tugas ujian

5
THT (Tes Bisik) Tes Bisik Tes bisik adalah melakukan pemeriksaan dengan mengucapkan suara Yng lirih seperti berbisik-bisik kepada orang yang diperiksa ( orang normal maupun orang dengan gangguan pendengaran) Tujuan Untuk mengetahui kelainan pada pendengaran pada orang yang diperiksa Indikasi · Pada klien yang dicurigai mengalami gangguan pendengaran Kontraindikasi · Klien dengan adanya sumbatan benda asing pada telinga · Klien dengan trauma pada telinga · Klien dengan perdarahan telinga Prosedur tindakan a. Persiapan alat 1. 2 buah kursi 2. Kain penutup mata 3. Kapas bervaselin 4. Alat tulis menulis b. Persiapan klien 1. Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan 2. Memberikan klien posisi duduk (fowler) pada kursi yang telah disediakan 3. Menjaga privasi klien c. Persiapan tempat 1. Ruang sunyi kedap suara ukuran minimal 4x5 meter

description

medical

Transcript of tugas ujian

THT (Tes Bisik)Tes BisikTes bisik adalah melakukan pemeriksaan dengan mengucapkan suara Yng lirih seperti berbisik-bisik kepada orang yang diperiksa ( orang normal maupun orang dengan gangguan pendengaran)TujuanUntuk mengetahui kelainan pada pendengaran pada orang yang diperiksaIndikasiPada klien yang dicurigai mengalami gangguan pendengaranKontraindikasiKlien dengan adanya sumbatan benda asing pada telingaKlien dengan trauma pada telingaKlien dengan perdarahan telingaProsedur tindakana.Persiapan alat 1. 2 buah kursi 2. Kain penutup mata 3. Kapas bervaselin 4. Alat tulis menulis

b.Persiapan klien1.Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan2.Memberikan klien posisi duduk (fowler) pada kursi yang telah disediakan3.Menjaga privasi klien

c.Persiapan tempat1.Ruang sunyi kedap suara ukuran minimal 4x5 meter

d.Pelaksanan1.Mata orang yang diperiksa harus ditutup sehingga tidak melihat bibir pemeriksa (agar tidak meniru gerakan bibir pemeriksa)2.Telinga orang yang diperiksa harus dibebaskan dari penghalang dan dihadapkan kepada pemeriksa. Telinga yang satu ditutup dengan kapas bervaselin, atau ada asisten sehingga menggunakan tangannya untuk menutup lubang telinganya dengan cara buka tutup3.Orang yang diperiksa diberi tahu bahwa ia harus mengulang kat-kata yang dibisikkan oleh pemeriksa dengan jelas4.Pemeriksa diharuskan menggunakan kata-kata yang 100% dapat dipahami oleh orang yang diperiksa5.Kata-kata pendek, yaitu 1-2 suku kata, bernada desis (nada tinggi) dan kata-kata yang lunak (nada rendah) misalnya: sapu,susu,satu,dll6.Semua kata-kata harus diucapkan pada akhir expirasi7.Tempatkan klien pada tempat duduk yang nyaman8.Pemeriksa mmulai membisikkan kata-kata yang harus diulang oleh orang yang diperiksa dan pengulangan kata-kata harus jelas9.Membisikkan kata-kata ini mulai dari jarak dekat, kemudian mundur lebih jauh lagi10.Setiap jarak hendaknya dibisikkan kata-kata sebanyak 10 kata11.Bila pada suatu jarak orang yang diperiksa hanya dapat mengulang kata-kata kurang dari 80% maka jarak tersebut dicatat sebagai batas pendengaran, lakukan untuk telinga kanan dan kiri.

e.Evaluasi1.Pada tuli konduksi:Hanya mendengar suara desis (huruf S)Suara lunak tidak terdengar2.Pada tuli persepsi:Hanya mendengar suara huruf U dan ATidak mendengar suara desisMendengar suara lunak

Daftar PustakaTim Keperawatan Medikal Bedah PSIK FIKES UMMDAFTAR PUSTAKA

1.Mangunkusumo E, Soetjipto D. Sinusitis. Dalam buku ajar ilmu kesehatan telinga hidung tenggorok kepala dan leher. FKUI. Jakarta 2007. Hal 150-32.Damayanti dan Endang. Sinus Paranasal. Dalam : Efiaty, Nurbaiti, editor. Buku Ajar Ilmu Kedokteran THT Kepala dan Leher, ed. 5, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2002, 115 119.4.Adam,Boies, Higler,Boies Buku Ajar Penyakit THT edisi 6,EGC, Jakarta,19975.Guyton,AC, Hall,JE,Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, 1997, editor: irawati setiawan, ed. 9, 1997, Jakarta: EGC6.Pearce, Evelyn C,Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Gramedia, Jakarta,20047.Spanner, Spalteholz,Atlas Anatomi Manusia,Bagian ke II, edisi 16, Hipokrates, Jakarta,1994.8.Soepardi, Efiaty Arsyad dkk,Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher edisi 5,FK UI, 2006.

Transiluminasi (Diaphanoscopia)Entah mengapa cara pemeriksaan sinus paranasalis terutama sinus frontalis dan sinus maksilaris ini belum pernah saya saksikan sendiri. Penuturan dari teman-teman dan para pembimbing juga belum pernah saya dengar.Syarat melakukan pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) adalah adanya ruangan yang gelap. Alat yang kita gunakan berupa lampu listrik bertegangan 6 volt dan bertangkai panjang (Heyman).Pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) kita gunakan untuk mengamati sinus frontalis dan sinus maksilaris. Cara pemeriksaan kedua sinus tersebut tentu saja berbeda.Cara melakukan pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) pada sinus frontalis yaitu kita menyinari dan menekan lantai sinus frontalis ke mediosuperior. Cahaya yang memancar ke depan kita tutup dengan tangan kiri. Hasilnya sinus frontalis normal bilamana dinding depan sinus frontalis tampak terang.Ada 2 cara melakukan pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) pada sinus maksilaris, yaitu :Cara I. Mulut pasien kita minta dibuka lebar-lebar. Lampu kita tekan pada margo inferior orbita ke arah inferior. Cahaya yang memancar ke depan kita tutup dengan tangan kiri. Hasilnya sinus maksilaris normal bilamana palatum durum homolateral berwarna terang.Cara II. Mulut pasien kita minta dibuka. Kita masukkan lampu yang telah diselubungi dengan tabung gelas ke dalam mulut pasien. Mulut pasien kemudian kita tutup. Cahaya yang memancar dari mulut dan bibir atas pasien, kita tutup dengan tangan kiri. Hasilnya dinding depan dibawah orbita tampak bayangan terang berbentuk bulan sabit.Penilaian pemeriksaan transiluminasi (diaphanoscopia) berdasarkan adanya perbedaan sinus kiri dan sinus kanan. Jika kedua sinus tampak terang, menandakan keduanya normal. Namun khusus pasien wanita, hal itu bisa menandakan adanya cairan karena tipisnya tulang mereka. Jika kedua sinus tampak gelap, menandakan keduanya normal. Khusus pasien pria, kedua sinus yang gelap bisa akibat pengaruh tebalnya tulang mereka.