
Heparin merupakan satu-satunya antikoagulan yang diberikan
secara parenteral dan merupakan obat terpilih bila diperlukan efek cepat.
Obat ini juga digunakan untuk profilaksis tromboemboli vena selama
operasi dan untuk mempertahankan sirkulasi ekstrakorporal selama operasi
jantung terbuka. Heparin juga diindikasikan untuk wanita hamil yang
memerlukan antikoagulan.
Intoksikasi Heparin
Perdaran ringan akibat heparin biasanya cukup diatasi dengan
menghentikan pemberian heparin. Tetapi perdarahan yang cukup berat
perlu dihentikan dengan antagonis heparin.
Protamain sulfat ialah suatu basa kuet yang dapat mengikat dan
menginaktiffasi heparin, tetapi zat ini juga memiliki efek antikoagulan dan
memperpanjang suatu pembekuan.Efek heparin lebih lama dari protamin
maka perdarahan dapat kambuh terutama pada pasien paska bedah,sehingga
diperlukan suntikan protamin berikutnya. Protamin tersedia dalam bentuk
larutan atau serbuk untuk suntikan IV. Dosis total ditentukan oleh jumlah
heparin yang diberikan selama 3 atau 4 jam. Obat protamin harus
disuntikan perlahan-lahan untuk mencegah trombosit. Larutan 1%
disuntikan selama 1-3 menit, atau maksima 50mg dalam 10 menit.
b) Antikoagulan Oral
Dalam golongan ini dikenal derivat 4 hidroksi kumarin dan derivat
indan 1,3 dion. Pebedaan utama antara kedua derivat tersebut terletak pada
dosis,mula kerja,masa kerja,dan efek sampingnya,sedangkan mekanisme
kerjannya sama.
Mekanisme Kerja
Antikoagulan oral merupakan antagonis vitamin K. Vitamin K ialah
kofaktor yang berperan dalam aktivasi faktor pembekuan darah II, VII, IX,
X, yaitu dalam mengubah residu asam glutamat menjadi residu asam Gama
karboksiglutamat. Untuk berfungsi vitamin K mengalami siklus oksidasi
dan reduksi dihati. Antikoagulan oral mencegah reduksi vitamin K
teroksidasi sehingga aktivasi factor-faktor pembekuan darah terganggu atau
tidak terganggu.
Faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas. Respons terhadap
antikoagulan oral dapat dipengaruhi oleh banyak factor misalnya supan
vitamin K, banyaknya lemak yang terdapat dalam makanan atau interaksi
dengan obat lain.
Interaksi Obat
Meskipun banyak obat mempengaruhi kerja antikoagulan oral pada
hewan coba, ternyata yang jelas mempengaruhi efek antikoagulan oral pada
manusia jauh lebih sedikit.
Obat yang mengurangi respon terhadap antikoagulan oral.
Barbiturat menginduksi enzim mikrosom dihati sehingga mengurangi masa
paruh kumarin. Dipercepatnya metabolisme anti koagulan oral obat tersebut
menyebabkan dosis warfarin perlu ditingkatkan 2-4 kali lipat bertahap
dalam waktu beberapa minggu unntuk mengembalikan efektifitas.
Interaksi Obat Dengan Antikoagulan
Obat yang meningkatkan respon terhadap antikoagulan oral. Pada
pasien yang sedang dalam pengobatan dengan antikoagulan, pemakaian
dosis beser salisilat dapat menyebabkan perdarahan. Efek ini mungkin
disebabkan oleh efek langsung salisilat berupa iritasi lambung, fungsi
trombosit atau karena hipoprotrombinemik. Antibiotik dan obat lain
mempengruhi mikroflora usus dapat meningkatkan efek anti vitamin K
dari antikoagulan oral sebab mikro flora usus merupakan sumber vitamin
K.
Farmakokinetik
Semua derifat 4 hidroksikumarin dan derifat idan 1,3 dion dapat
diberikan peroral dan juga IM dan IV. Kecepatan absorbsi berbeda tiap
individu,dalam darah dikumarol dan warfarin hamper seluruhnya terikat
pada albumin plasma. Masa paruh kumarol sangat bergantung dosis dan
berdasarkan factor genetic berbeda pada masing-masing individu. Efek
terapi baru tercapai 12-24 jam setelah kadar ouncak obat dalam plasma
karea diperlukan mengosongkan pembekuan darah untuk sirkulasi.
Dikumarol dan warfarin mengalami hidroksilasi oleh enzim reticulum endo
plasma hati menjadi bentuk tidak aktif.
Efek Nonterapi
Efek tosik yang paling sering akibat pemakaian antikoagulan oral
ialah perdarahan dengan frekuensi kejadian 2-4%. Perdarahan palng sering
terjadi di selput lendir,kulit,saluran cerna dan saluran kemih. Hematuria
sering terjadi karna gangguan fungsi ginjal,dapat disertai kolik dan
hematom intrarenal. Gejala perdarahan yang mungkin timbul ialah
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hemoptisis, perdarahan serebral,
perdarahan paru, uterus dan hati. Biasanya berasal dari tukak peptikatau
neoplasma.
Pada perdarahan tindakan pertama ialah menghentikan pemberian
antikoagulan. Perdarahan hebat memerlukan suntikan vitamin k1
(filokuinon)IV,dan biasanyaperdarahan dapat diatasi dalam beberapa jam
setelah penyuntikan. Perdarahan yang tidak terlampau berat cukup dengan
dosis tunggal 1-5mg; tetapi untuk perdarahan berat dapat diberikan dosis
20-40mg,jika peru dosis dapat ditambah setelah 4 jam. Dikumarol atau
warfarin dapat menyebabkan anoreksia ,mual,muntah,lesi kulit berupa
purpura dan urtikaria ,alopesia,nekrosis kelenjar mama dan kulit; kadang-
kadang jari kaki menjadi ungu. Pada penggunaan fenprokumon dapat
timbul diare dan dermatitis,sedangkan asenokumarol dapat menyebabkan
tukak pada mulut dan gangguan saluran cerna.
Kontraindikasi
Antikoagulan oral dikontraindikasikan pada penyakit-penyakit
dengan kecendrungan perdarahan,diskrasia darah,tukak saluran
cerna,diverticulitis,colitis,endokarditis bacterial subakut,keguguran yang
mengancam,operasi otak dan medulla spenalis, anestesi lumbal, defisiensi
vitamin K serta penyakit hati dan ginjal yang berat. Pemberian antikoagulan
oral pada wanita hamil dapat menyebabkan perdrahan pada neonates, juga
dilapporkan pada terjadinya embrio pati misalnya kondroplasia pungtata
pada janin.
Monitoring Terapi
Besarnya dosis yang diberikan tergantung msing-masing keadaan
pasien. Komplikasi perdarahan umumnya terjadi bila PT (Protombin tine)
ratio 1,3-1,5 kali nilai normal.
Indiksi
Seperti halnya heparin, antikoagulanoral berguna untuk pencegahan
dan pengobatan tromboemboli. Untuk pencegahan, umumnya obat ini
digunakan dalam jangka panjang. A ntikoagulan oral diindikasikan untuk
penyakit dengan kecendrungan timbulnya tromboemboli, antara lain infark
miokard, peyakit jantung reumatik,serangan iskemia selintas (transien
ischemic attact,TIA),thrombosis vena,emboli paru dan DIC.
Uji klinik,obat golongan ini mengurangi insidens tromboemboli paa
pasien dengan katup jantung buatan;efek terhadap tromboemboli ini
meningkat secara bermakna bila digunakan bersama dipiridamol
400mg/hari atau aspirin 325mg/hari.Tetapi kombinasi antikoagulan oral
dengan aspirin meningkatkan kemungkinan perdarahan. Untuk mencegah
kekambuhan,terapi hendaknya di mulai dalam 24-48 am setelah terjadinya
emboli serebral yang didiagnosis dengan teknik CAT scaning.
Posologi.
Natrium warfarin :oral,IV,Masa protombin harus ditentukan
sbelum mulai terapi dan selanjutnya tiap hari sampai respon stabil. Setelah
taraf mantap tercapai masa protombolin harus tetap diperiksa dengan
interval tertentu secara teratur. Dosis dewasa biasanya 10-15 mg/hari untuk
2-4 hari,dilanjutkan dengan 2-15mg/hari yang didasarkan pada hasil
pemeriksaan masa protombin.
Dikumarol: oral,dosis dewasa 200-300 mg pada hari
pertama,slanjutnya pada hari pertama,selanjutnya 25-100 mg/hari
tergantung pada pemeriksaan waktu pada protombin. Penyesuain dosis
mungkin prlu sering dilakukan selama 7-14 hari pertama dan masa
protombin harus ditentukan tiap hari selama masa tersebut Dosis penunjang
25-150mg/hari.
Anisendion: oral, dosis dewasa 300mg pada hari pertama,200mg
pada hari kedua dan 100mg pada hari ketiga. Dosis penunjang baasanya 25-
250mg/hari.
c) Antikoagulan Pengikat Ion Kalsium
Natrrium sitrat dalam darah akan mengikat kalsium menjadi
kompleks kalsium sitrat. Bahan ini banyak digunakan dalam darah untuk
transfusi, karena tidak toksik. Tetap idosis yang terlalu tinggi, umpamanya
paa transfusi darah sampai ± 1.400 ml dapat menyebabkan depresi jantung.
Asam oksalat dan senyawa oksalat lainnya digunakan untuk
antikoagulan in vitro, sebab terlalu toksik untuk penggunaan in vivo.
Natrium edetat mengikat kalsium menjadi uraian kalsium menjadi
suatu kompleks dan bersifat sebag`i antikoagulan.
d) Antitrombosit
Antitrombosit adalah obat yang dapat menghambat agregasi
trombosit sehingga menyebabkan terhambatnya pembentukan thrombus
yang terutama sering ditemukan pada system arteri. Aspirin, sulfinpirazon,
dipiridamol dan dekstran merupakan obat yang termasuk golongan ini.
Selain itu beberapa obat yang lainnya misalnya epoprostenol
(prostasiklin,PGI2) dan tiklopidin.
Aspirin
Aspirin menghambat sintesis tromboksan A2(TXA2) didalam
trombosit dan prostasiklin(PGI2) di pembuluh darah dengan menghambat
secara ireversibel enzim siklo-oksigenase (akan tetapi siklo-
oksigenasedapat dibentuk kembali oleh sel endotel). Sebagai akibatnya
terjadi pengurangan agregasi trombosit. Aspirin dosis kecil (20-40 mg)
hanya dapat menekan pementukan TXA2 tetapi dosis yang terbukti efektif
(325mg-1g/hari)tidak selektif.
Efek samping aspirin misalnya rasa tidak enak perut, mual, dan
perdarahan saluran cerna biasanya dapat dihindarkan bila dosis per hari
tidak lebih dari 325mg. Sebagai antitrobosit dosis yang paling banyak di
anjurkan adalah325mg/hari.
Dipiridamol
Dipiridamol menghambat ambilan dan metabolisme adenosine oleh
eritrosit dan sel endotel pembuluh darah,dengan demikian meningkatkan
kadarnya dalam plasma. Dipiridamol juga memperbesar efekantiagregasi
prostasiklin. Dipiridamol juga sering digunakan bersama heparin pada
penderita dengan katup jantung buatan.
Efek samping yang paling sering yaitusakit kepala biasanya jarang
menimbulkan masalah dengan dosis yang digunakan sebagai antitrombosit.
Efek samping lain ialah pusing,sinkop dan gangguan saluran cerna.
Gulfinpirazon
Obat ini seperti apirin diperkirakan menghambat bersaing sintesis
prostaglandin yang lebih lemah.
Efek samping yang paling sering ialah gangguan saluran cerna. Efek
samping lain ruam kulit dan kadang-kadang diskrasia darah nefritis
intersisial akut,klonik ginjal,dan gagal ginjal akut dapat terjadi.
Dekstran
Dekstran menghambat perlengketan (adhesiveness) trombosit dan
mencegah bendungan pada pembuluh darah dengan mempengaruhi aliran
darah.
Natrium Epoprostenol (Prostasiklin, Pgi2)
Prostasiklin merupakan metabolit asam arakidonat dan dibentuk
oleh endotel pembuluh darah. Obat ini menghambat agregasi trombosit dan
melebarkan pembuluh darah,dan masi diteliti kemungkinannya untuk
menggatikan heparin selama hemodialisis. Efek sampingnya antara lain
flushing, sakit kepala ,nausea, muntah, gelisah, cemas, hipotensi, reflex
takikardia.
Tiklopidin HCI
Dari 2 penelitian besar dan jangka panjang didapatkan bahwa
tiklopidin dapat mengurangi kambuhnya stroke. Efek samping antara lain
gangguan saluran cerna,komplikasi perdarahan, urtikaria, ruam kulit
gangguan fungsi hati,gangguan darah (leucopenia, agranulositosis,
pansitopenia), ikterus kolestatik meningkatnya kadar LDLdan VLDL
kolesterol.
e) Trombolitik
Trombolitik melarutkan thrombus yang sudah terbentuk. Indikasi
golongan obat ini ialah untuk infark miokard akuttrombosis vena dalam dan
emboli paru,troboemboli arteri,melarutkan bekuan darah pada katup
jantung buatan dan kateter intravena. Trombolitik hanya bermanfaat bila
umur thrombus kurang dari 7 hari. Indikasi utama obat ini ialah untuk
emboli paru massif dan akut yang dapat mengancam jiwa.
Obat-obat yang termasuk golongan trombolitik ialah streptokinase,
urokinas, activator plasminogen.
Monitoring Terapi
Sebelum pengobatan dimulai heparin harus dihentikan dan
selanjutnya dilakukan pemeriksaan laboratorium yaitu waktu
thrombin,protombin time,activad partial throm boplastin time,hemaokrit,
kadar fibrinogen dan hitung trombosit, untuk menentukan ada atau tidaknya
pardarahan.
Efek Samping
Trombolitik dapat manyebabkan perdarahan. Streptokinase yang
merupakan protein asing dapat menyebabkan reaksi alergi seperti pluritus,
urtikaria, flushing, kadang-kadang angiodema, bronkospasme.
Streptokinase
Streptokinase berguna untuk pengobatan fase dini emboli paru akut
dan infark miokard akut.
Strepsokinase mengaktivasi plasminogen dengan cara tidak
langsung yaitu dengan bergabung terlebih dahulu dengan plasminogen
untuk membentuk kompleks aktivaktor.selanjutnya kompleks activator
tersebut mengkatalisis perubahan plasminogen bebas menjadiplasmin.
Farmakokinetik
Masa paruhnya bifasik, fase cepat ± 11-13 menit dan fase lambat 23
menit.
Dosis
IV: dosis dewasa untuk infark miokrad akut dianjurkan dosis
total1,5 juta IU secara infuse selama 1 jam. Untuk thrombosis vena
akut,emboli paru,thrombosis arteri akut atau emboli dapat diberian loading
dose 250.000IU secara infuse selama 30 menit diikuti dengan
10.000IU/jam.
Urokinase
Urokinase diisolasi dari urine manusia,urokinse langsung
mengaktifkan plasminogen. Urokinase juga dapat digunakan tromboemboli
pada arteri dan vena.
Farmakokinetik
Diberikan infuse intra vena urokinase mengalami bersihan yang
cepat oleh hati. Sejumlah kecil obat diekskresi dalam emppedu dan urin.
Dosis
Dosis yang dianjurkan loading dose 1000-4500 IU/kg secara IV
dilanjutkan dengan infuse IV 4400 IU/kg perjam.
Asam aminokaproat merupakan penawar spesifik untuk keracunan
urokinase. Dosis dimulai dengan 5g (oral/IV),dengan dosis 1,25g tiap jam
sampai teratasi. Dosiis tidak boleh melebihi 30g dalam 24 jam. Penyuntikan
IV dapat menyebabkan hipotensi,bradikardi dan aritmia.
f) Hemotastik
Hemostatik ialah zat atau obat yang digunakan untuk menghentikan
pendarahan.obat-obat ini diperlukan untuk mengatasi perdarahan yang
meliputi daerah yang luas. Perdarahan dapat disebabkan oleh defisiensi
satu factor pembekuan darah yang bersifat heriditer ,misalnya defisiensi
factor anti hemofilik.defisiensi satu factor ,pembekuan darah dapat di atasi
dengan pemberian factor yang kurang yang berubah konsentrat darah
manusia,misalnya factor anti hemofilik,cryprecipitated antihemofilik
factor,kompleks factor IX (komponen tromboplastin plasma). perdarahan
dapat pula dihentikan dengan memberikan obat yang dapat meningkatkan
pembentukan factor-faktor pembekuan darah,misalnya vitamin K,atau yang
menghambat mekanisme fibrinolitik seperti asam aminokaproat.
1) Hemostatik Lokal
Hemostatik Serap
Hemostatik serap (absorbable hemostatics)menghentikan
perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan buatan atau memberikan
jala serat-serat yang mempermudah pembekuan bila diletakkan langsung
pada permukaan yang berdarah.hemostatik golongan ini berguna untuk
mengatasi perdarahan yang berasal dari pembuluh darah kecil
saja,misalnya kapiler,dan tidak efektif untuk menghentikan perdarahan
arteri atau vena tekanan intravaskularnya cukup besar.termasuk
kelompok ini antara lain spons gelatin,oksisel (selulosa oksida)dan busa
fibrin insane(human fibrin foam).spons gelatin dan oksisel dapat
digtnakan sebagai penutup luka yang akhirnya diabsorsi.untuk absorbs
yang sempurna dari ke dua zat ini diperlukan waktu sampai 6
jam.selulosa oksida dapat mempengaruhi regenasi tulang dan dapat
mengakibatkan pembentukan kista bila digunakan jangka panjang pada
patah tulang.
Astringen
Yang termasuk kelompok ini antara lain feriklorida,nitras
argenti,asam tanat.kelompok ini di gunakan menghentikan perdarahan
kapiler.
Koagulan
Obat kelompok ini pada penggunaan local menimbulkan
hemostasis dengan dua cara, yaitu dengan mempercepat perubahan
protombin menjadi thrombin dan secara langsung mengumpalkan
fibrinogen.
Aktifaktor protombin. Ekstrak yang mengandung aktifaktor
protombin dapat dibuat antara lain dari jaringan otak yang diolah secara
kering dengan asetat .salah satu contoh adalah Russell’s viper venom
yang sangat efektif sebagai hemostatik local dan dapat digunakan
umpamanya untuk alveolus gigi yang berdarah pada pasien
hemofilia ;untuk tujuan ini kapas dibasahi dengan larutan segar 0.1%.
Trombin. Zat ini tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk
penggunaan local.
Vasokontriktor
Epinevrin dan noreprinefrin berefek vasokontriksi, dapat
digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler suatu
permukaan.vasopresin yang dihasilkan oleh hipofisis, pernah digunakan
untuk mengatasi perdarahan pasca bedah persalinan.
2) Hemostatik Sistemik
Dengan mengunakan transfusi darah,sering kali perdarahan dapat
dihentikan segera.perdarahan yang disebabkan oleh defisiensi factor
pembekuan darah tertentu dapat diatasi dengan mengganti /memberikan
factor pembekuan yang kurang.
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Mohammad. 1993. Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan
Penggunaan. Yogyakarta : UGM Press.
DepKes RI. 2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Jakarta : CV. SAGUNG
SETO.
Robert. 1981. Pedoman Pengobatan. Yayasan Essentia Medica.
Woodley, Michele. 1995. Pedoman Pengobatan. Yogyakarta.